pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan...
TRANSCRIPT
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI
PENGEMBANGAN EKOWISATA DI DESA
KARANGSONG KECAMATAN INDRAMAYU
KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S.Sos)
Disusun oleh:
DWIKI HANDIKA
11120540000031
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019/1440 H
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk
memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata 1
(S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam hal penulisan telah
saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya
saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka
saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan yang berlaku
di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 29 Juni 2019
Penulis
Dwiki Handika
i
ABSTRAK
Dwiki Handika
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan
Ekowisata di Desa Karangsong Kecamatan Indramayu
Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat.
Ekowisata yang berada di Desa Karangsong Kecamatan
Indramayu Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat telah
diresmikan menjadi pantai berkonsep ekowisata pada 15 Juni
2015. Bahkan salah satu desa yang memiliki potensi alam dan
budaya yang besar. Potensi ekowisata tidaklah terlepas dari
campur tangan pihak pengelola yaitu KSM Pantai Lestari sebagai
inisiator dalam rangka mewujudkan Desa Karangsong sebagai
desa yang terkenal dengan ekowisatanya, yang diminati oleh
wisatawan dalam negeri. Potensi alam dan budaya yang dimiliki
oleh Desa Karangsong memberikan dampak positif bagi
pembukaan lapangan pekerjaan baru dan peningkatan
kesejahteraan ekonomi warga setempat.
Penelitian ini bermaksud mengetahui bentuk
pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan ekowisata dan
dampak yang diperoleh bagi masyarakat Desa Karangsong.
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif. Data
dikumpulkan dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil dari penelitian ditemukan terkait dengan bentuk-
bentuk pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan
ekowisata:1. Penyadaran ekologis. 2. Menguatkan kelembagaan
melalu peningkatan kapasitas sumber daya manusia. 3.
Membangun kemitraan. 4. Evaluasi. Dampaknya, terbentuknya
struktur perekonomian baru bagi masyarakat Desa Karangsong,
koservasi lingkungan di pesisir pantai Desa Karangsong dapat
terjaga serta KSM Pantai Lestari mendapatkan tambahan
ekonomi dari hasil pengelolaan ekowisata hutan mangrove.
Pemberdayaan, Ekowisata, dan Dampak
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji dan Syukur selalu panjatkan kehadirat
Allah SWT atas berkat, rahmat, taufik dan Hidayah-Nya
penyusunan skripsi yang berjudul “Pemberdayaan Masyarakat
Melalui Pengembangan Ekowisata di Desa Karangsong
Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa
Barat” dapat diselesaikan dengan baik.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah merubah zaman
kejahiliyahan menjadi zaman yang penuh ilmu pengetahuan.
Penulis menyadari bahwa proses penulisan skripsi ini
banyak mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan,
kerjasama dari berbagai pihak dan berkah dari Allah SWT
sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi.
Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan kepada Bapak Dr. Tantan Hermansah, M.Si, selaku
pembimbing yang telah dengan sabar, tekun, tulus dan ikhlas
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran memberikan bimbingan,
motivasi, arahan dan saran saran yang sangat berharga kepada
penulis selama menyusun skripsi.
Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan
dengan penuh sadar dan ketulusan pula kepada:
1. Kedua orang tua penulis tercinta almarhum Bapak Darsono
Wamir dan Ibu Arwati, yang selalu tulus dan ikhlas
mendoakan penulis sehingga lancar dalam menyelesaikan
skripsi ini. Semoga setiap doa dan pengorbanan mendapat
iii
balasan berlipat dari Allah SWT. Amiin. Kakak Putri Dwi
Asih dan Ketiga adik saya yang selalu membuat saya
semangat untuk menyelesaikan skripsi ini Lisa, Akbar dan
Hibnu.
2. Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Bapak
Dr.Suparto, M.Ed,Ph.D. Wakil Dekan 1 Bidang Akademik
Dr. Siti Napsiyah, MSW, Wakil Dekan II Bidang
Administrasi Umum Dr. Sihabudin Noer, Wakil Dekan III
Bidang Kemahasiswaan Drs. Cecep Sastra Wijaya M.A.
3. Bapak Muhtadi, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam, serta Ibu WG Pramita Ratnasari M.Si
sebagai Sekretaris Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam
dan Ibu Wati Nilamsari, M.Si sebagai Pembimbing Akademik
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama
menjalankan perkuliahan.
5. Pimpinan dan staf Perpustakaan Umum dan Perpustakaan
Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan fasilitas berupa buku-buku dan referensi
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.
6. Para pengurus KSM Pantai Lestari Pak Ali, Pak Eka, Pak
Makrus, Pak Carita dan Pak Dulloh yang mau menerima saya
untuk melakukan penelitian di Desa Karangsong.
iv
7. Teman seperjuangan Jurusan Pengembangan Masyarakat
Islam (PMI) angkatan 2012, Diqu Zarobi Alfadia, Imam
Ramadhan, Aden, Iqbal Salis, Labib, Faisal Amin dan kaka
kelas adik kelas semuanya yang telah banyak memberikan
semangat, dukungan, masukan dan motivasi selama dalam
perkuliahan maupun dalam penulisan skripsi ini.
8. Teman-teman Komunitas Lentera Huma Berhati, Khairul
Anam, Zuyin Arwani, Lilis Oktaviani, Ariane Sarah,
Muhamad Firdaus, Diyaurahman, Nurfikriansyah.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna dan masih banyak kekurangan karena keterbatasan
yang penulis miliki serta kesulitan dalam melaksanakan
penelitian dan penulisan, oleh karena itu kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan skripsi ini.
Wassalamua’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ciputat, 13 Februari 2019
Penulis
Dwiki Handika
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................... vi
DAFTAR TABEL ....................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Fokus dan Perumusan Masalah ........................................... 8
1. Fokus Masalah ......................................................... 8
2. Perumusan Masalah ................................................. 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 9
1. Tujuan Penelitian ..................................................... 9
2. Manfaat Penelitian ................................................. 10
D. Metodologi Penelitian ....................................................... 10
1. Pendekatan Penelitian ............................................ 10
2. Jenis dan Sumber Data .......................................... 12
3. Teknik Pengumpulan Data .................................... 13
4. Teknik Analisis Data ............................................. 14
5. Lokasi dan Tempat Penelitian ............................... 14
vii
6. Pedoman Penulisan ................................................ 19
E. Tinjauan Pustaka ............................................................... 19
F. Sistematika Penulisan ........................................................ 22
BAB II TINJAUAN TEORITIS .............................................. 23
A. Pemberdayaan Masyarakat ................................................ 23
1. Tujuan Pemberdayaan ........................................... 26
2. Bentuk-Bentuk Pemberdayaan .............................. 27
3. Indikator Pemberdayaan Masyarakat .................... 30
4. Pemberdayaan Lingkungan ................................... 32
B. Metode dan Partisipasi ...................................................... 32
1. Metode Pemberdayaan .......................................... 34
2. Partisipasi ............................................................. 37
C. Ekowisata .......................................................................... 38
1. Pengertian Ekowisata ............................................ 38
2. Konsep Dasar Ekowisata ....................................... 39
3. Prinsip Ekowisata .................................................. 40
4. Dampak Ekowisata ................................................ 42
5. Hubungan Ekowisata dengan Pemberdayaan
Masyarakat ............................................................ 44
6. Keberhasilan Ekowisata dalam Pemberdayaan ..... 46
BAB III GAMBARAN UMUM PENELITIAN ...................... 49
A. Profil Kelompok Swadaya Masyarakat Pantai Lestari ...... 49
viii
1. Sejarah ................................................................... 49
2. Visi Misi dan tujuan .............................................. 50
3. Profil KSM Pantai Lestari ..................................... 51
4. Struktur Organisasi KSM Pantai Lestari ............... 52
5. Keuangan KSM Pantai Lestari .............................. 55
6. Mitra KSM Pantai Lestari .................................... 56
7. Jenis Usaha Produktif Ksm Pantai Lestari ............ 57
8. Kegiatan/Program KSM Pantai Lestari ................ 57
B. Gambaran Umum Desa Karangsong ................................ 59
1. Sejarah Desa Karangsong ...................................... 59
2. Letak Geografis Desa Karangsong ........................ 60
3. Pembagian Wilyah Desa Karangsong ................... 62
4. Kependudukan ....................................................... 62
5. Mata Pencaharian Masyarakat ............................... 63
6. Pendidikan ............................................................. 64
7. Keagamaan ............................................................ 66
8. Kesehatan .............................................................. 68
9. Sumber Daya Kelembagaan .................................. 68
10. Potensi Alam Desa Karangsong ............................ 69
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS PENELITIAN ............. 71
A. Analisis Bentuk Pemberdayaan Masyarakat melalui
Pengembangan Ekowisata.. ............................................... 72
B. Dampak Pemberdayaan Berbasis Ekowisata .................... 91
ix
BAB V PENUTUP ..................................................................... 99
A. Kesimpulan ........................................................................ 99
B. Saran .................................................................................. 99
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Informan Penelitian ...................................................... 15
Tabel 2 Jumlah Penduduk Desa Karangsong ............................. 63
Tabel 3 Mata Pencaharian Masyarakat ....................................... 64
Tabel 4 Tingkat Pendidikan ....................................................... 65
Tabel 5 Sarana Pendidikan .......................................................... 66
Tabel 6 Agama Warga Desa Karangsong .................................. 67
Tabel 7 Sarana Ibadah ................................................................. 67
Tabel 8 Sarana Kesehatan ........................................................... 68
Tabel 9 Data Penghasilan Masyarakat ........................................ 77
Tabel 10 Perbandingan Desa Karangsong ................................. 96
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Para Pengurus KSM Pantai Lestari ........................... 53
Gambar 2 Peta Desa Karangsong ................................................ 61
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang
terbesar di dunia, dengan sekitar 17.508 buah pulau yang
membentang sepanjang 5.120 km dari timur ke barat
sepanjang khatulistiwa dan 1.760 km dari utara ke selatan.
Luas daratan negara Indonesia mencapai 1,9 km2 dan luas
perairan laut tercatat sekitar 7,9 km2. Lebih lanjut negara
Indonesia mempunyai panjang garis panati sekitar 81.791 km,
mengingat perairan pantai atau pesisir merupakan perairan
yang sangat produktif, maka panjangnya pantai Indonesia
merupakan potensi sumber daya alam (hayati) yang besar
untuk pembangunan ekonomi negeri ini (Supriharyono,
2000:1). Disamping itu negara Indonesia juga dikenal sebagai
Negara majemuk yang kaya akan keberagaman suku, budaya,
agama, maupun sejarah. Kedua potensi tersebut menjadi
modal utama bangsa Indonesia untuk lepas landas menuju
Negara maju dan keluar dari zona kemiskinan.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Pada
bulan September 2015, jumlah penduduk miskin (penduduk
dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis
Kemiskinan) di Indonesia mencapai 28,51 juta orang (11,13
persen), berkurang sebesar 0,08 juta orang dibandingkan
dengan kondisi Maret 2015 yang sebesar 28,59 juta orang
(11,22 persen). Sedangkan, jumlah penduduk miskin di
2
provinsi jawa barat pada september sebanyak 4.485.654 orang
kalau dibandingkan dengan maret 2015 jumlah penduduk
miskin mengalami kenaikan sebesar 49.955 orang atau 1,13
persen, karena jumlah penduduk miskin di maret 2015
sebanyak 4.435.699 orang. Merujuk dari data survei Sosial
Ekonomi Nasional (SUSENAS) bahwa kabupaten Indramayu
penyumbang angka kemiskinan tertinggi kedua di Jawa Barat
(https://jabar.bps.go.id).
Kemiskinan di Indonesia terlihat jelas pada masyarakat
perdesaan dan pesisir. Ketika membaca angka kemiskinan di
Indonesia maka masyarakat desa dan pesisir juga merupakan
bagian dari kelompok yang terhitung keadaan ini didukung
oleh berbagai temuan penelitian yang mengemukakan adanya
masalah social yang masih sulit dipecahkan pada masyarakat
pesisir dan perdesaan. Paling tidak ada tiga ciri khas
masyarakat pesisir dan perdesaan yang sering dikemukakan
oleh banyak orang. Cirri kahas pertama adalah kekurangan
(kemiskinan), cirri khas kedua keterbelakangan, dan cirri khas
ketiga adalah kekumuhan (Zubaaedi, 2001:12).
Dengan kesadaran inilah, pemberdayaan harus menjadi
tujuan program pengembangan masyarakat dan dijadikan
sebagai strategi untuk pembangunan di Indonesia. Secara
umum comunity development dapat didefinisikan sebagai
pengembangan masyarkat yang diarahkan untuk
memperbesar akses masyarakat untuk mencapai kondisi
sosial, ekonomi dan budaya yang lebih baik (Diana, 1997:15).
3
Mas’eod mendefinisikan pemberdayaan sebagai upaya
untuk memberikan daya (empowerment) atau penguatan
kepada masyarakat (Onny, 1996:24). Sehingga masyarakat
ditempat tersebut diharapkan menjadi lebih mandiri dengan
kualitas kehidupan dan kesejahteraan lebih baik. Kemudian
dapat mengubah ciri khas-ciri khas negatif yang melekat pada
masyarakat desa dan pesisir tadi menjadi cirri khas yang lebih
positif seperti kemiskinan berganti dengan kesejahteraan,
keterbelakangan menjadi terdepan dan kekumuhan menjadi
keteraturan serta keindahan. Pengembangan potensi potensi
lain di masyarakat sangat diperlukan untuk menaikan taraf
hidup masyarakat. Salah satu bentuk pengembangan potensi
tersebut adalah pengembangan wilayah wisata (Pemikiran
Guru Besar Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara:236).
Kekayaan alam dan keberagaman bangsa Indonesia
menyimpan banyak potensi sekaligus peluang berharga untuk
membangun kepariwisataan Indonesia agar lebih bergairah
dimata dunia serta memiliki karakteristik berdasarkan
kearifan lokal. Oleh karena itu pemerintah memiliki peranan
penting dalam menggali potensi dan membuat kebijakan
terhadap pengembangan kepariwisataan sehingga masyarakat
lokal tergugah kesadarannya untuk menggali potensi dan
bergerak membangun desa maupun kota masing masing.
Menurut Oka A Yati prospek industri pariwisata sangat
besar dan mengembirakan mengingat pariswisata dianggap
sebagai “penyelamat”, “primadona” penghasil devisa bagi
negara. Disamping itu, pertumbuhan sector pariwisata
4
mencapai 15 persen setiap tahunnya, sehingga pariwisata
mampu mempercepat pemerataan pembangunan daerah
urban, meningkatkan hasil kesenian dan kebudayaan,
memperluas pasar produk industry kecil ke dunia
internasional(Oka A, Yati, 2008:2).
Menurut Mubyarto sewaktu menjabat sebagai asisten
pemerintahan di BAPPENAS pada tahun 1993 mengatakan
bahwa pariwisata merupakan sektor ekonomi yang terbukti
mampu mengentaskan kemiskinan pada suatu daerah.
Pembangunan industri pariwisata yang mampu mengentaskan
kemiskinan adalah industri pariwisata yang mempunyai
trickle down effect bagi masyarakat setempat (Yati, 2008:15).
Kepedulian dan komitmen, serta peran pemerintah
dalam upaya pemberdayaan masyarakat telah diatur dan
tertuang dalam UU No. 10 tahun 2009 pengganti UU No. 9
tahun 1990 tentang kepariwisataan yang menyebutkan bahwa
dampak yang diakibatkan dari pengembangan kepariwisataan
berupa peningkatan kesejahteraan masyarakat, penguranagan
angka kemiskinan dan pengangguran, serta pelestarian
lingkungan.
Definisi pariwisata atau tourism memiliki ruang lingkup
dan kegiatan yang luas, setidaknya meliputi lima jenis
kegiatan meliputi wisata bahari (beach and tourism), wisata
pedesaan (rural and argo tourism), wisata alam (natural
tourism), wisata budaya (cultural tourism), atau perjalanan
bisnis (businnes travel). Posisi ekowisata (ecotourism)
memang agak unik, berpijak pada tiga kaki sekaligus, yakni
5
wisata pedesaan, wisata alam dan wisata budaya. Menurut the
International Ecotourism Society (TIES), ekowisata adalah
kegiatan perjalanan wisata yang dikemas secara profesional,
terlatih dan memuat unsur pendidikan, sebagai suatu sektor
usaha ekonomi yang mempertimbangkan warisan budaya,
partisipasi dan kesejahteraan penduduk lokal serta upaya-
upaya konservasi sumber daya alam dan lingkungan (Iwan
Nugroho 2012, 329).
Secara konseptual, ekowisata dapat didefinisikan
sebagai suatu konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan
yang bertujuan untuk mendukung upaya pelestarian
lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan, sehingga memberikan
manfaat ekonomi pada masyarakat dan pemerintah setempat
(Anonim, 2003:30).
Sebagai upaya nyata pemerintah pada tahun 2011,
menteri kebudayaan dan pariwisata, Jero wacik
mencanangkan Wonderful Indonesia. sebagai upaya
mempromosikan destinasi wisata Indonesia kepada
wisatawan mancanegara maupun lokal tahun kunjungan
tersebut mampu menarik wisatawan mancanegara maupun
lokal untuk berwisata di Indonesia.
Sejak adanya kebijakan tentang kepariwisataan itulah
pengembangan pariwisata di desa desa mulai bermunculan
salah satunya adalah kabupaten Indramayu dengan luas
wilayah 2.040.11km terdiri atas 31 kecamatan yang dibagi
6
atas sejumlah 313 desa dan kelurahan
(http://pusdalisbang.jabarprov.go.id).
Banyak masyarakat menganggap kabupaten Indramyu
ialah kabupaten miskin rawan kekurangan dan tidak banyak
memiliki tempat wisata khas. Namun, seiring perkembangan
pembangunan kabupaten tersebut ternyata mempunyai
potensi besar bagi pengembangan kegiatan pariwisata dan
pangan.
Potensi hasil laut dan wisata sangat serta terbuka untuk
dikembangkan, daya tarik wisata merupakan perpaduan
antara kekayaan alam, kebudayaan tradisional dan cara hidup
masyarakatnya. Kabupaten Indramayu telah mampu
menjawab tantangan pembangunan berkelanjutan dengan
beberapa kebijakan yang telah diambil, salah satu kebijakan
Pemkab Indramayu di bidang kepariwisataan ialah
pengembangan destinasi pariwisata di pantai karangsong atau
desa karangsong yang terkenal dengan ekowisata hutan
mangrove.
Sejak adanya kunjungan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar ketika membuka Ka-
rangsong Mangrove Festival di Desa Karangsong, Indra-
mayu, 14 Juni 2015 terkait Persoalan mangrove merupakan
isu lingkungan yang sangat penting. Karena itu setelah
mempelajari persoalannya, Menteri LHK menetapkan
kawasan hutan Karangsong sebagai sentra pengembangan
mangrove wilayah Indonesia bagian barat
(www.pertamina.com). Memberikan dampak yang positif
7
Terbukti objek wisata hutan mangrove telah ramai didatangi
wisatawan dalam negeri pada saat itu. Sehingga perlu
penguatan antara pengelola dan masyarakat setempat untuk
menjaga dan melestarikan objek wisata tersebut.
Ekowisata yang berada di desa karangsong kecamatan
Indramayu kabupaten Indramayu telah provinsi jawa barat
diresmikan menjadi pantai berkonsep ekowisata pada 15 Juni
2015. Bahkan merupakan salah satu desa yang memiliki
potensi alam dan budaya yang besar. Potensi tidaklah terlepas
dari campur tangan pihak pengelola sebagai inisiator dalam
rangka mewujudkan desa karangsong sebagai desa yang
terkenal dengan ekowisatanya, yang diminati oleh wisatawan
dalam negeri. Selain lokasinya alami dan asri ekowisata di
desa karangsong dikelola oleh Kelompok Swadaya
Masyarakat Pantai Lestari.
Potensi alam dan budaya yang dimiliki oleh desa
karangsong memberikan dampak positif bagi pembukaan
lapangan pekerjaan baru dan peningkatan kesejahteraan
ekonomi warga setempat. dimana sebelum adanya
pembukaan ekowisata yang berada di desa karangsong
masyarakat hanya mengandalkan mata pencaharian tani dan
nelayan kecil, namun sekarang banyak warga yang
mendirikan warung berjualan makanan khas, menawarkan
kerajinan tangan dan jasa ojek perahu disekitar lokasi wisata.
Disamping itu, bapak-bapak maupun pemuda diberdayakan
sebagai pengelola dan pemandu wisata.
8
Hal tersebut menunjukan kegiatan pemberdayaan
masyarakat melalui pengembangan ekowisata telah dilakukan
oleh masyarakat lokal. Dalam hal ini ialah Kelompok
Swadaya Masyarakat Pantai Lestari yang telah dianggap
mampu mengangkat potensi lokal ke kancah nasional,
sehingga saya tertarik mengadakan penelitian di desa
karangsong yang terkenal dengan ekowisatanya.
Dengan mempertimbangkan potensi, serangkaian
aktivitas pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan
ekowisata. Maka saya tertarik untuk belajar dan melakukan
penelitian tentang Pemberdayaan Masyarakat Melalui
Pengembangan Ekowisata di Desa Karangsong.
B. Fokus dan Rumusan Masalah
1. Fokus Masalah
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya dalam
latar belakang masalah, penulis memfokuskan penelitian
pada pengembangan ekowisata hutan mangrove yang
dikelola masyarakat lokal yang dilakukan oleh
Kelompok Swadaya Masyarakat Pantai Lestari.
Untuk fokus dalam penelitian, selain membatasi
masalah diperlukan membuat sebuah rumusan masalah.
Dalam membuat sebuah rumusan masalah, pertama-tama
perlu dibedakan antara perumusan masalah dengan
pertanyaan penelitian, perumusan masalah bisa dalam
bentuk pernyataan atau pertanyaan, sedangkan
pertanyaan penelitian selalu dalam bentuk pertanyaan
(Saputra, 2012:190).
9
2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, peneliti akan
mengambil rumusan masalah sebagai berikut
a. Bagaimanakah bentuk pemberdayaan masyarakat
melalui pengembangan ekowisata di Desa
Karangsong?
b. Apa dampak pemberdayaan berbasis ekowisata
tersebut untuk masyarakat?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu
masalah tentu mempunyai tujuan tertentu. Tujuan
penelitian adalah jawaban atas pertanyaan apa yang akan
dicapai dalam penelitian menurut misi ilmiah. Adapun
tujuan penelitian ini adalah:
a. Mendeskripsikan bentuk-bentuk kegiatan
pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan
ekowisata.
b. Mendeskripsikan dampak yang dirasakan oleh
warga sekitar dengan adanya ekowisata.
2. Manfaat Penelitian
Setiap penelitian diharapkan memiliki manfaat.
Manfaat tersebut bisa bersifat teoritis dan praktis:
a. Manfaat Teoritis
1) Untuk memberikan sumbangan terhadap
khasanah keilmuan pemberdayaan masyarakat
melalui pengembangan ekowisata.
10
2) Memberikan konstribusi atau sumbangan
pemikiran kepada akademisi Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam yang concern
dalam penggalian potensi dan pemberdayaan
masyarakat lokal.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi peneliti berupa fakta-fakta temuan
dalam penelitianya untuk meningkatkan daya, kritis
dan analisis peneliti sehingga dapat dijadikan
sebagai bahan acuan dalam praktek pemberdayaan
masyarakat.
D. Metodelogi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Metode penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositivisme (kebenaran yang nyata) realistas yang
ada dalam kenyataan yang berjalan sesuai hukum alam,
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang
alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana
peneliti adalah instrumen kunci, pengambilan sampel
sumber data yang dilakukan proposive dan snowball,
teknik pengumpulan dengan triangulasi /gabungan,
analisis data bersifat induktif/kualitatif dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari
generalisasi (Sugiyono 2001,14). Metode kualitatif
berdasarkan pada filsafat fenomenologis yang
11
mengutamakan penghayatan. Metodelogi berusaha
memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa
interaksi pelaku manusia dalam situasi tertentu
prespektif peneliti sendiri (Usmani dan Akbar, 2008:78).
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan
kualitatif, sebagai peniliti lapangan yang bemaksud
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
subyek penelitian (pemerintah, pengelola, masyarakat),
misalnya perilaku, presepsi, motivasi, tindakan dan lain
sebagainya dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk
kata-kata bahasa pada suatu konteks khusus yang
alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah
(Surakhmad, 1982:141).
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yang
bertujuan untuk menjelaskan bentuk bentuk kegiatan
pemberdayaan masyarakat (community empowerment)
yang dilakukan oleh pengelola dalam hal ini kelompok
pantai lestari melalui pengembangan ekowisata
kemudian dampaknya terhadap masyarakat sekitar.
Peneliti menggunakan metode kualitatif karena
permasalahan penuh makna, holistik, kompleks dan
dinamis, sehingga peneliti mampu memahami situasi
sosial secara mendalam (Bungin, 2007,68).
2. Jenis dan Sumber Data
Data akan diperoleh dari berbagai sumber, yaitu :
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara
langsung dari objek penelitian atau data yang
12
diperoleh langsung dari informan. Sumber data
dapat berupa benda, situs, ataupun manusia. Peneliti
mewancarai langsung informan yaitu ketua dan
anggota pengurus Kelompok Swadaya Masyarakat
Pantai Lestari yang berkontribusi pada pengelolaan
ekowisata, serta masyarakat terutama yang berada
di sekitar ekowisata.
b. Data sekunder, yaitu data yang diambil secara tidak
langsung dari sumbernya. Data sekunder biasanya
diambil dari dokumen dokumen (laporan, karya
tulis orang lain, koran, majalah), atau seseorang
mendapat informasi dari orang lain (Prasetya 1999,
57).
