penerapan metode mind map (peta konsep) untuk …... · (peta konsep) dapat meningkatakan pemahaman...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENERAPAN METODE MIND MAP (PETA KONSEP)
UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PESAWAT
SEDERHANA DALAM PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS V
SDN SOROPADAN KECAMATAN LAWEYAN
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh:
SUSIYATI
K7108237
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Susiyati
NIM : K7108237
Jurusan/Program Studi : IP/PGSD
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENERAPAN METODE MIND
MAP (PETA KONSEP) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN
KONSEP PESAWAT SEDERHANA DALAM PEMBELAJARAN IPA
SISWA KELAS V SDN SOROPADAN KECAMATAN LAWEYAN” ini
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi
yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012
Yang membuat pernyataan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENERAPAN METODE MIND MAP (PETA KONSEP)
UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PESAWAT
SEDERHANA DALAM PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS V
SDN SOROPADAN KECAMATAN LAWEYAN
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh:
SUSIYATI
K7108237
Skripsi
diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan
Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PENGESAHAN
Sripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari :
Tanggal : Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
Hidup itu seperti apa yang kita pikirkan. Jika kita berpikir akan sukses maka
sukses jadi milik kita. Namun, bila kita berpikir gagal maka kegagalan itu yang
akan kita dapatkan (by: Susiyati).
Kegagalan adalah suatu proses menuju kesuksesan. Dari kegagalan kita akan
menjadi lebih pandai untuk memikirkan langkah menuju sukses. Untuk itu, jangan
takut gagal (by: Susiyati).
Bersikaplah bijak pada diri sendiri. Jadikanlah masa lalu sebagai cerminan untuk
menjadikan hari esok lebih baik (by: Susiyati).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk:
Keluargaku tercinta
Berkat dorongan, doa dan pengorbanan serta kerja keras kalian yang tiada
hentinya aku bisa menyelesaikan kuliahku. Kasih sayang dan kepercayaan
kalian yang membuatku bisa seperti sekarang ini.
Teman-temanku S1 PGSD angkatan 2008
Terima kasih untuk dukungan, doa dan bantuannya selama ini.
Keluarga besar FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta dan
almamaterku tercinta tempatku menimba ilmu berkarakter kuat dan
cerdas untuk masa depan yang cerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRAK
Susiyati. PENERAPAN METODE MIND MAP (PETA KONSEP) UNTUK
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PESAWAT SEDERHANA
DALAM PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS V SDN SOROPADAN
KECAMATAN LAWEYAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi,
Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli
2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep
pesawat sederhana dalam pembelajaran IPA siswa kelas V SDN Soropadan
Kecamatan Laweyan melalui penerapan metode mind map (peta konsep).
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian
dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas kegiatan
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian
adalah siswa kelas V SDN Soropadan Kecamatan Laweyan yang berjumlah 31
siswa dan terdiri dari 12 siswa perempuan dan 19 siswa laki-laki. Sumber data
berasal dari data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang
dipakai berupa wawancara, tes, observasi, dan dokumentasi. Validitas data yang
digunakan berupa validitas isi. Analisis datanya menggunakanan teknik analisis
data deskriptif komparatif dan teknik analisis kritis. Prosedur penelitian ini berupa
model siklus penelitian tindakan kelas.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan metode mind map
(peta konsep) dapat meningkatakan pemahaman konsep pesawat sederhana dalam
pembelajaran IPA dari pra siklus ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II. Proses
pembelajaran pada pra siklus lebih bersifat teacher centered dan kurang
menerapkan metode-metode pembelajaran yang inovatif sehingga pemahaman
siswa terhadap konsep pesawat sederhana dalam pembelajaran IPA rendah. Hal
ini dapat dilihat dari persentase ketuntasan klasikal yang hanya mencapai 48,39%
atau sekitar 15 siswa yang tuntas KKM. Peningkatan pemahaman konsep terjadi
pada siklus I meskipun belum maksimal, yaitu ada sekitar 61,29% atau 19 siswa
tuntas KKM. Pelaksanaan siklus II pemahaman siswa terhadap konsep pesawat
sederhana meningkat kembali menjadi 70,96% atau 22 siswa tuntas KKM,
sehingga indikator kinerja yaitu sekitar 70% atau 22 siswa dapat tercapai.
Simpulan penelitian ini adalah penerapan metode mind map (peta konsep)
dapat menigkatkan pemahaman konsep pesawat sederhana dalam pembelajaran
IPA siswa kelas V SDN Soropadan Kecamatan Laweyan.
Kata kunci: Metode Mind Map, Pesawat Sedehana, Pembelajaran IPA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
ABSTRACT
Susiyati. IMPLEMENTATION METHOD OF MIND MAP (CONCEPT
MAP) TO IMPROVE UNDERSTANDING OF THE CONCEPT A SIMPLE
PLANE IN LEARNING SCIENCE GRADE V STATE ELEMENTARY
SCHOOL SOROPADAN LAWEYAN DISTRICT SUB LESSON IN
2011/2012. Skripsi, Teacher Training Education Faculty Sebelas Maret University
of Surakarta, July 2012.
The purpose of this research was to improved understanding of the concept
a simple plane in learning science grade V state elementary school Soropadan
Laweyan district trough the implementation method of mind map (concept map).
The form of this research was called Classroom Action Research (CAR).
This research was conducted in two cycles, with each cycle consist of planning,
implementation action, observation, and reflection. Subjects of this research were
grade V of state elementary school Soropadan Laweyan district, amounting to 31
students and consists of 12 students are female and 19 students are male. Sources
of data derived from primary data and secondary data. Data collection techniques
used form interview, test, observation, and documentation. The validity of data
used form content validity. Data analysis techniques used descriptive comparative
techniques. The procedure of this research was form of classroom action research
cycle model.
The result of this research showed that through implementation method of
mind map (concept map) can be increased the understanding of the concept a
simple plane in learning science from pre-cycle to cycle I and from cycle I to
cycle II. Process of learning in the pre-cycle is more teachers centered and less
implemented of innovative teaching methods so that students' understanding of
the concept a simple plane in a low learning science. It can be seen from the
classical completeness percentage of only 48.39% or about 15 students who
completed KKM. An increased understanding of the concept occurs in cycles I
although it is not maximized, that there are about 61.29% or 19 students
completed KKM. The implementation of cycle II students' understanding of the
concept a simple plane rose again to 70.96% or 22 students completed KKM, so
that the performance indicator that is about 70% or 22 students can be achieved.
The conclusions of this research was implementation method of mind map
(concept map) can be improving the understanding of the concept a simple plane
in learning science grade V state elementary school Soropadan Laweyan district.
Key word: method of mind map, a simple plane, learning science.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya
skripsi yang berjudul “Penerapan Metode Mind Map (Peta Konsep) untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana dalam Pembelajaran IPA
Siswa Kelas V SDN Soropadan Kecamatn Laweyan” dapat terselesaikan dengan
baik.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan untuk mendapatkan gelar
Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakutas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Selama menyusun
skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan serta
arahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
4. Sekretaris Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret.
5. Dra. Jenny Is Poerwanti M. Pd, Pembimbing I yang telah banyak
memberikan bimbingan, dorongan dan arahan serta motivasi yang sangat
berguna bagi penulis.
6. Drs. M. Ismail Sriyanto, M. Pd, Pembimbing II yang telah memberi
bimbingan dan dorongan, arahan dan motivasi yang sangat bermanfaat bagi
penulis.
7. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah
membekali penulis dengan ilmu yang berguna.
8. Siti Rakhmiyati, S. Pd, selaku Kepala Sekolah SDN Soropadan yang telah
memberi ijin untuk mengadakan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
9. Sugiyanto, S. Pd, selaku guru kelas V SDN Soropadan yang banyak
membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian.
10. Ayah dan Ibu tercinta yang senantiasa mendoakan keberhasilan studi
penulis.
11. Teman-teman satu bimbingan yang banyak memberikan dorongan dan
masukan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan hingga terselesaikannya proposal skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini
masih banyak kekurangan dalam hal isi maupun penulisan. Oleh karena itu saran
dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi sempurnanya skripsi
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat memberikan sumbangan pemikiran
bagi para calon pendidik khususnya sekolah dasar dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN .......................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... v
HALAMAN MOTTO ................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... vii
ABSTRAK ................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ................................................................................. x
DAFTAR ISI ................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Rumusa Masalah .......................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 6
D. Manfaat Hasil Penelitian .............................................................. 6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka .............................................................................. 8
1. Tinjauan Metode Mind Map (Peta Konsep) ........................... 8
2. Tinjauan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana dalam
Pembelajaran IPA................................................................... 23
B. Hasil Penelitian yang Relevan ...................................................... 29
C. Kerangka Berpikir ........................................................................ 31
D. Hipotesis Tindakan ....................................................................... 32
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 33
1. Tempat Penelitian ..................................................................... 33
2. Waktu Penelitian....................................................................... 33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
B. Subjek Penelitian .......................................................................... 33
C. Data dan Sumber Data .................................................................... 33
D. Pengumpulan Data ......................................................................... 34
1. Wawancara .............................................................................. 33
2. Tes ......................................................................................... 33
3. Observasi .................................................................................. 33
4. Dokumentasi ............................................................................. 35
E. Uji Validitas .................................................................................... 35
F. Analisis Data................................................................................... 35
1. Reduksi Data ............................................................................ 36
2. Paparan Data ............................................................................. 36
3. Penyimpulan ............................................................................. 36
G. Indikator Kinerja Penelitian .......................................................... 36
H. Prosedur Penelitian ........................................................................ 37
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan ................................................................... 42
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus .......................................... 44
1. Deskripsi Hasil Tindakan Siklus I ........................................... 44
2. Deskripsi Hasil Tindakan Siklus II .......................................... 54
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus ................................... 63
D. Pembahasan .................................................................................. 65
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan ....................................................................................... 68
B. Implikasi ....................................................................................... 68
C. Saran ......................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 71
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 4.1 Nilai Rata-Rata Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana Siswa Kelas
V Prasiklus ..................................................................................... 42
Tabel 4.2 Nilai Rata-Rata Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana Siswa Kelas
V Siklus I ...................................................................................... 50
Tabel 4.3 Hasil Penilaian Kinerja Guru Siklus I ............................................ 51
Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Aktivitas siswa Siklus I .................................... 52
Tabel 4.5 Nilai Rata-Rata Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana Siswa Kelas
V Siklus II ..................................................................................... 59
Tabel 4.6 Hasil Penilaian Kinerja Guru Siklus II ......................................... 61
Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II ................................. 62
Tabel 4.8 Peningkatan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana Siswa Kelas V
Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II ................................................... 64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Contoh Mind Map (Peta Konsep) .............................................. 13
Gambar 2.2 Peta Konsep Pohon JaringanKomponen Ekosistem .................. 18
Gambar 2.3 Peta Konsep Rantai Kejadian Suksesi Primer ........................... 19
Gambar 2.4 Peta Konsep Siklus Air ............................................................. 20
Gambar 2.5 Peta Konsep Laba-Laba Pencemaran Lingkungan .................... 20
Gambar 2.6 Sistem Otak ............................................................................... 21
Gambar 2.7 Peta Konsep Laba-Laba Pesawat Sederhana ............................. 22
Gambar 2.7 Alur Kerangka Berpikir ............................................................. 32
Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas .............................................. 37
Gambar 4.1 Grafik Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana Siswa Kelas V
Prasiklus ................................................................................... 43
Gambar 4.2 Grafik Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana Siswa Kelas V
Siklus I ..................................................................................... 50
Gambar 4.3 Grafik Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana Siswa Kelas V
Siklus II .................................................................................... 60
Gambar 4.4 Grafik Peningkatan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana Siswa
Kelas V Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II ................................ 65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Jadwal Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ........................................... 74
2 Silabus Pembelajaran ............................................................................. 75
3 Pengembangan Materi Pembelajaran ..................................................... 78
4 Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran IPA Menggunkana
Metode Mind Map (Peta Konsep) .......................................................... 85
5 Pedoman Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran IPA Menggunkan
Metode Mind Map (Peta Konsep) .......................................................... 87
6 Lembar Observasi Kinerja Guru dalam Pembelajaran IPA Menggunakan
Metode Mind Map (Peta Konsep) .......................................................... 88
7 Pedoman Observasi Kinerja Guru dalam Peningkatan Pemahaman Konsep
Pesawat Sederhana Menggunakan Metode Mind Map (Peta Konsep) ... 89
8 Pedoman Wawancara Guru Sebelum Meggunakan Metode Mind Map (Peta
Konsep) ................................................................................................ 92
9 Daftar Nilai Rata-Rata Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana Sebelum
Tindakan ................................................................................................ 94
10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ......................................... 96
11 Lembar Diskusi Pertemuan Pertama Siklus I ........................................ 108
12 Lembar Diskusi Pertemuan Kedua Siklus I ........................................... 110
13 Rubrik Penilaian LKS Siklus I .............................................................. 112
14 Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus I ............................................................ 113
15 Soal Evaluasi Siklus I ............................................................................ 116
16 Lembar Observasi Kinerja Guru dalam Pembelajaran IPA Menggunakan
Metode Mind Map (Peta Konsep) Siklus I ............................................. 118
17 Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran IPA Menggunakan
Metode Mind Map (Peta Konsep) Siklus I Pertemuan I ........................ 119
18 Lembar Observasi aktivitas Siswa dalam Pembelajaran IPA Menggunakan
Metode Mind Map (Peta Konsep) Siklus I Pertemuan II ....................... 121
19 Rekapitulasi Nilai Rata-Rata Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana Siklus
I ................................................................................................ 123
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
20 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ............................. 125
21 Lembar Kerja Siswa Pertemuan Pertama Siklus II ................................ 135
22 Lembar Kerja Siswa Pertemuan Kedua Siklus II ................................... 136
23 Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus II ........................................................... 137
24 Soal Evaluasi Siklus II ........................................................................... 140
25 Lembar Observasi Kinerja Guru dalam Pembelajaran IPA Menggunakan
Metode Mind Map (Peta Konsep) Siklus II ........................................... 142
26 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran IPA Menggunakan
Metode Mind Map (Peta Konsep) Siklus II Pertemuan I ....................... 143
27 Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran IPA Menggunakan
Metode Mind Map (Peta Konsep) Siklus II Pertemuan II ..................... 145
28 Rekapitulasi Nilai Rata-Rata Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana Siklus
II ................................................................................................ 147
29 Dokumentasi Siklus I ............................................................................. 149
30 Dokumentasi Siklus II ............................................................................ 150
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala alam melalui
serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar
sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga
komponen terpenting berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara
universal (Trianto, 2010: 141). Salah satu dari tiga komponen terpenting dalam
IPA yang sudah disebutkan di awal adalah konsep. Konsep secara sederhana dapat
diartikan sebagai penamaan (pemberian label) untuk sesuatu hal, baik berupa ide,
keterkaitan, ataupun yang lain dengan tujuan membantu seseorang mengenal,
mengerti dan memahaminya. Dengan memahami suatu konsep, seseorang akan
lebih mudah dalam mengorganisasikan informasi atau data-data yang diperoleh
dengan pengetahuan yang sudah dimiliki.
Dalam ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD kelas V, terdapat aspek
energi dan perubahannya yang meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya, dan pesawat sederhana. Salah satu dari aspek energi dan perubahannya,
konsep pesawat sederhana seringkali menjadi permasalahan tersendiri bagi siswa
kelas V SDN Soropadan Kecamatan Laweyan. Permasalahan yang sering terjadi
ketika mempelajari konsep pesawat sederhana adalah siswa mengalami kesulitan
dalam hal mengenali, memahami, dan mengingat konsep pesawat sederhana.
Memahami konsep pesawat sederhana merupakan suatu hal yang sangat
penting. Pentingnya penguasaan konsep pesawat sederhana dalam pembelajaran
IPA SD didasarkan pada isi dari konsep pesawat sederhana tersebut. Dalam
konsep pesawat sederhana terdapat alat yang dapat meringankan pekerjaan
manusia yang banyak ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu,
tujuan dari mempelajari pesawat sederhana adalah mengenalkan kepada anak-
anak tentang alat-alat yang dapat meringankan pekerjaan manusia dan dapat
memilih alat-alat yang tepat untuk meringankan suatu pekerjaan. Adapun tujuan
lain dari mempelajari konsep pesawat sederhana yaitu sebagai pengetahuan dasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
untuk mempelajari materi pesawat sederhana yang akan dibahas pada
pembelajaran di kelas 2 SMP. Mengingat pentingnya pemahaman konsep pesawat
sederhana tersebut, maka perlu bagi siswa SD untuk memahami konsep pesawat
sederhana.
Pemerintah khususnya Departemen Pendidikan Nasional sebenarnya sudah
melakukan upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan termasuk perbaikan
cara mengajar guru pada mata pelajaran IPA melalui berbagai cara, antara lain:
dengan meningkatkan kualitas guru mata pelajaran IPA melalui pembinaan dan
pelatihan guru serta melalui lembaga diklat atau instansi terkait lainnya. Selain itu,
pemerintah juga melakukan pengadaan kelengkapan sarana belajar melalui
pemberian buku paket mata pelajaran IPA maupun pemberian alat peraga, agar
tercipta peningkatan proses belajar mengajar yang menghasilkan interaksi timbal
balik antara guru dan siswa. Namun, dari hasil wawancara dengan guru kelas V di
SDN Soropadan Kecamatan Laweyan menyebutkan bahwa masih banyak
permasalahan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran IPA, khususnya terhadap
pemahaman konsep pesawat sederhana pada siswa kelas V SDN Soropadan
Kecamatan Laweyan yang masih rendah.
Rendahnya pemahaman konsep pesawat sederhana dalam pembelajaran IPA
terbukti dari banyaknya kekeliruan siswa ketika menentukan titik beban, titik
tumpu dan kuasa pada pengungkit baik golongan I, II maupun golongan III.
