pengaruh inflasi, nilai tukar dan bi rate terhadap...
TRANSCRIPT
PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR DAN BI RATE TERHADAP
JUMLAH SIMPANAN MUDHARABAH PADA BANK UMUM
SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA
(Periode 2011-2015)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Suci Lailatuniyar
NIM : 1113085000017
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H / 2017 M
ii
iii
iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama Lengkap : Suci Lailatuniyar
Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 10 Agustus 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Smapal Kp. Babakan RT 006/ RW 002
Kelurahan Lengkong Gudang Kecamatan
Serpong Kota Tangerang Selatan
Telepon : 082298691910
Email : [email protected]
Pendidikan Formal
2001 – 2007 : MI Raudhatul Atfal
2007 – 2010 : SMP Islam Al-Mukhlishin Ciseeng Bogor
2010 – 2013 : SMAN 7 Kota Tangerang Selatan
2013 – 2017 : Program Sarjana (S1) Jurusan Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Kemampuan
1. Mampu bekerja secara tim maupun individu.
2. Mampu mengoperasikan Microsoft Office (Word, Excel, dan Powerpoint)
vii
ABSTRACT
This research aim to analyzes of the effect of inflation, exchage rate, and
BI rate to total saving of mudharabah Islamic Banks and Islamic Business Units
in Indonesia period January 2011 – December 2015. This research used
secondary data. The data used in this studyis the data monthly from January
2011 to December 2015. The study is using method of multiple linear regression
analysis. Technical sampling used in this research is purpose sampling, with a
sample of 34 Islamic Banks and Islamic Business Units recorder in data form
Bank Indonesia. This study uses a computery program SPSS version 20.0 and
Microsoft Excel 2010. The result in this research showed that exchange rate and
BI rate is partially have significant effect on the total saving of mudharabah.
While the partial inflation haven’t significant effect on the total saving of
mudharabah. Simultaneously inflation, exchange rate, and BI rate have
significant effect on the total saving of mudharabah.
Keywords : Inflation, Exchange Rate, BI Rate and Total Saving of Mudharabah.
viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh inflasi, nilai tukar,
dan BI Rate terhadap jumlah simpanan mudharabah pada Bank Umum Syariah
dan Unit Usaha Syariah di Indonesia periode Januari 2011 – Desember 2015.
Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data bulan Januari 2011 sampai
Desember 2015 dengan menggunakan alat analisis regresi linier berganda.
Teknis sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling,
dengan jumlah sampel 34 Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang
tercatat di data Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan. Penelitian ini
menggunakan program komputer SPSS versi 20.0 dan Microsoft Excel 2007.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa inflasi dan BI Rate secara parsial
berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah simpanan mudharabah.
Sedangkan inflasi secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah
simpanan mudharabah. Secara simultan inflasi, nilai tukar, dan BI Rate
berpengaruh secara signifikan terhadap terhadap jumlah simpanan mudharabah.
Kata kunci : Inflasi, Nilai Tukar, BI Rate, dan Jumlah Simpanan Mudharabah.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan segala rahmat,
karunia, rezeki, dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, dan BI Rate
terhadap Jumlah Simpanan Mudharabah pada Bank Umum Syariah dan Unit
Usaha Syariah di Indonesia periode 2011-2015” dengan baik. Shalawat serta
salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing
umatnya dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Terselesaikannya skripsi ini tentu dengan dukungan,
bantuan, bimbingan, semangat, dan do‟a dari orang-orang terbaik yang ada
disekeliling penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.
Maka dari itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan FEB, Bapak Dr. Amilin,
SE., Ak., M.Si., CA., QIA., BKP selaku Wakil Dekan I Bid. Akademik,
Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag., M.H selaku Wakil Dekan II Bid.
Administrasi Umum dan Bapak Dr. Desmadi Saharuddin, M.A selaku Wakil
Dekan III Bid. Kemahasiswaan.
2. Ibu Cut Erika Ananda Fatimah, SE., MBA selaku Ketua Jurusan Perbankan
Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
x
3. Ibu Fitri Damayanti, SE., M.Si selaku Sekertaris Jurusan Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Endra Kasni Laila Yuda, S.Ag, selaku Pembimbing Akademik yang
telah memberikan arahan dan bimbingan serta motivasi untuk penulis.
5. Ibu Umiyati, SEI, M.Si. selaku Pembimbing I yang telah memberikan solusi,
dukungan, bimbingan, dan arahan dalam menyelesaikan penyusunan skripsi
hingga selesai.
6. Keluarga terbaik dan tersayang yang saya miliki, Ibunda Nani Widiantika
yang selalu memberikan yang terbaik dan mencurahkan segala
perhatiannya selama ini, Ayahanda Mustami yang telah bekerja keras demi
anak-anak dan keluarga, Adikku Almas Haidar Ulwan yang selalu
menghibur serta memberikan dukungan di saat suka maupun duka. Tanpa
didikan, dukungan dan pengorbanan kalian saya tidak akan menjadi pribadi
seperti sekarang.
7. Windi Prabowo, SE., yang telah banyak membantu, meluangkan waktunya
untuk mendengarkan kesulitan saya, memberikan saran-saran yang
bermanfaat, dan memberikan dukungan dalam membantu pengerjaan skripsi.
8. Teman-teman seperjuangan ketika kuliah, yaitu Maulidya, Farida, dan Sri.
Terima kasih atas perjuangan dan waktu yang telah dihabiskan bersama saya
selama menjadi mahasiswa yang selalu mengingatkan bukan melarang,
merangkul bukan melepaskan, selalu sabar mengajarkan hal apapun yang
berkaitan dengan mata perkuliahan, dan selalu memberikan dukungan serta
do‟anya. Juga teman-teman Gincu, yaitu Muti, Hexa, Dwi, Uphi, Jamilah,
xi
Mannik, Yesi dan Syifa. Terima kasih telah menjadi bagian terbaik dalam
masa perkuliahan penulis serta selalu mendengarkan dan mendukung
penulis.
9. Teman-teman PSY Kelas A 2013 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Terima kasih atas empat tahun kebersamaan dengan kalian yang penuh
warna.
10. Sahabat SIMAR yaitu Akbariah, Nur, Jeane, Gilang, Idris, Faisal, Atin, dan
yang lainnya tidak bisa saya sebutkan satu persatu atas semua kegilaan,
kebodohan, pembelajaran, canda dan tawa, serta ilmu yang dibagikan kepada
saya selama ini di masa putih biru. Terima kasih telah menjadi sahabat rasa
keluarga di masa putih biru.
11. Teman-teman KKN SAHITYA 2016 yang telah menghabiskan waktu hidup
satu bulan bersama dengan canda dan tawa serta pelajaran hidup yang sangat
berguna bagi saya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki penulis.
Oleh sebab itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan, baik
kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Ciputat, 25 Maret 2017
Penulis
(Suci Lailatuniyar)
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ........... Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Error! Bookmark
not defined.
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........... Error!
Bookmark not defined.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................... vi
ABSTRACT ............................................................................................... vii
ABSTRAK ................................................................................................. viii
KATA PENGANTAR ................................................................................ ix
DAFTAR ISI .............................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1 A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 14
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 14
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 17
A. Simpanan (Tabungan) Mudharabah Bank Syariah ..................................... 17
1. Pengertian Simpanan (Tabungan) Mudharabah Bank Syariah .. 22
2. Landasan Syariah tentang Tabungan Mudharabah..................... 27
B. Inflasi .......................................................................................................... 29
1. Pengertian Inflasi ........................................................................ 29
2. Macam – macam Inflasi .............................................................. 30
3. Kebijakan untuk Mengatasi Inflasi ............................................. 31
4. Inflasi dalam Perspektif Islam ..................................................... 34
C. Nilai Tukar (Kurs) ...................................................................................... 34
1. Pengertian Nilai Tukar (Kurs) ..................................................... 34
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kurs .................................... 36
D. Suku Bunga (BI Rate) ................................................................................. 39
1. Pengertian Suku Bunga (BI Rate) ............................................... 39
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga ........................ 40
E. Bank Syariah ............................................................................................... 43
1. Pengertian Bank Syariah ............................................................. 43
2. Tujuan Bank Syariah ................................................................... 44
3. Fungsi Bank Syariah ................................................................... 46
xiii
4. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional ...................... 46
F. Penelitian Terdahulu ........................................................................ 47
G. Hubungan Keterkaitan antara Variabel Independen dengan
Variabel Dependen............................................................................56
1. Pengaruh Inflasi terhadap Jumlah Simpanan Mudharabah ......... 56
2. Pengaruh Nilai Tukar terhadap Jumlah Simpanan Mudharabah 57
3. Pengaruh BI Rate terhadap Jumlah Simpanan Mudharabah ...... 57
H. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 59
I. Hipotesis .......................................................................................... 60
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 62
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 62
B. Populasi dan Penentuan Sampel ...................................................... 63
C. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 66
D. Metode Analisis Data ....................................................................... 67
1. Uji Asumsi Klasik ....................................................................... 68
2. Uji Hipotesis ............................................................................... 74
3. Analisis Regresi Linier Berganda ............................................... 78
E. Operasional Variabel Penelitian ...................................................... 79
1. Variabel Dependen (Y) ............................................................... 79
2. Variabel Independen (X) ............................................................. 80
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................................ 82
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian .................................... 82
B. Deskripsi Data .................................................................................. 86
1. Deskripsi Variabel Inflasi ........................................................... 86
2. Deskripsi Variabel Nilai Tukar ................................................... 87
3. Deskripsi Variabel Suku Bunga (BI Rate) .................................. 89
4. Deskripsi Variabel Simpanan (Tabungan) Mudharabah ............ 91
C. Analisis dan Pembahasan ................................................................. 93
1. Uji Asumsi Klasik ....................................................................... 93
2. Uji Hipotesis ............................................................................. 101
3. Analisis Regresi Linier Berganda ............................................. 105
D. Interpretasi ..................................................................................... 107
1. Pengaruh Inflasi terhadap Jumlah Simpanan Mudharabah ...... 107
2. Pengaruh Nilai Tukar terhadap Jumlah Simpanan
Mudharabah .............................................................................. 108
3. Pengaruh BI Rate terhadap Jumlah Simpanan Mudharabah .... 110
xiv
BAB V PENUTUP .................................................................................. 112
A. Kesimpulan .................................................................................... 112
B. Saran .............................................................................................. 112
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 115
LAMPIRAN ............................................................................................. 122
xv
DAFTAR TABEL
1. 1 Jaringan Kantor Perbankan Syariah ..............................................................2
1. 2 Komposisi Simpanan Mudharabah, Inflasi, Kurs dan BI Rate
Periode 2011-2015 di Indonesia ....................................................................4
2. 1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional ......................................46
2. 2 Penelitian Terdahulu ...................................................................................59
3. 1 Data Bank Umum Syariah 2011-2015 ........................................................63
3. 2 Data Unit Usaha Syariah 2011-2015 ...........................................................64
4. 1 Data Inflasi Tahun 2011-2015 dalam Persentase (%) .................................86
4. 2 Data Nilai Tukar Tahun 2011-2015 dalam Puluhan Ribu Rupiah ..............88
4. 3 Data Suku Bunga (BI Rate) Tahun 2011-2015 dalam Persentase (%) ........90
4. 4 Data Jumlah Simpanan Mudharabah Tahun 2011-2015 dalam
Miliar Rupiah ..............................................................................................92
4. 5 Uji Normalitas Kolmogorv-Smirnov ...........................................................96
4. 6 Uji Multikolinieritas ....................................................................................97
4. 7 Uji Glejser ...................................................................................................99
4. 8 Uji Durbin-Watson ....................................................................................100
4. 9 Uji-t (Parsial) .............................................................................................101
4. 10 Uji F (Simultan) ........................................................................................103
4. 11 Uji Adjusted R Square (R2adj) ..................................................................104
4. 12 Analisis Regresi Linier Berganda .............................................................105
xvi
DAFTAR GAMBAR
2. 1 Skema Mudharabah Muthlaqah ..................................................................20
2. 2 Skema Mudharabah Muqayyadah ...............................................................21
2. 3 Kerangka Pemikiran .....................................................................................59
4. 1 Perkembangan Jumlah Simpanan Mudharabah tahun 2011-2015 ...............85
4. 2 Grafik Histogram ..........................................................................................95
4. 3 Grafik P-Plot .................................................................................................95
4. 4 Grafik Scatterplot .........................................................................................98
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Data Sampel Penelitian ................................................................................122
2. Data Variabel Penelitian ..............................................................................123
3. Uji Normalitas ..............................................................................................126
4. Uji Multikolinieritas .....................................................................................127
5. Uji Heteroskedastisitas .................................................................................128
6. Uji Glejser ....................................................................................................128
7. Uji Autokorelasi ...........................................................................................128
8. Uji-t (Parsial) ................................................................................................129
9. Uji F (Simultas) ............................................................................................129
10. Uji Adjusted R Square (R2adj) .....................................................................129
11. Tabel F .........................................................................................................130
12. Tabel t ..........................................................................................................131
13. Tabel D-W ...................................................................................................132
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank Syariah telah diatur dalam Undang-Undang No.21 tahun 2008
tentang Perbankan Syariah, sehingga dalam operasinya perbankan syariah
lebih leluasa dalam bergerak dikarenakan sudah mempunyai landasan hukum
yang jelas. Perkembangan industri perbankan syariah dalam satu dekade
terakhir masih ditandai dengan tingkat ekspektasi yang tinggi yang
menunjukkan adanya permintaan terhadap jasa perbankan yang cukup tinggi,
dan itu telah diperkirakan dalam berbagai kajian yang dilakukan. Faktor yang
berperan penting dalam perkembangan bank syariah adalah pola ketertarikan
masyarakat terhadap budaya menyimpan uangnya sebagai bentuk investasi.
Perkembangan tersebut didukung pula oleh kendali moneter dan kebajikan
perbankan yang kondusif. Hal ini tercermin dari pertumbuhan yang signifikan
pada sejumlah indikator, seperti jumlah bank, jaringan kantor dan dana pihak
ketiga dan pembiayaan yang disalurkan.(Laporan Perkembangan Bank
Syariah Bank Indonesia, 2007).
Bank sebagai lembaga keuangan adalah bagian dari faktor penggerak
kegiatan perekonomian. Kegiatan–kegiatan lembaga sebagai penyedia dan
penyalur dana akan menentukan baik tidaknya perekonomian suatu negara.
Dalam perkembangannya jasa perbankan telah mengalami kemajuan yang
cukup pesat. Pesaing-pesaing baru telah memasuki pasar dengan berbagai
2
tawaran produk yang beraneka ragam dan memiliki daya tarik tersendiri.
(Siamat, 2004)
Dari sisi perkembangan jaringan kantor perbankan syariah saat ini
terdapat 12 Bank Umum Syariah (BUS), 22 Unit Usaha Syariah (UUS), dan
163 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Total kantor BUS dan UUS
pada tahun 2015 mencapai 2.301 kantor. Berikut ini adalah perkembangan
kelembagaan perbankan syariah.
Tabel 1. 1
Jaringan Kantor Perbankan Syariah
Kelompok Bank 2011 2012 2013 2014 2015
BUS 11 11 11 12 12
UUS 24 24 23 22 22
BPRS 155 158 163 163 163
Total Kantor BUS
dan UUS 1.737 2.262 2.588 2.283 2.301
Sumber : Bank Indonesia, Statistik Perbankan Syariah Indonesia
Karena Bank-bank Islam telah mengadopsi sistem dan prosedur dalam
perbankan konvensional, maka sepanjang praktik perbankan konvensional
tidak bertentangan dengan prinsip-prinsi Islam itu dinyatakan boleh dalam
Islam. Salah satu yang menjadi ciri khas dari perbankan syariah adalah sistem
bagi hasil (non bunga) untuk pembagian keuntungan, yang besarnya bagi
hasil (profit sharing) ditentukan diawal perjanjian kesepakatan. Berbeda
dengan bunga, yang prosentase bagi hasil belum tentu sama tiap bulannya.
Bank syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan
mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam sesuai Al-Qur‟an dan Al-
3
Hadist, tradisinya dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain
yang terkait. Prinsip-prinsip utama yang 2 diikuti oleh bank Islam adalah
larangan riba (suku bunga) dalam berbagai bentuk transaksi, melakukan
kegiatan usaha dan perdagangan berdasarkan perolehan keuntungan yang sah
dan sesuai kesepakatan bersama. (Sudarsono, 2003).
Di Indonesia pelopor perbankan syariah adalah Bank Muamalat
Indonesia (BMI) yang berdiri pada tahun 1991. Pendirian bank syariah ini
diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang kemudian didukung
sepenuhnya oleh Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan
beberapa pengusaha muslim lainnya. Kompetesi dunia perbankan di
Indonesia semakin semarak terhitung sejak hadirnya bank syariah yang
dipelopori oleh BMI tersebut. Paling tidak, hal ini bisa dilihat dari
menjamurnya bank-bank yang menerapkan prinsip syariah, baik yang
berbentuk Bank Umum Syariah maupun Unit Usaha Syariah. Per September
2008 terdapat 3 Bank Umum Syariah, 28 Unit Usaha Syariah dan 128 Bank
Perkreditan Rakyat Syariah. (Laporan Perkembangan Perbankan Syariah
Bank Indonesia, 2009)
Operasioanal bank syariah baik dalam menghimpun dana maupun
dalam penyalurannya menggunakan prinsip syariah. Adanya ketentuan bahwa
akad dalam penghimpunan dana dan penyaluran dana tersebut maka bank
syariah akan memberikan manfaat kepada semua pihak yang berkepentingan
terutama yang gilirannya akan mewujudkan pengelola bank syariah yang
sehat. Selain itu, kejelasan akad akan membantu dalam operasional bank
4
sehingga menjadi lebih efisien dan akan meningkatkan kepastian hukum oleh
berbagai pihak termasuk bagi pengawas dan auditor bank syariah.
(Sholahuddin dan Hakim, 2008)
Dalam produk penghimpunan dana di bank syariah yang menggunakan
prinsip bagi hasil yaitu giro, tabungan dan deposito. Prinsip operasional
syariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip
wadi’ah dan mudharabah. (Karim, 2014)
Salah satu produk yang ditawarkan oleh bank syariah yaitu tabungan
dengan menggunakan akad mudharabah. Mudharabah adalah transaksi
penanaman dana dari pemilik dana kepada pengelola dana untuk melakukan
kegiatan usaha tertentu sesuai syariah dengan pembagian hasil usaha di antara
kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.
(Rustam, 2013).
Tabel 1. 2
Komposisi Simpanan Mudharabah, Inflasi, Kurs dan BI Rate
periode 2011-2015 di Indonesia
Tahun Simpanan Mudharabah
(Milyar)
Inflasi
(%)
Kurs
(Rp)
BI Rate
(%)
2011 27.208 3.79 9.068 6.00
2012 37.623 4.30 9.670 5.75
2013 46.459 8.38 12.189 7.50
2014 51.020 8.36 12.440 7.75
2015 53.448 3.35 13.795 7.50
Sumber : Bank Indonesia, 2011-2015
Dari tabel 1.2, komposisi simpanan mudharabah tidak terlepas dengan
adanya perkembangan ekonomi di Indonesia secara makro pada tahun 2011-
5
2015. Variabel makro tersebut yaitu inflasi, nilai tukar, dan BI Rate. Dapat
dilihat pada tabel komposisi simpanan mudharabah dari tahun 2011 sampai
2015 mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan ini merupakan
dampak langsung dari perkembangan jaringan kantor dan layanan sistem
perbankan syariah.
Inflasi mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi juga
faktor lain yang mempengaruhi jumlah tabungan mudharabah. Hal tersebut
dapat dilihat dari krisis tahun 1997-1998 yang mengakibatkan terganggunya
sektor riil. Krisis ini diawali dari krisis di sektor moneter (depresiasi nilai
tukar rupiah dengan dolar) yang kemudian merambat kepada semua sektor
tanpa terkecuali. Tingkat inflasi ketika itu sebesar 77,60% yang diikuti
pertumbuhan ekonomi minus 13,20%. Adapun terganggunya sektor riil
terlihat pada kontraksi produksi pada hampir seluruh sektor perekonomian.
Tahun 1998, seluruh sektor dalam perekonomian (kecuali sektor listrik,
gas, dan air bersih) mengalami kontraksi. Sektor konstruksi mengalami
kontraksi terbesar yaitu 36,4%. Disusul kemudian sektor keuangan sebesar
26,6%. Inflasi sebenarnya mencerminkan kestabilan nilai sebuah mata uang.
Stabilitas tersebut tercermin dari stabilitas tingkat harga yang kemudian
berpengaruh terhadap realisasi pencapaian tujuan pembangunan ekonomi
suatu negara, seperti pemenuhan kebutuhan dasar, pemerataan distribusi
pendapatan dan kekayaan, perluasan kesempatan kerja, dan stabilitas
ekonomi.
6
Terlihat dari tabel inflasi cenderung mengalami penurunan, pada tahun
2015 inflasi mengalami penurunan dibandingkan tahun 2014. Kepala Badan
Pusat Statistik (BPS) Suryamin didampingi Deputi Bidang Statistik Distribusi
dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo mengidentifikasi sebanyak tujuh
penyebab inflasi pada April 2015. Empat di antaranya yaitu penyumbang
inflasi tertinggi adalah naiknya harga bensin per 28 Maret 2015. Kontributor
inflasi terbesar kedua, bawang merah yang harganya naik 11,58% akibat
berkurangnya pasokan. Penyumbang ketiga adalah tarif angkutan dalam kota
sebesar 0,04%, dengan kenaikan harga 2,14%. Kenaikan tarif angkutan yang
menurut BPS terjadi di 28 kota, disebabkan oleh penyesuaian harga BBM.
Keempat adalah kelompok bahan bakar rumah tangga, yakni elpiji 12 kg yang
naik harganya Rp 8.000 per tabung atau 1,88% per 1 April 2015.
(www.cnnindonesia.com/ekonomi/20150504124923-78-50973/bps-beberkan-
tujuh-penyebab-inflasi-april/)
Menurut para ekonom Islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi
perkonomian karena :
1. Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi
tabugan (nilai simpan), fungsi pembayaran di muka, dan fungsi dari unit
perhitungan. Orang harus melepaskan diri dari uang dan aset keuangan
akibat dari beban inflasi tersebut. Inflasi juga telah mengakibatkan
terjadinya inflasi kembali, atau dengan kata lain „self feeding inflation‟.
2. Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari
masyarakat (turunnya marginal propensity to save).
7
3. Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk non-primer
dan barang-barang mewah (naiknya marginal propensity to consume).
4. Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu penumpukan
kekayaan (hoarding) seperti : tanah, bangunan, logam muliah, mata uang
asing dengan mengorbankan investasi ke arah produktif seperti : pertanian,
industrial, perdagangan, transportasi, dan lainnya. (Karim, 2008)
Pada tataran makro, nilai uang terhadap barang memiliki peran penting
terhadap jumlah tabungan masyarakat di bank. Tingginya inflasi akan
menurunkan nilai kekayaan dalam bentuk uang. Inflasi merupakan salah satu
peristiwa moneter yang sangat penting dan hampir semua negara
mengalaminya baik negara miskin, berkembang bahkan negara maju
sekalipun tidak dapat lepas dari masalah ini. (Boediono, 2001)
Inflasi yang rendah dan stabil merupakan prasyarat untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat. Sementara itu, sumber tekanan inflasi Indonesia
tidak hanya berasal dari sisi permintaan yang dapat dikelola oleh Bank
Indonesia. Dari hasil penelitian, karakteristik inflasi di Indonesia masih
cenderung bergejolak terutama dipengaruhi oleh sisi penawaran (supply)
berkenaan dengan gangguan produksi, distribusi maupun kebijakan
pemerintah. Selain itu, shocks terhadap inflasi juga dapat berasal dari
kebijakan pemerintah terkait harga komoditas strategis seperti BBM dan
komoditas energi lainnya (administered prices). (www.bi.go.id)
Inflasi terhadap simpanan mudharabah tidak berpengaruh, artinya
tinggi rendahnya inflasi tidak memberi pengaruh terhadap simpanan
8
mudharabah. Hal ini dikarenakan transaksi dalam perbankan syariah
menggunakan sistem bagi hasil di mana besar kecilnya pengembalian yang
didapat nasabah sesuai dengan kesepakatan antara bank dan nasabah di awal
perjanjian serta bagi hasil yang diberikan sesuai dengan keuntungan yang
diperoleh dari hasil usaha yang dikelola oleh nasabah (mudharib).
