pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler kesenian musik
TRANSCRIPT
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 7, Nomor 2, Nopember 2017
1 Ahmad Syarif, Wahyu, Sarbaini, Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian Musik Panting dalam Meningkatkan Karakter Cinta Tanah Air Siswa
di Sma Negeri 6 Banjarmasin
PELAKSANAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER
KESENIAN MUSIK PANTING DALAM MENINGKATKAN KARAKTER
CINTA TANAH AIR SISWA DI SMA NEGERI 6 BANJARMASIN
Ahmad Syarif, Wahyu, dan Sarbaini
Program Studi PPKn FKIP ULM Banjarmasin
email: [email protected]
ABSTRAK
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Teknik penentuan
sumber data dilakukan secara Snowball Sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini mengikuti konsep Miles dan Huberman yaitu data reduction, data display, dan
conclusion drawing/verification. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Ekstrakurikuler kesenian
musik Panting berisi kegiatan memainkan alat-alat musik tradisional dari Banjarmasin, menyanyikan
lagu-lagu tradisional Banjar, pengetahuan yang dapat meningkatkan karakter cinta tanah air terhadap
kesenian musik Banjar serta penghargaan terhadap nenek moyang yang telah membuat kesenian
Banjar. Ekstrakurikuler ini mengembangkan minat dan bakat siswa dalam bidang musik tradisional
serta membentuk generasi muda yang memiliki motivasi tinggi dalam mencintai dan melestarikan
kesenian musik lokal Kalimantan Selatan khususnya kesenian musik Panting. Ekstrakurikuler
memiliki nilai-nilai disiplin, kekeluargaan, bersahabat, peduli sosial, kerjasama, kerjakeras, mandiri,
tanggung jawab, rasa ingin tahu, kreatif, nasionalisme atau mencintai kebudayaan Banjar serta
melibatkan seluruh siswa-siswi yang sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki. Ekstrakurikuler ini
dilakukan dengan dilaksanakan secara rutin, kosisten (pembiasaan) dan penugasan. Interaksi sosial
ekstrakurikuler kesenian musik Panting yang terjalin antara anggota dengan anggota, anggota
dengan pelatih dan anggota dengan lingukungan SMA Negeri 6 Banjarmasin dinilai baik, terbukti
bahwa komunikasi dalam latihan selalu terjalin dengan baik. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat
disarankan agar pihak guru, sekolah, dan orang tua meningkatkan peran dan dukungan yang positif
terhadap anak, misalnya melengkapi fasilitas fisik dan kelengkapan penunjang kegiatan
ekstrakurikuler kesenian musik Panting sehingga upaya menumbuhkan karakter cinta tanah air dapat
tercapai secara maksimal.
Kata kunci: pendidikan, sekolah, ekstrakurikuler, musik panting, karakter, cinta tanah air
A. Pendahuluan
Negara Indonesia dikenal sangat
kaya dengan berbagai jenis kesenian
tradisional. Kesenian tradisional di
Indonesia, hidup dan tersebar hampir di
seluruh wilayah Indonesia. Hampir setiap
daerah memiliki kesenian tradisional
sebagai ciri khas dari daerah tersebut.
Kehadirannya sebagai sarana hiburan dan
sebagai sarana menikmati keindahan,
kesenian tradisional ini diwariskan secara
turun temurun dari nenek moyang
sebelumnya.
Berdasarkan realita di era
globalisasi saat ini harus diakui bahwa
kesenian tradisional mulai terkikis dengan
hadirnya berbagai macam kesenian
modern dan kurang diminati oleh para
generasi muda tidak terkecuali para
mahasiswa yang dalam kesehariannya
senantiasa memposisikan dirinya sebagai
agen of change. Oleh karenanya tidak
mengherankan apabila disetiap perilaku
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 7, Nomor 2, Nopember 2017
2 Ahmad Syarif, Wahyu, Sarbaini, Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian Musik Panting dalam Meningkatkan Karakter Cinta Tanah Air Siswa
di Sma Negeri 6 Banjarmasin
mahasiswa sebagai generasi muda
senantiasa dibingkai oleh nilai-nilai
karakter yang tidak bertentangan dengan
kearifan lokal setempat (Suroto Suroto,
2016). Dengan adanya globalisasi,
masyarakat dapat dengan mudah
mengetahui dan mempelajari budaya
negara lain yang berbeda dengan negara
kita. Terkadang pengetahuan yang kita
miliki tentang budaya luar justru membuat
kita lebih menyukainya, dari pada budaya
daerahnya sendiri terutama para generasi
muda. Mereka lebih menyukai dengan
budaya luar yang masuk ke negara kita.
Mereka menganggap orang yang
mempelajari kesenian tradisional adalah
orang yang tidak mengikuti perkembangan
zaman, padahal kesenian tradisional ini
merupakan salah satu identitas budaya
Negara Indonesia.
Generasi muda sebagai penerus
bangsa ini di mana apabila mereka tidak
mau melestarikan budaya bangsa, maka
kesenian tradisional ini akan punah dan
bangsa Indonesia akan kehilangan jati
dirinya. Kesenian nasional akan punah,
jika kita tidak membentenginya dari
pengaruh kesenian mancanegara
khususnya kesenian modern barat.
Menurut Amang Rahman (Pidarta,
2007: 174) mengemukakan ‘kesenian kita
tidak boleh hanya menjadi objek kesenian
global untuk diperlakukan ini dan itu,
melainkan juga harus bisa menjadi
subjek’. Menjadi subjek yang dimaksud di
atas ialah menjadi kesenian yang unggul
di manca negara, Indonesia harus
memberikan karya yang besar untuk
kesenian dunia sehingga menjadi
kebanggaan negara tersendiri dan
menjaga pelestarian kesenian nasional
agar tidak punah.
Menurut M. Mastuhu (Ma’mur
Asmani, 2011:5) ‘globalisasi memberi
peluang dan fasilitas yang luar biasa bagi
siapa saja yang mau dan mampu
memanfaatkannya, baik untuk
kepentingan sendiri maupun kepentingan
manusia seutuhnya’. Dalam hal ini,
globalisasi menyediakan seluruh fasilitas
yang dibutuhkan oleh manusia, baik itu
negatif maupun positif. Semua itu kembali
lagi kepada mental masyarakat itu sendiri
dalam menerima dan menolak globalisasi
tersebut, apakah masyarakat itu siap dan
mampu menjadi pemenang dalam
kompetisi ini, karena sejatinya globalisasi
adalah suatu kompetisi yang mencari
seorang pemenang terbaik dari segi
pengetahuan, teknologi, pelayanan, dan
lain sebagainya, juga mampu menjadikan
bangsanya sebagai bangsa produsen
yang dapat berbicara banyak dalam hal
konteks dunia.
Globalisasi sudah tentu memberikan
dampak bagi yang mengikutinya, baik itu
dampak positif maupun dampak negatif.
