penerapan model pembelajaran creative …eprints.uny.ac.id/31894/1/ninu widiani.pdf · siswa sedang...
TRANSCRIPT
i
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEMSOLVING (CPS) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA
DALAM PEMBELAJARAN PKn DI KELAS IV SD NEGERI JERUKSARIWONOSARI GUNUNGKIDUL
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu PendidikanUniversitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratanguna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
OlehNinu Widiani
NIM 12108241065
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASARJURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
APRIL 2016
v
MOTTO
“Semua guru dapat membawa semua anak ke ruang kelas, tapi tidak semua guru
dapat membuat muridnya belajar.”
(Helen Keller)
“Nikmati dan syukuri setiap proses yang kamu jalani, karena proses tidak akan
mengkhianati hasil.”
(Ninu Widiani)
vi
PERSEMBAHAN
Karya tulis ini aku persembahkan untuk:
1. Allah SWT, semoga skripsi ini menjadi salah satu bagian dari wujud
ibadahku kepadaMu.
2. Bapak, Ibu, dan keluargaku tercinta.
3. Almamater UNY sebagai wujud dedikasiku.
vii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEMSOLVING (CPS) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA
DALAM PEMBELAJARAN PKn DI KELAS IV SD NEGERI JERUKSARIWONOSARI GUNUNGKIDUL
OlehNinu Widiani
NIM 12108241065
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa padapembelajaran PKn di kelas IV SD Negeri Jeruksari Wonosari Gunungkiduldengan menerapkan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS).
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Subjekpenelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Jeruksari yang berjumlah 14 siswa.Desain PTK yang digunakan terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan,pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dancatatan harian. Instrumen yang digunakan yaitu lembar observasi keaktifan siswa,lembar observasi kegiatan guru, dan catatan harian. Analisis data yang digunakanadalah deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif untuk menganalisis data hasilobservasi, catatan harian keaktifan siswa, dan keterlaksanaan penerapan modelpembelajaran CPS oleh guru.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran CPSdalam pembelajaran PKn dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas IV SD NegeriJeruksari. Persentase jumlah siswa yang berhasil mencapai indikator keberhasilanpenelitian pada pra tindakan 0%, siklus I/1 hanya 7,14%, siklus I/2 menjadi28,57%. Hasil pengamatan keaktifan siklus I belum berhasil mencapai indikatorkeberhasilan penelitian yaitu >75% siswa memperoleh skor akhir >2,66 sehinggaperlu dilanjutkan penelitian tindakan siklus II. Pada siklus II/1 64,29% siswakemudian siklus II/2 menjadi 100%. Penelitian tindakan siklus II berhasilmencapai indikator keberhasilan penelitian sehingga tidak perlu dilaksanakanpenelitian tindakan lanjutan.
Kata kunci : model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS), keaktifansiswa, PKn
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmat,
rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi guna
memenuhi tugas akhir. Adapun judul skripsi ini yaitu “PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) UNTUK
MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PKn DI
KELAS IV SD NEGERI JERUKSARI WONOSARI GUNUNGKIDUL”.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini berkat
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan
terimaksih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan
menuntut ilmu di UNY.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang
telah memberikan kemudahan izin dalam penyusunan skripsi ini.
3. Wakil Dekan 1 Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
yang telah memberikan kemudahan izin dalam penyusunan skripsi ini.
4. Ketua Jurusan PSD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Yogyakarta yang telah memberikan kemudahan izin dalam penyusunan
skripsi ini.
5. Bapak Fathurrohman, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Kepala Sekolah Dasar Negeri Jeruksari Wonosari Gunungkidul yang telah
memberikan izin penelitian.
7. Guru-guru SD Negeri Jeruksari Wonosari Gunungkidul yang telah
membantu dalam pelaksanaan penelitian.
8. Kedua orangtuaku, Bapak Irfan Asrono dan Ibu Titi Suharti yang selalu
memberi motivasi, doa, dan dukungan secara moril maupun materiil.
9. Keluargaku yang selalu memberikan semangat dan doa.
ix
10. Semua pihak yang telah mendukung dan membantu penulis dalam
penyusunan skripsi.
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan pelaku pendidikan atau guru sekolah dasar pada khususnya.
Yogyakarta, 16 Maret 2016
Penulis
x
DAFTAR ISI
HalHALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... ii
HALAMAN SURAT PERNYATAAN ........................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv
MOTTO ......................................................................................................... v
PERSEMBAHAN .......................................................................................... vi
ABSTRAK ..................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................ 6
C. Pembatasan Masalah ........................................................................... 6
D. Perumusan Masalah ............................................................................ 6
E. Tujuan Penelitian ................................................................................ 7
F. Manfaat Penelitian .............................................................................. 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ............................ 9
1. Pengertian Pembelajaran .............................................................. 9
2. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) .............................. 11
3. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ............................... 13
4. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di Kelas IV .. 14
B. Keaktifan Siswa .................................................................................. 17
1. Pengertian Keaktifan Siswa ......................................................... 17
2. Indikator Keaktifan Siswa ............................................................ 19
xi
3. Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran PendidikanKewarganegaraan (PKn) .............................................................. 21
4. Cara Meningkatkan Keaktifan Siswa ........................................... 22
C. Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) ....................... 25
1. Pengertian Model Pembelajaran ................................................... 25
2. Pengertian Model Pembelajaran Creative Problem Solving(CPS) ............................................................................................ 27
3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Creative ProblemSolving (CPS) ................................................................................ 30
4. Langkah-langkah Model Pembelajaran Creative ProblemSolving (CPS) dalam Pembelajaran PendidikanKewarganegaraan (PKn) .............................................................. 33
5. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran CreativeProblem Solving (CPS) ................................................................ 34
D. Keterkaitan antara Model Pembelajaran Creative Problem Solving(CPS) dengan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran PendidikanKewarganegaraan (PKn) ..................................................................... 37
E. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar (SD) ............................................ 40
F. Penelitian yang Relevan ...................................................................... 43
G. Kerangka Berpikir ............................................................................... 45
H. Hipotesis Tindakan .............................................................................. 47
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .................................................................................... 48
B. Desain Penelitian ................................................................................. 48
C. Subjek dan Objek Penelitian ............................................................... 51
D. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 51
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 51
F. Instrumen Penelitian ............................................................................ 52
G. Validasi Instrumen Penelitian ............................................................. 53
H. Teknik Analisis Data ........................................................................... 54
I. Indikator Keberhasilan ........................................................................ 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Diskripsi Lokasi Penelitian ................................................................. 56
B. Hasil Penelitian ................................................................................... 57
xii
1. Deskripsi Pra Tindakan ................................................................. 57
2. Pelaksanaan Pra Tindakan ............................................................. 58
3. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ........................................ 60
a. Siklus I ..................................................................................... 61
1) Perencanaan Tindakan Siklus I ......................................... 61
2) Pelaksanaan Tindakan Siklus I .......................................... 62
a) Siklus I pertemuan 1 .................................................... 62
b) Siklus I pertemuan 2 .................................................... 69
3) Pengamatan Siklus I .......................................................... 76
a) Pengamatan guru siklus I ............................................. 76
b) Pengamatan siswa siklus I ........................................... 78
4) Refleksi Siklus I ................................................................ 88
b. Siklus II ................................................................................... 91
1) Perencanaan Tindakan Siklus II ........................................ 91
2) Pelaksanaan Tindakan Siklus II ......................................... 92
a) Siklus II pertemuan 1 ................................................... 92
b) Siklus II pertemuan 2 ................................................... 99
3) Pengamatan Siklus II ......................................................... 106
a) Pengamatan guru siklus II ........................................... 106
b) Pengamatan siswa siklus II .......................................... 108
4) Refleksi Siklus II ............................................................... 115
C. Pembahasan Hasil Penelitian .............................................................. 118
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ......................................................................................... 129
B. Saran .................................................................................................. 130
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 132
LAMPIRAN .................................................................................................. 134
xiii
DAFTAR TABEL
HalTabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PKn Kelas IV
Sekolah Dasar Semester 1 .............................................................. 16
Tabel 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PKn Kelas IVSekolah Dasar Semester 2 .............................................................. 16
Tabel 3. Pedoman Kriteria Keaktifan Siswa ................................................ 54
Tabel 4. Hasil Observasi Keaktifan Siswa pada Pra Tindakan .................... 59
Tabel 5. Hasil Observasi Keaktifan Siswa pada Pembelajaran PKnSiklus I ............................................................................................ 84
Tabel 6. Persentase Siswa yang Berhasil dan Belum Berhasil MencapaiIndikator Keberhasilan pada Siklus I .............................................. 86
Tabel 7. Perbandingan Persentase Siswa yang Berhasil dan BelumBerhasil Mencapai Indikator Keberhasilan antara PraTindakan dan Siklus I ..................................................................... 86
Tabel 8. Kendala pada Siklus I dan Rencana Perbaikan untukPembelajaran pada Pertemuan Berikutnya ..................................... 90
Tabel 9. Hasil Observasi Keaktifan Siswa pada Pembelajaran PKnSiklus II .......................................................................................... 112
Tabel 10. Persentase Siswa yang Berhasil dan Belum Berhasil MencapaiIndikator Keberhasilan Pada Siklus II ............................................ 113
Tabel 11. Perbandingan Persentase Siswa yang Berhasil dan BelumBerhasil Mencapai Indikator Keberhasilan dari Pra Tindakansampai Siklus II .............................................................................. 114
xiv
DAFTAR GAMBAR
HalGambar 1. Alur Penelitian Tindakan Kelas ................................................. 49
Gambar 2. Guru sedang Menjelaskan Materi kepada Siswa denganMetode Ceramah dan Tanya Jawab ............................................ 58
Gambar 3. Guru Menegaskan Masalah yang Disajikan dalam LKSketika Siswa Duduk dalam Kelompok ....................................... 66
Gambar 4. Diskusi dalam Kelompok 2 Berjalan Kurang Baik karenaada Siswa yang Kurang Aktif .................................................... 67
Gambar 5. Guru Menjelaskan Petunjuk Kegiatan yang akan Dilakukanoleh Siswa dan Mempertegas Masalah yang Tersaji dalamLKS dengan Menuliskan di Papan Tulis ................................... 73
Gambar 6. Kegiatan Diskusi Penyelesaian Masalah dalam Kelompok1 yang Berjalan Cukup Baik ...................................................... 74
Gambar 7. Guru Kurang Aktif Membimbing Diskusi Siswa ...................... 74
Gambar 8. Siswa sedang Berdiskusi dengan Menggunakan Name Tagyang Ditempelkan pada Baju Siswa .......................................... 79
Gambar 9. Diagram Perbandingan Persentase Siswa yang Berhasil danBelum Berhasil Mencapai Indikator Keberhasilan antaraPra Tindakan dan Siklus I .......................................................... 87
Gambar 10. Guru Menjelaskan Petunjuk Kegiatan yang akan Dilakukanoleh Siswa dan Mempertegas Masalah yang Tersaji dalamLKS ............................................................................................ 96
Gambar 11. Diskusi dalam Kelompok 1 (kiri) dan 2 (kanan) BerjalanBaik dan Diskusi Telah Selesai ................................................. 97
Gambar 12. Diskusi dalam Kelompok 3 dan Berjalan Baik dan DiskusiTelah Selesai .............................................................................. 97
Gambar 13. Guru Menjelaskan Materi Mengenai KPU ................................ 101
Gambar 14. Guru Menjelaskan Petunjuk Kegiatan yang akan Dilakukanoleh Siswa dan Mempertegas Masalah yang Tersaji dalamLKS dengan Menuliskan di Papan Tulis ................................... 103
Gambar 15. Diskusi dalam Kelompok 1 Berjalan Baik dan Siswa TerlihatAntusias Mengerjakan LKS ....................................................... 104
Gambar 16. Diskusi dalam Kelompok 2 Berjalan Baik dan Siswa TerlihatAntusias Mengerjakan LKS ....................................................... 104
Gambar 17. Diskusi dalam Kelompok 3 Berjalan Baik dan Siswa TerlihatAntusias Mengerjakan LKS ....................................................... 104
xv
Gambar 18. Diagram Perbandingan Persentase Siswa yang Berhasil danBelum Berhasil Mencapai Indikator Keberhasilan dariPra Tindakan sampai Siklus II .................................................... 114
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
HalLampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ................................ 135
Lampiran 2. Lembar Observasi Keaktifan Siswa ........................................... 158
Lampiran 3. Hasil Pekerjaan Siswa pada LKS ............................................... 160
Lampiran 4. Hasil Observasi Kegiatan Guru .................................................. 164
Lampiran 5. Catatan Harian ............................................................................ 169
Lampiran 6. Surat-surat Penelitian .................................................................. 187
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara
(Depdiknas, 2006: 3). Pelaksanaan prinsip penyelenggaraan pendidikan harus
sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional
sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 (Depdiknas, 2006: 8) yaitu:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional di atas maka dirumuskan
tujuan pendidikan dasar yakni meletakkan dasar kecerdasan, kepribadian,
akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri, dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut. Pendidikan dasar merupakan pondasi untuk
pendidikan selanjutnya. Aset suatu bangsa tidak hanya terletak pada sumber
daya alam yang melimpah, tetapi terletak pada sumber daya manusia yang
berkualitas. Oleh karena itu, diperlukan peningkatan sumber daya manusia
2
Indonesia sebagai kekayaan negara yang kekal dan sebagai investasi untuk
mencapai kemajuan bangsa.
Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas dimulai sejak dari
pendidikan dasar. Siswa-siswa sekolah dasar merupakan bibit yang kelak
akan menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Hal tersebut akan
tercapai apabila sejak pendidikan dasar siswa telah dituntun untuk berperilaku
sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di lingkungan. Peran dari seorang
guru pada hakikatnya adalah membantu siswa dalam mengembangkan diri
siswa. Guru juga berperan membantu siswa dalam menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi oleh siswa. Hal ini tidak hanya masalah dalam
belajar, namun masalah-masalah yang lain.
Sekolah Dasar (SD) Negeri Jeruksari merupakan lembaga formal yang
terletak di Jalan Taman Bhakti, Jeruk Kepek, Wonosari, Gunungkidul. SD
Negeri Jeruksari memiliki visi dan misi yang harus diwujudkan. Awal berdiri
sekolah tersebut merupakan sekolah Instruksi Presiden (Inpres) yang
dipandang sebelah mata oleh masyarakat di Wonosari sehingga jumlah siswa
di sekolah tersebut sangat sedikit. Berdasarkan hasil wawancara dengan
Kepala Sekolah SD Negeri Jeruksari pada hari Kamis, 1 Oktober 2015,
kurikulum yang diterapkan di SD Negeri Jeruksari menggunakan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pembelajaran pada seluruh
kelas di SD Negeri Jeruksari, guru melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan diskusi. Guru menjelaskan
3
dengan menggunakan bahasa Indonesia yang terkadang disisipi bahasa Jawa
untuk membantu pemahaman siswa. Guru menjelaskan dengan menggunakan
media pembelajaran yang disesuaikan dengan materi untuk membantu
pemahaman siswa di antaranya penggunaan media powerpoint, peta, dan
globe pada pembelajaran di kelas V. Guru membentuk kelompok belajar yang
di setiap kelompok terdiri dari siswa yang pandai, sedang, dan kurang pandai.
Guru berusaha mengaktifkan siswa dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan mengenai materi. Guru menggunakan metode diskusi dalam
kelompok di kelas II, jumlah siswa tiap kelompok hanya 2-3 siswa, karena
siswa akan sulit terkondisi jika jumlah anggota kelompok terlalu banyak.
Guru juga menggunakan media gambar-gambar berwarna dan lagu-lagu yang
sesuai untuk anak usia sekolah dasar ketika pembelajaran. Tujuannya untuk
menarik perhatian siswa dalam pembelajaran. Guru juga membawa benda-
benda konkret seperti tumbuhan untuk menerangkan bagian-bagian tumbuhan
di kelas II. Secara keseluruhan keaktifan siswa di kelas rendah sangat baik.
Siswa aktif mengajukan pertanyaan ataupun menjawab pertanyaan dari guru.
Rasa ingin tahu siswa cukup tinggi. Guru meminta siswa maju ke depan
untuk mengerjakan soal, siswa berebut maju ke depan untuk mendapatkan
nilai tambah dan ingin mendapatkan pujian dari guru. Guru kelas III memberi
pertanyaan mengenai penjumlahan pada siswa dan siswa berebut ingin
menjawab. Terkadang siswa ramai, namun ketika guru menegur, siswa
kembali tenang dan mengikuti pembelajaran.
4
Guru kelas IV dan V juga menggunakan metode ceramah, tanya jawab,
dan diskusi dalam kelompok. Peneliti melakukan pengamatan seluruh
pembelajaran pada hari Kamis, 1 Oktober 2015 di kelas IV. Guru
menjelaskan materi mengenai pemerintahan desa dan kota. Guru menjelaskan
dengan menggunakan media peta Kabupaten Gunungkidul. Guru juga
menggambar bagan struktur pemerintahan desa dan peta posisi provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) di papan tulis untuk membantu
pemahaman siswa. Guru mencoba mengaktifkan siswa dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan mengenai materi pembelajaran, namun keaktifan
siswa pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) masih kurang.
Peneliti mengamati siswa yang duduk di belakang, siswa mengobrol dengan
teman sebangku. Beberapa siswa yang keluar masuk kelas dengan alasan
membuang sampah ataupun ke kamar kecil. Siswa yang duduk di pojok
belakang, sibuk bermain dengan mainan yang dibawa dan ada juga yang
makan ketika guru sedang menjelaskan. Guru memberi pertanyaan mengenai
materi yang dijelaskan, siswa tidak menjawab dan ketika diberi kesempatan
untuk bertanya, siswa diam kemudian menunduk melihat ke arah buku
meskipun sudah ditunjuk oleh guru. Hal tersebut menandakan rasa ingin tahu
siswa masih rendah terhadap pembelajaran PKn. Siswa yang merespon
pertanyaan guru cenderung siswa yang sama. Siswa juga merespon
pertanyaan guru dengan bahasa Jawa yang kurang sopan. Beberapa siswa
tidak mencatat apa yang dituliskan guru di papan tulis. Beberapa siswa
berbuat usil dengan menyembunyikan alat tulis teman sehingga menimbulkan
5
keributan. Upaya guru dalam mengelola kelas kurang optimal, terbukti dari
siswa sulit dikondisikan untuk memperhatikan penjelasan guru saat proses
pembelajaran berlangsung. Hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran
tersebut perlu adanya suatu upaya untuk mengadakan perbaikan dan
meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran PKn.
Proses pembelajaran merupakan suatu proses hubungan timbal balik
antara guru dan siswa. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan
siswa ini merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan membawa suasana belajar
yang menyenangkan dan dapat mengembangkan keaktifan siswa. Suasana
belajar yang menyenangkan dapat menjadi salah satu faktor penentu
keberhasilan siswa dalam mencapai prestasi belajar yang baik. Pembelajaran
dengan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dan menarik, guru akan
mampu mendorong siswa terlibat secara aktif.
Banyak model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam
proses pembelajaran. Salah satu alternatif model pembelajaran tersebut adalah
dengan menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS).
Model pembelajaran CPS merupakan model yang dapat menumbuhkan
keaktifan siswa dalam pembelajaran, membantu siswa dalam memahami
pelajaran, serta diharapkan dapat mencapai prestasi belajar yang baik sebab
dalam penerapannya siswa diberikan masalah untuk dipecahkan. Peneliti akan
melakukan penelitian tindakan kelas berdasarkan ulasan latar belakang
dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving
6
(CPS) untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran PKn di
Kelas IV SD Negeri Jeruksari Wonosari Gunungkidul”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa
permasalahan sebagai berikut.
1. Keaktifan siswa kelas IV dalam pembelajaran PKn masih kurang.
2. Rasa ingin tahu siswa kelas IV terhadap pembelajaran PKn masih rendah.
3. Kesopanan dalam berbicara siswa kelas IV kepada guru masih kurang.
4. Upaya guru dalam mengelola kelas kurang optimal, terbukti dari siswa
sulit dikondisikan untuk memperhatikan penjelasan guru saat proses
pembelajaran berlangsung.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas tidak semua diteliti, maka dibatasi
pada permasalahan keaktifan siswa kelas IV dalam pembelajaran PKn masih
kurang.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimana penerapan model pembelajaran Creative
Problem Solving (CPS) untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam
pembelajaran PKn di kelas IV SD Negeri Jeruksari Wonosari Gunungkidul ?”
7
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan
keaktifan siswa dalam pembelajaran PKn di kelas IV SD Negeri Jeruksari
Wonosari Gunungkidul melalui model pembelajaran Creative Problem
Solving (CPS).
F. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat, antara lain.
1. Secara Teoritis
Penelitian ini memberi masukan sekaligus menambah pengetahuan serta
wawasan mengenai upaya meningkatkan keaktifan dalam pembelajaran
PKn melalui model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS).
2. Secara Praktis
a. Bagi Kepala Sekolah
Penelitian ini memberi masukan dalam menentukan kebijakan dan
dalam mendorong peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran
di sekolah yang pada akhirnya akan meningkatkan hasil belajar.
b. Bagi Guru
Penelitian ini memberikan pengalaman menggunakan model
pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) yang nantinya
diharapkan dapat menginspirasi guru untuk selalu mengembangkan
model pembelajaran lainnya.
8
c. Bagi Siswa
Penelitian ini memotivasi siswa agar lebih aktif dalam mengikuti
pembelajaran di sekolah yang pada akhirnya akan meningkatkan
hasil belajar.
9
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
1. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses
penyampaian informasi kepada siswa (W. Gulo, 2004: 4-5). Tujuan
pembelajaran adalah memberi pengalaman belajar kepada siswa sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai. Guru profesional tidak hanya berpikir
tentang apa yang akan diajarkan dan bagaimana cara mengajarkan, tetapi
guru juga memikirkan tentang siapa yang menerima pembelajaran, apa
makna belajar bagi siswa, dan kemampuan apa yang ada pada diri siswa
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Melalui proses pembelajaran
berarti siswa mampu meningkatkan kemampuan untuk memproses,
menemukan, dan menggunakan informasi bagi pengembangan dirinya
dalam sebuah lingkungan.
Wina Sanjaya (2012: 26) mengungkapkan bahwa pembelajaran
adalah proses kerja sama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan
segala potensi yang ada dalam diri siswa maupun yang ada di luar diri
siswa sebagai upaya untuk mencapai tujuan belajar. Potensi yang ada
dalam diri siswa meliputi minat, bakat, dan kemampuan dasar termasuk
gaya belajar. Potensi yang ada di luar diri siswa meliputi lingkungan,
sarana, dan sumber belajar. Pembelajaran tidak hanya menitikberatkan
10
pada kegiatan guru atau siswa saja, akan tetapi guru dan siswa bersama-
sama berusaha mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
Kajian mengenai pembelajaran menurut Gagne (Wina Sanjaya,
2012: 27) mengajar atau “teaching” merupakan bagian dari dari
pembelajaran, dimana peran guru lebih ditekankan kepada bagaimana
merancang berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan
atau dimanfaatkan siswa dalam mempelajari sesuatu. Proses
pembelajaran akan efektif manakala memanfaatkan berbagai sarana dan
prasarana yang tersedia termasuk memanfaatkan berbagai sumber
belajar.
Hikmah pembelajaran sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui
pengalaman yang dikembangkan melalui saling berbagi, sehingga
memberikan keuntungan bagi yang lain (Suyono dan Hariyanto, 2014:
15). Siswa dengan saling berbagi diharapkan mampu memperoleh
hikmah pembelajaran berdasarkan pengalaman belajar di dalam kelas dan
dalam situasi pembelajaran lain di sekolah. Memperoleh hikmah
pembelajaran diharapkan pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Berdasarkan beberapa pendapat dari beberapa ahli tentang
pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan
hubungan kerja sama antara guru dengan siswa untuk memperoleh suatu
pengetahuan, sikap, dan keterampilan melalui proses pengajaran dan
dapat mengaktifkan siswa, sehingga proses pengajaran dapat lebih
bermakna dan dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Tujuan yang
11
ingin dicapai telah tercantum dalam rencana pelaksanaan pembelajaran
yang telah dibuat oleh guru. Proses pembelajaran tersebut, guru akan
merealisasikan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat
sebelumnya.
2. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan sarana untuk
mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai luhur yang berakar pada
budaya bangsa Indonesia dalam bentuk perilaku yang tercermin dalam
kehidupan sehari-hari. Perilaku yang dimaksud adalah perilaku yang
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Pendidikan menjadi hal yang sangat
penting untuk membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila. Pendidikan dapat dilaksanakan secara formal maupun
informal. Pendidikan secara formal dapat dilaksanakan pada lembaga
yang biasa disebut sekolah, sedangkan pendidikan secara informal dapat
dilaksanakan dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat.
Mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan
pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara
Indonesia cerdas, terampil, dan berkarakter seperti yang diamanatkan
oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Materi dalam
mata pelajaran PKn membahas tentang konsep nilai Pancasila dan UUD
1945 beserta dinamika perwujudan dalam kehidupan masyarakat negara
Indonesia, sehingga mata pelajaran PKn sangat penting untuk dipelajari
12
dan dipahami sejak dini, beranjak dari usia Sekolah Dasar (SD) agar
terwujudnya nilai-nilai yang diajarkan dalam PKn. Nilai-nilai tersebut di
antaranya pendidikan nilai demokrasi, pendidikan nilai moral, dan
pendidikan nilai sosial dalam kehidupan sehari-hari untuk menunjang
kemajuan bangsa.
Mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan
siswa pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama,
sosiokultural, bahasa, usia, dan suku bangsa dengan tujuan sebagaimana
diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 yaitu untuk menjadi warga
negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter (Arnie Fajar,
2005: 141). Tujuan dicapai dengan merefleksikan diri dalam kebiasaan
berpikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945.
Mata pelajaran PKn membantu siswa mengembangkan pemahaman, baik
materi maupun keterampilan intelektual, dan partisipatori dalam kegiatan
sekolah.
Selanjutnya, Zamroni (Azyumardi Azra, 2003: 7) mengemukakan
bahwa PKn merupakan pendidikan demokrasi yang memiliki tujuan
mempersiapkan warga masyarakat untuk berpikir kritis dan bertindak
secara demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran pada
generasi baru bahwa demokrasi dapat menjamin hak-hak warga
masyarakat. Demokrasi adalah suatu proses dan bukan hasil meniru dari
masyarakat lain. Nilai-nilai demokrasi perlu diterapkan dan diajarkan
sejak dini agar nilai-nilai tersebut dapat tersampaikan dengan baik.
13
Membantu siswa menjadi warga negara yang demokratis melalui
kegiatan seluruh program sekolah, kegiatan belajar mengajar dalam kelas
yang dapat menumbuhkan perilaku yang lebih baik dalam masyarakat
demokratis, dan pengalaman serta kepentingan masyarakat untuk hidup
bernegara. Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas, PKn adalah
program pendidikan yang memuat bahasan tentang masalah kebangsaan,
kewarganegaraan dalam hubungannya dengan negara, demokrasi, Hak
Asasi Manusia (HAM), dan masyarakat madani yang dalam
implementasinya menerapkan prinsip-prinsip pendidikan demokratis dan
humanis.
3. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah untuk
membentuk watak atau karakteristik warga negara yang baik. Sedangkan,
tujuan mata pelajaran PKn yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (Wuri Wuryandani dan Fathurrohman, 2012: 9) adalah untuk
memberikan kompetensi-kompetensi kepada siswa sebagai berikut.
a. Mampu berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam
menanggapi persoalan hidup maupun isu kewarganegaraan di
negaranya.
b. Mau berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan, secara aktif dan
bertanggung jawab, sehingga bisa bertindak secara cerdas dalam
semua kegiatan baik di masyarakat, bangsa, dan negara.
c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
14
berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia sehingga
mampu hidup bersama dengan bangsa lain.
d. Berinteraksi dengan bangsa lain secara langsung maupun tidak
langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
dengan baik.
Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan untuk (a) membentuk
kecakapan partisipatif yang bermutu dan bertanggung jawab, (b)
membentuk warga yang baik dan demokratis, (c) membentuk siswa
untuk berpikir kritis, (d) mengembangkan kultur demokratis, dan (e)
membentuk siswa menjadi warga negara yang baik dan bertanggung
jawab (Azyumardi Azra, 2003: 10). Tujuan di atas akan mudah tercapai
jika pendidikan nilai moral dan norma tetap ditanamkan pada siswa sejak
usia dini, karena jika siswa sudah memiliki nilai moral yang baik, maka
tujuan untuk membentuk warga negara yang baik akan mudah
diwujudkan. Berdasarkan ulasan mengenai tujuan pembelajaran PKn
tersebut, maka peneliti menyimpulkan tujuan PKn adalah untuk
menjadikan warga negara yang baik, yaitu warga negara yang sadar akan
hak dan kewajibannya.
4. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di Kelas IV
Pembelajaran merupakan proses interaksi dua arah antara guru dan
siswa untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Melalui
proses pembelajaran, diharapkan siswa dapat mencapai kompetensi dasar
secara tuntas. Banyak komponen pendidikan yang berpengaruh dalam
15
proses pencapaian kompetensi dasar siswa. Komponen-komponen
tersebut antara lain siswa, guru, sumber belajar, lingkungan, sarana, dan
prasarana yang mendukung.
Pembelajaran di kelas hendaknya ditekankan pada pembelajaran
siswa aktif, sehingga peran guru sebagai fasilitator. Menurut Mathews
(Wuri Wuryandani dan Fathurrohman, 2012: 37-39), kelas yang dapat
mengaktifkan siswanya memiliki syarat-syarat sebagai berikut.
a. Guru dan siswa bertanggung jawab menciptakan iklim kelas yang
baik.
b. Guru menjadi model dan pendorong untuk siswa berpikir kritis.
c. Menciptakan atmosfer kelas yang mendorong siswa melakukan
penemuan dan memiliki wawasan pemikiran yang lebih terbuka.
d. Siswa diberikan dorongan untuk berpikir secara benar yaitu tentang
cara mereka berpikir, menemukan, dan komunikasi dalam
pembelajaran.
e. Penataan ruang kelas yang memudahkan siswa bekerjasama antara
siswa yang satu dengan lainnya.
Kompetensi Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memuat Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar merupakan tujuan yang akan dicapai siswa melalui
proses pembelajaran. Guru berperan membantu siswa untuk mencapai
seluruh kompetensi yang sudah tercantum dalam kurikulum dengan
melakukan pembelajaran secara sistematis. Berikut diuraikan tentang
16
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PKn kelas IV Sekolah Dasar
yang termuat dalam Kompetensi Tingkat Satuan Pendidikan (Wuri
Wuryandani dan Fathurrohman, 2012: 27-28).
Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PKn Kelas IV Sekolah Dasar Semester 1
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Memahami sistem
pemerintahan desa dan pemerintahan kecamatan
3.1 Mengenal lembaga-lembaga dalam susunan pemerintahan desa dan pemerintahan kecamatan
3.2 Menggambarkan struktur organisasi desa dan pemerintahan kecamatan
2. Memahami sistem pemerintahan kabupaten, kota, dan provinsi
4.2 Mengenal lembaga-lembaga dalam susunan pemerintah kabupaten, kota, dan provinsi
4.3 Menggambarkan struktur organisasi kabupaten, kota, dan provinsi
Tabel 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PKn Kelas IV
Sekolah Dasar Semester 2 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
3. Mengenal sistem pemerintahan tingkat pusat
3.1 Mengenal lembaga-lembaga negara dalam susunan pemerintahan tingkat pusat, seperti MPR, DPR, Presiden, MA, MK, dan BPK dll
3.2 Menyebutkan organisasi pemerintahan tingkat pusat, seperti Presiden, Wakil Presiden dan para Menteri
4. Menunjukkan sikap terhadap globalisasi di lingkungannya
4.1 Memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya
4.2 Mengidentifikasi jenis budaya Indonesia yang pernah ditampilkan dalam misi kebudayaan internasional
4.3 Menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi yang terjadi di lingkungannya
Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran
PKn Kelas IV, secara keseluruhan dapat diterapkan model pembelajaran
CPS, namun penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti tetap mengikuti
pembelajaran di sekolah yang akan dituju.
17
B. Keaktifan Siswa
1. Pengertian Keaktifan Siswa
Proses pembelajaran tidak akan lepas dari interaksi antara guru dan
siswa. Aktivitas siswa menjadi sesuatu hal penunjang terjadinya interaksi
tersebut. Sardiman A.M. (2007: 97-100) mengemukakan bahwa aktivitas
sangat diperlukan dalam proses belajar. Tanpa adanya aktivitas, belajar
tidak mungkin berjalan dengan baik karena pada hakikatnya belajar
adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku menjadi tindakan
(aktivitas). Aktivitas yang dimaksud adalah aktivitas yang bersifat fisik
maupun mental. Aktivitas fisik meliputi mendengar, menulis, membaca,
dan lain-lain. Aktivitas mental meliputi memecahkan permasalahan,
membandingkan konsep, menyimpulkan hasil pengamatan, dan lain-lain.
Pada kegiatan pembelajaran, prinsip-prinsip belajar akan
membantu guru dalam memilih tindakan yang tepat, sehingga dapat
terhindar dari tindakan yang akan merugikan siswa. Prinsip-prinsip
pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (Waluyo Adi, 2000: 15),
meliputi perhatian, motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung,
pengulangan, tantangan, balikan, penguatan, dan perbedaan individu.
Pada penelitian ini, secara khusus akan mengkaji mengenai keaktifan
siswa dalam pembelajaran.
Keaktifan siswa sangat diperlukan ketika proses pembelajaran
berlangsung, seperti yang dikemukakan oleh John Dewey (Waluyo Adi,
2000: 17) bahwa belajar berkaitan dengan sesuatu yang dikerjakan dan
18
misi aktif siswa. Teori Behavioristik menjelaskan bahwa dalam belajar
yang penting adalah adanya input berupa stimulus dan output yang
berupa respon. Menurut teori ini belajar adalah proses interaksi antara
stimulus atau rangsangan yang berupa serangkaian kegiatan yang
bertujuan agar mendapatkan respon dari kegiatan tersebut. Teori Kognitif
menjelaskan bahwa belajar ditunjukkan dengan adanya jiwa yang aktif
dan jiwa yang mengolah informasi yang diterima. Berdasarkan teori-teori
belajar di atas, tanpa adanya keaktifan siswa maka kegiatan belajar tidak
berkualitas. Siswa dituntut untuk mampu mencari, menemukan, dan
menggunakan pengetahuan yang diperolehnya.
Penerapan prinsip keaktifan siswa oleh guru dalam kegiatan
pembelajaran menurut Waluyo Adi (2000: 17-18), dapat dilihat dalam
kegiatan sebagai berikut.
a. Menggunakan metode dan media yang bermacam-macam dalam
pembelajaran pada siswa secara individu maupun kelompok.
b. Memberikan kesempatan pada siswa untuk berdiskusi dalam
kelompok dan bertanya jawab.
c. Memberikan tugas pada siswa untuk mempelajari materi dan hal-hal
yang belum dipahami.
d. Memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan percobaan
dan penyelesaian masalah secara berkelompok.
Keaktifan sangat penting dalam proses pembelajaran karena dapat
merangsang dan mengembangkan bakat yang ada dalam diri siswa,
19
berpikir kritis, dan dapat memecahkan permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari. Keaktifan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
keaktifan siswa dalam pembelajaran berupa aktivitas yang dilakukan
siswa dalam belajar meliputi pengetahuan, pemahaman, aspek-aspek
tingkah laku lainnya serta mengembangkan keterampilan yang bermakna.
