pbl tb lusia dr regina
DESCRIPTION
hahaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi kuman
TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi
dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (ekstra paru). TB ditularkan melalui udara
dalam bentuk droplet (percikan dahak) penderita TB dengan Bakteri Tahan Asam positif
(BTA (+), sehingga ketika seorang penderita TB batuk atau bersin, droplet yang
mengandung kuman TB tersebut dapat terhirup orang lain dan menyebabkan terjadinya
infeksi TB.1 Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB
adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi
buruk).1
TB merupakan penyebab kematian kedua setelah HIV/AIDS pada golongan
penyakit infeksi. Tahun 2012, 8,6 juta orang telah terinfeksi TB dan 1,3 juta meninggal
karena TB.2 Diperkirakan sebanyak 95% kasus TBC dan 98% kematian akibat TBC
terjadi pada negara berkembang, termasuk Indonesia.
Indonesia merupakan negara dengan pasien TBC terbanyak ke-5 setelah India,
China, Afrika Selatan, dan Nigeria. Sebanyak 5,8% dari jumlah pasien TBC di dunia
terdapat di Indonesia. Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling
produktif secara ekonomis (15-50 tahun).1,3 Diperkirakan, setiap tahun ada 429.730 kasus
baru dan kematian 62.246 orang. Insidensi kasus TB BTA positif sekitar 102 per 100.000
penduduk.3 Angka Multi Drug Resistant – TB (MDR-TB) diperkitakan sebesar 2% dari
seluruh kasus TB baru dan 20 % dari kasus TB dengan pengobatan ulang. Diperkirakan
terdapat sekitar 6.300 kasus MDR-TB setiap tahunnya.1
Tahun 2012, WHO memperkirakan insidensi TB di Indonesia sekitar 185 per
100.000 penduduk dan prevalensi 297 per 100.000 penduduk. Angka ini tinggi karena
adanya ko-infeksi dengan HIV yang menjadi perhatian tambahan dalam program TB.2
Berdasarkan hasil Riskesdas 2010, prevalensi TB pada DKI Jakarta menempati urutan
ke – 5 tertinggi di indonesia. Tingginya angka kasus TB di masyarakat masih menarik
perhatian pemerintah untuk terus memperhatikan program TB.4
1
Sejalan dengan meningkatnya kasus TB, pada tahun 1990-an WHO (World Health
Organization) dan IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung
Disease) mengembangkan strategi pengendalian TB yang dikenal sebagai strategi DOTS
(Directly Observed Treatment Short-course).1,3 Sejak tahun 2000 strategi DOTS mulai
dilaksanakan di Indonesia dan dilakukan secara nasional terutama di puskesmas yang
diintegrasikan dalam pelayanan kesehatan dasar. Fokus utama DOTS adalah penemuan
dan penyembuhan pasien, terutama pada pasien TB menular sehingga diharapkan dapat
memutus rantai penularan. Strategi ini memiliki lima komponen kunci, yaitu komitmen
politis, dengan peningkatan kesinambungan pendanaan; penemuan kasus melalui
pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya; pengobatan yang standar,
dengan supervisi dan dukungan bagi pasien; sistem pengelolaan dan ketersediaan OAT
yang efektif; dan sistem monitoring pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan
penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program1
Sasaran strategi nasional pengendalian TB adalah mengacu pada rencana strategis
kementerian kesehatan dari tahun 2009 sampai tahun 2014 yaitu menurunkan prevalensi
TB dari 235 per 100.000 penduduk menjadi 224 per 100.000 penduduk. Prevalensi TB di
DKI Jakarta sebesar 1.032 per 100.000 penduduk. Sasaran keluarannya adalah
meningkatkan persentase kasus baru TB paru (BTA positif) yang ditemukan dari 73%
menjadi 90%; meningkatkan persentase keberhasilan pengobatan kasus baru TB paru
(BTA positif) mencapai 88%; meningkatkan persentase provinsi dengan CDR di atas
70% mencapai 50%; dan meningkatkan persentase provinsi dengan keberhasilan
pengobatan di atas 85% dari 80% menjadi 88%.1 Angka CDR di di DKI Jakarta mencapai
85% sedangkan ngka penjaringan suspek di Indonesia pada tahun 2010 sebesar 167 per
100.000 penduduk, sedangkan di DKI Jakarta sebesar 131 per 100.000 penduduk.1 Tahun
2012, insidensi TB di kecamatan Pademangan sebesar 178 per 100.000 penduduk dan
prevalensinya sebesar 267 per 100.000 penduduk.4
Dalam laporan evaluasi ini, kinerja Puskesmas Kelurahan (PKL) Pademangan
Barat I akan dievaluasi mengenai upaya penanggulangan TB berdasarkan program
nasional yang sudah ditetapkan.
2
1.2 Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mengetahui dan menilai kinerja PKL Pademangan Barat I dalam menjalankan
program penanggulangan TB pada bulan Januari 2013 – Desember 2013.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran pelaksanaan dan pencapaian program penanggulangan
TB di PKL Pademangan Barat I selama bulan Januari 2013 – Desember 2013.
2. Mengetahui kendala dalam pelaksanaan program penanggulangan TB di PKL
Pademangan Barat I selama bulan Januari 2013 – Desember 2013.
3. Mencari dan mengusulkan alternatif solusi untuk masalah yang dihadapi dalam
pelaksanaan program penanggulangan TB di PKL Pademangan Barat I selama
bulan Januari 2013 – Desember 2013
3
1.3. Alur Kinerja Penanggulangan TB
4
Dewasa Anak (≤ 15 tahun)
Memberikan rujukan untuk pemeriksaan BTA dan Röntgen
thorax
Pemeriksaan BTA di laboratorium
Melakukan skoring
Pasien datang dan mendaftarkan diri di loket pendaftaran,
membayar biaya registrasi dan mendapat nomor antrian
Pasien masuk ke Balai Pengobatan Umum
Pasien dengan gejala :demam, batuk lebih dari 2 minggu
atau batuk darah, sesak, berat badan menurun, malaise, berat
badan menurun drastis
SUSPEK PENDERITA TB
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Pencatatan di form TB.06
Form TB.0
5
Form TB.04 dicatat oleh petugas lab.
