pengaruh pelatihan “meditasi sadar diri” terhadap...

16
Pengaruh Pelatihan “Meditasi Sadar Diri” Terhadap Penurunan Tingkat Distres Remaja yang Mengalami Kehamilan Pranikah Abstrak Remaja dengan kehamilan pranikah berisiko mengalami distres yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan ibu dan janin. Mindfulness sebagai salah satu strategi emotional coping merupakan alternatif intervensi yang dapat membantu remaja mengatasi kondisi distres yang dialaminya. Pelatihan “Meditasi Sadar Diri” (MSD) yang digunakan sebagai intervensi distres ini menggunakan konsep Mindfulness Based Stress Reduction dan Mindfulness Based Cognitive Therapy. Melalui pelatihan MSD ini diharapkan remaja dapat meningkatkan mindfulness sebagai sumber daya koping sehingga pada akhirnya mampu menurunkan distres kehamilan. Hipotesis yang diajukan adalah: (1) Ada perbedaan tingkat distres remaja yang mengalami kehamilan pranikah sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan, tingkat distres remaja setelah mengikuti pelatihan lebih rendah daripada sebelum mengikuti pelatihan. (2) Ada perbedaan tingkat mindfulness remaja sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan, tingkat mindfulness setelah pelatihan lebih tinggi daripada sebelum mengikuti pelatihan. Partisipan dalam pelatihan adalah remaja usia 15-22 tahun yang mengalami kehamilan pranikah. Metode penelitian yang digunakan adalah action research, dengan model kuasi eksperimen the one group pretest- posttest design. Pelatihan MSD dilaksanakan selama 2 minggu, dengan 9 sesi dalam 4 pertemuan berdurasi 150-180 menit per pertemuan. Hasil analisis kuantitatif menunjukkan pelatihan MSD mampu menurunkan tingkat distres kehamilan remaja dengan nilai z= -1,841 dan p=0,033 (p<0,05) dan meningkatkan tingkat mindfulness dengan nilai z= 1,841 dan p= 0,033 (p<0,05). Hasil analisis kualitatif menunjukkan partisipan mengalami penurunan pada aspek-aspek distres kehamilan dan mampu meningkatkan kemampuan mindfulness yang ditandai dengan adanya kesadaran, fokus pada saat ini, dan sikap responsif. Kata kunci: Kehamilan pranikah, distres, mindfulness, Meditasi Sadar Diri PENGANTAR Kehamilan Pranikah Kehamilan merupakan salah satu fase perkembangan yang melibatkan adanya perubahan baik secara fisik maupun psikologis bagi calon ibu dan pasangan (Duncan & Bardacke, 2010). Kehamilan biasanya dipersepsi sebagai peristiwa positif dalam hidup, namun proses transisi menjadi seorang ibu ini dapat juga dipersepsi sebagai situasi penuh tekanan karena ada perubahan hormon dan fisik yang turut berperan, ditandai oleh adanya kesedihan, merasa sendiri, dan tidak berdaya (Hart & McMahon, 2006). Berbagai perubahan tersebut kemudian dapat memicu timbulnya distres pada ibu hamil. Pada kasus kehamilan pranikah, karena proses yang tidak terencana tersebut dapat membuat ibu melihatnya sebagai peristiwa yang mengancam, sehingga Pengaruh Pelatihan “Meditasi Sadar Diri― Terhadap Penurunan Tingkat Distres Remaja yang Mengalami Kehamilan Pranikah Ega Asnatasia Maharani Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Upload: dokien

Post on 13-Aug-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Pelatihan “Meditasi Sadar Diri” Terhadap ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/60867/potongan/S2-2013-290926-chapter1.pdf · mengalami penurunan pada aspek-aspek distres

1

Pengaruh Pelatihan “Meditasi Sadar Diri” Terhadap Penurunan

Tingkat Distres Remaja yang Mengalami Kehamilan Pranikah

Abstrak

Remaja dengan kehamilan pranikah berisiko mengalami distres yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan ibu dan janin. Mindfulness sebagai salah satu strategi emotional coping merupakan alternatif intervensi yang dapat membantu remaja mengatasi kondisi distres yang dialaminya. Pelatihan “Meditasi Sadar Diri” (MSD) yang digunakan sebagai intervensi distres ini menggunakan konsep Mindfulness Based Stress Reduction dan Mindfulness Based Cognitive Therapy. Melalui pelatihan MSD ini diharapkan remaja dapat meningkatkan mindfulness sebagai sumber daya koping sehingga pada akhirnya mampu menurunkan distres kehamilan. Hipotesis yang diajukan adalah: (1) Ada perbedaan tingkat distres remaja yang mengalami kehamilan pranikah sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan, tingkat distres remaja setelah mengikuti pelatihan lebih rendah daripada sebelum mengikuti pelatihan. (2) Ada perbedaan tingkat mindfulness remaja sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan, tingkat mindfulness setelah pelatihan lebih tinggi daripada sebelum mengikuti pelatihan. Partisipan dalam pelatihan adalah remaja usia 15-22 tahun yang mengalami kehamilan pranikah. Metode penelitian yang digunakan adalah action research, dengan model kuasi eksperimen the one group pretest-posttest design. Pelatihan MSD dilaksanakan selama 2 minggu, dengan 9 sesi dalam 4 pertemuan berdurasi 150-180 menit per pertemuan. Hasil analisis kuantitatif menunjukkan pelatihan MSD mampu menurunkan tingkat distres kehamilan remaja dengan nilai z= -1,841 dan p=0,033 (p<0,05) dan meningkatkan tingkat mindfulness dengan nilai z= 1,841 dan p= 0,033 (p<0,05). Hasil analisis kualitatif menunjukkan partisipan mengalami penurunan pada aspek-aspek distres kehamilan dan mampu meningkatkan kemampuan mindfulness yang ditandai dengan adanya

kesadaran, fokus pada saat ini, dan sikap responsif.

