pemberdayaan masyarakat berbasis masjid studi...
TRANSCRIPT
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS MASJID
STUDI KASUS DI MASJID AL-IKHLASH JATIPADANG
PASAR MINGGU, JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi Islam (S.Sos.I)
Oleh
Ahmad Rifa‟i
NIM : 1110054000003
Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
1436 H/2014 M
Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid
Studi Kasus di Masjid Al-Ikhlash Jatipadang
Pasar Minggu, Jakarta Selatan
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi Islam (S.Sos.I)
Oleh
Ahmad Rifa‟i
NIM : 1110054000003
Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
1436 H/2014 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya sendiri yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini, telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari saya terbukti bahwa dalam penulisan skripsi ini bukan
hasil karya saya sendiri atau merupakan hasil jiplakan dari hasil karya
orang lain (plagiat), maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku dari
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, November 2014
Ahmad Rifa’i
iii
ABSTRAK
Oleh : AHMAD RIFA’I
Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid – Studi Kasus di Masjid Al-
Ikhlash Jatipadang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Kegiatan pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu kegiatan yang
efektif dalam rangka memandirikan dan memberdayakan masyarakat tentunya.
Kegiatan tersebut dapat dilakukan kapanpun, dimanapun dan oleh siapapun.
Sebagai negara yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam,
maka salah satu tempat strategis dalam upaya pemberdayaan masyarakat adalah
masjid. Masjid adalah jantung umat Islam. Bagi umat Islam, Masjid adalah salah
satu pilar meretas kebangkitan umat selain pesantren dan kampus. Keberadaan
masjid merupakan poros aktivitas keagamaan di masyarakat.
Berdasarkan hal itu pula, Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid
Al-Ikhlash Jatipadang, Jakarta Selatan mempunyai strategi untuk membangun
ataupun mempertahankan citra positifnya dimata publik (dalam hal ini Jamaah
Masjid dan masyarakat sekitar) dengan melakukan kegiatan sosial melalui
program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid. Masjid Al-Ikhlash
jatipadang mempunyai program pemberdayaan ekonomi, pendidikan, program
pemberdayaan perempuan dan juga program bantuan sosial.
Dalam penelitian studi kasus ini, peneliti menggunakan metode penelitian
kualitatif, dimana penelitian dilakukan melalui pengamatan, wawancara, atau
penelaahan dokumen. Dalam penelitian ini pula, peneliti menggunakan beberapa
teori. Diantaranya, teori pemberdayaan masyarakat islam, teori tentang pengertian
masjid serta teori pemberdayaan berbasis masjid.
Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa dengan adanya program
Pemberdayaan Masyarakat berbasis Masjid yang dilakukan oleh DKM Masjid Al-
Ikhlash Jatipadang, jamaah masjid, masyarakat sekitar masjid dan juga umat Islam
pada umumnya, dapat merasakan dampak positif dari kegiatan tersebut. Pasalnya,
kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh Masjid Al-Ikhlash Jatipadang
dilakukan dalam hampir semua aspek, terutama aspek yang mampu
memandirikan, memberdayakan, serta dapat merubah jama‟ah dan atau
masyarakat di sekitar masjid pada umumnya menuju kearah yang lebih baik.
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji, puja serta syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang
Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga penulis dan kita semua dapat merasakan nikmat hidup ang
penuh Barokah ini. Sholawat serta salam tidak lupa penulis curahkan kepada
Junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita selaku
umatnya dari zaman kegelapan ke zaman yang terang-benderang seperti sekarang
ini.
Skripsi penulis yang berjudul “Pemberdayaan Masyarakat Berbasis
Masjid – Studi Kasus di Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Pasar Minggu,
Jakarta Selatan” diajukan untuk melengkapi salah satu persyaratan dalam
rangka penyelesaian program studi Strata 1 (S1) di Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam kesempatan kali ini, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin
mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga selesei baik secara langsung maupun
tidak langsung kepada :
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
beserta para pembantu dekan dan juga jajarannya.
2. Ibu Wati Nilamsari, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam. Juga kepada Bapak M. Hudri, MA. Selaku sekretaris
Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, yang selama ini telah
membimbing, memberikan banyak ilmu dan juga nasihat kepada penulis.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan bapak dan ibu dengan
limpahan pahala. Amin
ii
3. Bapak Dr. Tantan Hermansah M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah memberikan banyak arahan, bimbingan, masukan dan telah banyak
meluangkan waktu bagi penulis dari awal penulisan skripsi hingga selesei.
Penulis berdo‟a semoga Allah SWT senantiasa memberikan limpahan
barokah dan membalas semua kebaikan bapak dengan limpahan pahala.
Amin
4. Bapak dan ibu dosen Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam yang
selama masa studi telah banyak membekali ilmu, membimbing, menasihati
dan memberikan banyak contoh yang baik kepada penulis. Semoga bapak
dan ibu sekalian senantiasa diberikan limpahan barokah dan dibalas semua
kebaikan bapak dan ibu dengan limpahan pahala dari Allah SWT. Amin
5. Segenap jajaran sekretariat/pengurus Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Pasar
Minggu, Jakarta Selatan, yang telah mengijinkan dan membantu penulis
melakukan penelitian dari awal hingga akhir. Semoga kebaikan saudara/i
sekalian dibalas dengan limpahan barokah dan dengan limpahan pahala
dari Allah SWT. Amin
6. Kedua Orangtua tercinta, Bapak H. Zainal Abidin dan Ibu Ustadzah Marsih
yang selama ini telah mendukung dan mendo‟akan penulis dengan penuh
keikhlasan dan kasih sayang. Semoga ayah dan ibu tercinta senantiasa
dalam Lindungan Allah SWT dan semua kebaikan serta kasih sayang
kalian dibalas dengan limpahan barokah dan limpahan pahala dari Allah
SWT. Amin
7. Keluarga besar penulis. Paman, bibi, sepupu, kakak, keponakan dan juga
kekasih yang selama ini telah men-support dan memotivasi penulis.
Semoga kalian semua senantiasa dalam Lindungan dan Barokah Allah
SWT. Amin
8. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa islam (HMI) Komisariat Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
9. Keluarga Besar Persatuan Mahasiswa Bekasi (PERMASI).
10. Keluarga Besar Ikatan Alumni Madrasah Aliyah Annida Al-Islamy Bekasi.
11. Keluarga Besar Honda Vario Club Bekasi.
iii
12. Teman-teman seperjuangan di Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam
khususnya mahasiswa angkatan 2009, kakak-kakak kelas serta adik-adik
kelas yang selama ini telah banyak membantu dan memotivasi penulis.
Semoga kita semua bisa menjadi orang-orang sukses dikemudian hari.
Amin
13. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam rangka menyeleseikan
penulisan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu per-
satu. Hanya kepada-Nya jua-lah penulis berdo‟a semoga senantiasa mereka
mendapatkan kebaikan dan limpahan pahala dari Allah SWT. Amin
Akhir kata, dengan segala kekurangan, kelebihan, kelemahan dan
kekuatan yang ada, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan bagi pembaca pada umumnya. Dan semoga Allah SWT senantiasa
memberikan Ridho dan Hidayah-Nya kepada kita semua. Amin Yaa Rabbal
aalamiin.
Jakarta, November 2014
Penulis,
Ahmad Rifa’i
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................ 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 8
D. Metodologi Penelitian ........................................................... 10
E. Tinjauan Pustaka ................................................................... 16
F. Sistematika Penulisan .......................................................... 21
BAB II TINJAUAN TEORITIS ............................................................. 23
A. Pemberdayaan Masyarakat Islam .......................................... 25
B. Pengertian Masjid .................................................................. 29
C. Pemberdayaan Berbasis Masjid ............................................. 34
BAB III PROFIL DAN GAMBARAN UMUM ....................................... 38
A. Sejarah Masjid Al-Ikhlash, Jatipadang .................................. 38
B. Visi dan Misi Masjid Al-Ikhlash, Jatipadang ........................ 42
C. Struktur Organisasi Masjid Al-Ikhlash, Jatipadang ............... 42
D. Program-program Pemberdayaan Berbasis Masjid ............... 43
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PENGAMATAN ..... 47
A. Konsep pemberdayaan masyarakat berbasis Masjid ............... 47
B. Analisis program pemberdayaan berbasis Masjid dan
pelaksanaan program pemberdayaan berbasis Masjid serta
Output program pemberdayaan berbasis masjid ..................... 52
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 72
A. Kesimpulan ............................................................................. 72
B. Saran ........................................................................................ 74
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 76
LAMPIRAN
PROFIL PENULIS
v
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama yang sempurna yang diturunkan oleh Allah SWT ke
muka bumi untuk menjadi Agama yang “Rahmatan Lil Alamiin” (Rahmat bagi
seluruh alam). Islam adalah satu-satunya agama Allah yang memberikan panduan
yang lugas dan dinamis terhadap semua aspek kehidupan kapan saja dan berbagai
situasi. Selain itu, mampu menghadapi situasi dan menjawab semua tantangan
pada setiap zaman.1
Islam mengatur tatanan hidup secara sempurna, tidak hanya mengatur
masalah ibadan seorang hamba kepada Tuhannya, tapi juga mengatur tentang
tatanan Muammalat yaitu hubungan manusia dengan sesamanya, hubungan
mnusia dengan makhluk lainnya, serta hubungan manusia dengan alam sekitarnya
seperti kehidupan sosial-budaya, tekhnologi, dan tak terkecuali tentang kehidupan
dalam hal ekonomi. Islam memandang penting persoalan ekonomi, hal ini
dikarenakan ekonomi merupakan bagian terpenting dari kehidupan manusia yang
tidak dapat dipisahkan, namun bukan pula tujuan akhir dari kehidupan ini
melainkan suatu jalan untuk menjadi kekeadaan yang lebih baik.
Pada dasarnya, setiap manusia memiliki kebutuhan pokok seperti
kebutuhan sandang, dan pangan. Semua kebutuhan tersebut tidak dapat diperoleh
secara gratis, tapi harus melalui proses, usaha dan bekerja yang benar dan sah.
1 Muhammad Syafi‟i Antonio, “Bank Syariah, dari Teori ke Praktek”, (Jakarta, Gema
Insani Press, 2003), h.4
2
Karena sudah merupakan fitrah manusia untuk berusaha dan bekerja agar dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya, agar dapat menuju ke keadaan yang lebih baik.
Dengan fitrahnya manusia sebagai makhluk yang dituntut untuk senantiasa
bekerja dan berusaha agar dapat memenuhi segala kebutuhan hidupnya, maka
secara tidak langsung manusia dituntut untuk dapat Mandiri. Kemandirian
manusia dapat membuat kehidupannya menjadi lebih baik.
Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam, Berdasarkan
sensus penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia mencapai 237.641.326
jiwa,2 dari jumlah tersebut sekitar 90% penduduk Indonesia adalah beragama
Islam. Akan tetapi, hingga saat ini, Indonesia juga merupakan negara dengan
penduduk miskin terbanyak ketiga di dunia. Kemiskinan di Indonesia bukan lagi
karena faktor struktur dan budaya masyarakat, tetapi lebih kepada akses dan
faktor permodalan(faktor produksi)3, yang membuat masyarakat di Indonesia
khususnya umat Islam tidak dapat hidup mandiri agar bisa memenuhi kebutuhan
hidupnya. Gambaran ini mengisyarakatkan bahwa masyarakat perlu mendapatkan
akses dan permodalan yang memadai demi tercapainya perataan, kemandirian,
kemakmuran dan keadilan di seluruh Indonesia.
Salah satu tren di era global adalah kemandirian. Bangsa yang mandiri
adalah bangsa yang mampu memenangkan persaingan. Bangsa yang mandiri
terbentuk oleh masyarakat mandiri. Tentu dalam mewujudkan kemandirian itu
dibutuhkan proses yang panjang. Sebuah proses yang menunjuk pada serangkaian
tindakan atau langkah-langkah yang dilakukan secara kronologis sistematis yang
2 “Data sensus penduduk Indonesia, tahun 2010,” . Artikel diakses pada 23 mei 2014
pukul 13.38 dari www.bps.go.id/tab_sub/view. 3 Muhammad Syafi‟i Antonio, “Bank Syariah, dari Teori ke Praktek”, (Jakarta, Gema
Insani Press, 2003),h.5
3
mencerminkan pentahapan upaya mengubah masyarakat yang kurang atau belum
berdaya menuju keberdayaan yang memandirikan. Dengan memandirikan
masyarakat, berarti kita juga telah memberdayakan masyarakat. Dengan
mandirinya masyarakat secara tidak langsung kita telah dapat memberikan akses
agar masyarakat dapat memenuhi segala kebutuhan hidupnya dan dapat menuju
ke kehidupan yang lebih baik.
Kegiatan pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu kegiatan yang
efektif dalam rangka memandirikan dan memberdayakan masyarakat tentunya.
Kegiatan tersebut dapat dilakukan kapanpun, dimanapun dan oleh siapapun. Pada
dasarnya kegiatan pemberdayaan masyarakat ditijukkan untuk kalangan
masyarakat yang kurang mampu, agar dapat memandirikan mereka, guna
membuat mereka dapat menolong dirinya sndiri.
Sebagai negara yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam,
maka salah satu tempat strategis dalam upaya pemberdayaan masyarakat adalah
masjid. Masjid adalah jantung umat Islam. Masjid adalah salah satu pilar meretas
kebangkitan umat selain pesantren dan kampus. Keberadaan masjid merupakan
poros aktivitas keagamaan di masyarakat. Oleh karena itu, bukanlah hal yang
mustahil untuk melakukan pemberdayaan masyarakat dengan berbasis masjid
pada saat ini. Masjid diharapkan pula menjadi mitra lembaga pendidikan formal
(sekolah) yang memiliki kepedulian terhadap masa depan generasi yang akan
datang.4
4 Ali Nurdin. Qur‟anic Society: Menelusuri Konsep Masyarakat Ideal Dalam Al-Qur’an.
(Jakarta: Erlangga, 2006). h.128
4
Jumlah masjid di Indonesia mencapai 800 ribu lebih5 dan merupakan
jumlah terbesar di dunia. Namun bila dicermati, kondisi kaum muslimin saat ini
dimana masjid belum difungsikan secara optimal. Alangkah indahnya jika sekitar
800 ribu masjid di Indonesia dapat memberikan jawaban riil atas berbagai
permasalahan umat. Setiap kumandang adzan mengalirkan kerinduan umat untuk
datang mendekat seperti layaknya fungsi jantung bagi darah. Masjid seharusnya
dapat dioptimalkan fungsinya sebagai ruang publik dan pusat peradaban umat.
Masjid menjadi tempat berkumpulnya orang-orang untuk menjalankan
ibadah ritual. Orang-orang shaleh adalah energi spiritual yang menjadi modal
membangun perubahan. Manusia yang datang ke masjid dengan niat yang ikhlas
pastilah menginginkan perubahan dalam dirinya, minimal untuk meningkatkan
spiritualitas dirinya menuju cita-cita menjadi shaleh. Tantangannya adalah
bagaimana membangun energi ini menjadi akumulatif-sinergis-eksplosif.
Keluaran dari proses ini jelas akan menghasilkan keshalehan sosial yang mampu
mendobrak kebekuan umat. Menengok kesejarahan baik zaman Rasulullah dan
sahabat maupun masa perjuangan melawan penjajahan fisik di Indonesia, masjid
memiliki peran yang strategis.
Aspek perannya baik dalam dimensi ruhiyah(spiritualitas) maupun
siyasiyah(pengaturan urusan umat). Masjid memiliki semangat membangun
kedekatan dan rasa takut kepada-Nya. Masjid sebagai tempat dan simbol
perlawanan terhadap kemungkaran. Masjid bergerak memberi semangat kaum
lemah untuk terus memupuk asa. Masjid penuh musyawarah dan kepemimpinan
untuk memecahkan problem ummat. Jadi kesejarahan juga menunjukkan masjid
5 Artikel diakses dari www.kemenag.go.id pada 24 mei 2014 pukul 13:45
5
adalah mutiara penuh cahaya. Rasanya kurang pas apabila saat ini ada
ketidakpercayaan diri bahwa masjid mampu berkontribusi menuju ummat yang
berdaya. ‟Fitrah‟ keberadaan masjid adalah kontributif dalam aspek ruhiyah
maupun siyasiyah.6
Oleh karena itu perlu dikaji dan direnungkan kembali hadits Nabi
Muhammad SAW :
Artinya : “Dari Abu Hurairah ra. berkata: Rasulullah SAW bersabda:
Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada orang
mukmin yang lemah”. (HR. Muslim)
Hadits ini memberikan pentunjuk dan peringatan kepada kita, bahwa Islam
lebih menghargai kualitas daripada kuantitas. Dan yang dimaksud dengan orang
mukmin yang kuat di sini ialah orang mukmin yang mempunyai kekuatan mental
maupun fisik, moril maupun materiil, sehingga dapat benar-benar mencerminkan
kekuatan Islam sendiri.
Berbagai macam upaya peningkatan kemandirian, kapasitas dan kualitas
sumber daya manusia tentulah seringkali dikerahkan baik oleh pemerintah
maupun lembaga-lembaga tertentu, ada yang bersifat komersial maupun non
komersial. Hal ini dianggap memiliki dampak positif terhadap masyarakat, selain
untuk memberikan ilmu pengetahuan juga adanya upaya agar masyarakat menjadi
lebih terampil, dan lebih mandiri dalam berbagai hal.
6 Achmad Subianto dkk, fokkus babinrohis pusat, ICMI Orsat Cempaka Putih, Yayasan
Kado Anak Muslim Pedoman Manajemen Masjid, (Jakarta, Cetakan I, 1 Muharram 1425 H/ 22
Februari 2004).h.83
6
Dalam era globalisasi seperti sekarang ini telah terjadi berbagai perubahan
terhadap masyarakat di dunia yang semakin hari semakain cepat berjalan kearah
yang tak terduga. Perubahan tersebut meliputi banyak hal termasuk perubahan
ekspektasi masyarakat terhadap organisasi swasta, organisasi keagamaan ataupun
perusahaan. Salah satu yang dilakukan dalam rangka
memberdayakan/memandirikan masyarakat antara lain dengan kegiatan
Pemberdayaan Masyarakat berbasis Masjid yang bersifat kepedulian terhadap
social masyarakat khususnya yang beragama Islam serta membantu pemerintah
dalam rangka menanggulangi permasalahan-permasalahan social di Indonesia.
Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid berhubungan erat dengan
"pembangunan yang memandirikan", di mana terdapat banyak program
pemberdayaan yang sifatnya memandirikan masyarakat. Program-program
tersebut terdiri dari berbagai aspek, mulai dari aspek yang bersifat
rohani(keagamaan), ekonomi, sosial-budaya, hingga seni dan lain-lain yang
sifatnya memandirikan masyarakat.7
Berdasarkan hal itu pula, Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid Al-
Ikhlash Jatipadang, Jakarta Selatan mempunyai strategi untuk membangun
ataupun mempertahankan citra positifnya dimata publik (dalam hal ini Jamaah
Masjid dan masyarakat sekitar) dengan melakukan kegiatan sosial melalui
program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid. Masjid Al-Ikhlash
jatipadang mempunyai program pemberdayaan Ekonomi, Pendidikan, program
pemberdayaa perempuan dan juga program bantuan sosial. Program tersebut
merupakan wujud dedikasi dan kepedulian Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Jakarta
7 Supardi & Teuku Amiruddin Manajemen Masjid dalam Pembangunan Masyarakat,
Optimalisasi Peran dan Fungsi Masjid, (UII Press Yogyakarta, cetakan pertama, Mei 2001).h.54
7
Selatan kepada Jama‟ah, Masyarakat, Agama serta bangsa Indonesia terhadap
keadaan sosial-budaya hingga keadaan perekonomian di Indonesia.
Dengan adanya program Pemberdayaan Masyarakat berbasis Masjid
tersebut, Jamaah masjid, masyarakat sekitar masjid dan juga umat Islam pada
umumnya, dapat merasakan dampak positif dari kegiatan tersebut. Pasalnya,
kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh Masjid Al-Ikhlash Jatipadang
dilakukan dalam hampir semua aspek, terutama aspek yang mampu memandirikan
jama‟ah dan atau umat Islam pada umumnya.
Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian
program Program Pemberdayaan Masyarakat berbasis Masjid yang dilaksanakan
oleh DKM Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Jakarta Selatan. Penulis yakin adanya
relevansi antara bahan penelitian dengan konstentrasi studi penulis selama ini.
Alasan konseptual inilah yang kemudian penulis ingin ulas pada sebuah
skripsi yang berjudul, “Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid – Studi
Kasus di Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan”
8
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Dalam penulisan kripsi ini, penulis membatasi permasalahan pada
program Program Pemberdayaan Masyarakat berbasis Masjid yang dilaksanakan
oleh Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Jakarta
Selatan.
Kemudian agar dalam penulisan Skripsi ini menjadi lebih fokus dan
terarah serta pembahasan tidak melebar maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep Pemberdayaan Masyarakat berbasis Masjid yang
dilaksanakan oleh Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Jakarta Selatan?
2. Program apa yang terkait dalam Pemberdayaan Masyarakat berbasis
Masjid dan bagaimana pelaksanaan program-program tersebut, serta
bagaimanakah hasil (Output) peserta dari Program Pemberdayaan
Masyarakat berbasis Masjid yang dilaksanakan oleh Masjid Al-Ikhlash
Jatipadang tersebut?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian dan penulisan skripsi ini memiliki tujuan dan manfaat sebagai
berikut :
1. Tujuan
a. Untuk mengetahui dasar serta alasan mengapa program ini dibuat.
b. Untuk mengetahui program-program apa saja yang terkait dengan
program pemberdayaan berbasis masjid tersebut dan juga
mengetahui proses pelaksanaan programnya, serta mengetahui hasil
(Output) dari program pemberdayaan masyarakat berbasis Masjid
9
yang dilaksanakan oleh Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Jakarta
Selatan.
2. Manfaat
a. Manfaat akademis, yakni diharapkan penelitian ini dapat menjadi
referensi sebagai bahan studi atau penelitian selanjutnya yang
berkaitan dan lebih komprehensif serta menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai program Pemberdayaan Masyarakat
berbasis Masjid.
b. Manfaat khusus, yakni :
1) Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi bagi
Masjid Al-Ikhlash Jatipadang agar lebih optimal dan lebih baik
lagi dalam menjalankan program pemberdayaan masyarakat
yang berbasis Masjid dan sebagai upaya menanggulangi jumlah
penyandang masalah kesejahteraan sosial di Indonesia.
2) Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan pembelajaran
bagi penulis dalam melakukan proses penelitian yang baik,
memperluas jaringan, dan menjadi peneliti yang kredibel.
c. Manfaat Umum, yakni diharapkan penelitian ini menjadi sumber
informasi dan pengetahuan bagi masyarakat luas bahwa program
Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid yang dialakukan oleh
Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Jakarta Selatan merupakan salah
satu wujud nyata akan kepedulian DKM Masjid dalam rangka
bertanggung jawab terhadap pemberdayaan umat sekitar Masjid
10
serta dalam rangka membantu program pemerintah untuk
mengurangi tingkat kemiskinan dan kesejahteraan di Indonesia.
D. Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilakukan atas dasar konsep metodologi penelitian yang
terdiri dari 6 kategori, yakni sebagai berikut:
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian studi kasus ini menggunakan metode penelitian kualitatif.
Yaitu penelitian yang dilakukan melalui pengamatan, wawancara, atau
penelaahan dokumen.8 Penelitian yang dengan prosedur yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati.
Dijelaskan dalam Zuriah (2007) bahwa penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang memerlukan ketajaman analisis, objektifitas,
sistematis dan sistemik sehingga diperoleh ketepatan dalam interpretasi,
sebab hakikat dari suatu fenomena atau gejala bagi penganut penelitian
kualitatif adalah totalitas atau Gestalt. 9
Untuk metode pendekatan penelitiannya, penelitian kualitatif ini
secara spesifik lebih diarahkan pada penggunaan metode studi kasus.