Kesalahan lain yang terjadi pada siswa adalah kekeliruan ketika menjelaskan
fungsi dari pengungkit, bidang miring, katrol dan roda berporos, memberi contoh
benda-benda yang termasuk tuas baik pada tuas golongan I, II maupun golongan
III, dan keliru dalam membedakan katrol tetap, katrol bebas, dan katrol majemuk.
Bukti lain yang menunjukkan rendahnya pemahaman konsep pesawat sederhana
pada siswa kelas V SDN Soropadan Kecamatan Laweyan dapat dilihat dari hasil
belajar yang diperoleh siswa tentang konsep pesawat sederhana. Hasil belajar
tersebut menunjukkan dari 31 siswa hanya 48,39% atau sama dengan 15 siswa
yang mendapat nilai ≥ 65 atau tuntas Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) dalam
penguasaan pemahaman konsep pesawat sederhana pada mata pelajaran IPA
(lampiran 9: 93-94).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Penyebab rendahnya pemahaman konsep pesawat sederhana siswa kelas V
SDN Soropadan Kecamatan Laweyan, dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain: Pertama, selama ini dalam kegiatan pembelajaran IPA khususnya pada pokok
bahasan pesawat sederhana, guru kurang menerapkan metode-metode inovatif
yang dapat membantu siswa untuk aktif belajar. Kedua, umumnya 60% waktu
siswa cenderung lebih banyak digunakan untuk mendengarkan ceramah guru,
mengerjakan soal-soal, dan jarang ada kegiatan yang melibatkan siswa supaya
aktif pada proses pembelajaran, seperti: kegiatan membuat rangkuman,
memecahan persoalan yang dilontarkan guru, dan lain-lain yang berakibat siswa
menjadi lebih cepat merasa bosan dan banyak diam ketika diberi pertanyaan.
Ketiga, kurangnya interaksi timbal balik antara guru dan murid, seperti pemberian
penguatan dan lain-lain. Keempat, kurangnya minat siswa dalam mengkuti
kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan penyebab-penyebab permasalahan di atas, guru harus mampu
menggunakan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman siswa
terhadap konsep pesawat sederhana dalam pembelajaran IPA, sehingga
pelaksanaan pembelajaran menjadi lebih efektif, variatif dan bermakna.
Berdasarkan pentingnya pemahaman konsep pesawat sederhana seperti yang telah
dijelaskan di awal, maka peneliti memilih metode mind map (peta konsep) sebagai
solusi untuk meningkatkan pemahaman konsep pesawat sederhana dalam
pembelajaran IPA siswa kelas V SDN Soropadan Kecamatan Laweyan.
Dasar pemilihan metode mind map (peta konsep) sebagai solusi dari
permasalahan yang terjadi pada siswa kelas V SDN Soropadan Kecamatan
Laweyan adalah adanya keterkaitan antara metode mind map (peta konsep)
dengan pemahaman konsep pesawat sederhana. Dalam pembelajaran IPA
khususnya pokok bahasan pesawat sederhana banyak tugas-tugas penting bagi
siswa untuk mengenali, memahami, mengingat, dan mendayagunakan konsep.
Dengan adanya hal-hal tersebut, seringkali siswa mengalami kesulitan dalam
memahami konsep pesawat sederhana. Pada metode mind map (peta konsep)
terdapat langkah-langkah yang sistematis seperti peta, sehingga memudahkan
siswa untuk mengingat dan memahami suatu konsep.. Berdasarkan hal-hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
tersebut, peneliti memilih metode mind map (peta konsep) sebagai solusi dari
permasalahan yang terjadi di kelas V SDN Soropadan. Dengan menggunakan
metode mind map (peta konsep), suatu konsep dapat dipetakan dalam pikiran
secara jelas, disusun, dan mengaitkan konsep-konsep baru dengan pemahaman
konsep yang sudah ada. Oleh karena itu, konsep-konsep yang baru lebih mudah
dipahami dan diterima oleh pemikiran siswa.
Metode mind map (peta konsep) adalah cara mencatat yang kreatif, efektif,
dan secara harfiah akan “memetakan” pikiran-pikiran kita (Buzan, 2011: 4).
Menurut DePorter & Hernacki (2000: 153) mind map (peta konsep) adalah teknik
pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana
grafis lainnya untuk membentuk kesan. Adapun yang dimaksud mind map (peta
konsep) menurut Martin (1994) yang dikutip oleh Trianto (2007) adalah ilustrasi
grafis konkrit yang mengindikasikan bagaimana sebuah konsep tunggal
dihubungkan ke konsep-konsep lain pada kategori yang sama. Jadi dapat
disimpulkan bahwa metode mind map (peta konsep) adalah suatu metode
mencatat yang kreatif dan efektif, yang memanfaatkan keseluruhan otak dengan
bantuan citra visual serta prasarana grafis lainnya untuk membentuk suatu kesan
dengan menghubungkan konsep tunggal ke konsep-konsep lain pada kategori
yang sama.
Metode mind map (peta konsep) bertujuan menyediakan bantuan visual
konkrit untuk membantu mengorganisasikan informasi sebelum informasi tersebut
dipelajari. Para guru yang telah menggunakan mind map (peta konsep)
menemukan bahwa peta konsep memberi mereka dasar pemikiran yang logis
(masuk akal) untuk memutuskan ide-ide utama yang dimasukkan atau dihapus
dari rencana-rencana dan pengajaran sains mereka.
Metode mind map (peta konsep) menurut Trianto (2007: 159) memiliki
beberapa kelebihan antara lain membantu guru memahami macam-macam konsep
yang ditanamkan pada topik yang diajarkan. Pemahaman ini akan memperbaiki
perencanaan dan instruksi guru. Selain itu, pemetaan yang jelas dapat membantu
menghindari kesalahan dalam persepsi (misconception) yang dibentuk siswa dan
dengan menggunakan metode mind map (peta konsep) siswa dapat melihat bidang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
studi itu lebih jelas serta mempelajari bidang studi itu lebih bermakna. Kelebihan
lain yang dimiliki oleh mind map (peta konsep) adalah membantu siswa untuk
menciptakan ruang dua dimensi untuk mengikat ide-ide dan konsep yang
berhubungan dengan konsep yang sudah dimiliki siswa serta membantu siswa
mengembangkan kreativitas dengan mendorong mereka menambahkan gambar
dan warna pada mind map (peta konsep) yang mereka buat.
Pada penelitian ini, tidak semua jenis mind map (peta konsep) digunakan.
Dalam penelitian ini, hanya metode mind map (peta konsep) jenis laba-laba yang
digunakan. Hal ini dikarenakan tidak semua jenis mind map (peta konsep) seperti
peta konsep jenis pohon jaringan, peta konsep jenis rantai kejadian, dan peta
konsep jenis siklus sesuai dengan karakteristik dari konsep pesawat sederhana.
Ketidak sesuaian tersebut dapat diidentifikasi dari hal-hal berikut: Pertama, untuk
metode mind map (peta konsep) jenis pohon jaringan hanya digunakan untuk
menunjukkan hubungan sebab akibat, menunjukkan suatu hirarki, dan suatu
prosedur yang bercabang. Kedua, penggunaan metode mind map (peta konsep)
jenis rantai kejadian biasanya digunakan untuk memvisualisasikan tahap-tahap
dari suatu proses, langkah-langkah dalam suatu prosedur linier, dan suatu urutan
kejadian. Ketiga, metode mind map (peta konsep) jenis siklus hanya cocok
diterapkan untuk menunjukkan hubungan suatu rangkaian kejadian berinteraksi
yang menghasilkan suatu kelompok yang berulang-ulang. Sedangkan metode
mind map (peta konsep) jenis yang keempat yaitu metode mind map (peta konsep)
jenis laba-laba cocok untuk hal-hal yang bersifat tidak menurut hirarki, kategori
yang tidak paralel, dan merupakan hasil dari curah pendapat.
Selain dari alasan yang sudah dijelaskan di atas, metode mind map (peta
konsep) jenis laba-laba juga memiliki bentuk yang menyerupai kerja otak. Otak
menghasilkan suatu pemikiran atau tindakan berasal dari inti otak yang kemudian
dipancarkan melalui sel-sel saraf otak. Pada peta konsep jenis laba-laba suatu
konsep juga dimulai dari Central atau tengah sama halnya dengan bentuk kerja
alami otak. Maka dari itu, pada penelitian ini hanya menggunakan peta konsep
jenis laba-laba sebagai solusi untuk menangani permasalahan tentang pemahaman
konsep pesawat sederhana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Berdasarkan penjelasan dari konsep pesawat sederhana dan metode mind
map (peta konsep), maka sebagai solusi meningkatakan pemahaman konsep
pesawat sederhana dalam pembelajaran IPA siswa kelas V SDN Soropadan
Kecamatan Laweyan seperti yang sudah dijelaskan di awal, salah satunya adalah
dengan menerapakan metode mind map (peta konsep). Dengan harapan
pemahaman siswa terhadap konsep pesawat pesawat sederhana dapat meningkat.
Oleh karena itu penulis memilih judul “Penerapan Metode Mind Map (Peta
Konsep) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana dalam
Pembelajaran IPA Siswa Kelas V SDN Soropadan Kecamatan Laweyan Tahun
Pelajaran 2011/2012”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas adalah: apakah
penerapan metode mind map (peta konsep) dapat meningkatkan pemahaman
konsep pesawat sederhana dalam pembelajaran IPA siswa kelas V SDN
Soropadan Kecamatan Laweyan?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman
konsep pesawat sederhana dalam pembelajaran IPA siswa kelas V SDN
Soropadan Kecamatan Laweyan, melalui penerapan metode mind map (peta
konsep).
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang dapat diperoleh dari kegiatan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Secara umum hasil penelitan ini diharapkan secara teoritis dapat
memberikan sumbangan kepada pembelajaran IPA, terutama pada pemahaman
konsep pesawat sederhana melalui penerapan metode mind map (peta konsep).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini bermanfaat meningkatkan pemahaman konsep
pesawat sederhana dalam pembelajaran IPA dan mengatasi permasalahan-
permasalahan yang timbul dalam mata pelajaran IPA.
b. Bagi Guru
Hasil penelitian ini menjadi bahan pertimbangan dalam
mengefektifkan pembelajaran IPA sesuai dengan tujuan pembelajaran untuk
lebih menunjang penguasaan materi yang disampaikan, sehingga
pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa.
c. Bagi Sekolah
Hasil Penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik bagi
sekolah dalam rangka perbaikan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan
metode-metode pembelajaran yang inovatif seperti metode pembelajaran
mind map (peta konsep).
d. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini merupakan pengalaman berharga sekaligus dapat
menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dalam upaya meningkatkan
profesionalisme yang bersangkutpaut dengan metode pembelajaran di
sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Tinjauan Metode Mind Map (Peta Konsep)
a. Hakikat Metode Pembelajaran
Belajar merupakan proses kegiatan secara berkelanjutan dalam rangka
perubahan perilaku siswa secara konstruktif (Hanafiah & Suhana, 2009: 20).
Kurniawan (2011) menjelaskan, “Hasil belajar berupa perubahan tingkah
laku yang relatif permanen pada individu, yang ditunjukkan oleh adanya
kemampuan bereaksi yang terbentuk kuat jika ada pengulangan dan
pertautan” (hlm. 8).
Proses belajar mengajar merupakan suatu sistem yang komponen-
komponennya saling berinteraksi sebagai satu kesatuan. Komponen sistem
pembelajaran tersebut antara lain mencakup: siswa, guru, tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, metode mengajar, sarana dan prasarana,
evaluasi dan lingkungan belajar (Soetopo, 2005: 143).
Salah satu dari banyaknya komponen yang dapat mempengaruhi
proses belajar adalah metode. Pada proses belajar metode mempunyai
peranan sebagai cara untuk mencapai suatu tujuan dalam pembelajaraan.
Untuk itu, sebagai seorang guru atau pendidik harus mampu menguasai
metode pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Berikut ini ada beberapa pendapat tentang pengertian metode
pembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain: menurut
Hamdani (2011: 80) metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru
untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Selain itu, menurut
Nasution (dalam Asmani, 2010: 19) metode berasal dari bahasa Yunani,
yaitu methodos. Metodhos berasal dari kata “meta” dan “bodos”. Meta
berarti melalui, sedangkan bodos berarti jalan. Sehingga metode dapat
diartikan sebagai jalan yang harus dilalui atau cara untuk melakukan sesuatu
atau prosedur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Menurut Soetopo (2005: 152) metode mengajar adalah cara yang
digunakan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran dan
mendinamiskan proses belajar mengajar. Sedangkan menurut Abimanyu
(2008: 2-5) metode adalah cara/jalan untuk menyajikan atau melaksanakan
kegiatan untuk mencapai tujuan.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, pengertian metode
pembelajaran dapat disimpulkan sebagai suatu cara/jalan yang digunakan
guru dalam menyampaikan materi pelajaran dan mendinamiskan proses
belajar mengajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Metode biasanya berfungsi sebagai alat untuk mengaktifkan kegiatan
belajar siswa. Dalam hal ini penggunaan metode bertujuan untuk
menciptakan kegiatan pembelajaran yang efektif. Menurut Dwijiastuti
(2008: 103) karakteristik pembelajaran yang baik adalah menyenangkan,
menantang, mengembangkan keterampilan berpikir, mendorong siswa untuk
bereksplorasi, memberi kesempatan untuk sukses, sehingga tumbuh rasa
percaya diri dan memberi umpan balik dengan segera, serta siswa tahu
keberhasilan dan kegagalannya. Dari penjelasan tersebut dapat diketahui
tujuan lain dari penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran yaitu
untuk memungkinkan siswa banyak belajar tentang proses (learning by
process), bukan hanya belajar produk (learning by product). Belajar produk
umumnya hanya menekankan pada segi kognitif (pengetahuan), sedangkan
belajar proses dapat memungkinkan tercapainya tujuan belajar dari segi
kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), maupun psikomotor (keterampilan).
Oleh karena itu pembelajaran harus diarahkan pada sasaran tersebut
(Hamdani, 2011: 81).
b. Pengertian Metode Mind Map (Peta Konsep)
Suatu pembelajaran dapat dikatakan efektif apabila berhasil mencapai
tingkat pencapaian tujuan pembelajaran yang tinggi. Hal ini dapat dikaitkan
dengan simpulan seorang peneliti yang menyatakan “Indikator dari suatu
pembelajaran yang efektif adalah penguasaan siswa terhadap materi
pelajaran yang biasanya ditunjukkan dengan kemampuan menjawab soal,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
memecahkan permasalahan yang relevan dengan pembelajaran, dan
kemampuan penyelesaian tugas-tugas dengan baik dan tepat waktu”
(Kurniawan, 2011: 72).
Penguasaan siswa terhadap materi maupun konsep pembelajaran dapat
dipengaruhi oleh metode mengajar guru. Guru yang baik biasanya kreatif
dalam menemukan cara dan selalu berusaha agar anak didiknya terlibat
secara tepat dan optimal dalam proses pembelajaran. Salah satu metode
yang berupaya untuk melibatkan siswa secara tepat dan mengoptimalkan
proses pembelajaran adalah metode mind map (peta konsep).
Pada penggunaan metode mind map (peta konsep) siswa dilatih untuk
membuat kaitan dari suatu konsep yang sudah dimiliki dengan konsep-
konsep yang baru dengan menggunakan gambar dan warna sehingga
memudahkan untuk mengingat. Hal tersebut sesuai dengan simpulan Nesbit
& Adesope (2006) “Mind maps help students learn information by forcing
them to organize it and add images and color to. These maps have been
shown to lower extrinsic cognitive load because students are creating a two-
dimensional space to tie in ideas and concepts that relate together” yang
artinya “Peta pikiran membantu siswa belajar informasi dengan mendorong
mereka untuk mengatur dan menambahkan gambar dan warna pada
pembuatan peta tersebut. Peta-peta ini banyak digunakan untuk mengurangi
beban kognitif ekstrinsik karena siswa menciptakan ruang dua dimensi
untuk mengikat ide dan konsep yang berhubungan bersama-sama” (Jones,
Ruff, Snyder, Petrich, Koonce, 2012: 2).
Selain pendapat para ahli di atas, menurut Jones, Ruff, Snyder,
Petrich, & Koonce (mengutip simpulan budd, 2004) “Mind maps allow
students to create a visual image to enhance their learning and can be used
as a metacognitive tool that allows them to make connections to material in
meaningful ways” yang berarti “Peta pikiran memungkinkan siswa untuk
membuat gambar visual untuk meningkatkan belajar mereka dan dapat
digunakan sebagai alat metakognitif yang memungkinkan mereka untuk
membuat hubungan dengan materi dengan cara yang berarti” (2012: 2).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Menurut DePorter & Hernacki (2000: 152) mind map (peta konsep)
merupakan pendekatan keseluruhan otak yang dapat membantu seseorang
untuk membuat catatan yang menyeluruh dalam satu halaman. Teknik
pencatatan ini dikembangkan pada tahun 1970-an oleh Tony Buzan dan
didasarkan pada riset tentang bagaimana cara kerja otak yang sebenarnya.
Otak sering kali mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol, suara,
bentuk-bentuk, dan perasaan. Menurut Lazing yang dikutip oleh Wildon
(2009: 69) “concept mapping is a technique that can demonstrate how
people visualize relationships between various concepts” yang berarti
pemetaan konsep adalah teknik yang dapat menunjukkan bagaimana orang
memvisualisasikan hubungan antara berbagai konsep.