Faktor lain yang mendukung inflasi tidak berpengaruh terhadap
simpanan mudharabah yaitu inflasi pada tahun 2011 hingga 2014 antara
3,79% hingga 8,36% di mana inflasi tersebut dikategorikan jenis inflasi
moderate (laju inflasinya antara 7-10%) adalah inflasi yang ditandai dengan
harga-harga yang meningkat secara lambat. Dengan keadaan inflasi yang
termasuk kategori inflasi rendah sehingga masyarakat masih bisa memenuhi
konsumsinya tanpa harus menarik dana simpanannya untuk digunakan
sebagai konsumsi. Oleh sebab itu, tinggi rendahnya tingkat inflasi tidak
berpengaruh terhadap jumlah simpanan mudharabah yang ada di Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi jumlah tabungan
mudharabah adalah nilai kurs rupiah terhadap dollar AS (Amerika Serikat).
Kurs (exchange rate) adalah pertukaran antara dua mata uang yang berbeda
yaitu perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut. Jadi,
dapat disimpulkan nilai tukar rupiah adalah suatu perbandingan antara nilai
mata uang suatu negara dengan negara lain.(Triyono, 2008)
Pada tabel nilai tukar di tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar Rp
13.795. Gubernur BI, Agus Martowardojo mengungkapkan, pelemahan nilai
9
tukar rupiah tidak bisa dipisahkan dari perkembangan dunia yang penuh
dengan ketidakpastian. Lebih jauh dijelaskan Agus, ketidakpastian itu berasal
dari faktor kondisi pemulihan ekonomi Amerika dan spekulasi kenaikan suku
bunga acuan The Fed, selain karena anjloknya harga komoditas dan minyak
dunia. Pada tahun ini, kata Agus, terjadi fenomena super Dollar AS (Amerika
Serikat) karena spekulasi kenaikan Fed Fund Rate, pelemahan ekonomi
China, devaluasi Yuan sampai mata uang negara tetangga, seperti Ringgit
Malaysia. Beliau menerangkan, realisasi perekonomian dunia pada tahun ini
tidak secerah proyeksi. Di mana perekonomian dunia terkoreksi bertumbuh
menjadi 3,3% dari 3,8% mengingat perbaikan ekonomi AS tidak sesuai
perkiraan dan pertumbuhan ekonomi China terkoreksi selama tiga tahun yang
awalnya diramalkan 7,4% menjadi 6,8%.
(http://bisnis.liputan6.com/read/2300561/ini-penyebab-rupiah-ambruk-versi-
bi)
Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diduga mempunyai pengaruh
terhadap perkembangan dana pihak ketiga bank syariah termasuk di dalamnya
tabungan mudharabah. Dana pihak ketiga perbankan syariah sensitif terhadap
fluktuasi nilai tukar rupiah. Kecenderungan menguatnya nilai tukar rupiah
terhadap dollar AS dan ketika menurunnya nilai tukar rupiah terhadap dollar
AS mencerminkan stabilitas perekonomian yang semakin menurun akan
risiko dalam menjalankan usahanya, sehingga para investor yang sebelumnya
menanamkan modalnya ke pasar uang beralih ke dunia perbankan. Dengan
10
menyimpan sebagian modalnya di produk penghimpunan dana khususnya
dalam hal ini tabungan mudharabah. (Hadzami, 2011)
Suku bunga (BI Rate) juga faktor lain yang mempengaruhi tabungan
mudharabah. Namun, suku bunga mempunyai peranan yang sangat penting
dalam perekonomian, karena suku bunga merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi perekonomian secara makro. Suku bunga
mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan untuk meminjam sejumlah dana
serta pendapatan yang diperoleh karena meminjam dana tersebut. (Wibisono,
2006)
Terlihat dari tabel 1.2 di atas suku bunga cenderung mengalami
penurunan pada tahun 2015 dibandingkan tahun 2014. Pada tahun 2015 suku
sebesar 7.50% dibandingkan tahun 2014 suku bunga sebesar 7.75%.
Gubernur BI, Agus Martowardojo mengakui, BI Rate sulit turun. Sebab
banyak faktor yang mempengaruhinya, mulai dari kondisi internal dalam
negeri hingga eksternal alias luar negeri. Faktor eskternal yang paling
berpengaruh, kata Agus, adalah rencana kenaikan suku bunga Amerika
Serikat (AS) dan pelemahan ekonomi China. Kondisi tersebut yang
mempengaruhi arus dana mengalir ke luar Indonesia.
(http://finance.detik.com/moneter/d-3034209/bi-rate-susah-turun-ini-alasan-
agus-marto)
Tabungan menurut pandangan ekonomi klasik, merupakan fungsi dari
tingkat bunga. Tingkat bunga yang tinggi akan semakin mendorong seseorang
untuk menabung dan mengorbankan konsumsi sekarang untuk dimanfaatkan
11
bagi konsumsi di masa yang akan datang. Tingginya minat nasabah untuk
menabung dipengaruhi oleh tingkat bunga, hal ini menunjukkan bahwa pada
saat tingkat bunga tinggi, masyarakat lebih tertarik untuk mengorbankan
konsumsi sekarang guna menambah tabungannya. Konsep ini berbeda dengan
sistem perbankan syariah yang menggunakan sistem bagi hasil atas
penggunaan dana oleh pihak peminjam (baik oleh pihak nasabah atau bank).
(Wibowo, 2007)
Persoalan bunga bank yang kemudian disebut sebagai riba telah
menjadi bahan perdebatan di kalangan ulama dan tokoh fiqih Islam. Dari
perdebatan mengenai bunga bank ini melahirkan sebuah konsekuensi logis
terhadap anggapan bahwa bunga bank yang berlaku dalam sistem perbankan
merupakan riba. Interpretasi ini berimplikasi terhadap setiap tambahan dari
pinjaman kepada pihak yang meminjami adalah riba. (Saeed, 2004)
Tingkat suku bunga secara umum telah digunakan dalam sistem
perbankan di Indonesia. Bank konvensional menawarkan tingkat suku bunga
yang dapat menarik nasabah menyimpan uangnya. Berbeda halnya dengan
bank konvensional, bank syariah pada kegiatan operasionalnya menolak
adanya sistem bunga. Hal ini disebabkan karena bank syariah menganggap
sistem bunga sama dengan riba, sehingga bank syariah menawarkan sistem
bagi hasil sebagai pengganti sistem bunga.
Keberadaan bank konvensional dan syariah secara umum memiliki
fungsi strategis sebagai lembaga intermediasi dan memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran. Namum, karakteristik dari kedua tipe bank
12
(konvensional dan syariah) dapat mempengaruhi perilaku calon nasabah
dalam menentukan preferensi mereka terhadap pemilihan antara kedua tipe
bank tersebut. Selain itu, pengaruh kondisi perekonomian di Indonesia baik
variabel ekonomi makro maupun variabel moneter yang perkembangannya
dapat dikendalikan oleh bank sentral juga memiliki andil dalam penyerapan
dana masyarakat yang dilakukan oleh perbankan. Variabel-variabel tersebut
dapat berupa tingkat inflasi, suku bunga, dan nilai tukar rupiah. (Iswardono,
2004)
Secara regresi BI Rate tidak berpengaruh terhadap simpanan
mudharabah, artinya besar kecilnya BI Rate tidak memberi pengaruh
terhadap simpanan mudharabah. Penghimpunan dana berupa simpanan akan
di salurkan untuk kegiatan pembiayaan dengan akad yang disepakati di mana
pembagian keuntungan dalam perbankan syariah menggunakan bagi hasil.
Hal ini dikarenakan dalam kegiatan operasional bank syariah tidak
menggunakan sistem bunga melainkan menggunakan sistem bagi hasil.
Bunga dan bagi hasil memiliki perbedaan, di mana suku bunga simpanan
bank umum besarnya cenderung tetap sesuai dengan pokok simpanan
sedangkan untuk bagi hasil sendiri didapatkan dari pendapatan bank syariah
dari kegiatan penyaluran pembiaayaan sehingga bagi hasil tidak selalu tetap
pada bank syariah. Pada bank syariah tidak diperbolehkan menggunakan
sistem bunga karena sesuai dengan prinsip Islam dikatakan bahwa bunga
merupakan riba dan diharamkan oleh Islam. (Hidayanti, 2015).
13
Pada penelitian-penelitian sebelumnya yang mengamati faktor-faktor
yang mempengaruhi jumlah simpanan mudharabah seperti Afif Rudiansyah
(2014) dengan variabel independen (inflasi, BI Rate, PDB dan nilai tukar
rupiah), Nurjanah dan Sumiyati (2010) dengan variabel independen (nisbah
bagi hasil, produk domestik bruto, suku bunga deposito dan inflasi), Reswari
dan Abdurahim (2010) dengan variabel independen (tingkat suku bunga,
jumlah bagi hasil dan LQ 45), Rizki Aulia Rachman, dkk. (2013) dengan
variabel independen (bagi hasil, bunga, ukuran bank dan jumlah cabang) dan
Miftakhul Aghnia (2015) dengan variabel independen (bagi hasil, tabungan,
bagi hasil deposito, suku bunga tabungan, suku bunga deposito dan inflasi).
Merujuk dari penelitian-penelitian tersebut, penulis dalam penelitian ini
menggunakan variabel independen inflasi, nilai tukar, dan BI Rate dengan
periode penelitian dimulai dari tahun 2011 sampai tahun 2015.
Ada beberapa poin yang membuat penulis termotivasi untuk melakukan
penelitian ini. Pertama, pada kenyataannya inflasi cenderung meningkat
sedangkan kecenderungan masyarakat untuk menabungpun juga terus
meningkat, hal tersebut biasanya berlaku di bank konvensional. Namun,
apakah hal tersebut berlaku juga di bank syariah. Kedua, profit and loss
sharing sangat berkaitan dengan bank syariah. Maka, dilihat dari sisi nilai
tukar apakah hal tersebut dapat berpengaruh terhadap simpanan mudharabah
jika sewaktu-waktu rupiah melemah terhadap dollar. Ketiga, seperti yang kita
ketahui BI Rate (suku bunga) menjadi suatu hal yang tidak asing lagi di bank
konvensional. Hal tersebut tentunya berbeda dengan bank syariah, dimana
14
bank syariah tidak mengenal adanya BI Rate (suku bunga). Namun, BI Rate
menjadi suatu acuan bagi industri perbankan nasional. Disini saya ingin
mengetahui apakah BI Rate tersebut dapat mempengaruhi kegiatan perbankan
syariah khususnya dari sisi jumlah simpanan mudharabah.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian lebih lanjut dan mendalam, maka penelitian ini mengangkat judul
“Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, dan BI Rate terhadap Jumlah Simpanan
Mudharabah pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di
Indonesia (Periode 2011 – 2015)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat pengaruh inflasi, nilai tukar, dan BI Rate jika dilakukan
secara parsial terhadap jumlah simpanan mudharabah pada Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia?
2. Apakah terdapat pengaruh inflasi, nilai tukar, dan BI Rate jika dilakukan
secara simultan terhadap jumlah simpanan mudharabah pada Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh inflasi, nilai tukar, dan BI Rate
jika dilakukan secara parsial terhadap jumlah simpanan mudharabah pada
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
15
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh inflasi, nilai tukar, dan BI Rate
jika dilakukan secara simultan terhadap jumlah simpanan mudharabah
pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian yang dilakukan berkaitan dengan jumlah
simpanan mudharabah pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
yang dipengaruhi oleh berbagai variabel. Penelitian ini memberikan
kontribusi terhadap pembaharuan pada aspek teoritis maupun praktisi. Aspek
teoritis dan aspek praktisi yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Teoritis
a. Akademisi
Akademisi diharapkan dapat mengetahui wawasan di bidang
perbankan syariah, dalam hal ini yang berkaitan dengan jumlah
simpanan mudharabah pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah di Indonesia.
b. Peneliti
Peneliti diharapakan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
di bidang ekonomi dan lembaga keuangan syariah khususnya
perbankan syariah, serta sebagai ajang ilmiah untuk menerapkan
berbagai teori perbankan syariah yang telah diperoleh di bangku kuliah.
16
2. Praktisi
a. Bagi Perbankan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam
mengambil keputusan yang akan diambil terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi jumlah simpanan mudharabah pada Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah sehingga kegiatan perbankan syariah
tetap berjalan.
b. Bagi Nasabah dan Investor
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan
informasi ketika memilih produk simpanan bank syariah. Sehingga
nasabah dan investor mempunyai gambaran tentang bagaimana kondisi
perbankan syariah yang dapat menguntungkan mereka.
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penghimpunan Dana
1. Pengertian Penghimpunan Dana
Sebagai lembaga keuangan dana merupakan persoalan utama bank,
tanpa dana bank tidak dapat berbuat apa-apa artinya tidak berfungsi sama
sekali. Aktivitas perbankan yang pertama adalah menghimpun dana dari
masyarakat luas yang dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah
kegiatan funding. Pengertian menghimpun dana maksudnya adalah
mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat
luas. Pembelian dana dari masyarakat ini dilakukan oleh bank dengan cara
memasang berbagai strategi agar masyarakat mau menanamkan dananya
dalam bentuk simpanan. (Kasmir, 2005).
2. Jenis-jenis Simpanan Penghimpunan Dana
Jenis-jenis simpanan penghimpunan dana adalah sebagai berikut :
a. Simpanan Giro (Demand Deposit)
Simpanan giro merupakan simpanan pada bank yang
penarikannya dapat dilakukan dengan menggunakan cek atau bilyet
giro. Kepada setiap pemegang rekening giro akan diberikan bunga yang
dikenal dengan nama jasa giro. Besarnya jasa giro tergantung dari bank
yang bersangkutan. Rekening giro bisa digunakan oleh para usahawan,
baik untuk perorangan maupun perusahaannya. Bagi bank jasa giro
18
merupakan dana murah karena bunga yang diberikan kepada nasabah
lebih rendah dari bunga simpanan lainnya.
b. Simpanan Tabungan (Saving Deposit)
Simpanan tabungan merupakan simpanan pada bank yang
penarikan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh bank.
Penarikan tabungan dilakukan menggunakan buku tabungan, slip
penarikan, kuitansi, atau kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM).
Kepada pemegang rekening tabungan akan diberikan bunga tabungan
yang merupakan jasa atas tabungannya. Sama seperti halnya dengan
rekening giro, besarnya bunga tabungan tergantung dari bank yang
bersangkutan. Dalam praktiknya bunga tabungan lebih besar dari jasa
giro.
c. Simpanan Deposito (Time Deposit)
Deposito merupakan simpanan yang memiliki jangka waktu
tertentu (jatuh tempo). Penarikannya pun dilakukan sesuai jangka waktu
terebut. Namun, saat ini sudah ada bank yang memberikan fasilitas
deposito yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat. Jenis deposito
pun beragam sesuai dengan keinginan nasabah. Dalam praktiknya jenis
deposito terdiri dari deposito berjangka, sertifikat deposito, dan deposit
on call. (Kasmir, 2005).
3. Prinsip dalam Penghimpunan Dana Bank Syariah
Prinsip yang diterapkan dalam kegiatan penghimpunan dana adalah
wadi’ah dan mudharabah, meliputi :
19
a. Wadi’ah
Wadi’ah merupakan titipan murni yang setiap saat dapat diambil
jika pemiliknya menghendaki. Secara umum terdapat dua jenis
wadi’ah, yaitu wadi’ah yad al-amanah dan wadi’ah yad adh-
dhamanah.
1) Wadi’ah yad al-amanah adalah pihak yang menerima titipan tidak
boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang
dititipkan. Pihak menerima titipan dapat membebankan biaya kepada
penitip sebagai biaya penitipan.
2) Wadi’ah yad adh-dhamanah adalah pihak yang menerima titipan
boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang
dititipkan. Pihak bank dalam hal ini mendapatkan hasil dari
pengguna dana dan bank dapat memberikan insentif kepada penitip
dalam bentuk bonus.
b. Mudharabah
Mudharabah adalah kerja sama antara pemilik dana (shahibul
maal) dan pengelola dana (mudharib). Secara garis besar, mudharabah
terbagi menjadi dua jenis yaitu :
1) Mudharabah Muthlaqah
Dalam mudharabah muthlaqah, shahibul maal tidak
memberikan batasan-batasan atas dana yang diinvestasikannya.
Mudharib diberi wewenang penuh mengelola dana tersebut tanpa
terikat waktu, tempat, jenis usaha, dan jenis pelayanannya.
20
Aplikasi perbankan yang sesuai dengan akad ini ialah time deposit
biasa.
Skema mudharabah muthlaqah dapat digambarkan sebagai
berikut :
1. Titip Dana 2. Pemanfaat
Dana
4. Bagi Hasil 3. Pemanfaat
Dana
Gambar 2.1
Skema Mudharabah Muthlaqah
Keterangan :
(a) Penabung atau deposan di bank syariah adalah investor dengan
sepenuh-penuhnya makna investor.
(b) Bank memiliki dua fungsi, yaitu kepada penabung atau deposan
ia sebagai pengelola (mudharib), sedangkan kepada dunia usaha
ia sebagai pemilik dana (shahibul maal).
(c) Dunia usaha berfungsi sebagai pengguna dan pengelola dana
yang harus berbagi hasil dengan pemilik dana, yaitu bank.
Dalam pengembangannya, nasabah pengguna dana dapat juga
menjalin hubungan dengan bank dalam bentuk jual beli, sewa,
dan fee based services.
2) Mudharabah Muqayyadah
Dalam mudharabah muqayyadah, shahibul maal
memberikan batasan atas dana yang diinvestasikannya. Mudharib
hanya bisa mengelola dana tersebut sesuai dengan batasan yang
Penabung/
Deposan
BANK Dunia
Usaha
21
diberikan oleh shahibul maal. Misalnya, hanya untuk jenis usaha
tertentu saja, tempat tertentu, waktu tertentu, dan lain-lain. Aplikasi
perbankan yang sesuai dengan akad ini ialah special investment.
Skema mudharabah muqayyadah dapat digambarkan sebagai
berikut :
1. Proyek Tertentu
4. Penyaluran Dana
5. Bagi Hasil
3. Invest Dana 2. Hubungi
Investor
6. Bagi Hasil
Gambar 2.2
Skema Mudharabah Muqayyadah
Keterangan :
Dalam investasi dengan menggunakan konsep mudharabah
muqayyadah, pihak bank terikat dengan ketentua-ketentuan yang
telah ditetapkan oleh shahibul maal. Misalnya, jenis investasi dan
waktu dan tempat.
Produk special investment based on restricted mudharabah
ini sangat sesuai dengan special high network individualis atau
company yang memiliki kecenderungan investasi khusus.
Special investment merupakan suatu modus funding dan
financing, sekaligus sangat cocok pada saat-saat krisis dan sektor
SPECIAL
Project
BANK
Mudharib
(Pengelola)
INVESTOR
Shahibul Maal
(Pemilik Modal)
22
perbankan mengalami kerugian yang menyeluruh. Dengan special
investment, investor tertentu tidak perlu menanggung overhead
bank yang terlalu besar karena seluruh dananya masuk ke proyek
khusus dengan return dan cost yang dihitung khusus pula.
(Antonio, 2001).
B. Simpanan (Tabungan) Mudharabah Bank Syariah
1. Pengertian Simpanan (Tabungan) Mudharabah Bank Syariah
Produk perbankan syariah yang termasuk produk penghimpunan
dana (funding) adalah tabungan. Dalam Pasal 1 angka 21 Undang-undang
Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang menyebutkan
bahwa tabungan adalah simpanan berdasarkan akad wadi’ah atau investasi
dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat
dilakukan menurut syarat dan ketentuan tertentu yang disepakati, tetapi
tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan/atau alat lainnya yang
dipersamakan dengan itu. (Umam, 2016).
Berdasarkan Fatwa DSN-MUI Nomor 2 Tahun 2000 menyatakan
bahwa tabungan yang dibenarkan dalam syariah adalah tabungan yang
berdasarkan prinsip mudharabah. Dalam transaksi nasabah bertindak
sebagai shahibul maal (pemilik dana), dan bank bertindak sebagai
mudharib (pengelola dana). Yang dimaksud dengan tabungan mudharabah
adalah tabungan yang dijalankan berdasarkan akad mudharabah. Bank
Syariah bertindak sebagai mudharib (pengelola dana), sedangkan nasabah
23
bertindak sebagai shahibul maal (pemilik dana). Bank syariah dalam
kapastitasnya sebagai mudharib, mempunyai kuasa untuk melakukan
berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah
serta mengembangkannya, termasuk melakukan akad mudharabah dengan
pihak lain. Namun, bank syariah juga memiliki sifat sebagai seorang wali
amanah (trustee), yang berarti bank harus berhati-hati atau bijaksana serta
beritikad baik dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang timbul
akibat kesalahan atau kelalaiannya. (Karim, 2009).
Dari hasil pengelolaan dana mudharabah, bank syariah akan
membagihasikan kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah
disepakati dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening. Dalam
mengelola dana tersebut, bank tidak bertanggung jawab terhadap kerugian
yang bukan disebabkan oleh kelalaiannya. Namun, apabila yang terjadi
adalah mismanagement (salah urus), bank bertanggung jawab penuh
terhadap kerugian tersebut. Dalam mengelola harta mudharabah, bank
menutup biaya operasional tabungan dengan menggunakan nisbah
keuntungan yang menjadi haknya. Di samping itu, bank tidak
diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah penabung tanpa
persetujuan yang bersangkutan. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
PPH bagi hasil tabungan mudharabah dibebankan langsung ke rekening
tabungan mudharabah pada saat perhitungan bagi hasil. (Karim, 2009).
24
Perhitungan bagi hasil tabungan mudharabah dilakukan berdasarkan
saldo rata-rata harian yang dihitung di tiap akhir bulan dan di buku awal
bulan berikutnya. (Karim, 2009).
Rumus perhitungan bagi hasil tabungan mudharabah adalah sebagai
berikut :
Dalam memperhitungkan bagi hasil tabungan mudharabah tersebut, hal-
hal yang perlu diperhitungkan adalah sebagai berikut.
a. Hasil perhitungan bagi hasil dalam angka satuan bulat tanpa
mengurangi hak nasabah.
1) Pembulatan ke atas untuk nasabah.
2) Pembulatan ke bawah untuk bank
b. Hasil perhitungan pajak dibulatkan ke atas sampai puluhan terdekat.
Dalam hal pembayaran bagi hasil, bank syariah menggunakan metode end
of month, yaitu :
a. Pembayaran bagi hasil tabungan mudharabah dilakukan secara
bulanan, yaitu pada tanggal tutup buku setiap bulan.
b. Bagi hasil bulan pertama dihitung secara proporsional hari efektif
termasuk tanggal tutup buku, tapi tidak termasuk tanggal pembukaan
tabungan.
25
c. Bagi hasil bulan terakhir dihitung secara proporsional hari efektif.
Tingkat bagi hasil yang dibayarkan adalah tingkat bagi hasil tutup buku
bulan terakhir.
d. Jumlah hari sebulan adalah jumlah hari kalender bulan yang
bersangkutan (28 hari, 29 hari, 30 hari, 31 hari).
e. Bagi hasil bulanan yang diterima nasabah dapat diafiliasikan ke
rekening lainnya sesuai permintaan nasabah.
Dari pembahasan di atas, dapat disarikan beberapa ketentuan umum
tabungan mudharabah sebagai berikut :
a. Dalam transaksi ini, nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau
pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola
dana.
b. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai
macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan
mengembangkannya, termasuk di dalamnya mudharabah dengan pihak
lain.
c. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan
bukan piutang.
d. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan
dituangkan dalam bentuk akad pembukaan rekening.
e. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan
menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
26
f. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah
tanpa persetujuan yang bersangkutan.
