pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah...
TRANSCRIPT
PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) PADA LEMBAGA
INKUBATOR BISNIS BAZNAS
Disusun Oleh:
NURUL ROHMAH NIM: 1113053000068
KONSENTRASI MANAJEMEN ZISWAF PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1438 H/ 2017 M
PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) PADA LEMBAGA INKUBATOR BISNIS BAZNAS
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun Oleh:
NURUL ROHMAH
NIM: 1113053000068
KONSENTRASI MANAJEMEN ZISWAF PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1438 H/ 2017 M
i
ABSTRAK
Nurul Rohmah (1113053000068)
Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Pada Lembaga Inkubator Bisnis di BAZNAS Pusat. Di Bawah Bimbingan Lili Bariadi MM., M.Si
Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) merupakan salah satu pelaku ekonomi yang mendominasi dalam dunia wirausaha, yang memiliki peranan penting dalam memajukan perekonomian suatu negara. Di negara berkembang seperti Indonesia UMKM menjadi berperan sangat penting, khususnya dari perspektif kesempatan kerja dan sumber pendapatan bagi kelompok miskin. Dalam proses bisnisnya, para pelaku usaha mikro keci dan menengah memiliki beberapa faktor penghambat seperti skill (keterampilan) dan link pasar serta khususnya adalah sulitnya mendapatkan akses modal. Dan jawaban akan faktor penghambat pada perkembangan proses bisnis usaha mikro kecil dan menengah yaitu dengan bergabung dalam lingkup Pemberdayaan yang dilakukan oleh Lembaga Inkubator Bisnis Baznas.
Pemberdayaan yang sudah dilakukan Lembaga Inkubator Bisnis Baznas diantaranya yaitu pemberdayaan eceng gondok di desa Cililin-Cihampelas, Bandung. Dengan memanfaatkan tanaman eceng gondok menjadi sebuah anyaman dengan produk yang dhasilkan semakin berkembang. Ada pula pemberdayaan warung kelontongan atau yang biasa disebut Z-Mart oleh Baznas. Z-Mart ini di desain menjadi warung kelontongan yang menarik, karena melihat pasar yang didominasi oleh mini market, maka Lembaga Inkubator berinisiatif untuk merubah warung kelontongan tidak kalah menarik dengan mini market lainnya. Pemberdayaan yang terakhir adalah kopi sepeda keliling. Usaha nonformal ini diberdayakan dengan pemberian masing-masing kebutuhannya. Ketiga bidang usaha tersebut kini dapat menikmati pendapatan dari hasil penjualan yang semakin meningkat. Faktor yang menjadi pendukung keberhasilan usaha ini adalah kemauan yang kuat serta keterampilan dasar yang sudah dimiliki dalam berwirausaha, dan faktor penghambatnya adalah modal yang terbatas serta lingkup pemberdayaan yang letaknya lumayan jauh sehingga menyulitkan dalam melakukan Controlling.
Metode Penelitian yang digunakan pada penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan Kualitatif Deskriptif. Hasil dari penelitian ini, peneliti membuat kesimpulan yang diperoleh ialah salah satu lembaga yang menerapkan metode ini yatu Lembaga Inkubator Bisnis Baznas dengan sasaran utamanya adalah para pelaku usaha mikro kecil dan menengah. Pemberdayaan yang dilakukan guna menambah penghasilan dengan memberikan modal dan meningkatkan keterampilan serta pemberian link pasar bagi para pelaku usaha.
Kata Kunci : Pemberdayaan, UMKM
ii
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad bi Abdullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam, keluarga, para sahabat dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa jasa dari berbagai pihak, maka penulis ingin
menghaturkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada:
1. Dr. H. Arif Subhan, MA sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
2. Drs. Cecep Castrawijaya, MA sebagai Kepala Jurusan Manajemen Dakwah
sekaligus Pembimbing Akademik MD Ziswaf.
3. Drs. Sugiharto, MA sebagai Sekertaris Jurusan Manajemen Dakwah.
4. Lili Bariadi, M.M, M.Si sebagai Dosen Pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan arahan selama proses skripsi ini berjalan.
5. Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu
dan pengetahuan selama mengikuti perkuliahan.
6. Ayahanda dan Almarhumah Ibunda yang selalu mendo’akan, mendukung,
memberikan semangat dan mengizinkan penulis ketika akan mencari data dan
menyelesaikan tugas akhir ini.
7. Kakakku Ichsan Rosadi, S.Tr.Par dan Adikku David Kholik, terimakasih selama ini
telah memberikan dukungan bagi penulis sehingga skripsi ini telah selesai.
8. Bapak Hadiyanto, S.E dan Ibu Sondari, S.E sebagai narasumber yang telah
meluangkan waktu untuk diwawancarai.
9. Teman-teman Jurusan Manajemen Dakwah konsentrasi Ziswaf, penulis ucapkan
terimakasih kepada kalian yang telah memberikan semangat kepada penulis, dan
khususnya untuk Yulia Damini terimakasih atas dukungan, bantuan, dan semangat
iii
yang sudah diberikan kepada penulis, semoga akan selalu menjadi sahabat sampai
kapanpun.
10. Bagian perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Umum yang telah membantu penulis
menyediakan berbagai referensi yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi.
Jakarta, 1 April 2017
4 Rajab 1438 H
PENULIS
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Penelitian .............................................. 6
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ......................................... 6
D. Metode Penelitian .............................................................................. 7
E. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 10
F. Sistematika Penulisan ......................................................................... 11
BAB II. PEMBERDAYAAN UMKM
A. Pemberdayaan
1. Pengertian Pemberdayaan .............................................................. 13
2. Tujuan Pemberdayaan .................................................................... 17
B. Usaha Mikro Kecil dan Menengah
1. Pengertian UMKM ......................................................................... 18
2. Ciri-Ciri UMKM ............................................................................ 20
3. Kriteria UMKM ............................................................................. 23
4. Peran UMKM ................................................................................ 25
5. Karakteristik UMKM .................................................................... 28
6. Masalah/Hambatan Pada UMKM ................................................. 31
7. Tantangan UMKM ........................................................................ 35
iv
C. Pemberdayaan UMKM
1. Cara Mudah Pemberdayaan UMKM ............................................. 37
2. Pemberdayaan UMKM dengan Konsep
a. Konsep OPOP ........................................................................... 42
b. Konsep OVOP ........................................................................... 44
c. Konsep OVOC .......................................................................... 47
3. Pengembangan OPOP -OVOP- OVOC Untuk Meningkatkan
Kesejahteraan Individu, Komunitas, Bangsa, dan Negara ............. 50
BAB III. GAMBARAN UMUM LEMBAGA INKUBATOR BISNIS
BAZNAS
A. Gambaran Baznas
1. Profil Baznas ................................................................................... 51
2. Visi Misi Baznas ............................................................................. 54
3. Susunan Kepengurusan ................................................................... 55
4. Tujuan Baznas ................................................................................ 58
5. Kebijakan Baznas ........................................................................... 59
6. Tata kerja Baznas ........................................................................... 60
7. Program Baznas .............................................................................. 60
8. Layanan Muzakki Baznas ............................................................... 61
B. Gambaran Lembaga Inkubator Bisnis
1. Definisi Lembaga Inkubator Bisnis ................................................ 62
2. Tujuan Lembaga Inkubator Bisnis .................................................. 62
3. Segmentasi Lembaga Inkubator Bisnis .......................................... 63
4. Tahapan-Tahapan Lembaga Inkubator Bisnis ................................ 63
v
5. Struktur Lembaga Inkubator Bisnis ............................................... 64
BAB VI. ANALISIS “PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO KECIL DAN
MENENGAH PADA LEMBAGA INKUBATOR BISNIS BAZNAS
1. Analisis Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Pada
Lembaga Inkubator Bisnis .................................................................. 65
2. Faktor pendukung dan Penghambat Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil
dan Menengah Pada Lembaga Inkubator Bisnis ................................. 73
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 77
B. Saran .................................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 79
LAMPIRAN ..................................................................................................... 81
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Jumlah penduduk miskin dan pengangguran dari tahun ke tahun semakin
meningkat. Penduduk yang miskin tersebut disebabkan karena tidak memiliki
pekerjaan (pengangguran). Sejak pemerintahan orde lama, orde baru, hingga
orde reformasi sekarang ini, dalam mewujudkan masyarakat yang sejahtera,
adil dan makmur, baik materil maupun spiritual, pemerintah telah melakukan
pembangunan di berbagai bidang secara berkesinambungan.1 Namun rupanya
peningkatan kesejahteraan tersebut belum dirasakan oleh seluruh masyarakat
Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik hal itu terbukti dari masih
tingginya angka kemiskinan pada tahun 2016 sekitar 10,34 juta orang. Dan
angka pengangguran yang mencapai 7,45 juta orang.
Penduduk yang menganggur, pada umumnya tersebar di pesedaan dan di
perkotaan. Pengangguran di pedesaan disebabkan masyarakat tersebut
berpendidikan rendah dan tidak memiliki keteranpilan atau keahlian.
Sedangkan pengangguran di perkotaan di dominasi oleh lulusan sarjana. Para
sarjana yang menganggur tersebut, pada umumnya sulit mendapatkan
pekerjaan di kantor- kantor pemerintah atau di perusahaan disebabkan
persyaratan-persyaratan yang sulit dipenuhi. Apalagi keadaan ekonomi
sedang krisis, bahkan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terjadi dimana-
1 Sudrajad, Kiat Mengentaskan Pengangguran & Kemiskinan Melalui Wirausaha,
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), cet. Ke-1, h.1.
2
mana. Tentunya masalah seperti ini harus mendapatkan solusi yang tepat agar
tingkat pengangguran juga bisa berkurang, dan salah satu caranya adalah
dengan pemberdayaan ekonomi produktif. 2
Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk pemberdayaan ekonomi
yang produktif agar bisa mengurangi pengangguran adalah membantu
membuka lapangan kerja/ usaha bagi mereka yang membutukan pekerjaan,
yakni berwirausaha dengan membina Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM).
Memang masalah yang paling utama yang dihadapi dalam Usaha Mikro
Kecil Menengah (UMKM) adalah modal yang terbatas. Banyak jasa yang
menawarkan pinjaman kredit untuk berwirausaha, namun sayangnya modal
yang didapatkan dari perkreditan adalah dengan suku bunga yang tinggi.
Untuk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang baru merintis usahanya,
membayar pinjaman dengan suku bunga yang tinggi menjadi sebuah masalah.
Untuk itu, cara yang paling mudah mendapatkan modal untuk berwirausaha
tanpa adanya suku bunga adalah dengan cara memberdayakan ekonomi
masyarakat melalui dana zakat produktif yang terdapat di lembaga-lembaga
pengelolaan zakat, yakni dengan berbagai programnya yang memberikan
modal kepada mustahik untuk mengembangkan usaha yang dimilikinya.
Salah satu instrumen keuangan Islam adalah dana zakat. Untuk kurun waktu
yang begitu lama umat Islam memiliki persepsi bahwa anjuran zakat tidak
2 Sudrajad, Kiat Mengentaskan Pengangguran & Kemiskinan Melalui Wirausaha,
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), cet. Ke-1, h.3
3
lebih dari sekedar ritual ibadah yang terpisah dari konteks sosial.3 Padahal
dana zakat bisa diberdayakan melalui ekonomi produktif untuk memandirikan
mustahik.
Usaha yang dapat dilakukan agar para mustahik bisa mandiri secara
ekonomi adalah dengan pemberdayaan UMKM. Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM) mempunyai peranan yang sangat penting dalam
memajukan perekonomian Indonesia. Selain sebagai salah satu alternatif
membuka lapangan kerja baru dan melalui UMKM juga banyak tercipta unit-
unit kerja baru untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga.
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) juga sangat berperan dalam
mendorong laju pertumbuhan ekonomi pasca krisis moneter pada tahun 1997
disaat perusahaan-perusahaan besar mengalami kesulitan dalam
mengembangkan usahanya. Namun UMKM juga perlu perhatian khusus
karena para pelaku UMKM pada umumnya hanya menjalankan usahanya cara
yang tradisional dan dengan modal yang pas-pasan merasa kesulitan dalam
mempertahankan usahanya untuk bersaing di era globalisasi dimana
maraknya para pelaku usaha kelas modern, Seperti Indomaret dan Alfamart.
Maka dari itu, Untuk memaksimalkan pemberdayaan ekonomi mustahik
melalui UMKM ini adalah perlu adanya lembaga yang mengurus pengelolaan
zakat dengan baik, amanah dan transparan, dalam hal ini merupakan tugas
dari amil zakat. Karena sejatinya zakat adalah salah satu cara mewujudkan
3 Abdul Majid, Tantangan dan Harapan Umat Islam di Era Globalisasi, (Bandung:
Pustaka Setia,2002), h.213
4
prinsip tolong menolong dan salah satu zara mewujudkan keadilan sosial.4
Maka dari itu, diperlukan profesionalisme suatu lembaga dalam menjalankan
tugasnya dalam mengelola dana zakat. Di dalam undang-undang No. 23 tahun
2011 tentang pengelolaan zakat disebutkan bahwa tujuan pengelolaan zakat
adalah meningkatnya pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat
sesuai dengan tuntunan agama, meningkatnya fungsi dan peranan pranata
keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan
sosial, serta meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat, sebagaimana telah
dilakukan dalam sejarah Islam.
Saat ini terdapat banyak lembaga Amil zakat yang mengelola dana zakat,
infak dan sodaqoh yang memiliki program penggalangan dan pendistribusian
dana yang beraneka ragam untuk kepentingan Umat, baik yang konsumtif
maupun produktif. Salah satu Lembaga Amil Zakat yang memiliki program
pendistribusian dana zakat, infak dan sodaqoh secara produktif adalah Badan
Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Pusat.
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) adalah lembaga pengelola zakat
yang dibentuk oleh pemerintah yang mendistribusikan dana Zakat secara
produktif dengan programnya yakni Lembaga Inkubator Bisnis. Lembaga
Inkubator Bisnis adalah lembaga yang memberikan suatu program usaha
melalui rangkaian pembinaan elemen usaha agar menjadi perusahaan/UMKM
yang profitable, memiliki pengelolaan organisasi produksi; keuangan yang
4 Farida Prhatini dkk, Hukum Islam Zakat dan Wakaf Teori dan Prakteknya di
Indonesia, Penerbit Papas Sinar Sananti dengan Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas
Indonesia, h.47-48.
5
benar, dan menjadi perusahaan/UMKM yang sustainable, hingga akhirnya
memiliki dampak yang positif bagi masyarakat.
Lembaga Inkubator Bisnis di luncurkan oleh BAZNAS untuk membina
dan mempercepat pengembangan UMKM milik mustahik. Dengan
segmentasi mustahik dari ashnaf miskin yang memiliki start up company atau
UMKM yang masih berada dalam tahap awal (early stage) usaha.
Umumnya kategori usaha baru di Indonesia yang kurang dari 1 tahun.
Direktur Amil Zakat Nasional (BAZNAS) mengatakan bahwa program
inkubator ini akan memberikan bantuan stimulan pendanaan. Besarnya RP 5
Miliar dengan proyeksi 1.000 orang penerima manfaat. Mereka akan
didorong untuk memiliki usaha yang berkembang, menguntungkan serta
berkelanjutan dalam setiap tahunnya.5
Melihat perkembangan pasar yang didominasi oleh mini market seperti
indomaret atau alfamart yang semakin berkembang pesat belakangan ini dan
menguasai pasar. Maka Lembaga Inkubator bisnis hadir sebagai Agence of
change dalam mengubah usaha mustahik yang tradisional menjadi lebih
modern dengan sistem yang modern pula.
Berkaitan dengan pernyataan di atas, maka penulis tertarik untuk
mengambil judul “Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
5Artikel Surabaya Bisnis: Percepat UMKM, Baznas Luncurkan Lembaga Inkubasi
Bisnis, http://surabaya.bisnis.com/, dikutip pada tanggal 29 Januari 2017.
6
pada Lembaga Inkubator Bisnis di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
Pusat”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk memberikan arah yang tepat serta menghindari terlalu luas dan
melebarnya pembahasan, maka dalam tulisan ini dibuat batasan ruang lingkup
masalah yang akan diteliti pada : Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM) pada Lembaga Inkubator Bisnis di Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) Pusat.
2. Perumusan Masalah
Agar perumusan masalah ini lebih terarah dan fokus ke dalam penulisan
skripsi ini, maka dirumuskan dalam rangka menjawab permasalahan sebagai
berikut :
a. Bagaimana Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
pada Lembaga Inkubator Bisnis di Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) Pusat.
b. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam Pemberdayaan Usaha
Mikro Kecil Menengah (UMKM) pada Lembaga Inkubator Bisnis di
BAZNAS Pusat.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk menjawab permasalahan-
permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya yakni :
7
a. Untuk mengetahui bagaimana Pemberdayaan usaha mikro kecil dan
menengah (UMKM) pada Lembaga Inkubator Bisnis di BAZNAS
Pusat.
b. Untuk mengetahui apa faktor pendukung dan penghambat dalam
pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) pada
Lembaga Inkubator Bisnis di BAZNAS Pusat.
2. Manfaat Penelitian
a. Kontribusi Teoritis
Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
atau tambahan informasi serta data kepustakaan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan yang terkaitan dengan teori-teori pendayagunaan dana zakat
produktif. Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan bahan referensi
dalam pembuatan makalah, karya tulis, bahkan penelitian selanjutnya.
b. Kontribusi Praktisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kajian yang menarik dan
menambah wawasan serta cakrawala keilmuan khususnya bagi penulis,
umumnya bagi pembaca.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Pada penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif dengan melakukan penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau secara lisan dari orang-orang dan prilaku yang
dapat diamati. Untuk lebih memahami istilah penelitian kualitatif ini, maka
perlu kiramya mengemukakan salah satu teori menurut Bogdan dan Taylor
8
yang dikutip oleh Lexy mendefiisikan, Metode kualitatif adalah sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.6
Dengan memilih metode kualitatif ini, peneliti mengharapkan dapat
memperoleh data yang lengkap dan akurat. Ditinjau dari sifat penyajian
datanya, penulis menggunakan metode deskriptif yang mana metode
deskriptif merupakan penelitian yang tidak mencari atau menjelaskan
hubungan, dan tidak menguji hipotesis atau prediksi.7
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian yaitu tempat memperoleh keterangan. Dan yang menjadi
subjek pada penelitian ini adalah Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
Pusat di Jl. Jendral Sudirman Gedung Arthaloka. Sedangkan yang menjadi
objek penelitian ini adalah Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) pada Lembaga Inkubator Bisnis di Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) Pusat.
3. Lokasi dan waktu Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di kantor Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) Pusat di Jl.Jendral Sudirman Gedung Arthaloka Lt.5. penelitian
ini dilaksanakan sejak bulan Februari 2017.
4. Teknik Pengumpulan Data
6 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2000), cet-11, h.3
7 Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi dilengkapi Contoh Analisis Statistik.
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2012), Cet. 11, h. 24
9
untuk memperoleh data-data yang diperlukan, maka penulis menggunakan
teknik penelitian Penelitian Lapangan (field research). Penulis mengadakan
penelitian dengan cara datang langsung ke lapangan (objek) penelitian yang
dituju, yakni kantor Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Pusat.
Sedangkan data yang diperoleh dari metode ini merupakan data primer
(utama) penelitian.
Dalam penelitian lapangan ini, penulis juga menggunakan beberapa teknik
untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan pembahasan diantaranya
sebagai berikut:
1) Observasi
Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap
gejala-gejala yang diteliti.8 Penulis melakukan penelitian dengan mengamati
langsung terhadap segala sesuatu yang terkait dengan masalah Pemberdayaan
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) pada Lembaga Inkubator Bisnis di
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Pusat.
2) Wawancara
Wawancara (interview) ialah Tanya Jawab Lisan antara penulis dengan
divisi Lembaga Inkubator Bisnis dan Staff jajarannya. Penulis menggunakan
teknik interview bebas terpimpin, yaitu penulis menyiapkan beberapa
pertanyaan kepada pihak yang telah penulis siapkan, lalu dijawab oleh
responden dengan bebas dan terbuka. Penulis melakukan wawancara dengan
8 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2003) Cet. Ke-4, h. 53
10
pihak Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS dan juga pak indra selaku pihak
pemberdayaan eceng gondok.
3) Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-
dokumen.9 penulis menggunakan data dan sumber-sumber yang ada
hubungannya dengan masalah yang akan dibahas. Sedangkan data-data ini,
penulis peroleh dari buku-buku, profile company, arsip-arsip dan lain
sebagainya yang dapat mendukung dan berkaitan dengan masalah yang
diteliti.
4) Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data penulis menggunakan metode deskriptif analisis,
yaitu suatu teknik analisis data; dimana penulis terlebih dahulu memaparkan
semua data yang diperoleh dari pengamatan, kemudian menganalisisnya
dengan berpedoman kepada sumber-sumber yang tertulis.
5) Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan skripsi ini sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan
skripsi pada buku “Pedoman Akademik Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta” yang diterbitkan oleh Akademik Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2010-2011.
E. Tinjauan Pustaka
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang menjadi alasan peninjauan
pustaka, antara lain :
9 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2003) Cet. Ke-4, h. 73
11
1. Judul Skripsi “Pendistribusian Dana Zakat Untuk pemberdayaan
ekonomi masyarakat pada Badan Amil Zakat (BAZDA) Kab.
Karawang”. Penulis Mukhlisin. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Jurusan Manajemen Dakwah 2009. Pada penelitian ni
penulis membahas tentang kegiatan pengelolaan zakat, infaq dan
sodaqoh dalam pemberdayaan ekonomi umat di Badan Amil Zakat
(BAZDA) Kab. Karawang.
2. Judul skripsi “Pendayagunaan Dana CSR (Corporate Social
Responsibility) PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Melalui
Program Mitra Binaan”. Penulis Khilda Kholishoh. Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Manajemen Dakwah 2010.
Pada Penelitian ini membahas tentang pendayagunaan dana CSR pada
bidang ekonomi yaitu mitra binaan dengan program tendanisasi yang
salah satuya diberikan kepada pedagang kaki lima.
Kedua skripsi di atas berbeda dengan skripsi yang penulis tulis. meskipun
objeknya sama tetapi berbeda judul dan pembahasan. Karena skripsi yang penulis
tulis adalah tentang Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menegah (UMKM)
Pada Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memberi gambaran mengenai penelitian ini, pembahasan dilakukan
secara komprehensif dan sistematik meliputi :
Bab I Pendahuluan : yang secara singkat menjelaskan latar belakang,
batasan serta rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelituan, metodologi
penelitian dan tinjauan pustaka serta sistematika penulisan.
12
Bab II Landasan Teoritis : Pengertian pemberdayaan, Tujuan
Pemberdayaan, sifat Penyaluran, Pola Penyaluran, Sasaran Penyaluran,
Pengertian UMKM, Ciri-ciri UMKM, Kriteria UMKM, Peran UMKM ,
Karakteristik UMKM, Masalah/ Hambatan UMKM, Tantangan UMKM,
Pemberdayaan UMKM, Konsep OPOP, Konsep OVOP, Konsep OVOC.
Bab III Gambaran Umum : Profile Lembaga, Visi Misi, Struktur
Organisasi, Tujuan Mutu, Kebijakan Mutu, Tata Kerja BAZNAS, Program
BAZNAS, Layanan Muzakki BAZNAS, Pengertian Lembaga Inkubator Bisnis
BAZNAS, Tujuan Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS, Segmentasi Lembaga
Inkubator Bisnis BAZNAS, Tahapan-Tahapan Lembaga Inkubator Bisnis
BAZNAS, Struktur Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS.
BAB IV Analisa Data : Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) pada Lembaga Inkubator Bisnis di Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) Pusat, faktor pendukung dan penghambat dalam Pemberdayaan
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) pada Lembaga Inkubator Bisnis di
BAZNAS Pusat.
BAB V Penutup : yang terdiri dari kesimpulan hasil penelitian yang
sesuai dengan rumusan masalah, saran untuk BAZNAS Pusat sebagai bahan
pertimbangan dan pengembangan lembaga, serta masukan bagi peneliti
selanjutnya.
13
BAB II
PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM)
A. Pemberdayaan
1. Pengertian Pemberdayaan
Kata pemberdayaan adalah terjemahan dari istilah bahasa inggris yaitu
empowerment. Pemberdayaan (empowerment) berasal dari kata dasar power yang berarti
kemampuan berbuat, mencapai, melakukan atau memungkinkan. Awalan em berasal dari
bahasa latin dan yunani, yang berarti didalamnya, karena itu pemberdayaan dapat berarti
kekuatan dalam diri manusia, suatu sumber kreativitas. Dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia kata pemberdayaan diterjemahkan sebagai upaya pendayagunaan pemanfaatan
yang sebaik baiknya dengan hasil yang memuaskan.1
Menurut Dubois dan Miley yang dikutip oleh Gunawan Sumodiningrat dalam buku
menuju ekonomi berdikari mengemukakan bahwa dasar-dasar pemberdayaan meliputi:2
a. Pemberdayaan adalah proses kerja sama antara klien dan pelaksana kerja secara
bersama-sama yang bersifat mutual benefit.
b. Proses pemberdayaan memandang klien sebagai komponen dan kemampuan
yang memberikan jalan ke sumber penghasilan dan memberikan kesempatan.
c. Klien harus merasa dirinya sebagai agen bebas yang dapat mempengaruhi.
1 Badudu Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta:Pustaka sinar harapan,2001) h.318
2 Gunawan Sumodiningrat, dkk, Menuju Ekonomi Berdikari (Pemberdayaan UMKM dengan Konsep
OPOP,OVOP-OVOC),(Yogyakarta: Media Pressindo,2015), cet.ke-1, h.19
14
d. Pemberdayaan meliputi jalan ke sumber-sumber penghasilan dan kapasitas
untuk menggunakan sumber-sumber pendapatan tersebut dengan cara efektif.
e. Proses pemberdayaan adalah masalah yang dinamis, sinergis, pernah berubah,
dan evolusioner (berangsur-angsur) yang selalu memiliki banyak solusi.
f. Pemberdayaan adalah pencapaian melalui struktur-struktur paralel dari
perseorangan dan perkembangan masyarakat.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemberdayaan adalah proses menyeluruh;
suatu proses aktif antar motivator, fasilitator, dan kelompok masyarakat yang perlu
diberdayakan melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan,, pemberian berbagai
kemudahan serta peluang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.3
Proses pemberdayaan hendaknya meliputi enabling (menciptakan suasana kondusif),
empowering (penguatan kapasitas dan kapabilitas masyarakat), protecting (perlindungan
dari ketidakadilan), supporting (bimbingan dan dukungan), dan foresting (memelihara
kondisi yang kondusif tetap seimbang).4
Pemberdayaan bisa juga diartikan sebagai perubahan kepada arah yang lebih baik,
dari tidak berdaya menjadi berdaya. Pemberdayaan terkait dengan upaya meningkatkan
taraf kehidupan ketingkat yang lebih baik. pemberdayaan juga berarti meningkatkan
3 Gunawan Sumodiningrat, dkk, Menuju Ekonomi Berdikari (Pemberdayaan UMKM dengan Konsep
OPOP,OVOP-OVOC), cet.ke-1, h.20
4 Gunawan Sumodiningrat, dkk., Pitutur Luhur Budaya Jawa: 1001 Pitutur Luhur Untuk Menjga
Martabat dan Kehormatan Bangsa Dengan Nilai-Nilai Kearifan Lokal, (Yogyakarta:Narasi, 2014). H.246.
15
kemampuan dan rasa percaya diri menggunakan daya yang dimiliki ke arah yang lebih
baik lagi.5
Istilah pemberdayaan diartikan sebagai upaya memperluas horizon pilihan bagi
masyarakat, dalam upaya pendayagunaan potensi, pemanfaatan yang sebaik-baiknya
dengan hasil yang memuaskan. Ini berarti masyarakat diberdayakan untuk melihat dan
memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya, dapat dikatakan bahwa masyarakat yang
berdaya adalah yang dapat memilih dan mempunyai kesempatan untuk mendapatkan
pilihan-pilihan.6
Pemberdayaan merujuk pada kemauan orang, khususnya kelompok rentan dan
lemah sehingga mereka memiliki kekuatan dan kemampuan dalam:
a. Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan.
Kebebasan yang dimaksud bukan bebas mengemukakan pendapat, melainkan
bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan dan bebas dari kemiskinan ilmu.
b. Menjagkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat
meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa
yang mereka perlukan.
c. Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan atau
kemampuan untuk berusaha atau bertindak. 7
5 Diana, Perencanaan Sosial Negara Berkembang, (Yogyakarta: Gajah Mada Universiti Press, 1991),
h.15
6 Nanih Mahendrawati dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam, (Bandung: Rsda
Karya, 2001), cet. Ke-1, h.42
7 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis Kesejahteraan
Sosial dan Pekerjaan Sosial. (Bandung: PT.Refika Adiatama,2005), h.59.
16
Selain itu pemberdayaan atau pengembangan juga berarti menciptakan kondisi
semua orang yang lemah dapat menyumbang kemampuannya secara maksimal untuk
mencapai tujuannya. Pemberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan
individu bersenyawa dalam masyarakat dan membangun keberadaan masyarakat yang
bersangkutan, dengan kata lain memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan
masyarakat.8
Pemberdayaan merupakan modal empiris (berdasarkan pengalaman) pengembangan
prilaku individual dan kolektif dalam dimensi karya terbaik, baik sisi ekonomi, sosial dan
cultural dengan titik tekan pada pemecahan masalah yang dihadapi masyarakat, dengan
demikian istilah pemberdayaan adalah suatu sistem pembangunan yang berorientasi
pada peningkatan sumber daya manusia (SDM) dengan mengedepankan atas partisipasi,
musyawarah, keadilan dan berkesinambungan.9
Dalam membuat program pemberdayaan di Lembaga Amil Zakat, maka amil harus
menyadari penuh bahwa posisinya adalah sebagai pengelola. Sebagai mediator, amil
harus paham bahwa mengemas program sesungguhnya menahan hak mustahik untuk
segera sampai. Artinya tanpa program pun, mustahik sudah berhak mengambil dana
zakat yang menjadi haknya. Hak-hak mustahik inilah yang harus dijadikan landasan.
Agar dalam bekerja amil tak pernah lepas dari semangat khidmat.10
Sebagaimana diketahui bahwa permasalahan yang pertama dan paling utama yang
dihadapi oleh masyarakat Indonesia adalah kemiskinan. Kemiskinan bukan lagi suatu
8 Bambang Rudito, Akses Peran serta Masyarakat: Lebih Jauh Memahami Community Development
(Jakarta:ICDS, 2003), h.153
9 Nanih Mahendrawati dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam, cet. Ke-1, h.42
10 Eri Sudewo, Manajemen Zakat Tinggalkan 15 tradisi 8 Terapkan 4 Prinsip Dasar, (Jakarta: Institut
Manajemen Zakat, 2004), Cet.ke-1, h.222
17
yang harus diratapi, tetapi harus berupaya mencari jalan keluarnya. Dengan demikian,
maka dibutuhkan pemberdayaan untuk meningkatkan kesejahteraan. Dan dapat
disimpulkan bahwa pemberdayaan adalah cara atau kemampuan berbuat untuk
melakukan sesuatu yang mendatangkan manfaat yang besar dengan hasil yang
memuaskan.
2. Tujuan Pemberdayaan
Pemberdayaan merupakan upaya meningkatkan hakikat lapisan masyarakat dan
pribadi manusia, upaya tersebut meliputi:11
a. Mendorong, memotivasi, meningkatkan kesadaran akan potensinya, dan
menciptakan iklim atau suasana untuk berkembang
b. Memperkuat daya, potensi yang dimiliki dengan langkah-langkah positif
memperkembangkannya.
c. Penyediaan berbagai masukan, pembukaan akses keperluan. Upaya pokok yang
dilakukan adalah peningkatan taraf pendidikan, derajat kesehatan, akses kepada
modal, teknologi tempat guna, informasi, lapangan kerja dan pasar. Dengan
fasilitas-fasilitasnya.
Menurut Edi Suharto tujuan utama pemberdayaan adalah memperkuat masyarakat,
khususnya kelompok lemah yang memiliki ketidakberdayaan karena kondisi internal
(misalnya persepsi mereka sendiri), maupun karena kondisi eksternal (misalnya ditindas
11 L.Nyoman Sumaryadi, Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan Pemberdayaan
Masyarakat (Jakarta: Citra Utama 2005), h.114
18
oleh struktur sosial yang tidak adil).12 Sedangkan menurut Ife, pemberdayaan bertujuan
untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak beruntung.13
B. Usaha Mikro dan Kecil dan Menengah (UMKM)
1. Pengertian Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Usaha Mikro dan Kecil dan Menengah (UMKM) adalah unit usaha produktif yang
berdiri sendiri di semua sektor ekonomi.14 pengusaha mikro didefinisikan sebagai orang
atau badan usaha yang menjual barang atau jasa langsung pada konsumen akhir untuk
memenuhi kebutuhannya.15 Menurut keputusan Kementrian Keuangan
No.40/KMK.06/2003, tentang pendanaan kredit usaha mikro dan kecil, pengertian
UMKM adalah usaha produktif milik keluarga atau perorangan warga Negara Indonesia
dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 100 juta per tahun. Badan Pusat Statistik
(BPS) mendefinisikan Usaha kecil sebagai usaha skala kecil yang difokuskan pada
industri manufaktur (produk) dengan menggunakan kriteria serapan tenaga kerja.
Berdasarkan kriteria BPS itu, industri skala kecil dicatat sebagai suatu perusahaan
manufaktur, yang memperkerjakan tenaga kerja antara 5-19 orang.16 Sedangakan
12 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis Pembangunan
Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, h.60.
13 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis Pembangunan
Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, h.58.
14 Tulus Tambunan (Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia (UMKM); Isu-Isu Penting,
(Jakara: LP3ES, 2012), h. 11
15 Sri Muwarti dan Muhammad Sholahuddin, peran Keuangan Lembaga Mikro Syariah Untuk Usaha
Mikro di Wonogiri, Proceeding Seminar Nasional dan Call For Papers Sancall, (Surakarta: 23 Maret 2013),
h.301
16 Marzuki Usman, Kiat Sukses Pengusaha Kecil, (Jakarta: Jurnal Keuangan dan Moneter dan Institut
Banker Indonesia, 1998), h.1.
19
menurut Bank Indonesia (BI) definisi usaha kecil dan menengah adalah perusahaan atau
industri yang karakteristiknya berupa modal yang kurang daro Rp.2o juta dan memiliki
aset maksimum Rp.600 juta diluar tanah dan bangunan.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang definisi Usaha Mikro Kecil
dan Menengah adalah sebagai berikut :
a. Usaha Mikro
Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan/ badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang tersebut.
b. Usaha Kecil
Usaha kecil merupakan bagian integral dari usaha nasional yang mempunyai
kedudukan dan peranan yang strategis dalam mewujudkan tujuan pembangunan
nasional.17 Sedangkan dalam pasal 1 ayat (2) Usaha kecil adalah usaha ekonomi
produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha
yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tak langsung dari usaha kecil
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tersebut.
c. Usaha Menengah
Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tak langsung dari usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah
17 Noer Soetrisno, peranan Perbankan Sebagai Sumber Pembiayaan Usaha Golongan Ekonomi
Lemah dan Koperasi, (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, Oktober
1998), h.4
20
kekayaan bersu atau hasil penjualan tahunan sebagaimana yang dimaksud dalam
Undang-Undang tersebut.
Hal yang dimaksud diatas yakni suatu bisnis kecil menengah dengan karyawan
kurang dari 500 orang (jika itu bisnis yang menghasilkan barang) dan kurang dari 50
karyawan (jika bisnisnya mengasilkan suatu jasa). Jika suatu perusahaan beranggotakan
karyawan lebih dari jumlah tersebut tetapi masuk kurang dari 500, maka perusahaan
tersebut diklasifikasikan sebagai medium-sized business.18
2. Ciri-ciri Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
Adapun ciri-ciri Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menurut Deddy
Edward adalah sebagai berikut:19
a. Ciri-ciri Usaha Mikro
1) Jenis barang/ komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat
berganti.
2) Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat berpindah
tempat.
3) Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun dan
tidak memisahkan keuangan keluarga.
4) Sumber daya manusianya (SDM) belum memiliki jiwa wirausaha yang
memadai.
5) Tingkat pendidikan relative sangat rendah
18 Mukti Fajar, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
Maret 2016), h.114
19Deddy Edward, Ciri-Ciri Usaha UMKM, Pengertian dan Ciri-ciri UMKM, 2008, <http://usaha-
umkm. blog.com. h. 46
21
6) Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya
termasuk NPWP.
Contoh usaha mikro:
1) Usaha tani pemilik dan penggarap perorangan, peternah, nelayan dan
pembudidaya.
2) Indistri makanan dan minuman, industri meubel air pengolahan kayu.
Industri pandai besi pembuat alat-alat.
3) Usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang di pasar, dan lain-lain.
4) Peternak ayam, itik dan perikanan.
5) Usaha jasa-jasa seperti pembengkelan, salon kecantikan, ojek dan penjahit.
b. Ciri-Ciri Usaha Kecil20
1) Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap dan tidak
mudah berubah.
2) Lokasi/ tempat usaha umumnya sudah menetap dan tidak berpindah-pindah.
3) Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan waapau masih
sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan
keluarga, dan sudah membuat neraca usaha.
4) Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk
NPWP
5) Sumber daya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam
berwirausaha
6) Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik
seperti business planning.
20 Deddy Edward, Ciri-Ciri Usaha UMKM, Pengertian dan Ciri-ciri UMKM, 2008, <http://usaha-
umkm. blog.com. h. 46
22
Contoh usaha kecil
1) Usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga kerja
2) Pedagang dipasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya
3) Pengrajin industry makanan dan minuman, industri alat rumah tangga,
industri pakaian jadi dan industri kerajinan tangan.
4) Peternah ayam, itik dan perikanan
c. Ciri-ciri Usaha Menengah21
1) Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik,
lebih teratur bahkan lebih modern. Dan dengan pembagian tugas yang jelas
antara bagian keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi.
2) Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntasi
dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau
pemeriksaan.
3) Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah
ada jamsostek, pemeliharaan kesehatan dll.
4) Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin
usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dll.
5) Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan
terdidik.
Contoh usaha menegah : Jenis usaha menengah hampir komoditi dari hampir
seluruh sektor mungkin hampir secara merata, yaitu :
1) Usaha pertanian, peternakan, perkebunan, kehutanan skala menengah
21 Deddy Edward, Ciri-Ciri Usaha UMKM, Pengertian dan Ciri-ciri UMKM, 2008, <http://usaha-
umkm. blog.com. h. 46
23
2) Usaha perdagangan (grosir) termasuk ekspor dan impor.
3) Usaha jasa EMKL (ekspedisi muatan kapal laut) garment dan jasa
transportasi taxi dan bus.
4) Usaha industri makanan dna minuman, elektronik dan logam
5) Usaha pertambangan batu gunung untuk konstruksi dan marmer buatan.
3. Kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
a. Adapun kriteria usaha mikro menurut Undanng-Undang nomor 20 tahun 2008
pasal 6 ayat (1), , disebutkan bahwa :
1) Usaha Mikro adalah memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp
50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha;
2) atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,- (
tiga ratus juta rupiah).22
b. Adapun kriteria Usaha Kecil dapat dilihat pada pasal 6 ayat (1), disebutkan
bahwa:
1) memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,- ( lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2) memiliki pengasilan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,- (dua miliar lima
ratus juta rupiah). 23
a. Adapun kriteria Usaha menengah, yakni :
22 Mukti Fajar, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, Maret 2016), h. 112
23 Mukti Fajar, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia, h.113
24
1) memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan yang paling banyak Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh
miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,- (dua
miliar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banuak Rp.
50.000.000.000,- (lima puluh miliar rupiah).
