pedagogi pemilu dan demokrasi (studi di pusat pendidikan pemilih...

119
PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih KPU Kota Bandar Lampung) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Politik Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dengan Peminatan Governance dan Transisi Demokrasi Oleh: NAUFAL FAUZAN NIM.135120500111022 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Upload: others

Post on 23-Jan-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI

(Studi di pusat Pendidikan Pemilih KPU Kota Bandar Lampung)

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu

Politik Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dengan Peminatan

Governance dan Transisi Demokrasi

Oleh:

NAUFAL FAUZAN

NIM.135120500111022

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 2: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok
Page 3: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok
Page 4: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur yang sebesar-besarnya Penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT atas

segala pelimpahan rahmat, dan hidayahNya yang telah memberikan kelancaran kepada

Penulis sehingga dapat mengerjakan Skripsi ini dengan baik yang berjudul Pedagogi Rumah

Demokrasi Di Bandar Lampung. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu persyaratan

untuk memperoleh kelulusan pendidikan strata satu (S1) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Brawijaya, Malang.

Penulis Mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya atas semua bantuan yang

telah diberikan, baik secara langsung maupun tidak langsung selama penyusunan tugas akhir

ini hingga selesai. Secara Khusus rasa terimakasih tersebut kami sampaikan kepada:

1. Allah Subhanahu Wata’ala.

2. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberi Doa dan dukungan penuh serta

nasehat yang diberikan kepada penulis.

3. Bapak Dr. Sholih Mu’adi, SH.,M.Si selaku ketua Program Studi Ilmu Politik Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya Malang.

4. Bapak Tri Hendra Wahyudi, S.IP., M.IP selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

memberikan masukan selama proses pembuatan skripsi.

5. Bapak Ahmad Hasan Ubaid, S.IP., M.IP Selaku dosen pembimbing kedua skripsi yang

telah memberikan arahan selama proses pembuatan laporan.

6. Ibu Faza Dhora Nailufar, S.IP., M.IP Selaku dosen penguji skripsi yang telah

memberikan arahan selama proses pembuatan laporan.

7. Bapak Wimmy Haliim, S.IP., M.Sos Selaku dosen penguji skripsi yang telah

memberikan arahan selama proses pembuatan laporan.

Page 5: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

v

8. Seluruh Bapak/Ibu dosen ilmu politik yang telah memberikan ilmunya kepada penulis

sehingga dapat dijadikan penulis sebagai modal penulisan Skripsi ini.

9. Teman-teman mahasiswa ilmu politik khususnya angkatan 2013 yang senantiasa

memberikan dorongannya kepada Penulis dalam penyelesaian Skripsi ini.

10. Bagian administrasi Program Studi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Brawijaya yang telah membantu memperlancar proses administrasi Skripsi.

Akhir kata, penulis sangat menyadari bahwa akan banyaknya kekurangan dalam laporan

ini. Penulis memohon maaf yang sebanyak-banyaknya atas segala kekurangan karena

kelebihan hanya milikNya. Oleh karena itu penulis sangat terbuka dalam menerima kritik dan

saran yang bersifat membangun. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan

Penulis untuk kedepannya.

Malang, 28 Juli 2017

Naufal Fauzan

NIM. 13512050011102

Page 6: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

iv

PERSEMBAHAN

Secara khusus saya persembahkan skripsi ini kepada kedua orang tua saya, Bapak

Helmi Azahari dan Ibu Zahara yang telah membimbing, menjaga, mendidik dan merawat

saya dengan penuh kesabaran dan kasih sayang dari saya kecil sampai saya bisa berdiri

diposisi yang saya capai saat ini, semoga apa yang telah bapak dan ibu berikan mendapat

balasan yang tak terhingga dari Allah SWT. Saya persembahkan juga untuk teman

seperjuangan saya Mantris, Benhil, Sarah, dan Brother Team, HMI, Padepokan dan teman –

teman lainnya yang saya tidak bisa ucapkan satu - persatu yang sangat banyak memberikan

arahan, bantuan dan masukan dalam penulisan skripsi dan adik saya Fakhri Razaq yang

selalu menjadi penyemangat saya untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-

baiknya dan tepat waktu. Untuk seluruh keluarga besar saya yang terus menerus tanpa henti

memberikan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. Dan yang terakhir untuk seluruh

dosen Ilmu Politik Universitas Brawijaya yang telah memberi banyak ilmu selama

menempuh pendidikan di Prodi Ilmu Politik.

Page 7: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii

ABSTRAK ................................................................................................... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. iv

KATA PENGANTAR .................................................................................. v

DAFTAR TABEL ........................................................................................ x

BAB I: PENDAHULUAN ........................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Tujuan Penelitian .............................................................................. 9

1.3 Manfaat Penelitian ............................................................................. 9

1.3.1 Manfaat Teoritis ………….. ..................................................... 9

1.3.2 Manfaat Praktis ……………………………… ........................ 9

BAB II: TINJAUAN TEORITIS ............................................................... 12

2.1 Tinjauan Teoritis ………….. ................................................................. 12

2.1.1 Pedagogi ……………………………………………………… ...... 12

2.1.1 Good Governance …… ................................................................. 13

2.1.2 Konsep Electoral Justice ……....................................................... 26

2.1.3 Konsep Electoral Governance …. ................................................. 30

2.2 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 33

2.3 Kerangka Pemikiran .............................................................................. 35

BAB III: METODE PENELITIAN ............................................................ 37

3.1 Jenis,Tipe dan Pendekatan Penelitian ................................................... 37

3.2 Fokus Penelitian ................................................................................... 38

3.3 Lokasi dan Subjek Penelitian ................................................................ 38

3.4. Pemilihan Informan .............................................................................. 39

3.5 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 40

3.6 Analisis Data . ................................................................................... 41

Page 8: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

BAB IV: GAMBARAN UMUM ................................................................ 45

4.1 Gambaran Umum Rumah Demokrasi ..................................................... 45

4.1.1 Profil Rumah Demokrasi ................................................................ 45

4.1.2 Tujuan Pendidikan pemilih ............................................................. 48

4.1.2.a Peningkatan Partisipasi ...................................................... 48

4.1.2.b Peningkatan Literasi Politik ............................................... 49

4.1.2.c Peningkatan Kerelawanan .................................................. 49

4.1.3 Prinsip Pendidikan Pemilih ............................................................ 50

4.1.3.a Segmentasi ......................................................................... 50

4.1.3.b Orientasi Kepada Pemilih ................................................... 51

4.1.3.c Kontekstual ........................................................................ 51

4.1.3.d Partisipatif ......................................................................... 52

4.1.3.e Berkesinambungan ............................................................. 53

4.1.4 Kelompok Sasaran ......................................................................... 54

4.1.4.a Kelompok Pemilih Strategis ............................................... 54

a. Pra Pemilih ........................................................................ 54

b. Pemilih Pemula ................................................................. 55

c. Perempuan ........................................................................ 55

d. Kelompok Marginal dan Penyandang Disabilitas .............. 56

e. Agamawan ........................................................................ 57

4.1.4.b Kelompok Rentan .............................................................. 57

a. Partisipasi Pemilih rendah ................................................. 58

b. PotensiPelanggaran Pemilu Tinggi .................................... 58

c. Daerah Rawan Konflik dan Kekerasan ............................... 59

4.1.4.c Kelompok Sasaran Lain ..................................................... 59

4.1.5 Strategi Pendidikan Pemilih .......................................................... 60

4.1.5.a Penggunaan Teknologi Informasi ....................................... 60

4.1.5.b Pemanfaatan Media Massa ................................................. 61

4.1.5.c Lembaga Pendidikan .......................................................... 61

4.1.5.d Pemanfaatan Aktifitas Sosial dan Budaya .......................... 62

4.1.5.e Komunitas Hobby .............................................................. 63

4.1.5.f Rumah Pintar Pemilu .......................................................... 63

Page 9: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

4.1.5.g Relawan Demokrasi ........................................................... 64

4.1.5.h Kreasi Lain ......................................................................... 64

4.1.6 Materi Pendidikan Pemilih ............................................................ 65

4.1.6.a Demokrasi........................................................................... 65

4.1.6.b Kelembagaan Negara ......................................................... 66

4.1.6.c Pemilu ................................................................................ 66

4.1.6.d Partisipasi Politik ............................................................... 67

4.1.7 Data Pemilih Pemula Di Lampung ................................................. 68

4.1.8 Kursi Partai Politik Di Kota Bandar Lampung ............................... 69

4.2 Gambaran Umum Tentang KPU Kota Bandar Lampung ........................ 70

4.2.1 Visi Dan Misi KPU Kota Bandar Lampung .................................. 72

4.2.2 Tujuan dan Sasaram ..................................................................... 72

4.2.3 Kelembagaan KPU Kota Bandar Lampung ................................... 73

4.2.3.a Bagan Struktur Organisasi .................................................. 74

4.2.4 Tugas, Wewenang, dan Kewajiban KPU dalam Pilkada ................ 74

4.3 Kegiatan Rumah Demokrasi …………………………………………... 78

4.3.1 Program Jumpa Walikota dan Jumpa Parlemen ……………….… 78

4.3.2 Berkunjung di Rumah Demokrasi ………………………………. 78

4.3.3 Fasilitas Rumah Demokrasi ………………………………… . 78

BAB 5: PEMBAHASAN DAN ANALISIS ............................................... 79

5.1 Kegiatan Rumah Demokrasi …………………………………………... 79

5.1.1 Program Jumpa Walikota dan Jumpa Parlemen ……………….… 79

5.1.2 Berkunjung di Rumah Demokrasi ………………………………. 80

5.1.3 Fasilitas Rumah Demokrasi .......................................................... 80

5.1.4 Fasilitas Rumah Demokrasi ……… ............................................... 81

5.2 Strategi Pembelajaran Anak Yang diterapkan KPU Balam ..................... 81

5.3 Strategi Rumah Demokrasi KPU Balam dalam Governance ……………. 84

5.2.1 Partisipasi …………………………………………….................. 84

5.2.2 Aturan Hukum ............................................................................. 88

5.2.3 Transparansi ................................................................................ 89

5.2.4 Berkeadilan ……………………………………………………… 91

Page 10: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

5.2.5 Elektabilitas dan Efisiensi ……………………………………..... 92

5.2.6 Visi Strategis ……………………………………………………. 95

5.4 Faktor Penghambat Dari Strategi Pembelajaran KPU Balam ...... ........... 97

BAB 6: KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 100

6.1 Kesimpulan ........ ................................................................................... 100

6.2 Saran dan Rekomendasi ......................................................................... 102

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 104

LAMPIRAN – LAMPIRAN ..................................................................... 107

Page 11: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

DAFTAR TABEL

TABEL 1. PENELITIAN TERDAHULU .................................................... 34

TABEL 2. KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................ 37

TABEL 3. ANALISIS DPT .......................................................................... 46

TABEL 4. DATA PEMILIH PEMULA ........................................................ 68

TABEL 5. KURSI PARTAI POLITIK ......................................................... 69

TABEL 6. BAGAN STRUKTUR ................................................................. 74

Page 12: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

iii

NAUFAL FAUZAN. 135120500111022. PEDAGOGI RUMAH DEMOKRASI

(Studi di Pusat Pendidikan Pemilih KPU Kota Bandar Lampung). Tim

Pembimbing: Tri Hendra Wahyudi, S.IP., M.IP dan Ahmad Hasan Ubaid,

S.IP., M.IP

ABSTRAK

Pemilihan umum (Pemilu) merupakan bagian penting dalam sistem

demokrasi. Tidak hanya sebatas sebagai rangkaian perpindahan kekuasaan eksekutif maupun legislatif, akan tetapi Pemilu juga dapat mengukur bagaimana tingkat partisipasi politik rakyatnya yang dapat dilihat dari kualitas dan kuantitas para pemilihnya. KPU Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah yang menjadi pilot project pusat pendidikan pemilih kemudian meluncurkan sebuah rumah pembelajaran Pemilu yang diberi nama Rumah Demokrasi. Peserta didik yang merupakan kelompok pra pemilih dibekali dengan pengertian Pemilu dan Demokrasi, untuk selanjutnya diantar berdialog langsung dengan walikota dan parlemen setempat sebagai produk dari pelaksanaan Pemilu dan Pilkada. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui strategi pembelajaran anak yang diterapkan oleh KPU Kota Bandar Lampung dalam mencerdaskan kelompok pra pemilih.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2017 di Kantor KPU Bandar Lampung berlokasi di Lampung. Konsep yang digunakan pada penelitian ini adalah Good Governance UNDP. UNDP memberikan karakteristik sebuah sistem pemerintahan dapat dikatakan sebagai Good Governance.

Pendidikan pemilih dimaksudkan untuk meningkatkan partisipasi pemilih. Partisipasi adalah keterlibatan pemilih pada keseluruhan periode siklus pemerintahan, yaitu pada periode pemilihan dan periode di luar pemilihan. Pada periode pemilihan, pendidikan pemilih dimaksud- kan untuk mendorong pemilih terlibat pada setiap tahapan pemilihan. Angka partisipasi yang wajar ini penting karena menyangkut biaya pemilu yang mahal, legitimasi dan efektivitas kepemimpinan pejabat yang dipilih, serta eksistensi sistem demokrasi. Pada periode di luar pemilu, pendidikan pemilih dimaksudkan untuk meningkatkan partisipasi pemilih dalam mengawal agenda, menagih janji kampanye, dan mengkritisi serta mengevaluasi pemerintahan.

Kata Kunci: Pendidikan Pemilih, Good Governance, UNDP

Page 13: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

iii

NAUFAL FAUZAN. 135120500111022. Educating pre-voters groups in the

General Election Commission program (The General Election Commission

In Bandar Lampung). Team Supervising: Tri Hendra Wahyudi, S.IP., M.IP

dan Ahmad Hasan Ubaid, S.IP., M.IP

ABSTRACT

Elections (elections) are an important part of the democratic system. Not

only as a series of executive and legislative power movements, but the election

can also measure how the level of political participation of the people can be

seen from the quality and quantity of the voters. KPU Bandar Lampung City is

one of the areas that became the pilot center of voter education then launched a

house of election learning that is named Democracy Home Program. Students

who are pre-voters are equipped with the definition of General Elections and

Democracy, to be delivered to the local mayor and parliament as a product of the

election and elections. Therefore, this study aims to Know the child's learning

strategies implemented by the Election Commission of Bandar Lampung City in

educating pre-voters groups.

The research was conducted in March 2017 at the Election Commission

of Bandar Lampung City Office located in Lampung. The concept used in this

research is Good Governance UNDP. UNDP provides the characteristics of a

governance system can be regarded as Good Governance.

Voter education is intended to increase voter participation. Participation is

the involvement of voters in the entire period of the government cycle, namely in

the election period and election period. In the election period, voter education is

meant to encourage voters to be involved at every stage of the election. This

reasonable rate of participation is important because it involves costly election

fees, legitimacy and leadership effectiveness of elected officials, and the

existence of a democratic system. In the period outside the election, voter

education is intended to increase voter participation in guarding the agenda,

collecting campaign promises, and critiquing and evaluating governance.

Keywords: Voter Education, Good Governance, UNDP

Page 14: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemilihan umum (Pemilu) merupakan bagian penting dalam sistem

demokrasi. Tidak hanya sebatas sebagai rangkaian perpindahan kekuasaan eksekutif

maupun legislatif, akan tetapi Pemilu juga dapat mengukur bagaimana tingkat

partisipasi politik rakyatnya yang dapat dilihat dari kualitas dan kuantitas para

pemilihnya.

Sebagai salah satu negara yang menganut sistem demokrasi, Indonesia mulai

melaksanakan Pemilu sejak tahun 1955. Sejak Pemilu kedua pada tahun 1971 hingga

saat ini, Indonesia menggunakan sistem pemilihan proporsional untuk memilih

anggota legislatif dan suara terbanyak dalam pemilihan presiden. Beberapa perubahan

telah dilakukan hingga yang paling mencolok ialah pada tahun 2004 terdapat

perubahan komponen legislatif yaitu dengan sistem bikameral yang menghasilkan

lembaga legislatif baru yaitu Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

Di sisi lain, reformasi yang membawa semangat demokrasi berdampak pada

sistem Pemilu. Sebagai salah satu konsekuensi dari sistem proporsional tertutup

menjadi sistem proposional terbuka, maka tidak dapat dipisahkan dari sistem

multipartai yang membuat peningkatan jumlah partai politik (Parpol) peserta Pemilu

di tahun 1999. Jika pada Pemilu sebelumnya hanya terdapat tiga Parpol peserta

Pemilu yaitu Golkar, PDIP dan PPP, maka pada tahun 1999 jumlah Parpol peserta

Pemilu bertambah menjadi 48 Parpol. Jumlah Parpol peserta Pemilu pada tahun-1

Page 15: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

2

tahun selanjutnya mengalami perubahan seiring dengan kebijakan Pemilu dan juga

dinamika politik yang terjadi, pada tahun 2004 jumlah Parpol peserta Pemilu

sebanyak 24 Parpol, tahun 2009 sebanyak 44 Parpol dan pada Pemilu 2014 sebanyak

12 Parpol nasional dan 3 partai lokal Aceh.

Perubahan yang dilakukan ini tidak memberikan dampak yang signifikan

dalam menjaring pemilih untuk sadar bahwa memilih adalah hak yang diberikan

negara bagi setiap warga negaranya, masih banyaknya golongan putih dan masih

minimnya kesadaran peran rakyat akan pentingnya Pemilu menjadi sebuah fenomena

bagi negara penganut sistem demokrasi seperti Indonesia.

Pemilihan Umum atau Pemilu merupakan sarana perwujudan kedaulatan

rakyat dalam menentukan para pemimpin. Pemilu menjadi satu-satunya sarana untuk

menentukan personel yang akan duduk di lembaga eksekutif dan legislatif. Pemilu

yang menempatkan rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi tersebut

merupakan implementasi dari sebuah sistem yang dikenal sebagai demokrasi.

Sesuai dengan makna harafiahnya, demokrasi berasal dari bahasa Yunani

yaitu demos yang berarti kekuasaan dan kratos yang berarti rakyat. Dalam sistem

demokrasi, rakyat menjadi penentu bagi terciptanya sebuah pemerintahan yang

dibentuk melalui mekanisme konstitusional, yaitu Pemilu. 1

Komisi Pemilihan Umum sebagai lembaga independen dalam sistem

ketatanagaraan Indonesia mempunyai tugas, wewenang dan kewajiaban sebagai

penyelanggara Pemilu yang disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun

2011 tentang Penyelenggara Pemilu. Adapun tugas, wewenang, kewajiban, Komisi

1https://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi, diakses pada tanggal 14 Mei 2017 pukul 16.00

Page 16: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

3

Pemilihan Umum diatur dalam Pasal 9 UU Nomor 10 Tahun 2016 tentang

Penyelenggara Pemilihan Umum,yaitu:

a. Menyusun dan menetapkan Peraturan KPU dan pedoman teknis untuk setiap

tahapan Pemilihan setelah berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat,

dan Pemerintah dalam forum rapat dengar pendapat yang keputusannya

bersifat mengikat;

b. Mengoordinasi dan memantau tahapan Pemilihan;

c. Melakukan evaluasi penyelenggaraan Pemilihan;

d. Menerima laporan hasil Pemilihan dari KPU Provinsi dan KPU

Kabupaten/Kota;

e. Memfasilitasi pelaksanaan tugas KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota

dalam melanjutkan tahapan pelaksanaan Pemilihan jika Provinsi, Kabupaten,

dan Kota tidak dapat melanjutkan tahapan Pemilihan secara berjenjang; dan

f. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh peraturan

perundang-undangan. 2

Dalam pelaksanaannya, proses demokratisasi di Indonesia masih berkutat

kepada demokrasi prosedural. Hal ini ditandai dengan masih berubah-rubahnya

regulasi yang mengatur Pemilu. Dalam masa transisi itu,sistem Pemilu di Indonesia

masih mencari formulasi yang tepat dengan cara trial and errors. Setiap pelaksanaan

Pemilu selesai dilaksanakan, dilakukan evaluasi terhadap kekurangan dari sistem

2 Presiden Republik Indonesia, UU RI Nomor 10 Tahun 2016 Tentang “Penyelenggara Pemilihan

Umum” diakses dari http://www.kemendagri.go.id/media/documents/2016/08/05/u/u/uu_no.10_th_2016.pdf pada tanggal 14 Mei 2017 pukul 18.25

Page 17: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

4

regulasi yang mengatur Pemilu tersebut untuk disempurnakan dalam Pemilu

selanjutnya.

Seyogyanya, demokrasi itu akan mencapai tujuannya jika syarat telah

terpenuhinya syarat prosedural dan substansial. Secara substansial, demokrasi yang

menurut Abraham Lincoln adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk

rakyat itu dapat terpenuhi apabila para pemimpin yang terpilih hanya berorientasi

kepada kepentingan rakyat agar dapat tercipta masyarakat yang makmur dan

sejahtera. Hal itu menjadi satu-satunya alat pengukur dari terpenuhinya demokrasi

substansial dalam sebuah Pemilu. Hal itu berarti keberhasilan Pemilu tidak saja hanya

dapat dilihat dari Pemilu yang terlaksana secara langsung, umum, bebas, rahasia,

jujur dan adil saja, tetapi juga pemimpin yang terpilih merupakan pemimpin yang

berorientasi kepada kepentingan rakyatnya.

Sedikitnya ada tiga faktor yang akan menentukan apakah demokrasi

substansial telah terlaksana ataukah sebaliknya. Pertama, apakah partai politik dalam

menentukan para calon yang akan dipilih dalam Pemilu telah mengedepankan

kepentingan umum dengan mengusung figur-figur yang berkualitas. Kedua, apakah

para calon yang diusung oleh partai politik itu dalam mendapatkan dukungan dari

konstituennya mengedepankan cara-cara yang baik dengan membuat visi dan misi

yang sesuai dengan keinginan pemilihnya. Ketiga, apakah rakyat yang menjadi

pemilih dalam menentukan calon yang dipilihnya secara rasional dengan melihat

kecocokan visi misi yang ditawarkan sang calon.3

3 Roni Lukum,S.Pd. M.Sc, Pilkada Langsung Dan Implikasi Terhadap Perubahan Perilaku

Masyarakat Dalam Menuju Pembangunan Demokrasi Di Indonesia (GorDosen Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo) hlm.7

Page 18: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

5

Faktor pemilih yang rasional dan cerdas menjadi cara cepat untuk

mewujudkan demokrasi substansial tersebut. Dengan terciptanya pemilih cerdas,

maka praktek-praktek kotor dalam Pemilu yaitu politik transaksional dan

moneypolitik akan dapat diminimalisir. Partai politik yang salah satu tugasnya adalah

memberikan pendidikan politik kepada masyarakat, ternyata tidak pernah sungguh-

sungguh dalam upaya mencerdaskan pemilihnya menjadi pemilih rasional.

Indonesia sebagai salah satu negara yang berdaulat dengan ajaran kedaulatan

rakyat. Sekarang ini, negara yang berkedaulatan rakyat, sudah menjadi konsep yang

diterima oleh kebanyakan negara. Negara dengan kekuasaan mutlak dianggap sebagai

usaha yang tidak realistis karena negara tidak akan mendapat dukungan luas dari

rakyat. Dewasa ini, hampir semua negara modern menganut prinsip kedaulatan rakyat

yang dimodifikasi berdasarkan sistem perwakilan. Hal itu, diartikan suatu negara

harus bertindak atas dasar keinginan dan kekuasaan rakyat, yang penyelenggaraannya

diwakilkan kepada kelompok orang atau lembaga tertentu. Rakyat yang berdaulat

mewakilkan kepada wakil-wakilnya untuk menyelenggarakan pemerintahan, dan

wakil-wakil rakyat menjalankan kekuasaannya harus sesuai dengan kehendak rakyat,

tetapi kehendak rakyat yang baik bukan kehendak yang tidak baik.

