pembahasan.docx nilda

24
ISLAM SEBAGAI PENGETAHUAN ILMIAH DOSEN PENGAMPU : RUSIADI DISUSUN OLEH : FITRI NILDA JURUSAN : TARBIYAH ( S I ) PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEMESTER : 1 (GANJIL )

Upload: ypermen

Post on 30-Jun-2015

128 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBAHASAN.docx nilda

ISLAM SEBAGAI PENGETAHUAN ILMIAH

DOSEN PENGAMPU : RUSIADI

DISUSUN OLEH :

FITRI

NILDA

JURUSAN : TARBIYAH ( S I )PROGRAM STUDI: PENDIDIKAN AGAMA ISLAMSEMESTER : 1 (GANJIL )

SEKOLAH TINGGI ILMU AGAMA ISLAM SAMBAS

2010 – 2011

Page 2: PEMBAHASAN.docx nilda

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. i

Daftar pustaka ……………………………………………………………… ii

BAB I PEMBAHASAN ……………………………………………………. 1 – 12

Kesimpulan ………………………………………………………………… 13

i

Page 3: PEMBAHASAN.docx nilda

BAB I

PEMBAHASAN

ISLAM SEBAGAI PENGETHUAN ILMIAH

Rasa ingin tahu yang bersifat ilmiah dan penyelidikan-penyelidikan ilmiah yang sistematis

merupakan ciri-ciri yang menonjol dalam peradaban Islam. Hal ini tidak mengherankan karena

Islam adalah sebuah agama yang rasional tetapi bukan sebuah agama yang rasionalistis (berpijak

pada rasio semata). Agama Islam mengembangkan sebuah kesadaran yang tinggi mengenai

kedudukan akal sebagai inti dalam tradisi-tradisi agama dan dalam mempertahankan sikap kritis

terhadap ilmu pengetahuan. Islam tak hanya menghargai dan menyuruh belajar tapi juga

memberikan metode pengamatan yang rasional. Dengan begitu, Islam tidak hanya menghasilkan

“ilmuwan-ilmuwan” besar, tetapi juga sebuah tradisi sains yang menyeluruh -sebuah tradisi yang

mengintegrasikan obyektifitas ilmiah di dalam Filsafat Islam.

1. Ilmu hadits, yang merupakan dasar bagi moral dan kitab perundang-undangan resmi di

dalam Agama Islam, yang memberikan sebuah metodologi tinggi untuk kritik-kritik

terhadap penulisan tafsir, atau komentar terhadap ayat-ayat Al Quran, telah pula

memperkembangkan sebuah metodologi tinggi (sophisticated) sebagaimana tradisi dalam

dunia akademis. Secara bersama-sama, alQuran dan hadits telah dijadikan sebagai dasar bagi

semua aktifitas ilmiah untuk penulisan tafsir, keduanya telah mempengaruhi hidup manusia

maupun cabang-cabang ilmu pengetahuan alam.

1

Page 4: PEMBAHASAN.docx nilda

Di bawah pengaruh Islam, sains tumbuh subur dan mempunyai bentuk yang unik. Sarjana-

sarjana Eropa Utara yang berkultur latin benar-benar bersimpuh di depan ilmuwan-ilmuwan

Muslim di Spanyol dan di pusat-pusat peradaban Islam di sepanjang pantai Laut Tengah, untuk

mempelajari dasar-dasar sains dan aspek-aspek lain dari prestasi Islam. Barulah pada abad

keenambelas sains dan teknologi Eropa bisa menyamai keunggulan Islam itu.

Tradisi sains dan ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh Kaum Muslimin betul-betul unik;

namun keunikan itu tak hanya terletak di dalam metodeloginya tetapi juga di dalam

epistemologinya. Epistemologi Islam mengandung sebuah konsep yang holistik mengenai

pengetahuan. Di dalam konsep ini, tidak terdapat perpisahan antara pengetahuan dan nilai-nilai.

Pengetahuan dikaitkan dengan fungsi sosialnya dan dipandang sebagai sebuah ciri dari manusia.

