pendidikan kesehatan sebagai upaya mewujudkan keluarga
TRANSCRIPT
1
Pendidikan Kesehatan Sebagai Upaya Mewujudkan Keluarga Sehat Tanggap Demam
Berdarah di Dusun Mandingan
Septiana Fathonah
Akademi Keperawatan Notokusumo Yogyakarta
Email : [email protected].
Abstrak
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit infeksi yang sampai saat ini masih
merupakan masalah kesehatan di negara kita. Peran serta keluarga sebagai bagian dari komunitas sangat
penting untuk mencegah kejadian tersebut karena dapat berakibat fatal. Ibu adalah salah satu anggota
keluarga yang penting perannya dalam operasional pencegahan terjadinya penyakit. Model yang dilakukan
pada pengabdian kepada masyarakat ini adalah dengan pendidikan kesehatan secara klasikal serta diskusi.
Selain itu juga menggunakan media leaflet resmi dari Dinas Kesehatan Provinsi DIY. Kegiatan pengabdian
masyarakat berupa penyuluhan kesehatan ini ditanggapi antusias oleh warga dusun Mandingan. Hal
tersebut dibuktikan dengan sejumlah 30 orang ibu-ibu yang hadir. Berdasarkan hasil evaluasi dengan
menggunakan kuesioner yang telah disiapkan, untuk rata-rata jumlah benar pertanyaan yang disampaikan
dengan kuesioner, sebelum dan setelah dilakukan penyuluhan, pengetahuan pasien meningkat dari 5,15
(sedang) menjadi 8 (baik). Sebelum dilakukan penyuluhan pengetahuan kurang sebanyak 2 orang, sedang
16 orang dan baik sebanyak 2 orang. Sedangkan setelah dilakukan program penyuluhan, pengetahuan
kurang tidak ada, sedang 3 orang dan baik 17 orang. Dengan demikian, pemberian penyuluhan kesehatan
secara klasikal dengan media power point dan leaflet dapat meningkatkan pengetahuan para ibu terkait
DBD dan cara pencegahannya.
Kata Kunci: Pengetahuan; DBD; Ibu Rumah Tangga
Abstract
Dengue hemorrhagic fever (DHF) is an infectious disease that is still a health problem in our
country. Family participation as part of the community is very important to prevent this incident because it
can be fatal. Mother is a family member whose role is important in the operation of preventing the
occurrence of disease. The model carried out on community service is by classical health education and
discussion. In addition, it also uses official media leaflets from the Provincial Health Office of DIY.
Community service activities in the form of health counseling were responded enthusiastically by the
residents of the village of Manding. This was evidenced by a number of 30 women in attendance. Based on
the evaluation results using the prepared questionnaire, for the average number of correct questions
submitted by the questionnaire, before and after counseling, patient knowledge increased from 5.15
(moderate) to 8 (good). Before counseling, there were 2 people lacking knowledge, 16 people and 2 people.
While after the extension program, there was no knowledge, 3 people and 17 people. Thus, the provision
of classical health counseling with power point and leaflet media can improve the knowledge of mothers
related to dengue and how to prevent them.
Keywords: Knowledge; DHF;Housewife
1. PENDAHULUAN
2
Puskesmas Imogiri II Kabupaten Bantul terletak di Desa Mojohuro Sriharjo dengan luas
wilayah kerja 33,82 km2. Adapun luas wilayah kerja Puskesmas Imogiri II untuk setiap desa yaitu
Desa Kebonagung dengan luas wilayah 1,87 km2, Desa Karangtengah dengan luas wilayah 2,88
km2, Desa Sriharjo dengan luas wilayah 6,32 km2 dan Desa Selopamioro dengan luas wilayah
22,75 km2. Dari 4 Desa tersebut masih terbagi atas 42 dusun yang terdiri dari 5 dusun di wilayah
Desa Kebonagung, 6 dusun di wilayah Desa Karangtengah, 13 dusun di wilayah Desa Sriharjo,
dan 18 dusun di wilayah Desa Selopamioro.
Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Imogiri II Kabupaten Bantul
Tahun 2013
Dusun Mandingan merupakan wilayah Kelurahan Kebonagung, Kecamatan Imogiri,
Kabupaten Bantul Yogyakarta. Berdasarkan hasil pengkajian di dusun Mandingan, bahwa dalam
kurun waktu tertentu terutama saat musim hujan, di Dusun Mandingan beberapa kali terjadi
kejadian demam berdaran (DBD).
