pemberdayaan perempuan pengrajin pattapi (studi …
TRANSCRIPT
ii
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PENGRAJIN PATTAPI (STUDI
NARATIF KELUARGA NURHAYATI DI DESA POLEWALI
KEC SINJAI SELATAN)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana
pada jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Siti Haryanti
105381100416
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
2020
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Jadikan mimpi mu sebagai ambisi mu,
Dan jadikan ambisi mu sebagai motivasi mu”
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, atas rahmat dan hidayahnya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Karya sederhana ini kupersembahkan untuk :
Ayah dan ibuku tercinta, yang telah mendukungku dalam segala hal serta
memberikan kasih sayang yang tidak bisa saya balas dengan apapun.
Teman- teman sosiologi 16 A, makasih atas kebersamaannya selama menempuh
pendidika di Unidmuh Makassar
Serta seluruh keluarga dan teman-temanku yang senantiasa memberikan motivasi
dan doa dalam mencapai keberhasilanku.
vii
ABSTRAK
SITI HARYANTI, 2020, Pemberdayaan Perempuan Pengrajin Pattapi di Desa
Polewali, Kecamatan Sinjai Selatan, Kabupaten Sinjai. Jurusan Pendidikan
Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Makassar. Dibimbing Oleh Risfaisal dan Kaharuddin.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Proses Pemberdayaan
Perempuan Pengrajin Pattapi dan Faktor Penghambat Pemberdayaan Perempuan
Pengrajin Pattapi Di Desa Polewali, Kecamatan Sinjai Selatan, kabupaten Sinjai.
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu Kualitatif
dengan jenis pendekatan Metode Penelitian Naratif. Informan dalam penelitian ini
terdiri dari tujuh orang, enam Perempuan dan satu Laki-laki. Pengumpulan data
dalam penelitian ini menggunakan tiga teknik yaitu Observasi, Wawancara, dan
Dokumentasi. Pengumpulan data, reduksi data penyajian data, dan penarikan
kesimpulan.
Hasil penelitian dari Proses Pemberdayaan Perempuan Pengrajin Pattapi
adalah proses pemberdayaan ini berjalan lancar meski masih ada beberapa
perempuan yang tidak ikut berpartisipasi dalam pemberdayaan tersebut, meski
demikian pemberdayaan tetap dilakukan agar tujuan dari pemberdayaan ini bisa
dicapai dengan kerja sama antara anggota kelompok dengan pemerintah dalam
meningkatkan ekonomi keluarga demi kestabilan hidup masyarakat di Desa
Polewali. Faktor Penghambat Dari Pemberdayaan Perempuan Pengrajin Pattapi
yaitu: 1)Faktor Budaya Patriarki, 2) Faktor akses Yang Tidak Memadai Dalam
Pengambilan Bahan Utama Pembuatan Pattapi, 3) Faktor COVID_19
Kata Kunci: Pemberdayaan, Perempuan, Pengrajin, Pattapi/Nyiru
viii
ABSTRACT
SITI HARYANTI, 2020 Women Empowerment of Pattapi Craftsmen in Polewali
Village, South Sinjai District, Sinjai Regency. Department of Sociology
Education Faculty of Teacher And Educational Sciences Muhammadiyah
University Makassar. Guided by Risfaisal and Kaharuddin.
This research aims to find out the Process of Empowering Women
Craftsmen Pattapi and The Inhibitor factor of The Empowerment of Women
Craftsmen Pattapi In Polewali Village, South Sinjai Sub-District, Sinjai regency.
The type of research used in this study is Qualitative with this type of
narrative research method approach. The informants in the study consisted of
seven men, six Women and one Male. The data collection in this study uses three
techniques, namely Observation, Wawancar, and Documentation. Data collection,
reduction of data presentation data, and withdrawal of conclusions.
The result of the research from the Process of Empowering Women
Craftsmen Pattapi is that this empowerment process runs smoothly although there
are still some women who do not participate in the empowerment, nevertheless
empowerment is still carried out so that the purpose of this empowerment can be
achieved by cooperation between the group members and the government in
improving the family economy for the stability of people's lives in Polewali
Village. The Inhibition Factor of The Empowerment of Women Craftsmen Pattapi
namely: 1)Patriarchal Cultural Factor, 2) Inadequate Access Factor in The
Collection of The Main Material of Pattapi Making, 3) Factor COVID_19
Keywords: Empowerment, Women, Craftsmen, Pattapi/Nyiru
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis lantunkan atas kehadirat Allah Azza wa Jalla atas
segala nikmat dan hidayah-Nya Sehingga. Shalawat serta salam selalu tercurahkan
kepada baginda Rasulullah saw karena berkat kerasulannya sehingga Islam tetap
Berjaya hingga saat ini. Dalam penyusunan proposal ini penulis telah banyak
mengalami halangan dan rintangan disebabkan keterbatasan penulis sendiri baik
dari hal pengetahuan, waktu dan biaya. Akan tetapi karena istiqamah yang kuat
dan petunjuk oleh Allahswt serta bantuan dari berbagai pihak sehingga semangat
penulis tetap terjaga hingga penyelesaian proposal ini.
Dalam penyusunan dan penyelesaian proposal ini, tidak sedikit mendapat
hambatan dan kesulitan yang dialami penulis. Namun, berkat bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak sehingga hambatan dan kesulitan dapat diatasi.
Oleh karena itu, patut kiranya dalam kesempatan ini penulis
menghaturkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan.
Oleh karena itu kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof Ambo Asse, M.Ag. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar.
x
2. Bapak, Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Drs. H. Nurdin, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Makassar.
4. Bapak Kaharuddin, M.Pd., Ph.D. selaku Pembimbing I yang dengan penuh
kesabaran dan keikhlasan membimbing penulis dalam penyelesaian proposal
ini.
5. Bapak Risfaisal, S.Pd,. M.Pd Selaku Pembimbing II yang selalu bijaksana
memberikan bimbingan, nasehat serta waktunya selama pembimbingan
pembuatan proposal.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu sehingga proposal ini
dapat terselesaikan, penulis ucapkan terima kasih. Adapun permohonan maaf
penulis yang sangat dalam jika dalam penulisan proposal ini terdapat kekurangan
karena sesunggunya kesempurnaan hanya milik Allah swt. Kami memohon
semoga apa yang telah kita lakukan dapat bernilai ibadah dan diberikan rahmat
semoga apa yang telah kita lakukan dapat bernilai ibadah dan diberikan rahmat
olehnya. semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua, amin.
Makassar, Mei 2020
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN ............................................................................ iv
SURAT PERJANJIAN ................................................................................ v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................. vi
ABSTRAK .................................................................................................. vii
ABSTRACT ............................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL...................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 10
D. Deinisi Operasional .......................................................................... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Konsep .................................................................................. 12
B. Kajian Teori ..................................................................................... 24
C. Penelitian Relevan ............................................................................ 26
D. Kerangka Pikir ................................................................................. 27
xii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ....................................................... 28
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 28
C. Informan penelitian .......................................................................... 29
D. Fokus penelitian ............................................................................... 29
E. Instrumen Penelitian ........................................................................ 29
F. Jenis dan Sumber Data Penelitian .................................................... 30
G. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 31
H. Teknik Analisis Data ....................................................................... 32
I. Teknik Keabsahan Data ................................................................... 33
J. Etika Penelitian ................................................................................ 34
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................ 36
B. Keadaan Geografis ........................................................................... 36
C. Batas Wilayah .................................................................................. 37
D. Topografi .......................................................................................... 37
E. Iklim ................................................................................................. 37
F. Demografi ......................................................................................... 39
G. Pemerintahan .................................................................................... 39
H. Kecamatan ........................................................................................ 42
I. Keadaan Penduduk ........................................................................... 43
J. Keadaan Ekonomi ............................................................................ 44
K. Icon Pariwisata ................................................................................. 44
xiii
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAN
A. Deskrips Pengrajin Pattapi ............................................................... 48
B. Hasil Penelitian ................................................................................ 69
1. Proses Pemberdayaan Perempuan Pengrajin Pattapi di Desa
Polewali ................................................................................ 59
2. Faktor Penghambat Pemberdayaan Perempuan Pengrajin
Pattapi ................................................................................... 68
C. Pembahasan ...................................................................................... 75
1. Proses Pemberdayaan Perempuan Pengrajin Pattapi ........... 75
2. Faktor Penghambat Pemberdayaan Perempuan Pengrajin Pattapi79
3. Kesesuaian Teori dengan Hasil Penelitian ........................... 81
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Hasil Penelitian ................................................................ 85
B. Saran ................................................................................................. 86
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 batas wilayah Kabupaten Sinjai .............................................. 37
Tabel 1.2 Daftar Bupati Sinjai yang menjabat sejak pembetukannya .... 39
Tabel 1.3 Anggota DPR yang menjabat ................................................. 40
Tabel 1.4 komposisi anggota DPRD Kabupaten Sinjai dalam dua
periode terakhir ....................................................................... 41
Tabel 1.5 Daftar Kecamatan Di Kabupaten Sinjai .................................. 42
Tabel 1.6 Penduduk kabupaten sinjai, per kecamatan tahun 2014 ......... 43
Tabel 1.7 Daftar Desa di Kecamatan Sinjai Selatan ............................... 47
Tabel 1.8 Sarana Pendidikan di Kecamatan Sinjai Selatan .................... 48
Tabel 1.9 Nama-Nama Kelompok Pengrajing Pattapi ............................ 51
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.I Kerangka Konsep ..................................................................... 27
1
BAB I
PENDAHULAN
A. Latar Belakang Masalah
Esensi pembangunan merupakan suatu inovasi untuk mengubah kontelasi
saat ini yang dipandang kurang baik menuju keadaan yang lebih baik. Oleh karena
itu pembangunan perlu dirancang secara sederajat dengan melibatkan dan juga
memberikan manfaat yang sama bagi laki-laki, perempuan, serta antara ras, suku,
agama, kelompok sosial, kelompok ekonomi. Realitanya kondisi itu sebelum bisa
memberikan yang sedrajat antara kaum laki-laki dan perempuan, karena
perempuan kurang dapat berperan aktif hal ini disebakan karena kondisi yang
kurang menguntungkan dibandingkan laki-laki seperti pelang dan kesempatan
yang terbatas dalam mengkses dan mengontrol sumber daya, system upah yang
merugikan serta tingkat kesehatan dan pendidikan yang rendah sehingga ada
kesenjangan, kesempatan dan kemampuan laki-laki dan perempuan menyebabkan
perempuan tidak dapat menjadi mitra kerja aktif laki-laki dalam berbagai masalah
social ekonomi ( Riant Nugroho : 2008)
Jutta Berninghausen dan Birgit Kerstan (1992:39) menyatakan
Masyarakat secara umum digolongkan menjadi beberapa jenis salah satunya
system diferensiasi. Pada system ini masyarakat digolongkan berdasarkan gender
salah satunya. Pada penggolongan berdasarkan gender adalah penggolongan
2
berdasarkan jenis kelamin, hal ini membagi masyarakat menjadi dua kelompok
yaitu laki-laki dan perempuan.
Qasim Amin (2003 : 29) di jaman jahiliyah perempuan adalah kelempok
manusia yang selalu tertindas. Mereka tidak memiliki daya dan upaya keluar dari
belenggu tindasan, mereka tidak di hargai layaknya laki-laki, terutama yang
berkaitan dengan seksualitas dan produktivitas ekonomi. Ironisnya, ketertindasan
ini di alami oleh perempuan di dalam rumah tangganya dan oleh orang orang
terdekatnya sendiri (ayah atau suaminya)
Zaitunah (2014;46) menyatakan Di zaman sekarang, warisan nilai nilai
sejarah tersebut yang seakan akan di bingkai dengan nilai nilai normatifisme islam
salah interperetasi di karenakan benyaknya dogma islam secara kontekstual yang
membedakan peran perempuan dengan laki laki. Nilai ini sangat kental dalam
berbagai aspek kehidupan, baik poltik,social,ekonomi dan lainnya. yang tertindas
masih tetap bertahan sampai sekarang. Kenyataan ini memberikan pengaruh yang
luar biasa, sampai-sampai relasi jender yang hierarkis dalam rumah tangga telah
mengendap di alam bawah sadar baik laki-laki maupun perempuan. Tentu saja hal
ini bukan kecurigaan atau sikap apriori semata. Kesadaran seksis, yang
memunculkan upaya penegakan kesetaraan dan keadilan jender, termasuk
melepaskan peran domestik dari relasi jender yang bagi kaum perempuan
memiliki peran ganda (double burden) di lingkungan keluarga.
Hal lain yang perlu ditekankan sebagaimana yang dikemukakan Musda
Mulia ialah bahwa konsep dan gerakan kemitrasejajaran laki-laki-perempuan
dalam keluarga sesuai normativisme Islam secara teologis sama sekali tidak
3
dimaksudkan untuk menghilangkan tugas dan tanggung jawab domestik kaum
perempuan (ibu), baik dalam perannya sebagai seorang isteri dan ratu rumah
tangga dalam lingkungan keluarga, maupun sebagai ibu yang diberi amanah untuk
mempersiapkan masa depan anak-anaknya yang sejahtera, baik dalam arti
material maupun moral spiritual.
Hasyim (2015; 113) Persoalan domestik dan peran ganda perempuan,
seringkali menjadi problem yang dilematis, terutama bagi mereka yang berprofesi
sebagai perempuan karir. Padahal sesungguhnya hal itu tidak perlu terjadi bila
perempuan tersebut benar-benar menghayati tugas dan kewajibannya sebagai
isteri, sebagai ibu rumah tangga dan perannya sebagai perempuan karir. Dalam
banyak persoalan, seringkali karir keperempuanan menjadi sangat dominan
sementara tugas dan tanggung jawab domestik dalam keluarga terabaikan yang
pada gilirannya harus dibayar dengan sangat mahal dalam bentuk kegagalan
membentuk rumah tangga sakinah. Persoalan seperti inilah yang perlu dicermati,
dan dianalisis lebih lanjut agar masalah domestikasi dan peran ganda perempuan
dalam keluarga mendapat relasi seimbang berdasarkan nilai-nilai normatif ajaran
Islam .Pembedaan laki-laki dan perempuan, pembagian ini menimbulkan
kontroversi pada pelaksananan diberbagai bidang, seperti pekerjaan, ekonomi dan
politik. Gerakan feminism dan emansipasi wanita menjadi sebuah isu hangat yang
mewarnai perjalanan kehidupan masyarakat dijaman modern ini.
Adapun tantangan tantangan Negara Indonesia saat ini adalah tantangan
kesematan kerja. Semakin banyaknya penduduk, mengakibatkan kompetisi
kesempatan kerja semakin sempit, banyak orang memerlukan pekerjaan,
4
sementara lapangan kerja sangat minim atau sedikit. Contohnya saja dijaman
sekarang jumlah pengangguran semakin banyak akibat kurangnya lapangan kerja
yang tersedia. Ironisnya sebagian lapangan pekerjaan tidak dapat memenuhi
persayaratan dan kualifikasi yang diminta, jika hal ini dibiarkan ters menerus
tidak menutup kemungkinan jumlah penduduk yang miskin akan terus
bertambah. John Naisbith dan Patriacia Aburdens dalam bukunya Megatrend
2000, (http;/www. Naketrans. Go.id html)
Jumlah penduduk miskin di Indonesia bertambah. Badan pusat statistik
(BPS) mencatat, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada maret 2015
sebanyak 28,59 juta orang atau 11,22 prsen dari jumlah penduduk Indonesia, itu
artinya jumlah penduduk miskin di idonesia bertambah pada September 2014
ketika penduduk miskin berjumlah 27,73 juta jiwa atau 10,96 persen dari total
jumlah penduduk. Kemudian dalam enam bulan jumlah penduduk miskin telah
ertambah sebanyak 860,000 orang namun bila pesentase jumlah penduduk
miskin pada maret 2015 sebar 11,22 persen dibandingkan pada maret 2014 yakni
ketika porsi penduduk miskin sebanyak 11,25 persen maka terjadi penuruan
persentse penduduk miskin terhadap total jumlah penduduk yakni sebanyak 0,03
persen, meski terjadi penurunan pesentase secara tahunan (year on year) jumlah
penduduk miskin pada bulan maret 2015 ang sebanyak 28,59 juta jiwa secara
absolute lebih banyak dibandingkan pada maet 2014 naik dibanding pada
semtember 2014 dan data ini dalam tempo enam bulan penduduk miskin
tertambah sebanyak 860,000 orang. Maka dibutuhan terobosan baru untuk
mengatasikemiskinan
5
(http//kompas.com/read2015/09/15/14222626/penduduk.miskin.Indonesia.14/03/
2016)
Upaya mengatasi upaya penaggulangan kemiskinan bisa menggunakan
kegiatan proses pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat artinya
memberikan sumberdaya, kesempatan, pengetahuan, dan keerampilan kepada
masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam menentukan masa
depannya sendiri dan berpartisipasi dalam mempengaruhi kehidupan masyrakat
(zubaedi:2007)
Dalam sebuah masyarakat anggapan perempuan hanya sebatas menjadi
pekerja rumahan atau ibu rumah tangga yang bekerja sambilan dirumah, adapun
setian pekerjaan yang dilakukan perempuan dinilai hanya sebagai tambahan saja
karena penghasilan itu berasal dari laki-laki.
