pembelajaran kontekstual (ctl).docx
DESCRIPTION
pembelajaran kontekstualTRANSCRIPT
7/16/2019 pembelajaran kontekstual (CTL).docx
http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-kontekstual-ctldocx 1/12
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Model Pembelajaran Strategi Pembelajaran Kontekstual
(CTL)
Menurut Balanchard, berpendapat pembelajaran kontekstual merupakan
konsepsi yang membantu guru mengaitkan isi mata pelajaran dengan situasi
dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pen getahu an
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga,
warga negara, dan tenaga kerja.
Menurut Nur Hadi adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk
menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa.
Menurut Jonhson adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan untuk
menolong para siswa melihat siswa melihat makna didalam materi akademik yang
mereka pelajari dengan cara menghubungkan subyek-subyek akademik dengan
konteks dalam kehidupan keseharian mereka
Menurut Sutardi, menyatakan perlunya upaya-upaya guru dalam
melaksanakan pembelajaran kontekstual yang efektif,
1) Bagaimana menemukan cara yang terbaik untuk menyampaikan berbagai
konsep yang diajarkan dalam mata pelajaran tertentu
2) Bagaimana setiap mata pelajaran dipahami siswa sebagai bagian yang
saling terkait, dan membentuk satu pemahaman yang utuh,
3) Bagaimana seorang guru dapat berkomunikasi secara efektif dengan
siswanya,
4) Bagaimana guru dapat membuka wawasan berpikir yang beragam dari
seluruh siswanya
Jadi Contextual Teaching and Learning (CTL) dari pendapat para
tokoh-tokoh diatas dapat kita simpulkan bahwa CTL adalah konsep belajar yang
membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan
7/16/2019 pembelajaran kontekstual (CTL).docx
http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-kontekstual-ctldocx 2/12
pembelajaran CTL ini bertujuan untuk memotivasi siswa untuk memahami makna
materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan
konteks kehidupan mereka sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan atu
ketrampilan yang secara refleksi dapat diterapkan dari permasalahan
kepermasalahan lainya.
Berdasarkan pengertian diatas ada tiga hal yang harus dipahami. Pertama,
pembelajaran kontekstual menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk
menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses
pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak
mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari
dan menemukan sendiri materi pelajaran.
Kedua, pembelajaran kontekstual mendorong agar siswa menemukan
hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata. Hal
ini sangat penting, sebab jika dapat mengorelasikan materi yang ditemukan
dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara
fungsional akan tetapi materi yang dipelajarinya akan direkam dalam memori
siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.
Ketiga, pembelajaran kontekstual mendorong siswa agar mampu
menerapkan apa yang dipelajari di sekolah kedalam kehidupan nyata sehari-hari.
materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian
dilupakan akan tetapi sebagai bekal mereka dalam kehidupan nyata.
Berdasarkan materi diatas, terdapat lima karakteristik penting dalam
proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual.
1. Dalam pembelajaran kontekstual merupakan proses pengaktifan pengetahuan
yang sudah ada (activating knowledge), artinya apa yang akan dipelajarii tidak
terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari sebelumnya, dengan demikian
pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang
memiliki keterkaitan satu sama lain.
2. Pembelajaran kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan
menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Belajar dimulai dari
mempelajari secara keseluruhan, kemudian baru memperhatikan detailnya.
7/16/2019 pembelajaran kontekstual (CTL).docx
http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-kontekstual-ctldocx 3/12
3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan
yang diperoleh bukan untuk dihafal tapi untuk dipahami dan diyakini,
misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan
yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu
dikembangkan
4. Mempraktikan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge),
artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat
diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga terjadi perubahan perilaku
siswa yang positif
5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan
pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan
dan penyempurnaan strategi.
B. Latar Belakang Penggunaan CTL
Alasan perlu diterapkannya pembelajaran kontekstual adalah :
1. Sebagian besar waktu belajar sehari-hari di sekolah masih didominasi kegiatan
penyampaian pengetahuan oleh guru, sementara siswa ”dipaksa”
memperhatikan dan menerimanya, sehingga tidak menyenangkan dan
memberdayakan siswa.
