new post partum
DESCRIPTION
keperawatanTRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
POST PARTUM
I. ASPEK PENGETAHUAN
1. Definisi Postpartum
Post Natal adalah Masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi
kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Period ini kadang-kadang disebut Puer
Perium atau trimester ke-4 kehamilan (Bobak, 2005).
Post partum adalah periode waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi
kembali kepada keadaan tidak hamil. Masa ini membutuhkan waktu sekitar 6 minggu
(Helen Farrer, 2001).
Post partum normal adalah dimulai setelah kehamilan plasenta dan berakhir kalau
alat-alat kandungan kembali seperti keaadan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu (Abdul Gan Saifuddin, 2000).
Periode pasca partum adalah masa peralihan selama dan segera setelah kelahiran,
masa ini juga meliputi minggu berikutnya pada waktu saluran reproduktif kembali ke
keadaan normal (Curingham, 1995).
2. Tujuan Pengawasan Postartum
a. Meningkatkan pemulihan fungsi tubuh
b. Meningkatkan istirahat dan kenyamanan
c. Meningkatkan hubungan bagi orang tua
d. Memberikan kesempatan bagi orang tua untuk memelihara bayinya
e. Klien dapat merawat diri sendiri dan bayinya secara efektif
3. Tahapan Postpartum
a.Periode immediate post partum: segera setelah persalinan sampai 24 jam setelah
persalinan
b. Periode early post partum: 1 hari samai 7 hari setelah melahirkan
c.Periode late post partum: 1 minggu sampai 6 minggu setelah melahikan
4. Adaptasi Fisiologis Postpartum
4.1 Sistem Kardiovaskuler
Volume darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor, misalnya
kehilangan darah seama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan
ekstravaskuler (edema fisiologis). Kehilangan darah merupakan akbat
penurunan volume darah total yang tetap tetapi terbatas. Setelah itu terjadi
perpindahan normal cairan tubuh yang menyebabkan volume darah menurun
dengan lambat. Pada minggu ke-3 dan ke-4 setelah bayi lahir, volume darah
biasanya menurun sampai mencapai volume sebelum hamil.
Cardiac output
Denhyu jantung, volume sekuncup dan curah jantung meningkat sepanjang
masa hamil. Segera setelah wanita wanita melahirkan keadaan ini akan
meningkat bahkan lebih tinggi 30-60 menit karena darah yang biasanya
melintasi sirkuit uteroplasenta tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum. Nilai ini
meningkat pada semua jenis kelahiran atau pemakaian konduksi anastesi
(Bowes, 1991).
Tanda-tanda vital
Tekanan darah meningkat kecil sementara, baik sistol maupun diastol dapat
timbul dan berlanngsung selama sekita 4 hai setelag wanita melahirkan
(Bowes, 1991).
Fungsi pernafasan embali ke fungsi saat wanita tidak hamil pada bulan seletah
wanita melahikan. Setelah rahim kosong, diafragma menurun, impuls titik
maksimum, EKG kembali normal.
Komponen darah
Hematokrit dan hemoglobin selama 72 jam pertama setelah bayi lahir
volume plasma yang hilang lebih besar daripada sel darah yang hilang.
Penuunan volume plasma dan peningkatan sel darah merah dikaitkan dengan
peningkatan hematokrit pada hari ke 3-7 postpartum.
Hitung sel darah putih leukositosis normal pada kehamilan rata-rata
sekitar 12.000 /mm3. Selama 10-12 hari pertama setelah bayilahir nilai
leukosit antara 20.000 dan 25.000 /mm3.
Faktor koagulasi faktor-faktor pembekuan dan fibrinogen meningkat
selama masa hamil dan tetap meingkat pada awal peurperium
Varises ditungkai dan sekitar anus (hemoroid) sering di jumpai pada wanita
hamil.
4.2 Sistem Respirasi
Keseimbangan asam basa
Keseimbangan asam basa kembali setelah 3 minggu post partum.
Saturasi oksigen
Saturasi oksigen pada post partum tetap normal.
4.3 Sistem Pencernaan
Uterus
Proses involusi proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot
polos uterus.
KontraksiIntensitas kontraksi uterus meningkat secara bertahap segera
setelah bayi lahir, diduga terjadisebagai respon terhadap penurunan volume
intrauterin yang sangat besar. Intensitas kontraksi uterus meningkat secara
bermakna segera setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap
penurunan volume intrauterin yang sangat besar. Hemostasis pasca partum
dicapai terutama akibat kompresi pembuluh darah intramiometrium. Hormon
oksitosin yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur
kontraksi uterus, mengompresi pembuluh darah dan membantu hemostasis.
Selama 1-2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa
berkurang dan menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus
biasanya suntikan oksitosin (pitosin) secara intravena atau intramuscular
diberikan segera setelah plasenta lahir.
Afterpains pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada
umumnya tetap kencang. (mulas) disebabkan kontraksi rahim, biasanya
berlangsung 2-4 hari pasca persalinan. Bila terlalu mengganggu dapat
diberikan obat antisakit atau antimulas.
Tempat plasenta segera setelah plasenda dan ketuban dikeuarkan, kontraksi
vaskuler dan trombosis menurun tempat plasenta ke suatu area yang meniggi
dan berndul tidak teratur.
Lochea Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari vakum uteri dan
vagina dalam masa nifas. Lochea dibagi atas:
1) Lochea rubra: Lochea Rubra, hari ke 1-3 darah deciduas, tropobilas
berwarna merah
2) Lochia serosa: berwarna pink atau cokelat konsistensi srosanguinous,
sedikit berbau amis hari ke 4-9
3) Lochia Alba: Warna kuning keputihan, sedikit berbau amis, biasanya
keluar pada hari ke 10.
4) Lochia purulenta: Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau
busuk.
5) Lochia statis: Lochia tidak lancar keluarnya.
raba uterus yang keluar setelah bayi lahir, terdiri dari 3, yaitu: okia ruba
(keluar dhari ke-3 berwarna mera kekuning-kuningan), lokia serosa
(keluar hari ke-3-7 berwarna kecoklatan), likia alba (keluar dari hari ke
7-14 berwarna putih).