Kegiatan industri pada dasarnya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup
masyarkat, home industry diarahkan untuk mengembangkan industry agar bisa
menjadi besar dan bisa menciptakan lapangan pekerjaan baru kepada masyarakat
yang tidak mendapatkan pekerjaan.home industry bisa diaskses baik masyarakt
kaum perempuan maupun laki-laki, tenaga kerj dalam produksi bisa berasal dari
lingkungan keluarga, ataupun lua daerah,dari hal itu maka perlu suatu strategi
yang dapat memberdayakn msyarakat hususnya para perempuan yang selama ini
dimarginalisasikan oleh budaya patriarki ( Mubyanto:2008)
Jadi perlu adanya pemberdayaan sebagai upaya memperbesar dan
memperluas kepuasan masyarakat untuk bisa berperan aktif dalam proses
6
pembangun, pemberdayaan masyarakat selalu dikaitkan dengan konsep mandiri,
berpartisipasi, jaringan kerja dan kedilan, pembedayaan masyarakat yang
digunakan pembangunan bahwa seluruh masyarakat ikut terlibat ( Rini
Rinawati:2010). Namun pada kenyataannya masih banyak yang belum mengikut
sertakan para kaum perempuan pedesaan diberbagai aspek pembangunan sehigga
mereka perlu diberdayakan agar dapat bersungsi sebagai subjek maupun objek
dalam pembangunan baik sebagai perencana atau pemberi keputusan pelaksana
maupun masyarakat dan menikmati hasil pembangunan secara merata, dorongan
dari perubahan dalam paradigma pembangunan interasional yang telah menuntut
adanya perlibatan perempuan dalam pembangunan dan melahirkan beberapa
pendekatan pendekatan perempuan didalam strategi pembangunan yang merata
untuk masyarkat.
Perempuan merupakan potensi dan aset desa yang memiliki peranan dalam
peningkatan kesejahtraan umum, pemeberdayaan dan peningkatan kualitas
sumber daya manusia khususnya perempuan sangat mungkin dilakukan melalui
berebagai kegiatan guna memberdayakan mereka secara ekonomi, politik dan
psikologis ( Weni Rosdiana:2015)
Menururt Ambar T. Sulistyani (2004:80) Dalam hal peningkatan ekonomi
perempuan khususnya daerah pedesaan, perempuan memiliki keterbatasan dalam
menjalankan aktivitsnya keteratasan tersebut seperti rendahnya pedidikan,
keteramplan, sedikitnya kesempaan kerja dan jua dihadapkann pada kendala
tertentu yang seringkali dikenal dengan istilah “trippe burden of women” yaitu
perempan harus melakukan fungsi reproduksi, produksi dan fungsi social secara
7
bersamaan dimasyarakat. Permaslahan perempuan dibidang ekonomi tidak
terlepas ari kemiskinan, perempuan dalam kegiatan usaha secara umum terbagi
empat kelompok yaitu perempuan tidak mampu berusaha kaena beban
kemiskinan, perempan yang tidakberuaha, perempuan pengusaha mikro,
perempuan pengusaha kecil atau menengah, didak memiliki ilain pihak ada
perempuan ingin maju tetapi tidak memiliki keterampilan atau penegtahuan
usaha,
Salah satu upaya yang dilakukan dalam pemberdayaan perempuan yaitu
melalui ekonomi kreatif sebagai pola pendorong baru dalam perekonomian yang
berbasis pada kreativitas. Ekonomi kreativitas dapat dijadikan sebagai salah satu
solusi dalam menghadapi tingkat persaingan tang kompetetif, sihingga
persaingan tidak dapat diteentukan oleh sebesar tingkat produksi yang dilakukan
tapi juga aspek kreativitan dan inovasi yang kuat terhadap perkembangan
ekonomi kreatif, industry kreatif ini juga dimanfaatkan untuk membuka
lapangan pekerjaan
Sangat baik jika masyarakat memiliki untuk membuat suatu yang kreatif
dan inovatif yang memiliki daya jual dan daya saing lebih untuk meningkatkan
perekonomian dan kesejahtraan masyarakat. Biasanya masyarakat pedesaan
memiliki potensial melahirkan ekonomi kreatif mungkin dikarenakan
keterbatasan dana atapun sulitnya mencari lapangan pekerjaan di daerah
pedesaan maupun ketika pergi kekota untuk merantau diambil ari masalah
jumlah pengangguran disuatu tempat pedesaan maka ekonomi kreatif bertujuan
untuk mensejaterakan masyarakat dalam hal membantu perekonomian
8
masyarakat dan mengatasi pengagguran dengan dibukanya lapangan pekerjaan
baru
provinsi sulawesi selatan merupakan daerah yang memiliki destinasi
wisata serta dikatakan sebagai kota pelajar (Makassar), hal itu tak lepas dari
banyaknya tempt-tempat periwisatn dan tempat pendidikan, adanya sebutan itu
memberikan akses pada dunia industri kerajinan dan lainnya, karena banyakna
pendatang yang (pelajar/pekerja) maka kita butuh meningkatkan peberdayaan
terhadap kerajinan agar bisa memiliki nilai jual untuk mremenuhi kebutuhan
sehari-hari.
lokasi industry banyak tersebar Sulawesi selatan yang khususnya di
Kabupaten Sinjai bisa kita temukan beberpa sentra industri kelompok maupun
pribadi, bentuk pemeberdayaan perempuan dikecamatan sinjai selatan desa
polewali memiliki keunikan tersendiri yaitu memanfaatkan bambu dalam
membuat nyiru atau bahasa sinjainya pattapi mulai dari ukuran kecil maupun
besar, dengan kegiatan ini dapat meningkatkan prekonomian keluarga dan
sekitar lingkungannya, terutama pada ibu rumah tangga yang biasanya
mengurusi rumah tangganya sehingga waktu tidak terbuang si-siaaktika urusan
rumah tangga selesai. Dalam pebuatan bambu biasanya mengambil bahan aku
adalah para suami yang ikut dalam berprtisipsi dalam menyediakan bahan
biasanya langsung dibawah kerumah atau tempat perkumpulan ibu-ibu untuk
dianyam. Kegiatan ini tergolong santai tidak mengganggu kegiatan seperti
mengurus rumah yang biasanya ibu-ibu lakukan pada umumnya, selain itu
produk dihasilkan oleh para pengajin pattapi (nyiru) memilii keunggulan
9
disbanding dengan produk dari luar, hal ini sudah diakui oleh msyarakat
setempat melalui penjualan dipasar, terbukti dengan ketahan produk tidak
mudah rapuh dan tahan lama (http;//Sinjaikab.go.id)
Adapun alasan peneliti sehingga mengangkat judul peneitian ini adalah
karena masih kurangnya penelitian yang mengkaji tentang pemberdayaan
pengrajin pattapi khususnya di kabupaten sinjai, pengrajin pattapi butuh
perhatian dari pemerintah agar mendapatkan bantuan pemberdayaan secara
konkrit berupa bahan mentah agar dikelola menjadi pattapi yang secara modern,
dan sebagai kajian sosiologi masyarakat pedesaan.
Selain itu hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Yani Angraini (2013:
19) dengan judul penelitian studi tentang proses pembuatan Anyaman Nyiru
yang hanya membahas mengenai proses pembuatan nyiru serta bahan-bahan apa
saja yang dibutuhkan dalam pembuatan nyiru, jadi peneliti tertarik untuk
meneliti dan mengkaji lebih mendalam terkait bagaimana proses pemberdayaan
perempuan yang dilakukan oleh pemerintah setempat serta bagaimana faktor
yang mempengaruhi pemberdayaan perempuan pengrajin Pattapi(nyiru) di Desa
Polewali Kecamatan Sinjai Selatan. Maka dari itu peneliti mengajukan
penelitian dengan judul “Pemberdayaan Perempuan Pengrajin Pattapi (Studi
Naratif Keluarga Nurhayati di Desa Polewali Kec Sinjai Selatan)
10
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis menemukan bebrapa
rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pemeberdayaan perempuan pengrajin pattapi (nyiru) di,
Desa Polewali, Kecamatan Sinjai Selatan ?
2. Apakah faktor penghambat pemberdayaan perempuan pengrajin pattapi
(nyiru) di Desa Polewali Kecamatan sinjai Selatan ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat diketahui dalam
penelitian ini memiliki beberapa tujuan dan manfaat bagi masyarakat maupun
peneliti sendiri:
1. Tujuan penelitian
Sesuai rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui proses pemeberdayaan perempuan pengrajin pattapi
(nyiru) di, Desa Polewali, Kecamatan Sinjai Selatan.
b. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pemberdayaan perempuan
pengrajin pattapi (nyiru) di Desa Polewali Kecamatan sinjai Selatan.
2. Manfaat penelitian
Dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
11
a. Manfaat Akademik
Secara akademik manfaat penelitian ini untuk menambah pengetahuan
dan konsep mengenai pemberdayaan perempuan pengrajin pattapi di Desa
Polewali, Kecamatan Sinjai Selatan
b. Manfaat Praktis
Secara parktis penelitia ini diharapkan menjadi bahan rujukan bagi
masyarakat serta peneliti selanjutnya tentang pemberdayaan perempuan
pengrajin pattapi di Desa Polewali, Kecamatan Sinjai Selatan
D. Defenisi Operasional
1. Pemberdayaan
Pemberdayan adalah sebuah proses dimana orang menjadi cukup kuat untuk
berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan atas kejadian- kejadian serta
lembaga-lembaga yang mempengaruhi kebutuhannya.
2. Perempuan
Perempuan adalah Perempuan merupakaan makhlup lemah dan penuh kasih
syang karna persaannya yang halus, secara umum sifat perempuan yaitu
keindahan, kelembutan serta rendah hati dan memelihara
3. Pengrajin
Pengrajin adalah pekerja terampil yang menghasilkan atau membuat barang-
barang dengan tangan,
4. Nyiru
Pattapi/Nyiru adalah salah satu bentuk produk rumah tangga yang digunakan
oleh rumah tangga untuk menampi beras atau mengasingkan sekam beras
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Konsep
1. Pemberdayaan
Istilah pemberdayaan tentunya kita pernah mendengarkan didalam
aktivitas kehidupan masyarakat terutama dimasyarakat pedesaan. Masyarakat
pedesaan menjunjung tinggi yang namanya nilai-nilai gotong royong itulah
yang menjadi ciri khas masyarakat yang ada dipedesaan, para pengrajin
pattapi di desa polewali membutuhkan perhatian baik dukungan secara
materil maupun non materil dari pemerintah masyarakat setempat. Olehnya
itu mereka membutuhkan perhatian maupun pemberdayaan agar profesi atau
pekerjaan tersebut tetap betahan ditengah arus globalisasi dan demostrasi.
Sulistiani (2004:7) menjelaskan bahwa “secara etimologis pemberdayaan
berasal dari kata dasar ‘daya’ yang berarti kekuatan atau kemampuan “
bertolak dari pengertian tersebut, maka pemberdayaan dimaknai sebagai
bentuk proses untuk memperoleh daya kekuatan atau kemampuan dari pihak
yang memiliki daya kepada yang kurang atau belum berdaya.
Sememtara menurut prijono, S. onni dan Prakarna, A.M.W (2008:55)
Pemberdayaan adalah proses kepada masyarakat agar menjadi berdaya,
mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau
keberdayaan auntuk menentukan pilihan hidupnya dan pemberdayaan harus
ditujukan pada kelompok atau lapisan masyarakat yang tertinggal.
13
Dalam konteks pemberdayaan bagi perempuan menurut Rian Nugroho,
(2008:43) mengemukakan 4 indikator pemberdayaan:
1) Akses, dalam arti kesamaan hak dalam mengakses sumber daya produktif
didalam lingkungan.
2) Partisipasi, yaitu keikutsertaan dalam mendayagunakan aset atau sumer
daya yang terbatas.
3) kontrol,yaitu bahwa lelaki dan peremuan mempunyai kesempatan yang
untuk melakukan control atas pemanfaatan sumber daya tersebut.
4) Manfaat yaitu bahwa laki-laki dan perempuan harus samal-sama
menikmati hasil pemanfaatan sumberdaya atau pembangunan secara
bersama
Professor Gunawan Sumondiningrat (2009:23) menjelaskan untuk
melakukan pemberdayaan perlu 3 langkah yaitu:
1) Pemihakan artinya perempuan sebagai pihak yang diberdayakan harus
dipihaki dari laki-laki
2) Penyiapan, artinya pemberdayaan menentukan kemampuanperempuan
untuk bisa iku mengakses, berpatisipasi, mengontrol, dan mengambil
manfaat.
3) Perlindungan, artinya memberikan proteksi sampai dapat dilepas
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan
adalah proses untuk memperoleh daya, kekuatan atau kemampuan dri piak
yang memiliki daya kepada piak yang kurang atau belum berdaya. Dalam
14
penelitian ini yang maksud pemberdayaan yang dilakukan terhadap
perempuan.
Dalam hal peningkatan ekonomi perempuan di Indonesia khususnya
didaerah pedesaan, perempuan memiliki keterbatasan dalam menjalankn
aktivitasnya, keterbatasan tersebut seperti rendahnya pendidikan,
keterampialn, sedikitnya ksempatan kerja, dan juga hambatan ideologis
perempuan yang terkait rumah tangga. Selain itu perempuan juga dihadapkan
pada kendala tertentu yang dikenal dengan istilah “triple burden of women”
yaitu perempuan harus melakukan fungsi reproduksi dan fungsi social secara
bersamaan dimasyarakat, hal ini disebabkan kesempatan perempuan untuk
memanfaatkan pelang ekonomi yang sangat terbatas. Oleh karena itu
pemberdayaan bagi perempuan dibidang ekonomi sangat diperlukan karena
pada dasarnya peempuan memiliki potensi yang luar biasa dalam hal
perekonomian terutama dalam pengaturan ekonomi rumah tangga.
Menurut Rian Nogroho (2008:164), tujuan dari program pemberdayaan
perempuan adalah:
1) Meningkatkan perempuan untuk meliatkankan diri dalam program
pembangunan, sebagai partisipasi aktif (subjek) agar tidak sekedar
menkadi objek pembangunan seperti yang terjadi selama ini.
2) Meningkatkan kemampuan kaum perempuan dalam kepemimpinan, untuk
meningkatakan posisi tawar-menawar dan keterlabatan dalam setiap
15
pembangunan baik secara perencanaan, pelaksana dan pelaksaan, maupun
melakukn monitoring dan evaluasi kegiatan.
3) Meningkatkan kemampuan perempuan dalam mengelolah usaha skala
rumah tangga, industry kecil maupun industry besar untuk menunjang
kebutuhan rumah tangga, maupun untuk membuka peluang kerja produktif
dan mandiri
4) Meningatkan peran dan fungsi organisasi perempuan ditingkat local
sebagai wadah pemberdayaan kaum perempuan agar dapat terlibat secara
aktif dala program pembangnan pada wilayah tempat tinggalnya.
Dibidang perekonomi, pemberdayan perempuan lebih banyak ditekankan
untuk meningkatkan kemampuan dalam mengelolah usaha, khususnya dalam
hal ini adala usaha home industry. Ada lima langkah penting yang perlu
diperhatikan dalam upaya pengembangan kemampan berwirausaha bagi
perempuan. Menurut IMF yang dikutip oleh Herri (2009:5) langkah tersebut
yaitu:
1) Membantu dan mendorong kaum perempuan untuk
Membangun dan mengembangkan pengetahuan serta kompetensi diri
mereka,melalui berbagai program pelatihan,
2) Membantu kaum perempuan dalam strategi usaha dan pemasaran produk,
pemerintah terkait dengan legalitas dunia usaha
3) Memberikan pemahaman terhadap regulasi dan peraturan pemerintah
terkait dengan legalis dunia usaha
4) Mendorong dan membantu kaum perempuan untuk mampu menggunakan
16
tekhnolgi informasi dan komunikasi secara optimal
5) Membuat usaha mikro/jaringan usaha micro/forum pelatihan usaha
Program-program usahapemberdayaan perempuan yang ditawarkan Riant
Nugroho (2008:165-166) adalah:
1) Tingkat mulai dari kampung hingga nasional. Seperti misalnya PKK
(Pembinaan Kesejahteraan Keluarga), perkumpulan koperasi, maupun
yayasan social. Penguatan social kelembagaan ditujukan untuk
meningkatkan kemampuan lembaga agar dapat berperan aktif sebagai
perencana pelaksan maupun pengontrol.
2) Peningkatan fungsi dan peningkatan organisasi perempuan dalam
pemasaran social program-program pemberdayaan yang ada, kurang
disosialisasikan dan kurang melibatkan peran masyarakat.
3) Pelibatan kelompok perempuan dalam perencanaa, pelaksanaan dan
monitoring semua program pembangunan yang ada. Keterlibatan
perempuan meliputi program pembngunan fisik, pembangunan ekonomi,
peningkatan sumber daya manusia,
4) Peningkatan kemampuan kepemimpinan perempuan, agar mempuanyai
untuk posisi yang tawar yang serta memiliki akses dan peluang untuk
terlibat dalam pembangunan.
5) Peningkatan kemampuan anggota kelompok perempuan dalam bidang
usaha (Skala industry kecil/rumah tangga hingga skala besar) dengan
berbagai keterampialan yang menunjang seperti kemampuan produksi,
kemampuan manejemen, usaha serta kemampuan untuk mengakses kredit
17
dan pemasaran yang lebuh luas
Terkait dengan pemberdayaan perempuan dalam home industry hal yang
perlu dilakukan adalah penciptaan iklim yang kondusif dapat dilakukan
dengan:
1) Mendorong motivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang
dimilki
2) Menciptakan aksebilitas terhadap berbagai peluang yang menjadikannya
semakin berdaya
3) Tindakan perlindungan terhadap potensi sebagai bukti keberpihakan untuk
mencegah dan membatasi pesaing yang tidak seimbang dan cenderung
eksploitasi terhadap yang lemah oleh yang kuat Roosganda Elizabet
(2007:131)
2. Perempuan
Dalam KBBI (2008: 372), bahwa wanita diartikan sebagai perempuan
dewasa. Adapun secara etimologis dalam bukunya zitunah zubhan menjelaskan
perempuan berasal dari kata empu yang artinya di hargai. Lebih lanjut zaitunah
(2014:46) menjelaskan pergeseran dari arti wanita menjadi perempuan. Kata
wanita berasal dari bahasa sangsekerta dengan dasar kata wan yang sehingga kata
wanita di artikan sebagai di nafsui. sedangkan plato menyatakan perempuan di
tinjau dari segi visik maupun spiritual, mental perempuan lebih lemah dari laki-
laki, tetapi perbedaan itu tidak menyebabkan adanya perbedaan dalam bakatnya.
