pengaruh penyaluran pembiayaan, pembiayaan...
TRANSCRIPT
PENGARUH PENYALURAN PEMBIAYAAN, PEMBIAYAAN
BERMASALAH DAN EFISIENSI OPERASIONAL TERHADAP
LIKUIDITAS SERTA IMPLIKASINYA PADA PROFITABILITAS BANK
SYARIAH DI INDONESIA (PERIODE 2012-2016)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.)
Oleh :
IKA PUSPASARI
1112046100075
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULAH JAKARTA
2016/2017
ii
iii
PENGARUH PENYALURAN PEMBIAYAAN, PEMBIAYAAN
BERMASALAH DAN EFISIENSI OPERASIONAL TERHADAP
LIKUIDITAS SERTA IMPLIKASINYA PADA PROFITABILITAS BANK
SYARIAH DI INDONESIA (PERIODE 2012-2016)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.)
Oleh :
IKA PUSPASARI
NIM: 1112046100075
Pembimbing
Ir. RR. Tini Anggraeni, S.T, M.Si
NUPN. 99201000301
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1438H/ 2017
iv
v
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S-1) di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 18 Mei 2017
Ika Puspasari
vi
ABSTRAK
Ika Puspasari. NIM 1112046100075 Pengaruh Penyaluran Pembiayaan,
Pembiayaan Bermasalah dan Efisiensi Operasional terhadap Likuiditas serta
Implikasinya pada Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia, skripsi Jurusan
Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis Pengaruh
Penyaluran Pembiayaan, Pembiayaan Bermasalah dan Efisiensi Operasional
terhadap Likuiditas serta Implikasinya pada Profitabilitas Bank Syariah di
Indonesia (Periode Januari 2012 – Desember 2016). Pemilihan sampel dalam
penelitian ini menggunakan purposive sampling dan pengumpulan data melalui
data sekunder. Data penelitian didapatkan dari website Otoritas Jasa Keuangan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Jalur dengan bantuan
software program statistik AMOS version 22.0 for windows.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada substruktur I variabel FDR
memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap STM, variabel NPF
memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap STM. Sedangkan variabel
BOPO tidak berpengaruh terhadap STM. Kemudian pada substruktur II variabel
FDR dan BOPO memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap ROE
sedangkan STM memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap ROE.
Kata Kunci : Penyaluran Pembiayaan, Pembiayaan Bermasalah, Efisiensi
Operasional, Likuiditas, Profitabilitas dan Analisis Jalur (Path
Anaysis).
Pembimbing : Ir. RR. Tini Anggraeni, S.T, M.Si
Daftar Pustaka : Tahun 2000 s.d 2016
vii
ABSTRACT
Ika Puspasari. NIM 1112046100075 The Influence of Financing Distribution,
Non Performing Financing and Operational Efficiency to Liquidity and Its
Implication on Profitability of Syariah Bank in Indonesia, script major of Islamic
Banking, Faculty of Economics and Business, Syarif Hidayatullah State Islamic
University Jakarta.
This study aims to determine and analyze the Influence of Distribution of
Financing, Non Performing Financing and Operational Efficiency to Liquidity and
Implication on Profitability of Sharia Banks in Indonesia (Period January 2012 -
December 2016). Sample selection in this study using purposive sampling and data
collection through secondary data. The research data is obtained from the website
of Otoritas Jasa Keuangan. The method used in this research is Path Analysis with
help of statistical program software AMOS version 22.0 for windows.
The results of this study indicate that in the first substructure, FDR variable has
a positive and significant effect on STM, NPF variables have a negative and
significant effect on STM. While the BOPO variable has no effect on STM. Then
in second substructure variable of FDR and BOPO have negative and significant
influence to ROE while STM have positive and significant influence to ROE.
Keywords: Financing Distribution, Troubled Financing, Operational Efficiency,
Liquidity, Profitability and Path Analysis (Path Anaysis).
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirrabbil’alamin. Segala puji dan syukur penulis panjatkan
kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya khususnya
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Shalawat serta salam senantiasa dipanjatkan kepada Rasulullah, Nabi Muhammad
SAW yang telah mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang
terang benderang ini. Penulisan skripsi ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat
kelulusan Strata (S-1) Konsentrasi Perbankan Syariah Program Studi Muamalat
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa banyak pihak yang
memberikan bantuan. Ucapan rasa hormat dan terima kasih atas segala kepedulian
mereka yang telah memberikan bantuan, baik moril, kritik, saran, masukan,
dorongan semangat, doa maupun pemikiran dalam penulisan skripsi ini. Oleh
karena itu, perkenankan penulis secara khusus mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA., selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak A.M Hasan Ali, MA., selaku Ketua Program Studi Muamalat
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
ix
3. Bapak Dr. Abdurrauf, MA., selaku Sekretaris Program Studi Muamalat
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
4. Ibu Rr. Tini Anggraeni, S.T., M.Si., selaku dosen pembimbing yang tiada
hentinya membimbing penulis, memberikan arahan dan meluangkan waktu
demi terselesaikannya skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang dengan sabar memberikan bekal
ilmu yang tak terhingga nilainya.
6. Segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Fakultas Syariah dan
Hukum, Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, dan Perpustakaan
Umum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan fasilitas untuk melakukan studi kepustakaan.
7. Orang tua penulis, bapak Muh. Yoto dan ibu Dwi Astuti yang senantiasa
memberikan doa dan dorongan semangat kepada penulis untuk segera
menyelesaikan skripsi ini, semoga karya ini dapat memberikan kebanggaan.
Tidak lupa juga, kedua adik penulis, Dimas Furqon dan Ridha Ma’ Rifa
yang selalu menyemangati penulis agar mampu menyelesaikan skripsi ini
dengan baik.
8. Terima kasih kepada yang tersayang Okky Perdana Putra yang selalu sabar
tiada habisnya, menemani, dan menjadi penyemangat penulis hingga skripsi
ini selesai. Thank you for always has my back.
x
9. Terima kasih kepada sahabat-sahabat terbaik penulis, Aprilya Wulandari,
Khoirunnisa, Dwi Handayani, Gita Ramadhini, Nuke Wulandari, Riski
Amelia, Rahma Jualianti, Nanda Ayu, Nurul Khasanah, Dwi Purwati yang
senantiasa mengisi hari-hari penulis selama masa kuliah. Khususnya penulis
ucapkan terima kasih kepada Aprilya Wulandari dan Rahma Julianti, yang
telah membantu penulis dalam mengolah data skripsi dan memberikan
semangat untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
10. Kawan-kawan seperjuangan di keluarga besar Perbankan Syariah 2012
yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan di luar bangku kuliah.
Terima kasih untuk ilmu dan pengalaman yang diberikan kepada penulis.
11. Terima kasih kepada sahabat-sahabat perjuangan, mahasiswa bimbingan Bu
Tini, yang senantiasa membantu, memberikan motivasi, dan mendoakan
yang terbaik kepada penulis. Terima kasih untuk semua kenangan yang tak
terlupakan. Semoga silaturahmi kita tetap dapat terjalin.
Akhir kata kepada semua pihak yang telah membantu selesainya
skripsi ini, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga
Allah SWT mencatatnya sebagai amal baik dan membalasnya lebih baik
lagi. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua kalangan.
Jakarta, Mei 2017
Ika Puspasari
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
BAB I ...................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 8
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................................... 8
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................... 10
E. Sistematika Penulisan ................................................................................. 11
BAB II .................................................................................................................. 13
A. Bank Syariah............................................................................................... 13
1. Pengertian Bank Syariah ............................................................................13
2. Tujuan Bank Syariah ..................................................................................14
B. Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah ........................................ 16
C. Rasio Profitabilitas ..................................................................................... 19
D. Rasio Likuiditas .......................................................................................... 21
E. Rasio Penyaluran Pembiayaan .................................................................... 24
F. Rasio Kualitas Aset .................................................................................... 26
G. Rasio Efektifitas ......................................................................................... 29
H. Review Studi Terdahulu .............................................................................. 32
I. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 35
J. Paradigma Penelitian .................................................................................. 36
K. Hipotesis Penelitian .................................................................................... 37
BAB III ................................................................................................................. 38
A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 38
B. Teknik Pengambilan Sampel ...................................................................... 38
xii
C. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 39
D. Metode Analisis .......................................................................................... 39
E. Operasional Variabel Penelitian ................................................................. 50
BAB IV ................................................................................................................. 54
A. Analisis Deskriptif Statistik ........................................................................ 54
B. Pergerakan Variabel Penelitian .................................................................. 54
1. Financing To Deposit Ratio .......................................................................51
2. Non Performing Financing ........................................................................52
3. BOPO ........................................................................................................53
4. Short Term Mismatch ................................................................................54
5. Return On Equity .......................................................................................55
C. Penjelasan Hasil dan Pembahasan .............................................................. 60
1. Analisis Jalur Pengaruh Penyaluran Pembiayaan, Pembiayaan Bermasalah
dan Efisiensi operasional terhadap Likuiditas serta Implikasinya pada
Profitabilitas ..............................................................................................56
a. Uji Asumsi Klasik ..................................................................................57
b. Analisis Korelasi ....................................................................................60
c. Analisis Jalur I ........................................................................................63
d. Analisis Jalur II ......................................................................................65
e. Hubungan Langsung, Tidak Langsung dan Pengaruh Total ..................68
2. Interpretasi Hasil ........................................................................................70
a. Persamaan Substruktur I ........................................................................70
b. Persamaan Substruktur II ......................................................................72
BAB V ................................................................................................................... 75
A. Kesimpulan ................................................................................................. 75
B. Saran ........................................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 78
LAMPIRAN .........................................................................................................81
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan Rasio Keuangan Perbankan Syariah .............................. 6
Tabel 2.1 Review Studi Terdahulu ....................................................................... 31
Tabel 4.1 Uji Normalitas Persamaan Substruktur I .............................................. 56
Tabel 4.2 Uji Normalitas Persamaan Substruktur I .............................................. 56
Tabel 4.3 Uji Autokorelasi Persamaan Substruktur I ........................................... 58
Tabel 4.4 Uji Autokorelasi Persamaan Substruktur II ......................................... 58
Tabel 4.5 Uji Multikolinearitas Persamaan Substruktur I .................................... 58
Tabel 4.6 Uji Multikolinearitas Persamaan Substruktur II ................................... 59
Tabel 4.7 Hasil Korelasi FDR, NPF dan BOPO .................................................. 59
Tabel 4.8 Tingkat Korelasi Antar Variabel .......................................................... 60
Tabel 4.9 Pengaruh antara FDR, NPF dan BOPO terhadap STM........................ 62
Tabel 4.10 Pengaruh antara FDR, STM dan BOPO terhadap ROE ..................... 65
Tabel 4.11 Rangkuman Hasil Pengujian Pengaruh Antara Variabel Eksogen dan
Variabel Endogen .................................................................................................. 67
Tabel 4.12 Rangkuman Dekomposisi dari Koefisien Jalur, Pengaruh Langsung dan
Tidak Langsung, dan Pengaruh Total Tentang Pengaruh FDR (X1), NPF (X2), dan
BOPO (X3) Terhadap STM (Y) dan Implikasinya Terhadap ROE (Z)................68
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ........................................................................ 34
Gambar 2.2 Paradigma Penelitian ....................................................................... 35
Gambar 4.1 Grafik Pergerakan Variabel FDR .................................................... 50
Gambar 4.2 Grafik Pergerakan Variabel NPF ..................................................... 51
Gambar 4.3 Grafik Pergerakan Variabel BOPO ................................................. 52
Gambar 4.4 Grafik Pergerakan Variabel STM .................................................... 53
Gambar 4.5 Grafik Pergerakan Variabel ROE .................................................... 54
Gambar 4.6 Diagram Jalur dengan Hasil Perhitungan ........................................ 55
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian suatu
negara memiliki peranan cukup penting, bahkan dalam kehidupan masyarakat
modern sehari-hari sebagian besar melibatkan jasa dari sektor perbankan. Hal
tersebut dikarenakan sektor perbankan mengemban fungsi utama sebagai perantara
keuangan antara unit-unit ekonomi yang surplus uang, dengan unit-unit ekonomi
yang deficit uang.
Melalui sebuah bank dapat dihimpun dana dari masyarakat dalam berbagai
bentuk simpanan selanjutnya dari dana yang telah terhimpun tersebut, oleh bank
disalurkan kembali dalam bentuk pemberian kredit kepada sektor bisnis atau pihak
lain yang membutuhkan. Semakin berkembang kehidupan masyarakat dan
transaksi-transaksi perekonomian suatu negara, maka akan membutuhkan pula
peningkatan peran sektor perbankan melalui pengembangan produk-produk
jasanya.
Dalam perkembangannya saat ini, ada dua jenis bank di Indonesia yaitu Bank
Konvensional dan Bank Syariah. Walaupun bank konvensional ada terlebih dahulu
sebelum Bank Syariah, namun Bank Syariah saat ini sudah berkembang sangat
pesat. Hal ini dibuktikan dengan bertambahnya Bank Umum Syariah menjadi 12
bank dan bank-bank umum yang mempunyai Unit Usaha Syariah. Berkembangnya
2
Bank Syariah di Indonesia juga dipengaruhi oleh potential market yang cukup
besar, serta ditetapkannya bunga bank haram oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Tujuan fundamental bisnis perbankan adalah memperoleh keuntungan
optimal dengan jalan memberikan layanan jasa keuangan kepada masyarakat. Bagi
pemilik saham menanamkan modalnya pada bank bertujuan untuk memperoleh
penghasilan berupa deviden atau mendapatkan keuntungan dari peningkatan harga
saham yang dimiliki.1
Sebagai lembaga keuangan, bank perlu menjaga kinerjanya agar dapat
beroperasi secara optimal. Kinerja bank merupakan salah satu faktor yang harus
diperhatikan agar bank dapat terus beroperasional. Dengan memiliki kinerja yang
baik, masyarakat akan lebih percaya untuk menanamkan dananya pada bank
tersebut. Mengukur kinerja bank dapat dilakukan dengan beberapa macam, seperti
pengukuran kinerja karyawan, kinerja organisasi, dan kinerja keuangan. Kinerja
keuangan bank merupakan bagian dari kinerja bank keseluruhan, hal ini merupakan
gambaran prestasi yang dicapai bank dalam operasionalnya. Selain itu, mengukur
kinerja bank juga merupakan bagian dari prudential banking.
Dalam proses perkembangannya, bank membutuhkan dana untuk dapat terus
bertahan atau bahkan berekspansi menjadi usaha yang lebih luas dan besar. Laba
merupakan pendapatan yang dapat digunakan oleh bank untuk dapat menambah
modal yang dimilkinya atu bahakan dapat digunakan untuk mengembangkan
1Mudrajat Kuncoro dan Suhardjono, Manajemen Perbankan: Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta:
BPFE Yogyakarta), 2002, hal. 63
3
usahanya. Laba dapat diartikan sebagai keuntungan atau selisih yang diperoleh
bank atas pelayanan maupun produk yang dimilikinya kepada para nasabahnya.
Menurut Syofyan (2003), profitabilitas merupakan indikator yang paling
tepat untuk mengukur kinerja suatu bank.2 Tingkat pengembalian terhadap modal
(Return On Equity) digunakan sebagai indikator pengukur kinerja karena semakin
meningkat ROE tersebut, maka profitabilitas juga semakin meningkat. Sehingga
dapat dikatakan bahwa kinerja perusahaan juga semakin baik
Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat profitabilitas sebuah
bank. Diantaranya ialah faktor-faktor dari dalam tubuh bank itu sendiri atau yang
baisa disebut dengan faktor internal bank. Faktor internal yang dimaksud adalah
hal-hal yang berkaitan dengan persepsi bank terhadap prospek usaha debitur, rasio-
rasio keuangan, dan salah satu yang terpenting adalah likuiditas atau ketersediaan
dana likuid yang dihimpun oleh bank.
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.9/24/DPbS/2007 sehubungan
dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007 mengenai Penilaian
Tingkat Kesehatan BUS dan UUS, Bank Indonesia menetapkan bahwa indikator
utama dalam menilai likuiditas pada BUS dan UUS ialah Kemampuan Memenuhi
Kewajiban Jangka Pendek (Short Term Mismatch).
Kemampuan Memenuhi Kewajiban Jangka Pendek (Short Term Mismatch)
berasal dari besarnya aset jangka pendek dibandingkan dengan kewajiban jangka
pendek. Dimana aktiva jangka pendek yang dimaksud ialah aktiva likuid kurang
2 Esther Novelina Hutagalung, Djumahir, dkk, Analisa Rasio Keuangan terhadap Kinerja Bank Umum
di Indonesia, (Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang, 2012), No.
66b/DIKTI/KEP/2012, hal.123
4
dari 3 bulan selain kas, SWBI dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Rasio
ini dinilai penting (utama) karena dapat menggambarkan kondisi ketersediaan dana
likuid pada bank, sehingga dapat menilai apakah bank dapat menutupi keajiban-
kewajiban yang dimilkinya dalam jangka pendek. Rasio ini juga berguna sebagai
salah satu indikator keuangan yang dapat mempengaruhi nilai profitabilitas karena
semakin baik lukuiditas sebuah bank maka laba bank pun akan semakin baik.
