pengaruh intellectual capital terhadap...
TRANSCRIPT
1
PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP PENGENDALIAN ANGGARAN DAN KINERJA ORGANISASI
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di Jawa Tengah)
Amanda Friscia Adeline
Fuad, SET., M.Si., Ph.D
Universitas Diponegoro
ABSTRACT
This research is aimed to determine the influence from each elements of intellectual capital (human capital, customer capital, and structural capital) to budgetary control, and business performance. This research used resource-based view to explain that organization should be able to develop and empower their resources to achieve their competitive advantage.
The population of this research was the manufacturing firms in Central Java which is listed as a Large-Scale Industry in Disperindag. The numbers of samples that used in this study are 54 firms. The type of data that is used in this study is the primary one and collected through questionnaires. This study used the Partial Least Square (PLS) as the Analytical Tool.
The result of this study shows that intellectual capital from the human capital element has the positive impact to the both of budgetary control and business performance. Intellectual capital from the customer capital element also has the positive impact to the both of budgetary control and business performance. Similarly, the intellectual capital from the structural capital element that is also has the positive impact to the both of budgetary control and business performance.
Keywords: Intellectual Capital, Budgetary Control, Business Performance
2
I. PENDAHULUAN
Globalisasi perekonomian dunia menyebabkan peningkatan perkembangan dunia
usaha di Indonesia. Perkembangan tersebut membuat intensitas persaingan perusahaan
lebih tinggi. Inovasi teknologi dan persaingan bisnis yang ketat pada saat ini memaksa
perusahaan-perusahaan untuk mengubah cara mereka menjalankan bisnisnya. Agar terus
bertahan, perusahaan-perusahaan dengan cepat mengubah strateginya dari bisnis yang
didasarkan pada tenaga kerja (labour-based business) menuju bisnis berdasar
pengetahuan (knowledge-based business), sehingga karakteristik utamanya menjadi ilmu
pengetahuan. Seiring dengan perubahan ekonomi yang berkarakteristik ekonomi berbasis
ilmu pengetahuan dengan penerapan manajemen pengetahuan (knowledge management),
kemakmuran perusahaan akan bergantung pada suatu penciptaan transformasi dan
kapitalisasi dari pengetahuan itu sendiri (Sawarjuwono, 2003).
Dalam sistem manajemen berbasis pengetahuan, modal konvensional seperti sumber
daya alam, sumber daya keuangan, dan aktiva fisik lainnya menjadi kurang penting
dibandingkan dengan modal yang berbasis pengetahuan dan teknologi. Penggunaan ilmu
pengetahuan dan teknologi akan menemukan cara untuk menggunakan sumber daya
lainya secara efisien dan ekonomis, yang nantinya akan memberikan keunggulan bersaing
(Rupert 1998 dalam Sawarjuwono, 2003).
Perusahaan yang berhasil adalah mereka yang mampu berinovasi secara terus
menerus, mengandalkan penggunaan teknologi- teknologi baru, dan mampu
mengembangkan kemampuan dan pengetahuan karyawannya (Maheran et al., 2009). Ia
menambahkan bahwa nilai perusahaan dapat dihasilkan dari aset-aset tidak berwujud
(intangibles) yang mana tidak selalu diungkapkan di dalam laporan keuangan. Di dalam
era saat ini, dimana intangibles telah menjadi sumber kekayaan dan kemajuan
perusahaan, intellectual capital bisa jadi merupakan salah satu “the missing links” (Yang
et al., 2009).
Perkembangan ekonomi baru yang dikendalikan oleh teknologi dan pengetahuan,
membawa sebuah peningkatan perhatian pada intellectual capital (IC) (Stewart, 1997
dalam Hong, 2007; Thurow, 1999 dalam Hong, 2007; Petty dan Guthrie, 2000; Bontis
2001 dalam Hong, 2007). Menurut Stewart (1994a) dalam Chen, et al. (2005), IC adalah
gabungan dari asset tidak berwujud seperti pengetahuan, skill, dan sistem informasi.
Menurut Abidin (2000), intellectual capital masih belum dikenal secara luas di
Indonesia. Sampai dengan saat ini, perusahaan-perusahaan di Indonesia cenderung
menggunakan conventional based dalam membangun bisnisnya sehingga produk yang
3
dihasilkannya masih miskin kandungan teknologi. Di samping itu, perusahaan-perusahaan
tersebut belum dapat memberikan perhatian lebih terhadap human capital, structural
capital, dan customer capital. Padahal, semua ini merupakan elemen pembangun
intellectual capital perusahaan.
Intellectual capital dianggap sebagai hidden value di dalam organisasi. Tujuan dari
ketiga komponen intellectual capital (human capital, organizational capital, customer
capital) adalah untuk menilai intangible aset dan untuk menilai kembali pengetahuan
yang digunakan untuk memperbaiki keunggulan bisnis. Meskipun intangible aset dapat
menunjukkan keunggulan kompetitif, organisasi tidak mengerti sifat dan nilainya.
Manajer tidak menyadari sifat-sifat dari intellectual capital yang dimiliki oleh
perusahaannya. Mereka tidak menyadari bahwa mereka memiliki orang-orang, sumber
daya, ataupun proses bisnis yang dapat mendukung tercapainya kesuksesan perusahaan
dengan menggunakan strategi-strategi baru (Hernandez, 2010).
Bontis (2000) menyatakan bahwa human capital merupakan kemampuan kolektif
perusahaan untuk mengambil solusi yang terbaik dari pengetahuan yang dimiliki
individu-individu dalam perusahaan. Structural capital mencakup semua gudang non-
manusia atas pengetahuan dalam organisasi yang mencakup database, bagan organisasi,
proses manual, strategi, rutinitas dan segala sesuatu yang nilainya kepada perusahaan
lebih tinggi daripada nilai materialnya. Sedangkan customer capital merupakan
pengetahuan yang tertanam dalam saluran pemasaran dan hubungan dengan pelanggan
dikembangkan organisasi sepanjang perjalanan menjalankan bisnis.
Konsep intellectual capital telah mendapatkan perhatian besar berbagai kalangan
terutama para akutan. Fenomena ini menuntut mereka untuk mencari informasi lebih rinci
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan intellectual capital mulai dari cara
pengidentifikasian, pengukuran, sampai dengan pengungkapannya dalam laporan tahunan
perusahaan.
Akuntansi manajemen juga memerlukan pengukuran akuntansi yang tidak sama
antara perusahaan satu dengan yang lainnya untuk menunjukkan indikator intellectual
capital dan memerlukan pengukuran tingkat pengembalian investasi keahlian karyawan,
informasi, dan teknologi dalam jangka panjang (IFAC, 1998). Sehubungan dengan itu,
para manajer diharapkan lebih sadar mengenai perannya dalam menghasilkan bisnis yang
menguntungkan. Akuntansi manajemen dituntut untuk dapat menangkap, mengukur, serta
melaporkan nilai dan kinerja intellectual capital (Marr dan Chatzkel, 2004).
4
Meskipun demikian, penelitian tentang intellectual capital masih belum konsisten
terutama dalam hubungannya dengan kinerja perusahaan. Firer dan William (2003)
menyatakan bahwa physical capital (modal fisik) merupakan faktor yang paling
signifikan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan, sehingga mereka tidak menemukan
adanya pengaruh positif antara intellectual capital dengan kinerja perusahaan. Selaras
dengan hasil penelitian Firer dan William (2003), hasil penelitian Kuryanto (2008) juga
menyatakan bahwa tidak ada pengaruh positif antara intellectual capital dengan kinerja
perusahaan. Ada pula beberapa penelitian yang menunjukkan hasil dimana terdapat
pengaruh positif antara intellectual capital dengan kinerja perusahaan. Diantaranya
penelitian yang dilakukan oleh Chen et al. (2005), Tan et al. (2007), Iswati dan Anshori
(2007), Ulum (2008) Wei (2009), Ting et al. (2009), dan Zeghal et al. (2010).
