kajian farmakognostik dan aktivitas antimalaria …eprints.ulm.ac.id/3332/1/7. a.2.c.2.c. artikel...

16
1 KAJIAN FARMAKOGNOSTIK DAN AKTIVITAS ANTIMALARIA EKSTRAK METANOL BATANG TANTARAN GAYUNG (Bruceae javanica (L.)Merr ) ASAL KALIMANTAN Arnida 1 , Rahmat Yunus 1 , Wahyono 2 1 Program Studi Farmasi Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat 2 Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Korespondensi: Arnida,M.Si.,Apt Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru Kalimantan Selatan [email protected] ABSTRACT Tantaran gayung (Bruceae javanica (L.) Merr) have been used by the public Kotabaru, South Kalimantan as an antimalarial. This research include farmakognostic’s studies and antimalarial’s activity of extract methanol tantaran gayung stem. The aims of Farmakognostic study is providing scientific base of the farmakognostic’s describe in qualitative and quantitative value. Chemical’s identification showed positive result for 1.8 dioksiantrakuinon and alkaloids. Characteristic farmakognostic quantitative value are containing 2.72% of ash, 1.71% of ash insoluble acid levels, 0.92% of ash soluble water levels, 2.93% of extract soluble water levels, 2.09% of extract soluble ethanol levels, 11.17% of drying shrinkage and 0.52% of unknowing organic material. Antimalarial invitro activities of extract methanol has been done at 0.001; 0.01; 0.1; 1.0; 10; 100 mcg/ml. Plasmodium Falcifarum inhibition has analyzed. Percentage data of extract methanol Tantaran Gayung’s stem is IC 50 0.00529 mcg / ml for inhibition of Plasmodium Falcifarum. . Keywords: Tantaran gayung (Bruceae javenica (L.) Merr), antimalarial, Farmakognostic ABSTRAK Tantaran gayung (Bruceae javanica (L.)Merr) sudah sejak lama digunakan oleh masyarakat Kotabaru Kalimantan Selatan sebagai antimalaria. Penelitian ini meliputi kajian farmakognostik dan aktivitas antimalaria ekstrak metanol batang tantaran gayung. Kajian farmakognostik bertujuan memberikan dasar ilmiah mengenai gambaran farmakognostik secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian secara kualitatif dan kuantitatif telah dideskripsikan. Identifikasi kimia menunjukkan hasil positif terhadap 1,8 dioksiantrakuinon dan alkaloid. Karakteristik farmakognostik secara kuantitatif yaitu kadar abu sebesar 2,72%, untuk kadar abu tidak larut asam 1,71%, kadar abu larut air 0,92%, kadar sari larut air 2,93%, kadar sari larut etanol 2,09%, susut pengeringan 11,17% dan bahan organik asing 0,52%. Aktivitas antimalaria ekstrak metanol secara invitro dilakukan pada konsentrasi 0,001;0,01; 0,1; 1; 10; 100 μg/ml. Data persentase penghambatan Plasmodium falcifarium dianalisis probit diperoleh IC 50 0,00529 μg/ml. Kata kunci: Tantaran gayung (Bruceae javenica (L.) Merr), Antimalaria, Farmakognostik

Upload: trinhanh

Post on 12-Mar-2019

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN FARMAKOGNOSTIK DAN AKTIVITAS ANTIMALARIA …eprints.ulm.ac.id/3332/1/7. A.2.c.2.c. Artikel Dikti tantaran... · 1 KAJIAN FARMAKOGNOSTIK DAN AKTIVITAS ANTIMALARIA EKSTRAK METANOL

1

KAJIAN FARMAKOGNOSTIK DAN AKTIVITAS ANTIMALARIA EKSTRAK METANOL BATANG TANTARAN

GAYUNG (Bruceae javanica (L.)Merr ) ASAL KALIMANTAN

Arnida1, Rahmat Yunus1, Wahyono2

1Program Studi Farmasi Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat 2Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

Korespondensi: Arnida,M.Si.,Apt

Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru Kalimantan Selatan

[email protected]

ABSTRACT Tantaran gayung (Bruceae javanica (L.) Merr) have been used by the public Kotabaru, South Kalimantan as an antimalarial. This research include farmakognostic’s studies and antimalarial’s activity of extract methanol tantaran gayung stem. The aims of Farmakognostic study is providing scientific base of the farmakognostic’s describe in qualitative and quantitative value. Chemical’s identification showed positive result for 1.8 dioksiantrakuinon and alkaloids. Characteristic farmakognostic quantitative value are containing 2.72% of ash, 1.71% of ash insoluble acid levels, 0.92% of ash soluble water levels, 2.93% of extract soluble water levels, 2.09% of extract soluble ethanol levels, 11.17% of drying shrinkage and 0.52% of unknowing organic material. Antimalarial invitro activities of extract methanol has been done at 0.001; 0.01; 0.1; 1.0; 10; 100 mcg/ml. Plasmodium Falcifarum inhibition has analyzed. Percentage data of extract methanol Tantaran Gayung’s stem is IC50 0.00529 mcg / ml for inhibition of Plasmodium Falcifarum. . Keywords: Tantaran gayung (Bruceae javenica (L.) Merr), antimalarial, Farmakognostic