Penelitian yang mendalam dan mendetail tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan subyek penelitian, dimana penelitian dilakukan
secara detail dan mendalam mengenai program kegiatan Pemberdayaan
Masyarakat Berbasis Masjid tersebut
8 Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008).
Cet. Ke-25, h. 9-10. 9 Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi (Jakarta: Bumi
Aksara, 2007). Cetakan kedua, h. 92.
11
2. Jenis dan Sumber Data
a. Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung oleh pengumpul
data dari responden atau objek penelitian. Data primer ini dapat diperoleh
melalui wawancara dan observasi terhadap orang-orang yang bersentuhan
langsung dengan program pemberdayaan masyarakat berbasis Masjid di
Masjid Al-Ikhlash Jatipadang seperti, kepada pihak pengurus dan atau
pimpinan Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Jakarta Selatan, serta kepada
pemanfaat program dan kepada orang-orang yang terlibat langsung dalam
pelaksanaan program.
Untuk mendapatkan data, peneliti melakukan wawancara kepada 15
orang yang terkait langsung dengan program, wawancara dilakukan
selama kurang lebih 30 menit, dan wawancara dilakukan 1 sampai 2 kali
banyaknya.
b. Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari
objek yang diteliti. Data sekunder bisa juga disebut sebagai data tambahan.
Data sekunder yang penulis dapatkan berasal dari buku, majalah, tinjauan
pustaka, internet dan mading serta arsip-arsip yang berhubungan dengan
program pemberdayaan masyarakat berbasis masjid.
Adapun data sekundernya adalah berupa berita ataupun liputan-
liputan mengenai kegiatan serta profil umum dari Masjid Al-Ikhlash
Jatipadang yang peneliti dapat dari Internet dan brosur, serta selebaran-
12
selebaran yang peneliti dapati di Mading Masjid Al-Ikhlas Jatipadang.
Selain itu juga beberapa buku yang terkait langsung dengan penelitian ini.
seperti, buku-buku teori pemberdayaan, arsip-arsip, skripsi-skripsi, serta
outline hasil seminar yang terkait dengan kegiatan pemberdayaan
masyarakat.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini proses pengumpulan data akan dilakukan
dengan 4 cara, yakni diantaranya :
a. Observasi, yaitu pengamatan langsung dengan menggunakan seluruh
panca indera (melihat, mendengar, dan merasakan)10
dan pencatatan
secara sistematis gejala-gejala yang terjadi di lapangan penelitian,
yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung di Masjid Al-Ikhlash
Jatipadang, Jakarta Selatan. Adapun gejala-gejala yang terjadi pada
saat penelitian seperti aktifitas masyarakat dan Jama‟ah Masjid Al-
Ikhlash Jatipadang selama berada di Masjid, kegiatan belajar mengajar
di TPA/TK/PAUD Masjid Al-Ikhlas, serta kegiatan transaksi jual-beli
yang terdapat di Toko Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, ketika adanya
kegiatan klinik kesehatan gratis dan lain-lain
b. Wawancara. Merupakan suatu alat pengumpulan informasi langsung
tentang beberapa jenis data.11
Dalam penelitian ini penulis akan
mewawancarai 15 orang yang penulis anggap kompeten, kredibel serta
berhubungan langsung dengan penelitian yang penulis ambil. Nantinya
penulis akan langsung mewawancarai Ketua Masjid Al-Ikhlash
10 Indriati Yulistiani, Ragam Penelitian Kualitatif: Penelitian Lapangan (Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik: UI, 2001), h. 16. 11 Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Jogjakarta: Andi Offset, 1983), h. 49.
13
Jatipadang, serta 6 orang narasumber yang termasuk dalam jajaran
DKM Masjid Al-Ikhlash Jatipadang sebagai orang yang bertanggung
jawab langsung terhadap program. Lalu penulis akan mewawancarai 9
(sembilan) orang peserta/pemanfaat yang mengikuti program tersebut.
Dalam penelitian kualitatif, karena tidak menggunakan instrument
penelitian yang terstruktur dan baku, maka peneliti sendiri dan dengan
bantuan dari orang lain merupakan intrumen pengumpul data yang
paling utama. Oleh karena itu, pada saat pengumpulan data, peneliti
melakukan kegiatan observasi langsung ke lapangan untuk mengetahui
kegiatan dari subjek penelitian.
Pada penelitian ini, alat bantu yang digunakan oleh peneliti berupa,
alat tulis, recorder(perekam suara), kamera, serta alat dokumentasi lain
yang menunjang keberhasilan penelitian, yaitu berupa buku, catatan-
catatan, arsip-arsip, jurnal, foto-foto, dan sebagainya yang
berhubungan dengan Masjid Al-Ikhlash Jatipadang.
Berikut merupakan data narasumber yang peneliti wawancarai
untuk mendapatkan data-data yang peneliti butuhkan.
Nama Status / Jabatan Waktu
Wawancara
Bapak Abbas Supriadi
Bapak Ir. Agung Priyadi
Bapak Ir. Rahadi Mulyanto
Bapak Ir. Rio Gajahmada
Koordinator bidang
pelayanan umat.
Koordinator bidang
pendidikan
Sekretaris Umum
Koordinator bidang
pengembangan
minat dan
22 Maret 2014
22 Maret 2014
22 Maret 2014
22 Maret 2014
14
Ibu Susanto Kasdi.
Muhammad Fikriza Dzikrullah.
Bapak Nur Ali
Bapak Tri Haryanto
Ibu Evi
Ibu Hayati
Ibu Dewi Sartika
Bapak Abdul Rohman
Ibu Iis Sumiati
Ibu Mulyanah
Bapak Trijoko
keterampilan
Koordinator bidang
pemberdayaan
perempuan
Technical Support
(Marbot)
Pedagang tiket
Travel di toko
Masjid
Pedagang Refill
Parfum di Toko
Masjid
Pedagang peralatan
sekolah di toko
Masjid
Pedagang busana
muslim di Toko
Masjid
Peserta kusus baca
dan tulis (LPLQ)
Peserta bantuan
kesehatan
Peserta kusus baca
dan tulis (LPLQ)
Peserta
pemberdayaan
perempuan
Peserta bantuan
sosial (beasiswa)
24 Maret 2014
28 Maret 2014
28 Maret 2014
28 Maret 2014
28 Maret 2014
28 Maret 2014
13 April 2014
13 April 2014
13 April 2014
13 April 2014
14 April 2014
c. Studi dokumentasi. Yaitu peneliti mengumpulkan, membaca dan
mempelajari berbagai macam bentuk data tertulis yang ada di
lapangan serta data-data lain di perpustakaan yang dapat dijadikan
15
bahan analisa untuk hasil dalam penelitian ini. Beberapa data dari
hasil studi dokumentasi ini sendiri ada yang berupa foto-foto, arsip-
arsip Masjid serta buletin-buletin mingguan yang diterbitkan oleh
pihak Masjid Al-Ikhlash Jatipadang yang biasanya ditempelkan di
mading Masjid.
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif yakni menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber
dengan hasil yang diperoleh melalui pengamatan peneliti di lapangan.
Adapun analisis data adalah proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga
dapat menentukan tema dan dapat merumuskan hipotesis kerja seperti yang
disarankan oleh data. Analisis data bermaksud mengorganisasikan data, di
antaranya mengatur, mengurutkan, mengkelompokan, memberi kode dan
mengkategorikanya.12
5. Lokasi & Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini akan dilakukan di Jl. Raya Ragunan No.11
Jatipadang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12540- Indonesia. Telepon; 021-
7802776. Adapun waktu penelitian terhitung mulai Februari-Juni 2014.
6. Pedoman Penulisan
Untuk penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis mengacu pada
buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan disertasi UIN Jakarta yang
12 Adang Rukhiyat, dkk, Panduan Penelitian Bagi Remaja, (Jakarta: CV.Tumaritis, 2003),
edisi 3, h. 55
16
diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2010.
E. Tinjauan Pustaka
Ada empat Karya Ilmiah (Skripsi) yang penulis jadikan sebagai bahan
peninjauan pustaka, dimana ketiga skripsi tersebut penulis anggap sebagai bahan
referensi dan juga berhubungan dengan permasalahan yang akan penulis angkat.
Yakni diantaranya :
Pertama, Skripsi Tahun 2008 yang berjudul “Strategi Pemberdayaan
Masyarakat Berbasis Kelompok Swadaya Masyarakat – Studi Implementasi di
Lembaga Pengelola Zakat, Infaq dan Shadaqah (LP-ZIS) Ash-Shinaiyyah”
disusun oleh saudaraSunardi, mahasiswi Jurusan PMI. Dalam pembahasannya, ia
menjelaskan bagaimana konsep pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh
lembaga pengelola zakat, Infaq dan shadaqah (LP-ZIS) Ash-Shinaiyyah.
Skripsi ini adalah yang paling mirip dengan judul yang penulis angkat.
Tetapi ada beberapa perbedaan yang perlu penulis tekankan yakni :
1. Dimensi yang diulas oleh Saudara Sunardi adalah tentang
Pemberdayaan Masyarakat berbasis kelompok swadaya masyarakat,
yang titik beratnya terdapat pada sumber daya yang digunakan yang
berasal dari sumbangan swadaya masyarakat. sedangkan Penulis
lebih pada pemberdayaan masyarakat berbasis Masjid, yang tentunya
kegiatan tersebut dilaksanakan oleh anggota DKM Masjid yang
sumber dananya berasal dari donatur-donatur masjid yang juga ikut
terlibat langsung dalam kegiatan pemberdayaan tersebut.
17
2. Lokasi yang dipilih oleh Saudara Sunardi adalah di lembaga
pengelola zakat, Infaq dan shadaqah (LP-ZIS) Ash-Shinaiyyah yang
dikelola oleh Karyawan PT. Bukaka Tehnik Utama Tbk. Sedangkan
penulis memilih lokasi di MasjidAl-Ikhlash Jatipadang Pasar
Minggu, Jakarta Selatan.
3. Objek yang diteliti oleh Saudara Sunardi lebih bertumpu pada
bagaimana partisipasi masyarakat dalam kegiatan pemberdayaan
tersebut, sedangkan penulis lebih concern kepada Konsep
pemberdayaan, Tahapan-tahapan pelaksanaan program, serta Output
dari program pemberdayaan berbasis Masjid.
Kedua, Skripsi tahun 2007 yang disusun oleh Maryanah, Mahasiswi
Pengembangan Masyarakat Islam yang berjudul “Program Pemberdayaan
Komunitas(Prospek) di Pos Keadilan Peduli Ummat (PKPU) Jakarta”. Dalam
pembahasannya, ia menjelaskan tentang “Program pemberdayaan masyarakat
berbasis komunitas yang dilakukan oleh Lembaga Pos Keadilan Peduli Ummat
(PKPU) Jakarta”.
Saudari Maryanah mendeskripsikan tentang pemberdayaan masyarakat
berbasis komunitas yang secara umumm dan khusus lebih concern kepada sistem
dan strategi-strategi pemberdayaan yang dilakukan oleh lembaga Pos Keadilan
Peduli Ummat (PKPU) Jakarta. Program Pemberdayaan Komunitas yang
dilakukan oleh Lembaga Pos Keadilan Peduli Ummat (PKPU) Jakarta Lebih
concern pada pemberdayaan dalam bidang ekonomi. PKPU berusaha membantu
masyarakat dan paling tidak, memberikan harapan kepada kelompok masyarakat
dengan membentuk KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat). Anggota KSM
18
tersebut terdiri dari: Nelayan, Petani, peternak, pengrajin, tukang ojek, pemilik
warung, pedagang, penjahit, petugas kebersihan, janda miskin satpam, dan
pengusaha ekonomi mikro.
ada beberapa perbedaan yang perlu penulis tekankan yakni :
1. Pemberdayaan yang dilakukan Masjid Al-Ikhlash menycakup berbagai aspek,
sedangkan penelitian yang dilakukan saudari Maryanah hanya concern pada
aspek ekonomi saja.
2. Saudari Maryanah mendeskripsikan tentang pemberdayaan masyarakat
berbasis komunitas yang secara umumm dan khusus lebih concern kepada
sistem dan strategi-strategi pemberdayaan, sedangkan saya lebih condong
melakukan penelitian mengenai program-program serta output dari program
pemberdayaan berbasis Masjid tersebut.
3. Kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh PKPU hanya dikhususkan bagi
anggota KSM saja, sedangkan kegiatan pemberdayaan berbasis Masjid oleh
DKM Masjid Al-Ikhlash ditujukan bagi jama‟ah Masjid, masyarakat sekitar
Masjid serta masyarakat lain pada umumnya.
Ketiga, Skripsi tahun 2009 yang disusun oleh Iip Apriaji. Mahasiswa
jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, yang berjudul “Pemberdayaan
Masyarakat Melalui Dana Bergulir Baitul Mal Wattamwil (BMT) Ar-Ridho,
Pisangan, Ciputat”. Dalam pembahasannya, ia menjelaskan tentang pemanfaatan
dana bergulir dari BMT Ar-Ridho untuk pedagang kecil disekitar kampung
Pisangan, Ciputat.
Saudara Iip membahas tentang Dampak dari program dana bergulir tersebut
terhadap kualitas perekonomian pedagang-pedagang kecil di Kampung Pisangan,
19
Ciputat. Melalui BMT, warga didorong untuk rajin menabung dan dana tersebut
akan digulirkan ke setiap anggota BMT, yang nantinya akan ada sistem bagi hasil
pada setiap akhir bulannya. Dengan kegiatan tersebut, masyarakat dapat
menggunakan dana bergulir sebagai modal usaha dalam rangka mengembangkan
usaha kecil mereka. Kegiatan dana bergulir dari BMT tersebut dapat menopang
kegiatan usaha yang dilaksanakan oleh setiap anggota BMT. Hal ini dapat dilihat
dari banyaknya pinjaman yang menggunakan dana tersebut dan peningkatan
penghasilan yang didapatkan oleh para pedagang yang sekaligus sebagai anggota
BMT tersebut sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Berdasarkan skripsi diatas, ada beberapa perbedaan yang ingin peneliti
kemukakan:
1. Penelitian yang dilakukan oleh saudara Iip Apriaji hanya fokus pada lembaga
BMT Masjid saja, sedangkan saya melakukan penelitian pada 4 (empat)
Program pemberdayaan yang dilakukan oleh Masjid Al-Ikhlash Jatipadang.
2. Saudara Iip Apriaji hanya memfokuskan penelitian kepada para pedagang
kecil di sekitar kampung Pisangan dimana mereka merupakan pemanfaat dana
BMT tersebut. Sedangkan saya memfokuskan penelitian pada jama‟ah masjid,
masyarakat sekitar masjid serta masyarakat umum sebagai pemanfaat program
pemberdayaan berbasis Masjid oleh DKM Masjid Al-ikhlash Jatipadang.
3. Saudara Iif Apriaji hanya fokus kepada dampak dari program dana bergulir
tersebut terhadap kualitas perekonomian pedagang-pedagang kecil di
Kampung Pisangan. Sedangkan penelitian yang saya lakukan mempunyai
fokus pada output dari semua program pemberdayaan berbasis Masjid yang
ada di Masjid Al-ikhlash Jatipadang.
20
Keempat, skripsi tahun 2003 yang disusun oleh saudara Komhadi Yusuf.
Mahasiswa jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, yang berjudul “Upaya
Lembaga Pendidikan Islam As-Salam dalam Pengembangan Masyarakat Islam di
Desa Rimbo Bujang, Jambi”. Dalam skripsinya, saudara Komhadi Yusuf
membahas tentang upaya yang dilakukan oleh lembaga pendidikan islam dalam
rangka meningkatkan kesadaran masyarakat islam akan nilai-nilai luhur ajaran
Islam. Lembaga pendidikan Islam tersebut juga mampu memberikan motivasi
kepada masyarakat dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, terutama dalam
bidang keagamaan. Lembaga pendidikan Islam mampu membentuk suatu
masyarakat yang didalamnya sangat menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran islam.
Hasil penelitiannya menunjukkan, bahwa Pendidikan Agama Islam mempunyai
pengaruh yang sangat besar terhadap pemberdayaan masyarakat di desa Rumbo
Bujang, Jambi terutama dalam bidang Keagamaan. Dengan adanya Pendidikan
Islam As-Salam, masyarakat mampu menjadi suatu komunitas yang
religius/agamis serta mampu menerapkan nilai-nilai islam yang Kaffah.
Berdasarkan skripsi diatas, ada beberapa perbedaan yang ingin peneliti
kemukakan:
1. Penelitian yang dilakukan oleh saudara Komhadi Yusuf hanya fokus pada
bidang pendidikan saja, sedangkan saya melakukan penelitian pada 4 (empat)
Program pemberdayaan yang dilakukan oleh Masjid Al-Ikhlash Jatipadang.
2. Dampak dari program penelitian yang dilakukan oleh saudara Komhadi Yusuf
hanya fokus pada pengaruh program terhadap nilai religius/agamis saja.
Sedangkan penelitian yang saya lakukan, Output-nya pada berbagai aspek
yaitu aspek sosial, ekonomi, budaya dan aspek keagamaan juga.
21
Dengan berakar pada judul & pembahasan yang hampir sama, akan tetapi
memiliki turunan lembaga dan program yang berbeda, serta konsep yang diangkat
mengenai pengembangan kualitas sumber daya manusia dan pemberdayaan
masyarakat. setidaknya penulis anggap bahwa skripsi-skripsi tersebut bisa penulis
jadikan sebagai bahan penelitian yang cukup relevan.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembahasan, penulis membuat kerangka penulisan
dengan sistematis yang mana terdiri dari 5 Bab dan tiap-tiap bab terdiri dari
beberapa sub bab, yakni sebagai berikut :
BAB I Bab ini merupakan Pendahuluan, yang meliputi Latar Belakang
Masalah; Pembatasan dan Perumusan Masalah; Tujuan dan Manfaat
Penelitian; Metodologi Penelitian yang digunakan; Tinjauan Pustaka
dan Sistematika Penulisan.
BAB II Bab ini merupakan penjelasan tentang tinjauan teori, yang meliputi
Pembahasan tentang Pemberdayaan Masyarakat; konsep
pemberdayaan (Model & Tahapan Pemberdayaan); Pengertian
Masjid; dan Pemberdayaan berbasis Masjid.
BAB III Bab ini merupakan penjelasan tentang gambaran umum dan profil
lembaga (Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Jakarta Selatan) yang
meliputi gambaran umum dari Masjid Al-Ikhlash Jatipadang;
Struktur Organisasi Masjid Al-Ikhlash Jatipadang; serta Program-
22
program Pemberdayaan Masyarakat yang dilaksanakan oleh Masjid
Al-Ikhlash Jatipadang, Jakarta Selatan.
BAB IV Bab ini merupakan pembahasan tentang Analisis Data dan Temuan
lapangan, yang meliputi konsep pemberdayaan berbasis Masjid;
Program yang terkait dalam Program Pemberdayaan Masyarakat
Berbasis Masjid, yang dilakukan oleh Masjid Al-Ikhlash Jatipadang,
Jakarta Selatan; Pelaksanaan program pemberdayaan berbasis
Masjid; serta output Program Pemberdayaan Berbasis Masjid yang
dilaksanakan oleh Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Jakarta Selatan.
BAB V Bab ini merupakan penutup yang berisi Kesimpulan dan Saran.
23
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Islam adalah agama rahmat bagi seluruh alam. Dalam pengertian yang
sederhana, rahmat berarti memiliki subtansi kasih-sayang dan penghargaan
terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Oleh karena itu, Islam itu agama yang
diorientasikan, dimaujudkan, dan ditampilkan sebagai bentuk kongkret dari sikap-
sikap kasih sayang bagi semesta alam. Maka tidak mungkin juga dalam prosesnya
ditempuh melalui cara-cara atau tehnik-tehnik yang dapat nerusak ke-rahmat‟an
Islam itu sendiri. Dengan kata lain, Islam sebagai rahmat berlaku dari hulu sampai
hilir; dari teori hingga praktik; dari cita-cita sampai gerakan; dari individu sampai
komunitas; dari pagi hingga malam, dan seterusnya.13
Dalam konteks demikianlah maka Islam disebut juga sebagai agama
dakwah. Dakwah dalam bahasa yang sederhana adalah upaya-upaya persuasif
yang ditampilkan oleh masyarakat muslim dalam rangka menampilkan Islam yang
bisa menjadi penumbuh kasih sayang diseluruh ruang dimensi alam ini. Dakwah
sebagai suatu upaya perubahan memang dihadapkan pada persoalan-persoalan
keummatan sehari-hari. Dengan demikian, sejatinya para pelaku dakwah adalah
subyek yang memahami benar bagaimana seharusnya ia menyikapi fakta dan
realitas sosial masa kini. Dalam konteks demikian, maka seorang
pendakwah(da‟i) seharusnya membekali diri dengan berbagai disiplin keilmuan
agama dan juga non-agama, seperti: sosiologi, politik, ekonomi, ekologi, budaya,
13 Tantan Hermansah, dkk, Dasar-dasar pengembangan Masyarakat Islam (Jakarta: Fakultas
Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, 2009) hal. 1 dan 2
24
dan sebagainya. Hal ini tidak lain agar seorang da‟i bisa memahami dengan baik
kondisi sasaran dakwahnya serta bisa menyelami peroblematika masyarakat yang
ada.14
Dakwah yang ditampilkan dengan metode-metode seperti itu bisa juga
disebut dengan Dakwah Pemberdayaan. Dakwah Pemberdayaan ini sebenarnya
tetap merupakan model dakwah seperti biasanya, namun hanya memberikan
penekanan kepada mekanisme „pembebasan‟ masyarakat dari berbagai belenggu
persoalan, seperti: kemiskinan, kebodohan, ketidak-adilan, dan sebagainya.
Dakwah pemberdayaan inilah yang saat ini sedang menemukan momentum
terbaiknya. Dalam konteks „pembebasan‟ masyarakat dari berbagai persoalan,
dakwah dapat dijadikan sebagai sarana dalam upaya perbaikan dan perubahan
sosial. Oleh karenanya, agar dakwah dapat lebih kontekstual dan bermakna bagi
individu atau masyarakat, maka dakwah harus memberikan kontribusi dalam hal
perbaikan tersebut. Materi dakwah di mimbar-pun harus berisi tentang ajakan dan
seruan memelihara dan menjaga lingkungan, pemberantasan korupsi,
pemberantasan kemiskinan, memperbaiki birokrasi, peningkatan kualitas hidup,
pemberian akses yang sama terhadap pendidikan, penguatan hak-hak ekonomi,
sosial, budaya, dan lainnya. Dengan demikian, dakwah tidak hanya berakhir di
mimbar atau majelis ta‟lim saja. Tetapi dakwah menjadi kebutuhan rill seluruh
masyarakat.15
14 Ibid. Hal 3 15 Ibid., hal. 5-6
25
1. Pemberdayaan Masyarakat Islam
Islam adalah agama yang membebaskan. Agama yang membebaskan dari
ketidak-adilan, kemiskinan, dan kebodohan ditengah-tengah masyarakat. Agama
yang akan selalu memberikan jawaban bagi setiap problematika yang dihadapi
oleh umatnya. Pada konteks inilah, pemberdayaan masyarakat Islam diletakkan,
yakni memfasilitasi, memberdayakan umat Islam agar terbebas dari ketidak-
adilan, kemiskinan, kebodohan dan lainnya yang menyebabkan mereka menjadi
terpuruk.16
Berbagai definisi Pemberdayaan menurut beberapa ahli dapat kita jadikan
rujukan dalam menganalisa konsep pemberdayaan masyarakat Islam. Menurut Edi
Suharto17
Pemberdayaan atau pemberkuasaan (Empowerment), berasal dari kata
“Power”(kekuasaan atau keberdayaan). Konsep utama pemberdayaan bersentuhan
langsung dengan kekuasaan. Oleh karenanya, pemberdayaan bertujusn untuk
meningkatkan kekuasaan orang-orang lemah atau tidak beruntung. Dalam hal ini
bagaimana orang-orang yang kurang berdaya dan kurang beruntung tadi agar
dapay berdaya dan berkuasa untuk menolong dirinya sendiri.