Dengan demikian terdapatlah sebuah kesatuan antara manusia dengan pengetahuannya. Tidak

ada informasi-informasi khusus yang bebas nilai untuk tujuan-tujuan tertentu. Tidak ada

perendahan martabat manusia, pengisolasian, dan pengasingan manusia.

2

Page 5: PEMBAHASAN.docx nilda

Menurut epistemologi Islam, pengetahuan adalah sebagai sebuah pohon, sedang berbagai sains

itu adalah cabang-cabangnya yang tumbuh dan mengeluarkan dedaunan beserta buah-buahan

sesuai dengan sifat pohon itu sendiri. Tapi, karena cabang-cabang sebuah pohon tidak tumbuh

terus menerus, maka sebuah disiplin tidak perlu dituntut melampaui batas-batasnya. Menuntut

sebuah cabang ilmu pengetahuan tertentu dengan melampaui batas-batasnya akan menjadi

sebuah aktivitas yang sia-sia. Bukankah jika sebuah cabang tumbuh terus-menerus, akhirnya ia

akan menghancurkan keharmonisan seluruh pohon?

Salah satu di antara artikulasi-artikulasi terbaik mengenai epistemologi ini kita temui dalam Book

of knowledge karya Imam Abu Hamid Muhammad Al Ghazali (1058-1111). Al Ghazali adalah

seorang guru besar di Akademi Nizamiyyah Baghdad

2. Al ghazali menganalisa pengetahuan berdasarkan tiga buah kriteria:

a. Sumber

- Pengetahuan yang diwahyukan: Pengetahuan ini kita peroleh dari para Nabi dan Rasul, tidak

kita peroleh dengan menggunakan akal seperti ilmu hitung, juga tidak dengan percobaan-

percobaan seperti obat-obatan atau dengan pendengaran seperti bahasa- bahasa”.

-Pengetahuan yang tidak diwahyukan: sumber pokok dari “ilmu-ilmu” ini adalah akal,

pengamatan, percobaan, dan akulturasi (penyesuaian).

b. Kewajiban-Kewajiban

- Pengetahuan yang diwajibkan kepada setiap orang (fardh al ‘ain): yaitu pengetahuan yang

penting sekali untuk keselamatan seseorang, misalnya etika sosial, kesusilaan, dan sebagainya.

- Pengetahuan yang diwajibkan kepada masyarakat (fardh al kifayah): yaitu pengetahuan yang

penting sekali untuk keselamatan seluruh masyarakat. Misalnya pertanian, obat-obatan, arsitektur

dan teknik mesin.

3

Page 6: PEMBAHASAN.docx nilda

c. Fungsi Sosial

- Ilmu-Ilmu yang patut dihargai: yaitu ilmu-ilmu (sains) yang berguna dan tak boleh diabaikan

“karena segala aktifitas hidup ini tergantung kepadanya…” - Ilmu-ilmu yang patut dikutuk:

termasuk astrologi, magik, studi ilmiah mengenai cara-cara penyiksaan, dan sebagainya.

Di dalam kerangka di atas, sains dan kemanusiaan tidak berdiri sebagai “dua buah kultur” yang

saling terpisah tetapi sebagai dua pilar yang memperoleh rasa solidaritasnya yang vital dari

keseluruhan kultur manusia. Jadi, di dalam kerangka ini, pengetahuan itu sekaligus bersifat

dinamis dan statis. Terdapat perkembangan setahap-demi setahap dalam bentuk-bentuk ilmu

pengetahuan (sains) tertentu, sementara terdapat pula kesadaran akan keabadian pengetahuan

prinsipil yang diperoleh dari wahyu itu. Kerangka pengetahuan Islam tak pernah menutup mata

terhadap pengetahuan yang diwahyukan itu, pengetahuan yang merupakan “matriks” kerangka

bagi semua sains.