Mind map (peta konsep) merupakan suatu cara yang paling mudah
untuk memasukkan informasi ke dalam otak, dan untuk mengambil
informasi dari otak. Cara ini adalah cara kreatif dan efektif dalam membuat
catatan, sehingga boleh dikatakan mind map (peta konsep) benar-benar
memetakan pikiran (Buzan, 2006: 6). Sedangkan Warseno dan Kumorojati
(2011: 76) berpendapat bahwa mind map (peta konsep) adalah suatu metode
visual yang dapat menyelaraskan proses belajar dengan cara kerja alami
otak.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
sebuah mind map (peta konsep) merupakan sebuah metode atau cara visual
yang kreatif dan efektif dalam membuat catatan yang dapat menyelaraskan
proses belajar dengan cara kerja alami otak, sehingga dapat memberi
kemudahan dalam mengelola informasi yang akan masuk ke dalam otak.
Menurut Warseno dan Kumorojati (2011: 81) mind map (peta konsep)
bisa dikatakan sesuai dengan kerja alami otak karena pembuatannya
menggunakan prinsip-prinsip manajemen otak (brain management), yang
meliputi:
1) Menggunakan Kedua Belahan Otak
Pencatatan dengan metode mind map (peta konsep) tidak hanya
menggunakan belahan otak kiri, tetapi juga otak kanan. Hal ini terbukti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
dari adanya penambahan simbol-simbol atau gambar yang disukai. Selain
simbol atau gambar, ada juga penggunaan warna-warna pada bagian
cabang mind map (peta konsep) yang berguna untuk menjelaskan adanya
makna tertentu.
2) Mempelajari Bagaimana Belajar yang Baik
Metode mind map (peta konsep) dalam kegiatan pembelajaran
memberikan cara belajar yang baik dengan membuat kaitan dari berbagai
macam konsep yang akan dipelajari dengan pengetahuan yang sudah
dimiliki, sehingga konsep yang akan dipelajari lebih mudah dipahami.
3) Menggunakan Otak Secara Alami
Perlu diketahui bahwa bahasa alami otak adalah gambar. Sebuah gambar
bisa mempunyai seribu arti dan dapat mendorong seseorang untuk
berimajinasi serta memunculkan ide maupun gagasan. Dalam hal ini
proses pencatatan dengan metode mind map (peta konsep) banyak
menggunakan gambar, warna, simbol, dan bentuk visualisasi lainnya,
yang kesemuanya merupakan bahasa alami otak. Dengan demikian,
penggunaan metode mind map (peta konsep) akan memudahkan otak
dalam memahami informasi dan mengingatnya lebih lama.
Metode Mind map (peta konsep) bila dilihat sebagai sebuah bentuk
catatan akan terlihat aneh dan lucu. Hal ini dikarenakan mind map (peta
konsep) biasanya menggunakan garis, lambang, kata-kata serta gambar,
berdasarkan seperangkat aturan yang sederhana, mendasar, alami, dan
akrab di otak. Dengan menggunakn mind map (peta konsep), daftar
informasi yang panjang dan menjemukan bisa diubah ke dalam bentuk
diagram berwarna-warni, mudah diingat dan sangat beraturan serta
sejalan dengan cara kerja alami otak. Hal ini berarti belajar akan terasa
lebih menarik dan lebih bermakna dengan menggunakan metode mind
map (peta konsep) apabila dibandingkan dengan menggunakan metode
pencatatan tradisional.
Untuk memperjelas pemahaman tentang mind map (peta konsep),
perhatikan gambar 2.1 contoh bentuk mind map (peta konsep).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Gambar 2.1 Contoh Mind Map (Peta Konsep)
(Sumber: http://www.mindmapping.com, 25 maret 2012)
Sebagaimana peta jalan, menurut Buzan (2011: 5) sebuah mind
map (peta konsep) juga memberikan beberapa kemudahan dalam berpikir
dan melangkah. Kemudahan-kemudahan itu dapat berupa: pertama,
memberi pandangan menyeluruh pada pokok masalah atau area yang
luas. Kedua memungkinkan seseorang merencanakan rute atau membuat
pilihan-pilihan dan mengetahui ke mana akan pergi dan di mana akan
berada. Ketiga, mengumpulkan sejumlah besar data dan meletakannya di
suatu tempat. Keempat, memberi dorongan atas upaya pemecahan
masalah dengan memberi kesempatan untuk melihat jalan-jalan keluar
kreatif baru. Kelima, merupakan sesuatu yang menyenangkan untuk
dipandang, dibaca, direnungkan, dan diingat.
Menurut Buzan (2006: 9) mind map (peta konsep) juga merupakan
peta perjalanan yang hebat bagi ingatan, dengan memberi kemudahan
kita dalam mengatur segala fakta dan hasil pemikiran dengan cara
sedemikian rupa, sehingga cara kerja alami otak dilibatkan dari awal.
Sejalan dengan pemikiran tersebut, Sugiyanto (2009: 104) menambahkan
bahwa metode mind map (peta konsep) dapat membangkitkan ide-ide
yang orisinal dan memicu ingatan dengan mudah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
c. Hukum Grafis Mind Map (Peta Konsep)
Sebuah mind map (peta konsep) yang baik dan benar menurut
Warseno dan Kumorojati (2011: 87) harus dibuat berdasarkan aturan grafis
tertentu yang disebut hukum grafis mind map (peta konsep). Hukum grafis
mind map (peta konsep) tersebut meliputi: kertas, pusat mind map (peta
konsep), cabang utama, cabang, kata, dan gambar.
1) Kertas
Penggunaan kertas dalam metode mind map (peta konsep) memiliki
aturan sebagai berikut: menggunakan kertas putih polos (tidak bergaris),
kertas dalam posisi mendatar (landscape), posisi tetap (steady), tidak
diputar-putar saat membuat mind map (peta konsep).
2) Pusat Mind Map (Peta Konsep)
Pembuatan pusat mind map (peta konsep) mempunyai aturan sebagai
berikut: pusat mind map (peta konsep) selalu terletak di tengah-tengah
kertas, pusat mind map (peta konsep) harus berupa gambar, besar pusat
mind map (peta konsep) proposional atau sesuai besarnya kertas, pusat
mind map (peta konsep) sebaiknya diberi judul, mind map (peta konsep)
terdiri dari warna-warna, pada pembuatan mind map (peta konsep) tidak
diberi bingkai. Selanjutnya, dalam meringkas atau mengkaji ulang
biasanya yang diambil adalah judul bab atau tema pokok.
3) Cabang Utama
Pembuatan cabang utama mempunyai aturan sebagai berikut: Pertama,
cabang utama harus memancar langsung dari pusat mind map (peta
konsep) yang berupa gambar. Kedua, cabang utama memancar kesegala
arah. Ketiga, bentuk cabang utama seperti organik atau dari tebal ke tipis.
Keempat, panjang cabang utama sama dengan panjang informasi yang
ditulis di atasnya.
4) Cabang
Cabang merupakan anak dari cabang utama. Pembuatan cabang ini
mempunyai aturan sebagai berikut: terhubung satu sama lain, tanpa
putus, meliuk atau bergelombang, bukan sekedar melengkung atau lurus,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
semakin jauh dari pusat mind map (peta konsep) semakin tipis,
panjangnya sesuai dengan panjang kata dan gambar di atasnya dan
memancar ke segala arah. Selanjutnya kemiringan yang baik maksimal
45 derajat.
5) Kata
Penggunaan kata pada mind map (peta konsep) mempunyai aturan
sebagai berikut: informasi yang ditulis di atas cabang utama atau cabang
harus satu kata. Kata tersebut berupa kata kunci (keywoard) atau gambar.
Selain itu, kata harus ditulis di atas cabang. Kemudian, semakin ke luar
semakin kecil ukuran hurufnya dan kemiringan tulisan mengikuti
kemiringan cabang.
6) Gambar
Penggunaan gambar pada metode mind map (peta konsep) mempunyai
aturan sebagai berikut: bisa menggunakan gambar sebanyak mungkin.
Gambar difungsikan untuk memperkuat atau menggantikan kata kunci.
Besarnya ukuran gambar proposional dengan kertas.
d. Langkah-Langkah Menggunakan Metode Mind Map (Peta Konsep)
Membuat suatu mind map (peta konsep) tidaklah terlalu sulit, menurut
Buzan (2011: 15) cukup mempelajari langkah-langkah berikut:
Pertama, mulai dari bagian tengah permukaan secarik kertas kosong
yang diletakkan dalam posisi memanjang. Dengan memulai dari tengah-
tengah permukaan kertas akan memberi keleluasaan bagi cara kerja otak
untuk menyebar ke luar ke segala arah, dan mengekspresikan diri lebih
bebas dan alami.
Kedua, menggunakan sebuah gambar untuk bahasan sentral. Karena
suatu gambar bernilai seribu kata dan membantu menggunakan imajinasi.
Gambar yang letaknya di tengah-tengah akan nampak lebih menarik,
membuat pikiran tetap terfokus, dan membuat otak semakin aktif dan sibuk.
Ketiga, menggunakan warna pada seluruh mind map (peta konsep).
Bagi otak warna-warna lebih menariknya dari gambar. Warna membuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
mind map (peta konsep) tampak lebih cerah dan hidup, meningkatkan
kekuatan bagi cara berpikir kreatif, dan juga menyenangkan.
Keempat, menghubungkan cabang-cabang utama ke gambar sentral
dan menghubungkan cabang-cabang tingkat kedua maupun ketiga pada
tingkat pertama, kedua, dan seterusnya. Seperti yang telah diketahui, otak
bekerja dengan cara menggunakan asosiasi. Jika menghubungkan cabang-
cabang, akan jauh lebih mudah dalam memahami dan mengingat. Kelima,
membuat cabang-cabang mind map (peta konsep) berbentuk melengkung
bukan hanya garis lurus.
Mind map (peta konsep) mudah dibuat dan demikian alami sifatnya.
Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat mind map (peta konsep)
hanya berupa: kertas kosong tak bergaris, pena dan pensil berwarna, otak,
dan imajinasi. Contoh penerapan langkah-langkah metode mind map (peta
konsep) dapat dipelajari pada pembuatan mind map (peta konsep) bidang
miring dalam pembelajaran IPA sebagai berikut:
1. Guru memberi tugas siswa untuk membaca pokok bahasan tentang
bidang miring selama ± 5 menit.
2. Setiap siswa diberi tugas untuk membuat mind map (peta konsep) bidang
miring ±15-20 menit.
3. Siswa membuat mind map (peta konsep) mulai dari bagian tengah kertas
dengan posisi kertas horisontal.
4. Siswa menggunakan gambar untuk ide sentral.
5. Siswa menggunakan pensil warna atau krayon untuk membuat cabang-
cabang utama maupun cabang tingkat dua dan seterusnya dari gambar.
6. Untuk cabang-cabangnya siswa menggunakan garis lengkung.
7. Siswa menggunakan satu kata kunci untuk mewakili setiap cabang.
8. Siswa memberi simbol atau gambar pada setiapa mind map (peta
konsep)
9. Setelah selesai, salah satu siswa maju untuk mempresentasikan hasil
pekerjaanya. Sementar itu, siswa lain diberi kesempatan untuk
menanggapi dan memberi masukan pada presentasi tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
e. Fungsi Mind Map (Peta Konsep)
Menurut Buzan (2006: 10), mind map (peta konsep) mempunyai
banyak fungsi, antara lain: menjadi lebih kreatif, menghemat waktu,
memecahkan masalah, berkonsentrasi, mengatur dan menjernihkan pikiran,
lulus ujian dengan nilai-nilai baik, mengingat dengan lebih baik, belajar
lebih cepat dan efisien, belajar dengan lebih mudah, melihat gambaran
secara keseluruhan, membuat rencana, berkomunikasi, dan lain-lain.
f. Macam-Macam Mind Map (Peta Konsep)
Menurut Nur (dalam Trianto, 2006: 155) mind map (peta konsep)
mempunyai empat macam, yaitu: pohon jaringan (network tree), rantai
kejadian (events chain), peta konsep siklus (cycle concept map), dan peta
konsep laba-laba (spider concept map)
1) Pohon Jaringan (Network Tree)
Konsep dari mind map (peta konsep) jenis pohon jaringan adalah
menganut hal-hal umum atau bersifat deduktif. Ide-ide pokok dibuat
dalam bentuk persegi empat, sedangkan beberapa kata yang lain
dituliskan pada garis-garis penghubung. Garis-garis pada mind map (peta
konsep) menunjukkan hubungan antara ide-ide tersebut. Kata-kata yang
ditulis pada garis mewakili hubungan antara konsep-konsep. Pada
pembuatan pohon jaringan, topik ditulis dan didaftar dalam konsep utama
yang berkaitan dengan konsep tersebut. Daftar diperiksa kembali dan
mulai menempatkan ide-ide atau konsep-konsep dalam susunan dari
umum ke khusus. Cabang dari konsep-konsep yang berkaitan dengan
konsep utama diberikan penghubung dengan garis-garis tersebut. Pohon
jaringan cocok digunakan untuk menvisualisasikan hal-hal seperti:
menunjukkan sebab akibat, suatu herarki, prosedur yang bercabang, dan
istilah-istilah yang berkaitan yang dapat digunakan untuk menjelaskan
hubungan-hubungan.
Contoh peta konsep model pohon jaringan dapat dilihat pada
gambar 2.2 berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Berdasarkan fungsi
Berdasarkan jenis makanan
Contoh Contoh Contoh Contoh
Gambar 2.2 Peta Konsep Pohon Jaringan Kompone Ekosistem.
(Sumber: Trianto, 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif)
2) Rantai Kejadian (Events Chain)
Menurut Trianto yang mengutip dari Nur (2006: 9) mengemukakan
bahwa peta konsep rantai kejadian dapat digunakan untuk memberikan
suatu urutan kejadian, langkah-langkah dalam suatu prosedur, atau tahap-
tahap dalam suatu proses. Dalam membuat rantai kejadian, pertama-tama
mencari satu kejadian yang mengawali rantai tersebut. Kejadian ini
disebut kejadian awal. Kemudian menemukan kejadian berikutnya dalam
rantai tersebut dan lanjutkan sampai mencapai suatu hasil. Rantai
kejadian cocok digunakan untuk menvisualisasikan hal-hal seperti:
memberikan tahap-tahap dari suatu proses, langkah-langkah dalam suatu
prosedur linier, dan suatu urutan kejadian.
Contoh peta konsep model rantai kejadian dapat dilihat pada
gambar 2.3 berikut.
Produsen Decomposer Konsumen
Omnivora Karnivora Herbivora
Air, tanah, cahaya
matahari
Manusia Harimau Kelinci
Komponen ekosistem
Biotik Abiotik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Kejadian awal
Gambar 2.3 Peta Konsep Rantai Kejadian Suksesi Primer.
(Sumber: Trianto, 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif)
3) Peta Konsep Siklus (Cycle Concept Map)
Konsep dari peta konsep siklus adalah berulang atau rangkaian kejadian
tidak menghasilkan suatu hasil final. Kejadian terakhir pada rantai itu
menghubungkan kembali ke kejadian awal. Karena tidak ada hasil dan
kejadian terakhir itu menghubungkan kembali ke kejadian awal, siklus
itu berulang dengan sendirinya. Peta konsep siklus cocok diterapkan
untuk menunjukkan hubungan bagaimana suatu rangkaian kejadian
berinteraksi untuk menghasilkan suatu kelompok hasil yang berulang-
ulang.
Contoh peta konsep model siklus dapat dilihat pada gambar 2.4
peta konsep siklus air di bawah ini.
Batuan lava yang mendingin
Tumbuhan perintis
Melapukkan batuan
Tumbuhan lumut
Semak – semak
Hutan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Gambar 2.4 Peta Konsep Siklus Air.
(Sumber: Trianto, 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif)
4) Peta Konsep Laba-Laba (Spider Concept Map)
Konsep dari peta konsep jenis laba-laba merupakan hasil curah pendapat.
Melakukan curah pendapat ide-ide berawal dari suatu ide sentral,
sehingga dapat memperoleh sejumlah besar ide yang bervariasi. Peta
konsep laba-laba cocok untuk menvisualisasikan hal-hal seperti: tidak
menurut herarki, kategori yang tidak parallel, dan hasil curah pendapat.
Contoh peta konsep model laba-laba dapat dilihat pada gambar 2.5
berikut.
Air
Biologis Tanah
Fisik Udara
Kimiawi Suara
Penipisan lapisan ozon Reboisasi
Hujan asam Daur ulang
Pemanasan global
Gambar 2.5 Peta Konsep Laba-Laba Pencemaran Lingkungan.
(Sumber: Trianto, 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif).
Air
Kondensasi
Uap air
Evaporasi
Pencemaran lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Bentuk peta konsep yang menyerupai laba-laba seperti di atas,
menurut Buzan (2011: 7) mensyaratkan seseorang untuk memusatkan
perhatian pada pokok bahasan yang akan dipelajari dan membantu
mengalihkan informasi-informasi yang kurang berhubungan dengan
pokok bahasan tersebut.
Peta konsep bentuk laba-laba menurut Buzan (2011: 36) lebih
mirip dengan bentuk sistem otak. Oleh karena itu Buzan menggunakan
istilah peta pikiran untuk menyebut peta konsep jenis laba-laba. Di dalam
otak terdapat “nukleus” yang merupakan otak dari sel otak atau inti otak.
Sel otak beroperasi dengan membentuk kaitan-kaitan yang sangat
kompleks. Kaitan-kaitan ini dibuat ketika cabang utama dan akson
membuat ribuan hubungan dengan tombol kecil yang dikenal dengan
istilah sinaptik pada ribuan cabang dari ribuan sel otak lainnya. Ketika
sebuah pesan elektromagnetik biokimia (implus saraf) berjalan menuruni
akson, pesan tersebut dilepaskan melalui tombol sinaptik, yang
menghubungkannya ke punggung dendrit.
Gambar 2.6 Sistem Otak.
(sumber: google.co.id, 25 Juli 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Contoh lain dari penggunaan peta konsep jenis laba-laba atau peta
pikiran adalah peta konsep pesawat sederhana dalam pembelajaran IPA
yang dapat dilihat pada gambar 2.6 berikut:
Gambar 2.7 Peta Konsep Laba-Laba Pesawat Sederhana.
