pengaruh latihan isometric handgrip terhadap …
TRANSCRIPT
PENGARUH LATIHAN ISOMETRIC HANDGRIP TERHADAP
TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI PADA
LANSIA : SISTEMATIC LITERATURE REVIEW
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk
Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan
Disusun Oleh :
Rulla Luqiana
AK.1.16.143
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
2020
i
ii
ii
iii
iii
iv
iv
v
v
ABSTRAK
Hipertensi merupakan penyakit tidak menular, yang terjadi pada tekanan
darah sistolik ≥140 mmHg dan diastolik ≥90 mmHg. Lansia merupakan salah satu
faktor terjadinya Hipertensi. Prevalensi Hipertensi menurut Riskesdas 2018,
Hipertensi terjadi pada kelompok usia 31-44 tahun (31,6%), usia 45-54 tahun
(45,3%), usia 55-64 tahun (55,2%). Aktivitas fisik yang dapat digunakan untuk
menurunkan tekanan darah adalah Latihan Isometric Handgrip yang dilakukan
dengan latihan static pada otot yang berkontraksi, tanpa adanya perubahan pada
panjang otot atau pergerakan sendi tangan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis jurnal penelitian terkait dengan topik yang sama dengan peneliti yaitu
Pengaruh Latihan Isometric Handgrip Terhadap Tekanan Darah Penderita Hipertensi
Pada Lansia
Metode penelitian ini menggunakan metode Literature Review dengan
menggunakan desain Systematic dengan sampel penelitian berjumlah 11 jurnal yang
terdiri dari 2 jurnal Nasional dan 9 jurnal Internasional yang terindeks ISSN dan DOI,
tekhnik pengumpulan sampel yaitu menggunakan purposive sampling dengan kriteria
inklusi dan ekslusi didalamnya, evaluasi kelayakan data menggunakan JBI Critical
Appraisal Checklist for Analitycal Quasy Experimental.
Hasil Penelitian berdasarkan dari evaluasi kelayakan scoring didapatkan 9
jurnal Internasional dan 2 jurnal Nasional yang termasuk dalam kategori A
(rekomendasi kuat). Analisa hasil penelitian Literature Review ini menunjukan ada
Pengaruh Latihan Isometric Handgrip Terhadap Tekanan Darah Penderita Hipertensi
pada Lansia.
Studi Literature ini harus dilakukan penelitian lebih lanjut dengan cara
penelitian langsung dan perlu dikembangkan dengan meneliti faktor lainnya yang
lebih berpengaruh terhadap tekanan darah penderita hipertensi pada lansia ulang
dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan penelitian yang menjelaskan
mekanisme kerja intervensinya.
Kata Kunci : Pengaruh, Isometric Handgrip, Hipertensi, Lansia
Daftar Pustaka : 15 Buku (2010-2020)
47 Jurnal (2010-2020)
7 Website (2010-2020)
vi
vi
ABSTRACK
Hypertension is a non-communicable disease, which occurs at systolic blood
pressure ≥140 mmHg and diastolic ≥90 mmHg. Elderly is one of the factors of
hypertension. The prevalence of hypertension according to Riskesdas 2018,
hypertension occurs in the age group 31-44 years (31.6%), ages 45-54 years
(45.3%), ages 55-64 years (55.2%). Physical activity that can be used to lower blood
pressure is the Isometric Handgrip Exercise which is performed with static exercises
on contracting muscles, without any change in muscle length or movement of the
hand joints. The purpose of this study was to analyze journals related to the same
topic as researchers, namely the Effect of Isometric Handgrip Exercise on Blood
Pressure of Hypertension Patients in the Elderly.
The research method used the Literature Review method using a Systematic
design with a research sample of 11 journals consisting of 2 national journals and 9
international journals indexed by ISSN and DOI, the sampling technique used was
purposive sampling with inclusion and exclusion criteria in it, data evaluation using
JBI Critical Appraisal Checklist for Analitycal Quasy Experimental.
The results of the study are based on the feasibility evaluation, scoring 9
international journals and 2 national journals which are included in category A
(strong recommendation). Analysis of the results of this review literature shows that
there is an effect of isometric handgrip exercise on the blood pressure of hypertensive
patients in the elderly.
This literature study should be carried out further research by means of
research and needs to be developed by examining other factors that are more
influential on the blood pressure of hypertensive patients in the elderly again with a
larger sample size and explaining the work of the intervention.
Keywords : Influence, Isometric Handgrip, Hypertension, Elderly
Reference : 15 Books (2010-2020)
47 Journals(2010-2020)
7 Websites (2010-2020)
vii
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas karunia dan
rahmat-Nya lah penulis masih diberi kekuatan dan pikiran sehingga dapat
menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul Pengaruh Latihan Isometric
Handgrip terhadap Tekanan Darah Penderita Hipertensi pada Lansia : Sistematic
Literature Review.
Dalam penelitian ini, tidak terlepas dari pihak – pihak yang telah memberikan
bantuan, masukan dan bimbingan kepada penulis. Pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada :
1. H. Mulyana, S.Pd., S.H., M.Pd., MH.Kes selaku Ketua Yayasan Adhi Guna
Kencana Bandung
2. Dr. Entris Sutrisno, MH. Kes., Apt. selaku Rektor Universitas Bhakti Kencana
Bandung
3. Rd. Siti Jundiah, S.Kp., M.Kep selaku Dekan Universitas Bhakti Kencana
Bandung
4. Lia Nurlianawati, S.Kep., Ners., M.Kep. selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan dan Program Profesi Ners Universitas Bhakti Kencana Bandung.
Serta selaku dosen penguji I dalam skripsi ini yang telah memberi masukan dan
arahan dengan penuh kesabaran dan ketulusan.
5. Tuti Suprapti, S.Kp., M.Kep selaku pembimbing I yang telah meluangkan
waktunya, memberikan arahan, masukan dan motivasi yang berharga kepada
penulis.
6. Agus Miraj Darajat S.Kep., Ners., M.Kes. selaku pembimbing II yang telah
meluangkan waktunya, memberikan arahan, masukan dan motivasi yang
berharga kepada penulis.
7. Dedep Nugraha, S.Kep. Ners. M.Kep selaku dosen penguji II dalam skripsi ini
yang telah memberi masukan dan arahan dengan penuh kesabaran dan ketulusan.
viii
viii
8. Kepada kedua orangtua tercinta, adik dan semua keluarga besar yang telah
memberikan do’a yang tak pernah putus serta senyuman tulus mereka yang
selalu menyemangati penulis.
9. Kepada semua sahabat, teman-teman seperjuangan Prodi Sarjana Keperawatan
angkatan tahun 2016, kakak tingkat, dan adik tingkat yang tidak mungkin
penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih atas semua dukungan, motivasi dan
bantuan yang diberikan.
Semoga amal baik dari semua pihak mendapatkan pahala yang berlipat ganda
dari Allah S.W.T peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan, dengan demikian peneli mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi penelitian ini
dan semoga bermanfaat bagi semua yang bekepentingan.
