pelabelan

22
TEKNOLOGI PENGEMASAN, DESAIN DAN PELABELAN KEMASAN PRODUK MAKANAN I. PENDAHULUAN I. 1. Pengertian Kemasan dan Permasalahannya Pengemasan adalah suatu proses pembungkusan, pewadahan atau pengepakan suatu produk dengan menggunakan bahan tertentu sehingga produk yang ada di dalamnya bisa tertampung dan terlindungi. Sedangkan kemasan produk adalah bagian pembungkus dari suatu produk yang ada di dalamnya. Pengemasan ini merupakan salah satu cara untuk mengawetkan atau memperpanjang umur dari produk-produk pangan atau makanan yang terdapat didalamnya. Teknologi Pengemasan terus berkembang dari waktu ke waktu dari mulai proses pengemasan yang sederhana atau tradisional dengan menggunakan bahan-bahan alami seperti dedaunan atau anyaman bambu sampai teknologi modern seperti saat ini. Dalam teknologi pengemasan modern misalnya jaman dulu orang membuat tempe di bungkus dengan daun pisang atau daun jati, membungkus gula aren dengan daun kelapa atau daun pisang kering. Teknologi pengemasan yang semakin maju dan modern telah hampir meniadakan penggunaan bahan pengemas tradisional. diantara contoh-contoh pengemasan modern diantaranya menggunakan bahan plastik, kaleng/logam, kertas komposit, dan lain sebagainya. Pengemasan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan mutlak diperlukan dalam persaingan dunia usaha seperti saat ini. Saat ini kemasan merupakan faktor yang sangat penting karena fungsin dan kegunaanya dalam meningkatkan mutu produk dan daya jual dari produk.

Upload: mimi-ugie

Post on 15-Feb-2015

122 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

pangan

TRANSCRIPT

Page 1: PELABELAN

TEKNOLOGI PENGEMASAN, DESAIN DAN PELABELAN KEMASAN PRODUK MAKANAN

I. PENDAHULUAN

I. 1. Pengertian Kemasan dan Permasalahannya

Pengemasan adalah suatu proses pembungkusan, pewadahan atau pengepakan suatu

produk dengan menggunakan bahan tertentu sehingga produk yang ada di dalamnya bisa

tertampung dan terlindungi. Sedangkan kemasan produk adalah bagian pembungkus dari suatu

produk yang ada di dalamnya. Pengemasan ini merupakan salah satu cara untuk mengawetkan

atau memperpanjang umur dari produk-produk pangan atau makanan yang terdapat didalamnya.

Teknologi Pengemasan terus berkembang dari waktu ke waktu dari mulai proses

pengemasan yang sederhana atau tradisional dengan menggunakan bahan-bahan alami seperti

dedaunan atau anyaman bambu sampai teknologi modern seperti saat ini. Dalam teknologi

pengemasan modern misalnya jaman dulu orang membuat tempe di bungkus dengan daun pisang

atau daun jati, membungkus gula aren dengan daun kelapa atau daun pisang kering. Teknologi

pengemasan yang semakin maju dan modern telah hampir meniadakan penggunaan bahan

pengemas tradisional. diantara contoh-contoh pengemasan modern diantaranya menggunakan

bahan plastik, kaleng/logam, kertas komposit, dan lain sebagainya.

Pengemasan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan mutlak diperlukan

dalam persaingan dunia usaha seperti saat ini. Saat ini kemasan merupakan faktor yang sangat

penting karena fungsin dan kegunaanya dalam meningkatkan mutu produk dan daya jual dari

produk.

Kemasan produk dan labelnya selain berfungsi sebagai pengaman produk yang terdapat di

dalamnya juga berfungsi sebagai media promosi dan informasi dari produk yang bersangkutan.

Kemasan produk yang baik dan menarik akan memberikan nilai tersendiri sebagai daya tarik bagi

konsumen. Namun demikian, sampai saat ini kemasan produk masih merupakan masalah bagi

para pengelola usaha, khususnya Usaha Mikro Kecil dan Menengah.

Permasalahan tentang kemasan produk dan labelnya kadang-kadang menjadi kendala bagi

perkembangan atau kemajuan suatu usaha. Banyak persoalan yang muncul ketika suatu usaha

Page 2: PELABELAN

ingin memiliki suatau kemasan produk yang baik, berkualitas dan memenuhi standar nasional

yang ada. Persoalan-persoalan yang sering dihadapi seperti bahan pengemas, desain bentuk

kemasan, desain label, sampai pada persoalan yang paling utama yaitu biaya pembuatan kemasan

itu sendiri.

