pelaksanaan manajemen mutu kegiatan...
TRANSCRIPT
PELAKSANAAN MANAJEMEN MUTU KEGIATAN
EKSTRAKURIKULER DI SD ISLAM AL-AZHAR 29 BSB
SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Jurusan Kependidikan Islam
Oleh : MASHUDI
NIM. 053311109
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG 2011
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Mashudi NIM : 053311109 Jurusan / Program Studi : Kependidikan Islam menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian / karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, Juni 2011
Saya yang menyatakan,
Mashudi NIM. 053311109
iii
KEMENTERIAN AGAMA R.I. INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Semarang
Telp. 024-7601295 Fax 7615387
PENGESAHAN Naskah skripsi dengan: Judul : PELAKSANAAN MANAJEMEN MUTU KEGIATAN
EKSTRAKURIKULER DI SD ISLAM AL-AZHAR 29 BSB SEMARANG
Nama : Mashudi NIM : 053311109 Jurusan : Kependidikan Islam Program Studi : Kependidikan Islam
telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam.
Semarang, 30 Juni 2011
DEWAN PENGUJI
Ketua,
Mufidah, M.Pd. NIP: 19690707 199703 2 001
Sekretaris,
Fahrurrozi, M.Ag. NIP: 19770816 200501 1 003
Penguji I,
Dra. Ani Hidayati, M.Pd. NIP: 19611205 199303 2 001
Penguji II,
Dr. Ahwan Fanani, M.Ag. NIP: 19780930 200312 1 001
Pembimbing I,
Dr. Musthofa, M.Ag. NIP: 19710403 199603 1 002
Dr. H. Fatah Syukur, M.Ag. NIP: 19681212 199403 1 003
iv
NOTA PEMBIMBING Semarang, Juni 2011 Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Semarang
Assalamu’alaikum wr. wb Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan: Judul : PELAKSANAAN MANAJEMEN MUTU KEGIATAN
EKSTRAKURIKULER DI SD ISLAM AL-AZHAR 29 BSB SEMARANG
Nama : Mashudi NIM : 053311109 Jurusan : Kependidikan Islam Program Studi : Kependidikan Islam Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqasah. Wassalamu’alaikum wr.wb.
Pembimbing I
Dr. Musthofa, M.Ag. NIP. 19710403 199603 1 002
v
NOTA PEMBIMBING Semarang, Juni 2011 Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Semarang
Assalamu’alaikum wr. wb Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan:
Judul : PELAKSANAAN MANAJEMEN MUTU KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SD ISLAM AL-AZHAR 29 BSB SEMARANG
Nama : Mashudi NIM : 053311109 Jurusan : Kependidikan Islam Program Studi : Kependidikan Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqasah. Wassalamu’alaikum wr.wb.
Pembimbing II
Dr. H. Fatah Syukur, M.Ag. NIP. 19681212 199403 1 003
vi
ABSTRAK
Judul : Pelaksanaan Manajemen Mutu Kegiatan Ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang
Penulis : Mashudi NIM : 053311109
Skripsi ini mengkaji bagaimana pelaksanaan manajemen mutu yang diterapkan di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang. Pembahasan ini dilatarbelakangi oleh banyaknya kegiatan ekstrakurikuler di suatu lembaga pendidikan akan tetapi tidak dikelola dengan maksimal dan selanjutnya kegiatan tersebut hanya akan menambah daftar masalah baru yang melingkupi sekolah. Padahal jika dipikir secara mendalam, kegiatan ekstrakurikuler merupakan ruh pendidikan kedua setelah intrakurikuler. Kedua jenis pembelajaran idealnya harus berjalan bersamaan. Dengan tujuan mengembangkan bakat, minat, dan potensi masing-masing anak. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah inspirasi bagi insan pengelola pendidikan yang lain.
Rumusan masalah yang dimunculkan dalam penelitian yaitu pertama, bagaimanakah pelaksanaan manajemen mutu kegiatan ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang. Kedua, bagaimanakah ketercapaian pelaksanaan manajemen mutu ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang.
Permasalahan tersebut dibahas menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan hasil data akhir yang berupa uraian deskriptif. Metode pengumpulan data memakai teknik dokumentasi, observasi, wawancara (interview), dan triangulasi data. Adapun teknik analisis data menggunakan beberapa tahapan yaitu, reduksi data (merangkum dan memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan hal yang penting, dan membuang hal yang tidak perlu), display data (data hasil reduksi disajikan ke dalam bentuk naratif, tabel, grafik sehingga mudah dipahami), verifikasi data (penyimpulan hasil akhir data), dan interpretasi (meningkatkan pemahaman dengan berupaya mencari makna.
Penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan manajemen mutu ekstrakurikuler di suatu lembaga pendidikan harus menjadi prioritas utama. Hal ini bertujuan untuk memfasilitasi bakat, potensi, dan minat dari masing-masing yang tentu berbeda. Pelaksanaan manajemen mutu kegiatan ekstra di SD Islam al-Azhar 29 Semarang meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Perencanaan diawali pada bulan Juni setiap menjelang tahun ajaran baru yang membahas jenis ekstra yang akan diselenggarakan selama satu tahun mendatang. Pelaksanaan dilakukan dengan pembagian koordinator guru ekstra, seleksi siswa peserta ekstra, menguikutsertakan siswa dalam lomba ataupun menyiapkan program sebagai sarana performance hasil belajar ekstra yang sudah dijalankan. Evaluasi dilangsungkan dengan menindaklanjuti masukan dari berbagai pihak untuk memperbaiki kegiatan yang telah dilakukan. Rumusan masalah ketercapaian prestasi di SD Islam al-Azhar 29 Semarang tidak perlu diragukan lagi. Bisa dikatakan setiap mengikuti lomba perwakilan dari SD ini selalu meraih piala. Prestasi yang telah diraih bahkan sudah mencapai tingkat nasional.
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dengan hati yang tulus dan pikiran yang jernih,
tercurahkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayah, dan taufik serta
inayah-Nya Dan tidak lupa pula penulis panjatkan shalawat serta salam kepada
sang revolusioner Muhammad Rasulullah SAW, yang dengan keteladanan,
keberanian dan kesabarannya membawa risalah Islamiyah yang sampai sekarang
telah mengangkat derajat manusia dan bisa kita rasakan buahnya.
Skripsi berjudul “Pelaksanaan Manajemen Mutu Kegiatan
Ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang”. Skripsi ini disusun
guna memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana (S.1) pada
Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.
Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapat bantuan baik moril
maupun materiil dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini dengan
kerendahan hati dan rasa hormat yang dalam penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. Suja’i, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Agama
Islam Negeri Walisongo Semarang, yang telah memberikan ijin penelitian
dalam rangka penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Musthofa, M.Ag selaku dosen pembimbing I dan bapak Dr. H.
Fatah Syukur, M.Ag selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam penulisan skripsi ini.
3. Bapak Drs. H. Marasudin Siregar, sebagai wali studi penulis yang turut
memberi masukan dan arahan selama belajar di kampus hijau.
4. Dosen, pegawai, dan seluruh civitas akademika di lingkungan Fakultas
Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.
5. Ibu Nikmah Rahmawati, M.Si, selaku Kepala Sekolah SD Islam al-Azhar 29
BSB Semarang yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian.
6. Ibu Siti Fadlillah, S.Ag, selaku Waka Kurikulum dan Ibu Novi Tri Retnani,
S.Pd selaku Waka Kesiswaan beserta guru yang telah membantu pencapaian
keberhasilan dalam penelitian ini.
viii
7. Ayahanda Subadi dan Ibunda Sutiyah (Alm) tercinta yang rela ikhlas
mendo’akan dan merestui penulis selama menuntut ilmu sehingga
memudahkan dalam menjalaninya, serta telah memberikan materi yang tiada
henti tanpa mengharap balasan.
8. Kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu
yang ikut membantu proses pembuatan skripsi ini.
Penulis berdo’a semoga semua amal dan jasa baik dari semua pihak dapat
pahala yang berlipat ganda. Penulis menyadari bahwa karya ini jauh dari
kesempurnaan yang ideal, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk
perbaikan dan kesempurnaan dalam berkarya dikemudian hari.
Akhirnya, hanya kepada Allah penulis berdo’a, semoga dapat bermanfaat
bagi pembaca dan kita semuanya dan mendapat ridho dari-Nya. Amin. Amin Ya
Rabbal ‘Alamiin.
Semarang, 09 Juni 2011 Penulis Mashudi NIM.053311109
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................. ii
PENGESAHAN ....................................................................................... iii
NOTA PEMBIMBING ........................................................................... iv
ABSTRAKSI ........................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................. vii
DAFTAR ISI ........................................................................................... ix
BAB I : PENDAHULUAN ................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................... 3
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ........................... 4
BAB II : MANAJEMEN MUTU DALAM KEGIATAN
EKSTRAKURIKULER ........................................................ 6
A. Kajian Pustaka .................................................................... 6
B. Kerangka Teoritik............................................................... 7
BAB III : METODE PENELITIAN........................................................ 30
A. Jenis Penelitian ................................................................... 30
B. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................. 30
C. Sumber Penelitian............................................................... 31
D. Fokus Penelitian ................................................................. 31
E. Pengumpulan Data Penelitian ............................................. 31
F. Analisis Data Penelitian ...................................................... 35
BAB IV : MANAJEMEN MUTU EKSTRAKURIKULER DI SD AL-
AZHAR 29 BSB SEMARANG............................................... 36
A. Pelaksanaan Manajemen Mutu Ekstrakurikuler di SD Islam
al-Azhar 29 BSB Semarang ................................................ 41
B. Ketercapaian Pelaksanaan Manajemen Mutu Ekstrakurikuler
di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang ............................. 57
x
BAB V : PENUTUP .............................................................................. 62
A. Simpulan ............................................................................ 62
B. Saran .................................................................................. 63
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kualitas kegiatan ekstrakurikuler di suatu lembaga pendidikan menjadi
salah satu indikator kualitas pendidikan di dalamnya secara menyeluruh.
Ekstrakurikuler seakan menjadi brand image bagi sekolah/madrasah yang
akan meningkatkan bargaining price kepada calon peminatnya. Bahkan dalam
sekolah-sekolah unggulan ekstrakurikuler mendapatkan prioritas utama dalam
rangka mengangkat prestige sekolah yang dikelolanya. Adanya persaingan
yang ketat di bidang ekstrakurikuler yang terjadi di dunia pendidikan
belakangan ini menjadi bukti bahwa sekolah harus berusaha sedimikian rupa
agar sekolah mampu mengelola kegiatan pendidikan secara baik dan bermutu
tinggi. Bagaimana pengelola lembaga pendidikan mampu mengantarkan anak
didiknya menjadi siswa berprestasi di banyak bidang dalam ajang lomba yang
diadakan untuk tingkat para pelajar. Baik secara akademik maupun non
akademik. Sekolah yang mampu menjadi juara dialah yang akan mendapatkan
kepercayaan lebih banyak dari masyarakatnya.
Fungsi ekstrakurikuler tidak saja menaikkan derajat gengsi sekolah di
tengah-tengah pesaingnya. Keberadaan kegiatan ekstrakurikuler merupakan
wadah perkumpulan siswa berdasarkan minat, bakat, dan kecenderungannya
untuk beraktifitas dan berkreativitas di luar program kurikuler. Kegiatan ekstra
di sini adalah kegiatan pendidikan yang dilaksanakan sekolah namun
pelaksanaannya di luar jam pelajaran yang tercantum dalam jadwal pelajaran.
Kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan untuk mengembangkan salah satu
bidang pelajaran yang diminati oleh sekelompok siswa misalnya, olah raga,
kesenian, berbagai macam, keterampilan, kepramukaan, dan sebagainya.1
Ekstrakurikuler merupakan bagian pekerjaan dari manajemen kesiswaan di
bawah koordinasi wakil kepala sekolah bagian kesiswaan (wakasis).
1 Tholib Kasan, Teori dan Apliaksi Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Studia Press,
2005), hlm. 82.
2
Manajemen kesiswaan merupakan proses pengurusan segala hal yang
berkaitan dengan siswa di suatu sekolah mulai dari perencanaan penerimaan
siswa baru, pembinaan siswa selama berada di sekolah, sampai dengan siswa
menamatkan pendidikannya melalui suatu penciptaan suasana yang kondusif
terhadap berlangsungnya proses belajar mengajar yang efektif.2 Kegiatan-
kegiatan kesiswaan dibedakan atas kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler.
Kegiatan kurikuler adalah kegiatan yang dipandang sesuai dengan petunjuk
kurikulum beserta penjabaran dan penafsirannya. Sedangkan kegiatan
ekstrakurikuler dipandang tidak sesuai dengan dan atau bertentangan dengan
“kemauan” kurikuler.3 Kegiatan ekstrakurikuler sangat bermanfaat bagi siswa
khususnya untuk pembinaan kepemimpinan, keagamaan, kepekaan sosial,
pendidikan bela negara, dan sebagainya.4
Kedua jenis pembelajaran ini secara bersamaan ikut menentukan
kualitas outcome lembaga pendidikan. Boleh dikatakan hampir semua
kegiatan di sekolah pada akhirnya ditujukan untuk membantu siswa
mengembangkan potensi dirinya. Oleh karena itu sangat penting untuk
menciptakan kondisi agar siswa dapat mengembangkan diri secara optimal.
Sebagai pemimpin pendidikan (kepala sekolah) memegang peranan penting
dalam membangun kondisi yang demikian. Yaitu menyediakan fasilitas
kegiatan pembelajaran kurikuler dan ekstrakurikuler dengan sebaik-baiknya
demi terciptanya lulusan yang bermutu.
Saat ini masih jarang sekolah yang menerapkan konsep manajemen
mutu dalam kegiatan ekstrakurikuler. Biasanya sekolah hanya menyediakan
layanan ekstrakurikuler akan tetapi tidak terurus dengan baik. Akibatnya
program tersebut hanya menimbulkan permasalahan baru seperti besarnya
anggaran yang harus dikeluarkan untuk membiayai kegiatan ekstrakurikuler
siswa. Indikator baik tidaknya kegiatan ekstrakurikuler di sekolah salah
2 W. Mantja, Profesionalisasi Tenaga Kependidikan (Manajemen Pendidikan dan
Supervisi Pengajaran), (Malang: Elang Mas, 2007), hlm. 35. 3 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah (Konsep, Strategi, dan Implementasi),
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 60. 4 Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2005),
hlm. 265.
3
satunya adanya prestasi lomba yang diraih dalam suatu kejuaraan. SD Islam
al-Azhar 29 BSB Semarang sudah seringkali menjadi pemenang dalam
kejuaran di berbagai ajang lomba baik di tingkat Kota Semarang maupun di
tingkat Provinsi Jawa Tengah. Kegiatan ekstra yang diselenggarakan di SD
Islam al-Azhar 29 BSB ini antara lain, futsal, beladiri, melukis, manari,
theater, pramuka, qiro’aty, qiro’ah, tenis lapangan, drum band, in house radio
(channel 29), cheerleader, kelas musik (seruling, gitar, drum, karawitan,
rebana, paduan suara, angklung, pianika, dan keyboard), komputer, English
habit, reading habit, swimming, field trip, dan seminar kids. Penelitian ini
akan dilakukan di SD Islam al-Azhar tersebut yang membahas bagaimana
penerapan manajemen mutu kegiatan ekstrakurikuler sehingga dapat mencetak
siswa-siswa berprestasi di berbagai ajang kompetisi ekstrakurikuler sekolah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang peneliti paparkan di atas, maka
peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pelaksanaan manajemen mutu kegiatan ekstrakurikuler di
SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang?
2. Bagaiamanakah ketercapaian pelaksanaan manajemen mutu
ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah antara lain:
a. Untuk mengetahui pelaksanaan manajemen mutu kegiatan
ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang
b. Untuk mengetahui ketercapaian pelaksanaan manajemen mutu
ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang.
4
2. Manfaat Penelitian
a. Teoritis
Dalam kaca mata teoritis diharapkan akan memperkaya khazanah
karya ilmiah bidang manajemen pendidikan Islam. Dan tentunya dapat
menjadi bahan referensi yang akan mendukung maju kembangnya
keilmuan di Indonesia. Selain sebagai bahan inspirasi bagi pengelola
lembaga pendidikan Islam atau madrasah yang akan memajukan
program pendidikannya di bidang ekstrakurikuler.
b. Praktis
Secara praktisnya dapat memberikan manfaat kepada beberapa
pihak. Antara lain:
1) Bagi Sekolah
Pihak sekolah dapat memanfaatkan hasil penelitian ini
sebagai bahan acuan dalam pengevaluasian/perbaikan program
manajemen mutu ekstrakurikuler di dalamnya. Karena hasil
penelitian akan memotret segala hal yang terjadi di dalam
pelaksanaan manajemen mutu ekstrakurikuler. Baik nilai positif
maupun nilai negatifnya.
2) Bagi Guru
Yang dimaksud guru di sini utamanya adalah guru
ekstrakurikuler. Dengan melihat hasil penelitian ini guru juga akan
memahami secara betul-betul apa yang terjadi di dalam kegiatan
pembelajaran ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29 BSB
Semarang ini. Sehingga mereka akan lebih mudah mengetahui
perkembangan peserta didik yang mengikuti pembelajaran
ekstrakurikuler. Dengan demikian mereka mengerti apa yang perlu
diperbaiki dan apa yang perlu dipertahankan dalam kegiatan
pembelajaran.
3) Bagi Siswa
Manfaat yang akan didapatkan siswa yaitu mereka lebih
bersemangat dalam melakukan pembelajaran ekstra karena merasa
5
bahwa keberadaanya (baca prestasinya) telah terangkum dengan
baik dalam suatu karya penelitian ilmiah. Adanya peningkatan
motivasi dari siswa nantinya akan memudahkan guru dalam
membimbing siswa menjadi siswa yang berprestasi secara lebih
meningkat lagi.
4) Bagi Orang Tua
Orang tua mendapatkan gambaran kegiatan pelaksanaan
manajemen ekstrakurikuler di mana tempat puteranya bersekolah.
Dengan demikian orang tua akan lebih mudah dalam memberikan
bimbingan tambahan kepada puteranya berhubungan dengan
materi ekstra di rumah. sehingga orang tua juga dapat melibat
secara aktif dalam mensukseskan program pembelajaran ekstra
sekolah.
6
BAB II
MANAJEMEN MUTU KEGIATAN EKSTRAKURIKULER
A. Kajian Pustaka
Dalam kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti
sebelumnya mencari hasil penelitian yang terdahulu sebagai bahan sumber
masukan untuk merancang kerangkanya. Nana Syaodih Sukmadinata
mengingatkan banyak masalah mutu yang dihadapi dalam dunia pendidikan,
seperti mutu lulusan, mutu pengajaran, bimbingan dan latihan dari guru, serta
mutu profesionalisme dan kinerja guru. Mutu-mutu tersebut terkait dengan
mutu manajerial para pemimpin pendidikan, keterbatasan dana, sarana dan
prasarana sekolah, fasilitas pendidikan, media, sumber belajar, alat dan bahan
latihan, iklim sekolah, lingkungan pendidikan, serta dukungan dari pihak-
pihak yang terkait dengan pendidikan.5
Semua kelemahan mutu dari komponen-komponen pendidikan tersebut
berujung pada rendahnya mutu lulusan. Dengan demikian konsep manajemen
mutu harus dimengerti, dipahami dan diterapkan secara sinergis, efisien dan
efektif dalam semua aktifitas lembaga pendidikan demi tecapainya tujuan,
sasaran dan target produktivitas outcome sesuai kebijakan kepala sekolah.
Berikut adalah karya penelitian yang berhubungan dengan topik manajemen
mutu dalam pendidikan.
1. Penelitian yang dilakukan Utoyo Dimyati, mahasiswa Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang, pada 2004 berjudul “Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS) dalam Upaya Peningkatan Mutu Madrasah (Studi Kasus di MA
Banat NU Kudus)”. Beliau mengulas bagaimana lembaga mengelola
komite sekolah sehingga akan menghasilkan mutu pendidikan secara
keseluruhan. Kedua, apa faktor pendukung dan penghambat pengelolaan
5 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah
(Konsep, Prinsip, dan Instrumen), (Ban dung: Refika Aditama, 2006), hlm. 8.
