modofikasi alat belajar

77
i PERBEDAAN PENGARUH MODIFIKASI ALAT PEMBELAJARAN LOMPAT TINGGI DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT TINGGI GAYA STRADDLE PADA SISWA PUTRA KELAS X SMA NEGERI 3 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2008/2009 SKRIPSI Oleh: Agung Sulistyono NIM. K.4605011 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

Upload: arlin-bin-jabarudin

Post on 19-Aug-2015

219 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Modofikasi

TRANSCRIPT

i PERBEDAAN PENGARUH MODIFIKASI ALAT PEMBELAJARAN LOMPAT TINGGI DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT TINGGI GAYA STRADDLE PADASISWA PUTRA KELAS X SMA NEGERI 3 SUKOHARJOTAHUN PELAJARAN 2008/2009 SKRIPSI Oleh: Agung Sulistyono NIM. K.4605011 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009 ii PERBEDAAN PENGARUH MODIFIKASI ALAT PEMBELAJARAN LOMPAT TINGGI DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT TINGGI GAYA STRADDLE PADASISWA PUTRA KELAS X SMA NEGERI 3 SUKOHARJOTAHUN PELAJARAN 2008/2009 Oleh: Agung Sulistyono NIM. K.4605011 SKRIPSI Ditulis dan diajukan untukmemenuhisyarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET S U R A K A R T A 2009 iii SkripsiinitelahdisetujuiuntukdipertahankandihadapanTimPenguji SkripsiFakultasKeguruandanIlmuPendidikanUniversitasSebelasMaret Surakarta. Persetujuan Pembimbing PembimbingIPembimbing II Drs. H. Wahyu Sulistyo, M.Kes. Waluyo, S.Pd., M.Or.NIP. 131 458 315 NIP. 132 097 846 iv Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas MaretSurakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan. Pada hari: Tanggal: Tim Penguji Skripsi : (Nama Terang)(Tanda Tangan) Ketua: Sekretaris: AnggotaI : Anggota II : Disahkan oleh : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas MaretDekan, Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 131 658 563 v ABSTRAK AgungSulistyono.PERBEDAANPENGARUHMODIFIKASIALAT PEMBELAJ ARANLOMPATTINGGIDANPOWEROTOTTUNGKAI TERHADAPKEMAMPUANLOMPATTINGGIGAYASTRADDLEPADA SISWAPUTRAKELASXSMANEGERI3SUKOHARJ OTAHUN PELAJ ARAN2008/2009.Skripsi,Surakarta:FakultasKeguruandanIlmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, J uni 2009. Tujuanpenelitianiniuntukmengetahui:(1)Perbedaanpengaruh modifikasialatpembelajaranlompattinggiantaramenggunakantalidankotak terhadap kemampuan lompat tinggi gaya straddle pada siswa putra kelas X SMA Negeri3Sukoharjotahunpelajaran2008/2009.(2)Perbedaanpengaruhantara power otot tungkai tinggi dan power otot tungkai rendah terhadap kemampuan lompat tinggi gaya straddlepada siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Sukoharjo tahunpelajaran2008/2009.(3)Adatidaknyainteraksiantaramodifikasialat pembelajaran lompat tinggi dan power otot tungkai terhadap kemampuan lompat tinggi gaya straddlepada siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Sukoharjo tahun pelajaran 2008/2009. Penelitianinimenggunakanmetodeeksperimen.Populasipenelitianini adalah siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Sukoharjotahun pelajaran 2008/2009 berjumlah 100 orang terbagi dalam lima kelas. Teknik pengambilan sampel yang digunakanadalahpurposivesampling.Sampeldiklasifikasikanataspowerotot tungkai tinggi, power otot tungkai sedang dan power otot tungkai rendah. Sampel yang digunakan yaitu 20 siswa dengan kategori power otot tungkai tinggi dan 20 siswadengankategoripowerotottungkairendah.Teknikpengumpulandata dengan tes dan pengukuran. Datayang dikumpulkanyaitupower otot tungkai denganverticalpowerjumptestdankemampuanlompattinggigayastraddle. TeknikanalisisdatayangdigunakanadalahANAVA2X2danujilanjut Newman Keuls. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulansebagi berikut: (1) Ada perbedaanpengaruhmodifikasialatpembelajaranlompattinggiantara menggunakantalidankotakterhadapkemampuanlompattinggigayastraddle pada siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Sukoharjo tahun pelajaran 2008/2009. vi DarihasilanalisisdatamenunjukkanFo=8.877>Ft4.11.(2)Adapengaruh perbedaanantarapowerotottungkaitinggidanpowerotottungkairendah terhadap kemampuan lompat tinggi gaya straddle pada siswa putra kelas kelas X SMANegeri3Sukoharjotahunpelajaran2008/2009.Darihasilanalisisdata menunjukkanFo=13.546>Ft4.11.(3)Adainteraksiantaramodifikasialat pembelajaran lompat tinggi dan power otot tungkai terhadap kemampuan lompat tinggi gaya straddlepada siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Sukoharjo tahun pelajaran 2008/2009. Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa Fhitung =5.191 lebih besar dari Ftabel =4,11 ( Fhit >Ftabel). vii MOTTO Denganilmukehidupanmenjadimudah,dengansenikehidupanmenjadi indah dengan agama hidup menjadi terarah dan bermakna. (A.H. Mukti Ali) Kerjakanlah apa yang dapat dikerjakan hari ini, karena waktu terus berjalan dan tidak akan pernah kembali lagi.(Penulis)

viii PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada : Bapak dan Ibu tercinta Kakak dan Adik tersayang Teman-teman Angkatan 2005 Adik-Adik FKIP J POK UNS Almamater ixKATA PENGANTAR Dengan diucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkanrahmatdanhidayahNya,sehinggadapatdiselesaikanpenulisan skripsi ini. Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat : 1.DekanFakultasKeguruandanIlmuPendidikanUniversitasSebelasMaret Surakarta. 2.KetuaJ urusanPendidikanOlahragadanKesehatanFakultasKeguruandan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3.Ketua Program Studi Pendidikan J asamani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4.Drs.H.WahyuSulistyo,M.Kes.sebagaipembimbingIyangtelah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi. 5.Waluyo,S.Pd.,M.Or.sebagaipembimbingIIyangtelahmemberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi. 6.KepalaSMANegeri3Sukoharjoyangtelahmemberikanijinuntuk mengadakan penelitian. 7.SiswaputrakelasXSMANegeri3Sukoharjotahunpelajaran2008/2009 yangtelah bersedia menjadi sampel penelitian. 8.Semuapihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini. Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa. Akhirnya berharap semoga hasil penelitian yang sederhana ini dapat bermanfaat. Surakarta, J uni 2009 AS xDAFTAR ISI Halaman J UDUL ................................ PENGAJ UAN ................................PERSETUJ UAN ...........................PENGESAHAN ................................ABSTRAK ................. MOTTO .....................PERSEMBAHAN .............................. KATA PENGANTAR .................................. DAFTAR ISI ...................................... DAFTAR GAMBAR ....................................DAFTAR TABEL .....................DAFTAR LAMPIRAN ................................ BAB IPENDAHULUAN .. A. Latar Belakang Masalah ...B. Identifikasi Masalah .....C. Pembatasan Masalah ..................... D. Perumusan Masalah ....... E. Tujuan Penelitian ...... F. Manfaat Penelitian ..... BABII LANDASAN TEORI .. A. Tinjauan Pustaka .... 1. Lompat Tinggia.Faktor - Faktoryang Mempengaruhi Prestasi Lompat Tinggib.Lompat Tinggi Gaya Straddle.Tinggi.. c.Teknik Lompat Tinggi Gaya Straddle. i ii iii iv v vii viii ix x xi xii xv 1 1 4 55 6 6 7 7 7 7 8 10 xi 2. Hakikat Belajar Keterampilan a.Pengertian Belajar Keterampilan.. b.Tahap-Tahap Belajar Gerak. c. Hukum-Hukum Belajar Gerak. d.Ciri-Ciri Perubahan dari Belajar Gerak 3. Penggunaan Alat Bantu dalam PembelajaranLompat Tinggi a.Hakikat Alat Bantub.PenggunaanAlatBantu dalam PembelajaranLompat Tinggi4. Modifikasi Alat dalam Pembelajaran Lompat Tinggia.Hakikat Modifikasi Pembelajaranb.HakikatModifikasiAlatdalam PembelajaranLompat Tinggi 5.Pembelajaran Lompat TinggiGayaStraddledenganModifikasi Tali.a.Pelaksanaan PembelajaranLompatTinggidengan Modifikasi Talib.Kelebihan dan Kelemahan PembelajaranLompat Tinggi dengan Modifikasi Tali..6. Pembelajaran Lompat TinggiGayaStraddledengan Modifikasi Kotak.a.PelaksanaanPembelajaran Lompat Tinggidengan Modifikasi Kotakb.Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Lompat Tinggi dengan Modifikasi Kotak... 7. Power Otot Tungkaia.Pengertian Power..b.Faktor-Faktor Penentu Powerc.PerananPower Otot TungkaiterhadapKemampuan Lompat Tinggi Gaya Straddle.. 14 14 15 17 18 22 22 23 25 25 26 27 27 29 30 30 32 32 32 33 35 xiiB. Kerangka Pemikiran ........C. Perumusan Hipotesis .............BAB III METODE PENELITIAN .............A. Tempat dan Waktu Penelitian ...... B. Metode Penelitian. C. Variabel Penelitian D. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel E. Teknik Pengumpulan Data F. Teknik Analisis Data. BABIV HASIL PENELITIAN ...................A.Deskripsi Data ................. B.Mencari Reliabilitas. C. Uji Prasyarat Analisis1.Uji Normalitas 2.Uji Homogenitas D. Pengujian Hipotesis. 1. Pengujian Hipotesis Pertama2. Pengujian Hipotesis Kedua..3. Pengujian Hipotesis Ketiga. D. Pembahasan Hasil Penelitian..BABVSIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .......... . A.Simpulan. B.Implikasi .................... C. Saran ...........................DAFTAR PUSTAKA .............................LAMPIRAN.........................