Bagi para pengelola UMKM dengan segala keterbatasan modal usaha sebaiknya

permasalahan tentang kemasan bisa ditangani dengan kreativitasnya. Kemasan yang baik dan

menarik tidak selalu identik dengan harga kemasan yang mahal. Dengan bahan pengemas yang

biasa-biasa saja, asalkan dirancang sedemikian rupa baik bentuk maupun desain labelnya pastilah

akan tercipta sebuah kemasan yang tidak kalah bersaing dengan kemasan-kemasan modern.

I. 2. Fungsi dan Kegunaan Kemasan

Kemasan merupakan faktor penting dalam sebuah usaha pengolahan makanan karena

fungsi dan kegunaan dari kemasan itu sendiri. Secara umum fungsi kemasan adalah sebagai bahan

pelindung atau pengaman produk dari pengaruh-pengaruh luar yang dapat mempercepat

terjadinya kerusakan pada makanan yang terdapat di dalamnya. Namun demikian selain itu

kemasan masih memiliki fungsi-fungsi atau kegunaan lain yang tidak kalah pentingnya seperti

mempermudah distribusi atau pengontrolan produk dan bahkan saat ini ada fungsi yang sangat

penting yaitu kemasan sebagai media atau sarana informasi dan promosi dari produk yang

ditawarkan yang ada di dalam kemasan.

Secara lebih terperinci berikut ini adalah sekilas penjelasan singkat tentang fungsi dan

peranan kemasan dalam usaha pengolahan makanan :

1. Sebagai wadah, perantara produk selama pendistribusian dari produsen ke konsumen.

2. Sebagai Pelindung, kemasan di harapkan dapat melindungi produk yang ada di dalamnya dari

berbagai faktor penyebab kerusakan baik yang disebabkan oleh faktor biologi, kimia maupun

fisika.

3. Memudahkan pengiriman dan pendistribusian, dengan pengemasan yang baik suatu produk

akan lebih mudah didistribusikan.

4. Memudahkan penyimpanan, Suatu produk yang telah dikemas dengan baik akan lebih mudah

untuk di simpan.

Page 3: PELABELAN

5. Memudahkan penghitungan, dengan pengemasan jumlah atau kuantitas produk lebih mudah di

hitung.

6. Sarana informasi dan promosi

7. dan lain sebagainya.

Untuk fungsi nomor 6 merupakan fungsi tambahan, namun demikian saat ini justru fungsi

kemasan sebagai media informasi dan promosi ini menjadi sangat penting. Melalui kemasan yang

telah di beri label dapat disampaikan informasi-informasi mengenai produk yang terdapat di

dalamnya seperti komposisi produk, kandungan gizi, khasiat atau manfaat produk dan lain

sebagainya. serta dengan perancangan kemasan yang baik dan menarik, dengan bentuk kemasan

yang unik, disertai dengan gambar-gambar yang menarik hal ini akan dapat meningkatkan nilai

jual dari produk yang ada di dalamnya. Kemasan yang menarik dapat menarik perhatian dan

menimbulkan rasa penasaran bagi konsumen untuk membeli produk tersebut. sehingga dengan

demikian kemasan yang unik dan menarik akan dapat mendongkrak pasar produk tersebut.

I. 3. Penggolongan Kemasan

Kemasan dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal atau beberapa cara yaitu sebagai

berikut :

1. Klasifikasi kemasan berdasarkan frekwensi pemakaian :

a. Kemasan sekali pakai (disposable) , yaitu kemasan yang langsung dibuang setelah dipakai,

seperti kemasan produk instant, permen, dll.

b. Kemasan yang dapat dipakai berulangkali (multitrip) dan biasanya dikembalikan ke produsen,

contoh : botol minuman, botol kecap, botol sirup.

c. Kemasan atau wadah yang tidak dibuang atau oleh konsumen (semi disposable), tapi digunakan

untuk kepentingan lain oleh konsumen, misalnya botol untuk tempatair minum dirumah,

kaleng susu untuk tempat gula, kaleng biskuit untuk tempat kerupuk, wadah jam untuk merica

dan lain-lain.

Page 4: PELABELAN

2. Klasifikasi kemasan berdasarkan struktur sistem kemas (kontak produk dengan kemasan) :

a. Kemasan primer, yaitu kemasan yang langsung bersentuhan dengan produk yang di

bungkusnya.

b. Kemasan sekunder, yang tidak bersentuhan langsung dengan produknya akan tetapi

membungkus produk yang telah dikemas dengan kemasan primer

c. Kemasar tersier dan kuartener yaitu kemasan untuk mengemas setelah kemasan primer atau

sekunder.

