proses, motif, dan upaya keluarga dalam melaksanakan
TRANSCRIPT
Elviana & Alwi | 181
Proses, Motif, dan Upaya Keluarga dalam Melaksanakan Resepsi Pernikahan....
Proses, Motif, dan Upaya Keluarga dalam Melaksanakan Resepsi Pernikahan di Gampong Teupin Baja Aceh Utara
Eviana, Alwi
Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosioal dan Ilmu Politik
Universitas Malikussal
Email: [email protected]
Abstract
This study focuses on the process of implementing a wedding reception, the motives that encourage the culture of a wedding reception, and the efforts made by poor families in holding their children's wedding receptions in Gampong Teupin Banja, Muara Batu District, North Aceh Regency. The research method used in this research is a qualitative method with a descriptive approach. The results of this study conclude that the process of implementing a wedding reception is (1) informing the geuchiek of the wedding reception, (2) carrying out the Duek Pakat event, (3) informing the organizer of the wedding reception equipment, and (4) conducting the wedding reception. The motives that encourage the culture of wedding receptions carried out by the community are (1) signaling that they have married, (2) avoiding social sanctions from the community, (3) strengthening family relations with relatives, and (4) wanting to be seen as the economically capable. Efforts made by poor families to carry out wedding receptions are (1) owing materials for the wedding reception, (2) selling their livestock, (3) setting aside the rice harvest, and (4) pawning the fields.
Keywords: Duek Pakat, Wedding Reception, Poor Family
Abstrak
Penelitian ini mengfokuskan pada proses pelaksanaan resepsi pernikahan, motif yang mendorong budaya resepsi pernikahan, dan upaya yang dilakukan oleh keluarga miskin dalam mengadakan resepsi pernikahan anaknya di Gampong Teupin Banja Kecamatan Muara Batu Kabupaten Aceh Utara. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Hasil penelitian ini menyimpulkan proses pelaksanaan resepsi pernikahan adalah (1) memberitahukan pelaksanaan resepsi pernikahan kepada geuchiek, (2) melaksanakan acara
182 | Jurnal Sosiologi USK
Volume 14, Nomor 2, Desember 2020
Duek Pakat, (3) memberitahukan pihak pengelola perlengkapan resepsi pernikahan, dan (4) melaksanakan acara resepsi pernikahan. Motif yang mendorong budaya resepsi pernikahan yang dilakukan oleh masyarakat adalah (1) menandakan telah melangsungkan pernikahan, (2) menghindari sanksi sosial masyarakat, (3) mempererat hubungan kekeluargaan dengan kerabat, dan (4) ingin dipandang sebagai orang mampu dalam melaksanakan resepsi pernikahan. Upaya yang dilakukan oleh keluarga miskin untuk melaksanakan resepsi pernikahan adalah (1) mengutang bahan keperluan pelaksanaan resepsi pernikahan, (2) menjual hewan ternak yang dimilikinya, (3) menyisihkan hasil panen padi, dan (4) menggadai sawah.
Kata kunci: Duek Pakat, Resepsi Pernikahan, Keluarga Miskin
* * *
A. Pendahuluan
Prosesi adat pernikahan di kalangan etnis Aceh merupakan
serangkaian kegiatan yang tidak saja menjadi urusan pribadi atau
keluarga, akan tetapi juga pada akhirnya menjadi urusan masyarakat
terutama masyarakat gampong dimana mereka bertempat tinggal.
Umumnya urusan mencari jodoh dilakukan oleh orang tua
berdasarkan pada perkembangan usia dan kemampuan
pemuda/pemudi untuk berumah tangga (Koentjaraningrat, 1999: 239;
Ismail & Daud, 2012: 161).
Setiap pernikahan biasanya selalu diiringi oleh resepsi
pernikahan yang diselenggarakan sesuai adat dan kebiasaan
masyarakat setempat. Resepsi pernikahan dalam ajaran Islam disebut
dengan walimah. Walimah juga dapat diartikan berkumpulnya rukun-
rukun dan syarat-syarat nikah, dimana calon pengantin wanita
mengucapkan ijab (penawaran), sedangkan pengantin laki-laki
menjawab dengan mengucapkan qabul (penerimaan), dilakukan dalam
pesta keluarga yang diiringi dengan khotbah nikah sebagai nasihat
Elviana & Alwi | 183
Proses, Motif, dan Upaya Keluarga dalam Melaksanakan Resepsi Pernikahan....
bagi pasangan suami istri dan bekal mengarungi rumah tangga
(Ramulyo, 2004: 20).
Walimah dapat diadakan ketika akad nikah atau sesudahnya,
ketika hari perkawinan atau sesudahnya. Hal ini tergantung pada adat
dan kebiasaan. Walimah itu berasal dari kalimat al-walam yang berarti
sebuah pertemuan yang diselenggarakan untuk jamuan makan dalam
rangka merayakan kegembiraan yang terjadi, baik berupa perkawinan
atau lainnya. Secara mutlak walimah populer digunakan untuk
merayakan kegembiraan pengantin. Tetapi juga bisa digunakan untuk
acara lain. Contohnya: walimah khitan, walimah tasmiyah, dan lain
sebagainya (Syuaisyi, 2007: 91). Secara literal, walimah berarti
makanan atau minuman yang disuguhkan hanya dalam pesta
pernikahan (Kamal, 2007: 191). Menurut Ramdan (2009), masyarakat
Aceh biasa menyebut istilah ini sebagai kenduri.