Pada penelitian-penelitian sebelumnya, mayoritas para peneliti menggunakan data
sekunder dan sampel perusahaan yang sudah go public untuk penelitiannya dalam
mengukur pengaruh IC terhadap kinerja, seperti pada penelitian Firrer dan William
(2003), Chen et al. (2005), Tan et al. (2007), Iswati dan Anshori (2007), Ulum, Ghozali,
Chariri (2008), Wei (2009), Ting et al. (2009), dan Zeghal et al. (2010). Sedangkan
penelitian ini menggunakan data primer untuk mengukur pengaruh IC terhadap kinerja
dan pengendalian anggaran. Alasan digunakannya data primer dalam penelitain ini
adalah, perusahaan yang dijadikan sampel bukan merupakan perusahaan yang go public,
jadi tidak dapat dengan mudah untuk mendapatkan laporan keuangannya. Kemudian
instrument untuk mengukur pengendalian anggaran didasarkan pada persepsi manajer
yang dalam hal ini terlibat dalam prosen pengendalian anggaran itu sendiri. Pengelolaan
IC yang baik bukan hanya diperlukan untuk perusahaan yang sudah go public saja, tetapi
IC juga penting bagi perusahaan-perusahaan yang tidak go public untuk menghasilkan
nilai-nilai perusahaan diantaranya posisi strategis yang meliputi market share, leadership,
penyusunan standar, name recognition (branding, trademarking, reputasi), penciptaan
inovasi, loyalitas konsumen dan perbaikan produktivitas (Harrison dan Sullivan, 2000).
Penelitian ini mengacu pada penelitian Tayles, et. al., 2006 di Malaysia. Terdapat
alasan mengapa penelitian mengenai intellectual capital perlu dilakukan, yaitu karena di
Indonesia konsep intellectual capital masih relatif baru dan sepengetahuan peneliti di
Indonesia penelitian mengenai intellectual capital dan hubungannya terhadap
pengendalian anggaran (budgetary control) di perusahaan secara umum masih jarang.
Budgetary control sebagai salah satu alat kontrol perusahaan merupakan bagian dari
proses akuntansi manajemen. Budgetary control merupakan bagaimana perusahaan
5
mengevaluasi kinerjanya dengan membandingkan antara anggaran yang telah dibuat
dengan aktualisasinya.
Adapun perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian Tayles,et. al. (2006) yaitu
terletak pada sampel yang digunakan. Penelitian Tayles,et. al. (2006) menggunakan
sampel perusahaan yang terdaftar dalam Kuala Lumpur Stock Exchange (KLSE),
sedangkan penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang berada di
wilayah Jawa Tengah. Alasan penggunaan sampel perusahaan manufaktur adalah karena
perusahaan manufaktur cenderung merupakan perusahaan berskala besar dan memiliki
tingkat persaingan industri yang tinggi. Dengan tingkat persaingan industri yang tinggi,
tentunya perusahaan membutuhkan suatu keunggulan kompetitif sehingga dapat bersaing
dengan perusahaan lainnya. Salah satu bentuk keunggulan kompetitif tersebut adalah
intellectual capital.
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini diberi judul “Pengaruh Intellectual
Capital Terhadap Pengendalian Angaran dan Kinerja Organisasi”.
Dari uraian latar belakang di atas, muncul pertanyaan penelitian : (1) Apakah
Intellectual capital dari komponen human capital berpengaruh terhadap pengendalian
anggaran? (2) Apakah Intellectual capital dari komponen customer capital berpengaruh
terhadap pengendalian anggaran? (3) Apakah Intellectual capital dari komponen
structural capital berpengaruh terhadap pengendalian anggaran? (4) Apakah Intellectual
capital dari komponen human capital berpengaruh terhadap kinerja organisasi? (5)
Apakah Intellectual capital dari komponen customer capital berpengaruh terhadap
kinerja organisasi? (6) Apakah Intellectual capital dari komponen structural capital
berpengaruh terhadap kinerja organisasi?
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Mengetahui hubungan antara
intellectual capital dari komponen human capital dengan pengendalian anggaran (2)
Mengetahui hubungan antara intellectual capital dari komponen customer capital
dengan pengendalian anggaran (3) Mengetahui hubungan antara intellectual capital dari
komponen structural capital dengan pengendalian anggaran (4) Mengetahui hubungan
antara intellectual capital dari komponen human capital dengan kinerja organisasi (5)
Mengetahui hubungan antara intellectual capital dari komponen customer capital
dengan kinerja organisasi (6) Mengetahui hubungan antara intellectual capital dari
komponen structural capital dengan kinerja organisasi.
Sejalan dengan tujuan penelitian di atas, maka manfaat penelitian ini dapat diuraikan
sebagai berikut : (1) Bagi akademisi, penelitian ini dapat memberikan manfaat teoritis
6
dalam pengembangan ilmu akuntansi, terutama dalam kajian intellectual capital (2) Bagi
investor dan calon investor, penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
mengukur kinerja intellectual capital yang selanjutnya dapat digunakan untuk menilai
keunggulan bersaing perusahaan sehubungan dengan keputusan investasi mereka (3)
Bagi manajer perusahaan, penelitian ini diharapkan menjadi tambahan informasi pada
penilaian kinerja organisasi bisnis dan pengembangan teknik akuntansi manajemen,
khususnya yang berhubungan dengan pengukuran kinerja, serta dalam mengelola modal
intelektual perusahaan sehingga dapat menciptakan nilai bagi perusahaan.
II. LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Intellectual Capital
Banyak praktisi yang menyatakan bahwa IC terdiri dari tiga elemen utama (Stewart,
1998; Sveiby, 1997; Saint-Orange, 1996; Bontis,2000 dalam Sawarjono 2003) yaitu
human capital, customer capital dan structural capital. Karena IC seringkali
didefinisikan sebagai sumber daya pengetahuan dalam bentuk karyawan, pelanggan,
proses atau teknologi yang mana perusahaan dapat menggunakannya dalam proses
penciptaan nilai bagi perusahaan (Bukh et al., 2005) dan diperkuat dengan pernyataan
Boekestein (2006) bahwa ketiga elemen yang terdiri dari pengetahuan yang berhubungan
dengan karyawan (disebut sebagai human capital), pengetahuan yang berhubungan
dengan pelanggan (disebut dengan customer atau relational capital), dan pengetahuan
yang berhubungan dengan perusahaan (disebut dengan structural atau organizational
capital) akan membentuk suatu intellectual capital bagi perusahaan, maka komponen IC
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Human Capital (Modal Manusia)
Human Capital merupakan lifeblood dalam modal intelektual, Disinilah sumber
inovasi berada, tetapi human capital merupakan komponen yang sulit untuk diukur.
Human capital mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan
solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang yang ada dalam
perusahaan tersebut. Human capital akan meningkat jika perusahaan mampu
menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya. (Brinker, 2000)
memberikan beberapa karakteristik dasar yang dapat diukur dari modal ini, yaitu
training program, experience, competence, recruitment, mentoring, learning programs,
individual potential and personality
7
2. Structural Capital
Structural capital merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam
memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan
untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara
keseluruhan, misalnya: system operasional perusahaan, proses manufacturing, budaya
organisasi, filosofi manajemen dan semua bentuk intellectual property yang dimiliki
perusahaan. Seorang individu dapat memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, tetapi
jika organisasi memiliki system dan prosedur yang buruk maka intellectual capital tidak
dapat mencapai kinerja secara optimal dan potensi yang ada tidak dapat dimanfaatkan
secara maksimal.
3. Relational/Customer Capital
Relational capital/customer merupakan hubungan/ association network yang dimiliki
perusahaan dengan para mitranya, baik yang berasal dari para pemasok yang andal dan
berkualitas, pelanggan yang loyal dan merasa puas akan pelayanan perusahaan,
hubungan perusahaan dengan pemerintah maupun dengan masyarakat sekitar. Relational
capital dapat muncul dari berbagai bagian di luar lingkungan perusahaan yang dapat
menambah nilai perusahaan tersebut. Edvinsson seperti yang dikutip oleh Brinker (2000)
menyarankan pengukuran beberapa hal berikiut ini yang terdapat dalam modal
pelanggan, yaitu :
1) Customer Profile
Meliputi siapa pelanggan kita, dan bagaimana mereka berbeda dari pelanggan yang
dimiliki oleh pesaing. Hal potensial apa yang kita miliki untuk meningkatkan
loyalitas, mendapatkan pelanggan baru, dan mengambil pelanggan dari para pesaing.