(Mutahhari, 2010:108).
18
Hasyim (2005:113) menyatakan bahwa“Perempuan merupakaan makhlup
lemah dan penuh kasih sayang karna perasaannya yang halus, secara umum sifat
perempuan yaitu keindahan, kelembutan serta rendah hatidan memelihara”.
John Naisbith dan Patriacia Aburdens dalam bukunya Megatrend 2000,
(http:/www. Nakertrans. Go.id.html)
Meramalkan bahwa abad ke 21 adalah abadnya perempuan. Abad 21 baru
berjalan 6 tahun tetapi tanda-tanda itu belum begitu banyak membahas perempuan
sekalipun dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya tetap sama seperti masa-
masa sebelumnya. Dalam perekonomian di Indonesia terdapat kenaikan angkatan
kerja wanita dari 22.216.000 tahun 2001 menjadi 22.669.000 (2002) tetapi
menjadi 22.174.000 (2002) dan 20.727.000 (2003).
Dalam Abdulah, (2012: 3), dikatakan bahwa:
Data BPS diatas meski menunjukkan ada peningkatan jumlah
perempuan bekerja secara kuantitatif saja belum kualitatif, karena jenis pekerjaan
mereka masih dinilai pekerjaan kasar, Semakin meningkatnya perempuan dalam
kegiatan ekonomi ditandai dua proses yaitu pertama, peningkatan jumlah wanita
yang terlibat dalam pekerjaan diluar rumah tangga (oud door activities) dari
32,43% tahun 1980 menjadi 38, 79% tahun 1990. Kedua, peningkatan dalam
“jumlah bidang pekerjaan” yang dapat dimasuki oleh perempuan, bahkan tidak
jarang menggeser pria pada berbagai sektor.
Qurais Shihab (2008:275) menyatakan bahwa perempuan mempunyai hak untuk
bekerja, selama pekerjaan itu membutuhkannya dan atau selama mereka
19
membutuhkannya, serta pekerjaan tersebut di lakukan dalam suasana terhormat,
serta dapat pula menghindari dampak negatif terhadap diri dan ligkungannya
Dalam Abdulah, (2012: 5), dikatakan bahwa:
Kesempatan perempuan untuk keluar ruang domestiknya dan bekerja
diluar rumah atau melakukan kegiatan lain (wanita migran) dipengaruhi oleh
kesadaran baru atau karena pergeseran sistem nilai sehingga memungkinkan
mereka meninggalkan rumah. Pergeseran tersebut juga sebagai tanda adanya
permintaan pasar akan tenaga perempuan atau lembaga yang memberi jaminan
dan membina peluang untuk itu. Peningkatan itupun hanya untuk tenaga kasar
dari 9,12% tahun 1971 menjadi 15,07% tahun 1980 dan 16,26% tahun 1990
Balasong & Hasmawati (2006:25), Menyatakan bahwa:
Perspektif sosial budaya Sulawesi Selatan, ada tiga nilai tentang
perempuan yang merupakan norma dalam masyarakat, yaitu : (1) Perempuan
sebagai Indo Ana, yaitu ibu yang bertugas memelihara anak. (2) Perempuan
sebagai Pattaro Pappole Asalewangeng, yaitu peran perempuan sebagai
penyimpan dan pemelihara rejeki yang diperoleh oleh suami. (3) Perempuan
sebagai Repo’ Riatutui Siri’na, yaitu peran sebagai penjaga rasa malu dan
kehormatan keluarga. Ketiga nilai ini dapat disimpulkan bahwa, perempuan
dengan segala unsur yang dimilikinya dimasa lalu, hanya mempunyai kewajiban
menjaga anak, menyelenggarakan urusan rumah tangga, dan memelihara harta dan
martabat keluarga.
Jutta Berninghausen dan Birgit Kerstan (2007:39) mengatakan ada tiga dimensi
kehidupan perempuan yaitu dengan melihat pada berbagai kasus:
20
Pertama dimensi simbolik, dengan memperhatikan bentuk-bentuk ekspresi
diri dan praktik-praktik yang di lakukan prempuan. Dengan cara ini akan dapat di
paham makna dari suatu bentuk ekspresi dan praktik bagi perempuan dan bagi
masyarakat secara umum. Kedua, dimensi evaluatif, yang meliputi pmahaman
tentang tata dan nilai dan perubahannya yang memungkinkan suatu bentuk
ekspresi diri dan praktik terwujud dalam kehidupan perempuan. Dimensi ini
mengarahkan mengkaji ke dalam diskusi etika kehidupan, yabg berfugsi dalam
menilai apa yang mungkin dan apa yan tidak mungkin di lakukan perempuan.
Ketiga, dimensi kognitif, dengan melihat sistem ideologi yang telah berperan
dalam berbagai etos kehidupan yang merupakan dasar pengetahuan tentang
realitas sosial itu sendiri.
Perempuan secara langsung menunjuk pada salah satu jenis kelamin,
meskipun di dalam kehidupan sosial di nilai sebagai The other sex yang sangat
menentukan mode representasi tentang status dan peran perempuan. Marginalisasi
perempuan yang muncul kemudian menunjukkan bahwa perempuan menjadi the
sekond sex seperti sering dikatakan warga kelas dua yang keberadaannya tidak
begitu di perhatikan
3. Pengrajin pattapi/nyiru
Pengrajin adalah orang yang bekerja membuat produk kerajinan atau orang
yang mempunyai kemampuan berkaitan dengan kerajinan tertentu, seperti
kelompok pembuat kerajinan anyaman nyiru didesa polewali kecamatan sinjai
selatan.
21
Tampah atau nyiru dikatakan tradisional karena dibuat secara manual
menggunakan keterampilan tangan tanpa bantuan mesin. Harga alat dapur ini
relative murah sekitar Rp 5000- Rp 20.000 tergantung ukuran besar kecilnya
ukuran nyiru, ada berukuran kecil serta berukuran besar. Banyak pasar
tradisional yang masih menjual alat ini. Demikian pula setra produk anyaman
bambu juga masih banyak membuat nyiru, walaupun dalam perkembangannya
ditemukan alat serupah yang berbahan plastic namun keberadaan nyiru masih
eksis dikalangan ibu-ibu
Menurut (Wiyoso,: 2010) hasil karya kerajinan ini biasanya berbentuk seni
yang dapat diperjual belikan dengan demikian pengrajin merupakan orang
pengusaha atau pembuat kerajinan tangan dengan menggunakan alat tradisional
untuk diperdagangkan.
Anyaman nyiru merupakan bentuk karya tradisional yang keterampilannya
didapat dari proses sosialisasi dari nenek moyang yang diturunkan ke generasi-
generasi (turun-temurun)
Menurut S. Wahyuni Dalam Budi Ahmad (2008:11) anyaman adalah suatu
kegiatan usaha masyarakat dalam membuat produk-produk dengan cara
menyusup-menyusup antara lungsi dan pakan, lungsi merupakan suatu istilah
yang pakai untuk menyatakan elememen vita anyaman yang lurus dengan
menganyam.
Anyaman nyiru merupakan salah satu produk rumah tangga yang pakai
oleh ibu rumah tangga untuk menampi beras atau mengasingkan sekam dari
22
beras. Menurut KBBI (2008:937) nyiru adalah alat rumah tangga yang bentuk
bundar atau bulat dibuat ari bambu yang dianyam untuk menampi beras.
Adapun alat yang digunakan untuk membuat nyiru adalah: 1) Parang.
Dipakai untuk memotong dan membelah batang bambu serta membersihkan
rumpun-rumpunnya. 2) Geregaji, digunakan untuk memotong bambu mejadi
potongan pendek sesuai ukuran yang dikehendaki. 3) pisau dapur, yang
ukurannya sedang untuk membelah belahan bambu sedangakan pisau dapur yang
ukuran kecil dipakai untuk membuat iratan bambu. 4) Pisau pengerok, digunakan
untuk menguliti kulit bambu. 5) balok dan alas papan digunakan landasan
pemotongan atau pembelahan bambu yang masih utuh tebal atau belahan tipis 6)
palu kayu, digunakan untuk memukul tancapan pisau pembelahan bambu iratan
Pembuatan anyaman pattapi/nyiru dibuat oleh pengrajin dengan
menggunakan beberapa jenis bahan ada beberapa jenis bahanya yaitu: Bambu,
rotan, dan kayu kalidai dengan cara dianyam. Anyaman merupakan seni yang
mempengaruhi kehidupan dan kebudayaan masyarakat Indonesia.
(Kamaen Nafed:2009) menjelaskan bambu merupakan salah satu tanaman yang
banyak manfaatnya, terlihat dari produk-produk yang dihasilkan. Bambu
merupakan kekayaan hutan bukan kayu yang merupakan bagian dari sumber
daya hutan. Bambu adalah salah satu cara dalam pengurangan penggunaan kayu
hutan yang semakin berkurang keberadaannya.
Adapun beberapa jenis bambu yaitu: bambu betun. Bambu andong, bambu
kuning, bambu tutul, bambu hitam, bambu cendani, bambu batu, bambu bali,
bambu gendang, bambu jepang
23
Menurut (Suprihatin:2007) bahan tumbuhan yang bisa dianyam adalah
lidi, rotan, akar, bailah, pandan, mengkuan dan beberapa bahan tumbuhan lain
yang dikeringkan, anyaman bermaksud proses menyilangkan bahan-bahan dari
tumbuhan untuk dijadikan satu rumpun yang kuat dan boleh digunakan
Cara pengambilan bambu yaitu: 1) pertama-tama kita hati-hati waspada,
penuh pertimbangan dan tanggung jawab. 2) pastikan kita memilih bamboo yang
mudah dan tidak terlalu tua 3) tidak semua bambu bisa kita pakai untuk membuat
anyaman, karna jenis bambu sangat banyak dan funsinya pun berbeda-beda. 3)
cari bambu yang ujung dan ranringnya tidak menyatu bambu lain karna untuk
memudahkan kita nanti menarik pohonnya. 4) bersihkanlah ranting-ranting yang
sekiranya menghalngi langkah kita karna kebun bamboo biasanya dipakai sarang
ular. 5) ketika menebang harus perhatikan arah pohonnya dan dari dagu pohon
bambu itulah yang kita sarankan memulai pemotongannya
Menurut (Merisco:2005) cara membuat nyiru yaitu: 1) bambu tali, jenis bambu
ini mempunyai rumpun yang rapat, bulunya mencapai tinggi 10-20 m berwarna
hijau terang sampai kuning-kuningan, percabangan tidak besar panjang ruas
bambu tali 45 cm -65 cm dengan diameter batang 5 cm-8cm. batang bambu yang
berumur 3-5 tahun memiliki tebal daging dan kulit 3 mm- 15mm 2) kemudian
dibelah dengan ukuran1,5 cm dan dijemur dibawah sinar matahari kemudian
disayat dengan tipis 3) kemudian sayatan tipi situ dijemur sehingga diperoleh
sayatan yang peroleh cukup kering 4) anyam bilahan bambu tadi 5) rapikan
anyaman bambu 5) potong daging bambu agak tebal sekitar 0,5-0,75 cm
kemudian sisa daging bambu dijadikan anyaman bundar
24
B. Kajian Teori
1. Teori Pemberdayaan Masyarakat
Menurut Chambers, (1995) pemberdayaan masyarakat adalah sebuah
konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini
mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat “ people
centred, participatory, empowering, and sustainable”. Adapun yang
melatarbelakangi sehingga peneliti mengambil teori ini adalah teori ini sesuai
dengan kajian penelitian yang membahas tentang pemberdayaan masyarakat yang
mengkaji kehidupan sosial pengrajin pattapi di Desa Polewali kabupaten Sinjai.
2. . Teori Perubahan Sosial
Menurut Damsar, perubahan sosial masyarakat yaitu perubahan yang
mengacu pada cara orang atau masyarakat memenuhi kebutuhan hidup mereka
terhadap jasa dan barang langka, artinya bahwa semua aktifitas seseorang atau
masyarakat berkaitan dengan hubungan produksi, distribusi, pertukaran dan
komsumsi jasa dan barang-barang langka.
Teori ini sesuai fakta sosial bagaimana pengrajin pattapi berusaha untuk
survive di kehidupan masyarakat agar mampu untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya dan berkreatifitas.
3. Teori Feminimisme Liberal
Menurut (Ratna Megawangi 2006:228) teori ini mengasumsikan pada
dasarnya tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, karena itu
perempuan harus mempunyai hak yang sama dengan laki-laki meskipun
25
demikian, kelompok femins liberal menolak persamaan secara menyeluruh antara
laki-laki dan perempuan. Dalam beberapa hal masih tetap ada perbedaan
(distinction) antara laki-laki dan perempuan. Bagaimanapun juga fungsi
reproduksi organ bagi perempuan membawa konsekuensi logis dan dalam
kehidupan masyarakat
Teori kelompok ini termasuk paling moderat diantara teori-teori
feminisme pengikut teori ini menghendaki agar perempuan diintegrasikan secara
total dalam semua peran, termasuk bekerja diluar rumah, dengan demikian tidak
ada lagi suatu kelompok jenis kelamin yang lebih dominan. Organ reproduksi
bukan merupakan penghalang bagi perempuan untuk memasuki peran-peran
disektor public
C. Penelitian Terdahulu
Untuk mendukung penelitian ini, berikut dipaparkan hasil penelitian yang
relevan:
1. Selvi Samandra, 2018, Pemberdayaan Perempuan Pengrajin Tenun Ikat di
Kampung Pra ijing, Desa Tebar, Nusatenggara Timur, Untuk
Meningkatkan Perekonomian Keluarg, Jurusan Akuntansi, Menyatakan:
Menunjukkan budaya adat istiadat dan pandangan hidup mempengaruhi
bentuk dan wujud kain tenun, setiap suku memiliki, gaya, karakter, ciri,
motif dan warna yang digunakan karena berkaitan erat dengan latar
belakang geografis sejarah dan budaya
26
2. Yani Angraeni, 2013, Studi Tentang pembuatan Anyaman Nyiru Di
Nagari Bukit Kanduan, Kecamatan Koto Diatas Kabupaten Solok, Jurusan
Seni Rupa FBS, Universitas Negeri Pandang, Menyatakan:
Pembuatan nyiru dilakukan oleh pengrajin dibukik kanduan menggunakan
beberapa jenis bahan baku betung, rotan, dan kayu kalidai. Proses
pengelolaan bahan bakukanya dilakukan dengan menggunakan peralatan
yang sederhana, anyaman nyiru dibentuk segi empat, teknik anyaman yang
dilakukan dengan dua naik turun. Untuk finishing anyaman nyiru
dilakukan dengan beberapa tahap yaitu: merapikan, memasang, bingkai,
mengikat bingkai, membuat balutan pada gagangan nyiru kemudian
menekuk sisi nyiru.
3. Bambang Nurdewanto, Eny Yuniriyanti, Ririn Sudarwati. Studi tentang
Pemberdayaan Perempuan Melalui Kelompok Dasa Wiswa PKK,
FakultasTeknologi Informasi Uversitas Merdeka Malang, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Medeka Malang, Menyatakan PKK
sebagai organisasi diharapkan bisa menjadi wadah potensial motor
penggerak pembangunan khususnya dalam hal pemberdayaan keluarga
masyarakat yang bertujuan memberdayakan perempuan agar dapat
menjadi perempuan mandiri dan dapat membina keluarganya. PKK
sebagai organisasi yang berbasis kepada keluarga dapat digunakan sebagai
ujung tombak pembangunan.
27
D. Kerangka Pikir
Kerangka pikir yang diarahkan dalam penelitian ini tentang pemberdayaan
perempuan pengrajin nyiru di Kecamatan Sinjai Selatan, pemberdayaan sangat
diperlukan oleh masyarakat khususnya bagi kaum perempuan agar bisa hidup
mandiri dengan kemampuan atau skill yang dimiliki tentang pembuatan nyiru,
dengan adanya pemberdayaan maka perempuan tidak merasa dimarginalisasikan
oleh kaum laki-laki sebab perempuan sudah mampu memberikan kontribusi
berupa materi dalam rumah tangganya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
bagan berikut
Gambar 2.1. Kerangka Pikir
Faktor – faktor pendukung
dan penghambat
pemberdayaan
Pemberdayaan Masyarakat Perempuan
Proses
Pemberdayaan
Desa Polewali Kecamatan
Sinjai Selatan
Dukungan pemerintah
terhadap pemberdayaan
Hasil
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis penelitian
kualitatif yang memperoleh data dengan melakukan observasi,wawancara dan
dokumentasi yang ingin mengunggkapkan, mengembangkan dan menafsirkan
data, peristiwa kejadian dann fenomena-fenomena yang terjadi pada saat sekarang
penilitian dengan menggunakan metode tersebut menitik beratkan pada observasi
dan suasana ilmiah.
Sementara pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
metode penelitian naratif , sebagai sebuah penelitian deskriktif, penelitian ini
hanya memaparkan situasi atau wacana, tidak mencari hubungan, tidak menguji
hipotesis, atau membuat prediksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana Pemberdayaan Perempuan Pengrajian Nyiru di Kecamtan Sinjai
Selatan, Kabupaten Sinjai
B. Lokasi Penelitian
Adapun lokasi pada penelitian ini sendiri bertempat di Desa Polewali,
Kecamatan Sinjai Selatan, Kabupaten Sinjai, Yang Terletak Di Provinsi Sulawesi
Selatan
29
C. Informan Penelitian
Adapun informan pada penelitian ini ditentukan dengan menggunakan
teknik purposive sampling.Menurut Arikunto, (2010:97) “Sampling bertujuan
(Purposive Sampling), yaitu teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika
peneliti mempunyai pertimbangaan-pertimbangan tertentu dalam pengambilan
sampelnya.”.