Gambar 2.6 di atas menjelasan bahwa di dalam konsep pesawat
sederhana terdapat alat-alat berupa pengungkit atau tuas, bidang miring,
katrol, dan roda berporos. Masing-masing alat tersebut merupakan atribut
dari alat-alat bantu untuk meringankan pekerjaan manusia. Pesawat
sederhana dalam hal ini dapat dikatakan sebagai atribut atau konsep
dikarenakan menunjukkan kelas/kategori stimuli. Kelas/karegori stimuli
tersebut berupa alat-alat yang dapat meringankan pekerjaan manusia.
g. Kelebihan Mind Map (Peta Konsep)
Menurut Buzan (2006: 13) metode mind map (peta konsep) memiliki
beberapa kelebihan, antara lain: membantu seseorang belajar, mengatur, dan
menyimpan sebanyak mungkin informasi yang diinginkan, serta
menggolongkan informasi tersebut secara wajar, sehingga memungkinkan
seseorang mendapat akses seketika (daya ingat yang sempurna) atas segala
hal yang diinginkan. Kelebihan lain yang dimiliki oleh metode mind map
(peta konsep) yaitu semakin banyak informasi yang dimasukkan ke dalam
memori otak, semakin mudah bagi seseorang untuk belajar dan mengetahui
lebih banyak hal lagi. Karena setiap informasi yang baru secara otomatis
akan dikaitkan dengan informasi yang sudah ada dalam memori otak.
Tucker, Armstrong, & Massad (2012: 3) mengutip simpulan Lane (2009) “A
Pesawat
Sederhana
Pengungkit
(tuas)
Bidang miring
Katrol
Roda
berporos
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
mind map as a technique that stimulates creativity while allowing for clear
distinctions between each thought” yang artinya “Peta pikiran sebagai
teknik yang merangsang kreativitas sekaligus memungkinkan pembedaan
yang jelas antara pikiran masing-masing”. Maksud dari pikiran masing-
masing adalah hasil pemikiran dari tiap individu atau siswa.
Sejalan dengan pendapat Buzan (2006: 13) dan Tucker, Armstrong,
serta Massad (2012: 3-4), Warseno dan Kumorojati (2011: 83-84)
mengemukakan bahwa ada beberapa keuntungan dan efek dari penggunaan
metode mind map (peta konsep), yaitu:
1) Keuntungan Menggunakan Mind Map (Peta Konsep)
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dengan menggunakan mind
map (peta konsep), antara lain: Pertama, dapat melihat gambaran secara
menyeluruh dengan jelas. Kedua, dapat melihat detailnya keterhubungan
antartopik. Ketiga, adanya pengelompokkan informasi. Keempat,
menarik perhatian mata dan tidak memberi kesan membosankan. Kelima,
memudahkan berkonsentrasi. Keenam, proses pembuatannya
menyenangkan karena melibatkan gambar, wana, dan lain-lain. Ketujuh,
memudahkan dalam mengingat karena memiliki penanda visual.
2) Efek Penggunaan Mind Map (Peta Konsep)
Adapun efek yang dapat dirasakan dengan menggunakan mind map (peta
konsep) adalah sebagai berikut: Pertama, lebih baik dalam mengingat.
Kedua, mendapatkan ide brilian. Ketiga, menghemat dan memanfaatkan
waktu dengan sebaik-baiknya, keempat, mendapatkan nilai yang bagus,
Dan lain-lain.
2. Tinjauan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana dalam Pembelajaran
IPA
a. Pengertian Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana
Pemahaman (comprehension) dapat diartikan sebagai kemampuan
untuk menafsirkan sesuatu. Menurut Winkel (2005: 274) pemahaman
mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang
dipelajari. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
pokok dari suatu bacaan; mengubah data yang disajikan dalam bentuk
tertentu ke bentuk lain seperti: rumus matematika ke dalam bentuk kata-
kata; membuat perkiraan tentang kecenderungan yang nampak dalam
data tertentu, seperti dalam grafik. Dengan pemahaman, siswa diminta untuk
membuktikan bahwa siswa memahami hubungan yang sederhana di antara
fakta-fakta atau konsep (Arikunto, 1992: 113).
Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti dari
sebuah konsep (Sudjana, 2010: 50). Konsep itu sendiri mempunyai arti kelas
atau kategori stimuli yang mempunyai ciri-ciri umum. Stimuli itu dapat
berupa objek-objek atau orang (Hamalik, 2001: 162). Untuk itu diperlukan
adanya hubungan atau pertautan antara konsep dengan makna yang ada
dalam konsep tersebut.
Menurut Bachman (2005: 113) konsep merupakan pokok utama di
balik sebuah permasalahan, hubungan antara satu dengan yang lainnya dan
bagaimana mereka memberikan sumbangsih terhadap pokok persoalan. Ada
juga yang berpendapat bahwa konsep merupakan kesepakatan bersama
untuk penamaan sesuatu dan merupakan alat intelektual yang membantu
kegiatan berpikir dan memecahkan masalah (Samiawi, 2001: 10). Untuk
dapat memperoleh suatu konsep, seseorang harus mampu mengenal,
memahami, dan merumuskan data dan fakta yang menjadi ciri/atribut dari
suatu konsep. Oleh karena itu pengalaman-pengalaman baru adalah
kesempatan untuk menghadapi berbagai konsep dalam situasi yang
berbeda-beda.
Pesawat sederhana dalam pembelajaran IPA memiliki pengertian
sebagai suatu alat yang sifatnya sederhana dan mempunyai fungsi untuk
membantu meringankan pekerjaan manusia. Di dalam konsep pesawat
sederhana ini terdapat alat-alat berupa pengungkit atau tuas, bidang miring,
katrol, dan roda berporos. Masing-masing alat tersebut merupakan atribut
dari alat-alat bantu untuk meringankan pekerjaan manusia. Pesawat
sederhana dalam hal ini dapat dikatakan sebagai atribut atau konsep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
dikarenakan menunjukkan kelas/kategori stimuli. Kelas/karegori stimuli
tersebut berupa alat-alat yang dapat meringankan pekerjaan manusia.
Dalam pembelajaran IPA khususnya pada konsep pesawat sederhana,
pemahaman konsep sangat penting. Hal ini karena dengan memahami suatu
konsep, informasi atau data yang terlalu banyak dapat terorganisasi dengan
baik. Biasanya konsep menempatkan informasi atau data yang begitu
banyak dalam bentuk kategori-kategori atau kelompok-kelompok dan
mempertimbangkan hubungan antar data. Berbeda dengan fakta yang
terbatas pada situasi khusus, konsep mempunyai penerapan yang luas dan
dapat memberikan multi interprestasi.
Berdasarkan penjelasan tentang pengertian pemahaman, konsep, dan
pesawat sederhana di atas, dapat disimpulan bahwa pengertian pemahaman
konsep pesawat sederhana adalah kemampuan untuk memahami suatu alat
yang dapat digunakan manusia untuk membantu meringankan pekerjaan
manusia dalam kehidupan sehari-hari.
b. Pengertian Pembelajaran IPA
Secara umum IPA dipahami sebagai ilmu yang lahir dan berkembang
melalui kegiatan observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis,
pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan simpulan, serta
penemuan teori dan konsep.
Merujuk dari pengertian IPA tersebut, Trianto (2010: 141)
menjelaskan nilai-nilai IPA yang dapat ditanamkan dalam pembelajaran IPA
antara lain: Pertama, kemampuan bekerja dan berpikir secara teratur. Kedua,
kemampuan dalam mengadakan pengamatan dan mempergunakan alat-alat
eksperimen untuk memecahkan masalah. Ketiga, menanamkan sikap ilmiah
yang diperlukan dalam memecahkan masalah seperti berpikir kritis dan lain-
lain, baik dalam pelajaran sains maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajara IPA secara khusus sebagaimana tujuan pendidikan secara
umum yang tercantum dalam taksonomi bloom menjelaskan bahwa
pembelajaran IPA diharapkan dapat memberikan pengetahuan (kognitif)
yang merupakan tujuan utama dari pembelajaran. Jenis pengetahuan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
dimaksud adalah pengetahuan dasar dari prinsip dan konsep yang
bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. Selain hal tersebut pembelajaran
IPA juga diharapkan dapat memberikan keterampilan (psikomotorik),
kemampuan sikap ilmiah (afektif), pemahaman, kebiasaan, dan apresiasi
(Trianto, 2010: 142). Dengan demikian semakin jelas bahwa proses
pembelajaran IPA lebih menekankan pada pendekatan keterampilan proses,
sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep,
teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat memberi
pengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk
pendidikan.
1) Keterampilan Proses dalam Pembelajaran IPA
Keterampilan proses merupakan seluruh keterampilan ilmiah yang dapat
digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip maupun teori,
yang berfungsi untuk mengembangkan konsep yang telah ada
sebelumnya.
Menurut Funk (dalam Trianto, 2010: 144); Ulfa (2007: 7-41);
Kartono, Dakir, Riyadi, Mahfud, dan Rukayah menyebutkan
keterampilan proses dibagi menjadi dua, yaitu keterampilan proses
tingkat dasar (basic science process skill) dan keteramilan proses terpadu
(integrated process skill). Keterampilan proses tingkat dasar meliputi
observasi, klasifikasi, komunikasi, pengukuran, prediksi, dan inferensi.
Sedangkan keterampilan proses terpadu meliputi menetukan variabel,
memproses data, menganalisis penyelidikan, menyusun hipotesis,
menentukan variabel secara operasional, merencanakan penyelidikan,
dan melakukan eksperimen.
Pada tingkat Sekolah Dasar keterampilan proses yang diterapkan
dalam pembelajaran IPA baru keterampilan proses tingkat dasar atau
basic science process skill (Ulfa, 2007: 1-2). Hal ini dikarenakan
menyesuaikan dengan tingkat perkembangan dan karakteristik dari siswa
pada usia Sekolah Dasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
a) Keterampilan Mengobservasi
Observasi merupakan suatu keterampilan menggunakan semua panca
indera untuk memperoleh suatu data atau informasi. Mengobservasi
merupakan keterampilan proses IPA paling dasar. Observasi yang
terorganisasi merupakan dasar bagi penyelidikan yang lebih terarah.
b) Keterampilan Mengklasifikasi
Pengklasifikasian adalah pengelompokkan objek-objek menurut sifat-
sifat tertentu. Klasifikasi dapat dilakukan dalam berbagai bentuk
sesuai dengan tujuan dari pengamatan atau observasi. Bentuk paling
sederhana dari sebuah klasifikasi berupa menggolongkan atau
mengelompokkan atas dasar kriteria tertentu. Kriteria tersebut dapat
berupa warna, bentuk, bahan, jenis, dan lain-lain. Bentuk paling
kompleks dari suatu klasifikasi adalah mengelompokkan dan sekaligus
mengurutkan berdasarkan jenjangnya secara hirarki/taksonomis.
c) Keterampilan Mengkomunikasikan
Pengkomunikasian adalah mengatakan hal yang diketahui dalam
pikiran dan perasaan dengan ucapan kata-kata, tulisan, gambar,
demonstrasi, maupun grafik. Salah satu cara yang efektif untuk
melatih keterampilan komunikasi adalah dengan memberi kesempatan
kepada siswa untuk berdiskusi dan menyampaikan hasil diskusinya.
Teman sebaya merupakan mitra yang sangat efektif untuk
mengembangkan keterampilan berkomunikasi.
d) Keterampilan Mengukur
Keterampilan mengukur merupakan keterampilan membuat observasi
secara kuantitatif (mempunyai standar ukuran tertentu). Kemampuan-
kemampuan dasar yang diperlukan dalam kegiatan pengukuran antara
lain: kemampuan untuk memilih alat ukur, menggunakan alat ukur,
dan cara menerapkan perhitungan terhadap alat ukur.
e) Keterampilan Memprediksi
Keterampilan memprediksi adalah suatu keterampilan yang dapat
memperkirakan maupun meramalkan hal yang akan terjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
berdasarkan kecenderungan atau pola hubungan yang terdapat pada
data yang telah diperoleh. Kegiatan memprediksi meliputi: menyususn
data, mengenal pola-pola atau hubungan, merumuskan inferensi, dan
menggunakan pengikhtisaran.
f) Ketermapialn Menginferensi
Penginferensian adalah penggunaan sesuatu hal yang diamati untuk
menjelaskan hal lain yang telah terjadi atau bisa dikatakan sebagai
suatu keterampilan membuat simpulan yang bersifat sementara.
Dahar (dalam Trianto, 2010: 148) menjelaskan bahwa
keterampilan proses yang diajarkan dalam pembelajaran IPA memberi
penekanan pada keterampilan-keterampilan berpikir yang dapat
berkembang pada anak-anak. Dengan begitu keterampilan-
keterampilan proses yang terdapat pada pembelajaran IPA, anak-anak
dapat mempelajari IPA sebanyak yang mereka ingin ketahui.
Keterampilan proses akan terbentuk melalui proses perulangan.
Melatih keterampilan proses diawali dari pemodelan guru, kemudian
siswa diminta bekerja dan berlatih sesuai petunjuk. Dengan demikian
akan terbentuk interaksi antara konsep atau prinsip maupun teori itu
sendiri.
2) Tujuan Pembelajaran IPA
Mata pelajaran IPA di SD/MI menurut Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP, 2006: 13) bertujuan untuk membuat siswa memiliki
kemampuan sebagai berikut:
Pertama, memperoleh keyakinan pada Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaannya.
Kedua, mengembangkan pengetahuan dan konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga,
mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi, dan masyarakat. Keempat, mengembangkan keterampilan
proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
membuat keputusan. Kelima, meningkatkan kesadaran untuk berperan
serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.
Keenam, meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan tuhan. Ketujuh, memperoleh
bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk
melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan pada penelitian ini, tidak semua variabel yang
digunakan sama. Hal ini dikarenakan fungsi penelitian yang relevan hanya sebagai
acuan dari penelitian selanjutnya. Berikut ini adalah penelitian-penelitian yang
digunakan sebagai acuan dalam penelitian yang dilaksanakan di SDN Soropadan:
Penelitian Rahmawati berjudul “Peningkatan Pemahaman Konsep Pesawat
Sederhana Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa Kelas V SDN 1
Glintang Sambi Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011”. Simpulan penelitian ini
adalah Model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan pemahaman konsep
pesawat sederhana pada siswa kelas V SDN 1 Glintang Sambi, Boyolali tahun
2010/2011.
Penelitian Utamawati berjudul “Peningkatan Kemampuan Memahami
Konsep Pesawat Sederhana Dalam Pembelajaran IPA Melalui Model Kontekstual
Pada Siswa Kelas V SD Negeri Lengking 01 Bulu Sukoharjo Tahun Pelajaran
2009/2010”. Simpulan penelitian ini adalah model pembelajaran kontekstual dapat
meningkatkan kemampuan memahami konsep pesawat sederhana dalam
pembelajaran IPA pada siswa kelas V SD Negeri Lengking 01, Bulu, Sukoharjo.
Penelitian Dewi berjudul “Penerapan Metode Peta Pikiran (Mind Map)
Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Narasi Pada Siswa Kelas IV SD
Negeri I Trirenggo Bantul Yogyakarta Tahun Ajaran 2009/2010”. Simpulan hasil
penelitian tersebut adalah penerapan metode peta pikiran (mind map) ternyata
dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis narasi (menyusun
karangan). Peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis narasi ditandai
dengan meningkatnya: (1) jumlah siswa yang aktif selama mengikuti apersepsi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
yaitu 40% pada siklus I, 72% pada siklus II, dan 88% pada silus III; dan (2)
jumlah siswa yang aktif dalam mengikuti pembelajaran menulis narasi atau
mengarang dengan sungguh-sungguh (membuat mind map, mengembangkan
paragraf, dan menyusun karangan yang utuh). Pada siklus I sebesar 60%, siklus II
sebesar 76%, dan silus III mencapai 88%. Hasil penelitian juga membuktikan
bahwa penerapan metode peta pikiran (mind map) juga dapat meningkatkan
kualitas hasil pembelajaran keterampilan menulis narasi siswa. Hal ini ditandai
dengan nilai rata-rata menulis narasi siswa yang mengalami peningkatan pada tiap
siklusnya, yaitu siklus I sebesar 64,12; siklus II sebesar 68,24; dan siklus III
sebesar 72,20.
Penelitian Jumanto berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Cerita
Melalui Metode Mind Mapping Pada Siswa Kelas IV SDN Sondakan No.11
Surakarta Tahun pelajaran 2010/2011”. Simpulan dari penelitian yang dilakukan
oleh Jumanto adalah ada peningkatan kemampuan menulis cerita setelah diadakan
tindakan kelas dengan menggunakan metode mind mapping. Hal itu dapat
ditunjukkan dengan meningkatnya kemampuan siswa dari sebelum dan sesudah
tindakan. Pada siklus I menunjukkan peningkatan kemampuan menulis cerita
dengan nilai rata-rata 68,84 dan persentase siswa yang mencapai KKM sebanyak
63,16% (24 siswa). Pada siklus II menunjukkan peningkatan kemampuan menulis
cerita dengan nilai rata-rata 76,61 dan persentase siswa yang mencapai KKM
sebanyak 89,47% (34 siswa). Dengan demikian diajukan suatu rekomendasi
bahwa melalui metode mind mapping dapat meningkatkan kemampuan menulis
cerita pada siswa kelas IV SD Negeri Sondakan No.11 Surakarta Tahun Pelajaran
2009/2010.