Resepsi pernikahan pada masyarakat di Gampong Teupin Banja
Kecamatan Muara Batu merupakan budaya yang ada dalam
masyarakat gampong tersebut yang harus dilaksanakan oleh keluarga
yang mengadakan perkawinan anaknya. Budaya resepsi pernikahan
memaksa masyarakat untuk melaksanakannya, sehingga bagi
masyarakat terutama orangtua yang ingin menikahkan anaknya,
namun tidak diiringi oleh resepsi pernikahan akan mendapatkan
sanksi sosial (Wawancara, 18 Maret 2017).
Pelaksanaan resepsi tentu pernikahan memerlukan biaya yang
banyak, dan tingkat ekonomi keluarga mempengaruhi tingkat besar
maupun kecilnya resepsi pernikahan. Biaya yang dibutuhkan untuk
melaksanakan resepsi pernikahan mulai dari sewa pelaminan
mencapai Rp. 6.000.000,- jika pelaminan dibuat di atas panggung
184 | Jurnal Sosiologi USK
Volume 14, Nomor 2, Desember 2020
termasuk asesoris kain penghias tenda dan kain penutup kursi. Namun
untuk pelaminan yang biasa kisaran Rp. 2.000.000,- hingga Rp.
3.000.000,-. Menyewa alat musik biasanya Rp. 500.000,- sehari dan
marhaban bisa mencapai Rp. 1.000.000,- sehari. Sedangkan untuk
membeli daging tergantung banyaknya tamu undangan. Untuk daging
saja harus menyediakan uang minimal Rp. 8.000.000,- hingga Rp.
15.000.000,-. Sedangkan uang beli sayuran, telur, air dan sebagainya
menyediakan uang minimal Rp. 1.500.000,- hingga Rp. 2.000.000,-
(Wawancara, 18 Maret 2017).
Banyaknya biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan resepsi
pernikahan tentunya hanya keluarga mampu yang mudah
melaksanakan pesta. Namun hal tersebut tidak menghambat niat
keluarga yang kurang biaya untuk mengadakan resepsi pernikahan
anaknya. Keluarga melakukan berbagai upaya agar terlaksana resepsi
pernikahan anaknya (Observasi, 10 Maret 2017). Ada sebagian
keluarga di Gampong Teupin Banja yang ingin melaksanakan resepsi
pernikahan dengan mengutang keperluan resepsi pernikahan kepada
grosir yang menjadi langganan. Orangtua melunasi utangnya setelah
resepsi pernikahan selesai dilaksanakan (Wawancara, 17 Maret 2017).
Berdasarkan deskripsi di atas, artikel ini bertujuan untuk
mendeskripsikan tentang proses resepsi pernikahan yang dilakukan
masyarakat Gampong Teupin Banja, apa yang mendorong budaya
resepsi pernikahan, dan bagaimana upaya yang dilakukan oleh
keluarga dalam mengadakan resepsi pernikahan?.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Gampong Teupin Banja Kecamatan
Muara Batu Kabupaten Aceh Utara. Pendekatan penelitian yang
Elviana & Alwi | 185
Proses, Motif, dan Upaya Keluarga dalam Melaksanakan Resepsi Pernikahan....
digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Data yang
dihasilkan bersifat deskriptif dari sumber orang-orang dan perilaku
yang diamati (Moleong, 2005: 3) guna memperoleh gambaran
mengenai proses resepsi pernikahan, motif yang mendorong budaya
resepsi pernikahan dan upaya yang dilakukan oleh keluarga dalam
mengadakan resepsi pernikahan anaknya.
Data dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan data
sekunder. Sumber data primer dalam penelitian ini berupa data hasil
obsevasi lapangan dan data hasil wawancara dengan informan
penelitian. Sedangkan sumber data sekunder dalam penelitian ini
berupa buku, jurnal, dan skripsi yang berkenaan dengan penelitian ini.
Informan dalam penelitian yaitu keluarga yang mengadakan
resepsi pernikahan, masyarakat, dan tokoh masyarakat yaitu geuchiek,
tuha peut, dan tokoh adat di Gampong Teupin Banja Kecamatan Muara
Batu Kabupaten Aceh Utara. Analisis data dalam penelitian kualitatif,
dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah
selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Miles dan
Huberman (Sugiyono, 2014: 91), mengemukakan bahwa aktivitas
dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya
sudah jenuh.