Menurut Jim Ife:18
“Pemberdayaan berarti menyiapkan kepada masyarakat
sumberdaya, kesempatan, pengetahuan, dan keahlian untuk meningkatkan
keahlian diri masyarakat dan mempengaruhi kehidupan dalam komunitas
masyarakat itu sendiri”. Sedangkan menurut Manuwoto:19
”pemberdayaan
16 Ibid., hal. 34 17 Edi Suharto, Membangun Masyarakat, Memberdayakan Masyarakat, Cetakan 1 (Bandung:
PT. Refika Aditama, 2005), h. 57 18 Jim Ife, “Community Development: Creating community alternative-vision, analysis and
practice,” dalam Tantan Hermansah, dkk, Dasar-dasar pengembangan Masyarakat Islam
(Jakarta: Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, 2009), h. 29. 19 Manuwoto, “Peningkatan peran serta dalam upaya pemberdayaan masyarakat dalam
menuju masyarakat madani,” dalam Tantan Hermansah, dkk, Dasar-dasar pengembangan
26
masyarakat adalah suatu upaya meningkatkan harkat dan martabat lapisan
masyarakat yang kondisinya pada suatu waktu tidak atau belum mampu untuk
melepaskan diri dari perangkap kemiskinan atau keterbelakangan. Dengan kata
lain, pemberdayaan adalah suatu upaya untuk membuat mampu dan mandiri suatu
kelompok masyarakat”.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa
Pemberdayaan adalah suatu usaha atau upaya yang dilakukan dalam rangka
mengembangkan kemampuan dan kemandirian individu atau masyarakat dalam
memenuhi kebutuhannya. Masyarakat dapat tahu potensi dan permasalahan yang
dihadapinya serta mampu menyelesaikannya.20
Dari kesimpulan definisi tersebut, Islam mencoba membuat konsep
tentang Pemberdayaan Masyarakat Islam. Secara konseptual, pemberdayaan
masyarakat Islam adalah upaya yang sistematis dan terencana untuk melakukan
perubahan sosial terhadap tatanan sosial yang lebih baik yang dilandaskan pada
ajaran agama islam. Pemberdayaan masyarakat islam ini merupakan
operasionalisasi dalam sifat normatif Islam sebagai agama pembebasan.
Pemberdayaan masyarakat Islam merupakan bagian dari Dakwah. Tetapi
kegiatan dakwah yang sudah mengalami perubahan paradigma. Paradigma
dakwah konvensional yang masih terfokus kepada ibadah vertikal(hubungan
Allah dengan hambanya). Paradigma dakwahnya lebih kepada perubahan sosial
secara nyata, yakni hubungan vertikal(hubungan Allah dengan hambanya)
sekaligus hubungan Horizontal (hubungan sesama hamba).21
Masyarakat Islam (Jakarta: Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah,
2009), hal. 30. 20 Tantan, Dkk, Dasar-dasar pengembangan Masyarakat Islam, h. 31. 21 Ibid., h. 35.
27
Dalam konteks ini, pemberdayaan masyarakat Islam adalah kerja
kebudayaan atau kerja perubahan sosial. Pemberdayaan Masyarakat Islam
memfokuskan diri pada misalnya peningkatan kualitas lingkungan, kesehatan,
pendidikan, dan pengembangan ekonomi mikro. Bentuk-bentuknya adalah
pengembangan masyarakat, aksi komunitas, pengorganisasian masyarakat, dan
juga advokasi.
Berdasarkan strategi pemberdayaan, dalam konteks pekerjaan sosial,
pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras atau matra pemberdayaan, yaitu;
Mikro, mezzo, dan Makro.22
a) Aras Mikro
Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui
bimbingan, konseling, stress management, crisis intervasion. Tujuan utamanya
adalah untuk membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas
kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai pendekatan yang bersifat pada
tugas.
b) Aras Mezzo
Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien. Pemberdayaan
dilakukan dengan menggunakan kelompok/komunitas sebagai media intervensi.
Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya digunakan dalam strategi
dalam peningkatan kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien
agar memiliki kemampuan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
22 Edi Suharto, Membangun Masyarakat, Memberdayakan Masyarakat, Cetakan 1 (Bandung:
PT. Refika Aditama, 2005), h. 66.
28
c) Aras Makro
Pendekatan ini biasa disebut juga sebagai strategi sistem besar, karena
sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas. Perumusan
kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian
masyarakat, manajemen konflik, adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini.
strategi sistem besar ini memandang klien sebagai orang yang memiliki
kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk memilih
serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.
Pemberdayaan masyarakat Islam mempunyai Concern pada pemberdayaan
yang bersifat “Aras Mezzo”. Pasalnya, kegiatan pemberdayaan masyarakat Islam
biasanya dilakukan kepada kelompok/komunitas tertentu. Kegiatan tersebut
dilakukan dengan harapan klien dapat memiliki kesadaran, meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan memiliki kemampuan untuk memecahkan
masalah yang dihadapinya.
Ada beberapa prinsip umum tentang pemberdayaan dengan Komunitas
sebagai media intervensi. Prinsip-prinsip tersebut adalah: (1) fokus perhatian
ditujukan pada komunitas sebagai kebutuhan. (2) berorientasi pada kebutuhan dan
permasalahan komunitas. (3) mengutamakan prakarsa, partisipasi dan juga
swadaya masyarakat.23
Ditempatkannya komunitas sebagai fokus perhatian dan dilihat sebagai
suatu kebetulan lebih dimungkinkan mengingat berbagai ciri dan karakteristik
yang terkandung dalam konsep komunitas tersebut. Berbagai karakteristik yang
melekat pada konsep komunitas tersebut memungkinkan dalam kehidupan yang
23 Soetomo, Strategi-strategi pembangunan masyarakat (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006).,
h. 82.
29
berada pada suatu lokalitas tertentu terkandung adanya kesadaran kolektif dan
kesadaran sosial diantara para warganya. Kesadaran kolektif dan solidaritas sosial
tersebut merupakan modal sosial dan energi sosial yang cukup besar dalam
mendasari tindakan bersama bagi peningkatan kehidupan bersama, baik
kehidupan sosial, ekonomi maupun kultural. Ukuran komunitas sebagai satuan
kehidupan bersama yang tidak terlalu besar mengakibatkan antar anggota saling
mengenal secara pribadi, sehingga mudah menumbuhkan rasa saling percaya.
Tetapi juga tidak terlalu kecil sehingga dapat dilakukan usaha dan aktifitas
bersama secara evisien. Selanjutnya, agar tindakan tersebut lebih bersandar pada
prakarsa dan partisipasi masyarakat sendiri, dibutuhkan adanya kompetensi
masyarakat terhadap proses pembangunan di lingkungan kehidupannya.
Kompetensi yang diharapkan meliputi kompetensi pada setiap warga masyarakat
secara individual maupun kompetensi komunitas sebagai keseluruhan dan
kebulatan kehidupan bersama.24
4. Pengertian Masjid
Masjid bagi umat islam memiliki makna yang besar dalam kehidupan,
baik makna fisik maupun makna spiritual. Kata masjid itu sendiri berasal dari kata
sajada-yasjudu-sujudan-masjidan (tempat sujud).25
Dilihat dari segi harfiah masjid
memanglah tempat sembahyang. Perkataan masjid mesjid berasal berasal dari
bahasa Arab. Kata pokoknya “Sujudan”, fi‟il madinya sajada (iya sudah sujud)
fki‟il sajada diberi awalan ma, sehingga terjadilah Isim makan. Isim makan ini
24 Ibid., hal. 83 25 Sofyan Safri Harahap, Manajemen Masjid, (Yogyakarta: Bhakti Prima Rasa, 1996), h.26.
30
menyebebkan perubahan bentuk sajada menjadi masjidu, masjida.26
Masjida jadi
ejaan aslinya adalah masjid (dengan a). Pengambilan alih kata masjid oleh bahasa
Indonesia umumnya membawa proses perubahan bunyi a menjadi e, sehingga
terjadilah bunyi mesjid. Perubahan bunyi dari ma menjadi me, disebabkan
tanggapan awalan me dalam bahasa Indonesia. Bahwa hal ini salah, sudah tentu
kesalahan umum seperti ini dalam indonesianisasi kata-kata asing sudah bisa.
Dalam ilmu bahasa sudah menjadi kaidah kalau suatu penyimpangan dan
kesalahan dilakukan secara umum ia anggap benar. Menjadilah ia kekecualian.27
Pengelolaan masjid secara profesional berarti berupaya untuk
memakmurkan masjid. Allah SWT. Berfirman dalam Surat At-Taubah ayat 18;
Artinya; “Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-
orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan
shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah,
maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang
yang mendapat petunjuk”.
Setiap muslim sebenarnya boleh melakukan shalat diwilayah manapun
dibumi ini; terkecuali diatas kuburan, ditempat yang bernajis, dan ditempat-
26 Saidi Gazalba, Masjid pusat ibadah dan kebudayaan Islam, cet.6(Jakarta: Pustaka Al-Husna,
1994), h. 118 27 Ibid., h. 118
31
tempat yang menurut ukuran syariat Islam tidak sesuai untuk dijadikan tempat
shalat.
Rasulullah SAW bersabda yang artinya : “Setiap bagian dari bumi Allah
adalah tempat sujud (masjid)“ (HR Msulim). Pada hadis yang lain rasulullah
bersabda pula yang artinya : “Telah dijadikan bagi kita bumi ini sebagai tempat
sujud dan keadaan bersih“. (HR Muslim)
Masjid tidak bisa dilepaskan dari masalah shalat. Berdasarkan sabda Nabi
SAW diatas, setiap orang bisa melakukan shalat dimana saja; dirumah, dikebun,
dijalan, dikendaraan, dan ditempat lainnya. Selain itu masjid merupakan tempat
orang berkumpul dan melakukan shalat secara berjamaah,dengan tujuan
meningkatkan solidaritas dan silaturahmi dikalangan kaum muslimin.28
Dimasa Nabi Muhammad SAW ataupun dimasa sesudahnya, masjid
menjadi pusat atau sentral kegiatan kaum muslimin. Masjid memegang peranan
yang sangat vital dalam rangka pemberdayaan umat. Segala aspek kehidupan, dari
mulai kegiatan keagamaan hingga kegiatan kenegaraan dilakukan di Masjid.
Masjid dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan yang mencakup, ideologi,
politik, ekonomi, sosial, peradilan,dan kemitraan dibahas dan dipecahkan
dilembaga masjid. Masjid juga dijadikan sebagai tempat melakukan
pertemuan(rapat) untuk menentukan strategi perang, tempat penyimpanan harta
rampasan perang, sebagai tempat tahanan bagi para tawanan perang serta sebagai
tempat perawatan bagi tentara-tentara yang terluka karena perang.
28 Ayub, Mohammad E, Manajemen masjid: Petunjuk Praktis bagi para pengurus, penyunting,
Doddy Mardanus, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), h. 1.
32
Secara teoritas, dan koseptual; masjid adalah pusat kebudayaan Islam.
Dari tempat inilah, syiar ke Islaman yang meliputi aspek duniawi dan ukhrowi,
serta material-spiritual dimulai.
Berbagai catatan sejarah telah menorehkan dengan baik mengenai
kegemilangan peradaban Islam yang secara langsung tempaan jasmani, ruhani,
dan intelektual dipusat peradaban yaitu masjid.29
Quraish shihab menjelaskan, masjid adalah tempat ibadah kaum muslimin
yang memiliki peran strategis untuk kemajuan peradaban umat Islam. Sejarah
telah membuktikan multi fungsi peranan masjid tersebut. Masjid bukan saja
tempat shalat tetapi juga pusat pendidikan, pengajian, keagamaan, pendidikan
militer, dan fungsi-fungsi sosial ekonomi lainnya. Rasulullah SAW pun telah
mencontohkan multifungsi masjid dalam membina dan mengurusi seluruh
kepentingan umat, baik pusat ibadah, pusat pendidikan, dan pengajaran, pusat
penyelasain problematika umat dalam aspek hukum (peradilan), pusat
pemberdayaan ekonomi umat melalui Baitul Mal (ZIWAF), pusat informasi
Islam, bahkan pernah sebagai pusat pelatihan militer dan urusan-urusan
pemerintah Rasulullah SAW, masjid dijadikan sebagai pusat peradaban Islam.30
Fungsi Masjid
Fungsi utama Masjid adalah tempat sujud kepada Allah SWT, tempat
shalat, dan tempat beribadah kepada-Nya.31
Lima kali sehari semalam umat Islam
dianjurkan mengunjungi masjid guna melaksanakan shalat berjamaah, Masjid
29 Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: Mizzan, 1998), h. 462. 30 Ibid. 31 Ayub, Mohammad E, Manajemen masjid: Petunjuk Praktis bagi para pengurus,
penyunting, Doddy Mardanus, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), h.7.
33
juga merupakan tempat yang paling banyakan dikumandangkan nama Allah
melalui azan,qamat, tasbih, tahmid, tahlil, istighfar dan ucapan lain yang
dianjurkan dibaca dimasjid sebagai bagian dari lafaz yang berkaitan dengan
pengagungan asma Allah. Selain itu fungsi masjid adalah:
a. Masjid merupakan tempat kaum muslimin beribadat dan mendekatkan diri
kepada Allah SWT,
b. Masjid adalah tempat kaum muslimin beri‟tikaf, membersihakn diri,
menggembleng batin untuk membina kesadaran dan mendapatkan
pengalaman batin atau keagamaan sehingga selalu terpelihara
keseimbangan jiwa dan raga serta keutuhan kepribadian,
c. Masjid adalah tempat bermusyawarah kaum muslimin guna memecahkan
persoalan-persoalan yang timbul dalam masyarakat.
d. Masjid adalah tempat kaum muslimin berkonsultasi, mengajukan kesulitan-
kesulitan, meminta bantuan dan pertolongan,
e. Masjid adalah tempat membina keutuhan ikatan jamaah dan kegotong-
royongan didalam mewujudkan kesejahteraan bersama,
f. Masjid dengan majelis taklimnya merupakan wahana untuk meningkatkan
kecerdasan dan ilmu pengetahuan muslim,
g. Masjid adalah pembinaan dan pengembangan kader-kader pimpinan umat.
h. Masjid tempat mengumpulkan dana menyimpan dan membagikannya dan,
i. Masjid tempat melaksanakan pengaturan dan supervise sosial.
Fungsi-fungsi tersebut telah diaktualisasikan dengan kegiatan operasional
yang sejalan dengan program pembangunan. Umat Islam bersyukur bahwa dalam
deklade akhir-akhir ini masjid semakin tumbuh dan berkembang, baik dari segi
34
jumlahnya maupun keindahan arsiteknya. Hal ini menunjukan adanya
peningkatan kehidupan ekonomi umat, peningkatan gairah, dan semaraknya
kehidupan beragama.32
3. Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid
Pemberdayaan masyarakat berbasis masjid adalah proses untuk
menjadikan masyarakat menjadi mandiri dengan berbagai program
pemberdayaan dan dengan mengambil pusat kegiatan melalui Masjid.
Agar masjid dapat secara maksimal berfungsi baik sebagai tempat
beribadah maupun sebagai medium pemberdayaan maka diperlukan para
pengurus masjid yang memiliki syarat-syarat berikut:33
1. Mempunyai watak yang positif yaitu memiliki syarat-syarat yang harus
dimiliki oleh pemimpin pada umumnya, terutama memiliki kewibawaan,
kecakapan, dan keberanian.
2. Mempunyai Iman (Percaya pada Allah, percaya pada hari akhir, mendirikan
shalat, mengeluarkan zakat serta tidak merasa takut kecuali pada Allah).
3. Memiliki dan memahami pengetahuan tentang fungsi masjid menurut ajaran
Islam serta hatinya cinta kepada masjid.
Jika mengacu pada konsep managemen masjid dari Kementerian Agama
RI bahwa terdapat tiga aspek dalam mengelola masjid secara baik. Yakni aspek
idarah(administrasi dan organisasi), aspek imarah(kemakmuran), dan aspek
ri‟ayah(pemeliharaan sarana dan prasarana).34
32 Ibid., h.8. 33 Ibid., h.34 34 Sofyan Safri Harahap, Manajemen Masjid, (Yogyakarta: Bhakti Prima Rasa, 1996), h.83
35
Dengan ketiga aspek tersebut diharapkan masjid dapat menjadi tempat
yang kondusif bagi upaya-upaya penguatan masyarakat baik secara sosial-
ekonomi, politik maupun sosial-budaya. Memang untuk mewujudkan sebuah
masjid dengan fungsinya yang maksimal dibutuhkan sumberdaya manusia yang
kompeten dan rela untuk berkhidmat dalam pelayanan kepada umat melalui
masjid, aliran dan dana yang lancar, dan dukungan semua pihak untuk
merealisasikan usaha mulia tersebut.
Dalam setiap kegiatan yang dilakukan secara bersama tentu melibatkan
banyak pelaku. Demikian pula dalam pemberdayaan masyarakat desa berbasis
masjid. Para pelaku didalamnya antara lain adalah masyarakat (jamaah masjid),
dunia usaha, dan pemerintah setempat(Kelurahan/Kecamatan).
Memang tidak dipungkiri bahwa sementara ini sebagian anggota
masyarakat dan elitnya yang notabene mayoritas beragama Islam masih berpikir
sekular. Dibuktikan dengan menjadikan masjid hanya sebagai tempat ibadah
semata. Padahal fungsi masjid yang seharusnya lebih dari itu. Yakni masjid juga
harus berfungsi sosial. Jadi secara real dinamika masjid bukan hanya diisi oleh
pelaksanaan shalat dan bentuk-bentuk upacara keagamaan yang lain tetapi masjid
juga sebagai tempat untuk meningkatkan kualitas umat baik secara ekonomi,
politik maupun sosial budaya.
Di sinilah dapat dipahami bahwa pemberdayaan masyarakat berbasis
masjid merupakan sebuah keniscyaan. Pemberdayaan masyarakat berbasis masjid
merupakan sebuah kerja besar. Sehingga harus mendapat dukungan semua pihak
untuk dapat berjalan secara baik. Pelaku yang pertama adalah masyarakat itu
sendiri(dalam hal ini jama‟ah dan masyarakat sekitar Masjid). Karena merekalah
36
yang menjadi subyek sekaligus obyek dari kegiatan tersebut. Dari masyarakatlah
akan tampil kader-kader umat yang dapat berkhidmat untuk melayani umat
melalui masjid. Dan dukungan mereka akan menghasilkan perubahan yang
signifikan di tengah masyarakat seiring dengan proses pemberdayaan yang sedang
berlangsung.35
Disamping masyarakat itu sendiri maka unsur yang lain adalah pemerintah
setempat. Mereka ini adalah birokrasi yang paling rendah dan langsung
berhadapan dengan dinamika masyarakat. Dukungan dari Pemerintah dalam
bentuk regulasi dan juga aliran dana. Sehingga akan dapat melahirkan kader-kader
umat yang dapat membuka selebar-lebarnya praktek budaya masyarakat yang baik
dan menutup rapat-rapat praktek budaya masyarakat yang buruk.
Pihak yang tidak bisa ditinggalkan dalam pemberdayaan masyarakat
berbasis masjid adalah dunia usaha. Karena dari merekalah baik dukungan SDM
yang berkualitas maupun aliran dana yang lancar dapat diharapkan. Mereka dapat
dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang ada kaitannya dengan ekonomi umat.
Sehingga masyarakat minimal dapat terpenuhi kebutuhan dasarnya dengan baik.
Pemberdayaan masyarakat berbasis masjid pada dasarnya masuk dalam
kategori Pemberdayaan Fungsi Masjid. Dimana, pemberdayaan masyarakat
berbasis masjid termasuk kedalam aspek pemberdayaan management Masjid.
Aspek pemberdayaan manajemen masjid identik dengan kegiatan fungsional atau
biasa disebut juga Idharah Binaal Ruhiyyi yang meliputi pengaturan tentang
pelaksanaan fungsi masjid sebagai wadah pembinaan umat. Sebagai pusat
pembangunan umat melalui pendidikan dan pengajaran. Termasuk dalam
35 Ayub, Mohammad E, Manajemen masjid: Petunjuk Praktis bagi para penguru. penyunting,
Doddy Mardanus, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), h.36
37
pemberdayaan masjid yaitu menggerakan anggota masyarakat yang mampu untuk
membangun masjid dengan semangat dakwah, terutama dengan mempriorotaskan
bantuan kepada umat yang kurang mampu dalam membantu membantu
permasalahan mereka.36
36
“Memberdayakan peran & fungsi Masjid,”. Artikel diakses pada 28 mei pukul 21.33dari
www.kemenag.go.id
38
BAB III
PROFIL DAN GAMBARAN UMUM
MASJID AL-IKHLASH JATIPADANG
A. Sejarah Masjid Al-Ikhlash Jatipadang
Sejarah berdirinya Masjid Al-Ikhlash Jatipadang bermula pada tahun
1965. Saat itu, P.T Taruna Bangun sedang melaksanakan pembangunan kompleks
perumahan karangpola. Kompleks ini ditujukan bagi para pegawai Departemen
Pertanian yang tinggal didaerah Jatipadang, jakarta Selatan.
Untuk mengakomodasi kebutuhan para karyawan muslim salam
menunaikan kewajibannya, perusahaan membangun sebuah Mushalla kecil.
Masyarakat sekitar juga dapat menggunakan Mushalla tersebut untuk beribadah.
Pada Tahun 1967, pembangunan kompleks perumahan Karangpola pun
selesai, P.T Taruna Bangun menyerahkan kantor kegiatan pembangunan serta
Mushalla tersebut kepada pihak Kelurahan Jatipadang. Sejak saat itulah Mushalla
tersebut dipugar menjadi lebih besar dan diberi nama Masjid Panca Sakti.
Sedangkan bekas garasi kantor, direnovasi menjadi Madrasah Ibtidaiyyah.
Pada tahun 1969, pihak Kelurahan Jatipadang menyerahkan pengelolaan
Masjid dan Madrasah tersebut kepada masyarakat kelurahan Jatipadang.
Pengelola baru kemudian mengubah nama Masjid Panca Sakti menjadi Masjid Al-
Ikhlash. Dengan nama ini, diharapkan semua kegiatan masjid tersebut dilakukan
dengan ikhlas dan senantiasa mendapatkan Ridha dari Allah SWT.
39
Tanah tempat Masjid Al-Ikhlash dan Madrasah tersebut berdiri merupakan
tanah milik Departemen Pertanian. Oleh karena itu, beberapa tokoh dari
Departemen Pertanian ingin bangunan dan tanah tersebut dikembalikan. Pihak
Kelurahan Jatipadang-pun setuju, akhirnya pada tahun 1976 pengelolaan Masjid
dan Madrasah diserahkan kepada pihak Yayasan Mujahidin.
Sejak dikelola oleh Yayasan Mujahidin, Masjid Al-Ikhlash mengalami
banyak renovasi. Salah satu renovasi besar dilakukan pada tahun 1981. Dana
renovasi tersebut berasal dari bantuan dana oleh Pemerintah DKI saat itu.
Renovasi tersebut selesai satu tahun kemudian, dan diresmikan pada tanggal 4
April 1982.
Renovasi besar selanjutnya dilakukan pada tahun 1998. Renovasi meliputi
perbaikan secara menyeluruh, melibatkan perencanaan terintegrasi antara masjid
dan madrasah. Inilah renovasi besar terakhir yang dilakukan dengan bantuan dana
dari Pemerintah.