Keterampilan tersebut baik yang dapat diamati (konkret) seperti
mendengar, menulis, membaca, menyanyi, menggambar, dan berlatih
maupun yang sulit diamati (abstrak) seperti menggunakan pengetahuan
dalam memecahkan permasalahan, membandingkan konsep,
menyimpulkan hasil pengamatan, dan lain-lain.
2. Indikator Keaktifan Siswa
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran merupakan salah satu
indikator adanya keinginan untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki
keaktifan dalam pembelajaran apabila memiliki ciri-ciri seperti sering
bertanya kepada guru atau siswa lain mengenai hal yang belum dipahami
dalam pembelajaran, mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru,
dan mampu menjawab pertanyaan.
Nana Sudjana (2009: 61) menyebutkan beberapa kegiatan yang
mencerminkan keaktifan siswa. Keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal
sebagai berikut.
a. Ikut serta dalam melaksanakan tugas belajar.
b. Terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah.
c. Bertanya kepada guru atau siswa lain ketika tidak memahami
20
masalah yang dihadapi.
d. Mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan
masalah yang dihadapi.
e. Melakukan diskusi dalam kelompok sesuai dengan petunjuk guru.
f. Melakukan penilaian terhadap kemampuan dirinya dan hasil-hasil
yang diperoleh.
g. Melatih diri dalam memecahkan permasalahan yang sejenis.
h. Menerapkan apa yang telah diperoleh untuk menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi.
Kemudian, Sriyono (1992: 75) menjelaskan bahwa keaktifan
adalah pada waktu guru mengajar guru harus mengusahakan agar siswa
dapat aktif secara jasmani dan rohani. Syaiful Sagala (2006: 124-134)
menambahkan teori mengenai keaktifan jasmani dan rohani sebagai
berikut.
a. Keaktifan indera yaitu pendengaran, penglihatan, peraba. Siswa
dirangsang agar dapat menggunakan alat indera sebaik mungkin.
b. Keaktifan akal yaitu akal siswa harus aktif atau diaktifkan untuk
memecahkan masalah, berpendapat, dan mengambil keputusan.
c. Keaktifan ingatan yaitu pada saat mengajar, siswa harus aktif
menerima materi pembelajaran yang disampaikan guru dan
menyimpan dalam otak, kemudian pada suatu saat siswa akan siap
mengutarakan materi pembelajaran tersebut.
d. Keaktifan emosi yaitu dalam siswa berusaha mencintai pelajaran.
21
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa keaktifan
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keaktifan siswa dalam
pembelajaran berupa aktivitas yang dilakukan siswa dalam belajar
meliputi pengetahuan, pemahaman, aspek-aspek tingkah laku lainnya
serta mengembangkan keterampilan yang bermakna. Keterampilan
tersebut baik yang dapat diamati (konkret) seperti mendengar, menulis,
membaca, menyanyi, menggambar, dan berlatih maupun yang sulit
diamati (abstrak) seperti menggunakan pengetahuan dalam memecahkan
permasalahan, membandingkan konsep, menyimpulkan hasil
pengamatan, dan lain-lain.
3. Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn)
Melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) sangat penting karena dalam PKn banyak
materi-materi mengenai pemecahan masalah yang terkait dengan
kehidupan sehari-hari seperti musyawarah, demokrasi, penerapan sikap
kejujuran, kedisiplinan, dan lain sebagainya. Siswa sebagai subjek didik
yang merencanakan dan melaksanakan belajar. Bentuk-bentuk keaktifan
siswa dalam kegiatan pembelajaran yang akan digunakan sebagai
indikator aspek pengamatan ketika menerapkan model pembelajaran CPS
pada pembelajaran PKn antara lain.
a. Terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah dengan mengemukakan
pendapat dalam kelompok.
22
b. Menanggapi dan menghargai pendapat teman dalam kegiatan diskusi
kelompok.
c. Berdiskusi membuat alternatif solusi untuk menyelesaikan masalah
yang dihadapi dalam diskusi kelompok.
d. Mempresentasikan hasil diskusi dan menanggapi presentasi dari
kelompok lain.
4. Cara Meningkatkan Keaktifan Siswa
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran merupakan salah satu
kunci keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan. Meningkatkan
keaktifan siswa dalam pembelajaran menurut H.E. Mulyasa (2013: 188)
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a. Mengembangkan keberanian dan rasa percaya diri siswa serta
mengurangi perasaan-perasaan yang kurang menyenangkan dalam
pembelajaran.
b. Memberi kesempatan pada siswa untuk berkomunikasi secara aktif
dan terarah.
c. Melibatkan siswa dalam menentukan tujuan belajar dan penilaian
hasilnya.
d. Memberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat dan tidak otoriter.
e. Melibatkan mereka secara aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan
dalam proses pembelajaran secara keseluruhan.
Selain adanya aktivitas belajar yang melibatkan siswa, motivasi
juga dapat mempengaruhi keaktifan siswa dalam belajar. Beberapa hal
23
yang dapat menimbulkan motivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran
menurut Masnur Muslich (2011: 68) sebagai berikut.
a. Siswa megetahui maksud dan tujuan pembelajaran
Apabila siswa mengetahui tujuan dari pembelajaran yang sedang
mereka ikuti, siswa akan terdorong untuk melaksanakan kegiatan
tersebut secara aktif.
b. Tersedia fasilitas, sumber belajar, dan lingkungan yang mendukung
Keaktifan siswa akan timbul apabila terdapat fasilitas, sumber
belajar yang menarik dan cukup untuk mendukung kegiatan belajar.
Begitu juga dengan kondisi lingkungan yang kondusif akan membiat
siswa bersemangat untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar.
c. Adanya prinsip pengakuan penuh atas pribadi setiap siswa
Guru harus membangun dan menjaga interaksi dengan siswa.
Pemberian apresiasi terhadap pendapat atau gagasan dari masing-
masing siswa juga penting untuk menghargai potensi masing-masing
siswa dan menjaga siswa untuk selalu percaya diri.
d. Adanya konsistensi dalam penerapan aturan atau perlakuan oleh
guru di dalam pembelajaran
Penerapan pemberian reward atau punishment dalam pembelajaran
berlangsung secara konsisten dan adil. Hal ini akan berdampak
negatif bagi siswa jika dalam penerapannya terjadi kesalahan.
e. Adanya pemberian penguatan dalam pembelajaran
Penguatan merupakan pemberian respon terhadap aktivitas belajar
24
siswa baik secara oral maupun perlakuan. Pemberian penguatan
penting untuk menumbuhkan motivasi siswa sehingga siswa terlibat
aktif dalam kegiatan pembelajaran.
f. Jenis kegiatan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan
menantang
Pemilihan kegiatan yang bersifat menarik, menyenangkan, dan
menantang dapat menjaga keaktifan peserta didk dalam proses
pembelajaran.
g. Penilaian hasil belajar dilakukan secara serius, objektif, teliti, dan
terbuka
Penilaian dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan hasil penilaian
harus diumumkan secara terbuka. Hasil penilaian sangat
berpengaruh pada semangat siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa meningkatkan keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran di kelas dilakukan dengan memberikan
sejumlah aktivitas yang dapat mengaktifkan siswa secara aktif dalam
proses pembelajaran secara keseluruhan serta memunculkan hal-hal yang
dapat menumbuhkan motivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Hal
ini dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan oleh guru
ketika pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan
membawa suasana belajar yang menyenangkan dan dapat
mengembangkan keaktifan siswa. Suasana belajar yang menyenangkan
dapat menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan siswa dalam
25
mencapai prestasi belajar yang baik. Pembelajaran dengan menerapkan
model pembelajaran yang sesuai dan menarik, guru akan mampu
mendorong siswa terlibat secara aktif.
Banyak model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam
proses pembelajaran. Salah satu alternatif model pembelajaran tersebut
adalah dengan menggunakan model pembelajaran Creative Problem
Solving (CPS). Model pembelajaran CPS merupakan model yang dapat
menumbuhkan keaktifan siswa dalam pembelajaran, membantu siswa
dalam memahami pelajaran, serta diharapkan dapat mencapai prestasi
belajar yang baik sebab dalam penerapannya siswa diberikan masalah
untuk dipecahkan.
C. Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS)
1. Pengertian Model Pembelajaran
Model menurut Udin S. Winataputra (2001: 3) diartikan sebagai
“kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam
melakukan suatu kegiatan”. Model pembelajaran didefinisikan lebih
lanjut oleh Udin S. Winataputra (2001: 3) yaitu:
“kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran”.
Pengertian di atas menjelaskan bahwa kegiatan pembelajaran merupakan
kegiatan yang tertata dan tersusun secara sistematis. Model pembelajaran
26
menurut Trianto (2010: 51) adalah suatu perencanaan yang dibuat dan
digunakan untuk merencanakan kegiatan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran mengacu pada
pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya
tujuan pembelajaran, tahapan pembelajaran, lingkungan pembelajaran,
dan pengelolaan kelas. Seperti pendapat Joyce (Trianto, 2010: 51) bahwa
setiap model pembelajaran mengarahkan guru dalam melaksanakan
pembelajaran untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran.
Model pembelajaran adalah sebuah rencana atau pola yang dapat
digunakan untuk membentuk kurikulum, mendesain materi instruksional,
dan memandu proses pengajaran di dalam kelas maupun tempat lain
(Joyce dan Weill dalam Miftahul Huda, 2013: 73). Model pembelajaran
dirancang dengan melibatkan siswa untuk aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Model pembelajaran menekankan bagaimana membantu
siswa belajar mengkonstruksi pengetahuannya.
Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari
pada strategi, metode, atau prosedur. Model pembelajaran memiliki
empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode, atau
prosedur. Ciri-ciri tersebut seperti yang disebutkan oleh Kardi dan Nur
(Trianto, 2010: 55) antara lain:
“(1) rasional, teoritis, logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya, (2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai), (3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil, dan (4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai”.
27
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan
prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi
para perencana pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan
melaksanakan pembelajaran. Setiap model pembelajaran memerlukan
sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang berbeda-beda.
2. Pengertian Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS)
Pertengahan tahun 1950 di Buffalo, para pejabat pendidikan yang
dikoordinasi oleh Osborn saling bertukar metode dan teknik untuk
mengembangkan kreativitas yang bisa berguna bagi masyarakat (Parnes
dalam Miftahul Huda, 2013: 297-298). Diskusi tersebut menghasilkan
model pembelajaran yang dikenal dengan Creative Problem Solving
(CPS). CPS merupakan model untuk menyelesaikan masalah secara
kreatif. Guru berperan mengarahkan siswa untuk memecahkan masalah
secara kreatif. Guru menyediakan materi pembelajaran atau topik diskusi
yang dapat merangsang siswa untuk berpikir kreatif dalam memecahkan
masalah. Berpikir kreatif merupakan suatu kegiatan mental untuk
mendapatkan dan menemukan suatu jawaban, gagasan, penyelesaian
masalah, dan pernyataan serta memunculkan suatu ide baru. Melalui
berpikir kreatif, siswa tidak hanya menerima informasi dari guru, namun
siswa juga berusaha mencari dan memberikan informasi dalam proses
pembelajaran. Siswa yang kreatif selalu mempunyai rasa ingin tahu,
28
ingin mencoba-coba, berpetualang, memiliki banyak ide, mampu
mengelaborasi beberapa pendapat, suka bermain, dan intuitif.
Memecahkan masalah secara kreatif merupakan proses menemukan
solusi untuk menyelesaikan masalah dengan kemampuan kreatif yang
menurut Guilford (Sujarwo, 2011: 172) tercermin dalam lima perilaku
sebagai berikut.
a. Fluency yaitu kelancaran atau kemampuan untuk menghasilkan
banyak gagasan.
b. Fleksibility yaitu siswa mampu memberikan jawaban yang berbeda-
beda dalam mengatasi masalah.
c. Originality yaitu siswa mampu memberikan jawaban yang jarang
atau langka dan berbeda dengan jawaban siswa lain pada umumnya.
d. Elaboration yaitu siswa mampu menyatakan gagasan secara
terperinci. Siswa yang kreatif tidak sekedar mengemukakan ide,
tetapi juga mengembangkan gagasan yang dikemukakan.
e. Sensitivity yaitu kepekaan menangkap dan menghasilkan gagasan
sebagai tanggapan terhadap suatu situasi.
Model pembelajaran CPS menurut Pepkin (Masnur Muslich, 2011:
221) adalah suatu model pembelajaran yang memusatkan siswa pada
pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah yang diikuti dengan
penguatan keterampilan pada diri siswa. Penggunaan model CPS pada
pembelajaran, siswa dihadapkan dengan suatu pertanyaan kemudian
siswa memecahkan masalah dengan memilih dan mengembangkan
29
tanggapannya terhadap masalah tersebut. Tidak hanya dengan cara
menghafal tanpa berpikir, tetapi menekankan pada keterampilan
memecahkan masalah dan memperluas proses berpikir.
Model pembelajaran CPS merupakan segala cara yang dikerahkan
oleh siswa dalam berpikir kreatif dengan tujuan menyelesaikan suatu
permasalahan secara kreatif (Sujarwo, 2011: 178). Solusi yang diberikan
untuk memecahkan masalah adalah solusi kreatif. Solusi kreatif dalam
pemecahan masalah dilakukan melalui sikap dan pola pikir kreatif,
banyak alternatif pemecahan masalah, ide baru dalam pemecahan
masalah, terbuka dalam perbaikan, menumbuhkan kepercayaan diri,
keberanian menyampaikan pendapat, berpikir divergen, dan fleksibel
dalam upaya pemecahan masalah. Model pembelajaran CPS didasari oleh
ketekunan, masalah, dan tantangan yang dapat diimplementasikan dalam
komponen pembelajaran.
Gambaran singkat mengenai model pembelajaran CPS adalah suatu
model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pembelajaran dan
keterampilan pemecahan masalah yang diikuti dengan penguatan
keterampilan. Materi pembelajaran tidak terbatas hanya pada buku teks,
tetapi diambil dari sumber lingkungan seperti peristiwa kemasyarakatan
atau peristiwa dalam lingkungan sekolah. Materi tersebut terkandung
dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).
30
3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Creative Problem Solving
(CPS)
Model pembelajaran CPS berusaha mengembangkan pemikiran
divergen dengan mencari berbagai alternatif pemecahan masalah secara
kreatif. Menurut Sujarwo (2011: 178-179), ada lima langkah model
pembelajaran CPS dengan melibatkan imajinasi dan pembenaran.
Langkah-langkah tersebut antara lain 1) penemuan fakta dengan
mengajukan pertanyaan sesuai dengan pokok atau sub pokok bahasan, 2)
penemuan masalah berdasarkan fakta-fakta yang telah dihimpun
kemudian ditentukan masalah untuk dipecahkan, 3) penemuan gagasan
dengan menjaring sebanyak mungkin alternatif jawaban untuk
memecahkan masalah, 4) penemuan jawaban diawali dengan penentuan
tolak ukur atas kriteria pengujian jawaban sehingga ditemukan jawaban
yang diharapkan, 5) penemuan penerimaan diawali dengan ditemukan
kelebihan dan kekurangan gagasan kemudian menyimpulkan
penyelesaian masalah yang dibahas.
Langkah-langkah pembelajaran di atas menurut pendapat Sujarwo
memiliki sedikit perbedaan dengan pendapat Pepkin. Adapun proses dari
model pembelajaran CPS menurut Pepkin (Masnur Muslich, 2011: 224),
terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut.
a. Klarifikasi masalah
Klarifikasi masalah merupakan kegiatan menjelaskan masalah yang
diajukan kepada siswa, agar siswa dapat memahami tentang
31
penyelesaian masalah seperti yang diharapkan.
b. Pengungkapan pendapat
Pada tahap ini, siswa dibebaskan untuk mengungkapkan pendapat
tentang berbagai strategi penyelesaian masalah yang dihadapi.
c. Evaluasi dan pemilihan
Siswa dalam diskusi kelompok, mendiskusikan pendapat mengenai
strategi penyelesaian masalah yang cocok untuk diterapkan.
d. Implementasi
Pada tahap ini, siswa menentukan strategi penyelesaian masalah
yang diambil untuk menyelesaikan masalah kemudian siswa
menerapkan strategi tersebut sehingga masalah yang dihadapi dapat
terselesaikan.
Berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran menurut
Sujarwo dan Pepkin, apabila dibandingkan maka terdapat sedikit
perbedaan. Perbedaan tersebut terdapat dalam langkah penemuan fakta
dari pendapat Sujarwo yang tidak ada dalam pendapat Pepkin. Perbedaan
selanjutnya yaitu langkah implementasi dalam pendapat Pepkin tidak
terdapat dalam pendapat Sujarwo. Langkah-langkah model pembelajaran
CPS menurut Sujarwo diawali dengan penemuan fakta dan langkah-
langkah model pembelajaran CPS menurut Pepkin diawali dengan
klarifikasi masalah.
Proses CPS berdasarkan kriteria OFPISA menurut Osborn-Parnes
(Miftahul Huda, 2013: 298-300) sebagai berikut.
32
a. Objective Finding
Siswa dibagi dalam kelompok. Siswa berdiskusi masalah yang
diberikan guru dengan memberikan pendapat mengenai tujuan dan
sasaran yang digunakan untuk kerja kreatif siswa.
b. Fact Finding
Siswa mengemukakan pendapat mengenai fakta-fakta yang berkaitan
dengan sasaran tersebut. Guru mendaftar semua pendapat yang
dihasilkan siswa. Guru memberi kesempatan siswa untuk
mendiskusikan dari daftar fakta, fakta apa saja yang relevan dengan
sasaran dan solusi dari permasalahan.
c. Problem Finding
Mendefinisikan kembali masalah agar siswa lebih mendalami
masalah tersebut sehingga siswa mendapatkan solusi yang lebih
jelas.
d. Idea Finding
Mendaftar gagasan siswa agar bisa memilih solusi yang tepat untuk
memecahkan masalah.
e. Solution Finding
Gagasan yang dianggap tepat menyelesaikan masalah dievalusi
secara bersama-sama dengan melakukan brainstorming nilai positif
dan negatifnya dari solusi yang sudah dipilih tadi. Hasil evaluasi ini
adalah penilaian akhir atas gagasan yang pantas menjadi solusi dari
permasalahan.
33
f. Acceptance Finding
Siswa sudah mampu menyelesaikan masalah-masalah secara kreatif.
Gagasan-gagasan siswa diharapkan dapat menyelesaikan
permasalahan dalam berbagai situasi di kehidupan nyata.
Berdasarkan penjelasan di atas, langkah-langkah model
pembelajaran CPS menurut Sujarwo, Pepkin, dan Osborn-Parnes
memiliki kesamaan. Pertama, langkah-langkah model pembelajaran CPS
menurut pendapat Osborn-Parnes dan Pepkin sama-sama dilakukan
dalam kelompok. Kedua, langkah fact finding dan acceptance finding
menurut pendapat Osborn-Parnes sama dengan pendapat Sujarwo yaitu
penemuan fakta dan penerimaan. Ketiga, langkah problem finding, idea
finding, dan solution finding menurut pendapat Osborn-Parnes sama
dengan pendapat Pepkin yaitu penemuan masalah, gagasan, dan solusi.
4. Langkah-langkah Model Pembelajaran Creative Problem Solving
(CPS) dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran PKn sangat
penting karena dalam PKn banyak materi-materi mengenai pemecahan
masalah yang terkait dengan kehidupan sehari-hari seperti musyawarah,
demokrasi, penerapan sikap kejujuran, kedisiplinan, dan lain sebagainya.
Langkah-langkah model pembelajaran CPS yang akan diterapkan dalam
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) untuk meningkatkan
keaktifan siswa secara operasional sebagai berikut.
a. Pembentukan kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa dengan tingkat
34
kemampuan siswa yang heterogen terdiri dari siswa yang pandai,
sedang, dan kurang pandai.
b. Guru menjelaskan petunjuk kegiatan yang akan dilakukan siswa.
c. Guru menyajikan situasi problematik dan menjelaskan prosedur
solusi kreatif kepada siswa dengan memberikan pertanyaan,
pernyataan problematis, dan tugas.
d. Mencari informasi mengenai penyebab timbulnya masalah dengan
cara siswa diberi kesempatan untuk berpendapat (brainstorming),
baik berdasarkan pengalaman dan pengetahuan siswa, membaca
referensi, maupun mencari data atau informasi dari lapangan
kemudian siswa mencoba menyelesaikan masalah dengan diskusi
dalam kelompok.
e. Menjelaskan solusi kreatif hasil diskusi dalam kelompok (presentasi)
kemudian dibahas dengan kelompok lain dan didampingi oleh guru.
5. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Creative Problem
Solving (CPS)
Model pembelajaran CPS menuntut keaktifan siswa dalam
pembelajaran untuk memecahkan masalah yang disajikan oleh guru.
Model pembelajaran CPS banyak menumbuhkan aktivitas belajar, baik
secara individual maupun secara berkelompok. Oleh sebab itu, sebelum
model pembelajaran ini diterapkan guru harus mempersiapkan secara
matang, baik persiapan masalah yang akan disajikan pada siswa, sumber
belajar, waktu yang diperlukan, maupun pengelompokkan siswa.
35
Kelebihan pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran
CPS menempatkan siswa aktif dalam pembelajaran karena guru lebih
banyak menempatkan diri sebagai fasilitator, motivator, dan dinamisator
belajar (Sujarwo, 2011: 179-180). Siswa diberikan kesempatan untuk
belajar mandiri dan mengeksplorasi kemampuannya dalam pembelajaran.
Peran guru sebagai fasilitator, menyediakan sumber belajar, petunjuk
belajar, langkah-langkah pembelajaran, dan media pembelajaran. Peran
guru sebagai motivator, guru memotivasi siswa dengan memberi
penguatan berupa umpan balik bagi siswa. Peran guru sebagai
dinamisator, guru memberi rangsangan dalam mencari, mengumpulkan,
dan menemukan informasi untuk pemecahan masalah. Siswa diberikan
kesempatan seluas-luasnya untuk memecahkan masalah yang sudah
disajikan dalam pembelajaran.
Kelebihan lain dari model pembelajaran CPS sebagaimana
pendapat dari Nana Sudjana (2010: 93-94) sebagai berikut.
a. Siswa memperoleh pengalaman praktis dengan melakukan suatu
penemuan melalui proses mengidentifikasi dan melakukan
penyelidikan.
b. Kegiatan belajar lebih menarik sebab tidak terikat di dalam kelas,
tetapi juga di luar kelas sehingga tidak membosankan dan dapat
meningkatkan keaktifan siswa.
c. Bahan pengajaran lebih dihayati dan dipahami oleh siswa sebab teori
disertai oleh praktek.
36
d. Siswa dapat belajar dari berbagai sumber, baik tertulis maupun tidak
tertulis sehingga memperoleh pengalaman yang lebih banyak.
e. Interaksi antar siswa lebih banyak karena hampir setiap langkah
pemecahan masalah dilakukan secara berkelompok.
f. Melatih siswa untuk berpikir kritis dan bertindak kreatif dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
g. Melatih siswa untuk memecahkan masalah yang dihadapi secara
logis dan sistematis.
Nana Sudjana (2010: 94) juga menyebutkan beberapa kekurangan
model pembelajaran CPS sebagai berikut.
a. Menuntut sumber dan sarana belajar yang cukup, termasuk waktu
yang lebih panjang dibandingkan model pembelajaran lain untuk
kegiatan belajar siswa.
b. Jika kegiatan belajar tidak terkontrol oleh guru, maka kegiatan
belajar bisa membawa resiko yang merugikan siswa, misalnya
kegiatan belajar tidak optimal karena sikap tak acuh siswa.
c. Apabila masalah yang disajikan tidak berbobot, maka usaha siswa
memecahkan masalah hanya bersifat asal-asalan sehingga cenderung
menerima jawaban atau dugaan sementara.
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran CPS menurut Nana
Sudjana, hampir sama dengan pendapat Wina Sanjaya (2006: 218-219).
Wina Sanjaya menambahkan beberapa kelebihan model pembelajaran
CPS antara lain (a) membantu siswa mentransfer pengetahuan untuk
37
memahami masalah dalam kehidupan nyata, (b) membantu siswa untuk
mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam
pembelajaran yang dilakukan, serta (c) mendorong siswa untuk
melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajar.
D. Keterkaitan antara Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS)
dengan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn)
Model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) merupakan salah
satu model alternatif yang dapat digunakan sehingga keaktifan siswa dapat
meningkat. Penerapan model pembelajaran CPS dalam pembelajaran PKn
melibatkan siswa untuk dapat bersikap aktif dalam proses pembelajaran.
Selain itu, model pembelajaran CPS memberikan kesempatan luas kepada
siswa untuk berlatih dan belajar mandiri serta melibatkan partisipasi siswa
secara optimal dalam proses pembelajaran. Peran guru lebih banyak
menempatkan diri sebagai fasilitator, motivator, dan dinamisator belajar, baik
secara individual maupun secara kelompok. Salah satu hal yang paling
penting dalam model pembelajaran CPS yaitu lebih mengutamakan keaktifan
siswa dan memberi kesempatan untuk mengembangkan potensinya secara
maksimal dalam belajar dan untuk memahami materi pembelajaran dengan
pemecahan masalah.
Model pembelajaran CPS merupakan segala cara yang dikerahkan oleh
siswa dalam berpikir kreatif dengan tujuan menyelesaikan suatu
38
permasalahan secara kreatif (Sujarwo, 2011: 178). Berpikir kreatif merupakan
suatu kegiatan mental untuk mendapatkan dan menemukan suatu jawaban,
gagasan, penyelesaian masalah, dan pernyataan serta mendatangkan atau
memunculkan suatu ide baru. Melalui berpikir kreatif, siswa tidak hanya
menerima informasi dari guru, namun siswa juga berusaha mencari dan
memberikan informasi dalam proses pembelajaran. Siswa yang kreatif selalu
mempunyai rasa ingin tahu, ingin mencoba-coba, berpetualang, memiliki
banyak ide, mampu mengelaborasi beberapa pendapat, suka bermain, dan
intuitif.
Melibatkan siswa dalam proses pembelajaran PKn merupakan hal yang
penting, karena PKn bertujuan untuk (a) membentuk kecakapan partisipatif
yang bermutu dan bertanggung jawab, (b) membentuk warga yang baik dan
demokratis, (c) membentuk siswa untuk berpikir kritis, (d) mengembangkan
kultur demokratis, dan (e) membentuk siswa menjadi warga negara yang baik
dan bertanggung jawab (Azyumardi Azra, 2003: 10). Berdasarkan penjelasan
tersebut, keaktifan dalam pembelajaran merupakan aktivitas yang dilakukan
oleh siswa dalam belajar meliputi pengetahuan, pemahaman, aspek-aspek
tingkah laku lainnya serta mengembangkan keterampilan yang bermakna.
Keterampilan tersebut baik yang bisa diamati (konkret) seperti mendengar,
menulis, membaca, menyanyi, menggambar, dan berlatih maupun yang sulit
diamati (abstrak) seperti menggunakan pengetahuan dalam memecahkan
permasalahan, membandingkan konsep, menyimpulkan hasil pengamatan,
dan lain-lain. Keaktifan siswa dalam penelitian ini ditandai dengan empat
39
indikator yaitu mengemukakan pendapat, menanggapi dan menghargai
pendapat, berdiskusi, mempresentasikan hasil diskusi dan menanggapi
presentasi dari kelompok lain. Indikator keaktifan tersebut dapat terlihat
dalam pembelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran CPS
antara lain 1) terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah dengan
mengemukakan pendapat dalam kelompok, 2) menanggapi dan menghargai
pendapat teman dalam kegiatan diskusi kelompok, 3) berdiskusi membuat
alternatif solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam diskusi
kelompok, dan 4) mempresentasikan hasil diskusi dan menanggapi presentasi
dari kelompok lain.
Berdasarkan penjelasan di atas, di sinilah peranan model pembelajaran
CPS yaitu melibatkan siswa secara aktif dan berpikir kreatif dalam
pembelajaran dengan menyelesaikan masalah. Melibatkan siswa secara aktif
dalam pembelajaran PKn sangat penting karena dalam PKn banyak materi-
materi mengenai pemecahan masalah yang terkait dengan kehidupan sehari-
hari seperti musyawarah, demokrasi, penerapan sikap kejujuran, kedisiplinan,
dan lain sebagainya. Penerapan model pembelajaran CPS dalam pembelajaran
PKn diharapkan tidak hanya dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam
kegiatan pembelajaran, namun siswa juga dapat menerapkan nilai-nilai
karakter yang terkandung dalam pembelajaran PKn pada kehidupan sehari-
hari. Memecahkan masalah secara kreatif merupakan proses menemukan
solusi untuk menyelesaikan masalah dengan kemampuan kreatif yang
menurut Guilford (Sujarwo, 2011: 172) tercermin dalam lima perilaku antara
40
lain 1) fluency yaitu kelancaran atau kemampuan untuk menghasilkan banyak
gagasan, 2) fleksibility yaitu siswa mampu memberikan jawaban yang
berbeda-beda dalam mengatasi masalah, 3) originality yaitu siswa mampu
memberikan jawaban yang jarang atau langka dan berbeda dengan jawaban
siswa lain pada umumnya, 4) elaboration yaitu siswa mampu menyatakan
gagasan secara terperinci. Siswa yang kreatif tidak sekedar mengemukakan
ide, tetapi juga mengembangkan gagasan yang dikemukakan, dan 5)
sensitivity yaitu kepekaan menangkap dan menghasilkan gagasan sebagai
tanggapan terhadap suatu situasi. Siswa sebagai subjek didik yang
merencanakan dan melaksanakan belajar. Proses pembelajaran kreatif, guru
dapat mendorong keluarnya pendapat siswa dan kreativitas siswa sehingga
siswa dapat mengemukakan alternatif pemecahan masalah yang beragam.
Keterlibatan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran tersebut akan
membuat siswa berantusias dan membuat pembelajaran PKn lebih bermakna
sehingga pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik.
E. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar (SD)
Siswa adalah salah satu komponen pendidikan yang menempati posisi
sentral dalam proses pembelajaran. Siswa merupakan pokok persoalan dan
sebagai tumpuan perhatian. Siswa merupakan pihak yang memiliki tujuan dan
kemudian ingin mencapainya secara optimal. Siswa merupakan komponen
pendidikan yang diperhatikan pertama kali pada proses pembelajaran. Guru
senantiasa merencanakan suatu proses pembelajaran dengan baik agar dapat
41
mewujudkan tujuan pendidikan. Guru merencanakan dan menyiapkan bahan
yang diperlukan, media, model, metode, dan fasilitas yang mendukung
pembelajaran. Oleh karena itu, siswa disebut sebagai subjek belajar.
Menurut teori perkembangan kognitif yang dikemukakan oleh Jean
Piaget (Slameto, 2003: 116), siswa sekolah dasar termasuk dalam tahap
perkembangan Operasional Konkret (Concrete Operation) yang muncul
antara rentang umur 7 tahun sampai 13 tahun. Siswa memiliki ciri berupa
penggunaan logika yang memadai. Tahap perkembangan Operasional
Konkret, anak akan melewati tahap pertama internal action yaitu pemikiran
anak sudah mulai stabil. Kedua, logical operational system yaitu melakukan
pengamatan terhadap suatu hal akan diorganisasikan menjadi sistem
pengerjaan yang logis. Ketiga, trial and error yaitu anak mulai dapat berpikir
lebih dahulu sebelum bertindak. Keempat, conservational principles yaitu
anak telah menguasai prinsip penyimpanan. Pada tahap perkembangan
Operasional Konkret, anak masih terikat pada objek-objek konkret.
Kemampuan siswa yang tampak pada tahap perkembangan operasional
konkret adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan
logika, meskipun masih terikat dengan objek-objek yang bersifat konkret.
Pada usia sekolah dasar sekitar 7 sampai 13 tahun, siswa masih terikat dengan
objek konkret yang dapat ditangkap oleh panca indera (Piaget dalam
Heruman, 2008: 1-2). Oleh karena itu dalam sebuah pembelajaran, siswa
memerlukan alat bantu berupa media dan alat peraga yang dapat memperjelas
42
apa yang akan disampaikan oleh guru sehingga materi lebih cepat dipahami
dan dimengerti siswa.
Karakteristik siswa menurut Sardiman A.M. (2007: 120) adalah
“keseluruhan kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil
dari pembawaan dan lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola
aktivitas dalam meraih cita-citanya”. Penentuan tujuan belajar harus
disesuaikan dengan karakteristik siswa. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
mengenai karakteristik siswa, antara lain.
a. Kemampuan awal siswa, misalnya kemampuan intelektual, berpikir,
aspek psikomotor, dan lain-lain.
b. Latar belakang dan status sosial.
c. Perbedaan kepribadian seperti sikap, perasaan, minat, dan lain-lain.
Pengetahuan mengenai karakteristik siswa, akan membantu guru
merekonstruksi dan mengorganisasikan materi pelajaran sedemikian rupa,
memilih, dan menentukan metode yang lebih tepat, sehingga akan terjadi
proses interaksi dari masing-masing komponen pembelajaran secara optimal.
Adapun karakteristik siswa yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran
menurut Sardiman A.M. (2007: 121), antara lain.
a. Latar belakang pengetahuan dan taraf pengetahuan
b. Gaya belajar
c. Usia kronologi
d. Tingkat kematangan
e. Spektrum dan ruang lingkup minat
43
f. Lingkungan sosial ekonomi
g. Hambatan-hambatan lingkungan dan kebudayaan
h. Inteligensia
i. Keselarasan dan perilaku
j. Prestasi belajar
k. Motivasi dan lain-lain
Berdasarkan kajian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa siswa
merupakan subjek belajar. Siswa memiliki karakteristik atau pola aktivitas
yang berbeda-beda antara siswa yang satu dengan lainnya. Hal tersebut
menantang guru untuk menyediakan kondisi yang kondusif agar masing-
masing siswa dapat belajar secara optimal sesuai dengan karakteristik
masing-masing.
F. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya sebagai berikut.
1. Penelitian yang dilakukan oleh Pretty Yudharina (2015) yang berjudul
Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika
Siswa Kelas V SD Negeri Mejing 2 Melalui Model Pembelajaran
Creative Problem Solving Tahun Ajaran 2014/2015. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran Creative Problem
Solving (CPS) dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal
cerita matematika siswa kelas V SD Negeri Mejing 2, Gamping.
Peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika
44
ditunjukkan oleh hasil tes. Pada pratindakan terdapat 30% (9 siswa) dari
jumlah 30 siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Hasil tes pada siklus 1 menunjukkan ada 63,33% (19 siswa) dari jumlah
siswa mencapai KKM, sedangkan pada siklus 2 terdapat 76,67% (23
siswa) dari jumlah siswa yang mencapai KKM. Nilai rata-rata sebelum
siklus sebesar 53,67, sedangkan pada siklus 1 nilai rata-rata tes sebesar
64,27, dan pada akhir siklus 2 sebesar 68,07.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Aris Pito (2013) yang berjudul
Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Mata Pelajaran Pengendali
Magnetik Siswa Kelas XI Program Keahlian Teknik Instalasi Tenaga
Listrik SMK Negeri 3 Yogyakarta Melalui Penerapan Model
Pembelajaran Creative Problem Solving. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa setelah diterapkan model pembelajaran Creative Problem Solving,
keaktifan dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa
di setiap pertemuannya. Keaktifan siswa pada siklus I pertemuan pertama
sebesar 56,77% kemudian meningkat menjadi 88,06% pada pertemuan
ketiga siklus II. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan dilihat dari
nilai rata-rata pretest siklus I sebesar 57,42 dan posttest siklus II
mencapai 84,39. Hasil belajar siswa tersebut sudah memenuhi Kriteria
Ketuntasan Minimal 70,00.