2) Customer Duration
Meliputi seberapa sering pelanggan kita kembali kepada kita, apa yang kita ketahui
tentang bagaimana dan kapan pelanggan akan menjadi pelaggan yang loyal, serta
seberapa sering frekuensi komunikasi kita dengan pelanggan.
3) Customer Role
Meliputi bagaimana kita mengikutsertakan pelanggan ke dalam desain produk,
produksi dan pelayanan.
4) Customer Support
Meliputi program apa saja yang digunakan untuk mengetahui kepuasan pelanggan.
5) Customer Success
Meliputi beberapa besar rata-rata setahun pembelian yang dilakukan oleh pelanggan.
8
Pengendalian Anggaran
Sistem pengendalian yang ketat merupakan salah satu alat evaluasi kinerja yang
menitikberatkan pada kemampuannya untuk mencapai tujuan anggaran (Anthony dan
Govindarajan, 1998 dalam Stede 2001). Dengan kata lain, kontrol yang ketat menurut
pandangan Anthony tergantung pada bagaimana perusahaan memperhatikan tujuannya
untuk memenuhi target anggaran.
Budgetary control merupakan metode pengendalian di dalam suatu organisasi melalui
pembentukan standard dan target mengenai pendapatan dan pengeluaran, dan
pemantauan secara terus menerus terhadap kinerja dengan membandingkan antara
anggaran dan aktualisasinya. Menurut Stede (2001) terdapat 5 atribut di dalam budgetary
control, yaitu penekanan terhadap pemenuhan anggaran, penyisihan revisi anggaran
selama tahun berjalan, jumlah detail budgetary contol, toleransi untuk interim budget
deviations, dan intensitas mengkomunikasikan anggaran. Pengendalian anggaran
anggaran berbasis akuntansi merupakan bagian integral dari sistem pengendalian
manajemen di sebagian besar perusahaan, dan telah diteliti dalam akuntansi manajemen
(Stede, 2001). Target anggaran dianggap sebagai komitmen organisasi terhadap evaluasi
kinerja.
Setiap periode, kinerja yang telah dicapai dibandingkan dengan anggaran. Apabila
terjadi varians maka dilakukan identifikasi dan pembahasan atas penyebab varians
tersebut, dan tindakan koreksi akan diambil apabila target anggaran tidak tercapai
(Stede, 2001). Anthony dan Govidarajan (1998) menyarankan bahwa kontrol anggaran
yang ketat memerlukan keterlibatan yang kuat dari manajemen puncak dalam mengamati
aktivitas karyawannya dari hari ke hari, misalnya dengan melakukan diskusi tatap muka.
Kontrol atau pengendalian menjadi interaktif ketika manajer puncak secara aktif
menggunakan perencanaan dan sistem pengendalian untuk memonitor dan ikut andil
dalam kegiatan yang sedang berlangsung sesuai dengan keputusan yang telah diambil
(Simon, 1995 dalam Stede, 2001).
Kinerja Organisasi
Business performance merupakan bagaimana perusahaan mencapai satu atau lebih
tujuan-tujuan yang sebelumnya telah ditentukan. Dengan pertimbangan kemudahan
pengukuran, maka pengukuran kinerja yang umum digunakan dalam manajemen
tradisional adalah ukuran keuangan. Karena yang diukur hanya aspek keuangannya saja,
9
maka dalam manajemen tradisional peningkatan kepercayaan pelanggan terhadap
layanan jasa perusahaan, peningkatan kompetensi dan komitmen pegawai, kedekatan
hubungan kemitraan perusahaan dengan pemasok, dan peningkatan produktivitas dan
cost effectiveness proses bisnis yang digunakan untuk melayani kosumen tidak diukur.
Di dalam sistem kontrol formal ukuran kinerja meliputi ukuran financial dan non
financial (Fisher, 1998). Ukuran financial sebenarnya menunjukkan berbagai tindakan
yang terjadi di luar bidang keuangan. Peningkatan financial return merupakan akibat
dari berbagai kinerja operasional meliputi meningkatnya kepercayaan konsumen
terhadap produk yang dihasilkan perusahaan, meningkatnya cost effectiveness proses
bisnis internal yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan produk dan
meningkatnya produktivitas serta komitmen pegawai (Mulyadi & Setiawan, 2001).
Sehingga jika suatu perusahaan bertujuan untuk memperoleh kinerja keuangannya, maka
seharusnya perusahaan dapat memotivasi pegawainya di perspektif non keuangan,
karena di perspektif tersebut terdapat the real driver kinerja keuangan jangka panjang.
Disamping itu, kesuksesan perusahaan tidak dapat lepas dari brand name, pegawai, dan
pengembangan produk yang inovatif.
Hubungan Human Capital dengan Pengendalian Anggaran
Human capital mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan
solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh tiap-tiap individu di dalam
perusahaan (Pratiwi, 2004). Human capital akan meningkat jika perusahaan mampu
menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya. Karyawan/pegawai
menghasilkan intellectual capital melalui kompetensi, sikap, dan kecerdasan intelektual
(Ross, Edvinsson, dan Dragonetti, 1997 dalam Pratiwi 2004).
Anthony dan Govidarajan (1998) menyarankan bahwa kontrol anggaran yang ketat
memerlukan keterlibatan yang kuat dari manajemen puncak dalam mengamati aktivitas
karyawannya. Kontrol anggaran juga akan semakin baik apabila peran dari karyawan
yang dimiliki perusahaan memiliki pengalaman yang memadai dan pengetahuan yang
baik serta memiliki kesadaran akan pentingnya mencapai target anggaran, sehingga
mereka akan melakukan aktivitasnya sesuai dengan apa yang telah dianggarkan. Hal itu
bisa tercapai apabila perusahaan dapat dengan baik mengelola sumber daya manusianya
baik manajer maupun karyawan sehingga dapat menghasilkan human capital yang baik.
H1: Human capital memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap
pengendalian anggaran (budgetary control)
10
Hubungan Customer Capital dengan Pengendalian Anggaran
Customer capital merupakan aliran pengetahuan yang berasal dari hubungan-
hubungan eksternal perusahaan. Seluruh sumber daya yang dikaitkan dengan hubungan
eksternal perusahaan (konsumen, suppliers, partner dalam research & development)
merupakan bagian dari customer capital (Pratiwi, 2004). Sebagai contoh adalah image,
loyalitas dan kepuasan konsumen, hubungan dengan suppliers, kekuatan komersial, dan
kapasitas negosiasi dengan lingkungan aktivitas (Stratovic dan Marr, 2004).
Apabila perusahaan memiliki hubungan yang baik dengan konsumen berarti customer
capital yang dimiliki perusahaan tersebut baik. Dengan keadaan yang demikian, maka
perusahaan akan berupaya untuk tetap menghasilkan produk yang sesuai dengan
orientasi pasar. Orientasi pasar didefinisikan dengan hal yang berkaitan dengan
kebutuhan saat ini dan mendatang dari konsumen (Kohli dan Joworski, 1999). Orientasi
pasar akan berubah-ubah sejalan dengan kebutuhan konsumen yang berubah-ubah pula.
Hal ini menyebabkan ketidakpastian keadaan eksternal yang tinggi. Maka, perusahaan
harus mengembangkan inovasi mereka untuk menciptakan produk-produk yang lebih
berkualitas sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Dengan adanya orientasi pasar dan ketidakpastian lingkungan eksternal yang tinggi
tersebut, anggaran harus lebih cenderung bersifat fleksibel. Tayles et al. (2006)
menyatakan perusahaan dengan customer capital tinggi menaruh sedikit perhatian dalam
kemampuannya untuk memenuhi target anggaran.
