motivasi etnis batak dalam berwirausaha tambal ban …digilib.unila.ac.id/60376/20/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
MOTIVASI ETNIS BATAK DALAM BERWIRAUSAHA TAMBAL BAN
DI BANDAR LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh
ESRA EVI MANALU
ILMU ADMINISTRASI BISNIS
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRACT
BATAK ETHNIC MOTIVATION IN ENTREPRENEURSTHE TIRE
REPAIRS IN BANDAR LAMPUNG
By
ESRA EVI MANALU
The purpose of this research was to determinthe internal factors and eksternal
factors that motivated the Batak ethnic to become entrepreneurs the tire repairs in
Bandar Lampung. The type of research is descriptive with qualitative approach.
The technique of selecting informants using purposive and snowball sampling
methods. Data collection techniques used are in-depth interviews, observation,
and documentation. Data analysis techniques using interactive model, and data
validity techniques using source triangulation. The results showed that the
internal factors which motivated the Batak ethnic to have a tire repair shop were,
the need for achievement, the need for independence, and experience. While external
factors that motivate the Batak ethnic to have a tire repair shop are the support of
family and friends, the form of roles, business opportunities, rewards on profit,
and the economic situation. Not only limited to the desire in entrepreneurship, but
Batak Ethnic who have a tire repair entrepreneur have a strong motivation,
always work hard, creative and innovative, and never give up to further develop
and advance their businesses. The finding in this study indicate that there are
obstacles faced by Batak ethnic in patching entrepreneurship, namely limited
capital, narrow business location, their have sklills are still standar, and the place
is not neatly arranged.
Keywords: Motivation, Batak Ethnic, Entrepreneurship, Tire Repairs, Internal
Factors, External Factors
ABSTRAK
MOTIVASI ETNIS BATAK DALAM BERWIRAUSAHA TAMBAL BAN
DI BANDAR LAMPUNG
Oleh
ESRA EVI MANALU
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor internal dan faktor ekternal
yang menjadi motivasi etnis Batak dalam berwirausaha tambal ban di Bandar
Lampung. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Teknik pemilihan informan menggunakan metode purposive dan snowball
sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara
mendalam, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan
analisis data model interaktif, dan teknik keabsahan data menggunakan triangulasi
sumber. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor internal yang menjadi
motivasi etnis Batak berwirausaha tambal ban yaitu kebutuhan berprestasi,
kebutuhan akan kebebasan, dan pengalaman. Sedangkan faktor eksternal yang
menjadi motivasi etnis Batak berwirausaha tambal ban yaitu adanya dukungan
keluarga dan teman, bentuk peranan (role model), peluang usaha, imbalan laba,
dan situasi ekonomi. Tidak hanya sebatas keinginan berwirausaha saja, tetapi
Etnis Batak yang berwirausaha tambal ban memiliki motivasi yang kuat, selalu
bekerja keras, kreatif dan inovatif, pantang menyerah untuk mengembangkan dan
memajukan usahanya. Temuan dalam penelitian ini menunjukkan terdapat
kendala yang dihadapi etnis Batak dalam berwirausaha tambal ban yaitu
keterbatasan modal, lokasi usaha sempit, keterampilan yang dimiliki masih
standar, serta tempat tidak tertata rapi.
Kata kunci: Motivasi, Etnis Batak, Berwirausaha, Tambal Ban, Faktor
Internal, Faktor Eksternal
MOTIVASI ETNIS BATAK DALAM BERWIRAUSAHA TAMBAL BAN
DI BANDAR LAMPUNG
Oleh
Esra Evi Manalu
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA ADMINISTRASI BISNIS
Pada
Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kepar, Kecamatan Sidikalang pada
tanggal 3 Oktober 1996. Penulis merupakan anak
ketujuh dari Sembilan bersaudara dari pasangan Bapak
Parulian Manalu dan Ibu Tiorlide Hutasoit. Pendidikan
formal yang di tempuh penulis di awali di SD Negeri
Banjar Toba yang diselesaikan pada tahun 2008.
Kemudian penulis melanjutkan pendidikan Sekolah
Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Berampu yang selesai pada tahun 2011.
Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA
Swasta St. Petrus Sidikalang yang selesai pada tahun 2014.
Pada tahun 2014 penulis terdaftar sebagai mahasiswa pada jurusan Ilmu
Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung
melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Bersama Perguruan Tinggi Negeri
(SNMBPTN).Selama menjadi mahasiswa penulis aktif mengikuti kegiatan dalam
organisasi Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis sebagai
anggota bidang Entreprenuer. Penulis pernah aktif sebagai ketua bidang
kerohanian pada organisasi Ikatan Muda-mudi Batak Kristen Dosroha Bandar
Lampung. Tahun 2017 penulis mengikuti program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di
Desa Negara Bumi Ilir, Kecamatan Anak Tuha, Kabupaten Lampung Tengah
selama 40 hari.
MOTTO
"Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi
nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan
permohonan dengan ucapan syukur"
(Filipi 4:6)
"Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan, maka terlaksanalah segala
rencanamu"
(Amsal 16:3)
"Akan ada solusi untuk setiap masalah. Hidup terlalu singkat jika hanya
untuk mengeluh. Berusaha, percaya diri, dan berdoa"
(Mario Teguh)
"Berikan yang terbaik demi impianmu dan kamu akan terkejut dengan
energi luar biasa yang sebenarnya ada di dalam dirimu"
(Merry Riana)
SANWACANA
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas pertolongan, hikmat, dan
anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Motivasi Etnis Batak dalam Berwirausaha Tambal Ban di Bandar
Lampung”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Administrasi Bisnis (S.A.B) di Universitas Lampung.
Penulis menyadari bahwa selama proses dan penyusunan skripsi ini mendapatkan
bantuan dan bimbingan dari banyak pihak, oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus
2. Bapak Dr. Syarief Makhya, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Susetyo, M.Si., selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Lampung.
4. Bapak Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si, selaku Wakil Dekan II Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
5. Bapak Drs. Dadang Karya Bhakti, M.M., selaku Wakil Dekan III Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
6. Bapak Suprihatin Ali, S.Sos., M.Sc, selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi
Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
7. Bapak Dr. K. Bagus Wardianto, S.Sos., M.AB. selaku Sekretaris Jurusan
Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Lampung.
8. Bapak Dr. Nur Effendi, S.Sos., M.Si selaku dosen Pembimbing Utama . Saya
ucapkan banyak terima kasih telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya,
serta selalu sabar membimbing dan memberikan arahan kepada penulis
sampai skripsi ini selesai.
9. Ibu Dra. Fenny Saptiani, M.Si selaku Dosen Pembimbing Kedua yang telah
membimbing penulis dengan penuh kesabaran memberikan masukan, arahan,
dan dukungan serta memberikan banyak pengetahuan tambahan sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
10. Bapak Drs. A. Efendi., M.M selaku Dosen Pembahas yang telah memberikan
saran, masukan, arahan, serta dukungan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
11. Untuk seluruh dosen Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis, terima kasih Bapak
dan Ibu untuk semua ilmu yang diberikan kepada penulis.
12. Ibu Mertayana selaku Staff Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis yang sering
membantu dan memberikan arahan kepada penulis.
13. Kedua orang tuaku tercinta bapak dan mamak, terimakasih telah
membesarkan, mendidikku serta selalu berjuang demi anak-anakmu.
Terimakasih atas segala doa, dan semua pengorbanan yang tiada henti pada
setiap langkahku. Aku bangga punya orangtua seperti bapak dan mamak,
dengan keadaan yang kurang sehat tetapi kalian terus bekerja keras mencari
rejeki untuk memenuhi kebutuhanku, serta berjuang mendukung
kesuksesanku. Bapak dan mamak adalah sang motivator terbaikku. Semoga
Tuhan Yesus segera memberikan kesembuhan, kesehatan dan serta diberikan
umur yang panjang untuk bapak dan mamak. Amin..
14. Abang-abang dan kakak-kakakku tercinta, Abang Roma, Bang Sudianto, Kak
Melati, Kak Dewi, Kak Hotdina, Kak Lusi, terimakasih atas kasih sayang,
doa dan dukungan yang selalu kalian berikan. Terimakasih telah menjadi
kakak-kakak yang baik dan selalu menjadi panutanku. Semoga kalian selalu
diberikan kesehatan, keselamatan, kemudahan rejeki, dan bahagia dalam
keluarga kecil kalian. Aku sayang kalian semua.
15. Adikku tercinta Pesta Manalu dan Melda Manalu. Terimakasih telah
memberikan semangat kepada kakak. Maaf bila selama ini belum bisa
menjadi kakak yang baik untuk kalian. Semoga semua cita-cita dan harapan
kalian bisa tercapai. Semangat!!
16. Terimakasih kepada abangku, Ryan Munthe yang selalu membantu,
memberikan semangat dan dukungan selama ini. Semoga segala cita-citamu
dapat tercapai.
17. Terimakasih untuk sahabat-sahabat Batakku, Kristin Gultom, Elia
Panggabean, Sri Erfanti Simangunsong, Santa Situmorang, Kak Erna
Sihombing yang selalu memberikan semangat, serta motivasi kepadaku
selama ini. Terimakasih untuk kebersamaannya selama 5 tahun ini.
18. Terimakasih untuk Mentari dan Priska. Teman seperjuanganku, terimakasih
banyak telah memberikan semangat, motivasi, dan sering membantu dalam
penyelesaian skripsi ini. Semangat untuk kita semua.
19. Terimakasih untuk teman-teman seperjuanganku Diana, Mentari, Sulis, Selvi,
Mba Fitri, Bima, Refky, Mba Mei, Imas, Ibnu, Septi, Mba Elsa, Kak Poppy,
terimakasih kalian sudah memberi warna dalam hidupku. Semangat untuk
kita semua.
20. Teman-teman KKN Desa Negara Bimi Ilir, Kecamatan Anak Tuha terutama
kelompok satu, Mba Tika, Citra, Nyoman, Aziz, Dedi, terimakasih atas
kebersamaan, kekompakan, canda dan tawa selama 40 hari yang berkesan dan
menyenangkan.
21. Untuk keluarga IMBK Dosroha Bandar Lampung, terimakasih telah
mengajarkan kekeluargaan yang sangat erat, serta selalu menciptakan canda
dan tawa disetiap momennya.
22. Para informan yang bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi objek
dalam penelitian ini.
23. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang membantu saya
dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas semua bantuan yang telah
diberikan.
24. Almamater tercinta Universitas Lampung.
Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, akan
tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Amin..
Bandar Lampung,12 Desember 2019
Penulis
Esra Evi Manalu
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................... i
DAFTAR TABEL .......................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. v
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 8
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 9
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 9
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kewirausahaan dan Wirausaha .......................................................... 10
2.1.1 Definisi Kewirausahaan ......................................................... 10
2.2.1 Definisi Wirausaha ................................................................. 11
2.1.3 Karakteristik Wirausaha ......................................................... 12
2.1.4 Sifat-sifat yang Harus Dimiliki Seorang Wirausaha .............. 15
2.1.5 Manfaat Kewirausahaan ......................................................... 17
2.1.6 Kerugian Menjadi Wirausaha ................................................ 19
2.1.7 Berbagai Macam Profil Wirausaha ........................................ 19
2.1.8 Faktor-faktor Penghambat Berwirausaha ............................... 21
2.2 Motivasi Berwirausaha ...................................................................... 23
2.2.1 Definisi Motivasi .................................................................... 23
2.2.2 Fungsi Motivasi ...................................................................... 24
2.2.3 Teori Motivasi ........................................................................ 24
2.2.5 Motivasi Berwirausaha........................................................... 27
2.2.5.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Berwirausaha ............................................................ 29
2.3 Penelitian Terdahulu .......................................................................... 36
2.4 Kerangka Pemikiran........................................................................... 37
2.5 Proporsi Penelitian ............................................................................. 39
III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian................................................................................... 40
3.2 Lokasi Penelitian ................................................................................ 41
3.3 Fokus Penelitian ................................................................................. 42
3.4 Subjek Penelitian ............................................................................... 43
3.5 Sumber Data....................................................................................... 45
3.6 Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 46
3.7 Teknik Analisis Data.......................................................................... 48
3.8 Teknik Keabsahan Data ..................................................................... 52
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Kota Bandar Lampung ......................................... 56
4.1.1 Sejarah Singkat Kota Bandar Lampung ................................. 56
4.1.2 Kondisi Geografis Kota Bandar Lampung ............................. 58
4.1.3 Kondisi Demografis Kota Bandar Lampung.......................... 59
4.2 Gambaran Umum Usaha Tambal Ban ............................................... 60
4.3 Gambaran Umum Etnis Batak di Kota Bandar Lampung ................. 62
4.4 Waktu Penelitian ................................................................................ 64
4.5 Daftar Identitas Informan Penelitian .................................................. 65
4.5.1 Deskrisi Profil Wirausaha Tambal Ban
di Bandar Lampung ................................................................ 67
4.6 Hasil dan Pembahasan ....................................................................... 77
4.6.1 Tabulasi Hasil Wawancara dengan 10 Informan ................... 77
4.6.2 Faktor-faktor yang Menjadi Motivasi Etnis Batak
Berwirausaha Tambal Ban di Bandar Lampung .................... 81
4.6.1.1 Faktor-faktor Internal yang Menjadi Motivasi
Etnis Batak Berwirausaha Tambal Ban
di Bandar Lampung ................................................. 84
4.6.1.2 Faktor-faktor Eksternal yang Menjadi Motivasi
Etnis Batak Berwirausaha Tambal Ban
di Bandar Lampung .................................................. 96
4.7 Ringkasan Hasil Penelitian .................................................................. 112
4.8 Hambatan Penelitian ............................................................................ 114
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 115
5.2 Saran ..................................................................................................... 116
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Persentase Tingkat Pengangguran Terbuka di Indonesia
Pada Februari 2013-Agustus 2017 ................................................ 1
Tabel 1.2 Pengangguran Terbuka Menurut Daerah Kota-Desa
Provinsi Lampung periode Februari 2016-Februari 2017 ............. 3
Tabel 2.1 Definisi Kewirausahaan ................................................................ 10
Tabel 2.2 Definisi Wirausaha ........................................................................ 11
Tabel 2.3 Sifat yang Harus Dimiliki Seorang Wirausaha ............................. 15
Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu ..................................................................... 36
Tabel 4.1 Identitas Informan ......................................................................... 65
Tabel 4.2 Faktor-faktor Internal yang Menjadi Motivasi Etnis
Batak Berwirausaha Tambal Ban di Bandar Lampung ................. 77
Tabel 4.3 Faktor-faktor Eksternal yang Menjadi Motivasi Etnis
Batak Berwirausaha Tambal Ban di Bandar Lampung ................. 79
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Gambaran Usaha Tambal Ban ............................................... 6
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ............................................................... 39
Gambar 3.1 Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif
Miles &Huberman .................................................................. 49
Gambar 4.1 Peta Kota Bandar Lampung ................................................... 58
Gambar 4.2 Usaha Tambal Ban Informan MN .......................................... 68
Gambar 4.3 Usaha Tambal Ban Informan ES............................................ 69
Gambar 4.4 Usaha Tambal Ban Informan MA .......................................... 70
Gambar 4.5 Usaha Tambal Ban Informan CT ........................................... 71
Gambar 4.6 Usaha Tambal Ban Informan JP ............................................ 72
Gambar 4.7 Usaha Tambal Ban Informan RB ........................................... 73
Gambar 4.8 Usaha Tambal Ban Informan PM ......................................... 74
Gambar 4.9 Usaha Tambal Ban Informan DB ........................................... 75
Gambar 4.10 Usaha Tambal Ban Informan HS ........................................... 76
Gambar 4.11 Usaha Tambal Ban Informan RM .......................................... 77
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Pedoman Wawancara ............................................................... 123
Lampiran 2. Transkip Hasil Wawancara....................................................... 126
Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian ............................................................ 153
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bangsa Indonesia kini telah mengalami permasalahan begitu kompleks, hampir di
segala aspek kehidupan, dari lokal hingga nasional. Salah satu contoh adalah pada
bidang perekonomian negara yang semakin lama tidak membaik. Hal ini ditandai
dengan angka pengangguran yang setiap tahun semakin meningkat. Berikut data
tingkat penggangguran terbuka di Indonesia pada tahun 2017.
