pendidikan kesehatan tentang rebusan daun...
TRANSCRIPT
PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG REBUSAN DAUN
SELEDRI TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH Tn.
S PADA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGATn. S
DENGAN HIPERTENSI DI DUSUN SAMBIREJO
TUBAN KARANGANYAR
DISUSUN OLEH :
IG. ARUM SETYO PAMBUDI
NIM. P.11087
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2014
i
PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG REBUSAN DAUN
SELEDRI TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH Tn.
S PADA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S
DENGAN HIPERTENSI DI DUSUN SAMBIREJO
TUBAN KARANGANYAR
KaryaTulisIlmiah
UntukMemenuhi Salah SatuPersyaratan
DalamMenyelesaikan Program Diploma IIIKeperawatan
DISUSUN OLEH :
IG. ARUM SETYO PAMBUDI
NIM. P.11087
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA 2014
ii
iii
v
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG
REBUSAN DAUN SELEDRI TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH
Tn. S PADA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S DENGAN
HIPERTEN DI DUSUN SAMBIREJO TUBAN KARANGANYAR”.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:
1. Atiek Murharyati, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Ketua Program studi DIII
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba
ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarta.
2. Meri Oktariani, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku sekretaris Ketua Program studi
DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat
menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta dan sebagai penguji
yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan,
inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi dami
sempurnanya karya tulis ilmiah ini.
3. Dyah Ekarini S.Kep.,Ns, selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,
vii
perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya
karya tulis ilmiah ini.
4. Nurul DeviA,S.kep.,Ns, selaku dosen penguji yang telah membimbing
dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan
nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya karya
tulis ilmiah ini.
5. Semua dosen Program studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan
wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.
6. Tn. S selaku klien beserta keluarga yang telah bekerjasama dengan penulis
dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga.
7. Kedua orangtua penulis yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan
dan doanya serta menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk
menyelesaikan pendidikan.
8. Teman-teman mahasiswa khususnya kelas 3B Program Studi DIII
Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang
tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan
moril dan spiritual.
viii
Semoga laporan karya tulis ilmiah ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Amin.
Surakarta, 8 Mei 2014
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
SURAT PENYATAAN KEASLIAN PENULISAN ...................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ............................................................................ 5
C. Manfaat Penulisan .......................................................................... 6
BAB II TINJAUAN TEORI ............................................................................ 7
A. KONSEP DASAR HIPERTENSI .................................................. 7
1. Pengertian ................................................................................. 7
2. Penyebab hipertensi ................................................................ 8
3. Tanda dan gejala ...................................................................... 11
4. Patofisiologi ............................................................................ 11
5. Penatalaksanaan ...................................................................... 14
B. KONSEP DASAR KELUARGA ................................................... 15
1. Pengertian keluarga .................................................................. 15
2. Tipe keluarga ............................................................................ 17
3. Tahap perkembangan keluarga ................................................ 19
4. Fungsi keluarga ........................................................................ 22
5. Tugas keluarga ......................................................................... 22
C. PROSES KEPERAWATAN KELUARGA ................................... 24
x
1. Pengkajian ............................................................................... 24
2. Diagnosa Keperawatan............................................................. 33
3. Intervensi .................................................................................. 34
D. Pendidikan kesehatan tentang rebusan daun seledri ........ 34
BAB III LAPORAN KASUS........................................................................... 36
A. Pengkajian ..................................................................................... 36
B. Diagnosa Keperawatan................................................................... 39
C. Intervensi Keperawatan ................................................................. 40
D. Implementasi Keperawatan ............................................................ 43
E. Evaluasi .......................................................................................... 45
BAB IVPEMBAHASAN ................................................................................. 49
A. Pengkajian ..................................................................................... 49
B. Diagnosa keperawatan ................................................................... 50
C. Intervensi keperawatan................................................................... 53
D. Implementasi keperawatan ............................................................. 55
E. Evaluasi………………………………………………………… ..
BAB VPENUTUP ............................................................................................ 66
A. Kesimpulan .................................................................................... 66
B. Saran ............................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. SURAT KETERANGAN SELESAI PENGAMBILAN DATA
Lampiran 2. LOG BOOK
Lampiran 3. BERITA ACARA PENGELOLAAN ASKEP
Lampiran 4. LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH
Lampiran 5. ASUHAN KEPERAWATAN
Lampiran 6. JURNAL PENELITIAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Definisi “sehat” menurut UU Kesehatan No. 23 tahun 1992 adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan social yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif secara social dan ekonomis. Hidup manuisa ditandai oleh usaha-
usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan baik fisik, mentalemosional, social,
material, maupun spiritual. Bila kebutuhan dapat terpenuhi dengan baik maka
pada suatu saat akan tercapai keseimbangan sehingga seseorang merasakan
kepuasan atau rasa sejahtera. Dalam usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
hidup, manusia sering kali mengalami rintangan-rintangan serta hambatan-
hambatan. Hidup memang penuh rintangan dan kesulitan yang menuntut
pengorbanan tenaga, pikiran, dan waktu. Hal ini semakin terasa dalam
kehidupan modern yang ditandai dengan berbagai kebutuhan hidup,
meningkatnya persaingan dan tekanan lingkungan serta adanya perubahan-
perubahan diberbagai bidang(Kanisius 2008).
Hipertensi telah menjadi penyakit yang mematikan banyak penduduk di
Negara maju dan Negara berkembang lebih dari delapan dekade terakhir.
Hipertensi merupakan gangguan system peredaran darah yang menyebabkan
kenaikan tekanan darah diatas nilai normal, yaitu melebihi 140/90 mmHg.
Berdasarkan etiologi, hipertensi dibedakan menjadi 2, yaitu : hipertensi primer
dan sekunder. Hipertensi primer adalah suatu kondisi dimana penyebab sekunder
2
dari hipertensi tidak ditemukan. Penyebab sekunder hipertensi tersebut adalah
penyakit renovaskuler, aldosteronism, pheochromocytoma, gagal ginjal dan
penyakit lainnya. (Endang Triyanto, 2014).
Di Indonesia, dengan tingkat kesadaran akan kesehatan yang lebih
rendah, jumlah pasien yang tidak menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi
dan yang tidak mematuhi minum obat kemungkinan lebih besar. Kecenderungan
perubahan tersebut dapat disebabkan meningkatnya ilmu kesehatan dan
pengobatan, serta perubahan social ekonomi dalam masyarakat Indonesia yang
berdampak pada budaya dan daya hidup masyarakat. Dalam lingkup penyakit
kardiovaskuler, hipertensi menduduki peringkat pertama dengan penderita
terbanyak. (Endang Triyono, 2014).
Di Amerika, ddiperkirakan 30% penduduknya (± 50 juta jiwa) menderita
tekanan darah tinggi (≥ 140/90 mmHg); dengan presentase biaya kesehatan
cukup besar setiap tahunnya. Menurut National Health and Natrition
Examination Survey (NHNES), insiden hipertensi pada orang dewasa di
Amerika tahun 2010-2012 adalah sekitar 39-51%, yang berarti bahwa terdapat
58-65 juta orang menderita hipertensi, dan terjadi peningkatang 15 juta jiwa dari
data NHNES III. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat pada tahun 2012
sedikitnya sejumlah 839 juta kasus hipertensi, diperkirakan menjadi 1,15 milyar
pada tahun 2025 atau sekitar 29% dari total penduduk dunia, dimana
penderitanya lebih banyak pada wanita (30%) dibanding pria (29%). Sekitar
80% kenaikan kasus hipertensi terjadi terutama di Negara-negara berkembang.
3
Prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi usia 18
tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi mengalami komplikasi
stroke. Sedangkan sisanya mengalami penyakit jantung, gagal ginjal, dan
kebutaan. Sedangkan data yang penulis dapatkan dipuskesmas Gondangrejo Kab
Karanganyar dari bulan januari sampai maret 2014 didapatkan data penderita
hipertensi bulan januari 34 jiwa, februari 28 jiwa, maret 32 jiwa. Jadi penderita
hipertensi dari bulan januari sampai maret 2014 ada 84 jiwa yang terkena
hipertensi. Hipertensi sebagai penyebab kematian ke-3 setelah stroke dan
tuberculosis jumlahnya mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada
semua umur di Indonesia. (Riskesdas, 2010 dalam Endang Triyanto 2014).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan
angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian/ mortalitas. Tekanan darah
140/90 mmHG didasarkan pada dua fase dalam setiap denyut jantung yaitu fase
sistolik 140 menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase
diastolic 90 menunjukkan fase darah kembali ke jantung.
Menurut WHO, batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah
kurang dari 130/85 mmHg, sedangkan bila lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan
sebagai hipertensi; dan di antara nilai tersebut sebagai normal-tinggi. (batasan
tersebut diperuntukkan bagi individu dewasa diatas 18 tahun). Batas tekanan
darah yang dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg. Sebetulnya batas
antara tekanan darah normal dan tekanan darah tinggi tidak jelas, sehingga
klasifikasi hipertensi dibuat berdasarkan tingkat tingginya tekanan darah yang
4
mengakibatkan resiko penyakit-jantung dan pembuluh darah. (CBN, 2006 dalam
Edang Triyanto, 2014).
Menurut Komang ( 2010 : 9 ), sesuai dengan salah satu fungsi keluarga
yaitu pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan
yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi :
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga. Kesehatan merupakan kebutuhan
yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan
berarti. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan yang dialami anggota
keluarga, perubahan sekecil apa-pun yang dialami anggota keluarga secara
tidak langsung menjadi perhatian keluarga.
b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini
merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang
tepat sesuai dengan keadaan keluarga. Jika keluarga mempunyai
keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang lain di sekitar lingkungan
tempat tinggal.
c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Sering kali
keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga
memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluiarga itu sendiri. Jika
demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu
memperoleh tinadakan lanjutan agar masalah tidak lebih parah.
d. Memodifikasi lingkungan untuk menjamin kesehatan keluarga.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.
5
Dari data yang didapatkan penulis saat pengkajian, bahwa keluarga
cukup mengenal masalah tentang hipertensi, baik dari pengertian, tanda dan
gejala, akan tetapi klien dan keluarga belum mengetahui makanan dan minuman
yang boleh dikonsumsi untuk menyembuhkan hipertensi. Maka penulis tertarik
untuk membuat Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ Pendidikan Kesehatan
Rebusan Daun Seledri Terhadap Tn. S Pada Asuhan Keperwatan Keluarga
Dengan Hpertensi di Desa Sambirejo, Tuban, Kecamatan Gondangrejo”.
B. Tujuan Penulisan
Terdiri atas 2 ( dua ) hal yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan Umum :
Melaporkan pemberian pendidikan kesehatan rebusan daun seledri terhadap
Tn.S pada asuhan keperawatan keluarga dengan Hipertensi Di Dusun
Sambirejo Tuban, Kabupaten Karanganyar.