45
G. Kerangka Berpikir
Pada hakikatnya, kegiatan pembelajaran merupakan hubungan timbal
balik dua arah yang positif antara guru dan siswa. Pada kegiatan
pembelajaran guru harus mampu menciptakan suasana kelas yang kondusif
agar siswa dapat menyerap pengalaman belajar dengan baik sehingga hasil
belajar siswa pun baik. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar
siswa, salah satunya adalah keaktifan siswa. Keaktifan siswa mengikuti
pembelajaran merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil
belajar yang diperoleh oleh siswa. Keaktifan siswa kelas IV SD Negeri
Jeruksari dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) masih
kurang. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa alasan, salah satunya adalah
penggunaan model pembelajaran yang kurang menarik partisipasi siswa
dalam pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan
membawa suasana belajar yang menyenangkan dan dapat mengembangkan
keaktifan siswa. Suasana belajar yang menyenangkan dapat menjadi salah
satu faktor penentu keberhasilan siswa dalam mencapai prestasi belajar yang
baik. Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dan
menarik, guru akan mampu mendorong siswa terlibat secara aktif.
Banyak model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam
proses pembelajaran. Salah satu alternatif model pembelajaran tersebut adalah
dengan menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS).
Model pembelajaran CPS merupakan model yang dapat menumbuhkan
keaktifan siswa dalam pembelajaran, membantu siswa dalam memahami
46
pelajaran, serta diharapkan dapat mencapai prestasi belajar yang baik sebab
dalam penerapannya siswa diberikan masalah untuk dipecahkan.
Kegiatan inti dari model pembelajaran CPS dalam pembelajaran PKn
adalah mengungkapkan dan memilih solusi yang akan digunakan untuk
menyelesaikan masalah yang disajikan oleh guru. Kegiatan menyelesaikan
masalah tersebut, dilakukan secara berkelompok. Kegiatan berkelompok
tersebut, siswa diberi kebebasan untuk mengungkapkan pendapat tentang
penyebab timbulnya masalah dan solusi apa yang akan digunakan untuk
menyelesaikan masalah. Guru membimbing jalannya diskusi. Siswa
kemudian menerapkan solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Guru
membantu siswa untuk menganalisis hasil jawaban yang disajikan di depan
kelas, jika jawaban yang diberikan siswa benar, guru cukup menegaskan
jawaban tersebut. Apabila jawaban yang dihasilkan siswa masih kurang tepat,
maka guru menunjuk siswa lain untuk memberikan jawaban yang benar. Hal
tersebut bertujuan agar siswa dapat memperbaiki jawabannya dan selanjutnya
siswa dapat menarik kesimpulan.
Model pembelajaran CPS menuntut pemikiran kreatif siswa dalam
pemecahan masalah dan keikutsertaan siswa secara aktif karena pemusatan
pembelajaran lebih pada keterampilan pemecahan masalah yang terkait
dengan materi pembelajaran. Penerapan model pembelajaran CPS dalam
pembelajaran PKn diharapkan tidak hanya dapat meningkatkan keaktifan
siswa dalam kegiatan pembelajaran, namun siswa juga dapat menerapkan
nilai-nilai karakter yang terkandung dalam pembelajaran PKn pada kehidupan
47
sehari-hari. Penerapan model pembelajaran CPS diharapkan mampu untuk
meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran PKn di kelas IV SD
Negeri Jeruksari.
H. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir, penelitian yang relevan, dan juga analisis
beberapa teori, maka hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini
adalah penerapan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dapat
meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran PKn di kelas IV SD
Negeri Jeruksari Wonosari Gunungkidul.
48
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research) berkolaborasi dengan guru sebagai pelaku.
Penelitian tindakan kelas menurut Suharsimi Arikunto (2011: 4-5) yaitu
penelitian yang dilakukan oleh guru di sekolah tempat mengajar dengan
maksud untuk memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas, yang merupakan
inti dari kegiatan pendidikan. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berorientasi
pada peningkatan kualitas pembelajaran.
Salah satu pola atau teknik pelaksanaan PTK adalah pola kolaboratif.
Kolaboratif yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas dilakukan oleh guru kelas yang bersangkutan dan bekerja sama
dengan peneliti yang bertujuan untuk mengatasi masalah pembelajaran di
kelas yaitu keaktifan siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Wina Sanjaya
(2009: 59). Peneliti bertindak sebagai pengamat (observer) dan guru kelas IV
sebagai pelaku tindakan. Hal ini dimaksudkan agar setiap tindakan yang
dilakukan dalam pembelajaran di kelas mendapat hasil yang objektif.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas
yang terdiri atas 4 tahap yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3)
pengamatan, dan (4) refleksi, sesuai dengan gambar berikut.
49
Gambar 1. Alur Penelitian Tindakan Kelas (Suharsimi Arikunto, 2011: 17)
Adapun langkah-langkah penelitian tindakan kelas secara rinci
dijabarkan setiap siklus sebagai berikut :
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Peneliti berdiskusi dengan guru kelas IV mengenai Standar
Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan materi yang akan diterapkan
model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS).
b. Peneliti bekerjasama dengan guru kelas IV untuk menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai indikator yang telah
dirumuskan serta skenario pembelajaran dengan model pembelajaran
CPS.
c. Menyiapkan dan membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai
dengan model pembelajaran CPS.
d. Menyiapkan dan membuat lembar observasi siswa dan guru pada
pembelajaran PKn dengan menerapkan model pembelajaran CPS.
e. Peneliti dan guru berlatih bersama (coaching) mengenai penerapan
?
Pelaksanaan
Pengamatan
Pengamatan
Refleksi SIKLUS II
Perencanaan
Perencanaan
Refleksi Pelaksanaan SIKLUS I
50
model pembelajaran CPS pada pembelajaran PKn. Hal tersebut
dilakukan karena peneliti dan guru belum pernah menerapkan model
pembelajaran CPS pada pembelajaran.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan, guru menerapkan model
pembelajaran CPS dalam proses pembelajaran PKn yang telah
direncanakan. Pada pelaksanaan tindakan, guru kelas IV berperan
melaksanakan proses pembelajaran PKn dengan menerapkan model
pembelajaran CPS dan peneliti bersama teman sejawat bertindak sebagai
observer menggunakan lembar observasi yang telah dibuat serta
mendokumentasikan proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
3. Pengamatan
Pada tahap pengamatan, hal-hal yang diamati dalam penelitian ini
adalah keaktifan siswa dan keterlaksanaan penerapan model
pembelajaran CPS oleh guru pada pembelajaran PKn. Pengamatan
dilakukan dengan menggunakan lembar observasi. Pengamatan
dilakukan secara kolaboratif antara peneliti sebagai observer utama
dengan teman sejawat sebagai observer pendamping yang dilakukan
pada waktu pelaksanaan tindakan dan keduanya berlangsung secara
bersamaan.
4. Refleksi
Pada tahap ini, peneliti bersama guru menganalisis tindakan yang
sudah dilakukan, ketercapaian indikator yang telah ditetapkan, dan
51
mengevaluasi proses serta hasil dari tindakan. Refleksi penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui apakah pelaksanaan tindakan penelitian
sudah mencapai indikator keberhasilan atau belum. Jika indikator
keberhasilan belum tercapai, maka akan dilakukan siklus lanjutan.
C. Subjek dan Obyek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Jeruksari Tahun
Pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 14 siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-
laki dan 4 siswa perempuan. Objek penelitian adalah keaktifan siswa dalam
pembelajaran PKn melalui penerapan model pembelajaran CPS.
D. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Jeruksari, Kecamatan Wonosari,
Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada kelas
IV semester II tahun ajaran 2015/2016.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian tindakan kelas ini, teknik yang digunakan sebagai berikut.
1. Pengamatan (Observasi)
Pada penelitian ini, peneliti melaksanakan observasi partisipatif
pasif (passive participant observation) dan terstruktur. Peneliti dapat
mengamati bagaimana perilaku siswa dalam pembelajaran. Observasi
jenis ini, peneliti datang ke sekolah untuk mengamati perilaku siswa
52
dalam pembelajaran tetapi peneliti tidak ikut terlibat dalam kegiatan
tersebut. Hal ini sesuai pendapat Sugiyono (2012: 312). Observasi yang
dilakukan peneliti telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang
akan diamati, kapan, dan di mana tempat pengamatan.
Observasi dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti dibantu oleh
teman sejawat untuk mengamati aktivitas siswa dan keterlaksanaan
penerapan model pembelajaran CPS dalam pembelajaran PKn. Aspek
aktivitas siswa yang diamati keaktifan mengikuti pembelajaran dengan
indikator yang tercantum dalam lembar pengamatan. Sementara itu aspek
aktivitas guru yang diamati meliputi keterampilan guru dalam
menggunakan model pembelajaran CPS dan kesesuaian antara rencana
dan pelaksanaan tindakan.
2. Catatan Harian
Catatan harian digunakan untuk merekam aktivitas guru dan siswa
dalam proses pembelajaran, suasana kelas dan pengelolaan kelas. Catatan
harian digunakan untuk mengetahui segala aktivitas siswa dan guru
selama melakukan tindakan, sehingga dapat mengetahui kelebihan dan
kekurangan dalam pelaksanaan tindakan. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Wina Sanjaya (2009: 98).
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut.
53
1. Lembar Observasi
Observasi digunakan untuk memperoleh data dari situasi sosial
yang dipilih oleh peneliti. Lembar observasi berisi aspek-aspek untuk
mengetahui keaktifan siswa dan keterlaksanaan penerapan model
pembelajaran CPS oleh guru pada pembelajaran PKn. Observasi ini
dilakukan setiap kali pertemuan. Lembar observasi terlampir.
2. Catatan Harian
Catatan harian disusun oleh peneliti berdasarkan hasil observasi di
kelas selama pembelajaran berlangsung. Catatan harian dalam penelitian
ini meliputi rangkaian proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan
model pembelajaran CPS. Catatan harian digunakan untuk merekam
aktivitas siswa, keterlaksanaan penerapan model pembelajaran CPS oleh
guru, suasana kelas, dan pengelolaan kelas. Lembar catatan harian
terlampir. Catatan harian ditulis disela-sela observasi. Alat bantu yang
digunakan untuk menunjang pengumpulan data catatan harian berupa
kamera digital.
G. Validasi Instrumen Penelitian
Validasi instrumen penelitian ini, peneliti menggunakan expert
judgement atau meminta pendapat dan masukan dari dosen ahli. Instrumen
yang divalidasi adalah lembar observasi keaktifan siswa dan lembar observasi
guru mengenai keterlaksanaan penerapan model pembelajaran CPS pada
pembelajaran PKn yang divalidasi oleh dosen pembimbing skripsi.
54
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitiatif sesuai dengan data
yang diperoleh yaitu data hasil observasi dan catatan harian mengenai
keaktifan siswa dan keterlaksanaan penerapan model pembelajaran CPS oleh
guru pada pembelajaran PKn.
1. Analisis Data Hasil Observasi Keaktifan Siswa
Lembar observasi keaktifan siswa digunakan sebagai pedoman
peneliti mengamati keaktifan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran
PKn dengan menggunakan model pembelajaran CPS. Analisis data untuk
lembar observasi keaktifan siswa dengan cara deskriptif kuantitatif yang
artinya mendeskripsikan data berupa angka. Skor akhir menggunakan
skala 1 sampai 4, sehingga perhitungan hasil observasi keaktifan masing-
masing siswa menggunakan rumus sebagai berikut:
Skor Akhir = x 4 (Abdul Majid, 2014: 178)
Sesuai Permendikbud No. 81A Tahun 2013 (Kemendikbud, 2013: 49-
50), pedoman kriteria untuk keaktifan siswa sebagai berikut.
Tabel 3. Pedoman Kriteria Keaktifan Siswa Skor Kriteria
3,33 < skor < 4,00 Sangat Baik 2,33 < skor < 3,33 Baik 1,33 < skor < 2,33 Cukup Skor < 1,33 Kurang
55
2. Analisis Data Hasil Observasi Keterlaksanaan Penerapan Model
Pembelajaran CPS oleh Guru pada Pembelajaran PKn
Lembar observasi kegiatan pembelajaran guru berguna untuk
mengamati dan mengecek keterlaksanaan RPP yang sudah disiapkan oleh
peneliti. Pada penelitian ini dilakukan analisis data yang berupa kata-kata
kemudian diolah menjadi kalimat yang bermakna.
3. Analisis Data Hasil Catatan Harian
Analisis data untuk catatan harian menggunakan cara deskriptif
kualitatif yaitu mendeskripsikan data yang berupa kata atau kalimat yang
tertulis atau lisan dari subjek yang diamati. Data yang diperoleh dari
catatan harian berupa aktivitas siswa, keterlaksanaan penerapan model
pembelajaran CPS oleh guru, suasana kelas, dan pengelolaan kelas.
I. Indikator Keberhasilan
Penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil apabila telah memenuhi
indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Indikator keberhasilan dalam
penelitian tindakan ini adalah keaktifan siswa dalam pembelajaran PKn
dikatakan berhasil jika sekurang-kurangnya ≥75% siswa memperoleh skor
akhir >2.66 (Kemendikbud, 2013: 50). Skor akhir tersebut termasuk dalam
kriteria baik.
56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Diskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Jeruksari, Desa Wonosari,
Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Bangunan sekolah menghadap ke timur dan memiliki halaman
yang cukup luas. Gedung yang dimiliki SD Negeri Jeruksari terdiri dari 6
ruang kelas, 1 ruang kantor guru, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS), 1 ruang perpustakaan, 1 ruang gudang, 1 ruang
dapur, 4 ruang kamar mandi, dan kantin sekolah. Jumlah siswa SD Negeri
Jeruksari pada tahun ajaran 2015/2016 berjumlah 110 siswa, dengan
perincian 56 siswa laki-laki dan 54 siswa perempuan. Subjek penelitian ini
adalah siswa kelas IV yang berjumlah 14 siswa terdiri dari 10 siswa laki-laki
dan 4 siswa perempuan. SD Negeri Jeruksari, didukung oleh 14 tenaga
pengajar yang terdiri dari 1 orang kepala sekolah, 6 guru kelas, 2 orang guru
Pendidikan Agama Islam (PAI), 1 orang guru agama Khatolik, 1 orang guru
agama Kristen, 1 orang guru Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) dan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), 1 orang guru Olahraga, dan
ditambah 1 orang penjaga sekolah. Hampir semua tenaga pengajar yang ada
adalah memiliki pengalaman yang cukup lama dalam mengajar.
Visi dan misi Sekolah SD Negeri Jeruksari menjadi fokus orientasi
terhadap seluruh sistem dan program pendidikan di SD Negeri Jeruksari
adalah sebagai berikut.
57
1. Visi
Menjadi sekolah yang berkualitas dalam bidang akademik, berbudi pekerti
luhur, dan peduli terhadap lingkungan.
2. Misi
a. Membekali ilmu pengetahuan melalui proses pembelajaran yang aktif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan.
b. Membina dan menjunjung tinggi budi pekerti luhur dan peduli terhadap
lingkungan.
c. Menciptakan suasana tempat belajar yang menyenangkan, tertib, aman,
dan nyaman.
d. Membangun citra sekolah sebagai mitra terpercaya di masyarakat.
B. Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang diuraikan adalah data mengenai keaktifan siswa
dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebelum
menggunakan model pembelajaran CPS dan pelaksanaan tindakan pada tiap-
tiap siklus untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran PKn
dengan menggunakan model pembelajaran CPS.
1. Deskripsi Pra Tindakan
Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri Jeruksari.
Peneliti meminta izin pada tanggal 2 Februari 2016 dengan menyampaikan
surat izin penelitian dari Pemerintah Daerah Kabupaten Gunungkidul
kepada Kepala Sekolah dan guru yang bersangkutan untuk melakukan
58
penelitian di sekolah tersebut. Pembelajaran PKn dilaksanakan setiap hari
Kamis pada jam pertama dan kedua, namun peneliti diberi kesempatan
untuk melakukan penelitian sebanyak dua kali dalam seminggu yaitu pada
hari Senin atau Selasa dan Kamis. Hal tersebut tentunya dengan izin
Kepala Sekolah. Guru menghendaki penelitian dilakukan dua kali dalam
seminggu dengan alasan bahwa penelitian dapat diselesaikan sebelum
Ulangan Tengah Semester (UTS) Genap. Sebelum melaksanakan
penelitian, peneliti melakukan observasi pra tindakan yaitu pada tanggal 4
Februari 2016. Observasi atau pengamatan yang dilakukan untuk
mengamati keaktifan siswa kelas IV dalam pembelajaran PKn sebelum
menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS).
2. Pelaksanaan Pra Tindakan
Pra tindakan dilaksanakan sebelum pelaksanaan tindakan siklus I
yaitu pada tanggal 4 Februari 2016. Peneliti melakukan observasi
pembelajaran PKn di kelas IV. Peneliti mengamati aktivitas guru dan
siswa. Guru menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dengan gaya
yang menarik. Tidak ada kegiatan diskusi dalam kelompok yang dilakukan
oleh siswa.
Gambar 2. Guru sedang Menjelaskan Materi kepada Siswa dengan Metode Ceramah dan Tanya Jawab
59
Materi pembelajaran pada hari itu mengenai lembaga eksekutif.
Guru mencoba mengaktifkan siswa dengan mengajukan pertanyaan,
namun ketika siswa diberi kesempatan bertanya, tidak ada siswa yang
bertanya. Berdasarkan hasil observasi, diketahui bahwa masih ada
beberapa siswa yang kurang aktif ketika pembelajaran dan cenderung diam
tidak merespon aktivitas guru dengan baik. Hanya ada beberapa siswa
yang aktif menjawab pertanyaan guru. Siswa yang aktif tersebut cenderung
siswa yang sama. Berikut data yang diperoleh pada saat peneliti
melakukan observasi pra tindakan.
Tabel 4. Hasil Observasi Keaktifan Siswa pada Pra Tindakan
No. Nama Siswa
Skor Jmlh Skor
Skor Akhir
Krite-ria *)
Ket. **) Indika-
tor 1 Indika-
tor 2 Indika-
tor 3 Indika-
tor 4 1. RA 1 1 1 1 4 1 K BB 2. ICU 1 1 1 1 4 1 K BB 3. YF 1 1 1 1 4 1 K BB 4. ABB 1 1 1 1 4 1 K BB 5. BR 1 1 1 1 4 1 K BB 6. BSN 1 1 1 1 4 1 K BB 7. IAR 1 1 1 1 4 1 K BB 8. IDP 1 1 1 1 4 1 K BB 9. RDS 1 1 1 1 4 1 K BB 10. RWD 1 1 1 1 4 1 K BB 11. RFP 1 1 1 1 4 1 K BB 12. FCY 1 1 1 1 4 1 K BB 13. YST 1 1 1 1 4 1 K BB 14. FS 1 1 1 1 4 1 K BB
Jumlah 14 14 14 14 56 14 Rata-rata 1 1 1 1 4 1 Tertinggi 1 1 1 1 4 1 Terendah - - - - - -
*) Siswa dalam kriteria Kurang (K), Cukup (C), Baik (B), dan Sangat Baik (SB).
**)Siswa dikatakan berhasil mencapai indikator keberhasilan jika mendapat skor akhir >2,66 dengan keterangan Berhasil(B) dan Belum Berhasil (BB).
60
Berdasarkan tabel di atas, pada indikator 1 sampai 4 seluruh siswa
mendapatkan skor 1 karena siswa tidak mengemukakan pendapat, tidak
menanggapi dan menghargai pendapat siswa lain, tidak melakukan diskusi,
dan tidak melakukan presentasi. Guru tidak melakukan diskusi
penyelesaian masalah yang sesuai dengan indikator dalam penelitian ini.
Seluruh siswa memperoleh skor akhir dalam kriteria kurang aktif yaitu
<1,33. Menurut indikator keberhasilan yang sudah ditentukan oleh
peneliti, penelitian ini dikatakan berhasil jika sekurang-kurangnya ≥75%
siswa memperoleh skor akhir >2.66. Peneliti kemudian menyimpulkan
bahwa guru harus mengemas suatu model pembelajaran yang tepat dan
dapat membantu siswa dalam meningkatkan keaktifan siswa. Pembelajaran
dapat tersampaikan dengan baik dan nilai yang diperoleh pun akan baik
pula. Berdasarkan data hasil observasi yang diperoleh, peneliti
merencanakan sebuah penelitian tindakan kelas mengenai penerapan
model pembelajaran CPS untuk meningkatkan keaktifan siswa.
3. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada pembelajaran PKn di
kelas IV SD Negeri Jeruksari dilakukan dalam dua siklus yaitu dua kali
pertemuan pada siklus I dan dua kali pertemuan pada siklus II. Penelitian
ini diadakan pada semester II tahun ajaran 2015/2016. Siklus I dalam
penelitian ini dilakukan pada tanggal 9 dan 10 Februari 2016. Siklus II
dilaksanakan pada tanggal 15 dan 18 Februari 2016. Berikut materi yang
dilaksanakan pada siklus I dan siklus II.
61
a. Siklus I ini dilaksanakan dua kali pertemuan dimana pertemuan 1
membahas materi mengenai lembaga eksekutif. Pertemuan 2 membahas
mengenai lembaga yudikatif dilanjutkan refleksi siklus I.
b. Siklus II dilaksanakan dua kali pertemuan dengan rincian pada
pertemuan 1 membahas mengenai Badan Pemeriksa Keuangan (BPK),
pada pertemuan 2 membahas mengenai Komisi Pemilihan Umum
(KPU) dilanjutkan refleksi siklus II.
Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
model penelitian tindakan kelas yang mencakup empat tahapan yaitu: (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Keempat
tahapan tersebut dilaksanakan dalam setiap siklus.
a. Siklus I
1) Perencanaan Tindakan Siklus I
Siklus I dimulai dengan membuat desain pembelajaran berupa
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk materi mengenai
lembaga eksekutif dan yudikatif.
a) Tahap perencanaan tindakan peneliti dan guru sebagai
kolaborator menyiapkan materi yang akan disampaikan kepada
siswa.
b) Menyiapkan RPP dan Lembar Kerja Siswa (LKS). RPP dan LKS
yang dibuat dengan materi lembaga eksekutif dan yudikatif. Guru
meminta materi lembaga eksekutif diulangi kembali karena masih
ada materi yang belum selesai dijelaskan. Kemudian pada
62
pertemuan 2 dilanjutkan dengan materi lembaga yudikatif. LKS
disusun oleh peneliti dengan pertimbangan guru.
c) Menyusun lembar observasi dan catatan harian. Lembar observasi
digunakan untuk mengetahui pelaksanaan model pembelajaran
CPS yang dilakukan guru dan mengetahui keaktifan siswa selama
pembelajaran berlangsung. Catatan harian digunakan untuk
mencatat hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran yang
tidak terekam dalam lembar observasi.
d) Peneliti dan guru berlatih bersama (coaching) mengenai
penerapan model pembelajaran CPS pada pembelajaran PKn. Hal
tersebut dilakukan dengan tujuan agar pelaksanaan tindakan
berjalan sesuai dengan RPP yang sudah dibuat.
2) Pelaksanaan Tindakan Siklus I
a) Siklus I pertemuan 1
Pertemuan 1 pada siklus I dilaksanakan pada hari Selasa
tanggal 9 Februari 2016 dengan materi lembaga eksekutif.
Pembelajaran dilaksanakan pada jam kedua dan ketiga dengan
alokasi waktu 2x35 menit. Guru sebagai pengajar sedangkan
peneliti sebagai observer kegiatan pembelajaran serta satu orang
observer pendamping untuk membantu kegiatan observasi.
(1) Kegiatan awal
Guru terlebih dahulu mengkondisikan siswa supaya
siap mengikuti proses pembelajaran PKn. Selanjutnya, guru
63
baru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan
absensi siswa. Pembelajaran dimulai pada jam kedua maka
tidak ada berdoa. Berdoa dilakukan pada jam pertama ketika
pembelajaran Agama. Hari itu ada 2 siswa yang tidak masuk
dikarenakan sakit yaitu RA dan ICU, jadi siswa yang hadir
pada hari itu hanya 12 siswa. Guru melakukan apersepsi
dengan menceritakan pemilihan presiden dan wakil presiden
Indonesia beberapa waktu lalu. Guru memberikan
pertanyaan, “Siapa yang memenangkan pemilihan presiden
dan wakil presiden Indonesia pada pemilu beberapa waktu
lalu ?” FS menjawab, “Jokowi-JK pak”. Guru merespon
dengan membenarkan jawaban FS. Kemudian guru kembali
bertanya, “Siapa saja kandidat dalam pemilihan presiden dan
wakil presiden kita kemarin ?” IDP dan BR menjawab,
“Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta Rajasa”. Guru membenarkan
jawaban siswa, kemudian guru berkata bahwa dalam
pemilihan presiden kemarin dimenangkan oleh Jokowi-JK
dan Prabowo-Hatta Rajasa harus legowo menerima
kekalahan mereka. Guru menjelaskan bahwa dalam
menjalankan pemerintahan Jokowo-JK, Prabowo juga
mendukung pemerintahannya. Kemudian guru memberitahu
siswa bahwa materi hari itu masih mengulang materi
pertemuan sebelumnya yaitu mengenai lembaga eksekutif.
64
Masih ada beberapa materi yang perlu dijelaskan kembali
karena materi mengenai pemerintahan pusat cukup banyak.
(2) Kegiatan inti
Siswa bertanya jawab dengan guru tentang lembaga
eksekutif. Guru menuliskan di papan tulis mengenai materi
lembaga eksekutif. Pembelajaran hari itu guru meneruskan
penjelasan materi mengenai lembaga eksekutif karena pada
pertemuan sebelumnya belum menyelesaikan pembahasan
materi tersebut. Tindakan selanjutnya yang dilakukan guru
adalah sebagai berikut.
(a) Tahap pertama, guru mengkondisikan siswa untuk
berkelompok sesuai dengan tingkat prestasi siswa
dimana dalam satu kelompok terdiri dari siswa pandai,
sedang, dan kurang pandai. Kelompok 1 terdiri dari IDP,
RWD, RFP, dan IAR. Kelompok 2 terdiri dari BSN,
RDS, ABB, dan YST. Kelompok 3 terdiri dari BR, FS,
YF, dan FCY. Siswa masih sulit dikondisikan untuk
berkelompok dengan anggota kelompok yang telah
ditentukan oleh guru. Beberapa siswa masih ada yang
protes karena siswa cenderung masih membeda-bedakan
teman dan lawan jenis. Beberapa siswa bahkan saling
mengejek sehingga suasana kelas menjadi ramai.
65
Membutuhkan waktu beberapa saat untuk
mengkondisikan siswa.
(b) Tahap kedua, guru menjelaskan petunjuk kegiatan yang
akan dilakukan oleh siswa yaitu menemukan masalah
yang disajikan dalam LKS, mengidentifikasi penyebab
dari masalah tersebut, kemudian menyelesaikan masalah
secara kreatif dari hasil brainstorming berdasarkan
pengalaman, pengetahuan siswa, maupun membaca
referensi.
(c) Tahap ketiga, guru membagikan LKS yang berisi situasi
problematik atau masalah yang harus diselesaikan oleh
siswa. Guru meminta salah satu siswa untuk
membacakan masalah yang ada dalam LKS dan siswa
lain menyimak. Guru meminta siswa lain mengulangi
membaca. Guru memperjelas masalah yang ada dalam
LKS yaitu mengenai masalah pemilihan ketua kelas yang
menggambarkan pemilihan presiden dan wakil presiden
di Indonesia. Masalah yang disajikan guru mengenai
terjadi kecurangan dalam pemilihan ketua kelas yaitu
Widya menyogok teman-temannya dengan coklat agar
dia terpilih menjadi ketua kelas. Setelah pemilihan ketua
kelas dilaksanakan ternyata Widya tidak mendapatkan
suara satupun dari teman-temannya. Widya protes dan
66
marah terhadap teman-temannya. Masalah yang
disajikan guru tersebut siswa harus mengidentifikasi
penyebabnya dan memberikan solusi kreatif dari masalah
tersebut.
Gambar 3. Guru Menegaskan Masalah yang Disajikan dalam LKS ketika Siswa Duduk dalam Kelompok
(d) Tahap keempat, siswa melakukan diskusi untuk
menemukan penyebab timbulnya masalah yang terjadi
kemudian menyelesaikan masalah tersebut. Siswa masih
kebingungan mengidentifikasi penyebab masalah yang
disajikan dalam LKS. Sebagian besar kelompok
menuliskan kembali masalah yang sudah tersaji dalam
tabel penyebab dari masalah. Tabel yang disediakan
dalam LKS seharusnya diisi penyebab dari masalah dan
solusi yang dapat menyelesaikan masalah tersebut.
Namun, jika dilihat dari keaktifannya diskusi dalam
kelompok 1 dan 3 berjalan cukup baik. Antar anggota
kelompok terjadi tukar pendapat, namun antar anggota
kelompok kurang menghargai pendapat. Diskusi dalam
67
kelompok 2 berjalan kurang baik karena ada siswa yang
hanya diam dan tidak memberikan pendapat ataupun
menanggapi pendapat siswa lain. Guru kurang aktif
membimbing diskusi siswa sehingga siswa yang
kebingungan bertanya kepada peneliti.
Gambar 4. Diskusi dalam Kelompok 2 Berjalan Kurang Baik karena Ada Siswa yang Kurang Aktif
(e) Tahap kelima, siswa dengan bimbingan guru
mempresentasikan jawaban dari masing-masing
kelompok. Dimulai dari kelompok 1, hasil diskusi
dibacakan oleh IDP dan RWD. IDP membacakan
penyebab dari masalah dalam LKS. Kemudian RWD
membacakan solusi dari masalah tersebut. Guru meminta
kelompok lain menanggapi namun tidak ada siswa yang
menanggapi. Selanjutnya dari kelompok 2, hasil diskusi
dibacakan oleh BSN dan RDS. BSN membacakan
penyebab dari masalah dalam LKS. Kemudian RDS
membacakan solusi dari masalah tersebut. Guru meminta
68
kelompok lain menanggapi. IDP menanggapi bahwa
penyebab timbulnya masalah yang dikemukakan
kelompok 2 kurang tepat. Guru menerima tanggapan
IDP. Kelompok 2 juga menerima tanggapan dari IDP.
Terakhir kelompok 3, hasil diskusi dibacakan oleh BR
dan FCY. BR membacakan penyebab dari masalah
dalam LKS. Kemudian FCY membacakan solusi dari
masalah tersebut. Guru meminta kelompok lain
menanggapi namun tidak ada siswa yang menanggapi.
Guru mengkonfirmasi jawaban setiap kelompok dengan
jawaban yang benar. Sebagian besar jawaban siswa yang
kurang tepat. Siswa diminta mengidentifikasi penyebab
dari masalah yang timbul pada LKS, namun siswa
menuliskan kembali masalah-masalah yang sudah ada
dalam LKS tersebut. Solusi yang diberikan oleh siswa
beberapa sudah benar.
(3) Kegiatan penutup
Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi
yang sudah dipelajari hari itu yaitu mengenai lembaga
eksekutif. Siswa diberi kesempatan bertanya mengenai materi
yang belum dipahami, namun tidak ada siswa yang bertanya.
Keaktifan bertanya siswa masih sangat kurang. Guru
memberikan tugas kepada siswa untuk membaca materi yang
69
akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya yaitu tentang
lembaga yudikatif. Mata pelajaran PKn berada pada jam
kedua dan ketiga kemudian dilanjutkan dengan istirahat
pertama.
b) Siklus I pertemuan 2
Pertemuan 2 pada siklus I dilaksanakan pada hari Kamis
tanggal 11 Februari 2016 dengan materi lembaga yudikatif.
Pembelajaran dilaksanakan pada jam pertama dan kedua dengan
alokasi waktu 2x35 menit. Guru sebagai pengajar sedangkan
peneliti sebagai observer kegiatan pembelajaran serta satu orang
observer pendamping untuk membantu kegiatan observasi
peneliti.
(1) Kegiatan awal
Guru memulai pembelajaran dengan salam dan berdoa.
Guru terlebih dahulu mengkondisikan siswa supaya siap
mengikuti proses pembelajaran PKn. Guru mempresensi
kehadiran siswa. Hari itu semua siswa hadir sehingga jumlah
siswa sebanyak 14 siswa. Guru melakukan apersepsi dengan
mengajukan pertanyaan, “Siapa yang suka menonton berita
?” Siswa menjawab, “Saya suka pak”. Kemudian guru
memberikan pernyataan, “Dengan menonton berita kita akan
mengetahui informasi yang terjadi di sekitar lingkungan kita
bahkan berita luar negeri. Dengan menonton berita kita
70
mendapatkan informasi mengenai pelanggaran-pelanggaran
aturan yang terjadi di seluruh penjuru dunia, salah satunya
adalah terorisme”. Guru kemudian bertanya, “Mengapa
terorisme merupakan tindakan yang melanggar undang-
undang ?” IDP menjawab, “karena dapat menjatuhkan korban
jiwa dan merusak bangunan dengan bom”. Guru
membenarkan jawaban IDP, kemudian memberikan
pernyataan bahwa tindakan yang melanggar undang-undang
akan diadili oleh lembaga peradilan yang ada. Lembaga
peradilan merupakan lembaga yang mengawasi pelaksanaan
peraturan undang-undang. Lembaga tersebut disebut dengan
lembaga yudikatif. Kemudian guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
(2) Kegiatan inti
Guru meminta siswa membuka buku Lintas halaman 8
mengenai lembaga yudikatif. Guru meminta IDP membaca
materi mengenai Mahkamah Agung dan siswa lain
menyimak. Suasana kelas sangat tenang dan hening. Kelas
sangat kondusif untuk pembelajaran. Siswa lain menyimak
dengan tenang ketika IDP membaca. Guru meminta BSN
melanjutkan membaca materi mengenai fungsi dan
wewenang Mahkamah Agung dilanjutkan materi mengenai
pengertian Mahkamah Konstitusi. Kemudian ICU diminta
71
melanjutkan membaca materi mengenai fungsi dan
wewenang Mahkamah Konstitusi sampai Komisi Yudisial.
Guru menjelaskan kembali materi yang sudah dibacakan oleh
siswa. Siswa memperhatikan dengan baik, meskipun sesekali
ada siswa yang mengobrol. Setelah diingatkan siswa kembali
memperhatikan. Guru menjelaskan sambil menulis catatan di
papan tulis. Kemudian guru bertanya jawab dengan siswa
mengenai materi lembaga yudikatif. Tindakan selanjutnya
yang dilakukan guru adalah sebagai berikut.
(a) Tahap pertama, guru mengkondisikan siswa untuk
berkelompok sesuai dengan tingkat prestasi siswa
dimana dalam satu kelompok terdiri dari siswa pandai,
sedang, dan kurang pandai. Kelompok 1 terdiri dari IDP,
RWD, RFP, dan IAR. Kelompok 2 terdiri dari BSN,
RDS, FS, ABB, dan YST. Kelompok 3 terdiri dari BR,
RA, ICU, YF, dan FCY. Siswa masih sulit dikondisikan
untuk berkelompok dengan anggota kelompok yang telah
ditentukan oleh guru. Beberapa siswa masih ada yang
protes karena siswa cenderung masih membeda-bedakan
teman dan lawan jenis. Beberapa siswa bahkan saling
mengejek sehingga suasana kelas menjadi ramai.
Membutuhkan waktu beberapa saat untuk
mengkondisikan siswa.
