pelaksanaan manajemen mutu kegiatan...

90
PELAKSANAAN MANAJEMEN MUTU KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SD ISLAM AL-AZHAR 29 BSB SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Jurusan Kependidikan Islam Oleh : MASHUDI NIM. 053311109 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011

Upload: ngonhan

Post on 13-Feb-2018

237 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

PELAKSANAAN MANAJEMEN MUTU KEGIATAN

EKSTRAKURIKULER DI SD ISLAM AL-AZHAR 29 BSB

SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Jurusan Kependidikan Islam

Oleh : MASHUDI

NIM. 053311109

FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG 2011

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Mashudi NIM : 053311109 Jurusan / Program Studi : Kependidikan Islam menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian / karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.

Semarang, Juni 2011

Saya yang menyatakan,

Mashudi NIM. 053311109

iii

KEMENTERIAN AGAMA R.I. INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

FAKULTAS TARBIYAH Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Semarang

Telp. 024-7601295 Fax 7615387

PENGESAHAN Naskah skripsi dengan: Judul : PELAKSANAAN MANAJEMEN MUTU KEGIATAN

EKSTRAKURIKULER DI SD ISLAM AL-AZHAR 29 BSB SEMARANG

Nama : Mashudi NIM : 053311109 Jurusan : Kependidikan Islam Program Studi : Kependidikan Islam

telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam.

Semarang, 30 Juni 2011

DEWAN PENGUJI

Ketua,

Mufidah, M.Pd. NIP: 19690707 199703 2 001

Sekretaris,

Fahrurrozi, M.Ag. NIP: 19770816 200501 1 003

Penguji I,

Dra. Ani Hidayati, M.Pd. NIP: 19611205 199303 2 001

Penguji II,

Dr. Ahwan Fanani, M.Ag. NIP: 19780930 200312 1 001

Pembimbing I,

Dr. Musthofa, M.Ag. NIP: 19710403 199603 1 002

Dr. H. Fatah Syukur, M.Ag. NIP: 19681212 199403 1 003

iv

NOTA PEMBIMBING Semarang, Juni 2011 Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Semarang

Assalamu’alaikum wr. wb Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan: Judul : PELAKSANAAN MANAJEMEN MUTU KEGIATAN

EKSTRAKURIKULER DI SD ISLAM AL-AZHAR 29 BSB SEMARANG

Nama : Mashudi NIM : 053311109 Jurusan : Kependidikan Islam Program Studi : Kependidikan Islam Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqasah. Wassalamu’alaikum wr.wb.

Pembimbing I

Dr. Musthofa, M.Ag. NIP. 19710403 199603 1 002

v

NOTA PEMBIMBING Semarang, Juni 2011 Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Semarang

Assalamu’alaikum wr. wb Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan:

Judul : PELAKSANAAN MANAJEMEN MUTU KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SD ISLAM AL-AZHAR 29 BSB SEMARANG

Nama : Mashudi NIM : 053311109 Jurusan : Kependidikan Islam Program Studi : Kependidikan Islam

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqasah. Wassalamu’alaikum wr.wb.

Pembimbing II

Dr. H. Fatah Syukur, M.Ag. NIP. 19681212 199403 1 003

vi

ABSTRAK

Judul : Pelaksanaan Manajemen Mutu Kegiatan Ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang

Penulis : Mashudi NIM : 053311109

Skripsi ini mengkaji bagaimana pelaksanaan manajemen mutu yang diterapkan di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang. Pembahasan ini dilatarbelakangi oleh banyaknya kegiatan ekstrakurikuler di suatu lembaga pendidikan akan tetapi tidak dikelola dengan maksimal dan selanjutnya kegiatan tersebut hanya akan menambah daftar masalah baru yang melingkupi sekolah. Padahal jika dipikir secara mendalam, kegiatan ekstrakurikuler merupakan ruh pendidikan kedua setelah intrakurikuler. Kedua jenis pembelajaran idealnya harus berjalan bersamaan. Dengan tujuan mengembangkan bakat, minat, dan potensi masing-masing anak. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah inspirasi bagi insan pengelola pendidikan yang lain.

Rumusan masalah yang dimunculkan dalam penelitian yaitu pertama, bagaimanakah pelaksanaan manajemen mutu kegiatan ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang. Kedua, bagaimanakah ketercapaian pelaksanaan manajemen mutu ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang.

Permasalahan tersebut dibahas menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan hasil data akhir yang berupa uraian deskriptif. Metode pengumpulan data memakai teknik dokumentasi, observasi, wawancara (interview), dan triangulasi data. Adapun teknik analisis data menggunakan beberapa tahapan yaitu, reduksi data (merangkum dan memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan hal yang penting, dan membuang hal yang tidak perlu), display data (data hasil reduksi disajikan ke dalam bentuk naratif, tabel, grafik sehingga mudah dipahami), verifikasi data (penyimpulan hasil akhir data), dan interpretasi (meningkatkan pemahaman dengan berupaya mencari makna.

Penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan manajemen mutu ekstrakurikuler di suatu lembaga pendidikan harus menjadi prioritas utama. Hal ini bertujuan untuk memfasilitasi bakat, potensi, dan minat dari masing-masing yang tentu berbeda. Pelaksanaan manajemen mutu kegiatan ekstra di SD Islam al-Azhar 29 Semarang meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Perencanaan diawali pada bulan Juni setiap menjelang tahun ajaran baru yang membahas jenis ekstra yang akan diselenggarakan selama satu tahun mendatang. Pelaksanaan dilakukan dengan pembagian koordinator guru ekstra, seleksi siswa peserta ekstra, menguikutsertakan siswa dalam lomba ataupun menyiapkan program sebagai sarana performance hasil belajar ekstra yang sudah dijalankan. Evaluasi dilangsungkan dengan menindaklanjuti masukan dari berbagai pihak untuk memperbaiki kegiatan yang telah dilakukan. Rumusan masalah ketercapaian prestasi di SD Islam al-Azhar 29 Semarang tidak perlu diragukan lagi. Bisa dikatakan setiap mengikuti lomba perwakilan dari SD ini selalu meraih piala. Prestasi yang telah diraih bahkan sudah mencapai tingkat nasional.

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dengan hati yang tulus dan pikiran yang jernih,

tercurahkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayah, dan taufik serta

inayah-Nya Dan tidak lupa pula penulis panjatkan shalawat serta salam kepada

sang revolusioner Muhammad Rasulullah SAW, yang dengan keteladanan,

keberanian dan kesabarannya membawa risalah Islamiyah yang sampai sekarang

telah mengangkat derajat manusia dan bisa kita rasakan buahnya.

Skripsi berjudul “Pelaksanaan Manajemen Mutu Kegiatan

Ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang”. Skripsi ini disusun

guna memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana (S.1) pada

Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.

Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapat bantuan baik moril

maupun materiil dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini dengan

kerendahan hati dan rasa hormat yang dalam penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Dr. Suja’i, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Agama

Islam Negeri Walisongo Semarang, yang telah memberikan ijin penelitian

dalam rangka penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Musthofa, M.Ag selaku dosen pembimbing I dan bapak Dr. H.

Fatah Syukur, M.Ag selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia

meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan

pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

3. Bapak Drs. H. Marasudin Siregar, sebagai wali studi penulis yang turut

memberi masukan dan arahan selama belajar di kampus hijau.

4. Dosen, pegawai, dan seluruh civitas akademika di lingkungan Fakultas

Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.

5. Ibu Nikmah Rahmawati, M.Si, selaku Kepala Sekolah SD Islam al-Azhar 29

BSB Semarang yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian.

6. Ibu Siti Fadlillah, S.Ag, selaku Waka Kurikulum dan Ibu Novi Tri Retnani,

S.Pd selaku Waka Kesiswaan beserta guru yang telah membantu pencapaian

keberhasilan dalam penelitian ini.

viii

7. Ayahanda Subadi dan Ibunda Sutiyah (Alm) tercinta yang rela ikhlas

mendo’akan dan merestui penulis selama menuntut ilmu sehingga

memudahkan dalam menjalaninya, serta telah memberikan materi yang tiada

henti tanpa mengharap balasan.

8. Kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu

yang ikut membantu proses pembuatan skripsi ini.

Penulis berdo’a semoga semua amal dan jasa baik dari semua pihak dapat

pahala yang berlipat ganda. Penulis menyadari bahwa karya ini jauh dari

kesempurnaan yang ideal, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk

perbaikan dan kesempurnaan dalam berkarya dikemudian hari.

Akhirnya, hanya kepada Allah penulis berdo’a, semoga dapat bermanfaat

bagi pembaca dan kita semuanya dan mendapat ridho dari-Nya. Amin. Amin Ya

Rabbal ‘Alamiin.

Semarang, 09 Juni 2011 Penulis Mashudi NIM.053311109

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................. ii

PENGESAHAN ....................................................................................... iii

NOTA PEMBIMBING ........................................................................... iv

ABSTRAKSI ........................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ............................................................................. vii

DAFTAR ISI ........................................................................................... ix

BAB I : PENDAHULUAN ................................................................... 1

A. Latar Belakang.................................................................... 1

B. Rumusan Masalah............................................................... 3

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ........................... 4

BAB II : MANAJEMEN MUTU DALAM KEGIATAN

EKSTRAKURIKULER ........................................................ 6

A. Kajian Pustaka .................................................................... 6

B. Kerangka Teoritik............................................................... 7

BAB III : METODE PENELITIAN........................................................ 30

A. Jenis Penelitian ................................................................... 30

B. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................. 30

C. Sumber Penelitian............................................................... 31

D. Fokus Penelitian ................................................................. 31

E. Pengumpulan Data Penelitian ............................................. 31

F. Analisis Data Penelitian ...................................................... 35

BAB IV : MANAJEMEN MUTU EKSTRAKURIKULER DI SD AL-

AZHAR 29 BSB SEMARANG............................................... 36

A. Pelaksanaan Manajemen Mutu Ekstrakurikuler di SD Islam

al-Azhar 29 BSB Semarang ................................................ 41

B. Ketercapaian Pelaksanaan Manajemen Mutu Ekstrakurikuler

di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang ............................. 57

x

BAB V : PENUTUP .............................................................................. 62

A. Simpulan ............................................................................ 62

B. Saran .................................................................................. 63

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kualitas kegiatan ekstrakurikuler di suatu lembaga pendidikan menjadi

salah satu indikator kualitas pendidikan di dalamnya secara menyeluruh.

Ekstrakurikuler seakan menjadi brand image bagi sekolah/madrasah yang

akan meningkatkan bargaining price kepada calon peminatnya. Bahkan dalam

sekolah-sekolah unggulan ekstrakurikuler mendapatkan prioritas utama dalam

rangka mengangkat prestige sekolah yang dikelolanya. Adanya persaingan

yang ketat di bidang ekstrakurikuler yang terjadi di dunia pendidikan

belakangan ini menjadi bukti bahwa sekolah harus berusaha sedimikian rupa

agar sekolah mampu mengelola kegiatan pendidikan secara baik dan bermutu

tinggi. Bagaimana pengelola lembaga pendidikan mampu mengantarkan anak

didiknya menjadi siswa berprestasi di banyak bidang dalam ajang lomba yang

diadakan untuk tingkat para pelajar. Baik secara akademik maupun non

akademik. Sekolah yang mampu menjadi juara dialah yang akan mendapatkan

kepercayaan lebih banyak dari masyarakatnya.

Fungsi ekstrakurikuler tidak saja menaikkan derajat gengsi sekolah di

tengah-tengah pesaingnya. Keberadaan kegiatan ekstrakurikuler merupakan

wadah perkumpulan siswa berdasarkan minat, bakat, dan kecenderungannya

untuk beraktifitas dan berkreativitas di luar program kurikuler. Kegiatan ekstra

di sini adalah kegiatan pendidikan yang dilaksanakan sekolah namun

pelaksanaannya di luar jam pelajaran yang tercantum dalam jadwal pelajaran.

Kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan untuk mengembangkan salah satu

bidang pelajaran yang diminati oleh sekelompok siswa misalnya, olah raga,

kesenian, berbagai macam, keterampilan, kepramukaan, dan sebagainya.1

Ekstrakurikuler merupakan bagian pekerjaan dari manajemen kesiswaan di

bawah koordinasi wakil kepala sekolah bagian kesiswaan (wakasis).

1 Tholib Kasan, Teori dan Apliaksi Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Studia Press,

2005), hlm. 82.

2

Manajemen kesiswaan merupakan proses pengurusan segala hal yang

berkaitan dengan siswa di suatu sekolah mulai dari perencanaan penerimaan

siswa baru, pembinaan siswa selama berada di sekolah, sampai dengan siswa

menamatkan pendidikannya melalui suatu penciptaan suasana yang kondusif

terhadap berlangsungnya proses belajar mengajar yang efektif.2 Kegiatan-

kegiatan kesiswaan dibedakan atas kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler.

Kegiatan kurikuler adalah kegiatan yang dipandang sesuai dengan petunjuk

kurikulum beserta penjabaran dan penafsirannya. Sedangkan kegiatan

ekstrakurikuler dipandang tidak sesuai dengan dan atau bertentangan dengan

“kemauan” kurikuler.3 Kegiatan ekstrakurikuler sangat bermanfaat bagi siswa

khususnya untuk pembinaan kepemimpinan, keagamaan, kepekaan sosial,

pendidikan bela negara, dan sebagainya.4

Kedua jenis pembelajaran ini secara bersamaan ikut menentukan

kualitas outcome lembaga pendidikan. Boleh dikatakan hampir semua

kegiatan di sekolah pada akhirnya ditujukan untuk membantu siswa

mengembangkan potensi dirinya. Oleh karena itu sangat penting untuk

menciptakan kondisi agar siswa dapat mengembangkan diri secara optimal.

Sebagai pemimpin pendidikan (kepala sekolah) memegang peranan penting

dalam membangun kondisi yang demikian. Yaitu menyediakan fasilitas

kegiatan pembelajaran kurikuler dan ekstrakurikuler dengan sebaik-baiknya

demi terciptanya lulusan yang bermutu.

Saat ini masih jarang sekolah yang menerapkan konsep manajemen

mutu dalam kegiatan ekstrakurikuler. Biasanya sekolah hanya menyediakan

layanan ekstrakurikuler akan tetapi tidak terurus dengan baik. Akibatnya

program tersebut hanya menimbulkan permasalahan baru seperti besarnya

anggaran yang harus dikeluarkan untuk membiayai kegiatan ekstrakurikuler

siswa. Indikator baik tidaknya kegiatan ekstrakurikuler di sekolah salah

2 W. Mantja, Profesionalisasi Tenaga Kependidikan (Manajemen Pendidikan dan

Supervisi Pengajaran), (Malang: Elang Mas, 2007), hlm. 35. 3 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah (Konsep, Strategi, dan Implementasi),

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 60. 4 Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2005),

hlm. 265.

3

satunya adanya prestasi lomba yang diraih dalam suatu kejuaraan. SD Islam

al-Azhar 29 BSB Semarang sudah seringkali menjadi pemenang dalam

kejuaran di berbagai ajang lomba baik di tingkat Kota Semarang maupun di

tingkat Provinsi Jawa Tengah. Kegiatan ekstra yang diselenggarakan di SD

Islam al-Azhar 29 BSB ini antara lain, futsal, beladiri, melukis, manari,

theater, pramuka, qiro’aty, qiro’ah, tenis lapangan, drum band, in house radio

(channel 29), cheerleader, kelas musik (seruling, gitar, drum, karawitan,

rebana, paduan suara, angklung, pianika, dan keyboard), komputer, English

habit, reading habit, swimming, field trip, dan seminar kids. Penelitian ini

akan dilakukan di SD Islam al-Azhar tersebut yang membahas bagaimana

penerapan manajemen mutu kegiatan ekstrakurikuler sehingga dapat mencetak

siswa-siswa berprestasi di berbagai ajang kompetisi ekstrakurikuler sekolah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang peneliti paparkan di atas, maka

peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pelaksanaan manajemen mutu kegiatan ekstrakurikuler di

SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang?

2. Bagaiamanakah ketercapaian pelaksanaan manajemen mutu

ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah antara lain:

a. Untuk mengetahui pelaksanaan manajemen mutu kegiatan

ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang

b. Untuk mengetahui ketercapaian pelaksanaan manajemen mutu

ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang.

4

2. Manfaat Penelitian

a. Teoritis

Dalam kaca mata teoritis diharapkan akan memperkaya khazanah

karya ilmiah bidang manajemen pendidikan Islam. Dan tentunya dapat

menjadi bahan referensi yang akan mendukung maju kembangnya

keilmuan di Indonesia. Selain sebagai bahan inspirasi bagi pengelola

lembaga pendidikan Islam atau madrasah yang akan memajukan

program pendidikannya di bidang ekstrakurikuler.

b. Praktis

Secara praktisnya dapat memberikan manfaat kepada beberapa

pihak. Antara lain:

1) Bagi Sekolah

Pihak sekolah dapat memanfaatkan hasil penelitian ini

sebagai bahan acuan dalam pengevaluasian/perbaikan program

manajemen mutu ekstrakurikuler di dalamnya. Karena hasil

penelitian akan memotret segala hal yang terjadi di dalam

pelaksanaan manajemen mutu ekstrakurikuler. Baik nilai positif

maupun nilai negatifnya.

2) Bagi Guru

Yang dimaksud guru di sini utamanya adalah guru

ekstrakurikuler. Dengan melihat hasil penelitian ini guru juga akan

memahami secara betul-betul apa yang terjadi di dalam kegiatan

pembelajaran ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29 BSB

Semarang ini. Sehingga mereka akan lebih mudah mengetahui

perkembangan peserta didik yang mengikuti pembelajaran

ekstrakurikuler. Dengan demikian mereka mengerti apa yang perlu

diperbaiki dan apa yang perlu dipertahankan dalam kegiatan

pembelajaran.

3) Bagi Siswa

Manfaat yang akan didapatkan siswa yaitu mereka lebih

bersemangat dalam melakukan pembelajaran ekstra karena merasa

5

bahwa keberadaanya (baca prestasinya) telah terangkum dengan

baik dalam suatu karya penelitian ilmiah. Adanya peningkatan

motivasi dari siswa nantinya akan memudahkan guru dalam

membimbing siswa menjadi siswa yang berprestasi secara lebih

meningkat lagi.

4) Bagi Orang Tua

Orang tua mendapatkan gambaran kegiatan pelaksanaan

manajemen ekstrakurikuler di mana tempat puteranya bersekolah.

Dengan demikian orang tua akan lebih mudah dalam memberikan

bimbingan tambahan kepada puteranya berhubungan dengan

materi ekstra di rumah. sehingga orang tua juga dapat melibat

secara aktif dalam mensukseskan program pembelajaran ekstra

sekolah.

6

BAB II

MANAJEMEN MUTU KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

A. Kajian Pustaka

Dalam kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti

sebelumnya mencari hasil penelitian yang terdahulu sebagai bahan sumber

masukan untuk merancang kerangkanya. Nana Syaodih Sukmadinata

mengingatkan banyak masalah mutu yang dihadapi dalam dunia pendidikan,

seperti mutu lulusan, mutu pengajaran, bimbingan dan latihan dari guru, serta

mutu profesionalisme dan kinerja guru. Mutu-mutu tersebut terkait dengan

mutu manajerial para pemimpin pendidikan, keterbatasan dana, sarana dan

prasarana sekolah, fasilitas pendidikan, media, sumber belajar, alat dan bahan

latihan, iklim sekolah, lingkungan pendidikan, serta dukungan dari pihak-

pihak yang terkait dengan pendidikan.5

Semua kelemahan mutu dari komponen-komponen pendidikan tersebut

berujung pada rendahnya mutu lulusan. Dengan demikian konsep manajemen

mutu harus dimengerti, dipahami dan diterapkan secara sinergis, efisien dan

efektif dalam semua aktifitas lembaga pendidikan demi tecapainya tujuan,

sasaran dan target produktivitas outcome sesuai kebijakan kepala sekolah.

Berikut adalah karya penelitian yang berhubungan dengan topik manajemen

mutu dalam pendidikan.

1. Penelitian yang dilakukan Utoyo Dimyati, mahasiswa Tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang, pada 2004 berjudul “Manajemen Berbasis Sekolah

(MBS) dalam Upaya Peningkatan Mutu Madrasah (Studi Kasus di MA

Banat NU Kudus)”. Beliau mengulas bagaimana lembaga mengelola

komite sekolah sehingga akan menghasilkan mutu pendidikan secara

keseluruhan. Kedua, apa faktor pendukung dan penghambat pengelolaan

5 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah

(Konsep, Prinsip, dan Instrumen), (Ban dung: Refika Aditama, 2006), hlm. 8.

