pengaruh model pembelajaran think pair share …digilib.unila.ac.id/28504/15/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIRSHARE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
SISWA(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 22
Bandarlampung Tahun Pelajaran 2016/2017)
(Skripsi)
Oleh
Siti Khadijah Jannati
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG2017
ABSTRAK
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIRSHARE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
SISWA(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 22
Bandarlampung Tahun Pelajaran 2016/2017)
Oleh
Siti Khadijah Jannati
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk me-ngetahui pengaruh model pembelajaran Think Pair Share terhaadap kemampuankomunikasi matematis siswa. Desain penelitian ini adalah pretest-postest controlgroup design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPNegeri 22 Bandarlampung semester genap tahun pelajaran 2016/2017 yang terdis-tribusi dalam duabelas kelas. Melalui teknik Purposive Sampling dipilih kelasVIII B dan VIII C sebagai sampel penelitian. Data penelitian diperoleh dari teskemampuan komunikasi matematis siswa. Berdasarkan hasil penelitian dan pem-bahasan, model pembelajaran Think Pair Share di kelas VIII SMP Negeri 22Bandarlampung tidak berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematissiswa.
Kata Kunci: model pembelajaran think pair share, kemampuan komunikasi.matematis siswa
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIRSHARE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI
MATEMATIS SISWA(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 22
Bandarlampung Tahun Pelajaran 2016/2017)
Oleh
Siti Khadijah Jannati
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan MatematikaJurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kotabumi pada tanggal 8 April 1995. Penulis merupakan
anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Bapak Drs. H. Fahrul Rozi, ZB. dan
Ibu Hj. Balkis Harmiyati, S.Kep.,M.Kes. Penulis menyelesaikan pendidikan
taman kanak-kanak di TK Nurul Iman pada tahun 2001, pendidikan dasar di SD
Negeri 5 Kelapa Tujuh Kotabumi pada tahun 2007, pendidikan menengah pertama
di SMP Negeri 7 Kotabumi pada tahun 2010, dan pendidikan menengah atas di
SMA Negeri 3 Kotabumi pada tahun 2013. Penulis melanjutkan pendidikan di
Universitas Lampung pada tahun 2013 melalui jalur Paralel dengan mengambil
program studi Pendidikan Matematika. Penulis menjadi anggota Muli Provinsi
Lampung 2014. Penulis menjadi ketua divisi seni rupa di UKMF KSS Unila
periode 2014-2015. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa
Gedung Ratu, Kecamatan Anak Ratu Aji, Kabupaten Lampung Tengah dan
menjalani Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP 1 Anak ratu Aji.
Motto
“Inna mal a’malu binniyat”
(sesungguhnya perbuatan itu tergantung dengan niat)
Persembahan
Segala Puji Bagi Allah SWT, Dzat Yang Maha SempurnaSholawat serta Salam Selalu Tercurah Kepada Uswatun Hasanah
Rasululloh Muhammad SAWKupersembahkan karya ini sebagai tanda cinta & kasih sayangku
kepada:
Kedua orang tuaku tercinta, Bapak (Drs. H. Fahrul Rozi, ZB.)dan Ibu (Hj. Balkis Harmiyati, S.kep., M.Kes.) yang tidak pernah
lelah memberikan kasih sayang, semangat, dan doanya .Sehingga anak mu ini dapat bertahan sampai sekarang danyakin bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik untuk
hamba-Nya.
Kakak-kakakku A. Akbar Kurniawan dan Kurnia Akbar yangtelah memberikan dukungan dan bantuannya padaku.
Seluruh keluarga besar Medfu & Pendidikan Matematika 2013,yang terus memberikan do’anya, terima kasih.
Para pendidik yang telah mengajar dengan penuh kesabaran.
Semua sahabat yang selalu ada dan begitu tulus menyayangikudengan segala kekuranganku yang tidak terbatas.
Almamater Universitas Lampung tercinta.
ii
SANWACANA
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat
diselesaikan. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah atas manusia yang
akhlaknya paling mulia, yang telah membawa perubahan luar biasa, menjadi
uswatun hasanah, yaitu Rasulullah Muhammad SAW.
Skripsi yang berjudul “Pengaruh model pembelajaran Think Pair Share
Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa (Studi Pada Siswa
Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 22 Bandarlampung Tahun Pelajaran
2016/2017)” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan
pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini
tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, diucapkan terima
kasih yang tulus ikhlas kepada:
1. Bapak (Drs. H. Fahrul Rozi, ZB.) dan Ibu (Hj. Balkis Harmiyati, S.Kep.,
M.Kes.) tercinta, atas perhatian dan kasih sayang yang telah diberikan selama
ini yang tidak pernah lelah untuk selalu mendoakan yang terbaik.
2. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku dosen Pembimbing Akademik
sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya
iii
untuk membimbing, memberikan perhatian, dan memotivasi selama
penyusunan skripsi sehingga menjadi lebih baik.
3. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan sumbangan
pemikiran, kritik, dan saran demi terselesaikannya skripsi ini.
4. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku pembahas dan Ketua Jurusan PMIPA yang
telah memberi masukan dan saran-saran sehingga skripsi ini menjadi lebih
baik.
5. Bapak Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung beserta staff dan jajarannya yang telah memberikan bantuan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika yang telah memberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi
ini.
7. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang bermanfaat.
8. Ibu Rita Nimgsih MM., selaku Kepala SMP Negeri 22 Bandarlampung yang
telah memberikan izin penelitian.
9. Ibu Juriah S.Pd., selaku guru mitra yang telah banyak membantu dalam
penelitian.
10. Bapak dan ibu dewan guru SMP Negeri 22 Bandarlampung yang telah
memberikan masukan, semangat, dan kerjasamanya selama melaksanakan
penelitian.
iv
11. Siswa/siswi kelas VIII, VIII B dan VIII C SMP Negeri 22 Bandarlampung
Tahun Pelajaran 2016/2017, atas perhatian dan kerjasama yang telah terjalin.
12. Kakak-kakakku A.Akbar Kurniawan, Kurnia Akbar, Roland Ahmad yang
selalu memberikan semangat serta kasih sayang yang tiada henti.
13. Seluruh keluarga besar Janim Atik yang selalu memberi semangat, motivasi,
dan perhatiannya.
14. Sahabat seperjuangan Destianto Padang Pamungkas, Ria Septiana, Syawalia
Fitriyani, Yolanda, Retna Melati, Nanda, Djakia, Rizky, Dina Cahya, Anita
Pertiwi, Rika Arif Septiana, Maulana, Viqi Adityo, Chusna dan masih banyak
lagi yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu, terima kasih atas semua
bantuannya dan kebersamaan yang telah dilakukan selama ini.
15. Adik-adik sepupuku, terutama adek tita terimakasih untuk semua jasa dan
semangatnya dalam pengerjaan skripsi ini.