Kata kunci: Kehamilan pranikah, distres, mindfulness, Meditasi Sadar Diri

PENGANTAR

Kehamilan Pranikah

Kehamilan merupakan salah satu fase perkembangan yang melibatkan

adanya perubahan baik secara fisik maupun psikologis bagi calon ibu dan

pasangan (Duncan & Bardacke, 2010). Kehamilan biasanya dipersepsi sebagai

peristiwa positif dalam hidup, namun proses transisi menjadi seorang ibu ini

dapat juga dipersepsi sebagai situasi penuh tekanan karena ada perubahan

hormon dan fisik yang turut berperan, ditandai oleh adanya kesedihan, merasa

sendiri, dan tidak berdaya (Hart & McMahon, 2006). Berbagai perubahan

tersebut kemudian dapat memicu timbulnya distres pada ibu hamil. Pada kasus

kehamilan pranikah, karena proses yang tidak terencana tersebut dapat

membuat ibu melihatnya sebagai peristiwa yang mengancam, sehingga

Pengaruh Pelatihan “Meditasi Sadar Diri―Terhadap Penurunan Tingkat Distres Remaja yang MengalamiKehamilan PranikahEga Asnatasia MaharaniUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 2: Pengaruh Pelatihan “Meditasi Sadar Diri” Terhadap ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/60867/potongan/S2-2013-290926-chapter1.pdf · mengalami penurunan pada aspek-aspek distres

2

mengarah pada timbulnya distres (Kaye, 2008). Distres pada masa kehamilan

dapat berdampak pada kesehatan bayi (DiPietro, Costigan, & Gurewitsch, 2003),

kedekatan emosi ibu dengan anak (Figueiredo & Costa, 2009), perkembangan

anak di tahap selanjutnya (Vieten & Astin, 2008) dan simtom depresi pada ibu

(dalam Masih, Spence, & Oei, 2007).

Hasil wawancara dengan ibu yang kehamilannya terjadi saat ia remaja

dan tidak dalam ikatan pernikahan menunjukkan adanya gangguan emosi yang

ditandai dengan seringnya menangis, menarik diri dari lingkungan, merasa tidak

berdaya, cemas, kehilangan konsentrasi, emosi mudah berubah-ubah dan sulit

merasakan kebahagiaan atas kehamilannya. Adapun beberapa kutipan dari

wawancara dengan salah satu narasumber yang pernah mengalami kehamilan di

usia remaja (A, 22 tahun) adalah sebagai berikut:

“ Kalo aku sih karena ngerasa stres banget ya waktu itu… jadi ngapa-

ngapain suka ga konsen… nonton tv ya bengong, diajak ngomong

sering ga nyambung. Apa sih, kaya‟ linglung gitu rasanya. Banyak

banget beban pikiran……”

Pernyataan ini menunjukkan subjek merasa kehilangan konsentrasi

dalam aktivitas kesehariannya karena merasa tertekan secara psikologis

“…. Aku kan selama hamil itu gampang banget mood naik turun..nangis

terus berbulan-bulan tapi kalo inget mau punya bayi ya seneng lagi.

Paling kubawa jalan-jalan……”

Pernyataan ini menunjukkan ketidakstabilan kondisi emosi subjek yang

sulit ia kendalikan. Di satu sisi ia merasa bahagia karena akan memiliki anak,

namun situasi kehamilan yang terjadi sebelum pernikahan menyebabkan subjek

sulit merasa bahagia seutuhnya.

“Sampe lahiranku prematur trus pendarahan ya karena kondisiku

memang ga bagus. “

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa subjek menyadari kondisi

psikologisnya selama mengandung akhirnya berakibat pada proses kelahiran

yang tidak normal. Data wawancara dari remaja lain yang pernah mengalami

kehamilan pranikah (M, 22 tahun) menunjukkan adanya perasaan tertekan dari

Pengaruh Pelatihan “Meditasi Sadar Diri―Terhadap Penurunan Tingkat Distres Remaja yang MengalamiKehamilan PranikahEga Asnatasia MaharaniUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 3: Pengaruh Pelatihan “Meditasi Sadar Diri” Terhadap ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/60867/potongan/S2-2013-290926-chapter1.pdf · mengalami penurunan pada aspek-aspek distres

3

sejak fase mengandung, melahirkan, hingga mengurus anak. Perasaan tertekan

ini muncul karena dalam tiap fase tersebut subjek harus menghadapi masalah

yang berbeda-beda tanpa persiapan yang mencukupi. Data ini ditunjukkan

melalui kutipan pernyataan sebagai berikut:

“Sampai usia (kandungan) empat bulan itu tertekan banget. Aku

hadepin semua sendiri tanpa ada satu orangpun yang bantu. Ga mau

ketemu orang-orang… dah sampai habis airmata rasanya yang ngga

karuan……….. Setelah nikahpun ya masih kaya‟ gitu rasanya,

meskipun lebih enteng karena ga harus bohong lagi”

“Sebenernya ya…. Sampe anakku lahir pun aku ga merasakan

bahagia..masalah tu rasanya banyak banget dari sejak awal.. sampe

terakhiran pun, ga tau harus ngapain.. ngurus anak sendiri karena

suami kan jauh tinggalnya. Baru bisa yah..lebih happy lah setelah udah

bisa kuliah lagi, kerja lagi, sosialisasi lagi sama temen-temen”

Subjek remaja lain yang saat dilakukannya wawancara sedang

mengalami kehamilan pranikah (D, 18 tahun) mengatakan ketidaksiapannya

menjadi ibu dalam waktu dekat. Kehamilan yang saat ini menginjak usia 7 bulan

dilalui subjek dengan penuh kekhawatiran akan masa depan bayinya kelak.

Kekhawatiran ini lebih disebabkan masalah finansial, ketiadaan dukungan dari

teman-teman, dan pemikiran bahwa dirinya tidak akan dapat bersekolah lagi.

Adapun kutipan wawancara dengan subjek D adalah sebagai berikut:

“Ya mbak…malu, saya banyak di rumah, teman-teman ya ga ada

yang jenguk.Cuma satu yang masih sering nanyain. Kayaknya susah

jg mbak kalo mau ketemu mereka trus sekolah lagi, padahal saya nya

juga ingin..tapi uangnya dari mana? Wong mas I (suami subjek) juga

baru kerja jadi buruh. Serabutan mbak apa aja yg penting dapet

(uang). Pusing saya mbak, mau gimana hidup saya besok-besok…”

Hasil wawancara dengan tiga remaja yang mengalami kehamilan

pranikah menunjukkan bahwa peristiwa kehamilan yang tidak direncanakan

mengakibatkan remaja sulit merasa bahagia atas kehamilannya dan kesulitan

menyesuaikan diri dengan peran barunya. Meskipun dalam salah satu

wawancara subjek A dapat mengungkapkan perasaan bahagianya, namun

kemudian diketahui ia sebenarnya menginginkan kehamilan tersebut datang

Pengaruh Pelatihan “Meditasi Sadar Diri―Terhadap Penurunan Tingkat Distres Remaja yang MengalamiKehamilan PranikahEga Asnatasia MaharaniUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 4: Pengaruh Pelatihan “Meditasi Sadar Diri” Terhadap ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/60867/potongan/S2-2013-290926-chapter1.pdf · mengalami penurunan pada aspek-aspek distres