Pada penelitian ini sendiri kriterian yang digunakan oleh peneliti adalah
sebagai berikut:
1. Desa Polewali
2. Anggota Kelompok Pengrajin Patapi
D. Fokus Penelitian
Adapun focus pada penelitian ini sendiri mengerucut pada beberapa hal
sebagai berikut:
1. proses pemeberdayaan perempuan pengrajin pattapi (nyiru) di, Desa
Polewali, Kecamatan Sinjai Selatan
2. faktor yang mempengaruhi pemberdayaan perempuan pengrajin pattapi
(nyiru) di Desa Polewali Kecamatan sinjai Selatan
E. Instrumen Penelitian
Ada pun isntrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti pada penelitian
ini yaitu sebagai berikut:
1. Pedoman wawancara
2. Alat tulis
3. Kamera Hand phone
30
4. Peneliti sendiri
F. Jenis Dan Sumber Data Penelitian
Adapun jenis dan sumber data yang digunakan oleh peneliti pada
penelitiian ini meliputi sebagai berikut:
1. Jenis Data
Pada penelitian ini menggunakan 2 jenis data penelitian yaitu
sebagai berikut:
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh peneliti langsuing dilapangan,
baik dari hasil observasi maupun wawancara.
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang di peroleh dari pihak ketiga atau
penyedia data seperti dokumen, data pusat satatistik, dan buku
referensi.
2. Sumber Data
Sumber data sendiri pada penelitian iniyaitu sebagai berikut:
a. Informan kunci yaitu Ibu Nurhayati
b. Informan biasa adalah Anggota Keluarga Ibu Nurhayati
31
G. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam
penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Observasi
Sutrisno (Sugiyono, 2013:226), mengemukakan bahwa “observasi
merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
berbagai proses biologi dan psikologis. Dua di antara yang terpenting
adalah proses-proses pengamatan dan ingatan”.
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan tujuan tertentu. Percakapan
itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (yang mengajukan
pertanyaan) dan di wawancarai (yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu).
Wawancara dilakukan selama proses penelitian kepada informan
yang telah di tentukan sebelumnya untuk memperoleh data penelitian yang
dibutuhkan
3. Dokumentasi
Dokumentasi di lakukan untuk memperoleh dan melengkapi data
penelitian selama proses penelitian berlangsung.
4. Studi Pustaka
Studi pustaka yaitu Pengumpulan data dengan cara mempelajari
berbagai literatur, baik buku artikel, laporan penelitian maupun materi
32
kuliah yang diperoleh serta sumber bacaan lain yang relevan dengan
eksistensi erempuan dalam dunia kerja.
H. Teknik Analisis Data
Patton (Baswori dan Suwandi, 2008:91), menjelaskan bahwa “analisis data
merupakan proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam pola,
kategori, dan satuan uaraian dasar”.
Data yang diperoleh dilapangan kemudian diolah secara kualitatif dengan
melalui tiga tahap yaitu reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan.
1. Reduksi data.
Mereduksi data berart imerangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting yang sesuai dengan focus
penelitian kemudian dicari temanya. Data-data yang telah di reduksiakan
memberikan gambaran yang lebih jelas tentang hasil pengamatan dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya
dan mencarinya jika sewaktu-waktu diperlukan.
2. Display data.
Display data dilakukan untuk menyajikan sekumpulan data atau
informasi yang telah tarsusun rapi sehingga dapat lebih mudah ditangkap
maknanya dan dapat disajikan dalam bentuk yang lebih mudah dipahami.
Penyajian data biasanya dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori dan sejenisnya. Namun yang paling sering
33
digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah
dengan teks yang bersifat naratif.
3. Penarikan kesimpulan.
Sejak awal peneliti memasuki lapangan dan selama proses
pengumpulan data. Peneliti sudah berusaha menganalisis kondisi dan hasil
dari penjelasan serta pengamatan berusaha untuk mengambil suatu
kesimpulan, tetapi kesimpulan yang diambil masih bersifat sementara, dan
akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dan dapat
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Bertambahnya
informasi yang didapatkan melalui proses verifikasi secara terus-menerus,
maka dapat diperoleh kesimpulan yang bersifat induktif. Selanjutnya,
penelitian ini juga menggunakan data statistic seperlunya
I. Teknik Pengabsahan Data
Pengabsahan data yang ingin di capai dalam penelitian ini dengan
menggunakan trianggulasi data sebagai teknik pemeriksaan data. Moleong
(2008:330) bahwa “Trianggulasi adalah proses untuk mendapatkan data valid
melalui penggunaan variansi instrument”. Penelitian menggunakan triangulasi
sebagai teknik untuk mengecek data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dari
pada yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap obyek
penelitian.
Trianggulasi meliputi empat hal yaitu: trianggulasi metode, trianggulasi
sumber, trianggulasi teori, dan trianggulasi pengamat. Pada penelitian ini peneliti
34
menggunakan trianggulasi teknik atau metode. Dalam Sugiyono (2013:274),
triangulasi teknik atau metode merupakan bentuk trianggulasi dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengant eknik yang berbeda. Pada
penelitian ini untuk menguji keabsahan data mengunakan teknik atau metode,
yaitu dengan menggunakan diokumentasi
I. Etika Penelitian
Etika penelitian adalah sudut pandang atau ketentuan baik, buruk, benar
atau salah dalam kegiatan penelitian. Menurut Earl Babbie (1973) dalam
pembahasannya mengenai survei, bahwa ada beberapa aturan etika yang harus
ditaati oleh peneliti dan berlaku bagi semua metode penelitian.
Diantaranya adalah peneliti tidak dapat memaksa seseorang untuk terlibat dalam
penelitian
Babbie menyebutkan dua asas penting untuk melindungi identitas subyek.
Yatu asas anonimitas (anonymity)mdan kerahasiaan (confidentiality). Dalam
penelitian subyek peneliti adalah anonym (tidak dkenal) atau namanya tidak
tercamtum dalam daftar pertanyaan. Oleh karena itu, tidak dibenarkan jika penelti
memberikan kode atau tanda rahasia pada daftar pertanyaan dengan maksud agar
peneliti mengetahui identitas subyek penelitian diketahui, namun peneliti terikat
pada aturan mengenai kerahasiaan. Maka tidak heran jika ada peneliti yang tiak
hanya merahasiakan nama subyek penelitian namun juga lokasi penelitian.
Etika penelitian lain yang seharusnya tidak boleh dilanggar oleh peneliti
adalah mendorong subyek agar mau ikut serta dengan memberi keterangan yang
35
keliru. Misalnya mengatasnamakan perusahaan atau lembaga dalam mengisi
daftar pertanyaan, padahal sebenarnya merupakan proyek pribadi belaka yang
tidak ada hubungan sama sekali dengan pihak perusahaan. Babbie menekankan
pula bahwa dalam menyajikan data peneliti harus jujur. Temuan yang negatif
perlu disajikan dengan temuan yang positif. Hipotesis dibuat sebelum penelitan
diawali, bukan setelah hasil penelitian diketahui.
J. Diagram Penelitian
No
Jenis Kegiatan Penelitian
April Agustus
S S R K J S S S R K J S
1 Pengajuan Judul
2 Penulisan Proposal
3 Penyusunan instrumen
4 Uji Coba Angket
Wawancara
5 Penyusunan Instrumen
Dokumentasi
6 Kumpulan Data
7 Analisis Data
8 Penyusunan Hasil
Penilitian
36
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Kabupaten Sinjai
Kabupaten Sinjai adalah salah satu daerah tingkat II di Provinsi
Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu Kota kabupaten ini terletak di Balangnipa
atau kota sinjai berjarak sekitar kurang lebih 220 Km dari kota makassar,
kabupaten ini memiliki luas wilayah 819,96 km dan penduduk sebanyak
kurang lebih 236,497 jiwa.
2. Geografi
Secara geografis Kabupaten Sinjai terletak Pada titik 52’56-5 21’16
Lintang selatan dan 119 56’30 – 120 25’33 bujur timur. Kabupaten sinjai
terletak dibagian pantai timur provinsi sulawesi selatan yang berjarak sekitar
223 km dari kota makassar. Luas wilayahnya brdasarkan data yang ada
sekitar 819,96 km (81.996 ha)
37
3. Batas wilayah
Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1 batas wilayah Kabupaten Sinjai
Utara Kabupaten Bone
Timur Teluk Bone
Selatan Kabupaten Bulukumba
Barat Kabupaten Gowa
4. Topografi
Kabupaten Sinjai secara geografis terdiri atas wilayah pesisir, dataran
rendah dan dataran tinggi dengan ketinggia rata-rata 0-2.871 meter diatas
permukaan laut. Wilayahnya termasuk 9 pulau-pulau kecil diteluk bone yang
masuk ke wilayah kecamatan pulau sembilan. Pesisir kabupaten sinjai berada
di sepanjang sebelah timur dan tergolong sempit meliputi kecamatan sinjai
timur dan tergolong sempit meliputi kecamatan sinjai timur, sinjai utara dan
kecamatan tellu limpoe. Selanjutnya daerah dataran tinggi merupakan lereng
timur gunung lampobattang – gunung bawakaraeng meliputi sinjai barat dan
sinjai borong. Serta dataran tinggi pegunungan bohong langi sebagian
wilayah kecamatanwilayah bulu poddo
5. Iklim
Sepanjang tahun, daerah ini termasuk beriklim sub tropis, yang
mengenal dua musim yaitu musim penghujan pada periode April-oktober dan
musim kemarau oktober- April selain itu ada tiga type iklim (menurut
38
Schmidt Dan Fergusson) yang terjadi dan berlangsung di wilayah ini yaitu
iklim type B2,C2,D2 & type D3
• Zona dengan iklim type B2 dimana bulan basah berlangsung
selama 7 – 9 bulan berturut-turut sedangkan bulan kering
berlangsung 2 – 4 bulan sepanjang tahun. Penyebarannya
meliputi sebagian besar wilayah kecamatan sinjai Timur dan
Sinjai Selatan.
• Zona daerah iklim type C2, dicirikan dengan adanya bulan
basah yang berlangsung antara 5 – 6 bulan, sedangkan bulan
keringnya berlangsung selama 3 – 5 bulan sepanjang tahun.
Penyebarannya meliputi sebagian kecil wilayah kecamatan,
SinjainTimur, Sinjai Selatan dan Sinjai Tengah.
• Zona dengan iklim type D2, mengalami bulan basah selama 3
– 4 bulan dan bulan keringnya berlangsung selama 2 – 3 bulan.
Penyebarannya meliputi wilayah bagian Tengah Kabupaten
Sinjai, yaitu sebagian kecil wilayah kecamatan Sinjai Tengah,
Sinjai Selatan, dan Sinjai Barat.
• Zona dengan ikim type D3, bercirikan dengan berlangsungnya
bulan basah antara 3 – 4 bulan dan bulan kering berlangsung
atar 3 – 5 bulan. Penyebarannya meliputi sebagan wilayah
kecamatan. Sinjai Barat, Sinjai Tengah dan Sinjai Selatan.
39
Dari keseuruhan type iklim yang ada di Kabupaten Sinjai mempunyai curah
hujan berkisar antara 2.000 – 4.000 mm/ tahun, dengan hari hujan yang
bervariasi antara 100-160 hari hujan/tahun.
Kelembaban udara rata-rata, tercatat berkisar antara 64 – 87 persen, dengan
suhu udara rata-rata berkisar antara 21,1o C – 32,4o C.
6. Demografi
Bahasa resmi instansi pemerintahan di Kabupaten Sinjai adalah
bahasa Indonesia. Menurut statistik kebahasaan 2019 oleh Badan Bahasa,
terdapat satu bahasa daerah di Kabupaten Sinjai, yaitu bahasa Bugis
(khususnya dialek Sinjai)
7. Pemerintahan
1. Daftar Bupati Sinjai
Berikut ini adalah daftar bupati sinjai yang menjabat sejak
pembetukannya pada tahun 1960
Tabel 1.2 Daftar Bupati Sinjai yang menjabat sejak pembetukannya
pada tahun 1960
No Bupati Mulai
menjabat
Akhir
menjabat
Prd
1 Andi Abd. Latief 1960 1963 1
2 Andi Azikin 1963 1967 2
3 Drs.H.M.Nur Tahir 1967 1971 3
40
4 Drs. H. A. Bintang 1971 1983 4
5
5 H. A. Arifuddin Mattotorang
S.H
1983 1993 6
7
6 H. Moh. Roem S.H Msi 1993 2003 8
9
7 Andi Rudiyanto Asapa S.H,
L.L.M
2003 2013 10
11
8 H. Sabiring Yahya S.Sos 2013 2018 12
9 Andi Seto Gadhista Asapa
S.H, L.L.M
2018 petahana 13
2. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sinjai
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sinjai (disingkat
dengan DPRD Sinjai) adalah lembaga perwakilan rakyat daerah tingkat
kabupaten yang ada di Kabupaten Sinjai, Provinsi Sulewesi elatan. DPRD
Sinjai memiliki 30 anggota yang tersebar di 11 partai politik, dengan
perolehan suara mayoritas diraih oleh Partai Gerakan Indonesia Raya
• Pimpinan Dewan
Pimpina DPRD Kabupaten Sinjai terdiri atas satu orang ketua
dan dua orang wakil ketua yang berasal dari partai politik yang
memiliki suara terbanyak di dewan
Tabel 1.3 Nama-nama Anggota DPR yang Menjabat
No Nama Jabatan Partai Politik
1 Drs. Lukman
H. Arsal
Ketua Partai Gerakan
Indonesia Raya
2 Sabir Wakil
Ketua I
Partai Golongan
Karya
3 Mapahakkang Wakil
Ketua II
Partai Amanat
Nasional
41
• Komposisi Anggota
Berikut adalah komposisi anggota DPRD Kabupaten Sinjai
dalam dua periode terakhir
Tabel 1.4 adalah komposisi anggota DPRD Kabupaten
Sinjai dalam dua periode terakhir
Partai Politik
Jumlah Kursi dalam Periode
2014 – 2019 2019 -
2024
PKB
3
Gerindra
4
PDI Perjuangan
1 -1
Golkar
4 -4
Nasdem
2
PKS
1
PPP
4
PAN
2
Hanura
4
Demokrat
4
PBB
1 -1
Jumlah Anggota
Jumlah partai
30 -30
11 -11
42
4. Kecamatan
Berikut adalah daftar Kecamatan dan Kelurahan di Kabupaten Sinjai,
provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Kabupaten Sinjai Kepulauan terdiri dari
9 Kecamatan, 13 kelurahan, dan 67 desa. Pada tahun 2017, kabupaten ini
memiliki luas wilayah 798,96 kmecamatan, 13 kelurahan, dan 67 desa. Pada
tahun 2017, kabupaten ini memiliki luas wilayah 798,96 km2.
Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Sinjai, adalah sebagai
berikut :
Tabel 1.5 Daftar Kecamatan Di Kabupaten Sinjai
Kode
kemendagri
kecamatan Jumlah
kelurahan
Jumlah
desa
Status
73.07.06 Bulupoddo 7 Desa
73.07.09 Pulau
Sembilan
4 Desa
73.07.01 Sinjai Barat 2 7 Desa
kelurahan
73.07.07 Sinjai
Borong
1 7 Desa
Kelurahan
73.07.02 Sinjai
Selatan
1 10 Desa
Kelurahan
73.07.04 Sinjai
Tengah
1 10 Desa
Kelurahan
73.07.03 Sinjai
Timur
1 12 Desa
Kelurahan
73.07.05 Sinjai
Utara
6 Desa
Kelurahan
43
73.07.08 Tellu
Limpoe
1 10 Desa
Kelurahan
Total 13 67
8. Penduduk
Jumlah penduduk kabupaten Sinjai tahun 2014 sebanyak
236.497 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 3,3 persen dari hasil sensus
penduduk 2010 yang berjumlah 228.879 jiwa/km2 dan Kecamatan Bulupoddo
merupakan daerah terjarang penduduknya dengan 158 jiwa/km2. Sebanyak
99% penduduk Kabupaten Sinjai memeluk agama islam.
Berikut adalah penduduk kabupaten sinjai, per kecamatan tahun 2014.
Jumlah penduduk, luas wilayah, desa dan kelurahan di Kabupaten Sinjai
tahun 2014[4]
Tabel 1.6 Penduduk kabupaten sinjai, per kecamatan tahun 2014
Nama
kecamatan
Jumlah
penduduk
Luas
wilayah
Jumlah
desa
Jumlah
kelurahan
Kec.
Bulupoddo
15.687
jiwa
99,47
km2
7 -
Kec. Pulau
Sembilan
7.963
jiwa
7,55 km2 4 -
Kec. Sinjai
Barat
24.311
jiwa
135,53
km2
7 2
Kec. Sinjai
Borong
19.073
jiwa
66,97
km2
7 1
44
Kec. Sinjai
Selatan
36.918
jiwa
131,99
km2
10 1
Kec. Sinjai
Tengah
27.507
jiwa
129,70
km2
10 1
Kec. Sinjai
Timur
30.421
jiwa
71,88
km2
12 1
Kec. Sinjai
Utara
43.505
jiwa
29,57
km2
- 6
Kec. Tellu
Limpoe
31.112
jiwa
147,30
km2
10 1
9. Ekonomi
Pertanian yang menonjol dari Kabupaten Sinjai adalah lada dan
coklat. Lada tumbuh hampir di semua kecamatan kecuali di Kecamatan Pulau
Sembilan. Luas area tanamnya mencapai 3.249 hektar dngan jumlah produksi
2.380 per tahun. Sedangkan coklat atau kakao tumbuh hampir di semua
kecamatan dengan luas area tanam 4.178 hektar dan hasil panen per tahun
mencapai 2.129 ton. Sinjai mengekspor coklat-coklat ini ke eropa
10. Icon Pariwisata Kabupaten Sinjai
Potensi Wisata di Kabupaten Sinjai cukup banyak meliputi wisata
sejarah, wisata budaya, wisata alam, bahari dan religinya. Salah satu yang
terkenal yaitu:
45
1. Benteng Balangnipa
Benteng Balangnipa merupakan bangunan dan benteng kokoh
yang sudah ada sejak abad ke-15. Berdasarkan literatur sejarah
yang ada di pemda Sinjai, Benteng Balangnipa didirikan tahun
1557 oleh kerajaan Tellulimpoe. Yakni perserikatan antara rakyat
pribumi dan Lamatti, Tondong dan Bulo-Bulo. Benteng
Balangnipa dibangun di atas lahan dengan luas sekitar 2500 meter
persegi. Di dalam Benteng Balangnipa, Wisatawan dapat melihat
langsung sebuah Meriam yang terbuat dari tembaga. Beberapa
porselin kuno dari Ming, Shati dan juga Ching bisa dijumpai ini.