Tes Mantoux di ruang tindakan (hasil dinilai 3 hari setelah tes)
Diagram 1. Alur kinerja penanggulangan TB
5
Hasil pemeriksaan dibawa dan diperlihatkan kepada dokter lalu
dilakukan skoring akhir atau diagnosis
Dewasa :BTA (+) atauBTA (-) Radiologi (+)
Anak : skoring ≥ 6DIAGNOSIS TB
BUKAN TB
Mulai pengobatan TB
Pemberian antibiotik non OAT selama 14 hari
Pindah data ke Form TB.01
Form TB.02 sebagai Kartu PasienSemua yang tertulis di TB.01
direkapitulasi di Form TB.03 dan dilaporkan setiap 3 bulan
BAB II
KERANGKA EVALUASI
2.1. Kerangka Evaluasi
Diagram 2. Kerangka Evaluasi
Keterangan
1. Masukan meliputi :
a. Tenaga
b. Dana
c. Sarana :
Sarana Medis inventaris dan habis dipakai
Sarana Non Medis inventaris dan habis dipakai
d. Metode :
Metode Medis metode penyimpanan dan pelayanan medis
Metode Non Medis metode pengumpulan masa, penyuluhan, pembinaan
peran serta masyarakat, pencatatan dan pelaporan
2. Proses meliputi :
a. Perencanaan
b. Pengorganisasian
c. Pelaksanaan
d. Pencatatan atau pelaporan
e. Pengawasan
6
3. Keluaran meliputi :
a. Penyuluhan tuberkulosis
b. Cakupan pelayanan dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan
c. Cakupan dan mutu pelayanan medis
d. Pembinaan peran serta masyarakat
4. Lingkungan meliputi :
a. Lingkungan Fisik
b. Lingkungan Non Fisik
5. Umpan Balik meliputi :
a. Rapat kerja membahas laporan kegiatan
b. Rapat kerja membahas laporan dari masyarakat atau instansi lain
6. Dampak :
Penurunan angka mortalitas
2.2. Kerangka Pikir
Alur pemikiran dalam evaluasi ini adalah sebagai berikut :
1. Mempelajari Pedoman Penanggulangan TB Nasional dan pedoman dari WHO
mengenai TB. Mencari indikator-indikator yang digunakan secara global.
2. Mencari data-data primer dan sekunder yang diambil dari status pasien Balai
Pengobatan Umum (BPU), form TB01, TB02, TB03, TB04, TB05, TB06, TB09
dan wawancara dengan penanggung jawab Program Penanggulangan TB.
3. Membandingkan data yang didapat dengan indikator yang telah ditetapkan. Jika
terdapat perbedaan maka akan diangkat sebagai masalah.
4. Merumuskan masalah-masalah yang ada dan mengurutkan prioritas masalah
dengan memberikan pembobotan pada tiap masalah lalu mencari akar penyebab
masalah tersebut.
5. Mencari pemecahan masalah yang sesuai, konkrit dan realistis untuk dapat
disarankan dan dilakukan oleh puskesmas.
2.3. Definisi Operasional 1
7
Adapun definisi-definisi yang perlu diketahui untuk menyamakan persepsi dalam
penegakan diagnosis pasien TB adalah sebagai berikut :
- Sembuh
Pasien telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap dan pemeriksaan dahak ulang
hasilnya negatif pada akhir pengobatan (AP) dan pada satu pemeriksaan sebelumnya.
- Pengobatan lengkap
Pasien yang telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap tetapi tidak ada hasil
pemeriksaan dahak ulang pada AP dan pada satu pemeriksaan sebelumnya.
- Meninggal
Pasien yang meninggal dalam masa pengobatan karena sebab apapun.
- Putus berobat
Pasien yang tidak berobat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya
selesai.
- Gagal
Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan
kelima atau lebih selama pengobatan.
- Pindah
Pasien yang dipindah ke unit pencatatan dan pelaporan lain dan hasil pengobatannya tidak
diketahui.
2.4. Indikator 1Indikator-indikator yang akan digunakan dalam menilai kinerja puskesmas
adalah sebagai berikut
Angka penjaringan suspek
Jumlah suspek yang diperiksa dahaknya di antara jumlah pasien BPU dalam 1
tahun. Angka ini digunakan untuk mengetahui upaya penemuan pasien dalam
suatu wilayah tertentu, dengan memperhatikan kecenderungannya dari waktu ke
waktu (triwulan/tahunan)
Proporsi pasien TB BTA (+) di antara suspek
Persentase pasien BTA (+) yang ditemukan di antara seluruh suspek yang
diperiksa dahaknya. Angka ini menggambarkan mutu proses penemuan, diagnosis
8
jumlah TB BTA (+) x 100% jumlah suspek TB yang diperiksa
jumlah suspek yang diperiksa x 100% jumlah pasien BP
pasien, serta kepekaan menetapkan kriteria suspek. Angka ini berkisar 5 – 15%.
Jika < 5% dapat disebabkan oleh penjaringan suspek terlalu longgar atau ada
masalah dalam pemeriksaan laboratorium (negatif palsu). Bila angka > 15% bisa
disebabkan karena penjaringan terlalu ketat atau hasil pemeriksaan laboratorium
(positif palsu).
Proporsi pasien TB paru BTA (+) di antara semua pasien TB paru tercatat/diobati
Persentase pasien TB paru BTA (+) di antara semua pasien TB paru yang tercatat.
