pengaruh overloading kendaraan terhadap kerusakan jalan
TRANSCRIPT
Perkerasan dan struktur permukaan merupakan struktur yang terdiri dari satu atau
beberapa lapis perkerasan dimana fungsinya untuk mendukung berat dari beban lalu lintas
tanpa menimbulkan kerusakan yang berarti pada konstruksi jalan itu sendiri. Struktur
perkerasan terdiri dari beberapa lapisan dengan kekerasan dan daya dukung yang berbeda-
beda, tiap lapisan perkerasan harus terjamin kekuatan dan ketebalannya sehingga tidak akan
mengalami distress yaitu perubahan karena tidak mampu menahan beban dan tidak cepat
kritis atau failure.
Struktur perkerasan jalan dalam menjalankan fungsinya berkurang sebanding dengan
bertambahnya umur perkerasan dan bertambahnya beban lalu lintas yang dipikul dari kondisi
awal desain perkerasan tersebut. Umur perkerasan jalan ditetapkan pada umumnya
berdasarkan jumlah kumulatif lintasan kendaraan standar (CESA, Cumulative Equivalent
Standard Axle) yang diperkirakan akan melalui perkerasan tersebut, diperhitungkan dari
mulai perkerasan tersebut dibuat dan dipakai untuk umum sampai dengan perkerasan tersebut
dikategorikan rusak (habis masa pelayanannya).
Sebagai salah satu jalan negara, jalur pantura memiliki peran penting dalam
pengembangan perekonomian nasional.Perkembangan ekonomi tersebut diikuti dengan
pertumbuhan lalu lintas yang terjadi di ruas ini, baik dari segi jumlah kendaraan dan beban
yang diangkut.Masalah yang berulang kali terjadi adalah kerusakan jalan dan pengurangan
umur layan perkerasan jalan.Indikasi kerusakan jalan banyak dituduhkan kepada penyebab
utamanya, overloading khususnya kendaraan-kendaraan berat.
Pada dasarnya jalan akan mengalami penurunan fungsi strukturalnya sesuai dengan
bertambahnya umur, apalagi jika dilewati truk-truk dengan muatan yang cenderung berlebih.
Jalan-jalan raya saat ini mengalami kerusakan dalam waktu yang relatif sangat pendek
(kerusakan dini) baik jalan yang baru dibangun maupun jalan yang baru diperbaiki (overlay).
Kerusakan jalan saat ini menjadi suatu yang kontroversial dimana satu pihak mengatakan
kerusakan dini pada perkerasan jalan disebabkan karena desain didesain dengan tingkat
kualitas dibawah standar dan dipihak lain menyatakan kerusakan dini perkerasan jalan
disebabkan terdapatnya kendaraan dengan muatan berlebih (overloading) yang biasanya
terjadi pada kendaraan berat.
Terdapatnya kendaraan berlebih pada jalan disebabkan penyelewengan pengawasan
pada jembatan timbang terhadap beban kendaraan yang melintasi jalan.Dampak nyata yang
ditimbulkan oleh muatan berlebih (overloading) adalah kerusakan jalan sebelum periode /
umur teknis rencana tercapai. Dampak negatif lain yang timbul dari kelebihan muatan adalah
menurunnya tingkat keselamatan, menurunnya tingkat pelayanan lalu lintas, dan menurunnya
kualitas lingkungan.
Secara definisi beban berlebih (overloading) adalah suatu kondisi beban gandar
kendaraan melebihi beban standar yang digunakan pada asumsi desain perkerasan jalan atau
jumlah lintasan operasional sebelum umur rencana tercapai, atau sering disebut dengan
kerusakan dini.Sedangkan umur rencana perkerasan jalan adalah jumlah repetisi beban lalu
lintas (dalam satuan Equivalent Standard Axle Load, ESAL) yang dapat dilayani jalan
sebelum terjadi kerusakan struktural pada lapisan perkerasan. Kerusakan jalan akan terjadi
lebih cepat karena jalan terbebani melebihi daya dukungnya. Kerusakan ini disebabkan oleh
salah satu faktor yaitu terjadinya beban berlebih (overloading) pada kendaraan yang
mengangkut muatan melebihi batas beban yang ditetapkan yang secara signifikan akan
meningkatkan daya rusak (VDF, Vehicle Damage Factor) kendaraan yang selanjutnya akan
memperpendek umur pelayanan jalan. Beban berlebih (oveload) akan menyebabkan
kerusakan dini akan terjadi pada jalan, karena jalan terbebani oleh kendaraan yang
mengangkut beban berlebih, hal ini akan menyebabkan CESA rencana aka tercapai sebelum
umur jalan yang direncanakan pada saat mendesain jalan. Umur rencana perkerasan jalan
adalah jumlah tahun dari saat jalan tersebut dibuka untuk lalu lintas kendaraan sampai
diperlukan suatu perbaikan struktural atau sampai diperlukan overlay lapisan perkerasan
(Sukirman, 1999).
