pengaruh keluarga terhadap keputusan pembelian

38
PENGARUH KELUARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN A. Perilaku Konsumen Pembangunan didefinisikan secara luas sebagai suatu proses perbaikan yang berkesinambungan atas suatu masyarakat atau suatu sistem sosial secara keseluruhan menuju kehidupan yang lebih baik atau lebih sejahtera. Bentuk nyata atau unsurunsur dari kehidupan serba lebih baik itu sendiri masih menjadi perdebatan. Namun menurut Todaro (2000), komponen dasar atau nilai inti yang harus dijadikan basis konseptual dan pedoman praktis untuk memahami kehidupan yang lebih baik atau lebih sejahtera terdiri atas tiga komponen dasar yaitu : 1. Kecukupan (sustenance) Kecukupan yaitu kemampuan untuk memenuhi kebutuhankebutuhan dasar. Kebutuhan tersebut bukan hanya menyangkut makanan, melainkan mewakili semua hal yang 1

Upload: darmani

Post on 28-Jun-2015

601 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH KELUARGA  TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

PENGARUH KELUARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

A. Perilaku Konsumen

Pembangunan didefinisikan secara luas sebagai suatu proses perbaikan yang

berkesinambungan atas suatu masyarakat atau suatu sistem sosial secara keseluruhan

menuju kehidupan yang lebih baik atau lebih sejahtera. Bentuk nyata atau unsurunsur

dari kehidupan serba lebih baik itu sendiri masih menjadi perdebatan. Namun

menurut Todaro (2000), komponen dasar atau nilai inti yang harus dijadikan basis

konseptual dan pedoman praktis untuk memahami kehidupan yang lebih baik atau

lebih sejahtera terdiri atas tiga komponen dasar yaitu :

1. Kecukupan (sustenance)

Kecukupan yaitu kemampuan untuk memenuhi kebutuhankebutuhan dasar.

Kebutuhan tersebut bukan hanya menyangkut makanan, melainkan mewakili semua

hal yang merupakan kebutuhan dasar manusia secara fisik yang meliputi pangan,

sandang, papan dan keamanan.

2. Jati diri (self esteem)

Jati diri merupakan dorongan dari diri sendiri untuk maju, untuk merasa diri

pantas dan layak melakukan atau mengejar sesuatu. Penyebaran nilai-nilai modern

yang bersumber dari negara-negara maju telah mengakibatkan kejutan dan

kebingungan budaya di banyak Negara berkembang. Kontak dengan masyarakat lain

yang secara ekonomis atau teknologis lebih maju acapkali mengakibatkan definisi

dan batasan mengenai baik-buruk dan benar-salah menjadi kabur. Kemakmuran

17

Page 2: PENGARUH KELUARGA  TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

materil lambat laun dianggap sebagai suatu ukuran kelayakan yang universal dan

dinobatkan menjadi landasan penilaian atas segala sesuatu.

3. Kebebasan (freedom)

Kebebasan atau kemerdekaan di sini diartikan secara luas sebagai kemampuan

untuk berdiri tegak sehingga tidak diperbudak oleh pengejaran aspek materil semata-

mata dalam kehidupan ini. Kebebasan disini juga harus diartikan sebagai kebebasan

terhadap ajaran-ajaran yang dogmatis. Jika kita memiliki kebebasan, itu berarti untuk

selamanya kita mampu berpikir jernih dan menilai segala sesuatu atas dasar

keyakinan, pikiran sehat dan hati nurani kita sendiri. Kebebasan juga meliputi

kemampuan individual atau masyarakat untuk memilih satu atau sebagian dari sekian

banyak pilihan yang tersedia. Manfaat inti yang terkandung dalam penguasaan yang

lebih besar itu adalah kebebasan untuk memilih merasakan kenikmatan yang lebih

besar dan bervariasi, untuk memilih lebih banyak barang dan jasa.

Faktor-faktor yang ikut menentukan pola konsumsi keluarga antara lain

tingkat pendapatan keluarga, ukuran keluarga, pendidikan kepala keluarga dan status

kerja wanita. Untuk mendukung pernyataan tersebut, telah banyak penelitian

dilakukan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendapatan dan pola konsumsi

keluarga. Teori Engel’s yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan

keluarga semakin rendah persentasi pengeluaran untuk konsumsi makanan

(Sumarwan, 1993). Berdasarkan teori klasik ini, maka keluarga bisa dikatakan lebih

sejahtera bila persentasi pengeluaran untuk makanan jauh lebih kecil dari persentasi

pengeluaran untuk bukan makanan. Artinya proporsi alokasi pengeluaran untuk

2

Page 3: PENGARUH KELUARGA  TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

pangan akan semakin kecil dengan bertambahnya pendapatan keluarga, karena

sebagian besar dari pendapatan tersebut dialokasikan pada kebutuhan non pangan.

Jumlah anggota keluarga atau ukuran keluarga juga mempengaruhi pola konsumsi.