Selain likuiditas, bank juga perlu memperhatikan penyaluran pembiayaan
serta pengembalian dana yang disalurkan oleh bank. Apakah dana yang disalurkan
dapat dikelola dengan baik atau malah menimbulkan pembiayaan macet. Rasio
yang dapat menggambarkan penyaluran pembiayaan tersebut ialah rasio
Pembiayaan terhadap Dana Pihak Ketiga (Financing to Deposit Ratio). Rasio ini
berasal dari jumlah pembiayaan yang disalurkan dibandingkan dengan total dana
yang diterima oleh bank. Apabila rasio pengembalian dana pihak ketiga tersebut
lancar maka likuiditas bank juga akan terjaga begitu pula dengan laba yang
dihasilkan dari penyaluran pembiayaan tersebut.
Saat menyalurkan pembiayaan, bank harus menimbang risiko yng dihasikan
dari pembiayaan tersebut, sehingga pembiayaan yang disalurkan dapat
menghasilkan laba bukannya memperbesar risiko bank. Dalam bank syariah rasio
yang menggambarkan tingkat risiko yang dihadapi oleh bank akibat pembiayaan
yang bermasalah ialah rasio Pembiayaan Bermasalah (Non Performing Financing).
Semakin tinggi rasio ini maka semakin tinggi pula pembiayaan bermasalah yang
dihadapi oleh bank tersebut.
5
Untuk menjaga kelangsungan hidup dan fungsinya sebagai lembaga
intermediary, maka diperlukan suatu penanganan dan pengelolaan sumber daya
yang dilakukan oleh pihak manajemen dengan baik. Efisiensi operasional bank
merupakan salah satu indikator yang menjadi tolak ukur tingkat kesehatan bank.
Semakin efisien opersional suatu bank, semakin baik pula tingkat kesahatan bank
tersebut. Rasio yang dugunakan untuk menilai tingkat efisiensi operasional bank
syariah ialah rasio BOPO, dimana semakin tinggi rasio ini maka semakin tidak
efektif bank tersebut.
Sejalan dengan perkembangan ekonomi domestik dan global yang masih
cenderung mengalami perlambatan, pertumbuhan industri perbankan nasional juga
cenderung melambat. Pada tahun 2015 perbankan nasional hanya tumbuh sebesar
9,3% lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2014 sebesar 13,3%.
Tingkat pertumbuhan perbankan nasional ini merupakan pertumbuhan terendah
dalam kurun waktu 5 tahun terakhir.3
Pertumbuhan kredit perbankan nasional juga masih mengalami perlambatan.
Per posisi akhir tahun 2015 pertumbuhan kredit tercatat sebesar 9,2%, jauh lebih
rendah dibandingkan tahun 2014 sebesar 13,4%. Pertumbuhan kredit di tahun 2015
ini merupakan pertumbuhan terendah dalam 5 tahun terakhir. Disamping itu, risiko
kredit yang ditunjukkan oleh tingkat pembiayaan bermasalah (NPF) cenderung
meningkat meskipun masih di bawah 5%. NPF Gross tahun 2015 sebesar 4,34%
atau lebih tinggi dari tahun 2014 sebesar 4,33%.4
3 Otoritas Jasa Keuangan, Laporan Perkembangan Keuangan Syariah 2015, hal. 3 4 Ibid,.
6
Tabel 1.1 Perkembangan Rasio Keuangan Perbankan Syariah
Rasio 2012 2013 2014 2015 2016
ROE 15,73% 24,06% 17,24% 5,85% 8,01%
NPF 2,22% 2,62% 4,33% 4,34% 4,42%
FDR 100% 100,32% 91,50% 92,14% 85,99%
BOPO 74,97% 78,21% 94,16% 94,38% 82,85%
STM 24,67% 20,18% 18,22% 20,04% 22,54%
Sumber : Laporan Perkembangan Keuangan Syariah, OJK
Dari tabel 1.1 dapat kita lihat bahwa dari tahun 2012 hingga 2016 nilai rasio
ROE bank syariah Indonesia tidak stabil atau fluktuatif. Pada tahun 2012 ROE
berada pada nilai 15,73% yang sempat naik ditahun 2013 pada nilai 24,06%.
Namun kembali turun pada 2014 yaitu 17,24% hingga akhir 2016 berada pada nilai
8,01%.
Sedangkan rasio NPF terus naik dari tahun ke tahun, pada tahun 2012 rasio
NPF berada pada nilai 2,22% namun nilai ini terus melonjak hingga akhir 2016
dimana nilai NPF mencapai 4,42%, nilai ini menunjukan semakin buruknya
kualitas pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah.
Rasio FDR, BOPO dan STM sama-sama mengalami fluktuasi dari tahun 2012
hingga 2016. Pada tahun 2015 rasio FDR bernilai sebesar 92,14%, sedangkan di
tahun 2016 FDR bernilai sebesar 85,99% turun dari tahun sebelumnya. Rasio
BOPO juga turun pada tahun 2016 sebesar 11,53% dari tahun sebelumnya.
Sedangkan rasio STM naik 2,50% dari tahun 2015 yang beniali 20,04%.
Menurut laporan yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK), terlihat bahwa
total aset, pembiayaan, dan dana pihak ketiga (DPK) bank syariah mengalami
7
penurunan pada awal tahun 2014 dibandingkan pertengahan tahun 2013. OJK
mencatat, total aset perbankan syariah Rp239,98 triliun atau turun 3,3% dari Rp244
triliun. Begitu pula dengan pembiayaan yang disalurkan turun 2,9% menjadi
Rp186,21 triliun. Sementara DPK hanya mencapai Rp181,82 triliun atau
mengalami penurunan 1,2% dari periode sebelumnya.5
Pada tahun selanjutnya kinerja perbankan syariah juga tidak menunjukan
kenaikan, hingga Februari 2016, total laba perbankan syariah di Indonesia
mencapai Rp 293 miliar. Jumlah tersebut turun 44% dibandingkan periode yang
sama di Februari 20156. Dari data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pendapatan
perbankan syariah di Indonesia per Februari 2016 turun menjadi Rp 4,325 triliun,
dari periode yang sama tahun lalu Rp 5,305 triliun. 7
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti hubungan
variabel tersebut dengan mengangkat judul skripsi yaitu “PENGARUH
PENYALURAN PEMBIAYAAN, PEMBIAYAAN BERMASALAH DAN
EFISIENSI OPERASIONAL TERHADAP LIKUIDITAS SERTA
IMPLIKASINYA PADA PROFITABILITAS BANK SYARIAH DI
INDONESIA PERIODE 2012-2016”
5 “Performa Bank Syariah Melemah”, artikel diakses pada 26 Februari 2017 dari
http://www.goldbank.co.id/channel/laput/perbankan/yah-performa.html 6 “Laba Bank Syariah Turun 44% di tahun 2016”, artikel diakses pada 26 Februari 2017
http://finance.detik.com/read/2016/04/27/134953/2899188/5/laba-bank-syariah-turun-44 7 Publikasi Perbankan Syariah Desember 2016, di akses pada 26 Februari 2017
http://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/publikasi/perbankan-syariah/
8
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan
beberapa masalah yang ada, di antaranya:
1. Perkembangan industri keuangan yang kian beragam serta munculnya
pesaing global membuat bank syariah di Indonesia harus memperbesar
aset serta pangsa pasarnya yang didapat dari profitabilitas bank.
2. Adanya faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi
pendapatan bank syariah sehingga sulit berekspansi dan bersaing.
3. Data Statistik Perbankan Syariah menunjukkan rendahnya kemampuan
komponen bank syariah dalam menghasilkan laba yang nilainya berada
dibawah tingkat pengembalian simpanan deposito bank.
4. Terdapat faktor-faktor yang menyebabkan lambatnya kenaikan laba bank
syariah.
5. Terdapat berbagai macam metode yang dapat digunakan untuk
menghitung pengaruh faktor yang mempengaruhi profitabilitas bank.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan maka penulis
memutuskan untuk membatasi penelitian sebagai berikut:
1. Variabel yang digunakan untuk mengukur profitabilitas diwakilkan
dengan Return On Equity (ROE).
2. Variabel yang digunakan untuk mengukur likuiditas diwakilkan dengan
Short Term Mismtach (STM).
9
3. Variabel yang digunakan untuk mengukur penyaluran pembiayaan
diwakilkan dengan Financing to Deposit Ratio (FDR).
4. Variabel yang digunakan untuk mengukur pembiayaan bermasalah
diwakilkan dengan Non Performing Financing (NPF).
5. Variabel yang digunakan untuk mengukur efisiensi operasional
diwakilkan dengan BOPO.
6. Objek dan data yang digunakan dalam penelitian ini seluruh Bank Syariah
di Indonesia yang datanya tergabung dalam laporan bulanan Statitik
Perbakan Syariah yang dipublikasikan oleh Otoritas Jasa Keuangan
periode Januari 2012 sampai Desember 2016.
7. Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis jalur
(path analysis).
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh penyaluran pembiayaan, pembiayaan bermasalah
dan efisiensi operasional terhadap likuiditas Bank Syariah?
2. Bagaimana pengaruh penyaluran pembiayaan, efisiensi operasional dan
likuiditas terhadap profitabilitas Bank Syariah secara langsung?
3. Bagaimana pengaruh penyaluran pembiayaan, efisiensi operasional dan
likuiditas terhadap profitabilitas Bank Syariah secara tidak langsung?
10
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan pada perumusan masalah di atas, maka penelitian ini terutama
bertujuan untuk:
1. Menganalisis pengaruh penyaluran pembiayaan, pembiayaan bermasalah
dan efisiensi operasional terhadap likuiditas Bank Syariah.
2. Menganalisis pengaruh penyaluran pembiayaan, efisiensi operasional dan
likuiditas terhadap profitabilitas Bank Syariah secara langsung.
3. Menganalisis pengaruh penyaluran pembiayaan, efisiensi operasional dan
likuiditas terhadap profitabilitas Bank Syariah secara tidak langsung.
Adapun manfaat yang bisa didapat dari penelitian ini yaitu:
1. Bagi Akademisi, Penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian
selanjutnya serta menambah wawasan tentang pengaruh Pengaruh
Penyaluran Pembiayaan, Pembiayaan Bermasalah dan Efisiensi
operasional terhadap Likuiditas serta Implikasinya pada Profitabilitas
Bank Syariah.
2. Bagi Praktisi, Penelitian ini berguna sebagai referensi bagi industri terkait
dalam merumuskan strategi dan memutuskan kebijakan yang tepat
sehingga diperoleh kinerja Perbankan Syariah yang lebih baik di masa
yang akan datang.
3. Bagi Masyarakat, Penelitian ini dapat memberikan informasi tambahan
bagi investor dan masyarakat yang berkepentingan untuk
menginvestasikan dananya di perbankan.
11
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan penelitian ini merujuk pada Buku Pedoman
Penulisan Skripsi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Fakultas Syariah dan Hukum tahun 2012. Untuk mengetahui gambaran secara
keseluruhan isi penulisan dalam penelitian ini, penyusun menguraikan secara
singkat sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menguraikan tentang masalah-masalah yang akan
diteliti, yakni mengenai latar belakang masalah yang akan diteliti, identifikasi
masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini dijelaskan tentang teori-teori yang terkait dengan penelitian
yang akan dilakukan. Bab ini terdiri dari teori penyaluran pembiayaan, kualitas aset,
efisiensi operasional, likuiditas dan profitabilitas bank syariah; review studi
terdahulu, kerangka pemikiran, serta hipotesis penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini membahas tentang data penelitian dan metode penelitian
yang akan digunakan dalam penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan tentang analisis data yang membahas analisis
bagaimana pengaruh penyaluran pembiayaan, kualitas aset dan efisiensi
operasional terhadap likuiditas serta implikasinya pada profitabilitas bank syariah
12
melalui metode analisis jalur, kemudian dilanjutkan dengan pembahasan hasil
penelitian.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini membahas mengenai kesimpulan dari hasil penelitian
sekaligus menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Selain itu, juga berisi
saran-saran yang ditunjukkan untuk berbagai pihak dan rekomendasi yang muncul
berkaitan dengan skripsi untuk penelitian selanjutnya
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Bank Syariah
1. Pengertian Bank Syariah
Menurut Undang-undang No.10 tahun 1998 tentang perubahan
Undang-undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan. Bank Syariah adalah
bank umum yang melaksanakan tugasnya berdasarkan prinsip Syariah
yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan
dengan syariat islam.8
Menurut Sudarsono, Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang
usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi dengan prinsip prinsip
Syariah.9
Bank Syariah merupakan lembaga perantara (intermediary) antara
satu-satuan kelompok masyarakat atau unit-unit ekonomi yang mengalami
kelebihan dana (surplus unit) dengan unit-unit yang mengalami
kekurangan dana (deficit unit) melalui bank kelebihan dana tersebut dapat
8 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN,
2005), hal. 1 9 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonosia FE UII,
2008), hal. 22
14
disalurkan kepada pihak-pihak yang memerlukan dan memberikan
manfaat kepada kedua belah pihak.
Dilihat dari sistem operasionalnya, bank Syariah memiliki
perbedaan yang mendasar dengan perbankan konvensional. Bank Syariah
memberikan layanan bebas bunga kepada para nasabahnya. Bank Syariah
prinsip dasarnya menggunakan prinsip bagi hasil.
Dalam sistem operasional bank Syariah, pembayaran dan penarikan
bunga dilarang dalam semua bentuk transaksi. Bank Syariah tidak
mengenal sistem bunga yang dibayar kepada penyimpan dana di bank
Syariah.10
2. Tujuan Bank Syariah
Dalam Undang-undang No.21 tahun 2008 pasal 3, disebutkan bahwa
perbankan Syariah bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan
nasional dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan
pemerataan kesejahteraan rakyat. Sedangkan tujuan bank Syariah menurut
Sudarsono adalah sebagai berikut:11
a. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalat secara
Islam, khususnya muamalat yang berhubungan dengan perbankan,
agar terhindar dari praktek-praktek riba atau jenis-jenis
usaha/perdagangan lain yang mengandung unsur gharar (tipuan), di
10 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2012), hal. 31 11 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonosia FE UII,
2008), hal. 43
15
mana jenis- jenis usaha tersebut selain dilarang dalam Islam, juga
telah menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi
rakyat.
b. Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi dengan jalan
meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi
kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal dengan pihak
yang membutuhkan dana.
c. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membuka
peluang usaha yang lebih besar terutama kelompok miskin, yang
diarahkan kepada kegiatan usaha yang produktif, menuju terciptanya
kemandirian usaha.
d. Untuk menanggulangi masalah kemiskinan, yang pada umumnya
merupakan program utama dari Negara-negara yang sedang
berkembang.
e. Untuk menjaga stabilitas ekonomi dan moneter. Dengan aktivitas
Bank Syariah akan mampu menghindari pemanasan ekonomi
diakibatkan adanya inflasi, menghindari persaingan yang tidak sehat
antar lembaga keuangan.
f. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank
nonsyariah.
16
B. Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah
Laporan keuangan bank menunjukkan kondisi keuangan bank secara
keseluruhan. Dari laporan ini akan terbaca bagaimana kondisi bank yang
sesungguhnya, termasuk kelemahan dan kekuatan yang dimiliki. Laporan ini juga
menunjukkan kinerja manajemen bank selama satu periode. Keuntungan dengan
membaca laporan ini pihak manajemen dapat memperbaiki kelemahan yang ada
serta mempertahankan kekuatan yang dimilikinya. Laporan keuangan di samping
menggambarkan kondisi keuangan suatu bank juga menilai kinerja manajemen
bank yang bersangkutan. Penilaian kinerja manajemen akan menjadi patokan
apakah manajemen berhasil atau tidak dalam menjalankan kebijakan yang telah
digariskan oleh perusahaan.12
Dalam praktiknya, jenis-jenis laporan keuangan bank yang dimaksud adalah
sebagai berikut:13
1. Neraca, merupakan laporan yang menunjukkan posisi keuangan bank pada
tanggal tertentu. Posisi keuangan yang dimaksudkan adalah posisi aktiva
(harta), pasiva (kewajiban dan ekuitas) suatu bank. Penyusunan komponen
di dalam neraca didasarkan pada tingkat likuiditas dan jatuh tempo.
2. Laporan Komitmen dan Kontinjensi, Laporan komitmen merupakan suatu
ikatan atau kontrak yang berupa janji yang tidak dapat dibatalkan secara
sepihak dan harus dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati
12 Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012-Ed.Rev), hal. 280-281. 13 Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012-Ed.Rev), hal. 284.
17
bersama dipenuhi. Sedangkan laporan kontinjensi merupakan tagihan atau
kewajiban bank yang kemungkinan timbulnya tergantung pada terjadi atau
tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa di masa yang akan datang.
3. Laporan laba rugi, merupakan laporan keuangan bank yang
menggambarkan hasil usaha bank dalam suatu periode tertentu. Dalam
laporan ini tergambar jumlah pendapatan dan sumber-sumber pendapatan
serta jumlah biaya dan jenis-jenis biaya yang dikeluarkan.
4. Laporan arus kas, merupakan laporan yang menunjukkan semua aspek yang
berkaitan dengan kegiatan bank, baik yang berpengaruh langsung maupun
tidak langsung terhadap kas.