3. Klasifikasi kemasan berdasarkan sifat kekauan bahan kemasan :

a. Kemasan fleksibel yaitu bahan kemasan yang mudah dilenturkan tanpa adanya retak atau patah.

Misalnya plastik, kertas dan foil.

b. Kemasan kaku yaitu bahan kemas yang bersifat keras, kaku, tidak tahan lenturan, patah bila

dibengkokkan relatif lebih tebal dari kemasan fleksibel. Misalnya kayu, gelas dan logam.

c. Kemasan semi kaku/semi fleksibel yaitu bahan kemas yan memiliki sifat-sifat antara kemasan

fleksibel dan kemasan kaku. Misalnya botol plastik (susu, kecap, saus), dan wadah bahan yang

berbentuk pasta.

4. Klasifikasi kemasan berdasarkan sifat perlindungan terhadap lingkungan :

a. Kemasan hermetis (tahan uap dan gas) yaitu kemasan yang secara sempurna tidak dapat

dilalui oleh gas, udara atau uap air sehingga selama masih hermetis wadah ini tidak dapat

dilalui oleh bakteri, kapang, ragi dan debu. Misalnya kaleng, botol gelas yang ditutup secara

hermetis.

b. Kemasan tahan cahaya yaitu wadah yang tidak bersifat transparan, misalnya kemasan

logam, kertas dan foil. Kemasan ini cocok untuk bahan pangan yang mengandung lemak

dan vitamin yang tinggi, serta makanan hasil fermentasi.

c. Kemasan tahan suhu tinggi, yaitu kemasan untuk bahan yang memerlukan proses

pemanasan, pasteurisasi dan sterilisasi. Umumnya terbuat dari logam dan gelas.

Page 5: PELABELAN

5. Klasifikasi kemasan berdasarkan tingkat kesiapan pakai (perakitan) :

a. Wadah siap pakai yaitu bahan kemasan yang siap untuk diisi dengan bentuk yang telah

sempurna. Contoh : botol, wadah kaleng dan sebagainya.

b. Wadah siap dirakit / wadah lipatan yaitu kemasan yang masih memerlukan tahap perakitan

sebelum diisi. Misalnya kaleng dalam bentuk lembaran (flat) dan silinder fleksibel, wadah

yang terbuat dari kertas, foil atau plastik.

I.4. Jenis-jenis bahan Kemasan

Bahan atau material kemasan ada bermacam macam jenis dan masing-masing jenis bahan

pengemas memiliki sifat, keuntungan dan kelemahan yang berbeda-beda. Tidak bisa dipungkiri

bahwa dengan berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan teknologi semakin berkembang pula ilmu

pengetahuan dalam bidang pengemasan khususnya material atau bahan kemasan. Bahan-bahan

pengemas yang ada saat ini dimulai dari yang sederhana sampai bahan-bahan canggih yang

dihasilkan dengan teknologi yang canggih pula. Semakin baik kualitas atau semakin canggih

bahan kemasan tentu akan berbanding lurus dengan harga atau biaya yang dibutuhkan untuk

mendapatkan atau menggunakannya.

Bahan-bahan kemasan yang ada saat ini diantaranya adalah kertas, plastik, gelas, kaleng/logam

dan kemasan komposit yang merupakan perpaduan dari dua atau lebih bahan pengemas.

DESAIN KEMASAN

Kemasan agar menarik harus dirancang dan dibuat sebaik mungkin, dalam merancang

atau merencanakan pembuatan suatu kemasan sebaiknya kita memperhatikan hal-hal seperti

berikut ini :

1. Kesesuaian antara produk dengan bahan pengemasnya

Maksudnya adalah dalam menentukan bahan pengemas kita harus mempertimbangkan

produk yang kita miliki. Jika produk kita berbentuk cairan seperti jus atau sirup, kita bisa

memilih bahan pengemas seperti botol atau gelas plastik. Jika produk kita berupa makanan

kering seperti keripik, kerupuk, atau yang lainnya kita bisa menggunakan plastik transparan

dan lain sebagainya. Plastik dapat digunakan sebagai kemasan primer sekaligus dengan

Page 6: PELABELAN

labelnya, juga bisa dimasukkan kedalam kemasan lain seperti dus kertas sebagai kemasan

sekunder.

2. Ukuran Kemasan dan ketebalan bahan kemasan

Ukuran kemasan berkaitan dengan banyak sedikitnya isi yang diinginkan, sedangkan

ketebalan berkaitan dengan keawetan dari produk yang ada didalamnya. Jika produknya

sangat ringan seperti kerupuk sebaiknya kemasan di buat dalam ukuran relatif besar.