ABSTRAK

Tantaran gayung (Bruceae javanica (L.)Merr) sudah sejak lama digunakan oleh masyarakat Kotabaru Kalimantan Selatan sebagai antimalaria. Penelitian ini meliputi kajian farmakognostik dan aktivitas antimalaria ekstrak metanol batang tantaran gayung. Kajian farmakognostik bertujuan memberikan dasar ilmiah mengenai gambaran farmakognostik secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian secara kualitatif dan kuantitatif telah dideskripsikan. Identifikasi kimia menunjukkan hasil positif terhadap 1,8 dioksiantrakuinon dan alkaloid. Karakteristik farmakognostik secara kuantitatif yaitu kadar abu sebesar 2,72%, untuk kadar abu tidak larut asam 1,71%, kadar abu larut air 0,92%, kadar sari larut air 2,93%, kadar sari larut etanol 2,09%, susut pengeringan 11,17% dan bahan organik asing 0,52%. Aktivitas antimalaria ekstrak metanol secara invitro dilakukan pada konsentrasi 0,001;0,01; 0,1; 1; 10; 100 µg/ml. Data persentase penghambatan Plasmodium falcifarium dianalisis probit diperoleh IC50 0,00529 µg/ml. Kata kunci: Tantaran gayung (Bruceae javenica (L.) Merr), Antimalaria, Farmakognostik

Page 2: KAJIAN FARMAKOGNOSTIK DAN AKTIVITAS ANTIMALARIA …eprints.ulm.ac.id/3332/1/7. A.2.c.2.c. Artikel Dikti tantaran... · 1 KAJIAN FARMAKOGNOSTIK DAN AKTIVITAS ANTIMALARIA EKSTRAK METANOL

2

PENDAHULUAN

Wilayah Kalimantan Selatan

merupakan daerah sungai dan rawa

serta terdapat banyak pertambangan

sehingga keadaan ini memungkinkan

tempat berkembangbiaknya spesies

nyamuk vektor Anopheles sundaicus

dan Anopheles subpictus (8).

Diinterpretasikan bahwa wilayah

tersebut merupakan daerah yang

rawan terhadap terjadinya penularan

malaria. Kondisi penyakit malaria di

Kalimantan Selatan pada tahun 2003

tercatat 18.315 orang yang terinfeksi

malaria (3). Menurut Kepala Dinas

Kesehatan Kalimantan Selatan

Rosehan Adhani (11), kondisi malaria

ini terus berlangsung tiap tahunnya.

Sejak tahun 2006 serangan malaria

mencapai 8.766 kasus, dengan jumlah

penderita meninggal dunia sebanyak

10 orang. Sedangkan pada tahun

2007, jumlah kasus malaria mencapai

9.289 kasus dan 31 orang penderita

meninggal dunia. Pada awal tahun

2008 jumlah penderita malaria klinis di

Kalimantan Selatan tercatat sebanyak

3.500 kasus dan 12 orang penderita

diantaranya meninggal.

Di Indonesia resistensi

Plasmodium falciparum terhadap

klorokuin ditemukan pertama kali di

Kalimantan Timur tahun 1974,

kemudian resistensi ini terus meluas

dan pada tahun 1996 kasus malaria

yang resisten klorokuin sudah

ditemukan di seluruh Indonesia (3).

Salah satu tanaman yang

digunakan oleh masyarakat

Kalimantan Selatan sebagai obat

malaria adalah tantaran gayung

terutama di kabupaten Kotabaru.

Tanaman ini merupakan perdu dengan

rasa yang pahit. Penggunaan tantaran

gayung sebagai antimalaria dengan

cara perebusan dengan air kemudian

diminum. Berdasarkan hal tersebut

Page 3: KAJIAN FARMAKOGNOSTIK DAN AKTIVITAS ANTIMALARIA …eprints.ulm.ac.id/3332/1/7. A.2.c.2.c. Artikel Dikti tantaran... · 1 KAJIAN FARMAKOGNOSTIK DAN AKTIVITAS ANTIMALARIA EKSTRAK METANOL

3

dilakukan kajian farmakognostik dan

pengujian antimalaria tantaran gayung

untuk mendapatkan data yang dapat

digunakan sebagai landasan untuk

penelitian lebih lanjut.

Topik yang diangkat pada

penelitian ini didasarkan pada

pengalaman penggunaan tantaran

gayung oleh masyarakat sebagai

antimalaria. Rumusan masalah pada

penelitian ini adalah bagaimana

gambaran farmakognostik simplisia

tantaran gayung sesuai parameter

farmakognostik untuk menjamin

kemurnian simplisia serta aktivitasnya

sebagai antimalaria.

Penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan karakteristik simplisia

tantaran gayung secara mikroskopik,

menentukan gambaran senyawa pada

kromatogram dari ekstrak etanol

batang tantaran gayung, mengetahui

golongan kimia yang terdapat pada

simplisia batang tantaran gayung, dan

memberikan data parameter-

parameter farmakognostik spesifik

simplisia serta mengetahui aktivitas

antimalaria ekstrak metanol batang

tantaran gayung.

METODE PENELITIAN

Alat Penelitian : Alat yang digunakan

pada penelitian ini adalah alat-alat

gelas (Pirex Iwaki Glass), seperangkat

alat maserasi, papan KLT, kapas,

bejana kromatografi, cawan porselen,

lampu spiritus, box lampu UV, kertas

saring, gegep, mikroskop, neraca

analitik (Ohaus), pisau silet, sendok

tanduk, tissue, oven (Thermologic) dan

rotary evaporator (Ika Laboratory),

furnace (Naber), rotary evaporator,

seperangkat mikropipet, Laminar Air

Flow (LAF), sumuran wall, inkubator,

cawan petri, objek gelas, mikroskop,

Bunsen, batang pengaduk, corong

gelas, beaker glass, gelas ukur, labu

ukur, neraca analitik, pipet tetes,

sendok tanduk, dan penangas.

