motherhoad
DESCRIPTION
kedokteranTRANSCRIPT
Bab I
PENDAHULUAN
Tujuan pembangunan kesehatan Indonesia diarahkan untuk lebih meningkatkan
derajat kesehatan dan kualitas sumber daya manusia. Hal ini ditunjukkan dengan
upaya meningkatkan usia harapan hidup, menurunkan angka kematian bayi, anak dan
ibu melahirkan, meningkatkan kesejahteraan keluarga, meningkatkan produktivitas
kerja, serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan
sehat.12
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin merupakan masalah
yang besar di negara miskin dan berkembang, seperti di Indonesia. Berbagai faktor
yang terkait dengan risiko terjadinya komplikasi yang berhubungan dengan
kehamilan dan cara pencegahannya telah diketahui, namun demikian jumlah
kematian ibu dan bayi masih tetap tinggi.6
Angka Kematian Ibu 262/100.000 kelahiran hidup (Th 2005), masih terlalu jauh
dari target tahun 2010, sebesar 125/100.000 kelahiran hidup (kh). Sementara Angka
Kematian Bayi menurun dengan cepat, yaitu dari 66,5/1000 kh pada tahun 1996
menjadi 35/1000 kh pada tahun 2003 (SDKI). Dibandingkan dengan negara lain di
Asia Tenggara, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah yang tertinggi.12
Di United States, angka kematian ibu 336/100.000 kelahiran hidup. Dimana
wanita kulit hitam yang berumur > 35 tahun mempunyai angka kematian yang tinggi
yaitu 70/100.000 kelahiran hidup, sedangkan wanita kulit putih yang berumur > 35
tahun 20/100.000 kelahiran hidup.13
Lebih dari 500.000 perempuan Indonesia meninggal dunia setiap tahunnya.
Delapan belas ribu kematian diantaranya terjadi saat melahirkan yang disebabkan
1
oleh: perdarahan, infeksi jalan lahir, keracunan kehamilan, dan penyakit lainnya yang
diderita ibu. Empat dari setiap seribu ibu yang melahirkan di Indonesia meninggal
dunia.9
Melihat kondisi dan kenyataan yang demikian, dalam rangka meningkatkan
kualitas sumber daya manusia, perhatian harus sudah dimulai dari sejak pembuahan,
bayi dalam kandungan, anak remaja, ibu sampai menjadi lansia. Dalam tahapan ini
bila tidak diperhatikan dengan baik kualitasnya menjadi sangat rendah, terutama
dalam menghadapi tantangan globalisasi yang semakin ketat.4
2
Bab II
TINJAUAN PUSTAKA
Pemerintah Propinsi Jawa Barat dengan Visinya “Jawa Barat dengan Iman dan
Takwa sebagai Propinsi Termaju dan Mitra Terdepan Ibu Kota Negara tahun 2010”
menjadi arah pembangunan yang harus dicapai oleh berbagai bidang atau sektor.
Indikator utama untuk pencapaian visi tersebut adalah Indeks Pembangunan Manusia
(IPM 80 tahun 2010, hal ini dipertegas dengan penjabaran misi pertama pemerintah
propinsi Jawa Barat yaitu peningkatan kualitas dan produktifitas Sumber Daya
Manusia dengan sasaran pertama meningkatnya kualitas dan pemerataan pendidikan
dan kesehatan dalam mencapai rata-rata lama sekolah (RLS) 8,6 tahun dan Angka
Melek Huruf (AMH) 95,9 dan Usia Harapan Hidup (UHH) 67,1 tahun pada 2008.
Dalam rangka pencapaian UHH 67,1 tahun pada than 2008 maka indikator utama
yang harus diintervensi yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka
Kematian Ibu (AKI).7
Lebih dari 70% kematian ibu disebabkan oleh lima kondisi berikut: perdarahan
setelah persalinan (25%), infeksi setelah persalinan (15%), aborsi yang tidak aman
(13%), tekanan darah tinggi (12%), dan persalinan yang lama (8%). Sebagai
tambahan, sekitar 20% dari kematian ibu disebabkan karena buruknya kondisi
kesehatan yang ditimbulkan oleh kehamilan dan penanganannya, seperti malaria,
penyakit jantung, hepatitis dan infeksi HIV. Kondisi berat, seperti anemia kronis,
fistula, infeksi ginekologi, pielonephritis, penyakit ginjal kronik, chronic pelvic pain,
prolapsus uteri, dan depresi, juga mempengaruhi angka kematian ibu.10
3
Penyebab langsung kematian ibu di Jawa Barat masih karena perdarahan,
eklampsi dan infeksi dan kematian bayi oleh asfiksia, komplikasi pada Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR) dan infeksi.
Sedangkan penyebab tidak langsung Kematian Ibu dan Bayi adalah karena:
1. Konsumsi makanan yang kurang sehingga 53% ibu hamil menderita anemia.
2. Ibu hamil dan bersalin dengan 4 Terlalu (hamil atau bersalin terlalu muda dan
tua umurnya, terlalu banyak anaknya dan terlalu dekat jarak
kehamilan/persalinannya).
3. Penanganan kehamilan dan persalinan sera perawatan bayi yang tidak
adekuat.
4. Pemanfaatan pelayanan kesehatan yang masih rendah ditandai dengan
pencapaian cakupan pelayanan yang masih rendah.
5. Masih banyaknya kasus penyakit terutama penyakit berbasis lingkungan dan
perilaku serta masih adanya kasus kurang gizi/mikronutrient.
6. Adanya 3 terlambat:
- terlambat mengetahui tanda bahaya dan memutuskan rujukan
- terlambat merujuk karena transportasi dan geografi
- terlambat ditangani ditempat pelayanan karena tidak efektifnya
pelayanan
Adapun penyebab mendasar adalah:
1. Masih kurangnya kesempatan untuk mengikuti pendidikan formal.
2. Tradisi dan budaya daerah, yaitu anggapan bahwa anak perempuan lebih baik
cepat menikah dan punya anak.
3. Ekonomi keluarga kurang mampu.
Pada tahun 1996 Gerakan Sayang Ibu (GSI) dicanangkan dan di Jawa Barat telah
dikembangkan keseluruh Kabupaten/ Kota dengan adanya Pokjatap GSI Propinsi,
4
Pokjatap GSI Kabupaten/ Kota, Satgas GSI Kecamatan dan satgas GSI desa yang
merupakan keterpaduan lintas sektor dan masyarakat dalam menurunkan AKI dan
AKB. Pada tahun 2001 di 3 Kabupaten/Kota di Jawa Barat telah dilaksanakan
penajaman upaya penurunan AKI dan AKB dengan memperkuat GSI melalui sistim
rujukan pelayanan kesehatan dan sistim rujukan kegawatdaruratan di tingkat
masyarakat dengan upaya pemberdayaan yang dilaksanakan oleh fasilitator
masyarakat dalam bentuk Suami Siaga, Warga dan Desa Siaga.
Melalui GERAKAN SAYANG IBU tingginya angka kematian ibu di Indonesia
diharapkan dapat ditekan dan kualitas hidup perempuan Indonesia dapat ditingkatkan.