Dari keempat penelitian yang relevan di atas tidak semua variabel yang
digunakan sama dengan penelitian ini. Persamaannya, hanya terletak pada
penggunaan metode mind map sebagai variabel “X” yaitu pada penelitian Sandra
Puspita Dewi dan Jumanto, sedangkan pada penelitian Luluk Rahmawati dan Ita
Utamawati persamaannya terletak pada pemahaman konsep pesawat sederhana
sebagai variabel “Y”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
C. Kerangka Berpikir
Siswa kelas V SD Negeri Soropadan Kecamatan Laweyan mempunyai
permasalahan terhadap rendahnya pemahaman konsep pesawat sederhana dalam
pembelajaran IPA. Dari hasil wawancara dengan guru kelas V dan kegiatan
observasi di SDN Soropadan Kecamatan Laweyan menyebutkan rendahnya
pemahaman konsep ini terbukti dari banyaknya kekeliruan siswa ketika
menentukan titik beban, titik tumpu dan kuasa pada pengungkit baik golongan I,
II maupun golongan III. Kesalahan lain yang terjadi pada siswa adalah kekeliruan
ketika menjelaskan fungsi dari pengungkit, bidang miring, katrol dan roda
berporos, memberi contoh benda-benda yang termasuk tuas baik pada tuas
golongan I, II maupun golongan III, dan keliru dalam membedakan katrol tetap,
katrol bebas, dan katrol majemuk. Bukti lain dapat dilihat dari hasil belajar yang
diperoleh siswa, tercatat dari 31 siswa hanya 48,39% atau sama dengan 15 siswa
yang tuntas Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) dalam penguasaan pemahaman
konsep pesawat sederhana pada mata pelajaran IPA. Penyebab rendahnya
pemahaman konsep pesawat sederhana tersebut, antara lain: selama ini dalam
kegiatan pembelajaran IPA khususnya pada pokok bahasan pesawat sederhana,
guru kurang menerapkan metode-metode inovatif yang dapat membantu siswa
untuk aktif belajar. Umumnya 60% waktu siswa cenderung lebih banyak
digunakan untuk mendengarkan ceramah guru, mengerjakan soal-soal, dan jarang
ada kegiatan yang melibatkan siswa supaya aktif pada proses pembelajaran,
seperti: membuat rangkuman, memecahan persoalan yang dilontarkan guru, dan
lain-lain.
Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan di atas, maka peneliti memilih
metode mind map (peta konsep) sebaga solusi. Metode mind map (peta konsep)
adalah suatu metode mencatat yang kreatif dan efektif, yang memanfaatkan
keseluruhan otak dengan bantuan citra visual serta prasarana grafis lainnya untuk
membentuk suatu kesan dengan menghubungkan konsep tunggal ke konsep-
konsep lain pada kategori yang sama.
Hasil akhir yang diharapkan dari penelitian yang akan dilaksanakan dengan
menggunakan metode mind map (peta konsep) adalah pemahaman konsep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
pesawat sederhana siswa kelas V SDN Soropadan Kecamatan Laweyan dapat
meningkat.
Dari penjabaran mengenai kerangka berpikir di atas, maka dapat dibuat
sebuah kerangka pemikiran penelitian dalam bentuk bagan/skema kerangka
berpikir. Untuk penjelasan lebih lanjut, perhatikan gambar 2.7 alur kerangka
berpikir.
Gambar 2.8 Alur Kerangka Berpikir.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka dapat
dirumuskan hipotesis tindakannya adalah: melalui penerapan metode mind map
(peta konsep) dapat meningkatkan pemahaman konsep pesawat sederhana dalam
pembelajaran IPA siswa kelas V SDN Soropadan Kecamatan Laweyan tahun
pelajaran 2011/2012.
Kondisi awal
Tindakan
Kondisi akhir
Pembelajaran IPA
belum menerapkan
metode – metode
inovatif yang dapat
membantu siswa
untuk aktif belajar.
Pemahaman
konsep pesawat
sederhana dalam
pembelajaran
IPA rendah.
Pembelajaran IPA
menggunakan
metode mind
map (peta
konsep).
Siklus I
Siklus II
1. Perencanaan
2. Tindakan
3. Observasi
4. Refleksi
Melalui metode mind map (peta konsep) dapat
meningkatkan pemahaman konsep pesawat sederhana
dalam pembelajaran IPA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SDN Soropadan Kecamatan
Laweyan. Tempat penelitian ini dipilih dengan pertimbangan antara lain: waktu
dan keberadaan tempat penelitian ini memudahkan peneliti dalam memperoleh
data. Selain dari alasan-alasan tersebut, alasan utamanya adalah di SDN
Soropadan pemahaman konsep pesawat sederhana pada siswa kelas V masih
rendah.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran
2011/2012, mulai dari bulan Januari 2012 – Juli 2012. Pelaksanaan penelitian
dilakukan dengan melihat jadwal tatap muka guru kelas V SDN Soropadan
Kecamatan Laweyan.
B. Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Soropadan Kecamatan
Laweyan tahun pelajaran 2011/2012. Siswa kelas V SDN Soropadan berjumlah 31
siswa yang terdiri dari 12 siswa perempuan dan 19 siswa laki-laki. Pemilihan
subjek penelitian tesebut didasarkan pada hasil wawancara dengan guru kelas V
SDN Soropadan Kecamatan Laweyan, yang menyatakan bahwa pemahaman
siswa terhadap konsep pesawat sederhana dalam pembelajaran IPA masih rendah.
C. Data dan Sumber Data
Data penelitian ini diperoleh dari sumber data primer dan data sekunder.
Data primer yang digunakan berupa aktivitas belajar siswa SDN Soropadan
Kecamatan Laweyan dan kinerja guru dalam proses pembelajaran IPA pada
pokok bahasan pesawat sederhana dengan metode mind map (peta konsep).
Sedangkan data sekunder yang diperoleh secara tidak langsung berupa dokumen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
sekolah, seperti: hasil belajar siswa, silabus, Rancangan Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), dan buku penilaian serta daftar kelas V SDN Soropadan
tahun pelajaran 2011/2012.
D. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah utama dalam suatu
penelitian. Adanya teknik pengumpulan data ini bertujuan untuk mendapatkan
data yang valid. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa
wawancara, tes, observasi, dan dokumentasi.
1. Wawancara
Wawancara adalah suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu di dalam
kelas. Pada penelitian ini, wawancara dilakukan dengan guru kelas V SDN
Soropadan Kecamatan Laweyan yang dianggap dapat memberikan informasi
atau penjelasan-penjelasan yang dipandang perlu dan memiliki relevansi
dengan permasalahan-permasalahan penelitian tindakan kelas. Selain itu fungsi
wawancara yang dilakukan pada prasiklus adalah sebagai instrumen untuk
mengumpulkan data lisan dari nara sumber, guna mengetahui kondisi awal
siswa.
2. Tes
Pada kegiatan penelitian di SDN Soropadan Kecamatan Laweyan ini,
menggunakan tes berupa soal-soal tes tertulis pada setiap akhir pertemuan
dalam setiap siklus, dengan tujuan untuk mengukur atau mengetahui tingkat
keberhasilan dan kemajuan siswa kelas V SDN Soropadan Kecamatan
Laweyan terhadap pemahaman konsep pesawat sederhana. Selanjutnya hasil
tes tersebut diolah dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik.
3. Observasi
Observasi merupakan kegiatan pengamatan yang bersifat langsung.
Kegiatan observasi pada penelitian ini dilakukan oleh peneliti dan guru kelas V
SDN Soropadan Kecamatan Laweyan sebagai pengamat. Penelitian ini
menggunakan lembar observasi berupa lembar observasi kinerja guru dan
aktivitas siswa. Lembar observasi kinerja guru digunakan sebagai dasar untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
mencatat setiap tindakan yang dilakukan guru sesuai dengan masalah dalam
penelitian. Sedangkan lembar observasi aktivitas siswa digunakan sebagai alat
pemantau kegiatan siswa berupa keaktifan siswa dalam bertanya,
mengemukakan pendapat, berdiskusi, keberanian siswa, dan lain-lain.
4. Dokumentasi
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dokumen berupa
silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajran (RPP), nilai tes hasil belajar konsep
pesawat sederhana sebelum dan sesudah kegiatan penelitian, video dan foto-
foto pada saat pembelajaran berlangsung yang berfungsi sebagai pelengkap
dari metode observasi.
E. Uji Validitas Data
Validitas data adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu data. Untuk mengukur kevalidan data pada
penelitian yang dilakukan di SDN Soropadan Kecamatan Laweyan ini, peneliti
menggunakan validitas isi. Validitas isi digunakan untuk menguji instrumen
berupa tes. Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara
isi instrumen berupa tes pemahaman konsep pesawat sederhana dengan konsep
peswat sederhana yang telah diajarkan.
F. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil catatan lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga mudah
dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Aktivitas dalam
analisis data pada penelitian ini menggunakan model analisis deskriptif
komparatif, yakni dengan membandingkan nilai rata-rata pemahaman konsep
pesawat sederhana sebelum penelitian (prasiklus) dengan hasil pada akhir setiap
siklus I dan Siklus II. Proses analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan
data, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam
pola, memilih hal yang penting dan yang akan dipelajari, serta membuat simpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
yang dapat diceritakan kepada orang lain. Analisis data dapat dilakukan melalui
tiga tahap, yaitu reduksi data, papran data, dan penyimpulan.
1. Reduksi Data
Reduksi data atau rangkuman hasil penelitian yang dilakukan di SDN
Soropadan Kecamatan Laweyan ini, diperoleh dari penyederhanaan data hasil
wawancara dengan guru kelas V SDN Soropadan Kecamatan Laweyan,
dokumen hasil belajar siswa berupa nilai rata-rata ulangan harian siswa kelas V
SDN Soropadan Kecamatan Laweyan tentang konsep pesawat sederhana,
silabus pembelajaran, rencana pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode
mind map (peta konsep) siklus I dan II, lembar observasi aktivitas siswa dan
kinerja guru siklus I dan II, dan hasil evaluasi tes pemahaman konsep pesawat
sederhana pada siklus I maupun siklus II.
2. Paparan Data
Paparan data berfungsi sebagai alat yang digunakan peneliti dalam
memahami hal yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan
hal yang telah dipahami. Paparan data pada penelitian yang telah dilaksanakan
ini dilakukan dengan cara teks naratif, tabel, grafik, dan chat.
3. Penyimpulan
Penyimpulan adalah kegiatan membuat pengambilan intisari dan sajian
data yang telah terorganisasi tersebut dalam bentuk pernyataan kalimat yang
singkat dan jelas. Kegiatan menyimpulkan ini berfungsi sebagai jawaban dari
rumusan masalah yang sejak awal sudah disusun.
G. Indikator Kinerja Penelitian
Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan
dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian. Indikator kinerja pada
penelitian ini adalah pemahaman konsep pesawat sederhana dalam pembelajaran
IPA dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 65. Penelitian ini dapat
dikatakan berhasil apabila 70% atau sekitar 22 siswa mampu menentukan titik
beban, titik tumpu dan kuasa pada pengungkit baik golongan I, II maupun
golongan III, menjelaskan fungsi dari pengungkit, bidang miring, katrol dan roda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
berporos, memberi contoh benda-benda yang termasuk tuas baik pada tuas
golongan I, II maupun golongan III, dan membedakan katrol tetap, katrol bebas,
serta katrol majemuk yang dapat terlihat dari hasil kerja siswa dan nilai rata-rata
tes pemahaman konsep pesawat sederhana yang mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimum (KKM).
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas yang terdiri dari
dua siklus. Masing-masing siklus dalam penelitian ini mempunyai empat tahapan
yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Tahapan-tahapan
dalam prosedur penelitian ini secara jelas dapat dilihat pada gambar 3.2 berikut.
Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas.
(Sumber: Suharsimi Arikunto, 2008: 16)
Penjelasan tentang rincian prosedur atau tahap-tahap yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Siklus Pertama
a. Tahap Perencanaan
Kegiatan sebelum tahap pelaksanaan adalah tahap perencanaan.
Dalam tahap perencanaan ini peneliti melakukan kegiatan sebagai berikut:
Perencanaan
Refleksi Pelaksanaan Siklus I
Pengamatan
Perencanaan
Siklus II Refleksi Pelaksanaan
Pengamatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
1) Membuat Rencana Pelakasanaan Pembelajran (RPP) tentang pemahaman
konsep pesawat sederhana dengan menggunakan metode mind map (peta
konsep).
2) Menyiapkan media pembelajaran.
3) Menyiapkan materi pembelajaran.
4) Menyusun instrumen evaluasi tindakan berupa soal tes pemahaman
konsep pesawat sederhana.
5) Menyiapkan lembar observasi.
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan pada kegiatan penelitian merupakan tahap kedua
dalam prosedur kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Kegiatan
pelaksanaan yang dialkukan di SDN Soropadan ini meliputi kegiatan-
kegiatan sebagai berikut:
1) Pertemuan Pertama
a) Guru melakukan eksplorasi dengan menyajikan gambar jenis-jenis
pesawat sederhana.
b) Guru melakukan tanya jawab tentang gambar-gambar jenis pesawat
sederhana tersebut.
c) Guru mentransfer jawaban-jawaban siswa ke dalam bentuk mind map
(peta konsep).
d) Guru membagi siswa menjadi 4-5 kelompok untuk membuat mind
map (peta konsep) tentang jenis, ciri, kegunaan, dan contoh dari
gambar pengungkit (tuas) dan bidang miring selama 15-20 menit.
e) Setelah selesai wakil-wakil kelompok diberi tugas untuk
mempresentasikan hasil diskusinya, sementara kelompok lain
berkesempatan menanggapi dan memberi masukan.
f) Guru bersama-sama dengan siswa membuat simpulan dari hasil
presentasi masing-masing kelompok.
g) Guru melakukan evaluasi tentang konsep pesawat sederhana jenis
pengungkit/tuas dan bidang miring.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
2) Pertemuan Kedua
a) Guru memberi kesempatan pada siswa untuk membaca materi katrol
dan roda berporos selama 5 menit.
b) Guru melakukan tanya jawab tentang katrol (katrol tetap, katrol bebas,
dan katrol majemuk) dan roda berporos.
c) Guru membuat gambar katrol pada papan tulis.
d) Siswa diberi tugas mengidentifikasi gambar katrol tersebut baik dari
segi fungsi, cara penggunaan, jenis, dan contohnya.
e) Guru memberi kesempatan kepada beberapa siswa untuk menuliskan
pendapatnya kedalam bentuk mind map katrol di papan tulis. Siswa
yang lain bertugas untuk menanggapi mind map yang ada dipapan
tulis.
f) Guru dan siswa bersama-sama membuat simpulan tentang katrol
berdasarkan mind map katrol yang telah dibuat dipapan tulis.
g) Guru memberi tugas untuk membuat mind map atau peta konsep
tentang contoh kegiatan yang menggunakan roda berporos beserta
atribut lain yang dimiliki roda berporos seperti fungsi, pengertian, dan
lain-lain selama 15-20 menit.
h) Setelah selesai, salah satu siswa maju untuk mempresentasikan hasil
mind map roda berporos yang sudah dibuatnya, sementara siswa lain
berkesempatan menanggapi dan memberi masukan tentang mind map
roda berporos yang dipresentasikan.
i) Guru bersama siswa membuat simpulan dari mind map roda berporos.
j) Guru melakukan evaluasi tentang konsep pesawat sederhana jenis
katrol dan roda berporos.
c. Tahap Pengamatan
Tahap pengamatan ini dilakukan dengan mengamati perkembangan
aktivitas siswa dan kinerja guru yang terjadi selama proses pembelajaran
berlangsung. Tahap pengamatan ini berguna untuk mengukur tingkat
ketercapaian tujuan dari sebuah pembelajaran. Kegiatan pengamatan
dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
pada tahap perencanaan. Dalam kegiatan pengamatan ini, peneliti dibantu
oleh guru kelas V yang bertindak sebagai pengamat jalannya proses
pembelajaran yang dilakukan peneliti dengan menggunakan metode mind
map (peta konsep) dalam menyampaikan konsep pesawat sederhana,
sedangkan untuk kegiatan aktivitas belajar siswa secara klasikal dilakukan
oleh peneliti.
d. Tahap Refleksi
Tahap refleksi merupakan tahapan yang digunakan peneliti untuk
bahan pertimbangan atau penentuan diadakan siklus selanjutnya atau tidak,
berdasarkan hasil evaluasi tes pemahaman konsep pesawat sederhana dan
hasil observasi kinerja guru serta hasil observasi aktivitas siswa pada
pembelajaran dengan menggunakan metode mind map (peta konsep).
2. Siklus Kedua
a. Tahap Perencanaan
Pada dasarnya, kegiatan perencanaan pada siklus II hampir sama
dengan kegiatan pada perencanaan sikuls I yang meliputi kegiatan seperti:
membuat RPP, menyiapkan media pembelajaran, menyiapkan materi
pembelajaran, menyusun instrument evaluasi dan menyiapkan lembar
observasi. Pelaksanaan kegiatan siklus II dilakukan apabila pada siklus I
masih menunjukkan adanya kelemahan, baik dari hasil kegiatan evaluasi
yang belum mencerminkan ketercapaian indikator kinerja yang telah
ditetapkan maupun dari hasil kegiatan observasi kinerja guru dan aktivitas
siswa. Berdasarkan hal-hal tersebut, peneliti harus melakukan perencanaan
perbaikan kegiatan pembelajaran pada siklus II.
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan siklus II peneliti melakukan pelaksanaan
kegiatan perencanaan hasil refleksi dari siklus I, sebagai upaya kegiatan
tindak lanjut untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran pada siklus I
dengan menggunakan metode mind map (peta konsep), jika belum
memenuhi indikator yang telah ditetapkan sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
c. Tahap Pengamatan
Pengamatan dilakukan untuk mengidentifikasi peningkatan yang
terjadi pada hasil kegiatan evaluasi dan observasi aktivitas siswa maupun
kinerja guru setelah diadakannya perbaikan proses pembelajaran pada siklus
II. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembar observasi kinerja
guru dan aktivitas siswa dalam penerapan metode mind map (peta konsep)
untuk meningkatkan pemahaman konsep pesawat sederhana.
d. Tahap Refleksi
Hasil identifikasi dari siklus II digunakan sebagai acuan untuk
menentukan penelitian tindakan kelas akan dilanjutkan atau diakhiri.