C. Pembahasan
1. Proses Pelaksanaan Resepsi Pernikahan di Gampong Teupin
Banja
Pelaksanaan resepsi pernikahan sudah menjadi kewajiban yang
harus dilaksanakan oleh keluarga. Hal ini dilakukan supaya keluarga
tidak dicemooh oleh masyarakat. Sebagaimana hasil wawancara
186 | Jurnal Sosiologi USK
Volume 14, Nomor 2, Desember 2020
dengan Tgk M. Nurdin selaku Teungku Imum Gampong Teupin Banja,
masyarakat di Gampong Teupin Banja jika melihat seseorang pergi
dengan pasangannya menimbulkan tanggapan masyarakat apakah
mereka sudah menikah atau tidak. Bahkan jika masyarakat mengetahui
mereka sudah menikah, kedua pasangan itu dianggap menikah
dikarenakan hal yang tidak baik, seperti hamil luar nikah dan
sebagainya. Hal tersebut membuat orang tua sangat malu sehingga
orang tua memilih melaksanakan resepsi pernikahan untuk
menghindari sanksi sosial tersebut. Adapun proses pelaksanaan
pernikahan yang dilakukan masyarakat di Gampong Teupin Banja
adalah sebagai berikut;
a) Diadakan musyawarah keluarga yang biasanya
dilaksanakan keluarga dari lelaki dan keluarga perempuan
yang ingin menikah.
b) Pelaksanaan tunangan yang dihadiri oleh kedua belah pihak
keluarga yaitu keluarga lelaki dan keluarga perempuan.
c) Melakukan pengurusan Surat Numpang Nikah yang
dilakukan oleh lelaki dan perempuan yang melangsungkan
pernikahan, dan biasanya diurus kepada Tengku Imum
Gampong di tempat perempuan tinggal.
d) Pelaksanaan pernikahan dimana orang tua perempuan
sebagai wali dan anggota keluarga lainnya sebagai saksi.
e) Melaksanakan resepsi pernikahan yang dilakukan oleh
keluarga pasangan lelaki dan perempuan yang sudah
menikah.
Masyarakat di Gampong Teupin Banja mengadakan resepsi
pernikahan anaknya, mulai dari keluarga kaya hingga keluarga miskin.
Elviana & Alwi | 187
Proses, Motif, dan Upaya Keluarga dalam Melaksanakan Resepsi Pernikahan....
Ada sebagian membuat acara resepsi yang besar seperti menyewa
pelaminan panggung dengan asesoris cantik, menyewa tenda dan
kursi hias dengan menunya daging lembu. Ada sebagian keluarga
mengadakan resepsi pernikahan dengan menyewa pelaminan biasa
(kecil). Dalam mengadakan resepsi pernikahan, masyarakat di
gampong tersebut kebanyakan menyewa pelantun qasidah dan
marhaban, perlengkapan musik dan fotografer, sehingga pelaksanaan
resepsi pernikahan di gampong tersebut menjadi meriah.
Proses pelaksanaan resepsi pernikahan di Gampong Teupin
Banja diawali dengan memberitahukan kepada geuchiek oleh pihak
keluarga tentang pelaksanaan resepsi pernikahan anaknya. Hal ini
dilakukan oleh pihak keluarga supaya geuchiek dapat mengetahui
pernikahan anaknya dan dapat membantu pelaksanaan resepsi
pernikahan. Selanjutnya, geuchiek akan memusyawarahkan dengan
Teungku Imum dan pihak keluarga tentang pelaksanaan Duek Pakat dan
menentukan jadwal pelaksanaan resepsi pernikahan anaknya. Acara
Duek Pakat dihadiri oleh masyarakat gampong dan kerabat yang
diundang. Pada acara Duek Pakat, pihak keluarga akan menyediakan
makanan untuk masyarakat dan kerabat yang menghadirinya.
Selanjutnya, dilaksanakan kegiatan pengutipan sumbangan dari
masyarakat dan kerabat yang menghadiri kegiatan tersebut, dan nama
mereka akan ditulis dalam buku khusus. Pengutipan sumbangan akan
dilakukan oleh Tuha Peut Gampong. Selanjutnya, dilaksanakan
kegiatan musyawarah bersama antara aparatur gampong, masyarakat,
dengan pihak keluarga yang menghadiri kegiatan tersebut dalam
membahas tentang pelaksanaan resepsi pernikahan.
188 | Jurnal Sosiologi USK
Volume 14, Nomor 2, Desember 2020
Pihak keluarga yang mengadakan resepsi pernikahan anaknya
akan memberitahukan kepada pihak pengelola tentang resepsi
pernikahan dan meminta membawa peralatan yang dibutuhkan ke
rumah keluarga tersebut. Keluarga biasanya memberitahukan kepada
pihak pengelola seminggu sebelum dilaksanakan resepsi pernikahan,
dan membawa peralatan yang dibutuhkan dua hari sebelum
pelaksanaan resepsi pernikahan. Hasil wawancara dengan Bapak
Sulaiman diperoleh informasi:
“Di gampong sini ada dibentuk pengelola perlengkapan acara kenduri. Orang gampong sini kalau ada kenduri sangat terbantu dengan adanya perlengkapan acara milik gampong. Warga yang memanfaatkan fasilitas gampong harus menjaga peralatan yang dipinjam dan kasih kontribusi juga minimal R. 100.000,-“ (Wawancara, 2020)
Pelaksanaan resepsi pernikahan di Gampong Teupin Banja
dilakukan setelah ditentukan jadwalnya. Dalam pelaksanaannya,
masyarakat berpartisipasi dalam membantu keluarga mengadakan
resepsi tersebut. Keterlibatan masyarakat terlihat dari perilaku
masyarakat yang memasang tenda, menyusun kursi dan meja makan
tamu undangan. Berdasarkan hasil observasi, ibu-ibu tetangga
membantu memasak, memotong ikan bandeng atau daging, dan
sebagainya. Di hari pelaksanaan resepsi anggota masyarakat juga turut
berpartisipasi. Keterlibatan masyarakat terlihat dari perilaku mencuci
piring, mengangkut piring kotor, melayani tamu undangan di tempat
hidangan makanan, menerima kado dan mencatat nama pemberi kado,
menunggu dan menyambut tamu undangan resepsi pernikahan.