16. Teman-teman tersayang di Pendidikan Matematika angkatan 2013 kelas A dan
B terima kasih atas semua bantuan yang telah diberikan. Semoga kebersamaan
kita selalu menjadi kenangan yang terindah.
17. Kakak-kakakku seperjuangan Pendidikan Matematika angkatan 2012 dan
2011 serta adik-adikku angkatan 2014, 2015, dan 2016 terima kasih atas
kebersamaannya.
18. Teman-teman Geng KKN Kecamatan Anak Ratu Aji dan PPL di SMP Negeri
1 Anak Ratu Aji: Agung, Akmal, Jarot, Feragi, Helen, Hindun, Viktor dan
Marisa terima kasih atas kebersamaan yang penuh makna dan kenangan.
19. Almamater tercinta yang telah mendewasakanku.
20. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
v
Semoga kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan mendapat balasan
pahala yang setimpal dari Allah SWT dan mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat,
aamiin.
Bandar Lampung, 4 September 2017Penulis,
Siti Khadijah Jannati
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL.............................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... ix
I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian..................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 5
E. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 8
A. Kemampuan Komunikasi Matematis ..................................................... 8
B. Pembelajaran Kooperatif tipe TPS.......................................................... 11
C. Pembelajaran Konvensional.................................................................... 13
D. Kerangka Pikir.......................................................................................... 14
E. Anggapan Dasar....................................................................................... 15
F. Hipotesis................................................................................................... 16
1. Hipotesis Umum................................................................................. 16
2. Hipotesis Khusus................................................................................ 16
III. METODE PENELITIAN.............................................................................. 17
A. Populasi dan Sampel Penelitian .............................................................. 17
vii
B. Desain Penelitian..................................................................................... 17
C. Prosedur Penelitian.................................................................................. 18
1. Tahap Persiapan .................................................................................. 18
2. Tahap Pelaksanaan .............................................................................. 18
3. Tahap Akhir......................................................................................... 19
D. Teknik Pengumpulan Data...................................................................... 19
E. Data Penelitian......................................................................................... 19
F. Instrumen Penelitian ............................................................................... 19
G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis....................................... 24
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................ 30
A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 30
B. Pembahasan ............................................................................................. 35
V. SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 42
LAMPIRAN........................................................................................................ 44
A. Simpulan ................................................................................................ 40
B. Saran....................................................................................................... 40
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 The Pretest-Postest Control Grup Design ....................................... 18
Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis ............. 20
Tabel 3.3 Interpretasi Koefisien Reliabelitas ................................................... 22
Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran ............................................... 23
Tabel 3.5 Interpretasi Daya Pembeda............................................................... 24
Tabel 3.6 Kriteria Indeks Gain......................................................................... 25
Tabel 3.7 Hasil Uji Normalitas Data Skor Peningkatan KemampuanKomunikasi Matematis Siswa ......................................................... 26
Tabel 3.8 Hasil Uji Homogenitas Data Skor Peningkatan KemampuanKomunikasi Matematis Siswa.......................................................... 28
Tabel 4.1 Data Statistik Skor Kemampuan Awal Komunikasi Matematis
Siswa ................................................................................................ 30
Tabel 4.2 Pencapaian Indikator Kemampuan Awal Komunikasi MatematisSiswa ................................................................................................ 31
Tabel 4.3 Data Statistik Skor Kemampuan Akhir Komunikasi Matematis
Siswa ................................................................................................ 32
Tabel 4.4 Pencapaian Indikator Kemampuan Akhir Komunikasi MatematisSiswa ............................................................................................... 33
Tabel 4.5 Data Statistik Skor Peningkatan Kemampuan KomunikasiMatematis Siswa .............................................................................. 34
Tabel 4.6 Hasil Uji-t Data Skor Kemampuan Awal Komunikasi MatematisSiswa................................................................................................ 35
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A.1 Silabus ....................................................................................... 44
Lampiran A.2 RPP TPS ................................................................................... 48
Lampiran A.3 RPP Konvensional .................................................................... 63
Lampiran A.4 LKK .......................................................................................... 78
Lampiran B.1 Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Komunikasi MatematisSiswa ......................................................................................... 100
Lampiran B.2 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi MatematisSiswa ......................................................................................... 101
Lampiran B.3 Soal Pretest-Posttest ................................................................. 102
Lampiran B.4 Pedoman Jawaban Soal Pretest-Posttest................................... 103
Lampiran B.5 Form Penilaian Validitas Isi...................................................... 106
Lampiran C.1 Analisis Reliabilitas Uji Coba Instrumen Tes KemampuanKomunikasi Matematis Siswa................................................... 107
Lampiran C.2 Analisis Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda Hasil TesKemampuan Komunikasi Matematis pada Kelas Uji Coba...... 109
Lampiran C.3 Data Perhitungan Skor Peningkatan Kemampuan KomunikasiMatematis Siswa Kelas TPS ..................................................... 110
Lampiran C.4 Data Perhitungan Skor Peningkatan Kemampuan KomunikasiMatematis Siswa Kelas Konvensional ...................................... 112
Lampiran C.5 Uji Normalitas data Gain Kemampuan Komunikasi MatematisKelas TPS .......................................................................................... 114
Lampiran C.6 Uji Normalitas data Gain Kemampuan Komunikasi MatematisKelas Konvensional ........................................................................... 117
x
Lampiran C.7 Uji Homogenitas Data Gain Kelas TPS dan KelasKonvensional ............................................................................ 120
Lampiran C.8 Uji Hipotesis Penelitian Data Gain Kemampuan KomunikasiMatematis Siswa ....................................................................... 121
Lampiran C.9 Pencapaian Indikator Kemampuan Awal KomunikasiMatematis Siswa Kelas TPS dan Konvensional ....................... 123
Lampiran C.10 Pencapaian Indikator Kemampuan Akhir KomunikasiMatematis Siswa Kelas TPS dan Konvensional ....................... 128
Lampiran D Lain-lain .................................................................................... 133
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi saat ini terjadi dengan sangat pesat,
oleh karena itu Indonesia sepatutnya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Sumber daya manusia yang berkualitas adalah mereka yang mampu berpikir
secara logis dan kreatif. Salah satu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia adalah pendidikan. Dengan pendidikan manusia
dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya secara sehingga menjadi
manusia yang berkualitas dan dapat bersaing dalam dunia kerja.
Pendidikan adalah suatu kegiatan secara sadar yang bertujuan mencerdaskan
siswa. Adapun menurut UU No.20 tahun 2003 Pasal 3, pendidikan nasional
bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian mandiri dan bertanggung jawab
terhadap masyarakat dan bangsa. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional
dibutuhkan suatu pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang
terjadi antara guru dengan siswa dan bertujuan merubah pola pikir dan tingkah
laku siswa ke arah yang lebih baik. Suatu pembelajaran dikatakan berhasil apabila
2
pembelajaran tersebut memberikan hasil yang baik, demikian pula dengan
pembelajaran dalam bidang matematika.