36 38 39 39 39 40 41 42 42 48 48 50 51 51 52 52 53 54 54 55 59 59 59 60 61 63

xiii DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Skema Faktor-Faktor Penentu Prestasi Lompat Tinggi.Gambar 2. Awalan Lompat Tinggi Gaya Straddle.Gambar 3. Tolakan Lompat Tinggi Gaya Straddle.Gambar 4. Sikap Badan Di Atas Mistar Gaya Straddle..Gambar 5. Pendaratan Lompat Tinggi Gaya Straddle.Gambar 6. Pembelajaran Lompat Tinggi dengan Modifikasi Tali.Gambar 7. PembelajaranLompatTinggi dengan Modifikasi KotakGambar 8. GrafikNilai Rata - RataKemampuan LompatTinggiGayaStraddleBerdasarkanTiap Kelompok Perlakuandan Power Otot Tungkai Gambar9. GrafikNilai Rata-Rata PeningkatanKemampuanLompat Tinggi Gaya Straddle antara Kelompok Perlakuan..Gambar 10. Bentuk Interaksi Pembelajaran Lompat Tinggi danPower Otot Tungkai.. Gambar 11. Vertical Power Jump Test Gambar 12. Tes Lompat Tinggi Gaya Straddle8 111213 13 29 31 49 50 57 84 86 xivDAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Populasi SiswaPutraKelas X SMA Negeri3SukoharjoTahun Pelajaran 2008/2009.Tabel2. Ringkasan ANAVA untuk Eksperimen Faktorial 2 x 2. Tabel3. Deskriptif Data Kemampuan Lompat Tinggi Gaya Straddle Menurut Kelompok Penelitian. Tabel4. Hasil Uji Reliabilitas Data Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Lompat Tinggi Gaya StraddleTabel5. Range Kategori Reliabilitas.Tabel6. Hasil Uji Normalitas dengan LillieforsTabel7. Hasil Uji Bartlet.. Tabel8. Ringkasan Nilai Rerata KemampuanLompatTinggiGaya Straddle Berdasarkan Modifikasi Alat Pembelajaran Lompat dan Power Otot Tungkai SebelumdanSesudah Diberi Perlakuan.. Tabel9. Ringkasan Analisis Anava Faktorial 2 X 2. Tabel 10 Hasil Uji Rentang Newman-Keuls setelah Anava.. Tabel 11Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama dan Interaksi Faktor Utama terhadap Peningkatan KemampuanLompat TinggiGaya Straddle.

41 44 48 50 51 51 52 52 53 53 57 xvDAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Data Tes Power Otot Tungkai.. Lampiran 2. Kelompok Sampel PenelitianLampiran 3. DataTesAwal Kemampuan Lompat Tinggi Gaya Straddle Kategori PowerOtot Tinggi (B1).Lampiran 4. DataTesAwal Kemampuan Lompat Tinggi Gaya Straddle Kategori PowerOtot Rendah (B1).Lampiran 5. Uji Reliabilitas Data Tes Awal.Lampiran 6. Uji Normalitas Data Kelompok A1B1 dan A1B2 Lampiran 7. Uji Normalitas Data Kelompok A2B1 dan A2B2 Lampiran 8. Uji HomogenitasTes Awal Kemampuan Lompat Tinggi Gaya Straddle Lampiran9. DataTes Akhir Kemampuan Lompat TinggiGaya Straddle Masing-Masing Kelompok.Lampiran 10. UjiReliabilitasDataTesAkhirKemampuan Lompat Tinggi Gaya StraddleLampiran 11. Rekapitulasi Data Tes Awal, Tes Akhir dan PeningkatanKemampuanLompat TinggiGaya Straddle Masing-Masing KelompokLampiran 12. DeskripsiDataHasilPeningkatanRata-Rataantar KelompokSampelsebagaiPersiapanAnalisisAnava Faktorial 2 X 2.. Lampiran 13. Uji rentang Newman-Keuls..Lampiran 14. PetunjukTesdanPengukuran Power OtotTungkai Lampiran 15. PetunjukTesdanPengukuranLompat TinggiGaya Straddle.Lampiran 16. Program ModifikasiPembelajaran Lompat Tinggi GayaStraddle Menggunakan Tali dan Kotak.. 64 66 67

68 69 71 72 73 74 76 78 80 82 83 85 87 xviLampiran 17. Dokumentasi Pelaksanaan PenelitianLampiran 18. Ijin Penelitian dari UniversitasSebelas Maret SurakartaLampiran 19. Surat Keterangan Penelitian SMA Negeri 3Sukoharjo 93 95 100 xviiBAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Pendidikanjasmanimerupakanpendidikanyangmengutamakangerak fisikyangmempunyaiperanpentinguntukmendukungpencapaiantujuan pendidikansecarakeseluruhan.Melaluipendidikanjasmanidikembangkan beberapa aspek yang mencakup aspek jasmani, psikomotorik, afektif dan kognitif. Pentingnya peranan pendidikan jasmani untuk perkembangan siswa, maka harus diajarkandenganbaikdanbenar.Upayamengembangkanaspek-aspeksiswa melalui pendidikan jasmani, maka dalam pendidikan jasmani telah diatur dalam kurikulummacam-macamcabangolahragayangharusdiajarkankepadasiswa sesuai dengan tingkat sekolahnya.Atletikmerupakansalahsatucabangolahragayangterangkumdalam pendidikanjasmani.Atletikmerupakancabangolahragayangwajibdiajarkan bagisiswasekolah.Halinikarenaatletikmerupkanindukdarisemuacabang olahraga. Hampir semua gerakan dalam cabang olahraga terdapat dalam cabang olahraga atletik. Nomor-nomor cabang olahraga atletik meliputi nomor jalan, lari lompatdanlempar.Darinomor-nomoratletiktersebutdidalamnyaterdiri beberapa nomor yangdiperlombakan.Lompat tinggi merupakan salah satu nomor lompat yang diajarkan pada siswaSekolahMenengahAtas(SMA)termasukdiSMANegeri3Sukoharjo. Dalam pembelajaran nomor lompat khususnya lompat tinggi, gaya lompat tinggi yang diajarkan di SMA Negeri 3 Sukoharjo yaitu lompat tinggi gaya guling perut (TheStraddleStyle).DaripembelajaranlompattinggigayastraddlediSMA Negeri 3 Sukoharjoternyata belum menunjukkan hasil yang maksimal. Banyak permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran lompat tinggi gaya straddlediantaranyakurangnyasaranadanprasarana,jampembelajaranyang terbatas,siswakurangsenangdenganpelajaranatletikdanlainsebagainya. Permasalahan-permasalahaninilahyangmengakibatkansebagianbesar kemampuan lompat tinggi gaya straddlesiswa SMA Negeri 3 Sukoharjo masih xviii rendah.RendahnyakemampuanlompattinggigayastraddleparasiswaSMA Negeri 3 Sukoharjo, sehingga tidak pernah para siswa dari sekolah tersebut ikut sertadalamperlombaan-perlombaanatletiksepertidalamkegiatanPOPDA. Kondisi yang demikian perlu ditelusuri faktor penyebabnya, baik dari aspek guru, siswa, metode mengajar, prasarana dan sarana dan lain sebagainya. Ditinjaudaripelaksanaanpembelajaranpendidikanjasmanidisekolah-sekolahbahwa,waktupembelajaranpendidikanjasmaniyangtersedia2X40 menitdandilaksanakandenganduakalipertemuan.Dariwaktupembelajaran pendidikanjasmanihanyadapatdigunakanuntukmembelajarkanteknik-teknik lompat tinggi gaya straddle, itu pun hasilnya kurang maksimal. Selain igtu juga,pembelajaranlompattinggigayastraddlediSMANegeri3Sukoharjomasih berorientasipadaprestasi.Artinya,siswadituntutmampumelakukanlompatan setinggi-tingginya.Kendaladanperbedaankemampuanindividukurang diperhatikan dalam pembelajaran lompat tinggi gaya straddledi SMA Negeri 3 Sukoharjo.Selainitujuga,saranayangdigunakandalampembelajaranlempar lembing masih menggunakan yang standart. Penggunaan peralatan lompat tinggi dengan peralatan standart ternyata belum menunjukkan hasil yang optimal. Siswa seringkalimengalamikendalaataukesulitandiantaranyakurangmampu melakukanlompatansecaramaksimalsehinggatekniknyabelumbaik,merasa takut,seringmenubrukbilahdanlainsebagainya.Kondisiyangdemikian menuntutseorangguruuntukmenciptakanbentuk-bentukpembelajaranyang mengarahpadapengembangantekniklompattinggigayastraddle.Upaya membelajarkanlompattinggigayastraddle,seharusnyaseoranggurudapat memodifikasi alat pembelajaran lompat tinggi ke dalam bentuk gerakan-gerakan yangsederhanamengarahpadapengembangantekniklompattinggigaya straddle.RusliLutandanAdangSuherman(2000:75)berpendapat,Lakukan modifikasi peralatan, apabila peralatan diduga sebagai penghambat keberhasilan. Merubahperalatanpembelajaranmerupakansalahsatucarauntukmengatasi kesulitandalambelajarlompattinggigayastraddle,jikaperalatanyang sebenarnya dianggap menyulitkan siswa. Upaya membelajarkan lompat tinggi xixgaya straddle dapat dilakukan dengan memodifikasi alat dengan menggunakanlompat tali dan lompat kotak (Gunter Bernhard, 1993: 156&182).Modifikasi pembelajaran lompat tinggi menggunakan tali dan kotak merupakan salah satu solusi untuk mengatasi kendala dalam pembelajaran lompat tinggi gayastraddle,namunhalinibelumpernahditerapkandiSMANegeri3 