Menurut pengisahan Bapak Bukhari:
“Di Gampong Teupin Banja masyarakat masih solid. Bila ada hajatan atau musibah masyarakat datang membantu semampunya. Hal ini meringankan tugas keluarga.” (Wawancara, 2020)
Elviana & Alwi | 189
Proses, Motif, dan Upaya Keluarga dalam Melaksanakan Resepsi Pernikahan....
Keikutsertaan masyarakat dalam membantu pihak keluarga
yang melaksanakan resepsi atas kehendak sendiri tanpa adanya
paksaan maupun memberikan upah, sehingga dengan
berpartisipasinya masyarakat sangat membantu pihak keluarga dalam
melaksanakan resepsi pernikahan.
Proses pelaksanaan resepsi pernikahan di Gampong Teupin
Banja di hari resepsi bahwa masyarakat di gampong tersebut datang
lebih cepat ke rumah resepsi untuk membantu pihak keluarga
menyiapkan makanan dengan dengan menu hidangan. Pihak keluarga
melaksanakan ritual peusijuek kepada anak yang melangsungkan
pernikahan dan doa bersama yang dipimpin oleh Teungku Imum
Gampong. Selanjutnya, pihak keluarga akan menyiapkan menu
makanan yang enak untuk menyambut tamu undangan. Ketika pihak
keluarga dari pasangannya sudah datang, maka mereka
menyambutnya, dan dilaksanakan prosesi pembacaan marhaban oleh
Teungku yang diundang khusus oleh pihak keluarga. Selanjutnya,
menyiapkan makanan untuk para tamu undangan hingga acara selesai
terlaksana.
Setelah pelaksanaan resepsi pernikahan masyarakat
berpartisipasi dalam menurunkan tenda, membersihkan peralatan,
menyapu halaman rumah yang kotor, dan sebagainya. Selanjutnya,
pihak pengelola akan mengecek alat perlengkapan. Jika terjadi
kerusakan alat perlengkapan atau barang hilang, maka pihak keluarga
harus mengganti. Hal ini dilakukan untuk kelancaran pelaksanaan
resepsi pernikahan di gampong tersebut.
190 | Jurnal Sosiologi USK
Volume 14, Nomor 2, Desember 2020
2. Motif yang Mendorong Budaya Resepsi Pernikahan
Masyarakat di Gampong Teupin Banja melaksanakan budaya
resepsi pernikahan karena motif yang beragam, salah satunya sebagai
penanda telah melangsungkan pernikahan. Ada sebagian masyarakat
mengadakan resepsi pernikahan yang besar dan kecil. Hal ini
disesuaikan dengan tingkat kemampuan ekonomi yang dimilikinya.
Para orangtua di Gampong Teupin Banja melaksanakan budaya
resepsi pernikahan anaknya untuk memberikan penanda kepada
masyarakat di gampong tersebut bahwa pernikahan anaknya
dilaksanakan di jalan yang diridhai Allah Swt dan sesuai dengan
ketentuan syariat Islam. Hidupnya budaya resepsi pernikahan di
Gampong Teupin Banja juga didorong oleh motif agar terhindar dari
sanksi sosial masyarakat berupa gosip dan cemoohan tentang hamil di
luar nikah.
Motif lain masyarakat di Gampong Teupin Banja melaksanakan
budaya resepsi pernikahan dikarenakan untuk mempererat hubungan
kekeluargaan dengan kerabat. Pada saat pelaksanaan resepsi
pernikahan di Gampong Teupin Banja bahwa kerabat dari pihak
keluarga yang melangsungkan resepsi pernikahan datang
menghadirinya. Keluarga dan kerabatnya di saat resepsi pernikahan
akan saling berinteraksi dengan berbicara secara intensif. Hasil
wawancara dengan Bapak Saifuddin selaku orangtua yang
melaksanakan pernikahan menjelaskan bahwa:
“Alasan saya membuat resepsi pernikahan anak saya karena ingin mempererat hubungan silaturrahmi dengan kerabat saya. Dengan adanya resepsi pernikahan, kami dapat saling berbicara dan duduk bersama sehingga hubungan kekeluargaan akan semakin erat. Kami juga akan memperkenalkan anak kami yang menikah supaya anak kami
Elviana & Alwi | 191
Proses, Motif, dan Upaya Keluarga dalam Melaksanakan Resepsi Pernikahan....
dapat mengenal kerabatnya dan dapat menjalin hubungan persaudaraan yang erat” (Wawancara, 27 Oktober 2017)
Masyarakat di Gampong Teupin Banja melaksanakan resepsi
pernikahan anaknya ada juga yang didorong oleh motif ingin
dipandang sebagai orang mampu dalam melaksanakan resepsi
pernikahan. Masyarakat di Gampong Teupin Banja melaksanakan
budaya resepsi pernikahan anaknya, mulai dari keluarga kaya hingga
keluarga miskin. Namun ada sebagian keluarga miskin di gampong
tersebut melaksanakan resepsi pernikahan anaknya layaknya keluarga
mampu dengan melaksanakan resepsi pernikahan yang besar dan
mewah sehingga terkesan pamer (Bakti, Anismar, & Amin, 2020).