4

lebih lambat dan kerap menyesali kehamilannya saat itu. Kondisi yang sama

ditunjukkan oleh subjek M dimana sejak awal kehamilan hingga melahirkan ia

sulit merasa bahagia dan tidak dapat menerima peran baru sebagai orangtua

dengan tanggung jawab yang berat. Pada subjek D, ditemukan kondisi menyesali

kehamilannya dan sempat berkeinginan menggugurkan kandungannya. Baik

subjek A maupun M mengalami ketidakstabilan emosi akibat beban pikiran yang

terlalu banyak, dan ditandai dengan sering menangis, merasa tidak berdaya,

kecemasan, menarik diri, dan sulit konsentrasi. Perasaan ini muncul sebagai

akibat perasaan tertekan karena melihat kehamilan yang terjadi tanpa

direncanakan sebagai peristiwa yang mengancam.

Fenomena kehamilan pranikah ini merupakan salah satu masalah sosial

yang cukup krusial di masyarakat saat ini. Beberapa Puskesmas di wilayah

Sleman Yogyakarta mencatat angka calon pengantin (caten) plus yang cukup

tinggi. Caten plus sendiri adalah calon pengantin yang tercatat positif hamil

sebelum menikah. Data yang dikumpulkan di beberapa Puskesmas tersebut

menunjukkan bahwa di Kabupaten Sleman, setiap tahun terjadi peningkatan

kasus pernikahan dini yang disebabkan karena sudah hamil terlebih dahulu.

Pada tahun 2010 jumlah pernikahan dini mencapai 48 pasangan. Kemudian

pada tahun 2011 meningkat menjadi 79 pasangan. Sedangkan pada tahun 2012

hingga akhir April sudah 19 pasangan yang dinikahkan dalam usia yang masih

muda. Pada tahun 2012, pernikahan dini terbanyak tercatat di Kecamatan

Godean dan Kalasan (Koran Tribun Jogja, 2012). Di Yogyakarta sendiri menurut

Data BKKBN tahun 2010 dari penelitian terhadap 1.160 mahasiswa, 37% di

antaranya mengalami kehamilan di luar nikah (Kertapati, 2011). Data yang

didapat Departement of Making Pregnancy Safer WHO (Manglaterra, Pendse,

McClure, & Rosen, 2008) menunjukkan setiap tahunnya 16 juta remaja di dunia

antara usia 15-19 tahun telah melahirkan, jumlah ini mewakili 11% dari seluruh

kelahiran di dunia.

Kehamilan pranikah pada akhirnya akan mengarah kepada konsekuensi

meneruskan kehamilan atau menghentikan kehamilan dengan cara aborsi baik

karena tekanan pihak lain maupun keinginan sendiri (Coleman, 2006). Kedua

pilihan tersebut memiliki korelasi yang cukup besar terhadap kesejahteraan

psikologis ibu selanjutnya. Menurut survey kasus aborsi di Indonesia sepanjang

2006 terdapat 2 juta kasus dan bertambah setiap tahunnya hingga pada tahun

Pengaruh Pelatihan “Meditasi Sadar Diri―Terhadap Penurunan Tingkat Distres Remaja yang MengalamiKehamilan PranikahEga Asnatasia MaharaniUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 5: Pengaruh Pelatihan “Meditasi Sadar Diri” Terhadap ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/60867/potongan/S2-2013-290926-chapter1.pdf · mengalami penurunan pada aspek-aspek distres

5

2008 tercatat 2,6 juta kasus aborsi. 700.000 pelaku aborsi di antaranya berusia di

bawah 20 tahun (www.ceria.bkkbn.go.id). Data dari BKKBN juga menunjukkan

estimasi terjadinya aborsi di Indonesia adalah 2,4 juta per tahun, dengan 800.000

di antaranya terjadi di kalangan remaja (Kertapati, 2010). Hasil studi

menunjukkan remaja yang memilih melakukan aborsi ditemukan berisiko

menghadapi masalah kecemasan, gangguan tidur, penyalahgunaan obat, (dalam

Coleman, 2006), depresi, perasaan bersalah, dan distres (Ely, Flaherty, &

Cuddeback, 2010). Di sisi lain mereka yang memutuskan meneruskan kehamilan

akan dihadapkan pada berbagai risiko, di antaranya stigma masyarakat,

kekerasan dari orangtua (Atuyambe et al., 2008) ; kesehatan ibu dan bayi,

depresi, distres (Ispa, 2007); kecemasan, masalah kepercayaan diri, tidak

mendapat dukungan keluarga dan stigma masyarakat (Kaye, 2008); putus

sekolah dan kemiskinan (Medoff, 2009); serta pernikahan dini dan

ketidakstabilan pernikahan (Wei, Chen, Su, & Williams, 2010). Berbagai risiko

tersebut tidak hanya dialami ibu remaja selama masa kehamilannya namun

dapat berakibat jangka panjang hingga pada anak hasil kehamilan pranikah

tersebut. Anak yang lahir dari ibu remaja berisiko lahir secara prematur dan

berisiko tinggi mengalami kematian (Wei, Chen, Su, & Williams, 2010).

Keputusan meneruskan kehamilan dan mengikatkan diri dalam

pernikahan juga belum menjadi jaminan munculnya penyesuaian diri yang baik

terhadap peran baru remaja sebagai orangtua. Hal ini dikarenakan kondisi yang

menyertai kehamilan dan pernikahan tersebut biasanya terjadi secara mendadak

tanpa perencanaan sebelumnya. Individu pada usia remaja memiliki tugas

perkembangan yang harus dipenuhi antara lain: menerima dan memahami peran

seks usia remaja, kemandirian emosional dan ekonomi, mengembangkan

perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa,

memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga,

serta mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat

diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat (Hurlock, 1973).

Tugas-tugas ini akan sulit dipenuhi ketika remaja di saat bersamaan harus

mengalami kehamilan di luar pernikahan karena belum siap secara emosi,

kognitif, dan finansial dalam memasuki peran barunya sebagai orangtua.