5. Catatan atas Laporan Keuangan, merupakan laporan yang berisi catatan
tersendiri mengenai Posisi Devisa Neto, menurut jenis mata uang dan
aktivitas lainnya.
6. Laporan Keuangan Gabungan dan Konsolidasi, Laporan Gabungan
merupakan laporan dari seluruh cabang-cabang bank yang bersangkutan,
baik yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri, sedangkan laporan
konsolidasi merupakan laporan bank yang bersangkutan dengan anak
perusahaannya.
Sedangkan dalam perbankan syariah, komponen-komponen Laporan
Keuangan yang dipaparkan dalam PAPSI 2013, yaitu:
1. Laporan Posisi Keuangan
2. Laporan Laba Rugi Komprehensif
3. Laporan Perubahan Ekuitas
18
4. Laporan Arus Kas
5. Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil
6. Laporan Sumber dan Penyaluran Dana Zakat
7. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan, dan
8. Catatan Atas Laporan Keuangan.
Tujuan analisis laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi kepada
para pemakai laporan keuangan dengan berbagai tektik dan metode yang berguna
untuk menilai kinerja, keputusan investasi dan memprediksi keadaan perusahaan di
masa yang akan datang.14
Menurut Harahap terdapat beberapa teknik laporan keuangan sebagai
berikut:15
1. Perbandingan Laporan Keuangan
2. Seri Trend atau Angka Indeks
3. Laporan Keuangan Common Size (Bentuk Awam)
4. Analisis Rasio
5. Analisis Khusus; berupa Ramalan Kas, Analisis Perubahan Posisi
Keuangan, Laporan Variasi Gross Margin, Analisis Break Even, Analisis
Dupont.
Pada penelitian ini, peneliti hanya menggunakan satu teknik analisis laporan
keuangan yaitu dengan Analisis Rasio. Rasio laporan keuangan adalah
14 Dwi Nur’aini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2013), hal. 56. 15 Sofyan Syafri Harahap, Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, (Jakarta: Rajawali Press,
2010), hal 215.
19
perbandingan antara pos-pos tertentu dengan pos lain yang memiliki hubungan
signifikan (berarti). Analisis rasio pada dasarnya dapat dilakukan dengan dua
cara:16
1. Membandingkan rasio sekarang dengan rasio-rasio dari waktu yang telah
lalu.
2. Membandingkan rasio-rasio ini dengan perusahaan yang sejenis.
Dari dasar inilah, variabel-variabel dalam penelitian ini menggunakan
beberapa rasio yang ada di dalam laporan keuangan bank umum syariah sebagai
proxy dari beberapa faktor kinerja bank untuk memudahkan peneliti dalam
melakukan analisis.
C. Rasio Profitabilitas
Profitabilitas dapat diartikan kemampuan suatu perusahaan untuk
memperoleh laba yang berhubungan dengan penjualan, total aktiva, maupun hutang
jangka panjang.17
Rasio profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal bagi investor jangka
panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis profitabilitas.18
16 Dwi Nur’aini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2013), hal. 65. 17 Lukman Syamsuddin, Manajemen Keuangan Perbankan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2000), hal. 55. 18 Munawir, Analisa Laporan Keuangan, (Yogyakarta: Liberty, 2000), hal. 89.
20
Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan
laba melalui semua kemapuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan,
kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya.19
Rasio tingkat pengembalian terhadap modal (Return On Equity) merupakan
kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan laba dari pengelolaan modal
yang dimiliki. ROE penting bagi bank karena ROE digunakan untuk mengukur
tingkat efisiensi operasional perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan capital yang dimilikinya. Semakin besar ROE suatu bank, semakin
besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank, dan semakin baik posisi bank
tersebut dari segi penggunaan harta.
ROE merupakan rasio yang biasanya dipakai untuk mengukur kinerja
keuangan bank. Rasio ini berfungsi untuk mengukur kemampuan manajemen bank
dalam mengelola capital yang ada untuk mendapatkan net income.20 Dari
pandangan pemilik, ROE merupakan ukuran yang lebih penting karena
mereflesikan kepentingan kepemilikan mereka.21 Jika dikaitkan dengan keuntungan
bisnis syariah dalam ekonomi dapat dilihat dari sisi teori bahwa perusahaan
sekarang ini menekankan pemaksimalan laba untuk pemegang saham.22 Jadi Return
on Equity merupakan indikator yang amat penting bagi pemilik saham dan calon
investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang
19 Sofyan Syafri Harahap, Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, (Jakarta: Rajawali Press,
2010), hal 304. 20 Kasmir, Manajemen Perbankan (Jakarta: Rajawali Pers, 2012-Ed.Rev), hal. 298. 21 Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), hal. 67. 22 Veithzal Rivai, dkk, Bank and Financial Institution Management, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2008), hal. 747.
21
dikaitkan dengan pembayaran dividen. “apabila terjdi kenaikan rasio, berarti terjadi
kenaikan laba bersih dari bank bersangkutan.23
Dalam perhitungan Return On Equity (ROE) menunjukan perbandingan
antara laba setelah pajak dengan total ekuitas yang dimiliki bank. Laba setelah
pajak adalah laba rugi bank yang diperoleh dalam periode berjalan setelah dikurangi
pajak dan biaya-biaya lainnya. Sedangkan total ekuitas merupakan komponen yang
terdiri dari modal inti yang disetorkan selama tahun berjalan.24 Besarnya nilai untuk
laba setelah pajak dapat dilihat pada perhitungan laba rugi bank, sedangkan total
aktiva dapat dilihat pada laporan neraca bank. Perhitungan Return On Equity (ROE)
untuk bank syariah biasanya menggunakan laba setelah zakat dan pajak.
Secara sistematis, ROE dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝑅𝑂𝐸 =𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 X 100%
D. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untukn
memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya.25 Menurut Arifin, likuiditas
adalah tersedianya uang kas yang cukup apabila sewaktu-waktu diperlukan.
Likuiditas bank adalah kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya, terutama
23 Veithzal Rivai, dkk, Bank and Financial Institution Management, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2008), hal. 747. 24 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN,
2005), hal. 22. 25 Indo Yama N. dan Hemmy Fauzan, Pengantar Bisnis dan Manajemen, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2006), hal. 134.
22
kewajiban dana janka pendek. Dari sudut aktiva, likuiditas adalah kemampuan bank
untuk memenuhi kebutuhan dana melalui peningkatan portofolio liabilitas.26
Rasio likuiditas digunakan untuk menganalisis kemampuan bank dalam
memenuhi kebijakan-kebijakannya terutama kewajiban jangka pendeknya. Suatu
bank dikatakan likuid apabila bank tersebut memenuhi kebijakan hutangnya, dapat
membayar kembali semua simpanan nasabah serta dapat memenuhi permintaan
kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan. 27
Penilaian likuiditas dimaksudkan untuk mengevaluasi kemampuan bank
dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dan kecukupan manajemen risiko
likuditas, termasuk antisipasi atas risiko likuiditas yang akan muncul. Penilaian
terhadap faktor likuiditas meliputi penilaian terhadap komponen-komponen
sebagai berikut (pasal 4, No. 5):28
1. Besarnya Aset Jangka Pendek dibandingkan dengan kewajiban jangka
pendek, merupakan rasio utama;
2. Kemampuan Aset Jangka Pendek, Kas dan Secondary Reserve dalam
memenuhi kewajiban jangka pendek, merupakan rasio penunjang;
3. Ketergantungan kepada dana deposan inti, merupakan rasio penunjang;
4. Pertumbuhan dana deposan inti terhadap total dana pihak ketiga,
merupakan rasio penunjang;
26 Dwi Nur’aini Ihsan, Manajemen Treasury Bank Syariah, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2015),
hal. 269. 27 Dwi Nur’aini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2013), hal. 105. 28 Surat Edaran Bank Indonesia No.9/24/DPbS tahun 2007, Tentang Sistem Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah.
23
5. Kemampuan bank dalam memperoleh dana dari pihak lain apabila terjadi
mistmach, merupakan rasio pengamatan (observed);
6. Ketergantungan pada dana antar bank, merupakan rasio pengamatan
(observed).
Short Term Mismatch (STM) merupakan rasio utama Likuiditas pada bank
syariah untuk mengetahui kemampuan aset/aktiva jangka pendek bank syariah
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.29 Short Term Mismatch juga dapat
diartikan sebagai rasio yang digunakan untuk mengukur likuiditas bank syariah
dalam memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendeknya.30
Dalam analisis laporan keuangan perusahaan maupun bank konvensional,
Short Term Mismatch, dikenal sebagai Current Ratio. Rasio ini digunakan untuk
mengukur kemampuan bank dalam membayar kembali simpanan nasabah pada saat
di tarik dengan menggunakan alat likuid yang dimiliki. Semakin tinggi rasio ini,
berarti semakin tinggi kemapuan likuiditas bank, dan di sisi lain akan
mempengaruhi kemampuan bank dalam menyalurkan pembiayaan yang akan
akhirnya berdampak pada profitabilitas.31
Ada empat rekening pokok yang merupakan alat likuid bagi bank, yaitu:
1. Kas, yang berisi uang tunai yang dipelihara oleh bank untuk memenuhi
kebutuhan transaksi sehri-hari.
29 Bank Indonesia, Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Kelembagaan Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank, (Jakarta: Pusat Riset dan Edukasi Bank Sentral, 2012), hal. 186. 30 Dwi Nur’aini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2013), hal. 106. 31 Dwi Nur’aini Ihsan, Manajemen Treasury Bank Syariah, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2015),
hal. 291.
24
2. Giro pada bank sentral, biasanya merupakan giro wajib minimum sebagai
pemenuhan statutory reserve requirementi yang besarnya ditetapkan oleh
bank sentral berdasarkan presentase tertentu dari Dana Pihak Ketiga.
3. Giro pada bank lain, yang berisi semua simpanan pada bank koresponden
yang juga dimaksudkan untuk memnunjang transaksi antar bank seperti
transfer, inkaso (collection), transaksi LC dan lain lain.
4. Item-item uang tunai yang masih dalam proses inkaso yang terdiri dari
cek-cek bank sentral atau bank koresponden yang belum secara efektif di
kreditkan pada rekening bank pada bank sentral atau bank koresponden.
Komponen simpana yang harus segera dibayar adalah:
1. Giro wadiah,
2. Tabungan wadiah,
3. Tabungan Mudharabah, dan
4. Deposito Mudharabah.
Secara sistematis, STM dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝑆𝑇𝑀 =𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐽𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑒𝑘
𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝐽𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑒𝑘 X 100%
E. Rasio Penyaluran Pembiayaan
Perbankan syariah yang dalam aktifitasnya menggunakan prinsip-prinsip
islami tidak mengenal kredit (loan) dalam fungsinya sebagai penyalur dana yang
dihimpunnya. Oleh karena itu, aktifitas penyaluran dana yang dilakukan bank
syariah lebih mengarah kepada pembiayaan (financing).
25
Menurut Muhammad, penyaluran pembiayaan adalah pendanaan yang
dikeluarkan untuk mendukung investasi yang direncanakan. Variabel ini diwakili
oleh Financing to Deposit Ratio (FDR). FDR merupakan perbandingan antara
pembiayaan yang diberikan dengan dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun
perbankan syariah. FDR menggambarkan sejauh mana simpanan digunakan untuk
pemberian pinjaman.32
Financing to Deposit Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan suatu bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan
deposan dengan mengandalkan pembiayaan yang diberikan sebagai sumber
likuiditasnya, yaitu dengan cara membagi jumlah pembiayaan yang diberikan oleh
bank terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK).33
Standar yang digunakan Bank Indonesia untuk rasio Financing to Deposit
Ratio (FDR) adalah 80% hingga 110%. Jika angka rasio Financing to Deposit Ratio
(FDR) suatu bank berada pada angka di bawah 80% (misalkan 60%), maka dapat
disimpulkan bahwa bank tersebut hanya dapat menyalurkan sebesar 60% dari
seluruh dana yang berhasil dihimpun. Karena fungsi utama dari bank adalah sebagai
intermediasi (perantara) antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang
kekurangan dana, maka dengan rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) 60%
berarti 40% dari seluruh dana yang dihimpun tidak tersalurkan dalam bentuk
pembaiyaan, sehingga dapat dikatakan bahwa bank tersebut tidak menjalankan
fungsinya dengan baik. Kemudian jika rasio Financing to Deposit Ratio (FDR)
32 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN,
2005), hal. 17. 33 Dwi Nur’aini Ihsan, Manajemen Treasury Bank Syariah, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2015),
hal. 295.
26
bank mencapai lebih dari 110% berarti total pembiayaan yang diberikan bank
tersebut melebihi dana yang dihimpun., maka bank dalam hal ini juga dapat
dikatakan tidak menjalankan fungsinya sebagai pihak intermediasi (perantara)
dengan baik. Karena semakin tinggi Financing to Deposit Ratio (FDR)
menunjukkan semakin riskan kondisi likuiditas bank, sebaliknya apabila Financing
to Deposit Ratio (FDR) bernilai terlalu rendah hal ini menunjukkan kurangnya
efisiensi operasional bank dalam menyalurkan pembiayaan. Jika rasio Financing to
Deposit Ratio (FDR) bank berada pada standar yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia, maka laba yang diperoleh bank tersebut akan meningkat (dengan asumsi
bank tersebut mampu menyalurkan pembiayaannya dengan efektif). 34
Secara sistematis, FDR dapat dirumuskan sebagai berikut:
FDR = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑛𝑘
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑛𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑏𝑎𝑛𝑘 X 100%
F. Rasio Pembiayaan Bermasalah
Rasio ini digunakan untuk mengetahui kualitas aktiva produktif, yaitu
penanaman dana bank dalam rupiah atau valuta asing dalam bentuk kredit, surat
berharga, penempatan pada bank lain dan penyertaan. Penilaian tersebut dilakukan
untuk melihat apakah aktiva produktif digunakan untuk menghasilkan laba secara
maksimal. Selain itu penilaian kualitas aset dimaksudkan untuk melihat kondisi aset
34 Suryani, Analisis Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) Terhadap Profitabilitas
Perbankan Syariah Di Indonesia, (Jurnal STAIN Malikussaleh Lhokseumawe, 2012), Vol. 19, hal.
59.
27
bank, termasuk antisipasi atas resiko gagal bayar dari pembiayaan (credit risk) yang
akan muncul.35
Penilaian kualitas aset dimaksudkan untuk menilai kondisi aset bank
termasuk antisipasi atas resiko gagal bayar dari pembiayaan (credit risk) yang akan
muncul. Penilaian terhadap faktor kualitas aset meliputi penilaian terhadap
komponen-komponen sebagai berikut:36
1. Kualitas aset produktif, perkembangan kualitas aktiva produktif
bermasalah, konsentrasi ekposur risiko, dan ekposur risiko nasabah inti.
2. Kecukupan kebijakan dan prosedur, sistem kaji ulang (review) internal,
sistem dokumentasi dan kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah.
Penilaian kuantitatif faktor kualitas aset dilakukan dengan melakukan
penialian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:37
1. Kualitas aktiva produktif bank, merupakan rasio utama;
2. Risiko konsentrasi penyaluran dana kepada debitur inti, merupakan rasio
penunjang;
3. Kualitas penyaluran dana kepada debitur inti, merupakan rasio
penunjang;
4. Kemampuan bank dalam menangani/mengembalikan aset yang telah
dihapusbuku, merupakan rasio penunjang;
5. Besarnya pembiayaan non performing, merupakan rasio penunjang;
6. Tingkat kecukupan agunan, merupakan rasio pengamatan;
35 Dwi Nur’aini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2013), hal. 95. 36 Dwi Nur’aini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah, hal. 95. 37 Dwi Nur’aini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah, hal. 95-96.
28
7. Proyeksi/perkembangan kualitas aset produktif, merupakan rasio
pengamatan.
Salah satu indikator rasio untuk mengukur pembiayaan bermasalah bank
yaitu rasio Non Performing Financing (NPF). NPF digunakan untuk mengukur
tingkat permasalahan pembiayaan yang dihadapi oleh bank syariah. NPF
mencerminkan risiko pembiayaan. Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan kualitas
pembiayaan bank syariah semakin buruk. Aktiva produktif bank syariah diukur
dengan perbandingan antara pembiayaan bermasalah dengan total pembiayaan
yang diberikan.38
Rasio Non Performing Financing (NPF), pada bank syariah selalui digunakan
oleh bank syariah pada saat memepublikasikan kondisi kinerja bank. Bank dengan
NPF yang tinggi akan memperbesar biaya baik pencadangan aktiva produktif
maupun biaya lainnya, sehingga berpotensi pada kerugian bank.39
Non Performing Financing (NPF) atau pembiayaan bermasalah berarti
pembiayaan yang pelaksanaannya belum mencapai atau memenuhi target yang
diinginkan pihak bank seperti:40
1. Pengembalian pokok atau bagi hasil yang bermasalah.
2. Pembiayaan yang memiliki kemungkinan timbulnya risiko dikemudian
hari bagi bank.
3. Pembiayaan yang termasuk dalam golongan khusus, diragukan dan macet
38 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta:UPP AMP YKPN, 2005), hal. 265. 39 Dwi Nur’aini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2013), hal. 96. 40 Veithzal Rivai, Bank and Financial Institution Management (Conventional and Sharia
System), (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2007) hal. 256.
