penerapan model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk ...... · pada siswa kelas vi inklusi sdn...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP-KONSEP IPA
PADA SISWA KELAS VI INKLUSI SDN 01 BALONG JENAWI
KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
oleh :
SARWAN RACHMADI
X7106023
PROGRAM STUDI S1 PGSD
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP-KONSEP IPA
PADA SISWA KELAS VI INKLUSI SDN 01 BALONG JENAWI
KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Disusun oleh :
SARWAN RACHMADI
NIM X7106023
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan
gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Sarwan Rachmadi. X7106023. PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP-KONSEP IPA PADA SISWA KELAS VI INKLUSI SDN 01 BALONG JENAWI KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Desember 2011.
Tujuan penelitian ini adalah adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep-konsep Ilmu Pengetahuan Alam melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas VI inklusi SD Negeri 01 Balong Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar Tahun 2011/2012 .
Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian dilakukan sebanyak tiga siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas VI inklusi SD Negeri 01 Balong Jenawi tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 23 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan tes. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis interaktif yang terdiri dari tiga komponen analisis yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan simpulan atau verifikasi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan pemahaman konsep-konsep IPA pada siswa kelas VI inklusi SD Negeri 01 Balong Jenawi Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012. Peningkatan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep IPA dapat dibuktikan dengan meningkatnya ketuntasan belajar siswa dengan memperoleh nilai di atas KKM (nilai evaluasi menunjukkan ketuntasan siswa pada pra siklus adalah 13 siswa (56,52%), siklus I mencapai 15 siswa (65,21%); pada siklus II naik menjadi 17 siswa (73,91%). Setelah dilakukan siklus III ketuntasan siswa mencapai 21 siswa (91,30%). Rata-rata kelas juga mengalami peningkatan yaitu pada pra siklus adalah 66,30; rata-rata tes Siklus I adalah 72,89; pada Siklus II naik menjadi 73,95; dan nilai rata-rata siklus III mencapai 76,72.
Kata kunci : pemahaman konsep-konsep IPA, pembelajaran kooperatif tipe STAD
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT Sarwan Rachmadi. X7106023. APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE STAD TO INCREASE COMPREHENSION OF SCIENCE CONCEPTS IN CLASS VI INCLUSION SDN 01 BALONG JENAWI KARANGANYAR ACADEMIC YEAR IN 2011/2012. Skripsi. Faculty of Teacher Training and Education University of Surakarta Eleven March. In December 2011.
The research objective of this class action is to increase comprehension of science concepts of inclusion students in class VI Elementary School 01 Balong Jenawi Karanganyar academic year 2011/2012 with the implementation of cooperative learning model type STAD.
The form of this research is a Class Action Research. The research has performed a total of three cycles, each cycle consisting of four stages including planning, implementating, observating and reflecting. As a research subject is the inclusion of student class VI Elementary School 01 Balong Jenawi 2011/2012 school year, amounting to 23 students. Data collection techniques using observation and tests. Techniques of data analysis using interactive analysis technique which consists of three components analysis namely data reduction, dish of data and drawing conclusions or verification
Based on the research results can be concluded that the application of cooperative learning models type STAD can enhance the comprehension of science concepts to students in grade VI inclusions Elementary School 01 Balong Jenawi Karanganyar 2011/2012school year. Increasing students' comprehension of science concepts can be evidenced by the increasing exhaustiveness student
Based on the evaluation value indicates the thoroughness of students in pre-cycle is 13 students (56.52%), cycle I reached 15 students (65.21%); the second cycle of up to 17 students (73.91%).After a third cycle students achieve exhaustiveness 21 students (91.30%). The average grade is also experiencing an increase in pre-cycle was 66.30, average test cycle I is 72.89; in Cycle II,rose to 73.95, and the average value reached 76.72 in III cycle.
Keyword : Comprehension of science concepts, cooperative learning type STAD
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri sendiri.
( QS. Ar Ra’d : 11 )
Barangsiapa yang ingin sukses di dunia maka hendaklah dicapai dengan ilmu.
Barangsiapa yang ingin sukses di akhirat maka hendaklah dicapai dengan ilmu.
Barangsiapa yang ingin sukses di dunia dan akhirat maka hendaklah dicapai
dengan ilmu.
( Al Hadits )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada :
Bapak dan ibuku yang telah membimbing dan
mencurahkan kasih sayang
Istriku dan buah hatiku ( Halwa )
Kakak-kakakku yang senantiasa mendukungku
Sahabat-sahabatku
Rekan-rekan S1 PGSD dan Almamaterku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, karena atas rahmat
dan karunia-Nya, skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun untuk
memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Penulis menyadari keterbatasan kemampuan dalam menyelesaikan
skripsi ini, maka dengan kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih
kepada :
1. Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah
memberikan izin dalam penyusunan skripsi.
2. Drs. R. Indianto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan persetujuan skripsi.
3. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar,
4. Drs. Hasan Mahfud, selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar,
5. Drs. Kartono,M.Pd., selaku Pembimbing I, yang telah memberikan bimbingan
dalam penyusunan skripsi,
6. Drs.Chumdari, M.Pd., selaku Pembimbing II , yang telah memberikan
bimbingan dalam penyusunan skripsi,
7. Drs. Tri Budiarto, M.Pd, selaku Pembimbing Akademik,
8. Nartinah, S.Pd selaku Kepala Sekolah SD Negeri 01 Balong yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
9. Partini,S.Pd,selaku observer yang telah memberi saran untuk perbaikan dalam
penyusunan skripsi,
10. Berbagai pihak yang telah memberikan bantuan sehingga penelitian
terselesaikan dengan lancar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penulis menyadari penulisan skripsi ini masih belum sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran demi kemajuan akan diterima dengan lapang dada.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Surakarta, Desember 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
PENGAJUAN SKRIPSI ......................................................................... ii
PERSETUJUAN ...................................................................................... iii
PENGESAHAN ....................................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................. v
MOTTO................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ............................................................................. ix
DAFTAR ISI ........................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................... xiv
DAFTAR GRAFIK……………………………………………………….. xv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xvii
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 5
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 7
1. Hakikat Tentang Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD 7
2. Hakekat Pemahaman Konsep-Konsep IPA…………………. 12
3. Kelas Inklusi................... ...................................................... 17
B. Penelitian yang Relevan .......................................................... 21
C. Kerangka Berpikir .......................................................................... 22
D. Hipotesis Tindakan ......................................................................... 24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian ...................................................................... 25
1. Tempat Penelitian ............................................................. 25
2. Waktu Penelitian ............................................................... 25
B. Subjek Penelitian ...................................................................... 26
C. Sumber Data ............................................................................. 26
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 27
E. Teknik Analisis Data ................................................................ 27
F. Indikator Kerja ......................................................................... 29
G. Prosedur Penelitian Tindakan ................................................... 29
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian……………........................................................... 34
B. Pembahasan Hasil Penelitian......................................................... 65
BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan.......................................................................................... 69
B. Implikasi Hasil Penelitian............................................................... 70
C. Saran............................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA . ........................................................................... 72
LAMPIRAN ............................................................................................ 74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Ketuntasan dan Hasil Belajar IPA
Kelas VI SDN 01 Balong Sebelum tindakan………………………..35
Tabel 2. Nilai Tertinggi dan terendah Sebelum Tindakan……………….......36
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Ketuntasan dan Hasil Belajar IPA
Kelas VI SDN 01 Balong Pada Siklus I……………………….... …..41
Tabel 4. Nilai Tertinggi dan terendah pada Siklus I…...................................42
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Ketuntasan dan Hasil Belajar IPA
Kelas VI SDN 01 Balong Pada Siklus II………………….………....50
Tabel 6. Nilai Tertinggi dan terendah pada Siklus II…………………..……. 51
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Ketuntasan dan Hasil Belajar IPA
Kelas VI SDN 01 Balong Pada Siklus III ....................................... . 58
Tabel 8. Nilai Tertinggi dan terendah pada Siklus III.................................. . 59
Tabel 9. Nilai Pengamatan Kegiatan Guru Siklus I, Siklus II dan Siklus III.. 61
Tabel 10. Nilai Pengamatan Kegiatan Siswa Siklus I,Siklus II dan Siklus III... 63
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar IPA Kelas VI
Sebelum Tindakan, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III……………. 64
Tabel 12. Nilai Awal, Siklus I, Siklus II dan Siklus III……………………… 66
Tabel 13. Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa Kelas VI ………………….. 66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Grafik Ketuntasan Belajar dan Nilai Hasil Belajar IPA
Siswa Kelas VI SD Negeri 01 Balong Pada Siklus I………………36
Grafik 2. Grafik Ketuntasan Belajar dan Nilai Hasil Belajar IPA
Siswa Kelas VI SD Negeri 01 Balong Pada Siklus I………………..42
Grafik 3. Grafik Ketuntasan Belajar dan Nilai Hasil Belajar IPA
Siswa Kelas VI SD Negeri 01 Balong Pada Siklus II………………50
Grafik 4. Grafik Ketuntasan Belajar dan Nilai Hasil Belajar IPA
Siswa Kelas VI SD Negeri 01 Balong Pada Siklus III……………..59
Grafik 5. Frekuensi nilai Awal Pra Siklus,
Siklus I, Siklus II, dan Siklus III……………………………………64
Grafik 6. Rekapitulasi frekuensi ketuntasan belajar siswa kelas VI Pra Siklus
Siklus I, Siklus II, dan Siklus III……………………………………67.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Prosedur Penelitian………………………………………………..29
Gambar 2. Kegiatan siswa siklus I……………..……………………………...93
Gambar 3. Kegiatan siswa siklus II …………………………….…………...110
Gambar 4. Kegiatan siswa siklus III ………………………………………...129
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal pelaksanaan penelitian tindakan kelas…………………….74
Lampiran 2. Nilai hasil belajar dan ketuntasan belajar ipa sebelum tindakan
Penelitian…………………………………………………………....75
Lampiran 3. Silabus ………………………...………………………………........76
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I…………………. …...77
Lampiran 5. Lembar observasi Kegiatan Guru ............................................ .…..88
Lampiran 6. Lembar Pengamatan Kegiatan Siswa………………………….…....91
Lampiran 7. Foto pelaksanaan siklus I......................................................... .…..93
Lampiran 8. Nilai hasil belajar dan ketuntasan belajar ................................. .…..94
Lampiran 9. Silabus .................................................................................... .......95
Lampiran 10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II……………….….….96
Lampiran 11. Lembar observasi Kegiatan Guru ............................................ .....105
Lampiran 12. Lembar Pengamatan Kegiatan Siswa ....................................... .....108
Lampiran 13. Foto pelaksanaan siklus II ....................................................... .....110
Lampiran 14. Nilai hasil belajar dan ketuntasan belajar…………………………111
Lampiran 15. Silabus …...………………………………………………..……..112
Lampiran 16. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III………………......113
Lampiran 17. Lembar observasi Kegiatan Guru…………………………..........124
Lampiran 18. Lembar Pengamatan Kegiatan Siswa…………………….……...127
Lampiran 19. Foto pelaksanaan siklus III ……………………………………...129
Lampiran 20. Nilai hasil belajar dan ketuntasan belajar……………………......130
Lampiran 21. Menghitung kelas interval pra siklus………………………..…...131
Lampiran 22. Menghitung kelas interval siklus I…………………………..…...132
Lampiran 23. Menghitung kelas interval siklus II…………………………..….133
Lampiran 24. Menghitung kelas interval siklus III……………………………..134
Lampiran 25. Rekapitulasi Hasil belajar dan ketuntasan………………...…......135
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan pendidikan, masalah-masalah yang
dihadapi dalam dunia pendidikan di Indonesia juga semakin kompleks. Masalah-
masalah tersebut bisa bersumber dari pelaksanaan pendidikan, peserta didik,
pemerintah, sarana pendidikan, media pendidikan dan bahan pendidikan, maka
sudah saatnya pihak yang berkepentingan mengadakan perbaikan dan
pengembangan sistem pendidikan.
Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancang untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia. Seiring perkembangan zaman, dunia pendidikan
juga terus berubah dengan signifikan sehingga banyak merubah pola pikir
pendidik dari pola pikir yang awam dan kaku menjadi lebih modern. Hal tersebut
sangat berpengaruh dalam pendidikan di Indonesia. Menyikapi hal tersebut perlu
ditingkatkan kualitas sumber daya manusia ialah melalui proses pembelajaran di
sekolah. Pengkajian proses pembelajaran menuju ke arah yang lebih efektif dan
efisien tidak terlepas dari peranan guru sebagai ujung tombak pembelajaran di
sekolah. (UU No.20 tahun 2003)
Pendidikan merupakan hak setiap warga negara yang harus difasilitasi
oleh pelaku pendidikan. Heteroginitas masyarakat membuat kita terus memikirkan
cara yang terbaik agar tidak terjadi diskriminasi pendidikan, karena pada
hakekatnya manusia dilahirkan pasti memiliki perbedaan secara
fisik,psikis,intelegensi maupun status sosial. Maka pada peringatan Hardiknas
tahun 2005, Pendidikan Inklusi mulai dilaunching oleh Presiden Republik
Indonesia dan diikuti dengan International Symposium 2005 Inclusion and the
Removel of Barriers to Learning, Participation and Development yang
diselenggarakan di Bukittinggi, Sumatera Barat.
Menurut Mulyono Abdurrahman (2008:3), pendidikan inklusi adalah
pendidikan yang mengikut sertakan anak-anak yang berkebutuhan khusus untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
belajar bersama-sama dengan anak-anak yang sebayanya di sekolah reguler
normal dan menjadi bagian dari masyarakat sekolah tersebut,sehingga tercipta
suasana belajar yang kondusif. Di dalam pendidikan inklusi, anak berkebutuhan
khusus (ABK) diberikan kesempatan penuh untuk dapat mengakses
kurikulum,lingkungan,interaksi sosial dan segala konsep yang dimiliki sekolah
tersebut.
Pasal 3 Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009 menyatakan setiap peserta
didik yang memiliki kelainan fisik,emosional,fisik,sosial, atau memiliki potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa berhak mengikuti pendidikan secara inklusif
pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.
Peserta didik yang memiliki kelainan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
terdiri atas tunanetra, tunarungu, tunawicara, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras,
berkesulitan belajar, lamban belajar, autis, memiliki gangguan motorik, menjadi
korban penyalahgunaan narkoba, obat terlarang dan zat adiktif lainnya, memiliki
kelainan lainnya, dan tunaganda.
Di dalam sekolah inklusif, anak yang menyandang kebutuhan pendidikan
khusus seyogyanya menerima segala dukungan tambahan yang mereka perlukan
untuk menjamin efektifnya pendidikan mereka. Pendidikan inklusif merupakan
alat yang paling efektif untuk membangun solidaritas antara anak penyandang
kebutuhan khusus dengan teman-teman sebayanya.
Dalam hal pencapaian hasil belajar, menggariskan kriteria ketuntasan
pembelajaran 70 – 75 %. Siswa telah memenuhi ketuntasan belajar apabila siswa
minimal telah memahami 70 % materi yang diajarkan atau siswa mendapatkan
nilai 7 pada tes akhir pembelajaran. Untuk siswa yang memperoleh nilai ulangan
harian kurang dari 7 diberikan program perbaikan dengan menitik beratkan pada
materi yang belum dikuasai. Sedangkan siswa yang telah memperoleh nilai 7,5 ke
atas perlu diberikan program pengayaan.(Dep P dan K Prop.Jateng,1996:20).
Sesuai dengan acuan tersebut di atas, jika seorang belum mencapai
kriteria yang ditetapkan, ada kecenderungan bahwa siswa mengalami kesulitan
belajar. Kemudian Muhibbin Syah ( 2004: 173) menjelaskan bahwa “fenomena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kerja
akademik atau prestasi belajar”.
Pada kenyataannya, pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di
kelas reguler mengalami hambatan ketika guru masih menggunakan pendekatan
pembelajaran yang konvensional. Guru belum mempertimbangkan heteroginitas
peserta didik. Hambatan lain juga disebabkan karena guru belum mengoptimalkan
kerjasama antara anak reguler dan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
Dari data nilai siswa diketahui bahwa berdasarkan standar ketuntasan
minimal mata pelajaran IPA yang telah ditetapkan ( KKM : 70 ), dari 25 siswa
kelas VI SDN 01 Balong, tercatat hanya 13 siswa (56,52%) yang telah mencapai
ketuntasan belajar, sedangkan 10 siswa (43,48%) belum mencapai ketuntasan
belajar. Data tersebut diperoleh dari hasil tes akhir pelajaran IPA pada kompetensi
dasar mengidentifikasi cara perkembangbiakan hewan dan tumbuhan. Dari data
nilai tersebut terdapat banyak siswa yang belum memahami materi pelajaran,
sehingga perlu adanya perbaikan dalam pembelajaran. Dengan latar belakang
kondisi siswa tersebut, guru perlu memikirkan solusi untuk dapat meningkatkan
pemahaman siswa terhadap pelajaran IPA.