Indikator ini menggambarkan prioritas penemuan pasien TB yang menular. Angka
ini sebaiknya ≥ 65%. Bila angka rendah, dapat disebabkan oleh mutu diagnosis
rendah atau kurang memberikan prioritas penemuan pasien yang menular.
Proporsi pasien TB anak di antara seluruh pasien TB
Persentase pasien TB anak (< 15 tahun) di antara seluruh pasien TB tercatat.
Angka ini berkisar 15%. Jika terlalu besar, kemungkinan terjadi overdiagnosis.
Angka Konversi (Conversion Rate)
Persentase pasien baru TB paru BTA (+) yang mengalami perubahan menjadi
BTA (-) setelah masa pengobatan intensif. Angka ini berguna untuk mengetahui
secara cepat hasil pengobatan dan pengawasan langsung menelan obat. Angka ini
sebaiknya ≥80%.
Angka Kesembuhan (Cure Rate)
Angka yang menunjukkan persentase pasien baru TB paru BTA (+) yang sembuh
setelah selesai masa pengobatan di antara pasien baru TB paru BTA (+) yang
tercatat. Angka ini sebaiknya ≥ 85%.
Angka keberhasilan pengobatan
9
jumlah TB BTA (+) x 100% jumlah semua diagnosis TB
jumlah konversi x 100%jumlah pasien TB paru BTA (+) yang mendapat pengobatan
jumlah pasien TB paru BTA (+) yang sembuh x 100%jumlah pasien TB paru BTA (+) yang diobati
jumlah diagnosis TB anak x 100%jumlah semua diagnosis TB (dewasa + anak)
Jumlah pasien baru TB BTA positif (sembuh+pengobatan lengkap) x100%`````````Jumlah pasien batu TB BTA positif yang diobati
Angka kesembuhan adalah angka yang menunjukkan persentase pasien baru TB
paru BTA positif yang menyelesaikan pengobatan (baik yang sembuh maupun
pengobatan lengkap) diantara pasien baru TB paru BTA positif yang tercatat.
Dengan demikian angka ini merupakan penjumlahan dari angka kesembuhan dan
angka pengobatan lengkap.
10
BAB III
ANALISIS SITUASI
3.1 Data Umum
3.1.1. Data Demografi
Kelurahan Pademangan Barat memiliki luas wilayah 353,35 Ha, yang terdiri dari 16
RW, 213 RT, 25.998 KK. Luas wilayah Jakarta Utara adalah 139,96 km2. Luas wilayah
DKI Jakarta adalah 661,52 km
- Jumlah penduduk Kelurahan Pademangan Barat tahun 2012 adalah 87.042 jiwa,
dengan penduduk di Pademangan Barat I sebanyak 31.520 jiwa. Jumlah penduduk
Kecamatan Pademangan sebesar 162.591 jiwa.. Jumlah penduduk Jakarta Utara
sebesar 1.732.979 jiwa. Jumlah penduduk di DKI Jakarta sebesar 10.096.301 jiwa.
- Kepadatan penduduk Kelurahan Pademangan Barat sebesar 24.977 jiwa/km2.
Angka ini lebih besar dibandingkan dengan kepadatan penduduk di Kecamatan
Pademangan yaitu sebesar 13.642 jiwa/km2. Sedangkan kepadatan penduduk di
Jakarta Utara adalah 11.816 jiwa/km2 dan kepadatan penduduk Jakarta adalah
13.819 jiwa/km2.
- Jumlah pengguna Kartu Jakarta Sehat (KJS) di Kelurahan Pademangan Barat
adalah sebanyak 5713 orang, 6,5% dari seluruh penduduk Kelurahan Pademangan
Barat. Jumlah penduduk miskin di Jakarta Utara adalah 92.600 orang (5,4%).
Jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta sebesar 375.700 orang (3,7%) pada
September 2013.
- Daerah kumuh di Kelurahan Pademangan Barat adalah di RW 02, 10, dan 13.
Luas pemukiman kumuh di Jakarta utara sebesar 407 Ha dengan total 98 RW
kumuh. Persentase daerah kumuh di DKI Jakarta adalah 5,4% dari total luas
wilayah dengan total 416 RW kumuh.
3.1.3 Data Rumah Sehat
Jumlah rumah di Kelurahan Pademangan Barat 1 adalah 5.472 dengan
presentase rumah sehat yaitu 37,6%. Presentase ini lebih rendah dibandingkan rumah
sehat di Jakarta Utara yaitu 48.81%. Presentase rumah sehat di DKI Jakarta 33,2%
dan di Indonesia 24,9%.
11
3.1.4. Data Peran Serta Masyarakat
Kader khusus TB di Kelurahan Pademangan Barat I belum ada. Tidak terdapat
kelompok-kelompok TB atau yang berkaitan dengan TB dalam masyarakat.