29
4. Golongan lancar yang berpotensi terjadi penunggakan dalam
pengembalian.
Secara sistematis, NPF dapat dirumuskan sebagai berikut:
NPF = 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 (𝐾𝐿,𝐷,𝑀)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 X 100%
G. Rasio Efisiensi Operasional
Agar mampu menghadapi persaingan yang semakin ketat, tuntutan konsumen
yang meningkat dan pesatnya kemajuan teknologi informasi, maka pengelolaan
bank secara efisien merupakan faktor penting untuk dapat terus bertahan. Efisiensi
didefinisikan sebagai hubungan antara input dan output yang dihasilkan dengan
sumber daya yang dipakai untuk melakukan aktivitas operasional. Bank
dikategorikan efisien tergantung dari cara manajemen memproses input menjadi
output.41
Efisiensi yang harus dilakukan perbankan adalah mengoptimalkan input yang
ada agar menghasilkan output yang maksimal. Input pada perbankan syariah terdiri
dari tiga pihak. Dana pihak pertama berasal dari dana para pemodal dan pemegang
saham. Dana pihak kedua berasal dari pinjaman lembaga keuangan (bank dan
bukan bank) dan pinjaman dari Bank Indonesia. Dana pihak ketiga berasal dari dana
simpanan, tabungan, dan deposito. Setelah input terkumpul di bank, selanjutnya
bank syariah dapat menghasilkan output berupa penyaluran dana dalam bentuk
pembiayaan dan jasa. Jika terdapat dana yang tidak digunakan pada bank maka
41 Benyamin Molan, Glosarium Prentice Hall untuk Manajemen dan Pemasaran, (Jakarta: PT.
Prenhallindo, 2002), hal. 44.
30
bank tetap harus memberikan bagi hasil kepada nasabah dan akhirnya akan
mengurangi tingkat laba yang dihasilkan bank.
Bank yang dalam kegiatan usahanya tidak efisien akan mengakibatkan
ketidakmampuan bersaing dalam mengerahkan dana masyarakat maupun dalam
menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan sebagai modal
usaha. Efisiensi pada perbankan terutama efisiensi biaya akan menghasilkan tingkat
keuntungan yang optimal, penambahan jumlah dana yang disalurkan, biaya lebih
kompetitif, peningkatan pelayanan kepada nasabah, keamanan dan kesehatan
perbankan yang meningkat. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengukur
efisiensi perbankan adalah rasio BOPO.
Rasio BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional dengan
pendapatan operasional. BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya.42
Yang termasuk beban operasional adalah semua jenis biaya yang berkaitan
langsung dengan kegiatan usaha bank. Beban operasional terdapat dalam laporan
laba rugi yang diperoleh dengan menjumlahkan biaya bagi hasil, biaya tenaga kerja,
biaya umum administrasi, biaya Penyusutan dan Penyisihan Aktiva Produktif, biaya
sewa gedung dan inventaris, dan sebagainya.43
Sedangkan yang termasuk pendapatan operasional adalah semua pendapatan
yang merupakan bagi hasil langsung dari kegiatan usaha bank yang benar-benar
telah diterima. Pendapatan operasional didapat dalam laporan laba rugi yang
42 Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2010), hal. 119. 43 Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, (Jakarta Ghalia Indonesia, 2010), hal. 111.
31
diperoleh dengan menjumlahkan pendapatan jual-beli, pendapatan sewa,
pendapatan bagi hasil, pendapatan administrasi, dan pendapatan operasional
lainnya yang terdiri dari provisi dan komisi serta dividen yang diterima dari saham
yang dimiliki.
Selain sebagai indikator kinerja dan kesehatan bank, efisiensi yang diwakili
oleh rasio BOPO juga memberikan gambaran mengenai44:
1. Kemampuan manajemen perbankan dalam mengelola sumber daya
(aktiva) yang ada untuk menghasilkan keuntungan optimal. Semakin
rendah BOPO maka semakin tinggi efisiensi operasional bank dalam
menggunakan aktiva untuk menghasilkan laba.
2. Kemampuan bank dalam hal pengendalian biaya. Semakin rendah BOPO
berarti semakin efisien bank tersebut dalam mengendalikan biaya
operasionalnya. Sebaliknya, tingginya BOPO mengindikasikan
ketidakmampuan bank dalam mengatur dan mengendalikan biaya.
3. Kemampuan bank dalam menghasilkan profitabilitas. BOPO yang
rendah mencerminkan tingginya kemampuan bank dalam menekan biaya
operasional sehingga mampu mendorong naiknya profitabilitas.
Sebaliknya, tingginya BOPO berarti tinggi pula beban yang ditanggung
bank dan berimbas negatif terhadap laba yang didapat.
Secara sistematis, BOPO dapat dirumuskan sebagai berikut:
BOPO = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 X 100%
44 Daris Purba, Pengaruh Kecukupan Modal, Likuiditas, Dan Efisiensi Operasional Terhadap
Profitabilitas Pada Pt Bank Muamalat Indonesia, (Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012),
hal. 50.
32
H. Review Studi Terdahulu
Tabel 2.1 Review Studi Terdahulu
No Peneliti/ Judul/
Sumber Hasil Perbedaan
1. Daris Purba/
Pengaruh
Kecukupan Modal,
Likuiditas, Dan
Efisiensi
Operasional
Terhadap
Profitabilitas Pada
Pt Bank Muamalat
Indonesia/ Skripsi
S1 Fakultas Syariah
dan Hukum UIN
Jakarta, 2012
Metode yang
digunakan adalah
analisis regresi
berganda. Hasil dari
penelitian ini
menunjukan CAR,
FDR dan BOPO
berpengaruh signifikan
terhadap ROA.
Perbedaan penelitian ini
dengan yang akan penulis
lakukan adalah penulis
menggunakan analisis jalur
dimana variabel STM
sebagai variabel
intervening. Variabel STM
digunakan sebagai proxi
rasio likuiditas.
2. Esther Novelina
Hutagalung,
Djumahir, dan
Kusuma Ratnawati/
Analisa Rasio
Keuangan terhadap
Kinerja Bank
Umum di Indonesia/
Jurnal Fakultas
Ekonomi dan
Bisnis, Universitas
Brawijaya Malang,
SK DIRJEN DIKTI
NO.66b/DIKTI/KE
P/2012
(ISSN: 1693-5241)
Metode yang
digunakan adalah
analisis regresi
berganda. Hasil dari
penelitian ini
menunjukan NPL, NIM
dan BOPO berpengaruh
signifikan terhadap
ROA. Sedangkan
variabel CAR dan LDR
berpengaruh tidak
signifikan terhadap
ROA.
Perbedaan penelitian ini
dengan yang akan penulis
lakukan adalah penulis
menggunakan variabel NPF
dan FDR. Variabel NIM
dan CAR tidak penulis
gunakan. Selain itu, penulis
menggunakan STM sebagai
variabel intervening.
Penulis menggunakan ROE
sebagai proxi profitabilitas.
Selain itu, metode yang
digunakan adalah analisis
jalur.
3. R. Romdayanah/
Pengaruh Faktor
Modal, Kualitas
Aset, dan Likuiditas
Terhadap
Profitabilitas Bank
Umum Syariah/
Jurnal Ekonomi
Islam Fakultas
Syariah, Institut
Agama Islam
Penelitian ini
menggunakan metode
regresi linier berganda.
Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa
STM dan KAP
berpengaruh positif
terhadap NOM.
Sementara itu, KPMM
berpengaruh negatif
Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian penulis
adalah variabel yang
digunakan untuk proxi
kualitas aset adalah NPF
sedangkan untuk proxi
profitabilitas adalah ROE.
Penulis tidak menggunakan
variabel permodalan
(KPMM). Selain itu,
33
Negeri Wali Songo
Semarang, 2014,
(ISSN: 2303-0178)
signifikan terhadap
NOM.
metode yang digunakan
penulis adalah analisis jalur.
4. Kumaedi, Sigit
R. Prabowo, dan
Emi Maslikha/
Analisis Likuiditas
dan Rentabilitas
Keuangan Bank
Dalam Menilai
Kinerja Bank
Syariah Mandiri
(Studi Kasus Pada
PT Bank Syariah
Mandiri Tahun
2003-2009)/ Jurnal
STAR – Study &
Accounting
Research Vol. XI,
No. 2, Universitas
Pendididkan
Indonesia, Bandung,
2014
(ISSN: 1693-4482)
Penelitian ini
menggunakan metode
studi dokumentasi yaitu
dengan membuat
salinan atau
mengumpulkan arsip-
arsip dan catatan-
catatan perusahaan
yang ada mengenai
neraca, laporan rugi-
laba, jumlah produksi,
dan yang lainnya. Hasil
dari penelitian ini
adalah STM masuk ke
dalam peringkat 1
kategori sangat baik,
sedangkan ROA
mengalami fluktuasi
dari tahun ke tahun.
Dalam penelitian yang
penulis lakukan, penulis
menggunakan variabel
FDR, NPF dan BOPO
sebagai variabel endogen
serta variabel STM sebagai
variabel antara. Sedangkan,
variabel ROE sebagai
variabel eksogen dalam
metode analisis jalur.
5. Usnan, Ade
Setiawan dan Budi
Sukardi/ Analisis
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi
Return On Assets
Pada Bank Umum
Syariah Dan Unit
Usaha Syariah
(Periode 2010-
2013)/ Jurnal
Fakultas Ekonomi
dan Bisnis IAIN
Surakarta, JRKA
Volume 2 Isue 1,
Februari 2016.
Metode yang
digunakan yaitu regresi
linier berganda. Hasil
dari penelitian ini
adalah FDR dan BI rate
berpengaruh positif
terhadap ROA.
Sedangkan NPF, BOPO
dan Inflasi berpengaruh
negatif terhadap ROA.
Dalam penelitian yang
penulis lakukan, penulis
tidak menggunakan
variabel BI rate dan Inflasi
sebagai variabel endogen.
Selain itu, penulis juga
menggunakan variabel
STM untuk variabel
intervening dan variabel
ROE sebagai variabel
eksogen.
6. Rahma Julianti/
Pengaruh BI Rate,
Inflasi, Dan IHSG
Terhadap Dana
Pihak Ketiga (DPK)
Serta Implikasinya
Metode yang
digunakan dalam
penelitian ini adalah
analisis jalur dengan
Amos.
Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian penulis
yaitu variabel-variabel yang
digunakan serta periode
yang digunakan dalam
penelitian. BI rate, IHSG
34
Terhadap
Pembiayaan Pada
Bank Syariah /
Skripsi S1 Fakultas
Ekonomi dan Bisnis
UIN Jakarta, 2016
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
pada substruktur I BI
Rate dan IHSG
memiliki pengaruh
yang positif dan
signifikan terhadap
DPK, sedangkan Inflasi
memiliki pengaruh
yang negatif dan
signifikan terhadap
DPK. Kemudian pada
substruktur II Inflasi,
IHSG, dan DPK
memiliki pengaruh
yang positif dan
signifikan terhadap
PYD, sedangkan BI
Rate berpengaruh
negatif dan signifikan
terhadap PYD.
dan Inflasi tidak
digunakan. Penulis
menggunakan variabel
menggunakan variabel
FDR, NPF dan BOPO
sebagai variabel endogen
serta variabel STM sebagai
variabel antara. Sedangkan,
variabel ROE sebagai
variabel eksogen. Selain itu,
objek yang digunakan
penulis tidak terfokus pada
satu bank Syariah
melainkan pada bank
Syariah secara keseluruhan.
7. Iqbal Supriyatna/
Analisis Pengaruh
Modal, NPF dan
Inflasi Terhadap
Pembiayaan yang
Disalurkan seta
Implikasinya
terhadap ROE pada
Perbankan Syariah
(Studi pada Bank
Muamalat
Indonesia)/ Skripsi
S1 Fakultas
Ekonomi dan Bisnis
UIN Jakarta, 2012
Metode yang
digunakan dalam
penelitian ini adalah
analisis jalur (path
analyze). Hasil dari
penelitian ini
menunjukkan bahwa
pada substruktur I
modal berpengaruh
positif signifikan,
sedangkan Inflasi dan
NPF berpengaruh
negatif terhadap PYD.
Kemudian, pada
substruktur II modal
dan PYD berpengaruh
positif signifikan
sedangkan NPF
berpengaruh negatif
signifikan terhadap
ROE. Sementara Inflasi
tidak berpengaruh
terhadap ROA.
Dalam penelitian yang
penulis lakukan, penulis
tidak menggunakan
variabel modal dan Inflasi
sebagai variabel endogen.
Selain itu, penulis juga
menggunakan variabel
STM untuk variabel
intervening dan variabel
ROE sebagai variabel
eksogen. Namun, objek
yang digunakan ialah data
gabungan perbankan
syariah bukan 1 bank saja.
35
I. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Otoritas Jasa Keuangan
Statistik Perbankan Syariah
FDR
(X1)
NPF
(X2)
BOPO
(X3)
STM
(Y)
ROE
(Z)
Uji Asumsi Klasik
Analisis Jalur
Hubungan Langsung dan Tidak
Langsung
Interpretasi Hasil
36
J. Paradigma Penelitian
Jika dilihat dari judul penelitian ini, maka dapat digambarkan sebuah
konstruksi dari variabel-variabel yang akan diteliti sebagai berikut:
Gambar 2.2 Paradigma Penelitian
Persamaan model matematis dirumuskan sebagai berikut :
Substruktur I : Y = ρYX1 + ρYX2 + ρYX3 + ε1
Substruktur II : Z = ρZX1 + ρZX3 + ρZY + ε2
Keterangan :
Z = Return On Equity (ROE) ε1 = Residual Error sub struktur 1
Y = Short Term Mismatch (STM) ε2 = Residual Error sub struktur 2
X1 = Financing to Deposit Ratio (FDR) r = koefisien korelasi antar variabel
X2 = Non Performing Financing (NPF) ρ = koefisien jalur antar variabel
X3 = BOPO
pX2
Y
X1
e1 e2
rX1X
2
Z rX1X3 X2 Y pYZ
rX2X
3
X3
37
K. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut:
1. FDR, NPF dan BOPO terhadap STM
a. H0: FDR tidak memiliki pengaruh langsung terhadap STM
Ha: FDR memiliki pengaruh langsung terhadap STM
b. H0: NPF tidak memiliki pengaruh langsung terhadap STM
Ha: NPF memiliki pengaruh langsung terhadap STM
c. H0: BOPO tidak memiliki pengaruh langsung terhadap STM
Ha: BOPO memiliki pengaruh langsung terhadap STM
2. FDR, STM dan BOPO terhadap ROE
a. H0 FDR tidak memiliki pengaruh langsung terhadap ROE
Ha: FDR memiliki pengaruh langsung terhadap ROE
b. H0: STM tidak memiliki pengaruh langsung terhadap ROE
Ha: STM memiliki pengaruh langsung terhadap ROE
c. H0: BOPO tidak memiliki pengaruh langsung terhadap ROE
Ha: BOPO memiliki pengaruh langsung terhadap ROE
d. H0 FDR tidak memiliki pengaruh terhadap ROE melalui STM
Ha: FDR memiliki pengaruh terhadap ROE melalui STM
e. H0: STM tidak memiliki pengaruh terhadap ROE melalui STM
Ha: STM memiliki pengaruh terhadap ROE melalui STM
f. H0: BOPO tidak memiliki pengaruh terhadap ROE melalui STM
Ha: BOPO memiliki pengaruh terhadap ROE melalui STM
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini menggunakan perusahaan Bank Syariah yang
ada di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif. Pada
penelitian kuantitatif kegiatan analisis datanya meliputi pengolahan data dan
penyajian data, melakukan perhitungan untuk mendeskripsikan data dan melakukan
pengujian hipotesis dengan menggunakan uji statistik.45
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh faktor internal bank
dengan indikator variabel Financing to Deposit Ratio, Non Performing Financing,
dan BOPO terhadap Short Term Mismatch serta Implikasinya terhadap Return On
Equity pada Perbankan Syariah di Indonesia.
B. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk pemilihan sampel
yaitu berdasarkan pertimbangan (judgment sampling). Metode judgment sampling
atau purposive sampling merupakan pengumpulan data atas dasar strategi
kecakapan atau pertimbangan pribadi semata.
45 Ir. Syofian Siregar, M.M., Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi Dengan
Perbandingan Perhitungan Manual & Spss, (Jakarta: KENCANA, 2013), hal. 86.
39
Sampel dalam penelitian ini adalah data rasio-rasio keuangan yang tersaji
dalam Statistik Perbankan Syariah Indonesia periode bulan Januari 2012 sampai
bulan Desember 2016.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini diperoleh
dengan cara sebagai berikut:
1. Studi Lapangan (Field Research)
Yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari pihak lain (sudah
tersedia) atau biasa disebut dengan data sekunder. Data sekunder ini
didapat dari laporan Statistik Perbankan Syariah yang sudah
dipublikasikan oleh Otoritas Jasa Keuangan Indonesia.
2. Studi Kepustakaan (Library Research)
Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari dan
memahami data atau bahan yang diperoleh dari berbagai literatur, seperti:
majalah, surat kabar, buku-buku cetak, artikel, website/ internet yang
berkaitan dengan pembahasan penelitian ini.