Pada tahun 2002 Pemerintah mencanangkan suatu strategi baru sebagai penajaman
dari safe motherhood program (Th.1988) yaitu Making pregnancy Safer (MPS) yang
merupakan suatu pendekatan baru dalam upaya mencapai penurunan AKI. Dari
pencanangan MPS tersebut, telah ditindak lanjuti dengan strategi pembangunan
kesehatan pemerintah Jawa Barat Kebijakan pemerintah Jawa Barat melalui Dinas
Kesehatan yaitu meningkatkan akses dan kualitas Pelayanan Obesetri dan Neonatal
melalui:
1. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan oleh petugas kesehatan
2. Pemenuhan sarana dan prasarana PONED, 4 PONED/ Kabupaten
3. Bantuan biaya komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir, terhadap sasaran
keluarga miskin dan kemudahan jangkauan pelayanan kesehatan bagi sasaran
risiko
4. Peningkatan Promosi, Preventif, Caretif
Upaya-upaya tersebut, tidak akan berdampak jika hanya dibebankan kepada
Dinas Kesehatan saja, sangat diperlukan keterlibatan semua unsur/ LS terkait/ LSM/
Organisasi Profesi dan Masyarakat sendiri. Pada tahun 2005 Pemda Jawa Barat,
membuat terobosan dengan Kabupaten Kota SIAGA, yang bertujuan meningkatkan
5
Komitmen Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota Jawa Barat dalam upaya penurunan
Angka Kematian Ibu dan Bayi dengan mengembangkan Desa Siaga guna mendukung
terwujudnya IPM 80 pada tahun 2010.7
2.1 Kesehatan Adalah Hak
Kesehatan adalah hak asasi setiap warga pemerintah, sehingga pemerintah sebagai
penentu kebijakan harus menetapkan tata laksana dan rencana kegiatan yang
menjamin:
(a) Ketersediaan (availability)
Program kesehatan masyarakat dan fasilitas pelayanan tersedia dalam jumlah yang
cukup.
(b) Keterjangkauan (affordability)
Pelayanan dan pemeliharaan kesehatan harus (1) terjangkau oleh semua orang dan
bebas dari diskriminasi, (2) secara ekonomi dapat dijangkau, (3) semua orang
mendapat informasi yang benar.
(c) Dapat diterima (acceptability)
Program dan pelayanan kesehatan secara etis dan budaya dapat diterima oleh
masyarakat, sensitif terhadap isu gender.
(d) Mutu (quality)
Program dan pelayanan kesehatan harus memenuhi persyaratan ilmiah, medis, dan
bermutu.(WHO-Health and Human Right Publ. Series No, 1. July 2002)
Keempat hal tersebut di atas menunjukkan pelayanan kesehatan minimal yang
harus dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Kesehatan masyarakat bukan hanya persoalan medis yang ditangani oleh sektor
kesehatan saja melainkan harus dilakukan secara terpadu. Apabila hal ini tidak
dilakukan atau tidak dijalankan secara serius, maka indikator-indikator kesehatan
6
yang sudah dicantumkan pemerintah dalam Laporan Tujuan Pembangunan Milenium
Indonesia 2004, sulit dicapai. Akibatnya tingkat kesejahteraan masyarakat juga akan
sulit terwujud.
Departeman Kesehatan telah menetapkan target Indonesia Sehat 2010 guna
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, beserta indikatornya. Dari ke 50
indikator Indonesia sehat tersebut, terdapat 11 indikator yang terkait langsung dengan
kesehatan ibu, bayi dan anak, khususnya 4 indikator terkait mortalitas (Angka
Kematian bayi, Angka Kematian Balita, Angka kematian Ibu melahirkan dan angka
Harapan Hidup waktu lahir). Keempat indikator tersebut juga merupkan indikator
penting dalam menetukan Indeks Pembangunan Manusia (Human Development
Index) yang menentukan tingkat kesejahteraan suatu bangsa.
Sebelas indikator Indonesia Sehat terkait dengan kesehatan ibu hamil, bayi dan
anak:
1. Angka Kematian Bayi per 1000 kelahiran hidup
2. Angka Kematian balita per 1000 kelahiran
3. Angka Kematian ibu melahirkan per 100.000 kelahiran hidup
4. Umur Harapan Hidup waktu lahir
5. Persentase persalinan oleh tenaga kesehatan
6. Persentase bayi baru lahir yang diperiksa oelh bidan atau dokter dalam seminggu
setelah lahir.
7. Persentase Pasangan Usia subur yang ikut keluarga berencana
8. Persentase Ibu Hamil yang mendapat tablet tambah darah (Fe 3) serta imunisasi
tetanus (TT2)
9. Persentase bayi yang mendapat ASI dalam satu jam setelah lahir
10. Persentase bayi yang mendapat ASI eksklusif sampai dengan umur 6 bulan
11. Persentase balita dengan status gizi buruk.15
7
2.2 Kesehatan Ibu dan Bayi
2.2.1 Status kesehatan ibu dan bayi
Suatu hal yang wajar dan alamiah jika seorang ibu mengandung. Namun,
kehamilan tidak bisa dianggap sepele, karena banyak masalah kesehatan yang dapat
muncul selama kehamilan dan persalinan seperti perdarahan, infeksi dan keracunan
kehamilan (eklamsia). Masalah-masalah kesehatan tersebut bisa membuat ibu hamil
meninggal pada saat melahirkan.
Tingkat kesehatan biasanya diukur dengan angka kematian (mortalitas) dan
kesakitan (morbiditas). Demikian juga dengan masalah kesehatan ibu dan bayi, kedua
masalah tersebut diukur dengan Angka kematian ibu dan angka kematian bayi.15
2.2.1.1 Angka Kematian Bayi (AKB)
Angka kematian bayi sebagai indikator sangatlah penting, karena kemajuan
program kesehatan dapat dilihat dari penurunan AKB. Selain itu, angka kematian
juga merupakan input bagi penghitungan proyeksi penduduk dan sebagai salah satu
alat ukur untuk memonitor situasi kesehatan. Angka kematian bayi dan balita
merupakan indikator-indikator penting dalam indikator Indonesia sehat 2010,
sedangkan Angka Kematian Anak merupakan salah satu indikator dalam Millenium
Development Goals MDG).
Dalam profil kesehatan 2003, Perkiraan Angka Kematian Kasar dari tahun 1995-
2000 relatif stabil yaitu 7.7-7.4 per 1000 penduduk. Sementara itu, hasil penelitian
dari semua kasus kematian yang ditemukan dalam SKRT 1995 dan SURKESNAS
2001, didapatkan gambaran proporsi penyebab utama kematian. Gangguan pada masa
bayi baru lahir (sebelum 7 hari sesudah kelahiran) menempati urutan ke 7
berdasarkan SKRT 1995 (5,2 %) dan SURKESNAS 2001 (4,9%).
8
Sejak lama pemerintah berusaha menurunkan Angka Kematian Bayi, namun
kenyataannya Angka Kematian bayi masih tetap tinggi. Kematian bayi baru lahir
bahkan berkontribusi besar pada Angka Kematian balita, karena 2/3 kematian Balita
terjadi sebelum umur 1 tahun dan 2/3 kematian bayi terjadi sebelum berusia 7 hari.
Kematian bayi dapat disebabkan oleh gangguan saluran nafas, diare, tetanus atau
pun penyakit syaraf. Namun kematian bayi paling sering disebabkan oleh gangguan
pada masa perinatal, yaitu kematian dalam masa mulai dari 2 minggu sebelum
melahirkan sampai dengan bayi umur 2 minggu. Penyebab kematian bayi dalam masa
perinatal antara lain asfiksia dan hipotermia.
