penelitian plankton

16
POTENSI TANAMAN DAN FAUNA AIR DI EKOSISTEM MANGROVE DI SELAT PANJANG KABUPATEN BENGKALIS A. Potensi Tanaman Potensi tanaman pada ekosistem mangrove di Selat Panjang Kabupaten Bengkalis, pada umumnya sedang mengalami proses kerusakan yang. Kerusakan ini disebabkan karena kegiatan konversi hutan untuk peruntukan lainnya, penebangan, kematian tanaman dan faktor alam lainnya. Degradasi mangrove di Selat Panjang sangat tinggi, hal ini dapat dilihat dari rendahnya penutupan lahan hutan oleh tanaman mangrove, bahkan pada banyak tempat degradasi ekosistem mangrove sangat berat. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya tanaman mangrove disepanjang pesisir pantai, terjadinya aberasi dan terjadinya sedimentasi. Degradasi mangrove yang terjadi di Selat Panjang Kabupaten Bengkalis menunjukan bahwa tingkat pengelolaan ekosistem mangrove jauh dari konsep

Upload: endanghilmi

Post on 09-Jun-2015

1.480 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

dr.endang hilmi

TRANSCRIPT

Page 1: Penelitian Plankton

POTENSI TANAMAN DAN FAUNA AIR DI EKOSISTEM MANGROVE

DI SELAT PANJANG KABUPATEN BENGKALIS

A. Potensi Tanaman

Potensi tanaman pada ekosistem mangrove di Selat Panjang Kabupaten

Bengkalis, pada umumnya sedang mengalami proses kerusakan yang.

Kerusakan ini disebabkan karena kegiatan konversi hutan untuk peruntukan

lainnya, penebangan, kematian tanaman dan faktor alam lainnya. Degradasi

mangrove di Selat Panjang sangat tinggi, hal ini dapat dilihat dari rendahnya

penutupan lahan hutan oleh tanaman mangrove, bahkan pada banyak tempat

degradasi ekosistem mangrove sangat berat. Hal ini dapat dilihat dari tidak

adanya tanaman mangrove disepanjang pesisir pantai, terjadinya aberasi dan

terjadinya sedimentasi.

Degradasi mangrove yang terjadi di Selat Panjang Kabupaten

Bengkalis menunjukan bahwa tingkat pengelolaan ekosistem mangrove jauh dari

konsep keberlanjutan (sustainable). Hal ini disebabkan karena masyarakat

menilai bahwa keberadaan mangrove hanya dinilai dari potensi kayu dari jenis-

jenis tertentu saja misalnya kayu bakau (Rhizophora spp.) dan kayu tumu

(Bruguiera spp), sedangkan jenis-jenis lain dianggap tidak memiliki fungsi

ekonomi, serta secara umum masyarakat menilai nilai ekonomi hutan mangrove

sangat rendah. Hal ini mengakibatkan masyarakat sering melakukan konversi

hutan mangrove untuk peruntukan lain, melakukan penebangan jenis-jenis

komersial tanpa melakukan kegiatan rehabilitasi, penebangan untuk arang kayu,

Page 2: Penelitian Plankton

atau bahkan melakukan kegiatan teki untuk mengambil cerucuk untuk pondasi

rumah, sehingga merusak ekosistem hutanmangrove.

Kerusakan ekosistem mangrove di Selat Panjang sangat parah, banyak

garis pantai yang saat surut sangat jauh dari daratan, namun ketika air pasang, air

laut dapat menjangkau daratan, bahkan sampai terjadi penggerusan pantai, yang

mengakibatkan aberasi pantai. Di selat panjang, aberasi pantai terjadi hampir

disepanjang pesisir selat panjang.

Salah satu potensi penetupan pohon pada ekosistem mangrove di selat

panjang Kabupaten Bengkalis dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Potensi Penutupan Pohon pada Ekosistem Mangrove Kabupaten Bengkalis.

PlotKondisi mangrove

JenisTahapan pertumbuhan

Pohon (400 m2)

Pancang (25 m2)

Semai (4 m2)

Plot 1 Jarang - Sedang

Avicennia alba 25 10 10Sonneratia alba 1

Plot 2 Tidak ada

Plot 3 Sedang -Rapat

Avicennia alba 45 20 10Sonneratia alba 2Xylocarpus granatum 1Rhizophora mucronata

1

Rhizophora apiculata 1

Dari Tabel 1 tersebut dapat dilihat bahwa potensi mangrove terbesar

adalah sekitar 1125 pohon/ha, namun pada banyak tempat ditemukan potensi

pohon mangrovenya tidak ada. Hal ini menunjukan kerusakan ekosistem yang

sangat parah. Dan hal yang paling mengkhawatirkan pada banyak tempat jenis-

jenis komersial dari ekosistem mangrove sangat sulit ditemukan. Kaluapun ada

Page 3: Penelitian Plankton

dengan kondisi kerusakan tanaman yang sangat parah atau masih dalam tahapan

pertumbuhan semai dan pancang.