2. Tujuan Khusus :
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Tn. S dengan Hipertensi
pada keluarga Tn.S.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatn pada Tn. S dengan
Hipertensi pada keluarga Tn.S.
c. Penulis mampu melakukan renacana asuhan keperawatan pada Tn.S
dengan Hipertensi pada keluarga Tn.S.
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Tn. S dengan Hipertensi
pada keluarga Tn.S.
6
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Tn.S dengan Hipertensi pada
keluarga Tn.S.
f. Penulis mampu menganalisa hasil pemberian rebusan daun seledri pada
Tn.S dengan Hipertensi pada keluarga Tn.S.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini dapat menambahkan pengalaman dan pengetahuan
tentang karya tulis ilmiah.
2. Bagi Institusi
a. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan penanganan pada pasien
Hipertensi.
b. Bagi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat menjadikan tambahan ilmu bagi institusi
keperawatan keluarga dan penangan khusus Hipertensi.
3. Manfaat bagi masyarakat
Dapat memberikan informasi kepada masyarakat terhadap penatalaksanaan
pada hipertensi, serta meningkatkan rasa percaya masyarakat terhadap
tenaga kesehatan.
7
BAB II
TINJAUAN TEORI
Tinjauan teori merupakan acuan dasar terhadap proses asuhan keperawatan
secara keseluruhan. Dalam bab ini penulis menguraikan tentang konsep dasar
keluarga, konsep asuhan keperawatan dan konsep tentang penyakit Hipertensi.
A. KONSEP DASAR HIPERTENSI
1. Pengertian
Suatu keadaan dimana tekanan systole dan diastole mengalami
kenaikan yang melebihi batas normal (tekanan systole di atas 140 mmHg,
diatas 90 mmHg). Berdasarkan tinggi rendahnya diastole maka dapat
beberapa gradasi tekanan darah tinggi sbb:
a) Hipertensi berat apabila diastole lebih besar dari 130 mmHg.
b) Hipertensi agak berat tekanan apabila diastole 115-129 mmHg
c) Hipertensi sedang apabila tekanan diastole 105-114 mmHg.
d) Hipertensi ringgan apabila tekanan diastole 105-114 mmHg.
e) Hipertensi borderline bila tekanan darah yang normal dan tak
terdapat kelainan organ-organ
f) Hipertensi maigna adalah tekanan diastole lebih dari 120 mmHg
disertai dengan kelainan organ-organ (popil oedema. Gagal ginjal,
enchotalopasi).
g) Hipertensi sistolik adalah apabila tekanan darah systole melebihi 100
mmHg.
8
h) Harga normal tekanan darah (WHO) 120/80-140/90 mmHg.
( Murwani, 2011)
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah du atas normal yang mengakibatkan
peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian/
mortalitas.Tekanan darah 140/90 mmHG didasarkan pada dua fase dalam
setiap denyut jantung yaitu fase sistolik 140 menunjukkan fase darah
yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolic 90 menunjukkan
fase darah kembali ke jantung.
Menurut WHO, batas tekanan darah yang masih dianggap normal
adalah kurang dari 130/85 mmHg, sedangkan bila lebih dari 140/90
mmHg dinyatakan sebagai hipertensi; dan di antara nilai tersebut sebagai
normal-tinggi. (batasan tersebut diperuntukkan bagi individu dewasa
diatas 18 tahun). Batas tekanan darah yang dianggap normal adalah
kurang dari 130/85 mmHg.Sebetulnya batas antara tekanan darah normal
dan tekanan darah tinggi tidakaliah jelas, sehingga klasifikasi hipertensi
dibuat berdasarkan tingkat tingginya tekanan darah yang mengakibatkan
resiko penyakit-jantung dan pembuluh darah.(CBN, 2006 dalam Endang,
2014).
2. Penyebab hipertensi
Berhubungan lebih dari 90% penderita hipertensi digolongkan
atau disebabkan oleh hipertensi primer, maka secara umum yang disebut
hipertensi adalah hipertensi primer. Meskipun hipertensi primer belum
9
diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah
menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya
hipertensi. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah faktor keturunan, ciri
perseorangan, dan kebiasaan hidup.
a. Factor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memeliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya penderita hipertensi.
b. Ciri Perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbul hipertensi
adalah umur, jenis kelamin, dan ras. Umur yang bertambah akan
menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan darah. Tekanan darah pria
umumnnya lebih tinggi dibandingkan wanita. Juga, statistic di
Amerika menunjukan prevalansi hipertensi pada oreng kulit hitam
hampei dua kali lebih banyak dibandingkan dengan kulit putih.
c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya
hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi, kegemukan atau
makan berlebihan, stress dan pengaruh lain. Factor-faktor tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut.
1) Konsumsi garam yang tinggi.
Dari data statistik ternyata dapat diketahui bahwa
hipertensi jarang diderita oleh suku bangsa atau penduduk
10
dengan penduduk dengan konsumsi garam yang rendah. Dunia
kedokteran juga telah membuktikan bahwa pembatasan
konsumsi garam dapat menurunkan tekanan darah; dan
pengeluaraan (natrium) oleh obat duretik (pelancar kencing)
akan menurunkan tekanan darah lebih lanjut.
2) Kegemukan atau makan berlebihan.
Dari penelitian kesehataan yang banyak dilaksanakan,
terbukti bahwa ada hubungan antara kegemukan (obesitas) dan
hipertensi.Meskipun meknisme bagaimana kegemukan
menimbulkan hipertensi belum jelas, tetapi sudah terbukti
menurunya berat badan dapat menurunkan tekanan darah.
3) Stress atau ketegangan jiwa.
Sudah lama diketahui bahwa stress daan ketengan jiwa
(rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa
bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskaan
hormon adrenalin dn memacu jantung berdenyut lebih cepat
serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika
stress berlangsung cukup lama, tubuh akan berusaha
mengandakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis
atau perubahan patologis (Dr. Hans Selye: General Adaptation
Syndrome, 1957). Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi
atau penyakit maag.Diperkirakan, prevalensi atau kejadian
hipertensi pada orang kulit hitam di Amerika Serikat yang lebih
11
tinggi dibandingkan dengan orang kulit putih disebabkan stres
atau ada rasa tidak tidak puas orang kulit hitam pada nasip
mereka.
4) Pengaruh lain.
Pengaruh lain yang dapat menyebabkan naiknya tekanan
darah adalah sebagai berikut.
(a) Merokok karena merangsang system adrenergic dan
meningkatkan tekanan darah.
(b) Minum alcohol
(c) Minum obat-obatan, misal, Ephedrin, Prednison, Epinefrin.
(Kanisius, 2001)
3. Tanda dan gejala
Menurut Ratna Dewi (2013) tanda dan gejala dari hipertensi adalah:
a. Penglihatan kabur karena kerusakan retiana
b. Nyeri pada kepala
c. Mual dan muntah akibat meningkatnya tekanan intra kranial
d. Edema dependent
e. Adanya pembekakan karena meningkatnya tekanan kapiler
4. Patofisiologi
Meningkatnya tekanan darah didalam arteri bisa terjadi melalui
beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan
lebih banyak cairan pada setiap detiknya arteri besar kehilangan
kelenturannya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat
12
mengembang pada saat jantung memompadarah melalui arteri tersebut.
Darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang
sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah
yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan
kaku karena arterioskalierosis.
Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat
terjadi vasikokontriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara
waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon didalam darah.
Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya
tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal
sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam
tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah
juga meningkat.
Sebaiknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri
mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan
darah akan menurun. Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut
dilaksanakan oleh perubahan didalam fungsi ginjal dan sistem saraf
otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh
secara otomatis). Perubahan fungsi ginjal, ginjal mengendalikan tekanan
darah melalui beberapa cara: jika tekanan darah meningkat, ginjal akan
menambah pengeluaran garam dan air, yang akan menyebabkan
berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah normal.
13
Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi
pembuangan garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan
tekanan darah kembali kenormal. Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan
darah dengan menghasilkan enzim yang disebut renin, yang memicu
pelepasan hormon aldosteron. Ginjal merupakan organ penting dalam
mengendalikan tekanan darah; karena itu berbagai penyakit dan kelainan
pada ginjal dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi. Misalnya
penyempitan arteri yang menuju kesalah satu ginjal (stenosis arteri
renalias) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan cidera pada salah
satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya tekanan darah.
Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom
yang untuk sementara waktu akan meningkatkan tekanan darah selama
respon fiht-or-flight (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari luar);
meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung; dan juga
mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar arteriola
didaerah tertentu (misalnya otot rangka yang memerlukan pasokan darah
yang lebih banyak): mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal,
sehingga akan meningkatkan, volume darah dalam tubuh; melepaskan
hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin ( noradrenalin), yang
merangsang jantung dan pembuluh darah. Faktor stres merupakan satu
faktor pencetus terjadinya peningkatan tekanan darah dengan proses
pelepasan hormon epinefrin dan norefinefrin (Endang, 2014)
14
5. Penatalaksanaan
Pengobatan pada hipertensi bertujuan mengurangi morbiditas dan
mortalitas dan mengontrol tekanan darah. Dalam pengobatan hipertensi
ada 2 cara yaitu pengobatan non farmakologik (perubahan gaya hidup)
dan pengobatan farmakologik (Ratna Dewi,2013:25-27).
a. Pengobatan non farmakologik
Pengobatan ini dilakukan dengan cara:
1) Pengurangan berat badan
2) Melakukan aktifitas fisik
3) Membatasi asupan garam
b. Pengobatan farmakologi
Pengobatan farmakologi pada setiap penderita hipertensi
memerlukan pertimbangan berbagai faktor seperti beratnya
hipertensi, kelainan organ dan faktor resiko lain. Pengobatan
hipertensi biasanya dikombinasi dengan beberapa obat:
1) Diuretik (Tablet Hydrochlorothiazide (HCT), lasix (Furosemide)).
Merupakan golongan obat hipertensi dengan proses pengeluaran
cairan tubuh via urine. Tetapi karena potasium berkemungkinan
terbuang dalam cairan urine, maka pengontrolan konsumsi
potasium harus dilakukan.
2) Beta – blokers (Atenolol (tenorim), Capoten (captopril)).
Merupakan obat yang dipakai dalam upaya pengontrolan tekanan
15
darah melalui proses memperlambat kerja jantung dan
memperlebar (vasodilatasi) pembuluh darah.
3) Calcium channel Blokers (norvas (amlopidine),
angiotensinconvertingenzyme (ACE)). Merupakan salah satu obat
yang biasa dipakai dalam pengontrolan darah tinggi melalui
proses rileksasi pembuluh darah yang juga memperlebar
pembuluh darah. (Endang, 2014:12-13).
