pengaruh konsentrasi dan berbagai macam substansi …

12
18 PENGARUH KONSENTRASI DAN BERBAGAI MACAM SUBSTANSI PENGATUR TUMBUH TERHADAP PERTUMBUHAN AWAL STEK TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin Benth) VARIETAS SIDIKALANG Onny Kandarihi 1) , Nurul Muddarisna 1) , I.K. Prasetyo 1) ¹) Wisnuwardhana University Abstract: Nilam (Pogostemon cablin Benth) atau sering disebut Pogostemon patchouli, merupakan tanaman yang banyak ditanam untuk diambil minyaknya. Minyak Nilam adalah salah satu dari beberapa jenis minyak atsiri yang menjadi komoditas ekspor Indonesia, permasalahan perbanyakan tanaman Nilam adalah bagaimana mendapatkan bahan stek yang mempunyai kecepatan tumbuh dan persentase perakaran yang tinggi. Salah satu cara untuk mempercepat pertumbuhan maka dengan menggunakan Substansi Pengatur Tumbuh (SPT). Substansi Pengatur Tumbuh (SPT) sintetik sangat mahal dan dapat menimbulkan stek mati jika penggunaan tidak sesuai anjuran. Oleh sebab itu, untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan Substansi Pengatur Tumbuh (SPT) dan bahan alami yang ramah lingkungan dan tidak berbahaya kepada konsumen. Penelitiantersebut bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi dan berbagai macam Substansi Pengatur Tumbuhalami terhadap pertumbuhan stek awal nilam. Metode penelitian menggunakan percobaan faktorial yang disusun secara Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua fakktor, meliputi jenis Substansi Pengatur Tumbuh (SPT) dan pengaruh konsentrasi dengan jumlah 12 perlakuan yang diulang 3 kali sehingga memperoleh 36 unit percobaan. Penelitian dibagidalam beberapa tahapan yang dimulai dari persiapan bibit Nilam, persiapan SPT (biji jagung, bongkol pisang, tauge, dan teh hijau), aplikasi SPT, perawatan tanaman dan pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berpengaruh nyata antara konsentrasi dan jenis Substansi Pengatur Tumbuh (SPT) pada pengamatan panjang tunas umur 14 hari setelah tanam tetapi tidak berpengaruh antara konsentrasi dan jenis Substansi Pengatur Tumbuh (SPT) pada pengamatan diameter tunas, jumlah daun, dan panjang akar. Pemberian S2K3 (ekstra bonggol pisang sumber SPT Giberelin dengan konsentrasi 4ml/L air) dapat mempengaruhi panjang tunas lebih panjang dengan hasil 0,30 cm. Perlakuan secara terpisah ekstra biji jagung muda (S1) sumber SPT Sitokinin dengan pengenceran 3 ml/L air dapat mempengaruhi diameter tunas lebih besar dan jumlah daun lebih banyak, danekstra touge (S3) sumber SPT Auksin dengan pengenceran 2ml/L air dapat mempengaruhi panjang akar. Pemberian ekstra daun teh hijau sumber SPT Sitokinin menunjukkan hasil terendah pada setiap parameter pengamatan. Keywords : Konsentrasi, Substansi, Nilam, Stek Awal

Upload: others

Post on 05-Nov-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH KONSENTRASI DAN BERBAGAI MACAM SUBSTANSI …

18

PENGARUH KONSENTRASI

DAN BERBAGAI MACAM SUBSTANSI PENGATUR TUMBUH TERHADAP PERTUMBUHAN

AWAL STEK TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin Benth) VARIETAS SIDIKALANG

Onny Kandarihi 1) , Nurul Muddarisna 1) , I.K. Prasetyo 1)