Hasil Survei Biaya Hidup (SBH) tahun 1989 membuktikan bahwa semakin

besar jumlah anggota keluarga semakin besar proporsi pengeluaran keluarga untuk

makanan dari pada untuk bukan makanan. Ini berarti semakin kecil jumlah anggota

keluarga, semakin kecil pula bagian pendapatan untuk kebutuhan makanan

(Sumarwan, 1993). Selebihnya, keluarga akan mengalokasikan sisa pendapatannya

untuk konsumsi bukan makanan. Dengan demikian, keluarga dengan jumlah anggota

sedikit relatif lebih sejahtera dari keluarga dengan jumlah anggota besar.

Selain jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan formal kepala keluarga

juga berpengaruh terhadap pola konsumsi keluarga. Pendidikan dapat merubah sikap

dan prilaku seseorang dalam memenuhi kebutuhannya. Makin tinggi tingkat

pendidikan seseorang maka makin mudah ia dapat menerima informasi dan inovasi

baru yang dapat merubah pola konsumsinya. Disamping itu makin tinggi tingkat

pendidikan formal maka kemungkinannya akan mempunyai tingkat pendapatan yang

relatif lebih tinggi (Sumarwan, 1993).

Perubahan karakteristik keluarga ini mempunyai dampak sangat penting pada

perubahan pola kebutuhan atau konsumsi keluarga misalnya makanan, perlengkapan

alat-alat rumah tangga, pelayanan kesehatan, perumahan dan pendidikan.

3

Page 4: PENGARUH KELUARGA  TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

B. Keluarga Sejahtera

Strategi pengembangan kependudukan terus mengalami perluasan karena

masalah kependudukan pun telah bertambah luas dengan berbagai tantangan yang

semakin beragam. Dengan telah ditekannya laju pertumbuhan penduduk, maka

ukuran, struktur dan komposisi penduduk yang tercermin dalam unit-unit keluarga

akan mengalami perubahan baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.

Undang-undang No. 10 tahun 1992 yang telah dirujuk menjadikan keluarga

sebagai satuan sosial terkecil dalam masyarakat, sekaligus sebagai suatu lembaga

yang amat penting dalam kehidupan manusia. Lembaga keluarga dalam budaya

masyarakat kita dianggap sebagai suatu jalinan jasmani, rohani dan sosial yang

mendasar dan mengakar dalam kehidupan, lembaga keluarga ini sarat dengan fungsi

(Achir, 1993).

Menurut Selo Sumarjan dalam Hatmaji (1993), keluarga merupakan institusi

perantara (mediator) antara individu dengan masyarakat. Sehubungan dengan itu,

keluarga memiliki beberapa fungsi antara lain refroduksi, ekonomi, afeksi, proteksi,

sosialisasi dan keagamaan. Pada saat ini sedang terjadi pergeseran nilai di

masyarakat, termasuk nilainilai yang berlaku dalam keluarga, misalnya pembagian

peran di dalam keluarga.

Perubahan nilai yang ada dalam masyarakat membuat wanita memiliki

kemungkinan yang lebih besar untuk terjun ke lapangan kerja sehingga

mempengaruhi pembagian peran antara suami dan isteri dalam suatu keluarga. Tugas-

tugas yang secara tradisional dilakukan oleh isteri antara lain mengurus kebutuhan

4

Page 5: PENGARUH KELUARGA  TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

anak baik secara fisik maupun psikologis, mengurus pendidikan anak dan mengurus

penyediaan makanan untuk anggota keluarga mulai bergeser pada sebagian keluarga.

Si suami secara tradisional bertugas memberikan status sosial pada keluarga, mencari

nafkah dan mewakili keluarga dengan pihak-pihak lain yang ada di dalam masyarakat

mulai menerima limpahan tugas dari sang isteri.

Dengan adanya pergeseran nilai dalam keluarga tersebut mengakibatkan juga

terjadi perubahan pola konsumsi barang dan jasa dalam keluarga. Keberhasilan

program pemerintah dalam bidang kependudukan khusunya penurunan fertilitas

nampaknya sudah mulai nyata. Keberhasilan ini antara lain berdampak pada

perubahan struktur keluarga (Hatmadji, 1993). Lebih lanjut ia mengatakan, struktur

keluarga sudah berubah dari keluarga berukuran besar (jumlah anak banyak) ke

keluarga berukuran kecil (sedikit anak).

Pada tahun 1971 rata-rata jumlah anggota rumah tangga di Indonesia sebesar

5,3 orang, tahun 1980 mengalami penurunan menjadi 5,2 orang kemudian pada tahun

1990 penurunannya cukup berarti yakni dari 5,2 pada tahun 1980 menjadi 4,5 o rang

pada tahun 1990 (Kasto dan Sembiring, 1996). Propinsi Sulawesi Selatan pada tahun

1980 mempunyai rata-rata jumlah anggota rumah tangga sebanyak 5,3 orang, tahun

1990 mengalami penurunan menjadi 4,9 orang dan kemudian pada tahun 2000

menjadi 4,6 orang (BPS, 2001)

Pada tahun 1980 rata-rata rumah tangga di huni oleh 5 sampai 6 orang

anggota rumah tangga yang terdiri dari suami, isteri dan 3 sampai 4 orang anak.