Selanjutnya, sejak tahun 2000, renovasi masjid dijalankan dengan dana
swasembada masyarakat. Beberapa bantuan juga diperoleh dari Instansi pemeritah
dan Swasta. Renovasi swasembada ini ditandai dengan peletakan batu pertama
oleh Menteri Pertanian saat itu, DR Muhammad Prakosa. Momen ini juga
bertepatan dengan tanggal 10 Dzulhijjah 1421 H.
Karena banyaknya masjid yang menggunakan nama Al-Ikhlash, maka
pada tahun 2006 nama masjid ini diubah menjadi Masjid Al-Ikhlash Jatipadang.
Pada tanggal 20 Desember 2007 renovasi Masjid Al-Ikhlash dinyatakan
selesei dan diresmikan langsung oleh Menteri Pertanian, DR. Ir. H. Anton
Aprianto, MS. Dimana tanggal bersejarah tersebut juga bertepatan dengan Hari
40
Raya Idul Adha 1428 H.37
Sejak saat itulah pengelolaan Masjid dan Madrasah Al-
Ikhlash Jatipadang-pun berjalan dengan baik, transfaran, akuntabel dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Kabar baik tentang pengelolaan masjid yang profesional, akuntabel, dan
transparan. Sehingga pengelolaan masjid tersebut mendapat pengakuan dari
lembaga sertifikasi internasional, International Standard Certification (ISC) yang
berkedudukan di Sydney, Australia dengan memberikan sertifikat manajemen
mutu ISO 9001:2008.
Pada tahun 2011 Masjid Al-Ikhlas Jati Padang, Jakarta Selatan, mendapat
sertifikat ISO 9001:2008 sebagai Masjid dengan pengelolaan manajemen Masjid
terbaik se-Indonesia. Melalui sertifikat ISO 9001:2008 ini masjid jami‟ tersebut
dinilai telah menerapkan manajemen pengelolaan masjid dengan standar mutu
yang berkualitas. Melihat bentuknya, Masjid Al Ihlash Jatipadang, Pasar Minggu,
Jakarta Selatan memang biasa-biasa saja. Masjid beton ber-arsitektur kontemporer
dengan menara tunggal menjulang tinggi. Tapi istimewanya masjid ini adalah
masjid sekaligus lembaga keagamaan pertama yang meraih sertifikat ISO
9001:2008 tidak saja di Indonesia tapi juga Asia Tenggara dan bahkan juga
mungkin di dunia.
Bagi lembaga sertifikasi ISC sendiri, penyerahan sertifikat tersebut adalah
suatu kehormatan dan prestasi yang menggembirakan karena Masjid Al-Ikhlash
Jatipadang merupakan Masjid dan lembaga pertama di dunia yang telah diaudit
dalam proses sertifikasi ISO. Ini berarti diseluruh dunia, Masjid Al-Ikhlash
37 “Menuju Pusat Dakwah dan Syiar Syariah” Sejarah dan Profil Masjid Al-Ikhlash
Jatipadang., h.3
41
Jatipadang adalah tempat ibadah yang pertama menerapkan sistem manajemen
mutu ISO 9001 : 2008
Upaya ini dilakukan secara berkelanjutan terutama sejak Dewan Masjid
Indonesia wilayan DKI Jakarta pada tahun 2009 juga telah menetapkan Masjid
Al-Ikhlash Jatipadang sebagai Masjid Unggulan Pertama tingkat wilayah DKI
Jakarta. Manajemen Masjid yang professional, modern dan berstandard
International akan mendukung pengelolaan organisasi dan unit-unit kerja di
Masjid Al-Ikhlash yang semakin berkembang sesuai kebutuhan dan tuntutan
masyarakat.
Sejak berdiri hingga kini, Masjid Al-Ikhlash telah memiliki kegiatan dan
perangkat organisasi yang ideal sehingga selain berfungsi sebagai tempat ibadah,
Masjid Al-Ikhlash juga mengelola unit pelayanan klinik kesehatan lengkap
dengan tenaga dokternya, Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak Islam
Terpadu (KB-TKIT), Taman Pendidikan Al-Qur‟an (TPA), Lembaga Pendidikan
dan Latihan Al-Qur‟an (LPLQ), Media Center, Unit Pemberdayaan Perempuan,
Pengembangan Ekonomi Islam melalui penyewaan ruang Toko, Perpustakaan,
Pelayanan Zakat dan sebagainya.
Keseluruhan proses dan audit guna memperoleh sertifikasi ISO 9001 :
2008 terhadap Masjid Al-Ikhlash Jatipadang harus memenuhi standar
internasional. Antara lain, Masjid Al-Ikhlash Jatipadang harus memenuhi standar
internasional di bidang Pengendalian Dokumen Mutu dan Catatan Mutu,
Pengendalian Produk yang tidak Sesuai, Tindakan Perbaikan dan Pencegahan,
Audit Internal, Tinjauan Evaluasi Manajemen, Penanganan Keluhan Jamaah,
42
Pengukuran Kepuasan Jamaah, Pemeliharaan dan Perbaikan Sarana dan
Prasarana, Pengembangan SDM serta pengadaan Barang dan Jasa.
B. Visi dan Misi Masjid Al-Ikhlash Jatipadang
Visi :
Masjid Sebagai Pusat Dakwah Berbasis Ilmu Madani.38
Misi :
1. Ibadah yang memancarkan ruh Dakwah.
2. Pusat kajian ilmu-ilmu Madani.
Pusat pelatihan dan pendidikan
Pusat pelayanan Masyarakat/umat.
3. Pusat informasi tentang jamaah/umat di Pasar Minggu, DKI Jakarta.
C. Struktur Organisasi Masjid Al-Ikhlas Jatipadang
38 Ibid., h.4
DEWAN PENASIHAT
DEWAN SYARIAH
MAJELIS PPERTIMBANGAN
PENGURUS
KETUA UMUM
WAKIL KETUA
UMUM
INTERNAL AUDIT SEKRETARIS UMUM
KETUA BIDANG I KETUA BIDANG II KETUA BIDANG III
PENDIDIKAN IBADAH KEUANGAN
43
D. Program-program Pemberdayaan Masjid Al-Ikhlash Jatipadang
Dalam hal kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid,
Sekretariat Masjid Al-Ikhlash Jatipadang mempunyai 4(empat) program utama,
yaitu;
1. Bidang Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan
Bidang ini dibentuk dalam rangka meningkatkan profesionalisme
pengajaran serta profesionalisme kegiatan belajar mengajar yang bertujuan dalam
rangka mengemban amanah dari jama‟ah/umat untuk menyelenggarakan
serangkaian program pendidikan, dan pelatihan serta beberapa kegiatan
pengembangan sistem pendidikan dan dakwah terpadu. Selain itu, bidang ini juga
menyelenggarakan berbagai program pengembangan organisasi dan manajemen
hingga program pendidikan formal, non-formal maupun informal. Ada beberapa
kegiatan yang terkait dengan program bidang pendidikan tersebut, ada yang
bersifat profit dan non profit.
Adapun kegiatan-kegiatan pendidikan yang bersifat profit antara lain;
LATIHAN &
PENGEMBANGAN
DAKWAH
PELAYANAN
UMMAT
EKONOMI
UNIT
PELAYANAN
KESEHATAN
LEMBAGA
PENDIDIKAN
DAN LATIHAN
AL-QUR’AN
UNIT
PEMBERDAYAAN
PEREMPUAN
UNIT
PENGELOLAAN
ZAKAT
MEDIA CENTER HIPPMASH
44
a) Taman Kanak-kanak Islam Terpadu (TKIT) Al-Ikhlash, berakreditasi A
dari Departemen Pendidikan Republik Indonesia.
b) Kelompok Bermain Islam Terpadu (KBIT) Al-Ikhlash, yang untuk
sementara ini masih dikelola oleh Manajemen TKIT Al-Ikhlash.
c) Taman Pendidikan Al-Qur‟an (TPA) Al-Ikhlash, dengan Nomor
Keanggotaan 022 dari BKPRMI.
Adapun kegiatan-kegiatan yang bersifat non-profit antara lain;
a) Sekolah TPA program CSR dari kampus LPIA (Lembaga Pendidikan dan
Ilmu Al-qur‟an) pasar minggu, Jakarta Selatan.
b) Unit kursus/pelatihan Takhfidz dan Takhsin Al-Qur‟an(LPLQ) bagi anak-
anak, remaja dan dewasa.
c) Unit kursus/pelatihan manajemen organisasi dan penyelenggaraan
kegiatan(Event Organizer) Al-Ikhlash.
d) Studi Islam Ramadhan(SIR).
Kegiatan ini merupakan kegiatan kajian ilmu dan agama yang disajikan
secara serius tapi santai atau biasa juga disebut dengan “Pesantren Kilat
Ramadhan”. Kegiatan ini ditujukkan sebagai wadah pembinaan dan
pengkaderan remaja Masjid usia SLTP dan SLTA. Metode pengajaran ini
dilakukan dengan pemberian materi, permainan, serta monitoring.
e) Pendidikan-pendidikan Non-formal dan Informal, seperti; Pengajian rutin,
pengajian Harian, pengajian mingguan, pengajian bulanan, ceramah
umum, diskusi-diskusi, seminar-seminar umum dan keagamaan serta
kursus-kursus reguler.
45
2. Bidang Ekonomi Mikro (Optimalisasi Potensi Masjid dan Jama’ah
Masjid)
Bidang Ekonomi mikro (optimalisasi potensi Masjid dan jama‟ah masjid)
merupakan salah satu bidang strategis. Keberhasilan kinerja bidang ini menjadi
salah satu indikasi keberhasilan masjid untuk berkembang mencapai visi dan misi
yang telah ditetapkan secara swasembada.
Kegiatan-kegiatan yang terkait dengan program bidang Ekonomi mikro
(optimalisasi potensi Masjid dan jama‟ah Masjid) antara lain;
a) Pengelolaan Ruang Ekonomi (Toko Masjid).
b) Optimalisasi Aset-aset/ruangan/lahan.
c) Pengoptimalisasian Even Organizer Al-Ikhlash.
d) Pengoptimalisasian potensi-potensi yang dimiliki oleh jama‟ah Masjid
Al-Ikhlash Jatipadang, Jakarta Selatan.
3. Bidang Pemberdayaan Perempuan
Bidang ini dibentuk sebagai badan otonom yang mewadahi kepentingan
perempuan untuk berperan aktif dalam kegiatan memakmurkan Masjid. Kegiatan
bidang ini difokuskan pada kegiatan dakwah dan sosial.
Kegiatan-kegiatan yang terkait dengan program bidang pemberdayaan
perempuan antara lain;
a) Penyuluhan-penyuluhan kepada jama‟ah muslimah tentang pendidikan
agama dan pendidikan umum, kesehatan dan lain-lain.
b) Ceramah dan pengajian khusus jama‟ah muslimah.
c) Pengajaran Al-Qur‟an bagi anak-anak tidak Mampu.
d) Posyandu.
46
4. Bidang Bantuan Sosial (optimalisasi dana zakat, infaq, shodaqoh dan
wakaf)
Bidang ini mengemban amanah untuk menghimpun bantuan dana sosial
masyarakat yang kemudian disalurkan dan didistribusikan kepada masyarakat
yang membutuhkan. Untuk menyalurkan bantuan dana yang terhimpun, sub
bidang ini mempunyai panitia khusus yang nantinya akan mendistribusikan dana
tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan dan juga dengan melaksanakan
kegiatan-kegiatan sosial.
Kegiatan-kegiatan yang terkait dengan program bidang bantuan sosial
antara lain;
a) Unit pelayanan kesehatan gratis.
b) Penyuluhan kesehatan.
c) Khitanan massal gratis.
d) Beasiswa pendidikan.
e) Pemberian bantuan bagi masyarakat/jama‟ah yang tertimpa musibah.
f) Pengurusan Jenazah gratis dan santunan kematian.
g) Penyaluran dana zakat dan pemberian daging hewan Qurban
47
BAB IV
ANALISA HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Konsep Pemberdayaan Berbasis Masjid
Masjid merupakan poros vital bagi umat Islam, oleh karena itu konsep
pemberdayaan masyarakat berbasis masjid adalah salah satu langkah jitu dalam
upaya memberdayakan mayarakat yang banyak mengalami permasalahan sosial,
khususnya umat islam. Pemberdayaan Berbasis Masjid merupakan salah satu
konsep pemberdayaan masyarakat yang dapat kita lakukan dalam rangka
mengembalikan kemandirian masyarakat dan membuat hidup mereka lebih baik
dari sebelumnya.
Masjid, yang oleh umat Islam sangat dikultuskan ternyata dapat juga
menjadi sarana bagi kita sebagai umat Islam untuk saling tolong-menolong
dengan sesama. Banyak langkah yang bisa kita lakukan untuk melakukan hal
tersebut, salah satunya adalah dengan melakukan Pemberdayaan Masyarakat
Berbasis Masjid, seperti yang dilakukan oleh pengurus dan sekretariat Masjid Al-
Ikhlash Jatipadang, Jakarta Selatan ini contohnya.
Dengan tetap mengusung nilai-nilai Islam, pengurus Masjid Al-Ikhlash
Jatipadang melakukan kegiatan pemberdayaan, dengan “Masjid” sebagai sarana
Utamanya. Masjid yang Pernah mendapatkan predikat sebagai “Masjid dengan
Manajemen Terbaik se-Indonesia” ini mempunyai beberapa program
pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan Ekonomi mikro, Pemberdayaan
48
Pendidikan, Pemberdayaan Perempuan, serta Bantuan sosial.39
Sebagaimana
konsep pemberdayaan masyarakat Islam adalah kerja kebudayaan atau kerja
perubahan sosial, dimana Pemberdayaan Masyarakat Islam memfokuskan diri
pada misalnya peningkatan kualitas lingkungan, kesehatan, pendidikan, dan
pengembangan ekonomi mikro.
Masjid yang juga mendapatkan Standarisasi ISO pada Tahun 2010 dalam
Hal Manajemen Masjid ini, juga merupakan salah satu masjid yang memang aktif
dalam kegiatan sosial, terutama dalam kegiatan Pemberdayaan Masyarakat di
sekitar lingkungan masjid dan juga bagi jama‟ah Masjid tersebut. Kegiatan
pemberdayaan tersebut sudah dilakukan sejak tahun 2006 silam. Banyak
masyarakat yang terlibat dalam kegiatan tersebut, khususnya masyarakat sekitar
dan jama‟ah Masjid pastinya.40
Berbagai manfaat positif dirasakan oleh para
pemanfaat kegiatan tersebut. Pasalnya, kegiatan tersebut dapat membantu mereka
untuk lebih hidup mandiri untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, dan
pastinya dapat membantu keberlangsungan hidup mereka dan membantu mereka
dalam hal meningkatkan keterampilan, meningkatkan kesadaran, meningkatkan
pengetahuan dan memiliki kemampuan memecahkan masalah mereka sendiri.
Pemberdayaan masyarakat berbasis masjid merupakan pemberdayaan
yang masuk dalam kategori aras Mezzo. Kegiatan pemberdayaan ini terfokus
kepada kelompok(yang dalam hal ini yaitu Jama‟ah/masyarakat sekitar Masjid)
sebagai media intervensinya. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan
kesadaran, keterampilan dan diharapkan agar para pemanfaat program dapat
39 Wawancara Pribadi dengan Bapak Ir. Rahadi Mulyanto (Sekretaris Umum Masjid Al-Ikhlash
Jatipadang)., Jakarta, 22 Maret 2014. 40 Ibid
49
memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Selain juga dapat membantu
masyarakat yang memang membutuhkannya.
Pemberdayaan Berbasis Masjid juga dapat membantu memaksimalkan
fungsi Masjid, dimana Masjid tidak lagi dipandang hanya untuk kegiatan yang
bersifat keagamaan saja, tetapi masjid juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk
meningkatkan kualitas umat Islam, baik dalam hal ekonomi, politik, sosial dan
juga budaya. Dari kegiatan pemberdayaan inilah akan tampil kader-kader umat
yang dapat berkhidmat untuk melayani umat melalui Masjid. Dan dukungan
mereka akan menghasilkan perubahan yang signifikan di tengah masyarakat
seiring dengan proses pemberdayaan yang sedang berlangsung.
Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid juga merupakan cara yang
ideal untuk menjadikan masyarakat yang ideal berdasarkan Al-Qur‟an. Karena
dalam pemberdayaan berbasis masjid terdapat 3 point penting yang menjadi
landasan, yaitu;41
1. Adanya kepemimpinan yang Islami.
2. Adanya peraturan/perundang-undangan yang Islami.
3. Adanya praktik budaya masyarakat yang Islami.
Selain manfaat-manfaat tersebut diatas, Pemberdayaan Masyarakat
Berbasis Masjid juga dapat mengembalikan fungsi Masjid seperti sedia kala,
seperti tatkala zaman Rasulullah S.A.W. Pemberdayaan Masyarakat Berbasis
Masjid terbukti dapat mengoptimalkan fungsi masjid, masjid kembali kepada
hakikat fungsinya dimana masjid sebagai salah satu tempat strategis dalam upaya
pemberdayaan masyarakat.
41 Sofyan Safri Harahap, Manajemen Masjid, (Yogyakarta: Bhakti Prima Rasa, 1996), h. 42
50
Sesuai dengan definisi dari “Pemberdayaan Masyarakat” itu sendiri,
kegiatan pemberdayaan berbasis masjid ini juga dilakukan dalam rangka
mengembangkan kemampuan dan kemandirian jama‟ah/masyarakat sekitar masjid
yang memanfaatkan program ini. Selain itu juga agar jama‟ah/masyarakat sekitar
Masjid yang memanfaatkan program ini dapat memenuhi kebutuhannya, tahu
akan potensi dirinya, serta mampu mengatasi permasalahan yang dihadapinya.
Masjid adalah jantung umat Islam. Masjid adalah salah satu pilar peretas
kebangkitan umat selain pesantren dan kampus. Keberadaan masjid merupakan
poros aktivitas keagamaan di masyarakat. Seperti pada zaman Rasulullah, masjid
memegang peranan yang sangat vital dalam rangka pemberdayaan umat. Segala
aspek kehidupan, dari mulai kegiatan keagamaan hingga kegiatan kenegaraan
dilakukan di Masjid. Dengan kata lain, masjid merupakan poros paling vital bagi
umat Islam pada saat itu. Oleh karena itu, bukanlah hal yang mustahil untuk
melakukan pemberdayaan masyarakat dengan berbasis masjid pada saat ini.
Masjid diharapkan pula menjadi mitra lembaga pendidikan formal (sekolah) yang
memiliki kepedulian terhadap masa depan generasi yang akan datang.
Besarnya apresiasi dan animo masyarakat dalam kegiatan yang dilakukan
oleh Masjid Al-Ikhlash Jatipadang ini tercermin dengan semakin banyaknya
masyarakat/jama‟ah yang ingin ikut berperan dalam kegiatan tersebut. Terbukti,
kegiatan tersebut semakin berkembang dari tahun ke-tahun. Besarnya apresiasi
dari masyarakat juga merupakan cerminan bahwa masyarakat/umat sudah lama
memimpikan kegiatan-kegiatan seperti ini. Pemberdayaan Berbasis Masjid
bagaikan Oase ditengah padang pasir. Dimana masyarakat sangat
51
membutuhkannya, terutama umat Islam. apalagi permasalahan sosial semakin
tahun semakin bertambah.
Ditengah gencar-gencarnya kegiatan sosial yang dilakukan oleh lembaga-
lembaga pemerintah, swasta, ataupun perusahaan melalui CSR-nya.
Pemberdayaan masyarakat berbasis masjid bisa dijadikan sebagai pilihan utama
bagi kegiatan pemberdayaan yang dapat dilakukan oleh kita selaku umat Islam.
Selain sebagai wujud “Hablu Minn Annas”, kegiatan tersebut juga sebagai
langkah yang optimal dan dapat dijadikan sebagai sarana memakmurkan Masjid
serta sebagai sarana untuk semakin mendekatan diri dengan Allah S.W.T. Karena
pada dasarnya Pemberdayaan masyarakat berbasis Masjid ini merupakan bagian
dari Dakwah. Tetapi kegiatan dakwah yang sudah mengalami perubahan
paradigma. Paradigma dakwahnya lebih kepada perubahan sosial secara nyata,
yakni hubungan vertikal(hubungan Allah dengan hambanya) sekaligus hubungan
Horizontal(hubungan sesama hamba).
Berkaca pada zaman Rasulullah, kita-pun dapat melakukan hal yang sama
pada saat ini, dimana kita dapat menjadikan Masjid sebagai poros terdepan dalam
rangka memberdayakan masyarakat, memandirikan masyarakat, dan menolong
mereka dari permasalahan-permasalahan sosial yang dihadapinya. Pemberdayaan
berbasis masjid juga dapat mengoptimalkan fungsi masjid, mengembalikan
kejayaan Masjid, dan pastinya dapat memberdayakan umat agar dapat menolong
dirinya sendiri.
52
B. Program-program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid dan Hasil
Program (Output) Pemberdayaan yang Dilakukan oleh Masjid Al-Ikhlash
Jatipadang.
1) Analisis Program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid dan
Proses Pelaksanaannya
Berdasarkan hasil analisis peneliti melalui pengamatan, wawancara dan
penelaahan dokumen terkait, maka peneliti menyimpulkan bahwa ada 4 Program
Pemberdayaan yang dilakukan oleh pengurus/sekretariat Masjid Al-Ikhlash
Jatipadang, yaitu;
a) Pemberdayaan Pendidikan
b) Pemberdayaan Ekonomi mikro (optimalisasi potensi Masjid dan Jama‟ah
Masjid)
c) Pemberdayaan Perempuan
d) Bantuan sosial (optimalisasi dana zakat, infaq, shodaqoh dan wakaf).
a) Pemberdayaan Pendidikan
Sebagaimana prinsip pemberdayaan dengan aras Mezzo, yang salah satu
kegiatan pemberdayaannya difokuskan pada pendidikan dan pelatihan, maka salah
satu kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh Masjid Al-Ikhlash Jatipadang
ini yaitu Pendidikan dan Pelatihan-pelatihan.
Kegiatan pemberdayaan pendidikan yang dilakukan oleh Masjid Al-Ikhlas
Jatipadang dilakukan dalam 2 jenis kegiatan, yaitu: Pendidikan Formal dan
53
Pendidikan Non Formal/Informal. Baik yang berorientasi langsung secara
ekonomis maupun bersifat layanan yang berorientasi sosial dan non-profit.
Kegiatan pendidikan formal dilaksanakan dalam fokus pada pendidikan
untuk anak usia dini, seperti TK/PAUD/TPA. Sedangkan kegiatan pendidikan non
formal dilaksanakan dalam pendidikan yang sifatnya lebih khusus, seperti kursus
bahasa arab, kursus Tahifdz Al-qur‟an, seminar-seminar, pengajian mingguan &
bulanan, diskusi-diskusi, kursus/pelatihan organisasi penyelenggaraan
kegiatan(Event Organizer) serta seminar-seminar umum dan seminar keislaman
lainnya.42
Kegiatan pendidikan formal yang bersifat profit sama seperti kegiatan
pendidikan di sekolah-sekolah pada umumnya. Dimana Yayasan Al-Ikhlash
membuka sarana pendidikan dengan waktu, periode sekolah & kegiatan belajar
mengajar seperti pada sekolah umumnya, dan juga biaya pendidikan yang standart
sama seperti sekolah-sekolah lain. Hanya saja yang membedakannya yaitu lokasi
sekolah yang dimiliki Yayasan Al-Ikhlas berada di area Masjid Al-Ikhlas
Jatipadang, mayoritas murid yang bersekolah adalah anak dari jama‟ah Masjid Al-
Ikhlas Jatipadang, selain itu juga Yayasan Al-Ikhlas memberikan dispensasi
khusus bagi murid anak dari jama‟ah Masjid Al-Ikhlas yang memang tidak
mampu secara ekonomi. Bahkan, bagi siswa yang berprestasi, Yayasan Al-Ikhlash
memberikan beasiswa penuh(pendidikan gratis) selama bersekolah.