Tabel 1.1 Persentase Tingkat Pengangguran Terbuka di Indonesia pada
Februari 2013-Agustus 2017
Tahun
Persentase (%)
Februari Agustus
2013 5,88 6,17
2014 5,70 5,94
2016 5,81 6,18
2016 5,50 5,61
2017 5,33 5,50
Sumber: Badan Pusat Statistik (2017)
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa tingkat penggangguran di Indonesia masih relatif
tinggi dan mengalami peningkatan tiap semester disetiap tahunnya. Pada tahun
2017 telah terjadi kenaikan jumlah pengangguran di Indonesia sebesar 0,17% dari
periode Februari 2017 sebesar 5,33%, menjadi 5,50% pada Agustus 2017. Hal
tersebut menunjukkan bahwa banyak orang yang membutuhkan pekerjaan,
sementara lapangan pekerjaan yang tersedia lebih sedikit dari jumlah angkatan
kerja yang ada. Kepala BPS Bapak Kecuk Suhariyantio mengatakan bahwa
2
pertambahan jumlah pengangguran tersebut disebabkan oleh peningkatan jumlah
angkatan kerja di Indonesia. Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Agustus
2017 mencapai 128,06 juta orang. Jumlah tersebut naik 2,62 juta dibanding
Agustus 2016 yang sebanyak 125,44 juta orang. Pertambahan jumlah angkatan
kerja terjadi karena semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia. Jadi
jumlah komposisi pekerja dan pengangguran akan terus naik seiring
bertambahnya jumlah penduduk. Hal tersebut tentunya akan menyebabkan adanya
keterbatasan lapangan kerja, kesempatan kerja bagi masyarakat (kompas.com).
Selain itu, pengangguran terjadi karena masih banyak sumber daya manusia di
Indonesia yang kurang memiliki kemauan dan kemampuan yang cukup untuk
berkembang dan bersaing dengan sumber daya manusia yang lain.
Kondisi perekonomin negara merupakan tolak ukur kesuksesan suatu negara.
Suatu negara dikatakan sukses dalam pembangunan ekonomi jika telah
menyelesaikan tiga masalah inti dalam pembangunan. Ketiga masalah tersebut
adalah angka kemiskinan yang terus meningkat, distribusi pendapatan yang
semakin memburuk dan lapangan kerja yang tidak variatif sehingga tidak mampu
menyerap pencari kerja. Pertumbuhan bisa saja terhambat dengan adanya masih
tingginya tingkat pengangguran.
Perilaku masyarakat dalam mengkonsumsi produk adalah cermin budaya yang
tidak juga mudah diubah dalam waktu singkat. Semakin maju suatu negara maka
akan semakin banyak orang yang terdidik, namun banyak pula orang yang
menganggur apabila seseorang tidak mau berusaha dalam mencari pekerjaan atau
3
menjadi wirausaha, maka semakin pentingnya berwirausaha. Di provinsi
Lampung sendiri tingkat pengangguran terbuka masih tinggi.
Tabel 1.2 Pengangguran Terbuka Menurut Daerah Kota-Desa Provinsi
Lampung periode Februari 2016-Februari 2017
Daerah
tempat
tinggal
Februari 2016 Agustus 2016 Februari 2017
Absolut
(000)
Tpt
%
Absolut
(000)
Tpt % Absolut
(000)
Tpt
%
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Perkotaan 81,8 7,17 76,5 6,46 78,7 6,49
Pedesaan 101,7 3,51 113,5 3,87 110,4 3,61
Total 183,5 4,54 190,3 4,64 189,1 4,43 Sumber: Badan Pusat Statistika Provinsi Lampung (2017)
Pada tabel 1.2 menunjukkan bahwa pengangguran terbuka pada daerah perkotaan
di provinsi Lampung pada Agustus 2016 sebanyak 6,46% atau setara dengan 76,5
ribu orang. Pada Februari 2017 pengangguran terbuka di perkotaan mengalami
kenaikan dari 6,46% menjadi 6,49% atau setara dengan 78,7 ribu orang.
Sedangkan pengangguran terbuka di pedesaan pada Agustus 2016 sebanyak
3,87% atau setara dengan 113,8 ribu. Pada februari 2017 pengangguran
dipedesaan mengalami penurunan dari tahun lalu menjadi 3,61% atau setara
dengan 110,4 ribu.
Masalah pengangguran dapat dibenahi dengan beberapa solusi, salah satu solusi
yang berpengaruh dalam penggerak roda perekonomian suatu negara adalah
kewirausahaan. Dalam keadaan perekonomian yang belum kondusif seperti
Indonesia, pengembangan kegiatan usaha dipandang menjadi salah satu alternatif
untuk mengurangi beban berat dalam pemenuhan kebutuhan hidup (Farla,
2015:1). Banyak masyarakat yang pada akhirnya memutuskan untuk melakukan
kegiatan kewirausahaan, baik yang disengaja, terpaksa maupun terjadi secara
kebetulan demi terpenuhinya kebutuhan hidup, sehingga dapat meningkatkan taraf
4
hidupnya, West dalam Yudi Siswadi (2013: 2) mengatakan bahwa kewirausahaan
telah lama menjadi perhatian penting dalam mengembangkan pertumbuhan
sosioekonomi suatu negara. Dalam hal ini, tidak dapat dipungkiri bahwa
kewirausahaan dapat membantu menyediakan lapangan kerja, berbagai kebutuhan
konsumen, jasa pelayanan, serta menumbuhkan kesejahteraan dan tingkat
kompetisi suatu negara. Kewirausahaan yang muncul dalam suatu keluarga atau
sekelompok masyarakat merupakan aset yang sangat berharga. Kewirausahaan
bukan hanya semata-mata berperan sebagai motor penggerak perekonomian
masyarakat, namun juga sebagai pendorong perubahan sosial bagi peningkatan
kualitas hidup manusia. Bahkan bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan
kewirausahaan akan membantu perekonomian Indonesia dan membantu
mensejahterakan rakyat.
Dalam konteks bisnis Zimmer dalam Suryana & Kartib Bayu (2011: 24)
mendefinisikan kewirausahaan sebagai hasil dari suatu disiplin serta proses
sistematis penerapan kreativitas dan inovasi dalam memenuhi kebutuhan dan
peluang pasar. Kewirausahaan dapat ditimbulkan melalui semangat berwirausaha,
keberanian mengambil resiko, dan kemampuan membaca peluang. Jiwa
berwirausaha tidak dimiliki dan dibawa sejak lahir, melainkan dapat dipelajari
dalam kehidupan sehari-hari seperti belajar ilmu kewirausahaan dan belajar
bagaimana menjadi wirausaha yang sukses. Dengan begitu, jiwa wirausaha
seseorang akan muncul. Suryana (2006: 3) menyatakan bahwa motivasi seseorang
untuk berwirausaha muncul dipengaruhi motif berprestasi, yaitu suatu nilai sosial
yang mengarah pada keinginan untuk pencapaian yang terbaik guna mencapai
kepuasan secara pribadi.
5
Dunia wirausaha telah mencakup semua kalangan baik dari segi umur, jenis
kelamin, pendidikan, status sosial, maupun etnis. Etnis di Indonesia memiliki
keanekaragaman yang diakui, kebudayaan masing-masing etnis memberikan khas
dan kekuatan dalam beridentitas. Masing-masing etnis di Indonesia memiliki
perilaku budayanya sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semakin
beragam banyak etnis di Indonesia yang memilih untuk berwirausaha, salah
satunya adalah etnis Batak.
Etnis Batak merupakan suku yang terkenal dengan aktivitas merantaunya.
Menurut Tjiptoherijanto dalam (Siregar, Fuad Habibi, 2015: 13) migrasi atau
merantau merupakan perpindahan orang dari daerah asal ke daerah tujuan. Etnis
Batak melakukan aktivitas merantau atau imigrasi kedaerah lain dengan tujuan
meningkatkan taraf hidup dan keluarganya di tanah rantau maupun di daerah asal.
Sehingga mereka mencari pekerjaan yang dapat memberikan pendapatan dan
status sosial yang lebih tinggi didaerah tujuan. Dengan adanya keterbatasan
penghasilan atau perekonomian di daerah, membuat sangat sulit untuk mencapai
impian tersebut sehingga menyebabkan mereka memutuskan untuk migrasi ke
daerah lain.
Salah satu daerah di Indonesia yang menjadi tujuan orang batak merantau adalah
Kota Bandar Lampung. Etnis Batak merantau ke kota Bandar Lampung bertujuan
untuk mencari kehidupan yang lebih baik dengan cara bekerja. Untuk
memperoleh pekerjaan ditanah rantau bukanlah hal yang mudah, hal ini
disebabkan lapangan pekerjaan sangat sedikit, sementara pencari kerja semakin
bertambah, dan pendidikan yang rendah sehingga tidak mampu bersaing dengan
6
pencari kerja yang memiliki pendidikan tinggi. Proses mencari pekerjaan yang
sulit karena keterbatasan pendidikan, keterampilan, pengetahuan, serta
pengalaman menjadikan sebagian etnis Batak memutuskan untuk berwirausaha
disektor informal. Dengan berwirausaha mereka akan dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya. Etnis Batak memilih berwirausaha disektor informal karena mudah
dimasuki tanpa memerlukan pendidikan yang tinggi, modal usaha yang relatif
kecil, manajemen usaha yang sederhana, serta ruang lingkup usaha yang kecil.
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan yang telah dilakukan oleh peneliti, salah
satu usaha sektor informal yang banyak digeluti oleh etnis Batak dikota Bandar
Lampung adalah usaha tambal ban. Walaupun orang banyak yang menganggap
bahwa kerja tambal ban itu rendah, hina, kotor, tetapi orang Batak tidak pernah
gengsi dan malu bekerja sebagai tukang tambal ban. Etnis Batak memilih
berwirausaha tambal ban karena tidak membutuhkan modal besar, usaha tambal
ban tidak terlalu sulit untuk dikerjakan, bisa dibuka dimana saja bahkan dipinggir
jalan. Selain itu tambal ban merupakan usaha yang cepat mendapatkan
penghasilan.
Sumber: Dokumentasi peneliti (2018)
Gambar 1.1 Gambaran Usaha Tambal Ban
7
Usaha tambal ban sudah tidak asing lagi bagi kita yang sering berkendara di jalan
raya. Usaha ini mudah ditemui diberbagai pinggir jalan. Kebanyakan orang
menganggap sepele terhadap jenis bisnis ini. Kenyataannya usaha tambal ban
mampu memberikan keuntungan yang sangat besar. Usaha jasa tambal ban
merupakan suatu usaha yang menawarkan jasa dalam bidang reparasi
ban,biasanya tambal ban bisa ditemukan di pinggir jalan raya maupun didalam
gang baik secara menetap atau berpindah-pindah. Untuk lokasi usaha wirausaha
tambal ban biasanya memanfaatkan daerah yang strategis seperti jalan lintas,
kawasan industri dan pusat keramaian baik yang berstatus resmi maupun tidak
resmi. Aktivitas tambal ban dapat dikategorikan berdasarkan sarana fisik yang
diperuntukan dalam usahanya. Kategori aktivitas jasa tambal ban berdasarkan
jenis jasa yang ditawarkan yaitu tambal ban, cek angin dan isi angin, ganti ban
dan velag. Selain itu dalam usaha juga menjual rokok, makanan-makanan ringan
seperti kerupuk, roti dan beberapa jenis minuman (cendananews.com).
Robbins (2008: 222) mendefinisikan motivasi sebagai proses yang menjelaskan
intensitas, arah dan ketekunan kerja keras seorang individu dalam mencapai suatu
tujuan yang dipengaruhi oleh kemampuan usaha untuk memuaskan kebutuhan
individu. Menurut Yunal dan Indriyani dalam Purwanto (2017: 90) motivasi
berwirausaha merupakan daya penggerak dalam diri yang menimbulkan semangat
terhadap penciptaan suatu kegiatan dengan melihat peluang yang ada, bertindak
berani mengambil resiko, melakukan kegiatan yang inovatif, serta memiliki
orientasi terhadap laba. Berdasarkan teori kebutuhan Maslow dan McClelland
dalam Suryana (2006: 62) motivasi seorang wirausaha mendirikan suatu usaha
pada bidang tertentu dipengaruhi oleh faktor pemicu yaitu faktor internal dan
8
faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam individu itu
sendiri seperti, pemenuhan kebutuhan dasar, adanya pengalaman, kebutuhan akan
kebebasan, kebutuhan akan prestasi yaitu adanya keinginan untuk meningkatkan
taraf hidup tanpa terikat dengan pekerjaan orang lain, keinginan untuk dapat
bekerja secara mandiri, dan adanya sifat seseorang yang berani mengambil resiko.