Cerviks
Serviks menjadi lunak segera setalah ibu melahirkan 18 jam pasca partum,
serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke
bentuk semula.
Tuba falopii dan ligament
Ligamen-ligamen meregang sewaktu kehanmilan dan partus, setalah janin
lahir, berangsur-angsur menciut kembali seperti sediakala tidak jarang ligamen
ratundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi retofleksi.
Pelviks
Diafragma pelviks dan facia yang mergagng sewaktu kehamilan dan partus,
setelah janin lahir, berangsur-angsur menciut kembali sperti sediakala.
Vagina dan perineum
Estrogen pasca partum yang menurun berperan dalam penipisan mukosa
vagina dan rugae< dan minggu ke 4 ada. Perubaahn progesteron dapat
menyebabkan menurunya lubrikasi vagina dan mukosa vagina menipis.
Episiotomi 2-3 minggu tanda infeksi, tanpa atau dengan episperenium edema
dan agak memar. Vagina yang semula teregang akan kembali secara bertahap
keukuran sebelum hamil, 6-8 minggu setelah bayi lahir, bentuk berubah dan
dalam 2 minggu seperti mulut ikan.
Payudara
Konsistensi hormon yang menstimulasi perkembangan payudara selama hamil
(estrogen, progesteron, HCg, prolaktin, kortisol, dan insulin) menurun dengan
cepat setalah bayi lahir.
4.4 Sistem Pencernaan
Nafsu makan Ibu biasanya lapar segera setelah melahirkan, sehingga ia
boleh mengkonsumsi makanan ringan. Setelah benar-benar pulih dari efek
analgesik, anastesia dan keletihan, kebanyakan ibu merasa sangat lapar.
Motilitas Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna
menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia
dan anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas kekeadaan
normal.
Defekasi Bab secara spontan bisa tertunda selama 2-3 hari setelah ibu
melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot usus menurun
selama proses persalinan dan pada awal masa pasca partum, Diare sebelum
persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan, atau dehidrasi.
Kebiasaan BAB yang teratur perlu dicapai kembali seteh tonus usus kembali
ke normal.
4.5 Sistem Endokrin
Fisiologi laktasi Waktu dimulainya ovulasi dan mensturasi pada wanita
menyusui dan tidak menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum berbeda pada
wanita menyusui kadar prolaktin serum yang tinggi tampaknya berperan
dalam menekan ovulasi karena kadar FSH terbukti sama pada wanita
menyusui dan tidak menyusui disimpulkan ovarium tidak berespon terhadap
stimulasi FSH ketika kadar prolaktin meningkat.
Hormon plasenta dan ovarium Hormon plasenta selama periode pasca
partum terjadi perubahan hormon yang besar. Pengeluaran plasenta
menyebabkan penurunan signifikan hormon-hormon yang diproduksi oleh
organ tersebut. Penurunan hormon Human plasental tactogen (hpl), Estrogen
dan kortisol serta plasental enzyme insulinase membalik efek diabetogenik
kehamilan sehingga kadar gula darah menurun secara bermakna pada masa
puerperium.
Kadar estrogen dan progesteron menurun secara mencolok setealh plasenta
keluar, kadar terendahnya dicapai kira-kira satu minggu pasca partum.
Penurunan kadar estrogen berkaitan dengan pembengkakan payudara dan
diuresis cairan ekstra seluler berlebih yang terakumulasi selama masa hamil.
4.6 Sistem Urinarius
Fungsi ginjal
Perubahan hormonal pada masa hamil(kadar steroid yang tinggi) turut
menyebabkan peningkatan fungsi ginjasl sedangkan poenurunan kadar steroid
setelkah wanita melahirkan sebagian menjelaskan sebab penurunan fungsi
ginjal selama post partum.
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu 1 bulan setelah wanita melahirkan.
Diperlukan kuira0kira 2-8 minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan
dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali kekeadaan sebelum hamil.
Uretra dan kandung kemih Trauma bisa terjadi pad uretra dan kandung
kemih selama proses melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir.
Dinding kandung kemih dapat mengalami hiperemis dan edema, seringkali
disertai daerah-daerah kecil hemoragik. Pengambilan urine melalui kateter
sering menunjukkan adanya trauma pada kandung kemih. Uretra dan meatus
urinarius bisa juga mengalami udema.
Kombinasi trauma akibat kelahiran, peningkatan kapasitas kandung kemih
setelah bayi lahir dan efek konduksi anastesi menyebabkan keinginan untuk
berkemih menurun. Selain itu, rasa nyeri pada panggul yang timbul akibat
dorongan saat melahirkan, laserasi vagina, atau episiotomi menurunkan atau
mengubah reflek berkemih. Distensi kandung kemih yang muncul segera
setelah wanita melahirkan dapat menyebabkan perdarahan berlebih karena
keadaan ini bisa menghambat uterus berkontraksi dengan baik.
4.7 Sistem Muscukoskeletal
Adaptasi sistem muskuloskletal ibu yang terjadi selama masa hamil berlangsung
secara terbalik pada masa post partum. Adaptasi ini mencakup hal-hal yang
membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu
akibat pembesaran uterus. Stabilisasi lengkap sendi pada minggu keenam dan ke
delapan setelah wanit melahirkan.
Otot abdomen merangsang sedemikian rupa dikarenakan pembesaran
uterus yang mengakibatkan otot abdomen meemas dan kendor sehingga teraba
bagian-bagian otot-otot yang terpisah (diastasis recti abdominis).
Otot ekstremitas kram otot-otot tungkai dan kaki merupakan masalah
umum selama kahamilam. Kram baisanya terjadi setelah beridiri sepanjang
hari dan a\pada malam hari seteah tubuh berinstirahat.