Karakteristik remaja yang self-oriented, ambivalensi antara ingin merdeka namun

membutuhkan orang lain, serta ketidakstabilan emosi juga dapat menjadi

Pengaruh Pelatihan “Meditasi Sadar Diri―Terhadap Penurunan Tingkat Distres Remaja yang MengalamiKehamilan PranikahEga Asnatasia MaharaniUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 6: Pengaruh Pelatihan “Meditasi Sadar Diri” Terhadap ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/60867/potongan/S2-2013-290926-chapter1.pdf · mengalami penurunan pada aspek-aspek distres

6

penghalang bagi proses transisi peran baru tersebut (Wei, Chen, Su, & Williams,

2010).

Remaja yang mengetahui dirinya hamil, dalam proses selanjutnya akan

merasakan bahwa dirinya harus mengorbankan banyak hal akibat situasi yang

tidak terencana sebelumnya, seperti masa bersosialisasi dengan teman,

pekerjaan, dan pendidikan (Duncan, Coatsworth, & Greenberg, 2009). Remaja

yang mengalami kehamilan juga akan menghadapi issue penting terkait

pendidikan, keuangan, pernikahan, dan pengasuhan anak (Wei, Chen, Su, &

Williams, 2010) ; kecemasan, hilangnya kepercayaan diri, kurangnya support

finansial, moral, dan material baik dari orangtua maupun pasangan, serta risiko

stigma negatif dari masyarakat dan pekerja kesehatan sebagai konsekuensi

meneruskan kehamilannya (Kaye, 2008) . Kondisi ini menyebabkan remaja

semakin sulit menerima kehamilannya dengan bahagia dan menyebabkan

munculnya berbagai keluhan psikologis. Keluhan-keluhan psikologis tersebut

merupakan indikator adanya distres pada remaja yang mengalami kehamilan

pranikah.

Distres

Stres adalah kondisi ketika sebuah peristiwa yang dialami individu

menyebabkan ketegangan fisik, mental,ataupun emosional (Penedo, Antoni, &

Scneiderman, 2008). Menurut Lazarus (Davis, 1999) secara umum stres dapat

diartikan sebagai suatu gejala umum yang dialami individu, bercirikan adanya

pengalaman mencemaskan atau menegangkan yang bersifat intensif dan relatif

menekan. Kondisi ini muncul karena keadaan atau situasi eksternal yang terus

memaksa individu memenuhi tuntutan yang tidak biasa pada dirinya. Lazarus

(dalam Rice, 1999; dan Taylor, 1995) menegaskan bahwa stres terjadi ketika

kemampuan atau sumber daya yang dimiliki seseorang dinilai tidak mencukupi

untuk mengatasi tuntutan situasi.

Baum (Taylor, 1995) mengatakan bahwa stres adalah pengalaman

emosi negatif, dan tekanan untuk beradaptasi dengan kondisi serta norma sosial

(Rice, 1999; Lazarus & Folkman, 1984 dalam Taylor, 1995) yang diikuti oleh

perubahan-perubahan fisiologis, kognitif, dan perilaku secara langsung terhadap

munculnya kejadian yang dianggap menekan, tidak terkontrol, dan diluar

kemampuan individu untuk mengatasinya (Lazarus dalam Taylor, 1995). Stres

Pengaruh Pelatihan “Meditasi Sadar Diri―Terhadap Penurunan Tingkat Distres Remaja yang MengalamiKehamilan PranikahEga Asnatasia MaharaniUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 7: Pengaruh Pelatihan “Meditasi Sadar Diri” Terhadap ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/60867/potongan/S2-2013-290926-chapter1.pdf · mengalami penurunan pada aspek-aspek distres

7

memiliki makna positif dan negatif. Ketika tekanan atau stresor mendorong

individu lebih produktif maka ia mengalami eustres yang memberi dampak positif.

Sebaliknya jika stresor justru menimbulkan masalah fisik dan psikologis, maka

stres yang dialami individu disebut distres (stres yang berdampak negatif).

Berdasarkan definisi di atas peneliti menyimpulkan bahwa distres adalah

kondisi ketika tekanan atau stresor dipersepsi negatif karena individu tidak

memiliki sumber daya yang memadai untuk mengatasinya sehingga

menimbulkan masalah pada aspek fisik, kognitif, emosi, dan perilaku.

Selanjutnya peneliti menurunkan definisi distres kehamilan tersebut ke dalam

beberapa aspek dan indikator,yaitu:

1. Aspek fisik

Aspek ini ditandai adanya gangguan fisik, kelelahan, dan rentan terhadap

penyakit;

2. Aspek emosi

Aspek ini ditandai adanya labilitas perasaan, kecemasan, dan penurunan

minat terhadap aktivitas

3. Aspek kognitif

Aspek ini ditandai adanya persepsi negatif terhadap perubahan fisik yang

terjadi selama kehamilan, persepsi negatif terhadap perubahan peran

yang mendadak, persepsi negatif terhadap kemampuan untuk

menghadapi tekanan yang muncul selama kehamilan

4. Aspek perilaku

Aspek ini ditandai dengan menarik diri dari lingkungan sosial, adanya

upaya untuk menutupi kehamilan, melakukan tindakan yang mengabaikan

kesehatan janin, nafsu makan berubah drastis, dan gangguan tidur.

Sumber distres menurut Sarafino (1998) dibedakan menjadi: (a) distres

yang bersumber dari dalam diri individu, (b) distres yang bersumber dari

keluarga, dan (c) distres yang bersumber dari masyarakat/lingkungan. Remaja

yang mengalami kehamilan pranikah harus berhadapan dengan ketiga sumber

ini secara simultan, bahkan tidak jarang secara bersamaan. Kondisi tersebut

menyebabkan tingkat distres mereka cenderung lebih sulit diatasi dibandingkan

pada kehamilan biasa. Hal ini didukung pendapat Logsdon, Birkimer, Ratterman,

Cahill, & Cahill (2002) yang mengatakan remaja yang harus menghadapi tugas

Pengaruh Pelatihan “Meditasi Sadar Diri―Terhadap Penurunan Tingkat Distres Remaja yang MengalamiKehamilan PranikahEga Asnatasia MaharaniUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 8: Pengaruh Pelatihan “Meditasi Sadar Diri” Terhadap ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/60867/potongan/S2-2013-290926-chapter1.pdf · mengalami penurunan pada aspek-aspek distres

8

perkembangan dan tantangan kehamilan secara bersamaan biasanya akan

merasa tidak siap dan kurang memiliki sumber informasi sehingga menyebabkan

timbulnya distres.