7

komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di MA Banat NU

Kudus ini.6

2. Penelitian Sugianto, mahasiswa Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang pada

tahun 2008 berjudul ”TQM dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan

(Studi Kasus di MAN Kendal)”. Penelitian ini membahas bagaimana

penerapan TQM di madrasah tersebut, serta faktor pendukung dan

penghambat terhadap penerapan TQM dan bagaimana kontribusi TQM

terhadap prestasi atau kualitas MAN Kendal.7

3. Skripsi karya Asfaroni, mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

yang dilakukan pada 2006 dengan judul ”Manajemen Peningkatan Mutu

Pendidikan Agama Islam di MTs Infarul Ghoy Semarang Tahun Ajaran

2004/2005”. Asfaroni membahas penyusunan program peningkatan mutu,

bentuk pelaksanaan manajemen, peningkatan mutu dan ketercapaian mutu

PAI.8 Fokus kajian dari semua karya penelitian di atas adalah bidang

manajemen mutu dalam pendidikan. Namun penelitian yang akan

dilaksanakan ini berbeda jauh dengan penelitian-penelitian terdahulu. Dalam

penelitian ini peneliti memfokuskan kajian pada bagaimana pelaksanaan

manajemen mutu ekstrakurikuler dan bagaimana ketercapaian pelaksaan

manajemen mutu ekstrakurikuler di SD al-Azhar 29 BSB Semarang.

B. Kerangka Teoritik

1. Konsep Dasar Manajemen

Di dalam Kamus Oxford kata manajemen diartikan sebagai tipu

daya, alat kebohongan. Manajemen berasal dari kata kerja to manage yang

berarti memimpin (berusaha dan sebagainya), mengendalikan (rumah

tangga, lembaga, pemerintah untuk mencapai tujuan seseorang atau

6 Utoyo Dimyati,”Manajemn Berbasis Sekolah (MBS) dalam Upaya Peningkatan Mutu

(Studi Kasus di MA Banat NU Kudus)”.Skripsi, (Semarang: IAIN Walisongo, 2004). 7 Sugianto,”TQM dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan (Studi Kasus di MAN

Kendal)”.Skripsi, (Semarang: IAIN Walisongo, 2008). 8 Asfaroni, ”Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam di MTs Infarul

Ghoy Semarang Tahun Ajaran 2004/2005” Skripsi, (Semarang: IAIN Walisongo, 2009)

8

kelompok dan mempergunakan dengan tepat.9 Ensiklopedia Ekonomi,

Bisnis, dan Manajemen mengartikan kata tersebut sebagai proses

merencanakan dan mengambil keputusan, mengorganisasikan, memimpin

dan mengendalikan sumber daya manusia, keuangan, fasilitas, dan

informasi guna mencapai sasaran organisasi dengan cara efektif dan

efisien.10

Dari definisi tersebut manajemen mengandung unsur-unsur yang

antara lain kemampuan memengaruhi orang (pemimpin/yang dipimpin),

melakukan pekerjaan, tujuan organisasi, kerjasama antara atasan dan

bawahan, dan terbatasnya sumber daya.11 Keterbatasan sumber daya ini

yang mengharuskan manajer untuk melakukan tindakan kreatif dan

inovatif yang membutuhkan seni serta keterampilan. Tindakan tersebut

yaitu mengelola sumber daya seoptimal mungkin sehingga tujuan

organisasi mudah terealisasi. Kemampuan pengelolaan sumber daya inilah

yang akan menjadi tugas dan kewajiban seorang manajer.

Ada tiga alasan utama mengapa manajemen diperlukan dalam

suatu kelompok seseorang.12 Yaitu pertama, untuk mencapai tujuan

pribadi maupun tujuan organisasi. Karena secara mendasar orang-orang

yang terlibat dalam suatu keorganisasian itu memiliki tujuan masing-

masing yang disatukan dalam satu kesatuan visi suatu organisasi. Kedua,

untuk menjaga keseimbangan di antara tujuan yang saling bertentangan.

Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara tujuan-

tujuan, sasaran, dan kegiatan yang saling bertentangan dari pihak yang

berkepentingan dalam anggota organisasi. Ketiga, untuk mencapai derajat

9 Sebagaimana dicatat Iwa Sukiswa, Dasar-dasar Manajemen Pendidikan, (Bandung:

Tarsito, 1986), hlm. 4. 10 Magdalene Lumbantoruan, B. Soewartoyo, Ensiklopedi Ekonomi, Bisnis, dan

Manajemen, (Jakarta: Delta Pamungkas, 1997), hlm. 370. 11 Lebih lanjut Hasibuan merinci dasar-dasar manajemen yang antara lain, adanya kerja

sama di antara sekelompok orang dalam ikatan formal, adanya tujuan bersama serta kepentingan yang sama yang akan dicapai, adanya pembagian tugas kerja dan tanggung jawab yang teratut, adanya hubungan formal dan ikatan tata tertib yang baik, adanya sekelompok orang dan pekerjaan yang akan dikerjakan, dan adanya human resource organization. Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hlm. 2.

12 T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE YOGYAKARTA, 2003), hlm. 6.

9

efisiensi dan efektifitas. Suatu pekerjaan organisasi dapat diukur dengan

banyak cara yang berbeda. Salah satunya yaitu efisiensi dan efektifitas.13

Dengan demikian manajemen adalah aktifitas-aktifitas

perencanaan, pengoganisasian, pengendalian (pengawasan), penempatan,

pengarahan, pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan keputusan yang

dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan

berbagai sumber daya yang dimiliki oleh suatu lembaga sehingga akan

menghasilkan suatu produk atau jasa secara efektif dan efisien.

2. Definisi Manajemen Mutu

Pada dasarnya manajemen mutu dapat didefinisikan sebagai suatu

cara meningkatkan performance secara terus-menerus (continous

performance improvement) pada setiap level operasi atau proses, dalam

setiap area fungsional dari suatu organisasi, dengan menggunakan semua

SDM dan modal yang tersedia.14 Mutu adalah sebuah proses terstruktur

untuk memperbaiki keluaran yang dihasilkan. Menurut Stephan Uselac,

yang dimaksud mutu bukan hanya produk dan jasa saja, namun juga

mencakup proses, lingkungan dan manusia. Jadi, mutu dapat didefinisikan

sebagai suatu kondisi yang berhubungan dengan produk, jasa, proses,

lingkungan dan manusia untuk memperbaiki keluaran yang dihasilkan

guna memenuhi kebutuhan pelanggan.15 Dengan begitu mutu yaitu

totalitas bentuk atau karekteristik barang atau jasa yang menunjukkan

kemampuan untuk memberikan kepuasan dan pemenuhan yang tampak

jelas maupun yang tersembunyi.

Lembaga atau institusi yang efektif membutuhkan strategi-strategi

yang bertujuan dan kuat agar mampu meraih hasil yang kompetitif. Agar

efektif institusi memerlukan proses untuk mengembangkan strategi

13 Efisiensi adalah kemampuan menyelesaikan suatu pekerjaan dengan benar atau

melakukan pekerjaan yang benar (doing the right things). Adapun efektifitas yaitu kemampuan untuk memilih tujuan dengan tepat atau peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Dengan kata lain melakukan pekerjaan dengan benar (doing things right).

14 Vincent Gaspersz, Total Quality Management, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001), hlm. 6

15 Fandy Tjiptono dan A. Diana, Total Quality Management (TQM), (Yogyakarta: Andi Offset, 2003), hlm. 3

10

mutunya yang mencakup, misi yang jelas dan distingtif, fokus pelanggan

yang jelas, strategi untuk mencapai misi, keterlibatan seluruh pelanggan

baik internal maupun eksternal dalam mengembangkan strategi,

pemberdayaan staf dengan cara menghilangkan kendala dan membantu

mereka dalam memberi kontribusi maksimum pada institusi melalui

pengembangan kelompok kerja yang efektif, dan penilaian atau evaluasi

efektifitas institusi dalam mencapai tujuan yang berhubungan dengan

pelanggan.16

ISO 8402 (Quality Vocabulary) mendefinisikan manajemen mutu

sebagai semua aktivitas dari fungsi manajemen secara keseluruhan yang

menentukan kebijaksanaan mutu, tujuan-tujuan dan tanggung jawab, serta

mengpenerapankannya melalui alat-alat seperti perencanaan mutu,

pengendalian mutu, jaminan mutu, dan peningkatan mutu. Tanggung

jawab untuk manajemen mutu ada pada semua level dari manajemen,

tetapi harus dikendalikan oleh manajemen puncak (top management), dan

penerapannya harus melibatkan semua anggota organisasi.

Sedangkan manajemen mutu menurut dalam buku Total Quality

Management (TQM), merupakan sistem manajemen yang mengangkat

mutu sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan

dengan melibatkan seluruh anggota organisasi.17 Meskipun manajemen

mutu dapat didefinisikan dalam berbagai versi, namun pada dasarnya

manajemen mutu berfokus pada perbaikan terus-menerus untuk memenuhi

kepuasan pelanggan. Konsep manajemen mutu lebih dikenal dengan istilah

Total Quality Management (TQM).

Konsep TQM pertama kali dikemukakan oleh Nancy Warren,

seorang behavioral scientist di United States Navy.18 Istilah ini

mengandung makna every process, every job, dan every person. Untuk

16 Edward Sallis, Total Quality Manajement in Education (Manajemen Mutu dalam

Pendidikan),(Terj.) (Yogyakarta: Ircisod, 2008), hlm. 244. 17 Fandy Tjiptono dan A. Diana, Op.Cit, hlm. 4 18 Ety Rochaety, Sistem Informasi Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006),

hlm. 97.

11

mendefinisikan TQM bisa didasarkan dengan dua sudut pandang. Aspek

pertama menguraikan apa TQM. TQM disefinisikan sebagai sebuah

pendekatan dalam menjalankan usaha yang berupaya memaksimumkan

daya saing melalui penyempurnaan secara terus menerus tas produk, jasa,

manusia, proses, dan lingkungan organisasi. Aspek kedua menyangkut

cara mencapainya berkaitan dengan sepuluh karakteristik TQM yang

terdiri dari:19

a. Fokus pada pelanggan (internal dan eksternal)

b. Berorientasi pada kualitas

c. Menggunakan pendekatan ilmiah

d. Memiliki komitmen jangka panjang

e. Pendidikan dan pelatihan

f. Menerapkan kebebasan yang terkendali

g. Memiliki kesatuan tujuan

h. Dan melibatkan dan memberdayakan (empowering) karyawan.

Secara hakikat implementasi TQM berujuan untuk menemukan,

mengoreksi penyimpangan-penyimpangan yang tejadi dalam hasil yang

dicapai dari aktifitas yang telah direncanakan dalam kegiatan manajemen.

Dengan demikian manfaat yang diperoleh dari implementasi TQM yaitu

antara lain:20

a. Mutu terjaga dengan baik

b. Merupakan metode pencegahan menemukan secara dini kesalahan

c. Mengurangi jumlah kesalahan

d. Memperbaiki hubungan dengan pelanggan dan masyarakat stakeholder

e. Sebagai tolok ukur tercapainya suatu visi dan misi

f. Menunjukkan di mana letak kesalahan atau kekurangan

Demikian uraian tentang manejemen mutu. Setiap kegiatan dalam

manajerial suatu institusi mutu adalah salah satu agenda utama yang harus

19 Ibid. 20 Suranto, Manajemen Mutu dalam Pendidikan (QM in Education), (Semarang: Ghyyas

Putra, 2009), hlm. 14.

12

terus ditingkatkan sehingga mencapai standar mutu21 yang maksimal.

Begitupun untuk manajemen pendidikan.

3. Manajemen Mutu dalam Pendidikan

Menghadapi era global negara-negara di dunia mendukung

berlakunya pasar bebas dan persaingan di semua sektor. Adanya

persaingan inilah yang menuntut adanya implementasi konsep total quality

management (TQM) atau manajemen mutu untuk terus bertahan di tengah

dinamika zaman. Tentu saja persaingan ini juga akan terjadi pada sektor

pendidikan. Pendidikan di Indonesia merupakan salah satu aset

pembangunan yang mempunyai potensi sangat besar dalam menghadapi

era globalisasi tersebut. Di dalam lembaga pendidikan terdapat konsentrasi

sumber daya, peralatan, intelektual, kreatifitas, dan inovasi lainnya.

Persaingan yang terjadi adalah akibat tuntutan masyarakat yang

menginginkan jasa pendidikan yang bermutu. Masyarakat mengharapkan

proses pendidikan yang lebih berkualitas baik proses maupun outcome

yang dihasilkan. Di lingkungan pendidikan Indonesia implementasi TQM

dalam pengelolaan jasa pendidikan belum begitu meluas. Implementasi

TQM di dunia pendidikan di Indonesia secara terkonsep dan terang-

terangan belum dilaksanakan. Pantaslah jika manajemen lulusan tidak

berdaya saing tinggi dan keluaran yang dihasilkan tidak terdeteksi dengan

baik. TQM dapat digunakan untuk menerapkan isu-isu strategi dalam

paradigma baru pendidikan di Indonesia.22 Lembaga pendidikan dengan

program studinya harus selalu mengevaluasi diri dengan penerapan TQM

agar diterima oleh pasar dan keluaran yang dihasilkan mampu berdaya

saing, bernilai guna serta mempunyai harga jual yang tinggi.

Lembaga pendidikan dapat dikatakan ideal dan mampu dikenal

serta diterima pasar kerja jika lembaga pendidikan tersebut mempunyai

21 Standar mutu adalah suatu ukuran yang digunakan sebagai dasar pembanding kuantitas,

kualitas, nilai, dan hasil karya yang ada. Dengan kata lain standar mutu adalah usaha meningkatkan hasil produksi yang lebih baik dan jam kerja yang lebih pendek dengan menentukan patokan berdasarkan perhitungan dan pengukuran tertentu. Standar mutu ini terdiri dari spesifikasi produk, bahan, dan kemampuan proses. Ibid, hlm. 17.

22 Suranto, Ibid., hlm. 25.

13

daya tarik, dapat dipertanggungjawabkan, mampu memberikan kebutuhan

pasar, mempunyai nilai tambah, berinteraksi, serta bertindak aktif untuk

berubah, sehingga mampu menghasilkan generasi yang berguna.

Banyak masalah mutu yang dihadapi dalam dunia pendidikan,

seperti mutu lulusan, mutu pengajaran, bimbingan dan latihan dari guru,

serta mutu profesionalisme dan kinerja guru. Mutu-mutu tersebut terkait

dengan mutu manajerial para pemimpin pendidikan, keterbatasan dana,

sarana dan prasarana sekolah, fasilitas pendidikan, media, sumber belajar,

alat dan bahan latihan, iklim sekolah, lingkungan pendidikan, serta

dukungan dari pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan.23 Semua

kelemahan mutu dari komponen-komponen pendidikan tersebut berujung

pada rendahnya mutu lulusan.

Banyaknya masalah yang diakibatkan oleh lulusan pendidikan

yang tidak bermutu, program manajemen mutu menjadi suatu aspek

manajemen pendidikan yang amat mendesak untuk dilaksanakan. Untuk

melaksanakan program mutu diperlukan beberapa dasar yang kuat, yaitu

sebagai berikut:24

a. Komitmen pada perubahan

Pemimpin atau kelompok yang menerapkan program mutu harus

memiliki komitmen atau tekad untuk berubah. Pada intinya

peningkatan mutu adalah melakukan perubahan kea rah yang lebih

baik dan lebih berbobot. Lazimnya perubahan tersebut menimbulkan

rasa takut, sedangkan komitmen dapat menghilangkan rasa takut.

b. Pemahaman yang jelas tentang kondisi yang ada

Banyak kegagalan dalam melaksanakan perubahan karena

melakukan sesuatu sebelum sesuatu itu jelas.

c. Mempunyai visi yang jelas terhadap masa depan

23 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah

(Konsep, Prinsip, dan Instrumen), (Bandung: Refika Aditama, 2006), hlm. 8. 24 Ibid., hlm. 8-9.

14

Hendaknya perubahan yang akan dilakukan berdasarkan visi

tentang perkembangan, tantangan, kebutuhan, masalah, dan peluang

yang akan datang.

d. Mempunyai rencana yang jelas

Mengacu pada visi, sebuah tim menyusun rencana dengan jelas.

Rencana menjadi pegangan dalam proses pelaksanaan program mutu.

Pelaksanaan program mutu dipengaruhi oleh faktor-faktor internal

maupun eksternal. Faktor ini akan selalu berubah sehingga rencan itu

harus selalu di update sesuai dengan perubahan. Tidak ada program

mutu yang stagnan. Program mutu pendidikan merefleksikan

lingkungan pendidikan di mana pun ia berada.

Semua dasar di atas menjadi penting bagi pengelola program mutu

dalam suatu lembaga pendidikan. Selain mengetahui dasar-dasar tersebut

ada juga beberapa prinsip yang perlu dipegang dalam menerapkan

program mutu pendidikan di antaranya yaitu:25

a. Peningkatan mutu pendidikan menuntut kepemimpinan profesional

dalam bidang manajemen pendidikan. Manajemen mutu pendidikan

merupakan alat yang dapat digunakan oleh para profesional pendidikan

dalam memperbaiki sistem pendidikan bangsa kita.

b. Kesulitan yang dihadapi para profesional pendidikan adalah

ketidakmampuan mereka dalam menghadapi “kegagalan sistem” yang

mencegah mereka dari pengembangan atau penerapan cara atau proses

baru untuk memperbaiki mutu yang ada.

c. Peningkatan mutu pendidikan harus melakukan loncatan-loncatan.

Norma dan kepercayaan lama harus diubah. Sekolah harus belajar

bekerja sama dengan sumber yang terbatas. Para profesional

pendidikan harus membantu siswa dalam mengembangkan

kemampuan yang dibutuhkan guna bersaing di dunia global.

d. Uang bukan kunci utama dalam usaha peningkatan mutu. Mutu

pendidikan dapat diperbaiki jika administrator, guru, staf, pengawas,

25 Ibid., hlm. 10-11.

15

dan pimpinan kepala sekolah mengembangkan sikap yang terpusat

pada kepemimpinan, team work, kerja sama, akuntabilitas, dan

rekognisi. Uang tidak menjadi penentu dalam kebijakan peningkatan

mutu.

e. Kunci utama peningkatan mutu adalah komitmen pada perubahan. Jika

semua guru dan staf sekolah telah memiliki komitmen pada perubahan,

pimpinan dapat dengan mudah mendorong mereka menemukan cara

baru untuk memperbaiki efisiensi, produktifitas, dan kualitas

pelayanan pendidikan. Guru akan menggunakan pendekatan yang baru

atau model pembelajaran, pembimbingan, dan pelatihan untuk

membantu perkembangan siswa. Demikian juga staf administrasi, ia

akan menggunakan proses baru dalam menyusun biaya, menyelesaikan

masalah, dan mengembangkan program baru.

f. Banyak profesional pendidikan kurang memiliki pengetahuan dan

keahlian dalam menyiapkan para siswa memasuki pasar kerja yang

bersifat global. Ketakutan terhadap perubahan atau takut melakukan

perubahan akan mengakibatkan ketidaktahuan bagaimana mengatasi

tuntutan baru.

g. Program peningkatan mutu dalam bidang komersial tidak dapat

dipakai secara langsung dalam pendidikan tetapi membutuhkan

penyesuaian dan penyempurnaan. Budatya, lingkungan, dan proses

kerja tiap organisasi berbeda. Para profesional pendidikan haris

dibekali oleh program yang khusus dirancang untuk menunjang

pendidikan.

h. Salah satu komponen kunci dalam program mutu adalah sistem

pengukuran. Dengan menggunakan sistem pengukuran memungkinkan

kepala sekolah dapat memperlihatkan dan mendokumentasikan nilai

tambah dari pelaksanaan program peningkatan mutu pendidikan, baik

terhadap siswa, orang tua, maupun masyarakat.

Mutu bermanfaat bagi pendidikan karena akan meningkatkan

pertanggungjawaban (responsibility) sekolah kepada masyarakat dan atau

16

pemerintah yang telah memberikan semua biaya kepada sekolah,

menjamin mutu lulusannya, staf bekerja lebih profesional, dan

meningkatkan persaingan yang sehat.26 Wilayah mutu di bidang

pendidikan meliputi mutu input, proses, output, dan outcome. Input

pendidikan dikatakan bermutu jika siap berproses.

Proses pendidikan bermutu apabila mampu menciptakan suasana

pembelajaran yang PAKEMB (Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif,

Menyenangkan, dan Bermakna). Output dinyatakan bermutu jika hasil

belajar akademik dan non akademik siswa meraih angka tinggi. Outcome

bermutu apabila lulusan cepat terserap dunia kerja, gaji wajar, dan semua

pihak mengakui kehebatan lulusan dan merasa puas.