7
komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di MA Banat NU
Kudus ini.6
2. Penelitian Sugianto, mahasiswa Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang pada
tahun 2008 berjudul ”TQM dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan
(Studi Kasus di MAN Kendal)”. Penelitian ini membahas bagaimana
penerapan TQM di madrasah tersebut, serta faktor pendukung dan
penghambat terhadap penerapan TQM dan bagaimana kontribusi TQM
terhadap prestasi atau kualitas MAN Kendal.7
3. Skripsi karya Asfaroni, mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
yang dilakukan pada 2006 dengan judul ”Manajemen Peningkatan Mutu
Pendidikan Agama Islam di MTs Infarul Ghoy Semarang Tahun Ajaran
2004/2005”. Asfaroni membahas penyusunan program peningkatan mutu,
bentuk pelaksanaan manajemen, peningkatan mutu dan ketercapaian mutu
PAI.8 Fokus kajian dari semua karya penelitian di atas adalah bidang
manajemen mutu dalam pendidikan. Namun penelitian yang akan
dilaksanakan ini berbeda jauh dengan penelitian-penelitian terdahulu. Dalam
penelitian ini peneliti memfokuskan kajian pada bagaimana pelaksanaan
manajemen mutu ekstrakurikuler dan bagaimana ketercapaian pelaksaan
manajemen mutu ekstrakurikuler di SD al-Azhar 29 BSB Semarang.
B. Kerangka Teoritik
1. Konsep Dasar Manajemen
Di dalam Kamus Oxford kata manajemen diartikan sebagai tipu
daya, alat kebohongan. Manajemen berasal dari kata kerja to manage yang
berarti memimpin (berusaha dan sebagainya), mengendalikan (rumah
tangga, lembaga, pemerintah untuk mencapai tujuan seseorang atau
6 Utoyo Dimyati,”Manajemn Berbasis Sekolah (MBS) dalam Upaya Peningkatan Mutu
(Studi Kasus di MA Banat NU Kudus)”.Skripsi, (Semarang: IAIN Walisongo, 2004). 7 Sugianto,”TQM dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan (Studi Kasus di MAN
Kendal)”.Skripsi, (Semarang: IAIN Walisongo, 2008). 8 Asfaroni, ”Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam di MTs Infarul
Ghoy Semarang Tahun Ajaran 2004/2005” Skripsi, (Semarang: IAIN Walisongo, 2009)
8
kelompok dan mempergunakan dengan tepat.9 Ensiklopedia Ekonomi,
Bisnis, dan Manajemen mengartikan kata tersebut sebagai proses
merencanakan dan mengambil keputusan, mengorganisasikan, memimpin
dan mengendalikan sumber daya manusia, keuangan, fasilitas, dan
informasi guna mencapai sasaran organisasi dengan cara efektif dan
efisien.10
Dari definisi tersebut manajemen mengandung unsur-unsur yang
antara lain kemampuan memengaruhi orang (pemimpin/yang dipimpin),
melakukan pekerjaan, tujuan organisasi, kerjasama antara atasan dan
bawahan, dan terbatasnya sumber daya.11 Keterbatasan sumber daya ini
yang mengharuskan manajer untuk melakukan tindakan kreatif dan
inovatif yang membutuhkan seni serta keterampilan. Tindakan tersebut
yaitu mengelola sumber daya seoptimal mungkin sehingga tujuan
organisasi mudah terealisasi. Kemampuan pengelolaan sumber daya inilah
yang akan menjadi tugas dan kewajiban seorang manajer.
Ada tiga alasan utama mengapa manajemen diperlukan dalam
suatu kelompok seseorang.12 Yaitu pertama, untuk mencapai tujuan
pribadi maupun tujuan organisasi. Karena secara mendasar orang-orang
yang terlibat dalam suatu keorganisasian itu memiliki tujuan masing-
masing yang disatukan dalam satu kesatuan visi suatu organisasi. Kedua,
untuk menjaga keseimbangan di antara tujuan yang saling bertentangan.
Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara tujuan-
tujuan, sasaran, dan kegiatan yang saling bertentangan dari pihak yang
berkepentingan dalam anggota organisasi. Ketiga, untuk mencapai derajat
9 Sebagaimana dicatat Iwa Sukiswa, Dasar-dasar Manajemen Pendidikan, (Bandung:
Tarsito, 1986), hlm. 4. 10 Magdalene Lumbantoruan, B. Soewartoyo, Ensiklopedi Ekonomi, Bisnis, dan
Manajemen, (Jakarta: Delta Pamungkas, 1997), hlm. 370. 11 Lebih lanjut Hasibuan merinci dasar-dasar manajemen yang antara lain, adanya kerja
sama di antara sekelompok orang dalam ikatan formal, adanya tujuan bersama serta kepentingan yang sama yang akan dicapai, adanya pembagian tugas kerja dan tanggung jawab yang teratut, adanya hubungan formal dan ikatan tata tertib yang baik, adanya sekelompok orang dan pekerjaan yang akan dikerjakan, dan adanya human resource organization. Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hlm. 2.
12 T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE YOGYAKARTA, 2003), hlm. 6.
9
efisiensi dan efektifitas. Suatu pekerjaan organisasi dapat diukur dengan
banyak cara yang berbeda. Salah satunya yaitu efisiensi dan efektifitas.13
Dengan demikian manajemen adalah aktifitas-aktifitas
perencanaan, pengoganisasian, pengendalian (pengawasan), penempatan,
pengarahan, pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan
berbagai sumber daya yang dimiliki oleh suatu lembaga sehingga akan
menghasilkan suatu produk atau jasa secara efektif dan efisien.
2. Definisi Manajemen Mutu
Pada dasarnya manajemen mutu dapat didefinisikan sebagai suatu
cara meningkatkan performance secara terus-menerus (continous
performance improvement) pada setiap level operasi atau proses, dalam
setiap area fungsional dari suatu organisasi, dengan menggunakan semua
SDM dan modal yang tersedia.14 Mutu adalah sebuah proses terstruktur
untuk memperbaiki keluaran yang dihasilkan. Menurut Stephan Uselac,
yang dimaksud mutu bukan hanya produk dan jasa saja, namun juga
mencakup proses, lingkungan dan manusia. Jadi, mutu dapat didefinisikan
sebagai suatu kondisi yang berhubungan dengan produk, jasa, proses,
lingkungan dan manusia untuk memperbaiki keluaran yang dihasilkan
guna memenuhi kebutuhan pelanggan.15 Dengan begitu mutu yaitu
totalitas bentuk atau karekteristik barang atau jasa yang menunjukkan
kemampuan untuk memberikan kepuasan dan pemenuhan yang tampak
jelas maupun yang tersembunyi.
Lembaga atau institusi yang efektif membutuhkan strategi-strategi
yang bertujuan dan kuat agar mampu meraih hasil yang kompetitif. Agar
efektif institusi memerlukan proses untuk mengembangkan strategi
13 Efisiensi adalah kemampuan menyelesaikan suatu pekerjaan dengan benar atau
melakukan pekerjaan yang benar (doing the right things). Adapun efektifitas yaitu kemampuan untuk memilih tujuan dengan tepat atau peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Dengan kata lain melakukan pekerjaan dengan benar (doing things right).
14 Vincent Gaspersz, Total Quality Management, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001), hlm. 6
15 Fandy Tjiptono dan A. Diana, Total Quality Management (TQM), (Yogyakarta: Andi Offset, 2003), hlm. 3
10
mutunya yang mencakup, misi yang jelas dan distingtif, fokus pelanggan
yang jelas, strategi untuk mencapai misi, keterlibatan seluruh pelanggan
baik internal maupun eksternal dalam mengembangkan strategi,
pemberdayaan staf dengan cara menghilangkan kendala dan membantu
mereka dalam memberi kontribusi maksimum pada institusi melalui
pengembangan kelompok kerja yang efektif, dan penilaian atau evaluasi
efektifitas institusi dalam mencapai tujuan yang berhubungan dengan
pelanggan.16
ISO 8402 (Quality Vocabulary) mendefinisikan manajemen mutu
sebagai semua aktivitas dari fungsi manajemen secara keseluruhan yang
menentukan kebijaksanaan mutu, tujuan-tujuan dan tanggung jawab, serta
mengpenerapankannya melalui alat-alat seperti perencanaan mutu,
pengendalian mutu, jaminan mutu, dan peningkatan mutu. Tanggung
jawab untuk manajemen mutu ada pada semua level dari manajemen,
tetapi harus dikendalikan oleh manajemen puncak (top management), dan
penerapannya harus melibatkan semua anggota organisasi.
Sedangkan manajemen mutu menurut dalam buku Total Quality
Management (TQM), merupakan sistem manajemen yang mengangkat
mutu sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan
dengan melibatkan seluruh anggota organisasi.17 Meskipun manajemen
mutu dapat didefinisikan dalam berbagai versi, namun pada dasarnya
manajemen mutu berfokus pada perbaikan terus-menerus untuk memenuhi
kepuasan pelanggan. Konsep manajemen mutu lebih dikenal dengan istilah
Total Quality Management (TQM).
Konsep TQM pertama kali dikemukakan oleh Nancy Warren,
seorang behavioral scientist di United States Navy.18 Istilah ini
mengandung makna every process, every job, dan every person. Untuk
16 Edward Sallis, Total Quality Manajement in Education (Manajemen Mutu dalam
Pendidikan),(Terj.) (Yogyakarta: Ircisod, 2008), hlm. 244. 17 Fandy Tjiptono dan A. Diana, Op.Cit, hlm. 4 18 Ety Rochaety, Sistem Informasi Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006),
hlm. 97.
11
mendefinisikan TQM bisa didasarkan dengan dua sudut pandang. Aspek
pertama menguraikan apa TQM. TQM disefinisikan sebagai sebuah
pendekatan dalam menjalankan usaha yang berupaya memaksimumkan
daya saing melalui penyempurnaan secara terus menerus tas produk, jasa,
manusia, proses, dan lingkungan organisasi. Aspek kedua menyangkut
cara mencapainya berkaitan dengan sepuluh karakteristik TQM yang
terdiri dari:19
a. Fokus pada pelanggan (internal dan eksternal)
b. Berorientasi pada kualitas
c. Menggunakan pendekatan ilmiah
d. Memiliki komitmen jangka panjang
e. Pendidikan dan pelatihan
f. Menerapkan kebebasan yang terkendali
g. Memiliki kesatuan tujuan
h. Dan melibatkan dan memberdayakan (empowering) karyawan.
Secara hakikat implementasi TQM berujuan untuk menemukan,
mengoreksi penyimpangan-penyimpangan yang tejadi dalam hasil yang
dicapai dari aktifitas yang telah direncanakan dalam kegiatan manajemen.
Dengan demikian manfaat yang diperoleh dari implementasi TQM yaitu
antara lain:20
a. Mutu terjaga dengan baik
b. Merupakan metode pencegahan menemukan secara dini kesalahan
c. Mengurangi jumlah kesalahan
d. Memperbaiki hubungan dengan pelanggan dan masyarakat stakeholder
e. Sebagai tolok ukur tercapainya suatu visi dan misi
f. Menunjukkan di mana letak kesalahan atau kekurangan
Demikian uraian tentang manejemen mutu. Setiap kegiatan dalam
manajerial suatu institusi mutu adalah salah satu agenda utama yang harus
19 Ibid. 20 Suranto, Manajemen Mutu dalam Pendidikan (QM in Education), (Semarang: Ghyyas
Putra, 2009), hlm. 14.
12
terus ditingkatkan sehingga mencapai standar mutu21 yang maksimal.
Begitupun untuk manajemen pendidikan.
3. Manajemen Mutu dalam Pendidikan
Menghadapi era global negara-negara di dunia mendukung
berlakunya pasar bebas dan persaingan di semua sektor. Adanya
persaingan inilah yang menuntut adanya implementasi konsep total quality
management (TQM) atau manajemen mutu untuk terus bertahan di tengah
dinamika zaman. Tentu saja persaingan ini juga akan terjadi pada sektor
pendidikan. Pendidikan di Indonesia merupakan salah satu aset
pembangunan yang mempunyai potensi sangat besar dalam menghadapi
era globalisasi tersebut. Di dalam lembaga pendidikan terdapat konsentrasi
sumber daya, peralatan, intelektual, kreatifitas, dan inovasi lainnya.
Persaingan yang terjadi adalah akibat tuntutan masyarakat yang
menginginkan jasa pendidikan yang bermutu. Masyarakat mengharapkan
proses pendidikan yang lebih berkualitas baik proses maupun outcome
yang dihasilkan. Di lingkungan pendidikan Indonesia implementasi TQM
dalam pengelolaan jasa pendidikan belum begitu meluas. Implementasi
TQM di dunia pendidikan di Indonesia secara terkonsep dan terang-
terangan belum dilaksanakan. Pantaslah jika manajemen lulusan tidak
berdaya saing tinggi dan keluaran yang dihasilkan tidak terdeteksi dengan
baik. TQM dapat digunakan untuk menerapkan isu-isu strategi dalam
paradigma baru pendidikan di Indonesia.22 Lembaga pendidikan dengan
program studinya harus selalu mengevaluasi diri dengan penerapan TQM
agar diterima oleh pasar dan keluaran yang dihasilkan mampu berdaya
saing, bernilai guna serta mempunyai harga jual yang tinggi.
Lembaga pendidikan dapat dikatakan ideal dan mampu dikenal
serta diterima pasar kerja jika lembaga pendidikan tersebut mempunyai
21 Standar mutu adalah suatu ukuran yang digunakan sebagai dasar pembanding kuantitas,
kualitas, nilai, dan hasil karya yang ada. Dengan kata lain standar mutu adalah usaha meningkatkan hasil produksi yang lebih baik dan jam kerja yang lebih pendek dengan menentukan patokan berdasarkan perhitungan dan pengukuran tertentu. Standar mutu ini terdiri dari spesifikasi produk, bahan, dan kemampuan proses. Ibid, hlm. 17.
22 Suranto, Ibid., hlm. 25.
13
daya tarik, dapat dipertanggungjawabkan, mampu memberikan kebutuhan
pasar, mempunyai nilai tambah, berinteraksi, serta bertindak aktif untuk
berubah, sehingga mampu menghasilkan generasi yang berguna.
Banyak masalah mutu yang dihadapi dalam dunia pendidikan,
seperti mutu lulusan, mutu pengajaran, bimbingan dan latihan dari guru,
serta mutu profesionalisme dan kinerja guru. Mutu-mutu tersebut terkait
dengan mutu manajerial para pemimpin pendidikan, keterbatasan dana,
sarana dan prasarana sekolah, fasilitas pendidikan, media, sumber belajar,
alat dan bahan latihan, iklim sekolah, lingkungan pendidikan, serta
dukungan dari pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan.23 Semua
kelemahan mutu dari komponen-komponen pendidikan tersebut berujung
pada rendahnya mutu lulusan.
Banyaknya masalah yang diakibatkan oleh lulusan pendidikan
yang tidak bermutu, program manajemen mutu menjadi suatu aspek
manajemen pendidikan yang amat mendesak untuk dilaksanakan. Untuk
melaksanakan program mutu diperlukan beberapa dasar yang kuat, yaitu
sebagai berikut:24
a. Komitmen pada perubahan
Pemimpin atau kelompok yang menerapkan program mutu harus
memiliki komitmen atau tekad untuk berubah. Pada intinya
peningkatan mutu adalah melakukan perubahan kea rah yang lebih
baik dan lebih berbobot. Lazimnya perubahan tersebut menimbulkan
rasa takut, sedangkan komitmen dapat menghilangkan rasa takut.
b. Pemahaman yang jelas tentang kondisi yang ada
Banyak kegagalan dalam melaksanakan perubahan karena
melakukan sesuatu sebelum sesuatu itu jelas.
c. Mempunyai visi yang jelas terhadap masa depan
23 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah
(Konsep, Prinsip, dan Instrumen), (Bandung: Refika Aditama, 2006), hlm. 8. 24 Ibid., hlm. 8-9.
14
Hendaknya perubahan yang akan dilakukan berdasarkan visi
tentang perkembangan, tantangan, kebutuhan, masalah, dan peluang
yang akan datang.
d. Mempunyai rencana yang jelas
Mengacu pada visi, sebuah tim menyusun rencana dengan jelas.
Rencana menjadi pegangan dalam proses pelaksanaan program mutu.
Pelaksanaan program mutu dipengaruhi oleh faktor-faktor internal
maupun eksternal. Faktor ini akan selalu berubah sehingga rencan itu
harus selalu di update sesuai dengan perubahan. Tidak ada program
mutu yang stagnan. Program mutu pendidikan merefleksikan
lingkungan pendidikan di mana pun ia berada.
Semua dasar di atas menjadi penting bagi pengelola program mutu
dalam suatu lembaga pendidikan. Selain mengetahui dasar-dasar tersebut
ada juga beberapa prinsip yang perlu dipegang dalam menerapkan
program mutu pendidikan di antaranya yaitu:25
a. Peningkatan mutu pendidikan menuntut kepemimpinan profesional
dalam bidang manajemen pendidikan. Manajemen mutu pendidikan
merupakan alat yang dapat digunakan oleh para profesional pendidikan
dalam memperbaiki sistem pendidikan bangsa kita.
b. Kesulitan yang dihadapi para profesional pendidikan adalah
ketidakmampuan mereka dalam menghadapi “kegagalan sistem” yang
mencegah mereka dari pengembangan atau penerapan cara atau proses
baru untuk memperbaiki mutu yang ada.
c. Peningkatan mutu pendidikan harus melakukan loncatan-loncatan.
Norma dan kepercayaan lama harus diubah. Sekolah harus belajar
bekerja sama dengan sumber yang terbatas. Para profesional
pendidikan harus membantu siswa dalam mengembangkan
kemampuan yang dibutuhkan guna bersaing di dunia global.
d. Uang bukan kunci utama dalam usaha peningkatan mutu. Mutu
pendidikan dapat diperbaiki jika administrator, guru, staf, pengawas,
25 Ibid., hlm. 10-11.
15
dan pimpinan kepala sekolah mengembangkan sikap yang terpusat
pada kepemimpinan, team work, kerja sama, akuntabilitas, dan
rekognisi. Uang tidak menjadi penentu dalam kebijakan peningkatan
mutu.
e. Kunci utama peningkatan mutu adalah komitmen pada perubahan. Jika
semua guru dan staf sekolah telah memiliki komitmen pada perubahan,
pimpinan dapat dengan mudah mendorong mereka menemukan cara
baru untuk memperbaiki efisiensi, produktifitas, dan kualitas
pelayanan pendidikan. Guru akan menggunakan pendekatan yang baru
atau model pembelajaran, pembimbingan, dan pelatihan untuk
membantu perkembangan siswa. Demikian juga staf administrasi, ia
akan menggunakan proses baru dalam menyusun biaya, menyelesaikan
masalah, dan mengembangkan program baru.
f. Banyak profesional pendidikan kurang memiliki pengetahuan dan
keahlian dalam menyiapkan para siswa memasuki pasar kerja yang
bersifat global. Ketakutan terhadap perubahan atau takut melakukan
perubahan akan mengakibatkan ketidaktahuan bagaimana mengatasi
tuntutan baru.
g. Program peningkatan mutu dalam bidang komersial tidak dapat
dipakai secara langsung dalam pendidikan tetapi membutuhkan
penyesuaian dan penyempurnaan. Budatya, lingkungan, dan proses
kerja tiap organisasi berbeda. Para profesional pendidikan haris
dibekali oleh program yang khusus dirancang untuk menunjang
pendidikan.
h. Salah satu komponen kunci dalam program mutu adalah sistem
pengukuran. Dengan menggunakan sistem pengukuran memungkinkan
kepala sekolah dapat memperlihatkan dan mendokumentasikan nilai
tambah dari pelaksanaan program peningkatan mutu pendidikan, baik
terhadap siswa, orang tua, maupun masyarakat.
Mutu bermanfaat bagi pendidikan karena akan meningkatkan
pertanggungjawaban (responsibility) sekolah kepada masyarakat dan atau
16
pemerintah yang telah memberikan semua biaya kepada sekolah,
menjamin mutu lulusannya, staf bekerja lebih profesional, dan
meningkatkan persaingan yang sehat.26 Wilayah mutu di bidang
pendidikan meliputi mutu input, proses, output, dan outcome. Input
pendidikan dikatakan bermutu jika siap berproses.
Proses pendidikan bermutu apabila mampu menciptakan suasana
pembelajaran yang PAKEMB (Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif,
Menyenangkan, dan Bermakna). Output dinyatakan bermutu jika hasil
belajar akademik dan non akademik siswa meraih angka tinggi. Outcome
bermutu apabila lulusan cepat terserap dunia kerja, gaji wajar, dan semua
pihak mengakui kehebatan lulusan dan merasa puas.
Mutu sekolah adalah semua komponen yang berada dalam sistem
pendidikan. Artinya sekolah tidak hanya dinilai dari hasil semata,
melainkan sinergitas berbagai komponen dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan dengan bermutu. Maka dalam hal ini usaha untuk
meningkatkan kualitas pendidikan dapat dilakukan melalui beragam
pilihan cara di bawah ini:27
a. Meningkatkan ukuran prestasi akademik melalui ujian nasinoal atau
ujian daerah yang menyangkut kompetensi dan pengetahuan,
memperbaiki tes bakat, sertifikasi kompetensi, dan profil portofolio.
b. Membentuk kelompok belajar sebaya untuk meningkatkan gairah
pembelajaran melalui belajar secara kelompok atau kooperatif.
c. Menciptakan kesempatan belajar baru di sekolah dengan mengubah
jam sekolah menjadi pusat belajar sepanjang hari dan tetap membuka
sekolah pada jam-jam libur.
d. Meningkatkan pemahaman dan penghargaan belajar melalui
penguasaan materi dan penghargaan atas pencapaian prestasi
akademik.