¹) Wisnuwardhana University

Abstract: Nilam (Pogostemon cablin Benth) atau sering disebut Pogostemon patchouli, merupakan tanaman yang banyak ditanam untuk diambil minyaknya. Minyak Nilam adalah salah satu dari beberapa jenis minyak atsiri yang menjadi komoditas ekspor Indonesia, permasalahan perbanyakan tanaman Nilam adalah bagaimana mendapatkan bahan stek yang mempunyai kecepatan tumbuh dan persentase perakaran yang tinggi. Salah satu cara untuk mempercepat pertumbuhan maka dengan menggunakan Substansi Pengatur Tumbuh (SPT). Substansi Pengatur Tumbuh (SPT) sintetik sangat mahal dan dapat menimbulkan stek mati jika penggunaan tidak sesuai anjuran. Oleh sebab itu, untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan Substansi Pengatur Tumbuh (SPT) dan bahan alami yang ramah lingkungan dan tidak berbahaya kepada konsumen. Penelitiantersebut bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi dan berbagai macam Substansi Pengatur Tumbuhalami terhadap pertumbuhan stek awal nilam. Metode penelitian menggunakan percobaan faktorial yang disusun secara Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua fakktor, meliputi jenis Substansi Pengatur Tumbuh (SPT) dan pengaruh konsentrasi dengan jumlah 12 perlakuan yang diulang 3 kali sehingga memperoleh 36 unit percobaan. Penelitian dibagidalam beberapa tahapan yang dimulai dari persiapan bibit Nilam, persiapan SPT (biji jagung, bongkol pisang, tauge, dan teh hijau), aplikasi SPT, perawatan tanaman dan pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berpengaruh nyata antara konsentrasi dan jenis Substansi Pengatur Tumbuh (SPT) pada pengamatan panjang tunas umur 14 hari setelah tanam tetapi tidak berpengaruh antara konsentrasi dan jenis Substansi Pengatur Tumbuh (SPT) pada pengamatan diameter tunas, jumlah daun, dan panjang akar. Pemberian S2K3 (ekstra bonggol pisang sumber SPT Giberelin dengan konsentrasi 4ml/L air) dapat mempengaruhi panjang tunas lebih panjang dengan hasil 0,30 cm. Perlakuan secara terpisah ekstra biji jagung muda (S1) sumber SPT Sitokinin dengan pengenceran 3 ml/L air dapat mempengaruhi diameter tunas lebih besar dan jumlah daun lebih banyak, danekstra touge (S3) sumber SPT Auksin dengan pengenceran 2ml/L air dapat mempengaruhi panjang akar. Pemberian ekstra daun teh hijau sumber SPT Sitokinin menunjukkan hasil terendah pada setiap parameter pengamatan. Keywords : Konsentrasi, Substansi, Nilam, Stek Awal

Page 2: PENGARUH KONSENTRASI DAN BERBAGAI MACAM SUBSTANSI …

Onny K, N Muddarisna, dan I.K. Prasetyo, Pengaruh konsentrasi dan berbagai macam substansi ....

19

Nilam (Pogostemon cablin Benth)atau sering disebut Pogostemon patchouli, merupakan tanaman yang banyak ditanam untuk diambil minyaknya. Minyak Nilam adalah salah satu dari beberapa jenis minyak atsiri yang menjadi komoditas ekspor Indonesia, dan memberikan sumbangan terbesar bagi devisa Negara (Rukmana, 2004). Minyak ini banyak digunakan dalam industri kosmetik, parfum dan sabun. Selain itu, daunnya dapat disimpan dalam lipatan buku atau kain-kain untuk mengusir serangga (Anonim, 1980).

Permintaan minyak atsiri cenderung terus meningkat, karena semakin berkembangnya industri parfum dan kosmetik baik didalam maupun diluar Negeri. Hal ini dapat menjadi peluang besar bagi para petani untuk terus meningkatkan kualitas dan kuantitas budidaya Nilam untuk memenuhi kebutuhan industri minyak Nilam (Sudaryani dan sugiharti, 1989).

Ada tiga jenis Nilam di Indonesia yaitu Nilam Aceh (P. Cablin Benth), Nilam Jawa (P.hortensis Backer) dan kembang atau Nilam Sabun (P.heyneanus). dari ketiga jenis Nilam tersebut, yang paling banyak dibudidayakan adalah Nilam Aceh karena hasil minyaknya tinggi yakni >2,5% (Nuryani dan Hadipoentyanti,1994). Nilam Jawa kadar minyaknya <2,0% dan berkualitas rendah tetap diusahakan karena jenis Nilam ini toleran terhadap nematoda, sedangkan Nilam Aceh tidak tyahan nematoda (Nuryani et al., 2001).

Permasalahan perbanyakan tanaman Nilam adalah bagaimana mendapatkan bahan stek yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh, untuk mengatasi hal tersebut diatas, beberapa penelitian telah dilakukan dengan menggunakan zat pengatur tumbuh sintetis akar. Zat ini dapat merangsang dan mempercepat pertumbuhan stek, diameter tunas, jumlah daun dan perakaran stek. Heddy (1989) menyatakan bahwa Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) digolongkan menjadi lima kelompok yaitu Auksin, Giberalin, Sitokinin, Asam absisi dan Etilen. Dalam kegiatan budidaya tanaman baik tanaman semusim maupun tanaman tahunan zat pengatur sangat bermanfaat dalam pertumbuhan tanaman seperti pembentukan bagian-bagian tanaman.

Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh (Sintetik), membutuhkan biaya yang relatif mahal, maka para petani tanaman Nilam terpaksa menanam Nilam dengan tidak menggunakan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT). Tanaman Nilam yang tidak menggunakan zat pengatur tumbuh tidak akan tumbuh serempak dan menimbulkan stek mati, hal tersebut memaksa para petani untuk menyulam areal perkebunan mereka. ZPT yang biasa digunakan dalam percepatan stek adalh Auxin sebagai zat percepatan pertumbuhan akar dan Sitokinin untuk percepatan pertumbuhanstek. Auksin adalah zat hormon tumbuhan yang ditemukan pada ujung batang,akar, dan bunga yang berfungsi untuk sebagai pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung. Auksin berperan penting dalam pertumbuhan (Harjadi 2009). IAA adalah salah satu jenis auxin alami yang terkandung dalam bagian tumbuhan yang sedang aktif didalam kecambah biji kedelai (tauge), seperti meristem pucuk, daun-daun muda, biji dan buah. Sedangkan Sitokinin alami

Page 3: PENGARUH KONSENTRASI DAN BERBAGAI MACAM SUBSTANSI …

PRIMORDIA VOLUME 10, NOMOR 2, OKTOBER 2015

20

atau (Zeatin) 30% terkandung dalam biji jagung muda (Paulina, 2012). Selanjutnya pendapat Harjadi (2009) mengatakan bahwa sitokinin ditemuan pada tumbuhan yang berperan dalam pembelahan sel, pembentukan organ, pencegahan kerusakan klorofil serta perkembangan mata tunas.

Hasil penelitian Paulina (2012), optimasi pertumbuhan bibit apel dengan menggunakan Cytokinin alami, yang dihasilkan dari ekstra biji jagung muda dan bonggol pisang dapat merangsang pertumbuhan tunas dan akar stek apel pada konsentrasi 4 ml/l lebih panjang pada pengamatan 14 Hari Setelah Perlakuan (HSP).

Aplikasi haisl penelitian Paulina menunjukkan bahwa Substansi Pengatur Tumbuh (SPT) terbukti bahwa dapat merangsang pertumbuhan tunas dan akar pada stek tanaman apel (Paulina 2012). Substansi Pengatur Tumbuh (SPT) sangat bermanfaat dalam dunia pertanian karena lebih ramah lingkungan, mudah didapat, harga terjangkau dan tidak merusak jaringan tanaman. Substansi Pengatur Tumbuh (SPT) masih menjadi persoalan karena belum jelasnya dosis dan konsentrasi untuk memacu pertumbuhan akar dan tunas pada stek tunas sehingga konsumen memilih tidak menggunakan zat tersebut (Paulina 2012). ZPT Sintetik memiliki kelemahan yang sering diabaikan, selain harganya yang mahal juga menimbulkan tanaman mati jika pengunaan berlebihan dan mencemarkan Lingkungan. Seperti yang dikatakan Rostiana dan Seswita (2007) pemberian Auksin dapat membentuk akar lebih banyak, tetapi akan menghambat proses pemanjangan akar lateral. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury et al, (1992) bahwa konsentrasi zat pengatur tumbuh yang terlalu tinggi untuk suatu jenis tanaman tertentu akan mendororng sintetis etilen yang kemudian menghambat pemanjangan akar. Kelebihan ZPT sintetik adalah rmudah didapat ditoko pertanian dan sudah ditentukan jenis konsentrasi jika dibandingkan dengan ZPT alami (Rostiana dan Seswita, 2007).

Dari latar belakang tersebut diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi dan berbagai macam Substansi Pengatur Tumbuh (SPT) alami terhadap pertumbuhan awal stek tanaman Nilam (Pogostemon cablin Benth)varietas sidikalang. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium dan Green House Fakultas Pertanian Universitas Wisnuwardhana Malang, Jawa Timur dari bulan November sampai Januari 2013. Dalam penelitian ini alat yang digunakan antara lain : pensil 2b untuk mencatat hasil pengamatan, buku tulis, penggaris, erlemeyer, blender dan polybag ukuran 1kg. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah bibit stek Nilam diperoleh langsung dari kebun pembibitan Turen, Malang Selatan, Jagung muda, bongkol pisang, tauge, teh hijau sebagai sumber Substansi Pengatur Tumbuh (SPT) dan aquadest.

