new laporan suppo kel 6

Upload: gledys-tham-puti

Post on 31-Oct-2015

122 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

38

BAB IPENDAHULUANI.1Latar BelakangDi era globalisasi saat ini tentunya perkembangan ilmu semakin berkembang bahkan sudah mulai ke arah yang lebih maju, baik dari segi ilmu pendidikan maupun teknologinya. Salah satunya adalah perkembangan ilmu dan teknologi farmasi yang dapat dikatakan sudah maju. Dimana, para farmasis saat ini sedang berlomba-lomba dalam menciptakan dan menerapkan ilmu yang telah diperoleh untuk membuat formula-formula sediaan farmasi yang baru seperti sediaan obat dan kosmetik dalam bentuk yang bervariasi sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang berbeda-beda untuk memberikan rasa kepuasan kepada masyarakat.Tidak hanya seorang apoteker saja tetapi seorang mahasiswa farmasi juga turut ikut andil dalam merancang dan menciptakan formula. Dalam hal ini, mahasiswa farmasi diharuskan belajar mengenai Teknologi Sediaan Padat untuk merancang dan menciptakan formula dari berbagai bentuk sediaan sesuai dengan ketentuan yangada.Teknologi sediaan farmasi ini merupakan suatu sarana yang diberikan kepada mahasiswa farmasi untuk dapat mempelajari cara merancang dan menciptakan formula-formula baru dari sediaan obat. Sediaan obat tersebut diformulasikan dengan baik dan menarik yang efektif dalampemakaian dan mengandung zat obat dengan dosis tertentu yang mampu memberikan efek terapeutik untuk menyembuhkan dengan tokisistas yang relatif kecil dan juga memiliki keuntungan bagi konsumen dalam hal ini adalah pasien. Salah satu contoh formulasi sediaan yang beredar dipasaran saat ini adalah sediaan Suppositoria.Suppositoria merupakan suatu bentuk sediaan padat yang pemakaiannya dengan cara memasukkan melalui lubang, atau celah pada tubuh, dimana sediaan ini akan melebur, melunak atau melarut dan memberikan efek lokal atau sistemik. Formulasi sediaan suppositoria yangakan dibuat dalam percobaan ini adalah suppositoria rektal yang umumnya berbentuk seperti torpedo dengan bobot dan ukuran tertentu yang telah ditetapkan (Ansel, 676).Khususnya dalam percobaan suppositoria ini zat aktif yang digunakan adalah Asam Asetil Salisilat yang merupakan obat anti-nyeri tertua yang sampai kini paling banyak digunakan di seluruh dunia. Asam Asetil Salisilat yang dirancang dalam bentuk suppositoria ini sedikitnya dapat mengurangi efek samping yang paling sering berupa iritasi mukosa lambung dengan resiko tukak lambung dan perdarahan samar (occult) dibandingkan dengan pemberian Asam Asetil Salisilat dalam bentuk oral (Tjay, H.T., 316)I.2Maksud dan Tujuan PercobaanI.2.1Maksud PercobaanAdapun maksud dalam percobaan ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara memformulasi dan pembuatan Suppositoria Aspirin (Asam Asetil Salisilat) disertai dengan evaluasinya.

I.2.2Tujuan PercobaanAdapun tujuan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:1. Untuk menentukan metode pembuatan yang cocok untuk supositoria Aspirin (Asam Asetil Salisilat).2. Untuk mengamati uji supositoria Aspirin (Asam Asetil Salisilat) melalui uji homogenitas atau penampilan, uji kisaran leleh, uji waktu lunak dan uji kehancuran.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAII.1 Teori UmumII.1.1 Pengertian SuppositoriaSuppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh. Suppositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat, sebagai pembawa zat terapetik yang bersifat lokal atau sistematik. Bahan dasar suppositoria yang umum digunakan adalah lemak coklat, gelatin tergliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi, campuran polietilen glikol berbagai bobot molekul dan ester asam lemak polietilen glikol (FI IV, 6).Umumnya, supositoria rectum panjangnya 32 mm (1,5 inci), berbentuk silinder dan kedua ujungnya tajam. Beberapa supositoria untuk rectum diantaranya ada yang berbentuk seperti peluru, torpedo atau jari-jari kecil tergantung kepada bobot jenis bahan obat dan habis yang digunakan, beratnya pun berbeda-beda. USP menetapkan berat supositoria 2 gram untuk orang dewasa apabila oleum cacao yang digunakan sebagai basis. Sedangkan supositoria untuk bayi dan anak-anak, ukuran dan beratnya dari ukuran dan berat untuk orang dewasa, bentuknya kira-kira seperti pensil. Keuntungan bentuk torpedo adalah bila bagian yang besar masuk melalui otot penutup dubur, maka suppositoria akan tertarik masuk dengan sendiri. Supositoria untuk vagina yang juga disebutpessariumbiasanya berbentuk bola lonjong atau seperti kerucut, sesuai dengan kompendik resmi beratnya 5 gram, apabila basisnya oleum cacao. Supositoria untuk saluran urin yang juga disebutbougiebentuknya ramping seperti pensil, gunanya untuk dimasukkan ke dalam saluran urin pria atau wanita. Supositoria saluran urin pria bergaris tengah 3-6 mm dengan panjang 140 mm, walaupun ukuran ini masih bervariasi satu dengan lainnya. Apabila basisnya dari oleum cacao maka beratnya 4 gram. Supositoria untuk saluran urin wanita panjang dan beratnya dari ukuran untuk pria, panjang 70 mm dan beratnya 2 gram dan basisnya oleum cacao (Ansel, 576-577 ).