Tujuan mempelajari sesuatu masalah di dalam Islam adalah karena pentingnya bagi masyarakat

atau relevansi sosialnya. Di dalam Islam tidak terdapat ide: sains untuk sains. Islam juga

menolak pengertian tentang sains yang utilitarian murni. Legitimasi untuk mempelajari sains kita

jumpai dalam AlQuran dimana manusia diperintahkan untuk merenungkan kejadian langit, bumi,

dan segala sesuatu yang dikandungnya. Jika engkau mengucapkan dan meyakini Allah Maha

Mengetahui, maka engkau tak berhak untuk tetap berada dalam kebodohan.

Di Sini, Islam menekankan pentingnya pengetahuan murni dan menyuruh manusia menuntut

pengetahuan untuk kesempurnaan hidupnya

2. Apakah yang lebih bermanfaat bagi manusia selain pengetahuan yang merupakan hiasan

jiwanya dan alat untuk mencapai kesempurnaannya. Namun, nikmat dalam menuntut

ilmu itu harus dibarengi dengan manfaatnya dan fungsi sosialnya. Lebih dari sekedar

untuk dinikmati, pengetahuan itu harus merupakan alat untuk meraih tujuan-tujuan yang

lebih luhur. Setiap ilmu pengetahuan, baik yang berasal dari wahyu maupun yang berasal

dari penyelidikan ilmiah dapat berubah menjadi ilmu yang “patut dikutuk” jika buta

terhadap tujuan yang sebenarnya.

4

Page 7: PEMBAHASAN.docx nilda

Bagaimana suatu ilmu pengetahuan menjadi terkutuk? Bila sains itu membawa bencana. Bila ia

merugikan masyarakat, bila ia cenderung kepada suatu tingkat abstraksi yang membuat manusia

terasing dari saudara-saudaranya, dan bila ia tak menerangi tapi menyesatkan [4]. Epistemologi

Islam menghendaki sebuah metodologi yang menyertakan pengalaman batin manusia maupun

penginderaan, eksperimen, deduksi dan induksi. Pengalaman manusia sebagai makhluk yang

sempurna tak hanya mencakup rangsangan-rangsangan fisik dan indera, tetapi mencakup pula

intuisi intelektual dan proses-proses psikis. Memisahkan pengalaman fisik dan pengalaman batin

akan merendahkan kepribadian manusia, mengasingkan manusia, dan akhirnya menghancurkan

manusia. Bagi manusia yang “utuh” semua pengalaman adalah riil seperti riilnya gaya berat.

Oleh karena itu semua pengalaman patut dievaluasi dan diselidiki. Mengabaikan salah satu di

antara pengalaman-pengalaman itu berarti mengabaikan realitas itu sendiri. Islam menyuruh

penganut-penganutnya untuk mendekati realitas itu secara keseluruhannya. Sebuah pernyataan

yang tepat sekali mengenai pengakuan konsep di atas adalah sebuah ucapan yang menyangkal

dan menetapkan. “Tidak ada sesuatu realitas pun kecuali Realitas yang Esa” (Laa ilaha Illallah).

Semua realitas yang ada hanyalah nisbi dan bergantung kepada Relaitas Yang Esa itu. Segenap

ketentuan-ketentuan jagad raya, baik yang berwujud maupun yang tak berwujud, baik yang halus

maupun kasar, hanyalah pertanda dari Realitas Yang Esa, darimana ketentuan-ketentuan itu

muncul melalui proses penciptaan atau manifestasi diri. Untuk mendapatkan pandangan yang

sempurna terhadap realitas itu, penginderaan kita harus dibantu dengan semacam penginderaan

yang di dalam Al Quran disebut fu’ad atau Qalb atau mata batin. Mata batin ini adalah semacam

intuisi batin atau wawasan yang menurut rangkaian kata-kata indah dari Maulana Jalaluddin

Rumi “Hidup dari cahaya matahari dan menghubungkan kita kepada aspek-aspek Realitas yang

berbeda dari realitas-realitas yang terbuka bagi akal kita secara analitis dan penginderaan”.