Untuk meningkatkan pemahaman pada pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA), dan mempertimbangkan peserta didik yang sangat beragam perlu
penerapan metode baru dalam pembelajaran diantaranya dengan model
pembelajaran koperatif tipe STAD. Karena tipe STAD ini merupakan tipe
pembelajaran yang paling sederhana dan cocok digunakan pada kela inklusi.
Gagasan utama untuk menggunakan STAD adalah untuk memotivasi siswa
supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai
yang diajarkan guru.
Dalam pembelajaran IPA menggunakan metode STAD, siswa akan
merasa senang dan termotivasi untuk belajar, sehingga perhatiannya penuh dalam
mengerjakan tugas, belajar penuh semangat yang berujung penguasaan materi
pelajaran tersebut meningkat. Di samping itu model pembelajaran kooperatif tipe
STAD tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep
sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan interaksi antara guru dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
siswa, meningkatkan kerjasama, kreativitas, berpikir kritis serta ada kemauan
membantu. Dengan metode STAD diharapkan terjadi interaksi positif antara anak
reguler dan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dalam pelajaran yang kurang
dipahami.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, dapat diidentifikasi beberapa
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagi sebagian anak mata pelajaran IPA dianggap mata pelajaran yang sulit dan
banyak hafalan, karena materi pelajarannya yang sangat banyak, luas dan anak
malas membaca,
2. Pada umumnya pembelajaran yang klasikal lebih berorientasi menyamakan
anak, sehingga anak yang lamban belajar kurang mendapat perhatian lebih
intensif, menyebabkan prestasinya semakin tertinggal dibandingkan dengan
siswa reguler yang sebayanya,
3. Biasanya guru banyak memberi tugas kepada siswa untuk di kerjakan sendiri-
sendiri, artinya tugas diberikan tanpa memperhatikan kemampuan individual
siswa dalam mata pelajaran IPA, padahal anak mempunyai kemampuan yang
berbeda-beda,
4. Pembelajaran kooperatif lebih meningkatkan pembelajaran yang berorientasi
kompetitif,
5. Pembelajaran kooperatif meningkatkan kepedulian dan interaksi sosial.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul : PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN
KONSEP-KONSEP IPA PADA SISWA KELAS VI INKLUSI SDN 01
BALONG JENAWI KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah
penelitian adalah “Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dapat meningkatkan pemahaman konsep-konsep IPA pada siswa kelas VI inklusi
SD Negeri 01 Balong Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar Tahun
2011/2012 ?”
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang ada di sekolah, maka tujuan dari penelitian
adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep-konsep Ilmu Pengetahuan Alam
melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas VI inklusi
SD Negeri 01 Balong Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar Tahun
2011/2012 .
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :
1. Manfaat secara teoritis
a. Memberikan sumbangan pengetahuan khususnya tentang peningkatan
prestasi belajar IPA dan pendekatan pembelajaran cooperative learning
tipe STAD.
b. Sebagai bahan referensi bagi penelitian-penelitian terhadap model
pembelajaran cooperative learning pada mata pelajaran yang lain.
2. Manfaat secara praktis
a. Bagi Sekolah
Dapat digunakannya sebagai sarana perbaikan kualitas pembelajaran di
kelas dan peningkatan kualitas guru di sekolah tersebut.
b. Bagi Guru
1) Guru dapat mengembangkan model pembelajaran yang variatif dan
sesuai dengan materi serta karakter siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Guru mendapatkan pengalaman berharga dalam menerapkan model-
model pembelajaran Inovatif .
3) Meningkatkan kualitas guru dalam melaksanakan pembelajaran yang
professional.
c. Bagi Siswa
1) Meningkatnya hasil belajar siswa sehingga dapat mengubah perolehan
prestasi yang lebih baik
2) Diperolehnya pembelajaran yang humanis dan menghargai perbedaan.
3) Meningkatnya interaksi siswa dalam proses pembelajaran dengan
adanya saling memberi dan menerima.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Tentang Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
a. Pengertian Model
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia Susunan W.J.S
Poerwadarminta yang diolah kembali Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional (2007:773)” model diartikan sebagai contoh, pola acuan, atau ragam”.
Soli Abimanyu,dkk. ( 2008:11) mengatakan bahwa model diartikan
sebagai kerangka konseptual yang digunakan dalam melakukan sesuatu kegiatan.
Berdasarkan beberapa pengertian itu dapat disimpulkan model adalah
suatu pola atau acuan yang digunakan dalam bertindak atau melakukan sesuatu
kegiatan.
b. Pengertian Belajar
Slavin (1997: 152) menyatakan learning is usually defined a change in
an individual caused by experience. Change caused by development ((such as
growing taller) are not instances of learning. Learning is a change in an
individual that results from experience. Belajar didefinisikan sebagai perubahan
individu yang disebabkan oleh pengalaman. Perubahan yang disebabkan oleh
adanya perkembangan tubuh (seperti tumbuh lebih tinggi) bukan merupakan hasil
dari belajar.
Robert M. Gagne dalam buku: the conditioning of learning
mengemukakan bahwa: Learning is change in human disposition or capacity, wich
persists over a period time, and which is not simply ascribable to process a groeth.
Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar
secara terus menerus, bukan hanya disebabkan karena proses pertumbuhan saja.
Gagne berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan
faktor dalam diri dan keduanya saling berinteraksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
W.H. Burton menyatakan learning is a change in the individual due to
instruction of that individual and his environment. Belajar adalah perubahan
tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang karena adanya dorongan dari dirinya
dan pengaruh lingkungannya.
Cronchbach berpendapat learning is shown by change in behavior as a
result of experience. Belajar adalah suatu aktifitas yang ditunjukkan oleh
perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman.
Ernest Hilgard berpendapat learning refers to the change in a subjects
behavior or behavior potential to a given situation brought about by the subjects
repeated experiences in the situation, provided that the behavior change cannot be
explained on the basis of the subjects native response tendencies, maturation, or
temporary state ( such as fatigue, drunk, drives, and so on). Belajar adalah dapat
melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan sebelumnya atau bila perilakunya
berubah sehingga sikapnya berbeda bila menghadapi situasi daripada sebelum itu.
(http://carapedia.com/pengertian_definisi_belajar_menurut_para_ahli_info.html)
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah perubahan yang berasal dari aktifitas yang dialami oleh anak
dengan panca inderanya, dalam interaksinya dengan lingkungan, sehingga anak
berubah perilakunya atau mampu melakukan sesuatu yang belum dapat dilakukan
sebelumnya.
Jadi suatu proses belajar harus bersifat praktis dan langsung, artinya jika
seseorang ingin mempelajari sesuatu, maka dia sendirilah yang harus
melakukannya, tanpa melalui perantara orang lain. Meskipun demikian, faktor
lingkungan seperti tempat belajar, teman dan suasana sekitar dapat berpengaruh
terhadap proses dan hasil belajar.
c. Pengertian Pembelajaran
Menurut Robert Slavin, pembelajaran didefinisikan sebagai perubahan
tingkah laku individu yang disebabkan oleh pengalaman.
Menurut G.A.Kimble, pembelajaran merupakan perubahan kekal secara
relatif dalam upaya, perilaku, akibat dan latihan yang sungguh-sungguh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sedangkan menurut pendapat Woolfolk, pembelajaran berlaku apabila
suatu pengalaman secara relatif menghasilkan perubahan kekal dalam
pengetahuan dan tingkah laku.
((http://carapedia.com/pengertian_definisi_pembelajaran_menurut_para_ahli_info
.html)
Rudi Susilana (2009:1) berpendapat bahwa pembelajaran merupakan
suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan,
keterampilan dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk
belajar.
Berdasarkan pendapat pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah suatu pengalaman belajar siswa dan guru yang tersusun dari
unsur manusia, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur untuk meningkatkan
kemampuan kognitif, afektif dan keterampilan yang menghasilkan perubahan
secara kekal.
d. Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Arends dalam Triyanto (2007: 7) menyatakan the term teaching
model refers a particular approach instruction that includes its goals,
syntax,environment, and management system. Istilah model pengajaran mengarah
pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu, tujuannya, sintaksnya,
lingkungannya, dan pengelolaan.
Menurut Joice dan Weil dalam Soli Abimanyu (2008:11) model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran tertentu dan befungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan model
pembelajaran merupakan salah satu bagian dari keseluruhan sistem belajar yang
tidak dapat dipisahkan dari sub sistem yang lain. Model pembelajaran
berhubungan dengan system perencanaan yang dipilih untuk menyampaikan
materi pelajaran dalam lingkungan instruksional tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
e. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
1) Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Slavin (2008: 8) Mendefinisikan bahwa model pembelajaran kooperatif
sebagai model pembelajaran dimana siswa bekerjasama dalam suatu kelompok.
Pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a) Siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi
belajarnya.
b) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki tinggi, sedang, dan rendah.
c) Bilamana mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya,, suku, jenis
kelamin berbeda –beda berkembang individu. (Ibrahim, 2000 : 7).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan pembelajaran kooperatif
adalah model pembelajaran dimana siswa bekerjasama dalam suatu kelompok
yang beranggotakan empat atau lima anak yang beragam untuk menguasai materi
yang disampaikan oleh guru dan mencapai ketuntasan belajar.
2) Metode-Metode Pembelajaran Kooperatif
Menurut Sugiyanto (2009: 42) metode pembelajaran kooperatif meliputi :
a) Metode STAD (Student Achievement Divisions)
Metode STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawan dari
Universitas John Hopkins. Metode ini dipandang paling sederhana dan paling
langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif.
b) Metode Jigsaw
Metode ini dikembangkan oleh Elliot Aronson.
c) Metode GI (Group Investigation)
Metode GI dirancang oleh Herbert Thelen.
d) Metode Struktural
Metode ini dikembangkan oleh Spencer Kagan dan kawan-kawan.
f. Pengertian Student Team Achievement Division (STAD)
Richard I. Arends (2008:13) dalam model pembelajaran cooperative
learning terdapat berbagai macam variasi pendekatan tanpa merubah prinsip-
prinsip dasar dari cooperative learning. Empat pendekatan yang seharusnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menjadi bagian repertoar guru pemula adalah Student Team Achievment
Divisions (STAD), Jigsaw, Group Investigation dan yang keempat adalah
Pendekatan Struktural yang diantaranya yaitu Think-Pair-Share dan Numbered
Head Together.
Menurut Slavin (2008 : 12) gagasan utama dari model pembelajaran
kooperatif tipe STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling
mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai yang diajarkan guru.
Student Team Achievement Division (STAD merupakan salah satu sistem
pembelajaran kooperatif yang didalamnya siswa di bentuk kelompok belajar yang
terdiri dari lima atau enam anggota yang mewakili siswa dengan tingkat
kemapuan dan jenis kelamin yang berbeda atau kelompok ditentukan secara
heterogen. Guru menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran secara singkat
dan selanjutnya siswa bekerja dalam kelompoknya masing-masing untuk
memastikan bahwa semua anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran
yang diberikan dan mereka harus telah mengerjakan sendiri tanpa bantuan siswa
lainnya, walaupun dalam satu kelompok.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan Student
Team Achievement Division (STAD) dalam proses pembelajaran tidak jauh
berbeda dengan tipe koopertif yang lain. Student Team Achievement Division
(STAD) mempunyai ciri khusus pada akhir pembelajaran guru memberikan kuis.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini juga membutuhkan persiapan yang
matang, antara lain :
1) Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
buku siswa, Lembar Kegiatan Siswa (LKS) beserta jawabannya.
2) Membentuk kelompok kooperatif
Anggota kelompok diusahakan agar siswa dalam kelompok heterogen.
3) Menentukan skor awal
Skor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah nilai ulangan
sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4) Pengaturan tempat duduk
Pengaturan tempat duduk dalam kelas kooperatif perlu juga diatur dengan baik
5) Kerja Kelompok
Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD
terlebih dahulu diadakan latihan kerjasama kelompok.
2. Hakekat Pemahaman Konsep-Konsep IPA
Pembahasan mengenai hakekat pemahaman konsep-konsep IPA akan
membicarakan Hakekat pemahaman konsep, Hakekat IPA, Tujuan Mata Pelajaran
IPA, Materi Pelajaran IPA dan Evaluasi Mata Pelajaran IPA.
a. Hakekat Pemahaman Konsep
Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Pemahaman adalah sesuatu
hal yang kita pahami dan kita mengerti dengan benar. Menurut Driver
(http://matematika.upi.edu/), pemahaman merupakan kemampuan untuk
mejelaskan situasi atau tindakan yang meliputi tiga aspek yakni meliputi
mengenal, menjelaskan, dan menginterpretasikan atau menarik kesimpulan.
Suharsimi menyatakan bahwa pemahaman (comprehension) adalah
bagaimana seseorang mempertahankan, membedakan, menduga (estimates),
menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan
contoh, menuliskan kembali, dan memperkirakan.
( http://www.masbied.com/2011/09/02/definisi-pemahaman-menurut-para-ahli/ )
Berdasarkan taksonomi Bloom, pemahaman merupakan jenjang kognitif
C2 yang dalam bahasa inggris disebut comprehension, istilah ini kemudian
mengalami perluasan makna menjadi understanding. Menurut Bloom,
comprehension is understand the meaning, paraphrase a concept.
Sedangkan menurut Ruminiati, konsep adalah suatu pernyataan yang
masih bersifat abstrak atau pemikiran untuk mengelompokkan ide–ide atau
peristiwa yang masih dalam angan-angan seseorang.
(http://repository.upi.edu/operator/upload/s_kim_0700213_chapter2.)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman
konsep adalah kemampuan untuk mengenal, mengetahui makna, menjelaskan dan
menginterpretasikan atau menarik kesimpulan dari pernyatan atau ide-ide yang
bersifat abstrak.
b. Hakekat IPA
Kata “IPA” merupakan singkatan kata “Ilmu Pengetahuan Alam” yang
merupakan terjemahan dari kata-kata Bahasa Inggris “Natural Science” secara
singkat sering disebut ”Science”. Natural artinya alamiah,berhubungan dengan
alam atau bersangkut paut dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan.Jadi
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science itu secara harfiah dapat disebut
sebagai ilmu tentang alam ini. Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang
terjadi di alam (M. Iskandar, 2001 : 2).
IPA sendiri berasal dari kata sains yang berarti alam. Sains
dianggap sebagai cara berpikir yang benar, penalaran logis untuk
menarik kesimpulan khusus dari berbagai fenomena yang bersifat umum
(Aristoteles dalam Ali Nugraha, 2005 : 4).
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan
pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan menggunakan
langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah (cara khusus) dan
didapatkan dari hasil observasi, penyimpulan,teori dan eksperimen yang
bersifat umum, sehingga akan terus di sempurnakan untuk mempelajari
tentang alam. Ruang lingkup IPA yaitu makhluk hidup, energi dan
perubahannya, bumi dan alam semesta serta proses materi dan sifatnya.
c. Karakteristik Ilmu Pengetahuan Alam
IPA didefinisikan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun
secara alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditandai dengan adanya fakta, tetapi
juga oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Metode ilmiah dan pengamatan
ilmiah menekankan pada hakikat IPA.
Secara rinci hakikat IPA menurut Bridgman adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1) Kualitas;
2) Observasi dan Eksperimen;
3) Ramalan (prediksi);
4) Progresif dan komunikatif;
5) Proses; tahapan-tahapan dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah
dalam rangkan menemukan suatu kebernaran.
6) Universalitas; kebenaran yang ditemukan senantiasa berlaku secara umum.
d. Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar Departemen P dan K
(1994:59) pengajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam bertujuan agar
siswa :
1) Memahami konsep-konsep mata pelajaran IPA dan keterkaitannya dengan
kehidupan sehari-hari.
2) Memiliki ketrampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan
tentang alam sekitar.
3) Bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung jawab,
bekerjasama dan mandiri.
4) Mampu menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan gejala alam
5) Mampu menggunakan teknologi sederhana
6) Mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar
e. Materi Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Penelitian tindakan ini dilaksanakan di dalam materi pelajaran IPA yaitu
mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan
alam (ekosistem), membandingkan sifat kemampuan menghantarkan panas dari
berbagai benda, dan menjelaskan faktor-faktor penyebab perubahan benda
(pelapukan, perkaratan, pembusukan).