3. Bentuk kemasan

Agar kemasan menarik bentuk pengemas bisa dirancang dalam bentuk yang unik

tergantung dari kreativitas perancangnya. Misalnya kemasan dus kertas bisa di buat seperti

tabung, kubus, balok, trapesium atau bentuk-bentuk lainnya.

PELABELAN

Label makanan adalah informasi identitas/ “jati diri” dari produk yang menjadi hak milik

perusahaan sebagai alat komunikasi tertulis pihak produsen dengan pihak konsumen dalam

melakukan pelayanan jaminan persyaratan mutu produk dan kesehatan.

Label bisa menyatu dengan kemasan, bisa juga terpisah dari kemasan. Untuk produk-

produk dari negara tertentu seperti Amerika Serikat dan Jepang, maka ada simbol-simbol yang

bisa dimunculkan di dalam label misalnya ada symbol “JAS” dalam kemasan produk makanan

sebagai tanda jaminan “ rasa aman” dan “kepuasan mutu”. Simbol ini bisa dicantumkan di dalam

label melalui tahap pemeriksaan yang ketat dari Departemen pemerintahan yang terkait terutama

pada bidang sanitasi pabrik dan keamanan bahan pangan. Masyarakat Jepang hampir seluruhnya

dari berbagai lapisan masyarakat sangat kritis pada produk pangan yang beredar sehingga mereka

sangat mempercayai keamanan dan jaminan mutu dengan hanya membaca simbol semacam

“JAS”, maka mereka baru berani membeli produk dimaksud.

Banyak rambu-rambu yang mengatur dalam pelabelan makanan beserta sanksinya. Oleh

karena itu diharapkan bahwa pelabelan dapat menjadi perangkat efektif pengendali mutu dan

sekaligus dapat mempertinggi “alarm” keamanan pangan. Dengan adanya pelabelan konsumen

mempunyai sarana untuk memberi penilaian sekaligus menjatuhkan sanksi bagi produk-produk

yang tidak memenuhi syarat. Setidaknya konsumen bisa waspada untuk tidak lagi membeli

produk dengan label yang sama setelah dikecewakan. Konsumen dapat meminta

Page 7: PELABELAN

pertanggungjawaban produsen, karena tahu kepada siapa mereka harus meminta tanggung jawab.

Mereka akan menjadi pelanggan lestari apabila sudah percaya terhadap mutu produk dengan label

yang telah dipercayainya. Dengan demikian produsen memperoleh “hadiah” atas mutu yang

mereka berikan kepada konsumennya. Konsumen akan merasa lebih aman membeli produk-

produk “bonafit” di mata mereka dimana informasi ini mereka dapatkan dari label produk

umumnya. Dengan pelabelan, baik produsen maupun konsumen dilatih untuk masuk dalam

sistem yang secara langsung atau tidak langsung akan melibatkan adanya pengendalian mutu

sekaligus penjagaan terhadap keamanan pangan. Persoalannya adalah bagaimana menggugah

kedua belah pihak konsumen dan produsen berperan aktif dalam sistem ini. Tanpa peran aktif

keduanya tidak akan bermakna apa-apa. Pada masyarakat kita, masih masih tumbuh subur budaya

“malas baca” sehingga jarang kita lihat konsumen dari masayarakat kebanyakan menaruh

perhatian pada label-label dari produk yang dibeli. Pada label mengandung informasi tentang :

Logo perusahaan. Nama Produk misalnya “ wajit “, daftar nama bahan yang digunakan dalam

produk secara terbuka dicantumkan kecuali istilah khusus yang digunakan untuk bahan pangan

tertentu yang unik diberi penjelasan dimana konsumen umum dapat mengerti. Komposisi jumlah

bahan yang menjadi rahasia perusahaan bisa tidak dicantumkan.

Nilai Gizi , Jumlah “neto” berat benda yang ada di dalam kemasan, No daftar di Departemen

terkait, misalnya no. sertifikat halal, Tanggal daluarsa, Petunjuk penggunaan, Cara penyimpanan,

Alamat layanan konsumen dan alamat perusahaan dicantumkan dengan jelas dan benar

Label adalah suatu tanda baik berupa tulisan, gambar atau bentuk pernyataan lain yang

disertakan pada wadah atau pembungkus sebagai yang memuat informasi tentang produk yang

ada di dalamnya sebagai keterangan/ penjelasan dari produk yang dikemas.

