pbl 1.2 _ diana ecce 2

6
Gejala syok hemoragik Gejala gejala pada syok hemoragik dapat dilihat tanda pada tekanan darah, nadi, capilarry refill, respirasi, urin, maupun status mental. Gejala - gejala tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah kelihangan darah yang telah dialami oleh pasien serta tindak lanjut yang akan diberikan (Marie, 2002) Tabel. Klasifikasi syok hemoragik Society of Obstetricians and Gynaecologists of Canada (Marie, 2002). Tabel. Modifikasi klasifikasi syok hemoragik (Guterrez, 2004).

Upload: isnila-f-kelilauw

Post on 13-Jul-2016

12 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

word

TRANSCRIPT

Page 1: Pbl 1.2 _ Diana Ecce 2

Gejala syok hemoragik

Gejala gejala pada syok hemoragik dapat dilihat tanda pada tekanan darah, nadi,

capilarry refill, respirasi, urin, maupun status mental. Gejala - gejala tersebut

dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah kelihangan darah yang telah

dialami oleh pasien serta tindak lanjut yang akan diberikan (Marie, 2002)

Tabel. Klasifikasi syok hemoragik Society of Obstetricians and Gynaecologists of

Canada (Marie, 2002).

Tabel. Modifikasi klasifikasi syok hemoragik (Guterrez, 2004).

Patogenesis perdaraha post partum

1. Mekanisme penghentian perdarahan

Pada wanita hamil terjadi mekanisme sirkulasi retroplasenta yang mekin

meningkat selama kehamilan yang dapat menjadi faktor perraahan post

partum. Diakhir kehamilan aliran darah pada plasenta dapat berkisar 500 –

Page 2: Pbl 1.2 _ Diana Ecce 2

600 cc/ menit. Di dasar plasental bed terbentuk pembuluh darah arteri yang

tegak lurus, sedangkan pada diding uterus terdapat pembuluh darah vena yang

terletak sejajar. Pada saat persalinan berakhir dengan lahirnya bayi, terjadi

mekanisme normal berupa retraksi otot uterus yang dijelaskan pada skema di

bawah, mekanisme ini dapat menghentikan perdarahan yang terjadi pada ibu

hamil setelah lahirnya bayi sehingga mencegah berlanjutnya menjadi

perdarahan post partum (Manuaba, 2007).

Gambar. Mekanisme penghentian perdarahan fisiologis pada persalinan

(Manuaba, 2007).

Mekanisme penutupan atau penghentian perdarah setelah bayi lahir dapat

terganggu dengan adanya empat faktor, yaitu tonus, tissue, trauma, dan trombus.

Pada tonus, kasus yang seringkali terjadi adalah atonia uteri. Pada atonia uteri

Page 3: Pbl 1.2 _ Diana Ecce 2

terjadi kontraksi da retraksi tidak adekuat pada otot rahim sehingga tidak dapat

membuat mekanisme penutupan pambuluh darah plasenta. Penyebab tissue

terbanyak biasanya pada retensio plasenta. Plasenta yang sukar lahir, tertinggal,

manuver pelepasa plasenta yang salah, menyebabkan perdarahan pada plasental

bed (Manuaba, 2007).

Gambar. Patomekanisme terjadinya perdarahan post partum (Manuaba, 2007).

Pada atonia uteri, terdapatnya predisposisi faktor pada ibu hamil menyebabkan

mekanisme perdarahan post partum. Faktor – faktor yang berpengaruh didapati

dimulai dari kehamilan, saat persalinan maupun pasca persalian (Prawirohardjo,

2011).

Page 4: Pbl 1.2 _ Diana Ecce 2

Gambar. Perdarahan post partum pada atonia uteri (Prawirohardjo, 2011).

Dafpus

Guiterrez, Guillerno, David Reines, Marian E. W. 2004. Clinical Review :

Hemorrhagik Shock. Critical Care, October 2004 Vol 8 No 5

Manuaba, I.B.G., Chandranita Manuaba, Fajar Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah

Obstetri. Jakarta : EGC

Marie JoCcelyne Martel. 2002. SOGC Clinical Practicce : Hemorrhagic Shock. J

Obstet Gynaecol Can 2002;24(6):504-11.

Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Page 5: Pbl 1.2 _ Diana Ecce 2