B. KONSEP DASAR KELUARGA
1. Pengertian keluarga
Menurut Sayekti (1994) dalam Padila (2012 : 19) mendefinisikan
keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar
perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup
bersama atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa
anak, baik anaknya sendiri atau adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah
tangga.Spradley dan Allender (1996) dalam Padila (2012 : 19)
mengemukakan satu atau lebih individu yang tinggal bersama, ssehingga
mempunyai ikatan emosional dan mengambangkan dalam ikatan social,
peran dan tugas.
Menurut Baylon dan Maglaya (1978) dalam Komang (2010 : 2).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung kaarena
hubungan perkawinan, darah atau adopsi dan hidup dalam satu rumah
16
yang saling berinteraksi satu sama lain dalam peranya masing-masing
dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkian kegiatan
dalam praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sebagai anggota
keluarga, pada tatanan komunitas dengan menggunakan proses
keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan, berlandaskan pada
etika dan etiket kepewaratan, dalam lingkup wewenang serta tanggung
jawab keperawatan (Kelompok Kerja Keperawatan CHS, 1994; Mc
Closkey & Grace, 2001) dalam Sudiharjo, (2007 : 34).
Tujuan asuhan keperawatan keluarga (Kozier & Erb, 1995;
Friedman, 1998; Mc Closkey 7 Grace, 2001) adalaah sebagai berikut.
a. Memandirikan klien sebagai bagian dari anggota keluarga.
b. Menyejahterakan klien sebagai gambaran kesejahteraan keluarga.
c. Meningkatakan kemampuan hidup sehat bagi setiap anggota
keluarga.
d. Meningkatkan produktivitas klien dan keluarga.
e. Meningkatkan kualitas keluarga.
Karakteristik “Keluarga Indonesia Berkualitas” menurut BKKBN
(2003) adalah (1) sejahtera, (2) sehat, (3) maju, (4) jumlah anak ideal, (5)
harmonis,(6) berwawasan, (7) bertanggung jawab, (8) berjiwa mandiri,
dan (9) bertakwa. (Sudiharjo, 2007:34)
17
2. Tipe keluarga
a. Menurut Maclin (1988) dalam Komang (2010 : 3) pembagian tipe
keluarga:
1) Keluarga tradisional
(a) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri
dan anak-anak yang hidup dalam rumah tangga yang sama.
(b) Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga hanya
dengan satu orang yang mengepalai akibat dari penceraian,
pisah atau di tinggalkan.
(c) Pasangan inti, hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa
anak atau tidak ada anak yang tinggal bersama mereka.
(d) Bujang dewasa yang tinggal sendirian.
(e) Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai
pencari nafkah, istri tinggal dirumah dengan anak sudah
kawin atau bekerja.
(f) Jaringan keluarga besar: terdiri dari dua keluarga inti atau
lebih anggota keluarga yang tidak menikah hidup
berdekatan dalam daerah geografis.
2) Keluarga non tradisiomal.
(a) Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi
tidak menikah (biasanya terdiri dari ibu dan anak saja).
(b) Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah telah
mempunyai anak.
18
(c) Keluarga gay / lesbian adalah pasangan yang berjenis
kelamin sama hidup bersama sebagai pasangan yang
menikah.
(d) Keluarga komuni adalah rumah tangga yang terdiri dari
lebih atau satu pasangan monogami dangan anak-anak,
secara beersama menggunakan fasilitas, sumber dan
memiliki pengalaman yang sama (Sagung Seto, 2010).
b. Menurut Allender & Spradley (2001) dalam Komang (2010 : 4)
membagi tipe keluarga berdasarkan:
1) Keluarga tradisional
a) Keluarga inti (nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri
dari suami, istri dan anak kandung atau angkat.
b) Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti
ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan
darah, misalnya kakek, nenek, paman dan bibi.
c) Keluarga Dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami
istri tanpa anak.
d) Single parent yaitu rumah tangga terdiri dari satu orang tua
dengan anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan
karena perceraian atau kematian.
e) Single adult, yaitu rumah tangga yang hanya terdiri seorang
dewasa aja.
19
f) Keluarga usia lanjut yaitu rumah tanggan yang terdiri dari
suami istri usia lanjut.
2) Keluarga non tradisional
a) Commune family, yaitu lebih dari satu keluarga tanpa
pertlinan hidup serumah.
b) Orang tua (ayah/ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan
anak hidup bersama dalam satu rumah tangga.
c) Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin yang
hidup bersama dalam satu rumah tangga.
c. Menurut Carter & Mc Goldrick (1988) dalam Setiawati Dermawan
(2005), membagi tipe keluarga berdasar.
1) Keluarga berantai (sereal family) yaitu keluarga yang terdiri
dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali daan
merupakan satu keluarga inti.
2) Keluarga berkomposisi, yaitu keluarga yang perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersama-sama.
3) Keluarga kabitas, yaitu keluarga yang terbentuk tanpa
perkawinan (Komang, 2010).
3. Tahap perkembangan keluarga
Menurut Duvel (1997) dalam Sudiharjo (2007 : 24-25) daur atau
siklus perkembangan keluarga terdiri dari delapan tahap perkembangan
yang mempunyai tugas dan resiko tertentu pada tiap tahap
perkembangan.
20
a) Tahap 1, pasangan bari menikah (keluarga baru). Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini adalah membina hubungan
perkawinan yang saling memuaskan, membina hubungan harmonis
dengan saudara dan kerabat, dan merencanakan keluarga (termasuk
merencanakan jumlah anak yang diinginkan).
b) Tahap 2, menanti kelahiran (child bearing family) atau anak tertua
adalah bayi berusia kurang dari 1 bulan. Tugas perkambangan
keluarga pada tahap ini adalah menyiapkan anggota keluarga baru
(bayi dalam keluarga), membagi waktu utnuk individu, pasangan,
dan keluarga.
c) Tahap 3, keluarga dengan anak prasekolah atau anak anak terrtua
2,5 tahun sampai dengan 6 tahun. Tugas perkembangan keluarga
pada tahap ini adalah menyatukan kebutuhan masing-masing
anggota keluarga, antara lain ruang atau kamar pribadi dan
keamanan, mensosialisasikan anak-anak, menyatukan keinginan
anak-anak yang berbeda, dan mempertahankan hubungan yang
“sehat” dalam keluarga.
d) Tahap 4, keluarga dengan anak sekolah atau anak tertua berusia 7
sampai 12 tahun. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini
adalah mensosialisasikan anak-anak termasuk membantu anak-anak
mencapai prestasi yang baik di sekolah, membantu anak-anak
membina hubungan denggan teman sebaya, mempertahankan
21
hubungan perkawinan yang memuaskan, dan memenuhi kebutuhan
kesehatan masing-masing anggota keluarga.
e) Tahap 5, keluarga dengan remaja atau dengan anak terrtua berusia
13 sampai 20 tahun. Tugas perkambangan keluarga pada tahap ini
adalah mengimbangi kebebasan remaja dengan tanggung jawab yang
sejalan dengan maturasi remaja, menfokuskan kembali hubungan
perkawinan, dan melakukan komunikasi yang terbuka di antara
orang tua dengan anak-anakk remaja.
f) Tahap 6, keluarga dengan anak dewasa (pelepasaan). Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menambah anggotan
keluarga dengan kehadiran anggota keluarga yang baru melalui
pernikahan anak-anak yang telah dewasa, menata kembali masalah-
masalah kesehatan.
g) Tahap 7, keluarga usia pertengahan. Tugas perkembangan keluarga
pada tahap ini adalah mempertahankan kontak terhadap anak dan
cucu, memperkuat hubungan perkawinan, dan meningkatkan usaha
promosi kesehatan.
h) Tahap 8, keluarga usia lanjut. Tugas perkembangan keluarga pada
tahap ini adalah menata kembali kehidupan yang memuaskan,
memyesuaikan kahidupan dengan penghasilan yang berkurang,
mempertahakan hubungan perkawinan, menerima kehilangan
pasangan, mempertahakan kontak dengan masyarakat, dan
menemukan arti hidup (Sudiharjo, 2007).
22
4. Fungsi keluarga
Menurut Friedman (1999) dalam Sudiharjo (2007 : 24) ada lima
fungsi dasar keluarga adalah sebagai berikut.
a) Fungsi afektif, adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta
kasih, serta saling menerima dan mendukung.
b) Fungsi sosialisasi, adalah proses perkembangan dan perubahan
individu keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi social dan
belajar berperan di lingkungan social.
c) Fungsi reproduksi, adalah fungsi keluarga meneruskan
kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia.
d) Fungsi ekonomi, adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebetuhan
keluarga, seperti sandang, pangan, dan papan.
e) Fungsi perawatan kesehatan, adalah kemampuan keluarga untuk
merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan
(Sudiharjo, 2007)
5. Tugas keluarga
Menurut Komang, (2010 : 9) tugas keluarga merupakan
pengumpulan data yang berkaitan dengan ketidakmampuan keluarga
dalam menghadapi masalah kesehatan. Asuhan keperawatan keluarga,
mencantumkan lima tugas keluarga sebagai paparan etiologi/penyebab
masalah dan biasanya dikaji pada saat penjajagan tahap II bila ditemui
23
data maladaptif pada keluarga. Lima tugas keluarga yang dimaksud
adalah:
a) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, termasuk
bagaimana persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit,
pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab dan persepsi keluarga
terhadap masalah yang dialami keluarga.
b) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk
sejauhmana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah,
bagaimana maasalah dirasakan oleh keluarga, keluarga menyerah
atau tidak terhadap nasalah yang dihadapi, adakah rasa takut
terhadaap akibat atau adakah sikap negative dari keuargaa terhadap
masalah kesehatan, bagaimana system pengambilan keputusan yang
dilakukaan keluarga terhadap angota keluarga yang sakut.
c) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit,
seperti bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat dan
perkembangan perawatan yang dilakukan, sumber-sumber yang ada
dalam keluarga serta sikap keluarga terhadap sakit.
d) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan, seperti
pentingnya hygiene sanatasi bagi keluarga, upaya pencegahan
penyakit yang dilakukan keluarga, upaya pemeliharaan lingkungan
yang dilakukan keluarga, kekompakan anggota keluarga dalam
menta lingkungan dalam dan luar rumah yang berdampak terhadap
kesehatan keluarga.