Sesungguhnya mata batin adalah sesuatu yang “menyaksikan” dan “laporan-laporannya” tidak

pernah salah jika ditafsirkan sebagaimana mestinya. Ini tak berarti bahwa mata batin itu adalah

sebuah modus berhubungan dengan Realitas itu dimana sensasi-sensasi fisiologis tak berperan.

Namun pengalaman yang dibentangkan di depan kita sama nyata dan konkritnya seperti setiap

pengalaman fisik. Untuk menerangkannya sebagai pengalaman “spiritual” “mistis” maupun

“supernatural” tak mengurangi nilainya sebagai sebuah pengalaman.

5

Page 8: PEMBAHASAN.docx nilda

A. Klasifikasi Ilmu Pengetahuan

Pembagian Ilmu pengetahuan tergantung dari cara dan tempat ahli itu meninjaunya, menurut

pembagian klasik, ilmu pengetahuan dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu sebagai berikut

1. Naturan science (kelompok-kelompok ilmu alam)

3. Social science (kelompok-kelompok ilmu social)

Menurut Dr. C.A. Van Pourson, pembagian ilmu adalah sebagai berikut :

1. Ilmu pengetahuan kemanusiaan

2. Ilmu pengetahuan alam

3. Ilmu pengetahuan hayat

4. Ilmu pengetahuan logic deduktif

Paling umum pembagian ilmu pengetahuan yaitu

1. Ilmu Agama, terdiri dari Ilmu Agama dan ilmu jiwa

2. Ilmu kebudayaan, terdiri dari ilmu sastra, ilmu sejarah, ilmu pendidikan dan ilmu filsafat

3. Ilmu social, terdiri dari ilmu hukum, ilmu ekonomi, ilmu social, ilmu social dan poilitik, ilmu

ketatanegaraan dan ketataniagaan. Ilmu eksakta dan teknik terdiri dari ilmu hayat, ilmu

kedokteran, ilmu farmasi, ilmu kedokteran hewan, ilmu pertanian, ilmu pasti alam, ilmu teknik,

ilmu geologi, dan ilmu geografi

6

Page 9: PEMBAHASAN.docx nilda

B. Pendekatan Pokok Studi Ilmiah

1. Interdisiplin

Prentice (1990) menyatakan Ilmu Informasi sebagai disiplin, dan khususnya memakai

pendekatan interdispliner (interdisciplinary approach). Dia menyatakan disiplin sebagai

struktur, isi, dan implikasi dari sekumpulan pengetahuan tertentu (body of knowledge).

Dalam perkembangan pesat saat ini, maka disiplin menjadi semakin kompleks.

Ada banyak disiplin yang berbeda-beda tetapi mungkin memiliki titik-awal dan tujuan yang

sama, dan mungkin hanya berbeda dalam cara masing-masing memandang persoalan (subject

matter) yang sama. Di dalam masyarakat, sebuah disiplin akademik biasanya membentuk

organisasi profesional yang menerbitkan jurnal ilmiah, mengadakan konferensi, atau memberi

penghargaan kepada ilmuwan atau peneliti yang dianggap mumpuni. Selain memiliki organisasi,

sebuah disiplin juga biasanya memiliki “bahasa khusus” untuk memperlancar komunikasi ilmiah

antar ilmuwan, strategi kebenaran (truth strategies) yang mempertegas perbedaan satu disiplin

dari yang lainnnya., dan organisasi pengetahuan.

Sebuah disiplin lahir dan tumbuh dengan berbagai cara, misalnya:

1. Pecahan dari disiplin yang sudah ada.

2. Berada di pinggiran dari sebuah disiplin, dan tidak lagi menjadi pusat perhatian disiplin

itu, lalu memisahkan diri menjadi disiplin khusus.

3. Gabungan dari berbagai disiplin karena ada kesamaan –> bisa berbentuk disiplin baru

atau interdisciplinary.

