pengaruh life cycle terhadap earnings management …digilib.unila.ac.id/56908/2/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PENGARUH LIFE CYCLE TERHADAP EARNINGS MANAGEMENT
DENGAN UKURAN PERUSAHAAN SEBAGAI VARIABEL KONTROL
(STUDI PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2013 – 2017)
(SKRIPSI)
Oleh :
DIAN EKAWATI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRAK
Oleh:
Dian Ekawati
Laporan keuangan merupakan sarana bagi perusahaan untuk menyampaikan informasi
keuangan mengenai pertanggungjawaban pihak manajemen terhadap pemenuhan
kebutuhan pihak-pihak tertentu baik dari pihak eksternal maupun internal yaitu
diperolehnya melalui informasi kinerja perusahaan. Dasar akrual sendiri dipilih karena
lebih adil dan rasional dalam mencerminkan kondisi keuangan dalam perusahaan
secara riil, tetapi penggunaan dasar akrual memberi keleluasaan bagi para pihak
manajemen perusahaan dalam memilih kebijakan akuntansi, kebijakan akuntansi yang
secara sengaja dipilih oleh manajemen untuk tujuan tertentu dan mengarah pada praktik
earnings management. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh life
cycle dan ukuran perusahaan terhadap earnings management pada perusahaan food and
beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan purposive sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder. Total sampel pada penelitian ini sebesar 70 sampel dengan banyaknya
perusahaan sebesar 14 perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel
life cycle berpengaruh positif terhadap earnings management dan ukuran perusahaan
berpengaruh negatif terhadap earnings management. Penelitian berikutnya diharapkan
menambah faktor pengaruh earnings management lainnya sebagai variabel
independen.
Kata kunci: Laporan keuangan, earnings management, life cycle, dan ukuran
perusahaan
PENGARUH LIFE CYCLE TERHADAP EARNINGS MANAGEMENT
DENGAN UKURAN PERUSAHAAN SEBAGAI VARIABEL KONTROL
(STUDI PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2013 – 2017)
ABSTRACT
By:
Dian Ekawati
Financial report is a medium for company to convey financial information
about responsibility of management party toward the fulfillment of certain parties both
from internal and also external party that is obtained through the information the
company performance. Accrual basis is chosen because it is more fair and rational in
reflecting financial condition in company. However, the use accrual basis gives space
for company management party in chosing accounting policy, accounting police that
is deliberately taken by management for certain purpose and heading to the practice
of earnings management.The study goal was to determine the effect of life cycle and
firm size on earnings management in food and beverage companies listed on the
Indonesia Stock Exchange. Data collection techniques is done by purposive sampling.
The data used in this research is secondary data. The total sample in this study was 70
samples with a total of 14 food and beverage companies. The results of this study
showed that the life cycle variable has a positive effect on earnings management and
firm size has a negative effect on earnings management. The next study is expected to
increase the factor of other earnings management influences as independent variables.
Keywords: Financial report, earnings management, life cycle, and the size of company
THE EFFECT OF LIFE CYCLE ON EARNINGS MANAGEMENT WITH
FIRM SIZE AS A CONTROL VARIABLE (STUDIES IN FOOD AND
BEVERAGE COMPANIES LISTED ON THE INDONESIA STOCK
EXCHANGE 2013-2017)
PENGARUH LIFE CYCLE TERHADAP EARNINGS MANAGEMENT
DENGAN UKURAN PERUSAHAAN SEBAGAI VARIABEL KONTROL
(STUDI PADA PERUSAHAAN SUB SEKTOR FOOD AND BEVERAGE
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2013 – 2017)
Oleh
Dian Ekawati
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 24 Mei 1997
dengan nama lengkap Dian Ekawati dan merupakan anak pertama dari
empat bersaudara pasangan Bapak Adi Sucipto dan Ibu Nilawati.
Penulis mengawali pendidikan di Taman Kanak-Kanak (TK)
Sriwijaya Sukarame, Bandar lampung pada tahun 2003, kemudian melanjutkan
pendidikan di Sekolah Dasar (SD) di SDN 3 Labuhan Dalam pada tahun 2004 – 2009,
selanjutnya penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di
SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung pada tahun 2012., dan kemudian
menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAS Al Azhar 3
Bandar Lampung pada tahun 2015.
Pada tahun 2015, penulis diterima sebagai mahasiswi S1 Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Selama menjadi mahasiswa penulis terdaftar sebagai
anggota aktif HIMAKTA (Himpunan Mahasiswa Akuntansi) FEB Unila.
MOTTO
Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai kemampuannya
(QS Al Baqarah: 286)
Jika kamu ingin hidup bahagia, terikatlah pada tujuan, bukan orang atau benda
(Albert Einstein)
Allah bukan sengaja menunda doamu, tapi Allah tengah menguji kesabaran,
ketabahan, dan keistiqomahanmu menunggu dalam jalan kebaikan
(Aldilla Dharma)
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbilalamin
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala karunia, berkah dan rahmat yang begitu
besar kepada penulis.
Kupersembahkan skripsi ini sebagai tanda cinta dan kasih saying yang tulus
kepada :
Kedua orangtuaku tercinta Papa dan Mama. Terimakasih atas segala cinta dan
kasih saying tiada tara yang selalu memberikan doa tanpa henti, nasihat yang
bermanfaat, kekuatan dalam segala kondisi, dan selalu memberikan dukungan dan
motivasi untuk cita-citaku. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan perlindungan
di dunia maupun di akhirat kelak untuk kalian semua, aamiin.
Adik – adikku yang tersayang, Shinta Rahmatika, Dzaki Abdillah, dan Shakila
Azzahra. Terimakasih atas keceriaan, canda tawa, kasih saying, dan dukungannya
selama ini.
Seluruh keluarga besar, sahabat, dan teman-temanku yang selalu memberikan
semangat, doa, dan dukungannya
Almamaterku tercinta, Universitas Lampung.
SANWACANA
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh
Life Cycle Terhadap Earnings Management dengan Ukuran Perusahaan Sebagai
Variabel Kontrol (Studi Pada Perusahaan Sub Sektor Food and Beverage Tahun 2013
– 2017)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan bimbingan, dukungan, dan bantuan selama proses penyusunan dan
penyelesaian skripsi ini. Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. satria Bangsawan, S.E., M.Si, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Ibu Dr. Farichah, S.E., M.Si., Akt., CA. selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
3. Ibu Yuztitya Asmaranti., S.E., M.Si., Akt. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
4. Bapak Dr. Einde Evana, S.E., M.Si., Akt., CA., CPA. selaku Dosen
Pembimbing Utama dan Ibu Ninuk Dewi K, S.E., M.Sc., Akt. atas kesediannya
memberikan waktu, bimbingan, saran dan nasihat yang bermanfaat selama
proses penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Kiagus Andi, S.E., M.Si., Akt. selaku Dosen Penguji Utama dan selaku
Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan saran-saran yang
membangun mengenai pengetahuan untuk penyempurnaan skripsi ini dan telah
memberikan nasihat selama penulis menjadi mahasiswa.
6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lampung yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan, serta pembelajaran
selama proses perkuliahan berlangsung.
7. Seluruh karyawan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
Terimakasih telah memberikan bantuan dan pelayanan terbaik selama penulis
menempuh pendidikan di Universitas Lampung.
8. Kedua orangtuaku tercinta, Papa dan Mama yang telah memberikan kasih
sayang yang paling tulus, doa yang tiada henti, motivasi dan nasihat dalam
pencapaian cita-citaku. Terimakasih atas kepercayaan kalian kepadaku selama
ini dalam segala hal.
9. Adikku Shinta Rahmatika, Dzaki Abdillah dan Shakila Azzahra. Terimakasih
telah membantu dalam segala hal, memberikan warna dalam hidup, dan
memberikan canda dan tawa kalian walaupun terkadang tingkah laku kalian
yang menguji kesabaran kakakmu ini. Tapi ketahuilah aku sayang kalian.
10. Kakak-kakak sepupuku Nuzulia Dwi Widowati, S.E., M.Ek , Yayuk Fitria
Ningsih, S.E dan Sigit Tri Prabowo, S.E. Akhirnya aku bisa menyusul kalian
dengan gelar yang sama. Terimakasih atas saran dan motivasi selama ini dalam
segala hal terutama dalam pengerjaan skripsi ini.
11. Seluruh keluarga besar, yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terimakasih
atas doa, motivasi dan nasihat yang telah diberikan kepadaku selama ini.
12. Sahabatku sedari masuk SMA hingga akhir hayat aamiin, Adam Jordan, Siska
Amelia, Sherly Maylinda dan Adinda Mutiara Fitri. Terimakasih sudah
memberikan saran yang tajam terkadang menyakitkan hati tetapi membangun
diri untuk menjadi lebih baik, memberikan canda dan tawa kalian walaupun
terkadang receh, tempat berghibah ria (maafkan aku), memberikan pertolongan
dalam segala hal ketika diri ini dalam keadaan sulit, saling memberikan
pengalaman hidup dari yang pahit sampai yang manis mengalahkan gula, dan
yang tidak pernah meninggalkan dalam keadaan senang maupun duka. Semoga
cita-cita kita tercapai termasuk cita-cita bersama yaitu holiday bersama sebelum
menikah dan semoga setelah menemukan pasangan hidup masing-masing, kita
masih bisa seperti ini ya. Aamiin ya Allah
13. Sahabat sedari SMP hingga sekarang, Keanu Adepati dan Dodik Setiawan.
Terimakasih telah memberikan motivasi dan saran yang tajam dalam
pengalaman hidup yang telah dirimu lewati, menjadi tempat ceritaku dalam
segala hal termasuk dunia percintaanku, memberikan canda dan tawa dari sikap
mu yang terkadang sedikit receh, dan membantu dalam pengerjaan skripsiku
ini. Selalu semangat ya kalian untuk menjalani hidup termasuk semangat
mencari jodoh.
14. Teman-temanku Aziza Reyditha Rahmawan, Zahrah Salsabila, Mutia
Nihandayona, Annisa Nadhila, Rizki Annisa, dan Nabila Febidanti.
Terimakasih kepada kalian atas semua saran yang terkadang menyakitkan hati
namun memotivasi diri menjadi lebih baik, membantu dalam masa
perkuliahanku hingga sekarang, menjadi tempat ceritaku selama ini, dan
memberikan pengalaman hidup kalian yang tidak bisa terbayarkan dengan
apapun. Semangat untuk kita semua. Semoga kita masih bisa seperti ini
walaupun mungkin nanti kita akan berjauhan. Aamiin
15. Temanku seperjuangan dari SMP hingga sama-sama di satu jurusan yang sama
yaitu David Carito. Terimakasih telah membantu ku dalam apapun itu dari
jaman SMA hingga sekarang, memberikan motivasi dalam hidupku, dan
memberikan saran-saran yang terkadang itu sudah kau lewati. Semangat terus
dalam mengerjakan skripsi, jangan malas. Semoga sukses terus dan semoga
pendampingmu sekarang menjadi pendampingmu di masa depan. Aamiin
16. Teman-teman 40 hariku atau teman KKN-ku, Reni Ravita, Khairani Pricillia,
Bagus Danang Jaya, Febri Fernando, Panji Hirawan dan Angie Carollyn.