Dan ada ja keramik-keramik khas Eropa dan Jepang yang
digunakan oleh Belanda saat masih menjajah wilayah Nusantar.
2. Rumah Adat Karampuang
Karampuang sendiri merupakan nama dari sebuah kampung di
Sinjai. Namun inilah satu-satunya tempat yang masih memelihara
kebudayaan asli sinjai, di wilayah adat karampuang, masih berdiri
kokoh dua buah rumah adat berstruktur bugis kuno. Rumah pertama
dihuni oleh To Matoa (Raja), dan rumah kedua dihuni oleh Gella
(Kepala Pemerintahan Adat). Rumah adat karampuang tetap
memprtahankan nuansa tradisionalnya. Dari informasi warga
setempat, bahwa jika rumah adat tersebut hendak direnovasi, maka
diadakan upacara pengangkutan kayu dari dalam hutan. Upacara adat
tersebut bernama madduik.
46
3. Batupake Gojeng
Menurut catatan sejarah Kabupaten Sinjai tempat wisata
puncak taman Purbakala Batu Pake Gojeng dahulunya merupakan
Benteng pengintaian dan markas pertahana Jepang. Tempat inilah
mereka akan mengawasi kapal laut dan pesawat uadara yang melintasi
teluk Bone.
4. Pulau Burungloe
Wisata pulau Burungloe terdapat 7 sumur sumber mata air
yang mengelilingi pulau. Saat air pasang, tujuh sumur tersebut akan
tertutup oleh air laut, namu saat surut, sumur akan tampak kembali.
Dan anehnya air sumur tetap tawar. Dan mitos ang berkembang di
masyarakat setempat, mengatakan bahwa jika ingin cepat
mendapatkan jodoh, maka mandilah di sumur tersebut.
5. Pulau Batanglampe
Kawasan wisata ini masih terjaga dengan baik karena
merupakan obyek wisata bahari. Teripang, merupakan salah satu
komoditas unggulan yang dikembangkan di pulau Batang Lampe
degan lahan budidaya sekitar 186 hektar dengan produksi rata 48,8 ton
pertahunnya.
47
6. Pulau Larea-Rea
Larea rea adalah tempat wisata yang masih berada di kawasan
Pulau Sembilan. Namun hanya pulau ini saja tidak berpenghuni.
Meskipun tidak berpenghuni, tapi pulau larea rea tetap saja
mempesona.
11. Gambaran Umum Kecamatan Sinjai Selatan
Menurut Nurwahidah dalam Tribun Sinjai .com Kecamatan
Pasimasunggu Timur salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Sinjai
yang berseblahan dengan Kecamatan Sinjai Tengah yang mempunyai
beberapa desa yaitu:
Tabel 1.7 Daftar Desa di Kecamatan Sinjai Selatan
No. Kode pos Desa/Kelurahan
1 92661 Alenangka
2 92661 Aska
3 92661 Palae
4 92661 Talle’
5 92661 Gareccing
6 92661 Songing
7 92661 Polewali
8 92661 Puncak
9 92661 Palangka
48
10 92661 Bulukamase
11 92661 Sangiaserri
Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam proses pendidikan, juga
didukung oleh sarana dan prasarana yang menjadi standar sekolah istansi
pendidikan yang terkait. Di dalam pemenuhan kebutuhan sarana Pendidikan
di Kecamatan Sinjai Selatan pada saat ini sangat memadai, hal ini di tandai
dengan hadirnya fasilitas sarana Pendidikan. yang kejelasan sarana
Pendidikan di Kecamatan Sinjai Selatan sebagai berikut
Tabel 1.8 Sarana Pendidikan di Kecamatan Sinjai Selatan
No. Sarana dan prasarana Jumlah
1 Taman kanak-kanak (TK) 50
2 Sekolah Dasar 35
3 SMP 13
4 SMA/SMK 4
49
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pengrajin Pattapi/nyiru
Pemberdayaan perempuan adalah upaya kemampuan perempuan
untuk memperoleh akses dan kontrol terhadap sumber daya ekonomi, politik,
social, budaya agar perempuan adap mengatur diri dan meningkatkan rasa
percaya diri untuk mampu berperan dan berpartisipasi aktif dalam
memecahkan masalah, sehingga mampu membangun kemampuan dan konsep
diri (Budhy Novian 2010)
Banyak hal yang dapat dilakukan dalam upaya pemberdayaan
perempuan salah satunya adalah melalui organisasi perempuan yang
bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan segala potensi yang
dimiliki agar dapat diaktualisasikan secara optimal dalam prosesnya dan
menempatkan perempuan sebagai seutuhnya.
a. Profil Komunitas Pengrajin Pattapi
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dalam kegiatan wawancara,
observasi, serta dokumentasi diperoleh data terkait tentang kelembagaan
Pengrajin Pattapi Desa Polewali Sebagai berikut:
Nama Lembaga : Komunitas Perempuan Pengrajin Pattapi
Alamat Lembaga : Dusun Mattiro_Lau Desa Polewali
Tahun Berdirinya : 2015
50
Komunitas pengrajin pattapi mampu memberdayakan anggotanya
dengan memfokuskan untuk menjamin bahwa kelompok pengrajin pattapi
dikelolah dan dijalankan oleh anggotanya. Kelompok pengrajin pattapi
mempunyai aktivitas di bidang pertanian yang tumbuh berdasarkan
keakraban, keserasian, serta kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan
sumber daya yang ada. Kelompok pengrajin pattapi mempuyai usaha dalam
memberdayakan anggotanya, hal tersebut terbukti dengan adanya hasil yang
dicapai yaitu adanya peningkatan pendapatan ekonomi keluarga. Hal ini bisa
dicapai karna adanya beberapa pelatihan yang diberikan sehngga ia mampu
mengimplementasikan hasil dari pelatihan yang ia dapat.
Kegiatan ini juga merupakan salah satu bentuk usaha penyetaraan
gender yang diupayakan oleh komunitas pengrajin pattapi serta kegiatan ini
dapat mengembangkan partispasi para perempuan untuk mendapatkan
penghasilan sendiri juga menjadikan perempuan lebih mandiri sehingga
ketergantungan istri terhadap laki-laki yang cukup timggi dapat berkurang.
b. Visi dan Misi Kelompok Pengrajin Pattapi
Misi kelompok pengrajin pattapi merupakan sikap kerja yang
ditanamkan oleh ketua dan anggota kelompok sebagai upaya mewujudkan
visi kelompok pengrajin pattapi agar menjadi komunitas yang berkualitas
dan mampu menjawab semua kebutuhan anggota dan masyarakat pada
umunya.
51
1. Visi
Menjadikan kelompok pengrajin pattapi mandiri dan sejahtera
2. Misi
a) Tersedianya sarana dan prasarana
b) Peningkatan sumber daya anggota kelompok
c) Penguatan dinamika kelompok
d) Pemasaran produk olahan keluar daerah.
c. Nama-nama Kelompok Pengrajin Pattapi
Tabel 1.9
Kepengurusan Kelompok Pengrajin Pattapi Di Desa Polewali
No Nama Jabatan
1 Nurhayati Ketua kelompok
2 Hijrah Anggota
3 Kasmi Anggota
4 Cabo’ Anggota
5 Bayang Anggota
6 Aryani Anggota
7 Hase’ Anggota
52
8 Misi’ Anggota
9 Acce’ Anggota
10 Darma Anggota
11 Caya’ Anggota
12 Cangga Anggota
13 Nadira Anggota
14 Haying Anggota
15 Jume’ Anggota
16 Mingnga’ Anggota
17 Noro’ Anggota
18 Juli Anggota
19 Candra Anggota
20 Nurung Anggota
21 Halmina Anggota
22 Sahari Anggota
23 Sani’ Anggota
53
24 Debo’ Anggota
25 Nabe’ Anggota
26 Jumalia Anggota
Unsur utama dalam proses pemberdayaan masyarakat khususnya
perempuan yaitu pemberian kewenangan dan pengembangan kapasitas
masyarakat, kedua unsur ini tidak bisa dipisahkan karena ketika masyarakat
telah diberi kewewenang namun belum mempunyai kapasitas untuk
menjalankan wewenang tersebut maka hasilnya tidak akan optimal,
masyarakat berada pada diposisi paling bawah disebabkan karena tidak
memiliki kedua unsur tersebut yaitu wewenang dan kapasitas, kondisi
tersebut sering disebut masyarakat yang kurang berdaya sehingga tidak punya
peluang untuk mengatur masa depannya
Proses pemberdayaan adalah proses kepada masyarakat agar menjadi
berdaya, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan
atau keberdayaan untuk menentukan pilihan hidupnya dan pemberdayaan
harus ditujukan pada kelompok atau lapisan masyarakat yang tertinggal. ‘
Dalam hal peningkatan ekonomi perempuan di Indonesia khususnya
didaerah pedesaan, perempuan memiliki keterbatasan dalam menjalankn
aktivitasnya, keterbatasan tersebut seperti rendahnya pendidikan,
54
keterampialn, sedikitnya ksempatan kerja, dan juga hambatan ideologis
perempuan yang terkait rumah tangga. Selain itu perempuan juga dihadapkan
pada kendala tertentu yang dikenal dengan istilah “triple burden of women”
yaitu perempuan harus melakukan fungsi reproduksi dan fungsi social secara
bersamaan dimasyarakat, hal ini disebabkan kesempatan perempuan untuk
memanfaatkan pelang ekonomi yang sangat terbatas. Oleh karena itu
pemberdayaan bagi perempuan dibidang ekonomi sangat diperlukan karena
pada dasarnya perempuan memiliki potensi yang luar biasa dalam hal
perekonomian terutama dalam pengaturan ekonomi rumah tangga.
Berbicara tentang perempuan, di ujung dunia manapun selalu menjadi hal
yang sangat menarik dan hangat untuk di perbincangkan, bukan saja sisi
keperempuanannya melainkan lebih kepada isu-isu yang disusung olehnya,
yang senantiasa menjadi titik perbincangan menarik di tengah dunia yang di
dominasi oleh kaum laki-laki.
Di era globalisasi saat ini, perhatian terhadap gender semakin besar,
seperti yang di ketahui bahwa hampir seluruh negara yang mayoritas
menduduki setiap lembaga adalah laki-laki. Secara konstitusional laki-laki
dan perempuan memiliki hak dan kewajiban yang sebagai warga negara
indonesia sebagaimana yang termuat dalam UUD 1945 pasal 28 yang
menegaskan bahwa hak warga negara dan penduduk untuk berserikat dan
berkumpul mengeluarkan pikiran dengan lisan maupun tulisan dan
sebagainya. Undang-undang tersebut menjadi cerminan dari negara
55
demokratis yang memberikan ruang kepada seluruh masyarakat untuk
berkiprah, termasuk perempuan untuk bersaing dalam politik. Sejarah
mencatat, sejak awal sebelum berdirinya negara Indonesia, nama-nama
perempuan yang tidak asing yang di nobatkan sebagai pahlawan perempuan
atas dedikasinya yang sangat luar biasa misalkan Raden Ajeng Kartini yang
pemikirannya tertuang dalam karya yang diberi judul “Habislah Gelap
Terbitlah Terang” yang didalam memuat surat-surat yang ditulis kepada
sahabatnya di negeri belanda. Hal ini merupakan bukti betapa besarnya
mimpi kertini untuk melepaskan kaumnya dari diskriminasi yang membudaya
di zamannya dan harapan para perempuan saat ini adalah agar kiranya mereka
dibeerdayakan dengan skill yang mereka miliki. di jaman saat ini semangat
yang di miliki R.A Kartini tidak lagi di miliki oleh para perempuan di jaman
sekarang terhusus di Desa Polewali namun para pemerintah ingin
merealisasikan atas apa kemauan dari pejuang atau sang penggerak
emansipasi wanita dengan cara memeberdayakan perempuan yang memiliki
skill dalam menghasilkan kerajinan-kerajinan tangan yang dapat membantu
pemenuhan kebutuhan keluarga dari hasil observasi yang dilakukan peneliti
di Desa Polewali mengenai Pemberdayaan Perempuan pengrajin Pattapi.
“Memang benar pemerintah telah melakukan pemberdayaan kepada
masyarakat di Desa Polewali khususnya kepada kaum perempuan, hal ini
didasari karena keadaan ekonomi keluarga masyarakat desa polewali
kurang terpenuhi sebab para perempuan hanya bergantung dari
pendapatan suami saja itupun hanya sebagian perempuan yang bekerja
sebagai buruh tani yang punya musim tertentu jadi setelah selesai musim
mereka kembali menganggur tanpa ada pendapatan dalam membantu
pemenuhan kebutuhan” .(D.1/Observasi/15/September)
56
Dalam membangun ekonomi keluarga, Desa Polewali membuat
program Pemberdayaan Perempuan pattapi dengan tujuan mengurangi angka
kemiskinan diakibatkan kurangnya pendapatan atau pekerjaan yang bisa
menutupi kebutuhan keluarga masyarakat Desa polewali, pemberdayaan ini
dilakukan agar membangun kesadaran perempuan tentang kesetaraan gender
agar mampu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya sehingga
perempuan mandiri dan berkarya, kesadaran mengenai peran perempuan
mulai berkembang yang diwujudkan dalam pendekatan program
pemberdayaan perempuan. Hal ini didasari pada satu pemikiran mengenai
perlunya kemandirian perempuan, supaya pembangunan dapat dirasakan oleh
semua pihak, karena perempuan merupakan sumber daya manusia yang
sangat berharga sehingga posisinya di ikut sertakan dalam pembangunan. Dan
memang pemberdayaan perempuan sangat strategi untuk meningkatkan peran
perempuan baik di domain domestic maupun publik.
Dalam proses pembuatan anyaman pattapi maka para pengrajin
pattapi perlu menyiapakan beberapa bahan utamanya yaitu bambu,
rotan dan kayu kalidai
(D.2/Observasi/15/September)
Dari data hasil observasi peneliti bahwa dalam pembuatan pattapi
bukan hanya mengandalkan kemampuan menganyam saja tetapi para
pengrajin pattapi perlu mengetahui bahan-bahan yang harus disiapkan, dalam
pemilihan bahan harus di perhatikan agar bisa menghasilkan kerajinan tangan
yang berkualitas dan pastinya disukai oleh konsumen. Jadi kategori bahan
yang memiliki kualitas yaitu bambu yang digunakan sebagai bahan anyaman
57
adalah bambu hulo pengrajin menggunakan bambu hulo sebagai bahan
bakunya, karena bambu hulo cocok untuk pembuatan pattapi, Selanjutnya
rotan yang digunakan yaitu rotan yang berukuran kecil biasa digunakan
sering dijadikan sebagai tali. Jenis rotan ini disebut dengan rotan lilin. Rotan
lilin ini adalah jenis rotan yang memiliki ukuran kecil dengan garis tengahnya
hanya ½ cm, namun batangnya mencapai kurang lebih 20 m rotan ini sangat
baik digunakan sebagai tali pembuatan pattapi. Sama halnya dengan kayu
kalidai digunakan untuk membuat bingkai anyaman pattapi.
Dilihat dari proses pengelohan pattapi dan pengambilan bahan utama
pattapi/nyiru sangat diperlukan alat demi lancarnya proses kegiatan
yang dilakukan alat yang digunakan yaitu: parang, pisau, gergaji, dan
palu kayu (D.3/Observasi/15/September)
Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti dapat disimpulkan bahwa
disetiap kegiatan yang dilakukan memang butuh persiapan seperti halnya
dalam pembuatan pattapi bukan sekedar wadah dan skill yang diperlukan
tetapi juga perlu menyiapka beberapa peralatan yang dipakai dalam
pembuatan pattapi antara lain alat yang digunakan Parang, Pisau Gergaji,
Palu kayu adapun kegunaan dari alat ini sebagai berikut: 1) parang
merupakan salah satu alat yang digunakan untuk menebang bambu dari
rumpungnya dan juga membersihkan cabang-cabang yang terdapat pada
batang bambu 2) Gergaji merupakan alat untuk memotong bambu dan kayu
pada bagian ruas-ruasnya dan membagi bambu menjadi beberapa potongan 3)
Pisau juga digunakan untuk meraut bambu dan merapikan pinggirnya yang
sudah dianyam. 4) Palu kayu digunakan untuk memukul parang dan pisau
ketika merapikan anyaman pattapi. Ketika semua perlengkapan yang telah
58
diperlukan sudah siap maka proses pembuatan pattapi akan lebih efektif dan
efesien.