H2: Customer capital memiliki hubungan yang negatif terhadap pengendalian
anggaran (budgetary control)
Hubungan Structural Capital dengan Pengendalian Anggaran
Starovic dan Marr (2004) menyebutkan bahwa structural capital terdiri atas rutinitas
organisasi, prosedur-prosedur, sistem, budaya, dan database. Salah satu bagian dari
structural capital adalah menciptakan database yang memungkinkan orang-orang dapat
saling berhubungan dan belajar satu sama lain, sehingga menumbuhkan sinergi karena
adanya kemudahan berbagi pengetahuan dan bekerja sama antar individu dalam
organisasi. Disamping database, termasuk dalam structural capital adalah semua hal
selain manusia yang berasal dari pengetahuan dari dalam organisasi termasuk struktur
organisasi, petunjuk proses, dan strategi rutinitas (Pratiwi, 2004).
11
Jackson dan Schuler (1995) menyatakan salah satu sumber daya yang dapat
dikembangkan untuk mencapai keunggulan kompetitif perusahaan menurut resource-
based view adalah sumber daya organisasional yang mencakup struktur, sistem, aktivitas
perencanaan, pengawasan dan pengendalian. Budgetary control merupakan salah satu
alat pengendalian manajemen untuk mengevaluasi kinerja perusahaan. Budgetary
control saat ini sudah menjadi bagian dari perusahaan dan sistem teknologi yang
berbasis informasi. Menurut Stede (2001), kontrol anggaran yang baik dapat dicapai
dengan mendefinisikan secara lebih lengkap, lebih spesifik, dan lebih sejalan dengan
tujuan perusahaan. Ia juga mengungkapkan bahwa bagaimana mengkomunikasikan
tujuan agar karyawan dapat mengerti dan memahami dengan lebih baik apa yang
menjadi tujuan perusahaan. Dengan adanya databased yang baik yang dibentuk
perusahaan, maka dapat memfasilitasi individu di dalam organisasi untuk berkomunikasi
sehingga pengendalian anggaran juga bisa berjalan dengan baik. Kontrol anggaran yang
baik juga melibatkan monitoring atau pengawasan atas action and result yang lebih
sering dan lebih detail. Dengan adanya structural capital yang baik, termasuk di
dalamnya pengawasan yang baik, maka pengendalian anggaran akan semakin baik.
Memberi penghargaan (rewarding) kepada karyawan dan memberi pengertian kepada
mereka akan ketatnya hubungan antara kinerja mereka dengan reward juga merupakan
salah satu cara agar kontrol anggaran semakin baik (Stede, 2001). Budaya organisasi
perusahaan yang terbiasa menerapakan sistem rewarding kepada mereka yang mencapai
target anggaran merupakan salah satu cara agar pengandalian anggaran semakin baik.
H3: Structural capital memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap
pengendalian anggaran (budgetary control)
Hubungan Human Capital dengan Kinerja Organisasi
Human capital merupakan seluruh individu dengan segala potensinya baik
pengetahuan, pengalaman, skill, dan sebagainya yang dapat menciptakan nilai bagi
perusahaan. Human capital akan meningkat jika perusahaan mampu menggunakan
pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya. Karyawan/pegawai menghasilkan
intellectual capital melalui kompetensi, sikap, dan kecerdasan intelektual (Ross,
Edvinsson, dan Dragonetti, 1997 dalam Pratiwi 2004). Kompetensi meliputi
keterampilan dan pendidikan pegawai. Sikap mencakup bagaimana perilaku pegawai.
Dan kecerdasan intelektual menjadikan seseorang mengubah praktek dan memikirkan
solusi yang inovatif terhadap suatu masalah.
12
Meningkatnya financial return merupakan akibat dari berbagai kerja operasional
seperti meningkatnya kepercayaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan
perusahaan, meningkatnya cost effectiveness proses bisnis internal yang digunakan
perusahaan untuk menghasilkan produk, dan meningkatnya produktivitas serta
komitmen pegawai (Mulyadi dan Setiawan, 2001). Sehingga jika suatu perusahaan
bertujuan untuk memperoleh kinerja keuangannya, maka seharusnya perusahaan dapat
memotivasi pegawainya di perspektif non keuangan, karena di perspektif tersebut
terdapat the real drivers kinerja keuangan jangka panjang. Ferrier dan McKenzie (2004)
mengemukakan bahwa salah satu faktor kesuksesan perusahaan adalah dimasukkannya
pengembangan para pegawai sebagai faktor kesuksesan suatu perusahaan, pendesainan
dan pengembangan sistem pemecahan masalah dan pelayanan, yang dipercaya sebagai
kekuatan organisasi pada para pegawai.
Berdasarkan kerangka teori dari resource-based view, perusahaan dapat memperoleh
sumber daya fisik, manusia, informasi, pengetahuan, dan relasional kemudian
menggabungkan sumber daya tersebut untuk menciptakan kemampuan perusahaan yang
spesifik dan tidak dapat ditiru oleh pesaing (Karia, 2009). Salah satu sumber daya
perusahaan yang dapat digunakan untuk mencapai keunggulan kompetitifnya dan
menciptakan nilai adalah sumber daya manusia (pengetahuan dan pengalaman pegawai)
(Murti, 2010).
H4: Human capital memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap kinerja
organisasi (business performance)
Hubungan Customer Capital dengan Kinerja Organisasi
Human capital merupakan seluruh individu dengan segala potensinya baik
pengetahuan, pengalaman, skill, dan sebagainya yang dapat menciptakan nilai bagi
perusahaan. Human capital akan meningkat jika perusahaan mampu menggunakan
pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya. Karyawan/pegawai menghasilkan
intellectual capital melalui kompetensi, sikap, dan kecerdasan intelektual (Ross,
Edvinsson, dan Dragonetti, 1997 dalam Pratiwi 2004). Kompetensi meliputi
keterampilan dan pendidikan pegawai. Sikap mencakup bagaimana perilaku pegawai.
Dan kecerdasan intelektual menjadikan seseorang mengubah praktek dan memikirkan
solusi yang inovatif terhadap suatu masalah.
Meningkatnya financial return merupakan akibat dari berbagai kerja operasional
seperti meningkatnya kepercayaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan
13
perusahaan, meningkatnya cost effectiveness proses bisnis internal yang digunakan
perusahaan untuk menghasilkan produk, dan meningkatnya produktivitas serta
komitmen pegawai (Mulyadi dan Setiawan, 2001). Sehingga jika suatu perusahaan
bertujuan untuk memperoleh kinerja keuangannya, maka seharusnya perusahaan dapat
memotivasi pegawainya di perspektif non keuangan, karena di perspektif tersebut
terdapat the real drivers kinerja keuangan jangka panjang. Ferrier dan McKenzie (2004)
mengemukakan bahwa salah satu faktor kesuksesan perusahaan adalah dimasukkannya
pengembangan para pegawai sebagai faktor kesuksesan suatu perusahaan, pendesainan
dan pengembangan sistem pemecahan masalah dan pelayanan, yang dipercaya sebagai
kekuatan organisasi pada para pegawai.
Berdasarkan kerangka teori dari resource-based view, perusahaan dapat memperoleh
sumber daya fisik, manusia, informasi, pengetahuan, dan relasional kemudian
menggabungkan sumber daya tersebut untuk menciptakan kemampuan perusahaan yang
spesifik dan tidak dapat ditiru oleh pesaing (Karia, 2009). Salah satu sumber daya
perusahaan yang dapat digunakan untuk mencapai keunggulan kompetitifnya dan
menciptakan nilai adalah sumber daya manusia (pengetahuan dan pengalaman pegawai)
(Murti, 2010).