2. Materi pembelajaran bersifat abstrak-teoritis-akademis, tdak terkait dengan
masalah-masalah yang dihadapi siswa sehari-hari di lingkungan keluarga,
masyarakat, alam sekitar dan dunia kerja.
3. Penilaian hanya dilakukan dengan tes yang menekankan pengetahuan, tidak
menilai kualitas dan kemampuan belajar siswa yang autentik pada situasi yang
autentik.
4. Sumber belajar masih terfokus pada guru dan buku. Lingkungan sekitar belum
dimanfaatkan secara optimal
Landasan filosofi pemelajaran kontekstual adalah konstruktivisme yang
menyatakan bahwa pengetahuan tidak dapat ditransfer dari guru ke siswa seperti
halnya mengisi botol kosong, sebab otak siswa tidak kosong melainkan sudah
berisi pengetahuan hasil pengalaman-pengalaman sebelumnya. Siswa tidak hanya
7/16/2019 pembelajaran kontekstual (CTL).docx
http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-kontekstual-ctldocx 4/12
”menerima” pengetahuan, namun ”mengkonstruksi” sendiri pengetahuannya
melalui proses intra-individual (asimilasi dan akomodasi) dan inter-individual
(interaksi sosial).
Sesuai dengan filsafat yang mendasarinya bahwa pengetahuan terbentuk
karena peran aktif subjek, maka dipandang dari sudut psikologis, CTL berpijak
pada aliran psikologis kognitif. Menurut aliran ini proses belajar terjadi karena
pemahaman individu akan lingkungan. Belajar bukanlah peristiwa mekanis seperti
keterkaitan stimulus dan respon. Belajar tidak sesederhana itu. Belajar melibatkan
proses mental yang tidak tampak seperti emosi, minat, motivasi, dan kemampuan
atau pengalaman. Apa yang tampak, pada dasrnya adalah wujud dari adanya
dorongan yang berkembang dalam diri seseorang.
Pembelajaran kontekstual sebenarnya bukam merupakan pendekatan yang
sama sekali baru. Dasar pembelajaran kontekstual sudah dikembangkan oleh John
Dewey sejak tahun 1916. Pendekatan ini kemudian digali kembali, dikembangkan
lagi, dan dipopulerkan oleh The Washington State Concorcium for Contextual
Teaching and Learning dengan melibatkan 11 perguruan tinggi, 20 sekolah, dan
lembaga-lembaga yang bergerak dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat.
C. Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensional
Apa perbedaan pokok antara pembelajaran kontekstual dengan pembeajaran
konvensional seperti yang banyak diterapkan disekolah sekarang ini? Di bawah
ini terdapat tabel yang menjelaskan secara singkat perbedaan kedua model
tersebut
NO. CTL KONVENSIONAL
1Menyandarkan pada memori
spasial (pemahaman makna)Menyandarkan pada hapalan
2Pemilihan informasi berdasarkan
kebutuh-an siswa
Pemilihan informasi di-tentukan
oleh guru
3Siswa terlibat secara aktif dalam
proses pembelajaran
Siswa secara pasif menerima
informasi
4
Pembelajaran dikaitkan dengan
kehidupan nyata/-masalah yang
disi-mulasikan
Pembelajaran sangat abstrak dan
teoritis
5 Selalu mengkaitkan informasi Memberikan tumpukan informasi
7/16/2019 pembelajaran kontekstual (CTL).docx
http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-kontekstual-ctldocx 5/12
dengan pengetahuan yang telah
dimiliki siswa
kepada siswa sampai saatnya
diperlukan
6 Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang
Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu
7
Siswa menggunakan waktu
belajarnya untuk menemukan,
menggali, berdiskusi, berpikir
kritis, atau mengerjakan proyek
dan pemecahan masalah (melalui
kerja kelompok)
Waktu belajar siswa se-bagian besar
dipergu-nakan untuk mengerja-kan
buku tugas, men-dengar ceramah,
dan mengisi latihan yang
membosankan (melalui kerja
individual)
8Perilaku dibangun atas kesadaran
diri Perilaku dibangun atas kebiasaan
9
Keterampilan dikem-bangkan atas
dasar pemahaman
Keterampilan dikem-bangkan atas
dasar latihan
10Hadiah dari perilaku baik adalah
kepuasan diri
Hadiah dari perilaku baik adalah
pujian atau nilai (angka) rapor
11
Siswa tidak melakukan hal yang
buruk karena sadar hal tsb keliru
dan merugikan
Siswa tidak melakukan sesuatu yang
buruk karena takut akan hukuman
12Perilaku baik berdasar-kan
motivasi intrinsik
Perilaku baik berdasar-kan motivasi
ekstrinsik
13Pembelajaran terjadi di berbagai
tempat, konteks dan setting
Pembelajaran hanya terjadi dalam
kelas
14 Hasil belajar diukur melalui
penerapan penilaian autentik.