Bentuk dalam anyaman nyiru/pattapi merupakan satu kesatuan yang
harus diperhatikan dalam proses pembuatannya. Bentuk pada anyaman
nyiru diperoleh dari hasil anyaman bambu yang dianyam kemudian
menjdadi lebar dan akhirnya berbentuk bidang segi empat. Proses
pembetukan anyaman nyiru sendiri dilakukan dengan cara pengikatan
pada bingkai yang dinamakan dengan simpul kait setengah. Pengikat
yang dilakukan dengan dua cara yaitu: 1) kait setengah ganda. 2) kait
setengah.(D.4/Observasi/15/September)
Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti dapat disimpulkan bahwa
pembuatan nyiru tidak segampang yang dipikirkan karena proses
pembuatannya sangat rumit butuh kemampuan dan latihan khusus untuk
menguasainya jadi begitu jarang orang bisa membuat pattapi sebab bukan
sekedar pembuatannya yang susah namun begitu banyak istilah-istilah yang
ada pada pembuatan pattapi, dan istilah tersebut dijadikan sebagai patokan
agar tidak salah-salah dalam proses pembuatannya selanjutnya istilah-istilah
tersebut sebagai berikut : 1) kait setengah adalah langkah pertama untuk
membentuk simpul kaitsetengah ganda, salah satu dasar macramé. 2) kait
setengah ganda yaitu dua buah kait yang disimpulkan dalam rangkaian yang
berturut-turut menggunakan tali terpasang yang sama, sangat serbaguna
simpul ini dapat digunakan untuk menciptakan variasi efek-efek khusus
59
B. Hasil Penelitian
1. Proses Pemberdayaan Perempuan Pengrajin Pattapi/nyiru Pattapi di
Desa Polewali
Berdasarkan hasil temuan peneliti di lapangan bahwa proses
pemberdayaan perempuan pengrajin pattapi di desa polewali sangat
berpengaruh terhadap kesejahteraan hidup. Olehnya itu peneliti mendapatkan
beberapa tahapan proses pemberdayaan perempuan pengrajin pattapi sebagai
berikut :
a. Menyediakan Sarana dan Prasarana
Program pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah di Desa
Polewali merupakan program pemberdayaan yang melihat apa yang
dibutuhkan, sesuai komitmen pemerintah untuk mempercepat pertumbuhan
ekonomi kerakyatan sangat gencar dilakukan seiring dengan perkembangan
perekonomian umumnya di negara kita dengan hadirnya komitmen
pemerintah didasari oleh kemiskinan yang tinngi juga jumlah pengangguran
yang semakin banyak akibat kurangnya lapangan kerja yang disediakan di
Indonesia bukan lapangan pekrjaan yang tidak ada tetapi kita di atur oleh
sistem serta jarang di pakai ketika ada program tambang seperti halnya di
priport yang kebanyakan pekerjanya mayoritas orang asing hal tentunya akan
mendestruktif kehidupan masyarakat karna kurang dipakainya pekerja lokal
yang memang membutuhnkan pekerjaan apalagi dengan isu sekarang bahwa
pekerja asing bebas masuk ke Indonesia untuk bekerja. Oleh karena itu sangat
besar harapan pemerintah daerah agar dapat bersinergi dengan masyarakat
60
dalam pembangunan, dengan adanya kepedulian pemerintah maka semua itu
harus menjadi sebuah keharusan dan kewajiban perempuan sebagai
pengendali ekonomi dalam rumah tangga khususnya untuk berperan aktif
dalam menciptakan kehidupan yang lebih mandiri dan kreatif. Untuk
menciptakan perempuan yang keratif dan mandiri pastinya dibutuhkan sarana
dan prasarana agar para perempuan bisa berproses dan menunjang
terlaksananya program pemberdayaan perempuan pengrajin pattapi seperti
yang dilakukan oleh pemerintah Desa Polewali yang dijelaskan oleh
“IM”Selaku Kepala Desa Polewali.
“dukungan pemerintah terhadap para perempuan yang tidak
berpenghasilan, sehingga pemerintah berinisiatif untuk membuat
program pemberdayaan perempuan pengrajin pattapi dengan
berjalannya program ini, Kami Sebagai Pemerintah tidak henti-
hentinya memberikan sumbangsi pemikiran juga menyediakan
beberapa sarana dan prasarana yang disediakan ketika ada
pelatihan.” (Narasumber IM,Laki-Laki, 38 tahun, 20, September)
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan
bahwa dalam program pemberdayaan perempuan pengrajin pattapi memang
butuh beberapa persiapan khusus, sebab untuk mencapai target yang
diinginkan pastinya menyiapakan sesuatu untuk memudahkan atau
memperlancar suatu kegiatan sama halnya yang dilakukan oleh pemerintah
Desa Polewali yang begitu antusias menyiapkan sarana prasarana sebagai
tempat untuk melakukan pelatihan dan kegiatan lainnya yang berkaitan
dengan program pemberdayaan perempuan pengrajin pattapi, penyediaan
sarana dan prasarana ini didasari dari adanya fungsi yang terkandung dalam
sarana dan prasarana itu sendiri antara lain,1) dapat mempercepat proses
61
pelaksanaan pekerjaan sehingga mampu menghemat waktu, serta
meningkatkan produktivitas baik barang maupun jasa juga 2) membuat
ketetapan susunan stabilitas pekerja lebih terjamin 3) menimbulkan rasa puas
pada orang-orang yang berkepentingan yang mempergunakannya.
“pemerintah begitu antusias mendukung proses pemberdayaan
perempuan pengrajin pattapi sehinnga mereka ikut menyediakan
sarana dan prasarana karena sarana yang kami siapkan sebagai
anggota kelompok belum memadai dan butuh tambahan lagi.
(Narasumber NH, Perempuan, 40 tahun, 28, September)
Dari hasil wawancara peneliti dapat disimpulkan bahwa dalam
penyediaan sarana dan prasarana tentunya sangat penting demi
berlangsungnya proses pemberdayaan perempuan pengrajin pattapi sebab
sarana dan prasarana merupakan jenis peralatan dan perlengkapan kerja dan
fasilitas yang fungsinya sebagai alat utama atau membantu dalam
pelaksanaan pekerjaan dan juga dalam rangka kepentingan yang sedang
berhubungan dengan organisasi kerja. Dalam penyediaan sarana dan
prasarana tidak sepenuhnya pemerintah yang menyediakan akan tetapi para
anggota kelompok ikut dalam penyediaannya karena mereka sadar bahwa
dihadirkannya program pemberdayaan perempuan pengrajin pattapi ini
didasari oleh kepedulian pemerintah untuk meningkatkan ekonomi keluarga
di Desa Polewali sebab pmerintah melihat konstelasi kehidupan mereka yang
serba bergantung pada pendapatan suami dan mengakibatkan kurangnya
pendapatan yang dimiliki keluar tersebut
62
b. Memberikan pelatihan kepada anggota kelompok
Dalam pemberdayaan masyarakat pastinya memiliki tujuan tersendiri
seperti di Desa Polewali yang bertujuan memberdayakan perempuan agar
perempuan menjadi berdaya tanpa bergantung dari penghasilan suami dan
menimbulkan kemiskinan. Yang menjadi masalah terbesar saat ini adalah
tingkat kemiskinan yang meningkat karena kurangnya lapangan kerja. Jadi
dengan inisiatif pemerintah dalam memberdayakan perempuan pastinya harus
dilakukan dengan beberapa usaha. Usaha-usaha yang dilakukan untuk
memberdayakan perempuan yaitu dengan membentuk suatu perkumpulan
bagi kaum perempuan yang didirikan di masyarakat dengan melakukan
berbagai aktifitas kegiatan serta kepelatihan. Proses dan aktifitas
pemberdayaan perempuan yang dilakukan oleh kelompok perempuan sedikit
banyak membawa implikasi yang cukup signifikan dalam pola relasi
perempuan didalam keluarga dan masyarakat. Kemandirian perempuan harus
di bekali dengan paham kesetaraan gender agar mereka lebih antusias dalam
melaksanakan atau ikut dalam kegiatan pemberdayaan perempuan pengrajin
pattapi, bukan hanya itu perlu juga pelatihan agar para perempuan memiliki
skill atau kemampuan yang memadai serta mereka bisa kreatif dan mandiri
seperti halnya yang dilakukan oleh kelompok perempuan pengrajin pattapi di
Desa Polewali yang jelaskan oleh “NH” selaku ketua kelompok pengrajin
pattapi.
63
“untuk mencapai tujuan dari program pemberdayaan ini yang
mengutamakan perempuan agar bisa kreatif dan mandiri. Tentunya
kami mengadakan pelatihan 2 kali setahun untuk para anggota yang
kurang mahir dalam pembuatan pattapi” (Narasumber NH,
Perempuan, 40 tahun, 28, September)
Dari hasil wawancara peneliti dapat disimpulkan bahwa dalam
pemberdayaan ada tujuan yang ingin dicapai tentunya menciptakan
perempuan yang kreatif sesuai keinginan atau harapan pemerintah yang
tertera di UU No. 20 tahun 2008 tentang prinsip pemberdayaan,
pemberdayaan bertujuan dalam rangka meningkatkan ekonomi kerakyatan
agar dapat meningkatkan pendapatan dan kesejateraan masyarakat.serta
memperluas lapangan pekerjaan untuk pengentasan rakayat dari masalah
kemiskinan. Jadi yang menjadi sasaran pemerintah adalah untuk
meningkatkan pembangunan pedesaan yang juga diperlukan adalah rumah
tangga pedesaan yang meliputi segala kegiatan anggotanya, sumber
penghasilan dan maslah yang dihadapi oleh perempuan dengan memberikan
kegiatan-kegiatan dalam kelompok tersebut seperti pembuatan keterampilan
didesa, keterampilan sala satu unsur dalam memecahkan maslah kemiskinan
dan untuk mencapai tujuan tersebut tentunya disetiap kelompok harus
mengadakan pelatihan agar ada peningkatan wawasan dan kemampuan yang
dimiliki oleh perempuan yang diberdayakan
c. P emasaran Hasil Kerajinan Perempuan Pengrajin Pattapi
Pemasaran merupakan suatu faktor yang penting dalam siklus yang
bermula dan berakhir pada terpenuhinya kebutuhan konsumen, pemasaran
harus dapat membaca, dan mengkobinasikan kebutuhan konsumen, berhasil
64
tidaknya pemasaran yang dilakukan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
oleh suatu perusahaan atau komunitas maupun individu sangat tergantung
dari kondisi pemasaran yang dilakukan, jadi untu mencapai tujuan dari hasil
yang ingin dicapai perlu ada strategi atau cara agar barang dagangan bisa laku
sesuai target yang diinginkan. Adapun cara yang dilakukan oleh komunitas
pengrajin pattapi sebagai berikut.
“disini para pengrajin pattapi selain memasarkan dipasar mereka juga
menjual dagangannya lewat media sosial sebab dengan cara ini hasil
jualan akan lebih lancar jika hanya pemasarannya hanya berfokus
pada satu cara”(Narasumber HJ, Perempuan, 35 tahun, 28, September)
Dari hasil wawancara peneliti dapat disimpulkan bahwa dengan
perkembangan teknologi yang semakin pesat buktinya dari desa sampai kota
tidak jarang kita jumpai masyarakatnya yang menggunakan hp berbeda sekali
pada tahun 90an yang menggunakan hp hanya orang-orang kota saja, itupun
kalau ada yang menggunakan handphone pastinya hanya orang-orang yang
kaum atas. Dengan hadirnya beberapa alat komunikasi yang dibekali
beberapa aplikasi akan memberikan beberapa dampak terhadap kehidupan
masyarakat baik itu posisitif maupun negatif. Contoh dari dampak positifnya
yaitu mempermudah masyarakat dalam memperoleh informasi baik itu
politik, konomi, Sosial dan agama. Hal ini tentunya juga memberikan
kemudahan bagi para masyarakat khsusnya perempuan pengrajin pattapi
dalam mengakses barang dagangannya lewat media sosial yang tentunya
dengan cara ini barang dagangan yang dipromosikan lebih mudah dilihat atau
diketahui oleh banyak konsumen dalam hal ini pastinya barang dagangan bisa
laku dengan cepat sesuai target yang telah ditentukan
65
“selain pemasaran konvensional saya sebagai ketua juga memasarkan
lewat media sosial jadi dengan mudahnya para pembeli memesan
selain itu harus diperhatikan adalah penentuan harga karena
penentuan harga adalah salah satu hal yang paling penting dalam
pemasarahn karena adanya perbandingan dengan produk yang lain,
selain atas kemauan dari beberapa anggota biasanya mereka
membawa hasil kerajian komunitas kami ke berbagai Desa tetangga
yang memang penduduknya lebih padat dari Desa kami..”(Narasumber
KS, Perempuan 30 tahun, 28, September)
Dari hasil wawancara peneliti dengan informan dapat disimpulkan
bahwa para perempuan pengrajin pattapi menjual barang dagangannya
dipasar serta menerima pesanan dari luar, selain itu mereka juga menjual
dagangannya lewat media social agar mudah diketahui oleh konsumen. Serta
mereka juga berinisiatif agar bisa bersaing dengan produk luar dengan
strategi menurunkan harga pattapi agar hasil kerajinan tangan mereka bisa
lancer karna prinsip yang mereka pakai sedikit kali banyak. Namun tidak
sampai disitu mereka juga melakukan penjualan dengan strategi pemilihan
lokasi yang pemukimannya banyak rumah Karena dengan strategi penjualan
akan semakin besar serta melakukan promosi didaerah yang sudah dikenal
sebagai sentral kerajinan sebab popularitas setra kerajinan biasanya terdengar
sampai ke pelososk daerah, jadi perlu memang melakukan kegiatan
pemasaran sebab untuk memperoleh keuntungan finansial juga dapat
digunakan untuk menarik minat masyarakat terhadap produk khas suatu
daerah. Untuk itu dukungan pemerintah daerah sangat penting dalam
memperlancar kegiatan ini.
66
d. Hasil Yang di Capai Setelah Ikut Berparisipasi Dalam Komunitas
Pengrajin Pattapi
Dengan adanya program pemberdayaan perempuan pengrajin pattapi
diharapkan dapat memberikan hasil bagi para kelompok yang telah ikut
berpartisipasi sesuai target yang ingin dicapai dalam upaya menigkatkan
ekonomi keluarga. Program yang dilaksanakan tidak lain untuk menambah
wawasan dan keterampilan bagi penerima program, sehingga tujuan dari
pemberdayaan dapat tercapai, dengan menciptakan perempuan yang
terampil, mandiri dan dapat membantu meningkatkan ekonomi keluarganya.
Dan tidak bergantu terus kepada suami. Dalam bidang ekonomi manfaat
yang dirasakan adalah meningkatnya pendapatan keluarga. Pendapatan
keluarha tidak akan meningkat jika perempuan hanya bergantung pada
pendapatan suami saja tetapi ekonomi keluaga akan meningkat ketika
perempuan punya inisiatif dalam membantu pemenuhan kebutuhan keluarga
dengan cara ikut berpatisipsi ketika ada pemberdaayan perempuan karena ia
akan dilatih bagaimana belajar tentang yang akan dikerjakan dengan bekal
yang didapatkan dari hasil pelatihan sehingga dapat menambah wawasan
dan skill serta dapat membangun usaha sendiri dan menciptakan lapangan
kerja.
“setelah saya di tunjuk sebagai ketua dari komunitas pengrajin pattapi
(KPP) saya merasa program ini mempermudah saya dalam
menghasilkan uang dan mampu membuka uasaha kesil-
kecilan..(Narasumber CB, Perempuan 50 tahun, 28, September)
67
Dari hasil wawancara peneliti dapat disimpulkan bahwa dengan
hadirnya program pemberdayaan perempuan memberikan dampak yang
begitu be sar kepada pengrajin pattapi sebab dalam proses pemberdayaan ini
kemampuan mereka lebih meningkat dari sebelumnya diakibatkan pelatihan
yang diterima selain itu dalam pendapatan ekonomi juga mengalami
peningkatan sebab hasil kerajinan mereka dijual diberbagai tempat dengan
strategi pemasaran yang tidak ketinggalan atau kekinian, jadi dalam
peningkatan ekonomi keluarga memang masyrakat perlu bantuan pemerintah
untuk diberdayakan, karena fungsi pemerintah membangun, melindungi dan
memberdayakan dengan ketiga fungsi tersebut dapat disimpulkan bahwa
pemerintah tidak terlepas untuk membantu masyarakatnya begitupun
masyarakat tidak terlepas membutuhkan bantuan dari pemerintah dalam hal
pembangunan maupun dalam memberikan perlindungan kepada
masyarakatnya agar pemerintah tetap pada tugasnya yaitu memberdayakan,
melindungi, dan membangun.
“dari hasil pelatihan, memang banyak manfaatnya yang saya dapatkan
keterampilan meningkat, dan dapat menambah penghasilan untuk
membuat usaha sendiri meskipun masih kecil-kecilan” (Narasumber
BY, Perempuan, 39 tahun, 28, September)
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya program
pemberdayaan perempuan pengrajin pattapi memang sangat memberikan
perubahan ayng signifikan dan perubahan itu bukan dirsakan oleh satu orang
saja melainkan perubahan itu dirasakan oleh semua perempuan yang ikut
berpartisipasi dalam program komunitas perempuan pengrajin pattapi, yang
68
dimaksudkan perubahan disini adalah perubahan yang sifatnya progresif
tentunya dapat memberikan manfaat bagi anggota ketua maupun anggota
kelompok, bukti yang autentiknya sekarang dapat dilihat hasilnya ada
disparitas pendapatan dahulu dengan sekarang sebab para perempuan mampu
mmenuhi kebutuhan kaluarga bahkan ada anggota kelompok yang mampu
membuka usaha sendiri meski masih kecil-kecilan dan memang perempuan
pengrajin pattapi di desa polewali sudah layak dikatakan bahwa mereka
kreatif dan mandiri. Tentunya harapan pemerintah yang selama ini
direncanakan agar perempuan bisa berdaya dan keluar dari tekanan para
pemikir yang memarginalisasikan perempuan dapat terealisasi meskipun itu
hanya dibeberapa daerah saja tapi itu perlu disyukuri karena ada harapan
bahwa perempuan yang ada di Indonesia agar kiranya mampu memandirikan
dirinya tanpa bergantung dari pendapatan laki-laki saja.
2. Faktor Penghambat Pemberdayaan Perempuan Pengrajin
Pattapi/Nyiru di Desa Polewali
Kemiskinan selalu menjadi topik yang hangat untuk dibicarakan,
berbagai bentuk penyebab, dampaknya yang kerap untuk bisa diulas.