H4: Human capital memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap kinerja
organisasi (business performance)
Hubungan Customer Capital dengan Kinerja Organisasi
Customer capital merupakan aliran pengetahuan yang berasal dari hubungan-
hubungan eksternal perusahaan. Seluruh sumber daya yang dikaitkan dengan hubungan
eksternal perusahaan (konsumen, suppliers, partner dalam research & development)
merupakan bagian dari customer capital (Pratiwi, 2004). Sebagai contoh adalah image,
loyalitas dan kepuasan konsumen, hubungan dengan suppliers, kekuatan komersial, dan
kapasitas negosiasi dengan lingkungan aktivitas (Stratovic dan Marr, 2004). Penelitian
dalam serve profit chain saat ini telah mendorong hubungan kausal diantara kepuasan
konsumen dengan kinerja keuangan perusahaan (Kaplan dan Norton, 1996). Dan salah
satu hal yang menyebabkan peningkatan financial return perusahaan adalah peningkatan
kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan, dan juga kedekatan hubungan kemitraan
perusahaan dengan pemasok (Mulyadi dan Setiawan, 2001). Selain itu memelihara
hubungan dengan klien merupakan salah satu faktor kesuksesan perusahaan yang
diungkapkan oleh Firrer dan McKenzie (2004). Hal tersebut sesuai dengan kerangka
14
teori dari resource-based view, yang menyebutkan bahwa perusahaan dapat
menggunakan sumber daya relasional yang meliputi hubungan sosial dengan lingkungan
eksternal organisasi untuk menciptakan kemampuan perusahaan yang spesifik dan tidak
dapat ditiru oleh pesaing (Karia, 2009
H5: Customer capital memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap
kinerja organisasi (business performance)
Hubungan Structural Capital dengan Kinerja Organisasi
Structural capital didefinisikan sebagai pengetahuan yang akan tetap berada di dalam
perusahaan (Starovic dan Marr, 2004). Starovic dan Marr (2004) menyebutkan bahwa
structural capital terdiri atas rutinitas organisasi, prosedur-prosedur, sistem, budaya, dan
database.
Jika suatu organisasi mampu memanfaatkan pengetahuan perusahaan dan
mengembangkan structural capital, misalnya menerapkan dan mengembangkan ide-ide
yang inovatif, memiliki sistem dan prosedur yang mendukung inovasi, maka competitive
advantage akan dapat dicapai (Asni 2007). Structural capital merupakan sarana dan
prasarana yang mendukung pegawai untuk menciptakan kinerja yang optimum.
Keunggulan tersebut secara relatif akan menghasilkan business performance yang lebih
tinggi. Jika sistem dan prosedur yang dimiliki suatu perusahaan untuk menjalankan
aktifitasnya buruk, maka intellectual capital secara keseluruhan tidak akan mencapai
potensinya yang paling penuh, sehingga business performance yang dicapai juga tidak
akan maksimal (Pratiwi, 2004). Selain itu, jika intellectual capital merupakan sumber
daya yang terukur untuk peningkatan competitive advantange, maka intellectual capital
akan memberikan kontribusi terhadap kinerja perusahaan (Harrison dan Sullivan, 2000;
Chen et al., 2005; Abdolmuhammadi, 2005).
H6 : Structural capital berhubungan positif dan signifikan terhadap kinerja
organisasi (business performance).
15
Kerangka Pemikiran
H1
H4
H2
H5
H3
H6
III. METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Human Capital
Human Capital yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengetahuan individu
dalam organisasi yang digambarkan oleh para pegawainya, termasuk pengalaman,
skill, motivasi, toleransi terhadap ambiguitas dan sebagainya yang dihasilkan melalui
kompetensi, sikap dan kecerdasan intelektual.
Customer Capital
Customer capital yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan pengetahuan
yang dibentuk dalam marketing channels dan hubungan-hubungan eksternal
perusahaan dengan konsumen, suppliers, pemerintah, asosiasi industri dan
sebagainya.
Structural Capital
Structural Capital yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan kumpulan
pengetahuan non manusia dalam sebuah organisasi termasuk database, struktur
organisasi, prtunjuk proses, strategi, rutinitas, software, hardware, dan semua hal
yang nilainya dalam perusahaan lebih tinggi daripada nilai materinya
Human Capital
Structural Capital
Customer Capital
Kinerja Organisasi
Pengendalian Anggaran
16
Pengendalian Anggaran
Budgetary control yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi bagaimana
perusahaan mengontrol dan mengawasi kinerja karyawannya dalam memenuhi target
anggaran.
Kinerja Organisasi
Business Performance yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi kinerja bisnis
yang bersifat financial maupun non financial.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang berada di
wilayah Jawa Tengah yang terdaftar di Disperindag sebanyak 295 perusahaan. Pola
pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara random (acak), sedangkan
desain sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah unrestricted random
sampling karena bias yang kecil dan bisa lebih digeneralisasikan (Sekaran, 2003).
Dengan cara sampel ditarik secara langsung dari populasi tanpa membagi subsample
dari populasi tersebut. Tiap unit populasi diberi nomor, kemudian sampel yang
diinginkan ditarik secara random dengan menggunakan undian.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan metode survey dan
mail survey. Metode survey dilakukan dengan pengumpulan data melalui pengisian
kuesioner yang dapat dilakukan dengan mengunjungi responden dan kurang lebih dua
minggu kemudian mengambilnya atau berdasarkan kesepakatan yang telah dibuat.
Pengumpulan data dari mail survey yaitu pengiriman kuesioner melalui jasa pos.
Alasan menggunakan metode mail survey adalah karena terdapat beberapa responden
yang jaraknya jauh.
Metode Analisi Data
Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan menggunakan pendekatan
Partial Least Square (PLS). PLS adalah model persamaan Structural Equation
Modeling (SEM) yang berbasis komponen atau varian.
17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Organisasi
Nilai Investasi per Tahun
(dalam juta) Jumlah Persentase (%)
< 10.000 11.000 – 100.000 101.000 – 1.000.000 1.001.000 – 10.000.000 > 10.000.000 tidak tercantum
29 8 9 6 1 1
53.70 14.81 16.67 11.11 1.85 1.85
Gambaran Umum Responden
Keterangan Jumlah (Orang) Persentase (%)
Jenis Kelamin
Laki-laki 43 79.63
Perempuan 11 20,37
Umur
≤ 30 tahun 4 7.41
31 – 40 tahun 32 59.26
41 – 50 tahun 12 22.22
Diatas 50 tahun 6 11.11
Masa Kerja
< 6 bln
6 – 12 bln
1 - 2 th 19 35,19
Diatas 2 th 35 64,81
Sumber : Data primer diolah, 2012
18
Statistik Deskriptif
Untuk menganalisis data berdasarkan atas kecenderungan jawaban yang diperoleh
dari responden terhadap masing-masing variabel, maka akan disajikan hasil jawaban
responden dalam bentuk diskriptif berikut ini.
N Minimum Maksimum Mean Std.