Matematika merupakan mata pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam
pendidikan. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa
untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis,
kritis, dan kreatif, serta kemampuan beker-jasama. Pendidikan matematika
merupakan salah satu fondasi dari kemampuan sains dan teknologi. Mengingat
pentingnya matematika terhadap pengembangan generasi, maka tidak boleh
dibiarkan adanya anak-anak muda yang buta matematika. Kebutaan terhadap
matematika yang dibiarkan akan menjadi suatu kebiasaan, membuat masyarakat
kehilangan kemampuan berpikir secara disipliner dalam menghadapi masalah-
masalah nyata.
Dalam peraturan Dirjen Dikdasmen No. 506/C/PP/2004 disebutkan bahwa aspek
penilaian matematika dalam rapor dikelompokan menjadi tiga aspek, yaitu:
pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi, dan pemecahan masalah (Shadiq,
2009: 13). Berdasarkan pemaparan tersebut, kemampuan komunikasi matematis
merupakan salah satu kemampuan yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran
matematika. Kemampuan komunikasi matematis sangat diperlukan siswa dalam
menyampaikan gagasan atau ide-ide matematika baik secara lisan maupun tulisan.
Melalui komunikasi siswa dapat mengklarifikasi pemahaman yang telah ia dapat.
Mengingat pentingnya komunikasi matematis maka sudah seharusnya siswa
memiliki kemampuan tersebut, namun pada kenyataannya kemampuan
komunikasi matematis siswa Indonesia masih tergolong rendah.
3
Hasil survey yang dilakukan TIMSS (Trends in Mathematics and Science Study)
dan PISA (Programme for International Student Assessment) yang menyatakan
bahwa hasil belajar matematika siswa Indonesia masih rendah. Hasil TIMSS
tahun 2015, menyatakan bahwa hasil belajar matematika siswa Indonesia berada
pada urutan ke-44 dari 49 negara dengan rata-rata skor 397 (TIMSS, 2015).
Sedangkan hasil data survei tiga tahunan PISA tahun 2015, Indonesia hanya
menduduki rangking 62 dari 70 negara peserta pada rata-rata skor 386 (OECD,
2016). Rangking tersebut menunjukkan bahwa kemampuan hasil belajar ma-
tematika di Indonesia masih tergolong rendah dibanding rata-rata skor inter-
nasional yaitu 490 (Tohir, 2016). Hal tersebut menunjukan bahwa kemampuan
komu-nikasi matematis siswa Indonesia masih tergolong rendah.
Untuk mencapai salah satu tujuan tentang standar isi mata pelajaran lingkup
pendidikan dasar dan menengah menurut Permendiknas nomor 22 tahun 2006
yakni “Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah”. Berkaitan dengan hal ini, rata-
rata kemampuan komunikasi matematis siswa SMP di Indonesia masih tergolong
rendah, maka untuk melatih kemampuan komunikasi matematis siswa dapat
dilakukan dengan model pembelajaran Think Pair and Share (TPS).
Model pembelajaran TPS merupakan model pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar secara mandiri dan berpasangan, sehingga
siswa dapat terlibat aktif dalm pembelajaran di kelas melalui pasangan-pasangan
yang terbentuk. Adanya tahap demi tahap model pembelajaran TPS seperti Think
(berpikir), Pairing (berpasangan) dan Sharing (berbagi). Tahap-tahap yang
4
terdapat dalam model pembelajaran TPS diharapkan dapat menuntun siswa untuk
aktif belajar dan mampu mengembangkan kemampuan komunikasi matematisnya
baik secara lisan maupun tulisan.
SMP Negeri 22 Bandar Lampung merupakan salah satu sekolah yang kemampuan
komunikasi matematis siswanya masih rendah. Berdasarkan hasil wawancara
dengan guru mata pelajaran matematika kelas VIII di sekolah tersebut yaitu Ibu
Juriah, S.Pd., beliau mengatakan bahwa siswa sering mengalami kesulitan dalam
menyatakan situasi masalah ke dalam model matematika, kemampuan siswa
menggambarkan situasi masalah dan solusi masalah menggunakan gambar, bagan,
tabel, atau secara aljabar masih rendah. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan
komunikasi SMP Negeri 22 Bandar Lampung masih tergolong rendah. Rendahnya
kemampuan komunikasi matematis siswa karena selama proses pembelajaran
siswa kurang mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan
komunikasi matematisnya. Biasanya proses pembelajaran dalam matematika
masih dilakukan secara konvensional, yaitu pembelajaran yang berpusat pada
guru. Hal tersebut menyebabkan siswa kurang terlibat aktif selama proses
pembelajaran, sehingga kemampuan komunikasi matematis siswa kurang
berkembang optimal.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran Think Pair and Share (TPS)
terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa SMP Negeri 22 Bandar
Lampung.
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka ru-
musan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah model pembelajaran Think
Pair and Share berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa?”
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Think
Pair and Share terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VIII di
SMP Negeri 22 Bandar Lampung.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dalam
pendidikan matematika berkaitan dengan TPS serta hubungannya dengan
kemampuan komunikasi matematis siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi guru dan calon guru
Sebagai bahan sumbangan pemikiran mengenai pengaruh model
pembelajaran Think Pair and Share terhadap kemampuan komunikasi
6
matematis siswa dan upaya meningkatkan kualitas pembelajaran
matematika.
b. Manfaat bagi sekolah
Sebagai masukan dalam upaya pembinaan para guru SMP Negeri 22
Bandarlampung untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika.
c. Manfaat bagi peneliti
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi peneliti lain terkait dengan
penelitian yang menggunakan Think Pair and Share.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Pengaruh pembelajaran dalam penelitian ini adalah adanya perlakuan selama
proses pembelajaran matematika dengan materi kubus dan balok yang be-
rakibat pada perubahan kemampuan komunikasi matematis siswa. Dalam
penelitian ini, model pembelajaran TPS dikatakan berpengaruh jika kemam-
puan komunikasi matematis siswa yang mengikuti model pembelajaran TPS
lebih besar daripada kemampuan komunikasi matematis siswa yang megikuti
pembelajaran konvensional.
2. Model pembelajaran TPS adalah model pembelajaran yang memberikan
kesempatan bagi siswa untuk berperan aktif secara mandiri maupun
berpasangan. Pada model pembelajaran ini terdapat tiga tahap inti, yaitu tahap
pertama thinking (berpikir), siswa secara mandiri berpikir yang berhubungan
dengan pelajaran. Tahap kedua pairing (berpasangan), siswa berpasangan
dengan teman sebangku untuk berdiskusi. Tahap ketiga sharing (berbagi),
7
kelompok pasangan sebangku berbagi hasil pemikirannya kepada seluruh
siswa didalam kelas (presentasi).
3. Kemampuan komunikasi matematis siswa adalah kemampuan siswa dalam
berkomunikasi mengungkapkan ide-ide, gagasan, serta pemahamannya.