Hasil asesmen awal yang dilakukan peneliti menunjukkan remaja caten

plus yang melakukan konseling pra pernikahan menunjukkan sumber distres

yang berbeda-beda selama masa kehamilan. Stresor di awal masa kehamilan

biasanya terkait perubahan fisik, resolusi kehamilan (diteruskan atau

digugurkan), dan masalah penerimaan dari pasangan, keluarga, dan sosial. Saat

keputusan menikah sudah diambil, hal-hal yang kemudian menjadi stresor

hingga akhir kehamilan biasanya terkait finansial, penyesuaian peran, serta

informasi seputar perawatan kehamilan dan bayi yang masih belum dimiliki

remaja. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan Aryani (2012) dan Aristianie

(2012) juga menyebutkan bahwa stresor wanita yang mengalami kehamilan

pranikah lebih beragam dan akan terus berubah dari sejak pertama diketahui

hamil, memutuskan menikah, hingga menjelang persalinan. Informasi ini

menunjukkan bahwa sepanjang masa kehamilan hingga melahirkan, ibu remaja

yang mengalami kehamilan pranikah memiliki risiko yang lebih besar untuk

mengalami distres dibanding pada kehamilan normal. Berdasarkan uraian di

atas, intervensi untuk membantu remaja yang mengalami kehamilan pranikah

agar beradaptasi terhadap peran barunya dan mengatasi distres yang timbul

akibat kehamilan tersebut amatlah dibutuhkan.

Distres dan Mindfulness

Remaja yang mengalami kehamilan pranikah mengalami kondisi penuh

tekanan (stressful event). Hasil wawancara dengan subjek M (22 th)

menunjukkan bahwa perasaan tertekan yang dialaminya tidak terselesaikan

hanya dengan jalan menikah. Subjek M dan subjek A (22 th) menyatakan

perasaan tertekan ini terus muncul selama masa kehamilannya. Mereka menjadi

mudah terseret pada arus pikiran yang menghakimi keberadaannya saat ini

menyesali peristiwa masa lalu, dan mengkhawatirkan masa depannya. Kondisi

inilah yang disebut dengan mindlessness yang didefinisikan Langer (Synder &

Lopez, 2006) sebagai saat dimana pikiran individu terperangkap dalam pola yang

dangkal sehingga tidak mampu memahami konteks suatu peristiwa secara utuh.

Pengaruh Pelatihan “Meditasi Sadar Diri―Terhadap Penurunan Tingkat Distres Remaja yang MengalamiKehamilan PranikahEga Asnatasia MaharaniUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 9: Pengaruh Pelatihan “Meditasi Sadar Diri” Terhadap ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/60867/potongan/S2-2013-290926-chapter1.pdf · mengalami penurunan pada aspek-aspek distres

9

Hal ini menyebabkan remaja kurang mampu memaknai peristiwa yang

dialaminya dan terfokus pada penilaian baik-buruk terhadap peristiwa tersebut.

Kondisi mindlessness yang dialami remaja tersebut selanjutnya

mempengaruhi kemampuan remaja merespon kebutuhan diri,terutama terkait

kebutuhan tubuhnya selama kehamilan. Langer (Synder & Lopez,2006)

menjelaskan bahwa ketika kondisi mindlessness terjadi, individu dapat

kehilangan kontrol terhadap dirinya sendiri karena tidak mampu menyadari

reaksi-reaksi fisik yang menjadi alarm penyesuaian diri. Dalam kasus kehamilan

pranikah, reaksi fisik yang sebenarnya normal terjadi pada kehamilan pada

umumnya menjadi lebih meningkat intensitasnya dikarenakan remaja tidak

mampu menyadari dan merespon reaksi fisik tersebut.

Lazarus (dalam Taylor, 1995) menyebutkan bahwa ketika individu

menghadapi situasi tertentu, ia akan masuk ke dalam primary appraisal dan

mempersepsi apakah situasi tersebut dianggap mengancam, netral, atau

menyenangkan. Apabila persepsi individu melihat situasi tersebut sebagai

ancaman, dalam proses secondary appraisal ia kemudian akan mengukur

apakah memiliki sumber daya yang cukup untuk mengatasi situasi tersebut atau

tidak. Dalam kasus kehamilan pranikah, di tahap primary appraisal remaja

menilai peristiwa tersebut sebagai situasi yang mengancam karena

ketidakmampuannya melihat konteks masalah secara utuh. Kondisi

mindlessness yang dialami remaja juga membuatnya merasa kehilangan kontrol

terhadap situasi di sekitarnya. Reaksi distres kemudian muncul sebagai hasil

proses secondary appraisal dimana remaja merasa tidak memiliki sumber daya

yang memadai untuk menghadapi situasi menekan tersebut.

Pada prakteknya, mindfulness akan membantu individu memperkuat

sumber daya internalnya dan meningkatkan kemampuan individu mengakses

sumber daya tersebut (Kabat-Zinn, 1990). Saat kondisi mindful tercapai,

perhatian tidak akan terfokus pada masa lalu ataupun masa depan, dan individu

tidak akan memberikan penilaian atau menolak apa yang sedang terjadi saat ini.

Kesadaran yang muncul akan membantu individu melihat situasi ini secara lebih

jelas, sehingga muncul sudut pandang baru dalam melihat permasalahan

maupun alternatif pemecahannya (Kabat-Zinn, 1990). Jenis perhatian semacam

ini akan membentuk energi, pikiran yang jernih, dan kebahagiaan (Germer,

Siegel, & Fulton, 2005). Hal ini dapat tercapai karena mindfulness memiliki

Pengaruh Pelatihan “Meditasi Sadar Diri―Terhadap Penurunan Tingkat Distres Remaja yang MengalamiKehamilan PranikahEga Asnatasia MaharaniUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 10: Pengaruh Pelatihan “Meditasi Sadar Diri” Terhadap ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/60867/potongan/S2-2013-290926-chapter1.pdf · mengalami penurunan pada aspek-aspek distres

10

beberapa kualitas positif yang muncul secara sadar antara lain: tanpa penilaian,

tanpa pemaksaan, penerimaan, kesabaran, kepercayaan, keterbukaan,

pelepasan, kelembutan, empati, rasa syukur, dan kasih sayang. (Shapiro dalam

Synder dan Lopez, 2006). Kondisi mindful juga akan memberikan kesadaran

pada individu bahwa ia memiliki kontrol terhadap pilihan-pilihannya sehingga

mendorong munculnya responsif, bukannya reaktif terhadap situasi di sekitarnya

(Kabat-Zinn, 1990).

