925 keragaman plankton dan hubungannya (andi marsamabuana ... · plankton net no. 25, kemudian...

14
925 Keragaman plankton dan hubungannya ... (Andi Marsamabuana Pirzan) KERAGAMAN PLANKTON DAN HUBUNGANNYA DENGAN PRODUKTIVITAS TAMBAK DI KAWASAN PERTAMBAKAN KABUPATEN GRESIK, PROVINSI JAWA TIMUR Andi Marsambuana Pirzan dan Utojo Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka 129 Maros 90512, Sulawesi Selatan E-mail: [email protected] ABSTRAK Nilai keragaman plankton yang tinggi merupakan media budidaya yang baik bagi udang vaname dan ikan bandeng, baik secara monokultur maupun polikultur yang mengarah kepada peningkatan produktivitas tambak. Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang bertujuan menelaah keragaman plankton dan hubungannya dengan produktivitas tambak. Penelitian dilakukan di kawasan pertambakan yang sedang dalam operasional untuk udang vaname dan windu serta ikan bandeng di Kabupaten Gresik Provinsi Jawa Timur dengan melakukan wawancara terhadap responden untuk mendapatkan data primer produktivitas tambak melalui pengajuan kuisioner, sedangkan data teknis diperoleh dengan pengukuran langsung di lapangan dan pengambilan contoh plankton, dan air untuk dianalisis di laboratorium. Sebagai peubah bebas adalah keragaman plankton, sedangkan peubah tidak bebas adalah produktivitas tambak. Pemilihan model regresi “terbaik” didasarkan pada metode kuadrat terkecil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: produktivitas untuk komoditas udang vaname pada kisaran 133,3-600,0 kg/ha dengan rata-rata 357,57 kg/ ha; ikan bandeng pada kisaran 250,0-2.500,0 kg/ha dengan rata-rata 768,18 kg/ha dan produktivitas polikultur udang vaname dengan ikan bandeng pada kisaran 600,0-3.000,0 kg/ha dengan rata-rata 1.308,30 kg/ha. Model dan estimasi produktivitas dalam hubungannya dengan keragaman plankton di tambak bahwa komoditas udang vaname, ikan bandeng, dan polikultur udang vaname dengan ikan bandeng, masing- masing ditunjukkan dengan persamaan kuadratik. Kelimpahan plankton pada kisaran 73,0-530,0 ind./L dengan rata-rata 254,91 ind./L dan jumlah genus plankton pada kisaran 4,0-7,0 genera dengan rata-rata 5,8 genera. Keragaman plankton pada kisaran 1,18-1,55 dengan rata-rata 1,39; keseragaman plankton pada kisaran 0,60-0,96 dengan rata-rata 0,82 dan dominansi plankton pada kisaran 0,20-0,39 dengan rata- rata 0,28. Berdasarkan nilai indeks biologi plankton rata-rata (keragaman, keseragaman, dan dominansi), maka perairan ini termasuk stabil moderat, genus plankton merata dan tidak terdapat genus plankton yang mendominasi genus lainnya. Peubah kualitas air yang berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas tambak adalah suhu, pH, padatan tersuspensi total (PTT)/ total suspended solid (TSS), nitrat, fosfat, dan bahan organik total (BOT). KATA KUNCI: plankton, keragaman, produktivitas, tambak, Kabupaten Gresik PENDAHULUAN Saat ini komoditas perikanan yang umum dibudidayakan di tambak di Indonesia adalah udang windu (Penaeus monodon), udang vaname (Litopenaeus vannamei), ikan bandeng (Chanos chanos), dan rumput laut (Gracilaria verrucosa), tetapi di kawasan pertambakan Kabupaten Gresik komoditas yang umum dibudidayakan adalah udang windu dan vaname serta ikan bandeng, baik secara monokultur maupun polikultur. Luas pertambakan payau di Kabupaten Gresik mencapai 17.833,02 ha dengan produksi total 14.957,576 ton (Dinas Perikanan, Kelautan, dan Peternakan Kabupaten Gresik, 2009). Produksi tambak air payau mengalami penurunan dari 21.571,88 ton di tahun 2008 menjadi 14,957,59 ton di tahun 2009, disebabkan masih terjadinya kematian saat udang berumur 1-2 bulan, sehingga pembudidaya cenderung beralih ke budidaya udang vaname yang dianggap lebih menguntungkan. Produktivitas tambak payau di Kabupaten Gresik masih rendah yaitu 838,76 kg/ha/tahun. Penyebab utamanya adalah penataan jaringan irigasi yang belum memadai, sehinga penggantian sulit dilakukan bahkan tidak dilakukan selama berlangsungnya proses budidaya yang dapat berpengaruh terhadap penurunan keragaman hayati, termasuk penurunan keragaman plankton yang berdampak pada penurunan produktivitas tambak. Di samping itu, penggunaan pupuk dan pembasmi hama tidak

Upload: lamminh

Post on 26-Aug-2019

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

925 Keragaman plankton dan hubungannya ... (Andi Marsamabuana Pirzan)

KERAGAMAN PLANKTON DAN HUBUNGANNYA DENGAN PRODUKTIVITAS TAMBAK DIKAWASAN PERTAMBAKAN KABUPATEN GRESIK, PROVINSI JAWA TIMUR

Andi Marsambuana Pirzan dan UtojoBalai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau

Jl. Makmur Dg. Sitakka 129 Maros 90512, Sulawesi SelatanE-mail: [email protected]