Hasil belajar diukur melaluikegiatan akademik dalam bentuk
tes/ujian/ulangan.
D. Komponen-Komponen Pembelajaran CTL
E. Model Pembelajaran yang Meruapakan Aplikasi Pembelajaran
Kontekstual
Beberapa model pembelajaran yang meruapakan aplikasi pembelajaran
kontekstual antara lain model pembelajaran langsung (direct instruction),
pembelajaran koperatif (cooperatif learning ), pembelajaran berbasis masalah
( problem based learning ).
1. Model Pembelajaran Langsung / Direct Instruction (DI)
Inti dari model pembelajaran langsung adalah guru mendemonstrasikan
pengetahuan atau keterampilan tertentu, selanjutnya melatihkan keterampilan
tersebut selangkah demi selangkah kepada siswa.
7/16/2019 pembelajaran kontekstual (CTL).docx
http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-kontekstual-ctldocx 6/12
Rasional teoritik yang melandasi model ini adalah teori pemodelan tingkah
laku yang dikembangkan oleh Albert Bandura. Menurut Bandura, belajar dapat
dilakukan melalui pemodelan (mencontoh, meniru) perilaku dan pengalaman
orang lain. Sebagai contoh untuk dapat mengukur panjang dengan jangka sorong,
siswa dapat belajar dengan menirukan cara mengukur panjang dengan jangka
sorong yang dicontohkan oleh guru.
Tujuan yang dapat dicapai melalui model pembelajaran ini terutama
adalah penguasaan pengetahuan prosedural (pengetahuan bagaimana melakukan
sesuatu misalnya mengukur panjang dengan jangka sorong, mengerjakan soal-soal
yang terkait dengan hukum kekekalan energi, dan menimbang benda dengan
neraca Ohauss), dan atau pengetahuan deklaratif, pengetahuan tentang sesuatu
misal nama-nama bagian jangka sorong, pembagian skala nonius pada micrometer
sekrup, dan fungsi bagian-bagian neraca Ohauss), serta keterampilan belajar siswa
(misal menggarisbawahi kata kunci, menyusun jembatan keledai, membuat peta
konsep, dan membuat rangkuman).
Tabel Sintaks Model pembelajaran Langsung
Fase Peran Guru
1.Menyampaikan tujuan &
mempersiapkan siswa.
Guru menjelaskan tujuan & kompetensi yang ingin
dicapai, informasi latar belakang, pelajaran,
pentingnya pelajaran, dan mempersiapkan siswa
untuk belajar.
2.Mendemonstrasikan
pengetahuan atau
keterampilan
Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan
benar, atau menyajikan informasi tahap demi
tahap.
3.Membimbing pelatihanGuru merencanakan & memberi bimbingan
pelatihan awal
4.Mengecek pemahamandan memberikan umpan
balik.
Guru merencanakan & memberi bimbingan
pelatihan awal
5.Memberikan kesempatan
untuk pelatihan lanjutan
dan penerapan
Guru mempersiapkan kesempatan melakukan
pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada
penerapan pada situasi yang lebih kompleks dan
kehidupan
Sumber : Kardi, S. & Nur, M. (2000 : 8).
7/16/2019 pembelajaran kontekstual (CTL).docx
http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-kontekstual-ctldocx 7/12
Sintaks atau langkah-langkah pembelajaran meliputi 5 fase, dengan peran
guru pada tiap fase dapat dilihat seperti pada tabel diatas.