4.8 Sistem Neurosensori
Perubahan neurologis selama puerperium ,merupakan kebalikan adaptasi
neurologis yang terjadi saat wanita hamil dan disebabkan trauma yang dialami
wanita saat bersalin dan melahirkan. Rasa tidak nyaman neurologis yang
diinduksi kehamilan akan menghilang setelah wanita melahirkan.Nyeri kepala
pasca partum bisa disebabkan berbagai keadaan termasuk hipertensi akibat
kehamilan, stress .
5. Adaptasi Psikologis Post Partum
5.1 Perubahan psikologis pada ibu post partum
Fase honeymoonfase anak lahir dimana terjadi intimasi dan kontak yang
lam anatar ibu-ayah-anak.
Ikatan kasih (bonding and attachemnt)terjadi pada kala IV, dimana
diadakan kontak antara ibu-ayah-anak tetap di dalam ikatan kasih.
Fase pada masa nifas
- Fase tacking in
- Fase tacking hold
Bonding attachmet merupakan satu langkah awal untuk mengungkapkan
erasaa afeksi (kasih sayang).
5.2 Tahapan perubahan psikologis postpartum menurut Rubin (1977)
a) Fase Taking In
Fase ini merupakan fase ketergantungan dimana pada fase ini perhatian klien
hanya terfokus pada dirinya sendiri. Pada fase ini klien cenderung pasif dan
tergantung pada bantuan perawat dalam menjalankan aktivitas hariannya. Fase
ini berlangsung satu sampai dua hari. Dalam fase ini klien belum
menginginkan kontak dengan bayinya tapi hanya terbatas pada informasi
mengenai keadaan bayinya. Pada fase ini kllien lebih senang mengenang
mengenai persalinan yang baru saja dilaluinya. Untuk pemulihan diperlukan
istirahat dan nutrisi yang cukup.
b) Fase Taking Hold
Fase taking gold ini adalah periode antara tingkah laku mandiri dan
ketergantungan. Pada fase ini klien mulai berinisiatif dan berusaha untuk
mandiri baik dalam memenuhi kebutuhan dirinya maupun dalam merawat
bayinya. Pada fase ini kllien perhatian lebih kepada kemampuan mengatasi
fungsi tubuhnya misalnya kelancaran BAK, BAB, melakukan berbagai
aktivitas seperti duduk dan berjalan. Namun pada fase ini kepercayaan diri
kllien masih kurang sehingga klien seringkali mengatakan tidak mau atu tidak
bias. Fase ini berlangsung kurang lebih 10 hari.
c) Fase Letting Go
Fase ini merupakan periode kemandirian dalam peran baru. Pada fase ini klien
mulai merasakan bahwa dirinya dan bayi terikat satu sama lain dan tidak
terpisahkan. Klien mulai menyadari adanya peran dan tanggung jawab baru.
Dalam periode ini terjadi peningkatan kemandirian dalam perawatan diri
maupun bayinya. Klien mulai melakukan adaptasi terhadap peran barunya.
Dalam melewati setiap fase, respon masing-masing individu berbeda
tergantung kepada kesiapan individu itu sendiri dalam menerima kelahiran
sang bayi. Pada beberapa individu ada yang mengalami kekecewaan setelah
melahirkan dimana individu tersebut menjadi mudah tersinggung dan terluka
sehingga nafsu makan dan pola dirinya pun menjadi terganggu. Keadaan
tersebut dikenal dengan istilah post partum blues . Penyebab dari terjadinya
post partum blues bias dari pengaruh hormonal atau karena adanya peran
trasisi. Menyusui, mengganti popok, dan menjaga bayi merupakan pekerjaan
baru bagi klien yang dapat membuat klien tertekan. Tekanan yang dirasakan
klien ini dapat berkurang dengan cara mengekspresikan apa yang dirasakan
oleh klien misalnya dengan jalan menangis. Manifestasi klinis lainnya adalah
klien merasa kehabisan tenaga. Bila klien sebagai keluarga kurang mengerti
kekurangan ini maka akan timbul perasaan bersalah yang akan
mengakibatakan depresi post partum. Karakteristik dari depresi adalah sebagai
berikut:
Terjadi anatara 2-3 minggu
Dimulai dari minggu atau bulan pertama sejak kelahiran bayi
Klien mengalami lebih dari perasaan cemas, dimana dia merasa bahwa
apapun yang dia lakukan salah sehingga klien mulai menjaga jarak dengan
bayinya. Manifestasi klinis dari post partum bluse antara lain:
Kecewa
Mudah tersinggung dan terluka
Gangguan nafsu makan
Gangguan pola tidur
Post Partum Blues
a. Definisi
Post partum blues adalah suatu keadaan dimana individu ibu post partum menjadi
mudah tersinggung dan terluka sehingga nafsu makan dan pola tidurnya terganggu
a. Tanda dan gejala
mudah tesinggung dan terluka
nafsu makan dan pola tidur terganggu
merasa tidak nyaman, kecewa
sangat kelelahan, kehabisan tenaga
perasaan kesepian, gelisah dan merasa di tolak
b. Penyebab
pengaruh hormonal
perubahan atau transisi peran
rutinitas baru: menyusui, mengganti popok, menjaga bayi membuat klien
tertekan dan menangis.
Stress
c. Intevensi keperawatan
menjadi pendengar yang baik
menunjukan realita
memberi support untuk mengekspresikan perasaan
meningkatkan kenyamanan, tidur, exercise dan nutrisi
Depresi Post Partum
a. Definisi
Depresi post partum adalah perasaan bersalah yang disebabkan oleh adanya
kekecewaan, kelelahan post partum yang tidak dimengerti oleh klien yang dapat
menyebabkan depresi.
b. Tanda dan gejala :
Perasaan bersalah
Merasa cemas
Menjaga jarak dengan bayinya
Mudah tersinggung dan terluka
Gangguan nafsu makan dan pola tidur
Merasa segala yang dilakukan salah
Depresi bila kehamilan tidak diinginkan
c. Penyebab
Faktor predisposisi bisa berhubungan dengan hormonal, stress.
d. Intervensi keperawatan:
Jika depresi mayor berlanjut, pasien perlu dirawat
Dukungan dari keluarga diperlukan
Terapi individual
Pemberian obat : Anti depresan.