D. Metode Analisis
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif. Pada
penelitian kuantiatif kegiatan analisis datanya meliputi pengolahan data dan
penyajian data, melakukan perhitungan untuk mendeskripsikan data dan melakukan
pengujian hipotesis dengan menggunakan uji statistik.46 Metode analisis yang
46 Ir. Syofian Siregar, M.M., Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi Dengan
Perbandingan Perhitungan Manual & Spss, (Jakarta: KENCANA, 2013), hal. 86.
40
digunakan adalah analisis jalur (path analyze) dengan menggunakan bantuan
software pengolah data statistik, AMOS 22.0.
Analisis jalur adalah sebuah metode untuk mempelajari efek langsung
(direct effect) maupun efek tidak langsung (indirect effect) dari variabel.47 Analisis
jalur (path analyze) sebenarnya merupakan pengembangan korelasi yang diurai
menjadi beberapa interpretasi akibat yang ditimbulkan. Lebih lanjut, analisis jalur
mempunyai kedekatan dengan regresi berganda. Dengan kata lain, regresi berganda
merupakan bentuk khusus analisis jalur.
Analisis jalur merupakan keterkaitan antara variabel exogeneous melalui
variabel mediating dengan variabel endogeneous yang biasanya digambarkan
dalam bentuk diagram.48 Analisis jalur ingin menguji persamaan regresi yang
melibatkan beberapa variabel eksogen dan endogen sekaligus sehingga
memungkinkan pengujian terhadap variabel mediating/intervening atau variabel
antara. Selain itu, analisis jalur juga dapat mengukur hubungan langsung antar
variabel dalam model maupun hubungan tidak langsung antar variabel dalam
model.
Hubungan langsung antara variabel eksogen terhadap variabel endogen
dapat dilihat pada koefisien beta. Hubungan tidak langsung adalah seberapa besar
pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen melalui variabel intervening.
47 Agus Widarjono, Analisis Statistika Multivariat Terapan, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN,
2010), hal. 264 48 Edy Supriyadi, SPSS + AMOS Statistical Data Analysis, (Jakarta: IN MEDIA, 2014), hal.
165
41
Pengaruh total dapat diperoleh dengan menjumlahkan hubungan langsung dan tidak
langsung.49
Analisis jalur merupakan pengembangan dari model regresi yang
digunakan untuk kesesuaian (fit) dari matrik korelasi dari dua atau lebih model yang
dibandingkan oleh peneliti. Model biasanya digambarkan dengan lingkaran dan
anak panah yang menunjukkan hubungan kausalitas. Regresi dilakukan untuk
setiap variabel dalam model. Nilai regresi yang diprediksi oleh model dibandingkan
dengan matrik korelasi hasil observasi variabel dan nilai Goodness of Fit dihitung.
Model terbaik dipilih berdasarkan nilai Goodness of Fit.50
Hair et. al (1998) dalam Imam Ghozali (2008) mengajukan tahapan
pemodelan dan analisis persamaan struktural menjadi 7 (tujuh) langkah yaitu51:
Langkah 1: Pengembangan Model Berdasar Teori
Model persamaan struktural didasarkan pada hubungan kausalitas, dimana
perubahan satu variabel diasumsikan akan berakibat pada perubahan variabel
lainnya. Hubungan kausalitas dapat berarti hubungan yang ketat seperti ditemukan
dalam proses fisik seperti dalam riset perilaku yaitu alasan seseorang membeli
produk tertentu. Kuatnya hubungan kausalitas antara dua variabel yang
diasumsikan oleh peneliti bukan terletak pada metode analisis yang dia pilih, tetapi
terletak pada justifikasi (pembenaran) secara teoritis untuk mendukung analisis.
49 Imam Ghozali, Model Persamaan Struktural Konsep dan Aplikasi dengan Program Amos
16.0, (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro 2008, hal. 93 50 Imam Ghozali, Model Persamaan Struktural Konsep dan Aplikasi dengan Program Amos
16.0, (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro 2008, hal. 21 51 Ibid,.
42
Jadi jelas bahwa hubungan antar variabel dalam model merupakan dedukasi dari
teori.
Langkah 2 dan 3: Menyusun Diagram Jalur dan Persamaan Struktural
Langkah berikutnya adalah menyusun hubungan kausalitas dengan diagram
jalur dan menyusun persamaan strukturalnya. Ada dua hal yang perlu dilakukan
yaitu menyusun model struktural yaitu menghubungkan antar model konstruk laten
baik endogen maupun eksogen dan menyusun measurement model yaitu
menghubungkan konstrak laten endogen atau eksogen dengan variabel indikator
atau manifest.
Langkah 4: Memilih Jenis Input Matrik dan Estimasi Model yang Diusulkan
Model persamaan struktural berbeda dari teknik analisis multivariate
lainnya, SEM hanya menggunakan data input berupa matriks varian/kovarian atau
matrik korelasi. Data mentah observasi individu dapat dimasukkan dalam program
AMOS, tetapi program AMOS akan merubah dahulu data mentah menjadi matrik
kovarian atau matrik korelasi. Analisis terhadap data outlier harus dilakukan
sebelum matrik kovarian atau korelasi dihitung. Teknik estimasi model persamaan
struktural pada awalnya dilakukan dengan ordinary least square (OLS) regression,
tetapi teknik ini mulai digantikan oleh Maximum Likelihood Estimation (ML) yang
lebih efisien dan unbiased jika asumsi normalitas multivariate dipenuhi. Teknik ML
sekarang digunakan oleh banyak program komputer. Namun demikian teknik ML
sangat sensitif terhadap non-normalitas data sehingga diciptakan teknik estimasi
lain seperti Weight Least Square (WLS), Generalized Least Square (GLS) dan
Asymptotivally Distribution Free (ADF).
43
Langkah 5 : Menilai Identifikasi Model Struktural
Selama proses estimasi berlangsung dengan program komputer, sering
didapat hasil estimasi yang tidak logis atau meaningless dan hal ini berkaitan
dengan masalah identifikasi model struktural. Problem identifikasi adalah
ketidakmampuan proposed model untuk menghasilkan unique estimate. Cara
melihat ada tidaknya problem identifikasi adalah dengan melihat hasil estimasi
yang meliputi: (1) adanya nilai standar error yang besar untuk satu atau lebih
koefisien, (2) ketidakmampuan program untuk invert information matrix, (3) nilai
estimasi yang tidak mungkin misalkan error variance yang negatif , (4) adanya nilai
korelasi yang tinggi ( > 0,90) antar koefisien estimasi.
Langkah 6 : Menilai Kriteria Goodness-of-Fit
Salah satu tujuan dari analisis jalur adalah menentukan apakah model
planusible (masuk akal) atau fit. Suatu model penelitian dikatakan baik, apabila
memiliki model fit yang baik pula. Tingkat kesesuaian model dalam buku Imam
Ghozali (2008) terdiri dari:
1. Absolute Fit Measure
Absolute fit measure mengukur model fit secara keseluruhan (baik model
struktural maupun model pengukuran secara bersamaan).
a. LikeliHood-Ratio Chi-Square Statistic
Ukuran fundamental dari overall fit adalah likeliHood-ratio chisquare.
Nilai chi-square yang tinggi relatif terhadap degree of freedom
menunjukkan bahwa matrik kovarian atau korelasi yang diobservasi
dengan yang diprediksi berbeda secara nyata dan ini akan menghasilkan
44
probabilitas (p) yang lebih besar dari tingkat signifikansi dan ini
menunjukkan bahwa input matrik kovarian antara prediksidengan
observasi sesungguhnya tidak berbeda secara signifikan. Dalam hal ini
peneliti harus mencari nilai chi-square yang tidak signifikan (p > 0.05)
karena mengharapkan bahwa model yang diusulkan cocok atau fit
dengan data observasi.
b. CMIN/DF
CMIN/DF adalah nilai chi-square dibagi dengan degree of freedom.
Beberapa pengarang menganjurkan menggunakan ratio ukuran ini
untuk mengukur fit. Menurut Wheaton et. Al (1977) dalam Imam
Ghozali (2008) nilai ratio 5 (lima) atau kurang dari lima merupakan
ukuran yang reasonable. Peneliti lainnya seperti Byrne (1988)
mengusulkan nilai ratio ini < 2 merupakan ukuran fit.
c. Goodness of Fit Index (GFI)
Goodness of Fit Index (GFI) dikembangkan oleh Joreskog dan Sorbon
(1984) yaitu ukuran non-statistik yang nilainya berkisar antar 0 (poor
fit) sampai 1 (perfect fit). Nilai GFI tinggi menunjukkan fit yang lebih
baik dan berapa nilai GFI dapat diterima sebagai nilai yang layak belum
ada standarnya, tetapi banyak peneliti menganjurkan nilai di atas 90%
sebagai ukuran good fit.
45
d. Root Mean Square Errors of Approximation (RMSEA)
Root mean square error of approximination (RMSEA) merupakan
ukuran yang mencoba memperbaiki kecenderungan statistic chi-square
menolak model dengan jumlah sampel yang besar. Nilai RMSEA antara
0,05 sampai 0,08 merupakan ukuran yang dapat diterima. Hasil uji
empiris RMSEA cocok untuk menguji model konfitmatori atau
competing model strategy dengan jumlah sampel besar.
2. Incremental Fit Measures
Incremental fit measures membandingkan proposed model dengan baseline
model sering disebut dengan null model. Null model merupakan model
realistis dimana model-model yang lain harus diatasnya.
a. Adjusted Goodness of Fit Indes (AGFI)
Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) merupakan pengembangan dari
GFI yang disesuaikan dengan ratio degree of freedom untuk propsed
model dengan degree of freedom untuk null model. Nilai yang
direkomendasikan adalah > 0,90.
b.Tucker-Lewis Index (TLI)
Tucker-Lewis Index atau dikenal dengan non-normed fit index (NNFI).
Pertama kali diusulkan sebagai alat untuk mengevaluasi analisis faktor,
tetapi sekarang dikembangkan untuk SEM. Ukuran ini menggabungkan
ukuran parsimony kedalam indeks komparasi antara proposal model
dan null model dan nilai TLI berkisar dari 0 sampai 1.0. Nilai TLI yang
direkomemdasikan adalah > 0,90.
46
c. Normed Fit Index (NFI)
Normed Fit Index merupakan ukuran perbandingan antara proposed
model dan null model. Nilai NFI akan bervariasi dari 0 (no fit at all)
sampai 1.0 (perfect fit). Seperti halnya TLI tidak ada nilai absolute yang
dapat digunakan sebagai standar, tetapi umumnya direkomendasikan >
0,90.
3. Parsimony Fit Measures
Ukuran ini menghubungkan goodness-of-fit model dengan sejumlah
koefisien estimasi yang diperlukan untuk mencapai level fit. Tujuan
dasarnya adalah untuk mendiagnosa apakah model fit telah tercapai dengan
“overfitting” data yang memiliki banyak koefisien. Prosedur ini mirip
dengan “adusjtment” terhadap nilai R2 didalam multiple regression. Namun
demikian karena tidak ada uji statistik yang tersedia maka penggunaannya
hanya terbatas untuk membandingkan model.
a. Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI)
Parsimonious goodness-of-fit index (PGFI) memodifikasi GFI atas
dasar parsimony estimated model. Nilai PGFI berkisar antara 0
sampai 1.0 dengan nilai semakin tinggi menunjukkan model lebih
parsimony.
b. Parsimony Normed Fit Index (PNFI)
Parsimonious Normal Fit Index (PNFI) merupakan modifikasi dari
NFI. PNFI memasukkan jumlah degree of freedom yang digunakan
untuk mencapai level fit. Semakin tinggi nilai PNFI semakin baik.
47
Kegunaan utama dari PNFI adalah untuk membandingkan model
dengan degree of freedom yang berbeda. Digunakan untuk
membandingkan model alternatif sehingga tidak ada nilai yang
direkomendasikan sebagai nilai fit yang diterima. Namun demikian
jika membandingkan dua model maka perbedaan PNFI 0,60 sampai
0,90 menunjukkan adanya perbedaan model yang signifikan.
Tabel 3.1
Standar Penilaian Kesesuaian (Fit)
Laporan Statistik Nilai yang Direkomendasikan
Cut of value Keterangan
Absolut Fit
Probabilitas X2 Signifikan (p < 0.05) Model yang diusulkan cocok/fit
dengan data observasi
CMIN/DF ≤ 5
< 2
- Ukuran yang reasonable
- Ukuran yang fit
RMSEA
< 0.1
< 0.05
< 0.01
0.05 ≤ x ≤ 0.08
- good fit
- very good fit
- outstanding fit
- reasonable fit
GFI > 0.9 Good fit
Incremental Fit
AGFI ≥ 0.9 Good fit
TLI ≥ 0.9 Good fit
NFI ≥ 0.9 Good fit
Parsimonious Fit
PNFI 0 – 1.0 Lebih besar lebih baik
PGFI 0 – 1.0 Lebih besar lebih baik
48
1. Analisis Korelasi
Pengujian ini dilakukan untuk melihat korelasi atau hubungan antara
variabel eksogen yang satu dengan variabel eksogen yang lainnya.
Pengujian ini dilakukan jika variabel eksogen yang digunakan lebih dari
satu. Pengujian korelasi ini menggunakan kriteria sebagai berikut :
a. Nilai 0 – 0,25 = korelasi sangat lemah
b. Nilai > 0,25 – 0,50 = korelasi cukup kuat
c. Nilai > 0,50 – 0,75 = korelasi kuat
d. Nilai > 0,75 – 1 = korelasi sangat kuat
Untuk pengujian lebih lanjut dilakukan maka diajukan hipotesis
sebagai berikut :
H0 = Tidak ada hubungan korelasi yang signifikan antara kedua variabel
Ha = Ada hubungan korelasi yang signifikan antara kedua variabel
Pengujian berdasarkan signifikansi :
a. Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak
b. Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima
2. Analisis Jalur Antara Variabel Eksogen dan Variabel Endogen
Pengujian ini dilakukan untuk melihat besarnya pengaruh variabel
eksogen terhadap variabel endogen. Jika variabel eksogen yang digunakan
hanya satu maka langsung dapat melihat koefisien jalurnya. Namun, jika
variabel eksogen yang digunakan lebih dari satu, maka diperlukan
pengujian secara simultan dan parsial. Pengujian secara simultan dapat
49
dilakukan dengan cara melihat nilai R Square (R2) dan menghitung
koefisien determinasi (KD) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
KD = R2 x 100%
Sedangkan pengujian secara parsial dengan melihat koefisien beta
atau nilai estimasi pada hasil output olah data. Pengujian parsial
menggunakan kriteria sebagai berikut :
a. Jika nilai estimasi menunjukkan nilai positif, maka variabel
eksogen memiliki pengaruh yang positif terhadap variabel endogen
b. Jika nilai estimasi menunjukkan nilai negatif, maka variabel
eksogen memiliki pengaruh yang negatif terhadap variabel endogen
Selain itu, dilakukan pula pengujian signifikansi dengan kriteria
sebagai berikut :
a. Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak
b. Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima
3. Pengujian Hubungan Langsung dan Tidak Langsung
Uji ini dilakukan untuk melihat hubungan langsung dan tidak
langsung antar variabel. Hubungan langsung untuk melihat pengaruh
langsung antara variabel eksogen dengan variabel endogen yang dapat
dilihat pada koefisien beta atau nilai estimasi.
Sedangkan, hubungan tidak langsung untuk melihat pengaruh tidak
langsung antara variabel eksogen terhadap variabel endogen melalui
variabel intervening (X terhadap Z melalui Y). Besarnya pengaruh tidak
50
langsung didapat dengan cara mengalikan pengaruh X terhadap Y dengan
pengaruh Y terhadap Z. Selain itu, dilihat pula pengaruh total antara
variabel eksogen dengan variabel endogen dengan cara menjumlahkan
pengaruh langsung dengan pengaruh tidak langsung.
E. Operasional Variabel Penelitian
Operasionalisasi variabel penelitian merupakan spesifikasi kegiatan
peneliti dalam mengukur suatu variabel. Spesifikasi tersebut menunjukkan pada
dimensi-dimensi dan indikator-indikator dari variabel penelitian yang diperoleh
melalui pengamatan dan penelitian terdahulu. Adapun variabel dalam penelitian ini
adalah:
1. Variabel Endogen
a. Short Term Mismatch (STM) (Y)
Pada dasarnya rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan
bank dalam membayar kembali simpanan nasabah pada saat di tarik
dengan menggunakan alat likuid yang dimiliki. Semakin tinggi rasio
ini, berarti semakin tinggi kemapuan likuiditas bank, dan di sisi lain
akan mempengaruhi kemampuan bank dalam menyalurkan
pembiayaan yang akan akhirnya berdampak pada profitabilitas.52
Data STM yang digunakan adalah jumlah aktiva lancar dibagi
dengan kewajiban lancar pada laporan keuangan bank syariah di
52 Dwi Nur’aini Ihsan, Manajemen Treasury Bank Syariah, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2015),
hal. 291.