Potensi regenerasi tanaman mangrove di ekosistem mangrove Selat

Panjang khusunya untuk jenis-jenis komersial sangat rendah. Perubahan

peruntukan, adanya aberasi, sedimentasi dan kegiatan penebangan untuk

cerucuk rumah menyebabkan kematian tanaman, degradasi jenis yang pada

akhirnya menyebabkan terjadinya kerusakan dan degradasi ekosistem.

B. Potensi Tanah

Potensi tanah ekosistem mangrove di Selat Panjang dapat dilihat pada

Tabel 2.

Tabel 2. Potensi Tanah Ekosistem Mangrove di Selat Panjang

PlotPH

(H2O)

C org(%)

N total(%)

P Ca Mg K Na KTK TeksturSalinitas

μs/cmMe 100 gr pasir debu Liat

Plot 2 5,4 5,5 0,24 7,2 3,9 8,18 0,75 5,64 26,58 3,44 44,22 52,34 9,23Plot 3 4,5 6,13 0,28 5,8 4,11 11,62 1,15 6,60 29,26 6,78 25,51 67,71 8,71

Potensi tanah pada Ekosistem Mangove di Selat Panjang Kabupaten

Bengkalis terdiri dari (1) sifat fisik yaitu tekstur tanah, (2) kimia tanah yaitu pH,

C organik, N Organik, kandungan P, Ca, Mg, K, Na, KTK dan salinitas air

tanah.

Pada daerah yang tidak terjadi penutupan mangrove (jarang sampai

tidak ada, potensi tanah relatif rusak hal ini dapat dilihat dari tingginya fraksi

debu sehingga tanah mudah teraberasi, rendahnya KTK sehingga air tanah

Page 4: Penelitian Plankton

mudah hilang dari tanah sehingga sangat berbahaya ketika terjadi kemarau

(mudah terjadi kekeringan), potensi C organik dan N lebih rendah sehingga

menghambat pertumbuhan. Selain itu potensi makro nurient yang dibutuhkan

tanaman sebagai barometer kesuburan juga lebih rendah dibandingkan pada

areal yang ditumbuhi mangrove.

Namun secara keseluruhan lokasi di ekosistem mangrove di selat

panjang, kondisi tanah dan tingkat kesuburan lahannya relatif kurang baik.

Faktor yang menyebabkannya adalah tingkat penggenangan yang tinggi,

kerusakan vegetasi yang hebat, terjadinya aberasi pantai, dan tingkat

pencemaran.

Untuk memulihkan kondisi lingkungan maka perlu dilakukan berbagai

upaya, diantaranya adalah kegiatan rehabilitasi tanaman mangrove dengan jenis-

jenis yang adaptif dan sesuai dengan kondisi zonasi mangrove serta tingkat

kebutuhan masyarakat.

C. Kelimpahan Pytoplankton (individu/sampel tersaring)

Potensi kelimpahan phytoplankton (individu/sampel tersaring) yang

teramati adalah (1) CYANOPHYCEAE yaitu Trichodesmium, (2)

BACILLARIOPHYCEAE, yaitu Steptotheca sp, Nitzschia sp., Chaetoceros sp.,

Bachteriasum sp., Bacillaria sp., Thalassionema sp., Thalassiothrix sp.,

Thalassiosira sp., Rhizosolenia sp., Biddulphia sp., Ditylum sp., Pleurosigma

sp., Skeletonema sp., Coscinodiscus sp., Bellerocheaa sp., Cyclotella sp.,

Leptocylindrus sp., Asterionella sp., Navicula sp., Amphora sp., Lauderia sp.,

Page 5: Penelitian Plankton

(3) DINOPYCEAE yaitu Peridinium sp. Potensi Phytoplankton dapat dilihat

pada Tabel 3.

Tabel 3. Potensi Phytoplankton di Ekosistem Mangrove di Selat Panjang

OrganismeStasiun Pengamatan

I II IIICYANOPHYCEAETrichodesmium 8700 5800 46400

BACILLARIOPHYCEAESteptotheca sp.Nitzschia sp.Chaetoceros sp.Bachteriasum sp.Bacillaria sp.Thalassionema sp.Thalassiothrix sp.Thalassiosira sp.Rhizosolenia sp.Biddulphia sp.Ditylum sp. Pleurosigma sp.Skeletonema sp.Coscinodiscus sp.Bellerocheaa sp.Cyclotella sp.Leptocylindrus sp.Asterionella sp.Navicula spAmphora sp.Lauderia sp.