26 Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008), 481. 27Fandy Tjiptono dan A. Diana, Op.Cit., (Yogyakarta: Andi, 2003), hlm. 4-5.
17
e. Membantu siswa memperoleh pekerjaan dengan menawarkan kegiatan
pembelajaran selain bidang akademik yang berkaitan dengan
keterampilan memperoleh pekerjaan, bertindak sebagai sumber kontak
informal tenaga kerja, membuat daftar riwayat hidupnya, dan
mengembangkan portofolio pencarian pekerjaan.
Peningkatan mutu pendidikan tidak dapat terlaksana tanpa
pemberian kesempatan sebesar-besarnya pada sekolah yang merupakan
ujung tombak terdepan untuk terlibat aktif secara mandiri mengambil
keputusan tentang pendidikan. Sekolah harus menjadi bagian utama
sedangkan masyarakat dituntut partisipasinya dalam peningkatan mutu
yang telah menjadi komitmen sekolah demi kemajuan masyarakat di mana
lembaga pendidikan itu berdiri.28
Peningkatan mutu hanya akan berhasil jika ditekankan adanya
kemandirian dan kreatifitas sekolah. Proses pendidikan menyangkut
berbagai hal di luar proses pembelajaran. Seperti misalnya, lingkungan
sekolah yang aman dan tertib, misi dan target mutu yang ingin dicapai
setiap tahunnya, kepemimpinan yang kuat, harapan yang tinggi dari warga
sekolah untuk berprestasi, pengembangan diri, evaluasi terus menerus,
komunikasi dan dukungan yang intensif dari pihak orang tua, masyarakat
maupun komite sekolah sebagai wadah peran serta masyarakat.
4. Pengertian Ekstrakurikuler
Yang dimaksud kegiatan ekstrakurikuler di sini ialah kegiatan
pendidikan yang diaksanakan sekolah namun pelaksanaannya di luar jam-
jam resmi. Kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan untuk mengembangkan
pribadi siswa karena walaupun tidak secara langsung menuju kegiatan
kurikuler yang berdampak pada pengajaran namun berdampak pengiring
yang kemungkinan hasilnya akan berjangka panjang. Tujuan
estrakurikuler adalah agar siswa dapat memperkaya dan memperluas
28 Hasbullah, Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya
terhadap Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 51.
18
wawasan pengetahuan, mendorong pembinaan nilai dan sikap demi untuk
mengembangkan minat dan bakat siswa.29
Program ekstra ini harus lebih ditujukan kepada kegiatan yang
sifatnya kelompok sehingga kegiatan itupun didasarkan atas pilihan siswa.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen ekstrakurikuler yaitu
peningkatan aspek pengetahuan sikap dan keterampilan, dorongan untuk
menyalurkan bakat dan minat siswa, penetapan waktu dan obyek kegiatan
yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan, dan jenis-jenis kegiatan
ekstrakurikuler yang dapat disediakan seperti pramuka, olahraga, dan
sebagainya.30
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu program
manajemen pendidikan bidang manajemen peserta didik. Peserta didik
menurut ketentuan umum pasal 1 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang, jenis pendidikan
tertentu. Dengan kata lain peserta didik adalah mereka yang sedang
mengikuti program pendidikan pada suatu sekolah atau jenjang pendidikan
tertentu.
Adapun pengertian manajemen peserta didik (pupil personil
administration) yaitu suatu layanan yang memusatkan perhatian pada
pengaturan, pengawasan, dan layanan siswa di kelas maupun di luar kelas
seperti pengenalan, pendaftaran, layanan individual seperti pengembangan
keseluruhan kemampuan, minat, kebutuhan sampai matang di sekolah.31
Manajemen ini dimulai dari peserta didik masuk sekolah sampai ia lulus
sekolah.
29 W. Mantja, Profesionalisasi Tenaga Kependidikan (Manajemen Pendidika dan
Pengajaran, (Malang: Elang Mas, 2007), hlm. 40. 30 Tholib Kasan, Teori dan Aplikasi Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Studia Press,
2007), hlm. 82. 31 Karwanto Abdullah, Bahan Mata Kuliah Manajemen Kesiswaan./Peserta Didik,
Program Studi Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang Tahun Akademik 2008/2009.
19
Tujuan umum manajemen peserta didik adalah mengatur kegiatan-
kegiatan peserta didik agar kegiatan-kegiatan tersebut menunjang proses
belajar mengajar di sekolah. Sehingga proses pembelajarn bisa
berlangsung lancar, tertib, teratur, dan memberikan konstribusi bagi
pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan secara keseluruhan.
Sedangkan fungsinya sebagai wahana bagi peserta didik untuk
mengembangkan diri seoptimal mungkin baik yang berkenaan dengan
segi-segi individualitasnya, segi sosial, segi aspirasi, segi kebutuhan, dan
segi potensi yang perlu dikembangkan lainnya.
5. Jenis-jenis Ekstrakurikuler
Proses pembelajaran (kegiatan kurikuler) pada suatu sekolah
dibedakan atas dua jenis, yaitu kegiatan intrakurikuler dan kegiatan ko
kurikuler. Kegiatan intrakurikuler adalah kegiatan yang tercantum dalam
jadwal pelajaran. Kegiatan ko kurikuler adalah kegiatan yang tidak
tercantum dalam jadwal pelajajaran akan tetapi menunjang secara
langsung tehadap kegiatan intrakurikuler. Sedangkan kegiatan
ekstrakurikuler adalah kegiatan yang tidak tercantum dalam jadwal
pelajaran tetapi menunjang secara tidak langsung tehadap kegiatan intra
kurikuler. Sungguhpun menunjang secara tidak langsung tetapi efek
jangka panjangnya terutam bagi pengembangan pribadi peserta didik
secara utuh sangatlah penting.
Kegiatan ekstrakurikuler (ekstra kelas) ini juga diklasifikasikan
lagi menjadi dua macam. Yaitu kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan ko
kurikuler.32 Kegiatan ekstrakurikuler yaitu kegiatan yang diselenggarakan
di luar jam sekolah yang biasanya dilaksanakan sore hari bagi sekolah
yang masuk pagi dan dilaksanakan pada pagi hari bagi sekolah yang
masuk sore. Seringkali kegiatan ini ditujukan untuk mengembangkan salah
satu bidang pelajaran yang diminati oleh sekelompok siswa. Misalnya,
olah raga, kesenian, berbagai macam keterampilan, dan kepramukaan.
32 Amir Daien, “Pengelolaan Kesiswaan”, dalam Hendyat Soetopo, Manajemen dan
Organisasi Sekolah, (Malang: IKIP Malang, 1989), hlm. 120.
20
Sedangkan kegiatan ko kurikuler dilaksanakan dalam berbagai
bentuk. Misalnya mempelajari buku-buku pelajaran tertentu, mengerjakan
pekerjaan rumah, bahkan dapat juga berbentuk melakukan kegiatan
beberapa hari di luar sekolah. Dalam kegiatan ko kurikuler jenis ini para
siswa melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan partisipasi
(pengabdian) masyarakat. Seperti contoh, memperbaiki jalan yang rusak,
membantu melakukan penghijauan, mengajar membaca dan menulis
kepada warga masyarakat, melatih berbagai macam keterampilan sesuai
dengan kemampuan masing-masing siswa.
6. Tujuan Ekstrakurikuler
Dengan memperhatikan kegiatan ko kurikuler dan ekstrakurikuler
maka betapa besar fungsi dan maknanya kegiatan tersebut bagi siswa.
Miller, Mayer, dan Patrick sebagaimana dikutip Tim Dosen Jurusan
Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang dalam “Manajemen dan
Organisasi Sekolah”, menunjukkan berbagai macam fungsi kegiatan ekstra
ini. Mereka menunjukkan bahwa kegiatan ekstra mampu memberi
sumbangan yang berarti bagi siswa, bagi pengembangan kurikulum, dan
bagi peningkatan efektifitas adiministrasi dan bagi masyarakat. Secara
lebih merinci mereka menyebutkan sebagai berikut:33
a. Contributions to students
1) To provide opportunities for the pursuit of established intersets
and the developmen of new interset (Memberi kesempatan bagi
siswa untuk mengembangkan minat dan menemukan minat-minat
baru).
2) To educate citizenship through experiences and insight that stress
leadership, fellowship, cooperation, and independent action
(Menanamkan rasa tanggung warga negara melalui pengalaman-
pengalaman dan pandangan-pandangan, terutama pengalaman
kepemimpinan, kesetiakawanan, kerjasama, kegiatan-kegiatan
mandiri. .
33 Ibid., hlm. 122-125.
21
3) To develop school spirit and morale (Meningkatkan semangat dan
moral sekolah).
4) To provide opportunities for satisfying the gragarious urge of
children and youth (Memberi kesempatan kepada anak-anak dan
remaja untuk mendapatkan kepuasan dalam kerjasama bersama
kelompok).
5) To encourage moral and spiritual development (Mengembangkan
aspek moral dan spiritual anak).
6) To strengthen the mental and physical health of student
Meningkatkan kekuatan mental dan jasmani)..
7) To provide for a well rounded of student (Mengenal secara lebih
baik).
8) To widen student contants (Memperluas hubungan dan pergaulan).
9) To provide opportunities for student to exercise thaeir creative
capacities more fully (Memberi kesempatan kepada mereka untuk
berlatih mengembangkan kemampuan kreatifitasnya secara lebih
baik).
b. Contributions ti curriculum improvment
1) To suplement or enrich classroom experiences (Untuk melengkapi
dan memperkaya pengalaman kelas).
2) To explore new learning experiences which may ultimately be
incorporated into the curriculum (Untuk menggali pengalaman-
pengalaman belajar baru yang mungkin dapat dipadukan secara
tepat dalam kurikulum).
3) To provide additional opportunity for individual and group
guidance (Untuk memberikan kesempatan tambahan bagi
bimbingan individu atau bimbingan kelompok).
4) To motivate calkssroom intructions (Untuk memotivasi pengajaran
kelas).
22
c. Contributions to more effective school administration
1) To foster more effective teamwork between students, faculty, and
adminstrative and supervisory personnel (Untuk meningkatkan
efektifitas kerja sama antara para siswa, guru, staf administrasi, dan
supervisi).
2) To integrate more closely the several diviosions of the school
(Untuk lebih mempersatupadukan berbagai bagian dalam sekolah).
3) To provide less restricted opportunities designed to assist youth in
the worth-while utilization of the spare time (Untuk memberikan
sedikit pengetahuan dalam rangka membantu para remaja dalam
menggunakan waktu senggangnya).
4) To enable teachers better understand the forces that motivate
pupils as raect as they to many of the problematic situation with
which they are confronted (Untuk memberi kesempatan yang lebih
baik kepada guru agar lebih memahami kekuatan-kekuatan yang
dapat memotivasi para siswa dalam memberikan respon terhadap
berbagai situasi problematik yang mereka hadapi).
d. Contributions to community relations
1) To promote better school and community relations (Untuk
meningkatkan hubungan antara sekolah dengan masyarakat secara
lebih baik).
2) To encourage greater community interest in and supprt of the
school (Untuk mendorong perhatian masyarakat yang lebih besar
dari masyarakat dalam membantu sekolah).
Demikianlah betapa besar fungsi dan arti kegiatan ekstrakurikuler
dalam menuju tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Tentu hal ini dapat
terwujud manakala pengelolaan kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya, khususnya pengaturan siswa, peningkatan disiplin
siswa, dan semua para petugas. Kita menyadari bahwa mengatur siswa di
luar kelas biasanya lebih sulit daripada mengatur mereka di dalam kelas.
Apabila kegiatan ekstrakurikuler melibatkan banyak pihak tentulah hal ini
23
memerlukan peningkatan administrasi yang lebih tinggi. Kepekaan para
pengelola khususnya penanggungjawab pengaturan siswa sangat
diperlukan. Kepala sekolah sebagai manajer harus melakukan hal-hal
berikut: 34
a. Mengidentifikasi kegiatan ekstrakurikuler yang akan dilaksanakan di
sekolah.
b. Menunjuk koordinator untuk setiap kegiatan.
c. Meminta setiap koordinator untuk menyusun program kerja yang akan
menjadi bagian dari rencana kegiatan sekolah.
d. Memonitor pelaksanaannya.
7. Manajemen Mutu dalam Ekstrakurikuler
Dalam pengembangan mutu pendidikan kepala sekolah perlu
memerhatikan segala sisi garapan manajemen dalam lembaga. Sebagai
kepala sekolah tentu ia bertanggung jawab atas semua kegiatan
manajemen pendidikan yang dilakukan dalam lembaganya. Manajemen
pendidikan didefinisikan sebagai segala aktivitas dalam mengatur,
mengkoordinasikan, dan memanfaatkan sumber daya organisasi bagi
pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.35 Efektif mengacu kepada
perbandingan hasil yang dicapai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Efisien mengacu kepada perbandingan hasil yang dicapai dengan biaya,
tenaga, dan sumber sarana prasarana yang digunakan.
Sekolah sebagai suatu unit organisasi pendidikan merupakan
wadah kerja sama kelompok orang (guru, staf, kepala sekolah, dan siswa)
untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Pencapaian tujuan sekolah baik
34Syafaruddin, Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), hlm. 265. 35 Dari segi proses manajemen bidang apapun hampir tidak berbeda karena senantiasa
dimulai dengan perencanaan dan diakhiri dengan pengawasan. Yang membedakan antara manajemen bidang satu dengan bidang lainnya adalah aspek substansinya atau bidang garapannya. Jadi yang membedakan antara manajemen pendidikan dengan manajemen ekonomi atau layanan publik yang lain yaitu bukan pada prosesnya melainkan pada aspek substansinya. Dalam hal ini yang menjadi substansi manajemen pendidikan yaitu manajemen kurikulum dan pembelajaran, peserta didik, manajemen tenaga kependidikan, manajemen sarana dan prasarana, manajemen keuangan, dan manajemen partisipasi masyarakat. Karwanto Abdullah, “Ruang Lingkup dan Topik-topik Umum untuk Penelitian Manajemen Pendidikan”, (Semarang: IAIN Walisongo, 6 September 2005), hlm. 4.
24
secara kuantitas dan kualitas sangat tergantung pada orang-orang yang
terhimpun di dalam lembaga (sekolah) itu. Utamanya adalah peran pokok
yang dimainkan kepala sekolah melalui kepemimpinannya dengan
membangun dan mempertahankan semangat kerja yang positif dan tinggi.
Dengan kata lain kepala sekolah dituntut untuk menjalankan
kepemimpinan yang mampu menciptakan semangat kerja guru dan staf
lain yang tinggi.
Kaitannya dengan dimensi kepemimpinan kepala sekolah,
hendaknya kepala sekolah menjadi pemimpin yang efektif bagi siswanya,
para guru, masyarakat dan orang tua siswa. Kegiatan peran kepala sekolah
kepada pembinaan siswa ini mencakup pengembangan potensi-potensi
dasar setiap siswa, membantu siswa agar memiliki kehidupan yang lebih
baik, dan mengembangkan kemampuan intelektual, sosial, emosional, dan
fisik.36 Peran semacam inilah yang melatarbelakangi adanya
penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler di suatu lembaga pendidikan.
Sehingga keragaman potensi alamiah yang dimiliki oleh setiap siswa dapat
dikembangkan secara maksimal berdasarkan bakat dan minat masing-
masing dari siswa. Di dalam sekolah unggulan kegiatan ekstrakurikuler ini
mendapatkan tempat prioritas utama pengembangan potensi peserta didik.
Sehingga ia menyediakan segala jenis kegiatan ekstrakurikuler yang
dijalankan oleh guru-guru yang berbeda.
Untuk mengoptimalkan program mutu dalam kegiatan
ekstrakurikuler harus menganut pada asas-asas konsep mutu yang pada
awalnya dikembangkan dalam organisasi non pendidikan, seperti
perusahaan pabrikasi atau perusahaan yang berorientasi pada hasil produk.
Sejatinya antara lembaga pendidikan dengan organisasi pabrikasi memiliki
kesamaan yaitu untuk meningkatkan hasil produk. Bedanya dalam
lembaga pendidikan yang menjadi bahan dasar (input) adalah manusia dan
hasil akhir berupa produk manusia pula (hasil keluaran/outcome). Menurut
36 W. Mantja, Op.Cit., hlm. 50.
25
pendapat Philip Crosby ada beberapa langkah yang harus digulirkan untuk
mensukseskan program mutu. Yaitu antara lain:37
a. Komitmen Manajemen (Management Commitment)
Hal ini adalah hal yang krusial menuju sukses dan merupakan poin
penting yang disepakati oleh semua para ahli mutu. Komitmen ini
harus dikomunikasikan dalam sebuah statemen kebijakan mutu, yang
harus singkat, jelas, dan dapat dicapai.
b. Membangun Tim Peningkatan Mutu (Quality Improvment Team)
Tim peningkatan mutu memiliki tugas mengatur dan mengarahkan
program yang akan diimplementasikan melalui organisasi. Karena
setiap bagian organisasi menjadi kontributor potensial bagi kerusakan
dan kegagalan mutu maka setiap bagian organisasi harus berpartisipasi
dalam upaya peningkatan mutu. Tugas utama dari tim peningkatan
mutu adalah untuk menentukan bagaimana menspesifikan kegagalan
dan peningkatan mutu.
c. Pengukuran Mutu (Quality Measurement)
Hal ini dibutuhkan untuk mengukur ketidaksesuaian saat ini atau
yang akan muncul dengan cara evaluasi dan perbaikan. Bentuk-bentuk
pengukuran ini berbeda antara organisasi produksi dengan organisasi
layanan. Bentuk-bentuk tersebut bergantung pada data inspeksi,
laporan pemeriksaan, data statistik, dan data umpan balik dari
pelanggan.
d. Mengukur Biaya Mutu (The Cost of Quality)
Biaya mutu terdiri dari biaya kesalahan, biaya kerja ulang, biaya
pembongkaran, biaya inspeksi, dan biaya pemeriksaan.
Mengidentifikasi biaya mutu dan memberikan perhatian yang lebih
terhadapnya adalah hal yang penting untuk dilakukan.
e. Membangun Kesadaran Mutu (Quality Awareness)
Yaitu langkah untuk menumbuhkan kesadaran setiap orang dalam
organisasi tentang biaya mutu (The Cost of Quality) dan keharusan
37 Edward Sallis, Op.Cit., hlm. 113-118.
26
untuk mengimplementasikan program yang dicanangkan Tim
Peningkatan Mutu (Quality Improvment Team). Hal ini memerlukan
pertemuan atau rapat yang teratur antara pihak manajemen dan
karyawan untuk mendiskusikan masalah-masalah spesifik dan
bertujuan mengatasinya. Informasi tentang program peningkatan mutu
harus dikomunikasikan. Kesadaran mutu harus menjadi kunci dasar
dan dihubungkan dengan urutan peristiwa yang konstan.
f. Kegiatan Perbaikan (Correction Actions)
Para pengawas harus bekerja sama dengan staf untuk memperbaiki
mutu yang rendah. Metode yang sistematis diperlukan untuk mengatasi
masalah. Untuk menentukan masalah mana yang harus ditangani
terlebih dahulu bisa digunakan dengan aturan Paretto bahwa 20 persen
yang berkaitan dengan proses menyebabkan munculnya 80 persen
masalah.38
g. Perencanaan Tanpa Cacat (Zero Defact Planning)
Program tanpa cacat harus diperkenalkan dan dipimpin oleh Tim
Peningkatan Mutu yang juga bertanggung jawab terhadap
implementasinya. Seluruh staf harus menandatangi kontrak formal
untuk mewujudkan tanpa cacat dalam tugas dan kerja mereka.
h. Menekankan perlunya Pelatihan Pengawas (Supervisor Training)
Pelatihan ini penting bagi manajer agar mereka memahami peranan
mereka dalam proses peningkatan mutu. Pelatihan ini juga bisa
dilakukan melalui program pelatihan formal. Ini krusial bagi para staf
yang melaksanakan peranan manajemen menengah.