Terimakasih 40 hariku indah bersama kalian, yang telah memberikan canda dan
tawa dari sikap kalian yang berbeda-beda, menjadi tempat berghibah juga,
menjadi tempat ceritaku selama KKN hingga sekarang, memberikan
pengalaman hidup kalian kepadaku, dan memberikan motivasi dan saran
kepadaku. Walaupun selama KKN kita pernah bertengkar omongan tetapi itu
hanya salah paham saja dan Alhamdulillah kita bisa ngelewatin masa sulit itu.
Semangat terus teman-temanku!
17. Ibu Nila, Bapak Wes, Uni Ica, dan Ungku. Terimakasih telah mengajarkanku
hal-hal yang sebelumnya belum pernah aku dapat, memberikan aku saran dan
motivasi ketika aku merasa down, dan memberikan aku makanan dan tidur
yang enak dan nyaman selama aku KKN di rumah kalian. Sehat terus ya kalian.
18. Teman-teman sepembimbinganku, Nurhana, Emantari, Saong, Reni, dan Aas.
Terimakasih kalian sudah memotivasi diriku dalam penyelesaian skripsi ini,
memberikan bantuan ketika diri ini kurang mengerti, dan menjadi temapt keluh
kesahku dalam pengerjaan skripsi ini. Semangat terus ya kedepannya
19. Calon wanita karir Agnes Fitria Wulandari. Terimakasih telah membantu diriku
untuk menyelesaikan masa perskripsian, membantu dalam masa perkuliahanku,
dan memberikan saran-saran dan motivasi dalam segala hal. Maafkan diri ini
terkadang tidak mendengarkan saran-saranmu. Semangat terus ya nes
20. Teman-teman seperjuangan Olivia Tamara, Resti Ayu Prabowo, Resti Fahira,
dan Ilma Athifa. Terimakasih telah memberikan motivasi dan saran dalam
dunia perkuliahan maupun dunia percintaan, menjadi tempat diriku bercerita
juga dalam segala hal, dan memberikan informasi yang sebelumnya belum aku
lewati. Semangat terus teman seperjuanganku
21. Tim suksesku Tri Risky, Muhammad Khalid YP, Tio Aldo Pratama, dan
Andreas Wibowo. Terimakasih telah berkontribusi dalam masa perkuliahanku,
membantu dari jaman seminar proposal hingga menyelesaikan skripsi ini,
memberikan saran dan motivasi yang membangun dalam hal apapun, dan
memberikan canda dan tawa kalian kepadaku. Semangat terus ya dalam
menyelesaikan masa perkuliahan.
22. Teman santaiku Rafel Saumi. Terimakasih sudah hadir dan yang tidak pernah
telat dari jaman diriku seminar proposal hingga ujian komprehensif, menjadi
tempat cerita dan berbagi canda dan tawa. Semangat ya Rafel kedepannya.
23. Seluruh teman terbaikku Ardita, Wuri, Rona, Famela, Destty, Nadya Ulfa,
Tisel, Susi, Nuri, dan Yusi. Terimakasih telah membantuku dalam masa-masa
perkuliahanku dan memberikan saran serta motivasi dalam skripsiku.
24. Teman-teman angkatanku S1 Akuntansi 2015 yang tidak dapat disebutkan satu
per satu. Terimakasih atas kebersamaan dan canda tawa kalian dalam masa
kuliah. Sukses terus kawan.
Atas bantuan dan dukungannya, penulis mengucapkan terimakasih, semoga mendapat
balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam proses
skripsi ini, maka penulis mengharapkan adanya kritik ataupun saran yang dapat
membantu penulis dalam menyempurnakan skripsi ini. Demikianlah, semoga skripsi
ini dapat memberikan manfaat bagi yang membacanya.
Bandar Lampung, 16 Mei 2019
Penulis,
Dian Ekawati
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
DAFTAR GAMBAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iv
I. PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.1 Latar Belakang dan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.2 Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
1.3 Tujuan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
1.4 Manfaat Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
II. LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS . . 11
2.1 Landasan Teori . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
2.1.2 Earnings Management (Manajemen Laba) . . . . . . . . . . . . . 12
2.1.2.1 Pola Earnings Management . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15
2.1.2.2 Motivasi Earnings Management . . . . . . . . . . . . . . . 16
2.1.3 Life Cycle Perusahaan (Siklus Hidup) . . . . . . . . . . . . . . . . . 18
2.1.3.1 Tahap Start up . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 20
2.1.3.2 Tahap Growth . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21
2.1.3.3 Tahap Mature . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 22
2.1.3.4 Tahap Decline . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24
2.1.3.5 Karakteristik Life Cycle . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25
2.1.4 Ukuran Perusahaan (SIZE) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 26
2.2 Penelitian Terdahulu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 28
2.3 Pengembangan Hipotesis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 30
2.3.1 Life Cycle Perusahaan Berpengaruh Positif Terhadap Earnings
Management . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 30
2.4 Kerangka Pemikiran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..... 32
2.4.1 Life Cycle Perusahaan (Siklus Hidup Perusahaan)................32
2.4.2 Ukuran Perusahaan (SIZE) ....................................................33
ii
2.4.3 Earnings Management Perusahaan (Manajemen Laba
Perusahaan)...........................................................................33
III. METODE PENELITIAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 35
3.1 Jenis dan Sumber Data yang Digunakan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 35
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 35
3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian . . . . . . 36
3.3.1 Variabel Dependen (Dependent variable)........ . . . . . . . . 36
3.3.2 Variabel Independen (Independent Variable) . . . . . . . . . . 39
3.3.3 Variabel Kontrol . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41
3.4 Metode Analisis Data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41
3.4.1 Analisis Regresi Linear Berganda . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 42
3.4.2 Analisis Statistik Deskriptif . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 42
3.4.3 Uji Asumsi Klasik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 43
3.4.3.1 Uji Normalitas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 43
3.4.3.2 Uji Autokorelasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 44
3.4.3.3 Uji Multikolinearitas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 45
3.4.3.4 Uji Heteroskedastisitas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .46
3.4.4 Pengujian Hipotesis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 46
3.4.4.1 Uji Statistik f . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 46
3.4.4.2 Uji Statistik t . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 47
3.4.4.3 Koefisien Determinasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 48
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . 49
4.1 Metode Pemilihan Sampel . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 49
4.2 Analisis Data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 50
4.2.1 Statistik Deskriptif . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 50
4.2.2 Uji Asumsi Klasik. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 51
4.2.2.1 Uji Normalitas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 52
4.2.2.2 Uji Autokorelasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 54
4.2.2.3 Uji Multikolinearitas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 55
4.2.2.4 Uji Heteroskedastisitas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 56
4.2.3 Uji Hipotesis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 57
4.2.3.1 Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2). . . . . . . . 57
4.2.3.2 Uji Kelayakan Model Regresi (Uji Statistik F). . . . 58
4.2.3.3 Uji Statistik t . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 58
4.2.4 Analisis Regresi Linear Berganda . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 60
4.3 Pembahasan Hasil Analisis Data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .61
4.3.1 Pengaruh Life Cycle terhadap Earnings Management . . . . .61
iii
4.3.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap
Earnings Management . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .64
4.3.3 Analisis Tambahan Pengaruh Life Cycle terhadap Earnings
Management . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 65
V. KESIMPULAN DAN SARAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 71
5.1 Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 71
5.2 Keterbatasan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 72
5.3 Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 28
Tabel 3.1 Klasifikasi Life Cycle . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40
Tabel 4.1 Pengambilan Sampel Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 49
Tabel 4.2 Hasil Statistik Deskriptif . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 50
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 52
Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 54
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 55
Tabel 4.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 57
Tabel 4.7 Hasil Uji Statistik f . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 58
Tabel 4.8 Hasil Uji Statistik t . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 59
Tabel 4.9 Hasil Analisis Tambahan (Analisis Deskriptif) . . . . . . . . . . . . . . . . 66
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 34
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 53
Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 56
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Laporan keuangan merupakan sarana bagi perusahaan untuk menyampaikan
informasi keuangan mengenai pertanggungjawaban pihak manajemen terhadap
pemenuhan kebutuhan pihak-pihak tertentu baik dari pihak eksternal maupun
internal yaitu diperolehnya melalui informasi kinerja perusahaan (Wahyono, et
al., 2013) dalam Luluk dan Restuti (2015). Dalam menyusun sebuah laporan
keuangan, dasar akrual digunakan untuk menyusun neraca, laporan laba rugi dan
laporan perubahan ekuitas. Dasar akrual sendiri dipilih karena lebih adil dan
rasional dalam mencerminkan kondisi keuangan dalam perusahaan secara riil,
tetapi penggunaan dasar akrual memberi keleluasaan bagi para pihak manajemen
perusahaan dalam memilih kebijakan akuntansi selama tidak menyimpang dari
Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku umum, kebijakan akuntansi yang
secara sengaja dipilih oleh manajemen untuk tujuan tertentu dan mengarah pada
praktik earnings management (Kusumawati dan Cahyati, 2014).
2
Pada zaman modern, kini banyak pihak-pihak di dalam perusahaan yang
melakukan tindakan manipulasi atau memodifikasi laporan keuangan agar
memperoleh keuntungan untuk kepentingannya sendiri. Seharusnya laporan
keuangan menghasilkan laporan yang baik untuk meningkatkan kepercayaan
para pengguna laporan keuangan tersebut. Laporan keuangan diharapkan dapat
menyajikan informasi mengenai kinerja keuangan perusahaan dan bagaimana
manajemen perusahaan bertanggung jawab kepada pemilik perusahaan. Jensen
(1976) dalam Handayani dan Rachadi (2009) menyebutkan bahwa manipulasi
laba adalah perbuatan manajer dalam mengubah laba akuntansi untuk
memperoleh tanggapan atau komentar positif terhadap kinerja yang sudah
mereka lakukan dan juga untuk memperoleh tanggapan atau komentar positif
dari pasar atas informasi yang sudah mereka sajikan. Metode akuntansi yang
secara sengaja dipilih oleh manajemen untuk tujuan tertentu dapat mengarah
pada praktik earnings management (manajemen laba).
Beberapa fenomena mengenai earnings management yang terjadi pada beberapa
perusahaan besar. Contoh fenomena earnings management yaitu kasus pada
Toshiba tahun 2015. Diketahui bahwa Toshiba telah mengoperasikan seluruh
bisnisnya dalam skala global di berbagai industri dengan hasil penjualan yang
mencapai lebih dari 63 miliar dolar Amerika. Namun, pada bulan Mei 2015
Toshiba melakukan investigasi atas skandal akuntansi internal dan harus
merevisi perhitungan laba dalam 3 tahun terakhir. Toshiba sejak tahun 2008
mengalami kesulitan dalam mencapai target keuntungan dimana pada saat terjadi
3
krisis global. Hingga akhirnya Toshiba melakukan kebohongan melalui
accounting fraud senilai 1,22 miliar dolar Amerika. Tindakan ini dilakukan
dengan berbagai upaya sehingga mennghasilkan laba yang tidak sesuai dengan
kenyataannya. Kejadian tersebut membuat Toshiba dikeluarkan dari indeks
saham dan mengalami penurunan penjualan yang signifikan. Pada akhir tahun
2015, Toshiba telah merugi sebesar 8 miliar dolar Amerika.