3. Teknik pengumpulan data
Untuk mendapatkan dan memenuhi kebutuhan
data yang baik, peneliti menggunakan tiga teknik
pengumpulan data yakni observasi, wawancara dan
studi dokumen.
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan terhadap
suatu objek yang diteliti baik secara langsung
maupun tidak langsung untuk memperoleh data
yang harus dikumpulkan dalam penelitian
(Djam’an dan Komariah 2013,105).
Metode observasi adalah pengamatan
secara langsung dengan menggunakan seluruh
panca indra (melihat, mendengar dan merasakan)
13
dan pencatatan secara sistematis gejala gejala yang
terjadi dilapangan penelitian (Indriati 2001,16).
Manfaat observasi menurut Guba dan
Lincoln seperti dikutip oleh imam gunawan dalam
bukunya, sebagai berikut:
1) Pengamatan merupakan pengalaman langsung,
dan pengalaman langsung dinilai merupakan
alat yang ampuh untuk memperoleh
kebenaran.
2) Dengan pengamatan, dimungkinkan melihat
dan mengamati sendiri, kemudian mencatat
perilaku dan kejadian sebagaimana yang
sebenarnya.
3) Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat
peristiwa yang berkaitan dengan pengetahuan
yang relevan maupun pengetahuan yang
diperoleh dari data.
4) Sering terjadi keragu-raguan pada peneliti
terhadap informasi yang diperoleh yang
dikarenakan kekhawatiran adanya bias atau
penyimpangan. Jalan terbaik untuk
menghilangkan keragu-raguan tersebut
biasanya peneliti memanfaatkan pengamatan.
5) Pengamatan memungkinkan peneliti mampu
memahami situasi-situasi yang rumit.
6) Kasus-kasus tertentu ketika teknik komunikasi
lainnya tidak dimungkinkan, pengamatan
14
menjad alat yang sangat bermanfaat (Imam
2013, 144).
b. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan
data yang sering digunakan dalam penelitian
kualitatif. Melaksanakan teknik wawancara berarti
melakukan interaksi komunikasi atau percakapan
antara pewawancara (interviewer) dan
terwawancara (interviewee) dengan maksud
menghimpun informasi dari interviewee (Djaam
dan Santori 2013, 129).
Wawancara adalah suatu metode yang
digunakan untuk mengumpulkan data, dimana
peneliti mendapatkan keterangan secara lisan
dengan seseorang sasaran penelitian (responden)
atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan
orang tersebut (face to face) (Sulistyaningsih
2012,136). Keuntungan wawancara adalah
dimungkinkannya penggalian yang mendalam
terhadap informasi yang dibutuhkan dari
responden (Sonny 2004,71).
Adapun yang menjadi informan pada
penelitian ini adalah :
15
Tabel. 1 Informan Penelitian
N0 Informan Nama Informasi yang
ingin diketahui
Jumlah Teknik
Pengumpulan
Data
1 Pengurus KSM
Pantai Lestari
Bidang
Pemberdayaan
Pak
Dulloh
Pola dan strategi
memberdayakan
masyarakat di
wilayah sekitar
KSM Pantai
Lestari.
1 Wawancara,
dokumentasi dan
Observasi
2 Pengurus KSM
Pantai Lestari
Bidang
Penghijauan
Pak Eka Kegiatan
pemberdayaan
edukasi ekowisata
di lingkungan
pantai Karangsong.
1 Wawancara,
dokumentasi dan
Observasi
3 Ketua KSM
Pantai Lestari
Pak Ali
Sadikin
Mengetahui
sejarah, biografi
dan sejarah
perjuangan
berdirinya KSM
Pantai Lestari.
1 Wawancara,
dokumentasi dan
Observasi
4 Sekertaris KSM
Pantai Lestari
Pak Carita Mengetahui
adminstrasi dan
jejak dokumentasi
KSM Pantai
Lestari
1 Wawancara,
dokumentasi dan
Observasi
5 Bendahara KSM
Pantai Lestari
Makhrus Mengetahui
sumber pendanaan
dan pengelolaan
lembaga KSM
Pantai Lestari.
1 Wawancara,
dokumentasi dan
Observasi
6 Aktivis
Lingkungan
Pak Ony Dampak dan
Peluang dari
adanya
pengembangan
ekowisata
mangrove.
1 Wawancara,
dokumentasi dan
Observasi
16
7 Masyarakat Pak
Cariman
Dampak dari
adanya
pemberdayaan
ekowisata
mangrove.
1 Wawancara,
dokumentasi dan
Observasi
8 Masyarakat
Sekitar
Bu
Rasinah
Dampak dari
adanya
pemberdayaan
ekowisata
mangrove.
1 Wawancara,
dokumentasi dan
Observasi
9 Masyarakat
Sekitar
Bu
Warinah
Dampak dari
adanya
pemberdayaan
ekowisata
mangrove.
1 Wawancara,
dokumentasi dan
Observasi
10 Masyarakat
Sekitar
Arya Dampak dari
adanya
pemberdayaan
ekowisata
mangrove.
1 Wawancara,
dokumentasi dan
Observasi
Kelebihan dari teknik pengumpulan data
dengan wawancara adalah :
1) Metode ini tidak akan menemui kesulitan
meskipun respondennya buta huruf sekalipun,
atau pada lapisan masyarakat manapun, karna
alat utamanya adalah bahasa verbal.
2) Karena keluwesan dan fleksibelitasnya ini,
maka wawancara dapat dipakai sebagai
verifikasi data, terhadap data yang diperoleh
dengan cara observasi ataupun angket.
17
3) kecuali untuk menggali informasi, sekaligus
dipakai untuk mengadakan observasi terhadap
perilaku pribadi.
4) Merupakan suatu teknik yang efektif untuk
menggali gejala-gejala psikis, terutama yang
berada di bawah sadar.
5) Dari pengalaman para peneliti, metode ini
sangat cocok untuk digunakan di dalam
pengumpulan data social (Sulistyaningsih 2012,
138).
c. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi adalah Satu metode
pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau
menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh
subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek.
Studi dokumentasi merupakan salah satu cara yang
dapat dilakukan peneliti kualitatif untuk
mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek
melalui media tertulis dan dokumen lainnya yang
ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang
bersangkutan (Haris 2010, 143).
Sejumlah besar fakta dan data tersimpan
dalam bahan yang berbentuk dokumentasi,
biasanya berbentuk surat-surat, catatan harian,
laporan, artefak, foto dan sebagainya (Imam 2013,
175).
18
4. Teknik Analisis Data
Data kualitatif harus dianalisis dengan cara
membaca baris demi baris, diberi kode dan dicari inti
sari dari data (Prasetya (Jakarta 1999, 99). Adapun
anilisis data adalah proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan
uaraian dasar sehingga dapat menentukan tema dan
dapat merumuskan hipotesis kerja seperti yang
disarankan oleh data. Analisis data bermaksud
mengorganisasikan data, di antaranya mengatur,
mengurutkan, mengelompokan, memberi kode dan
mengkategorikan (Adang Rukhiyat, dkk 2003, 55). Pada
tahap ini peneliti menggabungkan hasil wawancara,
observasi, dokumen dokumen selama di lapangan.
Setelah melakukan abstraksi data disusun dengan tema-
tema kemudian dilanjutkan penafsiran sebagai hasil
temuan sementara (Parker 2008, 192).
5. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Karangsong
Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu Provinsi
Jawa Barat. Adapun waktu penelitian berlangsung
selama 3 bulan yaitu dari bulan Januari hingga bulan
April 2019.
6. Pedoman Penulisan
Untuk pedoman dalam penulisan dan penyusunan
skripsi ini, penulis mengacu pada buku Pedoman
Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN Jakarta
19
yang diterbitkan oleh CeQDA (Center of Quality
Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
E. Tinjauan pustaka
Terdapat dua karya ilmiah (skripsi) yang penulis jadikan
sebagai bahan peninjauan pustaka, diamana kedua skripsi
tersebut penulis anggap sebagai bahan refrensi yang
berhubungan dengan permasalahan yang akan penulis angkat.
Skripsi yang penulis baca tidak menutup kemungkinan
memiliki kesamaan dari teori dan metedeologi. Hal tersebut
sama sekali tidak kesengajaan penulis disebabkan oleh
keterbatasan refrensi penulis. Tinjauan pustaka ini ialah untuk
melihat dan membandingkan pembahasan penulis lakukan
dengan penelitian lainnya. Yakni diantaranya :
Pertama, Skripsi yang berjudul Pemberdayaan
Masyarakat dalam Pengembangan Ekowisata studi kasus
Pekon Pahmungan Kecamatan Pesisir Tengah Krui,
Kabupaten Lampung, Provinsi Lampung. Disusun oleh Dian
Ekowati A14201025 program studi Komunikasi dan
Pengembangan masyarakat fakultas pertanian IPB. Meskipun
judul penelitian yang hampir sama, terdapat perbedaan antara
skripsi dian ekowati dengan penulis yakni skripsi dian
ekowati menjelaskan bagaimana faktor-faktor pendukung dan
penghambat yang dimiliki pekon pahmungon saling
berhubungan dalam pengembangan ekowisata dan fokus pada
sisi pengembangan kapasitas masyarakat sehingga mampu
20
menjadi bagian pengembangan ekowisata serta strategi
pemberdayaaan dalam pengembangan ekowisata. Sedangkan
penulis akan menekankan pada sejarah dan latar belakang
munculnya ekowisata dan bentuk-bentuk pemberdayaan
masyarakat serta dampak sosial dan budaya, ekonomi
terhadap masyarakat, yang menjadi perbedaan lain adalah
lokasi penelitian.
Kedua, Skripsi yang berjudul Pemberdayaan Masyarakat
Berbasis Pariwisata pada Dusun Tradisional Sasak Sade
Lombok NTB. Disusun oleh Zaenudin Amrulloh 10230056
jurusan PMI, fakultas dakwah UIN sunan kalijaga
Yogyakarta. Zaenudin amrulloh membahas mengenai potensi
pariwisata dusun tradisional susuk sade dalam menjadi dusun
pariwisata. Dan fokus pada proses berkembangnya warga
dusun tradisional sasak sade yang menjadi tempat pariwisata
di Lombok NTB serta hasil dari pengembangan masyarakat
berbasis pariwisata.
Ketiga, Skrispsi yang berjudul Dakwah Ecodevelopment,
Studi Gerakan Mensejahterakan Hidup Anda dan Keluarga Di
Koperasi Maestro, Kelurahan Bakti Jaya, Kec.Setu Pamulang,
Kota Tangerang Selatan. Disusun oleh Zuyin Arwani
1112054000020 Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam.
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Zuyin menjelaskan
bagaimana koperasi memetakan persoalan ekologi dengan
membuat suatu strategi pemberdayaan berbasis dengan nilai-
nilai islam.
21
Keempat, Skrispsi yang berjudul Implementasi Tahapan
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Community
Development Zona Madina Dompet Dhuafa di Desa
Jampang, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor. Disusun
oleh Nurdin Araniri 1112054000010 Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Nurdin Araniri menjelaskan bagaimana tahapan
pemberdayaan dan implentasi program yang dilakukan oleh
Zona Madina Dompet Dhuafa Bogor, selain itu Nurdin juga
menjelaskan dengan detail persoalan proses awal, akhir
proses hingga masyarakat mampu berdiri sendiri.
F. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan hasil penelitian, peneliti menyusun
sistematika penulisan yang bertujuan untuk memudahkan
pemahaman mengenai penelitian sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada Bagian I ini terdiri dari enam sub bab yang
terdiri dari latar belakang masalah, batasan dan
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB II KERANGKA TEORI
Pada Bagaian II akan membahas kerangka teori
yang meliputi beberapa pengertian dan penjelasan
mengenai; pertama, pemberdayaan Masyarakat
kedua, metode dan teknik pemberdayaan, ketiga,
ekowisata.
22
BAB III GAMBARAN UMUM
Pada Bagian III akan diuraikan mengenai
gambaran umum KSM Pantai Lestari serta Desa
Karangsong yang dikenal dengan ekowista hutan
mangrove.
BAB IV ANALISIS HASIL LAPANGAN
Pada BAB IV ini akan dipaparkan mengenai
temuan lapang, bentuk-bentuk pemberdayaan
dalam pengembangan ekowisata, dan dampak
sosial budaya serta ekonomi terhadap masyarakat.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini berisi kesimpulan dari penelitian serta
saran- saran penelitian yang menyangkut jawaban
dari perumusan masalah.
23
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pemberdayaan Masyarakat
1. Pengertian Pemberdayaan
Secara konseptual, pemberdayaan atau pemerkuasaan
(empowerment), berasal dari kata “power” (kekuasaan atau
keberdayaan). Karena ide utama pemberdayaan bersentuhan
dengan konsep mengenai kekuasaan. Pemberdayaan
memiliki arti dan pengertian yang sangat luas. Banyak
ilmuan yang memberikan pendapatnya tentang pengertian
dari pemeberdayaan. Selain penegertian diatas tersebut
Penulis mencoba mendefinisikan pemeberdayaan
masyarakat atau sering juga disebut pengembangan
masyarakat (community development) menurut beberapa
ahli yang kredibel diantaranya sebagai berikut:
Menurut Jim Ife pemeberdayaan artinya memberikan
sumber daya, kesempatan, pengetahuan dan keterampilan
kepada warga untuk meningkatkan kemampuan mereka
dalam menentukan masa depannya sendiri dan
berpartisipasi serta mempengaruhi kehidupan
masyarakatnya (Zubaedi 2007, 98).
Menurut Sumodiningrat seperti dikutip oleh Syamsir
Salam dan Amir Fadhilah pemberdayaan adalah
meningkatkan kemampuan atau meningkatkan kemandirian
masyarakat dalam kerangka pembangunan nasional, upaya
pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari tiga sudut
24
pandang : pertama, penciptaan suasana atau iklim yang
memungkinkan masyarakat berkembang; kedua,
peningkatan kemampuan masyarakat dalam membangun
melalui berbagai bantuan dana, pelatihan, pembangunan
sarana dan prasarana baik fisik maupun sosial, serta
pembangunan kelembagaan di daerah; ketiga, perlindungan
melalui pemihakan kepada yang lemah untuk mencegah
persaingan yang tidak seimbang dan menciptakan kemitraan
yang saling menguntungkan (Syamsir dan Amir 2008, 235).
2. Tujuan Pemberdayaan
Menurut catatan Ife dalam bukunya Miftachul huda
disebutkan bahwa pemberdayaan ditujukan untuk
meningkatkan kekuasaan (power) dari kelompok
masyarakat yang kurang beruntung (disadvantaged).
“Empowerment aims to increase the power of the
disadvantaged” tulis ife, berdasarkan pernyataan ini,
pemberdayaan pada dasarnya menyangkut dua kata kunci,
yakni Kekuasaan dan Kekurang beruntungan (Miftachul
2009, 272).
a. Kekuasaan
Realitas yang terjadi di masyarakat, antara satu
kelompok dengan kelompok masyarakat lain sering
terjadi kompetisi yang tidak menguntungkan,
kelompok masyarakat yang kaya cenderung
mempunyai kekuatan absolut. Elit politik yang
menguasai jalannya pemerintahan menciptakan relasi
yang tidak seimbang, sehingga pemberdayaan harus
25
membuka dan mendorong akses yang terbuka agar
tidak terjadi dominasi
b. Kekurang beruntungan
Lemahnya kekuatan yang dimiliki salah satu
kelompok masyarakat menyebabkan mereka menjadi
kurang beruntung. Sehingga pemberdayaan
diharapkan mampu menangani masyarakat yang
kurang beruntung akibat dari faktor struktural, kultural
dan personal.
Oleh karena itu saya berpandangan bahwa hakikat
pemberdayaan ialah mendorong kekuatan masyarakat untuk
membuka akses yang seluas luasnya agar tidak terjadi
monopoli dan dominasi kekuasaan sehingga kelompok
masyarakat mampu memanfaatkan potensi maupun sumber
daya yang dimiliki untuk mewujudkan kesejahteraan dan
kemandirian.
3. Bentuk-Bentuk Pemberdayaan
Pemberdayaan harus dilakukakan terus menerus,
komprehensif dan simultan sampai ambang batas
tercapainya keseimbangan yang dinamis anatara pemerintah
dan semua segmen yang diperintah. menurut Ndraha
diperlukan berbagai program pemberdayaan diantaranya
(Ndraha 2003, 132):
a. Pemberdayaan politik, yang bertujuan
meningkatkan daya tawar (bargaining position)
yang diperintah terhadap pemerintah. Bargaining
dimaksudkan agar yang diperintah mendapatkan
26
apa yang merupakan haknya dalam bentuk
barang, jasa, layanan dan kepedulian tanpa
merugikan pihak lain.
b. Pemberdayaan ekonomi, diperuntukan sebagai
upaya meningkatkan kemampuan yang
diperintah sebagai konsumen agar dapat
berfungsi sebagai penanggung dari dampak
negative pertumbuhan, pembayar resiko salah
urus pemikul beban pembangunan, kegagalan
program dan akibat kerusakan lingkungan
c. Pemberdayaan sosial budaya, bertujuan
meningkatkan kemampuan sumber daya
manusia melalui human investment guna
meningkatkan nilai manusia (human dignity),
penggunaan (human utilization) dan perlakuan
yang adil terhadap manusia.
d. Pemberdayaan lingkungan, dimaksudkan sebagai
program perawatan dan pelestarian lingkungan,
agar pihak yang diperintah dan lingkungannya
mampu beradaptasi secara kondusif dan saling
menguntungkan.
Dari berbagai konsep pemberdayaan masyarakat,
maka secara umum kegiatan kegiatan pemberdayaan
masyarakat dapat dikelompokan dalam beberapa kegiatan,
yaitu (Mardi 2000, 7-10) :
27
a. Bantuan modal
Salah satu aspek yang dihadapi oleh masyarakat
yang tidak berdaya adalah pemodalan. Tidak adanya
modal membuat masyarakat tidak mampu berbuat
sesuatu untuk dirinya sendiri dan lingkungannya.
Pemberdayaan masyarakat dalam aspek ekonomi
menjadi faktor yang penting yang harus dilakukan.
Dalam konteks ini ada dua hal penting yang harus
dicermati, yaitu pertama, lemahnya ekonomi
masyarakat ini bukan hanya terjadi pada masyarakat
yang memiliki usaha, tetapi juga masyarakat yang
tidak mempunyai faktor produksi atau masyarakat
yang bergantung pada gaji. Dalam pemberdayaan
aspek ini, nampaknya pemberdayaan masyarakat ini
perlu dipikirkan bersama. Kedua, perlunya
mencermati usaha pemberdayaan masyarakat melalui
aspek permodalan ini adalah,
1) Bagaimana pemberian bantuan modal ini
tidak menimbulkan ketergantungan
masyarakat;
2) Bagaimana pemecahan aspek modal ini
dilakukakan melalui penciptaan sistem
yang kondusif baru melalui usaha mikro,
kecil dan menengah untuk mndapatkan
akses dilembaga keuangan;
28
3) Bagaimana skema penggunaan atau
kebijakan pengalokasian modal ini tidak
terjebak pada perekonomian subsistem.
b. Bantuan pembangunan prasarana.
Usaha untuk mendorong masyarakat berdaya,
maka perlu ada sebuah bantuan untuk pembangunan
prasarana. Prasarana di tengah-tengah masyarakat
yang tidak berdaya akan mendorong mereka menggali
potensi yang dimilikinya dan mempermudah mereka
melakukan aktifitasnya.
c. Bantuan pendampingan.
Pendampingan masyarakat memang perlu dan
penting, tugas utama pendamping adalah
memfasilitasi proses belajar atau refleksi dan menjadi
mediator untuk masyarakat.
d. Kelembagaan.
Keberadaan sebuah lembaga atau organisasi
ditengah-tengah masyarakat merupakan salah satu
aspek penting untuk menciptakan keberdayaan.
Adanya lembaga akan mempermudah masyarakat
untuk berkordinasi, selain mereka dilatih untuk hidup
tertib. Fungsi lembaga tersebut memfasilitasi
masyarakat dan memberikan kemudahan dalam
melakukan akses-akses yang diinginkan seperti
permodalan, media musyawarah dan lain sebagainya.
29
4. Indikator Pemberdayaan Masyarakat
Salah satu dari bentuk keberdayaan masyarakat dapat
dilihat dari kemampuan individu yang senyawa dalam
masyarakat dan membangun keberdayaan masyarakat yang
bersangkutan. Suatu masyarakat yang sebagian besar
anggotanya sehat fisik dan mental, terdidik dan kuat, tentu
memiliki keberdayaan yang tinggi. Keberdayaan
masyarakat merupakan unsur dasar yang memungkinkan
suatu masyarakat bertahan, dan dalam pengertian yang
dinamis mengembangkan diri dan mencapai kemajuan
(Mardikanto dan Soebiato 2015, 52).
Menurut Mardikanto (2015) fungsi indikator
keberdayaan masyarakat adalah agar para fasilitator
mengetahui fokus dan tujuan pemberdayaan, sehingga
ketika pendampingan sosial diberikan, segenap upaya
dapat dikonsentrasikan pada aspek-aspek apa saja dari
penerima manfaat perubahan yang perlu dioptimalkan
(Mardikanto dan Soebiato 2015, 289).
5. Pemberdayaan Lingkungan
Bagi manusia, lingkungan adalah segala sesuatu yang
ada disekitarnya. Baik benda hidup atau mati, benda nyata
ataupun abstrak, termasuk manusia lainnya, serta suasana
yang terbentuk karena terjadinya interaksi diantara elemen
elemen alam tersebut.
Pemberdayaan diperlukan mengingat kesadaran
masyarakat terhadap lingkungan bisa dikatakan masih
rendah. Lingkungan dianggap sebagai persoalan, sementara
30
krisis lingkungan terjadi dimana mana yang kemudian
disusul bencana lingkungan yang sering merenggut banyak
nyawa manusia. lingkungan tidak lagi dieksploitasi demi
kemakmuran ekonomi. Pemberdayaan bergantung konteks
dan objek sasaran yang diberdayakan tetapi harus mengacu
pada sebuah tujuan, yaitu perubahan sikap dan perilaku
manusia agar membangun interaksi harmonis dengan
lingkungan.
Pemberdayaan lingkungan, dimaksudkan sebagai
program perawatan dan pelestarian lingkungan, agar pihak
yang diperintah dan lingkungannya mampu beradaptasi
secara kondusif dan saling menguntungkan. Berikut model-
model pemberdayaan lingkungan sebagai berikut (Rachmat
2012, 235):
a. Membangun kesadaran ekologis
Satu persoalan mendasar yang menjadi penyebab
tidak terpeliharanya lingkungan di masyarakat. Model
pemberdayaan yang tepat dalam membangun
kesadaran lingkungan yaitu pendidikan lingkungan
dan penegakan aturan main untuk perusak perusak
sumber daya alam. Sosialisasi nilai nilai ekologi
dalam masyarakat akan menjadi bekal yang baik
dalam mengikutsertakan semua pihak dalam program
program peduli lingkungan.
b. Membangun dan menguatkan kelembagaan lokal
Model pemeberdayaan ini, yaitu dengan cara
menguatkan kelembagaan lokal yang sebelumnya
31
telah ada dan berkembang di masyarakat. Seperti
organisasi organisasi komunitas yang telah dibentuk
masyarakat untuk pengelolaan sumber daya alam
tertentu. Agen agen pemberdaya harus terlibat dalam
pembentukan kapasitas (capacity building) pada
kelembagan, langkah ini dimaksudkan agar
vouluntaristic organization ini betul-betul berdaya.
c. Membangun kemitraan
Kemitraan bisa ditempuh sebagai bagian
pemberdayaan, sebab seringkali sumber daya alam
tersedia, ketika berurusan dengan sumber dana dan
sistem teknologi yang menopang pengelolaan itu tidak
tersedia, kemudian langkah yang diperlukan yaitu
menghadirkan sumber daya baru itu yang biasanya
berasal dari luarv komunitas. Logika paling sederhana
kemitraan menyatakan bahwa pekerjaan yang
dilakukan bersama sama akan lebih efektif dan
efesien.
d. Perlawanan sebagai bentuk pemberdayaan
Pada konteks pengelolaan sumber daya alam
atau perubahan lingkungan, masyarakat sering
terpinggirkan atau sebagai korban perubahan
perubahan lingkungan. Dalam hal ini perlawanan
dalam pemberdayaan adalah suatu inisiatif yang tinggi
dalam tatanan masyarakat yang peduli akan
pentingnya menjaga lingkungannya sehingga menolak
32
apabila adanya oknum yang berani mencemari
lingkungan.
B. Metode Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat
1. Metode Pemberdayaan
Metode merupakan suatu kerangka kerja untuk
menyusun suatu tindakan atau suatu kerangka berpikir,
menyusun gagasan yang beraturan, berarah dan berkonteks
yang berkaitan dengan maksud dan tujuan. Dengan
demikian, tepatlah jika Kang dan Song menyimpulkan
bahwa tidak adanya suatu metode yang efektif untuk
diterapkan dalam setiap kegiatan pemberdayaan
masyarakat. Bahkan menurutnya, banyak dalam kasus,
kegiatan pemberdayaan masyarakat harus dilaksanakan
dengan mennerapkan beragam metode sekaligus yang
saling menunjang dan melengkapi.