38 Alat dalam TQM ada tujuh macam yang biasa digunakan. Pertama, Checshit. Yaitu alat yang digunakan untuk mengelompokkan data secara sederhana, pengisiannya dengan angka dan tanda yang berkonsentrasi pada karakteristik yang diamati. Kedua, Diagram Pencar yang digunakan untuk mengetahui hubungan penyebab atau karakteristik suatu mutu yang diamati. Ketiga, Histogram yaitu alat pengumpulan data yang digunakan untuk mengetahui distribusi atau penyebaran data yang ada. Keempat, Diagram Paretto atau yang digunakan untuk memisahkan unsur penting dengan unsur yang tidak penting dari penyebab terbesar penyebab masalah. Kelima, Diagram Sebab Akibat yaitu alat yang diterapkan untuk mengetahui faktor penyebab masalah. Keenam, Stratifikasi atau alat untuk mengelompokkan kumpulan data sebab-sebab kelompok yang mempunyai karakteristik yang sama. Ketujuh, Grafik pengendali yaitu alat yang dipakai berupa tampilan data yang berupa grafik garis yang mencantumkan batas maksimum dan batas minimum. Selengkapnya cari keterangan dalam Suranto, Op.Cit., hlm. 48-53.
27
i. Menyelenggarakan Hari Tanpa Cacat (Zero Defacts Day)
Ini adalah kegiatan sehari penuh yang memperkenalkan ide tanpa
cacat. Pada dasarnya ini adalah sebuah pesta untuk menyoroti dan
merayakan penerapan metode tanpa cacat dan untuk menekankan
Komitmen Manajemen metode tersebut.
j. Penyusunan Tujuan (Goal Setting)
Begitu kontrak kerja untuk melakukan tanpa cacat dibuat dan ide-
ide tersebut telah diluncurkan dalam hari tanpa cacat maka sangat
penting untuk merencanakan aksi yang lengkap. Tujuan yang hendak
dituju oleh tim harus spesifik dan terukur.
k. Penghapusan Sebab Kesalahan (Error-Cause Removal)
Langkah ini harus dimaksudkan agar para staf dapat
mengkomunikasikan kepada manejemen tentang situasi-situasi tertentu
yang mempersulit implementasi metode tanpa cacat. Hal ini dapat
diraih dengan mendesain sebuah bentuk standar yang sesuai dengan
garis manajemen. Semua bentuk tersebut harus menerima jawaban
dalam periode waktu tertentu.
l. Pengakuan (Recognition)
Penting untuk memberikan apresiasi kepada mereka yang
berpartispasi dalam latihan-latihan peningkatan mutu. Tidak semua
orang bekerja karena menginginkan uang semata. Oleh karena itu
penghargaan tersebut harus dihubungkan dengan rancangan tujuan,
bisa dengan berupa hadiah atau sertifikat. Yang utama adalah
pengakuan bukan uang.
m. Mendirikan Dewan-dewan Mutu (Quality Council)
Ini adalah sebuah struktur institusional yang juga dianjurkan yaitu
mengikutsertakan para staf tenaga profesional mutu untuk menentukan
bagaimana masalah dapat ditangani dengan tepat dan baik. Bagian dari
peran Dewan Mutu adalah mengawasi efektifitas program dan
menjamin bahwa proses peningkatan mutu tersebut terus berlanjut.
28
n. Lakukan Lagi (Do it Over Again)
Program mutu adalah proses yang tidak pernah berakhir. Ketika
tujuan program telah tercapai maka program tersebut harus dimulai
lagi.
Lembaga pendidikan (Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, atau
Perguruan Tinggi) merupakan salah satu sarana formal, wadah penyiapan
dan pembekalan bagi generasi yang akan datang dalam penempaan ilmu
pengetahuan. Pelaksanaan pembelajaran harus dilangsungkan dengan
konsisten dan loyalitas yang tinggi bagi setiap pengemban pelaksana
proses belajar mengajar. Peningkatan mutu selalu dicanangkan dan
dilaksanakan secara terus menerus (countinous improvement) untuk
menghasilkan lulusan yang berdaya saing dan bermutu tinggi.
Evaluasi harus dilakukan secara dini sebagai langkah perbaikan
untuk menuju hal yang diinginkan lembaga secara bersama.39 Karena itu
setiap lembaga harus melakukan evaluasi, baik evaluasi manajemen,
evaluasi kinerja, maupun evaluasi positioning program studi yang dikelola.
Evaluasi sebagai langkah perbaikan dilaksanakan dari lapisan manajemen
yang paling bawah sampai manajemen yang teratas. Evaluasi secara
menyeluruh akan menghasilkan tujuan yang optimal.
Perbaikan secara totalitas yang terdiri dari perbaikan dan
peningkatan hasil outputnya melalui perbaikan input yang berupa mutu
sumber daya manusia, metode pembelajaran, alat fasilitas penunjang,
informasi yang lengkap, manajemen yang canggih dan optimal, pengajar
yang bermutu, lembaga penelitian dan pengembangan (Puslitbang) dan
39 Sebagai sebuah pendekatan TQM mencari sebuah perubahan permanen dalam tujuan
organisasi, dari tujuan “kelayakan” jangka pendek menuju tujuan “perbaikan mutu” jangka panjang. Institusi yang melakukan inovasi secara konstan, melakukan perbaikan dan perubahan secara terarah, dan mempraktikkan TQM akan mengalami siklus perbaikan secara terus menerus. Semangat tersebut akan menciptakan sebuah upaya sadar untuk menganalisa apa yang sedang dikerjakan dan merencanakan perbaikannya. Untuk menciptakan kultur perbaikan terus menerus, seorang manajer harus mempercayai stafnya dan mendelegasikan keputusan pada tingkatan-tingkatan yang tepat. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan staf sebuah tanggung jawab untuk menyampaikan mutu dalam lingkungan mereka. Staf membutuhkan kebebasan kerja dalam kerangka kerja yang sudah jelas dan tujuan organisasi yang sudah diketahui. Edward Sallis, Op.Cit., hlm. 76.
29
pengabdian yang terpadu, kegiatan proses belajar mengajar yang
terintegrasi, metode pembelajaran yang akurat, motivasi pembelajaran
yang tinggi, sistematis dan berkonsep ilmiah, serta lingkungan belajar
yang kondusif.
Dalam menciptakan tujuan yang optimal dalam meningkatkan
mutu pendidikan salah satu cara evaluasi yang dilakukan adalah
mengevaluasi permasalahan dari setiap program studi yang dikelola.
Dalam hal manajemen mutu dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah
maka yang menjadi tekanan utama dalam evaluasi adalah bagaimana
pengelolaan kegiatan ekstra ini diperbaiki seoptimal mungkin sehingga
keluaran yang dihasilkan sesuai dengan tujuan yang diarapkan dari adanya
pengembangan kegiatan ekstra di sekolah ini.
Pembelajaran yang baik dengan penerapan TQM yaitu untuk
menghasilkan lulusan yang bermutu. Terdapat lima komponen dalam
pencapaian mutu pembelajaran di sekolah. Di mana lima komponen itu
saling berinteraksi yang sinergis dalam pencapaian mutu. Komponen
tersebut yakni evaluasi diri, otonomi, transparansi, akuntabilitas, dan
akreditasi.
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Untuk mencapai tujuan penelitian maka diperlukan suatu metode.
Sehingga dapat diperoleh gambaran yang jelas tentang permasalahan yang
akan diteliti. Maka dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian
kualitatif. Penelitian ini berusaha mengungkap bagaimana langkah-langkah
penerapan manajemen mutu yang dilakukan di SD Islam al-Azhar 29 BSB
Semarang. Dengan hasil penelitian yang berupa uraian kata-kata deskriptif.
Untuk itu peneliti memakai metode kualitatif. Jenis kualitatif didefisinikan
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.40
Peneliti memilih metode kualitatif karena dengan metode ini semua data yang
behubungan dengan manajemen mutu di SD Islam al-Azhar BSB Semarang
ini bisa digali dengan tuntas. Diharapkan melalui pendekatan kualitatif peneliti
mampu mendeskripsikan data secara akurat serta telah melalui tahap saturate.
Sehingga hasil penelitian ini betul-betul menjawab semua rumusan
permasalahan yang diajukan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang.
Penelitian akan diadakan selama satu bulan. Yaitu sejak tanggal 02 Mei s/d 01
Juni 2011 waktu penelitian terbagi menjadi 3 tahapan. Tahapan pertama
digunakan untuk survey pendahuluan. Kedua, proses pencarian data di
lapangan. Ketiga, tahapan pelaporan atau penulisan hasil penelitian.
Berikutnya waktu dipakai untuk proses pembimbingan oleh dosen skripsi
dilanjutkan dengan seminar hasil penelitian (Ujian Munaqosah).
40 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2005), hlm. 5.
31
C. Sumber Penelitian
Yang menjadi sumber penelitian di sini yaitu kepala sekolah, wakil kepala
sekolah bidang kesiswaan, wakil kepala sekolah bidang kurikulum,
koordinator ekstrakurikuler, dan guru atau pelatih ekstrakurikuler yang ada di
SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang. Dari kepala sekolah akan dihasilkan
data bagaimana sistem koordinasi antara semua pihak yang bertugas
melaksanakan program ekstarkurikuler. Bagaimana kepala sekolah
mengendalikan orang-orang yang terlibat di sekolahan sehingga mengarah
pada manajemen mutu.
Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan bertugas memberikan data seputar
proses pengkoordinasian antara koordinator ekstra, guru ekstra, dan siswa.
Sedangkan dari wakil kepala sekolah bidang kurikulum akan diungkap
bagaimana proses perumusan struktur kurikulum ekstra. Dari koordinator
ekstra akan dihasilkan data hubungannya dengan kegiatan pengawasan di
lapangan saat pembelajaran berlangsung bersama siswa. Peneliti mencarai
data dari guru ekstra yang berupa bagaimana proses manajemen pembelajaran
ekstra. Mulai dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan
evaluasi pembelajaran ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29 BSB
Semarang ini.
D. Fokus Penelitian
Peneliti memfokuskan penelitian pada pelaksanaan manajemen mutu
ekstrakurikuler yang dilakukan dan ketercapaian manajemen mutu
ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang. Fokus pertama akan
membahas bagaimana kegiatan perencanaan mutu, pelaksanaan mutu, dan
evaluasi manajemen pelaksanaan mutu yang dijalankan.
E. Pengumpulan Data Penelitian
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian karena tujuan utama dari penelitian ialah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti tidak akan mendapatkan
32
data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Teknik yang peneliti pakai
yaitu antara lain, teknik observasi, wawancara, dokumentasi, dan
triangulasi/gabungan data.
1. Interview (wawancara)
Wawancara berarti proses tanya jawab yang berlangsung secara lisan
yang mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara
langsung iniformasi-informasi atau keterangan dari responden. Dengan
kata lain wawancara adalah suatu metode untuk memperoleh fakta atau
informasi dari responden secara lisan. Interview atau wawancara juga
diartikan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui
tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu.
Dalam penelitian ini peneliti sering menggabungkan teknik observasi
partisipatif dengan wawancara mendalam. Selama melakukan observasi
peneliti melakukan interview kepada orang-orang yang terlibat di dalam
kegiatan pembelajaran ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29 BSB
Semarang. Wawancara dalam penelitian ini berlangsung dari alur umum
ke khusus sehingga harus melewati beberapa tahapan. Wawancara tahap
pertama bertujuan memberikan deskripsi dan orientasi awal perihal
masalah atau subjek yang dikaji. Tema-tema yang muncul pada tahap ini
kemudian diperdalam, dikonfirmasikan pada tahap wawancara berikutnya.
Demikian seterusnya hingga mencapai derajat saturate.
Wawancara dilakukan bersama pihak-pihak yang terkait dengan
kegiatan ekstrakurikuler. Pihak-pihak tersebut di antaranya: kepala
sekolah, guru ekstra, siswa, dan pihak orang tua wali siswa. Dari kepala
sekolah peneliti menginginkan data tentang bagaimana pengaturan
perencanaan program ekstrakurikuler, bagaimana job description, dan
bagaimana proses pengawasan program yang dilakukan. Bersama guru
ekstra peneliti mengupas data bagaimana pelaksanaan program
ekstrakurikuler dijalankan. Diharapkan data yang diperoleh dari guru
ekstra ini menambah informasi tentang pelaksanaan manajemen mutu
33
kegiatan ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar ini. Kepada siswa peneliti
mencari data bagaimana kesan dan pesan mereka terhadap kegiatan
ekstrakurikuler. Dari orang tua siswa peneliti mewawancarai tentang
pendapat mereka tentang kegiatan ekstrakurikuler yang dilakukan anaknya
di sekolah ini.
Data yang diburu dengan teknik wawancara ini pada dasarnya untuk
mengkonfirmasi data yang didapat pada saat peneliti melakukan observasi.
Keterangan atau informasi dari semua responden ini kemudian
dikomparasikan dan disimpulkan. Selanjutnya data tersebut dipaparkan
dalam laporan data penelitian. Peneliti akan mengemukakan pertanyaan
tentang tahapan-tahapan manajemen mutu apa saja yang dilakukan di
sekolah dan faktor-faktor pendukung dan penghambat serta solusi yang
ditemukan dalam melakukan manajemen mutu untuk kegiatan
ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang. Informasi seputar
tahapan manajemen mutu dan penghambat serta solusi ini dibutuhkan
untuk menjawab rumusan permasalahan penelitian.
2. Observasi
Metode observasi yaitu cara pengambilan data dengan menggunakan
fungsi pancaindera yakni indera penglihatan sebagai alat bantu utamanya
untuk melakukan pengamatan langsung.41 Adapun observasi yang lazim
digunakan dalam studi kualitatif adalah observasi partisipatif (observasi
berperan serta).42 Dalam praktiknya di lapangan peneliti mengamati
bagaimana para guru ekstra mengkondisikan siswanya saat akan memulai
pembelajaran ekstrakurikuler, bagaimana pengelolaan siswa yang
dilakukan dalam kelas, dan bagaimana guru mendisiplinkan siswa saat
pembelajaran ekstrakurikuler berlangsung. Diharapkan dengan teknik
observasi ini peneliti betul-betul bisa mengamati secara langsung
manajemen mutu itu diaplikasikan di SD Islam al-Azhar 29 BSB
41 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 229. 42 Agus Salim dan Ali Formen, “Pengantar Berpikir Kualitatif (Menuju Objektifitas
Penelitian Sosial di Indonesia)” dalam Teori dan Paradigma, (Yogyakarta: UNY Press, 2004), hlm. 14.
34
Semarang. Hasil data dari observasi kemudian dipertegas lagi dengan
teknik wawancara. Dengan begitu peneliti mendapatkan data baik secara
mengamati langsung dan mendengarkan informasi melalui teknik
wawancara.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik yang digunakan untuk mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat
kabar, majalah, dan sebagainya.43 Dokumen merupakan catatan peristiwa
lampau. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya
monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari
penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian
kualitatif.44
Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan
dengan point-point pokok pelaksanaan manajemen mutu kegiatan
ekstrakurikuler, fasilitas pendukung dan penghambat serta solusi
pemecahan yang diterapkan dalam pelaksanaan manajemen mutu yang
dilakukan di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang. Data dokumen yang
dibutuhkan dari penelitian ini antara lain arsip data kegiatan pembelajaran
ekstrakurikuler yang meliputi program kerja, sirkulasi keuangan, prestasi
yang diperoleh, struktur kepengurusan, keuangan, dan data peserta
kegiatan ekstrakurikuler di sekolah yang terletak di daerah perumahan elit
ini.
Melalui arsip program kerja peneliti menganalisis apakah program
kerja yang dirumuskan itu sudah mencapai kesuksesan, artinya berhasil
dijalankan. Dari data sirkulasi keuangan peneliti berusaha menaksir biaya
yang mesti dibutuhkan untuk pelaksanaan manajemen mutu. Struktur
kepengurusan menyediakan data siapa saja pihak yang mesti terlibat dalam
proses manajerial mutu. Data peserta kegiatan ekstrakurikuler digunakan
43 Suharsimi Arikunto, Op.Cit. hlm. 231. 44 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R &
D), (Bandung: Alfabeta, 2007), hlm. 82.
35
untuk mendapatkan siapa saja yang tergabung dalam kegiatan
ekstrakurikuler ini.
Data yang diperoleh melalui dokumentasi berupa jejak rekam atau
sekilas kegiatan ekstrakurikuler yang pernah dijalankan di SD ini pada
waktu lampau. Data tersebut kemudian dijadikan dasar untuk memetakan
tahapan-tahapan manajemen mutu yang dilakukan di kegiatan
ekstrakurikuler SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang.
4. Triangulasi Data
Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.45 Triangulasi pada
penelitian ini, peneliti gunakan sebagai pemeriksaan melalui sumber
lainnya. Dalam pelaksanaannya peneliti akan melakukan pengecekan data
yang berasal dari hasil wawancara dengan kepala madrasah dalam konteks
pelaksanaan manajemen mutu kegiatan ekstrakurikuler yang di lakukan di
SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang. Lebih jauh lagi, hasil wawancara
tersebut kemudian peneliti cek dengan hasil pengamatan yang peneliti
lakukan selama masa penelitian untuk mengetahui faktor pendukung dan
penghambat penerapan manajemen mutu di sekolah lembaga penelitian
ini.
Triangulasi dibutuhkan untuk memastikan bahwa data sudah valid.
Antara data yang diperoleh melalui observasi, dokumentasi, dan
wawancara itu sudah sama. Dengan kata lain triangulasi data bertujuan
untuk menghindari adanya informasi yang saling berseberangan satu sama
lain. Setelah peneliti mendapatkan data dengan keempat teknik di atas
kemudian peneliti mensistematisasikan ke dalam beberapa catatan hasil
penelitian untuk selanjutnya ditulis dalam bentuk laporan penelitian.
F. Analisis Data Penelitian
45 Lexy J. Moleong, Op.Cit., hlm. 330.
36
Analisis data dalam sebuah penelitian merupakan bagian yang sangat
penting karena dengan analisis inilah data yang ada akan nampak manfaatnya
terutama dalam memecahkan masalah penelitian dan mencapai tujuan akhir
dalam penelitian. Analisis data merupakan proses mencari dan menata data
dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi, dan triangulasi secara
sistematis untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti
dan menyajikannya sebagai temuan bagi yang lain. Data yang terkumpul yang
masih bersifat rumit dan kompleks direduksi (merangkum dan memilih hal-hal
yang pokok, memfokuskan hal yang penting, dan membuang hal yang tidak
perlu. Data hasil reduksi disajikan (display data) ke dalam bentuk naratif,
table, grafik sehingga mudah dipahami. Setelah itu baru menyimpulkan dan
verifikasi data. Sedangkan untuk meningkatkan pemahaman tersebut, analisis
perlu dilanjutkan dengan berupaya mencari makna (interpretasi).46 Model
analisis data penelitian dapat ditunjukkan dengan gambar berikut:
Gambar 3.1 Model Analisis Data
Sumber: Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2007), hlm. 338.
Penelitian ini bersifat kualitatif, sehingga dalam hal ini peneliti
menggunakan metode analisis yang disebut analisis data kualitatif. Menurut
Bogdan dan Biklen yang dikutip Lexy J. Moleong analisis data kualitatif
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistesiskannya,
46 Sugiyono, Op.Cit., hlm. 338-345.
Data Collection
Data Display
Data Reduction
Conclusions/Verifying
37
mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.47
Penelitian ini juga bersifat deskriptif, yang mana penelitian deskriptif
merupakan penelitian yang bekerja dengan cara berusaha menggambarkan dan
menginterpretasi objek apa adanya atau dapat dikatakan sesuai dengan fakta.48
Oleh karena itu, dalam analisis data ini peneliti menggunakan analisis
deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan
dan menginterpretasikan bagaimana inovasi manajemen madrasah yang di
lakukan oleh SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang.
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan sejak sebelum memasuki
lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Analisis lebih
difokuskan selama proses di lapangan bersamaan pengumpulan data. Peneliti
dalam hal ini akan menyusun secara sistematis data-data yang diperoleh dari
hasil observasi, interview, dokumentasi, dan triangulasi data kemudian
dilanjutkan dengan mendeskripsikan dan menginterpretasikan bagaimana
pelaksanaan manajemen mutu kegiatan ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar
29 BSB Semarang. Langkah pertama yang peneliti lakukan dalam analisis data
ini yaitu mengumpulkan semua data yang didapat melalui teknik
pengumpulan data di atas. Selanjutnya mengolah dan memilah-milah data
yang akan dicantumkan dalam laporan penelitian. Setelah semua data diolah
dan ditulis baru kemudian dicarikan kesimpulan hasil penelitian berdasarkan
hasil perolehan data lapangan yang didukung oleh referensi ilmiah yang
tertuang dalam bab II.
47 Lexy J. Moleong, Op.Cit, hlm. 248. 48 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan (Kompetensi dan Prakteknya), (Jakarta:
Bumi Aksara, 2003), hlm. 157.