3.2 Data Khusus
Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian terhadap pelaksanaan
program penanggulangan TB di wilayah Pademangan Barat I:
Tabel 3.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian terhadap pelaksanaan program
penanggulangan TB di wilayah Pademangan Barat I tahun 2012
Faktor yang Mempengaruhi Penilaian Terhadap Pelaksanaan Program
Penanggulangan TB di Wilayah Pademangan
Insidensi TB 178/100.000 penduduk
Prevalensi TB 267/100.000 penduduk
Angka Kematian Akibat TB Terdapat 2 laporan kasus TB yang
meninggal selama periode Januari
2013-Desember 2013
Cause Specific Death Rate 1,1%
Case Detection Rate 62%
Prevalensi HIV/AIDS -
Prevalensi anak kurang gizi -Sumber: Profil Kesehatan Puskesmas Pademangan 2012
Tabel 3.2 Jumlah Pengunjung BPU Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat I per Triwulan
periode Juli 2012 – Juni 2013
Triwulan Jumlah Pasien
Triwulan I (Juli-September 2012) 1976
Triwulan II (Oktober-Desember 2012) 1560
Triwulan III (Januari-Maret 2013) 1511
Triwulan IV (April-Juli 2013) 1088
Total 6135
3.3 Data Primer dan Sekunder
12
3.3.1 Suspek TB dewasa Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat I periode Juli 2012-
Juni 2013
Tabel 3.3 Suspek TB dewasa berdasarkan
status BPU dan Form TB 06
Suspek Jumlah
BTA (+) 10
BTA (-) radiologi (+) 16
BTA (-) radiologi (-) 2
Tidak didiagnosa TB 2
Hasil tidak kembali 4
Total 34
sumber: status BPU dan form TB 06 periode Juli 2012-Juni2013
Dari 34 pasien yang disuspek TB, semuanya dilakukan pemeriksaan
BTA dan 10 pasien di antaranya BTA (+), sedangkan ada 16 pasien yang BTA (-)
dengan radiologi (+), ada 2 pasien dengan BTA (-) radiologi (-), 2 pasien tidak
didiagnosa sebagai TBC dan 4 pasien tidak datang kembali untuk menyerahkan
hasil pemeriksaan.
3.3.2 Pasien TB paru dewasa yang berobat ke poli TB Puskesmas Pademangan Barat I
periode Juli 2012 - Juni 2013
Tabel 3.4 Pasien TB Paru Dewasa yang diobati di PKL Pademangan Barat I
Diagnosis TB Jumlah
BTA (+)
Diobati di PKL Pademangan Barat I
10
BTA (–)
Radiologi (+)
Diobati di PKL Pademangan Barat I
14
Total Pasien TB paru PKL Pademangan Barat I 24
Sumber: TB01 & TB03 periode Juli 2012 – Juni 2013
13
Dari 10 pasien BTA (+) dan 14 pasien BTA (-) radiologi (+), semua pasien diobati
di Puskesmas Pademangan Barat I.
3.3.3 Pasien TB paru BTA (+) dewasa yang mengalami konversi setelah 2 bulan
pengobatan (akhir fase intensif) di Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat I periode
Juli 2012- Juni 2013
Tabel 3.5 Pasien TB Paru BTA (+) Dewasa yang Konversi
di Akhir Fase Intensif
Hasil Pemeriksaan Sputum Jumlah
Konversi 10
Tidak Konversi 0
Total 10
Sumber: TB01 & TB03 periode Juli 2012 – Juni 2013
Semua pasien TB paru BTA (+) yang ditangani di Puskesmas Kelurahan
Pademangan Barat I, berjumlah 10 pasien, mengalami konversi setelah menjalani fase
intensif selama 2 bulan di Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat I.
3.3.4 Suspek TB anak Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat I periode Juli 2012 – Juni
2013
Tabel 3.6 Suspek TB Anak
Suspek TB Anak Jumlah
Diagnosis TB paru ditegakkan 2
Tidak terdiagnosis TB paru 0
Total 2
Sumber: status BPU, TB01 & TB03 periode Juli 2012 – Juni 2013
Jumlah seluruh suspek TB anak adalah 2 orang dan pada 2 suspek dilakukan
tes Mantoux, dimana skor untuk tes Mantoux yang (+) adalah 2.
14
3.3.5 Hasil pengobatan pasien TB paru Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat I periode
Tabel 3.7 Hasil Pengobatan TB Paru
Diagnosis TB Hasil
Pengobatan
Jumlah
BTA (+) Sembuh 7
Lengkap 0
Hilang 0
Putus
Berobat
0
Pindah 2
Meninggal 1
Gagal 0
Total BTA (+) 10
BTA (–)
Radiologi (+)
Lengkap 11
Hilang 3
Putus
Berobat
0
Pindah 0
Meninggal 0
Gagal 0
Total BTA (-) 14
TB Anak Lengkap 2
Putus
Berobat
0
Hilang 0
Pindah 0
Meninggal 0
Total TB Anak 2
Sumber: TB01 & TB03 periode Januari 2013 – Desember 2013
15
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 10 Februari 2014 – 14 Februari 2014 di
Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat I.
Tabel 8. Jenis Data, Cara Pengambilan, dan Variabel yang Didapat
Jenis data Cara
pengambilan
Variabel
DATA PRIMER
Observasi lapangan Melakukan
pengamatan
dan
pencatatan
Tenaga
Sarana medis
Sarana non medis
Metode medis
Pengorganisasian
Pencatatan dan pelaporan
Lingkungan
Status Balai Pengobatan
Umum dan Formulir TB 01
Melihat
dokumen dan
melakukan
pencatatan
Pasien yang disuspek TB
Hasil pemeriksaan dahak
Tipe dan klasifikasi penyakit TB
Kategori OAT yang digunakan
PMO
Hasil pengobatan
Kelengkapan data dan status
Koordinator Program
Penanggulangan TB
Wawancara Program penanggulangan TB Paru dan
kegiatannya di Puskesmas
Pengetahuan mengenai kriteria pasien
TB
Sumber daya manusia program
penanggulangan TB
Metode medis, pelaksanaan medis,
dan pelatihan dokter dalam program
penanggulangan TB Paru di
Puskesmas Kelurahan dan Kecamatan
Struktur organisasi, sistem pencatatan
dan pelaporan serta pengawasan
16
progam TB
Pemantauan dan evaluasi program TB
Penyuluhan TB perorangan dan
kelompok
Kunjungan ke rumah untuk penemuan
kasus baru dan penilaian kepatuhan
berobat
PMO dan Kader
Lingkungan fisik dan non fisik
Masalah yang dihadapi dalam program
DATA SEKUNDER
Data umum
Profil Kesehatan
Puskesmas Pademangan
2013
Melihat
dokumen dan
melakukan
pencatatan
Data demografi dan kependudukan
wilayah kelurahan Pademangan Barat
I
Data Khusus
Laporan Bulanan TB
Puskesmas Pademangan
Barat I tahun 2012-2013
Melihat
dokumen dan
melakukan
pencatatan
Jumlah suspek TB
Jumlah kasus baru BTA +
Jumlah pasien sembuh, pengobatan
lengkap
Form-form
1. Register TB
Kabupaten/ Kota
(TB.03)
Melihat
dokumen dan
melakukan
pencatatan
Jumlah pasien TB yang mendapat
pengobatan
Jumlah pasien TB paru usia anak (≤
15 tahun) yang mendapat pengobatan
Jumlah pasien baru TB paru BTA (+)
Jumlah pasien baru TB paru BTA (-)
dan rontgen (+)
Hasil pemeriksaan dahak masing-
masing pasien
Jumlah pasien TB paru kambuh,
pindahan atau defaulter
17
2. Daftar Suspek
(TB.06)
Hasil pengobatan
Angka kematian TB
Kecocokan pendataan
Jumlah suspek TB
Hasil pemeriksaan dahak masing-
masing pasien
Kecocokan pendataan
18
BAB IV
PERUMUSAN MASALAH
Masalah yang diambil ialah masalah yang berasal dari indikator keluaran yang tidak
mencapai target yang telah ditetapkan menurut Pedoman Nasional Penanggulangan TB tahun
2011 yang juga diikuti sebagai target di PKL Pademangan Barat I.