Soesmono berpendapat bahwa (Totok dan Poerwoko
2012,61): “didalam setiap pelaksanaan pemberdayaan
masyarakat, setiap fasilitator harus memahami dan mampu
memilih metode pemberdayaan paling baik sebagi suatu
cara yang terpilih untuk tercapainya tujuan pemberdayaan
masyarakat yang dilaksanakannya” Didalam praktek
pemberdayaan masyarakat, terdapat beragam metode
pemberdayaan masyarakat “partisipatif” yang diterapkan
sebagai panduan untuk pelaksanaannya salah satunya yaitu
PLA (Participatory Learning and Action), atau proses
belajar dan praktik secara partisipatif.
33
PLA merupakan bentuk baru dari metode
pemberdayaan masyarakat yang dahulu dikenal sebagai
“learning by doing” atau belajar sambil berkerja secara
singkat PLA merupakan metode pemebrdayaan masyarakat
yang terdiri dari proses belajar melalui ceramah, curah
pendapat, diskusi dan lain sebagainya yang membahas
tentang suatu topik seperti: persemaian, pengelolaan,
perlindungan dan lainnya. Yang segera setelah diikuti
dengan aksi atau kegiatan riil yang relevan dengan materi
pemberdayaan masyarakat tersebut. Melalui kegiatan PLA,
akan diperoleh beragam manfaat berupa (Mardikanto dan
Soebianto 2012, 197): segala sesuatu yang tidak mungkin
dijawab oleh “orang luar”.
1. Masyarakat setempat memperoleh banyak
pengetahuan yang berbasis pada pengalaman
yang dibentuk dari lingkungan kehidupan
mereka yang kompleks.
2. Masyarakat akan melihat bahwa mereka lebih
mampu untuk mengemukakan masalah dan
solusi yang tepat dibandingkan dengan orang
luar.
3. Melalui PLA, orang luar dapat memainkan peran
penghubung antar masyarakat setempat dengan
lembaga lain yang diperlukan. Disamping itu,
mereka dapat menawarkan keahlian tanpa harus
memaksakan kehendaknya.
34
Terkait dengan hal itu, sebagai belajar metode
partisipatif, PLA memiliki prinsip sebagai berikut:
1. PLA, merupakan proses belajar secara
berkelompok yang dilakukan oleh semua
pemangku kepentingan (stakeholders) secara
interaktif dalam suatu proses analisis bersama.
2. Multi prespective, yang mencerminkan beragam
interprestasi pemecahan masalah riil, yang
dilakukan oleh para pihak yang beragam dan
berbeda pandangannya.
3. Spesifik lokasi, sesuai dengan kondisi para pihak
yang dilibatkan.
4. Difasilitasi oleh ahli dan stakeholders (bukan
anggota kelompok belajar ) yang bertindak
sebagai katalisator dan fasilitator dalam
pengambil keputusan, jika diperlukan mereka
meneruskannya kepada pengambil keputusan.
5. Pemimpin perubahan, dalam arti bahwa keputusan
yang diambil melalui PLA akan dijadikan acuan
bagi perubahan-perubahan yang akan
dilaksanakan oleh masyarakat setempat.
2. Partispasi Masyarakat
Partisipasi dapat didefinisikan sebagai proses dimana
seluruh pihak dapat membentuk dan terlibat dalam seluruh
inisiatif pembangunan. Pembangunan yang berpartisipatif
(Participatory Development) adalah proses yang melibatkan
secara aktif dalam seluruh dalam seluruh keputusan
35
subtansial yang berkenaan dengan kehidupan mereka
(Pemikiran Guru Besar Perguruan Tinggi Badan Hukum
Milik Negara 2000, 57). Partisipasi warga masyarakat
dalam melaksanakan gerakan pembangunan (program
pemberdayaan) harus selalu ditumbuhkan didorong dan
dikembangkan secara bertahap, ajeg, dan berkelanjutan.
Jiwa pasrtisipasi warga masyarakat tersebut adalah
semangat solidaritas sosial yaitu hubungan sosial yang
selalu didasarkan pada perasaan moral bersama,
kepercayaan bersama dan cita cita bersama (Kusnaka &
Harry 2004, 24).
Soetomo (2013) berpendapat partisipasi adalah
keterlibatan dalam keseluruhan proses pembangunan mulai
dari pengambilan keputusan, identifikasi masalah dan
perencanaan program serta dalam evaluasi dan penikmatan
hasil.
Karena konsep partisipasi dalam perkembangannya
memiliki makna yang luas dan memiliki arti yang berbeda
beda, bahkan apapun yang disebut partisipasi maka untuk
memudahkan memaknainya dapat digunakan tingkatan
partisipasi. Menurut Prety, J.,1995, ada tujuh tipologi
partisipasi, yang berturut-turut semakin dekat kepada
bentuk yang ideal, yaitu (Nanih dan Agus 2013, 45-46):
a. Partisipasi pasif atau manipulatif. Ini merupakan
bentuk partisipasi yang paling lemah.
Karakteristiknya adalah masyarakat menerima
pemberitahuan apa yang sedang dan telah
36
terjadi. Pengumuman sepihak oleh pelaksana
proyek tidak memperhatikan tanggapan
masyarakat sebagai sasaran program. Informasi
yang dipertukarkan terbatas pada kalangan
profesional diluar kelompok sasaran belaka.
b. Partisipasi informatif. Disini masyarakat hanya
menjawab pertanyaan pertanyaan untuk proyek,
namun tidak berkesempatan untuk terlibat dan
mempengaruhi pross keputusan. Akurasi hasil
studi tdiak dibahas bersama masyarakat.
c. Partisipasi konsultatif. Masyarakat berpartisipasi
dengan cara berkonsultasi, sedangkan orang luar
mendengarkan, serta menganalisis masalah dan
pemecahannya. Dalam pola ini belum ada
peluang untuk pembuatan keputusan bersama.
Para profesional tidak berkewajiban untuk
mengajukan pandangan masyarakat (sebagai
masukan) untuk ditindak lanjuti.
d. Partisipasi insentif. Masyarakat memberikan
korbanan dan jasa untuk memperoleh imbalan
insentif berupa upah, walau tidak dilibatkan
dalam proses pembelajaran atau eksperimen
yang dilakukan. Masyarakat tidak memiliki andil
untuk melanjutkan kegiatan kegiatan setelah
insentif dihentikan.
e. Partisipasi fungsional. Masyarakat membentuk
kelompok sebagai bagian dari proyek, setelah
37
ada keputusan keputusan utama yang disepakati.
Pada tahap awal. Masyarakat tergantung pada
pihak luar, tetapi secara bertahap kemudian
menunjukan kemandiriannya.
f. Partisipasi interaktif. Masyarakat berperan dalam
proses analisis untuk perencanaan kegiatan dan
pembentukan atau penguatan kelembagaan. Pola
ini cenderung melibatkan metode interdisipliner
yang mencari keragaman prespektif dalam
proses belajar yang terstruktur dan sistematis.
Masyarakat memiliki peran untuk mengontrol
atas pelaksanaan keputusan keputusan mereka
sehingga memiliki andil dalam keseluruhan
proses kegiatan.
g. Mandiri (self mobilization). Masyarakat
mengambil inisiatif sendiri secara bebas (tidak
dipengaruhi pihak luar) untuk merubah sisitem
atau nilai nilai yang mereka junjung. Mereka
mengembangkan kontak dengan lembaga
lembaga lain untuk mendapatkan bantuan dan
dukungan teknis serta sumberdaya yang
diperlukan. Yang terpenting masyarakat juga
memgang kendali atas pemanfaatan sumber daya
yang ada atau digunakan.
38
C. Ekowisata
1. Pengertian Ekowisata
Sektor pariwisata saat ini menjadi harapan bagi negara
Indonesia untuk meningkatkan devisa pembangunan negara.
Demikian pula pada sektor lingkungan, ekowisata dapat
menjadi kegiatan yang dapat membantu memulihkan dan
melestarikan lingkungan. Serta dapat mengembalikan peran
masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan. Ada
beberapa definisi yang sering dipakai dalam mengartikan
ekowisata namun peneliti lebih tertarik dengan pendapat
Oka A. Yoeti yang mengartikan ekowisata merupakan
cabang dari pariwisata sendiri.
“... perjalanan yang dilakukan berkali kali atau dari
suatu tempat ke tempat lain, yang dalam bahasa Inggris
disebut dengan kata tour sedangkan dalam pengertian
jamak, kata kepariwisataan dapat digunakan kata tourisme
atau tourism (Oka 1996, 112).
Masyarakat Ekowisata International mengartikan
ekowisata sebagai perjalanan wisata alam yang bertanggung
jawab dengan cara mengkonservasi lingkungan dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal (Janianton
dan Helmut 2006, 37).
Pada awalnya ekowisata didefinisikan sebagi suatu
wisata yang membutuhkan tanggung jawab terhadap
kelestarian alam, serta memberi manfaat secara ekonomi
dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyrakat
setempat. Definisi ini menekankan pada pentingnya gerakan
konservasi (Ambo 2011, 28).
39
Definisi terbaru dari ekowisata adalah wisata berbasis
pada alam dengan menyertakan aspek pendidikan dan
interprestasi terhadap lingkungan alami dan budaya
masyarakat dengan pengelolaan kelestarian ekologis (Ambo
2011, 28).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa definisi ekowisata
adalah perjalanan yang dilakukan untuk wisata alam namun
tetap bertanggung jawab terhadap lingkungan dan
mempunyai prinsip untuk pembangunan berkelanjutan.
2. Konsep Dasar Ekowisata
Menurut From, terdapat tiga konsep dasar tentang
ekowisata. Pertama, perjalanan outdoor dan di kawasan
alam yang tidak menimbulkan kerusakan lingkungan.
Kegiatan ekowisata tidak mengorbankan flora dan fauna,
tidak mengubah tipografi lahan dan lingkungan. Kedua,
prinsip wisata ini yaitu semua hal menyangkut akomodasi,
makanan yang ditawarkan, penggunaan jasa pemandu
wisata sebaiknya diserahkan kepada masyarakat sekitar agar
memberikan keuntungan langsung bagi masyarakat sekitar.
Ketiga, perjalanan wisata ini menaruh perhatian besar pada
lingkungan alam dan budaya lokal. Wisatawan tidak
menuntut masyarakat lokal agar menciptakan pertunjukan
dan hiburan akan tetapi mendorong mereka agar diberi
peluang untuk menyaksikan upacara dan pertunjukan yang
sudah dimiliki masyarakat setempat (Damanik dan Weber
2006,38).
40
Menurut Tuwo dalam bukunya pengelolaan
ekowisata, konsep ekowisata dimaksudkan untuk beberapa
hal. Pertama, menyelesaikan atau menghindari konflik
dalam pemanfaatan dengan penetapan ketentuan dalam
berwisata. Kedua, melindungi sumber daya alam dan
budaya. Ketiga, dapat menghasilkan keuntungan dalam
bidang ekonomi masyarakat lokal (Tuwo 2011, 32).
3. Prinsip Ekowisata
Identifikasi beberapa prinsip ekowisata menurut TIES
(2000) yang dikutip oleh damanik dan weber. Pertama,
ekowisata dapat mengurangi dampak negatif berupa
kerusakan atau pencemaran lingkungan dan budaya lokal
akibat kegiatan wisata. Kedua, membangun kesadaran dan
penghargaan atas lingkungan dan budaya destinasi wisata,
baik pada diri wisatawan, masyarakat lokal maupun pelaku
wisata lainnya. Ketiga, menawarkan pengalamn positif bagi
wistawan maupun masyarakat lokal melalui kontak budaya
yang lebih intensif dan kerjasama dalam pemeliharaan atau
konservasi. Keempat, memberikan keuntungan finansial
secara langsung bagi keperluan konservasi melalui
konstribusi atau penegeluaran ekstra wisatawan. Kelima,
memberikan keuntungan finansial dan pemberdayaan
masyarakat lokal dengan menciptakan produk wisata yang
mengedepankan nilai nilai lokal. Keenam, meningkatkan
kepekaan terhadap situasi sosial, lingkungan dan politik di
daerah tujuan wisata. Ketujuh, menghormati hak asasi
manusia dan perjanjian kerja, dalam arti memberikan
41
kebebasan pada wisatawan dan masyarakat lokal untuk
mnikmati atraksi wisata sebagai wujud hak asasi, serta
tunduk pada aturan main yang adil dan disepakati bersama
dalam transaksi wisata (Yati 1996,54).
Menurut The International Ecoturism Society yang
dikutip oleh Damanik dan Weber, terdapat bebrapa kriteria
yang menjadi bahan pertimbangan wisatawan dalam
memilih produk-produk ekowisata. Pertama, dari segi
aspek pendidikan dan informasi. Wisatawan biasanya
mempelajari dahulu latar belakang sosial dan budaya
masyarakat di daerah tujuan sebelum mereka memilih
daerah tujuan wisata itu. Kedua, aspek sosial dan budaya
daerah tujuan wisata. Wisatawan menaruh perhatian besar
pada budaya di daerah tujuan menjadi salah satu daya tarik
yang diperhitungkan. Ketiga, aspek lingkungan yang
alamiah pada produk wisata menjdi incaran. Keempat,
aspek estetika. Keindahan dan otentitas objek wisata
merupakan kebutuhan yang elementer dalam berwisata.
Kelima, spek estetika dan reputasi. Meskipun iklim, biaya
dan daya tarik menjadi kriteria pilihan berwisata, namun
wisatawan sangat peduli pada etika kebijakan dan
pengelolaan lingkungan. Mereka melakukan penilaian pada
tour operator penyedia jasa, apakah industri pariwisata
tersebut memiliki kebijakan yang mendukung konservasi
lingkungan dan budaya lokal (Arif 2013,264).
42
4. Dampak Ekowisata
Ekowisata dapat membawa bermacam macam
dampak. Oleh karenanya peneliti memetakan kepada 2
dampak:
a. Dampak Internal.
Dampak positif yang dapat dirasakan dari
kegiatan ekowisata dapat berupa peningkatan
penghasilan dan devisa negara, tersedianya
kesempatan kerja baru, berkembangnya usaha usaha
baru, meningkatknya kesadaran masyarakat dan
wisatawan tentang pentingnya konservasi sumber
daya alam, peningkatan partisipasi masyarakat dan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal (Tuwo
2011,33).
Kemudian manfaat lain dari kegiatan ekowisata
juga dapat berupa meningkatnya nilai ekonomi
sumber daya ekosistem, meningkatnya upaya
pelestarian lingkungan, meningkatnya keuntungan
langsung atau tidak langsung dari para stakeholders,
terbangunnya konstituensi untuk konservasi secara
lokal, nasional dan internasional, meningkatnya
promosi penggunaan sumber daya alam secara
berkelanjutan, serta berkurangnya ancaman terhadap
keanekaragaman hayati yang ada di obyek wisata
(Arif 2013, 33).
43
b. Dampak Eksternal
Dampak khusus ini dari ekowisata yaitu dampak
sosial dan budaya ekowisata berupa perkembangan
ekonomi dapat berpengaruh terhadap struktur sosial
dan aspek budaya dari masyarakat lokal. Hal ini
terjadi karena adanya pertemuan budaya antara
wisatawan dan masyarakat lokal yang kemudian
menghasilkan perkawinan budaya namun dampak
yang lebih parah yaitu terjadinya penjajahan budaya
apabila budaya pendatang lebih berpengaruh terhadap
budaya lokal.
c. Dampak Nasional,
Dari ekowisata yaitu dampak terhadap
lingkungan pengembangan ekowista dapat
mendatangkan dampak positif berupa meningkatnya
upaya reservasi sumber daya alam, pembangunan
taman nasional perlindungan pantai serta
mempertahankan hutan mangrove. Namun di sisi lain
pengelolaan kegiatan ekowisata yang kurang tepat
dapat menimbulkan dampak negatif berupa polusi,
kerusakan lingkungan, pemanfaatan berlebihan dan
pembangunan fasilitas tanpa memperhatikan kondisi
lingkungan. Oleh karena itu diperlukan perangkat
kebijakan dalam menata kegiatan ekowisata agar
dapat memberikan efek positif yang besar dan
terhindar dari dampak negatif (Tuwo 2011,34) .
44
5. Hubungan Ekowisata dengan Pengembangan
Masyarakat.
Ekowisata merupakan usaha keras yang unik sebagai
ragam jalan upaya menuju konservasi. Ekowisata
merupakan pendekatan inovatif terhadapa kegiatan
konservasi yang berkelanjutan dan menguntungkan dengan
menggabungkan ide konservasi dan wisata. Definisi
ekowisata pertama kali diperkenalkan oleh organisasi The
International Ecoutourism Society pada tahun 1990, yaitu
sutau bentuk perjalanan wista ke area alami yang dilakukan
dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan
kehidupan, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat
setempat (Fredinan & Handoko 2011,5).
United Nation Environmetal Program (UNEP) tahun
2001 mewajibkan kegiatan ekowisata harus mengandung
beberapa komponen sebagai berikut: 1) mampu
berkontribusi dalam kegiatan konservasi dan menjaga
keaneka ragaman hayati. 2) adanya peningkatan
kesejahteraan penduduk setempat. 3) wisatawan yang
datang mendapatkan pengalaman dan pengetahuan. 4)
partisipasi masyarakat setempat untuk berperan aktif dalam
kegiatan wisata yang dikembangkan. Pembangunan
ekowisata yang berorientasi lingkungan akan lebih terjamin
dalam upaya melestarikan alam dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat setempat. Hal ini disebabkan
ekowisata adalah sebuah kegiatan yang tidak
mengeksploitasi alam, namun menggunakan alam dan
45
masyarakat untuk memberikan pengetahuan dan kepuasan
kepada wisatawan. Pengembangan ekowisata akan
memberdayakan masyarakat lokal melalui kegiatan
ekonomi dan penyerapan tenaga kerja yang ditimbulkan
oleh aktivitas ekowisata (Yulianda & Susanti 2011,7).
Pengembangan masyarakat adalah salah satu metode
pekerjaan sosial yang tujuan utamanya untuk memperbaiki
kualitas hidup masyarakat melalui pendayagunaan sumber-
sumber yang ada pada mereka serta menekankan pada
prinsip partisipasi sosial. prinsip pengembangan masyarakat
yang menjadi acuan dasar dalam pengembangan masyarakat
yaitu :
a. Prinsip ekologis yaitu prinsip yang
mengkolaborasikan pembangunan manusia dan
fisik yang bersifat. Sustainability dan
memperhatikan keseimbangan alam dan
kelangsungan keanekaragaman hayati.
b. Prinsip justice menyatakan bahwa program harus
bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat tanpa
adanya stratifikasi sosial.
c. Prinsip proses dimana hasil adalah tujuan akhir
yang dicapai proses menjadi prioritas untuk
membentuk kemandirian dan dan keswadayaan
masyarakat.
Ekowisata berbasis masyarakat merupakan usaha yang
menitikberatkan peran aktif masyarakat, hal tersebut
didasarkan kepada kenyataan bahwa masyarakat memiliki
46
pengetahuan tentang alam serta budaya yang menjadi
potensi dan nilai jual sebagai daya tarik wisata sehingga
pelibatan masyarakat menjadi mutlak. Pola ekowisata
berbasis masyarakat mengakui hak masyarakat lokal dalam
mengelola kegiatan wisata di kawasan yang mereka miliki
secara adat ataupun sebagai pengelola (Yulianda dan
Susanti 2011,9).
6. Bukti Keberhasilan Ekowisata dalam
Pemberdayaan Masyarakat
Hasil ekowisata dalam pemberdayaan masyarakat
telah di uji keberhasilannya oleh beberapa penelitian
terdahulu. Peneliti membagi 3 contoh hasil penelitian
tentang ekowisata dalam pemberdayaan masyarakat
diberbagai lembaga dan daerahnya masing-masing sebagai
berikut:
a) Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad
Ahmad Ridlwan Jurnal Penelitian Universitas
Islam Malang tentang model pengembangan
ekowisata dalam upaya pemberdayaan
masyarakat lokal. Dari hasil penelitiannya
pengembangan wisata ekologis yang dilakukan
oleh Puspa Jagad sudah sesuai prinsip model
community based tourism 1. Pengikutsertakan
masyarakat dalam pengambilan keputusan di
KWE Puspa Jagad mengadakan rapat diskusi
rutin untuk membahas perkembangan dan
permasalahan yang terjadi di KWE Puspa Jagad.
47
2. Adanya manfaat yang dirasakan oleh
masyarakat sekitar dengan terbukanya lapangan
pekerjaan baru. 3. Untuk pendidikan
kepariwisataan bagi masyarakat setempat telah
diberlakukan oleh pihak pengelola KWE Puspa
Jagad dengan mengadakan perintisan dan
percontohan kepada masyarakat dengan harapan
masyarakat dapat termotivasi.
b) Penelitian yang dilakukan oleh Hemas Prabawati
Jakti Putri Jurnal UNDIP berjudul faktor-faktor
keberhasilan pengembangan desa wisata di
dataran tinggi Dieng. Dari hasil penelitiannya
keberhasilan POKDARWIS dalam melakukan
pengembangan Desa Sumbingan menjadi desa
wisata tidak terlepas dari beberapa faktor faktor
keberhasilannya dari community bassed
touirism yaitu : 1. Keunikan lokasi merupakan
daya tarik utama yang menyebabkan terjadinya
aktivitas pariwisata. 2. Pelibatan masyarakat
menjadi pelaku utama dalam pengelolaan desa
wisata. 3. Fasilitas dana berdasarkan embrio
aktivitas desa wisata. 4. Tokoh penggerak 5.
Link merupakan hubungan kemitraan terjalin
dengan stekholder yang mempunyai andil dalam
pengembangan desa wisata.
c) Penelitian yang dilakukan oleh fikri nazarulail
Jurnal Penelitian Pasca Sarjana Universitas
48
Negeri Malang berjudul Pemberdayaan
Masyarakat Melalui Program Ekowista LEPEN
ADVENTURE. Hasil penelitiannya. Ekowista
Lepen Adventure adalah salah satu lembaga jasa
wisata yang didirikan oleh masyarakat Dusun
Bajulmati pemanfaatan alam menjadi sektor
pariwisata juga memberikan dampak
peningkatan ekonomi kepada masyarakat. Proses
pemberdayaan berawal dari keteladanan atau
memberikan contoh konkret agar alam dapat
memberikan dampak positif melalui prinsip
nilai-nilai 1. Berbasis pada lingkungan. 2.
Memiliki nilai ekologis. 3. Memberikan
wawasan tentang lingkungan hidup. 4. Memiliki
manfaat bagi masyarakat lokal. 5. Menjadikan
daya tarik dan kepuasan pengunjung.
49
BAB III
KELOMPOK SWADAYA MASARAKAT PANTAI
LESTARI DAN DESA KARANGSONG
A. Profil Kelompok Swadaya Masyarakat Pantai Lestari
1. Sejarah Kelompok Swadaya Masyrakat Pantai
Lestari
Desa karangsong memiliki area lahan
penghijauan di kawasan bibir pantai yang juga termasuk
kawasan green belt dengan tanaman dominan adalah
mangrove. Penanaman hutan mangrove itu mulai aktif
dilaksanakan sejak adanya tawaran kerja sama
penghijauan kawasaan pesisir dari Wetlands
International dengan Desa Karangsong yang ditangani
oleh Kelompok Pelestari Lingkungan (KELOPAK) pada
tahun 1998 melalui persemaian di lahan tambak sewaan
petani tambak.
Program kerja kelopak itu sendiri sebenarnya
hanya memfokuskan pada tambak yang berbasis
lingkungan. Program kelopak yang diperkenalkan
kepada kepada petani tambak yang berkaitan dengan
mangrove adalah menyisakan beberapa persen yang
dimiliki petambak yang ditanami mangrove. KELOPAK
hanya bertahan sejak tahun 1998 sampai 2003 saja
karena berbagai hal internal.
Terjadinya abrasi Pantai Karangsong yang terjadi
sejak tahun 2003 kemudian mangrove yang telah tumbuh
50
tidak terpelihara karena tidak adanya pengelolaan
disertai kegagalan. Disertai kegagalan masyrakat dalam
melakukan budidaya udang dan bandeng. Mendorong
masyarakat Desa Karangsong melakukan upaya-upaya
untuk mengatasi masalah tersebut.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk menjalin
komunikasi dan berkembang dengan diskusi diskusi
kecil di masyarakat, maka pada tahun 2007 berdiri
kelompok baru yang yang diberi nama Kelompok Pantai
Lestari. Kelompok Pantai Lestari berdiri dengan
pembentukan panitia baru Yang memang memfokuskan
pada penghijauan pesisir serta peduli terhadap keadaan
pesisir Desa Karangsong yang semakin rusak dan
keadaan mangrove hasil persemaian yang terbengkalai,
sehingga pada tanggal 17 Mei 2008 Kelompok Swadaya
Masyarakat Pantai Lestari resmi berdiri (Wawancara
Ketua KSM Pantai Lestari).
2. Visi Misi Serta Tujuan KSM Pantai Lestari
Idealisme Kelompok Swadaya Pantai Lestari
mengkonservasi lingkungan pantai untuk
mensejahterakan masyarakat setempat, sesuai dengan
visi, misi dan tujuan yang telah dicanangkan, yaitu:
a. Visi
Terciptanya lingkungan pantai yang hijau, bersih
lesatari dan terkelola dengan baik serta memberi
dampak yang positif bagi kesejahteraan masyarakat.
51
b. Misi
1) Menciptakan lingkungan pantai yang bersih.
2) menciptakan kondisi pantai yang hijau ditumbuhi
tanaman mangrove.