Materi pertama
Kegiatan manusia yang mengganggu keseimbangan ekosistem yaitu
perpindahan penduduk, penebangan liar dan pembakaran hutan, penggunaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bahan kimia secara berlebihan, pengeboran minyak di laut, perburuan liar, dan
perusakan terumbu karang.
Beberapa jenis hewan yang diburu manusia telah menjadi langka,
diantaranya rusa, burung merak, ikan duyung, hiu, gajah, cenderawasih,
badak,paus, ular dan harimau. Sedangkan tumbuhan yang dimanfaatkan manusia
secara berlebihan yaitu ulin, kemiri, kemenyan, kayu manis, dan aren.
Cara pelestarian makhluk hidup yaitu dengan menebang pohon secara
terencana, melindungi dan mengembangkan hewan dan tumbuhan, serta
membudidayakan tumbuhan dan hewan.
Materi kedua
Perpindahan panas terjadi melalui tiga cara yaitu konveksi, konduksi, dan
radiasi. Bahan yang mudah menghantarkan panas disebut konduktor, sedangkan
bahan yang sulit / tidak dapat menghantarkan panas disebut isolator. Benda yang
termasuk konduktor yaitu yang terbuat dari logam. Bahan yang termasuk isolator
yaitu kayu, karet, dan plastik. Pemanfaatan konduktor dan isolator diantaranya
pada seterika, jaket, termos, alat masak, dan lain-lain.
Materi ketiga
Ada banyak penyebab perubahan benda yaitu :
1). Pemanasan dan pendinginan
Contoh : lilin dipanaskan akan mencair.
2). Perkaratan / korosi
Perkaratan terjadi karena proses oksidasi udara dengan besi.
Contoh : besi berkarat bila tidak dilindungi cat
3). Pembusukan
Pembusukan terjadi karena aktifitas mikroba (jamur dan bakteri ).
Contoh : makanan dan sampah yang membusuk
4). Pelapukan
Pelapukan dibedakan menjadi pelapukan fisik, pelapukan biologis dan
pelapukan kimia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
f. Evaluasi Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Untuk mengungkap dan mengukur tingkat pemahaman belajar siswa
harus dilakukan evaluasi. Adapun yang dimaksud evaluasi menurut pendapat
beberapa ahli adalah sebagai berikut.
Wand and Brown (1997 : 1) yang diterjemahkan oleh D. Chadijah HA.
evaluasi ialah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai segala
sesuatu dalam dunia pendidikan atau segala sesuatu yang ada hubungannya
dengan dunia pendidikan.
Muhibbin Syah (1995 : 141) evaluasi berarti penilaian terhadap tingkat
keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah
program.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan
penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan pada kurun waktu tertentu dalam dunia pendidikan. Kegiatan evaluasi
meliputi mengukur dan menilai.
Cara menilai hasil belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
biasanya dengan menggunakan tes. Menurut Suharsimi Arikunto (1997 : 163) tes
adalah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau
mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah
ditentukan. Ada dua bentuk teknik penilaian yaitu teknik tes dan non tes.
g. Pelaksanaan Metode STAD Dalam Pembelajaran IPA
Student Team Achievement Division (STAD) merupakan salah satu
sistem pembelajaran kooperatif yang didalamnya siswa di bentuk kelompok
belajar yang terdiri dari lima atau enam anggota yang mewakili siswa dengan
tingkat kemampuan dan jenis kelamin yang berbeda atau kelompok ditentukan
secara heterogen. Guru menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran secara
singkat dan selanjutnya siswa bekerja dalam kelompoknya masing-masing untuk
memastikan bahwa semua anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran
yang diberikan dan mereka harus telah mengerjakan sendiri tanpa bantuan siswa
lainnya, walaupun dalam satu kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Langkah pendekatan pembelajaran kooperatif STAD:
1) Para siswa didalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim,
masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok yang heterogen,
2) Tiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian saling
membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar
sesama anggota tim.
3) Secara individual atau tim, tiap minggu guru mengevaluasi untuk mengetahui
penguasaan mereka terhadap bahan akademik yang telah dipelajari.
4) Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar.
Pada penelitian ini STAD diterapkan pada mata pelajaran IPA dalam
kompetensi dasar mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi
keseimbangan alam (ekosistem), membandingkan sifat kemampuan
menghantarkan panas dari berbagai benda, dan menjelaskan faktor-faktor
penyebab perubahan benda (pelapukan, perkaratan, pembusukan) melalui
pengamatan
3. Kelas Inklusi
a. Pendidikan Inklusif
1) Pengertian Pendidikan Inklusif
Pendidikan Inklusif adalah sistem layanan pendidikan yang
mensyaratkan anak berkebutuhan khusus belajar di sekolah-sekolah terdekat di
kelas biasa bersama teman-teman seusianya. Sekolah penyelenggara pendidikan
inklusif adalah sekolah yang menampung semua murid di kelas yang sama.
Sekolah ini menyediakan program pendidikan yang layak, menantang, tetapi
disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan setiap murid maupun bantuan dan
dukungan yang dapat diberikan oleh para guru,agar anak-anak.
2) Konsep Sekolah Inklusi
Pendidikan inklusi merupakan perkembangan terkini dari model bagi
anak luar biasa yang secara formal kemudian ditegaskan dalam pernyataan
Salamanca pada Konferensi Dunia tentang Pendidikan Berkelainan pada bulan
Juni 1994 bahwa “prinsip mendasar dari pendidikan inklusi adalah selama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
memungkinkan, semua anak seyogyanya belajar bersama-sama tanpa memandang
kesulitan ataupun perbedaan yang mungkin ada pada mereka”.
Pendidikan inklusi adalah layanan pendidikan yang semaksimal mungkin
mengakomodasi semua anak termasuk anak yang memiliki kebutuhan khusus atau
anak luar biasa di sekolah atau lembaga pendidikan (diutamakan yang terdekat
dengan tempat tinggal anak) bersama dengan teman-teman sebayanya dengan
memperhatikan kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki oleh anak. (Tim
Pendidikan Inklusi Jawa Barat, 2003:4)
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan inklusi adalah:
1) Pendidikan yang mengakomodasi semua anak tanpa memandang kondisi fisik,
intelektual, emosional, sosial maupun kondisi lainnya.
2) Pendidikan yang memungkinkan semua anak belajar bersama-sama tanpa
memandang perbedaan yang ada pada mereka.
3) Pendidikan yang berupaya memenuhi kebutuhan anak sesuai dengan
kemampuannya.
4) Pendidikan yang dilaksanakan tidak hanya di sekolah formal, tetapi juga di
lembaga pendidikan dan tempat lainnya.
http://www.bintangbangsaku.com/content/konsep-sekolah-inklusi(7Agustus 2011)
3) Landasan Filosofis
Pendidikan Inklusi adalah pendidikan yang didasari semangat terbuka
untuk merangkul semua kalangan dalam pendidikan.
Adapun filosofi yang mendasari pendidikan inklusi adalah keyakinan bahwa
setiap anak, baik karena gangguanperkembangan fisik/mental maupun
cerdas/bakat istimewa berhak untuk memperoleh pendidikan seperti layanya anak-
anak “normal” lainnya dalam lingkungan yang sama (Education for All ). Secara
lebih luas, ini bias diatikan bahwa anak-anak yang “normal” maupun yang dinilai
memiliki kebutuhan khusus sudah selayaknya dididik bersama-sama dalam
sebuah keberangaman yang ada di dalamnya, sekolah inklusi memainkan peran
sebagai. Di sini, mereka tidak semata mengejar kemampuan akademik, tetapi
lebih dari itu, mereka belajar tentang kehidupan itu sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4) Alternatif Penyelenggaraan
Sekolah yang menyelenggarakan pendidikan inklusif terbagi dua jenis:
1. Sekolah umum yang mengakomodasi semua anak berkebutuhan khusus
2. Sekolah Luar Biasa/Sekolah Khusus yang mengakomodasi anak normal.
Adapun alternatif layanan pendidikan inklusif bisa dilakukan antara lain dengan :
1. Kelas Biasa Penuh
2. Kelas Biasa dengan Tambahan Bimbingan di Dalam
3. Kelas Biasa dengan Tambahan Bimbingan di Luar Kelas.
4. Kelas Khusus dengan Kesempatan Bergabung di Kelas Biasa,
5. Kelas Khusus Penuh
6. Sekolah Khusus
7. Sekolah Khusus berasrama
5) Sisi Positif Pendidikan Inklusi
1.Membangun kesadaran dan konsensus pentingnya pendidikan inklusi sekaligus
menghilangkan sikap dan nilai yg diskriminatif
2.Melibatkan dan memberdayakan masyarakat untuk melakukan analisis situasi
pendidikan lokal dan memgumpulkan infomasi
3.Mengindenfikasi hambatan berkaitan dengan kelainan fisik,sosial,dan masalah
lainnya terhadap akses dan pembelajaran
4.Melibatkan masyarakat dalam melakukan perecanaan dan monitoring mutu
pendidikan bagi semua anak
http://www.slbk-batam.org/index.php?pilih=hal&id=78( 7 Agustus 2011)
b. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
1) Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Pengertian “Luar Biasa” dalam dunia pendidikan mempunyai ruang
lingkup pengertian yang lebih luas daripada pengertian “berkelainan atau cacat”
dalam percakapan sehari-hari. Dalam dunia pendidikan istilah luar biasa
mengandung pengertian ganda, yaitu mereka yang menyimpang ke atas karena
mereka memiliki kemampuan yang luar biasa dibanding dengan orang normal
pada umumnya dan mereka yang menyimpang ke bawah, yaitu mereka yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menderita kelainan atau ketunaan dan kekurangan yang tidak diderita oleh orang
normal pada umumnya.
Anak Berkebutuhan Khusus (dulu disebut sebagai anak luar biasa)
didefinisikan sebagai anak yang memerlukan pendidikan dan layanan khusus
untuk mengembangkan potensi kemanusiaan mereka secara sempurna. Anak Luar
biasa juga dapat didefinisikan sebagai Anak yang Berkebutuhan Khusus.
Anak luar biasa disebut sebagai Anak Berkebutuhan Khusus, karena
dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, anak ini membutuhkan
bantuan layanan pendidikan, layanan sosial, layanan bimbingan dan konseling
danberbagai jenis layanan lainnya yang bersifat khusus.
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2194381-pengertian-anak-
berkebutuhan-khusus-abk/#ixzz1UJuVBcP3 (7 Agustus 2011,13:22 WIB)
2) Macam Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Dalam dunia pendidikan luar biasa dewasa ini, Anak
BerkebutuhanKhusus diklasifikasikan atas beberapa kelompok sesuai dengan jenis
kelainan anak. Klasifikasi tersebut mencakup beberapa kelompok sebagai berikut:
1) Anak Retardasi Mental (Keterbelakangan Mental)
Kelompok anak yang mengalami keterbelakangan mental atau disebut juga
retardasi mental didefinisikan sebagai kelompok anak yang memiliki fungsi
intelektual umum di bawah rata-rata secara signifikan yang berkaitan dengan
gangguan dalam penyesuaian perilaku yang terwujud atau terjadi selama
periode perkembangan.
2) Anak Berkesulitan Belajar
Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari istilah bahasa Inggris Learning
Disability. Terjemahan tersebut sesungguhnya kurang tepat karena learning
artinya belajar dan disability artinya ketidakmampuan,sehingga terjemahan
yang benar seharusnya adalah ketidakmampuan belajar,berbicara,dan berpikir.
Sumber:http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2194387-macam-
macam-anak-berkebutuhan-khusus/#ixzz1UJv6tcxs (7 Agustus 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Anak berketunaan juga termasuk dalam Anak berkebutuhan Khusus,
misalnya Tuna rungu, Tuna netra, Tuna Daksa, Tuna laras,dll.
3) Aspek-Aspek Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Persoalan perbedaan individual anak didik perlu mendapat perhatian dari
guru, sehubungan dengan pengelolaan pengajaran agar dapat berjalan secara
kondusif. Karena banyaknya perbedaan individual anak didik, maka akan
diklasifikasikan menjadi tiga sapek, yaitu :
1. Aspek Biologis atau Fisik
Perbedaan individual anak dapat dilihat dari segi biologis atau fisik yaitu
perbedaan jenis kelamin, bentuk tubuh, warna rambut, warna kulit,mata, dan
sebagainya.
2. Aspek Intelektual atau Intelegensi
Setiap anak memiliki intelegensi yang berlainan.Berdasarkan hasil tes intelegensi,
maka hasil bagi yang diperoleh dari pembagian umur kecerdasan dengan umur
sebenarnya, menunjukkan kesanggupan rata-rata kecerdasan seseorang.
3. Aspek Psikologis atau Tingkah Laku
Secara psikologis anak mempunyai perbedaan dengan karakteristik mereka
masing-masing.
Sumber:(http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2194386-aspek-aspek-
anak-berkebutuhan-khusus/#ixzz1UJvJYSSx 7 Agustus 2011)
B. Penelitian Relevan
Penelitian Ely Fatkhusana,tahun 2010, “Penerapan Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD (dengan Visualisasi Media Chart dan Komik) dalam
Pembelajaran Sains Siswa Ditinjau dari Motivasi Belajar dan Gaya Belajar (Studi
Kasus Pembelajaran IPA pada Materi Makanan dan Sistem Pencernaan Makanan
Semester 1 Kelas V SD Aisyiyah Gemolong Tahun Ajaran 2009/2010)”,
menyimpulkan bahwa :
(1) Pembelajaran STAD dengan visualisasi media Chart dan komik berpengaruh
terhadap prestasi belajar IPA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(2) Motivasi belajar siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar
(3) Gaya belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar IPA
(4) tidak terdapat interaksi antara media pembelajaran dengan motivasi belajar
siswa,
(5) Tidak terdapat interaksi antara media pembelajaran dengan gaya belajar
terhadap prestasi belajar,
(6) Tidak terdapat interaksi antara motivasi belajar dengan gaya belajar terhadap
prestasi belajar,
(7) Tidak terdapat interaksi antara media pembelajaran dengan motivasi belajar
dangaya belajar terhadap prestasi belajar.
Kata kunci: Chart, komik, motivasi belajar, gaya belajar, prestasi belajar IPA.
C. Kerangka Berpikir
Pada kondisi awal, siswa kelas VI SDN 01 balong masih banyak yang
kurang memahami materi pelajaran IPA dan ketuntasan belajar sangat rendah. Hal
ini terjadi karena kemampuan siswa yang beragam sedangkan pembelajaran IPA
masih bersifat konvensional yang kurang memperhatikan kemajemukan siswa.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut diadakan penelitian tindakan
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang didalamnya
siswa di bentuk kelompok belajar yang terdiri dari empat atau lima siswa yang
beragam kemampuannya, agar semua anggota kelompok menguasai materi.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD dipilih karena pembelajaran lebih humanis,
meningkatkan kepedulian siswa terhadap siswa lain, meningkatkan interaksi
siswa, dan mampu meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang
dipelajari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang
dilaksanakan pada materi mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat
mempengaruhi keseimbangan alam, membandingkan sifat kemampuan
menghantarkan panas dari berbagai benda, dan menjelaskan faktor penyebab
perubahan benda, terjadi peningkatan pemahaman siswa.
Pemahaman konsep IPA siswa kelas VI inklusi SDN 01 Balong rendah. Guru mengadakan rencana awal dengan identifikasi.
Siklus II KD : Membandingkan sifat kemampuan menghantarkan panas dari berbagai benda Model : Kooperatif tipe STAD Langkah :Siswa melakukan percobaan jenis benda yang dapat menghantarkan panas.
Siklus I KD : Mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan alam Model : Kooperatif tipe STAD Langkah:Siswa mendiskusikan berbagai kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan alam.
Pembelajaran bersifat konvensional, siswa kurang memahami konsep IPA.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
Melalui penerapan Model Kooperatif tipe STAD, siswa kelas inklusi mampu memahami konsep-konsep IPA.
Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi Akhir
Siklus III KD : Menjelaskan faktor penyebab perubahan benda Model : Kooperatif tipe STAD Langkah :Siswa mendiskusikan tentang perubahan benda,penyebab dan cara mencegahnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D. Hipotesis
Hipotesis diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian. Lebih lanjut dikatakan oleh Saifudin Azwar bahwa
hipotesis penelitian tidak dirumuskan sekedar mengikuti dugaan atau asumsi
peneliti saja, melainkan dugaan tersebut didasarkan pada logika. Jadi, hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian secara logika .