Angka ekivalen adalah angka yang menunjukkan jumlah lintasan dari sumbu tunggal
seberat 8,16 ton yang akan menyebabkan kerusakan yang sama atau penurunan indeks
permukaan yang sama apabila kendaraan tersebut lewat satu kali. Setiap jenis kendaraan
akanmempunyai angka ekivalen (VDF, vehicle damage factor) yang berbeda yang
merupakan jumlah angka ekivalen dari sumbu depan dan sumbu belakang. Beban masing-
masing sumbu dipengaruhi oleh letak titik berat kendaraan dan bervariasi sesuai dengan
muatan dari kendaraan tersebut.Menurut Bina Marga faktor daya rusak kendaraan (vehicle
damage factor, VDF) adalah perbandingan antara daya rusak oleh muatan sumbu suatu
kendaraan terhadap daya rusak oleh beban sumbu standar (formula liddle).
Faktor daya rusak (VDF, vehicle damage factor) menggambarkan seberapa besar
pengaruh suatu kendaraan terhadap perkerasan apabila melintas di atas lapisan perkerasan
tersebut. Kerusakan akan terjadi lebih cepat dengan adanya beban berlebih karena faktor daya
pengrusak sangat dipengaruhi jumlah beban pada masing-masing sumbu. Pada dasarnya
konstruksi perkerasan jalan direncanakan dengan mengasumsikan jalan akan mengalami
sejumlah repetisi (CESA, cumulative equivalent single axle load) beban kendaraan dalam
satuan standar axle load (SAL) sebesar 18.000 lbs atau 8,16 ton untuk as tungal roda ganda.
CESA adalah cumulative equivalent standard axles, yaitu total VDF kendaraan-kendaraan
yang diperkirakan melintasi ruas jalan tersebut selama umur rencana, dalam satuan lintasan
as kendaraan dengan beban standar 18 kips (8,16 ton). Dengan mengetahui hal ini maka
kelebihan muatan pada kendaraan (overloading) sangat berpengaruh terhadap pengurangan
umur rencana jalan.
Jenis dan
besarnya beban kendaraan yang beraneka ragam menyebabkan pengaruh daya rusak dari
masing-masing kendaraan terhadap lapisan-lapisan perkerasan jalan raya tidaklah sama.
Semakin besar muatan / beban suatu kendaraan yang dipikul lapisan perkerasan jalan maka
umur perkerasan jalan akan semakin cepat tercapai, hal ini disebabkan kendaraan-kendaraan
yang melintas memiliki angka ekivalen yang makin besar dan kendaraan yang lewat pada
suatu lajur jalan raya memiliki beban siklus atau suatu beban yang berulang-ulang yang
mempengaruhi indeks permukaan akhir umur rencana (IPt) dari perkerasan jalan raya.
Dalam perencanaan perkerasan jalan raya digunakan beban standar sehingga semua
beban kendaraan dapat diekivalensikan terhadap beban standar dengan menggunakan “angka
ekivalen beban sumbu (E)”. Beban standar merupakan beban sumbu tunggal beroda ganda
seberat 18.000 pon (8,16 ton) (Sukirman, 1999).
Beban berlebih (overloading) adalah suatu kondisi beban gandar (as) kendaraan
melampaui batas maksimum yang diizinkan (Hikmat Iskandar, Jurnal Perencanaan Volume
Lalu Lintas Angkutan Jalan, 2008).