Label kemasan bisa dirancang atau didesain baik secara manual menggunakan alat lukis atau

yang lainnya maupun menggunakan software komputer. Desain yang dibuat secara manual

mungkin akan mengalami sedikit kesulitan ketika mau digunakan atau diaplikasikan sedangkan

dengan menggunakan komputer tentunya akan lebih mudah.

Dewasa ini keberadaan software – software komputer sangat membantu para desainer

untuk merancang desain label yang baik, menarik, dan artistik sehingga dapat meningkatkan daya

tarik produk terhadap konsumen. Suatu produk yang sama jika dikemas dalam kemasan dengan

desain label berbeda sangat dimungkinkan daya jualnya juga berbeda.

Page 8: PELABELAN

Merancang atau mendesain label kemasan sangatlah tergantung pada kreativitas para

desainernya, baik ukuran, bentuk, maupun corak warnanya. Namun demikian ada hal-hal yang

harus diperhatikan dalam membuat label kemasan yaitu :

1. Label tidak boleh menyesatkan

Apa saja yang tercantum dalam sebuah label baik berupa kata-kata, kalimat, nama,

lambang, logo, gambar dan lain sebagainya harus sesuai dengan produk yang ada di

dalamnya.

2. Memuat informasi yang diperlukan

Label sebaiknya cukup besar (relatif terhadap kemasannya), sehingga dapat memuat

informasi atau keterangan tentang produknya.

3. Hal-hal yang seharusnya ada atau tercantum dalam label produk makanan adalah sebagai

berikut :

a) Nama produk

Nama Produk adalah nama dari makanan atau produk pangan yang terdapat di dalam

kemasan misalnya dodol nanas, keripik pisang, keripik singkong dan lain sebagainya.

b) Cap / Trade mark bila ada suatu usaha sebaiknya memiliki cap atau trade mark atau

merek dagang. Cap berbeda dengan nama produk dan bisa tidak berhubungan dengan

produk yang ada di dalamnya misalnya dodol nanas cap “Panda”, Kecap Ikan cap

“Wallet”, dsb.

c) Komposisi / daftar bahan yang digunakan

Komposisi atau daftar bahan merupakan keterangan yang menggambarkan tentang

semua bahan yang digunakan dalam pembuatan produk makanan tersebut. Cara

penulisan komposisi bahan penyusun dimulai dari bahan mayor atau bahan utama atau

bahan yang paling banyak digunakan sampai yang terkecil.

d) Netto atau volume bersih

Page 9: PELABELAN

Netto atau berat bersih dan volume bersih menggambarkan bobot atau volume produk

yang sesungguhnya. Apabila bobot produk berarti bobot produk yang sesungguhnya

tanpa bobot bahan pengemas.

e) Nama pihak produksi,

Nama pihak produksi adalah nama perusahaan yang membuat atau mengolah produk

makanan tersebut.

f) Distributor atau pihak yang mengedarkan bila ada. Dalam kemasan juga harus

mencantumkan pihak-pihak tertentu seperti pengepak atau importir bila ada.

g) No Registrasi Dinas Kesehatan

Nomor registrasi ini sebagai bukti bahwa produk tersebut telah teruji dan dinyatakan

aman untuk dikonsumsi.

h) Kode Produksi

Kode produksi adalah kode yang menyatakan tentang batch produksi dari produk pada

saat pembuatan yang isinya tanggal produksi dan angka atau hurup lainnya yang

mencirikan dengan jelas produk tersebut.

i) Keterangan kadaluarsa

Keterangan kadaluarsa adalah keterangan yang menyatakan umur produk yang masih

layak untuk dikonsumsi. Menurut Julianti dan Nurminah (2006), keterangan

kadaluarsa dapat ditulis :

Best before date : produk masih dalam kondisi baik dan masih dapat dikonsumsi

beberapa saat setelah tanggal yang tercantum terlewati

Use by date : produk tidak dapat dikonsumsi, karena berbahaya bagi kesehatan

manusia (produk yang sangat mudah rusak oleh mikroba) setelah tanggal yang

tercantum terlewati.

Permenkes 180/Menkes/Per/IV/1985 menegaskan bahwa tanggal, bulan dan tahun

kadaluarsa wajib dicantumkan secara jelas pada label, setelah pencantuman best before / use by.