Kedaulatan rakyat yang berarti rakyat yang berkuasa, oleh karena rakyat suatu

negara yakni kumpulan manusia yang mempunyai persamaan antara lain persamaan

asal usul, persamaan kehormatan/perasaan, persamaan daerah tempat tinggal atau

pencarian rezeki, persamaan kepentingan atau kebutuhan, persamaan pikiran atau

Page 19: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

6

maksud.4 Rakyat yang berkumpul dan hidup bersamamerasa perlu memilih pemimpin

atau wakilnya mereka secara bersama untuk menentukan kehidupan mereka bersama,

sehingga dilaksanakanlah pemilihan.

Pendidikan adalah proses menanamkan nilai-nilai tertentu kepada satu

generasi untuk membentuk sikap dan perilaku. Nilai-nilai itu diharapkan menjadi

pedoman dan sumber inspirasi dalam melihat dan menghadapi suatu hal. Pendidikan

dalam konteks penyelenggaraan Pemilu adalah pendidikan untuk menanamkan nilai

terkait tentang Pemilu dan demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sementara itu pemilih adalah setiap warganegara yang telah memenuhi syarat sebagai

pemilih ketika Pemilu/ pemilihan dilaksanakan. Indonesia selama ini memakai batas

usia 17 tahun dan atau telah menikah serta warganegara Indonesia sebagai syarat

untuk disebut sebagai pemilih.

Warganegara yang dalam rentang waktu lima tahun kemudian menjadi

pemilih disebut sebagai pra-pemilih. Pendidikan Pemilih, dengan demikian, adalah

usaha untuk menanamkan nilai-nilai yang berkaitan dengan Pemilu dan demokrasi

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kepada warganegara yang telah memenuhi

syarat sebagai pemilih dalam Pemilu atau potensial pemilih dalam rentang waktu

kemudian.

Dalam pendidikan pemilih, di dalamnya mencakup pemberian informasi

kepemiluan, pemahaman mengenai 3 aspek-aspek Pemilu serta demokrasi.

Pendidikan pemilih penting karena beberapa alasan:

4Kasman Singodimedjo, Masalah Kedaulatan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), cet. Pertama, hlm.

39.

Page 20: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

7

• Membantu penyelenggara Pemilu melaksanakan Pemilu dengan baik. Semakin

banyak pemilih yang paham dengan proses Pemilu dan demokrasi dapat

meringankan dan memudahkan kerja dari penyelenggara Pemilu karena masing-

masing sudah paham dengan proses dan bagaimana pemilih seharusnya bertindak.

• Meningkatkan partisipasi pemilih. Kesadaran tentang pentingnya penggunaan

suara dalam Pemilu dilakukan secara intensif dan luas sehingga partisipasi pemilih

dapat meningkat.

• Meningkatkan kualitas partisipasi pemilih. Angka kecurangan Pemilu, konflik

Pemilu, mobilisasi pemilih dapat dikurangi sedemikian rupa melalui pendidikan

pemilih sehingga menghasilkan pemenang Pemilu yang berkualitas.

• Memperkuat sistem demokrasi. Pendidikan pemilih membentuk nilai dan

kesadaran akan peran, hak, kewajiban, dan tanggung jawab pemilih dalam sistem

demokrasi. Ini akan memperkokoh advokasi warganegara terhadap sistem

demokrasi dibandingkan sistem politik lain.5

Komisi Pemilihan Umum atau KPU yang secara umum bertugas

melaksanakan Pemilu kemudian berinovasi dengan meluncurkan pusat pendidikan

pemilih yang bertugas memberikan pendidikan politik sejak dini kepada masyarakat.

Berbekal keinginan agar tercipta masyarakat yang cerdas dalam memilih, maka KPU

RI meluncurkan program rumah pintar Pemilu dengan menunjuk beberapa daerah

sebagai pilot project-nya. KPU Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah

5 KPU Provinsi NTB, Pendidikan Pemilih dan Partisipasi Masyarakat KPU Kabupaten Sumbawa,

diakses dari http://kpud-ntbprov.go.id/berita-477-pendidikan-pemilih-bagi-pemilih-pemula-melalui-pemilihan-danpartisipasi.html pada tanggal 14 April 2017 pukul 16.00

Page 21: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

8

yang menjadi pilot project pusat pendidikan pemilih kemudian meluncurkan sebuah

rumah pembelajaran Pemilu yang diberi nama Rumah Demokrasi.

KPU Kota Bandar Lampung sudah mewacanakan sejumlah program untuk

tahun 2017 mendatang. Program tersebut akan menjadi bagian berkelanjutan dalam

pengembangan Rumah Demokrasi. Pengelolaan Rumah Demokrasi yang dilakukan

oleh KPU Kota Bandar Lampung itu sangat menarik. Kelompok sasaran yang

menjadi program prioritas adalah kelompok pra pemilih yang terdiri dari siswa SD,

SMP dan SMA. Para siswa yang belum cukup usia untuk menjadi pemilih itu

diberikan pemahaman yang berkelanjutan tentang pentingnya Pemilu sebagai salah

satu ciri dari negara yang menganut sistem demokrasi.

Rumah Demokrasi KPU Kota Bandar Lampung yang ditunjuk sebagai pilot

project Pusat Pendidikan Pemilih pada tahun 2015, langsung membuat program

bertajuk “Jumpa Walikota” dan “Jumpa Parlemen”. Peserta didik yang merupakan

kelompok pra pemilih dibekali dengan pengertian Pemilu dan Demokrasi, untuk

selanjutnya diantar berdialog langsung dengan walikota dan parlemen setempat

sebagai produk dari pelaksanaan Pemilu dan Pilkada.

Padahal, KPU RI di masa awal peluncuran rumah pintar Pemilu hanya

mengkonsentrasikan pendidikan pemilih hanya pada lima kelompok sasaran saja,

yaitu pemilih pemula, perempuan, agama, disabilitas dan kaum marginal. Penetapan

prioritas kelompok sasaran pra pemilih yang dilakukan KPU Kota Bandar Lampung

itu tidak terlepas dari pemikiran bahwa anak-anak siswa sekolah dasar hingga

menengah atas adalah generasi penerus bangsa yang akan menyempurnakan masa

Page 22: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

9

transisi pelaksanaan Pemilu yang saat ini masih berkutat pada demokrasi procedural

menjadi demokrasi substansial.

Apa yang dilakukan oleh KPU Kota Bandar Lampung dalam pengelolaan

Rumah Demokrasi-nya itu terinspirasi dari sebuah teori yang dikenal dengan sebutan

Pedagogi. Pedagogi merupakan ilmu yang membahas pendidikan, yaitu ilmu

pendidikan anak. Jadi pedagogik menjelaskan tentang seluk beluk pendidikan anak,

pedagogik merupakan teori pendidikan anak.6Langeveld (1980) membedakan istilah

“pedagogik” dengan istilah “pedagogi”. Pedagogik diartikan dengan ilmu pendidikan,

lebih menitik beratkan kepada pemikiran, perenungan tentang pendidikan. Suatu

pemikiran bagaimana kita membimbing anak, mendidik anak. Sedangkan istilah

pedagogi berarti pendidikan, yang lebih menekankan kepada praktek, menyangkut

kegiatan mendidik, kegiatan membimbing anak.

Berdasarkan uraian di atas, penulis akan melakukan penelitian skripsi dengan

judul “PedagogiPemilu dan Demokrasi (Studi di Pusat Pendidikan Pemilih KPU Kota

Bandar Lampung)”.

1.2 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan, terdapat beberapa

permasalahan yang perlu dilampirkan untuk mendukung penelitian ini. Adapun

beberapa pertanyaan tersebut ialah:

1. Bagaimana strategi pembelajaran terhadap kelompok pra pemilih yang

diterapkan oleh KPU Kota Bandar Lampung dalam mencerdaskan pemilih?

2. Apakah faktor yang menjadi penghambat dari strategi pembelajaran itu?

6 Hendrowibowo, “Kajian Ilmiah Tentang Ilmu Pendidikan”, Cakrawala Pendidikan Nomor 2, Tahun

XIII, (Juni 1994) 123-132

Page 23: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

10

1.3 Tujuan Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian partisipasi politik strategi pembelajaran yang

diterapkan oleh KPU dalam mencerdaskan pemilih, penulis memiliki beberapa tujuan

yaitu :

1. Mengetahui strategi pembelajaran anak yang diterapkan oleh KPU Kota

Bandar Lampung dalam mencerdaskan kelompok pra pemilih

2. Mengetahui faktor yang menjadi penghambat dari strategi pembelajaran yang

diterakpakan KPU Bandar Lampung

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian adalah sebagai berikut :

1.4.1 Manfaat Teoritis

Dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran dalam keilmuan di bidang

politik terutama pada sosiologi politik yang berfokus pada partisipasi politik.

Mengingat Indonesia termasuk dalam negara yang menganut sistem demokrasi dan

menggunakan pemilihan umum secara langsung sebagai bagian dari bentuk

partisipasi politiknya, maka upaya mencerdaskan pemilih dalam memilih calon

pemimpinnya wajib dilakukan secara berkelanjutan.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Dapat memberikan informasi mengenai strategi pembelajaran yang diterapkan

oleh KPU Kota Bandar Lampung dalam mencerdaskan kelompok pra pemilih

b. Mengingat penelitian terhadap KPUyang bergerak pada isu-isu pembelajaran

dalam mencerdaskan kelompok pra pemilih masih sangat sedikit, maka

penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dalam upaya

Page 24: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

11

penyempurnaan strategi pembelajaran Pemilu dan Demokrasi bagi kelompok

pra pemilih dalam upaya mewujudkan partisipasi politik mereka secara

kualitas dan kuantitas di masa mendatang.

Page 25: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

12

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Pedagogi

Kata "pedagogi" berasal dari Bahasa Yunani kuno παιδαγωγέω (paidagōgeō;

dari παίς país:anak dan άγω ági: membimbing; secara literal berarti "membimbing

anak”). Di Yunani kuno, kata παιδαγωγός biasanya diterapkan pada budak yang

mengawasi pendidikan anak tuannya. Termasuk di dalamnya mengantarnya ke

sekolah (διδασκαλείον) atau tempat latihan (γυμνάσιον), mengasuhnya, dan

membawakan perbekalannya (seperti alat musiknya).7

Kata yang berhubungan dengan pedagogi, yaitu pendidikan sekarang digunakan

untuk merujuk pada keseluruhan konteks pembelajaran, belajar, dan berbagai

kegiatan yang berhubungan dengan hal tersebut.

Apa yang dilakukan oleh KPU Kota Bandar Lampung dalam pengelolaan

Rumah Demokrasi-nya itu terinspirasi dari sebuah teori yang dikenal dengan sebutan

Pedagogi. Pedagogi merupakan ilmu yang membahas pendidikan, yaitu ilmu

pendidikan anak. Jadi pedagogik menjelaskan tentang seluk beluk pendidikan anak,

pedagogik merupakan teori pendidikan anak.8Langeveld (1980) membedakan istilah

“pedagogik” dengan istilah “pedagogi”. Pedagogik diartikan dengan ilmu pendidikan,

lebih menitik beratkan kepada pemikiran, perenungan tentang pendidikan. Suatu

pemikiran bagaimana kita membimbing anak, mendidik anak. Sedangkan istilah

7https://id.wikipedia.org/wiki/Pedagogi. Diakses pada tanggal 15 Juli 2017, Pada pukul 20.00 8 Hendrowibowo, “Kajian Ilmiah Tentang Ilmu Pendidikan”, Cakrawala Pendidikan Nomor 2, Tahun

XIII, (Juni 1994) 123-132

Page 26: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

13

pedagogi berarti pendidikan, yang lebih menekankan kepada praktek, menyangkut

kegiatan mendidik, kegiatan membimbing anak.

2.2 Good Governance

Good Governance merupakan inovasi pembagian peran dari konsep

governance yang lama. Governance dapat diartikan sebagai mekanisme, praktek, dan

rencana pemerintah dengan rakyat dalam mengatur sumber daya serta memecahkan

masalah-masalah publik. Pemerintah menjadi satu-satunya aktor yang paling

menentukan.

Konsep governance seringkali disamakan dengan government

(kepemerintahan) padahal sejak awal istilah governance diadopsi oleh para praktisi,

governance memiliki makna yang sempit sebagai kinerja pemerintah yang efektif

utamannya yang terkait dengan management politik dan komunikasi politik. Menurut

Leach dan Percy Smith, government mengandung pengertian hanya pemerintah dan

politisi yang mengatur, melakukan sesuatu dan memberikan pelayanan. Sedangkan

governance melibatkan pemerintah dan yang diperintah sebagai bagian dari proses

governance.9

Konsep governance lama sempat digunakan Indonesia terutama pada saat

sentralisasi pemerintahan sebelum tahun 1998, setelah terjadinya reformasi sistem

sentralisasi berubah menjadi disentralisasi sehingga mulai terjadi pembagian

kekuasaan ke daerah. Hal ini juga yang menjadi salah satu sebab konsep good

governance dapat berkembang di pemerintahan Indonesia. Pada masa transisi

9 O'Toole, Kevin 2003, Exploring community governance in Victorian local government, in Proceedings of the 51st annual conference of the Australasian Political Studies Association, Australasian Political Studies Association, Hobart, Tas., pp. 1-13.

Page 27: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

14

demokrasi untuk menggeser paradigma governance lama menuju good governance

yang menyelenggarakan pemerintahan dengan menekankan proses pengambilan

keputusan publik yang sensitif terhadap suara-suara komunitatif yang artinya proses

pengambilan keputusan yang sebelumnya hirarki menjadi pengambilan keputusan

yang melibatkan stakeholder.

Good Governance adalah suatu inovasi relasi yang ideal dalam sebuah

pemerintahan. Good Governance berasal dari bahasa inggris yaitu good yang berarti

‘baik’ dan governance yang berarti ‘The autoritative direction and administration of

the affrais men or women in a nation, state, city and etc’ bila dalam bahasa Indonesia

berarti ‘Pengarahan dan administrasi yang berwenang atas kegiatan orang-orang

dalam sebuah negara, negara bagian, kota dan sebagiannya’ atau dapat juga diartikan

sebagai ‘the goverming body of nation, state, city and etc’ yang bila dalam bahasa di

Indonesia berarti ‘lembaga atau badan yang menyelenggarakan pemerintahan negara,

negara bagian, kota dan lainnya.’.

Sebagai salah satu lembaga internasional, United Nations Development

Program (UNDP) mendefinisikan good governance adalah Governance is the

exxercise of economic, political and administrative autory to manage a country’s

affairs at all levels and means by which states promote social cohesion, intergration,

and ensure the well being of their population’10 yang bila diartikan dalam bahasa

Indonesia adalah ‘kepemerintahan adalah pelaksanaan kewenangan kekuasaan di

bidang ekonomi, politik dan administratif untuk mengelola berbagai urusan negara

pada setiap peningkatannya dan merupakan instrumen kebijakan negara untuk

10 Muhammad Ilham Arisaputra,Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam Penyelenggaraan Reforma Agraria Di Indonesia, Yuridika: Volume 28 No 2,Mei-Agustus 2013

Page 28: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

15

mendorong terciptanya kondisi kesejahteraan, intergritas, dan kohesivitas sosial

dalam masyarakat’.

KPU adalah lembaga sampirang negara yang bertugas dan berwenang dalam

pelaksanaan pemilihan umum langsung, seperti lembaga sampiran negara lain, KPU

awalnya dibentuk atas dasar keputusan Presiden (KPU berdiri pada masa

pemerintahan BJ. Habibie) namun untuk legalitas KPU dan setiap tugasnya maka

disahkan Undang-Undang no 22 tahun 2007. Pembentukan KPU pasca reformasi

merupakan upaya Indonesia dalam mewujudkan good governance. KPU bukan hanya

melibatkan pemerintah dalam pelaksanaan pemilihan umum akan tetapi juga sektor

swasta dan civil society sebagai upaya mewujudkan partisipasi politik yang menjadi

salah satu karakter dari good governance

UNDP sebagai badan bentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang

bergerak dalam perkembangan jaringan global dan didanai langsung oleh negara-

negara anggota, memiliki misi membantu negara-negara berkembang dalam

memenuhi kebutuhan pembangunan daerah dan pengembangan kapasitas lokal

sehingga tidak dipungkiri UNDP memiliki kaitan erat dengan negara-negara

berkembang yang masih menggunakan konsep governance lama.UNDPmemberikan

karakteristik sebuah sistem pemerintahan dapat dikatakan sebagai Good Governance

yaitu :

1. Partisipasi : setiap orang atau warga masyaakat baik laki-laki maupun

perempuan memiliki hak yang sama dalam proses pengambilan

keputusan, baik secara langsung maupun melalui lembaga perwakilan,

sesuai dengan kepentingan dan aspirasinya masing-masing

Page 29: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

16

2. Aturan hukum (Rule of law) : lerangka peraturan preundang-undangan

harus berkeadilan, ditegakkan, dan dipatuhi secara utuh, terutama

peraturan hukum tentang hak asasi manusia

3. Transparansi (Transparency) : transparansi harus dibangun dalam rangka

kebebasan aliran informaasi

4. Daya tanggap (Responsiviness) : setiap institusi dan prosesnya harus

diarahkan pada upaya dalam melayani berbagai pihak yang

berkepentingan (Stakeholder)

5. Berorientasi konsensus (Consensus Orientation) : pemerintah yang baik

akan bertindak sebagai penengah bagi berbagai kepentingan yang berbeda

untuk mencapai konsensus atau kesempatan yang baik bagi masing-

masing pihak, dan jika dimungkinkan juga dapat diberlakukan terhadap

berbagai kebijakan dan prosedur yang akan ditetapkan oleh pemerintah

6. Berkeadilan (Equity) : pemerintahan yang baik akan memberi kesempatan

yang baik terhadap laki-laki maupun perempuan dalam upaya mereka

untuk meningkatkan dan memelihara kualitas hidupnya

7. Efektivitas dan efisiensi (Effectiviness and efficiency) : setiap proses

kegiatan dan kelembagaan diarahkan untuk menghasilkan sesuatu yang

benar-benar sesuai dengan kebutuhan melalui pemanfaatan yang sebaik-

baiknya berbagai sumber yang tersedia

8. Akuntabilitas (accountability) : para pengambil keputusan pada sektor

publik, swasta dan masyarakat madani memiliki pertanggung jawaban

kepada masyarakat umum sebagaimana kepada stakeholder

Page 30: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

17

9. Visi Strategis (Strategic Vision) : para pemimpin dan masyarakat memiliki

perspektif yang luas dan jangka panjang tentang penyelenggaraan

pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia, bersamaan dengan

dirasakannya kebutuhan untuk pembangunan11

Dari teori UNDP yang dijelaskan ada beberapa bagian yang dipakai untuk

penelitian skripsi ini yaitu:

a. Partisipasi

Peran serta atau partisipasi masyarakat dalam politik adalah kegiatan

seseorang atau sekelompok orang untuk turut serta secara aktif dalam kehidupan

politik, dengan jalan memilih pimpinan negara, dan secara langsung atau tidak

langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah, ‘public policy’. Secara konvensional

kegiatan ini mencakup tindakan seperti: memberikan suara dalam pemilihan umum,

‘voting’; menghadiri rapat umum, ‘campaign’; menjadi anggota suatu partai atau

kelompok kepentingan; mengadakan pendekatan atau hubungan, ‘contacting’ dengan

pejabat pemerintah, atau anggota parlemen dan sebagainya (Budiardjo, 2009).12

Partisipasi ini sangat berkaitan dengan program KPU BALAM rumah

demokrasi ini karena peran KPU tak hanya sebatas sebagai lembaga yang

menjalankan tugas sebagaimana mestinya, akan tetapi juga berperan dalam menjalin

relasi para stakeholder untuk memenuhi karakter-karakter tersebut secara

11 Muhammad Ilham Arisaputra,Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam

Penyelenggaraan Reforma Agraria Di Indonesia, Yuridika: Volume 28 No 2,Mei-Agustus 2013

12Miriam Budhiardho, Demokrasi, Jakarta: Gramedia, hal.202-209.

Page 31: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

18

proporsional. Sebab karakter-karakter ini tidak hanya sekedar dipenuhi dalam

pembuatan kebijakannya namun lebih pada pelaksanaannya.

b. Aturan Hukum

Komisi Pemilihan Umum (KPU) Bandar Lampung menggelar diskusi bedah

aturan hukum penyelenggaran pemilu bertema Format dan Sistem Pemilu Serentak

2019. Sekretaris KPU Bandar Lampung Jainuddin mengatakan, diskusi bedah hukum

itu merupakan bagian dari Program Rumah Demokrasi. KPU setempat ditunjuk

pemerintah pusat sebagai salah satu pilot project program tersebut. Rumah Demokrasi

merupakan upaya pemerintah untuk mengenalkan pemilu kepada masyarakat,

khususnya yang masih belia.

Selain kegiatan ini, Rumah Demokrasi sudah menyasar sekolah dasar (SD),

TK, sekolah di tingkat atas dan kampus-kampus. Hal ini dilakukan untuk

menghasilkan kualitas pemilihan umum yang lebih baik pada masa mendatang.

Dalam diskusi tersebut, KPU Bandar Lampung menghadirkan sejumlah

narasumber. Mereka antara lain anggota KPU Lampung Tyo Aliansyah, Budiono dan

Robi Cahyadi, keduanya akademisi Universitas Lampung (Unila). Diskusi diwarnai

dengan tanya jawab antara peserta dan pembicara.13

c. Transparansi

Sikap transparansi dan selalu menjaga integritas seakan sudah menjadi budaya

di lingkungan Komisi Pemilihan Umum (KPU). Setidaknya hal tersebut telah

berlangsung selama kurun waktu lima tahun terakhir. Imbasnya, para komisioner

13DUAJURAICO, 7 Desember 2016, hlm. 1.

Page 32: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

19

periode 2012-2017 mendapat apresiasi luar biasa, dan berhasil membawa KPU

menjadi salah satu lembaga negara yang sangat dihormati.

Transparansi ini sangatlah penting, dimana para petugas harus melaporkan

segala bentuk informasi kepada masyarakat. Disini sangatlah penting peran KPU

dalam melaksanakan transparansi ini secara jelas dan konkrit.

d. Berkeadilan

Demokrasi tidak melulu menyangkut partisipasi perempuan dan kaum muda,

tapi juga pendidikan politik sejak dini kepada masyarakat. Dengan begitu, publik

dapat secara kritis memilih panutan mereka dan menghindari sejauh mungkin money

politics. Demokrasi dapat mewujudkan kesejahteraan, mencerdaskan kehidupan

bangsa, dan keadilan sosial. Tujuan inilah yang hendak dicapai bangsa-bangsa di

dunia dalam agenda pembangunan berkelanjutan. KPU harus memberi kesempatan

yang baik terhadap laki-laki maupun perempuan dalam upaya mereka untuk

meningkatkan dan memelihara kualitas suaranya didalam pemilu.

e. Efektifitas Dan Efesiensi

Mempertimbangkan prinsip efektifitas dan efisiensi KPU harus menetapkan

standar efisiensi, pihaknya pun harus menetapkan standar bagi keamanan pelaksanaan

Pilkada itu sendiri. Hal itu untuk mencapai hasil Pilkada yang berintegritas dan bisa

dipertanggungjawabkan.

f. Visi Dan Strategis

KPU BALAM pastinya memiliki visi yang ideal dalam menjalankan program

rumah demokrasi, jika dilihat dari penerapannya, KPU ingin menjalankan proses

demokrasi yang sempurna. Pada dasarnya Rumah demokrasi ini terbentuk atas

Page 33: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

20

kebutuhan masyarakat sekitar yang dinilai kurangnya partisipasi masyarakat dalam

pemilu, oleh karena itu visi KPU sangatlah penting untuk menunjang keberhasilan

target yang ingin dicapai.

Bilamana merujuk pada karakter good governance diatas peran KPU atau

lembaga sampiran negara lainnya tak hanya sebatas sebagai lembaga yang

menjalankan tugas sebagaimana mestinya, akan tetapi juga berperan dalam menjalin

relasi para stakeholder untuk memenuhi karakter-karakter tersebut secara

proporsional. Sebab karakter-karakter ini tidak hanya sekedar dipenuhi dalam

pembuatan kebijakannya namun lebih pada pelaksanaannya. Adanya konsep good

governance dalam sebuah negara tidak hanya sebagai sebuah konsep saja, akan tetapi

pelaksanaannya, sebuah secara teknis Stoker menggambarkan 5 proporsisi yang dapat

dipertimbangkan dalam mengkaji Good Governance :

1. Penyelenggaraan pemerintahan yang baik perlu memanfaatkan seperangkat

institusi dan aktor baik dari dalam maupun dari luar birokrasi pemerintahan.