Sukoharjo.Darikeduamodifiaksiperalatanpembelajaranlompattinggi menggunakan tali dan kotak bertujuan mengembangkan unsur lompat vertikal, dimana lompat vertikal merupakan unsur penting dari lompat tinggi.Hal ini sesuai pendapat Yoyo Bahagia dkk., (2000: 82) bahwa, Nomor lompat pada lompattinggiyaitumelompatsetinggimungkinuntukmemperolehjarak vertikalmaksimal.Namundarikeduamodifikasialatpembelajaranlompat tinggi menggunakan tali dan kotak tersebut belum diketahui, modifikasi mana yang lebih efektif terhadap pingkatan kemampuan lompat tinggi gaya straddle.Modifikasialatpembelajaranlompattinggimenggunakantalidankotak merupakan cara belajar untuk mengatasi kesulitan dalam pembelajaran lompat tinggi gaya straddle. Namun demikian kemampuan lompat tinggi gaya straddle tidaklepasdarikemampuankondisifisikyangbaik.Komponen-komponen kondisifisikyangmendukungkemampuanlompattinggisepertipowerotot tungkai sangat berperan penting untuk mendukung kemampuan lompat tinggi gaya straddle.Power otot tungkai berperan pada lompat tinggi gaya straddle terutamapadasaatmenumpuuntukmelompat. Padasaatgerakanmenumpu untuk menolak, otot-otot tungkai harus dikerahkan dengan kuat dan cepat agar dapat melompat setinggi mungkin, sehingga mampu melewati mistar dengan baik.Untukmeningkatkankemampuanlompattinggigayastraddle,maka perludiciptakanmodifikasiperalatanyangtepatdanharusdidukung kemampuan power otot tungkai. Apakah benar siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi, kemampuan lompat tinggi gaya straddle juga baik, dan apakah sebaliknyasiswayangpowerotottungkainyarendahkemampuanlompat tingginya juga rendah. Hal ini perlu dibuktikan kebenarannya, karena power otottungkaibukanmerupakansatu-satunyafaktoryangmenentukan kemampuanlompattinggiseseorang,karenamasihadafaktorlainseperti xxkeseimbangan,kelincahan,kekuatan,posturtubuhyangideal,penguasaan teknik yang benar, mental dan lain sebagainya. Upayamengetahuibagaimanapengaruhmodifikasialatpembelajaranlompat tinggidanpowerotottungkaiterhadapkemampuanlompattinggigaya straddle, maka perlu dikaji dan diteliti secara lebih mendalam baik secara teori maupunpraktikmelaluipenelitianeksperimen.Permaslahaninilahyang melatarbelakangijudulpenelitian,PerbadaanPengaruhModifikasiAlat Pembelajaran Lompat Tinggi dan Power Otot Tungkai terhadap Kemampuan LompatTinggiGayaStraddlepadaSiswaPutraKelasXSMANegeri3 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2008/2009.

B.Identifikasi Masalah Berdasarkanlatarbelakangmasalahyangtelahdikemukakandiatas, masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1.Para siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Sukoharjo tahun pelajaran 2008/2009 mengalami kesulitan dalam pembelajaran lompat tinggi gaya straddle.2.Terbatasnyawaktupembelajarandankurangnyasaranapendukungdalam pembelajaranlompattinggiberakibatrendahnyakemampuanlompattinggi gaya straddle siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Sukoharjo tahun pelajaran 2008/2009. 3.Pengaruh kemampuan power otot tungkai terhadap kemampuan lompat tinggi gaya straddle belum diketahui. 4.Belum diketahui pengaruh modifikasi alat pembelajaran lompat tinggi antara menggunakantalidankotakterhadapkemampuanlompattinggigaya straddle. 5.Perlu diterapkan modifikasi peralatan pembelajaran lompat tinggi yang tepat untukmeningkatkankemampuanlompattinggigayastraddlesiswaputra kelas X SMA Negeri 3 Sukoharjo tahun pelajaran 2008/2009. xxivUnsur-unsurdasarbagisuatuprestasipadalompattinggiadalah,(1) faktor-faktorkondisi:perkembangankhususdaritenagalompatyang mutlak,perasaanirama,keterampilanreaksidangerakanbagilebarnya langkahsertapenyebaran.(2)faktor-faktorteknik:dalamhubungannya denganperkembangankondisi,pengambilansecaratuntasfase-fase gerakanyangpalingpenting(ancang-ancang,persiapanmelompatdan pemindahan titik berat badan, saat melewati bilah dan pendaratan). Menurut Aip Syarifuddin dan Muhadi (1992: 76) bahwa, Untuk dapat mencapai hasillompatanyangsetinggi-tingginya(optimal),selainmemilikikecepatan, ketepatan,kekuatan,kelentukandankoordinasigerakan,jugaharusmenguasai tekniknya.SedangkanJ onath.U.Haag.KrempelR.(1987:244-245) menyatakan,Untukprestasiyangbaikdalamlompattinggidiperlukan keserbabiasaan dan bakat mengenai faktor-faktor yang menentukan prestasi yaitu: + Gambar 1. Skema Faktor-Faktor Penentu Prestasi Lompat Tinggi (J onath. U. Haag. Krempel R. 1987: 245) Berdasarkan tiga pendapat tersebut menunjukkan bahwa, untuk mencapai prestasilompattinggidipengaruhiolehfaktorkondisifisikdanfaktorteknik melompat. Ditinjau dari kondisi fisik, unsur-unsur yang mendukung dalam lompat tinggiadalahdayaledak,kecepatan,kekuatan,kelincahan,koordinasi,dan kelentukan.Ditinjaudariteknikmelompatmeliputiawalan,menumpuuntuk menolak, sikap badan di atas mistar dan pendaratan. Dari kedua faktor tersebut salingberkaitansatudenganlainnya,sehinggaperludilatihdandikembangkan agar mampu mencapai prestasi lompat tinggi yang seoptimal mungkin. Kondisi : Tenaga lompat, daya reaksi, kemudahan gerak dan kecepatan Teknik : Ancang-ancang, lepas tapak, cara melampaui bilah, pendaratan xxv b. Lompat Tinggi Gaya Straddle Berdasarkan sikap tubuh di atas mistar, pelaksanaan lompat tinggi dibagi menjadi dua golongan besar yaitu lompatan secara gunting dan lompatan secara guling.Berdasarkangolonganpelaksanaanlompattinggi,lompatantinggigaya straddle merupakan jenis lompatan secara gulingLompatan secara guling yaitu si pelompat melakukan tolakan dengan kaki yang terdekat dengan mistar. Lompat tinggi gaya straddle pada awalnya muncul pada tahun 1956 yang dilakukanCharlieDumaspadaOlympiadediMelbournesetinggi2,12meter. Munculnyagayastraddlememunculkanatlet-atletkenamaandanmampu memecahkan rekor pada tahun 1960-164 di antaranya V. Brumel, J .Thomas dan R. Shavlakadze.Gaya lompat tinggi pada prinsipnya merupakan suatu cara agar pelompat mampu melompati mistar setinggi-tingginya. Lompat tinggi gaya straddlesering disebutjugagayakangkang,karenapadasaatmelewatimistarberposisi kangkang. Lompat tinggi ini memberikan beberapa keuntungan jika dibandingkan dengangayaguntingdangulingsisi.DalamhaliniTamsirRiyadi(1985:81) menyatakan bahwa, secara teknis lompat tinggi gaya straddlememiliki beberapa kuntungan karena: 1)Berat tubuh dapat dibawa ke atas dengan segera. 2)Saat di atas mistar sikap tubuh tidur telungkup, sehingga jarak antara titik berat badan dengan mistar relatif kecil atau dekat. 3)Gerakankangkangsaatmelewatimistarmerupakangerakanyang wajar, mudah dilakukan dan tidak banyak menuntut tenaga. 4)Saatdiatasmistarpelompatsempatmelihatmistar,sehinggadapat mengendalikan gerakan yang perlu saja. Banyaknya keuntungan yang dimiliki dari gaya straddle, sehingga cepat berkembangjikadibandingkandengangayagulingsisidangayagunting.Dan bahkan hampir diduga gaya ini merupakan gaya terakhir dari gaya lompat tinggi. Namun dugaan ini belum tepat, karena pada tahun 1968 diciptakan gaya lompat tinggi baru yang dilakukan oleh Richard Fusbary Flop atau lebih dikenal dengan xxvinama gaya Flop. Dengan demikian lompat tinggi gaya straddle merupakan gaya kedua yang efektif dalam lompat tinggi. c. Teknik Lompat Tinggi Gaya Straddle Mencapai prestasi yang tinggi dalam lompat tinggi merupakan tujuan dari semuaatletlompat.Namununtukmencapaiprestasilompattinggiharus menguasaitekniklompattinggiyangbaikdanbenar.Sepertidikemukakan Sudjarwo(1993:40)bahwa,Peningkatanprestasidalamolahragamenuntut adanya perbaikan dan pengambangan unsur teknik untuk mencapai tujuannya. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, prestasi yang tinggi dalam lompat tinggidapatdicapaijikaseorangpelompatmenguasaitekniklompattinggi. Penguasaanteknikmelompatyangbaik,jikaditinjaudarisegianatomis, fisiologis,mekanika,biomekanikadanmentalterpenuhipersyaratannyasecara baik,dapatditerapkandalampraktikdanmemberikansumbanganterhadap pencapaian prestasi maksimal (Sudjarwo (1993: 41). Adapun teknik lompat tinggi gayastraddlemenurutAipSyarifuddin(1992:107)yaituterdiridariempat bagian: (1) awalan atau ancang-ancang (aproach run), (2) tolakan (take off), (3) sikap badan di atas mistar (clearance of the bar) dan (4) sikap mendarat atau sikap jatuh (landing). Tekniklompattinggipadadasarnyaterdiridariempattahapanyaitu awalanatauancang-ancang,tolakan,sikapbadandiatasmistardansikap mendaratatausikapjatuh.Lompattinggidapatdilakukandenganbaik,jika teknik-teknik lompat tinggi tersebut dikuasai dengan baik dan benar, serta mampu dilaksanakan secara baik, harmonis, luwes dan lancar. Untuk lebih jelasnya teknik pelaksanaan lompat tinggi gaya straddle diuraikan secara singkat sebagai berikut:

1)Awalan atau Ancang-ancang (Aproach Run) xxviiArahawalanpadalompattinggigayastraddledengansudutantara350 sampai 450 terhadap letak mistar. Panjang awalan atau jarak awalan tergantung darimasing-masingpelompat,menyesuaikanketinggianmistar.Seperti dikemukakanAipSyarifuddindanMuhadi(1992:77)bahwa,Pengambilan awalan dalam lompat tinggi biasanya dengan mempergunakan langkah misalnya 3 langkah,5langkah,7langkahdanseterusnyasesuaidenganketinggianmistar yangakandilompatinya.Kecepatanawalandalamlompattinggibisanya dilakukan secara berangsunr-angsur, artinya mulai dari pelan makin lama makin cepat. Pada dasarnya jarak awalan dalam lompat tinggi menyesuaikan ketinggian mistar.Halterpentingyaitu,padatigaatauempatlangkahterakhirsaatakan melakukantolakanlangkahharuslebihpanjangdancepatsertabadanagak direndahkan dan agak dikendangkan atau dicondongkan ke belakang. Agar selalu bertumpupadatitiktumpuyangtepatdianjurkanmenggunakantanda.Kalau tumpuan dilakukan dengan kaki kiri, maka awalan dimulai dari sebelah kiri bak lompat. Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan ilustrasi awalan lompat tinggi gaya straddle sebagai berikut: Gambar 2. Awalan Lompat Tinggi Gaya Straddle (Soenaryo Basoeki, 1996: 29) 2)Tolakan (Take Off) xxviii Tolakanadalahperpindahangerakandarigerakanhorisontalkearah vertikalyangdilakukansecaracepat.Tolakankakitumpuharuskuatagar menghasilkan gerakan naik yang maksimum. Untuk mencapai hal tersebut, maka langkahterakhiragaklebardengansikapbadanagakmenengadahdisertai gerakanayunankeatasuntukmembantumengangkattitikberatbadanlebih tinggi.Sikapbadanyangagakmenengadahmenyebabkansuduttumpuanyang besar sehingga akan mempermudah gerakan mengayun kaki yang juga membantu gerakan ke atas. Gerakan kaki ayun dalam keadaan lurus tetapi tidak kaku. Setelah kaki kanan diayunkan ke atas dan badan terangkat dengan kaki tumpu lepas dari tanah,kakiayuntidakluruslagi.Ayunankakilebihtinggidarikepaladan melewati mistar lebih dulu dari bagian badan yang lain. Agar diusahakan lengan kiritidaksampaimenyentuhmistar.Untuklebihjelasnyaberikutinidisajikan ilustrasigerakantolakanataumenumpulompattinggigayastraddlesebagai berikut: Gambar 3. Tolakan Lompat Tinggi Gaya Straddle (Soenaryo Basoeki, 1996: 30) 3)Sikap Badan Di Atas Mistar (Clearance of The Bar) Sikap badan di atas mistar sangat erat kaitannya dengan sudut awalan pada waktu akan melakukan tolakan. Setelah mencapai titik tinggi maksimum badan diputar ke kiri penuh (bertumpu kaki kiri) dengan kepala mendahului melewati mistar,perutdandadamenghadapkebawah.Kakitumpuanyangsemula xxixbergantung, ditarik dalam sikap kangkang. Pada saat ini kaki kanan sudah turun dan tangan bersiap-siap membantu pendaratan. Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan ilustrasi sikap badan di atas mistar lompat tinggi gaya straddlesbegai berikut: Gambar 4. Sikap Badan Di Atas Mistar Gaya Straddle (Soenaryo Basoeki, 1996:31) 4)Sikap Mendarat (Landing) Sikap mendarat merupakan fase terakhir dari lompat tinggi. J ika tempat pendaratan dari karet busa yang tebal, maka pendaratan dapat langsung jatuh pada punggung.Tetapikalautempatpendaratanbakpasir,pendaratandilakukan dengankakikanan(kakiayun)dandibantuolehkeduatangan.Kalaubadan terpaksa dijatuhkan, terlebih dahulu pundak bagian kanan dilanjutkan berguling. Yangterpentingdalamlompattinggiadalahberhasilnyamelampauimistar. Pendaratantidakmenjadimaslaah,bagaimanapuncaranyaasaltidak menimbulkanbahayabagipelompat.Untuklebihjelasnyaberikutinidisajikan ilustrasi gerakan mendarat lompat tinggi gaya straddle sebagai berikut: xxx Gambar 5. Pendaratan Lompat Tinggi Gaya Straddle (Aip Syarifuddin, 1992: 113) 2. Hakikat Belajar Keterampilan a. Pengertian Belajar Keterampilan Belajar gerak atau keterampilan mempunyai pengertian yang sama seperti belajar pada umumnya. Tetapi dalam belajar keterampilan memiliki karakteristik tertentu.Belajargerakmempelajari pola-polagerak keterampilan tubuh. Proses belajarnyamelaluipengamatandanmempraktekkanpola-polagerakyang dipelajari.Intensitasketerlibatanunsurdomainkemampuanyangpalingtinggi adalahdomainpsikomotoryangberartijugatermasukdomainfisik.Didalam belajar gerak bukan berarti domain kognitif dan domain afektif tidak terlibat di dalamnya.Semuaunsurkemampuanindividuterlibatdidalambelajargerak, hanya saja intensitas keterlibatannya berbeda-beda. Intensitas keterlibatan domain kognitif dan domain afektif relatif lebih kecil dibandingkan keterlibatan domain psikomotor.Keterlibatandomainpsikomotortercermindalamrespon-respon muskular yang diekspresikan dalam gerak-gerakan tubuh secara keseluruhan atau bagian-bagiantubuh.Berkaitandenganbelajargerak,Sugiyanto(1996:27) menyatakan,Belajargerakadalahbelajaryangdiwujudkanmelaluirespon-responmuskularyangdiekspresikandalamgerakantubuhataubagiantubuh. MenurutRusliLutan(1988:102)bahwa,Belajarmotorikadalahseperangkat proses yang bertalian dengan latihan atau pengalaman yang mengantarkan ke arah perubahan permanen dalam perilaku terampil. Berdasarkanduapendapattersebutdapatdisimpulkanbahwa,belajar gerak(motorik)merupakanperubahanperilakumotorikberupaketerampilan xxxisebagai hasil dari latihan dan pengalaman. Upaya menguasai keterampilan gerak diperlukan proses belajar yaitu proses belajar gerak. Menurut Wahjoedi (1999: 119) dalam J urnal Iptek Olahraga menyatakan, Penguasaan keterampilan gerak hanya dapat diperoleh melalui pelaksanaan gerak dengan program pembelajaran yang terencana, sistematis dan berkelanjutan. Dalam pelaksanaan belajar gerak harus direncanakan dengan baik, disusun secara sistematis dan berkelanjutan. Dengan pembelajaranyang baik, terencana dan terus menerus,maka siswa akan memperoleh pengalaman belajar yang baik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Tujuan belajar gerak adalah, siswa memilikiketerampilangeraksesuaidenganyangdiharapkan.Perkembangan gerakyangterampilmerupakansasaranpembelajaranketerampilangerak.J ika siswa telah menguasai keterampilan yang dipelajari, maka akan terjadi perubahan-perubahan pada diri siswa yang mengarah pada gerakan yang efektif dan efisien. Rink seperti dikutip Rusli Lutan & Adang Suherman (2000: 56) menyatakan ada tiga indikator gerak terampil yaitu: (1) efektif artinya sesuai dengan produk yang diinginkan dengan katalain productoriented, (2) efisienartinya sesuai dengan prosesyangseharusnyadilakukandengankatalainprocessoriented,dan(3) adaptifartinyasesuaidengansituasidankondisilingkungandimanagerak tersebut dilakukan. b.Tahap-Tahap Belajar GerakProsesyangterjadidalambelajargerakmemilikikarakteristikyang berbeda dengan belajar pada umumnya. Dalam belajar gerak terlibat suatu proses yaitu, terjadinya perubahan dalam