Kemiskinan pada umumnya didefenisikan dari segi ekonomi, khususnya
pendapatan dalam bentuk uang ditamah dengan keuntungan-keuntungan non
material yang diterimah oleh sesesorang. Jadi dalam lingkup kehidupan sosial
harus ada. Pemberdayaan masyarakat di berbagai bidang tidak lepas dari
berbagai hambatan yang menyertainya. Hambatan yang sering muncul adalah
sulitnya untuk mensinergikan berbagai pemberdayaan itu dalam suatu
69
program yang terpadu. Dengan memusatkan pada satu dimensi,
pengenmbangan akan mengabaikan kekayaan dan kompleksitas kehidupan
manusia dan pengalaman masyarakat. Tidak ada alasan untuk mengatakan
bahwa berbaga tindakan untuk memberdayakan masyarakat secara terpadu
dapat digambarkan sebagai serangkaian kegiatan pemberdayaan yang
dilakukan secara sistematis dan saling lengkap.
Pemberdayaan bukanlah program yang dapat dilaksanakan dalam
jangka waktu singkat atau bersifat temporer. Pemberdayaan harus
dilaksankan secara berkesinambungandengan terus mengembangkan jenis-
jenis kegiatan tertentu. Meskipun telaahan mengenai program pemberdayaan
banyak mengemukakan kelemahan-kelemahan yang terjadi dalam
pelaksanaan program dan ketidakberhasilan kelompok sasaran untuk
mencapai tujuan namun harus diakui juga bahwa ada banyak program
pemberdayaan yang berhasil dan mencapai tujuan yang ditetapkan, seperti
yang terjadi di desa polewali program pemberdayaan perempuan pengrajin
pattapi sudah dikatakan berhasil meskipun masih ada beberapa kendala untuk
meningkatkan pemberdayaan perempuan pengrajin pattapi. yaitu
a. Budaya Patriarki
Patriarki merupakan sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki
sebagai pemegang kekuasaan utama dan mendominasi dalam peran
kepemimpinan politik, otoritas, moral, hak sosial dan harta benda. Beberapa
masyarakat juga patriliniear yang berarti bahwa property dan gelar diwariskan
70
kepada keturunan laki-laki. Secara tersirat sistem ini melembagakan
pemerintahan dan hak istimewa laki-laki serta menempatkan posisi
perempuan dibawah laki-laki. Sistem sosial patriarki menjadikan laki-laki
memiliki hak istimewa terhadap perempuan dominasi mereka tidak mencakup
ranah persona saja tetapi juga dalam ranah politik, ekonomi, sosial dan
hokum dll. Dalam ranah personal budaya patriarki adalah akar munculnya
berbagai kekerasan yang dialamatkan oleh laki-laki kepada perempuan
atasdasar hak istimewa yang dimiliki laki-laki mereka juga merasa memiliki
hak untuk mengeksploitasi tubuh perempuan, budaya patriarki ini sering dan
selalu menjadi penghalang bagi perempuan yang memiliki kelurga yang
menganut paham ini seperti halnya di DesaPolewali yang sebagian
masyarakatnya masih ada yang menganut paham budaya patriarki dan
mengakibtkan kurangnya perempuan yang ikut berpartisipasi dalam
pemberdayaan perempuan pengrajin pattapi.
“yang menjadi faktor sedikitnya perempuan yang ikut atau beralih ke
sektor publik karena masih banyak masyarakat yang menganut budaya
patriarki.” ;” (Narasumber AY, Permpuan, 28 tahun, 28, September
2020)
Dari hasil wawancara peneliti dapat disimpulkan ternyata di Desa
Polewali Sebagian masyarakatnya masih menganut budaya patriarki
sebagaimana budaya patriarki menganggap perempuan hanya dijadikan
sebagai pelengkap hidup, ia di sejajarkan dengan nilai tukar barang. Misalnya
perempuan yang akan di nikahi harus dibeli dengan sejumlah uang, hewan
atau barang yang bernilai mahal seturut dengan adat istiadat, keadaan ini
71
menjadi salah satu faktor atau jadi bahan reverensi masyarakat bahwa
perempuan itu kerjanya hanya jadi pendamping suami, karena untuk saat ini
budaya patriarki masih melekat disebagian masyarakat, hal ini yang
menandakan bahwa laki-laki masih pada posisi paling atas sehinga posisi
perempuan dalam masyarakat masih dikucilkan atau tidak setara dengan laki-
laki. Tetapi dengan hadirnya beberapa program pemerintah yang telah
terealisasi sedikit demi sedikit sebagian perempuan terkontaminasi atau mulai
ikut serta dalam program pemberdayaan demi pemenuhan kebutuhan
keluarga.
“salah satu alasan sebagian perempuan yang tidak ikut dalam program
pemberdayaan ini salah satunya mereka dilarang untuk melakukan
pekerjaan diluar rumah dan hanya melakukan pekerjaan dirumah saja”
(Narasumber HS, Perempuan,39 tahun, , September 2020)
Dari hasil wawancara peneliti dapat disimpulkan bahwa dalam setiap
program pastinya sering ditemukan beberapa maslah atau penghambat pada
hal melihat dari tujuan pemberdayaan ini sangatlah mulia sebab memberikan
kesempatan bagi perempuan untuk bisa berkarya dan keluar dari hakikatnya
sebagai perempuan, hambatan yang dirasakan oleh sebagian perempuan di
Desa Polewali adalah adanya tekanan dari pihak keluarga agar perempuan
dilarang untuk melakukan aktifitas diluar rumah yang berkaitan dengan
ekonomi, politik dll. Perempuan hanya di anggap sebagai pelengkap hidup
saja tanpa ada hak untuk mengambil keputusan. Hal ini menjadi problem
yang sangat susah dipecahkan tentunya menghalangi cita-cita pemerintah
untuk memberdayakan perempuan serta mengurangi jumlah kemiskinan
72
akibat kurangnya lapangan kerja juga karna ketergantungan perempuan
kepada pendapatan laki-laki tanpa ada tambahan dari seorang istri.
b. Penyediaan Bahan
Dalam pemberdayaan masyarakat diberbagai bidang tidak terlepas dari
berbagai hambatan yang menyertainya. Hambatan yang sering muncul adalah
sulitnya untuk mensinergikan berbagai pemberdayaan itu dalam suatu
program yang terpadu. Dengan memusatkan pada satu dimensi,
pengembangan akan mengabaikan kekayaan dan konpleksitas kehidupan
masyarakat. Tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa pemberdayaan tidak
dapat disinergikan. Pemberdayaan tentunya memberdayakan perempuan yang
tidak berdaya meski hal itu susah untuk dilakukan. Tapi tidak dengan
masyarakat di Desa Polewali yang merealisasikan pemberdayaan perempuan
pengrajin meski terdapat beberapa hambatan seperti dalam pengambilan
bahan utama atau bahan dasar dalam pembuatan anyaman pattapi/nyiru yang
dijelaskan oleh “HS” seabagai anggota kelompok pengrajin pattapi.
“Selain itu yang menjadi penghambat dalam proses pembuatan pattapi
yaitu penyediaan bahan yang cukup sulit di jangakau oleh para
pengrajin karena harus masuk ke dalam hutan untuk mengambil bahan
yang dibutuhkan dan seabagaimana kita tahu bahwa perempuan itu
mempunyai keterbatasan fisik beda dngan laki-laki” (Narasumber HS,
Perempuan 39 tahun, 28, September)
Dari hasil wawancara peneliti dapat disimpulkan bahwa dalam setiap
kegiatan pasti ada hambatan yang dihadapai karena setiap alur kehidupan
pasti ada senang dan susahnya begitupun hambatan yang dialami oleh para
pengrajin pattapi tidak hanya budaya patriarki yang menjadi kendala terhadap
73
proses pemberdayaan perempuan pengrajin pattapi tetapi pada saat
pengumpulan atau pengambilan bahan dasar pembuatan pattapi pada musim
hujan, para perempuan mengeluh untuk mencapai tempat pengambilan bahan
sebab jalanan yang tidak mendukung karna becek maskipun banyak halangan
yang dirasakan oleh pengrajin pattapi tetapi mereka tetap berinisiatif untuk
bisa mencapai tujuan yang ingin dicapai agar bisa mebuahkan hasil maka
dari itu para perempuan pengrajin pattapi menyuruh para suaminya dalam
pengambilan bahan utama pembuatan pattapi yang memang bisa dijangkau
oleh kaum laki-laki. selanjutnya dipertegas oleh “AY” selaku anggota
kelompok pengrajin pattapi
“biasanya dalam pengambilan bahan pattapi pada saat musim
kemarau gamoang sekaliji kalau pergi ambil bahannya ka bagusji
jalanan tapi kalau musim hujan susah ka licinki jalanan baru minta
tolong paki sama kaum laki-laki buat sediakanki bahannya”
(Narasumber AY, Perempuan, 28 tahun, 28, September)
Dari hasil wawancara peneliti dapat disimpulkan bahwa dalam
penyiapan bahan untuk membuat pattapi butuh usaha atau perjuangan sebab
harus melewati beberapa rintangan apalagi saat musim hujan, masyarakat
Desa Polewali khususnya para kaum perempuan ragu untuk bisa sampai di
tempat pengambilan bahan akibat jalanan yang begitu licin dan hanya bisa di
jangkau oleh kaum laki-laki sebab kaum laki-laki lebih kuat dari perempuan
kalau berbicara masalah fisik. Berbeda pada saat musim kemarau, para
perempuan pengrajin pattapi lebih gampang untuk sampai ke tempat
pengambilan bahan pattapi karena jalanan yang memadai akibat panasnya
matahari. Jadi untuk mencapai tujuan dalam pembuatan pattapi bukan hanya
74
skiil membuat pattapi saja yang harus disediakan namun mental juga harus di
perkokoh agar hasil yang didapatkan sesuai yang diharapkan.
c. Virus Corona
Pandemi Covid-19 telah berlangsung sejak awal tahun 2020 pemerintah
telah melakukan beragam upaya dalam mencegah penyebarab virus ini.
Beberapa uapaya yang telah dilakukan pemerintah antara lain kebijakan
pembatasan sosial berskla besar dan adaptasi kebiasaan baru . kebijakan
tersebut mendorong masyarakat untuk menyesuaikan perilaku dengan
protocol kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Selain itu, pandemi
Covid-19 telah merubah tatanan hidup masyarakat. Sebab aspek kehidupan
mayarakat berubah secara cepat, sebagai penyedia data statistic berkualitas,
badan pusat statistic dalam memberikan informasi terkait penanganan
pandemi. Virus Korona memberikan dampak yang begitu besar kepada
masyarakat khususnya para perempuan pengrajin pattapi yang ada di Desa
Polewali yang tak lagi melakukan kegiatan sebagaimana biasanya karena
adanya kebijakan pemerintah untuk jaga jarak. Hal ini dijelaskan oleh “NH”
selaku Ketua kelompok.
“yang menjadi factor penghambat untuk sekarang adalah untuk
pelatihan jarang lagi dilakukan karena korona dek susahki kumpul ka
nda na biarkanki untuk sementara waktu takutnya ada yang terkena
virus jadi sendiri-sendiri mami orang buat pattapi” (Narasumber NH,
Perempuan, 40 tahun, 28, September)
Dari beberapa pernyataan diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa
Virus Korona adalah salah satu virus yang mematikan dan menakutkan akibatnya
semua orang mengeluh akibat virus ini sebab dengan dengan adanya virus ini
75
beberapa kebijakan muncul dan ditetapkan oleh pemerintah seperti jaga jarak.
Dengan adanya kebijakan pemerintah untuk jaga jarak maka untuk menjalin
silaturahmi sat ini sangatlah susah sebab adanya batasan untuk mengurangi
aktivitas tatap muka dan bersentuhan langsung. Virus Korona ini sangat
memberikan dampak baik itu dari ekonomi, politik, pendidikn dll. Dengan
dampak yang ditimbulkan Virus ini membuat para perempuan pengrajin pattapi
susah untuk melakukan kegiatan seperti hari-hari sebelumnya. Dan membuat
kerajinan pattapi dirumah masing-masing.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Dalam pembahasan menjelaskan terkait dari hasil penelitian menurut
pemahaman oleh peneliti yang dituangkan dalam pembahasan, sehingga dapat
memberikan pemahaman terhadap pembaca terkait apa yang telah di teliti.
1. Proses Pemberdayaan Perempuan Pengrajin Pattapi/Nyiru di Desa
Polewali
Berdasarkan proses pemberdayaan perempuan pengrajin pattapi di Desa
Polewali perlu persiapan yang matang agar tujuan dari pemberdayaan itu bisa
dicapai sesuai keinginan dan harapan pemerintah demi mengurangi jumlah
kemiskinan yang diakibatkan oleh kurangnya lapangan pekerjaan serta kurangnya
penghasilan keluarga sebab ketergantungan para kaum perempuan pada
pendapatan suami. Dengan adanya program pemberdayaan perempuan pengrajin
pattapi, para perepuan dituntut agar ikut berpartisipasi dalam program tersebut,
demi peningkatan pendapatan ekonomi keluarga selain itu untuk merealisasikan
76
program tersebut pemerintah harus menyiapkan beberapa hal untuk memperlancar
proses pemberdayaan tersebut dengan cara menyediakan sarana dan prasarana.
dalam penyediaan sarana dan prasarana tentunya sangat penting demi
berlangsungnya proses pemberdayaan perempuan pengrajin pattapi sebab sarana
dan prasarana merupakan jenis peralatan dan perlengkapan kerja dan fasilitas
yang fungsinya sebagai ,1) dapat mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan
sehingga mampu menghemat waktu, serta meningkatkan produktivitas baik
barang maupun jasa juga 2) membuat ketetapan susunan stabilitas pekerja lebih
terjamin 3) menimbulkan rasa puas pada orang-orang yang berkepentingan yang
mempergunakannya.
Upaya pemberdayaan yang dilakukan di desa polewali merupakan wujud
pengentasan kemiskinan. Dalam program pemberdayaan perempuan pengrajin
pattapi diharapkan menjadi produsen dari bahan lokal serta keterampilan atau
kemampuannya untuk memenuhi permintaan. Program pemberdayaan yang
berkelanjutan, jika melalui perecanaan yang tepat sesuai dengan permasalahan
yang menjadi kendalanya. Pentingnya peningkatan kemampuan dan kepandaian
masyarakat agar mampu mengembangkan komunikasi dan solidaritas antara
mereka dalam kelompok Selanjuatnya dalam pemberdayaan tidak fokus pada satu
strategi untuk mencapai tujuannya akan tetapi perlu beberapa persiapan lain untuk
meningkatkan skill atau kemampuan, pengetahuan, kemandirian serta kekreatifan
anggota kelompok jadi perlu juga mempersiapkan pelatihan dalam proses
pemberdayaan.
77
Pelatihan ini dilakukan agar sumber daya manusia (SDM) atau anggota
yang menduduki suatu lembaga atau komunitas tertentu kadang mempunyai level
kemampuan yang berbeda-beda. Kadang-kadang kemampuan mereka meningkat
namun kadang juga menurun. Ada pula kemampuannya kurang sesuai dengan
persyaratan yang diperlukan dalam jabatan tertentu. Hal itu bisa terjadi karena
karna latar belakangnya berbeda dengan komunitas yang ia masuki, jadi pelatihan
dan pengembangan SDM yang tepat maka dapat memberikan efek yang baik
kepada anggota kelompok, anggota kelompok dapat mengembangkan diri dan
mampu memahami selak-beluk pelaksanaan pekerjaan lebih mendalam, dapat
memahami perkembangan komunitas atau lembaga mulai dari mengerti akan
perlunya kerjasama dalam melaksanakan pekerjaan serta mengerti pembuatan
anyaman pattapi mengapa pelatihan perlu dilakukan? Sebab apabila pelatihan
tidak dilakukan maka akan berdapak pada kualitas SDM dan mengakibatkan 1)
sering bebuat kesalahan 2) hasil kerjanya tidak memenuhi standar pembuatan
pattapi 3) munculnya rasa tidak puas dengan hasil anyaman sendiri. 4)
kesinambuangan lembaga atau komunitas tidak bisa terjamin.
Proses pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah tentunya telah
menyiapkan beberapa hal baik itu pemikiran maupun materi namun tidak samapi
disitu, sebab ketika persiapan yang dibutuhkan dalam proses pemberdayaan itu
sudah disiapkan maka selanjuatnya memasarkan hasil kerajinan dari kelompok
pengrajinpattapi hal ini juga sangat urgen sebab pemasaran merupakan salah satu
kegiatan dalam perekonomian yang membantu dalam menciptakan nilai ekonomi.
Nilai ekonomi itu sendiri menentukan harga barang dan jasa, faktor penting dalam
78
menciptakan nilai tersebut adalah produksi, pemasaran dan komsumsi. Pemasaran
menjadi penghubung antara kegiatan produksi dan komsumsi sebab manusia
harus menemukan kebutuhannya terlebih dahulu sebelum iya memenuhinya usaha
untuk memenuhi kebutuhan tersebut dapat dilakukan dengan cara mengadakan
suatu hubungan, dengan demikian pemasaran juga diarikan suatu usaha untuk
memuaskan kebutuhan pembeli dan penjual. Didalam pemasaran perlu diketahui
beberapa faktor penting yang digunakan sebagai dasar dalam konsep pemasaran
yaitu: 1) Orientasi konsumen. Pada intinya, jika suatu perusahaan atau kelompok
pengrajin pattapi ingin menerapkan orientasi konsumen ini, maka menentukan
kebutuhan pokok dari pembeli yang akan dilayani dan dipenuhi. 2) Koordinasi
dan integrasi dalam perusahaan untuk memberikan kepuasan secara optimal
kepada konsumen, semua elemen pemasaran yang ada harus diintegrasikan. 3)
mendapatkan laba melalui pemuasan konsumen sebab salah satu tujuan dari
penyedia barang atau penjual adakah mendapatkan laba untuk bisa tumbuh dan
berkembang dengan kemampuan yang besar. Jadi pemasaran sangat penting
diperhatikan dalam menjual hasil kerajinan pattapi sebab pemasaran sangat
berperan bagi masyarakat karena pemasaran menyangkut berbagai aspek
kehidupan, termasuk bidang ekonomi dan sosial.