6. Adaptasi Keluarga
6.1 Peran transisi menjadi orang tua
Tugas, tangung jawab dan sikap yang membentuk peran menjadi orang tua
dirumuskan oleh steeled an Pollack ( 1968) sebagai fungsi menjadi ibu. Ini
merupakan peruses orang dewasa ( pribadi yang matang, penyayang, mampu dan
mandiri) mulai mengasuh seorang bayi menjadi orang tua merupakan suatu proses
yang terdiri dari dua komponen, untuk pekembangan dan keberadaan bayi, dua
komponen tersebut adalah:
- Keterampilan kognitif – motorik
Komponen pertama dalam proses menjadi orang tua melibatkan aktivitas
perawatan anak, seperti memberi makan, menggendong mengenakan pakaian
dan membersihkan bayi, menjaganya dari bahaya dan memungkinkannya
untuk bisa bergerak. Aktivitas yang berorientasi pada tugas ini atau
keterampilan kognitif motorik tidak telihat secara ototmatis setelah bayi
lahir.kemampuan orang tua dalam hal ini dipengaruhi oleh pengalaman
pribadinya dan budayanya.
- Keterampilan kognitif- afektif
Komponen psikologis dalam menjadi orang tua,sifat keibuan, kebapak kan
tampaknya berakar dari pengalaman orang tua dimasa kecil saat mengalami
dan menerima kasih sayang dari ibunya. Keterampilan kognitif afektif menjadi
orang tua ini meliputi : sikap yang lembut, waspada, dan memberi perhatian
terhadap kebutuhan dan keinginan anak suatu hubungan orang tua dengan
anak yang positif ialah saling memberi satu sama lain.
6.2 Konsep menjadi orang tua
6.3 Penerimaan peran manjadi orang tua
Selama periode pasca partum, tugas dan tanggungjawab baru muncul dan
kebiasaan lama perlu diubah atau dtambahdengan yang baru. Ibu dan ayah
memberi respon terhadap perubahan peran orang tua melalui perjalan waktu.
Tugas dan tanggungjawab orang tua :
a. Orang tua harus menerima keadaan anak yang sebenarnya dan tidak terus
terbawa dengan khayalan dan impian yang dimilikinya tentang figur anak
idealnya
b. Orang tua perlu menyakini bahwa bayinya yang baru lahir adalah seorang
pribadi yang terpisah dari diri mereka
c. Orang tua harus bisa menguasai cara merawat bayinya
d. Orang tua harus menetapkan kriteria evaluasi yang baik dan dapat dipakai
untuk menilai kesuksesan atau kegagalan hal-hal yang dilakukan pada
bayinya
e. Orang tua harus menetapkan suatu tempat bagi bayi baru lahir didalam
keluarga
6.4 Penerimaan peran menjadi orang tua
Adaptasi ayah
Respon ayah masa sesudah klien melahirkan tergantung keterlibatannya
selama proses persalinan, biasanya ayah akan merasa lelah
Adaptasi Ibu
Menajdi orang tua merupaka suatu krisis tersendiri dan harus melewati masa
transisi.
Ibu mengidentifikasi bagian-bagian dari bayi, gambaran tubuh untuk
menyesuaikan dengan yang dharpkan/diimpikan.
Realting (nmenghubungkan) ibnu menggambarkan bayinya mirip dengan
anggota keluarga yang lian.
Menginterpretasikan ibu mengartikan tingkah laku bayi dan kebutuhan yang
dirasakan. Apda fase ini dikenal dengan istilah finger tie touch.
Adaptasi sibling
Anak yang tertua tetap berasda di daam posisi pemimpin. Anak berikutnya
dalam urutan tanggl lahir harus berada pada posisisi sebagai lebih superior
dari adiknya yang baru (Kreppner, dkk, 1982)
Adaptasi kakek nenek
Jumlah keterlibatan kakak nenek dalam merawat bayu baru lahir tergantung
pada banyak faktor, misalnya keinginan kakek nenek untuk terlibat kedekatan
hubungan kakek nenek dalam konteks budaya dan etknik yang bersanmgkutan
(Brosso, dkk, 1981).
7. Discharge planning
Rencana pengajaran sebelum ibu pulang ke rumah harus didasarkan pengkajian
sistematis kebutuhan ibu untuk belajar dan bukan terhadap persepsi perawat tentang
apa yang dianggap sebagai informasi yang penting (Blackburn, dkk, 1999).
Discharge planning dapat meliputi:
Cara perawatan bayi di rumah
Cara menyusui, memberi susu botol
Cara memandikan bayi
Mengganti popok bayi
Selain itu dapat juga: tanda bahaya post partum (fisik)
Demam atau dengan tanpa menggigil
Bau rabas vagina yang tidak enak atau mengiritasi
Lochea atau rabas vagina keluaar secara berlebihan
Lochea kembali berwarna merah terang setelah sebelumnya berwarna merah
karat
Daerah tungkai bawah membengkak, nyeri kemerahan atau panas jika disentuh
Pembengkakan yang terlokalisasi atau rasa nyeri, panas dipayudara
Suatu sensasi terbakar selama berkemih atau tidak bisa berkemih
Nyeri di pelvis atau perineum
8. Home care
Perawatan di rumah: kriteris hasil akhir pemulihan fisiologis, involusi dan pemulihan
pada ibu.
a) Menulis tanda-tanda masalah yang harus segera dilaporkan kepada dokter
b) Menyebutkan pemahaman tentang temuan normal
c) Memastikan rasa nyeri semakin berkurang dikontrol dengan upaya pemberian rasa
nyaman yang diprogramkan
d) Memastikan pola yang mencerminkan istirahat yang adekuat
e) Kontrol ulang post partum: Periksa BB, TD, vagina < perineum dan rahim
f) Pada minggu keenam dilihat perkembangan kesehatan ibu dan keluhan, lochea,
menstruasi, sakit pad pinggul, hemoroid, keluhan BAB dan BAK, pemeriksaan
kesehatan yang lain seperti ; Hb, urine, edema kaki, payudara, muskulus rektus
abdominis.