perilaku motorik sebagai hasil dari belajar yang lebih baik dari sebelum belajar. Dalamprosesbelajargerakterjadaibeberapatahapan.MenurutFitts& Posner (1967)yang dikutip Sugiyanto (1996: 44) bahwa,"Proses belajargerak keterampilan terjadi dalam 3 fase belajar yaitu: (1) fase kognitif, (2) fase asosiatif, (3) fase otonom". Untuk lebih jelasnya tahap-tahap belajar gerak dapat diuraikan sebagai berikut : xxxii1) Fase Kognitif Fase kognitif merupakan fase awal dalam belajar gerak keterampilan. Fase awal ini disebut fase kognitif karena perkembangan yang menonjol terjadi pada diri pelajar menjadi tahu tentang gerakan yang dipelajari, sedangkan penguasaan geraknya sendiri masih belum baik karena masih dalam taraf mencoba gerakan. Pada fase kognitif diawali dengan aktif berpikir tentang gerakan yang dipelajari. Anak berusaha mengetahui dan memahami gerakan dari informasi yang diberikan kepadanya. Informasi bisa bersifat verbal atau visual. Menurut Sugiyanto (1996: 45) bahwa, Informasi verbal adalah informasi yang berbentuk penjelasan dengan menggunakan kata-kata. Informasi visual informasi yang dapat dilihat.Informasiyangditerimatersebutkemudiandiprosesdalammekanisme perseptual sehingga memperoleh gambaran tentang gerakan yang dipelajari untuk selanjutnyamengambilkeputusanmelakukangerakansesuaidenganinformasi yang diterima. Namun gerakan yang dilakukan seringkali salah atau tidak benar. Pada tahap ini anak hanya sebatas mencoba-coba gerakan yang dipelajari tanpa memahami bentukgerakanyang baik dan benar. Agargerakanyang dilakukan menjadibenardantidakkaku,harusdilakukansecaraberulang-ulangdan kesalahan-kesalahansegeradibetulkanagargerakannyamenjadilebihbaikdan benar. J ika gerakan sudah dapat dilakukan dengan lancar dan baik berarti sudah meningkat memasuki fase selanjutnya. 2) Fase Asosiatif Faseasosiatifmerupakantahapkeduadalambelajarketerampilanatau disebutjugafasemenengah.Padafaseasosiatifditandaidenganpeningkatan kemampuanpenguasaangerakanketerampilan.Gerakan-gerakanketerampilan yangdipelajaridapatdilakukandalambentukyangsederhanaatautersendat-sendat.Gerakanketerampilantersebutdapatdilakukandenganlancar,apabila dilakukansecaraberulang-ulang,sehinggapelaksanaangerakanakanmenjadi semakin efisien, lancar, sesuai dengan keinginannya.Menurut Rusli Lutan (1988: 306) bahwa, Permulaan dari tahap asosiatif ditandai oleh semakin efektif cara-carasiswamelaksanakantugasgerak,danmulaimampumenyesuaikandiri xxxiii denganketerampilanyangdilakukan.Akannampakpenampilanyang terkoordinasidenganperkembanganyangterjadisecarabertahap,lambatlaun gerakan semakin konsisten. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, pada fase asosiatif penguasaan dan kebenarangerakananakmeningkat,namunmasihseringmelakukankesalahan dan harus diberitahu. Kesalahan bisa diketahui melalui pemberitahuan orang lain yangmengamatinyaataurekamangambarpelaksanaangerakan.Dengan mengetahuikesalahanyangdilakukan,anakperlumengarahkanperhatiannya untukmembetulkanselamamempraktekkanberulang-ulang.Padafaseasosiatif inimerangkaikanbagian-bagiangerakanmenjadirangkaiangerakansecara terpadumerupakanunsurpentinguntukmenguasaiberbagaigerakan keterampilan. 3) Fase Otonom Fase otonom bisa dikatakan sebagai fase akhir dalam belajar gerak. Fase ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan, dimana anak mampu melakukan gerakanketerampilansecaraotomatis.MenurutSugiyanto(1996:47)bahwa, "Dikatakan fase otonom karena pelajar mampu melakukan gerakan keterampilan tanpaterpengaruhwalaupunpadasaatmelakukangerakanitupelajar memperhatikan hal-hal lain selain gerakan yang dilakukan".Tahap otomatis merupakan tahap akhir dari belajar gerak. Dikatakan tahap otonom karena anak mampu melakukan gerakan keterampilan tanpa terpengaruh walaupunsaatmelakukangerakan.Tahapotomatisditandaidengantingkat penguasaangerakanketerampilanyangsudahbaik,dimanaanakmampu melakukan gerakan keterampilan secara otomatis serta energi yang dikeluarkan lebihefektifdanefisien.Untukmencapaifaseotonomdiperlukanpraktek berulang-ulang secara teratur. Dengan mempraktekkan gerakan secara berulang-ulang,gerakanyangdilakukanmenjadiotomatis,lebihbaikdanbenar,serta lancar pelaksanaannya. c.Hukum-Hukum Belajar Gerak xxxivDalampelaksanaanprosesbelajargerak,adabeberapahukum-hukum belajar motorik yang harus dipahami dan dimengerti oleh seorang guru. Hukum-hukumbelajarmotoriktersebutakanberpengaruhterhadapkeberhasilantujuan proses belajar mengajar keterampilan. Menurut Thorndike yang dikutip Sugiyanto & Agus Kristiyanto ( 1998: 2-3) hukum-hukum belajar gerak dibedakan menjadi 3 yaitu, (1) hukum kesiapan, (2) hukum latihan dan (3) hukum pengaruh. Hukumkesiapan(lawofreadines)merupakantahapkesiapan,dimana dalampelaksanaanbelajarketerampilansiswaharusbetul-betulsiapuntuk menerimanya. Lebih lanjut Sugiyanto & Agus Kristiyanto (1998:2) menyatakan "Hukum kesiapan (law of readinees) menyatakan bahwa belajar akan berlangsung sangat efektif jika pelaku belajar berada dalam suatu kesiapan untuk memberikan respons".Haliniartinya,belajarakanberlangsungefektifbilasiswayang bersangkutan telah siap untuk menyesuaikan diri dengan stimulus dan telah siap untuk memberikan respon. Dengan kata lain siswa akan belajar dengan cepat dan efektifapabilatelahsiapdantelahadakebutuhanuntukhaltersebut.Proses belajar akan berjalan lancar jika materi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan siswa.Hukum latihan (law exercise) merupakan tahap pengulangan gerakan yang dipelajari.Mengulang-ulangrespontertentusampaibeberapakaliakan memperkuat koneksi antara stimulus dan respon. Sugiyanto & Agus Kristiyanto (1998:3) menyatakan, Hukum latihan mengandung dua hal yaitu (1) Law of use yang menyatakan bahwa hubungan stimulus respon menguat kalau ada latihan (2) Law od disuse yang menyatakan bahwa hubungan stimulus respon melemah kalau latihan dihentikan. Hukum pengaruh (law of effect) menyatakan,penguatan atau melemahnya suatu koneksi merupakan akibat dari proses yang dilakukan. Hubungan stimulus responmenguatbilamunculrespondisertaiolehkeadaanmenyenangkanatau memuaskan. Oleh karena itu dalam pelaksanaan pembelajaran hendaknya materi pelajaran yang disajikan dapat mendatangkan kesenangan sehingga menimbulkan motivasi yang tinggi pada siswa. Keadaanyang demikian akan membuat siswa xxxvlebih aktif melakukan gerakan yang dipelajari dan mampu melakukannya secara berulang-ulang sehingga akan memberi pengaruh yang lebih baik terhadap hasil belajar. d. Ciri-Ciri Perubahan dari Belajar Gerak Tujuan utama dalam proses belajar mengajar yaitu terjadi perubahan yang lebihbaikpadadirisiswa.Sebagaicontoh,padaawalnyasiswatidakmampu melakukan lompat tinggi gaya straddle, setelah melalui proses belajar maka siswa mampu melakukan lompat tinggi gaya straddle.Prinsip perubahan pada siswa dari belajar suatu keterampilan bersifat permanen. Hasil belajar bersifat permanen maksudnya, keterampilan yang telah dikuasai siswa tidak mudah hilang sesudah kegiatan selesai dilakukan atau dalam waktu tertentu. Tetapi jika tidak belajar lagi (latihansecararutin)kemampuanatauketerampilanyangtelahdikuasaiakan menurun.MenurutSchmidt(1982)yangdikutipRusliLutan(1988:102-107) karakteristik dari belajar gerak yaitu: 1) Belajar sebagai sebuah proses. 2)Belajar motorik adalah hasil langsung dari latihan. 3)Belajar motorik tak teramati secara langsung. 4)Belajar menghasilkan kapabilitas untuk bereaksi (kebiasaan). 5)Belajar motorik relatif permanen. 6)Belajar motorik bisa menimbulkan efek negatif dan, 7)Kurve hasil belajar. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, ciri-ciri perubahan akibat belajar gerak (motorik) ada tujuan macam. Untuk lebih jelasnya ciri-ciri perubahan dari proses belajar keterampilan diuraikan secara singkat sebagai berikut: 1) Belajar Sebagai Proses Prosesadalahseperangkatkejadianatauperistiwayangberlangsung bersama,menghasilkanbeberapaprilakutertentu.Sebagaicontohdalam membaca,prosesdiasosiasikandengangerakanmata,menangkapkodedan simbol di dalam teks, memberikan pengertian sesuai dengan perbendaharaan kata yangtersimpandalamingatan,danseterusnya.Demikianhalnyadalambelajar keterampilanmotorik,didalamnyaterlibatsuatuprosesyangmenyumbang xxxvikepada perubahan dalam perilaku motorik sebagai hasil dari belajar atau berlatih dalam organisme yang memungkinkannya untuk melakukan sesuatu yang berbeda dengan sebelum belajar atau berlatih. Proses perubahan yang terjadi akibat dari belajar harus disadari oleh siswa, sehinggasiswadapatmerasakanbahwadirinyatelahmencapaipeningkatan keterampilanyanglebihbaikdarisebelumnya.SepertidikemukakanSlameto (1995: 3) bahwa, seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan atau sekurang-kurangnyamerasakan telah terjadi adanya sesuatu perubahan pada dirinya.Dengankemampuansiswamenyadariakanperubahanyangterjadi dalamdirinya,iniartinyatelahterjadiprosesbelajargerakdalamdirisiswa. Dengan terjadinya proses belajar maka akan dicapai hasil belajar yang lebih baik. 2) Belajar Motorik adalah Hasil Langsung dari LatihanPerubahanperilakumotorikberupaketerampilandipahamisebagaihasil darilatihandanpengalaman.Haliniperludipertegasuntukmembedakan perubahan yang terjadi karena faktor kematangan dan pertumbuhan. Faktor-faktor tersebut juga menyebabkan perubahan perilaku (seperti anak yang dewasa lebih terampilmelakukansuatuketerampilanyangbarudaripadaanakyangmuda), meskipun dapat disimpulkan perubahan itu karena belajar. Sugiyanto dan Agus Kristiyanto(1998:33)menyatakanbahwa,Perubahan-perubahanhasilbelajar geraksebenarnyabukanmurnidarihasilsuatupengkondisianprosesbelajar, melainkanwujudinteraksiantarakondisibelajardenganfaktor-faktor perkembangan individu. Iniartinya,perubahankemampuanindividudalampenguasaangerak ditentukan oleh adanya interaksi yang rumit antara faktor keturunan dan pengaruh lingkungan. Perkembangan individu berproses sebagai akibat adanya perubahan anatomis-fisiologisyangmengarahpadastatuskematangan.Pertumbuhanfisik yang menunjukkan pada pembesaran ukuran tubuh dan bagian-bagiannya, terkait dengan perubahan-perubahan fungsi faal dan sistem lain dalam tubuh. Pola-pola perubahan tersebut pada gilirannya akan selalu mewarnai pola penguasaan gerak, sebagai hasil proses belajar gerak. xxxvii 3) Belajar Motorik Tak Teramati secara Langsung Belajar motorik atau keterampilan olahraga tak teramati secara langsung. Proses yang terjadi dibalik perubahan keterampilan sangat kompleks dalam sistem persyarafan, seperti misalnya bagaimana informasi sensori diproses, diorganisasi dan kemudian diubah menjadi pola gerak otot-otot. Perubahan itu semuanya tidak dapat diamati secara langsung, tetapi hanya dapat ditafsirkan eksistensinya dari perubahan yang terjadi dalam keterampilan atau perilaku motorik. 4) Belajar Menghasilkan Kapabilitas untuk Bereaksi (Kebiasaan)Pembahasanbelajarmotorikjugadapatditinjaudarimunculnya kapabilitas untuk melakukan suatu tugas dengan terampil. Kemampuan tersebut dapat dipahami sebagai suatu perubahan dalam sistem pusat syaraf. Tujuan belajar atau latihan adalah untuk memperkuat atau memantapkan jumlah perubahan yang terdapatpadakondisiinternal.Kondisiinternaliniseringdisebutkebiasaan. MenurutRusliLutan(1988:104)kapabilitasinipentingmaknanyakarena berimplikasi pada keadaan yaitu, jika telah tercipta kebiasaan dan kebiasaan itu kuat,keterampilandapatdiperagakanjikaterdapatkondisiyangmendukung, tetapijikakondisitidakmendukung(lelah)keterampilanyangdimaksudtidak dapat dilakukan. 5) Belajar Motorik Relatif PermanenPerubahanyangbersifatsementaraatautemporerterjadihanyauntuk beberapasaatsaja,sepertiberkeringan,lelahdanlainsebagainya,tidakdapat digolongan sebagai perubahan akibat belajar. Perubahan yang terjadi akibat proses belajar bersifat menetap atau permanen. Hasil belajar gerak relatif bertahan hingga waktu relatif lama. Sebagai contoh, kemampuan siswa melakukan lempar lembing gaya jengket tidak akan hilang begitu saja, melainkan akan semakin berkembang jikaterusdipergunakanatauberlatihsecarateratur.Memangsukaruntuk menjawab, berapa lama hasil belajar itu akan melekat. Meskipun sukar ditetapkan secara kuantitatif, apakah selama satu bulan, bertahun-tahun atau hanyadua atau tigahari.Untukkebutuhananalisisdapatditegaskanbahwa,belajarakan xxxviii menghasilkanbeberapaefekyangmelekatpadadirisiswasetelahmelakukan belajar gerak. 6) Belajar Motorik Bisa Menimbulkan Efek Negatif Dilihat hasil yang dicapai dari belajar gerak menunjukkan bahwa, belajar dapatmenimbulkanefekpositifyaitu,penyempurnaanketerampilanatau penampilan gerak seseorang. Namun disisi lain, belajar dapat menimbulkan efek negatif. Sebagai contoh, seorang pesenam belajar gerakan salto ke belakang. Pada suatu ketika lompatannya kurang tinggi dan putaran badannya terlampau banyak sehingga jatuh terlentang. Akibatnya ia mengalami rasa sakit pada punggungnya dan menyebabkan tidak berani lagi melakukan gerakan salto ke belakang. Rasa takut ini mungkin berlangsung beberapa lama, sampai kemudian keberaniannya munculkembali.Contohsemacaminidapatdipakaisebagaiilustrasigejala kemunduransuatuketerampilansebagairangkaianakibatkegiatanbelajarpada waktu sebelumnya. Kesan buruk terhadap pengalaman masa lampau, kegagalan pahit dalam suatukegiatanatautidakberhasilmelakukansuatujenisketerampilandengan sempurna justru bukan berakibat negatif, tetapi hendaknya dijadikan pendorong kearahperubahanpositif.Pengalamansemacaminihendaknyamenjadi pendorong untuk lebih giat belajar hingga mencapai hasil yang lebih baik. 7) Kurva Hasil BelajarSalah satu persoalan yang paling rumit dalam proses belajar gerak adalah tentangpenggambaranperkembanganhasilbelajardankecermatandalamhasil penafsirannya. Kurva hasil belajar adalah gambaran penguasaan kapabilitas untuk bereaksi(yaitukebiasaan)dalamsatujenistugassetelahdilakukanberulang-ulang.Kurvahasilbelajarinibiasanyadibuatgrafik,dimanagrafiktersebut menampilkanperkembanganpenampilankemampuangeraksebagaicerminan dari proses belajar internal yang berlangsung dalam diri seseorang. Meskipunkurvabelajartidakmampusepenuhnyamencerminkan perubahan internal pada diri seseorang, tetapi untuk kebutuhan praktis atas dasar xxxixpenampilan nyata dapat ditafsirkan kemajuan, kemandegan atau kemunduran hasil belajar yang dicapai seseorang pada suatu waktu. 