Sebagian orangtua di Gampong Teupin Banja melaksanakan resepsi
pernikahan anaknya dengan besar karena ingin dipandang oleh
masyarakat sebagai orang yang mampu dalam melaksanakan resepsi
pernikahan dan tidak takut mengeluarkan biaya yang banyak untuk
mensukseskan pelaksanaan resepsi pernikahan anaknya. Orangtua
tidak memperdulikan biaya yang dihabiskan demi pelaksanaan resepsi
pernikahan anaknya.
3. Upaya Keluarga dalam Mengadakan Resepsi Pernikahan
Pelaksanaan resepsi pernikahan di Gampong Teupin Banja
memerlukan biaya yang banyak. Hal ini mungkin mudah bagi
keluarga mampu untuk melaksanakan resepsi pernikahan. Namun
berbeda dengan keluarga yang memiliki keterbatasan biaya. Tetapi hal
tersebut tidak membuat keluarga di Gampong Teupin Banja untuk
tidak melaksanakan resepsi pernikahan anaknya.
Di Gampong Teupin Banja biaya pelaksanaan resepsi
pernikahan bersumber dari pihak keluarga dan sumbangan dari
192 | Jurnal Sosiologi USK
Volume 14, Nomor 2, Desember 2020
kerabat dan masyarakat pada saat melakukan kegiatan Duek Pakat. Di
Gampong tersebut sudah membuat aturan bahwa sumbangan Duek
Pakat minimal Rp 30.000. Biaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan
resepsi pernikahan, sebagaimana hasil wawancara dengan Bachtiar
Abdullah selaku geuchiek di Gampong Teupin Banja.
Pelaksanaan resepsi pernikahan di Gampong Teupin Banja
menghabiskan biaya yang banyak. Hal ini tergantung dari jumlah
tamu, menu makanan, dan pelaminan. Jika pelaksanaan resepsi
pernikahan yang besar dengan pelaminan panggung, menunya daging
lembu, dan mengundang pembaca marhaban biasanya memerlukan
biaya minimal Rp 25.000.000. Namun jika pelaksanaan resepsi
pernikahan yang kecil dengan pelaminan biasa, menunya ikan
bandeng dan tamu undangan yang tidak banyak biasanya memerlukan
biaya minimal Rp 15.000.000.
Upaya yang dilakukan oleh keluarga di Gampong Teupin Banja
dalam mengadakan resepsi pernikahan anaknya dengan mengutang
bahan keperluan pelaksanaan resepsi pernikahan. Hasil wawancara
dengan Bapak Saifuddin selaku orangtua yang mengadakan resepsi
pernikahan di Gampong Teupin Banja menjelaskan bahwa:
“Mengutang bahan keperluan sudah lazim dalam mengadakan resepsi pernikahan anak kami, ngutangnya sama toke yang kenal, dibayar nanti dari amplop undangan” (Wawancara, 2020).
Dari pernyataan di atas dapat dipahami bahwa keluarga di
Gampong Teupin Banja akan membayar utangnya kepada pedagang
grosir dan penjual ikan setelah dilaksanakan resepsi pernikahan.
Adanya pedagang yang mengizinkan mengutang sangat membantu
keluarga untuk melaksanakan resepsi pernikahan anaknya.
Elviana & Alwi | 193
Proses, Motif, dan Upaya Keluarga dalam Melaksanakan Resepsi Pernikahan....
Mengutang bahan keperluan resepsi karena ingin pelaksanaan resepsi
pernikahan anaknya dapat berjalan dengan lancar. Keluarga di
Gampong Teupin Banja mengutang bahan keperluan pelaksanaan
resepsi pernikahan karena biaya yang dimiliki keluarga tersebut tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan resepsi pernikahan, sehingga
keluarga memilih mengutang karena dapat membantu untuk
menutupi kekurangan keperluan resepsi.
Upaya lain yang dilakukan oleh sebagian keluarga di Gampong
Teupin Banja yaitu menjual hewan ternak yang dimilikinya. Ada
sebagian keluarga di Gampong Teupin Banja memelihara hewan
ternak seperti bebek, ayam, kambing dan lembu. Hewan ternak yang
mereka miliki diperjualbelikan. Hasil wawancara dengan Bapak
Haizar selaku orangtua yang ingin melaksanakan resepsi pernikahan
menjelaskan bahwa:
“… sebab resepsi pernikahan butuh biaya yang banyak, sehingga dengan adanya hewan ternak yang kami pelihara dapat membantu untuk melaksanakan resepsi pernikahan anak kami” (Wawancara, 4 November 2017)
Menyisihkan hasil panen padi juga sebagai bagian dalam upaya
menyelenggarakan resepsi pernikahan anak. Jika hasil panen dijual,
uangnya disimpan di bank atau disimpan dalam bentuk emas. Hasil
panen disisihkan ketika anak sudah beranjak remaja. Bagi keluarga
yang belum sempat menyisihkan sebagian pendapatannya, upaya
yang dilakukan keluarga dalam mengadakan resepsi pernikahan
anaknya yaitu menggadaikan sawah mereka. Sebagaimana hasil
wawancara dengan Ibu Siti Hajar selaku orangtua yang mengadakan
resepsi pernikahan menjelaskan bahwa:
194 | Jurnal Sosiologi USK
Volume 14, Nomor 2, Desember 2020
“Saya biasanya menggadai sawah dengan emas. Namun ada juga masyarakat lain menggadai dengan uang. Jumlahnya tergantung dengan luas sawah. Biasanya jika luas sawah 4 rante digadai dengan 10 manyam emas, dan jika digadai dengan uang sebesar Rp 15.000.000. Namun ada sebagian masyarakat di gampong kami ada yang gadainya sedikit maupun banyak, tergantung kesepakatan kedua belah pihak. Ketika sudah memiliki uang, maka sawahnya akan ditebus kembali (Wawancara, 7 November 2017).