51
Indonesia periode Januari 2012 – Desember 2016. Data tersebut
diperoleh dari Statistik Perbankan Syariah (SPS) di situs
www.ojk.go.id.
b. Retun On Equity (ROE) (Z)
Return On Equity merupakan kemampuan manajemen bank dalam
menghasilkan laba dari pengelolaan aset yang dimiliki. ROE penting
bagi bank karena ROE digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi
operasional perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Semakin besar ROE suatu
bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank, dan
semakin baik posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset.53
Data ROE yang digunakan adalah jumlah pendapatan sebelum
pajak dibagi dengan jumlah total aset bank syariah yang tertera dalam
laporan keuangan bank syariah di Indonesia periode Januari 2012 –
Desember 2016. Data tersebut diperoleh dari Statistik Perbankan
Syariah (SPS) di situs www.ojk.go.id.
2. Variabel Eksogen
a. Finanacing to Deposit Ratio (FDR) (X1)
Financing to Deposit Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan suatu bank dalam membayar kembali
53 Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2010), hal. 118.
52
penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan
pembiayaan yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya, yaitu
dengan cara membagi jumlah pembiayaan yang diberikan oleh bank
terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK).54
Data Financing to Deposit Ratio digunakan adalah
perkembangan Financing to Deposit Ratio periode Januari 2012 –
Desember 2016. Data tersebut diperoleh dari Statistik Perbankan
Syariah (SPS) di situs www.ojk.go.id.
b. Non Performing Financing (NPF) (X2)
Penilaian kualitas aset dimaksudkan untuk menilai kondisi aset
bank termasuk antisipasi atas resiko gagal bayar dari pembiayaan
(credit risk) yang akan muncul.
Rasio Non Performing Financing (NPF), pada bank syariah
selalui digunakan oleh bank syariah pada saat memepublikasikan
kondisi kinerja bank. Bank dengan NPF yang tinggi akan
memperbesar biaya baik pencadangan aktiva produktif maupun
biaya lainnya, sehingga berpotensi pada kerugian bank.55
Data Non Performing Financing yang digunakan adalah
perkembangan Non Performing Financing periode Januari 2012 –
54 Dwi Nur’aini Ihsan, Manajemen Treasury Bank Syariah, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2015),
hal. 295. 55 Dwi Nur’aini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2013), hal. 96.
53
Desember 2016. Data tersebut diperoleh dari Statistik Perbankan
Syariah (SPS) di situs www.ojk.go.id.
c. BOPO (X3)
Bank yang dalam kegiatan usahanya tidak efisien akan
mengakibatkan ketidakmampuan bersaing dalam mengerahkan dana
masyarakat maupun dalam menyalurkan dana tersebut kepada
masyarakat yang membutuhkan sebagai modal usaha. Efisiensi pada
perbankan terutama efisiensi biaya akan menghasilkan tingkat
keuntungan yang optimal, penambahan jumlah dana yang
disalurkan, biaya lebih kompetitif, peningkatan pelayanan kepada
nasabah, keamanan dan kesehatan perbankan yang meningkat. Salah
sa tu alat yang dapat digunakan untuk mengukur efisiensi perbankan
adalah rasio BOPO.
Data BOPO yang digunakan adalah perkembangan rasio BOPO
periode bulan Januari 2012 – bulan Desember 2016. Data tersebut
diperoleh dari Statistik Perbankan Syariah (SPS) di situs
www.ojk.go.id.
54
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Analisis Deskriptif Statistik
Bab ini penulis menganalisis data yang digunakan. Pengolahan data pada
penelitian ini dilakukan menggunakan software AMOS 22.0 dengan bantuan
Microsoft Excel 2013 dan SPSS 20.0 untuk dapat mengolah data dan memperoleh
hasil dari variabel-variabel yang diteliti, yaitu terdiri dari variabel eksogen ;
Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Performing Financing (NPF) dan BOPO,
sedangkan variabel endogen ; Short Term Mismatch (STM) dan Return On Equity
(ROE). Objek penelitian ini adalah Bank Umum Syariah di Indonesia yang datanya
tergabung dalam Statistik Perbankan Syariah Indonesia.
B. Pergerakan Variabel Penelitian
Penulis akan mendeskripsikan pergerakan dari variabel-variabel penelitian
yang digunakan yang terdiri dari Financing to Deposit Ratio (FDR), Non
Performing Financing (NPF) BOPO, Short Term Mismatch (STM), dan Return On
Asset (ROE). Penjelasan lebih lanjut adalah sebagai berikut:
1. Financing to Deposit Ratio (FDR)
Dalam kamus Bank Indonesia, FDR merupakan rasio pembiayaan
terhadap dana pihak ketiga (DPK) yang diterima oleh bank. FDR sering di
analogikan dengan LDR (Loan to Deposit Ratio), yaitu rasio yang sering
55
digunakan Bank Konvensional.56 Begitu juga FDR sebagai rasio
pembiayaan bank syariah dapat mengukur komposisi jumlah pembiayaan
yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana pihak ketiga dan modal
sendiri yang digunakan.
Gambar 4.1 Grafik Pergerakan Variabel FDR
(Sumber: Data Statistik Perbankan Syariah OJK)
Grafik di atas merupakan perkembangan FDR Bank Syariah di
Indonesia selama periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2016.
Jumlah FDR paling tinggi terjadi pada bulan Juli 2013, sedangkan jumlah
paling rendah terjadi pada bulan Desember 2016.
2. Non Performing Financing (NPF)
Kredit atau pembiayaan yang disalurkan dikatakan bermasalah jika
pengembaliaannya terlambat dibanding jadwal yang direncanakan, bahkan
tidak dikembalikan sama sekali. Dalam konteks Indonesia, kredit atau
56 Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012-Ed Rev), hal. 319
0
20
40
60
80
100
120
Jan
-11
Mar
-11
Mei
-11
Jul-
11
Sep
-11
No
v-1
1Ja
n-1
2M
ar-1
2M
ei-1
2Ju
l-1
2Se
p-1
2N
ov-
12
Jan
-13
Mar
-13
Mei
-13
Jul-
13
Sep
-13
No
v-1
3Ja
n-1
4M
ar-1
4M
ei-1
4Ju
l-1
4Se
p-1
4N
ov-
14
Jan
-15
Mar
-15
Mei
-15
Jul-
15
Sep
-15
No
v-1
5Ja
n-1
6M
ar-1
6M
ei-1
6Ju
l-1
6Se
p-1
6N
ov-
16
Financing to Deposit Ratio
56
pembiayaan bermasalah dapat dikelompokkan menjadi kredit tak lancar
dan macet57. Untuk menjaga keamanan dana para deposan, bank sentral
mewajibkan bank umum menyediakan biaya antisipasi terhadap kerugian
atau Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP). Dengan
demikian, semakin besar jumlah saldo pembiayaan bermasalah yang
dimiliki bank, akan semakin besar jumlah dana cadangan yang harus
segera disediakan, serta semakin besar pula biaya yang harus mereka
tanggung untuk mengadakan dana cadangan itu.
Gambar 4.2 Grafik Pergerakan Variabel NPF
(Sumber: Data Statistik Perbankan Syariah OJK)
Grafik di atas merupakan perkembangan NPF Bank Syariah di
Indonesia selama periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2016.
Jumlah NPF paling tinggi terjadi pada bulan Mei 2016, sedangkan jumlah
paling rendah terjadi pada bulan Desember 2012.
57 Mandala dan Prathama Rahardja, Teori Ekonomi Mikro: Suatu Pengantar, (Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI), hal.196.
0
1
2
3
4
5
6
7
Jan
-11
Mar
-11
Mei
-11
Jul-
11
Sep
-11
No
v-1
1Ja
n-1
2M
ar-1
2M
ei-1
2Ju
l-1
2Se
p-1
2N
ov-
12
Jan
-13
Mar
-13
Mei
-13
Jul-
13
Sep
-13
No
v-1
3Ja
n-1
4M
ar-1
4M
ei-1
4Ju
l-1
4Se
p-1
4N
ov-
14
Jan
-15
Mar
-15
Mei
-15
Jul-
15
Sep
-15
No
v-1
5Ja
n-1
6M
ar-1
6M
ei-1
6Ju
l-1
6Se
p-1
6N
ov-
16
Non Performing Financing
57
3. BOPO
Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam
melakukan kegiatan operasinya.58 Bank Indonesia menganjurkan nilai
BOPO perbankan agar tidak lebih dari 90%, karena semakin rendah
tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut,
karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang telah dimiliki.
Gambar 4.3 Grafik Pergerakan Variabel BOPO
(Sumber: Data Statistik Perbankan Syariah OJK)
Grafik di atas merupakan perkembangan BOPO Bank Syariah di
Indonesia selama periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2016.
Jumlah BOPO paling tinggi terjadi pada bulan Agustus 2015, sedangkan
jumlah paling rendah terjadi pada bulan Juli 2014.
58 Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), hal. 119.
0
20
40
60
80
100
120
Jan
-11
Mar
-11
Mei
-11
Jul-
11
Sep
-11
No
v-1
1Ja
n-1
2M
ar-1
2M
ei-1
2Ju
l-1
2Se
p-1
2N
ov-
12
Jan
-13
Mar
-13
Mei
-13
Jul-
13
Sep
-13
No
v-1
3Ja
n-1
4M
ar-1
4M
ei-1
4Ju
l-1
4Se
p-1
4N
ov-
14
Jan
-15
Mar
-15
Mei
-15
Jul-
15
Sep
-15
No
v-1
5Ja
n-1
6M
ar-1
6M
ei-1
6Ju
l-1
6Se
p-1
6N
ov-
16
BOPO
58
4. Short Term Mismatch (STM)
Rasio likuiditas digunakan untuk menganalisis kemampuan bank
dalam memenuhi kebijakan-kebijakannya terutama kewajiban jangka
pendeknya. Suatu bank dikatakan likuid apabila bank tersebut memenuhi
kebijakan hutangnya, dapat membayar kembali semua simpanan nasabah,
serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi
penangguhan. Penilaian likuiditas dimaksudkan untuk mengevaluasi
kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dan
kecukupan manajemen risiko likuditas. 59
Gambar 4.4 Grafik Pergerakan Variabel STM
(Sumber: Data Statistik Perbankan Syariah OJK)
Grafik di atas merupakan perkembangan STM Bank Syariah di
Indonesia selama periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2016.
59 Bank Indonesia, “Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/24/BpbS/2007 tentang Sistem
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah”, hal. 6.
0
5
10
15
20
25
30
Jan
-11
Mar
-11
Mei
-11
Jul-
11
Sep
-11
No
v-1
1Ja
n-1
2M
ar-1
2M
ei-1
2Ju
l-1
2Se
p-1
2N
ov-
12
Jan
-13
Mar
-13
Mei
-13
Jul-
13
Sep
-13
No
v-1
3Ja
n-1
4M
ar-1
4M
ei-1
4Ju
l-1
4Se
p-1
4N
ov-
14
Jan
-15
Mar
-15
Mei
-15
Jul-
15
Sep
-15
No
v-1
5Ja
n-1
6M
ar-1
6M
ei-1
6Ju
l-1
6Se
p-1
6N
ov-
16
Short Term Mismatch
59
Jumlah STM paling tinggi terjadi pada bulan September 2015, sedangkan
jumlah paling rendah terjadi pada bulan Januari 2012.
5. Return On Equity (ROE)
Return On Equity merupakan kemampuan manajemen bank dalam
menghasilkan laba dari pengelolaan aset yang dimiliki. ROE penting bagi
bank karena ROE digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi operasional
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva
yang dimilikinya. Semakin besar ROE suatu bank, semakin besar pula
tingkat keuntungan yang dicapai bank, dan semakin baik posisi bank
tersebut dari segi penggunaan aset.60
Gambar 4.5 Grafik Pergerakan Variabel ROE
(Sumber: Data Statistik Perbankan Syariah OJK)
Grafik di atas merupakan perkembangan ROE Bank Syariah di
Indonesia selama periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2016.
60 Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2010), hal. 118.
0
5
10
15
20
25
30
Jan
-12
Ma
r-1
2M
ei-
12
Jul-
12
Sep
-12
No
v-1
2Ja
n-1
3M
ar-
13
Me
i-1
3Ju
l-1
3Se
p-1
3N
ov-
13
Jan
-14
Ma
r-1
4M
ei-
14
Jul-
14
Sep
-14
No
v-1
4Ja
n-1
5M
ar-
15
Me
i-1
5Ju
l-1
5Se
p-1
5N
ov-
15
Jan
-16
Ma
r-1
6M
ei-
16
Jul-
16
Sep
-16
No
v-1
6
Return On Equity
60
Jumlah ROE paling tinggi terjadi pada bulan Januari 2013, sedangkan
jumlah paling rendah terjadi pada bulan Januari 2014.
C. Penjelasan Hasil dan Pembahasan
1. Analisis Jalur Pengaruh Financing to Deposit Ratio, Non Performing
Financing, dan BOPO terhadap Short Term Mismatch serta
Implikasiya pada Return On Equity
Analisis jalur ini dibagi menjadi dua substruktur. Substruktur yang
pertama menganalisis pengaruh Financing Deposit Ratio, Non Performing
Financing dan BOPO sebagai variabel endogen terhadap Short Term
Mismatch sebagai variabel eksogen. Substruktur kedua menganalisis
pengaruh Financing Deposit Ratio, Short Term Mismatch dan BOPO
sebagai variabel eksogen terhadap Return On Equity sebagai variabel
endogen. Hasil perhitungan dengan menggunakan AMOS 22.0 dapat
digambarkan path diagram sebagai berikut :
Gambar 4.6 Analisis Jalur FDR, NPF dan BOPO terhadap STM serta
implikasinya pada ROE
61
a. Analisis Korelasi
Korelasi antara FDR, NPF, BOPO dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut:
Tabel 4.7 Hasil Korelasi FDR, NPF dan BOPO
Korelasi Antar Variabel Estimasi Probabilitas
FDR NPF -0,261 0,053
FDR BOPO -0,320 0,019
NPF BOPO 0,599 0,000
Sumber: (Data diolah)
Korelasi antara variabel di atas dapat ditafsirkan menggunakan
kriteria sebagai berikut61 :
Tabel 4.8 Tingkat Korelasi Antar Variabel
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
r = 0 – 0,199 Hubungan sangat lemah
r = 0,2 – 0,399 Hubungan lemah
r = 0,4 – 0,599 Hubungan cukup kuat
r = 0,6 – 0,799 Hubungan kuat
r = > 0,8 Hubungan sangat kuat
Untuk pengujian lebih lanjut, maka diajukan hipotesis:
Ho : Tidak ada hubungan korelasi yang signifikan antara dua
variabel.
Ha : Ada hubungan korelasi yang signifikan antara dua
variabel.
61 Ratlan Paredede dan Renhard Manurung, Analisis Jalur (Path Analysis): Teori dan
Aplikasi dalam Riset Bisnis, (Jakarta: Rineka Cipta, 2014), hal. 53.
62
Pengujian berdasarkan nilai signifikansi:
Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima
Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak
1) Korelasi antara FDR dengan NPF
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh angka korelasi antara
FDR dengan NPF sebesar -0,261. Korelasi sebesar -0,261
mempunyai maksud hubungan antara FDR dengan NPF cukup
kuat dan tidak searah. Tidak searah artinya jika terjadi kenaikan
nilai NPF, maka FDR akan mengalami penurunan begitu juga
sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut memiliki probabilitas
sebesar 0,053 > 0,050 maka telah cukup bukti untuk menolak Ha
dan menerima Ho, sehingga korelasi tidak signifikan.
2) Korelasi antara FDR dengan BOPO
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh angka korelasi antara
FDR dengan BOPO sebesar -0,320. Korelasi sebesar -0,320
mempunyai maksud hubungan antara FDR dengan BOPO cukup
kuat dan tidak searah. Tidak searah artinya jika terjadi kenaikan
BOPO, maka FDR akan mengalami penurunan begitu juga
sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut memiliki probabilitas
sebesar 0,019 < 0,050 maka telah cukup bukti untuk menolak Ho
dan menerima Ha, sehingga korelasi signifikan.
63
3) Korelasi antara NPF dengan BOPO
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh angka korelasi antara
NPF dengan BOPO sebesar 0,599. Korelasi sebesar 0,599
mempunyai maksud hubungan antara NPF dengan BOPO sangat
kuat dan searah. Searah artinya jika terjadi kenaikan nilai NPF,
maka BOPO akan mengalami kenaikan juga dan sebaliknya.
Korelasi dua variabel tersebut memiliki probabilitas sebesar
0,000 > 0,050 maka telah cukup bukti untuk menolak Ho dan
menerima Ha, sehingga korelasi signifikan.
b. Analisis Jalur I: Pengaruh Financing to Deposit Ratio, Non
Performing Financing, dan BOPO terhadap Short Term
Mismatch
Analisis jalur substruktur pertama menganalisis pengaruh
Financing to Deposit Ratio, Non Performing Financing, dan BOPO
terhadap Short Term Mismatch baik secara simultan maupun secara
parsial. Untuk melihat besarnya pengaruh secara simultan dapat
terlihat pada kolom estimasi pada tabel Square Multiple Correlation.
Besarnya pengaruh antara variabel secara individu dapat terlihat dari
besarnya angka estimasi pada tabel Standardized Regression Weight.
Sedangkan, untuk melihat signifikansi pengaruh antar variabel dapat
terlihat pada angka di tabel Regression Weight kolom Probability.