Bandung, 7 Agustus 2020
Penulis
ix
ix
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ii
LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................iii
LEMBAR BEBAS PLAGIARISM ..................................................................iv
ABSTRAK ........................................................................................................v
KATA PENGANTAR ......................................................................................vi
RIWAYAT HIDUP ..........................................................................................vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................xi
DAFTAR BAGAN ...........................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................6
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................6
1.4 Manfaat Penulisan ...............................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................9
2.1Konsep Lanjut Usia ..............................................................................9
2.1.1 Definisi Lanjut Usia ................................................................9
2.1.2 Batasan Umur Lanjut Usia ......................................................9
2.1.3 Perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia ...............................10
2.2Konsep Tekanan Darah ........................................................................12
2.2.1 Definisi Tekanan Darah ..........................................................12
2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah............................12
2.3 Konsep Hipertensi ................................................................................18
2.3.1 Definisi Hipertensi ..................................................................18
2.3.2 Etiologi Hipertensi ..................................................................18
x
x
2.3.3 Patofisiologi ...........................................................................18
2.3.4 Klasifikasi Hipertensi .............................................................22
2.3.5 Tanda dan Gejala Hipertensi ...................................................23
2.3.6 Penatalaksanaan Hipertensi .....................................................24
2.4 Konsep Latihan Isometric Handgrip ....................................................29
2.4.1 Definisi Latihan Isometric Handgrip.......................................29
2.4.2 Tujuan Latihan Isometric Handgrip ........................................30
2.4.3 Kelebihan dan Kekurangan Latihan Isometric Handgrip .........30
2.4.4 Indikasi dan Kontra Indikasi Latihan Isometric Handgrip .......31
2.4.5 Mekanisme Penurunan Tekanan Darah dengan Latihan
Isometric Handgrip.................................................................32
2.5 Kerangka Konsep .................................................................................35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................36
3.1 Jenis Penelitian ...................................................................................36
3.2 Variabel Penelitian ..............................................................................36
3.2.1 Variabel Independent..................................................................37
3.2.2 Variabel Dependent ...................................................................37
3.3 Populasi dan Sampel ...........................................................................37
3.3.1Populasi Samping ........................................................................37
3.3.2 Teknik Sampling ........................................................................37
3.3.3 Sampel .......................................................................................38
3.4 Tahapan Literature Review .................................................................39
3.4.1 Merumuskan Masalah ................................................................40
3.4.2 Mencari dan Mengumpulkan Data/Literature ..............................40
3.4.3 Mengevaluasi Kelayakan Data/Literature ...................................42
3.5 Analisa Data .......................................................................................42
3.6 Etika Penelitian ...................................................................................43
3.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ...............................................................45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................46
4.1 Hasil Literature Review ......................................................................46
xi
xi
4.1.1 Analisis Prisma Flow Diagram ..................................................46
4.1.2 Penelitian Literature Review Pengaruh Latihan Isometric
Handgrip terhadap Tekanan Darah Penderita Hipertensi pada
Lansia ................................................................................................50
4.2 Pembahasan ........................................................................................66
4.3 Kelemahan Penelitian..........................................................................76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................77
5.1 Kesimpulan ........................................................................................77
5.2 Saran ...................................................................................................77
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................79
LAMPIRAN
xii
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.3.1 Klasifikasi Hipertensi menurut WHO ..............................................22
Tabel 2.3.2 Klasifikasi Hipertensi menurut AHA & JNC ...................................22
Tabel 2.3.3 Klasifikasi Hipertensi menurut Kemenkes RI ..................................23
Tabel 4.1.2 Critical Appraisal Jurnal Penelitian ..................................................50
xiii
xiii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.5.1 Kerangka Konseptual .....................................................................35
Bagan 3.4.1 Prisma Flow Diagram .....................................................................39
Bagan 4.1 Prisma Flow Diagram ........................................................................46
xiv
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Instrumen JBI Critical Appraisal .......................................87
Lampiran 2 Kesediaan Pemimbing ....................................................................98
Lampiran 3 Persetujuan Judul ...........................................................................100
Lampiran 4 Catatan Bimbingan ..........................................................................101
Lampiran 5 Surat Permohonan Stupen PSRLU Ciparay .....................................106
Lampiran 6 Surat Keterangan Penelitian ...........................................................109
Lampiran 7 Surat Ijin Studi Pendahuluan ...........................................................110
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses perkembangan menjadi tua adalah proses yang berlanjut dan
terus menerus secara alami. Menjadi tua bukan suatu penyakit, tetapi proses
menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi stressor dari luar maupun
dalam tubuh (Azizah 2011).
Perubahan yang akan dialami adalah fisik maupun psikologis akibat dari
proses menua (aging process) yang dapat menimbulkan masalah kesehatan.
Salah satu pernyakit degeneratif yang sering dialami lansia yaitu Hipertensi
yang merupakan penyakit kronik akibat gangguan sistem sirkulasi darah yang
kini menjadi masalah dalam kesehatan masyarakat. (Nugroho, 2000; Zakiyah,
(2018). Angka morbiditas dan mortalitas akibat hipertensi meningkat pada
lansia, oleh karena itu pengelolaan Hipertensi merupakan target potensial untuk
dimodifikasi (Buford, 2016; Feronika 2018).
Hipertensi merupakan suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang
diatas normal, ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka bagian
bawah (diastolic) pada pemeriksaan tekanan darah menggunakan alat pengukur
tekanan darah baik berupa air raksa spygmomanometer ataupun alat digital
lainnya (Herlambang, 2013; Zakiyah, 2018). Hipertensi disebut juga sebagai
2
the silent killer karena gejalanya sering tanpa keluhan, sehingga penderita tidak
mengetahui dirinya menderita Hipertensi dan baru diketahui setelah terjadi
komplikasi (Riskesdas, 2018). Hipertensi yang tidak dikelola dengan baik
mengakibatkan komplikasi diantaranya penyakit jantung, stroke, dan gagal
ginjal (NANDA, 2015). Hipertensi juga merupakan kontributor utama dalam
penyebab utama kematian di dunia (James et al, 2013; Feronika, 2018)
Menurut data World Health Organization (2015), jumlah penyandang
Hipertensi terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan
ada 1,5 miliar orang yang terkena Hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya
9,4 juta orang meninggal akibat Hipertensi dan komplikasinya (Depkes 2019).
Berdasarkan region WHO, Indonesia menempati urutan kedua tertinggi di
South East Asia setelah Myanmar (WHO, 2015). Prevalensi Hipertensi menurut
Riskesdas 2018, Hipertensi terjadi pada kelompok usia 31-44 tahun (31,6%),
usia 45-54 tahun (45,3%), usia 55-64 tahun (55,2%). Dari prevalensi Hipertensi
sebesar 34,1% diketahui bahwa sebesar 8,8% terdiagnosis Hipertensi dan
13,3% orang yang terdiagnosis Hipertensi tidak meminum obat serta 32,3%
tidak rutin minum obat.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita Hipertensi tidak
mengetahui bahwa dirinya menderita Hipertensi sehingga tidak mendapatkan
pengobatan (Riskesdas, 2018). Penatalaksanaan yang telah dilakukan pada
penderita Hipertensi meliputi terapi farmakologi dan non farmakologi. Terapi
farmakologi, yaitu menggunakan obat-obatan antiHipertensi seperti : Diuretic
betha –blocker, ACE-I (Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor), ARB
3
(Angiotensin Receptor Blocker), DRI (Direct Renin Inhibitor), CCB (Calcium
Channel Blocker), dan Alpha-blocker, sedangkan terapi non farmakologi
melalui : pembatasan garam, modifikasi diet, penurunan berat badan, dan
olahraga rutin (Suhardi, 2011; Zakiyah, (2018).