Standarisasi akad tabungan mudharabah adalah sebagai berikut:
a. Pada setiap penerimaan nasabah baru, diwajibkan untuk menerangkan
esensi tabungan mudharabah serta kondisi penerapannya seperti bentuk
investasi nasabah ke bank, definisi dan terminologi, keikutsertaan term
dalam skema penjaminan, profit sharing atau profit revenue, and
conditions dan tata cara perhitungan bagi hasil.
b. Bank wajib meminta nasabah untuk mengisi formulir jika tidak terjadi
akad yang disertakan.
c. Nasabah wajib menandatangani formulir permohonan tersebut sebagai
bukti adanya kehendak dari pihak pemilik dana untuk menyerahkan
dananya kepada bank pengelola.
d. Apabila bank setuju, bank wajib menandatangani formulir tersebut
sebagai bukti adanya kesanggupan pihak bank sebagai pihak yang
mengelola dana.
e. Nasabah wajib menyetorkan dana sebesar nominal yang ditulis dalam
formulir permohonan sebagai bukti investasi tunai bukan utang serta
menegaskan jumlah investasi yang sesuai dengan yang disepakati.
f. Apabila terjadi adanya perubahan nisbah bagi hasil untuk periode
mendatang, maka bank wajib mengumumkan sebelum nisbah bagi hasil
tersebut diberlakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai kebijakan
bank.
27
g. Bank wajib mengumumkan pendapatan akan bagi hasil (basis angka,
share base) yang menjadi acuan pembagian hasil pada setiap
dilakukannya proses pembagian hasil oleh bank untuk periode tertentu.
h. Tabungan hanya dapat ditutup setelah periode investasi berakhir. (Aziz
dan Suharyanti, 2013).
2. Landasan Syariah tentang Tabungan Mudharabah
Landasan syariah tentang deposito telah diatur dalam Fatwa DSN
No. 02/DSN-MUI/IV/2000, tanggal 1 April 2000 yang menyatakan bahwa
dalam penyimpanan kekayaan memerlukan jasa perbankan. Salah satu
produk perbankan di bidang penghimpunan dana dari masyarakat adalah
tabungan, yaitu simpanan dana yang penarikannya hanya dapat dilakukan
menurut syarat-syarat tertentu yang telah disepakati, tetapi tidak dapat
ditarik dengan cek, bilyet giro, dan alat lainnya yang dipersamakan dengan
itu. (www.dsnmui.or.id).
Dalil al-Qur‟an dan hadis Nabi SAW mengenai tabungan menurut
Fatwa DSN No. 02/DSN-MUI/IV/2000, sebagai berikut :
a. Firman Allah SWT, dalam al-Qur‟an surat An-Nisa [4] : 29 :
“Hai orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakan
(mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela di
antaramu...”.
28
b. Hadis Nabi SAW, dalam riwayat Ibnu Abbas :
“Abbas bin Abdul Muthalib jika menyerahkan harta sebagai
mudharabah, ia mensyaratkan kepada mudharib-nya agar tidak
mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak membeli
hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia (mudharib) harus
menanggung risikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas
itu didengar Rasulullah, beliau membenarkannya” (HR. Thabrani
dari Ibnu Abbas). (Widayatsari, 2013).
Berdasarkan DSN-MUI ini tabungan yang dibenarkan secara syariah
adalah yang berdasarkan prinsip mudharabah. Adapun ketentuannya
adalah sebagai berikut :
a. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau
pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola
dana.
b. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai
macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syari‟ah dan
mengembangkannya, termasuk di dalamnya mudharabah dengan pihak
lain.
c. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan
bukan piutang.
d. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan
dituangkan dalam akad pembukaan rekening.
29
e. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan
menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
f. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah
tanpa persetujuan yang bersangkutan. (www.dsnmui.or.id).
C. Inflasi
1. Pengertian Inflasi
Secara umum inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan tingkat harga
barang dan jasa secara umum dan terus-menerus selama waktu tertentu.
(Karim, 2008).
Inflasi merupakan kenaikan dalam tingkat harga barang dan jasa
secara umum selama periode waktu tertentu. Tingkat inflasi dapat
diestemasikan dengan mengukur persentase perubahan dalam indeks harga
konsumen yang mengindikasikan harga dari sejumlah besar produk
konsumen yang mengindikasikan harga dari sejumlah besar produk
konsumen seperti produk kebutuhan sehari-hari, perumahan, bahan bakar,
layanan kesehatan dan listrik. (Madura, 2000).
Inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli rupiah
yang telah diinvestasikan. Oleh karena itu, risiko inflasi juga bisa disebut
sebagai risiko daya beli. Jika inflasi mengalami peningkatan, investor
biasanya menuntut tambahan premium inflasi untuk mengkompensasi
penurunan daya beli yang dialaminya. (Tandelilin, 2010).
Inflasi dapat dirumuskan sebagai kenaikan harga umum, yang
bersumber pada terganggunya keseimbangan antara arus uang dan arus
30
barang. Angka inflasi dihitung oleh badan pusat statistik dari persentase
perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada suatu saat dibandingkan
dengan IHK pada periode sebelumnya. IHK adalah perbandingan
perbandingan relatif dari harga suatu paket barang dan jasa pada suatu saat
dibandingkan dengan harga-harga barang dan jasa tersebut pada tahun
dasar, dan dinyatakan dalam persen. (Gilarso, 2004).
2. Macam-macam Inflasi
a. Berdasarkan Ukuran Inflasi
Macam-macam inflasi berdasarkan ukuran adalah sebagai berikut :
1) Inflasi ringan adalah tingkat inflasi yang berada di bawah 10%
dalam setahun.
2) Inflasi sedang adalah tingkat inflasi yang berada di antara 10-30%
dalam setahun.
3) Inflasi berat adalah tingkat inflasi yang berkisar antara 30-100%
dalam setahun.
4) Inflasi tinggi (hyperinflation) adalah tingkat inflasi yang berkisar
dari 100% dalam setahun. (Boediono, 2014).
b. Berdasarkan Sebabnya
Jenis inflasi berdasarkan sebabnya adalah sebagai berikut :
1) Demand Pull Inflation
Inflasi ini timbul karena adanya permintaan keseluruhan yang
tinggi disatu pihak dan kondisi produksi telah mencapai kesempatan
kerja penuh (full employment) dipihak lain. Sesuai dengan hukum
31
permintaan, bila permintaan banyak dan penawaran tetap, harga akan
naik. Bila hal ini berlangsung secara terus menerus akan
mengakibatkan inflasi yang berkepanjangan. Oleh karena itu, untuk
mengatasinya diperlukan adanya pembukaan kapasitas produksi baru
dengan penambahan tenaga kerja baru.
2) Cost Push Inflation
Inflasi ini disebabkan turunnya produksi karena naiknya biaya
produksi (naiknya biaya produksi dapat terjadi karena tidak
efisiennya perusahaan, nilai kurs mata uang negara yang
bersangkutan jatuh atau turun, kenaikan harga bahan baku industri,
adanya tuntutan kenaikan upah dari serikat buruh yang kuat, dan
sebagainya). Ada dua hal yang dapat dilakukan oleh produsen
sehubungan dengan naiknya biaya produksi, yaitu langsung
menaikkan harga produknya dengan jumlah penawaran yang sama
atau harga produknya naik (tarik menarik permintaan dan
penawaran) karena penurunan jumlah produksi. (Putong, 2000).
3. Kelompok Teori Inflasi
Secara garis besar ada empat kelompok teori mengenai inflasi,
masing-masing dari teori ini menyatakan aspek-aspek tertentu dari proses
inflasi dan mencakup semua aspek penting dari proses kenaikan harga
dengan dikemukakan ahli ekonomi, yaitu antara lain sebagai berikut :
32
a. Teori Kuantitas
Dalam teori ini hubungan antara uang harga digambarkan dalam
kuantitas dengan 2 jenis yaitu jenis Fisher dan jenis Cambridge. Jenis
Fisher merupakan teori inflasi yang paling tua, namun teori ini masih
sangat berguna untuk menerangkan proses inflasi di zaman modern ini,
terutama di negara-negara yang sedang berkembang. Dimana teori ini
menjelaskan :
1) Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang yang
berbeda tanpa ada kenaikan jumlah uang yang beredar, misalnya
kegagalan panen hanya akan menaikkan harga untuk sementara.
2) Laju inflasi ditentukan oleh penambahan jumlah uang beredar dan
mencegah kenaikan harga barang-barang di masa yang akan datang.
b. Teori Keynes
Menurut Keynes inflasi terjadi karena masyarakat ingin hidup di
luar kemampuan ekonominya. Dengan proses melalui perebutan
pembagian antara kelompok sosial yang menginginkan barang dan jasa
yang lebih.
c. Teori Strukturalis
Teori ini berpusat pada fleksibilitas dari struktur perekonomian
negara-negara yang sedang berkembang. Teori strukturalis memberikan
titik tekan pada ketegaran atau infleksibilitas dari struktur
perekonomian negara-negara berkembang. Faktor strukturalis inilah
yang menyebabkan perekonomian negara sedang berkembang berjalan
33
sangat lambat dalam jangka panjang. Menurut teori ini ada dua faktor
utama yang dapat menimbulkan inflasi.
d. Disagregasi Inflasi
Di samping pengelompokan berdasarkan COICOP (the
Classification of Individual Consumption by Purpose) tersebut, BPS
(Badan Pusat Statistik) saat ini juga mempublikasikan inflasi
berdasarkan pengelompokan lainnya yang dinamakan disagregrasi
inflasi. Disagregasi inflasi tersebut dilakukan untuk menghasilkan suatu
indikator inflasi yang lebih menggambarkan pengaruh dari faktor yang
bersifat fundamental. (Dewi, 2011).
4. Kebijakan untuk Mengatasi Inflasi
Kebijakan yang mungkin dilakukan pemerintah untuk mengatasi
inflasi adalah sebagai berikut :
a. Kebijakan fiskal yaitu dengan menambah pajak dan pengeluaran
pemerintah.
b. Kebijakan moneter yaitu dengan menaikkan suku bunga dan menaikkan
kredit.
c. Dari segi penawaran yaitu dengan melakukan langkah yang dapat
mengurangi biaya produksi dan menstabilkan harga seperti mengurangi
pajak impor atau pajak bahan mentah melakukan penetapan harga
menggalakan pertambahan produksi dan perkembangan teknologi.
(Huda, dkk., 2009).
34
5. Inflasi dalam Perspektif Islam
Fenomena inflasi sebetulnya muncul sebagai akibat dari mulai
diberlakukan dan beredarnya dinar dan dirham yang tidak murni
(campuran). Kemudian, di masa sekarang fenomena inflasi semakin
bertambah dengan diterapkannya mata uang kertas. Sebetulnya hal ini
telah diperingatkan oleh ulama, seperti Imam Syafi‟i yang melarang
pemerintah mencetak dirham yang tidak murni karena akan merusak nilai
mata uang, menyebabkan naiknya harga, dan hal itu merugikan orang
banyak serta menimbulkan kerusakan-kerusakan. Ibnu Taimiyah pada
masa Daulah Bani Mamluk juga telah memperingatkan keadaan ini, beliau
menyatakan bahwa uang yang berkualitas baik dari peredaran. Apabila
uang dibiarkan beredar sebagai alat tukar, niscaya dinar dan dirham akan
menghilang dari peredaran. (Rozalinda, 2014).
D. Nilai Tukar (Kurs)
1. Pengertian Nilai Tukar (Kurs)
Exchange Rates (nilai tukar uang) atau yang lebih populer dikenal
dengan sebutan kurs mata uang adalah catatan (quotation) harga pasar dari
mata uang asing (foreign currency) dalam harga mata uang domestik
(domestic currency) atau resiprokalnya, yaitu harga mata uang domestik
dalam mata uang asing. Nilai tukar uang merepresentasikan tingkat harga
pertukaran dari satu mata uang ke mata uang yang lainnya dan digunakan
dalam berbagai transaksi, antara lain transaksi perdagangan internasional,
turisme, investasi internasional, ataupun aliran uang jangka pendek
35
antarnegara, yang melewati batas-batas geografis ataupun batas-batas
hukum. (Karim, 2008).
Kurs valuta asing dapat juga didefinisikan sebagai jumlah uang
domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk
memperoleh satu unit mata uang asing. (Sukirno, 2004).
Nilai tukar rupiah atau kurs merupakan harga suatu mata uang
terhadap mata uang lainnya. Pada kurs, yakni suatu mata uang terhadap
mata uang lainnya, juga merupakan sebuah harga aktiva atau harga aset
(asset price), prinsip-prinsip pengaturan harga aset-aset lainnya juga
berlaku. Setiap negara memiliki sebuah mata uang yang menunjukkan atau
menetapkan harga-harga dari setiap barang dan jasa yang ada, misalnya
Indonesia dengan Rupiahnya, Amerika Serikat memiliki Dollar, Jerman
punya DM, di Inggris kita mendapatkan Poundsterling, dan seterusnya.
Kurs memainkan peranan penting dalam hubungan perdagangan
internasional, karena kurs memungkinkan kita untuk membandingkan
harga-harga segenap barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai
negara. Perubahan kurs biasa disebut dengan apresiasi dan depresiasi.
Depresiasi mata uang suatu negara membuat harga-harga barangnya
menjadi lebih murah bagi pihak luar negeri, dengan anggapan bahwa
semua kondisi lainnya tetap (cateris paribus). Sebaliknya, jika terjadi
apresiasi mata uang suatu negara menyebabkan harga barang-barangnya
menjadi lebih mahal bagi pihak luar negeri dengan anggapan semua
kondisi lainnya tetap. (Krugman dan Obstfeld, 2005).
36
2. Macam-macam Sistem Kurs
Ada tiga macam sistem kurs atau nilai tukar, antara lain sebagai
berikut :
a. Sistem kurs tetap (fixed exchange rate), dalam sistem ini Pemerintah
menetapkan nilai tukar tetap mata uang lainnya, tanpa memperhatikan
permintaan ataupun penawaran terhadap valuta asing yang terjadi dan
repotnya di dalam sistem ini Pemerintah harus selalu siap dengan
cadangan devisa di dalam jumlah yang cukup.
b. Sistem kurs mengambang (floating exchange rate), dalam sistem ini
nilai tukar mata uang semata-mata ditentukan oleh permintaan dan
penawaran akan mata uang tersebut dan yang terpenting bahwa
Pemerintah melalui Bank Sentral tidak ikut campur tangan di dalam
menjaga nilai tukar tersebut pada tingkat yang diinginkan.
c. Sistem kurs mengambang terkendali (managed floating exchange rate),
dalam sistem ini nilai tukar ditentukan oleh Bank Sentral tetapi lebih
flexible karena bisa berubah setiap hari tetapi di dalam kendali yang
diinginkan oleh Pemerintah. Di dalam sistem ini Pemerintah turut
campur baik di dalam penentuan kurs maupun tingkat intervensi yang
dilakukan agar kurs tersebut tidak mengalami gejolak yang terlalu
besar.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kurs
Perubahan dalam kurs valuta disebabkan oleh banyak faktor di
antaranya adalah sebagai berikut :
37
a. Perubahan dalam Selera Masyarakat
Perubahan selera masyarakat akan mengubah corak konsumsi
mereka ke atas barang-barang yang diproduksikan di dalam negeri
maupun yang di impor. Perbaikan kualitas barang-barang dalam negeri
menyebabkan keinginan mengimpor berkurang dan dapat pula
menaikkan ekspor. Sedangkan perbaikan kualitas barang-barang impor
menyebabkan keinginan masyarakat untuk mengimpor bertambah
besar. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi permintaan dan
penawaran valuta asing.
b. Perubahan Harga Barang Ekspor dan Impor
Harga sesuatu barang merupakan salah satu faktor penting yang
menentukan apakah sesuatu barang akan di impor atau di ekspor.
Barang-barang dalam negeri yang dapat dijual dengan harga yang
relatif murah akan menaikkan ekspor dan apabila harganya naik maka
ekspornya akan berkurang. Pengurangan harga barang impor akan
menambah jumlah impor, dan sebaliknya kenaikan harga barang impor
akan mengurangi impor. Dengan demikian perubahan harga-harga
barang ekspor dan impor akan menyebabkan perubahan dalam
penawaran dan permintaan ke atas mata uang negara tersebut.
c. Kenaikan Harga Umum (Inflasi)
Inflasi sangat besar pengaruhnya kepada kurs pertukaran valuta
asing. Inflasi yang berlaku pada umumnya cenderung untuk
menurunkan nilai suatu valuta asing. Kecenderungan seperti ini
38
disebabkan efek inflasi yang berikut : (i) inflasi menyebabkan harga-
harga di dalam negeri lebih mahal dari harga-harga di luar negeri dan
oleh sebab itu berkecenderungan menambah impor, (ii) inflasi
menyebabkan harga-harga barang ekspor menjadi lebih mahal, oleh
karena itu inflasi berkecenderungan mengurangi ekspor. Keadaan (i)
menyebabkan permintaan ke atas valuta asing bertambah, dan keadaan
(ii) menyebabkan penawaran ke atas valuta asing berkurang, maka
harga valuta asing akan bertambah (berarti harga mata uang negara
yang mengalami inflasi merosot).
d. Perubahan Suku Bunga dan Tingkat Pengembalian Investasi
Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi sangat penting
peranannya dalam mempengaruhi aliran modal. Suku bunga dan tingkat
pengembalian investasi yang rendah cenderung akan menyebabkan
modal dalam negeri mengalir ke luar negeri sedangkan, suku bunga dan
tingkat pengembalian investasi yang tinggi akan menyebabkan modal
luar negeri masuk ke negara itu. Apabila lebih banyak modal mengalir
ke suatu negara, permintaan ke atas mata uangnya bertambah maka
nilai mata uang tersebut bertambah. Nilai mata uang suatu negara akan
merosot apabila lebih banyak modal negara dialirkan ke luar negeri
karena suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang lebih tinggi
di negara-negara lain.
39
e. Pertumbuhan Ekonomi
Efek yang akan diakibatkan oleh sesuatu kemajuan ekonomi
kepada nilai mata uangnya tergantung kepada corak pertumbuhan
ekonomi yang berlaku. Apabila kemajuan itu diakibatkan oleh
perkembangan ekspor, maka permintaan ke atas mata uang negara
bertambah lebih cepat dari penawarannya dan nilai mata uang negara
tersebut naik. Akan tetapi, apabila kemajuan tersebut menyebabkan
impor berkembang lebih cepat dari ekspor, penawaran mata uang
negara itu lebih cepat bertambah dari permintaannya dan oleh
karenanya nilai mata uang negara tersebut akan merosot. (Sukirno,
2004).
E. Suku Bunga (BI Rate)
1. Pengertian Suku Bunga (BI Rate)
Menurut Bank Indonesia BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang
mencerminkan sikap kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate merupakan indikasi
suku bunga jangka pendek yang diinginkan Bank Indonesia dalam upaya
mencapai target inflasi. BI Rate digunakan sebagai acuan dalam operasi
moneter untuk mengarahkan agar suku bunga Sertifikat Bank Indonesia
(SBI) 1 bulan hasil lelang operasi pasar terbuka berada di sekitar BI Rate.
(www.bi.go.id)
Suku bunga adalah biaya pinjaman atau harga yang dibayarkan
untuk dana pinjaman tersebut (biasanya dinyatakan sebagai persentase per
40
tahun). (Mishkin, 2008). Sedangkan suku bunga adalah penghasilan yang
diperoleh dari orang-orang yang memberikan kelebihan uangnya atau
surplus spending unit untuk digunakan sementara waktu oleh orang-orang
yang membutuhkan dan menggunakan uang tersebut untuk menutupi
kekurangannya atau defisit spending units. (Judisseno, 2005).
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya suku bunga antara lain :
a. Kebutuhan Dana
Besarnya suku bunga dapat dipengaruhi oleh kebutuhan dana bagi
pihak yang memerlukannya. Sifat kebutuhan dana dibagi menjadi tiga
yaitu :
1) Keharusan, merupakan kebutuhan dana yang mendesak yang tidak
mungkin ditunda. Apabila pihak yang membutuhkan dana tersebut
pada kondisi sangat memerlukannya, maka akan berpengaruh pada
tingkat bunga dan pihak kreditor dapat meminjamkan dananya
dengan bunga yang lebih tinggi dibanding market rate.
2) Kebutuhan, merupakan kebutuhan dana yang harus ada akan tetapi,
kebutuhannya masih bisa ditunda untuk beberapa waktu. Sifat
kebutuhannya tidak mendesak, maka suku bunga yang diperoleh
akan sama dengan market rate.
3) Keinginan, merupakan kebutuhan dana yang tidak harus ada tetapi
merupakan tambahan dana untuk memperluas usaha nasabah.
Sifatnya tidak mendesak dan bisa diabaikan, oleh karena itu pihak
41
debitur bisa memperoleh tingkat bunga yang lebih rendah dibanding
suku bunga di pasar.
b. Persaingan Antarbank
Bank tidak dapat menentukan suku bunga sesuai dengan keinginan
bank saja akan tetapi, ada faktor lain yang diperhatikan yaitu, suku
bunga yang diberikan oleh pesaing. Pada umumnya bank akan membeli
dan menjual bunga tidak jauh berbeda dengan tingkat suku bunga di
pasar. Bank akan menyalurkan kredit dengan suku bunga sesuai dengan
suku bunga di pasar.
c. Kebijakan Pemerintah
Bank harus mengikuti kebijakan pemerintah dalam menentukan
besarnya tingkat suku bunga. Apabila tingkat suku bunga sertifikat
Bank Indonesia 12%, maka bank umum tidak diperbolehkan
menawarkan produk pendanaannya dengan tingkat bunga yang lebih
tinggi dari BI Rate.
d. Jangka Waktu
Faktor jangka waktu merupakan faktor yang penting dalam
menetapkan suku bunga. Semakin lama jangka waktu yang
diperjanjikan akan semakin besar kemungkinan adanya fluktuasi bunga
dalam market rate, sehingga semakin lama jangka waktunya akan
semakin besar tingkat bunganya.
42
e. Kualitas Jaminan
Dalam menentukan besarnya bunga kredit yang akan diberikan
kepada debitur, bank juga melihat jaminannya. Terdapat beberapa
kekayaan yang dapat digunakan sebagai agunan atau jaminan. Apabila
agunan tersebut marketable, mudah diperjual belikan, serta nilai agunan
tersebut stabil atau meningkat maka bank dapat memberikan bunga
kredit yang lebih rendah, karena risiko tidak tertagihnya kredit debitur
dapat ditutup adanya agunan yang layak.
f. Reputasi Nasabah
Bank akan lebih aman dalam memberikan kredit kepada nasabah
yang mempunyai reputasi usaha, karena jaminan pembayaran atas
kredit yang diberikan akan lebih besar. Biasanya bank akan
memperebutkan debitur yang mempunyai reputasi usaha yang baik.
Oleh karena itu, bank sebagai kreditur tidak dapat membebankan bunga
sesuai dengan pasar akan tetapi, akan lebih rendah dengan bunga di
pasar.
g. Produk
Produk yang ditawarkan oleh bank sangat bervariasi sehingga,
bunga yang akan diberikan kepada nasabah peminjam dana maupun
bunga yang dibebankan kepada nasabah peminjam juga tergantung
pada jenis produknya. Semakin banyak fasilitas yang diberikan dalam
produk tertentu akan semakin menarik bunga yang ditawarkan.
43
h. Hubungan Bank
Hubungan antara bank dan nasabah juga akan berpengaruh pada
besarnya bunga. Apabila nasabah tersebut merupakan nasabah prima,
nasabah yang telah memiliki hubungan baik dengan bank dan selama
menjadi nasabah bank tidak pernah wan prestasi, maka bank akan
memberikan bunga lebih rendah.
i. Risiko
Risiko merupakan faktor penting yang digunakan oleh bank untuk
menentukan besarnya suku bunga. Risiko kredit terkait dengan
beberapa aspek antara lain, tujuan penggunaan kredit, sektor usaha, dan
jangka waktu. (Ismail, 2011).