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir yang telah diuraikan di
atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
“Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan pemahaman konsep-konsep mata pelajaran IPA pada siswa kelas
VI inklusi SD Negeri 01 Balong Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar
Tahun Pelajaran 2011/2012”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian merupakan sumber diperolehnya data yang dibutuhkan
dari masalah yang diteliti. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri
01 Balong Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2011 /
2012. Penulis memilih tempat tersebut karena bertugas di sekolah ini sejak tahun
2008. Sekolah Dasar Negeri 01 Balong terdiri dari 6 ruang kelas reguler, ruang
perpustakaan dan ruang komputer.
Jumlah siswa per kelas berkisar antara 20 – 30 siswa, dengan
kemampuan dan latar belakang yang sangat heterogen.Orang tua siswa
kebanyakan bekerja sebagai petani. Mulai tahun 2011 SD Negeri 01 Balong
ditunjuk sebagai penyelenggara pendidikan inklusi,meskipun belum memiliki
ruang khusus inklusi. Penulis mengajar di kelas VI dengan jumlah siswa 23 anak
yang terdiri 13 siswa putri dan 10 siswa putra.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester gasal selama 6 bulan mulai bulan
Juli 2011 sampai dengan bulan Desember 2011. Tahap perencanaan dan persiapan
dilaksanakan bulan Juli sampai bulan September 2011, penelitian dalam
pembelajaran dilaksanakan bulan Oktober dan Nopember 2011.
3. Mata Pelajaran
Mata Pelajaran yang dipilih penulis adalah mata pelajaran IPA karena
berdasarkan pengamatan masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam
mata pelajaran IPA, dan IPA diujikan dalam Ujian Nasional. Selain itu Mata
Pelajaran IPA juga sangat bermakna bagi kehidupan sehari-hari siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Subyek Penelitian
Kelas yang menjadi subyek penelitian adalah kelas VI inklusi SD Negeri
01 Balong Kecamatan Jenawi Tahun 2011/1012 karena peneliti mengajar di kelas
VI yang merintis kelas inklusi, dengan jumlah siswa 23 anak, yang terdiri 10
siswa putra, 13 siswa putri.
C. Sumber Data
Dalam penelitian ini ada tiga sumber data yang dapat digali
untuk mendapatkan berbagai informasi guna memperlancar penelitian, yaitu
pertama informan atau nara sumber, yakni siswa kelas VI SD Negeri 01
Balong serta orang tua siswa yang mengetahui kondisi siswa setiap hari.
Kedua, proses pembelajaran yaitu proses belajar mengajar IPA di kelas
VI SD Negeri 01 Balong .Sumber yang terakhir yaitu dokumen yang berupa
informasi tertulis terdiri dari nilai belajar IPA awal, tes siklus I dan II,
angket dan lembar observasi.
Sumber data atau informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini
dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Sumber data pokok (primer) yaitu :
a) Siswa kelas VI SD Negeri 01 Balong sebagai obyek penelitian
b) Orang tua siswa
c) Pihak lain yang berhubungan dengan siswa
2. Sumber data sekunder, antara lain:
a) Arsip atau dokumentasi
Pengumpulan data-data tertulis, misalnya daftar nilai IPA siswa.
b) Tes hasil belajar
Siswa akan dites atau diuji kemampuannya oleh guru.Tes dilaksanakan
setelah pelaksanaan tindakan kelas.
c) Lembar Observasi
Observasi digunakan dalam mengamati proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d) Hasil wawancara
D. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan sumber data tersebut, teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :
1. Observasi
Pengamatan dilakukan terhadap aktivitas belajar siswa di kelas pada saat
pembelajaran berlangsung. Lembar observasi siswa berguna untuk mengetahui
keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.
2. Tes
Tes diberikan kepada para siswa, hal ini dilaksanakan untuk
mengukur seberapa jauh kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal
yang berkaitan dengan konsep IPA setelah diberikan tindakan sesuai siklus
yang direncanakan. Sehingga pemahaman konsep belajar siswa akan diperoleh
dari tes yang dilaksanakan setiap akhir siklus.
3. Dokumentasi
Dengan melakukan pengamatan terhadap dokumen-dokumen dan catatan
sekolah mengenai kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dan
siswa. Dokumen digunakan untuk memperoleh data berupa nama siswa, data nilai
siswa, dan sejarah perkembangan SD Negeri 01 Balong. Selain itu, saat proses
pembelajaran berlangsung dilakukan dokumentasi yang berupa foto.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah upaya yang dilakukan oleh guru yang
berperan sebagai peneliti untuk merangkum secara akurat data yang telah
dikumpulkan dalam bentuk yang dapat dipercaya dan benar (dikutip dari definisi
Mills dalam IGAK Wardhani, 2008 : 5.4) :
Dalam penelitian tindakan kelas analisis data dilakukan mulai dari proses
penelitian hingga akhir penelitian yaitu sampai pada tahap penarikan kesimpulan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis interaktif menurut Millis and Huberman .
Langkah-langkah :
1. Reduksi Data
Dari lokasi penelitian, data lapangan dituangkan dalam uraian laporan
yang lengkap dan terinci. Data dan laporan lapangan kemudian
direduksi, dirangkum, dan kemudian dipilah-pilah hal yang pokok, difokuskan
untuk dipilih yang terpenting kemudian dicari tema atau polanya (melalui proses
penyuntingan, pemberian kode dan pentabelan). Reduksi data dilakukan terus
menerus selama proses penelitian berlangsung.
2. Penyajian Data
Penyajian data (display data) dimasudkan agar lebih mempermudah bagi
peneliti untuk dapat melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-
bagian tertentu dari data penelitian. Hal ini merupakan pengorganisasian data
kedalam suatu bentuk tertentu sehingga kelihatan jelas sosoknya lebih
utuh. Data-data tersebut kemudian dipilah-pilah dan disisihkan untuk
disortir menurut kelompoknya dan disusun sesuai dengan kategori yang sejenis
untuk ditampilkan agar selaras dengan permasalahan yang dihadapi,
termasuk kesimpulan-kesimpulan sementara diperoleh pada waktu data
direduksi.
3. Penarikan Kesimpulan
Kegiatan ini dilakukan untuk memantapkan simpulan dari tampilan data
agar benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Seluruh hasil analisis
yang terdapat dalam reduksi data maupun penyajian data diambil suatu
simpulan. Penarikan simpulan tentang peningkatan yang terjadi
dilaksanakan secara bertahap mulai dari simpulan sementara, simpulan
yang ditarik pada siklus I dan siklus II. Simpulan akhirnya dilakukan refleksi
untuk menentukan atau menyusun rencana tindakan berikutnya. Setelah semua
data disajikan dalam laporan, peneliti menarik simpulan yang merupakan
jawaban dari hipotesis penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
F. Indikator Kinerja
Dalam melakukan penelitian ini perlu dikemukakan indikator
sebagai tolok ukur keberhasilan penelitian yang harus dilakukan.
Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan dalam
menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian (Sarwiji Suwandi, 2010: 61).
Adapun indikator kinerjanya sebagai berikut : penelitian berhasil apabila
75 % dari 23 siswa kelas VI inklusi dapat memahami konsep –konsep IPA yang
telah diajarkan, dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah
ditentukan.
G. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian tindakan merupakan gambaran secara lengkap
mengenai langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian. Sesuai dengan
pokok permasalahan yang dirumuskan dalam judul penelitian ini adalah mengenai
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilakukan guru dengan
penanaman konsep melalui kerja kelompok. Data dikumpulkan dengan
pengamatan pada saat guru melaksanakan tugas mengajar dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Dengan berpedoman pada refleksi awal, maka prosedur pelaksanaan
melalui tahapan atau siklus, yang setiap siklus berisi empat langkah yaitu: tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi dan tahap refleksi. Tindakan
yang ditempuh dapat dijelaskan pada gambar berikut.
Siklus I Siklus II Siklus III
Gambar 1. Prosedur Penelitian
Plan
Observe
Refleks act
Plan
Observe
Refleks act
Plan
Observe
Refleks act
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan gambar 1 dapat dijelaskan bahwa prosedur rencana tindakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a) Siklus I
1) Rencana Tindakan ( Planning)
Dalam tahap perencanaan berisi tentang penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), penyiapan alat peraga yang akan digunakan,
penyusunan lembar pengamatan, lembar kerja siswa serta lembar evaluasi
siswa yang akan digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam
penguasaan konsep IPA.
2) Pelaksanaan Tindakan ( acting)
a) Menentukan kelompok-kelompok belajar yang terdiri dari 4-5 orang anak
dengan kondisi yang heterogen. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut
adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat
terlibat secara aktif dalam proses berpikir dalam kegiatan belajar.
b) Membagi Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada setiap siswa untuk bahan
pengerjaan latihan soal
c) Siswa melaksanakan proses belajar dengan kelompok masing-masing yang
sudah ditetapkan model kooperatif tipe Student Teams Achievement
Division (STAD).
d) Guru memberikan kuis pada akhir pembelajaran
e) Pemberian tugas kepada siswa. Selama bekerja dalam kelompok adalah
mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru dan saling membantu
teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.
3) Observasi
Pengamatan pelaksanaan pembelajaran dilakukan secara cermat
menggunakan blangko observasi yang berupa instrumen-instrumen yang telah
direncanakan. Sumber data diperoleh dari : Guru pengajar(peneliti), guru mitra
(kolaborator), siswa dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Hal-hal yang diamati
adalah kondisi proses pembelajaran. Di samping itu juga kejadian-kejadian dan
fakta-fakta lainnya selama proses pembelajaran berlangsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Cara pengumpulan data dan penggunaan instrumen:
a) Data tentang tingkat belajar siswa terutama diperoleh dan lembar observasi
kelas.
b) Data tentang hasil belajar siswa diperoleh dari soal-soal tes evaluasi
pencapaian hasil belajar yang berupa tugas maupun ulangan harian.
4) Refleksi
Dari lampiran 8 diperoleh data hasil tindakan siklus I, siswa yang telah
mencapai ketuntasan sebanyak 15 anak ( 65,21 % ) dan siswa yang belum tuntas
sebanyak 8 anak ( 34,79 % ). Dari data tersebut tampak adanya siswa yang belum
memahami pelajaran, sehingga menunjukkan hasil tindakan (intervensi) dinilai
belum berhasil dan perlu ditindaklanjuti dengan indakan siklus berikutnya.
c) Siklus II
1) Rencana Tindakan
Rencana tindakan adalah rencana yang digunakan sebagai dasar untuk
melakukan tindakan penelitian. Dalam hal ini adalah pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan materi pelajaran IPA dengan KD yang berbeda. Pada siklus II yang
menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas VI yang sama untuk mengukur
pemahaman terhadap konsep IPA yang lain.
2) Rencana Pelaksanaan Tindakan II
Rencana pelaksanaan tindakan berarti perlakuan yang dilaksanakan
dalam rangka mengatasi permasalahan penelitian. Kegiatan yang akan
dilaksanakan pada siklus II adalah mengadakan belajar kelompok dengan
menggunakan tipe STAD dalam IPA dengan KD yang berbeda.
3) Observasi
Pengamatan pelaksanaan pembelajaran dilakukan secara cermat
menggunakan blangko observasi yang berupa instrumen-instrumen yang telah
direncanakan. Sumber data diperoleh dari : Guru pengajar(peneliti), guru mitra
(kolaborator), siswa dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Hal-hal yang diamati
adalah kondisi proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Di samping itu juga kejadian-kejadian dan fakta-fakta lainnya selama
proses pembelajaran berlangsung. Cara pengumpulan data dan penggunaan
instrument:
a) Data tentang tingkat belajar siswa terutama diperoleh dan lembar observasi
kelas.
b) Data tentang hasil belajar siswa diperoleh dari soal-soal tes evaluasi pencapaian
hasil belajar yang berupa tugas maupun ulangan harian.
4) Refleksi
Dari lampiran 14 diperoleh data hasil tindakan siklus II, siswa yang telah
mencapai ketuntasan sebanyak 17 anak ( 73,91 % ) dan siswa yang belum tuntas
sebanyak 6 anak ( 26,09 % ). Dari data tersebut tampak adanya siswa yang belum
memahami pelajaran, sehingga menunjukkan hasil tindakan (intervensi) dinilai
belum berhasil dan perlu ditindaklanjuti dengan indakan siklus berikutnya.
d) Siklus III
1) Rencana Tindakan
Rencana tindakan adalah rencana yang digunakan sebagai dasar untuk
melakukan tindakan penelitian. Dalam hal ini adalah pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan materi pelajaran IPA dengan KD yang berbeda. Pada siklus III
yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas VI inklusi untuk mengukur
pemahaman terhadap konsep IPA yang lain.
2) Rencana Pelaksanaan Tindakan II
Rencana pelaksanaan tindakan berarti perlakuan yang dilaksanakan
dalam rangka mengatasi permasalahan penelitian. Kegiatan yang akan
dilaksanakan pada siklus III adalah mengadakan belajar kelompok dengan
menggunakan tipe STAD dalam IPA dengan KD yang berbeda.
3) Observasi
Pengamatan pelaksanaan pembelajaran dilakukan secara cermat
menggunakan blangko observasi yang berupa instrumen-instrumen yang telah
direncanakan. Sumber data diperoleh dari : Guru pengajar(peneliti), guru mitra
(kolaborator), siswa dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Hal-hal yang diamati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
adalah kondisi proses pembelajaran. Di samping itu juga kejadian-kejadian dan
fakta-fakta lainnya selama proses pembelajaran berlangsung. Cara pengumpulan
data dan penggunaan instrument:
a) Data tentang tingkat belajar siswa terutama diperoleh dan lembar observasi
kelas.
b) Data tentang hasil belajar siswa diperoleh dari soal-soal tes evaluasi pencapaian
hasil belajar yang berupa tugas maupun ulangan harian.
4) Refleksi
Dari lampiran 20 diperoleh data hasil tindakan siklus III, siswa yang
telah mencapai ketuntasan sebanyak 20 anak ( 91,30 % ) dan siswa yang belum
tuntas sebanyak 2 anak 8,70 % ). Dari data tersebut tampak adanya 2 siswa yang
belum memahami pelajaran, meskipun demikian prosentase ketuntasan telah
memenuhu target yaitu diatas 75 persen dari seluruh siswa sehingga menunjukkan
hasil tindakan (intervensi) dinilai telah berhasil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 01 Balong Kecamatan Jenawi
Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012. Lokasi SD Negeri 01
Balong berada di lereng Gunung Lawu tepatnya di Dukuh Kutosari, Dusun
Balong, Desa Balong, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar. SDN 01
Balong dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah dengan didukung 6 (enam) guru
kelas, 4 (empat) guru mata pelajaran, dan 1(satu) penjaga sekolah. Siswa SDN 01
Balong berjumlah 145 siswa, yang terdiri dari kelas I sebanyak 22 siswa, kelas II
sebanyak 24 siswa, kelas III sebanyak 28 siswa, kelas IV dengan 24 siswa, kelas
V sebanyak 24 siswa dan kelas VI sebanyak 23 siswa. Siswa-siswa yang
bersekolah di SDN 01 Balong berasal dari latar belakang yang beragam, sehingga
memiliki karakteristik belajar yang beragam pula.
Penelitian dilaksanakan terhadap mata pelajaran IPA di kelas VI karena
peneliti sebagai guru kelas mengamati adanya banyak siswa yang tidak tuntas
ketika diadakan evaluasi akhir pelajaran, terlihat dari banyaknya nilai siswa yang
berada di bawah KKM yang telah ditentukan pada awal semester gasal. Untuk
mengatasi hal itu, dilakukan penelitian tindakan dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dengan pemilihan model pembelajaran ini
diharapkan akan adanya perubahan pada tingkat ketuntasan belajar siswa.
Penelitian tindakan dilaksanakan dalam 3 ( tiga ) siklus yang
berkesinambungan, dengan mengambil kompetensi dasar yang berbeda - beda.
Kegiatan pada setiap siklus adalah tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan, observasi dan refleksi hasil penelitian dan seterusnya adalah tahap
penyusunan laporan hasil penelitian.