4. Resepsi Pernikahan dalam Perspektif Fungsional
E. B. Tylor dalam Soekanto (2012: 150) pernah mencoba
memberikan definisi mengenai kebudayaan. Menurutnya, kebudayaan
adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan
serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai
anggota masyarakat. Resepsi pernikahan yang dilaksanakan di
Gampong Teupin Banja merupakan salah satu unsur kebudayaan yang
ada di masyarakat.
Resepsi pernikahan dapat digolongkan sebagai unsur budaya
sistem kemasyarakatan. Hal ini dapat dilihat dari norma yang dianut
oleh masyarakat di gampong tersebut bahwa resepsi pernikahan telah
menjadi simbol melangsungkan pernikahan sehingga budaya tersebut
memaksakan masyarakat untuk melaksanakannya, dan diberlakukan
sanksi sosial bagi anggota masyarakat yang tidak melaksanakan
resepsi pernikahan.
Resepsi pernikahan dalam ajaran Islam disebut dengan
walimah. Walimah (resepsi perkawinan) dapat diadakan ketika akad
nikah atau sesudahnya, ketika hari perkawinan atau sesudahnya. Di
Gampong Teupin Banja dimana pelaksanaan resepsi pernikahan
dilaksanakan setelah berlangsungnya pernikahan. Proses pelaksanaan
Elviana & Alwi | 195
Proses, Motif, dan Upaya Keluarga dalam Melaksanakan Resepsi Pernikahan....
resepsi pernikahan di gampong tersebut menghadirkan solidaritas
masyarakat yang dipayungi oleh kegiatan Duek Pakat. Tradisi ini masih
terpelihara dengan baik hingga saat ini. Dalam kegiatan tersebut
didiskusikan hal-hal yang dapat membantu berjalan lancarnya acara
resepsi pernikahan. Gotong-royong juga diwujudkan pada saat
pelaksanaan dan pasca pelaksanaan resepsi. Hal ini sudah menjadi
seperangkat norma yang terinstitusionalisasi pada masyarakat
Gampong Teupin Banja.
Di dalam setiap masyarakat dapat ditemukan pernikahan.
Pemakaian istilah nikah untuk menamai proses pengikatan dan
hubungan pemenuhan hasrat seks secara syari’ah (Huda, 2009: 18).
Dalam bahasa Indonesia, perkawinan berasal dari kata “kawin” yang
menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis.
Melakukan hubungan kelamin atau setubuh. Perkawinan disebut juga
“pernikahan”, berasal dari kata nikah yang menurut bahasa, nikah
berarti penggabungan dan percampuran. Sedangkan menurut istilah
syari‟at, nikah berarti akad antara pihak laki-laki dan wali perempuan
yang karenanya hubungan badan menjadi halal (Ayyub, 2001: 3).
Pernikahan adalah segala adat kebiasaan yang dilazimkan dalam suatu
masyarakat untuk mengatur masalah-masalah yang akan timbul
sebelum ataupun sesudah perkawinan dilaksanakan (Muhammad,
2000: 379).
Pada masyarakat Gampong Teupin Banja dimana pernikahan
selalu diiringi dengan pelaksanaan resepsi pernikahan. Resepsi
pernikahan (walimah) bagi umat Islam yang merupakan serangkaian
acara dan membuat meriah prosesi pernikahan, sementara perkawinan
itu sendiri merupakan prosesi yang mempunyai rukun sendiri, tidak
196 | Jurnal Sosiologi USK
Volume 14, Nomor 2, Desember 2020
ada walimah tanpa adanya pernikahan, tetapi pernikahan itu sendiri
dapat dilangsungkan walaupun tidak disertai dengan walimah (pesta
pernikahan) (Ramulyo, 2004: 20).
Arti walimah adalah berkumpul sebab pada waktu itu keluarga
besar suami istri akan berkumpul. Masyarakat di Gampong Teupin
Banja yang ingin melangsungkan pernikahan mengadakan resepsi
pernikahan dengan berbagai motif. Salah satu motif yang mendasari
pelaksanaan resepsi pernikahan ialah karena tradisi ini sudah menjadi
norma. Oleh karena itu, tidak menyelenggarakan resepsi pernikahan
anak akan dilabel pelit atau memperoleh sanksi sosial lainnya dalam
bentuk gosip, cemoohan sehingga menimbulkan anggapan yang tidak
baik. Anggapan tersebut membuat keluarga menjadi malu. Orangtua
mengadakan resepsi pernikahan untuk menghindari sanksi sosial
masyarakat. Dengan adanya resepsi pernikahan akan memberitahukan
kepada masyarakat bahwa pernikahan anaknya dilaksanakan di jalan
yang benar dan sesuai dengan syariat Islam.