Namun pada tahun 2000 telah mengalami penurunan dimana rata-rata setiap rumah

5

Page 6: PENGARUH KELUARGA  TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

tangga hanya dihuni oleh 4 sampai 5 orang anggota rumah tangga, yang terdiri dari

suami, isteri dan 2 sampai 3 orang anak.

Penurunan rata-rata anggota rumah tangga tersebut menunjukkan diterimanya

norma keluarga kecil dan menunjukkan kecenderungan pembentukan keluarga batih

atau inti (nuclear family), keluarga yang terdiri dari suami, isteri dan anak. Hal lain

yang dapat diungkap dari menurunnya rata-rata anggota rumah tangga ini adalah

menunjukkan adanya perubahan struktur dalam keluarga, yakni perubahan dari

struktur keluarga luas (extended family) ke arah keluarga batih (nuclear family).

Bahkan adanya perubahan dalam struktur keluarga batih sendiri juga telah terjadi,

yakni perubahan dari jumlah anak banyak ke arah jumlah anak yang lebih sedikit.

Bersamaan dengan perubahan struktur kelurga, maka terjadi pula perubahan

fungsi dalam kelurga. Masing-masing anggota keluarga karena hubungannya dengan

masyakat lingkungannya akan mengembangkan perannya sesuai dengan tuntutan

yang diharapkan oleh lingkungan tersebut. Salah satu fenomena yang terjadi adalah

masuknya wanita dalam pasar kerja, yang mau tidak mau akan menyebabkan

terjadinya perubahan status dan peran yang mereka mainkan sebelumnya (BKKBN,

1992). Lebih lanjut dijelaskan bahwa, dengan masuknya wanita dalam angkatan

kerja, berarti akan memberikan peranan ekonomi yang lebih besar terhadap keluarga

terutama dalam membantu meningkatkan pendapatan keluarga. Pada gilirannya akan

memberikan dampak psikologis, sosial dan budaya baik pada keluarga itu sendiri

maupun pada masyarakat lainnya.

6

Page 7: PENGARUH KELUARGA  TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

Konsep keluarga sejahtera sangat beragam, menurut Selo Sumardjan dalam

Hatmadji (1993), sejahtera hanya dilihat dari sisi pencapaian finansial, sedangkan

kondisi ideal yang dari sisi psikologis diartikan sebagai bahagia. Lebih lanjut ia

katakan bahwa kesejahteraan itu haruslah bersifat komprehensif, tingkat pencapaian

kesejahteraan antara satu keluarga dengan keluarga lainnya tidak dapat

diperbandingkan, karena kesejahteraan berkaitan erat dengan tujuan hidup masing-

masing keluarga.

C. Perubahan Pola Konsumsi

Dalam ilmu ekonomi dijelaskan bahwa ekonomi merupakan asumsi dalam

teori ekonomi seseorang bertindak secara rasional dalam mencapai tujuannya dan

kemudian mengambil keputusan yang konsisten dengan tujuan tersebut. Haris dan

Andika (2002) mengemukakan beberapa macam kebutuhan pokok manusia untuk

bisa hidup secara wajar, yaitu :

1. Kebutuhan pangan atau kebutuhan akan makanan.

2. Kebutuhan sandang atau pakaian.

3. Kebutuhan papan atau tempat berteduh.

4. Kebutuhan pendidikan untuk menjadi manusia bermoral dan berbudaya.

Kebutuhan tersebut di atas merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi

untuk dapat hidup wajar. Bila kebutuhan itu kurang dapat dipenuhi secara

memuaskan maka hal itu merupakan suatu indikasi bahwa kita masih hidup di bawah

garis kemiskinan. Kebutuhan lain seperti : kebutuhan akan perabot rumah tangga,

7

Page 8: PENGARUH KELUARGA  TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

meja, kursi, lemari, alat-alat dapur, radio, televisi dan aneka kebutuhan lainnya,

disebut sebagai kebutuhan sekunder atau kebutuhan pelengkap yang ditambahkan

sesuai dengan peningkatan pendapatan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa, untuk dapat

memenuhi kebutuhan hidup, kita membutuhkan uang atau penghasilan. Tanpa bekerja

kita tak mungkin mendapatkan penghasilan. Tanpa penghasilan kita tak mungkin

dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan hidup secara wajar. Semakin

banyaknya isteri atau ibu rumah tangga yang masuk dalam duni kerja mengakibatkan

terjadinya perubahan dalam keluarga.

Dalam menghadapi perubahan ini maka keluarga harus mempunyai beberapa

strategi untuk mengatasi kendala waktu yang dihadapinya. Dua strategi pokok yang

dapat dilakukan keluarga yang bekerja agar kesejahteraan keluarga dapat tercapai

adalah membeli waktu dan menghemat waktu. Membeli waktu merupakan usaha

yang dilakukan keluarga untuk membeli alat-alat rumah tangga, (household

appliances) seperti mesin cuci, kulkas, alat-alat dapur dan lain sebagainya, serta

menggunakan jasa-jasa pelayanan.