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit infeksi yang sampai saat
ini masih merupakan masalah kesehatan di negara kita khususnya di kota –kota besar. Di Jakarta
DBD merupakan penyakit endemis dengan jumlah kasus yang meningkat disaat awal dan akhir
musim penghujan dan disertai ledakan kasus (Zulkarnaen et al., 1998). DBD dapat menyerang
semua golongan umur walaupun sampai saat ini DBD lebih menyerang anak-anak, tetapi dalam
decade terakhir ini terlihat kecenderungan kenaikan proporsi dewasa dengan DBD. Demam
berdarah yang tidak teratasi dapat jatuh pada keadaan syok (DEPKES ., 2006). Penyakit DBD
3
biasanya ditandai dengan peningkatan permeabilitass kapiler, penurunan volume plasma,
hipotensi, trombositopenia dan diatesis hemoragik. Biarpun penyakit ini sudah diketahui sejak
beberapa dekade yag lalu tetapi patofisiologinya belum diketahui dengan pasti. Infeksi berat,
ditandai dengan rejatan dan atau perdarahan, dilaporkan merupakan penyebab utama kematian.
Beratnya penyakit dan besarnya angka kematian DBD dewasa, lebih rendah dibandingkan dengan
anak-anak (Hendarwanto., 1987). Kegawatan DBD adalah kegawatan akut yang terutama
melibatkan sistem hematologi dan kardiovaskular. Fenomena perdarahan atau gangguan
hemostasis pada DBD berkaitan dengan perubahan vaskular, penurunan jumlah trombosit, dan
koagulopati. Pada kondisi DBD yang berlanjut pada grade yang lebih tinggi, pasien akan
mengalami syok (Harry Raspati. 2006). Hal tersebut tentunya diperlukan peran serta masyarakat
untuk mencegah terjadinya kejadian tersebut, agar tidak terjadi akibat yang fatal baik pada
individu, keluarga maupun komunitas.
Menurut Friedman (1998), keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena
ikatan tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional serta
mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga. Fungsi keperawatan kesehatan
merupakan pertimbangan vital dalam pengkajian keluarga yang memerlukan penyediaan
kebutuhan-kebutuhan fisik, seperti: makanan, pakaian, tempat tinggal, dan perawatan kesehatan.
Jika dilihat dari perspektif masyarakat, keluarga merupakan system dasar, dimana perilaku sehat
dan perawatan kesehatan diatur, dilaksanakan dan diamankan. Tugas kesehatan keluarga menurut
Friedman (1998) yaitu mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan yang tepat,
memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit, mempertahankan atau mencipatakan
suasana rumah tangga yang sehat dan mempertahankan hubungan degan (menggunakan) fasilitas
kesehatan masyarakat. Peran serta keluarga sebagai bagian dari komunitas juga sangat penting
untuk mencegah kejadian DBD tersebut karena dapat berakibat fatal. Salah satunya harus
diperankan oleh ibu rumah tangga, sebagai bagian penting dalam keluarga. Berdasarkan latar
belakang tersebut, maka penting dilakukan upaya penyuluhan kesehatan pada ibu rumah tangga
terkait penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).
Berdasarkan pengkajian kualitatif dengan beberapa warga, bahwa warga di Dusun
Mandingan belum pernah mendapatkan program paparan informasi khusus tentang Demam
Berdarah (DBD) khususnya tentang keterlibatan keluarga dalam melakukan upaya pencegahan
dan sebagainya.
4
Adapun tujuan yang ingin di capai pada kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah:
1. Meningkatnya pengetahuan tentang hal-hal yang berkaitan dengan Demam Berdarah pada
anggota keluarga
2. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya tindakan pencegahan penyakit Demam
Berdarah
2. MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan, yaitu belum cukup
adekuatnya program pemberian informasi yang diperoleh masyarakat Dusun Mandingan tentang
Demam Bedarah (DBD), tatalaksana di rumah serta tindakan pencegahan yang tepat .