Pemerintah perlu membuka pintu dan tidak curiga terhadap eksistensi berbagai

instansi pemerintahan, bahkan sebaliknya hal ini bisa dimanfaatkan sebagai

komponen penguat dalam mencapai tujuan bersama

2. Penyelenggaraan pemerintahan yang baik tidak memungkinkan lagi terjadinya

trikotomi peran sektor pertama (badan eksekutif dan badan legislatif), sektor kedua

(swasta) dan sektor ketiga (masyarakat) dalam menangani masalah-masalah sosial

ekonomi, karena peran tersebut sekarang sudah menjadi kabur. Seharusnya ketika

sektor tersebut dapat menyatu dan terpadu karena meeka mempunyai kepentingan

dan komitmen yang sama tingginya untuk mengatasi masalah sosial ekonomi

Page 34: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

21

3. Penyelenggaraan pemerintah yang baik mengakui adanya saling ketergantungan

diantara ketiga sektor, faktor tersebut dalam peran bersama untuk menguasai

masalah sosial ekonomi. Tujuan meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat

tidak membutuhkan lagi satu kekuatan atas sektor manapun yang dominan yang

melebihi peran semestinya atas yang lain, melakukan semuanya berinteraksi serta

punya akses yang sama dalam berpartisipasi dalam mewujudkan kesejahteraan

masyarakat

4. Penyelenggaraan pemerintahan yang baik merupakan jaringan kerja antar aktor

dari kekuatan ketiga sektor yang menyatu dalam satuan ikatan otonom dan kuat.

Institusi-institusi dan aktor-aktor dari ketiga sektor tadi akan menjadi kekuatan

yang solid dan dahsyat bila mereka bersedia menerima kontribusi sumber-sumber,

keahlian, kepentingan, maupun tujuan-tujuan dalam rangka mencapai tujuan

bersama yang diinginkan

5. Penyelenggaraan pemerintahan yang baik dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan masyarakat tidak perlu semata-mata menggantungkan diri pada

arahan, petunjuk dan otoritas pemerintah tetapi juga kemampuan untuk

memanfaatkan sarana dan teknik pemerintahan dari sektor non-pemerintahan

untuk merumuskan, melaksanakan dan mengevaluasi sebuah kebijakan yang baik

dan benar. Pemerintah perlu mengajak sektor yang lain untuk ikut berperan serta

dalam pembuatan kebijakan tersebut. Peran pemerintah cukup sebagai

catalisator14dan enabler15. Kunci utama memahami good governance disini ialah

14Catalysator adalah seseorang atau sesuatu yg menyebabkan terjadinya perubahan dan menimbulkan

kejadian baru atau mempercepat suatu peristiwa 15Enabler adalah seseorang atau sesuatu yang membantu untuk meraih sebuah tujuan

Page 35: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

22

memahami setiap prinsip-prinsip yang ada di dalamnya. Bertolak dari prinsip-

prinsip ini akan didapatkan parameter kinerja dari sebuah pemerintahan. Baik

buruknya pemerintahan dapat dinilai bila telah menyinggung semua prinsip-

prinsip good governance16

Dalam mewujudkan good governance sebagai kepemerintahan yang prima,

peran civil society menjadi perhatian penting. Civil society merupakan ruang

peradaban manusia yang berfungsi sebagai penyeimbang sekaligus pengontrol

negara. Victor Perez Diaaz memaknai civil society sebagai masyarakat yang telah

mengalami pemerintahan yang terbatas, kebebasan, ekonomi pasar dan timbulnya

asosiasi-asosiasi masyarakat yang mandiri dan saling menopang satu sama lainnya17

Civil society dalam good governance memberikan dampak terhadap akses

masyarakat terhadap lembaga negara, setiap masyarakat baik individu maupun

kelompok harus memiliki akses dengan lembaga negara dalam menjalankan

partisipasinya. Artinya; setiap individu dapat berpartisipasi secara langsung dan tidak

langsung dan pemerintah harus melaksanakan komitmennya untuk menerima aspirasi

masyarakatnya dalam bentuk langkah-langkah kebijakan. Civil society bukan hanya

sebagai bagian relasi dari konsep good governance saja, akan tetapi menjadi

penyeimbang dari pemerintah dan swasta sehingga kekuasaan dalam sebuah negara

menjadi terkontrol. Keberadaan civil society sendiri tidak dapat begitu saja dalam

sebuah Negara, masyarakat dapat dikatakan sebagai civil society ketika telah menjadi

16 Luqman Hakim,Problem Demokratisasi dan Good Governance di Era Reformasi (Malang : University of Brawijaya PRESS,2013) hlm. 11 17 Afan Gaffar,Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi,(Yogyakarta,Pustaka Pelajar,2000) Hlm.

179

Page 36: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

23

masyarakat yang otonom, adanya arena politik yang otonom dan terbuka serta

sebagai akses dari masyarakat umum terhadap Negara.

Pada perkembangannya di negara-negara demokrasi seperti Indonesia, peran

civil society menjadi perhatian khusus dari pemerintah, swasta atau masyarakat umum

sekalipun. Keberadaan civil society dalam sebuah Negara ditandai dengan adanya

lembaga penguat civil society atau lebih sering dikenal sebagai civil society

organization. Civil society disebuah Negara memang bias tetap ada ketika tidak ada

lembaga penguatnya akan tetapi sulit untuk bertahan lama sebab setiap pergerakan

yang dilakukan oleh civil society akan lebih terorganisir dengan adanya civil society

organization. Pasca reformasi terjadi perkembangan pesat dari civil society, hal ini

terlihat dari mulai berdirinya civil society organization yang bergerak dalam bidang

sosial,, ekonomi dan politik. Civil society organization menggambarkan antusias civil

soety dalam relasi good governance. Tak hanya menjadi objek pemerintahan akan

tetapi di masa kekinian civil society bergerak sebagai subjek pemerintahan yang

memiliki kekuatan untuk mempengaruhi kebijakan-kebijakan yang dibuat

pemerintah.

Sebagai langkah utama dalam mewujudkan good governance, civil society

organization memilih visi partisipasi sebagai strategi awal. Adapun lingkup kegiatan

yang dilakukan dalam upaya partisipasi ialah :

1. Peningkatan kesadaran dengan memperkaya konsep-konsep pembangunan

partisipasi dalam penstabilan keputusan politik. Seperti dengan mendorong

mendorong kesadaran eksekutif dan legislatif dalam membuka diri terhadap

Page 37: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

24

partisipasi rakyat dan meningkatkan kesadaran rakyat terhadap partisipasi dan

akuntabilitas politik

2. Advokasi kebijakan dengan membangun legal framework dan peraturan yang

mendorong partisipasi, mendorong proses yang lebih partisipatif dalam

penyusunan peraturan yang melibatkan stakeholder lain, memberikan penghargaan

untuk mendorong partisipasi, mendorong terbentuknya relasi antara pemerintah

dan civil society, menawarkan program kepada pemerintah khususnya yang

mendukung partisipasi dan mempengaruhi kebijakan-kebijakan lembaga-lembaga

donor internasional tentang partisipasi dan pemerintahan

3. Pengembangan instansi yang mendorong terbentuknya forum warga, memperbaiki

kualitas partisipasi, memperkuat jaringan antar CSO, membangun strategi lembaga

dengan lembaga internasional, mendampingi komunitas, dan memfasilitasi upaya

penguatan instansi terkait

4. Pengembangan kapasitas dengan berbagai metode-metode alternatif partisipasi,

menyediakan fasilitas terampil, membangun sistem informasi komunikasi dan

melakukan pelatihan-pelatihan 18

Pada perkembangannya civil society organization di Indonesia bukan hanya

menjadi sebuah bentuk kebebasan berdemokrasi dan ikut berperan dalam relasi

konsep good governance saja, akan tetapi juga menjalankan lima upaya partisipasi

masyarakat. Salah satu civil society organization yang bergerak dalam bidang sosial

dan politik ialah PERLUDEM( perkumpulanPemilu dan demokrasi ), civil society

organization ini mengupayakan adanya memberikan pendidikan politik sejak dini

18 Bayu Dardias Kurniadi, Menuju Bekerjanya Tata Pemerintahan Lokal Yang Baik: Partisipasi,

Transparansi, dan Akuntabilitas, Vol 3 No.1 2009 (1-84)

Page 38: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

25

kepada masyarakat. Berbekal keinginan agar tercipta masyarakat yang cerdas dalam

memilih.

PERLUDEM sebagai civil society organization melaksanakan perjanjian

kerjasama dengan salah satu lembaga sampiran negara yaitu KPU, hal ini dilakukan

untuk mewujudkan Pemilu yang sadar akanpendidikan politik sejak dini kepada

masyarakat.

Secara teoritis, James V. Ryker membagi lima model hubungan antara

pemerintah dan civil society organization yaitu :

1. Benignt Neglect : Pemerintah tidak menganggap civil society organization tidak

sebagai ancaman karena membiarkan civil society organization bekerja secara

independent dan mandiri, pemerintah bisa saja lepas tangan terhadap setiap

kegiatan yang dilakukan civil society organization.

2. Facilitation Promotion : pemerintah menganggap setiap kegiatan yang dilakukan

civil society organization sebagai kegiatan komplementer, pemerintah mendukung

dengan menyediakan fasilitas, dana atau penegakan hukum. Pengakuan secara

organisasional dilakukan dengan memberikan legitimasi, sedangkan dalam dalam

administratif dengan mengadakan forum antara civil society organization dengan

pemerintah

3. Collaboration/Cooperation : peerintah menganggap kerjasama dengan civil

society organization dapat memberikan keuntungan, karena dengan bekerja sama

akan tercapai potensi demi mencapai tujuan bersama serta civil society

organization dapat menyampaikan kemampuan yang tidak dimiliki pemerintah

Page 39: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

26

4. Cooplation/Absorpation :pemerintah mencoba menjaring dan mengarahkan civil

society organization setiap aktivitasnya, oleh karena itu civil society organization

harus memenuhi kriteria yang diterapkan pemerintah

5. Contaiment : pemerintah menganggap civil society organization sebagai tantangan

atau bahkan ancaman dan pemerintah membatasi ruang gerak dari civil society

organization 19

Bila melihat dari kerjasama yang dilakukan oleh KPU dan PERLUDEM

maka hubungan yang dijalin antara civil society organization dan pemerintah adalah

collaboration/cooperation sebagai bentuk dari upaya relasi good governance.Good

governance mengutamakan konsep relasi antara pemerintah, swasta dan civil society.

Dengan adanya kerjasama antara PERLUDEM dan KPU merupakan wujud dari

pelaksanaan relasi antara pemerintah dan civil society, dimana PERLUDEM sebagai

civil society organization dan KPU sebagai lembaga sampiran negara. Kerjasama ini

juga dilakukan sebagai bagian untuk memenuhi karakteristik dari konsep good

governance itu sendiri.

Good governance bukan hanya menjadi sebuah konsep tertulis yang

disampaikan para ahli namun untuk mewujudkannya perlu dilakukan upaya-upaya

dalam kehidupan pemerintahan, hal ini bukan hanya menjadi tanggung jawab dari

pemerintah akan tetapi dari swasta dan civil society yang sadar dan saling menunjang

satu sama lainnya dalam mewujudkan good governance.

19 Richard Price, Transnational Civil Society and Advocacy In World Politics, World Politics 66 (July

2003), 579-606

Page 40: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

27

2.1.2 Konsep Electoral Justice

Pondasi demokrasi menurut Abraham Lincoln adalah government of the

people, by the people, for the people20 artinya keputusan politik menyangkut

kehidupan rakyat ditentukan oleh rakyat.Konteks Indonesia, rakyat memilih

pemimpin (presiden, gubernur, bupati) dan DPR melalui pemilu yang bebas dan fair

(jurdil).

Pemimpin dan DPR yang terpilih lewat pemilu yang bebas dan fair mendapat

mandat secara sah oleh rakyat.Hal itu berarti pemerintah dijalankan oleh seseorang

yang dipilih rakyat dan rakyat bersama lembaga politik seperti DPR ikut mengawasi

jalannya Pemerintahan selama itu menjalankan kebijakan untuk kesejahteraan

rakyat.Pemerintah yang tidak dibenarkan mementingkan diri sendiri, diktator, dan

korup.

Konstitusi demokrasi Indonesia seperti UU pemilu, UUD 1945 dan Pancasila

serta simpul negara, semuanya merupakan dasar-dasar perkembangan demokrasi.

Electoral sebagai bagian dari nature-nya kerakyatan yang harus di pahami sedemikian

detail adanya. Faktor Electoral Justice System dalam system politik dan demokrasi

Indonesia merupakan upaya penyelsaian sengketa yang terjadi dan mendorong peran

aktif lembaga legislatif dalam penyelsaian domain politik (political bodies,

assemblies, or refresentative, electoral college).

Pemilu yang bebas adil dan fairnes menjadi inti dari pemilu yang

demokratis.Hal ini telah menjadi consensus internasional, khususnya dibidang politik

20 Adeyaka, Demokrasi Indonesia, diakses dari http://adeyaka-fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-

79222-Pendidikan%20Pancasila%20dan%20Kewarganegaraan-Demokrasi%20Indonesia.html pada tanggal 15 April 2017 pukul 10.47

Page 41: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

28

bahwa sistem penyelesaian pemilu yang efektif adalah sin quo non dengan pemilu

yang bebas dan adil. Rangkaian proses pemilu sejak persiapan, pelaksanaan,

pemungutan suara, penghitungan hingga penyelsaian sengketa pemilu secara fair dan

adil. Usaha penjagaan proses politik dan demokrasi di Indonesia melalui pemilu

dikenal dengan system Electoral Justice System (EJS).

Electoral Justice System (EJS) adalah sebuah konsep yang menjamin agar

pemilu dilaksanakan sesuai dengan aturan dan kepercayaan publik secara adil dan

seimbang agar hak warga Negara terpenuhi tanpa ada diparitas politik. Hak-hak yang

dimaksud dalam konteks keadilan adalah seluruh proses tahapan pemilu sebagai

sebuah system politik dan demokrasi harus mendapat keadilan dalam rangkaian

kegiatan pemilu. EJS memberikan keadilan dalam tahapan pemilu kepada orang yang

terlanggar haknya dalam pemilu untuk mengajukan complaint dan memprosesnya

secara hukum. Mekanisme penyelsaian pemilu sangat penting bahkan menjadi hal

yang paling fundamental dalam proses demokrasi.

Di Indonesia mengenai kewenangan Mahkamah Konstitusi (MK) memang di

jelaskan bahwa penyelsaian konflik pemilu menjadi kewenangan MK. Kata hasil

dalam konteks penyelsaian sengketa pemilu terkait hasil perolehan dan penghitungan

suara secara mathematics (Mathematics Counts of Ballots).

Sejak pasca pemilu 2014, ada upaya untuk pengalihan dan penambahan

wewenang Komisi Pemilihan Umum yaitu KPU mengusulkan kepada DPR agar

dapat melakukan proses penyelsaian sengketa pemilu dan pilkada oleh KPU sendiri.

Tidak lagi oleh DKPP dan mahkamah Konstitusi.

Hal ini dilakukan oleh KPU setelah disetujui perpu pengganti Undang –

Page 42: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

29

Undang tentang pilkada serentak pada kurun waktu 2015 – 2016.Namun hal ini perlu

dikaji memang mengingat sangat besarnya tanggungjawab Komisi pemilihan Umum

(KPU).Apa salahnya tetap MK dan DKPP yang melakukan penyelseaian pelanggaran

pemilu. Kalaupun KPU melaksanakan tugas itu, mungkin pelaksanaan pemilu tidak

seefektif dan semaksimal yang diinginkan.Apalagi menginginkan pemilu yang bersih,

sehat, fair dan adil.

Memang system politik dan demokrasi Indonesia harus terus di perbaiki

sesuai dengan perubahan UUD 1945 kelima dengan tujuan memperkuat

demokratisasi di Indonesia.Pemilu legislatif, presiden dan wakil presiden maupun

pemilukada sebagai sala satu instrument politik dan demokrasi yang bertujuan untuk

memilih pemimpin. Proses ini tidak mudah karena dibutuh segala faktor- faktor yang

harus disesuaikan untuk mendukung penuh berjalannya system politik terbuka dan

demokrasi yang fair justice. Maka harus dibentuk komisi electoral justice system

(EJS).21

Terkait dengan tingkah laku yang terjadi dalam pemilu dan pemilukada bahwa

kecendrungan masyarakat dan pejabat melanggar aturan. Dalam sebuah penelitian

mengenai pelanggaran pemilihan umum (kepala daerah), dapat dikemukakan

pelanggaran yang terjadi adalah manipulasi syarat administrasi pencalonan, politik

uang, politisasi birokrasi, kelalaian petugas penyelenggara pemilu, manipulasi suara,

ancaman/intimidasi, dan tidak netralitas penyelenggara pemilu.

Tidak tangung-tangung pelanggaran tersebut tidak hanya dilakukan oleh

pasangaan calon atau tim sukses, namun juga penyelenggara pemilu. Hal ini cukup

21 International IDEA, Electoral Justice: An Overview of the International IDEA Handbook, Indonesia

Printer, Jakarta, Indonesia. Stockholm 2010

Page 43: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

30

meresahkan dan berakibat luas yang pada akhirnya menimbulkan asumsi bahwa

suatuproses pemilu yang buruk tidak akan menghasilkan keputusan yang benar.

Persoalan dilapangan tidak langsung pada kesalahan penghitungan matematis.Namun

banyak juga pelanggaran pemilu pada prinsip-prinsip demokrasi dan asas hukum

yang berlaku.

Pelanggaran masa pemilu berlangsung tentu akan memepengaruhi hasil

matematis. Menghadapi masalah ini, semgketa pilkada Jawa Timur pertama kali di

selesaikan oleh Mahkamah Konstitusi yang mencoba menafsirkan dengan pendekatan

yang berorientasi pada proses. Sejak putusan perkara pilkada Jawa Timur, MK

meneguhkan kewenangannya dalam hal menyelsaikan perselisihan hasil

pemilu.Tidak hanya hasil perolehan angka, namun juga pada prosesnya. Mahkamah

secara tegas menjustifikasi bahwa dirinya mempunyai kewenangan untuk

mempersoalkan yudicial proses untuk memastikan kualitas pemilu.

Electoral Justice System (EJS) adalah sebuah konsep yang berbicara

mengenai bahwa kepastian tindakan, prosedur, keputusan yang terkait dengan proses

pemilu sejalan dengan hukum (UU, konstitusi dan ukum internasional). Dtambah

dengan adanya perlindungan terhadap hak-halk yang terlibat dalam proses pemilu

kepada semua orang yang mengalami pelanggaran pemilu dan terlanggar haknya

untuk mengajukan complaint.

Electoral Justice Systems Penting artinya untuk diperhatikan bahwa, dalam

setiap tahapan Pemilu, selalu terdapat potensi-potensi kerawanan

kecurangan/sengketa Pemilu. Setiap tahapan utama, yakni:

Page 44: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

31

1. PRE-ELECTORAL PERIOD, menyangkut perencanaan dan persiapan- persiapan

lain dapatlah merupakan ketidakcermatan, ketidakmampuan memandang efek jauh

ke depan namun karena tidak mampu akhirnya terjadi sesuatu yang tidak

dipikirkan sebelumnya;

2. ELECTORAL PERIOD, pelaksanaan melibatkan banyak orang, mengorganisasi

banyak petugas dan menggerakkan sumber daya, sangatlah terbuka peluang bagi

terjadinya persoalan-persoalan; dan

3. POST-ELECTORAL PERIOD, pelaporan kegiatan maupun pelaporan keuangan,

seringkali merupakan bentuk paling hilir dari diketahuinya persoalan.22

2.1.3 Konsep Electoral Governance

Pemerintah dijalankan oleh seseorang yang dipilih rakyat dan rakyat bersama

lembaga politik seperti DPR ikut mengawasi jalannya Pemerintahan selama itu

menjalankan kebijakan untuk kesejahteraan rakyat.Pemerintah yang tidak dibenarkan

mementingkan diri sendiri, diktator, dan korup. Dengan demikian, pemilu dan

pemikukada merupakan proses politik secara konstitusional harus dijalankan bagi

negara demokrasi seperti Indonesia sebagai amanat konstitusi UUD 1945 yang

merupakan sarana wujudkan kedaulatan rakyat dan menghasilkan parlemen maupun

pemerintahan yang representatif legitimate dari rakyat.

Belajar dari kompetisi pemilu 2014 bahwa koalisi menentukan arah politik

Indonesia sekaligus masa depan demokrasi. Kompetisi memang akan lahirkan

22 International IDEA, Electoral Justice: An Overview of the International IDEA Handbook, Indonesia Printer, Jakarta, Indonesia. Stockholm 2010

Page 45: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

32

menang – kalah, itu semua bagian dari dinamika politik. Namun, berbagai kekuatan

politik harus saling mengontrol untuk meminimalkan kesalahan dan meluruskan

agenda demokrasi.Situasi politik pasca-pemilu presiden membuat publik

kebingungan dengan gontok-gontokan melalui berbagai media. Namun, dinamika

transisi akan hilang bersama waktu walaupun suasana konfliktual yang ada akan terus

mewarnai politik Indonesia lima tahun ke depan.

Pemilu yang bersih harus mampu akomodasi hak politik masyarakat (political

right), wadah formal kompetisi politik, menghargai hak sipil, kebebasan media dan

kaum minoritas dalam aktivitas politik.23 Rethingking dinamika politik dan

demokrasi yang bersaingan pada Pemilu 2014 lalu antar partai politik dan politisi

sangat tinggi, setiap momentum tak pernah lewat seperti hari besar kenegaraan dan

nasional menjadi lahan strategis dalam menyampaikan pesan politik kepada

masyarakat yang bertujuan membangun citra politik dan demokrasi. Rezim pemilu

dan pilkada di Indonesia sangat kecil capaian politik untuk memperkuat system

politik dan demokrasi di Indonesia. Dinamika tersebut dilihat aktivitas politik

mengandung kelemahan seolah-olah proses politik hanya pada momentum pemilu.

politik itu dinamis dan berkesinambungan dilakukan oleh partai

politik.Karena politik adalah instrumental dialogis antara partai dengan masyarakat

untuk menciptakan kesamaan pemahaman dan persepsi tentang pentingnya

harmonisasi demokrasi. Melihat ritus pemilu sebagai metodologi suksesi

kepemimpinan politik bangsa Indonesia semakin gamang karena selalu terjadi

pelanggaran dan kegagalan karena konsekwensi logis dari pemilu adalah dengan

23 Rusdianto Samawa, Demokrasi Electoral Justice System, NEFO, Edisi XIV, Juni 2015, hlm. 11

Page 46: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

33

multi partai yang banyak melakukan manipulasi mulai dari kampanye, aturan main,

sampai pada pemilihan suara.

Secara struktural pemerintahan hasil pemilu 2014 bahwa mana mungkin

pembangunan nasional sebagai target besar pencapaian akan dapat direalisasikan

sementara tekanan koalisi sangat tidak bisa dikontrol. Maka, tantangan system politik

Indonesia kedepan semakin kompleks, yakni kecenderungan hadirnya beragam

pelanggaran pemilu yang mengganggu stabilitas Negara, penyelenggara pemilu, dan

terabainya hak politik rakyat.

Pelanggaran dibuktikan dari maraknya pelanggaran sistematis terstruktur dan

masif disetiap pelaksanaan pemilu maupun pemilihan kepala daerah.Tentu bentuk

pelanggaran tersebut secara nyata telah mengkhianati kedaulatan rakyat,

mengkhianati suara pemilih dengan menjadikan suara pemilih menjadi tidak berarti.

Bentuk-bentuk pelanggaran sistematis terstruktur dan massif, menjadi dasar empirik

yang menjadikan penting pelibatan dan partisipasi masyarakat.Pelibatan dan

partisipasi yang cukup tinggi diharapkan mampu meminimalisir dan mencegah

terjadinya manipulasi suara rakyat.Partisipasi ini diharapkan mampu meminimalisir

dan mempersempit ruang gerak pelanggaran terhadap kedaulatan rakyat.