Dampak positif dari globalisasi
diantaranya adalah kompetisi, integrasi,
dan kerjasama baik itu di bidang
pengetahuan, teknologi, jaringan, kualitas
produk, pelayanan dan akuntabilitas.
Dampak negatif dari globalisasi ialah
terjadinya dekadensi moral, masyarakat
yang konsumerisme, lahirnya generasi
instan, masyarakat yang lebih menyukai
produk luar negeri, lebih mengenal budaya
Negara lain dibandingkan dengan
budayanya sendiri, dan lain sebagainya.
Supriatna (2012: 37)
mengemukakan bahwa “budaya global ini
berjalan secara perlahan, namun pasti,
untuk memaksa budaya lokal menyerah
atau menjadi pecundang (the losser).
Situasi ini akan mengakibatkan budaya
lokal mengalami kekosongan identitas dan
nilai-moral sehingga budaya dan kearifan
lokal akan ditinggalkan; dan hal ini dapat
terlihat dari semakin tingginya nilai-nilai
individualisme, liberalisme, dan
hedonisme yang sebenarnya juga
merupakan pengaruh dari modernisme”.
Hidayat (2015 : 1) mengemukakan
bahwa budaya lokal adalah “suatu budaya
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 7, Nomor 2, Nopember 2017
3 Ahmad Syarif, Wahyu, Sarbaini, Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian Musik Panting dalam Meningkatkan Karakter Cinta Tanah Air Siswa
di Sma Negeri 6 Banjarmasin
yang perkembangannya di daerah-daerah
dan merupakan milik suku bangsa
Nusantara”. Sedangkan menurut Ajawaila
(2012:1) budaya lokal adalah “budaya asli
dari suatu kelompok masyarakat tertentu
yang juga menjadi ciri khas budaya
sebuah kelompok masyarakat lokal”.
Badan Pusat Penelitian dan
Pengembangan Kementrian Pendidikan
Nasional Republik Indonesia (Yuliani,
2013: 3) mengemukakan bahwa:
Harus adanya penanaman dan pembentukan karakter cinta tanah air dari mulai usia dini. Pembentukan karakter tersebut berada di lingkungan sosial dan budaya baik di lingkungan keluarga maupun di masyarakat. Alternatif lain yang banyak dikemukakan untuk mengatasi, paling tidak mengurangi, permasalahan diatas adalah melalui pendidikan. Menurut Untari (2014: 5) Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) merupakan
“salah satu bidang yang mengemban misi
nasional yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa yang dijadikan sebagai wahana
pengembangan karakter bangsa yang
sangat strategis dalam proses kegiatan
intrakurikuler. Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) menjalankan
misinya melalui 3 kegiatan kurikuler yang
terjadi di sekolah maupun di luar sekolah,
kegiatan kurikuler tersebut ialah
intrakurikuler, kokurikuler, dan
ekstrakurikuler”.
Sekolah merupakan tempat yang
tepat dalam mengembangkan pendidikan
karakter, salah satunya ialah karakter
cinta tanah air. Karakter cinta tanah air ini
dapat dibentuk melalui proses
pembelajaran, baik yang berlangsung di
dalam maupun di luar kelas pada setiap
mata pelajaran. Secara formal, Pendidikan
Karakter tertuang di dalam mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), yang
mana mata pelajaran tersebut mengusung
mengenai wawasan kebangsaan atau
karakter cinta tanah air. Selain itu,
karakter cinta tanah air juga dapat
dibentuk melalui kegiatan kokurikuler dan
kegiatan ekstrakurikuler. Sebagaimana
yang dikemukakan oleh Siti (2013: 4)
‘posisi model Pendidikan Karakter
berbasis etnopedagogik tradisi lisan sunda
untuk membangun kearifan lokal secara
“bottom up” memperkuat pengembangan
karakter bangsa secara “top down” yang
merupakan core value keilmuan
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan
bukan semata menjadi ciri mata pelajaran
muatan lokal melainkan ciri mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan’.
Berdasarkan uraian di atas, yang
menjadi masalah pokok dalam penelitian
ini adalah cinta tanah air yang rendah dari
siswa-siswi yang mengikuti ekstrakulikuler
kesenian musik Panting di SMAN 6
Banjarmasin.
B. Kajian Pustaka
1. Kebudayaan Tradisional
Menurut Mertadinata (2011: 1)
kebudayaan tradisional adalah
“kebudayaan yg dibentuk dari
kebudayaan beraneka ragam suku-
suku di Indonesia merupakan bagian
integral daripada kebudayaan
Indonesia nantinya secara
keseluruhan”.
Kebudayaan tradisional berasal
dari kata budaya dan tradisi. Menurut
Maryaeni (Azhari,2009: 7)
menjelaskan bahwa ‘kebudayaan
pada dasarnya merupakan segala
macam bentuk gejala kemanusiaan,
baik yang mengacu pada sikap,
konsepsi, ideologi, perilaku,
kebiasaan, karya kreatif dan
sebagainya. Dalam tradisi, kebiasaan
yang diwariskan mencakup berbagai
nilai budaya, meliputi adat istiadat,
sistem kemasyarakatan, sistem
pengetahuan, bahasa, kesenian, dan
system kepercayaan’.
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 7, Nomor 2, Nopember 2017
4 Ahmad Syarif, Wahyu, Sarbaini, Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian Musik Panting dalam Meningkatkan Karakter Cinta Tanah Air Siswa
di Sma Negeri 6 Banjarmasin
2. Musik Tradisional
Secara konkret, kebudayaan
tradisional dapat mengacu pada “adat
istiadat, bentuk-bentuk tradisi lisan,
karya seni, bahasa, pola interaksi,
dan sebagainya. Salah satu bentuk
kebudayaan tradisional adalah seni,
dalam hal ini seni tradisional. Seni
adalah kesanggupan menciptakan
sesuatu yang bernilai tinggi, sesuatu
karya yang diciptakan dengan
kecakapan luar biasa” (Alwi.2002: 76).
Purba (2007: 2) menambahkan
bahwa ‘musik tradisional tidak berarti
bahwa suatu musik dan berbagai
unsur-unsur di dalamnya bersifat
kolot, kuno, atau ketinggalan zaman.
Namun, musik tradisional adalah
musik yang bersifat khas dan
mencerminkan kebudayaan suatu
etnis atau masyarakat. Musik
tradisional, baik itu kumpulan
komposisi, struktur, idiom dan
instrumentasinya, serta gaya maupun
elemen-elemen dasar komposisinya,
seperti ritme, melodi, modus atau
tangga nada, tidak diambil dari
repertoire atau sistem musikal yang
berasal dari luar kebudayaan suatu
masyarakat pemilik musik yang
dimaksud. Musik tradisional berakar
pada tradisi masyarakat tertentu. Oleh
karena itu, keberlangsungannya
dalam konteks masa kini merupakan
upaya pewarisan secara turun
temurun masyarakat sebelumnya bagi
masyarakat selanjutnya.