Beban berlebih (overloading) adalah beban lalu lintas rencana (jumlah lintasan
operasional rencana) tercapai sebelum umu rencana perkerasan, atau sering disebut dengan
kerusakan dini (Hikmat Iskandar, Jurnal Perencanaan Volume Lalu Lintas Angkutan Jalan,
2008).
Beban berlebih (overloading) adalah jumlah berat muatan kendaraan angkutan
penumpang, mobil barang, kendaraan khusus, kereta gandengan, dan kereta tempelan yang
diangkut melebihi dari jumlah yang diizinkan atau muatan sumbu terberat (MST) melebihi
kemampuan kelas jalan yang ditetapkan (Perda Provinsi Kaltim No. 09 Tahun 2006).
Muatan sumbu terberat (MST) dipakai sebagai dasar pengendalian dan pengawasan
muatan kendaraan di jalan yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Tabel 1
Kelas dan Fungsi Jalan
(PP No.43-1993, Pasal 11)
No.Kelas
Jalan
Fungsi
Jalan
Dimensi Kendaraan
MST, tonLebar, mm
Panjang,
mm
Tinggi, mm
(PP No.44-
1993, Pasal
115)
1 I Arteri 2500 18000
4200mm dan ≤
1,7x lebar
kendaraan
>10,0
2 II Arteri 2500 18000 ≤10,0
3 IIIAArteri atau
Kolektor2500 18000 ≤8,0
4 IIIB Kolektor 2500 12000 ≤8,0
5 IIIC Lokal 2100 9000 ≤8,0
Sementara itu, untuk pengaturan MST Truk Peti Kemas, tergantung pada konfigurasi
sumbu terberatnya, masih diatur sesuai dengan KM Perhubungan No.74-1990, seperti dalam
Tabel 2.
Tabel 2
MST untuk Truk Angkutan Peti Kemas
(KM Perhubungan No.74-1990, Pasal 9)
No. Konfigurasi As dan Roda Truk MST, ton Catatan
1 Sumbu TunggalRoda Tunggal 6,0
Tidak diatur ijin
untuk beroperasi
pada fungsi jalan
atau kelas jalan
tertentu.
Roda Ganda 8,0
2Sumbu Ganda
(Tandem)Roda Ganda 10,0
3Sumbu Tiga
(Tripel)Roda Ganda 20,0
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat empat kategori kendaraan dengan
izin beroperasi di jalan-jalan umum sebagai berikut:
Kendaraan kecil dengan panjang dan lebar maksimum 9000 x 2100 mm, dengan
muatan sumbu terberat (MST) ≤ 8 ton, diizinkan menggunakan jalan pada semua
kategori fungsi jalan yaitu jalan lingkungan, jalan lokal, jalan kolektor, dan jalan
arteri.
Kendaraan sedang dengan panjang dan lebar maksimum 18000 x 2500 mm, serta
MST ≤ 8 ton, diizinkan terbatas hanya beroperasi di jalan-jalan yang berfungsi
kolektor dan arteri. Kendaraan sedang dilarang memasuki jalan lokal dan jalan
lingkungan.
Kendaraan besar dengan panjang dan lebar maksimum 18000 x 2500 mm, serta MST
≤ 10 ton, diizinkan terbatas beroperasi di jalan-jalan yang berfungsi arteri saja; dan
Kendaraan besar khusus dengan panjang dan lebar maksimum 18000 x 2500 mm,
serta MST >10 ton, diizinkan sangat terbatas hanya beroperasi di jalan-jalan yang
berfungsi arteri dan kelas I (satu) saja. Baik kendaraan besar maupun kendaraan besar
khusus dilarang memasuki jalan lingkungan, jalan lokal, dan jalan kolektor.
Ketentuan tersebut menjadi dasar diwujudkannya prasarana transportasi jalan yang
aman.Jalanpun diwujudkan mengikuti penggunaannya, jalan arteri diwujudkan dalam ukuran
dan geometrik serta kekuatan perkerasan yang sesuai dengan kategori kendaraan yang harus
dipikulnya.Demikian juga jalan kolektor, local, dan lingkungan, dimensi jalannya dan
kekuatan perkerasannya disesuaikan penggunaannya.