Setelah melakukan pemasaran maka kita akan mengetahui perubahan
ekonomi dari para anggota kelompok sebab kita bisa membandingkan saat ia
belum bergabung dan setelah bergabung di komunitas perempuan pengrajin
pattapi dan memang terjadi perubahan yang signifikan mengenai peningkatan
ekonomi keluarga yang disebabkan oleh beberapa persiapan yang direnvanakan
79
dan direalisasikan demi menghilangkan ketergantungan perempuan serta
memandirikan dan meningkatkan pengetahuan atau wawan para perempuan yang
aktif berpartisipasi dalam komunitas pengrajin pattapi juga mengurangi angka
kemiskinan di Desa Polewali. agar terciptanya masyarakat yang sejahtera.
2. Faktor Penghambat Pemberdayaan Perempuan Pengrajin Pattapi di
Desa Polewali
Di indonesia kesenjangan gender dalam kehidupan ekonomi masih
menjadi sebuah tantangan yang harus di hadapi saat ini dikarenakan jumlah
keterlibatan perempuan dalam setiap aktivitas publik maupun politik belum tarlalu
terlibat untuk itu pemerintah indonesia telah berkomitmen untuk mewujudkan
kesetaraan gender, dibuktikan dengan diterbitkannya berbagai pranata hukum
mulai dari ratifikasi konfensi CEDAW.
Dalam undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 penghapusan bentuk
deskriminasi perempuan, kemudian terbitnya peraturan pemerintah nomor 8 tahun
2008 tentang tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian dan evaluasi
pelaksanaan rencana pembangunan daerah serta intruksi presiden. Namun
nyatanya indonesia masih berada di nomor 80 dari 156 negara yang ada dalam
indeks pembanguan gender pada tahun 2007, sedangkan pada tahun 2009 terjadi
penurunan yang sangat signifikan, indonesia berada di urutan 90, yang megertikan
perempuan indonesia masih belum menikmati hak dan standar yang sama dengan
laki-laki. UNDP (2010)
80
Dalam memberdayaan perempuan menjadi salah satu tantang bagi
pemerintah untuk bisa merealisasikan tentang harapan yang selama ini dinantikan
namun masih saja ada beberapa kendala yang menjadi hambatan dari
pemberdauyaan perempuan tersebut yaitu masih berlakunya budaya patriarki
disebagian masyarakat yang memarginalisasikan kaum perempuan tanpa
memberikan hak yang sama kepada laki-laki baik dari sisi ekonomi, politik dll
selain itu yang menjadi faktor penghambat proses pemberdayaan perempuan di
Desa Polewali adalah akses untuk mencapai spot pengambilan bahan utama
pattapi ketika musim hujan menjadi keluh kesah bagi perempuan pengrajin pattapi
selain itu masa pandemi saat ini juga menjadi penghambat untuk kelangsungan
proses pemberdayaan perempuan sebab dengan adanya kebijakan yang
dikeluarkan pemerintah untuk beraktivitas di rumah dan menjaga jarak antara
sesama masyarakat tentunya para anggota kelompok tidak lagi melakukan
aktifitas diluar rumah dan pelatihan tidak lagi dilaksanakan,
3. Kesesuaian Teori Dengan Hasil Penelitian
Dalam penjelasan cara kerja teori ini menjelaskan bagaimana teori yang
digunakan dalam skripsi ini dapat memperkuat dan mendukung terkait hal yang
diteliti oleh peneliti, sehingga pembahasannya dapat dipertangguang jawabkan
dengan penguatan teori yang digunakan.
a. Proses Pemberdayaan Perempuan Pengrajin Pattapi di Desa Polewali
Keterkaitan teori dengan masalah yang diteliti menjelaskan bahwa dalam
proses pemberdayaan perempuan pengrajin pattapi perlu menyiapkan beberapa
81
hal yaitu: Menyediakan Sarana dan Prasarana untuk memudahkan atau
memperlancar suatu kegiatan sama halnya yang dilakukan oleh pemerintah Desa
Polewali yang begitu antusias menyiapkan sarana prasarana sebagai tempat untuk
melakukan pelatihan dan kegiatan lainnya yang berkaitan dengan program
pemberdayaan perempuan pengrajin pattapi, penyediaan sarana dan prasarana ini
didasari dari adanya fungsi yang terkandung dalam sarana dan prasarana itu
sendiri antara lain,1) dapat mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan sehingga
mampu menghemat waktu, serta meningkatkan produktivitas baik barang maupun
jasa juga 2) membuat ketetapan susunan stabilitas pekerja lebih terjamin 3)
menimbulkan rasa puas pada orang-orang yang berkepentingan yang
mempergunakannya.
Selain menyiapkan sarana dan prasarana juga harus melakukan
pelatihan karena dalam pemberdayaan ada tujuan yang ingin dicapai tentunya
menciptakan perempuan yang kreatif sesuai keinginan atau harapan pemerintah
yang tertera di UU No. 20 tahun 2008 tentang prinsip pemberdayaan,
pemberdayaan bertujuan dalam rangka meningkatkan ekonomi kerakyatan agar
dapat meningkatkan pendapatan dan kesejateraan masyarakat.serta memperluas
lapangan pekerjaan untuk pengentasan rakayat dari masalah kemiskinan. Jadi
yang menjadi sasaran pemerintah adalah untuk meningkatkan pembangunan
pedesaan yang juga diperlukan adalah rumah tangga pedesaan yang meliputi
segala kegiatan anggotanya, sumber penghasilan dan maslah yang dihadapi oleh
perempuan dengan memberikan kegiatan-kegiatan dalam kelompok tersebut
seperti pembuatan keterampilan didesa, keterampilan sala satu unsur dalam
82
memecahkan maslah kemiskinan dan untuk mencapai tujuan tersebut tentunya
disetiap kelompok harus mengadakan pelatihan agar ada peningkatan wawasan
dan kemampuan yang dimiliki oleh perempuan yang diberdayakan. Setelah
program pemberdayaan terealisasi maka hasil dari kerajinan anggota kelompok
harus dipasarkan sebab Pemasaran merupakan suatu faktor yang penting dalam
siklus yang bermula dan berakhir pada terpenuhinya kebutuhan konsumen,
pemasaran harus dapat membaca, dan mengkobinasikan kebutuhan konsumen,
berhasil tidaknya pemasaran yang dilakukan sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai oleh suatu perusahaan atau komunitas maupun individu sangat tergantung
dari kondisi pemasaran yang dilakukan, jadi untu mencapai tujuan dari hasil yang
ingin dicapai perlu ada strategi atau cara agar barang dagangan bisa laku sesuai
target yang diinginkan.
Setelah beberapa persiapan yang disiapkan oleh pemerintah maupun
anggota kelompok maka dapat dilihat perbedaan yang dirasakan para perempuan
pengrajin pattapi belum ikut dan setelah ikut berpartisipasi dalam pemberdayaan
perempuan pengrajin pattapi. Teori yang berkaitan dengan penelitian ini adalah
teori Strukturan Fungsional bahwa pada teori ini menekankan bahwa individu
maupun kelompok harus menjalankan perannya sesuai dengan porsinya seperti
halnya dengan penyediaan sarana dan prasarana, pemberian pelatihan, proses
pemasaran dari hasil kerajinan anggota kelompok.
83
b. Faktor Penghambat Pemberdayaan Perempuan Pengrajin Pattapi di
Desa Polewali
Keterkaitan teori dengan masalah yang diteliti menjelaskan mengenai
faktor penghambat dari pemberdayaan perempuan pengrajin pattapi yaitu
kurangnya perempuan yang ikut berpartisipasi dalam pemberdayaan perempuan
pengrajin pattapi akibat dari budaya patriarki sebagaimana budaya patriarki
menganggap perempuan hanya dijadikan sebagai pelengkap hidup, ia di
sejajarkan dengan nilai tukar barang. Misalnya perempuan yang akan di nikahi
harus dibeli dengan sejumlah uang, hewan atau barang yang bernilai mahal seturut
dengan adat istiadat, keadaan ini menjadi salah satu faktor atau jadi bahan
reverensi masyarakat bahwa perempuan itu kerjanya hanya jadi pendamping
suami, karena untuk saat ini budaya patriarki masih melekat disebagian
masyarakat, hal ini yang menandakan bahwa laki-laki masih pada posisi paling
atas sehinga posisi perempuan dalam masyarakat masih dikucilkan atau tidak
setara dengan laki-laki. Tetapi dengan hadirnya beberapa program pemerintah
yang telah terealisasi sedikit demi sedikit sebagian perempuan terkontaminasi atau
mulai ikut serta dalam program pemberdayaan demi pemenuhan kebutuhan
keluarga. Faktor penghambat pemberdayaan pattapi yang dijelaskan diatas sangat
berkaitan dengan teori Feminimisme Liberal pada teori ini mengamsumsikan pada
dasarnya tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, karena itu
perempuan harus mempunyai hak yang sama dengan laki-laki meskipun
demikian, teori ini menolak persamaan secara keseluruhan dalam beberapa hal
masih tetap ada perbedaan. Seperti halnya yang dilakukan oleh pemerintah untuk
84
memberdayakan perempuan agar ia bisa keluar dari tekanan budaya patriarki yang
memarginalisasikan perempua.
Selain itu pada masa pandemi ini menjadi faktor penghambat karena
Virus Korona adalah salah satu virus yang mematikan dan menakutkan akibatnya
semua orang mengeluh akibat virus ini sebab dengan dengan adanya virus ini
beberapa kebijakan muncul dan ditetapkan oleh pemerintah seperti jaga jarak.
Dengan adanya kebijakan pemerintah untuk jaga jarak maka untuk menjalin
silaturahmi sat ini sangatlah susah sebab adanya batasan untuk mengurangi
aktivitas tatap muka dan bersentuhan langsung. Virus Korona ini sangat
memberikan dampak baik itu dari ekonomi, politik, pendidikn dll. Dengan
dampak yang ditimbulkan Virus ini membuat para perempuan pengrajin pattapi
susah untuk melakukan kegiatan seperti hari-hari sebelumnya. Dan membuat
kerajinan pattapi dirumah masing-masing.
85
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Desa Polewali Kecamatan Sinjai
Selatan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Proses Pemberdayaan Perempuan Pengrajin Pattapi di Desa Polewali berjalan
lancar meski masih ada beberapa perempuan yang tidak ikut berpartisipasi
dalam pemberdayaan perempuan pengrajin pattapi tersebut, sebab proses
kegiatan tersebut didukung oleh pemerintah setempat dengan tujuan
menciptakan perempuan yang kreatif, berpengetahuan, mandiri, dan inovatif
2. Faktor Penghambat Pemberdayaan Perempuan Pengrajin Pattapi Di Desa
Polewali Yaitu
a. Faktor Budaya Patriarki.
b. Faktor Akses yang tidak mendukung untuk pengambilan bahan pattapi
c. Faktor Covid-19
86
B. Saran Penelitian
1. Bagi para pengrajin pattapi diharapkan tetap menjalin kerja sama dan
meningkatkan kreativitas kerja.
2. Bagi peneliti pembaca hasil penelitian ini untuk dapat memberikan kritikan
dan masukan yang membangun bagi peneliti
3. Bagi peneliti selanjutnya, agar melakukan penelitian masalah Pemberdayaan
Perempuan Pengrajin Pattapi mampu mencari informasi yang akurat melalui
sumber atau informasi yang benar-benar mengetahui apa yang ingin kita teiti,
dan melakukan observasi langsung ke lapangan.
87
DAFTAR PUSTAKA
Abdulah 2012. Reproduksi Ketimpangan Gender Partisipasi Wanita Dalam Kegiatan Ekonomi Dan Sosial Bandung
Arikunto 2010. Menejemen Penelitian. Jakarta Astuti, Wulan. 2012. Pemberdayaan perempuan Miskin Berbasis Pemanfaatan Buku Panduan Proposal dan skripsi Universitas Muhammadiyah Makassar Baswori dan Suwandi, 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung Baihaqi, Wazin, 2011. Pengembangan Perempuan Dalam Wilayah Ekonomi
Domstik-Publik. Jurnal. Banten Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2008. Pemberdayaan Koperasi,
Mikro, Kecil, Menengah. http//bappenas.go.id (2 januari, 2016 Farida, Lena. 2011. Kontribusi Pendapatan perempuan Bekerja di Sektor
Informal Pada Ekonomi Keluarga. Jurnal . Pekanbaru Gunawan Sumondiningrat 2009. Pembangunan Perekonomian Rakyat.
Yogyakarta Hamdi, Hartrisari, dan Amiruddin Saleh. 2013, Pemberdayaan Perempuan dari
Masa Ke Masa. Jurnal: Bogor Herri 2009. Akuntansi Keuangan Menengah. Jakarta Hasyim 2005. Pengantar Feminimisme Dan Fundamentalisme Islam. Yogyakarta Helmi, Faisal, Zaini A. 2014. Pembangunan Pedesaan. Artikel Indah, Aswiati. 2016. Peran wanita dalam menunjang Perekonomian Rumah
tangga Keluarga Petani tradisional Untuk Penanggulangan Angka kemisikinan. Jurnal Holistik, Tahun IX No 17
Jutta Berninghausen dan Birgit Kerstan 2007. Feminimst Social Methologyand
Rural Women In Jafa Kamaen Nafed 2009. Menggali Peluang Ekspor Untuk Produk Dari Bambu.
Jakarta Moleong 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung Mubyanto 2005. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta Mutahhari 2010. Hak-Hak Wanita Dalam Islam. Jakarta Merisco 2005. Pemanafaatan Bambu Sebagai Bahan Pembuatan Kerajian
Tangan. Yogyakarta Merton 2011. Teori Sosiologi. Jakarta Prijono, S 2008. Pemberdayaan Konsep Kebijakan Dan Inplementasi, CSIS.
Jakarta
88
Qasim Amin 2003. Sejarah Penindasan Perempuan: menggugat “islam laki-laki”
Menggugat perempuan Baru, Yogyakarta Qurais Shihab 2008. Membumikan Alquran Fungsi Dan Peran Terhadap
Kehidupan Masyarkat. Bandung Riant Nugraho 2008. Public polici. PT Elex Media Komputindo: Jakarta Rian Nugroho 2008. Kebijakan Publik: Formulasi, Inplementasi, Dan Evaluasi.
Jakarta Roosganda Elizabet 2007. Pencapaian Daya Saing Produk Berbasis Pertanian.
Bogor Ratna Megawangi 2006. Pendidikan Berkarakter Solusi Yang Tepat Untuk
Membangun Bangsa. Jakarta zubaedi 2007. Pendidikan Berbasis Masyarakat. YogyakartaSulistiani 2004.
Kemintraan dan Model-Model Pemberdayaan. Yogykarta Sugyono 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung Suprihatin 2007. Teknologi Fermentasi. Surabaya Weni Rosdiana 2015. Implementasi Program Gerakan Perempuan. Surabaya Wahyuni Dalam Budi Ahmad 2008. Teknik Budidaya yang Belum Optimal.
Jakarta Wiyoso 2010. Desain Kriya Tekstil Dengan Menjalin. Bandung Wirawan 2012. Teori-Teori Sosial. Jakarta zaitunah 2014. Perempuan Dan Politik Dalam Islam. DKI Jakarta Zulminarni, Nani. 2008. Lembaga Keuangan dalam kerangka Pemberdayaan
Masyarakat Perempuan Miskin. (Makalah Workshop) Jakarta Sumberdaya Lokal Melalui pendekatan sosial. Jurnal. Sumatera barat.
DOKUMENTASI PENELITI
Proses pengambilan hulo
Selasa, 15 september 2020
Proses pemotongan hulo
Selasa, 15 september 2020
Selasa, 15 september 2020
Selasa, 15 september 2020
Senin, 21 september 2020
Senin,28 september 2020
Senin, 28 september 2020
Senin,28 september 2020
RIWAYAT HIDUP
Siti Haryanti, Lahir di Desa Polewali, padatanggal 25 Desember 1998. Merupakan anak kesatu dari buah kasih sayang pasanganAlimuddin dengan Fatmawati. Penulismenempuh pendidikan Sekolah Dasar di SDNNo. 121 Coddong pada Tahun 2009. Pada tahunyang sama penulis melanjutkan pendidikanSekolah Menengah Pertama di SMPN 1 SinjaiSelatan, lulus pada tahun 2012. Kemudian
penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 2 Sinjai Utara dan tamat ditahun 2015. Dan pada tahun 2016 penulis melanjutkan pendidikan diUniversitas Muhammadiyah Makassar Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikan jurusan Pendidikan Sosiologi dan berhasil lulus diProgram Strata 1 (S1) Kependidikan. Pada tahun 2020 penulismenyelesaikan studi dengan gelar Sarjana Pendidikan denganmenyusun karya ilmiah (skripsi) yang berjudul “PemberdayaanPerempuan Pengrajin Pattapi(Studi Naratif Ibu Nurhayati di DesaPolewali Kecamatan Sinjai Selatan)”.
18%SIMILARITY INDEX
18%INTERNET SOURCES
0%PUBLICATIONS
9%STUDENT PAPERS
1 6%
2 2%
3 2%
4 2%
5 2%
6 2%
Exclude quotes Off
Exclude bibliography Off
Exclude matches < 2%
Siti Haryanti 105381100416ORIGINALITY REPORT
PRIMARY SOURCES
eprints.uny.ac.idInternet Source
digilib.uin-suka.ac.idInternet Source
id.wikipedia.orgInternet Source
repository.iainpurwokerto.ac.idInternet Source
journal.uin-alauddin.ac.idInternet Source
gema.idInternet Source