Deviation HC CC SC BC BP
54 54 54 54 54
67 58 54 98 69
98 84 80
149 87
83.39 71.70 68.11
123.07 77.57
6.761 6.506 6.133
13.605 4.338
Convergent Validity
No Variabel /
Indikator Loading Factor
Keterangan
1 Human Capital
x1.1 0.5426
x1.10 0.6601
x1.11 0.6450
x1.12 0.5278
x1.13 0.0977 Dikeluarkan
x1.14 0.5538
x1.15 0.4870 Dikeluarkan
x1.16 0.6141
x1.17 0.6524
x1.18 0.6189
x1.19 0.6997
x1.2 0.6297
x1.20 0.2960 Dikeluarkan
x1.3 0.6522
x1.4 0.6572
x1.5 0.5964
x1.6 0.7202
x1.7 0.7437
x1.8 0.5849
x1.9 0.6916
2 Customer capital
x2.1 0.5952
x2.10 0.6900
x2.11 0.6180
x2.12 0.6167
x2.13 0.5876
x2.14 0.6419
x2.15 0.6703
x2.16 0.2697 Dikeluarkan
x2.17 0.6432
x2.2 0.7264
x2.3 0.7114
x2.4 0.7554
x2.5 0.2612 Dikeluarkan
x2.6 0.5730
x2.7 0.6519
x2.8 0.8408
x2.9 0.6822
19
3 Structural capital
x3.1 0.6787
x3.10 0.2299 Dikeluarkan
x3.11 0.6086
x3.12 0.6260
x3.13 0.7648
x3.14 0.6691
x3.15 0.5677
x3.16 0.6300
x3.2 0.6547
x3.3 0.5409
x3.4 0.4487 Dikeluarkan
x3.5 0.7361
x3.6 0.5852
x3.7 0.6240
x3.8 0.5238
x3.9 0.6949
4 Budgetary control
y1.1 0.5373
y1.10 0.1200 Dikeluarkan
y1.11 0.5728
y1.12 0.6201
y1.13 0.5308
y1.14 0.6275
y1.15 0.6382
y1.16 0.5935
y1.17 0.6659
y1.18 0.5399
y1.19 0.5366
y1.2 0.5243
y1.20 0.5644
y1.21 0.5527
y1.22 0.5677
y1.23 0.5692
y1.24 0.6146
y1.25 0.6032
y1.26 0.5987
y1.27 0.5449
y1.28 0.6197
y1.29 0.6277
y1.3 0.5746
y1.30 -0.2629 Dikeluarkan
y1.31 0.5927
y1.32 0.6901
y1.33 0.3463 Dikeluarkan
y1.34 0.5554
y1.35 0.5509
y1.36 0.5426
y1.4 0.4912 Dikeluarkan
y1.5 0.6752
y1.6 0.4966 Dikeluarkan
y1.7 -0.1982 Dikeluarkan
y1.8 0.5212
y1.9 0.5314
5
Business Performance
y2.1 0.6282
y2.10 0.6884
y2.2 0.5710
y2.3 0.6454
y2.4 0.5465
y2.5 0.6249
20
y2.6 0.5795
y2.7 0.5358
y2.8 0.5634
y2.9 0.5537
Dari tabel menunjukkan ada beberapa indikator refleksif yang memiliki loading factor
yang lebih kecil dari 0,50. Dengan demikian indikator-indikator tersebut dikeluarkan dan
model penelitian direvisi dengan menghilangkan indikator yang lemah tersebut.
Discriminant Validity
Sebuah variable memiliki unidimensionalitas dan memiliki discriminant validity
dengan variable lain jika loading factor pada variable yang bersesuaian adalah tinggi
sedangkan nilai loading terhadap variable lain lebih rendah (Ghozali, 2006).
HC CC SC BC BP
x1.1 0.577 0.030 0.003 0.275 0.279
x1.10 0.664 -0.003 0.147 0.188 0.333
x1.11 0.636 0.140 0.074 0.221 0.414
x1.12 0.504 0.033 0.121 0.179 0.371
x1.14 0.572 0.148 0.033 0.239 0.314
x1.16 0.606 0.058 -0.002 0.257 0.291
x1.17 0.653 0.307 -0.112 0.101 0.446
x1.18 0.622 0.101 0.196 0.133 0.276
x1.19 0.698 0.140 -0.017 0.257 0.373
x1.2 0.662 0.384 0.032 0.336 0.393
x1.3 0.652 0.116 0.129 0.231 0.288
x1.4 0.661 0.121 0.042 0.288 0.274
x1.5 0.615 -0.025 -0.129 0.041 0.134
x1.6 0.729 0.0756 0.089 0.283 0.289
x1.7 0.759 -0.103 0.139 0.214 0.252
x1.8 0.581 0.111 0.055 0.195 0.352
x1.9 0.691 0.134 0.196 0.237 0.466
x2.1 0.008 0.597 -0.070 0.024 0.247
x2.10 0.192 0.679 0.126 0.264 0.342
x2.11 -0.088 0.634 0.291 0.231 0.132
x2.12 0.089 0.619 -0.007 0.042 0.274
x2.13 0.250 0.597 0.177 0.320 0.291
x2.14 -0.049 0.650 0.148 0.047 0.290
x2.15 0.046 0.664 -0.053 0.121 0.371
x2.17 0.171 0.649 0.106 0.145 0.285
x2.2 0.207 0.732 0.105 0.118 0.314
x2.3 0.274 0.702 0.157 0.231 0.341
x2.4 0.073 0.750 0.165 0.362 0.403
x2.6 0.142 0.586 -0.022 0.102 0.353
x2.7 0.188 0.644 0.145 0.282 0.338
x2.8 0.178 0.843 0.210 0.402 0.445
x2.9 -0.005 0.691 0.052 0.191 0.359
x3.1 -0.010 0.039 0.669 0.353 0.209
x3.11 0.033 0.093 0.616 0.306 0.283
x3.12 -0.075 -0.042 0.621 0.319 0.199
x3.13 0.072 0.282 0.764 0.316 0.351
x3.14 0.057 0.005 0.678 0.192 0.298
x3.15 0.002 0.023 0.582 0.020 0.328
x3.16 0.172 -0.021 0.614 0.329 0.275
x3.2 0.278 0.228 0.654 0.398 0.414
x3.3 0.080 0.180 0.537 -0.034 0.263
21
x3.5 0.072 0.151 0.736 0.312 0.245
x3.6 -0.078 -0.000 0.594 0.242 0.172
x3.7 0.042 0.103 0.622 0.259 0.228
x3.8 -0.001 0.116 0.535 0.106 0.268
x3.9 0.066 0.197 0.705 0.222 0.405
y1.1 0.067 0.252 0.319 0.519 0.274
y1.11 0.191 0.181 0.128 0.580 0.279
y1.12 0.102 0.251 0.274 0.616 0.378
y1.13 0.261 0.143 0.280 0.526 0.468
y1.14 0.309 0.264 0.219 0.630 0.411
y1.15 0.125 0.072 0.471 0.622 0.380
y1.16 0.069 0.055 0.137 0.622 0.260
y1.17 0.265 0.244 0.426 0.669 0.494
y1.18 0.127 0.294 0.156 0.549 0.318
y1.19 0.158 0.130 0.349 0.539 0.414
y1.2 0.230 0.212 0.044 0.531 0.346
y1.20 0.291 0.253 0.195 0.556 0.445
y1.21 0.206 0.164 0.317 0.558 0.369
y1.22 0.282 -0.0428 0.191 0.569 0.222
y1.23 0.095 0.189 0.150 0.583 0.255
y1.24 0.051 0.025 0.183 0.630 0.145
y1.25 0.131 0.163 0.246 0.611 0.203
y1.26 0.240 0.112 0.097 0.592 0.272
y1.27 0.087 0.215 0.116 0.555 0.287
y1.28 0.166 0.228 0.171 0.650 0.304
y1.29 0.120 0.218 0.074 0.640 0.244
y1.3 0.113 0.261 0.265 0.573 0.289
y1.31 0.341 0.094 0.281 0.610 0.424
y1.32 0.378 0.296 0.177 0.690 0.389
y1.34 0.121 0.078 0.039 0.573 0.221
y1.35 0.132 0.137 0.140 0.563 0.230
y1.36 0.194 -0.0189 0.045 0.548 0.111
y1.5 0.352 0.181 0.227 0.652 0.382
y1.8 0.288 0.172 0.233 0.508 0.289
y1.9 0.207 0.339 0.390 0.540 0.367
y2.1 0.189 0.375 0.342 0.310 0.624
y2.10 0.399 0.431 0.278 0.504 0.687
y2.2 0.365 0.262 0.202 0.229 0.566
y2.3 0.299 0.330 0.211 0.336 0.642
y2.4 0.316 0.097 0.530 0.394 0.550
y2.5 0.435 0.142 0.297 0.413 0.630
y2.6 0.261 0.221 0.322 0.338 0.580
y2.7 0.341 0.413 0.179 0.396 0.540
y2.8 0.188 0.332 0.145 0.066 0.561
y2.9 0.316 0.307 0.099 0.345 0.550
Dari tabel diatas menunjukkan ilai-nilai cross loading yang menghubungkan masing-
masing indikator dengan masing-masing variabel menunjukkan nilai yang tinggi pada
variabel yang bersesuaian dan memiliki nilai yang lebih rendah dengan variabel lainnya.
Hal ini menunjukkan masing-masing variable memiliki discriminant validity yang baik.
22
Reliability
Konstruk dikatakan reliabel jika memiliki composite reliability di atas 0,70
(Ghozali,2006). Pada tabel 4.8 akan disajikan nilai composite reliability dari seluruh
konstruk.