Page 10: PELABELAN

Produk pangan yang memiliki umur simpan 3 bulan dinyatakan dalam tanggal, bulan, dan tahun,

sedang produk pangan yang memiliki umur simpan lebih dari 3 bulan dinyatakan dalam bulan dan

tahun. Namun demikian ada beberapa jenis produk yang tidak memerlukan pencantuman tanggal

kadaluarsa yaitu sayur dan buah segar, minuman beralkohol, cuka, gula/sukrosa dan lainnya.

j) Logo halal

Untuk produk-produk yang telah mendapatkan sertifikasi ”halal” dari MUI harus

mencantumkan logo halal yang standard disertai dengan nomor sertifikasinya.

k) Keterangan Lainnya

Selain yang telah diuraikan di atas masih ada lagi keterangan-ketrangan lain yang perlu

dicantumkan dalam label kemasan makanan yang bermaksud memberi petunjuk, saran, atau

yang lainnya demi keamanan konsumen.

4. Tulisan atau keterangan yang ada pada label harus jelas dan mudah di baca, tidak dikaburkan

oleh warna latar belakang atau gambar lainnya.

5. Jumlah warna yang digunakan

Banyaknya warna yang digunakan dalam label akan berpengaruh terhadap biaya cetak,

semakin banyak banyak warna yang digunakan, tentunya akan semakin besar biaya yang harus

dikeluarkan.

6. Jenis cetakan yang dikehendaki

Desain yang kita buat akan dicetak pada media apa? Plastik, kertas, aluminium foil, atau

lainnya. Apakah akan dicetak dengan sablon atau menggunakan mesin modern?

Berkaitan dengan label kemasan kiranya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :

1. Label tidak boleh mudah terlepas dari kemasannya. Warna, baik berupa gambar maupun tulisan

tidak boleh mudah luntur, pudar, atau lekang, baik karena pengaruh air, gosokan, maupun sinar

matahari.

2. Label harus ditempatkan pada bagian yang mudah dilihat.

Page 11: PELABELAN

Software computer yang bisaanya banyak digunakan untuk melakukan desain seperti Corel

Draw dan Adobe Photoshop. Namun demikian masih ada software-software lainnya yang

dapat digunakan tergantung pada kebisaaan atau keahlian para desainernya.

Pencetakan desain label kemasan dapat dilakukan dengan menggunakan mesin cetak

tradisional maupun modern. Alat cetak tradisional seperti sablon, sedangkan dengan teknologi

modern bisa menggunakan printer, mesin offset atau mesin-mesin berskala besar lainnya.

PERATURAN-PERATURAN DALAM KEMASAN PANGAN

Kemasan produk pangan selain berfungsi untuk melindungi produk, juga

berfungsi sebagai penyimpanan, informasi dan promosi produk serta pelayanan

kepada konsumen. Mutu dan keamanan pangan dalam kemasan sangat tergantung dari

mutu kemasan yang digunakan, baik kemasan primer, sekunder maupun tersier. Oleh

karena itu diperlukan adanya peraturan-peraturan mengenai kemasan pangan, yang

bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada konsumen.

A. STANDARISASI PRODUK PANGAN

Sistem standarisasi produk pangan yang dikembangkan oleh Direktorat Standarisasi

Produk pangan melibatkan tim ahli di bidang terkait dalam megkaji regulasi yang berkaitan

dengan keamanan pangan. Pertimbangan nasional menjadi pertimbangan utama dalam

penyusunan regulasi kemasan produk pangan, sehingga produk pangan Indonesia dapat bersaing

dengan produkd ari pasar global. Produsen pangan berkewajiban menjaga mutu dan keamanan

produk pangan yang dihasilkan serta melengkapi dan menyampaikan protokol pengawasan dan

pemeriksaan yang berkaitan dengan penjaminan tersebut.

Regulasi mengenai kemasan, yang ditinjau dari segi keamanan bahan kemasan pangan

menyangkut tentang sifat toksiknya terutama yang bersifat kronis. Pada dasarnya terdapat

persyaratan-persyaratan yang dapat ditetapkan berkaitan dengan mutu kemasan sehubungan

dengan keamanan pangan, diantaranya adalah :

1. jenis bahan yang digunakan dan yang dilarang untuk kemasan pangan

2. bahan tambahan yang diizinkan dan yang dilarang untuk kemasan pangan

3. cemaran

4. residu

5. Migrasi

Page 12: PELABELAN

Di Indonesia, pemerintah sedang berusaha untuk menyusun undang-undang yang

menetapkan standarisasi kemasan baik kemasan produk untuk makanan dan non makanan yang

sifatnya berkembang (up to date) dan mengikuti perkembangan teknologi, sehingga pada saat

ketentuan hukum ini diterapkan, pengguna kemasan baik itu produsen maupun masyarakat

merasa lebih terjamin dan aman dalam segala aspek.

Beberapa dasar hukum yang bisa dijadikan acuan untuk kemasan pangan antara lain : UU

No.7/1996 tentang pangan (UU No 7/1999) dan peraturan Menteri Kesehatan RI

No.329/Menkes/XII/76 tentang produksi dan peredaran pangan, serta Peraturan Pemerintah

Nomor 28 tahun 2004 tenttang keamanan mutu dan gizi pangan.