Gambar 1. Bentuk suppositoriaII.1.2 Keuntungan Dan Kerugian Keuntungan Suppositoria (Fastrack, 157-158) :1. Bentuk sediaan rektal mungkin bertujuan untuk memberikan efek lokal dalam pengobatan injeksi dan peradangan, misalnya wasir.2. Bentuk sediaan rektal untuk digunakan pada sembelit dan luka pada usus sebelum operasi.3. Bentuk sediaan rektal digunakan untuk memberikan efek sistemik, dimana penyerapan obatnya untuk oral dapat mengiritasi lambung, sehingga dibuat dalam bentuk sediaan rektal.4. Dapat digunakan oleh pasien yang tidak sadar dan mudah muntah.5. Dibuat bentuk sediaan rektal karena ada obat yang rentan terhadap degradasi di perut, obat yang tidak terlarut diserap dalam saluran pencernaan.6. Obat (agen terapeutik) tidak langsung masuk ke dalam hati. (Ansel, 578) :1. Obat yang masuk dibuat tidak aktif oleh PH aktivitas enzim dalam lambung atau perlu dibawa untuk masuk ke dalam lingkungan merusak ini.2. Obat yang merangsang lambung langsung dapat dibiarkan tanpa menimbulkan perangsangan.3. Obat yang rusak dalam portal dapat melewati hati setelah diabsorbsi pada rektum.4. Cara ini lebih sesuai digunakan oleh pasien dewasa dan anak-anak yang tidak dapat atau tidak mau menelan obat.5. Merupakan cara yang efektif dalam perawatan pasien yang sukar muntah. Kerugian Suppositoria (Fastrack, 158) :1. Dinegara-negara tertentu, terutama Amerika Serikat dan Inggris bentuk sediaan rektal umumnya tidak populer.2. Terdapatnya feses dalam rektum sangat mempengaruhi tingkat penyerapan obat.3. Diindustri pembuatan suppositoria lebih sulit dibandingkan bentuk sediaan umum lainnya. (Ansel, 578) :Dosis obat yang digunakan melalui rektum mungkin lebih besar atau lebih kecil daripada yang dipakai secara oral tergantung pada faktor-faktor ke dalam tubuh pasien. Sifat fisika-kimia obat dari kemampuan obat dalam melewati penghalang fisiologis, untuk diabsorbsi dan sifat basis suppositoria yang dimaksudkan untuk obat-obat sistemik dan lokal umumnya terjadi dengan bentuk/waktu setengah jam sampai sedikit 4 jam.II.1.3 Tujuan Penggunaan SuppositoriaObat-obat dapat diberikan dalam bentuk suppositoria, baik untuk efek lokal maupun untuk efek sistemik. Aksi tersebut tergantung pada sifat obat, konsentrasinya, dan laju absorpsi. Emolien, astringen, zat antibakteri, hormon, steroid, dan anestetik lokal diberikan dalam bentuk suppositoria untuk mengobati keadaan lokal vagina, rektum, atau uretra. Maksud dari pemberian suppositoria rektal adalah untuk pengobatan konstipasi dan wasir. Selain itu suppositoria rektal juga diberikan untuk efek sistemik. Berbagai macam obat digunakan, misalnya analgesik, antispasmodik, sedatif, obat penenang, dan zat antibakteri (Lachman III, 1148).Suppositoria rektal juga digunakan untuk efek sistemik dalam kondisi dimana pemberian obat secara oral tidak akan ditahan atau diabsorbsi secara tepat ; seperti pada keadaan mual yang hebat dan muntah atau pada Paralitis ileus (Lachman III, 1148).II.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi obat suppositoria(Ansel, 579) : Faktor FisiologiRectum manusia panjangnya 15 30 cm. Pada waktu kosong, rectum hanya berisi 2 3 ml cairan mukosa yang inert. Dalam keaadan istirahat, rectum tidak ada gerakan vili dan microvili pada mukosa rectum. Akan tetapi terdapat vaskularisasi adsorbsi obat dan rectum adalah kandungan kolon, jalur sirkulasi dan pH serta tidak adanya kemampuan mendapat cairan rectum.a. Kandungan KolonApabila diinginkan efek sistemik dari suppositoria yang mengandung obat absorbsi yang lebih besar, lebih banyak terjadi pada rectum yang kosong dan rectum yang dikembungkan oleh fases ternyata obat lebih mengabsorbsi dimana tidak ada fases.b. Jalur SirkulasiObat yang diabsorbsi melalui rectum tidak seperti obat yang diabsorbsi setelah pemberian secara oral. Tidak melalui sirkulasi porta, sewaktu didalam perjalanan sirkulasi yang lazim. Dalam hal ini obat dimungkinkan dihancurkan didalam hati.c. pHTidak adanya kemampuan mendapat dari cairan rektum karena cairan rectum pada dasarnya pada pH 7 8 dan kemampuan mendapat tidak ada, maka bentuk obat yang digunakan lazimnya secara kimia tidak berubah oleh lingkungan rectum. Faktor Fisika Kimiaa. Kelarutan lemak airSuatu obat lifofil yang terdapat dalam suatu basis. Suppositoria berlemak dengan konsistensi rendah memiliki kecenderungan yang kurang untuk melepaskan diri dari kedalam cairan sekelilingnya. Dibandingkan jika tidak ada bahan hidrofilik pada bahan/basis berlemakdalam batas-batas untuk mendekati jenuhnya.b. Ukuran PartikelSemakin kecil ukuran partikel, semakin mudah larut dan lebih besar kemungkinan untuk lebih cepat diabsorbsi.c. Sifat basisBasis harus mampu mencair, melunak atau melarut supaya pelepasan kandungan obatnya untuk diabsorbsi. Apabila terjadi interaksi antara basis dengan lelehan lepas, maka adsorbsi akan terganggu atau malah dicegah.