Strategi semacam ini membuat keluarga lebih mengandalkan alat-alat listrik

dalam melakukan pekerjaan rumah tangga. Selain itu, keluarga dapat menggunakan

jasa orang lain untuk memenuhi kebutuhannya, misalnya menggunakan jasa binatu,

jasa penitipan dan pengasuhan anak, membayar pembantu rumah tangga, sering

makan di rumah makan atau membeli makanan yang siap dihidangkan.

Strategi menghemat waktu, merupakan usaha yang dilakukan oleh keluarga

untuk mengalokasikan pekerjaan rumah tangga yang biasa dilakukan oleh isteri/ibu

8

Page 9: PENGARUH KELUARGA  TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

kepada suami/ayah atau anak-anak. Strategi menghemat waktu termasuk pula

pengurangan kuantitas dan kualitas pekerjaan rumah tangga yang harus dilakukan,

misalnya mengurangi waktu santai dan kegiatan sosial. Kendala waktu yang dihadapi

keluarga masa depan dan strategi untu mengatasinya akan mempengaruhi pola

konsumsi keluarga tersebut, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Hal ini

didukung oleh industri makanan yang memproduksi berbagai jenis makanan jadi,

industri restoran dan fast food yang tumbuh pesat (Wilopo, 1998).

Jumlah rumah tangga atau keluarga yang menerapkan strategi membeli waktu

semakin banyak, maka semua itu akan berakibat pada peningkatan permintaan

alatalat rumah tangga. Oleh sebab itu, pengeluaran konsumsi untuk makanan jadi dan

alat-alat rumah tangga akan semakin besar. Di pihak lain makanan jadi yang tersedia

di pasar belum tentu memberikan jaminan gizi yang baik. Kurangnya nilai gizi dari

makanan tersebut membawa dampak negatif terhadap kesehatan keluarga. Dengan

demikian strategi menghemat waktu tanpa memperhatikan kebutuhan tubuh akan

membawa dampak negatif pada kesehatan keluarga, yang mengakibatkan timbulnya

berbagai macam penyakit.

Kondisi semacam ini mempengaruhi pengeluaran keluarga untuk konsumsi

jasa kesehatan dan obat-obatan. Perubahan pola konsumsi terhadap aneka barang dan

jasa diperkirakan akan meningkat dengan pesat di masa mendatang sejalan dengan

perubahan struktur keluarga, perbaikan tingkat pendapatan, serta semakin banyaknya

keluarga yang menerapkan strategi membeli waktu.

9

Page 10: PENGARUH KELUARGA  TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

D. Perilaku Konsumen

Menurut Joesron dan Fathorrozi (2003), kebutuhan manusia relatif tidak

terbatas sementara sumber daya yang tersedia sangat terbatas, hal ini mengakibatkan

manusia dalam memenuhi setiap kebutuhannya akan berusaha memilih alternative

yang paling menguntungkan bagi dirinya. Lebih lanjut ia katakan bahwa timbulnya

perilaku konsumen karena adanya keinginan memperoleh kepuasan yang maksimal

dengan berusaha mengkonsumsi barang dan jasa sebanyak-banyaknya, tetapi

mempunyai keterbatasan pendapatan.

1. Fungsi Permintaan

Permintaan merupakan jumlah barang dan jasa yang diminta pada berbagai

tingkat harga dalam waktu tertentu. Sukirno (1985) menyatakan permintaan

seseorang atas sesuatu barang ditentukan oleh banyak faktor, diantaranya yang

terpenting adalah:

1. Harga barang itu sediri

2. Harga barang-barang lain yang mempunyai kaitan erat dengan barang tersebut

3. Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat

4. Corak ditribusi pendapatan dalam masyarakat

5. Citarasa masyarakat

6. Jumlah penduduk

7. Ramalan mengenai keadaan di masa yang akan datang

Hubungan antara tingkat harga dan jumlah barang yang diminta dapatdi

sajikan dalam kurva permintaan. Kurva permintaan menunjukkan tempat titik-titik

10

Page 11: PENGARUH KELUARGA  TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

yang mengambarkan maksimum pembelian pada harga tertentu dengan anggapan

ceteris paribus (hal-hal lain dianggap tetap).

Gambar 1 memperlihatkan bahwa kurva permintaan berbentuk garis lurus

yang miring dari atas ke kanan bawah. Miringnya kurva permintaan tersebut

menunjukkan adanya hukum permintaan dan lurusnya kurva menunjukkan adanya

anggapan bahwa yang berpengaruh terhadap jumlah yang diminta hanyalah tingkat

harga, sedangkan hal-hal lain dianggap tetap (Joesron dan Fathorrozi, 2003).

