pembelajaran kontekstual (ctl).docx

12
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Model Pembelajaran Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL) Menurut Balanchard, berpendapa t pembelajaran kontekstual merupakan konsepsi yang membantu guru mengaitkan isi mat a pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pen getahu an dengan penerapanny a dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga kerja. Menurut Nur Hadi adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubung kan antara materi yang diajarkan dan sit uasi dunia nyata siswa. Menurut Jonhson adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan untuk menolong para siswa melihat siswa melihat makna didalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subyek-subyek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka Menurut Sutardi , menyatakan perlunya upaya-upa ya guru dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual yang efektif, 1) Bagaimana menemukan cara yang terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan dalam mata pelajaran tertentu 2) Bagaimana setiap mata pelajaran dipahami siswa sebagai bagian yang saling terkait, dan membentuk satu pemahaman yang utuh, 3) Bagaimana seorang guru dapat berkomun ikasi secara efektif dengan siswanya, 4) Bagaimana guru dapat membuka wawasan berpikir yang beragam dari seluruh siswanya Jadi Contextual Teaching and Learning (CTL) dari pendapat para tokoh-tokoh diatas dapat kita simpulkan bahwa CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan

Upload: izkar-mie-kare

Post on 30-Oct-2015

58 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pembelajaran kontekstual

TRANSCRIPT

7/16/2019 pembelajaran kontekstual (CTL).docx

http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-kontekstual-ctldocx 1/12

BAB II

PEMBAHASAN

A.  Pengertian Model Pembelajaran Strategi Pembelajaran Kontekstual

(CTL)

Menurut Balanchard, berpendapat pembelajaran kontekstual merupakan

konsepsi yang membantu guru mengaitkan isi mata pelajaran dengan situasi

dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pen getahu an

dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga,

warga negara, dan tenaga kerja.

Menurut Nur Hadi adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk 

menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa.

Menurut Jonhson adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan untuk 

menolong para siswa melihat siswa melihat makna didalam materi akademik yang

mereka pelajari dengan cara menghubungkan subyek-subyek akademik dengan

konteks dalam kehidupan keseharian mereka

Menurut Sutardi, menyatakan perlunya upaya-upaya guru dalam

melaksanakan pembelajaran kontekstual yang efektif,

1)  Bagaimana menemukan cara yang terbaik untuk menyampaikan berbagai

konsep yang diajarkan dalam mata pelajaran tertentu

2)  Bagaimana setiap mata pelajaran dipahami siswa sebagai bagian yang

saling terkait, dan membentuk satu pemahaman yang utuh,

3)  Bagaimana seorang guru dapat berkomunikasi secara efektif dengan

siswanya,

4)  Bagaimana guru dapat membuka wawasan berpikir yang beragam dari

seluruh siswanya

Jadi Contextual Teaching and Learning  (CTL) dari pendapat para

tokoh-tokoh diatas dapat kita simpulkan bahwa CTL adalah konsep belajar yang

membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia

nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan

7/16/2019 pembelajaran kontekstual (CTL).docx

http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-kontekstual-ctldocx 2/12

 pembelajaran CTL ini bertujuan untuk memotivasi siswa untuk memahami makna

materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan

konteks kehidupan mereka sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan atu

ketrampilan yang secara refleksi dapat diterapkan dari permasalahan

kepermasalahan lainya.

Berdasarkan pengertian diatas ada tiga hal yang harus dipahami.  Pertama,

 pembelajaran kontekstual menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk 

menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses

 pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak 

mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari

dan menemukan sendiri materi pelajaran.

 Kedua, pembelajaran kontekstual mendorong agar siswa menemukan

hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata. Hal

ini sangat penting, sebab jika dapat mengorelasikan materi yang ditemukan

dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara

fungsional akan tetapi materi yang dipelajarinya akan direkam dalam memori

siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.

 Ketiga, pembelajaran kontekstual mendorong siswa agar mampu

menerapkan apa yang dipelajari di sekolah kedalam kehidupan nyata sehari-hari.

materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian

dilupakan akan tetapi sebagai bekal mereka dalam kehidupan nyata.

Berdasarkan materi diatas, terdapat lima karakteristik penting dalam

 proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual.

1.  Dalam pembelajaran kontekstual merupakan proses pengaktifan pengetahuan

yang sudah ada (activating knowledge), artinya apa yang akan dipelajarii tidak 

terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari sebelumnya, dengan demikian

 pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang

memiliki keterkaitan satu sama lain.