3. Nilai
Djahiri dalam Sanjaya (2006:
274) mendefinisikan ‘nilai adalah
keyakinan, kepercayaan, norma, dan
kepatuhan-kepatuhan yang dianut
oleh seseorang ataupun kelompok
masyarakat tentang sesuatu
mengemukakan bahwa nilai adalah
suatu konsep yang berada dalam
pikiran manusia yang sifatnya
tersembunyi, tidak berada di dalam
dunia yang empiris. Nilai pada
dasarnya merupakan standar perilaku
atau ukuran kriteria seseorang untuk
menentukan tentang baik dan tidak
baik, indah dan tidak indah, layak dan
tidak layak, dan sebagainya’.
4. Karakter
Menurut Suwito (2008: 27)
“karakter mengacu pada serangkaian
sikap, perilaku, motivasi, dan
keterampilan”. Karakter meliputi sikap
seperti keinginan untuk melakukan hal
yang terbaik, kapasitas intelektual
seperti berpikir kritis dan alasan
moral, perilaku seperti
tanggungjawab, mempertahankan
prinsip moral dalam situasi penuh
ketidakadilan, kecakapan
interpersonal, dan emosional yang
memungkinkan seseorang
berinteraksi secara efektif dalam
berbagai keadaan, dan komitmen
untuk berkontribusi dengan komunitas
dan masyarakatanya. Karakteristik
adalah realisasi perkembangan positif
sebagai individu. Individu berkarakter
yang baik adalah seseorang yang
berusaha melakukan hal yang terbaik.
5. Karakter Cinta Tanah Air
Menurut Mahbubi (2012: 48)
“cinta tanah air adalah cara berfikir,
bersikap dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian,
dan penghargaan yang tinggi
terhadap bahasa, lingkungan fisik,
sosial, kultur, ekonomi dan politik
bangsanya”.
“Cinta tanah air adalah berfikir,
bersikap, dan berbuat yang
menunjukan kesetiaan, kepedulian,
dan penghargaan yang tinggi
terhadap bangsa dan negara”
(Karnadi, 2007: 12).
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 7, Nomor 2, Nopember 2017
5 Ahmad Syarif, Wahyu, Sarbaini, Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian Musik Panting dalam Meningkatkan Karakter Cinta Tanah Air Siswa
di Sma Negeri 6 Banjarmasin
6. Motivasi
Definisi motivasi menurut
Sardiman (2009:73) motif dapat
dikatakan sebagai “daya penggerak
dari dalam dan di dalam subjek untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu
demi mencapai suatu tujuan. Motif
dapat diartikan suatu kondisi intern
(kesiapsiagaan). Motivasi yang
berawal dari kata motif dapat diartikan
menjadi daya penggerak yang telah
menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada
saat-saat tertentu, terutama bila
kebutuhan untuk mencapai tujuan
menjadi sangat dirasakan/mendesak”.
7. Perkembangan Musik Panting
Menurut Ramadhani (2014 : 27)
“banyak pendapat yang berkembang
di masyarakat tentang daerah asal
kesenian Musik Panting, salah
satunya pendapat yang menyatakan
bahwa Musik Panting berasal dari
daerah Kabupaten Tapin, Kalimantan
Selatan. Panting merupakan alat
musik yang dipetik yang berbentuk
seperti gambus Arab tetapi ukurannya
lebih kecil. Pada waktu dulu musik
Panting hanya dimainkan secara
perorangan atau secara solo. Karena
semakin majunya perkembangan
zaman Musik Panting mulai
dimainkan dengan beberapa alat
musik lainnya, seperti babun, gong,
dan biola. Seni musik ini disebut
sebagai Musik Panting karena
didominasi oleh alat musik Panting”
Di masa awal dan tahap
perkembangannya, instrumen Panting
hanya memiliki tiga buah tali atau
senar, dimana masing-masing senar
mempunyai fungsi tersendiri. Senar
pertama disebut pangalik yaitu tali
yang dibunyikan untuk penyisip
nyanyian atau melodi. Senar kedua
disebut panggundah atau pangguda
yang digunakan sebagai penyusun
lagu atau paningkah. Sedang senar
ketiga disebut agur yang berfungsi
sebagai bass. Senar instrumen
Panting pada masa lalu dibuat dari
haduk hanau (ijuk), serat nenas, serat
kulit kayu bikat, benang mesin, atau
benang sinali. Pada
perkembangannya, karena lebih
mudah didapatkan dan bunyinya yang
jauh lebih merdu, maka digunakan lah
benang nilon sebagai senarnya. Ada
pula yang menggunakan tali kawat
dengan empat bentangan pada badan
instrumen Panting (Ramadhani. 2014
: 28).
Kemunduran Musik Panting
terjadi pada zaman penjajahan
Jepang. Pada periode tersebut Musik
Panting jarang sekali dipergelarkan,
karena setiap orang harus berjuang
keras untuk mempertahankan hidup,
bahkan hingga puluhan tahun setelah
Jepang meninggalkan Indonesia.
Tahun 1984 merupakan tahun yang
sangat menentukan bagi keberadaan
kesenian Musik Panting. Pada saat itu
para seniman bekerja sama dengan
Direktorat Permuseuman Kalimantan
Selatan melakukan penelitian
terhadap kesenian ini di daerah
Kabupaten Tapin. Dari hasil penelitian
tersebut, dinyatakan bahwa kesenian
Musik Panting masih layak untuk
diangkat kembali ke permukaan.
Segala sesuatupun dipersiapkan.
Lagu-lagunya direnovasi dan diganti
dengan lagu-lagu Banjar yang sudah
diaransemen ulang sedemikian rupa.
Setelah dibenahi secukupnya dengan
tidak meninggalkan ciri khas sebagai
seni musik tradisional, kesenian Musik
Panting diikutsertakan Festival Musik
Daerah Se-Indonesia tahun 1984.
Hasilnya Musik Panting berhasil
menduduki peringkat 10 besar musik-
musik Nusantara. Sejak saat itu
pembinaan terus ditingkatkan, hingga
pada akhirnya lahirlah grup-grup
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 7, Nomor 2, Nopember 2017
6 Ahmad Syarif, Wahyu, Sarbaini, Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian Musik Panting dalam Meningkatkan Karakter Cinta Tanah Air Siswa
di Sma Negeri 6 Banjarmasin
Musik Panting di seluruh penjuru
Kalimantan Selatan seperti sekarang
ini (Ramadhani, 2014:28-29).