ABSTRAK

Nilai keragaman plankton yang tinggi merupakan media budidaya yang baik bagi udang vaname dan ikanbandeng, baik secara monokultur maupun polikultur yang mengarah kepada peningkatan produktivitastambak. Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang bertujuan menelaah keragaman plankton danhubungannya dengan produktivitas tambak. Penelitian dilakukan di kawasan pertambakan yang sedangdalam operasional untuk udang vaname dan windu serta ikan bandeng di Kabupaten Gresik Provinsi JawaTimur dengan melakukan wawancara terhadap responden untuk mendapatkan data primer produktivitastambak melalui pengajuan kuisioner, sedangkan data teknis diperoleh dengan pengukuran langsung dilapangan dan pengambilan contoh plankton, dan air untuk dianalisis di laboratorium. Sebagai peubahbebas adalah keragaman plankton, sedangkan peubah tidak bebas adalah produktivitas tambak. Pemilihanmodel regresi “terbaik” didasarkan pada metode kuadrat terkecil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:produktivitas untuk komoditas udang vaname pada kisaran 133,3-600,0 kg/ha dengan rata-rata 357,57 kg/ha; ikan bandeng pada kisaran 250,0-2.500,0 kg/ha dengan rata-rata 768,18 kg/ha dan produktivitaspolikultur udang vaname dengan ikan bandeng pada kisaran 600,0-3.000,0 kg/ha dengan rata-rata 1.308,30kg/ha. Model dan estimasi produktivitas dalam hubungannya dengan keragaman plankton di tambak bahwakomoditas udang vaname, ikan bandeng, dan polikultur udang vaname dengan ikan bandeng, masing-masing ditunjukkan dengan persamaan kuadratik. Kelimpahan plankton pada kisaran 73,0-530,0 ind./Ldengan rata-rata 254,91 ind./L dan jumlah genus plankton pada kisaran 4,0-7,0 genera dengan rata-rata5,8 genera. Keragaman plankton pada kisaran 1,18-1,55 dengan rata-rata 1,39; keseragaman planktonpada kisaran 0,60-0,96 dengan rata-rata 0,82 dan dominansi plankton pada kisaran 0,20-0,39 dengan rata-rata 0,28. Berdasarkan nilai indeks biologi plankton rata-rata (keragaman, keseragaman, dan dominansi),maka perairan ini termasuk stabil moderat, genus plankton merata dan tidak terdapat genus plankton yangmendominasi genus lainnya. Peubah kualitas air yang berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitastambak adalah suhu, pH, padatan tersuspensi total (PTT)/total suspended solid (TSS), nitrat, fosfat, dan bahanorganik total (BOT).

KATA KUNCI: plankton, keragaman, produktivitas, tambak, Kabupaten Gresik

PENDAHULUAN

Saat ini komoditas perikanan yang umum dibudidayakan di tambak di Indonesia adalah udangwindu (Penaeus monodon), udang vaname (Litopenaeus vannamei), ikan bandeng (Chanos chanos), danrumput laut (Gracilaria verrucosa), tetapi di kawasan pertambakan Kabupaten Gresik komoditas yangumum dibudidayakan adalah udang windu dan vaname serta ikan bandeng, baik secara monokulturmaupun polikultur. Luas pertambakan payau di Kabupaten Gresik mencapai 17.833,02 ha denganproduksi total 14.957,576 ton (Dinas Perikanan, Kelautan, dan Peternakan Kabupaten Gresik, 2009).Produksi tambak air payau mengalami penurunan dari 21.571,88 ton di tahun 2008 menjadi 14,957,59ton di tahun 2009, disebabkan masih terjadinya kematian saat udang berumur 1-2 bulan, sehinggapembudidaya cenderung beralih ke budidaya udang vaname yang dianggap lebih menguntungkan.

Produktivitas tambak payau di Kabupaten Gresik masih rendah yaitu 838,76 kg/ha/tahun. Penyebabutamanya adalah penataan jaringan irigasi yang belum memadai, sehinga penggantian sulit dilakukanbahkan tidak dilakukan selama berlangsungnya proses budidaya yang dapat berpengaruh terhadappenurunan keragaman hayati, termasuk penurunan keragaman plankton yang berdampak padapenurunan produktivitas tambak. Di samping itu, penggunaan pupuk dan pembasmi hama tidak

Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012 926

dilakukan secara seimbang, padat penebaran tidak disesuaikan dengan daya dukung lahan dan sistembudidaya yang diterapkan tidak tepat, sehingga kualitas air lingkungan tambak berada dalam kisaranyang tidak sesuai dengan kebutuhan plankton sebagai pakan alami dan organisme yangdibudidayakan. Ekosistem dengan keragaman rendah adalah tidak stabil dan rentan terhadap pengaruhtekanan dari luar dibandingkan dengan ekosistem yang memiliki keragaman tinggi (Boyd, 1999).

Pengelolaan tambak umumnya dilakukan secara tradisional, sehingga produksi yang dicapai masihrelatif rendah. Produksi tersebut masih berpeluang besar untuk ditingkatkan melalui penerapan sistembudidaya yang tepat. Pengelolaan dengan cara tradisional mengandalkan plankton (fitoplanktondan zooplankton) sebagai pakan alami ikan dan udang. Plankton khususnya fitoplaknkton selainsebagai penyedia sumber nutrea untuk ikan dan udang, juga sangat penting dalam menjaga kualitasair dan keseimbangan lingkungan (kestabilan) serta dapat membuang senyawa-senyawa dalam airyang dapat menimbulkan racun terhadap ikan dan udang yang dibudidayakan (Pirzan & Pong-Masak,2007). Lingkungan tambak yang stabil ditandai dengan keragaman plankton tinggi, jumlah individusetiap spesies tinggi dan merata, serta kualitas air lingkungan tambak berada dalam kisaran yangsesuai dengan pertumbuhan organisme budidaya, termasuk di dalamnya plankton sebagai pakanalami, sehingga produktivitas tambak tinggi dan lestari. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukanuntuk menelaah keragaman plankton dan hubungannya dengan produktivitas tambak di kawasanpertambakan payau Kabupaten Gresik Provinsi Jawa Timur.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di kawasan pertambakan Kabupaten Gresik Provinsi Jawa Timur. Sebanyak47 stasiun pengamatan ditetapkan posisinya dengan GPS (Global Positioning System) dan sebarannyadapat dilihat pada Gambar 1.

Di setiap stasiun, contoh plankton dan air diambil pada tambak yang sedang dalam masapemeliharaan udang vaname dan windu serta ikan bandeng, baik secara monokultur maupunpolikultur. Plankton dikoleksi dengan menyaring air sebanyak 50 L menjadi 30 mL menggunakan

Gambar 1. Lokasi penelitian di kawasan pertambakanKabupaten Gresik Jawa Timur

927 Keragaman plankton dan hubungannya ... (Andi Marsamabuana Pirzan)

plankton net No. 25, kemudian diawetkan dengan larutan Lugol 1%. Identifikasi jenis planktondilakukan di laboratorium menggunakan mikroskop yang berpedoman pada Newel & Newel (1977),Yamaji (1976) dan Botes (2003) serta kelimpahannya menggunakan Sedgwick Rafter Counting Cell(APHA, 1998). Untuk mengetahui kestabilan perairan, maka dilakukan analisis kuantitatif indeksbiologi plankton meliputi perhitungan keragaman, keseragaman, dan dominansi dari Shannon-Wiener(Odum, 1971; Basmi, 2000) dengan formula sebagai berikut.