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu yang merupakan
hasil dari interaksi individu dengan lingkungannya seperti dorongan keluarga dan
teman, bentuk peranan (role model), peluang, imbalan laba, situasi ekonomi.
Berdasarkan fenomena yang terjadi dan telah dipaparkan dalam latar belakang
dapat diidentifikasi permasalahan yang terjadi yaitu, saat ini sebagian etnis Batak
telah mendominasi usaha dibidang tambal ban dengan berbagai alasan dan
landasan yang mendasar, namun terdapat beberapa motivasi lainnya yang bisa
saja menjadi alasan tersendiri bagi etnis Batak untuk menekuni usaha tambal ban,
sehingga peneliti ingin mengetahui lebih dalam motivasi etnis Batak lebih
memilih berwirausaha tambal ban, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian ini dengan judul: “Motivasi Etnis Batak dalam Berwirausaha
Tambal Ban di Bandar Lampung”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Apa saja faktor internal dan faktor eksternal yang
menjadi motivasi etnis Batak dalam berwirausaha tambal ban di Bandar
Lampung?
9
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor internal dan
faktor eksternal yang menjadi motivasi etnis Batak dalam berwirausaha
tambal ban di Bandar Lampung.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Aspek Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan
bagi para wirausaha dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya, serta
memberi sumbangan informasi mengenaimotivasi etnis Batak dalam
berwirausaha tambal ban di Bandar Lampung. Hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya dalam bidang
kewirausahaan.
2. Aspek Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan, dan masukan
bagi pemerintah dalam pembuatan kebijakan program-program terkait
kewirausahaan pada sektor informal khususnya usaha tambal ban. Sehingga
dapat membantu pengusaha tambal ban dalam mengembangkan usahanya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kewirausahaan dan Wirausaha
2.1.1 Definisi Kewirausahaan
Istilah kewirausahaan merupakan terjemahan dari kata entrepreneurship yang
diartikan sebagai the backbone economy, yaitu pusat perekonomian atau sebagai
tailbone of economy, yaitu pengendali perekonomian suatu bangsa (Suryana,
2006: 14). Kewirausahaan merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari
tentang nilai, kemampuan (ability) dan perilaku seseorang dalam menghadapi
tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang
mungkin dihadapinya. Seperti yang dikemukakan oleh Thomas W. Zimmerer
dalam (Suryana, 2006: 14) kewirausahaan merupakan hasil dari suatu disiplin,
proses sistematis penerapan kreativitas dan inovasi dalam memenuhi kebutuhan
dan peluang pasar. Kemudian para ahli terdahulu lainnya juga memaparkan
definisi dari kewirausahaan, diantaranya:
Tabel 2.1 Definisi Kewirausahaan
No Nama Definisi
1. Drucker 1996
dalam Suryana
(2006: 14)
Kewirausahaan sebagai suatu semangat, kemampuan, sikap,
perilaku individu untuk menciptakan sesuatu yang baru dan
berbeda dengan melakukan upaya mencari, menciptakan,
menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan
meningkatkan efisiensi dalam memberikan pelayanan yang
lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.
2. Peter Hisrich 1995
dalam Sunarya &
Kartib Bayu (2011:5)
Kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu yang berbeda
untuk menghasilkan nilai dengan mencurahkan waktu dan
usaha, diikuti penggunaan uang, fisik, risiko, sehingga
kemudian menghasilkan balas jasa yang berupa uang serta
kepuasan dan kebebasan pribadi.
11
No Nama Definisi
3. Suryana (2006: 14) Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang
dijadikan sebagai dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari
peluang menuju sukses dan proses untuk menciptakan nilai
tambah barang atau jasa yang dilakukan dengan keberanian
untuk menghadapi risiko.
4. Heru (2009: 3) Kewirausahaan adalah ilmu, seni maupun perilaku, sifat, ciri
dan watak seseorang yang memiliki kemampuan dalam
mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara
kreatif.
5. Ropke 2004 dalam
Suryana&Kartib
Bayu (2011: 25)
Kewirausahaan merupakan proses penciptaan sesuatu yang baru
dan membuat sesuatu yang berbeda dari yang telah ada untuk
tujuan tercapainya kesejahteraan individu dan nilai tambah bagi
masyarakat.
Sumber: Data diolah (2018)
Berdasarkan tabel 2.1 penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa kewirausahaan
adalah kemampuan seseorang untuk menciptakan kegiatan usaha atau aktivitas
bisnis yang berbeda melalui kreativitas dan inovasi dengan menanggung segala
resiko, upaya memanfaatkan peluang yang ada dengan tujuan memperoleh
keuntungan dan kepuasan, memperoleh kesuksesan, tercapainya kesejahteraan
individu dan memberi manfaat bagi masyarakat.
2.1.2 Definisi Wirausaha
Beberapa pengertian wirausaha menurut pandangan beberapa ahli sebagai berikut:
Tabel 2.2 Definisi Wirausaha
No Nama Definisi
1. Scarborough&Zimmerer
dalam Sunarya& Kartib
Bayu (2011: 9)
Wirausaha adalah orang yang menciptakan suatu bisnis baru
dalam menghadapi resiko dan ketidakpastian dengan maksud
untuk memperoleh keuntungan dan pertumbuhan dengan
mengenali peluang dan mengombinasikan sumber-sumber
daya yang diperlukan untuk memanfaatkan peluang tersebut.
2. Adam Smith
dalam Winardi
(2017: 4)
Wirausaha adalah individu yang menciptakan organisasi
untuk tujuan komersial. Dijelaskan juga bahwa seorang
wirausaha adalah seseorang yang memiliki pandangan dan
pemikiran kedepan yang dapat melihat adanya peluang dan
perubahan-perubahan ekonomi. Dengan kata lain seorang
wirausaha juga merupakan pelaku ekonomi yang dapat
merubah permintaan menjadi penawaran.
3. Joseph Scumpeter 1994
dalam Alma Buchari
(2011: 24)
Wirausaha adalah orang yang mendobrak sistem ekonomi
yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa baru,
dengan menciptakan bentuk organisasi baru, atau mengolah
bahan baku baru.
12
No Nama Defenisi
4. Kasmir (2011: 16) Wirausaha adalah orang yang berjiwa berani mengambil
resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan.
Berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri
dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau
cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti.
5. Totok S. Wiryasaputra
(2004) dalam Suryana
&Kartib Bayu
(2011: 28)
Wirausaha adalah orang yang ingin bebas mengatur
kehidupannya sendiri, tidak bergantung pada belas kasihan
orang lain, ingin menghasilkan uang sendiri dengan
menciptakan sesuatu yang benar-benar memberi nilai tambah
yang layak dijual atau layak dibeli sehingga menghasilkan
keuntungan bagi dirinya dan orang lain.
Sumber: Data diolah (2018)
Berdasarkan tabel 2.2 penulis menyimpulkan bahwa wirausaha adalah seseorang
yang memiliki kreativitas, mandiri dan memiliki kemampuan untuk
memanfaatkan peluang, memanfaatkan sumber daya, berjiwa berani menghadapi
risiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan tanpa diliputi rasa takut
sekalipun dalam kondisi tidak pasti. Peluang yang ada dimanfaatkan untuk
menciptakan bisnis baru atau memulai bisnis yang sudah ada sebelumnya dengan
keberanian dan semangat sehingga dapat memberikan keuntungan baginya dan
orang lain.
2.1.3 Karakteristik Wirausaha
Para wirausaha adalah individu-individu yang harus harus mampu melihat
kedepan, berorientasi pada tindakan, memiliki motivasi yang tinggi, dan berani
mengambil resiko dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Dengan menggabungkan pandangan Timmons dan McClelland, Thomas F.
Zimmererdalam Suryana (2013: 27) mengemukakan karakteristik sikap dan
perilaku wirausaha yang berhasil sebagai berikut:
1. Commitment and determination, yaitu memiliki komitmen dan tekat yang
bulat untuk mencurahkan semua perhatiannya pada usahanya.
13
2. Desire for responsibility, yaitu memiliki rasa tanggung jawab baik dalam
mengendalikan sumber daya dan terhadap keberhasilan berwirausaha.
3. Opportunity obsession, yaitu berambisi untuk selalu mencari peluang.
4. Tolerance for risk, ambiguity and uncertainty, yaitu tahan terhadap risiko dan
ketidakpastian dengan cara mentransfer risiko ke pihak lain seperti banker,
investor, konsumen, pemasok, dan lain sebagainya.
5. Self confidence, yaitu percaya diri. Cenderung optimis dan memiliki
keyakinan yang kuat terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk berhasil.
6. Creativity and flexibility, yaitu berdaya-cipta dan luwes.
7. Desire for immediate feedback, yaitu selalu memerlukan umpan balik yang
segera, selalu ingin mengetahui hasil dari apa yang dikerjakannya.
8. High level of energy, yaitu memiliki tingkat energi yang tinggi.
9. Motivation to excel, yaitu memiliki dorongan untuk selalu unggul.
10. Orientation to the future, yaitu berorientasi pada masa yang akan datang.
11. Willingness to learn from failure, yaitu selalu belajar dari kegagalan.
12. Leadership ability, yaitu kemampuan dalam kepemimpinan. Wirausaha yang
berhasil memiliki kemampuan untuk menggunakan pengaruh tanpa kekuatan,
dalam hal ini ia harus memiliki taktik mediator dan negotiator.
Lebih lanjut lagi Bygrave dalam Suryana&Kartib Bayu (2011: 60) menjelaskan
terdapat beberapa karakteristik dari wirausaha yang berhasil memiliki sifat-sifat
yang dikenal dengan istilah 10D antara lain:
1. Dream, wirausaha mempunyai visi tentang keinginannya di masa depan
dalamkehidupan pribadi dan usahanya serta berusaha mewujudkan visi
tersebut.
14
2. Decisivenese, wirausaha tidak bekerja lambat. Keputusan yang diambilnya
merupakan keputusan yang cepat namun, tetap penuh perhitungan.
3. Doers, membuat keputusan serta langsung melaksanakannya dengan cepat
tanpa ditunda.
4. Determination, melakukan kegiatandengan penuh perhatian, bertanggung
jawab, tidak mudah menyerah.
5. Dedication, mempunyai dedikasi tinggi dalam berusaha.
6. Devotion, wirausaha mencintai pekerjaan dan produk yang dihasilkannya.
7. Details, wirausaha memperhatikan segala faktor yang ada tanpa mengabaikan
faktor sekecil apapun yang dapat menghambat berjalannya bisnis.
8. Destiny, bertanggung jawab pada nasib dan tujuan yang ingin dicapai.
9. Dollars, motivasi wirausaha tidak hanya untuk mendapatkan uang, melainkan
uang digunakan sebagai ukuran kesuksesan yang telah diraihnya. Ia merasa
layak untuk mendapatkan keuntungan jika bisnisnya sudah dapat berjalan
dengan sukses.
10. Distribute, wirausaha bersedia mendistribusikan kepemilikan bisnisnya pada
orang yang dipercaya.
Berdasarkan penjelasan diatas peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa
karakteristik yang terdapat dalam diri seorang wirausaha yaitu memiliki dorongan
berprestasi, kebutuhan akan keberhasilan, keinginan untuk mengambil resiko,
bekerja keras, bertanggung jawab pada nasib dan tujuan, berorientasi pada
imbalan, selalu optimis, percaya diri, bekerja cerdas dan cepat, memiliki
semangat yang tinggi terhadap usaha yang dijalankan, memiliki tujuan dan
mampu melaksanakannya secara konsisten.
15
2.1.4 Sifat-sifat yang harus dimiliki seorang Wirausaha
Ada beberapa sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang wirauaha yaitu:
Tabel 2.3 Sifat yang harus dimiliki seorang Wirausaha
Ciri-Ciri Watak
a. Percaya Diri 1. Kepercayaan (keteguhan)
2. Ketidaktergantungan, kepribadian mantap
3. Optimisme
b. Berorientasikan tugas
dan hasil
1. Kebutuhan atau haus akan prestasi
2. Berorientasi laba atau hasil
3. Tekun dan tabah
4. Penuh inisiatif
5. Energik
6. Penuh inisiatif
c. Pengambilan Resiko 1. Mampu mengambil resiko
2. Suka pada tantangan
d. Kepemimpinan 1. Mampu memimpin
2. Dapat bergaul dengan orang lain
3. Menanggapi saran dan kritik
e. Keorisinilan 1. Inovatif (pembaharu)
2. Kreatif
3. Fleksibel
4. Banyak sumber
5. Serba bisa
6. Mengetahui banyak
f. Berorientasi ke masa
depan
1. Pandangan ke depan
2. Perseptif
Sumber: Suryana&Kartib Bayu (2011: 62)
a. Percaya Diri
Orang yang tinggi percaya diri adalah orang yang sudah menantang jasmani
dan rohaninya. Pribadi semacam ini adalah pribadi yang independen dan
sudah mencapai tingkat maturity (kematangan individu). Karakteristik
kematangan seseorang adalah tidak tergantung pada orang lain, dia memiliki
rasa tanggung jawab yang tinggi, objektif, dan kritis. Dia tidak begitu saja
menyerap pendapat atau opini orang lain, tetapi dia mempertimbangkan
secara kritis. Berdasarkan penjelasan tersebut, percaya diri tinggi akan
membantu seseorang wirausaha yakin dengan kemampuan yang dimiliki.
16
b. Berorientasi pada Tugas dan Hasil
Wirausahawan tidak memperhatikan prestise dulu, prestasi kemudian.
Wirausahawan lebih suka pada prestasi baru kemudian setelah berhasil
prestisenya akan naik. Berbagai motivasi akan muncul dalam bisnis jika kita
berusaha menyingkirkan prestise. Berdasarkan paparan tersebut, seorang
wirausaha harus berorientasi pada tugas dan hasil. Wirausahawan harus
mengutamakan pekerjaannya, dengan pekerjaan yang dilakukan secara
maksimal maka akan mendapatkan sebuah prestasi atau hasil yang
didapatkan.
c. Pengambilan Resiko
Semua tantangan ini harus dihadapi dengan penuh perhitungan. Seorang
wirausaha harus bisa mengambil resiko. Kesulitan dalam mengembangkan
atau menjalankan usaha adalah sebuah resiko yang akan dihadapi.