Diagram 1.1 Penyebab Langsung Kematian Bayi di Indonesia
Diare11%
Tetanus4%
Peny.saraf4%
Gangguan sal.nafas
34%Sal. Cerna5%
Lainnya42%
Sumber: Survey Kesehatan Rumah Tangga 200115
Kematian neonatal adalah kematian bayi yang terjadi antara waktu kelahiran
sampai sebelum tepat berusia 1 bulan. Kematian bayi neonatal ini disebabkan oleh
berat badan lahir rendah, asfiksia, tetanus, infeksi, gangguan hematologik (darah),
masalah pemberian makan dll.
9
Diagram 1.2 Penyebab Langsung kematian Neonatal di Indonesia
Masalah pemberian
makan 10%
Gangguan hematologik 6%
Infeksi 5%
Tetanus 10%
Asfiksia 27%
BBLR 29%
Lain-lain 13%
Sumber: Survey Kesehatan Rumah Tangga 200115
Sebagian besar kematian neonatal terjadi karena persalinan tidak didampingi
oleh tenaga kesehatan yang terlatih, atau karena bayi tidak dibawa berobat
ketika terjadi permasalahan.15
10
Diagram 1.3 Riwayat Pengobatan Sebelum Neonatal Meninggal, di Indonesia
tahun 2001
RS8%
Klinik12%
Tidak Berobat74%
Lain-lain6%
Sumber: SKRT 200115
2.2.1.2 Angka Kematian Ibu (AKI)
Kematian ibu yang disebabkan oleh komplikasi pada saat melahirkan antara lain:
perdarahan, eklamsia (keracunan kehamilan), proses persalinan lama, komplikasi
menggugurkan kandungan dan infeksi. Kematian ibu hamil paling banyak disebabkan
oleh perdarahan pada saat melahirkan (28%).
Tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan, faktor budaya, dan akses terhadap
sarana kesehatan dan transportasi juga berkontribusi secara tidak langsung terhadap
kematian dan kesakitan ibu. Situasi ini diidentifikasi sebagai “3 T” (terlambat).
1. Pertama adalah terlambat mengenali tanda bahaya selama kehamilan,
persalinan, dan nifas, serta dalam mengambil keputusan untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan ibu dan neonatal.
11
2. kedua, terlambat merujuk ke fasilitas kesehatan karena kondisi wilayah
atau sulitnya transportasi.
3. Ketiga, terlambat mendapat pelayanan kesehatan yang memadai di tempat
rujukan.
Diagram 1.4 Penyebab Langsung Kematian Ibu di Indonesia
Trauma obstetrik5%
Partus lama5%
Abortus5%
Eklamsi24%
Infeksi11%
Perdarahan28%
lain-lain11%
Komplikasi puerperium8%
Emboli obstetrik3%
Komplikasi puerperium
Trauma obstetrik
Emboli obstetrik
Partus lama
Abortus
Eklamsi
Infeksi
Perdarahan
lain-lain
Sumber: SKRT 200115
Masalah-masalah yang menyebabkan kematian ibu hamil hanya dapat ditangani di
fasilitas kesehatan yang memadai. Pelayanan obstetrik dan neonatal darurat serta
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan menjadi sangat penting dalam upaya
penurunan kematian ibu.15
Diagram 1.5 Tren Angka Kematian Ibu Hamil (per 100.000 Kelahiran Hidup)
menurut SDKI dan SKRT, tahun 1982-2003
12
450 450425
390 373334
307
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
1982* 1986** 1992** 194* 1995** 1997* 2002-203*
Series1
*SDKI, ** SKRT
Sumber: Profil Kesehatan 2003, Departemen Kesehatan RI15
Grafik di atas menunjukkan betapa lambatnya penurunan Angka kematian ibu di
Indonesia selama 20 tahun terakhir.15
2.2.2 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir
Pelayanan kesehatan ibu diperlukan bukan saja pada saat kelahiran melainkan
sudah harus dimulai sejak ibu diketahui mengandung. Pelayanan kesehatan ini terdiri
dari :pemeriksaan selama masa kehamilan, pertolongan persalinan dan
perawatan pasca peralinan (masa nifas).
1. Pemeriksaan Kehamilan
13
Ibu hamil perlu mendapatkan pemeriksaan kehamilan paling tidak 4 kali.
Pemeriksaan kehamilan idealnya oleh bidan atau dokter sebanyak:
- 1 kali pemeriksaan pada triwulan pertama
- 1 kali pemeriksaan pada triwulan kedua
- 2 kali pemeriksaan pada triwulan ketiga
Pemeriksaan kehamilan ini penting untuk mencegah dan menemukan secara dini
berbagai masalah kesehatan yang serius seperti, kurang gizi, anemia, tekanan darah
tinggi, kencing manis, malaria, dan pre-eklamsia.
Gambar 1.1 Pemeriksaan kehamilan15
2. Pertolongan Persalinan
Pada saat persalinan, dapat terjadi komplikasi yang dapat menimbulkan kematian
ibu dan bayi. Sebagian besar masalah tersebut dapat ditangani oleh bidan atau dokter
yang terlatih misalnya:
- Tanda-tanda pre-eklamsia serta persalinan lama dapat diketahui oleh bidan,
sehingga ibu dapat segera dirujuk ke rumah sakit.
- Risiko perdarahan dapat dikurangi dengan tindakan yang diberikan oleh bidan atau
dokter.
- Persalinan dengan alat-alat yang bersih dan bebas kuman akan mencegah timbulnya
sepsis, yang dapat menyebabkan kematian.
14
- Bayi yang lahir dengan asfiksia harus segera diberi bantuan pernafasan oleh bidan
atau dokter yang terlatih melakukan resusitasi.
- Bayi dengan BBLR yakni kurang dari 2500 gr harus diberi perlakuan khusus agar
dapat bertahan hidup.
- Bayi yang baru lahir harus segera diberi ASI.
3. Perawatan Pasca-Persalinan (masa nifas)
Risiko kematian dan komplikasi pada ibu dan bayi tidak berhenti setelah
persalinan. Kasus kematian ibu dan bayi justru paling banyak terjadi 2 hari setelah
persalinan. Oleh karena itu perawatan ibu dan bayi seminggu setelah kelahiran
menjadi penting untuk mengatasi komplikasi dan juga untuk memberikan informasi
penting bagi ibu tentang cara merawat bayi. Bayi dengan tanda bahaya dapat
diketahui dan dirujuk dalam Kunjungan Neonatal Pertama (KN1). Tanda tersebut
adalah:
- Kaki dan tangannya teraba dingin atau bayi demam.
- Tidak mau menyusui
- Kejang
- Bayi kuning
- Talipusat basah dan bau
- Gerakan kedua tangan dan kaki lemah
Ibu yang mempunyai masalah dalam pemberian ASI harus diberi penjelasan.
Tenaga kesehatan dapat memberikan penjelasan pada ibu bahwa bayi tidak perlu
diberikan apapun selain ASI. Pemberian makanan apapun pada bayi baru lahir justru
akan sangat membahayakan bayi. Bayi dapat diberi salep antibiotik untuk mata serta
imunisasi pertama (Hepatitis B).15
2.3 Gerakan Sayang Ibu
15
Keselamatan ibu melahirkan memang terletak pada pelayanan kesehatan
berkualitas di puskesmas dan di rumah sakit. Namun keselamatan ibu melahirkan
juga terletak di tangan anda di dalam keluarga dan di lingkungan masyarakat tempat
anda tinggal. Bersiagalah terhadap langkah-langkah penyelamatan ibu melahirkan
dengan mejalankan Gerakan Sayang Ibu di tempat tinggal anda.4
2.3.1 Pengertian
GSI merupakan gerakan nasional untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan
melalui percepatan penurunan angka kematian ibu hamil, bersalin dan nifas yang
dilaksanakan bersama-sama oleh pemerintah dan masyarakat.2
2.3.2 Tujuan
Umum:
GSI merupakan gerakan yang dilaksanakan oleh masyarakat dan Pemerintah,
bertujuan untuk mengembangkan kualitas perempuan dalam rangka pembangunan
SDM.