8. Instrumen Musik Panting
Menurut Wikipedia (2015: 1)
alat-alat instrumen tambahan musik
panting yang pada dewasa ini sering
dikombinasikan dengan alat musik
lainnya terdiri dari :
a. Panting, alat musik yang berbentuk
seperti gabus Arab tetapi lebih
kecil dan memiliki senar. Panting
dimainkan dengan cara dipetik.
b. Babun, alat musik yang terbuat dari
kayu berbentuk bulat, ditengahnya
terdapat lubang, dan di sisi kanan
dan kirinya dilapisi dengan kulit
yang berasal dari kulit kambing.
Babun dimainkan dengan cara
dipukul.
c. Gong, biasanya terbuat dari
aluminium berbentuk bulat dan
ditengahnya terdapat benjolan
berbentuk bulat. Gong dimainkan
dengan cara dipukul.
d. Biola, sejenis alat musik yang cara
memainkannya dengan digesek.
e. Suling bambu, dimainkan dengan
cara ditiup
f. Ketipak, bentuknya mirip tarbang
tetapi ukurannya lebih kecil, dan
kedua sisinya dilapisi dengan kulit.
g. Tamburin, alat musik pukul yang
terbuat dari logam tipis dan
biasanya masyarakat Banjar
menyebut tamburin dengan nama
guguncai.
9. Kesenian Musik Panting sebagai
Sistem Nilai Budaya
Sudira (2010: 38-39)
mengatakan bahwa ‘kesenian musik
Panting, termasuk dalam kategori
kesenian rakyat atau Folk Art. Seni ini
ditentukan oleh norma-norma yang
telah dibuat dan disepakati
masyarakat. Seni adalah cerminan
masyarakat yang terdiri dari jiwa
masyarakat, keinginan masyarakat,
realitas masyarakat dan nilai
masyarakat’. Seni dalam lingkup
masyarakat lebih menekankan fungsi,
penuh simbol dan makna’. Meski tak
lepas dari pemahaman sederhana
bahwa seni merupakan usaha untuk
menciptakan bentuk-bentuk yang
menyenangkan’.
10. Tujuan Ekstrakurikuler Kesenian
Musik Panting
Kegiatan ekstrakurikuler adalah
salah satu kegiatan yang bertujuan
untuk memfasilitasi siswa dalam
mengembangkan potensi dirinya
sesuai dengan minat dan bakat
masing-masing. Dalam skala yang
lebih luas, kegiatan ekstrakurikuler ini
mempunyai peranan penting dalam
mengembangkan watak dan
kepribadian siswa.
Tujuan dan sasaran yang
hendak dicapai pada kegiatan
ekstrakurikuler musik di SMA 6
Banjarmasin antara lain:
a. menambah pengetahuan siswa
mengenai teori musik serta praktek
memainkan musik tradisional
Panting.
b. mengembambangkan kemampuan
siswa dalam menyanyikan lagu
tradisional Banjar.
c. membentuk siswa menjadi siswa
yang kreatif dan terampil dalam
bermain musik tradisional Panting
serta melestarikan kesenian
Kalimantan Selatan.
11. Kaitan Antara Pendidikan
Kewarganegaraan Dengan
Peningkatan Rasa Cinta Tanah Air
Melalui Kegiatan Ekstrkurikuler
Kesenian Musik Panting
Menurut Musiyam (2013 : 8)
“Pendidikan Kewarganegaraan di
Indonesia seperti yang berkembang
di negara lain memiliki
multidimensional, artinya bahwa
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 7, Nomor 2, Nopember 2017
7 Ahmad Syarif, Wahyu, Sarbaini, Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian Musik Panting dalam Meningkatkan Karakter Cinta Tanah Air Siswa
di Sma Negeri 6 Banjarmasin
program PKn bukan hanya untuk
satu tujuan”. Winataputra (2001: 52)
mengemukakan bahwa “ada tiga
dimensi PKn, yakni PKn sebagai
program kurikuler, PKn sebagai
program akademik, dan PKn
sebagai program sosial kultural”.
Dalam pelaksanaan program, ketiga
dimensi ini dapat saja terjadi
secara simultan atau secara
bersamaan, khususnya dalam
mencapai tujuan umum, yakni
membentuk warga negara yang
cerdas dan baik. Khusus untuk
Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI), tujuan PKn dapat dilihat
dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional
pada bagian Penjelasan Pasal 37
ayat (1) bahwa “Pendidikan
kewarganegaraan dimaksudkan untuk
membentuk peserta didik menjadi
manusia yang memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air”.
Karakter cinta tanah air
merupakan dimensi dari PKn sebagai
program sosial kultural yang dapat
diterapkan dalam kegiatan
ekstrakurikuler dalam setiap sekolah
di Indonesia. Ekstrakurikuler yang
mencerminkan sosial kultural meliputi
ekstrakurikuler menari tradisional,
paduan suara tradisional, kesenian
musik tradisional dan masih banyak
lagi.
Dalam dimensi Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) yaitu
program kurikuler, PKn sebagai
program akademik, dan PKn
sebagai program sosial kultural di
lembaga pendidikan Indonesia sudah
terkonsep dengan jelas untuk dapat
mewujudkan cita-cita pada Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional.
Input dari visi dan misi PKn akan
berintegrasi kepada Output yang
memiliki aspek-aspek kompetensi
Pendidikan Kewargangaraan meliputi
pengetahuan kewarganegaraan (Civic
Knowledge), keterampilan
kewarganegaraan (Civic Skill), dan
watak atau karakter kewarganegaraan
(Civic disposition).
Penerapan yang nyata dapat
dilihat pada ekstrakurikuler yang ada
di SMA Negeri 6 Banjarmasin,
khususnya ekstrakurikuler musik
Panting. Ekstrakurikuler tersebut
merupakan usaha sadar dari sekolah
dalam melestarikan kesenian asli dari
masyarakat Kalimantan Selatan agar
tetap eksis keberadaannya di tengah
perkembangan musik modern sudah
banyak diminati oleh siswa-siswi.
Dalam kegiatan inilah berkembang
dan mengalir proses penanaman
kompetensi PKn yang dilakukan oleh
ekstrakurikuler kesenian musik
Panting dalam mewujudkan karakter
cinta tanah air.
C. Metode Penelitian
1. Alasan Menggunakan Metode
Kualitatif
Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif karena dalam
penelitian ini mendeskripsikan
pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler
kesenian musik Panting dalam
meningkatkan karakter cinta tanah air
siswa di SMA Negeri 6 Banjarmasin.
Permasalahan ini belum jelas dan
perlu memahami situasi sosial yang
ada secara mendalam sehingga
permasalahan tersebut dapat
dijelaskan. Dengan menggunkan
metode kualitatif, maka data yang
diperoleh akan lebih lengkap, lebih
mendalam dan kredibilitas, serta
mudah dipahami.