Indeks keragaman jenis:

dimana:H’ = Indeks keragaman jenisni = Jumlah individu taksa ke-iN = Jumlah total individuPi = ni/N = Proporsi spesies ke-i

Indeks keseragaman :

dimana:E = Indeks keseragaman jenisH’ = Indeks keragaman jenisH’ maks = Indeks keragaman maksimum

Indeks dominansi:

D = (Pi)2

dimana:D = Indeks dominansini = Jumlah individu taksa ke-iN = Jumlah total individuPi = ni/N = Proporsi spesies ke-i

Metode penelitian yang diaplikasikan adalah metode survai, termasuk untuk mendapatkan dataprimer produktivitas yang dilakukan melalui kuisioner. Peubah kualitas air ditentukan denganmelakukan pengukuran langsung di lapangan dan pengambilan contoh air untuk dianalisis dilaboratorium. Kualitas air yang dianalisis meliputi: suhu, oksigen terlarut, salinitas, pH, padatantersuspensi total (PTT)/total suspended solid (TSS), turbiditas, nitrat, amonia, nitrit, fosfat, dan bahanorganik total (BOT) berdasarkan Hadryadi et al. (1992) dan APHA (1998) (Tabel 1). Statistik deskriptifdigunakan untuk mengetahui gambaran umum (minimum, maksimum, rata-rata, dan simpanganbaku) dari kelimpahan, jumlah genus dan indeks biologi (keragaman, keseragaman, dan dominansi)plankton, serta kualitas lingkungan perairan.

Sebagai peubah bebas dalam penelitian ini adalah keragaman plankton sedangkan peubah tidakbebas, yaitu produktivitas komoditas udang vaname, ikan bandeng, dan polikultur udang vanamedengan ikan bandeng. Untuk menghitung besarnya pengaruh keragaman plankton terhadapproduktivitas tambak digunakan nilai R square (koefisien determinasi). Data dianalisis dengan bantuanprogram Statical Product Service Solution (SPSS) 15,0 (SPSS,2006).

HASIL DAN BAHASAN

Keragaman Plankton

Kelimpahan plankton dalam penelitian ini pada kisaran 73,0-530,0 mg/L dengan rata-rata 254,91ind/L (Tabel 2). Kelimpahan plankton tersebut, kisarannya lebih sempit bila dibandingkan dengan

Nni

Pi

Pi ln Pi H'

maksH'H'

E

Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012 928

kelimpahan plankton di kawasan pertambakan Kabupaten Luwu Utara dan Kabupaten Luwu Timurtetapi rata-ratanya relatif sama, masing-masing: berkisar dari 60-1.110 ind./L dengan rata-rata 252,5ind./L (Pirzan & Mustafa, 2008) dan 50-810 ind./L dengan rata-rata 245 ind./L (Pirzan & Mustafa,2010). Perbedaan tersebut, karena di kawasan pertambakan Kabupaten Luwu Utara dan Luwu Timurindeks dominansinya relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan lokasi penelitian kemungkinanadanya genus yang mendominasi genus lainnya. Kelimpahan plankton pada penelitian ini jauh lebihsempit bila dibandingkan dengan Kabupaten Pangkep dan Maros, masing-masing 41,0-60.093,0dengan rata-rata 5.738,7 ind./L (Pirzan & Utojo, 2011) dan 27,0-9.830,0 dengan rata-rata 5.791,1ind./L (Pirzan et al., 2011). Pengamatan di kedua lokasi disebutkan terakhir terungkap bahwa planktondari genus Oscillatoria memiliki kelimpahan jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan genus lainnyauntuk sebagian besar stasiun pengamatan, karena genus ini tahan terhadap kualitas lingkunganperairan yang rendah dan genus ini termasuk indikator pencemar perairan mulai dari tingkat cemaranmoderat sampai dengan cemaran ekstrim (Anggoro, 1988).

Jumlah genus yang ditemukan dalam penelitian ini berkisar 4-7 genera dengan rata-rata 5,8genera (Tabel 2) relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan di Sinjai, yaitu pada kisaran 2-8

Tabel 1. Peubah kualitas air yang diamati di kawasan pertambakan Kabupaten Gresik ProvinsiJawa Timur

Peubah Alat/metode Analisis laboratorium/

lapangan

Fisika Suhu (oC) DO meter Lapangan

Kimia Oksigen terlarut (mg/L) Oksigen meter LapanganSalinitas (ppt) Hand refractometer LapanganpH pH meter LapanganPadatan tersuspensi total (mg/L) Gravimetri LapanganTurbiditas (NTU) Turbidimeter LapanganNO3 (mg/L) Reduksi Cd LaboratoriumNH3 (mg/L) Fenat Laboratorium

NO2 (mg/L) Spektrofotometer Laboratorium

PO4 (mg/L) Asam askorbik LaboratoriumBahan organik total (BOT) (mg/L) Titrimetri Laboratorium

Biologi Plankton (fitoplankton dan zooplankton) Plankton net, mikroskop Laboratorium

Tabel 2. Kelimpahan, jumlah genus, keseragaman dan dominansi planktondi kawasan pertambakan Kabupaten Gresik Provinsi Jawa Timur

Peubah Minimal Maksimal Rataan Standar deviasi

Kelimpahan (ind./L) 73,0 530,0 254,91 136.465Jumlah genus 4,0 7,0 5,8 1.079Keragaman (H’) 1,18 1,55 1,39 0,1572Keseragaman (E) 0,60 0,96 0,82 0,1200Dominansi (D) 0,20 0,39 0,28 0,0670

929 Keragaman plankton dan hubungannya ... (Andi Marsamabuana Pirzan)

genera (Pirzan et al., 2003), di Lakawali Luwu Timur, yaitu pada kisaran 4-8 genera (Pirzan et al.,2006) dan kawasan pertambakan Kabupaten Bone pada kisaran 2-8 genera (Pirzan & Utojo, 2010),selanjutnya jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan di Bulukumba, Jeneponto, Maros, Pinrang,dan Takalar dengan kisaran 8-14 genera dan jumlah genus lebih merata pada lima lokasi yangdisebutkan terakhir (Pirzan & Pong-Masak, 2007). Demikian juga bila dibandingkan dengan tambaktanah sulfat masam di Luwu Utara memperlihatkan jumlah genus tinggi, yaitu berkisar 2-17 genera(Pirzan & Mustafa, 2008). Hal tersebut karena lokasi penelitian tidak memiliki jaringan irigasi yangmemadai untuk pengairan tambak, sebagian besar hanya menggunakan sumur bor atau memanfaatkanair hujan (tada hujan), dengan demikian tidak ada aliran plankton secara kontinu ke lokasi penelitian.