2.  Pembelajaran kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan

menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Belajar dimulai dari

mempelajari secara keseluruhan, kemudian baru memperhatikan detailnya.

7/16/2019 pembelajaran kontekstual (CTL).docx

http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-kontekstual-ctldocx 3/12

3.  Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan

yang diperoleh bukan untuk dihafal tapi untuk dipahami dan diyakini,

misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan

yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu

dikembangkan

4.  Mempraktikan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge),

artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat

diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga terjadi perubahan perilaku

siswa yang positif 

5.  Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan

 pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan

dan penyempurnaan strategi.

B.  Latar Belakang Penggunaan CTL

Alasan perlu diterapkannya pembelajaran kontekstual adalah :

1.  Sebagian besar waktu belajar sehari-hari di sekolah masih didominasi kegiatan

 penyampaian pengetahuan oleh guru, sementara siswa ”dipaksa”

memperhatikan dan menerimanya, sehingga tidak menyenangkan dan

memberdayakan siswa.

2.  Materi pembelajaran bersifat abstrak-teoritis-akademis, tdak terkait dengan

masalah-masalah yang dihadapi siswa sehari-hari di lingkungan keluarga,

masyarakat, alam sekitar dan dunia kerja.

3.  Penilaian hanya dilakukan dengan tes yang menekankan pengetahuan, tidak 

menilai kualitas dan kemampuan belajar siswa yang autentik pada situasi yang

autentik.

4.  Sumber belajar masih terfokus pada guru dan buku. Lingkungan sekitar belum

dimanfaatkan secara optimal

Landasan filosofi pemelajaran kontekstual adalah konstruktivisme yang

menyatakan bahwa pengetahuan tidak dapat ditransfer dari guru ke siswa seperti

halnya mengisi botol kosong, sebab otak siswa tidak kosong melainkan sudah

 berisi pengetahuan hasil pengalaman-pengalaman sebelumnya. Siswa tidak hanya

7/16/2019 pembelajaran kontekstual (CTL).docx

http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-kontekstual-ctldocx 4/12

”menerima” pengetahuan, namun ”mengkonstruksi” sendiri pengetahuannya

melalui proses intra-individual (asimilasi dan akomodasi) dan inter-individual

(interaksi sosial).

Sesuai dengan filsafat yang mendasarinya bahwa pengetahuan terbentuk 

karena peran aktif subjek, maka dipandang dari sudut psikologis, CTL berpijak 

 pada aliran psikologis kognitif. Menurut aliran ini proses belajar terjadi karena

 pemahaman individu akan lingkungan. Belajar bukanlah peristiwa mekanis seperti

keterkaitan stimulus dan respon. Belajar tidak sesederhana itu. Belajar melibatkan

 proses mental yang tidak tampak seperti emosi, minat, motivasi, dan kemampuan

atau pengalaman. Apa yang tampak, pada dasrnya adalah wujud dari adanya

dorongan yang berkembang dalam diri seseorang.

Pembelajaran kontekstual sebenarnya bukam merupakan pendekatan yang

sama sekali baru. Dasar pembelajaran kontekstual sudah dikembangkan oleh John

 Dewey sejak tahun 1916. Pendekatan ini kemudian digali kembali, dikembangkan

lagi, dan dipopulerkan oleh The Washington State Concorcium for Contextual 

Teaching and Learning dengan melibatkan 11 perguruan tinggi, 20 sekolah, dan

lembaga-lembaga yang bergerak dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat.

C.  Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensional

Apa perbedaan pokok antara pembelajaran kontekstual dengan pembeajaran

konvensional seperti yang banyak diterapkan disekolah sekarang ini? Di bawah

ini terdapat tabel yang menjelaskan secara singkat perbedaan kedua model

tersebut

 NO. CTL KONVENSIONAL

1Menyandarkan pada memori

spasial (pemahaman makna)Menyandarkan pada hapalan

2Pemilihan informasi berdasarkan

kebutuh-an siswa

Pemilihan informasi di-tentukan

oleh guru

3Siswa terlibat secara aktif dalam

 proses pembelajaran

Siswa secara pasif menerima

informasi

4

Pembelajaran dikaitkan dengan

kehidupan nyata/-masalah yang

disi-mulasikan

Pembelajaran sangat abstrak dan

teoritis

5 Selalu mengkaitkan informasi Memberikan tumpukan informasi

7/16/2019 pembelajaran kontekstual (CTL).docx

http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-kontekstual-ctldocx 5/12

dengan pengetahuan yang telah

dimiliki siswa

kepada siswa sampai saatnya

diperlukan

6 Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang

Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu

7

Siswa menggunakan waktu

 belajarnya untuk menemukan,

menggali, berdiskusi, berpikir 

kritis, atau mengerjakan proyek 

dan pemecahan masalah (melalui

kerja kelompok)