Kemampuan komunikasi matematis siswa menjadi penting ketika diskusi
antar siswa dilakukan, dimana siswa diharapkan mampu menyatakan,
menggambarkan, mendengar, menanyakan dan berkerjasama sehingga dapat
membawa siswa pada pemahaman yang mendalam tentang matematika.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kemampuan Komunikasi Matematis
Dalam kehidupan, kita tidak akan terlepas dari suatu kegiatan atau proses yang
disebut komunikasi. Menurut Rakhmat (2007: 9) komunikasi adalah peristiwa
sosial yang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan manusia lain. Manusia
dikenal sebagai makhluk sosial, maka sudah sewajarnya bahwa komunikasi
dianggap sebagai hal yang penting dalam menjalani kehidupan. Tanpa adanya
proses komunikasi, kehidupan tidak akan berjalan dengan baik. Sedangkan
menurut Asikin (2013: 204) yang dinamakan kemampuan komunikasi matematis
adalah suatu kecakapan seseorang dalam menghubungkan pesan-pesan dengan
membaca ataupun mendengarkan, selanjutnya bertanya, kemudian meng-
komunikasikan letak masalah serta mempresentasikan dalam pemecahan masalah.
Komunikasi dapat terjadi dalam berbagai konteks kehidupan termasuk dunia
pendidikan. Qohar (2010: 4) berpendapat bahwa siswa yang sudah memiliki
kemampuan pemahaman matematis dituntut juga untuk dapat mengkomunikasi-
kannya, agar pemahaman tersebut bisa dimengerti oleh orang lain.
Komunikasi merupakan salah satu kemampuan yang harus dikuasi siswa dalam
pembelajaran matematika. Hal ini sejalan dengan pendapat Shadiq (2004: 18)
yang menyebutkan bahwa selain penalaran dan pemecahan masalah, kemampuan
9
mengkomunikasikan ide, pikiran, ataupun pendapat sangatlah penting.
Komunikasi matematis merupakan kemampuan untuk mengekspresikan konsep
matematika untuk memperoleh ide atau gagasan baru, saling bertukar informasi,
serta menilai dan mempertajam ide agar dapat meyakinkan orang lain. Menurut
Mahmudi (2006: 4) komunikasi dapat membantu siswa membangun pemahaman
terhadap ide-ide matematika dan membuatnya mudah dipahami. Ketika siswa
ditantang untuk berpikir tentang matematika dan mengkomunikasikannya kepada
orang/siswa lain secara lisan maupun secara tertulis, secara tidak langsung mereka
dituntut untuk membuat ide-ide matematika itu lebih terstruktur dan meyakinkan,
sehingga ide-ide itu menjadi lebih mudah dipahami. Dengan demikian, siswa
harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik agar tujuan pembelajaran
matematika dapat tercapai.
Dijelaskan pada dokumen Peraturan Dirjen Dikdasmen No. 506/PP/2004, bahwa
penalaran dan komunikasi merupakan kegiatan yang ditunjukan siswa dalam
melakukan penalaran dan mengkomunikasikan gagasan matematika. Menurut
dokumen tersebut, indikator yang menunjukan kemampuan komunikasi antara
lain adalah: (1) Menyajikan pernyataan matematika secara tulis, lisan, gambar,
dan diagram, (2) Mengajukan dugaan (conjectures), (3) Melakukan manipulasi
matematika, (4) Menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau
bukti terhadap beberapa solusi, (5) Menarik kesimpulan dari pernyataan, (6)
Memeiksa kesahihan suatu argument, (7) Menentukan pola atau sifat dari gelaja
matematis untuk membuat generalisasi.
10
Sedangkan indikator kemampuan siswa dalam komunikasi matematis pada
pembelajaran matematika dalam NCTM (2000: 214) adalah: (1) Kemampuan
mengekspresikan kemampuan matematika secara lisan, tertulis, dan demonstrasi
serta menggambar secara visual, (2) kemampuan memahami, interpretasi, dan
evaluasi ide-ide matematika baik secara lisan maupun dalam bentuk visual
lainnya, (3) Kemampuan dalam menggunakan istilah, notasi matematika dan
struktur-strukturnya untuk menyajikan ide, menggambarkan hubungan-hubungan
dan model-model situasi.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi
matematis siswa adalah kemampuan siswa dalam menyambungkan, meng-
ekspresikan ide dan gagasan yang mereka miliki, kemudian dapat mem-
presentasikan atau menyampikan ide-ide, gagasan dan pemahamannya tentang
konsep dan pembelajaran matematika ke dalam gambar atau model matematika
secara lisan, tulisan ataupun gambar. Pada penelitian ini, kemampuan komunikasi
yang akan diteliti adalah kemampuan komunikasi dalam bentuk tulisan meliputi
kemampuan menggambar (drawing), ekspresi matematika (mathematical
expression), dan menulis (written text) dengan indikator sebagai berikut:
a. Menggambarkan situasi msalah dan menyatakan solusi masalah
menggunakan gambar, bagan, dan secara aljabar.
b. Menjelaskan ide, solusi, dan relasi matematika secara tulisan.
c. Menggunakan bahasa matematika dan simbol secara tepat.
11
B. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair and Share
Menurut Lie (2007: 12) pembelajaran kooperatif disebut juga sebagai pembelajar-
an gotong-royong, yaitu merupakan sistem pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam
tugas yang terstruktur. Rogger dkk (Huda, 2011: 29) menyatakan bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang
diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada
perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang
di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri
dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain.
Suherman dkk (2003: 260) berpendapat bahwa cooperative learning mencakupi
suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan
masalah, menyelesaikan tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan
bersama lainnya serta menekankan pada kehadiran teman sebaya yang
berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah tim.
Estiti (Gunawan, 2010), menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut: (1) Siswa bekerja dalam tim (team) untuk menuntaskan
tujuan belajar, (2) Tim terdiri dari siswa-siswa yang mempunyai tingkat
keberhasilan tinggi, sedang, dan rendah, (3) Bila memungkinkan tim merupakan
campuran suku, budaya dan jenis kelamin.
Think Pair and Share merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif
sederhana, model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Lie (2007: 57) berpendapat
12
bahwa TPS adalah pembelajaran yang memberi siswa kesempatan untuk bekerja
sendiri dan bekerja sama dengan orang lain, keunggulan teknik ini adalah
optimalisasi partisipasi siswa. Adapun keunggulan model pembelajaran TPS
menurut Lie (2007: 58) yaitu (1) Meningkatkan kemandirian siswa untuk
memikirkan jawaban sendiri tanpa bantuan siswa lain, (2) Meningkatkan
partisipasi siswa untuk menyumbangkan pemikiran karena leluasa dalam
mengungkapkan pendapatnya dan dapat bertukar pikiran untuk memunculkan ide
baru, (3) Membentuk kelompok lebuh mudah dan lebih cepat, (4) Melatih
kecepatan berpikir siswa, menjadi terbiasa dengan proses pemikiran dan
pengambilan ide dalam waktu yang singkat.