B. UNDANG-UNDANG RI NO.7 TAHUN 1996

Undang-undang ini mengamanatkan peraturan pengemasan berkaitan dengan keamanan pangan

dalam rangka melindungi konsumen. Pada bagian ke IV pasal 16 - 19 dari undang-undang ini

membahas tentang kemasan bahan pangan, sedangkan bagian ke V pasal 30-35 membahas

tentang pelabelan dan periklanan produk pangan.

Isi dari pasal-pasal tersebut adalah sebagai berikut :

Bagian Keempat

Kemasan Pangan

Pasal 16

(1) Setiap orang yang memproduksi pangan untuk diedarkan dilarang menggunakan bahan apa

pun sebagai kemasan pangan yang dinyatakan terlarang dan atau yang dapat melepaskan

cemaran yang merugikan atau membahayakan kesehatan manusia.

(2) Pengemasan pangan yang diedarkan dilakukan melalui tata cara yang dapat menghindarkan

terjadinya kerusakan dan atau pencemaran.

(3) Pemerintah menetapkan bahan yang dilarang digunakan sebagai kemasan pangan dan tata cara

pengemasan pangan tertentu yang diperdagangkan.

Pasal 17

Bahan yang akan digunakan sebagai kemasan pangan, tetapi belum diketahui dampaknya bagi

kesehatan manusia, wajib terlebih dahulu diperiksa keamanannya, dan penggunaannya bagi

pangan yang diedarkan dilakukan setelah memperoleh persetujuan Pemerintah.

Pasal 18

Page 13: PELABELAN

(1) Setiap orang dilarang membuka kemasan akhir pangan untuk dikemas kembali dan

diperdagangkan.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku terhadap pangan yang

pengadaannya dalam jumlah besar dan lazim dikemas kembali dalam jumlah kecil untuk

diperdagangkan lebih lanjut.

Pasal 19

Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, Pasal 17, dan Pasal 18 ditetapkan lebih lanjut

dengan Peraturan Pemerintah.

C. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999

TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN

Peraturan ini berisi tentang hal-hal yang berkaitan dengan label dan iklan produk pangan,

yaitu informasi-informasi produk yang harus ditulis pada label, yang tidak boleh dilakukan dalam

pembuatan label hingga cara pembuatan label pada kemasan pangan. Informasi tentang produk

yang harus dicantumkan, secara lengkap terdapat pada peraturan ini, termasuk juga cara

mengiklankan produk.

Apabila suatu perusahaan yang memproduksi bahan pangan menyalahi aturan dalam

peraturan ini, maka dapat dikenakan sanksi administratif, berupa :

a. peringatan secara tertulis;

b. larangan untuk mengedarkan untuk sementara waktu dan atau perintah untuk menarik produk

pangan dari peredaran;

c. pemusnahan pangan jika terbukti membahayakan kesehatan dan jiwa manusia;

d. penghentian produksi untuk sementara waktu;

e. pengenaan denda paling tinggi Rp 50.000.000,00 (limapuluh juta rupiah), dan atau;

f. pencabutan izin produksi atau izin usaha.

D. PERATURAN KEMASAN KAYU

Khusus untuk kemasan kayu yang akan digunakan untuk ekspor, maka pemerintah

Indonesia melalui Menteri Perdagangan mengeluarkan peraturan, yaitu peraturan Menteri

Perdagangan RI Nomor 02/m-dag/per/2/2006 tentang Ketentuan ekspor produk industri

kehutanan.

E. PERATURAN INTERNASIONAL TENTANG KEMASAN

Page 14: PELABELAN

Saat ini persyaratan khusus dalam pengemasan produk pangan selalu mengacu pada

peraturan internasional seperti FDA (USA), Uni Eropah, Jepang dan Malaysia, sedangkan

Indonesia sendiri belum mengatur secara rinci bahan-bahan kemasan yang diperbolehkan dan

tidak diperbolehkan untuk mengemas produk pangan.

Di Amerika Serikat pemakaian plastik untuk kemasan pangan diarahkan olehFDA. Setiap

industri harus memberikan informasi kepada FDA tentang jenis plastik dan aditif yang digunakan

untuk mengemas makanan tertentu, meliputi komposisi, pelabelan, kondisi pemakaian, data

peracunan sisa monomer dan aditif, cara analisis. FDA sendiri juga memberikan petunjuk dan

informasi perihal persyaratan-persyaratan terhadap komposisi plastik, penggunaan, data

peracunan dan migrasi dari berbagai jenis polimer serta jenis aditif maupun aditif khusus yang

ditambahkan untuk mewadahi makanan jenis tertentu.