Hipertensi pada lansia dapat dicegah atau diobati. Perilaku yang bisa
dilakukan dalam mengatasi masalah Hipertensi adalah dengan cara meminum
obat, dalam penggunaan obat secara terus menerus dapat menimbulkan efek
samping, kecanduan, dan dapat membahayakan apabila tidak dengan resep
dokter bisa overdosis (Sumartyawati, 2016; Zakiyah, (2018).
Penatalaksanaan Hipertensi didasarkan pada diagnosis tepat, perbaikan
dan modifikasi gaya hidup, serta pemberian agen antiHipertensi. Semua pasien
yang terdiagnosa Hipertensi, dengan maupun tanpa agen antiHipertensi
direkomendasikan untuk melakukan modifikasi gaya hidup (NICE Clinical
Guideline127 2011; Ida Ayu 2015). Modifikasi gaya hidup pasien merupakan
area mandiri perawat yang didasari oleh teori keperawatan self care yang
dikemukakan oleh Dorothea Orem. Teori ini meyakini bahwa setiap individu
dapat mempelajari keterampilan merawat diri sehingga terpelihara kesehatan
dan kesejahteraan hidupnya (Tomey & Alligood, 2006; Ida Ayu 2015).
Modifikasi gaya hidup yang tepat sangat penting dalam perawatan
pasien dengan Hipertensi. Penelitian klinis menunjukkan bahwa efek penurunan
tekanan darah pada modifikasi gaya hidup setara dengan terapi antiHipertensi
monoterapi (Mancia, et.al, 2013; Ida Ayu 2015). Di antara berbagai modifikasi
gaya hidup yang disarankan, aktivitas fisik merupakan modifikasi yang dapat
4
dilakukan secara mandiri dan memberi efek yang positif apabila dihubungkan
dengan penurunan kasus penyakit kardiovaskular pada penderita Hipertensi
(Millar, et al 2013; James, et al., 2014; Ida Ayu 2015). Penelitian sebelumnya
juga mengidentifikasi bahwa upaya agar tekanan darah pada penderita
Hipertensi menurun bisa dilakukan dengan cara aktivitas fisik yang dapat
memberi manfaat besar pada segala usia dan juga memiliki hubungan positif
terhadap penurunan kasus penyakit kardiovaskular pada penderita Hipertensi
sebesar 50% (James et al., 2014; Parlindungan, 2016; Juli Andri 2018).
Salah satu aktivitas fisik yang dapat digunakan untuk menurunkan
tekanan darah dengan mengatasi kendala tersebut adalah latihan Isometric
handgrip (Peters et al 2006; Ida Ayu 2015). Latihan Isometric handgrip
didefinisikan sebagai kontraksi tahanan otot tanpa disertai perubahan panjang
kelompok otot yang bersangkutan (Millar et al 2013; Ida Ayu 2015). Latihan
Isometric handgrip dapat dilakukan di manapun dan kapanpun asalkan
memiliki ruang gerak yang cukup. Latihan ini dapat dilakukan kurang dari 20
menit dalam satu kali latihan (Kisner & Colby, 2007; Ida Ayu 2015).
Hal tersebut dibuktikan dengan beberapa penelitian, salah satunya Juli
Andri, Agung Waluyo, Wati Jumaiyah 2018 menyatakan bahwa latihan
Isometric handgrip telah menunjukan pengurangan tekanan darah sistolik
sebesar 2,37 mmHg dan tekanan darah diastolik 3,87 mmHg. Penelitian lainnya
dilakukan oleh Ida Ayu Made Vera Susiladewi, Desak Made Widtanthari, I
Made Oka Adnyana tahun 2016 menyatakan bahwa latihan Isometric handgrip
telah menunjukan pengurangan tekanan darah.
5
American Heart Association and Hypertension Canada dalam sebuah
studinya menuliskan keuntungan melakukan latihan Isometric handgrip dalam
waktu yang pendek secara kontinyu selama 2-3 menit menyebabkan tekanan
darah dan denyut jantung mencapa nilai yang stabil, tidak beresiko injuri,
teknik yang sederhana, bisa dilakukan dimana saja, penggunaan alat relatif
lebih murah dan membuat latihan ini memiliki potensial untuk kepatuhan pada
klien (Carlson et al, 2016; Juli Andri 2018).
Pada tahun 2016 di Jawa Barat ditemukan 790.382 orang kasus
Hipertensi (2,46 %) terhadap jumlah penduduk ≥ 18 tahun ), dengan jumlah
kasus yang diperiksa sebanyak 8.029.245 orang (Dinkes Jabar, 2016). Latihan
Isometric memiliki dampak positif bagi penderita Hipertensi, berdasarkan latar
belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait Pengaruh
Latihan Isometric Handgrip terhadap Tekanan Darah Penderita Hipertensi pada
Lansia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimanakah pengaruh Latihan Isometric Handgrip
terhadap Tekanan Darah Penderita Hipertensi pada Lansia?”
1.3 Tujuan Penulisan
6
Studi literatur review ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh
latihan Isometric handgrip terhadap tekanan darah penderita Hipertensi pada
lansia.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Manfaat Teoritis
1.4.1.1 Bagi Pengembang Ilmu Keperawatan
Menambah pengembangan teori dan ilmu pengetahuan
khususnya ilmu keperawatan medical bedah mengenal
penatalaksanaan Hipertensi dengan latihan Isometric handgrip
pada lansia.
1.4.1.2 Bagi Peneliti
Penelitian ini menjadi salah satu proses pembelajaran
dalam menerapkan ilmu yang sudah didapatkan selama
menempuh program pendidikan, melalui proses penelitian terkait
data atau informasi ilmiah yang kemudian diteliti dan disusun
menjadi sebuah tugas akhir.
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan bacaan di perpustakaan dan sebagai
masukan untuk memperkaya pemahaman dan menambah
7
informasi tentang pengaruh latihan Isometric handgrip terhadap
tekanan darah penderita Hipertensi pada lansia.
1.4.2.2 Bagi Perawat dan Tenaga Kesehatan
Studi literatur ini dapat dijadikan referensi bagi perawat
dan tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan intervensi
latihan Isometric handgrip tekanan darah penderita Hipertensi
pada lansia.
1.4.2.3 Bagi Penulis
Studi literatur ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan bagi penulis dan para peneliti selanjutnya terkait
pengaruh latihan Isometric handgrip terhadap tekanan darah
penderita Hipertensi pada lansia.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Lanjut Usia
2.1.1 Definisi Lanjut Usia
Lansia (Lanjut Usia) adalah bagian proses tumbuh kembang.