Mindfulness memiliki definisi operasional yang bervariasi (Fielding, 2009).

Pendekatan ini berakar dari filosofi Buddha dan merupakan bentuk ketrampilan

yang dapat membantu individu agar memiliki kesadaran dan tidak bersikap

reaktif akan apa yang terjadi saat ini, sebuah cara untuk memaknai peristiwa baik

positif, negatif, maupun netral sehingga mampu mengatasi perasaan tertekan

dan menimbulkan kesejahteraan diri (Germer, Siegel, & Fulton, 2005). Kabat-

Zinn (2003) mendefinisikan mindfulness sebagai kesadaran yang muncul akibat

memberi perhatian terhadap sebuah pengalaman saat ini secara disengaja dan

tanpa penilaian agar mampu merespon dengan penerimaan, dan bukannya

bereaksi, terhadap pengalaman yang dialami sehari-hari. Mindfulness terfokus

pada peningkatan kemampuan mengobservasi atau mengamati perubahan

kondisi psikologis tanpa bertujuan secara sengaja mencapai tingkatan tersebut

(Brown & Ryan, 2003)

Berdasarkan defnisi yang telah dijelaskan para ahli, komponen utama

dalam mindfulness adalah: kesadaran (awareness), pengalaman saat ini (present

experience), dan penerimaan (acceptance). Baer et al (2006 dalam Duncan,

Coatsworth, & Greenberg, 2009) menyebutkan lima kemampuan dalam

mindfulness adalah: Bertindak dengan kesadaran (acting with awareness),

kemampuan mengobservasi (observing), kemampuan mendeskripsikan

(describing), sikap non-reaktif terhadap pengalaman, dan sikap tanpa penilaian

terhadap pengalaman. Brown & Ryan (2003) menyatakan aspek-aspek dalam

mindfulness yaitu: (1) Acting with Awareness, (2) Present Focus, (3)

Responsiveness, (4) Social Awareness.

Kata mindfulness sendiri dapat diartikan sebagai konstruk psikologis,

proses psikologis (being mindful), bentuk psikoterapi, atau bentuk latihan yang

dapat membentuk mindfulness (seperti meditasi). Mindfulness baik secara

konstruk psikologis maupun dasar psikoterapi telah terbukti secara efektif

Pengaruh Pelatihan “Meditasi Sadar Diri―Terhadap Penurunan Tingkat Distres Remaja yang MengalamiKehamilan PranikahEga Asnatasia MaharaniUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 11: Pengaruh Pelatihan “Meditasi Sadar Diri” Terhadap ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/60867/potongan/S2-2013-290926-chapter1.pdf · mengalami penurunan pada aspek-aspek distres

11

mempengaruhi penerimaan diri (Thompson & Waltz, 2007; Carson & Langer,

2006), komunikasi orangtua-anak (Duncan, Coatsworth, & Greenberg, 2009),

regulasi emosi, kesejahteraan diri, dan problem solving (Feldman, Hayes, Kumar,

Greeson, & Laurenceau, 2007; Brown & Ryan, 2003), distres, depresi,

kecemasan (Feldman et al, 2006; Vieten & Astin, 2007) baik pada populasi klinis

maupun non-klinis. Mindfulness mengajak individu untuk mampu melalui

pengalaman yang sulit atau tidak menyenangkan tanpa menghindarinya

(Fielding, 2009). Pada prakteknya mindfulness dapat membentuk terciptanya

perasaan relaks, namun demikian mindfulness bukanlah salah satu teknik

relaksasi, karena fokus mindfulness adalah mengembangkan kapasitas individu

untuk mengamati perubahan fisiologis dan mental tanpa dengan sengaja

bertujuan untuk mencapai perasaan relaks tersebut (Vieten & Astin, 2008).

Penelitian ini akan menggunakan tiga aspek utama mindfulness yaitu: 1).

Acting with awareness, 2) Present moment , 3) Responsiveness. Acting with

awareness merepresentasikan kondisi dimana individu mampu menyadari

sensasi fisik dan psikologis baik saat kondisi menyenangkan maupun tidak

menyenangkan. Secara bersamaan hal ini akan membawa individu pada present

moment, yaitu kondisi disini dan saat ini. Keterbukaan pada present moment

akan membantu individu melihat situasi dalam konteks yang lebih menyeluruh

dan membuka sudut pandang baru dalam melihat situasi tersebut. Pada

akhirnya, kualitas ini akan membantu individu bersikap aktif terhadap stimulus

dan bukannya reaktif yang ditandai dengan sikap responsiveness. Lebih lanjut

hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka model mindfulness

Acting with

awareness

Stimulus Responsiveness

Present

moment

Pengaruh Pelatihan “Meditasi Sadar Diri―Terhadap Penurunan Tingkat Distres Remaja yang MengalamiKehamilan PranikahEga Asnatasia MaharaniUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 12: Pengaruh Pelatihan “Meditasi Sadar Diri” Terhadap ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/60867/potongan/S2-2013-290926-chapter1.pdf · mengalami penurunan pada aspek-aspek distres

12

Intervensi Berbasis Mindfulness

Penanganan terhadap distres dalam berbagai setting klinis telah

dilakukan melalui berbagai upaya pendekatan, di antaranya menggunakan

program Pendampingan psikologis melalui telepon (Wei, Chen, Su, & Williams,

2010), Program berbasis komunitas: Multi-Family Group (MFG; McDonald et al,

2008) dan intervensi berbasis mindfulness (Gold et al., 2009; Viesten & Astin,

2007; Cordon, Brown, & Gibson, 2009).

Pendampingan psikologis bagi remaja yang mengalami kehamilan

pranikah melalui telepon (Wei, Chen, Su, & Williams, 2010) merupakan alernatif

intervensi yang memiliki jangkauan layanan yang cukup luas. Intervensi ini dapat

menangani subjek yang lebih banyak dibanding intervensi jenis lain. Namun

luasnya jangkauan layanan tersebut sekaligus menjadi keterbatasan karena

dapat terhambat oleh jaringan telepon yang belum memadai. Selain itu

diperlukan pula kompetensi dari staff yang cukup baik untuk mendampingi

remaja tanpa bertatap muka secara langsung. Dengan metode ini, pengukuran

efektivitas intervensi juga akan sulit dilakukan sebab subjek tidak dapat diberikan

pretest dan posttest.