72
(b) Tahap kedua, guru menjelaskan petunjuk kegiatan yang
akan dilakukan oleh siswa yaitu menemukan masalah
yang disajikan dalam LKS, mengidentifikasi penyebab
dari masalah tersebut, kemudian menyelesaikan masalah
secara kreatif dari hasil brainstorming berdasarkan
pengalaman, pengetahuan siswa, maupun membaca
referensi.
(c) Tahap ketiga, guru membagikan LKS yang berisi situasi
problematik atau masalah yang harus diselesaikan oleh
siswa. Guru meminta salah satu siswa dari perwakilan
kelompok membacakan masalah yang ada dalam LKS.
Guru meminta salah satu siswa mengulangi kembali
membaca. Guru memperjelas masalah yang ada dalam
LKS yaitu mengenai masalah pelanggaran tata tertib
sekolah oleh Andi karena sering datang terlambat dan
tidak mengerjakan PR menggambarkan pelanggaran
dalam pelaksanaan undang-undang di Indonesia.
Masalah yang disajikan guru, siswa harus
mengidentifikasi penyebabnya dan memberikan solusi
kreatif dari masalah tersebut. Guru menjelaskan contoh
mengidentifikasi penyebab dari masalah yang terjadi
agar tidak terjadi kesalahpahaman oleh siswa seperti
pada pertemuan 1.
73
Gambar 5. Guru Menjelaskan Petunjuk Kegiatan yang akan Dilakukan oleh Siswa dan Mempertegas Masalah yang Tersaji dalam LKS dengan Menuliskan di Papan
Tulis
(d) Tahap keempat, siswa melakukan diskusi untuk
menemukan penyebab timbulnya masalah yang terjadi
kemudian menyelesaikan masalah tersebut. Beberapa
siswa masih kebingungan mengidentifikasi penyebab
masalah yang disajikan dalam LKS. Sebagian besar
kelompok masih menuliskan kembali masalah yang
sudah tersaji dalam tabel penyebab dari masalah. Tabel
yang disediakan dalam LKS seharusnya diisi penyebab
dari masalah dan solusi yang dapat menyelesaikan
masalah tersebut. Namun, jika dilihat dari keaktifannya
diskusi dalam kelompok 1 dan 3 berjalan cukup baik.
Antar anggota kelompok terjadi tukar pendapat, namun
antar anggota kelompok kurang menghargai pendapat.
Diskusi dalam kelompok 2 berjalan kurang baik karena
masih ada siswa yang hanya diam dan tidak memberikan
pendapat ataupun menanggapi pendapat siswa lain. Guru
74
kurang aktif membimbing siswa sehingga siswa yang
kebingungan bertanya kepada peneliti.
Gambar 6. Kegiatan Diskusi Penyelesaian Masalah dalam Kelompok 1 yang Berjalan Cukup Baik
Gambar 7. Guru Kurang Aktif Membimbing Diskusi Siswa
(e) Tahap kelima, siswa dengan bimbingan guru
mempresentasikan jawaban dari masing-masing
kelompok. Dimulai dari kelompok 2, hasil diskusi
dibacakan oleh BSN dan RDS. BSN membacakan
penyebab dari masalah dalam LKS. Kemudian RDS
membacakan solusi dari masalah tersebut. Guru meminta
kelompok lain menanggapi. IDP dan BR menanggapi
75
bahwa penyebab timbulnya masalah yang dikemukakan
kelompok 2 ada yang kurang tepat. Guru menerima
tanggapan IDP dan BR. Kelompok 2 juga menerima
tanggapan dari IDP dan BR. Selanjutnya dari kelompok
3, hasil diskusi dibacakan oleh ICU dan RA. ICU
membacakan penyebab dari masalah dalam LKS.
Kemudian RA membacakan solusi dari masalah tersebut.
Guru meminta kelompok lain menanggapi namun tidak
ada siswa yang menanggapi. Terakhir kelompok 1, hasil
diskusi dibacakan oleh RWD dan RFP. RWD
membacakan penyebab dari masalah dalam LKS.
Kemudian RFP membacakan solusi dari masalah
tersebut. Guru meminta kelompok lain menanggapi.
BSN menanggapi bahwa penyebab timbulnya masalah
yang dikemukakan kelompok 3 ada yang kurang tepat.
Guru menerima tanggapan BSN. Kelompok 3 juga
menerima tanggapan dari BSN. Guru mengkonfirmasi
jawaban setiap kelompok dengan jawaban yang benar.
Penyebab masalah dalam LKS tersebut adalah kurangnya
disiplin dan sikap acuh tak acuh. Masih ada beberapa
jawaban siswa yang kurang tepat. Guru meminta siswa
mengidentifikasi penyebab dari masalah yang timbul
pada LKS, namun masih ada kelompok yang menuliskan
76
kembali masalah-masalah yang sudah ada dalam LKS
tersebut. Solusi yang diberikan oleh siswa beberapa
sudah benar. Guru meminta siswa mengumpulkan LKS
yang sudah dikerjakan untuk dinilai oleh guru.
(3) Kegiatan penutup
Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi
yang sudah dipelajari hari itu yaitu mengenai lembaga
yudikatif. Siswa diberi kesempatan bertanya mengenai materi
yang belum dipahami, namun tidak ada siswa yang bertanya.
Keaktifan bertanya siswa masih sangat kurang. Guru
memberikan tugas kepada siswa untuk membaca materi yang
akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya yaitu tentang
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Mata pelajaran PKn
berada pada jam pertama dan kedua maka dilanjutkan dengan
pembelajaran selanjutnya.
3) Pengamatan Siklus I
a) Pengamatan guru siklus I
Pertemuan 1, secara keseluruhan guru sudah melakukan
pembelajaran dengan baik sesuai dengan RPP. Meskipun pada
kegiatan perencanaan tindakan peneliti dan guru sudah berlatih
bersama (coaching) mengenai penerapan model pembelajaran
CPS, guru belum menguasai penuh pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran CPS, karena model
77
pembelajaran ini belum pernah dipakai sebelumnya oleh guru.
Guru kurang tegas terhadap siswa yang bergurau, mengobrol, dan
mengganggu siswa yang lain saat proses pembelajaran
berlangsung sehingga membuat kegaduhan di dalam kelas.
Memasuki pembelajaran pertemuan 1 menggunakan tahapan
model pembelajaran CPS, guru belum menjelaskan contoh
mengidentifikasi penyebab dari masalah yang terjadi, sehingga
siswa kurang paham kemudian siswa menuliskan kembali
masalah yang sudah tersaji dan tidak menuliskan penyebab dari
masalah tersebut. Tahap keempat, ketika siswa melakukan diskusi
guru kurang memperhatikan siswa yang mengalami kesulitan,
sehingga siswa meminta bantuan peneliti untuk membantu
kesulitan yang mereka hadapi. Guru terlihat membaca buku di
meja guru. Guru kurang aktif membimbing diskusi siswa dalam
kelompok. Sesekali guru mengingatkan siswa untuk bekerja
dalam kelompok secara aktif dan tidak diam saja.
Pertemuan 2, secara keseluruhan guru sudah melakukan
dengan baik sesuai dengan RPP. Memasuki pembelajaran
menggunakan tahapan model pembelajaran CPS, guru sudah
menjelaskan contoh mengidentifikasi penyebab dari masalah yang
terjadi agar tidak terjadi kesalahpahaman oleh siswa seperti pada
pertemuan 1, namun pada pelaksanaannya masih ada siswa yang
kurang paham kemudian siswa menuliskan kembali masalah yang
78
sudah tersaji dan tidak menuliskan penyebab dari masalah
tersebut. Tahap keempat, ketika siswa melakukan diskusi guru
masih kurang memperhatikan siswa yang mengalami kesulitan
seperti yang terjadi pada pertemuan 1, sehingga siswa meminta
bantuan peneliti untuk membantu kesulitan yang mereka hadapi.
Guru terlihat membaca buku di meja guru. Guru kurang aktif
membimbing diskusi siswa dalam kelompok. Sesekali guru
mengingatkan siswa untuk bekerja dalam kelompok secara aktif
dan tidak diam saja.
Pertemuan 1 dan 2, guru telah membimbing presentasi hasil
diskusi siswa dengan baik. Guru mengkonfirmasi jawaban siswa
dengan jawaban yang benar. Siswa dengan bimbingan guru
menyimpulkan materi yang sudah dipelajari. Siswa diberi
kesempatan bertanya mengenai materi yang belum dipahami.
Guru memberikan tugas kepada siswa untuk membaca materi
yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya.
b) Pengamatan siswa siklus I
(1) Pengamatan siswa pertemuan 1
Untuk mempermudah mengamati siswa, peneliti
membuat tanda pengenal dalam bentuk name tag disertai
perekat untuk menempelkannya pada baju siswa. Hal ini
dilakukan agar dapat memudahkan peneliti untuk mangamati
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu, untuk
79
lebih mempermudah mengamati keaktifan siswa, peneliti
yang bertindak sebagai observer mengajak satu orang
observer pendamping. Peneliti mengamati siswa yang
bernomor absen 1 sampai 7, observer lain bertugas
mengamati siswa yang bernomor absen 8 sampai 14. Berikut
foto siswa dengan menggunakan tanda pengenal.
Gambar 8. Siswa sedang Berdiskusi dengan Menggunakan Name Tag yang Ditempelkan pada Baju Siswa
Berdasarkan hasil pengamatan keaktifan siswa dalam
pembelajaran PKn yang dilakukan dapat diketahui bahwa
pembelajaran PKn pada pertemuan 1 belum berjalan
maksimal. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan
terhadap indikator keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran
CPS.
Hasil pengamatan pada indikator 1 yang berbunyi
terlibat dalam kegiatan penyelesaian masalah dengan
mengemukakan pendapat dalam kelompok, menunjukkan
80
bahwa sebagian besar siswa dapat mengemukakan pendapat
dengan benar namun dengan bantuan peneliti. Siswa meminta
bantuan peneliti ketika mengalami kesulitan karena guru
kurang aktif dalam membimbing diskusi siswa. Masih ada
beberapa siswa yang belum mampu mengemukakan pendapat
bahkan siswa tersebut cenderung diam dan hanya menyimak
siswa lain yang berdiskusi. Ada juga siswa yang bergurau
dengan siswa lain, sehingga mengganggu siswa yang sedang
berdiskusi.
Hasil pengamatan pada indikator 2 yang berbunyi
menanggapi dan menghargai pendapat teman dalam kegiatan
diskusi kelompok, menunjukkan bahwa sebagian besar siswa
dapat menanggapi pendapat siswa lain, namun kurang
menghargai pendapat siswa lain dalam kegiatan diskusi
kelompok. Siswa cenderung menganggap pendapat yang
dikemukakan dirinya sendiri lebih benar dan kadang
mengejek pendapat siswa sehingga menimbulkan keramaian.
Hasil pengamatan pada indikator 3 yaitu berdiskusi
membuat alternatif solusi untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi dalam diskusi kelompok, menunjukkan bahwa siswa
mampu berdiskusi membuat alternatif solusi dengan benar
namun dibantu oleh peneliti. Siswa meminta bantuan dengan
bertanya kepada peneliti karena guru kurang aktif dalam
81
membimbing diskusi siswa. Masih banyak siswa yang
kebingungan dan sulit memberikan solusi untuk
permasalahan. Siswa pada dasarnya sudah mengetahui apa
saja solusi yang akan dituliskan namun siswa masih merasa
kurang yakin atas pemikirannya sehingga siswa bertanya
kepada peneliti.
Hasil pengamatan pada indikator 4 yaitu
mempresentasikan hasil diskusi dan menanggapi presentasi
dari kelompok lain, menunjukkan bahwa siswa mampu
mempresentasikan hasil diskusi dengan runtut dan jelas
namun beberapa jawaban kurang tepat. Selain itu, siswa
belum mampu menanggapi hasil presentasi dari kelompok
lain. Masih terdapat beberapa siswa yang mengobrol dengan
teman sekelompoknya ketika presentasi berlangsung.
Meskipun jawaban dari kelompok lain ada yang kurang tepat,
namun hanya ada satu siswa yang mampu menanggapi
presentasi kelompok lain. Presentasi dari masing-masing
kelompok dibacakan oleh perwakilan kelompok.
(2) Pengamatan siswa pertemuan 2
Pertemuan 2 peneliti juga mengajak satu teman untuk
menjadi observer yang bertugas mengamati sebagian siswa.
Peneliti mengamati siswa yang bernomor absen 1 sampai 7,
observer lain bertugas mengamati siswa yang bernomor
82
absen 8 sampai 14. Perhatian siswa pada pertemuan 2 ini
terhadap penjelasan guru cukup baik terlihat siswa menjawab
pertanyaan yang diajukan guru pada setiap penjelasan materi.
Siswa terlihat bersemangat dalam mengikuti pembelajaran.
Hal tersebut terlihat dari siswa aktif menjawab pertanyaan
guru.
Hasil pengamatan pada indikator 1 sebagian besar
siswa dapat mengemukakan pendapat dengan benar namun
siswa masih meminta bantuan kepada peneliti. Masih ada
beberapa siswa yang belum bisa mengemukakan pendapat
bahkan siswa tersebut cenderung diam dan hanya menyimak
siswa lain yang berdiskusi. Hasil pengamatan pada indikator
2, siswa cenderung menganggap pendapat yang dikemukakan
dirinya sendiri lebih benar dan kadang mengejek pendapat
siswa lain jika dinggap kurang benar. Hal tersebut
menimbulkan keramaian di dalam kelas. Hasil pengamatan
pada indikator 3, siswa mampu berdiskusi membuat alternatif
solusi dengan benar namun dibantu oleh peneliti. Masih
banyak siswa yang kebingungan dan sulit memberikan solusi
untuk permasalahan. Siswa pada dasarnya sudah mengetahui
apa saja solusi yang akan dituliskan namun siswa masih
merasa kurang yakin atas pemikirannya sehingga siswa
bertanya kepada peneliti. Siswa meminta bantuan kepada
83
peneliti karena guru kurang aktif dalam membimbing diskusi
siswa. Sebagian besar siswa terlibat secara aktif dalam
kegiatan diskusi menyelesaikan masalah yang disajikan oleh
guru. Sebagian besar siswa sudah mulai paham dengan
perintah guru mengenai mengidentifikasi penyebab dari
masalah yang disajikan dalam LKS meskipun masih ada
jawaban yang kurang tepat. Masih ada beberapa siswa yang
membuat gaduh, misalnya bercanda dengan siswa lain ketika
sedang diberikan penjelasan serta tidak serius dalam
menjawab pertanyaan guru. Hasil pengamatan pada indikator
4 yaitu dalam presentasi hasil diskusi kelompok, hanya ada
tiga siswa yang mampu menanggapi presentasi dari
kelompok lain. Selain ketiga siswa tersebut, siswa lain masih
terlihat pasif ketika presentasi hasil diskusi. Masih terdapat
beberapa siswa yang mengobrol dengan teman
sekelompoknya ketika presentasi berlangsung.
Data hasil observasi keaktifan siswa pada pertemuan 1
dan pertemuan 2 siklus I menunjukkan bahwa skor akhir
keaktifan seluruh siswa meningkat. Akan tetapi, skor akhir
seluruh siswa belum mencapai ≥2,66. Dari rata-rata siklus I,
belum memenuhi indikator keberhasilan. Penelitian ini telah
ditetapkan indikator keberhasilan yaitu ≥75% siswa
memperoleh skor akhir >2.66. Skor akhir tersebut termasuk
84
dalam kriteria baik. Secara lebih rinci sebagian besar
keaktifan siswa setiap indikatornya mengalami peningkatan
dari pertemuan 1 dan pertemuan 2, hal ini terlihat pada tabel
di bawah ini.
Tabel 5. Hasil Observasi Keaktifan Siswa pada Pembelajaran PKn Siklus I
No. Nama Siswa
Skor Jumlah
Skor Skor Akhir
Krite- ria *) Ket. **) Indika-
tor 1 Indika-
tor 2 Indika-
tor 3 Indika-
tor 4 P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2
1. RA 0 2 0 2 0 2 0 2 0 8 0 2 K C BB BB
2. ICU 0 3 0 3 0 3 0 2 0 11 0 2,75 K B BB B
3. YF 1 2 1 2 2 2 1 1 5 7 1,25 1,75 K C BB BB
4. ABB 2 3 1 2 2 2 1 1 6 9 1,5 2,25 C C BB BB
5. BR 3 3 2 3 2 3 2 3 9 12 2,25 3 C B BB B
6. BSN 3 3 2 3 2 2 2 3 9 11 2,25 2,75 C B BB B
7. IAR 2 2 2 1 1 2 1 1 6 6 1,5 1,5 C C BB BB
8. IDP 3 3 3 3 2 3 3 3 11 12 2,75 3 B B B B
9. RDS 2 2 2 3 2 2 2 1 8 9 2 2,25 C C BB BB
10. RWD 2 2 2 3 3 2 2 2 9 9 2,25 2,25 C C BB BB
11. RFP 2 2 1 1 2 2 2 2 7 7 1,75 1,75 C C BB BB
12. FCY 3 3 2 3 3 3 2 1 10 10 2,5 2,5 B B BB BB
13. YST 2 2 1 2 1 2 1 1 5 7 1,25 1,75 K C BB BB
14. FS 3 3 2 1 2 2 1 2 8 8 2 2 C C BB BB
Jumlah 28 35 21 32 24 32 20 25 93 126 23,25 31,5
Rata-rata 2 2,5 1,5 2,29 1,71 2,29 1,43 1,79 6,64 9 1,66 2,25
Tertinggi 3 3 3 3 3 3 3 3 11 12 2,75 3
Terendah 0 2 0 2 0 2 0 1 0 6 0 1,5
*) Siswa dalam kriteria Kurang (K), Cukup (C), Baik (B), dan Sangat Baik (SB). **) Siswa dikatakan berhasil mencapai indikator keberhasilan jika mendapat skor
akhir >2,66 dengan keterangan Berhasil (B) dan Belum Berhasil (BB). Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan skor akhir keaktifan siswa pada setiap
pertemuannya. Pertemuan 1 terdapat 2 siswa yang tidak
masuk sekolah sehingga mendapatkan skor 0 di setiap
indikator keaktifan siswa. Pertemuan 1 terdapat 4 siswa
85
termasuk dalam kriteria kurang aktif, 8 siswa termasuk dalam
kriteria cukup aktif, dan 2 siswa termasuk dalam kriteria
keaktifan yang baik. Pertemuan 2 terdapat 9 siswa termasuk
dalam kriteria cukup aktif dan 5 siswa termasuk dalam
kriteria keaktifan yang baik. Apabila dilihat dari perolehan
skor akhir keaktifan siswa, 2 siswa yang tidak masuk pada
pertemuan 1 memiliki keaktifan yang cukup baik dan baik.
Hal tersebut terbukti pada pertemuan 2, RA memperoleh skor
akhir 2 dengan kriteria cukup baik dan ICU memperoleh skor
akhir 2,75 dengan kriteria baik.
Dilihat dari kemampuan siswa mencapai indikator
keberhasilan, pada pertemuan 1 hanya ada 1 siswa yang
memperoleh skor akhir >2,66 dan dinyatakan berhasil
mencapai indikator keberhasilan, sedangkan siswa yang
belum berhasil sebanyak 13 siswa. Jumlah siswa pada
pertemuan 2 yang berhasil mencapai indikator keberhasilan
meningkat menjadi 4 siswa dan siswa yang belum berhasil
menurun menjadi 10 siswa. Berikut persentase siswa yang
berhasil dan belum berhasil mencapai indikator keberhasilan
pada siklus I.
86
Tabel 6. Persentase Siswa yang Berhasil dan Belum Berhasil Mencapai Indikator Keberhasilan pada Siklus I
Keterangan Frekuensi Persentase
P1 P2 P1 P2 Siswa yang berhasil mencapai indikator keberhasilan
1 4 7,14% 28,57%
Siswa yang belum berhasil mencapai indikator keberhasilan
13 10 92,86% 71,43%
Berikut tabel perbandingan persentase siswa yang berhasil
dan belum berhasil mencapai indikator keberhasilan antara
pra tindakan dan siklus I.
Tabel 7. Perbandingan Persentase Siswa yang Berhasil dan Belum Berhasil Mencapai Indikator Keberhasilan antara Pra Tindakan dan Siklus I
Keterangan Pra Tindakan Siklus I Freku-
ensi Perse-tase
Frekuensi Persentase P1 P2 P1 P2
Siswa yang berhasil mencapai indikator keberhasilan
0 0% 1 4 7,14% 28,57%
Siswa yang belum berhasil mencapai indikator keberhasilan
14 100% 13 10 92,86% 71,43%
Perbandingan persentase siswa yang berhasil dan belum
berhasil mencapai indikator keberhasilan antara pra tindakan
dan siklus I juga ditunjukkan dalam diagram di bawah ini.
87
Gambar 9. Diagram Perbandingan Persentase Siswa yang Berhasil dan Belum Berhasil Mencapai Indikator Keberhasilan antara Pra Tindakan
dan Siklus I
Diagram di atas menunjukkan persentase siswa yang
berhasil mencapai indikator keberhasilan mengalami
peningkatan dan persentase siswa yang belum berhasil
mencapai indikator keberhasilan mengalami penurunan dari
pra tindakan sampai siklus I. Persentase siswa yang berhasil
mencapai indikator keberhasilan pada pra tindakan 0%
meningkat menjadi 7,14% pada siklus I pertemuan 1
kemudian meningkat lagi menjadi 28,57% pada pertemuan 2.
Persentase siswa yang belum berhasil mencapai indikator
keberhasilan pada pra tindakan sebesar 100% menurun
menjadi 92,86% pada siklus I pertemuan 1 kemudian
menurun lagi menjadi 71,43% pada pertemuan 2.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Pra Tindakan Siklus IPertemuan 1
Siklus IPertemuan 2
0% 7,14%
28,57%
100% 92,86%
71,43%
Persentase
Perbandingan Persentase Siswa yang Berhasil dan Belum Berhasil Mencapai Indikator Keberhasilan antara Pra
Tindakan dan Siklus I
Berhasil
BelumBerhasil
88
4) Refleksi Siklus I
Refleksi pada siklus I bertujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan. Peneliti dan
guru kelas IV, melakukan evaluasi terhadap beberapa tindakan yang
telah diterapkan untuk diperbaiki pada tindakan yang berikutnya.
Berdasarkan hasil pengamatan, hasil evaluasi, dan hasil diskusi
dengan guru, ada beberapa hal yang dapat direfleksikan agar
pelaksanaan proses pembelajaran PKn dengan menggunakan model
pembelajaran CPS di kelas IV SD Negeri Jeruksari dapat
meningkatkan keaktifan siswa.
Secara kualitas proses pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran CPS dalam pembelajaran PKn kelas IV SD
Negeri Jeruksari mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat
dari kondisi atau keadaan pada saat pelaksanaan tindakan di setiap
pertemuan siklus I yaitu keaktifan siswa dalam pembelajaran
meningkat, terlihat pada setiap pertemuan, partisipasi, serta
keantusiasan siswa meningkat cukup baik, didukung pula dengan
adanya kesediaan siswa dalam melaksanakan tahapan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran CPS, namun masih ada
beberapa siswa yang kurang bertanggung jawab terhadap tugas yang
diberikan. Hal tersebut dapat dilihat ketika siswa diminta
berpendapat, bertanya, maupun menanggapi pendapat atau
pertanyaan dari siswa lain, beberapa siswa masih bergurau dengan
89
siswa lain, tanpa menghiraukan perkataan guru. Sebagaimana
pendapat dari Nana Sudjana (2010: 94) mengenai kekurangan model
pembelajaran CPS, salah satunya adalah jika kegiatan belajar tidak
terkontrol oleh guru, maka kegiatan belajar bisa membawa resiko
yang merugikan siswa, misalnya kegiatan belajar tidak optimal
karena sikap tak acuh siswa. Hal tersebut terjadi pada siklus I,
meskipun kualitas pembelajaran meningkat namun pembelajaran
belum maksimal.
Hasil penelitian tindakan siklus I menunjukkan bahwa pada
pertemuan 1, hanya ada 1 (7,14%) siswa yang berhasil mencapai
indikator keberhasilan penelitian dan pada pertemuan 2 meningkat
menjadi 4 (28,57%) siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Sujarwo (2011: 179-180) pembelajaran yang menerapkan model
pembelajaran CPS menempatkan siswa aktif dalam pembelajaran
karena guru lebih banyak menempatkan diri sebagai fasilitator,
motivator, dan dinamisator belajar. Menurut indikator keberhasilan
yang sudah ditentukan, penelitian ini dikatakan berhasil jika
sekurang-kurangnya ≥75% siswa memperoleh skor akhir >2,66. Skor
akhir tersebut termasuk dalam kriteria baik. Oleh karena itu,
penelitian tindakan siklus I dinyatakan belum berhasil sehingga perlu
dilanjutkan penelitian tindakan siklus II. Hal tersebut diakibatkan
karena upaya guru dalam mengelola kelas kurang optimal sehingga
masih ada siswa yang sulit untuk dikondisikan mengikuti
90
pembelajaran dengan baik dan guru belum menguasai penuh model
pembelajaran CPS pada pembelajaran PKn. Berikut kendala-kendala
selama siklus I disertai dengan rencana perbaikan untuk
pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Tabel 8. Kendala pada Siklus I dan Rencana Perbaikan untuk Pembelajaran pada Pertemuan Berikutnya
No. Kendala Penelitian Siklus I Rencana Perbaikan Pada Siklus II 1. Guru kurang tegas terhadap siswa
yang bergurau, mengobrol, dan mengganggu siswa lain saat proses pembelajaran berlangsung sehingga membuat kegaduhan di dalam kelas.
Guru memanggil dan menegur siswa yang bergurau, mengobrol, dan mengganggu siswa lain saat proses pembelajaran berlangsung agar siswa kembali fokus mengikuti pembelajaran dengan baik.
2. Pada pembagian kelompok yang dilakukan secara acak sesuai dengan tingkat prestasi siswa, ada beberapa siswa yang protes dengan kelompok yang telah ditentukan.
Guru menasehati siswa agar mau berkelompok dengan siapa saja tanpa membeda-bedakan dan tidak mengejek siswa yang berkelompok dengan lawan jenis.
3. Tahapan yang dilakukan guru dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran CPS, guru kurang maksimal dalam menjelaskan petunjuk kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa, sehingga beberapa siswa masih belum mampu mengidentifikasi penyebab dari masalah yang disajikan oleh guru.
Guru menjelaskan dengan jelas dan rinci mengenai petunjuk kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa, sehingga seluruh siswa tidak mengalami kesalahpahaman dan mampu mengidentifikasi penyebab dari masalah yang disajikan oleh guru.
4. Selama pembelajaran menggunakan model pembelajaran CPS, guru kurang membimbing siswa dalam diskusi, guru terlihat pasif, dan hanya duduk di meja guru sambil membaca buku sehingga ketika siswa mengalami kesulitan mengerjakan LKS siswa meminta bantuan kepada peneliti.
Guru harus lebih aktif membimbing siswa dalam diskusi dan membantu kesulitan siswa sehingga tidak ada lagi siswa yang kesulitan menyelesaikan masalah dalam LKS.
5. Saat presentasi berlangsung, masih terdapat siswa yang mengobrol dengan teman sekelompoknya dan masih pasif untuk menanggapi presentasi dari kelompok lain.
Guru harus menegur dan memberikan nasehat bagi kelompok yang tidak memperhatikan dan meminta siswa ikut menanggapi dalam kegiatan presentasi hasil diskusi.
91
b. Siklus II
1) Perencanaan Tindakan Siklus II
Tindakan Siklus II diadakan berdasarkan hasil refleksi dari
siklus I yang belum mencapai indikator keberhasilan penelitian.
Siklus II juga dirancang sebuah desain pembelajaran menggunakan
model pembelajaran CPS pada pembelajaran PKn. Perbedaan siklus
I dan siklus II adalah dari pelaksanaan tahapan tindakan. Hal ini
berdasarkan pertimbangan hasil refleksi pada siklus I.
Perbaikan siklus I yang akan dilakukan pada siklus II yang
pertama adalah guru memanggil dan menegur siswa yang bergurau,
mengobrol, dan mengganggu siswa lain saat proses pembelajaran
berlangsung agar siswa kembali fokus mengikuti pembelajaran
dengan baik. Kedua, guru menasehati siswa agar mau berkelompok
dengan siapa saja tanpa membeda-bedakan dan tidak mengejek
siswa yang berkelompok dengan lawan jenis. Ketiga, guru
menjelaskan dengan jelas dan rinci mengenai petunjuk kegiatan yang
harus dilakukan oleh siswa, sehingga seluruh siswa tidak mengalami
kesalahpahaman dan mampu mengidentifikasi penyebab dari
masalah yang disajikan oleh guru. Keempat, guru harus lebih aktif
membimbing siswa dalam diskusi dan membantu kesulitan siswa
sehingga tidak ada lagi siswa yang kesulitan menyelesaikan masalah
dalam LKS. Kelima, guru harus menegur dan memberikan nasehat
92
bagi kelompok yang tidak memperhatikan dan meminta siswa ikut
menanggapi dalam kegiatan presentasi hasil diskusi.
Perencanaan tindakan siklus II sama dengan perencanaan
tindakan siklus I yaitu peneliti menyiapkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan lembar
observasi untuk mengamati keaktifan siswa serta aktivitas guru
selama proses pembelajaran. Siklus II dimulai dengan membuat RPP
untuk materi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Komisi
Pemilihan Umum (KPU). Siklus II direncanakan dua kali pertemuan.
Perkiraan materi akan selesai dalam dua kali pertemuan, dengan
rincian pada pertemuan 1 membahas mengenai BPK dan pada
pertemuan 2 membahas mengenai KPU. Materi tersebut sesuai
dengan permintaan guru.
2) Pelaksanaan Tindakan Siklus II
a) Siklus II pertemuan 1
Siklus II Pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Senin tanggal
15 Februari 2016 dengan materi Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK). Pembelajaran dilaksanakan pada jam keempat dan kelima
setelah jam istirahat pertama dengan alokasi waktu 2x35 menit.
Guru sebagai pengajar sedangkan peneliti sebagai observer
kegiatan pembelajaran serta satu orang observer pendamping
untuk membantu kegiatan observasi peneliti.
93
(1) Kegiatan awal
Guru terlebih dahulu mengkondisikan siswa supaya
siap mengikuti proses pembelajaran PKn. Selanjutnya, guru
membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, tanpa
berdoa karena pembelajaran dimulai pada jam keempat.
Berdoa dilakukan pada jam pertama. Hari itu ada 2 siswa
yang tidak masuk dikarenakan sakit yaitu BR dan RFP, jadi
siswa yang hadir pada hari itu hanya 12 siswa. Kemudian,
guru melakukan apersepsi dengan mengajukan beberapa
pertanyaan, “Siapa yang pernah menjadi bendahara di kelas ?
Apa tugas bendahara ?” ICU menjawab, “Saya pak,
mengurusi uang kas”. Guru membenarkan jawaban siswa,
“Betul sekali, bendahara mengurusi uang kas atau keuangan
kelas. Seperti di kelas ini, di negara kita juga ada lembaga
yang bertugas mengurusi keuangan negara. Namun,
bagaimana kita tahu uang negara dikelola dengan baik atau
tidak ? Kita sebagai rakyat tidak bisa mengawasi secara
langsung. Siapa yang mengawasi pengelolaan uang negara ?”
IDP menjawab, “BPK pak”. Guru membenarkan jawaban
siswa dan menyampaikan tujuan pembelajaran hari itu
mengenai BPK.
94
(2) Kegiatan inti
Guru meminta siswa membuka buku paket PKn
halaman 33 dan buku Lintas halaman 10 mengenai Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK). Guru meminta siswa membaca
materi secara bergiliran dan siswa yang tidak membaca
diminta menyimak. Suasana kelas sangat tenang dan hening.
Kelas sangat kondusif untuk pembelajaran. Guru menjelaskan
kembali materi yang sudah dibacakan oleh siswa. Siswa
memperhatikan dengan baik, meskipun sesekali ada siswa
yang mengobrol namun setelah diingatkan siswa kembali
memperhatikan. Guru menjelaskan sambil menulis catatan di
papan tulis dan melakukan tanya jawab mengenai materi.
Tindakan selanjutnya yang dilakukan guru adalah sebagai
berikut.
(a) Tahap pertama, guru mengkondisikan siswa untuk
berkelompok sesuai dengan tingkat prestasi siswa
dimana dalam satu kelompok terdiri dari siswa pandai,
sedang, dan kurang pandai. Kelompok 1 terdiri dari IDP,
RWD, YST, dan IAR. Kelompok 2 terdiri dari BSN,
RDS, FS, dan ABB. Kelompok 3 terdiri dari RA, ICU,
YF, dan FCY. Siswa mudah dikondisikan untuk
berkelompok sesuai dengan kelompok yang sudah
ditentukan oleh guru.
95
(b) Tahap kedua, guru menjelaskan petunjuk kegiatan yang
akan dilakukan oleh siswa yaitu menemukan masalah
yang disajikan dalam LKS, mengidentifikasi penyebab
dari masalah tersebut, kemudian menyelesaikan masalah
secara kreatif dari hasil brainstorming berdasarkan
pengalaman, pengetahuan siswa, maupun membaca
referensi.
(c) Tahap ketiga, guru membagikan LKS yang berisi
mengenai situasi problematik atau masalah yang harus
diselesaikan oleh siswa. Guru meminta salah satu siswa
untuk membacakan masalah yang ada dalam LKS dan
siswa lain menyimak. Guru meminta siswa lain
mengulangi membaca. Guru memperjelas masalah yang
ada dalam LKS yaitu mengenai masalah pengelolaan
uang sekolah oleh Pak Johan selaku bendahara di SD
Bina Bangsa. Penyalahgunaan uang sekolah oleh Pak
Johan untuk keperluan pribadi. Pengelolaan keuangan
sekolah, kepala sekolah bertindak sebagai lembaga yang
mengawasi pengelolaan keuangan sekolah. Hal tersebut
sama seperti pengawasan pengelolaan uang negara olek
BPK. Siswa harus mengidentifikasi penyebabnya dan
memberikan solusi kreatif dari masalah tersebut.
96
Gambar 10. Guru Menjelaskan Petunjuk Kegiatan yang akan Dilakukan oleh Siswa dan Mempertegas Masalah
yang Tersaji dalam LKS
(d) Tahap keempat, siswa berdiskusi untuk menemukan
penyebab timbulnya masalah yang terjadi kemudian
menyelesaikan masalah tersebut. Siswa terlihat lebih
aktif pada diskusi kali ini dibandingkan dengan
pertemuan sebelumnya. Siswa terlihat sangat antusias
mengerjakan LKS. Siswa sudah paham mengenai
mengidentifikasi penyebab dari masalah yang disajikan
guru. Siswa sudah terlibat aktif dalam diskusi kelompok.
Siswa sudah mampu berpendapat dan menanggapi
pendapat siswa lain dalam kelompok. Penyebab dan
solusi dari masalah yang dituliskan siswa dalam LKS
lebih variatif dibandingkan dengan pertemuan
sebelumnya.
97
Gambar 11. Diskusi dalam Kelompok 1 (kiri) dan 2 (kanan) Berjalan Baik dan Diskusi Telah Selesai
Gambar 12. Diskusi dalam Kelompok 3 Berjalan Baik
dan Diskusi Telah Selesai
(e) Tahap kelima, siswa dengan bimbingan guru
mempresentasikan jawaban dari masing-masing
kelompok. Dimulai dari kelompok 3, hasil diskusi
dibacakan oleh FCY dan YF. FCY membacakan
penyebab dari masalah dalam LKS. Kemudian YF
membacakan solusi dari masalah tersebut. Guru meminta
kelompok lain menanggapi. IDP, BSN, RWD, FS, dan
IAR menanggapi bahwa penyebab timbulnya masalah
yang dikemukakan kelompok 3 masih kurang. Guru
menerima tanggapan siswa. Kelompok 3 juga menerima
tanggapan dari kelompok lain. Selanjutnya dari
98
kelompok 2, hasil diskusi dibacakan oleh FS dan RDS.