Wirausahawan harus memiliki pertimbangan dan perhitungan matang untuk
mengatasi resiko yang menghadang.
d. Kepemimpinan
Sifat kepemimpinan memang ada dalam diri masing-masing individu. Sifat
kepemimpinan sudah banyak dipelajari dan dilatih tetapi tergantung pada
masing-masing individu dalam menyesuaikan diri dengan organisasi atau
orang yang dipimpin. Sifat kemimpinan harus melekat pada diri
wirausahawan. Wirausahawan adalah seseorang yang akan memimpin
jalannya sebuah usaha, wirausahawan harus bisa memimpin pekerjanya agar
dapat menjalankan usaha dengan baik.
17
e. Keorisinilan
Sifat orisinil ini tentu tidak selalu ada pada diri seseorang. Orisinil ialah sifat
tidak mengekor pada orang lain, tetapi memiliki pendapat sendiri, ada ide
yang orisinil, ada kemampuan untuk melaksanakan sesuatu. Orisinil tidak
berarti baru sama sekali, tetapi produk tersebut mencerminkan hasil
kombinasi baru atau reintegrasi atau komponen-komponen yang sudah ada,
sehingga melahirkan sesuatu yang baru. Sifat keorisinilan behubungan
dengan mengkombinasikan berbagai hasil usaha yang ada dengan hal yang
asing. Menciptakan inovasi sangat penting untuk bersaing demi melancarkan
sebuah usaha, karena inovasi akan menciptakan sebuah kreasi atau hal baru
yang bisa dimanfaatkan untuk menciptakan sebuah usaha.
f. Berorientasi ke Masa Depan
Seorang wirausaha haruslah perspektif, mempunyai visi kedepan apa yang
hendak dilakukan. Sebuah usaha bukan didirikan untuk sementara, tetapi
untuk selamanya. Faktor kontinuitasnya harus dijaga dan pandangan harus
ditujukan jauh ke depan. Dalam menghadapi pandangan ke depan, seorang
wirausaha akan menyusun perencanaan dan strategi yang matang, agar jelas
langkah yang akan dilaksanakan.
2.1.5 Manfaat Kewirausahaan
Manfaat kewirausahaan menurut Thomas W. Zimmerer dalam (Sunarya, 2011:37)
antara lain:
1. Memberi peluang dan kebebasan untuk mengendalikan nasib sendiri.
Dengan memiliki usaha sendiri akan memberikan kebebasan dan peluang
bagi pebisnis untuk mencapai tujuannya.
18
2. Memberi peluang melakukan perubahan.
Semakin banyak pebisnis yang memulai usahanya karena mereka dapat
menangkap peluang untuk melakukan berbagai perubahan yang menurut
mereka sangat penting.
3. Memberi peluang untuk mencapai potensi diri sepenuhnya.
Dengan berbisnis mereka dapat menyalurkan aktualisasi dirinya.
Keberhasilan wirausaha sangat ditentukan oleh kreativitas, antusias, dan visi
mereka sendiri.
4. Memiliki peluang untuk meraih keuntungan seoptimal mungkin.
Seseorang yang memutuskan untuk menjadi wirausaha lebih memiliki
peluang untuk meraih keuntungan lebih dibandingkan jika bekerja di suatu
perusahaan. Keuntungan berwirausaha merupakan sumber motivasi bagi
seseorang untuk membuat usaha sendiri.
5. Memiliki peluang untuk berperan aktif dalam masyarakat dan mendapatkan
penghargaan atas usahanya.
Pengusaha kecil sering kali merupakan masyarakat yang dihormati dan
dipercaya. Pemilik lebih suka kepercayaan dan pengakuan yang diterima dari
pelanggan yang telah bertahun-tahun menjadi pelanggannya.
6. Memiliki usaha sendiri memberikan kekuasaan kepada mereka untuk
menyalurkan hobi dan minat mereka sepenuhnya dalam usaha yang didirikan.
Kegiatan wirausaha yang mereka lakukan bukan sekedar bekerja tetapi juga
sebagai hobi atau kegemaran, dengan menjadikan berwirausaha sebagai hobi
maka dalam menjalankannya akan disertai rasa senang dan tidak mudah putus
asa.
19
2.1.6 Kerugian menjadi Wirausaha
Menurut Buchari Alma dalam (Sunarya, 2011: 19) kerugian menjadi wirausaha
yaitu:
1. Memperoleh pendapatan yang tidak pasti setiap bulan maupun setiap harinya,
menanggung risiko yang lebih besar dibanding menjadi seorang karyawan.
2. Memiliki jam kerja yang tidak pasti dan harus bekerja keras untuk meraih
kesuksesan pada awal pendirian usahanya.
3. Kualitas kehidupannya masih rendah sampai kesuksesan telah diraih karena
harus meluangkan waktu ekstra untuk menjalankan usahanya.
4. Memiliki tanggung jawab yang besar dalam menjalankan usaha karena harus
mengelola segala fungsi bisnis yang ada mulai dari pemasaran, keuangan,
manajemen, dan mengambil keputusan dengan tepat.
2.1.7 Berbagai Macam Profil Wirausaha
Entrepreneur yang ada di masyarakat sekarang ini menurut Zimmerer &
Scarborough dalam Alma Buchari (2011: 36) antara lain:
1. Women Entrepreneur
Banyak wanita yang terjun kedalam bisnis. Alasan mereka menekuni bidang
bisnis ini didorong oleh faktor-faktor antara lain ingin memperlihatkan
kemampuan prestasinya, membantu ekonomi rumah tangga, serta frustasi
terhadap pekerjaan sebelumnya.
2. Monitori Entrepreneur
Kaum minoritas terutama dinegara kita Indonesia kurang memiliki
kesempatan kerja di lapangan pemerintahan sebagaimana layaknya warga
negara pada umumnya. Oleh sebab itu, mereka berusaha menekuni kegiatan
20
bisnis dalam kehidupan sehari-hari. Demikian pula para perantau dari daerah
tertentu yang menjadi kelompok minoritas pada suatu daerah,mereka juga
bergiat mengembangkan bisnis. Kegiatan bisnis mereka ini makin lama
makin maju dan mereka berbentuk organisasi minoritas di kota-kota tertentu.
3. Immigrant Entrepreneurs
Kaum pedagang yang memasuki sesuatu daerah biasanya sulit untuk
memperoleh pekerjaan formal. Oleh sebab itu, mereka lebih leluasa terjun
dalam pekerjaan yang bersifat non-formal yang dimulai dari berdagang kecil-
kecilan sampai berkembang menjadi perdagangan tingkat menengah, dan
tidak menutup kemungkinan menjadi pedagang yang sukses.
4. Part Time Entrepreneurs
Wirausaha yang hanya setengah waktu melakukan usaha. Memulai bisnis
dalam mengisi waktu luang atau part-time merupakan pintu gerbang untuk
berkembang menjadi usaha besar. Bekerja part-time tidak mengorbankan
pekerjaan di bidang lain misalnya seorang pegawai pada sebuah kantor
mencoba mengembangkan hobinya untuk berdagang atau mengembangkan
suatu hobi yang menarik.
5. Home-Based Entrepreneurs
Usaha yang dirintis dari rumah atau tempat tinggal. Contohnya ibu-ibu yang
memulai bisnisnya dari rumah tangga, misalnya ibu-ibu pandai membuat kue
dan aneka masakan, mengirim kue-kue ke toko eceran di sekitar tempatnya.
Akhirnya seiring berjalannya waktu usahanya semakin maju dan
menghasilkan keuntungan.
21
6. Family-Owned Business
Usaha yang dijalankan oleh beberapa anggota keluarga secara turun-temurun.
Sebuah keluarga dapat memulai membuka berbagai jenis usaha dan cabang.
Mungkin saja usaha keluarga ini dimulai lebih dulu oleh bapak, setelah usaha
bapak ini maju dibuka cabang baru dan dikelola oleh ibu. Masing-masing
usahanya bisa dikembangkan atau dipimpin oleh anak-anak mereka.
7. Copreneurs
Usaha yang dilakukan oleh dua orang wirausaha yang bekerja sama sebagai
pemilik dan menjalankan usahanya besama-sama. Copreneur dibuat dengan
cara menciptakan pembagian pekerjaan yang didasarkan atas keahlian
masing-masing orang.
2.1.8 Faktor-faktor Penghambat Berwirausaha
Kisah kesuksesan seseorang dalam berwirausaha tidak terlepas dari hambatan-
hambatan yang dihadapi dalam mengembangkan usahanya. Untuk mampu
mengatasi berbagai hambatan yang dilakukan pertama kali adalah mengetahui
hambatan yang menghadang. Menurut Arif dan Nian dalam Sofia (2017: 16)
hambatan-hambatan yang sering dihadapi dalam berwirausaha yaitu:
a. Modal
Untuk memulai sebuah usaha, modal pada umumnya menjadi kendala.
Namun bukan berarti kita menyerah begitu saja, selama ada keinginan maka
modal akan kita dapatkan. Banyak sumber yang bisa dijadikan sumber modal
diantaranya berbagai kredit soft loan yang ditawarkan pemerintah melalui
instansi terkait, kredit perbankan,dan pemilik modal.
22
b. Usia
Usia sering kali menjadi hambatan ketika seseorang akan berwirausaha.
Sebagian besar merasa sudah terlalu tua, sehingga banyak diantara kita
enggan memulai sesuatu yang baru seiring dengan usia yang semakin tua.
c. Bakat
Bakat adalah kemampuan potensial dalam diri seseorang, baik yang sudah
dikembangkan maupun yang belum. Sering kali bakat seseorang jelas terlihat
bila ia melakukan sesuatu aktivitas dan ia dapat dengan cepat belajar dan
berhasil pada bidang tersebut. Banyak diantara kita ketika akan memulai
berwirausaha merasa tidak memiliki bakat. Padahal wirausaha adalah sesuatu
yang bisa dipelajari.
d. Tingkat Pendidikan
Jika dilihat dari tingkat pendidikan, banyaknya pengangguran dialami oleh
para lulusan diploma dan sarjana. Hal ini disebabkan mindset yang terbangun
di masyarakat, ketika seseorang sudah menyelesaikan pendidikan tinggi,
maka individu tersebut hanya pantas bekerja kantoran dengan penampilan
rapih. Akibatnya, banyak diantara kita yang sudah berpendidikan tinggi,
justru merasa sebagai penghambat ketika kita ingin berwirausaha.
e. Lingkungan Usaha
Pada umumnya, ketika kita akan memulai usaha baru, kita dihadapkan pada
kondisi lingkungan yang kurang kondusif, diantanya yaitu akses ke pasar,
akses ke perbankan yang berkaitan dengan infrastruktur, masalah yang
berkaitan dengan birokrasi dan peraturan.
23
2.2 Motivasi Berwirausaha
2.2.1 Definisi Motivasi
Motivasi merupakan salah satu faktor penentu dalam pencapaian tujuan. Motivasi
berhubungan dengan dorongan atau kekuatan yang berada dalam diri manusia.
Kata Motivasi berasal dari bahasa latin “movere” yang artinya menggerakkan
(Suryani, 2013: 22). Berikut pengertian motivasi dari beberapa ahli antara lain:
1) Menurut Hasibuan (2007: 97) motivasi adalah daya penggerak yang
menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama,
bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk
mencapai kepuasan.
2) Suryani (2013: 22) menjelaskan proses motivasi terjadi karena adanya
kebutuhan, keinginan maupun harapan yang tidak terpenuhi yang
menyebabkan timbulnya ketegangan. Pada tingkat tertentu ketegangan ini
akan berubah menjadi hasrat yang mendorong individu melakukan suatu
perilaku tertentu guna untuk memenuhi kebutuhan, serta keinginannya.
3) Robbins (2008: 222) mendefinisikan motivasi sebagai proses yang
menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan kerja keras seorang individu
dalam mencapai suatu tujuan yang dipengaruhi oleh kemampuan usaha
untuk memuaskan kebutuhan individu.
4) Suryana & Kartib Bayu (2011: 98) motivasi merupakan proses psikologis
yang mendasar, dan merupakan salah satu unsur yang dapat menjelaskan
perilaku seseorang. Motivasi berhubungan dengan dorongan atau kekuatan
yang berada dalam diri manusia yang mampu menggerakkan manusia
untuk menampilkan tingkah laku kearah pencapaian suatu tujuan.
24
Berdasarkan pemaparan defenisi motivasi tersebut, penulis dapat menyimpulkan
bahwa motivasi adalah suatu dorongan atau gerakan yang timbul pada diri
seseorang yang mengarahkan perilaku seseorang untuk melakukan sesuatu dengan
maksud mewujudkan pencapaian kebutuhan dan keinginan.
2.2.2 Fungsi Motivasi
Menurut Hamalik (2014: 106) fungsi motivasi dalam berwirausaha diantaranya:
1. Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan, tanpa motivasi tidak
akan timbul suatu perbuatan.
2. Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan untk
mencapai tujuan yang didinginkan.
3. Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku
seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya
suatu pekerjaan
2.2.3 Teori Motivasi
Teori McClelland
Teori ini dikemukakan oleh David McClelland. Teori ini disebut juga sebagai
McClelland’s Achievement Motivation Theory atau teori motivasi prestasi
McClelland. Dalam teorinya, McClelland, mengemukakan bahwa motif sosial
merupakan motif yang kompleks dan merupakan sumber dari banyak perilaku
atau perbuatan manusia. Motif sosial merupakan hal yang penting untuk
mendapatkan gambar tentang perilaku individu dan kelompok. McClelland juga
berpendapat bahwa individu mempunyai cadangan energi potensial, yang mana
energi ini dilepaskan dan dikembangkan bergantung pada kekuatan atau dorongan
25
motivasi individu dan situasi, serta peluang yang tersedia. Energi ini akan
dimanfaatkan oleh individu karena didorong oleh kekuatan motif dan kebutuhan
dasar yang terlibat, harapan keberhasilannya, nilai insentif yang terlekat pada
tujuan. McClelland mengemukakan motivasi seseorang berwirausaha ditentukan
oleh tiga kebutuhan antara lain:
1. Motivasi untuk Berprestasi (Need for Achievement)
Kebutuhan akan prestasi adalah dorongan untuk mengungguli, berprestasi
sehubungan dengan serangkaian standar, bersaing untuk sukses. Individu
yang mempunyai motivasi atau need ini akan meningkatkan performance,
sehingga dengan demikian akan terlihat kemampuan berprestasinya. Need for
Achievement adalah motivasi untuk berprestasi, karena itu individu akan
berusaha mencapai prestasi tertingginya, pencapaian tujuan tersebut bersifat
realistis tetapi menantang, dan kemajuan dalam pekerjaan. Individu perlu
mendapat umpan balik dari lingkungannya sebagai bentuk pengakuan
terhadap prestasinya tersebut.