Nasution (Sugiyono, 2010:1)
berpendapat bahwa “pada dasarnya
penelitian kualitatif lebih mudah
diterapkan untuk penelitian yang
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 7, Nomor 2, Nopember 2017
8 Ahmad Syarif, Wahyu, Sarbaini, Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian Musik Panting dalam Meningkatkan Karakter Cinta Tanah Air Siswa
di Sma Negeri 6 Banjarmasin
mengamati orang dalam
lingkungannya dimana peneliti
sebagai instrumen kunci, yang teknik
pengumpulan datanya dilakukan
secara triangulasi, analisis data
bersifat induktif dan hasil dalam
penelitian kualitatif lebih menekankan
pada generalisasi”. Dalam hal ini
peneliti ingin melakukan penelitian
dengan judul Pelaksanaan Kegiatan
Ekstrakurikuler Kesenian Musik
Panting dalam Meningkatkan Karakter
Cinta Tanah Air Siswa di SMA Negeri
6 Banjarmasin, dengan menggunakan
metode kualitatif agar data yang
diperoleh pada saat melakukan
penelitian akan lebih lengkap, jelas,
lebih mendalam dan bermakna
sehingga tujuan penelitian ini dapat
tercapai.
2. Tempat Penelitian
Alasan peneliti memilih tempat
penelitian di sekolah tersebut karena
SMAN 6 Banjarmasin ini memiliki
salah satu misi yaitu meningkatkan
penghayatan dan pengamalan
terhadap ajaran agama yang dianut
dan nilai-nilai budaya karakter bangsa
sehingga menjadi sumber kearifan
dalam berpikir dan bertindak.
Sehingga peneliti ingin mengetahui
lebih dalam tentang pelaksanaan
kegiatan ekstrakurikuler kesenian
musik Panting dalam meningkatkan
karakter cinta tanah air siswa di SMA
Negeri 6 Banjarmasin.
3. Sumber Data
Data dan informasi yang
didapatkan dalam penelitian ini
peneliti melakukan secara mendalam,
serta melakukan observasi dengan
aktivitas pada kegiatan ekstrakurikuler
kesenian musik Panting di SMA
Negeri 6 Banjarmasin
4. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam pelaksanaan
penelitian adalah peneliti sendiri.
Peneliti kualitatif sebagai human
instrument. Peneliti merupakan orang
yang membuka kunci, menelaah dan
mengeksplorasi seluruh ruangan
secara cermat, tertib dan leluasa
(Wahyu, 2012: 274). Selain diri
sendiri, alat bantu yang digunakan
dalam penelitian adalah pedoman
wawancara, catatan kecil, alat tulis
untuk mencatat hasil wawancara,
kamera digunakan untuk
mendokumentasikan berbagai data
dan hasil observasi dan wawancara
sebagai bukti peneliti memang
melakukan penelitian ditempat yang
sebenarnya tanpa ada manipulasi dan
tape recorder digunakan untuk
merekam hasil wawancara.
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi adalah melakukan
pengamatan secara langsung ke
lapangan terhadap kegiatan yang
sedang berjalan. Peneliti
melakukan observasi ke lapangan
untuk memperoleh data yang
diperlukan, yakni terjun langsung
mengikuti ekstrakurikuler kesenian
musik Panting di SMA Negeri 6
Banjarmasin.
b. Wawancara
Wawancara adalah sebuah
proses pengumpulan data dengan
cara melalui tanya jawab antara
pihak penanya (peneliti) dan pihak
menjawab (informan). Wawancara
dalam penelitian ini dilakukan
kepada Kepala SMAN 6
Banjarmasin, Pembina
Kemahasiswaan SMAN 6
Banjarmasin, Guru Pembina SMAN
6 Banjarmasin dan siswa-siswa
yang mengikuti ekstrakurikuler
kesenian musik Panting di SMA
Negeri 6 Banjarmasin.
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 7, Nomor 2, Nopember 2017
9 Ahmad Syarif, Wahyu, Sarbaini, Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian Musik Panting dalam Meningkatkan Karakter Cinta Tanah Air Siswa
di Sma Negeri 6 Banjarmasin
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik
agar peneliti dapat memperoleh
informasi bukan dari informan,
tetapi memperoleh informasi dari
sumber tertulis atau dokumen-
dokumen yang ada pada informan,
foto-foto tentang kegiatan
ekstrakurikuler kesenian musik
Panting di SMA Negeri 6
Banjarmasin. Peneliti mencatat
serta mengumpulkan data tertulis
yang dimiliki oleh SMA Negeri 6
Banjarmasin.
d. Kepustakaan
Kepustakaan yaitu teknik
pengumpulan data dengan
mempelajari dan menganalisa
suatu sumber pustaka baik berupa
buku, artikel, maupun penelitian
sebelumnya yang berkaitan
dengan pelaksanaan
ekstrakurikuler kesenian musik
Panting dalam meningkatkan
karakter cinta tanah air siswa di
SMA Negeri 6 Banjarmasin.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah
mendeskripsikan secara kualitatif.
Menurut Miles dan Huberman
(Wahyu.2012 : 374) aktivitas dalam
analisis data, yaitu “data reduction,
data display, and conclusion
drawing/verification.”
7. Pengujian Keabsahan Data
Pengujian kredibilitas data
dalam penelitian menurut Wahyu
(2012) dilakukan dengan cara :
a. Perpanjangan Pengamatan
Menurut Stainback (Faqih,
2015: 35) ‘perpanjangan
pengamatan dilakukan agar dapat
meningkatkan kepercayaan atau
kredibilitas data dan perpanjangan
pengamatan berarti peneliti
kembali ke lapangan melakukan
pengamatan wawancara lagi
dengan sumber data yang pernah
ditemui maupun yang baru.
Dengan perpanjangan pengamatan
berarti hubungan peneliti dengan
narasumber akan semakin
terbentuk rapport, semakin akrab
(tidak ada jarak lagi), semakin
terbuka, saling mempercayai
sehingga tidak ada informasi yang
disembunyikan lagi. Bila telah
terbentuk rapport, maka telah
menjadi kewajaran dalam
penelitian, kehadiran peneliti tidak
lagi mengganggu perilaku yang
dipelajari’.
b. Meningkatkan ketekunan
Meningkatkan ketekunan
yaitu melakukan pengamatan
secara lebih cermat dan
berkesinambungan. Misalnya untuk
mencari data mengenai
pelaksanaan ekstrakurikuler
kesenian musik Panting dalam
meningkatkan karakter cinta tanah
air siswa di SMA Negeri 6
Banjarmasin. Perlunya untuk
meningkatkan ketekunan ini agar
peneliti mudah untuk melakukan
pengecekan kembali tentang data
ditemukan itu benar atau tidak.
Salah satu upaya untuk
meningkatkan ketekunan di sini
adalah dengan banyak membaca
referensi buku maupun hasil-hasil
penelitian ataupun dokumen-
dokumen resmi yang tentu
berkaitan dengan penelitian yang
dilakukan peneliti.