4. Kebutuhan untuk mengatasi persoalan penting yang khas.

Selain Ilmu Informasi, Prentice memberi beberapa contoh disiplin baru. misalnya sosiologi

pedesaan (rural sociology), arkeologi industri (industrial archeology), kajian penduduk setempat

(native studies), sejarah ilmu pengetahuan, antropologi wanita , dan komunikasi ujaran (speech

communication). Di Indonesia kita juga memiliki kajian ketahanan nasional, kajian lingkungan,

dan kajian wanita.

7

Page 10: PEMBAHASAN.docx nilda

Beberapa disiplin juga memperlihatkan fokus kepada upaya mengatasi masalah-masalah spesifik

melalui kerjasama berbagai ilmu, misalnya:

Kedokteran hewan menggabungkan pengetahuan yang didapat dari ilmu tentang genetik,

patologi, dan ilmu-ilmu dasar (basic sciences).

Kerja sosial menggabungkan pengetahuan yang didapat dari bidang hukum, ilmu perilaku

dan psikologi.

Perencanaan sosial menyempat dari kerja sosial dan menambahkan bidang pengetahuan

perencanaan regional (regional planning) ke dalamnya.

Kedokteran gigi menyempal dari kedokteran umum dan menambahkan pengetahuan

budaya, terutam aspek estetika ke dalamnya.

 Terkadang penggabungan berbagai disiplin memperlihatkan berbagai ciri yang berbeda,

sehingga Prentice membedakan antara tiga hal, yaitu:

Interdisipliner (interdisciplinary) adalah interaksi intensif antar satu atau lebih disiplin,

baik yang langsung berhubungan maupun yang tidak, melalui program-program

pengajaran dan penelitian, dengan tujuan melakukan integrasi konsep, metode, dan

analisis.

Multidisipliner (multidisciplinay) adalah penggabungan beberapa disiplin untuk bersama-

sama mengatasi masalah tertentu.

Transdisipliner (transdisciplinarity) adalah upaya mengembangkan sebuah teori atau

aksioma baru dengan membangun kaitan dan keterhubungan antar berbagai disiplin. 

 Sementara itu, menurut Paisley (1990), Ilmu Informasi merupakan bagian dari sebuah konstelasi

berbagai disiplin dan wilayah penelitian interdisipliner yang punya fokus sama, yaitu komunikasi

manusiawi (human communication). Dia merujuk ke pendapat Fritz Machlup dan Jesse Shera

yang sama-sama menganggap bahwa disiplin informas memperhatikan salah satu aspek dari

sistem komunikasi yang menyeluruh (total communication system). Tulisan Vannevar Bush – As

We May Think, sering dianggap sebagai “the manifesto of information science” walaupun Bush

tidak menggunakan kata informasi, melainkan komunikasi dan pengetahuan.

8

Page 11: PEMBAHASAN.docx nilda

Dalam pandangan Paisley, di dunia barat dan di Amerika Serikat muncul kecenderungan pihak

teknologi dan rekayasa menggunakan istilah ‘informasi’ sementara pihak sosial-budaya

menggunakan istilah ‘komunikasi’. Dalam konteks ini maka informasi lebih sering dikaitkan

dnegan entitas yang tersimpan dan tersalurkan melalui teknologi tertentu, baik dalam bentuk

perpustakaan maupun Internet. Sementara komunikasi merujuk ke proses yang dijalani manusia

untuk memperoleh informasi dan pengetahuan. 

Paisley berpendapat bahwa Ilmu Informasi  selama ini lebih berurusan dengan simpan dan temu

kembali informasi, dan kurang memperhatikan aspek proses komunikasi dan lingkungan sosial-

budaya yang mempengaruhinya.  Sebaliknya Ilmu Komunikasi, khususnya disiplin komunikasi

massa, lebih berurusan dengan kajian terhadap pengaruh media, terutama televisi, dengan lebih

memperhatikan aspek sosial budaya daripada teknologi informasinya. 