2.2 Penelitian Terdahulu

Permasalahan akses layanan yang disediakan pemerintah dalam pemilihan umum

adalah sebuah fenomena yang menarik untuk dikaji lebih dalam lagi, jika selama ini

masyarakat Indoneia mulai sadar bahwa pemilihan umum adalah salah satu hak

mereka sebagai warga negara, maka peneliti melihat adanya kesenjangan yang terjadi

dalam akses layanan yang disediakan belum sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Page 47: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

34

Perlu adanya perhatian khusus dalam menanggapi fenomena ini, sehingga

perlu adanya kerjasama antara pemerintar dan civil society dalam meningkatkan

partisipasi pembelajaran demokrasi kepada masyarakat.

Pemerintah selama ini berupaya menjalin kerjasama dengan civil society dan

swasta dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan pemerintahan, baik bagi pemerintah

itu sendiri maupun bagi masyarakat umum. Hal inilah yang menarik perhatian

peneliti untuk melihat relasi tersebut, terutama dalam meningkatkan partisipasi

akanpendidikan politik sejak dini kepada masyarakat.

Menunjang penelitian yang akan peneliti lakukan mengenai relasi antara

lembaga sampiran negara (KPU) dengan civil society organization (PERLUDEM)

untuk meningkatkan partisipasi politik kelompok difabel, berikut ini adalah beberapa

penelitian sebelumnya yang berkaitan :

Tabel 1.Penelitian Terdahulu

Penelitian Terdahulu Penelitian 1 Penelitian 2 Judul Penelitian Peranan Komisi Pemilihan

Umum Daerah Dalam Pendidikan Politik Melalui Pemilihan OSIS Serentak Di Kabupaten Bantul

Strategi Kemitraan Sebagai Faktor Pendukung Operasional Si TBM Cariuk Pintar Yogyakarta

Nama Peneliti Pipit Cahyowulan dan Halili, S.Pd., M.A

Dewi Purwanti

Tahun Penelitian 2016 2010 Fokus Penelitian

Peranan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bantul dalam melaksanakan sosialisasi politik sebagai upaya pendidikan politik melalui Pemilu dan implementasi Pemilu sebagai sarana pendidikan politik.

Strategi kemitraan yang dilakukan TBM Cariuk Pintar Yogyakarta dan hasil dari strategi kemitraan dalam bentuk operasional TBM

Hasil Penelitian KPU yang berkedudukan sebagai pendamping PPO memberikan fasilitas pembekalan dan arahan

Kemitraan yang dilakukan berjalan dengan baik, adanya perjanjian bagi beberapa mitra membantu dalam

Page 48: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

35

melalui TOT (Training of Trainer) tentang teknis pelaksanaan Pemilu. Seperti pengetahuan tentang mekanisme pelaksanaan Pemilu hingga kegiatan stimulasi pelaksanaan Pemilu sehingga siswa mendapat pembekalan penuh untuk menjadi agen di sekolah masing-masing

pelaksanaan operasional TBM.

Sumber : Diolah Secara Pribadi,2017

Dari kedua penelitian diatas peneliti memastikan terdapat perbedaan yang

mendasar antara penelitian yang akan peneliti lakukan dan kedua penelitian tersebut,

perbedaan jelas terdapat pada penelitian pertama adalah fokus penelitian yang

mengacu pada KPU sebagai fasilitator yang melakukan kegiatan sosialisasi

pendidikan politik melalui TOT dan Bimtek. KPU yang bertindak terhadap setiap

sekolah agar siap untuk melakukan Pemilu.

Pada penelitian kedua juga memiliki perbedaan adalah fokus penelitian lebih

pada kerjasama antara civil society dengan pihak - pihak lain termasuk swasta dalam

menunjang kebutuhan lembaganya, hal ini dilakukan sebab pemerintah dianggap

kurang memberikan perhatian dan sebab itulah perlu dilakukan kerjasama dengan

swasta. Diharapkan faktor-faktor inilah yang nantinya mampu menunjang penelitian

yang akan peneliti lakukan terutama kaitan erat terhadap relasi antara pemerintah dan

civil society organization dalam meningkatkan partisipasi akanpendidikan politik

sejak dini kepada masyarakat.

2.3 Kerangka Pemikiran

Dalam pelaksanaan penelitian terkait Program KPU sebagai lembaga

sampiran negara untuk meningkatkan pembelajaran partisipasi politik ini, penulis

Page 49: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

36

mencoba membuat kerangka atau konsep pemikiran yang diguakan sebagai acuan

pelaksanaan penelitian dan juga sebagai acuan dalam penyusunan laporan hasil

penelitian. Adapun teori-teori yang mendukung kerangka pemikiran dari peneliti

adalah good governance.

Pemerintah disini sangatlah berperan penting dalam menjalankan program

yang efisien, disamping itu ide yang dituangkan oleh pemerintah yaitu pedagogi yang

menghasilkan rumah demokrasi ini bertujuan untuk menyempurnakan proses pemilu

yang pada akhirnya menciptakan demokrasi yang sebenarnya. Dalam konsepnya

relasi antara pemerintah, swasta dan civil society menjadi faktor utama dalam

menjalankan sebuah programyang sudah dibangun. Pemerintah tidak lagi menjadi

satu-satunya aktor dalam menjalankan sistem pemerintahan. Pemerintah mulai

menjalankan sistem yang transparan dan efisien sehingga adanya lembaga sampiran

negara yang membantu kerja dari pemerintah namun diposisikan sebagai lembaga

independent dalam setiap tugasnya. Sedangkan perkembangan civil society

organization yang berbanding lurus dengan kebutuhan masuarakat. Sebagai lembaga

sampiran negara KPU tidak dapat menjalankan tugas sendiri hingga perlu melakukan

kerjasama dengan civil society organization dan salah satunya adalah PERLUDEM.

Dengan konsep good governance inilah peneliti berharap penelitian dapat

berjalan sesuai dengan tujuan sehingga tidak terjadi pembahasan yang melebar dan

tidak terarah dengan baik. Hal ini dilakukan agar hasil yang dicapai memiliki

sistematis yang jelas baik dalam perencanaan penelitian, saat penelitian dan

penyusunan laporan penelitian.

Page 50: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

37

Tabel 2. Kerangka Pemikiran Pedagogi Rumah demokrasi.

Sumber : Diolah Secara Pribadi,2017

KPU BALAM

PEMILU DEMOKRASI

PEDAGOGI RUMAH

DEMOKRASI

MARKET

Page 51: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

38

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis,Tipe dan Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif untuk

menunjang terwujudnya tujuan dari penelitian ini yang bersifat sistematis dan faktual.

Penulis juga berupaya menjelaskan tentang program yang dilakukan KPU baik secara

tertulis maupun tidak tertulis, serta untuk menjalankan Pemilu yang sadar akan

kebutuhan kelompok masyarakat dalam pembelajaran Pemilu sehingga meningkatkan

partisipasi politik dari kelompok masyarakat. Melihat dari aspek-aspek tujuan

tersebut maka metode penelitian kualitatif dianggap mampu untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan penelitian yang ada.

Metode penelitian kualitatif mengutamakan pengolahan data tekstual dalam

penyajiannya, berbeda dengan mettode penelitin kuantitatif yang menggunakan

penjabaran data berupa angka untuk mendukung sebuah hasil penelitian. Denzin dan

Lincoln mendefinisikan penelitian kualititatif sebagai penelitian yang menggunakan

latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan

dengan jalan melibatkan berbagai mettode yang ada. 24

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan tipe deskriptif untuk

menggambarkan dan menjelaskan secara runtut pada fenomena yang menjadi objek

penelitian. Tipe deskriptif mengacu pada fenomenalogis dan postpositivisme. Tipe ini

munul dari Husserl, Martin Heidegger dan Merlena Printy pelopor aliran

fenomenalogi, sebuah aliran filsafat yang mengkaji penampakan atau fenomena yang

24 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2012) hlm. 5

Page 52: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

39

mana antara fenomena dan kenyataan tidak terisolasi satu sama lain melainkan selalu

berhubungan secara dialektika. Postpositivisme juga merupakan pandangan yang

mengkritik positivisme sebagai suatu filsafat ilmu yang harus dapat dikritik karena

hanya melihat fenomena sebagai kenyataan yang sesuai hukum alam saja. 25

3.2 Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan pembatasan masalah yang didasarkan pada

tingkat kepentingan, urgensi dan fasebilitas masalah yang akan dipecahkan.26 Hal ini

dilakukan untuk mengarahkan penelitian agar lebih terarah, terperinci dan tidak

menyimpang dari konsep awal yang telah dibuat. Adapun fokus penelitian kali ini

yaitu meneliti program rumah pintar Pemilu dengan menunjuk beberapa daerah di

Bandar Lampung sebagai pilot projectnya dalam Pemilu 2017.

3.3 Lokasi dan Subjek Penelitian

Untuk menunjang hasil data yang sesuai dalam mencapai hasil penelitian yang

sesuai, maka penelitian akan dilakukan di KPU Bandar Lampung. Program yang

dijalankan KPU sebagai penyelenggara Pemilu inilah yang diharapkan mampu untuk

memberikan gambaran yang jelas bagi penulis dalam menyelesaikan penelitian ini,

peran pemerintah pusat melalui KPU dalam menyediakan akses layanan meluncurkan

program rumah pintar Pemilu di kota Bandar Lampung.

3.4 Pemilihan Informan

Informan dalam penelitian ini adalah Ketua beserta jajaran anggota dari KPU,

dan anggota civil society yang terjun langsung ke lapangan dalam memberikan

25 M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan ilmu Sosial Lainnya (Surabaya:Kencana Prenada Media Group,2007) hlm. 68 26 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta,2010) hlm. 207

Page 53: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

40

penyuluhan serta pemaparan akses layanan yang dibutuhkan kelompok masyarakat

kepada KPU atau informan lain yang direkomendasikan oleh informan sebelumnya.

Pemilihan informan ini dilakukan agar penelitian berjalan dengan efektif, sistematis

dan efisien. Penelitian ini menggunakan teknik prosedur purposiveyaitu Penelitian

kualitatif tidak dipersoalkan jumlah informan, tetapi bisa tergantung dari tepat

tidaknya pemilihan informan kunci, dan komplesitas dari keragaman fenomena sosial

yang diteliti. Dengan demikian, informan ditentukan dengan teknik snowball

sampling, yakni proses penentuan informan berdasarkan informan sebelumnya tanpa

menentukan jumlahnya secara pasti dengan menggali informasi terkait topik

penelitian yang diperlukan. Pencarian informan akan dihentikan setelah informasi

penelitian dianggap sudah memadai.

Adapun kriteria-kriteria penentuan Informan Kunci (key informan) yang tepat,

dalam pemberian informasi dan data yang tepat dan akurat mengenai Pedagogi

Rumah Demokrasi dalam mendorong good governance di Bandar Lampung, adalah

sebagai berikut:

- Ketua KPU Bandar Lampung, Fauzi Heri

- Ketua Program Rumah Demokrasi, Fadilasari

- Pra Pemilih anak-anak TK, SD, SLTP Hingga SMU

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam pnelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan meliputi data

primer dan sekunder. Data-data sekunder dan primer tersebut merupakan hasil dari

enam sumber bukti yang dapat dijadikan fokus penelitian pada model studi kasus.

Adapun enam sumber bukti menurut Robert K. Yn tersebut adalah :

Page 54: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

41

1. Dokumentasi

Tipe informasi ini menggunakan berbagai bentuk dan menjadi objek rencana-

rencana pengumpulan data yang relevan seperti ;

a. Surat, memorandum dan pengumuman resmi

b. Agenda, kesimpulan-kesimpulan pertemuan dan laporan-laporan peristiwa

tertulis lainnya

c. Dokumen-dokumen administratif, proposal, laporan kemajuan dan

dokumen-dokumen intern lainnya

d. Penelitian-penelitian atau evaluasi-evaluasi resmi pada situs yang sama

e. Kliping-kliping baru dan artikel-artikel yang muncul di media masa

2. Rekaman arsip

Banyak penelitian yang mendapatkan rekaman arsip berupa data kuantitatif

tetapi jumlah semata-mata tidak bisa dianggap sebagai sebuah keakuratan,

rekaman arsip meliputi;

a. Rekaman layanan seperti jumlah klien yang dilayani dalam suatu waktu

tertentu

b. Rekaman keorganisasian seperti bagan dan anggaran organisasi pada

periode tertentu

c. Peta dan bagan karakteristik geografis suatu tempat

d. Daftar nama dan komoditi lain yang relevan

e. Data survei seperti rekaman atau data sensus yang terkumpul sebelumnya

f. Rekaman-rekaman pribadi seperti buku harian, kalender dan nomor telpon

Page 55: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

42

3. Wawancara

Dalam studi kasus, wawancara merupakan salah satu bentuk yang biasa

dilakukan dalam mendapatkan informasi, bentuk wawancara yang umumnya

digunakan ialah open-ended dimana peneliti dapat bertanya pada informan

tentang fakta-fakta disamping opini-opini tentang suatu fenomena

4. Perangkat fisik

Berupa peralatan teknologi, alat atau instrumen, pekerjaan seni atau beberapa

bukti fisik lainnya. Perangkat seperti ini dapat diobservasi dan dikumpulkan

sebagai bagian dari kunjungan lapangan dan dapat digunakan dan telah

digunakan secara luas dalam penelitian antropologi.

3.6 Triangulasi Data

Untuk mendapatkan kesahihan hasil sebuah penelitian, pertama kali sebelum

menentukan dan memutuskan analisis data, dilakukan pemeriksaan keabsahanan

untuk mengetahui kebenaran dan keakuratan data yang diperoleh dalam penelitian ini.

Triangulasi dapat dilakukan dengan cara berikut:

1. Triangulasi Sumber, digunakan untuk menguji derajat ketepatan dan kelengkapan

data.

2. Triangulasi Personal (informan), digunakan untuk menguji atau mengecek derajat

keakuratan dan kesahihan data.

3. Triangulasi Teori, digunakan untuk menguji atau mengecek derajat kepercayaan

temuan atau hasil penelitian.

4. Triangulasi Metode digunakan untuk menguji atau mengecek derajat kepercayaan

penemuan hasil penelitian.

Page 56: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

43

Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah triangulasi personal

(informan) yang dilakukan dengan cara mengecek, mengevaluasi, dan mendiskusikan

data dengan informan dan pembimbing. Dalam penelitian ini, data sebagai bahan

baku sangat penting untuk diakui derajat ketepatan dan kelengkapannya. Triangulasi

data dilakukan sejak pengumpulan data sampai analisis data dilakukan.

3.7Analisis Data

Analisis data bertujuan untuk menganalisis berlangsungnya proses fenomena

sosial dan memperoleh sebuah gambaran yang tuntas terhadap proses tersebut serta

menganalisis makna yang ada dibalik informasi, data dan proses suatu fenomena

sosial. 27Setiap data yang nantinya didapat dari KPU Bandar Lampung yang akan

dianalisis mendalam. Adapun teknik analisa data pada penelitian ini mengacu pada

konsep interactive model oleh Miles dan Huberman, yaitu :

1. Reduksi data

Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,

pengabstrakan dan transformasi data yang muncul dari catatan-catatan tertulis di

lapangan. Reduksi data berlangsung secara terus-menerus dalam penelitian

kualitatif. Dengan reduksi data, peneliti dapat memilih data yang dikode, dibuang,

pola mana yang meringkas sebagian data yang tersebar, dan cerita yang sedang

berkembang sesuai dengan kebutuhan penelitian tentang relasi KPU ini.

2727M. Burhan Bungin,Op Cit,hlm. 162

Page 57: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

44

2. Penyajian Data

Data yang telah didapatkan dan disusun sehingga mampu untuk dibuat sebuah

kesimpulan. Pada penelitian kualitatif penyajian data berupa teks naratif termasuk

data yang berupa angka diuraikan dalam bentuk kata dan kalimat

3. Menarik Kesimpulan

Menarik kesimpulan merupakan salah satu kegiatan dari konfigurasi penelitian

yang utuh. Selama penelitian berlangsung, verifikasi juga dilakukan untuk tinjauan

ulang pada catatan-catatan lapangan, ide-ide baru yang melintas di pikiran atau

dilakukannya peninjauan kembali hasil penelitian. 28 Kesimpulan dari penelitian

ini merupakan hasil dari data yang didapatkan dari kPU bandar Lampung sebagai

objek penelitian dan juga dari teori yang digunakan sehingga dapat menarik

kesimpulan yang sesuai dengan alur penelitian.

28Miles dan Huberman, Analisis Data Kualitatif, (jakarta;UI PRESS,2009) hlm. 16

Page 58: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

45

BAB IV

GAMBARAN UMUM

4.1 Gambaran Umum Rumah Demokrasi

4.1.1 Profil Rumah Demokrasi

Pendidikan pemilih merupakanelemen penting dalam demokrasi.Pemilih

yang rasional menjadiukuran kualitas demokrasi di suatuNegara. Indikasinya

pemilih dalammenentukan pilihan politik tidaklagi berorientasi pada

kepentinganpolitik jangka pendek seperti uang, kekuasaan dan kompensasi politik

yang bersifat individual. Justru pilihan politik diberikan kepada partai politik atau

kandidat yang memiliki kompetensi dan integritas untuk mengelola pemerintahan.

Sebab tujuan akhir dari demokrasi adalah kesejahteraan dan keadilan sosial bagi

seluruh rakyat.

Salah satu indikator kualitas demokrasi adalah adanya kesukarelaan pemilih

atau semangat voluntarisme dalam mengikuti pemilihan. Rakyat berpartisipasi atas

dasar kesadaran dan rasa tanggung jawab sebagai warga Negara dalam menjaga

siklus kekuasaan. Untuk menuntun masyarakat menjadi pemilih yang sukarela,

mandiri, rasional dan cerdas maka mereka perlu diberi pengetahuan dan ditumbuhkan

kesadaran politiknya. Di sinilah pentingnya penyelenggaraan pendidikan pemilih.

Menyelenggarakan pendidikan pemilih adalah tanggung jawab semua elemen bangsa

penyelenggara pemilu, partai politik, pemerintah, perguruan tinggi dan organisasi

masyarakat sipil. Agar penyelenggaraan pendidikan pemilih terkelola dengan baik

dan berjalan secara sistematis maka diperlukan suatu pedoman sebagai pijakan bagi

Page 59: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

46

siapapun yang berkomitmen menyelengarakanpendidikan pemilih. Untuk itulah KPU

sebagai lembaga Negara yang mendapat mandat dari Undang Undang Dasar 1945

untuk menyelenggarakan pemilu menyusun buku Pedoman Pendidikan Pemilih. Ini

Analisis Data partisipasi yang didapat dari KPU Kota Bandar Lampung dalam 3

pemilu terakhir:

Tabel 3. Analisis DPT dan Partisipasi Pemilih Dalam 3 Pemilu Terakhir

NO

KECAMATAN

PILEG 2014 PILPRES 2014 PILKADA 2015

DPT PARTISIPASI % DPT PARTIS

IPASI % DPT PARTISIPASI %

1 BUMI WARAS

36,797 28,421 77.2

4% 38,446 27,876 72.5

1% 35,638 25,005 70.1

6%

2 ENGGAL 17,686 13,669 77.2

9% 18,567 13,239 71.3

0% 17,493 9,877 56.4

6%

3 KEDAMAIAN

31,178 23,411 75.0

9% 33,050 24,498 74.1

2% 34,432 20,230 58.7

5%

4 KEDATON

33,958 24,949 73.4

7% 35,196 25,531 72.5

4% 33,114 21,181 63.9

6%

5 KEMILING

42,653 32,901 77.1

4% 43,012 34,281 79.7

0% 42,929 30,276 70.5

3%

6 LABUHAN RATU

31,688 21,113 66.6

3% 32,784 21,800 66.5

0% 31,307 17,620 56.2

8%

7 LANGKAPURA

21,012 16,195 77.0

8% 21,898 17,222 78.6

5% 22,399 14,648 65.4

0%

8 PANJANG

44,693 36,802 82.3

4% 45,270 35,028 77.3

8% 43,411 30,890 71.1

6%

9 RAJABASA

29,387 21,255 72.3

3% 30,135 21,531 71.4

5% 26,361 17,266 65.5

0% 10

SUKABUMI

35,912 28,015 78.0

1% 37,088 28,682 77.3

3% 36,665 26,300 71.7

3% 11

SUKARAME

36,964 28,370 76.7

5% 38,529 29,911 77.6

3% 36,512 24,194 66.2

6%

12

TANJUNG

SENANG

31,207 23,349 74.8

2% 32,219 23,833 73.9

7% 31,289 20,628 65.9

3%

13 TBB 20,1

64 15,958 79.14%

20,635 15,393 74.6

0% 34,208 23,652 69.1

4% 14 TBS 27,0

86 19,592 72.33%

27,727 20,046 72.3

0% 31,402 20,999 66.8

7%

Page 60: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

47

Sumber: Arsip KPU Bandar Lampung

Dilihat dari angka partisipasinya Pentingnya pendidikan pemilih karena

beberapa alasan yaitu:

1. Membantu penyelenggara pemilu melaksanakan pemilu dengan baik. Semakin

banyak pemilih yang paham dengan proses pemilu dan demokrasi dapat

meringankan dan memudahkan kerja dari penyelenggara pemilu karena masing-

masing sudah paham dengan proses dan bagaimana pemilih seharusnya

bertindak.

2. Meningkatkan partisipasi pemilih. Kesadaran tentang pentingnya penggunaan

suara dalam pemilu dilakukan secara intensif dan luas sehingga partisipasi

pemilih dapat meningkat.

3. Meningkatkan kualitas partisipasi pemilih. Angka kecurangan pemilu, kon ik

pemilu, mobilisasi pemilih dapat dikurangi sedemikian rupa melalui pendidikan

pemilih sehingga menghasilkan pemenang pemilu yang berkualitas.

4. Memperkuat sistem demokrasi. Pendidikan pemilih membentuk nilai dan

15 TBT 27,0

84 21,828 80.59%

27,811 20,950 75.3

3% 23,466 15,348 65.4

1% 16 TBU 32,5

17 24,456 75.21%

32,525 25,497 78.3

9% 20,500 14,502 70.7

4% 17 TKB 35,4

90 26,917 75.84%

36,659 27,294 74.4

5% 27,304 18,761 68.7

1% 18 TKP 31,9

97 25,145 78.59%

33,416 24,785 74.1

7% 27,028 20,592 76.1

9% 19 TKT 24,0

07 19,277 80.30%

24,672 18,299 74.1

7% 31,962 22,064 69.0

3% 20

WAY HALIM

42,561 30,177 70.9

0% 44,091 31,683 71.8

6% 42,946 25,961 60.4

5%

634,041

481,800

77.08%

653,730

487,379

74.55%

630,366

419,994

66.63%

Page 61: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

48

kesadaran akan peran, hak, kewajiban, dan tanggung jawab pemilih dalam sistem

demokrasi. Ini akan memperkokoh advokasi warganegara terhadap sistem

demokrasi dibandingkan sistem politik lain.29 Dis

4.1.2 Tujuan Pendidikan Pemilih

Pendidikan pemilih bertujuan untuk:

4.1.2.a Peningkatan Partisipasi

Pendidikan pemilih dimaksudkan untuk meningkatkan partisipasi pemilih.

Partisipasi adalah keterlibatan pemilih pada keseluruhan periode siklus pemerintahan,

yaitu pada periode pemilihan dan periode di luar pemilihan. Pada periode pemilihan,

pendidikan pemilih dimaksud- kan untuk mendorong pemilih terlibat pada setiap

tahapan pemilihan. Merujuk pada Economist Intelligence Unit (EIU), demokrasi yang

mapan partisipasi untuk memberikan suara berada pada kisaran 70%. Partisipasi ini

mesti dicatat sebagai bukan mobilisasi. Angka partisipasi yang wajar ini penting

karena menyangkut biaya pemilu yang mahal, legitimasi dan efektivitas

kepemimpinan pejabat yang dipilih, serta eksistensi sistem demokrasi.