II. ASPEK SIKAP
1. Hubungan antara perawat-klien (dengan memperhatikan aspek legal etik
keperawatan
Informed consent
Merupakan surat yang menyatakan bahwa pasien diberitahu perihal penyakit yang
di deritanya, kerugian maupun keuntungan dari alternatif perawatan dan
pengobatan yang akan diberikan, penjelasan mengenai biaya yang harus dibayar
dan plihan lain yang meungkinkan untuk menagatsi penyakitnya.
Akontability (tanggung gugat)
Merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seoran gprfesioan dapat dinilai
dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
Confidentiality (kerahasiaan)
Aturan dalan prinsip kerahasiaan adalah infoemasi tentang klien harus dijaga
privasi klien segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien
hanya boleh dibaca dalan rangka pengobatan klien. Tidak ada seorang pun dapat
memperoleh informasi tersebut kecuali kika diizinkan olehklien di luar area
pelayanan menyampaikan apda teman, keluarga tentang klien dengan tenaga
kesehatan lain harus dihindari.
Empati
Sikap empati sangat siperlukan dalam asuhan keperawatan, karena dengan sikap
ini perawat akan mampu merasakan dan memikirkan permasalahan klien seperti
yang dirasakan daan dipikirkan oleh pasien. Dengan empati seorang perawat dapat
memberikan alternative pemecahan masalah bagi klien, karenaa meskipun dia
turut merasakan permasalahan yang dirasakan kliennya, tetapi tidak larut dalam
masalah tersebut sehingga perawar dapat menghadapi masalah dalam pemikiran
secara objektif.
Otonomi dan muatuality
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan individu mampu berfikir logis dan
mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan
memiliki kekuatan membuat sendiri , memilih dan memiliki berbagai keputusan,
pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan respon
terhadap seseorang, dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak
secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu
yang menuntut pembedaan diri. Praktek professional merefleksikan otonomi saat
perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang dirinya.
Menjaga privacy klien
Perawat harus bisa memegang atau menyimpan rahasia klien
Caring
Secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi
orang lain, pengawasan dengan waspada perasaan empati dengan orang lain dan
perasaan cinta dan menyayangi. Seorang perawat harus mampu memahami setiap
respon yang berbeda dari klien terhadap penderitaan yang dialaminya dan
memberikan pelayanan kesehatan yang tepat dalam setiap respon yang berbeda.
Jadi dalam hal ini, perawat dituntut untuk mampu menghadapi klien dalam setiap
respon. Selain itu caring hanya dapat ditunjukkan dalam berhubungan
interpersonal, yaitu hubungan yang terjadi antara perawat dengan klien, dimana
perawat menunjukkan caring melalui perhatian, intervensi untuk tetap
mempertahankan kesehatan klien dengan energy yang positif yang diberiakn pada
klien.
2. Hubungan antara sejawat
Menghargai pendapat sesama sejawat
Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesame perawat maupun
dengan tenaga kesehatan lainnya dalam memelihara keserasian suasana
lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan kesehatan secara keseluruhan.
Tindakan kolaboratif
Merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk menggambarkan suatu
hubungan kerjasama yang dilakukan pihak tertentu. Hubungan perawat dan dokter
adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah cukup lama.
Menghormati pembimbing sebagaimana layaknya
Sebagai perawat pembimbing dan perawat pelaksana harus saling menghormati
antar teman sejawat akan menciptakan hubungan yang baik.
III.ASPEK KETERAMPILAN
1. Pengkajian Post partum
a. Identitas diri
Biodata klien
Nama, umur, pekerjaan, tanggal pengkajian, nomor medikal record, alamat,
suku/bangsa, agama.
Biodata penanggung jawab
Nama, umur, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, agama, alamat, hubungan
dengan klien.
b. Keluhan utama
c. Riwatat kesehatan sekarang
Masa post partum: imediate, early, late.
Keluhan: perdarahan, infeksi, after pain, hipertensi
Adaptasi fisiologi: fase taking in, taking hold, letting go
Konsep diri (gambaran diri): post partum blues, depresi.
Status emosional: interaksi dengan keluarga, bayi, perawat.
Reaksi sibling dan keluarga
Tingkat pengetahuan ibu atau keluarga
d. Riwatat kesehatan dahulu pernapasan, kardiovaskuler, diabetes melitus
e. Riwayat kesehatan keluarga (Hipertensi, DM)
f. Riwayat persalinan dan nifas yang lalu spontan, induksi, partus lama, BBLR,
dan BBLB (perdarahan, hipertensi akibat kehamilan)
g. Riwayat kontrasepsi (alat kontrasepsi yang digunakan, misalnya suntik).
h. Riwayat psikososial
i. Riwayat Post Partum Sekarang
- Masa post partum, imediete, early, late
- Keluhan: perdarahan, infeksi, after pain, hipertensi
- Adaptasi fisiologi: fase taking in, taking hold, letting go
- Konsep diri: post partum blues, depresi
- Status emosional: interaksi dengan bayi, keluarga , perawat
- Reaksi sibling dan keluarga
- Tingkat pengetahuan ibu atau keluarga
J. Pemeriksaan Fisik
Penampilan Umum
- Warna dan kehangatan kulit, status respirasi
- Kaji respon klien (tingkat kesadaran, pusing, hipertensi), menggigil
- Tanda-tanda vital: bradikardi minggu I, suhu hipertermi dalam 24 jam
pertama (dalam 10 hari post partum, indikasi adanya infeksi)
Pemeriksaan Head to toe
- Dada
Payudara, luka, pembengkakan, laktasi, kebersihan, putting susu lecet,
keluaran dari putting, putting datar atau tenggelam.