Tabel 1.1 Kriteria UMKM dan Usaha Besar Berdasarkan Aset dan Omset
Ukuran Usaha Kriteria
Aset Omset
Usaha Mikro Maksimal Rp 50 Juta Maksimal Rp300
juta
Usaha Kecil >Rp50 juta - Rp500juta >Rp300juta – 2,5
miliar
Usaha Menengah >Rp500juta – Rp10
miliar
>Rp2,5 miliar –
Rp50 miliar
Usaha Besar >Rp10miliar >Rp50 miliar
Sumber: Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, 2012
Selain berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008, ada pula kriteria Usaha
Mikro Kecil dan Menengah dari sudut pandang yang berbeda, pengelompokan kriteria
tersebut adalah:24
a. Livelihood Activities (UMKM sektor informal), merupakan Usaha Kecil
Menengah yang digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah,
24 Gunawan Sumodiningrat, dkk, Menuju Ekonomi Berdikari (Pemberdayaan UMKM dengan Konsep
OPOP,OVOP-OVOC), cet.ke-1, h.86
25
yang lebih umum dikenal sebagai sektor informal. Contohnya adalah pedagang
kaki lima.
b. Micro Enterprise, merupakan Usaha Kecil Menengah yang memiliki sifat
pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan.
c. Small Dynamic Enterprise, merupakan Usaha Kecil Menengah yang telah
memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan
ekspor
d. Fast Moving Enterprise, merupakam Usaha Kecil Menengah yang telah
memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi Usaha
Besar (UB).
4. Peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Permasalahan ekonomi tida hanya meliputi masalah mikro saja seperti kekauan
harga, monopoli, dan eksternalitas yang memerlukan intervensi pemerintah.
Permasalahan ekonomi juga terjadi dalam lingkup makro yang memerlukan kebijakan
pemerintah. Di negara-negara berkembang, pada umumnya terdapat tiga masalah besar
pembangunan ekonomi, yaitu kemiskinan, kesejangan ekonomi, dan penganggurran yang
terus meningkat.25
Diakui bahwa usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) memainkan peranan
penting didalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara
sedang berkembang (NSB), tetapi juga di negara-negara maju (NM). Di negara maju
(NM), Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM sangat penting, tidak hanya karena
kelompok tersebut menyerap paling banyak tenaga kerja dibandingkan usaha besar (UB),
seperti halnya di negara sedang berkembang (NSB).
25 Gunawan Sumodiningrat, dkk, Menuju Ekonomi Berdikari (Pemberdayaan UMKM dengan Konsep
OPOP,OVOP-OVOC), cet.ke-1, h.200
26
Di negara sedang berkembang khususnya di Asia, Afrika dan Amerika Latin,
UMKM juga berperan sangat penting, khususnya dari perspektif kesempatan kerja dan
sumber pendapatan bagi kelompok miskin, distribusi pendapatan dan pengurangan
kemiskinan, serta pengembangan ekonomi pedesaan. 26. Peran penting Usaha Mikro
Kecil dan Menengah tidak hanya berarti bagi pertumbuhan di kota-kota besar tetapi juga
bagi pertumbuhan ekonomi di pedesaan. Berikut beberapa peran penting UMKM :27
1) Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) berperan dalam memberikan
pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat, mendorong pertumbuhan
ekonomi, serta mewujudkan stabilitas nasional.
2) Krisis moneter 1998 dan krisis 2008-2009, UMKM tetap bertahan dari
goncangan krisis sebanyak 96%.
3) Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) juga sangat membantu negara/
pemerintah dalam hal menciptakan lapangan kerja baru lewat UMKM dan juga
banyak terciptanya unit-unit kerja baru yang menggunakan tenaga-tenaga baru
yang mendukung pendapatan rumah tangga.
4) Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki fleksibelitas yang tinggi
jika dibandingkan dengan usaha yang berkapasitas lebih besar, sehingga
UMKM perlu perhatian khusus yang didukung oleh informasi akurat, agar
terjadi link bisnis yang terarah antara pelaku usaha kecil dan menengah dengan
elemen daya saing usaha, yaitu jaringan pasar. Menurut Tulus Tambunan dalam
bukunya Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia, Dalam hal pemasaran,
UMKM pada umumnya tidak mempunyai sumber-sumber daya untuk mencari,
26 Tulus Tambunan, usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia (UMKM); Isu-Isu Penting, h.1
27 Artikel Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia, Profile Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM), h.27, dikutip 8 Februari 2017.
27
mengembangkan atau memperluas pasar-pasar mereka sendiri. Sebaliknya,
mereka sangat tergantung pada mitra dagang mereka untuk memasarkan
produk-produk mereka, atau tergantung pada konsumen yang datang langsung
ke tempat mereka.28
5) Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia, sering kali dikaitkan
dengan masalah- masalah kemiskinan, ketimpangan distribusi pendapatan,
proses pembangunan yang tidak merata abara daerah perkotaan dan perdesaan,
serta masalah urbanisasi. Perkembangan UMKM diharapkan dapat memberikan
kontribusi positif yang signifikan terhadap upaya-upaya penanggulangan
masalah tersebut diatas.
Keberadaan usaha kecil di Indonesia memang mewakili hampir seluruh unit usaha di
berbagai sektor ekonomi yang hidup di perekonomian Indonesia, karena jumlahnya yang
sangat besar. Sampai saat ini usaha kecil mewakili sekitar 99,85% dari jumlah unit usaha
yang ada, sedangkan usaha menengah sebesar 0,14% saja, dan sisanya ada pada unit
usaha besar yakni 0.01 % saja.29
Dengan demikian, corak perekonomian Indonesia ditinjau dari subjek hukum pelaku
usaha adalah eknomi rakyat yang terdiri dari usaha kecil di berbagai sektor, terutama
sektor pertanian dan perdagangan maupun jasa industri pengolahan.
Dengan menyadari betapa pentingnya UMKM, tidak mengherankan kenapa
pemerintah di hampir semua negara sedang berkembang (NSB) termasuk Indonesia,
sudah lama mempunyai berbagai macam program untuk mendukung perkembangan dan
pertumbuhan UMKM.
28 Tulus Tambunan USAHA Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia (UMKM); Isu-Isu Penting, h. 53
29 Mukti Fajar, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, Maret 2016), h.248
28
5. Karakteristik Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Karakteristik Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan sifat atau
kondisi faktual yang melekat pada aktifitas usaha maupun perilaku pengusaha yang
bersangkutan dalam menjalankan bisnisnya. Karakteristik ini yang menjadi pembeda
antar pelaku usaha sesuai dengan skala usahanya. Menurut Bank Dunia, Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM) dapat dikelompokkan dalam tiga jenis, yaitu: 1. Usaha
Mikro (jumlah karyawan 10 orang); 2. Usaha Kecil (jumlah karyawan 30 orang); dan 3.
Usaha Menengah (jumlah karyawan hingga 300 orang).30
Di dalam literatur diakui secara luar bahwa di negara sedang berkembang (NSB),
Usaha Mikro dan kecil dan Menengah (UMKM) sangat penting karena karakteristik
utama yang berbeda dengan Usaha Besar (UB), yakni :31
a. Jumlah perusahaan sangat banyak (Jauh melebihi jumlah UB), terutama dari
kategori usaha mikro (UMI) dan usaha kecil (UK). Berbeda dengan usaha besar
(UB) dan usaha menengah (UM), usaha mikro (UMI) dan usaha kecil (UK)
tersebar diseluruh pelosok perdesaan, termasuk di wilayah-wilayah yang relatif
terisolasi (terpisah/terkucilkan). Karena itu, kelompok usaha ini mempunyai
signifikansi “lokal” yang khusus untuk ekonomi perdesaan. Dalam kalimat lain,
kemajuan pembangunan ekonomi pedesaan sangat ditentukan oleh kemajuan
pembangunan UMKM-nya.
b. Karena sangat padat karya, yang berarti mempunya potensi pertumbuhan
kesempatan kerja sangat besar, pertumbuhan UMKM dapat dimasukkan sebagai
elemen penting dari kebijakan nasional untuk meningkatkan kesempatan kerja
30 Artikel Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia, Profil Bisnis Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM), h.23
31 Tulus Tambunan USAHA Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia (UMKM); Isu-Isu Penting, h.2
29
dan menciptakan pendapatan, terutama bagi masyarakat miskin. Hal ini juga
bisa menjelaskan kenapa pertumbuhan UMKM menjadi semakin penting di
pedesaan di negara sedang berkembang (NSB), terutama di daerah-daerah
dimana sektor pertanian mengalami stagnasi (perhentian) atau tidak mampu lagi
menyerap pertumbuhan tahunan dari penawaran tenaga kerja di pedesaan.
Dengan kondisi tersebut, maka akan menciptakan arus manusia mengalami
perdesakan ke perkotaan. Apabila kegiatan-kegiatan di perkotaan tidak mampu
menyerap para pendatang maka akan terjadi menambah tingkat pengangguran
dan akan muncul masalah sosial di perkotaan. Maka dari itu, UMKM di
pedesaan dapat memainkan peran krusial (penting) agar tidak terjadi hal yang
tidak di inginkan tersebut.32
c. Tidak hanya mayoritas dari UMKM, terutama usaha mikro (UMI) di negara
sedang berkembang (NSB) khususnya di pedesaan, kegiatan-kegiatan produksi
dari kelompok usaha ini juga pada umumnya berbasis pertanian. Karena itu,
upaya-upaya pemerintah mendukung UMKM sekaligus juga merupakan cara
tak langsung namun efektif untuk mendukung pembangunan dan pertumbuhan
produksi di sektor pertanian. Melihat banyaknya variabel yang harus dihadapi
UMKM untuk berkembang, maka perlukiranya pemerintah memberikan
perlidungan dan perhatian dengan membuat regulasi yang fasilitatif bagi
UMKM.33
d. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memakai teknologi-teknologi
yang lebih “cocok” (dibandingkan teknologi canggih) terhadap proporsi dari
fakto-faktor produksi dan kondisi lokal yang ada di negara sedang berkembang
32 Tulus Tambunan, USAHA Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia (UMKM); Isu-Isu Penting, h.3
33 Mukti Fajar, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia, h.124
30
seperti sumber daya alam (SDA) dan tenaga kerja berpendidikan rendah yang
berlimpah.
e. Banyak UMKM bisa tumbuh pesat. Bahkan bayak UMKM bisa bertahan pada
saat ekonomi Indonesia dilanda krisis moneter pada tahun 1997/1998. Karena
itu, kelompok usaha ini dianggap sebagai perusahaan yang memiliki fungsi
sebagai basis bagi pengembangan usaha lebih besar.
f. Walau pada umumnya masyarakat pedesaan miskin, banyak bukti
menunjukkan bahwa mereka bisa menabung, dan bersedia ambil resiko dengan
melakukan investasi. Dalam hal ini, UMKM bisa menjadi mobilisasi
tabungan/investasi di pedesaan; sementara pada waktu yang sama, kelompok
usaha ini dapat berfungsi sebagai tempat pengujian dan peningkayan
kemampuan berwirausaha dari orang-orang desa.
g. Walau banyak barang yag diproduksi oleh UMKM juga untuk masyarakat kelas
menengah dan atas, terbukti secara umum pasar utama bagi UMKM adalah
barang-barang konsumsi sederhana dengan harga relatif murah seperti meubel
dari kayu, pakaian desain sederhana, kayu dan lainnya. Barang tersebut untuk
memenuhi sehari-hari masyarakat miskin atau berpendapatan rendah. Namun,
ada juga UMKM yang membuat barang-barang non konsumsi seperti peralatan
produksi, bahan bangunan, dan lainnya.34
h. Seperti sering dikatakan di dalam literatur, satu keunggulan dari UMKM
adalah tingkat fleksibilitasnya yang relatif tinggi terhadap pesaingnya (usaha besar/UB).
Bahwa usaha kecil dan usaha rumah tangga di Indonesia telah memainkan peran penting
34 Tulus Tambunan, USAHA Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia (UMKM); Isu-Isu Penting, h.3
31
dalam menyerap tenaga kerja, meningkatkan jumlah unit usaha dan mendukung
pendapatan rumah tangga.35
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) tidak saja berbeda dengan usaha besar
(UB), tetapi di dalam kelompok UMKM itu sendiri terdapat perbedaan karakteristik
antara usaha mikro (UMI) dengan usaha kecil (UK) dan usaha menengah (UM) dalam
sejumlah aspek yang mudah dilihat dari sehari-hari di negara sedang berkembang (NSB),
termasuk Idonesia.
Aspek-aspek itu termasuk orientasi pasar, profil dari pemilik usaha, sifat dari
kesempatan kerja di dalam perusahaan, sistem organisasi dan manajemen yang
diterapkan di dalam usaha, derajat mekanisme di dalam prose produksi, sumber-sumber
dari bahan baku dan modal, lokasi tempat usaha, hubungan-hubungan eksternal, dan
derajat dari keterlibatan wanita sebagai pengusaha.36
6. Masalah/Hambatan pada UMKM
Perkembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di negara sedang
berkembang (NSB) dihalangi oleh banyak hambatan. Hambatan-hambatan tersebut
(intensitasnya) bisa berbeda dari satu daerah dengan daerah lain atau antara pedesaan
dengan perkotaan, atau antar sektor, atau antar sesama perusahaan di sektor yang sama.
Namun demikian, ada sejumlah persoalan yang umum untuk semua UMKM dinegara
manapun juga, khususnya didalam negara sedang berkembang (NSB). Rintangan-
rintangan umum tersebut adalah keterbatasan modal kerja kesulitan-kesulitan dalam
35 Kuncoro, M., Analisis Spasial dan Regional; Studi Aglomerasi dan Kluster Industri Indonesia,
(Yogyakarta, UPP AMP YKPN,2002), h. 78
36 Tulus Tambunan, USAHA Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia (UMKM); Isu-Isu Penting, h.7
32
pemasaran, dan lainnya.37 Berikut ini adalah beberapa masalah umum UMKM yang
lazim terjadi di Indonesia:
a. Rendahnya Kualitas SDM38
Pada umumnya pedagang kecil tidak mempunyai pendidikan yang memadai untuk
mengembangkan usahanya. Kurangnya pendidikan ini membuat mereka tidak menyadari
pentingnya pengetahuan pasar, sehingga tidak dapat menganalisa faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi atau yang menentukan jumlah usaha pada masa yang akan datang.
Karena sebagian besar UMKM di Indonesia memiliki kualitas SDM yang rendah.
Mereka sering membuat UMKM dengan sendirinya, tanpa didasari oleh pelatihan dan
pendidikan yang memadai. Tak jarang bakwa UMKM sektor informal seperti pedagang
kaki lima, warteg-warteg, dan lain sebagainya, lahir dan terbentuk karena SDM-nya tidak
tahu lagi apa yang harus dikerjakan untuk mempertahankan hidupnya.
Akibatnya, usaha-usaha informal UMKM tersebut menjadi dikerjakan seadanya
tanpa manajemen dan keterampilan yang memadai. Bagi mereka, kalau sudah ada
hasilnya, meskipun ‘tak seberapa’ namun sering dianggap untung.
b. Merasa cukup bila usaha tetap atau bisa Jalan39
Di Indonesia, ada berbagai jenis UMKM dari industri kerajinan, usaha rumah
tangga, perikanan, peternakan, pertanian dan lain-lain. umumnya UMKM itu adalah
usaha perseorangan dengan modal kecil. Didorong dengan rendahnya kemampuan SDM,
yang menyebabkan sebagian sebagian UMKM sudah merasa cukup bila usaha tetap atau
bisa berjalan.
37 Tulus Tambunan, Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia (UMKM); Isu-Isu Penting, h.75
38 Jurnal Dunia Ekuin dan Perbankan, Centre for Strategic and International Studies, Issuess 1-2, Vol
18, 2005.h.150
39 Arfan Pradiansyah, Cherist Every Moment: Menikmati Hidup yang Lebih Indah Setiap Saat.
(Jakarta: Elex Media Koputindo,2004). H.83-84
33
Mereka menjalankan usaha sebagaimana adanya, tanpa inovasi dan perbaikan
berarti. Dengan demikian, dapat dipastikan usahanya tidak ada perkembangan dan
kemajuan. Disinilah sangat diperlukan adanya pendampingan yang bisa mengarahkan
dan mendidik mereka agar ‘sadar usaha’. Setiap orang harus memiliki kesadaran bahwa
mereka yang bekerja dan berusaha itu harus mendapatkan keuntungan dan bisa
menabung, buka sekedar untuk hidup, bahkan masih sering kekurangan.
c. Lemahnya Manajeman
Kebanyakan dari pedagang kecil terdiri dari para pemilik beserta istri dan
keluarganya. Sering kali terjadi penyalahgunaan kekuasaannya untuk hal-hal di luar
kegiatan usaha yang dapat menyebabkan mundurnya perusahaan bahkan mengalami
kebangkrutan. Dan dalam segi keuangan, pada umumnya pedagang kecil juga tidak
mempunyai administrasi atau pembukuan yang baik yang dapat memberikan gambaran
tentang perusahaan setiap saat. Keadaan keuangan hanya dapat diingat oleh pemilik,
sehingga perusahaan menyebabkan tidak mengetahui kondisinya, apakah dalam keadaan
hutang atau rugi, maju atau mundur, sehingga keuangan rumah tangga bercampur dengan
keuangan perusahaan.40
Dan dalam segi kedisiplinan, biasanya pedagang kecil kurang disiplin dalam
manajemen waktu. Cara berdagangnya pun disesuaikan dengan keinginan pedagang,
sehingga kadang berjualan dan kadang tutup. Sehingga pelanggan segan untuk
berbelanja. Kegiatan usaha pada umumnya masih berpandangan untuk kepentingan
jangka pendek dengan bentuk organisasi sederhana yang sulit diubah. Pola kebiasaan
40 Sri Muwarti dan Muhammad Sholahuddin, “peran Keuangan Lembaga Mikro Syariah Untuk
Usaha Mikro di Wonogiri”, Proceeding Seminar Nasional dan Call For Papers Sancall, (surakarta: 23
Maret 2013), h.302
34
usaha yang bersifat sederhana. Hal ini menghambat peningkatan nilai tumbuh hasil
produksi secara layak dan kurangnya kebiasaan menabung untuk memupuk modal.
d. Kurangnya Modal41
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan usaha perseorangan atau
perusahaan yang sifatnya tertutup yang mengandalkan pada modal di pemilik yang
jumlahnya sangat terbatas, sedangkan untuk mengembangkan usahanya dibutuhkan
modal dan sebagian modal yang mereka dapatkan adalah modal dengan suku bunga yang
tinggi, yang diberikan pada pelepas uang. Hal itu tetap berlangsung karena tidak ada
alternatif pilihan lain yang harus ditempuh.
Tak jarang terdapat UMKM yang memiliki produk-produk berkualitas dan
memenuhi standar internasional, dan kadang produk hasil usaha mereka dibawa oleh
turis atau ikut dalam pameran internasional. Pada gilirannya, masyarakat internasional
mengenal produk mereka dan kemudian memesan produk tersebut.
Tentu saja ini sebuah peluang yang sangat baik dan menjanjikan. Namun, yang
sering terjadi dilapangan, pesanam tersebut tidak bisa dipenuhi karena kurangnya modal
untuk membuat permintaan dalam jumlah besar. Selain itu, kadang kemalasan orang
Indonesua untuk mengurus berbagai perizinan yang memungkinkan pengiriman produk
ke luar negeri. Kalau sudah begitu, yang rugi tentu UMKM yang bersangkutan. Peluang
didepan mata hilang begitu saja, dan umumya akan dilemparkan pada usaha besar yang
sanggup memenuhi permintaan pesanan tersebut.
e. Lemahnya Pemasaran dan Networking42
41 Adler Haymans Manurung, Modal Untuk Bisnis UKM, (Jakarta:Buku Kompas,2008), h.122
42 Muchtar A.F, Panduan Praktis Strategi Memenangkan Persaigan Usaha dan Menyusun Business
Plan, (Jakarta: Elex Media Komputindo,2010), h.6
35
Jaringan kerja atau networking sekarang ini menjadi kunci sukses dalam berbagai
jenis usaha. Orang yang memilii networking luas juga mudah dalam berbagai urusan.