Pada periode di luar pemilu, pendidikan pemilih dimaksudkan untuk

meningkatkan partisipasi pemilih dalam mengawal agenda, menagih janji kampanye,

dan mengkritisi serta mengevaluasi pemerintahan. Partisipasi pemilih pada periode

ini umumnya rendah. Pemilih cenderung mengabaikan dan menyerahkan proses

politik kepada kelompok kecil elit. Kondisi ini tidak baik karena pada titik ini nasib

pemilih sesungguhnya ditentukan oleh pemerintah melalui kebijakannya.

29Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia, Pedoman rumah Pintar, hlm. 2

Page 62: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

49

4.1.2.b Peningkatan Literasi Politik

Pendidikan pemilih ditujukan untuk meningkatkan kemampuan literasi politik

pemilih. Literasi politik merujuk pada seperangkat kemampuan yang dibutuhkan

pemilih untuk berpartisipasi dalam pemerintahan. Kemampuan dalam literasi pemilih

meliputi pemahaman, keterampilan, dan perilaku yang menuntun pada partisipasi

yang memperkuat sistem demokrasi. Kemampuan literasi politik dibutuhkan sebagai

prayarat partisipasi politik yang ideal, baik selama periode pemilihan dan di luar

periode pemilihan. Literasi politik yang baik menjadikan pemilih tahu bagaimana

harus bersikap dan berpartisipasi dalam sebuah proses politik.

Peminggiran kepentingan pemilih juga dapat dihindari dengan kemampuan

literasi politik yang baik. Pemilih, dengan berbagai latar belakang, akan paham

bahwa berbagai proses politik sangat mempengaruhi kehidupannya. Tingkat literasi

politik yang rendah menjadikan proses politik akan didominasi oleh segelintir orang.

Kepentingan pemilih akan terpinggirkan dan rentan dimanipulasi. Dengan literasi

politik yang baik akan terjadi saling keterpautan antara pemilih dengan proses politik

(state and civil engagement).

4.1.2.c Peningkatan Kerelawanan (Voluntaritas)

Pendidikan pemilih juga bertujuan untuk meningkatkan sikap kerelawanan

pemilih. Kerelawanan adalah partisipasi pemilih dalam proses politik yang didorong

oleh suatu idealisme tertentu dengan tanpa pamrih. Ide pokoknya adalah pada

kehendak individu sebagai hasil dari kesadaran untuk berpartisipasi. Lawan dari

kerelawanan adalah pragmatisme pemilih. Pragmatisme merujuk pada perilaku untuk

Page 63: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

50

berpartisipasi atau tidak berpartisipasi dalam proses politik karena adanya insentif

material. Pada sikap pragmatis, pemilih melakukan komodi kasi atas partisipasi

mereka dalam proses politik. Pemilih memperdagangkan posisi mereka untuk ditukar

atau diperjual-belikan dengan sesuatu yang bersifat material. Situasi ini menjadi

persoalan serius yang menggerogoti fundamental demokrasi. Sebab, demokrasi akan

menjadi mahal, hubungan pemilih dengan pejabat publik akan terputus seketika

transaksi sudah berlangsung, dan korupsi akan berkembang biak.

Pendidikan pemilih harus mendorong berkembangnya kerelawanan, dan

sekaligus mengikis pragmatisme. Kerelawanan yang tumbuh baik dalam proses

politik akan memperkuat bangunan demokrasi.30

4.1.3 Prinsip Pendidikan Pemilih

Prinsip, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dipahami sebagai pokok dasar

yang menjadi dasar ber kir atau bertindak. Dalam program pendidikan pemilih, pokok

dasar yang menjadi dasar berfikir dan bertindak adalah sebagai berikut:

4.1.3.a Segmentasi

Pendidikan pemilih dilakukan dengan melihat segmentasi dalam masyarakat.

Segmentasi adalah pembilahan sosial yang ada di dalam masyarakat. Masyarakat

terpilah-pilah ke dalam kelompok-kelompok pemilih homogen yang potensial. Baik

itu potensial dari sisi jumlah maupun potensial dari sisi masalah yang dihadapinya.

Setiap segmen pemilih memiliki kebutuhan, karakteristik, dan perilaku yang

berbeda. Oleh karena itu pendekatan pendidikan pemilih yang dilakukan kepada 30Ibid., hlm. 8

Page 64: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

51

masing-masing kelompok tersebut harus berbeda pula sesuai dengan karakter dari

setiap segmen. Menyamakan pendekatan kepada semua segmen dalam melakukan

pendidikan pemilih justru akan membuat proses pendidikan itu sendiri tidak akan

berhasil. Dengan melakukan segmentasi dalam pendidikan pemilih, pendidikan

pemilih akan relevan dengan karakter pemilih.

4.1.3.b Orientasi Kepada Pemilih

Pendidikan pemilih harus berorientasi kepada pemilih. Berorientasi kepada

pemilih artinya kepentingan pemilih sebagai warganegara menjadi pusat penguatan.

Pemilih harus dikuatkan di hadapan pemerintah dan elemen-elemen non-demokratis

lainnya. Pendidikan pemilih tidak dalam kerangka kooptasi atau

hegemoni.Pendidikan pemilih adalah untuk membangun kesadaran kritis- re ektif

tentang hak dan kewajiban pemilih di hadapan negara dengan sistem demokrasi.

Dengan demikian pendidikan pemilih meletakkan pemilih sebagai subjek

yang membangun nalarnya sendiri. Pendidikan pemilih memandu bagaimana

kesadaran dan tindakan kritis- re ektif dihasilkan. Penekanan ini penting agar

pendidikan pemilih tidak dibelokkan untuk pemahaman atau pola pikir yang tidak ada

hubungannya dengan kepentingan pemilih sebagai warganegara.

4.3.1.c Kontekstual

Pemilih harus bersifat kontekstual. PendidikanKontekstual dalam arti sesuai

dengan situasi mutakhir (kekinian) dan kondisi setempat (kedisinian). Kontekstual

pada materi yang disampaikan dan metode yang digunakan. Kontekstualisasi pada

sisi materi menjadikan pendidikan pemilih sesuai dengan kondisi terkini. Sementara

Page 65: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

52

itu, dengan kontekstualisasi metode yang dipakai untuk pendidikan pemilih juga

dapat mengikuti perkembangan teknologi informasi.

Kontekstualisasi pendidikan pemilih memudahkan pemilih untuk

mengkaitkan materi yang disampaikan dengan kondisi pemilih. Materi itu kemudian

dapat operasional dengan situasi yang dihadapi pemilih.

4.1.3.d Partisipasif

Pendidikan pemilih harus partisipatif. Partisipatif artinya melibatkan segenap

pemangku kepentingan. Keterlibatan itu meliputi keseluruhan proses pendidikan

pemilih, mulai dariperencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Prinsip partisipatif penting

karena KPU tidak mungkin melakukan pendidikan pemilih sendiri. Daya jangkau,

pembiayaan, waktu, sumberdaya manusia menjadi beberapa sebab KPU tidak dapat

melakukan pendidikan pemilih sendiri. Pada sisi yang lain, partisipasi itu sendiri

mengandung nilai positif yang menjadikan pendidikan pemilih itu bukan semata-

mata persoalan KPU, tetapi persoalan bersama. Dalam negara demokrasi, pendidikan

pemilih adalah kepentingan bagi seluruh pihak.

Pemerintah berkepentingan dengan pendidikan pemilih karena berkaitan

langsung dengan legitimasi rezim dan tanggungjawab mereka membangun proses

pemerintahan yang demokratis. Masyarakat sipil penting terlibat karena pemilih

terdidik akan mempermudah kerja masyarakat sipil sendiri dan memperkuat posisi

masyarakat sipil dihadapan negara. Sedangkan partai politik penting dilibatkan dalam

pendidikan pemilih karena itu menjadi salah satu tugas utama dari partai politik.

Pendidikan pemillih yang partisipatif ini juga harus dapat mengakomodir

Page 66: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

53

ketentuan atau aturan main yang sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Norma-norma maupun nilai-nilai yang berlaku di dalam tata kehidupan masyarakat

setempat tetap harus dikedepankan. Hal-hal yang boleh atau dilarang di suatu daerah

tetap harus dijadikan landasan dalam melaksanakan kegiatan pendidikan pemilih.

4.1.3.e Berkesinambungan

Pendidikan pemilih dilakukan secara berkesinambungan. Berkesinambungan

dalam arti pelaksanaannya meliputi periode pemilihan dan periode di luar masa

pemilihan. Pendidikan pemilih tidak berhenti hanya pada masa pemilihan. Selain itu,

berkesinambungan juga dalam arti pendidikan pemilih dilakukan secara berkelanjutan

atas segmen pemilih yang ada. Atas sebuah segmen pemilih, pendidikan pemilih

bukan kegiatan yang sekali dilakukan setelah itu selesai. Namun, ada aktivitas

lanjutan yang dikreasi untuk membentuk sikap dan perilaku dari pemilih.

Tercakup dalam prinsip kesinambungan adalah materi yang disampaikan.

Dalam berbagai kegiatan pendidikan pemilih, materi yang disampaikan harus saling

terkait/ berhubungan. Prinsip berkesinambungan ini penting karena pendidikan

pemilih yang terpenggal-penggal (diskontinuitas) tidak akan efektif mencapai hasil.

Terdapat beberapa kelompok masyarakat yang menjadi prioritas ikhtiar

pendidikan pemilih. Ia menjadi prioritas karena posisi strategis kelompok sosial itu

dalam struktur pemilih dan adanya persoalan-persoalan khusus yang perlu mendapat

perhatian dibandingkan kelompok sosial lainnya.31

31Ibid., hlm. 13

Page 67: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

54

4.1.4 Kelompok Sasaran

Secara umum terdapat 2 (dua) kluster pemilih yang menjadi kelompok sasaran,

yaitu:

4.1.4.a Kelompok Pemilih Strategis

Kelompok pemilih strategis adalah kelompok pemilih yang karena besaran

ataupun posisi dalam struktur pemilih berada dalam posisi strategis. Kluster ini

terbagi dalam pra-pemilih, pemula, perempuan, marginal dan penyandang disabilitas,

dan agamawan.

a. Pra pemilih

Pra pemilih adalah kelompok usia yang saat ini belum memasuki usia pemilih

namun dalam 5 (lima) tahun kedepan akan memasuki usia pemilih. Indonesia, aturan

batasan usia hak pilih minimal 17 tahun atau telah menikah. Dengan demikian warga

negara Indonesia yang masuk kategori pra pemilih adalah anak-anak yang usianya

pada kisaran 12 sampai 16 tahun. Rata-rata mereka saat ini sedang duduk dibangku

kelas SMP dan SMA.

Kelompok pra-pemilih strategis menjadi sasaran peningkatan partisipasi

masyarakat karena mereka masih dalam fase pertumbuhan jiwa dan pemikiran.

Mereka menjadi bagian dari ‘kertas putih’ yang perlu ditulis di atasnya pemahaman

yang baik menyangkut kepemiluan dan demokrasi. Harapannya, ketika mereka nanti

sampai pada usia memilih dapat menggunakan hak pilihnya dengan baik.

Page 68: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

55

b. Pemilih Pemula

Pemilih pemula adalah mereka yang memasuki usia memilih dan yang akan

menggunakan hak pilihnya untuk pertama kali dalam pemilu/pemilukada. Dengan

siklus pemilihan di Indonesia yang digelar setiap lima tahun sekali maka kisaran usia

pemilih pemula adalah 17-21 tahun. Rata-rata kelompok pemilih ini adalah mereka

yang sedang menempuh pendidikan tinggi dan pekerja muda, atau dengan kata lain

lulusan SMA.

Pemilih pemula menjadi sasaran strategis karena berbagai alasan. Pertama,

jumlah pemilih pemula dalam setiap Pemilu cukup besar. Kedua, mereka adalah

warga Negara Indonesia (WNI) yang baru pertama kalinya memberikan suara dalam

Pemilu sehingga perlu diberi arahan yang baik agar memiliki pemahaman yang baik

pula terhadap demokrasi. Ketiga, mereka adalah calon pemimpin masa depan

sehingga dengan menggali dan mengetahui padangan mereka tentang demokrasi, kita

dapatmemberikan apa yang mereka butuhkan sebagai bekal di masa depan.

c. Perempuan

Pemilih perempuan adalah warga Negara Indonesia (WNI) yang berjenis

kelamin perempuan dan telah memasuki usia untuk memilih atau telah menikah.

Namun perempuan dalam perspektif kepemiluan dan demokrasi tidak semata-mata

mengacu pada aspek biologis, melainkan sosial budaya dan psikologis atau perspektif

gender.

Pemilih perempuan menjadi sasaran strategis karena berbagai alasan. Pertama,

jumlah pemilih perempuan berimbang dengan pemilih laki-laki namun kapasitasnya

Page 69: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

56

masih terbatas dibandingkan laki-laki. Kedua, pemilih perempuan rentan dimobilisasi

baik ketika pemilu maupun di luar pemilu. Ketiga, tingkat pendidikan perempuan

rata-rata lebih rendah dari laki-laki. Keempat, pemilih perempuan lebih banyak

memainkan peran-peran domestik sehingga urusan publik terabaikan padahal banyak

menyangkut kepentingan kaum perempuan.

d. Kelompok Marginal dan Penyandang Disabilitas

Kelompok marginal dan penyandang disabilitas adalah suatu kelompok yang

terasimilasi tidak sempurna dalam masyarakat. Kelompok marginal tercipta sebagai

imbas dari perubahan struktural di masyarakat yang menghasilkan residu seperti

kemiskinan, keterbelakangan dan ketertindasan. Pembangunan yang tidak adil, bias

kelas dan geogra s, dan sebagainya menjadi sebab lahirnya kelompok marginal.

Sementara itu penyandang disabilitas adalah mereka yang memiliki keterbatasan

aktivitas akibat dari ganguan yang ada pada diri individu itu sendiri. Keadaan pada

kelompok marginal dan penyandang disabilitas kemudian membawa dampak ikutan

pada kesadaran politik yang mereka miliki.

Kelompok tersebut menjadi sasaran pendidikan pemilih karena mereka

memiliki hak yang sama dengan warganegara pada umumnya. Mereka juga memiliki

hak untuk paham tentang berbagai hal yang mempengaruhi kehidupan mereka dengan

baik. Jumlah mereka tidak sedikit menjadi faktor lain yang meletakkan pentingnya

kelompok ini sebagai sasaran pendidikan politik. Kelompok ini rentan dimobilisasi

dan dikomodi kasi dalam berbagai peristiwa politik.

Page 70: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

57

e) Agamawan

Segmen agama adalah para pemuka agama atau aktivis keagamaan tertentu.

Di masing-masing kelompok agama memiliki sebutan yang berbeda- beda. Di Islam

disebut ustad atau kyai, di Hindu disebut pendeta, di agama Budha disebut Biksu, di

Kristen disebut pendeta dan pastor, dan sebagainya.

Segmen ini sangat strategis untuk menjadi sasaran pendidikan politik dan

pemilih karena kultur masyarakat Indonesia yang menempatkan mereka pada posisi

yang mulia. Sebagian besar masyarakat memiliki ikatan ideologis dan religius dengan

para pemuka agama ini. Di sejumlah tempat para pemuka agama masih menjadi

rujukan bagi masyaraat dalam segala urusan, bukan saja urusan agama tetapi juga

sosial, politik dan ekonomi.32

4.1.4.b Kelompok Rentan

Kelompok rentan adalah sejumlah daerah dan/atau kelompokmasyarakat yang

dalam penyelenggaraan pemilu memiliki masalah secara berkesinambungan ataupun

acak (random). Masalah itu dapat secara khusus terkait dengan partisipasi pemilih

maupun penyelenggaraan pemilu secara umum. Masalah yang terjadi pada daerah

atau kelompok masyarakat itu dapat mengganggu penyelenggaraan pemilu dan

legitimasi pemilu. Kluster ini terbagi ke dalam daerah dan kelompok masyarakat

dengan partisipasi pemilih rendah, potensi pelanggaran pemilu tinggi serta daerah

rawan konflik dan kekerasan.

32Ibid., hlm. 19

Page 71: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

58

a. Partisipasi Pemilih Rendah

Partisipasi pemilihrendah adalahpartisipasi pemilih padapemungutansuara

disuatu daerah (provinsi,kabupaten/kota,kecamatan dan desa/kelurahan)

secarakonsisten di bawahambang batas minimal untuk kategori demokrasi yang

mapan. Berdasarkan rumusan Economist Intelligence Unit (EIU), negara yang

demokrasinya mapan, partisipasi pemilihnya konsisten pada angka 70 persen.

Daerah dan kelompok masyarakat dengan partisipasi pemilih rendah menjadi

sasaran pendidikan pemilih karena partisipasi yang rendah dapat menggerus

legitimasi pemilu. Partisipasi yang rendah juga membuat kebutuhan pemungutan dan

penghitungan suara yang telah disediakan sesuai jumlah pemilih di TPS menjadi sia-

sia. Kegiatan penyelenggaraan Pemilu menjadi tidak efektif dan efisien.

b. Potensi Pelanggaran Pemilu Tinggi

Yang dimaksud dengan potensi pelanggaran pemilu tinggi adalah daerah yang

dalam sejarah pelaksanaan pemilu terjadi berbagai pelanggaran pemilu yang

berulang, atau terjadi pelanggaran yang sifatnya masif, atau terstruktur, atau

sistematis. Pada intinya, daerah itu dalam penyelenggaraan pemilu terjadi berbagai

peristiwa yang menyalahi ketentuan perundang-undangan. Potensi ini dapat dipicu

oleh berbagai hal seperti rendahnya pengetahuan penyelenggara, peserta dan pemilih

tentang kepemiluan, minimnya pengawasan karena daerahnya sulit diakses, dan

politik kekerabatan karena masyarakatnya homogen. Ada tiga kategori pelanggaran

Pemilu, yaitu pelanggaran etika penyelenggara pemilu, pelanggaran administrasi

pemilu dan tindak pidana pemilu. Pelanggaran pemilu dapat bersumber dari

Page 72: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

59

penyelenggara pemilu, peserta pemilu, pemerintah dan masyarakat.

c. Daerah Rawan Konflik dan Kekerasan

Daerah rawan konflik dan kekerasan adalah daerah yang memilikipotensi

tinggi terjadinya perseteruan dan/atau benturan sik antara dua kelompok masyarakat

atau lebih yang dapat mengganggu penyelenggaraan pemilu. Konflik dapat dipicu

oleh beragam faktor mulai dari sosial, politik, budaya dan ekonomi. Daerah rawan

konflik dan kekerasan menjadi sasaran pendidikan pemilih karena sejumlah alasan.

Pertama, konflik dapat menghambat akses masyarakat untuk menggunakan hak pilih.

Kedua, konflik dapat menimbulkan kecemasan dan ketakutan di tengah-tengah

masyarakat sehingga mengganggu kemandiriannya dalam menggunakan hak pilih

dan mengganggu. Ketiga, konflik dapat mengganggu, bahkan menggagalkan

penyelenggaraan pemilu sehingga sirkulasi kekuasaan secara berkala di daerah

tersebut terhambat.

4.1.4.c Kelompok Sasaran Lain

Kelompok sasaran lain adalah kelompok di luar pemilih strategis dan

kelompok rentan, yang dianggap dapat mewakili kondisi dan karakteristik di daerah

setempat. Pada prinsipnya, setiap daerah dapat mengedepankan “lokalitas unggulan”.

Kelompok ini bisa sangat berbeda antara daerah satu dengan yang lain, bergantung

pada penilaian masing-masing dengan memperhatikan skala prioritas dan kemudahan

melaksanakan strategi pendidikan pemilih.

Sekolah-sekolah demokrasi, komunitas pegiat pemilu, atau komunitas etnis

tertentu merupakan kelompok sasaran lain yang dapat dijadikan kegiatan

Page 73: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

60

pendidikanpemilih. 33

4.1.5 Strategi Pendidikan Pemilih

Program pendidikan pemilih memiliki beberapa strategi untuk mencapai

tujuan. Strategi tersebut berlandaskan kepada beberapa dimensi yang mencakup

pelbagai macam hal yang terkait dengan pemilih itu sendiri.

Terdapat 5 (lima) strategi dalam program pendidikan pemilih ini, yaitu:

4.1.5.a Penggunaan Teknologi Informasi

Hampir tidak ada masyarakat yang tidak bersentuhan sama sekali dengan

teknologi informasi. Pada saat bersamaan, teknologi informasi juga berkembang

dengan cepat. Situasi tersebut perlu direspon dengan baik untuk pendidikan pemilih.

Teknologi informasi memiliki daya jangkau yang sangat luas dan akses real time.

Internet, gadget, sistem aplikasi, teknologi visual, audio- visual dan sebagainya saat

ini begitu dekat dengan berbagai lapisan masyarakat.

Melalui itu berbagi informasi berupa data, suara, gambar dan video dapat

diperoleh dengan cepat, mudah dan murah. Hampir tidak ada masyarakat yang tidak

tersentuh oleh kehadiran teknologi informasi. Pendidikan pemilih dengan

memanfaatkan teknologi informasi kontemporer akan mendorong partisipasi. Pemilih

akan terdorong berkontribusi dan memberikan umpan balik atas topik atau masalah

yang sedang menjadi pembahasan bersama, atas kesadaran sendiri. Pendidikan

pemilih juga menjadi lebih transparan dan dapat dijangkau oleh semua pihak dan

sepanjang waktu. Konektivitas dan jejaring antar sesama pengguna yang terlibat 33Ibid., hlm. 22

Page 74: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

61

dalam pendidikan pemilih juga dapat tercipta dengan memanfaatkan teknologi

informasi. Lebih jauh lagi, pemanfaatan teknologi informasi kontemporer untuk

pendidikan pemilih dapat mendorong suatu advokasi publik atas suatu persoalan.

Setiap orang bebas menyuarakan ide atau kepentingannya sekaligus meminta

dukungan.

4.1.5.b Pemanfaatan Media Massa

Meskipun sifatnya sangat konvensional, media massa masih menjadi salah

satu wahana yang efektif sebagai penyampai informasi kepada pemilih. Ia mampu

menjangkau pelbagai lapisan masyarakat secara massif tanpa terkecuali. Media massa

berperan penting dalam melaksanakan pendidikan pemilih guna mencerdasan warga

negara dan menyebarkan nilai-nilai demokrasi. Secara umum, media massa dapat

dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu media cetak dan media elektronik. Media cetak

berupa koran, majalah, tabloid, dan sejenisnya. Sedangkan media eletronik adalah

televisi, lm, video, dan radio.

Mediamassa dengan fungsi persuasif mampu membentuk kesadaran pemilih.

Ia mampu mempengaruhi opini pemilih atas berbagai persoalan yang berkembang.

Media massa dapat mengubah budaya politik dan partisipasi politik pemilih. Begitu

strategisnya posisi media massa ia sering disebut sebagai pilar keempat demokrasi

setelah eksekutif, legislatif, dan yudikatif.

4.1.5.c Lembaga Pendidikan

Lembaga pendidikan menjadi salah satu elemen strategis dalam melakukan

pendidikan pemilih. Pertama, lembaga pendidikan tersebar di seluruh daerah pararel

Page 75: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

62

dengan keberadaan KPU. Kedua, audiens pemilih di lembaga pendidikan itu solid.

Ketiga, jumlah pemilih di lembaga pendidikan sangat besar, yaitu pra-pemilih dan

pemilih pemula.

Pendidikan pemilih melalui lembaga pendidikan menjadi awal yang baik

untuk membentuk sikap dan perilaku pemilih. Ia dapat menjadi fondasi dan sekaligus

penyaring atas berbagai hal yang sampai kepada pemilih. Nilai yang ditanamkan akan

membentuk karakter pemilih ke depan. Pada lembaga pendidikan, pendidikan pemilih

dapat dimasukkan dalam mata pelajaran yang relevan atau berbagai kegiatan di

lembaga pendidikan seperti upacara bendera dan pemilihan ketua kelas, OSIS, atau

lembaga perwakilan mahasiswa.

4.1.5.d Pemanfaatan Aktivitas Sosial Budaya

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang bertipe paguyuban dalam

pola interaksinya. Kehidupan masyarakat kental dengan pelbagai aktivitas kegiatan

sosial budaya. Aktivitas sosial budaya itu dilaksanakan secara massal. Kegiatan itu

ada yang terpilah dalam segmentasi tertentu sampai pada melibatkan semua kalangan.