2. Motivasi untuk Berkuasa (Need for Power)
Dalam interaksi sosial, individu akan mempunyai motivasi untuk berkuasa.
Motivasi untuk berkuasa adalah motivasi yang membuat orang lain
berperilaku dalam suatu cara dimana orang-orang itu tanpa dipaksa tidak akan
berperilaku demikian atau suatu bentuk ekspresi dari individu untuk
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain. Kebutuhan akan kekuasaan
sangat berhubungan dengan kebutuhan untuk mencapai suatu posisi
kepemimpinan. Need for Power adalah motivasi terhadap kekuasaan.
Individu memiliki motivasi untuk berpengaruh terhadap lingkungannya,
26
memiliki karakter kuat untuk memimpin dan memiliki ide-ide untuk menang.
Individu yang memiliki motivasi untuk berkuasa yang tinggi akan
mengadakan kontrol, mengendalikan atau memerintah orang lain.
Seseorang dengan motivasi berkuasa yang besar biasanya menyukai kondisi
persaingan dan orientasi status serta akan lebih memberikan perhatiannya
pada hal-hal yang memungkinkannya memperbesar pengaruhnya terhadap
orang lain, dengan memperbesar ketergantungan orang lain itu padanya. Bagi
orang yang demikian, efektivitas pelaksanaan pekerjaan sendiri tidak penting,
kecuali bila hal tersebut memberi peluang kepadanya untuk memperluas
pengaruhnya.
3. Motivasi untuk Berafiliasi atau bersahabat (Need for Afiliation)
Kebutuhan akan afiliasi adalah hasrat untuk berhubungan antar pribadi yang
ramah dan akrab. Individu merefleksikan keinginan untuk mempunyai
hubungan yang erat, selalu mencari teman dan mempertahankan hubungan
yang telah dibina dengan individu lain tersebut, kooperatif dan penuh sikap
persahabatan dengan pihak lain. Individu yang mempunyai kebutuhan afiliasi
yang tinggi umumnya berhasil dalam pekerjaan dengan interaksi sosial yang
tinggi. Seseorang dengan need for affiliation tinggi ialah orang yang berusaha
mendapatkan persahabatan.
Kebutuhan afiliasi akan terpenuhi dengan menjalin kerja sama dengan orang
lain. Dalam pemuasan kebutuhan ini segala bentuk persaingan harus dihindari
agar hubungan kerja sama yang telah dibina tidak cepat berakhir sia-sia.
Meskipun demikian tetap perlu diingat bahwa sampai sejauh mana seseorang
27
bersedia bekerja sama dengan orang lain dalam kehidupan organisasionalnya
tetap diwarnai oleh persepsinya tentang apa yang akan diperolehnya dari
usaha kerjasama tersebut. Individu dengan kebutuhan afiliasi yang tinggi
mendambakan suatu hubungan antar pribadi yang hangat. Individu dengan
kebutuhan afiliasi tinggi akan lebih memilih berwirausaha dilingkungan yang
menyediakan interaksi pribadi yang lebih besar.
2.2.4 Motivasi Berwirausaha
Semakin tinggi motivasi seseorang akan semakin mudah menumbuhkan minat
orang tersebut, dengan adanya minat maka akan mendorong atau memicu daya
tarik seseorang. Riyanti (2003: 20) menyatakan bahwa motivasi berwirausaha
adalah dorongan teknis yang sangat kuat dalam diri individu untuk
mempersiapkan diri dalam bekerja, memiliki kesadaran bahwa wirausaha
bersangkut paut dengan dirinya, sehingga ia lebih banyak memberikan perhatian
dan lebih senang melakukan kegiatan kewirausahaan secara mandiri, percaya pada
diri sendiri, berorientasi ke masa depan, disertai dengan hasrat untuk berprestasi
pada bidangnya berdasarkan kemampuan, kekuatan, dan keterampilan yang
dimilikinya serta perencanaan yang tepat.
Menurut Sutanto dalam Sofia (2017: 34) motivasi berwirausaha merupakan
dorongan dalam diriindividu untuk melakukan aktivitas dan kegiatan tertentu
dalam menciptakanusaha ekonomi baru. Menurut Yunal dan Indriyani dalam
Purwanto (2017: 90) motivasi berwirausaha merupakan daya penggerak dalam
diri yang menimbulkan semangat terhadap penciptaan suatu kegiatan dengan
melihat peluang yang ada, bertindak berani mengambil resiko, melakukan
28
kegiatan yang inovatif, serta memiliki orientasi terhadap laba. Berdasarkan
pemaparan pengertian motivasi berwirausaha diatas dapat disimpulkan bahwa
motivasi berwirausaha adalah dorongan atau usaha dari dalam diri individu untuk
menciptakan kegiatan usaha dengan melihat adanya peluang serta melakukan
suatu kegiatan yang inovatif, antisipatif, inisiatif, dan pengambil risiko serta
berorientasi kepada laba.
Gilad dan Levine dalam Widhari dan Suarta (2012: 55) menyebutkan dua
penjelasan yangberhubungan dengan motivasi untuk menjadi wirausaha, yaitu:
1. Push theory, berpendapat bahwa individual yang didorong untuk
menjadiwirausaha dengan kekuatan eksternal yang negatif, seperti
ketidakpuasan kerja, sulit mencari pekerjaan, gaji yang tidak memadai, atau
agenda kerjayang tidak teratur. Push theory dikenal dengan necessary
entrepreneurs. Seseorang terdorong untuk berwirausaha karena unsur-unsur
negatif atau yang tidak mengenakan dalam hidupnya yang berhubungan
dengan pekerjaan. Misalnya mereka merasa tidak puas terhadap pekerjaan yang
kurang baik. Termasuk orang yang tidak bisa bekerja dengan orang lain, sangat
membutuhkan uang dan gagal dalam melanjutkan pendidikan.
2. Pull theory, berpendapat bahwa individual didorong menjadi wirausaha karena
ingin mencari keabsahan, pencarian jati diri, kekayaan dan pendapatan yang
menggiurkan lainnya. Pull theory juga dikenal dengan opportunity
entrepreneurs dimana orang mampu melihat kesempatan dan peluang bisnis.
Ini dikarenakan seseorang ditarik kedalam dunia wirausaha karena unsur-unsur
positif. Termasuk di dalamnya yaitu adanya peluang pasar yang besar (great
market opportunity), bisnis keluarga (family business), bidang studi (field of
29
study), pengalaman pekerjaan sebelumnya (previous work experience),
terobsesi dari kesuksesan dari orang lain (observedsuccess of others),
kedekatan dengan mitra (partner approached), nasihat dari teman (friend
suggested), peluang untuk membeli usaha (pportunity to buybusiness).
2.2.4.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berwirausaha
Perkembangan kewirausahaan masing-masing individu tidaklah selalu sama.
Perbedaan dalam pengetahuan, minat, budaya, serta faktor lingkungan dimana
seseorang berada akan menentukan karier seperti apa yang mereka inginkan
dimasa depan. Begitu pula perilaku seseorang dalam memutuskan menjadi
wirausaha, faktor-faktor pendorong menjadi wirausaha dapat berbeda-beda setiap
individu. Menurut Suryana (2006: 62-63) faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi seseorang dalam berwirausaha antara lain:
a. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri wirausaha,
dapat berupa sifat-sifat personal yang timbul tanpa pengaruh dari luar,
kemauan dan kemampuan yang dapat memberi kekuatan individu untuk
berwirausaha. Faktor-faktor internal yang dapat mempengaruhi motivasi
seseorang dalam berwirausaha yaitu:
1) Kebutuhan Berprestasi (Need For Achievement)
Kebutuhan berprestasi mendorong individu untuk menghasilkan yang
terbaik. Kebutuhan berprestasi mendorong seseorang untuk memperoleh
kehidupan yang lebih baik. Motivasi ini terlihat dalam bentuk tindakan
untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan efisien dibanding dengan
30
sebelumnya. Menurut Suryana (2006: 53) wirausaha yang memiliki
motivasi berprestasi tinggi dalam berwirausaha adalah orang-orang yang
mempunyai sifat khas yaitu pekerja keras, semangat tinggi, selalu mencari
peluang, tegas dalam melaksanakan tugas, inisiatif, tidak mudah
menyerah, memiliki komitmen, ingin mengatasi sendiri kesulitan dan
persoalanyang timbul pada dirinya, memiliki tanggung jawab personal
yang tinggi, berani menghadapi risiko dengan penuh perhitungan, kreatif
dan inovatif, selalu optimis dalam situasi kurang menguntungkan, serta
menyukai dan melihat tantangan.
Lambing dan Kuehl (2000: 17) menyatakan bahwa tujuan yang ingin
dicapai seorang wirausahawan dipengaruhi oleh kebutuhan akan
berprestasinya yang mendorong individu untuk menghasilkan yang terbaik
dan biasanya memiliki inisiatif serta keinginan yang kuat untuk
mengungkapkan ide-ide dalam pikirannya, menyampaikan gagasan demi
mencapai suatu kesuksesan. Kebutuhan ini dapat terealisasi salah satunya
dengan menjadi wirausaha karena ini merupakan bentuk usaha mandiri
yang dapat menggambarkan sejauh mana prestasi yang diraih seseorang.
Motivasi berprestasi seseorang juga dapat dilihat dari keinginan seseorang
untuk mandiri tanpa bergantung kepada orang lain, dia lebih banyak
bersandar pada kekuatan sendiri.
2) Kebutuhan akan Kebebasan (Need for Independence)
Hisrich dan Peters (2000: 71) menjelaskan lebih lanjut bahwa seorang
wirausahawan diharuskan untuk melakukan sesuatu berdasarkan caranya
sendiri, sehingga memiliki kebutuhan akan kebebasan yang tinggi.
31
Kebutuhan akan kebebasan berati kebutuhan individu untuk mengambil
keputusan sendiri, menentukan tujuan sendiri serta melakukan tindakan
untuk mencapai tujuan dengan caranya sendiri. Seseorang termotivasi
untuk berwirausaha karena ingin merasakan kebebasan, baik dalam
bekerja maupundalam memperoleh penghasilan, tidak mau bekerja
dibawah perintah orang lain, bebas mengatur waktu dan bebas melakukan
sesuai keinginan tanpa tekanan dari atasan. Kebebasan dalam bekerja
merupakan sebuah model kerja dimana seseorang melakukan pekerjaan
sedikit tetapi memperoleh hasil yang besar. Seorang entrepreneur akan
memiliki kebebasan waktu bagi dirinya, tidak terikat dengan jam kerja
sebagaimana karyawan di dalam perusahaan.
3) Pengalaman
Pengalaman diartikan sebagai pengalaman kerja individu sebelum
memutuskan berwirausaha sebagai pilihan karir. Pengalaman maksudnya
adalah pengalaman pribadi dalam suatu bidang usaha. Pengalaman ini
akan menjadi pedoman agar tidak melakukan kesalahann dalam
menjalankan usahanya. Hisrich dan Peters (2000: 74) menyatakan bahwa
pengalaman kerja mempengaruhi individu dalam menyusun rencana dan
melakukan langkah-langkah selanjutnya. Seseorang termotivasi untuk
berwirausaha karenatelah memiliki pengalaman kerja sebelumnya, dengan
pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki dimanfaatkan untuk
melakukan kegiatan usaha sendiri. Penelitian Kim Riyanti (2003: 39)
menunjukkan bahwa pengalaman memberikan pengaruh terhadap
32
keberhasilan usaha. Pengalaman yang dimaksud dalam penelitian Riyanti
adalah keterlibatan langsung dalam suatu kegiatan usaha.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang timbul karena rangsangan atau
dorongan dari luar diri individu dapat berupa hasil interaksi dengan
lingkungan. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi motivasi seseorang
dalam berwirausaha yaitu:
1) Dukungan keluarga dan Teman
Dukungan dari orang dekat akan mempermudah individu sekaligus
menjadi sumber kekuatan ketika menghadapi permasalahan. Dukungan
dari lingkungan terdekat akan membuat individu mampu bertahan
menghadapi permasalahan yang terjadi. Dukungan keluarga dan teman
juga dapat membuat percaya diri seseorang untuk memilih berwirausaha
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Keluarga berperan penting
mengajarkan persepsi kelayakan usaha dan keinginn untuk berwirausaha.
Keluarga juga dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan bagi
mereka, sehingga akan memotivasi untuk berwirausaha. Dukungan dari
keluarga dapat juga berupa dukungan moral dan dukungan modal usaha.
Dukungan dari teman juga dapat berpengaruh terhadap motivasi seseorang
berwirausaha, karena dengan teman dapat berdiskusi dengan bebas
dibandingkan dengan orang lain. Teman dapat memberikan dorongan serta
masukan.
33
2) Bentuk Peranan (Role model)
Merupakan faktor penting yang mempengaruhi individu dalam memilih
kewirausahaan sebagai karir. Orang tua, saudara, guru atau wirausahaan
lain dapat menjadi bentuk peranan (role model) bagi individu. Bentuk
peranan dapat berperan sebagai orang yang memberikan masukan, saran
sebelum memutuskan untuk berwirausaha. Individu membutuhkan
dukungandan nasehat dalam setiap tahapan saat menentukan dan merintis
usaha. Bentuk peranan (role model) berperan juga akan meniru perilaku
yang dimunculkan oleh bentukperanan (role model). Role model cukup
berpengaruh terhadap semangat berwirausaha, karena dapat berdiskusi
dengan bebas, dibandingkan orang lain, teman bisa memberi dorongan,
pengertian, bahkan bantuan, tidak perlu takut terhadap kritikan.
Pentingnya role model dalam mempengaruhi pilihan karir, pernyataan ini
didukung oleh penelitian Jacobowitz dan Vidler dalam Riyanti (2003: 38)
yang menunjukkan bahwa 72% wirausahawan negara Atlantik memiliki
orang tua atau saudara wirausahawan. Individu termotivasi untuk
berwirausaha dengan cara meniru orang tua atau saudara yang juga
berwirausaha. Selain itu individu juga dapat berwirausaha dengan cara
meneruskan bisnis keluarga yang diwariskan secara turun-temurun.