Menjadi Lansia tidak secara tiba – tiba menjadi tua, tetapi akan mengalami
perkembangan mulai dari bayi, anak-anak, dewasa hingga akhirnya
menjadi Lansia. Hal ini normal, dengan terjadinya perubahan fisik dan
tingkah laku dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang saat mereka
mencapai usia tahap perkembangan kronologi tertentu (Azizah, 2011).
Proses perkembangan menjadi tua adalah proses yang terus
menerus atau berlanjut secara alamiah. Menjadi tua bukan suatu penyakit,
melainkan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
stressor dari dalam maupun luar tubuh. Menuanya manusia seperti suatu
mesin yang bekerjanya sangat kompleks yang bagian-bagiannya saling
mempengaruhi secara fisik atau somatik dan psikologik (Azizah, 2011).
2.1.2 Batasan Umur Lanjut Usia
Batasan-batasan umur yang mencakup batasan umur lansia berbagai
pendapat :
1) Menurut World Health Organitation (WHO, 2010; Feronika
2018)
9
a. Usia pertengahan (middle age) : 45-59 tahun
b. Lanjut usia (ederly) : 60 – 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) : 75- 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun
2) Klasifikasi Lansia (Kemenkes RI, 2016; Jazmi 2016)
a. Pra lansia yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b. Lansia yaitu seorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c. Lansia resiko tinggi yaitu seorang yang berusia 60 tahun
atau lebih dengan masalah kesehatan
d. Lansia potensial adalah lansia yang mampu melakukan
pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang
atau jasa.
e. Lansia tidak potensial yaitu lansia yang tidak mampu
mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada
bantuan orang lain.
2.1.3 Perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia
Beberapa perubahan yang akan terjadi pada lansia diantaranya
adalah perubahan fisik, intlektual, dan keagamaan. (Mujahidullah, 2012;
Puteh, 2015)
1. Perubahan fisik
a. Sel, saat seseorang memasuki usia lanjut keadaan sel dalam tubuh
akan berubah, seperti jumlahnya yang menurun, ukuran lebih besar
10
sehingga mekanisme perbaikan sel akan terganggu dan proposi
protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati berkurang.
b. Sistem persyarafan, keadaan system persyarafan pada lansia akan
mengalami perubahan, seperti mengecilnya saraf panca indra. Indra
pendengaran akan mengalami gangguan, seperti hilangnya
kemampuan mendengar. Indra penglihatan akan mengalami
kekeruhan pada kornea sehingga hiang daya akomodasi dan
menurunnya penglihatan. Pada indra pembau akan terjadinya
seperti menurunnya kekuatan otot pernafasan, sehingga
kemampuan membau juga berkurang. Pada indra peraba juga
mengalami respon terhadap nyeri menurun dan kelenjar keringat
berkurang.
c. Sistem gastrointestinal, pada lansia akan terjadi menurunya selara
makan, seringnya terjadi konstipasi, menurunya produksi air liur
(saliva) dan gerak peristaltic usus juga menurun.
d. Sistem genitourinaria, pada lansia ginjal akan mengalami
pengecilan sehingga aliran darah ke ginjal menurun.
e. Sistem musculoskeletal, pada lansia tulang akan kehilangan cairan
dan makin rapuh, keadaan tubuh akan lebih pendek, persendian
kaku dan tendon mengerut.
f. Sistem Kardiovaskular, pada lansia jantung akan mengalami
pompa darah yang menurun, ukuran jantung secara kesuruhan
menurun dengan tidaknya penyakit klinis, denyut jantung
menurun, katup jantung pada lansia mengalami ketebalan dan kaku
11
dari akumulasi lipid. Tekanan darah sistolik mengalami
peningkatan pada lansia karena hilang distenbility arteri. Tekanan
darah diastolic tetap sama atau meningkat.
2.2 Konsep Tekanan Darah
2.2.1 Definisi Tekanan Darah
Tekanan darah merupakan kekuatan darah terhdap dinding
arteri saat jantung berkontraksi dan berelaksasi. Tekanan darah
sistolik merupakan tekanan pertama yang diberikan pada arteri saat
jantung berkontraksi. Tekanan darah diastolik merupakan tekanan
terkahir yang diberikan pada arteri saat jantung berelaksasi diantara
beberapa ketukan (Sankyo, 2014; Feronika 2018)
2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah
Penyebab Hipertensi pada Lansia umumnya adalah karena
terjadi perubahan – perubahan pada sistem kardiovaskuler (Arda, 2013)
yaitu :
1. Menurunnya elastisitas pada dinding aorta
2. Menebal dan mengkakunya katup jantung
3. Kemampuan jantung memompa darah mulai menurun 1%
setiap tahun sesudah umur 20 tahun, sehingga menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, hal ini terjadi karena
kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk
oksifenasi.
12
5. Meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer
menyebabkan peningkatan tekanan darah
Meskipun Hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data data penelitian dan beberapa artikel telah
menemukan faktor yang menyebabkan terjadinya Hipertensi sebagai
berikut :
Faktor utama yang mempengaruhi tekanan darah adalah curah
jantung, tekanan pembluh darah perifer dan volume atau aliran darah.
Faktor-faktor yang meregulasi (mengatur) tekanan darah bekerja untuk
periode jangka pendek dan jangka panjang (Muttaqin, 2012). Regulasi
tekanan darah dibagi menjadi :
1) Regulasi Jangka Pendek terhadap Darah
Regulasi jangka pendek ini diatur oleh :
a. Sistem Persarafan
Sistem pernafasan mengontrol tekanan darah dengan
mempengaruhi tahanan pembuluh perifer. Tujuannya adalah :
(1) Mempengaruhi distribusi darah sebagai respon terhadap
peningktana kebutuhan bagian tubuh yang lebih spesifik.
(2) Mempertahankan tekana arteri rata-rata (MAP) yang adekuat
dengan mempengaruhi diameter pembuluh darah
mengakibatkan perubahan pada tekanan darah. Kontriksi
pembuluh darah seluruh tubuh kecuali pembuluh darah yang
mempengaruhi jantung dan otak di sebabkan oleh penurunan
13
volume darah, tujuannya untuk mengalirkan darah ke organ
vital sebanyak mungkin.
b. Peranan Pusat Vasomotor
Pusat vasomotor merupakan kumpulan saraf simpatis yang
mempengaruhi diameter pembuluh darah. Peningkatan aktivitas
simpatis yang memungkinkan relaksasi otot polos pembuluh darah
yang menyebabkan terjadi penurunan tekanan darah sampai pada nilai
basal. Pusat vasomotor dan kardiovaskular akan bersama-sama
meregulasi tekanan darah dengan mempengaruhi curah jantung dan
diameter pembhuluh darah, impuls secara tetap melalui serabut eferen
saraf simaptis (serabut motoric) yang keluar dari medulla spinalis pada
segmen T1 sampai L2, kemudian masuk menuju otot polos pembuluh
darah terutama pembuluh darah arteriol sehingga selalu dalam keadaan
konstriksi sedang yang disebut dengan tonus vasomotor.
c. Reflek Baroreseptor
Mekanisme reflek baroreseptor dalam meregulasi perubahan
tekanan darag adalah dengan cara melakukan fungsi rekasi cepat dari
baroreseptor, yaitu dengan melindungi siklus selama fase akut dari
perubahan tekanan darah. Pada saat tekanan darah arteri meningkat
dan meregang, reseptor – reseptor ini dengan cepat mengirim
impulsnya ke pusat vasomotor dan menghambatnya yang
mengakibatkan terjadi vasodilatasi pada arteriol dan vena sehingga
tekanan darah menurun (Muttaqin, 2012).