Bentuk aktivitas sosial budaya di antaranya adalah pawai, perlombaan, rembug desa,

kegiatan arisan, PKK, pertunjukan seni, kepemudaan, keagamaan, dan sebagainya.

Aktivitas sosial budaya menjadi salah satu wahana penting untuk pendidikan pemilih.

Kegiatan-kegiatan sosial selalu diikuti oleh banyak orang dan mendapat perhatian

dari publik. Melalui strategi ini, pendidikan pemilih menjadi dekat dengan

masyarakat.

Page 76: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

63

4.1.5.e Komunitas Hobby

Meskipun hobby yang digeluti sangat tidak berkaitan dengan dunia politik

atau dunia kepemiluan, namun sama sekali tidak menutup kemungkinan bagi

program pendidikan pemilih masuk ke dalam dunia mereka. Pendekatan yang

digunakan memang tidak bisa serta merta seperti pendekatan yang digunakan oleh

program pendidikan pemilih yang lain.

Salah satu karakteristik dari komunitas hobby adalah kegiatannya a-politis,

bahkan tidak jarang mereka alergi kepada kegiatan-kegiatan politik. Oleh karenanya

pendekatan terhadap mereka tidak bisa dengan mudah membawa simbol-simbol

institusi politik (Partai politik, DPR, Presiden) ke hadapan mereka. Karena justru

bisa menimbulkan antipati dari mereka.

Namun dengan pendekatan yang tepat, komunitas hobby bisa menjadi wahana

yang tepat bagi proses pendidikan politik di negeri ini. Karena komunitas hobby ini

memiliki karakteristik ikatan kelompok yang kuat antar anggotanya. Sehingga apabila

satu dua orang sudah mengerti tentang tujuan pendidikan pemilih, maka ia akan

mempengaruhi anggota lainnya. Pendidikan pemilih melalui komunitas hobby adalah

kegiatan a-politis yang berdampak politis.

4.1.5.f Rumah Pintar Pemilu

Pendidikan pemilih dapat dilakukan pula dengan membuat satu tempat

dengan peruntukan khusus, yang kita sebut dengan “Rumah Pintar Pemilu”, atau

sebutan lain. Bentuknya dapat berupa pemanfaatan ruang dari suatu bangunan atau

bangunan khusus untuk melakukan pendidikan pemilih.

Page 77: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

64

Pada rumah pintar pemilu ini, satu sisi berbagai program pendidikan pemilih

dilakukan, dan pada sisi yang lain ia menjadi wadah bagi komunitas pegiat pemilu

membangun gerakan. Berbagai sarana untuk memberikan pengetahuan, pemahaman,

kesadaran dan inspirasi masyarakat tentang pentingnya pemilu dan demokrasi

disediakan di rumah pintar pemilu. Untuk menjalankan fungsi itu berbagai hal

tentang pemilu dan demokrasi dapat disampaikan melalui penayangan audio visual,

ruang pamer, ruang simulasi, dan ruang diskusi. fungsi yang lebih luas, konsep

rumah pintar pemilu dapat difungsikan menjadi semacam museum pemilu.

4.1.5.g Relawan Demokrasi

Pendidikan pemilih dapat dilakukan pula dengan menggalang relawan

demokrasi. Konsep ini dapat disebut dengan berbagai istilah seperti relawan pemilu,

pioneer pemilu atau duta pemilu. Inti gagasan relawan demokrasi adalah kesukarelaan

dari pemilih untuk mencerdaskan pemilih dan terlibat dalam proses demokratisasi.

Program ini melibatkan peran serta masyarakat yang seluas-luasnya. Mereka

ditempatkan sebagai pelopor (pioneer) demokrasi bagi komunitasnya. Relawan

demokrasi menjadi mitra KPU dalam menjalankan agenda pendidikan

pemilih.Kelompok-kelompok strategis dalam masyarakat digalang sebagai relawan.

Dengan demikian, strategi ini merupakan suatu gerakan sosial yang bersifat masif.

4.1.5.h Kreasi Lain

Strategi pendidikan pemilih melalui kreasi lain adalah berbagai program

kegiatan yang dimaksudkan untuk mengakomodasi berbagai variasi tantangan. Kreasi

lain ini dapat diinisiasi karena kombinasi tantangan yang muncul sebagai akibat

dinamika masyarakat, kondisi geogra s/alam, atau adanya inovasi teknologi.

Page 78: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

65

Persoalan kemampuan sumberdaya dan anggaran juga dapat menjadi pertimbangan

satu strategi pendidikan pemilih melalui kreasi lain.

Pengiriman bahan pendidikan pemilih, mobil keliling, becak keliling,

pemasangan bahan pendidikan pemilih di tempat-tempat strategis adalah beberapa

strategi pendidikan pemilih yang termasuk kategori melalui kreasi lain.34

4.1.6 Materi Pendidikan Pemilih

Materi yang akan disampaikan dalam pendidikan pemilih menjadi elemen

penting untuk mencapai tujuan pendidikan pemilih. Materi itu menjadi sistem nilai

yang ditanamkan dan disemaikan. Terdapat sejumlah materi pendidikan pemilih yang

dapat dibagi kedalam beberapa tema pokok. Tema-tema itu menjadi pondasi nilai

dalam kedudukannya sebagai warganegara yang hidup di iklim demokrasi. Tema-

tema itu adalah:

4.1.6.a Demokrasi

Hampir semua negara di dunia mendeklarasikan diri sebagai negara

demokrasi, dan sangat sedikit yang menolaknya. Demokrasi dipandang sebagai rezim

terbaik dalam mengelola kebutuhan manusia Kekuasaan non- demokrasi semakin hari

semakin berkurang. Kesadaran tentang itu penting untuk ditanamkan.

Pembahasan tema demokrasi diantaranya mencakup:

a. Pengertian demokrasi

b. Ciri-ciri negara demokrasi

c. Kedudukan Warganegara dalam negara demokrasi 34Ibid., hlm. 29

Page 79: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

66

d. Hambatan pelaksanaan demokrasi

e. Memperkuat efektivitas demokrasi

4.1.6.b Kelembagaan Negara

Salah satu penterjemahan dari kekuasaan demokrasi adalah keberadaan organ atau

cabang kekuasaan dalam negara. Masing-masing organ kekuasaan memiliki

karakteristik dan fungsi tersendiri. Dengan organ kekuasaan itu negara dijalankan,

dan pada organ kekuasaan itu rakyat meminta pertanggungjawaban. Pembahasan

tentang kelembagaan negara setidaknya mencakup tentang:

a. Pengertian kelembagaan negara

b. Cabang kekuasaan negara

c. Kekuasaan negara dalam Konstitusi

d. Tantangan kelembagaan negara

e. Peran rakyat atas kelembagaan negara

4.1.6.c Pemilu

Pemilu menjadi elemen penting negara demokrasi. Pada pemilu, rakyat

berpartisipasi memilih pemimpin yang akan duduk dalam lembaga negara dan

memberi kompensasi atas pemerintahan yang sedang berjalan (reward and

punishment). Pemilu dilakukan secara periodik sehingga terjadi sirkulasi

kepemimpinan.

Page 80: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

67

Pembahasan tema demokrasi diantaranya mencakup:

f. Pengertian pemilu

g. Prinsip-prinsip pemilu jujur dan adil (free and fair)

h. Sistem pemilu

i. Kelembagaan pemilu dan fungsinya

j. Tahapan pemilu

k. Mengefektifkan pemilu sebagai kedaulatan rakyat

4.1.6.d Partisipasi Politik

Partisipasi adalah jantung dari pemilu dan demokrasi. Tanpa partisipasi, pemilu

dan demokrasi menjadi kehilangan makna. Patisipasi memastikan daulat rakyat, yaitu

pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat menemukan wujud konkretnya.

Pembahasan tentang partisipasi pemilih diantaranya mencakup:

l. Pengertian partisipasi

m. Fungsi partisipasi

n. Bentuk dan arena partisipasi:

- Periode masa pemilihan dan;

- Periode pasca pemilihan

o. Tantangan partisipasi

p. Mengefektifkan partisipasi

Tema-tema pokok tersebut dapat didalami sedemikian rupa sehingga pemilih

menjadi warganegara yang tidak hanya mengetahui dan paham tentang berbagai

Page 81: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

68

pokok bahasan tersebut. Yang lebih penting adalah menjadikan pemilih sebagai

warganegara yang terampil mendayagunakan potensi yang ada dalam masyarakat dan

memanfaatkan kelembagaan demokrasi untuk optimalisasi kepentingan rakyat.35

4.1.7 Data Pemilih Pemula di Lampung

Tabel 4. Jumlah pemilih pemula yang dirilisoleh KPU Republik Indonesia dalam data

pemilih pemula Pilkada di lampung tahun 2017

Tahun Pemilih Pemula Persentase Jumlah Pemilih Tetap

2015 64.644 orang 1,61 % 4.024.760

2017 34.614 orang 2,96% 1.167.623

Sumber: Arsip KPU Bandar Lampung

Secara umum, pemilih pemula merupakan pemilih yang baru pertama kali

menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan umum. Mereka yang rentan berumur

dari 17 sampai dengan 21 tahun ini sebagian besar adalah pelajar dan mahasiswa.

Segmentasi pemilih pemula seperti yang tergambar tersebut memang betul

memiliki kuantitas yang cukup tinggi, namun ternyata memiliki daya apatisme dan

budaya ikut-ikutan dalam menentukan keputusan politiknya. Hal tersebut disebabkan

tingkat kesadaran politik pemilih pemula yang belum memadai, bagi mereka sendiri

dianggap menjadi suatu hal yang diwajarkan di tengah ketidakpastian atas politik itu

sendiri. Ketidakpastian di sini bisa jadi disebabkan banyaknya aktor-aktor politik

yang terlibat kasus korupsi, ketimpangan atas hukum, dan masalah sosial

kemasyarakatan yang menyangkut keberlangsungan pemilih pemula.

35Ibid., hlm. 33

Page 82: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

69

Selain itu, tema-tema lain dapat dikembangkan sepanjang memperkuat keterampilan

pemilih dalam mendayagunakan demokrasi untuk kepentingan publik. Pendidikan

pemilih akan memperkuat demokrasi dan pemilu yang berkualitas. Kerja-kerja

sistematis untuk melakukan pendidikan pemilih perlu dilakukan. Keterpaduan

pelaksanaan prinsip-prinsip, sasaran, dan strategi pendidikan pemilih menjadi faktor

penting.

Penyelenggara pemilu penting untuk membuat manajemen pelaksanaan

pendidikan pemilih. Perlu penterjemahan dan detail pedoman pendidikan pemilih

dalam bentuk perencanaan, pengorganisasian, kontrol dan evaluasi program.

Sumberdaya manusia yang mumpuni dengan jumlah yang cukup menjadikan

program pendidikan pemilih semakin bermutu dan mengatasi berbagi kekurangan dan

mengatasi berbagai hambatan yang muncul. Akhirnya, kesungguhan dan komitmen

dalam melakukan pendidikan pemilih menjadi penentu akhir keberhasilan program

pendidikan pemilih.

4.1.8 Kursi Partai Politik Di Kota Bandar Lampung

Tabel 5. Perolehan Kursi Partai Politik Dalam Pemilu Anggota Dprd Kabupaten/Kota

Tahun 2014Kota Bandar Lampung

PARTAI POLITIK DAPIL 1 DAPIL 2 DAPIL 3 DAPIL 4 DAPIL 5 DAPIL 6 JUMLAH KURSI

NASDEM 1 1 - 1 1 1 5

KEBANGKITAN BANGSA

- - - - 1 - 1

Page 83: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

70

KEADILAN SEJAHTERA

1 1 1 1 1 5

PDIP 2 1 2 1 2 2 10

GOLKAR 1 1 1 - 1 1 5

GERINDRA 1 1 1 1 1 - 5

DEMOKRAT 1 1 - 1 1 1 5

PAN 1 1 1 2 1 1 7

PPP 1 1 1 - 1 - 4

HANURA - 1 - 1 - - 2

PBB - - - - - - -

PKS 1 - - - - - 1

JUMLAH 10 9 7 8 9 7 50

Sumber: Arsip KPU Bandar Lampung

4.2 Gambaran Umum tentang KPU Kota Bandar Lampung

KPU Kota Bandar Lampung dibentuk pada Tahun 2003. Pada awal

pembentukannya, KPU Kota Bandar Lampung masih terdiri dari 1 (satu) orang

Sekretaris dan dibantu oleh 3 (tiga) orang Kasubbag, yaitu :

1. Kasubbag Umum dan Logistik;

2. Kasubbag Teknis Pemilu dan Hupmas; dan

3. Kasubbag Hukum.

Page 84: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

71

Pada saat itu, pegawai KPU Kota Bandar Lampung pada saat itu adalah Pegawai

Negeri Sipil yang berasal dari Badan Kesbangpol dari instansi terkait lainnya.

Keberadaan Pegawai Negeri Sipil itu adalah untuk memfasilitasi anggota KPU Kota

Bandar Lampung dalam menyelenggarakan Pemilu legislatif dan Pilpres tahun 2004

dan seterusnya. Dalam perjalanannya, berbagai regulasi berupa undang-undang

penyelenggara Pemilu dan peraturan KPU diterbitkan untuk mempertegas tugas,

pokok dan fungsi sekretariat Komisi Pemilihan Umum baik di tingkat pusat maupun

di tingkat daerah.

Lalu sejak tahun 2009, Sekretariat Jendral KPU RI mengadakan rekrutmen

pegawai organik (pegawai pusat), yang kemudian ditempatkan pada Sekretariat KPU

Kota Bandar Lampung.36

4.2.1 Visi dan Misi KPU Kota Bandar Lampung

a. Visi:

Terwujudnya KPU Kota Bandar Lampung sebagai penyelenggara Pemilu yang

memiliki integritas, professional, mandiri, transparan dan akuntabel untuk

mewujudkan Pemilu yang jurdil dan bermartabat.

b. Misi:

(1) Membangun lembaga penyelenggara Pemilu yang memiliki kompetensi ,

kredibilitas dan kapabilitas dalam menyelenggarakan Pemilu;

36 Spirit of Democracy, Kpu Bandar Lampung, Diakses dari http://kpu-bandarlampungkota.go.id. Pada

tanggal 1 juni 2017. Pukul 16.00

Page 85: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

72

(2) Menyelenggarakan Pemilu untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat,

Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Presiden dan

Wakil Presiden serta Kepala Daerah dan Wakil kepala Daerah secara langsung,

umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.

(3) Melayani dan memperlakukan setiap peserta Pemilu secara adil untuk

menegakkan peraturan Pemilu secara konsisten sesuai dengan peraturan

perundang- undangan yang berlaku;

(4) Meningkatkan kesadaran politik rakyat untuk berpartisipasi aktif dalam Pemilu

demi terwujudnya cita-cita masyarakat Indonesia yang demokratis.37

4.2.2 Tujuan dan Sasaran

a. Tujuan:

(1) Meningkatkan pemahaman tentang hak dan kewajiban politik rakyat dalam

Pemilu;

(2) Melaksanakan undang-undang di bidang politik secara murni dan konsekuen;

(3) Meningkatkan kesadaran rakyat yang tinggi tentang Pemilu yang demokratis;

(4) Melaksanakan Pemilu secara luber dan jurdil.

b. Sasaran:

(1) Meningkatnya kesadaran dan partisipasi politik rakyat dalam Pemilu;

(2) Terjaminnya pemilih dalam menggunakan hak pilihnya secara bebas, tertib dan

demokratis;

37 Visi dan Misi, Kpu Bandar Lampung, Diakses dari http://kpu-bandarlampungkota.go.id. Pada

tanggal 1 juni 2017. Pukul 16.00

Page 86: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

73

(3) Terjaminnya perlakuan yang adil dan setara bagi peserta Pemilu calon anggota

legislatif, calon Presiden dan Wakil Presiden serta pejabat–pejabat publik lainnya

sesuai undang–undang;

(4) Terwujudnya organisasi pelaksana Pemilu yang memiliki sistem administrasi

yang efisien, efektif, dan memenuhi standar kerja profesional di seluruh

tingkatan yang didukung dengan sistem komunikasi dan teknologi informasi;

(5) Tersedianya peta logistik Pemilu dan Pemilukada yang memadai.38

4.2.3 Kelembagaan KPU Kota Bandar Lampung

KPU Kota Bandar Lampung terdiri dari 2 (dua) unsur, yaitu:

a. Komisioner KPU yang terdiri dari 5 (lima) orang yang dikoordinasi oleh 1 (satu)

orang ketua dan empat orang anggota.

b. Unsur kesekretariatan dipimpin oleh Sekretaris KPU Kota Bandar Lampung.

Kedua unsur tersebut merupakan satu kesatuan, komisioner membuat kebijakan

teknis penyelenggaraan dan unsur sekretariat membantu dalam melakukan tugasnya

terkait dengan administrasi umum dan keuangan, personalia dan rumah tangga.

Berdasarkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 06 tahun 2008 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan

Kabupaten/Kota, maka saat ini struktur KPU Kota Bandar Lampung sebagai berikut:

a. Sub Bagian Program dan Anggaran;

b. Sub Bagian Teknis Pemilu dan Hubungan Partisipasi Masyarakat (Hupmas);

38Tujuan, Kpu Bandar Lampung, Diakses dari http://kpu-bandarlampungkota.go.id. Pada tanggal 1 juni

2017. Pukul 16.00

Page 87: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

74

c. Sub Bagian Hukum;

d. Sub Bagian Keuangan, Umum, dan Logistik.

4.2.3.a BAGAN STRUKTUR ORGANISASI

Tabel 6. Bagan Struktur Kpu Kota Bandar Lampung

Sumber: Arsip KPU Bandar Lampung

KETUA Fauzi Heri

ANGGOTA Dedy

ANGGOTA Fery Triatmojo

ANGGOTA Fadila Sari

ANGGOTA Ika Kartika

KASUBBAG PROGRAM &

DATA

Suprihatin

KASUBBAG TEKNIS & HUPMAS

Iswanto

KASUBBAG HUKUM

Musnawi

KASUBBAG KEUANGAN,

UMUM & LOGISTIK

Tuyono Tuyono

Staf Staf

Staf

Staf

SEKRETARIS Jainuddin

Page 88: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

75

4.2.4 Tugas, Wewenang dan Kewajiban KPU Kota/Kabupaten dalam Pilkada

Tugas dan wewenang KPU Kabupaten/Kota dalam Pemilihan Bupati dan Walikota

meliputi:

a. Merencanakan program dan anggaran;

b. Merencanakan dan menetapkan jadwal Pemilihan Bupati dan Walikota;

c. Menyusun dan menetapkan tata kerja KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS, dan KPPS

dalam Pemilihan Bupati dan Walikota dengan memperhatikan pedoman dari KPU

dan/atau KPU Provinsi;

d. Menyusun dan menetapkan pedoman teknis untuk setiap tahapan penyelenggaraan

Pemilihan Bupati dan Walikota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan;

e. Membentuk PPK, PPS, dan KPPS dalam Pemilihan Gubernur serta Pemilihan

Bupati dan Walikota dalam wilayah kerjanya;

f. Mengoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan semua tahapan

penyelenggaraan Pemilihan Bupati dan Walikota sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan dengan memperhatikan pedoman dari KPU

dan/atau KPU Provinsi;

g. Menerima daftar pemilih dari PPK dalam penyelenggaraan Pemilihan Bupati dan

Walikota;

h. Memutakhirkan data Pemilih berdasarkan data kependudukan yang disiapkan dan

diserahkan oleh Pemerintah dengan memperhatikan data terakhir:

1. Pemilihan umum anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan

Daerah, dan DPRD;

Page 89: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

76

2. Pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden; dan

3. Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota, dan menetapkannya sebagai

daftar pemilih;

i. Menerima daftar pemilih dari PPK dalam penyelenggaraan Pemilihan Gubernur

dan menyampaikannya kepada KPU Provinsi;

j. Menetapkan Calon Bupati dan Calon Walikota yang telah memenuhi persyaratan;

k. Menetapkan dan mengumumkan hasil rekapitulasi penghitungan suara Pemilihan

Bupati dan Walikota berdasarkan rekapitulasi hasil penghitungan suara dari

seluruh PPK di wilayah Kabupaten/Kota yang bersangkutan;

l. Membuat berita acara penghitungan suara serta membuat sertifikat penghitungan

suara dan wajib menyerahkannya kepada saksi peserta Pemilihan, Panwaslu

Kabupaten/Kota, dan KPU Provinsi;

m. Menerbitkan Keputusan KPU Kabupaten/Kota untuk mengesahkan hasil

Pemilihan Bupati dan Walikota dan mengumumkannya;

n. Mengumumkan Calon Bupati dan Walikota terpilih dan dibuatkan berita acaranya;

o. Melaporkan hasil Pemilihan Bupati dan Walikota kepada Menteri melalui

Gubernur dan kepada KPU melalui KPU Provinsi;

p. Menindaklanjuti dengan segera rekomendasi Panwaslu Kabupaten/Kota atas

temuan dan laporan adanya dugaan pelanggaran Pemilihan;

q. Mengenakan sanksi administratif dan/atau menonaktifkan sementara anggota PPK,

anggota PPS, sekretaris KPU Kabupaten/Kota, dan pegawai sekretariat KPU

Kabupaten/Kota yang terbukti melakukan tindakan yang mengakibatkan

Page 90: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

77

terganggunya tahapan penyelenggaraan pemilihan berdasarkan rekomendasi

Panwaslu Kabupaten/Kota dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan;

r. Melaksanakan sosialisasi penyelenggaraan Pemilihan dan/atau yang berkaitan

dengan tugas KPU Kabupaten/Kota kepada masyarakat;

s. Melaksanakan tugas dan wewenang yang berkaitan dengan Pemilihan Gubernur

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan pedoman KPU

dan/atau KPU Provinsi;

t. Melakukan evaluasi dan membuat laporan penyelenggaraan Pemilihan Bupati dan

Walikota;

u. Menyampaikan hasil Pemilihan Bupati dan Walikota kepada KPU Provinsi,

Gubernur, dan DPRD kabupaten/Kota; dan v. melaksanakan tugas dan wewenang

lain yang diberikan oleh KPU, KPU Provinsi, dan/atau ketentuan peraturan

perundang-undangan.

KPU Kabupaten/Kota dalam Pemilihan Bupati dan Walikota wajib:

1. Melaksanakan semua tahapan penyelenggaraan Pemilihan Bupati dan Walikota

dengan tepat waktu;

2. Memperlakukan peserta Pemilihan Calon Bupati dan Walikota secara adil dan

setara;

3. Menyampaikan semua informasi penyelenggaraan Pemilihan Bupati dan Walikota

kepada masyarakat;

4. Melaporkan pertanggungjawaban penggunaan anggaran sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan;

Page 91: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

78

5. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban semua kegiatan penyelenggaraan

Pemilihan Bupati dan Walikota kepada Menteri melalui Gubernur dan kepada

KPU melalui KPU Provinsi;

6. Mengelola, memelihara, dan merawat arsip/dokumen serta melaksanakan

penyusutannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

7. Mengelola barang inventaris KPU Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan;

8. Menyampaikan laporan periodik mengenai tahapan penyelenggaraan Pemilihan

Bupati dan Walikota kepada Menteri melalui Gubernur, kepada KPU dan KPU

Provinsi serta menyampaikan tembusannya kepada Bawaslu Provinsi;

9. Membuat berita acara pada setiap rapat pleno KPU Kabupaten/Kota sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan;

10. Menyampaikan data hasil Pemilihan dari tiap TPS pada tingkat Kabupaten/Kota

kepada peserta Pemilihan paling lama 7 (tujuh) hari setelah rekapitulasi di

Kabupaten/Kota;

11. Melaksanakan Keputusan DKPP; dan

12. Melaksanakan kewajiban lain yang diberikan KPU, KPU Provinsi dan/atau

ketentuan peraturan perundang-undangan.39

39 Spirit of Democracy, Kpu Bandar Lampung, Diakses dari http://kpu-bandarlampungkota.go.id. Pada

tanggal 1 juni 2017. Pukul 16.00

Page 92: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

79

BAB 5

STRATEGI PEMBELAJARAN ANAK YANG DITERAPKAN OLEH KPU

KOTA BANDAR LAMPUNG DALAM MENCERDASKAN KELOMPOK PRA

PEMILIH

Dinamika politik yang terjadi di setiap negara merupakan proses yang tidak

bisa dipisahkan dengan state sebagai kelompok yang bertanggung jawab dan

mengontrol seluruh masyarakatnya, swasta sebagai pemilik modal, dan civil society

sebagai kelompok masyarakat yang ikut mengontrol konerja state dan swasta. Ketiga

unsur ini memiliki porsi masing-masing dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

negara tersebut. Hal ini juga dialami oleh Indonesia yang memiliki ketiga unsur ini

dalam mencapai tujuan yang telah diamanahkan oleh pancasila dan UUD 1945. State,

swasta dan civil society memiliki peran yang berbeda termasuk dalam pelaksanaan

pemilu bagi kelompok pra pemilih. State, swasta dan civil society memiliki peran

masing-masing dengan proses relasi diantara ketiganya.