Kegiatan pendidikan formal yang bersifat profit dilaksanakan setiap hari,
dari hari senin sampai dengan hari jum‟at. Seperti tingkat TK dan PAUD itu
dilaksanakan setiap hari mulai pukul 08.00 pagi sampai pukul 11.00 siang.
42 Wawancara langsung dengan Bapak Ir. Agung Priyadi (Koordinator Bidang Pendidikan
Masjid Al-Ikhlash Jatipadang)., Jakarta, Pada 22 Maret 2014
54
Sedangkan tingkat TPA dilaksanakan mulai pukul 15.30 sampai pukul 17.00 sore.
Jumlah murid di kedua tingkat sekolah tersebut ada 102 orang siswa. 57 orang
siswa di TK, dan 45 orang siswa di PAUD. Sedangkan untuk tingkat TPA ada 30
orang siswa.
Untuk tenaga pengajarnya, Yayasan Al-Ikhlas bekerjasama dengan
masyarakat sekitar Masjid Al-Ikhlash yang memang mempunyai kapabilitas untuk
mengajar dan pastinya berijazah sarjana dari berbagai perguruan tinggi.
Sedangkan untuk kegiatan pendidikan formal dan non formal yang bersifat
non profit (bantuan sosial) dilaksanakan dalam beberapa macam kegiatan
pendidikan. Ada TPA dari program CSR LPIA Pasar minggu, kursus Takhfidz
dan Takhsin Al-Qur‟an, serta pelatihan/kursus lainnya.
Untuk kegiatan TPA Program CSR LPIA Pasar minggu, biasanya
dilaksanakan malam hari dalam kurun waktu dua kali dalam satu minggu.
Dilaksanakan pada senin malam selasa dan kamis malam jum‟at dari pukul 18.30
sampai pukul 20.00 malam. Jumlah siswanya-pun lumayan banyak ada sekitar 60
orang siswa. Mayoritas mereka merupakan warga sekitar Masjid Al-Ikhlas dan
juga anak dari jama‟ah Masjid Al-Ikhlash yang memang tidak mampu dalam hal
ekonomi.
Untuk tenaga pengajarnya, Yayasan Al-Ikhlas bekerja sama dengan LPIA
pasar minggu, Jakarta Selatan. Mereka adalah mahasiswa- mahasiswa LPIA pasar
minggu yang memang dikirim langsung oleh pihak kampus untuk melaksanakan
kegiatan belajar mengajar di Masjid Al-Ikhlas Jatipadang.
Untuk kegiatan pendidikan non formal yang bersifat non profit(bantuan
sosial), Yayasan Al-Ikhlash membuka kursus/pelatihan membaca (Takhsin) dan
55
menghafal (Takhfidz) Al-Qur‟an bagi anak-anak, remaja dan dewasa. Kegiatan ini
banyak diikuti oleh jama‟ah Masjid, warga sekitar Masjid dan juga masyarakat
lainnya yang memang sengaja datang untuk belajar. Kegiatan ini dilaksanakan
setiap hari sabtu & minggu mulai pukul 15.30 sampai pukul 17.30 sore.
Tenaga pengajar pada kegiatan kursus takhfidz dan takhsin Al-Qur‟an
tersebut biasanya dilakukan oleh ibu-ibu(jama‟ah perempuan Masjid Al-Ikhlash)
yang bekerjasama dengan mahasiswa dari LPIA Pasar Minggu.
Selain itu, sekretariat Masjid Al-Ikhlash jatipadang juga melaksanakan
kegiatan non-formal lainnya yang bersifat non-profit, seperti: penyuluhan
kesehatan, pesantren unggul(pesantren kilat), fundrising, seminar Enterpreneur
bagi pelajar SMA/SMK tingkat kecamatan pasar minggu, bekerjasama dengan
Dinas Pendidikan Jakarta Selatan, serta seminar dan penyuluhan lainnya yang
dapat meningkatkan Life Skill bagi pesertanya.
Untuk kegiatan non-formal yang bersifat non-profit lainnya seperti
pengajian & seminar-seminar biasanya dilaksanakan dalam kurun waktu 2
minggu sekali atau 1 bulan sekali. Dengan mendatangkan pembicara atau tenaga
pengajar yang memang kompeten dibidangnya.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan pemanfaat program,
kegiatan pemberdayaan pendidikan ini dirasakan sekali manfaatnya oleh para
peserta/siswa. Bagi para siswa yang kurang mampu, dengan adanya program
pemberdayaan pendidikan tersebut, mereka dapat mengenyam pendidikan dengan
gratis. Bagi para siswa kursus membaca dan menghafal Al-qur‟an, program LPLQ
(lembaga pendidikan dan latih Qur‟an) sangatlah membantu mereka dalam
keterampilan membaca dan menghafal Al-qur‟an. Begitu juga bagi para siswa
56
kursus bahasa arab, mereka bisa lebih terampil lagi dalam memahami kosakata
bahasa arab dan mengerti pelajaran berbahasa arab. Bagi para peserta pelatihan
Event Organizer adanya program tersebut sangatlah bermanfaat bagi mereka,
pasalnya mereka bisa mendapatkan ilmu dan pemahaman tentang dunia E.O
dimana ilmu dan pengalaman tersebut dapat mereka jadikan bekal dalam mencari
pekerjaan, khusunya pekerjaan yang berhubungan dengan dunia event organizer.
Dan bagi para peserta Pesantren Islam Ramadhan yang mayoritas mereka adalah
remaja Masjid Al-Ikhlash, kegiatan tersebut dapat mereka jadikan sebagai wadah
pembinaan dan pengkaderan remaja-remaja Masjid, selain itu kegiatan tersebut
juga daapat dijadikan sebagai sarana mengisi waktu luang dengan kegiatan yang
positif, dimana dalam Pesantren Islam Ramadhan kegiatannya banyak diisi
dengan pemberian materi-materi Islami, permainan intelegensi serta monitoring.
Sedangkan bagi para peserta pendidikan non formal yang berupa pengajian-
pengajian, diskusi-diskusi, serta seminar-seminar, kegiatan tersebut sangatlah
bermanfaat. Mereka bisa mendapatkan ilmu pengetahuan dan pengalaman baru
dalam hal keagamaan, pendidikan, kesehatan, sosial, budaya dan sebagainya
dimana mungkin pengalaman serta keilmuan tersebut belum pernah mereka
dapatkan sebelumnya. Selain itu, kegiatan tersebut juga dapat dijadikan sebagai
ajang sillaturrahmi bagi sesama jama‟ah Masjid Al-Ikhlash dan masyarakat pada
umumnya.
b) Pemberdayaan Ekonomi Mikro
Sesuai dengan konsep Pemberdayaan Masyarakat Islam yang salah
satunya memfokuskan diri pada peningkatan kualitas ekonomi mikro. Maka salah
57
satu kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh Masjid Al-Ikhlas Jatipadang
adalah Pemberdayaan dalam hal ekonomi mikro. Kegiatan Pemberdayaan
Ekonomi Mikro yang dilakukan oleh Sekretariat Masjid Al-Ikhlas Jatipadang
pada dasarnya ditekankan pada optimalisasi aset Masjid dan optimalisasi potensi
jama‟ah Masjid Al-Ikhlash Jatipadang. kegiatan yang dilakukan terfokus dalam
beberapa metode, yaitu: Pengelolaan Ruang Ekonomi (Toko Masjid),
Optimalisasi Aset-aset/ruangan/lahan, Pengoptimalisasian Even Organizer Al-
Ikhlash, Pengoptimalisasian potensi jama‟ah Masjid dan lain-lain.
Konsep pemberdayaan ekonomi mikro yang ditekankan pada optimalisasi
aset Masjid dan optimalisasi potensi jama‟ah Masjid Al-Ikhlash Jatipadang,
merupakan langkah utama yang dilakukan oleh jajaran sekretariat Masjid Al-
Ikhlash Jatipadang dalam rangka pengembangan & pemberdayaan berdasarkan
potensi yang dimiliki. Hal tersebut didasari pada keinginan mereka untuk
mengoptimalkan aset dan potensi yang dimiliki, baik dari segi bangunannya serta
dari segi para jama‟ahnya. Dalam prakteknya, pengurus masjid memberikan
peluang usaha bagi jama‟ahnya yang ingin berwirausaha, dimana Masjid Al-
Ikhlash merupakan mediator bagi para jama‟ah yang mau berwirausaha tersebut.
Salah satu kegiatan pemberdayaan ekonomi mikro dalam rangka
optimalisasi aset/potensi Masjid adalah pengelolaan ruang ekonomi (Toko
Masjid). Di lantai bawah Masjid al-Ikhlah terdapat 4 buah toko yang sengaja
dibuat untuk kegiatan wirausaha para jama‟ah. Posisinya berdekatan dengan ruang
aula Masjid dan ruang sekolah Masjid. Akan tetapi untuk masalah penyewaannya,
pihak pengurus Masjid hanya mengkhususkan bagi Jama‟ah masjid saja dan untuk
58
menjaga kebersihan masjid, pihak pengurus hanya membolehkan membuka usaha
yang sifatnya non-kuliner.
Kegiatan tersebut dilaksanakan dengan mekanisme menyewakan toko-
toko kepada jama‟ah/masyarakat sekitar yang ingin ber-wirausaha, terutama bagi
masyarakat/jama‟ah yang kapasitas ekonominya rendah. Dengan biaya sewa yang
relatif rendah setiap bulannya, dan lokasi yang berada dipinggir jalan utama
Jatipadang, maka tidak-lah mengherankan jika banyak jama‟ah/masyarakat sekitar
masjid yang tertarik untuk memanfaatkan toko tersebut sebagai tempat usaha.
Terdapat 4 toko yang disediakan oleh sekretariat Masjid Al-Ikhlash Jatipadang.
Biaya sewanya-pun terbilang murah, penyewa hanya membayar uang sewa
sebesar 1 juta sampai 1,5 juta rupiah perbulannya.
Hingga saat ini semua toko tersebut sudah disewa oleh
jama‟ah/masyarakat sekitar untuk ber-wirausaha. Ada yang berjualan baju
muslim, refill(isi ulang) parfum, jasa travel haji dan umroh, serta ada pula yang
berjualan kebutuhan sekolah.
Biaya sewa selama satu tahun tersebut akan dikumpulkan oleh pengurus
masjid yang nantinya dana tersebut akan dijadikan dana abadi Masjid dan ada
sebagian dana yang dijadikan sebagai dana sosial yang akan dialokasikan bagi
jama‟ah/masyarakat yang kurang mampu di sekitar Masjid Al-Ikhlash Jatipadang.
Dengan demikian, terlihat jelas-lah manfaat positif dari kegiatan tersebut. Dimana
masyarakat dapat ber-wirausaha untuk membantu mereka agar lebih mandiri dan
dapat memberdayakan mereka dengan biaya sewa yang ralatif murah. Kemudian
dana sewa toko-toko mereka-pun sebagian akan dialokasikan kembali sebagai
59
dana sosial bagi jama‟ah/masyarakat di sekitar masjid yang memang
membutuhkan.43
Selain kegiatan tersebut, ada kegiatan lainnya berupa pemanfaatan aset
masjid lainnya, berupa ruangan serbaguna. Agar dapat berfungsi optimal
sekaligus menjadi sumber pemasukan untuk kegiatan operasional masjid dan juga
untuk dana bantuan sosial. Masjid Al-Ikhlash Jatipadang menyewakan ruangan
serbaguna yang dapat digunakan untuk berbagai acara, seperti: acara resepsi
pernikahan, akad nikah, seminar dan sebagainya. Penyewaan aset Masjid tersebut
diperuntukkan bagi masyarakat umum, baik yang tinggal disekitar Masjid ataupun
yang tinggal jauh dari Masjid.
Hampir setiap minggunya, ruangan aula Masjid tersebut pasti sudah
disewa oleh jama‟ah/masyarakat sekitar. Ada yang melaksanakan resepsi
pernikahan, khitanan, seminar-seminar dan bahkan dijadikan sebagai tampat
pertemuan. Bila dibandingkan dengan biaya sewa gedung serbaguna yang ada di
Jakarta pada umumnya, biaya sewa yang dikenakan oleh pihak pengurus Masjid
Al-Ikhlash Jatipadang terbilang relatif murah, hanya sekitar Rp.1.500.000,- saja
penyewa bisa menggunakan ruangan tersebut 1 hari full.
Biaya hasil sewa ruangan serbaguna tersebut nantinya dijadikan sebagai
dana abadi Masjid yang nantinya dijadikan sebagai dana operasional Masjid,
seperti untuk upah guru di sekolah Yayasan Al-Ikhlash serta upah bagi para
karyawan Masjid.
43 Wawancara langsung dengan Bapak Ir. Rio Gajahmada (Koordinator bidang pengembangan
minat dan keterampilan Masjid Al-Ikhlash Jatipadang)., Jakarta, Pada tanggal 22 Maret 2014
60
Masih terkait dengan lahan serbaguna milik Masjid Al-Ikhlash, dimana
pada bagian depan Masjid terdapat lahan luas yang biasa dijadikan lehan parkir
kendaraan. Lahan tersebut berada tepat dipinggir jalan raya Jatipadang.
Setiap memasuki bulan Ramadhan, biasanya lahan tersebut disewakan
oleh pihak Masjid untuk dijadikan tempat berjualan makanan berbuka (Tak‟jil)
bagi jama‟ah Masjid. Terhitung, setiap bulan ramadhan terdapat 30 pedagang
makanan yang memanfaatkan lahan parkir Masjid tersebut. Mayoritas mereka
yang berjualan adalah jama‟ah Masjid serta masyarakat sekitar Masjid. Selama 1
bulan penuh mereka berjualan disana. Tidak ada besaran biaya khusus yang
dikenakan bagi para pedagang. Pengurus Masjid hanya meminta iuran untuk
petugas kebersihan yang nominalnya tergantung keikhlasan dari para pedagang.
Biaya yang didapat dari iuran tersebut nantinya akan diberikan kepada
petugas kebersihan sebagai THR(tunjangan hari raya) dan sisanya akan
dimasukkan dalam dana ZISWAF (zakat, infaq, shodaqoh dan waqaf) dan
nantinya akan dikeluarkan sebagai dana zakat di akhir Ramadhan bagi para
Mustahiq Zakat.
Kegiatan lain yang dilaksanakan oleh pengurus Masjid Al-Ikhlash dalam
rangka optimalisasi potensi jam‟ah Masjid yaitu mengadakan pelatihan-pelatihan
dalam pembuatan acara(Event Organizer) bagi remaja masjid dan
jama‟ah/masyarakat sekitar yang nantinya setelah mengikuti pelatihan tersebut,
disediakan wadah bagi para peserta berupa lembaga usaha otonom terkait event
organizer, yang dinamakan dengan “Event Organizer Al-Ikhlash”.
Kegiatan lain yang terkait dengan pemberdayaan dalam bidang ekonomi
mikro melalui pengoptimalisasian potensi Jama‟ah Masjid adalah melalui
61
kegiatan pembinaan, inventarisasi serta pemberian edukasi dan advokasi bagi
jam‟ah yang mempunyai bidang usaha.
Biasanya pengurus Majid Al-Ikhlash Jatipadang memberikan pembinaan
kelimuan melalui pengetahuan-pengetahuan mengenai wirausaha. Selain itu juga
men-data dan menginventarisasi usaha-usaha yang dimiliki oleh jama‟ah Masjid
Al-Ikhlash. Terhitung ada sekitar 80 jumlah usaha(potensi ekonomi) yang dimiliki
oleh jama‟ah-jama‟ah Masjid Al-ikhlash, mulai dari usaha makanan, kerajinan
tangan, konveksi, jasa, DLL. Selain itu juga pengurus Masjid Al-Ikhlash
Jatipadang memberikan advokasi bagi jama‟ah yang mau membuat izin usaha,
biasanya pengurus ikut membantu dalam pengurusan birokrasi dan administrasi
hingga akhirnya jama‟ah mempunyai surat izin untuk membuat/membuka usaha.
Terakhir, yang biasa dilakukan oleh pengurus Masjid Al-Ikhlash
Jatipadang dalam rangka pengoptimalisasian aset dan potensi Jama‟ah Masjid
adalah dengan memberikan sarana kepada Jama‟ah untuk membuka usaha.
Sebagai contoh: dimanapun ada pameran UKM dan pengurus bisa membantu
untuk mengikutsertakan jama‟ah didalamnya, maka pengurus Masjid Al-Ikhlash
akan membantu jama‟ah tersebut untuk ikut serta dalam pameran tersebut.selain
itu juga biasanya pengurus membantu mencarikan lahan usaha dengan biaya sewa
yang murah, agar jama‟ah yang mempunyai bidang usaha tatapi terhambat
keterbatasan ekonomi, bisa membuka usahanya dengan biaya yang ia miliki.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan pemanfaat program, dari
semua kegiatan pemberdayaan ekonomi mikro melalui pengoptimalisasian aset
Masjid dan potensi jama‟ah Masjid tersebut, terlihatlah banyak manfaat positif
yang dirasakan, baik oleh jama‟ah masjid dan atau bagi masyarakat sekitar Masjid
62
yang bersentuhan langsung dengan dampak program. Bagi jama‟ah yang
memanfaatkan ruang ekonomi/toko Masjid, adanya pemberdayaan ekonomi
dengan menyediakan lahan toko tersebut sanatlah bermanfaat. Pasalnya, mereka
yang ingin berwirausaha tetapi memiliki keterbatasan untuk sewa lahan, bisa
menyewa toko Masjid tersebut dengan biaya yang sangat terjangkau, dimana
mungkin saat ini di Jakarta sudah tidak ada lagi sewa toko dengan harga semurah
di toko Masjid Al-Ikhlash Jatipadang. Dengan begitu mereka bisa berwirausaha,
bisa mandiri dan pastinya bisa menopang kebutuhan ekonomi untuk memenuhi
kelangsungan hidupnya.
Bagi para jama‟ah yang mendapatkan bantuan dalam hal advokasi dan
perizinan usaha, kegiatan tersebut sangatlah bermanfaat. Pasalnya banyak dari
mereka yang memang benar-benar tidak memahami proses dan prosedur dalam
hal membuat perizinan usaha. Selain itu, adanya pendampingan yang dilakukan
oleh DKM Masjid Al-Ikhlash dalam hal perizinan, mitra usaha, serta mitra
pemasaran bagi para jama‟ah yang mau berwirausaha, menjadikan para jam‟ah
tersebut semakin bersemangat untuk membangun usahanya, mereka jadi tahu
dimana tempat untuk memasarkan hasil usaha mereka, selain itu juga mereka bisa
lebih mandiri, bisa tahu potensi yang ada pada diri mereka serta mempunyai
keterampilan dalam membangun usahanya agar lebih maju dan dapat menjadi
sarana penopang kebutuhan ekonomi mereka.
63
c) Pemberdayaan Perempuan
Dalam pelaksanaannya, kegiatan pemberdayaan perempuan mewadahi
kepentingan perempuan untuk berperan aktif dalam kegiatan memakmurkan
Masjid. Kegiatan bidang ini difokuskan pada kegiatan dakwah dan sosial.
Kegiatan pemberdayaan perempuan tertumpu pada pemberian pelatihan
dan penguatan keahlian bagi para jama‟ah muslimah Masjid Al-Ikhlash
Jatipadang. Biasanya kegiatan pemberdayaan tersebut diaplikasikan dalam bentuk
penyuluhan-penyuluhan, pemberian ceramah, pengajian, pengajaran Al-Qur‟an
kepada anak tidak mampu, serta pelatihan pelayanan posyandu bagi jama‟ah dan
masyarakat disekitar Masjid Al-Ikhlash Jatipadang.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan pemanfaat program,
kegiatan pemberdayaan perempuan tersebut sangatlah bermanfaat, baik bagi
peserta pemberdayaan/jama‟ah muslimah Masjid Al-Ikhlash, juga bagi
masyarakat lingkungan sekitar Masjid. Pasalnya, kader-kader pemberdayaan
perempuan memang dilatih dengan keahlian pendidikan mengajar dan pendidikan
kesehatan yang dapat diaplikasikan bagi masyarakat yang memang membutuhkan.
Kegiatan pemberdayaan ini ditujukkan bagi para jama‟ah muslimah/ibu-ibu
disekitar masjid Al-Ikhlash Jatipadang. Nantinya, diharapkan para peserta
pemberdayaan perempuan tersebut dapat menjadi kader-kader umat islam yang
mampu memberdayakan masyarakat disekitarnya. Selain dapat
mengaplikasikannya dalam sarana-sarana yang telah disediakan oleh Masjid Al-
64
Ikhlash Jatipadang, Kader-kader muslimah juga dapat mengaplikasikannya
dilingkungan sekitar rumah mereka masing-masing.44
d) Bantuan Sosial
Dalam program kegiatan ini, pengoptimalisasian dana zakat, infaq,
shodaqoh dan waqaf (ZISWAF) dari para Muzakki Masjid Al-Ikhlas Jatipadang,
memegang peranan penting. Pasalnya, dari sana-lah dana untuk berbagai kegiatan
sosial yang dilaksanakan oleh Masjid Al-Ikhlash Jatipadang didapat. Kegiatan
yang dilakukan oleh bidang Bantuan Sosial ini juga berkaitan erat dengan
kegiatan pelayanan ummat/jama‟ah.
Sesuai dengan prinsip pemberdayaan komunitas yang mengutamakan
prakarsa, partisipasi dan juga swadaya masyarakat. Maka, Biasanya Masjid Al-
Ikhlash Jatipadang pun memperoleh dana melalui infak donatur umum dan
donatur tetap dan juga melalui dana swadaya masyarakat. Selain dengan cara
tersebut, tengah diupayakan penggalangan dana melalui penyebaran permohonan
infak kepada instansi pemerintah dan swasta-swasta melalui proposal bagi dana
CSR perusahaan.
Melalui pengoptimalisasian dana ZISWAF, berbagai kegiatan bantuan
sosial telah dilaksanakan oleh masjid Al-Ikhlash Jatipadang setiap tahunnya.
Kegiatan yang sering dilaksanakan biasanya yaitu; Pemberian layanan kesehatan
gratis (pengobatan umum gratis, pemeriksaan mata gratis, dan imunisasi) bagi
masyarakat sekitar setiap 2 minggu sekali, penyuluhan kesehatan, khitanan massal
gratis, pemberian bantuan bagi jama‟ah yang tertimpa musibah, pemberian
44 Wawancara langsung dengan Ibu Susanto Kasdi (koordinator bidang pemberdayaan
perempuan Masjid Al-Ikhlash Jatipadang)., Jakarta, Pada tanggal 24 maret 2014
65
ambulan gratis, pengurusan jenazah gratis, pemberiaan daging hewan Qurban,
pemberian bantuan pokok serta pemberian beasiswa pendidikan bagi jama‟ah dan
atau masyarakat sekitar Masjid yang memang membutuhkan.
Untuk kegiatan pemberian layanan kesehatan gratis (pengobatan umum
gratis, pemeriksaan mata gratis, dan imunisasi) biasanya dilaksanakan dalam
kurun waktu 2 minggu sekali, tepatnya di minggu terakhir setiap bulannya.
Dengan dipandu oleh dokter dan perawat kesehatan yang berpengalaman. Untuk
kegiatan tersebut biasanya pengurus Masjid Al-Ikhlash Jatipadang bekerja sama
dengan Lembaga Bulan Sabit Merah (BSM) Indonesia, cabang Jakarta Selatan.