14
d. Refleks Kemoreseptor
Jika kadar karbondioksida dalam darah meningkat atau
kandungan oksigen atau pH darah turun maka kemoreseptor akan di
arkus aorta dan pembuluh darah besar dileher akan mengirim impuls
ke pusat vasomotor dan terjadi vasokontriksi yang membantu
mempercepat darah kembali ke jantung an ke paru (Muttaqin, 2012).
e. Kontrol Kimia
Karbondioksida dan kadar oksigen membantu meregulasi
tekanan darah melalui reflex kemoreseptor, beberapa kimia darah juga
mempengaruhi tekanan darah dengan bekerja langsung pada otot polos
atau pusat vasomotor (Muttaqin, 2012).
2) Usia
Seiring dengan bertambahnya usia, maka tekanan darahya akan
mengalami peningkatan. Kondisi tersebu disebabkan oleh proses penuaan
dimana semua organ mengalami penurunan yang terus menerus dan
progresif termasuk pembuluh darah dan jantung. Beberapa literatur
menyebutkan pada wanita berusia lanjut (61-69) terjadi peningkatan yang
cukup signifikan dari konsentrasi plasma Endothelin-1 (ET-1) yang
merupakan vasokonstriktor kuat, dan terjadi penurunan yang signifikan
pula dari konsentrasi Nirit Oxide (NO) yang merupakan vasodilator kuat
(Maeda et al, 2004; Feronika 2018)
15
3) Ras
Kejadian hipertensi di Amerika ditemukan lebih banyak pada
orang kulit hitam, dan memiliki prognosis yang lebih buruk dibandingkan
dengan kulit putih. Literatur lain menyebutkan Hipertensi dapat terjadi
dikarenakan kulit hitam memiliki kadar sodium intraseluler yang lebih
tinggi, dan kadar potasium yang rendah (Rahayu, 2012; Feronika 2018).
4) Stress
Saat individu mengalami stress maka ada respon aktivasi sistem
kardiorespirasi (sesak), peningkatan neropinephrin yang menyebabkan
berdebar-debar, oeningkatan metabolisme tubuh untuk mengeluarkan
Corticotrophin Releasing Hormone (CRH), kemudian merangsang
pituitary anterior untuk mengeluarkan ACTH. Peningkatan ACTH dapat
mempengaruhi adrenal cortex untuk mengeluarkan kortisol (Navar, 2014;
Feronika 2018). Hormon kortisol berguna untuk menjaga homeostatis
(keseimbangan) dalam menghadapi stress fisik maupun psikologis.
Stimulasi saraf simpatik yang ditimbulkan dapat mempengaruhi
peningkatan tahanan perifer, curah jantung dan tekanan darah (Navar,
2014; Feronika 2018).
5) Jenis Kelamin
Wanita usia lanjut banyak mengalami Hipertensi karena saat
menopause terjadi penurunan hormon estrogen yang mengakibatkan
produksi High Density Lipoprotein (HDL) juga menurun. HDL berfungsi
16
sebagai pelindung pembuluh darah dan mencegah terjadinya aterisklerosis
(Noland 2015; Feronika, 2018)
6) Alkohol
Mengkonsumsi alkohol dapat mengakibatkan penurunan tekanan
darah melalui penghambat pengeluaran ADH dan penekanan pada pusat
vasomotor, sehingga menyebabkan vasodilatasi terutama pada kulit. Yang
akan memproduksi angiotensin II, sebuah vasokonstriktor kuat yang akan
menyebabkan tekanan darah sistemik, mempercepat aliran darah ke ginjal
sehingga terjadi peningkatan perfusi ginjal. Angiotensin II merangsang
korteks adrenal untuk mengeluarkan aldosteron, yaitu hormon yang
mempercepat absorbsi garam dan air yang meningkatkan tekanan darah
(Muttaqin, 2012).
7) Medikasi
Banyak pengobatan yang secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi tekanan darah. Beberapa obat antiHipertensi seperti
diuretik penyakit beta adrenergic, penyekat saluran kalsium, vasodilator
dan ACE inhibitor langsung berpengaruh pada tekanan darah (Muttaqin,
2012).
8) Kontrol Tekanan Darah
Terdapat beberapa sistem yang saling berhubungan yang
melakukan fungsi khusus diatur oleh tekanan arteri. Mekanisme
pengaturan tekanan darah arteri di dalam tubuh dibagi menjadi 2
mekanisme yaitu pengaturan jangka cepat dan jangka panjang. Mekanisme
jangka cepat termasuk sistem syaraf, pusat vasomotor, refleks
17
baroreseptor, refleks kemoreseptor, dan hormonal sedangkan mekanisme
jangka panjang dilakukan oleh suatu mekanisme pengaturan dari ginjal
dan sistem Renin Angiotensin Aldosteron (RAA) (Sherwood, 2011;
Feronika, 2018).
9) Olahraga
Perubahan mencolok sistem kardiovaskular pada saat berolahraga,
termasuk peningkatan aliran darah otot rangka, peningkatan bermakna
curah jantung, penurunan resistensi perifer total dan peningkatan sedang
tekanan arteri rata-rata (Muttaqin, 2012).
10) Zat Vasoaktif
Sel endotel mengeluarkan zat-zat vasoaktif yang berperan
mengatur tekanan darah. Inhibisi eksperimental enzim yang mengkatalis
NO (Nitric Oxide) menyebabkan peningkatan cepat tekanan darah. Hal ini
mengisyaratkan bahwa zat kimia ini dalam keadaan normal mungkin
menimbulkan vasodilatasi (Muttaqin, 2012).
2.3 Konsep Hipertensi
2.3.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi peningkatam tekanan darah
sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90
mmHg. Hipertensi tidak hanya memiliki resiko tinggi menderita
penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit
saraf, ginjal, dan pembuluh darah. Semakin tinggi tekanan darah,
semakin tinggi resikonya (NANDA, 2015).
18
Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan penyebabnya :
1. Hipertensi Primer (Esensial)
Hipertensi primer disebut juga idiopatik karena tidak
diketahui penyebabnya. Faktor yang mempengaruhinya yaitu :
genetik, lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis sistem renin.
Angiotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor-faktor
yang meningkatkan resiko : obesitas, merokok, alkohol dan
polisitemia.
2. Hipertensi Sekunder
Penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom chusing dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan adalah
penyebabnya.