2. Deskripsi Awal Tindakan
Sebelum melaksanakan proses penelitian, peneliti terlebih dahulu
melakukan kegiatan observasi terhadap nilai siswa untuk dijadikan sebagai nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
awal sebelum diadakan penelitian. Dari nilai yang diperoleh siswa, nilai IPA
merupakan salah satu pelajaran yang mengalami banyak ketidaktuntasan pada
siswa.Padahal bagi siswa kelas VI, IPA merupakan mata pelajaran yang sangat
menentukan kelulusan siswa. Selain itu IPA juga dinilai merupakan ilmu terapan
yang sangat penting bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan data dalam lampiran 2 dapat dilihat bahwa dari seluruh siswa
kelas VI yang berjumlah 23 siswa, hanya 13 siswa atau 56,52% dari seluruh siswa
yang memiliki nilai di atas atau sama dengan KKM yang dipersyaratkan
(
adanya kelemahan yang ada pada proses pembelajaran. Selengkapnya hal ini
dapat diamati pada tabel 1.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Ketuntasan dan Hasil Belajar IPA Kelas VI
SDN 01 Balong Sebelum Tindakan
No Nilai Frekuensi
(Fi)
Nilai Tengah
(Xi) FiXi Prosentase Ketuntasan
1 40 – 48 2 44 88 8,69% Belum Tuntas
2 49 – 57 2 53 106 8,69% Belum Tuntas
3 58 6 62 372 26,08 % Belum Tuntas
4 67 – 75 9 71 639 39,13% Tuntas
5 76 – 85 4 80 320 17,39% Tuntas
JUMLAH 23 1525 100%
Nilai Rata-rata = 1525 : 23 = 66,30
Ketuntasan Kelas = 13 : 23 x 100% = 56,52%
Ket : - Data tabel 1 diperoleh dari lampiran 2
- Penentuan rentang dan kelas interval diuraikan pada lampiran 21
Ketuntasan belajar dan nilai pelajaran IPA pada siswa kelas VI SD Negeri
01 Balong sebelum diadakannya penelitian tindakan dengan model kooperatif tipe
STAD dapat disajikan dalam bentuk grafik 1 berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Grafik tersebut dapat dinyatakan ke dalam tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Nilai Tertinggi dan terendah Sebelum Tindakan
Keterangan Nilai Awal
Nilai terendah 40
Nilai tertinggi 85
Rata-rata nilai 66,30
Siswa belajar tuntas 56,52%
Dengan mengamati tabel 1 dan grafik 1 dapat dilihat bahwa nilai IPA dari
23 siswa kelas VI, hanya 13 siswa atau 56,52% yang telah mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu nilai
semester.Sedangkan 10 siswa atau sekitar 43,48% siswa mendapatkan nilai di
bawah KKM. Meskipun sebelum tindakan penelitian nilai telah mencapai rata-rata
66,30, dengan tingkat prosentase ketuntasan 56,52%, akan tetapi hampir separuh
dari jumlah siswa masih belum mencapai ketuntasan, bahkan masih ada siswa
yang mendapatkan nilai 40, sedangkan nilai yang tertinggi adalah 85. Dengan
rentang nilai yang begitu jauh dan banyaknya siswa yang nilainya masih dibawah
KKM, maka perlu adanya pembenahan dalam proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Deskripsi Tindakan Penelitian
a. Tindakan siklus 1
Tindakan Siklus I dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan. Setiap
pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran (2x35 menit). Siklus I dilaksanakan
selama dua hari yaitu pada tanggal 14 Oktober 2011 dan 15 Oktober 2011.
Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan pada siklus I adalah sebagai berikut :
1). Tahap Perencanaan Tindakan
Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan terhadap nilai siswa
diketahui ada permasalahan dan kelemahan yang menyebabkan sebagian siswa
tidak mencapai batas minimal ketuntasan belajar (KKM
tersebut perlu dicari pemecahan agar tidak berkelanjutan. Bertolak dari hasil
analisis itulah peneliti menarik kesimpulan bahwa tindakan perlu dilakukan untuk
mengatasi permasalahan tersebut.
Pada tahap perencanaan tindakan, peneliti mengadakan refleksi diri
terhadap proses pembelajaran yang meliputi model, model, strategi, dan media
pembelajaran yang digunakan oleh guru, serta aktifitas siswa dalam proses
belajar. Peneliti juga mengamati kembali hasil belajar yang diperoleh oleh
masing-masing siswa khususnya nilai IPA pada materi pelajaran yang pernah
diajarkan. Berdasarkan pengamatan dan hasil catatan terhadap pembelajaran serta
hasil belajar diperoleh informasi sebagai data awal. Hasil pencatatan tersebut
menunjukkkan bahwa 13 siswa kelas VI SD Negeri Balong 01 atau 56,52% yang
mencapai ketuntasan belajar (mendapat nilai 70 ke atas). Sedangkan sebanyak 10
siswa atau 43,48%.belum mencapai KKM (dibawah 70).
Berawal dari kenyataan tersebut, diadakan pertimbangan mengenai
pemilihan alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan ketuntasan belajar
siswa, yang pada akhirnya dapat meningkatkan perolehan nilai IPA di kelas VI
SD Negeri Balong 01. Akhirnya, alternatif pemecahan masalah yang diambil yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dengan menggunakan metose pembelajaran kooperatif tipe STAD. Langkah-
langkah yang dilakukan peneliti yaitu :
1. Memilih SK, KD dan indikator ( lampiran 3 )
2. Menyusun RPP yang disesuaikan ( lampiran 4 )
3. Mempersiapkan alat dan bahan percobaan
4. Mempersiapkan Lembar Kerja (diskusi) dan evaluasi pembelajaran
5. Mempersiapkan lembar observasi ( lampiran 5 dan lampiran 6 )
2). Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD dilaksanakan pada
tanggal 14 Oktober 2011 dan 15 Oktober 2011 dengan alokasi waktu 2x35 menit
setiap pertemuan.
1. Pertemuan Pertama
Dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 14 Oktober 2011 pada jam pelajaran
pertama dan kedua yaitu pukul 07.15-08.25 WIB. Pada pertemuan ini materi yang
diajarkan adalah tentang keseimbangan lingkungan dan ekosistem, dengan
indikator menjelaskan tentang kosistem, menyebutkan berbagai kegiatan manusia
yang dapat mempengaruhi kestabilan ekosistem, dan menjelaskan akibat dari
penggunaan bahan kimia secara berlebihan.
Pada kegiatan pendahuluan, guru memeriksa kesiapan siswa dan
mengkondisikan kelas. Kemudian guru mengadakan apersepsi dengan
menanyakan pengetahuan yang pernah diajarkan diantaranya tentang pengertian
populasi,komunitas,lingkungan dan ekosistem. Guru kemudian memberikan
beberapa kartu binatang kepada setiap kelompok untuk dikelompokkan
berdasarkan tempat hidup masing-masing.
Setelah mengetahui tentang konsep ekosistem, siswa diajak untuk
memikirkan apa akibatnya bila komponen ekosistem ada yang mengalami
kepunahan. Guru melanjutkan dengan faktor penyebab perubahan lingkungan
yaitu faktor alam dan manusia, kemudian menstimulus siswa untuk menyebutkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kegiatan manusia dan gejala alam yang dapat merubah lingkungan. Semua
kegiatan dilaksanakan secara kelompok kemudian dipresentasikan di depan
teman-temannya dan disimpulkan dengan bimbingan guru. Kegiatan elaborasi
diakhiri dengan mencatat rangkuman materi. Pada Kegiatan konfrmasi, guru
menyimpulkan pelajaran dengan menampilkan gambar-gambar pada slide untuk
meluruskan pemahaman siswa, kemudian mengadakan penguatan. Di dalam
kegiatan akhir pembelajaran disimpulkan tentang materi dan diberikan tindak
lanjut untuk belajar di rumah.
2. Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 15 Oktober 2011
pada jam pelajaran pertama dan kedua yaitu pukul 07.15-08.25 WIB. Pada
pembelajaran ini guru memberikan pembelajaran dengan melanjutkan materi
tentang keseimbangan ekosistem. Setelah siswa terkondisi dengan pelajaran, guru
menanyakan tentang pelajaran yang lalu yaitu kegiatan manusia yang merusak
lingkungan, kemudian siswa menjawab secara bergantian. Guru memberikan
tugas secara kelompok untuk menuliskan akibat dan dampak kerusakan dari
kegiatan alam dan manusia yang telah dibahas sebelumnya.
Hasil diskusi kelompok didiskusikan antar kelompok, kemudian hasil
akhirnya dicatat oleh masing-masing siswa dengan bimbingan guru kelas. Materi
yang terakhir diajarkan dalam pertemuan ini yaitu akibat dari penggunaan bahan
kimia terhadap kerusakan lingkungan sekitar kita, melalui diskusi kelompok.
Hasil diskusi dibahas dan disimpulkan bersama guru kelas.
Pada akhir kegiatan elaborasi, guru mengulang inti pelajaran, kemudian
menjelaskan pentingnya menjaga kelangsungan lingkungan hidup kita.
Pembelajaran dievalusi dengan lembar soal secara individu untuk mengukur
pemahaman dan ketuntasan belajar siswa.
c. Tahap Observasi
Observasi dilaksanakan pada saat pembelajaran IPA dengan menggunakan
model kooperatif tipe STAD. Pertemuan pertama dan kedua berlangsung pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tanggal 14 dan 15 Oktober 2011 pukul 07.15-08.25 WIB. Pada saat pembelajaran
berlangsung, peneliti dan observer bekerja sama melakukan observasi terhadap
pelaksanaan tindakan untuk mencapai tujuan penelitian yaitu meningkatkan
ketuntasan belajar siswa dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD.
Observasi ditujukan terhadap kegiatan yang dilaksanakan guru serta aktivitas
siswa dalam pembelajaran, dengan penilaian kurang (skor ,cukup (skor
2),baik (skor dan sangat baik (skor
Dari lampiran 5 di dalam tabel pengamatan guru, dapat terlihat bahwa dari
siklus pertama kegiatan mengajar guru secara umum telah dinilai baik, namun
masih ada beberapa catatan dari observer yang secara rinci dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1) Persiapan memulai kegiatan pembelajaran dinilai cukup, karena belum
diungkapkannya ruang lingkup materi dan alokasi waktu
2) Kemampuan mengelola kelas dinilai cukup, karena guru kurang dapat
menjaga konsentrasi siswa dalam pembelajaran
3) Kemampuan mengelola waktu pembelajaran dinilai cukup, karena
penggunaan alokasi waktu belum memenuhi yang direncanakan
4) Kemampuan memberikan apersepsi dinilai telah baik, namun kemampuan
guru menghubungkan pengetahuan awal menuju konsep perlu ditingkatkan
5) Kemampuan menyampaikan materi dinilai cukup, karena penggunaan alat
peraga dinilai belum cukup tepat
6) Ketrampilan proses tanyajawab guru dan siswa dinilai telah baik,
7) Mengelola diskusi dan pelaksanaan percobaan dinilai cukup, karena
partisipasi perlu ditingkatkan
8) Kemampuan menutup pembelajaran dinilai baik,
Hasil pengamatan guru dan observer terhadap siswa dalam pembelajaran
dapat dilihat pada lampiran 6. Kegiatan siswa dalam siklus I secara umum dinilai
baik, namun ada beberapa simpulan awal yang perlu dibenahi, yaitu :
1) Keaktifan siswa dinilai baik, namun keberanian mengemukakan pendapat
perlu dibangkitkan
2) Kemampuan siswa memilih benda kongkret di lingkungannya dinilai baik,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) Keterampilan diskusi siswa dinilai baik, namun kemauan memeriksa hasil
diskusi perlu ditingkatkan
4) Kemampuan siswa menjawab pertanyaan dalam diskusi dinilai telah baik,
namun kemampuan menjawab secara lengkap perlu ditingkatkan
5) Keadaan siswa dengan lingkungan belajar dinilai telah baik, namun masih ada
siswa kesulitan memahami materi
6) Kemampuan siswa mengerjakan evaluasi dinilai telah baik, meskipun masih
ada siswa yang kesulitan dalam menjawab soal evaluasi
Meskipun ketuntasan belajar siswa telah mengalami peningkatan
dibandingkan sebelum ada tindakan, tetapi kenaikannya belum signifikan.
Berdasarkan catatan di atas, berdampak pada hasil evaluasi siswa yang masih
banyak nilai belum tuntas, hal ini dapat dilihat lebih lengkap pada tabel 3.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Ketuntasan dan Hasil Belajar IPA
Kelas VI SDN 01 Balong Pada Siklus I
No Nilai Frekuensi (Fi)
Nilai Tengah
(Xi) FiXi Prosentase Ketuntasan
1 52 – 59 1 55,5 55,5 4,34 % Belum Tuntas
2 60 – 67 6 63,5 381 26,08 % Belum Tuntas
3 68 75 6 71,5 429 26,08 % Tuntas
4 76 – 83 8 79,5 636 34,78 % Tuntas
5 84 – 91 2 87,5 175 8,69 % Tuntas
JUMLAH 23 1676,5 100%
Nilai Rata-rata = 1676,5 : 23 = 72,89
Ketuntasan Kelas = 15 : 23 x 100% = 65,21%
Ket : - Data tabel 3 diperoleh dari lampiran 8
- Penentuan rentang dan kelas interval diuraikan pada lampiran 22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan data tabel 3, ketuntasan belajar dan nilai siswa kelas VI SD
Negeri 01 Balong setelah diadakan tindakan siklus I melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat disajikan dalam bentuk grafik 2.
Grafik 2. Grafik Ketuntasan Belajar dan Nilai Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VI SD Negeri 01 Balong Pada Siklus I.
Grafik tersebut dapat disimpulkan ke dalam tabel 4 berikut.
Tabel 4. Nilai Tertinggi dan terendah pada Siklus I
Keterangan Nilai Awal
Nilai terendah 52
Nilai tertinggi 90
Rata-rata nilai 72,89
Siswa belajar tuntas 65,21%
Dengan mengamati tabel 3 dan grafik 2 dapat dilihat bahwa nilai IPA dari
23 siswa kelas VI, hanya 15 siswa atau 65,21% yang telah mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu nilai
semester.Sedangkan 10 siswa atau sekitar 34,79% siswa mendapatkan nilai di
bawah KKM. Meskipun setelah tindakan siklus I nilai telah mencapai rata-rata
72,89, dengan tingkat prosentase ketuntasan 65,21%, akan tetapi masih ada 10
siswa yang belum mencapai ketuntasan, bahkan masih ada siswa yang
mendapatkan nilai 52, sedangkan nilai yang tertinggi adalah 90. Adanya banyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
siswa yang nilainya masih dibawah KKM, maka perlu adanya pembenahan dalam proses
pembelajaran.
Pada tabel 3 dan grafik 2 di atas, terlihat bahwa jumlah siswa yang
memperoleh nilai di atas KKM (nilai
13 siswa atau 56,52% menjadi 15 siswa atau 65,21%. Sedangkan, nilai rata-rata
kelas adalah 72,89. Dibandingkan dengan nilai pada kondisi awal sebelum
tindakan, nilai rata-rata kelas pada siklus I meningkat dari 66,30 menjadi 72,89.
d. Tahap Refleksi
Hasil yang diperoleh dari tindakan siklus I melalui pengamatan dan
penilaian materi keseimbangan lingkungan, dilakukan melalui tes akhir yang
dikumpulkan kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan
selama proses pembelajaran siklus I maka dapat dikatakan proses pembelajaran
telah menunjukkan perubahan pada ketuntasan belajar siswa dengan dibuktikan
adanya ketuntasan belajar yang mengalami peningkatan.