Mutu sekolah adalah semua komponen yang berada dalam sistem

pendidikan. Artinya sekolah tidak hanya dinilai dari hasil semata,

melainkan sinergitas berbagai komponen dalam mencapai tujuan yang

telah ditetapkan dengan bermutu. Maka dalam hal ini usaha untuk

meningkatkan kualitas pendidikan dapat dilakukan melalui beragam

pilihan cara di bawah ini:27

a. Meningkatkan ukuran prestasi akademik melalui ujian nasinoal atau

ujian daerah yang menyangkut kompetensi dan pengetahuan,

memperbaiki tes bakat, sertifikasi kompetensi, dan profil portofolio.

b. Membentuk kelompok belajar sebaya untuk meningkatkan gairah

pembelajaran melalui belajar secara kelompok atau kooperatif.

c. Menciptakan kesempatan belajar baru di sekolah dengan mengubah

jam sekolah menjadi pusat belajar sepanjang hari dan tetap membuka

sekolah pada jam-jam libur.

d. Meningkatkan pemahaman dan penghargaan belajar melalui

penguasaan materi dan penghargaan atas pencapaian prestasi

akademik.

26 Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2008), 481. 27Fandy Tjiptono dan A. Diana, Op.Cit., (Yogyakarta: Andi, 2003), hlm. 4-5.

17

e. Membantu siswa memperoleh pekerjaan dengan menawarkan kegiatan

pembelajaran selain bidang akademik yang berkaitan dengan

keterampilan memperoleh pekerjaan, bertindak sebagai sumber kontak

informal tenaga kerja, membuat daftar riwayat hidupnya, dan

mengembangkan portofolio pencarian pekerjaan.

Peningkatan mutu pendidikan tidak dapat terlaksana tanpa

pemberian kesempatan sebesar-besarnya pada sekolah yang merupakan

ujung tombak terdepan untuk terlibat aktif secara mandiri mengambil

keputusan tentang pendidikan. Sekolah harus menjadi bagian utama

sedangkan masyarakat dituntut partisipasinya dalam peningkatan mutu

yang telah menjadi komitmen sekolah demi kemajuan masyarakat di mana

lembaga pendidikan itu berdiri.28

Peningkatan mutu hanya akan berhasil jika ditekankan adanya

kemandirian dan kreatifitas sekolah. Proses pendidikan menyangkut

berbagai hal di luar proses pembelajaran. Seperti misalnya, lingkungan

sekolah yang aman dan tertib, misi dan target mutu yang ingin dicapai

setiap tahunnya, kepemimpinan yang kuat, harapan yang tinggi dari warga

sekolah untuk berprestasi, pengembangan diri, evaluasi terus menerus,

komunikasi dan dukungan yang intensif dari pihak orang tua, masyarakat

maupun komite sekolah sebagai wadah peran serta masyarakat.

4. Pengertian Ekstrakurikuler

Yang dimaksud kegiatan ekstrakurikuler di sini ialah kegiatan

pendidikan yang diaksanakan sekolah namun pelaksanaannya di luar jam-

jam resmi. Kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan untuk mengembangkan

pribadi siswa karena walaupun tidak secara langsung menuju kegiatan

kurikuler yang berdampak pada pengajaran namun berdampak pengiring

yang kemungkinan hasilnya akan berjangka panjang. Tujuan

estrakurikuler adalah agar siswa dapat memperkaya dan memperluas

28 Hasbullah, Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya

terhadap Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 51.

18

wawasan pengetahuan, mendorong pembinaan nilai dan sikap demi untuk

mengembangkan minat dan bakat siswa.29

Program ekstra ini harus lebih ditujukan kepada kegiatan yang

sifatnya kelompok sehingga kegiatan itupun didasarkan atas pilihan siswa.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen ekstrakurikuler yaitu

peningkatan aspek pengetahuan sikap dan keterampilan, dorongan untuk

menyalurkan bakat dan minat siswa, penetapan waktu dan obyek kegiatan

yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan, dan jenis-jenis kegiatan

ekstrakurikuler yang dapat disediakan seperti pramuka, olahraga, dan

sebagainya.30

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu program

manajemen pendidikan bidang manajemen peserta didik. Peserta didik

menurut ketentuan umum pasal 1 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan

Nasional adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan

dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang, jenis pendidikan

tertentu. Dengan kata lain peserta didik adalah mereka yang sedang

mengikuti program pendidikan pada suatu sekolah atau jenjang pendidikan

tertentu.

Adapun pengertian manajemen peserta didik (pupil personil

administration) yaitu suatu layanan yang memusatkan perhatian pada

pengaturan, pengawasan, dan layanan siswa di kelas maupun di luar kelas

seperti pengenalan, pendaftaran, layanan individual seperti pengembangan

keseluruhan kemampuan, minat, kebutuhan sampai matang di sekolah.31

Manajemen ini dimulai dari peserta didik masuk sekolah sampai ia lulus

sekolah.

29 W. Mantja, Profesionalisasi Tenaga Kependidikan (Manajemen Pendidika dan

Pengajaran, (Malang: Elang Mas, 2007), hlm. 40. 30 Tholib Kasan, Teori dan Aplikasi Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Studia Press,

2007), hlm. 82. 31 Karwanto Abdullah, Bahan Mata Kuliah Manajemen Kesiswaan./Peserta Didik,

Program Studi Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang Tahun Akademik 2008/2009.

19

Tujuan umum manajemen peserta didik adalah mengatur kegiatan-

kegiatan peserta didik agar kegiatan-kegiatan tersebut menunjang proses

belajar mengajar di sekolah. Sehingga proses pembelajarn bisa

berlangsung lancar, tertib, teratur, dan memberikan konstribusi bagi

pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan secara keseluruhan.

Sedangkan fungsinya sebagai wahana bagi peserta didik untuk

mengembangkan diri seoptimal mungkin baik yang berkenaan dengan

segi-segi individualitasnya, segi sosial, segi aspirasi, segi kebutuhan, dan

segi potensi yang perlu dikembangkan lainnya.

5. Jenis-jenis Ekstrakurikuler

Proses pembelajaran (kegiatan kurikuler) pada suatu sekolah

dibedakan atas dua jenis, yaitu kegiatan intrakurikuler dan kegiatan ko

kurikuler. Kegiatan intrakurikuler adalah kegiatan yang tercantum dalam

jadwal pelajaran. Kegiatan ko kurikuler adalah kegiatan yang tidak

tercantum dalam jadwal pelajajaran akan tetapi menunjang secara

langsung tehadap kegiatan intrakurikuler. Sedangkan kegiatan

ekstrakurikuler adalah kegiatan yang tidak tercantum dalam jadwal

pelajaran tetapi menunjang secara tidak langsung tehadap kegiatan intra

kurikuler. Sungguhpun menunjang secara tidak langsung tetapi efek

jangka panjangnya terutam bagi pengembangan pribadi peserta didik

secara utuh sangatlah penting.

Kegiatan ekstrakurikuler (ekstra kelas) ini juga diklasifikasikan

lagi menjadi dua macam. Yaitu kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan ko

kurikuler.32 Kegiatan ekstrakurikuler yaitu kegiatan yang diselenggarakan

di luar jam sekolah yang biasanya dilaksanakan sore hari bagi sekolah

yang masuk pagi dan dilaksanakan pada pagi hari bagi sekolah yang

masuk sore. Seringkali kegiatan ini ditujukan untuk mengembangkan salah

satu bidang pelajaran yang diminati oleh sekelompok siswa. Misalnya,

olah raga, kesenian, berbagai macam keterampilan, dan kepramukaan.

32 Amir Daien, “Pengelolaan Kesiswaan”, dalam Hendyat Soetopo, Manajemen dan

Organisasi Sekolah, (Malang: IKIP Malang, 1989), hlm. 120.

20

Sedangkan kegiatan ko kurikuler dilaksanakan dalam berbagai

bentuk. Misalnya mempelajari buku-buku pelajaran tertentu, mengerjakan

pekerjaan rumah, bahkan dapat juga berbentuk melakukan kegiatan

beberapa hari di luar sekolah. Dalam kegiatan ko kurikuler jenis ini para

siswa melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan partisipasi

(pengabdian) masyarakat. Seperti contoh, memperbaiki jalan yang rusak,

membantu melakukan penghijauan, mengajar membaca dan menulis

kepada warga masyarakat, melatih berbagai macam keterampilan sesuai

dengan kemampuan masing-masing siswa.

6. Tujuan Ekstrakurikuler

Dengan memperhatikan kegiatan ko kurikuler dan ekstrakurikuler

maka betapa besar fungsi dan maknanya kegiatan tersebut bagi siswa.

Miller, Mayer, dan Patrick sebagaimana dikutip Tim Dosen Jurusan

Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang dalam “Manajemen dan

Organisasi Sekolah”, menunjukkan berbagai macam fungsi kegiatan ekstra

ini. Mereka menunjukkan bahwa kegiatan ekstra mampu memberi

sumbangan yang berarti bagi siswa, bagi pengembangan kurikulum, dan

bagi peningkatan efektifitas adiministrasi dan bagi masyarakat. Secara

lebih merinci mereka menyebutkan sebagai berikut:33

a. Contributions to students

1) To provide opportunities for the pursuit of established intersets

and the developmen of new interset (Memberi kesempatan bagi

siswa untuk mengembangkan minat dan menemukan minat-minat

baru).

2) To educate citizenship through experiences and insight that stress

leadership, fellowship, cooperation, and independent action

(Menanamkan rasa tanggung warga negara melalui pengalaman-

pengalaman dan pandangan-pandangan, terutama pengalaman

kepemimpinan, kesetiakawanan, kerjasama, kegiatan-kegiatan

mandiri. .

33 Ibid., hlm. 122-125.

21

3) To develop school spirit and morale (Meningkatkan semangat dan

moral sekolah).

4) To provide opportunities for satisfying the gragarious urge of

children and youth (Memberi kesempatan kepada anak-anak dan

remaja untuk mendapatkan kepuasan dalam kerjasama bersama

kelompok).

5) To encourage moral and spiritual development (Mengembangkan

aspek moral dan spiritual anak).

6) To strengthen the mental and physical health of student

Meningkatkan kekuatan mental dan jasmani)..

7) To provide for a well rounded of student (Mengenal secara lebih

baik).

8) To widen student contants (Memperluas hubungan dan pergaulan).

9) To provide opportunities for student to exercise thaeir creative

capacities more fully (Memberi kesempatan kepada mereka untuk

berlatih mengembangkan kemampuan kreatifitasnya secara lebih

baik).

b. Contributions ti curriculum improvment

1) To suplement or enrich classroom experiences (Untuk melengkapi

dan memperkaya pengalaman kelas).

2) To explore new learning experiences which may ultimately be

incorporated into the curriculum (Untuk menggali pengalaman-

pengalaman belajar baru yang mungkin dapat dipadukan secara

tepat dalam kurikulum).

3) To provide additional opportunity for individual and group

guidance (Untuk memberikan kesempatan tambahan bagi

bimbingan individu atau bimbingan kelompok).

4) To motivate calkssroom intructions (Untuk memotivasi pengajaran

kelas).

22

c. Contributions to more effective school administration

1) To foster more effective teamwork between students, faculty, and

adminstrative and supervisory personnel (Untuk meningkatkan

efektifitas kerja sama antara para siswa, guru, staf administrasi, dan

supervisi).

2) To integrate more closely the several diviosions of the school

(Untuk lebih mempersatupadukan berbagai bagian dalam sekolah).

3) To provide less restricted opportunities designed to assist youth in

the worth-while utilization of the spare time (Untuk memberikan

sedikit pengetahuan dalam rangka membantu para remaja dalam

menggunakan waktu senggangnya).

4) To enable teachers better understand the forces that motivate

pupils as raect as they to many of the problematic situation with

which they are confronted (Untuk memberi kesempatan yang lebih

baik kepada guru agar lebih memahami kekuatan-kekuatan yang

dapat memotivasi para siswa dalam memberikan respon terhadap

berbagai situasi problematik yang mereka hadapi).

d. Contributions to community relations

1) To promote better school and community relations (Untuk

meningkatkan hubungan antara sekolah dengan masyarakat secara

lebih baik).

2) To encourage greater community interest in and supprt of the

school (Untuk mendorong perhatian masyarakat yang lebih besar

dari masyarakat dalam membantu sekolah).

Demikianlah betapa besar fungsi dan arti kegiatan ekstrakurikuler

dalam menuju tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Tentu hal ini dapat

terwujud manakala pengelolaan kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan

dengan sebaik-baiknya, khususnya pengaturan siswa, peningkatan disiplin

siswa, dan semua para petugas. Kita menyadari bahwa mengatur siswa di

luar kelas biasanya lebih sulit daripada mengatur mereka di dalam kelas.

Apabila kegiatan ekstrakurikuler melibatkan banyak pihak tentulah hal ini

23

memerlukan peningkatan administrasi yang lebih tinggi. Kepekaan para

pengelola khususnya penanggungjawab pengaturan siswa sangat

diperlukan. Kepala sekolah sebagai manajer harus melakukan hal-hal

berikut: 34

a. Mengidentifikasi kegiatan ekstrakurikuler yang akan dilaksanakan di

sekolah.

b. Menunjuk koordinator untuk setiap kegiatan.

c. Meminta setiap koordinator untuk menyusun program kerja yang akan

menjadi bagian dari rencana kegiatan sekolah.

d. Memonitor pelaksanaannya.

7. Manajemen Mutu dalam Ekstrakurikuler

Dalam pengembangan mutu pendidikan kepala sekolah perlu

memerhatikan segala sisi garapan manajemen dalam lembaga. Sebagai

kepala sekolah tentu ia bertanggung jawab atas semua kegiatan

manajemen pendidikan yang dilakukan dalam lembaganya. Manajemen

pendidikan didefinisikan sebagai segala aktivitas dalam mengatur,

mengkoordinasikan, dan memanfaatkan sumber daya organisasi bagi

pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.35 Efektif mengacu kepada

perbandingan hasil yang dicapai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Efisien mengacu kepada perbandingan hasil yang dicapai dengan biaya,

tenaga, dan sumber sarana prasarana yang digunakan.

Sekolah sebagai suatu unit organisasi pendidikan merupakan

wadah kerja sama kelompok orang (guru, staf, kepala sekolah, dan siswa)

untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Pencapaian tujuan sekolah baik

34Syafaruddin, Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), hlm. 265. 35 Dari segi proses manajemen bidang apapun hampir tidak berbeda karena senantiasa

dimulai dengan perencanaan dan diakhiri dengan pengawasan. Yang membedakan antara manajemen bidang satu dengan bidang lainnya adalah aspek substansinya atau bidang garapannya. Jadi yang membedakan antara manajemen pendidikan dengan manajemen ekonomi atau layanan publik yang lain yaitu bukan pada prosesnya melainkan pada aspek substansinya. Dalam hal ini yang menjadi substansi manajemen pendidikan yaitu manajemen kurikulum dan pembelajaran, peserta didik, manajemen tenaga kependidikan, manajemen sarana dan prasarana, manajemen keuangan, dan manajemen partisipasi masyarakat. Karwanto Abdullah, “Ruang Lingkup dan Topik-topik Umum untuk Penelitian Manajemen Pendidikan”, (Semarang: IAIN Walisongo, 6 September 2005), hlm. 4.

24

secara kuantitas dan kualitas sangat tergantung pada orang-orang yang

terhimpun di dalam lembaga (sekolah) itu. Utamanya adalah peran pokok

yang dimainkan kepala sekolah melalui kepemimpinannya dengan

membangun dan mempertahankan semangat kerja yang positif dan tinggi.

Dengan kata lain kepala sekolah dituntut untuk menjalankan

kepemimpinan yang mampu menciptakan semangat kerja guru dan staf

lain yang tinggi.

Kaitannya dengan dimensi kepemimpinan kepala sekolah,

hendaknya kepala sekolah menjadi pemimpin yang efektif bagi siswanya,

para guru, masyarakat dan orang tua siswa. Kegiatan peran kepala sekolah

kepada pembinaan siswa ini mencakup pengembangan potensi-potensi

dasar setiap siswa, membantu siswa agar memiliki kehidupan yang lebih

baik, dan mengembangkan kemampuan intelektual, sosial, emosional, dan

fisik.36 Peran semacam inilah yang melatarbelakangi adanya

penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler di suatu lembaga pendidikan.

Sehingga keragaman potensi alamiah yang dimiliki oleh setiap siswa dapat

dikembangkan secara maksimal berdasarkan bakat dan minat masing-

masing dari siswa. Di dalam sekolah unggulan kegiatan ekstrakurikuler ini

mendapatkan tempat prioritas utama pengembangan potensi peserta didik.

Sehingga ia menyediakan segala jenis kegiatan ekstrakurikuler yang

dijalankan oleh guru-guru yang berbeda.

Untuk mengoptimalkan program mutu dalam kegiatan

ekstrakurikuler harus menganut pada asas-asas konsep mutu yang pada

awalnya dikembangkan dalam organisasi non pendidikan, seperti

perusahaan pabrikasi atau perusahaan yang berorientasi pada hasil produk.

Sejatinya antara lembaga pendidikan dengan organisasi pabrikasi memiliki

kesamaan yaitu untuk meningkatkan hasil produk. Bedanya dalam

lembaga pendidikan yang menjadi bahan dasar (input) adalah manusia dan

hasil akhir berupa produk manusia pula (hasil keluaran/outcome). Menurut

36 W. Mantja, Op.Cit., hlm. 50.

25

pendapat Philip Crosby ada beberapa langkah yang harus digulirkan untuk

mensukseskan program mutu. Yaitu antara lain:37

a. Komitmen Manajemen (Management Commitment)

Hal ini adalah hal yang krusial menuju sukses dan merupakan poin

penting yang disepakati oleh semua para ahli mutu. Komitmen ini

harus dikomunikasikan dalam sebuah statemen kebijakan mutu, yang

harus singkat, jelas, dan dapat dicapai.

b. Membangun Tim Peningkatan Mutu (Quality Improvment Team)

Tim peningkatan mutu memiliki tugas mengatur dan mengarahkan

program yang akan diimplementasikan melalui organisasi. Karena

setiap bagian organisasi menjadi kontributor potensial bagi kerusakan

dan kegagalan mutu maka setiap bagian organisasi harus berpartisipasi

dalam upaya peningkatan mutu. Tugas utama dari tim peningkatan

mutu adalah untuk menentukan bagaimana menspesifikan kegagalan

dan peningkatan mutu.

c. Pengukuran Mutu (Quality Measurement)

Hal ini dibutuhkan untuk mengukur ketidaksesuaian saat ini atau

yang akan muncul dengan cara evaluasi dan perbaikan. Bentuk-bentuk

pengukuran ini berbeda antara organisasi produksi dengan organisasi

layanan. Bentuk-bentuk tersebut bergantung pada data inspeksi,

laporan pemeriksaan, data statistik, dan data umpan balik dari

pelanggan.

d. Mengukur Biaya Mutu (The Cost of Quality)

Biaya mutu terdiri dari biaya kesalahan, biaya kerja ulang, biaya

pembongkaran, biaya inspeksi, dan biaya pemeriksaan.

Mengidentifikasi biaya mutu dan memberikan perhatian yang lebih

terhadapnya adalah hal yang penting untuk dilakukan.

e. Membangun Kesadaran Mutu (Quality Awareness)

Yaitu langkah untuk menumbuhkan kesadaran setiap orang dalam

organisasi tentang biaya mutu (The Cost of Quality) dan keharusan

37 Edward Sallis, Op.Cit., hlm. 113-118.

26

untuk mengimplementasikan program yang dicanangkan Tim

Peningkatan Mutu (Quality Improvment Team). Hal ini memerlukan

pertemuan atau rapat yang teratur antara pihak manajemen dan

karyawan untuk mendiskusikan masalah-masalah spesifik dan

bertujuan mengatasinya. Informasi tentang program peningkatan mutu

harus dikomunikasikan. Kesadaran mutu harus menjadi kunci dasar

dan dihubungkan dengan urutan peristiwa yang konstan.

f. Kegiatan Perbaikan (Correction Actions)

Para pengawas harus bekerja sama dengan staf untuk memperbaiki

mutu yang rendah. Metode yang sistematis diperlukan untuk mengatasi

masalah. Untuk menentukan masalah mana yang harus ditangani

terlebih dahulu bisa digunakan dengan aturan Paretto bahwa 20 persen

yang berkaitan dengan proses menyebabkan munculnya 80 persen

masalah.38

g. Perencanaan Tanpa Cacat (Zero Defact Planning)

Program tanpa cacat harus diperkenalkan dan dipimpin oleh Tim

Peningkatan Mutu yang juga bertanggung jawab terhadap

implementasinya. Seluruh staf harus menandatangi kontrak formal

untuk mewujudkan tanpa cacat dalam tugas dan kerja mereka.

h. Menekankan perlunya Pelatihan Pengawas (Supervisor Training)

Pelatihan ini penting bagi manajer agar mereka memahami peranan

mereka dalam proses peningkatan mutu. Pelatihan ini juga bisa

dilakukan melalui program pelatihan formal. Ini krusial bagi para staf

yang melaksanakan peranan manajemen menengah.