2.3.2 Etiologi
Menurut NANDA 2015, Hipertensi pada usia lanjut
dibedakan menjadi :
1. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari
140 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebi besar dari
90 mmHg
2. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar
dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90
mmHg.
Penyebab Hipertensi ada pada orang dengan lanjut usia adalah
terjadinya perubahan-perubahan pada :
19
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katup jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap
tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung
memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Karena efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi berkurang
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Tanda dan gejala di atas dipengaruhi oleh perkalian antara
Cardiac Output (CO) dengan tahanan perifer yang menyebabkan
tekanan darah meningkat.
2.3.3 Patofisiologi
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya Hiperensi Primer.
Ada dua faktor utama yang berkontribusi terjadinya hipertensi, yaitu
terjadinya masalah mekanisme hormon (sistem reninangiotensin-
aldosteron/RAA, hormon natriuretik) dan gangguan elektrolit (natrium,
klorida, pottasium). Hormon natriuretik dapat mengakibatkan peningkatan
natrium dalam sel sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah.
Sistem RAA mengatur konsentrasi natrium, potasium, dan volume darah
yang mengordinasi tekanan darah di arteri. (Bell et al, 2015; Feronika,
2018).
Reninangiotensin-aldosteron/RAA terdiri dari dua hormon yaitu
agiotensin II dan aldosteron. Angiotensin II mengakibatkan terjadinya
20
penyempitan pembuluh darah sehingga mengakibatkan peningkatan
tekanan pada jantung dan pembuluh darah. Aldosteron mengakibatkan
retensi natrium dan air dalam darah, sehingga ada volume darah yang lebih
besar, yang meningkatkan tekanan pada jantung dan peningkatan tekanan
darah. (Bell et al, 2015; Feronika, 2018).
Perubahan seperti penurunan elastisitas dinding aorta, penebalan dan
pengkakuan katup jantung adalah penyebab terjadinya hipertensi pada
lansia. (Maeda et al, 2002; Feronika, 2018). Kemampuan jantung
memompa darah sejak 20 tahun menurun 1% setiap tahunnya, yang
mengakibatkan menurunnya kontraksi pada jantung dan volume darah
(Maeda et al, 2002; Feronika, 2018). Elastisitas menurun dikarenakan
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi dan
meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (Pal et al, 2013; Feronika,
2018).
Faktor ketakutan dan kecemasan juga dapat memepengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriksi. Saat seseorang merasa
cemas, sistem saraf simpatis akan merangsang pembuluh darah sebagai
respon rangsang emosi, yang mengakibatkan medula adrenal mensekresi
ephinefrin, korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang
kesemuanya dapat memperkuat respon vasokonstriksi pembuluh darah.
(Bell et al, 2015; Feronika, 2018).
21
2.3.4 Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi tekanan darah menurut WHO-ISH (World
Heath Organization-International Society of Hypertemsion), dan
ESH-ESC (European Society of Hypertension-European Society of
Cardiology), 2015
Tabel 2.3.1 Klasifikasi Hipertensi menurut WHO
Klasifikasi
Tekanan Darah
Tekanan Darah Sistolik Tekaan Darah Diastolik
WHO-ISH ESH-ESC WHO-ISH ESH-ESC
Optimal <120 <120 <80 <80
Normal <130 120-129 <85 80-84
Tinggi-Normal 130-139 130-139 85-89 85-89
Hiertensi Kelas I
(ringan)
140-159 140-159 90-99 90-99
Cabang : Perbatasan
Hipertensi Kelas 2
(Sedang)
140-149
160-179
160-179
90-94
`100-109
100-109
Hipertensi Kelas 3
(Berat)
>180 ≥180 ≥110 ≥110
Menurut American Heart Association dan Jint National Comitte VIII
(AHA & JNC 8 Tahun 2015-2018; Feronika; 2018)
Tabel 2.3.2 Klasifikasi Hipertensi menurut AHA & JNC
Klasifikasi Tekanan Darah Sistolik
(mmHg)
Tekanan Darah Diastolik
(mmHg)
Normal <120 <80
Pre Hipertensi 120-139 80-89
Stage 1 140-159 90-99
Stage 2 ≥ 160 ≥100
Hipertensi Kritis > 180 >110
Sumber: Feronika, 2018
Berikut kategori tekanan darah menurut Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia (2016)
22
Tabel 2.3.3 Klasifikasi Hipertensi menurut Kemenkes RI
Kategori Tekanan Darah Sistolik
(mmHg)
Tekanan Darah Diastolik
(mmHg)
Normal 120-129 80-89
Normal Tinggi 130-139 89
Hipertensi Derajat I 140-159 90-99
Hipertensi Derajat 2 ≥ 160 ≥100
Hipertensi Derajat 3 > 180 >110
2.3.5 Tanda dan Gejala Hipertensi
Menurut NANDA 2015 tanda dan gejala pada Hipertensi dibedakan menjadi :
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan
dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan
arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti Hipertensi
arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak
terukur
2. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
Hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam
kenyataanya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis. Beberapa
pasien yang menderita Hipertensi yaitu mengeluh sakit kepala,
pusing, lemas kellahan, sesak nafas, gelisah, mual, muntah,
epistaksis, kesadaran menurun.
2.3.6 Penatalaksanaan Hipertensi
Program penanganan pada penderita hipertensi berujuan
untuk mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas dengan
23
mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg. Efektifitas
program ditentukan oleh komplikasi, biaya perawatan, derajat
Hipertensi, dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi. Terapi
Hipertensi dibagi menjadi dua yaitu:
a. Terapi Farmakologis
Terapi farmakologi, yaitu memakai obat-obatan
antiHipertensi pada penderita hipertensi. Seperti : Diuretic betha
–blocker, ACE-I (Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor),
ARB (Angiotensin Receptor Blocker), DRI (Direct Renin
Inhibitor), CCB (Calcium Channel Blocker), dan Alpha-blocker,
sedangkan terapi non farmakologi melalui : pembatasan garam,
modifikasi diet, penurunan berat badan, dan olahraga rutin.
(Suhardi, 2011; Zakiyah, (2018).
Jenis-jenis obat antiHipertensi sebagai berikut :
1. Diuretik Betha –Blocker
Diuretik merupakan obat yang meningkatkan
jumlah urin (diuresis) dengan cara menghambat reabsorbsi
air dan natrium serta mineral lain pada tubulus ginjal
(Priyanto, 2010; Feronika, 2018). Obat diuretik terdiri atas
hidrokortiazid dan penghambat beta (Muttaqin, 2014).
2. Angiotensin – Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)
Merupakan terapi yang berfungsi menurunkan
angiotensin converting enzyme, akibatnya jumlah
24
angiotensin I yang diubah menjadi angiotensin II turun.
Sehingga retensi perifer (vasokontriksi) turun dan jumlah
horomon aldosteron juga turun (Priyanto, 2010; Feronika,
2018). Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah
captopril. Efek samping yang sering timbul adalah batuk
kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
3. Angiotensin Receptor Blocker II (ARB)
ARB membuat angiotensin II tidak dapat bekerja,
(vasokonstriksi, pelepasan aldosteron, aktivitas simpatik,
pelepasan hormon antidiuretik dan penyempitan arteriole
efferent di glomerulus), (Priyanto, 2010; Feronika, 2018).