Khusus:
Meningkatkan pengetahuan dan kepedulian pimpinan daerah dan sektor terkait
tentang berbagai faktor yang behubungan dengan penyebab AKI.
Meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat yang mampu membangun
adanya rujukan sesuai dengan kondisi daerah setempat.
Meningkatkan fungsi dan peran pemerintah dalam pemantauan terhadap bumil,
bulin dan bufas.
Meningkatkan fungsi dan peran institus kesehatan dalam pelayanan kesehatan.
2.3.3 Sasaran GSI
16
Langsung:
Calon pengantin, WUS, bumil, bulin, bufas beserta suami dan seluruh anggota
keluarganya.
Tidak langsung:
Pimpinan daerah di semua tingkatan
Institusi masyarakat, organisasi profesi dan LSM
Ulama dan tokoh masyarakat
Institusi dan petugas kesehatan baik dari rumah sakit atau puskesmas
Gerakan sayang ibu sangat diperlukan karena target penurunan AKI merupakan
komitmen nasional dan internasional.
1. Komitmen Internasional
- AKI Th. 2002 : 50% dari AKI Th. 1990
- AKI Th. 2010 : 50% dari AKI Th. 2000
2. Komitmen Nasional
- Tahun 1990: 420/100.000 KH
- Tahun 2000: 225/100.000 KH
- Tahun 2010 : 125/100.000 KH
Penurunan AKI merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan di
pusat sampai daerah.
Gerakan sayang ibu memilik 5 (lima) ciri utama:
1. Linas sektoral.
2. Integratif dan sinergis
3. Kepedulian dan peran pria meningkat
4. Pelaksanaannya dipantau terus menerus
17
5. Koordiansi dibawah Pemda
Semua ibu hamil:
- Mendapat perhatian (dikenal, dicatat dan dipantau).
- Mendapat pelayanan kehamilan paling sedikit:
1 kali usia hamil 1-3 bulan
1 kali pada usia hamil 4-6 bulan
2 kali pada usia hamil 7-9 bulan
- Mendapat pelayanan kehamilan ideal:
1 bulan sekali sampai usia kehamilan 7 bulan
2 minggu sekali sampai usia kehamilan 9 bulan
1 minggu sekali sampai usia saat melahirkan
- Ibu hamil risiko tinggi dirujuk dengan baik dan tepat waktu
- Saat bersalin ditolong oleh tenaga kesehatan.
Contoh kegiatan yang dapat dilakukan
a. Pemberdayaan bumil keluarga dan masyarakat, agar:
- Mau memanfaatkan pelayanan kesehatan dan bidan di desa
- Mengenali tanda bahaya faktor-faktor risiko serta risiko tinggi ibu hamil dan
ibu bersalin dan mengambil tindakan yang cepat dan tepat.
b. Pengembangan kemitraan bidan di desa dan dukun paraji.
- Pertemuan rutin bidan desa dan dukun paraji di fasilitasi ketua satgas GSI
kecamatan
- Pertolongan persalinan dilaksanakan oleh bidan bersama dukun paraji.
- Pembinaan dukun paraji oleh bidan desa dan bidan/ dokter puskesmas .
c. Penanggulangan hambatan dalam memperoleh pelayanan gawat darurat obstetri.
- Dukungan transportasi atau ambulan desa
- Subsidi/pembebasan biaya pelayanan/ dukungan biaya melalui; rereongan,
sarupi, tabulin dan dasolin.
18
- Donor darah desa
- Insentif dan penghargaan untuk bidan dan dukun paraji
- Penghargaan untuk sukses dalam penanganan gawat darurat obstetri.
Hasil yang diharapkan:
Jangka pendek:
- Meningkatkan seluruh potensi yang ada dalam masyarakat untuk penurunan AKI
- Meningkatkan rujukan untuk meningkatkan jumlah kasus rujukan.
- Meningkatkan keberhasilan pelayanan pertolongan tenaga kesehatan secara tepat
waktu
- Meningkatkan pemeriksaan bumil dan bufas.
- Menurunnya jumlah kasus bumil, bulin dan bufas terlantar akibat tidak
tersedianya dana.
Jangka panjang:
Menurunnya AKI 50% dari keadaan sekarang untuk setiap daerah.2
2.4 Safe Motherhood
Safe Motherhood adalah suatu sistem manajemen pelayanan kesehatan reproduksi
yang menggabungkan upaya preventif dan kuratif dalam satu tatanan, yang dikelola
oleh tenaga terampil yang paling dekat ke masyarakat, yaitu bidan Puskesmas, tetapi
mempunyai akses yang mudah ke unit pelayanan yang lebih tinggi, seperti RS.6
Walaupun program safe motherhood telah dilaksanakan sejak lama, mulai tahun
1988, hasilnya belum seperti yang diharapkan. Laporan terakhir dari data statistik
tahun 2005 menyebutkan angka kematian ibu adalah 262 per 100.000 kelahiran
hidup. Hal itu antara lain menunjukkan angka kematian ibu di Indonesia yang masih
relatif tinggi dan tidak mencapai target penurunan sebesar 225 per 100.000 kelahiran
hidup. Karena itu, angka kematian ibu (AKI) di Indonesia saat ini masih merupakan
masalah nasional yang harus mendapat perhatian serius semua pihak.6
19
AKI dalam dasawarsa terakhir memang telah menurun, yaitu dari 450 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 1986 menjadi 334 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun
1997, lalu menjadi 307 per 100.000 pada tahun 2003. Pada tahun 2009 DEPKES
menargetkan AKI menjadi 226 per 100.000.6
Gambar 1.2 Pilar Safe Motherhood6
1. Family Planning / Keluarga Berencana
Keluarga Berencana, bertujuan untuk memastikan agar setiap individu atau
pasangan mendapat informasi dan pelayanan tentang waktu, jumlah, dan jarak
kehamilan yang sebaiknya. Pencegahan primer terhadap mortalitas maternal
dalam mempertimbangkan keluarga berencana sebagai bagian dari strategi.
Selama tahun 1980an keluarga berencana merupakan salah satu strategi kunci
dalam menurunkan mortalitas maternal di negara-negara berkembang. Jika
diterima oleh sebagian besar masyarakat, dan digunakan secara
berkesinambungan selama jangka waktu yang panjang, maka metode
20
kontrasepsi, menurut teori dapat berperan dalam menurunkan mortalitas
maternal. Keluarga berencana dapat mencegah kehamilan yang tidak
diinginkan, memberikan jarak antar kehamilan, mencegah aborsi ilegal,
memperbaiki persalinan dari kategori risiko tinggi menjadi risiko rendah,
menurunkan jumlah total persalinan dan mendapat manfaat langsung dari
metode kontrasepsi itu sendiri.
2. Antenatal Care / Perawatan Antenatal
Tujuannya adalah untuk mencegah komplikasi, serta memastikan agar setiap
komplikasi kehamilan dapat dideteksi secara dini dan ditangani secara benar.