38 Alat dalam TQM ada tujuh macam yang biasa digunakan. Pertama, Checshit. Yaitu alat yang digunakan untuk mengelompokkan data secara sederhana, pengisiannya dengan angka dan tanda yang berkonsentrasi pada karakteristik yang diamati. Kedua, Diagram Pencar yang digunakan untuk mengetahui hubungan penyebab atau karakteristik suatu mutu yang diamati. Ketiga, Histogram yaitu alat pengumpulan data yang digunakan untuk mengetahui distribusi atau penyebaran data yang ada. Keempat, Diagram Paretto atau yang digunakan untuk memisahkan unsur penting dengan unsur yang tidak penting dari penyebab terbesar penyebab masalah. Kelima, Diagram Sebab Akibat yaitu alat yang diterapkan untuk mengetahui faktor penyebab masalah. Keenam, Stratifikasi atau alat untuk mengelompokkan kumpulan data sebab-sebab kelompok yang mempunyai karakteristik yang sama. Ketujuh, Grafik pengendali yaitu alat yang dipakai berupa tampilan data yang berupa grafik garis yang mencantumkan batas maksimum dan batas minimum. Selengkapnya cari keterangan dalam Suranto, Op.Cit., hlm. 48-53.

27

i. Menyelenggarakan Hari Tanpa Cacat (Zero Defacts Day)

Ini adalah kegiatan sehari penuh yang memperkenalkan ide tanpa

cacat. Pada dasarnya ini adalah sebuah pesta untuk menyoroti dan

merayakan penerapan metode tanpa cacat dan untuk menekankan

Komitmen Manajemen metode tersebut.

j. Penyusunan Tujuan (Goal Setting)

Begitu kontrak kerja untuk melakukan tanpa cacat dibuat dan ide-

ide tersebut telah diluncurkan dalam hari tanpa cacat maka sangat

penting untuk merencanakan aksi yang lengkap. Tujuan yang hendak

dituju oleh tim harus spesifik dan terukur.

k. Penghapusan Sebab Kesalahan (Error-Cause Removal)

Langkah ini harus dimaksudkan agar para staf dapat

mengkomunikasikan kepada manejemen tentang situasi-situasi tertentu

yang mempersulit implementasi metode tanpa cacat. Hal ini dapat

diraih dengan mendesain sebuah bentuk standar yang sesuai dengan

garis manajemen. Semua bentuk tersebut harus menerima jawaban

dalam periode waktu tertentu.

l. Pengakuan (Recognition)

Penting untuk memberikan apresiasi kepada mereka yang

berpartispasi dalam latihan-latihan peningkatan mutu. Tidak semua

orang bekerja karena menginginkan uang semata. Oleh karena itu

penghargaan tersebut harus dihubungkan dengan rancangan tujuan,

bisa dengan berupa hadiah atau sertifikat. Yang utama adalah

pengakuan bukan uang.

m. Mendirikan Dewan-dewan Mutu (Quality Council)

Ini adalah sebuah struktur institusional yang juga dianjurkan yaitu

mengikutsertakan para staf tenaga profesional mutu untuk menentukan

bagaimana masalah dapat ditangani dengan tepat dan baik. Bagian dari

peran Dewan Mutu adalah mengawasi efektifitas program dan

menjamin bahwa proses peningkatan mutu tersebut terus berlanjut.

28

n. Lakukan Lagi (Do it Over Again)

Program mutu adalah proses yang tidak pernah berakhir. Ketika

tujuan program telah tercapai maka program tersebut harus dimulai

lagi.

Lembaga pendidikan (Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, atau

Perguruan Tinggi) merupakan salah satu sarana formal, wadah penyiapan

dan pembekalan bagi generasi yang akan datang dalam penempaan ilmu

pengetahuan. Pelaksanaan pembelajaran harus dilangsungkan dengan

konsisten dan loyalitas yang tinggi bagi setiap pengemban pelaksana

proses belajar mengajar. Peningkatan mutu selalu dicanangkan dan

dilaksanakan secara terus menerus (countinous improvement) untuk

menghasilkan lulusan yang berdaya saing dan bermutu tinggi.

Evaluasi harus dilakukan secara dini sebagai langkah perbaikan

untuk menuju hal yang diinginkan lembaga secara bersama.39 Karena itu

setiap lembaga harus melakukan evaluasi, baik evaluasi manajemen,

evaluasi kinerja, maupun evaluasi positioning program studi yang dikelola.

Evaluasi sebagai langkah perbaikan dilaksanakan dari lapisan manajemen

yang paling bawah sampai manajemen yang teratas. Evaluasi secara

menyeluruh akan menghasilkan tujuan yang optimal.

Perbaikan secara totalitas yang terdiri dari perbaikan dan

peningkatan hasil outputnya melalui perbaikan input yang berupa mutu

sumber daya manusia, metode pembelajaran, alat fasilitas penunjang,

informasi yang lengkap, manajemen yang canggih dan optimal, pengajar

yang bermutu, lembaga penelitian dan pengembangan (Puslitbang) dan

39 Sebagai sebuah pendekatan TQM mencari sebuah perubahan permanen dalam tujuan

organisasi, dari tujuan “kelayakan” jangka pendek menuju tujuan “perbaikan mutu” jangka panjang. Institusi yang melakukan inovasi secara konstan, melakukan perbaikan dan perubahan secara terarah, dan mempraktikkan TQM akan mengalami siklus perbaikan secara terus menerus. Semangat tersebut akan menciptakan sebuah upaya sadar untuk menganalisa apa yang sedang dikerjakan dan merencanakan perbaikannya. Untuk menciptakan kultur perbaikan terus menerus, seorang manajer harus mempercayai stafnya dan mendelegasikan keputusan pada tingkatan-tingkatan yang tepat. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan staf sebuah tanggung jawab untuk menyampaikan mutu dalam lingkungan mereka. Staf membutuhkan kebebasan kerja dalam kerangka kerja yang sudah jelas dan tujuan organisasi yang sudah diketahui. Edward Sallis, Op.Cit., hlm. 76.

29

pengabdian yang terpadu, kegiatan proses belajar mengajar yang

terintegrasi, metode pembelajaran yang akurat, motivasi pembelajaran

yang tinggi, sistematis dan berkonsep ilmiah, serta lingkungan belajar

yang kondusif.

Dalam menciptakan tujuan yang optimal dalam meningkatkan

mutu pendidikan salah satu cara evaluasi yang dilakukan adalah

mengevaluasi permasalahan dari setiap program studi yang dikelola.

Dalam hal manajemen mutu dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah

maka yang menjadi tekanan utama dalam evaluasi adalah bagaimana

pengelolaan kegiatan ekstra ini diperbaiki seoptimal mungkin sehingga

keluaran yang dihasilkan sesuai dengan tujuan yang diarapkan dari adanya

pengembangan kegiatan ekstra di sekolah ini.

Pembelajaran yang baik dengan penerapan TQM yaitu untuk

menghasilkan lulusan yang bermutu. Terdapat lima komponen dalam

pencapaian mutu pembelajaran di sekolah. Di mana lima komponen itu

saling berinteraksi yang sinergis dalam pencapaian mutu. Komponen

tersebut yakni evaluasi diri, otonomi, transparansi, akuntabilitas, dan

akreditasi.

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Untuk mencapai tujuan penelitian maka diperlukan suatu metode.

Sehingga dapat diperoleh gambaran yang jelas tentang permasalahan yang

akan diteliti. Maka dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian

kualitatif. Penelitian ini berusaha mengungkap bagaimana langkah-langkah

penerapan manajemen mutu yang dilakukan di SD Islam al-Azhar 29 BSB

Semarang. Dengan hasil penelitian yang berupa uraian kata-kata deskriptif.

Untuk itu peneliti memakai metode kualitatif. Jenis kualitatif didefisinikan

sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-

kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.40

Peneliti memilih metode kualitatif karena dengan metode ini semua data yang

behubungan dengan manajemen mutu di SD Islam al-Azhar BSB Semarang

ini bisa digali dengan tuntas. Diharapkan melalui pendekatan kualitatif peneliti

mampu mendeskripsikan data secara akurat serta telah melalui tahap saturate.

Sehingga hasil penelitian ini betul-betul menjawab semua rumusan

permasalahan yang diajukan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang.

Penelitian akan diadakan selama satu bulan. Yaitu sejak tanggal 02 Mei s/d 01

Juni 2011 waktu penelitian terbagi menjadi 3 tahapan. Tahapan pertama

digunakan untuk survey pendahuluan. Kedua, proses pencarian data di

lapangan. Ketiga, tahapan pelaporan atau penulisan hasil penelitian.

Berikutnya waktu dipakai untuk proses pembimbingan oleh dosen skripsi

dilanjutkan dengan seminar hasil penelitian (Ujian Munaqosah).

40 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2005), hlm. 5.

31

C. Sumber Penelitian

Yang menjadi sumber penelitian di sini yaitu kepala sekolah, wakil kepala

sekolah bidang kesiswaan, wakil kepala sekolah bidang kurikulum,

koordinator ekstrakurikuler, dan guru atau pelatih ekstrakurikuler yang ada di

SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang. Dari kepala sekolah akan dihasilkan

data bagaimana sistem koordinasi antara semua pihak yang bertugas

melaksanakan program ekstarkurikuler. Bagaimana kepala sekolah

mengendalikan orang-orang yang terlibat di sekolahan sehingga mengarah

pada manajemen mutu.

Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan bertugas memberikan data seputar

proses pengkoordinasian antara koordinator ekstra, guru ekstra, dan siswa.

Sedangkan dari wakil kepala sekolah bidang kurikulum akan diungkap

bagaimana proses perumusan struktur kurikulum ekstra. Dari koordinator

ekstra akan dihasilkan data hubungannya dengan kegiatan pengawasan di

lapangan saat pembelajaran berlangsung bersama siswa. Peneliti mencarai

data dari guru ekstra yang berupa bagaimana proses manajemen pembelajaran

ekstra. Mulai dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan

evaluasi pembelajaran ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29 BSB

Semarang ini.

D. Fokus Penelitian

Peneliti memfokuskan penelitian pada pelaksanaan manajemen mutu

ekstrakurikuler yang dilakukan dan ketercapaian manajemen mutu

ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang. Fokus pertama akan

membahas bagaimana kegiatan perencanaan mutu, pelaksanaan mutu, dan

evaluasi manajemen pelaksanaan mutu yang dijalankan.

E. Pengumpulan Data Penelitian

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian karena tujuan utama dari penelitian ialah mendapatkan data. Tanpa

mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti tidak akan mendapatkan

32

data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Teknik yang peneliti pakai

yaitu antara lain, teknik observasi, wawancara, dokumentasi, dan

triangulasi/gabungan data.

1. Interview (wawancara)

Wawancara berarti proses tanya jawab yang berlangsung secara lisan

yang mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara

langsung iniformasi-informasi atau keterangan dari responden. Dengan

kata lain wawancara adalah suatu metode untuk memperoleh fakta atau

informasi dari responden secara lisan. Interview atau wawancara juga

diartikan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui

tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik

tertentu.

Dalam penelitian ini peneliti sering menggabungkan teknik observasi

partisipatif dengan wawancara mendalam. Selama melakukan observasi

peneliti melakukan interview kepada orang-orang yang terlibat di dalam

kegiatan pembelajaran ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29 BSB

Semarang. Wawancara dalam penelitian ini berlangsung dari alur umum

ke khusus sehingga harus melewati beberapa tahapan. Wawancara tahap

pertama bertujuan memberikan deskripsi dan orientasi awal perihal

masalah atau subjek yang dikaji. Tema-tema yang muncul pada tahap ini

kemudian diperdalam, dikonfirmasikan pada tahap wawancara berikutnya.

Demikian seterusnya hingga mencapai derajat saturate.

Wawancara dilakukan bersama pihak-pihak yang terkait dengan

kegiatan ekstrakurikuler. Pihak-pihak tersebut di antaranya: kepala

sekolah, guru ekstra, siswa, dan pihak orang tua wali siswa. Dari kepala

sekolah peneliti menginginkan data tentang bagaimana pengaturan

perencanaan program ekstrakurikuler, bagaimana job description, dan

bagaimana proses pengawasan program yang dilakukan. Bersama guru

ekstra peneliti mengupas data bagaimana pelaksanaan program

ekstrakurikuler dijalankan. Diharapkan data yang diperoleh dari guru

ekstra ini menambah informasi tentang pelaksanaan manajemen mutu

33

kegiatan ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar ini. Kepada siswa peneliti

mencari data bagaimana kesan dan pesan mereka terhadap kegiatan

ekstrakurikuler. Dari orang tua siswa peneliti mewawancarai tentang

pendapat mereka tentang kegiatan ekstrakurikuler yang dilakukan anaknya

di sekolah ini.

Data yang diburu dengan teknik wawancara ini pada dasarnya untuk

mengkonfirmasi data yang didapat pada saat peneliti melakukan observasi.

Keterangan atau informasi dari semua responden ini kemudian

dikomparasikan dan disimpulkan. Selanjutnya data tersebut dipaparkan

dalam laporan data penelitian. Peneliti akan mengemukakan pertanyaan

tentang tahapan-tahapan manajemen mutu apa saja yang dilakukan di

sekolah dan faktor-faktor pendukung dan penghambat serta solusi yang

ditemukan dalam melakukan manajemen mutu untuk kegiatan

ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang. Informasi seputar

tahapan manajemen mutu dan penghambat serta solusi ini dibutuhkan

untuk menjawab rumusan permasalahan penelitian.

2. Observasi

Metode observasi yaitu cara pengambilan data dengan menggunakan

fungsi pancaindera yakni indera penglihatan sebagai alat bantu utamanya

untuk melakukan pengamatan langsung.41 Adapun observasi yang lazim

digunakan dalam studi kualitatif adalah observasi partisipatif (observasi

berperan serta).42 Dalam praktiknya di lapangan peneliti mengamati

bagaimana para guru ekstra mengkondisikan siswanya saat akan memulai

pembelajaran ekstrakurikuler, bagaimana pengelolaan siswa yang

dilakukan dalam kelas, dan bagaimana guru mendisiplinkan siswa saat

pembelajaran ekstrakurikuler berlangsung. Diharapkan dengan teknik

observasi ini peneliti betul-betul bisa mengamati secara langsung

manajemen mutu itu diaplikasikan di SD Islam al-Azhar 29 BSB

41 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 229. 42 Agus Salim dan Ali Formen, “Pengantar Berpikir Kualitatif (Menuju Objektifitas

Penelitian Sosial di Indonesia)” dalam Teori dan Paradigma, (Yogyakarta: UNY Press, 2004), hlm. 14.

34

Semarang. Hasil data dari observasi kemudian dipertegas lagi dengan

teknik wawancara. Dengan begitu peneliti mendapatkan data baik secara

mengamati langsung dan mendengarkan informasi melalui teknik

wawancara.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik yang digunakan untuk mencari data

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat

kabar, majalah, dan sebagainya.43 Dokumen merupakan catatan peristiwa

lampau. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya

monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari

penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian

kualitatif.44

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan

dengan point-point pokok pelaksanaan manajemen mutu kegiatan

ekstrakurikuler, fasilitas pendukung dan penghambat serta solusi

pemecahan yang diterapkan dalam pelaksanaan manajemen mutu yang

dilakukan di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang. Data dokumen yang

dibutuhkan dari penelitian ini antara lain arsip data kegiatan pembelajaran

ekstrakurikuler yang meliputi program kerja, sirkulasi keuangan, prestasi

yang diperoleh, struktur kepengurusan, keuangan, dan data peserta

kegiatan ekstrakurikuler di sekolah yang terletak di daerah perumahan elit

ini.

Melalui arsip program kerja peneliti menganalisis apakah program

kerja yang dirumuskan itu sudah mencapai kesuksesan, artinya berhasil

dijalankan. Dari data sirkulasi keuangan peneliti berusaha menaksir biaya

yang mesti dibutuhkan untuk pelaksanaan manajemen mutu. Struktur

kepengurusan menyediakan data siapa saja pihak yang mesti terlibat dalam

proses manajerial mutu. Data peserta kegiatan ekstrakurikuler digunakan

43 Suharsimi Arikunto, Op.Cit. hlm. 231. 44 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R &

D), (Bandung: Alfabeta, 2007), hlm. 82.

35

untuk mendapatkan siapa saja yang tergabung dalam kegiatan

ekstrakurikuler ini.

Data yang diperoleh melalui dokumentasi berupa jejak rekam atau

sekilas kegiatan ekstrakurikuler yang pernah dijalankan di SD ini pada

waktu lampau. Data tersebut kemudian dijadikan dasar untuk memetakan

tahapan-tahapan manajemen mutu yang dilakukan di kegiatan

ekstrakurikuler SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang.

4. Triangulasi Data

Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.45 Triangulasi pada

penelitian ini, peneliti gunakan sebagai pemeriksaan melalui sumber

lainnya. Dalam pelaksanaannya peneliti akan melakukan pengecekan data

yang berasal dari hasil wawancara dengan kepala madrasah dalam konteks

pelaksanaan manajemen mutu kegiatan ekstrakurikuler yang di lakukan di

SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang. Lebih jauh lagi, hasil wawancara

tersebut kemudian peneliti cek dengan hasil pengamatan yang peneliti

lakukan selama masa penelitian untuk mengetahui faktor pendukung dan

penghambat penerapan manajemen mutu di sekolah lembaga penelitian

ini.

Triangulasi dibutuhkan untuk memastikan bahwa data sudah valid.

Antara data yang diperoleh melalui observasi, dokumentasi, dan

wawancara itu sudah sama. Dengan kata lain triangulasi data bertujuan

untuk menghindari adanya informasi yang saling berseberangan satu sama

lain. Setelah peneliti mendapatkan data dengan keempat teknik di atas

kemudian peneliti mensistematisasikan ke dalam beberapa catatan hasil

penelitian untuk selanjutnya ditulis dalam bentuk laporan penelitian.

F. Analisis Data Penelitian

45 Lexy J. Moleong, Op.Cit., hlm. 330.

36

Analisis data dalam sebuah penelitian merupakan bagian yang sangat

penting karena dengan analisis inilah data yang ada akan nampak manfaatnya

terutama dalam memecahkan masalah penelitian dan mencapai tujuan akhir

dalam penelitian. Analisis data merupakan proses mencari dan menata data

dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi, dan triangulasi secara

sistematis untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti

dan menyajikannya sebagai temuan bagi yang lain. Data yang terkumpul yang

masih bersifat rumit dan kompleks direduksi (merangkum dan memilih hal-hal

yang pokok, memfokuskan hal yang penting, dan membuang hal yang tidak

perlu. Data hasil reduksi disajikan (display data) ke dalam bentuk naratif,

table, grafik sehingga mudah dipahami. Setelah itu baru menyimpulkan dan

verifikasi data. Sedangkan untuk meningkatkan pemahaman tersebut, analisis

perlu dilanjutkan dengan berupaya mencari makna (interpretasi).46 Model

analisis data penelitian dapat ditunjukkan dengan gambar berikut:

Gambar 3.1 Model Analisis Data

Sumber: Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2007), hlm. 338.

Penelitian ini bersifat kualitatif, sehingga dalam hal ini peneliti

menggunakan metode analisis yang disebut analisis data kualitatif. Menurut

Bogdan dan Biklen yang dikutip Lexy J. Moleong analisis data kualitatif

dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,

memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistesiskannya,

46 Sugiyono, Op.Cit., hlm. 338-345.

Data Collection

Data Display

Data Reduction

Conclusions/Verifying

37

mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang

dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.47

Penelitian ini juga bersifat deskriptif, yang mana penelitian deskriptif

merupakan penelitian yang bekerja dengan cara berusaha menggambarkan dan

menginterpretasi objek apa adanya atau dapat dikatakan sesuai dengan fakta.48

Oleh karena itu, dalam analisis data ini peneliti menggunakan analisis

deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan

dan menginterpretasikan bagaimana inovasi manajemen madrasah yang di

lakukan oleh SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang.

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan sejak sebelum memasuki

lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Analisis lebih

difokuskan selama proses di lapangan bersamaan pengumpulan data. Peneliti

dalam hal ini akan menyusun secara sistematis data-data yang diperoleh dari

hasil observasi, interview, dokumentasi, dan triangulasi data kemudian

dilanjutkan dengan mendeskripsikan dan menginterpretasikan bagaimana

pelaksanaan manajemen mutu kegiatan ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar

29 BSB Semarang. Langkah pertama yang peneliti lakukan dalam analisis data

ini yaitu mengumpulkan semua data yang didapat melalui teknik

pengumpulan data di atas. Selanjutnya mengolah dan memilah-milah data

yang akan dicantumkan dalam laporan penelitian. Setelah semua data diolah

dan ditulis baru kemudian dicarikan kesimpulan hasil penelitian berdasarkan

hasil perolehan data lapangan yang didukung oleh referensi ilmiah yang

tertuang dalam bab II.

47 Lexy J. Moleong, Op.Cit, hlm. 248. 48 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan (Kompetensi dan Prakteknya), (Jakarta:

Bumi Aksara, 2003), hlm. 157.