5.1 Kegiatan Rumah demokrasi

5.1.1 Program Jumpa Walikota dan Jumpa Parlemen

Program Jumpa Walikota dan Jumpa Parlemen, Pra pemilih diberikannya akses

untuk bertemu langsung oleh pejabat daerah dalam mendukung terwujudnya

partisipasi masyarakat dan akses layanan yang ideal bagi kelompok pra pemilih.

Biasa diselenggarakan di aula tertentu atau bertemu di kantor KPUD Bandar

Lampung. Hal ini dapat peneliti sampaikan sebab mengingat begitu banyaknya

pemilih yang pasif dan belum mau terlibat dalam bidang politik karena kurangnya

minat dari sebagian kelompok pemilih dalam melibatkan dirinya pada kegiatan

politik. Oleh karena itu dibutuhkan pendidikan pemilu sejak dini agar kedepannya

Page 93: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

80

minat masyarakat untuk mendukung demokrasi yang ideal ini bisa terlaksana dengan

baik.

5.1.2 Berkunjung di Rumah Demokrasi

Strategi pembelajaran yang dilakukan dengan cara menempatkan anak sebagai

objek dan subjek pembelajaran. Dimana peran serta aktif mereka diperlukan agar

mereka merasa suasana pembelajaran yang berbeda dengan di kelas. Metode snow

ball throwing digunakan dalam sesi mengisi materi kepemiluan dengan

mengkombinasikan materi kepemiluan dengan game dan kuis, memutar video sejarah

pemilu di indonesia, tahapan pemilihan walikota bandar lampung, melakukan

simulasi pemilihan di TPS dengan petugas KPPS dan pemilih keseluruhannya adalah

peserta didik kelompok pra pemilih, serta memberikan waktu untuk setiap anak agar

memberikan testimoni tanggapan mereka selama berkunjung di rumah demokrasi.

5.1.3 Program Jumpa Walikota dan Jumpa Parlemen

Program Jumpa Walikota dan Jumpa Parlemen, Pra pemilih diberikannya akses

untuk bertemu langsung oleh pejabat daerah dalam mendukung terwujudnya

partisipasi masyarakat dan akses layanan yang ideal bagi kelompok pra pemilih.

Biasa diselenggarakan di aula tertentu atau bertemu di kantor KPUD Bandar

Lampung. Hal ini dapat peneliti sampaikan sebab mengingat begitu banyaknya

pemilih yang pasif dan belum mau terlibat dalam bidang politik karena kurangnya

minat dari sebagian kelompok pemilih dalam melibatkan dirinya pada kegiatan

politik. Oleh karena itu dibutuhkan pendidikan pemilu sejak dini agar kedepannya

minat masyarakat untuk mendukung demokrasi yang ideal ini bisa terlaksana dengan

baik.

Page 94: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

81

5.1.4 Fasilitas Rumah Demokrasi

Rumah Demokrasi KPU BANDAR LAMPUNG memiliki fasilitas:

a. Ruang diskusi yg dilengkapi dg peralatan komputer dan proyektor, ruang diskusi

sesuai dg namanya digunakan Utk memberikan materi kepemiluan dan diskusi.

b. Ruang rumah demokrasi terdiri dari peralatan audio visual, galeri photo,

perpustakaan, panggung testimoni demokrasi.

c. Ruang simulasi berupa peralatan memilih di TPS, desain panel dinding cara

memilih di TPS, kotak suara, tinta dan peralatan TPS lainnya.

5.2 Strategi Pembelajaran Anak Yang Diterapkan KPU Kota Bandar Lampung

Strategi pembelajaran KPU dalam penyelenggaraan akses layanan pemilu bagi

kelompok pra pemilih merupakan bentuk keterlibatan dari statedalam meningkatkan

kualitas pelayanan yang dilakukan melalui Komisi Pemilihan Umum. KPU sebagai

statemelakukan relasi penyediaan akses layanan pemilu pada akhirnya bukan hanya

sekedar menjadi stateyang bergerak pada upaya penyediaan akses layanan saja, akan

tetapi juga terlibat dalam arus politik di Indonesia. Keterlibatan KPUdalam arus

politik sebuah negara demokrasi memang tidak dapat dihindari sebab keberadaan dari

KPUsebagai penyeimbang kekuasaan.

Kesadaran akan pentingnya partisipasi kelompok dpra pemilih dalam pemilu

melalui Rumah Demokrasi merupakan bagian yang tak kalah penting dalam upaya

terwujudnya pemilu yang aktif melalui penyediaan akses layanan pemilu. Hal ini juga

disampaikan oleh Ketua KPU Bandar Lampung, Fauzi Heri dalam wawancara yang

dilakukan oleh peneliti:

Page 95: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

82

“Kita menjadi salah satu daerah yang ditunjuk sebagai salah satu pilot project, pusat pendidikan pemilih di bandar lampung yang bernama Rumah Demokrasi. Dalam upaya ini Rumah Demokrasi menitik beratkan kepada sosok pra pemilih, dimana anak-anak yang belum cukup usianya untuk memilih, Mulai dari TK,SD, SMP, SMA. Membuat sebuah program yang diberi nama jumpa parlemen dan jumpa walikota. Untuk memberitahukan dan berdialog langsung dengan hasil dari pemilu itu sendiri, strategi yang dilakukan yaitu mengundang sekolah dengan anak didiknya di damping oleh guru pendamping kemudian kita memberikan materi seperti pentingnya pemilu, sejarah pemilu, dan demokrasi. Dan kita juga memberikan games dan kuisnya. Dari strategi itu menunjang dari tujuan program kita”40

Berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti melihat bahwa KPU Bandar Lampung

ditunjuk sebagai pilot project pendidikan pemilih dalam mengupayakan terwujudnya

pemilu yang aktif. Terdapat aspek menarik yang peneliti temukan dalam upaya

mewujudkan akses layanan bagi pra pemilih.

Pertama, dari bagian kelompok pra pemilih ini, diberikannya akses untuk bertemu

langsung oleh pejabat daerah dalam mendukung terwujudnya partisipasi masyarakat

dan akses layanan yang ideal bagi kelompok pra pemilih. Hal ini dapat peneliti

sampaikan sebab mengingat begitu banyaknya pemilih yang pasif dan belum mau

terlibat dalam bidang politik karena kurangnya minat dari sebagian kelompok pemilih

dalam melibatkan dirinya pada kegiatan politik. Oleh karena itu dibutuhkan

pendidikan pemilu sejak dini agar kedepannya minat masyarakat untuk mendukung

demokrasi yang ideal ini bisa terlaksana dengan baik.

Kedua,Sistem kebijakan pemerintah yang memperhatikan kebutuhan kelompok

pra pemilih. Kebijakan yang dibuat baik Undang-Undang ataupun peraturan daerah

40 Wawancara dengan Fauzi Heri, tanggal 15 mei 2017. Di Kantor KPUD Bandar Lampung

Page 96: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

83

memperhatikan akses bagi pra pemilih. Pemerintah melalui penerapan kebijakannya

akan berdampak banyak terhadap sistem di negaranya. Tidak banyak Negara

berkembang yang benar-benar memperhatikan kebutuhan akses bagi pra pemilih

dalam kebijakan atau sarana dan prasarana yang sesuai, pemerintah telah memiliki

kewajiban untuk menjamin setiap warga negaranya, hal inilah yang perlu mendapat

perhatian terutama bagi kurangnya keterlibatan masyarakat dalam ranah politik.

Ketiga,peningkatan kesadaran dengan memperkaya konsep-konsep partisipasi

dalam penstabilan keputusan politik. KPU Bandar Lampung menyadari bahwa untuk

meningkatkan kesadaran mengenai partisipasi pemilu harus adanya pembelajaran

terhadap pra pemilih. Hal ini dilakukan bukan hanya dengan pengenalan konsep

pemilu yang aktif saja, akan tetapi menyadarkan seluruh pihak yang berperan dalam

pemilu bahwa pentingnya pembelajaran partisipasi kelompok pra pemilih dalam

pemilu terhadap kualitas pemilu di Indonesia sendiri.

KPU berperan sebagaipenyediaan akses layanan pemilu sehingga terlaksana

pemilu yang aksesibel, KPU juga memberikan sosialisasi pelaksanaan pemilu yang

aksesibel bagi jajaran KPU hingga para petugas untuk memahami pentingnya

pembelajaran politik kelompok pra pemilih

Selain melakukan kegiatan-kegiatan bagi penunjang peningkatan partisipasi

kelompok pra pemilih, KPU juga memberikan pendidikan politik bagi kelompok pra

pemilih seperti kegiatan jumpa parlemen dan jumpa walikota serta kegiatan simulasi

atau seminar-seminar umumnya menjadi salah satu cara dalam menggugah partisipasi

kelompok pra pemilih pada pemilu.

Page 97: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

84

Keempat, Pengembangan kapasitas dengan berbagai metode alternatif

partisipasi, menyediakan fasilitas pembelajaran pemilu, dan melakukan pelatihan-

pelatihan pemilu. Jika selama ini pemerintah dan masyarakat belum memperhatikan

pra pemilih, maka KPU memiliki Inovasi-inovasi yang dilakukan bukan hanya

sebagai rangkaian pelaksanaan pemilu saja akan tetapi inovasi yang dilakukan untuk

meningkatkan partisipasi kelompok pemilih pada masa yang akan datang.

Permasalahan pemilu yang pasif dan tidak aksesibel selama ini terjadi akibat

tidak tersedianya akses layanan yang ideal bagi kelompok pra pemilih. State tidak

bekerja sebagaimana tugasnya dalam menyediakan pelayanan. Masyarakat dibawah

umur tidak mampu terorganisir kebutuhannya, hingga statemenyadari bahwa

ketimpangan dalam kebijakan merupakan tanggung jawab stateterhadap masyarakat

umum terutama kelompok pra pemilih dalam permasalahan ini.

5.3 Strategi Pembelajaran Rumah Demokrasi KPU Bandar Lampung Dalam

Prinsip Good Governance

Dalam prinsipgood governance ada 6 karakteristik yang digunakan peneliti

guna penelitian ini yaitu:

5.3.1 Partisipasi

Setiap orang tanpa terkecuali memiliki hak yang sama dalam memenuhi

kepentingan dan aspirasinya masing-masing. Dalam hal ini KPU Bandar Lampung

berupaya dalam meningkatkan partisipasi politik kelompok pra pemilih. Partisipasi

ini tidak hanya dengan melibatkan kelompok pra pemilih dalam pelaksanaan pemilu,

akan tetapi berupaya meningkatkan partisipasi politik kelompok pra pemilih dalam

proses pemilu dan kegiatan-kegiatan kenegaraan lainnya, bukan hanya dalam ranah

politik akan tetapi pada bidang lainnya. Dalam hal ini KPU sadar bahwa terjadi

Page 98: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

85

pasifnya masyarakat yang nantinya mengganggu tingkat partisipasi kelompok

pemilih dimasa yang akan datang. Jadi ketika partisipasi kelompok masyarakat masih

rendah atau dibatasi karena tidak adanya akses layanan yang menunjang, konsep

good governance belum dapat diterapkan dengan baik.

Canter (dalam Arimbi, 1993:1) mendefinisikan partisipasi sebagai feed-

forward information and feedback information.41 Dengan definisi ini, partisipasi

masyarakat sebagai proses komunikasi dua arah yang terus menerus dapat diartikan

bahwa partisipasi masyarakat merupakan komunikasi antara pihak pemerintah

sebagai pemegang kebijakan dan masyarakat di pihak lain sebagai pihak yang

merasakan langsung dampak dari kebijakan tersebut.Dari pendapat Canter juga

tersirat bahwa masyarakat dapat memberikan respon positif dalam artian mendukung

atau memberikan masukan terhadap program atau kebijakan yang diambil oleh

pemerintah, namun dapat juga menolak kebijakan. Menurut pendapat Mubyarto

(1997:35) bahwa mendefinisikan partisipasi sebagai kesediaan untuk membantu

keberhasilan setiap program sesuai dengan kemampuan setiap orang tanpa berarti

mengorbankan kepentingan diri sendiri.42

Berarti bila dijelaskan bahwa keberhasilan suatu program yang dijelaskan oleh

Mubyarto yaitu adanya partisipasi dari masyarakat itu sendiri. Berjalannya Rumah

pintar ini karena adanya peran dari masyarakat pula. Minimnya partisipasi

masyarakat disini mengakibatkan program pun bisa terhambat.Lalu pada setiap unsur

41http://eprints.uny.ac.id/18675/3/3.%20BAB%20II.pdf. Diakses pad Tanggal 25 Juli 2017. Pukul 20.00

42Elida Imro’atin Nur Laily, Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Partisipatif, Volume 3, Nomor 3, September – Desember 2015

Page 99: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

86

yang ada seharusnya semua unsur telah berpartisipasi pada setiap pembuatan

kebijakan, hal ini bukan hanya pada beberapa unsur saja akan tetapi keseluruhan

unsur. Jadi ketika konsep good governance membutuhkan partisipasi sebagai

karakteristiknya, maka semua unsur di dalam good governance hingga unsur paling

kecil seperti kelompok pra pemilih atau pemilih pemula harus dapat berpartisipasi

sesuai dengan aspirasi dan kepentingannya. KPU mengupayakan peningkatan

partisipasi ini. Hal ini juga sesuai dengan yang disampaikan oleh Ketua KPU Bandar

Lampung yang peneliti temui:

“Dengan membuat program khusus kelompok pra pemilih yaitu kunjungan rutin ke rumah demokrasi, diskusi terkait kepemiluan, menjadikan mereka petugas TPS sekaligus pemilih dalam simulasi, melakukan kunjungan dengan membawa kelompok pra pemilih ke DPRD dan walikota dlm program jumpa parlemen dan jumpa walikota, mengeluarkan surat edaran ke SD se-Bandar Lampung untuk melakukan kunjungan ke Rumah Demokrasi.”43

aktivis NGO dilibatkan secara aktif dengan memberikan kursus pemilu,

membentuk komunitas peduli pemilu, membuat diskusi dg melibatkan NGO sebagai

peserta, pelaksana dan narsumbernya dan dari diskusi itu dihasilkan sejumlah

rekomendasi peranan NGO dalam pendidikan politik di mana kelompok pra pemilih

menjadi salah satu kelompok yang disasar untuk diberikan pendidikan politik. Lalu

sosialisasi yang dilakukan dengan melibatkan dinas pendidikan kota bandar lampung

utntuk menerbitkan surat himbauan untuk berkunjung ke rumah demokrasi, membuat

lomba mewarnai, lomba cerdas cermat Pemilu, dan memberikan sosialisasi khusus

terkait program rumah demokrasi kepada guru PPKN se-kota Bandar Lampung.

43Wawancara dengan Fauzi Heri, tanggal 15 mei 2017. Di Kantor KPUD Bandar Lampung

Page 100: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

87

Strategi pembelajaran yang dilakukan dengan cara menempatkan anak sebagai

objek dan subjek pembelajaran. Dimana peran serta aktif mereka diperlukan agar

mereka merasa suasana pembelajaran yang berbeda dengan di kelas. Metode snow

ball throwing digunakan dalam sesi mengisi materi kepemiluan dengan

mengkombinasikan materi kepemiluan dengan game dan kuis, memutar video sejarah

pemilu di indonesia, tahapan pemilihan walikota bandar lampung, melakukan

simulasi pemilihan di TPS dengan petugas KPPS dan pemilih keseluruhannya adalah

peserta didik kelompok pra pemilih, serta memberikan waktu untuk setiap anak agar

memberikan testimoni tanggapan mereka selama berkunjung di rumah demokrasi.

Rumah Demokrasi KPU BANDAR LAMPUNG memiliki fasilitas seperti Ruang

diskusi yg dilengkapi dengan peralatan komputer dan proyektor, ruang diskusi sesuai

dengan namanya digunakan untuk memberikan materi kepemiluan dan diskusi. Lalu

adanya Ruang rumah demokrasi terdiri dari peralatan audio visual, galeri photo,

perpustakaan, panggung testimoni demokrasi dan Ruang simulasi berupa peralatan

memilih di TPS, desain panel dinding cara memilih di TPS, kotak suara, tinta dan

peralatan TPS lainnya. Adanya fasilitas seperti Ruang diskusi, Ruang Rumah

demokrasi dan Ruang simulasi dibuat untuk membantu program pendidikan pra

pemilih ini bisa berjalan lebih kondusif lagi.

Pemerintah Kota Bandar Lampung memberikan dukungan anggaran dalam APBD

untuk melengkapi kegiatan dan peningkatan SDM bagi pengembangan Rumah

Demokrasi.

Page 101: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

88

5.3.2 Aturan Hukum

Aturan hukum yang jelas diwujudkan dengan adanya peraturan perundang-

undangan yang berkeadilan, ditegakkan dan dipatuhi.Hal ini dapat dilihat dari

pembuatan peraturan KPU, Sebab yang dilihat selama ini adanya ketidakadilan dalam

pembuatan peraturan pemilu yang tidak memerhatikan kelompok pra pemilih

tersebut. Hal ini dilakukan bukan hanya dengan pembuatan peraturan saja, akan tetapi

juga dalam menegakkan dan pelaksanaan di lapangan. Selama ini kelompok pra

pemilih belum mendapatkan fasilitasnya dimana pendidikan pemilu itu sangatlah

penting. Dasar pembentukan Rumah Demokrasi sesuai surat KPU RI perihal

penunjukkan KPU Kota Bandar Lampung sebagai salah satu daerah yang menjadi

pilot project pusat pendidikan pemilih pada tahun 2015. Melalui program rumah

demokrasi KPU inilah yang ingin menyadarkan bagi seluruh unsur good governance

dan masyarakat umum bahwa keadilan peraturan akan sangat berpengaruh terhadap

kehidupan kenegaraan.

Rumah Pintar Pemilu juga menjelaskan secara pedoman teknisnya tentang

lingkup materi RPP, kebutuhan ruang dan alur tata ruang serta pelayanan dalam

kunjungan untuk optimalisasi pengelolaannya. Konsep RPP ini juga merupakan

pendidikan pemilih yang dilakukan KPU untuk mengedukasi masyarakat tentang

nilai-nilai penyelenggaraan pemilu dan demokrasi serta media yang sangat penting

bahwa pemilu adalah hal yang harus tetap dijaga nilai demokrasinya.

KPU Kota Bandar Lampung melakukan terobosan hukum dengan

Menindaklanjuti surat dari KPU RI nomor 54/KPU/I/2017 tentang pembentukan

Rumah Pintar Pemilu Tahun 2017. Ini adalah merupakan program nasional tentang

Page 102: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

89

pendidikan pemilih pada tahun 2017 ini. KPU RI ditahun 2017 ini akan membentuk

RPP di 15 KPU Provinsi/KIP Aceh dan sebanyak 273 KPU/KIP Kabupaten/Kota

untuk melaksanakan pembentukan Rumah Pintar Pemilu di Triwulan I Tahun 2017

yaitu Januari s/d Maret 2017.

KPU Kota Bandar Lampung juga melakukan terobosan dengan menggandeng

pemerintah kota setempat untuk membantu pengembangan Rumah Demokrasi

dengan menandatangani Naskah Perjanjian Hibah Daerah pada tahun 2016

dikarenakan anggaran dari pemerintah pusat yang digelontorkan Oleh KPU RI sangat

minimal sehingga daerah diminta untuk melakukan terobosan hukum untuk

memastikan kegiatan pengembangan Rumah Demokrasi tidak terkendala anggaran.

Maka dalam program KPU ini mengupayakan agar seluruh unsur sadar akan

perannya masing-masing dalam menegakkan peraturan perundang-undangan yang

adil dan dipatuhi, salah satu wujud dari upaya penegakan hukum ini adalah dibuatnya

peraturan KPU pusat dalam menjalankan program pendidikan pemilu terutama

kepada kelompok pra pemilih ini.Aturan hukum, yaitu hukum harus adil, tanpa

pandang bulu, ditegakkan dan dipatuhi secara utuh, terutama aturan hukum tentang

hak asasi manusia.

5.3.3 Transparansi

Adanya transparansi dalam kebebasan mendapat informasi. Transparansi yang

dimaksud disini bukan sekedar swasta dan civil society dapat mengakses dengan

mudah setiap laporan pertanggung jawaban pemerintah dalam menjalankan tugasnya

selama ini. Akan tetapi kebebasan setiap informasi yang berkaitan erat dengan

kehidupan kenegaraan. Setiap orang berhak mendapatkan informasi yang sama dan

Page 103: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

90

dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Selama ini umumnya anggapan

mengenai transparansi adalah mengenai keuangan yang ada di pemerintah, akan

tetapi tidak sekedar itu saja. Transparansi yang dimaksud dalam karakteristik good

governance adalah kebebasan informasi, setiap orang memiliki hak untuk

mendapatkan informasi sesuai yang dibutuhkannya dan begitupun dengan kelompok

pemilih baru dalam menjalankan haknya ketika melaksanakan pemilu.

Anggaran KPU Bandar Lampung dalam menjalankan program rumah

demokrasi ini bersumber dari DIPA KPU (APBN) dan hibah daerah (APBD), karena

anggaran yang bersumber dari APBN tidak memadai sehingga perlu didukung oleh

APBD dalam pendanaan hibah daerah.Lalu bentuk pertanggung jawaban KPU bandar

Lampung dalam anggaran APBN dan APBD setiap tahun diaudit oleh BPK RI. Dan

dalam persoalan transparansi terhadap masyarakat sendiri, KPU Kota Bandar

Lampung memiliki pejabat pengelola informasi daerah (PPID) yang bertugas

melakukan tranparansi dan penyediaan informasi kepada publik serta KPU Kota

Bandar Lampung juga memiliki website www.kpubandarlampung-

kota.go.id.Didalam website resmi KPU Bandar Lampung ini memiliki banyak data

seperti transparansi berita mingguan tentang berjalannya program rumah demokrasi

ini, Data pemilih pemula dan pemilu. Lalu adanya Dokumentasi tiap acara

kepemiluan dan program rumah demokrasi. Di website ini dijelaskan juga tentang

pengumuman TIM Kampanye, data pasangan calon sekaligus informasi mengenai

sistematis kepemiluan yang berada disana.

Transparan, yaitu adanya kebebasan aliran informasi dalam berbagai proses

kelembagaan sehingga mudah diakses oleh mereka yang membutuhkan. Seluruh

Page 104: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

91

kelompok Sasaran pra pemilih yang pernah disentuh program Rumah Demokrasi

KPU Kota Bandar Lampung semuanya antusias dan output mendidik mereka untuk

menjadi pemilih cerdas menjadi tagline utama yang direspon dengan sangat baik oleh

mereka.

5.3.4 Berkeadilan

Pemerintah yang baik akan memberi kesempatan yang baik bagi setiap orang

dalam meningkatkan kualitas hidup mereka. Pemerintah mengupayakan adanya

peningkatan kualitas hidup dari seiap orang melalui kebijakan-kebijakan yang dibuat

dan penerapannya di masyarakat umum. Sebagai Negara yang berlandaskan hukum,

maka salah satu bentuk mewujudkan kualitas hidup setiap individu yang paling nyata

adalah pembuatan kebijakan berupa Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang

juga terjamin penegakannya di masyarakat luas. Sebagai pembuat kebijakan untuk

mengupayakan peningkatan kualitas hidup, pemerintah bukan hanya membuat

kebijakan akan tetapi juga mengontrol pelaksanaannya. Peneliti menemukan bahwa

hal pertama yang perlu dilakukan oleh pemerintah dalam upaya meningkatkan

kualitas hidup setiap orang adalah pembuatan kebijakan yang dikontrol oleh

pemerintah itu sendiri.