Waktu belajar siswa se-bagian besar 

dipergu-nakan untuk mengerja-kan

 buku tugas, men-dengar ceramah,

dan mengisi latihan yang

membosankan (melalui kerja

individual)

8Perilaku dibangun atas kesadaran

diri Perilaku dibangun atas kebiasaan

9

Keterampilan dikem-bangkan atas

dasar pemahaman

Keterampilan dikem-bangkan atas

dasar latihan

10Hadiah dari perilaku baik adalah

kepuasan diri

Hadiah dari perilaku baik adalah

 pujian atau nilai (angka) rapor 

11

Siswa tidak melakukan hal yang

 buruk karena sadar hal tsb keliru

dan merugikan

Siswa tidak melakukan sesuatu yang

 buruk karena takut akan hukuman

12Perilaku baik berdasar-kan

motivasi intrinsik 

Perilaku baik berdasar-kan motivasi

ekstrinsik 

13Pembelajaran terjadi di berbagai

tempat, konteks dan setting

Pembelajaran hanya terjadi dalam

kelas

14 Hasil belajar diukur melalui

 penerapan penilaian autentik.

Hasil belajar diukur melaluikegiatan akademik dalam bentuk 

tes/ujian/ulangan.

D.  Komponen-Komponen Pembelajaran CTL

E.  Model Pembelajaran yang Meruapakan Aplikasi Pembelajaran

Kontekstual

Beberapa model pembelajaran yang meruapakan aplikasi pembelajaran

kontekstual antara lain model pembelajaran langsung (direct instruction),

 pembelajaran koperatif (cooperatif learning ), pembelajaran berbasis masalah

( problem based learning ).

1.  Model Pembelajaran Langsung / Direct Instruction (DI)

Inti dari model pembelajaran langsung adalah guru mendemonstrasikan

 pengetahuan atau keterampilan tertentu, selanjutnya melatihkan keterampilan

tersebut selangkah demi selangkah kepada siswa.

7/16/2019 pembelajaran kontekstual (CTL).docx

http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-kontekstual-ctldocx 6/12

Rasional teoritik yang melandasi model ini adalah teori pemodelan tingkah

laku yang dikembangkan oleh Albert Bandura. Menurut Bandura, belajar dapat

dilakukan melalui pemodelan (mencontoh, meniru) perilaku dan pengalaman

orang lain. Sebagai contoh untuk dapat mengukur panjang dengan jangka sorong,

siswa dapat belajar dengan menirukan cara mengukur panjang dengan jangka

sorong yang dicontohkan oleh guru.

Tujuan yang dapat dicapai melalui model pembelajaran ini terutama

adalah penguasaan pengetahuan prosedural (pengetahuan bagaimana melakukan

sesuatu misalnya mengukur panjang dengan jangka sorong, mengerjakan soal-soal

yang terkait dengan hukum kekekalan energi, dan menimbang benda dengan

neraca Ohauss), dan atau pengetahuan deklaratif, pengetahuan tentang sesuatu

misal nama-nama bagian jangka sorong, pembagian skala nonius pada micrometer 

sekrup, dan fungsi bagian-bagian neraca Ohauss), serta keterampilan belajar siswa

(misal menggarisbawahi kata kunci, menyusun jembatan keledai, membuat peta

konsep, dan membuat rangkuman).

Tabel Sintaks Model pembelajaran Langsung

Fase Peran Guru

1.Menyampaikan tujuan &

mempersiapkan siswa.

Guru menjelaskan tujuan & kompetensi yang ingin

dicapai, informasi latar belakang, pelajaran,

 pentingnya pelajaran, dan mempersiapkan siswa

untuk belajar.

2.Mendemonstrasikan

 pengetahuan atau

keterampilan

Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan

 benar, atau menyajikan informasi tahap demi

tahap.

3.Membimbing pelatihanGuru merencanakan & memberi bimbingan

 pelatihan awal

4.Mengecek pemahamandan memberikan umpan

 balik.

Guru merencanakan & memberi bimbingan

 pelatihan awal

5.Memberikan kesempatan

untuk pelatihan lanjutan

dan penerapan

Guru mempersiapkan kesempatan melakukan

 pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada

 penerapan pada situasi yang lebih kompleks dan

kehidupan

Sumber : Kardi, S. & Nur, M. (2000 : 8).