3) memberdayakan masyarakat pesisir.
4) melakukan pengelolaan pesisir secara terpadu dan
berkelanjutan.
5) melakukan upaya perbaikan kualitas lingkungan.
c. Tujuan
Mencegah terjadinya abrasi di pesisir pantai Desa
Karangsong dan mengembangkan ekowisata hutang
mangrove di pesisir pantai Desa Karangsong dengan
memanfaatkan sumber daya alam secara bijaksana
bagi kelangsungan hidup masyarakat serta
mensejahterakan perekonomian masyarakat Desa
Karangsong.
3. Profil KSM Pantai Lestari
Berdasarkan berita acara pembentukan Kelompok
Swadaya Masyarakat Pantai Lestari pada tanggal 17 Mei
2008, kelembagaan kelompok dikukuhkan oleh kepala
Desa Karangsong pada tanggal 18 Mei 2008. Untuk
memperkuat legalisasi kelembagaan kelompok, maka
pada tahun 2011 di daftarkan pada kantor notaris Pejabat
Pembuat Akat Tanah (PPAT) Sudiryo, SH. Nomor 25
tanggal 27 Oktober 2011. Dalam rangka peningkatan
kapasitas kelompok, maka pada tahun 2015 dilakukan
penilaian kelas kemampuan kelompok oleh dinas terkait
52
dan memperoleh predikat kelompok tani hutan Madya
dengan serifikat NO, 523/153/XXI/2015.
a. Nama Kelompok : KSM Pantai Lestari
b. Nama Ketua : Ali Sodikin
c. Telepon/HP : 08180446836//081912976250
d. Alamat : Jl. Blok Song Tengah no10
RT02/02
e. Desa : Karangsong
f. Kecamatan : Indramayu, Kota Indramayu
g. Provinsi : Jawa Barat
h. Berdiri : 18 Mei 2008
i. Jumlah Anggota : 20 Orang
j. Lokasi kegiatan : Desa Karangsong dan Pabean
Udik
4. Struktur Organisasi KSM Pantai Lestari
Suatu organisasi baik organisasi yang bersifat
formal maupun non formal baik itu organisasi kedinasaan
dan kelompok terkecil pun akan mempunyai sebuah
susunan organisasi dimana setiap perangkat akan
memegang peran masing-masing sesuai dengan jabatan
yang didudukinya.
53
Daftar Gambar 1
Foto Para Pengurus Inti KSM Pantai Lestari
Sumber : Dokumentasi KSM Pantai Lestari
Namun, dalam pelaksanaanya mereka dituntut
untuk saling mendukung satu sama lain demi kemajuan
organisasi yang ditempatinya. Berikut adalah susunan
struktur organisasi Kelompok Swadaya Masyarakat Pantai
Lestari
Struktur Organisasi Kelompok Swadaya Masyarakat
Pantai Lestari
54
Sumber : Profil KSM Pantai Lestari 2015
1. Ketua, mengkordinasikan, mengorganisasikan serta
bertanggung jawab penuh terhadap seluruh kegiatan
kelompok dengan rincian sebagai berikut:
a. Melaksanakan hasil keputusan rapat anggota.
b. memimpin rapat pengurus yang dihadiri pengurus
KSM.
c. Mendatangani surat menyurat dan dokumen
pelaksanaan.
d. Mewakili KSM dalam pertemuan dengan pihak
lain.
e. Menkordinasikan pelaporan dan pertanggung
jawaban dana.
f. Memimpin organisasi dan administrasi.
2. Sekertaris, bertugas melaksanakan administrasi
kegiatan kelompok dengan rincian sebagai berikut:
a. Membuat dan memelihara notulen rapat, berita
acara, serta dokumen lain.
b. Menyelenggarakan surat menyurat.
c. Menyelengarakan administrasi dokumen RUB
(rencana usaha bersama), RUK, (rencana usaha
kelompok), RUA (rencana usaha anggota) dan
keorganisasian lain.
d. Menyusun laporan bulanan.
3. Bendahara, bertugas melaksanakan administrasi
keuangan kelompok termasuk pemyaluran dan
pengelolaan dana dengan rincian sebagai berikut:
55
a. Melaksanakan melaksanakan penarikan/pencairan
dana sesuai dengan jadwal pemanfaatan oleh
anggota.
b. Menyimpan dan memelihara arsip pembukuan.
c. Menyusun laporan bulanan dan laporan tahunan
keuangan kelompok.
4. Bidang Penghijauan
a. Mengkordinasikan pelaksanaan kegiatan.
b. Menyiapkan bahan dan sarana untuk kegiatan.
c. Merencanakan kegitan berikutnya.
5. Bidang Pemberdayaan Masyarakat.
a. Mengumpulkan menyusun dan mengolah data
mitra.
b. Membuat program untuk mitra.
c. Menata kawasan pesisir secara terpadu
5. Keuangan KSM Pantai Lestari
Pada awal kelompok berdiri modal bersumber dari
iuran wajib anggota sebesar Rp. 100.000,- per anggota
dengan jumlah anggota sebanyak 20 orang, sehingga
jumlah modal awal sebesar Rp.2.000.000,-.
Pembiayaan pengembangan usaha kelompok
melalui mitra usaha, meliputi :
a. Mitra usaha MFF (Mangrove For The Future),
pembiayaan dalam pekerjaan persmaian mangrove,
penanaman mangrove, dan silvoshevery.
b. Mitra usaha yayasan Kehati, pembiayaan dalam
pekerjaan persemaian mangrove penanaman
56
mangrove, dan pelayihan pembuatan alat pemecah
ombak.
c. Mitra usaha Pertamina RU VI Balongan, pembiayaan
dalam pekerjaan penanaman mangrove, pembuatan
track mangrove dan arboretarium.
d. Mitra usaha PT.Traktor Nusantara, pembiayaan dalam
pekerjaan penanaman mangrove.
e. Mitra usaha kelompok Jaka Kencana dalam hal
pemasaran makanan olahan mangrove.
6. Mitra KSM Pantai Lestari
a. Bidang pemasaran, bekerjasama dngan kelompok Tani
Hutan Jaka Kencana berupa produk olahan hasil hutan
mangrove (sirup,dodol, bolu, kecap tempe dan urab
mangrove) dengan berdirinya outlet Rumah Berdikari
di Desa Karangsong.
b. Bidang permodalan, bermitra dengan :
1) PT. Pertamina RU IV Balongan tahun 2014s/d
2016.
2) Yayasan Kehati tahun 2011.
3) MMF tahun 2014 dan tahun 2015.
4) PT. Traktor Nusantara tahun 2012.
5) Kementrian Kelautan dan Perikanan tahun 2014s/d
2015.
6) BPHM Wil.I Kementrian Kehutanan. Tahun 2011.
c. Bidang produksi, kerjasama dengan kelompok
pengolah hasil perikanan Bahari Lestari yang
57
menghasilkan makanan abon, bandeng tanpa duri dan
bakso ikan.
7. Jenis Usaha Produktif Ksm Pantai Lestari
a. Jasa lingkungan/Ekowista hutan Mangrove,
merupakan sumber pendapatan bagi Kelompok
Swadaya Masyarkat Pantai Leestari yang beerasal dari
penjualan tiket masuk wisata. Kawasan ekowisata
hutan mangrove disamping sebagai wisata juga
digunakan sbagai lokasi pengambilan gambar suatu
event, penelitian, pndidikan dan pelatihan.
b. Silvofishery sluas 7 HA dengan jenis budi daya ikan
bandeng dan rumput laut dengan produksi ikan segar
sebanyak 7.000Kg/tahun dengan keuntungan bersih
sebesar Rp. 75.000.000,-/tahun.
c. Pengolahan hasil berupa bandeng tanpa duri dengan
produksi tiap bulan 150kg dan taksiran pendapatan
sebesar Rp.3.000.000,-/bulan.
8. Kegiatan/Program KSM Pantai Lestari
a. Aktifitas kelompok dalam kegiatan rehabilitasi,
meliputi:
1) Rehabilitasi lahan kritis, penanaman kembali
wilayah pesisir yang terkena abrasi pantai di
muara song sungai praja gumiwang dengan
tanaman mangrove tiga tahun terakhir 12.600
pohon.
2) Rehabilitasi tanaman pantai, tanah timbul yang
berbentuk dan sudah menjadi tanah stabil ditanami
58
tanaman pantai yang terdiri dari pohon cemara
laut, ketapang laut, nyamplung, kelapa dan waru
laut.
3) Penanaman kanan kiri jalan, lokasi penanaman
pada jalan desa mulai dari memasuki wilayah
Desa Karangsong dengan tanaman trembesi.
4) Penanaman kanan kiri sungai, sepanjang sungai
sodetan seebagai arus transportasi perahu ditanami
tanaman mangrove.
b. Aktifitas kelompok dalam konservasi sumber daya
hutan, meliputi:
1) Mempertahankan flora, dengan penanaman
tanaman mangrove yang mempunyai perakaran
menonjol sebagai cara adaptasi terhadap keadaan
tanah yang miskin oksigen. Seetiap merusak satu
pohon mangrove harus menanam 100 tanaman
mangrove hingga tumbuh pada Daerah
Perlindungan Mangrove (DPM).
2) Mempertahankan fauna, dengan ditanaminya
kembali hutan mangrove, jelas fungsi biologi akan
berperan karena mangrove merupakan sumber
makanan, tempat hidup biota laut dan tmpat
habitat berbagai satwa sprti burung dan
lainsebagainya.
3) Arboretum, seluas 5,6 hektar yang ditanami 23
jenis mangrove yang ada di indonesia.
59
4) Pembibitan, upaya pembibitan akan terus di
laksanakan sebagai upaya penyedian bibit
mangrove untuk penanaman setiap saat. Sampai
saat ini tlah produksi bibit mangrov sebanyak
150.000 batang/pohon.
5) Pemanfaatan jasa lingkungan ekowisata
mangrove, yang dilaksanakan sebagai bentuk
konsultasi tentang pendayagunaan taman
mangrove.
c. Aktifitas kelompok dalam kegiatan perlindungan dan
pengamanan mliputi:
1) Kegiatan Illegal Logging, perambahan hutan dan
kebakaran hutan secara otomatis sudah tercegah
akibat akses masyarakat dibatasi kanal buatan
transportasi dan peningkatan kesadaran masyrakat
terhadap kawasan mangrove sebagai objek wisata.
2) Pemasangan papan himbauan, berupa himbauan
kepada masyarakat untuk tidak merambah hutan
dengan cara ditebang.
B. Desa Karangsong
1. Sejarah Desa Karangsong
Desa Karangsong Kecamatan Indramayu
merupakan desa yang Menurut cerita para sesepuh
dahulu adalah Desa Pabean udik yang mempunyai
wilayah sangat luas termasuk wilayah Desa Brondong
dan Desa Karangsong.
60
Pada tahun 1980 an pemerintah Desa Pabean Udik
melakukkan pemekaran sebagaimana permohonan
masyarakat untuk menjadi tiga desa, dan pada saat itu
juga pemerintahan Desa Pabean Udik beserta tokoh
masyarakat bersama Instansi tingkat Kecamatan dan
Pemerintah Kabupaten telah sepakat untuk pemekaran
wilayah Desa Pabean Udik menjadi tiga wilayah
pemerintahan seperti Desa Brondong dan Desa
Karangsong.
Adapun asal mula nama Karangsong menurut
sesepuh dahulu pada saat itu Desa Karangsong terletak
didekat pesisir pantai yang mana alam telah
menimbulkan tanah sejauh 1 sampai 2 Km. Pada saat itu
juga sesepuh dahulu bersama tokoh masyarakat sepakat
untuk menamakan Desa Pemekaran menjadi Desa
Karangsong, yang berarti Karang itu tanah song itu tidak
berpenghuni atau lebih jelasnya tanah alam yang belum
berpenghuni (Profil Desa Karangsong 2017).
2. Letak Geografis Desa Karangsong
Desa Karangsong secara admnistratif merupakan
salah satu dari desa yang ada diwilayah Kecamatan
Indramayu Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat.
Desa Karangsong terletak ± 3 Km di sebelah timur dari
pusat pemerintahan Kecamatan Indramayu, memiliki
luas wilayah sekitar 8,16 Km2 dan berada pada
ketinggian 0,5 Mdl (dari permukaan laut) dengan
kepadatan penduduk sebesar 1.616 jiwa/Km2. Desa
61
Karangsong merupakan wilayah dataran rendah non
pantai dengan suhu rata-rata berkisar antara 29o - 31
o C.
Daftar Gambar 2
Peta Desa Karangsong
Sumber : Data Desa Karangsong 2017
Dari total luas wilayah Desa Karangsong, sekitar
204 hektar (ha) dimanfaatkan sebagai lahan tambak ikan,
hal ini berpengaruh pada mata pencaharian
masyarakatnya yang sebagian besar menjadi petani
tambak ikan dan nelayan. Desa Karangsong adalah
Pemekaran dari Desa Pabean udik menjadi tiga Desa
yakni Desa Pabean Udik, Brondong dan Karangsong
pada tahun 1980 an.
Batasan wilayah
a. Utara : Desa Pabean Udik
b. Selatan : Desa Tambak
62
c. Barat : Kelurahan Paoman
d. Timur : Laut Jawa
Orbit (jarak dari pusat pemerintahan)
a. Jarak dari Pusat Pemerintah Kecamatan : 3 KM
b. Jarak dari Pusat Pemerintahan Kota Admin : 3 KM
c. Jarak dari Pusat Pemerintahan Kabupaten : 3,5 KM
3. Pembagian Wilayah Desa Karangsong
Desa Karangsong terdiri dari 8 dusun 14 RT dan 5
RW dengan rincian sebagai berikut :
a. Dusun 1 (RW 01, RT 01dan 02) Blok Karang Turi.
b. Dusun 2 (RW 01, RT 03 dan 04) Blok Sawah
Sekotak.
c. Dusun 3 (RW 01, RT 05) Blok Kalen Cawang.
d. Dusun 4 ( RW 02, RT 01dan 02) Blok Song Tengah.
e. Dusun 5 (RW 02, RT 03) Blok Song Pantai.
f. Dusun 6 (RW 02, RT 04 dan 05) Blok Wanasari.
g. Dusun 7 (RW 03, RT 01) Blok BTN Cinde raya.
h. Dusun 8 (RW 04, RT 01 sampai 05) Blok KPHI.
4. Kependudukan
Penduduk Desa Karangsong berdasarkan data
terakhir hasil sensus Penduduk Tahun 2014 tercatat
sebanyak 5751 jiwa, Tahun 2013 sebanyak 5746 Jiwa,
Tahun 2012 sebannyak 5739 Jiwa dan Tahun 2011
sebanyak 5730 Jiwa, Sehingga mengenai penduduk
Desa Karangsong Mengalami kenaikan untuk setiap
tahunnya dengan rata-rata 0,5 %, untuk lebih jelasnya
63
sebagimana kita lihat dalam tabel berikut ini (Profil Desa
Karangsong 2017:
Tabel 2
Jumlah Penduduk
NO Tahun Jumlah Penduduk Jumlah
KK
Laju
Pertumbuhan Lk Pr Jumlah
1 2014 2766 2985 5751 1530
2 2013 2750 2996 5746 1524
3 2012 2755 2984 5739 1523
4 2011 2770 2960 5730 1519
Sumber Data Desa Karangsng tahun 2017
Proyeksi Jumlah penduduk di Desa Karangsong
Tahun 2014 berjumlah 5751 Jiwa, Tahun 2013 berjumlah
5746 jiwa.
5. Mata Pencaharian Masyarakat
Penduduk Desa Karangsong mempunyai mata
pencaharian yang beragam. Mulai dari petani, buruh tani
pegawai negeri, pedagang, TNI/POLRI, nelayan, swasta
dan industri kecil. Tetapi lebih mata pencaharian
penduduk Desa Karangsong lebih di dominasi sebagai
nelayan, pedagang dan buruh tani. Berikut adalah tabel
mata pencaharian Desa Karangsong :
64
Tabel 3
Data Mata Pencaharian Desa Karangsong
Sumber : Profil Desa Karagsong 2017
Berdasarkan data diatas yang peneliti peroleh
dari kantor Kuwu Desa Karangsong mayoritas mata
pencaharian penduduk Desa Karangsong adalah nelayan
karena letak Desa Karangsong yang berada di pesisir
pantai Utara Jawa.
6. Pendidikan
Mayoritas tingkat pendidikan Masyarakat di Desa
Karangsong di dominasi oleh lulusan pendidikan
Sekolah Dasar. Bahkan jumlah masyrakat Desa
karangsong yang tidak pernah sekolah begitu banyak.
Sebagaimana dapat kita lihat berdasarkan laporan
Pemerintah Desa Karangsong pada tabel sebagai berikut:
No Pekerjaan Jumlah
1 Nelayan 1.187
2 Buruh Tani 281
3 Pegawai Negeri 98
4 Pedagang 882
5 TNI/POLRI 8
6 Petani 117
7 Swasta 95
8 Industri kecil 8
65
Tabel 4
Jumlah Tingkat Pendidikan Desa Karangsong
S
u
m
S
u
m
s
u
m
b
s
Sumber : Profil Desa Karangsong 2017
Tingginya angka tingkat Pendidikan Sekolah dasar
dan angka tidak pernah sekolah di Desa karangsong
disebabkan karena kemampuan ekonomi masyrakat Desa
Karangsong yang tergolong miskin sehingga mereka
dituntut untuk bekerja supaya bisa memenuhi kebutuhan
dasar.
Namun sejak peningkatan pendidikan di
kabupaten Indramayu, berangsur angsur tingkat
pendidikan masyarakat mengalami peningkatan, terbukti
dengan adanya lulusan SLTA dan perguruan tinggi di
Desa Karangsong. Karena tingkat pendidikan sangat
mempengaruhi tingkat ekonomi masyarakat.
Pendidikan merupakan salah satu cara penunjang
meningkatkan sumber daya manusia yang unggul. Oleh
NO Pendidikan Jumlah
1 Belum sekolah 724
2 Tamat TK 295
3 Tamat SD 760
4 Tamat SLTP 478
5 Tamat SLTA 449
6 Tidak pernah sekolah 3.045
7 D1 16
8 D2 15
9 D3 8
10 S1 5
11 S2 3
12 S3 4
66
karena itu, untuk meningkatkan manusia yang sadar
pendidikan desa karangsong memiliki sarana pendidikan
sebagai berikut :
Tabel 5
Sarana Pendidikan Desa Karangsong
NO Sarana Pendidikan Jumlah
1 Perpustakan Desa 1
2 Gedung Paud 1
3 Gedung TK 1
4 Gedung SD 1
Sumber : Profil Desa Karangsong 2017
Dari data diatas Desa Karangsong hanya
mempunyai sarana pendidikan usia dini seperti sekolah
SD, TK dan Paud. Bahkan untuk meningkatkan
pendidikan pemerintah Desa Karangsong membuat
perpustakan desa agar bisa dimanfaatkan masyarakat Desa
Karangsong untuk sadar akan pndidikan bahkan bisa
menumbuhkan minat baca bagi masyarakat Desa
Karangsong.
7. Keagamaan
Dari data yang ada, tidak semua warga Desa
Karangsong beragama islam ada sebagian kecil warga
Desa karangsong yang menganut non muslim. Tetapi
dilihat dari jumlah warga Desa Karangsong yang
menganut agama islam dengan jumlah terbanyak, maka
islam menjadi agama mayoritas di Desa Karangsong.
67
Adapun data jumlah penduduk berdasarkan agama dapat
dilihat dari tabel berikut :
Tabel 6
Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama
No Agama Jumlah
1 Islam 5753
2 Kristen Protestan 28
3 Katholik 8
4 Hindhu 7
5 Budha 4
Sumber : Profil Desa Karangsong 2017
Untuk menunjang aktifita keagamaan dan
meningkatkan nilai rohani masyrakat Desa Karangsong
memiliki beberapa sarana ibadah. Adapun sarana
keagamaan yang dimiliki oleh Desa Karangsong sebagai
berikut :
Tabel 7
Sarana Ibadah Desa Karangsong
Sumber : Profil Desa Karangsong 2017
No Sarana Ibadah Jumlah
1 Masjid 6
2 Mushola 10
3 Gereja -
4 Pura -
5 Vihara -
6 Klenteng -
68
8. Kesehatan
Tenaga kesehatan di Desa Karangsong Pada
Tahun 2014 terdiri dari Medis/Dokter 0 Orang, Perawat 1
orang, Bidan Desa 2 Orang sedangkan parisipasi
masyarakat untuk bidang kesehatan terdapat lebih dari 10
orang (Profil Desa Karangsong 2017).
Berdasarkan data dari kantor desa sarana
kesahatan yang dimiliki desa karangsong sebagai berikut:
Tabel 8
Sarana Kesehatan Desa Karangsong
NO Sarana Kesehatan Jumlah
1 Puskesmas -
2 Poskesdes 1
3 Posyandu 7
Sumber : Profil Desa Karangsong 2017
9. Sumber Daya Lembaga di Desa Karangsong
Lembaga-lembaga yang ada di Desa Karangsong:
Pemerintah Desa (Pemdes),Badan Permusyawaratan
Desa (BPD), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa
(LPMD), Majelis Ulama Indonesia Desa (MUID),
Karang Taruna, PKK, Linmas, Bumdes, PSM,
Gapoktan, Desa Siaga, RT/RW, Organisasi Pemuda,
Kelompok Swadaya Masyarakat Pantai Lesatari,
Organisasi Kesenian dan lembaga-lembaga yang
lainnya.
69
10. Potensi Alam dan Kebudayaan Desa karangsong
Secara umum wilayah pesisir Desa Karangsong
menyimpan kekayaan alam yang sangat menarik untuk
dikembangkan mejadi wilayah ekowisata. Diantaranya
yaitu potensi perikanan kelautan, budaya kehidupan
nelayan dimana para nelayan membuat perahunya
sendiri dan ekosistem pesisir yang dikembangkan
menjadi daya tarik wisata Desa Karangsong yaitu :
a. Ekowisata Hutan Mangrove
Objek utama yang ditawarkan pada lokasi ini
adalah adanya ekowisata hutan mangrove yang harus
diakses dengan menggunakan perahu. Sepanjang
perjalanan menuju lokasi huatan mangrove, para
wisatawan dapat melihat vegetasi mangrove yang
ditanam pada pematang tambak. Setelah menyusuri
lahan mangrove dengan perahu maka wisatawan
dapat melakukan tracking di areal hutan mangrove
yang luas dan di pandu oleh tourgade sehingga
wisatawan melihat dan tahu jenis jenis vegetasi
tanaman mangrove dan ekosistem satwa yang ada
dihutan mangrove. Selanjutnya wiastawan pun dapat
bersantai di gazebo yang sudah disediakan bahkan
wisatawan dapat membeli olahan olahan khas dari
tanaman mangrove sebagai cinderamata untuk dibawa
pulang (Observasi lapangan pada tanggal 15
Desember 2018).
b. Pantai Pasir
70
Pantai pasir merupakan destinasi wisata di Desa
Karangsong yang dapat nikmati dengan adanya
keunikan pesisir pantainya dan wahana perahu
nelayan seperti nikmatnya keindahan laut dan
panorama alam hutan mangrove dan spot untuk
berfoto. Lokasi pantai tidak jauh dari kota Indramyu
hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk
kesana. Untuk berkunjung ke pantai ini cukup
membayar parkir sekitar Rp 10.000 perkendaraan.
71
BAB IV
ANALISIS DAN TEMUAN LAPANGAN
Berdasarkan penelitian ini, maka peneliti mengatakan
bahwa Kelompok Swadaya Masyarakat Pantai Lestari bertujuan
untuk melakukan rehabilitasi pesisir pantai. Hal ini dilakukan
dengan penekananan pada pembentukannya ekowisata hutan
mangrove yang ada di pesisir pantai Desa Karangsong.
Ekowisata hutan mangrove adalah sebuah program yang
merujuk pada aksi sosial yang dilakukan oleh KSM Pantai lestari
untuk melestarikan ekosistem pesisir pantai di Desa Karangsong
agar tidak rusak bahkan sebagai pelindung dari abrasi air laut.
Pada awalnya melakukan penanaman mangrove kembali di lahan
yang sudah rusak penanaman mangrove dilakukan sekitar tahun
2007 sampai tahun 2014 yang kemudian diresmikan menjadi
mangrove center atau ekowisata hutan mangrove di daerah
Indramayu khususnya di Desa Karangsong.
Dari beberapa data temuan lapangan, temuan ini pada
dasarnya menggambarkan bentuk bentuk pemberdayaan
masyarakat melalui pengembangan ekowisata dan dampak yang
diperoleh bagi masyrakat sekitar dengan adanya ekowisata, yang
dapat di analisis sebagai berikut:
72
A. Bentuk Pemberdayaan Masyarakat Melalui
Pengembangan Ekowisata
Keberhasilan KSM Pantai Lestari dalam terbentuknya
ekowisata hutan mangrove di Desa Karangsong yang berawal
dari kepedulian akan lingkungan sekitar terutama kerusakan
yang terjadi di pesisir pantai Desa Karangsong.
Akibat dari eksploitasi lahan pesisir yang dijadikan
tambak tanpa dibarengi konservasi terhadap lingkungan yang
dijadikan tambak. Maka KSM Pantai Lestari yang mulai
menyadari akan akibat yang dihasilkan dari kerusakan
lingkungan tersebut mulai membenahi dengan melakukan
beberapa upaya yang dapat mengembalikan fungsi lahan
pesisir untuk ditanami mangrove agar tidak terjadi abrasi
yang dapat mengakibatkan hilangnya pesisir pantai Desa
Karangsong.