Contoh obat golongan ini adalah valsartan. Efek samping
yang ditimbulkan berupa sakit kepala, pusing, lemas dan
mual.
4. Beta bloker (β- blocker)
Beta bloker secara mekanis mememblok atau
menghentikan rangsangan pada reseptor β dalam tubuh
(Priyanto, 2010; Feronika, 2018). Pemberiannya dianjurkan
pada klien Hipertensi yang mengidap gangguan pernafasan.
Contoh obatnya adalah metoprolol, propanolol, atenolol,
dan bisoprolol.
5. Penghambat Saluran Kalsium (Calcium Channel Blocker
CCB)
25
CCB bekerja dengan cara mengahambat secara
selektif masuknya kalsium ke dalam sel melaui chanel-L
yang terdapat pada membran sel otot jantung. Sehingga
mendilatasi arteri utama jantung dan peningkatan
pengiriman oksigen ke otot jantung dan mengahmbat
spasme arteri koroner. Contoh obat ini adalah
dihidropiridin, verapamil, diltiazem, dan nifedipin. Efek
sampingnya adalah takikardi, pusing, sakit kepala.
(Priyanto, 2010; Feronika, 2018).
b. Terapi Non-Farmakologis
Terapi non farmakologis berdasarkan algoritma penanganan
yang dikeluarkan oleh The Joint National On Detection Evaluation
and Treatment of High Blood Pressure pengobatan Hipertensi
dimulai dengan modifikasi gaya hidup. Tujuan modifikasi gaya
hidup pada klien adalah untuk memperoleh tekanan darah yang
terkontrol, menurunkan faktor resiko dan mengurangi jumlah
antiHipertensi yang harus dikonsumsi (Smeltzer & Bare, 2008;
Feronika, 2018). Modifikasi gaya hidup klien dengan Hipertensi
dapat dilakukan dengan cara (National Heart Foundation Of
Australia, 2016; Feronika, 2018).
1. Konsumsi makanan sehat
Makanan sehat merupakan bagian penting dari
mengontrol Hipertensi dan menurunkan resiko penyakit
26
jantung. Mengkonsumsi berbagai jenis makan dari
kelompok yang berbeda merupakan kunci dari makanan
sehat. Salah satu caranya adalah dengan mengkonsumsi
sodium kurang dari 6 gr perhari (kurang lebih 2300 mg
sodium perhari). Penderita Hipertensi, dianjurkan
mengkonsumsi sodium 4 gr perhari (kira-kira 1550 mg
sodium perhari).
2. Menurunkan berat badan
Mencapai dan mempertahankan berat badan yang
sehat merupakan langkah penting untuk mengurangi resiko
Hipertensi. Menurunkan berat badan selain dapat
mengurangi konsumsi obat Hipertensi juga dapat
membantu penderita untuk mengelola Hipertensi itu
sendiri.
3. Membatasi konsumsi alkohol
Mengkonsumsi alkohol terlalu banyak dapat
meningkatkan tekanan darah. Penderita Hipertensi harus
mengurangi asupan alkohol tidak lebih dari 2 gelas per hari
(untuk laki-laki) atau 1 gelas perhari (untuk wanita).
4. Aktivitas setiap hari
Menjadi aktif secara fisik merupakan bagian penting
dari menjalani pola hidup sehat dan dapat membantu untuk
27
menurunkan tekanan darah. Pada usia berapa pun, aktivitas
fisik memberikan berbagai manfaat kesehatan. Mencoba
untuk menjadi aktif setiap hari, dapat dilakukan dengan
berjalan kaki bersepeda untuk bekerja atau ke toko,
berkebun, berenang bergabung dengan klub atau mencoba
olahraga baru. Aktivitas didasarkan pada model aktivitas
(berjalan, berlatih dan bersepeda), dengan frekuensi 3-5
hari seminggu, dengan durasi 20-60 menit dengan intensitas
60-90% dari heart rate maximum yang dapat dinilai dengan
menggunakan formula karnoven (220-umur = heart rate
maksimal).
Program latihan fisik perlu disesuaikan dengan obat
antiHipertensi yang dikonsumsi. Obat yang dapat
menurunkan tahanan perifer dengan menginduksi
vasodilatasi dapat mengakibatkan hipotensi setelah latihan.
Pada keadaan ini diperlukan pendinginan yang cukup untuk
membantu mendistribusikan kembali aliran darah. Obat
yang mengurangi cardiac output dengan jalan menurunkan
frekuensi denyut jantung membutuhkan kriteria intensitas
latihan fisik yang bukan didasarkan pada frekuensi denyut
jantung.
Penderita Hipertensi yang menggunakan diuretik
dapat mengakibatkan disrithmia jantung saat latihan
akibatnya perlu dilakukan monitor irama jantung yang lebih
28
intensif. Obat lain dapat sekaligus mempengaruhi denyut
jantung dan total peripheal resistence. Maka program
latihan harus disesuaikan dengan keadaan individu. Secara
keseluruhan program latihan didasarkan pada respon
spesifik denyut jantung dan tekanan darah penderita
terhadap latihan fisik. (Feronika, 2018).
Salah satu aktivitas fisik yang dapat digunakan
untuk menurunkan tekanan darah dengan mengatasi
kendala tersebut adalah latihan Isometric Beberapa
penanganan pada pasien Hipertensi yaitu dengan Latihan
Isometric Handgrip.
2.4 Konsep Latihan Isometric Handgrip
2.4.1 Definisi Latihan Isometric Handgrip
Latihan Isometric adalah bentuk latihan statis yang
mengkontraksikan otot dan menghasilkan tahanan tanpa
perubahan panjang otot dan tanpa gerakan sendi yang terlihat
(Carlson et al 2014; Andri, 2018). Tekanan dan tahanan
dihasilkan otot tanpa tegangan mekanis (tahanan x jarak).
Sumber resistensi pada latihan Isometric meliputi
menggenggam dan melawan tahanan secara manual,
menggenggam beban pada posisi khusus, mengatur posisi
melawan berat tubuh, atau menarik dan mendorong objek
29
yang tak dapat bergerak (Kisner & Colby, 2007; Rahmawati,
2018).
Isometric Handgrip Exercise merupakan latihan statis
yang dilakukan dengan menggunakan Handgrip. Handgrip
merupakan alat yang biasa digunakan untuk mengukur
kekuatan otot genggaman tangan. Handgrip juga untuk
mendeteksi gangguan mobilisasi fungsional (Basuki, 2008;
Rahmawati, 2018).
2.4.2 Tujuan Latihan Isometric
Latihan Isometric selain terbukti menurunkan tekanan
darah, latihan ini juga bermanfaat untuk mencegah atrofi otot,
membangun volume otot, meningkatkan stabilitas sendi, serta
mengurangi edema. Latihan Isometric merupakan bagian
penting dalam desain program rehabilitasi untuk
meningkatkan kemampuan fungsional (Owen et al, 2010;
Rahmawati, 2018).