Salah satu fenomena lainnya adalah pada perusahaan yang listing sektor
makanan dan minuman yaitu PT Mayora Indah Tbk (MYOR) sempat
menggegerkan parapemegang saham akibat laba bersih yang turun drastis
sebesar 59,56% menjadi Rp 409,82 miliar dari periode tahun sebelumnya yang
berjumlah Rp 1,04 triliun. Selain itu, perseroan mencatatkan kenaikan di
sejumlah pos beban. Beban penjualan naik 0,6% dari Rp 1,27 triliun pada
periode 2013 menjadi Rp 1,28 triliun pada periode 2014. Beban umum dan
administrasi naik menjadi Rp 359,97 miliar. Hal itu membuat laba usaha
perseroan tergelincir 31,61% dari Rp 1,3 triliun pada tahun 2013 menjadi Rp
891,29 miliar pada tahun 2014. Beban bunga naik 39,55% menjadi Rp 358,43
miliar pada tahun 2014 dari periode sama tahun sebelumnya Rp256,84 miliar.
Dengan melihat kinerja tersebut, laba per saham turun menjadi 451 pada tahun
2014 dari periode sama taun sebelumnya 1.115.
Selain fenomena di atas, fenomena lain terkait dengan earnings management
pernah terjadi di salah satu perusahaan sub sektor food and beverage yaitu PT
Ades Alfindo di Indonesia. Kasus ini terungkap ketika manajemen baru PT Ades
4
menemukan inkonsistensi pencatatan atas penjualan periode 2001-2004.
Sebelumnya pada Juni 2004 terjadi perubahan manajemen di PT Ades dengan
masuknya Water Partners Bottling Co. (perusahaan patungan The Coca Cola
Company dan Nestle SA) dengan kepemilikan saham sebesar 65,07%. Pemilik
baru inilah yang berhasil menemukan adanya inkonsistensi pencatatan pada
laporan keuangan periode 2001-2004 yang dilakukan oleh manajemn lama.
Inkonsistensi pencatatan terjadi antara 2001 dan kuartal kedua 2004. Hasil
penelusuran menunjukkan untuk setiap kuartal angka penjualan lebih tinggi
antara 0,6 – 3,9 juta galon dibandingkan angka produksi. Hal ini tentu tidak logis
karena tidak mungkin orang menjual lebih banyak dari yang diproduksi.
Manajemen Ades baru melaporkan angka penjualan riil pada 2001 diperkirakan
lebih rendah Rp 13 miliar dari yang dilaporkan. Pada 2002, perbedaannya
mencapai Rp 45 miliar, sedangakn untuk 2003 sebesar Rp 55 miliar. Untuk enam
bulan pertama 2004, selisihnya diperkirakan sebesar Rp 2 miliar. Kesalahan
tersebut luput dari pengamatan publik karena PT Ades tidak memasukkan
volume penjualan dalam laporan keuangan yang telah di audit. Akibatnya,
laporan keuangan yang disajikan PT Ades pada 2001 dan 2004 lebih tinggi dari
yang seharusnya dilaporkan.
Earnings management (manajemen laba) dilakukan oleh manajer dengan
memanipulasi earnings (laba) untuk memperoleh hasil yang diinginkan.
Misalnya, ketika perusahaan mengalami penurunan laba maka perusahaan akan
melakukan manajemen laba dengan menaikkan laba perusahaan (earnings
5
increasing). Sedangkan ketika perusahaan akan melaporkan pajak, maka
perusahaan akan melakukan manajemen laba dengan menurunkan laba
perusahaan (earnings decreasing) agar pajak yang dibayarkan kepada
pemerintah tidak terlalu besar. Ketika laba perusahaan mengalami fluktuatif,
maka perusahaan akan melakukan perataan laba (income smoothing) (Hastuti,
2011). Healey dan Wahlen (1999) menyatakan bahwa munculnya earnings
management disebabkan oleh keputusan manajemen untuk memanipulasi atau
memodifikasi laporan keuangan perusahaan. Munculnya earnings management
(manajemen laba) karena adanya asimetri informasi antara pemilik dan pihak
manajemen perusahaan, di mana pada saat asimetri informasi tinggi para
stakeholder tidak memiliki sumber, insentif, atau akses yang cukup terhadap
informasi laporan keuangan yang telah disajikan untuk mengawasi tindakan
manajer yang dapat meningkatkan kegiatan earnings management (manajemen
laba).
Walaupun earnings management bukan sebuah kecurangan namun seringkali
earnings management menyebabkan informasi yang dihasilkan tidak
mencerminkan keadaan perusahaan yang sebenarnya atau hanya menguntungkan
pihak-pihak tertentu saja sehingga menurunkan penyajian laporan keuangan
(Kusumawati dan Cahyati, 2014). Banyak faktor yang menyebabkan praktik
earnings management salah satunya adalah ukuran perusahaan.
Ukuran perusahaan memiliki kaitan yang cukup erat dengan earnings
management. Ukuran perusahaan adalah skala dimana besar dan kecilnya
6
perusahaan dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara, antara lain aset, log size,
nilai pasar saham (Sihaloho dan Sitanggang, 2016). Menurut Marrakchi (2001)
Perusahaan yang lebih besar kurang memiliki dorongan untuk melakukan
manajemen laba dibandingkan dengan perusahaan skala kecil, karena perusahaan
besar dipandang lebih kritis oleh pemegang saham dan pihak luar. Perusahaan
besar memliki basis investor yang lebih besar, sehingga mendapatkan tekanan
yang lebih kuat untuk menyajikan laporan keuangan yang kredibel dan dapat
dipercaya. Berdasarkan penelitian yang diteliti oleh Mahawyahrti dan Budiasih
(2016) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap
manajemen labanya. Kusumawati dan Cahyati (2014) menyatakan hasil
penelitiannya bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap earnings
management untuk menghindari pelaporan penurunan laba. Berbeda dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Handayani dan Rachadi (2009) yang
meneliti pengaruh ukuran perusahaan terhadap earnings management, dengan
hasil penelitian bahwa setiap ukuran perusahaan melakukan praktik earnings
management. Hal ini di dukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sihaloho dan Sitanggang (2016) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan
mempunyai hubungan positif terhadap praktik earnings management.
Sebelum para investor melakukan investasi atau seorang manajer mengambil
suatu keputusan terhadap tujuan perusahaannya, maka perusahaan tersebut akan
dinilai terlebih dahulu. Penilaian perusahaan dapat dikaitkan dengan siklus
kehidupan perusahaan (life cycle). Artinya, dengan memperhatikan siklus hidup
7
perusahaan, perusahaan dapat dinilai apakah tujuan perusahaan yang di capai
sesuai dengan siklus hidup yang di alami perusahaan. Life cycle perusahaan yang
berbeda maka akan berbeda juga dasar keputusan yang diambil untuk mengukur
kinerja akuntansi (Qodriyah, 2012). Terdapat empat tahap siklus hidup
perusahaan, yaitu tahap introduction, growth, mature, dan decline. Jika hasil
penelitian Kim, et al. (2003) dikaitkan dengan penelitian Yan (2006) dalam
Hastuti dan Hutama (2010) , dapat disimpulkan bahwa earnings management
dapat dilakukan oleh perusahaan yang kecil sampai dengan perusahaan yang
besar, yaitu perusahaan yang berada pada tahap pertumbuhan (growth), tahap
mature, sampai dengan tahap stabil (stagnant). Berdasarkan hal ini, earnings
management dapat dihubungkan dengan life cycle perusahaan.
Ada beberapa penelitian yang menghubungkan antara earnings management
dengan life cycle perusahaan. Contohnya adalah Anthony dan Ramesh (1992)
yang meneliti hubungan antara ukuran kinerja akuntansi dan harga saham
dengan menggunakan uji hipotesis siklus hidup perusahaan dengan membagi
siklus hidup ke dalam tiga tahap yaitu growth, mature, dan stagnant. Hastuti dan
Hutama (2010) meneliti tentang perbedaan perilaku manajemen laba berdasarkan
perbedaan siklus hidup perusahaan dan ukuran perusahaan. Perbedaan perilaku
manajemen laba dilihat dari besar kecilnya manajemen laba. Hastuti dan Hutama
(2010) mengungkapkan bahwa terdapat earnings management dalam
perusahaan-perusahaan yang berada pada tahap growth, mature, dan stagnant.
Namun, tidak ada perbedaan perilaku earnings management berdasarkan
8
perbedaan life cycle perusahaan dan ukuran perusahaan. Berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Hastuti (2011) yang menguji manajemen laba
terhadap life cycle perusahaan dengan melihat titik kritisnya melalui analisis
manajemen laba riil dan manajemen laba akrual. Hasilnya menunjukkan bahwa
perusahaan-perusahaan yang berada pada titik kritis growth-mature dan mature-
stagnant memilih discretionary accrual yang menaikkan laba. Namun, penelitian
ini tidak dapat membuktikan bahwa perusahaan-perusahaan yang berada pada
titik kritis growth-mature dan mature-stagnant melakukan manajemen riil.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Luluk dan Restuti (2015) mengungkapkan
bahwa tidak dapat membuktikan bahwa tindakan earnings management yang
semakin rendah seiring dengan perubahan life cycle perusahaan dikarenakan
untuk mempertahankan investor tetap berinvestasi maka manajemen melakukan
earnings management besar-besaran pada tahap mature, sehingga perusahaan
yang berada pada tahap ini melakukan earnings management yang paling tinggi.
Sedangkan perusahaan yang berada pada tahap growth perusahaan melakukan
earnings management yang paling rendah, karena perusahaan berada pada
tingkat penjualan yang tinggi dan juga mulai melakukan diversifikasi produk.
Untuk itu peneliti melakukan uji tambahan yang menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan pada perilaku earnings management di tahap growth
dan mature, tetapi tidak terdapat perbedaan yang signifikan perilaku earnings
management di tahap mature dengan stagnant.
9
Penelitian ini bertujuan melakukan kajian empiris terhadap earnings
management pada perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Hal ini terlihat semakin banyaknya industri makanan dan minuman di
negara ini. Barang konsumsi menjadi industri yang penting bagi perkembangan
perekonomian bangsa. Hal ini tidak terlepas dari perusahaan-perusahaan yang
bergerak dalam industri barang konsumsi di Indonesia. Perusahaan makanan dan
minuman merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan produk
kemudian di jual guna memperoleh keuntungan yang besar. Beberapa penelitian
yang menguji mengenai pengaruh life cycle dan ukuran perusahaan terhadap
earnings management telah dilakukan dan hasilnya masih berbeda-beda. Hal
tersebut yang mendorong dilakukannya penelitian lanjutan. Berdasarkan latar
belakang dan permasalahan di atas maka peneliti tertarik mengambil judul
“PENGARUH LIFE CYCLE TERHADAP EARNINGS MANAGEMENT
DENGAN UKURAN PERUSAHAAN SEBAGAI VARIABEL KONTROL
PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA (Periode 2013-2017)”
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah life cycle perusahaan akan berpengaruh positif terhadap
earnings management?
10
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Untuk mengetahui apakah life cycle perusahaan akan berpengaruh
positif terhadap earnings management
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk memperdalam dan
mengaplikasikan teori yang telah diperoleh.
1.4.2 Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan referensi
untuk memungkinkan penelitian selanjutnya baik yang bersifat
melanjutkan maupun melengkapi.
1.4.3 Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wacana
mengenai pengaruh life cycle dan ukuran perusahaan terhadap earnings
management perusahaan.
11
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory)
Teori keagenan (agency theory) mengimplikasikan bahwa adanya asimetri
informasi anatara manajer sebagai agen dan pemilik (yaitu pemegang saham)
sebagai principal. Agen memiliki kewajiban untuk menyampaikan laporan
periodik kepada principal terkait dengan usaha yang dijalankan oleh
perusahaan (Barvidi, 2015).