3) Peluang Usaha
Peluang merupakan salah satu faktor lingkungan yang memotivasi
seseorang dalam berwirausaha. Peluang merupakan kesempatan yang
dimiliki seseorang untuk melakukan sesuaidengan yang diinginkanserta
harapannya dan kemampuan dalam melihat sesuatu dalam perspektif yang
34
berlainan dalam satu waktu. Suatu daerah yang memberikan peluang usaha
tambal ban akan menimbulkan motivasi seseorang untuk membuka usaha
tambal ban di lokasi tersebut. Sebenarnya banyak kesempatan yang dapat
memberikan keuntungan dalam suatu lingkungan. Kesempatan ini dapat
diperoleh orang yang memiliki kemampuan melihat peluang tersebut dan
berkeinginan kuat untuk meraih sukses. Melihat adanya peluang pada
bidang tertentu dapat dimanfaatkan untuk dijadikan usaha yang
menghasilkan keuntungan.
4) Imbalan Laba
Seseorang dapat termotivasi untuk berwirausaha pada bidang usaha
tertentu karena adanya suatu imbalan yang akan diterima seperti laba,
kebebasan dan kepuasan.Imbalan positif akan semakin memotivasi
seseorang untuk berwirausaha pada bidang tertentu yang dia inginkan.
Seseorang akan memilih berwirausaha pada bidang yang memiliki peluang
besar dapat memberikan imbalan baginya, salah satunya yaitu imbalan
laba atau keuntungan. Seseorang melakukan kegiatan wirausaha agar dapat
menentukan berapa laba yang dikehendaki, keuntungan yang diterima, dan
berapa laba yang akan dibayarkan kepada pihak lain atau pegawainya.
Menurut Kasmir (2008: 38) faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
berwirausaha adalah besarnya margin laba yang diinginkan.Disamping itu
dalam hal laba yang perlu dipertimbangkan yaitu jangka waktu
memperoleh laba tersebut. Jangka waktu maksudnya adalah lama tidaknya
memperoleh laba yang diinginkan, sesaat atau dalam waktu yang
panjang.Ada usaha yang jangka perolehan keuntungannya relatif pendek,
35
sedang dan panjang. Salah satu contohnya yaitu usaha tambal ban, yang
mana perolehan keuntungannya relatif pendek dan cepat. Imbalan laba
yang diperoleh menjadi acuan seseorang dalam memilih berwirausaha
pada bidang usaha yang akan ditekuni.
5) Situasi Ekonomi
Ruang lingkup ekonomi dalam skala kecil mencakup keadaan ekonomi
individu maupun keluarga. Hasil penelitian Benzing dan Chu dalam
Wijaya Serli dan Tessa (2016: 108) menunjukkan salah satu faktor yang
memotivasi seseorang berwirausaha karena adanya penghargaan ekstrinsik
yaitu lebih merupakan alasan ekonomi yaitu keinginan seseorang untuk
memperoleh pendapatan atau uang dalam jumlah yang lebih besar
dibandingkan pendapatan yang diterima dari pekerjaan yang selama ini
atau sudah dijalani sebelumnya. Faktor ini dapat memicu seseorang untuk
berwirausaha dalam bidang tertentu karena setiap orang dapat
menjalankannya dan memperoleh penghasilan dengan membuka usaha
sendiri, sehingga dapat memenuhi kebutuhan primer dan sekundernya.
Keadaan atau situasi ekonomi dan keuangan dapat menyadarkan seseorang
untuk mengubahnya menjadi lebih baik dengan cara yang mandiri yaitu
dengan berwirausaha. Motivasi seseorang dalam berwirausaha akan lebih
mudah terbentuk jika seseorang ingin mencapai tujuannya seperti mencari
nafkah, menjadi kaya, mencari pendapatan, dan sebagai jaminan stabilitas
keuangan.
36
2.3 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu
No Judul Penelitian Tahun Nama
Peneliti
Hasil Penelitian
1. Analisis Faktor-faktor
yang Mendorong
Entreprenuer dalam
Berwirausaha (Studi
Kasus pada Pengusaha
Bengkel Sepeda Motor
di Jalan Setia Budi
Medan)
2010 Suhela Faktor-faktor yang mendorong
Entreperenuer dalam berwirausaha
studi kasus pada pengusaha
bengkel sepeda motor antara lain
modal, pengalaman, pendidikan,
minat dan bakat, dan keluarga.
Faktor modal merupakan faktor
yang paling dominan. Responden
setuju selain modal material, modal
keterampilan dan pengetahuan
yang dimiliki sangat membantu
dalam menjalankan usahanya.
2. Motivasi Mahasiswa
Menjadi Wirausaha
2012 Ciptaningtya
s
Need for Achievement, Need for
Independence, Locus of Control,
Cannot Work for Others,
Education, Great Market
Opportunity, Keyakinan, Economic
and sosial situation, Produktivitas
dan Hobi merupakan faktor yang
memotivasi seseorang menjadi
wirausaha.
3. Faktor-Faktor yang
Memotivasi Ibu Rumah
Tangga Berwirausaha
Pada Sektor Informal di
Desa Juhar Kelurahann
Bandar Khalifah
Kabupaten Serdang
Berdagai
2015 Tamba Hasil penelitian menunjukkan
bahwa motivasi ibu rumah tangga
berwirausaha pada sektor informal
dipengaruhi oleh faktor intrinsik
(peningkatan penghasilan, harga
diri, dan kesenangan) dan faktor
ekstrinsik (lingkungan keluarga,
lingkungan masyarakat, peluang
usaha, dan pendidikan)
4. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi
Pengambilan Keputusan
bagi Wanita untuk
Berwirausaha (Studi
Kasus Anggota
IkatanWanita
Pengusaha Indonesia
Dki Jakarta)
2015 Bastaman
dan Riffa
Juffiasari
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa keputusan untuk menjadi
wirausaha wanita didorong oleh
beberapa faktor internal, seperti:
minat yang didukung kecakapan
dan motivasi. Sedangkan faktor
eksternal yang mempengaruhi
keputusan untuk menjadi
wirausahawan adalah dukungan
dari suami/keluarga, permodalan,
lingkungan/keturunan keluarga
serta adanya peluang
untukberwirausaha. Dukungan
suami menjadi faktor penentu,
sedangkan faktor keturunan bukan
satu-satunya faktor yang
mempengaruhi dalam keputuan
menjadi wirausahawan.
37
No Judul Penelitian Tahun Nama
Peneliti
Hasil Penelitian
5. Motivasi Wanita
Berwirausaha di Kota
Bandar Lampung (Studi
pada Anggota IWAPI
Lampung)
2016 Sismayadi Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa yang memotivasi wanita
IWAPI berwirausaha adalah
motivasi intrinsik, diantaranya need
for achievement, need for
independence,dan hobi. Sedangkan
motivasi ekstrinsik diantaranya
situasi ekonomi dan sosial, dan
imbalan.
6. Pengaruh Faktor
Internal, Eksternal dan
Motivasi Terhadap
Minat Berwirausaha
Pada Mahasiswa
Jurusan Akuntansi
(Studi Mahasiswa STIE
Malangkucecwara
Malang)
2017 Nanang
Purwanto,
Djoko
Sigono
Variabel internal dengan item
kebutuhan akan kebebasan sebesar
57,8%, untuk faktor eksternal yaitu
item lingkungan sosial ekonomi
sebesar 53,3% berpengaruh
terhadap minat mahasiswa
berwirausaha. Sedangkan untuk
variabel motivasi dengan item
esteem needs sebesar 53,3% dan
variabel minat berwirausaha
dengan item esteem needs sebesar
58,5%. Jadi secara simultan dan
parsial variabel eksternal, internal
dan motivasi berpengaruh terhadap
minat mahasiswa berwirausaha
7. Analisis Faktor
Motivasi Berwirausaha
Mahasiswa
Administrasi Bisnis
Angkatan 2013
Universitas Telkom.
2018 Marpaung,
Adithiya
WardHana,
S.E
Hasil penelitian menunjukkan
terbentuk faktor motivasi
berwirausaha yang meliputi faktor
kebebasan, imbalan, impian
personal, dan laba. Faktor yang
paling dominan adalah faktor
kebebasan.
Sumber: Data Diolah (2018)
2.4 Kerangka Pemikiran
Wirausaha adalah seseorang yang memiliki kebebasan untuk berkreasi, berinovasi
dan mandiri dalam menjalankan usaha atau bisnis untuk memperoleh kepuasan
tersendiri. Menjadi wirausaha dibutuhkan suatu motivasi dari dalam dan luar diri
seseorang. Timbulnya motivasi merupakan hal yang mendasar untuk menjadi
seorang wirausaha, dengan adanya motivasi maka akan timbul semangat dan
dorongan untuk terus maju dan bangkit demi mencapai kesuksesan sebagai
wirausaha.
38
Motivasi seseorang berwirausaha pada bidang tertentu dipengaruhi oleh banyak
faktor. Motivasi merupakan kunci yang akan membuka potensi manusia. Tanpa
adanya motivasi sedahsyat apapun potensi yang dimiliki tidak mampu untuk
merubah menjadi kemampuan yang dahsyat. Motivasi usaha merupakan salah satu
pendorong tumbuh kembangnya jiwa wirausaha seseorang. Motivasi merupakan
modal awal yang harus dimiliki oleh wirausahawan. Motivasi tidak timbul
sendirinya tetapi tumbuh dan berkembang sesuai dengan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
Menurut Suryana (2006: 62-63) motivasi seseorang berwirausaha dipengaruhi
oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu
faktor yang berasal dari diri individu tanpa adanya pengaruh dari luar meliputi
kebutuhan berprestasi, kebutuhan akan kebebasan, dan pengalaman pribadi.
Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar individu meliputi
dukungan keluarga dan teman, bentuk peranan (role model), peluang usaha,
imbalan laba, dan situasi ekonomi. Masing-masing faktor tersebut yang pada
akhirnya akan mempengaruhi dan menumbuhkan motivasi etnis Batak untuk
berwirausaha tambal ban. Dimana usaha tambal ban merupakan salah satu usaha
sektor informal yang pada saat ini banyak digeluti oleh masyarakat etnis Batak
sebagai sumber pendapatan untuk memenuhi segala kebutuhan hidup. Oleh karena
itu peneliti tertarik ingin mengetahui faktor internal dan faktor eksternal yang
menjadi motivasi masyarakat etnis Batak memilih berwirausaha tambal ban. Dari
penjelasan diatas kerangka pemikiran penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
39
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
2.5 Proporsi Penelitian
Motivasi etnis Batak dalam berwirausaha tambal ban di Bandar Lampung yang
meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi kebutuhan
berprestasi, kebutuhan akan kebebasan, dan pengalaman. Sedangkan faktor
eksternal meliputi dukungan keluarga dan teman, bentuk peranan (role model),
peluang usaha, imbalan laba, situasi ekonomi.
Faktor Eksternal:
1.Dukungan Keluarga dan Teman
2. Bentuk Peranan (Role Model)
3. Peluang Usaha
4. Imbalan Laba
5. Situasi Ekonomi
Faktor Internal:
1. Kebutuhan Berprestasi
2. Kebutuhan akan Kebebasan
3. Pengalaman
Faktor-faktor Motivasi
Berwirausaha
Etnis Batak Berwirausaha
Tambal Ban
III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sugiyono (2013: 14) menyatakan bahwa
penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositivisme, digunakan untuk meneliti yang alamiah (sebagai lawannya
adalah eksperimen), dimana peneliti sebagai instrumen kunci, pengambilan
sampel sumber data dilakukan secara purposive, teknik pengumpulan dengan
trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Kemudian Bagdan dan Taylor dalam Moleong (2007: 4) mempertegas bahwa
penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati
dari fenomena yang terjadi. Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan
datayang mendalam, yaitu data yang mengandung makna. Alasan peneliti
menggunakan penelitian kualitatif karena permasalahan yang akan dibahas pada
penelitian ini tidak berkaitan dengan angka atau numerik dan peneliti hanya
bertujuan untuk mengetahui, memahami serta memperdalam situasi komplek dan
dinamis dalam lingkungan masyarakat khususnya etnis Batak mengenai
motivasinya berwirausaha tambal ban. Hal ini sebagai pemetaan awal dalam
41
mengetahui faktor-faktor apa yang menjadi motivasi etnis Batak berwirausaha
tambal ban. Penelitian deskriptif menekan pada data berupa kata-kata, gambar,
bukan angka-angka. Moleong (2007: 6) juga menyatakan penelitian deskriptif
dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau
kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang
berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti. Penelitian deskriptif kebanyakan
tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, melainkan lebih pada
menggambarkan apa adanya suatu gejala, variabel, atau keadaan, berusaha
menggambarkan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya. Hasil
dari penelitian ini hanya mendeskripsikan, mengonstruksi atau merumuskan
wawancara-wawancara mendalam terhadap subjek penelitian sehingga dapat
memberikan gambaran yang jelas mengenai faktor internal dan faktor eksternal
apa saja yang menjadi motivasi masyarakat etnis batak dalam berwirausaha
tambal ban di Bandar Lampung.
3.2 Lokasi Penelitian
Menurut Moleong (2007: 132) lokasi penelitian merupakan tempat dimana
peneliti melakukan penelitian terutama dalam menangkap fenomena atau
peristiwa yang sebenarnya terjadi dari objek yang diteliti dalam rangka
mendapatkan data-data penelitian yang akurat. Dalam menentukan lokasi
penelitian, cara terbaik yang ditempuh adalah dengan jalan mempertimbangkan
teori substantif dan menjajaki lapangan dan mencari kesesuaian dengan kenyataan
yang ada dilapangan. Sementara itu keterbatasan geografi dan praktis seperti
waktu, biaya, tenaga perlu juga dijadikan pertimbangan dalam penentuan lokasi
42
penelitian. Lokasi yang diambil dalam penelitian ini adalah kota Bandar
Lampung. Peneliti memilih karena melihat di daerah Kota Bandar Lampung
banyak muncul wirausaha terutama disektor jasa seperti usaha tambal ban. Bandar
Lampung juga sebagai salah satu kota yang menjadi pusat perekonomian dan
pusat jasa baik yang bersifat formal maupun informal di Provinsi Lampung.