Peningkatan yang telah dicapai pada siklus I yaitu adanya peningkatan
kuantitas anak yang mencapai ketuntasan dari 13 siswa menjadi 15 siswa. Selain
itu juga mengalami peningkatan rata-rata nilai yang dicapai siswa dari 66,30
sebelum tindakan menjadi 72,89 setelah tindakan diadakan. Berdasarkan
observasi siklus I dalam lampiran 5 dan lampiran 6, meskipun terjadi peningkatan
dalam ketuntasan belajar IPA, akan tetapi terdapat beberapa kekurangan dalam
pembelajaran yang perlu dicari solusinya,antara lain dengan :
1) Persiapan memulai kegiatan pembelajaran akan ditingkatkan dengan
mengungkapkan ruang lingkup materi dan alokasi waktu kepada siswa
sebelum pembelajaran
2) Kemampuan mengelola kelas akan diperbaiki dengan senantiasa menjaga
konsentrasi siswa dalam pembelajaran
3) Kemampuan mengelola waktu pembelajaran akan diperhatikan dengan
menepati penggunaan alokasi waktu sesuai yang direncanakan
4) Kemampuan memberikan apersepsi akan dikembangkan dengan cara guru
menghubungkan pengetahuan awal siswa menuju konsep yang akan
dipelajari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5) Kemampuan menyampaikan materi akan ditingkatkan dengan penggunaan
alat peraga yang tepat dan menarik
6) Ketrampilan proses tanyajawab guru dan siswa akan ditingkatkan dengan
membimbing siswa menjawab dengan runtut ketika diberi pertanyaan
7) Mengelola diskusi dan pelaksanaan percobaan akan diperbaiki dengan
meningkatkan partisipasi siwa dalam diskusi kelompok
8) Kemampuan menutup pembelajaran akan ditingkatkan dengan tugas yang
dapat meningkatkan belajar siswa
9) Keaktifan siswa akan dikembangkan dengan membangkitkan keberanian
siswa dalam mengemukakan pendapat
10) Kemampuan siswa memilih benda kongkret di lingkungannya akan
ditingkatkan agar siswa memilih benda yang muudah ditemui disekitarnya
11) Keterampilan diskusi siswa diperbaiki agar siswa mau memeriksa kembali
hasil diskusi sebelum dipresentasikan
12) Kemampuan siswa menjawab pertanyaan dalam diskusi akan ditingkatkan
dengan memperbaiki kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan
secara lengkap
13) Keadaan siswa dengan lingkungan belajar yang telah baik, akan ditingkatka
agar tidak ada siswa yang kesulitan memahami materi
14) Kemampuan siswa mengerjakan evaluasi yang telah baik akan ditingkatkan
agar siswa tidak mengalami kesulitan dalam menjawab soal evaluasi
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi di atas, tindakan yang dilakukan
pada siklus I dikatakan belum behasil. Hasil yang diperoleh belum mencapai hasil
yang maksimal karena masih kurang dari indikator ketercapaian yang telah
ditentukan. Oleh karena itu, perlu dilakukan siklus II sebagai langkah perbaikan
dari proses pembelajaran pada siklus I.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Tindakan Siklus II
Hasil pembelajaran IPA Pada siklus pertama dengan kompetensi dasar
keseimbangan lingkungan belum menunjukkan ketuntasan belajar yang maksimal.
Oleh karena itu, kegiatan penelitian tindakan kelas ini dilanjutkan dengan
tindakan siklus II dengan harapan pada siklus berikutnya dapat memperbaiki
kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam proses pembelajaran pada siklus I,
sehingga tujuan meningkatkan ketuntasan belajar siswa dengan menggunakan
model kooperatif tipe STAD dapat terwujud.
Tindakan siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Tiap pertemuan terdiri
dari dua jam pelajaran (2x35menit). Siklus II dilaksanakan selama dua hari yaitu
pada tanggal 24 Oktober 2011 dan 25 Oktober 2011. Adapun tahapan-tahapan
yang dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut :
1). Tahap Perencanaan Tindakan
Pembelajaran pada siklus II ini akan dilakukan dengan beberapa langkah
perbaikan dari tindakan siklus sebelumnya, yaitu (1) guru memberikan percobaan
yang lebih menarik lagi, (2) guru menyiapkan RPP yang lebih sesuai dengan
pembelajaran kooperatif, (3) guru selalu memberi bimbingan pada anggota
kelompok agar mau bekerja sama aktif antar anggota kelompok, (4) dalam
percobaan menggunakan alat peraga yang lebih kongkret dan menarik, (5) guru
memancing siswa untuk berpendapat dalam diskusi.
Adapun urutan langkah-langkah yang dilakukan pada siklus II adalah sebagai
berikut :
Langkah-langkah yang dilakukan peneliti yaitu :
1. Memilih SK, KD dan indikator ( lampiran 9 )
2. Menyusun RPP yang disesuaikan ( lampiran 10 )
3. Mempersiapkan alat dan bahan percobaan
4. Mempersiapkan Lembar Kerja (diskusi) dan evaluasi pembelajaran
5. Mempersiapkan lembar observasi ( lampiran 11 dan lampiran 12 )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2). Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD siklus II dilaksanakan
pada tanggal 14 Oktober 2011 dan 15 Oktober 2011 dengan alokasiwaktu 2x35
menit setiap pertemuan.
1. Pertemuan Pertama
Dilaksanakan pada hari Senin tanggal 24 Oktober 2011 pada jam pelajaran
pertama dan kedua yaitu pukul 07.15-08.25 WIB. Pada pertemuan ini materi yang
diajarkan adalah tentang konduktor dan isolator panas, dengan indikator
memahami peta konsep tentang benda, memahami sifat-sifat benda yang
berhubungan dengan panas yang diterima benda tersebut, membedakan sifat
benda konduktor dan isolator panas,menyebutkan beberapa benda yang tergolong
konduktor, dan menyebutkan beberapa benda yang tergolong isolator.
Pada kegiatan pendahuluan, guru memeriksa kesiapan siswa dan
mengkondisikan kelas. Kemudian guru mengadakan apersepsi dengan
menanyakan pengetahuan yang pernah diajarkan diantaranya tentang pengertian
benda dan panas (kalor). Dengan pertanyaan tersebut diharapkan dapat membuka
ingatan siswa tentang materi yang akan diajarkan.Pada saat eksplorasi,guru
kemudian memberi tugas kepada siswa untuk menyebutkan benda-benda di dalm
kelasnya, setelah itu guru menghubungkan pengetahuan kepada siswa tentang
benda di sekitarnya.Setelah mengetahui tentang konsep benda, siswa diajak untuk
mengingat kembali tentang panas dan cara perpindahannya.Panas berpindah dari
suhu tinggi ke suhu yang lebih rendah,sedangkan cara perpindahannya yaitu
secara konduksi,konveksi dan radiasi.
Pada tahap elaborasi,siswa mengadakan percobaan tentang sifat hantar
panas pada benda yaitu dengan membakar beberapa bahan yang telah disediakan
sebelumnya dalam waktu tertentu kemudian mencatat hasil pemgamatan sebagai
hasil diskusi kelompok. Percobaan dimulai dengan memanaskan batang besi,
batang kaca,batang kuningan,kertas, dan kayu. Setiap siswa mengamati dan
mencatat apa yang terjadi pada benda. Percobaan kedua yaitu dengan
memanaskan bahan yang sama, tetapi menggunakan pelapis kertas tipis,kertas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tebal,kain tipis dan kain tebal, kemudian dicatat apa yang dirasakan oleh siswa.
Hasil percobaan didiskusikan antar kelompok di depan kelas dengan bimbingan
guru.Kegiatan elaborasi diakhiri dengan menyimpulkan hasil diskusi dan mencatat
rangkuman materi. Pada Kegiatan konfirmasi, guru menyimpulkan pelajaran
dengan pemantapan materi dan menjawab pertanyaan siswa yang kurang paham
dengan menampilkan gambar-gambar percobaan tentang panas kemudian
mengadakan penguatan. Di dalam kegiatan akhir pembelajaran disimpulkan
tentang materi dan diberikan tindak lanjut untuk belajar di rumah.
2. Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 25 Oktober 2011
pada jam pelajaran pertama dan kedua yaitu pukul 07.15-08.25 WIB. Pada
pembelajaran ini guru memberikan pembelajaran dengan melanjutkan materi
tentang konduktor dan isolator panas. Setelah siswa terkondisi dengan pelajaran,
guru menanyakan tentang pelajaran yang lalu yaitu sifat-sifat hantaran panas pada
benda. Guru melanjutkan dengan menghubungkan dengan percobaan berikutnya
untuk mengetahui cepat rambat hantar panas pada benda.
Pembelajaran tahap eksplorasi dimulai dengan percobaan memanaskan
tiga benda (besi,kaca, dan kuningan) yang diolesi mentega,kemudian siswa
mengamati benda mana yang menteganya meleleh paling cepat.Hasil diskusi
kelompok didiskusikan antar kelompok, kemudian hasil akhirnya dicatat oleh
masing-masing siswa dengan bimbingan guru kelas. Dari percobaan tersebut
dihubungkan dengan materi pemilihan bahan yang baik berdasarkan sifat
konduktor dan isolator untuk pembuatan benda.
Kegiatan berikutnya guru memberikan tugas setiap siswa untuk mencatat
peralatan rumah tangga yang menggunakan bahan konduktor dan peralatan yang
menggunakan bahan isolator, kemudian hasilnya ditanggapi siswa lain kemudian
dinilai oleh guru. Setelah itu guru bersama siswa mencatat rangkuman materi dan
mengadakan Tanya jawab tentang pelajaran yang belum jelas. Pembelajaran inti
ditutup dengan evaluasi untuk mengukur keberhasilan pembelajaran yang telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dilakukan, ditambahkan penguatan dan diberikan tindak lanjut untuk belajar
siswa.
3). Tahap Observasi
Pengamatan terhadap siswa dan guru dilaksanakan pada saat pembelajaran
IPA dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD. Pertemuan pertama dan
kedua berlangsung pada tanggal 24 dan 25 Oktober 2011 pukul 07.15-08.25 WIB.
Pada saat pembelajaran berlangsung, peneliti dan observer bekerja sama
melakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan untuk mencapai tujuan
penelitian yaitu meningkatkan ketuntasan belajar siswa dengan menggunakan
model yang telah dipilih. Observasi ditujukan terhadap kegiatan yang
dilaksanakan guru serta aktivitas siswa dalam pembelajaran, dengan penilaian
kurang (skor ,cukup (skor ,baik (skor dan sangat baik (skor
Dari lampiran 11 di dalam tabel pengamatan guru, dapat terlihat bahwa
dari siklus kedua kegiatan mengajar guru secara umum telah dinilai baik, namun
masih ada beberapa catatan dari observer yang secara rinci dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1) Persiapan memulai kegiatan pembelajaran dinilai telah baik, namun
penyampaian ruang lingkup materi dan alokasi waktu perlu ditingkatkan
2) Kemampuan mengelola kelas dinilai sangat baik, namun ditingkatkan dalam
menjaga konsentrasi siswa pada pelajaran dan dalam berdiskusi
3) Kemampuan mengelola waktu pembelajaran dinilai telah baik, namun
penggunaan alokasi waktu dan batas waktu dikusi perlu lebih diperhatikan
4) Kemampuan memberikan apersepsi dinilai telah baik, namun masih perlu
ditingkatkan lebih baik lagi
5) Kemampuan menyampaikan materi dinilai baik, namun guru perlu untuk
lebih memperhatikan siswa yang kesulitan dalam memahami materi
6) Ketrampilan proses tanyajawab guru dan siswa dinilai telah baik, namun
siswa masih prlu dibimbing untuk menjawab dengan runtut
7) Mengelola diskusi dan pelaksanaan percobaan dinilai telah baik, namun
masih perlu ditingkatkan partisipasi semua anggota kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8) Kemampuan menutup pembelajaran dinilai telah baik, namun penyimpulan
hasil diskusi perlu partisipasi antara guru dan siswa
Hasil pengamatan guru dan observer terhadap siswa dalam pembelajaran
dapat dilihat pada lampiran 12. Kegiatan siswa dalam siklus II secara umum
dinilai sangat baik, namun ada beberapa simpulan awal yang perlu dibenahi,
yaitu:
1) Keaktifan siswa dinilai sangat baik, namun keberanian mengemukakan
pendapat dan bertanya perlu distimulus
2) Kemampuan siswa memilih benda kongkret di lingkungannya dinilai sangat
baik, namun masih perlu ditingkatkan dalam pelaksanaan kegiatan
3) Keterampilan diskusi siswa dinilai baik, nemun kemauan memeriksa hasil
diskusi dan tanggung jawab individu perlu ditingkatkan
4) Kemampuan siswa menjawab pertanyaan dalam diskusi dinilai sangat baik,
namun kemampuan menjawab secara lengkap perlu ditingkatkan
5) Keadaan siswa dengan lingkungan belajar dinilai sangat baik, namun tingkat
pemahaman siswa perlu ditingkatkan
6) Kemampuan siswa mengerjakan evaluasi dinilai telah baik, namun ketepatan
waktu dan kemadirian dalam menjawab soal evaluasi perlu ditingkatkan
Ketuntasan belajar siswa telah mengalami peningkatan dibandingkan
tindakan siklus pertama, tetapi kenaikannya belum mencapai tujuan penelitian.
Berdasarkan pengamatan di atas, kelemahan-kelemahan tersebut berdampak pada
banyaknya nilai siswa yang belum mencapai ketuntasan. Nilai dan ketuntasan
siswa lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Ketuntasan dan Hasil Belajar IPA Kelas VI SDN 01 Balong Pada Siklus II
No Nilai Frekuensi (Fi)
Nilai Tengah
(Xi) FiXi Prosentase Ketuntasan
1 50 – 58 2 54 108 8,69% Belum Tuntas
2 59 – 67 4 63 252 17,39% Belum Tuntas
3 68 76 8 72 576 34,78% Tuntas
4 77 – 85 5 81 405 21,73% Tuntas
5 86 – 95 4 90 360 17,39% Tuntas
JUMLAH 23 1701 100%
Nilai Rata-rata = 1701 : 23 = 73,95
Ketuntasan Kelas = 17 : 23 x 100% = 73,91%
Ket : - Data tabel 1 diperoleh dari lampiran 14
- Penentuan rentang dan kelas interval diuraikan pada lampiran 23
Berdasarkan data tabel 5, ketuntasan belajar dan nilai siswa kelas VI SD
Negeri 01 Balong setelah diadakan tindakan siklus II melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat disajikan dalam bentuk grafik 3.
Grafik 3. Grafik Ketuntasan Belajar dan Nilai Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VI SD Negeri 01 Balong Pada Siklus II.
Grafik tersebut dapat disimpulkan ke dalam tabel 6 berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 6. Nilai Tertinggi dan terendah pada Siklus II
Keterangan Nilai Awal
Nilai terendah 50
Nilai tertinggi 95
Rata-rata nilai 73,95
Siswa belajar tuntas 73,91%
Dengan mengamati tabel 5 dan grafik 3 dapat dilihat bahwa nilai IPA dari
23 siswa kelas VI, hanya 17 siswa atau 73,91% yang telah mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu nilai entukan di awal
semester. Sedangkan 6 siswa atau sekitar 26,09% siswa mendapatkan nilai di
bawah KKM. Meskipun setelah tindakan siklus II nilai telah mencapai rata-rata
73,95, dengan tingkat prosentase ketuntasan 73,91%, akan tetapi masih ada 6
siswa yang belum mencapai ketuntasan, bahkan masih ada siswa yang
mendapatkan nilai 50, sedangkan nilai yang tertinggi adalah 90. Dengan rentang
nilai yang begitu jauh dan banyaknya siswa yang nilainya masih dibawah KKM,
maka perlu adanya pembenahan dalam proses pembelajaran.
Pada tabel 5 dan grafik 3 di atas, terlihat bahwa jumlah siswa yang
memperoleh nilai di atas KKM (nilai
15 siswa atau 65,21% menjadi 17 siswa atau 73,91%. Sedangkan, nilai rata-rata
kelas adalah 73,95. Dibandingkan dengan nilai pada kondisi awal sebelum
tindakan, nilai rata-rata kelas pada siklus I meningkat dari 72,89 menjadi 73,95.
d. Tahap Refleksi
Hasil yang diperoleh dari tindakan siklus II melalui pengamatan dan
penilaian materi konduktor dan isolator panas, dilakukan melalui tes akhir yang
dikumpulkan kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan
selama proses pembelajaran siklus II maka dapat dikatakan proses pembelajaran
telah menunjukkan perubahan pada ketuntasan belajar siswa dengan dibuktikan
adanya ketuntasan belajar yang mengalami peningkatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Peningkatan yang telah dicapai pada siklus II yaitu adanya peningkatan
kuantitas anak yang mencapai ketuntasan dari 15 siswa menjadi 17 siswa. Selain
itu juga mengalami peningkatan rata-rata nilai yang dicapai siswa dari 72,89 pada
tindakan siklus I, menjadi 73,95 setelah tindakan siklus II diadakan. Berdasarkan
observasi siklus I dalam lampiran 11 dan lampiran 12, meskipun terjadi
peningkatan dalam ketuntasan belajar IPA, akan tetapi terdapat beberapa
kekurangan dalam pembelajaran yang perlu dicari solusinya,antara lain dengan :
1) Persiapan memulai kegiatan pembelajaran akan ditingkatkan dengan
penyampaian ruang lingkup materi dan alokasi waktu
2) Kemampuan mengelola kelas akan diperbaiki dengan menjaga konsentrasi
siswa pada pelajaran dan dalam berdiskusi kelompok
3) Kemampuan mengelola waktu pembelajaran akan lebih diperhatikan
khususnya dalam penggunaan alokasi waktu dan pembatasan waktu diskusi
4) Kemampuan memberikan apersepsi akan dikembangkan dengan menstimulus
pengetahuan siswa dan dihubungkan dengan konsep yang akan dipelajari
5) Kemampuan menyampaikan materi akan diperbaiki dengan lebih
memperhatikan siswa yang kesulitan dalam memahami materi
6) Ketrampilan proses tanya jawab guru dan siswa akan ditingkatkan deng
membimbing siswa untuk menjawab dengan runtut
7) Mengelola diskusi dan pelaksanaan percobaan akan diperbaiki dengan
meningkatkan partisipasi semua anggota kelompok dal berdiskusi
8) Kemampuan menutup pembelajaran akan ditingkatkan dengan partisipasi
siswa yang lebih banyak dalam penyimpulan hasil diskusi
9) Keaktifan siswa akan ditingkatkan dengan menstimulus kemauan bertanya
keberanian mengemukakan pendapat
10) Kemampuan siswa memilih benda kongkret di lingkungannya akan
ditingkatkan dalam pelaksanaan kegiatan diskusi dan percobaan
11) Keterampilan diskusi siswa akan dikembangkan dengan kemauan
memeriksa hasil diskusi dan adanya tanggung jawab individu
12) Kemampuan siswa menjawab pertanyaan dalam diskusi akan ditingkatkan
dengan membimbing kemampuan siswa menjawab pertanyaan secara lengkap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13) Keadaan siswa dengan lingkungan belajar akan diperbaiki dengan
memeksimalkan pehaman siswa terhadp pelajaran
14) Kemampuan siswa mengerjakan evaluasi akan ditingkatkan dengan ketepatan
waktu dan kemadirian siswa dalam menjawab soal evaluasi
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi di atas, tindakan yang dilakukan
pada siklus II ternyata belum behasil seperti yang ditargetkan di awal tindkan.