II.1.5 Efek Terapeutis Efek sistemikUntuk efek sistemik, membran mukosa rektum dan vagina memungkinkan absorbsi dan kebanyakan obat yang dapat larut walaupun rektum sering digunakan sebagai tempat absorbsi secara sistemik, vagina tidak sering digunakan untuk tujuan ini. Untuk mendapatkan efek sistemik, atau pemakaian melalui rektum mempunyai beberapa kelebihan dari pada pemakian secara oral, yaitu(Ansel, 576) :1. Obat yang rusak atau tidak dibuat tidak aktif oleh pH atau aktifitas enzim dan lambung.2. Obat yang merangsang lambung dapat diberikan tanpa menimbulkan rangsangan.3. Merupakan cara yang efektif dalam perawatan pasien yang suka muntah, dan lain sebagainya. Efek LokalBegitu dimasukkan, basis suppositoria meleleh, melunak atau melarut menyebarkan bahan obat yang dibawahnya kejaringan-jaringan didaerah tersebut obat ini bisa dimaksudkan untuk ditahan dalam ruang tersebut untuk efek kerja lokal atau bisa juga dimaksudkan agar diabsorbsi untuk mendapatkan efek sistemik. Suppositoria rektal dimaksudkan untuk kerja lokal dan paling sering digunakaan untuk menghilangkan konstipasi dan rasa sakit, iritasi rasa gatal dan radang sehubungan dengan wasir atau kondisi anarektal lainnya. Suppositoria vagina yang dimaksudkan untuk efek lokal, digunakan terutama sebagai antiseptik pada higiene wanita dan sebagai zat khusus untuk memerangi dan menyerang penyebab penyakit (Ansel, 576).II.1.6 Syarat-Syarat Basis Yang Ideal Basis suppositoria yang ideal di uraikan sebagai berikut (Lachman III, 1168) :1. Telah mencapai kesetimbangan kristalivitas dimana komponen mencair dalam temperatur rectum (36C),tetapi basis dengan kisaran leleh lebih tinggi dapat digunakan untuk campuran eutektikum, penambahan minyak-minyak, balsam-balsam, serta suppositoria yang digunakan pada iklim tropis.2. Tidak toksik dan tidak mengiritasi jaringan yang peka dan meradang.3. Dapat bercampur dengan berbagai jenis obat.4. Basis suppositoria tersebut tidak mempunyai bentuk meta stabil (tidak berubah bentuk dalam keadaan semula pada saat pelelehan).5. Basis suppositoria tersebut menyusut secukupnya pada pendinginan, sehingga dapat dilepaskan dari cetakan tanpa menggunakan pelumas cetakan.6. Basis suppositoria mempunyai sifat membasahi dan mengemulsi.7. Basis suppositoria tidak merangsang.8. Angka air tinggi maksudnya persentase air yang tinggi dapat dimaksudkan kedalamnya.9. Stabil pada penyimpanan maksudnya warna, bau dan pola pelepasan obat tidak berubah.10. Dapat dibuat suppositoria dengan tangan, mesin, kompresi, atau ekstrusi.11. Angka asam dibawah 0,2.12. Angka penyabunan berkisar dari 200 sampai 245.13. Angka iod kurang dari 7.14. Interval antara titik leleh dan titik memadat kecil atau kurva SFI-nya tajam. Basis suppositoria yang ideal menurut (ScovilleS, 370-371) :Dari segi pandang pada formulasi basis suppositoria ideal seharusnya : stabil, mudah dalam penuangan, menjadi keras pada pendinginan dengan cepat, tidak membutuhkan lubrikan pencetakan, mempunyai penampilan yang baik, cocok dengan semua obat. Dari sudut pandang dari absorbsi obat pada basis seharusnya netral dalam reaksi, tidak mengiritasi, kehadiran dari obat dalam mengabsorbsi bentuk sangat mudah, melunak sempurna atau larut pada suhu tubuh di dalam rektum.II.1.7 Macam-macam Basis Suppositoria(Ansel, 582 589) :1. Basis berminyak atau berlemakBasis berlemak merupakan basis yang paling banyak dipakai, karena pada dasarnya oleum cacao termasuk kelompok ini, utama dan kelompok ketiga merupakan golongan basis-basis lainnya. Diantara bahan berminyak atau berlemak lainnya yang biasa digunakan sebagai basis Suppositoria. Macam-macam asam lemak yang dihidrogenesis dari minyak nabati seperti minyak palem dan minyak biji kapas, juga kumpulan basis lemak yang mengandung gabungan minyak gliserin dan asam lemak dengan berat molekul tinggi, seperti asam palmitat dan asam stearat, mungkin ditemukan dalam basis Suppositoria berlemak. Campuran yang dimikian seperti gliserol dan monostearat merupakan contoh dari kelompok ini.2. Basis yang larut dalam air dan basis yang bercampur dengan air. Merupakan kumpulan yang penting dari kelompok ini adalah gelatin dan gliserin dan basis polietilen glikol. Basis gelatin gliserin paling sering digunakan dalam pembuatan Suppositoria vagina dimana memang diharapkanefek setempat yang cukup lama dari unsur obatnya.3. Basis lainnya dalam kelompok basis ini termasuk campuran bahan bersifat seperti lemak yang larut dalam air atau bercampur dengan air, bahan-bahan ini mungkin membentuk zat kimia atau campuraan fisika. Beberapa diantaranya berbentuk emulsi, umumnya dan tipe air dalam minyak atau mungkin dapat menyebar dalam cairan berair. Salah satu dari bahan ini adalah polioksil 40 stearat adalah suatu zat aktif pada permukaan digunakan dalam sejumlah basis Suppositoria dalam perdagangan.

II.1.8 Metode Pembuatan SuppositoriaEmpat metode digunakan dalam membuat suppositoria, yakni mencetak dengan tangan, kompresi, mencetak tuang, dan mesin pencetak otomatis (Lachman III, 1179-1180) :1. Metode dengan TanganMetode pembuatan suppositoria yang paling sederhana dan yang paling tua adalah dengan tangan. Yakni dengan menggulung basis suppositoria yang telah dicampur homogen dan mengandung zat aktif menjadi bentuk yang dikehendaki. Mula-mula basis diiris, kemudian diaduk dengan bahan aktif dengan menggunakan atau dilarutkan dengan air, atau kadang-kadang dicampur atau dengan sedikit lemak bulu domba untuk mempermudah penyatuan basis suppositoria. Kemudian massa digulung menjadi satu barang silinder dengan garis tengah dan panjang yang dikehendaki atau menjadi bola-bola vaginal sesuai dengan berat yang diinginkan. Batang silinder dipotong menjadi beberapa bagian kemudian salah satu ujungnya diruncingkan.2. Mencetak kompressiSuppositoria yang lebih seragam dengan cara farmasetik dapat dibuat dengan mengkompressi larutan massa dingin menjadi suatu bentuk yang dikehendaki, suatu roda tangan berputar menekan suatu bistor pada massa suppositoria yang diisikan dalam silinder sehingga massa terdorong masuk ke dalam cetakan.