Adapun hasil perhitungan dengan menggunakan AMOS 22.0 adalah
sebagai berikut :
64
Tabel 4.9 Pengaruh antara FDR, NPF dan BOPO terhadap STM
Pengaruh Antar
Variabel Estimasi Probabilitas R Square
FDR STM 0,220 0,012
0,600 NPF STM -0,691 0,000
BOPO STM 0,006 0,958
(Sumber: Data diolah)
Berdasarkan tabel di atas, besarnya nilai R Square adalah 0,600.
Nilai tersebut menunjukkan besarnya pengaruh variabel FDR, NPF
dan BOPO terhadap STM secara bersama-sama adalah 60,0%,
sedangkan sisanya sebesar 40,0% dipengaruhi oleh variabel lain di
luar model ini.
1) Pengaruh antara variabel FDR terhadap STM
Berdasarkan tabel di atas, hasil perhitungan menunjukkan nilai
0,220 dengan probabilitas 0,012 < 0,050. Nilai 0,220 memiliki
arti bahwa hubungan antara kedua variabel lemah dan searah
(karena bernilai positif). Dari hasil tersebut maka telah cukup
bukti untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, terdapat
hubungan linier antara variabel FDR dan STM sebesar 0,220.
FDR memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
STM. Artinya, apabila terjadi kenaikan FDR, maka rasio STM
akan mengalami kenaikan, begitu pula sebaliknya.
2) Pengaruh antara variabel NPF terhadap STM
Berdasarkan tabel di atas, hasil perhitungan menunjukkan
nilai -0,691 dengan probabilitas 0,000 < 0,050. Nilai -0,691
memiliki arti bahwa hubungan antara kedua variabel cukup kuat
65
dan tidak searah (karena bernilai negatif). Dari hasil tersebut
maka telah cukup bukti untuk menolak Ho dan menerima Ha.
Artinya, terdapat hubungan linier antara variabel NPF dan STM
sebesar -0,691.
NPF memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan
terhadap STM. Artinya, apabila terjadi kenaikan NPF, maka rasio
STM akan mengalami penurunan nilai, begitu pula sebaliknya.
3) Pengaruh antara variabel BOPO terhadap STM
Berdasarkan tabel di atas, hasil perhitungan menunjukkan nilai
0,006 dengan probabilitas 0,958 > 0,050. Nilai 0,006 memiliki
arti bahwa hubungan antara kedua variabel sangat lemah dan
searah (karena bernilai positif). Dari hasil tersebut maka telah
cukup bukti untuk menolak Ha dan menerima Ho. Artinya, tidak
terdapat hubungan linier antara variabel BOPO dan STM.
c. Analisis Jalur II: Pengaruh Financing to Deposit Ratio, Short
Term Mismatch dan BOPO Terhadap Return On Equity
Analisis jalur substruktur yang kedua adalah menganalisis
pengaruh Financing to Deposit Ratio, Short Term Mismatch dan
BOPO terhadap Return On Asset baik secara simultan maupun
secara parsial. Untuk melihat besarnya pengaruh secara simultan
dapat terlihat pada kolom estimasi pada tabel Square Multiple
Correlation. Besarnya pengaruh antara variabel secara individu
66
dapat terlihat dari besarnya angka estimasi pada tabel Standardized
Regression Weight. Sedangkan, untuk melihat signifikansi pengaruh
antar variabel dapat terlihat pada angka di tabel Regression Weight
kolom Probability. Adapun hasil perhitungan dengan menggunakan
AMOS 22.0 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.10 Pengaruh antara FDR, STM dan BOPO terhadap ROE
Pengaruh Antar
Variabel Estimasi Probabilitas R Square
FDR ROE 0,379 0,000
0,736 STM ROE 0,875 0,000
BOPO ROE -0,158 0,040
(Sumber: Data diolah)
Berdasarkan tabel di atas, besarnya nilai R Square adalah 0,736.
Nilai tersebut menunjukkan besarnya pengaruh variabel Financing
to Deposit Ratio, Short Term Mismatch dan BOPO terhadap Return
On Asset secara bersama-sama adalah 73,6%, sedangkan sisanya
sebesar 26,4% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model ini.
1) Pengaruh antara variabel FDR terhadap ROE
Berdasarkan tabel di atas, hasil perhitungan menunjukkan
nilai 0,379 dengan probabilitas 0,000 < 0,050. Nilai 0,379
memiliki arti bahwa hubungan antara kedua variabel lemah dan
searah (karena bernilai positif). Dari hasil tersebut maka telah
cukup bukti untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya,
terdapat hubungan linier antara variabel FDR dan ROE sebesar
0,379.
67
FDR memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
ROE. Artinya, apabila terjadi kenaikan rasio FDR, maka rasio
ROE akan mengalami kenaikan nilai, begitu pula sebaliknya.
2) Pengaruh antara variabel STM terhadap ROE
Berdasarkan tabel di atas, hasil perhitungan menunjukkan
nilai 0,857 dengan probabilitas 0,000 > 0,050 maka telah cukup
bukti untuk menolak Ha dan menerima Ho. Artinya, terdapat
hubungan linier antara variabel STM dengan ROE. Besarnya
pengaruh STM terhadap Pembiayaan sebesar 0,857.
STM memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap ROE. Artinya, apabila terjadi kenaikan STM, maka
ROE akan mengalami kenaikan nilai, begitu pula sebaliknya.
3) Pengaruh antara variabel BOPO terhadap ROE.
Berdasarkan tabel di atas, hasil perhitungan menunjukkan
nilai -0,158 dengan probabilitas 0,040 < 0,050. Nilai -0,158
memiliki arti bahwa hubungan antara kedua variabel lemah dan
tidak searah (karena bernilai negatif). Dari hasil tersebut maka
telah cukup bukti untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya,
terdapat hubungan linier antara variabel BOPO dengan ROE
sebesar -0,158.
BOPO memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan
terhadap ROE. Artinya, apabila terjadi kenaikan BOPO, maka
68
rasio ROE akan mengalami penurunan nilai, begitu pula
sebaliknya.
Rangkuman seluruh pengujian pengaruh antara variabel
eksogen dan variabel endogen dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.11 Rangkuman Hasil Pengujian Pengaruh Antara Variabel Eksogen
dan Variabel Endogen
Pengaruh Antar
Variabel Estimasi Probabilitas Kesimpulan
FDR STM 0,220 0,000 Signifikan
NPF STM -0,691 0,000 Signifikan
BOPO STM 0,006 0,958 Tidak
Signifikan
FDR ROE 0,379 0,000 Signifikan
STM ROE 0,857 0,000 Signifikan
BOPO ROE -0,158 0,040 Signifikan
d. Hubungan Langsung, Tidak Langsung dan Pengaruh Total
Berikut merupakan tabel pengaruh langsung, tidak langsung, dan
pengaruh total antara FDR, NPF, dan BOPO terhadap STM serta
implikasinya terhadap ROE:
Tabel 4.12 Rangkuman Dekomposisi dari Koefisien Jalur, Pengaruh
Langsung dan Tidak Langsung, dan Pengaruh Total Tentang Pengaruh
NPF (X1), Inflasi (X2), dan PYD (X3) Terhadap FDR (Y) dan Implikasinya
Terhadap ROE (Z)
Pengaruh Antar
Variabel
Pengaruh Kausal
Langsung Tidak Langsung
Melalui Y Total
X1 Y 0,220 - 0,220
X2 Y -0,691 - -0,691
X3 Y 0,006 - 0,006
X1 Z -0,379 0,189 -0,190
X3 Z -0,158 0,005 -0,153
Y Z 0,875 - 0,875
69
Pengaruh Langsung
1) Pengaruh antara variabel FDR terhadap STM
X1 Y = 0,220
2) Pengaruh antara variabel NPF terhadap STM
X2 Y = -0,691
3) Pengaruh antara variabel BOPO terhadap STM
X3 Y = 0,006
4) Pengaruh antara variabel FDR terhadap ROE
X1 Z = -0,379
5) Pengaruh antara variabel BOPO terhadap ROE
X3 Z = -0,158
6) Pengaruh antara variabel STM terhadap ROE
Y Z = 0,875
Pengaruh Tidak Langsung
1) Pengaruh variabel FDR terhadap ROE melalui STM
X1 Y Z = (0,220 x 0,875) = 0,189
2) Pengaruh variabel BOPO terhadap ROE melalui STM
X3 Y Z = (0,006 x 0,875) = 0,005
Pengaruh Total
1) Pengaruh FDR terhadap ROE melalui STM
X1 Y Z = (-0,379 + 0,189) = -0,190
2) Pengaruh BOPO terhadap ROE melalui STM
X3 Y Z = (-0,158 + 0,005) = -0,153
70
e. Uji Kesesuaian Model
Untuk mengetahui apakah model tersebut sudah sesuai atau
belum, maka dilakukan uji kesesuaian model (Goodness of Fit)
sebagai berikut.
Laporan Statistik Nilai yang Direkomendasikan
Cut of value Hasil Keterangan
Absolut Fit
Probabilitas X2 Signifikan (p <
0.05) 0.025
Model yang
diusulkan
cocok/fit dengan
data observasi
CMIN/DF
≤ 5
< 2
4,996 Ukuran yang
reasonable dan fit
RMSEA
< 0.1
< 0.05
< 0.01
0.05 ≤ x ≤ 0.08
0.026 good fit
GFI > 0.9 0.969 Good fit
Incremental Fit
AGFI ≥ 0.9 0.928 Good fit
TLI ≥ 0.9 0.951 Good fit
NFI ≥ 0.9 0.971 Good fit
Parsimonious Fit
PNFI 0 – 1.0 0.097 Sebaiknya lebih
besar
PGFI 0 – 1.0 0.098 Sebaiknya lebih
besar
71
2. Interpretasi Hasil
a. Persamaan Substruktur I
Short Term Mismatch = 0,220 FDR + (-0,691) NPF + 0,006
BOPO+ 0,734 ε1 ; R Square = 0,600
Hasil pengujian secara simultan, diketahui variabel FDR, NPF
dan BOPO berpengaruh signifikan terhadap STM pada perbankan
Syariah yang ada di Indonesia.
Hasil pengujian secara parsial, diketahui variabel FDR
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap STM pada
perbankan Syariah di Indonesia. Artinya, apabila terjadi kenaikan
FDR maka STM akan mengalami kenaikan nilai juga. Fenomena ini
menunjukkan bahwa apabila jumlah pengembalian dana pihak
ketiga meningkat maka hal tersebut akan menjaga likuiditas bank
syariah. Hal ini dapat terjadi karena FDR mengandalkan pembiayaan
yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi FDR
maka semakin tinggi pula dana yang disalurkan kepada pihak ketiga,
begitu juga sebaliknya.62
Variabel NPF memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap
STM. Artinya setiap terjadi kenaikan nilai NPF, STM akan
mengalami penurunan nilai. Fenomena ini menunjukkan bahwa
apabila jumlah kredit bermasalah meningkat, maka likuiditas bank
62 Dwi Nur’aini Ihsan, Manajemen Treasury Bank Syariah, (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2015), hal. 295.
72
akan menurun. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan
penelitian Yosep Murdiono (2013), yang menyatakan bahwa NPF
berpengaruh postif tidak signifikan terhadap likuiditas. Namun hasil
ini diperkuat dengan penelitian, Abdul Majid (2014) yang
menyatakan bahwa NPF berpengaruh negatif signifikan terhadap
likuiditas bank syariah.
Non Performing Financing (NPF) pada bank syariah selalu
digunakan oleh bank pada saat mempublikasikan kondisi kinerja
bank. NPF mengukur tingkat permasalahan pembiayaan yang
dihadapi oleh bank syariah. Semakin tinngi rasio ini menunjukan
kualitas pembiayaan bank syariah semakin buruk. Bank dengan NPF
yang yinggi akan memperbesar biaya baik pencadangan aktiva
produktif maupun biaya lainnya. 63
Karena pencadangan tersebut dan biaya lainnya yang timbul
akibat tingginya NPF maka hal ini menyebabkan dana likuid bank
syariah pun menurun.
Variabel BOPO memiliki pengaruh positif tidak dan signifikan
terhadap STM. Artinya BOPO tidak mempunyai pengaruh linier
terhadap STM, sehingga dapat dikatakan efisiensi operasional bank
tidak mempengaruhi likuiditas bank secara langsung.
63 Dwi Nur’aini Ihsan, Analisa Laporan Keuangan Perbankan Syariah, (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2013), hal. 96.
73
b. Persamaan Substruktur II
Return On Asset = -0,379 FDR + (-0,158) BOPO + 0,857 STM +
0,197 ε2 ; R Square = 0,736
Hasil pengujian secara simultan, diketahui variabel FDR, BOPO
dan STM berpengaruh signifikan terhadap ROE pada perbankan
Syariah yang ada di Indonesia.
Hasil pengujian secara parsial, diketahui variabel FDR memiliki
pengaruh negatif signifikan terhadap ROE bank syariah. Artinya
apabila terjadi kenaikan FDR maka nilai ROE bank syariah akan
mengalami penurunan nilai. Hasil penelitian bertolak belakang
dengan dengan penelitian Masnurdiyansyah (2015), yang
menyatakan bahwa FDR berpengaruh positif signifikan terhadap
ROE. Namun penelitian ini didukung penelitian Dimas (2016), yang
menyatakan bahwa FDR memiliki pengaruh negatif tidak signifikan
terhadap Profitabiitas. Hal ini disebabkan karena FDR merupakan
salah satu proxy dari penyauran pembiayaan bank syariah, setiap
pembiayaan yang disalurkan memilki risiko yang melekat
didalamnya sehingga semakin banyak pembiayaan yang disalurkan
maka akan semakin tinggi pula risiko atas pembiayaan tersebut.
Variabel BOPO mempunyai pengaruh negatif dan signifikan
terhadap ROE perbankan Syariah di Indonesia. Artinya apabila
terjadi kenaikan pada BOPO maka nilai ROE bank syariah akan
mengalami penurunan. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan
74
penelitian Lemiyana (2016) yang menyatakan bahwa BOPO
berpengaruh positif tidak signifikan terhadap ROE. Namun hasil
penelitian ini didukung oleh Hery (2010), dan Iqbal (2012) yang
menyatakan bahwa BOPO memiliki pengaruh negatif signifikan
terhadap ROE. Hal ini disebabkan karena BOPO merupakan
cerminan bagaimana manajemen bank syariah dalam mengelola
efektifitas kegiatan operasionalnya. Jika BOPO tinggi itu berarti
manajemen bank dalam mengelola kegiatan operasionalnya buruk,
sehingga hal ini dapat berdampak pada laba bank syariah dan
berpotensi menimbulkan kerugian.
Variabel STM memiliki pengaruh positif signifikan terhadap
ROE bank syariah. Artinya apabila STM naik maka bank syariah
akan mengalami kenaiakan laba juga. Cash Ratio atau pada bank
syariah dikenal sebagai Short Term Mismatch ialah rasio yang
menggambarkan likuiditas bank. Semakin tinggi nilai rasio ini
makan, lukuiditas bank pun semakin baik sehingga dapat berdampak
pada kenaikan laba bank itu sendiri. Hal ini terjadi karena bank
syariah menjaga kualitas dari dana likuidnya, sehingga apabila
terjadi masalah dalam pembiayaan bank hal itu dapat tertutupi oleh
dana likuid tadi.
75
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil pengujian pada substruktur I dan II diketahui variabel FDR memiliki
pengaruh langsung yang positif terhadap STM dan pengaruh langsung
yang positif terhadap ROE. Variabel FDR memiliki pengaruh tidak
langsung yang positif terhadap ROE dan pengaruh total sebesar 0,348.
Variabel NPF memiliki pengaruh langsung yang negatif terhadap STM
sebesar -0,691.
Variabel BOPO memiliki pengaruh langsung yang positif tidak signifikan
terhadap STM dan memiliki pengaruh langsung yang negatif terhadap
ROE. Variabel BOPO memiliki pengaruh tidak langsung yang negatif
signifikan terhadap ROE dengan pengaruh total sebesar -0,006.
Variabel STM memiliki pengaruh langsung yang positif terhadap ROE
sebesar 0,857.
76
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan melalui hasil penelitian ini adalah :
1. Saran Untuk Peneliti Selanjutnya
Masih banyak hal yang harus dikaji dan diuji kembali mengenai
penelitian yang penulis lakukan, dimana semua itu tidak lepas dari
keterbatasan-keterbatasan yang ada baik itu dari data yang diperoleh hanya
untuk periode Januari 2012 – Desember 2016 maupun dari sisi penulisan
dan konsep penelitian yang dijalankan. Berikut adalah saran untuk peneliti
yang akan datang :
a. Disarankan untuk peneliti selanjutnya, menambahkan kuantitas
sampel dengan periode penelitian yang lebih panjang dan
menggunakan lebih banyak variabel lain yang diharapkan lebih
potensial, sehingga mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik.
b. Penelitian selanjutnya diharapkan metode dan alat uji yang
digunakan dapat lebih dikembangkan.
2. Saran Untuk Perbankan Syariah
Pada perbankan Syariah diharapkan dapat memanfaatkan penelitian
ini sebagai salah satu pertimbangan dalam memprediksi faktor eksternal
yang mempengaruhi penghimpunan dana untuk memaksimalkan
penyaluran dana kepada masyarakat dan merumuskan strategi serta
memutuskan kebijakan yang tepat sehingga diperoleh kinerja Perbankan
Syariah yang lebih baik di masa yang akan datang.