Masyarakat Ekonomi Eropa juga menekankan sifat-sifat intrinsik sisa monomer dan aditif

ini terutama pada daya peracunannya. British Plastics Federation menerbitkan hasil riset yang

menyangkut keamanan kemasan palstik dalam industri pangan. Sifat peracunan bahan aditif dikaji

oleh British Industrial Biological Research Association.

FDA Jerman Barat dan Belanda juga mengeluarkan hasil penelitian mengenai sifat-sifat

intrinsik monomer dan aditif plastik. Perancis mensyaratkan bahwa plastik mesti inert dalam

pengertian tidak merusak cita rasa makanan dan tidak beracun. Italia memberi batas maksimum

nigrasi tidak boleh boleh lebih dari 50 ppm untuk kemasan makanan berukuran 250 ml ke atas,

sedangkan untuk kemasan kecil batas maksimumnya 8 mg per dm2 lembaran film.

Syarat lain harus tidak ada komponen kemasan yang membahayakan kesehatan, plastic

harus diuji migrasinya dengan cara yang sudah ditentukan, pewarna tidak boleh termigrasi ke

dalam makanan, Pb 0.01 %, As 0.005%, Hg 0.005%, Cd 0.2%, Se 0.01%, amin primer 0.05% dan

Ba 0.01%. Belanda memberikan toleransi maksimum 60 ppm migran ke dalam makanan atau

0.12 mg per cm2 permukaan plastik. Jerman Barat 0.06 mg per cm2 permukaan plastik.

Bahan berbahaya setingkat vinil klorida tidak boleh lebih dari 0.05 ppm, sedangkan di

Swedia hanya boleh 0.01 ppm. Di Swiss sejak tahun 1969, pabrik kemasan plastik dan pengguna

harus memberikan data tentang kemasan, migrasi, potensi keracunan dan kondisi pemakaian.

Jepang mensyaratkan migrasi maksimum 30 ppm untuk aditif dan monomer yang tidak

berbahaya, sedangkan untuk vinil klorida dan monomer/aditif lain yang peracunannya tinggi

hanya 0.05 ppm atau kurang. Peraturan lain yang digunakan untuk pengemasan bahan pangan

adalah peraturan yang dibuat oleh CODEX Alimentarius Commission (CAC), yaitu suatu badan

di bawah naungan Food and Agricultural Organization (FAO) dan World Healtd Organization

Page 15: PELABELAN

(WHO) yang bertugas menangani standard bahan pangan. Standar yang dikeluarkan CAC ini

digunakan sebagai acuan oleh World Trade Organization (WTO) dalam pelaksanaan persetujuan

Sanitary and Phytosanitary Measure (SPS) dan Technical Barrier to Trade (TBT).

Standarisasi kemasan produk pangan di Indonesia, sudah harus dimulai dari sekarang,

agar produk-produk pangan kita dapat bersaing di pasar global. Untuk itu maka di Indonesia

diperlukan adanya undang-undang khusus tentang kemasan pangan yang mengatur tentang jenis

kemasan dan bahan yang dapat dikemas dengan jenis kemasan tersebut. Adanya undang-undang

ini akan menajdi pegangan bagi konsumen, juga bagi produsen sehingga diharapkan tidak ada lagi

persaingan yang tidak sehat di antara sesama industri kemasan baik persaingan harga maupun

kualitas.

DAFTAR BACAAN

1. Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia, 1990. Risalah Seminar Pengemasan dan

Transportasi dalam Menunjang Pengembangan Industri, Distribusi dalam Negeri dan Ekspor

Pangan. S.Fardiaz dan D.Fardiaz (ed). Jakarta.

2. Syarief, R., S.Santausa, St.Ismayana B. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan. Laboratorium

Rekayasa Proses Pangan, PAU Pangan dan Gizi, IPB.

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan.

4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan

Pangan.

Referensi

Agustina, W. 2009. Desain Kemasan dan Label Produk Makanan. Kumpulan Modul pelatihan. UPT B2PTTG-LIPI Subang.

Triyono, A. 2002. Modul Pengemasan Produk Makanan. Kumpulan Modul Pelatihan. UPT B2PTTG-LIPI Subang.

Julianti, E. dan Nurminah, M. 2006. Teknologi Pengemasan. Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas pertanian, Universitas sumatera utara. http://ecourse.usu.ac.id/content/teknologi/teknologi/textbook.pdf