F. Bank Syariah
1. Pengertian Bank Syariah
Menurut UU No 21 Tahun 2008 Bank Syariah adalah bank yang
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut
jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah. (www.ojk.go.id)
Bank syariah adalah bank yang dijalankan berdasarkan syariah,
ajaran atau syariah Islam bukan syariah agama lain. Kandungan ajaran
Islam ada 3 besaran, yakni aqidah, akhlak, dan syariah. Aqidah terkait
dengan keimanan seseorang, dan akhlak berkaitan dengan perbuatan yang
etis dan normatif. Ketiganya harus diterapkan di dalam semua sendi
kehidupan termasuk dalam perbankan. Namun sebagai sebuah sistem,
44
bank syariah diatur dalam ajaran syariah. Syariah itu bersumber dari al-
Qur‟an dan hadis yang kemudian ditafsirkan oleh ulama. Penafsiran ulama
ini disebut dengan fikih. Fikih ada dua jenis, yakni yang mengatur
hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan yang disebut fikih ibadah
serta fikih muamalah yang mengatur hubungan horizontal antara manusia
dengan makhluk. Dalam muamalah terdapat ekonomi, dalam ekonomi
terdapat sistem keuangan. Bank syariah merupakan bagian dari sistem
ekonomi dan keuangan syariah (Islam). (Ifham, 2015).
Dijelaskan dalam al-Qur‟an surat Ar-Ruum : 39 yang menerangkan
tentang riba :
“Dan, sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah
pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan,
apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk
mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-
orang yang melipat gandakan (pahalanya).” (Antonio, 2001).
2. Tujuan Bank Syariah
Bank Syariah mempunyai beberapa tujuan di antaranya sebagai
berikut :
a. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk ber-muamalah secara
Islam, khususnya muamalah yang berhubungan dengan perbankan, agar
terhindar dari praktik-praktik riba atau jenis-jenis usaha atau
perdagangan lain yang mengandung unsur gharar (tipuan), di mana
45
jenis-jenis usaha tersebut selain dilarang dalam Islam, juga telah
menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi masyarakat.
b. Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi dengan jalan
meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi agar tidak terjadi
kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal dengan pihak yang
membutuhkan dana.
c. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membuka
peluang usaha yang lebih besar, terutama kelompok miskin yang
diarahkan kepada kegiatan usaha yang produktif menuju terciptanya
kemandirian usaha.
d. Untuk menanggulangi masalah kemiskinan, pada umumnya merupakan
program utama dari negara-negara yang sedang berkembang. Upaya
bank syariah di dalam mengentaskan kemiskinan ini berupa pembinaan
nasabah seperti : program pembinaan pengusaha produsen, pembinaan
pedagang perantara, program pembinaan konsumen, program
pengembangan modal kerja dan program pengembangan usaha
bersama.
e. Untuk menjaga stabilitas ekonomi moneter, dengan melalui aktivitas
perbankan syariah akan mampu menghindari pemanasan ekonomi yang
diakibatkan oleh adanya inflasi, menghindari persaingan usaha yang
tidak sehat antara lembaga keuangan.
f. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap terhadap
bank non syariah. (Sudarsono, 2008).
46
3. Fungsi Bank Syariah
Dalam menjalankan operasinya, fungsi bank Islam terdiri dari :
a. Sebagai penerima amanah untuk melakukan investasi atas dana-dana
yang dipercayakan oleh pemegang rekening investasi atau deposan atas
dasar prinsip bagi hasil sesuai dengan kebijakan investasi bank.
b. Sebagai pengelola investasi atas dana yang dimiliki oleh pemilik dana
(sahibul maal) sesuai dengan arahan investasi yang dikehendaki oleh
pemilik dana (dalam hal ini bank bertindak sebagai manajer investasi).
c. Sebagai penyedia jasa lalu lintas pembayaran dan jasa-jasa lainnya
sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
d. Sebagai pengelola fungsi sosial, seperti pengelolaan dana zakat dan
penerimaan serta penyaluran dana kebajikan (fungsi optional).
(Muthaher, 2012).
4. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
Perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional disajikan
dalam tabel berikut :
Tabel 2. 1
Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
Bank Syariah Bank Konvensional
1. Melakukan investasi-investasi
yang halal saja.
2. Berdasarkan prinsip bagi hasil,
jual-beli, atau sewa.
3. Profit dan falah (mencari
kemakmuran di dunia dan
kebahagiaan di akhirat)
oriented.
1. Investasi yang halal dan haram.
2. Memakai perangkat bunga.
3. Profit oriented.
4. Hubungan dengan nasabah
dalam bentuk hubungan
kreditur-debitur.
47
4. Hubungan dengan nasabah
dalam bentuk hubungan
kemitraan.
5. Penghimpun dan penyaluran
dana harus sesuai dengan fatwa
Dewan Pengawas Syariah.
5. Tidak terdapat dewan sejenis.
Sumber : Muhammad Syafi‟i Antonio (2001)
G. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena
penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Meskipun
ruang lingkup hampir sama tetapi karena objek, periode, waktu dan alat
analisis yang digunakan berbeda maka terdapat banyak hal yang tidak sama
sehingga dapat dijadikan sebagai referensi untuk saling melengkapi. Berikut
beberapa ringkasan penelitian terdahulu :
48
Tabel 2. 2
Penelitian Terdahulu
No. Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil
Penelitian Persamaan Perbedaan
1. Afif
Rudiansyah
(2014).
Pengaruh
Inflasi, BI
Rate, PDB
dan Nilai
Tukar
Rupiah
terhadap
Simpanan
Mudhara-
bah pada
Bank
Syariah di
Indonesia.
Variabel
Dependen:
Simpanan
Mudharabah
pada Bank
Syariah di
Indonesia.
Variabel
Independen:
Inflasi, BI
Rate, Nilai
Tukar
Rupiah.
Alat Analisis:
SPSS
Analisis
regresi linier
berganda.
Teknik
Pengambilan
Sampel:
Metode
purposive
sampling.
Variabel
Independen:
PDB.
Sampel:
4 bank
syariah.
Objek
Penelitian:
Publikasi
Bank
Indonesia dan
Badan Pusat
Statistik
Hasil
penelitian
menunjukkan
variabel
inflasi, BI
Rate, PDB dan
nilai tukar
rupiah secara
simultan
mempunyai
pengaruh
signifikan
terhadap
simpanan
mudharabah.
Variabel PDB
secara parsial
berpengaruh
signifikan
dengan
koefisien
positif
terhadap
simpanan
mudharabah.
Variabel nilai
Tukar, Inflasi,
49
No. Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil
Penelitian Persamaan Perbedaan
dan BI Rate
secara parsial
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
simpanan
mudharabah.
2. Nurjanah
dan
Sumiyati
(2010).
Pengaruh
Nisbah Bagi
Hasil, Produk
Domestik
Bruto, Suku
Bunga
Deposito dan
Inflasi
terhadap
Simpanan
Mudharabah
di Perbankan
Syariah
Indonesia
periode
2004-2009.
Variabel
Dependen:
Simpanan
Mudharabah
di Perbankan
Syariah
Indonesia.
Variabel
Independen:
Inflasi.
Alat Analisis:
Analisis
regresi
berganda
Variabel
Independen:
Nisbah Bagi
Hasil,
Produk
Domestik
Bruto dan
Suku Bunga
Deposito.
Hasil
penelitiannya
variabel nisbah
bagi hasil,
suku bunga
deposito dan
inflasi tidak
berpengaruh
terhadap
tabungan
mudharabah.
Variabel
produk
domestik bruto
berpengaruh
terhadap
tabungan
mudharabah.
50
No. Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
3. Yustitia
Agil
Reswari
dan Ahim
Abdura-
him
(2010).
Pengaruh
Tingkat
Suku
Bunga,
Jumlah
Bagi Hasil,
dan LQ 45
terhadap
Simpanan
Mudhara-
bah pada
Bank
Syariah di
Indonesia.
Variabel
Dependen:
Simpanan
Mudharabah
pada Bank
Syariah di
Indonesia.
Variabel
Independen:
Suku Bunga
(BI Rate)
Alat Analisis:
SPSS Analisis
regresi linear
berganda.
Objek
Penelitian:
Data statistik
keuangan BI.
Variabel
Independen:
Jumlah
Bagi Hasil
dan LQ 45.
Sampel:
BMI, BSM,
dan Bank
Mega
Indonesia.
Objek
Penelitian:
Data
laporan
keuangan di
BMI, BSM,
Bank Mega
Indonesia,
dan data LQ
45.
Teknik
Pengambi-
lan Sampel:
Metode
convenience
sampling.
Secara simultan
variabel tingkat
suku bunga (BI
Rate), jumlah
bagi hasil, dan
LQ 45
berpengaruh
terhadap
variabel
simpanan
mudharabah.
Secara parsial
variabel jumlah
bagi hasil dan
LQ 45
berpengaruh
positif terhadap
simpanan
mudharabah,
sedangkan
variabel BI Rate
tidak
berpengaruh
terhadap
simpanan
mudharabah.
51
No. Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
4. Rizki
Aulia
Rachman
dkk
(2013).
Pengaruh
Bagi Hasil,
Bunga,
Ukuran
Bank, dan
Jumlah
Cabang
terhadap
Simpanan
Mudhara-
bah.
Variabel
Dependen:
Simpanan
mudharabah.
Variabel
Independen:
Bunga.
Alat Analisis:
Analisis
regresi linear
berganda.
Objek
Penelitian:
Data statistik
keuangan BI.
Teknik
Pengambilan
Sampel:
Metode
purposive
sampling.
Variabel
Independen:
Bagi Hasil,
Ukuran
Bank, dan
Jumlah
Cabang.
Sampel: 8
BUS di
Indonesia
periode
tahun 2010-
2012.
Objek
Penelitian:
Data
laporan
keuangan
triwulanan
di 8 BUS
periode
tahun 2010-
2012.
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa tingkat
bagi hasil dan
jumlah kantor
cabang
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
simpanan
mudharabah,
tingkat suku
bunga
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap
simpanan
mudharabah,
serta ukuran
bank syariah
tidak
berpengaruh
terhadap
simpanan
mudharabah.
52
No. Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
5. Miftakhul
Aghnia
(2015).
Analisis
Faktor-
Faktor yang
Mempenga-
ruhi
Simpanan
Mudhara-
bah Bank
Syariah
Mandiri
(BSM)
tahun 2006-
2013
Variabel
Indepen-
den:
Inflasi.
Alat
Analisis:
Analisis
regresi
linear
berganda.
Variabel
Dependen:
Simpanan
Mudharabah
Bank Syariah
Mandiri
(BSM).
Variabel
Independen:
Bagi Hasil
Tabungan,
Bagi Hasil
Deposito,
Suku Bunga
Tabungan,
dan Suku
Bunga
Deposito.
Objek
Penelitian:
Data laporan
keuangan
BSM, data
Statistik Eko
nomi dan
Keuangan
Indonesia
(SEKI), dan
data Badan
Hasil penelitian
secara simultan
menunjukkan
variabel bagi hasil
tabungan, bagi
hasil deposito
mudharabah, suku
bunga tabungan,
suku bunga
deposito dan
inflasi maupun
secara parsial
berpengaruh
signifikan terhadap
simpanan
mudharabah.
53
No. Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
Pusat
Statistik
(BPS).
Sampel:
BSM.
6. Vivi
Setyawati,
dkk
(2016).
Pengaruh
Suku Bunga
Acuan, Bagi
Hasil,
Inflasi,
Ukuran
Bank, NPF,
dan Biaya
Promosi
terhadap
Simpanan
Mudhara-
bah pada
Bank
Syariah di
Indonesia
tahun 2010-
2014.
Variabel
Dependen:
Simpanan
mudhara-
bah pada
Bank
Syariah di
Indonesia.
Variabel
Indepen-
den: Suku
bunga
acuan dan
inflasi.
Alat
Analisis:
Regresi
linear
berganda.
Objek
Penelitian:
Data
laporan
publikasi
Variabel
Independen:
Bagi Hasil,
Ukuran
Bank, NPF,
dan Biaya
Promosi.
Hasil penelitian
secara simultan
menunjukan
variabel suku
bunga acuan, bagi
hasil, inflasi,
ukuran bank, NPF
dan biaya promosi
berpengaruh
signifikan terhadap
simpanan
mudharabah.
Secara parsial
variabel bagi hasil,
ukuran bank, NPF
dan biaya promosi
berpengaruh
54
No. Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
OJK dan BI.
Sampel:
Perusahaan
perbankan
syariah terdiri
dari BUS dan
UUS.
Teknik
Pengambilan
Sampel:
Metode
purposive
sampling.
signifikan dan
variabel suku
bunga acuan dan
inflasi tidak
berpengaruh
signifikan.
7. Rahma
Hidayanti
(2015)
Pengaruh
BI Rate,
Inflasi,
dan
Jumlah
Kantor
Cabang
terhadap
Simpanan
Mudhara-
bah pada
Bank
Umum
Syariah
tahun
Variabel
Dependen:
Simpanan
Mudharabah
pada Bank
Umum
Syariah
Variabel
Independen:
Jumlah
Kantor
Cabang.
Sampel :
10 BUS
Hasil Penelitian
secara simultan
menunjukkan
variabel BI Rate,
inflasi, dan jumlah
kantor cabang
berpengaruh
signifikan terhadap
simpanan
mudharabah.
Secara parsial
menunjukkan
variabel jumlah
kantor cabang
berpengaruh
signifikan terhadap
55
No. Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
2011-2014. Variabel
Independen:
BI Rate dan
Inflasi.
Alat
Analisis:
SPSS
Analisis
regresi
linear
berganda
Teknik
Pengambi-
lan Sampel:
Metode
purposive
sampling.
Objek
Penelitian:
Data
statistik
perbankan
syariah
yang sudah
dipublikasi
Bank
Indonesia.
periode
2011-2014.
Objek
Penelitian:
Neraca
laporan
keuangan
tahunan BUS
simpanan
mudharabah
sedangkan variabel
BI Rate dan inflasi
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
simpanan
mudharabah.
56
H. Hubungan Keterkaitan Antara Variabel Independen dengan Variabel
Dependen
1. Pengaruh Inflasi terhadap Jumlah Simpanan Mudharabah
Inflasi merupakan kenaikan dalam tingkat harga barang dan jasa
secara umum selama periode waktu tertentu. Tingkat inflasi dapat
diestemasikan dengan mengukur persentase perubahan dalam indeks harga
konsumen yang mengindikasikan harga dari sejumlah besar produk
konsumen yang mengindikasikan harga dari sejumlah besar produk
konsumen seperti produk kebutuhan sehari-hari, perumahan, bahan bakar,
layanan kesehatan dan listrik. (Madura, 2000).
Dalam penelitian Rahma (2015), Afif (2014) dan Vivi, dkk. (2016)
menjelaskan bahwa inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
jumlah simpanan mudharabah artinya tinggi rendahnya inflasi tidak
memberi pengaruh terhadap simpanan mudharabah.
Faktor lain yang mendukung inflasi tidak berpengaruh terhadap
simpanan mudharabah yaitu inflasi pada tahun 2011 hingga 2014 antara
3,79% hingga 8,36% di mana inflasi tersebut dikategorikan jenis inflasi
moderate (laju inflasinya antara 7-10%) adalah inflasi yang ditandai
dengan harga-harga yang meningkat secara lambat. Dengan keadaan
inflasi yang termasuk kategori inflasi rendah sehingga masyarakat masih
bisa memenuhi konsumsinya tanpa harus menarik dana simpanannya
untuk digunakan sebagai konsumsi. Oleh sebab itu, tinggi rendahnya
57
tingkat inflasi tidak berpengaruh terhadap jumlah simpanan mudharabah
yang ada di Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
2. Pengaruh Nilai Tukar terhadap Jumlah Simpanan Mudharabah
Kurs merupakan faktor eksternal (luar) yang juga mempengaruhi
jumlah dana pihak ketiga. Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap Dollar
AS (Amerika Serikat), mencerminkan kondisi perekonomian yang tidak
menentu sehingga meningkatkan risiko berusaha yang akan direspon oleh
dunia usaha dengan menitipkan uangnya pada bank syariah. (Sujatna,
2010).
Nilai tukar berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah simpanan
mudharabah. Dana pihak ketiga bank syariah termasuk di dalamnya
tabungan mudharabah sensitif terhadap fluktuasi nilai tukar rupiah dan
kecenderungan menguatnya nilai tukar rupiah terhadap US Dollar.
Sebaliknya ketika menurunnya nilai tukar rupiah terhadap US Dollar,
mencerminkan stabilitas perekonomian yang semakin menurun akan risiko
dalam menjalankan usahanya, sehingga para investor yang sebelumnya
menanamkan modalnya ke pasar uang beralih ke dunia perbankan. Dengan
menyimpan sebagian modalnya di produk penghimpunan dana khususnya
dalam hal ini tabungan mudharabah. (Hadzami, 2011).
3. Pengaruh BI Rate terhadap Jumlah Simpanan Mudharabah
Suku bunga adalah penghasilan yang diperoleh oleh orang-orang
yang memberikan kelebihan uangnya atau surplus spending unit untuk
digunakan sementara waktu oleh orang-orang yang membutuhkan dan
58
menggunakan uang tersebut untuk menutupi kekurangannya atau defisit
spending units. (Judisseno, 2005)
BI Rate tidak berpengaruh terhadap jumlah simpanan mudharabah.
Artinya besar kecilnya BI Rate tidak memberi pengaruh terhadap jumlah
simpanan mudharabah. Penghimpunan dana berupa simpanan yang
nantinya disalurkan untuk kegiatan pembiayaan dengan akad yang
disepakati di mana pembagian keuntungan dalam perbankan syariah
menggunakan bagi hasil. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan operasional
bank syariah tidak menggunakan sistem bunga melainkan menggunakan
sistem bagi hasil. Antara bunga dan bagi hasil memiliki perbedaan, di
mana suku bunga simpanan bank umum besarnya cenderung tetap sesuai
dengan pokok simpanan sedangkan untuk bagi hasil sendiri di dapatkan
dari pendapatan bank syariah dari kegiatan penyaluran pembiaayaan
sehingga bagi hasil tidak selalu tetap pada bank syariah. Pada bank syariah
tidak diperbolehkan menggunakan sistem bunga karena sesuai dengan
prinsip Islam dikatakan bahwa bunga merupakan riba dan diharamkan
oleh Islam. (Hidayanti, 2015).
59
I. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.3
Kerangka Pemikiran
“ Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, dan BI Rate terhadap Jumlah Simpanan
Mudharabah pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di
Indonesia (Periode 2011-2015)”
Data Statistika Perbankan Syariah
Sumber Bank Indonesia dan OJK Tahun 2011-2015
Penghimpunan Dana
Ha1 Ha2 Ha3
Ha4
Inflasi (X1) Nilai Tukar (X2) BI Rate (X3)
Jumlah Simpanan Mudharabah pada Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia (Y)
Metode Analisis Data :
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
b. Uji Multikolinieritas
c. Uji Heteroskedastisitas
d. Uji Autokorelasi
2. Uji Hipotesis
a. Uji t (Parsial)
b. Uji F (Simultan)
c. Uji Adjusted R Square
3. Analisis Regresi Linier Berganda
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan dan Implikasi
60
J. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu korelasi yang sifatnya masih sementara atau
pernyataan berdasarkan pada pengetahuan tertentu yang masih lemah dan
harus dibuktikan kebenarannya. Dengan demikian hipotesa merupakan
dugaan sementara yang nantinya akan diuji dan dibuktikan kebenarannya
melalui analisa data (Suharsimi, 2002). Adapun hipotesis yang diajukan
peneliti ini adalah sebagai berikut :
1. Ho1 : Diduga tidak berpengaruh secara parsial inflasi terhadap jumlah
simpanan mudharabah pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah di Indonesia.
Ha1 : Diduga berpengaruh secara parsial inflasi terhadap jumlah simpanan
mudharabah pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di
Indonesia.
2. Ho2 :Diduga tidak berpengaruh secara parsial nilai tukar terhadap jumlah
simpanan mudharabah pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah di Indonesia.
Ha2 : Diduga berpengaruh secara parsial nilai tukar terhadap jumlah
simpanan mudharabah pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah di Indonesia.
3. Ho3 : Diduga tidak berpengaruh secara parsial BI Rate terhadap jumlah
simpanan mudharabah pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah di Indonesia.
61
Ha3 :Diduga berpengaruh secara parsial BI Rate terhadap jumlah simpanan
mudharabah pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di
Indonesia.
4. Ho4 :Diduga tidak berpengaruh secara simultan antara inflasi, nilai tukar
dan BI Rate terhadap jumlah simpanan mudharabah pada Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia.
Ha4 : Diduga berpengaruh secara simultan antara inflasi, nilai tukar dan BI
Rate terhadap jumlah simpanan mudharabah pada Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia.
62
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Jenis penelitian yang digunakanan adalah penelitian kuantitatif, yaitu
penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif
yang diangkakan. (Sugiyono, 2015). Semua data dalam bentuk bulanan pada
periode Januari 2011-Desember 2015 yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia
serta Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Jenis penelitian ini berdasarkan tingkat eksplanasinya (tingkat
kejelasan) yaitu penelitian asosiatif. Menurut Sugiyono (2003), penelitian
asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh
ataupun juga hubungan antara dua variabel atau lebih. Dengan penelitian ini
maka dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan,
meramalkan, dan mengontrol suatu gejala. Metode yang digunakan adalah
metode kausal-asosiatif yang dilakukan terhadap data yang dikumpulkan
setelah terjadinya suatu peristiwa. Identifikasi terhadap peristiwa tersebut
berkenaan dengan variabel independen yaitu: inflasi, nilai tukar, dan BI Rate
dan variabel dependen yaitu: jumlah simpanan mudharabah.
Tempat penelitian ini adalah Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit
Usaha Syariah (UUS) di Indonesia yaitu semua BUS dan UUS yang ada di
Indonesia. Waktu penelitian ini adalah periode Januari 2011-Desember 2015.
63
B. Populasi dan Penentuan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono,
2015).
Berdasarkan pengertian populasi di atas, maka yang akan dijadikan
populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan syariah yang telah
terdaftar di Bank Indonesia dari tahun 2011-2015 yang terdiri dari Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Bank Umum Syariah menurut
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah bank yang secara penuh bertransaksi
secara syariah dan bukan merupakan unit usaha.
Di bawah ini merupakan tabel yang menampilkan daftar Bank Umum
Syariah di Indonesia.
Tabel 3. 1
Data Bank Umum Syariah 2011-2015
No. Nama Perusahaan Kode
1. PT. Bank Muamalat Indonesia BMI
2. PT. Bank Victoria Syariah BVS
3. PT. Bank BRI Syariah BRIS
4. PT. Bank Jabar Banten Syariah BJBS
5. PT. Bank BNI Syariah BNIS
6. PT. Bank Syariah Mandiri BSM
7. PT. Bank Mega Syariah BMS
8. PT. Bank Panin Syariah BPS
9. PT. Bank Syariah Bukopin BSB
10. PT. BCA Syariah BCAS
64
11. PT. Maybank Syariah Indonesia MIS
12. PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah BTNS
Sumber Data : Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia Tahun 2015
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Unit Usaha Syariah adalah unit
kerja dari kantor pusat bank umum konvensional yang berfungsi sebagai
kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank
yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang
pembantu syariah atau unit syariah. Saat ini, jumlah Unit Usaha Syariah yang
beroperasi di Indonesia sebanyak dua puluh dua unit usaha. Di bawah ini
merupakan tabel yang menampilkan daftar Unit Usaha Syariah di Indonesia.
Tabel 3. 2
Data Unit Usaha Syariah 2011-2015
No. Nama Perusahaan
1. PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk
2. PT. Bank Permata, Tbk
3. PT. Bank Internasional Indonesia, Tbk
4. PT. Bank CIMB Niaga, Tbk
5. PT. Bank OCBC NISP, Tbk
6. PT. Bank Sinarmas
7. PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk
8. PT. BPD DKI
9. PT. BPD Daerah Istimewa Yogyakarta
10. PT. BPD Jawa Tengah
11. PT. BPD Jawa Timur, Tbk
12. PT. Bank Aceh
65
13. PT. BPD Sumatera Utara
14. PT. BPD Jambi
15 PT. BPD Sumatera Barat
16. PT. BPD Riau dan Kepulauan Riau
17. PT. BPD Sumatera Selatan dan Bangka Belitung
18. PT. BPD Kalimantan Selatan
19. PT. BPD Kalimantan Barat
20. PT. BPD Kalimantan Timur
21. PT. BPD Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat
22. PT. BPD Nusa Tenggara Barat
Sumber Data : Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia Tahun 2015
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. (Sugiyono, 2015). Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah purposive sampling, merupakan teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel.