38

BAB IV

MANAJEMEN MUTU EKSTRAKURIKULER

DI SD ISLAM AL-AZHAR 29 BSB SEMARANG

C. Pelaksanaan Manajemen Mutu Ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29

BSB Semarang

Dalam mengembangkan kualitas ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29

BSB Semarang Kepala Sekolah, Nikmah Rachmawati, mengakui perlunya

sinergisasi yang intensif antarberbagai komponen lembaga. Komponen itu

antara lain pihak Yayasan HIMSYA, Kepala Sekolah, Bagian Kesiswaan,

Bagian Kurikulum, Koordinator Ekstrakurikuler (di SD Islam al-Azhar 29

BSB Semarang setiap jenis kegiatan ekstra telah ditetapkan seorang

koordinator yang bertugas mengelola program kerja ekstra masing-masing,

mengabsen kehadiran siswa, mendampingi saat kegiatan pembelajaran ekstra

berlangsung, membantu proses penilaian hasil belajar ekstra siswa, dan

menyampaikan hasil nilai tersebut ke bagian kurikulum), Guru Ekstra, dan

peserta didik kegiatan ektra itu sendiri.

Untuk mengoptimalkan kinerja dari masing-masing pihak di atas kepala

sekolah memiliki strategi-strategi yang handal untuk mengantisipasi dan

mencairkan setiap permasalahan yang terjadi (problem solving) dalam

kegiatan ekstrakurikuler. Menurut penuturan beliau, “Kunci keberhasilan

suatu manajemen organisasi terletak pada komunikasi yang harmonis

antarberbagai elemen yang bekerja di organisasi tersebut. Dan yang tidak

kalah penting lagi selain komunikasi yaitu adanya gambaran visi ke depan

yang jelas, apa yang harus dilakukan, tujuan apa yang hendak dicapai,

indikator target kerja, apa yang harus dihindari, dan fungsi pemberdayaan dari

setiap lini baik yang berada di bawah maupun yang di atas.”49

Kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan di SD Islam al-Azhar 29

BSB ini antara lain, futsal, beladiri, melukis, manari, theater, pramuka,

qiro’aty, qiro’ah, tenis lapangan, drum band, in house radio (channel 29),

49 Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah pada 2 Mei 2011 di ruang kepala.

39

cheerleader, kelas musik (seruling, gitar, drum, karawitan, rebana, paduan

suara, angklung, pianika, dan keyboard), komputer, English habit, reading

habit, swimming, field trip, dan seminar kids.

Masih berdasarkan penuturan kepala sekolah, “Kerberhasilan manajemen

mutu di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang ini tidak serta merta dihasilkan

oleh satu atau dua orang saja. Akan tetapi ini merupakan hasil kerja tim yang

berkarya dan berkreatifitas untuk memajukan program ekstra yang selama ini

dijalankan. SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang berhasil menjuarai berbagai

ajang lomba baik di tingkat kecamatan bahkan di tingkat nasional menjadi

upah atas segala jerih payah yang telah kami usahakan sepanjang ini.”

Kegiatan pengelolaan organisasi membutuhkan tahapan-tahapan yang

sistematis untuk memudahkan setiap langkah yang harus dijalankan. Tahapan

kerja yang semrawut mengakibatkan hasil kerja yang berantakan pula.

Demikian halnya adanya ketertiban dalam bekerja menjadi salah satu indikator

keberhasilan secara administrasi maupun di lapangan. Ada beberapa langkah

yang dijalankan di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang untuk

mengembangkan mutu kegiatan pembelajaran ekstrakurikulernya.

1. Perencanaan Manajemen Mutu di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang

Setiap menjelang tahun pelajaran baru SD Islam al-Azhar 29 BSB

Semarang mengadakan rapat kerja awal tahun yang biasanya diadakan

pada bulan Juli. Rapat ini membahas hal-hal apa saja yang akan dijalankan

terkait kegiatan ekstrakurikuler untuk satu tahun ke depan. Hal-hal yang

terkait tersebut antara lain, penentuan jenis-jenis program ekstrakurikuler,

berapa kuota siswa yang harus dicapai (sebagai syarat minimal dibukanya

satu jenis ekstra. Syarat jumlah minimal peserta untuk satu program ekstra

yaitu 10 anak), siapa yang akan menjadi koordinator, jadwal ekstra, dan

pengelompokkan siswa. Semua permasalahan yang berhubungan dengan

kegiatan ekstra akan dibahas di rapat kerja awal tahun ini.

Seperti yang dikemukakan bagian kesiswaan, Novita Tri Retnani,

dalam kegiatan pengelolaan manajemen mutu ekstrakurikuler di SD Islam

al-Azhar 29 BSB Semarang diperlukan beberapa pertimbangan sebelum

40

program itu betul-betul dilaksanakan oleh koordinator ekstra bersama guru

ekstra.50 Pertimbangan itu antara lain, jumlah siswa yang meminati

mengikuti satu cabang ekstra, jumlah cabang ekstra yang akan

dibelajarkan selama satu tahun mendatang, dan spesifikasi kemampuan di

bidang jenis ekstra tertentu guru ekstra, kelengkapan sarana dan prasarana

yang dimiliki sekolah berkaitan dengan jenis kegiatan ekstra yang

menunjang keberhasilan manajemen ekstra, dan prospek cabang ekstra ke

depan apakah nantinya ada kejuaran yang melombakan jenis ekstra

tersebut. Pertimbangan yang terakhir itu karena tujuan akhir dari kegiatan

ekstra di SD ini adalah menghasilkan prestasi lomba di luar sekolah.

Selanjutnya baru sekolah bisa memutuskan program ekstra selama setahun

mendatang.

Hal lain yang dipertimbangkan dalam kegiatan perencanaan ini

yaitu pemilihan guru ekstra yang tepat (guru yang benar-benar menguasai

kompetensi ekstra), seleksi siswa yang tepat (siswa yang memiliki potensi,

bakat, serta minat terhadap salah satu ekstra), dan prospek adanya lomba

antarsekolah. Untuk menyikapi hal ini sekolah akhirnya mengagendakan

beberapa program yang akan menfasilitasi kemungkinan tidak adanya

ajang lomba dari jenis ekstra yang dibelajarkan, yaitu dengan

menampilkan ekstra pada saat sekolah menggelar kegiatan intern. Seperti

pada peringatan PHBN (Peringatan Hari Besar Nasional) seperti pada saat

memperingati Hari Proklamasi Kemerdekaan RI, Hari Kartini, Hari

Kebangkitan Nasional, Hari Pendidikan Nasional, dan sebagainya. Atau

pada saat sekolah membuat program PHBI (Peringatan Hari Besar Islam)

misalnya, Peringatan Maulid Nabi, Peringatan Isra’ Mikraj Nabi

Muhammad SAW, Nuzulul Qur’an, dan lain-lain. .

Secara umum tahapan yang dilalui dalam kegiatan perencanaan ini,

pertama rapat kerja awal tahun selanjutnya dilakukan tindak lanjut dari

hasil rapat tersebut. Follow up dibahas intern oleh koordinasi antara kepala

50 Berdasarkan studi wawancara dengan bagian kesiswaan pada 3 Mei 2011 di Ruang

Kelas Nuh.

41

sekolah dengan kesiswaan. Berikutnya melibatkan bagian kurikulum untuk

menentukan siapa koordinator dari masing-masing cabang ekstra yang

akan digalakkan satu tahun ke depan itu. Setelah koordinator dari masing-

masing jenis ekstra terpilih kemudian setiap koordinator akan

berkoordinasi dengan guru atau tenaga pengajar ekstra untuk membahas

program atau strategi yang akan dilaksanakan selama setahun mendatang.

Koordinasi antara koordinator ekstra dengan guru ekstra menghasilkan

perencanaan pembelajaran ekstra yang berbentuk silabus, prota, dan

promes.

Silabus yang disusun untuk kegiatan ekstra di SD Islam al-Azhar

ini tidak berbeda jauh dengan silabus yang digunakan untuk setiap mata

pembelajaran utama (intrakurikuler). Yaitu terdiri dari standar kompetensi,

kompetensi dasar, materi, kegiatan, indokator, alokasi waktu, dan teknik

evaluasi. Silabus ini dibuat oleh setiap guru ekstra dan diserahkan kepada

bagian kurikulum untuk selanjutnya disampaikan kepada kepala sekolah

untuk disahkan. Di samping silabus guru ekstra juga wajib melampirkan

prota dan promes sebagai acuan waktu kegiatan pembelajaran ekstra. Di

sinilah bedanya manajemen ekatra di SD Islam al-Azhar dengan sekolah

yang lain. Karena biasanya kegiatan ekstra di lembaga lain seakan tidak

terurus dan programnya tidak tertata dengan rapi seperti halnya yang

dilaksanakan di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang.

Dalam kegiatan pembelajaran semua guru mempersiapkan silabus,

buku prestasi, buku pendamping, lembar absensi kehadiran siswa, kartu

kendali.51 Selain hal-hal yang telah disebutkan tadi perangkat lain yang

diperlukan disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran. Misalnya dalam

kegiatan qiroa’ty dibutuhkan tape recorder (alat audio) maka sekolah

menyiapkan itu. SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang berusaha

menyediakan perangkat pembelajaran sekiranya memang betul-betul

dibutuhkan.

51 Berdasarkan hasil studi wawancara dengan salah satu koordinator jenis cabang ekstra di

SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang pada 3 Mei 2011.

42

Di antara pihak yang terlibat dalam kegiatan perencanaan

manajemen mutu ini yaitu pihak yayasan yang diwakili kepala sekolah,

bidang kesiswaan, bidang kurikulum, guru pengajar, dan semua staf serta

karyawan di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang. Kegiatan perencanaan

mutu dilakukan setiap tahun menjelang pembukaan tahun pelajaran baru

yaitu pada bulan Juli.

2. Pelaksanaan Manajemen Mutu di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang

Pelaksanaan manajemen Mutu di SD Islam al-Azhar 29 BSB

Semarang pertama kali dilakukan pada saat Masa Orientasi Siswa (MOS).

Kegiatan MOS juga bertujuan untuk mensosialisasikan berbagai cabang

ekstra kepada siswa baru dan juga diperuntukkan untuk menarik minat

siswa baru untuk mengikuti kegiatan ekstra yang akan diselenggarakan.

Dengan kata lain sebagai upaya penjaringan minat dan bakat siswa baru.

Dalam kegiatan MOS ini semua siswa kelas I-VI wajib mengikuti. Tidak

hanya siswa baru saja. Karena di lembaga ini ada jenis-jenis kegiatan

ekstra yang ditawarkan oleh sekolah. Ada yang jenis ekstra wajib, ekstra

pilihan, dan ekstra mandiri.

Untuk ekstra wajib setiap siswa diharuskan mengikuti tanpa

terkecuali. Sedangkan untuk yang pilihan siswa bebas memilih kegiatan

apa yang mereka kuasai dan mereka minati. Adapun yang mandiri ini

siswa boleh memilih atau tidak. Karena ekstra mandiri semua biaya

dibebankan kepada wali murid. Berbeda dengan ekstra wajib dan pilihan,

semua biaya ditanggung oleh pihak sekolah. Berikut adalah daftar

ekstrakurikuler yang dijalankan di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang.52

52 Berdasarkan Studi Dokumentasi Program Kerja Ekstrakurikuler SD Islam al-Azhar 29

BSB Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011.

43

Tabel 4.2 Daftar Ekstrakurikuler

No. Kelompok Ekstra Jenis Ekskul Bentuk dan Tujuan Kegiatan Jadwal

1. Ekstra Pilihan Menari Menstimulasi dan mengembangkan potensi, bakat, minat, dan menyediakan wadah bagi kreatifitas anak didik. Kegiatan yang dilakukan antara lain: a. Melakukan latihan rutin sesuai

jadwal b. Mempersiapkan setiap murid

untuk mengikuti perlombaan setiap saat

c. Mempersiapkan setiap murid untuk tampil dalam pertunjukan-pertunjukan yang diadakan sekolah

Rabu

Beladiri/Silat Latihan jurus dan ketahanan fisik. Adapun kegiatannya yaitu: a. Melakukan latihan rutin sesuai

dengan jadwal b. Mempersiapkan setiap murid

peserta ekskul bela diri untuk mengikuti perlombaan

Rabu

Pildacil Menstimulasi dan mengembangkan potensi, bakat, minat, anak dalam bidang keagamaan, keberanian diri untuk audiensi dan berdiplomasi. Kegiatan yang dilakukan antara lain: a. Melakukan latihan rutin sesuai

dengan jadwal yang telah ditentukan

b. Mengikutsertakan murid untuk mengikuti perlombaan di berbagai tingkat baik kecamatan sampai dengan nasional dengan target juara

c. Mempersiapkan murid untuk tampil dalam berbagai jenis pertunjukan yang diadakan di sekolah

Rabu

44

d. Mengikusertakan murid untuk tampil di berbagai acara di luar sekolah

Melukis Menstimulasi dan mengembangkan bakat dan minat anak di bidang seni lukis. Kegiatan yang dilaksanakan yaitu: a. Melakukan pembelajaran

melukis sesuai dengan jadwal dengan tema yang bervariasi

b. Setiap selesai melukis hasil lukisan dipajang di lingkungan sekolah

c. Mempersiapkan setiap murid untuk mengikuti perlombaan mewarnai di berbagai event di tingkat kecamatan dan kota

Rabu

Drama/Theatre Menstimulasi dan mengembangkan potensi, bakat, dan minat anak di bidang seni acting dan melatih kepercayaan diri. Kegiatan yang dilakukan: a. Melakukan latihan rutin sesuai

dengan jadwal b. Mempersiapkan murid-murid

untuk tampil dalam pertunjukan yang diadakan oleh sekolah yang mengakomodasikan semua jenis elstrakurikuler

Rabu

Futsal Latihan menendang, membawa, dan mengoper bola. Kegiatan yang dilakukan: a. Melakukan latihan rutin sesuai

dengan jadwal b. Mempersiapkan murid untuk

mengikuti lomba

Rabu

Qiro’ah/Tilawah

Menstimulasi dan mengembangkan potensi, bakat, dan minat anak dalam bidang seni membaca al-Qur’an. Kegiatan yang dilakukan: a. Melakukan latihan rutin sesuai

dengan jadwal b. Mempersiapkan murid-murid

untuk tampil di setiap kegiatan

Rabu

45

baik PHBI/PHBN atau kegiatan lainnya baik yang berskala kecil maupun besar

c. Mempersiapkan murid untuk mengikuti perlombaan di berbagai event

2. Ekstra Wajib Pramuka/Kepanduan

PU, PUK, Latihan baris berbaris, latihan ketangkasan, dan permainan siaga (life skill)

Kamis

Qiro’ati Menstimulasi dan mengembangkan potensi, bakat, dan minat anak dalam membaca al-Qur’an

Senin-Jumat

3. Ekstra Mandiri Tenis Lapangan Menstimulasi dan mengembangkan potensi, minat, dan bakat anak dalam bermain olah raga tenis lapangan

Sabtu, 09.00-11.00

B. Inggris Menstimulasi dan mengembangkan bakat, minat, dan bakat dalam berbahasa Inggris

Jumat, 14.00-16.00

Drum Band Menstimulasi dan mengembangkan bakat, minat, dan bakat dalam bermain drum band

Sabtu, 09.00-11.00

Jaritmatika Menstimulasi dan mengembangkan bakat, minat, dan bakat dalam berhitung dan ilmu Matematika

Sabtu, 09.00-11.00

4. Kelas Musik Rebana a. Menstimulasi dan mengembangkan bakat, minat, dan bakat dalam menggunakan alat musik rebana

b. Menciptakan lagu dan menyeimbangkan otak kanan dan kiri

Selasa

Pianika a. Menstimulasi dan mengembangkan bakat, minat, dan bakat dalam menggunakan alat dan musik pianika

b. Menciptakan lagu dan menyeimbangkan otak kanan dan kiri

Selasa

Keyboard a. Menstimulasi dan mengembangkan bakat, minat, dan bakat dalam menggunakan alat musik keyboard

Selasa

46

b. Menciptakan lagu dan menyeimbangkan otak kanan dan kiri

Angklung a. Menstimulasi dan mengembangkan bakat, minat, dan bakat dalam menggunakan alat musik angklung

b. Menciptakan lagu dan menyeimbangkan otak kanan dan kiri

Selasa

Seruling a. Menstimulasi dan mengembangkan bakat, minat, dan bakat dalam menggunakan alat musik seruling

b. Menciptakan lagu dan menyeimbangkan otak kanan dan kiri

Selasa

Bass a. Menstimulasi dan mengembangkan bakat, minat, dan bakat dalam menggunakan alat musik bass

b. Menciptakan lagu dan menyeimbangkan otak kanan dan kiri

Selasa

Gitar a. Menstimulasi dan mengembangkan bakat, minat, dan bakat dalam menggunakan alat musik gitar

b. Menciptakan lagu dan menyeimbangkan otak kanan dan kiri

Selasa

Gamelan a. Menstimulasi dan mengembangkan bakat, minat, dan bakat dalam menggunakan alat musik gamelan

b. Menciptakan lagu dan menyeimbangkan otak kanan dan kiri

Selasa

Drum Band a. Menstimulasi dan mengembangkan bakat, minat, dan bakat dalam menggunakan alat musik drum band

b. Menciptakan lagu dan menyeimbangkan otak kanan dan kiri

Sabtu

47

Drum a. Menstimulasi dan mengembangkan bakat, minat, dan bakat dalam menggunakan alat musik drum

b. Menciptakan lagu dan menyeimbangkan otak kanan dan kiri

Selasa

Setelah masa sosialisasi ekstra (MOS) berakhir koordinator ekstra

dan guru ekstra melakukan koordinasi untuk menentukan siswa yang akan

mengikuti program ekstra ini. Yang menjadi perhatian di sini yaitu ketika

ingin menentukan siswa yang akan menjalani kegiatan ekstra pilihan.

Kira-kira siapa yang layak dan tidak layak. Berpotensi atau tidak

berpotensi. Untuk menyikapinya sekolah melakukan penyebaran angket

kepada orang tua.

Angket ini berisi pertanyaan seputar keinginan orang tua dan anak

untuk mengikuti kegiatan ekstra apa yang akan dipilih. Setelah angket

disebarkan dan diisi orang tua tahap berikutnya mengadakan penyaringan

siswa atau seleksi berdasarkan minat dan bakat potensi siswa masing-

masing. Dan setelah itu pihak sekolah kembali bermusyawarah bersama

orang tua yang bertujuan menyampaikan hasil kesepakatan guru ekstra

tentang keputusan siapa saja yang berpotensi dan tidak betrpotensi untuk

mengikuti program ekstra-ekstra tertentu. Jenis ekstra yang peminatnya

kurang dari 10 anak maka akan ditiadakan kecuali cabang tilawah karena

memang jenis ekstra ini membutuhkan bakat seni yang tinggi dan tidak

semua siswa bisa mengikuti.53

Dalam pelaksanaan manajemen mutu ekstra kepala sekolah

berkoordinasi dengan kesiswaan, kesiswaan berkoordinasi dengan

koordinator ekstra, dan koordinator ekstra bekerja sama dengan guru

pengajar untuk mengatasi pembelajaran ekstra bersama siswa di lapangan.

Kepala sekolah meminta pertanggungjawaban melalui bagian kesiswaan,

bagian kesiswaan nantinya berkoordinasi dengan koordinator ekstra, dan

53 Berdasarkan hasil studi wawancara dengan bagian kurikulum pada 3 Mei 2011.

48

koordinator ekstra meminta laporan kegiatan dari guru ekstra. Pengawasan

dilakukan semacam ini.

Menurut bagian kesiswaan, pada saat pelaksanaan manajemen

mutu ini sekolah juga melibatkan pihak luar sekolah untuk ikut andil

dalam penjaminan mutu ekstra yang diadakan sekolah. Bagian kesiswaan

akan menampung semua komplain permasalahan yang berasal dari orang

tua siswa misalnya. Sekolah membebaskan stakeholder untuk memberikan

kritik dan saran yang konstruktif. Dalam menindaklanjuti kritik dan saran

ini bagian kesiswaan akan berkoordinasi dengan kepala sekolah untuk

memecahkan permasalahan yang tejadi. Tidak ada kritik dan saran yang

tidak ditindaklanjuti. Semua akan dibahas secara tuntas.

Pelaksanaan pembelajaran ekstra dari setiap guru ekstra berbeda-

beda. Jadi setiap guru bertanggung jawab penuh atas kegiatan

pembelajaran ekstra yang diampunya masing-masing. Begitu juga dengan

metode pembelajaran yang dipakai. Intinya semua guru ekstra tidak

diperkenankan untuk melaksanakan dengan metode yang monoton.

Sekolah telah memiliki segala fasilitas pendidikan yang diperlukan untuk

semua jenis kegiatan ekstra. Di sini tergantung guru memberikan materi

kepada siswa. Makannya guru ekstra dituntut sekreatif mungkin dalam

merencanakan kegiatan pembelajaran maupun pada saat pembelajaran

berlangsung. Kegiatan pembelajaran di kelas semuanya berada di

tanggung jawab guru ekstra bagaimana ia menjalankan tugasnya dengan

baik. Pihak sekolah hanya menyediakan fasilitas pembelajaran untuk

memudahkan serta meningkatkan pembelajaran ekstrakurikuler di SD

Islam al-Azhar 29 BSB Semarang.