3. Metode cetak tuangMetode yang paling umum digunakan pada suppositoria skala kecil dan skala besar adalah pencetakan. Pertama-tama bahan basis diletakkan sebaiknya di atas penangas air atau penangas uap untuk menghindari pemanasan setempat yang berlebihan. Kemudian bahan-bahan aktif diemulsikan atau disuspensikan ke dalamnya.4. Metode Pencetak OtomatisPelaksanaan pencetakan (penanganan, pendinginan) dan pemindahan dapat dilakukan dengan mesin. Seluruh pengisian, pengeluaran dan pembersihan cetak semua dijalankan secara otomatis. Pertama-tama massa yang telah disiapkan diisikan ke dalam suatu corong pengisi dimana massa tersebut secara kontinyu dicampur dan dijaga pada temperatur konstan.II.1.9 Masalah-Masalah Pembuatan Suppositoria(Lachman III, 1186-1191) :1. Air dalam suppositoriaPenggunaan air sebagai pelarut untuk mencampurkan zat-zat dalam basis suppositoria harus dihindari untuk alasan berikut :a. Air mempercepat oksidasi lemak.b. Jika air menguap, zat-zat yang terlarut akan membentuk kristal-kristal.c. Kecuali kalau air berada dalam jumlah lebih tinggi dari yang dibutuhkan untuk melarutkan obat, air mempunyai nilai kecil dalam membantu absorpsi obat.d. Reaksi antara bahan-bahan yang terdapat dalam suppositoria tampaknya lebih sering terjadi dengan air.e. Pemasukan air atau zat-zat lain yang dapat dikontaminasi oleh pertumbuhan bakteri dan fungi memerlukan tambahan bahan-bahan bakteriostatik seperti paraben.2. HigroskopisSuppositoria gelatin yang mengandung gliserin kehilangan lembab oleh penguapan dalam iklim kering dan mengabsorbsi lembab dalam kondisi kelembapan yang tinggi.3. KetidaktercampurkanBasis-basis polietilen glikol ternyata tidak dapat bercampur dengan garam-garam perak, asam tanat, aminopirin, kinin, ichtammol, aspirin, benzokain, iodoklorhidroksikin, dan sulfonamida. Sebagian besar bahan kimia mempunyai kecenderungan mengkristal dari polietilen glikol, misalnya barbital natrium, asam salisilat,dan camphore.4. ViskositasViskositas massa suppositoria yang mencair adalah penting dalam pembuatan suppositoria dan perilakunya dalam rektum setelah mencair. Minyak cokelat cair dan beberapa penggantinya mempunyai viskositas rendah, sedangkan basis tipe gelatin yang mengandung gliserin dan tipe polietilen glikol mempunyai viskositas yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan viskositas minyak cokelat.5. KerapuhanSuppositoria yang dibuat dari minyak cokelat sangat elastik dan tidak mudah pecah. Basa-basa lemak sintetis dengan derajat hidrogenasi yang tinggi pada temperatur kamar, biasanya lebih rapuh.6. KerapatanUntuk menghitung jumlah obat tiap suppositoria, kerapatan basis tersebut harus diketahui. Volume ruang cetakan ditetapkan, sehingga berat masing-masing suppositoria tergantung pada kerapatan massa.7. Penyusutan volumeFenomena ini terjadi dalam sebagian besar basis suppositoria cair setelah didinginkan dalam cetakan.8. Pelumas atau zat penglepas dari cetakanMinyak cokelat melengket pada cetakan suppositoria karena volume penyusutannya rendah. Suppositoria ini sukar dilepaskan dari cetakan, sehingga berbagai pelumas cetakan atau zat-zat penglepas dari cetakan harus digunakan untuk menanggulangi kesulitan ini.9. Faktor penggantian dosisJumlah basis yang diganti oleh bahan-bahan aktif dalam formulasi suppositoria dapat dihitung. Faktor pengganti, f, diturunkan dari persamaan berikut :

Dimana : E = bobot basis suppositoriaG = bobot suppositoria dengan bahan aktif X%

10. Pengawasan bobot dan volumeFarmakope jerman dan rusia menyatakan variasi bobot masing-masing suppositoria rektal adalah 5% dari bobot rata-ratanya.11. Ketengikan dan antioksidanKetengikan disebabkan oleh autooksidasi dan penguraian berturut-turut dari lemak tidak jenuh menjadi aldehid jenuh dan tidak jenuh dengan bobot molekul kecil sampai pertengahan (C3-C11), berbagai keton dan asam, yang mempunyai bau kuat dan tidak menyenangkan.II.1.10 Evaluasi Suppositoria(Lachman III, 1191-1194) :1. Uji Kisaran LelehUji ini disebut juga uji kisaran meleleh makro dan uji merupakan salah satu ukuran waktu yang diperlukan suppositoria untuk meleleh sempurna bila dicelupkan dalam penangas air dengan temperatur tetap (37C). Sebaliknya uji kisaran meleleh mikro adalah kisaran leleh yang diukur dalam pipa kapiler hanya untuk basis lemak. Alat yang biasa digunakan untuk mengukur kisaran leleh sempurna dari suppositoria adalah alat disentegrasi tablet USP. Suppositoria dicelupkan seluruhnya dalam penangas air yang konstan, dan waktu yang diperlukan suppositoria untuk meleleh sempurna atau menyebar dalam air sekitarnya diukur.2. Uji Pencairan atau uji waktu melunak dari suppositoria rektal suatu modifikasi yang dikembangkan oleh Krowezyasku adalah uji suppositoria akhir lain yang berguna. Uji tersebut terdiri dari pipa U yang sebagian dicelupkan kedalam penangas air yang bertemperatur konstan. Penyempitan pada satu menahan suppositoria tersebut pada tempatnya dalam pipa. Sebuah batangan dari kaca ditempatkan di bagian atas suppositoria, dan waktu yang diperlukan batangan untuk melewati suppositoria sampai penyempitan tersebut dicatat sebagai waktu melunak.3. Uji KehancuranBerbagai larutan sudah diuraikan untuk memecahkan masalah kerapuhan suppositoria. Uji kehancurandirancang sebagai metode untuk mengukur keregasan atau kerapuhan suppositoria. Alat yang digunakan untuk uji tersebut terdiri dari suatu ruang berbanding rangkap dimana suppositoria yang diuji ditempatkan. Air pada suhu 37C dipompa melalui dinding rangkap ruang tersebut. Dan suppositoria diisikan ke dalam dinding dalam yang kering, menopang lempeng dimana suatu batang diletakkan.4. Uji DisolusiPengujian laju pelepasan zat obat dari suppositoria secara invitro selalu mengalami kesulitan karena adanya pelelehan. Perubahan bentuk dan depresi dari medium disolusi. Pengujian awal dilakukan dengan penetapan biasa dalam gelas piala yang mengandung suatu medium.