Dalam perkembangan selanjutnya, menurut Paisley, ada tiga hal yang semakin lama semakin

mempertegas ciri-ciri Ilmu Informasi sebagai multidisiplin, yaitu:

Informasi semakin diletakkan dalam konteks institusi, terutama perpustakaan, sekolah,

media massa, perencanaan sumberdaya informasi, penyediaan jasa informasi, dan

pengembangan sistem informasi.

Teknologi komunikasi memainkan peranan penting dalam perubahan, tetapi konteks

sosial semakin diperhatikan juga. Perpustakaan digital, misalnya, tetap adalah sebuah

perpustakaan.

Konteks epistemologi semakin dipertegas, karena kenyataan bahwa Ilmu Informasi juga

mengandung beberapa cabang dari analisa sistem, statistika linguistik, cybernetics, dan

antarmuka manusia-mesin, terutama yang dipengaruhi oleh pandangan kognitif dari

bidang psikologi. 

Konteks sosial juga ikut dipertegas, terutama dengan mempelajari aspek sosi0-historis

dan ekonomis dari penerapan teknologi informasi. Paisley mengingatkan bahwa Royal

Society’s Conference of Scientific Information di tahun 1948 sudah bicara tentang bidang

baru informasi bahkan sebelum ada komputer. Tahun 1950an dan 1960an ada upaya

membangun sistem informasi untuk mendukung BigScience, dan baru pada pertengahan

9

Page 12: PEMBAHASAN.docx nilda

upaya itu muncul komputer. Makanya computer science dan information science

berdekatan, sebelum akhirnya juga mengait ke hukum, psikologi, dan sebagainya. Juga

ada kaitan dengan bisnis menjadi kajian khusus seperti business information dan

information industry.

Pendekatan Multi-disiplin

            Dahulu orang mengatakan bahwa biologi tidak mungkin di gabungkan dengan fisika, kini

biofisika dikenal sebagai  ilmu (cabang fisika) yang menerapkan fisika dalam biologi. Dahulu

orang sukar membayangkan hubungan antara geologi dengan fisika, kini  para  geolog  akrab

dengan geofisika sebagai ilmu yang menerapkan fisika dalam geologi. Dahulu orang tidak

pernah membayangkan hubungan antara matematika dan ekonomi, kini para ekonom mengakui

bahwa ekonometri sangat bermanfaat dalam ilmu ekonomi. Bagaimana dengan ekonofisika yang

menerapkan fisika untuk menganalisa data-data ekonomi yang begitu kompleks? Sebagai suatu

cabang fisika baru, tentu  wajar-wajar saja orang, termasuk beberapa fisikawan,  curiga dengan

ilmu ini. Namun seperti pepatah mengatakan “anjing menggonggong kafilah berlalu”,

ekonofisika terus melaju dengan publikasi-publikasi ilmiahnya. Ratusan publikasi ilmiah tentang

ekonofisika telah dipublikasikan dalam berbagai jurnal ilmiah termasuk Physical Review, suatu

jurnal fisika yang sangat bergengsi di dunia.

Apa yang terjadi pada biofisika, geofisika, ekonometri, dan ekonofisika akan terus

berkembang untuk bidang-bidang lain. Pendekatan-pendekatan muldi disiplin dianggap mampu

menyederhanakan persoalan dan memecahkan masalah yang semula dianggap tidak mungkin di

selesaikan.

Pendekatan multi disiplin yang sekarang menjadi trend ini sudah lama berkembang.

Salah satu kelompok  yang terkenal dengan pendekatan multidisiplin ini adalah  Santa Fe

Institute (SFI) yang didirikan pada tahun 1984 di New Mexico, Amerika Serikat. 