- Abdomen
TFU, kontraksi insisi SC, linea/striae, diastasis rectus abdominalis
- Vagina dan Vulva
Varises, oedem, perelukaan episiotomy, REDA(Red Edema discharge
Aproxymateli), lochea, perineum,anus, haemoroid, human’s sign, reflek
patela.
K. Data Penunjang
- Pemeriksaan hematologi: Hb, Ht, leukosit, trombosit, leukositosis normal pada
kehamilan rata-rata sekitar 12000/mm3. Selama 10-12 hari pertama setelah
bayi baru lahir, nilai leukosit antara 20.000 dan 25.000/mm3 merupakan hal
yang umum.
- EKG
PATOFISIOLOGI
Post partum sisa plasenta
Perdarahan/involusi luka episiotomy,edema, kelahiran bayi pertama kontraksi uterus tdk uteri memar jalan lahir adekuat
kurangnya pengalamanmerangsang ujung pengetahuan ttg perawatan resikoperdarahan
bayiLochea,vagina,vulva saraf bebas merupakan hal yanKotor hal yang baru
Resiko gangguan parentingKorteks serebri berhubungan dgn peran ibu kurang informasi
Port d’entry mikroorganisme
Nyeri dipersepsikan kurang pengetahuan
Resti infeksi tentang perawatan
Gangguan rasa nyaman post partum
nyeri
keterbatasan gerak kecemasan
gangguan mobilitas fisik,
ambulasi terganggu
FORMAT PENGKAJIAN POST PARTUM
UNIT KEPERAWATAN MATERNITAS
Tanggal masuk : 30 Juni 2012Ruang/kelas : Melati/IIIPengkajian tanggal : 2 Juli 2012
Jam masuk : 08.00 WIBKamar no. : Melati 1Jam pengkajian : 09.00WIB
I. IDENTITASNama pasien : Ny. AUmur : 38 tahunSuku/bangsa : Sunda/IndonesiaAgama : IslamPendidikan :Pekerjaan :Alamat : Jl. Kubang Selatan V no. 163Status perkawinan : MenikahNama suami : Tn. AUmur : 40 tahunSuku/bangsa : Sunda/IndonesiaAgama : IslamPendidikan :Pekerjaan :Alamat : Jl. Kubang Selatan no. 163
II. RIWAYAT KEPERAWATAN1. Keadaan umum :
Klien tampak masih merasakan kesakitan dan lemas
2. Keluhan utama :Nyeri bekas operasi SC
3. Keluhan tambahan:Klien merasa
4. Riwayat ObstetriA. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas Yang Lalu
Anak ke Kehamilan Persalinan Komplikasi nifas AnakNo. Tahun Umur kehamilan Penyulit Jenis Penolong Penyulit Laserasi Infeksi Perdarahan Jenis BB PJ
HAMIL SAAT INI
B. Post Partum SekarangRiwayat persalinan sekarang : G1P0A0 gravid 40-41 minggu + oligohidramionTipe persalinan : SCLama persalinan : Kala I : - Kala II : - Kala III : -
Kala IV: -
C. Rencana Perawatan Bayi : ( √ ) sendiri ( ) orang tua ( ) lain-lainKesanggupan dan pengetahuan dalam merawat bayi : Breast care : sudah diajarkan
Perineal care : sudah diajarkan Nutrisi : sudah diajarkan Senam nifas : tidak terkaji KB : sudah diinformasikan Menyusui : sudah diajarkan
1. Riwayat Keluarga Berencana Melaksanakan KB : ( ) ya ( √ ) tidak Bila ya jenis kontrasepsi apa yang digunakan : Sejak kapan menggunakan kontrasepsi : Masalah yang terjadi :
2. Riwayat Kesehatan Pengobatan yang pernah dialami ibu : Pengobatan yang didapat : Riwayat penyakit keluarga
( ) Diabetes mellitus( ) Penyakit jantung( ) Hipertensi( ) Penyakit lainnya : sebutkan
3. Riwayat Lingkungan Kebersihan : Bahaya : Lainnya, sebutkan :
4. Aspek Psikososiala. Persepsi ibu setelah bersalin :b. Apakah keadaan ini menimbulkan perubahan terhadap kehidupan sehari-hari?
Bila ya bagaimana c. Harapan yang ibu inginkan setelah bersalin :d. Ibu tinggal dengan siapa :e. Siapa orang yang terpenting bagi ibu :f. Sikap anggota keluarga terhadap keadaan saat ini :g. Kesiapan mental untuk menjadi seorang ibu : ( ) ya ( ) tidak
5. Kebutuhan Dasar KhususA. Pola nutrisi
1) Frekwensi makan :2) Nafsu makan :3) Jenis makanan rumah :4) Makanan yang tidak disukai/alergi/pantangan :
B. Pola eliminasi1) BAK
Frekwensi : 5 kali Warna : kuning Keluhan : tidak ada
2) BAB Frekwensi : 1 /hari Warna : kuning Konsistensi : padat setengah lembek Keluhan : tidak ada
C. Pola personal hygieneMandi Frekwensi : 2/hari Sabun : ( √ ) ya ( ) tidak
D. Pola istirahat tidur1) Lama tidur : 6 jam2) Kebiasaan sebelum tidur : tidak ada3) Keluhan : karena post SC, bekas jahitan masih terasa sakit
E. Pola aktifitas dan latihan1) Kegiatan dalam pekerjaan: ................................................................................................2) Waktu bekerja : ( ) pagi ( ) sore ( ) malam3) Olahraga : ( ) ya ( ) tidak
Jenisnya : ................................................................Frekwensi : ................................................................
4) Kegiatan waktu luang : ................................................................................................5) Keluhan dalam aktifitas : ................................................................................................
F. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan1) Merokok : tidak2) Minuman keras : tidak3) Ketergantungan obat : tidak
6. Pemeriksaan FisikKeadaan umum : baikTekanan darah : 110/80 mmHgRespirasi : 18 x/mnt
Kesadaran : CMNadi : 79 /menitSuhu : 36,5 °C
Mata : Konjungtiva : Anemis ( ) Tidak (√ ) Pupil : isokor Pandangan : Kabur ( ) Tidak kabur (√ )
Hidung : Reaksi alergi : tidak ada Sinus : tidak ada
Mulut dan tenggorokan : Gigi geligi : lengkap Lainnya, sebutkan :
Dada Inspeksi
o Areolla : Bersih (√ ) Kotor ( )o Papilla :
Rata ( ) Menonjol (√ ) Masuk ( )Lecet ( ) Tidak lecet ( √)Bersih (√ ) Kotor ( )
o Colostrum : Ada (√ ) Tidak ( )o Menggunakan otot-otot bantu pernafasan :Ya ( ) Tidak (√ )
Auskultasio Jalan nafas : Ada sekret ( ) Tidak (√ ) Jika ada, Banyaknya : - Warna : - Kental ( ) Tidak kental ( )o Suara nafas : o Irama : o Kelainan bunyi jantung : tidak ada
Abdomen & Genitourinary: Inspeksi
o Luka operasi :Kotor ( ) Tidak (√ )Jika ya, karena : Perdarahan( ) Infeksi ( )
Palpasio TFU : 2 jari di bawah umbilikuso Kontraksi : Baik (√ ) Tidak ( )o Bentuk : Mengecil ( ) Buncit (√ )o Diaktasis Rektus Abdominal : tidak terkajio Vesika urinaria : kosong
Auskultasio BU : 3 x/mnt
V ulva : Inspeksi
o Kebersihan: Bersih ( √) Tidak ( )o Warna : rubra (√ ) sangiolenta ( ) selosa ( )
Banyaknya tella/ pembalut : 2 tella Bau : berbau busuk ( ) tidak berbau (√ )
Perineum : Keadaan luka episiotomy : echimosis ( ) edema ( ) kemerahan ( ) eritema ( )
drainage ( ) Hematoma : ada ( ) tidak (√ ) Lochia : warna (...) jumlah (...) bau (...) bekuan darah (...)
konsistensi : (√ ) 1-3 hr rubra ( ) 4-10 hr serosa ( )> 10 hr alba
Anus : Hemoroid : ada ( ) tidak(√ ) Thrombosis : ada ( ) tidak (√ )
Ekstremitas : Tanda Homan : Edema :tidak ada Tekstur Kulit :lembab Nyeri :tidak nyeri
Bila dipalpasi,kekuatan otot :3/3
III. DATA PENUNJANG1. Laboratorium : .....................................................................................................................2. USG : .....................................................................................................................3. Rontgen : .....................................................................................................................4. Terapi yang didapat : infuse RL, obat suposutoria
Bandung, Pemeriksa
ANALISA DATA
Nama klien : Ny. AUmur : 38 tahun
Ruangan/kamar : MelatiNo. RM :
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS: klien mengatakan nyeri
pada luka SC
DO:-klien meringis
menahan nyeri
-skala nyeri > 2
-tampak enggan
bergerak
post partum
luka episiotomy,edema,memar jalan lahir
korteks serebri
nyeri dipersepsikan
gangguan rasa nyaman nyeri
Nyeri
2 DS: klien mengatakan sakit
untuk bergerak pada luka
episiotomy
DO: aktivitas dibantu oleh
perawat dan keluarga
Klien terlihat diam di
tempat tidur
Tampak kesakitan
Luka episiotomy masih
basah
Post partum
Luka episiotomy,edema,memar jalan lahir
Koerteks serebri
Nyeri dipersepsikan
Gangguan rasa nyaman nyeri
Keterbatasan gerak
Gangguan mobilitas fisik ambulasi terganggu
Mobilitas
fisik
terganggu
3 DS: klien mengatakan takut
DO: klien selalu bertanya
tentang kondisi dirinya dan
anaknya
Klien selalu bertanya
tentang perawatan anaknya
Post partum
Merupakan hal yang baru
Kurang informasi
Kurang pengetahuan tentang perawatan post partum
Stress bagi ibu
cemas
Kecemasan
4 DS: klien mengatakan
lemas
DO: klien tampak pucat dan
gelisah
Post partum
Sisa plasenta
Kontraksi uterus tidak adekuat
Resiko perdarahan
Resti
perdarahan
5 DS: klien mengatakan
masih ada perdarahan
DO: lochea (+)
Warnna normal
Keluaran lochea/softex
penuh
Post partum
Perdarahan involusi uteri
Lochea/vagina/vulva kotor
Port d’entry mikroorganisme
Resti infeksi
Resti infeksi
6 DS: klien mengatakan
belum bisa merawat
bayinya secara mandiri
DO: klien belum bisa
melakukan perawatan
bayinya sendiri
Post partum
Kelahiran bayi pertama
Kurangnya pengalaman/pengetahuan tentang perawatan bayi
Resiko gangguan parenting berhubungan dengan gangguan peran ibu
Resiko
gangguan
parenting
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 Gangguan rasa nyaman
nyeri b/d luka episiotomi
Tupan:
Nyeri berkurang atau teratasi
Tupen:
Setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama 3x24 jam
nyeri berkurang atau teratasi,
dengan criteria:
- Klien tidak mengeluh nyeri
- Nyeri hilang atau berkurang
- Skala nyeri menurun 0-1
- Klien bebas untuk bergerak
atau beraktifitas
- Klien tampak tidak menahan
nyeri
1. Atur posisi klien dengan senyaman
mungkin sesuai kebutuhan klien
2. Beri kesempatan klien mengungkapkan
pengalaman yang lalu dan nyeri, beri
ucapan selamat atas kelahiran bayinya
3. Beri perawatan rutin selama post partum
4. Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam
5. Ciptakan lingkumgam yang tenang
1.membantu mengurangi rasa