Bahan Penelitian : Bahan-bahan

yang digunakan dalam penelitian ini

Page 4: KAJIAN FARMAKOGNOSTIK DAN AKTIVITAS ANTIMALARIA …eprints.ulm.ac.id/3332/1/7. A.2.c.2.c. Artikel Dikti tantaran... · 1 KAJIAN FARMAKOGNOSTIK DAN AKTIVITAS ANTIMALARIA EKSTRAK METANOL

4

adalah asam sulfat 2 N (Brataco),

etanol (Brataco), akuades, metanol

(teknis), kloroform (Merck), asam

klorida (Brataco), iodium 0,1 N

(Merck), etil asetat (Brataco), n-

heksana, n-butanol, silika gel GF254,

besi (III) amonium sulfat 8% (Merck),

Benedict, Dragendorff, Meyer,

Wagner, vanilin 10% (TCI),

Lieberman-Burchard, amonium

hidroksida 27% (teknis), kalium

hidroksida 11,2%, kertas saring

Whatman 42 (Whatman 1442-125),

kapas, alumunium foil, kertas label,

simplisia dan serbuk batang tantaran

gayung. Plasmodium palcifarum strain

3D7, eritrosit manusia golongan darah

O, DMSO, etanol 96%, pewarna

Giemsa, minyak immersionsol, media

RPMI 1640, 50 mg/L hypoxanthine,

25mM HEPES, 10 mg/L gentamicin,

0,225% NaHCO3.

Prosedur Kerja:

Pemeriksaan farmakognostik

tantaran gayung : Meliputi

pemeriksaan morfologi (wujud bagian-

bagian tumbuhan), pemeriksaan

anatomi (mengamati irisan membujur

dan melintang bagian tumbuhan) dan

organoleptik (pemeriksaan warna, bau,

dan rasa).

Identifikasi senyawa kimia batang

tantaran gayung :

a. Identifikasi pati dan aleuron :

Sampel serbuk diperiksa di atas kaca

objek, ditambahkan iodium 0,1 N, pati

berwarna biru, aleuron berwarna

kuning coklat sampai coklat (Depkes

RI, 1979).

b. Identifikasi samak/tanin : Sampel

serbuk ditambahkan larutan besi (III)

amonium sulfat 8%. Zat samak akan

berwarna hijau atau biru sampai hitam

(Depkes RI, 1979).

c. Identifikasi katekol : Sampel

serbuk di atas kaca objek, tambahkan

larutanv anilin 10% b/v dalam etanol

90%, kemudian ditambahkan asam

klorida, bagian yang mengandung

Page 5: KAJIAN FARMAKOGNOSTIK DAN AKTIVITAS ANTIMALARIA …eprints.ulm.ac.id/3332/1/7. A.2.c.2.c. Artikel Dikti tantaran... · 1 KAJIAN FARMAKOGNOSTIK DAN AKTIVITAS ANTIMALARIA EKSTRAK METANOL

5

turunan katekol berwarna merah

intensif (Depkes RI, 1979).

d. Identifikasi 1,8-dioksiantrakuinon

bebas : Pada sampel serbuk,

tambahkan kalium hidroksida 11,2%

dalam etanol 90%, akan terjadi warna

merah (Depkes RI, 1979).

e. Identifikasi karbohidrat : Sampel

serbuk ditambahkan dengan pereaksi

fehling dan benedict, kemudian

dipanaskan. Endapan merah bata

yang terbentuk menunjukkan

karbohidrat positif (Depkes RI, 1979).

f. Identifikasi alkaloid : Identifikasi

senyawa alkaloid dilakukan dengan

metode Culvenor dan Fitzgerald yaitu

sampel diekstraksi dengan campuran

kloroform-amonia, campuran ini dibuat

dari 1 mL amonia pekat 28% dan

dengan 250 mL kloroform ditambah

2,5 gram natrium sulfat anhidrat. Hasil

ekstraksi disaring, Filtrat dari hasil

ekstraksi dimasukkan ke dalam corong

pisah dan ditambah 1 mL asam sulfat

2 N dan dikocok hingga terbentuk dua

lapisan, bagian atas dipipet dan

dimasukkan dalam tiga tabung. Tiap

tabung diberi pereaksi yang berbeda

yaitu Dragendorff, Wagner dan Mayer

dimana adanya alkaloid ditunjukkan

dengan terbentuknya endapan jingga

setelah penambahan Dragendorff,

endapan coklat kemerahan setelah

penambahan Wagner dan endapan

kekuning-kuningan setelah

penambahan Mayer ().

g. Identifikasi saponin : Sebanyak

0,5 g serbuk dimasukkan dalam

tabung reaksi, ditambahkan 10 mL air

panas, didinginkan dan dikocok

selama 10 detik, menunjukkan hasil

positif jika terbentuk buih yang mantap

selama 10 menit setinggi 1 cm hingga

10 cm (Depkes RI, 1995a).

Analisis kuantitatif batang tantaran

gayung

a. Penetapan kadar abu : Sampel

serbuk ditimbang sebanyak 3 gram,

dimasukkan ke dalam cawan porselen.