(Sugiyono, 2011). Adapun pertimbangan yang dimaksud sebagai berikut :
1. Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia menyampaikan laporan
publikasi perbankan syariah yang dirilis pada website resminya.
2. Bank Indonesia menyampaikan statistik perbankan syariah yang dirilis
secara rutin dalam website resminya.
3. Jumlah simpanan mudharabah merupakan akumulasi dari Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah dalam satu sumber yaitu website resmi
Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia yang diambil dalam bentuk
laporan bulanan dalam rentang waktu 5 tahun, jadi total data dalam
penelitian ini adalah 5 tahun x 12 bulan = 60 data.
66
4. Bank Indonesia sudah mempublikasikan laporan bulanan inflasi, nilai
tukar, dan BI Rate.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan penelitian ini merupakan sekunder, data sekunder
adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian, peneliti
mendapatkan data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak lain dengan
berbagai cara atau metode, misalnya adalah pada peneliti yang menggunakan
data statistik hasil riset dari surat kabar atau majalah. (Musyafak, 2015). Data
penelitian ini diperoleh langsung dari laporan situs resmi Bank Indonesia dan
Otoritas Jasa Keuangan, seperti Laporan Bulanan Statistik Perbankan Syariah
(Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah).
Penelitian ini menggunakan data time series (berkala), data time series
adalah data yang datanya menggambarkan sesuatu dari waktu ke waktu atau
periode secara historis, misalnya data perkembangan nilai tukar Dollar
Amerika terhadap Euro Eropa dari tahun 2010 sampai 2011. (Zulfikar dan
Budi antara, 2014). Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk
melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Field Research
Peneliti menggunakan data sekunder berupa data runtut waktu
(time series) dengan skala bulanan (monthly) yang diambil dari data
bulanan Statistik Perbankan Syariah dengan rentang waktu dari bulan
Januari 2011-Desember 2015 dan data bulanan inflasi, nilai tukar, dan BI
Rate yang diperoleh dari situs resmi Bank Indonesia.
67
2. Library Research
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh
dari membaca literature, buku, artikel, jurnal dan sejenisnya yang
berhubungan dengan aspek yang diteliti sebagai upaya memperoleh data
yang valid.
3. Internet Research
Terkadang buku referensi atau literature yang kita miliki atau
pinjam di perpustakaan tertinggal selama beberapa waktu atau
kadaluarsa, karena ilmu selalu berkembang seiring berjalannya waktu,
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi hal tersebut penulis melakukan
penelitian dengan menggunakan teknologi yang juga berkembang yaitu
internet. Sehingga data yang diperoleh merupakan data yang sesuai dengan
perkembangan zaman.
D. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode data kuantitatif, yaitu di mana data
yang digunakan dalam penelitian berbentuk angka dan penelitian ini
menganalisis bagaimana pengaruh : inflasi, nilai tukar, dan BI Rate terhadap
jumlah simpanan mudharabah pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi
linier berganda dengan menggunakan program komputer (software) SPSS
versi 20 dan Microsoft Excel 2010.
Berikut ini adalah metode yang digunakan dalam menganalisis data
pada penelitian ini:
68
1. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mendeteksi apakah terdapat
multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Uji asumsi klasik
penting dilakukan untuk menghasilkan estimator linier tidak bisa dengan
varian yang minimum (Best Linier Unbiased Estimator = BLUE), yang
berarti model regresi tidak mengandung masalah. Terorama Gauss-
Markow memperkirakan bahwa OLS harus memenuhi kriteria BLUE,
yaitu:
a. Best, yang terbaik. Hasil regresi dikatakan Best apabila garis regresi
yang dihasilkan guna melakukan estimasi atau peramalan dari sebaran
data, menghasilkan eror yang terkecil.
b. Linier, merupakan kombinasi dari data sampel. Linier dalam model
artinya model yang digunakan dalam analisis regresi telah sesuai
dengan kaidah model OLS di mana variabel-varibel penduganya hanya
berpangku satu.
c. Urbiased, rata-rata nilai harapan (E/b) harus sama dengan nilai
sebenarnya (b1).
d. Estimator, memiliki varians yang minimal di antara pemerkira lain
yang tidak bias. (Gujarati, 1995).
Untuk itu diperlukan pendektesian lebih lanjut di antaranya :
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
69
Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai
residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka
uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Ghozali,
2013). Nilai residual dikatakan berdistribusi normal jika nilai residual
terstandarisasi tersebut sebagian besar mendekati nilai rata-ratanya.
Untuk mendeteksi apakah nilai residual terstandarisasi berdistribusi
normal atau tidak, maka dapat digunakan metode analisis grafik dan
metode statistik. (Suliyanto, 2011)
1) Analisis Grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual
adalah dengan meilhat grafik histogram yang membandingkan
antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi
normal. Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini
dapat menyesatkan khususnya jumlah sampel yang kecil. Metode
yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot
yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.
Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan
ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal.
Jika distribusi data residual normal maka garis yang
menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis
diagonalnya. (Ghozali, 2013).
2) Analisis Statistik
Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak
70
hati-hati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik
bisa sebaliknya. Oleh sebab itu, dianjurkan di samping uji grafik
dilengkapi dengan uji statistik. Uji statistik sederhana dapat
dilakukan dengan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov
(K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis :
H0 = Data residual berdistribusi normal.
Ha = Data residual tidak berdistribusi normal.
Untuk mengetahui apakah data normal atau tidak normal
digunakan metode Kolmogorov-Smirnov. Nilai Kolmogorov-
Smirnov digunakan untuk mengetahui bagaimana distribusi normal
data, jika :
Asymp.Sig (2-tailed) > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak.
Asymp.Sig (2-tailed) < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima.
(Ghozali, 2013).
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atau
sempurna di antara variabel bebas atau tidak. Jika dalam model
regresi yang terbentuk terdapat korelasi yang tinggi atau sempurna
di antara variabel bebas maka model regresi tersebut dinyatakan
mengandung gejala multikolinieritas. (Suliyanto, 2011).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di
antara variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
71
multikolinieritas di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai
Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran
ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang
dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian
sederhana setiap variabel independen menjadi variabel dependen
(terikat) dan diregres terhadap variabel independen lainnya.
Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih
yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi, nilai
tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF
= 1/Tolerance). Nilai cut off yang umum dipakai untuk
menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai Tolerance >
0,10 atau sama dengan VIF < 10, maka model dinyatakan tidak
terdapat gejala multikolinieritas (Ghozali, 2013).
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika
berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah
yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Ada
beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas,
yaitu:
1) Melihat Grafik Scatterplot antara lain nilai prediksi variabel terikat
72
(dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada
tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada
tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan
ZPRED di mana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan
sumbu X adalah residual (Y prediksi - Y sesungguhnya) yang telah
di studentized.
Dasar analisis :
(a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk
pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi
heterokedastisitas.
(b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas
dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heterokedastisitas. (Ghozali, 2013).
2) Melakukan uji glejser, uji glejser mengusulkan untuk meregres nilai
absolut residual terhadap variabel independen. Jika variabel
independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel
dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. Jika
probabilitas signifikannya di atas tingkat kepercayaan 5%, dapat
disimpulkan bahwa model regresi tidak mengandung adanya
heteroskedastisitas. (Ghozali, 2013).
d. Uji Autokorelasi
Uji auotkorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi
73
linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan
kesalahan penggangu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi
korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi
muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan
satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena ressidual (kesalahan
pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal
ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time series) karena
“gangguan” pada seseorang individu atau kelompok cenderung
mempengaruhi “gangguan” pada individu atau kelompok yang sama
pada periode berikutnya. (Ghozali, 2013).
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada
atau tidaknya autokorelasi, yaitu menggunakan metode Durbin-Watson
dan metode Run Test sebagai salah satu uji statistik non-parametik. Uji
Durbin-Watson (Uji D-W) merupakan uji yang sangat populer untuk
menguji ada tidaknya masalah autokorelasi dari model empiris yang
diestimasi. (Suliyanto, 2011).
Untuk mendeteksi terjadi autokorelasi atau tidak dapat dilihat
melalui nilai Durbin Watson (D-W) yang bisa dijadikan patokan untuk
mengambil keputusan adalah :
1) Bila nilai D-W < -2, berarti ada autokorelasi positif.
2) Bila nilai D-W di antara -2 sampai dengan +2, berarti tidak terjadi
autokorelasi.
3) Bila nilai D-W +2, berarti ada auotokorelasi negatif.
74
Jika ada masalah autokorelasi, maka model regresi yang
seharusnya signifikan (lihat angka F dan signifikannya), menjadi tidak
layak untuk dipakai. Autokorelasi dapat diatasi dengan berbagai cara
antara lain dengan melakukan transformasi data dan menambah data
observasi. (Oramahi, 2007).
2. Uji Hipotesis
Data yang digunakan untuk mengetahui hubungan dari variabel-
variabel yang akan diteliti. Pengolahan data menggunakan software
Microsoft Excel 2010 dan SPSS 20. Dalam pengujian ini menggunakan
Uji Statistik meliputi Uji-F, Uji-t dan Uji Koefisien Determinasi (Adjusted
R Square).
a. Uji Simultan (Uji-F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen atau terikat.(Ghozali, 2013). Pengujian ini dilakukan untuk
menguji apakah variabel inflasi, nilai tukar, dan BI Rate secara
simultan atau secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
jumlah simpanan mudharabah, yaitu dengan cara sebagai berikut
(Purwanto dan Suharyadi, 2013) :
75
1) Membandingkan F hitung dengan F tabel.
(a) Jika F hitung > F tabel maka Ho di tolak dan Ha di terima. Hal
ini berarti variabel bebas secara simultan mempunyai pengaruh
yang signifikan dengan variabel terikat.
(b) Jika F hitung < F tabel maka Ho diterima dan Ha di tolak. Hal
ini berarti variabel bebas secara simultan tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.
2) Membandingkan taraf signifikansi (sig) penelitian dengan taraf
signifikansi (α) sebesar 0,05 (5%).
(a) Sig. penelitian < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini
berarti menunjukkan bahwa variabel bebas secara simultan
mempunyai pengaruh yang signifikan dengan variabel terikat.
(b) Sig. penelitian > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel bebas secara simultan tidak
mempunyai pengaruh signifikan dengan variabel terikat.
Nilai sig. penelitian dapat diperoleh dengan melihat tabel ANOVA
output statistik. Jika Ho ditolak, berarti minimal ada satu variabel bebas
yang berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat dan model layak
digunakan. Jika Ho diterima, maka tidak ada satupun variabel bebas
yang berpengaruh signifikan terhadap variabel terikatnya.
b. Uji Parsial (Uji-t)
Uji t digunakan untuk menguji apakah setiap variabel
(independen) secara masing-masing parsial atau individual memiliki
76
pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (dependen) pada
tingkat signifikansi 0,05 (5%) dengan menganggap variabel bebas
bernilai konstan.(Nachrowi dan Usman, 2006).
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel
inflasi, nilai tukar, dan BI Rate secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap variabel jumlah simpanan mudharabah, yaitu dengan cara
sebagai berikut :
1) Membandingkan t hitung dengan tabel
(a) Jika T hitung > T tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal
ini berarti variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan
dengan variabel terikat.
(b) Jika T hitung < T tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak. Hal
ini berarti variabel bebas tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan dengan variabel terikat.
2) Kriteria keputusan yang diambil berdasarkan nilai probability
(a) Bila Probability βi –value > 0,05 maka tidak signifikan, H0
diterima dan Ha ditolak.
(b) Bila Probability βi –value < 0,05 maka signifikan, H0 ditolak dan
Ha diterima.
Jika H0 ditolak maka variabel bebas secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap variabel terikatnya. Sebaliknya, jika H0 diterima
berarti variabel bebas secara parsial tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel terikat. (Purwanto dan Suharyadi, 2013).
77
c. Uji Koefisien Determinasi (R Square)
Koefisien determinasi merupakan besarnya kontribusi variabel
bebas terhadap variabel terikatnya. Semakin tinggi koefisien
determinasi, semakin tinggi kemampuan variabel bebas dalam
menjelaskan variasi perubahan pada variabel terikatnya (Suliyanto,
2011).
Koefisien determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap
jumlah variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi, di mana
setiap penambahan satu variabel bebas dan pengamatan dalam model
akan meningkatkan R2 meskipun variabel yang dimasukkan itu tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya. Untuk
mengurangi kelemahan tersebut maka digunakan koefisien determinasi
yang telah disesuaikan, Adjusted R Square (R2 adj). Koefisien
determinasi yang telah disesuaikan berarti bahwa koefisien tersebut
telah dikorelasi dengan memasukkan unsur jumlah variabel dan
ukuran sampel yang digunakan. Dengan menggunakan koefisien
determinasi yang disesuaikan, maka nilai koefisien determinasi yang
disesuaikan itu dapat naik atau turun akibat adanya penambahan
variabel baru dalam model. (Suliyanto, 2011).
Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi
yang ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat digunakan
kriteria sebagai berikut (Sugiyono, 2015) :
78
Tabel 3. 3
Kriteria untuk Memberikan Interpretasi
terhadap Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 - 0,199 Sangat Rendah
0,20 - 0,399 Rendah
0,40 - 0,599 Sedang
0,60 - 0,799 Kuat
0,80 - 1,000 Sangat Kuat
3. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda adalah suatu analisis asosiasi yang
digunakan secara bersamaan untuk meneliti pengaruh dua atau lebih
variabel bebas terhadap satu variabel tergantung dengan skala interval.
Metode analisis data yang digunakan adalah model regresi berganda,
yaitu regresi yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen. (Narimawati, 2008).
Pengaruh regresi linier berganda dapat dituliskan sebagai berikut :
Berdasarkan pemaparan di atas maka model persamaan analisis
regresi linier berganda pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Keterangan :
Y = Jumlah Simpanan Mudharabah
a = Intercept (konstanta)
b = Koefisien regresi dari variabel independen
Y = a + b1X1 + b2X2 + .... + bnXn + e
Jumlah Simpanan = a + b1LnInflasi + b2LnNilaiTukar + b3LnBIRate + e
Mudharabah
79
LnX1 = Logaritma Natural Inflasi
LnX2 = Logaritma Natural Nilai Tukar
LnX3 = Logaritma Natural BI Rate
e = Nilai residu
E. Operasional Variabel Penelitian
Operasional variabel penelitian merupakan spesifikasi kegiatan peneliti
dalam mengukur suatu variabel. Spesifikasi tersebut menunjukkan pada
dimensi-dimensi dan indikator-indikator dari variabel peneliti yang diperoleh
melalui pengamatan dan penelitian terdahulu.
1. Variabel Dependen (Y)
Jumlah simpanan mudharabah, simpanan (tabungan) mudharabah
merupakan tabungan yang dijalankan berdasarkan akad mudharabah.
Bank syariah bertindak sebagai mudharib (pengelola dana), sedangkan
nasabah bertindak sebagai shahibul maal (pemilik dana). Bank syariah
dalam kapasitasnya sebagai mudharib mempunyai kuasa untuk melakukan
berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah
serta mengembangkannya, termasuk akad mudharabah dengan pihak lain.
(Karim, 2009).
Dari hasil pengelolaan dana mudharabah bank syariah akan
membagihasilkan kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah
disepakati dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening. (Karim,
2014). Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh
dari Bank Indonesia yaitu Statistika Perbankan Syariah dan Otoritas Jasa
80
Keuangan yaitu Statistika Perbankan Syariah berdasarkan perhitungan dari
Januari 2011 sampai dengan Desember 2015 yang dinyatakan dalam
bentuk miliar rupiah.
2. Variabel Independen (X)
Dalam penelitian ini menggunakan tiga variabel independen antara
lain sebagai berikut:
a. Inflasi (X1)
Inflasi merupakan kenaikan dalam tingkat harga barang dan jasa
secara umum selama periode waktu tertentu. Tingkat inflasi dapat
diestemasikan dengan mengukur persentase perubahan dalam indeks
harga konsumen yang mengindikasikan harga dari sejumlah besar
produk konsumen yang mengindikasikan harga dari sejumlah besar
produk konsumen seperti produk kebutuhan sehari-hari, perumahan,
bahan bakar, layanan kesehatan dan listrik. (Madura, 2007). Data
operasionalnya yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
Bank Indonesia yaitu data inflasi berdasarkan perhitungan bulanan,
yaitu dari Januari 2011 sampai dengan Desember 2015 yang dinyatakan
dalam bentuk persentase.
b. Nilai Tukar (X2)
Nilai tukar adalah catatan (quotation) harga pasar dari mata uang
asing (foreign currency) dalam harga mata uang domestik (domestic
currency) atau resiprokalnya, yaitu harga mata uang domestik dalam
mata uang asing. Nilai tukar uang merepresentasikan tingkat harga
81
pertukaran dari satu mata uang ke mata uang yang lainnya dan
digunakan dalam berbagai transaksi, antara lain transaksi perdagangan
internasional, turisme, investasi internasional, ataupun aliran uang
jangka pendek antar negara yang melewati batas-batas geografis
ataupun batas-batas hukum. (Karim, 2008). Data operasional yang
digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Bank Indonesia yaitu
Informasi Kurs berdasarkan perhitungan bulanan dari Januari 2011
sampai dengan Desember 2015 yang dinyatakan dalam bentuk puluhan
ribu rupiah.
c. BI Rate (X3)
Menurut Bank Indonesia BI Rate (suku bunga) adalah adalah suku
bunga kebijakan yang mencerminkan sikap kebijakan moneter yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate
merupakan indikasi suku bunga jangka pendek yang diinginkan Bank
Indonesia dalam upaya mencapai target inflasi. BI Rate digunakan
sebagai acuan dalam operasi moneter untuk mengarahkan agar suku
bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 1 bulan hasil lelang operasi
pasar terbuka berada di sekitar BI Rate. (www.bi.go.id).
Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh
dari Bank Indonesia yaitu data BI Rate berdasarkan perhitungan
bulanan dari Januari 2011 sampai dengan Desember 2015 dinyatakan
dalam bentuk persentase.
82
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bank syariah pertama di
Indonesia merupakan hasil kerja tim perbankan MUI, yaitu dengan
dibentuknya PT Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang akta pendiriannya di
tanda tangani tanggal 1 November 1991. Sejak tanggal 1 Mei 1992, BMI
resmi beroperasi dengan modal awal sebesar Rp 106.126.382.000,-.
(www.ojk.go.id)
Dalam perkembangan selanjutnya kehadiran bank syariah di Indonesia
khususnya cukup menggembirakan di samping BMI, saat ini juga telah lahir
bank syariah milik pemerintah seperti Bank Syariah Mandiri (BSM).
Pendirian Bank Syariah Mandiri (BSM) menjadi pertaruhan bagi bankir
syariah. Bila BSM berhasil maka bank syariah di Indonesia dapat
berkembang sebaliknya, bila BSM gagal maka besar kemungkinan bank
syariah di Indonesia akan gagal. Hal ini disebabkan karena BSM merupakan
bank syariah yang didirikan oleh Bank BUMN milik pemerintah ternyata,
BSM dengan cepat mengalami perkembangan. Pendirian Bank Syariah
Mandiri diikuti oleh pendirian beberapa bank syariah atau unit usaha syariah
lainnya. (Ismail, 2011).
Semenjak itu, pemerintah Indonesia mulai memperkenalkan dual
banking system. Komitmen pemerintah dalam usaha pengembangan
perbankan syariah baru mulai sejak tahun 1998 yang memberikan kesempatan
83
luas kepada bank syariah untuk berkembang. Undang-undang Perbankan
Syariah No 21 Tahun 2008 menyatakan bahwa perbankan syariah adalah
segala sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha syariah,
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya. Bank syariah adalah bank yang
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut
jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS),
dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). (Ismail, 2011).
Berdasarkan data statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia tahun 2015,
sumber dana utama yang ada di perbankan syariah khususnya BUS dan UUS
yaitu dana dari pihak ketiga yaitu sebesar 80%. Ini berarti dana terbesar yang
dimiliki oleh perbankan bersumber dari masyarakat umum yang menyimpan
uangnya di perbankan syariah tersebut. Selain itu, sumber dana dari modal
sendiri sebesar 15% dan kewajiban kepada bank lain sebesar 4%. Dari tahun
2011-2015 kinerja penghimpunan dana perbankan syariah (BUS dan UUS)
selalu mengalami peningkatan. (Umiyati dan Syarif, 2016).
Pengembangan perbankan syariah di Indonesia dilakukan dengan
strategis pengembangan bertahap yang berkesinambungan yang sesuai
dengan prinsip syariah. Tahap pertama dimaksudkan untuk meletakkan
landasan yang kuat bagi pertumbuhan industri. Tahap kedua memasuki fase
untuk memperkuat struktur industri perbankan syariah. Tahap ketiga
perbankan syariah diarahkan untuk dapat memenuhi standar keuangan dan
mutu pelayanan internasional. Sedangkan tahap keempat mulai terbentuknya
84
integrasi lembaga keuangan syariah. Pada tahun 2015 diharapkan perbankan
syariah Indonesia telah memiliki pangsa yang signifikan yang ikut ambil
bagian dalam mengembangkan ekonomi Indonesia yang mensejahterakan
masyarakat luas. (Ascarya, 2008).
Salah satu produk bank syariah adalah simpanan (tabungan) mudharabah
yang merupakan salah satu jenis simpanan pada bank syariah yang
mempengaruhi besarnya total dana pihak ketiga syariah. Hal ini
dimungkinkan karena tabungan sebagai salah satu komponen yang paling
banyak digunakan oleh masyarakat.
Tabungan mudharabah ini adalah tabungan yang berdasarkan prinsip
mudharabah muthlaqah di mana, bank syariah mengelola dana yang
diinvestasikannya oleh penabung secara produktif, menguntungkan dan
memenuhi prinsip-prinsip syariah Islam. Hasil keuntungannya akan dibagikan
kepada penabung dan bank sesuai perbandingan bagi hasil atau nisbah yang
disepakati bersama. Apabila tabungan hanya ditimbun tanpa diinvestasikan,
hal tersebut bagaikan harta yang tidak berguna karena Islam tidak menyukai
adanya tindakan penimbunan harta yang sia-sia atau tidak diinvestasikan.
(Ascarya, 2008).
Dana pihak ketiga tabungan mudharabah di sini adalah kumpulan dana
yang diperoleh dari nasabah, dalam arti nasabah sebagai masyarakat,
individu, perusahaan, koperasi, yayasan, dan lain-lain baik dalam mata uang
rupiah maupun valuta asing yang dialokasikan atau dikelola oleh perbankan
85
syariah dan kemudian keuntungan tersebut akan dibagi antara kedua belah
pihak baik bank dan nasabah.
Di bawah ini adalah gambar 4.1 perkembangan jumlah simpanan
mudharabah yang mengalami peningkatan setiap tahunnya dari periode tahun
2011 sampai dengan tahun 2015.
Sumber : Statistika Perbankan Syariah Bank Indonesia
Gambar 4.1
Perkembangan Jumlah Simpanan Mudharabah Tahun 2011-2015
Dari gambar di atas bisa dilihat bahwa jumlah simpanan mudharabah
mengalami kenaikan dari bulan Desember tahun 2011 sampai dengan bulan
Desember tahun 2015. Pada bulan Desember 2011 sebesar Rp 27.208 miliar,
kemudian terjadi kenaikan pada bulan Desember 2012 sebesar Rp 37.623
miliar. Pada bulan Desember 2013 terjadi kenaikan sebesar Rp 46.459 miliar,
kemudian pada bulan Desember 2014 terjadi kenaikan sebesar Rp 51.020
miliar. Pada bulan Desember 2015 terjadi kenaikan kembali sebesar Rp
53.448 miliar. Perkembangan simpanan mudharabah dari tahun ke tahun
86
mengalami peningkatan yang cukup stabil. Peningkatan ini merupakan
dampak langsung dari perkembangan dari jaringan kantor dan layanan sistem
perbankan syariah. Kemudian, hal ini juga dipengaruhi oleh minatnya
masyarakat yang menabung di bank syariah semakin meningkat.