Oleh karena UMKM umumnya berdiri sendiri dan urang terencana, networkinh pun
manjadi lemah dan sempit. Ini menyebabkan pemasaran hanya sedikit dan tidak dapat
mengembangkan jaringan pemasarannya dalam waktu yang cepat.
f. Lemahnya Daya Saing43
Tidak semua produk UMKM berkualitas rendah. Namun adanya berbagai faktor
yang masih belum diurus dengan baik, menyebabkan produk UMKM sering dipandang
sebelah mata; terlebih lagi bila kemasannya kurang baik. dari tampilan yang kurang
menarik, membuat konsumen menjadi enggan menengok. Padahal bisa saja sebenarnya
kualitasnya sangat bagus. Inilah yang membuat produk-produk UMKM lemah daya
saingnya.
7. Tantangan Usaha Mikro Kecil dan Menegah (UMKM)
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa saha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
memainkan peran penting dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, baik di
negara sedang berkembang (NSB) maupun di negara maju (NM). Di negara maju (NM)
eksistensi UKM sangat penting, karena kelompok usaha ini menyerap paling banyak
tenaga kerja. Di Asia, Afrika dan Amerika Latin, juga berperan penting, khususnya dari
perspektif kesempatan kerja dan sumber pendapatan bagi kelompok miskin, distribusi
pendapatan dan pengurangan kemiskinan, serta pembangunan ekonomi desa.44
Walaupun demikian, banyak tantangan yang dihadapi oleh Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) dalam mempertahankan eksistensinya. Tantangan utama yang
43 Zuhal, Kekuatan Daya Saing Indonesia: Mempersiapkan Masyarakat Berbasis Pengetahuan.
Jakarta: Buku Kompas,2008) h, 24-25.
44 Tulus Tambunan, Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia (UMKM); Isu-Isu Penting, h.54
36
dihadapi oleh Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) adalah perusahaan yang
bermutu dan berdaya saing tinggi. Setiap perusahaan, termasuk Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) yang bermutu tdak hanya menghasilkan kinerja yang baik atau
keuntungan (profit) yang besar tetapi juga dampak dari keberadaannya/ kegiatannya
harus positif terhadap lingkungan alam dan sosial/masyarakat.
Yang dimaksud dengan mutu adalah suatu tingkatan tertentu yang ditetapkan sesuai
dengan karakteristiknya. Jadi istilah bermutu adalah mulai dari produknya bermutu, cara
kerja bermutu, proses produksi bermutu dan lainnya. Namun, prosuk bermutu tidak
selalu identik dengan mahal dari produk tersebut. Dan perusahaan yang bermutu tidak
selau harus sebuah perusahaan besar dan modern, bisa juga berlaku pada usaha
tradisional atau Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).45
Seperti di negara sedang berkembang (NSB) lainnya, daya saing Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM) Indonesia relatif rendah, dan ini bisa menjelaskan kenapa
intensitas ekspor Usaha Mikro Kecil dan Mennegah (UMKM) Indonesia relatif rendah.
Bahkan, di pasar domestik juga banyak produk buatan kelompok ushaa tersebut tidak
mampu bersaing dengan barang-barang impor,meskipun dengan harga yang relatif jauh
lebih rendah. Beberapa alasannya sebagai berikut : 46
1. Kualitas barang-barang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) lebih rendah
daripada barang-barang impor atau buatan usaha besar (UB) karena banyak hal,
termasuk rendahnya teknologi yang digunakan oleh Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) dan buruknya kualitas sumber daya manusianya (SDM),
termasuk dalam manajemen dan pemasaran.
45 Tulus Tambunan, Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia (UMKM); Isu-Isu Penting, h.55
46 Tulus Tambunan, Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia (UMKM); Isu-Isu Penting, h.69
37
2. Tingkat efisiensi dalam proses produksi yang rendah yang tercerminkan oleh
biaya produksi per satu unit output yang relatif tinggi.
3. Kebijakan-kebijakan ekonomi makro di Indonesia, termasuk regulasi
perdagangan-perdagangan, tanpa disengaja lebih menguntungkan barang-barang
impor dari pada Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), yang pada gilirannya
mengurangi stimulasi bagi UMKM untuk meningkatkann kualitas produknya
sehingga mengurangi daya saingnya.
C. Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
1. Cara Mudah Pemberdayaan UMKM
Cara mudah untuk memajukan UMKM dapat dilakukan dengan pemberdayaan
UMKM. Ini akan menjadi pilihan strategis untuk meningkatkan taraf hidup sebagian
besar rakyat Indonesia. Hal ini dilakukan mengingat jumlah populasi UMKM yang terus
meningkat dari tahun ke tahun.
1) Keberpihakan47
Kecemderungan pemerintah dan pihak terkait untuk memberikan dorongan pada
kemajuan UMKM. Peningkatan program atau kegiatan yang mendorong pertumbuhan
yang berpihak pada rakyat miskin, yaitu melalui perluasan jangkauan dan kapasitas
pelayanan lembaga keuangan mikro (LKM), dan peningkatan kemampuan pengusaha
mikro dalam manajemen usaha dan teknis produksi. Selain itu juga perlu adanya
semangay dan penyebarluasan jiwa kewirausahaan dan pengembangan sistem insentif
bagi wirausaha baru, terutama UMKM yang berbasis IPTEK.
2) Pemberdayaan48
47 Retnaldi, Soetanto Hadinoto Djoko, Micro Credit Challenge: Cara Efektif Mengatasi Kemiskinan
dan Pengangguran di Indonesia.(Jakarta: Elex Media Komputindo, 2007), h.360-361
38
Proses pembangunan UMKM dimana pemilik dan pelaku UMKM berinisiatif untuk
memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisinya.
Pemberdayaan UMKM dapat terjadi bila pemilik dan pelakunya berpartisipasi secara
aktif.
Dalam rangka mendukung upaya penanggulangan kemiskinan dan kesenjangan,
langkah kebijakan yang ditempuh adalah penyediaan dukungan dan kemudahan untuk
mengembangkan usaha ekonomi produktif berskala mikro atau informal, terutama
dikalangan keluarga miskin atau daerah tertinggal dan kantong-kantong kemiskinan.
Pengembangan usaha skala mikro tersebut dilaksanakan melalui peningkatan kapasitas
usaha dan keterampilan pengeiolaan usaha, peningkatan akses ke lembaga keuangan
mikro, serta sekaligus meningkatkan kapasitas dan perlindungan usahanya sehingga
menjadi unit usaha yang lebih mandiri, berkelanjutan dan siap untuk tumbuh dan
bersaing.
3) Perlindungan49
Perlu dibuat aturan khusus tentang perlindungan UMKM setidaknya di pasar dalam
negeri, umumnya UMKM kalah standar produk secara global, modal kurang, SDM
rendah, pemain asing menguasai pasaran lokal dengan harga lebih murah dan kemasan
lebih menarik.
Upaya peningkatan produktifitas, mutu dan daya saing produk UKM juga ditempuh
melalui fasilitas merek dan desain industri dan sertifikasi desain. Melalui fasilitas
semacam itu, produk UKM menjadi lebih terjamin pemasarannya.
48 Gunawan Sumodiningrat, Pemberdayaan Sosial: Kajian Tentang Pembangunan Manusia
Indonesia, (Yogyakarta : Media Pressindo,2007), h.9-11
49 Iswi Hariyani, Restrukturisasi dan Penghapusan Kredit Macet: Kenapa Perbankan Memanjakan
Debitur Besar Sedangkay Usaha/ Debitur Kecil Dipaksa, (Jakarta: Elex Media Komputindo,2010) h.171
39
4) Kemitraan50
Kemitraan atau patnership adalah kerja sama UMKM dengan badan-badan
pemerintah, organisasi-organisasi nasional/internasional dan berbagai lembaga swadaya
masyarakat untuk membangun dan mengembangkan UMKM dari tingkat desa hingga
nasional. Kegiatan penumbuhan usaha baru juga didukung oleh penyediaan insentif
melalui program kemitraan BUMN dengan usaha kecil dengan memanfaatkan dana yang
bersumber dari penyisihan laba BUMN bagian pemerintah.
5) Subsidi51
Dalam beberapa kasus, subsidi (bentuk bantuan keuangan yang dibayarkan kepada
UMKM tetap dianggap perlu. Pengembangan ke depan akan difokuskan pada
pengembangan sentra mejadi sentra unggulan. Untuk mendorong peningkatan
produktivitas dan mutu UKM, bantuan penguatan dalam bentuk teknologi tepat guna
(TTG). Bantuan teknologi itu diharapkan dapat meningkatkan penerapan teknologi untuk
meningkatkan mutu dan daya saing produk UMKM.
6) Inovasi52
Pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif UMKM dilaksanakan
melalui langkah peningkatan kualitas kewirausahaan, baik wirausaha yang ada mauoun
calon wirausaha baru.
a. Mengembangkan Keunggulan dan Ciri Khas. Setiap individu dan UMKM
yang memiliki produk tertentu memiliki keunggulan dan ciri khas yang tidak
50 Abun Sanda (Editor), Soffan Wanandi: Aktivis Sejati, (Jakarta : Penerbit Buku Kompas,2011).
H.369
51 Iwantono Sutrisno, Kiat Sukses Berwirausaha:Strategi Baru Mengelola Usaha Kecil dan
Menengah, (Jakarta: Grasindo Gramedia Grup), h.104
52 Gunawan Sumodiningrat, dkk, Menuju Ekonomi Berdikari (Pemberdayaan UMKM dengan Konsep
OPOP,OVOP-OVOC),.ke-1, h.148
40
dimiliki UMKM lain. keunggulan dan ciri khas itulah yag harus ditonjolkan,
sehingga dapat di ingat konsumen.
b. Meningkatkan Kompetensi dan Menekan Harga. Dengan berbagai pelatihan
dan pendidikan yang sesuai dengan keperluan wirausaha diharapkan akan
mampu meningkatkan kompetensi dan menekan harga jual dari produk UMKM,
sehingga mampu bersaing di pasar global.
7) Subsidi Bukan Harga53
Subsidi bukan harga adalah bantuan yang diberikan kepada UMKM diluar bantuan
keuangan; bisa pelatihan, pengurusan izin, akses informasi, akses pameran, dan lainnya.
Selanjunya, untuk meningkatkan pendapatan masyarakat yang bergerak dalam kegiatan
usaha ekonomi, khususnya usaha skala mikro pada sektor informal, ditempuh langkah
pemberdayaan usaha mikro sebagai berikut: (1) pengembangan usaha mikro, termasuk
yang tradisional; (2) penyediaan skim pembiayaan dan peningkatan kualitas layanan
lembaga keuangan mikro; (3) penyediaan insentif dan pembinaan usaha mikro; serta (4)
peningkatan kualitas lembaga keuangan untuk berkembang secara sehat sesuai jati
dirinya dan membangun efisiensi kolektif bagi pengusaha mikro dan kecil.
8) Pasar Global: Pasar Bebas Tidak Terkendali54
Semakin tidak terkendali pasar, semakin besar beban UMKM untuk bertahan.
Pengendaliannya bisa dengan aturan pemerintah dan yang utama meningkatkan kualitas
serta daya saing UMKM. Selain itu, UMKM juga menghadapi tantangan terutama yang
ditimbulkan oleh pesatnya perkembangan globalisasi ekonomi dan liberalisasi
perdagangan bersamaan denga cepatnya tingkat kemajuan teknologi
53 Radhi Fajmi, Kebijakan Ekonomi Pro Rakyat. (Jakarta: Penerbit Republika), h.192
54 Tulus Tambunan, USAHA Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia (UMKM); Isu-Isu Penting, h.43
41
Dengan berbagai hal kondisi UMKm dan solusi serta pemberdayaan yang bias
dilakukan, diharapkan UMKM menjadi usaha yang mandiri, berorientasi keuntungan,
dikelola secara profesional, sehingga siap untuk tumbuhn dan berkembang serta mampu
meningkatkan daya saing ditingkat global. Dengan demikian, produktivitas bisa
meningkat sehingga nantinya akan meningkatkan pendapatan. Pendapatan yang
meingkat secara tidak langsung akan meningkatkan kesejateraan dan kemakmuran, baik
ditingkat individu, keluarga, komunitas, maupun pada tataran bangsa dan negara.
2. Pemberdayaan UMKM Dengan Konsep OPOP-OVOP-OVOC
Yang dimaksud pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) adalah
upaya yang dilakukan pemerintah atau lembaga dengan tujuan pembangunan
perekonomian nasional untuk mewujudkan kemakmuran masyarakat melalui wirausha.
Dalam upaya mendukung supaya penanggulangan kemiskinan dan kesenjangan,
langkah kebijakan yang ditempuh adalah penyediaan dukungan dan kemudahan untuk
mengambangkan usaha ekonomi produktif bersskala mikro atau informal, terutama
dikalangan keluarga miskin atau di daerah tertinggal dan kantong-kantong kemiskinan.55
Pengembangan usaha berskala mikro tersbut dilaksanakan melalui peningkatan
kapasitas usaha dan keterampilan pengelolaan usaha, peningkatan akses ke lembaga
keuangan mikro, serta sekaligus meningkatkan kepastian dan perlindungan usahanya
agar UMKM lebih mandiri, berkelanjutan, serta siap untuk tumbuh dan bersaing.
Menurut Gunawan Sumodiningrat dalam Bukunya Menuju Ekonomi Berdikari,
Pemberdayaan UMKM dapat dilakukan dengan konsep OPOP-OVOP-OVOC dengan
memberikan kesempatan berusaha yang seluas-luasnya serta memperluas aksesnya
kepada sumber daya produktif. Dengan demikian, UMKM mampu memanfaatkan
55 Gunawan Sumodiningrat, dkk, Menuju Ekonomi Berdikari (Pemberdayaan UMKM dengan Konsep
OPOP,OVOP-OVOC), cet.ke-1, h.23
42
kesempatan usaha dan potensi sumber daya lokal yang tersedia untuk meningkatkan
produktivitas usaha dan mengambangkan ragam produk keunggulannya.56
a. OPOP (One Person One Product)
Prinsip OPOP harus digunakan dalam pembangunan ekonomi, karena semestinya
yang dibangun adalah manusianya terlebih dahulu sebelum membangun sarana dan
prasarana lainnya.
Setiap Manusia atau individu yang berkarakter harus disandarkan dengan adanya
tujuan hidup untuk mencapai kebahagiaan dengan cara mendekatkan diri kepada alam
dan mendekatkan diri kepada tuhan57 dengan pemberdayaan individu, diharapkan
masing-masing individu mampu menghasilkan (supply) dan mampu menikmati
(demand). Apabila seluruh kebutuhan terpenuhi, setiap individu harus berusaha untuk
memiliki kelebihan produk yang bisa ditukarkan (exchange). Kelebihan itulah yang bisa
dibagi-bagikan atau dipasarkan sebagaimana terjadinya mekanisme pasar.
Sebelum produk tersebut dilempar ke pasar, tentunya harus disimpan, diolah,
dikemas yang pada gilirannya semua biaya produksi tersebut harus dipenuhi dari hasil
penjualan dengan memikirkan keuntungan. Keuntungan dan kelebihan itulah yang
disebut tabungan. Pada awalnya tabungan hanya bersifat menabung atau simpanan saja,
tetapi kemudian digunakan untuk investasi pengembangan usaha, dan lain-lain.
Konsep OPOP ini menggambarkan seseorang yang bisa mandiri karena usahanya
sendiri. Kalau seseorang mengerjakan usaha tanpa bantuan orang lain baik modal
maupun kemampuan, maka ini dapat disebut orang yang mandiri. Dengan
56 Gunawan Sumodiningrat, dkk, Menuju Ekonomi Berdikari (Pemberdayaan UMKM dengan Konsep
OPOP,OVOP-OVOC), cet.ke-1, h.23
57 Gunawan Sumodiningrat, dkk, Menuju Ekonomi Berdikari (Pemberdayaan UMKM dengan Konsep
OPOP,OVOP-OVOC), cet.ke-1, h.159
43
memberdayakan individu, setiap orang harus bekerja (memiliki produk) dan
menghasilkan, sehingga bisa mendapatkan penghasilan (keuntungan) dan menabung
(OPOP). Konsep OPOP dapat terwujud dengan baik, bila masing-masing individu
memiliki syarat seperti berikut:
1) Motivasi dan Tujuan.
Prilaku yang memiliki tujuan digerakkan oleh sebuah motivasi. Motivasi adalah
sesuatu yang mendorong untuk berperilaku mencapai tujuan.58 Untuk dapat menentukan
motivasi dan tujuan hidup, maka harus melihat potensi pada diri sendiri dengan
(sekurang-kurangnya) objektif. Dengan demikian, maka manusia mudah menentukan
tujuan hidup masing-masing tanpa dipengaruhi orang lain. setelah mengetahui hal
tersebut, maka dapat menentukan tujuan jangka pendek, jangka menengah dan jangka
panjang yang dapat diatur dan ditentukan oleh diri sendiri.
2) Lingkungan Yang Mendukung
Lingkungan yang mendukung ini melibatkan individu, masyarakat, dan pemerintah.
Apabila ketiga pihak tersebut saling mendukung, akan memberikan iklim dan lingkungan
yang baik. sebaliknya, bila salah satu pihak tidak berperan serta mendukung, usaha tidak
akan berkembang dengan baik.
3) Pendidikan yang memadai
Pendidikan adalah cara yang mudah bagi seseorang untuk terampil. Dengan
pendidikan seseorang menjadi ahli dalam satu bidang tertentu. Pada dasarnya pendidikan
58 Djokosantoso Moeljono, Beyond Leadership: 12 Prinsip Kepemimpinan, (Jakarta:Elex Media
Computindo, 2003), h.10
44
dapat diperoleh melalui tiga jalur, yaitu 1) fomal(sekolah,kuliah), 2) nonformal
(lingkungan masyarakat), 3) informal (lingkungan keluarga).59
4) Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana harus ada bagi terlaksananya konsep OPOP di dalam UMKM.
Dengan sarana dan prasarana akan mempermudah UMKM melaksanakan kebijakan
teknis, melakukan koordinasi, mengikuti pembinaan, menerima pengawasan, evaluasi
dan pelaporan, hingga pengembangan usaha dan produksinya. Biasanya sarana dan
prasarana bantuan berupa teknologi tepat guna untuk memajukan UMKM sesuai dengan
bidang usahanya.
5) Mentoring dan Pendampingan yang Tepat dan Terarah
Seorang mentor bisnis sejatinya bukan hanya seorang konsultan atau trainer.
Sebaiknya mentor bisnis lebih mengutamakan tatap muka. Dalam proses transfer
knowledge perlu adanya praktek lapangan, observasi produk, hingga pengenalan alat,
peragaan, ekspresi, dan komunikasi. Seorang mentor bisnis harus peka dengan fenomena
ini.60 Sementara itu, tugas pendamping lebih ringan daripada mentorig bisnis, karena
umumnya tinggal menampingi dari sesuatu yang sudah berjalan baik.
b. OVOP (One Village One Product)
Setiap orang yang sudah memiliki produk, memiliki prinsip-prinsip hidup dan
kondisi yang lebih kurang sama akan membentuk satu komunitas untuk memudahkan
bekerja sama dan memenuhi keperluan pasar. Dari komunitas-komunitas tersebut akan
59 Gunawan Sumodiningrat, dkk, Menuju Ekonomi Berdikari (Pemberdayaan UMKM dengan Konsep
OPOP,OVOP-OVOC),cet.ke-1, h.163
60 Gunawan Sumodiningrat, dkk, Menuju Ekonomi Berdikari (Pemberdayaan UMKM dengan Konsep
OPOP,OVOP-OVOC), cet.ke-1, h.165
45
bergabung untuk bersama-sama memenuhi keperluan pasar yang leih luas. Dari kondisi
inilah muncul OVOP.