38
BAB IV
MANAJEMEN MUTU EKSTRAKURIKULER
DI SD ISLAM AL-AZHAR 29 BSB SEMARANG
C. Pelaksanaan Manajemen Mutu Ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29
BSB Semarang
Dalam mengembangkan kualitas ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29
BSB Semarang Kepala Sekolah, Nikmah Rachmawati, mengakui perlunya
sinergisasi yang intensif antarberbagai komponen lembaga. Komponen itu
antara lain pihak Yayasan HIMSYA, Kepala Sekolah, Bagian Kesiswaan,
Bagian Kurikulum, Koordinator Ekstrakurikuler (di SD Islam al-Azhar 29
BSB Semarang setiap jenis kegiatan ekstra telah ditetapkan seorang
koordinator yang bertugas mengelola program kerja ekstra masing-masing,
mengabsen kehadiran siswa, mendampingi saat kegiatan pembelajaran ekstra
berlangsung, membantu proses penilaian hasil belajar ekstra siswa, dan
menyampaikan hasil nilai tersebut ke bagian kurikulum), Guru Ekstra, dan
peserta didik kegiatan ektra itu sendiri.
Untuk mengoptimalkan kinerja dari masing-masing pihak di atas kepala
sekolah memiliki strategi-strategi yang handal untuk mengantisipasi dan
mencairkan setiap permasalahan yang terjadi (problem solving) dalam
kegiatan ekstrakurikuler. Menurut penuturan beliau, “Kunci keberhasilan
suatu manajemen organisasi terletak pada komunikasi yang harmonis
antarberbagai elemen yang bekerja di organisasi tersebut. Dan yang tidak
kalah penting lagi selain komunikasi yaitu adanya gambaran visi ke depan
yang jelas, apa yang harus dilakukan, tujuan apa yang hendak dicapai,
indikator target kerja, apa yang harus dihindari, dan fungsi pemberdayaan dari
setiap lini baik yang berada di bawah maupun yang di atas.”49
Kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan di SD Islam al-Azhar 29
BSB ini antara lain, futsal, beladiri, melukis, manari, theater, pramuka,
qiro’aty, qiro’ah, tenis lapangan, drum band, in house radio (channel 29),
49 Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah pada 2 Mei 2011 di ruang kepala.
39
cheerleader, kelas musik (seruling, gitar, drum, karawitan, rebana, paduan
suara, angklung, pianika, dan keyboard), komputer, English habit, reading
habit, swimming, field trip, dan seminar kids.
Masih berdasarkan penuturan kepala sekolah, “Kerberhasilan manajemen
mutu di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang ini tidak serta merta dihasilkan
oleh satu atau dua orang saja. Akan tetapi ini merupakan hasil kerja tim yang
berkarya dan berkreatifitas untuk memajukan program ekstra yang selama ini
dijalankan. SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang berhasil menjuarai berbagai
ajang lomba baik di tingkat kecamatan bahkan di tingkat nasional menjadi
upah atas segala jerih payah yang telah kami usahakan sepanjang ini.”
Kegiatan pengelolaan organisasi membutuhkan tahapan-tahapan yang
sistematis untuk memudahkan setiap langkah yang harus dijalankan. Tahapan
kerja yang semrawut mengakibatkan hasil kerja yang berantakan pula.
Demikian halnya adanya ketertiban dalam bekerja menjadi salah satu indikator
keberhasilan secara administrasi maupun di lapangan. Ada beberapa langkah
yang dijalankan di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang untuk
mengembangkan mutu kegiatan pembelajaran ekstrakurikulernya.
1. Perencanaan Manajemen Mutu di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang
Setiap menjelang tahun pelajaran baru SD Islam al-Azhar 29 BSB
Semarang mengadakan rapat kerja awal tahun yang biasanya diadakan
pada bulan Juli. Rapat ini membahas hal-hal apa saja yang akan dijalankan
terkait kegiatan ekstrakurikuler untuk satu tahun ke depan. Hal-hal yang
terkait tersebut antara lain, penentuan jenis-jenis program ekstrakurikuler,
berapa kuota siswa yang harus dicapai (sebagai syarat minimal dibukanya
satu jenis ekstra. Syarat jumlah minimal peserta untuk satu program ekstra
yaitu 10 anak), siapa yang akan menjadi koordinator, jadwal ekstra, dan
pengelompokkan siswa. Semua permasalahan yang berhubungan dengan
kegiatan ekstra akan dibahas di rapat kerja awal tahun ini.
Seperti yang dikemukakan bagian kesiswaan, Novita Tri Retnani,
dalam kegiatan pengelolaan manajemen mutu ekstrakurikuler di SD Islam
al-Azhar 29 BSB Semarang diperlukan beberapa pertimbangan sebelum
40
program itu betul-betul dilaksanakan oleh koordinator ekstra bersama guru
ekstra.50 Pertimbangan itu antara lain, jumlah siswa yang meminati
mengikuti satu cabang ekstra, jumlah cabang ekstra yang akan
dibelajarkan selama satu tahun mendatang, dan spesifikasi kemampuan di
bidang jenis ekstra tertentu guru ekstra, kelengkapan sarana dan prasarana
yang dimiliki sekolah berkaitan dengan jenis kegiatan ekstra yang
menunjang keberhasilan manajemen ekstra, dan prospek cabang ekstra ke
depan apakah nantinya ada kejuaran yang melombakan jenis ekstra
tersebut. Pertimbangan yang terakhir itu karena tujuan akhir dari kegiatan
ekstra di SD ini adalah menghasilkan prestasi lomba di luar sekolah.
Selanjutnya baru sekolah bisa memutuskan program ekstra selama setahun
mendatang.
Hal lain yang dipertimbangkan dalam kegiatan perencanaan ini
yaitu pemilihan guru ekstra yang tepat (guru yang benar-benar menguasai
kompetensi ekstra), seleksi siswa yang tepat (siswa yang memiliki potensi,
bakat, serta minat terhadap salah satu ekstra), dan prospek adanya lomba
antarsekolah. Untuk menyikapi hal ini sekolah akhirnya mengagendakan
beberapa program yang akan menfasilitasi kemungkinan tidak adanya
ajang lomba dari jenis ekstra yang dibelajarkan, yaitu dengan
menampilkan ekstra pada saat sekolah menggelar kegiatan intern. Seperti
pada peringatan PHBN (Peringatan Hari Besar Nasional) seperti pada saat
memperingati Hari Proklamasi Kemerdekaan RI, Hari Kartini, Hari
Kebangkitan Nasional, Hari Pendidikan Nasional, dan sebagainya. Atau
pada saat sekolah membuat program PHBI (Peringatan Hari Besar Islam)
misalnya, Peringatan Maulid Nabi, Peringatan Isra’ Mikraj Nabi
Muhammad SAW, Nuzulul Qur’an, dan lain-lain. .
Secara umum tahapan yang dilalui dalam kegiatan perencanaan ini,
pertama rapat kerja awal tahun selanjutnya dilakukan tindak lanjut dari
hasil rapat tersebut. Follow up dibahas intern oleh koordinasi antara kepala
50 Berdasarkan studi wawancara dengan bagian kesiswaan pada 3 Mei 2011 di Ruang
Kelas Nuh.
41
sekolah dengan kesiswaan. Berikutnya melibatkan bagian kurikulum untuk
menentukan siapa koordinator dari masing-masing cabang ekstra yang
akan digalakkan satu tahun ke depan itu. Setelah koordinator dari masing-
masing jenis ekstra terpilih kemudian setiap koordinator akan
berkoordinasi dengan guru atau tenaga pengajar ekstra untuk membahas
program atau strategi yang akan dilaksanakan selama setahun mendatang.
Koordinasi antara koordinator ekstra dengan guru ekstra menghasilkan
perencanaan pembelajaran ekstra yang berbentuk silabus, prota, dan
promes.
Silabus yang disusun untuk kegiatan ekstra di SD Islam al-Azhar
ini tidak berbeda jauh dengan silabus yang digunakan untuk setiap mata
pembelajaran utama (intrakurikuler). Yaitu terdiri dari standar kompetensi,
kompetensi dasar, materi, kegiatan, indokator, alokasi waktu, dan teknik
evaluasi. Silabus ini dibuat oleh setiap guru ekstra dan diserahkan kepada
bagian kurikulum untuk selanjutnya disampaikan kepada kepala sekolah
untuk disahkan. Di samping silabus guru ekstra juga wajib melampirkan
prota dan promes sebagai acuan waktu kegiatan pembelajaran ekstra. Di
sinilah bedanya manajemen ekatra di SD Islam al-Azhar dengan sekolah
yang lain. Karena biasanya kegiatan ekstra di lembaga lain seakan tidak
terurus dan programnya tidak tertata dengan rapi seperti halnya yang
dilaksanakan di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang.
Dalam kegiatan pembelajaran semua guru mempersiapkan silabus,
buku prestasi, buku pendamping, lembar absensi kehadiran siswa, kartu
kendali.51 Selain hal-hal yang telah disebutkan tadi perangkat lain yang
diperlukan disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran. Misalnya dalam
kegiatan qiroa’ty dibutuhkan tape recorder (alat audio) maka sekolah
menyiapkan itu. SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang berusaha
menyediakan perangkat pembelajaran sekiranya memang betul-betul
dibutuhkan.
51 Berdasarkan hasil studi wawancara dengan salah satu koordinator jenis cabang ekstra di
SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang pada 3 Mei 2011.
42
Di antara pihak yang terlibat dalam kegiatan perencanaan
manajemen mutu ini yaitu pihak yayasan yang diwakili kepala sekolah,
bidang kesiswaan, bidang kurikulum, guru pengajar, dan semua staf serta
karyawan di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang. Kegiatan perencanaan
mutu dilakukan setiap tahun menjelang pembukaan tahun pelajaran baru
yaitu pada bulan Juli.
2. Pelaksanaan Manajemen Mutu di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang
Pelaksanaan manajemen Mutu di SD Islam al-Azhar 29 BSB
Semarang pertama kali dilakukan pada saat Masa Orientasi Siswa (MOS).
Kegiatan MOS juga bertujuan untuk mensosialisasikan berbagai cabang
ekstra kepada siswa baru dan juga diperuntukkan untuk menarik minat
siswa baru untuk mengikuti kegiatan ekstra yang akan diselenggarakan.
Dengan kata lain sebagai upaya penjaringan minat dan bakat siswa baru.
Dalam kegiatan MOS ini semua siswa kelas I-VI wajib mengikuti. Tidak
hanya siswa baru saja. Karena di lembaga ini ada jenis-jenis kegiatan
ekstra yang ditawarkan oleh sekolah. Ada yang jenis ekstra wajib, ekstra
pilihan, dan ekstra mandiri.
Untuk ekstra wajib setiap siswa diharuskan mengikuti tanpa
terkecuali. Sedangkan untuk yang pilihan siswa bebas memilih kegiatan
apa yang mereka kuasai dan mereka minati. Adapun yang mandiri ini
siswa boleh memilih atau tidak. Karena ekstra mandiri semua biaya
dibebankan kepada wali murid. Berbeda dengan ekstra wajib dan pilihan,
semua biaya ditanggung oleh pihak sekolah. Berikut adalah daftar
ekstrakurikuler yang dijalankan di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang.52
52 Berdasarkan Studi Dokumentasi Program Kerja Ekstrakurikuler SD Islam al-Azhar 29
BSB Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011.
43
Tabel 4.2 Daftar Ekstrakurikuler
No. Kelompok Ekstra Jenis Ekskul Bentuk dan Tujuan Kegiatan Jadwal
1. Ekstra Pilihan Menari Menstimulasi dan mengembangkan potensi, bakat, minat, dan menyediakan wadah bagi kreatifitas anak didik. Kegiatan yang dilakukan antara lain: a. Melakukan latihan rutin sesuai
jadwal b. Mempersiapkan setiap murid
untuk mengikuti perlombaan setiap saat
c. Mempersiapkan setiap murid untuk tampil dalam pertunjukan-pertunjukan yang diadakan sekolah
Rabu
Beladiri/Silat Latihan jurus dan ketahanan fisik. Adapun kegiatannya yaitu: a. Melakukan latihan rutin sesuai
dengan jadwal b. Mempersiapkan setiap murid
peserta ekskul bela diri untuk mengikuti perlombaan
Rabu
Pildacil Menstimulasi dan mengembangkan potensi, bakat, minat, anak dalam bidang keagamaan, keberanian diri untuk audiensi dan berdiplomasi. Kegiatan yang dilakukan antara lain: a. Melakukan latihan rutin sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan
b. Mengikutsertakan murid untuk mengikuti perlombaan di berbagai tingkat baik kecamatan sampai dengan nasional dengan target juara
c. Mempersiapkan murid untuk tampil dalam berbagai jenis pertunjukan yang diadakan di sekolah
Rabu
44
d. Mengikusertakan murid untuk tampil di berbagai acara di luar sekolah
Melukis Menstimulasi dan mengembangkan bakat dan minat anak di bidang seni lukis. Kegiatan yang dilaksanakan yaitu: a. Melakukan pembelajaran
melukis sesuai dengan jadwal dengan tema yang bervariasi
b. Setiap selesai melukis hasil lukisan dipajang di lingkungan sekolah
c. Mempersiapkan setiap murid untuk mengikuti perlombaan mewarnai di berbagai event di tingkat kecamatan dan kota
Rabu
Drama/Theatre Menstimulasi dan mengembangkan potensi, bakat, dan minat anak di bidang seni acting dan melatih kepercayaan diri. Kegiatan yang dilakukan: a. Melakukan latihan rutin sesuai
dengan jadwal b. Mempersiapkan murid-murid
untuk tampil dalam pertunjukan yang diadakan oleh sekolah yang mengakomodasikan semua jenis elstrakurikuler
Rabu
Futsal Latihan menendang, membawa, dan mengoper bola. Kegiatan yang dilakukan: a. Melakukan latihan rutin sesuai
dengan jadwal b. Mempersiapkan murid untuk
mengikuti lomba
Rabu
Qiro’ah/Tilawah
Menstimulasi dan mengembangkan potensi, bakat, dan minat anak dalam bidang seni membaca al-Qur’an. Kegiatan yang dilakukan: a. Melakukan latihan rutin sesuai
dengan jadwal b. Mempersiapkan murid-murid
untuk tampil di setiap kegiatan
Rabu
45
baik PHBI/PHBN atau kegiatan lainnya baik yang berskala kecil maupun besar
c. Mempersiapkan murid untuk mengikuti perlombaan di berbagai event
2. Ekstra Wajib Pramuka/Kepanduan
PU, PUK, Latihan baris berbaris, latihan ketangkasan, dan permainan siaga (life skill)
Kamis
Qiro’ati Menstimulasi dan mengembangkan potensi, bakat, dan minat anak dalam membaca al-Qur’an
Senin-Jumat
3. Ekstra Mandiri Tenis Lapangan Menstimulasi dan mengembangkan potensi, minat, dan bakat anak dalam bermain olah raga tenis lapangan
Sabtu, 09.00-11.00
B. Inggris Menstimulasi dan mengembangkan bakat, minat, dan bakat dalam berbahasa Inggris
Jumat, 14.00-16.00
Drum Band Menstimulasi dan mengembangkan bakat, minat, dan bakat dalam bermain drum band
Sabtu, 09.00-11.00
Jaritmatika Menstimulasi dan mengembangkan bakat, minat, dan bakat dalam berhitung dan ilmu Matematika
Sabtu, 09.00-11.00
4. Kelas Musik Rebana a. Menstimulasi dan mengembangkan bakat, minat, dan bakat dalam menggunakan alat musik rebana
b. Menciptakan lagu dan menyeimbangkan otak kanan dan kiri
Selasa
Pianika a. Menstimulasi dan mengembangkan bakat, minat, dan bakat dalam menggunakan alat dan musik pianika
b. Menciptakan lagu dan menyeimbangkan otak kanan dan kiri
Selasa
Keyboard a. Menstimulasi dan mengembangkan bakat, minat, dan bakat dalam menggunakan alat musik keyboard
Selasa
46
b. Menciptakan lagu dan menyeimbangkan otak kanan dan kiri
Angklung a. Menstimulasi dan mengembangkan bakat, minat, dan bakat dalam menggunakan alat musik angklung
b. Menciptakan lagu dan menyeimbangkan otak kanan dan kiri
Selasa
Seruling a. Menstimulasi dan mengembangkan bakat, minat, dan bakat dalam menggunakan alat musik seruling
b. Menciptakan lagu dan menyeimbangkan otak kanan dan kiri
Selasa
Bass a. Menstimulasi dan mengembangkan bakat, minat, dan bakat dalam menggunakan alat musik bass
b. Menciptakan lagu dan menyeimbangkan otak kanan dan kiri
Selasa
Gitar a. Menstimulasi dan mengembangkan bakat, minat, dan bakat dalam menggunakan alat musik gitar
b. Menciptakan lagu dan menyeimbangkan otak kanan dan kiri
Selasa
Gamelan a. Menstimulasi dan mengembangkan bakat, minat, dan bakat dalam menggunakan alat musik gamelan
b. Menciptakan lagu dan menyeimbangkan otak kanan dan kiri
Selasa
Drum Band a. Menstimulasi dan mengembangkan bakat, minat, dan bakat dalam menggunakan alat musik drum band
b. Menciptakan lagu dan menyeimbangkan otak kanan dan kiri
Sabtu
47
Drum a. Menstimulasi dan mengembangkan bakat, minat, dan bakat dalam menggunakan alat musik drum
b. Menciptakan lagu dan menyeimbangkan otak kanan dan kiri
Selasa
Setelah masa sosialisasi ekstra (MOS) berakhir koordinator ekstra
dan guru ekstra melakukan koordinasi untuk menentukan siswa yang akan
mengikuti program ekstra ini. Yang menjadi perhatian di sini yaitu ketika
ingin menentukan siswa yang akan menjalani kegiatan ekstra pilihan.
Kira-kira siapa yang layak dan tidak layak. Berpotensi atau tidak
berpotensi. Untuk menyikapinya sekolah melakukan penyebaran angket
kepada orang tua.
Angket ini berisi pertanyaan seputar keinginan orang tua dan anak
untuk mengikuti kegiatan ekstra apa yang akan dipilih. Setelah angket
disebarkan dan diisi orang tua tahap berikutnya mengadakan penyaringan
siswa atau seleksi berdasarkan minat dan bakat potensi siswa masing-
masing. Dan setelah itu pihak sekolah kembali bermusyawarah bersama
orang tua yang bertujuan menyampaikan hasil kesepakatan guru ekstra
tentang keputusan siapa saja yang berpotensi dan tidak betrpotensi untuk
mengikuti program ekstra-ekstra tertentu. Jenis ekstra yang peminatnya
kurang dari 10 anak maka akan ditiadakan kecuali cabang tilawah karena
memang jenis ekstra ini membutuhkan bakat seni yang tinggi dan tidak
semua siswa bisa mengikuti.53
Dalam pelaksanaan manajemen mutu ekstra kepala sekolah
berkoordinasi dengan kesiswaan, kesiswaan berkoordinasi dengan
koordinator ekstra, dan koordinator ekstra bekerja sama dengan guru
pengajar untuk mengatasi pembelajaran ekstra bersama siswa di lapangan.
Kepala sekolah meminta pertanggungjawaban melalui bagian kesiswaan,
bagian kesiswaan nantinya berkoordinasi dengan koordinator ekstra, dan
53 Berdasarkan hasil studi wawancara dengan bagian kurikulum pada 3 Mei 2011.
48
koordinator ekstra meminta laporan kegiatan dari guru ekstra. Pengawasan
dilakukan semacam ini.
Menurut bagian kesiswaan, pada saat pelaksanaan manajemen
mutu ini sekolah juga melibatkan pihak luar sekolah untuk ikut andil
dalam penjaminan mutu ekstra yang diadakan sekolah. Bagian kesiswaan
akan menampung semua komplain permasalahan yang berasal dari orang
tua siswa misalnya. Sekolah membebaskan stakeholder untuk memberikan
kritik dan saran yang konstruktif. Dalam menindaklanjuti kritik dan saran
ini bagian kesiswaan akan berkoordinasi dengan kepala sekolah untuk
memecahkan permasalahan yang tejadi. Tidak ada kritik dan saran yang
tidak ditindaklanjuti. Semua akan dibahas secara tuntas.
Pelaksanaan pembelajaran ekstra dari setiap guru ekstra berbeda-
beda. Jadi setiap guru bertanggung jawab penuh atas kegiatan
pembelajaran ekstra yang diampunya masing-masing. Begitu juga dengan
metode pembelajaran yang dipakai. Intinya semua guru ekstra tidak
diperkenankan untuk melaksanakan dengan metode yang monoton.
Sekolah telah memiliki segala fasilitas pendidikan yang diperlukan untuk
semua jenis kegiatan ekstra. Di sini tergantung guru memberikan materi
kepada siswa. Makannya guru ekstra dituntut sekreatif mungkin dalam
merencanakan kegiatan pembelajaran maupun pada saat pembelajaran
berlangsung. Kegiatan pembelajaran di kelas semuanya berada di
tanggung jawab guru ekstra bagaimana ia menjalankan tugasnya dengan
baik. Pihak sekolah hanya menyediakan fasilitas pembelajaran untuk
memudahkan serta meningkatkan pembelajaran ekstrakurikuler di SD
Islam al-Azhar 29 BSB Semarang.