Ada beberapa bentuk pemberdayaan yang dilaksanakan
oleh KSM Pantai lestari diantaranya adalah:
1. Bentuk pemberdayaan ekonomi
Dalam melihat fenomena yang terjadi didalam
KSM Pantai lestari, ada beberapa kegiatan
pemberdayaan dalam upaya penguatan masyarakat
dalam bidang ekonomi yaitu kegiatan yang menunjang
pendapatan masyarakat dihasilkan dari trafik
pengujung hutan mangrove, penjualan bibit mangrove,
berkembangnya pedagang-pedagang, dan
terbentuknya kelompok yang mengelola olahan dari
tanaman mangrove yang bernama “Rumah Berdikari”.
73
Bermula dari permasalahan ekologi dan
eksploitasi tambak yang terjadi di pesisir pantai Desa
Karangsong menyebabkan banyak masalah yang
terjadi pasang air kedaratan, meningkatnya
kesenjangan dalam perekonomian masyarakat, hancur
banyak tambak masyarakat yang mengkhawatirkan
tumpahnya air ke pemukiman masayarakat.
Kepala Desa Karangsong Pak Sahlani membentuk
5 orang pemuda inisitor yang fokus menyelesaikan
permasalahan ekploitasi lingkungan diantaranya
dipanggilah Ali Sadikin, Eka Tarika, Charita, Makrus,
Dulloh yang kemudian mendirikan KSM (kelompok
Swadaya Masyarakat) Pantai Lestari.
“dulu tahun 1982 di Desa Karangsong ini
sangat terawat dan masyarakat memiliki
penghasilan yang bersaing, hingga adanya
ekploitasi alam dengan pembukaan lahan dan
konversi tambak secara berlebihan, ditambah
dengan minimnya pengetahuan sebagian besar
penduduk Desa Karangsong saat itu mengenai
pentingya jalur hijau (green belt) dan ekosistem
mangrove. Oleh karannya saya dan beberapa
teman-teman yang berada dikampung ini
dikumpulkan oleh pak Kades terdahulu pak
sahlani untuk fokus mendalami dan mengadvokasi
lingkungan (Wawancara Pak Eka 7 April 2019).
Terbentuklah KSM Pantai Lestari pada 17 Mei
2008 yang berfokus mendalami permasalahan ekologi
dan kesejahteraan masyarakat, memulai kegiatannya
dari bentuk advokasi masalah lingkungan,
74
memberikan edukasi terhadap masyarakat tentang
pentingnya menjaga lingkungan dari erupsi
lingkungan dan kemerosotan hutan bakau yang
mengakibatnya turunnya kadar tanah. Hingga KSM
ini membuat suatu gerakan Festival Mangrove pada
tahun 2015 dengan konsep ekowisata yang
mengajarkan edukasi ekosistem alam, pengenalan
biota-biota flora dan fauna pesisir pantai.
Dengan adanya dukungan belahan mayarakat,
intensitas masyarakat dalam berkunjung ketempat ke
pantai Karangsong semakin meningkat sehingga
kegiatan KSM Pantai Lestari semakin banyak.
Kemudian KSM Pantai Lestari membuat komoditas
perdagangan bagi masyarakat, memberikan edukasi
seputar lingkungan dengan konsep tour guide, paket
wisata, pembibitan tanaman mangrove, pembuatan
ilegaloging (himbauan area hijau pesisir pantai).
Ekowisata yang didirikan oleh KSM Pantai Lestari
merupakan bentuk perlawan terhadap kerusakan
ekologi, ekosistem dalam masyarakat dan memberikan
penguatan serta pemerataan ekonomi bagi masyarakat
dipesisir pantai.
Omset yang dihasilkan dari kunjungan yang
datang ke wilayah pantai Karangsong pertahunnya
sekitar Ratusan Juta hingga 1 Miliar, yang dihasilkan
oleh kunjungan konservasi dan liburan minimal 200
orang per-hari, dan hari weekendnya 400 hingga 500
75
kunjungan dan hari liburan hingga 800 kunjungan
dengan tarif Rp.15.000,- dihari biasa, hari weekend
dan hari libur besar serta penambahan Rp.5.000,-
jikalau ditambah dengan tour guide dari masyarakat
sekitar.
“Biasanya dek, disini itu pengunjung
hariannya kotornya bisa dapet 200 orang per-
sekali kunjungan, beda kalau hari weekend hasil
kunjungannya bisa sampai 500 orang atau paling
sedikitnya 400 orang, dan hari ini kalo masanya
liburan bisa tembus diangka 800 hingga 1.000
persekali kunjungan. Dan persekali dateng ke
pantai karangsong mereka bayar hanya Rp.5000,-
rupiah saja(Wawancara dengan Pak Ali 5 April
2019).”
Penghasilan lainnya dihasilkan oleh paket wisata
dengan minimal 20 orang dan per-orang dikenakan
biaya Rp.50.000,- per-orang dengan bentuk kegiatan
field trip dengan fasilitas pembelajaran penanaman
mangrove, edukasi tanaman bioata flaura dan fauna di
ekosistem pesisir pantai Karangsong.
“Disini banyak kegiatannya dek, untuk field
trip dengan paket wisata biasanya kami hanya
menerima 20 orang dengan biaya 50.000 per-
orang, fasilitasnya makan full, edukasi tanaman
biota flaura dan fauna, penanaman mangrove, dan
memberikan pemahaman tentang daerah pesisir
pantai (Wawancara dengan Pak Eka 7 April
2019).”
Selain itu masyarakat sekitar pun turut ikut
berjualan dan mengambil peluang berwirausaha
76
dengan membuka dan menempati kios-kios sekitar,
dengan penghasilan perminggu sekitar Rp.1500.000.,
hingga perbulannnya bisa mendapatkan Rp.6.000.000,
dengan demikian kualitas hidup masyarakat sekitar
pesisir meningkat.
“Disini ada 30 lebih pedagang yang nempatin
kios dan beberapa yang berdagang keliling disini,
untuk ibu sendiri itu dek bisa dapet 1.500.000
perminggunya dek alhamdulillah lah banyak
terbantu dengan adanya wisata hutan mangrove
ini” (Wawancara Ibu Rasinah 3 April 2019).”
Begitu pula para petani tambak ikan, udang dan
kepiting semakin produktif sehingga turut meningkat
pula omset penjualan dan pembelian hasil tambak
ikan.
“Yang saya rasakan sih mas, tambak saya
tidak terkena abrasi air laut, Sehingga tambak
saya bisa produktif mas. Karena ada nya hutan
mangrove yang menahan gelombang air laut.
Dengan ini penghasilan saya meningkat dari
sebelumnya disini panen hanya dua kali panen
satu kali panen dengan kualitas baik dan satunya
dengan kualitas yang biasa saja, dengan adanya
penanaman hutan mangrove kini saya bisa tiga
kali panen per-empat bulan sekali (Wawancara
dengan Pak Carimin 3 April 2019).”
Selain dari penghasilan tersebut banyak juga dari
masyarakat setempat yang diberikan pekerjaan dengan
gaji rata-rata sebesar Rp.1.800.000 untuk gaji
masyarakat yang menjadi karyawan di KSM Pantai
77
Lestari sebanyak 18 orang karyawan inti dan pada hari
libur nasional biasanya KSM Pantai Lestari merekrut
masayarakat untuk membantu mengelola jasa
ekowisata hutan mangrove.
Tabel 10
Data Penghasilan berdasarkan wawancara dan Observasi
Masyarakat
N
o
Jenis
Pendapat
an
Jumla
h
Orang
Volume
penerimaa
an
Harga
Satuan
Omset
Kotor
Omset
perbualan
1 Jual
Tiket
3
Orang
200
orang/hari
biasa
500 Orang
Per-hari
weekend
800 orang
perhari
liburan
Rp.15.0
00,-
Rp.
3.000.00
0
Rp.
7.500.00
0
Rp.12.00
0.000-
Rp.90.000.0
00,-
Rp.225.000.
000,-
Rp.360.000.
000,-
2 Paket
Wisata
Per 20
orang
Per bulan
satu kali
field trip
Rp.50.0
00.,-
/orang
- Rp.1.000.00
0,-
3 Pegawai
Inti
18
Orang
- Rp.1.80
0.000/
Bulan
Rp.32.400.0
00
Sumber: Hasil Wawancara
Penghasilan tersebut meningkat dengan signifikan
dibandingkan sebelum adanya taman edukasi
konservatif hutan mengrove di Desa Karongsong.
78
Yang awalnya masyarakat hanya tergantung dari
bantuan pemerintah maupun BUMN untuk program
penanaman mangrove kini telah menjadi mandiri dan
mampu memberdayakan masyarakat setempatnya.
Kemudian pemasukan dari ekowisata hutan
mangrove tersebut KSM Pantai Lestari digunakan
untuk perwatan tanaman mangrove dan pembebasan
lahan yang rusak untuk ditanami kembali tanaman
mangrove supaya pesisir pantai Desa Karangsong
dapat terlindungi.
2. Bentuk Pemberdayaan Sosial Budaya
Istilah budaya dalam Bahasa Latin disebut colere.
Sedangkan dalam Bahasa Inggris disebut culture.
Menurut Koentjaraningrat, istilah budaya dalam
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sanskerta
”Buddayah”, yang merupakan bentuk jamak dari
”buddhi”. Buddhi artinya budi atau akal atau
pemikiran (Koentjaraningrat 1990, 37).
Oleh karenanya budaya adalah sesuatu wujud dari
adanya bentuk pengulangan sesuatu yang dahulu
dianggap baik bagi para leluhur dan pendahulu.
Biasanya konsep dalam budaya ada yang berbentuk
simbolik maupun unsimbolik, misalnya dalam
perayaan festival Nadran. Simbolisasi penghargaan
manusia terhadap alam terletak pada bentuk festifal
Nadran.
79
Festifal Nadran adalah upacara adat para nelayan
di pesisir pantai utara Jawa, seperti Subang,
Indramayu dan Cirebon yang bertujuan untuk
mensyukuri hasil tangkapan ikan, mengharap
peningkatan hasil pada tahun mendatang dan berdo’a
agar tidak mendapat aral melintang dalam mencari
nafkah di laut. Inilah maksud utama dari Upacara
Adat Nadran yang diselenggarakan secara rutin setiap
tahun.( http://www.disparbud.jabarprov.go.id/, diakses
pada tanggal 4 Juli 2019 pukul 19.00)
Nadran adalah merupakan suatu tradisi yang
berawal dari akulturasi budaya Islam dan Hindu yang
diwariskan sejak ratusan tahun secara turun-temurun.
Kata nadran sendiri, menurut sebagian masyarakat,
berasal dari kata nazar yang mempunyai makna dalam
agama Islam: pemenuhan janji. Adapun inti upacara
nadran adalah mempersembahkan sesajen (yang
merupakan ritual dalam agama Hindu untuk
menghormati roh leluhurnya) kepada penguasa laut
agar diberi limpahan hasil laut, sekaligus merupakan
ritual tolak bala (keselamatan).
Sesajen yang diberikan, disebut ancak, yang
berupa anjungan berbentuk replika perahu yang berisi
kepala kerbau, kembang tujuh rupa, buah-buahan,
makanan khas, dan lain sebagainya. Sebelum
dilepaskan ke laut, ancak diarak terlebih dahulu
mengelilingi tempat-tempat yang telah ditentukan
80
sambil diiringi dengan berbagai suguhan seni
tradisional, seperti tarling, genjring, barongsai, telik
sandi, jangkungan, ataupun seni kontemporer
(drumband), di setiap acara nadran selalu digelar
wayang kulit selama 1 minggu.
Nadran atau kadang disebut labuh saji dapat juga
diartikan sebagai sebuah upacara pesta laut
masyarakat nelayan sebagai perwujudan ungkapan
syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rezeki yang
diberikan-Nya lewat hasil laut yang selama ini
didapat. Selain itu, dalam upacara nadran juga
dilakukan permohonan agar diberi keselamatan dalam
melaut, serta tangkapan hasil laut mereka berlimpah
pada tahun mendatang.
Festival inilah yang terus menjadi semangat dan
ruh perjuangan dalam menjaga kebudayaan lokal dan
menjaga ekosistem yang dilingkungan sekitar.
“Ya betul de, disini setiap tahunnya kami
mengadaka festifal dalam mensyukuri nikmat yang
diberikan oleh Allah Swt, itu adalah
meruapakaan acara wajib tahunan yang
diberlakukan disini, namaya adalah festival
nadran, sebagai bentuk syukur dari hasil laut yang
diperoleh selama ini (Wawancara dengan Pak Eka
2 April 2019)
Kebudayan demikian yang disebut Cliffort Geertz
sebagai bentuk pemaknaan dari sebuah simbol yang
telah ada dahulu dan perlu dilestarikan dan dikenalkan
kepada pelanjut generasi selanjutnya
81
“Budaya merupakan pola pemaknaan yang
harus terus ditransmisikan secara historis dan
melekat dalam simbol-simbol. dimana untuk
memahaminya diperlukan interpretasi melalui
investigasi atas simbol-simbol melalui teks, dan
sesatu yang diajarkan secara terus
menerus.(Koentjaraningrat 1990, 37)
3. Pemberdayaan Lingkungan
Melihat persoalan lingkungan yang ada di
Desa karangsong, ada langkah-langkah kegiatan
pemberdayaan masyarakat yang mengacu pada sebuah
tujuan yaitu perubahan sikap dan perilaku manusia
agar membangun Kesadaran Ekologis Persoalan
mendasar yang terjadi di Desa Karongsong adalah
adanya penyebab tidak terpeliharanya lingkungan
meliputi rendahnya kesadaran lingkungan yang ada di
masyrakat akibat kurang pengetahuan atau informasi
mengenai lingkungan. Bahkan KSM Pantai Lestari
sendiri terbentuk akibat dari kesadaran akan
pentingnya menjaga lingkungan dan kegagalan
kelompok kelompok masyarkat terdahulu yang
melakukan rehabilitasi lahan yang rusak di pesisir
pantai Desa Karangsong tapi tidak pernah berhasil.
Untuk melakukan penyadaran di dalam
masyarakat mengenai pentingnya kesadaran ekologis
dibutuhkan seseorang yang dijadikan treeger yang
82
melakukan penyadaran pentingnya menjaga
lingkungan pesisir pantai. Desa Karangsong sendiri
terdapat KSM Pantai Lestari yang melakukan
penyadaran ekologis tersebut.
Seperti yang diungkapkan oleh pak Ony yaitu:
“Untuk memberikan kesadaran mengenai
pentingnya di lingkungan dibutuhkan
tregeer, nah kelima orang ini yang menjadi
pengurus KSM Pantai Lestari dijadikan
treger di dalam masyarakat yang akan
memberikan pengetahuan akan pentingnya
melakukan rehabilitasi lingkungan yang
ada di pesisir pantai desa
karangsong”(Wawancara dengan Pak Ony
2 April 2019).
Hal serupa pun disampaikan oleh pak
Makrus pengurus KSM Pantai Lestari :
“Terbentuknya KSM ini sendiri akibat dari
kesadaran para pengurus yang memang
melihat kerusakan yang begitu parah
dkawasan pesisir pantai desa
karangsong”(Wawancara dengan Pak
Makrus 9 April 2019)
Menurut penuturan dari pak Eka pengurus
KSM Pantai Lestari dibidang peenghijauan
mengatakan bahwa:
“Kami KSM pantai lestari melakukan
penyuluhan tentang pentingnya menjaga
lingkungan pesisir bekerjasama dengan
83
pemerintah desa melalui forum
musyawarah desa”(Wawancara dengan
Pak Eka 2 April 2019)
Dari hasil pemaparan data tersebut peneliti
menyimpulkan, untuk melakukan penyadaran
ekologis terkait pentingnya menjaga serta
merehabilitasi lingkungan pesisir pantai Desa
Karangsong, maka dibutuhkan sebuah kelompok
masyarakat yang benar benar mempunyai
kesadaran mengenai lingkungan. Sehingga
dijadikan treeger yang akan memberikan
penyadaran terhadap masyrakat. Karena
permasalahan yang dihadapi di Desa Karangsong
yaitu kurangnya kesadaran masyarakat akan
dampak yang terjadi akibat kerusakan lingkungan
di pesisir pantai Desa Karangsong. Disini KSM
Pantai Lestari dijadikan treeger yang akan
memberikan penyadaran terhadap masyarakat
Desa Karangsong dengan melakukan penyuluhan
mengenai lingkungan di forum musyawarah desa.
1. Menguatkan Kelembagaan Lokal
Dalam menguatkan kelembagaan lokal
program yang dilakukan oleh KSM Pantai Lestari
adalah peningkatan kapasitas sumber daya
manusia dalam pengelolaan ekowisata.
84
Sedangkan tindakan yang dilakukan oleh KSM
Pantai Lestari dalam pengutan kelembagan lokal
tersebut yaitu:
a. Penguatan Sumber Daya Manusia
Program harus dibangun sebagai suatu
mata rantai yang akan melanjutkan kegiatan
pemberdayaan yang sudah dilakukan melalui
stimulan dari pihak luar. Karena kelembagaan
yang kuat akan memelihara kesinambungan
dan manfaat program. pengutan kelembagaan
lokal dapat dilaksanakan melalui penguatan
sumber daya manusia sebagai pengelola
program tersebut.
Sejalan dengan prespektif diatas KSM
Pantai Lestari dalam penguatan kelembagaan
lokal yaitu dengan meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan bagi pengurus dan
anggotanya dalam mengelola ekowisata
tersebut dengan melakukan program
pendampingan dengan lembaga lain sehingga
dapat diberi pelatihan sesuai kebutuhan di
lapangan.
Sebagaimana yang disampaikan oleh pak
Makrus sebagaimana berikut:
“Karena KSM Pantai Lestari anggota nya
berasal dari warga sekitar yang mengelolanya
maka kita melakukan pelatihan tourguide
85
sehingga kualitas sumber daya manusia yang
kita miliki secara keilmuan dapat mengerti
mengenai pngelolaan lingkungan ekowisat dan
menjadi kan sdm ini bisa melayani para
wisatawan dengan baik ”(Wawancara dengan
Pak Makrus 9 April 2019)
Pak Carita menambahkan
pengalamannya tentang Program penguatan
sumber daya manusia:
“Selama tiga bulan para anggota KSM di
dampingi dan diberikan pelatihan tourguide
yang bekerja sama dengan lembaga Indecont”
( Wawancara dengan Pak Carita 6 April 2019)
Hal serupa pun ditambahkan oleh pak
Dulloh yaitu:
“Pemberdayaan yang pernah
dilakukan pelatihan tour guide untuk para
anggota supaya sdm yang kita punya dapat
mengelola sumber daya alam dan
ekowisata ini dengan baik”(Wawancara
dengan Pak Dulloh 5 April 2019)
b. Pendanaan.
Sumber pendanaan yang dilakukan oleh
KSM Pantai Lestari tidak hanya bergantung
dari pemberian pihak luar yang bersifat
sementara dan tidak permanen. oleh karena itu
pendanaan alternatif harus dibuat dalam
pelaksanaan program tersebut. Seperti yang
diungkapkan oleh pak Ali Sodikin ketua KSM
Pantai Lestari
86
“Untuk pendanaan kelompok sih dalam
setiap programnya selain dari bantuan dana
lembaga lain kita mempunyai pemasukan
pendapatan dari penjualan bibit mangrove
dan pemasukan paling banyak sih dari jasa
lingkungan ekowisata hutan mangrove”
(Wawancara dengan ketua KSM Pantai Lestari
pada 5 April 2019)
Adapun konteks yang dilakukan KSM Pantai
Lestari dalam sistem pendanaan yaitu :
1. Pembibitan tanaman mangrove
Pembibitan tanaman mangrove adalah
pendapatan dari hasil penjualan bibit tanaman
mangrove yang disemaikan oleh KSM Pantai
Lestari seperti jenis bibit tanaman mangrove
avicenia, cemara laut, dan bakau. Dari
pembibitan tanaman mangrove dapat
memberikan kontribusi baik dalam bidang
ekonomi dan lingkungan.
2. Jasa Lingkungan
Jasa lingkungan adalah pendapatan dari
hasil ekowisata hutan mangrove melalui
penjualan tiket ke pengunjung dan paket
ekowisata hutan mangrove yang disediakan
oleh KSM Pantai Lestari. Seperti yang
diungkapkan oleh pak eka sebagaimana
berikut:
87
“Hasil dari jasa lingkungan dek hasil
penjualan tiket masuk ekowisata hutan
mangrove selain untuk pengurus tetapi kita
kembalikan lagi untuk program perawatan
lingkungan”(Wawancara dengan Pak Eka
pengurus KSM Pantai Lestari 7 April 2019).
2. Membangun Kemitraan
Desa Karangsong banyak memiliki sumber
daya alam, sementara itu masyarakat belum
memanfaatkan potensi-potensi yang ada
disekitar mereka. Kemitraan bisa ditempuh
sebagai bagian pemberdayaan, seringkali
sumber daya alam tersedia, tetapi ketika
berurusan dengan dengan sumber dana dan
sistem yang menopang pengelolaan itu tidak
tersedia. Logika paling sederhana dalam
kemitraan menyatakan bahwa pekerjaan yang
dilakukan bersama-sama akan lebih efektif dan
efisien.
Dalam melakukan program rehabilitasi
lahan pesisir yang rusak dengan melakukan
penanaman kembali tanaman mangrove dari
lahan yang semula rusak hingga berfungsi
sebagai ekowista hutan mangrove KSM Pantai
Lestari tidak bekerja sendirian mereka
melakukan upaya kerjasama dengan instansi
atau lembaga lain.
88
Seperti yang diungkpakan oleh pak Ali
Sodikin ketua KSM Pantai Lestari yaitu
“Untuk menjaga lingkungan pesisir yang
rusak hingga menjadi ekowisata sampai
sekarang ini tidak bisa kelompok saja yang
bergerak tetapi kami butuh kerja sama dari
lembaga lainnya sperti dari dinas
pemerintahan pertamina LSM bahkan para
para akademisi yang sejalan dengan tujuan
kelompok ini”(Wawancara dengan ketua KSM
Pantai Lestari pada tanggal 5 April 2019)
Hal serupa juga di jelaskan oleh pak Eka
pengurus KSM Pantai Lestari di bidang
penghijaun yaitu:
“Bermitra dengan lembaga lain itu penting
banget dek karena untuk melakukan
rheabilitasi lahan kritis di Desa Karangsong
begitu berat kalo brgerak sendirian kita butuh
lembaga lain agar beban kelompok ini tidak
terlalu berat, contohnya saja banyak lembaga
lembaga yang sudah berkerja sama dengan
KSM ini karena kita mempunyai rasa saling
percaya karena program yang dilaksanakan
dengan KSM ini brhasil semua salah satunya
tanaman mangrove ini kami rawat hingga
sekarang sehingga program penanaman
mangrove dengan lembaga lain seperti
pertamina atau lembaga swasta lainnya
berhasil nah dari keberhasilan itulah kami
mudah untuk melakukan kerjasma dalam
program program lainnya terkait
lingkungan”(Wawancara dengan Pak Eka 7
April 2019)
89
Adanya keberhasilan program rehabilitasi
mangrove yang dilakukan oleh KSM Pantai
Lestari menghasilkan mitra kerjasama
sebagaimana berikut:
a. Mitra usaha MFF (Mangrove For The
Future), pembiayaan dalam pekerjaan
persmaian mangrove, penanaman
mangrove, dan silvoshevery.
b. Mitra usaha yayasan Kehati,
pembiayaan dalam pekerjaan
persemaian mangrove penanaman
mangrove, dan pelatihan pembuatan
alat pemecah ombak.
c. Mitra usaha Pertamina RU VI
Balongan, pembiayaan dalam
pekerjaan penanaman mangrove,
pembuatan track mangrove dan
arboretarium.
d. Mitra usaha PT.Traktor Nusantara,
pembiayaan dalam pekerjaan
penanaman mangrove.
e. Mitra usaha kelompok Jaka Kencana
dalam hal pemasaran makanan olahan
mangrove.
3. Evaluasi
90
Evaluasi dapat pula dilakukan terhadap
proses dan hasil dari kegiatan pemberdayaan
yang dilakukan oleh KSM Pantai Lestari, bisa
dilakukan pada waktu waktu tertentu dan akhir
kegiatan. Supaya dapat mengukur keberhasilan
suatu program dan dampak yang dihasilkan.
Tujuan evaluasi program adalah
mengetahui sejauh mana pencapaian tujuan,
apa faktor penghambat, pendukung dan
langkah apa yang diambil guna perbaikan lebih
lanjut.
Adapun evaluasi yang dilakukan oleh
KSM Pantai lestari dalam melakukan kegiatan
pemberdayaan dengan melakukan pertemuan
rutin diseiah akhir bulannya untuk melakukan
diskusi dan jajak pendapat dengan para
pengurus dan anggota KSM Pantai Lestari
yang melakukan pengelolaan ekowisata hutan
mangrove dilapangan. Seperti yang
diungkapkan oleh pak Ali Sodikin ketua KSM
Pantai Lestari:
“Kami dengan para pengurus dan anggota
KSM Pantai Lestari mengadakan rapat
evaluasi di setiap akhir bulannya untuk
mengetahui kira kira kegiatan program apa
saja yang dilakukan untuk ekowisata hutan
mangrove yang kami kelola”(Wawancara
dengan Pak Ali Ketua KSM Pantai Lestari
pada tanggal 5 April 2019)
91
Sedangkan menurut pak Carita salah satu
pengurus KSM Pantai Lestari
“saya yang mengatur jadwal rapat KSM
Pantai Lestari biasanya rapat evaluasi
tersebut dilakukan di akhir bulan. Karena
dengan adanya rapat evaluasi para pengurus
dapat melakukan langkah langkah dalam
merumuskan program apa saja yang harus
dilakukan sesuai kondisi yang diperlukan
dilapangan dalam mengelola ekowisata hutan
mangrove”(Wawancara dengan Pak Carita
salah satu pengurus KSM Pantai Lestari pada
tangggal 6 April 2019)
B. Dampak yang diperoleh Bagi Warga Sekitar dengan
Adanya Ekowisata
Hasil dari adanya kegiatan ekowisata di Desa Karangsong
bukan hanya dirasakan oleh anggota KSM pantai lestari saja,
tetapi dirasakan oleh warga sekitar yang ada di ekowisata
hutan mangrove tersebut baik secara ekonomi sosial dan
lingkungan.