Dengan demikian, OVOP sebenarnya kumpulan orang-orang yang memiliki usaha-
usaha yang kurang lebih sama untuk membangun dan bekerja sama dalam satu
komunitas, dimana ini merupakan unit terkecil pemerintahan di Indonesia, yaitu desa
yang memiliki satu produk unggulan yang diproduksi dan digunakan untuk menghidupi
warganya, baik untuk menghidupi dirinya sendiri maupun keluarganya, termasuk
komunitas-komunitas yang tergabung di dalam OVOP tersebut. Penyebutan satu desa
satu produk karena di Indonesia merupakan unit pemerintahan terkecil.61 OVOP dapat
terwujud karena dibangun oleh dasar-dasar yang kokoh, seperti berikut :
1) Kebersamaan karena satu desa
Kebersamaan adalah mental yang harus dibangun dan dikembangkan untuk
membuat UMKM menjadi kuat dan mandiri dengan latar belakang saling berbagi dan
saling menolong. Dalam OVOP, kebersamaan telah menjadi latar belakang terbentuknya
usaha tersebut. Mereka merasa satu desa, satu keluarga, sehingga mudah bekerja sama.
2) Revitalization of people (Revitalisasi manusia)
Untuk dapat memiliki OVOP di setiap desa, pada dasarnya pelaku-pelaku program
pemberdayaan harus melakukan revitalisasi terhadap orang per orang atau manusianya.
Masing-masing individu harus disadarkan siapa sebenarnya dirinya dan apa tugas
kewajibannya sebagai manusia. Setiap orang harus memiliki kesadaran bekerja untuk
mendapatkan untung dan bisa menabung. Dengan demikian, revitalisasi manusia akan
selalu menyangkut perubahan pola pikir menjadi benar dan memiliki kesadaran untuk
berusaha. Setiap orang juga harus memiliki keterampilan sehingga memiliki produk yang
61 Gunawan Sumodiningrat, dkk, Menuju Ekonomi Berdikari (Pemberdayaan UMKM dengan Konsep
OPOP,OVOP-OVOC), cet.ke-1, h.166
46
bisa dijual melalui pendidikan dan pelatihan. Apabila sudah mampu memiliki
keterampilan, menghasilkan produk dan bisa menghidupi dirinya sendiri dengan
pendapatan hingga menabung.
3) Revitalization of Villages (Revitalisasi Desa)
Di dalam OVOP yang dibangun sebenarnya adalah desa-desa, tetapi harus tetap
mendasarkan pada pembangunan individu. Dalam hal pemberdayaan, revitalisasi desa
menjadi sangat penting mengingat sebagian besar masyarakat tinggal di desa-desa.
Apabila desa tidak diperbaiki, selamanya akan terjadi urbanisasi. Padahal sumber dan
potensi ekonomi sebenarnya di desa sangat besar. Potensi desa menjadi tidak bisa
dikelola dengan baik karena tidak ada yang mau mengelolanya. Hal ini terjadi karena
tidak adanya penyadaran warga akan potensi desanya.
Hal mendasar yang perlu dilakukan dalam revitalisasi desa adalah pembangunan
kinerja para perangkat desa harus disadarkan bagaimana bekerja mengurusi warga desa
dengan profesional.62
4) Revitalization of Commerce (Revitalisasi perdagangan)
Setiap orang yang ada di desa harus menyadari pentingnya OPOP, dan kemudan
bersama-sama berada dalam lingkup OVOP. Di desa tersebut ada satu produk unggulan
yang diharapkan menghidupi warga desanya. Setelah melakukan revitalisasi orang dan
revitalisasi desa, maka hal penting lainnya yang harus dilakukan adalah revitalisasi
perdagangan. Apabila sebelumnya desa tersebut memiliki produk yang diperjualbelikan
secara standar memenuhi harga pasar, maka harus mulai dilakukan perbaikan dan
inovasi-inovasi sehingga dengan barang yang sama, yang biaya produksinya kurang
62 Gunawan Sumodiningrat, dkk, Menuju Ekonomi Berdikari (Pemberdayaan UMKM dengan Konsep
OPOP,OVOP-OVOC), cet.ke-1, h.167
47
lebih sama, dapat diperoleh keuntungan yang lebih banyak. Sehingga bisa dilakukan
prluasan pasar dari lokal menjadi regional, nasional bahkan sampai ekspor.
Namun karena dalam wilayah OVOP ini umumnya produk masih dihasilkan oleh
perusahaan yang belum berbada usaha, yang terpenting dalam revitalisasi perdagangan
adalah pertambahan nilai. Produk yang semula dijual biasa-biasa saja, sekarang harus
disimpan, diolah, dikemas yang menarik sehingga menjangkau konsumen yg lebih luas
dan lebih mengundungkan dalam penjualan.
c. OVOC (One Village One Corporation)
Ketika satu desa memiliki produk unggulan yang biasa disebut OVOP, maka usaha
akan terus berkembang dan permintaan atas produknya pun semakin banyak. Pada saat
itulah, usaha dalam OVOP tersebut memerlukan satu kepastian hukum dan kepastian
untuk berusaha lebih luas. Maka yang diperlukan adalah OVOC yang berbadan hukum
usaha.63
Pentingnya badan hukum usaha ini sebenarnya untuk kepentingan usaha oti sendiri.
Pada saat usaha sudah membesar dan komunitas-komunitas yang bergabung semakin
banyak dan beragam karakternya, maka usaha tersebut memerlukan perlindungan dan
penyelesaiaan lewat jalur hukum atas sengketa atau perkara lainnya, serta pengembangan
dan pelayanan yang baik juga fasilitas lainnya yang seharusnya diperoleh oleh UMKM
dalam mengembangkan usahanya. Dengan demikian, bila OVOP sudah solid dan
semakin kuat, maka suatu korporasi yang legal adalah suatu keharusan. Sehingga
terbentuklah OVOC. Badan hukum usaha dari OVOC ada dua, yaitu koperasi dan
perseroan terbatas. Apabil perusahaan yang didirikan dimiliki oleh komunitas, maka
bentuknya adalah koperasi yang profesional, berbuat dan bertindak serta bekerja seperti
63 Gunawan Sumodiningrat, dkk, Menuju Ekonomi Berdikari (Pemberdayaan UMKM dengan Konsep
OPOP,OVOP-OVOC), cet.ke-1, h.178
48
perseroan terbatas yang mengutamakan keuntungan dan pengembangan usaha.
Sementara itu, bila perusahaan yang didirikan dimiliki oleh perseorangan, maka
bentuknya perseroan terbatas, tapi mengutamakan kebersamaan, gotong royong, kerja
sosial, kekeluargaan, dan musyawarah mufakat.
Dalam OVOC, meskipun bentuk perusahaan sudah berbadan hukum usaha, tetapi
memiliki dasar-dasar kearifan lokal. Dan kearifan tersebut akan senantiasa menjiwai para
pelaku UMKM dalam pengembangkan usahanya. berikut merupakan kearifan lokal
tersebut :
1) Gotong Royong
Gotong royong adalah semangatt dan jiwa masyarakat Indonesia yang asli. Secara
tradisional masyarakat Indonesia telah terbiasa dengan bentuk dan cara penyelenggaraan
usaha untuk kepentingan bersama dan dinikmati bersama. Dan hakikat gotong royok
sebenarnya adalah kewajiban timbal balik untuk saling membantu.
2) Pentingnya Status Badan Hukum Usaha
Seperti yang telah disinggung sebelumya, dalam OVOC sangatlah penting status
badan hukum usaha. Karena UMKM yang sudah berbadan hukum usaha biasanya juga
lebih mudah mendapatkan akses pengembangan dan pembinaan. Jadi, didalam prinsip
pemberdayaan, meskipun sebenarnya pada tataran OPOP dna OVOP saja sudah bisa
jalan dan menghidupi orang-orang yang terlibat usaha di dalamnyam, tetapi usaha ini
belum memiliki kepastian hukum. Kondisi terbsebut harus diperjelas dengan status
badan hukum usaha, sehingga menjadi OVOC yang bertindak luas karena adanya
perlindungan dan kepastian hukum.64
3) Profesionalisme usaha
64 Gunawan Sumodiningrat, dkk, Menuju Ekonomi Berdikari (Pemberdayaan UMKM dengan Konsep
OPOP,OVOP-OVOC), cet.ke-1, h.181.
49
Sebenarnya, bukan hanya perusahaan yang berbadan hukum usaha daja yang
dituntut untuk profesional. Setiap individu sekarang ini juga harus dituntut profesional
dalam bermasyarakat, dan berorganisasi, di dunia kerja, dan cara bekerja. Dengan
demikian profesionalisme OVOC akan mengarahkan koperas atau perseroan terbatas
dalam usahanya tetap memiliki jiwa, semangat, karakter dan nilai-nilai luhur kearifan
lokal asli Indonesia tanpa kehilangan orientasinya untuk mendapatkan keuntungan
sebanyak-banyaknya dan mengembangkan usaha seluas-luasnya.
4) Orientasi Profit
Perusahaan yang dianjurkan dalam OVOC ini memiliki kekhasan, yaitu kalau
koperasi harus berjiwa perseroan terbatas, dan kalau bentuknya perseroan eterbatas tetap
harus memiliki semangat koperasi. Artinya, meskipun badan usaha berbeda bentuk badan
usaha, tetapi memiliki semangat kebersamaan, kekeluargaan, gotong royong,
musyawarah mufakat, tetapi disisi lain mengutamakan keuntungan, menabung dan
mengembangjan usaha. Hal tersebut merupakan salah satu ciri khas perekonomian
Indonesia, yang lebih dikenal dengan ekonomi kerakyatan.65
5) Pengembangan Usaha
Sebagai badan hukum usaha, baik perseroan terbatas maupun koperasi yang
berorientasi profit, juga harus memiliki peikiran dan pencernaan yang matang untuk
mengembangkan usahanya. Mereka harus memikirkan cara untuk memperuas
pemasaran, diversifikasi produk, mengembangkan usaha-usaha yang selini atau di luar
lini produksi sebelumnya agar orientasi profit dapat semakin terwujud.
65 Gunawan Sumodiningrat, dkk, Menuju Ekonomi Berdikari (Pemberdayaan UMKM dengan Konsep
OPOP,OVOP-OVOC), cet.ke-1, h.184
50
3. Pengembangan OPOP-OVOP- OVOC Untuk Meningkatkan Kesejahteraan
Individu, Komunitas, Bangsa, dan Negara
Konsep OPOP-OVOP-OVOC tersebut menekankan pentingnya pemberdayaan
individu, sehingga setiap orang memiliki satu produk (OPOP) yang bisa untuk bekerja
dan berusaha sehingga mendapatkan keuntungan, bisa untuk mempertahankan hidup dan
menabung.
Dari hal sederhana itulah, kemudian dikembangkan dalam konteks yang lebih luas
dalam wilayah pemerintahan terkecil, yaitu desa. Denga mengacu pada satu desa
memilikin satu produk yang dijadikan unggulan. Dan dengan produk itulah yang
diusahakan agar mampu menghidupi warga yang terlibat dalam usaha. 66
Dari kesejahteraan individu dapat ditingkatkan pada kesejahteraan keluarga. dari
kesejahteraan keluarga akan meningkatkan kesejahteraan komunitas. Dan dari
kesejahteraan komunitas akan meningkatkan kesejahteraan desa, yang terus berdampak
pada peningkatan kesejahteraan warga di kecamatan, kabupaten, provinsi dan negara.
Dengan keseluruhan apa yang diungkapkan tersebut, dapat ditarik benang merah
bahwa setiap UMKM yang ada di Indonesia harus diberdayakan secara maksimal.
Pemberdayaan itu pada akhirnya akan meningkatkan daya saing yang meningkatkan
ekonomi rakyat.67
66 Gunawan Sumodiningrat, dkk, Menuju Ekonomi Berdikari (Pemberdayaan UMKM dengan Konsep
OPOP,OVOP-OVOC), cet.ke-1, h.188.
67 Gunawan Sumodiningrat, dkk, Menuju Ekonomi Berdikari (Pemberdayaan UMKM dengan Konsep
OPOP,OVOP-OVOC), cet.ke-1, h.188.
51
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL
(BAZNAS) PUSAT
A. Profile Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan badan resmi dan
satu-satunya yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan keputusan Presiden
RI No. 8 Tahun 2001 yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan
menyalurkan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) pada tingkat nasional.
Lahirnya Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan
zakat semakin mengukuhkan peran Badan Amil Zaakata Nasional
(BAZNAS) sebagai lembaga yang berwenang melakukan pengelolaan zakat
secara nasional.
Dalam Undang- Undang tersebut, Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) dinyatakan sebagai lembaga pemerintah nonstruktural yang
bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri
Agama.
Dengan demikian, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) bersama
Pemerintah bertanggung jawab untuk mengawal pengelolaan zakat yang
berasaskan syari’at Islam, amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum,
terintegrasi, dan akuntabilitas.1
1 www.pusat.baznas.go.id, diakses pada 11 Maret 2017.
52
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) juga menjalankan empat fungsi
yang terdiri dari :2
1. Perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan
zakat;
2. Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan
zakat;
3. Pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan
zakat; dan
4. Pelaporan dan pertanggung jawaban pelaksanaan pengelola zakat.
Untuk terlaksananya tugas dan fungsi tersebut, maka Badan Amil
Zakat Nasional (BAZNAS) memliki kewenangan:
1) Menghimpun, mendistribusikan, dan mendayagunakan zakat.
2) Memberikan rekomendasi dalam pembentukan Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) Provinsi, Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) Kabupaten/Kota, dan Lembaga Amil Zakat (LAZ).
3) Meminta laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak, sedekah
dan dana sosial keagamaan lainnya kepada Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) Provinsi dan Lembaga Amil Zakat (LAZ).
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) dapat bekerja sama dengan pihak terkait sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2 www.pusat.baznas.go.id, diakses pada 11 Maret 2017.
53
Badan Amil Zakat Nasioal (BAZNAS) melaporkan hasil pelaksanaan
tugasnya secara tertulis kepada Presiden melalui Menteri dan Dewan
Perwakilan Rakyat Republi Indonesia paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1
(satu) tahun.
Selama 11 tahun menjalankan amanah sebagai badan amil zakat,
BAZNAS telah meraih pencapaian sebagai berikut :
1. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) menjadi rujukan untuk
pengembangan pengelolaan zakat di daerah terutama BAZDA baik
Provinsi maupun BAZDA Kabupaten/Kota.
2. Badan Amil ZAKat Nasional (BAZNAS) menjadi mitra kerja
Komisi VIII DPR-RI.
3. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) tercantum sebagai Badan
lainnya selain Kementrian/ Lembaga yang menggunakan dana
APBN dalam jalur pertanggungjawaban yang terkonsolidasi dalam
Laporan Kementrian/ Lembaga pada Kementrian Keuangan RI.
Berbagai penghargaan bagi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
dalam beberapa tahun terakhir:3
1. Tahun 2009 sampai dengan saat ini, Badan Amil ZaKat Nasional
(BAZNAS) memperoleh sertifikat ISO 9001-2015.
3 www.pusat.baznas.go.id, diakses pada 11 Maret 2017.
54
2. Tahun 2011, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) memperoleh
penghargaan The Best in Transparency Management dan The Best in
Innovative Programme dalam IMZ Award
3. Tahun 2009, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) mendapatkan
penghargaan The Best Quality Management dari Karim Business
Consulting
4. Tahun 2008, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) memperoleh
predikat Laporan Keuangan Terbaik untuk Lembaga Non
Departemen versi Kementerian Keuangan RI.
5. Laporan Keuangan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) telah di
audit oleh akuntan publik dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP) sejak 2002 hingga saat ini 2015.
B. Visi dan Misi
Visi : “Menjadi pengelola zakat terbaik dan terpercaya di dunia.”4
Misi:
1. Mengkoordinasikan BAZNAS Provinsi, BAZNAS Kabupaten/kota
dan LAZ dalam mencapai target-target nasional
2. Mengoptimalkan secara terukur pengumpulan zakat nasional
3. Mengoptimalkan pendistribusian dan pendayagunaan zakat untuk
pengentasan kemiskinan, peningkatan kesejahteraan masyarakat dan
pemodernisasian kesenjangan sosial
4. Menerapkan sistem manajemen keuangan yang transparan dan
akuntabel berbasis teknologi informasi dan komunikasi terkini.
4 www.pusat.baznas.go.id, diakses pada 11 Maret 2017.
55
5. Menerapkan sistem pelayanan prima kepada seluruh pemangku
kepentingan zakat nasional.
6. Menggerakkan dakwah Islam untuk kebangkitan zakat nasional
melalui sinergi ummat.
7. Terlibat aktif dan memimpin gerakan zakat dunia
8. Mengarusutamakan zakat sebagai instrumen pembangunan menuju
masyarakat yang adil dan makmur, baldatun thayyibatun warabbun
ghafuur.
9. Mengembangkan kompetensi amil zakat yang unggul dan menjadi
rujukan dunia.
C. Susunan Kepengurusan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
1. Badan Pelaksana
Badan pelaksana mempunyai tugas menyelenggarakan pengumpulan,
pendistribusian, dan pendayagunaan zakat sesuai dengan ketentuan agama
dan tugas lain berkenaan dengan pengelolaan akat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugasnya, Badan Pelaksana memperhatikan
pertimbangan yang disampaikan oleh Dewan Pertimbangan dan hasil
pelaksanaan tugas Badan Pelaksana setiap 1 (satu) tahun dilaporkan kepada
presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat, termasuk laporan hasil pengawasan
oleh Komisi Pegawas.5
2. Badan Pertimbangan
5 www.pusat.baznas.go.id, diakses pada 11 Maret 2017.
56
Tugas dari Dewan Pertimbangan yaitu memberikan pertimbangan
berkenaan dengan pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian dan
pendayagunaan zakat kepada Badan Pelaksana agar tugas dari badan
pelaksana dapat berjalan dengan baik.
3. Komisi Pengawas
Komisi Pengawas mempunyai tugas menyelenggarakan pengawasan atas
pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat oleh
Badan Pelaksana. Komisi Pengawas dapat meminta bantuan akuntan publik
dalam melaksanakan tugas pemeriksaan keuangan.
Megenai tentang jangka waktu keanggotaan Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) sesuai yang tercantum dalam pasal 15 Kepres No.8 tahun 2001
tentang Badan Amil Zakat Nasional yaitu Anggota Badan Amil Zakat
Nasional diangkat untuk satu kali periode selama 3 (tiga) tahun. Anggota
Badan Amil Zakat Nasional yang telah menyelesaikan satu periode, dpaat
diangkat sebagai Anggota Badan Amil Zakat Nasional hanya untuk satu kali
periode berikutnya.6
Struktur Kepengurusan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Masa
Bakti 2015- 2020
Ketua Umum : Prof. Dr.Bambang Soedibyo,MBA,CA
Wakil Anggota : Dr.Zainul bahar Noor, SE,Mec
Anggota :
1. Prof. Dr. H. Mundzir Suparta, MA
2. Drs. KH. Masdar Mas’udi
6 www.pusat.baznas.go.id, diakses pada 11 Maret 2017.
57
3. Prof. Dr. H. Ahmad Satori Ismail
4. drh. Emmy Hamidiyah, M. Si.
5. Drs. Irsyadul Halim
6. Ir. Nana Mintarti, MP
7. Prof. Dr. M Machasin, MA
8. Drs. Nuryanto, MPA
9. Astera Primanto Bhakti
Struktur Kepengurusan BAZNAS Periode 2015-2020
Sumber: BAZNAS Jakarta 2015
Wakil Ketua Dr.Zainulbahar Noor, SE,Mec
Anggota Mundzir
Anggota Masdar Farid
Mas’udi
Anggota Emmy Hamidiyah
Anggota Ahmad Satori
Ismail
Anggota Nana Mintarti
Anggota Irsyadul
Anggota Nuryanto
Anggota Machasin
Anggota Astera Primanto Bhakti
Ketua Prof. Dr.Bambang Soedibyo,MBA,CA
58
D. Tujuan Mutu
Sebagai lembaga yang memiliki sertifikasi ISO 9001:2015, Badan Amil
Zakat Nasional (BAZNAS) telah menetapkan Tujuan Mutu, yakni:7
1. Mengoptimalkan penghimpunan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) dari
kementrian, lembaga, instansi pemerintah, BUMN, BUMD,
perusahaan swasta dan masyarakat sesuai peraturan perundangan.