Dasar pemikiran dari penyebarluasan pengenalan akan perawatan antenatal
(ANC) adalah keyakinan bahwa tanda-tanda awal atau faktor risiko untuk
morbiditas dan mortalitas dapat dideteksi dan dapat melakukan intervensi
yang efektif. Perawatan antenatal selain memberikan multivitamin atau
suplemen, vaksinasi, juga skrining terhadap ibu dengan faktor-faktor risiko
tinggi pada kehamilan, sehingga komplikasi selama kehamilan dapat dideteksi
dan diterapi sedini mungkin.
3. Obstetric Care / Pelayanan Obstetric
Memastikan bahwa setiap petugas memiliki pengetahuan, keterampilan dan
fasilitas yang memadai untuk melaksanakan persalinan yang bersih dan aman
serta menyediakan sarana perawatan kedaruratan bagi mereka yang memiliki
faktor-faktor risiko tinggi dalam kehamilan dan persalinan serta komplikasi
yang dapat ditimbulkannya.
4. Postnatal Care / Perawatan Postnatal
Perawatan post natal dimaksudkan untuk memberikan perlindungan kepada
ibu dan bayi baru lahir. Lebih dari 60% kematian maternal terjadi pada
periode postnatal dan survei dari wanita yang bersalin di rumah-rumah di
pedesaan didapatkan bahwa tingkat morbiditas postpartum adalah 43%.
21
Kebanyakan kematian maternal post partum terjadi pada hari pertama setelah
persalinan dan penanganannya bergantung pada penolong yang terampil atau
strategi perawatan emergensi.
5. Postabortion Care / Perawatan Post Aborsi
Tiap tahun sekitar 70.000 wanita meninggal sebagai akibat tindakan aborsi
yang tidak aman. Perawatan post aborsi yang baik dapat berperan dalam
menurunkan angka tersebut. Pengenalan perawatan post aborsi
menginformasikan kepada masyarakat mengenai komplikasi yang
berhubungan dengan keguguran sehingga dapat dideteksi dan diterapi sedini
mungkin masalah kesehatan reproduksi, serta penggunaan kontrasepsi yang
sesuai dengan kebutuhan.
6. STI/HIV Control / Kontrol Penyakit Menular Seksual/HIV
Kontrol dari penyakit menular seksual dan HIV dengan cara skrining dan
konseling sangatlah penting untuk mencegah transmisi HIV dari ibu ke anak.6
Walaupun berbagai upaya telah dilaksanakan, angka kematian ibu di berbagai
negara berkembang masih tetap tinggi atau penurunannya sangat lambat. Safe
Motherhood Technical Consultation yang diadakan Colombo, 1997,
mengidentifikasikasi beberapa isu kunci sebagai berikut:1
Kurang jelasnya prioritas serta intervensi Safe Motherhood yang kurang terarah
dan kurang efektif.
Kurangnya informasi tentang intervensi yang mempunyai dampak bermakna dan
segera dalam menurunkan kematian ibu.
Strategi Safe Motherhood kadang-kadang terlalu luas, mulai dari meningkatkan
satatus perempuan, memperbaiki undang-undang, memperluas pelayanan
kesehatan maternal, dan memperluas pelayanan emergensi.
22
Beberapa program yang khusus dalam pelayanan kesehatan maternal ternyata
dikemudian hari tidak atau kurang efektif, seperti penapisan risiko pada asuhan
antenatal dan pelatihan dukun.
Tidak dilakukan intervensi yang sebenarnya efektif seperti penanganan
komplikasi aborsi karena masih dianggap sebagai isu yang sensitif.
Tidak tersedianya panduan teknis atau program, kurikulum pelatihan dan sumber
lain secara luas.
Kurangnya komitmen politik dan penentu kebijakan.
Kurangnya koordinasi dan komitmen di antara pemerintah dan lembaga donor.6
2.5 Making Pregnancy Safer (MPS)
Making Pregnancy Safer Departement’s. Tujuan WHO dalam membentuk
departemen ini adalah untuk memberikan dukungan dan mempercepat menurunkan
angka kematian ibu pada negara-negara yang memiliki angka kematian ibu yang
tinggi. Misi departemen ini adalah membantu terutama negara-negara tersebut
mengembangkan dan menjalankan program peningkatan kualitas pelayanan terhadap
ibu dan balita. Pelayanan tersebut harus dapat meningkatkan keahlian perawatan
terhadap semua wanita dan bayinya selama kehamilan, persalinan dan masa nifas.
Pelayanan tersebut juga harus dapat memastikan kemampuan untuk penanganan
komplikasi pada masa kehamilan, persalinan dan nifas.1
Making Pregnancy Safer yang merupakan bagian dari Safe Motherhood, memiliki
tujuan yang sama, yaitu melindungi hak reproduksi dan hak asasi manusia dengan
mengurangi beban kesakitan, kecacatan, dan kematian yang berhubungan dengan
kehamilan dan persalinan. MPS merupakan strategi sektor kesehatan yang terfokus
pada pendekatan perencanaan sistematis dan terpadu dalam melaksanakan intervensi
klinis dan pelayanan kesehatan yang berkesinambungan tepat dan efektif. Melalui
MPS diharapkan seluruh pejabat yang berwenang, mitra pembangunan, dan pihak-
pihak lain yang terlibat untuk melaksanakan upaya bersama dalam meningkatkan
23
kemampuan pelayanan kesehatan guna menjamin pelaksanaan dan pemanfaatan
intervensi yang efektif berdasarkan bukti ilmiah (evidence based).1
Gambar 1.3 : Bagan korelasi SMI dan MPS12
Seperti telah disebutkan diatas, tujuan MPS adalah menurunkan kesakitan dan
kematian ibu dan bayi baru lahir sebagai berikut.1
Menurunkan angka kematian ibu sebesar 75% pada tahun 2015 dari AKI
tahun 1990.
Menurunkan angka kematian bayi menjadi kurang dari 35/1.000 kelahiran
hidup pada tahun 2015.
Berdasarkan lessons learned dari program Safe Motherhood, maka pesan-pesan
kunci MPS adalah:
Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.
Setiap komplikasi obstetrik dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat.
24
Setiap perempuan usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan
kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.
Visi
Dalam konteks Rencana Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 visi
MPS adalah semua perempuan di Indonesia dapat menjalani kehamilan dan
persalinan dengan aman dan bayi dilahirkan dengan hidup dan sehat.1
Misi
Misi MPS adalah menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir melalui
pemantapan sistem kesehatan untuk menjamin akses terhadap intervensi yang cost
effective berdasarkan bukti ilmiah yang berkualitas; memberdayakan perempuan,
keluarga dan masyarakat mempromosikan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang
lestari sebagai suatu prioritas dalam program pembangunan nasional.1
Tujuan
Menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir di Indonesia.1
Target
Target yang ditetapkan untuk tahun 2010 adalah sebagai berikut1:
Target dampak kesehatan:
Menurunkan AKI menjadi 125/100.000 kelahiran hidup.
Menurunkan angka kematian neonatal menjadi 15/1000 kelahiran hidup.
Menurunkan anemia gizi (Hb < 8 gr) pada ibu hamil menjadi 20% dan anemia
pada wanita usia subur menjadi 15%.
Menurunkan angka kehamilan yang tidak diinginkan menjadi 5%.
25
Target proses:
Meningkatan cakupan pelayanan antenatal 1 kali (K1) menjadi 95% termasuk
cakupan Fe 1 dan TT 1.