II.2FormulaI. FORMULASIASAM ASETIL SALISILAT SUPOSITORIA REKTALII. RANCANGAN FORMULATiap 3 gr suppositoria mengandung :Asam Asetil Salisilat450 mgAlfa Tokoferol0,05 %Cera Alba4 %Oleum Cacaoq.sIII. MASTER FORMULANama Produk: CetariarinJumlah Produk:10 SupositoriaTanggal formula:18 4 - 2013Tanggal Produksi:2 5 - 2013Expired Date: 2 5 2014NO. Registrasi:DKL 13 077 030 25 A1NO. Batch:D3 25 030

No.Reg : DKL 13 077 030 25 A1No.Batch : D3 25 047PT. CLASSEDUO FARMA

Tanggal Formula18 4 2013Tanggal Produksi2 5 2013Jumlah Produksi10 Suppositoria

NoKode BahanNama BahanFungsi BahanTiap SuppositoriaTiap Batch

1ASPAsam asetil salililatZat Aktif4,5 gr3,15 g

2ATFAlfa TokoferolAntioksidan0,0002 g0,00165 g

3CACera albaStiffening Agent0,04 g1,32 g

4OLCOleum CacaoBasis0,04 g0,8 g

II.3 Alasan penambahanII.3.1 Asam asetil salisilat Asam asetil salisilat merupakan golongan obat antiinflamasi nonsteroid yang berkhasiat sebagai analgesik dan antipiretik. Dimana senyawa ini memiliki efek samping terhadap saluran cerna antara lain iritasi lambung, mual, dan muntah, untuk menghindari efek samping tersebut dapat diatasi dengan memformulasikan asam asetil salisilat dalam bentuk sediaan suppositoria. Penggunaan suppositoria mempunyai keuntungan dibandingkan dengan sediaan oral, salah satunya yakni tidak mengiritasi lambung, tidak menyebabkan rasa tidak enak (mual) (Tjay, 607 ; Ansel, 578). Aspirin dan beberapa obat antiinflamasi lainnya banyak digunakan dalam bentuk suppositoria untuk meningkatkan bioavaibilitas. (Ravi, 2013) Sebagian besar obat dalam sediaan oral akan diubah oleh hati secara kimi sehingga keefektifan sistemiknya seringkali berkurang. Sebaliknya sebagian besar obat yang sama dapat diabsorpsi dari daerah anorektal dan nilai terapetiknya masih dipertahankan (Lachman III, 1149) Dosis aspirin dalam bentuk suppositoria yaitu 450-900 mg setiap 4 jam (Martindale36th, 23)II.3.2 Oleum cacao Minyak cokelat merupakan basis suppositoria yang paling banyak digunakan. Sebagian besar sifat minyak cokelat memenuhi persyaratan basis ideal karena tidak berbahaya (Lachman III, 1168). Oleum cacao merupakan basis yang paling baik, disebabkan oleh aksi emolien, penyejuk, dan penyebarannya (Ansel, 581) Minyak cokelat tidak diresorpsi dalm rektum. Minyak cokelat akan membentuk perusakan lemak dalam usus tidak terjadi (Voight, 285). Lemak cokelat bersifat netral secara kimia dan fisiologi serta banyak digunakan. Titik lebur dari minyak cokelat yaitu 31o-34oC (Voight, 281).II.3.3 Cera alba Cera alba digunakan sebagai bahan pengeras yang dapat dilebur dengan oleum cacao untuk mengimbangi pengaruh peleburannya dari bahan yang ditambahkan (Ansel, 583). Bahan-bahan seperti fenol (termasuk asam asetil salisilat) cenderung menurunkan titik lebur dari oleum cacao sewaktu bercampur dengan bahan tersebut. Jika titik lebur menurun sedemikian rupa sehingga tidak mungkin lagi dijadikan suppositoria yang padat dengan menggunakan oleum cacao sebagai basis tunggal, maka bahan pengeras (stiffening agent) seperti malam tawon (cera alba) 4% dapat dilebur dengan oleum cacao untuk mengimbangi pengaruh pelunakkan (Ansel, 583). Obat- obat seperti minyak menguap, kresol, fenol, dan klorol hidrat sangat menurunkan titik leleh minyak coklat. Untuk memperbaiki kondisi ini biasanya digunakan malam atau spermaseti (Lachman, 1170). Konsentrasi cera alba yang digunakan adalah 4%, karena apabila konsentrasinya kurang dari 4% dapat menurunkan titik leleh oleum cacao dan apabila konsentrasinya lebih 4% dapat menaikkan titik leleh diatas suhu tubuh (Widayanti, 3)II.3.4 Alfa tokoferol Oleum cacao mempunyai beberapa kelemahan, yaitu dapat menjadi tengik. Oleh karena itu, dibutuhkan antioksidan yang berfungsi untuk menghambat autooksidasi dari oleum cacao yang dapat menyebabkan ketengikan. Contoh oksidasi efektif (antioksidan) salah satunya adalah alfa tokoferol (Ansel, 119 ; Pharmaceutical excipient booklet, 15). Alfa tokoferol atau vitamin E merupakan antioksidan larut lemak, yang cara kerjanya dengan mendonorkan atom hidrogennya untuk berikatan dengan radikal bebas (Efflonora, 279). Alfa tokoferol merupakan pelarut yang baik untuk obat yang kelarutannya rendah, dimana alfa tokoferol dalam formulasi ini untuk memperbaiki kelautan dari asam asetil salisilat yang sukar larut dalam air (Excipient6th, 31). Alfa tokoferol dalam basis lemak biasanya digunakan konsentrasi 0,001-0,05% (Excipient6th, 31). Konsentrasi alfa