Dimana BSM mengirimkan dokter dan perawatnya untuk ditempatkan di Klinik
Masjid tempat diadakannya pelayanan kesehatan gratis. Untuk obat, biasanya
pihak Masjid Al-Ikhlash yang membelinya dengan menggunakan dana ZISWAF
tersebut. Sehingga jama‟ah/masyarakat tidak perlu mengeluarkan uang untuk
menikmati layanan kesehatant tersebut.
Selain itu juga, dilaksanakan Khitanan Massal bagi anak-anak
jama‟ah/masyarakat sekitar Masjid yang kurang mampu. Biasanya Khitanan
massal diadakan dalam kurun waktu 1 kali 1 tahun, yang biasanya dilaksanakan
bertepatan dengan Tahun Baru Islam 1 Muharram. Dalam pelaksanaannya,
Masjid Al-Ikhlash Jatipadang bekerja sama dengan Lembaga Bulan Sabit Merah
(BSM) Indonesia, cabang Jakarta Selatan.
Selain kedua kegiatan tersebut, biasanya Masjid Al-Ikhlash Jatipadang
juga memberikan dana bantuan bagi jama‟ah/masyarakat yang tertimpa musibah
banjir, kebakaran serta bencana alam. Bantuan yang diberikan biasanya berupa
uang, kebutuhan pokok serta pakaian.
66
Masjid Al-Ikhlash juga memberikan bantuan berupa sarana mobil
Ambulance gratis bagi jama‟ah/masyarakat yang membutuhkan. Dimana dalam
hal ini Masjid Al-Ikhlash bekerjasama dengan Partai Keadilan Peduli Umat
(PKPU) serta Rumah Zakat. Disamping itu, Masjid Al-Ikhlash juga memberikan
bantuan kematian bagi jama‟ah/masyarakat sekitar masjid, berupa pelayanan
pengurusan Jenazah secara gratis.
Masih banyak lagi kegiatan bantuan dana sosial yang dilakukan oleh
Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, seperti: penyaluran dana zakat dan penyaluran dana
pemberian daging hewan Qurban setiap hari raya Idul Adha.
Kegiatan lain yang dilakukan oleh pengurus Masjid Al-Ikhlash Jatipadang
dalam rangka pemberian bantuan sosial dan pengoptimalisasian dana ZISWAF,
yaitu pemberian beasiswa bagi anak-anak jama‟ah/masyarakat sekitar Masjid
yang tidak mampu, serta beasiswa bagi pengurus masjid yang masih ingin
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hingga saat ini sudah 2
orang pengurus Masjid yang mendapat beasiswa pendidikan dengan Kuliah di
BSI(bina sarana informatika) pasar minggu.45
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan pemanfaat program,
kegiatan bantuan dana sosial ini merupakan salah satu program yang sangat
dirasakan sekali manfaatnya oleh para penerima dana sosial tersebut. Terhitung
hingga saat ini sudah 1.700 orang yang mendapat bantuan sosial.Dana yang
dikeluarkan untuk kegiatan ini 80% dari dana ZISWAF dan 20% dari donatur
Masjid Al-Ikhlash Jatipadang.
45 wawancara langsung dengan Bapak Abbas Supriadi (koordinator bidang pelayanan ummat
Masjid Al-Ikhlash Jatipadang)., Jakarta, Pada tanggal 22 maret 2014
67
Program ini dirasakan sangat bermanfaat oleh para jama‟ah/masyarakat
ataupun para Mustahhiq, selain dapat membantu permasalahan-permasalahan
sosial yang ada di masyarakat, program bantuan sosial ini juga dapat menjadi
sarana memakmurkan masjid dan mengajak masyarakat agar senantiasa tolong-
menolong serta berbuat baik kepada sesama.
Bagi para pemanfaat program bantuan sosial, program tersebut sangatlah
bermanfaat. Bagi pemanfaat program bantuan kesehatan, mereka dapat menikmati
sarana kesehatan dengan gratis tanpa dipungut biaya sedikitpun, mereka juga bisa
mendapatkan penyuluhan kesehatan serta bisa juga mendapatkan fasilitas khitanan
gratis tiap kurun waktu 1 tahun sekali.
Bagi para jama‟ah yang mendapatkan bantuan pengurusan jenazah gratis
dan bantuan bagi yang tertimpa musibah, bantuan-bantuan tersebut secara
langsung dapat meringankan beban mereka, dapat mengurangi kesedihan mereka,
selain itu, pemberian tersebut juga dapat dijadikan sebagai sarana menjaga tali
sillaturrahmi antara pengurus Masjid dengan Jama‟ah dan atau Masyarakat umum.
Sedangkan bagi penerima dana beasiswa pendidikan, program bantuan
tersebut sangatlah bermanfaat. Mereka bisa mengenyam pendidikan tanpa harus
dipusingkan dengan biaya pendidikan yang mahal seperti sekarang ini. Dengan
mendapatkan beasiswa pendidikan tersebut, nantinya diharapkan agar anak-anak
jama‟ah yang kurang mampu dapat menyelesaikan studinya hingga ke jenjang
SMA, setelah itu mereka juga diharapkan mampu membantu orang tua mereka
agar kehidupan mereka menjadi lebih baik lagi, baik dalam hal pendidikan,
ekonomi, sosial dan dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang
dihadapinya.
68
2) Analisis Output (Hasil) Program Pemberdayaan Berbasis Masjid yang
dilakukan oleh Masjid Al-Ikhlash Jatipadang
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan Peneliti terhadap kegiatan
pemberdayaan yang dilakukan oleh pengurus Masjid Al-Ikhlash Jatipadang,
melalui pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen. Hasil analisa Peneliti
dari observasi kegiatan tersebut adalah, bahwa kegiatan pemberdayaan yang
dilakukan oleh Masjid Al-ikhlas Jatipadang sangatlah bermanfaat dan
memberikan dampak yang sangat positif bagi jama‟ah/masyarakat sekitar Masjid
umumnya, dan bagi pemanfaat program khususnya.
Kegiatan pemberdayaan berbasis masjid yang dilakukan oleh DKM
Masjid Al-Ikhlash Jatipadang merupakan sebagai upaya untuk meningkatkan
kemampuan dan kemandirian jama‟ah Masjid dan Masyarakat sekitar Masjid
sebagai pemanfaat program. Selain itu juga sebagai sarana meningkatkan
keterampilan dan pengalian potensi serta pencarian solusi agar para jama‟ah
(pemanfaat program) dapat tahu permasalahan yang mereka hadapi dan mampu
menyelesaikannya.
Kegiatan tersebut juga sebagai upaya yang sistematis dan terencana dari
DKM Masjid Al-Ikhlash Jatipadang dalam rangka melakukan perubahan tatanan
sosial yang lebih baik lagi yang dilandasi oleh ajaran agama Islam kepada para
Jama‟ah dan masyarakat sekitar Masjid sebagai pemanfaat program. Kegiatan
tersebut juga sebagai wadah pembinaan umat/jam‟ah melalui kegiatan pendidikan
dan pengajarannya.
Kegiatan pemberdayaan berbasis Masjid yang dilakukan oleh DKM
Masjid Al-Ikhlash Jatipadang juga dapat dikategotikan dalam rangka
69
memakmurkan peran dan fungsi Masjid, dimana kegiatannya merupakan langkah
mereka untuk membina keutuhan, sillaturrahmi serta kegotong-royongan antara
DKM dengan jama‟ahnya.
Terakhir, kegiatan pemberdayaan berbasis Masjid yang dilakukan oleh
DKM Masjid Al-Ikhlash Jatipadang juga merupakan kegiatan dakwah, khususnya
dakwah bil Hal dimana dengan kegiatan tersebut dapat menggerakkan anggota
masyarakat yang mampu untuk membangun Masjid dengan semangat dakwah,
terutama dakwah yang berhubungan antar sesama manusia. Dakwah dengan
memprioritaskan bantuan kepada umat yang kurang mampu dan membantu
mereka menyelesaikan permasalahnnya. Kagiatan ini juga dapat dijadikan sebagai
wadah dalam merubah paradigma tentang dakwah itu tadi, pemahaman
dakwahnya bukan lagi dakwah yang dipahami secara konvensional yang masih
terfokus kepada ibadah vertikal yang hubungannya antara Allah dengan
hambanya. Akan tetapi paradigma dakwahnya lebih kepada dakwah tentang
perubahan sosial secara nyata yaitu hubungan ibadah yang fleksibel vertikal dan
horizontal. Artinya, kegiatan pemberdayaan berbasis masjid dapat menjadi sarana
dakwah yang dapat menambah keimanan seseorang, dimana kegiatan tersebut
merupakan sarana hubungan manusia dengan Allah, serta hubungan manusia
dengan manusia.
Berikut merupakan analisis Output dari program pemberdayaan berbasis
Masjid yang peneliti gambarkan melalui diagram matriks:
Nama Program
Kegiatan
Analisis Hasil/Output Indikator Perubahan
Pemberdayaan Pendidikan Para Pemanfaat program
dapat mengenyam Para siswa dapat
bersekolah dengan
70
pendidikan dengan
gratis. Bagi para siswa
kursus membaca dan
menghafal Al-qur‟an,
program LPLQ
(lembaga pendidikan
dan latih Qur‟an)
sangatlah membantu
mereka dalam
keterampilan membaca
dan menghafal Al-
qur‟an.
Bagi para peserta
pendidikan non formal
yang berupa pengajian-
pengajian, diskusi-
diskusi, serta seminar-
seminar, kegiatan
tersebut sangatlah
bermanfaat. Mereka bisa
mendapatkan ilmu
pengetahuan dan
pengalaman baru dalam
hal keagamaan,
pendidikan, kesehatan,
sosial, budaya dan
sebagainya. Selain itu,
kegiatan tersebut juga
dapat dijadikan sebagai
ajang sillaturrahmi bagi
sesama jama‟ah Masjid
Al-Ikhlash dan
masyarakat pada
umumnya.
gratis. Orang tua
mereka bisa
bersekolah tanpa
harus dipusingkan
dengan biaya.
Setelah lulus, mereka
bisa bekerja dan
mambantu
perekonomian
keluarga menuju
kehidupan yang lebih
baik.
Peserta kusus LPLQ
semakin terampil
dalam membaca dan
menghafal Al-qur‟an
dan bahasa arab.
Para peserta seminar,
diskusi dan
pengajian-pengajian,
mereka mendapatkan
ilmu pengetahuan dan
pengalaman baru
dalam hal keagamaan,
pendidikan,
kesehatan, sosial,
budaya dan
sebagainya yang
berguna bagi hal
keilmuan mereka.
Pemberdayaan Ekonomi
Mikro
Bagi para pemanfaat
toko Masjid, mereka
bisa berwirausaha
dengan biaya sewa
lahan yang murah.
Mereka bisa lebih
mandiri, agar bisa
membantu
perekonomian
mereka.
Mereka bisa lebih
terampil dalam
mencari penghasilan.
Dengan
berwirausaha, mereka
bisa mendapatkan
penghasilan untuk
kelangsungan hdup
mereka.
Mereka bisa tau
potensi yang ada di
diri mereka.
Munculnya industri-
industri kecil
dikalangan jama‟ah.
Mereka bisa memiliki
71
Mereka mendapatkan
pengetahuan dalam
hal perizinan usaha.
izin usaha.
Mereka jadi tahu
kemana harus
memasarkan produk
usahanya.
Pemberdayaan Perempuan
Para jama‟ah
perempuan masjid
Al-Ikhlash bisa
mempunyai
pengetahuan tentang
pendidikan,
kesehatan, sosial,
budaya dan
keagamaan.
Bisa menjadi kader-
kader posyandu.
Bisa menerapkan
ilmunya bagi
keluarga dan
masyarakat
sekitarnya.
Semakin banyak
jama‟ah yang
menjadi kader-kader
pemberdayaan,
terutama bagi
keluarganya.
Semakin banyak
jama‟ah perempuan
yang bisa menjadi
tenaga pengajar untuk
kursus dan sekolah
gratis di Masjid Al-
Ikhlash.
Semakin tingginya
tingkat kesadaran dan
kepedulian kepada
sesama.
Bantuan Sosial Membantu jama‟ah
yang tertimpa
musibah.
Meringankan beban
jama‟ah yang
tertimpa musibah.
Anak-anak jama‟ah
yang kurang mampu
bisa bersekolah
hingga jenjang yang
lebih tinggi.
Sebagai sarana untuk
tolong-menolong
antar sesama.
Sebagai sarana
dakwah dan sarana
memakmurkan
masjid
Meningkatkan
hubungan
sillaturrahmi antar
pengurus dan jama‟ah
masjid.
Meningkatkan
kesadaran untuk
saling menolong
sesama.
Semakin banyak
jama‟ah masjid yang
mampu, ikut serta
dalam memberikan
bantuan.
72
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kegiatan pemberdayaan masyarakat berbasis Masjid bagaikan Oase ditengah
padang pasir, pasalnya kegiatan pemberdayaan masyarakat berbasis masjid
sangatlah jarang dilakukan. Padahal Indonesia sebagai negara Islam terbesar
di dunia mempunyai banyak Masjid, dan jumlah tersebut sangatlah potensial
jika kita semua sebagai umat Islam dapat memanfaatkannya untuk
melaksanakan kegiatan pemberdayaan dan sebagai poros terdepan peretas
kebangkitan umat Islam. Di Indonesia, biasanya kegiatan pemberdayaan
dilakukan oleh element pemerintah melalui dinas-dinas terkait, LSM, NGO,
lembaga Philantrhophy, dan juga perusahaan-perusahaan swasta melalui CSR-
nya.
2. Masjid, yang oleh umat Islam sangat dikultuskan ternyata dapat juga menjadi
sarana bagi kita sebagai umat Islam untuk saling tolong-menolong dengan
sesama, khususnya untuk melaksanakan kegiatan pemberdayaan. Salah
satunya adalah dengan melakukan kegiatan Pemberdayaan Masyarakat
Berbasis Masjid, seperti yang dilakukan oleh pengurus dan sekretariat Masjid
Al-Ikhlash Jatipadang, Jakarta Selatan.
3. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dimana peneliti mendapatkan
data melalui pengamatan, wawancara dan penelaahan dokumen.
73
4. Sebagai bahan analisis, dalam penelitian ini peneliti menggunakan 4 (empat)
teori. Yaitu, teori pemberdyaan masyarakat, teori peran dan fungsi Masjid dan
juga teori pemberdayaan masyarakat berbasis Masjid.
5. Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa DKM Masjid Al-Ikhlash
Jatipadang mempunyai 4 program Kegiatan Pemberdayaan, yaitu:
Pemberdayaan Pendidikan, Pemberdayaan Ekonomi Mikro, Pemberdayaan
Perempuan dan Kegiatan Bantuan sosial.
6. Kegiatan pemberdayaan masyarakat berbasis Masjid ini ditujukan khusus
untuk jama‟ah Masjid Al-ikhlash dan masyarakat sekitar Masjid serta
masyarakat luas pada umumnya.
7. Hasil analisis peneliti dari kegiatan Pemberdayaan Berbasis Masjid tersebut
menyatakan bahwa, kegiatan pemberdayaan tersebut sebagai upaya dalam
rangka mengembangkan kemampuan dan kemandirian jama‟ah Masjid dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Kegiatan tersebut juga dapat dikategorikan
sebagai kegiatan yang membina keutuhan ikatan jama‟ah, sebagai wahana
untuk meningkatkan kecerdasan dan ilmu pengetahuan umat muslim, serta
sebagai sarana pembinaan dan pengembangan kader-kader umat Islam melalui
pendidikan dan pengajaran. Artinya, teori yang peneliti gunakan sebagai pisau
analisis sudah sesuai dengan analisis yang peneliti kemukakan, dan semua itu
berdasarkan hasil pengamatan, wawancara, serta penelaahan dokumen yang
peneliti lakukan terkait dengan program pemberdayaan berbasis Masjid yang
dilakukan oleh DKM Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Pasar Minggu.
8. Dalam hal Output, bagi para pemanfaat program, kegiatan pemberdayaan
masyarakat tersebut sangatlah dirasakan sekali manfaatnya. Dalam hal
74
pendidikan, para jama‟ah yang tidak mampu dapat mengenyam pendidikan
dengan gratis, mereka juga dapat belajar membaca dan menghafal Al-qur‟an.
Dalam hal ekonomi mikro, para jama‟ah yang mempunyai bakat wirausaha
dapat memanfaatkan sarana dan prasarana yang telah disediakan oleh DKM
Masjid Al-Ikhlash untuk berwirausaha, agar memudahkan mereka dalam
menopang kebutuhan ekonominya dengan berwirausaha tersebut. Dalam hal
pemberdayaan perempuan, para jama‟ah wanita dan kaum ibu diberikan
keahlian untuk menjadi kader-kader pemberdayaan. Kemudian dalam hal
bantuan sosial, jama‟ah Masjid dan masyarakat pada umumnya mendapatkan
berbagai bantuan dari Masjid Al-Ikhlash Jatipadang. Diantaranya, bantuan
kematian, bantuan bagi jama‟ah yang terkena musibah, bantuan beasiswa
pendidikan dan juga bantuan-bantuan lainnya yang sifatnya bantuan sosial.
B. Saran
Semoga Masjid Al-Ikhlash Jatipadang bisa lebih optimal dan lebih baik
lagi dalam menjalankan program pemberdayaan masyarakat yang berbasis Masjid
dan dalam rangka pemecahan permasalah-permasalahan sosial yang banyak
terjadi lingkungan Masjid khususnya dan di masyarakat pada umumnya.
Semoga jam‟ah Masjid dan masyarakat sekitar sebagai pemanfaat
program, dapat memanfaatkan kegiatan pemberdayaan tersebut sebaik-baiknya,
agar kegiatan tersebut dapat dijadikan sebagai sarana dalam memandirikan dan
mensejahterakan mereka.
Bagi para Stekholder, pemerintah khususnya berserta dinas-dinas terkait,
semoga penelitian ini dapat dijadikan bahan rekomendasi dalam melaksanakan
75
kegiatan pemberdayaan. Dimana kita dapat melakukan kegiatan pemberdayaan
dengan Masjid sebagai poros utamanya, karena sudah saatnya Masjid menjadi
bagian dari solusi masyarakat untuk ikut serta dalam menyelesaikan dan
meringankan problematika kehidupan. Masjid perlu diberdayakan melalui
pembinaan pengurus dan jama‟ahnya, dan melalui peningkatan pelayanan kepada
masyarakat.
Selain itu juga, semoga kita semua (peneliti khususnya), bisa mengambil
pelajaran dan hikmah yang terkandung dalam kegiatan pemberdayaan tersebut,
dengan lebih peka lagi terhadap permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi
disekeliling kita, dan dapat „membuka mata‟ selebar-lebarnya dengan mencari
solusi yang tepat untuk memecahkan masalah-masalah tersebut.
Terakhir, semoga kagiatan pemberdayaan masyarakat berbasis masjid
yang dilakukan oleh Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, dapat ditiru oleh masjid-
masjid lain yang ada di Indonesia, agar dapat membantu pemerintah dalam
memecahkan permasalahan-permasalahan sosial, budaya serta permasalahan
lainnya yang saat ini sedang melanda negeri kita Indonesia. Terima Kasih.
76
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Syafi‟i. Bank Syariah, dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema
Insani Press, 2003.
Ayub, Mohammad E. Manajemen masjid: Petunjuk Praktis bagi para pengurus.
Penyunting, Doddy Mardanus. Jakarta: Gema Insani Press, 1996.
Gazalba, Sayidi. Masjid pusat ibadah dan kebudayaan Islam. Cet ke-6. Jakarta:
Pustaka Al-Husna, 1994.
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Jogjakarta: Andi Offset, 1983.
Harahap, Sofyan Safri. Manajemen Masjid. Yogyakarta: Bhakti Prima Rasa,
1996.
Hermansah, Tantan, dkk. Dasar-dasar pengembangan Masyarakat Islam. Jakarta:
Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, 2009.
Ife, Jim. Community Development: Creating community alternative-vision,
analysis and practice. Dalam Tantan Hermansah, dkk. Dasar-dasar
pengembangan Masyarakat Islam. Jakarta: Fakultas Ilmu Dakwah dan
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, 2009.
Manuwoto. Peningkatan peran serta dalam upaya pemberdayaan masyarakat
dalam menuju masyarakat madani. Dalam Tantan Hermansah, dkk.
Dasar-dasar pengembangan Masyarakat Islam. Jakarta: Fakultas Ilmu
Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, 2009.
Meleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Cet. Ke-25. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2008.
Menuju Pusat Dakwah dan Syiar Syariah. Sejarah dan Profil Masjid Al-Ikhlash
Jatipadang. Jakarta, 2010.
Nurdin, Ali. Qur‟anic Society. Menelusuri Konsep Masyarakat Ideal Dalam Al-
Qur’an. Jakarta: Erlangga, 2006.
Rukhiyat, Adang, dkk. Panduan Penelitian Bagi Remaja. Edisi ke-3. Jakarta:
CV.Tumaritis, 2003.
Shihab, Quraish. Wawasan Al-Qur’an. Bandung: Mizzan, 1998.
Soetomo, Strategi-strategi pembangunan masyarakat. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2006.
77
Subianto Achmad dkk, fokkus babinrohis pusat, ICMI Orsat Cempaka Putih,
Yayasan Kado Anak Muslim. Pedoman Manajemen Masjid. Jakarta:
Cetakan I, 1 Muharram 1425 H/ 22 Februari 2004.
Suharto, Edi. Membangun Masyarakat, Memberdayakan Masyarakat. Cetakan 1.
Bandung: PT. Refika Aditama, 2005.
Supardi & Teuku Amiruddin. Manajemen Masjid dalam Pembangunan
Masyarakat, Optimalisasi Peran dan Fungsi Masjid. UII Press
Yogyakarta: cetakan pertama, Mei 2001.
Yulistiani, Indrianti. Ragam Penelitian Kualitatif: Penelitian Lapangan. Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: UI, 2001.
Zuriah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi.
Cetakan kedua. Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
Wawancara Pribadi dengan Narasumber Terkait.
Wawancara pribadi dengan Bapak Abbas Supriadi. Jakarta, Pada tanggal 22 maret
2014.
Wawancara Pribadi dengan Bapak Abdul Rohman. Jakarta, 13 April 2014.
Wawancara pribadi dengan Bapak Ir. Agung Priyadi. Jakarta, Pada 22 Maret
2014.
Wawancara Pribadi dengan Bapak Ir. Rahadi Mulyanto. Jakarta, 22 Maret 2014.
Wawancara pribadi dengan Bapak Ir. Rio Gajahmada. Jakarta, Pada tanggal 22
Maret 2014.
Wawancara pribadi dengan Bapak Nur Ali. Jakarta, 28 Maret 2014.
Wawancara pribadi dengan Bapak Tri Haryanto. Jakarta, 28 Maret 2014.
Wawancara Pribadi dengan Bapak Trijoko. Jakarta, 13 April 2014.
Wawancara Pribadi dengan Ibu Dewi Sartika. Jakarta, 13 April 2014.
Wawancara pribadi dengan Ibu Evi. Jakarta, 28 Maret 2014.
Wawancara pribadi dengan Ibu Hayati. Jakarta, 28 Maret 2014.
Wawancara pribadi dengan Ibu Iis Sumiati. Jakarta, 13 April 2014.
Wawancara Pribadi dengan Ibu Mulyanah. Jakarta, 13 April 2014.
Wawancara pribadi dengan Ibu Susanto Kasdi. Jakarta, Pada tanggal 24 maret
2014.
Wawancara pribadi dengan Muhammad Fikriza Dzikrullah. Jakarta, 28 Maret
2014.