Menurut salah satu penuturan warga yang berada disekitar
ekowisata hutan mangrove yang peneliti wawancarai bahwa
dampak yang didapatkan dengan adanya ekowisata hutan
mangrove
Menurut ibu Warinah
“Alhamdulillah yah dek dulu mah kan saya tkw di arab
setelah pulang tuh bingung tidak ada lahan untuk bekerja
tetapi sekarang mah enak dek saya bisa berjualan di daerah
92
ekowisata dan alhamdulillah penghasilannya lumayan dek
untuk jualan seperti es dan makanan ringan untuk
pengunjung”(Wawancara dengan Ibu Rasinah salah satu
warga Desa Karangsong 3 April 2019)
Dengan adanya aktifitas ekowisata membuka lapangan
pekerjaan baru bagi masyarakat untuk berdagang menjajakan
makanan dan minuman bagi para pengunjung ekowisata
hutan mangrove sehingga menambah ekonomi bagi
masyrakat Desa Karangsong.
Begitu juga yang disampaikan mas Arya (penjaga tiket
portal wisata)
“saya kan ganti gantian jaganya yah mas sama temen
temen karang taruna penghasilan sehari itu untuk tiketing
sekitar 3 sampai 5 juta apalagi kalo hari libur mas sedang
ramai bisa lebih, kan hitungannya perkendara itu limaribu
dan tiga ribu untuk parkir dan kemudian dibagi deh hasilnya
dengan pengurus karang taruna dan penjaga
tiketting”(Wawancara dengan Mas Arya penjaga pintu
masuk ekowisata Pantai Desa Karangsong 3 April 2019)
Sedangkan Menurut bapak Carimin
“Yang dirasakan sih tambak saya tidak terkana abrasi air
laut, kan waktu dulu mah saya sebagai petani tambak ikan
khawatir takut kena abrasi air laut, paling sekarang mah
burung burung dek yang makanin ikan ditambak
saya”(Wawancara dengan Pak Carimin pada tanggal 3 April
2019 salah satu warga Desa Karangsong)
Sedangkan menurut pak Ali sodikin (ketua KSM pantai
lestari) bahwa dampak yang dirasakan untuk warga sekitar
dengan adanya ekowisata hutan mangrove di desa
karangsong adalah :
93
“karena tujuan awal kan hanya untuk menahan abrasi air
laut tetapi yang namanya rejeki ya alhamdulillah bisa
berkembang menjadi ekowisata yang bisa menjadi tambahan
ekonomi bagi pengurus anggota dan warga sekitar di lokasi
ekowisata hutan mangrove”(Wawancara dengan ketua KSM
Pantai Lestari pada tanggal 5 April 2019)
Sedangkan menurut pak Ony (pendamping ksm pantai
lestari) dengan adanya ekowisata di Desa Karangsong:
“mengenai ekowisata dikarangsong sebagai show indow
etalase bahwa ada kelompok masyrakat peduli dan
konsisten jangka panjang berhasil sekarang mendapatkan
hasil kerja keras dari 2008 mendapatkan jasa ekonomi
secara psikli ekositem mangrove nya masih utuh
mendapatkan penghasilan ekonomi kemudian menyerap
tenaga kerja masyarakat lokal untuk mengelola ekowisata
hutan mangrove terus tambak masyarakat tidak terkena
abrasi ini semua adalah indikator keberhasilan sehingga
banyak kelompok masyarakat lain yang ingin belajar pada
kelompok pantai lestari”(wawancara dengan Pak Ony salah
satu aktivis lingkungan Desa Karangsong pada tanggal 1
April 2019)
Dari pemaparan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
dampak yang diperoleh baik secara ekonomi masyarakat
yang berada di sekitar aktifias ekowisata hutan mangrove
mendapatkan lapangan pekerjaan seperti penjaga tiket masuk
kawasan ekowisata kemudian masarakat bisa membuka kios
kios untuk berjualan dan menjajakan penjualannya seperti
souvenir dan jajanan khas untuk para pengunjung. Secara
sosial struktur perekonomian di desa karangsong bertambah
tidak hanya bekerja sebagai petani tambak dan nelayan tetapi
sebagai pengelola ekowisata hutan mangrove dan kemudian
terkait lingkungan karena masyrakat yang ada di sekitar
94
ekowisata hutan mangrove di desa karagsong merasakan
dampak perubahan yang positif dengan adanya ekowisata
tersebut masyrakat mulai secara sadar untuk menjaga
kelestarian lingkungan yang ada di Desa Karangsong mulai
dari ekosistem yang ada dipesisir pantai sampai hutan
mangrove itu sendiri untuk sama sama menjaga
kelestariannya.
Hal demikian pernah dikatakan Sumodiningrat sebagai
pemberdayaan masyarakat sebagai upaya untuk
memandirikan masyarakat lewat perwujudan potensi
kemampuan yang mereka miliki. Dalam proses
pemberdayaan masyarakat diarahkan pada pengembangan
sumberdaya manusia (di pedesaan), penciptaan peluang
usaha yang sesuai dengan keinginan masyarakat (Mardikanto
dan Soebiato 2015, 52).
Jika dibandingkan dahulu sebelum adanya ekowisata
hutan mangrove di bibir pantai Desa Karangsong keadannya
begitu kumuh, lahan lahan tambak banyak yang terkena
abrasi air laut. akan tetapi setelah adanya ekowista hutan
mangrove suasana lingkungan dibibir pantai Desa
Karamgsong tidak lagi kumuh.
Dengan kata lain, bahwa pemberdayaan yang dilakukan
oleh KSM Pantai Lestari merupakan bentuk mensejahterakan
masyarakat dan memandirikan masyarakat guna mempunyai
95
kekuatan hidup diatas potensinya sendiri (Jamasy 2004,
108).
Menurut ibu Rasinah mengatakan :
“Mending lah dulu mah sepi disini dek cuman ada
pantai dan nelayan aja terus pantainya gak keurus dek
kotor, sekarang mah mending ramai pas ada ekowisata
mangrove jadi bersih” (Wawancara dengan Ibu Rasinah
pada tanggal 3 April 2019)
Sedangkan menurut pak Makrus salah satu pengurus
KSM Pantai Lestari:
“Dulunya kawasan pantai desa karangsong itu tambak
ikan yang terabrasi pada tahun 2001, kemudian tahun 2007-
2015 ditanami mangrove oleh ksm pantai lestari dengan
berkerja sama dengan masyarakat” (Wawancara dengan Pak
Makrus 9 April 2019)
Jadi peneliti simpulkan bahwa dampak yang diperoleh
dengan adanya aktifitas ekowisata hutan mangrove mereka
merasakan dampak yang positif baik pengurus, anggota
KSM Pantai Lestari dan masyarakat di Desa Karangsong.
Baik untuk pengurus dan anggota KSM Pantai Lestari adalah
mereka mampu untuk melestarikan lingkungan di pesisir
pantai Desa Karangsong secara real ekositem mangrove nya
utuh dan mampu mendapatkan tambahan ekonomi tanpa
merusak lagi ekosisitem mangrove yang ada di pesisir pantai
bahkan mampu membuka lapangan pekerjaan baru bagi
anggota KSM Pantai Lestari sehinga mendapatkan
pengahsilan secara ekonomi dan menambah kapasitas
96
keilmuannnya dalam mengelola ekowisata hutan mangrove
dan menjaga kelestarian lingkungan.
Sedangkan untuk warga Desa karangsong yang berada
di kawasan ekowisata karena sudah mendapatkan dampak
yang begitu signifikan dengan adanya aktifitas ekowisata
mereka menjaadi lebih sadar untuk menjaga pesisir pantai
Desa Karangsong mulai dari menjaga kebersihan dan para
petani petambak yang sudah tidak lagi membuat tambak
tanpa merusak ekositem hutan mangrove yang ada di
dipesisir pantai Desa Karangsong.
Tabel 12
Perbandingan Kondisi Desa Karangsong.
Kondisi Desa Sebelum adanya
Pemberdayaan
(2000-2006)
Sesudah adanya
pemberdayaan
(2007-Sekarang)
Kondisi
Ekonomi
Mayoritas
masyarakat hanya
bekerja sebagai
nelayan dan petani
tambak tanpa
memperhatikan
kondisi
lingkungan.
Dengan adanya
pemberdayaan
Ekowisata
masyarakat ikut
terlibat dalam
pengelolaan
ekowisata sehingga
timbul struktur
perekonomian
baru.
97
Kondisi Politik Kepala Desa hanya
melakukan
pembangunan
dibidang ekonomi
melalui tambak di
lahan tanah timbul
tanpa
memperhatikan
lingkungan dengan
memberikan surat
ijin menggarap
ditanah timbul bagi
masyarakat yang
mebayarnya
Kepala desa di
pegang oleh alm
pak Sahlani dan
pak Dulloh
membenahi surat
ijin menggarap di
tanah timbul untuk
memperhatikan
kondisi lingkungan
dan sekarang sudah
membuat PERDES
tentang area
penghijauan hutan
mangrove di
pesisir pantai/tanah
timbul.
Pengelolaan
sumber daya
lokal
Tidak ada Adanya ekowisata
hutan mangrove,
dan pengelolaan
tanaman mangrove
menjadi olahan
makanan dan
minuman yang
dijual oleh
masyarakat.
Kondisi Lingkungan pesisir Lingkungan pesisir
98
Lingkungan pantai Desa
Karangsong akibat
eksploitasi lahan
tambak.
pantai tidak lagi
rusak dari
eksploitasi lahan
tambak dan
ancaman dari
abrasi air laut
dengan adanya
hutan mangrove
yang ditanami oleh
KSM Pantai
Lestari dengan
masyarakat
Penghargaan
yang didapat
Tidak ada Juara 3 lomba
wanalestari tingkat
nasional dalam
mengelola hutan
mangrove di
pesisir pantai.
99
BAB V
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Bentuk pemberdayaan masyarakat yang di lakukan
oleh KSM Pantai lestari yaitu pemberdayaan ekonomi,
pemberdayaan kebudayaan dan pemberdayaan lingkungan
melalui penyadaran ekologis, menguatkan kelembagaan
lokal dengan meningkatkan kualitas SDM yang dimiliki
oleh KSM Pantai Lestari, Membangun kemitraan dan
evaluasi.
Dampak yang dirasakan oleh warga sekitar yang
ada di lokasi ekowisata yaitu munculnya struktur
perekonomian baru bagi masyrakat dengan adanya
aktifitas ekowisata hutan mangrove, bertambahnya
pendapatan ekonomi bagi anggota KSM Pantai Lestari
serta Terjaganya ekosistem pesisir pantai Desa
Karangsong.
B. SARAN
1. Untuk KSM Pantai Lestari agar meningkatkan
pelatihan pelatihan bagi anggotanya dalam
pengelolaan ekowisata seperti pelatihan pemasaran
wisata.
2. Untuk pemerintah agar lebih memperhatikan sarana
prasarana penunjang ekowisata hutan mangrove
sehingga KSM Pantai Lestari dapat mengembangkan
ekowistanya dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Ambo Tuwo, Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut, Surabaya:
Brilian Internasional, 2011.
Diana. Perencanaan Sosial Negara Berkembang, Yogyakarta:
Gajah Mada University Pres, 1997.
fredinan Yulianda & handoko Adi susanti, Buku panduan
kriteria penetapan zona ekowisata bahari. (Bogor, IPB
Press) 2001.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik,
Jakarta;Bumi Aksara, 2013.
Herdiansyah, Haris. Metedeologi Penelitian Kualitatif: Untuk
Ilmu-ilmu Sosial, Jakarta: Salemba Humanika, 2012.
Husaini Usmani dan Purnomo Setiady Akbar. Metedeologi
Penelitian Sosial, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008.
Ian, Parker. Psikologi Kualitatif, Yogyakarta: Andi, 2008.
Irawan Prasetya. Logika dan Prosedur Penelitian, Jakarta: STIA-
LAN, 1999.
Janianton Damanik dan Helmut F.Weber, Perencanaan
Ekowisata Dari Teori ke Aplikasi, (Yogyakarta: 1Andi
Offiset, 2006).
Kusnaka Adimiharja & Harry Hikmat, Participatory Reserach
Apprasial. Bandung:Humaniora Utama Press, 2004
Mardi Yatmo Hutomo, Pemberdayaan Masyarakat dalam
Bidang Ekonomi:Tinjauan Teoritis dan Implementasi.
Jakarta Bappenas, 2000.
Ndraha, Taiziduhu, Kronologi; Ilmu Pengetahuan Baru Jakarta
Direksi Cipta, 2003.
Nugroho, Iwan dan Dahuri, Rokhim, pembangunan wilayah,
prespektif Ekonomi Sosial dan Lingkungan, Jakarta:
LP3ES, 2012.
Pemikiran Guru Besar Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik
Negara. Pembangunan Pedesaan dalam Rangka
Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat, Bogor: IPB Pres,
2010.
Prijono, Onny S. Pemberdayaan Konsep, Masyarakat, Jakarta:
Bina Rena Pariwarna, 1997.
Rachmad K. Dwi Susilo, Sosiologi Lingkungan dan sumber daya
alam prespektif teori dan isu-isu mutakhir, Jogjakarta:Ar-
Ruzz Media, 2012.
Rukhiyat, Adang dkk, Panduan Penelitian Bagi Remaja, Jakarta:
CV Tumaritis, 2003.
Satori, Djam’an; Komariah, Aan. Metode Peneltian Kualitatif,
Bandung;Alfabeta, 2013.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D, Bandung; Alfabeta, 2013.
Suharsaputra, Uhar. Metode Penelitian; Kuantitatif, Kualitatif,
dan Tindakan, Bandung; Aditama, 2012.
Sulistyaninsh. Metode Penelitian Kebidanan: Kuantitatif-
Kualitatif, Yogyakarta; Graha Ilmu, 2012.
Sumarsono, Sonny. Metode Riset Sumber Daya Manusia,
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004.
Supriharyono. Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam
di Wilayah Pesisir Tropis, Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2000.
Syamsir Salam dan Amir Fadhilah, Sosiologi Pedesaan, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarifhidayatullah Jakarta, 2008.
Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato, Pemberdayaan
Masyarakat Dalam Prespektif Kebijakan Publik, Bandung,
Alfabeta, 2012.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009, BAB II, Pasal 4.
Yati, Oka A. Ekonomi Pariwisata, Introduksi, Informasi dan
Implementasi. Jakarta: Kompas, 2008.
Yulistiani, Indri. Ragam Penelitian Kualitatif: Penelitian
Lapangan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: UI, 2001.
Zubaedi, Pengembangan Masyarakat Wacana dan Praktek,
(Jakarta: Prenada Media Group, 2013, Cet 1.
Sumber Jurnal
Fikri Nazarullail, Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program
Ekowisata “Lepen Adventure”. Jurnal Pendidikan dan
Pengembangan Volume 2 no 8.
Hemas Prabawati Jakti Putri. Faktor-Faktor Keberhasilan
Pengembangan Desa Wisata di Dataran Tinggi Dieng.
Jurna Teknik PWK Volume 2 no 3 2013.
Muhammad Ahmad Ridlwan, Model Pengembangan Ekowista
dalam Upaya Pemberdayaan Masyarakat Lokal. Jurnal
Politik Indonesia Indonesian Political Science Review.
Sumber Internet
https://beritagar.id/artikel/berita/data-bps-pengangguran-di-
indonesia-756-juta-orang, Diakses pada, 28 Febuari 2017.
https://jabar.bps.go.id. Diakses pada, 28 Febuari.
http://pusdalisbang.jabarprov.go.id, Diakses pada, 27 Febuari.
http://www.pikiran-rakyat.com. Diakses pada 28 Febuari 2017.
http://www.pertamina.com. Diakses pada tanggal 25 febuari
2017.
Sumber Wawancara
Wawanncara dengan pak ali sodikin salah satu pengurus ksm
pantai lestari pada tanggal 5 april 2019.
Wawancara dengan pak Eka salah satu pengurus KSM pantai
lestari pada tanggal 7 mei 2019
Wawancara dengan pak Makrus salah satu pengurus KSM Pantai
Lestari pada tanggal 9 April 2019.
Wawancara dengan Pak Dulloh salah satu pengurus KSM Pantai
Lestari pada tanggal 5 April 2019
Wawancara dengan pak Carita salah satu pengurus KSM Pantai
Lestari pada tanggal 6 April 2019
Wawancara dengan Pak Ony aktivis lingkungan Desa
Karangsong pada tanggal 1 April 2019
Wawancara dengan pak Rosikin anggota KSM Pantai Lestari
pada tanggal 3 April 2019
Wawancara dengan Armando salah satu anggota KSM Pantai
LESTARI pada tanggal 3 April 2019
Wawancara dengan ibu Rasinah salah satu warga Desa
Karangsong pada tanggal 3 April 2019
Wawancara dengan bapak carimin salah satu warga Desa
Karangsong pada tanggal 3 April.
LAMPIRAN LAMPIRAN
Transkip wawancara
Wawancara pengurus KSM Pantai Lestari
Nama : Pak Ali Sodikin
Jabatan : Ketua Ksm Pantai Lestari
Tempat dan waktu wawancara: dikantor kepala desa 5 april 2019
jam 09.00.
1. Bisa ceritakan, Bagaimana keadaan kawasan pantai
desa karangsong dulunya, mulai dari lingkungan,
lembaga desa kemudian masyrakat dan
kehidupannya?
Yang jelas sebelum adanya ksm pantai lesstrai banyak
lembaga atau kelompok yang di dsa krangsong tetapi
muncul dan tenggelam begitu aja terus lingkungan
pesisir rusak dan terkena abrasi
2. Sejak kapan KSM Pantai Lestari didirikan?
Didirikan mah 2007 tetapi diresmikannya 2008
3. Bagaimana ide yang melatarbelakngi KSM Pantai
Lestari didirikan?
Kepedulian dengan lingkungan peisisr pantai yang
rusak
4. Siapa saja pencetus berdirinya KSM Pantai Lestari?,
mengapa hanya segilintir orang pak yang mencetuskan
berdiriinya ksm pantai lestari?
Kelima pengurus ksm ini dan dukung oleh almarhum
pak sahlani.
5. Pihak pihak manakah yang mendukung berdirinya
KSM pantai lesatari?
Jadi awal awal mah biasa biasa aja kan banyak
kelompok muncul karena ada program saja, tetapi gak
nyangka ksm ini sampai sebesar ini , merasa untuk
mengunggulkan mah tidak tapi kita jalankan aja
6. Apa saja visi misi tujuan KSM Pantai lestari?
Visi misi dan tujuan KSM ini untuk menjaga
lingkungan yang ada di pesisir pantai desa
karangsong.
7. Siapa saja yang menjadi pengelola KSM Pantai
Lestari?
Para pengurus dan masyrakat yang menjadi anggota
KSM Pantai Lestari kira kira ada 15 orang dek.
8. Bagaimana model pengelolaanya?, proses merekrut
anggotanya bagaimana?
Pengelolannya ya kalo kelompok tidak serius yang
tidak bertahan lama dan manajemen kelompok juga
harus bagus agar bisa tertata lebih baik dan bisa
bergerak sesuai jalur. Merekrutnya anggota sih yah
kalo mau masuk silahkan kan dikelompok waktu itu
tidak memberi penghasilan lebih keanggota karena
kelompok ini bergerak di perbaikan lingkungan ya
kalo masyrakat sepakat ya silahkan masuk.
9. Program apa saja yang dilakukan KSM Pantai
Lestari?, bagaimana proses merumuskan atau
membuat program tersebut?
Merumuskannya program melalui rapat internal kan
kita musyawarahkan bersama supaya makin erat
antara pengurus kelompok. Program yang dilakukan
oleh KSM Pantai lestari salah satunya konservasi
lingkungan pesisir pantai Desa Karangsong dan
ekowisata hutan mangrove.
10. Siapa nama pencetus ide dari program tersebut?,
apakah ada yang menjadi mentor untuk merumuskan
program tersebut?
Ide mah kita rapatkan bersama sama kebetulan waktu
itu didampingi oleh pak ony.
11. Bentuk bentuk pemberdayaan apa saja pak dalam
pelaksaan program tersebut? Dan metode/tekhnik
pemberdayaan seperti apa untuk menjalankan program
tersebut?
Salah satunya peeningkatan kapasitas anggota
kelompok dalam pengelolaan ekowista hutan
mangrove seperti pelatihan tourguide dengan berkerja
sama dengan indecont
12. Apa yang menjadi tujuan program tersebut?
Supaya kelestarian lingkungan dipesisir pantai
karangsong dapat terjaga dan tidak terkena abrasi dan
bermanfaat bagi generasi penerus bahkan menjadi
sebuah sejarah bahwa ada kelompok yang benar benar
menjaga lingkungan di pesisir pantai desa karangsong.
13. Dari mana modal KSM Pantai Lestari dalam
menjalankan program?
Swadaya pengurus sudah pasti terkadang sisaan
program kita kumpulkan untuk kelanjutan program
ksm pantai lestari ada juga program yang kita jalankan
kan anggarannya tidak sesuai real dilapangan banyak
yang memangkas.
14. Apakah KSM Pantai Lestari melakukan
kerjasama/bermitra dengan lembaga lain? kalo
bermitra coba ceritakan bagaimana proses ksm pantai
lestari bisa bermitra dengan lembaga lain?, alasan ksm
pantai lestari bermitra?
untuk menjaga lingkungan pesisir yang rusak hingga
menjadi ekowisata sampai sekarang ini tidak bisa
kelompok saja yang bergerak tetapi kami butuh kerja
sama dari dinas pemerintahan pertamina LSM bahkan
para para akademisi yang sejalan dengan tujuan
kelompok ini.
15. Sejak kapan ekowisata di desa karangsong
diresmikan?, Bagaimana ide terbentuknya ekowisata
di desa karangsong?
Ekowisata sekitar 2015 idenya mah awalnya tidak ada
karena tujuan awal kan hanya untuk menahan abrasi
air laut tetapi yang namanya rejeki ya alhamdulillah
bisa berkembang menjadi ekowisata yang bisa
menjadi tambahan ekonomi bagi pengurus anggota
dan warga sekitar di lokasi ekowisata hutan mangrove.
16. Pihak pihak manakah yang mendukung perintisan
ekowisata di desa karangsong?
Pertamina dinas kelautan perikanan bahkan para
akademisi yang selalu melakukan riset di hutan
mangrove tersebut.
17. Bagaimana pengurus KSM Pantai lestari memberikan
penjelasan/penyadaran ke masyrakat tentang adanya
ekowisata di desa karangsong?
18. Apakah program yang dilakukan kelompok KSM
Pantai lestari melibatkan warga sekitar? Selain
anggota KSM Pantai Lestari? Jika tidak dilibatkan
mengapa? Jika melibatkan bagaimana proses?
Yang pasti mengajak masyrakat walaupun sebagian
masyrakat ada saja yang tidak ikut terlibat dalam
program
19. Apakah bentuk peran dan partisipasi masyarakat
dilibatkan dari perumusan program, pelaksanaan
program atau sampai pemanfaatan program?
Paling partisipasinya dalam pelaksanaan program saja
karena yang kita ajak ada yang meu menjadi anggota
tetap ada juga yang hanya mnejadi buruh tanam
mangrove yang diupah harian.
20. Apakah program tersebut berhasil? Indikator
keberhasilannya apa saja?
Berhasil, banayak peluang usaha baru bagi masyrakat
dan lingkungan di pesisir pantai tidak lagi rusak.
21. Bagaimana Tanggapan masyarakat sekitar mengenai
KSM Pantai lestari dan program ekowisata? Jika
baik/tidak mengapa?
22. Penghargaan apa saja sih yang di dapat KSM Pantai
Lestari?
Juara 3 wanalestari tingkat nasional.
23. Harapan kedepan untuk KSM Pantai lestari?
Kan kelompok sudah terkenal di tingkat nasional tapi
kelompok bukan mengharapkan pengakuan dari siapa
siapa tetapi harapannya kelompok dapat menjadi
contoh bahkan inspirasi bagi kelompok lain agar
tergugah bahwa kelompok itu berjalan bukan kalo ada
proyek atau program saja tetapi bisa konsisten untuk
menjlankan, kalo untuk ekowisata hutan mangrove
supaya bisa menjadi lebih baik dan terkenal lagi
menjadi tempat pembelajaran manfaat mangrove.
Wawancara pengurus KSM Pantai Lestari
Nama : Pak Makrus
Jabatan : bendahara KSM Pantai Lestari
Tanggal : 9 april 2019 jam 14.00
24. Bisa ceritakan, Bagaimana keadaan kawasan pantai
desa karangsong dulunya, mulai dari lingkungan,
lembaga desa kemudian masyrakat dan
kehidupannya?