tokoferol sebagai anti oksidan yaitu 0,05-0,75% (Voight, 640).II.4 Uraian Bahan1. Aspirin (FI IV, 31)Nama Resmi: Acidum acetylosalicylumSinonim: Asam asetil salisilat, asetosal, aspirin, aspiletRM/BM:C6H804/180,16Pemerian:Hablur putih, umumnya seperti jarum atau lempengan tersusun atau serbuk hablur putih, tidak berbau atau berbau lemah. Stabil diudara kering, di dalam udara lembab serta bertahap terhidrolisa menjadi asam salisilat dan asam asetat.Kelarutan:Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, larut dalam kloroform dan dalam eter, agak sukar larut dalam eter mutlak.Konsentrasi:450-500 mgKhasiat:Anti inflamasi non steroidPenyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat.2. Alfa tokoferol (FI IV, 796 ; Excipient 6th, 31)Nama resmi:TocopherolumSinonim:Alfa tokoferol; vitamin E; copherol F1 300 3,4 dihydro-2,5,7, 8 tetramethy l 2 (4,8,12-trimethyltridecyl) 2 H-1- benzopyrun-6-01; E307; RRR a tocopherolum, synthetic alpha tocopherol; an rac a tocopherol; dl a tocopherol; 5,7,8 trimethyltocol.Pemerian:Praktis tidak berbau dan tidak berasa. Bentuk alfa tokoferol dan alfa tokoferol asetat berupa minyak kental jernih, warna kuning atau kuning kehijauan. d-alfa tokoferol asetat dapat berbentuk padat pada suhu dingin. Alfa tokoferol asam suksinat berupa serbuk warna putih; berbentuk d- isomer melebur pada suhu lebih kurang 75o dan bentuk dl- melebur pada suhu lebih kurang 70 o. Golongan alfa tokoferol tidak stabil terhadap udara dan cahaya terutama dalam suasana alkalis. Bentuk ester stabil terhadap udara dan cahaya, tetapi tidak stabil dalam suasana alkalis. Senyawa dengan asam suksinat juga tidak stabil bila dalam bentuk leburan.Kelarutan:Alfa tokoferol asam suksinat tidak larut dalam air, sukar larut dalam larutan alkali; larut dalam etanol, dalam eter, dalam aseton, dan dalam minyak nabati; sangat mudah larut dalam kloroform. Bentuk vitamin E lain tidak larut dalam air; larut dalam etanol; dapat bercampur dengan eter, dengan aseton, dengan minyak nabati dan dengan kloroform.Khasiat:AntioksidanPenyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya. Bentuk d-atau dl- alfa tokoferol dilindungi dengan gas inert.Kestabilan:Tokoferol teroksidasi perlahan oleh oksigen dan cepat teroksidasi oleh garam besi dan perak. Tokoferol ester lebih stabil untuk oksidasi. Tokoferol harus disimpan dalam wadah yang kedap udara, ditempat sejuk dan terlindung dari cahaya.Incompatibilities:Tokoferol tidak compatible dengan peroksida dan ion logam terutama besi, tembaga, dan perak.Konsentrasi:0,001-0,05 %3. Cera alba ( FI IV, 186; Excipient 6th,779)Nama resmi:Cera albaSinonim: Malam putih, wax white, bleached wax, E901, lilin putih.Pemerian:Padatan putih kekuningan, sedikit tembus cahaya dalam keadaan lapisan tipis, bau khas lemah dan bebeas bau tengik.Kelarutan:Tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dingin. Etanol mendidih melarutkan asam sitrat dan bagian dari merisin yang merupakan kandungan malam putih. Larut sempurna dan kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan minyak atsiri. Sebagian larut dalam benzene dingin dan dalam karbon disulfide dingin. Pada suhu lebih kurang 30o larut sempurna dalam benzene, dan dalam karbon disulfide.Kegunaan:Sebagai pengeras ( stivening agent )Penyimpanan:Dalam wadah tertutup baik.Kestabilan:Ketika lilin dipanaskan diatas 1508 o C, esterivikasi terjadi dengan penurunan akibat nilai asam elevasi titik leleh. Lilin putih stabil bila disimpan dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.Incompatibilities:Tidak kompatibel dengan oksidator.Konsentrasi: 4% sebagai bahan pengeras (Steveni agent)4. Oleum Cacao(FI III, 453; Excipient 6th, 725)Nama resmi:Oleum cacaoSinonim:Lemak coklat, cocoa butter, oleum theobronatisPemerian:Lemak padat, putih kekuningan, bau khas aromatic, rasa khas lemak, agak rapuh.Kelarutan:Sukar larut dalam etanol (95%) p, mudah larut dalam kloroform p, dalam eter p, dan dalam eter minyak tanah p.Kegunaan:Sebagai basis lemak suppositoriaPenyimpanan:Dalam wadah tertutup baik.Incompatibilities:Incompatibilitas basis suppositoria tidak ditemukan dalam setiap literature. Terjadinya reaksi kimia antara basis lemak dan zat aktifnya jarang terjadi.Kestabilan:Pemanasan oleum cacao lebih dari 36o C selama pembuatan suppositoria dapat mengakibatkan penurunan kepadatan. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan dalam pembuatan suppositoria.Konsentrasi: -