Gambar 1. Kurva Fungsi Permintaan

Hubungan antara harga dan permintaan yang berbanding terbalik (negatif)

menimbulkan konsekwensi bahwa apabila harga naik maka permintaan turun dan

apabila harga turun maka permintaan akan naik. Hubungan inilah disebut hukum

permintaan. Permintaan suatu barang bukan hanya dipengaruhi oleh harga barang

tersebut, melainkan juga dipengaruhi oleh pendapatan konsumen, selera, harga

11

Page 12: PENGARUH KELUARGA  TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

barang lain dan masih banyak faktor lainnya yang dapat diidentifikasi sebagai faktor

yang mempengaruhi permintaan. Secara matematis hal itu dapat dirumuskan dalam

formula sebagai berikut:

Dx = f ( Y, Py, T, u ) (1)

Keterangan : Dx = Jumlah barang yang diminta

Y = Pendapatan konsumen

Py = Harga barang lain

T = Selera

u = Faktor-faktor lainnya

Adanya asumsi ceteris paribus, yaitu faktor lain selain harga dianggap tetap,

maka sepanjang fungsi permintaan individu akan dapat dijumpai adanya perubahan

jumlah yang diminta sebagai akibat perubahan harga. Dengan kata lain, dalam suatu

kurva yang sama akan terdapat gerakan dari suatu titik ke titik lainnya apabila harga

suatu barang mengalami perubahan.

Gambar 2. Kurva Perubahan Jumlah yang Diminta

12

Page 13: PENGARUH KELUARGA  TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

Gambar 2 menunjukkan adanya perubahan jumlah yang diminta sebagai

akibat perubahan harga. Akibatnya harga mengalami penurunan dari P1 ke P2,

menimbulkan akibat jumlah yang diminta naik dari Q1 menjadi Q2. Jadi perubahan

jumlah yang diminta terjadi pada sepanjang kurva permintaan. Apabila faktor lain,

selain harga mengalami perubahan maka fungsi permintaan akan ikut berubah pula.

Misalkan pendapatan konsumen meningkat maka fungsi permintaan akan bergeser ke

kanan (atas), begitu pula sebaliknya bila pendapatan konsumen berkurang maka

fungsi permintaan bergeser ke kiri (bawah).

Dengan demikian, perubahan permintaan oleh konsumen dapat dibedakan

dalam dua pengertian yatu:

1. Gerakan sepajang kurva permintaan, yaitu perubahan permintaan barang

disebabkan perubahan harga. Pada saat harga barang turun jumlah barang

yang diminta meningkat. Pada gambar 2. Terlihat adanya perubahan dari titik

A ke B.

Gambar 3. Pergeseran Kurva Permintaan

13

Page 14: PENGARUH KELUARGA  TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

2. Kurva permintaan akan bergeser ke kiri atau ke kanan disebabkan oleh

perubahan faktor-faktor lain yang mempengaruhi permintaan selain harga,

misalnya pendapatan. Pada gambar 3. Terlihat kurva DD bergeser menjadi

D1D1. Hal itu disebabkan oleh kenaikan pendapatan konsumen, sedangkan

pergeseran kurva permintaan dari DD menjadi D2D2 disebabkan oleh

berkurangnya pendapatan konsumen. Pergeseran DD menjadi D1D1

menunjukkan pertambahan permintaan sedangkan pergeseran DD menjadi

D2D2 menunjukkan berkurangnya permintaan pada harga yang sama.

1.1.1. Beberapa Pendekatan Perilaku Konsumen

Akibat adanya kendala keterbatasan pendapatan di satu sisi dan adanya

keinginan untuk mengkonsumsi barang dan jasa sebanyak-banyaknya agar diperoleh

kepuasan yang maksimal di sisi lainnya, maka timbullah perilaku konsumen.

Ada beberapa pendekatan yang sering digunakan untuk menjelaskan

terbentuknya fungsi permintaan konsumen, yaitu:

a. Pendekatan Kardinal (Cardinal Approach). Menurut pendekatan ini, daya guna

dapat diukur dengan satuan uang atau utilitas, dan tinggi rendahnya nilai atau

daya guna tergantung kepada subyek yang menilai. Pendekatan ini juga

mengandung anggapan bahwa semakin berguna suatu barang bagi seseorang,

maka akan semakin diminati. Asumsi dari pendekatan ini adalah:

1. Konsumen rasional, artinya konsumen bertujuan memaksimalkan

kepuasannya dengan batasan pendapatannya.

14

Page 15: PENGARUH KELUARGA  TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

2. Diminishing marginal utility, artinya tambahan utilitas yang diperleh

konsumen makin menurun dengan bertambanya konsumsi dari komoditas

tersebut.

3. Pendapatan konsumen tetap

4. Uang mempunyai nilai subyektif yang tetap.

5. Total utility adalah additive dan independent. Additive artinya daya guna dari

sekumpulan barang adalah fungsi dari kuantitas masing-masing barang yang

dikonsumsi. Sedangkan independent berarti bahwa daya guna

X1 tidak dipengaruhi oleh tindakan mengkonsumsi barang X2, X3, X4 …. Xn

dan sebaliknya.

b. Pendekatan Ordinal. Dalam pendekatan ini daya guna suatu barang tidak perlu

diukur, cukup untuk diketahui dan konsumen mampu membuat urutan tinggi

rendahnya daya guna yang diperoleh dari mengkonsumsi sekelompok barang.