Indeks keragaman pada penelitian ini berkisar 1,18-1,55 dengan rata-rata 1,39 ditampilkan padaTabel 2, berarti secara rata-rata komunitas plankton di kawasan pertambakan Kabupaten Gresiktermasuk kondisi stabil moderat. Indeks keragaman rata-rata relatif sama dengan di tambak tanahsulfat masam Kabupaten Luwu Utara, yaitu pada kisaran 0,45-2,5 dengan rata-rata 1,45 (Pirzan &Mustafa, 2008) dan relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan tambak di Kabupaten Luwu Timur,yaitu pada kisaran 0,42-1,86 dengan rata-rata 1,14 (Pirzan & Mustafa, 2010). Berdasarkan nilaikeragaman ketiga perairan termasuk perairan stabil moderat, namun perbedaan kondisi lingkunganperairan misalnya salinitas, di lokasi penelitian mengarah kepada tawar dengan kisaran 0,14-7,36ppt dan rata-rata 1,80 ppt sedangkan di tambak Luwu Utara dan Luwu Timur mengarah ke payau,masing-masing dengan kisaran 3,68-27,18 ppt dan rata-rata 16,43 ppt (Pirzan & Mustafa, 2008) dankisaran 0,92-30,65 ppt dan rata-rata 15,46 ppt (Pirzan & Mustafa, 2010). Keragaman plankton rata-rata di lokasi penelitian jauh lebih tinggi (baik), bila dibandingkan dengan keragaman plankton dikawasan pertambakan Kabupaten Pangkep dengan kisaran 0,0497-1,2216 dan rata-rata 0,8239 (Pirzan& Utojo, 2011) dan Maros pada kisaran 0,1550-1,8086 dengan rata-rata 0,8977 (Pirzan et al., 2011).Kedua lokasi disebutkan terakhir termasuk perairan tidak stabil, karena terjadi gangguan faktorlingkungan. Menurut Basmi (2000), bila H’ < 1, maka komunitas biota dinyatakan tidak stabil, bilanilai H’ berkisar dari 1-3, maka stabilitas komunitas biota adalah moderat dan bila H’ > 3, berartistabilitas komunitas biota bersangkutan berada dalam kondisi prima. Demikian juga dengankeragaman plankton di kawasan pertambakan Kabupaten Bone lebih rendah bila dibandingkan denganlokasi penelitian dengan kisaran 0,10-1,87 dan rata-rata 0,87 (Pirzan & Utojo, 2010) karena salinitasdan suhu tinggi, masing-masing berkisar dari 37-83 ppt dan dari 31°C-37°C.

Indeks keseragaman pada penelitian ini berkisar dari 0,60-0,96 dengan rata-rata 0,82 (Tabel 2)genus merata atau perbedaannya tidak menyolok (Basmi, 2000). Keseragaman rata-rata yang diperolehdalam penelitian ini, relatif sama dengan keseragaman rata-rata di kawasan pertambakan KabupatenBone pada kisaran 0,09-1,0 dengan rata-rata 0,87 (Pirzan & Utojo, 2010). Menurut Ali (1994), bilanilai E > 0,75 maka termasuk nilai keseragaman tinggi atau baik, sedangkan bila nilai E < 0,75maka nilai keseragaman rendah. Penelitian ini, keseragaman rata-rata lebih tinggi bila dibandingkandengan kawasan pertambakan di Kabupaten Pangkep dan Maros, masing-masing dengan nilaikeseragaman pada kisaran 0,0340-0,8714 dan rata-rata 0,5903 (Pirzan & Utojo, 2011) dan kisaran0,1410-1,1076 dengan rata-rata 0,7025 (Pirzan et al., 2011) keberadaan genus tidak merata akhirnyalingkungan perairan tidak stabil.

Indeks dominansi pada penelitian ini berkisar 0,20-0,39 dengan rata-rata 0,28 tertera pada Tabel2, berarti dalam struktur komunitas plankton di perairan ini tidak terdapat genus yang mendominasigenus lainnya. Nilai tersebut jauh lebih rendah (baik) bila dibandingkan dengan di kawasanpertambakan Kabupaten Pangkep dan Maros, masing-masing pada kisaran 0,3976-0,9842 denganrata-rata 0,5800 (Pirzan & Utojo, 2011) dan pada kisaran 0,1287-1,0775 dengan rata-rata 0,5072(Pirzan et al., 2011). Menurut Basmi (2000), nilai dominansi mendekati angka satu berarti di dalamstruktur komunitas biota yang diamati terdapat genus yang secara ekstrim mendominasi genuslainnya sebaliknya bila nilai dominansi mendekati angka nol berarti di dalam struktur komunitasbiota yang diamati tidak terdapat genus yang mendominasi genus lainnya. Indeks dominansi padapenelitian ini, baik nilai kisaran maupun nilai rata-ratanya di bawah nilai 0,50 atau lebih mengarahkepada angka nol (mendekati angka nol) berarti di dalam struktur komunitas biota yang diamatitidak terdapat genus yang mendominasi genus lainnya. Tingginya nilai dominansi di kawasan

Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012 930

pertambakan Kabupaten Pangkep dan Maros ditunjukkan dengan tingginya kelimpahan planktonuntuk genus tertentu di sebagian besar stasiun pengamatan. Di Kabupaten Pangkep dengan kelimpahanberkisar dari 41,0-60.903,0 ind./L dan rata-rata 5.738,7 ind./L (Pirzan & Utojo, 2011) dan di KabupatenMaros pada kisaran 27,0-9.830,0 ind./L dengan rata-rata 5.791,1 ind./L (Pirzan et al., 2011), hal inimenunjukkan adanya genus tertentu secara ekstrim mendominasi genus lainnya. Pengamatan dilapangan mengungkapkan bahwa plankton dari genus Oscillatoria memiliki jumlah genus jauh lebihtinggi daripada genus lainnya pada sebagian besar stasiun pengamatan, karena genus ini tahanterhadap kisaran salinitas yang lebar seperti ditemukan di tambak bandeng dan garam di KabupatenJeneponto (Utojo & Pirzan, 2009). Untuk meningkatkan produktivitas tambak, yaitu denganmemperbaiki dan membangunan jaringan irigasi, Penggunaan pupuk, kapur, dan pembasmi hamayang seimbang, padat penebaran disesuaikan dengan daya dukung lahan serta memperbaiki sistembudidaya. Faktor utama yang mempengaruhi perubahan jumlah organisme, keragaman, dandominansi antara lain adanya perusakan habitat alami, pencemaran kimiawi, dan perubahan iklim(Widodo, 1997).