FS membacakan penyebab dari masalah dalam LKS.
Kemudian RDS membacakan solusi dari masalah
tersebut. Guru meminta kelompok lain menanggapi. RA,
ICU, YF, FCY, dan YST menanggapi bahwa penyebab
timbulnya masalah yang dikemukakan kelompok 2
masih kurang. Guru menerima tanggapan siswa.
Kelompok 2 juga menerima tanggapan dari kelompok
lain. Terakhir kelompok 1, hasil diskusi dibacakan oleh
IAR dan YST. IAR membacakan penyebab dari masalah
dalam LKS. Kemudian YST membacakan solusi dari
masalah tersebut. Guru meminta kelompok lain
menanggapi namun tidak ada siswa yang menanggapi
karena jawaban dari kelompok 3 dianggap benar oleh
siswa lain. Guru mengkonfirmasi kekurangan jawaban
kelompok 3 dan 2 tadi ditambahkan dengan jawaban
kelompok 1. Sebagian besar jawaban siswa sudah benar.
Guru mengkonfirmasi jawaban setiap kelompok dengan
jawaban yang benar. Penyebab masalah dalam LKS
tersebut adalah kurang rasa tanggung jawab dan
kejujuran dari Pak Johan. Guru meminta siswa
mengumpulkan LKS yang sudah dikerjakan untuk dinilai
oleh guru.
99
(3) Kegiatan penutup
Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi
yang sudah dipelajari hari itu yaitu mengenai BPK. Siswa
diberi kesempatan bertanya mengenai materi yang belum
dipahami, namun tidak ada siswa yang bertanya. Siswa
menyatakan bahwa sudah paham dengan materi hari itu. Guru
memberikan tugas kepada siswa untuk membaca materi yang
akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya yaitu tentang
KPU. Mata pelajaran PKn berada pada jam keempat dan
kelima maka tidak di akhiri dengan doa namun dilanjutkan
dengan pembelajaran selanjutnya.
b) Siklus II pertemuan 2
Siklus II pertemuan 2 dilaksanakan pada hari Kamis
tanggal 18 Februari 2016 dengan materi Komisi Pemilihan Umum
(KPU). Pembelajaran dilaksanakan pada jam pertama dan kedua
dengan alokasi waktu 2x35 menit. Guru sebagai pengajar
sedangkan peneliti sebagai observer kegiatan pembelajaran serta
satu orang observer pendamping untuk membantu kegiatan
observasi peneliti.
(1) Kegiatan awal
Guru terlebih dahulu mengkondisikan siswa supaya
siap mengikuti proses pembelajaran PKn. Selanjutnya, guru
memulai pembelajaran dengan salam dan berdoa. Peraturan
100
terbaru di SD Jeruksari bahwa sebelum pembelajaran
dimulai, siswa dan guru wajib menyanyikan lagu Indonesia
Raya bersama-sama. Kemudian guru mempresensi kehadiran
siswa. Semua siswa hadir sehingga jumlah siswa sebanyak 14
siswa. Guru melakukan apersepsi mengaitkan materi dengan
pemilihan kepala daerah di Gunungkidul beberapa waktu
lalu. Guru bertanya, “Belum lama ini di kabupaten
Gunungkidul mengadakan pemilihan kepala daerah, disingkat
apa ?” IDP menjawab, “Pilkada pak”. Guru membenarkan
jawaban IDP lalu berkata, “Lembaga yang mengurusi pilkada
kemarin namanya apa ?” FS menjawab, “KPU pak”. Guru
membenarkan jawaban FS kemudian menyampaikan bahwa
hari itu akan mempelajari mengenai Komisi Pemilihan
Umum (KPU).
(2) Kegiatan inti
Guru meminta siswa membuka lembar materi
pembelajaran yang sudah diberikan oleh peneliti mengenai
lembaga KPU. Guru meminta peneliti menyiapkan lembar
materi mengenai lembaga KPU sebagai bahan belajar siswa
karena di buku paket PKn dan buku Lintas siswa tidak ada
penjelasan lengkap mengenai lembaga KPU. Guru meminta
siswa secara bergiliran membacakan materi dan siswa lain
yang tidak membaca diminta menyimak. Suasana kelas
101
sangat tenang dan hening. Kelas sangat kondusif untuk
pembelajaran. Guru menjelaskan kembali materi yang sudah
dibacakan oleh siswa. Siswa memperhatikan dengan baik.
Guru menjelaskan sambil menulis catatan di papan tulis dan
melakukan tanya jawab mengenai materi.
Gambar 13. Guru Menjelaskan Materi Mengenai KPU
Siswa dan guru telah melakukan tanya jawab, maka
tindakan selanjutnya yang dilakukan guru dengan model
pembelajaran CPS adalah sebagai berikut.
(a) Tahap pertama, guru mengkondisikan siswa untuk
berkelompok sesuai dengan tingkat prestasi siswa
dimana dalam satu kelompok terdiri dari siswa pandai,
sedang, dan kurang pandai. Kelompok 1 terdiri dari IDP,
RWD, RFP, dan IAR. Kelompok 2 terdiri dari BSN,
RDS, FS, ABB, dan YST. Kelompok 3 terdiri dari BR,
RA, ICU, YF, dan FCY. Siswa mudah dikondisikan
untuk berkelompok sesuai dengan kelompok yang sudah
ditentukan oleh guru.
102
(b) Tahap kedua, guru menjelaskan petunjuk kegiatan yang
akan dilakukan oleh siswa yaitu menemukan masalah
yang disajikan dalam LKS, mengidentifikasi penyebab
dari masalah tersebut, kemudian menyelesaikan masalah
secara kreatif dari hasil brainstorming berdasarkan
pengalaman, pengetahuan siswa, maupun membaca
referensi.
(c) Tahap ketiga, guru membagikan LKS yang berisi
mengenai situasi problematik atau masalah yang harus
diselesaikan oleh siswa. Guru meminta salah satu siswa
untuk membacakan masalah yang ada dalam LKS dan
siswa lain menyimak. Guru meminta siswa lain
mengulangi membaca. Guru memperjelas masalah yang
ada dalam LKS yaitu mengenai masalah tindakan suap
yang dilakukan oleh Pak Muhiddin dalam pemilihan
ketua RT menggambarkan pelanggaran dalam
pelaksanaan pemilu di Indonesia. Pelaksanaan pemilihan
ketua RT, Pak Somad bertindak sebagai orang yang
dituakan di daerah tempat tinggal Pak Muhiddin
sehingga memimpin jalannya pemilihan ketua RT. Hal
tersebut sama seperti lembaga KPU di Indonesia yaitu
melaksanakan pemilu secara langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur, dan adil. Masalah yang disajikan guru
103
tersebut siswa harus mengidentifikasi penyebabnya dan
memberikan solusi kreatif dari masalah tersebut.
Gambar 14. Guru Menjelaskan Petunjuk Kegiatan yang akan Dilakukan oleh Siswa dan Mempertegas Masalah yang Tersaji dalam LKS dengan Menuliskan di Papan
Tulis
(d) Tahap keempat, siswa melakukan diskusi untuk
menemukan penyebab timbulnya masalah yang terjadi
kemudian menyelesaikan masalah tersebut. Siswa
terlihat sangat aktif pada diskusi kali ini dibandingkan
dengan pertemuan sebelumnya. Siswa terlihat sangat
antusias mengerjakan LKS. Siswa sudah paham
mengenai mengidentifikasi penyebab dari masalah yang
disajikan guru. Seluruh siswa sudah terlibat aktif dalam
diskusi kelompok. Diskusi dalam kelompok 1, 2, dan 3
berjalan sangat baik. Antar anggota kelompok terjadi
tukar pendapat yang cukup menarik. Jika ada salah satu
anggota yang memberikan pendapatnya, anggota lain
mengomentari kesesuaian pendapat tersebut dengan
104
masalah yang dalam LKS. Penyebab dan solusi dari
masalah yang dituliskan siswa dalam LKS lebih variatif
dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya.
Gambar 15. Diskusi dalam Kelompok 1 Berjalan Baik dan Siswa Terlihat Antusias Mengerjakan LKS
Gambar 16. Diskusi dalam Kelompok 2 Berjalan Baik dan Siswa Terlihat Antusias Mengerjakan LKS
Gambar 17. Diskusi dalam Kelompok 3 Berjalan Baik dan Siswa Terlihat Antusias Mengerjakan LKS
105
(e) Tahap kelima, siswa dengan bimbingan guru
mempresentasikan jawaban dari masing-masing
kelompok. Dimulai dari kelompok 1, hasil diskusi
dibacakan oleh RFP dan IAR. RFP membacakan
penyebab dari masalah dalam LKS. Kemudian IAR
membacakan solusi dari masalah tersebut. Guru meminta
kelompok lain menanggapi. Kelompok 2 dan 3
menanggapi bahwa kelompok 2 dan 3 sependapat dengan
jawaban dari kelompok 1 karena jawaban kelompok 1
benar. Selanjutnya dari kelompok 2, hasil diskusi
dibacakan oleh FS dan RDS. FS membacakan penyebab
dari masalah dalam LKS. Kemudian RDS membacakan
solusi dari masalah tersebut. Guru meminta kelompok
lain menanggapi. Kelompok 1 dan 3 menanggapi bahwa
kelompok 1 dan 3 sependapat dengan jawaban dari
kelompok 2 karena jawaban kelompok 2 benar. Terakhir
kelompok 3, hasil diskusi dibacakan oleh YF dan ICU.
YF membacakan penyebab dari masalah dalam LKS.
Kemudian ICU membacakan solusi dari masalah
tersebut. Guru meminta kelompok lain menanggapi.
Kelompok 1 dan 2 menanggapi bahwa kelompok 1 dan 2
sependapat dengan jawaban dari kelompok 3 karena
jawaban kelompok 3 benar. Guru mengkonfirmasi
106
jawaban setiap kelompok bahwa jawaban semua
kelompok benar. Penyebab masalah dalam LKS tersebut
adalah ketidakjujuran, sombong, dan tidak mau
menerima kekalahan dengan lapang dada. Siswa sudah
mampu mengidentifikasi penyebab dari masalah yang
terjadi kemudian siswa memberikan solusi yang tepat
untuk menyelesaikan masalah tersebut. Guru meminta
siswa mengumpulkan LKS yang sudah dikerjakan untuk
dinilai oleh guru.
(3) Kegiatan penutup
Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi
yang sudah dipelajari hari itu yaitu mengenai KPU. Siswa
diberi kesempatan bertanya mengenai materi yang belum
dipahami, namun tidak ada siswa yang bertanya. Siswa
menyatakan bahwa sudah paham dengan materi hari itu. Mata
pelajaran PKn berada pada jam pertama dan kedua maka
tidak di akhiri dengan doa namun dilanjutkan dengan
pembelajaran selanjutnya.
3) Pengamatan Siklus II
a) Pengamatan guru siklus II
Pertemuan 1 dan 2 pada siklus II, secara keseluruhan guru
sudah melakukan pembelajaran dengan baik sesuai dengan RPP.
Guru sudah menguasai penuh pembelajaran dengan menggunakan
107
model pembelajaran CPS. Guru memulai pembelajaran dengan
salam dan berdoa kemudian dilanjutkan dengan apersepsi. Setelah
menyampaikan apersepsi guru menyampaikan tujuan
pembelajaran. Guru bertindak tegas dengan menegur dan
menasehati siswa yang bergurau, mengobrol, dan mengganggu
siswa lain ketika pembelajaran berlangsung, sehingga siswa
belajar dengan suasana yang tenang. Memasuki pembelajaran
menggunakan model pembelajaran CPS, menjelaskan contoh
mengidentifikasi penyebab dari masalah yang terjadi, sehingga
siswa paham mengerjakan LKS. Tahap keempat, ketika proses
diskusi siswa, guru membantu siswa yang mengalami kesulitan
dengan memperjelas masalah yang dihadapi. Guru mengingatkan
siswa untuk bekerja dalam kelompok secara aktif dan tidak diam
saja. Guru aktif mendatangi satu per satu kelompok untuk melihat
proses diskusi siswa dalam kelompok.
Pertemuan 1 dan 2, guru telah membimbing presentasi hasil
diskusi siswa dengan baik. Guru juga menegur siswa yang
mengobrol dengan teman sekelompoknya sehingga siswa tersebut
kembali memperhatikan presentasi dari kelompok lain. Guru
mengkonfirmasi jawaban siswa dengan jawaban yang benar.
Jawaban semua kelompok benar dan guru memberikan pujian atas
keberhasilan siswa. Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan
materi yang sudah dipelajari. Siswa diberi kesempatan bertanya
108
mengenai materi yang belum dipahami, namun siswa menyatakan
sudah paham mengenai materi pada hari itu. Pembelajaran selesai
kemudian dilanjutkan pembelajaran selanjutnya.
b) Pengamatan siswa siklus II
(1) Pengamatan siswa pertemuan 1
Peneliti membuat tanda pengenal dalam bentuk name
tag disertai perekat untuk menempelkannya pada baju siswa
seperti pada pelaksanaan tindakan siklus I. Hal ini dilakukan
agar dapat memudahkan peneliti untuk mangamati keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran. Untuk mempermudah
mengamati keaktifan siswa, peneliti yang bertindak sebagai
observer mengajak satu teman untuk menjadi observer
pendamping. Peneliti mengamati siswa yang bernomor absen
1 sampai 7, observer lain bertugas mengamati siswa yang
bernomor absen 8 sampai 14.
Berdasarkan hasil pengamatan keaktifan siswa dalam
pembelajaran PKn yang dilakukan dapat diketahui bahwa
pembelajaran PKn pada pertemuan 1 berjalan dengan baik.
Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan terhadap indikator
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran PKn dengan
menggunakan model pembelajaran CPS.
Hasil pengamatan pada indikator 1 yang berbunyi
terlibat dalam kegiatan penyelesaian masalah dengan
109
mengemukakan pendapat dalam kelompok, menunjukkan
bahwa sebagian besar siswa dapat mengemukakan pendapat
dengan benar namun sesekali dibantu oleh guru. Kegiatan ini,
hanya beberapa siswa saja yang mengalami kesulitan
mengidentifikasi penyebab dari masalah yang disajikan pada
LKS karena sebelumnya guru sudah menjelaskan petunjuk
kegiatan dengan memberikan contoh pengerjaannya. Masih
ada beberapa siswa yang belum bisa mengemukakan
pendapat, namun setelah dibantu oleh guru, siswa mulai
paham mengenai masalah dalam LKS. Ada juga siswa yang
bergurau dengan siswa lain, namun setelah ditegur oleh guru,
siswa kembali berdiskusi dalam kelompok.
Hasil pengamatan pada indikator 2 yang berbunyi
menanggapi dan menghargai pendapat teman dalam kegiatan
diskusi kelompok, menunjukkan bahwa sebagian besar siswa
dapat menanggapi dan menghargai pendapat siswa lain dalam
kegiatan diskusi kelompok dengan benar dan kritis namun
sesekali dibantu oleh guru. Siswa menanggapi pendapat
siswa lain jika pendapat tersebut dianggap kurang tepat.
Siswa juga cukup menghargai pendapat siswa lain dengan
tidak mengejek pendapat siswa lain jika pendapat tersebut
kurang tepat.
110
Hasil pengamatan pada indikator 3 yang berbunyi
berdiskusi membuat alternatif solusi untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi dalam diskusi kelompok,
menunjukkan bahwa siswa mampu berdiskusi membuat
alternatif solusi dengan benar dan kritis namun sesekali
dibantu oleh guru. Siswa meminta bantuan kepada guru
ketika mengalami kesulitan. Siswa sudah mengetahui apa
saja solusi yang akan dituliskan namun beberapa siswa masih
merasa kurang yakin atas pemikirannya sehingga siswa
bertanya kepada guru.
Hasil pengamatan pada indikator 4 yang berbunyi
mempresentasikan hasil diskusi dan menanggapi presentasi
dari kelompok lain, menunjukkan bahwa siswa mampu
mempresentasikan hasil diskusi dengan runtut dan jelas
namun ada jawaban yang kurang tepat. Selain itu, beberapa
siswa sudah mampu menanggapi hasil presentasi dari
kelompok lain. Presentasi dari masing-masing kelompok
dibacakan oleh perwakilan kelompok.
(2) Pengamatan siswa pertemuan 2
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, pada
pertemuan 2 ini peneliti juga mengajak satu teman untuk
menjadi observer yang bertugas mengamati sebagian siswa.
Seperti biasa, peneliti mengamati siswa yang bernomor absen
111
1 sampai 7, observer lain bertugas mengamati siswa yang
bernomor absen 8 sampai 14. Perhatian siswa terhadap
penjelasan guru sudah baik, terlihat siswa bersemangat dalam
mendengarkan petunjuk kegiatan dari guru mengenai cara
mengidentifikasi penyebab dari masalah yang disajikan dan
solusi kreatif yang harus dituliskan.
Sebagian besar siswa terlibat secara aktif terlihat dari
kegiatan yang dilakukan seperti mengemukakan pendapat
dalam diskusi kelompok, menghargai pendapat siswa lain,
berdiskusi membuat solusi kreatif untuk menyelesaikan
masalah yang disajikan, dan mempresentasikan hasil diskusi
kemudian menanggapi presentasi kelompok lain.
Data hasil observasi keaktifan siswa pada pertemuan 1
dan pertemuan 2 siklus II menunjukkan bahwa skor akhir
keaktifan siswa meningkat. Berdasarkan rata-rata siklus II,
sudah memenuhi indikator keberhasilan. Indikator
keberhasilan pada penelitian ini yaitu ≥75% siswa
memperoleh skor akhir >2.66. Skor akhir tersebut termasuk
dalam kriteria baik. Secara lebih rinci sebagian besar
keaktifan siswa setiap indikatornya mengalami peningkatan
dari pertemuan 1 dan pertemuan 2, hal ini terlihat pada tabel
di bawah ini.
112
Tabel 9. Hasil Observasi Keaktifan Siswa pada Pembelajaran PKn Siklus II
No. Nama Siswa
Skor Jumlah
Skor Skor Akhir
Krite-ria *)
Ket. **) Indika-
tor 1 Indika-
tor 2 Indika-
tor 3 Indika-
tor 4 P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2
1. RA 3 4 3 3 2 3 3 4 11 14 2,75 3,5 B SB B B
2. ICU 3 3 3 4 2 4 3 4 11 15 2,75 3,75 B SB B B
3. YF 2 3 2 3 2 3 3 4 9 13 2,25 3,25 C B BB B
4. ABB 2 3 3 3 3 3 2 4 10 13 2,5 3,25 B B BB B
5. BR 0 4 0 3 0 4 0 4 0 15 0 3,75 K SB BB B
6. BSN 3 4 3 3 2 4 3 4 11 15 2,75 3,75 B SB B B
7. IAR 2 3 3 4 3 3 3 4 11 14 2,75 3,5 B SB B B
8. IDP 3 4 3 4 3 3 4 4 13 15 3,25 3,75 B SB B B
9. RDS 3 3 3 4 3 3 2 4 11 14 2,75 3,5 B SB B B
10. RWD 3 4 3 3 3 4 4 4 13 15 3,25 3,75 B SB B B
11. RFP 0 4 0 4 0 3 0 4 0 15 0 3,75 K SB BB B
12. FCY 3 4 3 3 3 4 3 4 12 15 3 3,75 B SB B B
13. YST 2 3 2 3 3 3 3 4 10 13 2,5 3,25 B B BB B
14. FS 3 4 3 3 3 4 3 4 12 15 3 3,75 B SB B B
Jumlah 32 50 34 47 32 48 36 56 134 201 33,5 50,25
Rata-rata 2,29 3,57 2,43 3,36 2,29 3,43 2,57 4 9,57 14,36 2,39 3,59
Tertinggi 3 4 3 4 3 4 4 4 13 15 3,25 3,75
Terendah 0 3 0 3 0 3 0 - 0 13 0 3,25
*) Siswa dalam kriteria Kurang (K), Cukup (C), Baik (B), dan Sangat Baik (SB). **) Siswa dikatakan berhasil mencapai indikator keberhasilan jika mendapat skor
akhir >2,66 dengan keterangan Berhasil (B) dan Belum Berhasil (BB).
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan skor akhir keaktifan siswa pada setiap
pertemuannya. Pertemuan 1 terdapat 2 siswa yang tidak
masuk sekolah sehingga mendapatkan skor 0 di setiap
indikator lembar observasi keaktifan siswa. Pertemuan 1
terdapat 2 siswa termasuk dalam kriteria kurang aktif, 1
siswa termasuk dalam kriteria cukup aktif, dan 11 siswa
termasuk dalam kriteria keaktifan yang baik. Pertemuan 2
terdapat 3 siswa termasuk dalam kriteria keaktifan yang baik
113
dan 11 siswa termasuk dalam kriteria keaktifan yang sangat
baik. Apabila dilihat dari perolehan skor akhir keaktifan
siswa, 2 siswa yang tidak masuk pada pertemuan 1 memiliki
keaktifan yang sangat baik. Hal tersebut terbukti pada
pertemuan 2, BR dan RFP memperoleh skor akhir 3,75
dengan kriteria sangat baik.
Dilihat dari kemampuan siswa mencapai indikator
keberhasilan, pada pertemuan 1 terdapat 9 siswa yang
memperoleh skor >2,66 dan dinyatakan berhasil mencapai
indikator keberhasilan, sedangkan siswa yang belum berhasil
sebanyak 5 siswa. Pertemuan 2 seluruh (14) siswa berhasil
mencapai indikator keberhasilan. Berikut persentase siswa
yang berhasil dan belum berhasil mencapai indikator
keberhasilan pada siklus II.
Tabel 10. Persentase Siswa yang Berhasil dan Belum Berhasil Mencapai Indikator Keberhasilan pada Siklus II
Keterangan Frekuensi Persentase P1 P2 P1 P2
Siswa yang berhasil mencapai indikator keberhasilan
9 14 64,29% 100%
Siswa yang belum berhasil mencapai indikator keberhasilan
5 0 35,71% 0%
Berikut tabel perbandingan persentase siswa yang berhasil
dan belum berhasil mencapai indikator keberhasilan dari pra
tindakan sampai siklus II.
114
Tabel 11. Perbandingan Persentase Siswa yang Berhasil dan Belum Berhasil Mencapai Indikator Keberhasilan dari Pra Tindakan sampai Siklus II
Keterangan Pra Tindakan Siklus I Siklus II Freku-
ensi Persen-
tase Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2
Siswa yang berhasil mencapai indikator keberhasilan
0 0% 1 4 7,14% 28,57% 9 14 64,29% 100%
Siswa yang belum berhasil mencapai indikator keberhasilan
14 100% 13 10 92,86% 71,43% 5 0 35,71% 0%
Perbandingan persentase siswa yang berhasil dan belum
berhasil mencapai indikator keberhasilan dari pra tindakan
sampai siklus II juga ditunjukkan dalam diagram di bawah
ini.
Gambar 18. Diagram Perbandingan Persentase Siswa yang Berhasil dan Belum Berhasil Mencapai Indikator Keberhasilan dari Pra Tindakan sampai Siklus II
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
PraTindakan
Siklus IPertemuan
1
Siklus IPertemuan
2
Siklus IIPertemuan
1
Siklus IIPertemuan
2
0% 7,14%
28,57%
64,29%
100% 100% 92,86%
71,43%
35,71%
0%
Persentase
Perbandingan Persentase Siswa yang Berhasil dan Belum Berhasil Mencapai Indikator Keberhasilan dari Pra
Tindakan sampai Siklus II
Berhasil
BelumBerhasil
115
Diagram di atas menunjukkan persentase siswa yang
berhasil mencapai indikator keberhasilan mengalami
peningkatan dan persentase siswa yang belum berhasil
mencapai indikator keberhasilan mengalami penurunan dari
pra tindakan sampai siklus II. Persentase siswa yang berhasil
mencapai indikator keberhasilan pada pra tindakan sebesar
0% meningkat menjadi 7,14% pada siklus I pertemuan 1
kemudian meningkat lagi menjadi 28,57% pada siklus I
pertemuan 2. Persentase siswa yang berhasil mencapai
indikator keberhasilan pada siklus II pertemuan 1 kembali
meningkat menjasi 64,29% kemudian meningkat lagi menjadi
100% pada siklus II pertemuan 2. Persentase siswa yang
belum berhasil mencapai indikator keberhasilan pada pra
tindakan sebesar 100% menurun menjadi 92,86% pada siklus
I pertemuan 1 kemudian menurun lagi menjadi 71,43% pada
siklus I pertemuan 2. Persentase siswa yang belum berhasil
mencapai indikator keberhasilan pada siklus II pertemuan 1
kembali menurun menjasi 35,71% kemudian menurun lagi
menjadi 0% pada siklus II pertemuan 2.
4) Refleksi Siklus II
Secara umum dalam pelaksanaan siklus II tidak ditemukan
kendala yang serius, karena pelaksanaan siklus II merupakan
perbaikan dari siklus I. Perbaikan yang diterapkan pada siklus II
116
antara lain guru bersikap tegas dengan memberi teguran dan nasehat
terhadap siswa yang bergurau, mengobrol, dan mengganggu siswa
lain saat proses pembelajaran berlangsung. Guru menasehati siswa
agar mau berkelompok dengan siapa saja tanpa membeda-bedakan
dan tidak mengejek siswa yang berkelompok dengan lawan jenis.
Guru menjelaskan dengan jelas dan rinci mengenai petunjuk
kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa, sehingga seluruh siswa
mampu mengidentifikasi penyebab dari masalah yang disajikan oleh
guru. Guru lebih aktif membimbing siswa dalam diskusi dan
membantu kesulitan siswa sehingga tidak ada lagi siswa yang
kesulitan menyelesaikan masalah. Guru menegur dan memberi
nasehat bagi kelompok yang tidak memperhatikan dan ikut
menanggapi dalam kegiatan presentasi hasil diskusi.
Menurut indikator keberhasilan yang sudah ditentukan oleh
peneliti, penelitian ini dikatakan berhasil jika sekurang-kurangnya
>75% siswa memperoleh skor akhir >2,66. Skor akhir tersebut
termasuk dalam kriteria baik. Hasil penelitian siklus II menunjukkan
bahwa pada pertemuan 1 terdapat 9 (64,29%) siswa yang berhasil
mencapai indikator keberhasilan penelitian dan pada pertemuan 2
meningkat menjadi 14 (100%) siswa yang berhasil mencapai
indikator keberhasilan penelitian. Peningkatan keaktifan siswa pada
setiap siklusnya sesuai dengan pendapat dari Sujarwo (2011: 179-
180) yaitu pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran CPS
117
menempatkan siswa aktif dalam pembelajaran karena guru lebih
banyak menempatkan diri sebagai fasilitator, motivator, dan
dinamisator belajar. Siswa diberikan kesempatan untuk belajar
mandiri dan mengeksplorasi kemampuannya dalam pembelajaran.
Berpikir kreatif merupakan suatu kegiatan mental untuk
mendapatkan dan menemukan suatu jawaban, gagasan, penyelesaian
masalah, dan pernyataan serta mendatangkan atau memunculkan
suatu ide baru. Melalui berpikir kreatif, siswa tidak hanya menerima
informasi dari guru, namun siswa juga berusaha mencari dan
memberikan informasi dalam proses pembelajaran. Siswa yang
kreatif selalu mempunyai rasa ingin tahu, ingin mencoba-coba,
berpetualang, memiliki banyak ide, mampu mengelaborasi beberapa
pendapat, suka bermain, dan intuitif. Memecahkan masalah secara
kreatif merupakan proses menemukan solusi untuk menyelesaikan
masalah dengan kemampuan kreatif yang menurut Guilford
(Sujarwo, 2011: 172) tercermin dalam lima perilaku antara lain 1)
fluency yaitu kelancaran atau kemampuan untuk menghasilkan
banyak gagasan, 2) fleksibility yaitu siswa mampu memberikan
jawaban yang berbeda-beda dalam mengatasi masalah, 3) originality
yaitu siswa mampu memberikan jawaban yang jarang atau langka
dan berbeda dengan jawaban siswa lain pada umumnya, 4)
elaboration yaitu siswa mampu menyatakan gagasan secara
terperinci. Siswa yang kreatif tidak sekedar mengemukakan ide,
118
tetapi juga mengembangkan gagasan yang dikemukakan, dan 5)
sensitivity yaitu kepekaan menangkap dan menghasilkan gagasan
sebagai tanggapan terhadap suatu situasi. Teori-teori di atas sudah
diterapkan dalam penelitian tindakan siklus II dan terbukti dapat
meningkatkan keaktifan siswa pada setiap pertemuannya. Oleh sebab
itu, penelitian tindakan siklus II dinyatakan berhasil sehingga tidak
perlu dilakukan penelitian tindakan lanjutan.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) secara keseluruhan terbukti
dapat meningkatkan keaktifan siswa. Siswa merasa tertarik dan senang
mengikuti kegiatan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
dengan menggunakan model pembelajaran CPS. Menggunakan model
pembelajaran CPS siswa tidak merasa bosan selama kegiatan pembelajaran
berlangsung karena kegiatan pembelajaran terasa menyenangkan. Materi
yang disampaikan melalui model pembelajaran CPS menjadi lebih mudah
dipahami dan mudah diingat. Nilai tambah dari guru bagi siswa yang
berpartisipasi semakin menambah keaktifan siswa dalam bertanya, menjawab,
dan mengemukakan pendapat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari
Waluyo Adi (2000: 17-18) mengenai penerapan prinsip keaktifan siswa oleh
guru dalam kegiatan pembelajaran antara lain.
a. Menggunakan metode dan media yang bermacam-macam dalam
119
pembelajaran pada siswa secara individu maupun kelompok.
b. Memberikan kesempatan pada siswa untuk berdiskusi dalam kelompok
dan bertanya jawab.
c. Memberikan tugas pada siswa untuk mempelajari materi dan hal-hal
yang belum dipahami.
d. Memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan percobaan dan
penyelesaian masalah secara berkelompok.
Guru dalam penelitian ini berusaha menerapkan prinsip keaktifan tersebut
dengan menggunakan model pembelajaran CPS, sehingga terbukti jika
keaktifan siswa mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan kondisi
awal dan mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II.
Hasil pengamatan secara keseluruhan pada setiap siklus, terlihat jika
selama penelitian berlangsung siswa di kelas IV SD Negeri Jeruksari dalam
pembelajaran PKn semakin aktif untuk turut serta dalam melaksanakan tugas
yang diberikan oleh guru yang dapat dilihat dari hasil diskusi. Selain itu
melalui kegiatan diskusi siswa dilatih untuk terlibat dalam pemecahan
masalah dan mencari informasi yang diperlukan untuk memecahkan suatu
masalah. Kegiatan tanya jawab dan presentasi memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya kepada guru atau siswa lain.
Berdasarkan penjelasan di atas, di sinilah peranan model pembelajaran
CPS yaitu melibatkan siswa secara aktif dan berpikir kreatif dalam
pembelajaran dengan menyelesaikan masalah. Melibatkan siswa secara aktif
dalam pembelajaran PKn sangat penting karena dalam PKn banyak materi-
120
materi mengenai pemecahan masalah yang terkait dengan kehidupan sehari-
hari seperti musyawarah, demokrasi, penerapan sikap kejujuran, kedisiplinan,
dan lain sebagainya. Memecahkan masalah secara kreatif merupakan proses
menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah dengan kemampuan kreatif
yang menurut Guilford (Sujarwo, 2011: 172) tercermin dalam lima perilaku
antara lain 1) fluency yaitu kelancaran atau kemampuan untuk menghasilkan
banyak gagasan, 2) fleksibility yaitu siswa mampu memberikan jawaban yang
berbeda-beda dalam mengatasi masalah, 3) originality yaitu siswa mampu
memberikan jawaban yang jarang atau langka dan berbeda dengan jawaban
siswa lain pada umumnya, 4) elaboration yaitu siswa mampu menyatakan
gagasan secara terperinci. Siswa yang kreatif tidak sekedar mengemukakan
ide, tetapi juga mengembangkan gagasan yang dikemukakan, dan 5)
sensitivity yaitu kepekaan menangkap dan menghasilkan gagasan sebagai
tanggapan terhadap suatu situasi. Siswa sebagai subjek didik yang
merencanakan dan melaksanakan belajar. Proses pembelajaran kreatif, guru
dapat mendorong keluarnya pendapat siswa dan kreativitas siswa sehingga
siswa dapat mengemukakan alternatif pemecahan masalah yang beragam.
Keterlibatan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran tersebut akan
membuat siswa berantusias dan membuat pembelajaran PKn lebih bermakna
sehingga pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik.
Hasil penelitian melalui pengamatan secara lebih rinci akan dijelaskan
pada setiap pertemuan dalam setiap siklus. Siklus I siswa masih sulit
dikondisikan untuk berkelompok dengan anggota kelompok yang telah
121
ditentukan oleh guru sesuai dengan tingkat prestasi, dimana dalam satu
kelompok terdapat siswa yang pandai, sedang, dan kurang pandai. Beberapa
siswa masih ada yang protes karena siswa cenderung masih membeda-
bedakan teman dan lawan jenis. Beberapa siswa bahkan saling mengejek
sehingga suasana kelas menjadi ramai. Membutuhkan waktu beberapa saat
untuk mengkondisikan siswa karena guru kurang tegas terhadap siswa yang
membuat keributan. Guru kurang maksimal dalam menjelaskan petunjuk
kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa sehingga siswa masih terlihat
kebingungan maksud dari mengidentifikasi penyebab masalah yang disajikan
guru. Siswa diminta untuk mengidentifikasi penyebab dari masalah yang
disajikan guru, namun sebagian besar siswa masih terlihat kebingungan
sehingga siswa menuliskan kembali masalah yang sebenarnya sudah tertulis
dalam LKS. Selanjutnya, guru menyajikan masalah yang harus diselesaikan
oleh siswa dengan membagikan LKS. Beberapa siswa diminta bergantian
membacakan masalah yang tersaji dalam LKS kemudian guru mempertegas
masalah yang tersaji dalam LKS tersebut.
Berdasarkan kegiatan di atas, beberapa kegiatan tidak sesuai dengan
pendapat yang dikemukakan oleh Sujarwo (2011: 179-180) mengenai model
pembelajaran CPS menempatkan siswa aktif dalam pembelajaran karena guru
lebih banyak menempatkan diri sebagai fasilitator, motivator, dan dinamisator
belajar. Menurut teori tersebut, siswa diberikan kesempatan untuk belajar
mandiri dan mengeksplorasi kemampuannya dalam pembelajaran. Peran guru
sebagai fasilitator, menyediakan sumber belajar, petunjuk belajar, langkah-
122
langkah pembelajaran, dan media pembelajaran. Peran guru sebagai
motivator, guru memotivasi siswa dengan memberi penguatan berupa umpan
balik bagi siswa. Peran guru sebagai dinamisator, guru memberi rangsangan
dalam mencari, mengumpulkan, dan menemukan informasi untuk pemecahan
masalah. Siswa diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk memecahkan
masalah yang sudah disajikan dalam pembelajaran.
Ketidaksesuaian yang pertama adalah guru kurang tegas terhadap siswa
yang membuat keributan ketika pembagian kelompok, sehingga siswa
cenderung membeda-bedakan teman dan bahkan mengejek siswa yang
berkelompok dengan lawan jenis. Guru hendaknya memberi teguran dan
nasehat kepada siswa agar mau berkelompok dengan siapa saja tanpa
membeda-bedakan dan tidak mengejek siswa yang berkelompok dengan
lawan jenis. Peran guru sebagai motivator sangat dibutuhkan dalam kegiatan
ini, selain memotivasi siswa dengan memberi penguatan dengan umpan balik,
guru juga berperan sebagai motivator bagi siswa untuk mengikuti
pembelajaran dengan baik.