Pendekatan yang dipakai dalam teori ordinal adalah indefference curve, yaitu

kurva yang menunjukkan kombinasi 2 (dua) macam barang konsumsi yang

memberikan tingkat kepuasan sama. Asumsi dari pendekatan ini adalah:

1. Konsumen rasional

2. Konsumen mempunyai pola preferensi terhadap barang yang disusun

berdasarkan urutan besar kecilnya daya guna

3. Konsumen mempunyai sejumlah uang tertentu

4. Konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan maksimum

15

Page 16: PENGARUH KELUARGA  TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

5. Konsumen konsisten, artinya bila barang A lebih dipilih daripada B karena A

lebih disukai daripada B, tidak berlaku sebaliknya

6. Berlaku hukum transitif, artinya bila A lebih disukai daripada B dan B lebih

disukai daripada C, maka A lebih disukai daripada C

c. Preferensi Nyata (Revealed Preference Hypothesis). Kurva permintaan dapat

disusun secara langsung berdasarkan perilaku konsumen di pasar. Asumsi yang

menjadi dasar berlakunya teori ini antara lain adalah:

1. Rasionalisasi, yaitu konsumen adalah rasional, juga mengandung pengertian

bahwa jumlah barang banyak lebih disukai daripada barang sedikit.

2. Konsisten artinya seperti biasanya apabila konsumen telah menentukan A

lebih disukai daripada B maka dia tidak sekali-kali mengatakan bahwa B lebih

disukai dari pada A.

3. Asas transitif, artinya bila konsumen menyatakan A lebih disukai dari pada B

dan B lebih disukai daripada C, maka ia akan menyatakan juga bahwa A lebih

disukai daripada C.

4. Konsumen akan menyisihkan sejumlah uang untuk pengeluarannya. Jumlah

ini merupakan anggaran yang dapat dipergunakannya. Kombinasi barang X

dan Y yang sesungguhnya dibeli di pasar merupakan preferensi atas

kombinasi barang tersebut. Kombinasi yang dibeli ini akan memberikan

dayaguna yang tertinggi.

d. Pendekatan Atribut. Pendekatan ini mempunyai pandangan bahwa konsumen

dalam memberi produk tidak hanya karena daya guna dari produk tersebut, tetapi

16

Page 17: PENGARUH KELUARGA  TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

karena karakteristik atau atribut-atribut yang disediakan oleh produk tersebut.

Ada beberapa keunggulan pendekatan atribut antara lain :

1. Kita akan terlepas dari diskusi mengenai bagaimana mengukur daya guna

suatu barang, yang merupakan asumsi dari pendekatan sebelumnya.

2. Pendekatan ini memandang suatu barang diminta konsumen bukan jumlahnya,

melainkan atribut yang melekat pada barang tersebut, sehingga lebih dapat

dijelaskan tentang pilihan konsumen terhadap produk.

3. Dapat digunakan untuk banyak barang, sehingga bersifat praktis dan lebih

mendekati kenyataan, serta operasionalisasinya lebih mudah.

E. Ukuran Keluarga

Keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah rumah tangga. Dalam

suatu rumah tangga biasanya dikepalai oleh seorang kepala rumah tangga, yaitu orang

dianggap paling bertanggungjawab atas kebutuhan sehari-hari dalam rumah tangga

tersebut, atau orang yang ditunjuk dan dituakan sebagai kepala rumah tangga. Selain

kepala rumah tangga terdapat pula anggota rumah tangga yang mempunyai hubungan

kekerabatan dengan kepala rumah tangga seperti isteri, anak, menantu, cucu, orang

tua, mertua, famili dan lain-lain.

Besarnya rumah tangga menyatakan jumlah seluruh anggota yang menjadi

tanggungan dalam rumah tangga tersebut. Besaran rumah tangga dapat memberikan

indikasi beban rumah tangga. Semakin tinggi besaran rumah tangga berarti semakin

banyak anggota rumah tangga yang selanjutnya semakin berat beban rumah tangga

17

Page 18: PENGARUH KELUARGA  TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

tersebut untuk memenuhi kebutuhannya, terutama untuk rumah tangga dengan tingkat

pendapatan rendah (BPS, 2001).

Kebutuhan anggota keluarga akan makanan berbeda-beda tergantung dari

struktur umur. Menurut Sediaoetama (1985), distribusi kebutuhan pangan dalam

keluarga tidak merata, artinya setiap anggota keluarga tersebut mendapat jumlah

makanan yang sesuai dengan tingkat kebutuhannya, menurut umur dan keadaan

fisiknya.

Zat gizi yang diperlukan oleh anak-anak dan anggota keluarga yang masih

muda pada umumnya lebih tinggi dari kebutuhan orang dewasa, tetapi kalau

dinyatakan dalam kuantum absolut, anak-anak tentu membutuhkan kuantum makanan

yang lebih kecil dibandingkan dengan kuantum makanan yang diperlukan oleh orang

dewasa.