Apabila hasil kegiatan evaluasi tes pemahaman konsep pesawat sedehana
belum menunjukkan adanya ketercapaian indikator kinerja yang telah
ditetapkan dan hasil observasi juga menunjukkan adanya kelemahan-
kelemahan, maka penelitian dilanjutkan. Namun, apabila hasil kegiatan
evaluasi tes pemahaman konsep pesawat sederhana mencapai indikator
kinerja yang telah ditetapkan dan pada lembar observasi tidak menunjukkan
adanya kelemahan-kelemahan, maka penelitian tindakan kelas dapat di
akhiri pada siklus II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
BAB IV
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan
Hasil wawancara dengan guru kelas V SDN Soropadan Kecamatan
Laweyan menunjukkan adanya permasalahan pemahaman konsep pesawat
sederhana dalam pembelajaran IPA. Bukti adanya permasalahan-permasalahan
tersebut antara lain: banyaknya kekeliruan siswa ketika menentukan titik beban,
titik tumpu dan kuasa pada pengungkit baik golongan I, II maupun golongan III,
kekeliruan ketika menjelaskan fungsi dari pengungkit, bidang miring, katrol dan
roda berporos, keliru dalam memberi contoh benda-benda yang termasuk tuas
baik pada tuas golongan I, II maupun golongan III, dan keliru dalam membedakan
katrol tetap, katrol bebas, dan katrol majemuk. Bukti lain yang menunjukkan
rendahnya pemahaman konsep pesawat sederhana pada siswa kelas V SDN
Soropadan dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa tentang konsep
pesawat sederhana, yaitu dari 31 siswa hanya 48,39% atau sama dengan 15 siswa
yang mendapat nilai ≥ 65 atau tuntas KKM (lampiran 9: 93-94). Untuk lebih
jelasnya perhatikan tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1 Nilai Rata-Rata Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana Siswa Kelas V
Prasiklus.
Interval Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi
Persentase
(%)
30-40 2 35 70 6,45%
41-51 9 46 414 29,03%
52-62 5 57 285 16,13%
63-73 10 68 680 32,26%
74-85 5 79 395 16,13%
Nilai Rata-rata 59,84
Ketuntasan Klasikal 48,39%
Dari data tabel 4.1 diperoleh nilai rata-rata hasil tes pemahaman konsep
pesawat sederhana siswa kelas V SDN Soropadan sebelum tindakan hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
mencapai 59,84 yang berarti tingkat ketuntasan KKM pada kegiatan sebelum
penelitian masih sangat rendah. Hal ini dibuktikan dengan data persentase
ketuntasan secara klasikal pada kegiatan sebelum penelitian hanya mencapai
48,39% atau sekitar 15 siswa yang tuntas KKM dan yang belum tuntas mencapai
51,61% atau sekitar 16 siswa. Berdasarkan data tabel 4.1 dapat dibuat gambar
grafik 4.1 sebagai berikut:
Gambar 4.1 Grafik Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana Siswa Kelas V
Prasiklus.
Berdasarkan tabel 4.1 dan gambar 4.1 di atas, dapat diketahui bahwa nilai
rata-rata tes pemahaman konsep pesawat sederhana dalam pembelajaran IPA
sebelum menerapkan metode mind map (peta konsep) masih sangat rendah. Hal
ini dibuktikan dengan persentase ketuntasan secara klasikal dari 100% baru
48,39% atau sekitar 15 siswa yang tuntas KKM, sementara 51,61% atau sekitar 16
siswa belum tuntas KKM. Data tabel 4.1 dan gambar 4.1 juga menunjukkan
adanya data nilai tes pemahaman konsep yang memiliki frekuensi terbanyak dan
terendah. Pada tabel 4.1 dan gambar 4.1 nilai tes pemahaman konsep pesawat
sederhana yang mempunyai frekuensi terbanyak, terletak pada kelas dengan
2
9
5
10
5
0
2
4
6
8
10
12
30-40 41-51 52-62 63-73 74-85
FR
EK
UE
NS
I
INTERVAL NILAI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
interval nilai 63-73 yaitu sebanyak 10 siswa. Data dengan perolehan frekuensi
terendah berada pada kelas dengan interval nilai 30-40 yaitu hanya 2 siswa.
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus
1. Deskripsi Hasil Tindakan Siklus I
Pelaksanaan siklus I dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Tiap-tiap
pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran (2x35 menit) yang dilakukan selama
satu minggu, yaitu pada hari Selasa, 17 April 2012 sampai hari Jum’at, 20
April 2012. Jumlah siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran pada siklus I
sebanyak 31 siswa yang terdiri dari 19 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.
Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran pada siklus I, yaitu: a) Tahap perencanaan, b) Tahap
pelaksanaan, c) Tahap pengamatan, dan d) Tahap refleksi.
e. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan merupakan tahap awal yang dilakukan peneliti
sebelum melakukan kegiatan pelaksanaan tindakan. Kegiatan perencanaan
ini dilaksanakan berdasarkan permasalahan-permasalahan yang muncul
pada hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru kelas V
SDN Soropadan. Berdasarkan hal tersebut, peneliti berencana melakukan
kegiatan pemberian solusi pada permasalahan-permasalahan yang ada,
dengan menerapkan metode mind map (peta konsep). Adapun tahap-tahap
kegiatan perencanaan yang dilakukan oleh peneliti antar lain:
1) Membuat Rencana Pelakasanaan Pembelajaran (RPP)
Pembelajaran akan lebih optimal dan sistematis serta mendapatkan hasil
yang lebih baik dengan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). Sebelum kegiatan penyusunan RPP peneliti terlebih dahulu
menentukan metode yang akan digunakan dalam kegiatan
pembelajarannya. Metode yang digunakan pada kegiatan pembelajaran
dalam penelitian ini adalah metode mind map (peta konsep), dengan
harapan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep pesawat
sederhana dalam pembelajaran IPA. Pada RPP dalam penelitian ini,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
alokasi waktunya direncanakan setiap pertemuan 2x35 menit. Susunan
RPP pada penelitian ini mencakup hal-hal sebagai berikut: standar
kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, dampak
pengiring, materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah
kegiatan, media pembelajaran dan sumber belajar, serta penilaian
(lampiran 10: 95-106).
2) Menyiapkan Media Pembelajaran.
Media berfungsi sebagai alat penunjang kemampuan siswa dalam
memahami materi pelajaran yang akan diajarkan. Media yang digunakan
dalam penelitian ini adalah media gambar. Media gambar dalam
penerapan metode mind map (peta konsep) berperan sebagai alat untuk
merangsang timbulnya suatu ide dan kreativitas siswa. Selain itu, sebuah
gambar dapat bermakna seribu kata dan membantu dalam berimajinasi.
3) Menyiapkan Materi Pembelajaran.
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran, guru harus menyiapkan
materi pembelajaran terlebih dahulu guna menunjang keberhasilan siswa.
Materi pembelajaran dapat diartikan sebagai segala hal atau isi yang
harus dipelajari oleh siswa dengan bimbingan dari guru. Penggunaan
materi pembelajaran yang berasal dari berbagai macam sumber, dapat
memperkaya wawasan atas tema yang dipelajari. Dari hal tersebut,
penggunaan materi pada penelitian ini tidak hanya bersumber pada buku
paket yang tersedia di sekolah, tetapi juga bersumber dari referensi lain
yang berkaitan dengan pemahaman konsep pesawat sederhana untuk
kelas V Sekolah Dasar, seperti pemanfaatan website, dan buku sekolah
elektronik (lampiran 3: 77-83).
4) Menyusun Instrumen Evaluasi
Evaluasi berfungsi sebagai alat untuk mengetahui tingkat penguasaan
siswa terhadap pemahaman konsep pesawat sederhana. Instrumen
evaluasi pada penelitian ini menggunakan instrument evaluasi jenis tes
tertulis berupa soal isian, yang diberikan pada setiap akhir pertemuan
(lampiran 15: 115-116).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
5) Menyiapkan Lembar Observasi
Ada dua jenis lembar observasi pada penelitian ini, yaitu: lembar
observasi untuk mengamati kinerja guru dan lembar observasi untuk
mengamati aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Lembar observasi
kinerja guru diisi oleh guru kelas V untuk menilai kemampuan peneliti
pada saat melakukan kegiatan pembelajaran, sedangkan lembar observasi
aktivitas siswa diisi oleh peneliti untuk mengamati aktivitas siswa ketika
proses pembelajaran berlangsung (lampiran 4-7: 84-90).
f. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan pelaksanaan merupakan tahap kedua dalam prosedur
kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pada tahap ini, guru
melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan kegiatan perencanaan,
yaitu dengan menerapkan metode mind map (peta konsep). Kegiatan
pelaksanaan ini meliputi:
3) Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 17 April 2012. Pada
pertemuan ini, peneliti menyampaikan materi pengungkit (tuas) dan
bidang miring dengan menggunakan metode mind map (peta konsep)
selama 2x35 menit (2 jam pelajaran). Adapun rincian kegiatan proses
pembelajarannya sebagai berikut:
Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan berdoa, melakukan
presensi untuk mengecek kehadiran siswa, dan melakukan apersepsi
dengan tanya jawab tentang kegiatan sehari-hari untuk mengaitkan pada
materi yang akan dibahas. Selain kegiatan tersebut, guru juga
menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada kegiatan
pembelajaran tersebut.
Pada kegiatan inti pembelajaran, kegiatan yang dilakukan guru
antara lain:
Pertama, Guru melakukan kegiatan eksplorasi untuk menggali
pengetahuan siswa dengan menyajikan gambar jenis-jenis pesawat
sederhana. Dari penyajian gambar jenis-jenis pesawat sederhana tersebut,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
siswa diberi tugas untuk mengidentifikasi gambar tersebut. Kegiatan
eksplorasi selanjutnya yaitu melakukan tanya jawab tentang gambar
jenis-jenis pesawat sederhana, kemudian guru mentransfer jawaban-
jawaban siswa ke dalam bentuk mind map (peta konsep).
Kedua, pada kegiatan elaborasi guru membagi siswa menjadi 4-5
kelompok untuk membuat mind map (peta konsep) tentang jenis, ciri,
kegunaan, dan contoh dari gambar bidang miring selama ± 15-20 menit.
Setelah selesai wakil-wakil kelompok diberi tugas untuk maju
mempresentasikan hasil diskusinya, sementara kelompok lain
berkesempatan menanggapi dan memberi masukan.
Ketiga, pada kegiatan konfirmasi guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang kurang dipahami dari
konsep bidang miring. Pada kegiatan konfirmasi, guru juga memotivasi
anggota kelompok yang belum aktif dalam kegiatan diskusi.
Sebagai penutup untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran, guru
melakukan penarikan simpulan dari mind map pengungkit (tuas) dan
mind map bidang miring secara bersama-sama dengan siswa. Kemudian
guru melakukan kegiatan evaluasi secara tertulis untuk mengukur tingkat
pemahaman siswa terhadapa konsep pengungkit (tuas) dan bidang
miring.
4) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jum’at, 20 April 2012. Pada
pertemuan kedua ini, peneliti menyampaikan materi tentang konsep
katrol dan roda berporos dalam waktu 2x35 menit (2 jam pelajaran)
dengan menggunakan metode mind map (peta konsep). Pelaksanaan
kegiatan pembelajaran pada pertemuan kedua meliputi kegiatan sebagai
berikut:
Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan berdoa, melakukan
kegiatan presensi untuk mengecek kehadiran siswa, melakukan apersepsi
dengan tanya jawab tentang alat yang digunakan untuk menempuh
perjalanan jarak jauh guna mengaitkan dengan materi yang akan di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
bahas. Selain dari kegiatan tersebut, guru juga menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
Pada saat kegiatan inti pembelajaran, guru melakukan kegiatan
sebagai berikut:
Pertama, Guru melakukan kegiatan eksplorasi atau menggali
pengetahuan awal siswa dengan memberi kesempatan pada siswa untuk
membaca materi katrol selama ± 5 menit. Selanjutnya, guru melakukan
tanya jawab tentang jenis-jenis katrol (katrol tetap, katrol bebas, serta
katrol majemuk) dan membuat gambar katrol pada papan tulis.
Berdasarkan gambar yang dibuat guru pada papan tulis, siswa diberi
tugas mengidentifikasi gambar katrol tersebut baik dari segi fungsi, cara
penggunaan, jenis, dan contohnya. Selanjutnya guru mentransfer
jawaban-jawaban siswa ke dalam bentuk mind map (peta konsep).
Kedua, guru melakukan kegiatan elaborasi dengan memberi tugas
kepada siswa untuk membuat mind map (peta konsep) roda berporos
dalam waktu ± 15-20 menit, kemudian bagi siswa yang sudah selesai
diberi kesempatan untuk mempresentasikan mind map roda berporos di
depan kelas. Siswa yang tidak melakukan kegiatan presentasi bertugas
untuk menanggapi mind map (peta konsep) roda berporos yang ada di
papan tulis.
Ketiga, pada kegiatan konfirmasi guru melakukan kegiatan
pemberian kesempatan bagi siswa yang belum paham tentang roda
berporos. Selain memberi kesempatan siswa untuk bertanya tentang
konsep roda berporos, guru juga memotivasi siswa yang belum
menyelesaikan mind map (peta konsep) roda berporos untuk segera
menyelesaikan mind mapnya.
Kegiatan penutup yang dilakukan guru untuk mengakhiri
pembelajaran antara lain: guru bersama siswa membuat penarikan
simpulan dari mind map katrol dan mind map roda berporos. Setelah
melakukan kegiatan penarikan simpulan, guru melakukan kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
evaluasi secara tertulis tentang konsep pesawat sederhana jenis katrol dan
roda berporos.
g. Tahap Pengamatan
Tahap pengamatan pada siklus I dilakukan dengan mengamati
aktivitas siswa dan kinerja guru yang terjadi selama proses pembelajaran
berlangsung. Tahap pengamatan ini berguna untuk mengukur besarnya
tingkat ketercapaian tujuan dari sebuah kegiatan pembelajaran. Kegiatan
pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah
dipersiapkan pada tahap perencanaan. Dalam kegiatan pengamatan ini,
peneliti dibantu oleh guru kelas V yang bertindak sebagai pengamat
jalannya proses pembelajaran yang dilakukan peneliti dengan menggunakan
metode mind map (peta konsep) dalam menyampaikan konsep pesawat
sederhana, sedangkan untuk aktivitas belajar siswa secara klasikal dilakukan
oleh peneliti.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada kegiatan
pembelajaran siklus I selama dua kali pertemuan, diperoleh hasil
pengamatan sebagai berikut:
1) Hasil Evaluasi Tes Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana Siswa
Kelas V.
Berdasarkan nilai tes pemahaman konsep pesawat sederhana pada
pertemuan pertama dan pertemuan kedua pada siklus I, didapatkan data
rekapitulasi nilai rata-rata hasil tes pemahaman konsep pesawat
sederhana dalam pembelajaran IPA. Data perolehan nilai rata-rata
rekapitulasi pemahaman konsep pesawat sederhana pada siklus I,
menunjukkan data ketuntasan yang dicapai pada siklus I sebesar 61,29%
atau sekitar 19 siswa tuntas KKM dan yang belum tuntas KKM mencapai
38,71% atau sekitar 12 siswa (lampiran 19: 122-123).
Berdasarkan perolehan hasil evaluasi seperti yang telah dijelaskan
di atas, maka dapat dibuat penjelasan ke dalam bentuk tabel. Selanjutnya
untuk mempermudah pemahaman terhadapa data yang diperoleh pada
siklus I, perhatikan tabel 4.2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Tabel 4.2 Nilai Rata-Rata Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana Siswa
Kelas V Siklus I.
Interval Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi
Persentase
(%)
20-35 1 27,5 27,5 3,23%
36-51 4 43,5 174 12,90%
52-67 10 59,5 595 32,26%
68-83 10 75,5 755 32,26%
84-100 6 91,5 549 19,35%
Nilai Rata-rata 66,45
Ketuntasan Klasikal 61,29%
Data tabel 4.2 menunjukkan nilai rata-rata hasil tes pemahaman
konsep pesawat sederhana dalam pembelajaran IPA siswa kelas V pada
kegiatan pembelajaran siklus I. Berdasarkan data tabel 4.2 maka dapat
disajikan gambar 4.2 sebagai berikut:
Gambar 4.2 Grafik Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana Siswa
Kelas V Siklus I.
Tabel 4.2 dan gambar 4.2 menunjukkan ketuntasan secara klasikal
tes pemahaman konsep pesawat sederhana siswa kelas V pada siklus I
mencapai 66,45 dengan persentase 61,29% atau sekitar 19 siswa yang
1
4
10 10
6
0
2
4
6
8
10
12
20-35 36-51 52-67 68-83 84-100
FR
EK
UE
NS
I
INTERVAL NILAI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
tuntas KKM. Sedangkan yang belum tuntas KKM mencapai 38,71% atau
sekitar 12 siswa. Selain menunjukkan data ketuntasan secara klasikal,
tabel 4.2 dan gambar 4.2 juga menunjukkan data perolehan nilai tes
pemahaman konsep dengan frekuensi terbanyak dan terendah pada siklus
I. Perolehan nilai tes pemahaman konsep yang mempunyai frekuensi
terbanyak berdasarkan pada tabel 4.2 dan grafik 4.2 ditunjukkan pada
kelas dengan interval nilai 52-67 yaitu ada 10 siswa dan pada interval
nilai 68-83 sebanyak 10 siswa. Selanjutnya hasil tes pemahaman konsep
pesawat sederhana yang mempunyai frekuensi terendah berada pada
kelas dengan interval nilai 20-35 yaitu hanya 1 siswa.