Ketika ditanya persoalan kendala yang tejadi dalam kegiatan

manajemen pembelajaran ekstra ini kepala sekolah menuturkan, “Kendala

yang sering terjadi yaitu banyaknya siswa yang ingin berpindah pilihan

ekstra.” Menurutnya, “Biasanya anak terpengaruh dengan prestasi

temannya di bidang ekstra yang lain. Hal ini akan mempersulit

administrasi karena berkaitan dengan pengisian nilai raport. Setiap nilai

49

raport akan dimasukkan ke dalam buku raport sebagai bahan pelaporan

kepada orang tua. Berikutnya bila terjadi guru ekstra yang berhalangan

hadir untuk mengajar. Jika yang terjadi demikian maka koordinator yang

akan mengisi kekosongan guru itu.” Menyikapi kendala di atas kepala

sekolah akhirnya menentukan kebijakan baru yaitu siswa tidak

diperkenankan berpindah cabang jenis ekstra yang lain kecuali pada awal

semester atau akhir semester.

3. Evaluasi Manajemen Mutu di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang

Evaluasi dilakukan dengan sebelumnya diawali dengan proses

pengawasan dari berbagai pihak di lembaga. Pengawasan manajemen

mutu di SD Islam al-Azhar 29 BSB dilaksanakan secara kontinyu dan

berkelanjutan. Setiap pekan sekali guru ekstra menyampaikan laporan

kepada koordinator ekstra. Koordinator ekstra memberikan laporan kepada

bagian kesiswaan sebulan sekali. Kepala sekolah menerima laporan dari

bagian kesiswaan setiap akhir tahun. Satu tahun sekali laporan itu

diberikan kepada kepala sekolah. Namun pada saat-saat tertentu ada juga

pelaporan secara mendadak (laporan insidental) jika ditemui hal-hal yang

sulit diatasi.54

Menindaklanjuti evaluasi tersebut jika terjadi kekurangoptimalan

kinerja biasanya dilakukan secara teguran lisan yang berbentuk peringatan.

Akan tetapi kita tidak serta merta menegur melainkan lebih mementingkan

pencarian opsi solusi untuk memecahkan permasalahan yang tengah

dihadapi. Adapun permasalahan yang terjadi siswa dipecahkan dengan

cara pemberian sanksi edukatif. Jika dimungkinkan tidak bisa diberikan

ampun maka diadakan open house (berkunjung ke rumah siswa untuk

menyampaikan permasalahan yang terjadi pada anaknya kepada orang

tua).

Dalam kunjungan itu guru memberikan informasi yang berkaitan

dengan anaknya. Baik hal-hal yang positif anak maupun sisi negatif anak.

Kunjungan ini sekaligus meminta bantuan kerja sama antara sekolah

54 Berdasarkan hasil studi wawancara dengan kepala sekolah pada 2 Mei 2011.

50

dengan pihak orang tua untuk ikut terlibat dalam pengembangan program

ekstra yang dicanangkan oleh sekolah. Setidaknya dengan adanya

kunjungan ini orang tua lebih mengetahui perkembangan kualitas anak

selama mengikuti kegiatan ekstra di sekolah bersama teman yang lainnya.

Permintaan pihak sekolah kepada orang tua biasanya untuk bisa ikut andil

dalam pengawasan pendidikan anak selama berada di lingkungan keluarga.

Partisipasi orang tua diharapkan akan memberikan bimbingan tambahan

terkait materi pembelajaran ekstra.

Penjaminan mutu yang dilakukan di SD ini yaitu dengan cara

pengawasan secara kontinyu dan berkelanjutan. Dalam hal ini koordinasi

dilakukan setiap saat. Hal yang sering digunakan untuk melakukan

pengawasan yaitu melalui SMS (pesan singkat) atau berbicara langsung

melalui handphone. Kepala sekolah mengawasi kinerja bagian kesiswaan,

bagian kesiswaan meminta laporan dari koordinator ekstra, dan

koordinator ekstra meminta pertanggungjawaban dari guru ekstra.55

Teknik evaluasi pembelajaran ekstra yang diterapkan bervariasi.

Ini menyesuaikan dengan jenis item yang akan dievaluasi. Biasanya

penilaian yang sering dilakukan di sekolah ini yaitu penilaian yang

sifatnya praktikum. Jarang sekali yang menggunakan teknik untuk

mengukur ranah kognitif karena pada dasarnya pembelajaran ekstra ini di

luar jam pelajaran sekolah dan bertujuan mengembangkan bakat dan minat

siswa masing-masing. Kegiatan evaluasi diselenggarakan setelah selesai

melakukan pembelajaran per indikator. Setiap akhir pertemuan guru ekstra

mesti melakukan evaluasi.56

Kegiatan penilaian ekstra di sekolah yang berada di perumahan

elite ini seperti pada kegiatan pembelajaran intrakurikuler umumnya. Jadi

ada aspek penilaian pengamatan harian, keaktifan, absensi, dan nilai akhir.

Berbeda dengan sekolah yang lain, di SD Islam al-Azhar siswa menerima

raport yang berisi hasil penilaian khusus kegiatan ekstrakurikuler. Di

55 Ibid. 56 Berdasarkan hasil studi wawancara dengan guru ekstra pada 2 Mei 2011.

51

sinilah keunggulan kegiatan ekstra di SD Islam al-Azhar. Hal ini bertujuan

untuk memberikan motivasi dan semangat siswa untuk berlatih mengasah

bakatnya sehingga menjadi siswa berprestasi baik di tingkat intern sekolah

maupun pada saat mengikuti kejuaraan umum bertanding dengan sekolah-

sekolah yang lain.57

Proses kegiatan manajemen dari mulai perencanaan, pelaksanaan,

dan pengawasan yang secara kontinyu ini diharapkan akan mampu

menghasilkan prestasi baik yang berupa fisik (piala atau piagam) atau

performance dalam kegiatan intern sekolah. Pada akhir tindak penilaian ini

guru ekstra, koordinator ekstra, bagian kesiswaan, bagian kurikulum, dan

kepala sekolah melakukan koordinasi lagi untuk mengevaluasi program

ekstra selama setahun. Penilaian ini didasarkan dari detail perencanaan

yang berisi target, indikator keberhasilan dari setiap jenis ekstra yang

diagendakan, dan tujuan jangka pendek dan jangka panjang sekolah.

D. Ketercapaian Pelaksanaan Manajemen Mutu Ekstrakurikuler di SD

Islam al-Azhar 29 BSB Semarang.

Prestasi bidang ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar sudah tidak

diragukan lagi. Pencapaian prestasi yang telah diraih bahkan telah sampai

pada tingkat nasional. Perolehan prestasi puncak ini mengindikasikan kualitas

manajemen mutu yang digerakkan di sekolah yang berada di daerah Mijen

Semarang ini. Kemenangan dalam ajang lomba tidak saja dialami oleh

siswanya akan tetapi banyak juga sebagian guru yang menyabet gelar juara

pada saat lomba antarguru. Misalnya saja ketika mengikuti lomba pembuatan

alat peraga pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang

diselenggarakan Dinas Pendidikan dan Olah Raga Kota Semarang, salah satu

delegasi sekolah ini mendapatkan gelar juara I. Delegasi guru pada waktu itu

diwakili Khoirul Umam. Kegiatan lomba tingkat Kota Semarang yang digelar

antarguru ini dilaksanakan pada bulan Januari 2010.

57 Berdasarkan hasil studi wawancara dengan kepala sekolah pada 3 Mei 2011.

52

Selain prestasi yang diperoleh Khoirul Umam, Endah Wulandari juga

berhasil memenangkan tropi juara III untuk cabang lomba Storytelling. Yaitu

lomba bercerita dalam bahasa Inggris. Lomba bercerita ini diselenggarakan

oleh Penerbit Erlangga Kota Semarang. Menurut penuturan kepala sekolah,

pengikutsertaan guru dalam berbagai ajang lomba dijadikan penyemangat bagi

siswa secara umum untuk bisa mengikuti jejak gurunya dalam meraih

penghargaan dalam berbagai kejuaraan. Sehingga hal ini akan menjadi

cambuk penyemangat bagi siswa dan siswa akhirnya temotivasi secara terus

menerus untuk bisa berprestasi serta membawa nama baik lembaga dengan

memperoleh hasil maksimal dalam kegiatan ekstrakurikuler.

Berikut adalah catatan prestasi yang telah diraih oleh siswa di bidang

kegiatan ekstrakurikuler.58 Prestasi selama setahun ke belakang ini menjadi

bukti bahwa SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang memang betul-betul

mampu dan berhasil mengelola fungsi manajemen mutu ekstrakurikuler. Bisa

dikatakan setiap mengikuti lomba wakil siswa dari SD ini selalu mendapatkan

gelar juara. Baik itu di tingkat kecamatan Mijen, Kota Semarang, Provinsi

Jawa Tengah, maupun pada tingkat nasional. Akibat dari pencapaian prestasi

ini kepala sekolah pernah mendapatkan penghargaan kepala sekolah

berprestasi se-Kota Semarang pada tahun 2010.

Tabel 4.3 Catatan Prestasi SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang tahun 2010/2011

No. Bulan Prestasi Lomba Tingkat 1. Januari 2010 Juara I Strorytelling Kota Semarang 2. Februari 2010 Juara I Renang Gaya Kupu-

kupu Kecamatan Mijen

3. Februari 2010 Juara I Renang Gaya Bebas Kecamatan Mijen 4. Februari 2010 Juara I Renang Gaya Dada Kecamatan Mijen 5. Februari 2010 Juara 2 Renang Gaya Bebas Kecamatan Mijen 6. Februari 2010 Juara 2 Renang Gaya Dada Kecamatan Mijen 7. Februari 2010 Juara 2 Renang Gaya Dada Kecamatan Mijen 8. Februari 2010 Juara 3 Fashion Show Kota Semarang 9. Februari 2010 Juara Harapan 3 Fashion Show Kota Semarang 10. Februari 2010 Juara 3 Storytelling Kota Semarang 11 Februari 2010 Juara I Galang Manunggal Kota Semarang

58 Berdasarkan Studi Dokumen Prestasi tahun 2010-2011 SD Islam al-Azhar 29 BSB

Semarang.

53

12. Februari 2010 Juara 3 Galang Manunggal Kota Semarang 13. Februari 2010 Juara 3 Pesta Siaga (Pa) Kecamatan Mijen 14. Februari 2010 Juara 2 Pesta Siaga (Pi) Kecamatan Mijen 15. Februari 2010 Juara Harapan 2 Olimpiade dan Uji

Kompetensi al-Azhar se-Indonesia Bidang PKn/B.Indonesia

Nasional

16. Februari 2010 Juara I Olimpiade dan Uji Kompetensi al-Azhar se-Indonesia Bidang Dai Cilik

Nasional

17. Februari 2010 Juara 3 Futsal Kota Semarang 18. Februari 2010 Semifinal Olimpiade Sains Kota Semarang 19. April 2010 Juara I Melukis Kecamatan Mijen 20. April 2010 Juara I Puisi Kecamatan Mijen 21. April 2010 Juara I Pidato Kecamatan Mijen 22. April 2010 Juara Harapan 2 Festival Seni Kota Semarang 23. April 2010 Juara 3 Pidato Kota Semarang 24. April 2010 Juara 2 Fashion Show Kota Semarang 25. April 2010 Tropi Walikota Storytelling Kota Semarang 26. Juni 2010 Juara I Futsal Kota Semarang 27. Agustus 2010 Juara I Spelling Bee Kota Semarang 28. Agustus 2010 Juara 3 Spelling Bee Kota Semarang 29. Agustus 2010 Juara I Storytelling Kota Semarang 30. Oktober 2010 Juara I Rebana Kecamatan Mijen 31. November 2010 Juara 3 Mapel B. Inggris Provinsi Jateng 32. November 2010 Harapan 2 Mapel B. Inggris Provinsi Jateng 33. Desember 2010 10 Besar Cipta Baca Puisi Provinsi Jateng 34. Maret 2011 Juara 2 Olimpiade da Uji

Kompetensi al-Azhar se-Indonesia Bidang Komputer

Nasional

35. Maret 2011 Juara I Olimpiade da Uji Kompetensi al-Azhar se-Indonesia Bidang Dai Cilik

Nasional

36. Maret 2011 Juara 3 Pesta Siaga (Pa) Kecamatan Mijen 37. Maret 2011 Juara 2 Pesta Siaga (Pi) Kecamatan Mijen 38. Maret 2011 Juara 3 Pesta Siaga Kota Semarang 39. Maret 2011 Juara 3 Futsal Kota Semarang 40. Maret 2011 Juara I POPDA Cabang Silat Kecamatan Mijen 41. Maret 2011 Juara I POPDA Cab. Renang Kecamatan Mijen 42. Maret 2011 Juara I Olimpiade Sains

Matematika Kecamatan Mijen

43. Maret 2011 Juara I Olimpiade Sains IPA Kecamatan Mijen

54

44. Mei 2011 Juara 2 Kempo Kota Semarang 45. Mei 2011 Juara 2 Dokter Kecil Kecamatan Mijen

Data prestasi di atas ini hanya sebagian dari pencapaian yang

dilakukan di luar sekolah. SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang seringkali

menggelar kegiatan intern sekolah untuk memfasilitasi hasil dari

pembelajaran ekstranya. Seperti misalnya inagurasi musik. Semua cabang

ekstra kelas secara bersamaan menampilkan hasil belajarnya.

E. Pembahasan

Untuk menghasilkan kesimpulan penelitian yang komprehensif peneliti

sekiranya perlu membahas perihal strategi manajemen mutu yang dilakukan

SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang yang dihubungkan dengan teori yang

telah dijelaskan sebelumnya pada bab II. Dalam hal ini peneliti akan

mengkomparasikan teori yang telah diungkapkan oleh Philip Crosby. Menurut

pendapat Philip Crosby ada beberapa langkah yang harus digulirkan untuk

mensukseskan program mutu. Yaitu antara lain:

1. Komitmen Manajemen (Management Commitment)

Seperti yang telah diterangkan dalam bab II komitmen manajemen

adalah hal yang krusial menuju sukses dan merupakan poin penting yang

disepakati oleh semua para ahli mutu. Komitmen ini harus

dikomunikasikan dalam sebuah statemen kebijakan mutu, yang harus

singkat, jelas, dan dapat dicapai. Dalam mengaplikasikan konsep

komitmen ini kepala sekolah tidak enggan untuk mengintruksikan perintah

kepada para bawahan agar program berjalan dengan sukses. Dalam

menyampaikan perintahnya kepala sekolah langsung terjun ke lapangan

sekaligus melakukan kontrol atau supervisi kepada petugas yang

bertanggung jawab dalam kegiatan ekstrakurikuler. Kepala sekolah

memberikan saran maupun kritik sehubungan dengan jalannya kegiatan

pembelajaran ekstrakurikuler. Langkah yang dilakukan kepala sekolah

pada saat tejun di lapangan dengan terlebih dahulu bertanya kepada siswa

55

ataupun guru ekstra yang bertugas terkait problem ataupun kemajuan yang

dicapai selama pembelajaran berlangsung.

2. Membangun Tim Peningkatan Mutu (Quality Improvment Team)

Tim peningkatan mutu memiliki tugas mengatur dan mengarahkan

program yang akan diimplementasikan melalui organisasi. Karena setiap

bagian organisasi menjadi kontributor potensial bagi kerusakan dan

kegagalan mutu maka setiap bagian organisasi harus berpartisipasi dalam

upaya peningkatan mutu. Tugas utama dari tim peningkatan mutu adalah

untuk menentukan bagaimana menspesifikan kegagalan dan peningkatan

mutu. Tim peningkatan mutu di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang ini

terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala bidang kesiswaan, dan

koordinator ekstra. Tim ini juga melibatkan orang tua dan komite sekolah.

Mereka bertugas mewakili menyalurkan aspirasi dari orang tua sedangkan

komite sekolah mewakili suara dari warga masyarakat.

3. Pengukuran Mutu (Quality Measurement)

Pengukuran mutu dibutuhkan untuk mengukur ketidaksesuaian saat ini

atau yang akan muncul dengan cara evaluasi dan perbaikan. Bentuk-

bentuk pengukuran ini berbeda antara organisasi produksi dengan

organisasi layanan. Bentuk-bentuk tersebut bergantung pada data inspeksi,

laporan pemeriksaan, data statistik, dan data umpan balik dari pelanggan.

Pengukuran dilakukan secara kontinyu. Setiap pekan sekali guru ekstra

menyampaikan laporan kepada koordinator ekstra. Koordinator ekstra

memberikan laporan kepada bagian kesiswaan sebulan sekali. Kepala

sekolah menerima laporan dari bagian kesiswaan setiap akhir tahun. Satu

tahun sekali. Namun pada saat-saat tertentu ada juga pelaporan secara

mendadak (laporan insidental) jika ditemui hal-hal yang sulit diatasi.

Pelaporan ini dijalankan guna mengukur ketercapaian keberhasilan

program perencanaan yang dilakukan.

Pihak yang memberikan laporan disertakan dalam bentuk tertulis yang

berisi data dan dokumen kegiatan ekstrakurikuler. Misalnya jumlah

permasalahan yang terjadi selama kurun waktu tertentu. Selain itu pihak

56

manajemen sekolah memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya

kepada orang tua atau siapapun juga untuk menyampaikan komplain serta

kritik atau saran kepada sekolah dalam rangka meningkatkan mutu ekstra

di sekolah.

4. Mengukur Biaya Mutu (The Cost of Quality)

Biaya mutu terdiri dari biaya kesalahan, biaya kerja ulang, biaya

pembongkaran, biaya inspeksi, dan biaya pemeriksaan. Mengidentifikasi

biaya mutu dan memberikan perhatian yang lebih terhadapnya adalah hal

yang penting untuk dilakukan. SD Islam al-Azhar membutuhkan biaya

yang sangat tinggi demi meningkatkan kualitas pembelajaran ekstra.

Dalam mensiasati besarnya anggaran yang diperlukan pihak sekolah

memungut biaya tambahan bagi jenis ekstra tertentu dan membebankan

biaya sepenuhnya kepada orang tua jika anaknya menghendaki mengikuti

pembelajaran jenis ekstra mandiri.

5. Membangun Kesadaran Mutu (Quality Awareness)

Yaitu langkah untuk menumbuhkan kesadaran setiap orang dalam

organisasi tentang biaya mutu (The Cost of Quality) dan keharusan untuk

mengimplementasikan program yang dicanangkan Tim Peningkatan Mutu

(Quality Improvment Team). Hal ini memerlukan pertemuan atau rapat

yang teratur antara pihak manajemen dan karyawan untuk mendiskusikan

masalah-masalah spesifik dan bertujuan mengatasinya. Informasi tentang

program peningkatan mutu harus dikomunikasikan. Kesadaran mutu harus

menjadi kunci dasar dan dihubungkan dengan urutan peristiwa yang

konstan. SD Islam al-Azhar mengadakan rapat secara rutin setiap satu

pekan sekali. Rapat ini membahas permasalahan yang muncul selama

pembelajaran ekstra. Permasalahan yang dibahas di sini merupakan

kumpulan permasalahan yang dirasakan guru ekstra, siswa, orang tua,

maupun pihak lain yang tidak terikat. Setelah mengadakan rapat kemudian

menghasilkan kesepakatan atau solusi permasalahan maka tugas guru

ekstra yang menyelesaikannya di kelas ekstra jika masalah yang terungkap

itu berkait dengan kegiatan pembelajaran. Dan jika masalah yang muncul

57

yaitu permasalahan sarana prasarana maka wakil kepala sekolah bidang

sarpras yang bertanggung jawab.

6. Kegiatan Perbaikan (Correction Actions)

Para pengawas harus bekerja sama dengan staf untuk memperbaiki

mutu yang rendah. Metode yang sistematis diperlukan untuk mengatasi

masalah. Untuk menentukan masalah mana yang harus ditangani terlebih

dahulu bisa digunakan dengan aturan Paretto bahwa 20 persen yang

berkaitan dengan proses menyebabkan munculnya 80 persen masalah.

Dalam melakukan tindakan perbaikan menurut kepala sekolah dilakukan

lebih ditekankan pada proses pembelajaran ekstra. Saat proses

pembelajaran berlangsung kepala sekolah seringkali melakukan

monitoring untuk menilai apakah proses pembelajaran itu berjalan

sebagaimana yang telah dirumuskan dalam perencanaan. Ketika proses itu

dinilai melenceng dari perencanaan yang telah ditentukan oleh guru ekstra

yang bersangkutan maka kepala sekolah segera menegur dan

memerintahkan kepada guru yang bersangkutan untuk mengikuti petunjuk

pelaksanaan yang tertera pada perangkat pembelajaran yang telah

dibuatnya sendiri.