Kebutuhan masyarakat dengan permasalahan yang ada adalah:
1. Perlunya peningkatan pengetahuan tentang hal-hal yang berkaitan dengan Demam Berdarah
2. Perlunya peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya tindakan pencegahan penyakit
Demam Berdarah
3. METODE
A. Model Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat
Model yang dilakukan pada pengabdian kepada masyarakat ini adalah dengan pendidikan
kesehatan secara klasikal serta diskusi. Mahasiswa yang dilibatkan pada pengabdian masyarakat
ini melakukan penyebaran undangan dan pendekatan personal agar seluruh undangan dapat
menghadiri. Kegiatan rangkaian pendidikan kesehatan dan diskusi, dilaksanakan pada tanggal 14
Mei 2015, bertepatan dengan acara arisan rutin ibu-ibu PKK di Dusun Mandingan. Metode
program pengabdian masyarakat ini adalah dengan pendidikan/ penyuluhan kesehatan.
Penyuluhan dan diskusi dilakukan dalam kurun waktu 3 jam. Selain itu juga peserta penyuluhan
dibagikan leaflet dari Dinkes Kota Yogyakarta sebagai media pendidikan/ penyuluhan kesehatan.
Sebelum dan setelah dilakukan pendidikan/penyuluhan peserta dibagikan kuesioner untuk
menilai ada tidaknya perubahan (peningkatan) tingkat pengetahuan peserta tentang DBD.
5
Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner Marini Dina (2010). Pengetahun responden diukur
melalui 7 pertanyaan. Jika pertanyaannya dijawab benar oleh peserta maka diberi nilai 1, jika
peserta menjawab salah maka diberi nilai 0. Sehingga skor tertinggi adalah 10. Setelah dilakukan
penilaian kemudian dikategorikan atas baik, sedang dan kurang dengan definisi: baik (skor
jawaban peserta >75% dari nilai tertinggi yaitu >7), sedang (skor jawaban peserta 40%-75% dari
nilai tertinggi yaitu 4-7) dan kurang (skor jawaban responden <40% dari nilai tertinggi yaitu <4).
B. Tempat Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat :
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini, dilaksanakan di Dusun Mandingan, Imogiri, Bantul
Yogyakarta, yang merupakan salah satu lokasi dengan kejadian DBD yang terjadi di Kabupaten
Bantul.
C. Jadwal Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat:
Berikut ini merupakan agenda terlaksananya kegiatan pengebdian kepada masyarakat ini, yang
meliputi beberapa tahap dari persiapan, pelaksanaan dan evaluasi:
Tabel 1. Uraian Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat
No Kegiatan Sub-Kegiatan Keterangan
1. Persiapan pengabdian kepada
masyarakat
-Studi pendahuluan
-Membuat skema dan materi
kebutuhan masyarakat tentang
problem kejadian DBD di
masyarakat dusun Mandingan,
Imogiri, Bantul Yogyakarta
-Persiapan proposal kegiatan,
surat menyurat serta proses
perizinan
Januari - April 2015
2. Pelaksanaan pengabdian
masyarakat
-Pembukaan
-Pre test
-Pendidikan/penyuluhan
kesehatan tentang DBD dengan
media slide presentasi power
14 Mei 2015
dengan dilaksanakan
selama kurang lebih 3
jam .
6
point dan leaflet
-Diskusi dan tanya jawab
-Post test
-Penutup
3. Evaluasi pengabdian kepada
masyarakat
-survey wawancara
-survey lingkungan
Mei - Juni 2015
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan pengabdian masyarakat berupa penyuluhan kesehatan ini ditanggapi antusias
oleh warga dusun Mandingan. Hal tersebut dibuktikan dengan sejumlah 30 orang ibu rumah tangga
yang hadir. Kegiatan dimulai pukul 09.00 dan berakhir pukul 12.00 wib. Uraian kegiatan pada
program penyuluhan tersebut adalah:
Tabel 2. Uraian Kegiatan Pelaksanaan Program Penidikan/ Penyuluhan Kesehatan
NO WAKTU KEGIATAN
1. Pembukaan dan sambutan 09.00 - 09.05 wib
2. Pre test 09.05 - 09.30 wib
2. Acara inti penddikan/penyuluhan kesehatan 09.30 - 11.00 wib
3. Tanya jawab 11.00 - 11.30 wib
4. Penutupan 11.30 - 12.00 wib
Secara umum program pendidikan/ penyuluhan kesehatan berjalan dengan baik dan lancar.