2.4.3 Kelebihan dan Kekurangan
Latihan dengan menggunakan Handgrip memiliki
kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dengan menggunakan
Handgrip yaitu jauh lebih sederhana, tidak memakan waktu
yang banyak sehingga mengefisiensi waktu, tidak
membutuhkan fasilitas atau ruangan yang banyak untuk
melakukan latihan, memiliki risiko injuri lebih kecil
30
dibandingkan latihan lain, dan tidak terpengaruh oleh cuaca
karena dapat dilakukan di dalam ruangan. Kelemahannya
yaitu pada alat yang hanya digunakan oleh satu orang pada
satu waktu (Owen et al, 2010; Rahmawati, 2018).
2.4.4 Indikasi dan Kontraindikasi
Menurut (Syamsyuriana Sabar, 2015; Andri, J, 2018)
efek jangka pendek latihan Isometric menggunakan Handgrip
selama 5 hari berturut – turut selama 45 terbukti menurunkan
tekanan darah baik sistol maupun diastol. Latihan ini dapat
dilakukan pada pasien Hipertensi dengan tekanan darah yang
terkontrol. Penerapan pada penderita Hipertensi berat dan
gangguan jantung membutuhkan pemantauan yang lebih
ketat baik sebelum maupun pada saat latihan.
Langkah-langkah dalam melakukan Isometric
Handgrip exercise menurut (Sabar, 2015; Andri, J, 2018)
antara lain:
1) Peneliti memberikan penjelasan kepada responden
tentang pengertian, tujuan, cara dan manfaat isometric
handgrip exercise bagi responden dan waktu
pelaksanaan latihan.
2) Responden diminta untuk duduk beristirahat selama 5
menit.
3) Setelah itu, dilakukan pengukuran tekanan darah
31
menggunakan tensimeter, catat hasilnya.
4) Menjelaskan kepada responden tetap dalam keadaan
duduk
5) Kemudian responden diminta untuk melakukan kontraksi
Isometric ( menggenggam handgrip) dengan satu tangan
selama 45 detik.
6) Setelah itu responden diberi penjelasan untuk membuka
genggaman dan istirahat selama 15 detik.
7) Responden diminta kembali untuk melakukan kontraksi
Isometric (menggenggam handgrip) dengan tangan yang
lain selama 45 detik.
8) (prosedur diulang, sehingga masing-masing tangan
mendapatkan 2 kali kontraksi, jumlah total durasi selama
latihan sebanyak 180 detik atau 3 menit). Latihan selama
5 hari berturut – turut dilakukan 1x sehari.
9) Setelah selesai melakukan latihan Isometric handgrip
tekanan darah responden diukur kembali untuk mencatat
hasil postest.
2.4.5 Mekanisme penurunan tekanan darah dengan latihan
Isometric
Mekanisme penurunan tekanan darah pada isometric
handgrip berdasarkan penelitian termasuk di dalamnya adalah
modulasi otonom, perbaikan stress oksidatif (Millar et al,
2009; Rahmawati 2018), dan atau terjadinya peningkatan
32
fungsi endotel pembuluh resistensi (McGowan et al, 2007;
Rahmawati, 2018). Pembuluh retensi pembuluh darah endotel
berperan untuk modulasi tekanan darah arteri dan berperan
dalam patogenenesis kronis peningkatan tekanan darah atau
hipertensi (Badrov et al, 2013; Rahmawati, 2018).
Menurut Kaplan, 1998 dalam Rahmawati, 2018
kelainan endotel adalah salah satu faktor penyebab hipertensi.
Endotel adalah sel yang melapisi pemuluh darah yang berperan
mengatur fungsi otot polos pembuluh darah. Endotel
menghasilkan faktor yang bersifat relaksasi pembuluh darah
(Endothelium-Derived Relaxing Factors: EDRF), dan
menghasilkan faktor yang bersifat kontraksi pembuluh darah
(Endothelium-Derived Contracting Factors: EDCF). Penelitian
seelanjutnya membuktikan yang bertindak sebagai EDCF
adalah endotel-1 (ET-1), tromboxan A2, prostaglandin H2 dan
prostasiklin dan yang berperan sebagai EDRF adalah Nitrit
Oksida (NO). (Ganong, 2008; Rahmawati, 2018).
Sel endotel terganggu disebabkan oleh beberapa hal
seperti shear stress hemodinamik, stress oksidatid maupun
paparan dengan sitokin inflamasi dan hiperkolestrolemia,
sehingga fungsi menjadi tidak normal, maka disebut sebagai
disfungsi endotel. Terjadinya ketidakseimbangan substansi
vasoaktif maka terjadinya hipertensi. Disfungsi endotel
merupakan penyebab penyakit pembuluh darah. Kelainan
33
endotel menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan struktur
pembuluh darah (Dharma et al, 2005; Rahmawati, 2018).
Gangguan vasodilatasi yang tergantung endotel terjadi
pada penderita hipertensi ini karena terjadi penurunan
ketersediaan Nitrit Oksid (NO) yang berperan sebagai Endhotel
Derived Releasing Factor (EDRF) yang bersifat sebagai
vasodilator dan pelicin untuk mencegah perlekatan Low Density
Lipoproterin (LDL) dan sel darah. (Taddei et al, 2000;
Rahmawati, 2018). Nitrit oksid diproduksi oleh sel endotel dari
asam amino L-arginin dalam suatu reaksi yang dikatalisis oleh
enzim nitrit oksid sintase (NOS). Reaksi sintosis NO dari
endotel vaskuler terjadi terus menerus suntuk memprtahankan
tonus vaskuler (Ganong, 2008; Rahmawati, 2018).
34
2.5 Kerangka Konsep
Bagan 2.5.1 Kerangka Konsep
Penurunan tekanan
darah arteri
↓ Tekanan darah
sistolik dan diastolik
Moodulasi saraf otonom
ꜛ Fungsi endotel
pembuluh resistensi
Perbaikan stres oksidatif otot
- Diuretik - Angiotensin-converting
enzyme inhibitor (ACEI) - Penghambat
reseptor angiotensin II (ARB) - β- bloker
- Penghambat saluran kalsium (Calcium
Channel Bloker, CCB) - Penghambat
Reseptor α1
Isometric Handgrip
- Aktivitas
Modifikasi gaya hidup
- Konsumsi makanan sehat
- Menurunkan berat badan
- Mengurangi rokok
- Mengurangi alkohol
Merangsang psikis pada
medulla oblongata
Kontraksi otot
Terapi
Farmakologis
Terapi Non -
Farmakologis Tekanan Darah
Sistole (TDS) &
Tekanan Darah
Diastole (TDD)
Faktor yang
mempengaruhi
tekanan darah
- Curah Jantung
- Usia
- Stress
- Ras
- Jenis Kelamin
- Medikasi
- Aktivitas fisik
- Zat Vasoaktif
Faktor yang
mempengaruhi tekanan
darah pada lansia
- Menurunnya
elastistisitas dinding
aorta dan pembuluh
darah,
- Katup jantung menebal
dan kaku
- Kemampuan
memompa jantung
menurun
- Meningktanya
resistensi pembuluh
darah