Page 4: PENGARUH KONSENTRASI DAN BERBAGAI MACAM SUBSTANSI …

Onny K, N Muddarisna, dan I.K. Prasetyo, Pengaruh konsentrasi dan berbagai macam substansi ....

21

Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial dengan dua faktor. Faktor 1 : macam ekstrak bahan alami sebagai sumber SPT (S) S1 = Ekstrak jagung muda (sumber SPT Sitokinin) S2 = Ekstrak bongkol pisang (sumber SPT Giberelin) S3 = Ekstrak Touge / kecambah kedelai (sumber SPT Auksin) S4 = Ekstrak Daun Teh hijau (sumber Sitokinin) Faktor II : Pengaruh Konsentrasi (K) K1 = 2ml/L air K2 = 3ml/L air K3 = 4 ml.L air Sehingga akan didapat perlakuan sebagai berikut : S1K1 = Penggunaan ekstrak jagung muda sebagai sumber SPT Sitokinin

dengan konsentrasi 2ml/L air. S1K2 = Penggunaan ekstrak jagung muda sebagai sumber SPT Sitokinin

dengan konsentrasi 3ml/L air. S1K3 = Penggunaan ekstrak jagung muda sebagai sumber SPT Sitokinin

dengan konsentrasi 4ml/L air. S2K1 = Penggunaan ekstrak bongkol pisang sebagai sumber SPT Giberelin

dengan konsentrasi 2ml/L air. S2k2 = Penggunaan ekstrak bongkol pisang sebagai sumber SPT Giberelin

dengan konsentrasi 3ml/L air. S2K3 = Penggunaan ekstrak bongkol pisang sebagai sumber SPT Giberelin

dengan konsentrasi 4ml/L air. S3K1 = Penggunaan ekstrak tauge sebagai sumber SPT Auksin dengan

konsentrasi 2ml/L air. S3K2 = Penggunaan ekstrak tauge sebagai sumber SPT Auksin dengan

konsentrasi 3ml/L air. S3K3 = Penggunaan ekstrak tauge sebagai sumber SPT Auksin dengan

konsentrasi 4ml/L air. S4K1 = Penggunaan ekstrak teh hijau sebagai sumber Sitokinin dengan

konsentrasi 2ml/L air. S4K2 = Penggunaan ekstrak teh hijau sebagai sumber Sitokinin dengan

konsentrasi 3ml/L air. S4K3 = Penggunaan ekstrak teh hijau sebagai sumber Sitokinin dengan

konsentrasi 4ml/L air. Dari 12 perlakuan diulang 3x, sehingga diperolrh sebanyak 36 unit percobaan.. Parameter yang diamati meliputi :

1. Panjang Tunas Pengukuran panjang tunas dilakukan menggunakan penggaris dengan cara mengukur tunas dari pangkal tunas sampai titik tumbuh dengan interval setiap hari pada minggu pertama dan selanjutnya satu kali dalam satu minggu..

Page 5: PENGARUH KONSENTRASI DAN BERBAGAI MACAM SUBSTANSI …

PRIMORDIA VOLUME 10, NOMOR 2, OKTOBER 2015

22

2. Jumlah Daun Jumlah daun yang dihitung adalah daun yang sudah terbuka sempurna dengan interval satu minggu sekali

3. Pengukuran Diameter Batang Pengukuran diameter batang dengan menggunakan jangka sorong, batang yang diukur adalah batang tunas hasil stek dengan interval satu minggu sekali

4. Panjang akar Pengukuran panjang akar menggunakan penggaris, akar yang diukur adalah akar yang paling panjang.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan Hasil analisis ragam terhadap panjang tunas menunjukkan bahwa terjadi interaksi yang nyata pada perlakuan ekstrak bonggol pisang sebagai sumber SPT Giberelin dengan konsentrasi 3ml/l air hanya pada umur 14 hari setelah tanam. Sementara secara terpisah perlakuan macam SPT tidak berpengaruh byata pada semua umur, tetapi konsentrasi SPT berpengaruh nyata pada umur 21,28, 35 dan 42 hari setelah tanam. (Lampiran 1). Tabel 1. Rata-rata Panjang Tunas (Cm) Akibat Interaksi Antara Perlakuan Konsentrasi dan Berbagai Macam Substansi Pengatur Tumbuh (SPT) pada umur 14 Hari Setelah Tanam (HST).