3. Penggunaan Alat Bantu dalam Pembelajaran Lompat Tinggi a. Hakikat Alat Bantu Penggunaanalatbantudalampembelajaranpendidikanjasmani merupakanbagianyangtidakdapatdipisahkan.Kelancarankegiatan pembelajaranpendidikanjasmanidapatdipengaruhiolehtersedianyaalatyang baik dan memadai. Berkaitan dengan alat bantu mengajar Srijono Brotosuryo dkk. (1994:294)menyatakan,Alat-alatyangdigunakanolehgurusebagaisarana untukmembantupelaksanaankegiatanmengajar.MenurutH.J .Ginodkk., (1998: 37) bahwa, Alat bantu belajar atau pembelajaran adalah semua alat yang digunakandalamdalamkegiatanbelajarmengajardenganmaksuduntuk menyampaikanpesan(informasi)pembelajarandarisumber(gurumaupun sumber lain) kepada penerima (siswa). Alatbantumempunyaiartipentingdalampembelajaranpendidikan jasmani. Alat bantu dapat dijadikan sarana untuk menyampaikan materi pelajaran kepadasiswa.Disampingitujuga,alatbantuakanmemudahkansiswadalam mempelajarimetaripembelajaran.HalinisesuaipendapatSrijonoBrotosuryo dkk., (1994: 297) bahwa, Dengan menggunakan alat bantu mengajar atau media, pengajarandapatmenjadilebihkonkritdanmenarik,sehinggamudahuntuk dimengerti dan dipahami anak didik. Pentingyaperananalatbantudalampembelajaranpendidikanjasmani, makamenyediakanalatsesuaidengankebutuhanpembelajaranpendidikan jasmaniharusdiusahakan.Dengantersedianyaalatbantudalampembelajaran pendidikanjasmaniakanmemudahkangurudalammenyampaikanmateri pelajarandansiswaakansenangdanmengertidanmemahamimateraiyang disampaikan guru. b. Penggunaan Alat Bantu dalam Pembelajaran Lompat Tinggi xlPrasaranadansaranapembelajaranpendidikanjasmanimerupakan kendalayangdihadapisekolah-sekolah.Padaumumnyaprasaranadansarana pendidikan jasmani kurang diperhatikan dibandingkan dengan pelajaran lainnya. Kurangnyaprasaranadansaranapendidikanjasmanidisekolah,sehinggahal yangmustahilakanmenyediakanalatbantulainnyayangdapatmendukung prosespembelajaranpendidikanjasmani.HalinisesuaipendapatRusliLutan (2000: 45) bahwa, Keluhan umum guru pendidikan jasmani yakni keterbatasan alat. Tidak tersedianya alat dapat menjadi faktor penghambat karena berpengaruh langsung terhadap struktur pelajaran dan pengaturan siswa. Tidak tersedianya alat bantu dalam pembelajaran pendidikan jasmani akan berdampak terhadap hasil belajar yang tidak maksimal. Bahkan dapat dikatakan, pembelajaran tidak dapat dilaksanakan, sehingga materi-materi dalam kurikulum pendidikan jasmani tidak tersampaikan kepada siswa. Tidak tersedianya alat bantu menuntutseorangguruberkreativitasagarpembelajarandapatberjalandengan baik dan diperoleh hasil belajar yang optimal. Hal ini sesuai pendapat Rusli Lutan (2000: 46) bahwa, Terbuka kesempatan guru pendidikan jasmani untuk membuat sendiri alat-alat sesuai dengan kebutuhan guna menyampaikan bahan pelajaran.Kreativitas dan inisiatif seorang guru untuk menciptakan alat bantu dalam pembelajaranpendidikanjasmanitermasuklompatjauhgayajongkoksangat penting. J ika siswa mengalami kesulitan dalam penguasaan teknik lompat jauh, maka perlu dibantu menggunakan alat bantu. Penggunaan alat bantu tersebut pada prinsipnya untuk merangsang gerak siswa agar teknik lompat tinggi gaya straddle dapatdikuasaidenganbaik.MenurutYoyoBahagia,UcupYusufdanAdang Suherman (2000: 85-89) memberikan bentuk-bentuk pembelajaran nomor lompat menggunakanalatbantuantaralain:(1)Talidenganberbagaiformasi pembelajaran,(2)Banbekasdenganberbagaiformasi,(3)Kardusdengan berbagai formasi. Penggunaanalatbantudalampembelajaranlompattinggidapat bermacam-macam bentuknya sesuai dengan kebutuhan dalam pembelajaran. Alat bantu dalam pembelajaran lompat jauh antara lain menggunakan tali, kotak atau kardus.Darialat-alattersebutseoranggurudapatmenciptakankondisibelajar xlisesuai dengan kebutuhan. Aip Syarifuddin (1992: 122-123) memberikan metode pembelajaran lompat tinggi sebagai berikut: Sesuaidenganunsur-unsurpokokuntuknomorlompatdanteknik mengenaibentuk-bentukgerakanpadalompattinggi,makauntuk melakukan latihannya antara lain sebagai berikut: 1)Latihan awalan Pelompatharusmelakukanlatihansecaraberulang-ulanguntuk mendapatkanketepatandiantarajarakawalandenganbatasatau tempat untuk melakukan tolakandengan membuat tanda (chermark). 2) Latihan tolakan Untuklatihantolakandapatdilakukandenganberbagaivariasidan kombinasi gerakan antara lain: Lompat-lompat ke depan ke atas dengan satu kaki. Lari sambil melompati gawang atau rintangan rendah Lari naik turun tangga (trap) atau naik bukit. 3)Sikap badan di atas mistar Sikap badan di atas mistar sangat erat kaitannya dengan awalan, oleh karenaitulakukanlatihanlompatsecaraberulang-ulangmelewati ketinggian mistar dengan gaya lompatannya. Untuk atlet-atlet pemula dapat dilakukan tanpa awalan, dengan awalan satu langkah atau tiga langkah dengan ketinggian mistar antara 75 cm sampai 100 cm 4)Pendaratan Pendaratandapatdiajarkandengancarabergulingataumenjatuhkan badan yang benar agar tidak terjadi cidera. Berdasarkanpendapattersebutmenunjukkanbahwa,dalam membelajarkan lompat tinggi kepada siswa harus didasarkan unsur-unsur pokok atautekniklompattinggiyangdipelajari.Penggunaanmodifikasialathanya sebagaisaranauntukmengatasikendaladalambelajarlompattinggi.Namun secaraprinsipdaripenggunaanmodifikasialattersebut,pelaksanaan pembelajarannyaharusmengacupadakarakteristikgerakanlompattinggigaya starddle. 4. Modifikasi Alat dalam Pembelajaran Lompat Tinggi a. Hakikat Modifikasi PembelajaranDalammembelajarkanketerampilanolahragasepertilompattinggi hendaknyaguruharusmampumencermatikesulitan-kesulitanyangdihadapi siswa.Kesulitan-kesulitanyangdihadapisiswadalambelajaranlompattinggi xlii gaya straddle hendaknya dicarikan solusi yang tepat sesuai dengan kondisi siswa. Menurut Yoyo Bahagia dan Adang Suherman (1999/2000: 1) bahwa: Penyelenggaraan program pendidikan jasmani hendaknya mencerminkan karakteristikprogrampendidikanjasmaniitusendiri,yaitu Developmentally Appropiate Practice (DAP). Artinya adalah, tugas ajar yangdiberikanharusmemperhatikanperubahankemampuananakdan dapat membantu mendorong perubahan tersebut. Dengan demikian tugas ajar tersebut harus sesuai dengan tingkat perkembangan anak didik yang sedang belajar. Tugas ajar yang sesuai ini harus mampu mengakomodasi setiapperubahandanperbedaankarakteristiksetiapindividuserta mendorongnya ke arah perubahan yang lebih baik. Pendapattersebutmenunjukkanbahwa,dalammelaksanakan pembelajaranpendidikanjasmani(termasuklompattinggi)harusdiperhatikan kondisisiswa.J ikadalammembelajaranlompattinggigayastraddlesecara langsungsiswamengalamikesulitan,makagurudapatmerubahatau memodifikasikedalambentukgerakanyangsederhanadanmudahdilakukan siswa.LebihlanjutYoyoBahagiadanAdangSuherman(1999/2000:1) menyatakan maksud dan tujuan modifikasi yaitu: Esensi modifikasi adalah menganalisa sekaligus mengembangkan materi pelajarandengancarameruntunkannyadalambentukaktivitasbelajar yangpotensialdapatmemperlancarsiswadalambelajarnya.Caraini dimaksudkanuntukmenuntun,mengarahkandanmembelajarkansiswa dari yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, dari tingkat yang tadinya lebih rendah menjadi memiliki tingkat yang lebih tinggi. Prinsip dari modifikasi pembelajaran merupakan suatu cara mengajar yang berorientasi pada keadaan siswa (body scaling), dimana kemampuan atau keadaan siswamerupakanfaktorutamayangharusdiperhatikandalamprosesbelajar mengajarketerampilan.Disampingitujuga,dalamprosespembelajaranyang sederhanaataumudahdandisesuaikandengankondisisiswaagarterjadi perubahan-perubahanpadadirisiswasesuaidengantujuanpembelajaranyang telah ditetapkan. b. Hakikat Modifikasi Alat dalam Pembelajaran Lompat TinggiMemodifikasiperalatandalampembelajaranpendidikanjasmanipada prinsipnyauntukmengatasikesulitan-kesulitanyangdihadapisiswa. xliiiPembelajaran lompat tinggi secara langsung siswa mengalami kesulitan, sehingga kemampuan lompat tinggi tidak dapat meningkat. Upaya mengatasi hal tersebut, maka dapat diciptakan kondisi belajar lompat tinggi yang lebih sederhana dengan memodifikasiperalatannya.Berdasarkanperalatanyangdimodifikasidalam pembelajaranlompattinggigayastraddle,makamodifikasiinitermasuk modifikasikondisilingkunganpembelajaran.Dalamhalinimodifikasikondisi lingkunganpembelajaranmenurutYoyoBahagiadanAdangSuherman (1999/2000: 7) bahwa: Modifikasipembelajarandapatdikaitkandengankondisilingkungan pembelajarnnya.Modifikasilingkunganpembelajaraninidapat diklasifikasikankedalambeberapaklasifikasisepertiperalatan.Guru dapatmengurangiataumenambahtingkatkompleksitasdankesulitan tugasajardengancaramemodifikasiperalatanyangdigunakanuntuk melakukanskill.Misalnyaberat-ringanya,tinggirendahnya,panjang pendeknya peralatan yang digunakan.