3.3 Fokus Penelitian
Menurut Bungin (2012: 41) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif fokus
penelitian merupakan hal pokok yang hendak diteliti, mengandung penjelsan
mengenai dimensi-dimensi apa yang menjadi pusat penelitian dan hal yang akan
dibahas secara mendalam dan tuntas. Memfokuskan dan membatasi
pengengumpulan data dapat dipandang kemanfaatannya sebagai reduksi data yang
sudah diantisipasi. Ini merupakan bentuk pra analisis yang mengesampingkan
variabel-variabel lainnya. Dengan adanya pemfokusan, maka akan menghindari
pengumpulan data yang berlebih. Fokus penelitian ini akan membahas mengenai
faktor-faktor yang menjadi motivasi etnis Batak berwirausaha tambal ban yang
meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Sehingga penelitian ini memberikan
informasi mengenai motivasi berwirausaha yang dapat menambah pengetahuan
bagi entreprenuer baik yang sudah berkecimpung lama maupun baru yang hendak
menjalankan usaha tambal ban.
Faktor Internal, meliputi:
a. Kebutuhan Berprestasi (Need for Achievement)
b. Kebutuhan akan Kebebasan (Need for Indefendence)
c. Pengalaman
43
Faktor Eksternal, meliputi:
a. Dukungan Keluarga dan Teman
b. Bentuk Peranan (Role Model)
c. Peluang Usaha
d. Imbalan Laba
e. Situasi Ekonomi
3.4 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah orang yang memberikan informasi terkait judul
penelitian yaitu Motivasi etnis Batak dalam Berwirausaha Jasa Tambal Ban di
Bandar Lampung. Menurut Moleong (2007: 132) seseorang yang memberi
informasi tersebut disebut informan. Informan adalah orang yang diharapkan
dapat memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian.
Menurut Faisal dalam Sugiono (2013: 395), agar memperoleh informasi yang
lebih terbukti, terdapat beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan antara lain:
a. Subjek yang lama dan intensif dengan suatu kegiatan atau aktivitas yang
menjadi sasaran atau perhatian peneliti.
b. Subjek yang masih terkait secara penuh dan aktif pada lingkungan atau
kegiatan yang menjadi sasaran atau perhatian peneliti.
c. Subjek yang mempunyai cukup banyak informasi, banyak waktu dan
kesempatan untuk dimintai keterangan.
d. Subjek yang berada atau tinggal pada sasaran yang mendapat perlakuan yang
mengetaui kejadian tersebut.
44
Menurut Sugiyono (2016: 216) informan penelitian merupakan subjek yang
memberikan informasi tentang fenomena situasi sosial yang berlaku di lapangan.
Informan penelitian merupakan subjek yang memiliki hubungan karakteristik
dengan situasi sosial yang diteliti. Pada penelitian ini informan atau subjek
diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive
sampling merupakan teknik pengambilan subjek berdasarkan pertimbangan
subyektif peneliti dimana persyaratan harus dipenuhi sebagai subjek penelitian.
Jadi dasar pertimbangannya ditentukan tersendiri oleh peneliti. Informan atau
subek dalam penelitian ini yaitu masyarakat etnis Batak yang berwirausaha tambal
ban di Bandar Lampung. Untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan terdapat
kriteria yang menjadi tolak ukur peneliti dalam memilih subjek atau informan
antara lain:
1. Wirausaha yang bersuku Batak dan tinggal di Kota Bandar Lampung.
2. Berwirausaha tambal ban.
3. Aktif dan kontiniu dalam menjalankan usaha
4. Memiliki bentuk fisik atau tempat usaha
5. Sudah menjalankan usahanya lebih dari 1 tahun
Teknik penentuan jumlah informan pada penelitian ini dilakukan secara snowball
sampling. Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel yang pada
awalnya kecil, makin lama semakin besar. Artinya menentukan informan secara
bergulir dari informan satu dengan informan lainnya yang memenuhi kriteria
sampai informasi yang diperoleh mengalami titik jenuh. Jenuh artinya apabila
jawaban atau informasi yang diperoleh telah memiliki kesamaan atau hampir
sama dengan data sebelumnya dari informan yang satu dengan informan lain,
45
tidak ada lagi informasi baru. Oleh karena itu jumlah informan tergantung dari
kejenuhan informasi yang diperoleh. Apabila informasi (data) yang diperoleh
telah jenuh maka peneliti dapat berhenti mencari informasi.
3.5 Sumber Data
Dijelaskan oleh Pohan dalam Prastowo (2016: 25), data kualitatif adalah semua
bahan, keterangan, dan fakta-fakta yang tidak dapat di ukur dan di hitung secara
matematis karena berwujud keterangan verbal (kalimat dan kata). Selain itu data
kualitatif lebih bersifat proses. Beda halnya dengan data kuantitatif yang bersifat
hasil atau produk. Data kuantitatif juga hanya dapat dikelompokkan dalam wujud
kelompok-kelompok. Sebagai contoh: pernyataan orang tentang suatu kondisi
baik, buruk, mencekam, menyenangkan, menggembirakan, dan sebagainya.
Sementara itu, bentuk-bentuknya seperti catatan wawancara, rekaman pada pita
kaset ataupun telepon genggam, gambar, foto, peta, dokumen, bahkan rekaman
video lapangan.
Sumber data dalam penelitian ini yaitu:
a. Data Primer
Dalam melakukan sebuah penelitian penulis harus mempunyai sumber
informasi dari data primer untuk dapat diteliti. Data primer adalah sumber
data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiono,
2007: 137). Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh
secara langsung dari lapangan, dilakukan dengan cara wawancara mendalam
(in-dept interview), dan observasi peneliti langsung terhadap informan yaitu
etnis Batak yang berwirausaha tambal ban.
46
b. Data sekunder
Menurut Sugiono (2005: 62) data sekunder adalah data yang tidak langsung
memberikan data kepada peneliti, misalnya penelitian harus melalui orang
lain atau mencari melalui dokumen. Data ini diperoleh dengan menggunakan
studi literatur yang dilakukan terhadap banyak buku dan catatan-catatan yang
berhubungan dengan penelitian. Dalam penelitian ini data sekunder yang
diperoleh yaitu dari jurnal, artikel, buku-buku, kepustakaan, internet, dan foto
yang diperoleh dari bidikan kamera peneliti saat observasi dan wawancara
berlangsung.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan data. Teknik
pengumpulan data atau informasi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu:
1. Wawancara
Esterberg dalam Sugiyono (2013: 410), mendefinisikan wawancara sebagai
pertemuan dua orang atau lebih untuk bertukar informasi dan ide melalui
tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik
tertentu. Wawancara adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk
mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-
pertanyaan kepada informan kemudian jawaban-jawaban informan dicatat
atau direkam (Subagyo, 2011: 39). Wawancara dilakukan dalam penelitian ini
karena peneliti ingin mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang
informan dalam mengamati situasi dan fenomena yang terjadi. Peneliti
melakukan wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara (interview
47
guide). Wawancara dengan penggunaan pedoman (interview guide)
dimaksudkan untuk wawancara yang lebih mendalam dengan memfokuskan
pada persoalan-pesoalan yang akan diteliti. Pedoman wawancara biasanya
tidak berisi pertanyaan-pertanyaan yang mendetail, tetapi sekedar garis besar
tentang data atau informasi apa yang ingin didapatkan dari narasumber yang
nanti dapat disumbangkan dengan memperhatikan perkembangan konteks
dan situasi wawancara. Dalam penelitian ini penulis menggunakan
wawancara semistruktur. Jenis wawancara semistruktur sudah termasuk
dalam kategori in-dept interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas
bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara
jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana
pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam
melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan
mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.
2. Observasi
Menurut Soemitro dalam (Subagyo, 2011: 63) observasi merupakan
pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis terarah pada suatu
tujuan mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian
dilakukan pencatatan. Observasi bertujuan untuk mengamati subjek dan objek
penelitian, sehingga peneliti dapat memahami kondisi yang sebenarnya. Jenis
observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi partisipasi
pasif, dimana peneliti datang ketempat kegiatan orang yang diamati, tetapi
tidak ikut terlibat dalam kegiatan subjek tersebut, peneliti hanya bertindak
sebagai pengamat.
48
3. Dokumentasi
Menurut Arikunto (2013: 201) metode dokumentasi adalah mencari data yang
berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, agenda, dan sebagainya.
Dokumen merupaka catatan peristiwa yang sudah berlalu yang bisa berbentuk
tulisan, gambar, atau karya-karya monumental seseorang (Sugiyono,
2013:422). Hasil penelitian dari observasi dan wawancara akan lebih kredibel
jika didukung oleh dokumen-dokumen yang bersangkutan. Dalam penelitian
ini, dokumentasi diperoleh dari internet, dan foto yang langsung didapatkan
oleh peneliti pada saat berada dilapangan saat melakukan observasi dan
wawancara.
3.7 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi) dan
dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh (Sugiyono, 2013: 426).
Ukuran kejenuhan data ditandai dengan tidak diperolehnya lagi data atau
informasi baru. Teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang
penting yang akan dipelajari, serta membuat kesimpulan sehingga mudah
dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain (Sugiono,
2013:427). Miles & Huberman (2009: 16-21) mengemukakan bahwa analisis data
kualitatif dilakukan secara interakif dan berlangsung secara terus menerus sampai
tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Teknis analisis data dalam penelitian ini
49
menggunakan analisis data model interaktif yang dikembangkan oleh Miles &
Huberman (2009: 16-21), seperti pada gambar 3.1 berikut ini:
Sumber: (Miles & Huberman, 2009: 20)
Gambar 3.1 Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif Miles &
Huberman
Penjelasan tahapan dalam analisis data model interakrif dari gambar 3.1 menurut
Miles & Huberman (2009: 20), sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data (Data Collection)
Proses pengumpulan data dilakukan sebelum penelitian, pada saat penelitian,
dan bahkan di akhir penelitian. Idealnya, proses pengumpulan data dilakukan
ketika penelitian masih berupa konsep atau draft. Intinya, proses
pengumpulan data pada penelitian kualitatif tidak memiliki segmen atau
waktu tersendiri, melainkan sepanjang penelitian yang dilakukan proses
pengumpulan data dapat dilakukan. Pada awal penelitian kualitatif, umumnya
peneliti melakukan studi pre-eliminary yang berfungsi untuk verifikasi dan
Display
Data
Reduksi
Data
Penarikan
Kesimpulan
Pengumpulan
Data
50
pembuktian awal bahwa fenomena yang diteliti itu benar-benar ada. Studi
pre-eliminary sudah termasuk dalam proses pengumpulan data. Peneliti sudah
melakukan wawancara, observasi dan dokumentasi dan hasilnya aktivitas
tersebut adalah data. Pada saat subjek melakukan pendekatan dan menjalin
hubungan dengan subjek penelitian, dengan responden penelitian melakukan
observasi, membuat catatan lapangan, bahkan ketika peneliti berinteraksi
dengan lingkungan sosial subjek dan informan, itu semua merupakan proses
pengumpulan data yang selanjutnya akan diolah. Sepanjang penelitian
berlangsung, sepanjang itu pula proses pengumpulan data dilakukan. Ketika
peneliti telah mendapat data yang cukup untuk diproses dan dianalisis, tahap
selanjutnya adalah melakukan reduksi data.
2. Reduksi Data (Data Reduction)
Mereduksi data artinya merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, dan membuang yang
tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberi
gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Laporan atau
data yang diperoleh dilapangan akan dituangkan dalam bentukuraian yang
lengkap dan terperinci. Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya akan
cukup banyak, sehingga perlu dicatat secara teliti dan rinci. Peneliti
mereduksi data yaitu dengan caraReduksi memilih data-data penting,
menyederhanakan data- data kasar yang didapat dari hasil wawancara,
observasi, dan dokumentasi tentang motivasi etnis Batak berwirausaha tambal
ban.
51
3. Penyajian Data (Data Display)
Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data.
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.
Penyajian data dalam penelitian kualitatif yang paling sering digunakan
adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan menyajikan data, maka akan
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja
selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Selain dengan teks
yang naratif, penyajian data juga dapat berupa, grafik, matrik, network
(jejaring kerja) dan chart. Untuk mengecek apakah peneliti telah memahami
apa yang disajikan.
4. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing)
Tahap selanjutnya setelah data disajikan yaitu menarik kesimpulan dari data
secara keseluruhan yang dilakukan dengan verifikasi secara terus menerus
sepanjang proses penelitian. Menurut pandangan Miles & Huberman
penarikan kesimpulan merupakan sebagian dari satu kegiatan dan konfigurasi
yang utuh. Verifikasi dapat berupa pemikiran yang melintas saat peneliti
menulis, tinjauan ulang pada catatan lapangan, dan tukar pikiran dengan
teman sejawat. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan
adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan
dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih
remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat
berupa hubungan kausal, hipotesis atau teori.
52
3.8 Teknik Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbarui dari konsep
keahlianvaliditas atas kehandalan reliabilitas. Keabsahan data merupakan derajat
kepercayaaan data. Derajat kepercayaaan atau kebenaran suatu penilaian akan
ditentukan oleh standar apa yang digunakan salah satu standar validitas dari data
yang diperoleh oleh peneliti. Menurut Moleong (2007: 324), terdapat beberapa
kriteria yang digunakan untuk memeriksa keabsahan data antara lain:
a. Derajat Kepercayaan (Credibility)
Penerapan derajat kepercayaan pada dasarnya menggantikan konsep validitas
internal dan nonkualitatif. Fungsi derajat kepercayaan yaitu, Pertama,
penemuannya dapat dicapai. Kedua, mempertunjukkan derajat kepercayaan
hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataaan
yang sedang diteliti. Kriteria derajat kepercayaan diperiksa dengan beberapa
teknik pemeriksaan, yaitu:
1. Triangulasi
Dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data dengan cara
yang berbeda. Trianggulasi lebih mengutamakan efektivitas proses dan hasil
yang diinginkan. Oleh karena itu, trianggulasi dilakukan dengan menguji
apakah proses dan hasil metode yang digunakan sudah berjalan dengan baik
(Bungin, 2013: 203). Sebagaimana dikenal, dalam penelitian kualitatif
peneliti menggunakan metode wawancara dan obervasi. Untuk memperoleh
kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang utuh mengenai
informasi tertentu, peneliti bisa menggunakan metode wawancara bebas dan
wawancara semi-terstruktur. Atau, peneliti menggunakan wawancara dan
53
obervasi atau pengamatan untuk mengecek kebenarannya. Selain itu,
peneliti juga bisa menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek
kebenaran informasi tersebut. Melalui berbagai perspektif atau pandangan
diharapkan diperoleh hasil yang mendekati kebenaran. Triangulasi berupaya
untuk mengecek kebenaran data dan membandingkan dengan data yang
diperoleh dengan sumber lain, pada berbagai fase penelitian lapangan, pada
waktu yang berlainan dan dengan metode yang berlainan. Adapun
triangulasi yang dilakukan dengan beberapa macam teknik pemeriksaan
yang memanfaatkan penggunaan sumber data, metode, dan teori. Untuk itu
maka peneliti dapat melakukan dengan cara:
a) Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan.
b) Membandingkan data hasil pengamatan (observasi) dengan wawancara.
c) Mengeceknya dengan berbagai sumber data.
d) Memanfaatkan berbagai metode lain seperti melakukan perpanjangan
pengamatan, analisis kasus negatif, atau mengadakan member check
agar kepercayaan data dapat dilakukan.