Produktivitas

Upaya perbaikan lingkungan tambak untuk mengembalikan posisi produksi tambak yang berlanjutdengan memanfaatkan kemampuan alami yang dibentuk oleh keragaman hayati. Perbaikan lingkungansecara artifisial akan berbiaya dan berisiko tinggi, konsep secara alami merupakan alternatif terbaik.Komponen biotik maupun abiotik di kawasan tambak memiliki fungsi tersendiri yang saling berkaitansatu sama lainnya dan membentuk kemampuan yang kuat mempertahankan kemantapan kesuburanekosistem tambak. Hasil perhitungan nilai indeks keragaman plankton dan analisis data produktivitastambak di Kabupaten Gresik, masing-masing ditampilkan pada Tabel 2 dan 3.

Produktivitas udang vaname berkisar 133,30-600,0 kg/ha dengan rata-rata 357,57 kg/ha (Tabel3). Keragaman plankton memberi kontribusi dengan nilai (P = 0,641; R2 = 0,119) terhadapproduktivitas udang vaname dengan model regresi “terbaik” dalam hubungan antara keragamanplankton dan produktivitas udang vaname sebagai berikut:

Y = 1.442,0X – 1.434,0X + 443,112X2

dimana:Y = Produktivitas udang vaname (kg/ha)X = Keragaman plankton

Besarnya pengaruh keragaman plankton terhadap produktivitas komoditas udang vanameditunjukkan oleh nilai R square (koefisen diterminasi), yaitu sebesar 0,119 atau sama dengan 11,9%.Dengan kata lain, besarnya pengaruh tersebut adalah 11,9% berarti bahwa besarnya produktivitaskomoditas udang vaname yang dapat dijelaskan oleh keragaman plankton adalah sebesar 11,9% dansisanya, yaitu 88,1% harus dijelaskan oleh faktor-faktor penyebab lainnya yang berasal dari luarmodel regresi ini.

Dari Gambar 2 memperlihatkan bahwa produksi udang vaname diperoleh dari tambak denganindeks keragaman e” 1,0 yaitu perairan tergolong stabil moderat. Menurut Basmi (2000), bila H’ <1, maka komunitas biota dinyatakan tidak stabil, bila nilai H’ berkisar dari 1–3, maka stabilitaskomunitas biota adalah moderat dan bila H’ > 3, berarti stabilitas komunitas biota bersangkutan

Tabel 3. Produktivitas udang vaname, ikan bandeng dan polikultur udang vanamedengan ikan bandeng di kawasan pertambakan Kabupaten Gresik ProvinsiJawa Timur

Peubah Minimal Maksimal Rataan Standar deviasi

Udang vaname 133,30 600,0 357,57 160,1025Ikan Bandeng 250,00 2.500 768,18 630,9804Udang vaname dan ikan bandeng 600,00 3.000 1.308,3 744,4934

931 Keragaman plankton dan hubungannya ... (Andi Marsamabuana Pirzan)

berada dalam kondisi prima. Penelitian ini dengan indeks keragaman plankton pada kisaran 1,18-1,55 dan rata-rata 1,39 dengan produksi udang vaname pada kisaran 133,30-600,0 kg/ha dan rata-rata 357,57 kg/ha perlu ditingkatkan, namun produksi yang dicapai dalam penelitian ini masih relatiflebih tinggi bila dibandingkan dengan di kawasan petambakan Kabupaten Pangkep dengan nilaiindeks keragaman plankton pada kisaran 0,497-1,2216 dan rata-rata 0,8239 dengan produksi udangwindu pada kisaran 20,0-500,0 kg/ha dan rata-rata 122,37 kg/ha (Pirzan & Utojo, 2011). Perbedaantersebut karena benih udang vaname masih kategori SPF, dapat ditebar dengan kepadatan lebihtinggi per hektarnya, dan memiliki sintasan dan produksi yang tinggi (Anonim, 2003; Poernomo,2004), oleh karena itu, pembudidaya di Kabupaten Gresik cenderung beralih ke budidaya udangvaname yang dianggap lebih menguntungkan. Tambak yang disurvai berada pada hamparan yangrelatif luas dengan faktor lingkungan yang bervariasi menyebabkan variasi nilai keragaman planktonjuga bervariasi, yaitu 1,18-1,55 yang akan berpengaruh terhadap produktivitas tambak. Hal ini sesuaidengan penelitian Pirzan & Pong-Masak (2007), bahwa produktivitas pada stasiun di lima kabupatenmengikuti pola tingkat keragaman fitoplankton di mana Kabupaten Maros, Pinrang, dan Takalarmemiliki produktivitas relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan Kabupaten Bulukumba danJeneponto.

Ikan bandeng (Chanos chanos) merupakan ikan ekonomis yang mudah dibudidayakan dan termasukplankton feeder. Produktivitas komoditas ikan bandeng berkisar 250,0-2.500,0 kg/ha dengan rata-rata 768,18 kg/ha ditampilkan pada Tabel 2. Keragaman plankton memberi kontribusi yang signifikan(P = 0,434; R2 = 0,188) terhadap produktivitas komoditas ikan bandeng dengan model regresi“terbaik” dalam hubungan antara keragaman plankton dan produktivitas komoditas ikan bandengadalah model kuadratik (Gambar 3) dengan persamaan regresi sebagai berikut:

Y = 1.0880,0 -1.4200,0X + 4.861,0X2

di mana:Y = Produktivitas ikan bandeng (kg/ha)X = Keragaman plankton

Besarnya pengaruh keragaman plankton terhadap produktivitas komoditas ikan bandengditunjukkan oleh nilai R square (koefisen diterminasi), yaitu sebesar 0,188 atau sama dengan 18,8%.Dengan kata lain, besarnya pengaruh tersebut adalah 18,8% berarti bahwa besarnya produktivitaskomoditas udang vaname yang dapat dijelaskan oleh keragaman plankton adalah sebesar 18,8% dansisanya, yaitu 81,2% harus dijelaskan oleh faktor-faktor penyebab lainnya yang berasal dari luarmodel regresi ini.