Meningkatkan cakupan pelayanan antenatal 4 kali (K4) menjadi 90%
termasuk cakupan Fe 3 dan TT 2/TT ulang.
Meningkatkan cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
terampil menjadi 85%.
Meningkatkan cakupan pelayanan komplikasi obstetri dan neonatal yang
berkualitas termasuk pelayanan pasca keguguran menjadi 80% dari jumlah
kasus yang diperkirakan.
Meningkatkan dan melaksanakan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi
Dasar (PONED) di sekurang-kurangnya 4 puskesmas dengan tempat tidur di
kabupaten/kota.
Meningkatkan dan melaksanakan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK) selama 24 jam di tiap rumah sakit kabupaten/kota.
Meningkatkan cakupan pelayanan KB pasca persalinan dan pasca keguguran
sampai 100%.
Meningkatkan anggaran program untuk menunjang kesehatan ibu dan bayi
baru lahir.
Memantapkan organisasi seluruh Dinas Kesehatan kabupaten/kota.
Strategi
Untuk dapat mencapai tujuan dan target tersebut di atas telah diidentifikasikan 4
strategi utama yang konsistens dengan Rencana Indonesia Sehat 2010.
Empat strategi utama tersebut adalah1:
Meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir
berkualitas cost-effective dan berdasarkan bukti.
26
Membangun kemitraan yang efektif melalui kerja sama lintas program, lintas
sektor, dan mitra lainnya untuk melakukan advokasi guna memaksimalkan
sumber daya yang tersedia serta meningkatkan koordinasi perencanaan dan
kegiatan MPS.
Mendorong pemberdayaan perempuan dan keluarga melalui peningkatkan
pengetahuan untuk menjamin perilaku sehat dan pemanfaatan pelayanan
kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
Mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjamin penyediaan dan
pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir.1
2.6 Kabupaten/ kota siaga
Pengertian
Kabupaten/ kota siaga adalah Kabupaten/ kota yang mempunyai kebijakan dan
melaksanakan berbagai upaya dalam rangka akselerasi penurunan AKI dan AKB
bersama-sama pemerintah, swasta dan masyarakat secara integratif dan sinergis
melalui mekanisme pemberdayaan kecamatan dan Desa serta masyarakat dalam
antisipasi dan tindakan penyelamatan ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir
serta golongan masyarakat lainnya dari kegawatdaruratan dan kemungkinan
terjadinya KLB kesehatan dan gizi, dalam bentuk Desa Siaga.13,3
2.7 Desa Siaga
Desa siaga adalah desa/ kelurahan yang penduduknya memiliki kesiapan sumber
daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-
masalah kesehatan, bencana dan kegawat-daruratan kesehatan secara mandiri.
Tujuannya menjaga kesehatan masyarakat terutama untuk mencegah Kematian Ibu
dan Bayi dengan mengutamakan kebutuhan, kepentingan, dan tindakan yang
27
didasarkan atas pilihan dan kemampuan masyarakat sendiri. Meski cakupan Desa
Siaga meliputi kesehatan masyarakat dalam arti luas, namun kesehatan ibu dan anak
dipilih sebagai prioritas pelaksanaan program. Pilihan pada Kesehatan Ibu Hamil,
Melahirkan dan Bayi Baru Lahir ini didasarkan pada kenyataan bahwa status
kesehatan masyarakat sangat bergantung pada status kesehatan perempuan, ibu, bayi
dan balita.13,3
Gambar 1.4 Gerakan Sayang Ibu5
Program Desa SiAGa yang dikembangkan tahun 2000 berupaya untuk
membangun kesadaran Desa SiAGa, Suami SiAGa, dan Bidan SiAGa. Kata SiAGa
sendiri merupakan singkatan dari:
Siap:
1, Mencatat ibu hamil di lingkungan anda
2. Mempersiapkan tabungan untuk ibu bersalin dan kegawatdaruratan
3. Mempersiapkan calon pendonor darah
Antar:
4. Mempersiapkan transportasi menuju tempat persalinan dan penanganan
kegawatdaruratan
Jaga:
5. Menemani ibu selama pada masa persalinan
28
6. Menganjurkan ibu segera meneteki bayi setelah bersalin. Jangan beri makanan
lain,
berikan ASI saja
7. Menemani istri dan bayi periksa dalam seminggu setelah melahirkan.13,3
2.7.1 Komponen Penyelenggaraan Desa SiAGa
Desa SiAGa diselenggarakan melalui 3 unsur:
Unsur Peningkatan Pengetahuan Masyarakat
Unsur Peningkatan Kualitas dan Akses Pelayanan
Unsur Penunjang Pelayanan
1. Unsur Peningkatan Pengetahuan Masyarakat
Kesadaran akan pentingnya keselamatan ibu hamil, melahirkan dan bayi baru lahir
sebenarnya telah ada di berbagai wilayah di Indonesia. Hal ini terlihat dari berbagai
ritual yang harus dijalankan oleh ibu hamil maupun keluarganya, pada saat ibu
melahirkan, maupun perawatan bayi baru lahir. Makna ritual kehamilan dan kelahiran
selain menunjukkan semacam peringatan (warning), sebenarnya juga merupakan
sistem pendidikan masyarakat tradisional keterkaitannya dengan tradisi menghormati,
memberi perhatian, mendukung, dan menjaga Keselamaan Ibu Hamil, Melahirkan
dan Bayi Baru Lahir. Maka apabila ada upaya pengembangan pendidikan kesehatan
masyarakat, haruslah mempertimbangkan kearifan lokal dalam masalah kesehatan
yang telah ada. Adapun tujuan pendidikan kesehatan masyarakat antara lain:
Memahami hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
Memahami berbagai tindakan dalam menjaga kesehatan diri dan lingkungan
Memliki pengetahuan tetang bahaya-bahaya yang mengancam kesehatan diri dan
lingkungan
29
Memiliki pengetahuan untuk menjaga kesehatan dan keselamatan iu hamil,
melahirkan dan bayi baru lahir.
Dalam Desa SiAGa, ada beberapa pengetahuan kunci yang perlu ditekankan
tentang ibu hamil dan bayi baru lahir, agar suami, keluarga dan masyarakat luas dapat
ikut serta dalam menjaga kesehatan ibu dan bayi.13,3
Perilaku ibu hamil yang akan menjaga kesehatannya:
Memeriksakan kehamilan sesuai anjuran petugas kesehatan, agar ibu, suami dan
keluarga dapat mengetahui secepatnya jika ada masalah kehamilan yang timbul.
Minum 1 tablet tambah darah setiap hari selama hamil. Tablet tambah darah
mencegah ibu kurang darah, dan tidak membahayakan bayi.
Imunisasi Tetanua Toksoid (TT2), untuk mencegah penyakit tetanus pada bayi baru
lahir.
Makan makanan bergizi, agar ibu dan bayi sehat.
Tanda-tanda bahaya pada ibu hamil, yang perlu segera diperiksa oleh tenaga
kesehatan:
Pusing, pandangan kabur, dan kaki bengkak
Muntah terus
Berat badan tidak naik
Keluar darah dari jalan lahir
Gerakan janin berkurang atau tidak ada
Keluar cairan dari jalan lahir akibat pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya
Penyakit ibu yang mempengaruhi kehamilan seperti malaria, tekanan darah tinggi
dan anemia
Proses persalinan lebih dari 12 jam perlu segera dirujuk ke rumah sakit
Pentingnya perencanaan untuk persalinan dengan tenaga kesehatan:
30
Menentukan persalinan ini ditolong oleh bidan atau dokter.