PERLAKUAN RATA-RATA TINGGI TUNAS (Cm) S1K1 0,23 bc S1K2 0,27 cd S1K3 0,27 cd S2K1 0,07 a S2K2 0,20 b S2K3 0,30 d S3K1 0,07 a S3K2 0,17 ab S3K3 0,17 ab S4K1 0,07 a S4K2 0,23 bc S4K3 0,13 ab

BNT 5% 0,11 Keterangan : Angka dalam kolom yang sama dan diikuti notasi huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dalam uji BNT 5%.

Berdasarkan hasil uji BNT 5% (Tabel 1) menunjukkan bahwa pada umur 14 hari setelah tanam, panjang tunas dari stek hasil perlakuan ekstrak bonggol pisang dengan konsentrasi 4ml/l air (S2K3) lebih panjang jika dibandingkan dengan perlakuan lain meskipun tidak berbeda secara nyata dengan perlakuan ekstrak biji jagung muda dengan konsentrasi 3 ml/l air (S1K2), dan ekstrak biij jagung muda dengan konsentrasi 4 ml/l air (S1K3).

Page 6: PENGARUH KONSENTRASI DAN BERBAGAI MACAM SUBSTANSI …

Onny K, N Muddarisna, dan I.K. Prasetyo, Pengaruh konsentrasi dan berbagai macam substansi ....

23

Sementara itu kombinasi perlakuan ekstrak bonggol pisang dengan konsentrasi 2 ml/l air (S2K1) menghasilkan rata panjang tunas yang lebih rendahj dibandingkan perlakuan lainnya dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan ekstrak tauge dengan konsentrasi 2ml/l air (S3K1), ekstrak tauge dengan konsentrasi 3 ml/l air (S3K2), ekstrak tauge dengan konsentrasi 4 ml/ l air (S3K3), dan ekstrak teh hijau dengan konsentrasi 4 ml/l (S4K3).

TABEL 2 menunjukkan bahwa pada umur 21,28,35 dan 42 hari setelah tanam, perlakuan macam Substansi Pengatur Tumbuh (SPT) tidak menunjukkan perbedaan nyata terhadap rata-rata panjang tunas. Sementaraperlakuan konsentrasi menunjukkan bahwa konsentrasi SPT 3ml/l air (K2) pada umur 21, 28, 35, dan 42 hari setelah tanam menghasilkan rata-ratapanjang tunas terpanjang. Dari hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara berbagai macam ekstrak bahan alami sumber Substansi Pengatur Tumbuh (SPT) dan berbagai macam konsentrasi pada hasil pengamatan diameter tunas pada umur 14, 21, 28, 35, 42, 49, dan 56 hari setelah tanam. Perlakuan jenis Substansi Pengatur Tumbuh (SPT) secara terpisah berpengaruh sangat nyata pada umur 35, 42, 49, dan 56 hari setelah tanam, sedangkan perlakuan konsentrasi berpengaruh sangat nyata pada umur 21, 28, 35, 42, 49, dan 56 hari setelah tanam pada pengamatan rata-rata diameter tunas (Lampiran 2).

Page 7: PENGARUH KONSENTRASI DAN BERBAGAI MACAM SUBSTANSI …

PRIMORDIA VOLUME 10, NOMOR 2, OKTOBER 2015

24

Berdasarkan uji BNT 5% pada rata-rata diameter tunas (Tabel 3) perlakuan jenis Substansi Pengatur Tumbuh (SPT) menunjukkan bahwa, ekstrak biji jagung muda (S1) pada umur 35, 42, dan 49 hari setelah tanam menghasilkan rata-rata diameter tunas yang lebih besar dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan ekstrak bonggol pisang (S2) dan ekstrak touge (S3), tetapi berbeda nyata dengan perlakuan ekstrak teh hijau (S4) pada pengamatan rata-rata diameter tunas. Tabel 3 menunjukkan bahwa 3 ml/l air (K3) pada umur 42, 49, dan 56 hari setelah tanam menghasilkan rata-rata diameter tunas yang terbesar dan berbeda nyata dengan 2ml/l air (K1) tetapi tidak berbeda secara nyata dengan 4ml /l air (K3) pada pengamatan rata-rata diameter tunas. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara jenis Substansi Pengatur Tumbuh (SPT) dan berbagai macam konsentrasi pada hasil pengamatan rata-rata jumlah daun 14, 21, 28, 35, 42, 49 dan 56 hari setelah tanam. Perlakuan jenis Substansi Pengatur Tumbuh (SPT)Substansi Pengatur Tumbuh (SPT)pengaruh sangat nyata pada umur 21, 28, dan 35 hari setelah tanam, berpengaruh nyata pada umur 42 hari setelah tanam. Jenis konsentrasi berpengaruh sangat nyata pada umur 21, 28, 35, 42, 49, dan 56 hari setelah tanam dan berpengaruh nyata pada umur 14 hari setelah tanam (Lamipran 3).