Ketidaksesuaian yang kedua adalah guru kurang maksimal dalam
menjelaskan petunjuk kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa sehingga
siswa masih terlihat kebingungan maksud dari mengidentifikasi penyebab
masalah yang disajikan guru. Siswa diminta untuk mengidentifikasi penyebab
dari masalah yang disajikan guru, namun sebagian besar siswa masih terlihat
kebingungan sehingga siswa menuliskan kembali masalah yang sebenarnya
sudah tertulis dalam LKS. Guru hendaknya menjelaskan secara jelas dan rinci
123
mengenai petunjuk kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa, sehingga siswa
tidak kebingungan dan mampu mengidentifikasi penyebab dari masalah yang
tersaji dalam LKS. Tindakan guru hendaknya mencerminkan peran guru
sebagai fasilitator yaitu menjelaskan petunjuk belajar untuk siswa agar tidak
membuat siswa kebingungan dalam belajar.
Kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran CPS pada
siklus I selanjutnya adalah siswa berdiskusi mengidentifikasi penyebab dari
masalah dalam LKS dengan melakukan tukar pendapat antar siswa dan
kemudian menyelesaikan masalah dengan solusi kreatif dari masalah tersebut.
Hanya ada beberapa siswa yang aktif berpendapat dan beberapa siswa lain
cenderung diam dan hanya memperhatikan siswa yang sedang berpendapat
tanpa merespon. Beberapa siswa menganggap pendapatnya paling benar dan
tidak menghargai pendapat siswa lain sehingga terjadi saling ejek antar siswa
yang menimbulkan kegaduhan. Siswa masih pasif menanggapi presentasi dari
kelompok lain. Bahkan ada siswa yang mengobrol dengan teman
sekelompoknya ketika presentasi kelompok lain berlangsung.
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I, penggunaan model
pembelajaran CPS dalam pembelajaran PKn di kelas IV SD Negeri Jeruksari
dapat meningkatkan keaktifan siswa. Hal itu terbukti bahwa data hasil
pengamatan keaktifan siswa pada pra tindakan sampai dengan siklus I sudah
mengalami peningkatan. Seluruh siswa belum berhasil memperoleh skor
akhir keaktifan siswa >2,66 pada pra tindakan sehingga belum berhasil
mencapai indikator keberhasilan penelitian. Jumlah siswa yang berhasil
124
mencapai indikator keberhasilan penelitian pada siklus I pertemuan
1mengalami peningkatan namun hanya ada 1 (7,14%) siswa. Jumlah siswa
yang berhasil mencapai indikator keberhasilan penelitian pada siklus I
pertemuan 2 kembali mengalami peningkatan menjadi 4 (28,57%) siswa.
Meskipun penelitian tindakan siklus I ini meningkat, namun belum berhasil
mencapai indikator keberhasilan penelitian yaitu >75% siswa memperoleh
skor akhir >2,66 sehingga perlu dilanjutkan penelitian tindakan siklus II.
Meskipun penelitian tindakan siklus I ini meningkat, namun belum
berhasil mencapai indikator keberhasilan penelitian. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat yang dikemukakan oleh Nana Sudjana (2010: 94) mengenai
kekurangan model pembelajaran CPS yang salah satunya adalah jika kegiatan
belajar tidak terkontrol oleh guru, maka kegiatan belajar bisa membawa
resiko yang dapat merugikan siswa, misalnya kegiatan belajar tidak optimal
karena sikap acuh tak acuh siswa. Kegiatan pembelajaran pada siklus I yang
menyebabkan belum berhasilnya mencapai indikator keberhasilan salah
satunya diakibatkan oleh sikap acuh tak acuh siswa yang masih terlihat jelas.
Siswa masih ada yang hanya diam tidak ikut berpendapat dalam kelompok
ketika diskusi pemecahan masalah. Ada juga siswa yang tidak menghargai
pendapat siswa lain dan menganggap pendapat dirinya paling benar sehingga
menimbulkan kegaduhan. Siswa mengobrol bersama teman sekelompoknya
ketika sedang melakukan presentasi. Hal tersebut mencerminkan sikap kurang
menghargai antar siswa. Peran guru sangat diperlukan dalam hal ini yaitu
guru sebagai motivator yang memotivasi siswa untuk tidak memaksakan
125
pendapat dan selalu menghargai pendapat siswa lain sehingga kegiatan
diskusi dapat berjalan dengan baik.
Pada siklus II, siswa mudah dikondisikan untuk berkelompok dengan
anggota kelompok yang telah ditentukan oleh guru sesuai dengan tingkat
prestasi. Kemudian guru menjelaskan dengan jelas dan rinci petunjuk
kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa sehingga tidak ada lagi siswa yang
terlihat kebingungan maksud dari mengidentifikasi penyebab masalah yang
disajikan guru. Guru menyajikan masalah yang harus diselesaikan oleh siswa
dengan membagikan LKS. Beberapa siswa diminta bergantian membacakan
masalah yang tersaji dalam LKS kemudian guru mempertegas masalah yang
tersaji dalam LKS tersebut. Kegiatan di atas sesuai dengan proses CPS
berdasarkan kriteria OFPISA menurut Osborn-Parnes (Miftahul Huda, 2013:
298-300) yaitu objective finding maksudnya adalah siswa dibagi dalam
kelompok dan disajikan masalah dari guru kemudian berpendapat mengenai
tujuan dan sasaran yang digunakan untuk kerja kreatif siswa. Tahap pertama
dalam model pembelajaran CPS diawali dengan pembentukan kelompok yang
terdiri dari 4 sampai 5 siswa dengan tingkat kemampuan siswa yang
heterogen terdiri dari siswa yang pandai, sedang, dan kurang pandai.
Kemudian guru menjelaskan prosedur pembelajaran yang berisi petunjuk
kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa yaitu mengidentifikasi penyebab
masalah yang disajikan guru kemudian siswa berdiskusi untuk membuat
solusi kreatif menyelesaikan masalah tersebut. Kemudian, guru menyajikan
masalah yang harus diselesaikan oleh siswa dengan membagikan LKS.
126
Siswa dapat mengemukakan pendapat dengan benar pada siklus II.
Siswa sudah paham mengidentifikasi penyebab dari masalah yang disajikan
pada LKS karena sebelumnya guru sudah menjelaskan petunjuk kegiatan
dengan memberikan contoh pengerjaannya. Ada juga siswa yang bergurau
dengan siswa lain, namun setelah ditegur oleh guru, siswa kembali berdiskusi
dalam kelompok. Siswa dapat menanggapi dan menghargai pendapat siswa
lain dalam kegiatan diskusi kelompok dengan benar dan kritis. Siswa
menghargai pendapat siswa lain dengan tidak mengejek pendapat siswa lain
jika pendapat tersebut kurang tepat. Siswa mampu berdiskusi membuat
alternatif solusi dengan benar dan kritis. Siswa mampu mempresentasikan
hasil diskusi dengan runtut dan jelas. Selain itu, siswa sudah mampu
menanggapi hasil presentasi dari kelompok lain.
Kegiatan yang dilakukan siswa tersebut menjadikan setiap siswa
berpikir secara aktif dan kreatif serta terlibat aktif dalam menyelesaikan
masalah. Nana Sudjana (2009: 61) berpendapat bahwa keaktifan siswa dapat
dilihat dalam hal ikut serta dalam melaksanakan tugas belajar, terlibat dalam
kegiatan penyelesaian masalah, bertanya kepada guru atau siswa lain apabila
tidak memahami masalah yang dihadapinya, berusaha mencari berbagai
informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi,
melakukan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru, melakukan
penilaian terhadap kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh,
melatih diri dalam menyelesaikan masalah, dan menerapkan apa yang telah
diperoleh untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.
127
Kegiatan-kegiatan yang ada di dalam model pembelajaran CPS tersebut
dapat memunculkan keaktifan siswa karena secara ringkas langkah-langkah
pada model pembelajaran CPS terdapat kegiatan yang melibatkan siswa
berfikir kreatif untuk terlibat dalam kegiatan penyelesaian masalah dengan
berpendapat, menghargai pendapat siswa lain, berdiskusi membuat alternatif
solusi penyelesaian masalah, mempresentasikan hasil diskusi, dan
menanggapi presentasi kelompok lain sehingga menumbuhkan interaksi
antara siswa dengan siswa ataupun siswa dengan guru.
Berdasarkan kegiatan yang dilakukan pada siklus II, penggunaan model
pembelajaran CPS dalam pembelajaran PKn di kelas IV SD Negeri Jeruksari
dapat meningkatkan keaktifan siswa. Hal itu terbukti bahwa data hasil
pengamatan keaktifan siswa pada siklus II sudah mengalami peningkatan.
Jumlah siswa yang berhasil mencapai indikator keberhasilan penelitian pada
siklus II pertemuan 1 sebanyak 9 (64,29%) siswa. Jumlah siswa yang berhasil
mencapai indikator keberhasilan penelitian pada siklus II pertemuan 2
kembali mengalami peningkatan menjadi 14 (100%) siswa. Hasil pengamatan
keaktifan siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan penelitian yaitu
>75% siswa memperoleh skor akhir >2,66 sehingga penelitian tindakan siklus
II dinyatakan berhasil dan tidak perlu dilakukan penelitian tindakan lanjutan.
Dari peningkatan keaktifan yang dipaparkan ini sejalan dengan pendapat dari
Sujarwo (2011: 179-180) yang menjelaskan bahwa model pembelajaran CPS
menempatkan siswa aktif dalam pembelajaran karena guru lebih banyak
menempatkan diri sebagai fasilitator, motivator, dan dinamisator belajar.
128
Siswa diberi kesempatan untuk belajar mandiri dan mengeksplorasi
kemampuannya dalam pembelajaran. Pengalaman belajar yang bermakna
bagi siswa bertujuan menjadikan siswa lebih mudah memahami materi.
Perbaikan yang dilakukan guru selama tindakan dapat terlihat dari
meningkatnya keaktifan siswa pada setiap siklusnya. Peningkatan keaktifan
siswa dikarenakan penerapan model pembelajaran CPS sangat tepat dan dapat
membuat suasana pembelajaran semakin menyenangkan dan lebih
memotivasi siswa dalam setiap langkah-langkah pembelajarannya serta
membuat semangat belajar siswa semakin meningkat. Pembelajaran
menggunakan model pembelajaran CPS pada pembelajaran PKn memberikan
kebebasan bagi siswa untuk berpikir sesuai dengan pikiran dan pengetahuan
siswa, sehingga siswa merasa nyaman karena siswa tidak perlu menghafal
tetapi siswa memahami dan mengingat apa yang siswa alami dalam
kehidupan sehari-hari dan selama mengikuti pembelajaran.
129
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan
sebagai berikut.
1. Penerapan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dapat
meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) di kelas IV SD Negeri Jeruksari yaitu pertama
siswa dikondisikan untuk berkelompok sesuai dengan tingkat prestasi
siswa, kemudian guru menjelaskan petunjuk kegiatan yang akan
dilakukan oleh siswa, lalu guru menyajikan situasi problematik yang
terkemas dalam Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menjelaskan prosedur
solusi kreatif kepada siswa, setelah itu siswa melakukan diskusi, dan
terakhir siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok penyelesaian
masalah serta menanggapi presentasi dari kelompok lain.
2. Penerapan model pembelajaran CPS dapat melibatkan siswa secara aktif
dan berpikir kreatif dalam pembelajaran dengan menyelesaikan masalah.
Melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran PKn sangat penting
karena dalam PKn banyak materi-materi mengenai pemecahan masalah
yang terkait dengan kehidupan sehari-hari. Memecahkan masalah secara
kreatif merupakan proses menemukan solusi untuk menyelesaikan
masalah dengan kemampuan kreatif yang tercermin dalam lima perilaku
antara lain fluency, fleksibility, originality, elaboration, dan sensitivity.
130
3. Kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran CPS dapat membuat
siswa terlibat secara aktif dalam belajar hal ini terbukti dari data hasil
pengamatan keaktifan siswa pada pra tindakan sampai dengan siklus II.
Seluruh siswa belum berhasil mencapai indikator keberhasilan penelitian.
Jumlah siswa yang berhasil mencapai indikator keberhasilan penelitian
pada siklus I pertemuan 1 mengalami peningkatan namun hanya ada 1
(7,14%) siswa dan pada siklus I pertemuan 2 kembali mengalami
peningkatan menjadi 4 (28,57%) siswa. Hasil pengamatan keaktifan
siklus I belum mencapai indikator keberhasilan penelitian yaitu >75%
siswa memperoleh skor akhir >2,66 sehingga perlu dilanjutkan penelitian
tindakan siklus II. Jumlah siswa yang berhasil mencapai indikator
keberhasilan penelitian pada siklus II pertemuan 1 sebanyak 9 (64,29%)
siswa dan pada siklus II pertemuan 2 kembali mengalami peningkatan
menjadi 14 (100%) siswa. Hasil pengamatan keaktifan siklus II sudah
mencapai indikator keberhasilan penelitian yaitu >75% siswa
memperoleh skor akhir >2,66 sehingga penelitian tindakan siklus II
dinyatakan berhasil dan tidak perlu dilakukan penelitian tindakan
lanjutan.
B. Saran
Berdasarkan pada kesimpulan di atas, dapat dikemukakan saran bagi guru
adalah sebagai berikut.
1. Guru dapat melanjutkan penggunaan model pembelajaran Creative
Problem Solving (CPS) dalam pembelajaran PKn pada tingkat Sekolah
131
Dasar (SD) untuk meningkatkan keaktifan siswa dengan materi yang
berbeda dan sesuai dengan model pembelajaran tersebut.
2. Guru diharapkan selalu aktif, kreatif, dan inovatif untuk mengemas
pembelajaran dengan model pembelajaran yang tepat dalam
pembelajaran PKn salah satunya dengan model pembelajaran Creative
Problem Solving (CPS) sehingga dapat dikembangkan lebih lanjut untuk
meningkatkan keaktifan siswa kelas IV di SD Negeri Jeruksari.
132
DAFTAR PUSTAKA Abdul Majid. (2014). Penilaian Autentik Proses dan Hasil Belajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya. Aris Pito. (2013). “Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Mata Pelajaran
Pengendali Magnetik Siswa Kelas XI Program Keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik SMK Negeri 3 Yogyakarta Melalui Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving”. Skripsi tidak diterbitkan. UNY.
Arnie Fajar. (2005). Portofolio dalam Pembelajaran IPS. Bandung: Remaja
Rosdakarya. Azyumardi Azra. (2003). Pendidikan Kewargaan (Civic Education) Demokrasi,
Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani. Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah.
Depdiknas. (2006). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. Heruman. (2008). Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung:
Remaja Rosdakarya. H.E. Mulyasa. (2013). Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. Kemendikbud. (2013). Permendikbud Nomor 81A tentang Implementasi
Kurikulum. Diambil dari http://www.salamedukasi.com/2014/10/permendikbud-ri-nomor-81a-tahun-2013.html?m=1 , pada tanggal 18 Januari 2016.
Masnur Muslich. (2011). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan
Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara. Miftahul Huda. (2013). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-Isu
Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nana Sudjana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya. ___________. (2010). Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Sinar Baru Algensindo. Pretty Yudharina. (2015). “Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal
Cerita Matematika Siswa Kelas V SD Negeri Mejing 2 Melalui Model
133
Pembelajaran Creative Problem Solving Tahun Ajaran 2014/2015”. Skripsi tidak diterbitkan. UNY.
Sardiman A.M. (2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada. Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta. Sriyono. (1992). Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (2011). Penelitian Tindakan 2010. Yogyakarta: Aditya
Media. Sujarwo. (2011). Model-Model Pembelajaran Suatu Strategi Mengajar.
Yogyakarta: Venus Gold Press. Suyono dan Hariyanto. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Remaja
Rosdakarya. Syaiful Sagala. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan
Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara.
Udin S. Winataputra. (2001). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: PAU-
PPAI, Universitas Terbuka. Waluyo Adi. (2000). Buku Pegangan Kuliah Perencanaan Pembelajaran.
Yogyakarta: UNY. Wina Sanjaya. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana. ____________. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana. ____________. (2012). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
Kencana. Wuri Wuryandani dan Fathurrohman. (2012). Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Ombak. W. Gulo. (2004). Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: Grasindo.
134
135
SIKLUS I PERTEMUAN 1RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )
Nama Sekolah : SD Negeri JeruksariMata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)Kelas/Semester : IV / 2Alokasi Waktu : 2 x 35 menitHari, Tanggal : Selasa, 9 Februari 2016
A. Standar Kompetensi3. Mengenal sistem pemerintahan tingkat pusat.
B. Kompetensi Dasar3.1 Mengenal lembaga-lembaga negara dalam susunan pemerintahan tingkat
pusat, seperti MPR, DPR, Presiden, MA, MK, dan BPK, dan lain-lain.
C. Indikator3. Menjelaskan pengertian lembaga eksekutif.4. Menjelaskan tugas dan fungsi lembaga eksekutif.
D. Tujuan Pembelajaran3. Setelah mendengarkan penjelasan guru, siswa dapat menjelaskan
pengertian lembaga eksekutif dengan benar.4. Setelah mendengarkan penjelasan guru dan diskusi dalam kelompok,
siswa dapat menjelaskan tugas dan fungsi lembaga eksekutif denganbenar.
Karakter siswa yang diharapkan :Dapat dipercaya, Rasa hormat dan perhatian, Tekun, Tanggung jawab,Berani, Peduli, Jujur, dan Kreatif
E. Materi AjarLembaga eksekutif
F. Model dan Metode PembelajaranModel : Creative Problem SolvingMetode : Ceramah, Tanya Jawab, Diskusi, dan Penugasan
G. Langkah-langkah Kegiatan
Kegiatan Langkah-langkah AlokasiWaktu
Pendahuluan
1. Guru memberi salam dan mengajak siswa berdoa.2. Guru mempresensi kehadiran siswa.3. Guru memberikan apersepsi dengan mengajukan
beberapa pertanyaan terkait materi pertemuansebelumnya dan mengaitkannya dengan materi
5 menit
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
136
yang akan dipelajari.
Inti
4. Siswa mendengarkan penjelasan guru secarasingkat mengenai lembaga eksekutif.
5. Siswa dan guru melakukan tanya jawab mengenailembaga eksekutif.
6. Siswa dibagi dalam kelompok secara heterogensesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
7. Siswa mendengarkan petunjuk kegiatan yangakan dilakukan oleh siswa.
8. Guru menyajikan situasi problematik danmenjelaskan prosedur solusi kreatif kepada siswa.
9. Siswa diminta berdiskusi untuk memecahkanmasalah yang disajikan oleh guru dengan mencariinformasi melalui buku maupun melaluipengalaman dan pengetahuan siswa.
10. Guru memantau kegiatan siswa dan membantusiswa yang mengalami kesulitan dalamberdiskusi.
11. Siswa menuliskan solusi dari pemecahan masalahdengan menuliskan pada lembar yang sudahdisediakan guru.
12. Siswa bersama guru membahas hasil solusi kreatifdari setiap kelompok.
13. Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belumdiketahui siswa.
50menit
Penutup
14. Siswa bersama guru menyimpulkan materi yangsudah dipelajari pada hari itu.
15. Guru memberikan soal evaluasi kepada siswa.16. Guru memberikan motivasi belajar kepada
seluruh siswa untuk mempelajari kembali materiyang telah diberikan dan lebih giat belajar.
17. Menutup pembelajaran dengan doa dan salam.
15menit
H. Sumber Belajar- Arsyad Umar, dkk. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk SD Kelas
IV. Jakarta: Erlangga.- Buku Lintas Exclusive Pendidikan Kewarganegaraan Untuk SD/MI Kelas
4.
I. Penilaian1. Penilaian Proses
Pada saat siswa belajar di kelas dan bekerja dalam kelompok tentangpembahasan pemecahan suatu masalah, maka pada saat itu dilakukanpenilaian proses melalui observasi. Penilaian proses dilakukan untukmengamati keaktifan siswa ketika melakukan diskusi pemecahan
137
masalah dengan indikator keaktifan yang sudah ditetapkan (lembarobservasi keaktifan siswa terlampir).
2. Penilaian Penugasan Kelompok (Lembar Kerja Siswa)Penugasan kelompok berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) mengenai
diskusi pemecahan masalah yang disajikan oleh guru. Penilaian dariLKS, sebagai berikut.No. Kriteria Skor1. Solusi dari penyebab yang dituliskan semua benar 42. Solusi dari penyebab yang dituliskan sebagian besar benar 33. Solusi dari penyebab yang dituliskan beberapa benar 24. Solusi dari penyebab yang dituliskan sebagian kecil benar 15. Tidak memberikan solusi 0
Nilai = x 100
Bentuk Instrumen LKS dan Kunci Jawaban:
MasalahPenyebab Timbulnya
MasalahCara Menyelesaikan
MasalahHari ini hari pertama Ulis dan Tinamasuk sekolah setelah liburanpanjang. Dalam perjalanan merekabertemu dengan Widya. Tak sepertibiasanya Widya mengajak merekaberangkat ke sekolah bersamamenggunakan mobilnya. Widyamemberikan coklat kepada Ulis danTina sambil meminta mereka untukmemberikan suaranya ketikapemilihan ketua kelas nanti.Setibanya di sekolah, Widyamembagikan coklat kepada teman-teman yang lain dan memintamereka memilihnya dalampemilihan ketua kelas. Bel masukpun berbunyi. Bu Purwanti selakuwali kelas 4 memutuskan untuksegera diadakan acara pemilihanketua kelas. Tiga calon segeradiputuskan. Mereka adalah Joko,Andi, dan Widya. Ketiga calon ituterlebih dahulu diminta untukberbicara di depan kelas. Jokokembali mencalonkan diri menjadiketua kelas setelah selama 3 tahunberturut-turut menjadi ketua kelas.
1. Rendahnya nilaikejujuran dari Widya.
2. Rendahnya nilaisportifitas dari Widyasehingga menyogokteman-temannyamenggunakan coklatdalam pemilihanketua kelas.
3. Tidak bisa menerimakekalahan denganbijaksana.
4. Rasa egois yangtinggi dalam diriWidya.
1. Sebagai guru,menegur Widyadan menasehatibahwa perbuatanyang sudahdilakukannya tidakbaik. Memperolehkemenangandengan jalan tidakjujur itu tidak baik.
2. Memberikanpengertian, menjadiseorang pemimpinitu tidak sekedarmenjadi orang yangmemerintah, namunharus bisamembimbing danmenjaga kerukunandalam kelas denganbaik.
3. Menanamkan rasatanggung jawabdan kejujuran yangtinggi di setiapperbuatan yangdilakukan karena
138
Satu persatu siswa memberikansuara mereka. Hasilnya Jokomengumpulkan suara terbanyak,disusul oleh Andi. Terakhir Widyayang tidak mendapat satu suarapun. Widya tidak terima dengankekalahannya. Widya pun protesdan marah-marah kepadatemannya. Pikirnya, teman-temannya akan memberikan suarauntuknya. Menurut kalian,bagaimana perbuatan Widya ?Seandainya kalian menjadi BuPurwanti, apa yang kalian lakukan? Diskusikan bersama temankelompokmu. Tuliskan penyebabdari masalah di atas dan bagaimanacara menyelesaikan permasalahandi atas !
sesuatu yangdimulai dari dirisendiri akanberakhir denganbaik.
4. Sebagai Gurumemberikan sanksiterhadap perilakuyang tidak baikagar dapatmeminimalisasipelanggaran aturanmaupun perbuatanyang tidak baik,misalnya denganmemberi tugastambahan untukdikerjakan dirumah.
Catatan : Masalah yang tersaji dalam LKS menggambarkan prosespemilihan presiden dan wakil presiden kemudian dilantikoleh MPR.
3. Penilaian Akhir (Soal Evaluasi)Penugasan individu berupa tes pilihan ganda dan isian singkat yang
dilakukan di akhir pembelajaran. Tes ini bertujuan untuk mengukurpemahaman siswa secara individu mengenai materi yang sudah dipelajaripada hari itu. Penilaian akhir dari soal evaluasi, sebagai berikut.Jumlah soal = 15, bobot nilai untuk setiap soal adalah 1
Nilai = x 100
Bentuk Instrumen Soal Evaluasi:A. Pilihan Ganda1. Yang dimaksud dengan lembaga eksekutif adalah ...
a. lembaga negara yang membuat undang-undangb. lembaga negara yang menjalankan undang-undangc. lembaga negara yang mengawasi pelaksanaan undang-undangd. lembaga negara yang mengawasi pengelolaan keuangan negara
2. Yang duduk dalam lembaga eksekutif adalah ...a. MPR dan DPRb. MPR dan Presidenc. Presiden dan Wakil Presidend. DPR dan DPD
3. Kepala pemerintahan negara Republik Indonesia adalah seorang ...a. Presiden
139
b. Gubernurc. Bupatid. Walikota
4. Salah satu tugas presiden sebagai lembaga eksekutif adalah ...a. menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-
undangb. menyusun dan menetapkan APBNc. melakukan pengawasan pelaksanaan UUD 1945d. mengubah dan menetapkan undang-undang dasar
5. Presiden dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh ...a. MPRb. DPRc. Mahkamah Agungd. rakyat
6. Nama presiden RI kedua setelah IR.Soekarno adalah ...a. B.J. Habibieb. Soehartoc. Abdurrahman Wahidd. Megawati Soekarnoputri
7. Presiden dan wakil presiden dilantik oleh ...a. MPRb. DPRc. Mahkamah Konstitusid. Mahkamah Agung
8. Presiden Indonesia yang pernah menjabat selama 6 periode dengan 6wakil presiden adalah ...a. Ir. Soekarnob. Abdurrahman Wahidc. Megawati Soekarnoputrid. Soeharto
9. Masa jabatan presiden adalah ...a. 4 x 5 tahunb. 3 x 5 tahunc. 2 x 5 tahund. 1 x 5 tahun
10. Para menteri diangkat dan diberhentikan oleh ...a. MPRb. DPRc. Presidend. DPD
B. Isian11. Presiden Republik Indonesia saat ini adalah ...12. Wakil presiden Republik Indonesia saat ini adalah ...13. Nama kabinet yang dipimpin oleh presiden kita saat ini adalah ...14. Untuk menjalankan pemerintahan presiden dibantu oleh wakil
presiden dan ...
141
SIKLUS I PERTEMUAN 2RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )
Nama Sekolah : SD Negeri JeruksariMata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)Kelas/Semester : IV / 2Alokasi Waktu : 2 x 35 menitHari, Tanggal : Kamis, 11 Februari 2016
A. Standar Kompetensi3. Mengenal sistem pemerintahan tingkat pusat.
B. Kompetensi Dasar3.1 Mengenal lembaga-lembaga negara dalam susunan pemerintahan tingkat
pusat, seperti MPR, DPR, Presiden, MA, MK, dan BPK, dan lain-lain.
C. Indikator5. Menjelaskan pengertian lembaga yudikatif.6. Menjelaskan tugas dan fungsi lembaga yudikatif.
D. Tujuan Pembelajaran5. Setelah mendengarkan penjelasan guru, siswa dapat menjelaskan
pengertian lembaga yudikatif dengan benar.6. Setelah mendengarkan penjelasan guru dan diskusi dalam kelompok,
siswa dapat menjelaskan tugas dan fungsi lembaga yudikatif denganbenar.
Karakter siswa yang diharapkan :Dapat dipercaya, Rasa hormat dan perhatian, Tekun, Tanggung jawab,Berani, Peduli, Jujur, dan Kreatif
E. Materi AjarLembaga yudikatif
F. Model dan Metode PembelajaranModel : Creative Problem SolvingMetode : Ceramah, Tanya Jawab, Diskusi, dan Penugasan
G. Langkah-langkah Kegiatan
Kegiatan Langkah-langkah AlokasiWaktu
Pendahuluan
1. Guru memberi salam dan mengajak siswa berdoa.2. Guru mempresensi kehadiran siswa.3. Guru memberikan apersepsi dengan mengajukan
beberapa pertanyaan terkait materi pertemuansebelumnya dan mengaitkannya dengan materi
5 menit
142
yang akan dipelajari.
Inti
4. Siswa mendengarkan penjelasan guru secarasingkat mengenai lembaga yudikatif.
5. Siswa dan guru melakukan tanya jawab mengenailembaga yudikatif.
6. Siswa dibagi dalam kelompok secara heterogensesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
7. Siswa mendengarkan petunjuk kegiatan yangakan dilakukan oleh siswa.
8. Guru menyajikan situasi problematik danmenjelaskan prosedur solusi kreatif kepada siswa.
9. Siswa diminta berdiskusi untuk memecahkanmasalah yang disajikan oleh guru dengan mencariinformasi melalui buku maupun melaluipengalaman dan pengetahuan siswa.
10. Guru memantau kegiatan siswa dan membantusiswa yang mengalami kesulitan dalamberdiskusi.
11. Siswa menuliskan solusi dari pemecahan masalahdengan menuliskan pada lembar yang sudahdisediakan guru.
12. Siswa bersama guru membahas hasil solusi kreatifdari setiap kelompok.
13. Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belumdiketahui siswa.
50menit
Penutup
14. Siswa bersama guru menyimpulkan materi yangsudah dipelajari pada hari itu.
15. Guru memberikan soal evaluasi kepada siswa.16. Guru memberikan motivasi belajar kepada
seluruh siswa untuk mempelajari kembali materiyang telah diberikan dan lebih giat belajar.
17. Menutup pembelajaran dengan doa dan salam.
15menit
H. Sumber Belajar- Arsyad Umar, dkk. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk SD Kelas
IV. Jakarta: Erlangga.- Buku Lintas Exclusive Pendidikan Kewarganegaraan Untuk SD/MI Kelas
4.
I. Penilaian1. Penilaian Proses
Pada saat siswa belajar di kelas dan bekerja dalam kelompok tentangpembahasan pemecahan suatu masalah, maka pada saat itu dilakukanpenilaian proses melalui observasi. Penilaian proses dilakukan untukmengamati keaktifan siswa ketika melakukan diskusi pemecahan
143
masalah dengan indikator keaktifan yang sudah ditetapkan (lembarobservasi keaktifan siswa terlampir).
2. Penilaian Penugasan Kelompok (Lembar Kerja Siswa)Penugasan kelompok berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) mengenai
diskusi pemecahan masalah yang disajikan oleh guru. Penilaian dariLKS, sebagai berikut.No. Kriteria Skor1. Solusi dari penyebab yang dituliskan semua benar 42. Solusi dari penyebab yang dituliskan sebagian besar benar 33. Solusi dari penyebab yang dituliskan beberapa benar 24. Solusi dari penyebab yang dituliskan sebagian kecil benar 15. Tidak memberikan solusi 0
Nilai = x 100
Bentuk Instrumen LKS dan Kunci Jawaban:
MasalahPenyebab
Timbulnya MasalahCara Menyelesaikan
MasalahAndi adalah salah satusiswa SD Negeri SukaMaju. Saat ini Andiduduk di kelas 4. Dikelasnya Andi termasukanak yang kurang pintar.Dia sering datangterlambat ke sekolah.Alasan ia datangterlambat karena iamenonton televisi sampailarut malam, sehingga iabangun kesiangan. Andijuga sering tidakmengerjakan PR denganalasan lupa. Guru sudahmenegur Andi denganmemberi peringatanbahwa Andi tidak akannaik kelas jika tidak bisamerubah kebiasaanburuknya. Secaralangsung Andi sudahmelanggar peraturan disekolah tersebut denganselalu datang terlambat
1. Rendahnya nilaikedisiplinan dalamdiri Andi
2. Sikap acuh terhadappelanggaran aturanyang dilakukan olehAndi.
3. Motivasi belajarAndi rendah bahkantidak ada.
1. Sebagai guru, menegurAndi dan menasehatibahwa perbuatan yangsudah dilakukannyatidak baik. Kebiasaanburuk yang dilakukansecara terus menerusakan merugikan dirisendiri. Dapat dilakukanbimbingan konseling.
2. Kerja sama yang baikantara pihak sekolahdengan orangtua Andiuntuk mengubahperilaku buruknya,dengan mengontrolaktivitas Andi di rumah,membatasi menontontelevisi sampai larutmalam, danmemberlakukan jambelajar di rumah.
3. Menanamkan sikapkedisiplinan sejak dinioleh orangtua denganmemberikan pengertian
144
ke sekolah. Seandainyakalian menjadi Guru atauKepala Sekolah di SDSuka Maju, apa yangkalian lakukan ?Diskusikan bersamateman kelompokmu.Tuliskan penyebab darimasalah di atas danbagaimana caramenyelesaikanpermasalahan di atas !
dan nasehat serta contohdari orangtua itusendiri.
4. Guru dan orangtuamemotivasi Andi untukrajin belajar demi masadepan yang baik.
5. Pemberikan sanksisesuai dengan aturansekolah yang berlakuuntuk mendapatkanefek jera.
Catatan : Masalah yang tersaji dalam LKS menggambarkan tugaslembaga yudikatif yaitu lembaga yang menyelenggarakanperadilan untuk menegakkan keadilan.
3. Penilaian Akhir (Soal Evaluasi)Penugasan individu berupa tes pilihan ganda dan isian singkat yang
dilakukan di akhir pembelajaran. Tes ini bertujuan untuk mengukurpemahaman siswa secara individu mengenai materi yang sudah dipelajaripada hari itu. Penilaian akhir dari soal evaluasi, sebagai berikut.Jumlah soal = 15, bobot nilai untuk setiap soal adalah 1
Nilai = x 100
Bentuk Instrumen Soal Evaluasi:A. Pilihan Ganda1. Tugas dari lembaga yudikatif adalah ...
a. membuat undang-undangb. menjalankan undang-undangc. mengawasi pelaksanaan undang-undangd. mengawasi pengelolaan keuangan negara
2. Di bawah ini merupakan lembaga yudikatif di Indonesia, kecuali ...a. Mahkamah Konstitusib. Komisi Yudisialc. Mahkamah Militerd. Mahkamah Agung
3. Lembaga peradilan tertinggi di Indonesia adalah ...a. Komisi Yudisialb. Mahkamah Agungc. Pengadilan Tinggid. Mahkamah Konstitusi
4. Memutus perselisihan tentang hasil pemilu merupakan tugas dari ...a. Peradilan Negerib. Mahkamah Agungc. Komisi Yudisial
145
d. Mahkamah Konstitusi5. Mahkamah Konstitusi mempunyai ... hakim konstitusi.
a. satub. tujuhc. sembiland. delapan
6. Anggota Komisi Yudisial harus memiliki pengetahuan pengetahuandan pengalaman di bidang ...a. hukumb. pendidikanc. militerd. sosial
7. Anggota Komisi Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh presidendengan persetujuan ...a. MPRb. MAc. DPDd. DPR
8. Lembaga yang melaksanakan kekuasaan kehakiman di negara kitaadalah ...a. Mahkamah Konstitusib. Mahkamah Agungc. Mahkamah Yudisiald. Mahkamah Militer
9. Salah satu tugas Mahkamah Konstitusi adalah ...a. melaksanakan keputusan pengadilanb. mendorong masyarakat menghormati undang-undangc. mendorong masyarakat melaksanakan undang-undangd. mengayomi masyarakat agar tidak melanggar hukum
10. Fungsi Mahkamah Agung adalah ...a. menegakkan hukum dan keadilan melalui keputusan hukumnyab. menguji undang-undang terhadap UUD 1945c. mengusulkan pengangkatan Hakim Agung kepada DPRd. memutuskan pembubaran partai politik
B. Isian11. Lembaga yudikatif di negara kita meliputi ...12. Anggota Mahkamah Konstitusi berjumlah ... orang.13. KY singkatan dari ...14. Anggota Mahkamah Konstitusi ditetapkan oleh ...15. Anggota Komisi Yudisial diangkat atas persetujuan ...