24
e) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan, seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan
dan fasilitas pelayanan kesehatan, berdasarkan fasilitas kesehatan
yang ada, keuntungan keluarga terhadap penggunaan fasilitass
kesehatan, apakah pengalaman yang kurang baik yang dipersepsikan
keluarga (Komang, 2010)
C. PROSES KEPERAWATAN KELUARGA
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan suatu tahapan dimana perawat mengambil
data secara terus menerus terhadap keluarga yang dibinanya Padila,
(2012 : 92)
Hal-hal yang perlu dikumpulkan datanya dalam pengkajian
keluarga adalah:
a. Data umum
1) Nama kepala keluarga (KK)
2) Alamat dan telepon
3) Pekerjaan kepala keluarga
4) Pendidikan kepala keluarga
5) Komposisi keluarga dan genogram
Komposisi keluarga
Menjelaskananggota keluarga yang diidentifikasi sebagai bagian
dari keluarga mereka. Komposisi tidak hanya mencantumkan
25
penghuni rumah tangga, tetapi juga anggota keluarga lain yang
menjadi bagian dari keluarga tersebut.
Genogram
Genogram keluarga merupakan sebuah diagram yang
menggambarkan konstelasi keluarga (pohon keluarga).
Genogram merupakan alat pengkajian informatif yang
digunakan untuk mengetahui keluarga, riwayat dan sumber-
sumber keluarga.
6) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis /tipe keluarga beserta kendala atau
masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/tipe keluarga
tersebut.
7) Suku bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan
kesehatan.
8) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan
yang dapat mempengaruhi kesehatan.
9) Status sosial ekonomi keluarga
Ditentukan oleh pandangan baik dari kepala keluarga maupun
anggota keluarga lainnya. Selain itu ditentukan pula oleh
26
kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta
barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.
10) Aktivitas rekreasi keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari kapan saja keluarga
pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi
tertentu, namun dengan menonton televisi dan mendengarkan
radio juga merupakan aktivitas rekreasi.
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari
keluarga inti.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum
terpenuhi.Menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluarga
yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala-kendala
mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti,
meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-
masing anggota keluarga, perhatian keluarga terhadap
pencegahan penyakit termasuk status imunisasi, sumber
pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga dan
pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
27
4) Riwayat keluarga sebelumnya
Mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan
istri.
c. Pengkajian lingkungan
1) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah,
tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank
dengan sumber air, sumber air minum yang digunakan serta
dilengkapi dengan denahrumah.
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan
komunitas setempat.
3) Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan melihat
kebiasaan keluarga berpindah tempat.
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh
mana interaksi keluarga dengan masyarakat.
d. Struktur keluarga
1) Sistem pendukung keluarga
Termasuk sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota
keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga
28
untuk menunjang kesehatan mencakup fasilitas fisik, fasilitas
psikologis atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas
social atau dukungan dari masyarakat setempat.
2) Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota
keluarga.
3) Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan
mempengaruhi orang lain untuk mengubah perilaku.
4) Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik
secara formal maupun informal.
5) Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh
keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.
e. Fungsi keluarga
1) Fungsi efektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan
keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana
kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana
keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
29
2) Fungsi sosialisai
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga,
sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya
serta perilaku.
3) Fungsi perawatan kesehatan
a) Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan.
Perlu dikaji sejauh mana keluarga mengetahui fakta-fakta
dari masalah kesehatan, meliputi pengertian, tanda dan
gejala, faktor penyebab dan yang mempengaruhinya serta
persepsi keluarga terhadap masalah.
b) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan.
Hal yang perlu dikaji:
(1) Sejauh mana kemampuan keluarga mengerti mengenai
sifat dan luasnya masalah?
(2) Apakah masalah kesehatan yang dirasakan oleh
keluarga?
(3) Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah
kesehatan yang dialami?
(4) Apakah keluarga merasa takut akan dari penyakit?
(5) Apakah keluarga mempunyai sifat negatif terhadap
masalah kesehatan?
(6) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas yang ada?
30
(7) Apakah keluarga kurang percaya terhadap kesehatan
yang ada?
(8) Apakah keluarga dapat informasi yang salah terhadap
tindakan dalam mengatasi masalah?
c) Melakuakan perawatan terhadap anggota keluarga yang
sakit
(1) Apakah keluarga mengetahui sifat dan perkembangan
perawatan yang dibutuhkan untuk mengulangi masalah
kesehatan atau penyakit?
(2) Apakah keluarga mempunyai sumber daya dan fasilitas
yang diperlukan untuk perawatan?
(3) Apakah keterampilan keluarga mengenai macam
perawatan yang diperlukan memadai?
(4) Apakah keluarga mempunyai pandangan negative
perawatan yang diperlukan?
(5) Apakah keluarga kurang dapat melihat keuntungan
dalam pemeliharaan lingkungan dimasa mendatang?
(6) Apakah keluarga mengetahui upaya peningkatan
kesehatan dan pencegahan penyakit hipertensi?
(7) Apakah keluarga merasa takut akan akibat tindakan
(diagnostik, pengobatan, dan rehabilitasi)?
(8) Bagaimana falsafah hidup keluarga berkaitan dengan
upaya perawatan dan pencegahan?
31
d) Menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan
kesehatan.
(1) Sejauh mana keluarga mengetahui sumber-sumber
keluarga yang dimiliki?
(2) Sejauh mana keluarga mengetahui keuntungan atau
manfaat pemeliharaan lingkungan?
(3) Sejauh mana keluarga mengetahui upaya pencegahan
penyakit?
(4) Bagaiman sikap atau pandangan keluarga terhadap
hygiene dan sanitasi?
(5) Sejauh mana kekompakkan anggota keluarga?
e) Mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat
dilingkungan setempat.
(1) Sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas
kesehatan?
(2) Sejauh mana keluarga mengetahui keuntungan yang
dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan?
(3) Sejauh mana tingkat kepercayaan keluarga terhadap
petugas dan fasilitas kesehatan?
(4) Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang
baik terhadap petugas kesehatan?
(5) Apakah fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh
keluarga?
32
4) Fungsi Reproduksi
Hal yang perlu dikaji:
a) Berapa jumlah anak?
b) Apakah rencana keluarga berkaitan dengan jumlah anggota
keluarga?
c) Metode yang digunakan keluarga dalam upaya
mengendalikan jumlah anggota keluarga?
5) Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji:
a) Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang,
pangan dan papan?
b) Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di
masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan
keluarga?
f. Stres dan koping keluarga
1) Stressor jangka pendek dan panjang
a) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari
enam bulan.
b) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami
keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih
dari enam bulan.
33
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor dikaji sejauh
mana keluarga berespon terhadap stressor.
3) Strategi koping yang digunakan
Dikaji strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan/stress.
4) Strategi adaptasi disfungsional
Dujelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang
digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan/stress.
g. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode
yang digunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinik.
h. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga
terhadap petugas kesehatan yang ada.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan masalah
keperawatan yang didapat dari data – data pada pengkajian yang
berhubungan dengan etiologi yang berasal dari data –data pengkajian
fungsi keperawatan keluarga.diagnosa keperawatan mengacu pada
rumusan PES ( problem,etiologi,dan simptom) dimana untuk problem
menggunakan rumusan masalah dari NANDA,sedangkan untuk etiologi
dapat menggunakan pendekatan 5 tugas keluarga atau dengan
menggambarkan pohon masalah (padila, 2012:105).
34
3. Intervensi
Tahap berikutnya setelah merumuskan diagnose keperawatan
keluarga adalah melakukan perencanaan. Perencanaan diawali dengan
merumuskan tujuan yang ingin dicapai serta rencana tindakan untuk
mengatasi masalah yang ada.Tujuan dirumuskan untuk mengatasi atau
meminimalkan stressor dan intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat
pencegahan.Pencegahan primer untuk memperkuat garis pertahanan
sekunder dan pencegahan tersier untuk memperkuat garis pertahanan
resisten (Anderson & ferlane, 2000 dalam Komang, 2010).
D. Pendidikan Kesehatan Tentang Rebusan Daun Seledri
Tanaman seledri merupakan semak denga tinggi mencapai 50 cm.
batang tidak berkayu, berbentuk persegi, beratur, beruas, bercabang, tegak,
dan berwarna hijau pucat. Daun menjamuk, menyirip ganjil, anak daun
berjumlah 3-7 helai, pangkal dan ujung runcing, tapi beringgit, panjang 2-7,5
cm, bertangkai, pertulangan menyirip, dan berwarna hijau keputihan. Bunga
menjemuk, berbentuk payung, mahkota berbagi lima, dan bagian pangkal
berlekatan. Buah kotak, berbentuk kerucut, panjang 1-1,5 mm, dan berwarna
hijau kekuningan. Bagian yang digunakan batang dan daun. Kandungan kimia
Hidrat arang, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin (A, B1, dan C), saponin,
flavonoid, polifenol, dan zat apiin. Khasiat dan manfaat seledri, berkhasiat
sebagai obat hipertensi, sakit mata, masuk angin, mual, dan rematik.
35
Seledri atau celery ( Apium graveolens ) merupakan salah satu dari
jenis terapi herbal untuk menangani penyakit hipertensi. Seledri selain mudah
diperoleh dan didapat degan harga yang terjangkau oleh masyarakat, seledri
juga sydah sering digunakan dalam keseharian baik sebagai penyedap
makanan maupun dimakan sebagai lalapan. Disamping itu bukti-bukti empiris
dan dukungan ilmiah dari berbagai penelitian baik luar negeri maupun dalam
negeri membuktikan bahwa seledri dapat menurunkan tekanan darah.
Zat warna klorofil dalam seledri mengandung anti oksidan sehingga
dapat sebagai agen anti inflamasi. Kandungan 3-n-butylpthalide atau
phthalides dalam seledri berperan dalam merelaxasi dan melemaskan otot-
otot halus pembuluh darah dan menurunkan hormon stres dalam darah.
Seledri bertindak seperti diuretic atau “ pil air “ dan kaya akan kalium dan
magnesium yang mengatur regulasi tekanan darah, sehingga seledri signifikan
menurunkan tekanan darah (Zulhafni, 2011)
Cara untuk membuat obat tradisional dari seledri untuk penurunan tekanan
darah adalah.
1. Cuci bersih 100 gram seledri utuh, lalu tumbuk sampai halus.
Tambahkan 1 cangkir air, lalu peras dan saring. Tim seledri sampai
mendidih. Dinginkan, kemudian pisahkan untuk 2 kali minum, pagi dan
sore hari.
2. Cuci bersih 16 batang seledri sampai bersih dan potong-potong kasar.
Masukan kedalam panci email dan tambahkan 2 gelas air bersih. Rebus
36
sampai airnya tersisa ¾. Dinginkan, minum airnya, dan makan
seledrinya. Lakukan 2 kali sehari, masing-masing setengahnya.