Page 8: PENGARUH KONSENTRASI DAN BERBAGAI MACAM SUBSTANSI …

Onny K, N Muddarisna, dan I.K. Prasetyo, Pengaruh konsentrasi dan berbagai macam substansi ....

25

Berdasarkan uni BNT 5% pada rata-rata jumlah daun (Tabel 4) perlakuan jenis Substansi Pengatur Tumbuh (SPT) menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak biji jagung muda (S1) menghasilkan jumlah daun terbanyak pada umur 21,28, dan 35 hari setelah tanam, namun tidak berbeda nyata dengan ekstrak bonggol pisang (S2) dan ekstrak tauge (S3) hanya pada umur 28 hari setelah tanam tetapi berbeda nyata dengan daun teh hijau (S4)pada rata-rata jumlah daun. TABEL 4 menunjukkan bahawa 3 ml/l air (K2) pad umur 21, 28, 35, 42, 49 dan 56 hari setelah tanam menghasilkan rata-rata jumlah daun terbanyak dan tidak berbeda secara nyata dengan 4 ml/l air (K2) tetapi berbeda nyata dengan 2 ml/l air (K1) pada rata-rata pengamatan jumlah daun. Hasil analisis ragam menunujkan bahwa tidak terjadi interaksi secara nyata antara jenis Substansi Pengatur Tumbuh (SPT) dan berbagai macam konsentrasi pada hasil pengamatan panjang akar umur 56 hari setelah tanam, sedangkan perlakuan jenis Substansi Pengatur Tumbuh (SPT) berpengaruh nyata, dan jenis konsentrasi berpengaruh nyata pada umur 56 hst (lampiran 4).

Page 9: PENGARUH KONSENTRASI DAN BERBAGAI MACAM SUBSTANSI …

PRIMORDIA VOLUME 10, NOMOR 2, OKTOBER 2015

26

Berdasarkan uji BNT 5% pada rata-rata panjang akar (tabel 5) pada umur 56 HST, perlakuan ekstrak tauge (S3) menghasilkan akar terpanjang namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan ekstrak jagung manis (S1) dan ekstrak bonggol pisang (S2) tetapi berbeda nyata dengan perlakuan teh hijau (S4) pada rata-ratapanjang akar. TABEL 5 menunujkan bahwa 3 ml/l air (K2) pada umur 56 hari setelah tanam menghasilkan rata-rata panjang akar tepanjang dan tidak berbeda secara nyata dengan 4 ml/l air (K3) tetapi berbeda nyata dengan 2 ml/l air (K1) pada rata-rata pengamatan panjang akar. Pembahasan Hasil analisis dari tabel diatas menunjukkan bahwa mulai pada umur 14 samapa 56 hari setelah tanam perlakuan yang dicoba berpengaruh terhadap hasil pengamatan, hal ini menunjukkan bahwa penyerapan nutrisi dari media melalui akar terjadi guna merangsang pertumbuhan stek tanaman Nilam. Pemberian Substansi Pengatur Tumbuh dengan konsentrasi yang berbeda menunjukkan interaksi hanya pada umur 14 hst namun secara umum tidak saling berinteraksi antara substansi pengatur tumbuh dengan konsentrasi pada setiap parameter yang diamati. Pemberian konsentrasi yang berbeda pada masing-masing ekstrak bahan alami sebagai sumber substansi pengatur tumbuh memberikan hasil yang berbeda-beda, diantaranya pengenceran 3 ml/l air menunjukan hasil yang lebih baik pada parameter yang diamati. Pengamatan rata-rata panjang tunas umur 14 hari setelah tanam menunjukan bhwa perlakun ekstrak bonggol pisang dengan konsentrasii 4 ml/l

Page 10: PENGARUH KONSENTRASI DAN BERBAGAI MACAM SUBSTANSI …

Onny K, N Muddarisna, dan I.K. Prasetyo, Pengaruh konsentrasi dan berbagai macam substansi ....