Kunci Jawaban Soal Evaluasi:1. C2. C3. B4. D
147
SIKLUS II PERTEMUAN 1RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )
Nama Sekolah : SD Negeri JeruksariMata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)Kelas/Semester : IV / 2Alokasi Waktu : 2 x 35 menitHari, Tanggal : Senin, 15 Februari 2016
A. Standar Kompetensi3. Mengenal sistem pemerintahan tingkat pusat.
B. Kompetensi Dasar3.1 Mengenal lembaga-lembaga negara dalam susunan pemerintahan tingkat
pusat, seperti MPR, DPR, Presiden, MA, MK, dan BPK, dan lain-lain.
C. Indikator7. Menjelaskan pengertian Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).8. Menjelaskan tugas dan fungsi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
D. Tujuan7. Setelah mendengarkan penjelasan guru, siswa dapat menjelaskan
pengertian Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dengan benar.8. Setelah mendengarkan penjelasan guru dan diskusi dalam kelompok,
siswa dapat menjelaskan tugas dan fungsi Badan Pemeriksa Keuangan(BPK) dengan benar.
Karakter siswa yang diharapkan :Dapat dipercaya, Rasa hormat dan perhatian, Tekun, Tanggung jawab,Berani, Peduli, Jujur, dan Kreatif
E. MateriBadan Pemeriksa Keuangan (BPK)
F. Model dan Metode PembelajaranModel : Creative Problem SolvingMetode : Ceramah, Tanya Jawab, Diskusi, dan Penugasan
G. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Langkah-langkah AlokasiWaktu
Pendahuluan
1. Guru memberi salam dan mengajak siswa berdoa.2. Guru mempresensi kehadiran siswa.3. Guru memberikan apersepsi dengan mengajukan
beberapa pertanyaan terkait materi pertemuansebelumnya dan mengaitkannya dengan materi
5 menit
148
yang akan dipelajari.
Inti
4. Siswa mendengarkan penjelasan guru secarasingkat mengenai Badan Pemeriksa Keuangan(BPK).
5. Siswa dan guru melakukan tanya jawab mengenaiBadan Pemeriksa Keuangan (BPK).
6. Siswa dibagi dalam kelompok secara heterogensesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
7. Siswa mendengarkan petunjuk kegiatan yangakan dilakukan oleh siswa.
8. Guru menyajikan situasi problematik danmenjelaskan prosedur solusi kreatif kepada siswa.
9. Siswa diminta berdiskusi untuk memecahkanmasalah yang disajikan oleh guru dengan mencariinformasi melalui buku maupun melaluipengalaman dan pengetahuan siswa.
10. Guru memantau kegiatan siswa dan membantusiswa yang mengalami kesulitan dalamberdiskusi.
11. Siswa menuliskan solusi dari pemecahan masalahdengan menuliskan pada lembar yang sudahdisediakan guru.
12. Siswa bersama guru membahas hasil solusi kreatifdari setiap kelompok.
13. Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belumdiketahui siswa.
50menit
Penutup
14. Siswa bersama guru menyimpulkan materi yangsudah dipelajari pada hari itu.
15. Guru memberikan soal evaluasi kepada siswa.16. Guru memberikan motivasi belajar kepada
seluruh siswa untuk mempelajari kembali materiyang telah diberikan dan lebih giat belajar.
17. Menutup pembelajaran dengan doa dan salam.
15menit
H. Sumber Belajar- Arsyad Umar, dkk. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk SD Kelas
IV. Jakarta: Erlangga.- Buku Lintas Exclusive Pendidikan Kewarganegaraan Untuk SD/MI Kelas
4.
I. Penilaian1. Penilaian Proses
Pada saat siswa belajar di kelas dan bekerja dalam kelompok tentangpembahasan pemecahan suatu masalah, maka pada saat itu dilakukanpenilaian proses melalui observasi. Penilaian proses dilakukan untukmengamati keaktifan siswa ketika melakukan diskusi pemecahan
149
masalah dengan indikator keaktifan yang sudah ditetapkan (lembarobservasi keaktifan siswa terlampir).
2. Penilaian Penugasan Kelompok (Lembar Kerja Siswa)Penugasan kelompok berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) mengenai
diskusi pemecahan masalah yang disajikan oleh guru. Penilaian dariLKS, sebagai berikut.
No Kriteria Skor1. Solusi dari penyebab yang dituliskan semua benar 42. Solusi dari penyebab yang dituliskan sebagian besar benar 33. Solusi dari penyebab yang dituliskan beberapa benar 24. Solusi dari penyebab yang dituliskan sebagian kecil benar 15. Tidak memberikan solusi 0
Nilai = x 100
Bentuk Instrumen LKS dan Kunci Jawaban:
MasalahPenyebab Timbulnya
MasalahCara Menyelesaikan
MasalahPak Johan adalahseorang bendaharasekolah SD Bina Bangsa.Sebagai bendaharasekolah, Pak Johanmemegang semua uangsekolah. Pak Johanmenggunakan uangsekolah untuk keperluanpribadi. Uang sekolahdigunakan untukmembeli televisi baru.Dia juga membelibarang-barang laindengan menggunakanuang sekolah. Menurutkalian, bagaimanaperbuatan Pak Johan ?Seandainya kalianmenjadi Kepala SekolahSD tersebut, apa yangkalian lakukan ?Diskusikan bersamateman kelompokmu.Tuliskan penyebab darimasalah di atas danbagaimana cara
1. Kurangnyapengawasan daripihak lain sepertiKepala Sekolah.
2. Kurangnya rasatanggung jawab dariPak Johan, sehinggamenyalahgunakantanggung jawabnya.
3. Rendahnya nilaikejujuran dari PakJohan.
4. Adanya kesempatanuntukmenyalahgunakantanggung jawab yangdiberikan kepada PakJohan.
1. Kepala Sekolah bersamaguru hendaknya rutinmelakukan pengecekan(misalnya setiap sebulansekali) terhadap uangkeluar masuk dalambuku bendahara PakJohan, sehingga akanlebih terkontrol danmudah diketahui apabilaada dana yangdisalahgunakan.
2. Menanamkan rasatanggung jawab dankejujuran yang tinggi disetiap perbuatan yangdilakukan karena sesuatuyang dimulai dari dirisendiri akan berakhirdengan baik.
3. Sebagai Kepala Sekolahmemberikan sanksi tegasterhadap perilaku yangmelanggar peraturanagar pelanggaran tidakterjadi lagi sepertipemberian denda.
150
menyelesaikanpermasalahan di atas !
Catatan : Masalah yang tersaji dalam LKS menggambarkan tugas BadanPemeriksa Keuangan (BPK) yaitu memeriksa pengelolaandan tanggung jawab keuangan negara.
4. Penilaian Akhir (Soal Evaluasi)Penugasan individu berupa tes pilihan ganda dan isian singkat yang
dilakukan di akhir pembelajaran. Tes ini bertujuan untuk mengukurpemahaman siswa secara individu mengenai materi yang sudah dipelajaripada hari itu. Penilaian akhir dari soal evaluasi, sebagai berikut.Jumlah soal = 10, bobot nilai untuk setiap soal adalah 1
Nilai = x 100
Bentuk Instrumen Soal Evaluasi:A. Pilihan Ganda1. Anggota BPK dipilih oleh ...
a. DPRb. Mahkamah Agungc. Presidend. Dewan Perwakilan Daerah
2. Anggota BPK yang terpilih diresmikan oleh ...a. Mahkamah Agungb. Presidenc. DPRd. Dewan Perwakilan Daerah
3. BPK adalah lembaga yang independen, maksudnya adalah ...a. lembaga yang harus berlaku jujurb. lembaga yang terikat dengan lembaga lainc. lembaga yang tidak dipengaruhi oleh lembaga laind. lembaga yang bekerja sama dengan lembaga lain
4. Hasil pemeriksaan keuangan negara yang telah dilakukan BPKdiserahkan pada ...a. MA, MK, KYb. MA, DPR, dan Presidenc. DPR, DPD, DPRDd. Presiden, DPR, MPR
5. Tugas dari BPK adalah ...a. menetapkan peraturan pemerintahb. membentuk undang-undangc. mengawasi pelaksanaan undang-undangd. memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
B. Isian6. Ketentuan hukum tentang BPK diatur dalam UUD 1945 pasal ...7. Lembaga BPK bersifat ...
152
SIKLUS II PERTEMUAN 2RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )
Satuan Pendidikan : SD Negeri JeruksariMata pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)Kelas / Semester : IV/ 2Alokasi waktu : 2 x 35 menitHari, Tanggal : Kamis, 18 Februari 2016
A. Standar Kompetensi3. Mengenal sistem pemerintahan tingkat pusat.
B. Kompetensi Dasar3.1 Mengenal lembaga-lembaga negara dalam susunan pemerintahan tingkat
pusat, seperti MPR, DPR, Presiden, MA, MK, dan BPK, dan lain-lain.
C. Indikator9. Menjelaskan pengertian Komisi Pemilihan Umum (KPU).10. Menyebutkan sifat-sifat pemilu yang diselenggarakan oleh Komisi
Pemilihan Umum (KPU).11. Menjelaskan tugas dan fungsi Komisi Pemilihan Umum (KPU).
D. Tujuan9. Setelah mendengarkan penjelasan guru, siswa dapat menjelaskan
pengertian Komisi Pemilihan Umum (KPU) dengan benar.10. Setelah mendengarkan penjelasan guru, siswa dapat menyebutkan sifat-
sifat pemilu yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU)dengan benar.
11. Setelah mendengarkan penjelasan guru dan diskusi dalam kelompok,siswa dapat menjelaskan tugas dan fungsi Komisi Pemilihan Umum(KPU) dengan benar.
Karakter siswa yang diharapkan :Dapat dipercaya, Rasa hormat dan perhatian, Tekun, Tanggung jawab,Berani, Peduli, Jujur, dan Kreatif
E. MateriKomisi Pemilihan Umum (KPU)
F. Model dan Metode PembelajaranModel : Creative Problem SolvingMetode : Ceramah, Tanya Jawab, Diskusi, dan Penugasan
153
G. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Langkah-langkah AlokasiWaktu
Pendahuluan
1. Guru memberi salam dan mengajak siswa berdoa.2. Guru mempresensi kehadiran siswa.3. Guru memberikan apersepsi dengan melakukan
tanya jawab mengenai pemilihan ketua kelas. Ketuakelas dipilih oleh semua anggota kelas.Penyelenggaraan pemilihan ketua kelas biasanyadipimpin oleh seorang guru. Begitu juga dengannegara, negara membutuhkan pemimpin. Pemimpinnegara dipilih oleh rakyat melalui pemilihan umum(pemilu). Pemilu diselenggarakan oleh KomisiPemilihan Umum (KPU).
5menit
Inti
4. Siswa mendengarkan penjelasan guru secarasingkat mengenai Komisi Pemilihan Umum (KPU).
5. Siswa dan guru melakukan tanya jawab mengenaiKomisi Pemilihan Umum (KPU).
6. Siswa dibagi dalam kelompok secara heterogensesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
7. Siswa mendengarkan petunjuk kegiatan yang akandilakukan oleh siswa.
8. Guru menyajikan situasi problematik danmenjelaskan prosedur solusi kreatif kepada siswa.
9. Siswa diminta berdiskusi untuk memecahkanmasalah yang disajikan oleh guru dengan mencariinformasi melalui buku maupun melaluipengalaman dan pengetahuan siswa.
10. Guru memantau kegiatan siswa dan membantusiswa yang mengalami kesulitan dalam berdiskusi.
11. Siswa menuliskan solusi dari pemecahan masalahdengan menuliskan pada lembar yang sudahdisediakan guru.
12. Siswa bersama guru membahas hasil solusi kreatifdari setiap kelompok.
13. Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belumdiketahui siswa.
50menit
Penutup
14. Siswa bersama guru menyimpulkan materi yangsudah dipelajari pada hari itu.
15. Guru memberikan soal evaluasi kepada siswa.16. Guru memberikan motivasi belajar kepada seluruh
siswa untuk mempelajari kembali materi yang telahdiberikan dan lebih giat belajar.
17. Menutup pembelajaran dengan doa dan salam.
15menit
154
H. Sumber Belajar- Arsyad Umar, dkk. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk SD Kelas
IV. Jakarta: Erlangga.- Buku Lintas Exclusive Pendidikan Kewarganegaraan Untuk SD/MI Kelas
4.
I. Penilaian1. Penilaian Proses
Pada saat siswa belajar di kelas dan bekerja dalam kelompok tentangpembahasan pemecahan suatu masalah, maka pada saat itu dilakukanpenilaian proses melalui observasi. Penilaian proses dilakukan untukmengamati keaktifan siswa ketika melakukan diskusi pemecahanmasalah dengan indikator keaktifan yang sudah ditetapkan (lembarobservasi keaktifan siswa terlampir).
2. Penilaian Penugasan Kelompok (Lembar Kerja Siswa)Penugasan kelompok berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) mengenai
diskusi pemecahan masalah yang disajikan oleh guru. Penilaian dariLKS, sebagai berikut.
No Kriteria Skor1. Solusi dari penyebab yang dituliskan semua benar 42. Solusi dari penyebab yang dituliskan sebagian besar benar 33. Solusi dari penyebab yang dituliskan beberapa benar 24. Solusi dari penyebab yang dituliskan sebagian kecil benar 15. Tidak memberikan solusi 0
Nilai = x 100
Bentuk Instrumen LKS dan Kunci Jawaban:
MasalahPenyebab
Timbulnya MasalahCara Menyelesaikan
MasalahPak Muhiddin seorang yangkaya raya di Kampung Duku.Pak Muhiddin selalu pameratas apa yang dimilikinya.Beliau selalu menyombongkandiri karena sudah menunaikanibadah haji sebanyak 3 kali.Beliau orang yang dermawan,namun kedermawanan beliauselalu dipamerkan kepadaorang lain. Suatu hari adapemilihan ketua RT di daerahtempat tinggal Pak Muhiddin.Beliau mencalonkan dirikarena beliau ingin dihormati
1. Rendahnya nilaikejujuran dari PakMuhiddin.
2. Rendahnya nilaisportifitas dari PakMuhiddin sehinggamenyogok wargamenggunakansembako gratisdalam pemilihanketua RT.
3. Tidak bisamenerimakekalahan denganlapaang dada.
1. Sebagai HajiSomad, menegurPak Muhiddin danmenasehati bahwaperbuatan yangsudah dilakukannyatidak baik.Memperolehkemenangandengan jalan tidakjujur itu tidak baik.
2. Menasehati PakMuhiddin bahwaseorang muslimyang bertakwa akan
155
oleh orang di sekitarnya. PakMuhiddin membagikansembako gratis kepada wargadi RT tersebut agar dia dipilihdalam pemilihan ketua RT.Pemilihan ketua RT dilakukandengan pemungutan suara olehwarga di lingkungan RTtersebut. Tiga calon ketua RTdiputuskan oleh Haji Somadselaku orang yang dituakan diRT tersebut sekaligus kakakdari Pak Muhiddin. Merekaadalah Pak Muhiddin, PakTono, dan Pak Mamat.Sebelum pemilihan ketua RTdimulai, ketiga calon ituterlebih dahulu diminta untukberbicara di depan warga. Satupersatu warga memberikansuara mereka. Hasilnya PakMamat mengumpulkan suaraterbanyak, disusul oleh PakTono. Terakhir Pak Muhiddinyang hanya mendapat 5 suara.Pak Muhiddin tidak terimadengan kekalahannya. PakMuhiddin pun protes danmarah-marah kepada warga.Pikirnya, warga akanmemberikan suara untuknya.Bukankah Pak Muhiddin sudahmembagikan sembako gratis ?Menurut kalian, bagaimanaperbuatan Pak Muhiddin ?Seandainya kalian menjadiHaji Somad, apa yang kalianlakukan ? Diskusikan bersamateman kelompokmu. Tuliskanpenyebab dari masalah di atasdan bagaimana caramenyelesaikan permasalahandi atas !
4. Rasa egois yangtinggi dalam diriPak Muhiddin.
5. Sikap sombong danpamer yang tinggidalam diri PakMuhiddin.
menjauhi perbuatanyang dibenci olehAllah seperti sikappamer, sombong,berbohong, danegois. Sikap PakMuhiddin selamaini sangat salah dansangat dibenci olehAllah.
3. Memberikanpengertian, menjadiseorang pemimpinitu tidak sekedarmenjadi orang yangmemerintah, namunharus bisamembimbing danmenjaga kerukunanantar warga denganbaik.
4. Menanamkan rasatanggung jawabdan kejujuran yangtinggi di setiapperbuatan yangdilakukan karenasesuatu yangdimulai dari dirisendiri akanberakhir denganbaik.
Catatan : Masalah yang tersaji dalam LKS menggambarkan tugasKomisi Pemilihan Umum yaitu menyelenggarakan pemilihanumum secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
156
3. Penilaian Akhir (Soal Evaluasi)Penugasan individu berupa tes pilihan ganda dan isian singkat yang
dilakukan di akhir pembelajaran. Tes ini bertujuan untuk mengukurpemahaman siswa secara individu mengenai materi yang sudah dipelajaripada hari itu. Penilaian akhir dari soal evaluasi, sebagai berikut.Jumlah soal = 10, bobot nilai untuk setiap soal adalah 1
Nilai = x 100
Bentuk Instrumen Soal Evaluasi:A. Pilihan Ganda1. Penyelenggaraan pemilu diselenggarakan oleh lembaga khusus, yaitu
...a. MPRb. MKc. KPUd. BPK
2. Jumlah anggota KPU sebanyak-banyaknya ...a. 12 orangb. 11 orangc. 10 orangd. 9 orang
3. Jumlah KPU provinsi sebanyak ...a. 5 orangb. 6 orangc. 7 orangd. 8 orang
4. Di bawah ini merupakan sifat yang harus dimiliki oleh anggota KPU,kecuali ...a. langsungb. jujurc. adild. teliti
5. Di bawah ini merupakan tugas dan wewenang KPU, kecuali ...a. merencanakan penyelenggaraan pemilub. menetapkan peserta pemiluc. menetapkan hasil pemilu dan mengumumkan calon yang terpilihd. mengikuti kampanye peserta pemilu
B. Isian6. Lembaga yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri dalam
menyelenggarakan pemilu adalah ...7. KPU menyampaikan laporan penyelenggaraan pemilu kepada ...8. KPU menyelenggarakan pemilu yang bersifat ...9. Salah satu kewajiban KPU adalah ...10. Salah satu tugas KPU adalah ...
158
LEMBAR OBSERVASI KEAKTIFAN SISWA Siklus ... Pertemuan ...
Nama Siswa : Nomor Urut : Kelas : Hari,Tanggal : Petunjuk : 1. Cermati indikator keaktifan siswa di bawah ini !
2. Berilah skor sesuai dengan ketentuan penskoran yang sudah tersedia. 3. Jumlahkan angka-angka tersebut ke bawah untuk mendapatkan jumlah skor.
No. Indikator Ketentuan Penskoran Skor 1. Terlibat dalam kegiatan
pemecahan masalah dengan mengemukakan pendapat dalam kelompok
(4) Sangat Baik Mengemukakan pendapat dengan benar dan logis (3) Baik Mengemukakan pendapat dengan benar dan logis namun sesekali dibantu
oleh guru (2) Cukup Mengemukakan pendapat dengan benar namun dibantu oleh guru (1) Kurang Tidak mengemukakan pendapat sama sekali
2. Menanggapi dan menghargai pendapat teman dalam kegiatan diskusi kelompok
(4) Sangat Baik Menanggapi dan menghargai pendapat teman dalam kegiatan diskusi kelompok dengan benar dan kritis
(3) Baik Menanggapi dan menghargai pendapat teman dalam kegiatan diskusi kelompok dengan benar dan kritis namun sesekali dibantu oleh guru
(2) Cukup Menanggapi pendapat teman namun kurang menghargai pendapat teman dalam kegiatan diskusi kelompok
(1) Kurang Tidak menanggapi dan menghargai pendapat teman dalam kegiatan diskusi kelompok
Lampiran 2. Lembar Observasi Keaktifan Siswa
159
3. Berdiskusi membuat alternatif solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam diskusi kelompok
(4) Sangat Baik Berdiskusi membuat alternatif solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam diskusi kelompok dengan benar dan kritis
(3) Baik Berdiskusi membuat alternatif solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam diskusi kelompok dengan benar dan kritis namun sesekali dibantu oleh guru
(2) Cukup Berdiskusi membuat alternatif solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam diskusi kelompok dengan benar namun dibantu oleh guru
(1) Kurang Tidak melakukan diskusi 4. Mempresentasikan hasil
diskusi dan menanggapi presentasi dari kelompok lain
(4) Sangat Baik Mampu mempresentasikan hasil diskusi dengan runtut, jelas, dan benar dan menanggapi presentasi dari kelompok lain
(3) Baik Mempresentasikan hasil diskusi dengan runtut dan jelas namun ada jawaban yang kurang tepat serta menanggapi presentasi dari kelompok lain
(2) Cukup Mempresentasikan dengan runtut dan jelas namun ada jawaban yang kurang tepat dan tidak menanggapi presentasi dari kelompok lain
(1) Kurang Belum mampu mempresentasikan hasil diskusi dan tidak menanggapi presentasi dari kelompok lain
Jumlah Skor
Skor Akhir = x 4
160
Lampiran 3. Hasil Pekerjaan Siswa pada LKS
1. Siklus I Pertemuan 1
161
2. Siklus I Pertemuan 2
162
3. Siklus II Pertemuan 1
163
4. Siklus II Pertemuan 2
164
Lampiran 4. Hasil Observasi Kegiatan Guru
1. Pra Tindakan
165
2. Siklus I Pertemuan 1
166
3. Siklus I Pertemuan 2
167
4. Siklus II Pertemuan 1
168
5. Siklus II Pertemuan 2
169
Lampiran 5. Catatan Harian
CATATAN HARIAN Siklus/Pertemuan : PRA TINDAKAN Hari/Tanggal : Kamis, 4 Februari 2016 Waktu : 09.15 - 10.25 WIB (2 jam pelajaran) Materi : Lembaga Eksekutif
Pembelajaran hari ini dimulai pada pukul 09.15 WIB atau jam keempat setelah istirahat pertama. Hari itu ada 1 siswa yang tidak masuk kemudian beberapa hari sebelumnya ada 1 siswa yang pindah sekolah, jadi siswa yang hadir pada hari itu hanya 13 siswa. Guru terlebih dahulu mengkondisikan siswa supaya siap mengikuti proses pembelajaran PKn. Karena pembelajaran dimulai setelah istirahat maka tidak ada berdoa. Berdoa dilakukan pada jam pertama. Kemudian, guru melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan mengenai mata pelajaran yang lalu yaitu mengenai lembaga legislatif. Guru bertanya kepada siswa, “Apa yang dimaksud dengan lembaga legislatif ?” IDP menjawab, “lembaga yang membuat peraturan undang-undang”. Guru menanggapi jawaban IDP, “Betul sekali”. Guru kembali bertanya kepada siswa, “Siapa saja yang duduk dalam lembaga legislatif di negara kita ?” FCY, IDP, dan ICU mengatakan, “MPR, DPR, DPD”. Guru menanggapi jawaban siswa, “Iya benar sekali, lembaga legislatif di negara kita adalah MPR, DPR, dan DPD”. Guru menjelaskan kembali secara singkat mengenai lembaga legislatif. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran hari itu yaitu mengenai tugas dan fungsi lembaga eksekutif.
Guru berusaha membangkitkan keaktifan siswa dengan mengajukan pertanyaan, namun hanya beberapa siswa yang menjawab. Beberapa siswa yang lain, ada yang hanya diam dan ada yang mengobrol bersama teman. Guru bertanya, “Siapakah lembaga eksekutif itu ?” ICU menjawab, “lembaga yang menjalankan undang-undang”. Guru menanggapi jawaban siswa sembari memberikan pertanyaan, “Benar sekali, lalu siapa saja yang ada dalam lembaga eksekutif ?” IAR menjawab, “Presiden, Wakil Presiden, dan Menteri”. Guru menuliskan catatan di papan tulis mengenai lembaga eksekutif, namun hanya beberapa siswa yang mencatat. FCY, FS, dan IDP terlihat mencatat tulisan yang ada di papan tulis. Guru mencatat di papan tulis sembari menjelaskan. Kemudian guru bertanya, “Siapakah menteri pendidikan kita saat ini ?” Tidak ada siswa yang menjawab. Ada siswa yang tidak memperhatikan dan sibuk mengobrol. Siswa tersebut adalah YST dan BR. Guru sudah mengingatkan namun hanya beberapa saat diam kemudian kembali mengobrol.
170
Guru menjelaskan mengenai luas wilayah Indonesia dan orang yang tinggal di dalamnya harus mematuhi peraturan Undang-Undang Dasar 1945. Guru mengamati BR dan YST yang sedang mengobrol, kemudian bertanya, “Indonesia itu luas laut atau daratannya ?” BR tidak bisa menjawab. Kemudian guru menasehati untuk tidak mengobrol terus dan memperhatikan penjelasan guru. BR dan YST pun memperhatikan dan tidak lagi mengobrol. Guru kembali bertanya, “Siapa yang bisa menyebutkan urutan presiden yang pernah menjabat di Indonesia ?” ICU, YST, IDP, FCY, RWD, FS, dan BSN menjawab secara berurutan, “Soekarno, Soeharto, BJ.Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarno Putri, Susilo Bambang Yudhoyono, dan Jokowi”.
Pembelajaran pada hari itu berlangsung dengan metode ceramah dan tanya jawab. Hari itu guru menjelaskan mengenai siapa saja yang duduk dalam lembaga eksekutif dan apa saja tugas dan fungsi dari lembaga eksekutif. Semakin lama kondisi kelas semakin kurang kondusif. Banyak siswa yang sudah tidak memperhatikan penjelasan guru. Guru sudah berusaha menarik perhatian siswa dengan menyisipi candaan dalam penjelasannya. Ketika guru menjelaskan mengenai pemilihan presiden, guru mengajukan pertanyaan, “Siapa yang menangani pemilu ?” Tidak ada siswa yang mampu menjawab dengan benar. Siswa menjawab dengan asal jawab tanpa dipikirkan terlebih dahulu. Hal tersebut terkesan menyepelekan guru yang sedang mengajar. Kemudian guru memberikan jawaban, “Yang menangani pemilu adalah KPU”. Lalu guru kembali bertanya, “Apa kepanjangan dari KPU ?” Lagi-lagi siswa tidak ada yang bisa menjawab dengan benar.
Selama pembelajaran berlangsung, guru tidak menggunakan media pembelajaran yang menarik perhatian siswa. Guru memanfaatkan papan tulis untuk memberikan catatan kepada siswa mengenai lembaga eksekutif. Guru bertanya, “Siapa yang memilih presiden ?” IDP menjawab, “rakyat pak”. Guru menanggapi jawaban IDP, “Betul sekali, lalu mengapa jabatan presiden banyak yang menginginkan ?” IDP kembali menjawab, “Ingin menjadi orang nomor satu pak”. Guru menanggapi, “Pintar sekali, ada yang tau apa saja tugas presiden ?” BR menjawab dengan asal jawab, yang memicu keramaian kelas sehingga kelas menjadi gaduh. Kemudian guru menegur BR untuk menjawab pertanyaan dengan benar. Guru kembali menjelaskan tugas-tugas presiden secara singkat. Guru meminta salah satu siswa membacakan wewenang, kewajiban, dan hak presiden yang ada dalam buku Lintas. IDP mengacungkan jari dan bersedia untuk membaca, “Wewenang, kewajiban, dan hak presiden antara lain a) memegang kekuasaan pemerintaan menurut UUD, b) memegang kekuasaan yang tertinggi atas angkatan darat, angkatan laut, dan angkatan udara, c) mengajukan rancangan undang-undang (RUU) kepada DPR, d) menetapkan peraturan pemerintah, e) mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri, f) menyatakan perang,
171
membuat perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain dengan persetujuan DPR”. Kemudian guru memberikan penjelasan singkat mengenai point-point yang dibacakan oleh IDP.
Guru bercerita mengenai pertahanan negara oleh Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara di daerah perbatasan Indonesia dengan negara lain. Pertahanan negara di daerah perbatasan untuk mempertahankan luas wilayah negara agar tidak dicaplok oleh negara lain. Tugas presiden melakukan perjanjian mengenai batas wilayah Indonesia. Pertahanan negara di daerah laut lepas yang banyak sekali kasus pencurian hasil laut oleh negara lain dengan menggunakan bom dan pukat harimau yang dapat merugikan negara Indonesia. Siswa aktif menanggapi cerita guru, siswa terlihat tertarik dengan cerita dari guru. Hal tersebut dilakukan untuk memotivasi siswa mengenai tugas dan kewajiban sebagai Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara Indonesia. Sembari bercerita guru melakukan tanya jawab dengan siswa. Guru bertanya, “Siapa menteri kelautan dan perikanan negara Indonesia saat ini ?” FS menjawab, “Susi Pudjiastuti”. Guru menanggapi jawaban FS, “Pintar sekali”. Kemudian guru melanjutkan cerita mengenai budaya Indonesia yang diklaim oleh negara Malaysia. Guru memberi pesan untuk selalu melestarikan budaya Indonesia agar tidak diakui oleh negara lain. Kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang sudah dibahas, namun tidak ada siswa yang bertanya.
Dalam kegiatan penutup guru memberikan tugas kepada siswa untuk membaca kembali materi yang sudah dipelajari, “Anak-anak, besok kita masih belajar mengenai lembaga eksekutif. Kalian pelajari kembali di rumah. Setiap hari kalian harus membaca agar menjadi anak pintar dan mendapatkan nilai yang baik”. Mata pelajaran PKn berada pada jam keempat dan kelima maka tidak di akhiri dengan doa namun dilanjutkan dengan mata pelajaran selanjutnya.
172
CATATAN HARIAN Siklus/Pertemuan : I/1 Hari/Tanggal : Selasa, 9 Februari 2016 Waktu : 07.50 – 09.00 WIB (2 jam pelajaran) Materi : Lembaga Eksekutif
Pembelajaran hari ini dimulai pada pukul 07.50 WIB atau jam kedua setelah pembelajaran agama. Hari itu ada 2 siswa yang tidak masuk dikarenakan sakit yaitu RA dan ICU, jadi siswa yang hadir pada hari itu hanya 12 siswa. Guru terlebih dahulu mengkondisikan siswa supaya siap mengikuti proses pembelajaran PKn. Karena pembelajaran dimulai pada jam kedua maka tidak ada berdoa. Berdoa dilakukan pada jam pertama. Kemudian, guru melakukan apersepsi dengan menceritakan pemilihan presiden dan wakil presiden Indonesia beberapa waktu lalu. Guru memberikan pertanyaan, “Siapa yang memenangkan pemilihan presiden dan wakil presiden Indonesia pada pemilu beberapa waktu lalu ?” FS menjawab, “Jokowi-JK pak”. Guru merespon dengan membenarkan jawaban FS. Kemudian guru kembali bertanya, “Siapa saja kandidat dalam pemilihan presiden dan wakil presiden kita kemarin ?” IDP dan BR menjawab, “Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta Rajasa”. Guru membenarkan jawaban siswa, kemudian guru berkata bahwa dalam pemilihan presiden kemarin dimenangkan oleh Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta Rajasa harus legowo menerima kekalahan mereka. Guru juga menjelaskan bahwa dalam menjalankan pemerintahan Jokowo-JK, Prabowo juga mendukung pemerintahannya. Kemudian guru memberitahu siswa bahwa materi hari itu masih mengulang materi pertemuan sebelumnya yaitu mengenai lembaga eksekutif. Masih ada beberapa materi yang perlu dijelaskan kembali karena materi mengenai pemerintahan pusat sangat banyak. Pembelajaran hari itu guru menjelaskan kembali sedikit mengenai lembaga eksekutif, kemudian siswa diminta menyelesaikan permasalahan dalam LKS mengenai lembaga eksekutif.
Setelah menjelaskan, guru mengkondisikan siswa untuk berkelompok sesuai dengan tingkat prestasi siswa dimana dalam satu kelompok terdiri dari siswa pandai, sedang, dan kurang pandai. Kelompok 1 terdiri dari IDP, RWD, RFP, dan IAR. Kelompok 2 terdiri dari BSN, RDS, ABB, dan YST. Kelompok 3 terdiri dari BR, FS, YF, dan FCY. Selanjutnya guru membagikan LKS yang berisi mengenai situasi problematik atau masalah yang harus diselesaikan oleh siswa. Guru meminta salah satu siswa dari perwakilan kelompok membacakan masalah yang ada dalam LKS. BSN diminta membacakan masalah yang ada di LKS dan siswa lain menyimak. Kemudian guru minta salah satu siswa mengulangi kembali membaca masalah yang ada dalam LKS. IDP diminta membacakan kembali masalah yang ada dalam LKS dan siswa lain menyimak.
173
Selanjutnya guru memperjelas masalah yang ada dalam LKS yaitu mengenai masalah pemilihan ketua kelas yang menggambarkan pemilihan presiden dan wakil presiden di Indonesia. Dalam pemilihan ketua kelas pun ada kampanye dengan menyuarakan visi dan misi jika terpilih menjadi ketua kelas. Hal tersebut sama seperti pemilihan presiden dan wakil presiden di Indonesia. Dalam masalah yang disajikan siswa yang tidak mencalonkan diri berhak memilih sesuai dengan hati nurani. Begitu pula dengan pemilihan presiden dan wakil presiden di Indonesia. Dalam masalah yang disajikan guru terjadi kecurangan dalam pemilihan ketua kelas yaitu Widya menyogok teman-temannya dengan coklat agar dia terpilih menjadi ketua kelas. Setelah pemilihan ketua kelas dilaksanakan ternyata Widya tidak mendapatkan suara satupun dari teman-temannya. Widya protes dan marah terhadap teman-temannya. Masalah yang disajikan guru tersebut siswa harus mengidentifikasi penyebabnya dan memberikan solusi kreatif dari masalah tersebut.
Diskusi dalam kelompok 1 berjalan cukup baik. Antar anggota kelompok terjadi tukar pendapat yang cukup menarik. Jika ada salah satu anggota yang memberikan pendapatnya, anggota lain mengomentari apakah pendapat tersebut sesuai dengan masalah yang dalam LKS. RWD sebagai notulen dalam diskusi kelompok 1 menuliskan hasil diskusi dalam kelompok yang sudah disepakati.
Diskusi dalam kelompok 2 berjalan kurang baik karena ada siswa yang hanya diam dan tidak memberikan pendapat ataupun menanggapi pendapat teman. Yang terlihat aktif mengerjakan hanya BSN dan RDS. RDS sebagai notulen dalam diskusi kelompok 2 menuliskan hasil diskusi dalam kelompok yang sudah disepakati.
Diskusi dalam kelompok 3 berjalan cukup baik seperti kelompok 1. Antar anggota kelompok terjadi tukar pendapat yang cukup menarik. Jika ada salah satu anggota yang memberikan pendapatnya, anggota lain mengomentari apakah pendapat tersebut sesuai dengan masalah yang disajikan dalam LKS. Namun dalam kelompok 3 ini antar anggota kurang menghargai jawaban anggota lain sehingga terjadi perdebatan di setiap pendapat yang dikemukakan. FCY sebagai notulen dalam diskusi kelompok 3 menuliskan hasil diskusi dalam kelompok yang sudah disepakati.