Berdasarkan hasil evaluasi dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan, untuk rata-rata
7
jumlah benar pertanyaan yang disampaikan dengan kuesioner, sebelum dan setelah dilakukan
penyuluhan, pengetahuan pasien tentang DBD meningkat dari 5,15 (sedang) menjadi 8 (baik).
Gambar 2. Gambaran Nilai Rata-Rata Sebelum dan
Setelah dilakukan Program Pendidikan/ Penyuluhan Kesehatan tentang DBD
Tingkat pengetahuan sebelum dan setelah dilakukan program pendidikan/ penyuluhan
kesehatan secara umum meningkat. Sebelum dilakukan pendidikan/ penyuluhan tentang DBD
pengetahuan kategori kurang sebanyak 2 orang, pengetahuan kategori sedang 16 orang dan
pengetahuan kategori baik sebanyak 2 orang. Sedangkan setelah dilakukan program penddikan/
penyuluhan tentang DBD, pengetahuan kategori kurang tidak ada, pengetahuan kategori sedang 3
orang dan pengetahuan kategori baik 17 orang.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
PRE POST
JUMLAH…
8
Gambar 3. Gambaran Tingkat Pengetahuan tentang DBD Sebelum dan Setelah dilakukan
Program Pendidikan/ Penyuluhan
Sebelum dilakukan pendidikan/ penyuluhan tentang DBD, nilai terbaik adalah 8 dan minimal
adalah 2. Sedangkan setelah dilakukan pendidikan/penyuluhan tentang DBD, nilai maksimal
adalah 9 dan minimal adalah 5. Berikut ini merupakan tabel perbandingan nilai maksimal dan
minimal untuk sebelum dan setelah dilakukan pendidikan/ penyuluhan tentang DBD:
Tabel 3. Nilai Maksinal dan Minimal Sebelum dan Setelah Dilakukan
Pendidikan/Penyuluhan tentang DBD
Nilai Sebelum Penyuluhan (PRE) Setelah Penyuluhan (POST)
Nilai Maksimal 8 9
Nilai Minimal 2 5
Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa upaya program pendidikan/
penyuluhan yang dilakukan dengan media presentasi power point dan leaflet serta diskusi dapat
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
PRE POST
Kurang
Sedang
Baik
9
memberikan efek positif berupa peningkatan pengetahuan. Hal tersebut sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Santi et al (2014), menunjukan bahwa ada perbedaan perilaku
responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan menggunakan media audiovisual dengan
setelah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan media audiovisual. Setelah diberikan
pendidikan kesehatan menggunakan media audiovisual perilaku responden terhadap pencegahan
filariasis menjadi lebih tinggi dibandingkan sebelum diberikan pendidikan kesehatan
menggunakan media audiovisual dengan nilai p value (0,00) < α (0,05).
Pendidikan kesehatan menggunakan media audiovisual efektif terhadap peningkatan pengetahuan,
sikap dan tindakan masyarakat di Kelurahan Sungai Apit, Desa Mengkapan, Desa Teluk Batil dan
Desa Harapan mengenai perilaku pencegahan filariasis (Santi et al, 2014). Pendidikan kesehatan
yang diberikan kepada lansia dengan media leaflet, efektif terhadap pengetahuan lansia dengan
hipertensi di Puskesmas Serasan Kabupaten Natuna tahun 2015 dengan nilai p value = 0,000< 0,05
(Susanti et al, 1930). Selain itu juga berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Budiman
(2018), menunjukkan angka rata-rata skor pengetahuan orang tua sebelum diberikan pendidikan
kesehatan adalah 76,3 dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan adalah 93,0. Pendidikan
kesehatan efektif dalam meningkatkan pengetahuan ibu tentang perawatan ISPA pada balita (nilai
P=0,0001 atau p value <0,05). Menurut Cahyo (2006), pengetahuan dan tingkat pendidikan
mempengaruhi keseriusan seseorang dalam upaya pencegahan penyakit DBD.
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu-ibu rumah tangga peserta pendidikan/
penyuluhan tentang DBD di Dusun Mandingan tersebut, mereka berkomitmen akan melaksanakan
upaya-upaya untuk pencegahan kejadian DBD, sehingga akan tercipta Dusun Mndingan bebas
DBD.