27

air (S2K3)denga hasil 0,30 cm dapat merangsang pertumbuhan tunas lebih panjang, hal tersebut dimana terjadi pertumbuhan yang meningkat adalah pertanda / gejala hidup, hal ini menunjukan bahwa giberelin yang terdapat pada ekstrak bongkol pisang dapat merangsang pertumbuhan tunas lebih cepat dan perkembangan kuncup. Harjadi (2009) mengatakan bahwa Giberelin berfungsi merangsang pembelahan sel dan pemanjangan sel sehingga terjadi pertumbuhan tunas pada tanaman. Giberelin menstimulasi pertumbuhan pada daun maupun pada batang, tetapi efeknya dalam pertumbuhan akar sedikit. Didalam batang Giberelin menstimulasi perpanjangan sel dan pembelahan sel (Lestari, 2011) Pengamatan rata-rata diameter tunas umur35, 42, dan 49 hari setelah tanam menunjukan bahwa perlakuan ekstrak biji jagung muda (S1) lebih bagus dengan hasil 2,78 mm pada 49 hari setelah tanam. Sitokinin alami yang terdapat di endosperma cairan jagung yang berperanan penting untuk mendorong pertumbuhan tunas samping dan perluasan daun serta pertumbuhan secgara umum. Sitokinin banyak ditemukan dalam tumbuhan yang mempunyai peranan sebagai pembelahan sel, pembesaran sel dan organ sehingga tanaman dapat bertumbuh secara sempurna (Harjadi, 2009) mengatakan sitokinin mempengaruhi pertumbuhan, mendorong pembelahan sel dan pertumbuhan secara umum diantaranya mendorong pertumbuhan daun dan mendorong perkecambahan. Hasil pengamatan panjang akar umur 56 hai setelah tanam (HST) menunjukan hasil terbaik pada perlakuan ekstrak tauge (S3) 10,48 cm, selain itu perlakuan 3 ml/l air (K2) memperoleh hasil yang lebih panjang dari konsentrasi yang lain. Hal ini menunjukan bahwa kandungan auksin pada ektrak tauge dapat merangsang pertumbuhan akar pada stek atau cangkokan dan membutuhkan konsentrasi yang optimal. Auksin mempunyai peranan dalam tumbuhan tanaman diantaranya untuk mempercepat pertumbuhan akar dan merangsang tumbuhnya perakaran stek. Berbagai penelitian telah dilakukan dan berhasil membuktikan bahwa auksin berperan dalam pembentukan akar adventif (Harjadi, 2009). Fitriaji (2009) menambahkan bahwa substansi pengatur tumbuh pada konsentrasi optimaldapat mempengaruhi parameter panjang akar.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Pemberian substansi pengatur tumbuh dengan konsentrasi yang berbeda tidak menunjukan interaksi antara substansi pengatur tumbuh dengan konsentrasi pada setiap parameter yang diamati kecuali pada umur 14 hst pada pengukuran tunas.

2. Pemberian konsentrasi yang berbeda pada masing-masing ekstrak bahan alami sebagai sumber substansi pengatur tumbuh memberikan hasil yang berbeda-beda diantaranya pengenceran 3

Page 11: PENGARUH KONSENTRASI DAN BERBAGAI MACAM SUBSTANSI …

PRIMORDIA VOLUME 10, NOMOR 2, OKTOBER 2015

28

ml/ l air menunjukan hasil yang lebih baik pada parameter yang diamati.

Saran Dalam penelitian ini, peneliti menyarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut tentang substansi pengatur tumbuh (SPT) dengan menggunakan bahan alami yang lain dan konsentrasi yang berbeda pada stek Nilam agar ditermukan konsentrasi yang lebih optimal pada tempat yang berbeda.

DAFTAR RUJUKAN Anonim. 1980. Tanaman Industri. Penebar Balai Pustaka. Bogor. Arif, H. 2003. Teh dan Khasiat Bagi Kesehatan. Kanisius. Jogjakarta. Daniel, A. 2012. Prospek Bertanam Nilam. Penerbit Pustaka Baru Press.

Yogyakarta. Danoesastro, H. 2000. Zat Pengatur Tumbuh dalam Pertanian. Yayasan

Pembina Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Emmyzar dan Yulius, F. 2004. Pola Budidaya untuk Peningkatan

Produktivitas dan Mutu Minyak Nilam. Perkembangan Teknologi TRO.XVI

Fitriaji, N.H. 2009. Pertumbuhan Akar. http://hijauque.wordpress.com/ 2009/01/03/ Perkembangan - akar.