Sampel dipijarkan di dalam furnace

Page 6: KAJIAN FARMAKOGNOSTIK DAN AKTIVITAS ANTIMALARIA …eprints.ulm.ac.id/3332/1/7. A.2.c.2.c. Artikel Dikti tantaran... · 1 KAJIAN FARMAKOGNOSTIK DAN AKTIVITAS ANTIMALARIA EKSTRAK METANOL

6

pada suhu 450oC selama 15 menit

sampai arang habis, didinginkan

kemudian ditimbang. Kadar abu

dihitung terhadap perbandingan bobot

sampel setelah penetapan dan bobot

sampel awal (2).

b. Penetapan kadar abu yang tidak

larut dalam asam : Abu yang

diperoleh pada penetapan kadar abu,

dididihkan dengan 25 mL asam klorida

encer 10% selama 5 menit, bagian

yang tidak larut dalam asam disaring

melalui kertas saring bebas abu, dicuci

dengan air panas, dipijarkan sampai

bobot tetap. Kadar abu yang tidak larut

dalam asam dihitung terhadap

perbandingan bobot sampel setelah

penetapan dan bobot sampel awal (1).

c. Penetapan kadar abu yang larut

dalam air : Abu yang diperoleh dari

penetapan kadar abu, dididihkan

dengan 25 mL air selama 5 menit,

bagian yang tidak larut disaring melalui

kertas saring bebas abu, dicuci

dengan air panas dan dipijarkan

selama 15 menit pada suhu 450oC,

sampai bobot tetap.Perbedaan bobot

sesuai dengan jumlah abu yang larut

dalam air. Kadar abu yang larut dalam

air dihitung terhadap perbandingan

bobot sampel setelah penetapan dan

bobot sampel awal (1).

d. Penetapan susut pengeringan :

Sampel serbuk sebanyak 1,5 g

ditimbang seksama dalam cawan

porselen yang sebelumnya telah

dipanaskan pada suhu penetapan

(105oC) selama 30 menit. Cawan

porselen beserta sampel dimasukkan

ke dalam oven, dan dikeringkan pada

suhu penetapan (1050C) sampai bobot

tetap. Sebelum setiap penimbangan,

cawan dibiarkan dalam keadaan

mendingin dalam eksikator sampai

suhu kamar. Susut pengeringan

dihitung terhadap perbandingan bobot

sampel setelah penetapan dan bobot

sampel awal (2).

e. Penetapan kadar sari yang larut

dalam air : Sampel serbuk sebanyak

Page 7: KAJIAN FARMAKOGNOSTIK DAN AKTIVITAS ANTIMALARIA …eprints.ulm.ac.id/3332/1/7. A.2.c.2.c. Artikel Dikti tantaran... · 1 KAJIAN FARMAKOGNOSTIK DAN AKTIVITAS ANTIMALARIA EKSTRAK METANOL

7

5 g dimaserasi selama 24 jam dengan

100 mL campuran air-kloroform

dengan perbandingan 40:1. Ekstraksi

dilakukan dalam corong pisah 250 mL,

dikocok tiap 1 jam selama 6 jam

pertama dan kemudian dibiarkan

selama 18 jam. Hasil ekstraksi disaring

dan diambil sebanyak 20 mL,

diuapkan sampai kering dalam cawan

porselen, hasil penguapan dipanaskan

dalam oven pada suhu 105oC selama

1 jam sampai bobot tetap. Kadar sari

larut dalam air (dalam persen) dihitung

terhadap perbandingan bobot sampel

setelah penetapan dan bobot sampel

awal (1).

f. Penetapan kadar sari yang larut

dalam etanol : Sampel serbuk

sebanyak 5g dimaserasi dengan 100

mL etanol 95%. Ekstraksi dilakukan

dalam corong pisah 250 mL, berkali-

kali dikocok tiap 1 jam selama 6 jam

pertama dan kemudian dibiarkan

selama 18 jam. Hasil ekstraksi disaring

dan diambil sebanyak 20 mL,

diuapkan sampai kering dalam cawan

porselen, hasil penguapan dipanaskan

dalam oven pada suhu 105oC selama

1 jam sampai bobot tetap. Kadar sari

larut dalam etanol 95% dihitung

terhadap perbandingan bobot sampel

setelah penetapan dan bobot sampel

awal (1).

g. Penetapan bahan organik asing :

Sampel ditimbang 25 g. Bahan organik

asing dipisahkan, ditimbang dan

ditetapkan jumlahnya dalam persen

terhadap simplisia yang digunakan.

Jumlah bahan organik asing dalam

simplisia nabati tidak boleh lebih dari

2% (2).

Pemeriksaan profil KLT batang

tantaran gayung : KLT menggunakan

3 sistem eluen yaitu kloroform :

metanol : n-butanol, n-heksana : etil

asetat, dan kloroform : etil asetat

dibuat dalam berbagai perbandingan.

Pembuatan pelat menggunakan silika

gel GF254. Pelat KLT diamati dengan

sinar UV pada panjang gelombang

Page 8: KAJIAN FARMAKOGNOSTIK DAN AKTIVITAS ANTIMALARIA …eprints.ulm.ac.id/3332/1/7. A.2.c.2.c. Artikel Dikti tantaran... · 1 KAJIAN FARMAKOGNOSTIK DAN AKTIVITAS ANTIMALARIA EKSTRAK METANOL

8

254 nm dan 366 nm. Untuk penampak

bercak digunakan asam sulfat.