36
BAB III
LAPORAN KASUS
Pada bab ini akan ditulis laporan kasus keperawatan keluarga pada Tn. S
dengan masalah hipertensi.kasus ini meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada hari Rabu, 10 april 2014, pukul 13.00 WIB
di rumah keluarga Tn. S. Data diperoleh dari klien dan keluarga. Biodata
didapat adalah Tn. S 58 Th, Alamat di Dusun Sambirejo Rt 02/03, Wonorejo
Tuban, Kec. Gondangrejo, Kab. Karanganyar. Pendidikan tamat SMA
pekerjaan Pensiunan PNS. Klien tinggal bersama istrinya Ny. S dan kedua
Anaknya yaitu Sdr. B 23 Th dan Sdr. L 17 Th, termasuk dalam tipe keluarga
NuclearFamily (keluarga inti), suku jawa, semua anggota keluarga menganut
Agama Islam, penghasilan setiap bulan Rp. 1.000.000,00 - Rp. 1.500.000,00
penghasilan tersebut didapat dari pensiunan Tn. S sebagai PNS dan usaha
ayam ternak keluarga Tn. S.
Tahap keluarga sekarang adalah perkembangan keluarga dengan anak
dewasa, data ini didukung dengan anak pertama yang sudah menikah dan
hidup bersama suaminya, tahap perkembangan keluarga yang sudah terpenuhi,
memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru dari
perkawinan anaknya, melanjutkan dan menyesuaikan kembali hubungan
perkawinan, mempersiapkan anak-anak untuk hidup mandiri dan menerima
37
kepergian anaknya. Tahap perkembangaan keluarga yang belum terpenuhi
yaitu menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-
anaknya. Tn. S mempunyai riwayat penyakit Hipertensi ± 3Th yang lalu.
Kemudian Pasien pernah kontrol di RSUD Surakarta pada tanggal 20 Oktober
2013 dan selama ini Tn. S tidak kontrol lagi karena jarak yang jauh kemudian
Tn. S memutuskan untuk periksa ke Puskesmas Gondangrejo secara rutin,
pada tanggal 7 April 2014 Tn. S kontrol yang ke3 kalinya, dan didapat data
TD. 170/100 mmHg, N. 96x /menit, RR 20x /menit, dan Tn. S mengeluh
pusing, letih, lesu, lemah, dan pusing jika bangun dari duduk. Ny. S istri dari
Tn. S memiliki anak 3 anak yang pertama sudah menikah dan hidup bersama
suaminya, keadaan saat pengkajian dalam keadaan sehat tidak memiliki
penyakit, Sdr. B anak kedua dari Tn. S masih status pelajar keadaan saat ii
sehat tidak memiliki penyakit, Sdr. L anak ketiga dari Tn. S masih berstatus
pelajar keadaan sehat tidak memiliki penyakit. Bila ada anggota keluarga yang
sakit jika tidak terlalu parah dibelikan obat dari warung dan jika tidak kunjung
sembuh dibawa kepelayanan kesehatan.
Riwayat keluarga sebelumnya, dari pihak keluarga Tn. S ada yang
mempunyai penyakit yang sama dengan Tn. S yaitu Ibu dari Tn. S dengan
penyakit Hipertensi.
Karakteristik rumah, rumah keluarga Tn. S adalah milik sendiri, tipe
permanen, luas ± 200 m2 (1 ruang tamu, 4 kamar tidur, 1 ruang keluarga, 1
dapur, 1 kamar mandi). Ventilasi dan jendela dibuka setiap hari cahaya
38
matahari sedikit masuk kedalam rumah. Air bersih dari sumur dan PAM (Air
untuk memasak, mandi, mencuci, dll).
Kondisi rumah kurang bersih khususnya pada kamar mandi, kondisi
kamar mandi lantai licin, lembab, penerangan yang kurang / redup, dan
keluarga membersihkan kamar mandi 1x dalam 2minggu. Ada pembuangan
limbah rumah tangga berupa selokan yang dialirkan kesungai, dalam keluarga
Tn. S kebiasaan membersihkan rumah setiap hari berupa menyapu dan
membakar sampah. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat,
keluarga Tn. S biasa berkumpul pada sore hari, Tn. S aktif dalam mengikuti
pertemuan Rt dan Ny. S juga aktif dalam mengikuti pertemuan ibu-ibu,
keamanan lingkungan terjaga dan hubungan antara tetangga berjalan dengan
baik.
Anggota keluarga Tn. S mempunyai sifat komunikasi terbuka. Jika
ada masalah selalu dimusyawarahkan dengan anggota keluarga yang lain, dan
bebas mengeluarkan pendapat. Tn. S adalah sebagai pengambil keputusan
yang paling dominan dikeluarga. Peran formal ayah sebagai kepala keluarga
dan pencari nafkah, peran informalnya adalah sebagai pelindung keluarga.
Peran formal Ibu sebagai Ibu rumah tangga, peran informalnya sebagai
pendidik. Tn. S juga menegaskan kepada anggota keluarganya untuk saling
menghormati dan menghargai kepada orang lain dan berperilaku sopan santun
dimanapun berada.
Keluarga Tn. S mempunyai perasaan memiliki dan dimiliki, saling
berinteraksi saling membantu bila ada yang kesusahan.
39
Kemampuan keluarga dalam megenal masalah Tn. S, keluarga
sebenarnya sudah mengetahui tentang kondisi Tn. S yang mempunyai
penyakit hipertensi keluarga juga sudah mengetahui tanda dan gejala
hipertensi tetapi keluarga belum mengetahui makanan yang sehat dan baik
untuk hipertensi. Kemampuan keluarga melakukan tindakan keperawatan
kesehatan yang tepat kepada anggota keluarga yang sakit, kemampuan
keluarga dalam merawat anggota Tn. S belum baik karena keluarga belum
tahu bagaimana memberikan makanan yang baik dan sehat untuk Tn. S yang
menderita penyakit hipertensi, dan selama ini keluarga tidak mengontrol
makanan untuk Tn. S.
Keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan yaitu Rumah
Sakit, Puskesmas, Bidan dan praktek Dokter. Keluarga juga memahami
keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari fasilitas kesehatan. Keluarga ini
mempercayai petugas dan fasilitas kesehatan.
Kesadaran Klien adalah composmentis. Vital sign adalah TD: 170/100
mmHg. N: 96/menit, RR: 20x/menit, Tn. S mengeluh pusing, letih, lesu,
lemah, dan pusing jika bangun dari duduk, pengelihatan Tn. S kabur, dan Tn.
S menggunakan alat bantu penglihatan.
B. Diagnosa Keperawatan
Dari hasil pengkajian yang dilakukan tanggal 10 April 2014 dapat
ditegakkan 2 diagnosa keperawatan keluarga yaitu:
40
1. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah.
Diagnosa ini didukung oleh data subyektif Tn. S mempunyai riwayat
Hipertensi 3 Th yang lalu, klien juga belum mengetahui tanda dan gejala
hipertensi, klien mengatakan belum mengetahui tentang makan yang baik
untuk dirinya yang menderita hipertensi, klien mengatakan belum tahu
bagaimana mengubah pola hidup, klien mengatakan merasa letih, lesu,
pusing jika bangun dari duduk dan mual. Keluarga Tn. S mengatakan
belum mengetahui makanan yang baik untuk Tn. S dalam mengatasi
penyakit Hipertensi
Data obyektif yang didapat Tn. S dan keluarga sangat antusias dan
senang mengenai wawancara beberapa hal terkait masalah yang dialami
Tn. S, pada saat dikaji tekanan darah 170/100 mmHg, klien tampak
pucat, letih lesu dan pusing.
2. Kerusakan pemeliharaan rumah berhungan dengan ketidakmampuan
keluarga memodifikasi lingkungan kamar mandi.
Diagnosa ini didukung oleh data subyektif yaitu Tn. S mengatakan jarang
membersihkan kamar mandi klien hanya membersihkan kamar mandi 2
minggu sekali, klien mengatakan pandangan sudah tidak jelas atau kabur.
Data obyektif kamar mandi terlihat lembab, licin, dan penerangan kurang
/ redup, klien tampak menggunakan alat bantu penglihatan.
41
C. Intervensi Keperawatan
1. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah.
Tujuan yang ingin dicapai, tujuan umumnya setelah dilakukan
pertemuan selama 3 x kunjungan nyeri akut pada Tn. S teratasi dan
tekanan darah pada Tn. S dalam batasan normal dan tidak mengalami
serangan Hipertensi berulang. Tujuan khususnya setelah
dilakukantindakan keperawatan selama 3x 45 menit, klien dan keluarga
mengetahui tanda dan gejala hipertensi, mengetahui makanan yang baik
dan sehat untuk penyekit hipertensi, mengetahui / dapat mengubah pola
hidup sehat, mengetahui obat tradisional untuk menurunkan tekanan
darah / hipertensi dengan rebusan daun seledri. Intervensinya adalah
jelaskan tentang tanda dan gejala hipertensi, jelaskan tentang makanan
yang baik dan sehat untuk penyakit hipertensi, ajarkan obat tradisional
untuk menurunkan tekanan darah / hipertensi dengan rebusan daun
seledri, dengan resep:
a. Cuci bersih 100 gram seledri utuh, lalu tumbuk sampai halus.
Tambahkan 1 cangkir air, lalu peras dan saring. Tim seledri sampai
mendidih. Dinginkan, kemudian pisahkan untuk 2 kali minum, pagi
dan sore hari.
b. Cuci bersih 16 batang seledri sampai bersih dan potong-potong
kasar. Masukan kedalam panci email dan tambahkan 2 gelas air
bersih. Rebus sampai airnya tersisa ¾. Dinginkan, minum airnya,
42
dan makan seledrinya. Lakukan 2 kali sehari, masing-masing
setengahnya.
Rasionalnya, agar keluarga mengetahui tanda dan gejala hipertensi,
agar keluarga dan klien mengetahui makanan yang baik dan sehat
untuk penyakit hipertensi, agar keluarga mampu membuat obat
tradisional dengan rebusan daun seledri.
2. Kerusakan pemeliharaan rumah berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga memodifikasi lingkungan kamar mandi.
Tujuan yang ingin dicapai, tujuan umumnya setelah dilakukan
kunjungan selama 3 x kunjungan keluarga diharapkan dapat
membersihkan lingkungan rumah terutama pada kamar mandi untuk
mengurangi resiko jatuh. Tujuan khususnya setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x 45 menit keluarga diharapkan mengenal masalah
rumah sehat, pentingnya lingkungan yang bersih pada kamar mandi,
keluarga mampu merawat lingkungan yang bersih, mengetahui cara
membersihkan kamar mandi, motivasi untuk lebih sering membersihkan
kamar mandi. Intervensinya adalah: beri penkes rumah sehat, diskusikan
dengan keluarga tentang bagaimana cara membersihkan kamar mandi
dan lebih sering untuk membersihkan kamar mandi minimal 2x
seminggu, motivasi keluarga untuk lebih sering membersihkan kamar
mandi untuk mengurangi resiko jatuh. Rasionalnya adalah: agar keluarga
mengetahui bagaimana rumah sehat, keuntungan rumah sehat, dan
kerugian rumah tidak sehat, agar keluarga mengetahui cara
43
membersihkan kamar mandi, agar keluarga mengetahui pentingnya
lingkungan kamar mandi yang bersih dan mengurangi resiko jatuh.