8. Triangulasi
Triangulasi di sini adalah
pengecakan data dari berbagai
sumber dengan berbagai cara dan
berbagai waktu. Triangulasi terbagi
menjadi tiga yaitu:
a. Triangulasi sumber untuk menguji
kredibilitas data dengan cara
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 7, Nomor 2, Nopember 2017
10 Ahmad Syarif, Wahyu, Sarbaini, Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian Musik Panting dalam Meningkatkan Karakter Cinta Tanah Air Siswa
di Sma Negeri 6 Banjarmasin
mengecek kembali data yang
diperoleh pada sumber berbeda,
yang dalam hal ini informasinya
yaitu siswa yang mengikuti
ekstrakurikuler kesenian musik
Panting di SMA Negeri 6
Banjarmasin.
b. Triangulasi teknik adalah cara
mengecek data yang sama dengan
teknik berbeda. Misalnya mengenai
data peserta yang ikut dalam
kegiatan ekstrakurikuler kesenian
musik Panting di SMA Negeri 6
Banjarmasin diperoleh melalui
proses wawancara. Kemudian di
cek dengan observasi atau
dokumentasi mengenai siswa-siswi
yang mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler kesenian musik
Panting tersebut untuk memastikan
data yang di dapat tersebut benar.
c. Triangulasi waktu adalah cara
mengecek data yang sama dengan
orang yang sama namun dengan
waktu atau situasi yang berbeda.
D. Hasil Penelitian
1. Hasil Penelitian
a. Gambaran Motivasi Siswa Dalam
Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian
Musik Panting di SMA Negeri 6
Banjarmasin
Motivasi siswa terdiri dari dua
macam, yaitu motivasi internal dan
motivasi eksternal. Motivasi internal
adalah siswa berlatih dengan
sungguh-sungguh agar dapat
bermanfaat bagi diri sendiri dan
untuk orang lain serta ingin
memperdalam wawasan tentang
kebudayaan Banjar, sedangkan
motivasi eksternal meliputi selalu
bertanya dengan teman-teman dan
pelatih dalam cara memainkan alat-
alat musik Panting maupun cara
bernyanyi lagu Banjar dengan
benar, dukungan orang tua dalam
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
kesenian musik Panting adalah
berupa memberikan izin,
semangat, dan mendoakan dalam
mengikuti kegiatan tersebut dan
adanya motivasi dari siswa lain
dengan cara mengajak latihan
bersama-sama dan memberikan
motivasi sesama anggota agar
latihan menjadi semangat.
b. Nilai-Nilai Karakter Dalam Kegiatan
Ekstrakurikuler Kesenian Musik
Panting Dengan Meningkatkan
Karakter Cinta Tanah Air Siswa Di
SMA Negeri 6 Banjarmasin
Proses terbentuknya nilai-
nilai dalam kegiatan ekstrakurikuler
kesenian musik Panting melalui
latihan seperti pada saat latihan
harus datang sebelum latihan di
mulai ini menunjukkan
terbentuknya nilai disiplin, pada
saat latihan siswa-siswi saling
mengajarkan antara siswa yang
sudah senior dan berpengalaman
dalam memainkan alat-alat musik
dan bernyanyi lagu-lagu Banjar
mengajarkan adik kelas yang baru
masuk sebagai anggota baru ini
merupakan terbentuknya nilai
kerjasama, siswa-siswi yang belum
bisa atau kesulitan dalam belajar
memainkan alat atau siswa-siswi
yang kesulitan dalam menyanyikan
lagu Banjar berinisiatif untuk
bertanya kepada kaka kelas dan
pelatih ini menunjukkan
terbentuknya nilai rasa ingin tahu
yang tinggi, saling mengenal satu
sama lain dalam latihan baik siswa
kelas X, XI, XII dan pelatih
merupakan proses terbentuknya
nilai kekeluargaan, setelah siswa-
siswi selesai latihan dan
menggunakan alat-alat dan
menggunakan fasilitas yang ada di
dalam ruang musik mereka
mengembalikan dan meletakan
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 7, Nomor 2, Nopember 2017
11 Ahmad Syarif, Wahyu, Sarbaini, Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian Musik Panting dalam Meningkatkan Karakter Cinta Tanah Air Siswa
di Sma Negeri 6 Banjarmasin
alat-alat musik ketempat semula
mereka ambil ini menunjukkan
terbentuknya nilai tanggung jawab,
sisa gelas minum yang mereka
bawa dari luar untuk mereka
minum dan mereka bawa keluar
dan dimasukkan ke dalam tempat
sampah merupakan terbentuknya
nilai peduli lingkungan dan siswa-
siswi dan pelatih yang mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler kesenian
musik Panting merupakan nilai
mencintai kebudayaan Banjar atau
rasa cinta tanah air yang tinggi.
Lagu-lagu Banjar yang
dimainkan dalam ekstrakurikuler
kesenian musik Panting adalah
mengajarkan tentang keindahan
alam di Kalimantan Selatan seperti
sungai, gunung dan masih banyak
lagi, moral masyarakat, religious
masyarakat, adat istiadat
masyarakat dan kekeluargaan
masyarakat di Kalimantan Selatan.
Karakter cinta tanah air
merupakan sikap dan perilaku
manusia yang memelihara,
melestarikan, mencintai
lingkungannya termasuk dalam
ranah budaya. Siswa-siswi dan
pelatih yang mengikuti kegiatan
tersebut menunjukkan sikap dan
perilaku yang mencinta tanah air
khususnya mencintai kesenian
budaya Banjar.
Interaksi sosial
ekstrakurikuler kesenian musik
Panting yang terjalin antara
anggota dengan anggota, anggota
dengan pelatih dan anggota
dengan lingukungan SMA Negeri 6
Banjarmasin dinilai baik, terbukti
bahwa komunikasi dalam latihan
selalu terjalin dengan baik.
2. Pembahasan Hasil Penelitian
a. Gambaran Motivasi Siswa Dalam
Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian
Musik Panting di SMA Negeri 6
Banjarmasin
Menurut Handoko (2001: 9)
menyatakan bahwa ‘motivasi
berdasarkan fungsinya motivasi
terbagi atas: (1) motivasi internal
dan (2) motivasi eksternal. Motivasi
internal yaitu motivasi yang
berfungsi tanpa adanya
rangsangan dari luar, dalam diri
individu sudah ada suatu dorongan
untuk melakukan tindakan. Motivasi
eksternal yaitu motivasi yang
berfungsi dengan adanya faktor
dorongan dari luar individu.