2. Mengoptimalkan program pendistribusian Zakat, Infak dan Sedekah
(ZIS) dengan melibatkan BAZNAS Provinsi, BaAZNAS
kabupaten/kota, LAZ dan berbagai instansi terkait untuk
meningkatkan kesejahteraan mustahik.
3. Menguatkan kapasitas, kapabilitas dan tatakelola BAZNAS dan LAZ
4. Menguatkan kerjasama dengan organisasi kemasyarakatan Islam dan
pihak-pihak lain yang relevan untuk mengoptimalkan sosialisasi dan
edukasi ZIS serta dakwah.
5. Membangun sistem manajemen BAZNAS yang kuat melalui
penerapan standar operasional baku dan implementasi sistem online
berbasis teknologi informasi dan komunikasi pada semua aspek
kerja.
6. Membangun sistem manajemen keuangan yang transparan dan
akuntabel sesuai dengan syariah dan PSAK 109.
7. Menyiapkan sistem dan infrastruktur BAZNAS dan LAZ sebagai
lembaga keuangan syariah dibawah pengawasan OJK.
7 www.Baznas.go.id
59
8. Mengembangkan sistem manajemen sumber daya insani yang adil,
transparan dan memberdayakan.
E. Kebijakan Mutu
BAZNAS sebagai Badan Pengelola Zakat tingkat Nasional berupaya
melakukan:8
1. Meningkatkan kesadaran berzakat sesuai syariah dan peraturan
perundangan untuk meningkatkan kesejahteraan mustahik.
2. Memberikan layanan terbaik bagi muzakki dan mustahik
3. Membuat program pendayagunaan zakat sesuai dengan syariah
secara terencana, terukur, dan berkesinambungan dalam peningkatan
kesejahteraan mustahik.
4. Membina, mengembangkan dan mengkoordinasikan BAZNAS
Provinsi, BAZNAS Kabupaten/Kota dan LAZ.
5. Mengembangkan sistem teknologi informasi yang handal untuk
menyajikan data penerimaan, pendistribusian dan pendayagunaan
zakat secara nasional.
6. Mengembangkan manajemen yang profesional, transparan, dan
akuntabel yang sesuai untuk lembaga keuangan syariah.
7. Membina dan mengembangkan amil yang amanah, berintegritas dan
kompeten yang mamp menumbuhkan budaya kerja Islami.
8. Mengembangkan model-model terbaik pengelolaan zakat yang dapat
dijadikan acuan dunia
8 www.Baznas.go.id
60
F. Tata Kerja BAZNAS Provinsi dan Kabupaten/ Kota
Badan Pelaksana BAZNAS provinsi dan Kabupaten/Kota bertugas:
a) Menyelenggarakan tugas administratif dan teknis pengumpulan,
pendistribusian dan pendayagunaan zakat.
b) Menyelenggarakan dan mengolah data yang diperlukan untuk
penyusunan rencana pengumpulan, pendistribusian dan
pendayagunaan zakat.
c) Menyelenggarakan bimbingan di bidang pengumpulan,
pendistribusian dan pendayagunaan zakat.
d) Menyelenggarakan tugas penelitian dan pengembangan, komunikasi,
informasi, dan edukasi di bidang pengumpulan, pendistribusian dan
pendayagunaan zakat.
G. Program Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)9
1. Program Zakat Community Development (ZDC)
2. Program Ekonomi:
a. Sekolah Wirausaha
b. Lembaga Pengembangan Permodalan Mikro
c. Pusat Inkubasi Usaha Kecil
d. Pusat Pengembangan Pertanian dan Peternakan
3. Program Sosial
a. Lembaga Beasiswa BAZNAS.
b. Rumah Sehat BAZNAS Indonesia
9 www.baznas.go.id
61
c. BAZNAS Tanggap Bencana
d. Pusat Pengembangan Pendidikan dan Pesantren
e. Layanan Publik
f. Layanan Mustahik Aktif
4. Program Advokasi dan Dakwah
a. Pusat Kajian Strategis BAZNAS (PUSKAS)
b. Lembaga Peduli Migran
c. Pusat Dakwah dan Jaringan Ulama
d. Muallaf Center.
H. Layanan Muzaki Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
1. Penghimpinan Dana10
a. Unit Pengumpul Zakat (UPZ)
b. Kerjasama Program Bina Lingkungan/CSR
c. Donasi Pelanggan/Retail
2. Layanan Pembayaran Zakat
a. Pembayaran ZIS melalui Counter BAZNAS
b. PembayaranZIS melalui Payroll System
c. Pembayaran melalui BANK : ATM, (transfer, phone & internet
banking)
d. Pembayaran melalui e-commerce
e. LayananJemputZakat
f. Layanan Biz Zakat (Mobil Zakat Keliling)
3. Layanan Muzakki
10 www.baznas.go.id
62
a. Konsultasi dan Konfirmasi Zakat
b. Nomor Pokok Wajib Zakat (NPWZ)
c. Bukti Setor Zakat (BSZ) dan Laporan Donasi
d. SMS / email gateway
e. Muzaki Corner
PROFILE LEMBAGA INKUBATOR BISNIS BAZNAS
A. Definisi Lembaga Inkubator Bisnis
Lembaga Inkubator Bisnis merupakan suatu program ekonomi produktif
yang di dirikan oleh BAZNAS guna mempercepat pertumbuhan UMKM di
Indonesia. Lembaga Inkubator ini didirikan pada bulan juni 2016. Pengertian
Lembaga Inkubator Bisnis adalah suatu lembaga yang memberikan suatu
program yang didesain untuk membina dan mempercepat keberhasilan
pengembangan usaha melalui rangkaian pembinaan elemen usaha agar
menjadi perusahaan/ UMKM yang profitable, memiliki pengelolaan
organisasi; produksi; keuangan yang benar, dan menjadi perusahaan yang
sustainable, hingga akhirnya memiliki dampak positif bagi masyarakat.11
B. Tujuan
Pengembangan usaha 100 UMKM dalam kurun waktu satu tahun
C. Segmentasi
11 Hasil Wawancara dengan Bapak Hadiyanto pada tanggal 20 Maret 2017
63
Mustahik dari ashnaf miskin yang memiliki start up company atau
UMKM yang masih berada dalam tahap awal (early stage) usaha. Umumnya
kategori usaha baru di Indonesia kurang dari 2 tahun.
D. Tahapan – Tahapan
Sumber: Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS
Pra Inkubasi Inkubasi Pasca Inkubasi
•Perekrutan calon usaha
•Penilaian ide bisnis, kelayakan rencana bisnis, dan rancangan implementasi
Periode inkubasi bisnis•Peningkatan Motivasi dan Keterampilan
Usaha•Kemampuan Kelembagaan dan SDM•Kemampuan Teknis Produksi•Kemampuan Pengembangan Pasar•Kemampuan Pengelolaan Keuangan
Pelepasan UMKM mandiri
dan berkembang
Tahap 3 (Siap Ekspansi)
Peningkatan Keuntungan dan ekspansi usaha
Perluasan pasar, pengembangan produk, fasilitas
pembiayaan/investasi dana,
Tahap 2 (Pengembangan)
Pertumbuhan PendapatanKelembagaan, produksi, dan pasar
yang settle, laporan keuangan, jaringan bisnis
Tahap 1 (Awal)
Penetapan pendapatan dan keuntungan dari awal penjualan
peningkatan kemampuan kelembagaan, SDM, produksi, pasar,
dan keuangan
Pendalaman teori usaha,
pelatihan keterampilan dan motivasi,
simulasi
Ekpansi usaha dan
kematangan berusaha
64
E. Struktur Lembaga
Sumber: Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS
Kepala Inkubator Bisnis BAZNAS
Ka. Bid. Pengembangan
Inovasi dan Teknologi
Staf
Ka. Bid. Konsultasi dan Pelatihan
Staf
Ka. Bid. Pengembangan Jaringan Usaha
Staf
Staf Admin
65
BAB IV
ANALISIS PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO KECIL (UMK) PADA
LEMBAGA INKUBATOR BISNIS DI BAZNAS PUSAT
A. Analisis Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil (UMK) Pada Lembaga
Inkubator Bisnis di BAZNAS Pusat
Kata pemberdayaan adalah terjemahan dari istilah bahasa inggris yaitu
empowerment. Pemberdayaan (empowerment) berasal dari kata dasar
power yang berarti kemampuan berbuat, mencapai, melakukan atau
memungkinkan. Awalan em berasal dari bahasa latin dan yunani, yang
berarti didalamnya, karena itu pemberdayaan dapat berarti kekuatan dalam
diri manusia, suatu sumber kreativitas. Dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia kata pemberdayaan diterjemahkan sebagai upaya
pendayagunaan pemanfaatan yang sebaik baiknya dengan hasil yang
memuaskan.1
Kesejahteraan umat mencerminkan kekuatan dan ketahanan
ekonominya, untuk meningkatkan kesejahteraan umat, dapat dilakukan
dengan memajukan perekonomiannya. Pada hakikatnya, perekonomian
umat dapat dikuatkan dengan pemberdayaan Usaha Mikro Kecil (UMK).
1 Badudu Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta:Pustaka sinar
harapan,2001) h.318
66
Bentuk pemberdayaan Usaha Mikro Kecil (UMK) menjadi sebuah bentuk
pemberdayaan ekonomi yang mampu mewujudkan kesejahteraan umat.
Dengan kemampuan berbuat untuk melakukan suatu usaha
pemberdayaan ekonomi dalam jangka waktu yang panjang untuk
menyelesaikan berbagai masalah, maka akan memberikan dampak positif
bagi mustahik untuk memajukan usaha yang sudah dimiliki sehingga
mampu mengurangi angka kemiskinan yang semakin berlarut-larut. Jadi
pemberdayaan pada Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS adalah
pemberdayaan ekonomi pada sektor usaha mikro kecil dan menengah
dengan menggunakan dana zakat yang diberikan berupa hadiah, yang akan
diberikan kepada mustahik dengan ashnaf miskin yang sudah memiliki
usaha namun memiliki keterbatasan untuk mengembangkan usaha yang
sudah dimilikinya baik berupa modal, barang maupun keterampilan. Yang
dimaksud miskin adalah orang yang memiliki pekerjaan, tetapi
penghasilannya itu tidak dapat dipakai untuk memenuhi hajat hidupnya.2
Di latar belakangi oleh banyaknya pengajuan-pengajuan terkait modal
usaha, maka Lembaga Inkubator BAZNAS hadir sebagai jawaban dari
permintaan mustahik yang memang pada dasarnya bukan hanya
membutuhkan modal saja dalam menjalankan usahanya, tetapi juga
membutuhkan Link pasar dan juga Packaging yang bagus. Di Lembaga
2 Jalaluddin Rakhmat, Zakat Kajian berbagai Mazhab, (Bandung : PT.Remaja
Rosdakarya, 1995), h.281.
67
Inkubator Bisnis, usaha mustahik bisa di bantu untuk dikembangkan baik
itu dari segi produksinya, marketingnya maupun dari finansialnya.
Banyak pemberdayaan yang bisa dilakukan agar bisa mengurangi
pengangguran, salah satunya adalah dengan pemberdayaan usaha mikro
dan kecil dan menengah (UMKM). Melalui usaha, maka mustahik bisa
mandiri degan memiliki penghasilan sendiri. Namun, rasanya amat
disayangkan ketika para wirausahawan yang sudah memiliki usaha, tetapi
tidak bisa berkembang sehingga bisa menyebabkan usaha tersebut gulung
tikar. Terdapat banyak faktor penyebab para wirausahawan yang gulung
tikar diantaranya adalah keterbatasan modal. Sedangkan modal dalam
usaha mikro dan kecil itu merupakan jantungnya wirausaha. Dengan
keterbatasan modal yang dimiliki, maka usaha tersebut sulit untuk berjalan
dan berkembang.
Selain itu, faktor lain yang menjadi penyebabnya adalah tidak
memiliki skill atau keterampilan, jaringan bisnis atau Link, dan kuranya
kemampuan dalam teknis produksi, serta lemahnya pengelolaan keuangan.
Tanpa adanya pembinaan atau pelatihan, maka rasanya sulit bagi mereka
untuk bisa mengembangkan usahanya.3
Maka dari itu, Lembaga Inkubator ini memiliki tujuan untuk
pengembangan usaha mikro dan kecil, selain dengan pemberian modal,
juga memberikan jaringan bisnis atau Link, dan juga menambah
kemampuan dalam teknis produksi.
3 Hasil wawancara dengan bapak Hadiyanto pada 20 Maret 2017.
68
Lembaga inkubator ini sudah memberdayakan 200 mustahik dalam
berbagai bidang usaha, diantaranya pemberdayaan yang sudah dilakukan
yakni adalah :
1. Pemberdayaan Eceng Gondok Di Desa Cililin-Cihampelas
Tanaman eceng gondok merupakan tanaman yang banyak
manfaatnya, diantara manfaat eceng gondok adalah bisa di buat bahan
baku kerajinan tangan. Seperti peberdayaan eceng gondok yang sudah
dilakukan Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS di desa Cililin-
Cihampelas, tepatnya di pinggiran sungai citarum. Disana terdapat
pemberdayaan tanaman eceng gondok yang dijalankan oleh para wanita,
tepatnya ibu rumah tangga atau janda. Jumlah mustahik yang diberdayakan
pada usaha ini sudah mencapai 180 orang.4 Konsep pemberdayaan di desa
Cililin-Cihampelas termasuk ke dalam konsep pemberdayaan One Village
One Product (OVOP), dimana pemberdayaan yang dilakukan sudah
hampir mencapai satu desa dengan menganyam eceng gondok menjadi
sebuah produk yang bisa menghasilkan.
Pada awalnya masyarakat sana memang seorang pemulung, karena
pada dasarnya sampah dipinggiran sungai citarum memang dikhawatirkan
menjadi pencemaran lingkungan, maka dari itu mencari sampah menjadi
ladang pekerjaan mereka pada saat itu. Sebulumnya pihak Lembaga
Ikubator Bisnis BAZNAS hanya memberikan alat untuk mencacah
sampah. Hasil sampah yang merekadapatkan , kemudian dikumpulkan
dan dicacah sehinggah menghasilkan uang.
4 Hasil wawancara dengan ibu Sondari pada 20 Maret 2017.
69
Selain menjadi pemulung, di pinggiran sungai citarum juga sering
tumbuh tanaman-tanaman liar di pinggiran sungai termasuk tanaman eceng
gondok itu. Melihat potensi eceng gondok yang bisa dimanfaatkan, maka
Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS mengutus salah satu pendamping
yang bernama pak Indra untuk memberikan pendampingan dalam rangka
memberdayakan masyarakat sekitar untuk memanfaatkan eceng gondok
agar bisa menjadi penghasilan.
Pada awalnya Pemberdayaan yang dilakukan Lembaga Inkubator
Bisnis BAZNAS hanyalah berupa anyaman biasa yang dibuat tas, namun
sekarang produknya mulai bertambah dan berkembang, mulai dari dompet,
aksesoris wanita dan juga sepatu. Namun, dari produk-produk yang
mereka hasilkan pada umumnya masih kualitas lokal dan belum bisa
impor, jadi sampai sekarang masih diberdayakan agar kualitas dan
produknya bisa meningkat lagi. 5
Banyak yang tertarik pada anyaman eceng gondok tersebut. Seperti
pada saat pihak Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS mengikuti acara
IPFest di Jakarta, ada seorang investor yang tertarik dengan produk eceng
gondok dan mereka menginginkan agar produk tersebut bisa
dikembangkan lgi.6
Pemberdayaan yang dilakukan oleh Lembaga Inkubator Bisnis
BAZNAS bukan hanya memberikan modal kepada para penganyam eceng
gondok saja, tetapi juga memberikan bantuan alat untuk memudahkan
5 Hasil wawancara dengan ibu Sondari pada 20 Maret 2017.
6 Hasil Survey ke Desa Cililin-Cihampelas, Bandung.
70
menganyam. Modal yang diberikan berbeda-beda sesuai tergantung
produk anyaman yang dibuat oleh masing-masing masyarakat. Selain itu,
masyarakat sana juga di bina agar usaha tersebut menjadi lebih besar lagi
skalanya. Masyarakat disana diajarkan menganyam serta membuat produk
yang bernilai. Kemudian untuk pemasaran, bisanya mereka memiliki
tempat langganan mereka sendiri. Dan biasanya ketika BAZNAS
mengadakan suatu acara, para pengrajin eceng gondok diajak untuk
membuat pameran-pameran / stand produk dari eceng gondok yang sudah
mereka buat. Namun, dari segi penghasilan, Lembaga Inkubator Bisnis
BAZNAS belum sempat mengontrol berapa persen peningkatan
penghasilan yang sudah didapatkan. Tetapi dari pernyataan pendamping
mereka mengatakan bahwa pendapatan jauh lebih membaik, terutama bagi
para janda yang memang menjadi tulang punggung keluarga. selain
pendapatan yang meningkat, mereka juga diberikan Skill kerja dan
mengubah mindset mereka mengenai wirausaha yang selama ini belum
mereka dapatkan.7
2. Pemberdayaan Usaha Kelontogan/ Z-Mart
Toko kelontongan adalah suatu toko kecil yang umumnya mudah
diakses umum atau bersifat lokal. Toko semacam ini biasanya berlokasi
dijalan yang ramai. Toko kelontongan sering ditemukan di lokasi
perumahan padat di perkotaan dan kebanyakan toko kelontongan masih
7 Hasil wawancara dengan ibu Sondari pada 20 Maret 2017.
71
bersifat tradisional. 8 konsep pemberdayaan yang dilakukan oleh Lembaga
Inkubator Bisnis adalah dengan pemberdayaan One Product One Person
(OPOP). Karena meskipun jenis bidang usahanya sama, mereka
menjalankannya masing-masing individu.
Mengingat persaingan pasar yang sekarang ini lebih di dominasi oleh
usaha modern seperti indomart dan alfa mart atau jenis mini market
lainnya. Lembaga Inkubator kini sudah memberdayakan usaha
kelontongan sebanyak 10 orang dengan lokasi usaha yang berbeda-beda.
pemberdayaan usaha yang dilakukan Lembaga Inkubator ini disebut
dengan toko Z-Mart.9
Sebelum diberdayakan oleh Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS,
barang dagangannya masih bisa dihitung jumlahnya atau masih seadanya
atau msh banyak kekurangan, dan kebutuhan barang yang harus dipenuhi
biasanya tidak terpenuhi, karena keterbatasan modal mustahik.
Dari segi bangunan, warung-warung mereka kumuh dan kotor, karena
masih pakai cara tradisional seperti barang dagangan yg displaynya dari
bambu, pakai kayu yg tidak memenuhi standar kelayakan kayu atau
banguanan, dan pastinya kurang nyaman.
Bentuk pemberdayaan yang diberikan oleh Lembaga Inkubator Bisnis
BAZNAS dari segi bangunan diperbaharui semua dengan melakukan
perenovasian warung, pengecatan bangunan, perbaikan asbes dan rolling
door, serta pemasangan display yang menarik dengan etalase kaca,
8 Hasil Wawancara Dengan pak Hadiyanto pada 20 Maret 2017.
9 Hasil wawancara dengan bapak Hadiyanto pada 20 Maret 2017.
72
sehingga warung menjadi lebih menarik dan meningkatkan minat pembeli.
Untuk segi pendapatan, karena bukan hanya modal yang diberikan
Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS, tetapi jga diberikan pelatihan.
Pelatihan yang diberikan dalam hal mengelola keuangan. Dan sekarang
pendapatan mustahik sudah meningkat, yang tadinya perhari hanya
Rp.200.000-250.000,- sekarang sudah mencapai Rp.500.000-700.000,-
bahkan juga ada yang mencapai Rp.1.000.000 (satu juta rupiah).