Dengan adanya kondisi asimetri informasi antara agen dan principal dapat
memberikan kesempatan kepada pihak manajemen untuk menggunakan
informasi yang di ketahui untuk memanipulasi data laporan keuangan
perusahaan baik untuk pentingan pribadi atau lainnya. Semakin banyak
informasi yang didapat oleh pihak manajemen perusahaan daripada pemegang
saham perusahaan maka pihak manajemen akan lebih banyak mempunyai
kesempatan untuk melakukan praktik earnings management. Fleksibelitas
manajemen untuk mengelola earnings management dapat dikurangi melalui
12
menyediakan informasi yang lebih berkualitas bagi pihak luar perusahaan
(Richardson, 1998).
Principal mempekerjakan agen untuk melakukan tugas demi kepentingan
principal, termasuk pendelegasian otoritas pengambilan keputusan dari
principal kepada agen. Ada dua tipe masalah keagenan yaitu Adverse
Selection dan Moral Hazard. Jensen dan Mackelin (1976) hubungan keagenan
merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih orang (principal)
memerintahkan orang lain (agent) untuk melakukan suatu pekerjaan atas
nama principal tersebut serta memberikan wewenang kepada pihak agen
untuk membuat keputusan yang terbaik dalam sebuah perusahaan dan begitu
juga bagi principal.
2.1.2 Earnings Management (Manajemen Laba)
Earnings management adalah proses di mana manajer memiliki kemampuan
untuk menggunakan deskresi yang mereka miliki untuk menyesatkan para
stakeholders atau mempengaruhi hasil kontraktual mereka dengan owner (Healy
dan Wahlen, 1999). Menurut Sihaloho dan Sitanggang (2016) manajemen laba
merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan atau mengurangi laba yang
akan dilaporkan saat ini atas suatu unit di mana manajer bertanggungjawab,
tanpa mengakibatkan peningkatan atau penurunan profitabilitas ekonomi yang
bersifat jangka panjang.
13
Praktik earnings management memiliki dua sifat utama yakni efisien dan
oportunistik. Adanya sifat oportunistik sangat berkaitan erat dengan
permasalahan keagenan dalam sebuah perusahaan. Praktik earnings
management oportunistik dapat menyebabkan investor membuat keputusan
investasi yang salah, karena informasi yang disajikan tidak menggambarkan
keadaan dan posisi keuangan yang sebenarnya dalam sebuah perusahaan.
Tingginya tingkat oportunistik dalam perusahaan mengidentifikasikan tingginya
risiko bagi investor dan menyebabkan return yang akan diperoleh investor lebih
rendah (Istiqomah dan Adhariani, 2017).
Tindakan earnings management berkaitan dengan berbagai motivasi
(incentives) nilai perusahaan atau meningkatkan kemakmuran manajer. Watzz
dan Zimmerman (1986) dalam Assih, et al. (2005) berpendapat bahwa jika
kemakmuran manajer dihubungkan langsung dengan hasil akuntansi maka
manajer akan mempunyai motivasi yang kuat untuk memanipulasi data
akuntansi. Dorongan ketiga untuk tindakan manajemen laba yang telah diteliti
oleh banyak peneliti berkaitan dengan proses politik regulasi. Beberapa
perusahaan sering kali menjadi sasaran tindakan politik yang mungkin
menimbulkan biaya, kondisi tersebut memberikan dorongan kepada manajer
untuk menaikkan atau menurunkan biaya yang timbul tadi kondisi politik
tersebut.
Timbulnya manajemen laba juga dapat dijelaskan dengan teori agensi. Sebagai
agen, manajer bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para
14
pemilik (principal) dan sebagai imbalannya akan memperoleh kompensasi
sesuai dengan kontrak. Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang
berbeda di dalam perusahaan dimana masing-masing pihak berusaha untuk
mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki (Ali
dalam Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Principal tidak memiliki informasi yang
cukup tentang kinerja agent. Agent mempunyai lebih banyak informasi
mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja, dan perusahaan secara keseluruhan.
Hal inilah yang mengakibatkan adanya ketidakseimbangan informasi yang
dimiliki oleh principal dan agent. Ketidakseimbangan informasi inilah yang
disebut dengan asimetri informasi. Asimetri informasi dapat juga diartikan
sebagai ketimpangan informasi antara manajemen dan pemegang saham di
mana manajer lebih mengetahui informasi internal perusahaan dan prospek
perusahaan di masa mendatang dibandingkan dengan pemegang saham itu
sendiri (Barvidi, 2015). Asimetri antara manajemen (agent) dengan pemilik
(principal) dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan
earnings management (manajemen laba) dalam rangka menyesatkan pemilik
(pemegang saham) mengenai kinerja ekonomi perusahaan (Ujiyantho dan
Pramuka, 2007).
Permasalahan ini yang menjadi dasar perusahaan akan mendorong manajer
sebagai agent melakukan praktik earnings management untuk memenuhi
kepentingan pribadinya yang biasanya bertolak belakang dengan kepentingan
principal.
15
2.1.2.1 Pola Earnings Management (Manajemen Laba)
Berikut ini merupakan pola umum yang digunakan dalam manajemen laba
(Scoot, 2009 dalam Savitri 2014) dapat dilakukan dengan cara:
1. Taking a Bath
Taking a Bath adalah pola manajemen laba yang dilakukan dengan cara
menjadikan laba perusahaan pada periode berjalan menjadi sangat rendah
atau bahkan mengalami kerugian dibandingan dengan laba periode tahun
sebelumnya atau sesudahnya. Taking a Bath terjadi selama periode adanya
tekanan organisasi atau pada saat terjadinya reorganisasi, seperti
pergantian CEO baru.
2. Income Minimization
Income Minimization adalah pola manajemen laba yang dilakukan dengan
cara menjadikan laba pada laporan keuangan periode berjalan lebih rendah
daripada laba sesungguhnya. Kebijakan yang di ambil dapat berupa
penghapusan atas barang modal dan asset tak berwujud, pembebanan
pengeluaran iklan, pengeluaran R&D, dan lain-lain.
3. Income Maximization
Income Maximization adalah pola manajemen yang dilakukan dengan cara
menjadikan laba laporan keuangan periode berjalan lebih tinggi daripada
laba sesungguhnya. Tujuannya adalah untuk memperoleh bonus yang
lebih besar, meningkatkan keuntungan, dan untuk menghindari dari
pelanggaran atas kontrak hutang jangka panjang. Pola ini dilakukan pada
saat laba mengalami penurunan, sehingga perusahaan memaksimalkan
16
labanya dengan cara mempercepat pencatatan pendapatan, menunda biaya,
dan memindahkan biaya untuk periode lain.
4. Income Smoothing
Income Smoothing adalah pola manajemen laba yang dilakukan dengan
cara membuat laba akuntansi relatif konsisten (rata atau smooth) dari ke
periode ke periode lain.
2.1.2.2 Motivasi Earnings Management (Manajemen Laba)
Scott (2009) dalam Wicaksono dan Hasthoro (2014) mengemukakan
motivasi terjadinya manajemen laba, yaitu:
1. Bonus Purposes
Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan
bertindak secara opportunistic untuk melakukan manajemen laba
(earnings management) dengan memaksimalkan laba yang didapat.
Kinerja manajer salah satunya di ukur dengan pencapaian laba usaha
perusahaan. Pengukuran kinerja berdasarkan laba dan bonus tersebut
memotivasi para manajer perusahaan akan memberikan performa
terbaiknya sehingga mereka dapat melakukan tindakan earnings
management demi mendapatkan bonus yang maksimal.
2. The Debt Convenant Hypotesis
Manajemen akan berusaha untuk meningkatkan laba perusahaan agar
tidak melanggar perjanjian kredit yang telah dilakukan serta demi menjaga
17
nama baik dan reputasi mereka. Agar kreditor mau menginvestasikan
dananya di perusahaan, manajer harus menunjukkan performa terbaiknya
dari perusahaan. Untuk memperoleh hasil maksimal, yaitu pinjaman
dalam jumlah yang besar, perilaku kreatif dari manajer untuk
menampilkan performa yang baik dari laporan keuangan perusahaan pun
kerap sekali muncul.
3. Political Motivations
Earnings management digunakan untuk mengurangi laba perusahaan yang
akan dilaporkan karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan
pemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat.
4. Taxation Motivations
Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang
paling nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan untuk penghematan
pajak pendapatan. Kepentingan ini didominasi oleh perusahaan yang
sudah go public. Perusahaan yang belum go public cenderung melaporkan
dan menginginkan untuk menyajikan laporan laba fiskal yang lebih rendah
dari nilai yang sebenarnya. Kecenderungan ini memotivasi manajer untuk
melakukan tindakan manajemen laba agar seolah-olah laba fiskal yang
dilaporkan memang lebih rendah tanpa adanya penggaran aturan dan
kebijakan akuntansi perpajakan.
18
5. Pergantian CEO
CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikkan
pendapatan untuk meningkatkan bonus mereka. Ketika kinerja perusahaan
memburuk, pendapatan akan di maksimalkan agar tidak diberhentikan.
6. Intital Public Offering (IPO)
Perusahaan yang akan go public belum memiliki nilai pasar dan
menyebabkan manajer perusahaan yang akan go public melakukan
manajemen laba dalam prospektusnya dengan harapan menaikkan harga
saham perusahaan.
2.1.3 Life Cycle (Siklus Hidup)
Kotler (1997) dalam Hastuti dan Hutama (2010), ada empat macam life cycle,
yaitu demand life cycle, technology life cycle, product life cycle, dan brand life
cycle. Demand life cycle menggambarkan perubahan tingkat kebutuhan. Dengan
adanya demand/technology life cycle, akan tampak suatu kesuksesan bentuk
produk yang dapat memenuhi suatu kebutuhan. Produk tersebut dimodifikasi
dengan sebaik mungkin untuk memenuhi suatu kebutuhan dengan melalui tahap
introduction, growth, maturity, dan decline yang disebut dengan product life
cycle.
Menurut Schori dan Garee (1998) dalam Hastuti (2010) perusahaan memiliki
life cycle seperti halnya dengan produk, yaitu introduction, growth, mature, dan
decline. Pada saat di tahap (pertama) introduction, perusahaan baru
19
diperkenalkan sebagai bisnis yang kecil. Sebagian cepat gagal karena pihak
eksekutif tidak memahami kebutuhan pasar dan tidak mengetahui bagaimana
memenuhi kebutuhan tersebut serta tidak memiliki bakat sebagai pengusaha.
Tahap yang kedua adalah growth. Pada tahap ini, perusahaan mulai memenuhi
kebutuhan pasar dan pertumbuhannya mengalami peningkatan. Pertumbuhan ini
merupakan hasil dari pemenuhan kebutuhan pasar yang lebih baik daripada
kompetisi dan semangat usaha dari pendiri perusahaan tersebut.
Tahap yang ketiga adalah mature. Perusahaan memasuki tahap di mana para
manajer sudah mulai profesional. Tetapi umur perusahaan tidak lama lagi dan
mengarah pada tahap akhir life cycle perusahaan. Ada beberapa perusahaan
yang tetap berada pada tahap ini untuk jangka waktu yang cukup lama tetapi
ada juga yang mengarah pada kebangkrutan.