Intervensi Multi-Family Group (MFG) (McDonald, et al., 2008)

merupakan program berbasis komunitas yang bertujuan membantu remaja

beradaptasi dengan peran barunya sebagai ibu, menghadapi stigma negatif dari

masyarakat, menurunkan distres, dan mengatasi internal konflik dari keluarga

yang kurang suportif. Hasil studi ini menunjukkan pengaruh yang signifikan pada

kualitas hubungan ibu-bayi, self-efficacy, kemampuan manajemen konflik remaja

dalam mengatasi konflik dengan lingkungannya, social support, dan pada tingkat

distres secara keseluruhan. Keterbatasan penelitian ini terdapat pada jumlah

partisipan yang harus melibatkan beberapa anggota keluarga dan institusi

sekolah. Karakteristik subjek remaja yang mengalami kehamilan pranikah

cenderung ingin menyembunyikan kehamilannya karena rasa malu, sehingga

keterlibatan banyak pihak dalam model intervensi ini dapat menyulitkan pada

proses penjaringan subjek.

Terapi mindfulness terbukti efektif untuk meningkatkan afek positif,

menurunkan distres (Vieten & Astin, 2008), kecemasan, depresi, dan afek negatif

pada wanita hamil (Duncan & Bardacke, 2010) maupun pada karakteristik subjek

Pengaruh Pelatihan “Meditasi Sadar Diri―Terhadap Penurunan Tingkat Distres Remaja yang MengalamiKehamilan PranikahEga Asnatasia MaharaniUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 13: Pengaruh Pelatihan “Meditasi Sadar Diri” Terhadap ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/60867/potongan/S2-2013-290926-chapter1.pdf · mengalami penurunan pada aspek-aspek distres

13

lainnya (Cordon, Brown, & Gibson, 2009; Gold, Smith, Hopper, Herney, Tansey,

& Hulland, 2010). Di Indonesia, terapi berbasis mindfulness telah terbukti

meningkatkan kesejahteraan psikologis pada orangtua yang memiliki anak

remaja (Tegawati, 2011) dan pada orang dengan HIV AIDS (Dewi, 2012). Teknik

mindfulness lebih berfokus untuk membantu individu merasakan pengalaman

subjektif melalui latihan-latihan sehingga manfaatnya dapat langsung dirasakan

oleh subjek intervensi. Peserta tidak dibebani dengan materi psikoedukasi yang

cukup padat, waktu pelaksanaan yang panjang, serta latihan di rumah yang

beragam sehingga limitasi intervensi penanganan distres dengan pendekatan

lain dapat diatasi dengan teknik ini.

Berdasarkan hasil-hasil asesmen dan penelitian sebelumnya tersebut

maka peneliti memilih fokus pada intervensi berbasis mindfulness untuk

mengatasi distres pada remaja yang mengalami kehamilan pranikah.

Berdasarkan definisi dan bukti efektivitas mindfulness berdasar penelitian

sebelumnya, maka peneliti membangun asumsi dasar bahwa mindfulness

sebagai sebuah bentuk psikoterapi dapat memberikan pengaruh bagi penurunan

tingkat distres remaja yang mengalami kehamilan pranikah. Beberapa penelitian

tentang kehamilan pranikah sebelumnya lebih banyak mendiskusikan tentang

efek kehamilan pranikah tersebut dan program-program pencegahan perilaku

seks bebas sebagai pendahulu fenomena kehamilan pranikah. Masih sedikit

studi yang memfokuskan pada peningkatan kualitas kehidupan remaja yang telah

mengalami kehamilan pranikah. Studi pendahuluan yang dilakukan Aryani (2012)

dan Ariestiani (2012) memberikan informasi bahwa intervensi sekunder

merupakan jenis intervensi yang dibutuhkan pada subjek yang mengalami

kehamilan pranikah. Hasil studi tersebut menyatakan bahwa tingkat distres

subjek yang tinggi di awal kehamilannya akan menurun ketika keputusan

menikah sudah diambil, dan akan meningkat kembali menjelang persalinan.

Fluktuasi tingkat distres ini menunjukkan bahwa remaja dengan kehamilan

pranikah perlu diberikan pelatihan yang dapat meningkatkan kemampuan

mereka dalam menghadapi distres dalam setiap periode kehamilannya. Pelatihan

dukungan sosial yang dilakukan Aryani (2012) dan Aristianie (2012) merupakan

bentuk pelatiahan pemberdayaan sumber daya eksternal untuk penanganan

distres, sementara fokus dalam penelitian ini adalah pemberdayaan sumber daya

internal individu.

Pengaruh Pelatihan “Meditasi Sadar Diri―Terhadap Penurunan Tingkat Distres Remaja yang MengalamiKehamilan PranikahEga Asnatasia MaharaniUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 14: Pengaruh Pelatihan “Meditasi Sadar Diri” Terhadap ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/60867/potongan/S2-2013-290926-chapter1.pdf · mengalami penurunan pada aspek-aspek distres

14

Hasil temuan penelitian yang dilakukan Aryani (2012) dan Aristianie

(2012) tersebut menjadi salah satu dasar bagi pengembangan intervensi yang

dilakukan dalam pelatihan ini. Perubahan yang dilakukan dari penelitian

sebelumnya ada pada modifikasi aitem-aitem alat ukur distres yang lebih

disesuaikan dengan jenis stresor setelah subjek menikah dan karakteristik

inklusi subjek yang lebih spesifik, sementara repetisi yang dilakukan berupa

metode penjaringan subjek dan pengambilan data.

Praktik mindfulness meliputi mengembangkan kesadaran tanpa

penilaian akan seluruh aspek dari sebuah pengalaman di saat ini (present

moment) dan merespon pengalaman tersebut dengan penerimaan. Para klinisi

menemukan kendala dalam mengintegrasikan pendekatan mindfulness dengan

praktik klinis (Fielding, 2009). Oleh karena itu, Daleiden dan Chorpita (dalam

Fielding 2009) menyatakan bahwa saat ini, klinisi yang ingin melakukan

intervensi dengan pendekatan mindfulness dapat menempuh dua cara, yaitu

harus mengadaptasi sebuah manual intervensi yang berprotokol atau

menentukan berdasarkan teori mengenai elemen mana dari mindfulness yang

dapat diintegrasikan ke dalam praktik klinis.

Baer dan Huss (dalam Fielding, 2009) menyatakan bahwa saat ini

terdapat beberapa intervensi berbasis mindfulness yang dianggap memiliki

dukungan empirik terbaik, dan dua diantaranya adalah Mindfulness Based Stres

Reduction (MBSR) dan Mindfulness Based Cognitive Therapy (MBCT).