SFI didirikan dengan membawa ‘mimpi’ besar para perintisnya untuk menyatukan

berbagai bidang ilmu pengetahuan, termasuk matematika, komputer, fisika, kimia, biologi,

10

Page 13: PEMBAHASAN.docx nilda

neurobiologi, imunologi, ekologi, arkeologi, bahasa, ekonomi, keuangan, politik, sejarah,

komunikasi, teknik manufaktur, bahkan ilmu aerospace. Sebagian besar orang yang baru

pertama kali mendengar ide tentang pendekatan multi disiplin ini langsung membenarkan

penggunaan istilah ‘mimpi’. Bagaimana mungkin semua disiplin ilmu yang begitu berbeda satu

sama lain bisa dilebur menjadi satu? Lagipula, UNTUK APA ilmu-ilmu tersebut harus

digabungkan? Apa manfaatnya? Setiap disiplin ilmu sudah memiliki kerumitan dan

kompleksitasnya masing-masing; bukankah penggabungan ini justru akan menambah kerumitan

tersebut? Ternyata mimpi bisa menjadi kenyataan. Banyak ilmuwan (satu di antaranya adalah

Murray Gell-Mann, fisikawan pemenang Nobel Prize pada tahun 1969) mampu menunjukan

bahwa berbagai  disiplin ilmu yang berbeda itu dapat dikaitkan satu sama lain menjadi suatu

kesatuan. Manfaatnya pun sangat jelas, yaitu didapatkannya jalan keluar yang paling sederhana

dari masalah-masalah yang paling rumit dan kompleks di masing-masing disiplin ilmu. 

Di usianya yang sudah hampir dua dekade, SFI telah banyak mempublikasikan  berbagai

penelitiannya yang menggunakan pendekatan multi disiplin ini. Keberhasilan ini ternyata tetap

dibayang-bayangi oleh keraguan berbagai pihak untuk mengakui bahwa pendekatan multi

disiplin benar-benar dapat diterapkan. Banyak yang menuduh bahwa keberhasilan itu hanya

merupakan kebetulan belaka. Gell-Mann, yang juga merupakan salah satu pendiri SFI, memilih

menggunakan pepatah lama untuk menjawab kritikan ini: ‘A scientist would rather use someone

else’s toothbrush than another scientist’s nomenclature’. Manusia, menurut Gell-Mann, ‘…are

prone to superstition and often engage in denial of the obvious…’

Hal yang paling banyak diperdebatkan adalah menghubungkan ilmu-ilmu eksakta dengan

ilmu-ilmu yang bersifat sosial dan yang melibatkan sifat dan perilaku manusia. Tidak banyak

yang menyangkal bahwa ilmu fisika berhubungan erat dengan matematika dan kimia karena

semuanya sama-sama tergolong dalam ilmu eksakta. Begitu pula halnya dengan penggabungan

ilmu ekonomi dengan politik dan sosial. Serangan-serangan mulai terasa saat dimulainya usaha

menghubungkan fisika dengan ekonomi, misalnya. Fisika adalah ilmu yang murni melibatkan

variabel-variabel eksak, sedangkan ekonomi melibatkan interaksi sosial dan perilaku manusia

yang, menurut sebagian besar orang, tidak dapat diramalkan. Karena sifat eksaknya, ilmu pasti

langsung digolongkan sebagai sesuatu yang lebih sederhana (the simple), sedangkan ilmu-ilmu

non eksakta, dengan segala ketidakpastiannya, dianggap sebagai sesuatu yang lebih kompleks

(the complex). Buku The Quark and The Jaguar: Adventures in The Simple and The Complex

11

Page 14: PEMBAHASAN.docx nilda

yang ditulis oleh Gell-Mann membahas hubungan antara the simple (diwakili oleh quark dari

dunia fisika) dan the complex (diwakili oleh jaguar sebagai salah satu unsur keanekaragaman

alam). Ia mengakui bahwa permasalahan yang melibatkan makhluk hidup, terutama manusia dan

interaksi sosialnya, memang jauh lebih rumit dan kompleks untuk dianalisa. Lebih rumit bukan

berarti tidak mungkin. Kerumitan hanya menggambarkan bahwa proses analisa sistemnya

membutuhkan waktu lebih lama daripada analisa sistem yang sederhana. Suatu complex pattern

tetap memiliki keteraturan (regularities). Alam raya tersusun dari berbagai ketidakberaturan

yang teratur sehingga disebut sebagai universe dan bukan multiverse. Istilah UNI (dari unity) ini

diciptakan oleh manusia. Istilah ini dengan jelas menggambarkan pengakuan manusia akan

adanya suatu kesatuan antara berbagai elemen alam yang saling berinteraksi. Inilah yang

dikatakan Gell-Mann sebagai denial of the obvious.