7/16/2019 pembelajaran kontekstual (CTL).docx

http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-kontekstual-ctldocx 7/12

Sintaks atau langkah-langkah pembelajaran meliputi 5 fase, dengan peran

guru pada tiap fase dapat dilihat seperti pada tabel diatas.

Model pembelajaran ini cenderung berpusat pada guru, sehingga sebagian

 besar siswa cenderung bersikap pasif, maka perencanaan dan pelaksanaan

hendaknya sangat hati-hati. Sistem pengelolaan permbelajaran yang dilakukan

oleh guru harus menjamin keterlibatan seluruh siswa khususnya dalam

memperhatikan, mendengarkan, dan resitasi (tanya jawab). Pengaturan

lingkungan mengacu pada tugas dan memberi harapan yang tinggi agar siswa

dapat mencapai tujuan pembelajaran.

2.  Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Inti dari pembelajaran berbasis masalah adalah guru menghadapkan siswa

 pada situasi masalah kehidupan nyata (autentik) dan bermakna, memfasilitasi

siswa untuk memecahkannya melalui penyelidikan/ inkuari dan kerjasama,

memfasilitasi dialog dari berbagai segi, merangsang siswa untuk menghasilkan

karya pemecahan dan peragaan hasil.

Rasional teoritik yang melandasi model ini adalah teori konstruktivisme

 Piaget  dan Vigotsky, serta teori belajar penemuan dari  Bruner . Menurut teori

konstruktivisme pengetahuan tidak dapat ditransfer dari guru ke siswa seperti

menuangkan air dalam gelas, tetapi siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuannya

melalui proses intra-individual asimilasi dan akomodasi (menurut  Piaget ) dan

 proses inter-individual atau sosial (menurut Vigotsky). Menurut  Bruner  belajar 

yang sebenarnya terjadi melalui penemuan, sehingga dalam proses pembelajaran

hendaknya banyak menciptakan peluang-peluang untuk aktivitas penemuan siswa.

Tujuan yang dapat dikembangkan melalui model pembelajaran ini adalah

keterampilan berfikir dan pemecahan masalah, kinerja dalam menghadapi situasi

kehidupan nyata, membentuk pebelajar yang otonom dan mandiri. Sintaks atau

langkah-langkah pembelajaran meliputi 5 fase, dengan peran guru pada tiap fase

dapat dilihat seperti pada table di bawah ini:

7/16/2019 pembelajaran kontekstual (CTL).docx

http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-kontekstual-ctldocx 8/12

Tabel Sintaks Model pembelajaran Berbasis Masalah

Sumber : Ibrahim, M. & Nur, M. (2000 : 13)

Lingkungan belajar dan sistem pengelolaan pada model pembelajaran

 berbasis masalah ini dicirikan oleh adanya sifat terbuka, proses demokrasi, dan

 peranan aktif siswa. Keseluruhan proses diorientasikan untuk membantu siswa

menjadi mandiri, otonom, percaya pada keterampilan intelektual sendiri melalui

keterlibatan aktif dalam lingkungan yang berorientasi pada inkuiri terbuka dan

 bebas mengemukakan pendapat.

3.  Model Pembelajaran Koperatif 

Inti model pembelajaran koperatif adalah siswa belajar dalam kelompok-

kelompok kecil, yang anggota-anggotanya memeliki tingkat kemampuan yang

 berbeda (heterogen). Dalam memahami suatu bahan pelajaran dan menyelesaikan

tugas kelompok, setiap anggota saling bekerjasama sampai seluruh anggota

menguasai bahan pelajaran tersebut. Dalam variasinya ditemui banyak tipe

 pendekatan pembelajaran koperatif misalnya STAD (Student Teams Achievement

Division), Jigsaw, Investigasi Kelompok, dan Pendekatan Struktural

Rasional teoritik yang melandasi model ini adalah teori konstruktivisme

7/16/2019 pembelajaran kontekstual (CTL).docx

http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-kontekstual-ctldocx 9/12

Vigotsky yang menekankan pentingnya sosiokultural dalam proses belajar seperti

tersebut di muka, dan teori pedagogi  John Dewey yang menyatakan bahwa kelas

seharusnya merupakan miniatur masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium

untuk belajar kehidupan nyata. Guru seharusnya menciptakan di dalam

lingkungan belajarnya suatu sistem sosial yang bercirikan demokrasi dan proses

ilmiah.