Ekstraksi

Lima ratus gram haksel

ditimbang dan dimasukkan ke dalam

alat maserator, kemudian cairan

penyari (etanol 96%) di tuangkan ke

dalam maserator sambil di aduk

hingga cairan penyari merata. Cairan

penyari ditambahkan hingga 1 cm

diatas permukaan sampel.

Selanjutnya, ekstraksi dilakukan

selama 3 x 24 jam, tiap 24 jam cairan

penyari diganti sambil sekali-kali

diaduk. Kemudian, filtrat hasil

penyarian diuapkan pada rotary

evaporator sehingga menghasilkan

ekstrak kental.

Pembuatan Larutan Uji

Ekstrak yang didapat ditimbang

sebanyak 1 mg, kemudian dilarutkan

dalam DMSO sampai 1000 µL.

Uji in vitro Aktivitas Antimalaria

Wheel terdiri dari 12 sumur.

Beri tanda kontrol negatip dan dosis 1

pada sumur yang dikehendaki , serta

nama sampel yang akan diuji pada

tutup wheel. Selanjutnya, sumur diisi

dengan media komplit 1000 µl pada

baris 1 dan 3. Kemudian, Tambahkan

80 µl media komplit kecuali K(-). Zat uji

ditambahkan sebanyak 120 µl pada

sumur D1, dilalukan pengenceran

bertingkat sampai dengan dosis ke 5

(sumur D5). Tiap sumuran dari dosis

D1-D5 dibuang masing-masing

sebanyak 80 µl. Kemudian, diambil

500 µl dari tiap sumur untuk

dimasukkan pada baris 2 dan baris 4.

Selanjutnya, ditambahkan 500 µl

parasit pada tiap sumuran. Sumuran

wheel dimasukkan ke dalam inkubator,

diinkubasi selama 48 jam. Setelah 48

jam, hapusan darah tipis diambil dari

tiap sumur, tiap hapusan difiksasi

menggunakan etanol, hapusan

diwarnai dengan pewarnaan giemsa

10% dalam air, kemudian dibiarkan

selama 30 menit, selanjutnya

persentase parasetamia diamati.

Page 9: KAJIAN FARMAKOGNOSTIK DAN AKTIVITAS ANTIMALARIA …eprints.ulm.ac.id/3332/1/7. A.2.c.2.c. Artikel Dikti tantaran... · 1 KAJIAN FARMAKOGNOSTIK DAN AKTIVITAS ANTIMALARIA EKSTRAK METANOL

9

Persentase penghambatan dari

Plasmodium falciparum dengan

menghitung jumlah eritrosit yang

terinfeksi terhadap 5000 eritrosit oleh

tiga orang secara independen.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Masyarakat Kalimantan Selatan

menggunakan tantaran gayung sebagai

obat malaria terutama di kabupaten

Kotabaru. Tanaman ini merupakan

perdu dengan rasa yang pahit. Uji

organoleptis dan reaksi kimia yang

telah dilakukan menghasilkan positif

terhadap senyawa alkaloid (tabel 1).

Determinasi Tumbuhan

Determinasi dilakukan di LIPI, tantaran

gayung memiliki spesies (Bruceae

javanica Merril).

Pemeriksaan Farmakognostik Hasil Pemeriksaan morfologi tumbuhan/ karakteristik makroskopis

Hasil pemeriksaan morfologi

tumbuhan tantaran gayung

menunjukkan bahwa tumbuhan

tersebut merupakan pohon dengan

tinggi dapat mencapai 3 meter. Daun

berupa daun majemuk menyirip ganjil,

jumlah anak daun 5-13, bertangkai,

letak berhadapan. Helaian anak daun

berbentuk lanset memanjang, ujung

meruncing, pangkal berbentuk baji, tepi

bergerigi kasar, permukaan atas

berwarna hijau, permukaan bawah

berwarna hijau muda, panjang 5-10 cm,

lebar 2-4 cm. Batang tumbuhan ini

berwarna kuning pucat dengan

diameter antara 0,5-2 cm, terdiri atas

dua lapisan, lapisan bagian dalam

berwarna putih dan lebih rapuh dari

bagian luar. Akar tumbuhan ini berupa

akar serabut, berwarna kuning pucat.

Buahnya berupa buah batu berbentuk

bulat telur, panjang sekitar 8 mm, jika

sudah masak berwarna hitam. Bijinya

bulat dan berwarna putih.

Hasil Pemeriksaan Anatomi Tumbuhan/ karakteristik mikroskopik

Hasil pemeriksaan anatomi

tanaman dapat dilihat dari penampang

melintang dan membujur tiap organ

tanaman. Perbesaran yang digunakan

adalah perbesaran 40X. Pada

Page 10: KAJIAN FARMAKOGNOSTIK DAN AKTIVITAS ANTIMALARIA …eprints.ulm.ac.id/3332/1/7. A.2.c.2.c. Artikel Dikti tantaran... · 1 KAJIAN FARMAKOGNOSTIK DAN AKTIVITAS ANTIMALARIA EKSTRAK METANOL

10

penampang melintang daun terlihat

karakteristik daun yaitu berupa trikoma

di bagian epidermis atas daun yang

sangat banyak, sedangkan di bagian

epidermis bawah tidak terdapat

trikoma. Berkas pembuluh pada

penampang melintang batang terletak

menyebar di bagian silinder pusat dari

batang. Parenkim korteks pada batang

tersusun atas sel yang rapat. Trikoma

pada batang juga tampak pada

penampang melintang batang.

Penampang melintang akar dapat

diamati dengan jelas berkas pembuluh

menyebar di bagian pusat dan

sebagian terdapat di endodermis pada

korteks.