Sumber dari internet:
“Data sensus penduduk Indonesia, tahun 2010,”. Artikel diakses pada 23 mei 2014 pukul
13.38 dari www.bps.go.id/tab_sub/view
“Memberdayakan peran & fungsi Masjid,”. Artikel diakses pada 28 mei 2014 pukul
21.33 dari www.kemenag.go.id
Petikan Wawancara dengan Narasumber
1. Nama : Bapak Ir.Rahadi Mulyanto
Alamat: Jl.Raya Ragunan No.11 Kelurahan Jatipadang, Kecamatan Pasar Minggu.
Jakarta Selatan. 12540
Umur : 48 Tahun
Jabatan: Sekretaris Umum Masjid Al-Ikhlash Jatipadang
Waktu Wawancara : 22 Maret 2014, mulai Pukul 10.30 – 11.20 WIB
Saya Sejak tahun berapa Masjid Al-Ikhlash Jatipadang mempunyai
program pemberdayaan masyarakat?
Bapak Rahadi Program tersebut sudah ada sejak tahun 2006 hingga saat ini
Saya Apa tujuan dari diadakannya program tersebut?
Bapak Rahadi Program tersebut dibuat dengan maksud agar dapat membantu
jama’ah masjid khususnya dan masyarakat pada umumnya
dalam meningkatkan kualitas hidup mereka. Meningkatkan
kesejahteraan mereka, keterampilan mereka, serta pastinya
meningkatkan kemandirian mereka terutama dalam hal
perekonominnya.
Saya Program apa saja yang terkait dengan pemberdayaan tersebut?
Bapak Rahadi Dalam pelaksanaannya, kami mempunyai 4 program, yaitu:
pemberdayaan ekonomi mikro, pemberdayaan pendidikan,
pemberdayaan perempuan dan program bantuan sosial.
Saya Siapa saya pemanfaat program pemberdayaan tersebut?
Bapak Rahadi Dalam pelaksanaannya, banyak orang yang terlibat dalam
kegiatan tersebut. Tetapi dalam hal pemanfaat program tersebut
biasanya kami memprioritaskan jama’ah masjid kami serta
masyarakat sekitar masjid yang memang membutuhkan dan
kami anggap pantas menerima program tersebut.
Saya Bagaimana cara untuk mengetahui orang-orang yang dianggap
pantas menerima program tersebut?
Bapak Rahadi Biasanya, sebelum kami melaksanakan suatu program, kami
mendata/menginventarisir jama’ah dan masyarakat sekitar
masjid. Darisana-lah kami bisa menentukan siapa-siapa saja
yang berhak dan pantas menerima program pemberdayaan
tersebut.
Saya Bagaimana respons para pemanfaat program tersebut?
Bapak Rahadi Pada awal diadakannya program tersebut, respons jama’ah dan
masyarakat sangat anusias dan menyambut baik program kami.
Bahkan tidak hanya jam’ah dan masyarakat sekitar masjid saja
uang datang mendaftarkan diri. Dari luar daerah kelurahan pun
banyak yang mendaftarkan diri.
Saya Jika kejadiannya demikian, lantas apa yang dilakukan oleh
pihak masjid Al-Ikhlash Jatipadang?
Bapak Rahadi Untuk dapat mengakomodir masyarakat yang antusias dengan
program kami dan agar mereka tidak kecewa dengan
manajemen Masjid kami, akhirnya kami melakukan
inventarisasi pula bagi masyarakat yang datang dari luar
kelurahan Jatipadang agar kami bisa menyeleksi siapa saja yang
memang pantas mendapatkan program dari kami. Hingga pada
akhirnya, manajemen masjid Al-Ikhlash memutuskan untuk
membagi wilayah program melalui 2 Ring. Ring 1 bagi jama’ah
dan Masyarakat sekitar masjid, dan Ring 2 bagi masyarakat
umum atau yang datang dari luar Kelurahan Jatipadang.
Saya Apa perbedaan antara Ring 1 dan Ring 2?
Bapak Rahadi Perbedaan mendasarnya yaitu dari segi Jumlah pemanfaat atau
penerima program. Hingga saat ini, pada Ring 1 terdapat hampir
800 orang pemanfaat program kami. Sedangkan dari ring 2,
kami hanya membatasi sekitar 200 orang saja.
Saya Bagaimana output dari program prmberdayaan tersebut?
Bapak Rahadi Banyak sekali manfaat yang didapat dari pelaksanaan program
pemberdayaan tersebut. Masyarakat bisa lebih mandiri, lebih
terampil, dapat mengembangkan sumberdayanya, dapat
memunculkan kader-kader pemberdaya umat serta pastinya
dapat menambah sisi religiusitas jama’ah dan masyarakat.
Selain itu juga kegiatan tersebut kami lakukan dalam rangka
memakmurkan Masjid ini.
2. Nama : Bapak Ir.Agung Priyadi
Alamat: Jl.Raya Jatipadang – Komplek Departemen Pertanian Blok A nomor.3
Kelurahan Jatipadang, Kecamatan Pasar Minggu. Jakarta Selatan. 12540
Umur : 51 Tahun
Jabatan: Koordinator bidang pendidikan Masjid Al-Ikhlash, Jatipadang.
Waktu Wawancara : 22 Maret 2014, mulai Pukul 13.10 – 13.43 WIB
Saya Sejak kapan program pemberdayaan pendidikan ini
dilaksanakan?
Bapak Agung
Priyadi
Program pendidikan yang ada di Yayasan Al-Ikhlash Jatipadang
sudah ada sejak tahun 2006.
Saya Program pendidikan seperti apa saja yang terdapat didalamnya?
Bapak Agung
Priyadi
Untuk bidang pendidikan sendiri, kami mempunyai beberapa
program, ada program yang sifatnya formal dan informal.
Kemudian dibagi lagi menjadi ada yang sifatnya Profit dan ada
juga yang Non Profit.
Saya Apa bedanya antara yang formal dengan informal
Bapak Agung
Priyadi
Yang formal itu terdiri dari pendidikan seperti pada sekolah
biasa atau seperti sekolah pada umumnya. Dan waktunya-pun
sama seperti sekolah pada umumnya.
Sedangkan yang non-formal/informal biasanya hanya dilakukan
pada waktu-waktu tertentu saja, dan juga kegiatannya lebih
banyak, seperti pelatihan-pelatihan, seminar-seminar, kursus
privat, dan sebagainya.
Saya Terus, apa bedanya antara yang profit dengan yang non-profit?
Bapak Agung
Priyadi
Perbedaan yang mendasar antara yang profit dengan yang non-
profit terletak pada pembiayaan dan dananya.
Pendidikan yang formal biasanya bersifat profit, biaya yang
dipatok sama seperti sekolah-sekolah pada umumnya.
Sedangkan pendidikan informal yang non-profit biasanya gratis
karna kami mempunyai donatur tetap, mempunyai dana sendiri
dan ada juga yang sumberdananya dari bantuan CSR.
Seperti contohnya, ada sekolah CSR dari LPIA (Lembaga
Pendidikan Ilmu Al-Qur’an) pasar minggu. Itu semua biaya
operasionalnya ditanggung/ bantuan dari mereka. Termasuk dari
tenaga pengajarnya pun demikian.
Saya Program pendidikan apa saja yang terdapat pada yang formal
dan Informal?
Bapak Agung
Priyadi
Untuk pendidikan formal, kami memiliki TK/PAUD/TPA.
Sedangkan untuk yang non-formal, kami memiliki sekolah CSR,
LPLQ(Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Al-Qur’an), ada
kursus/privat bahasa arab, pesantren ramadhan, ada seminar-
seminar, ada pengajian mingguan dan bulanan, serta ada
pelatihan organisasi dan event organizer.
Saya Siapa saja pemanfaat program tersebut?
Bapak Agung
Riyadi
Untuk pemanfaat program pendidikan biasanya mayoritas itu
anak-anak dari jama’ah masjid kami dan juga anak-anak dari
masyarakat sekitar. Sedangkan untuk yang pendidikan formal
itu pemanfaatnya dari berbagai kalangan, mulai dari anak-anak,
remaja, dewasa, mahasiswa, serta para jama’ah kami pastinya.
Saya Bagaimana hasil dari adanya program tersebut?
Bapak Agung
Riyadi
Untuk masalah output pastinya sangat bermanfaat sekali. Selain
dapat membantu pendidikan anak-anak dan jama’ah kami,
program tersebut pastinya bisa membuat anak-anak dan jama’ah
kami lebih terampil, tidak buta akan pendidikan, meningkatkan
pengetahuan, meningkatkan religiusitas, serta dapat membuat
mereka lebih baik nantinya, Insyaallah.
3. Nama : Bapak Ir.Rio Gajahmada
Alamat: Jl.Raya Ragunan – Komplek Departemen Pertanian Blok A nomor.9 Kelurahan
Jatipadang, Kecamatan Pasar Minggu. Jakarta Selatan. 12540
Umur : 39 Tahun
Jabatan: Koordinator bidang pengembangan minat dan keterampilan Masjid Al-Ikhlash
Jatipadang
Waktu Wawancara : 22 Maret 2014, mulai Pukul 13.55 – 14.20 WIB
Saya Sejak kapan program ini dilaksanakan?
Bapak Rio
Gajahmada
Program ini sudah ada sejak tahun 2006 silam hingga sekarang
Saya Tujuan diadakannya program tersebut untuk apa?
Bapak Rio
Gajahmada
Program ini diadakan untuk mengakomodir kebutuhan jama’ah
yang mempunyai minat dan bakat untuk berwirausaha dan ingin
membuka usaha tapi mempynyai keterbatasan. Naah, melalui
program ini-lah kami mencoba mengakomodir mereka dengan
menjadi fasilitator bagi jama’ah dan masyarakat sekitar yang
ingin mengembangkan usahanya.
Saya Apa saja program yang termasuk didalamnya?
Bapak Rio
Gajahmada
Untuk masalah program, kami memiliki toko masjid yang
diperuntukkan bagi jama’ah yang ingin membuka usaha tapi
tidak mempunyai lahan dan hanya mempunyai biaya yang
terbatas, kemudian kami juga menyediakan lahan berupa aula
serbaguna yang bisa digunakan masyarakat untuk melaksanakan
resepsi pernikahan, seminar dan lain-lain, terus ada juga lahan
parkir kami yang lumayan luas itu biasanya di bulan Ramadhan
kami sediakan bagi jama’ah/masyarakat yang ingin berdagang
untuk makanan tak’jil selama 1 bulan penuh, kemudian juga
kami melakukan advokasi bagi jama’ah yang ingin membuat
perizinzn usaha, mencari lokasi usaha serta mencarikan
pameran-pameran UKM bagi para jama’ah yang mempunyai
bidang usaha supaya usaha mereka bisa dipamerkan disana.
Saya Siapa saja pemanfaat program tersebut?
Bapak Rio Kami memprioritaskan jama’ah kami dulu, setelah itu baru
Gajahmada masyarakat lain.
Saya Bagaimana outputnya?
Bapak Rio
Gajahmada
Alhamdulillah hingga saat ini kami bisa menyediakan lahan
bagi 4 orang jama’ah kami yang sekarang menempati ruang
toko masjid seperti yang bisa dilihat dibawah. Selain itu kami
juga dapat mengakomodir kebutuhan jama’ah kami dalam hal
wirausaha. Baik dalam hal perizinan, pencarian lahan, dan juga
sarana untuk pemasaran produk mereka.
Secara garis besar, program ini dapat memandirikan mereka,
mereka dapat memperbaiki perekonomiannya dan pastinya
dapat mempererat tali sillaturahmi.
4. Nama : Bapak Abbas Supriadi
Alamat: Jl.Jatipadang, RT 002/11 no.23 Kelurahan Jatipadang, Kecamatan Pasar
Minggu. Jakarta Selatan. 12540
Umur : 61 Tahun
Jabatan: Koordinator bidang peelayanan umat Masjid Al-Ikhlash Jatipadang
Waktu Wawancara : 22 Maret 2014, mulai Pukul 15.10 – 15.36 WIB.
Saya Sudah berapa lama program ini dilaksanakan?
Bapak Abbas
Supriadi
Sama seperti pada program yang lain, program ini sudah ada
sejak tahun 2006 lalu dan masih ada sampai sekarang.
Saya Program apa saja yang ada didalamnya?
Bapak Abbas
Supriadi
Untuk program pelayanan umat ini sendiri biasanya fokusnya
pada bantuan-bantuan sosial. Seperti sunatan massal, klinik
gratis, posyandu, pemberian beasiswa, pemberian sembakok,
penyaluran zakat dan daging hewan Qurban, serta ada pelayanan
ambulance gratis, pengurusan jenazah gratis dan juga ada
pemberian bantuan bagi yang terkena musibah.
Saya Seperti apa programnya?
Bapak Abbas
Supriadi?
Untuk pelaksanaan programnya, sunatan massal biasanya
dilakukan 1 tahun sekali dan bertepatan dengan lebaran anak
yatim, biasanya kerjasama dengan BSMI (bulan sabit merah
Indonesia) mereka yang menyediakan Dokter dan obat-
obatannya, kami hanya mendata peserta dan menyediakan
tempatnya saja.
Terus untuk klinik dan poyandu gratis biasanya ada 2 minggu
sekali, kerjasama juga dengan BSMI (bulan sabit merah
Indonesia) mereka yang menyediakan Dokter dan obat-
obatannya, kami cuma menyediakan tempatnya saja.
Untuk bantuan sembakok biasanya kami adakan menjelang idul
fitri & di tahun baru Islam 1 muharram. Begitu juga bagi
pembagian daging hewan Qur’ban itu hanya dilakukan pada saat
hari raya Idul Adha saja.
Untuk bantuan bagi korban bencana alam, biasanya kami
lakukan saat ada daerah di jakarta yang banjir, kebakaran dan
penggusuran. Selain itu juga kami mengirimkan bantuan ke
daerah-daerah yang terkena musibah seperti pada saat gunung
meletus di jogja dan sinabung kemarin, kami mengiirimkan
masker, obat-obatan dan kebutuhan pokok lainnya.
Sedangkan untuk beasiswa pendidikan, kami berikan bagi murid
TK/TPA anak dari jama’ah kami yang kurang mampu. Dan juga
hingga saat ini kami telah memberikan beasiswa Kuliah gratis
bagi 2 orang Technical Support (marbot masjid) yang saat ini
sedang kuliah di BSI Pasar minggu, bahkan yang 1 lagi sebentar
lagi lulus.
Terus untuk bantuan ambulance gratis dan pengurusan jenazah
gratis biasanya kami kerjasama dengan PKPU dan Rumah Zakat
dalam menyediakan Ambulanc’nya.
Saya Siapa saja pemanfaat programnya?
Bapak Abbas
Supriadi
Pemanfaat programnya banyak sekali. Mulai dari jama’ah,
masyarakat sekitar masjid dan masyarakat umum pastinya.
Saya Bagaimana outputnya?
Bapak Abbas
Supriyadi
Hasilnya pasti sangat bermanfaat.
Banyak masyarakat yang merasa terbantu dengan program itu,
ada juga yang bisa melanjutkan pendidikannya karna adanya
beasiswa, dan masih banyak lagi pokoknya.
5. Nama : Ibu Susanto Kasdi
Alamat: Jl. Raya Jatipadang – Komplek Departemen Pertanian Blok E nomor.11
Kelurahan Jatipadang, Kecamatan Pasar Minggu. Jakarta Selatan. 12540
Umur : 54 Tahun
Jabatan: Koordinator bidang pemberdayaan perempuan Masjid Al-Ikhlash Jatipadang
Waktu Wawancara : 24 Maret 2014, mulai Pukul 10.10 – 10.46 WIB.
Saya Sejak kapan program tersebut diadakan?
Ibu Susanto Kasdi Program tersebut sudah ada sejak tahun 2006 dan masih ada hingga
sekarang.
Saya Apa saja yang termasuk dalam kegiatan pemberdayaan perempuan
tersebut?
Ibu Susanto Kasdi Program pemberdayaan perempuan terfokus pada pendidikan dan
peran perempuan dalam kegiatan-kegiatan sosial yang ada di
Masjid Al-Ikhlash.
Saya Seperti apa kegiatan pemberdayaan perempuan tersebut?
Ibu Susanto Kasdi Seperti yang tadi saya jelaskan, bahwa fokus pemberdayaan
perempuan itu ada pada pendidikan dan peran perempuan.
Untuk masalah pendidikan, biasanya kami dalam bidang
pemberdayaan perempuan diaplikasikan dalam bentuk pengajian-
pengajian, seminar-seminar, penyuluhan-penyuluhan, mengajarkan
Al-Qur’an bagi jama’ah dan masyarakat yang belum bisa membaca
Al-Qur’an (khususnya kaum ibu). Terus juga biasanya kami
membuka pelayanan posyandu dan bantu-bantu di klinik kesehatan
yang ada setiap 2 minggu sekali.
Saya Siapa saja pemanfaat program tersebut?
Ibu Susanto Kasdi Mayoritas dari kader pemberdayaan perempuan tidak lain dan tidak
bukan adalah jama’ah kaum ibu Masjid Al-Ikhlash dan juga
masyarakt sekitar. Dan biasanya juga pada kegiatan-kegiatan
tertentu juga datang jama’ah kaum ibu dari majelis ta’lim lain.
Saya Bagaimana dengan output program tersebut?
Ibu Susanto Kasdi Alhamdulillah, dengan adanya program ini, sesuai dengan harapan
kami semua dimana dengan adanya program ini jama’ah kaum
perempuan kami dapat dijadikan sebagai kader-kader
pemberdayaan. Dimana mereka dapat mengaplikasikan ilmunya
bagi keluarga mereka masing-masing dan juga bagi masyarakat
lain, khusunya bagi jama’ah/masyarakat di Masjid Al-Ikhlash.
Karena mereka telah dilatih agar memiliki keahlian dalam
pendidikan mengajar, pendidikan kesehatan dan pendidikan bagi
keluarga mereka masing-masing.
6. Nama : Muhammad Fikriza Dzikrullah
Alamat: Komplek Angkatan Laut. Jl. Jatipadang Baru No. 30 (gedung DPP PKS)
Kelurahan Jatipadang, Kecamatan Pasar Minggu. Jakarta Selatan. 12540
Umur : 23 Tahun
Pekerjaan : Technical Support (Marbot) Masjid Al-Ikhlash Jatipadang bidang
kesekretariatan
Waktu Wawancara : 28 Maret 2014, mulai Pukul 09.13 – 10.00 WIB.
Saya Sudah berapa lama bekerja disini?
Mas Diki Baru 6 bulan
Saya Sebelumnya bekerja dimana?
Mas Diki Sebelumnya saya bantu-bantu di DPP PKS pasar minggu
Saya Bekerja sebagai apa di Masjid Al-Ikhlash ini?
Mas Diki Saya bekerja sebagai Marbot bagian kesekretrariatan
Saya Jobdescnya apa saja?
Mas Diki Biasanya mengurusi keluar-masuknya surat, absensi karyawan,
laporan jum’at dan pekerjaan T.U pada umumnya.
Saya Berapa penghasilan mas bekerja disini?
Mas Diki Saya dikasih gaji sebesar 2jt perbulan dengan jam kerja 8 jam.
Saya Selain itu, apa yang mas dapati selama bekerja disini?
Mas Diki Banyak mas, selain pengalaman dalam hal pekerjaan, berkah, dan
saya sekarang dapat beasiswa kuliah di BSI. Sekarang saya kuliah
smester 2 jurusan tehnik informatika. Sebelumnya juga sudah ada
yang dapat beasiswa kuliah di BSI, namanya Jamil. Sekarang dia
sudah lulus dan sudah bekerja.
Saya Menurut mas, gimana manfaat beasiswa tersebut?
Mas Diki Kalau menurut saya sih bermanfaat banget. Apalagi saya orang gak
punya, yaa mana mungkin bisa kuliah kalau nggak dibiayain dari
masjid ini. kan jadinya saya bisa lanjutin pendidikan saya. Supaya
saya bisa lebih baik lagi dan bisa bekerja dikantoran dan bisa
bantuin perekonomian keluarga saya.
7. Nama : Ibu Hayati
Alamat: Jl. Pegangsaan 2 – nomor 43. Pasar Minggu. Jakarta Selatan.
Umur : 34 Tahun
Pekerjaan : Pedagang Baju Muslim di toko Masjid Al-Ikhlash Jatipadang
Waktu Wawancara : 28 Maret 2014, mulai Pukul 13.15 – 13.36 WIB.
Saya Sudah berapa lama ibu berdagang baju muslim disini?
Ibu Hayati Saya berjualan sudah hampir 6 tahun mas
Saya Biasanya berjualan dari jam berapa sampai jam berapa?
Ibu Hayati Saya biasanya jualan dari jam 8 pagi sampai jam 9 malam mas.
Saya Berapa biaya sewa toko ini?
Ibu Hayati Biaya sewanya cuma 1 juta perbulan mas
Saya Omzet perbulannya berapa?
Ibu Hayati Untuk omzet, kisarannya bisa 4 juta sampai 5 juta perbulan mas,
tergantung sepi atau ramainya aja.
Saya Laba bersihnya berapa perbulannya?
Ibu Hayati Laba bersihnya mah antara 2,5 juta sampai 3 juta mas.
Saya Ibu tinggal disekitar sini atau gimana?
Ibu Hayati Saya Jama’ah pengajian mingguan mas
Saya Kira-kira menurut ibu, toko masjid ini manfaatnya seperti apa?
Ibu Hayati Yaa bermanfaat sekali mas, soalnya biayanya lebih murah
dibanding tempat-tempat lain, apalagi semacam dijakarta kaya gini
pasti biaya sewa perbulannya gak ada yang 1 jutaan kaya gini. Saya
juga bisa membantu perekonomian keluarga, bantuin suami & bisa
buat biaya menyekolahkan anak saya.
8. Nama : Bapak Tri Haryanto
Alamat: Jl. Raya Pasar Minggu RT 009/12 Kelurahan Jatipadang, Kecamatan Pasar
Minggu. Jakarta Selatan.
Umur : 43 Tahun
Pekerjaan : Pedagang Refill Parfum di toko Masjid Al-Ikhlash Jatipadang
Waktu Wawancara : 28 Maret 2014, mulai Pukul 13.40 – 14.00 WIB.
Saya Sudah berapa lama berjualan disini?
Bapak Tri Sudah 3 tahun
Saya Bapak tinggal didaerah sini atau gimana?
Bapak Tri Iyaa, dan saya juga jama’ah masjid Al-Ikhlash
Saya Berapa biaya sewa kios disini?
Bapak Tri Biaya sewa kios disini bervariasi, kalau tempat yang saya tempati
ini biaya sewanya 1,1 juta perbulannya.
Saya Berapa penghasilan bapak tiap bulannya?
Bapak Tri Untuk penghasilan gak tentu mas, tergantung ramai dan sepinya.
Apalagi parfum kan bukan kebutuhan pokok. Tapi kalau di rata-
rata sih perbulan itu saya bisa punya penghasilan 2 sampai 2,5 juta.
Saya Menurut bapak, bagaimana manfaat dari toko masjid ini?
Bapak Tri Pasti sangat bermanfaat mas, apalagi bagi orang-orang yang taraf
ekonominya rendah, kalau mau usaha tapi cuma punya modal
sedikit kan harus punya pertimbangan matang-matang. Naah kalau
di toko masjid ini kan biaya sewanya murah, jadi kita gak perlu
pusing-pusing buat cari biaya buat sewa kios.
Penghasilannya juga lumayan buat memenuhi kebutuhan rumah
tangga.
9. Nama : Bapak Nur Ali
Alamat: jalan raya pasar minggu – depan Komplek Angkatan Laut RT 01/07 Kelurahan
Jatipadang, Kecamatan Pasar Minggu. Jakarta Selatan.
Umur : 30 Tahun
Pekerjaan : Pedagang tiket/Travel di Toko Masjid Al-Ikhlash Jatipadang
Waktu Wawancara : 28 Maret 2014, mulai Pukul 14.10 – 14.36 WIB.