255200220400118900

5800121800

29000

3480043500377002900

17400156600

870020300

0000

29000

28710010440043500

0551002900

0319000

87002900

020300

3161005800

232002900

00000

39440025172001148400

928003108800

34800127600

092800

17400092800

243600058000

00

2668005800011600

058000

0

DINOPYCEAEPeridinium sp. 8700 0 0

Jumlah Taksa 17 14 18Kelimpahan (indv/sampel tersaring) 1067200 910600 10846000Indeks keragaman 2,14 1,75 1,91Indeks keseragaman 0,75 0,66 0,66Indeks dominasi 0,15 0,24 0,20

Page 6: Penelitian Plankton

Dari Tabel 3, potensi phyoplanton di daerah yang ditumbuhi mangrove

memiliki jumlah taksa yang besar dibandingkan tanpa mangrove (17 – 18 taksa

pada daerah bermangrove dan 14 pada daerah yang tidak bermangrove), pada

daerah yang bermangrove memiliki tingkat kelimpahan yang tinggi yaitu

1.067.200 – 10.846.000 indvidu/sampel tersaring diabandingkan dengan

mangrove jarang dan kosong yaitu 910.600 indvidu/sampel dan pada daerah

yang ditumbuhi mangrove memiliki tingkat keragaman yang tinggi

dibandingkan tanpa ekosistem mangrove.

Namun pada dasarnya potensi phytoplankton pada ekosistem di daerah

selat panjang relatif tinggi sampai sangat tinggi. Hal ini berarti tingkat

kesuburan perairan di ekosistem mangrove di selat panjang sangat tinggi.

Namun terjadinya degradasi mangrove berakibat buruk bagi tingkat potensi

phtoplankton di daerah selat panjang. Terjadinya penurunan potensi

phytoplankton menunjukan makin rendahnya tingkat kesuburan ekosistem

mangrove akibat terjadinya degradasi ekosistem mangrove.

Potensi keberadaan mangrove di kecamatan Selat Panjang di Kabupaten

bengkalis merupakan salah satu faktor penting bagi perkembangan populasi

phytoplankton. Kerusakan ekosistem mangrove akan menyebabkan terjadinya

penurunan potensi phytoplankton. Kondisi seperti ini sedang terjadi di

kabupaten Bengkalis. Untuk itu perlu suatu upaya yang terintegrasi agar

keberadaan ekosistem mangrove tetap lestari, yang pada akhirnya dapat

mencegah penurunan potensi phytoplankton.

Page 7: Penelitian Plankton

D. Kelimpahan zooplankton (individu/sampel tersaring)

Potensi zooplankton (individu/sampel tersaring) adalah (1)

PROTOZOA yaitu Tintinnopsis sp, dan Favella sp, (2) CRUSTACEAE, yaitu

Nauplius (stasia), Oithona sp., Euterpina sp., Eucalanus sp., dan Paracalanus sp

dan (3) LARVA OF POLYCHAETA (sp.1). Potensi zooplankton dapat dilihat

pada Tabel 4.

Tabel 4. Potensi Zooplankton di Ekosistem Mangrove di Selat Panjang

OrganismeStasiun Pengamatan

I II IIIPROTOZOATintinnopsis sp.Favella sp.

290290

02610

23203480

CRUSTACEAENauplius (stasia)Oithona sp.Euterpina sp.Eucalanus sp.Paracalanus sp.

2901450

000

1749290000

870046401740870290

LARVA OF POLYCHAETA (sp.1) 290 0 0

Jumlah Taksa 5 3 7Kelimpahan (indv/sampel tersaring) 2610 4640 22040Indeks keragaman 1,30 0,86 1,61Indeks keseragaman 0,81 0,79 0,83Indeks dominasi 0,36 0,46 0,24

Jumlah taksa pada daerah yang memiliki ekosistem mangrove berkisar

antara 5 – 7 taksa lebih tinggi dibandingkan tanpa hutan mangrove, yaitu sekitar

3 taksa. Tingkat kelimpahan zooplankton pada daerah yang bermangrove

adalah 2.610 – 22.040 (indvidu/sampel tersaring) lebih tinggi dibandingkan

Page 8: Penelitian Plankton

tanpa mangrove yaitu sekitar 4.640 (indvidu/sampel tersaring). Tingkat

keragaman zooplankton pada daerah yang bermangrove (1,30 – 1,61) lebih

tinggi dibandingkan tanpa mangrove (0,81).

Potensi zooplankton, juga sangat dipengaruhi oleh keberadaan

ekosistem mangrove. Sama dengan Potensi phytoplankton, Kerusakan ekosistem

mangrove akan menyebabkan terjadinya penurunan potensi zooplankton..