Hasil yang diperoleh belum mencapai hasil yang maksimal karena masih 6 siswa
yang belum tuntas, sehingga masih kurang dari indikator ketercapaian yang telah
ditentukan. Oleh karena itu, perlu dilakukan siklus III sebagai langkah perbaikan
dari proses pembelajaran pada siklus II.
c. Tindakan Siklus III
Siklus III dilaksanakan karena hasil pembelajaran IPA Pada siklus II
dengan kompetensi dasar konduktor dan isolator panas belum menunjukkan
ketuntasan belajar yang maksimal, . Oleh karena itu, kegiatan penelitian tindakan
kelas ini dilanjutkan dengan tindakan siklus III dengan harapan pada siklus
berikutnya dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam
proses pembelajaran pada siklus II, sehingga tujuan meningkatkan ketuntasan
belajar siswa dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD dapat terwujud.
Tindakan siklus III dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Tiap
pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran (2x35menit). Siklus III dilaksanakan
selama dua hari yaitu pada tanggal 4 Nopember 2011 dan 5 Nopember 2011.
Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan pada siklus III adalah sebagai berikut :
1). Tahap Perencanaan Tindakan
Pembelajaran pada siklus III ini akan dilakukan dengan beberapa langkah
perbaikan dari tindakan siklus sebelumnya, yaitu (1)Guru berusaha
mengefektifkan waktu sehingga sesuai dengan alokasi waktu yang telah
direncanakan,(2)Guru perlu memantau dan memotivasi keaktifan semua siswa
dalam diskusi,(3)Guru lebih memberi perhatian terhadap siswa yang kurang
memahami materi agar mereka tidak tertinggal dibanding siswa lain,(4)Guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menstimulus seluruh siswa untuk bertanya dan berpendapat dalam
pembelajaran,(5)Tindak lanjut lebih digiatkan untuk mendorong siswa memahami
pelajaran,(6)Guru membimbing siswa untuk menjawab pertanyaan dalam dikusi
kelas secara runtut dan lengkap,(7)Meningkatkan kembali kualitas pemahaman
siswa terhadap materi untuk seluruh siswa
Adapun urutan langkah-langkah yang dilakukan pada siklus II adalah
sebagai berikut :
Langkah-langkah yang dilakukan peneliti yaitu :
1. Memilih SK, KD dan indikator ( lampiran 15 )
2. Menyusun RPP yang disesuaikan ( lampiran 16 )
3. Mempersiapkan alat dan bahan percobaan
4. Mempersiapkan Lembar Kerja (diskusi) dan evaluasi pembelajaran
5. Mempersiapkan lembar observasi ( lampiran 17 dan lampiran 18 )
2). Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD siklus III dilaksanakan
pada tanggal 4 Nopember 2011 dan 5 Nopember 2011 dengan alokasi waktu
2x35 menit setiap pertemuan.
1. Pertemuan Pertama
Dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 4 Nopember 2011 pada jam
pelajaran pertama dan kedua yaitu pukul 07.15-08.25 WIB. Pada pertemuan ini
materi yang diajarkan adalah tentang perubahan benda, dengan indikator
menyebutkan faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan pada benda.
(perkaratan,pembusukan, dan pelapukan),menentukan jenis bahan benda sesuai
kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari,dan menentukan cara mencegah
perubahan pada benda.
Pada kegiatan pendahuluan, guru memeriksa kesiapan siswa dan
mengkondisikan kelas. Kemudian guru mengadakan apersepsi dengan
menanyakan pengetahuan yang pernah diajarkan diantaranya benda-benda di
sekitarnya dan bahan pembuatnya. Dengan pertanyaan tersebut diharapkan dapat
membuka ingatan siswa tentang materi yang akan diajarkan.Pada saat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
eksplorasi,guru kemudian memberi tugas kepada siswa untuk menyebutkan
benda-benda di dalam dan luar kelasnya.Setelah itu guru menghubungkan
pengetahuan siswa tentang benda di sekitarnya,dengan materi perubahan benda
dengan menanyakan kondisi benda di sekitarnya.Setelah mengetahui tentang
kondisi benda, siswa diajak untuk menemukan penyebab perubahan benda dengan
bimbingan guru.
Pada tahap elaborasi,siswa mengadakan diskusi kelompok untuk mencari
contoh pelapukan fisika dan biologis yang ada di sekitarnya, sekaligus
menentukan cara pencegahannya. Hasil diskusi dicatat kemudian dibahas
bersama-sama dengan kelompok lain dengan bimbingan guru. Diskusi kedua yaitu
setiap kelompok nenuliskan contoh kongkret terjadinya perkaratan di
sekitarnya,dan mampu menguraikan penyebab terjadinya perkaratan pada logam,
serta menentukan solusi untuk mencegah proses perkaratan/korosi. Hasil catatan
setiap kelompok didiskusikan antar kelompok di depan kelas dengan bimbingan
guru.Kegiatan elaborasi diakhiri dengan menyimpulkan hasil diskusi dan mencatat
rangkuman materi. Pada Kegiatan konfirmasi, guru menyimpulkan pelajaran
dengan pemantapan materi dan menjawab pertanyaan siswa yang kurang paham,
serta menampilkan gambar-gambar tentang proses terjadinya pelapukan
fisika,pelapukan biologi,perkaratan, serta cara mencegahnya. Di dalam kegiatan
akhir pembelajaran disimpulkan tentang materi dan diberikan tindak lanjut untuk
belajar di rumah.
2. Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 5 Nopember 2011
pada jam pelajaran pertama dan kedua yaitu pukul 07.15-08.25 WIB. Pada
pembelajaran ini guru memberikan pembelajaran dengan melanjutkan materi
tentang perubahan benda. Setelah siswa terkondisi dengan pelajaran, guru
menanyakan tentang pelajaran yang lalu yaitu perubahan pada benda. Guru
melanjutkan dengan materi berikutnya yaitu penyebab perubahan benda oleh
makhluk hidup.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Apersepsi dimulai dengan menyebutkan makanan kesukaan siswa dan
yang terjadi pada makanan yang sudah basi. Pembelajaran tahap eksplorasi
dimulai dengan menanyakan kepada setiap kelompok tentang adanya perubahan
sifat,warna dan bau pada makanan,kemudian mencari contoh-contoh yang pernah
ditemui oleh siswa dalam keseharian. Kemudian siswa menganalisis penyebab
terjadinya perubahan pada makanan. Setelah dipresentasikan oleh setiap
kelompok,guru menampilkan gambar tentang makanan basi dan rusak yang
disebabkan oleh jamur,mikroba dan organisme lain.
Kegiatan berikutnya guru memberikan tugas setiap kelompok untuk
mencari cara agar pembusukan dapat diperlambat, dengan distimulus
menggunakan gambar-gambar kongkret yang dikenal siswa. Hasilnya kemudian
didiskusikan dalam kelas untuk dijadikan catatan bagi siswa. Selanjutnya guru
bersama siswa mencatat rangkuman materi dan mengadakan tanya jawab tentang
pelajaran yang belum jelas.
Pembelajaran secara kelompok di kelas ditutup dengan tugas individu
berupa kuis, yaitu setiap siswa ditugaskan mengamati dan mencatat benda-benda
yang telah mengalami perubahan di dalam dan luar kelas. Siswa juga mencatat
bahan pembuat serta cara yang telah dilakukan untuk mencegah kerusakan pada
benda tersebut. Kegiatan ini ternyata sangat disukai oleh anak-anak karena
menemukan suasana baru dalam pembelajaran, juga mampu memberikan
pelajaran yang bermakna bagi siswa karena mereka mengamati secara langsung
materi yang dipelajari. Setelah hasil pengamatan dikumpulkan, guru mengadakan
evaluasi akhir terhadap pelajaran yang telah diajarkan kepada siswa sebagai tolok
ukur keberhasilan siswa dalam memahami materi pelajaran.
c. Tahap Observasi
Pengamatan terhadap siswa dan guru dilaksanakan pada saat pembelajaran
IPA menggunakan model kooperatif tipe STAD. Pertemuan pertama dan kedua
berlangsung pada tanggal 4 dan 5 Nopember 2011 pukul 07.15-08.25 WIB. Pada
saat pembelajaran berlangsung, peneliti dan observer bekerja sama melakukan
observasi terhadap pelaksanaan tindakan untuk mencapai tujuan penelitian yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
meningkatkan ketuntasan belajar siswa dengan menggunakan model yang telah
dipilih. Observasi ditujukan terhadap kegiatan yang dilaksanakan guru serta
aktivitas siswa dalam pembelajaran, dengan penilaian kurang (skor ,cukup
(skor ,baik (skor dan sangat baik (skor
Dari lampiran 17 di dalam tabel pengamatan guru, dapat terlihat bahwa
dari siklus ketiga kegiatan mengajar guru secara umum telah dinilai sangat baik,
namun masih ada beberapa catatan dari observer yang secara rinci dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1) Persiapan memulai kegiatan pembelajaran dinilai sangat baik, meskipun ada
catatan pada penyampaian ruang lingkup materi
2) Kemampuan mengelola kelas dinilai sangat baik, namun ada catatan dalam
menjaga konsentrasi siswa pada pelajaran dan dalam berdiskusi
3) Kemampuan mengelola waktu pembelajaran dinilai sangat baik, namun
penggunaan alokasi waktu perlu lebih diperhatikan
4) Kemampuan memberikan apersepsi dinilai sangat baik, namun dapat
ditingkatkan lebih baik lagi
5) Kemampuan menyampaikan materi dinilai sangat baik, namun siswa yang
kesulitan dalam memahami materi perlu selalu mendapat perhatian
6) Ketrampilan proses tanya jawab guru dan siswa dinilai sangat baik, namun
kemauan siswa dalam bertanya perlu dipertahankan
7) Mengelola diskusi dan pelaksanaan percobaan dinilai sangat baik, namun
partisipasi semua anggota kelompok perlu senantiasa dijaga
8) Kemampuan menutup pembelajaran dinilai sangat baik, namun partisipasi
siswa dalam penyimpulan diskusi lebih diutamakan
Hasil pengamatan guru dan observer terhadap siswa dalam pembelajaran
dapat dilihat pada lampiran 18. Kegiatan siswa dalam siklus III secara umum
dinilai sangat baik, namun ada beberapa simpulan awal yang perlu dibenahi,
yaitu:
1) Keaktifan siswa dinilai sangat baik, namun keberanian mengemukakan
pendapat dan bertanya perlu terus distimulus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Kemampuan siswa memilih benda kongkret di lingkungannya dinilai sangat
baik, namun dapat lebih ditingkatkan
3) Keterampilan diskusi siswa dinilai sangat baik, namun tanggung jawab
individu perlu dipertahankan
4) Kemampuan siswa menjawab pertanyaan dalam diskusi dinilai sangat baik,
namun kemampuan menjawab dengan lengkap perlu dipertahankan
5) Keadaan siswa dengan lingkungan belajar dinilai sangat baik, namun
pemahaman siswa perlu selalu diperhatikan
6) Kemampuan siswa mengerjakan evaluasi dinilai telah baik, namun
kemadirian dalam menjawab soal evaluasi perlu ditekankan
Meskipun masih ada beberapa catatan, ketuntasan belajar siswa telah
mengalami peningkatan signifikan dibandingkan tindakan siklus kedua, tetapi
kenaikannya belum mencapai 100 persen. Nilai dan ketuntasan siswa lebih
lengkap dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Ketuntasan dan Hasil Belajar IPA Kelas VI SDN 01 Balong Pada Siklus III
No Nilai Frekuensi (Fi)
Nilai Tengah
(Xi) FiXi Prosentase Ketuntasan
1 60 – 67 2 63,5 127 8,69% Belum Tuntas
2 68 – 75 11 71,5 786,5 47,82% Tuntas
3 76 – 83 5 79,5 397,5 21,73% Tuntas
4 84 – 91 3 87,5 262,5 13,04% Tuntas
5 92–100 2 95,5 191 8,69% Tuntas
JUMLAH 23 1764,5 100%
Nilai Rata-rata = 1764,5 : 23 = 76,72
Ketuntasan Kelas = 21 : 23 x 100% = 91,30%
Ket : - Data tabel 7 diperoleh dari lampiran 20
- Penentuan rentang dan kelas interval diuraikan pada lampiran 24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan data tabel 7, ketuntasan belajar dan nilai siswa kelas VI SD
Negeri 01 Balong setelah diadakan tindakan siklus III melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat disajikan dalam bentuk grafik 4.
Grafik 4. Grafik Ketuntasan Belajar dan Nilai Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VI SD Negeri 01 Balong Pada Siklus III.
Grafik tersebut dapat disimpulkan ke dalam tabel 8 berikut.
Tabel 8. Nilai Tertinggi dan terendah pada Siklus III
Keterangan Nilai Awal
Nilai terendah 60
Nilai tertinggi 100
Rata-rata nilai 76,72
Siswa belajar tuntas 91,30%
Dengan mengamati tabel 7 dan grafik 4 dapat dilihat bahwa nilai IPA dari
23 siswa kelas VI, 21 siswa atau 91,30% telah mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yaitu nilai
Sedangkan 6 siswa atau sekitar 8,70% siswa mendapatkan nilai di bawah KKM.
Meskipun setelah tindakan siklus III nilai telah mencapai rata-rata 76,72, dengan
tingkat prosentase ketuntasan 91,30%, akan tetapi masih ada 2 siswa yang belum
mencapai ketuntasan dan masih ada siswa yang mendapatkan nilai 60, sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
nilai yang tertinggi adalah 100. Hasil ini dinilai merupakan hasil terbaik yang
mampu dicapai dalam penelitian tindakan ini dan dinilai telah cukup berhasil.
Pada tabel 7 dan grafik 4 di atas, terlihat bahwa jumlah siswa yang memperoleh
nilai di atas KKM (nilai
atau 73,91% menjadi 21 siswa atau 91,30%. Sedangkan, nilai rata-rata kelas
adalah 76,72. Dibandingkan dengan nilai pada kondisi tindakan siklus II, nilai
rata-rata kelas pada siklus III meningkat dari 73,95 menjadi 76,72.
d. Tahap Refleksi
Hasil yang diperoleh dari tindakan siklus III melalui pengamatan dan
penilaian materi perubahan benda, dilakukan melalui tes akhir yang dikumpulkan
kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan selama
proses pembelajaran siklus III maka dapat dikatakan proses pembelajaran telah
menunjukkan perubahan pada ketuntasan belajar siswa dengan dibuktikan adanya
ketuntasan belajar yang mengalami peningkatan.
Peningkatan yang telah dicapai pada siklus III yaitu adanya peningkatan
ketuntasan belajar siswa dari 17 siswa menjadi 21 siswa. Selain itu juga
mengalami peningkatan rata-rata nilai yang dicapai siswa dari 73,95pada tindakan
siklus II, menjadi 76,72 setelah tindakan siklus III diadakan. Meskipun terjadi
peningkatan dalam ketuntasan belajar IPA, akan tetapi terdapat beberapa catatan
agar guru selalu memperhatikan hal-hal yang menjadi kekurangan dalam
penelitian tindakan ini.