D. Implementasi Keperawatan
Berdasarkan Intervensi yang telah disusun, Implementasi dilakukan
pada tanggal 10 April 2014 untuk diagnosa yang pertama yaitu pada jam
10.00 menjelaskan tanda dan dejala hipertensi, menjelaskan tentang makanan
yang baik dan sehat untuk penyakit hipertensi, menjelaskan tentang pola
hidup sehat, mengajakan obat tradisional untuk menurunkan tekanan darah /
hipertensi dengan rebusan daun seledri dengan resep, 1. Cuci bersih 100
gram seledri utuh, lalu tumbuk sampai halus. Tambahkan 1 cangkir air, lalu
peras dan saring. Tim seledri sampai mendidih. Dinginkan, kemudian
pisahkan untuk 2 kali minum, pagi dan sore hari.
1. Cuci bersih 16 batang seledri sampai bersih dan potong-potong kasar.
Masukan kedalam panci email dan tambahkan 2 gelas air bersih. Rebus
sampai airnya tersisa ¾. Dinginkan, minum airnya, dan makan
seledrinya. Lakukan 2 kali sehari, masing-masing setengahnya.
Pada hari yang sama dan tanggal yang sama untuk diagnosa kedua pada
jam 10.30 WIB memberikan penkes rumah sehat, mengajarkan cara
merawat lingkungan yang bersih, mengajarkan cara membersihkan
kamar mandi, menjelaskan untuk lebih sering membersihkan kamar
mandi.
44
Pada hari kedua tanggal 11 April 2014 jam 11.00 untuk diagnosa
yang pertama, mengobservasi tekanan darah klien rasionalnya untuk
mengetahui tekanan darah dalam batasan normal atau tidak, mengulang
kembali tentang menjelaskan tanda dan gejala hipertensi, menjelaskan
tentang makanan yang sehat dan baik untuk penyakit hipertensi,
menjelaskan tentang pola hidup sehat. Memberikan obat tradisional
rebusan duan seledri dengan cara 1. Cuci bersih 100 gram seledri utuh,
lalu tumbuk sampai halus. Tambahkan 1 cangkir air, lalu peras dan
saring. Tim seledri sampai mendidih. Dinginkan, kemudian pisahkan
untuk 2 kali minum, pagi dan sore hari.
2. Cuci bersih 16 batang seledri sampai bersih dan potong-potong kasar.
Masukan kedalam panci email dan tambahkan 2 gelas air bersih. Rebus
sampai airnya tersisa ¾. Dinginkan, minum airnya, dan makan
seledrinya. Lakukan 2 kali sehari, masing-masing setengahnya.
Sedangkan untuk diagnosa yang kedua pada jam 11.30 WIB,
mengobservasi lingkungan rumah terutama kamar mandi rasionalnya
apakah lingkungan rumah dan kamar mandi sudah dalam kondisi bersih
apa belum. Menjelaskan kembali tentang, memberikan penkes rumah
sehat, mengajarkan kembali cara merawat lingkungan rumah yang bersih,
menjelaskan cara membersihkan kamar mandi, memotivasi untuk lebih
sering membersihkan kamar mandi.
Kemudian implementasi pada hari ketiga dilakukan pada tanggal 12
April 2014 jam 09.00 WIB, diagnosa yang pertama mengobservasi
45
tekanan darah klien, rasionalnya sudah dalam rentan normal atau belum,
menjelaskan kembali tentang tanda dan gejala hipertensi, menjelaskan
tentang makanan yang sehat dan baik untuk hipertensi,mengajarkan cara
membuat obat tradisional dengan rebusan daun seledri dengan cara, Cuci
bersih 16 batang seledri sampai bersih dan potong-potong kasar.
Masukan kedalam panci email dan tambahkan 2 gelas air bersih. Rebus
sampai airnya tersisa ¾. Dinginkan, minum airnya, dan makan
seledrinya. Lakukan 2 kali sehari, masing-masing setengahnya.
E. Evaluasi
Evaluasi dilakukan setelah selesai melakukan implementasi pada hari
itu juga. Evaluasi pada hari kamis tanggal 10 April 2014 untuk diagnosa
Pemeliharaan kesehatan tidak efektif b.d Ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah. Respon subyektif Tn. S mengatakan masih merasa pusing,
letih, lesu, dan saat di observasi TD: 160/100 mmHg, keluarga dapat
menjelaskan tanda gejalan hipertensi adalah nyeri pada kepala, penglihatan
kabur, mual muntah akibat peningkatan tekanan intrakrenial, dan edema
dependent, keluarga mengatakan makanan yang baik untuk hipertansi adalah
rendah garam, rendah lemak, makan banyak bauh dan sayuran segar, keluarga
mengatakan mengerti cara membuat rebusan daun seledri. Respon obyektif
klien masih tampak litih, lesu, dan pucat, keluarga tampak memperhatikan
penjelasan tentang tanda dan gejala hipertensi, keluarga bisa menjawab dan
menerangkan kembali tentang apa yang sudah di sampaikan oleh perewat.
46
Analisa: masalah pemeliharaan kesehatan tidak efektif belum teratasi.
Planning: lanjutkan intervensi menjelaskan tanda dan gejala hipertensi,
memberikan rebusan daun seledri.
Untuk diagnosa kerusakan pemeliharaan rumah b.d ketidakmampuan
keluarga memodifikasi lingkungan kamar mandi. Respon subyektif, keluarga
mengatakan rumah sehat sangat penting agar tidak mudah terkena penyakit,
keluarga mengatakan cara membersihkan kamar mandi dengan cara di kasih
sabun cair anti kuman cair seperti detol, wipol dll lalu sehabis itu di gosok-
gosok sepaya tidak licin dan lembab, dan menambah penerangan pada kamar
mandi, keluarga mengatakan kebersihan kamar mandi sangat panting supaya
tidak mudah terkena penyakit dan keluarga membersihkan kamar mandi 2x
seminggu. Respon obyektif keluarga memahami penkes tentang rumah sehat,
keluarga tampak mengerti dan mendengarkan saat diberi penkes. Analisa:
masalah kerusakan pemeliharaan rumah, belum teratasi, planning: lanjutkan
intervinsi, mengajarkan cara membersihkan kamar mandi, mengajarkan cara
merawat lingkungan yang sehat.
Untuk evaluasi pada hari kedua tanggal 11 April 2014, untuk diagnose
pertama Pemeliharaan kesehatan tidak efektif b.d ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah. Respon subyektif klien mengatakan masing pusing, letih,
lesu, dan saat observasi TD ; 160/100 mmHg, keluarga mengatakan makanan
yang baik untuk hipertensi yaitu rendah garam, rendah lemak, klien
mengatakan mau diberikan rebusan daun seledri untuk menurunkan tekanan
darah. Respon obyektif klien tampak letih, lesu dan pusing, keluarga tampak
47
memperhatikan penjelasan tentang tanda dan gejala hipertensi, klien
mengatakan mau diberikan rebusan daun seledri. Analisa : masalah
pemeliharaan kesehatan tidak efektif belum teratasi , dengan hasil TD 150/90
mmHg terapi rebusan daun seledri cukup efektif. Plenning : lanjutkan
intervensi, menjelaskan makanan yang baik dan sehat, memberikan obat
tradisional rebusan daun seledri.
Untuk diagnose kedua kerusakan pemeliharaan rumah b.d
ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan. Respon subyektif
keluarga mengatakan rumah sehat sangat penting agar tidak mudah terkena
penyakit, keluarga mengatakan cara membersihkan dan merawat rumah
terutama kamar mandi. Respon obyektif keluarga memahami dan
memperhatikan penkes tentang rumah sehat, kamar mandi sudah tampak
bersih dan penerangan cukup setelah di pasang lampu yang lebih besar,
keluarga bisa menjawab dan menerangkan tentang apa yang di sampaikan
oleh perawat. Analisa : masalah kerusakan pemeliharaan rumah, belum
teratasi. Planning : hentikan intervensi.
Evaluasi pada hari ketiga untuk diagnose yang pertama pemeliharaan
kesehatan tidak efektif b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah.
Respon subyektif klien mengatakan pusing, letih, lesu berkurang saat di
obsevasi TD 150/90 mmhg, keluarga dapat menyebutkan makan yang baik
untuk hipertensi, klien mengatakan mau diberikan obat tradisional dengan
cara rebusan daun seledri. Respon obyektif klien tampak letih dan lesu,
keluarga bisa menjawab dan menerangkan kembali tentang apa yang sudah di
48
sampaikan oleh perawat, klien tampak mau diberikan rebusan daun seledri.
Analisa : masalah pemeliharaan kesehatan tidak efektif belum teratasi,
dengan hasil TD 140/90 mmHg, terapi rebusan daun seledri kurang efisien
karena waktu yang tidak memungkikan karena waktu yang terdapat pada
jurnal keefektifan rebusan daun seledri selama 1 minggu. Planning anjurkan
untuk melanjutkan pembuatan obat tradisional dengan rebusan daun seledri
dan anjurkan untuk memeriksakan secara rutin kesehatanya.
49
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini pembahasan penulis membahas mengenai Pendidikan
Kesehatan tentang Rebusan Daun Seledri terhadap Tn. S pada Asuhan
Keperawatan Keluarga Tn. S dengan hipertensi di dusun Sambirejo Tuban
Karanganyar berdasarkan perbandingan antara jurnal dengan asuhan keperawatan
secara teori dengan kenyataan yang ada pada kasus nyata yang dilakukan asuhan
keperawatan pada tanggal 09 April 2014. Pada pembahasan ini dimulai dari
pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian dalam kasus ini dilakasanakan pada tanggal 09 April
2014. Penulis melakkan pengkajian pada keluarga Tn. S berdasarkan
pengkajian 32 data menurut (Padila,2012) pengkajian dilakukan secara terus
menurus terhadap keluarga yang dibinanya. Hal-hal yang prlu dikumpulkan
datanya dalam pengkajian keluarga adalah: data umum, riwayat dan tahap
perkembangan keluarga, pengkajian keluarga, struktur keluarga, fungsi
keluarga, stres dan koping keluarga, dan pemeriksaan fisik.
Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan pada keluarga Tn. S
terutama pada Tn. S ditemukan data: Tn. S sering mengeluh letih, lemah,
lesu, pusing jika bangun dari duduk, mual muntah, dan penglihatan kabur.
Data obyektif yang ditemukan adalah tekanan darah 170 /100 mmHg dan Tn.
S tampak menggunakan alat bantu penglihatan yang diperiksa pada tanggal
50
09 April 2014. pengkajian yang muncul pada penderita hipertensi secara teori
menurut Ratna (2013) adalah penglihatan kabur karena kerusakan retina,
nyeri pada kepala, mual dan muntah akibat meningkatnya tekanan intra
kranial, edema dependent, adanya pembengkakan karena meningkatnya
tekanan kapiler.
Pengkajian yang muncul pada Tn. S adalah: penglihatan kabur dan
mual muntah, hal ini relatif sama dengan teori. Sedangkan tanda yang lain
misalnya: letih, lemah, lesu, pusing jika bangun dari duduk sering terjadi juga
pada Tn. S tetapi tidak ada diteori. Faktor pendukung saat pengkajian adalah
keluarga sangat antusias kooperatif saat penulis melakukan pengkajian. Tidak
ditemukan faktor penghambat dalam keluarga Tn. S saat pengkajian
berlangsung.
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis tentang respons
individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan yang aktual
dan potensial, atau proses kehidupan (NANDA Internasional, 2007 dalam
Potter & Perry, 2009).
Diagnosa keperawatan keluarga pada kasus yang sesuai dengan teori
yaitu:
1. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah. (Suprajitno, 2004 : 74)
51
Tekanan darah 140/ 90 mmHg didasarkan pada dua fase dalam
setiap denyut jantung yaitu fase sistolik 140 menunjukkan fase darah
yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolic 90 menunjukkan
fase darah kembali kejantung (CBN, 2006). Dari data tersebut yang
masuk karakteristik adalah saat pengecekan tekanan darah pada Tn. S
didapatkan hasil TD 170/ 100 mmHg, Tn. S saat kontrol dipuskesmas
Gondangrejo hanya mengontrolkan hipertensi Tn. S mengeluh letih, lesu,
lemah, pusing jika bangun dari duduk, mual dan pandangan kabur.
Kesenjangan data pada Tn. S adalah mengabaikan makanan yang
dipantang untuk penyakit hipertensi. Tn. S dan keluarga belum tahu
makanan yang baik untuk Tn. S yang menderita penyakit hipertensi Tn. S
terlihat sedikit gemuk, data ini tidak tercantum pada data pengkajian
karena kekurang telitian penulis.
Untuk penegakan diagnosa ini seharusnya adalah “Gangguan
perfusi jaringan cerebral pada keluarga Tn. S terutama Tn. S
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit” karena data yang mendukung adalah Tn. S sudah
mengalami kenaikan tekanan darah yaitu 170/ 100 mmHg dan sudah
mengalami mual, muntah, dan pandangan kabur.tetapi karena kekurang
telitian penulis sehingga penulis mengambil diagnosa tersebut.
2. Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga memodifikasi / memelihara lingkungan rumah
52
yang aman khususnya pada kamar mandi (NANDA, 1995, dalam Setiadi,
2008)
Jatuh dipengaruhi oleh beberapa faktor diantara adalah faktor intrinsik:
Penglihatan yang kurang, gangguan pendengaran, gangguan psikologis,
dan gangguan sistem susunan saraf. Sedangkan faktor ekstrinsik antara
lain adalah lantai yang licin dan tidak rata, tersandung oleh benda-benda,
penglihatan yang kurang karena pencahayaan yang kurang terang,
lingkungan asing, obat-obatan yang diminum, dll. Data yang mendukung
diagnosa ini adalah pencahayaan pada kamar mandi yang kurang terang,
Tn. S memiliki gangguan penglihatan yang kurang dan klien tidak
memahami makanan yang baik dan sehat untuk penyakit hipertensi
karena tidak pernah berkonsultasi pada pelayanan kesehatan. Serta
ditemukan juga data yang mengarah keresiko jatuh / cidera tetapi tidak
dicantumkan dalam data pengkajian karena kurang ketelitian penulis
pada saat penelitian pengkajian dilakukan pada tanggal 09 April 2014
yaitu keadaan rumah berantakan, benda-benda berserakan khususnya
pada kamar mandi lantai licin, lembab, penerangan yang kurang, dan
tidak adanya ventilasi sehingga cahaya matahari tidak dapat masuk
sedangkan batasan karakteristik yang tidak terdapat pada klien adalah
klien tidak mengalami gangguan secara berjalan dan gangguan
psikologis. Dari data – data yang muncul maka menulis menegakan data
tersebut sebagai permasalahan pada keluarga Tn. S.
53
C. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah tindakan atau respon dari perawat yang
meliputi hubungan tindakan terapeutik yang terjadi dalam kontek hubungan
perawat-klien untuk memengaruhi individu, keluarga, atau fungsi komunikasi
yang merupakan tanggung jawab perawat, Wright dan Bell (1994).
Rencana keperawatan keluarga adalah Penanganan perawatan
langsung yang perawat lakukan untuk kepentingan klien intervensi perawatan
meliputi tindakan yang diprakasai oleh perawat dan tindakan yang diprakasai
oleh dokter, Bulechek dan McCloskey (1994).
1. Nyeri akut pada Tn. S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawatanggota keluarga yang sakit.
Tujuan umum dari diagnosa keperawatan tersebut yaitu setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x kunjungan nyeri akut pada
Tn. S teratasi dan tekanan darah pada Tn. S berkurang / teratasi. Tujuan
khususnya yaitu setelah dilakukan tindakan 1x 45 menit tekanan darah
Tn. S mengalami penurunan, keluarga mengetahui makanan yang baik
dan sehat untuk Tn. S yang menderita hipertensi, dan keluarga mampu
mendenmonstrasikan cara membuat obat tradisional dengan daun seledri.
Intervensi yang dilakukan penulis sesuai dengan teori. Intervensi
yang disusun adalah memberikan penkes makanan yang baik dan sehat
untuk penyakit hipertensi dan menjelaskan terapi rebusan seledri serta
mengajarkan cara membuat obat tradisional untuk menurunkan tekanan
darah dengan rebusan daun seledri.
54
Ada 2 cara pembuatan adalah sebagai berikut:
1) Cuci bersih 100 gram seledri utuh,lalu tumbuk sampai halus.
Tambahkan 1 cangkir air, lalu peras dan saring. Tim seledri sampai
mendidih. Dinginkan, kemudian pisahkan untuk 2 kali minum, pagi
dan sore hari.
2) Cuci bersih 16 batang seledri sampai bersih dan potong-potong
kasar. Masukan dalam panci email dan tambahkan 2 cangkir air
bersih. Rebus sampai airnya tersisih ¾. Dinginkan, minum airnya,
dan makan seledrinya. Lakukan 2 kali sehari, masing-masing
setengahnya.
Intervensi yang pertama penulis lakukan adalah menjelaskan klien
dan keluarga tentang makanan yang baik dan sehat untuk penyakit
hipertensi tetapi tidak teori yang menunjang untuk intervensi yang
pertama.
Intervensi kedua yang penulis lakukan adalah
mendenmonstrasikan cara membuat obat tradisional dengan
menggunakan rebusan daun seledri. Tanaman seledri merupakan semak
dengan tinggi mencapai 50 cm. Batang tidak berkayu, berbentuk persegi,
beratur, beruas, bercabang, tegak, dan berwana hijau pucat. Daun
menjamuk, menyirip ganjil, anak daun berjumlah 3-7 helai, pangkal dan
ujung runcing, tapi beringgit, panjang 2-7,5 cm, bertangkai, pertulangan
menyirip, dan berwarna hijau keputihan. Bunga majemuk, berbentuk
payung, mahkota berbagi lima, dan bagian pangkal berletakan. Buah
55
kotak, berbentuk kerucut, panjang 1-1,5 mm, dan berwarna hijau
kekuningan. Bagian yang digunakan batang dan daun. Kandungan kimia
Hidrat arang, kalsuim, fosfor, zat besi, vitamin(A, B1, dan C), saponin,
flavonoid, polifenol, dan zat apiin. Kahasiat dan maanfaat seledri,
berkhasiat sebagai obat hipertensi, sakit mata, masuk angin, mual, dan
rematik Utami, (2008).
Intervensi ketiga adalah menjelaskan penyakit hipertensi menurut
Dewi (2013) tanda gejala hipertensi adalah penglihatan kabur karena
kerusakan retina, nyeri pada kepala, mual dan muntah akibat
meningkatnya tekanan intra kranial, edema dependent, dan adanya
pembengkakan karena meningkatnya tekanan kapiler.
D. Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah perencanaan
program. Program dibuat untuk menciptakan keinginan berubah dari
keluarga, mendirikan keluarga. Seringkali perencanaan program yang sudah
baik tidak diikuti dengan waktu yang cukup untuk merencanakan
implementasi Komang, (2010).
Dalam melakukan implementasi kepada keluarga Tn. S penulis
berpedoman pada intervensi yang telah disusun sesuai intervensi yang telah
direncanakan meliputi, menjelaskan tentang makanan baik, dan sehat,
mengajarkan cara membuat obat tradisional rebusan daun seledri,
menjelaskan tanda dan gejala hipertensi.
56
Implementasi ini sesuai dengan jurnal penelitian yang menyebutkan
bahwa daun seledri mengandung anti oksidan sehingga dapat sebagai agen
anti inflamasi. Kandungan 3-n-butylphalide atau phthalides dalam seledri
berperan dalam merelaxasi dan melemaskan otot-otot halus pembuluh darah
dan menurunkan hormon kres dalam darah. Seledri bertindak seperti diuritic
atau “pil air” dan kaya akan kalium dan magnesium yang dapat mengatur
regulasi tekanan darah, sehingga seledri signifikan menurunkan tekanan
darah. Peneliti dari Rahmawati (2010).
Tanaman seledri merupakan semak dengan tinggi mencapai 50 cm.
Batang tidak berkayu, berbentuk persegi, beratur, beruas, bercabang, tegak,
dan berwana hijau pucat. Daun menjamuk, menyirip ganjil, anak daun
berjumlah 3-7 helai, pangkal dan ujung runcing, tapi beringgit, panjang 2-7,5
cm, bertangkai, pertulangan menyirip, dan berwarna hijau keputihan. Bunga
majemuk, berbentuk payung, mahkota berbagi lima, dan bagian pangkal
berletakan. Buah kotak, berbentuk kerucut, panjang 1-1,5 mm, dan berwarna
hijau kekuningan. Bagian yang digunakan batang dan daun. Kandungan kimia
Hidrat arang, kalsuim, fosfor, zat besi, vitamin(A, B1, dan C), saponin,
flavonoid, polifenol, dan zat apiin. Kahasiat dan maanfaat seledri, berkhasiat
sebagai obat hipertensi, sakit mata, masuk angin, mual, dan rematik Utami,
(2008).