Saya Sudah berapa lama bapak berdagang disini?
Bapak Nur Ali Saya berjualan sudah 6 tahun.
Saya Bapak tinggal didaerah sini atau gimana?
Bapak Nur Ali Saya mah tinggal didekat pasar minggu, kakak saya yang jama’ah
masjid sini. Saya usaha ini join sama beliau.
Saya Berapa biaya sewa perbulannya?
Bapak Nur Ali Biaya sewa di kios saya ini 1,3 juta perbulannya
Saya Omzet perbulannya berapa?
Bapak Nur Ali Untuk omzet, bisa sampai 5 juta perbulannya. Tergantung sepi dan
ramainya aja. Kalau lagi musim liburan pasti ramai, soalnya
banyak yang pesen tiket buat liburan.
Saya Menurut bapak, adanya toko masjid ini bermanfaat atau tidak?
Bapak Nur Ali Pastinya bermanfaat sekali mas, saya bisa berwirausaha dengan
biaya sewa kios yang murah. Soalnya udah jarang juga harga sewa
kios yang murah seperti disini. Pastinya bisa buat menafkahi
keluarga saya, bisa membantu perekonomian keluarga & intinya
bermanfaat banget mas.
10. Nama : Ibu Evi
Alamat: Jl.Raya Jatipadang RT 11/11 nomor.128 (seberang Masjid Al-Ikhlash)
Kelurahan Jatipadang, Kecamatan Pasar Minggu. Jakarta Selatan. 12540
Umur : 32 Tahun
pekerjaan: Pedagang Peralatan Sekolah di Toko Masjid Al-Ikhlash Jatipadang
Waktu Wawancara : 28 Maret 2014, mulai Pukul 14.34 – 14.55 WIB.
Saya Sudah berapa lama ibu berjualan ditoko ini?
Ibu Evi Saya berjualan disini baru 2 tahun
Saya Ibu jama’ah masjid ini atau gimana?
Ibu Evi Iyaa, saya jama’ah pengajian masjid Al-Ikhlash
Saya Berapa biaya sewa kios disini?
Ibu Evi Biya sewa kios saya paling besar dibanding toko-toko yang lain
disini. Saya bayar 1,5 juta perbulan karena toko saya lebih luas dari
yang lainnya.
Saya Berapa pendapatan ibu perbulannya?
Ibu Evi Pendapatan saya gak tentu, tapi biasanya saya bisa dapat
penghasilan 3-4jt perbulan.
Saya Menurut ibu, adanya toko masjid ini bermanfaat atau nggak?
Ibu Evi Pastinya bermanfaat. Karna bisa saya manfaatkan sebagai tempat
usaha. Biaya sewanya juga murah. Saya bisa membantu
perekonomian keluarga, bantu suami dan buat nambah
penghasilan.
11. Nama : Ibu Iis Sumiati
Alamat: Jl. Jatipadang utara RT 012/09 Kelurahan Jatipadang, Kecamatan Pasar Minggu.
Jakarta Selatan. 12540
Umur : 29 Tahun (peserta kursus baca tulis Al-Qur’an di Masjid Al-Ikhlash Jatipadang)
Waktu Wawancara : 13 April 2014, mulai Pukul 15.44 – 16.05 WIB.
Saya Sudah berapa lama bu ikut kursus ini?
Ibu Iis Sampai bulan ini udah masuk 6 bulan mas
Saya Ibu ikut kursus baca Al-qur’an atau hafal Al-qur’an?
Ibu Iis Saya mah ikut kursus baca Al-qur’an doang mas, soalnya saya
belum terlalu lancar baca Al-qur’an, apalagi masalah tajwidnya.
Mungkin nanti kalau udah lancar bacanya, baru deh saya ikut
kursus hafalannya.
Saya Selama mengikuti kursus ini, bagaimana perkembangannya bu?
Ibu Iis Alhamdulillah mas, sebelum ikut kursus tadinya mah bacanya
masih gagap mas, semenjak ikut kursus baca ini saya jadi sedikit
lancar bacanya, tapi tajwidnya masih acak-acakan. Yaa pasti masih
butuh proses mas, tapi alhamdulillah banget udah bisa segini juga
mas.
Saya Menurut ibu, adanya program seperti ini bagaimana manfaatnya?
Ibu Iis Pastinya bagus sekali mas dan manfaatnya juga udah keliatan kok
khususnya bagi saya pribadi. Kawan-kawan saya juga kaya gitu,
yang kursus hafalan Al-qur’an juga gitu mas. Pokoknya bermanfaat
banget deh, saya jadi bisa lancar baca Al-qur’an, udah gitu gratis,
pengajarnya juga bagus-bagus dan yang penting sih bisa
sillaturrahmi.
12. Nama : Ibu Dewi Sartika
Alamat: Jatipadang utara RT 012/09 No.11 Kelurahan Jatipadang, Kecamatan Pasar
Minggu. Jakarta Selatan. 12540
Umur : 33 Tahun (peserta kursus baca tulis Al-Qur’an di Masjid Al-Ikhlash Jatipadang)
Waktu Wawancara : 13 April 2014, mulai Pukul 16.15 – 16.35 WIB.
Saya Sudah berapa lama ikut kursus ini bu?
Ibu Dewi Saya sama kok kaya temen saya itu, baru sekitar 5-6 bulanan.
Saya Ibu ikut kursus baca Al-qur’an atau hafal Al-qur’an?
Ibu Dewi Saya ikut dua-duanya mas, yang kursus baca juga, yang hafalan juga
tapi waktunya satu minggu satu minggu.
Saya Perkembangannya gimana bu?
Ibu Dewi Alhamdulillah mas, kan kalau hafalan itu harus bisa tajwidnya juga
yah, makanya saya ikut kursus baca juga. Naah kan di kursus baca itu
saya fokus di tajwidnya, naah kata pengajarnya mah alhamdulillah
bacaannya udah lumayan bagus. Untuk hafalan juga begitu, sebelum
ikut kursus mah saya susah banget hafalin al-qur’an, naah sekarang
mah alhamdulillah Yasin aja udah hafal mas. Pokoknya
perkembangannya alhamdulillah deh.
Saya Menurut ibu, kegiatan ini manfaatnya gimana?
Ibu Dewi Bagus mas kegiatannya, apalagi gratis. Kan kami sebagai jama’ah jadi
bisa ikut kursus tanpa harus ngeluarin duit. Apalagi saya mah orang
gak punya mas. Yang pastin mah bermanfaat banget, saya jadi bisa
baca dan hafal Al-qur’an. Bisa ada perubahan dalam hal baca al-
qur’an. Pokoknya bermanfaat dan bagus mas.
13. Nama : Ibu Mulyanah
Alamat: Kp.Pulo – Jatipadang, Kelurahan Jatipadang, Kecamatan Pasar Minggu. Jakarta
Selatan. 12540
Umur : 53 Tahun (peserta pemberdayaan perempuan Masjid Al-Ikhlash Jatipadang)
Waktu Wawancara : 13 April 2014, mulai Pukul 09.13 – 09.37 WIB.
Saya Sudah berapa kali ibu mengikuti kegiatan seperti ini?
Ibu Mulyanah Udah sering mas, setiap ada undangan acara seminar kaya gini
alhamdulillah saya dateng terus. Kan saya jama’ah majelis ta’lim
masjid ini, jadi setiap ada kegiatan yang ada kaitannya sama majelis
ta’lim pasti insyaallah saya ikut.
Saya Memang kegiatannya apa aja bu?
Ibu Mulyanah Yaa pokoknya kaya gini aja, seminar-seminar islam, seminar
kesehatan, seminar pendidikan sama jadi kader posyandu sama
ngajarin ngaji anak-anak yatim setiap sabtu sore atau engga minggu
sore.
Saya Sudah berapa lama ibu menjadi anggota kagiatan pemberdayaan
perempuan ini?
Ibu Mulyanah Sampai tahun ini mah itungannya saya udah hampir 3 tahun mas,
pokoknya semenjak saya ikut ngaji disini aja.
Saya Bagaimana menurut ibu tentang adanya kegiatan-kegiatan seperti ini?
Ibu Mulyanah Yaa bagus laah mas, kan bisa dapet ilmu yang belum saya dapetin
sebelumnya, ilmu kesehatan, pendidikan anak-anak, ilmu agama
apalagi. Kan bisa saya terapin dirumah juga.
Saya Bagaimana dampak dari kegiatan itu bu?
Ibu Mulyanah Alhamdulillah, saya jadi tau ilmu kesehatan, ilmu pendidikan, jadi
bisa ngajarin anak-anak dirumah, ngajarin anak-anak yatim, sama bisa
ikut jadi kader posyandu. Yaa intinya mah bisa mengabdi ke keluarga
sama ke masyarakat mas.
14. Nama : Bapak Abdul Rohman
Alamat: Jatipadang Selatan RT 011/11, Kelurahan Jatipadang, Kecamatan Pasar Minggu.
Jakarta Selatan. 12540
Umur : 48 Tahun (peserta bantuan kesehatan di klinik Masjid Al-Ikhlash Jatipadang)
Waktu Wawancara : 13 April 2014, mulai Pukul 11.02 – 11.25 WIB.
Saya Sudah sering pak ikut pengobatan gratis di sini?
Bapak Abdul Rohman Sering banget de, pokoknya setiap ada acara kaya gini pasti
saya dateng. Soalnya lumayan bisa berobat gratis kan tau
sendiri sekarang mah berobat gak ada yang murah.
Saya Biasanya bapak berobat penyakit apa pak?
Bapak Abdul Rohman Yaa saya kan punya penyakit asma, jadi setiap kesini pasti
berobat buat asma saya de. Tapi pernah juga sih berobat
darah tinggi, periksa tekanan darah, malah tetangga saya
anaknya sakit radang aja berobatnya kesini de.
Saya Kwalitas pengobatannya sendiri bagaimana pak?
Bapak Abdul Rohman Alhamdulillah sejauh ini bagus-bagus aja kok, dokternya
juga bagus, obatnya juga obat generik de. Saya sendiri sih
sampe sekarang cocok-cocok aja berobat disini. Pokoknya
bagus de.
Saya Bagimana menurut bapak dengan adanya kegiatan seperti
ini?
Bapak Abdul Rohman Pastinya bagus, banyak manfaatnya de, kan bisa berobat
gratis, jarang-jarang ada masjid yang bikin pengobatan
gratis. Lagipula setau saya mah bukan pengobatan gratis
doang de, kadang-kadang juga ada bantuan buat orang
meninggal, bantuan buat yang rumahnya banjir, sama
kebakaran. Pokoknya kegiatannya positif, bagus bisa
ngebantu orang-orang yang gak mampu.
15 Nama : Bapak Trijoko
Alamat: Kp. Jatipadang Baru, Kelurahan Jatipadang, Kecamatan Pasar Minggu. Jakarta
Selatan. 12540
Umur : 60 Tahun (peserta bantuan sosial Masjid Al-Ikhlash Jatipadang)
Waktu Wawancara : 14 April 2014, mulai Pukul 13.10 – 14.25 WIB.
Saya Sudah sering pak dapat bantuan dari Masjid Al-Ikhlash?
Bapak Trijoko Sering de, kan bantuannya bukan beasiswa doang, tetangga
saya anaknya ikut sunatan massal gratis tuuh di Al-ikhlash,
waktu itu juga tetangga saya yang belakang masjid dapet
santunan kematian tuuh waktu suaminya meninggal terus
dikasih bantuan ambulance gratis juga buat bawa ke
pemakanan, terus waktu itu juga setau saya mah pernah ngirim
bantuan ke merapi de.
Saya Terus bagaimana dengan beasiswa yang didapat anak bapak?
Bapak Trijoko Yaa alhamdulillah sampe sekarang masih berjalan de, kan
sampai kelas 3, sekarang dia baru kelas 2, masih ada 1 tahun
lagi de.
Saya Itu beasiswanya seperti apa pak?
Bapak Trijoko Kalau anak saya itu dapet beasiswa pendidikan gratis de,
pokoknya biaya sekolah sama buku-bukunya dibayarin sama
Al-Ikhlash, anak saya mah taunya tinggal sekolah aja.
Saya Bagaimana dampak dari adanya bantuan tersebut?
Bapak Trijoko Yaa alhamdulillah bagus de, bisa bantu-bantu saya nyekolahin
anak saya, kalau saya mah mungkin belum tentu bisa
nyekolahin sampe kelas 3 kaya gitu. Tau sendiri kan sekarang
mah biaya sekolah mahal banget, belom bayarannya, belom
bayar bukunya, belom bayar ujian sama biaya apalagi dah tau
itu, pokoknya kalo saya sendiri mah belom tentu bisa biayain.
Anak saya juga jadi semangat sekolahnya, biarin deh biar dia
pinter, biar dia bisa bikin bangga keluarga, biar nanti kerjanya
enak bisa bantu-bantu orang tuanya.
Saya Menurut bapak, bagaimana dengan adanya kegiatan bantuan
sosial seperti ini?
Bapak Trijoko Pokoknya bagus de, kan pasti kalau kaya orang kaya saya mah
emang butuh banget bantuan kaya gitu, apalagi semacem
beasiswa kaya gitu, pokoknya bagus deh. Anak saya jadi bisa
sekolah, saya sebagai orang tua juga jadi tenang, semoga aja
cita-cita anak saya bisa kecapai. Kaya bantuan kematian juga
bagus itu, yang kena musibah juga bisa seneng, ngerasa
kebantu, ngeringanin bebannya, bisa saling sillaturrahmi juga
pastinya mah de.
Catatan Observasi
28 maret 2014, pukul 15.08 WIB
Pada jum’at sore ini saya melakukan pengamatan terkait aktivitas jual-beli para
pedagang di toko Masjid Al-Ikhlash Jatipadang. Terlihat banyak aktivitas terjadi di
toko-toko tersebut. Di toko peralatan sekolah, terlihat beberapa anak TPA/TK hilir
mudik bergantian membeli sesuatu dari sana. Ada yang membeli pinsil, buku tulis,
buku mewarnai dan ada juga yang hanya sekedar beli jajanan permen atau chiki. Ibu-
ibu orang tua si murid pun terlihat akrab dan bercengkerama dengan si penjual. Toko
tersebut rupanya lumayan ramai oleh transaksi jual-beli murid-murid TPA Al-
ikhlash.
Di toko pedagang baju busana muslim pun demikian, terlihat beberapa orang tua
murid TPA sedang berada disana, mereka terlihat sedang bercengkerama sambil
sesekali tertawa. Ibu-ibu tersebut juga terlihat sedang memilah-milih pakaian busana
muslim. Walaupun tidak seramai toko peralatan sekolah, tapi terlihat barang
dagangannya lumayan banyak dan pada hari ini mayoritas pengunjungnya pun dari
orang tua murid TPA.
Di toko refill parfum terlihat dua orang anak muda sedang membeli parfum.
Keduanya sibuk memilah-milih parfum sambil sesekali mencium aromanya. Si
pedagang juga dengan senang hati melayani mereka. Terlihat persediaan refill
parfumnya lumayan banyak, dan juga botol-botol refillnya demikian. Pada hari ini
terlihat konsumen di toko refill parfum tersebut tidak terlalu ramai, sama halnya
dengan toko pedagang busana muslim yang di sebelahnya.
Sedangkan di toko travel tiket perjalana terlihat ada 4 orang dengan mengendarai 2
sepeda motor baru saja masuk ke toko tersebut. Karna tokonya memakai kaca yang
lumayan gelap, saya hanya bisa melihat tidak terlalu jelas. Yang pastinya terlihat
orang-orang tersebut sedang melihat dan membaca brosur yang diberikan oleh
penjaga toko tersebut.
Karna memasuki waktu sholat ashar, saya berniat menghentikan pengamatan saya
untuk hari ini,
Hasil dari pengamatan saya hari ini mengenai aktivitas dari toko-toko masjid Al-
Ikhlash bahwa aktivitas jual-beli yang ada disini lumayan ramai. Untuk konsumen
sendiri sejauh pengamatan hari ini mayoritas konsumen adalah murid-murid dan
orang tua murid TPA/TK Al-Ikhlash. Ada juga beberapa orang dari luar yang
melakukan aktivitas jual-beli di toko refill parfum dan di toko travel perjalanan.
13 April 2014, pukul 10.00
Pada hari ini saya melakukan pengamatan didepan klinik masjid Al-Ikhlash
Jatipadang. Pada hari ini sedang diadakan kegiatan bantuan sosial berupa pengobatan
gratis yang dilaksanakan setipa dua minggu sekali.
Berdsarkan informasi dari pihak masjid, hari ini juga akan ada kegiatan seminar bagi
jama’ah kaum ibu, seminar tentang pendidikan.
Dan sore harinya seperti biasanya setiap sabtu dan minggu sore akan ada kursus baca
dan hafal Al-qur’an.
Di klinik masjid terlihat sibuk dengan kegiatan pengobatan gratis, semakin siang,
semakin banyak pasien yang datang. Ada yang datang dengan mengendarai sepeda
motor, ada juga yang naik angkot bahkan ada juga yang naik sepeda.
Terlihat mereka membawa selembar kartu berwarna kuning sebesar buku tulis,
semacam kartu anggota klinik atau kartu untuk chek-up. Pasiennya mulai dari bayi,
abak kecil, dewasa, orang tua hingga kakek-nenek. Ada ibu yang sedang
menggendong bayinya yang sedang nangis, ada juga orang tua yang terlihat sedang
batuk-batuk. Mereka bergantian masuk ke ruang klinik tersebut. Terlihat pula 2 orang
ibu-ibu yang bertugas mencatat kartu pasien dan memanggil giliran dari pasien-pasien
tersebut. Para pasien pun terlihat bergantian masuk ke ruangan klinik tersebut dan
seterusnya.
Pada siang harinya setelah sholat Dzuhur terlihat panitia seminar mulai sibuk dengan
persiapan kegiatan seminar yang akan diadakan siang ini. mayoritas mereka
merupakan jama’ah kaum perempuan dan kaum ibu. Terlihat juga ada beberapa laki-
laki yang membantu merapikan bangku dan ruangan seminar tersebut dan kemudian
memasang banner seminar. Terlihat juga 2 orang wanita yang bertugas di meja tamu
undangan dengan 2 buah buku besar diatas mejanya.
Seiring berjalannya waktu, makan semakin banyak pula ibu-ibu yang berdatangan dan
masuk ke ruangan seminar. Sejauh pengamatan, peserta seminar tersebut semuanya
adalah ibu-ibu dan jama’ah wanita. Terlihat mereka ada yang datang dengan
mengendarai sepeda motor, ada yang naik angkot dan bahkan ada juga yang datang
dengan mengendarai mobil.
Seminar tersebut membahas tentang kegiatan pendidikan dan peran wanita dalam
kegiatan pendidikan. Pesertanya terlihat lumayan banyak dan mereka terlihat antusias.
Terlihat banyak dari mereka ingin mengajukan pertanyaan saat moderator membuka
termin tanya jawab. Pembicaranya pun terlihat komunikatif dengan langsung bisa
menjawab semua pertanyaan yang diajukan. Secara garis besar seminar tersebut
memberikan edukasi kepada pesertanya tentang pendidikan dan begaimana mereka
semua bisa berperan di dunia pendidikan, khususnya pendidikan bagi anak-anak
mereka dan keluarga mereka.
Setelah sholat Ashar, saya memutusan untuk melakukan pengamatan terkait kegiatan
kursus baca dan hafal Al-qur’an (LPLQ) yang ada di lantai 3 masjid Al-Ikhlash. Saat
itu terlihat baru ada 3 orang yang sedang bercengkerama dan ada 2 orang ibu-ibu yang
sedang melaksanakan sholat.
Setelah hampir 10 menit menunggu, ternyata 2 orang ibu yang tadi sedang sholat
langsung datang menghampiri 3 orang yang sedang bercengkrama tadi. Ternyata ibu
tersebut merupakan murid/peserta kursus. Setelah beberapa menit pun berdatangan
murid/peserta lain, dan mayoritas mereka anak-anak usia sekolah dasar dan sekolah
menengah (SMP). Ternyata 3 orang yang sedang bercengkrama tadi mrupakan tenaga
pengajar kursus tersebut. Mereka masih muda kisaran umur 20-22 tahun, berdasarkan
informasi yang saya dapat dari pihak masjid, mereka merupakan mahasiswi dari LPIA
pasar minggu yang memang menjadi tenaga pengajar pada kursus LPLQ.
Saat kursus berlangsung, terlihat murid/peserta kursus bergantian melakukan hafalan
dan belajar membaca didepan tanaga pengajar. Di sela-sela aktifitas, sambil
menunggu giliran, terlihat ada yang menghafal sambil memejamkan mata, ada yang
belajar membaca sambil dibantu sesama rekannya, ada anak kecil yang bercanda
sambil berlarian dengan temannya dan ada juga yang hanya sekedar mengobrol
dengan temannya.
Kegiatan tersebut berlangsung sekitar satu setengah jam, berlangsung dengan cukup
baik, khidmat, dan peserta/muridnya pun terlihat senang dengan kursus tersebut.
Pengajarnya pun terlihat interaktif dan sabar, sambil sesekali tersenyum kepada
peserta/muridnya.
Saat waktu sudah memasuki waktu sholat maghrib, maka kegiatan kursus tersebut pun
dihentikan, kegiatan mereka diakhiri dengan berdoa bersama. Setelah itu mereka
mengikuti sholat maghrib berjam’ah.
14 April 2014, pukul 09.16 WIB.
Hari ini saya akan melakukan pengamatan pada aktivitas yang ada di Masjid Al-
Ikhlash Jatipadang.
Seperti biasa, setiap paginya banyak aktivitas murid TPA Al-Ikhlash dan juga orang
tua murid yang sedang menunggu ananya bersekolah. Ada juga kegiatan transaksi
jual-beli di toko masjid. Terlihat anak-anak TPA yang hilir-mudik keluar-masuk kelas
dan ada juga yang bermain di sarana bermain TPA. Mereka tampak riang beraktivitas.
Orang tua murid terlihat ada yang sedang bercengkrama, ada yang sedang bermain
handphone, ada yang menjaga anaknya yang sedang bermain di sarana bermain TPA,
ada juga yang sedang melakukan jual-beli di toko masjid.
Didepan masjid, jalan raya terlihat ramai dan cenderung macet karena depan masjid
ini berhadapan langsung dengan jalan raya dan Traffic Light (Lampu lalu-lintas) per-
empatan jalan raya Jatipadang. Ramai dan bisingnya jalan raya terlihat tidak
mempengaruhi kegiatan belajar-mengajar di sekolah tersebut.
Aktvitas di toko masjid pun demikian, terlihat pembeli bergantian datang ke toko-toko
masjid. Dan banyak juga masyarakat yang memasuki masjid untuk melaksanakan
sholat Dhuha. Parkiran yang disediakan pun tampak ramai oleh sepeda motor
pengunjung masjid dan orang tua murid TPA.
Di dalam Masjid terlihat beberapa orang sedang beraktivitas. Ada yang sedang
melaksanakan sholat, ada yang sedang membaca Al-qur’an, ada yang sedang
beristirahat sambil bermain handphone, ada yang tidur-tiduran, dan ada juga petugas
kebersihan masjid yang sedang membersihkan lantai masjid. Suasana di dalam masjid
terasa cukup hening dan khidmat sambil sesekali terdengar suara klakson dan bising
knalpot kendaraan yang ada di jalan raya depan masjid.
Memasuki waktu sholat dzuhur, semakin banyak jama’ah/masyarakat yang
berdatangan ke masjid. Terlihat parkiran kendaraan pun semakin penuh. Satu-persatu
jama’ah/masyarakat memasuki masjid untuk melaksanakan shalat dzuhur.
Pada hari ini terlihat bahwa aktivitas di masjid ini sangat ramai oleh kegiatan jama’ah
masjid dan masyarakat sekitar.