Menurut kepala sekolah dengan teknik perbaikan yang ditekankan

pada proses ini maka kemungkinan kegagalan pada hasil yang dicapai

akan dapat diminimalisir. Karena apapun hasil yang telah diraih dari suatu

kegiatan berhubungan dengan proses selama pencapaian hasil yang

diinginkan. Dalam tindakan perbaikan ini kepala sekolah mengakui bahwa

setiap permasalahan yang terjadi harus diselesaikan sesegera mungkin

karena satu masalah, meskipun itu kecil, akan menimbulkan masalah yang

lebih besar lagi dan akan berdampak pada kegagalan program secara

keseluruhan. Untuk itu SD Islam al-Azhar selalu melakukan perbaikan

secara kontinyu dan ditekankan pada aspek proses.

7. Perencanaan Tanpa Cacat (Zero Defact Planning)

Program tanpa cacat harus diperkenalkan dan dipimpin oleh Tim

Peningkatan Mutu yang juga bertanggung jawab terhadap

58

implementasinya. Seluruh staf harus menandatangi kontrak formal untuk

mewujudkan tanpa cacat dalam tugas dan kerja mereka. Menyikapi hal

demikian kepala sekolah SD Islam al-Azhar selalu meminta konsep

perencanaan pembelajaran ekstra ketika akan memulai pelaksanaan

pembelajaran. Dalam perencanaan kepala sekolah berhak merevisi atau

melakukan koreksi pada apa yang telah direncanakan oleh guru. Selain

melakukan perbaikan pada aspek proses kepala sekolah pun melakukan

tindakan perbaikan pada kegiatan perencanaan. Menurutnya, hal ini karena

konsep perencanaan menjadi pedoman pelaksanaan yang harus ditaati oleh

guru ekstra pada tindakan pelaksanaan. Ketika perencanaan yang disusun

sudah menunjukkan ketidaklayakan maka dapat dipastikan proses

pelaksanaan pun akan demikian. Pada intinya kepala sekolah berkeinginan

tidak terjadi kecacatan program baik pada pelaksanaan maupun

perencanaan. Kepala sekolah menuturkan, “Ketika fungsi manajemen

dilakukan dengan sempurna maka akan mencapai hasil yang sempurna

pula.” Demikian penjelasan kepala sekolah perihal perencanaan tanpa

cacat.

8. Menekankan perlunya Pelatihan Pengawas (Supervisor Training)

Pelatihan ini penting bagi manajer agar mereka memahami peranan

mereka dalam proses peningkatan mutu. Pelatihan ini juga bisa dilakukan

melalui program pelatihan formal. Ini krusial bagi para staf yang

melaksanakan peranan manajemen menengah. Para guru seringkali

diikutkan pelatihan untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Sebagai

contoh seorang guru yang dikirim untuk mengikuti pelatihan jaritmatika

dengan tujuan guru tersebut mampu memberikan pembelajaran secara

sempurna kepada peserta didik. Kegiatan pelatihan ini meskipun tidak

dilakukan secara rutin akan tetapi dilihat dari tingkat kebutuhan akan

keterampilan dari seorang guru.

9. Menyelenggarakan Hari Tanpa Cacat (Zero Defacts Day)

Ini adalah kegiatan sehari penuh yang memperkenalkan ide tanpa

cacat. Pada dasarnya ini adalah sebuah pesta untuk menyoroti dan

59

merayakan penerapan metode tanpa cacat dan untuk menekankan

Komitmen Manajemen metode tersebut.

10. Penyusunan Tujuan (Goal Setting)

Begitu kontrak kerja untuk melakukan tanpa cacat dibuat dan ide-ide

tersebut telah diluncurkan dalam hari tanpa cacat maka sangat penting

untuk merencanakan aksi yang lengkap. Tujuan yang hendak dituju oleh

tim harus spesifik dan terukur. Secara eksplisit kepala sekolah selalu

memperhatikan tujuan yang diinginkan dari suatu kegiatan. Untuk

membuat perencanaan yang dapat dikatakan spesifik dan terukur ini kepala

sekolah selalu memerintahkan agar tujuan yang hendak diraih itu

mengandung bilangan matematis. Sebagai contoh, pada tahun 2012 besok

prestasi yang diraih dalam berbagai ajang lomba harus meningkat 20%

dari tahun sebelumnya, yaitu tahun 2011. Atau dengan bahasa prestasi

yang dicapai sebagai juara I harus meningkat 35% dari total perolehan

juara I pada tahun yang lalu. Seperti itulah kiat kepala sekolah SD Islam

al-Azhar dalam melakukan perumusan tujuan yang harus diraih.

11. Penghapusan Sebab Kesalahan (Error-Cause Removal)

Langkah ini harus dimaksudkan agar para staf dapat

mengkomunikasikan kepada manejemen tentang situasi-situasi tertentu

yang mempersulit implementasi metode tanpa cacat. Hal ini dapat diraih

dengan mendesain sebuah bentuk standar yang sesuai dengan garis

manajemen. Semua bentuk tersebut harus menerima jawaban dalam

periode waktu tertentu. Setelah memperbaiki tahap perencanaan, proses,

dan perumusan tujuan yang spesifik dan terukur tadi, tugas kepala SD

Islam al-Azhar berikutnya yaitu menghapus setiap kegagalan yang terjadi

dari masing-masing tahap di atas. Hal ini dilakukan dengan cara

memperbaiki secara kontinyu dan berkelanjutan.

12. Pengakuan (Recognition)

Penting untuk memberikan apresiasi kepada mereka yang

berpartisipasi dalam latihan-latihan peningkatan mutu. Tidak semua orang

bekerja karena menginginkan uang semata. Oleh karena itu penghargaan

60

tersebut harus dihubungkan dengan rancangan tujuan, bisa dengan berupa

hadiah atau sertifikat. Yang utama adalah pengakuan bukan uang.

Recognition yang biasa diberikan kepala sekolah kepada pihak yang ikut

andil dalam kegiatan ekstra ini berupa pujian yang dilakukan pada saat

upacara misalnya. Bentuk konkretnya yaitu ketika siswa memperoleh

prestasi maka pada saat upacara bendera kepala sekolah mengumumkan

kepada semua siswa dan guru ekstra yang telibat dalam proses

pemenangan tersebut diberikan kesempatan untuk maju di depan siswa

untuk menerima piala dari siswa dan kemudian piala tersebut diberikan

kepada kepala sekolah oleh guru ekstra tersebut. Dengan cara semacam ini

guru ekstra secara tidak langsung merasa jerih payah selama ia melatih

ekstra itu betul-betul dihargai meskipun tidak secara materi (uang).

13. Mendirikan Dewan-dewan Mutu (Quality Council)

Ini adalah sebuah struktur institusional yang juga dianjurkan yaitu

mengikutsertakan para staf tenaga profesional mutu untuk menentukan

bagaimana masalah dapat ditangani dengan tepat dan baik. Bagian dari

peran Dewan Mutu adalah mengawasi efektifitas program dan menjamin

bahwa proses peningkatan mutu tersebut terus berlanjut. Dewan mutu di

SD Islam al-Azhar ini terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala bidang

kesiswaan, dan koordinator ekstra. Tugas mereka yaitu antara lain

melakukan pengawasan atau penjaminan mutu.

14. Lakukan Lagi (Do it Over Again)

Program mutu adalah proses yang tidak pernah berakhir. Ketika tujuan

program telah tercapai maka program tersebut harus dimulai lagi. SD

Islam al-Azhar tidak pernah merasa kapok ketika terjadi kegagalan pada

kegiatan ekstra yang dicanangkan. Mereka selalu antusias untuk selalu

memperbaiki keadaan dengan mengevaluasi diri selama proses berjalan.

Ketika telah selesai melakukan evaluasi kemudian melakukan rencana

tindak lanjut untuk mencapai hasil yang lebih maksimal. Dan melakukan

perencanaan yang lebih matang. Dan begitu seterusnya.

61

Demikian paparan data penelitian diulas dalam Bab III ini. Masih

banyak sisi unik manajemen mutu ekstra di SD Islam al-Azhar 29 BSB

Semarang yang belum tergali dengan baik. Untuk itu perlu kiranya hasil

penelitian bisa lebih disempurnakan dengan mengadakan penelitian lanjutan

pada waktu yang akan datang. Sehingga ilmu manajerial mutu ekstra lebih

komprehensif lagi dibahas. Demikian pembahasan hasil penelitian manajemen

mutu kegiatan ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang yang

tertuang dalam bab IV.

62

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di SD Islam al-Azhar 29

BSB ini dapat ditarik kesimpulan yaitu:

1. Manajemen mutu ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29 BSB dimulai

terbagi menjadi 3 tahap. Pertama, perencanaan yang dilakukan dalam rapat

kerja tahunan. Rapat diselenggarakan pada bulan Juni menjelang awal

tahun pelajaran baru. Rapat ini bahas jenis ekstrakurikuler yang akan

dijalankan selama satu tahun ke depan, jadwal pelaksanaan, penunjukkan

koordinator ekstra, pemilihan guru ekstra, dan seleksi siswa peserta ekstra.

Kedua, pelaksanaan manajemen mutu. Dalam kegiatan pelaksanaan ini

kepala sekolah berkoordinasi dengan wakil kepala sekolah bidang

kesiswaan. Bidang kesiswaan selanjutnya berkoordinasi dengan

koordinator yang membawahi para guru ekstra. Guru ekstra di sini

bertindak sebagai penanggung jawab kegiatan pembelajaran ekstra selama

di kelas.

Ketiga, evaluasi manajemen mutu. Guru ekstra melaporkan hasil

kegiatan pembelajaran ekstrakurikuler kepada koordinator ekstra setiap

satu pekan sekali. Koordinator ekstra memberikan laporan kepada bagian

kesiswaan setiap satu bulan sekali. Kepala sekolah menerima laporan dari

bagian kesiswaan setiap akhir tahun. Namun pada saat-saat tertentu ada

juga pelaporan secara mendadak (laporan insidental) jika ditemui hal-hal

yang sulit diatasi. Menindaklanjuti evaluasi tersebut jika terjadi

kekurangoptimalan kinerja biasanya dilakukan secara teguran lisan

peringatan. Akan tetapi kita tidak serta merta menegur melainkan lebih

mementingkan pencarian opsi solusi untuk memecahkan permasalahan

yang tengah dihadapi. Adapun permasalahan yang terjadi siswa

dipecahkan dengan cara pemberian sanksi edukatif. Jika dimungkinkan

63

tidak bisa diberikan ampun maka diadakan visit home (berkunjung ke

rumah siswa untuk menyampaikan permasalahan yang terjadi pada anak).

2. Ketercapaian mutu yang dialami SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang

sangatlah menakjubkan. Boleh dikatakan setiap mengikuti event

perlombaan perwakilan SD ini selalu mendapatkan prestasi juara. Yang

pernah mendapatkan juara tidak saja dari pihak siswa akan tetapi guru pun

tidak pernah ketinggalan memperoleh juara ketika mengikuti kejuaraan

antarguru. Kepala sekolah pernah meraih penghargaan kepala sekolah

teladan di tingkat kota Semarang. Untuk menyikapi jenis-jenis ekstra yang

tidak dilombakan di tingkat umum sekolah ini menggelar program yang

khusus untuk memfasilitasi ajang aktualisasi ekstra bagi siswanya. Seperti

contoh inagurasi musik yang diseenggarakan setiap akhir tahun. Kegiatan

inagurasi musik ini menampilkan semua program ekstrakurikuler cabang

kelas musik yang dilaksanakan di sekolah. Di samping itu pada

kesempatan yang lain pihak sekolah menampilkan ekstra yang tidak

doilombakan bersamaan dengan program intern sekolah. Misalnya pada

saat kegiatan PHBN atau PHBI. Semua ini ditujukan untuk mendidik

siswa dalam mengaktualisasikan bakat, minat, dan potensi yang dimiliki

oleh masing-masing siswa.

B. Saran

1. Bagi Kepala Sekolah

Kepala sekolah sebaiknya memberikan pelatihan yang intensif

kepada guru ekstra sehingga kompetensi keahlian mereka di bidang ekstra

yang diampu semakin berkualitas. Dengan adanya pelatihan ini diharapkan

para guru ekstra mampu memberikan pelayanan yang lebih baik lagi bagi

peningkatan mutu ekstra di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang. Selain

itu kepala sekolah juga perlu memperbanyak program kegiatan yang

selanjutnya menyediakan siswa untuk menampilkan hasil pembelajaran

ekstrakurikuler yang ditekuni di sekolah.

64

2. Bagi Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan

Sebaiknya wakil kepala sekolah bidang kesiswaan menguasai

beberapa bidang ekstrakurikuler sehingga secara tidak langsung dapat

memberikan pembimbingan prima dalam kegiatan ekstrakurikuler. Di

samping itu, peran sesungguhnya dari bidang kesiswaan yaitu bertanggung

jawab mengelola semua kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan

bakat, minat, dan potensi masing-masing siswa. Dengan demikian

program kesiswaan akan mengalami peningkatan mutu dan mampu

bersaing dengan lulusan lembaga pendidikan yang lain.

3. Bagi Guru Ekstra

Saran yang bisa disampaikan kepada guru ekstra yaitu perlunya

menjaga kedisplinan dalam memberikan pembelajaran ekstra kepada

siswanya. Penggunaan metode pembelajaran ekstrakurikuler juga penting

untuk diperhatikan untuk menghindari kebosanan siswa dalam mengikuti

pembelajaran ekstra mengingat jam pelajaran ekstra ini di luar jam

pelajaran utama. Metode pembelajaran yang kreatif dan variatif bisa

menjadi solusi untuk tetap memompa semangat dan keaktifan belajar

siswa dalam pembelajaran ekstrakurikuler. Motivasi berprestasi bagi siswa

peserta ekstrakurikuler yang diberikan oleh guru menjadi penentu

keberhasilan siswa baik dalam ajang lomba maupun ketika perform pada

suatu acara non kompetitif.

4. Bagi Siswa

Siswa harus tetap bersemangat dalam mengasah bakat, minat, dan

potensinya melalui kegiatan ekstrakurikuler yang difasilitasi sekolah.

Siswa juga harus meminta dukungan dari orang tua sehubungan dengan

kegiatan ekstra yang diikuti di sekolah. Dukungan orang tua siswa tentu

menjadi penyemangat dalam meraih prestasi. Bimbingan dari guru ekstra

dan bimbingan tambahan orang tua harus berjalan bersamaan dalam

rangka membentuk kualitas pribadi siswa sesuai dengan kemampuan

bakat, minat, dan potensi yang dimilikinya.

65

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Karwanto, “Ruang Lingkup dan Topik-topik Umum untuk Penelitian Manajemen Pendidikan”, Semarang: IAIN Walisongo, 6 September 2005.

Arcaro, Jerome S., Pendidikan Berbasis Mutu: Prinsip-prinsip Perumusan dan Tata Langkah Penerapan (Terj.), Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2006.

Daien, Amir, “Pengelolaan Kesiswaan”, dalam Hendyat Soetopo, Manajemen dan Organisasi Sekolah, Malang: IKIP Malang, 1989.

Gaspersz, Vincent, Total Quality Management, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001.

Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset, 1999.

Hadiwiardjo dan Wibisono, Memasuki Pasar Internasional dengan ISO 9000 (Sistem Manajemen Mutu), Jakarta: Ghalia Indonesia, 1996.

Handoko, T. Hani, Manajemen, Yogyakarta: BPFE YOGYAKARTA, 2003.

Hasbullah, Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya terhadap Penyelenggaraan Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006.

Hasibuan, Malayu S.P., Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara, 2000.

Indranata, Iskandar, Terampil dan Sukses Melakukan Audit Mutu Internal ISO 9001:2000, Bandung: Alfabeta, 2006.

Iwa Sukiswa, Dasar-dasar Manajemen Pendidikan, (Bandung: Tarsito, 1986), hlm. 4.

Kasan, Tholib, Teori dan Aplikasi Administrasi Pendidikan, Jakarta: Studia Press, 2007.

Lumbantoruan, Magdalene, Ensiklopedi Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen, Jakarta: Delta Pamungkas, 1997.

Mantja, W., Profesionalisasi Tenaga Kependidikan (Manajemen Pendidikan dan Supervisi Pengajaran), Malang: Elang Mas, 2007.

66

Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif , Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.

Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996.

Mulyana, Deddy, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000.

Mulyasa, E, Manajemen Berbasis Sekolah (Konsep, Strategi, dan Implementasi), Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002.

Rochaety, Eti, Sistem Informasi Manajemen Pendidikan Jakarta: Bumi Aksara, 2006.

S, Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2000.

Salim, Agus dan Formen, Ali, “Pengantar Berpikir Kualitatif (Menuju Objektifitas Penelitian Sosial di Indonesia)” dalam Teori dan Paradigma, Yogyakarta: UNY Press, 2004.

Sallis, Edward, Total Quality Manajemen in Education (Terj.), Yogyakarta: IRCiSoD, 2008.

Subagyo, Joko, Metode Penelitian (Dalam Teori dan Praktek), Jakarta: Rineka Cipta, 2004.

Sugian O, Syahu, Kamus Manajemen (Mutu), Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008).

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2005.

________, Metode Penelitian Pendidikan, (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).

Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan (Kompetensi dan Prakteknya), Jakarta: Bumi Aksara, 2003.

Sukmadinata, Nana Syaodih, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah (Konsep, Prinsip, dan Instrumen), Bandung: Refika Aditama, 2006.

Suranto, Manajemen Mutu dalam Pendidikan (QM in Education), Semarang: Ghyyas Putra, 2009.

Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2005.

67

Tjiptono, Fandy, Total Quality Management (TQM) edisi revisi, Yogyakarta: Andi Offset, 2003.

Usman, Husaini, Manajemen Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

68

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Mashudi

Tempat/Tanggal Lahir : Grobogan, 04 Maret 1985

Agama : Islam

Alamat : Dusun Tegalrejo RT:01/III Desa Rajek

Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan

Pendidikan Formal.

1. SD Negeri Rajek Godong Drobogan Tahun 1998

2. SMPN 1 Dempet Demak Tahun 2001

3. MA YATPI Godong Grobogan Tahun 2005

4. IAIN Walisongo Semarang / Fakultas Tarbiyah Tahun 2011

Semarang, MASHUDI NIM. 053311109

69

Transkip Hasil Wawancara

Nama : Nikmah Rahmawati, M.Si. Jabatan : Kepala SD Islam Al-Azhar 29 BSB Semarang Tanggal : 2 Mei 2011 Jam : 09.00 – 11.00 Tempat : Kantor Kepala SD Islam Al-Azhar 29 BSB Semarang Tema : Pelaksanaan Manajemen Mutu Ekstrakurikuler

No. Pertanyaan Jawaban

1. Perencanaan Manajemen Mutu a. Bagaimanakah kegiatan

perencanaan manajemen mutu ekstrakurikuler

Setiap menjelang tahun pelajaran baru kami mengadakan rapat kerja awal tahun yang biasanya diadakan pada bulan Juli. Rapat ini membahas hal-hal apa saja yang akan dijalankan terkait kegiatan ekstrakurikuler untuk satu tahun ke depan. Hal-hal yang terkait tersebut antara lain, penentuan jenis-jenis program ekstrakurikuler, berapa kuota siswa yang harus dicapai (sebagai syarat minimal dibukanya satu jenis ekstra-Peneliti), siapa yang akan menjadi koordinator, jadwal ekstra, dan pengelompokkan siswa. Semua permasalahan yang berhubungan dengan kegiatan ekstra akan dibahas di rapat kerja awal tahun ini.

b. Tahapan perencanaan manajemen mutu ekstrakurikuler

Secara umum tahapan yang dilalui, pertama rapat kerja awal tahun selanjutnya dilakukan tindak lanjut dari hasil rapat tersebut. Follow up dibahas intern oleh koordinasi antara Kepala Sekolah dengan Kesiswaan. Berikutnya melibatkan bagian Kurikulum untuk menentukan siapa koordinator dari masing-masing cabang ekstra yang akan digalakkan satu tahun ke depan itu. Setelah koordinator dari masing-masing jenis ekstra terpilih kemudian setiap koordinator akan berkoordinasi dengan guru atau tenaga pengajar

70

ekstra untuk membahas program atau strategi yang akan dilaksanakan selama setahun mendatang. Koordinasi antara koordinator ekstra dengan guru ekstra menghasilkan perencanaan pembelajaran ekstra yang berbentuk silabus.

c. Siapa saja yang terlibat dalam kegiatan perencanaan mutu ekstrakurikuler

Pihak yayasan yang diwakili kepala sekolah, bidang kesiswaan, guru pengajar, dan semua staf serta karyawan di SD Islam Al-Azhar 29 BSB Semarang.

d. Kapan kegiatan perencanaan mutu ekstrakurikuler

Kegiatan perencanaan mutu dilakukan setiap tahun menjelang pembukaan tahun pelajaran baru yaitu pada bulan Juli.