Dulunya kawasan pantai desa karangsong itu tambak
ikan yang terabrasi pada tahun 2001, kemudian tahun
2008 ditanami mangrove oleh ksm pantai lestari.
lembaga desa di karangsong itu banyak kelompok
kelompok masyrakat kelompok masyarakat di bidang
penghijauan kelompok masyrakat dibidang
penangkaran ikan dan banyak lagi mas.
25. Sejak kapan KSM Pantai Lestari didirikan?
17 mei 2008 di akta notariskan sekitar tahun 200
26. Bagaimana ide yang melatarbelakngi KSM Pantai
Lestari didirikan?
Ya tadi itu mas kepedulian akan lingkungan yang
rusak
27. Siapa saja pencetus berdirinya KSM Pantai Lestari?,
mengapa hanya segilintir orang pak yang mencetuskan
berdiriinya ksm pantai lestari?
KSM pantai lestarai ini berdiri bukan dari bentukan
dinas tetatpi beberapa orang yang pernah berkelompok
mempersatukan diri untuk membuat kelompok yang
bergerak di bidang konservasi lingkungan atau peduli
terhadap rusaknya bibir pantai desa karangsong. Dan
dulunya pak ali pak marus pak eka pak carita dan pak
dulloh mempunyai kelompoknya masing masing.
Karena waktu itu masyrakat sibuk dengan
kelompoknya masing masing sehingga hanya
segelintir orang yang mencetuskan berdirinya ksm
pantai lestari.
28. Pihak pihak manakah yang mendukung berdirinya
KSM pantai lesatari?
Rt/Rw masyarakat yang masuk menjadi anggota ksm,
pemuda dan dinas perikanan dan kelautanan, dan lsm
kehati, lsm kehati memberikan bantuan dana dan
teknis dalam peningkatan kapasitas pengurus.
29. Apa saja visi misi dan tujuan KSM Pantai lestari?
Nanti saya ksih file nya terkait visi misi dan tujuan
ksm pantai lestari
30. Siapa saja yang menjadi pengelola KSM Pantai
Lestari?
Pak ali, pak eka, pak carita, pak dulloh, dan saya
sendiri mas
31. Bagaimana model pengelolaanya?, proses merekrut
anggotanya bagaimana?
Model pengelolaannya ad art dan norma norma
dijunjung dan nilai nilai tidak tertulis harus
disepakatai seperti saling percaya, kemudian setiap
sebulan sekali ada rapat internal pengurus untuk
melakukan kesepakatan kesepakatan baru. Untuk
perekrutan anggota dibebaskan selagi anggota tersebut
sejalan dengan ksm pantai lestari yang bergerak
dibidang lingkugan.
32. Program apa saja yang dilakukan KSM Pantai
Lestari?, bagaimana proses merumuskan atau
membuat program tersebut? Program konservasi
lingkungan dan jasa ekowisata. Merumuskan program
ketika rapat internal pengurus yang dilakukan sebulan
sekali.
33. Siapa nama pencetus ide dari program tersebut?,
apakah ada yang menjadi mentor untuk merumuskan
program tersebut? Ada yang menjdai mentor untuk
tujuan awalnya peningktan kapasitas pengurus
kelompok waktu itu pak ony salah satu tokoh diluar
kelompok menjadi fasilitator dalam merumuskan
program yang dilakukan ksm pantai lestari untuk
merehab pantai dengan melakukan penanaman
mangrove.
34. Bentuk bentuk pemberdayaan apa saja pak dalam
pelaksaan program tersebut? Dan metode/tekhnik
pemberdayaan seperti apa untuk menjalankan program
tersebut?
Bentuk pemberdayaanya berupa peningkatan kapasitas
sumber daya manusia dalam pengelolaan ekowisata
sih kita berkejasama dengan salah satu lembaga
Indecont berupa pendampingan selama 3 bulan
melalui pelatihan tourguide untuk anggota Ksm Pantai
lestari supaya dapat melayani pengunjung dengan baik
bagaimana berkomunikasi dengan pengunjung
sehingga pengunjung dapat pengetahuan mengenai
hutan mangrove
Metode teknik tidak ada yang penting berkomitmen
saja untuk menjalankan.
35. Apa yang menjadi tujuan program tersebut?
Pantai tidak terkena abarasi, lingkungan pantai
menjadi bersih itu tujuann programnya.
36. Dari mana modal KSM Pantai Lestari dalam
menjalankan program?
Modalnya sih mas pertama hasil dari program
program yang kita laksanakan pasti ada sisanya kita
tidak bagi bagi tapi unuk program selanjutnya bahkan
modal ksm pantai lestari dari swadaya pengurus,
37. Apakah KSM Pantai Lestari melakukan
kerjasama/bermitra dengan lembaga lain? kalo
bermitra coba ceritakan bagaimana proses ksm pantai
lestari bisa bermitra dengan lembaga lain?, alasan ksm
pantai lestari bermitra?
38. Sejak kapan ekowisata di desa karangsong
diresmikan?, Bagaimana ide terbentuknya ekowisata
di desa karangsong? Sekitar tahun 2015, awalnya sih
cuman menjaga lingkungan pesisir pantai kemudian
banyak akademisi melakukan penelitian dan publikasi
sejingga masyarakat banyak yang tau ekosistem hutan
mangrove yang ada di desa karangsong.
39. Pihak pihak manakah yang mendukung perintisan
ekowisata di desa karangsong?
Pemerintah desa dan masyarakat desa karangsong.
40. Bagaimana pengurus KSM Pantai lestari memberikan
penjelasan/penyadaran ke masyrakat tentang adanya
ekowisata di desa karangsong? Yah hanya bersifat
informal saja mas paling penjelasan ke masyarakat
meallaui facebook poster dan obrolan dengan
masyrakat.
41. Apakah program yang dilakukan kelompok KSM
Pantai lestari melibatkan warga sekitar? Selain
anggota KSM Pantai Lestari? Jika tidak dilibatkan
mengapa? Jika melibatkan bagaimana proses?
Program yang dilakukan ksm pantai lestari hanya
melibatkan anggota kelompok saja.
42. Apakah bentuk peran dan partisipasi masyarakat
dilibatkan dari perumusan program, pelaksanaan
program atau sampai pemanfaatan program? Kan
perumusan program dirapat internal tetapi anggota
berperan hanya di pelaksanaan dan pemanfaatn
program saja.
43. Apakah program tersebut berhasil? Indikator
keberhasilannya apa saja?
Program tersebut menurut saya berhasil, indikatornya
bagaiamana program ekowisata tersebut bisa
berkelanjutan sampai sekarang,
44. Bagaimana Tanggapan masyarakat sekitar mengenai
KSM Pantai lestari dan program ekowisata? Jika
baik/tidak mengapa? Tanggapan masrakat sekitar yah
ada yang bilang baik ada yang bilang tidak masyarakat
yang diajak akan bilang yangbaik baik yang tidak
pasti tanggapannya buruk mas. Itu semua kan risiko
orang hidup mas.
45. Penghargaan apa saja sih yang di dapat KSM Pantai
Lestari?
Juara 3 wanalestari tingkat nasional
46. Harapan kedepan untuk KSM Pantai lestari?
Ksm pantai lesatari menjadi lebih baik dan selalu
kompak terus, dan untuk ekowisata hutan mangrove
bisa makin ramai pengunjung sehingga fasilitas
penunjang ekowisata bertambah.
Wawancara Pengurus KSM Pantai Lestari
Nama : Pak Dulloh
Jabatan : Bidang Pengembangan Masyarakat
Waktu Wawancara : 5 April 2019 jam 15.00
A. Wawancara pengurus KSM Pantai Lestari
47. Bisa ceritakan, Bagaimana keadaan kawasan pantai
desa karangsong dulunya, mulai dari lingkungan,
lembaga desa kemudian masyrakat dan
kehidupannya?
Ya kalo cerita desa karangsong sendiri sih ketika itu
desa ini satu dengan pabean udik kemudian terjadi
pemekaran, dulunya tahun 70 an desa karangsong itu
daerah pertanian karena ada bendungan karet jadi
agak susah untuk mendapatkan air tawar kenudian
tahun 80 an akhir semua area pertanian dijadikan
tambak mulai dari tambak ikan dan udang dan pada
tahun 90 an awal semua lahan dijadikan tambak
sampai di daerah bibir pantai desa karangsong pada
tahun 2001 kelompok nelayan besar dipindahkan ke
desa karangsong karena letak muara nya tidak terlalu
jauh dan sedemin tanahnya pasir bukan lumpur yang
tadinya di desa brondong awalnya sih di desa
karangsong cuman ada kelompok nelayan kecil,
karena lahan tambak sudah terlalu banyak sehingga
terjadi kerusakan dilingkungan pesisir desa
karangsong skeitar tahun 2000 banyak kelompok yang
menangani perbikan lingkungan, setelah kita amati
setelah ada bendungan karet direntang di desa
karangsong selalu terjadi abrasi dan banyak kelompok
kelompok yang menangani perbaikan lingkungan
pesisir dengan cara menanami mangrove tidak selalu
berhasil nanem mangrove kemudian ditebang lagi
maka dicobalah untuk membentuk kelompok yaitu
kelompok ksm pantai lesatrai dulunya kan para
pengurus ksm ini kan pernah mempunyai dan
mengikuti kelompok termasuk saya kelompok rahayu
di bidang budidaya pak carita dikelompok tangkap
dan pak makrus ini ketua kelompok kelopak yang
menangani bidang lingkungan yang waktu itu sudah
besar karena ada maslah dengan para pengurus
akhirnya bubar setelah kami menggas kelompok kami
dikumpulkan oleh kepala desa untuk membuat
kelompok ksm pantai lestari yaitu almarhum pak
sahlani untuk melakukan perbaikan lingkungan karena
kelompok kelompok yang lain berjalan sendiri sendiri
sehingga tidak ad hasilnya maka pak sahlani
menggagas dan menarik ketua kelompok kelompok
untuk membuat kelompok baru untuk menangani
kerusakan lingkungan.
48. Sejak kapan KSM Pantai Lestari didirikan?
Sebenarnya ksm pantai lestari ini sudah beriri sekitar
2007 dan diresmikan 20 mei 2008.
49. Bagaimana ide yang melatarbelakngi KSM Pantai
Lestari didirikan?
Ide berdirinya sih karena melihat kerusakan
lingkungan di pesisir pantai desa karangsong dan
waktu itu tahun 2007 mendapat program GERHAN
untuk penanaman mangrove di pesisir pantai desa
karangsong. Pada waktu itu ketika kami menanm
terjadi tumpahan minyak dari balongan sekitar
september 2008 dan kami memberhentikan
penanaman dan mulai lagi sekitar 2009
50. Siapa saja pencetus berdirinya KSM Pantai Lestari?,
mengapa hanya segilintir orang pak yang mencetuskan
berdiriinya ksm pantai lestari?
Pak ali pak carita pak eka pak makrus pak carita pak
kuwu sahlani dan pak ony
51. Pihak pihak manakah yang mendukung berdirinya
KSM pantai lesatari?
Yang pasti mah yang mendukung tuh dari pemerintah
desa pak kuwu sahlani.
52. Siapa saja yang menjadi pengelola KSM Pantai
Lestari?
pak ali pak dulloh pak carita pak makrus pak eka
53. Bagaimana model pengelolaanya?, proses merekrut
anggotanya bagaimana?
Pengelolaanya sih sederhana kita saling percaya antar
kelompok dan selalu meniatkan bahwa kelompok ini
benar benar menangani perbaikan lingkungan dan
selalu solid untuk kemajuan kelompok.
54. Program apa saja yang dilakukan KSM Pantai
Lestari?, bagaimana proses merumuskan atau
membuat program tersebut? Pertama sih konservasi
lingkungan pesisir pantai terus penanaman mangrove
dan jasa ekowisata
55. Siapa nama pencetus ide dari program tersebut?,
apakah ada yang menjadi mentor untuk merumuskan
program tersebut?
Sebenrnya nya mah terkait ide mah kan kita sebulan
sekali mengadakan rapat untuk evaluasi membuat
program kebetulan untuk program kita di dampingi
oleh pak ony
56. Bentuk bentuk pemberdayaan apa saja pak dalam
pelaksaan program tersebut? Dan metode/tekhnik
pemberdayaan seperti apa untuk menjalankan program
tersebut?
Pemberdayaan yang pernah dilakukan sih konservasi
lingkungan dan pelatihan tour guide untuk para
anggota supaya sdm yang kita punya dapat mengelola
sumber daya alam dan ekowisata ini dengan baik.
57. Apa yang menjadi tujuan program tersebut?
Tujuan programnya yaitu menjaga lingkungan dan
mendpatkan tambahan ekonomi tanpa merusak
mangrove lagi.
58. Dari mana modal KSM Pantai Lestari dalam
menjalankan program?
Modalnya sih awalnya swadaya pengurus kemudian
ketika ada program dari luar sisanya kita tidak untuk
bagi bagi ke pengurus tetapi kita kumpulkan untuk
kelangsungan program kelompok. Bahkan dari tiket
tiket ekowisata bukan hanya untuk kesejahteraan
pengurus dan anggota tetapi dikembalikan lagi untuk
lingkungan salah satunya pembebasan lahan yang
rusak kita tidak bisa menanam mangrove ditanah
milik orang karena sudah pasti mangrovenya ditebang
dan dijadikan tambak lagi ketika terjadi tanah timbul.
59. Apakah KSM Pantai Lestari melakukan
kerjasama/bermitra dengan lembaga lain? kalo
bermitra coba ceritakan bagaimana proses ksm pantai
lestari bisa bermitra dengan lembaga lain?, alasan ksm
pantai lestari bermitra?
Kami bermitra dengan dinas perikanan dan kelautan,
lsm utbund kalo untuk pertamina sih tahun 2010
60. Sejak kapan ekowisata di desa karangsong
diresmikan?, Bagaimana ide terbentuknya ekowisata
di desa karangsong? Sebenarnya peresmiannya tidak
ada karean kami menanam mangrove hanya untuk
menahan abrasi air laut agar tidak sampai ke tambak
masyrakat tetapi karena banyak mahasiswa
melakukan penelitian disana dan banyak yang mau
berkunjung disana maka yaudah lah kita jadikan
ekowisata mungkin ini bonus dari perjuangan
kelompok.
61. Pihak pihak manakah yang mendukung perintisan
ekowisata di desa karangsong?
Pertamina Indecont dinas perikanan dan Kelautan.
62. Bagaimana pengurus KSM Pantai lestari memberikan
penjelasan/penyadaran ke masyrakat tentang adanya
ekowisata di desa karangsong?
Kalo untuk penyadaran sih mas untuk masyarakat
terkait lingkungan masyarakat sudah mulai sadar
sendiri karena masyrakat merasakan manfaatnya
dengan adanya hutan mangrove ini.
63. Apakah program yang dilakukan kelompok KSM
Pantai lestari melibatkan warga sekitar? Selain
anggota KSM Pantai Lestari? Jika tidak dilibatkan
mengapa? Jika melibatkan bagaimana proses? Kalo
untuk melibatkan masyarakat kami ajak dan kami
tanyakan apakah mau menjdai anggota tetap atau tidak
tapi rata rata masyarakat hanya mau kerja saja sebagai
buruh tanam mangrove.
64. Apakah bentuk peran dan partisipasi masyarakat
dilibatkan dari perumusan program, pelaksanaan
program atau sampai pemanfaatan program? Tadi itu
mas yang saya katakan partisipasi masyrakat sebagian
hanya menjadi buruh tanam terkait program perbaikan
lingkungan.
65. Apakah program tersebut berhasil? Indikator
keberhasilannya apa saja?
Alhamdulilaah berhasil ya mas, tandanya sih yah itu
mas bagaiman hutan mangrove itu utuh samapai
sekarang dan bahkan sudah menjadi ekowisata
sekarang.
66. Bagaimana Tanggapan masyarakat sekitar mengenai
KSM Pantai lestari dan program ekowisata? Tangapan
masyarakat ada yang bilang bagus dan ada yang tidak.
67. Penghargaan apa saja sih yang di dapat KSM Pantai
Lestari?
Penghargaan wanalestari juara 3 tingkat nasional
68. Harapan kedepan untuk KSM Pantai lestari?
Mudah mudahan sih makin berkembang ksm pantai
lestari ini dan ekowista menjadi lebih bagus sehingga
banyak pengunjung yang datang lagi.
Wawancara pengurus ksm pantai lestari
Nama : Pak Carita
Jabatan : sekertaris
Waktu wawancara : 6 april jam 13.00
1. Bisa ceritakan, Bagaimana keadaan kawasan pantai
desa karangsong dulunya, mulai dari lingkungan,
lembaga desa kemudian masyrakat dan
kehidupannya?
Kalo dulu seblum 2008 kelompok kelompok itu
banyak kelompok budidaya kelompok tangkar
kelopak dibidang penghijauan kebetulan saya satu
kelompok dengan pak ali di kelompok tangkar
kemudian dilihat dari kegagalan kegalan kelompok
akhirnya kelima ketua anggota kelompok ini menyatu
untuk membuat kelompok baru dibidang perbaikan
lingkungan karena pada waktu itu dibibir pantai
karangsong 1 km ke pumikan dan daerah tambak
hampir terkena abrasi karena masyrakat banyak yang
empangnya terkena abarasi dari bibir pantai.
2. Sejak kapan KSM Pantai Lestari didirikan?
Sekitar tahun 2008 yang pad waktu itu pak dulloh
yang menjadi ketua.
3. Bagaimana ide yang melatarbelakngi KSM Pantai
Lestari didirikan?
Gagasannya melihat rusaknya kondisi bibir pantai
bahkan lahan yang kita tanami dulunya sudah menjadi
lautan. Program yang pertama kali berhasil dari
perikanan dan kelauatan terkait penanaman mangrove
4. Siapa saja pencetus berdirinya KSM Pantai Lestari?,
mengapa hanya segilintir orang pak yang mencetuskan
berdiriinya ksm pantai lestari?
Pak ali saya pak makrus pak eka pak dulloh dan
didukung oleh pak sahlani.
5. Pihak pihak manakah yang mendukung berdirinya
KSM pantai lesatari?
Dinas perikanan dan kelautan dan pertamina sekitar
2011 baru masuk.
6. Apa saja visi misi dan tujuan KSM Pantai lestari?
Tadinya kan tujuannya hanya menahan abarasi air laut
ternyata sekarang menjadi ahli fungsi menjadi
ekowisata
7. Siapa saja yang menjadi pengelola KSM Pantai
Lestari?
Kelima pencetus berdirinya ksm ini yang menjadi
pengurus.
8. Bagaimana model pengelolaanya?, proses merekrut
anggotanya bagaimana?
Pengelolaannya sesuai tupoksi masing masing
pengurus, proses mrekrut anggota sih tidak ada
persyaratan tetapi siapa saja yang mau membantu
dikelompok.
9. Program apa saja yang dilakukan KSM Pantai
Lestari?, bagaimana proses merumuskan atau
membuat program tersebut?
Kita melakukan rapat rutin sebulan sekali dengan para
pengurus bahkan dulu ketika itu untuk membuat
program kita harus membuat proposal program
memint bantuan ternyata karena kelompok kita
banyak berhasil maka sekarang tidak susah lagi untuk
menawarkan program bahkan sekarang banyak pihak
swasta yang menawarkan program untuk bekerjasama.
10. Siapa nama pencetus ide dari program tersebut?,
apakah ada yang menjadi mentor untuk merumuskan
program tersebut?
Kalo untuk ide program kita rumuskan bersama tetapi
waktu itu ada yang mau mendampingi kami yaitu pak
ony.
11. Bentuk bentuk pemberdayaan apa saja pak dalam
pelaksaan program tersebut? Dan metode/tekhnik
pemberdayaan seperti apa untuk menjalankan program
tersebut?
Pelatihan peningkatan sdm untuk pengelolaan
ekowisata yaitu pelatihan tourguide berkerja sama
denga indecont.
12. Apa yang menjadi tujuan program tersebut?
Tadinya kan tujuannya hanya menahan abarasi air laut
ternyata sekarang menjadi ahli fungsi menjadi
ekowisata, bahkan dulu perjuangannya sangat susah
ketika melakukan perbaikan lingkungan kendalanya
konflik terhadap masyarakat yang mempunyai
kepntingan untuk menjdaikan tambak.
13. Dari mana modal KSM Pantai Lestari dalam
menjalankan program?
Dari sisa dana pelaksanaan program yang telah
dilakukan dan swadaya pengurus dan anggota
kelompok.
14. Apakah KSM Pantai Lestari melakukan
kerjasama/bermitra dengan lembaga lain? kalo
bermitra coba ceritakan bagaimana proses ksm pantai
lestari bisa bermitra dengan lembaga lain?, alasan ksm
pantai lestari bermitra?
Dinas perikanan dan kelautan dan pertamina sekitar
2011 baru masuk, karena keberhasilan kita menanam
mangrove kita dipercaya untuk mengembangkan lagi
hutan mangrove itu menjadi pusat riset edukasi
mangrove.
15. Sejak kapan ekowisata di desa karangsong
diresmikan?, Bagaimana ide terbentuknya ekowisata
di desa karangsong?
Sejak waktu festival mangrove kareana banayak yang
memposting sehingga banyak masyarakat yang datang
ke ekowisata hutan mangrove tersebut.
16. Pihak pihak manakah yang mendukung perintisan
ekowisata di desa karangsong?
CSR Pertamina bahkan dinas kementrian lingkungan
hidup juga mendukung untuk wisata edukasi.
17. Bagaimana pengurus KSM Pantai lestari memberikan
penjelasan/penyadaran ke masyrakat tentang adanya
ekowisata di desa karangsong?
Paling lewat obrolan obrolan ringan dengan warga
18. Apakah program yang dilakukan kelompok KSM
Pantai lestari melibatkan warga sekitar? Selain
anggota KSM Pantai Lestari? Jika tidak dilibatkan
mengapa? Jika melibatkan bagaimana proses?
Melibatkan warga untuk melaksanakan program kan
anggota ksm sendiri itu berasal dari warga asli desa
karangsong itu sendiri.
19. Apakah bentuk peran dan partisipasi masyarakat
dilibatkan dari perumusan program, pelaksanaan
program atau sampai pemanfaatan program?
Paling untuk anggota atau masyarakat sampai di
pelaksanaan program saja sperti penanaman mangrove
yang kita kasih upah.
20. Apakah program tersebut berhasil? Indikator
keberhasilannya apa saja?
Saya kira berhasil buktinya mangrove itu masih utuuh
dan banyak mahasiswa yang melakukan riset disana
dan masyrakat banyak yang berkunjung ke ekowisata
hutan mangrove.
21. Bagaimana Tanggapan masyarakat sekitar mengenai
KSM Pantai lestari dan program ekowisata? Jika
baik/tidak mengapa?
Alhamdulillah baik sih paling petani tambak banyak
yang mengeluh dengan banyaknya burung yang
memkan ikan ditambak masyarakat karena memang
fauna jenis burung sudah banyak dengan adanya hutan
mangrove.
22. Penghargaan apa saja sih yang di dapat KSM Pantai
Lestari?
Juara 3 wanalestari tingkat nasional
23. Harapan kedepan untuk KSM Pantai lestari?
Harapannya ksm pantai lestari bisa terus
mengembangkan dan merawat ekowisata hutan
mangrove untuk generasi berikutnya.
Wawancara pengurus KSM Pantai Lestari
Nama : Pak Eka
Jabatan : ketua bidang penghijauan.
Waktu wawancara : di rumah 7 April jam 09.00
69. Bisa ceritakan, Bagaimana keadaan kawasan pantai
desa karangsong dulunya, mulai dari lingkungan,
lembaga desa kemudian masyrakat dan
kehidupannya?
Dulunya sebelum ada ksm pantai lestari sebetulnya
banyak kelommpok kelopok , kelompok binaan
wetland yaitu kelopak, kelompok lembayung yang
bergerak di bidang lingkungan, sementara pemerintah
sudah old out tetapi hasilnya tidak ada, Cuma tadi
yang berpikir hanya proyek cuman berpikir
pemanfaatan program dan kelompok kelompok
tersebut tidak bertahan lama. Sejak tahun 200
kelompok kelompok sebelum kami itu sudah ada,
tetapi kenyaataan kelompok yang sudah ada tidak ada
hasilnya di perbaikan lingkungan,
70. Sejak kapan KSM Pantai Lestari didirikan?
Sejak tahun 2008 KSM ini pantai letari didirikan.
71. Bagaimana ide yang melatarbelakngi KSM Pantai
Lestari didirikan?
Ksm ini muncul idenya ialah dari kepedulian
lingkungan bagaimana dulu kondisi pesisir desa
karang osong begitu rusak akibat dari abrasi air laut.
kita melihat dari kebradaan kelompok kelompok yang
sudah ada yang peduli dengan lingkungan tetapi tidak
ada hasilnya, pada saat itu tokoh masyarakatnya pak
sahlani yaitu kepala desa yang mendukung ksm pantai
lestari untuk melakukan perbaikan di pesisir desa
karangsong.
72. Siapa saja pencetus berdirinya KSM Pantai Lestari?
Pak makrus pak ali pak dulloh dan pak carita dan para
pencetus ini menjadi pengelola KSM Pantai Lestari
sampai sekarang.
73. Pihak pihak manakah yang mendukung berdirinya
KSM pantai lesatari?
74. Apa saja visi misi dan tujauan KSM Pantai lestari?
Terkait visi misi dan tujuan untuk lengkapnya bisa
tanyakan ke pak marus.