Kondisi seperti ini sedang terjadi di kabupaten Bengkalis. Untuk itu perlu juga

suatu upaya yang terintegrasi agar keberadaan ekosistem mangrove tetap lestari,

agar potensi zooplankton tidak menurun. Potensi zooplankton yang baik akan

meningkatkan pendapatan masyarakat melalui kegiatan penangkapan biota-biota

air yang ada di ekosistem mangrove.

E. Potensi Kualitas Air

Potensi kualitas air di daerah Selat Panjang yaitu (1) sifat fisika TSS

dan kekeruhan pada daerah tanpa mangrove lebih tinggi dibandingkan pada

daerah yang memiliki mangrove. Hal ini berpotensi menyebabkan terjadinya

sedimentasi pada daerah tersebut. Hal ini menyebabkan kerusakan ekosistem

mangrove, kematian potensi phytoplankton dan zooplankton. (2) Kimia air, yang

dilihat adalah pH, Salinitas, Alkalinitas, Kesadahan total, Amonia, Nitrit, Nitrat

dan Fosfat. Potensi kualitas air dapat dilihat pada Tabel 5.

Page 9: Penelitian Plankton

Tabel 5. Potensi Kualitas Air di Ekosistem Mangrove di Selat Panjang

No Parameter SatuanStasiun Pengamatan

MetodeI II III

FISIKA1. TSS mg/l 284 512 244 APHA,20th.1998 2542-D

/Gravimetri2. Kekeruhan NTU 58 140 25 APHA,20th.1998 2130-B

/Turbidimeter

KIMIA1. pH - 7,28 7,25 5,73 APHA,20th.1998 450-H+/pH

meter2. Salinitas 0/00 29 26 10 APHA,20th.1998 2520-B

/handrefractometer3. Alkalinitas mgCaCO3/l 100,00 90,00 24,00 APHA,20th.1998 2320-B /

Titrimetrik4. Kesadahan

totalmgCaCO3/l 1918,8 1729,6 891,83 APHA ed,20th.1998 2340-C /

Titrimetrik

5. Amonia (NH3+NH4)

mg/l 0,498 0,514 0,577 APHA,20th.1998 4500-F /Phenate/ Spectrofotometer

6. Nitrit (NO2-N) mg/l 0,003 0,052 0,043 APHA ed,20th.1998 4500-B /sulfinik/ Spectrofotometer

7. Nitrat (NO3-N) mg/l 0,038 0,179 0,181 APHA ed,14th.1998 4500-B /Brusin Sulfat/ Spectrofotometer

8. Fosfat mg/l 0,100 0,074 0,061 APHA,20th.1998 4500-P-E /Ascorbi acid/ Spectrofotomete

Potensi kualitas kimia perairan di ekosistem mangrove di Selat Panjang

adalah sebagi berikut : (1) pH air yaitu asam – normal, (2) Salinitas perairan

sedang – tinggi, (3) alkalinitas rendah – tinggi, (4) tingkat kesadahan total

rendah – sedang, dan (5) potensi amonia, nitrat, nitrit dan fosfat relatif rendah.

Hal ini menunjukan tingkat potensi kualitas air masih baik dan belum tercemar.

Tingkat kualitas air di ekosistem mangrove di kabupaten bengkalis

masih baik. Namun kerusakan ekosistem mangrove di kabupaten Bengkalis

dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Oleh sebab itu

Page 10: Penelitian Plankton

upaya perbaikan lingkungan melalui rehabilitasi mangrove perlu dilakukan

khususnya pada daerah-daerah yang terkena aberasi dan terjadinya sedimentasi.

F. Rekomendasi

Rekomendasi yang diberikan pada kegiatan dan penelitian ini adalah

sebagai berikut :

Perlu dilakukan kegiatan rehabilitasi pada ekosistem mangrove yang

ditujukan untuk meningkatkan kualitas lingkungan baik kualitas perairan,

tanah maupun potensi phitoplankton dan zooplankton

Perlu dilakukan kegiatan rehabilitasi untuk memperbaiki kondisi

lingkungan akibat terjadinya aberasi, erosi dan sedimentasi.

Perlu dilakukan kegiatan rehabilitasi yang memperhatikan kesesuaian jenis

yang didasarkan pada nilai ekonomi tanaman mangrove, zonasi mangrove,

dan kemampuan tanaman untuk mengurangi permasalahan lingkungan

seperti aberasi, sedimentasi dan erosi.

Kegiatan rehabilitasi mangrove perlu dilakukan secara berkesinambungan

dan berkelanjutan sampai tanaman yang ditanam dapat beradaptasi dan

dapat membentuk ekosistem muda yang menjadi cikal bakal bagi

terbentuknya ekosistem mangrove dewasa dan klimaks.