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi di atas, tindakan yang dilakukan
pada siklus III dinilai merupakan hasil terbaik yang mampu dicapai dalam
penelitian tindakan ini dan dinilai telah cukup berhasil.Meskipun masih ada 2
siswa yang nilainya belum mencapai ketuntasan, namun secara keseluruhan
ketuntasan siswa telah lebih dari 75% sehingga telah mencapai target yang
diharapkan sebelum penelitian tindakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Deskripsi Hasil Penelitian
Tindakan yang dilakukan guru pada setiap pertemuan selalu diamati dan
diarsipkan. Dalam mengamati kegiatan guru pada proses pembelajaran, observer
menggunakan lembar pengamatan dan catatan sebagai alat bantu untuk melihat
perkembangan kemampuan guru dalam pembelajaran IPA.
Berdasarkan lampiran 5, lampiran 11 dan lampiran 17, dapat terlihat
peningkatan ketrampilan guru dalam mengajar dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Peningkatan ketrampilan guru dalam
mengajar dari tindakan siklus I hingga siklus III dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Nilai Pengamatan Kegiatan Guru
Siklus I, Siklus II dan Siklus III
Siklus I Siklus II Siklus III
No Aspek
Penilaian Nilai No Aspek
Penilaian Nilai No
Aspek Penilaia
n Nilai
1 Aspek 1 2,3 1 Aspek 1 2,7 1 Aspek 1 3,7
2 Aspek 2 3,0 2 Aspek 2 3,3 2 Aspek 2 3,7
3 Aspek 3 2,0 3 Aspek 3 2,7 3 Aspek 3 3,7
4 Aspek 4 2,7 4 Aspek 4 3,0 4 Aspek 4 3,3
5 Aspek 5 2,5 5 Aspek 5 3,0 5 Aspek 5 3,7
6 Aspek 6 2,7 6 Aspek 6 2,7 6 Aspek 6 3,3
7 Aspek 7 3,0 7 Aspek 7 3,0 7 Aspek 7 3,3
8 Aspek 8 2,7 8 Aspek 8 3,0 8 Aspek 8 3,7
Rata-rata 2,6 Rata-rata 2,9 Rata-rata 3,6
Keterangan :
1. Aspek 1 : Persiapan memulai kegiatan pembelajaran
2. Aspek 2 : Kemampuan mengelola kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Aspek 3 : Kemampuan mengelola waktu pembelajaran
4. Aspek 4 : Kemampuan memberikan apersepsi
5. Aspek 5 : Kemampuan menyampiakan materi
Pengamatan terhadap guru diperlukan untuk mengamati keberhasilan
program pembelajaran dengan model kooperative learning serta hambatan yang
ditemukan berikut cara mengatasinya. Setelah melakukan dan menyelesaikan
tindakan pada setiap siklus, catatan yang ditemukan observer dari hasil
pengamatan guru direfleksikan untuk merencanakan perbaikan pada program
pembelajaran dan tindakan berikutnya.
Kegiatan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran pada setiap siklus juga
selalu diamati dan diarsipkan dengan tujuan untuk melihat perkembangan sikap
siswa dalam kegiatan pembelajaran. Pengamatan terhadap siswa juga sangat
diperlukan untuk mengamati tingkat keberhasilan pembelajaran dengan model
kooperative learning yang berhubungan dengan sikap dan kegiatan siswa dalam
pembelajaran. Setelah melakukan dan menyelesaikan tindakan pada setiap siklus,
hasil pengamatan oleh guru dan observer terhadap siswa direfleksikan untuk
menemukan kelemahan kemudian dicarikan solusi dengan merencanakan
perbaikan pada program pembelajaran dan tindakan berikutnya.
Berdasarkan lampiran 6, lampiran 12 dan lampiran 18, kegiatan
belajar siswa dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dapat diamati perubahannya dari siklus pertama
hingga siklus ketiga. Berikut ini akan disajikan rekapitulasi data
pengamatan siswa yang telah dilakukan oleh guru barsama dengan
observer. Peningkatan kegiatan siswa dalam pembelajaran dari tindakan
siklus I hingga siklus III dapat dilihat pada tabel 10.
6. Aspek 6 : Ketrampilan proses tanya jawab guru dan siswa
7. Aspek 7 : Mengelola diskusi dan pelaksanaan percobaan
8. Aspek 8 : Kemampuan menutup pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 10. Nilai Pengamatan Kegiatan Siswa
Siklus I,Siklus II dan Siklus III
Siklus I Siklus II Siklus III
No Aspek
Penilaian Nilai No Aspek
Penilaian Nilai No Aspek
Penilaian
Nilai
1 Aspek 1 2,7 1 Aspek 1 3,25 1 Aspek 1 3,5
2 Aspek 2 2,7 2 Aspek 2 3,3 2 Aspek 2 3,7
3 Aspek 3 2,7 3 Aspek 3 3,0 3 Aspek 3 3,5
4 Aspek 4 2,7 4 Aspek 4 3,3 4 Aspek 4 3,3
5 Aspek 5 2,7 5 Aspek 5 3,3 5 Aspek 5 3,7
6 Aspek 6 2,7 6 Aspek 6 3,0 6 Aspek 6 3,7
Rata-rata 2,7 Rata-rata 3,2 Rata-rata 3,6
Keterangan : 1. Aspek 1 : Keaktifan siswa 2. Aspek 2 : Kemampuan siswa memilih benda kongkret di lingkungannya
3. Aspek 3 : Keterampilan diskusi siswa 4. Aspek 4 : Kemampuan siswa menjawab pertanyaan dalam diskusi
5. Aspek 5 : Keadaan siswa dengan lingkungan belajar
6. Aspek 6 : Kemampuan siswa mengerjakan evaluasi
Setelah melaksanakan tindakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD Siklus I pada kompetensi dasar keseimbangan ekosistem, dilanjutkan Siklus II dengan kompetensi dasar konduktor dan isolator panas, dan pada siklus ketiga diterapkan pada kompetensi dasar perubahan benda diperoleh hasil peningkatan nilai hasil belajar dan peningkatan ketuntasan belajar IPA.
Bersumber dari lampiran 21, lampiran 22, lampiran 23 dan lampiran 24,
data nilai hasil belajar siswa dan frekuensi siswa dari awal sebelum tindakan
hingga siklus III dapat dilihat pada tabel 9. Berdasarkan penetapan Kriteria
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Ketuntasan Minimal (KKM) di awal semester sebesar 70, maka dapat diketahui
adanya perubahan frekuensi perolehan nilai dan ketuntasan belajar siswa dengan
mengamati tabel 11 berikut ini.
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar IPA Kelas VI
SDN 01 Balong Sebelum Tindakan, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III
Pra Siklus Siklus I Siklus II Siklus III
No Interval
Nilai frek No Interval
Nilai frek No Interval
Nilai frek No
Interval Nilai
frek
1 40 – 48 2 1 52 – 59 1 1 50 –58 2 1 60 – 67 2
2 49 – 57 2 2 60 – 67 6 2 59 –67 4 2 68 – 75 11
3 58 6 3 68 6 3 68 8 3 76 – 83 5
4 67 – 75 9 4 76 – 83 8 4 77 –85 5 4 84 – 91 3
5 76 – 85 4 5 84 – 91 2 5 86 –95 4 5 92 –100 2
Jumlah 23 Jumlah 23 Jumlah 23 Jumlah 23
Dari data tabel 11 dapat digambarkan dalam grafik sebagai berikut :
Grafik 5.a Frekuensi Nilai Awal Grafik 5.b Frekuensi Siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Grafik 5.c Frekuensi Siklus II Grafik 5.d Frekuensi Siklus III
Grafik 5. Frekuensi Nilai Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VI SDN 01 Balong Nilai Awal, Siklus I,Siklus II dan Siklus III
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Dari tabel 11 dapat dilihat bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa
pada pra siklus adalah 40, siklus I naik menjadi 52, siklus II tetap 50, dan siklus
III naik menjadi 60.Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh
pada anak yang lambat belajar, karena nilai terendah tidak didominasi seorang
siswa saja.
Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada pra siklus adalah 85, tes Siklus I
mencapai nilai 90,siklus II mencapai nilai 95 dan siklus III naik menjadi 100.
Pembelajaran kooperatif juga mempengaruhi perolehan nilai dari anak yang
pandai di kelasnya, karena nilai tertinggi juga mengalami peningkatan.
Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada pra siklus adalah
66,30, rata-rata tes Siklus I adalah 72,89,pada Siklus II naik menjadi 73,95,dan
nilai rata-rata siklus III adalah 76,72. Dengan adanya peningkatan rata-rata kelas
berarti pembelajaran kooperatif mampu mempengaruhi pemahaman siswa secara
merata.
Prosentase ketuntasan siswa pada pra siklus adalah 56,52%, siklus I
mencapai 65,21%; pada siklus II naik menjadi 73,91%. Setelah dilakukan siklus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III ketuntasan siswa mencapai 91,30%. Adanya peningkatan ketuntasan belajar
menunjukkan adanya peningkatan pemahaman siswa terhadap konsep IPA yang
diajarkan. Pengaruh pembelajaran kooperatif dapat diamati pada tabel 10.
Tabel 12. Nilai IPA Kelas VI SDN 01 Balong
Nilai Awal, Siklus I, Siklus II dan Siklus III
Keterangan Nilai Awal Siklus I Siklus II Siklus III
Nilai terendah 40 52 50 60
Nilai tertinggi 85 90 95 100
Rata-rata nilai 66,30 72,89 73,95 76,72
Ketuntasan 56,52% 65,21% 73,91% 91,30%
Adanya perubahan pada kegiatan guru dan kegiatan siswa dalam
pembelajaran dengan penerapan model kooperatif tipe STAD, telah
berdampak positif pada kenaikan nilai dan ketuntasan belajar siswa.
Bersumber pada lampiran 2,lampiran 8,lampiran 14 dan lampiran
20,dengan penentuan Kriteria Ketuntasan Minimal sebesar 70, maka
siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar pada nilai awal sebanyak
13 siswa, Siklus I sebanyak 15 siswa, Siklus II sebanyak 17 siswa, dan
Siklus III sebanyak 21 siswa. Rekapitulasi ketuntasan belajar siswa
disajikan dalam tabel13.
Tabel 13. Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa Kelas VI SD Negeri 01 Balong
No Ketuntasan Pra Siklus Siklus I Siklus II Siklus III Jml % Jml % Jml % Jml %
1 Tuntas (nilai
13 56,52% 15 65,21% 17 73,91% 21 91,30%
2 Belum Tuntas (Nilai<70)
10 43,48% 8 34,79% 6 26,09% 2 8,70%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan tabel 13 terlihat adanya peningkatan ketuntasan belajar IPA
kelas VI yang diterapkan pada beberapa kompetensi dasar yang berbeda.
Ketuntasan belajar yang dimaksud adalah apabila siswa mendapatkan nilai di atas
KKM (nilai
bawah KKM(nilai at disajikan dalam grafik.
Grafik 6. Rekapitulasi Frekuensi Ketuntasan Belajar Siswa Kelas VI pada
Pra Siklus, Siklus I, Siklus II dan Siklus III.
Dari keseluruhan tindakan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
melalui pembelajaran model kooperatif tipe STAD , guru telah mampu
meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep IPA yang diajarkan,
berdasarkan peningkatan ketuntasan belajar siswa kelas VI SD Negeri 01 Balong
Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar pada semester I tahun pelajaran
2011/2012. Dengan penerapan pembelajaran model kooperatif learning tipe
STAD dan menjaga agar tetap konsisten, peningkatan ketuntasan belajar siswa
dapat meningkat secara bertahap.
0
5
10
15
20
25
Awal Siklus I Siklus II Siklus III
13 15
17
21
10 8
6
2
23 23 23 23
Tuntas Belum Tuntas jumlah siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penerapan pembelajaran model kooperatif tipe STAD juga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa, sesuai dengan hasil penelitian oleh Ely
Fatkhusana, pada pelajaran IPA Semester 1 Kelas V SD Aisyiyah Gemolong
Tahun Ajaran 2009/2010 yang telah ditulis pada BAB II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan
dalam pembelajaran tiga siklus ini, maka dapat ditarik simpulan bahwa penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan pemahaman
konsep-konsep pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada siswa kelas VI Sekolah
Dasar Negeri 01 Balong Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar Tahun
Pelajaran 2011/2012.
Peningkatan pemahaman siswa kelas VI ini dapat dilihat dari adanya
peningkatan nilai yang diperoleh masing-masing siswa maupun peningkatan nilai
rata-rata kelas VI setelah diadakan evaluasi pada akhir pembelajaran di masing-
masing siklus. Berdasarkan data nilai yang telah dikumpulkan dan dianalisis
terlihat bahwa rata-rata hasil belajar siswa yaitu pada kondisi awal sebelum
tindakan 66,30 , dengan ketuntasan belajar siswa mencapai 65,21% atau 13 siswa
yang tuntas, kemudian setelah dilakukan tindakan pada siklus I rata-rata nilai
meningkat menjadi 72,89 dengan ketuntasan belajar siswa mencapai 65,21% atau
15 siswa telah mencapai ketuntasan. Pada siklus II rata-rata nilai siswa mengalami
peningkatan kembali menjadi 73,95 dengan ketuntasan belajar siswa mencapai
73,91% atau 17 siswa telah mencapai ketuntasan. Setelah diadakan perbaikan
pada siklus III diperoleh peningkatan rata-rata nilai menjadi 76,72 dengan siswa
yang mengalami ketuntasan belajar mencapai 91,30% atau 21 siswa telah
mencapai ketuntasan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Implikasi
Berdasarkan simpulan penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka
dapat diketahui bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
efektif untuk meningkatkan pemahaman konsep IPA pada siswa kelas VI SD
Negeri 01 Balong. Dengan demikian, implikasi penelitian tindakan ini adalah :
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD meningkatkan
pemahaman konsep IPA, maka dapat diteruskan dan dikembangkan pada setiap
guru yang mengajarkan IPA pada siswa kelas VI Sekolah Dasar.
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD akan menumbuhkan
kerjasama positif antar siswa dalam kelompok, karena anak dibiasakan
bekerjasama untuk memecahkan soal yang diberikan oleh guru.
3. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat menumbuhkan
kepedulian dan kepekaan terhadap siswa lain yang kurang memahami
pelajaran, karena siswa yang pandai akan berusaha memberikan pemahaman
kepada teman yang belum memahami pelajaran.
4. Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD guru mampu
meningkatkan keberanian siswa untuk bertanya dan berpendapat, karena anak
terbiasa melaksanakan diskusi
5.. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD memerlukan persiapan
yang matang dengan menyiapkan strategi,RPP dan alat peraga yang sesuai,
sehingga membutuhkan pengorbanan waktu dan pemikiran yang lebih banyak
6.. Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, akan
menumbuhkan sikap siswa untuk menghargai pendapat orang lain, karena
dalam diskusi muncul beberapa pendapat yang berbeda-beda.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada kelas VI SDN 01 Balong tahun pelajaran 2011 / 2012,
maka sumbangan pemikiran untuk guru dalam meningkatkan mutu pendidikan
pada umumnya, dan meningkatkan ketuntasan belajar siswa pada khususnya,
dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Bagi Sekolah
a. Pihak sekolah hendaknya mendorong guru untuk mempelajari dan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk
meningkatkan pemahaman siswa.
b. Sekolah diharapkan dapat mengadakan pelatihan dan menyediakan sarana
pendukung penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2. Bagi Guru
Guru dalam mengajar diharapkan :
a. Menggunakan model pembelajaran yang variatif, salah satunya dengan
model kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Untuk meningkatkan keaktifan, kepedulian dan kekompakan siswa,
diharapkan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
c. Untuk memperoleh hasil belajar yang lebih bermakna bagi siswa bisa
dilakukan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
d. Model pembelajaran kooperatif dapat menumbuhkan humanisme sebagai
makhluk sosial, sehingga sangat disarankan untuk diterapkan.
3. Bagi Siswa
Dari penelitian tindakan ini diharapkan :
a. Peserta didik dapat berperan aktif dalam pembelajaran dengan
menyampaikan pemikiran dan temuan dalam diskusi sehingga
pembelajaran bersifat student centre.
b. Peserta didik mampu mengembangkan kepekaan dan kepedulian terhadap
teman yang kurang memahami pelajaran.
c. Dengan pembelajaran yang bermakna, peserta dapat mengaplikasikan hasil
belajarnya kedalam kehidupan sehari hari.
4. Bagi Peneliti yang lain
a. Penelitian dengan penerapan model kooperatif tipe STAD ini dapat
menjadi acuan bagi peneliti yang akan menindaklanjuti hasil penelitian ini.
Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi dan perbandingan untuk penelitian yang lain