2. Pelaksanaan Manajemen Mutu a. Bagaimanakah kegiatan

pelaksanaan manajemen mutu ekstrakurikuler

Pelaksanaan manajemen di sini pertama kali dilakukan pada saat Masa Orientasi Siswa (MOS). MOS ini juga bertujuan untuk mensosialisasikan berbagai cabang ekstra kepada siswa baru dan juga diperuntukkan untuk menarik minat siswa baru untuk mengikuti kegiatan ekstra yang akan diselenggarakan. Dengan kata lain sebagai upaya penjaringan minat dan bakat siswa baru. Karena di lembaga ini ada jenis-jenis kegiatan ekstra yang ditawarkan oleh sekolah. Ada yang wajib, pilihan dan mandiri. Untuk ekstra wajib setiap siswa diharuskan mengikuti tanpa terkecuali. Sedangkan untuk yang pilihan siswa bebas memilih kegiatan apa yang mereka kuasai dan mereka minati. Adapun yang mandiri ini siswa boleh memilih atau tidak. Karena ekstra mandiri semua biaya dibebankan kepada wali murid. Berbeda dengan ekstra wajib dan pilihan, semua biaya ditanggung olh pihak sekolah.

b. Tahapan pelaksanaan manajemen mutu ekstrakurikuler

Setelah masa sosialisasi ekstra (MOS) berakhir koordinator ekstra

71

dan guru ekstra melakukan koordinasi untuk menentukan siswa yang akan mengikuti program ekstra ini. Yang menjadi perhatian di sini yaitu ketika ingin menentukan siswa yang akan menjalani kegiatan ekstra pilihan. Kira-kira siapa yang layak dan tidak layak. Berpotensi atau tidak berpotensi. Untuk menyikapi ini sekolah melakukan penyebaran angket ke orang tua. Angket ini berisi pertanyaan seputar keinginan orang tua dan anak untuk mengikuti kegiatan ekstra apa yang akan dipilih. Setelah angket disebarkan dan diisi orang tua tahap berikutnya mengadakan penyaringan siswa atau seleksi berdasarkan minat dan bakat potensi siswa masing-masing. Dan setelah itu pihak sekolah kembali bermusyawarah bersama orang tua yang bertujuan menyampaikan hasil kesepakatan guru ekstra tentang keputusan siapa saja yang berpotensi dan tidak betrpotensi untuk mengikuti program ekstra-ekstra tertentu. Jenis ekstra yang peminatnya kurang dari 10 anak maka akan ditiadakan kecuali cabang tilawah karena memang jenis ekstra ini membutuhkan bakat seni yang tinggi dan tidak semua siswa bisa mengikuti.

c. Siapa saja yang terlibat dalam kegiatan pelaksanaan manajemen mutu ekstrakurikuler

Kepala sekolah berkoordinasi dengan kesiswaan, kesiswaan berkoordinasi dengan koordinator ekstra, dan koordinator ekstra bekerja sama dengan guru pengajar untuk mengatasi pembelajaran ekstra bersama siswa di lapangan.

d. Sumber dana manajemen mutu ekstrakurikuler

Sementara ini kami masih menggunakan dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) sebagai sumber pendanaan utama. Kecuali untuk jenis ekstra mandiri karena biayanya dibebankan kepada orang

72

tua siswa yang mengikuti. Akan tetapi untuk tahun berikutnya tidak lagi menggunakan dana BOS karena menurut peraturan yang baru dana BOS tidak diperkenankan digunakan untuk membiayai kegiatan ekstra.

e. Bagaimanakah pengawasan manajemen mutu ekstrakurikuler

Kepala sekolah meminta pertanggungjawaban melalui bagian kesiswaan, bagian kesiswaan nantinya berkoordinasi dengan koordinator ekstra, dan koordinator ekstra meminta laporan kegiatan dari guru ekstra. Pengawasan dilakukan semacam ini.

f. Bagaimanakah proses penjaminan mutu

Penjaminan dilakukan dengan cara pengawasan secara kontinyu dan berkelanjutan. Dalam hal ini koordinasi dilakukan setiap saat. Hal yang sering digunakan untuk melakukan pengawasan yaitu melalui SMS (pesan singkat) atau berbicara langsung melalui handphone.

g. Siapa yang bertugas melakukan pengawasan

Kepala sekolah mengawasi kinerja bagian kesiswaan, bagian kesiswaan meminta laporan dari koordinator ekstra, dan koordinator ekstra meminta pertanggungjawaban dari guru ekstra.

h. Kendala atau hambatan manajemen mutu ekstrakurikuler

Banyaknya siswa yang ingin berpindah pilihan ekstra. Biasanya anak terpengaruh dengan prestasi temannya di bidang ekstra yang lain. Hal ini akan mempersulit administrasi karena berkaitan dengan pengisian nilai raport. Setiap nilai raport akan dimasukkan ke dalam buku raport sebagai bahan pelaporan kepada orang tua. Berikutnya bila terjadi guru ekstra yang berhalangan hadir untuk mengajar. Jika yang terjadi demikian maka koordinator yang akan mengisi kekosongan guru itu.

73

3. Evaluasi Manajemen Mutu a. Bagaimanakah kegiatan evaluasi

manajemen mutu ekstrakurikuler Evaluasi dilaksanakan secara kontinyu dan berkelanjutan.

b. Siapa saja yang terlibat dalam kegiatan evaluasi manajemen mutu ekstrakurikuler

Kepala Sekolah Bagian Kesiswaan Koordinator Ekstra Guru Ekstra Siswa.

c. Kapan diadakan evaluasi manajemen mutu ekstrakurikuler

Setiap pekan sekali guru ekstra menyampaikan laporan kepada koordinator ekstra. Koordinator ekstra memberikan laporan kepada bagian kesiswaan sebulan sekali. Kepala sekolah menerima laporan dari bagian kesiswaan setiap akhir tahun. Satu tahun sekali. Namun pada saat-saat tertentu ada juga pelaporan secara mendadak (laporan insidental) jika ditemui hal-hal yang sulit diatasi.

d. Bagaimana follow up dari hasil evaluasi

Menindaklanjuti evaluasi tersebut jika terjadi kekurangoptimalan kinerja biasanya dilakukan secara teguran lisan yang berbentuk peringatan. Akan tetapi kita tidak serta merta menegur melainkan lebih mementingkan pencarian opsi solusi untuk memecahkan permasalahan yang tengah dihadapi. Adapun permasalahan yang terjadi siswa dipecahkan dengan cara pemberian sanksi edukatif. Jika dimungkinkan tidak bisa diberikan ampun maka diadakan open house (berkunjung ke rumah siswa untuk menyampaikan permasalahan yang terjadi pada anak.

74

Transkip Hasil Wawancara

Nama : Siti Fadlilah, S.Ag. Jabatan : Guru Ekstrakurikuler Tanggal : 2 Mei 2011 Jam : 11.00 – 12.00 WIB. Tempat : Ruang Kelas II Nuh SD Islam Al-Azhar 29 BSB Semarang Tema : Manajemen Pembelajaran Ekstrakurikuler

No. Pertanyaan Jawaban 1. Perencanaan pembelajaran

a. Apa saja yang perlu dipersiapkan dalam kegiatan pembelajaran?

Kita mempersiapkan silabus, buku prestasi, buku pendamping, lembar absensi kehadiran siswa, kartu kendali.

b.

Perangkat pembelajaran apa saja yang dibutuhkan?

Selain hal-hal yang telah disebutkan tadi kita menyesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran. Misalnya dalam kegiatan qiroa’ty kita membutuhkan tape recorder (alat audio) maka sekolah menyiapkan itu. Pokoknya kita berusaha menyediakan perangkat pembelajaran sekiranya memang betul-betul dibutuhkan.

2. Pelaksanaan pembelajaran

a.

Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran ekstra di SD Islam Al-Azhar 29 BSB Semarang?

Pelaksanaan pembelajaran ekstra dari setiap guru ekstra berbeda-beda. Jadi setiap guru bertanggung jawab penuh atas kegiatan pembelajaran ekstra yang diampunya masing-masing.

b.

Metode pembelajaran ekstrakurikuler yang digunakan?

Begitu juga dengan metode pembelajaran yang dipakai. Intinya semua guru ekstra tidak diperkenankan untuk melaksanakan dengan metode yang monoton.

c.

Media pembelajaran yang dipakai? Sekolah telah memiliki segala fasilitas pendidikan yang diperlukan untuk semua jenis kegiatan ekstra. Di sini tergantung guru memberikan materi kepada siswa. Makannya guru ekstra dituntut sekreatif mungkin dalam merencanakan kegiatan pembelajaran maupun pada saat pembelajaran berlangsung. Kegiatan pembelajaran di kelas semuanya berada di tanggung

75

jawab guru ekstra bagaimana ia menjalankan tugasnya dengan baik. Pihak sekolah hanya menyediakan fasilitas pembelajaran untuk memudahkan serta meningkatkan pembelajaran ekstrakurikuler di SD Islam Al-Azhar 29 BSB Semarang.

3. Evaluasi pembelajaran

a.

Bagaimana teknik evaluasi pembelajaran ekstrakurikuler dilakukan?

Teknik evaluasi yang diterapkan bervariasi. Ini menyesuaikan dengan jenis item yang akan dievaluasi. Biasanya penilaian yang sering dilakukan di sekolah ini yaitu penilaian yang sifatnya praktikum. Jarang sekali yang menggunakan teknik untuk mengukur ranah kognitif karena pada dasarnya pembelajaran ekstra ini di luar jam pelajaran sekolah dan bertujuan mengembangkan bakat dan minat siswa masing-masing.

b.

Kapan diadakan kegiatan evaluasi diterapkan?

Kegiatan evaluasi diselenggarakan setelah selesai melakukan pembelajaran per indikator. Setiap akhir pertemuan guru ekstra mesti melakukan evaluasi.

c.

Bagaimana rencana tindak lanjut? Seperti pada kegiatan pembelajaran intrakurikuler umumnya. Jadi ada aspek penilaian pengamatan harian, keaktifan, absensi, dan nilai akhir. Berbeda dengan sekolah yang lain, di SD al-Azhar siswa menerima raport yang berisi hasil penilaian khusus kegiatan ekstrakurikuler. Di sinilah keunggulan kegiatan ekstra di SD al-Azhar. Hal ini bertujuan untuk memberikan motivasi dan semangat siswa untuk berlatih mengasah bakatnya sehingga menjadi siswa berprestasi baik di tingkat intern sekolah maupun pada saat mengikuti kejuaraan umum bertanding dengan sekolah-sekolah yang lain.

76

Transkip Hasil Wawancara

Nama : Faiz Chaeroni Jabatan : Siswa Kelas V Sulaeman Tanggal : 2 Mei 2011 Jam : 12.30 – 13.00 WIB. Tempat : Halaman Sekolah Tema : Kesan dan Pesan Mengikuti Kegiatan Ekstra

No. Pertanyaan Jawaban

1.

Apakah Anda merasa senang dengan kegiatan pembelajaran ekstra yang ditekuni? Mengapa demikian?

Saya senang. Karena saya bisa mendapatkan piala saat berlomba. Orang tua saya juga semakin sayang kepada saya karena telah menang lomba.

2.

Hal apa yang memotivasi Anda mengikuti kegiatan ekstra di SD Islam Al-Azhar 29 BSB Semarang?

Orang tua saya selalu memberikan semangat yang penuh kepada saya untuk mengikuti kegiatan ekstra yang dilakukan di sekolah. Mereka berpesan agar saya harus menjadi yang terbaik saat lomba maupun pada saat pentas.

3.

Hasil apa yang dirasakan setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ekstra selama ini di SD Islam Al-Azhar 29 BSB Semarang?

Saya memiliki banyak teman. Saya juga semakin bisa menghargai waktu luang untuk selalu belajar. Dan yang penting saya menjadi percaya diri dan bangga kepada diri sendiri sehingga tidak pernah merasa minder jika harus pentas di depan banyak orang.

4.

Dalam bentuk apa orang tua Anda memberikan dukungan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran ekstra ini?

Orang tua saya memberikan hadiah jika saya berhasil mendapatkan prestasi pada saat lomba. Saya bebas memilih hadiah yang akan diberikan. Orang tua saya juga selalu membimbing saya ketika di rumah.

5.

Berikan kritik dan saran kepada sekolah untuk kegiatan pembelajaran ekstra di sekolah ini sehingga akan meningkatkan hasil pembelajaran secara optimal atau lebih baik lagi?

Tidak ada kritik. Baik semua. Gurunya juga baik-baik tidak ada yang galak.

77

Transkip Hasil Wawancara

Nama : Wilda Saniyah Jabatan : Siswa Kelas IV Ibrohim Tanggal : 2 Mei 2011 Jam : 12.30-13.00 WIB. Tempat : Halaman Sekolah Tema : Kesan dan Pesan Mengikuti Kegiatan Ekstra

No. Pertanyaan Jawaban

1.

Apakah Anda merasa senang dengan kegiatan pembelajaran ekstra yang ditekuni? Mengapa demikian?

Senang meskipun sedikit capek karena harus belajar terus dari pagi sampai sore. Saya senang karena bisa mengasah bakat saya sehingga menjadi siswa yang berprestasi dan membanggakan orang tua.

2.

Hal apa yang memotivasi Anda mengikuti kegiatan ekstra di SD Islam Al-Azhar 29 BSB Semarang?

Saya ingin menjadi yang terbaik dan dikenal banyak orang. Saya ingin tenar seperti artis.

3.

Hasil apa yang dirasakan setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ekstra selama ini di SD Islam Al-Azhar 29 BSB Semarang?

Saya bisa menjadi diri sendiri dan terkenal karena prestasi. Saya semakin termotivasi untuk meraih penghargaan yang lebih tinggi lagi setelah besar nanti.

4.

Dalam bentuk apa orang tua Anda memberikan dukungan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran ekstra ini?

Permintaan saya yang berhubungan dengan kegiatan ekstrakurikuler selalu dituruti. Jika saya butuh peralatan atau biaya orang tua saya selalu memberi. Pokoknya beliau mengharapkan saya menjadi yang terbaik dan lebih baik lagi. Itulah yang membuat saya selalu terpacu untuk meraih prestasi yang gemilang.

5.

Berikan kritik dan saran kepada sekolah untuk kegiatan pembelajaran ekstra di sekolah ini sehingga akan meningkatkan hasil pembelajaran secara optimal atau lebih baik lagi?

Saya berharap sekolah bisa memperbanyak kegiatan lomba dan kegiatan yang akan menyediakan waktu dan tempat untuk kami dalam menampilkan hasil belajar ekstra selama ini. Ketika akan lomba atau tampil di depan orang banyak semangat saya semakin kuat untuk terus berlatih dan belajar ekstra.

78

Transkip Hasil Wawancara Nama : Novi Tri Retnani, S.Pd. Jabatan : Wakil Kepala Sekolah Bagian Kesiswaan Tanggal : 3 Mei 2011 Jam : 09.00-10.30 WIB. Tempat : Ruang Guru Tema : Koordinasi Manajemen Mutu Ekstrakurikuler

No. Pertanyaan Jawaban

1.

Bagaimana langkah-langkah Ibu dalam mengelola kegiatan ekstrakurikuler sehingga mengarah kepada peningkatan mutu?

Kita menyediakan banyak cabang jenis ekstra yang sekiranya dapat memberikan wadah bagi kreatifitas siswa. Meski jumlahnya banyak tapi kita tidak mengabaikan mutu. Pola manajemen yang teratur dan tertib menjadi rahasia penting dalam menjalankan manajerial mutu di ekstra yang kita kembangkan.

2.

Strategi unik apa yang Ibu terapkan dalam meraih pencapaian mutu yang tinggi?

Setiap ada ajang lomba kita selalu mengikutsertakan perwakilan. Dan kita selalu menyiapkan dengan sebaik-baiknya sehingga mampu meraih kemenangan. Jika tidak ada cabang yang dilombakan kita memfasilitasi siswa melalui kegiatan intern sekolah dengan harapan motivasi semangat belajar dan berlatih mereka tidak kendor. Misalkan pada acara PHBN/PHBI yang diselenggarakan oleh sekolah.

3.

Bagaimana koordinasi antara kepala sekolah, wakil kepala bidang kesiswaan, guru ekstrakurikuler, orang tua, dan siswa dalam meningkatkan mutu kegiatan ekstrakurikuler?

Yang pasti kita berkoordinasi secara terus menerus. Komunikasi yang intensif antara kepala sekolah, kesiswaan, koordinator ekstra, dan guru ekstra yang menjadi kekuatan kami dalam mengelola manajemen mutu ekstrakurikuler di SD Islam Al-Azhar 29 BSB Semarang ini. Dari adanya komunikasi itulah kami mengerti setiap permasalahan atau problem yang setiap saat bisa muncul. Di samping itu kita bekerja secara sistematis tidak semrawut. Dan kita memahami peran dan tanggung jawab masing-masing dari semua pihak yang

79

terlibat dalam manajemen mutu ekstrakurikuler. Dalam mengambil keputusan pun harus hati-hati. Satu keputusan yang salah akan berdampak buruk pada kualitas yang kita harapkan.

4.

Bagaimana langkah perbaikan secara berkelanjutan dalam mengoptimalkan mutu ekstra ini?

Perbaikan secara kontinyu. Kita membebaskan siapa pun untuk memberikan kritik dan saran demi ketercapaian mutu ekstrakurikuler. Kita selalu mencari masukan dari orang tua siswa. Semua saran kami tampung untuk kemudian ditindaklanjuti dalam pembahasan pada rapat. Tidak ada saran yang tidak kami tampung dan tidak ditindaklanjuti. Hal pokok inilah yang semestinya dilakukan untuk mengelola kualitas sehingga tetap menjadi yang terbaik dan bermutu. Tanpa mutu yang memadai kita tidak mungkin mampu meraih berbagai ajang perlombaan.

5.

Apa saja harapan Ibu dari kegiatan manajemen mutu ekstrakurikuler?

Harapan saya ke depan setiap lulusan yang telah dididik dan dibimbing dalam kegiatan ekstra bisa melanjutkan prestasinya sehingga bakat yang siswa miliki tidak terbengkelai. Berikutnya jangan sampai lulusan SD Islam Al-Azhar 29 BSB Semarang ini melupakan nama baik lembaga yang telah menggembleng mereka sejak kecil. Kalau bisa nama almamater SD al-Azhar jangan sampai dilepas. Saya juga meminta pihak pemerintah atau siapapun yang berkapasitas menggelar acara perlombaan sehingga dapat memfasilitsi jenis-jenis ekstra yang kita galakkan. Karena banyak cabang ekstra kami yang tidak dilombakan di kejuaraan umum. Dengan demikian maka SD Islam Al-Azhar 29 BSB Semarang akan tetap bersemangat untuk mensukseskan program yang bertujuan mengembangkan bakat, minat, dan potensi generasi anak bangsa ini.

80

Transkip Hasil Wawancara Nama : Tri Setiowati Jabatan : Orang Tua Tanggal : 3 Mei 2011 Jam : 12.00-12.30. Tempat : Masjid Utama SD Islam Al-Azhar 29 BSB Semarang Tema : Harapan Orang Tua dari Kegiatan Ekstrakurikuler

No. Pertanyaan Jawaban

1.

Bagaimana pendapat Anda tentang kegiatan ekstrakurikuler di SD Islam Al-Azhar 29 BSB Semarang ini?

Saya kira cukup baik dan sudah dikelola dengan maksimal. Jumlah cabang yang bervariasi ini akan menjadi wahana bagi siswa dalam mengembangkan bakat, minat, dan potensi siswa yang juga beraneka.

2.

Dukungan apa yang Anda berikan kepada sekolah terkait dengan kegiatan ekstrakurikuler?

Kita selalu mendukung semua kegiatan ekstra yang dilaksanakan di SD ini. Menurut saya tanpa dukungan penuh dari pihak orang tua mustakhil program ini akan berjalan lancar.

3.

Bagaimana cara Anda memberikan bimbingan tambahan kepada anak sehubungan dengan kegiatan ekstrakurikuler yang dijalankan?

Setiap kali ada kesempatan berkumpul dan bercengkerama dengan anak saya memberikan pertanyaan seputar kegiatan ekstra yang sedang ia tekuni di sekolah. Seringkali saya meminta anak untuk menunjukkan hasil pembelajaran ekstra di depan anggota keluarga yang lain. Saya tidak pernah memaksa keterampilan yang ingin anak kuasai. Saya membebaskan anak untuk ikut jenis ekstra apapun yang penting ia bisa enjoy menikmati setiap kegiatan ekstra yang dilakukan.

4.

Harapan Anda ke depan untuk kemajuan mutu kegiatan ekstrakurikuler SD Islam Al-Azhar 29 BSB Semarang ini?

Sebaiknya sekolah menyediakan jenis ekstra yang berhubungan dengan kegiatan menghafal al-Quran. Saya menginginkan anak saya menjadi anak yang mampu menghafal al-Quran.