Selanjutnya Trianto (2007: 61) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe
TPS dapat melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir serta aktivitas
siswa, karena siswa membangun pengetahuan melalui eksplorasi dirinya sendiri
dan pengetahuan siswa juga bisa berkembang melalui transfer pola pikir dengan
siswa lain, sehingga siswa mampu menggabungkan dan membandingkan pola
pikir mereka sendiri dengan pola pikir siswa lain. Dari pernyataan-pernyataan
diatas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran TPS adalah model
pembelajaran yang mengutamakan kemandirian siswa yang dapat membangun
pengetahuan melalui eksplorasi diri sendiri.
Adapun langkah-langkah yang ada dalam model pembelajaran kooperatif tipe
TPS menurut Trianto (2007: 61-62) adalah sebagai berikut: (1) Berpikir
(Thinking), Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan
dengan materi pelajaran yang sedah dipelajari. Selanjutnya guru meminta siswa
13
menggunakan waktu beberapa menit untuk memikirkan jawaban atas pertanyaan
atau permasalahan tersebut secara individu, (2) Berpasangan (Pairing), Guru
meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka
peroleh dari proses berpikir (thinking) sebelumnya. Interaksi yang dilakukan oleh
siswa selama proses ini dapat menyatukan jawaban, ide atau gagasan yang
dimiliki oleh masing-masing siswa, (3) Berbagi (Sharing) Pada tahap ini guru
meminta pasangan-pasangan yang telah dibentuk untuk membagikan hasil
diskusinya kepada seluruh kelas. Secara bergiliran masing-masing kelompok
(pasangan) mendapatkan kesempatan untuk melaporkan hadil diskusi tersebut
didepan kelas. Tahap ini berakhir sampai hampir sebagian dari seluruh kelompok
(pasangan) mendapat kesempatan melaporkan..
C. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang biasa dilakukan oleh
guru di sekolah. Proses pembelajaran diawali dengan cara penyampaian materi
pelajaran oleh seorang guru kepada siswa di dalam kelas, pemberian contoh soal,
dan kemudian dilanjutkan dengan latihan soal. Pada tahap latihan siswa diberi
kebebasan berkelompok yang terdiri dari 4-5 orang.
Vui (dalam Shadiq, 2009: 9) menyatakan bahwa sebagian guru matematika di
Indonesia, para guru matematika di Asia Tenggara berkecenderungan juga untuk
menggunakan model pembelajaran tradisional yang dikenal dengan beberapa
istilah seperti: pembelajaran terpusat pada guru (teacher centered approach),
pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif (deductive
teaching), ceramah (expository teaching), maupun whole class instruction.
14
Model pembelajaran seperti dinyatakan di atas dapat dikatakan lebih menekankan
kepada para siswa untuk mengingat atau menghafal dan kurang menekankan
kepada para siswa untuk bernalar (reasoning), memecahkan masalah (problem-
solving), ataupun pada pemahaman (understanding). Dengan model pembelajaran
seperti itu, dapat disimpulkan bahwa kadar keaktifan siswa menjadi sangat
rendah, para siswa hanya menggunakan kemampuan berpikir tingkat rendah (low
order thinking skills) selama proses pembelajaran berlangsung di kelas dan tidak
memberi kemungkinan bagi para siswa untuk berpikir dan berpartisipasi secara
penuh.
D. Kerangka Pikir
Model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah suatu model pembelajaran yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Prosedur yang digunakan
dalam metode kooperatif tipe TPS ini dapat memberi siswa lebih banyak waktu
untuk berpikir, untuk merespon, untuk membantu, dan guru melengkapi penyajian
singkat atau fasilitator saat situasi menjadi tanda tanya. Tahap pertama yaitu Think
(berpikir) diawali dengan siswa diberi suatu permasalahan atau pertanyaan oleh
guru terkait dengan materi yang akan dipelajari, tahap ini akan merangsang
kemampuan komunikasi matematis siswa baik secara lisan maupun tulisan.
Tahap kedua yaitu Pair (berpasangan), siswa berdiskusi dengan pasangan yang
telah ditentukan. Masing–masing pasangan kelompok bertanggung jawab dengan
pasangannya. Apabila ada anggota pasangannya yang belum paham, maka
pasangan yang satunya membantu pasangannya hingga paham, jika ditemukan
ada pasangan yang kurang paham, maka tugas guru menfasilitasi pasangan
tersebut hingga paham. Pada tahap ini akan merangsang kemampuan komunikasi
15
matematis siswa dalam memahami, menginterpretasi, dan mengevaluasi ide-ide
matematika baik secara lisan maupun dalam bentuk visual lainnya. Tahapan
ketiga yaitu Share (berbagi), setelah masing-masing pasangan berdiskusi dengan
pasangannya, guru meminta salah satu siswa perwakilan dari pasangannya untuk
mengungkapkan hasil diskusi dengan pasangan kelompoknya. Pasangan
kelompok yang lain mendengarkan dan menanggapi jika ada hal yang masih
belum sesuai. Pada tahap ini akan merangsang kemampuan siswa dalam
mengekspresikan kemampuan matematika secara lisan, tertulis, dan demonstrasi
serta menggambar secara visual.
Tiga tahap kegiatan tersebut masing-masing memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berpikir sendiri, bekerja sama dengan pasangannya untuk me-
mecahkan suatu permasalahan, dan melatih siswa berkomunikasi terutama pada
saat berbagi informasi, bertanya, mengungkapkan pendapat di depan kelas.
Berdasarkan tahapan-tahapan dalam model pembelajaran kooperatif tipe TPS
tersebut memungkinkan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa
yang mengikuti pelajaran kooperatif tipe TPS akan lebih tinggi daripada siswa
yang mengikuti pembelajaran konvensional. Dengan demikian, diharapkan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat berpengaruh terhadap kemampuan
komunikasi matematis siswa.
E. Anggapan Dasar
Penelitian ini mempunyai anggapan dasar bahwa semua siswa kelas VIII semester
genap SMPN 22 Bandar Lampung tahun pelajaran 2016/2017 memperoleh materi
yang sama dan sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan.
16
F. Hipotesis Penelitian
1. Hipotesi Umum
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS berpengaruh terhadap
kemampuan komunikasi matematis siswa SMP Negeri 22 Bandar Lampung.
2. Hipotesis Khusus
Kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran tipe
TPS lebih besar daripada kemampuan komunikasi matematis siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional.
17
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 22 Bandar Lampung yang terletak di
Jalan Hi. Zainal Abidin Pagar Alam No. 109, Rajabasa Bandar Lampung.
Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 22 Bandar
Lampung semester genap tahun ajaran 2016-2017 yang terdistribusi dalam 12
(dua belas) kelas yaitu VIII A – VIII L.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling,
yaitu teknik pengambilan sampel atas pertimbangan bahwa dua kelas yang dipilih
adalah kelas yang diajar oleh guru yang sama sehingga pengalaman belajar yang
didapatkan oleh siswa relatif sama. Terpilih kelas VIII B sebagai kelas
eksperimen, yaitu kelas yang menggunakan model TPS dan kelas VIII C sebagai
kelas kontrol, yaitu kelas yang menggunakan model pembelajaran konvensional.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang terdiri dari satu
variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebasnya adalah model
pembelajaran TPS sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan komunikasi
matematis. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah the pretest-posttest
18
control group design sebagaimana yang dikemukakan Fraenkel, Wallen dan
Hyun (1993: 248) pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 The Pretest-Posttest Control Group Design
Group Pretest Treatment PosttestTreatment group 1
Control group 2
Keterangan:= Data kemampuan komunikasi matematis siswa1= Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share2= Pembelajaran Konvensional
C. Prosedur Penelitian
Adapun prosedur dalam penelitian ini akan dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu:
1. Tahap Persiapan
a. Melihat kondisi lapangan, seperti terdapat berapa kelas, jumlah siswa,
serta cara mengajar guru matematika selama pembelajaran.
b. Menentukan sampel penelitian.
c. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) penelitian sesuai
dengan model yang akan digunakan selama penelitian, yaitu model
pembelajaran TPS dan pembelajaran konvensional.
d. Membuat instrumen penelitian.
e. Menguji validitas instrumen penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Mengadakan pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
b. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
TPS dan kovensional sesuai RRP yang telah dibuat.
c. Mengadakan posttest di kelas eksperimen dan kelas kontrol.
19
3. Tahap Akhir
a. Mengumpulkan data kuantitatif.
b. Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh.
c. Membuat laporan penelitian.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes. Tes digunakan untuk
mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa. Tes diberikan sebelum dan
setelah diberi perlakuan (pretest-posttest) pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
E. Data Penelitian
Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data kemampuan komunikasi
matematis siswa yang dicerminkan oleh skor pretest-posttest dan data skor
peningkatan (gain). Data ini berupa data kuantitatif.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes kemampuan
komunikasi matematis siswa. Instrumen tes terdiri dari lima soal, materi yang
diujikan adalah pokok bahasan kubus dan balok. Tes yang diberikan pada setiap
kelas baik soal-soal untuk pretest dan posttest adalah soal yang sama. Setiap soal
memiliki satu atau lebih indikator kemampuan komunikasi matematis.
Adapun pedoman pemberian skor dapat dilihat pada Tabel 3.2
20
Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis
No Indikator Keterangan Skor
Menggambar(drawing)
Menggambarkan situasi masalah danmenyatakan solusi menggunakan gambar,bagan, aljabar tidak ada
0
Menggambarkan situasi masalah danmenyatakan solusi menggunakan gambar,bagan, aljabar kurang lengkap dan salah
1
Menggambarkan situasi masalah danmenyatakan solusi menggunakan gambar,bagan, aljabar kurang lengkap tapi benar ataulengkap tapi salah
2
Menggambarkan situasi masalah danmenyatakan solusi menggunakan gambar,bagan, aljabar lengkap dan benar
3
Menulismatematis(written text)
Menjelaskan ide, solusi, dan relasimatematika secara tulisan salah dan tidaksistematis
0
Menjelaskan ide, solusi, dan relasimatematika secara tulisan salah namunsistematis
1
Menjelaskan ide, solusi, dan relasimatematika secara tulisan benar namun tidaksistematis
2
Menjelaskan ide, solusi, dan relasimatematika secara tulisan benar dansistematis
3
EkspresiMatematika(mathematicalexpression)
Penjelasan menggunakan bahasa matematikadan simbol tidak ada 0Penjelasan menggunakan bahasa matematikadan simbol kurang logis dan kurangtepat/lengkap
1
Penjelasan menggunakan bahasa matematikadan simbol kurang logis namun tepat/lengkap 2Penjelasan menggunakan bahasa matematikadan simbol logis namun kurang tepat/lengkap 3Penjelasan menggunakan bahasa matematikadan simbol tepat/lengkap 4
Sebelum penelitian ini dilakukan, instrumen diuji untuk mendapatkan validitas,
reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda dari instrumen tersebut.
Adapun agar memperoleh data yang akurat maka tes yang digunakan adalah tes
21
yang memenuhi kriteria tes yang baik, yaitu validitas tes, reliabilitas, daya
pembeda dan yang memiliki tingkat kesukaran minimal sedang.
1. Validitas Tes
Validitas tes dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi dari tes
kemampuan komunikasi matematika ini dapat diketahui dengan cara
membandingkan isi yang terkandung dalam tes kemampuan komunikasi
matematis dengan indikator pembelajaran yang telah ditentukan. Selanjutnya,
soal tes dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru mitra. Jika penilaian
soal tes oleh dosen pembimbing dan guru mitra telah sesuai dengan kompetensi
dasar dan indikator kemampuan komunikasi matematis, maka tes tersebut
dinyatakan valid. Penilaian terhadap kesesuaian isi tes dengan isi kisi-kisi tes yang
diukur dan kesesuaian bahasa yang digunakan dalam tes dengan kemampuan
bahasa siswa dilakukan dengan menggunakan daftar ceklis (√) oleh guru.
2. Reliabilitas
Bentuk soal tes yang digunakan pada penelitian ini adalah soal tes tipe uraian.
Dalam Arikunto (2011: 109) untuk menentukan koefisien reliabilitas (r11) soal tipe
uraian digunakan rumus Cronbach Alpha, yaitu:
= 1 − ∑ dengan = ∑ − ∑Keterangan :r 11 = Koefisien reliabilitas instrumen tes
= Banyaknya butir soal= Varians Skor∑ = Jumlah varians skor dari tiap-tiap butir soal= Varians total skor
22
Koefisien reliabilitas suatu butir soal diinterpretasikan dalam Arikunto (2011:
195), di interpretasikan seperti yang disajikan pada Tabel 3.3 berikut.
Tabel 3.3 Interpretasi Koefisien Realibilitas
Koefisien relibilitas (r11) Kriteria0,00 – 0,20 Sangat rendah0,21 – 0,40 Rendah0,41 – 0,60 Sedang0,61 – 0,80 Tinggi0,81 – 1,00 Sangat tinggi
Berdasarkan hasil perhitungan uji instrumen tes diperoleh bahwa koefisien
reliabilitas soal sebesar 0,75 yang berarti instrumen tes yang digunakan memiliki
kriteria reliabilitas tinggi. Oleh karena itu, instrumen tes layak digunakan. Hasil
perhitungan reliabilitas uji coba instrumen tes dapat dilihat pada Lampiran C.1 .