Untuk melaksanakan keadilan dalam peningkatan kualitas hidup, pemerintah

berperan sangat besar untuk mengontrol kebijakan yang ada sehingga tidak terjadi

ketimpangan satu sama lainnya. Dalam persoalan keadilan disini KPU Bandar

Lampungmenyadari keterbatasan sumber daya dan Infrastruktur mengakibatkan

belum semua kelompok sasaran pra pemilih yg berkesempatan menjadi peserta

Page 105: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

92

pendidikan di rumah demokrasi. Namun KPU Kota Bandar Lampung setiap tahun

terus berupaya untuk memeratakan kesempatan untuk menerima pendidikan di rumah

demokrasi bagi seluruh siswa siswi di kota bandar lampung. Ada pihak-pihak terkait

KPU maupun di luar KPU dalam menjalankan program rumah demokrasi yaitu

Pemda (dinas pendidikan, disdukcapil, kesbangpol, BPS), NGO, masyarakat. Dalam

hal ini (Dinas pendidikan) baru membantu sebatas melakukan sosialisasi kepada

seluruh sekolah di Bandar Lampung, selanjutnya akan digagas KPU bandar lampung

mengajar dengan mendatangi seluruh sekolah di Bandar Lampung.

KPU meyakinkan bahwa nantinya program ini dapat terealisasi oleh pra

pemilih dan diluar pra pemilih, tetapi untuk sekarang ini Kelompok sasaran yang

menjadi fokus rumah demokrasi KPU Bandar Lampung saat ini memang pada

kelompok sasaran pra pemilih. Untuk menyakinkan di setiap kunjungan di rumah

demokrasi, KPU melakukan pee test dan post test. Sedangkan untuk kelompok

sasaran di luar pra pemilih yaitu kelompok pemilih pemula, perempuan, tokoh agama,

kaum marginal dan disabilitas, kami melakukan diskusi tahunan yang output

merekomendasi perbaikan program berkelanjutan bagi rumah demokrasi KPU Kota

Bandar Lampung.

5.3.5 Efektivitas dan Efisiensi

Menurut Sondang dalam Othenk (2008: 4), Efektivitas adalah pemanfaatan

sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar

ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang

dijalankannya. Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya

sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti

Page 106: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

93

makin tinggi efektivitasnya. Sejalan dengan pendapat tersebut, Abdurahmat dalam

Othenk (2008: 7), efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana

dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan

sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya.44 Dapat disimpulkan bahwa efektivitas

berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan

waktu, dan partisipasi aktif dari anggota serta merupakan keterkaitan antara tujuan

dan hasil yang dinyatakan, dan menunjukan derajat kesesuaian antara tujuan yang

dinyatakan dengan hasil yang dicapai.

Yang menarik dariKPU Lampung Ini akan menjadi percontohan tingkat

nasional dalam menggelar Pemilu. Lampung selama ini menjadi laboratorium politik

nasional karena penduduknya yang multi etnik, sehingga keberhasilan menggelar

Pilgub dan pilkada yang bersamaan dengan Pileg tentu akan menjadi

barometernasional.

Setiap proses kegiatan dan kelembagaan diarahkan untuk menghasilkan

sesuatu yang sesuai dengan kebutuhan melalui pemanfaatan berbagaai sumber.

Pemerintah melaksanakan kegiatan yang memanfaatkan semua sumber daya sesuai

dengan kebutuhannya, seperti dalam pelaksanaan pemilu pemerintah melaksanakan

pemilu yang sebaik-baiknya bagi masyarakat luas tanpa terkecuali kelompok pra

pemilih dengan sumber daya manusia yang ada untuk menunjang terlaksananya

pemilu yang aksesibel melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk

melaksanakan pemilu tersebut. Pemanfaatan sumber daya yang dimaksud pada

penelitian ini adalah dengan adanya fasilitator dari relasi yang dilakukan oleh KPU.

44Abdurahmat,Efektivitas Pemanfaatan Sumber daya, Othenk (2008: 7)

Page 107: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

94

Relasi ini mencari bagaimana kebutuhan kelompok pra pemilih dapat dipenuhi dalam

pembelajaran pemilu dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.

Hal ini merupakan bentuk pemanfaatan sumber sesuai dengan kebutuhan

yang harus terpenuhi, keadaan akses layanan pembelajaran pemilu yang ada selama

ini memang masih sangat minim dan pihak-pihak yang memahami tentang kebutuhan

kelompok pra pemilih juga masih sedikit sehingga sumber daya manusia yang ada

dikembangkan semaksimal mungkin dengan bantuan KPU untuk menunjang

kebutuhan pemilu di masa yang akan datang. Selain itu untuk menunjang kualitas

sumber daya manusia ini juga dibutuhkan alat bantu kerja berupa buku panduan

fasilitator. Jadi dalam hal ini pemerintah melalui KPU memanfaatkan semaksimal

mungkin sumber-sumber yang ada dalam menunjang pelaksanaan pemilu yang

aksesibel dan tidak pasif.

Diluar kelompok sasaran pra pemilih di kota Bandar Lampung yang memiliki

kegiatan sangat bervariasi, KPU Bandar Lampung juga memiliki kegiatan untuk

kelompok disabilitas yang pernah dilaksanakan program miniatur pemilu, kelompok

marginal dengan melakukan sosialisasi di kampung nelayan di kelurahan Kota

karang, kelompok pemilih pemula kegiatan dilaksanakan dengan memberikan

pendidikan bagi pengurus OSIS SMA seBandar Lampung, lomba stand up comedy

pemilu, lomba menulis artikel, lomba mading, untuk kelompok sasaran tokoh agama

pernah dilaksanakan istighosah demokrasi, untuk kelompok perempuan pernah

dilakukan kegiatan jumpa aktivis Gabungan Organisasi Perempuan (GOW) dg native

speaker ketua tim penggerak PKK Bandar Lampung, dan semua perwakilan lima

kelompok selain kelompok pra pemilih telah mengikuti kursus pemilu.

Page 108: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

95

Dalam proses wawancaradisampaikan oleh Ketua KPU Bandar Lampung efesiensi

mengenai program ini yaitu:

“KPU Bandar Lampung menjadi peringkat ketiga untuk kegiatan yang variatif. Melalui sasaran kelompok pra pemilih dan pemilih pemula”45

5.3.6 Visi Strategis

Menurut Wibisono (2006, p. 43), visi merupakan rangkaian kalimat yang

menyatakan cita-cita atau impian sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin

dicapai di masa depan. Atau dapat dikatakan bahwa visi merupakan pernyataan want

to be dari organisasi atau perusahaan.46 Visi adalah pernyataan tentang tujuan

organisasi yang diekspresikan dalam produk dan pelayanan yang ditawarkan,

kebutuhan yang dapat ditanggulangi, kelompok masyarakat yang dilayani, nilai-nilai

yang diperoleh serta aspirasi dan cita-cita masa depan.

Para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jangka

panjang tentang pelaksanaan pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia.

Visi yang dimaksud disini bukan hanya sebagai tujuan dalam pelaksanaan

pemerintahan yang baik tanpa adanya permasalahan-permasalahan seperti korupsi,

kolusi dan nepotisme yang selama ini melanda Indonesia, akan tetapi visi yang

dimaksud juga tentang pembangunan manusia dalam kualitas yang baik hingga dapat

mendorong pertumbuhan dan perkembangan Indonesia kedepannya. Untuk

menunjang pemerintahan yang baik maka perlu didukung dengan kualitas manusia

yang baik pula di Indonesia, bukan hanya dalam kualitas pendidikan formal dan non-

formal saja akan tetapi juga pendidikan moral bagi setiap masyarakat sehingga 45Wawancara dengan Fauzi Heri, tanggal 16 mei 2017. Di Kanntor KPUD Bandar Lampung 46Wibisono,Arti Dari Visi, (2006, p. 43)

Page 109: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

96

pemerintah dan masyarakat memiliki visi kedepan yang sama untuk membawa

Indonesia kea rah yang lebih baik lagi

Pembangunan manusia secara keseluruhan tentunya juga melibatkan

kelompok pra pemilih untuk menunjang kehidupan kelompok pemilih pemula yang

lebih mandiri. Ketika pembangunan manusia secara kualitas telah baik maka

pemerintah dan masyarakat juga akan memiliki visi yang sama. Peningkatan kualitas

akses layanan dalam pembelajaran pemilu bagi setiap kelompok pra pemilih tentunya

juga merupakan bentuk pembangunan manusia. Kelompok pra pemilih diberikan

pemahaman mengenai hak dan kewajiban mereka dalam keterlibatan pada setiap

kehidupan kenegaraan termasuk dalam politik. Pada nantinya hal ini akan berdampak

pada kesamaan visi antara pemerintah dan masyarakat umum. Tujuan kedepan

Indonesia yang dituliskan dalam UUD 1945 dan Pancasila bukan hanya menjadi

tekstual ideologi saja akan tetapi menjadi usaha yang sama-sama diwujudkan oleh

pemerintah dan masyarakat umum.

Rencana KPU Bandar Lampung dalam tindak lanjut jangka panjang berupa

akan dilaksanakan bedah visi misi caleg dalam pemilu 2018 - 2019, jangka menengah

akan dilakukan survey efektifitas keberadaan rumah demokrasi, jangka pendek akan

dilaksanakan membuka kunjungan bagi rumah demokrasi dua hari dalam lima hari

kerja.

Beberapa karakteristik good governance ini telah dapat digambarkan oleh

KPU. Keberadaan KPU sebagai state telah memberikan dedikasi terhadap kestabilan

unsur good governance itu sendiri. KPU telah memberikan pengaruh terutama dalam

isu-isu pra pemilih.

Page 110: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

97

5.4 Faktor Penghambat Dari Strategi Pembelajaran Yang Diterakpakan KPU

Bandar Lampung

Melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh KPU Bandar Lampung dalam

meningkatkan kesadaran politik kelompok pra pemilih yang dilakukan pada tingkat

daerah memang belum menjamah seluruh kelompok pemilih atau bahkan keberadaan

dari program rumah demokrasi hanya diketahui oleh segelintir orang saja, akan tetapi

disinilah dapat terlihat bahwa KPU bandar lampung berperan sebagai bagian dari

stateyang memahami perannya sebagaimana mestinya dengan menjunjung

independensi sehingga bukan eksistensi atau kepentingan pihak lain yang menjadi

takaran keberhasilan KPU. Penyampaian yang dilakukan oleh Ketua Program Rumah

Demokrasi, Fadilasari tentang hambatan yang terjadi ialah:

“Anggaran dana adalah permasalahan utama, karena keterbatasan anggaran ini fasilitasnya menjadi terbatas dalam rumah demokrasi ini, belum bisa optimal karena adanya keterbatasan dana ini.”47

KPU menyadari bahwa untuk meningkatkan kesadaran mengenai partisipasi

kelompok pra pemilihyaitu butuhnya anggaran yang sesuai agar program ini berjalan

dengan lancar. kegiatan-kegiatan rumah demokrasi yang dilakukanuntuk kelompok

pra pemilih ini semestinya juga melibatkan BAWASLU dan Pemda. Hal ini

dilakukan agar program ini bisa berjalan dengan baik. bukan hanya mengupayakan

peningkatan kesadaran terhadap kelompok pra pemilih saja akan tetapi menyadarkan

seluruh pihak yang berperan dalam pemilu bahwa pentingnya peningkatan partisipasi

kelompok pra pemilih dalam pemilu terhadap kualitas pemilu di Indonesia nantinya.

47Wawancara dengan Fadilasari, tanggal 16 mei 2017. Di Kantor KPUD Bandar Lampung

Page 111: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

98

Selain itu peserta pemilu adalah partai politik sedangkan pemilih adalah WNI

yang sudah berusia 17 tahun atau pernah menikah. Permasalahan yang menonjol dari

peserta pemilu yaitu pendidikan politik yang dilakukan selama ini semata bertujuan

untuk menarik minat pemilih untuk memilih partai tersebut, sedangkan rumah

demokrasi memberikan pemahaman tentang hal terpenting yang wajib diketahui

pemilih atas pilihannya dengan mengutamakan mengetahui rekam jejak calon dan

visi misinya.

Diluar anggaran adanya hambatan dalam pelaksanaan program rumah

demokrasi ini dikarenakan fasilitas yang belum lengkap, dan minimnya inisiatif

masyarakat terhadap kepedulian pembelajaran pemilu yang diperuntukan kepada pra

pemilih, Salah satu indikator kualitas demokrasi adalah adanya kesukarelaan atau

semangat voluntarisme dalam mengikuti program rumah demokrasi. Rakyat

berpartisipasi atas dasar kesadaran dan rasa tanggung jawab sebagai warga Negara

dalam menjaga siklus kekuasaan. Untuk menuntun masyarakat menjadi pemilih yang

sukarela, mandiri, rasional dan cerdas maka mereka perlu diberi pengetahuan dan

ditumbuhkan kesadaran politiknya. Di sinilah adanya hambatan penyelenggaraan

pendidikan pemilih. Menyelenggarakan pendidikan pemilih adalah tanggung jawab

semua elemen bangsa penyelenggara pemilu, partai politik, pemerintah, perguruan

tinggi dan organisasi masyarakat sipil. Agar penyelenggaraan pendidikan pemilih

terkelola dengan baik dan berjalan secara sistematis maka diperlukan suatu pedoman

sebagai pijakan bagi siapapun yang berkomitmen menyelengarakanpendidikan

pemilih.

Pendidikan pemilih dimaksudkan untuk meningkatkan partisipasi pemilih.

Page 112: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

99

Partisipasi adalah keterlibatan pemilih pada keseluruhan periode siklus pemerintahan,

yaitu pada periode pemilihan dan periode di luar pemilihan. Pada periode pemilihan,

pendidikan pemilih dimaksud- kan untuk mendorong pemilih terlibat pada setiap

tahapan pemilihan. Merujuk pada Economist Intelligence Unit (EIU), demokrasi yang

mapan partisipasi untuk memberikan suara berada pada kisaran 70%. Partisipasi ini

mesti dicatat sebagai bukan mobilisasi. Angka partisipasi yang wajar ini penting

karena menyangkut biaya pemilu yang mahal, legitimasi dan efektivitas

kepemimpinan pejabat yang dipilih, serta eksistensi sistem demokrasi.

Pada periode di luar pemilu, pendidikan pemilih dimaksudkan untuk

meningkatkan partisipasi pemilih dalam mengawal agenda, menagih janji kampanye,

dan mengkritisi serta mengevaluasi pemerintahan. Partisipasi pemilih pada periode

ini umumnya rendah. Pemilih cenderung mengabaikan dan menyerahkan proses

politik kepada kelompok kecil elit. Kondisi ini tidak baik karena pada titik ini nasib

pemilih sesungguhnya ditentukan oleh pemerintah melalui kebijakannya.

Page 113: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

100

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Rumah Pintar dalam penyediaan akses layanan pemiluadalah untuk

meningkatkan partisipasi politik kelompok pra pemilih merupakan bentuk ideal dari

dalam sebuah konsep good governance. Pra pemilih adalah warga Negara yang mesti

difasilitasi dengan baik untuk dapat menggunakan hak pilihnya oleh penyelenggara

pemilu pada masa yang akan datang. Namun fasilitasi Pra pemilih tidak cukup

sekadar memastikan mereka tercatat sebagai pemilih dan dapat menggunakan hak

pilihnya secara bebas di bilik suara.

KPU menyadari bahwa untuk meningkatkan kesadaran mengenai partisipasi

kelompok pra pemilihyaitu butuhnya anggaran yang sesuai agar program ini berjalan

dengan lancar. kegiatan-kegiatan rumah demokrasi yang dilakukanuntuk kelompok

pra pemilih ini semestinya juga melibatkan BAWASLU dan Pemda. Hal ini

dilakukan agar program ini bisa berjalan dengan baik. bukan hanya mengupayakan

peningkatan kesadaran terhadap kelompok pra pemilih saja akan tetapi menyadarkan

seluruh pihak yang berperan dalam pemilu bahwa pentingnya peningkatan partisipasi

kelompok pra pemilih dalam pemilu terhadap kualitas pemilu di Indonesia nantinya.

Manakala pengetahuan, kesadaran dan rasa tanggung jawab telah menjadi

dasar pemilih untuk menjatuhkan pilihan, maka kontestasi politik akan berubah

menjadi lebih feminim. Pertarungan politik tak lagi didominasi oleh kekuatan uang,

kekuasaan dan kekerasan tetapi lebih menonjolkan pada gagasan. Ranah politik kita

menjadi lebih manusiawi, beradab dan santun. Figur pemimpin yang kualitas

Page 114: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

101

individualnya bagus tetapi dari sisi modal kapitalnya kecil akan mendapat

kesempatan untuk bersaing merebut kepemimpinan politik di berbagai level.

Strategi pembelajaran KPU dalam penyelenggaraan akses layanan pemilu bagi

kelompok pra pemilih merupakan bentuk keterlibatan dari statedalam meningkatkan

kualitas pelayanan yang dilakukan melalui Komisi Pemilihan Umum. KPU sebagai

statemelakukan relasi penyediaan akses layanan pemilu seperti Jumpa Parlemen dan

Jumpa Walikota atau berkunjung ke Kantor KPUD Bandar Lampung dengan

penyediaan akses dalam simulasi atau pembelajaran pemilu lainnya.

Nilai-nilai itu diharapkan menjadi pedoman dan sumber inspirasi dalam

melihat dan menghadapi suatu hal. Pendidikan dalam konteks penyelenggaraan

pemilu adalah pendidikan untuk menanamkan nilai terkait tentang pemilu dan

demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sementara itu pemilih adalah

setiap warganegara yang telah memenuhi syarat sebagai pemilih ketika pemilu/

pemilihan dilaksanakan. Indonesia selama ini memakai batas usia 17 tahun dan atau

telah menikah serta warganegara Indonesia sebagai syarat untuk disebut sebagai

pemilih. Warganegara yang dalam rentang waktu lima tahun kemudian menjadi

pemilih disebut sebagai pra-pemilih.

Pendidikan Pemilih, dengan demikian, adalah usaha untuk menanamkan nilai-

nilai yang berkaitan dengan pemilu dan demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara kepada warganegara yang telah memenuhi syarat sebagai pemilih dalam

pemilu atau potensial pemilih dalam rentang waktu kemudian. Dalam pendidikan

pemilih, di dalamnya mencakup pemberian informasi kepemiluan,pemahaman

Page 115: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

102

mengenai aspek-aspek pemilu serta demokrasi.

6.2 Saran dan Rekomendasi

Dalam melaksanakan penelitian tentang KPU dalam penyediaan akses layanan

rumah demokrasi untuk meningkatkan partisipasi politik kelompok pemilih pemula

ini, peneliti memiliki beberapa saran yang dapat digunakan untuk penelitian

selanjutnya yaitu:

a. Perlunya penelitian lanjutan mengenai rumah demokrasi dalam penyediaan

akses layanan dalam pemilu bagi kelompok pra pemilih secara mendalam

terutama dalam membahas program rumah demokrasi diluar Bandar

Lampung.

b. Adanya penelitian yang lebih mendalam mengenai partisipasi politik

kelompok pra pemilih setelah adanya program rumah pintar dari KPU.

c. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memberikan analisis strategis dalam

menyelesaikan kendala-kendala yang dihadapi pada pra pemilih dengan pihak

lainnya yang terkait dengan penyediaan akses layanan pemilu menuju pemilu

yang aksesibel dan aktif.

Sedangkan berikut ini adalah rekomendasi yang peneliti sampaikan kepada KPU

Bandar lampung dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatannya yaitu :

1. Peningkatan kualitas pelayanan terhadap masyarakat bukan hanya melalui

pengaruh dalam pembuatan kebijakan di tingkat pemerintah pusat saja, akan

tetapi hingga daerah sehingga dampak langsung terasa hingga daerah

2. Pengenalan program rumah pintar pada masyarakat luas sehingga kinerja

akan semakin tinggi sebab keberadaan program rumah demokrasi masih

Page 116: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

103

belum diketahui banyak masyarakat, padahal eksistensi program sebuah KPU

Bandar Lampungjuga sangat berpeluang memperluas kemungkinan

memenuhi kepentingan yang lebih cepat

3. Alur administrasi dan komunikasi informasi yang lebih baik untuk

memudahkan akses masyarakat luas

Page 117: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

104

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, M Burhan.(2007). Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi,

Kebijakan Politik dan Ilmu Sosial Lainnya.Surabaya: Kencana Prenada Media Group

Budiardjo,Miriam.(2010).Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia

PustakaUtama

B. Miles, Metthew, & A. Michael Huberman.(2009).Analisis Data

Kualitatif.Jakarta:UI Press

Dwiyanto,Agus.2006.Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan

Publik.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Gaffar,Afan.2000.Politik Indonesia Transisi Menuju

Demokrasi.Yogyakarta:Pustaka Pelajar

J.Moleong,Lexy.(2011).Metodelogi Penelitian

Kualitatif.Bandung:RemajaRosdakarya

Sahid,Komarudin.(2011)Memahami Sosiologi Politik.Jakarta: Ghalia

Indonesia

Salim,Agus.(2006).Teori Paradigma Penelitian Sosial.Bandung: Tiara

Wacana

Sedarmayanti,(2012)Good Governance Kepemerintahan

YangBaik,Bandung:Mandar Maju

Hendrowibowo, “Kajian Ilmiah Tentang Ilmu Pendidikan”, Cakrawala

Pendidikan Nomor 2, Tahun XIII, (Juni 1994) 123-132

Page 118: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

105

O'Toole, Kevin 2003, Exploring community governance in Victorian local

government, in Proceedings of the 51st annual conference of the Australasian

Political Studies Association, Australasian Political Studies Association, Hobart,

Tas., pp. 1-13.

Ilham Arisaputra,Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam

Penyelenggaraan Reforma Agraria Di Indonesia, Yuridika: Volume 28 No 2,Mei-

Agustus 2013

Ayu Amrina Rosyada, Analisis Penerapan Prinsip Good Governance Dalam

Rangka Pelayanan Publik Di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Di

Kota Samarinda, eJournal Ilmu Pemerintahan 4(1) 2016: 102-114

Per Mouristen,What The Civil In Society?Robert Putnam’s Italian

Republicanism, EUI Working Paper SPS No.2001/4

Bayu Dardias Kurniadi, Menuju Bekerjanya Tata Pemerintahan Lokal Yang

Baik: Partisipasi, Transparansi, dan Akuntabilitas, Vol 3 No.1 2009 (1-84)

Richard Price, Transnational Civil Society and Advocacy In World Politics,

World Politics 66 (July 2003), 579-606

International IDEA, Electoral Justice: An Overview of the International IDEA

Handbook, Indonesia Printer, Jakarta, Indonesia. Stockholm 2010

Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia, Pedoman rumah Pintar, hlm. 2

INTERNET

Presiden Republik Indonesia, UU RI Nomor 15 Tahun 2011 Tentang

“Penyelenggara Pemilihan Umum” diakses dari

http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2011_15.pdf pda tanggal 15 April

2017 pukul 10.47

Page 119: PEDAGOGI PEMILU DAN DEMOKRASI (Studi di pusat Pendidikan Pemilih …repository.ub.ac.id/2152/1/Naufal Fauzan.pdf · 2020. 5. 14. · DAFTAR ISI Halaman ... yang merupakan kelompok

106

KPU Provinsi NTB, Pendidikan Pemilih dan Partisipasi Masyarakat KPU

Kabupaten Sumbawa, diakses dari http://kpud-ntbprov.go.id/berita-477-pendidikan-

pemilih-bagi-pemilih-pemula-melalui-pemilihan-danpartisipasi.html pada tanggal 14

April 2017 pukul 16.00

Spirit of Democracy, Kpu Bandar Lampung, Diakses dari http://kpu-

bandarlampungkota.go.id. Pada tanggal 1 juni 2017. Pukul 16.00