Pada tahap setelah mature, ada perusahaan yang tidak memasuki tahap decline
tetapi tetap berada pada posisi stabil (stagnant).
Pengukuran variabel life cycle perusahaan dapat diklasifikasikan dengan
menggunakan rasio pembayaran per tahun, persentase penjualan dan umur
perusahaan (Anthony dan Ramesh, 1992). Sedangkan menurut Dickinson
(2010) klasifikasi tahapan life cycle perusahaan menggunakan metode arus kas
yaitu, arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan.
20
2.1.3.1 Tahap Start up
Pada tahap awal (start up) merupakan tahap dimana perusahaan akan
mengalami pertumbuhan penjualan dan keuntungan yang relatif lamban,
karena selain perusahaan adalah sebagai pendatang baru atau perusahaan
tersebut baru saja didirikan dalam dunia perindustrian, perusahaan yang
bersangkutan juga masih dalam tahap pengenalan (introduction) terhadap
produk-produk yang dijual, karyawan-karyawan yang ada di dalamnya
sistem dan prosedur yang ada di dalam perusahaan tersebut, dan lain-lain.
Oleh karena itu pada tahap ini dinamakan sebagai experimentation period
(Weston & Brigham, 1981 dalam Juniarti dan Limanjaya, 2005).
Tahap start up, perusahaan masih berusaha mendapatkan pangsa pasar
dan belum memperoleh banyak pendapatan. Perusahaan banyak
melakukan pengeluaran kas karena pengeluaran utamanya diperlukan
untuk pengembangan produk, pengembangan pasar dan ekspansi
kapasitas (Anthony dan Ramesh, 1992). Arus kas operasi (AKO) pada
tahap ini juga diperkirakan bernilai negatif karena perusahaan masih
dalam tahap pencarian pangsa pasar dan kemungkinan masih belum
menghasilkan arus kas masuk dari aktivitas operasi dalam jumlah yang
lebih besar daripada arus kas keluarnya. Tetapi menurut Black (1998)
arus kas dari kegiatan investasi sangat dibutuhkan untuk memberikan
informasi seberapa besar perusahaan dapat membiayai kemampuannya
sendiri.
21
Perusahaan pada tahap start up ini perlu mengembangkan dan
mempertahankan pangsa pasar serta menguasai teknologi agar
perusahaan dapat terus tumbuh (growth), untuk hal itu maka diperlukan
investasi yang sangat besar, mendorong perusahaan untuk mendapatkan
dana yang lebih besar agar dapat memulai usahanya.
Arus kas investasi dibutuhkan untuk memberikan informasi mengenai
kemampuan operasional perusahaan sendiri dalam membiayai
pertumbuhan, arus kas investasi berguna untuk memberikan informasi
mengenai investasi-investasi yang dilakukan untuk pertumbuhan
perusahaan dan arus kas pendanaan berguna untuk memberikan informasi
mengenai kemampuan perusahaan dalam mendapatkan dana untuk
mendukung pertumbuhan (Juniarti dan Limanjaya, 2005).
2.1.3.2 Tahap Growth
Pada tahap growth, sama halnya dengan pada tahap start up, yakni
perusahaan masih melakukan pengeluaran investasi yang sangat besar
untuk mengembangkan dan mempertahankan pangsa pasar serta
menguasai teknologi. Tahap ini juga mengalami peningkatan penjualan,
laba, likuiditas, dan peningkatan rasio ekuitas terhadap hutang, serta mulai
membayar dividen. Selain itu, perusahaan mulai melakukan diversifikasi
22
lini produk yang berhubungan erat. Tahap ini dinamakan juga sebagai
exploitation period (Juniarti dan Limanjaya, 2005).
Laba yang diperoleh pada tahap ini akan lebih besar dibandingkan dengan
tahap sebelumnya. Hal ini disebabkan karena perusahaan sudah berhasil
memperoleh pangsa pasar dan mampu menghasilkan arus kas operasi
yang meningkat atau bahkan diprediksikan bernilai positif (Atmini, 2000
dalam Hastuti dan Hutama, 2010).
Arus kas pendanaan diperlukan lebih besar lagi bila dibandingkan dengan
tahap start up. Tujuannya yaitu untuk meraih dana dan membiayai sales
growth dan profitability yang lebih tinggi, yakni dengan menginvestasikan
dana tersebut (investing activity) ke dalam fixed asset lain untuk
memenuhi permintaan pasar (Weston & Brigham, 1981 dalam Juniarti dan
Limanjaya, 2005).
2.1.3.3 Tahap Mature
Pada tahap ini, perusahaan mengalami peningkatan penjualan, tingkat
likuiditas yang tinggi, dan perusahaan menjadi cash cow. Pangsa pasar di
tahap ini semakin kuat, oleh karena itu perusahaan diharapkan dapat
menghasilkan laba positif dalam jumlah yang besar (Juniarti dan
Limanjaya, 2005). Selain itu, diharapkan pada tahap ini juga arus kas yang
dihasilkan dari aktivitas operasi bernilai positif. Namun, ditinjau dari arus
23
kas investasi, pada tahap ini mengalami penurunan karena perusahaan
sudah mampu menghasilkan aset yang ditanamkan dari dua tahap siklus
hidup sebelumnya.
Akuisisi eksternal biasanya merupakan cara untuk perusahaan
menginvestasikan dananya yang berlebih (Westen & Brigham, 1981
dalam Juniarti dan Limanjaya, 2005). Arus kas pendanaan dalam tahap ini
juga berkurang, karena selain perusahaan sudah mampu melakukan
pembiayaannya sendiri dengan melalui arus kas operasi yang sudah
benilai positif dalam jumlah yang besar, perusahaan sudah tidak
membutuhkan pendapatan dana yang terlalu besar seperti pada tahap
sebelumnya.
Dapat disimpulkan, bahwa tahap mature nilai kesempatan tumbuh (growth
opportunities) merupakan salah satu komponen utama, tetapi relatif
menjadi berkurang bila dibandingkan dengan tahap start up dan growth.
Sedangkan nilai aset mulai bertambah. Pada tahap ini aset yang dimiliki
oleh perusahaan sudah mampu menghasilkan pendapatan dan biaya yang
lebih representatif bila dibandingkan dua tahap sebelumnya (Juniarti dan
Limanjaya, 2005).
24
2.1.3.4 Tahap Decline
Pada tahap decline, perusahaan mengalami penuruan penjualan yang
signifikan sehingga terjadi kerugian dan pembayaran dividen pun terhenti.
Permintaan produk yang di produksi oleh perusahaan sangat rendah dan
pangsa pasar potensial sangat sempit (Pashley & Philippatos, 1990).
Selain itu, perusahaan juga mengalami keusangan manajerial dan
teknologi.
Perusahaan pada tahap ini juga mengalami persaingan yang cukup ketat
dan kejenuhan akan permintaan barang. Munculnya competitor yang
menawarkan barang atau produk pengganti yang lebih diminati oleh
konsumen membuat perusahaan akan mengalami penurunan daya jual.
Arus kas operasi (AKO) pada tahap ini mengalami penurunan. Aktivitas
dari arus kas operasi pada tahap ini berguna bagi perusahaan untuk
memberikan informasi seberapa besar perusahaan mampu menghasilkan
modal atas kegiatan operasinya. Sedangkan arus kas investasi pada tahap
ini bagi perusahaan sangat dibutuhkan untuk memberikan informasi
seberapa besar dana yang diperoleh dari penjualan aset-aset perusahaan
untuk membayar pengembalian hutang kepada debitur. Arus kas
pendanaan pada tahap ini juga berguna untuk memberikan informasi
kepada perusahaan seberapa kemampuan perusahaan melunasi hutang-
hutangnya kepada debitur.
25
2.1.3.5 Karakteristik Life Cycle (Siklus Hidup) Perusahaan
Menurut Aharony (2003) dalam Murhady (2008) mengemukakan
karakteristik tahapan siklus hidup (life cycle) perusahaan sebagai berikut:
1. Pada tahap start up ditandai dengan terbatasnya aset yang dimiliki, adanya
kesempatan untuk bertumbuh, earnings (laba) dan arus kas dari aktivitas
operasi yang rendah dan umur perusahaan yang relatif muda.
Perusahaan yang berada pada tahap ini berkemungkinan besar masih pada
tahap pendirian perusahaan dan masih berbentuk perusahaan perseorangan
atau modal ventura, karena belum memenuhi persayaratan sebagai
perusahaan terbuka seperti telah ditetapkan oleh Bursa Efek Indonesia
yaitu, perusahaan melakukan kegiatan operasional dalam usaha utama
(core business) yang minimal 36 bulan berturut-turut, laporan keuangan
yang telah di audit 3 tahun buku terakhir, dan memiliki asset bersih
minimal Rp 100.000.000.000. Rata-rata penjualan pada tahap ini lebih
dari 10-20%. Hal ini menjelaskan bahwa perusahaan pada tahap start up
kemungkinan besar belum termasuk perusahaan publik.
2. Pada tahap growth ditandai dengan lebih banyak asset yang dimilki,
pertumbuhan yang pesat, earnings (laba) dan arus kas dari aktivitas
operasi yang mulai tumbuh, dan umur perusahaan yang memasuki tahap
medium. Rata-rata Penjualan pada tahap ini sebesar lebih dari 20-50%.
3. Pada tahap mature ditandai oleh pertumbuhan yang rendah dan
perusahaan menjadi cash cow. Tingkat likuiditas pada tahap ini juga
26
mengalami peningkatan dan dividen yang diperoleh cuckup besar. Rata-
rata penjualannya ialah sebesar lebih dari 50%.
4. Pada tahap decline ditandai dengan penurunan pertumbuhan, financing
cost yang tinggi dan kompetisi yang intensif. Penjualan pada tahap ini
mengalami penurunan karena munculnya competitor yang memenuhi
kebutuhan para konsumen dengan barang pengganti. Rata-rata penjualan
pada tahap ini sebesar kurang dari 10%.
2.1.4 Ukuran Perusahaan (SIZE)
Ukuran perusahaan adalah skala di mana besar dan kecilnya perusahaan dapat
diklasifikasikan dengan berbagai cara, antara lain total aset, log size, nilai pasar
saham (Sihaloho dan Sitanggang, 2016). Menurut Yan (2006) ukuran
perusahaan dapat diukur dengan berdasarkan aktiva dan penjualan. Semakin
besar aset dan penjualannya semakin besar pula ukuran perusahaannya.
Sebagian besar para peneliti menggunakan ukuran perusahaan sebagai proksi
sensitifitas politis dan perilaku manajemen dalam menyampaikan atau
maleporkan laporan keuangan yang dibuat (Pacecca, 1995 dalam Handayani
dan Rachadi, 2009).
Terdapat dua pandangan mengenai bentuk hubungan ukuran perusahaan
terhadap manajemen laba. Pandangan yang pertama yaitu, ukuran perusahaan
memiliki hubungan positif terhadap manajemen laba, karena dibandingkan
dengan perusahaan skala kecil, sehingga memungkinkan untuk melakukan
27
praktik manajemen laba. Pandangan yang kedua yaitu, ukuran perusahaan
memiliki hubungan negatif terhadap manajemen laba.