57
Cara membuatnya sebagai berikut:
1. Cuci bersih 100 gram seledri utuh,lalu tumbuk sampai halus. Tambahkan
1 cangkir air, lalu peras dan saring. Tim seledri sampai mendidih.
Dinginkan, kemudian pisahkan untuk 2 kali minum, pagi dan sore hari.
2. Cuci bersih 16 batang seledri sampai bersih dan potong-potong kasar.
Masukan dalam panci email dan tambahkan 2 cangkir air bersih. Rebus
sampai airnya tersisih ¾. Dinginkan, minum airnya, dan makan
seledrinya. Lakukan 2 kali sehari, masing-masing setengahnya.
Pada langkah implementasi penulis tidak mengalami hambatan atau
kesulitan karena didukung keluarga Tn. S yang kooporatif dan mau diajak
bekerja sama sehingga pendidikan kesehatan yang diberikan dapat
dipamahami oleh klien dan keluarga.
E. Evaluasi
Untuk penilaian keberhasilan tindakan, maka selanjutnya dilakukan
evaluasi tindakan. Tindakan-tindakan keperawatan keluarga mungkin saja
tidak dapat dilakukan dalam satu kali kunjungan, untuk itu dilakukan secara
bertahap , demikian halnya dengan penilaian. Penilaian dilaksanakan dengan
menggunakan pendekatan SOAP (subyektif, obyektif, analisa dan planning)
Komang, (2010).
Evaluasi dilakukan setelah selesai melakukan implementasi pada hari
itu juga. Evaluasi pertama pada hari kamis tanggal 10 April 2014 Respon
subyektif Tn. S mengatakan masih merasa pusing, letih, lesu, dan saat di
observasi TD: 160/100 mmHg, keluarga dapat menjelaskan tanda gejalan
58
hipertensi adalah nyeri pada kepala, penglihatan kabur, mual muntah akibat
peningkatan tekanan intrakranial, dan edema dependent, keluarga mengatakan
makanan yang baik untuk hipertansi adalah rendah garam, rendah lemak,
makan banyak bauh dan sayuran segar, keluarga mengatakan mengerti cara
membuat rebusan daun seledri. Respon obyektif klien masih tampak letih,
lesu, dan pucat, keluarga tampak memperhatikan penjelasan tentang tanda
dan gejala hipertensi, keluarga bisa menjawab dan menerangkan kembali
tentang apa yang sudah di sampaikan oleh perawat. Analisa: masalah nyeri
akut pada Tn. S b.d ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit masalah belum teratasi. Planning: lanjutkan intervensi menjelaskan
tanda dan gejala hipertensi, memberikan rebusan daun seledri.
Untuk diagnosa yang kedua respon subyektif, keluarga mengatakan
rumah sehat sangat penting agar tidak mudah terkena penyakit, keluarga
mengatakan cara membersihkan kamar mandi dengan cara di kasih sabun cair
anti kuman cair seperti detol, wipol dll lalu sehabis itu di gosok-gosok supaya
tidak licin dan lembab, dan menambah penerangan pada kamar mandi,
keluarga mengatakan kebersihan kamar mandi sangat penting supaya tidak
mudah terkena penyakit dan keluarga membersihkan kamar mandi 2x
seminggu. Respon obyektif keluarga memahami penkes tentang rumah sehat,
keluarga tampak mengerti dan mendengarkan saat diberi penkes. Analisa:
masalah kerusakan pemeliharaan rumah, belum teratasi, planning: lanjutkan
intervensi, mengajarkan cara membersihkan kamar mandi, mengajarkan cara
merawat lingkungan yang sehat.
59
Untuk evaluasi pada hari kedua tanggal 11 April 2014, respon
subyektif klien mengatakan masih pusing, letih, lesu, dan saat observasi TD ;
160/100 mmHg, keluarga mengatakan makanan yang baik untuk hipertensi
yaitu rendah garam, rendah lemak, klien mengatakan mau diberikan rebusan
daun seledri untuk menurunkan tekanan darah. Respon obyektif klien tampak
letih, lesu dan pusing, keluarga tampak memperhatikan penjelasan tentang
tanda dan gejala hipertensi, klien mengatakan mau diberikan rebusan daun
seledri.Analisa : masalah resiko terjadi serangan berulang hipertensi belum
teratasi, dengan hasil TD 150/90 mmHg terapi rebusan daun seledri cukup
efektif. Plenning : lanjutkan intervensi, menjelaskan makanan yang baik dan
sehat, memberikan obat tradisional rebusan daun seledri.
Untuk diagnose kedua respon subyektif keluarga mengatakan rumah
sehat sangat penting agar tidak mudah terkena penyakit, keluarga mengatakan
cara membersihkan dan merawat rumah terutama kamar mandi. Respon
obyektif keluarga memahami dan memperhatikan penkes tentang rumah
sehat, kamar mandi sudah tampak bersih dan penerangan cukup setelah di
pasang lampu yang lebih besar, keluarga bisa menjawab dan menerangkan
tentang apa yang di sampaikan oleh perawat. Analisa : masalah kerusakan
pemeliharaan rumah teratasi. Planning : hentikan intervensi.
Evaluasi pada hari ketiga untuk diagnosa yang pertama respon
subyektif klien mengatakan pusing, letih, lesu berkurang saat di observasi TD
150/90 mmhg, keluarga dapat menyebutkan makan yang baik untuk
hipertensi, klien mengatakan mau diberikan obat tradisional dengan cara
60
rebusan daun seledri. Respon obyektif klien tampak letih dan lesu, keluarga
bisa menjawab dan menerangkan kembali tentang apa yang sudah di
sampaikan oleh perawat, klien tampak mau diberikan rebusan daun seledri.
Analisa : masalah resiko terjadi serangan berulang hipertensi belum teratasi
dengan hasil TD 140/90 mmHg, terapi rebusan daun seledri kurang efisien
karena waktu yang tidak memungkikan karena waktu yang terdapat pada
jurnal keefektifan rebusan daun seledri selama 1 minggu. Planning anjurkan
untuk melanjutkan pembuatan obat tradisional dengan rebusan daun seledri
dan anjurkan untuk memeriksakan secara rutin kesehatanya.
66
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan keseluruhan proses asuhan keperawatan keluarga pada
keluarga Tn. S terutama pada Tn. S dengan masalah utama Hipertensi didusun
Sambirejo Rt.02/ 03 Tuban, Gondangrejo, Karanganyar pada tanggal 09 April
2014 maka dapat diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut:
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Tn. S
tanggal 09 April 2014 penulis dapat membuat kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada pengkajian keperawatan keluarga pada keluarga Tn. S didapatkan
hasil Tn. S mengatakan letih, lesu, lemah, dan pusing jika bangun dari
duduk, saat dilakukan pengecekan didapat data TD 170/ 100 mmHg. Hal
ini terdapat kesesuaian antara kasus dan teori. Tn. S ± 3 th yang lalu
sudah mempunyai riwayat hipertensi dan sampai sekarang tidak kunjung
sembuh.
2. Pada penegakan diagnosa keperawatan keluarga dapat ditegakkan dua
diagnosa, kedua diagnosa tersebut adalah diagnosa resiko yang
seharusnya adalah gangguan perfusi jaringan cerebral pada keluarga Tn.
S terutama Tn. S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit karena data-data yang menunjang
untuk menjadi aktual, resiko terjadi jatuh / cidera berhubungan dengan
67
ketidakmampuan keluarga memodifikasi / memelihara lingkugan rumah
yang aman pada keluarga Tn. S terutama Tn. S.
3. Pada intervensi keperawatan keluarga pada keluarga Tn. S tidak semua
intervensi tertulis dalam pendokumentasian pada asuhan keperawatan
penulis yaitu pada diagnosa risiko terjadinya jatuh / cidera berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi / memelihara
lingkungan kamar mandi
4. Pada implementasi keperawatan keluarga pada keluarga Tn. S saat
melakukan implementasi ada faktor yang mendukung, faktor yang
menghambat dan solusinya. Faktor pendukungnya adalah keluarga
antusias dan kooperatif saat penulis melaksanakan pengkajian dan
intervensi. Faktor yang menghambat adalah pada saat dilakukan
implementasi ada anggota keluarga yang susah diajak berkumpul yaitu
An. B. Solusinya adalah penulis setiap selesai memberikan penjelasan
selalu memberikan lembar leaflet tentang apa yang disampaikan oleh
penulis.
5. Pada evaluasi keperawatan keluarga pada keluarga Tn. S pada diagnosa
yang pertama masalah teratasi sebagian karena Tn. S mengatakan
tekanan darah sudah mengalami penurunan tapi belum dalam batasan
normal, pada diagnosa yang kedua masalah teratasi sebagian karena Tn.
S mengatakan lingkungan kamar mandi sudah tidak licin tetapi matahari
belum bisa masuk karena ventilasi belum ada.
68
6. Penulis dapat menganalisa pendidikan kesehatan rebusan daun seledri
terhadap penurunan tekanan darah Tn. S pada asuhan keperawatan
keluarga Tn. S dengan hipertensi di dusun sambirejo tuban karanganyar,
bahwa dari hasil pemberian rebusan daun seledri pada Tn. S cukup
efektif dalam menurunkan tekanan darah meskipun belum dalam batasan
normal dari 160/100 mmHg menjadi 140/90 mmHg.
B. Saran
Dari kesimpulan yang telah disebutkan di atas ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan demi tercapainya asuhan keperawatan keluarga pada
keluarga Tn. S pada tanggal 10-12 April 2014 antara lain:
1. Perawat Komunitas:
a. Dengan melihat adanya perbedaan antara kasus nyata dengan teori
pada keluarga Tn. S perawat diharapkan lebih teliti dalam mengkaji
dan menegakan diagnosa sehingga intervensi dan implementasi
dapat diberikan kepada keluarga supaya kesehatan keluarga menjadi
meningkat.
b. Perawat harus tetap mempertahankan hubungan baik dengan
keluarga untuk mendapatkan hasil optimal saat mengelola kasus
keluarga yang terdapat pada kasus tersebut.
c. Perawat harus rutin mengontrol kesehatan keluarga untuk
mengetahui apakah implementasi yang diberikan kepada keluarga
69
tetap dilaksanakan dengan baik meskipun perawat sudah tidak
mengelola kasus tersebut.
2. Keluarga:
Keluarga harus rutin membersihkan kamar mandi supaya tidak licin,
melakukan pemberian obat tradisional dengan rebusan daun seledri.