3. Tingkat Kesukaran (TK)
Tingkat kesukaran digunakan untuk mengetahui derajat atau taraf kesukaran suatu
butir soal. Azwar (2007: 134) mengungkapkan untuk menghitung tingkat
kesukaran suatu butir soal digunakan rumus berikut:TK =Keterangan:
TK : tingkat kesukaran suatu butir soal
JT : jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diperoleh
IT : jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal.
Interpretasi dari tingkat kesukaran butir soal menurut Azwar (2007: 134) dapat
dilihat dari klasifikasinya seperti yang disajikan pada Tabel 3.4 berikut.
23
Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran
Tingkat Kesukaran (TK) Interpretasi0,00 – 0,15 Sangat Sukar0,16 – 0,30 Sukar0,31 – 0,70 Sedang0,71 – 0,85 Mudah0,86 – 1,00 Sangat Mudah
Berdasarkan hasil perhitungan instrumen tes diperoleh bahwa tingkat kesukaran
tes sebesar 0,63 sampai dengan 0,66 yang berarti instrumen tes yang digunakan
memiliki kriteria sedang. Hasil perhitungan secara rinci dapat dilihat pada
Lampiran C.2.1.
4. Daya Pembeda (DP)
Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa yang
mempunyai kemampuan tinggi dan siswa yang mempunyai kemampuan rendah.
Daya pembeda butir dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya tingkat
diskriminasi atauangka yang menunjukkan besar kecilnya daya pembeda. Setelah
diketahui skor hasil tes uji coba, nilai daya pembeda tiap butir soal dihitung
menggunakan persamaan berikut (Arifin, 2011:133).
DP = KA − KBKeterangan :DP : nilai daya pembeda suatu butir soalKA : rata-rata skor suatu butir soal dari kelompok atasKB : rata-rata skor suatu butir soal dari kelompok bawahSkor maks : skor maksimum suatu butir soal
Pengelompokan siswa menjadi kelompok atas dan kelompok bawah disesuaikan
dengan nilai yang diperoleh siswa. Setelah diperoleh data uji coba soal, maka
data nilai siswa diurutkan dari nilai yang tertinggi ke nilai terendah. Kemudian,
24
ditentukan persentase yang sesuai untuk menjadi bagian kelompok atas dan
bawah, hal ini bertujuan supaya tidak ada siswa dengan nilai yang sama termasuk
kedalam dua kategori atau memperoleh nilai yang sama masuk dalam kategori
kelompok atas dan bukan kelompok atas, begitupun dengan kelompok bawah.
Menurut Arifin (2011:133) hasil perhitungan indeks daya pembeda diinterpretasi
berdasarkan klasifikasi yang tertera dalam Tabel 3.5 sebagai berikut:
Tabel 3.5 Interpretasi Daya Pembeda
DP Kriteria0,40 - 1,00 Sangat baik0,30 - 0,39 Baik0,20 - 0,29 Sedang-1,00 - 0,19 Jelek
Berdasarkan hasil perhitungan uji coba instrumen tes, diperoleh bahwa koefisien
daya pembeda tes berkisar antara 0,33 sampai dengan 0,52. Hal ini menunjukkan
bahwa instrumen tes yang diuji cobakan ada yang memiliki daya pembeda sedang,
baik, dan sangat baik. Hasil perhitungan daya pembeda uji coba soal dapat dilihat
pada Lampiran C.2.2
Setelah dilakukan analisis reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran soal
tes kemampuan komunikasi matematis diperoleh rekapitulasi hasil tes uji coba
dan kesimpulan yang disajikan pada Tabel 3.6.
G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda, data yang diperoleh dari
hasil tes kemampuan awal dan tes kemampuan akhir dianalisis untuk men-
dapatkan skor peningkatan (gain) pada kedua kelas. Analisis ini bertujuan untuk
25
mengetahui besarnya peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa pada
kelas TPS dan kelas konvensional. Menurut Hake (1998: 1) besarnya peningkatan
dihitung dengan rumus gain ternormalisasi (normalized gain) yaitu:
= − −Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan
klasifikasi dari Hake (1998: 65) sebagai berikut.
Tabel 3.6 Kriteria Indeks Gain
Indeks Gain (g) Kriteria0,71 – 1,00 Tinggi0,31 – 0,70 Sedang0,00 – 0,30 Rendah
Hasil perhitungan skor gain kemampuan komunikasi matematis siswa se-
lengkapnya dapat dilihat pada lampiran C.3 dan C.4. Data skor kemampuan
komunikasi matematis siswa di kelas eksperimen dan kontrol, dapat dianalisis
dengan uji statistik untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran TPS terhadap
kemampuan komunikasi matematis siswa. Sebelum melakukan uji statistik perlu
dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Pengolahan data
dilakukan dengan bantuan Software Microsoft Excel 2007. Adapun prosedur uji
normalitas dan uji homogenitas sebagai berikut.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data kemampuan
komunikasi matematis siswa dari sampel yang diteliti berasal dari populasi yang
berdistribusi normal atau sebaliknya. Dalam penelitian ini data skor peningkatan
26
dari kemampuan komunikasi matematis siswa diuji dengan menggunakan uji Chi
Kuadrat berdasarkan pada Sudjana (2005: 273) adalah sebagai berikut:
a. Hipotesis
Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:
H0 : data gain berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : data gain berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
b. Taraf signifikan yang digunakan α = 0,05
c. Statistik uji
Statistik yang digunakan untuk uji Chi-Kuadrat:
= ( − )Keterangan:
= harga uji chi-kuadrat= frekuensi harapan= frekuensi yang diharapkan= banyaknya pengamatan
d. Keputusan uji
H0 diterima jika < dengan dk = k–3dan = 0,05 maka data
berdistribusi normal. H0 ditolak jika > , maka data tidak
berdistribusi normal.
Hasil uji normalitas data skor peningkatan kemampuan komunikasi matematis
siswa disajikan pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Hasil Uji Normalitas Data Skor Peningkatan KemampuanKomunikasi Matematis
Kelas Keputusan Uji
Eksperimen 3,588 7,815 H0 diterimaKontrol 1,532 7,815 H0 diterima
27
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data skor peningkatan kemampuan
berpikir kritis matematis siswa kelas TPS dan kelas konvensional berasal dari
populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran C.5 dan Lampiran C.6.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok data
memiliki varians yang sama atau tidak. Diketahui bahwa kedua data berasal dari
populasi yang berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas.
Dalam penelitian ini, uji homogenitas yang dilakukan adalah uji-F. Sudjana
(2005: 249), uji-F adalah sebagai berikut.
a. Hipotesis
H0: σ = σ (kedua kelompok data memiliki varians yang sama)
H1: σ ≠ σ (kedua kelompok data memiliki varians yang tidak sama)
b. Taraf signifikan yang digunakan α = 0,05
c. Statistik uji
Statistik uji yang digunakan untuk uji-FF =Keterangan :s1
2 = varians terbesars2
2 = varians terkecil
d. Keputusan uji
Terima H0 jika < ( , ) dengan = 0,05 dan peluang , serta
derajat kebebasan dan masing-masing sesuai dengan dk pembilang dan dk
28
penyebut. Dalam hal lainnya H0diterima.