Besar kecilnya perusahaan dapat mempengaruhi kemampuan manajemen untuk
mengoperasikan perusahaan dengan berbagai situasi dan kondisi yang
dihadapinya. Menurut Marrakchi (2001) dengan menggunakan data sampel
perusahaan industri pada tahun 1996 menemukan bahwa ukuran perusahaan
memiliki gubungan negatif dengan manajamen laba. Perusahaan yang lebih
besar kurang memiliki dorongan untuk melakukan manajemen laba
dibandingkan dengan perusahaan skala kecil, karena perusahaan besar
dipandang lebih kritis oleh pemegang saham dan pihak luar. Perusahaan besar
memliki basis investor yang lebih besar, sehingga mendapatkan tekanan yang
lebih kuat untuk menyajikan laporan keuangan yang kredibel dan dapat
dipercaya.
Perusahaan yang berukuran besar memiliki basis pemegang kepentingan yang
lebih luas, sehingga berbagai kebijakan perusahaan besar akan berdampak lebih
besar terhadap kepentingan publik dibandingkan dengan perushaan kecil. Bagi
investor, kebijakan perusahaan akan berdampak terhadap prospek cash flow di
masa mendatang, sedangkan bagi pemerintah (regulator) akan berdampak pada
besarnya pajak yang akan di terima, serta efektivitas peran pemberian
perlindungan terhadap masyarakat secara umum (Mahawyahrti dan Budiasih,
2016).
28
2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian
1 Handayani dan
Rachadi (2009)
Pengaruh
Ukuran
Perusahaan
terhadap
Manajemen Laba
Y: Manajemen
Laba
X: Ukuran
Perusahaan
Hasil penelitian
menyattakan bahwa
perusahaan kecil,
menengah dan besar
cenderung
melaporkan laba
positif untuk
menghindari
kerugian.
Perusahaan
menengah dan besar
secara agresif tidak
berpengaruh
terhadap manajemen
laba.
2 Hastuti dan
Hutama (2010)
Perbedaan
Perilaku
Earnings
Management
Berdasarkan
Pada Perbedaan
Life Cycle dan
Ukuran
Perusahaan
Y:
Earnings
Management
X:
1. Dividend
Payout
2. Sales Growth
3. Capital
Expenditure
4. Ukuran
Perusahaan
Penelitian ini
menunjukkan bahwa
terdapat earnings
management dalam
perusahaan yang
berada pada tahap
growth, mature, dan
stagnant. Namun,
tidak ada perbedaan
perlikau earnings
management
berdasarkan pada
perbedaan life cycle
perusahaan dan
ukuran perusahaan.
3 Hastuti (2011)
Titik Kritis
Manajemen Laba
Pada Perubahan
Tahap Life
Cycle
Perusahaan:
Analisis
Manajemen Laba
Y:
Manajemen
Laba
X:
1. Dividend
Payout
2. Sales Growth
Penelitian ini
menunjukkan bahwa
perusahaan yang
berada pada titik
kritis growth-mature
dan mature-stagnant
memilih
discretionary
29
Riil dan
Manajemen Laba
Akrual
3. Capital
Expenditure
4. Umur
Perusahaan
accrual yang
menaikkan laba.
Namun, penelitian
ini tidak dapat
membuktikan bahwa
perusahaan yang
berada pada titik
kritis growth-mature
dan mature-stagnant
melakukan
manajemen riil.
4 Kusumawati
dan Cahyati
(2014)
Pengaruh Siklus
Hidup dan
Ukuran
Perusahaan
Terhadap
Earnings
Management
Pada Perusahaan
Manufaktur yang
Terdaftar di BEI
Y:
Earnings
Management
X:
Siklus Hidup
Perusahaan dan
Ukuran
Perusahaan
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
secara parsial ada
pengaruh positif dan
signifikan siklus
hidup dengan
dilakukan praktik
earnings
management.
Sedangkan ukuran
perusahaan tidak ada
pengaruh signifikan
terhadap earnings
management.
5 Luluk dan
Rastuti (2015)
Perbedaan
Earnings
Management
Berdasarkan
Pada Perbedaan
Life Cycle
Perusahaan yang
Terdaftar di BEI
Y:
Earnings
Management
X:
1. Dividend
Payout
2. Sales Growth
3. Capital
Expenditure
4. Umur
Perusahaan
Hasil penelitian
tidak dapat
membuktikan bahwa
perilaku earnings
management yang
semakin rendah
seiring dengan
perubahan life cycle
perusahaan
dikarenakan untuk
mempertahankan
investor tetap
berinvestasi maka
manejemen
melakukan earnings
management besar-
besaran pada tahap
mature sehingga
perusahaan yang
30
berada pada tahap
ini melakukan
earnings
management yang
paling tinggi.
Peneliti menambah
uji yang
menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan
yang signifikan
perilaku earnings
management di
tahap growth dan
mature, tetapi tidak
terdapat perbedaan
yang signifikan
perilaku earnings
management di
tahap mature dengan
stagnant.
2.3 Pengembangan Hipotesis
2.3.1 Life Cycle Perusahaan Berpengaruh Positif Terhadap Earnings
Management
Earnings management banyak dilakukan oleh perusahaan kecil dibandingkan
perusahaan yang medium atau besar (Kim, et l., 2003 dalam Hastuti dan
Hutama, 2010). Perusahaan pada tahap growth memiliki jumlah investasi
yang lebih besar dan dividen yang dibayarkan masih rendah. Biasanya
perusahaan yang berada pada tahap growth umurnya masih relatif muda
(Anthony dan Ramesh, 1992) sehingga perusahaan cenderung untuk
melakukan tindakan earnings management yang sangat rendah karena
perusahaan berada pada tingkat penjualan yang tinggi dan melakukan
diversifikasi produk (Luluk dan Restuti, 2015).
31
Tindakan earnings management paling banyak dilakukan pada tahap mature,
karena untuk mempertahankan investor agar tetap berinvestasi (Luluk dan
Restuti, 2015). Menurut Diah (2009) dalam Luluk dan Restuti (2015)
perusahaan yang berada pada tahap maturity mengalami puncak penjualan
(tetapi pertumbuhan penjualannya di bawah tahap start up dan growth),
sehingga mengalami penurunan laba akibat kompetisi harga. Pada tahap
mature, penjualan meningkat sehingga perusahaan dapat membayar dividen
kepada para investor yang menenamkan modalnya ke dalam perusahaan.
Selain penjualan meningkat, tingkat likuiditas juga mengalami kenaikan
sehingga perusahaan menjadi cash cow. Sehingga tindakan earnings
management banyak dilakukan pada tahap ini.
Hastuti (2010) menunjukkan bahwa earnings management perusahaan pada
tahap decline lebih rendah secara signifikan daripada perusahaan yang berada
pada tahap mature. Penelitian tersebut didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Kusumawati dan Cahyati (2014) yang menunjukkan bahwa
earnings management yang lebih kecil dilakukan pada perusahaan yang
berada pada tahap decline dibandingkan dengan perusahaan yang berada pada
tahap mature juga didukung dengan Teoh, et al (1998) dalam Hastuti dan
Hutama (2010) yang menyatakan bahwa pada saat setelah IPO (pada tahap
decline) earnings management (digambarkan oleh discretionary accrual)
menurun dan lebih kecil dibandingkan pada saat offering (pada tahap mature).
32
Setiap tahapan siklus hidup (life cycle) perusahaan, perusahaan sering kali
melakukan tindakan earnings management sesuai dengan tigkat penjualan
yang diperoleh perusahaan, tingkat pembayaran dividen, dan dilihat dari aspek
arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan atau faktor
lainnya. Semakin tinggi tahapan siklus hidup perusahaan maka semakin tinggi
perusahaan tersebut melakukan tindakan earnings management.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut:
H1 = Life cycle perusahaan berpengaruh positif terhadap earnings
management.
2.4 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran teoritis yang disajikan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
2.4.1 Life Cycle Perusahaan (Siklus Hidup Perusahaan)
Perusahaan memiliki siklus hidup sama halnya dengan sebuah produk.
tahapan tersebut teridiri dari empat tahapan yaitu start up, growth, mature,
dan decline.
Pengukuran variabel life cycle perusahaan dapat diklasifikasikan dengan
menggambarkan rasio pembayaran per tahun, persentase penjualan, dan umur
perusahaan (Anthonydan Ramesh, 1992). Sedangkan menurut Dickinson
33
(2010) klasifikasi tahapan life cycle perusahaan menggunakan metode arus
kas.
2.4.2 Ukuran Perusahaan (SIZE)
Ukuran perusahaan adalah skala di mana besar dan kecilnya perusahaan dapat
diklasifikasikan dengan berbagai cara, antara lain total aktiva, log size, nilai
pasar saham (Sihaloho dan Sitanggang, 2016)
Menurut Yan (2006) ukuran perusahaan dapat diukur dengan berdasarkan
aktiva dan penjualan. Semakin besar aktiva dan penjualannya semakin besar
pula ukuran perusahaannya.
2.4.3 Earnings Management Perusahaan (Manajemen Laba Perusahaan)
Earnings management terjadi karena adanya asimetri informasi antara principal
dan agent. Asimetri antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) dapat
memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan earnings
management (manajemen laba) dalam rangka menyesatkan pemilik (pemegang
saham) mengenai kinerja ekonomi perusahaan (Ujiyantho dan Pramuka, 2007).
34
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
H1 (+)
Earnings Management
(Y)
Ukuran Perusahaan (SIZE)
(Variabel Kontrol)
Life Cycle
(X1)
35
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data yang Digunakan
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder
adalah informasi yang dikumpulkan dari sumber-sumber yang sudah ada
(Sekaran, 2017 : 130). Data sekunder pada penelitian ini di dapat melalui situs
resmi melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia: www.idx.co.id.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan sub sektor
food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan memiliki
laporan keuangan lengkap selama periode tahun 2014-2017. Pemilihan sampel
penelitian berdasarkan pada purposive sampling, yaitu dengan mentapkan
kriteria-kriteria tertentu dengan tujuan mendapatkan sampel yang representatif.
Berikut karakteristik pemilihan sampel yang digunakan untuk penelitian ini:
1. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
2. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan tahunan dari tahun
2013 hingga 2017 yang telah di audit.
3. Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan dalam mata uang rupiah.
36
4. Perusahaan tidak di delesting selama periode penelitian.
3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian
3.3.1 Variabel Dependen (Dependent variable)
Variabel dependen (variabel terikat) adalah variabel yang menjadi perhatian
utama peneliti, dengan kata lain variabel dependen merupakan variabel utama
yang sesuai dalam investigasi (Sekaran, 2017 : 77). Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah earnings management.
Manajemen laba dilakukan oleh manajer melalui faktor-faktor fundamental
perusahaan, yaitu dengan intervensi pada penyusunan laporan keuangan
berdasarkan akuntansi akrual (Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Earnings
management diukur dengan model Jones yang dimodifikasi oleh Dechow, et al.
(1995) yaitu dengan menggunakan discretionary accruals sebagai proksi
earnings management. Discretionary accruals diperoleh dengan mengukur total
accruals terlebih dahulu.
Tahap-tahap penentuan discretionary accruals adalah sebagai berikut:
a. Menghitung total akrual dengan menggunakan pendekatan aliran kas (cash
flow approach), yaitu:
TACC=Nlit-Cfit
Keterangan :
TACC = Total Akrual
Nlit = Laba bersih (net income) perusahaan i pada periode t
37
Cfit= Arus kas operasi (cash flow of operation) perusahaan i pada periode t
b. Menentukan koefisien dari regresi total akrual.