Motivasi siswa terdiri dari dua
macam, yaitu motivasi internal dan
motivasi eksternal. Motivasi internal
adalah siswa berlatih dengan
sungguh-sungguh agar dapat
bermanfaat bagi diri sendiri dan
untuk orang lain serta ingin
memperdalam wawasan tentang
kebudayaan Banjar, sedangkan
motivasi eksternal meliputi selalu
bertanya dengan teman-teman dan
pelatih dalam cara memainkan alat-
alat musik Panting maupun cara
bernyanyi lagu Banjar dengan
benar, dukungan orang tua dalam
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
kesenian musik Panting adalah
berupa memberikan izin,
semangat, dan mendoakan dalam
mengikuti kegiatan tersebut dan
adanya motivasi dari siswa lain
dengan cara mengajak latihan
bersama-sama dan memberikan
motivasi sesama anggota agar
latihan menjadi semangat.
b. Nilai-nilai Karakter Dalam Kegiatan
Ekstrakurikuler Kesenian Musik
Panting Dengan Meningkatkan
Karakter Cinta Tanah Air Siswa di
SMA Negeri 6 Banjarmasin
Nilai-nilai yang terkandung
dalam kegiatan ekstrakurikuler
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 7, Nomor 2, Nopember 2017
12 Ahmad Syarif, Wahyu, Sarbaini, Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian Musik Panting dalam Meningkatkan Karakter Cinta Tanah Air Siswa
di Sma Negeri 6 Banjarmasin
kesenian musik Panting di SMA
Negeri 6 Banjarmasin meliputi
disiplin, kekeluargaan, bersahabat,
peduli sosial, kerjasama,
kerjakeras, mandiri, tanggung
jawab, rasa ingin tahu, kreatif,
nasionalisme atau mencintai
kebudayaan Banjar. Nilai-nilai yang
terdapat dalam kegiatan
ekstrakurikuler meliputi latihan
datang tepat waktu termasuk
karakter disiplin, interaksi sosial
saling mengajarkan satu sama lain
cara memainkan alat-alat musik
panting dan cara menyanyi lagu
banjar serta lagu daerah lainnya
termasuk karakter rasa ingin tahu,
kerjasama dan kekeluargaan,
menjaga sarana dan prasarana
merupakan karakter tanggung
jawab, dan siswa-siswi dan pelatih
yang mengikuti kegiatan kesenian
musik menunjukkan sikap dan
perilaku yang mencinta tanah air
khususnya mencintai kesenian
budaya Banjar. Hal tersebut
diperkuat oleh pendapat (Suroto,
2016) yang menyatakan bahwa
“pembentukan karakter peserta
didik dapat dilakukan salah satunya
adalah melalui kegiatan
ekstrakurikuler yang telah
direncanakan secara matang
(kegiatan keorganisasian) baik oleh
lembaga pendidikan maupun para
pengurus organisasi kesiswaaan
tersebut”.
Lagu-lagu Banjar dan daerah
lainnya mengajarkan tentang
keindahan alam di Kalimantan
Selatan seperti sungai, gunung,
sawah dan masih banyak lagi,
moral masyarakat, religious
masyarakat, adat istiadat
masyarakat dan kekeluargaan
masyarakat di Kalimantan Selatan.
F. Kesimpulan
1. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler
kesenian musik panting di SMA Negeri
6 Banjarmasin dinilai masih kurang
baik, terutama pada motivasi. Motivasi
dari dalam diri siswa (internal) meliputi
motivasi dalam menjaga sarana
prasarana dan membagi waktu dalam
mengerjakan PR serta mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler lain. Motivasi
menjaga sarana dan prasarana dinilai
masih kurang terutama menjaga alat-
alat musik panting yang ada di dalam
ruang musik, terbukti senar musik
panting ada yang putus serta menjaga
kebersihan ruang musik setelah
menggunakan dinilai masih kurang
peduli. Motivasi dalam membagi waktu
mengerjakan PR yang diberikan guru-
guru terlalu banyak sehingga intensitas
mereka dalam latihan kurang dan ada
siswa termotivasi dalam mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler lain selain
musik panting menyebabkan durasi
mereka dalam mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler sedikit. Motivasi dari
lingkungan (eksternal) yaitu motivasi
dari pembina dan pelatih, motivasi dari
orangtua serta lingkungan sekolah.
Motivasi eksternal dari pelatih dinilai
sudah cukup baik, yaitu pelatih
memberikan motivasi dalam latihan
bervariasi setiap pertemuan dengan
dikolaborasikan dengan alat-alat musik
modern seperti gitar listrik, biola, dan
keyboard. Pelatih juga memberikan
motivasi berupa menasehati dan
memberikan solusi dalam latihan atau
apabila ada kendala dalam kegiatan
tersebut. Motivasi dari orang tua siswa
sebagian besar mendukung mereka
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
kesenian musik panting namun ada
siswa yang mengakui bahwa
orangtuanya tidak setuju dia mengikuti
kegiatan tersebut karena orangtuanya
tidak menyukai musik. Motivasi dari
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 7, Nomor 2, Nopember 2017
13 Ahmad Syarif, Wahyu, Sarbaini, Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian Musik Panting dalam Meningkatkan Karakter Cinta Tanah Air Siswa
di Sma Negeri 6 Banjarmasin
lingukungan sekolah sudah cukup
bagus terbukti sekolah menyediakan
alat-alat musik panting, pelatih
ekstrakurikuler, ruang musik untuk
latihan serta mendukung dan anggota
musik panting mengikuti lomba dan
mengisi acara kesenian.
2. Nilai-nilai karakter dalam kegiatan
ekstrakurikuler kesenian musik Panting
di SMA Negeri 6 Banjarmasin meliputi
disiplin, kekeluargaan, bersahabat,
peduli sosial, kerjasama, kerjakeras,
mandiri, tanggung jawab, rasa ingin
tahu, kreatif, nasionalisme atau
mencintai kebudayaan Banjar sesuai
dengan minat dan bakat yang dimiliki
siswa. Lagu-lagu Banjar yang
dimainkan mengandung pesan tentang
keindahan alam di Kalimantan Selatan
seperti sungai, gunung, sawah dan
masih banyak lagi, moral masyarakat,
masyarakat yang religious, adat istiadat
masyarakat dan kekeluargaan
masyarakat. Ekstrakurikuler kesenian
musik Panting merupakan upaya
membina dan mengembangkan
karakter cinta tanah air dilakukan
dengan cara melaksanakan kegiatan
yang diadakan secara rutin setiap
minggu, kosisten (pembiasaan) dan
penugasan. Interaksi sosial
ekstrakurikuler kesenian musik Panting
yang terjalin antara anggota dengan
anggota, anggota dengan pelatih dan
anggota dengan lingukungan SMA
Negeri 6 Banjarmasin dinilai baik,
terbukti bahwa komunikasi dalam
latihan selalu terjalin dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ajawaila,J.W. 2012. Pengertian Budaya Lokal dan Contoh Budaya Lokal,. (Online), (http://pengayaan.com/pengertian-budaya-lokal/ diakses pada 21 Januari 2016).
Alwi, Hasan dkk. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Balai Pustaka: Jakarta.