Dengan demikian dalam penggunaan jalan sehari-hari, pelanggaran terhadap ketetntuan
tersebut akan menimbulkan dampak inefisiensi berupa menurunnya kinerja pelayanan jalan.
Misalnya, kendaraan yang melakukan perjalanan arterial dengan MST > 10 ton, jika
memasuki jalan arterial dengan MST ≤ 10 ton maka perlu menurunkan bebannya. Seandainya
beban kendaraan tidak disesuaikan maka perkerasan jalan akan mengalami overloading
sehingga akan cepat rusak. Contoh lain, jika kendaraan besar arterial masuk ke jalan local
yang berdimensi jalan lebih kecil dengan izin MST yang lebih rendah, maka perkerasan jalan
aka rusak lebih awal dan dimensi kendaraan yang lebih besar akan menghalangi pergerakan
kendaraan lain yang sedang operasi di jalan lokal. Demikian kinerja pelayanan jalan menjadi
menurun, terjadi banyak konflik antar kendaraan dan perkerasan lebih cepat rusak.
Semua beban kendaraan dengan gandar yang berbeda diekivalensikan ke dalam beban
standar gandar dengan menggunakan angka ekivalen beban sumbu tersebut sehingga
diperoleh beban kendaraan yang ada dalam sumbu standar (equivalent single axle load) 18
kip ESAL.
Penambahan beban melebihi beban sumbu standar pada sumbu kendaraan akan
mengakibatkan penambahan daya rusak yang cukup signifikan. Kerusakan terjadi lebih cepat
karena konsentrasi beban pada setiap roda kendaraan sangat tinggi akibat jumlah axle yang
terbatas apalagi dengan adanya beban berlebih karena pada perencanaan perkerasan jalan
masih mengacu kepada desain kendaraan untuk muatan normal.Mekanisme beban kendaraan
dalam mempengaruhi perkerasan jalannya tergantung dari bentuk konfigurasi sumbu
kendaraan dan luas bidang kontak ban dengan perkerasan jalan.
Beban berulang atau repetition load merupakan beban yang diterima struktur perkerasan
dari roda-roda kendaraan yang melintasi jalan raya secara dinamis selama umur rencana.
Besar beban yang diterima bergantung dari berat kendaraan, konfigurasi sumbu, bidang
kontak antara roda, dan kendaraan, serta kecepatan dari kendaraan itu sendiri. Hal ini akan
memberi suatu nilai kerusakan pada perkerasan akibat muatan sumbu roda yang melintas
setiap kali pada ruas jalan.
Berat kendaraan dibebankan ke perkerasan jalan melalui roda kendaraan yang terletak
di ujng-ujung sumbu kendaraan.Masing-masing kendaraan mempunyai konfigurasi sumbu
yang berbeda-beda. Sumbu depan merupakan sumbu tunggal roda, sedangkan sumbu
belakang dapat merupakan sumbu tunggal, ganda, maupun tripel.
Dampak kerusakan yang ditimbulkan oleh beban lalu lintas tidaklah sama antara yang
satu dengan yang lain. Perbedaan ini mengharuskan suatu standar yang bisa mewakili untuk
semua jenis kendaraan, sehingga semua beban yang diterima oleh struktur perkerasan jalan
dapat disamakan ke dalam beban standar.Beban standar ini digunakan sebagai batasan
maksimum yang diizinkan untuk suatu kendaraan.
Beban yang sering digunakan sebagai batasan maksimum yang diizinkan untuk suatu
kendaraan adalah beban gandar maksimum. Beban standar ini diambil sebesar 18.000 pon
(8,16 ton) pada sumbu standar tunggal. Diambilnya angka ini karena daya pengrusak yang
ditimbulkan beban gandar terhadap struktur perkerasan adalah bernilai satu.