BAB IIIMETODE KERJAIII.1. Alat dan BahanIII.1.1 Alat1. Alu (1 buah)2. Alat desintegrasi tablet USP (1 buah)3. Batang pengaduk (1 buah)4. Cawan porselin (2 buah)5. Cutter (1 buah)6. Lap kasar (1 buah)7. Lap halus (1 buah)8. Lemari pendingin (1 buah)9. Lumpang (1 buah)10. Neraca analitik (1 buah)11. Pencetak suppositoria (1 buah)12. Pipet tetes (1 buah)13. Pipa U (1 buah)14. Sendok tanduk (1 buah)15. Sudip (1 buah)16. Waterbath(Penangas air) (1 buah)III.1.2 Bahan yang digunakn Bahan formula1. Asam asetil Salisilat2. Alfa Tokoferol3. Cera Alba4. Oleum Cacao Bahan Tambahan1. Alkohol 70%2. Aluminium Foil3. Kapas4. Minyak Jarak5. Paraffin CairIII.2Perhitungan BahanAsam asetil salisilat0,45 gAlfa Tokoferol0,05%Cera Alba4%Oleum Cacaoq.sDibuat sebanyak 10 supositoriaNilai tukar Aspirin 0,7 Aspirin 0,45 g= 0,45 X 10= 4,5 gNilai tukar Aspirin= 0,7 X 4,5= 3,15 gBobot supositoria 3 gr= 3 X 10= 30 gDitambahkan 10%= x 30= 3 gJadi bobot supositoria= 30 + 3= 33 g Cera Alba 4%= x 33 g= 1,32 g Alfa Tokoferol 0,055= x 33 g= 0,0165 = 16,5 mg

1 mg = 1,49 iuAlfa tokoferol= 16,5 mg= 16,5 x 1,499 = 24, 585 iu24, 585 iu= 16,5 mg1 Kapsul = 100 iu1 mg= 1,49 iu1 kapsul = x 1 mg= 67,11

x = x 4 mL= 0,983 mL1 mL= 20 tetes= = x = 0,983 X 20 tetes = 19,66 = 20 tetes

Oleum Cacao = 33 (3,15 + 1,32 + 0,0165) = 33 4,4865 = 28,5135 gIII.3 Cara KerjaIII.3.1Pembuatan supositoria1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan2. Dibersihkan alat dengan menggunakan alkohol 70%3. Dikalibrasi cetakan4. Dilubrikasi cetakan dengan menggunkan paraffin cair secukupnya5. Digerus Aspirin hingga halus6. Ditimbang Aspirin yang telah dihaluskan sebanyak 3,15 g, Cera alba 1,32 g, dan Oleum cacao sebanyak 28,5135 g7. Dikeluarkan Alfa tokoferol dari cangkang kapsul kemudian dimasukkan ke dalam cawan porselin8. Diencerkan Alfa tokoferol dengan 4 mL minyak jarak9. Dileburkan terlebih dahulu cera alba dengan menggunakan penangas air (waterbath) pada suhu 61-65oC10. Ditambahkan aspirin kemudian diaduk hingga homogen11. Ditambahkan oleum cacao kemudian diaduk hingga melebur12. Ditambahkan alfa tokoferol sebanyak 20 tetes kemudian diaduk hingga homogen13. Dituang hasil leburan kedalam cetakan yang telah dilubrikasi dengan paraffin cair14. Dimasukkan kedalam lemari pendingin dengan suhu 2-8oC selama kurang lebih 15 menit15. Dikeluarkan supositoria yang telah terbentuk dari cetakan dengan menggunakan sudip16. Dimasukkan ke dalam aluminium foil17. Dimasukkan ke dalam kemasan supositoria18. Dimasukkan ke dalam dus yang telah berisi brosurIII.3.2Uji Supositoriaa. Uji Homogenitas/Penampilan1. Supositoria yang telah jadi dipotong memanjang dengan menggunakan cutter2. Diamati secara visual bagian/sisi dalam dan luar dari masing-masing supositoriab. Uji Kisaran Leleh1. Supositoria yang telah jadi dicelupkan kedalam penangas air dengan suhu 36oC2. Dicatat waktu yang diperlukan supositoria untuk meleleh dengan sempurnac. Uji Waktu Lunak1. Supositoria yang telah jadi dimasukkan kedalam pipa U yang sebagian dicelupkan dalam penangas air dengan suhu 37oC2. Dicatat waktu yang diperlukan supositoria saat batangan melewati supositoriad. Uji Kehancuran1. Supositoria yang telah jadi dimasukkan di bagian bawah perforated disc pada alat desintegrasi2. Diamati kehancuran supositoria selama 30 menit

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil pengamatanTabel IV.1 Hasil evaluasi suppositoria rektal asam asetilsalisilat (aspirin).NoJenis evaluasiHasil evaluasi

1234Uji Kisaran lelehUji Waktu lunakUji PenghancuranUji Homogenitas penampilanTidak melelehTidak melunakTidak hancurTidak homogen