B. Deskripsi Data
1. Deskripsi Variabel Inflasi
Inflasi merupakan kenaikan dalam tingkat harga barang dan jasa
secara umum selama periode waktu tertentu. Tingkat inflasi dapat
diestemasikan dengan mengukur persentase perubahan dalam indeks harga
konsumen yang mengindikasikan harga dari sejumlah besar produk
konsumen seperti produk kebutuhan sehari-hari, perumahan, bahan bakar,
layanan kesehatan dan listrik. (Madura, 2007).
Inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli rupiah
yang telah diinvestasikan. Oleh karena itu, risiko inflasi juga bisa disebut
sebagai risiko daya beli. Jika inflasi mengalami peningkatan, investor
biasanya menuntut tambahan premium inflasi untuk mengkompensasi
penurunan daya beli yang dialaminya. (Tandelilin, 2010).
Tabel 4. 1
Data Inflasi Tahun 2011-2015
dalam Persentase (%)
Bulan Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
Januari 7,02 3,65 4,57 8,22 6,96
Februari 6,84 3,56 5,31 7,75 6,29
Maret 6,65 3,97 5,90 7,32 6,38
April 6,16 4,50 5,57 7,25 6,79
87
Mei 5,98 4,45 5,47 7,32 7,15
Juni 5,54 4,53 5,90 6,70 7,26
Juli 4,61 4,56 8,61 4,53 7,26
Agustus 4,79 4,58 8,79 3,99 7,18
September 4,61 4,31 8,40 4,53 6,83
Oktober 4,42 4,61 8,32 4,83 6,25
November 4,15 4,32 8,37 6,23 4,89
Desember 3,79 4,30 8,38 8,36 3,35
Sumber : Data Bank Indonesia yang diolah
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, nilai inflasi tertinggi pada tahun 2011
terjadi pada bulan Januari sebesar 7,02% dan terendah pada bulan
Desember sebesar 3,79%. Pada tahun 2012 inflasi tertinggi terjadi pada
bulan Oktober sebesar 4,61% dan terendah pada bulan Februari sebesar
3,56%. Pada tahun 2013 inflasi tertinggi terjadi pada bulan Agustus
sebesar 8,79% dan terendah pada bulan Januari sebesar 4,57%. Pada tahun
2014 inflasi tertinggi terjadi pada bulan Desember 8,36% dan terendah
pada bulan Juli sebesar 4,53% dan bulan September sebesar 4,53%. Pada
tahun 2015 inflasi tertinggi terjadi pada bulan Juni sebesar 7,26% dan
bulan Juli sebesar 7,26% dan terendah pada bulan Desember sebesar
3,35%. Sedangkan selama periode penelitian inflasi tertinggi terjadi pada
bulan Desember 2014, yaitu sebesar 8,365 dan nilai terendah terjadi pada
bulan Desember tahun 2015, yaitu sebesar 3,35%.
2. Deskripsi Variabel Nilai Tukar
Exchange Rates (nilai tukar uang) atau yang lebih populer dikenal
dengan sebutan kurs mata uang adalah catatan (quotation) harga pasar dari
88
mata uang asing (foreign currency) dalam harga mata uang domestik
(domestic currency) atau resiprokalnya, yaitu harga mata uang domestik
dalam mata uang asing. Nilai tukar uang merepresentasikan tingkat harga
pertukaran dari satu mata uang ke mata uang yang lainnya dan digunakan
dalam berbagai transaksi, antara lain transaksi perdagangan internasional,
turisme, investasi internasional, ataupun aliran uang jangka pendek antar
negara yang melewati batas-batas geografis ataupun batas-batas hukum.
(Karim, 2008).
Kurs valuta asing dapat juga didefinisikan sebagai jumlah uang
domestik yang dibutuhkan yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk
memperoleh satu unit mata uang asing. (Sukirno, 2004).
Tabel 4. 2
Data Nilai Tukar Tahun 2011-2015
dalam Puluhan Ribu Rupiah
Bulan Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
Januari 9,057,00 9,000,00 9,698,00 12,226,00 12,625,00
Februari 8,823,00 9,085,00 9,667,00 11,634,00 12,863,00
Maret 8,709,00 9,180,00 9,719,00 11,404,00 13,084,00
April 8,574,00 9,190,00 9,722,00 11,532,00 12,973,00
Mei 8,537,00 9,565,00 9,802,00 11,611,00 13,211,00
Juni 8,597,00 9,480,00 9,929,00 11,969,00 13,332,00
Juli 8,508,00 9,485,00 10,278,00 11,591,00 13,481,00
Agustus 8,578,00 9,560,00 10,924,00 11,717,00 14,027,00
September 8,823,00 9,588,00 11,613,00 12,212,00 14,657,00
Oktober 8,835,00 9,615,00 11,234,00 12,082,00 13,639,00
November 9,170,00 9,605,00 11,977,00 12,196,00 13,840,00
89
Desember 9,068,00 9,670,00 12,189,00 12,440,00 13,795,00
Sumber : Data Bank Indonesia yang diolah
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, nilai tukar tertinggi pada tahun 2011
terjadi pada bulan November sebesar Rp 9,170,00 dan terendah pada bulan
Mei sebesar Rp 8,537,00. Pada tahun 2012 nilai tukar tertinggi terjadi pada
bulan Desember sebesar Rp 9,670,00 dan terendah pada bulan Januari
sebesar Rp 9,000,00. Pada tahun 2013 nilai tukar tertinggi terjadi pada
bulan Desember sebesar Rp 12,189,00 dan terendah pada bulan Februari
sebesar Rp 9,667,00. Pada tahun 2014 nilai tukar tertinggi terjadi pada
bulan Desember sebesar Rp. 12,440,00 dan terendah pada bulan Maret
sebesar Rp 11,404,00. Pada tahun 2015 nilai tukar tertinggi terjadi pada
bulan September sebesar Rp 14,567,00 dan terendah pada bulan Januari
sebesar Rp 12,625,00.
3. Deskripsi Variabel Suku Bunga (BI Rate)
Suku bunga adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap
kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan
kepada publik. BI Rate merupakan indikasi suku bunga jangka pendek
yang diinginkan Bank Indonesia dalam upaya mencapai target inflasi. BI
Rate digunakan sebagai acuan dalam operasi moneter untuk mengarahkan
agar suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 1 bulan hasil lelang
operasi pasar terbuka berada di sekitar BI Rate. (www.bi.go.id)
90
Sedangkan suku bunga adalah biaya pinjaman atau harga yang
dibayarkan untuk dana pinjaman tersebut (biasanya dinyatakan sebagai
persentase per tahun). (Mishkin, 2008).
Tabel 4. 3
Data Suku Bunga (BI Rate) Tahun 2011-2015
dalam Persentase (%)
Bulan Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
Januari 6,50 6,00 5,75 7,50 7,75
Februari 6,75 5,75 5,75 7,50 7,50
Maret 6,75 5,75 5,75 7,50 7,50
April 6,75 5,75 5,75 7,50 7,50
Mei 6,75 5,75 5,75 7,50 7,50
Juni 6,75 5,75 6,00 7,50 7,50
Juli 6,75 5,75 6,50 7,50 7,50
Agustus 6,75 5,75 7,00 7,50 7,50
September 6,75 5,75 7,25 7,50 7,50
Oktober 6,50 5,75 7,25 7,50 7,50
November 6,00 5,75 7,50 7,50 7,50
Desember 6,00 5,75 7,50 7,75 7,50
Sumber : Data Bank Indonesia yang diolah
Berdasarkan tabel 4.3 di atas, nilai BI Rate tertinggi pada tahun 2011
terjadi pada bulan Februari sampai bulan September sebesar 6,75% dan
terendah pada bulan November sampai bulan Desember sebesar 6,00%.
Pada tahun 2012 BI Rate tertinggi terjadi pada bulan Januari sebesar
6,00% dan terendah pada bulan Februari sampai bulan Desember sebesar
5,75%. Pada tahun 2013 BI Rate tertinggi terjadi pada bulan November
sampai bulan Desember sebesar 7,50% dan terendah pada bulan Januari
91
sampai bulan Mei sebesar 5,75%. Pada tahun 2014 BI Rate tertinggi
terjadi pada bulan Desember sebesar 7,75% dan terendah pada bulan
Januari sampai bulan November sebesar 7,50%. Pada tahun 2015 BI Rate
tertinggi terjadi pada bulan Januari sebesar 7,75% dan terendah pada bulan
Februari sampai bulan Desember sebesar 7,50%. Sedangkan selama
periode penelitian BI Rate tertinggi terjadi pada bulan Desember 2014 dan
bulan Januari 2015, yaitu sebesar 7,75% dan nilai terendah terjadi pada
bulan Februari sampai bulan Desember 2012 dan bulan Januari sampai
bulan Mei 2013, yaitu sebesar 5,75%.
4. Deskripsi Variabel Jumlah Simpanan (Tabungan) Mudharabah
Tabungan mudharabah adalah tabungan yang dijalankan
berdasarkan akad mudharabah. Bank syariah bertindak sebagai mudharib
(pengelola dana), sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul maal
(pemilik dana). Bank syariah dalam kapastitasnya sebagai mudharib,
mempunyai kuasa untuk melakukan berbagai macam usaha yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah serta mengembangkannya, termasuk
melakukan akad mudharabah dengan pihak lain. Namun, bank syariah
juga memiliki sifat sebagai seorang wali amanah (trustee), yang berarti
bank harus berhati-hati atau bijaksana serta beritikad baik dan bertanggung
jawab atas segala sesuatu yang timbul akibat kesalahan atau kelalaiannya.
(Karim, 2009).
Dari hasil pengelolaan dana mudharabah, bank syariah akan
membagihasikan kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah
92
disepakati dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening. Dalam
mengelola dana tersebut, bank tidak bertanggung jawab terhadap kerugian
yang bukan disebabkan oleh kelalaiannya. Namun, apabila yang terjadi
adalah mismanagement (salah urus), bank bertanggung jawab penuh
terhadap kerugian terebut. Dalam mengelola harta mudharabah, bank
menutup biaya operasional tabungan dengan menggunakan nisbah
keuntungan yang menjadi haknya. Di samping itu, bank tidak
diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah penabung tanpa
persetujuan yang bersangkutan. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
PPH bagi hasil tabungan mudharabah dibebankan langsung ke rekening
tabungan mudharabah pada saat perhitungan bagi hasil. (Karim, 2014).
Tabel 4. 4
Data Jumlah Simpanan Mudharabah Tahun 2011-2015
dalam Miliar Rupiah
Bulan Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
Januari 19,210 27,193 37,315 44,992 50,081
Februari 19,193 27,642 37,579 45,013 49,840
Maret 19,776 29,054 38,586 44,827 48,726
April 20,224 28,738 39,145 45,073 49,079
Mei 20,857 29,569 39,159 44,253 49,508
Juni 21,480 31,466 39,810 44,137 48,307
Juli 21,916 31,626 41,156 45,603 49,345
Agustus 22,728 32,531 42,042 46,095 49,525
September 23,589 33,678 42,846 46,298 49,875
Oktober 23,687 33,819 43,477 47,126 49,968
November 24,552 34,455 43,503 47,708 50,296
93
Desember 27,208 37,623 46,459 51,020 53,448
Sumber : Data Bank Indonesia yang diolah
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, nilai simpanan mudharabah tertinggi
pada tahun 2011 terjadi pada bulan Desember sebesar Rp 27.208 miliar
rupiah dan terendah pada bulan Januari sebesar Rp 19.210 miliar rupiah.
Pada tahun 2012 simpanan mudharabah tertinggi terjadi pada bulan
Desember sebesar Rp 37.623 miliar rupiah dan terendah pada bulan
Januari sebesar Rp 27.193 miliar rupiah. Pada tahun 2013 simpanan
mudharabah tertinggi terjadi pada bulan Rp 46.459 miliar rupiah dan
terendah pada bulan Januari sebesar Rp 37.315 miliar rupiah. Pada tahun
2014 simpanan mudharabah tertinggi terjadi pada bulan Desember sebesar
Rp 51.020 miliar rupiah dan terendah pada bulan Juni sebesar Rp 44.137
miliar rupiah. Pada tahun 2015 simpanan mudharabah tertinggi terjadi
pada bulan Desember Rp 53.448 miliar rupiah dan terendah pada bulan
Juni sebesar Rp 48.307 miliar rupiah. Sedangkan selama periode
penelitian simpanan mudharabah tertinggi terjadi pada bulan Desember
2015, yaitu sebesar Rp 53.448 miliar rupiah dan nilai terendah terjadi pada
bulan Januari 2011, yaitu sebesar Rp 19.210 miliar rupiah.
C. Analisis dan Pembahasan
1. Uji Asumsi Klasik
Keseluruhan data variabel dalam penelitian ini diolah atau
ditransformasikan kedalam bentuk Ln (Logaritma Natural). Untuk
menstandarkan data yang dikarenakan data memiliki satuan yang berbeda
94
agar menjadi sama, maka model ditransformasikan ke dalam bentuk
persamaan logaritma natural (Ln), pada prinsipnya model ini merupakan
hasil transformasi dari suatu model tidak linier menjadi model linier,
dengan jalan membuat model dalam bentuk logaritma. (Algifari, 2013).
Variabel dependen yang digunakan yaitu jumlah simpanan
mudharabah pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dalam
bentuk miliar rupiah. Variabel independen yang digunakan yaitu inflasi
dalam bentuk persentase, nilai tukar dalam bentuk puluhan ribu rupiah,
dan BI Rate dalam bentuk persentase. Seluruh data tersebut dapat
ditransformasikan sehingga parameternya berbentuk linier.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual
yang telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau
tidak. Data berdistribusi normal jika data akan mengikuti arah garis
diagonal dan menyebar disekitar garis diagonal. Nilai residual
dikatakan berdistribusi normal jika nilai residual terstandarisasi tersebut
sebagian besar mendekati nilai rata-ratanya. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan uji normalitas dengan analisis grafik dan uji
Kolmogorov-Smirnov. Berikut adalah hasil dari uji normalitas :
95
1) Analisis Grafik Histogram
Sumber : Data yang diolah
Gambar 4.2
Grafik Histogram
Berdasarkan gambar 4.2 di atas, histogram Regression
Residual membentuk kurva seperti lonceng maka nilai residual
tersebut dinyatakan normal atau data berdistribusi normal.
2) Analisis Grafik dengan Normal Probability Plot (Normal P-P Plot)
Sumber : Data yang diolah
Gambar 4.3
Grafik P-P Plot
96
Berdasarkan gambar 4.3 di atas, terlihat bahwa penyebaran
data (titik) menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal yang berarti bahwa data berdistribusi normal atau
model regresi memenuhi asumsi normalitas.
3) Uji Kolmogorov-Smirnov
Tabel 4. 5
Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 60
Normal Parametersa,b
Mean 0E-7
Std. Deviation .11165976
Most Extreme Differences
Absolute .093
Positive .059
Negative -.093
Kolmogorov-Smirnov Z .718
Asymp. Sig. (2-tailed) .681
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Data yang diolah
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, terlihat bahwa nilai Sig. (2-
tailed) sebesar 0,681 > 0,05 (Sig. > α). Hal itu berarti nilai residual
terstandarisasi dikatakan menyebar secara normal.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atau sempurna
di antara variabel bebas atau tidak. Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada
97
atau tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi dapat dilihat
dari nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Nilai cut off
yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas
adalah nilai Tolerance > 0,10 atau sama dengan VIF < 10, maka model
dinyatakan tidak terdapat gejala multikolinieritas.
Tabel 4. 6
Uji Multikolinieritas
Berdasarkan output pada Coefficients dalam Tabel 4.6 di atas,
terlihat bahwa nilai Tolerance menunjukkan terdapat ketiga variabel
independen yang memiliki nilai Tolerance lebih dari 0,10 yaitu inflasi
dengan nilai 0,659 nilai tukar dengan nilai 0,421 dan BI Rate dengan
nilai 0,347. Hasil dari perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF)
juga menunjukkan hal yang sama, yaitu ketiga variabel independen
yang memiliki nilai VIF lebih kurang dari 10. Pada variabel inflasi
dengan nilai VIF sebesar 1,518, variabel nilai tukar dengan nilai VIF
sebesar 2,375 serta pada variabel BI Rate dengan nilai VIF sebesar
2,881. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
multikolinieritas.
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant)
Ln_INFLASI .659 1.518
Ln_NILAI_TUKAR .421 2.375
Ln_BI_RATE .347 2.881
a. Dependent Variable: Ln_JUMLAH_SIMPANAN_MUDHARABAH
Sumber: Data yang diolah
98
c. Uji Heteroskedastisitas
Heterokedastisitas berarti ada varian variabel pada model regresi
yang tidak sama (konstan) sebaliknya, jika varian variabel pada model
regresi memiliki nilai yang sama (konstan) maka disebut dengan
homoskedastisitas. Yang diharapkan pada model regresi adalah yang
homoskedastisitas. Berikut adalah hasil dari uji heterokedastisitas :
1) Analisis Grafik dengan Scatterplot
Sumber : Data yang diolah
Gambar 4.4
Grafik Scatterplot
Berdasarkan tampilan pada grafik scatterplot dalam gambar
4.4 di atas, terlihat bahwa plot menyebar secara acak di atas maupun
di bawah nol pada sumbu Regression Studentized Residual. Oleh
karena itu maka berdasarkan uji heteroskedastis menggunakan
metode analisis grafik pada model regresi yang terbentuk dinyatakan
tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.
99
2) Uji Glejser
Uji glejser merupakan uji lain selain melihat scatterplot, uji ini
dapat dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala
heteroskedastisitas pada model. Jika nilai sig > 0,05 (5%), maka
dapat disimpulkan tidak terjadi gejala heterokedastisitas.
Tabel 4. 7
Uji Glejser
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -.779 .763 -1.021 .312
Ln_INFLASI .069 .041 .268 1.706 .093
Ln_NILAI_TUKAR .033 .083 .077 .395 .695
Ln_BI_RATE -.004 .129 -.007 -.033 .974
a. Dependent Variable: ABS_RES1
Sumber: Data yang diolah
Berdasarkan tabel 4.7 di atas, terlihat bahwa model regresi tidak
terjadi gejala heterokedastisitas. Hal ini dikarenakan nilai probabilitas
lebih besar dari nilai alpha (Sig > α). Nilai Sig. Variabel inflasi
terhadap absolut residual sebesar 0,093 > 0,05, nilai Sig. Variabel nilai
tukar terhadap absolut residual sebesar 0,695 > 0,05, nilai Sig. Variabel
BI Rate terhadap absolut residual sebesar 0,974 > 0,05.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi
antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut
waktu (times-series) atau ruang (cross section). Beberapa penyebab
100
munculnya masalah autokorelasi dari sebagian data times-series dalam
analisis regresi adalah adanya kelembaman (inertia) artinya data
observasi pada periode sebelumnya dan periode sekarang kemungkinan
besar akan mengandung saling ketergantungan (interdependence).
Uji Durbin-Watson (Uji D-W) merupakan uji yang sangat populer
untuk menguji ada tidaknya masalah autokorelasi dari model empiris
yang diestimasi. Berikut adalah hasil dari uji autokorelasi :
Tabel 4. 8
Uji Durbin-Watson
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 .933a .870 .863 .11461 .314
a. Predictors: (Constant), Ln_BI_RATE, Ln_INFLASI, Ln_NILAI_TUKAR
b. Dependent Variable: Ln_JUMLAH_SIMPANAN_MUDHARABAH
Sumber: Data yang diolah
Berdasarkan tabel 4.8 di atas, nilai Durbin-Watson sebesar 0,314.
Jika dibandingkan dengan tabel Durbin-Watson dengan (n) = 60 dan
jumlah variabel indepeden (k=4) diperoleh nilai dL (lower) = 1,4443
dan dU (upper) = 1,7274 sehingga nilai 4-dU sebesar 4 – 1,7274 =
2,2726 sedangkan nilai 4-dL sebesar 4 – 1,4443 = 2,5557. Oleh karena
itu, nilai DW = 0,314 ini berada di antara -2 sampai dengan +2 dapat
dikatakan bahwa sudah tidak ada gejala autokorelasi pada persamaan
model penelitian.
101
2. Uji Hipotesis
a. Uji-t (Parsial)
Uji-t digunakan untuk menguji apakah secara parsial variabel
inflasi, nilai tukar, dan BI Rate memberikan pengaruh yang signifikan
atau tidak terhadap jumlah simpanan mudharabah. Untuk
mengetahuinya dilakukan uji-t yaitu dengan membandingkan nilai t
hitung dengan t tabel dan nilai signifikansi level.
Tabel 4. 9
Uji-t (Parsial)
1) Uji t terhadap variabel Inflasi:
Berdasarkan hasil output SPSS pada tabel 4.9 di atas, variabel
inflasi secara statistik menunjukkan hasil yang tidak signifikan pada
nilai lebih besar dari α (0,268 > 0,05). Sedangkan nilai t hitung X1 =
1,119 dan t tabel sebesar 1,671 ((df = n-k-1) 60-4-1 = 57, α = 0,05),
sehingga t hitung < t tabel (1,119 < 1,672). Maka H0 diterima dan Ha
ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel inflasi secara
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) -14.062 1.299 -10.829 .000
Ln_INFLASI .077 .069 .066 1.119 .268 .659 1.518
Ln_NILAI_TUKAR 2.235 .141 1.174 15.824 .000 .421 2.375
Ln_BI_RATE -1.066 .219 -.397 -4.862 .000 .347 2.881
a. Dependent Variable: Ln_JUMLAH_SIMPANAN_MUDHARABAH
Sumber: Data yang diolah
102
parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah
simpanan mudharabah.
2) Uji t terhadap variabel Nilai Tukar :
Berdasarkan hasil output SPSS pada tabel 4.9 di atas, variabel
nilai tukar secara statistik menunjukkan hasil yang signifikan pada
nilai lebih kecil dari α (0,000 < 0,05). Sedangkan nilai t hitung X2 =
15,824 dan t tabel sebesar 1,671 ((df = n-k-1) 60-4-1 = 57, α = 0,05),
sehingga t hitung > t tabel (15,824 > 1,672). Maka H0 ditolak dan Ha
diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel nilai tukar
secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah
simpanan mudharabah.
3) Uji t terhadap variabel BI Rate
Berdasarkan hasil output SPSS pada tabel 4.9 di atas, variabel
BI Rate secara statistik menunjukkan hasil yang signifikan pada nilai
lebih kecil dari α (0,000 < 0,05). Sedangkan nilai t hitung X3 = 4,862
dan t tabel sebesar 1,671 ((df = n-k-1) 60-4-1 = 57, α = 0,05),
sehingga t hitung > t tabel (4,862 > 1,672). Maka H0 ditolak dan Ha
diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel BI Rate secara
parsial berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah simpanan
mudharabah.
b. Uji F (Simultan)
Uji F digunakan untuk menguji hipotesis II yaitu apakah secara
simultan variabel inflasi, nilai tukar, dan BI Rate memberikan pengaruh
103
yang signifikan atau tidak terhadap jumlah simpanan mudharabah.
Untuk mengetahuinya dilakukan uji F yaitu dengan membandingkan
nilai F hitung dengan F tabel dan melihat nilai signifikansi level (sig),
jika nilai sig. < 0,05 maka H0 ditolak.
Tabel 4. 10
Uji F (Simultan) ANOVA
a
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 4.930 3 1.643 125.112 .000b
Residual .736 56 .013
Total 5.666 59
a. Dependent Variable: Ln_JUMLAH_SIMPANAN_MUDHARABAH
b. Predictors: (Constant), Ln_BI_RATE, Ln_INFLASI, Ln_NILAI_TUKAR
Sumber: Data yang diolah
Berdasarkan tabel 4.10 di atas, nilai Fhitung sebesar 125,112
dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena tingkat signifikansi lebih
kecil dari 0,05 maka H0 ditolak atau Ha diterima dan nilai Fhitung >
Ftabel (125,112 > 2,77) dengan nilai Ftabel df : α, (k-1), (n-k) atau 0,05,
(4-1), (60-4) = 2,77. Dapat disimpulkan bahwa inflasi, nilai tukar dan
BI Rate secara simultan (bersama-sama) berpengaruh terhadap jumlah
simpanan mudharabah.
c. Uji Adjusted R Square
Koefisien determinasi merupakan besarnya kontribusi variabel
bebas terhadap variabel terikatnya. Semakin tinggi koefisien
determinasi, semakin tinggi kemampuan variabel bebas dalam
menjelaskan variasi perubahan pada variabel terikatnya. (Suliyanto,
2011).