Berdasarkan dari perbandingan hasil keluaran dan target, maka didapati angka-angka
sebagai berikut :
Tabel 9. Perumusan Masalah
Angka Penjaringan Suspek
Rumus:
jumlah suspek yang diperiksa x 100000 jumlah pasien BPU
Angka Penjaringan
Suspek
36 x100000
6135
58/100000
Proporsi pasien TB paru BTA positif diantara
suspek yang diperiksa dahaknya
Rumus:
∑psTB BTA+ yg ditemukan pd suspek
-------------------------------------- x100%
∑ seluruh suspek TB yg diperiksa
Proporsi pasien TB
paru BTA positif
diantara suspek yang
diperiksa dahaknya
10 x 100%
34
= 29%
5-15% (+)
Proporsi Pasien TB Paru BTA + di antara
Semua Pasien TB Paru Tercatat/Diobati
Rumus:
∑ ps TB BTA + x100%
seluruh ps TB (semua tipe)
Proporsi pasien TB
paru BTA positif
diantara seluruh pasien
TB paru
= 10 x 100%
24+2
= 38 %
≥ 65% (+)
Proporsi pasien TB anak diantara seluruh
pasien TB
Rumus:
∑ ps TB anak (<15 thn) x 100%
∑ seluruh ps TB yg tercatat
Proporsi pasien TB
anak diantara seluruh
pasien TB
= 2 x 100%
26
= 7.6 %
Berkisar 15% (-)
Angka Konversi (Conversion Rate) Kualitas Pelayanan
Konversi sputum minimal (-)
19
Rumus:
∑ kasus baru BTA (+) yg konversi
------------------------------------------- x 100%
∑ kasus baru BTA (+) yg diobati
8
Konversi = ---x 100%
8
= 100 %
80% pada akhir pengobatan fase
awal, khususnya penderita baru
dengan BTA +
Angka Kesembuhan (Cure Rate)
Rumus:
∑ kasus baru BTA (+) yg sembuh
--------------------------------------x 100%
∑ kasus baru BTA (+) yg diobati
6
Sembuh = ----x 100%
8
= 75 %
Angka kesembuhan minimal
85% dari kasus baru yang
ditemukan.
(+)
Berdasarkan hasil penyajian data, pada variabel keluaran dijumpai beberapa masalah
yaitu:
1. Proporsi pasien TB paru BTA positif diantara suspek yang diperiksa dahaknya
di atas target 5-15%, yakni 29 %(A)
2. Angka proporsi pasien TB paru BTA positif di antara seluruh pasien TB paru
di bawah angka target ≥65%, yakni 38% (B)
3. Angka kesembuhan (Cure rate) di bawah target > 85% yaitu hanya 75% (C)
20
BAB V
PEMBAHASAN DAN PENYELESAIAN MASALAH
5.1 Perumusan Masalah
Berdasarkan hasil penyajian data, pada variabel keluaran dijumpai beberapa masalah
yaitu:
1. Proporsi pasien TB paru BTA positif diantara suspek yang diperiksa dahaknya di
atas target 5-15%, yakni 29 %(A)
2. Angka proporsi pasien TB paru BTA positif di antara seluruh pasien TB paru di
bawah angka target ≥65%, yakni 38% (B)
3. Angka kesembuhan (Cure rate) di bawah target > 85% yaitu hanya 75% (C)
5.2 Pembobotan Masalah
Pembobotan masalah ditetapkan melalui sistem skoring yang akan menggambarkan
seberapa penting masalah yang diangkat. Adapun parameter yang digunakan adalah
sebagai berikut :
1. Besarnya masalah, dilihat dari kesenjangan terhadap standar :
- Skor 1 : 0-19,99%
- Skor 2 : 20-39,99%
- Skor 3 : 40-59,99%
- Skor 4 : 60-79,99%
- Skor 5 : 80-100%
2. Berat ringannya akibat yang ditimbulkan oleh masalah tersebut :
- Skor 1 : Tidak ada pengaruh terhadap masyarakat (tidak berat)
- Skor 2 : Ragu-ragu antara 1-3
- Skor 3 : Cukup berpengaruh terhadap masyarakat (kurang berat)
- Skor 4 : Ragu-ragu antara 3-5
- Skor 5 : Sangat berpengaruh terhadap masyarakat (berat sekali)
3. Kemampuan sumber daya (tenaga, biaya, waktu) untuk mengatasi masalah tersebut:
- Skor 1 : Tidak dapat mengatasi
- Skor 2 : Ragu-ragu antara 1-3
- Skor 3 : Kurang dapat mengatasi
21
- Skor 4 : Ragu-ragu antara 3-5
- Skor 5 : Dapat mengatasi
4. Keuntungan sosial yang diperoleh (kecendungan masyarakat untuk melaksanakan
program):
- Skor 1 : Keuntungan sosial rendah (tidak menarik masyarakat)
- Skor 2 : Ragu-ragu antara 1-3
- Skor 3 : Keuntungan sosial sedang (cukup menarik masyarakat)
- Skor 4 : Ragu-ragu antara 3-5
- Skor 5 : Keuntungan sosial tinggi (sangat menarik masyarakat)
Tabel 10. Pembobotan Masalah
No Parameter Masalah
A B
1 Besarnya masalah berdasarkan
kesenjangan terhadap standar3 2
2 Berat ringannya akibat yang
ditimbulkan5 3
3 Kemampuan sumber daya
untuk mengatasi masalah3 3
4 Keuntungan sosial yang
diperoleh5 5
Jumlah 16 13
Urutan Prioritas Masalah I II
Penjelasan Pembobotan Masalah
1. Besar masalah menggunakan rumus dengan