TABEL 4.8
Nilai Composite Reliability
Composite Reliability
HC 0.940
CC 0.845
SC 0.924
BC 0.922
BP 0.906
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa semua konstruk memenuhi kriteria
reliabel. Hal ini ditunjukkan bahwa dari hasil output SmartPLS, semua konstruk memiliki
nilai composite reliability diatas 0,70.
Inner Model
Pengujian inner model atau model struktural dilakukan untuk melihat hubungan
antara konstruk laten dengan melihat hasil estimasi koefisien parameter path dan tingkat
signifikasninya (Ghozali Imam, 2006). Berikut adalah nilai R-square pada konstruk.
Variabel R-square HC CC SC BC 0,309 BP 0,560
Tabel tersebut menunjukkan bahwa R-square konstruk budgetary control (BC) adalah
sebesar 0,309 hal tersebut berarti 30,9% BC dapat dijelaskan oleh variabel human capital
(HC), customer capital (CC), dan structural capital (SC) sedangkan sisanya dapat
23
dijelaskan oleh variabel lain. R-square untuk business performance (BP) adalah sebesar
0,560 hal tersebut berarti 56% BP dapat dijelaska oleh variabel human capital (HC),
customer capital (CC), dan structural capital (SC) sedangkan sisanya dapat dijelaskan
oleh variabel lain.
Pengujian Hipotesis
Batas untuk menolak dan menerima hipotesis yang diajukan adalah +1,96 untuk α =
5% dan 1,64 untuk α = 10%, dimana apabila nilai nilai t hitung < t tabel (1,96) atau (1,64)
maka hipotesis alternatif (Ha) akan ditolak atau dengan kata lain menerima hipotesis nol
(H0). Dasar yang digunakan dalam menguji hipotesis adalah nilai yang terdapat pada
output result for inner weight seperti yang ditunjukkan oleh tabel berikut.
Hasil Tabel
Kesimpulan
original sample estimate
mean of subsample
s Standard deviation
T-Statistic 5% 10%
HC -> BC 0.279 0.271 0.105 2.649 1.96 1.64 Signifikan 5%
CC -> BC 0.214 0.231 0.089 2.377 1.96 1.64 Signifikan 5%
SC -> BC 0.348 0.387 0.084 4.139 1.96 1.64 Signifikan 5%
HC -> BP 0.432 0.433 0.059 7.329 1.96 1.64 Signifikan 5%
CC -> BP 0.355 0.362 0.083 4.275 1.96 1.64 Signifikan 5%
SC -> BP 0.348 0.353 0.085 4.093 1.96 1.64 Signifikan 5%
Hasil pengujian variabel human capital dan pengendalian anggaran didapat bahwa
terdapat hubungan yang positif (koefisien parameter 0,279) dan signifikan antara human
capital dengan budgetary control. Hal ini dikarenakan nilai t uji sebesar 2,649 lebih besar
dari t tabel taraf signifikansi α = 0,05 yaitu sebesar 1,96. Maka hipotesis 1 diterima.
Hasil pengujian variabel customer capital dan pengendalian anggaran didapat bahwa
terdapat hubungan yang positif (koefisien parameter 0,214) dan signifikan antara
customer capital dengan budgetary control. Hal ini dikarenakan nilai t uji sebesar 2,378
24
lebih besar dari t tabel taraf signifikansi α = 0,05 yaitu sebesar 1,96. Maka hipotesis 2
ditolak.
Hasil pengujian variabel structural capital dan pengendalian anggaran didapat bahwa
terdapat hubungan yang positif (koefisien parameter 0,348) dan signifikan antara
structural capital dengan budgetary control. Hal ini dikarenakan nilai t uji sebesar 4,139
lebih besar dari t tabel taraf signifikansi α = 0,05 yaitu sebesar 1,96. Maka hipotesis 3
diterima.
Hasil pengujian variabel human capital dan kinerja organisasi didapat bahwa terdapat
hubungan yang positif (koefisien parameter 0,432) dan signifikan antara human capital
dengan business performance. Hal ini dikarenakan nilai t uji sebesar 7,329 lebih besar
dari t tabel taraf signifikansi α = 0,05 yaitu sebesar 1,96. Maka hipotesis 4 diterima.
Hasil pengujian variabel customer capital dan kinerja organisasi bahwa terdapat
hubungan yang positif (koefisien parameter 0,355) dan signifikan antara customer capital
dengan business performance. Hal ini dikarenakan nilai t uji sebesar 4,275 lebih besar
dari t tabel taraf signifikansi α = 0,05 yaitu sebesar 1,96. Maka hipotesis 5 diterima.
Hasil pengujian variabel structural capital dan kinerja organisasi bahwa terdapat
hubungan yang positif (koefisien parameter 0,348) dan signifikan antara structural
capital dengan business performance. Hal ini dikarenakan nilai t uji sebesar 4,093 lebih
besar dari t tabel taraf signifikansi α = 0,05 yaitu sebesar 1,96. Maka hipotesis 6 diterima.
V. KESIMPULAN DAN SARAN .
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa intellectual capital dari komponen human
capital perusahaan memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap pengendalian
anggaran (budgetary control) dan kinerja organisasi (business performance).
Begitu pula dengan komponen customer capital perusahaan yang menurut hasil
penelitian memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap pengendalian anggaran
(budgetary control) dan kinerja organisasi (business performance).
Komponen structural capital perusahaan juga memiliki pengaruh positif yang
signifikan terhadap pengendalian anggaran (budgetary control) dan kinerja organisasi
(business performance).
Adapun saran yang diberikan berdasarkan hasil analisis ini yaitu penelitian ini
mendapatkan bahwa keberadaan IC dapat mengontrol dan menuntut upaya manajemen
untuk memberikan kinerja yang lebih baik dan memperbaiki kontrol anggaran di dalam
25
perusahaan. Oleh karena itu para manajer harus tetap mampu menggerakkan dan
mendayagunakan human capital, customer capital dan structural capital yang potensial
untuk mendukung pencapaian kinerja dan kontrol anggaran yang lebih baik.
Para manajer juga harus tetap mampu mendayagunakan pengetahuan organisasi yang
dimiliki guna dapat memperbaiki pengetahuan dalam organisasi seperti prosedur, sistem,
budaya, database, dan sebagainya. Para manajer harus mampu menyadari dan
mendayagunakan pengetahuan organisasi sehingga keunggulan bersaing yang bertahan
lama dapat dicapai. Diharapkan pula pada penelitian selanjutnya akan dapat dilakukan
dengan menambahkan beberapa variabel ke dalam penelitian.
26
DAFTAR PUSTAKA
Abdolmohammadi, Mohammad J. 2005. Intellectual Capital Disclosure and Market Capitalization. Journal of Intellectual Capital. Vol 6, No. 3, pp. 397-416
Astuti, Pratiwi Dwi dan Arifin Sabeni. 2005. Hubungan Intellectual Capital dan Businnes Performance dengan Diamond Spesification: Sebuah Perspektif Akuntansi. Jurnal SNA VIII Solo
Barney, J. 1991. Firms Resources and Sustained Competitive Advantage. Jornal of Management. Vol. 17, No. 1, pp. 99-120
Barney, J. B., David. J. K. Jr., Mike W. 2011. The Future of Resource-Based Theory Revitalization or Decline. Journal of Management. Vol. 37, No. 5, pp.1299-1315. www.jom.sagepub.com
Belkaoui, Ahmed Riahi. 2003. Intellectual Capital and Firm Performance of US Multinational Firms: A Study of The Resource Based and Stake Holder Views. Journal of Intellectual Capital. Vol 4, No. 2, pp 215-226
Bontis, Nick. 1998. Intellectual Capital: An Exploratory Study that Develops Measures and Models. Management Desicion. Vol. 36, No.2, pp. 63-76
Bontis, Nick. 2000. Assesing Knowledge Assets: A Review of The Models Used To Measures Intellectual Capital. International Journal of Technology Management. Vol 3. No. 1. P. 41-60
Brinker, B. 2000. Intellectual Capital Tomorrows Asset, Today’s Challenge. http://www.cpavision.org/vision/wpaper05b.cfm
Brownell, Peter dan Mark Hirst. 1986. Reliance on Accounting Information, Budgetary Participation, and Task Uncertainty (Journal of Accounting Research. New South Wales
Chen, Ming-Chin. 2005. An Empirical Investigation of The Relationship Between Intellectual Capital and Firm’s Market Value and Financial Performance. www.emeraldinsight.com/1469-1930.htm
Choo, C.W. and Bontis, N. (Ed). 2002. The Strategic Management of Intellectual Capital and Organizational Knowledge. Oxford University Press. New York.