Gambar 2. Hubungan antara keragaman plankton dan produktivitasudang vaname di kawasan pertambakan KabupatenGresik Provinsi Jawa Timur

Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012 932

Dari Gambar 3 memperlihatkan bahwa produksi ikan bandeng diperoleh dari tambak denganindeks keragaman e” 1,0 yaitu perairan tergolong stabil moderat. Penelitian ini dengan indekskeragaman plankton berkisar 1,18-1,55 dengan rata-rata 1,39 dan produksi bandeng berkisar 250,0-2.500,0 kg/ha dengan rata-rata 768,18 kg/ha. Produksi rata-rata yang dicapai dalam penelitian inirelatif lebih rendah bila dibandingkan dengan di kawasan petambakan Kabupaten Pangkep dengannilai indeks keragaman plankton pada kisaran 0,497-1,2216 dan rata-rata 0,8239 dengan produksiikan bandeng pada kisaran 150,0-3611,11 kg/ha dan rata-rata 954,45 kg/ha (Pirzan & Utojo, 2011).Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan salinitas, pada penelitian ini salinitas lebih rendahdengan kisaran 0,14-7,36 ppt dan rata-rata 1,80 ppt sedangkan di kawasan pertambakan KabupatenPangkep dengan kisaran 2,16-44,50 ppt dan rata-rata 15,60 ppt. Pertumbuhan ikan bandeng lebihcepat di air payau bila dibandingkan dengan di air yang mengarah ke tawar. Menurut Poernomo(1988), kisaran salinitas untuk tambak ikan bandeng adalah 15-25 ppt.

Nilai koefisen diterminasi komoditas ikan bandeng lebih besar daripada komoditas udang vanamekarena ikan bandeng adalah pemakan klekap yang komponen utamanya berasal dari plankton yangmati dan mengendap di dasar. Dalam penelitian ini ditemukan sebanyak 32 genera plankton yangterdiri atas 21 genera fitoplankton dan dan 11 genera zooplankton (Tabel 4), lebih rendah biladibandingkan dengan pengamatan klekap Pirzan & Suharyanto (2007), terdapat 47 genera terdiriatas 32 genera fitoplankton tercakup ke dalam kelompok Bacillariophyceae, Chlorophyceae,Cyanophyceae, Dinophyceare, dan zooplankton terdiri atas 15 genera tercakup ke dalam kelompokCiliata, Crustaceae, Rotatoria, dan Sarcodina. Perbedaan tersebut karena pengambilan sampel pada

Gambar 3. Hubungan antara keragaman plankton dan produktivitasikan bandeng di kawasan pertambakan Kabupaten GresikProvinsi Jawa Timur

Tabel 4. Komposisi plankton di kawasan pertambakan Kabupaten Gresik ProvinsiJawa Timur

Plankton Genus

Fitoplankton

Anabaena, Anabaenopsis, Arthrospira, Biddulphia, Chaetoceros, Closteridinium, Closteriopsis, Cyclotella, Gyrosigma, Melosira, Navicula, Nitzschia, Oscillatoria, Pediastrum, Pleurosigma, Prorocentrum, Rhizosolenia, Scenedesmus, Skelotonema, Spirulina, Thallasionema

ZooplanktonAcartia, Apocyclops, Brachionus, Centropysis, Cletocamptus, Copepoda (naupli), Labidodocera, Lecane, Moina, Schamackeria, dan Tortanus

933 Keragaman plankton dan hubungannya ... (Andi Marsamabuana Pirzan)

penelitian ini hanya dilakukan sebanyak satu kali sedangkan penelitian Pirzan & Suharyanto (2007),pengambilan sampel dilakukan sebanyak empat kali.

Udang dan ikan bandeng adalah komoditas perikanan budidaya pantai yang dapat dipolikulturkandi tambak (Ranoemihardjo et al., 1979; Eldani & Primavera, 1981; Chen, 1979), seperti telah dilakukanoleh pembudidaya tambak di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan (Mustafa & Ratnawati, 2007).Konsep dasar dari polikultur adalah jika dua atau lebih spesies ikan yang cocok dipelihara secarabersama-sama akan meningkatkan produktivitas (Shang, 1986). Sistem polikultur dapat meningkatkanproduksi per unit areal bila diusahakan dengan kombinasi penebaran yang tepat. Selain itu, dapatmemanfaatkan lahan secara optimal, dapat mengurangi biaya produksi dan risiko gagal panen biladibandingkan dengan sistem monokultur. Produktivitas polikultur udang vaname dengan ikan bandengberkisar 600,0-3.000,0 kg/ha dengan rata-rata 1.308,30 kg/ha (Tabel 2). Besarnya pengaruh keragamanplankton terhadap produktivitas polikultur udang vaname dengan ikan bandeng ditunjukkan olehnilai R square (koefisen diterminasi), yaitu sebesar 0,079 atau sama dengan 7,9%. Dengan kata lain,besarnya pengaruh tersebut adalah 7,9% berarti bahwa besarnya produktivitas polikultur udangvaname dengan ikan bandeng yang dapat dijelaskan oleh keragaman plankton adalah sebesar 7,9%dan sisanya, yaitu 92,1% harus dijelaskan oleh faktor-faktor penyebab lainnya yang berasal dari luarmodel regresi ini. Keragaman memberi kontribusi yang signifikan (P = 0,749; R2 = 0,079) terhadapproduktivitas polikultur udang vaname dengan ikan bandeng dengan model regresi “terbaik” adalahmodel kuadratik (Gambar 4) dengan persamaan regresi sebagai berikut:

Y = 5.687,0 -7.717,0 X + 3.171,0 X2

di mana:Y = Produktivitas polikultur udang vaname dengan ikan bandeng (kg/ha)X = Keragaman plankton

Dari Gambar 4 memperlihatkan bahwa produksi polikultur udang vaname dengan ikan bandengdiperoleh dari tambak dengan indeks keragaman > 1,0 yaitu perairan tergolong stabil moderat,sesuai Basmi (2000), bila H’ < 1, maka komunitas biota dinyatakan tidak stabil, bila nilai H’ berkisardari 1-3, maka stabilitas komunitas biota adalah moderat dan bila H’ > 3, berarti stabilitas komunitasbiota bersangkutan berada dalam kondisi prima. Penelitian ini dengan indeks keragaman planktonpada kisaran 1,18-1,55 dan rata-rata 1,39 dengan produksi polikultur udang vaname dengan ikan

Gambar 4. Hubungan antara keragaman plankton dan produktivitaspolikultur udang vaname dengan ikan bandeng di kawasanpertambakan Kabupaten Gresik Provinsi Jawa Timur

Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012 934

bandeng pada kisaran 600,0-3.000,0 kg/ha dan rata-rata 1.308.30 kg/ha. Produksi rata-rata yangdicapai dalam penelitian ini relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan di kawasan petambakanKabupaten Pangkep dengan nilai indeks keragaman plankton pada kisaran 0,497-1,2216 dan rata-rata 0,8239 dengan produksi polikultur udang windu dengan ikan bandeng pada kisaran 200,0-3.888,89 kg/ha dan rata-rata 1.076,78 kg/ha (Pirzan & Utojo, 2011). Perbedaan tersebut disebabkanoleh produksi udang vaname pada penelitian ini lebih tinggi daripada udang windu yang dipolikulturdengan ikan bandeng di kawasan pertambakan Kabupaten Pangkep.