Mindfulness Based Stres Reduction (MBSR) merupakan salah satu jenis terapi

berbasis mindfulness yang fokus melatih kesadaran melalui teknik meditasi.

Dengan berlatih mengobservasi sensasi tubuh (body scan meditation), individu

dapat mencapai kondisi mindful dalam kehidupan sehari-harinya, termasuk ketika

melakukan aktivitas rutin seperti berjalan, makan, berdiri, dll (Germer, Siegel,

Fulton, 2005). MBSR bertujuan mengubah hubungan individu dengan situasi dan

pikiran yang penuh distres. Hal ini dicapai dengan cara menurunkan reaksi

emosional dan meningkatkan penilaian kognitif secara positif. Mindful

Motherhood (Vieten & Astin, 2007) merupakan salah satu terapi mindfulness

yang dikembangkan dari MBSR dan telah terbukti mampu mengatasi distres,

depresi, dan kecemasan pada subjek ibu hamil.

Mindfulness-Based Cognitive Therapy (MBCT) adalah intervensi

berbasis mindfulness yang mengintegrasikan aspek Cognitive Behavioral

Pengaruh Pelatihan “Meditasi Sadar Diri―Terhadap Penurunan Tingkat Distres Remaja yang MengalamiKehamilan PranikahEga Asnatasia MaharaniUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 15: Pengaruh Pelatihan “Meditasi Sadar Diri” Terhadap ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/60867/potongan/S2-2013-290926-chapter1.pdf · mengalami penurunan pada aspek-aspek distres

15

Therapy (CBT) ke dalam format MBSR dalam sesi yang berdurasi lebih singkat.

Awalnya intervensi ini digunakan terhadap pasien yang mengalami depresi berat

yang kronis. Intervensi ini menambahkan elemen tradisional seperti psikoedukasi

dan latihan untuk membedakan pikiran dan fakta. Namun MBCT lebih fokus

untuk mengajak pasien menggunakan pendekatan decentered terhadap

pengalaman internal daripada mengajarkan klien untuk merubah pikiran

(Fielding, 2009)

Intervensi berbasis Mindfulness pada studi ini selanjutnya akan disebut

dengan Pelatihan “Meditasi Sadar Diri” (MSD) yang dikembangkan berdasar

konsep Mindfulness Based Stres Reduction dan Mindfulness Based Cognitive

Therapy. Pelatihan MSD bertujuan untuk meningkatkan keterampilan

mindfulness sebagai salah satu strategi koping terhadap distres sehingga

peningkatan pada variabel ini dapat diasosiasikan dengan penurunan tingkat

distres remaja yang mengalami kehamilan pranikah. Fokus pelatihan MSD

adalah kemampuan individu untuk menyadari segala reaksi fisik dan psikologis

yang dialami dari waktu ke waktu. Diharapkan hasil penelitian ini selanjutnya

dapat menjadi alternatif intervensi sekunder bagi penanganan kasus kehamilan

pranikah di Indonesia .

Berdasarkan uraian tersebut, maka tujuan penelitian adalah menguji

pengaruh pelatihan “Meditasi Sadar Diri” terhadap penurunan distres pada

remaja yang mengalami kehamilan di luar pernikahan. Hipotesis yang akan

diajukan dalam penelitian ini adalah: (1) Ada perbedaan tingkat distres remaja

yang mengalami kehamilan pranikah sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan

MSD, tingkat distres remaja setelah mengikuti pelatihan lebih rendah daripada

sebelum mengikuti pelatihan. (2) Ada perbedaan tingkat mindfulness remaja

yang mengalami kehamilan pranikah sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan

MSD, tingkat mindfulness remaja setelah mengikuti pelatihan lebih tinggi

daripada sebelum mengikuti pelatihan. Adapun kerangka berpikir penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Pengaruh Pelatihan “Meditasi Sadar Diri―Terhadap Penurunan Tingkat Distres Remaja yang MengalamiKehamilan PranikahEga Asnatasia MaharaniUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 16: Pengaruh Pelatihan “Meditasi Sadar Diri” Terhadap ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/60867/potongan/S2-2013-290926-chapter1.pdf · mengalami penurunan pada aspek-aspek distres

16

Gambar 2. Kerangka konsep penelitian

: Mempengaruhi : Intervensi

: Interaksi : Efek Intervensi

POTENTIAL STRESSOR REMAJA:

Kehamilan Pranikah

PRIMARY APPRAISAL:

Individu terjebak pada pikiran yang

menghakimi dirinya sendiri, merenungi

masa lalu, mengkhawatirkan masa depan

sehingga tidak terfokus pada present

moment. Kehamilan dipersepsi

mengancam dan tidak menyenangkan.

Individu berada pada kondisi

mindlessness

SECONDARY APPRAISAL:

Individu menilai sumberdaya internal

dalam dirinya tidak mencukupi untuk

menghadapi stressor event dan

merasa kehilangan kontrol terhadap

situasi tersebut

DISTRES

(Fisiologis, Kognitif,

Emosi, Perilaku)

Kemungkinan adanya

perasaan tertekan tetap

ada, namun juga

diimbangi dengan

kesadaran akan sensasi

tubuh: pernapasan,

tekanan otot, aliran

darah, denyut jantung

Kesadaran mengenai

situasi dalam konteks

menyeluruh

Strategi emotion-focused

Strategi problem-focused

Melihat alternatif pilihan

lain

Ketenangan dan

kejernihan pikiran

Perasaan mampu

mengatasi masalah

PELATIHAN MINDFULNESS

Prinsip:

Kesadaran tanpa proses

pemikiran

Fokus pada present moment

Responsiveness

Tujuan:

Menyadari pikiran,

perasaan, dan sensasi

tubuh

Menerima pengalaman saat

ini tanpa penilaian

Mampu bersikap responsif,

bukannya reaktif terhadap

peristiwa.

Keterbukaan terhadap

pengalaman saat ini

Menyadari Automatic

Reaction

Mindfulness sebagai

coping distres yang lebih

adaptif dan adekuat

meningkat

DISTRES MENURUN

Breakdown: penurunan

ketegangan mental dan fisik

Pengaruh Pelatihan “Meditasi Sadar Diri―Terhadap Penurunan Tingkat Distres Remaja yang MengalamiKehamilan PranikahEga Asnatasia MaharaniUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/