2) Hasil Pengamatan Kinerja Guru.
Lembar observasi kinerja guru menunjukkan kemampuan guru pada
kegiatan pembelajaran termasuk dalam kategori baik dengan perolehan
total skor pada siklus I mencapai 2,7. Perolehan hasil tersebut
berdasarkan pada pedoman observasi kinerja guru (lampiran 7: 88-90).
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3 Hasil Penilaian Kinerja Guru Siklus I.
Keterangan Rata-Rata Skor Akhir
Siklus I
Petemuan I 2,6
2,7 Pertemuan II 2,8
Tabel 4.3 di atas menunjukkan kinerja guru dalam kegiatan
pembelajaran pada pertemuan pertama mendapatkan skor 2,6 dan pada
pertemuan kedua mendapat skor 2,8. Berdasarkan pada data hasil
observasi kinerja guru pada pertemuan pertama dan kedua, diperoleh
skor akhir siklus kinerja guru pada siklus I sebanyak 2,7 (lampiran 16:
117). Perolehan skor akhir siklus I dihitung dari rata-rata jumlah
penskoran rata-rata pada pertemuan pertama dan kedua. Meskipun
perolehan skor kinerja guru pada akhir siklus I termasuk dalam kategori
baik, namun kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru belum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
maksimal. Hal ini terbukti dengan adanya kelemahan-kelemahan yang
mengakibatkan belum tercapainya indikator kinerja yang telah
ditetapkan. Adapun kelemahan-kelemahan tersebut antara lain:
a) Guru kurang memicu dan memelihara keterlibatan siswa dalam
kegiatan pembelajaran.
b) Guru kurang dalam membimbing siswa untuk membuat simpulan dari
kegiatan pembelajaran.
3) Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, aktivitas siswa pada siklus I
termasuk dalam kategori baik. Hal ini dapat dilihat dari data tabel 4.4
berikut:
Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I.
Keterangan Rata-Rata Skor Akhir
Siklus I
Pertemuan I 2,27
2,54 Pertemuan II 2,8
Data tabel 4.4 tersebut menunjukkan skor pada akhir siklus I
mencapai 2,54 (lampiran 17-18: 118-121). Hal ini yang mengakibatkan
aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode mind
map (peta konsep) termasuk dalam kategori baik. Pengkategorian ini
berdasarkan pada pedoman observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran
IPA dengan menggunakan metode mind map (peta konsep). Pada
pedoman observasi aktivitas siswa pengkategorian aktivitas siswa dalam
pembelajaran baik, apabila skor akhir siklus I yang diperoleh berkisar
antara 2,01-3,00. Apabila skor pada akhir siklus I menunjukkan rata-rata
antara 0,01-1,00, maka aktivitas siswa dalam kategori menyimpang.
Sedangkan bila nilai rata-rata akhir siklus I menunjukkan rata-rata yang
berkisar antara 1,01-2,00, menunjukkan aktivitas siswa dalam kategori
kurang/rendah dan jika nilai rata-rata mencapai 3,01-4,00, maka aktivitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
siswa berada pada kategori sangat baik (lampiran 5: 86). Meskipun
demikian, masih banyak ditemukan kelemahan-kelemahan pada aktivitas
siswa sebagai berikut:
a) Masih banyak siswa yang belum berani mengemukakan
pendapat/jawaban dengan bahasa yang tepat.
b) Masih banyak siswa yang belum mampu menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang diberikan guru tentang konsep-konsep pesawat
sederhana.
c) Tanggung jawab siswa saat kegiatan diskusi kelompok tergolong
kurang.
d) Keberanian siswa untuk bertanya jika merasa kurang jelas masih
sangat minim.
h. Tahap Refleksi
Pada kegiatan pelaksanaan pembelajaran siklus I menunjukkan masih
banyak kelemahan yang muncul baik dari hasil evaluasi tes pemahaman
konsep maupun dari hasil pengamatan atau observasi. Hasil evaluasi tes
pemahaman konsep pesawat sederhana menunjukkan belum tercapainya
indikator kinerja yang telah ditargetkan. Dari hasil evaluasi tersebut baru 19
siswa atau sekitar 61,29% yang tuntas KKM, sedangkan indikator kinerja
yang telah ditetapkan adalah 22 siswa atau sekitar 70% yang lulus KKM.
Pada hasil observasi juga menunjukkan banyak kelemahan-kelemahan yang
muncul, meskipun skor akhir pada siklus I menunjukkan kinerja guru dalam
kategori baik, dengan perolehan skor pada akhir siklus I sebanyak 2,7 dan
pada hasil observasi aktivitas siswa memperoleh skor akhir siklus I
sebanyak 2,54 yang tergolong aktivitas siswa dalam kategori baik. Untuk
itu, guru harus mampu mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, agar
pembelajaran pada siklus II menghasilkan kegiatan pembelajaran yang
optimal dan indikator kinerja yang ditetapkan dapat tercapai dengan baik.
Adapun alternatif atau solusi untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang
muncul pada kegiatan pembelajaran pada siklus I tersebut, antara lain
dengan melakukan kegiatan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
a) Guru berupaya memicu dan memelihara keterlibatan siswa dalam
kegiatan pembelajaran dengan melakukan pemberian tugas untuk
mendemonstrasikan penggunaan jenis-jenis pesawat sederhana dan
memberikan penjelasan tentang fungsi serta contoh dari masing-masing
jenis pesawat sederhana.
b) Guru membimbing siswa dengan melakukan tanya jawab untuk membuat
suatu simpulan dari kegiatan pembelajaran.
c) Guru memberikan dorongan lebih pada siswa untuk aktif berpendapat
dengan memberikan sebuah reward atau hadiah bagi siswa yang aktif
dalam kegiatan pembelajaran.
d) Guru lebih banyak memberikan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat
terbuka yang mampu menggali reaksi siswa.
e) Bagi siswa yang belum mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan guru tentang konsep pesawat sederhana, guru berupaya untuk
menggunakan kata kunci guna memberikan kesempatan siswa untuk
berpikir.
f) Guru memberikan penjelasan tentang pentingnya kelompok saat kegiatan
diskusi kelompok berlangsung.
2. Deskripsi Hasil Tindakan Siklus II
Pelaksanaan kegiatan siklus II dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan.
Tiap-tiap pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran (2x35 menit) yang
dilaksanakan selama satu minggu yaitu pada hari Jum’at, 27 April 2012 dan
hari Rabu, 2 Mei 2012. Adapun tahap-tahap yang dilaksanakan pada kegiatan
pembelajaran pada siklus II dengan menggunakan metode mind map (peta
konsep) sebagai perbaikan dari kegiatan pembelajaran pada siklus I yaitu
sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan
Pada dasarnya, kegiatan perencanaan pada siklus II merupakan
perbaikan perencanaan dari hasil refleksi siklus I. Setelah melakukan
kegiatan refleksi pada siklus I yang menunjukkan masih banyak kelemahan
dalam kegiatan pembelajaran pada siklus I, yang ditunjukkan dengan belum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
tercapainya indikator kinerja yang telah ditetapkan dan banyaknya
kelemahan yang muncul berdasarkan hasil observasi baik dari kinerja guru
maupun aktivitas siswa. Berdasarkan hal-hal tersebut, peneliti melakukan
perencanaan perbaikan kegiatan pembelajaran pada siklus II, yaitu dengan
cara:
1) Membuat Rencana Pelakasanaan Pembelajaran (RPP)
Pembelajaran akan lebih optimal dan sistematis serta mendapatkan hasil
yang lebih baik dengan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). Sebelum kegiatan penyusunan RPP peneliti terlebih dahulu
mengidentifikasi permasalahan yang muncul pada kegiatan pembelajaran
pada siklus I dengan menggunakan metode mind map (peta konsep).
Setelah mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang muncul pada
siklus I, kegiatan selanjutnya adalah merencanakan solusi yang akan
digunakan pada kegiatan pembelajaran siklus II.
Pada kegiatan perencanaan di siklus II ini, peneliti membuat
perencanaan dengan cara mengubah kegiatan inti pembelajaran bagian
eksplorasi pada siklus I. Kegiatan eksplorasi pembelajaran pada siklus I,
awalnya sebuah mind map dibuat berdasarkan jawaban-jawaban atas
pertanyaan dari hasil identifikasi gambar yang dilakukan siswa,
kemudian pada kegiatan inti yang direncanakan untuk siklus II diubah
menjadi menyajikan sebuah mind map terlebih dahulu, setelah itu siswa
baru mempelajarai konsep-konsep pesawat sederhana dari mind map
tersebut. Selain perubahan pada kegiatan eksplorasi, guru juga membuat
sebuah buku ajar sebagai refensi tambahan untuk pengetahuan siswa
terhadap konsep pesawat sederhana dan menggunakan media tambahan
berupa model dari benda yang termasuk jenis-jenis pesawat sederhana
(lampiran 20: 124-133).
2) Menyiapkan Media Pembelajaran.
Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media gambar. Hal ini
dikarenakan sebuah gambar bermakna seribu kata dan membantu dalam
berimajinasi. Selain menggunakan gambar, peneliti juga menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
model benda yang termasuk jenis-jenis pesawat sederhana sebagai
pendukung metode mind map (peta konsep) untuk meningkatkan
pemahaman konsep siswa terhadap pesawat sederhana.
3) Menyiapkan Materi Pembelajaran.
Penggunaan materi pembelajaran pada siklus II tidak hanya terbatas pada
buku paket dan LKS yang dimiliki siswa, tetapi juga bersumber dari
buku ajar yang dibuat oleh peneliti. Tujuan dari pembuatan buku ajar ini,
adalah agar siswa mempunyai tambahan wawasan untuk memahami
konsep pesawat sederhana. Buku ajar yang dibuat oleh peneliti tidak
hanya bersumber pada buku paket yang tersedia di sekolah, tetapi juga
bersumber dari referensi yang berkaitan dengan pemahaman konsep
pesawat sederhana untuk kelas V Sekolah Dasar seperti memanfaatkan
website dan buku sekolah elektronik (lampiran 3: 77-83).
4) Menyusun Instrumen Evaluasi
Evaluasi berfungsi sebagai alat untuk mengetahui tingkat penguasaan
siswa terhadap pemahaman konsep pesawat sederhana. Instrumen
evaluasi pada penelitian ini menggunakan instrumen evaluasi jenis tes
berupa tes pemahaman konsep yang berbentuk soal isian (lampiran 24:
139-140).
5) Menyiapkan Lembar Observasi
Ada dua jenis lembar observasi pada penelitian ini, yaitu: lembar
observasi untuk mengamati kinerja guru dan lembar observasi untuk
mengamati aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Lembar observasi
kinerja guru diisi oleh guru kelas V untuk menilai perkembangan
kemampuan peneliti pada saat melakukan kegiatan pembelajaran,
sedangkan lembar observasi aktivitas siswa diisi oleh peneliti untuk
mengetahui tingkat perkembangan aktivitas siswa ketika proses
pembelajaran berlangsung (lampiran 4-7: 84-90). Untuk itu, peneliti
berkolaborasi dengan guru kelas V SDN Soropadan dalam kegiatan
observasi pembelajaran menggunakan metode mind map (peta konsep).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan siklus II peneliti melaksanakan kegiatan
perencanaan perbaikan hasil refleksi siklus I. Adapun rincian pelaksanaan
kegiatan pada siklus II, antara lain sebagai berikut:
1) Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama pada siklus II dilaksanakan pada hari Jum’at, 27
April 2012. Pada kegiatan pertemuan pertama ini membahas tentang
konsep pengungkit (tuas) dan bidang miring dengan menggunakan
metode mind map (peta konsep). Pelaksanaan pada pertemuan pertama
ini dialokasikan dengan waktu 2x35 menit (2 jam pelajaran). Jumlah
siswa yang mengikuti kegiatan pertemuan pertama pada siklus II
berjumlah 31 siswa yang terdiri dari 19 siswa laki-laki dan 12 siswa
perempuan. Rincian kegiatan pembelajaran pertemuan pertama pada
siklus II adalah sebagai beriku:
Guru mengawali kegiatan pembelajaran pertemuan pertama pada
siklus II dengan berdo’a, presensi untuk mengetahui jumlah kehadiran
siswa, apersepsi dengan bertanya jawab tentang contoh alat yang
digunakan untuk memudahkan mencabut paku guna mengaitkan dengan
materi pengungkit dan bidang miring. Setelah itu, guru menyampaikan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan ini.
Pada inti pembelajaran pada pertemuan pertama siklus II, guru
melakukan eksplorasi dengan melakukan tanya jawab tentang sebuah
peta pengetahuan, menempelkan contoh mind map (peta konsep) dan
memberi tugas siswa untuk mengamati mind map pengungkit. Pada
kegiatan elaborasi guru memberi tugas kepada siswa untuk membuat
mind map bidang miring selama ± 15-20 menit dan mempresentasikan
hasil pekerjaannya di depan kelas. Selain itu, pada kegiatan konfirmasi,
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai
konsep bidang miring yang kurang dipahami. Selanjutnya, guru
memberikan motivasi bagi siswa yang belum aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Kegiatan akhir pembelajaran merupakan kegiatan penutupan dari
sebuah pembelajaran. Pada kegiatan akhir ini, guru bersama-sama siswa
membuat simpulan dari konsep pengungkit (tuas) dan bidang miring.
Kemudian, guru juga melakukan kegiatan evaluasi secara tertulis dengan
menggunakan tes berupa soal isian pemahaman konsep pesawat
sederhana.
2) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua pada siklus II dilaksanakan pada hari Rabu, 2 Mei 2012
dengan alokasi waktu 2x35 menit (2 jam pelajaran). Materi yang
diajarkan pada pertemuan kedua ini adalah konsep katrol dan roda
berporos. Rincian kegiatan pembelajaran pertemuan kedua pada siklus II,
antara lain sebagai berikut:
Kegiatan awal pembelajaran pertemuan kedua pada siklus II
diawali dengan berdoa, melakukan presensi untuk mengecek kehadiran
siswa, melakukan kegiatan apersepsi dengan tanya jawab tentang contoh
alat berat yang digunakan untuk mengangkat dalam kehidupan sehari-
hari. Setelah selesai melakukan tanya jawab, guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan kedua siklus II.
Pada inti pembelajaran guru melakukan kegiatan eksplorasi dengan
menempelkan contoh mind map katrol, kemudian siswa diberi tugas
untuk mengidentifikasi mind map tersebut. Selain itu, untuk menujang
pemahaman siswa, guru memberi kesempatan kepada beberapa siswa
untuk mempraktekkan penggunaan katrol. Kegiatan elaborasi diisi
dengan pemberian tugas siswa untuk membuat mind map roda berporos
dengan mengamati roda sepeda dengan waktu ± 15-20 menit. Setelah
selesai membuat mind map, beberapa siswa diberi tugas untuk
mempresentasikan mind map (peta konsep) yang dimilikinya di depan
kelas. Pada kegiatan konfirmasi guru memberi kesempatan siswa untuk
bertanya bagi yang kurang paham mengenai konsep roda berporos
maupun katrol dan guru juga memberi motivasi kepada siswa yang masih
belum aktif pada kegiatan pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Pada akhir pembelajaran, guru mengakiri kegiatan pembelajaran
dengan membuat simpulan bersama-sama dengan siswa tentang konsep
katrol dan roda berporos, melakukan kegiatan evaluasi tertulis berupa
soal tes pemahaman konsep katrol dan roda berporos untuk mengukur
tingkat pemahaman siswa.
c. Tahap Pengamatan
Hasil pengamatan kegiatan pembelajaran pada siklus II adalah sebagai
berikut:
1) Hasil Evaluasi Tes Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana Siswa
Kelas V.
Data hasil kegiatan evaluasi pemahaman konsep pesawat sederhana
pertemuan pertama dan pertemuan kedua pada siklus II, menunjukkan
nilai rata-rata tes pemahaman konsep pesawat sederhana dalam
pembelajaran IPA mencapai 72,66 dengan persentase ketuntasan klasikal
sebesar 70,96% atau sekitar 22 siswa yang tuntas KKM. Kemudian,
yang belum tuntas KKM mencapai sekitar 29,04% atau sekitar 9 siswa
belum tuntas KKM (lampiran 28: 146-147). Penjelasan lebih lanjut
mengenai data perolehan hasil kegiatan evaluasi pemahaman konsep
pesawat sederhana pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.5, yaitu
tentang hasil perolehan rata-rata pemahaman konsep pesawat sederhana
siswa kelas V SDN Soropadan sebagai berikut:
Tabel 4.5 Nilai Rata-Rata Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana Siswa
Kelas V Siklus II.
Interval Frekuensi
(fi)
Nilai
Tengah (xi) fi.xi
Persentase
(%)
40-51 3 45,5 136,5 9,68%
52-63 6 57,5 345 19,35%
64-75 7 69,5 486,5 22,58%
76-87 7 81,5 570,5 22,58%
88-99 8 93,5 748 25,81%
Nilai Rata-rata 72,66
Ketuntasan Klasikal 70,96%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Berdasarkan data-data dari tabel 4.5 tersebut, dapat dibuat ke dalam
bentuk grafik untuk memperjelas perolehan data hasil evaluasi pada
siklus II. Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada gambar 4.3 tentang
grafik pemahaman konsep pesawat sederhana siswa kelas V sebagai
berikut:
Gambar 4.3 Grafik Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana Siswa Kelas
V Siklus II.
Berdasarkan data tabel 4.5 dan grafik 4.3 di atas, frekuensi
perolehan nilai terbanyak terletak pada interval nilai 88-99 yaitu
sebanyak 8 siswa. Selain itu, perolehan nilai dengan frekuensi terendah
terletak pada interval nilai 40-51 yang hanya ada 3 siswa yang
mendapatkan nilai pada interval nilai tersebut.