Tabel 4.1 Daftar Penerima Manfaat Z-Mart
NO NAMA JUMLAH PENCAIRAN
1 Ujen Rp.3.600.000 2 Umar faruq Rp.3.600.000 3 Samsul Irawan Rp.3.600.000 4 Haidi Rp.3.600.000 5 Mudawi Rp.3.600.000 6 Musleh Rp.3.600.000 7 Samsul/Sahuri Rp.3.600.000 8 Pendi Rp.3.600.000 9 Sainah/ Sainallah Rp.3.600.000
10 Sibri Rp.3.600.000 11 Syaiful Umam/osman Rp.3.600.000 12 Sahrul Rp.3.600.000 13 Noji Rp.3.600.000 14 Rodi Rp.3.600.000 15 Sahiri Rp.3.600.000 16 Madsahri/badri Rp.3.600.000 17 Farisin Rp.3.600.000 18 Mausul Rp.3.600.000 19 Asseri Rp.3.600.000 20 Abdullah Rp.3.600.000 21 Muhlis Rp.3.600.000 22 Andri Rp.3.600.000 23 Rodi Rp.3.600.000 24 Hoib/Bairuddin Rp.3.600.000 25 Makbul Rp.3.600.000 26 Muhlis/Muis Rp.3.600.000 27 Ainul Rp.3.600.000
73
28 Adim Rp.3.600.000 29 Omar Rp.3.600.000 30 Sufriadi Rp.3.600.000 31 Osman Rp.3.600.000 32 Sumu Rp.3.600.000 33 Ali Wafa Rp.3.600.000 34 Misnari Rp.3.600.000 35 Safie Rp.3.600.000 36 Puladin Rp.3.600.000 37 Dolla/Ami nollah Rp.3.600.000 38 Nolis Rp.3.600.000 39 Asmad Rp.3.600.000 40 Hoiri Rp.3.600.000 41 Muhamad Subairi Rp.3.600.000 42 mat Sahri/bahri Rp.3.600.000 43 Jeppar/Muhlas Rp.3.600.000 44 Rusman Rp.3.600.000 45 Suhud Rp.3.600.000 46 Holis Rp.3.600.000 47 Rusdi Rp.3.600.000 48 Puri Rp. 3.600.000 49 Hirman Rp.3.600.000 50 Jubri Rp.3.600.000
TOTAL Rp.180.000.000,-
3. Pemberdayaan Usaha Kopi Sepeda Keliling/ Kolling
Konsep pemberdayaan yang dilakukan pada bidang usaha ini adalah
konsep One Product One Person (OPOP). Karena bentuk
pemberdayaannya dilakukan oleh masing-masing orang dalam satu bidang
atau product yang sama. Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS menjadi
tertarik untuk memberdayakan usaha kopi sepeda keliling ini, karena
adanya pengajuan dari salah satu mustahik. Mereka yang berjualan kopi
keliling bisanya menggunakan sepedanya dengan bergantian. Jadi, setiap
satu sepeda digunakan untuk dua orang secara bergantian. Sejak pagi
74
berjualan dari pukul 07.00- 16.00 wib, kemudian selanjutnya bergantian
orang yang berjualan dari pukul 16.00-22.00 wib.10
Keadaan tersebut yang membuat pihak Lembaga Inkubator Bisnis
BAZNAS merasa iba dan perlu memberdayakan usaha mereka. Bentuk
pemberdayaan yang Lembaga Inkubator berikan selain berupa modal juga
berupa pemberian sepeda baru kepada masing-masing mustahik agar tidak
bergantian lagi dalam berdagang. Selain itu juga diberikan barang
dagangan dan juga box untuk menaruh barang dagangannya sesuai dengan
keinginan dan harapan mereka. Karena jika tidak sesuai dengan keinginan
dan harapan mereka dikhawatirkan nantinya tidak dirawat dan menjadi
sia-sia. Pemberdayaan yang dilakukan juga melalui tatap muka dengan
pihak Lembaga Inkubator Bisnis dengan pelatihan manajemen keuangan
agar modal yang diberikan tidak dicampur adukkan untuk hal lain. Dari
segi penghasilan, sebelum diberdayakan Lembaga Inkubator Bisnis
BAZNAS, penghasilan mereka hanya Rp.50.000 – 60.000,- per hari. Tapi
kini penghasilan mereka sudah mencapai Rp.200.000-350.000,- per hari.
Tabel 4.2 Daftar Penerima Manfaat Z-Mart
NO NAMA JUMLAH PENCAIRAN
1 Sugono Rp 15.000.000
2 Asmida Fitri Rp 15.000.000
3 B.Mainah Rp 15.000.000
10 Hasil wawancara dengan Pak Hadiyanto pada 20 Maret 2017.
75
4 Mimin Mintarsih Rp 15.000.000
5 Fatimah Rp 15.000.000
6 Kenah Rp 15.000.000
7 Rohani Rp 15.000.000
8 Anah Rp 15.000.000
9 Suyati Rp 15.000.000
10 Nindahir Tausikal Rp 15.000.000
TOTAL Rp. 150.000.000,-
B. Faktor pendukung dan Penghambat Pemberdayaan Usaha Mikro
Kecil (UMK) Pada Lembaga Inkubator Bisnis di BAZNAS Pusat
Dalam setiap mendirikan usaha pasti ada kesulitan dan kemudahan.
Banyak faktor yang menghambat dalam pemberdayaan usaha mikro kecil,
mulai dari kualitas sumber daya manusia (SDM), lemahnya manajemen,
kurangnya Link dan lain sebagainya.
Adapun faktor pendukung dan penghambat dalam pemberdayaan
usaha mikro kecil (UMKM) yang dilakukan Lembaga Inkubator bisnis di
BAZNAS Pusat, diantaranya yakni :11
1. Faktor Pendukung
a. Faktor pendukung dalam pemberdayaan usaha mikro dan kecil
yang dilakukan oleh Lembaga Inkubator bisnis BAZNAS para
wirausahawan atau mustahik yang diberdayakan pada umumnya
11 Hasil wawancara dengan Pak Hadiyanto pada 20 Maret 2017.
76
sudah memiliki keterampilan dan keahlian, hanya saja perlu sedikit
dikembangkan atau dibina agar lebih kreatif lagi.
b. Faktor pendukung yang lainnya tentu saja kemauan yang keras dari
para usahawan atau mustahik untuk meningkatkan perekonomian
mereka dalam sektor usaha. Karena bagaimanapun pemberdayaan
yang dilakukan, jika mustahiknya tidak memiliki kemauan untuk
maju dan perkembang maka semuanya akan terasa sia-sia. Karena
pada dasarnya pemberdayaan usaha yang dilakukan berawal dari
pemberdayaan individu.
2. Faktor Penghambat
a. Faktor Penghambat dalam pemberdayaan usaha mikro kecil yang
dilakukan oleh Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS adalah
keterbatasan modal yang diberikan, sehingga mustahik tidak
sepenuhnya optimal dalam usahanya.
b. Faktor Penghambat lainnya adalah mengingat bahwa BAZNAS
merupakan lembaga yang berstatus Nasional, dan itu berarti
jangkauannya menyeluruh di seluruh Indonesia. Maka Lembaga
Inkubator Bisnis BAZNAS juga merasa sulit dalam Pemberdayaan
yang jangkauannya terlalu jauh. kesulitan dirasakan bukan hanya
dalam memberikan modal saja, tetapi juga menyulitkan ketika
memberikan pendampingan dan control usaha.12
12 Hasil wawancara dengan Pak Hadiyanto pada 20 Maret 2017.
77
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat penulis ambil dari penelitian terhadap
pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) pada Lembaga Inkubator
Bisnis Baznas Bahwa usaha yang sudah diberdayakan pada Lembaga Inkubator Bisnis
Baznas adalah pemberdayaan eceng gondok yang sudah menghasilkan tas, dompet,
aksesoris wanita dan juga sepatu, serta pemberdayaan usaha kelontongan atau yg
disebut oleh Baznas sebagai Z-Mart, dan juga pemberdayaan Usaha Kopi Sepeda
Keliling.
Pemberdayaan yang dilakukan pada Lembaga Inkubator Bisnis Baznas adalah
pemberdayaan ekonomi pada sektor usaha mikro dan kecil dan menengah dengan
menggunakan dana zakat yang diberikan berupa hadiah, yang akan diberikan kepada
mustahik dengan ashnaf miskin yang sudah memiliki usaha namun memiliki
keterbatasan untuk mengembangkan usaha yang sudah dimilikinya. Pemberdayaan
yang di berikan berupa pemberian modal, barang, keterampilan, maupun Link pasar.
Faktor pendukung dalam pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah adalah
kemauan dan tekada yang kuat serta pada umumnya para wirausaha sudah memiliki
kemampuan dan keahlian, hanya saja perlu sedikit dikembangkan agar lebih kreatif
lagi. Dan faktor penghambatnya adalah modal yang terbatas dan jangkauan
pemberdayaan yang lumayan jauh dari kantor Baznas.
B. Saran
1. Sebaiknya Lembaga Inkubator Bisnis Baznas lebih meningkatkan lagi dari segi
jumlah bidang usaha yang diberdayakan.
78
2. Dan dari segi pemberdayaan, Lembaga Inkubator Bisnis Baznas lebih
meningkatkan segi pendampingan dan pelatihan para wirausahawan.
3. Sebaiknya Lembaga Inkubator Bisnis Baznas memperluas lagi pemberdayaan
usaha ke jangkauan yang lebih jauh, karena mengingat Baznas merupakan
lembaga pengelolaan zakat tingkatan nasional.
4. Kepada para wirausahawan yang sudah berhasil diberdayakan Lembaga Inkubator
hendaknya bisa memberikan sedikit penghasilannya dengan berinfak ke Baznas.
5. Kepada pengurus Lembaga Inkubator Bisnis Baznas hendaknya berusaha
bersinergi dengan media guna mensosialisasikan keberadaan Lembaga Inkubator
Bisnis Baznas.
6. Kepada masyarakat luas hendaknya memanfaatkan lembaga Inkubator Ini secara
optimal agar tidak terjebak kepada pemberian modal yang sifatnya memiliki
bunga.
79
DAFTAR PUSTAKA
A.F, Muchtar. Panduan Praktis Strategi Memenangkan Persaigan Usaha dan Menyusun Business Plan. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2010.
Artikel Surabaya Bisnis: Percepat UMKM, Baznas Luncurkan Lembaga Inkubasi Bisnis. http://surabaya.bisnis.com/, dikutip pada tanggal 29 Januari 2017.
Artikel Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia. Profile Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). dikutip 8 Februari 2017.
Bariadi,Lili, dkk. Zakat dan Wirausaha. Jakarta: CED, 2005
Deddy, Edward, Ciri-Ciri Usaha UMKM, Pengertian dan Ciri-ciri UMKM, 2008. <http://usaha-umkm. blog.com.
Diana, Perencanaan Sosial Negara Berkembang. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1991.
Fajar, Mukti. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Maret 2016.
Fajmi, Radhi. Kebijakan Ekonomi Pro Rakyat. Jakarta: Penerbit Republika.
Hadinoto Djoko, Retnaldi Soetanto. Micro Credit Challenge: Cara Efektif Mengatasi Kemiskinan dan Pengangguran di Indonesia. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2007.
Hariyani, Iswi. Restrukturisasi dan Penghapusan Kredit Macet: Kenapa Perbankan Memanjakan Debitur Besar Sedangkay Usaha/ Debitur Kecil Dipaksa. Jakarta: Elex Media Komputindo,2010.
Jurnal Dunia Ekuin dan Perbankan. Centre for Strategic and International Studies, Issuess 1-2, Vol 18. 2005.
Kuncoro. Analisis Spasial dan Regional; Studi Aglomerasi dan Kluster Industri Indonesia. Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002.
Mahendrawati, Nanih dan Safei, Agus Ahmad. Pengembangan Masyarakat Islam. Bandung: Rosda Karya, 2001.
Majid, Abdul. Tantangan dan Harapan Umat Islam di Era Globalisasi. Bandung: Pustaka Setia, 2002.
Manurung, Adler Haymans. Modal Untuk Bisnis UKM. Jakarta:Buku Kompas, 2008.
Moeljono, Djokosantoso. Beyond Leadership: 12 Prinsip Kepemimpinan. Jakarta: Elex Media Computindo, 2003.
80
Moleong, Lexy. J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000.
Muwarti, Sri dan Sholahuddin, Muhammad. peran Keuangan Lembaga Mikro Syariah Untuk Usaha Mikro di Wonogiri, Proceeding Seminar Nasional dan Call For Papers Sancall. Surakarta: 23 Maret 2013.
Pradiansyah, Arfan. Cherist Every Moment: Menikmati Hidup yang Lebih Indah Setiap Saat. Jakarta: Elex Media Koputindo, 2004.
Pramono, Syechul Hadi. Pemerintah RI sebagai Pengelola Zakat. Jakarta:Pustaka Firdaus,199.
Prhatini, Farida. dkk. Hukum Islam Zakat dan Wakaf Teori dan Prakteknya di Indonesia. Penerbit Papas Sinar Sananti dengan Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
Ra’ana, Irfan Muhammad. Sistem Ekonom Pemerintahan Umar Ibn Khattab. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997.
Rahmat, Jalaludin. Metode Penelitian Komunikasi dilengkapi Contoh Analisis Statistik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012.
Rudito, Bambang. Akses Peran serta Masyarakat: Lebih Jauh Memahami Community Development. Jakarta: ICDS, 2003.
Sanda, Abun (Editor). Soffan Wanandi: Aktivis Sejati. Jakarta : Penerbit Buku Kompas, 2011.
Soetrisno, Noer. peranan Perbankan Sebagai Sumber Pembiayaan Usaha Golongan Ekonomi Lemah dan Koperasi. Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, Oktober 1998.
Sudewo, Eri. Manajemen Zakat Tinggalkan 15 tradisi 8 Terapkan 4 Prinsip Dasar. Jakarta: Institut Manajemen Zakat, 2004.
Sudrajad. Kiat Mengentaskan Pengangguran & Kemiskinan Melalui Wirausaha. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011.
Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung: PT.Refika Adiatama, 2005.
Sumaryadi, L.Nyoman. Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Citra Utama 2005.
Sumodiningrat, Gunawan. dkk. Pitutur Luhur Budaya Jawa: 1001 Pitutur Luhur Untuk Menjga Martabat dan Kehormatan Bangsa Dengan Nilai-Nilai Kearifan Lokal. Yogyakarta: Narasi, 2014.
--------. Pemberdayaan Sosial: Kajian Tentang Pembangunan Manusia Indonesia. Yogyakarta : Media Pressindo,2007.
81
--------. Menuju Ekonomi Berdikari. Pemberdayaan UMKM dengan Konsep OPOP,OVOP-OVOC. Yogyakarta: Media Pressindo, 2015.
Sutrisno, Iwantono. Kiat Sukses Berwirausaha:Strategi Baru Mengelola Usaha Kecil dan Menengah. Jakarta: Grasindo Gramedia Grup.
Tambunan, Tulus. Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia (UMKM); Isu-Isu Penting. Jakara: LP3ES, 2012.
Usman, Husaini dan Akbar, Purnomo Setiady. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003.
Usman, Marzuki. Kiat Sukses Pengusaha Kecil. Jakarta: Jurnal Keuangan dan Moneter dan Institut Banker Indonesia, 1998.
Zain, Badudu. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:Pustaka sinar harapan, 2001.
Zuhal, Kekuatan Daya Saing Indonesia: Mempersiapkan Masyarakat Berbasis Pengetahuan. Jakarta: Buku Kompas, 2008.
LAMPIRAN
DRAFT WAWANCARA
Nama : Ibu Sondari S.E
Jabatan : Staff Penyaluran
Lokasi wawancara :Jl. Jendral Sudirman Gd. Arthaloka
Waktu wawancara : 20 Maret 2017 pada pukul 15.00 Wib
P: Apa yang dimaksud Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS?
N: Inkubator Bisnis adalah suatu lembaga yang memberikan suatu program yang
didesain untuk membina dan mempercepat keberhasilan pengembangan usaha melalui
rangkaian pembinaan elemen usaha agar menjadi perusahaan/ UMKM yang
profitable, memiliki pengelolaan organisasi; produksi; keuangan yang benar, dan
menjadi perusahaan yang sustainable, hingga akhirnya memiliki dampak positif bagi
masyarakat.
P: Kapan Program Inkubator Bisnis BAZNAS didirikan?
N: Lembaga Inkubator didirikan pada Bulan Juni 2016
P: Apa Latar Belakang didirikannya Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS?
N: Terkait dengan banyaknya pengajuan modal usaha di Baznas Serta melihat banyaknya
mustahik yang usahanya hampir bangkrut yang sebenarnya bukan hanya
membutuhkan modal saja tetapi butuh pelatihan dan link pasar serta packaging yang
bagus.
P: Apa Tujuan didirikannya Lembaga Inkubator bisnis BAZNAS ?
N: Tujuannya tentu saja mensejaterakan mustahik. dan berharap dengan adanya inkubasi
bisa mandiri secara ekonomi. Dan pengembangan usaha 1000 mustahik dalam kurun
waktu satu tahun.
P: Apa Visi dan Misi dari didirikannya Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS?
N: Visi misi lembaga inkubator tidk lepas dari visi misi baznas
P: Mustahik seperti apa yang menjadi segmentasi lembaga inkubator?
Mustahik dari ashnaf miskin yang memiliki start up company atau UMKM yang
masih berada dalam tahap awal (early stage) usaha. Umumnya kategori usaha baru di
Indonesia kurang dari 2 tahun.
P: Siapa saja target yang diberdayakan pada Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS (8
Asnaf) ?
N: Untuk pemberdayaan ekonomi mustahik pun ada kriterikanya. Dan mustahik yang
diberdayakan adalah miskin. Sudah punya usaha namun tidak mencukupi. Dan Kalau
untuk skala usaha. Lembaga inkubator masih memberdayakan umkm dalam sektor
informal dan mikro.
P: Berapa target yang sudah diberdayakan oleh Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS ?
N: Target yang sudah diberdayakan sekitar 240 mustahik
P: Darimana Sumber dana yang digunakan dalam pemberdayaan program Inkubator
tersebut?
N: Dana yang digunakan untuk pemberdayaan usaha adalah dana zakat
P: Bagaimana langkah pendistribusian dana zakat tersebut hingga sampai kepada target
dan apa bentuk pemberdayaan yang diberikan kepada mustahik?
N: Langkah pendistribusian yang dilakukan adalah jika membutuhkan modal maka akan
diberikan modal. Setelah itu diberikan pendampingan yang dilakukan melalui
monitoring usaha. Apakah ketika sudah diberikan dana apakah sudah berjalan. Serta
diberikan pelatihan dan keterampilan. Namun pemberian dari LIBB diberikan dalam
bentuk barang. Karena menghindari uang tersebut disalahgunakan.
Jakarta, 20 Maret 2017
Lembaga Inkubator Baznas
Ibu Sondari S.E
Staff
DRAFT WAWANCARA
Nama : Pak Hadiyanto
Jabatan : Staff Penyaluran
Lokasi wawancara :Jl. Jendral Sudirman Gd. Arthaloka
Waktu wawancara : 20 Maret 2017 pada pukul 15.30 Wib
P: Apa saja tahapan-tahapan yang ditetapkan lembaga inkubator bisnis dalam
memberdayakan usaha?
N: Ada tiga tahapan yang diberlakukan di Lembaga Inkubator Bisnis Baznas, yakni
Tahapan Pra Inkubasi, Tahapan Inkubasi dan Pasca Inkubasi.