Dicreationary accruals merupakan perbedaan antara total accruals (TACC)
dengan non discreationary accruals (NDCC). Langkah awal untuk
menentukan non discreationary accruals yaitu melakukan regresi sebagai
berikut:
TACCt
TAt-1
= α1 (1
TAt-1
) + α2 (∆REVt
TAt-1
) + α3 (PPEt
TAt-1
) + εt
Keterangan :
TACCt = Total akrual pada tahun t
TAt-1 = Total aset pada tahun t-1
∆REV𝑡 = Pendapatan perusahaan pada tahun t – pendapatan pada tahun t-1
∆RECt = Piutang perusahaan pada tahun t – piutang perusahaan pada tahun
t-1
PPEt = Property, plant and equipment pada tahun t
𝛼1, 𝛼2,𝛼3 = Koefisien regresi persamaan regresi
𝜀𝑡 = error term tahun t
38
c. Menentukan non discreationary accruals
Regresi yang dilakukan pada (a) menghasilkan koefisien 𝛼1, 𝛼2 , 𝑑𝑎𝑛, 𝛼3.
Koefisien tersebut kemudian digunakan untuk memprediksi non
discreationary accruals melalui persamaan berikut:
NDACC= α1 (1
TAt-1
) + α2 (∆REVt
TAt-1
-∆RECt
TAt-1
) + α3 (PPEt
TAt-1
)
Keterangan:
NDACC = non discreationary accruals pada tahun t
𝑇𝐴𝑡−1 = Total aset pada tahun t
∆REVt = Pendapatan perusahaan pada tahun t – pendapatan perusahaan
pada tahun t-1
∆𝑅𝐸𝐶𝑡 = Piutang perusahaan pada tahun t – piutang perusahaan pada tahun
t-1
PPEt = Property, plant and equipment pada tahun t
𝛼1, 𝛼2,𝛼3 = Koefisien regresi persamaan regresi
d. Untuk menghitung discreationary accruals (DACC) yang merupakan proksi
dari earnings management, setelah non discreationary accruals, kemudian
discreationary accruals bisa dihitung dengan mengurangkan total accruals
(hasil perhitungan pada a) dengan non discreationary accruals (hasil
perhitungan pada b) diperoleh rumus sebagai berikut:
DACCt= (TACCt
TAt-1⁄ ) -NDACCt
39
Keterangan:
DACCt = Discreationary accruals pada tahun t
𝑇𝐴𝐶𝐶𝑡 = Total akrual pada tahun t
𝑇𝐴𝑡−1 = Total aset pada tahun t
NDACCt = Non discreationary accruals
Untuk tujuan estimasi, semua variabel diskalakan dengan total assets pada
awal periode untuk menghilangkan heteroskedatisitas. Total aset digunakan
oleh Jones (1991) karena ditemukan bahwa kuadrat residual dari ekspektasi
yang tidak diskalakan dengan total aset berkolerasi kuat dengan kuadran
aset tahun sebelumnya.
3.3.2 Variabel Independen (Independent Variable)
Variabel independen (variabel bebas) adalah variabel yang mempengaruhi
variabel terikat, baik secara positif atau negatif (Sekaran, 2017 : 79) variabel
independen dalam penelitian ini adalah life cycle perusahaan.
3.3.2.1 Life Cycle Perusahaan
Penelitian ini menggunakan pengklasifikasian life cycle perusahaan
berdasarkan penelitian Black (1998) yang berdasarkan kepada Anthony dan
Ramesh (1992) yang menggunakan metode pertumbuhan penjualan. Dengan
adanya kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan terutama sub sektor
food and beverage yang sebagaian besar pendapatannya diperoleh dari hasil
40
menjual produk kepada masyarakat. Sehingga metode ini dianggap dapat
memberikan informasi yang lebih bisa diandalkan. Berikut rumus
pertumbuhan penjualan:
SGt= SALESt-SALESt-1
SALESt-1
x 100
Keterangan:
𝑆𝐺𝑡 = Pertumbuhan penjualan pada tahun t
𝑆𝐴𝐿𝐸𝑆𝑡 = Penjualan pada tahun t
Pengelompokkan ke dalam tahapan siklus ini didasarkan atas tingkat
pertumbuhan (Gup dan Aggrawal, 1996). Berikut tabel tingkat pertumbuhan
penjualan sepanjang tahapan hidup perusahaaan:
Tabel 3.1 Klasifikasi Life Cycle
Kelompok
Penjualan
Tahap Hidup Rata-rata Tingkat
Pertumbuhan Penjualan
1 Start up >10-20%
2 Growth 20-50%
3 Mature >50%
4 Decline <10%
Sumber: Gup dan Aggrawal, 1996
41
3.3.3 Variabel Kontrol
Variabel kontrol merupakan variabel yang digunakan untuk melengkapi atau
mengontrol hubungan kausal antara variabel independen dan variabel dependen,
agar mendapatkan model empiris yang lebih lengkap dan lebih baik. Variabel
kontrol bukanlah variabel utama yang akan diteliti dan diuji, tetapi lebih ke
variabel lain yang mempunyai efek pengaruh (Jogiyanto, 2004). Variabel kontrol
dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan (SIZE).
3.3.3.1 Ukuran Perusahaan (SIZE)
Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan yang
dengan log natural total asset (Kusumawati dan Cahyati, 2014).
𝑆𝐼𝑍𝐸 = 𝐿𝑛 (𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡)
Peneliti menambah uji dengan mengklasifikasi ukuran perusahaan dari Ln
total aset menjadi tiga kelompok yaitu, sepertiga urutan teratas merupakan
kelompok perusahaan besar, sepertiga urutan terbawah termasuk
kelompok perusahaan kecil dan sepertiga lainnya termasuk perusahaan
dalam kelompok kecil (Kusumawati dan Cahyati, 2014).
3.4 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model
analisis regresi linear berganda yang menghubungkan variabel bebas dengan
satu variabel terikat dengan menggunakan bantuan teknologi komputer yaitu
program aplikasi SPSS versi 23.
42
3.4.1 Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis ini untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai hubungan
antara variabel satu dengan variabel yang lainnya. Untuk mengetahui apakah
ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel
dependen maka digunakan model regresi linear berganda yang dirumuskan
sebagai berikut :
EM= α++β1LC+ β
2SIZE+ e
Keterangan :
EM = Earnings Management
α = Konstanta
β = Koefisien regresi
LC = Life Cycle (Tahap Mature)
SIZE= Ukuran perusahaan
𝑒 = error
3.4.2 Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif analisis data yang digunakan adalah dengan cara analisis
kuantitatif bersifat deskriptif yang menjabarkan data diperoleh dengan
menggunakan analisis linear berganda untuk menggambarkan fenomena atau
karakteristik dari data, yaitu dengan menggambarkan tentang pengaruh life
cycle (siklus hidup) perusahaan terhadap earnings management (manajemen
laba).
43
Gambaran data dapat dilihat dari nilai maksimum, minimum, rata-rata (mean),
dan standar deviasi. Maksimum dan minimum adalah nilai tertinggi dan
terendah dari data penelitian. Mean digunakan untuk mengukur nilai sentral
dari suatu distribusi data berdasarkan nilai rata-rata yang dihitung dengan cara
membagi nilai hasil penjumlahan sekelompok data dengan jumlah data yang
diteliti (Indiriantoro dan Supomo, 2009 dalam Qodriyah, 2012). Sedangkan
standar deviasi adalah akar dari suatu varian.
3.4.3 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui kelayakan penggunaan model
regresi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui tidak adanya
multikolinearitas, heteroskedastisitas, autokorelasi, dan normalitas
3.4.3.1 Uji Normalitas
Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel independen
dan variabel dependen atau keduanya memiliki distribusi normal atau
tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan analisis grafik
yang andal untuk menguji normalitas data adalah dengan melihat norma
probability plot. Norma probability plot merupakan grafik yang
membandingkan distribusi kumulatif dan distribusi normal.
Kriteria pengambilan keputusan dalam pengujian normalitas
menggunakan probability plot menurut Ghozali (2016) adalah jika titik
menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal
44
maka pola distribusi dikatakan normal sehingga model regresi memenuhi
asumsi normalitas. Sebaliknya, jika titik menyebar jauh dari garis diagonal
dan tidak mengikuti arah garis diagonal, maka pola distribusi tidak normal
sehingga model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
3.4.3.2 Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2016) autokorelasi muncul karena observasi yang
berurutan sepanjang waktu berkaitaan dengan satu dengan lainnya.
Permasalahan ini muncul karena residual tidak bebas dari satu observasi
ke observasi lainnya. Model regresi yang baik dalah model regresi yang
bebas dari autokorelasi. Cara untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi
adalah dengan cara uji Run Test.
Run Test merupakan bagian dari statistik non-parametik dapat pula
digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi tinggi.
Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan
bahwa residual adalah acak atau random. Run Test digunakan untuk
melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak (sistematis).
Run Test dilakukan dengan membuat hipotesis dasar, yaitu :
H0 : residual (res_1) random acak
Ha : residual (res_1) tidak random
Dengan hipotesis dasar di atas, maka dasar pengambilan keputusan uji
statistik dengan Run Test adalah:
45
a. Jika nilai Asymp. Sig (2-tailed) kurang dari 0,05 maka H0 ditolak dan
Ha diterima. Hal ini berarti data residual terjadi secara tidak random
(sistematis).
b. Jika nilai Asymp. Sig (2-tailed) lebih dari 0,05 maka H0 diterima dan
Ha ditolak. Hal ini berarti data residual terjadi secara random (acak).
3.4.3.3 Uji Multikolinearitas
Uji ini bertujuan untuuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antara variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi diatantara variabel independen.
Untuk menentukan ada atau tidaknya multikolinearitas dalam
model regresi dapat diketahui dari nilai toleransi dan nilai
variance inflation factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas
variabel independen yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan
oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance rendah
sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance) dan
menunjukkan adanya kolinearitas yang tinggi. Nilai cut off yang
umum dipakai adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan
nilai VIF di atas 10.
46
3.4.3.4 Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokesdatisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan yang
lain. Salah satu cara untuk mengetahui ada atau tidaknya
heteroskedatisitas dalam suatu model regresi linear berganda adalah
dengan melihat grafik scatterplot atau nilai prediksi variabel dependen
yaitu SRESID dengan residual error yaitu ZPRED. Jika tidak ada pola
tertentu dan tidak menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu y,
maka tidak terjadi heteroskedatisitas. Model yang baik adalah tidak terjadi
heteroskedatisitas (Ghozali, 2016).
3.4.4 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji statistik F dan uji t
statistik
3.4.4.1 Uji Kelayakan Model Regresi (Uji Statistik F)
Uji model atau uji f adalah untuk menguji variabel independen, jika hasil
pengujian < 0,05 maka variabel independen berpengaruh signifikan dan
dapat dilanjutkan untuk pengukuran selanjutnya.
47
3.4.4.2 Uji statistik t
Menurut Ghozali (2016) pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah
masing-masing variabel independen terdukung atau tidak terhadap
variabel dependen dengan prosedur sebagai berikut:
a. Menentukan hipotesis:
H0 : variabel independen secara individu tidak terdukung terhadap
variabel dependen.