Azhari, Bayu. 2009. Sejarah, Fungsi,
Organologi, dan Bentuk Penyajian Musik Panting Kalimantan Selatan. Skripsi S1 Program Studi Pendidikan Seni Musik Fakultas Bahasa dan Seni UNY Yogyakarta, (Online), (https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiKlsRlsbJAhWLVY4KHWvfD0oQFggaMAA&url=http%3A%2F%2Feprints.uny.ac.id%2F19696%2F1%2FEnggar%2520Mariani%252008208249003.pdf&usg=AFQjCNGRr0bwCGHUrVKsBll4m484oUN0XQ&sig2=Y4w08Cw1x4fwW-QzDcx34Q diakses pada 5 Desember 2015).
Handoko, T. Hani. 2001, Manajemen
Personalia dan Sumberdaya Manusia, Edisi Kedua, BPFE, Yogyakarta.
Hidayat, Rahmad. 2015. Pengertian Budaya
Lokal dan Budaya Nasional, (Online),(http://www.kitapunya.net/2015/07/pengertian-budaya-lokal-dan budaya.html diakses pada 21 Januari 2016).
Karnadi, 2010.Pengembangan Pendidikan dan
Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: BP Cipta Jaya Jakarta.
Ma’mur Asmani, Jamal. 2011. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Diva Press.
Mahbubi, 2012. Pendidikan Karakter.
Yogyakarta: Pustaka Ilmu Yogyakarta. Mertadinata, Herdy. 2011. Pengertian
Kebudayaan Popular dan Tradisional, (Online), (http://www.proghita.com/read/2011/07/21/4913/pengertian-kebudayaan-popular-dan-tradisional.php diakses pada 5 Desember 2015).
Musiyam, M. 2013. Pengembangan Model
Pendidikan Kewarganegaraan Di SMP Berbasis Kearifan Lokal Sebagai Strategi Revitalisasi Nilai-Nilai Pancasila Untuk
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 7, Nomor 2, Nopember 2017
14 Ahmad Syarif, Wahyu, Sarbaini, Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian Musik Panting dalam Meningkatkan Karakter Cinta Tanah Air Siswa
di Sma Negeri 6 Banjarmasin
Penguatan Karakter Dan Jati Diri Bangsa, (Online), (https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/5839/BAMBANG%20SUMARDJOKO%20BAB%20II.pdf?sequence=3&isAllowed=y , diakses pada 5 Desember 2015).
Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan:
Stimulus Ilmu Pendidikan bercorak Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Purba, Mauly. 2007. Musik Tradisional
Masyarakat Sumatera Utara : Harapan Peluang dan Tantangan. Fakultas Seni dan Bahasa Universitas Sumatera Utara Medan: Naskah secara online Publikasi, (Online), (https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjZn7ePtcTJAhVOC44KHS1GARgQFggnMAI&url=http%3A%2F%2Fdigilib.unimed.ac.id%2Fpublic%2FUNIMED-Undergraduate diakses pada tanggal 5 Desember 2015).
Ramadhani, Yuda. 2014. Peran Instrumen
Panting Dalam Kesenian Musik Panting Kalimantan Selatan. Skripsi Sarjana Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Program Studi Pendidikan Sedratasik Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin : Tidak diterbitkan.
Sanjaya,W. 2006.Strategi Pembelajaran.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sardiman. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo. Sudira, Made Bambang Oka. 2010. Ilmu Seni,
Teori dan Praktik. Jakarta: Inti Prima. Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian
Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Supriatna, Encep. 2012. Transformasi
Pembelajaran Sejarah Berbasis Religi dan Budaya untuk Menumbuhkan Karakter Siswa. Jurnal Peneltitian Program Studi Pendidikan Sejarah. Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia Bandung : Naskah Publikasi, (Online),
(https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd1&ved=0ahUKEwj0jpqOg7rKAhXMWI4KHet5BXEQFggaMAA&url=http%3A%2F%2Fatikanjurnal.com%2Fwpcontent%2Fuploads%2F2012%2F06%2F2.encep_.upi_.jun_.12.pdf&usg=AFQjCNHtr2uMdos9Z2FzRjwUkUXpvsmlA&sig2=3T90IKem2K5Cf2WzYQvaKQ diakses pada 21 Januari 2016).
Suroto. (2016). Kepribadian pengurus
organisasi kemahasiswaan dalam melaksanakan peran dan tanggung jawabnya sebagai bagian dari kompetensi kewarganegaraan. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, 6(Nomor 1 Mei 2016),
909–918. Retrieved from http://ppjp.unlam.ac.id/journal/index.php/pkn/article/view/728
Suroto Suroto. (2016). Dinamika kegiatan
organisasi kemahasiswaan berbasis kearifan lokal dalam upaya memperkuat karakter unggul generasi muda. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, 6(Nomor 2 Nopember 2016), 1040–1046. Retrieved from http://ppjp.unlam.ac.id/journal/index.php/pkn/article/view/2428
Suwito, Umar. 2008. Character Building
Yogyakarta. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogyakarta.
Untari, Aryanti Dwi. 2014. Pelaksanaan
Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian Angklung Dalam Meningkatkan Rasa Cinta Tanah Air Siswa.Skripsi Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan. Bandung : Naskah Publikasi,(Online), (https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwi8_8qZtbzMAhWMI5QKHdHjCbkQFgghMAE&url=http%3A%2F%2Frepository.upi.edu%2F14268%2F4%2FS_PKN_1101049_Chapter1.pdf&usg=AFQjCNzx6Q5ZPGN2AjUDUgE3q6rcy9p2Q&sig2=N--N8tptFRfJF02QRRePpg diakses pada 12 September 2015).
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 7, Nomor 2, Nopember 2017
15 Ahmad Syarif, Wahyu, Sarbaini, Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian Musik Panting dalam Meningkatkan Karakter Cinta Tanah Air Siswa
di Sma Negeri 6 Banjarmasin
Wahyu, 2009. Pokok-Pokok Materi Kuliah/Penataran Sosiologi. Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. Tidak diterbitkan.
Yuliani, A. 2013. Pelaksanaan Kegiatan
Ekstrakulikuler Kesenian Tari Topeng Cirebon dalam Meningkatkan Rasa Cinta Tanah Air Siswa Sekolah Dasar(Studi Deskriptif pada Ektrakulikuler Kesenian Tari Topeng Cirebon di SDN 3 Arjawinangun. Skripsi Sarjana Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Pendidikan Illmu Pengetahuan Soslai Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: Tidak diterbitkan, (Online), (https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwis9bqnqtDJAhVEI44KHWtJDJQQFggfMAE&url=http%3A%2F%2Frepository.upi.edu%2F4073%2F2%2FS_PKN_0906934_Abstract.pdf&usg=AFQjCNH4yl28aIN8vC4DkO1rScDO25ylMg&sig2=SulcvSjg7BuyoXSfJHqisA diakses pada tanggal 7 Desember 2015).