104
Koefisien determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap
jumlah variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi, di mana
setiap penambahan satu variabel bebas dan pengamatan dalam model
akan meningkatkan R2 meskipun variabel yang dimasukkan itu tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya.
Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka digunakan koefisien
determinasi yang telah disesuaikan, Adjusted R Square (R2 adj).
Koefisien determinasi yang telah disesuaikan berarti koefisien
tersebut telah dikorelasi dengan memasukkan unsur jumlah variabel
dan ukuran sampel yang digunakan. Dengan menggunakan koefisien
determinasi yang disesuaikan, maka nilai koefisien determinasi yang
disesuaikan itu dapat naik atau turun akibat adanya penambahan
variabel baru dalam model. (Suliyanto, 2011). Berikut adalah hasil uji
Adjusted R Square :
Tabel 4. 11
Uji Adjusted R Square (R2adj)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 .933a .870 .863 .11461 .314
a. Predictors: (Constant), Ln_BI_RATE, Ln_INFLASI, Ln_NILAI_TUKAR
b. Dependent Variable: Ln_JUMLAH_SIMPANAN_MUDHARABAH
Sumber: Data yang diolah
Berdasarkan hasil tabel 4.11 di atas menunjukkan bahwa besarnya
Adjusted R Square adalah 0,863 atau sebesar 86,3%. Dapat disimpulkan
bahwa pengaruh inflasi, nilai tukar, dan BI Rate adalah 86,3%.
105
Sedangkan sisanya 13,7% (100% - 86,3%) dipengaruhi oleh variabel-
variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian ini, misalnya
seperti Return On Equity (ROE), Non Performing Finance (NPF) dan
Financing Debt to Ratio (FDR) dan lain-lain.
3. Analisis Regresi Linier Berganda
Berdasarkan data-data yang disajikan pada tabel di atas, selanjutnya
akan dianalisis dengan bantuan aplikasi SPSS 20.0 untuk mengetahui
besarnya pengaruh inflasi, nilai tukar, dan BI Rate terhadap jumlah
simpanan mudharabah.
Hasil pengolahan data dengan SPSS 20.0 dapat dilihat pada tabel 4.12
dibawah ini :
Tabel 4. 12
Analisis Regresi Linier Berganda
Berdasarkan tabel 4.12 di atas, maka diperoleh model persamaan
regresi sebagai berikut :
LnY = -14,062 + 0,077 LnX1 + 2,235 LnX2 – 1,066 LnX3
Keterangan :
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -14.062 1.299 -10.829 .000
Ln_INFLASI .077 .069 .066 1.119 .268
Ln_NILAI_TUKAR 2.235 .141 1.174 15.824 .000
Ln_BI_RATE -1.066 .219 -.397 -4.862 .000
a. Dependent Variable: Ln_JUMLAH_SIMPANAN_MUDHARABAH
Sumber: Data yang diolah
106
LnY = Logaritma natural jumlah simpanan mudharabah
LnX1 = Logaritma natural inflasi
LnX2 = Logaritma natural nilai tukar
LnX3 = Logaritma natural BI Rate
Adapun interpretasi statistik penulis pada model persamaan regresi di
atas adalah sebagai berikut :
1) Apabila inflasi, nilai tukar, dan BI Rate bernilai 0, maka nilai jumlah
simpanan mudharabah adalah -14,062%. Maksudnya adalah jika
inflasi, nilai tukar, dan BI Rate tidak melakukan kegiatan operasional
dapat dikatakan bahwa dalam periode Januari 2011 sampai Desember
2015 jumlah simpanan mudharabah sebesar -14,062%.
2) X1 = 0,077 maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1% X1 akan
menyebabkan meningkatnya Y sebesar 0,077% dengan catatan variabel
lain dianggap konstan.
3) X2 = 2,235 maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1% X2 akan
menyebabkan meningkatnya Y sebesar 2,235% dengan catatan variabel
lain dianggap konstan.
4) X3 = -1,066 maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1% X3 akan
menyebabkan menurunnya Y sebesar -1,066% dengan catatan varaibel
lain dianggap konstan.
107
D. Interpretasi
Adapun interpretasi penulis terhadap penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Pengaruh Inflasi terhadap Jumlah Simpanan Mudharabah
Berdasarkan pada tabel 4.9 di atas, variabel inflasi mempunyai nilai
signifikansi sebesar 0,268 > 0,05. Hal ini berarti menolak Ha1 atau
menerima H01 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel inflasi secara
parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah simpanan
mudharabah. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang
dilakukan oleh Afif (2014), Rahma (2015), dan Vivi, dkk. (2016) bahwa
inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah simpanan
mudharabah.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Ali, et al. (2012)
bahwa pada saat terjadi inflasi pemerintah cenderung mengambil
kebijakan dengan menaikan suku bunga untuk mengurangi jumlah uang
yang beredar. Dengan dinaikannya suku bunga acauan maka bank syariah
juga akan menaikan nisbah bagi hasilnya kepada nasabah. Hal ini berarti
jika inflasi naik tidak akan berpengaruh signifikan terhadap keinginan
masyarakat untuk mengubah penempatan dananya dalam bentuk tabungan
pada bank syariah.
Jadi, hasil analisis di atas menunjukkan bahwa variabel inflasi tidak
berpengaruh terhadap jumlah simpanan mudharabah pada Bank Umum
Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS). Hal ini kemungkinan
108
disebabkan oleh perkembangan inflasi di Indonesia dari tahun ke tahun
yang menunjukan pola yang sama yakni cenderung naik turun secara
konsisten sehingga masyarakat tidak khawatir inflasi akan berdampak
serius terhadap nilai riil uang yang disimpan pada bank syariah.
Faktor lain yang mendukung inflasi tidak berpengaruh terhadap
simpanan mudharabah yaitu inflasi pada tahun 2011 hingga 2014 antara
3,79 hingga 8,36 di mana inflasi tersebut dikategorikan jenis inflasi
moderate (laju inflasinya antara 7-10%) adalah inflasi yang ditandai
dengan harga-harga yang meningkat secara lambat. Dengan keadaan
inflasi yang termasuk kategori inflasi rendah sehingga masyarakat masih
bisa memenuhi konsumsinya tanpa harus menarik dana simpanannya
untuk digunakan sebagai konsumsi. Oleh sebab itu, tinggi rendahnya
tingkat inflasi tidak berpengaruh terhadap jumlah simpanan mudharabah
yang ada di bank umum syariah dan unis usaha syariah.
2. Pengaruh Nilai Tukar terhadap Jumlah Simpanan Mudharabah
Berdasarkan pada tabel 4.9 di atas, variabel inflasi mempunyai nilai
signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Hal ini berarti menerima Ha2 atau
menolak H02 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel nilai tukar secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap jumlah simpanan mudharabah.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Dian
(2011) dan Hadzami (2011).
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Affandi (2016) bahwa
depresiasi atau melemahnya nilai tukar rupiah terhadap USD dapat
109
menyebabkan capital out flow atau pelarian modal masyarakat keluar
negeri karena jika dibandingkan dengan mata uang negara lain maka
ekspektasi return investasi di Indonesia lebih rendah. Berdasarkan hal
tersebut, perubahan nilai tukar rupiah terhadap USD dapat mempengaruhi
pertumbuhan jumlah rekening maupun dana pihak ketiga di perbankan
syariah Indonesia. Dengan menurunnya pertumbuhan jumlah rekening
maupun dana pihak ketiga perbankan syariah juga akan berdampak
terhadap penurunan jumlah simpanan mudharabah.
Jadi, hasil analisis di atas menunjukkan bahwa variabel nilai tukar
berpengaruh terhadap jumlah simpanan mudharabah pada Bank Umum
Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS). Hal ini disebabkan karena
bila kurs atau nilai tukar naik, maka produksi barang dan jasa yang
dihasilkan negara tersebut akan menjadi lebih mahal bila dihitung dengan
mata uang negara lain tersebut. Sehingga permintaan akan barang atau jasa
mengalami penurunan dan menekan permintaan, jika permintaan turun
akan disikapi oleh produsen dengan mengurangi produksi.
Bila produksi mengalami penurunan, maka masyarakat selaku
penerima balas jasa faktor produksi akan mengalami penurunan
pendapatan. Akibatnya dana yang tersedia untuk diinvestasikan dan
disimpan akan berkurang. Hal tersebut mengakibatkan bank kesulitan
dalam melakukan pengimpunan DPK, salah satunya penghimpunan
produk tabungan mudharabah. Sedangkan produk-produk simpanan di
perbankan syariah memiliki return yang relatif kurang pasti dibandingkan
110
dengan Bank Konvensional, sehingga pelemahan Rupiah akan berdampak
signifikan terhadap DPK.
3. Pengaruh BI Rate terhadap Jumlah Simpanan Mudharabah
Berdasarkan pada tabel 4.9 di atas, variabel BI Rate mempunyai nilai
signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Hal ini berarti menerima Ha3 atau
menolak H03 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel BI Rate secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap jumlah simpanan mudharabah.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Rizki
Aulia Rachman, dkk. (2013) yang menyatakan bahwa BI Rate
berpengaruh signifikan terhadap jumlah simpanan mudharabah.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Syafri (2009)
berdasarkan teori loanable funds ada beberapa faktor yang mempengaruhi
tabungan. Faktor pertama adalah pendapatan, semakin besar pendapatan
seseorang semakin besar kemampuan orang tersebut untuk menabung.
Faktor yang kedua adalah tingkat bunga, tingkat bunga merupakan balas
jasa terhadap tabungan, semakin besar tingkat bunga semakin besar pula
keinginan masyarakat ingin menabung.
Jadi, hasil analisis di atas menunjukkan bahwa variabel BI Rate
berpengaruh terhadap jumlah simpanan mudharabah pada Bank Umum
Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS). Hal ini disebabkan karena
suku bunga acuan menjadi pengaruh terhadap simpanan mudharabah pada
bank syariah karena tingginya suku bunga acuan BI Rate akan
menyebabkan masyarakat lebih memilih produk simpanan bank
111
konvensional dengan harapan mendapat suku bunga simpanan yang lebih
tinggi daripada simpanan di bank syariah. Hal ini juga akan berpengaruh
sebaliknya, jika suku bunga acuan BI Rate turun maka dimungkinan
simpanan mudharabah akan meningkat.
4. Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, dan BI Rate terhadap Jumlah
Simpanan Mudharabah
Berdasarkan pada tabel 4.10 di atas, variabel inflasi, nilai tukar, dan
BI Rate mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,000 (0,000 < 0,05). Hal ini
berarti menerima Ha4 atau menolak H04 sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel inflasi, nilai tukar, dan BI Rate secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap jumlah simpanan mudharabah.
Jadi, secara simulatan (bersama-sama) bahwa variabel inflasi, nilai
tukar, dan BI Rate berpengaruh terhadap jumlah simpanan mudharabah
pada Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS). Hal ini
dapat dilihat dari apabila keseluruhan variabel X naik atau turun maka
menyebabkan pengaruh terhadap variabel Y.
112
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisa dan interpretasi data yang telah dilakukan, maka
dapat diambil kesimpulan :
1. Variabel nilai tukar secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap
jumlah simpanan mudharabah pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah di Indonesia. Variabel BI Rate secara parsial berpengaruh secara
signifikan terhadap jumlah simpanan mudharabah pada Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia. Sedangkan variabel inflasi
secara parsial tidak berpengaruh terhadap jumlah simpanan mudharabah
pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia.
2. Variabel inflasi, nilai tukar, dan BI Rate secara simultan atau bersama-
sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap jumlah simpanan
mudharabah pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di
Indonesia.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah diuraikan, maka
penulis mencoba mengemukakan implikasi yang mungkin bermanfaat di
antaranya :
1. Nasabah
Bagi nasabah apabila ingin menyimpan dananya dalam bentuk
simpanan mudharabah tidak harus melihat berapa besar tingkat inflasi
113
yang terjadi, karena inflasi tidak memberikan pengaruh terhadap jumlah
simpanan mudharabah. Sedangkan bagi nasabah apabila ingin menyimpan
dananya dalam bentuk simpanan mudharabah harus melihat berapa besar
tingkat nilai tukar yang terjadi, karena nilai tukar memberikan pengaruh
terhadap jumlah simpanan mudharabah. Pada variabel BI Rate bagi
nasabah yang ingin menyimpan dananya dalam bentuk simpanan
mudharabah harus melihat berapa besar tingkat BI Rate yang terjadi,
karena BI Rate memberikan pengaruh terhadap jumlah simpanan
mudharabah. Penelitian ini dapat digunakan oleh nasabah sebagai acuan
dalam menghimpun dananya pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah agar memperhatikan terlebih dahulu tingkat Inflasi, Nilai Tukar,
dan BI Ratenya sebelum menghimpun dananya dalam bentuk simpanan
mudharabah.
2. Akademisi
Penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi tambahan bagi
kepustakaan pihak kampus. Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya
memperbanyak jumlah variabel seperti : Bagi Hasil Mudharabah, Jumlah
Kantor Bank, Deposito Mudharabah dan lainnya. Periode penelitian dapat
diperbaharui atau lebih lama agar hasil yang didapat lebih dapat
menjelaskan berbagai fenomena yang terjadi berkaitan dengan penelitian
ini.
114
3. Perbankan
Adapun implikasi dari penelitian ini diharapkan setiap Perbankan
Syariah di Indonesia dapat mengoptimalkan produk penghimpunan
dananya terutama simpanan serta dapat mempertahankan tingkat BI Rate
yang rendah agar banyak nasabah yang menabung terutama produk
simpanan mudharabah dan mempertahankan nilai tukarnya agar tetap
rendah sehingga banyak nasabah yang menabung di bank syariah terutama
di produk simpanan mudharabah.
115
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, Faisal. 2016. Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai Tukar, BI Rate
dan Suku Bunga Bank Konvensional terhadap Margin Bagi Hasil
Deposito Mudharabah Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2010-
2015. Jurnal At-Tawassuh Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Vol 1(1)
Aghnia, Miftakhul. 2015. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Simpanan Mudharabah Bank Syariah Mandiri 2006-2013 . Jurnal
Universtias Negeri Semarang.
Algifari. 2013. Analisis Regresi Teori, Kasus dan Solusi. BPFE. Yogyakarta.
Ali et al., 2012. Macroeconomics Variables and Its Impact to Mudharabah
Investment Deposits in Malaysia. Elixir International Journal (52):
108666-10868.
Antonio, Muhammad Syafi‟i. 2001. Bank Syariah Dari Teori ke Praktik.
Gema Insani. Jakarta.
Ariestya, Dian. 2011. Analisis Pengaruh Imbal Bagi Hasil, Jumlah Kantor
Cabang, Suku Bunga, Kurs, dan SWBI terhadap Jumlah Tabungan
Mudharabah. Skripsi.
Ariyanti, Fiki. “Ini Penyebab Rupiah Ambruk Versi BI” diakses pada tanggal
5 November 2016 dari : http://bisnis.liputan6.com/read/2300561/ini-
penyebab-rupiah-ambruk-versi-bi.
Ascarya. 2008. Akad dan Produk Bank Syariah. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Aziz, Roikhan Moch dan Surhayanti, Siti. 2013. Determinan Tabungan
Mudharabah di Indonesia. Jurnal Signifikan 2(2).
Bank Indonesia. Laporan Perkembangan Bank Syariah Bank Indonesia”
diakses pada tanggal 27 Oktober 2016 dari :
http://www.bi.go.id/publikasi/perbankan-
danstabilitas/syariah/Pages/lpps2007.aspx.
Bank Indonesia. “Laporan Perkembangan Perbankan Syariah” diakses pada
tanggal 27 Oktober 2016 dari :
http://www.bi.go.id/id/publikasi/perbankan-dan-
stabilitas/syariah/Pages/lpps_09.aspx.
Boediono. 2001. Ekonomi Makro. Edisi Keempat. BPFE. Yogyakarta.
116
______. 2014. Ekonomi Moneter. Edisi Ketiga. BPFE. Yogyakarta.
Dewi, Murti Sari. 2011. Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Inflasi
di Indonesia Sebelum dan Sesudah Diterapkannya Kebijakan Inflation
Targeting Framework Periode 2002-2010. Media Ekonomi 19(2).
Fatwa DSN-MUI No. 02/DSN-MUI/IV/2000. Tabungan. Tanggal 26
Dzulhijjah 1420 H/ 1 April 2000 M. Jakarta. Diakses pada tanggal 21
Februari 2017 dari www.dsnmui.or.id.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM
SPSS 21. Universitas Diponegoro. Semarang.
Gilarso, T. 2004. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. Kanisius. Yogyakarta.
Gujarati, Damodar. 1995. Ekonometrika Dasar. Erlangga. Jakarta.
Hadzmi, Muhammad Ihsan. 2011. Analisis Pengaruh Nisbah Bagi Hasil dan
Nilai Tukar Rupiah terhadap Tabungan Mudharabah pada Perbankan
Syariah di Indonesia. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Hidayanti, Rahma. 2015. Pengaruh BI Rate, Inflasi dan Jumlah Kantor
Cabang terhadap Simpanan Mudharabah pada Bank Umum Syariah
Tahun 2011-2014. Jurnal Universitas Negeri Surabaya.
Huda, Nurul dkk. 2009. Ekonomi Makro Islam. Kencana. Jakarta.
Idris, Muhammad. “BI Rate Susah Turun, Ini Alasan Agus Marto” diakses
pada tanggal 6 November 2016 dari :
http://finance.detik.com/moneter/d-3034209/bi-rate-susah-turun-ini-
alasan-agus-marto.
Ifham, Ahmad. 2015. INI LHO BANK SYARIAH! Memahami Bank Syariah
dengan Mudah. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Ismail. 2011. Manajemen Perbankan Dari Teori Menuju Aplikasi. Kencana.
Jakarta.
Iswardono. 2004. Uang dan Bank. Edisi Keempat. BPFE. Yogyakarta.
Judisseno, Rimsky K. 2005. Sistem Moneter dan Perbankan Indonesia.
Cetakan Kedua. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Junaidi. “Tabel Durbin-Watson (DW) Lengkap” diakses pada tanggal 8 April
2017 dari :
http://junaidichaniago.wordpress.com/2010/04/24/download-tabel-
durbin-watson-dw-lengkap/
117
Karim, Adiwarman A. 2008. Ekonomi Makro Islami. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
______, ______. 2009. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. PT Raja
Grafindo. Jakarta.
______, ______. 2014. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. PT Raja
Grafindo. Jakarta.
Kasmir. 2005. Pemasaran Bank. Edisi Pertama. Cetakan Kedua. Prenada
Media. Jakarta.
Madura, Jeff. 2000. International Financial Management. Erlangga. Jakarta.
Mishkin, Frederic S. 2008. Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan.
Salemba Empat. Jakarta.
Musyafak, Akhmad. 2015. Mapping Agroekosistem dan Sosial Ekonomi
Untuk Pembangunan Pertanian Pembatasan Bengkayang Serawak
Kalimantan Barat. Deepublish. Yogyakarta.
Muthaher, Osmed. 2012. Akuntansi Perbankan Syariah. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Nachrowi, Djalal dan Usman, Hardius. 2006. Pendekatan Populer dan
Praktis Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan.
Universitas Indonesia. Jakarta.
Narimawati, Umi. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif,
Teori dan Aplikasi. Agung Media. Bandung.
Nurjanah dan Sumiyati. 2010. Pengaruh Nisbah Bagi Hasil, Produk Domestik
Bruto, Suku Bunga Deposito dan Inflasi Terhadap Simpanan
Mudharabah di Perbankan Syariah Indonesia periode 2004-2009.
Jurnal Media Ekonomi 18(1).
Oramahi, H.A. 2007. Analisis Data dengan SPSS & SAS. Ardana Media.
Yogyakarta.
Purwanto dan Suharyadi. 2013. Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan
Modern. Salemba Empat. Jakarta.
Putong, Iskandar. 2000. Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro. Ghalia
Indonesia. Jakarta.
118
Rachman, Rizki Aulia. 2013. Pengaruh Bagi Hasil, Bunga, Ukuran Bank, dan
Jumlah Cabang Terhadap Simpanan Mudharabah. Jurnal Universitas
Negeri Semarang.
Reswari, Yustitia Agil dan Abdurahim, Ahim. 2010. Pengaruh Tingkat Suku
Bunga, Jumlah Bagi Hasil, dan LQ 45 Terhadap Simpanan
Mudharabah pada Bank Syariah di Indonesia”. Jurnal Akuntansi dan
Investasi 11(1).
Rozalinda. 2014. Ekonomi Islam Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas
Ekonomi. Rajawali Pers. Jakarta.
Rudiansyah, Afif. 2014. Pengaruh Inflasi, BI Rate, PDB dan Nilai Tukar
Rupiah terhadap Simpanan Mudharabah pada Bank Syariah di
Indonesia. Jurnal Universitas Negeri Surabaya.
Rustam, Bambang Rianto. 2013. Manajemen Risiko Perbankan Syariah di
Indonesia. Salemba Empat. Jakarta.
Saeed, Abdullah. 2004. Menyeol Bank Syariah: Kritik atas Interpretasi
Bunga Bank Kaum Neo Revivalis. Paramadina. Jakarta.
Setyawati, Vivi dkk. 2016. Pengaruh Suku Bunga Acuan, Bagi Hasil, Inflasi,
Ukuran Bank, NPF, dan Biaya Promosi Terhadap Simpanan
Mudharabah pada Bank Syariah di Indonesia Tahun 2010-2014.
Journal of Accounting 2(2).
Sujatna, Yayat. 2006. Analisis Faktor Internal dan Eksternal yang
Mempengaruhi Jumlah Pembiayaan Bagi Hasil: Studi Kasus Bank
Syariah Mandiri. Thesis. Pascasarjana Universitas Indonesia. Jakarta.
Syafri. 2009. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tabungan
Masyarakat pada Bank Umum. Jurnal Kajian 14(1).
Sholahudin, Muhammad dan Hakim, Lukman. 2008. Lembaga Ekonomi dan
Keuangan Syariah Kontemporer. Muhammadiyah University Press.
Surakarta.
Siamat, Dahlan. 2004. Manajemen Lembaga Keuangan. Intermedia. Jakarta.
Siregar, Syofian. 2011. Statistika Deskriptif Untuk Penelitian. PT Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
119
Sudarsono, Heri. 2003. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Ekonisia.
Yogyakarta.
______, ______. 2008. Bank & Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan
Ilustrasi. Edisi Ketiga. Cetakan Pertama. Ekonisia. Yogyakarta.
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Pusat Bahasa Depdiknas.
Bandung.
______. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.
Bandung.
______. 2015. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung.
Suharsimi, Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan
Praktek. PT Rineka Cipta. Jakarta.
Sukirno, Sadono. 2004. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga. PT
Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Suliyanto, 2011. Ekonometrika Terapan Teori dan Aplikasi dengan SPSS.
ANDI. Yogyakarta.
Supriadi, Agus. “BPS Beberkan Tujuh Penyebab Inflasi April” diakses pada
tanggal 4 November 2016 dari :
www.cnnindonesia.com/ekonomi/20150504124923-78-50973/bps-
beberkan-tujuh-penyebab-inflasi-april/.
Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi-Teori dan Aplikasi.
Kanisius. Yogyakarta.
Triyono. 2008. Analisis Perubahan Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika.
Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Vol 9(2).
Umam, Khotibul. 2016. Perbankan Syariah Dasar-dasar dan Dinamika
Perkembangannya di Indonesia. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Umiyati, dan Syarif, Shella Muthya. 2016. Kinerja Keuangan dan Tingkat
Bagi Hasil Deposito Mudharabah pada Bank Umum Syariah di
Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Islam UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Vol 4(4).
120
Undang-Undang Republik Indonesia No 21 Tahun 2008. Perbankan Syariah.