Ha : variabel independen secara individu terdukung terhadap
variabel dependen
b.Menentukan tingkat signifikansi yaitu α = 0,05 (5%)
c. Dalam penelitian ini juga dilakukan dengan melihat tingkat
signifikansi 0,05 (α = 5%) dengan derajat bebas (n - k), dimana n =
jumlah pengamatan dan k = jumlah variabel. Dengan kriteria
pengujian:
- Apabila tingkat signifikansi ≥ 0,05 maka H0 ditolak dan H1
diterima, berarti tidak terdukungnya antar variabel independen
dengan variabel dependen.
- Apabila tingkat signifikansi ≤ 0,05 maka H0 diterima dan H1
ditolak, berarti terdukungnya antar variabel independen dengan
variabel dependen.
48
3.4.4.3 Koefisien Determinasi (𝑨𝒅𝒋𝒖𝒔𝒕𝒆𝒅 𝑹𝟐)
Koefisien ini diukur untuk menghitung sejauh mana komponen model
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien
determinasi menunjukkan hubungan antara dua variabel yaitu variabel
indpenden dan variabel dependen.
Besarnya koefisien determinasi adalah antara 0 sampai dengan 1.
Koefisien determinasi bernilai 0 berarti tidak ada hubungan antara
variabel bebas dan variabel terikat. Sebaliknya nilai koefisien
determinasi 1 berarti suatu kecocokan sempurna dari ketetapan model.
Kelemahan dari koefisien determinasi bias terhadap jumlah variabel
independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap ada penambahan
variabel independen maka R2 pasti akan meningkat tanpa mempedulikan
apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen. Oleh karena itu, digunakan model adjusted R2. Model
adjusted R2 dapat naik atau turun apabila ada suatu variabel independen
yang ditambahkan ke dalam model atau adanya variabel independen
lebih dari satu variabel (Ghozali, 2016).
71
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan apakah life cycle berpengaruh
terhadap earnings management. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa life cycle perusahaan berpengaruh positif terhadap
earnings management yang artinya bahwa setiap tahapan life cycle perusahaan
melakukan tindakan earnings management sesuai dengan tingkat penjualan
yang diperoleh perusahaan tersebut. Tindakan earnings management sendiri
banyak dilakukan pada tahap mature dan start up yang ditunjukkan dengan nilai
rata-rata yang diperoleh nilai earnings management dari setiap tahapan life
cycle. Sedangkan variabel kontrol yaitu ukuran perusahaan memiliki pengaruh
terhadap earnings management yang menandakan bahwa setiap ukuran
perusahaan dari tahap kecil, menengah dan besar melakukan tindakan earnings
management. Setiap tahapan ukuran perusahaan, semakin besar perusahaan
maka semakin kecil untuk melakukan tindakan earnings management karena
perusahaan besar memiliki basis investor yang lebih besar, sehingga mendapat
tekanan yang lebih besar untuk menyajikan laporan keuangan yang kredibel.
72
Implikasi hasil penelitian ini secara teoritis adalah menambah referensi
mengenai penelitian earnings management terkait dengan life cycle dan ukuran
perusahaan.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini yaitu:
1. Objek pada penelitian ini hanya menggunakan sub sektor food and
beverage sehingga hasil penelitian tidak dapat digeneralisiasikan pada
jenis perusahaan sektor lainnya.
2. Penelitian ini hanya meneliti life cycle sebagai variabel independen dan
ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol yang mempengaruhi
earnings management.
3. Sampel pada penelitian ini terbatas yaitu tahun periode 2013-2017
sehingga sampel yang dihasilkan sedikit.
5.3 Saran
Saran yang dapat diberikan oleh peneliti dengan adanya keterbatasan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian selanjutnya diharapkan bisa meneliti seluruh perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tidak hanya pada perusahaan sub sektor
food and beverage saja dan menambah jangka waktu penelitian.
73
2. Penelitian ini hanya menggunakan dua variabel independen saja yaitu life
cycle sebagai variabel independen dan ukuran perusahaan variabel kontrol
sehingga diharapkan penelitian selanjutnya menambah faktor yang
mempengaruhi earnings management lainnya. Hal ini dalam rangka
melengkapi hasil penelitian terdahulu sehingga dapat diambil kesimpulan
tentang apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi suatu perusahaan untuk
melakukan earnings management.
3. Serta penelitian selanjutnya diharapkan untuk menambah tahun penelitian
sehingga menambah jumlah sampel. Jumlah sampel yang semakin banyak
diharapkan akan meningkatkan kehandalan hasil dari penelitian
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, J. H., & K. Ramesh. 1992. Association between Accounting Performances
Measures and Stock Prices: A Test of the Life Cycle Hypotesis. Journal of
Accounting and Economics. 15:203-227.
Assih, Prihat., A.W. Hastuti, dan Parawiyati. 2005. Pengaruh Manajemen Laba pada
Nilai dan Kinerja Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indah, Vol.2
No.2, pp. 125-144.
Barvidi, D.N.S. 2015. Pengungkapan Sukarela dan Manajemen Laba terhadap Biaya
Modal Ekuitas dengan Informasi Asimetri sebagai Variabel Intervening. Jurnal
Akuntansi Akrual, Vol. 7 No.1: 41-59.
Black, Ervin L. 1998. Which is More Value Relevant: Earnings of Cash Flow? A Life
Cycle Examination. Working Paper, University of Arkansas, Fayetteville,
Arkansas.
Dewi, Erika dan Triani, Alit. 2018. Pengaruh Komite Audit dan Kepemilikan
Institusional Terhadap Manajemn Laba Pada Perusahaan Manufaktur di
Indonesia. Jurnal Akuntansi. Vol.6 No.3
Dickinson, Victoria. 2010. Cash Flow Patterns as a Proxy for Firm Life Cycle. E.H
Patterson School of Accountancy. Warrington College of Business University
of Mississippi (November).
Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 23.
Semarang: BPFE Universitas Diponegoro.
Gup, B dan R. Aggrawal. 1996. The Product Life Cycle: A Paradigm for Understanding
Financial Management. Financial Practice and Education, Vol. 6 41-48
Handayani, Sri dan Rachadi, A.D. 2009. Pengaruh Ukuran Perusahan terhadap
Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.11, No.1 hal: 33-56
(April).
Hastuti, Sri. dan P.S.P. Hutama. 2010. Perbedaan Perilaku Earnings Management
Berdasarkan pada Perbedaan Life Cycle dan Ukuran Perusahaan. Jurnal
Simposium Nasional Akuntansi XIII.
Hastuti, Sri. 2010. The Influence of Companies Life Cycles on Earnings Management
Behavior. The Indonesian Jurnal of Accounting Research, Vol.13 No. 2
(May): 117-132.
Hastuti, Sri. 2011. Titik Kritis Manajemen Laba pada Perubahan Tahap Life Cycle
Perusahaan: Analisis Manajemen Laba Riil dan Manajemen Laba Akrual.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 8 No.2 (Desember)
Healy, P & Wahles, J.M. 1999. A Review of the Earnings Management Literature and
its Implications for Standard Setting. Accounting Horizons, Vol.13 No.4 pp
365-383.
Hilmi, U. dan Syaiful Ali. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan. Simposium Nasional
Istiqomah, Aisyah dan Adhariani, Desi. 2017. Pengaruh Manajemen Laba terhadap
Stock Return dengan Kualitas Audit dan Efektivitas Komite Audit sebagai
Variabel Moderasi. Jurnal Akuntandi dan Keuangan, Vol.19 No.1 (Mei),
hal:1-12
Jansen, M. C and Meckling, W. H. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior,
Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics,
Vol.3 No. 4, pp. 305-360 (Oktober).
Jones, J. 1991. Earnings Management during Import Relief Investigations. Journal of
Accounting Research 29: 193-228.
Juniarti dan Limanjaya, Rini. 2005. Mana yang Lebih Memiliki Value-Relevant: Net
Income atau Cash Flow. Jurnal Akuntansi & Keuangan, Vol. 7, No.1:22-42
(Mei).
Kusumawati, Endang. Dan Cahyati, A.D. 2014. Pengaruh Siklus Hidup dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Earnings Management pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. El-Muhasaba: Jurnal Akuntansi,
Vol. 5, No.1 (Januari).
Luluk, Widyaningrum dan Restuti, M.D. 2015. Perbedaan Earnings Management
Berdasarkan pada Tahapan Life Cycle Perushaan yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vo.18 No. 3 (Desember).
Mahawyahrti, P.T dan Budiasih. 2016. Asimetri Informasi, Leverage, dan Ukuran
Perusahaan pada Manajemen Laba. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis,
Vol.11 No.2 (Juli).
Murhadi, Werner. R. 2008. Pengaruh Tahapan Daur Hidup Perusahaan, Good
Corporate Governance, Set Kesempatan Investasi, Aliran Kas Bebas dan
Struktur Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan: Tinjauan Teoritis. Jurnal
Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 12 No. 2 (Agustus).
Qodriyah, R.D.L. 2012. Laba atau Arus Kas Sebagai Parameter Kinerja Perusahaan
Berdasarkan Siklus Hidup Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Ekonomi Bisnis
Vol. 1 No.1 (April).
Richardson, Vernon J. 1998. Information Asymetry an Earnings Management: Some
Evidance. Working Paper. (Maret)
Sari, Kartika. 2017. https://integrity-indonesia.com/id/blog/2017/09/14/skandal-
keuangan-perusahaan-toshiba/ (Diakses pada tanggal 13 September 2018)
Savitri, Enni. 2014. Analisis Pengatuh Leverage dan Siklus Hidup Terhadap
Manajemen Laba pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi. Vol. 3, No.1 (Oktober).
Sekaran, U dan Bougi, Roger. 2017. Metode Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba
Empat.
Sihaloho, V.K dan Sitanggang, Abdonsius. 2016. Pengaruh Asimetri Informasi,
Leverage, dan Ukuran Perusahaan terhadap Praktik Manajemen Laba. Jurnal
Riset Akuntansi Keuangan, Vol.2 No.2 (September).
Slamet, Abdul dan Wijayanti, Provita. 2012. Respon Perubahan Tarif Pajak
Penghasilan, Insentif dan Non Insentif Pajak Terhadap Manajemn Laba.
Conference in Business, Accounting and Management. Vol 1 No.1
(Desember)
Sugianto, Danang. 2018. https://finance.detik.com/moneter/d-4002904/ojk-mulai-
periksa-laporan-keuangan-bank-bukopin-yang-dipermak (Diakses pada
tanggal 13 September 2018)
Ujiyantho, Muh. Arief,. Pramuka, Bambang Agus. 2007. Mekanisme Corporate
Governance, Manajemen Laba, dan Kinerja Keuangan (Studi Perusahaan Go
Public Sektor Manufaktur). Prosiding Simposium Nasional Akuntansi X.
Veronica, Sylvia N.P Siregar dan Utama, Siddharta. 2005. Pengaruh Struktur
Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktik Corporate Governance
terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management). Simposium Nasional
Akuntansi 8. Solo
Wicaksono, Agung dan Hasthoro, HW. 2014. Pengaruh Asimetri Informasi terhadap
Praktik Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol. 5 No. 1, 31-47
(Juni).
Widyaningsih, Hastuti. 2017. Pengaruh Corporate Governance terhadap Manajemen
Laba. Jurnal Nominal, Vol. 6, No.2.
Yan, Zhipeng. 2006. A New Methodology of Measuring Corporate Life-cycle Stages.
International Journal of Economic Perspective, Vol.4 Issue 4
www.idx.co.id . Annual Report (Diakses pada Tanggal 10 Januri 2019)