nyeri
2.sarana distraksi dari pengaruh
nyeri
3. kecemasan karena kurang
informasi dapat
meningkatkan rasa nyeri
4. meningkatkan rasa control dan
menurunkan
ketidaknyamanan after pain
5. mengurangi dan
meningkatkan ketegangan
persepsi nyeri
2 Gangguan mobilisasi fisik
b/d nyeri
Tupan:
Mobilitas terpenuhi
1. Kaji kemampuan klien dalam pemenuhan
ADL nya
1.Mengidentifikasi sehingga
bantuan yang diberikan dapat
Tupen:
Setelah dilakukan intervensi
keperawatan selam 8 jam
mobilitas terpenuhi dengan
criteria:
- Kebutuhan ADL terpenuhi
- Personal hygine terpenuhi
2. Bantu ADL klien semampunya
3. Dekatkan alat-alat memenuhi ADL agar
mudah terjangkau
4. Lakukan perawatan setiap hari
disesuaikan dengan
kemampuan klien
2.ADL dapat terpenuhi
3.ADL klien terpenuhi dengan
bantuan minimal dan meraih
klien untuk ambulasi
4.Mempercepat penyembuhan
luka episiotomy sehingga
klien cepat mandiri
melakukan ADL
3 Gangguan rasa aman cemas
b/d kurangnya pengetahuan
tentang perawatan post
partum dan perawatan bayi
Tupan:
Cemas berkurang atau teratasi
Tupen:
Setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama 1-2 hari,
dengan criteria:
- Klien tidak merasa cemas,
takut
- Klien terlihat tenang
1. Kaji tingkat pengetahuan klien tentang
perawatan post partum
2. Health education keperawatan post partum
dan bayi baru lahir
3. Anjurkan keluarga untuk member
dukungan pada klien
1. Mengetahui tingkat
pengetahuan klien sehingga
intervensi dapat ditentukan
dengan cepat
2. Mmeningkatkan
pengetahuan klien tentang
perawatan post partum dan
BBL sehingga dapat
menurunkan kecemasan
- Ekspresi wajah klien segar
- TTV dakam batas normal
3. Meningkatkan koping,
cemas dapat berkurang
4 Resiko perdarahan b/d
kontraksi uterus yang tridak
adekuat
Tupan:
Perdarahan tidak terjadi
Tupen:
Setelah dilakukan intervensi
keperawatan dalam waktu 3-4
jam perdarahan tidak terjadi,
dengan criteria:
- Perdarahan di uterus tidak
ada
- Perdarahan tidak tampak
pucat
- TD dalam batas normal
1. Observasi TTV
2. Monitor Hb
3. Kolaborasi dengan dokter pemberian
cairan
4. Anjurkan klien untuk banyak istrahat
1. Merupakan indicator
terjadinya resiko perdarahan
2. Mengetahui indikasi
terjadinya anemia
3. Mengganti kekurangan
vlume darah dan cairan
elektrolit dalam tubuh
4. Dengan banyak istrahat
akan mengurangi terjadinya
peradarahan yang lebih
lanjut
5 Resiko terjadinya infeksi
b/d perdarahan atau lochea
pervaginam
Tupan:
Infeksi tidak terjadi
Tupen:
Setelah dilakukan intervensi
1. Berikan perawatan perineum setiap hari
2. Anjurkan membersihkan vagina dengan
benar setelah BAB/BAK
3. Perhatikan adanya tanda-tanda infeksi saat
1. Menjaga kebersihan
sehingga terhindar dari
infeksi
2. Menjaga kebersihan klien
keperawatan selama 7 jam
infeksi tidak terjadi, dengan
criteria:
- Tanda-tanda infeksi tidak
ada
- Bau lochea normal
melakukan perawatan perineum sehingga dapat infeksi dapat
dihindari
3. Deteksi dini terhadap
adanya infeksi perineum
6 Resiko gangguan parenting
b/d gangguan peran ibu
Tupan:
Ibu bisa menjalankan perannya
sehingga ibu dengan baik
Tupen:
Setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama 1 kali 24
jam ibu bisa menjalankan
perannya,dengan criteria:
- Ibu dapat merawat bayinya
dengan mandiri
- Ibu dapat mengepresikan
perasaan kasih sayangnya
kepada bayi
1. Beri kesempatan ibu mengepresikan
perasaannya sebagai ibu
2. Tempatkan ibu dan bayi dalam satu
ruangan jika memungkinkan
3. Beri kesempatan ibu berpartisispasi dalam
perawatan bayinya
4. Berikan perawatan pada bayi jika ibu
kelelahan
5. Ajarkan ibu teknik perawatan bayi yang
diperlukan (menyusui, mengganti popok)
1. Dengan mengekspresikan
perasaan, ibu dapat
memberikan kasih saying
kepada ibunya
2. Dapat mempererat
hubungan tali kasih antara
ibu dan anak,ibu akan lebih
tenang jika bayi ada
disampingnya
3. Agar ibu dapat mengetahui
cara merawat bayi secara
madiri
4. Mengurangi rasa lelah yang
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lowdermilk, Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta; EGC.
Doengoes, Marilynn E. 2001. Rencana perawatan Maternal / Bayi: Edisi 2. Jakarta; EGC.
Hamilton, Persis Mary. 1995. Dasar – Dasar Keperawatan Maternitas / Persis Mary Hamilton ; alih bahasa, Ni Luh Gede Yasmin Asih. –Ed 6.—Jakarta; EGC.
Hanifa Wiknjosastro. 2002. Ilmu Kebidanan / editor kedua—Ed.3—Cet.6—Jakarrta; Yayasan Bina Pustaka.
Indonesia, Departemen Kesehatan, Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. 1992. Komunikasi Terapetik Dalam Asuhan Kebidanan. Jakata; Depatemen Kesehatan.
Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi. Medan; Valentino Grup.
Parrer, H. 1999. Perawatan Maternitas. Jakarta; EGC.
Mansjoer, Arif…[et al.]. 2000. Kapita Selekta Kedokteran—Ed.3, cet.1,--. Jakarta; Media Aeskulapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.