Kualitas Air

Peubah kualitas air sebagai kunci utama pendukung kehidupan di perairan seperti: suhu, salinitas,oksigen terlarut dan pH, sedangkan pendukung kehidupan lainnya, yaitu: TSS, turbiditas, NO3, NH3,NO2, PO4, dan BOT ditampilkan pada Tabel 5.

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: produktivitas komoditas udang vaname pada kisaran 133,30-600,0 kg/ha dengan rata-rata 357,57 kg/ha; ikan bandeng pada kisaran 250,0-2.500,0 kg/ha denganrata-rata 768,18 kg/ha dan polikultur udang vaname dengan ikan bandeng pada kisaran 600,0-3.000,30 kg/ha dengan rata-rata 1.308,30 kg/ha. Model dan estimasi produktivitas dalam hubungannyadengan keragaman plankton di tambak bahwa untuk komoditas udang vaname, ikan bandeng, danpolikultur udang vaname dengan ikan bandeng, masing-masing ditunjukkan dengan persamaankuadratik.

Keragaman plankton pada kisaran 1,18-1,155 dengan rata-rata 1,39; keseragaman plankton padakisaran 0,60-0,96 dengan rata-rata 0,82 dan dominansi plankton pada kisaran 0,20-0,39 denganrata-rata 0,28 serta kelimpahan plankton pada kisaran 73,0-530,0 ind./L dengan rata-rata 254,91ind./L dan jumlah genus plankton pada kisaran 4,0-7,0 genera dengan rata-rata 5,8 genera.Berdasarkan nilai indeks biologi plankton rata-rata (keragaman, keseragaman, dan dominansi), makaperairan ini termasuk stabil moderat, genus plankton merata dan tidak terdapat genus planktonyang mendominasi genus lainnya.

Peubah kualitas air yang berpengaruh positif terhadap produktivitas tambak adalah nitrat danfosfat, sedangkan peubah kualitas air yang berpengaruh negatif terhadap produktivitas tambak adalahsuhu, pH, TSS, dan BOT.

Tabel 5. Peubah kualitas air di kawasan pertambakan Kabupaten GresikProvinsi Jawa Timur

Peubah Minimal Maksimal Rata-rata Standar deviasi

Suhu (oC) 30,31 33,50 31,71 1,1238Oksigen terlarut (mg/L) 6,98 7,51 7,30 0,1720Salinitas (ppt) 0,14 7,36 1,80 2,5227pH 8,37 9,79 9,08 0,4210Padatan tersuspensi total (mg/L) 15,0 147,0 62,57 43,1932Turbiditas (NTU) 0,85 86,20 35,15 25,2515NO3 (mg/L) 0,1200 1,7224 0,3286 0,4112

NH3 (mg/L) 0,5752 2,3965 1,4806 0,6020

NO2 (mg/L) 0,0133 0,0530 0,0240 0,0115PO4 (mg/L) 0,0300 0,9954 0,2196 0,2675Bahan organik total (mg/L) 9,96 27,56 18,58 6,3837

935 Keragaman plankton dan hubungannya ... (Andi Marsamabuana Pirzan)

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih diucapkan kepada Saudara Hakim atas bantuannya dalam pengambilan contoh airdi lapangan dan Sutrisyani, Andi Sahrijanna, dan Sitti Rohani atas bantuannya dalam analisis air dilaboratorium serta Irmayani atas bantuannya dalam analisis plankton.

DAFTAR ACUAN

Ali, I.M. 1994. Struktur Komunitas Ikan dan Aspek Biologi Ikan-ikan Dominan di Danau Sidenreng, SulawesiSelatan. Tesis. Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor, 130 hlm.

Anggoro, S. 1988. Analisis tropik-saprobik (Trosap) untuk menilai kelayakan lokasi budidaya laut.Workshop Budidaya Laut. Universitas Diponegoro. Jepara, hlm. 66-90.

Anonim. 2003. Litopenaeus vannamei sebagai alternatif budidaya udang saat ini. PT Central Proteinaprima(Charoen Pokphand Group) Surabaya, 16 hlm.

APHA (American Public Health Association). 1998. Standard Methods for Examination of Water andWastewater. Twentieth edition. APHA-AWWA-WEF, Washington, D.C., p. 10-2—10-18.

Basmi, H.J. 2000. Planktonologi: Plankton sebagai Indikator Kualitas Perairan. Fakultas Perikanan danIlmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor, 60 hlm.

Botes, L. 2003. Phytoplankton Identification Catalogue. Globallast Monograph Series No. 7. ProgrammeCoordination Unit Global Ballast Water Mangement Programme International Marine Organization.London, 77 pp.

Boyd, C.E. 1990. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Auburn University. Alabama USA, 482 pp.Chen, T.P. 1976. Culture of Gracilaria. In Aquaculture Practices in Taiwan. Page Bros., London, p. 145-

149.Dinas Perikanan, Kelautan, dan Peternakan Kabupaten Gresik. 2009. Laporan Tahunan. Dinas Perikanan,

Kelautan dan Peternakan Kabupaten Gresik. Gresik, 77 hlm.Eldani, A. & Primavera, J.H. 1981. Effect of different stcking combination of grwth, production and

survival rate of milkfish (Chanos chanos Forskal) and prawn (Penaeus monodon Fabricius) in polyculturein brackishwater pond. Aquaculture, 23: 59-72.

Haryadi, S., Suryodiptro, I.N.N., & Widigdo, B. 1992. Limnologi. Penuntun Praktikum dan MetodaAnalisa Air. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor, 57 hlm.

Mustafa, A. & Ratnawati, E. 2007. Faktor-faktor Dominan Mempengaruhi Produktivitas Tambak diKabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan. J. Ris. Akuakultur.

Newel, G.E. & Newel, R.C. 1977. Marine Plankton. Hutchintson, London, 244 pp.Odum, E.P. 1971. Fundamental Ecology 3rd. W.B. Sanders Company, Phildelphia, 574 pp.Pirzan, A.M. & Mustafa, A. 2008. Peubah kualitas air yang berpengaruh terhadap plankton di tambak

tanah sulfat masam Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan. J. Ris. Akuakultur, 3(3): 263-374.Pirzan, A.M. & Mustafa, A. 2010. Peubah kualitas air yang berpengaruh terhadap kelimpahan plankton

di tambak tanah sulfat masam Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Dalam Jumanto, Saksono,H., Probusunu, N., Widaningroem, R., Suadi, dan Istiqomah, I. (Eds.). Prosiding Seminar NasionalTahunan VII Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan Tahun 2010. Jilid II: Manajemen SumberdayaPerikanan. Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta,hlm. 1-9.