77
3. Saran Untuk Masyarakat
Sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi
hasil memberikan alternatif sistem perbankan yang saling menguntungkan
bagi masyarakat dan bank, serta menonjolkan aspek keadilan dalam
bertransaksi, investasi yang beretika, mengedepankan nilai-nilai
kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi, serta menghindari
kegiatan yang bersifat spekulatif dalam bertransaksi keuangan.
Dengan menyediakan beragam produk serta layanan jasa perbankan
yang beragam dengan skema keuangan lebih variatif, perbankan syariah
menjadi alternatif sistem perbankan yang kredibel dan dapat dinikmati
oleh seluruh golongan masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.
78
DAFTAR PUSTAKA
Bank Indonesia. 2012. Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Kelembagaan
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank. Jakarta: Pusat Riset dan Edukasi Bank
Sentral.
Bank Indonesia. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/24/BpbS/2007. Sistem
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah.
Dendawijaya, Lukman. 2010. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Ghozali, Imam. 2008. Model Persamaan Struktural Konsep dan Aplikasi dengan
Program Amos 16.0. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Harahap, Sofyan Syafri. 2015. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta:
Rajawali Press.
Hutagalung, Esther Novelina, Djumahir, dkk. 2012. Analisa Rasio Keuangan
terhadap Kinerja Bank Umum di Indonesia. Jurnal Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Brawijaya Malang. No. 66b/DIKTI/KEP/2012
Ihsan, Dwi Nur’aini. 2013. Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah.
Jakarta: UIN Jakarta Press.
Ihsan, Dwi Nur’aini. 2016. Manajemen Treasury Bank Syariah. Jakarta: UIN
Jakarta Press.
Ismail. 2012. Perbankan Syariah. Jakarta: Kencana.
79
Julianti, Rahma. 2016. Pengaruh BI Rate, Inflasi, Dan IHSG Terhadap Dana Pihak
Ketiga (DPK) Serta Implikasinya Terhadap Pembiayaan Pada Bank Syariah.
Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta.
Kasmir. 2012. Manajemen Perbankan. Jakarta: Rajawali Pers.
Kumaedi, Sigit R. Prabowo, dan Emi Maslikha. 2014. Analisis Likuiditas dan
Rentabilitas Keuangan Bank Dalam Menilai Kinerja Bank Syariah Mandiri
(Studi Kasus Pada PT Bank Syariah Mandiri Tahun 2003-2009). Jurnal
STAR – Study & Accounting Research Universitas Pendididkan Indonesia
Vol. XI, No. 2.
Kuncoro, Mudrajat dan Suhardjono. 2002. Manajemen Perbankan: Teori dan
Aplikasi. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Mandala dan Prathama Rahardja. Teori Ekonomi Mikro: Suatu Pengantar. Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI.
Molan, Benyamin. 2002. Glosarium Prentice Hall untuk Manajemen dan
Pemasaran. Jakarta: PT. Prenhallindo.
Muhammad. 2005. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP
YKPN.
Munawir. 2000. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.
N., Indo Yama dan Hemmy Fauzan. 2006. Pengantar Bisnis dan Manajemen.
Jakarta: UIN Jakarta Press.
Otoritas Jasa Keuangan. 2015. Laporan Perkembangan Keuangan Syariah 2015.
80
Paredede, Ratlan dan Renhard Manurung. 2014. Analisis Jalur (Path Analysis):
Teori dan Aplikasi dalam Riset Bisnis. Jakarta: Rineka Cipta.
Purba, Daris. 2012. Pengaruh Kecukupan Modal, Likuiditas, dan Efisiensi
Operasional Terhadap Profitabilitas Pada Pt Bank Muamalat Indonesia.
Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Rivai, Veithzal. 2007. Bank and Financial Institution Management (Conventional
and Sharia System). Jakarta: PT. Grafindo Persada.
Romdayanah, R. 2014. Pengaruh Faktor Modal, Kualitas Aset, dan Likuiditas
Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah. Jurnal Ekonomi Islam Fakultas
Syariah, Institut Agama Islam Negeri Wali Songo Semarang (ISSN: 2303-
0178).
Santoso, Singgih. 2012. Statistik Parametrik : Konsep dan Aplikasi dengan SPSS,
Jakarta: Alex Media Komputindo.
Siregar, Syofian. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi Dengan
Perbandingan Perhitungan Manual & Spss. Jakarta: Kencana.
Sudarsono, Heri. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta:
Ekonosia FE UII.
Supriyadi, Edy. 2014. SPSS + AMOS Statistical Data Analysis. Jakarta: IN
MEDIA.
Supriyatna, Iqbal. 2012. Analisis Pengaruh Modal, NPF dan Inflasi Terhadap
Pembiayaan yang Disalurkan seta Implikasinya terhadap ROE pada
Perbankan Syariah (Studi pada Bank Muamalat Indonesia). Skripsi S1
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta.
81
Surat Edaran Bank Indonesia No.9/24/DPbS tahun 2007. Sistem Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah.
Suryani. 2012. Analisis Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) Terhadap
Profitabilitas Perbankan Syariah Di Indonesia. Jurnal STAIN Malikussaleh
Lhokseumawe Vol. 19.
Syamsuddin, Lukman. 2000. Manajemen Keuangan Perbankan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Usnan, Ade Setiawan dan Budi Sukardi. 2016. Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Return On Assets Pada Bank Umum Syariah Dan Unit Usaha
Syariah (Periode 2010-2013). Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis IAIN
Surakarta JRKA Volume 2 Isue 1.
Widarjono, Agus. 2010. Analisis Statistika Multivariat Terapan. Yogyakarta: UPP
STIM YKPN.
http://finance.detik.com/read/2016/04/27/134953/2899188/5/laba-bank-syariah-
turun-44
http://www.goldbank.co.id/channel/laput/perbankan/yah-performa.html
http://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/publikasi/perbankan-syariah/
http://www.ojk.go.id/kanal/syariah/datadanstatistik/statistikperbakansyariah/
82
LAMPIRAN
Lampiran 1: Data Variabel FDR, NPF, BOPO, STM dan ROE Bank Umum
Syariah Periode Januari 2012 – Desember 2016
Financing to Deposit Rasio (dalam bentuk presentase)
Bulan Financing to Deposit Rasio
2012 2013 2014 2015 2016
Januari 87,27 100,63 100,07 88,85 87,86
Februari 90,49 102,17 102,03 89,37 87,30
Maret 87,13 102,62 102,22 89,15 87,52
April 95,39 103,08 95,50 89,57 88,11
Mei 97,95 102,08 99,43 90,05 89,31
Juni 98,59 104,43 100,80 92,56 89,32
Juli 99,91 104,83 99,89 90,13 87,58
Agustus 101,03 102,53 98,99 90,72 87,53
September 102,10 103,27 99,71 90,82 86,43
Oktober 100,84 103,03 98,99 90,67 86,88
November 101,19 102,58 94,62 90,26 86,27
Desember 100,00 100,32 91,50 88,03 85,99
(Sumber : www.ojk.go.id)
Non Performing Financing (dalam bentuk presentase)
Bulan Non Performing Financing
2012 2012 2013 2014 2015 2016
Januari 3,28 2,68 2,49 3,01 5,56 5,46
Februari 3,66 2,82 2,72 3,53 5,83 5,59
Maret 3,60 2,76 2,75 3,22 5,49 5,35
April 3,79 2,85 2,85 3,48 5,2 5,48
Mei 3,76 2,93 2,92 4,02 5,44 6,17
Juni 3,55 2,88 2,64 3,90 5,09 5,68
Juli 3,75 2,92 2,75 4,31 5,30 5,32
Agustus 3,53 2,78 3,01 4,58 5,30 5,55
September 3,50 2,74 2,8 4,67 5,14 4,67
Oktober 3,11 2,58 2,96 4,58 5,16 4,80
November 2,74 2,50 3,08 4,86 5,13 4,68
Desember 2,52 2,22 2,62 4,33 4,84 4,42
(Sumber : www.ojk.go.id)
83
BOPO (dalam bentuk presentase)
Bulan BOPO
2012 2012 2013 2014 2015 2016
Januari 75,75 86,22 70,43 80,05 94,80 81,78
Februari 79,56 78,39 72,06 83,77 94,23 77,05
Maret 77,63 77,77 72,95 91,90 95,96 78,32
April 78,78 77,77 73,95 84,5 96,69 81,93
Mei 79,05 76,24 76,87 76,49 96,51 80,14
Juni 78,13 75,74 76,18 71,76 96,98 79,53
Juli 77,13 75,87 76,13 79,80 97,08 79,29
Agustus 77,65 75,89 77,87 81,20 97,30 79,01
September 77,54 75,44 77,98 82,39 96,94 78,50
Oktober 78,03 75,04 79,06 75,61 96,71 77,27
November 77,92 75,29 78,59 93,50 96,75 77,18
Desember 78,41 74,75 78,21 79,27 97,01 82,85
(Sumber : www.ojk.go.id)
Short Term Mismatch (dalam bentuk presentase)
Bulan Short Term Mismatch
2012 2012 2013 2014 2015 2016
Januari 21,02 17,02 25,03 16,88 25,17 22,91
Februari 19,98 20,11 21,98 18,89 19,05 23,67
Maret 20,4 20,65 20,18 19,19 19,98 23,4
April 20,56 21,12 19,71 19,02 20,65 23,25
Mei 19,01 21,43 18,55 21,35 19,73 20,32
Juni 18,90 24,67 18,80 21,87 20,45 19,47
Juli 19,66 24,50 18,09 21,04 20,89 19,41
Agustus 19,00 24,04 19,12 19,42 22,04 19,92
September 18,76 24,41 20,77 20,67 27,65 22,53
Oktober 17,42 22,1 20,45 21,54 21,61 21,71
November 18,21 22,32 20,51 19,07 26,09 22,99
Desember 18,30 24,67 20,18 18,22 20,04 22,54
(Sumber : www.ojk.go.id)
84
Return On Equity (dalam bentuk presentase)
Bulan Return On Equity
2012 2012 2013 2014 2015 2016
Januari 19,99 10,11 23,98 0,08 11,87 11,58
Februari 15,49 20,08 21,52 0,13 16,58 10,31
Maret 18,22 20,78 22,25 1,16 15,94 8,91
April 17,60 18,96 22,48 1,09 12,58 7,83
Mei 17,15 21,09 24,34 1,13 8,17 5,98
Juni 17,01 23,59 19,33 1,12 7,32 8,89
Juli 17,09 24,06 18,27 1,05 4,50 7,96
Agustus 16,98 24,27 17,97 0,93 4,50 6,55
September 17,09 24,94 18,05 0,97 5,41 6,91
Oktober 17,43 25,51 17,24 0,92 3,55 5,42
November 17,54 24,06 17,24 0,87 6,41 7,08
Desember 15,73 24,06 17,24 0,80 5,85 8,01
(Sumber : www.ojk.go.id)
Lampiran 2: Hasil Output Perhitungan Analisis Jalur dengan AMOS 22.0
Estimates (Group number 1 - Default model)
Scalar Estimates (Group number 1 - Default model)
Maximum Likelihood Estimates
Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
STM <--- FDR 1,386 ,373 3,716 ,012 par_1
STM <--- BOPO ,048 ,079 ,604 ,958 par_7
STM <--- NPF -3,059 ,522 -5,856 *** par_8
ROE <--- BOPO -,036 ,008 -4,451 ,040 par_2
ROE <--- FDR ,123 ,047 2,632 *** par_3
ROE <--- STM ,034 ,011 3,042 *** par_4
85
Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Estimate
STM <--- FDR ,220
STM <--- BOPO ,006
STM <--- NPF -,691
ROE <--- BOPO -,158
ROE <--- FDR ,379
ROE <--- STM ,857
Covariances: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
BOPO <--> NPF 5,205 1,187 4,386 *** par_5
FDR <--> NPF -,632 ,200 -3,154 ,053 par_6
FDR <--> BOPO -4,852 1,389 -3,494 ,019 par_9
Correlations: (Group number 1 - Default model)
Estimate
BOPO <--> NPF ,610
FDR <--> NPF -,404
FDR <--> BOPO -,456
Variances: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
FDR 1,953 ,328 5,958 *** par_10
BOPO 58,089 9,749 5,958 *** par_11
NPF 1,255 ,211 5,958 *** par_12
e1 14,798 2,484 5,958 *** par_13
e2 ,197 ,033 5,958 *** par_14
Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model)
Estimate
STM ,600
ROE ,736
86
Matrices (Group number 1 - Default model)
Implied (for all variables) Covariances (Group number 1 - Default model)
NPF BOPO FDR STM ROE
NPF 1,255
BOPO 5,205 58,089
FDR -,632 -4,852 1,953
STM -4,468 -19,880 4,408 33,629
ROE -,418 -3,367 ,566 2,410 ,471
Implied (for all variables) Correlations (Group number 1 - Default model)
NPF BOPO FDR STM ROE
NPF 1,000
BOPO ,610 1,000
FDR -,404 -,456 1,000
STM -,688 -,450 ,544 1,000
ROE -,544 -,644 ,591 ,606 1,000
Implied Covariances (Group number 1 - Default model)
NPF BOPO FDR STM ROE
NPF 1,255
BOPO 5,205 58,089
FDR -,632 -4,852 1,953
STM -4,468 -19,880 4,408 33,629
ROE -,418 -3,367 ,566 2,410 ,471
Implied Correlations (Group number 1 - Default model)
NPF BOPO FDR STM ROE
NPF 1,000
BOPO ,610 1,000
FDR -,404 -,456 1,000
STM -,688 -,450 ,544 1,000
ROE -,544 -,644 ,591 ,606 1,000
Residual Covariances (Group number 1 - Default model)
NPF BOPO FDR STM ROE
NPF ,000
BOPO ,000 ,000
FDR ,000 ,000 ,000
STM ,000 ,000 ,000 ,000
ROE -,220 ,000 ,000 ,000 ,000
87
Standardized Residual Covariances (Group number 1 - Default model)
NPF BOPO FDR STM ROE
NPF ,000
BOPO ,000 ,000
FDR ,000 ,000 ,000
STM ,000 ,000 ,000 ,000
ROE -2,116 ,000 ,000 ,000 ,000
Factor Score Weights (Group number 1 - Default model)
Total Effects (Group number 1 - Default model)
NPF BOPO FDR STM
STM -3,059 ,048 1,386 ,000
ROE -,105 -,034 ,171 ,034
Standardized Total Effects (Group number 1 - Default model)
NPF BOPO FDR STM
STM -,591 ,063 ,334 ,000
ROE -,171 -,381 ,348 ,289
Direct Effects (Group number 1 - Default model)
NPF BOPO FDR STM
STM -3,059 ,048 1,386 ,000
ROE ,000 -,036 ,123 ,034
Standardized Direct Effects (Group number 1 - Default model)
NPF BOPO FDR STM
STM -,591 ,063 ,334 ,000
ROE ,000 -,399 ,251 ,289
Indirect Effects (Group number 1 - Default model)
NPF BOPO FDR STM
STM ,000 ,000 ,000 ,000
ROE -,105 ,002 ,047 ,000
Standardized Indirect Effects (Group number 1 - Default model)
NPF BOPO FDR STM
STM ,000 ,000 ,000 ,000
ROE -,171 ,018 ,097 ,000
88
Lampiran 3: Hasil Uji Kesesuaian Model
Model Fit Summary
CMIN
Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF
Default model 14 4,996 1 ,025 4,996
Saturated model 15 ,000 0
Independence model 5 170,644 10 ,000 17,064
RMR, GFI
Model RMR GFI AGFI PGFI
Default model ,177 ,969 ,928 ,065
Saturated model ,000 1,000
Independence model 12,598 ,471 ,207 ,314
Baseline Comparisons
Model NFI
Delta1
RFI
rho1
IFI
Delta2
TLI
rho2 CFI
Default model ,971 ,707 ,976 ,751 ,975
Saturated model 1,000 1,000 1,000
Independence model ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
Parsimony-Adjusted Measures
Model PRATIO PNFI PCFI
Default model ,100 ,097 ,098
Saturated model ,000 ,000 ,000
Independence model 1,000 ,000 ,000
NCP
Model NCP LO 90 HI 90
Default model 3,996 ,319 15,054
Saturated model ,000 ,000 ,000
Independence model 160,644 121,960 206,767
89
FMIN
Model FMIN F0 LO 90 HI 90
Default model ,085 ,068 ,005 ,255
Saturated model ,000 ,000 ,000 ,000
Independence model 2,892 2,723 2,067 3,505
RMSEA
Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE
Default model ,260 ,074 ,505 ,036
Independence model ,522 ,455 ,592 ,000
AIC
Model AIC BCC BIC CAIC
Default model 32,996 36,166 62,317 76,317
Saturated model 30,000 33,396 61,415 76,415
Independence model 180,644 181,776 191,116 196,116
ECVI
Model ECVI LO 90 HI 90 MECVI
Default model ,559 ,497 ,747 ,613
Saturated model ,508 ,508 ,508 ,566
Independence model 3,062 2,406 3,844 3,081
HOELTER
Model HOELTER
.05
HOELTER
.01
Default model 46 79
Independence model 7 9