Ketika ditanya persoalan kendala yang tejadi dalam kegiatan
manajemen pembelajaran ekstra ini kepala sekolah menuturkan, “Kendala
yang sering terjadi yaitu banyaknya siswa yang ingin berpindah pilihan
ekstra.” Menurutnya, “Biasanya anak terpengaruh dengan prestasi
temannya di bidang ekstra yang lain. Hal ini akan mempersulit
administrasi karena berkaitan dengan pengisian nilai raport. Setiap nilai
49
raport akan dimasukkan ke dalam buku raport sebagai bahan pelaporan
kepada orang tua. Berikutnya bila terjadi guru ekstra yang berhalangan
hadir untuk mengajar. Jika yang terjadi demikian maka koordinator yang
akan mengisi kekosongan guru itu.” Menyikapi kendala di atas kepala
sekolah akhirnya menentukan kebijakan baru yaitu siswa tidak
diperkenankan berpindah cabang jenis ekstra yang lain kecuali pada awal
semester atau akhir semester.
3. Evaluasi Manajemen Mutu di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang
Evaluasi dilakukan dengan sebelumnya diawali dengan proses
pengawasan dari berbagai pihak di lembaga. Pengawasan manajemen
mutu di SD Islam al-Azhar 29 BSB dilaksanakan secara kontinyu dan
berkelanjutan. Setiap pekan sekali guru ekstra menyampaikan laporan
kepada koordinator ekstra. Koordinator ekstra memberikan laporan kepada
bagian kesiswaan sebulan sekali. Kepala sekolah menerima laporan dari
bagian kesiswaan setiap akhir tahun. Satu tahun sekali laporan itu
diberikan kepada kepala sekolah. Namun pada saat-saat tertentu ada juga
pelaporan secara mendadak (laporan insidental) jika ditemui hal-hal yang
sulit diatasi.54
Menindaklanjuti evaluasi tersebut jika terjadi kekurangoptimalan
kinerja biasanya dilakukan secara teguran lisan yang berbentuk peringatan.
Akan tetapi kita tidak serta merta menegur melainkan lebih mementingkan
pencarian opsi solusi untuk memecahkan permasalahan yang tengah
dihadapi. Adapun permasalahan yang terjadi siswa dipecahkan dengan
cara pemberian sanksi edukatif. Jika dimungkinkan tidak bisa diberikan
ampun maka diadakan open house (berkunjung ke rumah siswa untuk
menyampaikan permasalahan yang terjadi pada anaknya kepada orang
tua).
Dalam kunjungan itu guru memberikan informasi yang berkaitan
dengan anaknya. Baik hal-hal yang positif anak maupun sisi negatif anak.
Kunjungan ini sekaligus meminta bantuan kerja sama antara sekolah
54 Berdasarkan hasil studi wawancara dengan kepala sekolah pada 2 Mei 2011.
50
dengan pihak orang tua untuk ikut terlibat dalam pengembangan program
ekstra yang dicanangkan oleh sekolah. Setidaknya dengan adanya
kunjungan ini orang tua lebih mengetahui perkembangan kualitas anak
selama mengikuti kegiatan ekstra di sekolah bersama teman yang lainnya.
Permintaan pihak sekolah kepada orang tua biasanya untuk bisa ikut andil
dalam pengawasan pendidikan anak selama berada di lingkungan keluarga.
Partisipasi orang tua diharapkan akan memberikan bimbingan tambahan
terkait materi pembelajaran ekstra.
Penjaminan mutu yang dilakukan di SD ini yaitu dengan cara
pengawasan secara kontinyu dan berkelanjutan. Dalam hal ini koordinasi
dilakukan setiap saat. Hal yang sering digunakan untuk melakukan
pengawasan yaitu melalui SMS (pesan singkat) atau berbicara langsung
melalui handphone. Kepala sekolah mengawasi kinerja bagian kesiswaan,
bagian kesiswaan meminta laporan dari koordinator ekstra, dan
koordinator ekstra meminta pertanggungjawaban dari guru ekstra.55
Teknik evaluasi pembelajaran ekstra yang diterapkan bervariasi.
Ini menyesuaikan dengan jenis item yang akan dievaluasi. Biasanya
penilaian yang sering dilakukan di sekolah ini yaitu penilaian yang
sifatnya praktikum. Jarang sekali yang menggunakan teknik untuk
mengukur ranah kognitif karena pada dasarnya pembelajaran ekstra ini di
luar jam pelajaran sekolah dan bertujuan mengembangkan bakat dan minat
siswa masing-masing. Kegiatan evaluasi diselenggarakan setelah selesai
melakukan pembelajaran per indikator. Setiap akhir pertemuan guru ekstra
mesti melakukan evaluasi.56
Kegiatan penilaian ekstra di sekolah yang berada di perumahan
elite ini seperti pada kegiatan pembelajaran intrakurikuler umumnya. Jadi
ada aspek penilaian pengamatan harian, keaktifan, absensi, dan nilai akhir.
Berbeda dengan sekolah yang lain, di SD Islam al-Azhar siswa menerima
raport yang berisi hasil penilaian khusus kegiatan ekstrakurikuler. Di
55 Ibid. 56 Berdasarkan hasil studi wawancara dengan guru ekstra pada 2 Mei 2011.
51
sinilah keunggulan kegiatan ekstra di SD Islam al-Azhar. Hal ini bertujuan
untuk memberikan motivasi dan semangat siswa untuk berlatih mengasah
bakatnya sehingga menjadi siswa berprestasi baik di tingkat intern sekolah
maupun pada saat mengikuti kejuaraan umum bertanding dengan sekolah-
sekolah yang lain.57
Proses kegiatan manajemen dari mulai perencanaan, pelaksanaan,
dan pengawasan yang secara kontinyu ini diharapkan akan mampu
menghasilkan prestasi baik yang berupa fisik (piala atau piagam) atau
performance dalam kegiatan intern sekolah. Pada akhir tindak penilaian ini
guru ekstra, koordinator ekstra, bagian kesiswaan, bagian kurikulum, dan
kepala sekolah melakukan koordinasi lagi untuk mengevaluasi program
ekstra selama setahun. Penilaian ini didasarkan dari detail perencanaan
yang berisi target, indikator keberhasilan dari setiap jenis ekstra yang
diagendakan, dan tujuan jangka pendek dan jangka panjang sekolah.
D. Ketercapaian Pelaksanaan Manajemen Mutu Ekstrakurikuler di SD
Islam al-Azhar 29 BSB Semarang.
Prestasi bidang ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar sudah tidak
diragukan lagi. Pencapaian prestasi yang telah diraih bahkan telah sampai
pada tingkat nasional. Perolehan prestasi puncak ini mengindikasikan kualitas
manajemen mutu yang digerakkan di sekolah yang berada di daerah Mijen
Semarang ini. Kemenangan dalam ajang lomba tidak saja dialami oleh
siswanya akan tetapi banyak juga sebagian guru yang menyabet gelar juara
pada saat lomba antarguru. Misalnya saja ketika mengikuti lomba pembuatan
alat peraga pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang
diselenggarakan Dinas Pendidikan dan Olah Raga Kota Semarang, salah satu
delegasi sekolah ini mendapatkan gelar juara I. Delegasi guru pada waktu itu
diwakili Khoirul Umam. Kegiatan lomba tingkat Kota Semarang yang digelar
antarguru ini dilaksanakan pada bulan Januari 2010.
57 Berdasarkan hasil studi wawancara dengan kepala sekolah pada 3 Mei 2011.
52
Selain prestasi yang diperoleh Khoirul Umam, Endah Wulandari juga
berhasil memenangkan tropi juara III untuk cabang lomba Storytelling. Yaitu
lomba bercerita dalam bahasa Inggris. Lomba bercerita ini diselenggarakan
oleh Penerbit Erlangga Kota Semarang. Menurut penuturan kepala sekolah,
pengikutsertaan guru dalam berbagai ajang lomba dijadikan penyemangat bagi
siswa secara umum untuk bisa mengikuti jejak gurunya dalam meraih
penghargaan dalam berbagai kejuaraan. Sehingga hal ini akan menjadi
cambuk penyemangat bagi siswa dan siswa akhirnya temotivasi secara terus
menerus untuk bisa berprestasi serta membawa nama baik lembaga dengan
memperoleh hasil maksimal dalam kegiatan ekstrakurikuler.
Berikut adalah catatan prestasi yang telah diraih oleh siswa di bidang
kegiatan ekstrakurikuler.58 Prestasi selama setahun ke belakang ini menjadi
bukti bahwa SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang memang betul-betul
mampu dan berhasil mengelola fungsi manajemen mutu ekstrakurikuler. Bisa
dikatakan setiap mengikuti lomba wakil siswa dari SD ini selalu mendapatkan
gelar juara. Baik itu di tingkat kecamatan Mijen, Kota Semarang, Provinsi
Jawa Tengah, maupun pada tingkat nasional. Akibat dari pencapaian prestasi
ini kepala sekolah pernah mendapatkan penghargaan kepala sekolah
berprestasi se-Kota Semarang pada tahun 2010.
Tabel 4.3 Catatan Prestasi SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang tahun 2010/2011
No. Bulan Prestasi Lomba Tingkat 1. Januari 2010 Juara I Strorytelling Kota Semarang 2. Februari 2010 Juara I Renang Gaya Kupu-
kupu Kecamatan Mijen
3. Februari 2010 Juara I Renang Gaya Bebas Kecamatan Mijen 4. Februari 2010 Juara I Renang Gaya Dada Kecamatan Mijen 5. Februari 2010 Juara 2 Renang Gaya Bebas Kecamatan Mijen 6. Februari 2010 Juara 2 Renang Gaya Dada Kecamatan Mijen 7. Februari 2010 Juara 2 Renang Gaya Dada Kecamatan Mijen 8. Februari 2010 Juara 3 Fashion Show Kota Semarang 9. Februari 2010 Juara Harapan 3 Fashion Show Kota Semarang 10. Februari 2010 Juara 3 Storytelling Kota Semarang 11 Februari 2010 Juara I Galang Manunggal Kota Semarang
58 Berdasarkan Studi Dokumen Prestasi tahun 2010-2011 SD Islam al-Azhar 29 BSB
Semarang.
53
12. Februari 2010 Juara 3 Galang Manunggal Kota Semarang 13. Februari 2010 Juara 3 Pesta Siaga (Pa) Kecamatan Mijen 14. Februari 2010 Juara 2 Pesta Siaga (Pi) Kecamatan Mijen 15. Februari 2010 Juara Harapan 2 Olimpiade dan Uji
Kompetensi al-Azhar se-Indonesia Bidang PKn/B.Indonesia
Nasional
16. Februari 2010 Juara I Olimpiade dan Uji Kompetensi al-Azhar se-Indonesia Bidang Dai Cilik
Nasional
17. Februari 2010 Juara 3 Futsal Kota Semarang 18. Februari 2010 Semifinal Olimpiade Sains Kota Semarang 19. April 2010 Juara I Melukis Kecamatan Mijen 20. April 2010 Juara I Puisi Kecamatan Mijen 21. April 2010 Juara I Pidato Kecamatan Mijen 22. April 2010 Juara Harapan 2 Festival Seni Kota Semarang 23. April 2010 Juara 3 Pidato Kota Semarang 24. April 2010 Juara 2 Fashion Show Kota Semarang 25. April 2010 Tropi Walikota Storytelling Kota Semarang 26. Juni 2010 Juara I Futsal Kota Semarang 27. Agustus 2010 Juara I Spelling Bee Kota Semarang 28. Agustus 2010 Juara 3 Spelling Bee Kota Semarang 29. Agustus 2010 Juara I Storytelling Kota Semarang 30. Oktober 2010 Juara I Rebana Kecamatan Mijen 31. November 2010 Juara 3 Mapel B. Inggris Provinsi Jateng 32. November 2010 Harapan 2 Mapel B. Inggris Provinsi Jateng 33. Desember 2010 10 Besar Cipta Baca Puisi Provinsi Jateng 34. Maret 2011 Juara 2 Olimpiade da Uji
Kompetensi al-Azhar se-Indonesia Bidang Komputer
Nasional
35. Maret 2011 Juara I Olimpiade da Uji Kompetensi al-Azhar se-Indonesia Bidang Dai Cilik
Nasional
36. Maret 2011 Juara 3 Pesta Siaga (Pa) Kecamatan Mijen 37. Maret 2011 Juara 2 Pesta Siaga (Pi) Kecamatan Mijen 38. Maret 2011 Juara 3 Pesta Siaga Kota Semarang 39. Maret 2011 Juara 3 Futsal Kota Semarang 40. Maret 2011 Juara I POPDA Cabang Silat Kecamatan Mijen 41. Maret 2011 Juara I POPDA Cab. Renang Kecamatan Mijen 42. Maret 2011 Juara I Olimpiade Sains
Matematika Kecamatan Mijen
43. Maret 2011 Juara I Olimpiade Sains IPA Kecamatan Mijen
54
44. Mei 2011 Juara 2 Kempo Kota Semarang 45. Mei 2011 Juara 2 Dokter Kecil Kecamatan Mijen
Data prestasi di atas ini hanya sebagian dari pencapaian yang
dilakukan di luar sekolah. SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang seringkali
menggelar kegiatan intern sekolah untuk memfasilitasi hasil dari
pembelajaran ekstranya. Seperti misalnya inagurasi musik. Semua cabang
ekstra kelas secara bersamaan menampilkan hasil belajarnya.
E. Pembahasan
Untuk menghasilkan kesimpulan penelitian yang komprehensif peneliti
sekiranya perlu membahas perihal strategi manajemen mutu yang dilakukan
SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang yang dihubungkan dengan teori yang
telah dijelaskan sebelumnya pada bab II. Dalam hal ini peneliti akan
mengkomparasikan teori yang telah diungkapkan oleh Philip Crosby. Menurut
pendapat Philip Crosby ada beberapa langkah yang harus digulirkan untuk
mensukseskan program mutu. Yaitu antara lain:
1. Komitmen Manajemen (Management Commitment)
Seperti yang telah diterangkan dalam bab II komitmen manajemen
adalah hal yang krusial menuju sukses dan merupakan poin penting yang
disepakati oleh semua para ahli mutu. Komitmen ini harus
dikomunikasikan dalam sebuah statemen kebijakan mutu, yang harus
singkat, jelas, dan dapat dicapai. Dalam mengaplikasikan konsep
komitmen ini kepala sekolah tidak enggan untuk mengintruksikan perintah
kepada para bawahan agar program berjalan dengan sukses. Dalam
menyampaikan perintahnya kepala sekolah langsung terjun ke lapangan
sekaligus melakukan kontrol atau supervisi kepada petugas yang
bertanggung jawab dalam kegiatan ekstrakurikuler. Kepala sekolah
memberikan saran maupun kritik sehubungan dengan jalannya kegiatan
pembelajaran ekstrakurikuler. Langkah yang dilakukan kepala sekolah
pada saat tejun di lapangan dengan terlebih dahulu bertanya kepada siswa
55
ataupun guru ekstra yang bertugas terkait problem ataupun kemajuan yang
dicapai selama pembelajaran berlangsung.
2. Membangun Tim Peningkatan Mutu (Quality Improvment Team)
Tim peningkatan mutu memiliki tugas mengatur dan mengarahkan
program yang akan diimplementasikan melalui organisasi. Karena setiap
bagian organisasi menjadi kontributor potensial bagi kerusakan dan
kegagalan mutu maka setiap bagian organisasi harus berpartisipasi dalam
upaya peningkatan mutu. Tugas utama dari tim peningkatan mutu adalah
untuk menentukan bagaimana menspesifikan kegagalan dan peningkatan
mutu. Tim peningkatan mutu di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang ini
terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala bidang kesiswaan, dan
koordinator ekstra. Tim ini juga melibatkan orang tua dan komite sekolah.
Mereka bertugas mewakili menyalurkan aspirasi dari orang tua sedangkan
komite sekolah mewakili suara dari warga masyarakat.
3. Pengukuran Mutu (Quality Measurement)
Pengukuran mutu dibutuhkan untuk mengukur ketidaksesuaian saat ini
atau yang akan muncul dengan cara evaluasi dan perbaikan. Bentuk-
bentuk pengukuran ini berbeda antara organisasi produksi dengan
organisasi layanan. Bentuk-bentuk tersebut bergantung pada data inspeksi,
laporan pemeriksaan, data statistik, dan data umpan balik dari pelanggan.
Pengukuran dilakukan secara kontinyu. Setiap pekan sekali guru ekstra
menyampaikan laporan kepada koordinator ekstra. Koordinator ekstra
memberikan laporan kepada bagian kesiswaan sebulan sekali. Kepala
sekolah menerima laporan dari bagian kesiswaan setiap akhir tahun. Satu
tahun sekali. Namun pada saat-saat tertentu ada juga pelaporan secara
mendadak (laporan insidental) jika ditemui hal-hal yang sulit diatasi.
Pelaporan ini dijalankan guna mengukur ketercapaian keberhasilan
program perencanaan yang dilakukan.
Pihak yang memberikan laporan disertakan dalam bentuk tertulis yang
berisi data dan dokumen kegiatan ekstrakurikuler. Misalnya jumlah
permasalahan yang terjadi selama kurun waktu tertentu. Selain itu pihak
56
manajemen sekolah memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya
kepada orang tua atau siapapun juga untuk menyampaikan komplain serta
kritik atau saran kepada sekolah dalam rangka meningkatkan mutu ekstra
di sekolah.
4. Mengukur Biaya Mutu (The Cost of Quality)
Biaya mutu terdiri dari biaya kesalahan, biaya kerja ulang, biaya
pembongkaran, biaya inspeksi, dan biaya pemeriksaan. Mengidentifikasi
biaya mutu dan memberikan perhatian yang lebih terhadapnya adalah hal
yang penting untuk dilakukan. SD Islam al-Azhar membutuhkan biaya
yang sangat tinggi demi meningkatkan kualitas pembelajaran ekstra.
Dalam mensiasati besarnya anggaran yang diperlukan pihak sekolah
memungut biaya tambahan bagi jenis ekstra tertentu dan membebankan
biaya sepenuhnya kepada orang tua jika anaknya menghendaki mengikuti
pembelajaran jenis ekstra mandiri.
5. Membangun Kesadaran Mutu (Quality Awareness)
Yaitu langkah untuk menumbuhkan kesadaran setiap orang dalam
organisasi tentang biaya mutu (The Cost of Quality) dan keharusan untuk
mengimplementasikan program yang dicanangkan Tim Peningkatan Mutu
(Quality Improvment Team). Hal ini memerlukan pertemuan atau rapat
yang teratur antara pihak manajemen dan karyawan untuk mendiskusikan
masalah-masalah spesifik dan bertujuan mengatasinya. Informasi tentang
program peningkatan mutu harus dikomunikasikan. Kesadaran mutu harus
menjadi kunci dasar dan dihubungkan dengan urutan peristiwa yang
konstan. SD Islam al-Azhar mengadakan rapat secara rutin setiap satu
pekan sekali. Rapat ini membahas permasalahan yang muncul selama
pembelajaran ekstra. Permasalahan yang dibahas di sini merupakan
kumpulan permasalahan yang dirasakan guru ekstra, siswa, orang tua,
maupun pihak lain yang tidak terikat. Setelah mengadakan rapat kemudian
menghasilkan kesepakatan atau solusi permasalahan maka tugas guru
ekstra yang menyelesaikannya di kelas ekstra jika masalah yang terungkap
itu berkait dengan kegiatan pembelajaran. Dan jika masalah yang muncul
57
yaitu permasalahan sarana prasarana maka wakil kepala sekolah bidang
sarpras yang bertanggung jawab.
6. Kegiatan Perbaikan (Correction Actions)
Para pengawas harus bekerja sama dengan staf untuk memperbaiki
mutu yang rendah. Metode yang sistematis diperlukan untuk mengatasi
masalah. Untuk menentukan masalah mana yang harus ditangani terlebih
dahulu bisa digunakan dengan aturan Paretto bahwa 20 persen yang
berkaitan dengan proses menyebabkan munculnya 80 persen masalah.
Dalam melakukan tindakan perbaikan menurut kepala sekolah dilakukan
lebih ditekankan pada proses pembelajaran ekstra. Saat proses
pembelajaran berlangsung kepala sekolah seringkali melakukan
monitoring untuk menilai apakah proses pembelajaran itu berjalan
sebagaimana yang telah dirumuskan dalam perencanaan. Ketika proses itu
dinilai melenceng dari perencanaan yang telah ditentukan oleh guru ekstra
yang bersangkutan maka kepala sekolah segera menegur dan
memerintahkan kepada guru yang bersangkutan untuk mengikuti petunjuk
pelaksanaan yang tertera pada perangkat pembelajaran yang telah
dibuatnya sendiri.