Hasanah N.F. dan Setiari N.2007. Pembentukan Akar pada Stek Batang Nilam (Pogostemon Cablin Benth) Setelah Direndam Iba (Indol Beteryc Acid) pada Konsentrasi Berbeda. Jurnal. Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi Tumbuhan Jurusan Biologi FMIPA UNDIP. V (2):4. Heddy, S. 1989. Hormon Tumbuhan. CV Rajawali. Jakarta. Harjadi, S.S. 2009. Zat Pengatur Tumbuh. Penebar Swadaya. Jakarta. Kusumo, S. 1990. Zat Pengatur TumbuhTanaman.CV. Yasa Guna. Jakarta. Lestari E.G. 2011. Peranan Zat Pengatur Tumbuh dalam Perbanyakan

Tanaman Melalui Kultur Jaringan, Jurnal Agro Biogen. II (2). Mahardika, I.K.D.,I.N. Rai dan. Wiratmaja, 2013. Pengaruh Komposisi

Campuran Bahan Media Tanaman Konsentrasi IBA Terhadap Pertumbuhan Bibit Ngumpen Bali (Mangiforea Caesia Jack). Program Studi Agrokoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Bali.

Mangun, H.M.S., Waluyo H, dan Purnama Agus. 2012. Nilam Hasil Rendemen Minyak Hingga 5 Kali Lipat dengan Fermentasi Kapang. Penebar Swadaya. Jakarta.

Moore, T.C. 1989. Biochemist-try and Physiologi of Plant Hormone. Spring ervelang. Berlin.

Page 12: PENGARUH KONSENTRASI DAN BERBAGAI MACAM SUBSTANSI …

Onny K, N Muddarisna, dan I.K. Prasetyo, Pengaruh konsentrasi dan berbagai macam substansi ....

29

Nuryani. Y., I. Mariska, Cheppy.S. 2001. Kandungan Fenol dan Lignin Tanaman Nilam Hibrida (Pogostemnm Sp.)Hasil Fusi Protoplas. Jurnal Penelitian Tanaman Industri.

Nuryani. Y.dan Hadipoentyanti.1994. Karakterisasi dan Evaluasi Plasma Nutfah Tanaman Atsiri. Review Hasil dan Program Penelitian Plasma Nutfah Pertanian. Badan Penelitian \dan Pengembangan Pertanian Jakarta.

Purwono dan Heni, P. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.

Paulina. 2012. Optimasi Pertumbuhan Stek Apel. Skripsi. Program Studi Agroteknologi. Fakultas Pertanian, Universitas Wisnuwardhana Malang.

Prasetyo, I.K. 2009. Substansi Pengatur Tumbuh. Fakultas Pertanian Wisnuwardhana Malang.

Rahmat R,MBA., M.Sc. 2004. Nilam Prospek Agribisnis dan Teknik Budidaya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Rahmawati, R., 2003. Pengaruh Diameter Stek dan Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Indole Butyric Acid Terhadap Pertumbuhan Tunas Stek Cabang Sukun (Artocapus Altilis F.).

Rostiana, O dan Seswita. 2007. Pengaruh Indole Butyric Acid dan Naphtaleine Acetic Acid Terhadap Induksi Perakaran Tunas Piretyrum (Chrysanthemum Cinerariifolium (Trevir.)Vis.) Klon Prau 6 Secara In Vitro. Bull. Littro.

Rukmana. 2004. Nilam Prospek Agribisnis dan Teknik Budidaya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Sudaryani dan Sugiharti. 1989. Budidaya dan Penyulingan Nilam. Penebar Angkasa. Bandung.

Sumiasri N, Priadi D, dan Kabinawa. 2010. Pengaruh Berbagai Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Sakawa Terhadap Perkecambahan Biji dan Pertumbuhan Semai Lerak. JurnalPusat Penelitian Bioteknologi– LIPI.

Sumarwoto. 2008. Uji Zat Pengatur Tumbuh dari Berbagai Jenis dan Konsentrasipada stek Daun Ile-Iles (Amorphophallus Muelleri Blume).Jurnal Agroland.

Suwarsono,H., 1986. Hormon Pertumbuhan. Rajawali. Indonesia. Salisbury, Frank. B and Ross. C.W. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : ITB

Bandung. Trisna, N. Umar H dan Irmasari.2013. Pengaruh Berbagai Jenis Zat Pengatur

Tumbuh Terhadap Pertumbuhan Stump Jati (Tectona Grandis L.F). Jurnal. Fakultas Kehutanan, Universitas Tadulako. 1 (1) : 4

Ufiyani.2003. Pengaruh Panjang Stek dan Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh BAP Terhadap Rejuvenasi Stek Cabang Cayu Putih (Melaleuca Cajuputi). Fakultas Pertanian Universitas Tadulako.