F. Jenis Pekerjaan

Di negara-negara miskin sebagian besar energi di dalam hidangan berasal dari

korbohidrat, terutama bila kondisi negaranya memungkinkan adanya pertanian maka

karbohidrat umumnya didapat dari padi-padian. Di negara yang mata pencaharian

masyarakatnya terutama beternak, sebagian besar energi, bahkan seluruh energy

berasal dari protein hewani dan lemak.

Di Indonesia sekitar 70 – 80 % dari seluruh energi untuk keperluan tubuh

berasal dari karbohidrat. Menurut Sediaoetama (1989), semakin rendah tingkat

ekonomi suatu keluarga maka semakin tinggi persentasi energi tersebut berasal dari

18

Page 19: PENGARUH KELUARGA  TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

karbohidrat, karena energi dari karbohidrat termasuk yang paling murah. Lebih lanjut

dikatakan bahwa keluarga yang mengalami kemajuan dalam ekonominya, terlihat

adanya pergeseran sumber energi dari karbohidrat ke protein dan lemak. Energi yang

dibutuhkan oleh tubuh berasal dari karbohidrat, lemak dan protein. Energi tersebut

dibagi menjadi dua kelompok besar menurut penggunaannya yaitu untuk kebutuhan

metabolisme tubuh dan energi yang digunakan untuk melakukan pekerjaan luar

(Sediaoetama, 1985).

Walaupun tubuh tidak melakukan pekerjaan atau aktifitas luar seperti tidur,

tetap menggunakan energi. Energi tersebut dipergunakan untuk kebutuhan

metabolisme sel dalam tubuh. Energi tersebut diperlukan minimal untuk

melaksanakan hayat hidup biologis. Dalam melakukan suatu pekerjaan atau aktifitas

sangat membutuhkan energi atau tenaga, energi tersebut berasal dari makanan yang

dikonsumsi (Sukarni, 1994).

Lebih jauh ia katakan, energi dalam jumlah besar terutama diperlukan untuk

kerja otot yang melakukan pekerjaan luar. Misalnya orang yang pekerja sebagai

buruh bangunan, petani, tukang becak, yang hanya mengandalkan fisik atau kekuatan

otot, akan memerlukan makanan dalam jumlah relatif lebih besar untuk sanggup

melakukan pekerjaan tersebut .

Untuk melakukan kegiatan fisik yang sama, orang dengan ukuran tubuh besar

menggunakan lebih banyak energi dari pada ukuran tubuh kecil, karena untuk

menggerakkan tubuh yang lebih besar diperlukan enegi yang lebih banyak. Akan

tetapi, kegiatan fisik mempengaruhi lebih banyak pengeluaran energi dari pada

19

Page 20: PENGARUH KELUARGA  TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

pengaruh ukuran tubuh (Suhardjo, 1986). Klasifikasi pekerja menurut status

pekerjaan dapat dibagi atas dua kelompo yaitu sektor informal dan formal (Bakir dan

Manning, 1984). Klasifikasi tenaga kerja menurut jenis pekerjaan utama dapat dibagi

atas tiga jenis yaitu kelompok terampil, setengah terampil dan tidak terampil.

G. Pendidikan

Investasi sumber daya manusia bukan merupakan tanggung jawab salah satu

sektor pembangunan tetapi bersifat multisektor seperti pendidikan, kesehatan,

program kependudukan dan lain-lain. Namun demikian, di antara berbagai bentuk

investasi sumber daya manusia tersebut, pendidikan dapat dikatakan sebagai

katalisator utama pengembangan sumber daya manusia, dengan asumsi bahwa

semakin terdidik seseorang, semakin tinggi pula kesadarannya terhadap pembentukan

keluarga sejahtera.

Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai

dengan amanat yang telah dituangkan dalam Pembukaan Undang-undang Dasar

1945. Hal tersebut merupakan landasan yang kuat bagi pemerintah untuk

mencanangkan program wajib belajar. Program wajib belajar tersebut dimaksudkan

untuk memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga Negara

untuk memperoleh pendidikan. Program pendidikan tidak selamanya harus

terselenggara di lingkungan sekolah, tetapi juga pendidikan berkelanjutan seperti

kursus-kursus, pelatihan kerja, pendidikan dalam jabatan dan sejenisnya (Suryadi,

1997).

20

Page 21: PENGARUH KELUARGA  TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

Pendidikan berorientasi pada penyiapan tenaga kerja terdidik, terampil dan

terlatih sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Pendidikan dalam kaitannya dengan

penyiapan tenaga kerja harus selalu lentur dan berwawasan lingkungan agar

pendidikan keterampilan dan keahlian dapat disesuaikan dengan kebutuhan akan

jenis-jenis keterampilan serta keahlian profesi yang selalu berubah (Mantra, 2000).

Pendidikan diharapkan dapat mengatasi keterbelakangan ekonomi lewat

efeknya pada peningkatan kemampuan manusia dan motivasi manusia untuk

berprestasi. Pendidikan berfungsi menyiapkan salah satu input dalam proses produksi,

yaitu tenaga kerja, agar dapat bekerja dengan produktif karena kwalitasnya. Hal ini

akan mendorong peningkatan out put yang diharapkan pada akhirnya dapat

meningkatkan kesejahteraan keluarga.