Menurut kepala sekolah dengan teknik perbaikan yang ditekankan
pada proses ini maka kemungkinan kegagalan pada hasil yang dicapai
akan dapat diminimalisir. Karena apapun hasil yang telah diraih dari suatu
kegiatan berhubungan dengan proses selama pencapaian hasil yang
diinginkan. Dalam tindakan perbaikan ini kepala sekolah mengakui bahwa
setiap permasalahan yang terjadi harus diselesaikan sesegera mungkin
karena satu masalah, meskipun itu kecil, akan menimbulkan masalah yang
lebih besar lagi dan akan berdampak pada kegagalan program secara
keseluruhan. Untuk itu SD Islam al-Azhar selalu melakukan perbaikan
secara kontinyu dan ditekankan pada aspek proses.
7. Perencanaan Tanpa Cacat (Zero Defact Planning)
Program tanpa cacat harus diperkenalkan dan dipimpin oleh Tim
Peningkatan Mutu yang juga bertanggung jawab terhadap
58
implementasinya. Seluruh staf harus menandatangi kontrak formal untuk
mewujudkan tanpa cacat dalam tugas dan kerja mereka. Menyikapi hal
demikian kepala sekolah SD Islam al-Azhar selalu meminta konsep
perencanaan pembelajaran ekstra ketika akan memulai pelaksanaan
pembelajaran. Dalam perencanaan kepala sekolah berhak merevisi atau
melakukan koreksi pada apa yang telah direncanakan oleh guru. Selain
melakukan perbaikan pada aspek proses kepala sekolah pun melakukan
tindakan perbaikan pada kegiatan perencanaan. Menurutnya, hal ini karena
konsep perencanaan menjadi pedoman pelaksanaan yang harus ditaati oleh
guru ekstra pada tindakan pelaksanaan. Ketika perencanaan yang disusun
sudah menunjukkan ketidaklayakan maka dapat dipastikan proses
pelaksanaan pun akan demikian. Pada intinya kepala sekolah berkeinginan
tidak terjadi kecacatan program baik pada pelaksanaan maupun
perencanaan. Kepala sekolah menuturkan, “Ketika fungsi manajemen
dilakukan dengan sempurna maka akan mencapai hasil yang sempurna
pula.” Demikian penjelasan kepala sekolah perihal perencanaan tanpa
cacat.
8. Menekankan perlunya Pelatihan Pengawas (Supervisor Training)
Pelatihan ini penting bagi manajer agar mereka memahami peranan
mereka dalam proses peningkatan mutu. Pelatihan ini juga bisa dilakukan
melalui program pelatihan formal. Ini krusial bagi para staf yang
melaksanakan peranan manajemen menengah. Para guru seringkali
diikutkan pelatihan untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Sebagai
contoh seorang guru yang dikirim untuk mengikuti pelatihan jaritmatika
dengan tujuan guru tersebut mampu memberikan pembelajaran secara
sempurna kepada peserta didik. Kegiatan pelatihan ini meskipun tidak
dilakukan secara rutin akan tetapi dilihat dari tingkat kebutuhan akan
keterampilan dari seorang guru.
9. Menyelenggarakan Hari Tanpa Cacat (Zero Defacts Day)
Ini adalah kegiatan sehari penuh yang memperkenalkan ide tanpa
cacat. Pada dasarnya ini adalah sebuah pesta untuk menyoroti dan
59
merayakan penerapan metode tanpa cacat dan untuk menekankan
Komitmen Manajemen metode tersebut.
10. Penyusunan Tujuan (Goal Setting)
Begitu kontrak kerja untuk melakukan tanpa cacat dibuat dan ide-ide
tersebut telah diluncurkan dalam hari tanpa cacat maka sangat penting
untuk merencanakan aksi yang lengkap. Tujuan yang hendak dituju oleh
tim harus spesifik dan terukur. Secara eksplisit kepala sekolah selalu
memperhatikan tujuan yang diinginkan dari suatu kegiatan. Untuk
membuat perencanaan yang dapat dikatakan spesifik dan terukur ini kepala
sekolah selalu memerintahkan agar tujuan yang hendak diraih itu
mengandung bilangan matematis. Sebagai contoh, pada tahun 2012 besok
prestasi yang diraih dalam berbagai ajang lomba harus meningkat 20%
dari tahun sebelumnya, yaitu tahun 2011. Atau dengan bahasa prestasi
yang dicapai sebagai juara I harus meningkat 35% dari total perolehan
juara I pada tahun yang lalu. Seperti itulah kiat kepala sekolah SD Islam
al-Azhar dalam melakukan perumusan tujuan yang harus diraih.
11. Penghapusan Sebab Kesalahan (Error-Cause Removal)
Langkah ini harus dimaksudkan agar para staf dapat
mengkomunikasikan kepada manejemen tentang situasi-situasi tertentu
yang mempersulit implementasi metode tanpa cacat. Hal ini dapat diraih
dengan mendesain sebuah bentuk standar yang sesuai dengan garis
manajemen. Semua bentuk tersebut harus menerima jawaban dalam
periode waktu tertentu. Setelah memperbaiki tahap perencanaan, proses,
dan perumusan tujuan yang spesifik dan terukur tadi, tugas kepala SD
Islam al-Azhar berikutnya yaitu menghapus setiap kegagalan yang terjadi
dari masing-masing tahap di atas. Hal ini dilakukan dengan cara
memperbaiki secara kontinyu dan berkelanjutan.
12. Pengakuan (Recognition)
Penting untuk memberikan apresiasi kepada mereka yang
berpartisipasi dalam latihan-latihan peningkatan mutu. Tidak semua orang
bekerja karena menginginkan uang semata. Oleh karena itu penghargaan
60
tersebut harus dihubungkan dengan rancangan tujuan, bisa dengan berupa
hadiah atau sertifikat. Yang utama adalah pengakuan bukan uang.
Recognition yang biasa diberikan kepala sekolah kepada pihak yang ikut
andil dalam kegiatan ekstra ini berupa pujian yang dilakukan pada saat
upacara misalnya. Bentuk konkretnya yaitu ketika siswa memperoleh
prestasi maka pada saat upacara bendera kepala sekolah mengumumkan
kepada semua siswa dan guru ekstra yang telibat dalam proses
pemenangan tersebut diberikan kesempatan untuk maju di depan siswa
untuk menerima piala dari siswa dan kemudian piala tersebut diberikan
kepada kepala sekolah oleh guru ekstra tersebut. Dengan cara semacam ini
guru ekstra secara tidak langsung merasa jerih payah selama ia melatih
ekstra itu betul-betul dihargai meskipun tidak secara materi (uang).
13. Mendirikan Dewan-dewan Mutu (Quality Council)
Ini adalah sebuah struktur institusional yang juga dianjurkan yaitu
mengikutsertakan para staf tenaga profesional mutu untuk menentukan
bagaimana masalah dapat ditangani dengan tepat dan baik. Bagian dari
peran Dewan Mutu adalah mengawasi efektifitas program dan menjamin
bahwa proses peningkatan mutu tersebut terus berlanjut. Dewan mutu di
SD Islam al-Azhar ini terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala bidang
kesiswaan, dan koordinator ekstra. Tugas mereka yaitu antara lain
melakukan pengawasan atau penjaminan mutu.
14. Lakukan Lagi (Do it Over Again)
Program mutu adalah proses yang tidak pernah berakhir. Ketika tujuan
program telah tercapai maka program tersebut harus dimulai lagi. SD
Islam al-Azhar tidak pernah merasa kapok ketika terjadi kegagalan pada
kegiatan ekstra yang dicanangkan. Mereka selalu antusias untuk selalu
memperbaiki keadaan dengan mengevaluasi diri selama proses berjalan.
Ketika telah selesai melakukan evaluasi kemudian melakukan rencana
tindak lanjut untuk mencapai hasil yang lebih maksimal. Dan melakukan
perencanaan yang lebih matang. Dan begitu seterusnya.
61
Demikian paparan data penelitian diulas dalam Bab III ini. Masih
banyak sisi unik manajemen mutu ekstra di SD Islam al-Azhar 29 BSB
Semarang yang belum tergali dengan baik. Untuk itu perlu kiranya hasil
penelitian bisa lebih disempurnakan dengan mengadakan penelitian lanjutan
pada waktu yang akan datang. Sehingga ilmu manajerial mutu ekstra lebih
komprehensif lagi dibahas. Demikian pembahasan hasil penelitian manajemen
mutu kegiatan ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang yang
tertuang dalam bab IV.
62
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di SD Islam al-Azhar 29
BSB ini dapat ditarik kesimpulan yaitu:
1. Manajemen mutu ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29 BSB dimulai
terbagi menjadi 3 tahap. Pertama, perencanaan yang dilakukan dalam rapat
kerja tahunan. Rapat diselenggarakan pada bulan Juni menjelang awal
tahun pelajaran baru. Rapat ini bahas jenis ekstrakurikuler yang akan
dijalankan selama satu tahun ke depan, jadwal pelaksanaan, penunjukkan
koordinator ekstra, pemilihan guru ekstra, dan seleksi siswa peserta ekstra.
Kedua, pelaksanaan manajemen mutu. Dalam kegiatan pelaksanaan ini
kepala sekolah berkoordinasi dengan wakil kepala sekolah bidang
kesiswaan. Bidang kesiswaan selanjutnya berkoordinasi dengan
koordinator yang membawahi para guru ekstra. Guru ekstra di sini
bertindak sebagai penanggung jawab kegiatan pembelajaran ekstra selama
di kelas.
Ketiga, evaluasi manajemen mutu. Guru ekstra melaporkan hasil
kegiatan pembelajaran ekstrakurikuler kepada koordinator ekstra setiap
satu pekan sekali. Koordinator ekstra memberikan laporan kepada bagian
kesiswaan setiap satu bulan sekali. Kepala sekolah menerima laporan dari
bagian kesiswaan setiap akhir tahun. Namun pada saat-saat tertentu ada
juga pelaporan secara mendadak (laporan insidental) jika ditemui hal-hal
yang sulit diatasi. Menindaklanjuti evaluasi tersebut jika terjadi
kekurangoptimalan kinerja biasanya dilakukan secara teguran lisan
peringatan. Akan tetapi kita tidak serta merta menegur melainkan lebih
mementingkan pencarian opsi solusi untuk memecahkan permasalahan
yang tengah dihadapi. Adapun permasalahan yang terjadi siswa
dipecahkan dengan cara pemberian sanksi edukatif. Jika dimungkinkan
63
tidak bisa diberikan ampun maka diadakan visit home (berkunjung ke
rumah siswa untuk menyampaikan permasalahan yang terjadi pada anak).
2. Ketercapaian mutu yang dialami SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang
sangatlah menakjubkan. Boleh dikatakan setiap mengikuti event
perlombaan perwakilan SD ini selalu mendapatkan prestasi juara. Yang
pernah mendapatkan juara tidak saja dari pihak siswa akan tetapi guru pun
tidak pernah ketinggalan memperoleh juara ketika mengikuti kejuaraan
antarguru. Kepala sekolah pernah meraih penghargaan kepala sekolah
teladan di tingkat kota Semarang. Untuk menyikapi jenis-jenis ekstra yang
tidak dilombakan di tingkat umum sekolah ini menggelar program yang
khusus untuk memfasilitasi ajang aktualisasi ekstra bagi siswanya. Seperti
contoh inagurasi musik yang diseenggarakan setiap akhir tahun. Kegiatan
inagurasi musik ini menampilkan semua program ekstrakurikuler cabang
kelas musik yang dilaksanakan di sekolah. Di samping itu pada
kesempatan yang lain pihak sekolah menampilkan ekstra yang tidak
doilombakan bersamaan dengan program intern sekolah. Misalnya pada
saat kegiatan PHBN atau PHBI. Semua ini ditujukan untuk mendidik
siswa dalam mengaktualisasikan bakat, minat, dan potensi yang dimiliki
oleh masing-masing siswa.
B. Saran
1. Bagi Kepala Sekolah
Kepala sekolah sebaiknya memberikan pelatihan yang intensif
kepada guru ekstra sehingga kompetensi keahlian mereka di bidang ekstra
yang diampu semakin berkualitas. Dengan adanya pelatihan ini diharapkan
para guru ekstra mampu memberikan pelayanan yang lebih baik lagi bagi
peningkatan mutu ekstra di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang. Selain
itu kepala sekolah juga perlu memperbanyak program kegiatan yang
selanjutnya menyediakan siswa untuk menampilkan hasil pembelajaran
ekstrakurikuler yang ditekuni di sekolah.
64
2. Bagi Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan
Sebaiknya wakil kepala sekolah bidang kesiswaan menguasai
beberapa bidang ekstrakurikuler sehingga secara tidak langsung dapat
memberikan pembimbingan prima dalam kegiatan ekstrakurikuler. Di
samping itu, peran sesungguhnya dari bidang kesiswaan yaitu bertanggung
jawab mengelola semua kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan
bakat, minat, dan potensi masing-masing siswa. Dengan demikian
program kesiswaan akan mengalami peningkatan mutu dan mampu
bersaing dengan lulusan lembaga pendidikan yang lain.
3. Bagi Guru Ekstra
Saran yang bisa disampaikan kepada guru ekstra yaitu perlunya
menjaga kedisplinan dalam memberikan pembelajaran ekstra kepada
siswanya. Penggunaan metode pembelajaran ekstrakurikuler juga penting
untuk diperhatikan untuk menghindari kebosanan siswa dalam mengikuti
pembelajaran ekstra mengingat jam pelajaran ekstra ini di luar jam
pelajaran utama. Metode pembelajaran yang kreatif dan variatif bisa
menjadi solusi untuk tetap memompa semangat dan keaktifan belajar
siswa dalam pembelajaran ekstrakurikuler. Motivasi berprestasi bagi siswa
peserta ekstrakurikuler yang diberikan oleh guru menjadi penentu
keberhasilan siswa baik dalam ajang lomba maupun ketika perform pada
suatu acara non kompetitif.
4. Bagi Siswa
Siswa harus tetap bersemangat dalam mengasah bakat, minat, dan
potensinya melalui kegiatan ekstrakurikuler yang difasilitasi sekolah.
Siswa juga harus meminta dukungan dari orang tua sehubungan dengan
kegiatan ekstra yang diikuti di sekolah. Dukungan orang tua siswa tentu
menjadi penyemangat dalam meraih prestasi. Bimbingan dari guru ekstra
dan bimbingan tambahan orang tua harus berjalan bersamaan dalam
rangka membentuk kualitas pribadi siswa sesuai dengan kemampuan
bakat, minat, dan potensi yang dimilikinya.
65
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Karwanto, “Ruang Lingkup dan Topik-topik Umum untuk Penelitian Manajemen Pendidikan”, Semarang: IAIN Walisongo, 6 September 2005.
Arcaro, Jerome S., Pendidikan Berbasis Mutu: Prinsip-prinsip Perumusan dan Tata Langkah Penerapan (Terj.), Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
Daien, Amir, “Pengelolaan Kesiswaan”, dalam Hendyat Soetopo, Manajemen dan Organisasi Sekolah, Malang: IKIP Malang, 1989.
Gaspersz, Vincent, Total Quality Management, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001.
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset, 1999.
Hadiwiardjo dan Wibisono, Memasuki Pasar Internasional dengan ISO 9000 (Sistem Manajemen Mutu), Jakarta: Ghalia Indonesia, 1996.
Handoko, T. Hani, Manajemen, Yogyakarta: BPFE YOGYAKARTA, 2003.
Hasbullah, Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya terhadap Penyelenggaraan Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006.
Hasibuan, Malayu S.P., Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara, 2000.
Indranata, Iskandar, Terampil dan Sukses Melakukan Audit Mutu Internal ISO 9001:2000, Bandung: Alfabeta, 2006.
Iwa Sukiswa, Dasar-dasar Manajemen Pendidikan, (Bandung: Tarsito, 1986), hlm. 4.
Kasan, Tholib, Teori dan Aplikasi Administrasi Pendidikan, Jakarta: Studia Press, 2007.
Lumbantoruan, Magdalene, Ensiklopedi Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen, Jakarta: Delta Pamungkas, 1997.
Mantja, W., Profesionalisasi Tenaga Kependidikan (Manajemen Pendidikan dan Supervisi Pengajaran), Malang: Elang Mas, 2007.
66
Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif , Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.
Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996.
Mulyana, Deddy, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000.
Mulyasa, E, Manajemen Berbasis Sekolah (Konsep, Strategi, dan Implementasi), Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002.
Rochaety, Eti, Sistem Informasi Manajemen Pendidikan Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
S, Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
Salim, Agus dan Formen, Ali, “Pengantar Berpikir Kualitatif (Menuju Objektifitas Penelitian Sosial di Indonesia)” dalam Teori dan Paradigma, Yogyakarta: UNY Press, 2004.
Sallis, Edward, Total Quality Manajemen in Education (Terj.), Yogyakarta: IRCiSoD, 2008.
Subagyo, Joko, Metode Penelitian (Dalam Teori dan Praktek), Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Sugian O, Syahu, Kamus Manajemen (Mutu), Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008).
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2005.
________, Metode Penelitian Pendidikan, (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan (Kompetensi dan Prakteknya), Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Sukmadinata, Nana Syaodih, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah (Konsep, Prinsip, dan Instrumen), Bandung: Refika Aditama, 2006.
Suranto, Manajemen Mutu dalam Pendidikan (QM in Education), Semarang: Ghyyas Putra, 2009.
Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2005.
67
Tjiptono, Fandy, Total Quality Management (TQM) edisi revisi, Yogyakarta: Andi Offset, 2003.
Usman, Husaini, Manajemen Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
68
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Mashudi
Tempat/Tanggal Lahir : Grobogan, 04 Maret 1985
Agama : Islam
Alamat : Dusun Tegalrejo RT:01/III Desa Rajek
Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan
Pendidikan Formal.
1. SD Negeri Rajek Godong Drobogan Tahun 1998
2. SMPN 1 Dempet Demak Tahun 2001
3. MA YATPI Godong Grobogan Tahun 2005
4. IAIN Walisongo Semarang / Fakultas Tarbiyah Tahun 2011
Semarang, MASHUDI NIM. 053311109
69
Transkip Hasil Wawancara
Nama : Nikmah Rahmawati, M.Si. Jabatan : Kepala SD Islam Al-Azhar 29 BSB Semarang Tanggal : 2 Mei 2011 Jam : 09.00 – 11.00 Tempat : Kantor Kepala SD Islam Al-Azhar 29 BSB Semarang Tema : Pelaksanaan Manajemen Mutu Ekstrakurikuler
No. Pertanyaan Jawaban
1. Perencanaan Manajemen Mutu a. Bagaimanakah kegiatan
perencanaan manajemen mutu ekstrakurikuler
Setiap menjelang tahun pelajaran baru kami mengadakan rapat kerja awal tahun yang biasanya diadakan pada bulan Juli. Rapat ini membahas hal-hal apa saja yang akan dijalankan terkait kegiatan ekstrakurikuler untuk satu tahun ke depan. Hal-hal yang terkait tersebut antara lain, penentuan jenis-jenis program ekstrakurikuler, berapa kuota siswa yang harus dicapai (sebagai syarat minimal dibukanya satu jenis ekstra-Peneliti), siapa yang akan menjadi koordinator, jadwal ekstra, dan pengelompokkan siswa. Semua permasalahan yang berhubungan dengan kegiatan ekstra akan dibahas di rapat kerja awal tahun ini.
b. Tahapan perencanaan manajemen mutu ekstrakurikuler
Secara umum tahapan yang dilalui, pertama rapat kerja awal tahun selanjutnya dilakukan tindak lanjut dari hasil rapat tersebut. Follow up dibahas intern oleh koordinasi antara Kepala Sekolah dengan Kesiswaan. Berikutnya melibatkan bagian Kurikulum untuk menentukan siapa koordinator dari masing-masing cabang ekstra yang akan digalakkan satu tahun ke depan itu. Setelah koordinator dari masing-masing jenis ekstra terpilih kemudian setiap koordinator akan berkoordinasi dengan guru atau tenaga pengajar
70
ekstra untuk membahas program atau strategi yang akan dilaksanakan selama setahun mendatang. Koordinasi antara koordinator ekstra dengan guru ekstra menghasilkan perencanaan pembelajaran ekstra yang berbentuk silabus.
c. Siapa saja yang terlibat dalam kegiatan perencanaan mutu ekstrakurikuler
Pihak yayasan yang diwakili kepala sekolah, bidang kesiswaan, guru pengajar, dan semua staf serta karyawan di SD Islam Al-Azhar 29 BSB Semarang.
d. Kapan kegiatan perencanaan mutu ekstrakurikuler
Kegiatan perencanaan mutu dilakukan setiap tahun menjelang pembukaan tahun pelajaran baru yaitu pada bulan Juli.