16 Juli 2008. Lembaran Negara RI Tahun 2008 Nomor 94. Jakarta.
Wibisono, Sunlip. 2006. Pengaruh Tingkat Bunga dan PDRB Terhadap
Tabungan pada Bank Umum di KBI Jember Tahun (1994)I-(2003)IV.
Jurnal Manajemen, Akuntansi dan Bisnis 4(2).
Wibowo, Muhammad Ghofur. 2007. Potret Perbankan Syariah di Indonesia
Terkini (Kajian Kritis Perkembangan Perbankan Syariah). Biruni
Press. Yogyakarta.
Widayatsari, Any. 2013. Akad Wadiah dan Mudharabah dalam
Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Bank Syariah. Jurnal Ekonomi dan
Hukum Islam 3(1).
Zulfikar dan Budi Antara, I. Nyoman. 2014. Manajemen Riset dengan
Pendekatan Komputasi Statistika. Deepublish. Yogyakarta.
122
LAMPIRAN
Lampiran 1: Data Sampel Penelitian
1. Data Bank Umum Syariah 2011-2015
No. Nama Perusahaan Kode
1. PT. Bank Muamalat Indonesia BMI
2. PT. Bank Victoria Syariah BVS
3. PT. Bank BRI Syariah BRIS
4. PT. Bank Jabar Banten Syariah BJBS
5. PT. Bank BNI Syariah BNIS
6. PT. Bank Syariah Mandiri BSM
7. PT. Bank Mega Syariah BMS
8. PT. Bank Panin Syariah BPS
9. PT. Bank Syariah Bukopin BSB
10. PT. BCA Syariah BCAS
11. PT. Maybank Syariah Indonesia MIS
12. PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah BTNS
Sumber data : Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia Tahun 2015
2. Data Unit Usaha Syariah 2011-2015
No. Nama Perusahaan
1. PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk
2. PT. Bank Permata, Tbk
3. PT. Bank Internasional Indonesia, Tbk
4. PT. Bank CIMB Niaga, Tbk
5. PT. Bank OCBC NISP, Tbk
6. PT. Bank Sinarmas
7. PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk
8. PT. BPD DKI
9. PT. BPD Daerah Istimewa Yogyakarta
10. PT. BPD Jawa Tengah
123
11. PT. BPD Jawa Timur, Tbk
12. PT. Bank Aceh
13. PT. BPD Sumatera Utara
14. PT. BPD Jambi
15 PT. BPD Sumatera Barat
16. PT. BPD Riau dan Kepulauan Riau
17. PT. BPD Sumatera Selatan dan Bangka Belitung
18. PT. BPD Kalimantan Selatan
19. PT. BPD Kalimantan Barat
20. PT. BPD Kalimantan Timur
21. PT. BPD Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat
22. PT. BPD Nusa Tenggara Barat
Sumber Data : Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia Tahun 2015
Lampiran 2 : Data Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
a. Inflasi (dalam persentase)
Bulan Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
Januari 7,02 3,65 4,57 8,22 6,96
Februari 6,84 3,56 5,31 7,75 6,29
Maret 6,65 3,97 5,90 7,32 6,38
April 6,16 4,50 5,57 7,25 6,79
Mei 5,98 4,45 5,47 7,32 7,15
Juni 5,54 4,53 5,90 6,70 7,26
Juli 4,61 4,56 8,61 4,53 7,26
Agustus 4,79 4,58 8,79 3,99 7,18
September 4,61 4,31 8,40 4,53 6,83
Oktober 4,42 4,61 8,32 4,83 6,25
November 4,15 4,32 8,37 6,23 4,89
124
Desember 3,79 4,30 8,38 8,36 3,35
Sumber : Data Bank Indonesia yang diolah
b. Nilai Tukar (dalam puluhan ribu rupiah)
Bulan Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
Januari 9,057,0
0
9,000,00 9,698,00 12,226,00 12,625,00
Februari 8,823,00 9,085,00 9,667,00 11,634,00 12,863,00
Maret 8,709,00 9,180,00 9,719,00 11,404,00 13,084,00
April 8,574,00 9,190,00 9,722,00 11,532,00 12,973,00
Mei 8,537,00 9,565,00 9,802,00 11,611,00 13,211,00
Juni 8,597,00 9,480,00 9,929,00 11,969,00 13,332,00
Juli 8,508,00 9,485,00 10,278,00 11,591,00 13,481,00
Agustus 8,578,00 9,560,00 10,924,00 11,717,00 14,027,00
September 8,823,00 9,588,00 11,613,00 12,212,00 14,657,00
Oktober 8,835,00 9,615,00 11,234,00 12,082,00 13,639,00
November 9,170,00 9,605,00 11,977,00 12,196,00 13,840,00
Desember 9,068,00 9,670,00 12,189,00 12,440,00 13,795,00
Sumber : Data Bank Indonesia yang diolah
c. BI Rate (dalam persentase)
Bulan Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
Januari 6,50 6,00 5,75 7,50 7,75
Februari 6,75 5,75 5,75 7,50 7,50
Maret 6,75 5,75 5,75 7,50 7,50
April 6,75 5,75 5,75 7,50 7,50
Mei 6,75 5,75 5,75 7,50 7,50
Juni 6,75 5,75 6,00 7,50 7,50
Juli 6,75 5,75 6,50 7,50 7,50
Agustus 6,75 5,75 7,00 7,50 7,50
September 6,75 5,75 7,25 7,50 7,50
125
Oktober 6,50 5,75 7,25 7,50 7,50
November 6,00 5,75 7,50 7,50 7,50
Desember 6,00 5,75 7,50 7,75 7,50
Sumber : Data Bank Indonesia yang diolah
2. Variabel Dependen
a. Jumlah Simpanan Mudharabah (dalam miliar rupiah)
Bulan Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
Januari 19,210 27,193 37,315 44,992 50,081
Februari 19,193 27,642 37,579 45,013 49,840
Maret 19,776 29,054 38,586 44,827 48,726
April 20,224 28,738 39,145 45,073 49,079
Mei 20,857 29,569 39,159 44,253 49,508
Juni 21,480 31,466 39,810 44,137 48,307
Juli 21,916 31,626 41,156 45,603 49,345
Agustus 22,728 32,531 42,042 46,095 49,525
September 23,589 33,678 42,846 46,298 49,875
Oktober 23,687 33,819 43,477 47,126 49,968
November 24,552 34,455 43,503 47,708 50,296
Desember 27,208 37,623 46,459 51,020 53,448
Sumber : Data Bank Indonesia yang diolah
126
Lampiran 3 : Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Sumber : Data diolah
Sumber : Data diolah
127
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 60
Normal Parametersa,b
Mean 0E-7
Std. Deviation .11165976
Most Extreme Differences
Absolute .093
Positive .059
Negative -.093
Kolmogorov-Smirnov Z .718
Asymp. Sig. (2-tailed) .681
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Data diolah
Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant)
Ln_INFLASI .659 1.518
Ln_NILAI_TUKAR .421 2.375
Ln_BI_RATE .347 2.881
a. Dependent Variable: Ln_JUMLAH_SIMPANAN_MUDHARABAH
Sumber: Data diolah
128
Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Data diolah
Uji Glejser
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -.779 .763 -1.021 .312
Ln_INFLASI .069 .041 .268 1.706 .093
Ln_NILAI_TUKAR .033 .083 .077 .395 .695
Ln_BI_RATE -.004 .129 -.007 -.033 .974
a. Dependent Variable: ABS_RES1
Sumber: Data diolah
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 .933a .870 .863 .11461 .314
a. Predictors: (Constant), Ln_BI_RATE, Ln_INFLASI, Ln_NILAI_TUKAR
b. Dependent Variable: Ln_JUMLAH_SIMPANAN_MUDHARABAH
Sumber: Data diolah
129
Lampiran 4 : Uji Hipotesis
Uji-t (Parsial)
Uji F (Simultan)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 4.930 3 1.643 125.112 .000b
Residual .736 56 .013
Total 5.666 59
a. Dependent Variable: Ln_JUMLAH_SIMPANAN_MUDHARABAH
b. Predictors: (Constant), Ln_BI_RATE, Ln_INFLASI, Ln_NILAI_TUKAR
Sumber: Data diolah
Uji Adjusted R Square (R2adj)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 .933a .870 .863 .11461 .314
a. Predictors: (Constant), Ln_BI_RATE, Ln_INFLASI, Ln_NILAI_TUKAR
b. Dependent Variable: Ln_JUMLAH_SIMPANAN_MUDHARABAH
Sumber: Data diolah
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) -14.062 1.299 -10.829 .000
Ln_INFLASI .077 .069 .066 1.119 .268 .659 1.518
Ln_NILAI_TUKAR 2.235 .141 1.174 15.824 .000 .421 2.375
Ln_BI_RATE -1.066 .219 -.397 -4.862 .000 .347 2.881
a. Dependent Variable: Ln_JUMLAH_SIMPANAN_MUDHARABAH
Sumber: Data diolah
130
Lampiran 5 : Tabel F
Titik Persentase Distribusi F untuk Probabilita = 0,05
df untuk penyebut
(N2
)
df untuk
pembilang
(N1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
46 4.05 3.20 2.81 2.57 2.42 2.30 2.22 2.15 2.09 2.04 2.00 1.97 1.94 1.91 1.89
47 4.05 3.20 2.80 2.57 2.41 2.30 2.21 2.14 2.09 2.04 2.00 1.96 1.93 1.91 1.88
48 4.04 3.19 2.80 2.57 2.41 2.29 2.21 2.14 2.08 2.03 1.99 1.96 1.93 1.90 1.88
49 4.04 3.19 2.79 2.56 2.40 2.29 2.20 2.13 2.08 2.03 1.99 1.96 1.93 1.90 1.88
50 4.03 3.18 2.79 2.56 2.40 2.29 2.20 2.13 2.07 2.03 1.99 1.95 1.92 1.89 1.87
51 4.03 3.18 2.79 2.55 2.40 2.28 2.20 2.13 2.07 2.02 1.98 1.95 1.92 1.89 1.87
52 4.03 3.18 2.78 2.55 2.39 2.28 2.19 2.12 2.07 2.02 1.98 1.94 1.91 1.89 1.86
53 4.02 3.17 2.78 2.55 2.39 2.28 2.19 2.12 2.06 2.01 1.97 1.94 1.91 1.88 1.86
54 4.02 3.17 2.78 2.54 2.39 2.27 2.18 2.12 2.06 2.01 1.97 1.94 1.91 1.88 1.86
55 4.02 3.16 2.77 2.54 2.38 2.27 2.18 2.11 2.06 2.01 1.97 1.93 1.90 1.88 1.85
56 4.01 3.16 2.77 2.54 2.38 2.27 2.18 2.11 2.05 2.00 1.96 1.93 1.90 1.87 1.85
57 4.01 3.16 2.77 2.53 2.38 2.26 2.18 2.11 2.05 2.00 1.96 1.93 1.90 1.87 1.85
58 4.01 3.16 2.76 2.53 2.37 2.26 2.17 2.10 2.05 2.00 1.96 1.92 1.89 1.87 1.84
59 4.00 3.15 2.76 2.53 2.37 2.26 2.17 2.10 2.04 2.00 1.96 1.92 1.89 1.86 1.84
60 4.00 3.15 2.76 2.53 2.37 2.25 2.17 2.10 2.04 1.99 1.95 1.92 1.89 1.86 1.84
61 4.00 3.15 2.76 2.52 2.37 2.25 2.16 2.09 2.04 1.99 1.95 1.91 1.88 1.86 1.83
62 4.00 3.15 2.75 2.52 2.36 2.25 2.16 2.09 2.03 1.99 1.95 1.91 1.88 1.85 1.83
63 3.99 3.14 2.75 2.52 2.36 2.25 2.16 2.09 2.03 1.98 1.94 1.91 1.88 1.85 1.83
64 3.99 3.14 2.75 2.52 2.36 2.24 2.16 2.09 2.03 1.98 1.94 1.91 1.88 1.85 1.83
65 3.99 3.14 2.75 2.51 2.36 2.24 2.15 2.08 2.03 1.98 1.94 1.90 1.87 1.85 1.82
66 3.99 3.14 2.74 2.51 2.35 2.24 2.15 2.08 2.03 1.98 1.94 1.90 1.87 1.84 1.82
67 3.98 3.13 2.74 2.51 2.35 2.24 2.15 2.08 2.02 1.98 1.93 1.90 1.87 1.84 1.82
68 3.98 3.13 2.74 2.51 2.35 2.24 2.15 2.08 2.02 1.97 1.93 1.90 1.87 1.84 1.82
69 3.98 3.13 2.74 2.50 2.35 2.23 2.15 2.08 2.02 1.97 1.93 1.90 1.86 1.84 1.81
70 3.98 3.13 2.74 2.50 2.35 2.23 2.14 2.07 2.02 1.97 1.93 1.89 1.86 1.84 1.81
Sumber : Data diproduksi oleh Junaidi (http://junaidichaniago.wordpress.com)
131
Lampiran 6 : Tabel t
Titik Persentase Distribusi t (df = 41 – 70)
Sumber : Data diproduksi oleh Junaidi (http://junaidichaniago.wordpress.com)
Pr
Df
0.25
0.50
0.10
0.20
0.05
0.10
0.025
0.050
0.01
0.02
0.005
0.010
0.001
0.002
41 0.68052 1.30254 1.68288 2.01954 2.42080 2.70118 3.30127
42 0.68038 1.30204 1.68195 2.01808 2.41847 2.69807 3.29595
43 0.68024 1.30155 1.68107 2.01669 2.41625 2.69510 3.29089
44 0.68011 1.30109 1.68023 2.01537 2.41413 2.69228 3.28607
45 0.67998 1.30065 1.67943 2.01410 2.41212 2.68959 3.28148
46 0.67986 1.30023 1.67866 2.01290 2.41019 2.68701 3.27710
47 0.67975 1.29982 1.67793 2.01174 2.40835 2.68456 3.27291
48 0.67964 1.29944 1.67722 2.01063 2.40658 2.68220 3.26891
49 0.67953 1.29907 1.67655 2.00958 2.40489 2.67995 3.26508
50 0.67943 1.29871 1.67591 2.00856 2.40327 2.67779 3.26141
51 0.67933 1.29837 1.67528 2.00758 2.40172 2.67572 3.25789
52 0.67924 1.29805 1.67469 2.00665 2.40022 2.67373 3.25451
53 0.67915 1.29773 1.67412 2.00575 2.39879 2.67182 3.25127
54 0.67906 1.29743 1.67356 2.00488 2.39741 2.66998 3.24815
55 0.67898 1.29713 1.67303 2.00404 2.39608 2.66822 3.24515
56 0.67890 1.29685 1.67252 2.00324 2.39480 2.66651 3.24226
57 0.67882 1.29658 1.67203 2.00247 2.39357 2.66487 3.23948
58 0.67874 1.29632 1.67155 2.00172 2.39238 2.66329 3.23680
59 0.67867 1.29607 1.67109 2.00100 2.39123 2.66176 3.23421
60 0.67860 1.29582 1.67065 2.00030 2.39012 2.66028 3.23171
61 0.67853 1.29558 1.67022 1.99962 2.38905 2.65886 3.22930
62 0.67847 1.29536 1.66980 1.99897 2.38801 2.65748 3.22696
63 0.67840 1.29513 1.66940 1.99834 2.38701 2.65615 3.22471
64 0.67834 1.29492 1.66901 1.99773 2.38604 2.65485 3.22253
65 0.67828 1.29471 1.66864 1.99714 2.38510 2.65360 3.22041
66 0.67823 1.29451 1.66827 1.99656 2.38419 2.65239 3.21837
67 0.67817 1.29432 1.66792 1.99601 2.38330 2.65122 3.21639
68 0.67811 1.29413 1.66757 1.99547 2.38245 2.65008 3.21446
69 0.67806 1.29394 1.66724 1.99495 2.38161 2.64898 3.21260
70 0.67801 1.29376 1.66691 1.99444 2.38081 2.64790 3.21079
132
Lampiran 7 : Tabel Durbin-Watson
Tabel Durbin-Watson (DW), α = 5%
N
k=
1
k=2 k=3 k=4 k=5
dL dU dL dU dL dU dL dU dL dU
6 0.6102 1.4002
7 0.6996 1.3564 0.4672 1.8964
8 0.7629 1.3324 0.5591 1.7771 0.3674 2.2866
9 0.8243 1.3199 0.6291 1.6993 0.4548 2.1282 0.2957 2.5881
10 0.8791 1.3197 0.6972 1.6413 0.5253 2.0163 0.3760 2.4137 0.2427 2.8217
11 0.9273 1.3241 0.7580 1.6044 0.5948 1.9280 0.4441 2.2833 0.3155 2.6446
12 0.9708 1.3314 0.8122 1.5794 0.6577 1.8640 0.5120 2.1766 0.3796 2.5061
13 1.0097 1.3404 0.8612 1.5621 0.7147 1.8159 0.5745 2.0943 0.4445 2.3897
14 1.0450 1.3503 0.9054 1.5507 0.7667 1.7788 0.6321 2.0296 0.5052 2.2959
15 1.0770 1.3605 0.9455 1.5432 0.8140 1.7501 0.6852 1.9774 0.5620 2.2198
16 1.1062 1.3709 0.9820 1.5386 0.8572 1.7277 0.7340 1.9351 0.6150 2.1567
17 1.1330 1.3812 1.0154 1.5361 0.8968 1.7101 0.7790 1.9005 0.6641 2.1041
18 1.1576 1.3913 1.0461 1.5353 0.9331 1.6961 0.8204 1.8719 0.7098 2.0600
19 1.1804 1.4012 1.0743 1.5355 0.9666 1.6851 0.8588 1.8482 0.7523 2.0226
20 1.2015 1.4107 1.1004 1.5367 0.9976 1.6763 0.8943 1.8283 0.7918 1.9908
21 1.2212 1.4200 1.1246 1.5385 1.0262 1.6694 0.9272 1.8116 0.8286 1.9635
22 1.2395 1.4289 1.1471 1.5408 1.0529 1.6640 0.9578 1.7974 0.8629 1.9400
23 1.2567 1.4375 1.1682 1.5435 1.0778 1.6597 0.9864 1.7855 0.8949 1.9196
24 1.2728 1.4458 1.1878 1.5464 1.1010 1.6565 1.0131 1.7753 0.9249 1.9018
25 1.2879 1.4537 1.2063 1.5495 1.1228 1.6540 1.0381 1.7666 0.9530 1.8863
26 1.3022 1.4614 1.2236 1.5528 1.1432 1.6523 1.0616 1.7591 0.9794 1.8727
27 1.3157 1.4688 1.2399 1.5562 1.1624 1.6510 1.0836 1.7527 1.0042 1.8608
28 1.3284 1.4759 1.2553 1.5596 1.1805 1.6503 1.1044 1.7473 1.0276 1.8502
29 1.3405 1.4828 1.2699 1.5631 1.1976 1.6499 1.1241 1.7426 1.0497 1.8409
30 1.3520 1.4894 1.2837 1.5666 1.2138 1.6498 1.1426 1.7386 1.0706 1.8326
31 1.3630 1.4957 1.2969 1.5701 1.2292 1.6500 1.1602 1.7352 1.0904 1.8252
32 1.3734 1.5019 1.3093 1.5736 1.2437 1.6505 1.1769 1.7323 1.1092 1.8187
33 1.3834 1.5078 1.3212 1.5770 1.2576 1.6511 1.1927 1.7298 1.1270 1.8128
34 1.3929 1.5136 1.3325 1.5805 1.2707 1.6519 1.2078 1.7277 1.1439 1.8076
35 1.4019 1.5191 1.3433 1.5838 1.2833 1.6528 1.2221 1.7259 1.1601 1.8029
36 1.4107 1.5245 1.3537 1.5872 1.2953 1.6539 1.2358 1.7245 1.1755 1.7987
37 1.4190 1.5297 1.3635 1.5904 1.3068 1.6550 1.2489 1.7233 1.1901 1.7950
38 1.4270 1.5348 1.3730 1.5937 1.3177 1.6563 1.2614 1.7223 1.2042 1.7916
39 1.4347 1.5396 1.3821 1.5969 1.3283 1.6575 1.2734 1.7215 1.2176 1.7886
40 1.4421 1.5444 1.3908 1.6000 1.3384 1.6589 1.2848 1.7209 1.2305 1.7859
41 1.4493 1.5490 1.3992 1.6031 1.3480 1.6603 1.2958 1.7205 1.2428 1.7835
42 1.4562 1.5534 1.4073 1.6061 1.3573 1.6617 1.3064 1.7202 1.2546 1.7814
43 1.4628 1.5577 1.4151 1.6091 1.3663 1.6632 1.3166 1.7200 1.2660 1.7794
44 1.4692 1.5619 1.4226 1.6120 1.3749 1.6647 1.3263 1.7200 1.2769 1.7777
45 1.4754 1.5660 1.4298 1.6148 1.3832 1.6662 1.3357 1.7200 1.2874 1.7762
46 1.4814 1.5700 1.4368 1.6176 1.3912 1.6677 1.3448 1.7201 1.2976 1.7748
47 1.4872 1.5739 1.4435 1.6204 1.3989 1.6692 1.3535 1.7203 1.3073 1.7736
48 1.4928 1.5776 1.4500 1.6231 1.4064 1.6708 1.3619 1.7206 1.3167 1.7725
133
49 1.4982 1.5813 1.4564 1.6257 1.4136 1.6723 1.3701 1.7210 1.3258 1.7716
50 1.5035 1.5849 1.4625 1.6283 1.4206 1.6739 1.3779 1.7214 1.3346 1.7708
51 1.5086 1.5884 1.4684 1.6309 1.4273 1.6754 1.3855 1.7218 1.3431 1.7701
52 1.5135 1.5917 1.4741 1.6334 1.4339 1.6769 1.3929 1.7223 1.3512 1.7694
53 1.5183 1.5951 1.4797 1.6359 1.4402 1.6785 1.4000 1.7228 1.3592 1.7689
54 1.5230 1.5983 1.4851 1.6383 1.4464 1.6800 1.4069 1.7234 1.3669 1.7684
55 1.5276 1.6014 1.4903 1.6406 1.4523 1.6815 1.4136 1.7240 1.3743 1.7681
56 1.5320 1.6045 1.4954 1.6430 1.4581 1.6830 1.4201 1.7246 1.3815 1.7678
57 1.5363 1.6075 1.5004 1.6452 1.4637 1.6845 1.4264 1.7253 1.3885 1.7675
58 1.5405 1.6105 1.5052 1.6475 1.4692 1.6860 1.4325 1.7259 1.3953 1.7673
59 1.5446 1.6134 1.5099 1.6497 1.4745 1.6875 1.4385 1.7266 1.4019 1.7672
60 1.5485 1.6162 1.5144 1.6518 1.4797 1.6889 1.4443 1.7274 1.4083 1.7671
61 1.5524 1.6189 1.5189 1.6540 1.4847 1.6904 1.4499 1.7281 1.4146 1.7671
62 1.5562 1.6216 1.5232 1.6561 1.4896 1.6918 1.4554 1.7288 1.4206 1.7671
63 1.5599 1.6243 1.5274 1.6581 1.4943 1.6932 1.4607 1.7296 1.4265 1.7671
64 1.5635 1.6268 1.5315 1.6601 1.4990 1.6946 1.4659 1.7303 1.4322 1.7672
65 1.5670 1.6294 1.5355 1.6621 1.5035 1.6960 1.4709 1.7311 1.4378 1.7673
66 1.5704 1.6318 1.5395 1.6640 1.5079 1.6974 1.4758 1.7319 1.4433 1.7675
67 1.5738 1.6343 1.5433 1.6660 1.5122 1.6988 1.4806 1.7327 1.4486 1.7676
68 1.5771 1.6367 1.5470 1.6678 1.5164 1.7001 1.4853 1.7335 1.4537 1.7678
69 1.5803 1.6390 1.5507 1.6697 1.5205 1.7015 1.4899 1.7343 1.4588 1.7680
70 1.5834 1.6413 1.5542 1.6715 1.5245 1.7028 1.4943 1.7351 1.4637 1.7683
Sumber : Data diproduksi oleh Junaidi (http://junaidichaniago.wordpress.com)