Rencanakan bersalin di Polindes, rumah bersalin, rumah sakit, rumah bidan, atau di
rumah didampingi tenaga kesehatan.
Tanda bahaya pada ibu bersalin, yang perlu segera dirujuk:
Bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak terasa mulas
Perdarahan berlebihan lewat jalan lahir
Tali pusat atau tangan bayi keluar dari jalan lahir
Ibu tidak kuat mengejan
Ibu mengalami kejang
Air ketuban keruh dan bau
Ibu gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat
Ari-ari tidak keluar lebih dari setengah jam setelah bayi lahir
Demam tinggi setelah melahirkan
Menjaga kesehatan ibu dalam masa nifas melalui:
Makan makanan bergizi 1 piring lebih banyak dari sebelum hamil
Istirahat dan minum air putih yang cukup supaya ibu sehat dan ASI keluar banyak
Minum 2 kapsul Vitamin A dosis tinggi
Minum 1 tablet tambah darah setiap hari selama nifas
Ikut program keluarga berencana untuk menjaga jarak kehamilan dan disarankan
lebih dari 2 tahun
Menjaga kesehatan bayi baru lahir dalam masa nifas melalui:
Beri ASI saja, jangan beri makanan atau minuman lain
Jaga bayi tetap hangat
Tunda memandikan bayi sekuang-kurangnya 6 jam setelah lahir
Bungkus bayi dengan kain kering
31
Jika berat lahir kurang dai 2.500 gram, dekap bayi agar kulit menempel ke dada ibu
(tanyakan ke bidan/dokter begaimana caranya)
Cegah infeksi pada bayi baru lahir
- Minta salep antibiotik untuk mata segera setelah lahir
- Minta imunisasi Hepatitis B sebelum bayi berumur 7 hari
- Jaga agar tali pusat selalu bersih dan kering
- Jangan bubuhkan ramuan atau bahan lain pada tali pusat
Tanda-tanda bahaya dalam masa nifas, yang perlu segera dirujuk:
Perdarahan atau keluar cairan berbau dari jalan lahir
Demam pada ibu atau bayi lebih dari 2 hari
Bengkak di wajah atau kaki ibu, mungkin disertai dengan sakit kepala dan
pandangan kabur
Payudara bengkak kemerahan disertai rasa sakit
Bayi tidak mau menyusu
Bayi kejang
Bayi kuning
Kaki dan tangan bayi teraba dingin
Tali pusat bayi basah dan bau
Gerakan kedua lengan dan kaki bayi lemah
2. Unsur Peningkatan Kualitas dan Akses Pelayanan
Ada berbagai kegiatan yang dapat dilakukan masyarakat dan pemerintah untuk
meningkatkan kualitas dan akses pelayanan kesehatan ibu dan bayi. Dalam Desa
SiAGa, warga mendorong agar setiap persalinan didampingi oleh seorang tenaga
kesehatan yang terampil. Dalam hal ini, warga SiAGa akan:
Mencatat ibu hamil di lingkungannya
32
Sistem pencatatan dan pemberian tanda yang dikembangkan oleh warga, untuk
memberikan informasi kepada warga tentang keberadaan dan kondisi ibu hamil di
lingkungan mereka, disebut dengan sistem notifikasi (penandaan). Bentuk notifikasi
yang dipilih bisa bermacam-macam, tergantung kreativitas dan kemampuan warga
(bendera, peta ibu hamil). Pencatatan bisa dilakukan oleh warga dalam buku catatan
ibu hamil yang dipegang dan diisi oleh fasilitator dan dikomunikasikan kepada
pengurus SiAGa, bidan dan warga.
Mempersiapkan tabungan untuk ibu bersalin dan kegawat-daruratan
- Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin)
Tabulin adalah upaya menyisihkan uang atau barang berharga oleh ibu hamil
yang disimpan oleh bidan desa atau pihak yang ditunjuk oleh masyarakat yang
sewaktu-waktu dapat dipergunakan untuk biaya persalinan
- Dana Sosial Bersalin (Dasolin)
Dana sosial bersalin adalah upaya untuk mengumpulkan uang dari anggota
masyarakat sebagai dana bantuan bagi ibu bersalin yang kurang mampu.
Masyarakat akan menunjuk pengurus Dasolin yang bertugas untuk mengelola
Dasolin.
Selain berbentuk uang, ada juga simpanan ibu hamil yang bentuknya benda,
misalnya kambing, perhiasan, dan sebagainya yang ketika waktunya tiba siap untuk
dijual untuk membiayai persalinan.
33
Mempersiapkan calon pendonor darah
Sisem donor darah adalah kelompok pendonor darah dalam masyarakat yang
bertujuan menyediakan persediaan darah di PMI.t
Dari catatan pengalaman, ada dua jenis donor darah:
- Pendonor darah tetap, yakni pendonor darah rutin yang mendonorkan darahnya tiap
3 bulan sekali untuk membantu memenuhi kebutuhan suplai darah di PMI.
- Bank darah desa, yaitu berupa daftar relawan yang bersedia mendonorkan darahnya
terutama untuk memenuhi kebutuhan darah bagi ibu melahirkan yang mengalami
komplikasi. Kebutuhan untuk keadaan seperti ini harus cepat dipenuhi sementara
waktu yang diperlukan PMI untuk menyediakan darah bersih adalah 2-3 jam.
Mempersiapkan transportasi menuju tempat persalinan dan penanganan
kegawat-daruratan
Kegiatan ini mengupayakan sarana transportasi untuk mengantar ibu hamil yang
akan bersalin terutama jika si ibu mengalami komplikasi yang memerlukan
penanganan cepat untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Mekanisme transportasi ini
juga kerap disebut ambulan desa, baik berupa mobil pribadi maupun angkot, namun
banyak juga yang menggunakan motor, andong, dokar maupun becak. Sistem
transportasi dapat dikatakan yang paling mudah dibentuk. Banyak pemilik kendaraan
yang dengan sukarela meminjamkan kendaraannya untuk menolong orang lain.
Umumnya pengurus sistem transportasi SiAGa akan memberikan sekadar pengganti
bensin kepada pemilik kendaraan jika kendaraannya dipakai, meski demikian banyak
juga pemilik yang menolak penggantian tersebut dengan alasan ingin membantu
sesama.
3. Unsur Penunjang Pelayanan
34
Unsur penunjang pelayanan adalah wujud tekad pemerintah dalam bentuk sarana,
prasarana, dan kebijakan pemerintah daerah maupun desa dalam sistem pengelolaan
dan pelayanan kesehatan masyarakat. Bentuk dukungan tersebut dapat berupa:
a. Komitmen dari pemerintah
- Kebijakan pemerintah yang berpihak pada masyarakat sebagai pengguna sarana
kesehatan.
- Peraturan pemerintah daerah untuk menyediakan prasarana kesehatan, minimal
1 Polindes untuk setiap desa, 1 bidan untuk setiap desa dan juga menyediakan
pelayanan kesehatan yang optimal bagi masyarakat.
b. Dukungan dari masyarakat
- Tokoh masyarakat dan tokoh agama diharapkan berparisipasi dalam mendorong
terbentuknya Desa SiAGa dengan memberikan keteladanan dan dorongan akan
pentingnya menabung untuk persiapan persalinan, menekankan bahwa kematian
ibu dan bayi dapat dicegah dengan usaha bersama anggota masyarakat dan juga
mengingatkan setiap anggota masyarakat bahwa dengan kebersamaan dan
semangat gotong royong, permasalahan kesehatan bisa diatasi.