Model pembelajaran ini cenderung berpusat pada guru, sehingga sebagian
besar siswa cenderung bersikap pasif, maka perencanaan dan pelaksanaan
hendaknya sangat hati-hati. Sistem pengelolaan permbelajaran yang dilakukan
oleh guru harus menjamin keterlibatan seluruh siswa khususnya dalam
memperhatikan, mendengarkan, dan resitasi (tanya jawab). Pengaturan
lingkungan mengacu pada tugas dan memberi harapan yang tinggi agar siswa
dapat mencapai tujuan pembelajaran.
2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Inti dari pembelajaran berbasis masalah adalah guru menghadapkan siswa
pada situasi masalah kehidupan nyata (autentik) dan bermakna, memfasilitasi
siswa untuk memecahkannya melalui penyelidikan/ inkuari dan kerjasama,
memfasilitasi dialog dari berbagai segi, merangsang siswa untuk menghasilkan
karya pemecahan dan peragaan hasil.
Rasional teoritik yang melandasi model ini adalah teori konstruktivisme
Piaget dan Vigotsky, serta teori belajar penemuan dari Bruner . Menurut teori
konstruktivisme pengetahuan tidak dapat ditransfer dari guru ke siswa seperti
menuangkan air dalam gelas, tetapi siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuannya
melalui proses intra-individual asimilasi dan akomodasi (menurut Piaget ) dan
proses inter-individual atau sosial (menurut Vigotsky). Menurut Bruner belajar
yang sebenarnya terjadi melalui penemuan, sehingga dalam proses pembelajaran
hendaknya banyak menciptakan peluang-peluang untuk aktivitas penemuan siswa.
Tujuan yang dapat dikembangkan melalui model pembelajaran ini adalah
keterampilan berfikir dan pemecahan masalah, kinerja dalam menghadapi situasi
kehidupan nyata, membentuk pebelajar yang otonom dan mandiri. Sintaks atau
langkah-langkah pembelajaran meliputi 5 fase, dengan peran guru pada tiap fase
dapat dilihat seperti pada table di bawah ini:
7/16/2019 pembelajaran kontekstual (CTL).docx
http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-kontekstual-ctldocx 8/12
Tabel Sintaks Model pembelajaran Berbasis Masalah
Sumber : Ibrahim, M. & Nur, M. (2000 : 13)
Lingkungan belajar dan sistem pengelolaan pada model pembelajaran
berbasis masalah ini dicirikan oleh adanya sifat terbuka, proses demokrasi, dan
peranan aktif siswa. Keseluruhan proses diorientasikan untuk membantu siswa
menjadi mandiri, otonom, percaya pada keterampilan intelektual sendiri melalui
keterlibatan aktif dalam lingkungan yang berorientasi pada inkuiri terbuka dan
bebas mengemukakan pendapat.
3. Model Pembelajaran Koperatif
Inti model pembelajaran koperatif adalah siswa belajar dalam kelompok-
kelompok kecil, yang anggota-anggotanya memeliki tingkat kemampuan yang
berbeda (heterogen). Dalam memahami suatu bahan pelajaran dan menyelesaikan
tugas kelompok, setiap anggota saling bekerjasama sampai seluruh anggota
menguasai bahan pelajaran tersebut. Dalam variasinya ditemui banyak tipe
pendekatan pembelajaran koperatif misalnya STAD (Student Teams Achievement
Division), Jigsaw, Investigasi Kelompok, dan Pendekatan Struktural
Rasional teoritik yang melandasi model ini adalah teori konstruktivisme
7/16/2019 pembelajaran kontekstual (CTL).docx
http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-kontekstual-ctldocx 9/12
Vigotsky yang menekankan pentingnya sosiokultural dalam proses belajar seperti
tersebut di muka, dan teori pedagogi John Dewey yang menyatakan bahwa kelas
seharusnya merupakan miniatur masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium
untuk belajar kehidupan nyata. Guru seharusnya menciptakan di dalam
lingkungan belajarnya suatu sistem sosial yang bercirikan demokrasi dan proses
ilmiah.