Fungsi lain dari penyelenggaraan resepsi pernikahan yaitu
sebagai momentum dalam mempererat hubungan kekeluargaan.
Resepsi pernikahan menyediakan ruang sosial untuk saling
berinteraksi dengan kerabat dekat dan kerabat jauh. Dengan
dilaksanakan resepsi pernikahan, maka pihak keluarga dan kerabat
akan saling bertemu dan berkomunikasi secara inten dan saling
memperkenalkan anggota keluarganya termasuk memperkenalkan
anaknya yang sedang melangsungkan resepsi pernikahan.
Selain itu, keinginan atas penghargaan sosial juga mendasari
sebagian keluarga yang menyelenggarakan resepsi pernikahan.
Sebagian orangtua membesarkan acara resepsi pernikahan anaknya
Elviana & Alwi | 197
Proses, Motif, dan Upaya Keluarga dalam Melaksanakan Resepsi Pernikahan....
karena ingin dipandang oleh masyarakat sebagai orang yang mampu
dan memiliki banyak uang untuk melaksanakan resepsi pernikahan.
Orangtua juga ingin dipandang tidak pelit oleh masyarakat karena
tidak takut mengeluarkan biaya yang banyak untuk mensukseskan
pelaksanaan resepsi pernikahan anaknya. Orangtua tidak
memperdulikan biaya yang dihabiskan demi pelaksanaan resepsi
pernikahan anaknya. Hal ini dilakukan supaya tanggapan masyarakat
terhadap resepsi pernikahan anaknya lebih baik seperti tanggapan
resepsi pernikahan orang mampu.
Upaya yang dilakukan oleh keluarga miskin di Gampong
Teupin Banja dalam mengadakan resepsi pernikahan anaknya
memainkan fungsi adaptasi. Fungsi adaptasi yang dimainkan orangtua
dapat dilihat dari upaya untuk mengadakan resepsi pernikahan
dengan mengutang bahan keperluan untuk melaksanakan resepsi.
Upaya tersebut dilakukan oleh orangtua untuk beradaptasi dengan
biaya yang dimilikinya sehingga pelaksanaan resepsi pernikahan
dapat terlaksana.
Dalam mengutang bahan keperluan resepsi dimana orangtua
telah beradaptasi dengan pedagang grosir dan penjual ikan. Adaptasi
dapat terlihat dari hubungan kedua belah pihak terjalin dengan baik
sehingga timbullah sikap saling membantu, seperti sikap pedagang
yang mengizinkan utang kepada masyarakat, sehingga sangat
membantu untuk melaksanakan resepsi pernikahan.
Fungsi adaptasi yang dimainkan oleh orangtua dapat terlihat
dengan memelihara hewan ternak yang nantinya akan dijual. Hal ini
dilakukan oleh orangtua untuk dapat beradaptasi dengan
lingkungannya. Selanjutnya, fungsi adaptasi dapat dilihat dari
198 | Jurnal Sosiologi USK
Volume 14, Nomor 2, Desember 2020
perilaku keluarga yang menyisihkan hasil panen padinya untuk
disimpan sebagai biaya pelaksanaan resepsi pernikahan anaknya. Hal
ini dilakukan oleh orangtua supaya ada simpanan ketika anaknya
melangsungkan pernikahan sehingga tidak menjadi hambatan bagi
orangtua memikirkan biaya acara resepsi anaknya.
Fungsi adaptasi juga dapat dilihat dari perilaku masyarakat
yang menggala sawahnya. Perilaku menggala sudah menjadi
kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat yang memerlukan biaya,
seperti orangtua yang ingin melaksanakan resepsi pernikahan anaknya
dengan menggala sawah untuk dijadikan modal pelaksanaan resepsi.
Hal ini dilakukan oleh orangtua supaya dapat beradaptasi dengan
budaya resepsi pernikahan di gampong tersebut sehingga keluarga
tidak mendapatkan sanksi sosial jika tidak melaksanakan resepsi
pernikahan anaknya.
Upaya yang dilakukan oleh keluarga miskin dalam
mengadakan resepsi pernikahan anaknya melaksanakan fungsi
pencapaian tujuan (goal attainment). Tindakan yang dilakukan oleh
orangtua untuk mengadakan resepsi pernikahan anaknya memiliki
tujuan. Seperti perilaku mengutang bahan keperluan resepsi
pernikahan bertujuan untuk menutupi kekurangan biaya resepsi dan
mensukseskan pelaksanaan resepsi pernikahan.
Perilaku menjual hewan ternak sebagai upaya yang dilakukan
oleh orangtua untuk mengadakan resepsi pernikahan anaknya
bertujuan untuk mendapatkan modal yang nantinya akan
dipergunakan untuk mengadakan resepsi pernikahan anaknya. Begitu
juga halnya dengan menyisihkan hasil panen padi yang dilakukan oleh
orangtua bertujuan supaya memiliki simpanan untuk mengadakan
Elviana & Alwi | 199
Proses, Motif, dan Upaya Keluarga dalam Melaksanakan Resepsi Pernikahan....
acara resepsi pernikahan sehingga orangtua tidak perlu bersusah
payah memikirkan biaya untuk melaksanakan resepsi pernikahan
anaknya.