G = Gap (kesenjangan)
E = Expected (target yang ingin dicapai)
O = Output (data yang diperoleh di lapangan)
22
G = E – O
a. Proporsi pasien TB paru BTA positif diantara suspek yang diperiksa dahaknya di
atas target 5-15%, yakni 29%
Masalah (Gap) = E – O x 100%
= 5% -29% ------------15%-29%
= 24% --- 14%
Skor 2
b. Angka proporsi pasien TB paru BTA positif di antara seluruh pasien TB paru di
bawah angka target ≥65%, yakni 38%
Masalah (Gap) = E – O
= 65 % - 38%
= 27%
Skor 2
c. Angka kesembuhan (Cure rate) di bawah target > 85% yaitu 75%
Masalah (Gap) = E – O
= 85 % - 75%
= 10 %
Skor 1
2. Berat ringan akibat yang ditimbulkan
a. Proporsi pasien TB paru BTA positif diantara suspek yang diperiksa dahaknya di
atas target 5-15%,yakni 29%
Indikator ini merupakan presentasi pasien BTA positif yang ditemukan di antara
seluruh suspek yang diperiksa dahaknya dan menggambarkan mutu dari proses
penemuan sampai diagnosis pasien serta kepekaan menetapkan kriteria suspek.
Bila angka ini lebih dari 15% maka dapat disebabkan oleh karena penjaringan
suspek yang terlalu ketat atau ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium
seperti hasil positif palsu. Penjaringan pasien TB yang terlalu ketat dapat
menyebabkan banyaknya suspek penderita TB yang seharusnya dapat terdiagnosa
TB menjadi lepas dan tidak terjaring . Hal ini dapat menyebabkan para suspek TB
23
tersebut tidak menjalani prosedur pemeriksaan dan pengobatan yang seharusnya
sehingga dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas akibat TB. Angka positif
palsu pada pemeriksaan di laboratorium menyebabkan banyaknya pasien non TB
didiagnosa dan diobati sebagai TB. Hal ini dapat merugikan pasien yang ternyata
bukan TB tetapi didiagnosa dengan TB sehingga terapinya dapat menimbulkan
efek samping, resistensi, serta mengeluarkan biaya yang tentunya bisa digunakan
bagi pasien TB yang benar-benar menderita TB.
(Skor 5)
b. Angka proporsi pasien TB paru BTA positif di antara seluruh pasien TB paru di
bawah angka target ≥65%, yakni 38%
Indikator ini menggambarkan prioritas penemuan pasien TB yang menular di
antara semua pasien TB paru yang diobati. Angka yang lebih rendah dari 65%
menunjukan mutu diagnosis yang rendah dan kurang menentukan prioritas untuk
menemukan pasien yang menular sehingga menyebabkan rantai penularan sulit
untuk diputus. Hal ini dapat meningkatkan jumlah penderita TB dan berujung
meningkatnya kematian akibat TB.
(Skor 5)
c. Angka kesembuhan (cure rate) diantara pasien baru TB paru BTA positif yang
tercatat adalah sebesar 75%, sedangkan angka kesembuhan minimal yang
ditargetkan adalah ≥85%.
Angka kesembuhan yang rendah di Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat I
disebabkan bukan karena kegagalan terapi, namun karena adanya pasien yang
tidak menjalani pengobatan hingga akhir (pasien pindah dan meninggal). Angka
kesembuhan yang rendah akan mempengaruhi risiko kekambuhan penyakit,
kemungkinan penularan yang meningkat dan kemungkinan mengalami
komplikasi, terjadinya MDR atau kematian.
(Skor : 3)
24
3. Kemampuan sumber daya untuk mengatasi masalah
a. Proporsi pasien TB paru BTA positif diantara suspek yang diperiksa dahaknya
di atas target 5-15%, yakni 29%
Indikator ini menggambarkan mutu penemuan pasien, diagnosis dan
laboratorium. Penemuan pasien baru BTA (+) akan semakin meningkat dengan
melibatkan seluruh kalangan.. Pada Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat I
penjaringan yang muncul bukan karena kriteria yang terlalu ketat, namun lebih karena
sedikitnya orang yang terjaring menjadi suspek TB. Diawali dengan penemuam dan
penjaringan suspek yang diikuti dengan penentuan diagnosis yang baik.
Penjaringan suspek TB dapat dilakukan secara promosi pasif maupun aktif.
Promosi pasif dapat dilakukan oleh dokter dan petugas kesehatan, sementara
promosi aktif memerlukan peran masyarakat (kader) yang memang saat ini
belum terlaksana di Kelurahan Pademangan Barat I.
Selain itu dibutuhkan juga fasilitas laboratorium yang menunjang untuk
pemeriksaan sehingga dapat langsung diperiksa dan ditangani di tempat.