Pirzan, A.M., Gunarto, & Utojo. 2003. Plankton diversity and relationship with phosphate inbrackishwater pond of South Sulawesi. International Seminar on Marine and Fisheries. Agency forMarine and Fishries Research. Ministry of Marine Affairs and Fisheries, Jakarta, p. 51-57.

Pirzan, A.M., Gunarto, & Utojo. 2006. Kelayakan dan kestabilan tambak dan sungai berdasarkanindikator biodiversitas plankton di Lakawali, Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Torani, 16(3): 153-161.

Pirzan, A.M. & Pong-Masak, P.R. 2007. Hubungan produktivitas tambak dengan keragaman fitoplanktondi Sulawesi Selatan. J. Ris. Akuakultur, 2(2): 211-220.

Pirzan, A.M. & Suharyanto. 2007. Keragaman benthos pada budi daya rajungan (Portunus pelagicus) ditambak. Laporan Penelitian. Balai Riset Perikanan Budidaya Pantai, Maros, 9 hlm.

Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012 936

Pirzan, A.M. & Utojo. 2010. Keragaman plankton dan kondisi lingkungan perairan kawasanpertambakan Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan. Dalam Syamsuddin, S., Yulianti, H.,Sihaputar, Saifurridjal, Basith, A., Nurbani, S.Z., Suharto, Siregar, A.N., Rahardjo, S., Hadi, R.S., &Sanova, B.V. (Eds.). Prosiding Seminar Nasional Perikanan 2010. Melindungi Nelayan dan Sumber DayaIkan. Sekolah Tinggi Perikanan, Jakarta, hlm. 8-15.

Pirzan, A.M. & Utojo. 2011. Hubungan antara kelimpahan plankton peubah kualitas air di kawasanpertambakan Kabupaten Pangkep Provinsi Sulawesi Selatan. Laporan Hasil Penelitian Balai RisetPerikanan Budidaya Air Payau. Maros, 14 hlm.

Pirzan, A.M., Utojo, & Mustafa, A. 2011. Variabel kualitas air yang berpengaruh terhadap keragamanplankton di kawasan pertambakan Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan. Laporan HasilPenelitian Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros, 12 hlm.

Poernomo, A. 2004. Teknologi Probiotik untuk Mengatasi Permasalahan Tambak Udang dan LingkunganBudidaya. Makalah disampaikan pada Simposium Nasional Pengembangan Ilmu dan Inovasi dalamBudidaya. Semarang, 27-29 Januari. 2004, 24 hlm.

Poernomo, A. 1988. Faktor lingkungan dominan pada budidaya udang intensif. Balai PenelitianPerikanan Budidaya Pantai. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.Jakarta, 61 hlm.

Ranoemihardjo, B.S., Kahar, A., & Lopez, J.V. 1979. Result of polyculture of milkfish and shrimp at theKaranganyar provincial demonstration ponds. Bullettin of Brackishwater Aquaculture DevelopmentCenter, 5(1&2): 334-350.

Shang, Y.C. 1986. Pond production system: stocking practices in pond fish culture. In Lannan, J.E.,Smitherman, R.O., & Tchobanoglous, G. (Eds.). Principle and Practices of Pond Aquaculture. OregonState University Press. Corvallis, Oregon, p. 85-96.

SPSS (Statistical Product and Service Solution). 2006. SPSS 15.0 Brief Guide. SPSS Inc., Chicago, 217pp.

Utojo & Pirzan, A.M. 2009. Kondidisi plankton di tambak bandeng dan garam Kabupaten Jeneponto,Sulawesi Selatan. Dalam Jumanto, Dwiyitno, Chasanah, Heruwati, E.S., Irianto, H.E., Saksono, H.,Iwan Yusuf, B.L., Basmal, J., Murniyati, Murwantoko, Probusunu, N., Rosmawaty, P., Rustadi, &Ustadi (Eds.). Prosiding Seminar Nasional Tahun VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan Tahun 2009.Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, hlm. 1-8.

Widodo, J. 1997. Biodiversitas sumberdaya perikanan laut peranannya dalam pengelolaan terpaduwilayah pantai dalam Mallawa, A., Syam, R., Naamin, N., Nurhakim, S., Kartamihardja, E.S.,Poernomo, A., & Rachmansyah (Eds.). Prosiding Simposium Perikanan Indonesia II. Ujung Pandang, 2-3 Desember 1997, hlm. 136-141.

Yamaji, J. 1976. Illustration of Marine Plankton. Hoikush Publishing Co. Ltd., Osaka, Japan, 369 pp.

937 Keragaman plankton dan hubungannya ... (Andi Marsamabuana Pirzan)

Lampiran. Ringkasan model dan estimasi peubah dari peubah bebas keragaman planktondalam hubungannya dengan produktivitas udang vaname, ikan bandeng danpolikultur udang vaname dengan ikan bandeng di kawasan pertambakan KabupatenGresik Provinsi Jawa Timur

The independent variable is keragaman

R2 F P Constant b1 b2

Udang vaname Kuadratik 0,12 0,47 0,64 1.442,00 -1.442,00 443,112Ikan bandeng Kuadratik 0,19 0,93 0,43 10.880,00 -14.200,00 4.861,00Udang vaname + Ikan bandeng Kuadratik 0,18 0,75 0,51 3.203,00 -2.669,00 726,107

Ringkasan model Perkiraan peubahPeubah tidak bebas Persamaan

Model summary dan parameter estimates

R square F df1 df2 Sig. Constant b1 b2

Quadratic .119 .474 2 7 .641 1,44E+03 -1,43E+03 443.112

EquationRingkasan model Parameter Estimates

Dependent Variable:Vaname

The independent variable is keragaman

Model summary dan parameter estimates

R square F df1 df2 Sig. Constant b1 b2

Quadratic .188 .928 2 8 .434 1,09E+04 -1,42E+04 4,86E+03

EquationRingkasan model Parameter estimates

Dependent variable:bandeng

The independent variable is keragaman

R square F df1 df2 Sig. Constant b1 b2

Quadratic .079 .302 2 7 .749 5,69E+03 -7,72E+03 3,17E+03

Ringkasan model Parameter EstimatesEquation

Dependent Variable:Polikultur

Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012 938

DISKUSI

1. Gunarto

Pertanyaan:

Mengapa TSS berpengaruh negative?

Bagaimana kondisi di lapangan sebenarnya?

Tanggapan:

TSS mempengaruhi Keberadaan Plankton