Upaya yang lainnya yang dilakukan oleh keluarga seperti
menggadai sawah memiliki tujuan yaitu dapat memperoleh uang yang
akan dijadikan sebagai modal pelaksanaan resepsi pernikahan. Hal ini
dilakukan oleh orangtua bahwa pelaksanaan resepsi memerlukan
biaya yang banyak sehingga harus memiliki biaya yang banyak untuk
dapat melaksanakan resepsi pernikahan.
Upaya yang dilakukan oleh keluarga dalam mengadakan
resepsi pernikahan anaknya memainkan fungsi integrasi. Fungsi ini
dapat dilihat dari integrasi yang dijalin oleh keluarga dengan
pedagang grosir dan penjual ikan. Integrasi yang mereka jalin sehingga
melahirkan sikap saling membantu yang manjadi motif suksesnya
pelaksanaan resepsi pernikahan di gampong tersebut.
E. Penutup
Masyarakat di Gampong Teupin Banja dalam melangsungkan
pernikahan diiringi dengan pelaksanaan resepsi pernikahan.
Pelaksanaan resepsi ini dilakukan mulai dari masyarakat keluarga
mampu hingga keluarga yang kekurangan biaya. Proses pelaksanaan
resepsi pernikahan di gampong tersebut adalah (1) memberitahukan
pelaksanaan resepsi pernikahan kepada geuchiek, (2) melaksanakan
acara Duek Pakat, (3) memberitahukan pihak pengelola perlengkapan
resepsi pernikahan, dan (4) melaksanakan acara resepsi pernikahan.
Motif yang mendorong budaya resepsi pernikahan yang
dilakukan oleh masyarakat antara lain (1) menandakan telah
melangsungkan pernikahan, (2) menghindari sanksi sosial masyarakat,
200 | Jurnal Sosiologi USK
Volume 14, Nomor 2, Desember 2020
(3) mempererat hubungan kekeluargaan dengan kerabat, dan (4) ingin
dipandang sebagai orang mampu dalam melaksanakan resepsi
pernikahan. Adapun upaya yang dilakukan oleh keluarga untuk
melaksanakan resepsi pernikahan yaitu (1) mengutang bahan
keperluan pelaksanaan resepsi pernikahan, (2) menjual hewan ternak
yang dimilikinya, (3) menyisihkan hasil panen padi, dan (4) menggadai
sawah.
***
Elviana & Alwi | 201
Proses, Motif, dan Upaya Keluarga dalam Melaksanakan Resepsi Pernikahan....
Daftar Pustaka
Ayyub, S. H. (2001). Fikih Keluarga. Pustaka Al-Kautsar.
Bakti, I. S. 2020). Reification of the Signified and Consumerization of Wedding Reception Sintê Mungêrjê in the Gayo Lot Society in Central Aceh District. Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan, 8(2), 15-35.
Bakti, I., Anismar, A., & Amin, K. (2020). Pamer Kemewahan: Kajian Teori Konsumsi Thorstein Veblen. Jurnal Sosiologi USK (Media Pemikiran & Aplikasi), 14(1), 81-98.
Bakti, I. S., Amin, K., & Fakhrurrazi, F. (2020). Ruang Sakral dan Ruang Ritual Prosesi Adat Pernikahan Sintê Mungêrjê pada Masyarakat Gayo Lôt. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Malikussaleh (JSPM), 1(2), 168-188.
Huda, M. (2009). Kawin Paksa Ijbar Nikah dan Hak-Hak Reproduksi Perempuan. STAIN Ponorogo Press.
Ismail, B. & Daud, S. (2012). Romantika Warna-Warni Adat Perkawinan Etnis-Etnis Aceh. Majelis Adat Aceh Provinsi Aceh.
Kamal, A. S. S. (2007). Fiqih Sunnah Wanita. Pilar Tiga.
Koentjaraningrat (1999). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Djambatan.
Luyanti, D. (2014). Makna Pernikahan dan Perceraian di Masyarakat (Studi Kasus Penyebab Perceraian di Masyarakat Ragamukti, Tajurhalang Bogor). Skripsi. Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Moleong, L. J. (2005). Metode Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya.
Muhammad, S. K. (2000). Fiqih Wanita (Edisi Lengkap). Pustaka Al-Kautsar.
Raho, B. S. V. D. (2007). Teori Sosiologi Modern. Prestasi Pustaka.
Ramdan, A. (2009). Aceh di Mata Urang Sunda. Bandar Publishing.
Ramsis (2015). Perubahan Proses Perkawinan Masyarakat Adat Dayak Lundayeh Mentarang (Di Desa Pelita Kanaan Kabupaten
202 | Jurnal Sosiologi USK
Volume 14, Nomor 2, Desember 2020
Malinau. Jurnal Sosiatri-Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman, 3(2), 81-95.
Ramulyo, M. I. (2004). Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan, Hukum Acara Peradilan Agama dan Zakat Munurut Hukum Islam. Sinar Grafika.
Sugiyono (2014). Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta.
Susilo, R. K. D. (2008). 20 Tokoh Sosiologi Modern: Biografi Para Peletak Sosiologi Modern. Ar-Ruzz Media.
Soekanto, S. (2012). Sosiologi: Suatu Pengantar. Rajawali Press.
Syuaisyi, S. H. A. (2007). Kado Pernikahan. Pustaka Al-Kautsar.