Dalam proses diskusi siswa, guru kurang memperhatikan siswa yang mengalami kesulitan, sehingga siswa meminta bantuan peneliti untuk membantu kesulitan yang mereka hadapi. Sesekali guru mengingatkan siswa untuk bekerja dalam kelompok secara aktif dan tidak diam saja. Guru terlihat membaca buku di meja guru. Guru kurang aktif membimbing diskusi siswa dalam kelompok.
Setelah semua kelompok selesai mengerjakan LKS. Siswa dengan bimbingan guru mempresentasikan jawaban dari masing-masing kelompok. Dimulai dari kelompok 1, hasil diskusi dibacakan oleh IDP dan RWD. IDP
174
membacakan penyebab dari masalah dalam LKS. Kemudian RWD membacakan solusi dari masalah tersebut. Guru meminta kelompok lain menanggapi namun tidak ada siswa yang menanggapi.
Selanjutnya dari kelompok 2, hasil diskusi dibacakan oleh BSN dan RDS. BSN membacakan penyebab dari masalah dalam LKS. Kemudian RDS membacakan solusi dari masalah tersebut. Guru meminta kelompok lain menanggapi. IDP menanggapi bahwa penyebab timbulnya masalah yang dikemukakan kelompok 2 kurang tepat. Guru menerima tanggapan IDP. Kelompok 2 juga menerima tanggapan dari IDP.
Terakhir kelompok 3, hasil diskusi dibacakan oleh BR dan FCY. BR membacakan penyebab dari masalah dalam LKS. Kemudian FCY membacakan solusi dari masalah tersebut. Guru meminta kelompok lain menanggapi namun tidak ada siswa yang menanggapi.
Guru mengkonfirmasi jawaban setiap kelompok dengan jawaban yang benar. Sebagian besar jawaban siswa yang kurang tepat. Dalam LKS guru meminta siswa mengidentifikasi penyebab dari masalah yang timbul, namun masih ada kelompok yang menuliskan kembali masalah-masalah yang sudah ada dalam LKS tersebut. Solusi yang diberikan oleh siswa beberapa sudah benar, namun masih ada juga yang kurang tepat. Guru meminta siswa mengumpulkan LKS yang sudah dikerjakan untuk dinilai oleh guru. Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi yang sudah dipelajari hari itu yaitu mengenai lembaga eksekutif. Siswa diberi kesempatan bertanya mengenai materi yang belum dipahami, namun tidak ada siswa yang bertanya.
Dalam kegiatan penutup, siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi yang sudah dipelajari hari itu yaitu mengenai lembaga eksekutif. Siswa diberi kesempatan bertanya mengenai materi yang belum dipahami, namun tidak ada siswa yang bertanya. Keaktifan siswa untuk bertanya masih kurang. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk membaca materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya yaitu mengenai lembaga yudikatif. Mata pelajaran PKn berada pada jam kedua dan ketiga maka tidak di akhiri dengan doa namun dilanjutkan dengan istirahat pertama.
175
CATATAN HARIAN Siklus/Pertemuan : I/2 Hari/Tanggal : Kamis, 11 Februari 2016 Waktu : 07.15 – 08.25 WIB (2 jam pelajaran) Materi : Lembaga Yudikatif
Pembelajaran hari ini dimulai pada pukul 07.15 WIB atau jam pertama. Guru memulai pembelajaran dengan salam dan berdoa. Guru terlebih dahulu mengkondisikan siswa supaya siap mengikuti proses pembelajaran PKn. Guru mempresensi kehadiran siswa. Hari itu semua siswa hadir sehingga jumlah siswa sebanyak 14 siswa. Guru melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan, “Siapa yang suka menonton berita ?” Siswa menjawab, “Saya suka pak”. Kemudian guru memberikan pernyataan, “Dengan menonton berita kita akan mengetahui informasi yang terjadi di sekitar lingkungan kita bahkan berita luar negeri. Berita memberikan informasi mengenai pelanggaran-pelanggaran aturan yang terjadi di seluruh penjuru dunia. Salah satunya adalah terorisme. Terorisme merupakan tindakan yang melanggar undang-undang karena dapat menjatuhkan korban jiwa. Tindakan yang melanggar undang-undang akan diadili oleh lembaga peradilan yang ada. Lembaga peradilan merupakan lembaga yang mengawasi pelaksanaan peraturan undang-undang. Lembaga tersebut disebut dengan lembaga yudikatif. Nah, hari ini kita akan belajar mengenai lembaga yudikatif”.
Guru meminta siswa membuka buku Lintas halaman 8 mengenai lembaga yudikatif. Guru meminta IDP membaca materi mengenai Mahkamah Agung dan siswa lain menyimak. Suasana kelas sangat tenang dan hening. Kelas sangat kondusif untuk pembelajaran. Siswa lain menyimak dengan tenang ketika IDP membaca. Guru meminta BSN melanjutkan membaca materi mengenai fungsi dan wewenang Mahkamah Agung dilanjutkan materi mengenai pengertian Mahkamah Konstitusi. Kemudian ICU diminta melanjutkan membaca materi mengenai fungsi dan wewenang Mahkamah Konstitusi sampai Komisi Yudisial. Guru menjelaskan kembali materi yang sudah dibacakan oleh siswa. Siswa memperhatikan dengan baik, meskipun sesekali ada siswa yang mengobrol. Setelah diingatkan siswa kembali memperhatikan. Guru menjelaskan sambil menulis catatan di papan tulis. Kemudian guru bertanya, “Apa itu lembaga yudikatif ?” ICU menjawab, “Lembaga yang mengawasi jalannya undang-undang”. Guru membenarkan jawaban ICU. Kemudian guru kembali bertanya, “Lembaga yudikatif terdiri dari lembaga apa saja ?” FS menjawab, “MA, MK, dan KY”. Guru membenarkan jawaban FS.
Guru melanjutkan penjelasannya mengenai lembaga yang ada dalam lembaga yudikatif. Anggota lembaga yudikatif adalah orang-orang yang mengusai
176
bidang hukum. Guru menjelaskan tugas Mahkamah Agung yaitu mengurus masalah peradilan yang besar seperti korupsi uang negara. Pengadilan negeri di tingkat kabupaten atau kota madya. Pengadilan tinggi di bawahnya ada pengadilan negeri dan pengadilan agama. Guru juga menggambarkan tingkatan Mahkamah Agung sampai pengadilan dibawahnya yaitu Mahkamah Agung, Pengadilan Tinggi, Pengadilan Negeri, dan Pengadilan Agama. Guru menjelaskan secara singkat proses pengadilan. Adanya pengajuan kasasi yaitu tidak terima dengan putusan peradilan dan minta keadilan atas putusan hakim. Keputusan Hakim Agung MA adalah keputusan final tidak bisa diganggu gugat. Namun terdakwa bisa mengajukan grasi atau mengajukan ketidakterimaan putusan peradilan MA kepada presiden. Guru menjelaskan siapa saja yang ada dalam persidangan yaitu jaksa, hakim, panitera, pengacara, terdakwa, dan korban. Guru melanjutkan penjelasan mengenai Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial.
Selanjutnya siswa diminta menyelesaikan permasalahan dalam LKS mengenai lembaga yudikatif. Guru mengkondisikan siswa untuk berkelompok sesuai dengan tingkat prestasi siswa dimana dalam satu kelompok terdiri dari siswa pandai, sedang, dan kurang. Kelompok 1 terdiri dari IDP, RWD, RFP, dan IAR. Kelompok 2 terdiri dari BSN, RDS, FS, ABB, dan YST. Kelompok 3 terdiri dari BR, RA, ICU, YF, dan FCY. Selanjutnya guru membagikan LKS yang berisi mengenai situasi problematik atau masalah yang harus diselesaikan oleh siswa. Guru meminta salah satu siswa dari perwakilan kelompok membacakan masalah yang ada dalam LKS. RA diminta membacakan masalah yang ada di LKS dan siswa lain menyimak. Kemudian guru minta salah satu siswa mengulangi kembali membaca masalah yang ada dalam LKS. ABB diminta membacakan kembali masalah yang ada dalam LKS dan siswa lain menyimak.
Selanjutnya guru memperjelas masalah yang ada dalam LKS yaitu mengenai masalah pelanggaran tata tertib sekolah oleh Andi karena sering datang terlambat dan tidak mengerjakan PR menggambarkan pelanggaran dalam pelaksanaan undang-undang di Indonesia. Dalam pelaksanaan tata tertib sekolah, guru dan kepala sekolah bertindak sebagai lembaga yang mengawasi jalannya pelaksanaan tata tertib sekolah. Hal tersebut sama seperti pengawasan lembaga yudikatif terhadap pelaksanaan undang-undang di Indonesia. Masalah yang disajikan guru tersebut siswa harus mengidentifikasi penyebabnya dan memberikan solusi kreatif dari masalah tersebut. Guru menjelaskan contoh mengidentifikasi penyebab dari masalah yang terjadi agar tidak terjadi kesalahpahaman oleh siswa seperti pada pertemuan pertama.
Diskusi dalam kelompok 1 berjalan cukup baik. Antar anggota kelompok terjadi tukar pendapat yang cukup menarik. Jika ada salah satu anggota yang memberikan pendapatnya, anggota lain mengomentari apakah pendapat tersebut
177
sesuai dengan masalah yang dalam LKS. RWD sebagai notulen dalam diskusi kelompok 1 menuliskan hasil diskusi dalam kelompok yang sudah disepakati.
Diskusi dalam kelompok 2 berjalan kurang baik karena ada siswa yang hanya diam dan tidak memberikan pendapat ataupun menanggapi pendapat teman. Yang terlihat aktif mengerjakan hanya BSN, RDS, dan FS. RDS sebagai notulen dalam diskusi kelompok 2 menuliskan hasil diskusi dalam kelompok yang sudah disepakati.
Diskusi dalam kelompok 3 berjalan cukup baik seperti kelompok 1. Antar anggota kelompok terjadi tukar pendapat yang cukup menarik. Jika ada salah satu anggota yang memberikan pendapatnya, anggota lain mengomentari apakah pendapat tersebut sesuai dengan masalah yang dalam LKS. Namun dalam kelompok 3 ini antar anggota kurang menghargai jawaban anggota lain sehingga terjadi perdebatan di setiap pendapat yang dikemukakan. FCY sebagai notulen dalam diskusi kelompok 3 menuliskan hasil diskusi dalam kelompok yang sudah disepakati.
Dalam proses diskusi siswa, guru kurang memperhatikan siswa yang mengalami kesulitan, sehingga siswa meminta bantuan peneliti untuk membantu kesulitan yang mereka hadapi. Sesekali guru mengingatkan siswa untuk bekerja dalam kelompok secara aktif dan tidak diam saja. Guru terlihat membaca buku di meja guru. Guru kurang aktif membimbing diskusi siswa dalam kelompok.
Setelah semua kelompok selesai mengerjakan LKS. Siswa dengan bimbingan guru mempresentasikan jawaban dari masing-masing kelompok. Dimulai dari kelompok 2, hasil diskusi dibacakan oleh BSN dan RDS. BSN membacakan penyebab dari masalah dalam LKS. Kemudian RDS membacakan solusi dari masalah tersebut. Guru meminta kelompok lain menanggapi. IDP dan BR menanggapi bahwa penyebab timbulnya masalah yang dikemukakan kelompok 2 ada yang kurang tepat. Guru menerima tanggapan IDP dan BR. Kelompok 2 juga menerima tanggapan dari IDP dan BR.
Selanjutnya dari kelompok 3, hasil diskusi dibacakan oleh ICU dan RA. ICU membacakan penyebab dari masalah dalam LKS. Kemudian RA membacakan solusi dari masalah tersebut. Guru meminta kelompok lain menanggapi. BSN menanggapi bahwa penyebab timbulnya masalah yang dikemukakan kelompok 3 ada yang kurang tepat. Guru menerima tanggapan BSN. Kelompok 3 juga menerima tanggapan dari BSN.
Terakhir kelompok 1, hasil diskusi dibacakan oleh RWD dan RFP. RWD membacakan penyebab dari masalah dalam LKS. Kemudian RFP membacakan solusi dari masalah tersebut. Guru meminta kelompok lain menanggapi namun tidak ada siswa yang menanggapi karena jawaban dari kelompok 1 dianggap benar oleh siswa lain.
178
Guru mengkonfirmasi jawaban setiap kelompok dengan jawaban yang benar. Penyebab masalah dalam LKS tersebut adalah kurangnya disiplin dan sikap acuh tak acuh. Masih ada beberapa jawaban siswa yang kurang tepat. Dalam LKS guru meminta siswa mengidentifikasi penyebab dari masalah yang timbul, namun masih ada kelompok yang menuliskan kembali masalah-masalah yang sudah ada dalam LKS tersebut. Solusi yang diberikan oleh siswa beberapa sudah benar, namun masih ada juga yang kurang tepat. Guru meminta siswa mengumpulkan LKS yang sudah dikerjakan untuk dinilai oleh guru.
Dalam kegiatan penutup, siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi yang sudah dipelajari hari itu yaitu mengenai lembaga yudikatif. Siswa diberi kesempatan bertanya mengenai materi yang belum dipahami, namun tidak ada siswa yang bertanya. Keaktifan bertanya siswa masih kurang. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk membaca materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya yaitu tentang Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Mata pelajaran PKn berada pada jam pertama dan kedua maka tidak di akhiri dengan doa namun dilanjutkan dengan pembelajaran selanjutnya.
179
CATATAN HARIAN Siklus/Pertemuan : II/1 Hari/Tanggal : Senin, 15 Februari 2016 Waktu : 09.15-10.25 WIB (2 jam pelajaran) Materi : Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
Pembelajaran hari ini dimulai pada pukul 09.15 WIB atau jam keempat setelah istirahat pertama. Hari itu ada 2 siswa yang tidak masuk dikarenakan sakit yaitu BR dan RFP, jadi siswa yang hadir pada hari itu hanya 12 siswa. Guru terlebih dahulu mengkondisikan siswa supaya siap mengikuti proses pembelajaran PKn. Karena pembelajaran dimulai pada jam keempat maka tidak ada berdoa. Berdoa dilakukan pada jam pertama. Guru melakukan apersepsi dengan mengajukan beberapa pertanyaan, “Siapa yang pernah menjadi bendahara di kelas ? Apa tugas bendahara ?” ICU menjawab, “Saya pak, mengurusi uang kas”. Guru membenarkan jawaban ICU, “Betul sekali, bendahara mengurusi uang kas atau keuangan kelas. Seperti di kelas ini, di negara kita juga ada lembaga yang bertugas mengurusi keuangan negara. Namun, bagaimana kita tahu uang negara dikelola dengan baik atau tidak ? Kita sebagai rakyat tidak bisa mengawasi secara langsung. Siapa yang mengawasi pengelolaan uang negara ?” IDP menjawab, “BPK pak”. Guru membenarkan jawaban IDP, “Betul sekali, pemerintah membentuk Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Hari ini kita akan belajar mengenai BPK”. Guru meminta siswa membuka buku paket PKn halaman 33 dan buku Lintas halaman 10 mengenai Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Guru meminta ICU membaca materi mengenai BPK dalam buku paket PKn dan siswa lain menyimak. Suasana kelas sangat tenang dan hening. Kelas sangat kondusif untuk pembelajaran. Siswa lain menyimak dengan tenang ketika ICU membaca. Guru meminta YST melanjutkan membaca. Kemudian IAR diminta melanjutkan membaca materi dalam buku Lintas dan dilanjutkan oleh RWD. Guru menjelaskan kembali materi yang sudah dibacakan oleh siswa. Siswa memperhatikan dengan baik, meskipun sesekali ada siswa yang mengobrol. Setelah diingatkan siswa kembali memperhatikan. Guru menjelaskan sambil menulis catatan di papan tulis. Kemudian guru bertanya, “Dari mana asal uang negara itu ?” IAR menjawab, “dari rakyat”. Guru membenarkan jawaban IAR, namun jawaban IAR kurang lengkap. Kemudian guru kembali bertanya, “Dengan cara apa uang rakyat itu diberikan pada negara ?” Belum ada siswa yang mampu menjawab. Guru menjelaskan bahwa uang negara diperoleh dari hasil biaya parkir di tempat umum, retribusi tempat wisata, pajak bumi dan bangunan, pajak penghasilan, penjualan sumber daya alam, dan lain-lain. Uang negara tersebut dapat digunakan untuk menggaji para pegawai negeri dan orang-orang yang ada
180
dalam pemerintahan. Kemudian guru bertanya, “Apa itu APBN ?” ICU, IDP, dan FCY menjawab, “Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara”. Guru membenarkan jawaban siswa. guru kembali bertanya, “Anggaran itu apa saja ?” FS menjawab, “anggaran rutin dan anggaran pembangunan”. Guru membenarkan jawaban FS.
Guru melanjutkan penjelasannya mengenai tugas BPK. FCY diminta membacakan tugas BPK dalam buku Lintas halaman 10. Guru menjelaskan tugas BPK mengawasi pengelolaan keuangan negara dan menyerahkan hasil pemeriksaan keuangan negara kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai dengan kewenangannya. Guru menjelaskan mengenai contoh penyelewengan dana. Dilanjutkan penjelasan mengenai keanggotaan BPK. Guru bertanya, “Siapa saja anggota BPK ?” BSN dan IDP menjawab, “ketua, wakil ketua, dan 7 anggota”. Guru membenarkan jawaban BSN dan IDP. Guru menambahkan materi mengenai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). BPK mengawasi pengelolaan uang negara sedangkan KPK menangani masalah korupsi uang negara. BPK dan KPK sama-sama lembaga independen yaitu lembaga yang tidak dipengaruhi oleh lembaga lain. Guru memberikan kesempatan bertanya pada siswa, namun tidak ada siswa yang bertanya.
Selanjutnya siswa diminta menyelesaikan permasalahan dalam LKS mengenai BPK. Guru mengkondisikan siswa untuk berkelompok sesuai dengan tingkat prestasi siswa dimana dalam satu kelompok terdiri dari siswa pandai, sedang, dan kurang. Kelompok 1 terdiri dari IDP, RWD, YST, dan IAR. Kelompok 2 terdiri dari BSN, RDS, FS, dan ABB. Kelompok 3 terdiri dari RA, ICU, YF, dan FCY. Selanjutnya guru membagikan LKS yang berisi mengenai situasi problematik atau masalah yang harus diselesaikan oleh siswa. Guru meminta salah satu siswa dari perwakilan kelompok membacakan masalah yang ada dalam LKS. FS diminta membacakan masalah yang ada di LKS dan siswa lain menyimak. Kemudian guru minta dalah satu siswa mengulangi kembali membaca masalah yang ada dalam LKS. YST diminta membacakan kembali masalah yang ada dalam LKS dan siswa lain menyimak.
Selanjutnya guru memperjelas masalah yang ada dalam LKS yaitu mengenai masalah pengelolaan uang sekolah oleh Pak Johan selaku bendahara di SD Bina Bangsa. Penyalahgunaan uang sekolah oleh Pak Johan untuk keperluan pribadi. Dalam pengelolaan keuangan sekolah, kepala sekolah bertindak sebagai lembaga yang mengawasi pengelolaan keuangan sekolah. Hal tersebut sama seperti pengawasan pengelolaan uang negara olek BPK. Masalah yang disajikan guru tersebut siswa harus mengidentifikasi penyebabnya dan memberikan solusi kreatif dari masalah tersebut.
Diskusi dalam kelompok 1 berjalan dengan baik. Antar anggota kelompok terjadi tukar pendapat yang cukup menarik. Jika ada salah satu anggota yang
181
memberikan pendapatnya, anggota lain mengomentari apakah pendapat tersebut sesuai dengan masalah yang dalam LKS. RWD sebagai notulen dalam diskusi kelompok 1 menuliskan hasil diskusi dalam kelompok yang sudah disepakati.
Diskusi dalam kelompok 2 berjalan cukup baik dibanding dengan pertemuan sebelumnya. Terjadi diskusi dan tukar pendapat antar anggota kelompok. FS sebagai notulen dalam diskusi kelompok 2 menuliskan hasil diskusi dalam kelompok yang sudah disepakati.
Diskusi dalam kelompok 3 berjalan cukup baik. Antar anggota kelompok terjadi tukar pendapat yang cukup menarik. Jika ada salah satu anggota yang memberikan pendapatnya, anggota lain mengomentari apakah pendapat tersebut sesuai dengan masalah yang dalam LKS. Namun dalam kelompok 3 ini antar anggota kurang menghargai jawaban anggota lain sehingga terjadi perdebatan di setiap pendapat yang dikemukakan. FCY sebagai notulen dalam diskusi kelompok 3 menuliskan hasil diskusi dalam kelompok yang sudah disepakati.
Dalam proses diskusi siswa, guru cukup memperhatikan siswa yang mengalami kesulitan, sehingga siswa tidak lagi meminta bantuan peneliti untuk membantu kesulitan yang mereka hadapi. Guru mengingatkan siswa untuk bekerja dalam kelompok secara aktif dan tidak diam saja. Guru terlihat mendatangi satu persatu kelompok untuk melihat proses pengerjaan LKS. Guru cukup aktif membimbing diskusi siswa dalam kelompok.
Setelah semua kelompok selesai mengerjakan LKS. Siswa dengan bimbingan guru mempresentasikan jawaban dari masing-masing kelompok. Dimulai dari kelompok 3, hasil diskusi dibacakan oleh FCY dan YF. FCY membacakan penyebab dari masalah dalam LKS. Kemudian YF membacakan solusi dari masalah tersebut. Guru meminta kelompok lain menanggapi. IDP, BSN, RWD, FS, dan IAR menanggapi bahwa penyebab timbulnya masalah yang dikemukakan kelompok 3 masih kurang. Guru menerima tanggapan siswa. Kelompok 3 juga menerima tanggapan dari kelompok lain.
Selanjutnya kelompok 2, hasil diskusi dibacakan oleh FS dan RDS. FS membacakan penyebab dari masalah dalam LKS. Kemudian RDS membacakan solusi dari masalah tersebut. Guru meminta kelompok lain menanggapi. RA, ICU, YF, FCY, dan YST menanggapi bahwa penyebab timbulnya masalah yang dikemukakan kelompok 2 masih kurang. Guru menerima tanggapan siswa. Kelompok 2 juga menerima tanggapan dari kelompok lain.
Selanjutnya dari kelompok 1, hasil diskusi dibacakan oleh IAR dan YST. IAR membacakan penyebab dari masalah dalam LKS. Kemudian YST membacakan solusi dari masalah tersebut. Guru meminta kelompok lain menanggapi namun tidak ada siswa yang menanggapi karena jawaban dari kelompok 3 dianggap benar oleh siswa lain. Guru mengkonfirmasi kekurangan jawaban kelompok 3 dan 2 tadi ditambahkan dengan jawaban kelompok 1.
182
Guru mengkonfirmasi jawaban setiap kelompok dengan jawaban yang benar. Penyebab masalah dalam LKS tersebut adalah kurang rasa tanggung jawab dan kejujuran dari Pak Johan. Guru meminta siswa mengumpulkan LKS yang sudah dikerjakan untuk dinilai oleh guru.
Dalam kegiatan penutup, siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi yang sudah dipelajari hari itu yaitu mengenai BPK. Siswa diberi kesempatan bertanya mengenai materi yang belum dipahami, namun tidak ada siswa yang bertanya. Siswa menyatakan bahwa sudah paham dengan penjelasan materi pada hari itu. Selanjutnya siswa diminta untuk mengumpulkan soal yang sudah dijawab untuk dikoreksi oleh guru. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk membaca materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya yaitu tentang Komisi Pemilihan Umum (KPU). Mata pelajaran PKn berada pada jam keempat dan kelima maka tidak di akhiri dengan doa namun dilanjutkan dengan pembelajaran selanjutnya.
183
CATATAN HARIAN Siklus/Pertemuan : II/2 Hari/Tanggal : Kamis, 18 Februari 2016 Waktu : 07.15 – 08.25 WIB (2 jam pelajaran) Materi : Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Pembelajaran hari ini dimulai pada pukul 07.15 WIB atau jam pertama. Guru memulai pembelajaran dengan salam dan berdoa. Peraturan terbaru di SD Jeruksari bahwa sebelum pembelajaran dimulai, siswa dan guru wajib menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama-sama. Guru, siswa, dan peneliti menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama-sama. Kemudian guru mengkondisikan siswa supaya siap mengikuti proses pembelajaran PKn. Guru mempresensi kehadiran siswa. Hari itu semua siswa hadir sehingga jumlah siswa sebanyak 14 siswa. Guru melakukan apersepsi mengaitkan materi dengan pemilihan kepala daerah di Gunungkidul beberapa waktu lalu. Guru bertanya, “Belum lama ini di kabupaten kita mengadakan pemilihan kepala daerah, disingkat apa ? Siapa yang tahu ?” IDP menjawab, “Pilkada pak”. Guru membenarkan jawaban IDP lalu berkata, “Lembaga yang mengurusi pilkada kemarin namanya apa ?” FS menjawab, “KPU pak”. Guru membenarkan jawaban FS kemudian menyampaikan bahwa hari itu akan mempelajari mengenai Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Guru meminta siswa membuka lembar materi pembelajaran yang sudah diberikan oleh peneliti mengenai lembaga KPU. Guru meminta peneliti menyiapkan lembar materi mengenai lembaga KPU sebagai bahan belajar siswa karena di buku paket PKn dan buku Lintas siswa tidak ada penjelasan lengkap mengenai lembaga KPU. Guru meminta ABB membaca materi mengenai pengertian dan tugas beserta fungsi KPU kemudian siswa lain menyimak. Suasana kelas sangat tenang dan hening. Kelas sangat kondusif untuk pembelajaran. Siswa lain menyimak dengan tenang ketika ABB membaca. Guru meminta IDP melanjutkan membaca materi mengenai kewajiban KPU. Kemudian ICU diminta melanjutkan membaca materi pemilu yang dilaksanakan oleh KPU. Guru menjelaskan kembali materi yang sudah dibacakan oleh siswa. Siswa memperhatikan dengan baik, meskipun sesekali ada siswa yang mengobrol. Setelah diingatkan siswa kembali memperhatikan. Guru menjelaskan sambil menulis catatan di papan tulis. Kemudian guru bertanya, “Apa yang dimaksud dengan pemilu ?” BSN menjawab, “pemilihan umum”. Guru membenarkan jawaban BSN. Kemudian guru kembali bertanya, “Sifat pemilu yang diselenggarakan oleh KPU apa saja ?” BSN, ICU, FCY menjawab, “langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil”. Guru membenarkan jawaban siswa.
184
Kemudian guru menjelaskan satu per satu sifat-sifat pemilu yang diselenggarakan oleh KPU. Guru menjelaskan bahwa sifat langsung yang dimaksud adalah rakyat memilih langsung pemimpin yang mereka inginkan sesuai hari nurani dengan mencoblos. Umum yaitu peserta pemilu adalah semua warga Indonesia yang sudah berumur 17 tahun dan sudah memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP). Bebas yaitu peserta pemilu bebas memilih sesuai hati nurani tanpa adanya paksaan dari pihak manapun. Rahasia yaitu dalam pemilihan umum peserta pemilu melakukan pencoblosan di dalam bilik dan tidak ada seorang pun yang mengetahui ketika proses pencoblosan, jadi terjamin kerahasiaannya. Jujur yaitu peserta pemilu memilih sesuai dengan hati nuraninya tanpa ada paksaan dari pihak manapun dan tanpa adanya proses suap menyuap. Adil yaitu suara terbanyak itulah yang menang, dihitung dengan sebenar-benarnya tanpa adanya manipulasi apapun, jadi yang menang dan kalah harus menerima dengan lapang dada. Guru bertanya, “Pemilu di negara kita diadakan dalam berapa tahun sekali ?” BSN menjawab, “5 tahun sekali pak”. Guru membenarkan jawaban BSN kemudian melanjutkan penjelasannya. Guru menjelaskan bahwa biaya pemilu itu dari APBN yang sudah dianggarkan untuk pelaksanaan pemilu di Indonesia. Pemilu yang diadakan untuk memilih ketua dan wakil ketua DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota Madya diadakan secara serempak bersamaan. Peserta pemilu diberi 4 lembar untuk memilih ketua dan wakil ketua DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota Madya. Kemudian ada pemilu untuk pemilihan presiden dan wakil presiden. Pemilu itu nasional yaitu seluruh warga negara yang berhak memilih wajib memilih. Dalam pemilu lembaga KPU yang mengurus. KPU tidak hanya mengurus pemilu, tetapi juga mengurus pelaksanaan Pilkada. Guru bertanya, “Apa itu pilkada ?”. ICU, RA, dan YST menjawab, “Pemilihan Kepala Daerah”. Guru kembali menjelaskan mengenai pilkada Provinsi, Kabupaten, dan Kota Madya. Guru bertanya, “Apa sebutan untuk kepala daerah Provinsi ?”. IDP menjawab, “Gubernur”. Guru kembali bertanya, “Apa sebutan kepala daerah kabupaten dan kota madya ?”. FS menjawab, “Kabupaten dipimpin bupati dan kota madya dipimpin walikota”. Guru melanjutkan penjelasannya. Guru menjelaskan bahwa KPU terdiri atas KPU pusat, KPU provinsi, KPU kabupaten atau kota. Lembaga di bawah KPU yang mengurusi pilkada terdiri atas PPK untuk tingkat kecamatan, PPS untuk tingkat kelurahan atau desa, dan KPPS untuk tingkat RW atau padukuhan. Tempat Pemungutan Suara (TPS) yaitu tempat peserta melakukan pencoblosan. Pada pelaksanaan pemilu atau pilkada ada anggota KPPS, pengawas, dan petugas keamanan (linmas). Setelah guru selesai menjelaskan materi, siswa diberi kesempatan bertanya mengenai materi yang belum dipahami. Namun, siswa menjawab bahwa sudah jelas dengan penjelasan guru, sehingga tidak ada yang ditanyakan.
185
Selanjutnya siswa diminta menyelesaikan permasalahan dalam LKS. Guru mengkondisikan siswa untuk berkelompok sesuai dengan tingkat prestasi siswa dimana dalam satu kelompok terdiri dari siswa pandai, sedang, dan kurang. Kelompok 1 terdiri dari IDP, RWD, RFP, dan IAR. Kelompok 2 terdiri dari BSN, RDS, FS, ABB, dan YST. Kelompok 3 terdiri dari BR, RA, ICU, YF, dan FCY. Selanjutnya guru membagikan LKS yang berisi mengenai situasi problematik atau masalah yang harus diselesaikan oleh siswa. Guru meminta salah satu siswa dari perwakilan kelompok membacakan masalah yang ada dalam LKS. BSN diminta membacakan masalah yang ada di LKS dan siswa lain menyimak. Kemudian guru minta salah satu siswa mengulangi kembali membaca masalah yang ada dalam LKS. RFP diminta membacakan kembali masalah yang ada dalam LKS dan siswa lain menyimak.
Selanjutnya guru memperjelas masalah yang ada dalam LKS yaitu mengenai masalah tindakan suap yang dilakukan oleh Pak Muhiddin dalam pemilihan ketua RT menggambarkan pelanggaran dalam pelaksanaan pemilu di Indonesia. Dalam pelaksanaan pemilihan ketua RT, Pak Somad bertindak sebagai orang yang dituakan di daerah tempat tinggal Pak Muhiddin sehingga memimpin jalannya pemilihan ketua RT. Hal tersebut sama seperti lembaga KPU di Indonesia yaitu melaksanakan pemilu secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Masalah yang disajikan guru tersebut siswa harus mengidentifikasi penyebabnya dan memberikan solusi kreatif dari masalah tersebut.
Diskusi dalam kelompok 1, 2, dan 3 berjalan cukup baik. Antar anggota kelompok terjadi tukar pendapat yang cukup menarik. Jika ada salah satu anggota yang memberikan pendapatnya, anggota lain mengomentari apakah pendapat tersebut sesuai dengan masalah yang dalam LKS. RWD sebagai notulen dalam diskusi kelompok 1 menuliskan hasil diskusi dalam kelompok yang sudah disepakati dalam kelompoknya. FS sebagai notulen dalam diskusi kelompok 2 menuliskan hasil diskusi dalam kelompok yang sudah disepakati dalam kelompoknya. FCY sebagai notulen dalam diskusi kelompok 3 menuliskan hasil diskusi dalam kelompok yang sudah disepakati dalam kelompoknya.
Dalam proses diskusi siswa, guru membantu siswa yang mengalami kesulitan dengan memperjelas masalah yang dihadapi. Guru mengingatkan siswa untuk bekerja dalam kelompok secara aktif dan tidak diam saja. Guru aktif mendatangi satu per satu kelompok untuk melihat proses diskusi siswa dalam kelompok.
Setelah semua kelompok selesai mengerjakan LKS. Siswa dengan bimbingan guru mempresentasikan jawaban dari masing-masing kelompok. Dimulai dari kelompok 1, hasil diskusi dibacakan oleh RFP dan IAR. RFP membacakan penyebab dari masalah dalam LKS. Kemudian IAR membacakan solusi dari masalah tersebut. Guru meminta kelompok lain menanggapi.
186
Kelompok 2 dan 3 sependapat dengan jawaban dari kelompok 1 karena jawaban kelompok 1 benar.
Selanjutnya dari kelompok 2, hasil diskusi dibacakan oleh FS dan RDS. FS membacakan penyebab dari masalah dalam LKS. Kemudian RDS membacakan solusi dari masalah tersebut. Guru meminta kelompok lain menanggapi. Kelompok 1 dan 3 sependapat dengan jawaban dari kelompok 2 karena jawaban kelompok 2 benar.
Terakhir kelompok 3, hasil diskusi dibacakan oleh YF dan ICU. YF membacakan penyebab dari masalah dalam LKS. Kemudian ICU membacakan solusi dari masalah tersebut. Guru meminta kelompok lain menanggapi. Kelompok 1 dan 2 sependapat dengan jawaban dari kelompok 3 karena jawaban kelompok 3 benar.
Guru mengkonfirmasi jawaban setiap kelompok dengan jawaban yang benar. Penyebab masalah dalam LKS tersebut adalah ketidakjujuran, sombong, dan tidak mau menerima kekalahan dengan lapang dada. Jawaban siswa tepat. Siswa sudah mampu mengidentifikasi penyebab dari masalah yang terjadi kemudian siswa memberikan solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut. Guru meminta siswa mengumpulkan LKS yang sudah dikerjakan untuk dinilai oleh guru.
Dalam kegiatan penutup, dalam kegiatan penutup siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi yang sudah dipelajari hari itu yaitu mengenai KPU. Siswa diberi kesempatan bertanya mengenai materi yang belum dipahami, namun tidak ada siswa yang bertanya. Siswa menyatakan bahwa sudah paham dengan materi hari itu. Mata pelajaran PKn berada pada jam pertama dan kedua maka tidak di akhiri dengan doa namun dilanjutkan dengan pembelajaran selanjutnya.
169
Lampiran 6. Surat-surat Penelitian
Daftar Surat Izin dan Surat Keterangan Melakukan Penelitian
No. Nama Surat Nomor Surat Dikeluarkan oleh Tanggal Surat
1. Permohanan Izin Penelitian 690/UN34.11/PL/2016 Dekan FIP UNY 28 Januari 2016
2. Surat Keterangan / Izin 070/REG/V/23/2/2016 Sekretaris Daerah Pemerintah Daerah
Daerah Istimewa Yogyakarta
1 Februari 2016
3. Surat Keterangan / Izin 091/KPTS/II/2016 Bupati Gunungkidul 2 Februari 2016
4. Surat Keterangan 201/SK/SDJ/II/2016 Kepala Sekolah SD Negeri Jeruksari 18 Februari 2016