Pemeriksaan ini dilakukan di Puskesmas Kecamatan Pademangan yang
memiliki fasilitas yang cukup baik.
(Skor 4)
b. Proporsi pasien TB paru BTA positif diantara seluruh pasien TB paru adalah
38% sedangkan pada target adalah ≥ 65%.
Angka proporsi ini rendah dapat dikarenakan mutu diagnosis yang masih rendah
dan penemuan kasus dini belum dilakukan secara aktif.
Untuk menegakkan diagnosis, diperlukan keahlian dan keterampilan dari tenaga
kesehatan termasuk petugas medis dan petugas laboratorium, sarana prasarana
yang menunjang, dan cara pasien membuang dahak yang benar. Angka
penemuan BTA (+) ini sebenarnya dapat diperbaiki jika petugas BPU yang
memberikan rujukan pemeriksaan dahak ke laboratorium Puskesmas Kecamatan
Pademangan dapat memberikan penjelasan kepada pasien bagaimana cara
membuang dahak yang benar dimana hal tersebut telah dilakukan di Puskesmas
Kelurahan Pademangan Barat I, namun yang sulit adalah adanya pengawasan
atau bimbingan secara langsung pada saat pasien membuang dahak.
(Skor 3)
25
c. Angka kesembuhan (cure rate) diantara pasien baru TB paru BTA positif yang
tercatat adalah sebesar 75%, sedangkan angka kesembuhan minimal yang
ditargetkan adalah ≥85%
Angka kesembuhan di Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat I disebabkan
karena adanya pasien yang meninggal dan pindah. Hal ini sulit dihindari.
(Skor 3)
4. Keuntungan sosial yang diperoleh (ketertarikan masyarakat)
a. Proporsi pasien TB paru BTA positif diantara suspek yang diperiksa dahaknya
di atas target 5-15%,yakni 29%
Salah satu penyebab dari tingginya angka proporsi pasien TB paru BTA positif
diantara suspek adalah penjaringan yang terlalu ketat. Pada Puskesmas
Kelurahan Pademangan Barat I penjaringan yang muncul bukan karena kriteria
penjaringan yang terlalu ketat, namun lebih karena sedikitnya orang yang
terjaring menjadi suspek TB.
Jika angka ini dapat diperbaiki maka keuntungan yang diperoleh penemuan
suspek lebih banyak sehingga yang dapat diobati dan pemutusan rantai
penularan TB yang lebih baik sehingga pada akhirnya akan menurunkan
morbiditas dan mortalitas akibat TB. Dengan menurunnya angka morbiditas
dan mortalitas akibat TB dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang
lebih baik dan lingkungan masyarakat yang sehat.
Dari segi ketertarikan masyarakat, pasien dengan gejala suspek TB tentu akan
secara langsung berusaha mencari kesembuhan dengan berobat sehingga
penjaringan suspek secara pasif dapat berjalan dengan baik, namun pada
sebagian kecil masyarakat masih ditemukan stigma sehingga juga menurunkan
keinginan untuk memeriksakan diri.
(Skor 4)
b. Proporsi pasien TB paru BTA positif diantara seluruh pasien TB paru 38%
sedangkan pada target adalah ≥ 65%.
Penilaian angka ini tergantung dari keahlian dan keterampilan tenaga
kesehatan termasuk petugas medis dan petugas laboratorium, sarana prasarana
yang menunjang, dan cara pasien membuang dahak yang benar. Peningkatan
jumlah suspek TB yang diperiksa dahaknya akan meningkatkan angka ini.
Ketertarikan suspek TB untuk memeriksakan dahaknya dapat ditingkatkan
26
dengan edukasi pasien oleh petugas kesehatan tentang pentingnya pemeriksaan
dahak untuk memastikan diagnosis dan cara membuang dahak yang benar.
Kebanyakan pasien TB akan memeriksakan dahaknya tetapi sebagian kecil
pasien kurang tertarik karena pemeriksaan dahak dilakukan di Puskesmas
Keceamatan yang jaraknya cukup jauh dan perlu datang dua kali ke
puskesmas.