IV. 2 PembahasanPada praktikum kali ini kami akan melakukan percobaan sediaan Suppositoria dengan bahan zat aktif Asam asetil salisilat (Aspirin) dan basis yang akan digunakan, yaitu Minyak Coklat (Oleum cacao). Suppositora ini akan dibuat dalam bentuk torpedo dengan pemberian melalui rektal yang diharapkan dapat memberikan efek sistemik. Aspirin termasuk obat golongan analgetik-antipiretik, aspirin termasuk obat AINS golongan non-selektif. Obat-obat yang dapat mengiritasi lambung seperti aspirin, lebih baik dibuat dalam bentuk suppositoria karena sediaan suppositoria ini dapat digunakan dengan tujuan efek sistemiknya. Dimana jika diberikan dalam bentuk oral penyerapan obatnya dapat menyebabkan degadrasi lambung (Obat-obat penting, 316) ; (Farmakologi dan terapi, 231). Oleum cacao digunakan sebagai basis suppositoria, karena oleum cacao sebagian besar memenuhi basis ideal, disamping itu minyak coklat ini tidak berbahaya, lunak, dan tidak reaktif, serta meleleh pada temperatur tubuh 36-37 C. (Lachman 3, 1168).Dosis aspirin yang digunakan yaitu dosis 450 mg. Aspirin dalam bentuk suppositoria yakni 450-900 mg, setiap 4 jam dosis maksimum 3,6 g/sehari (Martindale, 23).Dalam pembuataan suppositoria rektal terdiri dari beberapa langkah, Langkah pertama yaitu menyediakan alat dan bahan. Alat yang digunakan berupa lumpang, alu, pencetak suppositoria torpedo, cawan porselin, dan waterbath, sedangkan bahan yang digunakan yaitu Alkohol 70%, Aspirin, -tokoferol, cera alba, oleum cacao, minyak jarak dan paraffin cair. Kemudian langkah berikutnya dibersihkan alat dengan menggunakan alkohol 70%, karena alkohol 70% bersifat antiseptik. Langkah selanjutnya dikalibrasi dan diolesi cetakan dengan menggunakan paraffin cair. Tujuan dikalibrasi untuk mengetahui volume dari pencetak suppositoria sedangkan tujuan pengolesan dengan paraffin untuk menjaga agar suppositoria tidak melengket pada cetakan. Langkah berikutnya digerus asam asetil salisilat (Aspirin) dengan menggunakan lumpang dan alu hingga halus. Penggerusan dengan arah konstan atau arah jarum jam. Kemudian ditimbang aspirin yang telah dihaluskan sebanyak 0,9 gram, cera alba 0,264 gram, -tokoferol 0,0333 gram, dan oleum cacao 5,71 gram. Langkah selanjutnya, dileburkan cera alba dengan menggunakan penangas air (Waterbath) dengan suhu 31-34C. Tujuan digunakan cera alba dikarenakan jika basis oleum cacao digunakan dalam bentuk tunggal, maka suppositoria lebih cepat melunak sebelum digunakan, cera alba berfungsi sebagai bahan pengeras yang dapat dilebur dengan oleum cacao untuk mengimbangi pengaruh pelunakan dari bahan yang ditambahkan (Ansel,583). Langkah berikutnya ditambahkan aspirin kemudian diaduk hingga homogen, selanjutnya ditambahkan oleum cacao dan berikutnya lagi ditambahkan -tokoferol kedalam hasil leburan tersebut. Penggunaan -tokoferol ini disebabkan oleh karena salah satu kelemahan dari basis oleum cacao yang digunakan yaitu cepat teroksidasi sehingga lebih cepat berbau tengik, dan untuk mengatasinya diberikan anti-oksidan berupa -tokoferol. Dimana mekanisme kerja dari -tokoferol sebagai anti-oksidan yaitu anti-oksidan bereaksi dengan memberikan salah satu elektron dan dengan mudah atom-atom hydrogen yang tersedia diterima oleh mudah oleh radikal-radikal bebas dari pada obat yang dijaga (Ansel, 158).Selanjutnya dituang hasil leburan kedalam cetakan yang telah diolesi dengan paraffin cair dan dimasukkan kedalam lemari pendingin dengan suhu dibawah 30C. Hal ini berdasarkan teori dalam buku Farmakope Indonesia edisi IV, bahwa suppositoria dengan bahan dasar lemak coklat harus disimpan dalam wadah tertutup baik, sebaiknya pada suhu dibawah 30 (suhu kamar terkendali). Metode pembuatan suppsitoria yang digunakan pada percobaan ini yaitu metode cetak tuang. Metode cetak tuang digunakan untuk menjamin pembekuan yang cepat, sehingga lebih mengurangi proses infeksi dari bahan obat (Voight, 285).Selanjutnya dikeluarkan suppositoria yang telah terbentuk dalam cetakan dengan menggunakan sudip agar mempermudah dalam pengeluaran suppositoria. Setelah suppositoria dikeluarkan dari cetakannya maka harus dibungkus atau dilapisi dengan menggunakan aluminium foil untuk menjaga suhu konstan dari suppositoria tersebut, dan langkah terakhir dimasukan kedalam kemasan suppositoria kemudian dimasukan kedalam dus yang telah berisi dengan brosur.Kemudian suppositoria yang telah jadi dievaluasi yaitu evaluasi uji kisaran leleh, uji waktu lunak, uji penghancuran dan uji homogenitas penampilan. Uji kisaran leleh, yaitu dimana suppositoria dicelupkan kedalam penangas air dengan suhu 37C selama 30 menit dan didapatkan lelehan suppositoria. Kemudian untuk uji waktu lunak dimana suppositoria dimasukan ke dalam pipa berbentuk U yang sebagian tercelupkan kedalam pipa U, dan pada waktu 33 menit suppositoria melunak. Selanjutnya untuk uji penghancuran, suppositoria dimasukan kedalam alat uji waktu hancur, dan pada menit ke 30 supositoria tidak terlihat hancur dan memenuhi tidak memenuhi syarat, dan untuk uji homogenitas penampilan dimana suppositoria dipotong dengan munggunakan cutter (Gillete) secara melintang. Kemudian diamati, dan terlihat suppositoria tersebut tidak begitu padat, karena pada bagian tengah suppositoria masih terdapat bagian yang kosong. Hal ini disebakan karena pada penuangan pada alat cetak terjadi kesalahan.Berdasarkan hasil evaluasi suppositoria pada percobaan ini ternyata suppositoria yang telah dibuat masih belum memenuhi syarat. Hal ini dapat dilihat dari hasil evaluasi uji penghancuran pada yang waktu yang ditentukan yaitu dalam 30 menit suppositoria tidak hancur dan dari uji homogenitas penampilan suppositoria tidak terlalu padat dimana bagian tengah terdapat bagian yang kosong. Adapun faktor kesalahan lain yaitu ketidaksengajaan yang dilakukan oleh praktikkan, antara lain dalam penuangan ke dalam cetakan dan pemilihan basis serta bahan tambahan lainnya.

BAB VPENUTUPV.1Kesimpulan1. Metode yang cocok digunakan dalam pembuatan supositoria asam asetil salisilat adalah metode cetak tuang karena bentuk suppositoria yang akan dibuat yaitu bentuk torpedo, sehingga harus dileburkan dan dituang kedalam cetakkan. 2. Sesuai hasil pengamatan dari uji supositoria asam asetil salisilat : Uji Homogenitas/PenampilanBagian luar supositoria asam asetil salisilat menghasilkan penampilan yang bagus dan bagian dalam suposittoria tidak memiliki lubang atau celah. Uji Kisaran LelehTidak meleleh atau menyebar dalam air sekitanya setalah dicelupkan seluruhnya dalam penangas air dengan suhu yang konstan selama 30 menit. Uji Waktu LunakTidak dapat melunak selama 30 menit dengan temperatur 37oC. Uji kehancuranTidak hancur atau tidak larut seluruhnya tetapi hanya sebagian saja yang hancur atau larut selama 30 menit.V.2SaranUntuk alat-alat laboratorium teknologi sediaan padat lebih dilengkapi.