Hasil Pemeriksaan organoleptik

tumbuhan

Pemeriksaan organoleptik

tumbuhan dilakukan terhadap warna,

bau dan rasa tiap organ tumbuhan dan

dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil pemeriksaan organoleptik tumbuhan tantaran gayung

No Bagian tumbuhan

Warna Bau Rasa

1 Daun Hijau Khas Pahit

2 Batang Kuning kecoklatan

Khas Pahit

3 Akar Kuning kecoklatan

Khas Pahit

4 Bunga ungu Khas Pahit

5 Buah Hijau Khas Pahit

Hasil Identifikasi senyawa kimia dan penetapan kadar batang tantaran gayung Tabel 2. Hasil uji identifikasi senyawa kimia batang tantaran gayung

Tabel 3. Hasil penetapan kadar batang tantaran gayung

No Komponen Hasil

1 Aleuron Negatif 2 Pati Negatif 3 Samak/tannin Negatif 4 Katekol Negatif

5 1,8 dioksiantrakinon Positif 6 Karbohidrat Negatif

7 Alkaloid Positif 8 Saponin Negatif

No Parameter Hasil %

1 Kadar abu total 2,718 2 Kadar abu tidak larut

dalam asam 1,712

3 Kadar abu larut air 0,92 4 Susut pengeringan 11,17 5 Kadar sari larut air 3,01 6 Kadar sari larut etanol 2,09 7 Bahan organik asing 0,52

Page 11: KAJIAN FARMAKOGNOSTIK DAN AKTIVITAS ANTIMALARIA …eprints.ulm.ac.id/3332/1/7. A.2.c.2.c. Artikel Dikti tantaran... · 1 KAJIAN FARMAKOGNOSTIK DAN AKTIVITAS ANTIMALARIA EKSTRAK METANOL

11

Hasil KLT

Kromatografi lapis tipis dari

ekstrak etanol batang tantaran gayung

telah dilakukan dengan menggunakan n-

heksana:etilasetat(6:4),

kloroform:metanol:butanol (20: 2: 1) dan

kloroform : etil asetat (15:1) sebagai fase

gerak dan nilai Rf dapat dilihat pada

tabel 4.

Tabel 4. Hasil KLT ekstrak etanol batang tantaran gayung

No Fase gerak Banyak noda dan nilai Rf

= 254 nm = 366 nm H2SO4*

1 n-heksana : etil asetat (6 : 4)

Tiga noda Nilai Rf – 0.38, 0.62 dan 0.94.

Enam noda Nilai Rf – 0.19, 0.38, 0.62, 0.77, 0.86 dan 0.94.

Tiga noda Nilai Rf – 0.19, 0.38 dan 0.94.

2 kloroform : metanol : butanol (20: 2: 1)

Tiga noda Nilai Rf – 0.61, 0.78 dan 0.88.

Enam noda Nilai Rf – 0.21, 0.25, 0.34, 0.61, 0.78 dan 0.88.

Dua noda Nilai Rf – 0.86 dan 0.94.

3 Kloroform : etil asetat (15:1)

Tiga noda Nilai Rf – 0.24, 0.62 dan 0.92.

Sembilan noda Nilai Rf – 0.13, 0.24, 0.29, 0.35, 0.55, 0.62, 0.70, 0.76 dan 0.92.

Enam noda Nilai Rf – 0.13, 0.29, 0.38, 0.55, 0.78 dan 0.92.

Keterangan : *) Noda disemprot menggunakan H2SO4 10 % dengan pembakaran di atas lampu spiritus selama 3 menit.

Pemeriksaan mikroskopik

sampel menunjukkan karakteristik

sampel secara mikroskopik terhadap

organ batang, daun, dan akar. Pada

penampang melintang terdapat

karakteristik daun yaitu berupa trikoma

di bagian epidermis atas daun yang

sangat banyak, sedangkan di bagian

epidermis bawah tidak terdapat

trikoma. Berkas pembuluh pada

penampang melintang batang terletak

menyebar di bagian silinder pusat dari

batang. Parenkim korteks pada batang

tersusun atas sel yang rapat. Trikoma

pada batang juga tampak pada

penampang melintang batang.

Penampang melintang akar dapat

diamati dengan jelas berkas pembuluh

menyebar di bagian pusat dan

sebagian terdapat di endodermis pada

Page 12: KAJIAN FARMAKOGNOSTIK DAN AKTIVITAS ANTIMALARIA …eprints.ulm.ac.id/3332/1/7. A.2.c.2.c. Artikel Dikti tantaran... · 1 KAJIAN FARMAKOGNOSTIK DAN AKTIVITAS ANTIMALARIA EKSTRAK METANOL

12

korteks. Pemeriksaan anatomi tanaman

dapat dapat dilihat pada.

Karakteristik organoleptis (tabel

1) erat kaitannya dengan karakteristik

morfologi dan uji reaksi kimia yang

dilakukan yakni positif terhadap 1,8

dioksiantrakinon serta alkaloid.

Deskripsi morfologi biasanya dilengkapi

dengan deskripsi organoleptis yang

meliputi ciri warna, bau dan rasa. Hal

ini cukup penting sebab umumnya

spesies dari familia yang sama

biasanya memiliki beberapa kemiripan

secara morfologi sehingga dapat

memberikan peluang kesalahan

identifikasi tumbuhan.