Menurut penelitian multi disiplin, tindakan-tindakan sosial dan  perilaku manusia dalam

membuat keputusan-keputusan besar (misalnya keputusan untuk membeli saham, membeli

rumah, menikah, bahkan keputusan seorang pemimpin negara untuk memulai perang) maupun

keputusan yang didasari spontanitas (misalnya gerak refleks, memuntahkan makanan yang

dirasakan terlalu pedas, berteriak saat mendapatkan kejutan, tersenyum saat melihat dan

merasakan sesuatu yang indah) merupakan suatu yang dapat diramalkan secara eksak. Penelitian-

penelitian tentang jaringan otak manusia menunjukkan bahwa semua keputusan yang dibuat oleh

manusia sudah direncanakan sebelumnya oleh sel-sel otak. Ini berarti bahwa jauh sebelum

manusia itu memutuskan untuk melakukan suatu gerak refleks seperti berteriak saat

mendapatkan kejutan, sel-sel otak sudah menyusun sistem yang mempersiapkan dan kemudian

mendorong manusia untuk mengambil keputusan untuk berteriak. Jangka waktu antara pertama

kali sel otak mulai bekerja menyusun sistem tersebut dengan titik saat keputusan itu dibuat dapat

dihitung secara eksak.

Dengan menghitung secara eksak  perilaku manusia yang kompleks itu maka suatu saat

kita dapat meramalkan kapan seorang pialang saham  memutuskan untuk menjual semua

asetnya,  kapan seorang akan berubah menjadi teroris dan menyerang suatu negara, dan  kapan

seorang pejabat pemerintahan akan melakukan korupsi. Memang  kemajuan teknologi manusia

saat ini belum sampai pada tahap untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, tetapi

langkah awal untuk menuju ke sana sudah dimulai. Dan SFI sebagai salah satu pionir terus

melaju merombak tradisi, melawan berbagai kritikan dan menunjukkan bahwa pendekatan multi

12

Page 15: PEMBAHASAN.docx nilda

disiplin inilah yang dapat membantu memecahkan banyak  masalah di dunia ini.

KESIMPULAN

Al Qhazali menganalisis pengetahuan berdasarkan 3 buah criteria yaitu sumber, kewajiban-kewajiban, dan fungsi social. Tujuna mempejlajari sesuatu malasah di dalam islam adalah Karena pentingnya bagi masyarakat atau relevensi sosialnya.

Klasipikasi ilmu pengetahuan menurut Dr.C.A Van Pourson, pembagian ilmuy adalah saebagai berikut : Ilmu pengetahuan kemanusiaan, pengetahuan alam, pengetahuan hayat dan ilmu pengetahuan logic deduktif. Paling umu adalah pengetahuan yaitu ilmu agama, kebudayaan, dan social

Beberapa disiplin juga memperlihatkan focus kepada upaya mengatasi masalah-masalah

spesipik melalui kerja sama berbagai ilmu misalnya : Kedokteran hewan menggabungkan

pengetahuan yang didapat dari ilmu tentang genetic, pasologi, dan ilmu-ilmu dasar.

Menurut penelitian mutidisiplin, tindakan-tindakan sosial dan perilaku manusia

dalam membuat keputusan-keputusan besar merupakan suatu yang dapat diramalkan secara

eksak

13

Page 16: PEMBAHASAN.docx nilda

DAFTAR PUSTAKA

http://mysuahanastories.wordprees .com/2010/05/21/islam-dan pengetahuan-ilmiah

http://wwwyohanessurya.com/aktivitas php=30 1& id=57

http://iperpin.wordpress.com/interdisiplin/

ii