(Skor 3)
c. Angka kesembuhan (cure rate) diantara pasien baru TB paru BTA positif yang
tercatat adalah sebesar 75%, sedangkan angka kesembuhan minimal yang
ditargetkan adalah ≥85%
Angka kesembuhan yang tinggi memberikan keuntungan pada pasien yang
menderita TB berupa terbebas dari penyakit, kualitas hidup meningkat,
kemungkinan terjadi kekambuhan sangat kecil dan masyarakat di sekitar tidak
mendapat risiko penularan. Kepatuhan pasien TB sendiri berpengaruh dalam
angka kesembuhan, sehingga pasien TB menjadi sadar bahwa TB merupakan
penyakit yang dapat sembuh dengan pengobatan teratur, sehingga pasien post
berobat OAT dapat memotivasi dan memberikan semangat untuk berobat
teratur demi kesembuhan pasien baru. (Skor: 5)
27
Tabel 5.1 Prioritas Masalah
Berdasarkan sistem skoring yang telah dilakukan maka yang menjadi prioritas
masalah adalah Proporsi pasien TB paru BTA positif diantara suspek yang diperiksa
dahaknya di atas target 5-15%, yakni 29%
28
No Parameter
A B C
1 Besarnya masalah 2 2 1
2 Berat ringannya akibat yang ditimbul-kan
5 5 3
3 Sumber daya yang tersedia
4 3 3
4 Keuntung-an sosial yang diperoleh
4 3 5
JUMLAH 15 13 12
I II III
5.2 Pohon Masalah
29
Kurangnya penemuan kasus secara aktif dan
pasif
SDM kurang
Pembentukan dan pelatihan kader TB
Penjaringan suspek belum optimal
Tidak semua pasien memeriksakan dirinya ke
Puskesmas (Stigma)
Proporsi pasien TB paru BTA (+) diantara suspek yang diperiksa
dahaknya sebesar 29%
Promosi dan partisipasi
Tidak adanya penyuluhan TB di lingkungan
Petugas selain dokter BPU ketrampilannya
kurang
Pelatihan petugas/ asisten dokter di BP
Pelayanan
5.3. Penyebab Masalah
Jenis Kendala
Input
- Petugas TB
- Bantuan masyarakat
Petugas TB berjumlah 1 orang (sesuai
standar) namun merangkap sebagai
penanggung jawab program lain
Belum ada kader khusus TB
Proses
- Kunjungan ke rumah
- Penyuluhan tentang TB
Sulit dilakukan karena petugas TB hanya 1
orang dan belum ada kader TB
Sulit dilakukan karena petugas TB hanya 1
orang dan belum ada kader TB
5.3 Penyelesaian Masalah
1. Pembentukan dan pelatihan kader TB
Pelaksana Penanggung jawab program penanggulangan TB
Waktu 6 bulan sekali
Tempat Ruang pertemuan puskesmas
Materi Membahas manfaat, tugas, dan peranan dari pengadaan kader TB
Tugas kader TB:
- Menyaring dan mendata suspek penderita TB di wilayahnya
serta menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan ke
puskesmas wilayahnya
- Melakukan penyuluhan atau diskusi TB berkala dengan
masyarakat di lingkungannya untuk mengurangi adanya
stigma
- Melakukan kunjungan rumah ke rumah untuk penemuan
kasus secara aktif
Sasaran Penduduk wilayah Kelurahan Pademangan Barat I
Tujuan Membantu petugas TB dalam melaksanakan dan memantau
program penanggulangan TB
30
Cara - Mengadakan pertemuan dengan ketua RW dan
mensosialisasikan mengenai penemuan suspke dan diagnosis
TB paru BTA (+) yang masih rendah serta rencana
pembentukan dan pelatihan kader TB. Bekerja sama dengan
ketua RW dalam mensosialisasikan program penanggulangan
TB kepada masyarkat.
- Menyusun jadwal pertemuan dan pelatihan kader
- Memberikan penjelasan mengenai TB dan pembagian tugas
kepada kader
2. Pelatihan bagi seluruh petugas kesehatan di Balai Pengobatan (BP)
Pelaksana Dokter umum atau penanggung jawab program TB di Puskesmas
Kelurahan Pademangan Barat I
Waktu Satu kali, tergantung kesediaan waktu dari masing-masing petugas
Tempat Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat I
Materi Informasi mengenai gejala-gejala yang harus dicurigai sebagai
suspek TB, seperti batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih
yang disertai dengan dahak bercampur darah, batuk darah, sesak
nafas, badan lemas, nafsu makan menurut, berat badan menurun,
berkeringat malah hari tanpa kegiatan fisik, demam lebih dari 1
bulan.
Informasi tentang cara pengambilan dahak yang benar.
Selain itu juga dapat diberikan pengertian akan pentingnya pengisian
identitas terutama alamat yang lengkap sehingga tidak akan
menyulitkan proses kunjungan ke rumah.
Sasaran Petugas Kesehatan yang bertugas di BP
Tujuan Meningkatkan jumlah suspek TB secara tepat
Cara Membahas mengenai gejala-gejala apa yang harus dicurigai
sebagai suspek TB
31
Membahas apa kesulitan dalam menentukan seorang pasien
sebagai suspek TB
Di poli TB dan BP tertempel contoh form TB.01 yang terisi lengkap
sehingga dapat membantu mengingatkan baik dokter ataupun
petugas kesehatan lainnya di dalam mengisi form
32
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Masalah yang ada pada program penanggulangan TB di Puskesmas Kelurahan
Pademangan Barat I adalah KL Pademangan Barat II adalah proporsi pasien TB paru
BTA (+) diantara suspek yang diperiksa dahaknya yaitu 29%, melebihi angka yang
diharapkan yaitu 5-15 %. Masalah ini timbul karena penjaringan suspek TB yang kurang
dan disebabkan karena tidak adanya kader TB secara khusus dan kurangnya pengetahuan
dan keterampilan dalam proses pengambilan dahak. Pasien yang mengalami gejala juga
beberapa ada yang tidak berobat ke pelayanan kesehatan karena stigma TBC di
masyarakat, dimana hal tesebut dapat terjadi karena kurangnya edukasi kepada pasien.
Oleh karena itu diperlukan penyelesaian masalah yaitu dengan adanya kerjasama antara
puskesmas dengan masyarakat sekitar berupa adanya pembentukan kader dan pelatihan
bagi petugas.
6.2. Saran
Beberapa kegiatan yang dapat saya sarankan untuk penyelesaian masalah di atas
adalah sebagai berikut :
1. Pembentukan dan pelatihan kader untuk membantu petugas TB dalam
pelaksanaan program penanggulangan TB.
2. Adanya penyuluhan kesehatan di lingkungan yang dilakukan terutama oleh
kader di lingkungannya masing-masing, dibantu dengan petugas kesehatan.
3. Pelatihan bagi seluruh petugas kesehatan di Balai Pengobatan (BP).
Dengan saran tersebut diharapkan akan terjadi peningkatan jumlah penjaringan
suspek TB sehingga penemuan kasus TB dapat meningkat dan penderita dapat diobati
sehingga menurunkan angka kesakitan dan kematian TB serta mencegah terjadinya TB
MDR, baik di Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat I maupun di Indonesia.
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis. Jakarta; 2011.
2. World Health Organization. Global Tuberculosis Report 2013. Perancis; 2013.
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Strategi Nasional Pengendalian Tuberkulosis di
Indonesia 2010-2014. Jakarta; 2011
4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Laporan
Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010. Jakarta; 2010.
34