obat antimalaria

2

Click here to load reader

Upload: ernes-putra

Post on 03-Jul-2015

2.053 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: OBAT ANTIMALARIA

OBAT ANTIMALARIA

Kerja anti malaria :

Klorokuin merupakan skizontisid darah yang sangat efektif dan merupakan 4-aminokuinolon yg digunakan secara meluas untuk mencegah atau mengakhiri serangan malaria vivax, malaria ovale, atau falciparum yang sensitive. Obat ini cukup efektif untuk gametosit P. vivax, P. ovale, dan P. malariae tetapi tidak untuk P. falciparum. Klorokuin tidak aktif pada plasmodium stadium preeritrositik dan tidak mempunyai efek radikal terhadap P. vivax atau P. ovale karena obat ini tidak mengeliminasi stadium hati yang menetap dari parasit tersebut.

Mekanisme kerja antimalaria :

Mekanisme kerja antimalaria yang pasti belum diketahui. Klorokuin dapat bekerja dengan menghambat sintesis enzimatik DNA dan RNA pada mamalia dan sel protozoa atau dengan membentuk suatu kompleks dengan DNA yang mencegah replikasi atau transkripsi ke RNA. Dalam parasit, obat ini berkumpul dalam vakuola dan meningkatkan pH organela ini, yang mempengaruhi kemampuan parasit untuk memetabolisme dan menggunakan Hb sel darah merah. Gangguan dengan metabolism fosfolipid dalam parasit pernah dicoba. Toksisitas selektif terhadap parasit malaria bergantung pada mekanisme yang mengumpulkan klorokuin dalam sel yang terinfeksi. Konsentrasi klorokuin dalam eritrosit normal adalah 10-20 kali dalam plasma, dalam eritrosit yang terinfeksi, konsentrasinya kira-kira 25 kali eritrosit normal.

Resistensi :

Parasit yang resisten terhadap klorokuin tampaknya mengeluarkan klorokuin melalui suatu membrane pompa P-glikoprotein yang mirip dengan resistensi sel kanker terhadap banyak obat. Pompa dapat dihambat dan resistensi dapat diubah (in vitro) oleh beberapa obat, termasuk verapamil dan desipramin.

Efek samping :

Gangguan saluran cerna, sakit kepala ringan, gatal, anoreksia, lesu, pandangan kabur, dan uritikaria.

Reaksi yang terjadi : hemolisis pada pasien defisiensi G6PD, gangguan pendengaran, bingung, psikosis, kejang, gangguan darah, reaksi kulit, dan hipotensi.

PIRIMETAMIN

Kerja antimalaria :

Pirimetamin merupakan skizontisid darah, namun demikian karena obat ini bekerja lebih lambat dari klorokuin atau kuinin, obat-obat tersebut dapat digunakan secara tunggal profilaksis, tidak untuk terapi. Pirimetamin mempunyai afinitas tinggi untuk dan lebih efektif menghambat dihiddrofolat reduktase plasmodial daripada enzim manusia, sebagai hasil penurunan asam dihidrofolat menjadi asam tetrahidrofolat (asam folinat) secara selektif dihambat dalam parasit.

Resistensi :

Strain P. falciparum yang resisten tampak di seluruh dunia. Karena itu, profilaksis terhadap malaria falsiparum dengan satu obat tidak direkomendasikan lagi. Meskipun strain P. falciparum yang resisten terhadap klorokuin juga resisten terhadap pirimetamin, tetapi kadang-kadang parasit tersebut masih rentan terhadap obat-obat ini yang direkombinasikan dengan sulfonamide atau sulfon.

Efek samping :

Pada pengobatan malaria, kebanyakan penderita mentoleransi pirimetamin dengan baik. Reaksi saluran cerna dan alergi jarang terjadi.

SULFONAMID

Sulfonamide bersifat skizontisid darah terhadap beberapa strain P. falciparum dengan mekanisme kerja yang sama seperti terhadap bakteri yaitu menghambat sintesis asam dihidrofolat. Namun, obat ini mempunyai efek lemah terhadap skizon darah P vivax, dan obat ini tidak aktif terhadap gametosit atau stadium hepatic P. falciparum atau P. vivax.h

Page 2: OBAT ANTIMALARIA

FANSIDAR

Farmakokinetik

Fansidar diabsorpsi dengan baik. Komponennya memperlihatkan kadar puncak plasma dalam waktu 2-8 jam dan diekskresikan terutama melalui ginjal. Waktu paruh rata-rata kira-kira 170 jam untuk sulfadoksin dan 80-110 jam pirimetamin.

Kerja antimalaria dan resistensi

Fansidar efektif terhadap strain malaria falsiparum tertentu. Namun demikian, kuinin harus diberikan bersamaan pada pengobatan penderita malaria berat, karena Fansidar bekerja secara lambat. Fansidar tidak efektif terhadap malaria vivaks, serta kegunaannya pada malaria ovale dan malaria belum banyak diteliti.

Efek samping :

Efek samping dosis tunggal fansidar jarang, biasanya berkaitan dengan alergi terhadap sulfonamide termasuk hematologic, saluran cerna, system saraf pusat, dermatologic dan system ginjal. Fansidar tidak lagi digunakan untuk profilaksis lanjutan karena efek reaksi berat, termasuk eritema multiforme, sindrom Steven Johnson, dan nekrolisis epidermal toksik yang timbul secara perlahan tetapi frekuensinya bermakna.