Triangulasi dalam pengujian kreadibilitas ini diartikan sebagai pengecekan
data dari berbagai sumber, dengan berbagai cara dan berbagai waktu (Fuad
dan Nugroho, 2014: 65). Jenis triangulasi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah triangulasi sumber, dimana pengujian data triangulasi sumber
dilakukan dengan mengecek data yang sudah diperoleh dari berbagai
sumber. Data tersebut kemudian dipilih dan disajikan dalam bentuk tabel
matriks. Data dari sumber yang berbeda dideskripsikan, dikategorikan,
mana pandangan yang sama, berbeda dan mana yang lebih spesifik.
54
2. Kecukupan Referensial
Yaitu mengumpulkan berbagai bahan-bahan, catatan-catatan, atau rekaman-
rekaman yang dapat digunakan sebagai referensi dan patokan untuk menguji
sewaktu diadakan analisis dan penafsiran data.
a) Keteralihan (Transferability)
Keteralihan sebagai persoalan empiris bergantung pada pengamatan
antara konteks pengirim dan penerima. Untuk melakukan pengalihan
tersebut seorang peneliti perlu mencari dan mengumpulkan data
kejadian dalam konteks yang sama.
b) Kebergantungan (Dependability)
Kebergantungan merupakan substitusi reliabilitas dalam penelitian
nonkualitatif. Dalam penelitian ini, uji kebergantungan dilakukan
dengan melakukan pemeriksaan terhadap keseluruhan proses penelitian.
Kalau proses penelitiannya tidak dilakukan tetapi datanya ada, maka
penelitian tersebut tidak dependable. Untuk mengetahui dan memastikan
apakah hasil penelitian ini benar atau salah, peneliti selalu
mendiskusikannya dengan pembimbing secara bertahap mengenai data-
data yang didapat di lapangan mulai dari proses penelitian sampai pada
taraf kebenaran data yang didapat.
c) Kepastian (Confimability)
Kepastian merupakan data yang diperoleh dapat dilacak kebenarannya.
Dalam suatu penelitian uji kepastian mirip dengan uji kebergantungan,
sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji
kepastian (confimability) berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan
55
dengan proses yang dilakukan dalam penelitian. Kepastian yang
dimaksud berasal dari konsep objektivitas, sehingga dengan disepakati
hasil penelitian tidak lagi subjektif tapi sudah objektif. Dalam
prakteknya, konsep kepastian dilakukan melalui memeber check,
triangulasi, pengamatan atau rekaman, pengecekan kembali dan juga
melihat kejadian yang ada dilokasi kejadian sebagai bentuk konfirmasi.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai
Motivasi Etnis Batak dalam Berwirausaha Tambal Ban di Bandar Lampung, maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor yang menjadi motivasi etnis
Batak berwirausaha tambal ban terdiri dari faktor internal yaitu adanya kebutuhan
berprestasi (need for achievement), kebutuhan akan kebebasan (need for
independence), dan pengalaman. Sedangkan faktor eksternal yaitu adanya
dukungan keluarga dan teman, bentuk peranan (role model), peluang usaha,
imbalan laba, dan situasi ekonomi. Adanya motivasi ini menyebabkan mereka
memiliki sikap disiplin, mandiri, berkomitmen tinggi, berani mengambil resiko,
menghadapi segala tantangan yang dihadapi, kreatif, membuat inovasi-inovasi
dalam mengembangkan usahanya, serta realistis akan usaha yang dijalaninya.
Selain itu mereka juga memiliki motivasi yang sangat kuat dalam menjalankan
usahanya, bekerja keras dan pantang menyerah dalam mencapai tujuannya.
Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat kendala yang dihadapi
oleh etnis Batak dalam mengembangkan usaha tambal bannya pertama modal
yang masih terbatas sehingga memperlambat perkembangan usahanya, serta
minimnya wawasan mereka untuk mengakses modal yang sudah disedikan oleh
116
pemerintah seperti KUR (Kredit Usaha Rakyat). Kedua dari segi pemasaran yang
dilakukan belum efektif, masih menggunakan cara manual yaitu dengan
memasang spanduk yang hanya berisi nama usahanya saja. Selain itu
keterampilan, keahlian, dan pengetahuan dalam bidang tambal ban yang dimiliki
masih standar-standar saja. Pengetahuan mereka tentang cara-cara
mengembangkan bisnis juga masih sangat minim. Peneliti juga menemukan
beberapa etnis Batak hanya menjalankan usaha tambal saja tidak
mengkombinasikannya dengan usaha lain yang dapat menambah penghasilannya.
Pelayanan yang diberikan belum memadai, seperti barang-barang yang dijual
tidak lengkap, lokasi usaha masih sempit, tempat belum tertata rapi, tidak bersih,
belum tersedia tempat duduk bagi konsumen saat menunggu kendaraannya
diperbaiki. Hal ini mengakibatkan usaha tambal ban yang dijalankan tidak dapat
berkembang dengan pesat.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan, saran yang
dapat diberikan oleh peneliti sebagai berikut:
5.2.1 Bagi Etnis Batak yang Berwirausaha Tambal Ban
1. Berkaitan dengan modal yang masih terbatas dalam pengembangan usaha
dapat dipinjam dari pihak-pihak lain, seperti perbankan yang memberikan
bunga rendah sehingga dapat digunakan untuk mengembangkan usaha yang
dijalankan.
2. Melakukan promosi penjualan dengan cara membuat iklan di media sosial,
memasang spanduk di tempat usaha berisi informasi pelayanan jasa serta
117
produk yang ditawarkan, sehingga memudahkan konsumen untuk mengetahui
lokasi usaha dan servise yang tersedia.
3. Harus terus meningkatkan serta menambah keahlian yang dimiliki, tidak
hanya mampu menambal ban tetapi keahlian-keahlian lainnya seperti bongkar
mesin, ganti sparepart, sehingga usaha dapat bertahan dan mampu bersaing
dengan para pengusaha tambal ban lainnya.
4. Sebaiknya mengkombinasikan usaha tambal ban dengan usaha lain yang
tidak berhubungan dengan tambal ban seperti usaha warung kecil-kecilan,
pertamini, menjual pulsa, menjual rokok, took sembako, serta menyedikaan
jasa tambal ban panggilan, sehingga dapat memberikan tambahan pendapatan
yang lebih banyak.
5. Terus melakukan inovasi pada pelayanan yang diberikan, melengkapi barang-
barang yang dijual, tempat yang bersih, lokasi usaha yang luas dan strategis,
tersedia kursi tempat duduk konsumen menunggu, sehingga lebih menarik
konsumen, membuat mereka nyaman, puas saat melakukan servis
kendaraannya. Selain itu selalu bersikap ramah, sopan kepada setiap
konsumen yang datang, serta memberikan hasil kerja terbaik yang
mengutamakan kepuasan konsumen. Sehingga dapat membuat konsumen
akan melakukan pembelian ulang.
6. Sebaiknya mengikuti DIKLAT (pendidikan dan pelatihan) tentang
kewirausahaan agar menambah pengetahuan dalam bisnis dan menambah
jaringan.
118
5.2.2 Bagi Pemerintah
1. Pemerintah hendaknya memperhatikan para pengusaha tambal ban dengan
melakukan sosialisasi dan pelatihan wirausaha terutama dibidang jasa tambal
ban atau bengkel guna memberikan ilmu pengetahuan baru tentang cara
pengelolaan usaha, sehingga usahanya bisa berkembang pesat.
2. Menyediakan pinjaman modal usaha dengan suku bunga yang rendah,
sehingga para pengusaha tambal ban dapat mengembangkan usahanya dengan
cepat serta melengkapi barang-barang yang dijual.
5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Disarankan bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengambil tema sejenis dapat
melakukan penelitian dengan pendekatan kuantitatif, menggunakan teknik analisis
faktor, untuk mengukur besar nilai yang dihasilkan dari setiap variabel. Sehingga
diperoleh data yang lebih objektif secara statistik dari setiap faktor internal dan
faktor eksternal yang menjadi motivasi etnis Batak berwirausaha tambal ban.
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari. 2011. Kewirausahaan. Untuk Mahasiswa dan Umum. Bandung:
CV Alfabeta.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktik.Jakarta: Rineka Cipta.
Bastaman, Aam dan Riffa Juffiasari. 2015. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pengambilan Keputusan Bagi Wanita Untuk Berwirausaha. Prosiding
Seminar Nasional UNS SME’s Summit & Awards.
Bungin, Burhan. 2012. Analisis Data Pennelitian Kualitatif. PT.Raja Grafindo
Persada: Jakarta.
Ciptaningtyas, Enda. 2012.Motivasi Mahasiswa Berwirausaha, Studi pada
mahasiswa Universitas Lampung. Skripsi Fisip Unila.
Fuad, Anis dan Kandung Sapto Nugroho. 2014. Panduan Praktis Penelitian
Kualitatif. Yogyakarta. Graha Ilmu.
Hamalik, Oemar. 2014. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hasibuan, Malayu S.P. 2007. Organisasi dan MotivasiI: Dasar Peningkatan
Produktivitas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Heru, Kristanto. 2009. Pendekatan Manajemen dan Praktik. Yogyakarta. Graha
Ilmu.
Hisrich, R & Peter M. 2000. Entrepreneurship.Edisi Keempat. Singapore Mc
Gran-Hill. Inc
Kasmir, 2011. Kewirausahaan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Lambing Peggy, Charles R Kuehl, 2000. Entrepreneurship. New Jersey: Prentice
Hall, Inc
Marpaung, Loviana L dan Aditya.2017. Analisi Faktor Motivasi Berwirausaha
Mahasiswa Administrasi Bisnis Angkatan 2013 Universitas Telkom.Jurnal
Management. Vol.4. No.1 April 2017. ISSN: 2355-9357.
120
Miles, Mattew B. & A. Michael Huberman. 2009. Analisis Data Kualitatif.
Jakarta: UI-Press.
Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Purwanto, Neneng & Djoko Sugiono. 2017. Pengaruh Faktor Internal, Eksternal
dan Motivasi terhadap Minat Berwirausaha pada Mahasiswa Jurusan
Akuntansi. Jurnal Dinamika Dotcom, ISSN 2086-2652 Vol 8 No 2 Juli
Tahun 2017.
Riyanti. 2003.Kewirausahaan Dari Sudut Pandang Psikologi Kepribadian.
Jakarta. Grasindo
Robbins, Stephen P. 2008. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.
Sismayadi, Erine Kurnia. 2016. Motivasi Wanita Berwirausaha di Kota Bandar
Lampung, Studi pada Anggota IWAPI Lampung. Skripsi. FisipUnila.
Siregar, Fuad Habibi. 2015. Perubahan Sosial Budaya dan Tingkat Kesejahteraan
Migran Batak di Sektor Informal di Kota Bogor. Jurnal Sosiologi Pedesaan.
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat.IPB. April
2015.
Sofia, Yeyen. 2017. Kajian Tentang Sikap dan Motivasi Berwirausaha pada
Sektor Pariwisata, Studi pada Wirausahawan di Lingkungan Pantai Mutun
MS. Town. Skripsi. FisipUnila.
Subagyo, Joko P. 2011. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: ALFABETA.
Sugiono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suhela, Intan. 2010. Analisis Faktor-faktor yang Mendorong Entreprenuer dalam
Berwirausaha. Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara.
121
Suryana. 2006. Kewirausahaan Pedoman Praktsi: Kiat dan Proses Menuju
Sukses. Jakarta: Salemba Empat.
Sunarya. PO Abas dan Sudaryono. 2011. Kewirausahaan. Yogyakarta: CV Andi
Offset.
Suryana,Yunusdan Kartib Bayu.2011.Kewirausahaan:Pendekatan Karakteristik
Wirausawahan Sukses.Jakarta:Kencana.
Suryana. 2013. Kewirausahaan. Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta:
Salemba Empat.
Suryani, Tatik.2013. Perilaku Konsumen di Era Internet: Implikasinya pada
Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Taufik. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rodaskarya.
Widhari, Cokorda Istri Sri, I Ketut Suarta. 2012. AnalisisFaktor-Faktor yang
Memotivasi Mahasiswa Berkeinginan menjadi Wirausaha. Jurnal Bisnis dan
Kewirausahaan vol.8. no.1. Maret 2012.
Winardi. 2017. Entrepreneur & Entrepreneurship. Jakarta: Kencana Prenanda
Media Grup.
Wijaya, Serli. 2016. Studi Eksploratif Motivasi Berwirausaha Skala Mikro Sektor
Jasa Makanan di Surabaya. Jurnal Manajemen Volume 20, No.2, Tahun
2016:Hal. 105-116.
Yudi Siswadi. 2013. Analisis Faktor Internal, Faktor Eksternal, dan
Pembelajaran Keirausahaan yang Mempengaruhi Minat Mahasiswa dalam
Bewirausaha. Jurnal Manajemen dan Bisnis vol.13 No. 01 April 2013 ISSN.
Sumber Internet:
Arhando, Pramdia. 2017. Jumlah Pengangguran Naik menjadi 7,04 Juta
Orang.Kompas.com.http://ekonomi.kompas.com/read/2017/11/06/1539401
26/agustus-2017-jumlah-pengangguran-naik-menjadi-7,04-juta-orang
diakses pada tanggal 23 November 2017 pukul 20.30
www.cendananews.com/2015/06/mengais-rejeki-di-jalinsum-lelaki-
tekuniusahatambal-ban. diakses tanggal 26 Maret 2018 pukul 10.03
www.petatematikindo.wordpress.com (diakses 19 September 2018 pukul 20.00)