Berikut ini merupakan leaflet yang digunakan untuk media penyuuhan kesehatan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat:
10
Gambar 4. Leaflet Dinas Kesehatan sebagai Media Pendidikan/ Penyuluhan tentang DBD
Berikut ini merupakan foto kegiatan pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat di Dusun
Mandingan:
Gambar 5. Kegiatan Pendidikan/ Penyuluhan tentang DBD
11
Gambar 6. Kegiatan Post Test Setelah Pendidikan/ Penyuluhan tentang DBD
5. SIMPULAN
Secara target dengan program ini dapat mencapai target yaitu dapat meningkatkan
pengetahuan ibu tentang DBD dan upaya pencegahan DBD. Dimana Ibu merupakan salah satu
anggota keluarga yang penting dalam pengelolaan kesehatan di keluarga. Metode yang digunakan
sudah tepat sesuai situasi dan kondisi lapangan dengan menggunakan metode pendidikan/
penyuluhan dengan media power point untuk presentasi dan menggunakan leaflet disertai dengan
diskusi.
Setelah selesai kegiatan dilaksanakan dapat memberikan manfaat yaitu meningkatan
pengetahuan ibu tentang DBD dan cara pencegahan DBD ditunjukkan dengan Sebelum dilakukan
penyuluhan pengetahuan kurang sebanyak 2 orang, pengetahuan sedang 16 orang dan pengetahuan
baik sebanyak 2 orang. Sedangkan setelah dilakukan program penyuluhan, pengetahuan kurang
tidak ada, pengetahuan sedang 3 orang dan pengetahuan baik 17 orang.
Rekomendasi dari keberlanjutan program ini adalah dilakukan beberapa kegiatan yang
sifatnya sebagai suatu bentuk kesinambungan program antara lain:
1. Pembentukan dan pelatihan kader JUMANTIK (Juru Pemantau Jentik)
2. Membuat program (sistem) Mapping Golongan Darah “Dusun Mandingan Dusun Lumbung
Darah”, sebagai upaya kewaspadaan dan kesiapsiagaan Dusun Mandingan bila di masyarakat
terjadi kasus DBD sehingga membutuhkan donor darah
12
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, B. (2018). Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Infeksi Saluran Pernapasan
Akut (ISPA) terhadap Pengetahuan Ibu dalam Perawatan ISPA pada Balita di
Puskesmas Melong Asih Cimahi. Jurnal Kesehatan Kartika, 9(3), 59-59.
Cahyo, K. (2006). Kajian Faktor-faktor Perilaku Dalam Keluarga Yang Mempengaruhi
Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Meteseh
KotaSemarang. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 16(4 Des).
DEPKES RI . 2006. Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta : DepkesRI
Friedman.MM. 1998. Family nursing : research, theory & practice. 4th Ed. USA : Appleton and
lange
Harry Raspati. 2006. Buku Program & Kumpulan Makalah Simposium &workshop “New
Perspective in Dengue Viral Infection : From Basic Science to Clinical Practice”
Hendarwanto. Demam Berdarah Dengue:Gambaran Klinis, Diagnosis dan Prognosis. Naskah
Lengkap Forum Ilmiah Ilmu Penyakit Dalam. Pendidikan Berkesinambungan Ilmu Penyakit
Dalam FKUI. Jakarta
Marini D., (2010). Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Mengenai DBDpada Keluarga
di Kelurahan Padang Bulan. Medan. FakultasKedokteran Universitas Sumatra Utara
Santi, S. M., Sabrian, F., & Karim, D. (2014). Efektifitas pendidikan kesehatan menggunakan
media audiovisual terhadap perilaku pencegahan filariasis. Jurnal Online Mahasiswa
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau, 1(2), 1-8.
Susanti, N., Harnani, Y., & Rasyid, Z. (1930). Efektifitas Leaflet terhadap Pengetahuan dan
Mengatur Pola Makan Lansia Penderita Hipertensi di Puskesmas Serasan Kabupaten
Natuna. Jurnal Photon, 7(02), 33-38.
Zulkarnain I., Tambunan K.L., Nelwan R.H.H., (1998).Protokol Penatalaksanaan Demam
Berdarah Dengue di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.Bagian Penyakit Dalam
FKUI/RSUPN CM.Jakarta