2. Pelaksanaan Manajemen Mutu a. Bagaimanakah kegiatan
pelaksanaan manajemen mutu ekstrakurikuler
Pelaksanaan manajemen di sini pertama kali dilakukan pada saat Masa Orientasi Siswa (MOS). MOS ini juga bertujuan untuk mensosialisasikan berbagai cabang ekstra kepada siswa baru dan juga diperuntukkan untuk menarik minat siswa baru untuk mengikuti kegiatan ekstra yang akan diselenggarakan. Dengan kata lain sebagai upaya penjaringan minat dan bakat siswa baru. Karena di lembaga ini ada jenis-jenis kegiatan ekstra yang ditawarkan oleh sekolah. Ada yang wajib, pilihan dan mandiri. Untuk ekstra wajib setiap siswa diharuskan mengikuti tanpa terkecuali. Sedangkan untuk yang pilihan siswa bebas memilih kegiatan apa yang mereka kuasai dan mereka minati. Adapun yang mandiri ini siswa boleh memilih atau tidak. Karena ekstra mandiri semua biaya dibebankan kepada wali murid. Berbeda dengan ekstra wajib dan pilihan, semua biaya ditanggung olh pihak sekolah.
b. Tahapan pelaksanaan manajemen mutu ekstrakurikuler
Setelah masa sosialisasi ekstra (MOS) berakhir koordinator ekstra
71
dan guru ekstra melakukan koordinasi untuk menentukan siswa yang akan mengikuti program ekstra ini. Yang menjadi perhatian di sini yaitu ketika ingin menentukan siswa yang akan menjalani kegiatan ekstra pilihan. Kira-kira siapa yang layak dan tidak layak. Berpotensi atau tidak berpotensi. Untuk menyikapi ini sekolah melakukan penyebaran angket ke orang tua. Angket ini berisi pertanyaan seputar keinginan orang tua dan anak untuk mengikuti kegiatan ekstra apa yang akan dipilih. Setelah angket disebarkan dan diisi orang tua tahap berikutnya mengadakan penyaringan siswa atau seleksi berdasarkan minat dan bakat potensi siswa masing-masing. Dan setelah itu pihak sekolah kembali bermusyawarah bersama orang tua yang bertujuan menyampaikan hasil kesepakatan guru ekstra tentang keputusan siapa saja yang berpotensi dan tidak betrpotensi untuk mengikuti program ekstra-ekstra tertentu. Jenis ekstra yang peminatnya kurang dari 10 anak maka akan ditiadakan kecuali cabang tilawah karena memang jenis ekstra ini membutuhkan bakat seni yang tinggi dan tidak semua siswa bisa mengikuti.
c. Siapa saja yang terlibat dalam kegiatan pelaksanaan manajemen mutu ekstrakurikuler
Kepala sekolah berkoordinasi dengan kesiswaan, kesiswaan berkoordinasi dengan koordinator ekstra, dan koordinator ekstra bekerja sama dengan guru pengajar untuk mengatasi pembelajaran ekstra bersama siswa di lapangan.
d. Sumber dana manajemen mutu ekstrakurikuler
Sementara ini kami masih menggunakan dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) sebagai sumber pendanaan utama. Kecuali untuk jenis ekstra mandiri karena biayanya dibebankan kepada orang
72
tua siswa yang mengikuti. Akan tetapi untuk tahun berikutnya tidak lagi menggunakan dana BOS karena menurut peraturan yang baru dana BOS tidak diperkenankan digunakan untuk membiayai kegiatan ekstra.
e. Bagaimanakah pengawasan manajemen mutu ekstrakurikuler
Kepala sekolah meminta pertanggungjawaban melalui bagian kesiswaan, bagian kesiswaan nantinya berkoordinasi dengan koordinator ekstra, dan koordinator ekstra meminta laporan kegiatan dari guru ekstra. Pengawasan dilakukan semacam ini.
f. Bagaimanakah proses penjaminan mutu
Penjaminan dilakukan dengan cara pengawasan secara kontinyu dan berkelanjutan. Dalam hal ini koordinasi dilakukan setiap saat. Hal yang sering digunakan untuk melakukan pengawasan yaitu melalui SMS (pesan singkat) atau berbicara langsung melalui handphone.
g. Siapa yang bertugas melakukan pengawasan
Kepala sekolah mengawasi kinerja bagian kesiswaan, bagian kesiswaan meminta laporan dari koordinator ekstra, dan koordinator ekstra meminta pertanggungjawaban dari guru ekstra.
h. Kendala atau hambatan manajemen mutu ekstrakurikuler
Banyaknya siswa yang ingin berpindah pilihan ekstra. Biasanya anak terpengaruh dengan prestasi temannya di bidang ekstra yang lain. Hal ini akan mempersulit administrasi karena berkaitan dengan pengisian nilai raport. Setiap nilai raport akan dimasukkan ke dalam buku raport sebagai bahan pelaporan kepada orang tua. Berikutnya bila terjadi guru ekstra yang berhalangan hadir untuk mengajar. Jika yang terjadi demikian maka koordinator yang akan mengisi kekosongan guru itu.
73
3. Evaluasi Manajemen Mutu a. Bagaimanakah kegiatan evaluasi
manajemen mutu ekstrakurikuler Evaluasi dilaksanakan secara kontinyu dan berkelanjutan.
b. Siapa saja yang terlibat dalam kegiatan evaluasi manajemen mutu ekstrakurikuler
Kepala Sekolah Bagian Kesiswaan Koordinator Ekstra Guru Ekstra Siswa.
c. Kapan diadakan evaluasi manajemen mutu ekstrakurikuler
Setiap pekan sekali guru ekstra menyampaikan laporan kepada koordinator ekstra. Koordinator ekstra memberikan laporan kepada bagian kesiswaan sebulan sekali. Kepala sekolah menerima laporan dari bagian kesiswaan setiap akhir tahun. Satu tahun sekali. Namun pada saat-saat tertentu ada juga pelaporan secara mendadak (laporan insidental) jika ditemui hal-hal yang sulit diatasi.
d. Bagaimana follow up dari hasil evaluasi
Menindaklanjuti evaluasi tersebut jika terjadi kekurangoptimalan kinerja biasanya dilakukan secara teguran lisan yang berbentuk peringatan. Akan tetapi kita tidak serta merta menegur melainkan lebih mementingkan pencarian opsi solusi untuk memecahkan permasalahan yang tengah dihadapi. Adapun permasalahan yang terjadi siswa dipecahkan dengan cara pemberian sanksi edukatif. Jika dimungkinkan tidak bisa diberikan ampun maka diadakan open house (berkunjung ke rumah siswa untuk menyampaikan permasalahan yang terjadi pada anak.
74
Transkip Hasil Wawancara
Nama : Siti Fadlilah, S.Ag. Jabatan : Guru Ekstrakurikuler Tanggal : 2 Mei 2011 Jam : 11.00 – 12.00 WIB. Tempat : Ruang Kelas II Nuh SD Islam Al-Azhar 29 BSB Semarang Tema : Manajemen Pembelajaran Ekstrakurikuler
No. Pertanyaan Jawaban 1. Perencanaan pembelajaran
a. Apa saja yang perlu dipersiapkan dalam kegiatan pembelajaran?
Kita mempersiapkan silabus, buku prestasi, buku pendamping, lembar absensi kehadiran siswa, kartu kendali.
b.
Perangkat pembelajaran apa saja yang dibutuhkan?
Selain hal-hal yang telah disebutkan tadi kita menyesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran. Misalnya dalam kegiatan qiroa’ty kita membutuhkan tape recorder (alat audio) maka sekolah menyiapkan itu. Pokoknya kita berusaha menyediakan perangkat pembelajaran sekiranya memang betul-betul dibutuhkan.
2. Pelaksanaan pembelajaran
a.
Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran ekstra di SD Islam Al-Azhar 29 BSB Semarang?
Pelaksanaan pembelajaran ekstra dari setiap guru ekstra berbeda-beda. Jadi setiap guru bertanggung jawab penuh atas kegiatan pembelajaran ekstra yang diampunya masing-masing.
b.
Metode pembelajaran ekstrakurikuler yang digunakan?
Begitu juga dengan metode pembelajaran yang dipakai. Intinya semua guru ekstra tidak diperkenankan untuk melaksanakan dengan metode yang monoton.
c.
Media pembelajaran yang dipakai? Sekolah telah memiliki segala fasilitas pendidikan yang diperlukan untuk semua jenis kegiatan ekstra. Di sini tergantung guru memberikan materi kepada siswa. Makannya guru ekstra dituntut sekreatif mungkin dalam merencanakan kegiatan pembelajaran maupun pada saat pembelajaran berlangsung. Kegiatan pembelajaran di kelas semuanya berada di tanggung
75
jawab guru ekstra bagaimana ia menjalankan tugasnya dengan baik. Pihak sekolah hanya menyediakan fasilitas pembelajaran untuk memudahkan serta meningkatkan pembelajaran ekstrakurikuler di SD Islam Al-Azhar 29 BSB Semarang.
3. Evaluasi pembelajaran
a.
Bagaimana teknik evaluasi pembelajaran ekstrakurikuler dilakukan?
Teknik evaluasi yang diterapkan bervariasi. Ini menyesuaikan dengan jenis item yang akan dievaluasi. Biasanya penilaian yang sering dilakukan di sekolah ini yaitu penilaian yang sifatnya praktikum. Jarang sekali yang menggunakan teknik untuk mengukur ranah kognitif karena pada dasarnya pembelajaran ekstra ini di luar jam pelajaran sekolah dan bertujuan mengembangkan bakat dan minat siswa masing-masing.
b.
Kapan diadakan kegiatan evaluasi diterapkan?
Kegiatan evaluasi diselenggarakan setelah selesai melakukan pembelajaran per indikator. Setiap akhir pertemuan guru ekstra mesti melakukan evaluasi.
c.
Bagaimana rencana tindak lanjut? Seperti pada kegiatan pembelajaran intrakurikuler umumnya. Jadi ada aspek penilaian pengamatan harian, keaktifan, absensi, dan nilai akhir. Berbeda dengan sekolah yang lain, di SD al-Azhar siswa menerima raport yang berisi hasil penilaian khusus kegiatan ekstrakurikuler. Di sinilah keunggulan kegiatan ekstra di SD al-Azhar. Hal ini bertujuan untuk memberikan motivasi dan semangat siswa untuk berlatih mengasah bakatnya sehingga menjadi siswa berprestasi baik di tingkat intern sekolah maupun pada saat mengikuti kejuaraan umum bertanding dengan sekolah-sekolah yang lain.
76
Transkip Hasil Wawancara
Nama : Faiz Chaeroni Jabatan : Siswa Kelas V Sulaeman Tanggal : 2 Mei 2011 Jam : 12.30 – 13.00 WIB. Tempat : Halaman Sekolah Tema : Kesan dan Pesan Mengikuti Kegiatan Ekstra
No. Pertanyaan Jawaban
1.
Apakah Anda merasa senang dengan kegiatan pembelajaran ekstra yang ditekuni? Mengapa demikian?
Saya senang. Karena saya bisa mendapatkan piala saat berlomba. Orang tua saya juga semakin sayang kepada saya karena telah menang lomba.
2.
Hal apa yang memotivasi Anda mengikuti kegiatan ekstra di SD Islam Al-Azhar 29 BSB Semarang?
Orang tua saya selalu memberikan semangat yang penuh kepada saya untuk mengikuti kegiatan ekstra yang dilakukan di sekolah. Mereka berpesan agar saya harus menjadi yang terbaik saat lomba maupun pada saat pentas.
3.
Hasil apa yang dirasakan setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ekstra selama ini di SD Islam Al-Azhar 29 BSB Semarang?
Saya memiliki banyak teman. Saya juga semakin bisa menghargai waktu luang untuk selalu belajar. Dan yang penting saya menjadi percaya diri dan bangga kepada diri sendiri sehingga tidak pernah merasa minder jika harus pentas di depan banyak orang.
4.
Dalam bentuk apa orang tua Anda memberikan dukungan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran ekstra ini?
Orang tua saya memberikan hadiah jika saya berhasil mendapatkan prestasi pada saat lomba. Saya bebas memilih hadiah yang akan diberikan. Orang tua saya juga selalu membimbing saya ketika di rumah.
5.
Berikan kritik dan saran kepada sekolah untuk kegiatan pembelajaran ekstra di sekolah ini sehingga akan meningkatkan hasil pembelajaran secara optimal atau lebih baik lagi?
Tidak ada kritik. Baik semua. Gurunya juga baik-baik tidak ada yang galak.
77
Transkip Hasil Wawancara
Nama : Wilda Saniyah Jabatan : Siswa Kelas IV Ibrohim Tanggal : 2 Mei 2011 Jam : 12.30-13.00 WIB. Tempat : Halaman Sekolah Tema : Kesan dan Pesan Mengikuti Kegiatan Ekstra
No. Pertanyaan Jawaban
1.
Apakah Anda merasa senang dengan kegiatan pembelajaran ekstra yang ditekuni? Mengapa demikian?
Senang meskipun sedikit capek karena harus belajar terus dari pagi sampai sore. Saya senang karena bisa mengasah bakat saya sehingga menjadi siswa yang berprestasi dan membanggakan orang tua.
2.
Hal apa yang memotivasi Anda mengikuti kegiatan ekstra di SD Islam Al-Azhar 29 BSB Semarang?
Saya ingin menjadi yang terbaik dan dikenal banyak orang. Saya ingin tenar seperti artis.
3.
Hasil apa yang dirasakan setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ekstra selama ini di SD Islam Al-Azhar 29 BSB Semarang?
Saya bisa menjadi diri sendiri dan terkenal karena prestasi. Saya semakin termotivasi untuk meraih penghargaan yang lebih tinggi lagi setelah besar nanti.
4.
Dalam bentuk apa orang tua Anda memberikan dukungan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran ekstra ini?
Permintaan saya yang berhubungan dengan kegiatan ekstrakurikuler selalu dituruti. Jika saya butuh peralatan atau biaya orang tua saya selalu memberi. Pokoknya beliau mengharapkan saya menjadi yang terbaik dan lebih baik lagi. Itulah yang membuat saya selalu terpacu untuk meraih prestasi yang gemilang.
5.
Berikan kritik dan saran kepada sekolah untuk kegiatan pembelajaran ekstra di sekolah ini sehingga akan meningkatkan hasil pembelajaran secara optimal atau lebih baik lagi?
Saya berharap sekolah bisa memperbanyak kegiatan lomba dan kegiatan yang akan menyediakan waktu dan tempat untuk kami dalam menampilkan hasil belajar ekstra selama ini. Ketika akan lomba atau tampil di depan orang banyak semangat saya semakin kuat untuk terus berlatih dan belajar ekstra.
78
Transkip Hasil Wawancara Nama : Novi Tri Retnani, S.Pd. Jabatan : Wakil Kepala Sekolah Bagian Kesiswaan Tanggal : 3 Mei 2011 Jam : 09.00-10.30 WIB. Tempat : Ruang Guru Tema : Koordinasi Manajemen Mutu Ekstrakurikuler
No. Pertanyaan Jawaban
1.
Bagaimana langkah-langkah Ibu dalam mengelola kegiatan ekstrakurikuler sehingga mengarah kepada peningkatan mutu?
Kita menyediakan banyak cabang jenis ekstra yang sekiranya dapat memberikan wadah bagi kreatifitas siswa. Meski jumlahnya banyak tapi kita tidak mengabaikan mutu. Pola manajemen yang teratur dan tertib menjadi rahasia penting dalam menjalankan manajerial mutu di ekstra yang kita kembangkan.
2.
Strategi unik apa yang Ibu terapkan dalam meraih pencapaian mutu yang tinggi?
Setiap ada ajang lomba kita selalu mengikutsertakan perwakilan. Dan kita selalu menyiapkan dengan sebaik-baiknya sehingga mampu meraih kemenangan. Jika tidak ada cabang yang dilombakan kita memfasilitasi siswa melalui kegiatan intern sekolah dengan harapan motivasi semangat belajar dan berlatih mereka tidak kendor. Misalkan pada acara PHBN/PHBI yang diselenggarakan oleh sekolah.
3.
Bagaimana koordinasi antara kepala sekolah, wakil kepala bidang kesiswaan, guru ekstrakurikuler, orang tua, dan siswa dalam meningkatkan mutu kegiatan ekstrakurikuler?
Yang pasti kita berkoordinasi secara terus menerus. Komunikasi yang intensif antara kepala sekolah, kesiswaan, koordinator ekstra, dan guru ekstra yang menjadi kekuatan kami dalam mengelola manajemen mutu ekstrakurikuler di SD Islam Al-Azhar 29 BSB Semarang ini. Dari adanya komunikasi itulah kami mengerti setiap permasalahan atau problem yang setiap saat bisa muncul. Di samping itu kita bekerja secara sistematis tidak semrawut. Dan kita memahami peran dan tanggung jawab masing-masing dari semua pihak yang
79
terlibat dalam manajemen mutu ekstrakurikuler. Dalam mengambil keputusan pun harus hati-hati. Satu keputusan yang salah akan berdampak buruk pada kualitas yang kita harapkan.
4.
Bagaimana langkah perbaikan secara berkelanjutan dalam mengoptimalkan mutu ekstra ini?
Perbaikan secara kontinyu. Kita membebaskan siapa pun untuk memberikan kritik dan saran demi ketercapaian mutu ekstrakurikuler. Kita selalu mencari masukan dari orang tua siswa. Semua saran kami tampung untuk kemudian ditindaklanjuti dalam pembahasan pada rapat. Tidak ada saran yang tidak kami tampung dan tidak ditindaklanjuti. Hal pokok inilah yang semestinya dilakukan untuk mengelola kualitas sehingga tetap menjadi yang terbaik dan bermutu. Tanpa mutu yang memadai kita tidak mungkin mampu meraih berbagai ajang perlombaan.
5.
Apa saja harapan Ibu dari kegiatan manajemen mutu ekstrakurikuler?
Harapan saya ke depan setiap lulusan yang telah dididik dan dibimbing dalam kegiatan ekstra bisa melanjutkan prestasinya sehingga bakat yang siswa miliki tidak terbengkelai. Berikutnya jangan sampai lulusan SD Islam Al-Azhar 29 BSB Semarang ini melupakan nama baik lembaga yang telah menggembleng mereka sejak kecil. Kalau bisa nama almamater SD al-Azhar jangan sampai dilepas. Saya juga meminta pihak pemerintah atau siapapun yang berkapasitas menggelar acara perlombaan sehingga dapat memfasilitsi jenis-jenis ekstra yang kita galakkan. Karena banyak cabang ekstra kami yang tidak dilombakan di kejuaraan umum. Dengan demikian maka SD Islam Al-Azhar 29 BSB Semarang akan tetap bersemangat untuk mensukseskan program yang bertujuan mengembangkan bakat, minat, dan potensi generasi anak bangsa ini.
80
Transkip Hasil Wawancara Nama : Tri Setiowati Jabatan : Orang Tua Tanggal : 3 Mei 2011 Jam : 12.00-12.30. Tempat : Masjid Utama SD Islam Al-Azhar 29 BSB Semarang Tema : Harapan Orang Tua dari Kegiatan Ekstrakurikuler
No. Pertanyaan Jawaban
1.
Bagaimana pendapat Anda tentang kegiatan ekstrakurikuler di SD Islam Al-Azhar 29 BSB Semarang ini?
Saya kira cukup baik dan sudah dikelola dengan maksimal. Jumlah cabang yang bervariasi ini akan menjadi wahana bagi siswa dalam mengembangkan bakat, minat, dan potensi siswa yang juga beraneka.
2.
Dukungan apa yang Anda berikan kepada sekolah terkait dengan kegiatan ekstrakurikuler?
Kita selalu mendukung semua kegiatan ekstra yang dilaksanakan di SD ini. Menurut saya tanpa dukungan penuh dari pihak orang tua mustakhil program ini akan berjalan lancar.
3.
Bagaimana cara Anda memberikan bimbingan tambahan kepada anak sehubungan dengan kegiatan ekstrakurikuler yang dijalankan?
Setiap kali ada kesempatan berkumpul dan bercengkerama dengan anak saya memberikan pertanyaan seputar kegiatan ekstra yang sedang ia tekuni di sekolah. Seringkali saya meminta anak untuk menunjukkan hasil pembelajaran ekstra di depan anggota keluarga yang lain. Saya tidak pernah memaksa keterampilan yang ingin anak kuasai. Saya membebaskan anak untuk ikut jenis ekstra apapun yang penting ia bisa enjoy menikmati setiap kegiatan ekstra yang dilakukan.
4.
Harapan Anda ke depan untuk kemajuan mutu kegiatan ekstrakurikuler SD Islam Al-Azhar 29 BSB Semarang ini?
Sebaiknya sekolah menyediakan jenis ekstra yang berhubungan dengan kegiatan menghafal al-Quran. Saya menginginkan anak saya menjadi anak yang mampu menghafal al-Quran.