Hasil uji homogenitas data skor peningkatan kemampuan komunikasi matematis
siswa disajikan pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8 Hasil Uji Homogenitas Data Skor Peningkatan Kemampuan.Komunikasi Matematis
Kelas Varians Keputusan UjiEksperimen 0,064
1,13 1,90 H0 diterimaKontrol 0,072
Pada tabel 3.8 diketahui bahwa kurang dari . Ini berarti bahwa
kedua kelompok data skor peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa
memiliki varians yang homogen. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran C.7.
3. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas data skor peningkatan
kemampuan komunikasi matematis diketahui bahwa data berdistribusi normal dan
memiliki varians yang homogen. Menurut Sudjana (2005: 243) apabila data
berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan memiliki varians yang
homogen maka analisis data dilakukan dengan menggunakan uji kesamaan dua
rata-rata yaitu uji-t dengan hipotesis sebagai berikut:
H0: μ1 = μ2, artinya rata-rata peningkatan kemampuan komunikasi matematis
siswa sama dengan rata-rata peningkatan kemampuan ko-
munikasi matematis siswa.
29
H1: μ1 > μ2, artinya rata-rata peningkatan kemampuan komunikasi matematis
siswa lebih tinggi daripada rata-rata peningkatan kemampuan
komunikasi matematis siswa.
Menurut Sudjana (2005: 239) pengujian hipotesis menggunakan rumus:= ̅ ̅dengan
2
11
21
222
2112
nn
snsns
Keterangan:̅1 : rata-rata skor kemampuan kelas eksperimen̅2 : rata-rata skor kemampuan kelas kontroln1 : banyaknya siswa kelas eksperimenn2 : banyaknya siswa kelas kontrol
: variansi pada kelas eksperimen: variansi pada kelas kontrol: variansi gabungan
Pada taraf signifikansi 5% dengan dk = ( 221 nn ) dan peluang (1 − )maka
H0 diterima jika diperoleh < ( ∝)( ), Namun, jika harga t mempunyai
harga-harga lainnya maka H0 ditolak.
40
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran Think Pair Share tidak berpengaruh terhadap kemampuan ko-
munikasi matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 22 Bandarlampung tahun
pelajaran 2016/2017
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, saran-saran yang dapat diberikan sebagai
berikut.
1. Bagi guru, model pembelajaran TPS sebaiknya digunakan sebagai salah satu
opsi dalam pembelajaran matematika guna untuk membantu siswa dalam
mengembangkan kemampuan komunikasi matematisnya. Akan tetapi dalam
penerapannya harus diimbangi dengan perencanaan yang matang dengan
memahami tahap-tahap pada pembelajaran dan pengelolaan waktu yang tepat
agar pembelajaran semakin kondusif dan dapat memperoleh hasil yang
maksimal.
2. Bagi peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian lanjutan mengenai
model pembelajaran TPS hendaknya melakukan pengajian lebih mendalam,
seperti memperhatikan pembagian waktu sebaik mungkin terkait dengan
41
pembelajaran TPS sehingga proses pembelajaran bisa berjalan dengan baik.
Selain itu, dapat pula digunakan untuk menambahkan referensi tentang
pengaruh model pembelajaran TPS terhadap kemampuan komunikasi
matematis siswa.
43
DAFTAR PUSTAKA
Ansari, Bansu Irianto. 2003. Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahamandan Komunikasi Matematik Siswa SMU Melalui Strategi Think-TalkWrite.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi Pembelajaran. PT Remaja Rosdakarya. Bandung
Arikunto, Suharsimi. 2011. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi).Jakarta: Bumi Aksara.
Asikin, 2013. Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa SMP Dalam SettingPembelajaran RME (Realistic Mathematics Education). Jurnal PendidikanMatematika.[Online].Tersedia:http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujmer/article/view /1483/1440. [10 November 2016].
Azwar, Saifuddin. 2007. Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan PengukuranPrestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Fraenkel, Jack and Wallen, Norman E. 1993. How to Design and EvaluateResearch in Education. Singapura: McGraw-Hill.
Gunawan, Imam. 2010. Metode Kooperatif Model Think Pair Share,(http://dglib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=showview&id=12727, diaksestanggal 21 November 2016)
Hake, Richard R. 1998. Interactive-Engagement Versus Ttraditional Methods.American Journal of Physics. [online]. Tersedia: www.montana.edu.(29 Januari 2017).
Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur, danJakarta: Bumi Aksara.
Lie, Anita. 2007. Cooperative Learning. Jakarta: PT Gramedia.
Mahmudi, Komunikasi Dalam Pembelajaran Matematika, Jurnal MIPMIPAUNHALU Volume 8 No.1, 2009.Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
43
NCTM (National Council Teacher of Mathematics). 2000. Principles andStandards for School Mathematics. NCTM: Reston, Virginia.
Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD). 2015. PISA2015: Assesment and Analitical Framework.[online]. Tersedia: http://www.oecd-ilibrary.org/education/pisa-2015-assessment-and-analytical framework_9789264255425-en. (15 Desember 2016).
Qohar, Abdul. 2010. Mengembangkan Kemampuan Pemahaman, Koneksi danKomunikasi Matematis Serta Kemandirian Belajar Matematika Siswa SMPMelalui Reciprocal Teaching. [Online]. Diakses di http://repository.upi.edu.pada 25 November 2016.
Rakhmat, Jalaludin. 2007. Psikologi komunikasi. Bandung: PT Remaja Indonesia.
Shadiq, Fajar.(2004). Penalaran, Pemecahan masalah dan Komunikasi DalamPembelajaran matematika. Makalah disajikan pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SMP Jenjang Dasar tanggal 10 s.d. 23 Oktober2004.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Transito
Suherman, E., Turmudi, Didi S., Tatang H., Suhendra, Sufyani P., Nurjanah, &Ade R. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung:JICA-UPI.
Sumarmo, U. 2003. Pengembangan Berpikir Matematik Tingkat Tinggi padaSiswa SLTP dan SMU serta Mahasiswa Strata Satu (SI) melalui berbagaiPendekatan Pembelajaran . Bandung, Laporan Penelitian Pascasarjana UPI.
TIMSS. 2015. TIMSS 2015 International Result in Mathematics. [online].Tersedia:http://timms2015.org/timss-2015/mathematics/students-achievement/ distribution-of-mathematics-achievement/. (18 Desember2016)
Tohir, Mohammad. 2016. Hasil PISA Indonesia Tahun 2015 MengalamiPeningkatan.[online].Tersedia: https://matematohir.wordpress.com/2016/12.(18 Desember 2016)
Trianto. 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, danKontekstual. Jakarta: Prenadamedia Group.