Pada kondisi ideal, berat, daya angkut, dan dimensi kendaraan yang melewati suatu
jalan menjadi acuan dalam pembangunan suatu jalan.Akan tetapi perkembangan dan
teknologi transportasi sering tidak diimbangi peningkatan desain jalan, sehingga daya angkut
dan dimensi kendaraan perlu diatur.Daya angkut dan dimensi kendaraan diatur dengan
beberapa tujuan seperti, melindungi jalan dari kerusakan dini sehingga umur jalan dapat
dipertahankan, mewujudkan standar keamanan jalan, mewujudkan standar tingkat pelayanan
lalu lintas, dan mewujudkan standar tingkat pelayanan lingkuangan.Akibat yang ditimbulkan
oleh muatan berlebih (overloading) adalah kerusakan jalan sebelum periode / umur teknis
tercapai.Secara langsung kondisi yang terjadi adalah kerusakan jalan secara langsung yang
dapat mengakibatkan kemacetan yang pada akhirnya merugikan pemerintah (sebagai
pengelola jalan) dan masyarakat umum.
Kerusakan jalan mengindikasikan kondisi struktural dan fungsional jalan yang sudah
tidak mampu memberikan pelayanan yang optimal terhadap pengguna jalan, seperti
ketidaknyamanan dan ketidakamanan pengguna jalan mengemudikan kendaraan di atas
permukaan jalan yang bergelombang dan licin.Beban lalu lintas kendaraan yang dapat berupa
peningkatan beban dan repetisi beban.Makin banyak repetisi beban yang terjadi makin besar
tingkat kerusakan jalan. Kerusakan akan terjadi jika daya dukung perkerasan jalan lebih kecil
dari beban lalu lintas. Meskipun demikian perbaikan lebih lanjut dapat dilakukan dengan
pengendalian system terpadu.Standarisasi beberapa komponen seperti roda, dan peningkatan
frekuensi pengecekan terhadap beban kendaraan demi kepentingan keselamatan lalu lintas
maupun untuk mencegah beban yang berlebih pada perkerasan jalan.
Diperlukan kesadaran dari pemakai jalan untuk mematuhi peraturan berat muatan
maksimum kendaraan yang dapat melintas pada suatu jalan raya dan diupayakan dapat
dilakukan pengawasan yang optimal terhadap pemeliharaan jalan dan berat muatan kendaraan
yang melintas pada suatu perkerasan agar jalan tersebut dapat mencapai umur rencana yang
diharapkan.
SARAN
Diperlukan kesadaran dari pemakai jalan untuk mematuhi peraturan berat muatan
maksimum kendaraan yang dapat melintas pada suatu jalan raya dan dan diupayakan
dapat dilakukan pengawasan yang optimal terhadap pemeliharaan jalan dan berat
muatan kendaraan yang melintas pada suatu perkerasan agar jalan tersebut dapat
mencapai umur rencana yang diharapkan.
Untuk mengangkut barang/muatan yang cukup berat sebaiknya menggunakan
kendaraan dengan sumbu yang lebih banyak sehingga daya rusak makin kecil.
Adanya denda maupun sanksi pidana yang tegas bagi yang melanggar.
Pengawasan dan pengendalian muatan lebih melalui jembatan timbang dilakukan
dengan optimalisasi penyelenggaraan jembatan timbang yang ada dan pengawasan
alat penimbangan portable secara intensif terhadap kawasan-kawasan pembangkit
muatan lebih.
Dalam pengawasan dan pengendalian muatan lebih selain optimalisasi jembatan
timbang yag dioperasikan , juga dilakukan dengan pengendalian terhadap modifikasi
rancang bangun dengan pengawasan standar teknis mengenai jenis kendaraan
bermotor, ukuran dimensi bak muatan serta tata cara pemuatannya, pengawasan
terhadap kelas jalan dan sosialisasi program/kebijakan penanganan muatan lebih.
Gambar 1.2 Jalan yang Berlubang Kecil danDigenangi Air
DilewatiTerusolehBebanKendaraanSehinggaLubangMenjadiBesar
Tanah merupakanbagian yang pentinguntukberdirinyasuatubangunan, jalanraya,
ataustruktur lain yang berhubungandenganketekniksipilan. Sering kali
suatukonstruksimengalamikerusakankarenapermasalahan yang
terjadipadatanah.Permasalahaninitidakhanyaterbataspadapenurunansajatetapimencakupsecara
menyeluruh, misalnyaadanyapengembangantanah.Olehkarenaitu,
penelitiantentangtanahsangatdibutuhkanuntukmengetahuijenistanah yang ada di
lapangandanakandijadikanstrukturbawahbaiksebagaipendukungpondasibangunan,
bahantimbunantanggul, bendung, danjalan.