Colbert, Barry. A. 2004. The Complex Resource Based View: Implication For Theory and Practice In Strategic Human Resource Management. Academy of Management Review. Vol. 29, No. 3, pp.341-356. www.jstor.com
Fanning, J. 2000. 21st Century Budgeting, The Institute of Chartered Accountants in England and Wales, London.
Ferrier, F. and McKenzie, P. 2004. Managing The New Performance Drivers: Information, Resources, and Basic Steps to Self-Evaluation. http://www.education.monash.edu.au/centres/ceet/docs/otherpapers/ferrierozickit.pdf.
27
Firer, S., dan S.M. Williams. 2003. Intellectual Capital and Traditional Measures of Coorporate Performance. http://www.emeraldinsight.com/146-1930.htm
Fisher, J.E. 1998. Contigency Theory, Management Control System and Firm Outcomes: Past Result And Future Directions. Behavioral Research in Accounting. Vol. 10, pp. 48-63.
Frow, Natalie, David .M., Stuart O. 2010. “Continuous”Budgeting: Reconciling Budget Flexibility With Budgetary Control. Accounting, Organization, and Society. Vol. 35, Iss: 4,pp.441-461.
Ghozali, Imam, Prof., Dr., H. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam, Prof., Dr., H. 2006. Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan Partial Least Square. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Goh, Pek Chen. 2005. Intellectual Performance of Commercial Banks In Malaysia. Journal of Intellectual Capital. Vol. 6, Iss:3, pp.385-396.
Guthrie, James dan Richard Petty. 2000. The Voluntary Reporting of Intellectual Capital: Comparing Evidence from Hongkong and Australia. http://www.ziddu.com/dowload/9191843/thevoluntaryreportingofintellectualcapital-AustraliaandHongkong.pdf.html
Gudono dan Mardiyah. 2001. “Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan dan Desentralisasi Terhadap Karakteristik Sistem Akuntansi Manajemen”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 15, No. 1, h. 1-27.
Hartono, Budi. 2001. Intellectual Capital: Sebuah Tantangan Akuntansi Masa Depan. Media Akuntansi. Edisi 2, Tahun VIII, h 65-72
Harrison, Suzzanne, san Pattrick H. Sullivan Sr. 2000. Profitting From Intellectual Capital; Learning from Leading Companies. Jounal Of Intellectual Capital. Vol 1, No.1, pp 33-46.
Hernandez, Jose. G. Vargas, dan Muhammad Reza Noruzi. 2010. How Intellectual Capital and Learning Organization Can Foster Organizational Competitiveness. International Journal of Business and Mnagement. Vol. 5, No. 4.
Imangingati, S. 2007. Analisis Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Nilai Pasar dan Kinerja Perusahaan Real Estate dan Property. Universitas Diponegoro.
Jackson, E., dan Schuler , R. S. 1995. Understanding Human Resource Management in the Context of Organizations and Their Environment. Annual Review Psychology 46, pp. 237-264.
Kamath, G. B. 2007. The Intellectual Capital Performance of Indian Banking Sector. Journal of Intellectual Capital. Vol 8, No 1, pp 96-123.
Karia, Noorliza. 2010. Explaining The Competitive Advantage of Logistic Service Providers: A Resource Based-View Approach. Inernational Journal of Production Economy. Vol. 128, pp. 51-67. www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0925527309003144
28
Kraaijenbrink, Jeroen., J. C. Spender., Aard J. Groen. 2010. The Resource Based View and Assessment of Its Critiques. Journal of Management. Vol. 36. No. 1, pp. 349-372. www.jom.sagepub.com
Kuryanto, B. dan M. Saffrudin. 2008. Pengaruh Modal Intelektual terhadap Kinerja Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak: 23-24 Juli.
Madhani, Pankaj M. 2009. Resource-Based View: Concepts and Practices. http://ssrn.com/abstract=196681
Mahendra, I. R. 2009. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap market Capitalization Pada Perusahaan Manufaktur di BEI 2006. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro.
Maheran, Nik, Nik Muhammad, dan Md Khairu Amin Ismail. 2009. Intellectual Capital Efficiency and Firm’s Performance: Study on Malaysian Financial Sector. www.ccsnet.org/journal/index.php/ijef/article/view/3399
Mavridis, Dimitrios G. 2004. The Intellectual Capital Performance of The Japanese Banking Sector. Journal of Intellectual Capital. Vol. 5, No. 3, pp.92-115.
Murti, Anugrahening Cahyaning. 2010. Analisis Pengaruh Modal Intellectual Terhadap Kinerja Perusahaan. Skripsi Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro.
Newbert, Scott. L. 2007. Empirical Research on Resource Based View of The Firm: An Assessment and Suggestions for Future Research. Strategic Management Journal. Vol. 28, Iss. 2, pp.121-146.
Penrose, E. T. 1959. The Theory of The Growth of The Firm. Basil Blackwell & Mott Ltd. Great Britain.
Pfeffer, J. and Salancik, G.R. 1978. The External Control of Organisations: A Resource-Depence Perspective. Harper and Row, New York. New York, NY.
Pulic , Ante. 1998. Measuring The Performance of Intellectual Potential in Knowledge Economy.
Sawarjuwono, Tjiptohadi dan Agustine Prihatin Kadir. 2003. Intellectual Capital: Perlakuan, Pengukuran, dan Pelaporan (Sebuah Library Research). Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 5, No. 1, h. 31-51.
Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Business. Jakarta : Salemba Empat.
Solikhah, Badingatus. 2010. Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Keuangan, Pertumbuhan dan Nilai Pasar pada Perusahaan yang Tercatat di BEI. Thesis Program Pascasarjana. Universitas Diponegoro.
Song, Michael, Wayne. S. DeSarbo, C. Anthony Di Benedetto. 2007. A Heterogeneous Resource-Based View For Exploring Relationship between Firm Performance and Capabilities. Journal of Modeling in Management. Vol. 2, pp. 103-130.
Stewart, T. A. 1997. Intellectual Capital: The New Wealth of Organization. New York. Doubleday.
29
Tai, Wei Shen, dan Chen Tung Chen. 2009. A New Evaluation Model For Intellectual Capital Based on Computing With Linguistik Variable. Expert System with Application. Vol. 6, pp. 3438-3488. www.sciencedirect.com
Tan, H. P., D. Plowman, P Hancock. 2007. Intellectual Capital and Financial Returns of Companies. www.emeraldinsight.com/1496-1930.htm
Tayles, Mike., Richard H. Pike., Saudah Sofian. 2007. Intellectual Capital, Management Accounting Practice, and Coorporate Performance: Perception of Managers. Accounting, Auditing, & Accountability Journal. Vol. 20, No. 4, pp.522-548
Ulum, Ihyaul dkk. 2008. Intellectual Capital san Kinerja Keuangan Perusahaan: Suatu Analisis dengan Pendekatan Partial Least Square. Jurnal SNA XI Pontianak.
Van der Stede, W. A. 2001. Measuring Tight Budgetary Control. Management Accounting Research, Vol. 12, No. 1, pp.119-37.
Webb, R. A. 2002. The Impact of Reputation and Variance Investigastion on The Creation of Budget Slack . Accounting, Organizations, Society, Vol. 27, No. 4-5, pp. 361-78.
Yang, Chien Chang dan Carol Yeh Yuh Lin. 2009. Does IC Mediate The Relationship Between HRM and Organizational Performance?. The International Journal of Human Resource Management. Vol. 20, pp. 1965-1984. www.tandfonline.com.
www.google.com.