Analisis kuantitatif batang

tantaran gayung (Tabel 3)

menggunakan metode analisis yang

mengacu pada MMI (Materia Medika

Indonesia). Menurut Sapna et. al

(2008) salah satu hal yang cukup

penting dalam evaluasi bahan baku

obat adalah penetapan kadar abu total

dan kadar abu tidak larut asam. Kadar

abu total sangat penting dan dapat

digunakan untuk mengevaluasi

kemurnian sampel untuk mengetahui

tingkat pengotor bahan inorganik asing

seperti logam-logam dan silikat sebagai

karakteristik senyawa tersebut (7).

Kandungan bahan organik asing

diperoleh 0,52% (tabel 3), terdapat

standar atau batas tertentu yang

sangat mempengaruhi mutu simplisia

sebagai bahan baku obat yaitu tidak

boleh lebih dari 2%. Sampel dinyatakan

memenuhi persyaratan kadar bahan

organik asing karena hasil

penetapannya tidak lebih dari 2%.

Uji Aktivitas Antimalaria

Hasil penghambatan parasitemia

menunjukkan bahwa setiap konsentrasi

ekstrak etanol batang tantaran gayung

memiliki efek antimalaria.

Page 13: KAJIAN FARMAKOGNOSTIK DAN AKTIVITAS ANTIMALARIA …eprints.ulm.ac.id/3332/1/7. A.2.c.2.c. Artikel Dikti tantaran... · 1 KAJIAN FARMAKOGNOSTIK DAN AKTIVITAS ANTIMALARIA EKSTRAK METANOL

13

100 97,2 89,39

69,87

56,26

38,04

0

20

40

60

80

100

120

-10 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100110

% H

amb

atan

rat

a-r

ata

Konsentrasi (µg/mL)

% hambatan rata-rata

Tabel 5. Persen hambatan rata-rata parasitemia tiap konsentrasi

Konsentrasi uji

(μg/ml)

% Parasetemia % Pertumbuhan

% Hambatan % Hambatan rata-rata

0 jam 48 jam

Kontrol (-) 0,98 5,96 4,98 - -

0,98 5,98 5,00 -

100 0,98 0,92 0 100 100

0,98 0,96 0 100

10 0,98 1,06 0,08 98,39 97,39

0,98 1,16 0,18 96,39

1 0,98 1,56 0,58 88,38 89,38

0,98 1,46 0,48 90,38

0,1 0,98 2,54 1,56 68,74 69,94

0,98 2,42 1,44 71,14

0,01 0,98 3,22 2,24 55,11 56,31

0,98 3,10 2,12 57,51

0,001 0,98 4,04 3,06 38,68 37,87

0,98 4,12 3,14 37,07

Gambar 1. Persentase penghambatan ekstrak etanol batang tantaran gayung

terhadap P. falciparum strain Persen penghambatan

parasitemia rata-rata setiap konsentrasi

ekstrak etanol batang tantaran gayung

memiliki daya hambat yang baik pada

setiap konsentrasi, jika dibandingkan

dengan kontrol negatif yang tidak

memiliki daya hambat (tabel 1).

Persentase penghambatan Plasmodium

falciparum pada dosis terkecil (0,001

µg/ml) untuk ekstrak etanol adalah

38,04%, dan pada dosis tinggi (100

µg/ml) adalah 100%. Ekstrak dikatakan

mempunyai sifat antiplasmodial apabila

dapat menurunkan tingkat parasitemia

lebih dari 30%(9). Tiap bahan atau obat

antimalaria mempunyai mekanisme

Page 14: KAJIAN FARMAKOGNOSTIK DAN AKTIVITAS ANTIMALARIA …eprints.ulm.ac.id/3332/1/7. A.2.c.2.c. Artikel Dikti tantaran... · 1 KAJIAN FARMAKOGNOSTIK DAN AKTIVITAS ANTIMALARIA EKSTRAK METANOL

14

penghambatan yang spesifik, begitu pula

senyawa-senyawa yang berasal dari

tumbuhan (6).

Nilai IC50 menunjukkan besarnya

konsentrasi dari ekstrak etanol batang

Tantaran Gayung yang dapat

menghambat 50% pertumbuhan parasit.

Semakin kecil nilai IC50, maka semakin

besar efektivitas penghambatan ekstrak

terhadap pertumbuhan parasit.

Nilai IC50 dilakukan dengan

analisis probit. Berdasarkan analisis

probit didapatkan nilai IC50 0,00529

µg/ml. Artinya pemberian ekstrak

tantaran gayung dengan konsentrasi

0,00529 µg/ml dapat menurunkan tingkat

parasit sebesar 50%. Bila dilihat nilai

IC50 ini, tampak bahwa ekstrak Tantaran

Gayung memiliki aktivitas

antiplasmodium yang sangat baik.

Ekstrak dan fraksi dari tanaman obat

dinyatakan tidak mempunyai aktivitas

antiplasmodium bila IC50> 50 µg/ml,

sedangkan Munoz et al (2000)

menyatakan bahwa IC50 suatu ektrak

kurang dari 5 µg/ml, berarti aktivitas

antiplasmodiumnya sangat baik, IC50 5-

10 µg/ml aktivitasnya baik, dan IC50>10

µg/ml adalah tidak aktif (5). Peneliti lain

(7) menggolongkan suatu ekstrak

tanaman berefek antiplasmodium yaitu

aktivitas antiplasmodium sangat baik bila

nilai IC50 kurang dari 0,1 µg/ml, baik

(aktif) bila IC50 0,1-1 µg/ml, cukup

sampai baik bila IC50 1,1-10 µg/ml,

lemah bila nilai IC50 11-25 µg/ml, sangat

lemah bila IC50 26-50 µg/ml, dan tidak

aktif bila nilai IC50>100 µg/ml. Dari

berbagai pernyataan peneliti tersebut

maka dapat dikategorikan bahwa ekstrak

tersebut mempunyai aktivtas

antiplasmodium yang sangat baik.