Tujuan yang dapat dicapai melalui model pembelajaran ini adalah hasil
belajar akademik yakni penguasaan konsep-konsep yang sulit, yang melalui
kelompok koperatif lebih mudah dipahami karena adanya tutor teman sebaya,
yang mempunya orientasi dan bahasa yang sama. Disamping itu hasil belajar
keterampilan sosial yang berupa keterampilan koperatif (kerjasama dan
kolaborasi) juga dapat dikembangkan melalui model pembelajaran ini.
Sintaks atau langkah-langkah pembelajaran meliputi 6 fase, dengan peran
guru pada tiap fase dapat dilihat seperti pada table sebagai berikut:
Tabel Sintaks Model pembelajaran Koperatif
Sumber : Ibrahim, M., dkk. (2000 : 10).
7/16/2019 pembelajaran kontekstual (CTL).docx
http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-kontekstual-ctldocx 10/12
Lingkungan belajar dan sistem pengelolaan pada model pembelajaran
koperatif ini dicirikan oleh proses demokrasi dan peran aktif siswa dalam
menentukan apa yang harus dipelajari dan bagaimana mempelajarinya. Dalam
pengaturan lingkungan diusahakan agar materi pembelajaran yang lengkap
tersedia dan dapat diakses setiap siswa, serta guru menjauhi kesalahan tradisional
yakni secara ketat mengelola tingkah-laku siswa dalam kerja kelompok.
F. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran CTL
1. Kelebihan
a) Memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat maju terus sesuai dengan
potensi yang dimiliki siswa sehingga sisiwa terlibat aktif dalam PBM.
b) Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data,
memahami suatu isu dan memecahkan masalah dan guru dapat lebih
kreatif
c) Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari.
d) Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak ditentukan oleh
guru.
e) Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok
2. Kekurangan
a) Kekurangan untuk guru
Guru memiliki kemampuan untuk memahami secara mendalam dan
komprehensif tentang :
1) Konsep pembelajaran kontekstual itu sendiri.
2) Potensi perbedaan individu siswa di kelas.
3) Beberapa pendekatan pembelajaran yang berorentasi kepada
aktifitas siswa dalam belajar.
4) Sarana,media,alat bantu, serta kelengkapan pembelajaran yang
menunjang aktifitas siswa dalam belajar
b) Kekurangan untuk murid
1) Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam
PBM
7/16/2019 pembelajaran kontekstual (CTL).docx
http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-kontekstual-ctldocx 11/12
2) Dalam proses pembelajaran dengan pendekatan CTL akan nampak
jelas antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa
yang memiliki kemampuan kurang, yang kemudian menimbulkan
rasa tidak percaya diri bagi siswa yang kurang kemampuannya
3) Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan
mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan
pendekatan CTL ini.
4) Kemampuan setiap siswa berbeda-beda, dan siswa yang memiliki
kemampuan intelektual tinggi namun sulit untuk
mengapresiasikannya dalam bentuk lesan akan mengalami
kesulitan sebab CTL ini lebih mengembangkan ketrampilan dan
kemampuan soft skill daripada kemampuan intelektualnya.
5) Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda
dan tidak merata
6) Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan
CTL ini akan terus tertinggal dan sulit untuk mengejar
ketertinggalan, karena dalam pendekatan pembelajaran ini
kesuksesan siswa tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri
jadi siswa yang dengan baik mengikuti setiap pembelajaran
dengan pendekatan ini tidak akan menunggu teman yang
tertinggal dan mengalami kesulitan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
7/16/2019 pembelajaran kontekstual (CTL).docx
http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-kontekstual-ctldocx 12/12
DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim, M. & Nur, M, 2000. Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya:
Unesa-University Press
Jumadi, 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Implikasinya.
http://staff.uny.ac.id/system/files/pengabdian/jumadi-mpd-
dr/pembelajaran-kontekstual.pdf. Diakses tanggal 21 Mei 2013 Pkl.15.55
WIB
Kardi, S. & Nur, M, 2000. Pengajaran Langsung . Surabaya: Unesa-University
Press.
Sanjaya, Wina, 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung:
San Grafika
Sanjaya, Wina, 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Pernada Media
Sanjaya, Wina, 2005. Pembelajaran dan Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Kencana Pernada Media