Tujuan yang dapat dicapai melalui model pembelajaran ini adalah hasil

 belajar akademik yakni penguasaan konsep-konsep yang sulit, yang melalui

kelompok koperatif lebih mudah dipahami karena adanya tutor teman sebaya,

yang mempunya orientasi dan bahasa yang sama. Disamping itu hasil belajar 

keterampilan sosial yang berupa keterampilan koperatif (kerjasama dan

kolaborasi) juga dapat dikembangkan melalui model pembelajaran ini.

Sintaks atau langkah-langkah pembelajaran meliputi 6 fase, dengan peran

guru pada tiap fase dapat dilihat seperti pada table sebagai berikut:

Tabel Sintaks Model pembelajaran Koperatif 

Sumber : Ibrahim, M., dkk. (2000 : 10).

7/16/2019 pembelajaran kontekstual (CTL).docx

http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-kontekstual-ctldocx 10/12

Lingkungan belajar dan sistem pengelolaan pada model pembelajaran

koperatif ini dicirikan oleh proses demokrasi dan peran aktif siswa dalam

menentukan apa yang harus dipelajari dan bagaimana mempelajarinya. Dalam

 pengaturan lingkungan diusahakan agar materi pembelajaran yang lengkap

tersedia dan dapat diakses setiap siswa, serta guru menjauhi kesalahan tradisional

yakni secara ketat mengelola tingkah-laku siswa dalam kerja kelompok.

F.  Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran CTL

1.  Kelebihan

a)  Memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat maju terus sesuai dengan

 potensi yang dimiliki siswa sehingga sisiwa terlibat aktif dalam PBM.

 b)  Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data,

memahami suatu isu dan memecahkan masalah dan guru dapat lebih

kreatif 

c)  Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari.

d)  Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak ditentukan oleh

guru.

e)  Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok 

2.  Kekurangan

a)  Kekurangan untuk guru

Guru memiliki kemampuan untuk memahami secara mendalam dan

komprehensif tentang :

1)  Konsep pembelajaran kontekstual itu sendiri.

2)  Potensi perbedaan individu siswa di kelas.

3)  Beberapa pendekatan pembelajaran yang berorentasi kepada

aktifitas siswa dalam belajar.

4)  Sarana,media,alat bantu, serta kelengkapan pembelajaran yang

menunjang aktifitas siswa dalam belajar 

b)  Kekurangan untuk murid

1)  Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam

PBM

7/16/2019 pembelajaran kontekstual (CTL).docx

http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-kontekstual-ctldocx 11/12

2)  Dalam proses pembelajaran dengan pendekatan CTL akan nampak 

 jelas antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa

yang memiliki kemampuan kurang, yang kemudian menimbulkan

rasa tidak percaya diri bagi siswa yang kurang kemampuannya

3)  Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan

mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan

 pendekatan CTL ini.

4)  Kemampuan setiap siswa berbeda-beda, dan siswa yang memiliki

kemampuan intelektual tinggi namun sulit untuk 

mengapresiasikannya dalam bentuk lesan akan mengalami

kesulitan sebab CTL ini lebih mengembangkan ketrampilan dan

kemampuan soft skill daripada kemampuan intelektualnya. 

5)  Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda

dan tidak merata 

6)  Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan

CTL ini akan terus tertinggal dan sulit untuk mengejar 

ketertinggalan, karena dalam pendekatan pembelajaran ini

kesuksesan siswa tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri

 jadi siswa yang dengan baik mengikuti setiap pembelajaran

dengan pendekatan ini tidak akan menunggu teman yang

tertinggal dan mengalami kesulitan. 

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

7/16/2019 pembelajaran kontekstual (CTL).docx

http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-kontekstual-ctldocx 12/12

DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim, M. & Nur, M, 2000.  Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya:

Unesa-University Press

Jumadi, 2003.  Pembelajaran Kontekstual dan Implikasinya.

http://staff.uny.ac.id/system/files/pengabdian/jumadi-mpd-

dr/pembelajaran-kontekstual.pdf. Diakses tanggal 21 Mei 2013 Pkl.15.55

WIB

Kardi, S. & Nur, M, 2000.  Pengajaran Langsung . Surabaya: Unesa-University

Press.

Sanjaya, Wina, 2005.  Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung:

San Grafika

Sanjaya, Wina, 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

 Pendidikan. Jakarta: Kencana Pernada Media

Sanjaya, Wina, 2005.  Pembelajaran dan Implementasi Kurikulum Berbasis

 Kompetensi. Jakarta: Kencana Pernada Media