Pada tahap pra inkubasi, terdapat perekrutan calon usaha dimana mustahik
memberikan pengajuan ke BAZNAS, kemudian pihak BAZNAS akan survey menuju
ke lokasi untuk assessment (penilaian keadaan/situasi) untuk usaha tersebut bisa
mengikuti program di Lembaga inkubator ini. Dan kriteria calon usaha yang
terpenting, jika dilihat dari ashnaf maka kriterianya adalah miskin. Dan jika dilihat
dari pelaku usahanya adalah sudah memiliki usaha, memiliki kemauan dan kegigihan
untuk berwirausaha, serta memiliki komitmen yang kuat. Karena, bagaimanapun juga
ketika suatu usaha sudah diberdayakan oleh Lembaga Inkubatir Bisnis di BAZNAS,
maka artinya antara calon usaha dengan Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS
memiliki ikatan dan memiliki keterkaitan. Dari segi penialain ide bisnis, ini terkait
dengan pemikiran dan keinginan mustahik untuk disampaikan ke pihak Lembaga
Inkubator Bisnis, tentang bagaimana usahanya dan seperti apa jenis usaha yang
mustahik inginkan. Setelah itu pihak Lembaga Inkubator Bisnis menganalisa dan
menilai apakah ide bisnis tersebut layak atau tidak. Kemudian setelah mustahik
memberikan ide bisnisnya, Lembaga Inkubator bisa memberikan tahapan lanjut dan
nanti akan diadakan pelatihan. Pelatihan yang diberikan oleh Lembaga Inkubator
Bisnis BAZNAS adalah mencoba untuk mengajak para mustahiknya untuk datang ke
seminar-seminar tentang usaha mikro dan kecil. dan dari pelatihan tersebut, mustahik
diberikan dorongan atau motivasi untuk maju, dan diberikan teori usaha atau ilmu
dalam berwirausaha.
Pada tahapan Inkubasi ini, Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS memberikan
pendampingan melalui hubungan yang memungkinkan terjadinya peningkatan
keterampilan usaha mustahik, dan kemampuan meningkatkan sumber daya manusia
(SDM), kemampuan dalam teknis produksi, kemampuan pengembangan pasar, dan
kemampuan pengelolaan keuangan.
Pada tahap Pasca Inkubasi yaitu tahap pelepasan Usaha mandiri dan berkembang.
Namun, ketika usaha tersebut sudah di ekspansikan, tetap saja tidak terlepas dari
pengawasan (Controlling) oleh Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS. Karena, sejak
awal para calon usaha sudah berkomitmen dengan Lembaga Inkubator Bisnis
BAZNAS, bahwasannya harus mengikuti alur program yang sudah ditetapkan sejak
awal meskipun usaha tersebut sudah dikategorikan sebagai usaha yang mandiri.
Harapan dari Lembaga Inkubator adalah bahwa mustahik yang usahanya sudah
diberdayakan, setidaknya bisa menjadi muzakki dan berinfak ke BAZNAS.
P: Berapa Bidang Usaha yang sudah di berdayakan oleh Lembaga Inkubator Bisnis
Bzanas? Dan bagaimana pemberdayaan pada masing-masing bidang usaha?
N: Ada 3 bidang usaha yang sudah diberdayakan dengan jumlah 240 mustahik. diantara
bidang usaha yang sudah diberdayakan adalah eceng gondok, kopi sepeda keliling,
dan toko kelontongan yang biasa disebut Z-Mart.
P: Adakah perbedaan signifikan dari sebelum diberdayakan oleh inkubator, kemudian
setelah diberdayakan inkubator? Kemudian dari segi apa perbedaannya (semua usaha
yang sdh diberdayakan)?
N: Dari pemberdayaan eceng gondok yang tadinya hanya bisa mengayam saja, tetapi
sekarang sudah bisa membuat tas, sepatu, dompet dan aksesoris wanita. Dan dilihat
dari penghasilan, belum diketahui berapa persen meningkatnya. Tetapi berdasarkan
pernyataan mustahik yang sudah diberdayakan merasa ada peningkatan pendapatan.
Pemberdayaan kopi sepeda keliling yang tadinya satu sepeda digunakan oleh dua
orang secara bergantian, kini mereka bisa berjualan dengan sepeda masing-masing
yang sudah diberikan oleh baznas dan dengan memberikan box kopi serta barang
dagangannya. Dan pendapatan yang tadinya hanya Rp.50.000-60.000 sekarang
penghasilan mereka mencapai Rp.200.000-350.000 per hari.
Pemberdayaan kelontongan atau yang disebut Z-Mart oleh Baznas yang tadinya hanya
bangunan kumuh dari bambu dengan barang dagangan seadanya dan kurang layak,
kini sudah berbeda. Karena, pemberdayaan yang dilakukan Lembaga Inkubator dalam
segi bangunan diperbaharui semua dengan melakukan perenovasian warung,
pengecatan bangunan, perbaikan asbes dan rolling door, serta pemasangan display
yang menarik dengan etalase kaca, sehingga warung menjadi lebih menarik dan
meningkatkan minat pembeli. Dan dari segi pendapatan yang tadinya perhari hanya
Rp 200.000 – 250.000, sekarang sudahn mencapai Rp.500.000-700.000,- perhari,
bahkan juga ada yang mencapai Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah).
P: Apakah lembaga inkubator memberdayakan kepada semua mustahik diseluruh
Indonesia?
N: Dalam segi wilayah, Baznas tidak menentukan dimana wilayah yang jadi cakupan.
Tetapi Lembaga Inkubator Bisnis di Baznas Pusat sendiri bekerja sama dengan
Baznas Daerah dalam melakukan pemberdayaan di wilayah-wilayah yang memang
butuh bantuan.
P: Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pemberdayaan Usaha pada
lembaga inkubator bisnis BAZNAS?
N: Faktor pendukungnya adalah kemauan dan tekat yang keras serta pada umumnya para
wirausaha sudah memiliki keterampilan dan keahlian. Hanya saja perlu
dikembangkan lagi. Faktor penghambatnya adalah modal yang terbatas dan jangkauan
wilayah yang lumayan jauh sehingga menyulitkan dalam pemberdayaan dan
pendampingan/control usaha.
Jakarta, 20 Maret 2017
Lembaga Inkubator Baznas
Bpk. Hadiyanto S.E
Staff
DAFTAR DATA PENERIMA BANTUAN USAHA KOPI KELILING(KOLING)
NO NAMA ALAMAT DOMISILI TINGGAL JML PENCAIRAN
1 Ujen Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Rp.3.600.000
2 Umar faruq Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Rp.3.600.000
3 Samsul Irawan Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Rp.3.600.000
4 Haidi Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Rp.3.600.000
5 Mudawi Dsn.deng lebar Kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan
Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Rp.3.600.000
6 Musleh Dsn Gua Panas Kel.Tambak,Kec.Omben Kab.Sampang Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Rp.3.600.000
7 Samsul/Sahuri Dsn.denglebar,Kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Rp.3.600.000
8 Pendi Dsn Panah Lomoh Kel.Tambak kec.Omben Kab.Sampang Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Rp.3.600.000
9 Sainah/ Sainallah Dsn Gua Panas Kel.Tambak Kec.Omben Kab.Sampang Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Rp.3.600.000
10 Sibri Dsn Gua Tamoy Kel.Kamondung Kec.Omben Kab.Sampang Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Rp.3.600.000
11 Syaiful Umam/osmanDsn Brambang Kel.Tambak Kec.Omben Kab.sampang Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Rp.3.600.000
12 Sahrul Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Rp.3.600.000
13 Noji Dsn Batu ampar Kel.Pangbatok Kec.Proppo Kab.Pamekasan Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Rp.3.600.000
14 Rodi Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Rp.3.600.000
15 Sahiri Kp.Jelbudan Kel.Tambak Kec.Omben Kab.Sampang Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Rp.3.600.000
16 Madsahri/badri Dsn.deng lebar Kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Rp.3.600.000
17 Farisin Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Rp.3.600.000
18 Mausul Dsn.deng lebar Kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Rp.3.600.000
19 Asseri Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Rp.3.600.000
20 Abdullah Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Rp.3.600.000
21 Muhlis Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Rp.3.600.000
22 Andri Dsn.deng lebar Kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Rp.3.600.000
23 Rodi Dsn.deng lebar Kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Rp.3.600.000
24 Hoib/Bairuddin Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Rp.3.600.000
25 Makbul Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Rp.3.600.000
26 Muhlis/Muis Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Rp.3.600.000
27 Ainul Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Rp.3.600.000
28 Adim Dsn Gua Panas Kel.Tambak Kec.Omben Kab.Sampang Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Rp.3.600.000
29 Omar Dsn Rajung Kel.kamondung Kec.Omsen Kab.sampang Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Rp.3.600.000
30 Sufriadi Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Rp.3.600.000
31 Osman Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Rp.3.600.000
32 Sumu Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Rp.3.600.000
33 Ali Wafa Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Rp.3.600.000
34 Misnari Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Rp.3.600.000
35 Safie Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Rp.3.600.000
36 Puladin Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Rp.3.600.000
37 Dolla/Ami nollah Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Rp.3.600.000
38 Nolis Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Rp.3.600.000
39 Asmad Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Rp.3.600.000
40 Hoiri Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Rp.3.600.000
41 Muhamad Subairi Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Rp.3.600.000
42 mat Sahri/bahri Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Rp.3.600.000
43 Jeppar/Muhlas Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Rp.3.600.000
44 Rusman Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Rp.3.600.000
45 Suhud Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Rp.3.600.000
46 Holis Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Rp.3.600.000
47 Rusdi Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Rp.3.600.000
48 Puri Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Rp.3.600.000
49 Hirman/Rohinan Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Rp.3.600.000
50 Jubri Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Rp.3.600.000
Rp. 180.000.000,-
NO NAMA ALAMAT NO.TELPON JENIS USAHA LOKASI USAHA PENERIMA Z-MART
1 Sugono
Jl.Kebon pala, Tanah Rendah
Jatinegara Jakarta Timur
0821 3065 4574 Kelontongan Kebon Pala,Jatinegara Rp 15.000.000
2 Asmida Fitri Kp.Pos Kel.Bojong Gede Kec.Bojong
Gede Bogor 0812 8411 9610 Kelontongan Stasiun Bojong Gede Rp 15.000.000
3 B.Mainah
Kp.Masjid Rt 001/004 Kel.Bojong Gede Kec.Bojong
Gede Bogor
0896 9902 2486 Kelontongan Kp.Masjid Bojong Gede Rp 15.000.000
4 Mimin Mintarsih
Kp.Masjid Rt 001/004 Kel.Bojong Gede Kec.Bojong
Gede Bogor
0812 8316 8301 Kelontongan Stasiun Bogor Rp 15.000.000
5 Fatimah
Kp.Perigi Rt 002/002 Kel.Bojong Gede Kec.Bojong
Gede Bogor
0857 7912 4611 Kelontongan Kp.Perigi,Bojong Gede Rp 15.000.000
6 Kenah Bojong Gede Dalam
Timur Rt 003/012 Bojong Gede Bogor
0858 8327 0719 Kelontongan Bojong Gede dalam Rp 15.000.000
7 Rohani Bojong Gede Dalam
Timur Rt 003/013 Bojong Gede Bogor
0856 9255 3770 Kelontongan Bojong Gede dalam Rp 15.000.000
8 Anah
Jl.Gandaria Rt 005/012 Bojong
Gede Kec.Bojong Gede Bogor
0896 6735 3392 Kelontongan Jln Gandaria,Bojong gede Rp 15.000.000
DATA DAFTAR PENERIMA PROGRAM Z-MART
9 Suyati Kp.Bambon Citayam Bojong Gede,Bogor 0812 9756 5310 Kelontongan Citayam,Bojong gede Rp 15.000.000
10 Nindahir Tausikal
Kp.Masjid Rt 001/004 Kel.Bojong Gede Kec.Bojong
Gede Bogor
0813 8241 1555 Kelontongan Kp.setu,Bojong Gede Rp 15.000.000
Total Rp 150.000.000
DAFTAR PENERIMA MANFAAT
PEMBERDAYAAN ECENG GONDOK
DESA CIHAMPELAS
NO NAMA
TEMPAT TANGGAL
LAHIR ALAMAT
1 Ucip 01 Maret 1987 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
2 Tono 20 April 1992 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
3 Rudi 21 Agustus 1996 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
4 Sukaemah 2 Januari 1957 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
5 Ilah 3 Februari 1981 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
6 Isar 4 November 1983 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
7 Enti 1 Mei 1980 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
8 Iyoh 2 September 1987 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
9 Isah 14 April 1968 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
10 Emod 20 Juni 1974 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
11 Oyok 8 Januari 1972 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
12 Acep 01 Mei 1987 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa
Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
13 Sanah 07 Juni 1967 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
14 Nurhayati - Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
15 Juju Juriah 12 Juni 1955 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
16 Suyati - Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
17 Masnah 15 Juni 1963 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
18 Neneng Ratna Ningsih
15 Juni 1979 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
19 Nurhayati 12 Mei 1966 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
20 Sri Munigar - Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
21 Nanin Rohanih 16 Februari 1955 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
22 Munawaroh 07 Juni 1974 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
23 Rika Aryani 15 Maret 1963 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
24 Suliniati 19 November 1977 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
25 Rodiyah 18 Agustus 1965 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
26 Jubaedah 20 Februari 1971 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
27 Sartini 04 April 1966 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
28 Supriyatin 22 Maret 1987 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa
Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
29 Teta Sumaryati 29 Agustus 1963 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
30 Susanah 06 Oktober 1971 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
31 Entin Sartini 31 Agustus 1948 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
32 Yanah 12 Agustus 1981 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
33 Yenny Indriyani Listia
03 Januari 1988 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
34 Amanah Siti Nurlaila
30 Juni 1990 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
35 Santi 30 Maret 1981 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
36 Nurhayati 5 Maret 1969 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
37 Dian Arifiani 24 April 1980 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
38 Neneng 10 Januari 1951 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
39 Rusnaeni 04 April 1974 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
40 Tita Nurita 02 April 1971 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
41 Iin Marlina 05 Mei 1977 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
42 Marsiti 20 Agustus 1955 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
43 Ranni Rahayu 30 Desember 1980 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
44 Nok Yati 19 April 1953 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa
Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
45 Diani Suhita - Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
46 Mariyanah 09 Juni 1971 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
47 Erlina Raharyati - Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
48 Nathalia Endayani 25 Desember 1972 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
49 Rukmini - Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
50 Aisyah Badrianih 05 Juli1956 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
51 Atikah 18 Agustus 1980 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
52 Nursyamiaji 07 Agustus 1988 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
53 Endang Ruminingsih
21 Juni 1952 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
54 Kiki Damayanti 16 April 1982 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
55 Heni Nuraeni 16 Agustus 1962 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
56 Masturiah - Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
57 Triyatmi 31 Januari 1979 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
58 Muroh 08 Oktober 1954 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
59 Julaeha Oktaviani 16 Oktober 1980 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
60 Ma'ah 04 Juli 1968 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa
Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
61 Rina Sagita 20 Januari 1985 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
62 Chosiyah 20 April 1968 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
63 Atika 20 Juli 1988 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
64 Suparmi 03 Juni 1960 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
65 Siti Munawaroh 15 November 1967 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
66 Puji Lestari 08 Desember 1984 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
67 Ratna Sari 21 Mei 1977 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
68 Nuryati 06 Juli 1952 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
69 Pridiawesi 13 Juli 1974 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
70 Tri Upi Lusanti 20 Oktober 1981 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
71 Srianti 01 Januari 1969 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
72 Atjah 20 Desember 1958 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
73 Yuhanti 15 Januari 1959 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
74 Putri Purwanti 24 Januari 1989 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
75 Tarida Marpaung 20 Mei 1964 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
76 Maisuri 02 Mei 1980 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa
Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
77 Cucu Haryati - Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
78 Siti Suyanti 05 Februari 1974 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
79 Selvi Anggraeni 14 Agustus 1991 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
80 Eka Muliana 16 Januari1982 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
81 Nanah 06 Juni 1961 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
82 Ichwan Nur - Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
83 Nenih 15 Juni 1970 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
84 Siti Nurjanah 08 Juni 1979 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
85 Khosirin 21 Maret 1976 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
86 Silyati 19 Oktober 1962 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
87 Hayati G. Hutauruk
08 Agustus 1959 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
88 Neneng Sulastri 14 Agustus 1980 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
89 Sartika Handayani 06 Juli 1997 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
90 Komisah 21 Juni 1973 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
91 Siti Aisyah 29 Juli 1969 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
92 Muayah 04 Desember 1965 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa
Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
93 Tety Mulyati 22 Juni 1968 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
94 Dina Hariani 03 Maret 1984 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
95 Rusmiati 24 Oktober 1976 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
96 Tayem 03 Maret 1963 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
97 Sopiyatun 24 Maret 1964 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
98 Rosmanely - Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
99 Annah - Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
100 Umiyati 10 Desember 1955 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
101 Nurmalawati 03 Mei 1954 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
102 Evi Sukaesi 10 Februari 1968 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
103 Siti Aisyah 03 Desember 1958 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
104 Febriana Prihatiningsih
13 Februari 1972 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
105 Eka Mayasari 15 Mei 1986 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
106 Tio Fanta 15 Oktober 1986 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
107 Dini Afriyanti 29 April 1979 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
108 Annisah 30 Mei 1958 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa
Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
109 Lutfiati 19 Mei 1974 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
110 Hikmah 25 Agustus 1974 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
111 Rusdah 12 Juli 1955 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
112 Nurlaelah M 01 Mei 1971 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
113 Een Nur'aeni 25 Agustus 1985 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
114 Sulastri 10 Januari 1969 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
115 Masnah 31 Juli 1960 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
116 Mardianah 24 Maret 1976 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
117 Solih 01 Juli 1984 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
118 Wiwih 05 Juni 1959 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
119 Jubaedah 31 Juli 1968 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
120 Sumiyati - Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
121 Nursinah - Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
122
Maseah
16 Oktober 1959 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
123 Hanafi Syafi'i 01 Januari 1974 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
124 Normih
10 Maret 1972 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa
Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
125 Ros 05 Oktober 1964 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
126
Habibah Nur Baiti
22 Mei 1971 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
127 Mahtum 20 Juni 1983 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
128
Marfuah
01 Januari 1983 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
129 Jayadi 03 Mei 1961 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
130 Sarkiyah 26 Juli 1968 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
131
Lia Haliyah
15 Maret 1972 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
132 Sukarsih 26 Mei 1979 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
133
Mienah
10 Februari 1969 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
134 Busroin 13 Juni 1977 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
135 Eki Sulistiana 04 Oktober 1989 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
136
Yumanih
23 Mei 1968 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
137 Nuradi 17 Juni 1951 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
138 Salmah 15 Maret 1968 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
139
Masuroh
12 Juli 1965 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
140 Ida Farida 09 Juli 1972 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa
Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
141
Jamilah
26 Desember 1953 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
142 Mulyati 15 Januari 1970 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
143 Anamawati 01 Maret 1969 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
144 Siti Rohayah 20 April 1964 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
145 Siti Nurhani 17 Maret 1961 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
146 Siti Friyani 15 Juni 1968 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
147 Mamah Maryamah
20 Mei 1976 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
148
Cut Hartati 16 Agustus 1954
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
149
Asmawati 05 April 1972
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
150
Erisah 18 Agustus 1975
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
151
Tuti Alawiyah 31 Juli 1966
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
152 Sulastri - Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
153 Lili salimah 01 Juli 1965 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
154 Ela Nurlaela 15 April 1971 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
155 Rohidah 04 Desember 1968 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
156 Rohayati 27 Juli 1981 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa
Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
157 Uning - Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
158 K Winarsih - Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
159 Nurliana Aisyah 20 Mei 1982 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
160 Ichwani - Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
161 Wahyu Ningsih 03 Oktober 1969 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
162 Yesi liani 18 Juni 1981 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
163 Suhna 04 Januari 1962 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
164 Nurmiana 01 Agustus 1976 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
165 Ria Apriana 17 April 1980 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
166 Diana Mariana 19 Mei 1980 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
167
sukaesi 1 Juli 1973
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
168
Sukmaeni -
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
169
Erti 05 Februari 1967
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
170
Sri Suparti 20 Desember 1952
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
171
Nismah Hayati 29 Juli 1957
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
172 Arnah
10 Agustus 1972 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa
Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
173
Sarini 20 Maret 1956
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
174
Rosdiana 11 April 1966
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
175 Ari Widia Ningsih 20 Mei 1975 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
176 Hetty Riana 20 Agustus 1970 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
177 Novita Riyanthi - Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
178 sumiyati 2 Maret 1978 Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa
Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
179 Dede Fidiyawati - Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa
Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
180 Wiwin Winarti - Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa
Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
PEMBERDAYAAN ECENG GONDOK
DI DESA CIHAMPELAS, BANDUNG BARAT
PEMBERDAYAAN KELONTONGAN /Z-MART
PEMBERDAYAAN KOPI SEPEDA KELILING