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Batang tantaran gayung mengandung

1,8 dioksiantrakuinon dan alkaloid.

2. Karakteristik simplisia batang tantaran

gayung secara mikroskopik adalah

trikoma pada epidermis bawah daun

dan berkas pembuluh yang menyebar

pada parenkim silinder pusat.

Page 15: KAJIAN FARMAKOGNOSTIK DAN AKTIVITAS ANTIMALARIA …eprints.ulm.ac.id/3332/1/7. A.2.c.2.c. Artikel Dikti tantaran... · 1 KAJIAN FARMAKOGNOSTIK DAN AKTIVITAS ANTIMALARIA EKSTRAK METANOL

15

3. Kadar abu total sebesar 2,7180 %,

untuk kadar abu tidak larut asam dan

kadar abu larut air masing- masing

1,7120 % dan 0,9200 %. Kadar sari

larut air lebih besar yaitu 3,0100%

dibanding kadar sari larut etanol

sebesar 2,0900%. Penetapan susut

pengeringan 11,1700% dan kadar

bahan organik asing sebesar

0,5200%.

4. Pemberian Ekstrak Tantaran Gayung

pada konsentrasi 10 µg/ml dapat

menurunkan tingkat parasitemia lebih

dari 30% yang berarti ekstrak tersebut

mempunya sifat antiplasmodial.

5. Nilai IC50 ekstrak etanol batang

Tantaran Gayung sebesar 0,00529

µg/ml.

UCAPAN TERIMA KASIH

1. Kepada Dirjen Dikti melalui DP2M

Hibah PEKERTI telah memberikan

biaya pada penelitian ini.

2. Kepada Khairullah Ashar,S.Farm dan

Riskan Noor, S.Farm yang telah

dengan sabar dan telaten melakukan

penelitian di laboratorium.

3. Kepada semua pihak yang telah

mendukung penelitian ini

DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI. 1979. Farmakope

Indonesia Edisi III. Departemen

Kesehatan RI, Jakarta.

2. Depkes RI. 1995a. Materia Medika

Indonesia Jilid VI.Departemen

Kesehatan RI. Jakarta.

3. Departemen Kesehatan RI. 2005.

Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan

Penyakit Malari Menurut Provinsi

Tahun 2003. http://www.menlh.go.id

diakses pada tanggal 20 Desember

2008

4. Ervan. 2008. Hutan Kalimantan

Selatan.http://misteri-

hijau.blog.com/sumber%20BPost%20

kalsel/ diakses tanggal 1 Desember

2008.

5. Jennet-Siems, K., Mockenhaupt, F.P.,

Bienzle, U., Gupta, M.P., and Eich, E.

1999. In Vitro Antiplasmodial Acivity of

Page 16: KAJIAN FARMAKOGNOSTIK DAN AKTIVITAS ANTIMALARIA …eprints.ulm.ac.id/3332/1/7. A.2.c.2.c. Artikel Dikti tantaran... · 1 KAJIAN FARMAKOGNOSTIK DAN AKTIVITAS ANTIMALARIA EKSTRAK METANOL

16

Central Americans Medicinal Plants.

Trop. Med. Intlh. Health., 4(9): 611-

615

6. Kayser, O., A.F. Kiderlen, and S.L.

Croft. 2000. Natural Products as

Potential Antiparasitic Drugs.

www.fuberlin.de/akkyscr/antiparasitics

fromnature.

7. Kristanti, A.N., Aminah, N.S., Tanjung,

M & Kurniadi B. 2008. Buku Ajar

Fitokimia. Laboratorium Kimia Organik

Fakultas Matematika dan Ilmu

pengetahuan Alam Universitas

Airlangga. Airlangga University Press.

Surabaya

8. Munoz, Sauvain. 2000. A search for

Natural Bioactive Compounds in

Bolivia Through a Multidiciplinary

Approach. Part I. Evaluation of The

Antimalarial Activity of Plants Used by

The Chacobo Indians. J.

Etnopharmacol. 69(2):12-37

9. Pouplin, J.N., T.H. Tran, T.A. Phan, C.

Dolecek, J. Farrar, P. Caron, B. Bodo,

and P. Grellier. 2007. Antimalarial and

cytotoxic activities of

ethnopharmacologically selected

medicinal plants from South Vietnam.

Journal of Ethnopharmacology 109:

417-427.

10.Rain, N., A Khozirah, S. 2007.

Antiplasmodial Properties of some

Malaysian Medicinal Plants. Tropical

Biomedicine 24(1): 29-35

11.Sapna, Soni., K. Avinash, T. Mukul,

Pathak A.K. Pharmacognostic and

Phytochemical Investigation of Stevia

rebaudiana. 2008.

12.Pharmacognosy magazine Vol 4.

Truba Institute of Pharmacy, Bhopal,

India.

13.Susanto, D. 2008. Malaria Serang

260 Warga Pedalaman Kalsel. Media

Indonesia 26 Juni

2008.http://www.mediaindonesia.com

diakses pada tanggal 20 Desember

2008.