75. Siapa saja yang menjadi pengelola KSM Pantai
Lestari? Pak ali pak makrus pak dulloh pak carita dan
saya sendiri sebaga pengelola ksm pantai lestari
dibidang penghijauan.
76. Bagaimana model pengelolaanya?, proses merekrut
anggotanya bagaimana?
Model pengelolaannya kita melihat model
pengelolannya dari kelompok kelompok yang sdah
ada bagaimana kegagalan kegagalan kelompok yang
terdahulu kita evaluasi, bahkan terkadang ego seorang
pemimpin setiap program keputusannya bukan di
tangna pemimpin tetapi untuk. Proses perekrutan
anggotanya siapa saja yang mau peduli dengan
lingkungan dan memahami keilmuan lingkungan
boleh masuk, karena ksm pantai lestari ini lembaga
non profit bisa dikatan lembaga sosial yang bergerak
dibidang lingkungan
77. Program apa saja yang dilakukan KSM Pantai
Lestari?, bagaimana proses merumuskan atau
membuat program tersebut? Konservasi lingkungan
dan jasa lingkungan ekowisata hutan mangrove.
78. Siapa nama pencetus ide dari program tersebut?,
apakah ada yang menjadi mentor untuk merumuskan
program tersebut? Jadinya sebenarnya Pendamping
/mentor dalam pembuatan program ksm pantai lestari
itu ada yaitu pak ony sarjana kehutanan tetapi dinas di
perikanan dan kelauatan. Kalau kami ada ide untuk
melakaukan progrma pak ony yang menjadi mentor,
bahkan pak ony mendukung bahwa ksm pantai lestari
yang bisa menjlankan program terkait lingkungan
dengan baik.
79. Bentuk bentuk pemberdayaan apa saja pak dalam
pelaksaan program tersebut? Dan metode/tekhnik
pemberdayaan seperti apa untuk menjalankan program
tersebut? Metodenya pendektan ke para pemuda saya
minta tolong ke karangtaruna untuk sama sama belajar
mengenai lingukngan dan mempertahankan ekowisata
yang ada di desa karangsong. Sehingga memahami
potensi yang ada di desa karangsong.
80. Apa yang menjadi tujuan program tersebut?
81. Dari mana modal KSM Pantai Lestari dalam
menjalankan program? Awalnya modal ksm pantai
lestari yaitu swadaya dengan pengurus untuk
melakukan program yang dilakaukan ksm pantai
lestari untuk melakukan program rehablitasi panatai
karangson untuk penanaman mangrove.
82. Apakah KSM Pantai Lestari melakukan
kerjasama/bermitra dengan lembaga lain? kalo
bermitra coba ceritakan bagaimana proses ksm pantai
lestari bisa bermitra dengan lembaga lain?, alasan ksm
pantai lestari bermitra? Ksm pantai lestari bermitra
dengan lsm siklus, csr pertamina
83. Pihak pihak manakah yang mendukung perintisan
ekowisata di desa karangsong?
Dinas kelautan dan perikanan, csr pertamina
kemudian biofarma
84. Bagaimana pengurus KSM Pantai lestari memberikan
penjelasan/penyadaran ke masyrakat tentang adanya
ekowisata di desa karangsong? Kami KSM pantai
lestari melakukan penyuluhan tentang pentingnya
menjaga lingkungan pesisir bekerjasama pemerintah
desa melalui forum musyawarah desa.
85. Apakah program yang dilakukan kelompok KSM
Pantai lestari melibatkan warga sekitar? Selain
anggota KSM Pantai Lestari? Jika tidak dilibatkan
mengapa? Jika melibatkan bagaimana proses?
86. Apakah bentuk peran dan partisipasi masyarakat
dilibatkan dari perumusan program, pelaksanaan
program atau sampai pemanfaatan program? Bentuk
preran dan partisipasinya masyarakat untuk sekarang
ini hanya dari segi pemanfaatan program dimana
tambak masyarakat tidak lagi terkena abrasi air laut
dengan adanya ekowisata hutan mangrove.
87. Apakah program tersebut berhasil? Indikator
keberhasilannya apa saja? Saya kira berhasil yah dek
soalnya dengan adanya program ekowisata muncul
perekonomian baru bagi masyarakat. Kemudian
kelompok kami bisa menikmati hasil yang diperoleh
dari jasa lingkungan tersebut.
88. Bagaimana Tanggapan masyarakat sekitar mengenai
KSM Pantai lestari dan program ekowisata? Jika
baik/tidak mengapa? Kalau untuk masyarakat itu
sendiri ada yang bilang baik ada juga yang tidak
terganytung masyarakat yang mendapatkan manfaat
dri adanya ekowisata hutan mangrove.
89. Penghargaan apa saja sih yang di dapat KSM Pantai
Lestari?
Juara 3 nasional dalam melestarikan hutan wanalestari
dari kementrian kehutanan.
90. Harapan kedepan untuk KSM Pantai lestari dan
ekowisata?
Mudah mudahan ksm pantai lestari menjadi inspirasi
bagi kelompok kelmpok masyrakatn lainnya dan
mampu menjaga pesisir pantai agar tidak terkena
abrasi,
Wawancara aktivis/ tokoh didesa karangsong
Nama : Pak Ony
Jabatan : aktivis/pendamping ksm
pantai lestari
Tempat dan waktu wawancara : kantor dinas
perikanan 1 april 2019
1. Sejak kapan program ekowisata berjalan? ,apa yang
melatarbelakangi ide terbentuknya ekowisata di desa
karangsong?
2008-2014 selama tujuh tahun kami terus dampingi
dengan memberikan masukan masukan untuk
perkembangan ekosistem hutan mangrove salah
satunya kita tidak harus menebang tanaman mangrove
untuk mendapatkan nilai ekonomi tetapi dengan
dijadikan kawasan tersebut menjadi gren balt daerah
yang dilindungi sehingga kelompok pantai lestari
mempunya jasa ekowsiata untuk mendpatkkan
tambahan ekonomi.
2. Apa yang menjadi tujuan dari ekowisata yang ada di
karangsong?
Tujuan dari ekowisata sebenernya sederhana mas
yaitu menjaga konservasi linkungan yang ada di bibir
pantai karangsong tetapi ekowisata ini mengandung
beberapa konsep selain konservasi lingkungan
ternyata ada nilai ekonomi dari kegiatan ekowisata
tersebut tanpa melupakan kesejahteraan masyarakat
lokal. Dengan adanya ekowisata mansgrove struktur
ekonomi masyrakat berkembang setelah adanya
ekowisata kesadran masyrakat terkait lingkungan
sadar karena kalau sampai ekowisata mangrove ini
rusak maka pengunjung akan berkurang bahkan
berdampak pada kios kios pedagang kemudian karang
taruna yang menjaga tiketing pendapat nya berkurang
maka masyrakat mempunyai kesadaran untuk menjaga
kelstarian hutan mangrove.
3. Produk apa saja sih yang dihasilkan dari ekowisata
hutan mangrve?
Produk yang dihasilkan oleh ekowisata hutan
mangrove yaitu pertama kita bisa mlihat atraksi
atraksi kehidupan flora dan fauna dialam bebas dan
dilaamnya ada nilai edukasi yang dapat diambil, dan
yang kedua tanaman mangrove bisa diolah menjadi
produk makanan khas salah satunya menjadi kopi dan
kecap. Dengan adanya sumber daya alam sudah di
desain sejak awal ksm pantai lestari yang memelihara
ekowisata hutan mangrove kemudian kelompok lain
seperti kelompok jaya kencana yang bergereak di
pengolahan tanaman mangrove.
4. Bagaimana bentuk bentuk pemberdayaan dalam
membuat ekowisata?, prosesnya bagaimana?
Salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat
dilakuakan ksm pantai lestari dengan memberikan
pelatihan tourgaide kepada anggota kelompok ksm
yang mengelola ekowsiata huatan mangrove secara
basicly kelimuan paham mengenai lingkungan,
prosesnya untuk melakukan membuat ekowisata
dibidang lingkungan membutuhkan stakehoders untuk
berkeja sama baik dibidang sosial dan ekonmi disinlah
kemampuan kelompok ksm pantai lestari untuk
membuat jaringan agar program tersebut berjalan
dengan baik, terkait pelatihan tourguide kelompok
bekerja sama dengan konsultan pembangunan yaitu
indecont untuk penambahan kelilmuan kapasitas sdm
anggota ksm pantai lestari dalam mengelola ekowisata
huatan mangrove menjadi lebih baik.
5. adakah kendala dalam pelaksanaan pemberdayaan
masyrakat melalui program ekowisata?
Terkait kendala pelaksanaanya mas yah banyak salah
satunya konflik dimana masyarakat hanya melihat dari
provit oriented hanya segi ekonomi. Padahal dengan
adanya program ekowisata kita bisa mendapatkan segi
ekologi jangka panjang bahkan dengan adanya
ekowisata bibir pantai di desa karangsong sudah tidak
lagi mengalami kerusakan bahkan petani tambak
mendapatkan dampak yang signifikan terkait dari
ekowisata bagaimana tambak masyrakat yang berkerja
di tamabak tidak lagi khawatir terkena abrasi air laut.
6. Bagaimana tahapan masyarakat untuk berpartisipasi di
program ekowisata tersebut?
Teerkait partisipasi masyarakat hanya melihat dari
segi ekonomi dimana waktu kan sebelum adanya
ekowisata mangrpve kan ada namanya pelaksanaan
penanaman mangrove dimana masyarakat ketika
penanaman awal mangrove ketika diajak untuk
menanam hanya melihat dari segi ekonomi masyrakat
rata rata yang diajak menanam hanya mengharapakan
bayaran sebagai buruh tanam mangrove. Enam orang
ini sebagai triger atau pendorong pencetus untuk
mengajak masyrakat melakukan mengajak sebagaian
masyrakat ikut berpartisipasi dalam program yang
dilaksanakan oleh ksm pantai lestarai.
7. Bagaimana Tanggapan anda dengan adanya KSM
Pantai Lestari?
Dikarangong program program revitalisasi tanaman
mangrove banyak tetapi banyak kelompok kelompok
yang melaksanakan program penanman mangrove
teerkait abrasi atrau kerusakan dibibir pantai
karangsong banyak yang tdak berhasil padahal banyak
program program penanaman mangrove dari weetlend
dinas perikanan dan kelautan, maka saya pikir hanya
ksm pantai lestari yang mempunyai komitmen untuk
melaksanakan program tersbut dengan baik. Pada
waktu saat itu saya berbicara dengan para pencetus
ksm pantai lestari untuk membuat kelompok yang
konsen di perbaikan lingkungan kebetulan ada
program GERHAN gerakan rehabilitasi lahan.
8. Bagimana harapan ke depan mengenai ekowisata yang
ada dikarangsong?
Harapan kedepan mengenai ekowisata dikarangsong
sebagai show indow etalase bahwa ada kelompok
masyrakat peduli dan konsisten jangka panjang
berhasil sekarang mendapatkan hasil kerja keras dari
2008 mendapatkan jasa ekonomi secara psikli
ekositem mangrove nya masih utuh mendapatkan
penghasilan ekonomi kemudian menyerap tenaga
kerja masyarakat lokal untuk mengelola ekowisata
hutan mangrove terus tambak masyarakat tidak
terkena abrasi ini semua adalah indikator keberhasilan
sehingga banyak kelompok masyarakat lain yang
ingin belajar pada kelompok pantai lestari.
Wawancara anggota ksm pantai lestari
Nama :Armando ervin erba alfaraby
Jabatan :anggota ksm pnatai lesatri
Umur : 24
Lokasi dan waktu wawancara : ekowisata hutan mangrove 3 april
2019.
1. Apa pekerjaan atau kegiatan anda sebelum menjadi
anggota KSM pantai lestari?, kegiatan saat ini apa?
Dulunya jaga warung mas, sekarang mah menjadi
anggota ksm pantai lestarii bagian pengelola atau
tourgaide untuk pengunjung.
2. Sudah berapa lama anda menjadi anggota KSM Pantai
lestari?
Sudah 3 tahun mas
3. Apa tujuan anda menjadi anggota KSM Pantai lestari?
Ksm pantai lestari kan bergerak di bidang perwatan
lingkungan maka saya tertarik disitu.
4. Dari mana anda tahu kegiatan KSM pantai lestari?
bagaiman anda bisa masuk menjadi anggota KSM?,
coba ceritakan prosesnya?
Kebetulan waktu itu disuruh ikut membantu karena
banayk pengunjung yang datang dan akhirnya saya
ikut menjadi anggota deh mas, prosesnya tdiak ada
persaratan apa apa mas untuk ikut menjadi anggota
ksm pantai lestari.
5. Apa dampak yang anda rasakan menjadi anggota
KSM Pantai Lestari?
Dampak yang dirasakan sih yah pasti ya mas
pendapatan ekonomi dan wawasan baru mengenai
lingkungan.
6. Berapa penghasilan yang anda dapat selama menjadi
anggota KSM Pantai lestari?
Pengahsilannya sih kalo untuk saya dan teman teman
baru yang memakai seragm hitam itu sekitar 1,2juta
mas sebulan.
7. Kegiatan/program apa saja yang diikuti selama di
KSM Pantai Lestari? Berikan alsannya?
Program yang diikiuti peningkatan sdm mas yaitu
pelatihan tourguide yang dimentori mba siti dan mas
rifki pada tahun lalu dari indecont, bentuk
pelatihannya sih mas lokasi ekowisata ini dibagi 3
zona pertama kita harus tau tanaman mangrove apa
saja yang mendominasi zona ke 2 kita harus tau jenis
flora dan faunanya dan ke 3 zona untuk coffe break
atau istirahat wisatawan mas.
8. Selama mengikuti program/kegiatan dari ksm pantai
lestari pernah mengalami kendala?, jika ada apa
kendalanya?, dan solusi yang anda harapkan?
Kendalanya nya sih kurang lama mas pelatihannya
cuman 3 bulan, soulisnya pengennya sih
pendamingannya sampai ke media pemasaran
ekowisata kalo bisa 6 bulan.
9. Apa harapan kedepan untuk KSM Pantai lestari dan
ekowisata?
Harapannya sih ramai pengunjung mas dan ditambah
lagi are area baru untuk penunjajang ekowisata mas
kaya spot untuk foto prawedding karena luamayan kan
mas bisa namabah data tarik pengunjung.
Wawancara anggota ksm pantai lestari
Nama : pak rasimin
Jabatan : anggota ksm pantai lesatri
Umur : 38
waktu wawancara : Ekowisata hutan mangrove 3 april 2019.
1. Apa pekerjaan atau kegiatan anda sebelum menjadi
anggota KSM pantai lestari?, kegiatan saat ini apa?
Dulu sebelum menjadi anggota ksm pantai lestari
pekerjaan saya serabutan, sekarang saya bekerja di
ksm pantai lestari sebagai pengelola ekowisata hutan
mangrove.
2. Sudah berapa lama anda menjadi anggota KSM Pantai
lestari?
Sudah 8 tahun mas sejak mulai dari penaaman hutan
mangrove ibarat mah sebelum jadi ekowisata huatan
mangrove seprti ini saya sudah masuk.
3. Apa tujuan anda menjadi anggota KSM Pantai lestari?
Tujauannya sederhan mas untuk mendapatkan
pekerjaan yang lebih layak aja.
4. Dari mana anda tahu kegiatan KSM pantai lestari?
bagaiman anda bisa masuk menjadi anggota KSM?,
coba ceritakan prosesnya?
Kebetulan dari teman saya mas pak eka, prosesnya
tdiak ada persaratan apa apa mas untuk ikut menjadi
anggota ksm pantai lestari.
5. Apa dampak yang anda rasakan menjadi anggota
KSM Pantai Lestari?
Manfaatnya ya mas secara ekonomi saya bisa
menghidupi keluarga saya dirumah mas.
6. Berapa penghasilan yang anda dapat selama menjadi
anggota KSM Pantai lestari?
Penghasilan nya menjadi anggota ksm pantai lestari
bagian pengeloalan ekowsiata mah sekitar 1,8 juta
mas alhamdulillah banget lah mas.
7. Kegiatan/program apa saja yang diikuti selama di
KSM Pantai Lestari? Berikan alsannya?
Kegiatan selama menjadi anggota ksm pantai lestari
paling pelatihan tourgaide saja mas.
8. Selama mengikuti program/kegiatan dari ksm pantai
lestari pernah mengalami kendala?, jika ada apa
kendalanya?, dan solusi yang anda harapkan?
Kendala selam mengikuti progrma tidak ada ya mas
selagi ini untuk penambahan wawasan saya agar bisa
lebih baik dalam mengelola ekowisata ini.
9. Apa harapan kedepan untuk KSM Pantai lestari?
Harapan kedepan saya untuk ksm panai lestari sih gak
muluk muluk mas pengurus dan anggota ksm pantai
lestari selalu kompak aja mas, terus sih kedepannya
para pengunjung yang datang ke ekowisata ini makin
ramai mas.
Wawancara anggota ksm pantai lestari
Nama :Pak Rosikin
Jabatan :Anggota ksm pantai lesatri
Umur : 38
Lokasi dan waktu wawancara : ekowisata hutan mangrove 3 april
2019.
1. Apa pekerjaan atau kegiatan anda sebelum menjadi
anggota KSM pantai lestari?, kegiatan saat ini apa?
Petani tambak
2. Sudah berapa lama anda menjadi anggota KSM Pantai
lestari?
Sudah 5 tahun.
3. Apa tujuan anda menjadi anggota KSM Pantai lestari?
Yang pasti dari awal penanaman ikut membantu
memelihara lingkungan, yang namanya rejeki jadi
ekowisata tahun 2015 ya alhamdulillah mas ada
tambahan rejeki jadi anggota ksm di bagian penelola
ekowisata.
4. Dari mana anda tahu kegiatan KSM pantai lestari?
bagaiman anda bisa masuk menjadi anggota KSM?,
coba ceritakan prosesnya?
Awalnya dari kemauan mas untuk masuk kelompok
yang pada waktu itu honornya sangat minim cuman
jadi buruh tanam mangrove sekarang sih
alhamdulillah meningkat karena jadi tempat
ekowisata. Dan saya masuk kelompok dari kaka saya
pak ali yang sekarang jadi ketua kelompok pantai
lestari
5. Apa dampak yang anda rasakan menjadi anggota
KSM Pantai Lestari?
Pendapatan secara ekonomi lah mas bertambah, yang
tadi awalnya cuman perbaikan lingkungan di daerah
bibir pantai karangsong sampai sekarang jadi
ekowisata.
6. Berapa penghasilan yang anda dapat selama menjadi
anggota KSM Pantai lestari?
Penghasilanya selam sebulan alhamdulillah sekitar 2
juta.
7. Kegiatan/program apa saja yang diikuti selama di
KSM Pantai Lestari? Berikan alsannya?
Alhamdulillah saya dan teman teman pengurus
mendapatkan pelatuhan peningkatan kapasitas SDM
salah satunya tahun lalu bulan juli sampai agustus
mendapatkan pelatihan tourguide untuk meningkatkan
pengelolaan ekowisata bekerja sam dengan indecont.
8. Selama mengikuti program/kegiatan dari ksm pantai
lestari pernah mengalami kendala?, jika ada apa
kendalanya?, dan solusi yang anda harapkan?
Kendala nya sih dalam penegembangan ekowisata saja
sih mas seperti pembangunan sarana prasaran saja sih
mas seperti penamabahan area baru dan perbaikan
track ekowisata dengan dana yang minim. Kalau
untuk pelatihan sih paling pusing sedikit mas kan
namanya juga belajar yah. Inginnya sih pelatihannya
sampai ke pemasaran ekowisata mas.
9. Apa harapan kedepan untuk KSM Pantai lestari?
Harapan kedepan saya makin kompak antara pengurus
dan anggota ksm pantai lesatri, dan untuk ekowsiata
itu sendiri sih pengennya bisa menambahkan area area
baru agar pengunjung tidak bosan dan masalah sistem
portal bisa diperbaiki karena dianggap banyak
pungutan liar untuk ekowisata hutan mangrove.
Karena bisa berpengaruh dijumlah pengunjung yang
akan datang.
Wawancara warga sekitar ekowisata desa karangsong
Nama :Rasinah
Pekerjaan :pedagang
Umur :41 tahun
Tempat dan waktu wawancara: di wisata desa karangsong 3 april
2019 jam 16.15.
1. Apa pekerjaan sebelum adanya ekowisata di desa
karangsong?
Dulu saya tkw di qatar dan terakhir di taiwan abisan
disini gak ada lapangan pekerjaan di desa karangsong
2. Ada perubahan tidak di lingkungan bibir pantai
karangsong?
Mending lah dulu mah sepi disini dek cuman ada
pantai dan nelayan aja terus pantainya gak keurus dek
kotor, sekarang mah mending ramai pas ada wisata
mangrove.
3. Bagaimna tanggapan bapak dengan adaya KSM Pantai
lestari?
Yah bagus adanya ekowisata mangrove jadi
mengurangi pengangguran anak muda kan banyak
anak muda yang bekerja di sana.
4. Apakah bapak dilibatkan dalam pengelolaan
ekowisata?
Tidak dek kan udah khusus pengelolanya sendiri.
5. Apa yang di rasakan dengan adanya aktifitas
ekowisata?, baik secara ekonomi maupin sosial?
Secara ekonomi mah mending terus jadi terkenal desa
karangsong banyak orang wisata kesini. Pendapatan
saya perminggu nya saja bisa 1 juta apalgi liburan dek
bisa lebih dari itu.
6. Apa harapan kedepan untuk ekowisata di desa
karangsong?
Yah inigin lebih bagus lagi ekowisata mangrove ini
dan banyak pengunjung aja.
Wawancara warga sekitar ekowisata desa karangsong
Nama :Carimin
Pekerjaan :Petani Tambak
Umur :37 tahun
Tempat dan waktu wawancara: di wisata desa karangsong 3 april
2019 jam 16.45.
1. Apa pekerjaan sebelum adanya ekowisata di desa
karangsong?
Petani tambak, sekarang juga masih petani tambak
2. Ada perubahan tidak di lingkungan bibir pantai
karangsong?
Bagus dek dulu mah sepi di daerah sini sekarang mah
ramai
3. Bagaimna tanggapan bapak dengan adaya KSM Pantai
lestari?
bagus lah dek sudah membuat perubahan di pesisir
pantai karangsong bahkan tambak warga bisa
terlindungi dek dari air pasang laut bisa diibilang mah
abrasi lah dek.
4. Apakah bapak dilibatkan dalam pengelolaan
ekowisata?
Engga kan saya petani tambak dek.
5. Apa yang di rasakan dengan adanya aktifitas
ekowisata?, baik secara ekonomi maupin sosial?
Yang dirasakan sih tambak saya tidak terkana abrasi
air laut, kan waktu dulu mah saya sebagai petani
tambak ikan khawatir takut kena abrasi air laut, paling
sekarang mah burung burung dek yang makanin ikan
ditambak saya.
6. Apa harapan kedepan untuk ekowisata di desa
karangsong?
Mudah mudahan makin bagus yah dek sama bisa ada
lapngan pekerjaan baru bagi warga desa karangsong.
Wawancara warga sekitar ekowisata desa karangsong
Nama : Warinah
Pekerjaan : Pedagang
Tempat dan waktu wawancara: di wisata desa karangsong 3 april
2019 jam 16.00.
1. Apa pekerjaan sebelum adanya ekowisata di desa
karangsong?
Kerja apa aja dek dulu mah saya gak ada kerjaan yang
netep selagi halal mah saya kerjain.
2. Ada perubahan tidak di lingkungan bibir pantai
karangsong?
Ada dek sekarang mah lingkungan di pesisir tuh sudah
tidak kumuh lagi dek.
3. Bagaimna tanggapan bapak dengan adaya KSM Pantai
lestari?
Bagus sih dek soalnya banyak anak muda yang
bekerja di ksm pantai lestari jadi pengagguran tuh
sudah sedkit berkurang.
4. Apakah bapak dilibatkan dalam pengelolaan
ekowisata?
Tidak dek saya kan cuman pedagang saja di daerah
ekowisata ini.
5. Apa yang di rasakan dengan adanya aktifitas
ekowisata?, baik secara ekonomi maupin sosial?
Alhamdulillah yah dek dulu mah kan saya tkw di arab
setelah pulang tuh bingung tidak ada lahan untuk
bekerja tetapi sekarang mah enak dek saya bisa
berjualan di daerah ekowisata dan alhamdulillah
penghasilannya lumayan dek untuk jualan seperti es
dan makanan ringan untuk pengunjung.
6. Apa harapan kedepan untuk ekowisata di desa
karangsong?
Harapannya sih kalo saya sebagai pedagang mah
mudah mudahan tambah ramai yah yang datang di
ekowisata hutan mangrove biar bisa tambah ramai
juga pengunjung yang membeli jajanan diwarung saya
ini
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Pengurus Anggota KSM Pantai
Lestari yang menjadi Tour get,
penerima tiket, petugas penjaga
permainan perahu. Tourget ekowisata taman
mangrove
Bersama pak rasikin pemilik tambak
ikan, udang, kepiting Ibu Rasinah Penjual didalam
ekowisata hutan mangrove
Bersama Pak dulloh Kuwu
Desa karangsong dan
pengurus KSM Pantai Lestari
Bid.Pengembangan
Masyarakat.
Wawancara Pak Eka Penguru
Bidang Penghijauan KSM
Lestari
Wawancara Mas Arya Penjaga
Portal Wisata yang dikelola
Masyarkat
Bersama Masikin Anggota KSM
Pantai Lestari Pengelola Ekowisata
Hutan Mangrove