2) Hasi Pengamatan Kinerja Guru
Lembar observasi kinerja guru pertemuan pertama dan kedua pada siklus
II menunjukkan kemampuan kinerja guru pada kegiatan pembelajaran
memperoleh skor akhir siklus II mencapai 2,95. Hal tersebut diperoleh
dari data hasil pengamatan guru kelas V SDN Soropadan dengan
menggunakan lembar observasi kinerja guru dan pedoman observasi
3
6
7 7
8
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
40-51 52-63 64-75 76-87 88-99
FR
EK
UE
NS
I
INTERVAL NILAI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
kinerja guru. Penjelasan lebih lanjut tentang data hasil pengamatan
kinerja guru pada siklus IIdapat dilihat pada tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6 Hasil Penilaian Kinerja Guru Siklus II.
Keterangan Rata-rata Skor Akhir
Siklus II
Petemuan I 2,9
2,95 Pertemuan II 3
Berdasarkan data perolehan penilaian kinerja guru siklus II pada
tabel 4.6 di atas, dapat dilihat bahwa kinerja guru sudah maksimal. Hal
ini ditandai dengan perolehan skor pada akhir siklus II yang mencapai
2,95 (lampiran 25: 141). Berdasarkan data perolehan kinerja guru pada
akhir siklus II tersebut, kinerja guru pada siklus II tergolong dalam
kategori baik. Pengkategorian ini berdasarkan pada pedoman observasi
kinerja guru. Pada pedoman observasi kinerja guru, kategori baik berada
pada rentang nilai 2,01-3,00. Sedangkan kategori perlu diperbaiki berada
pada rentang nilai 0,01-1,00 dan kategori cukup baik berada pada rentang
nilai 1,01-2,00 (lampiran 7: 88-90).
3) Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa pada kegiatan pembelajaran siklus II memperoleh skor
akhir sebesar 3,5 (lampiran 26-27: 142-145). Perolehan skor akhir pada
siklus II tersebut berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada siswa kelas
V SDN Soropadan dalam kegiatan pembelajaran konsep pesawat
sederhana dengan menggunakan metode mind map (peta konsep). Pada
kegiatan pengamatan aktivitas siswa tersebut, peneliti menggunakan
lembar observasi aktivitas siswa dan pedoman observasi aktivitas siswa
(lampiran 4-5: 84-86). Untuk perolehan data hasil pengamatan aktivitas
siswa pada akhir siklus II secara rinci dapat dilihat pada penjelasan tabel
4.7 tentang hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus II sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II.
Keterangan Rata-rata Skor Akhir
Siklus II
Petemuan I 3,26
3,5 Pertemuan II 3,73
Perolehan skor aktivitas siswa pada tabel 4.7 di atas menunjukkan
bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran pada siklus II termasuk dalam
kategori sangat baik. Pada pedoman observasi aktivitas siswa
pengkategorian aktivitas siswa dalam pembelajaran baik, apabila skor
akhir siklus II yang diperoleh berkisar antara 2,01-3,00. Apabila skor
pada akhir siklus II menunjukkan rata-rata antara 0,01-1,00, maka
aktivitas siswa dalam kategori menyimpang. Sedangkan apabila nilai
rata-rata akhir siklus II menunjukkan rata-rata yang berkisar antara 1,01-
2,00, menunjukkan aktivitas siswa dalam kategori kurang/rendah dan jika
nilai rata-rata mencapai 3,01-4,00, maka aktivitas siswa berada pada
kategori sangat baik (lampiran 5: 86).
d. Tahap Refleksi.
Data-data yang diperoleh pada siklus II, dari hasil kegiatan evaluasi
dan observasi dikumpulkan untuk dianalisis. Hasil refleksi siklus II
menunjukkan adanya peningkatan hasil pembelajaran, baik terlihat pada
hasil evaluasi tes pemahaman konsep pesawat sederhana, lembar observasi
kinerja guru maupun lembar observasi aktivitas siswa.
Hasil kegiatan evaluasi tes pemahaman konsep pada siklus II
menunjukkan adanya peningkatan terhadap nilai rata-rata tes pemahaman
konsep pesawat sederhana siswa kelas V SDN Soropadan. Hasil tes
pemahaman konsep pesawat sederhana tersebut menunjukkan dari 31
siswa, 22 siswa atau sekitar 70,97% tuntas KKM. Hasil ini sesuai indikator
kinerja yang telah ditetapkan yaitu sebesar 70% atau sekitar 22 siswa.
Selain dari data tersebut, data hasil observasi juga menunjukkan adanya
peningkatan terhadap skor kinerja guru dan aktivitas siswa. Lembar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
observasi kinerja guru menunjukkan skor pada siklus I baru mencapai 2,7
sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 2,95. Pada lembar observasi
aktivitas siswa juga mengalami peningkatan yang cukup baik, yaitu pada
siklus I memperoleh skor sebesar 2,54 dan pada siklus II, skor aktivitas
siswa berubah menjadi skor 3,5.
Berdasarkan penjabaran data hasil refleksi pada siklus II di atas,
maka peneliti menyimpulkan bahwa penerapan metode mind map (peta
konsep) dapat meningkatkan pemahaman konsep pesawat sederhana dalam
pembelajaran IPA siswa kelas V SDN Soropadan Kecamatan Laweyan
tahun pelajaran 2011/2012. Dengan demikian, maka penelitian tindakan
kelas ini diakhiri pada siklus II.
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus
Analisis data yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan adanya peningkatan
pemahaman siswa terhadap konsep pesawat sederhana dengan menggunakan
metode mind map (peta konsep) yang dapat dilihat dari lembar observasi aktivitas
siswa dan kinerja guru maupun hasil tes pemahaman konsep pesawat sederhana.
Lembar observasi aktivitas siswa menunjukkan adanya peningkatan
aktivitas siswa dalam pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan perubahan pada
aktivitas siswa yang pada prasiklus dalam kategori kurang/rendah, dengan
ditandai 60% waktu siswa cenderung lebih banyak digunakan untuk
mendengarkan ceramah guru, mengerjakan soal-soal, dan jarang ada kegiatan
yang melibatkan siswa supaya aktif pada proses pembelajaran, seperti: kegiatan
membuat rangkuman, memecahan persoalan yang dilontarkan guru, dan lain-lain
yang berakibat siswa menjadi lebih cepat merasa bosan dan banyak diam ketika
diberi pertanyaan. Setelah diadakannya tindakan siklus I aktivitas siswa tergolong
dalam kategori baik dengan memperoleh skor sebanyak 2,54 dan pada siklus II
meningkat kembali menjadi sangat baik, dengan memperoleh skor sebanyak 3,5.
Pengkategorian aktivitas siswa tersebut berdasarkan pedoman aktivitas siswa
(lampiran 5: 86).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Lembar observasi kinerja guru pada siklus I menunjukkan kemampuan guru
pada kegiatan pembelajaran termasuk dalam kategori baik. Pengkategorian ini
diperolehan dari total skor pada siklus I yang mencapai 2,7 (lampiran 16: 117).
Kemudian, pada siklus II kemampuan kinerja guru pada kegiatan pembelajaran
memperoleh skor akhir siklus II mencapai 2,95 (lampiran 25: 141).
Pengkategorian dan perhitungan skor pada kinerja guru berdasarkan pada
pedoman observasi kinerja guru (Lampiran 7: 88-90).
Selain dari data hasil observasi aktivitas siswa dan kinerja guru, peningkatan
pemahaman konsep pesawat sederhana siswa kelas V SDN Soropadan juga
ditunjukkan dengan peningkatan pada hasil evaluasi pemahaman konsep pesawat
sederhana siswa kelas V SDN Soropadan. Mengenai penjelasan lebih lanjut
tentang peningkatan pemahaman konsep pesawat sederhana tersebut, dari
prasiklus ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II dapat dilihat pada penjelasan
tabel 4.8 berikut:
Tabel 4.8 Peningkatan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana Siswa Kelas V
Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II.
Nilai Prasiklus Nilai Siklus I Nilai Siklus II
Jumlah
siswa yang
tuntas
Persentase
(%)
Jumlah
siswa yang
tuntas
Persentase
(%)
Jumlah
siswa yang
tuntas
Persentase
(%)
15 48,39% 19 61,29% 22 70,97%
Berdasarkan perolehan data peningkatan pemahaman konsep pesawat
sederhana siswa kelas V SDN Soropadan pada tabel 4.8 di atas, dapat dibuat
sajian dalam bentuk grafik peningkatan pemahaman konsep pesawat sederhana
siswa kelas V SDN Soropadan pada prasiklus, siklus I dan siklus II. Grafik
peningkatan pemahaman konsep pesawat sederhana siswa kelas V SDN
Soropadan tersebut dapat dilihat pada gambar 4.4 sebagai berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Gambar 4.4 Grafik Peningkatan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana Siswa
Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II.
Berdasarkan tabel 4.8 dan gambar grafik 4.4, pemahaman siswa terhadap
konsep pesawat sederhana mengalami peningkatan yang cukup baik. Hal ini dapat
dilihat pada persentase ketuntasan yang diperoleh dari prasiklus ke siklus I dan
siklus II. Pada pra siklus siswa yang tuntas hanya 15 siswa atau sekitar 48,39%
dari KKM (lampiran 9: 93-94), siklus I meningkat menjadi 19 siswa atau sekitar
61,29% (lampiran 19) dan pada siklus II meningkat kembali menjadi 22 siswa
atau sekitar 70,97% (lampiran 28: 146-147). Dengan melihat persentase
ketuntasan pemahaman konsep pesawat sederhan siswa kelas V tersebut,
penelitian ini bisa dikatakan berhasil karena telah mencapai indikator kinerja yang
telah ditetapkan sebelumnya, yaitu 70% atau sekitar 22 siswa tuntas KKM.
Berdasarkan ketercapaian indikator kinerja yang telah ditetapkan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa penerapan metode mind map (peta konsep) dapat
meningkatkan pemahaman konsep pesawat sederhana siswa kelas V SDN
Soropadan Kecamatan Laweyan.
D. Pembahasan
Hasil penelitian tindakan kelas pada siklus I belum mengalami keberhasilan.
Hal ini dikarenakan pada siklus I indikator kinerja yang telah ditetapkan, yaitu
70% atau sekitar 22 siswa belum tuntas KKM. Pada siklus I persentase ketuntasan
0
5
10
15
20
25
Prasiklus Siklus I Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
KKM baru mencapai 61,29% atau sekitar 19 siswa yang tuntas KKM (lampiran
19: 122-123). Penyebab belum tercapainya indikator kinerja pada siklus I antara
lain adanya kelemahan-kelemahan sebagai berikut: masih banyak siswa yang
belum mau mengemukakan pendapat/jawaban dengan bahasa yang tepat, masih
banyak siswa yang belum mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan guru tentang konsep-konsep pesawat sederhana, tanggug jawab siswa
saat kegiatan diskusi kelompok tergolong kurang, keberanian siswa untuk
bertanya jika merasa kurang jelas masih sangat minim. Setelah melakukan
tindakan siklus I yang ternyata belum mencapai indikator kinerja yang telah
ditetapkan, maka peneliti mengadakan tindakan selanjutnya yaitu dengan
melanjutkan kegiatan siklus II sebagai upaya untuk memperbaiki pembelajaran
pada siklus I.
Kegiatan pada siklus II peneliti berupaya melakukan perbaikan pada
kegiatan pembelajaran dengan melakukan hal-hal berikut: memberikan dorongan
lebih pada siswa untuk aktif berpendapat dengan memberikan sebuah reward atau
hadiah bagi siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran, menggunakan bahasa
yang mudah dipahami oleh siswa SD dalam memberikan petunjuk dan penjelasan,
lebih banyak memberikan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka yang
mampu menggali reaksi siswa, memberikan kesempatan lebih banyak kepada
siswa untuk mengungkapkan simpulan dalam pembelajaran yang dilakukan, bagi
siswa yang belum mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru
tentang konsep-konsep pesawat sederhana guru menggunakan kata kunci guna
memberikan kesempatan siswa untuk berpikir, dan memberikan penjelasan
tentang pentingnya kelompok saat kegiatan diskusi kelompok berlangsung.
Berdasarkan upaya tindak lanjut peneliti pada siklus II, indikator kinerja
yang telah ditetapkan dalam penelitian ini dapat tercapai dengan baik. Hal ini
ditandai dengan persentase ketuntasan pada siklus II yang mencapai indikator
kinerja yang telah ditetapkan. Persentase ketuntasan yang dicapai pada siklus II
sebesar 70,97% atau sekitar 22 siswa tuntas KKM (lampiran 28: 146-147).
Hasil penelitian tindakan kelas ini menunjukkan bahwa metode mind map
(peta konsep) bisa dijadikan salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
pemahaman konsep pesawat sederhana dalam pembelajaran IPA siswa kelas V
SDN Soropadan Kecamatan Laweyan tahun pelajaran 2011/2012. Dengan metode
mind map (peta konsep), siswa dapat memahami konsep-konsep dari pesawat
sederhana dengan baik. Hal ini dikarenakan metode mind map (peta konsep)
berupaya untuk mengaitkan konsep yang sudah dimiliki dengan konsep-konsep
yang baru. Selain itu, cara kerja metode mind map (peta konsep) sesuai dengan
cara kerja otak yang memulai menggambarkan suatu konsep ide dari tengah atau
pusat. Kemudian, dari pusat ide muncul ide-ide yang lain memancar dari pusat ke
segala arah. Keuntungan lain dari menggunakan metode mind map (peta konsep),
siswa dilatih untuk mengembangkan kreativitas mereka dengan menambahkan
simbol-simbol pada setiap cabang mind map (peta konsep) yang mereka buat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam
dua siklus dengan menggunakan metode mind map (peta konsep) pesawat
sederhana dalam pembelajaran IPA siswa kelas V SDN Soropadan Kecamatan
Laweyan tahun pelajaran 2011/2012, dapat diketahui bahwa pemahaman konsep
pesawat sederhana siswa kelas V meningkat. Peningkatan tersebut dapat dilihat
dari lembar observasi aktivitas siswa yang menunjukkan adanya peningkatan
kegiatan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dan nilai rata-rata hasil tes
pemahaman konsep pesawat sederhana. Pada nilai rata-rata hasil tes pemahaman
konsep pesawat sederhana sebelum tindakan tercatat baru 15 siswa atau sekitar
48,39% yang tuntas KKM, sedangkan pada siklus I meningkat menjadi 19 siswa
atau sekitar 61,29% dan pada siklus II meningkat kembali menjadi 22 siswa atau
sekitar 70,97% yang tuntas KKM. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
penerapan metode mind map (peta konsep) dapat meningkatkan pemahaman
konsep pesawat sederhana siswa kelas V SDN Soropadan Kecamatan Laweyan
tahun pelajaran 2011/2012.
B. Implikasi
Hasil penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode mind map
(peta konsep) dapat meningkatkan pemahaman konsep pesawat sederhana siswa
kelas V SDN Soropadan Kecamatan Laweyan. Sehubungan dengan hal tersebut,
maka dapat dikemukakan implikasi hasil penelitian tindakan kelas sebagai
berikut:
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pemahaman konsep
pesawat sederhana siswa kelas V SDN Soropadan Kecamatan Laweyan. Untuk
itu, guru harus mampu menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi
agar siswa tidak cepat merasa bosan dan siswa mampu memahami serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
menguasai konsep-konsep dari materi pembelajaran dengan baik. Pada
penggunaan metode mind map (peta konsep), siswa dilatih untuk mengaitkan
konsep yang sudah dimiliki dengan konsep-konsep yang baru. Selain itu siswa
juga dilatih untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dalam
membuat sebuah catatan yang menarik agar mudah diingat dan dipahami.
2. Implikasi Praktis
Berdasarkan pada temuan dan hasil pembahasan penelitian yang telah
diuraikan pada bab IV, penelitian ini dapat digunakan guru sebagai masukan
untuk menentukan metode pembelajaran yang tepat sehingga dapat
meningkatkan kualitas dari kegiatan pembelajaran.
C. Saran
Sesuai dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, maka ada beberapa
saran yang dapat dipergunakan sebagai suatu bahan masukan yang dapat
dipergunakan sebagai bahan pertimbangan antara lain:
1. Bagi Sekolah
Sekolah hendaknya mengupayakan penggunaan metode pembelajaran
yang inovatif dan bervariasi seperti pada penggunaan metode mind map (peta
konsep), agar kualitas pembelajaran dapat meningkat dengan baik.
2. Bagi Guru
Guru hendaknya senantiasa berupaya untuk mengikuti perkembangan
penggunaan metode pembelajaran agar dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran tidak hanya menggunakan metode yang bersifat konvensional
seperti ceramah, yang mengakibatkan siswa lebih cepat merasa bosan dan
cenderung pasif. Dalam hal ini, guru bisa mencoba dengan mulai menggunakan
metode mind map (peta konsep) seperti pada penelitian ini.
3. Bagi Siswa
Siswa harus mampu mengembangkan kreativitas dan meningkatkan
keberanian dalam menyampaikan pendapat maupun bertanya agar hasil
belajaranya meningkat. Selain itu, siswa juga harus aktif untuk ikut
berpartisipasi dalam penggunaan media pembelajaran dan aktif dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
mengerjakan tugas individu dan kelompok yang diberikan oleh guru guna
menambah wawasan yang sudah dimiliki.
4. Bagi Peneliti Lain
Bagi peneliti yang akan mengadakan kegiatan penelitian dengan
menggunakan metode dan permasalahan yang sama, hendaknya lebih
mengupayakan pengkajian yang lebih mendalam terhadapa teori-teori yang
berkaitan guna melengkapi hal-hal yang menjadi kekurangan pada penelitian
ini agar diperolah hasil penelitian yang lebih baik lagi.