- Kepala desa diharapkan memilki komitmen untuk membantu fasilitator desa dan
masyarakat dalam melaksanakan terbentuknya Desa SiAGa.
- Suami ibu hamil diharapkan memilki komitmen untuk menemani atau
mengantar istrinya memeriksakan kehamilan ke bidan desa hingga suami
mengetahui perkembangan dan kondisi kehamilan istrinya, mendukung istri
untuk bersalin pada bidan desa dan membantu mempersiapkan Tabulin serta
tidak lupa mengingatkan istri untuk memeriksakan kehamilannya minimal 4 x.
- Media masa seperti radio, koran, maupun media tradisional seperti kesenian
rakyat dapat membantu menyebarluaskan berita kegiatan Desa SiAGa yang
sedang berlangsung di desa tersebut.
35
- Masyarakat harus membantu ibu hamil yang memerlukan bantuan,
mengingatkan ibu hamil agar mempersiapkan hal-hal yang diperlukan dalam
menuju proses bersalin dan selalu SiAGa membantu jika diperlukan.
- Pengurus desa harus berkomitmen untuk mengumpulkan iuran Dasolin secara
rutin, membantu ibu hamil yang memerlukan bantuan, mendorong agar
masyarakat desa berperan secara aktif dalam Desa SiAGa terutama bagi ibu
hamil dan keluarganya.
Manfaat Desa SiAGa
Manfaat bagi masyarakat:
Adanya kesiapan penanganan komplikasi persalinan di tengah-tengah
masyarakat.
Adanya kesiapan penanganan kegawatdaruratan untuk berbagai masalah
kesehatan misalnya demam berdarah, kecelakaan, stroke, dll.
Masalah kesehatan bukan lagi menjadi tanggung jawab individu melainkan
tanggung jawab bersama-sama.
Adanya keterbukaan antara masyarakat, petugas ksehatan dan pemerintah.
Akses terhadap pelayanan kesehatan menjadi lebih mudah.
Manfaat bagi Petugas Kesehatan:
Terjalinnya kerjasama yang harmonis antara petugas kesehatan dan
masyarakat.
36
Adanya kemudahan untuk mendapatkan bantuan dari masyarakat terutama
saat melakukan pemantauan terhadap ibu hamil dan penanganan persalinan.
Adanya dukungan masyarakat untuk terlibat dalam mengatasi masalah
kesehatan.
Manfaat bagi Aparat Pemerintahan:
Terjalinnya komunikasi antara masyarakat dengan pemerintah.
Adanya masukan-masukan dari masyarakat mengenai pelayanan kesehatan
yang disediakan oleh pemerintah.
BAB III
KESIMPULAN
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin merupakan masalah
yang besar di negara miskin dan berkembang, seperti di Indonesia. Berbagai faktor
yang terkait dengan risiko terjadinya komplikasi yang berhubungan dengan
kehamilan dan cara pencegahannya telah diketahui, namun demikian jumlah
kematian ibu dan bayi masih tetap tinggi. Diperkirakan terjadi 5 juta persalinan setiap
tahunnya. Lebih dari 500.000 perempuan Indonesia meninggal dunia setip tahunnya.
18.000 kematian diantaranya terjadi saat melahirkan
Angka Kematian Ibu 262/100.000 kelahiran hidup (Th 2005), masih terlalu jauh
dari target tahun 2010, sebesar 125/100.000 kelahiran hidup (kh). Sementara Angka
Kematian Bayi menurun dengan cepat, yaitu dari 66,5/1000 kh pada tahun 1996
menjadi 35/1000 kh pada tahun 2003 (SDKI). Dibandingkan dengan Negara lain di
Asia Tenggara, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah yang tertinggi.
37
Pada tahun 1996 Gerakan Sayang Ibu (GSI) dicanangkan dan di Jawa Barat telah
dikembangkan keseluruh Kabupaten/ Kota dengan adanya Pokjatap GSI Propinsi,
Pokjatap GSI Kabupaten/ Kota, Satgas GSI Kecamatan dan satgas GSI desa yang
merupakan keterpaduan lintas sektor dan masyarakat dalam menurunkan AKI dan
AKB. Pada tahun 2001 di 3 Kabupaten/Kota di Jawa Barat telah dilaksanakan
penajaman upaya penurunan AKI dan AKB dengan memperkuat GSI melalui sistim
rujukan pelayanan kesehatan dan sistim rujukan kegawatdaruratan di tingkat
masyarakat dengan upaya pemberdayaan yang dilaksanakan oleh fasilitator
masyarakat dalam bentuk Suami Siaga, Warga dan Desa Siaga.
Melalui GERAKAN SAYANG IBU tingginya angka kematian ibu di Indonesia
diharapkan dapat ditekan dan kualitas hidup perempuan Indonesia dapat ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bakti Husada, Rencana Strategi Nasional Making Pregnancy Safer (MPS) di
Indonesia 2001-2010, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2001, p. 11-14
2. Bakti Husada, Strategi Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi Melalui
Gerakan Sayang Ibu (GSI) di Kabpaten Subang, Dinas Kesehatan Kabupaten
Subang Tahun 2006, p. 4-20
3. Buku Saku Desa SiAGa di Popinsi Jawa Barat, Dinas Kesehatan Propinsi jawa
Barat Tahun 2007, p. 1-4
4. Gerakan Sayang Ibu Belum Efektif Menekan Angka Kematian
Kamis, 03 Mei 2007 | 02:30 WIB , www.tempointeraktif.com
5. Jika Pemerintah Benar-Benar Sayangi Ibu, Sabtu, 04 Agustus 2007, www.Swara
Rahima.com
38
6. Kompas. Target Program Safe Motherhood Belum Tercapai : 28 November 2001,
diakses tanggal 30 Mei 2007, diakses dari http://www.kompas.com/kompas-
cetak/0705/28/humaniora/3560282.htm
7. Pengembangan Desa SiAGa Melalui “Kabupaten/ Kota Siaga” di Propinsi Jawa
Barat, Dinas kesehatan Propinsi Jawa Barat tahun 2007, p. 1-12
8. Petunjuk Teknis Gerakan Sayang Ibu di Tingkat Desa/ kelurahan, kelompok
Kerja Tetap Gerakan sayang Ibu propinsi Jawa Barat, Pemerintah Propinsi DT. 1
Jawa barat, p. 2-4
9. Revitalisasi Gerakan Sayang Ibu. www. Departeman Dalam Negeri.com
10. Research on Reproductive Health at WHO, Making Pregnancy Safer, 2000-2001,
Departement of Reproductive Health and Research Family and Community
Haelth, WHO , Geneva, p. 25
11. Saifuddin A.B. Upaya Safe Motherhood dan Making Pregnancy Safer, In: Bunga
Rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo, 2005: Chapter 13. p 221-241
12. WHO. Making Pragnancy Safer. 2005, diakses tanggal 6 Juni 2007 dari
http://www.who.int/making_pregnancy_safer/publications/MPSnewsletterApril05
13. Cunningham, F. Gary, Obstetrics in Broad Perspective in Williams Obstetrics,
Edisi 22, 2005, p. 7
14. www.Suara IBu peduli.com
15. USAID, Indonesia, Bahan Acuan Desa Siap Antar Jaga (SiAGa) p. 4-11; 16-32
39
40
41