Titik singgung antara pendidikan dan pertumbuhan ekonomi adalah

produktivitas tenaga kerja, dengan asumsi bahwa semakin tinggi mutu pendidikan

seseorang maka semakin tinggi pula produktivitasnya, dan semakin tinggi pula

pengaruhnya terhadap pendapatan keluarga (Ananta,1993).

Tingkat pendidikan kepala keluarga juga berpengaruh terhadap pola konsumsi

keluarga. Hasil Survei Biaya Hidup tahun 1989 mendukung keterkaitan tersebut.

Hasil survei membuktikan bahwa, semakin tinggi tingkat pendidikan kepala keluarga,

semakin kecil persentasi pengeluaran untuk konsumsi pangan (Sumarwan 1993).

21

Page 22: PENGARUH KELUARGA  TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

DAFTAR PUSTAKA

Abustam, M. Idrus. 1989. Gerak Penduduk, Pembangunan dan Perubahan Sosial. UI-Press. Jakarta.

Achir, Y. C. Agoes. 1993. Keluarga Sejahtera Sebagai Wahana Pengentasan Penduduk dari Ketertinggalan. Warta Demografi. Tahun ke-23 No.5. LD.FEUI. Jakarta.

Ackley, Gardner. 1961. Teori Ekonomi Makro. Terjemahan oleh Paul Sitohang. 1983. Yayasan Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Agung, I.Gusti. 1993. Metode Penelitian Sosial Pengertian dan Pemakaian Praktis. Jakarta.

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1992. Petunjuk Teknis Pendataan Keluarga. Jakarta.

--------------------. 1999. Struktur Keluarga dan Keluarga Berencana di Indonesia (SDKI 1991). Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2001. Profil Kependudukan Propinsi Sulawesi Selatan. Makassar.

Cicih, Mis Heri. 2002. Indikator Pelayanan Kesehatan, Gizi dan Penduduk. Info Demografi. BKKBN Kerja sama dengan LD.FEUI. Jakarta.

Effendi, T. Noer. 1995. Sumber Daya Manusia Peluang Kerja dan Kemiskinan. Edisi II. Tiara Wacana. Yogyakarta.

Gulo, W. 1999. Metodologi Penelitian Ilmiah. Salatiga Hadari, Nawawi. 1998. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada University Press. Jakarta.

Haris, A dan Adika, N. 2002. Dinamika Penduduk dan Pembangunan di Indonesia dari Perspektif Makro ke realitas Mikro. Lesfi. Yokyakarta.

Harper, Laura J. Pangan, Gizi dan Pertanian. Terjemahan oleh Suhardjo. 1986. UIPress. Jakarta.

Hatmadji, Sri Harijati. 1993. Transisi Keluarga di Indonesia Suatu Tinjauan Demografis. Warta Demografi. Tahun ke-23 No.5. LD.FEUI. Jakarta.

Joesron, T. Suhartati dan M. Fathorrozi. 2003. Teori Ekonomi Mikro. Salemba Empat. Jakarta.

22

Page 23: PENGARUH KELUARGA  TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

Junadi, Purnawan. 1995. Pengantar Analisis Data. Rineka Cipta. Jakarta.

Kasto dan Sembiring, Henri. 1996. Profil Kependudukan Indonesia. PPK UGM, Yogyakarta.

Mantra, Ida, Bagoes. 2000. Demografi Umum. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Todaro, Michael, P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Jilid I. Edisi Ketujuh. Erlangga. Jakarta.

Santoso, Singgih. 2002. SPSS Versi 10 Mengolah Data Statistik Secara Profesional. PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Sediaoetama, A. D. 1985. Ilmu Gizi untuk Profesi dan Mahasiswa. Jilid I. Dian Rakyat. Jakarta.

----------------. 1989. Ilmu Gizi untuk Profesi dan Mahasiswa. Jilid II. Dian Rakyat. Jakarta.

Singarimbun dan Effendi . 1995. Metode Venelitian Survei. LP3ES. Jakarta.

Sorjani, M. 1986. Ekologi, Pengelolaan SDA dan Industrialisasi. Prisma. Jakarta.

Sukarni, M. 1994. Kesehatan Keluarga dan Lingkungan. Kanisius. Yogyakarta.

Sukirno, Sadono. 1985. Pengantar Teori Mikroekonomi. Lembaga Penerbit FEUI. Jakarta

Sumarwan. 1993. Keluarga Masa Depan dan Perubahan Pola Konsumsi. Warta Demografi. Tahun ke-23 No.5. LD.FEUI. Jakarta.

Suryadi, A. 1997. Pendidikan, Investasi dan Pembangunan. Pusat Informatik Balitbang Dikbud. Jakarta.

Wilopo, A. Siswanto. 1998. Dampak Resesi Ekonomi pada Penurunan Kematian dan Peningkatan Angka Harapan Hidup di Indonesia. Populasi. Volume 9 Nomor 1. PPK UGM. Yogyakarta.

23