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, modifikasi alat dalam pembelajaranlompattinggigayastraddleyaitumerubahperalatanyang digunakan dan cara melakukannya tidak sama dengan gerakan lompat tinggi gaya straddle.Namundarimodifikasialatinidimaksudkanmengarahpada karakteristikgerakanlompattinggi,sehinggadaripembelajaranlompattinggi denganmemodifikasialatinidapatmendukunggerakanlompattinggigaya straddle.Berdasarkantujuanmodifikasipembelajaran,makamodifikasialat termasuktujuanpenghalusangerakan.Tujuanpenghalusanmaksudnyaadalah tujuanpembelajaranyanglebihmenekankanpadaperolehanpengetahuandan kemampuanmelakukanefisiensigerakatauketerampilanyangdipelajarinya (Yoyo Bahagia & Adang Suherman, 1999/2000: 3). 5. Pembelajaran Lompat Tinggi Gaya Straddle dengan Modifikasi Tali a.Pelaksanaan Pembelajaran Lompat Tinggi dengan Modifikasi Tali Pembelajaran lompat tinggi gaya straddle dengan modifikasi tali pada dasarnya merupakansuatustrategipembelajaranlompattinggiyangbertujuanagar siswadapatmenampilkangerakanlompatvertikal.Pembelajaranini xlivdimaksudkan agar siswa menguasai teknik melompat ke atas yang baik. Seperti dikemukakanMochamadDjumidarA.Widya(2005:67)bahwa, Pembelajaranlompatmenggunakantalibertujuanagardapatmerangsang siswa untuk melakukan lompatan agar badan terangkat ke atas depan. Pendapattersebutmenunjukkanbahwa,denganpembelajaranlompat tinggidenganmodifikasitalisiswadapatmengembangkanlompatankeatas semaksimalmungkinsehinggadapatmendukunggerakanlompattinggigaya straddle. Gunter Bernhard (1993: 156) berpendapat: Semuatekniklompattinggimempunyaitujuanuntukmemenangkan ketinggian sebesar mungkin, karena itu mempertahankan titik berat badan serendahmungkin.Faktor-faktorkondisiharusmengambilsyarat-syarat yangtidakhanyadibutuhkanuntukpenguasaanteknik,tetapiharus memberikan kemungkinan untuk mengangkat badan setinggi mungkin dari tanah (absolute spongkratch =tenaga loncat yang mutlak). Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, pembelajaran lompat tinggi gaya straddledenganmodifikasitalibertujuanuntukmengembangkanlompatanke atas,dimanalompatankeatassetinggimungkinsangatpentingdalamgerakan lompattinggi.Sedangkanditinjaudariprinsip-prinsipmodifikasipembelajaran pendidikanjasmanibahwa,pembelajaranlompattinggidenganmodifikasitali merupakan prinsip perluasan isi. Dalam hal ini Rusli Lutan dan Adang Suherman (2000: 68) berpendapat, Perluasan isi atau materi maksudnya adalah penyusunan aktivitas belajar secara progresive dari yang mudah ke yang sukar atau dari yang sederhana ke yang kompleks.Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, pembelajaran lompat tinggi gaya straddledengan modifikasi tali merupakan cara belajaryang dimulai dari yang sederhanaataumudah,kemudiansecarabertahapditingkatkankebentuk keterampilan yang lebih sulit. Melalui pembelajaran lompat tinggi gaya straddle dengan modifikasi tali diharapkan siswa akan memiliki daya loncat vertikal yang maksimal serta memiliki konsep gerakan melompat yang benar.Pelaksanaanpembelajaranlompattinggidenganmodifikasitaliyaitu, dibentangkan tali dengan ketinggian tertentu dan diatur sedemikian rupa. Sebelum pembelajaran dimulai, guru menjelaskan cara pelaksanaan pembelajaranlompat xlvtali dari teknik awalan, menumpu untuk menolak, melewati tali dan pendaratan. Untukselanjutnyagurumendemonstrasikannyaagarsiswamemilikikonsep gerakanmelompattaliyangbaikdanbenar.Adapunketinggiantaliyang dibentangkan dalam pembelajaran lompat tinggi dengan modifikasi tali menurut MochamadDjumidarA.Widya(2005:67)yaitu:Talidibentangkandengan ketinggian 30 cm, 40 cm, 50 cm diatur ketinggiannya, sehingga anak-anak tidak merasa jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran lompat.Bidang pendaratan harus lembut, tidak keras. Pembelajaranlompattinggidenganmodifikasitalidilakukansecara berulang-ulang dan ketinggian tali ditingkatkan secara bertahap. Agar siswa dapat mentransfer dari pembelajaran yang dilakukan dengan gerakan lompat tinggi gaya straddle,makasebelumpembelajaranselesai(10menit)siswadiberi pembelajaranlompattinggigayastraddle.Berikutinidisajikanilustrasi pembelajaran lompat tinggi dengan modifikasi tali sebagai berikut: Gambar 6. Pembelajaran Lompat Tinggi dengan Modifikasi Tali (Gunter Bernhard, 1993: 156) b.Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Lompat Tinggi dengan Modifikasi Tali Pembelajaranlompattinggigayastraddledenganmodifikasitalimerupakanbentuk pembelajaran yang mengarah pada pengembangan teknik lompat tinggi di antaranya awalan dan tumpuan. Di samping itu juga pembelajaran ini mengembangkan kemampuan lompatan vertikal yang dibutuhkan dalam lompat tinggi.xlviBerdasarkanpelaksanaanpembelajaranlompattinggigayastraddledenganmodifikasi talitersebutdiatasdapatdiidentifikasikelebihandankelemahannya.Kelebihanpembelajaran lompat tinggi gaya straddle dengan modifikasi tali antara lain: 1)Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa karena alat yang digunakan lebih sederhana. 2)Dapat mengembangkan unsur teknik awalan, menumpu untuk menolak. 3)Siswatidaktakutdenganalatyangdigunakankarenabilamenubruktidakmenimbulkan cidera. 4)Dapat meningkatkan kemampuan lompat vertikal semaksimal mungkin yang dapat membantu gerakan lompat tinggi. Selain kelebihan seperti di atas, pembelajaran lompat tinggi dengan modifikasi tali juga memiliki kelemahan. Kelemahan pembelajaran lompat tinggi gaya straddle dengan modifikasi tali antara lain:1)Dibuthkanproseswaktuyanglamauntukberadaptasidengangerakanlompattinggigaya straddle yang sebenarnya. 2)Unsurteknikmelewatitalidanpendaratantidakdikembangkan,sehinggasiswaakan mengalamikesulitandalammemperagakanteknikmelewatimistardanpendaratanpada lompat tinggi gaya straddle. 6. Pembelajaran Lompat Tinggi Gaya Straddle dengan Modifikasi Kotak a.Pelaksanaan Pembelajaran Lompat Tinggi dengan Modifikasi Kotak Prinsipnya pembelajaran lompat tinggi gaya straddle menggunakan kotak samadenganpembelajaranlompattinggigayastraddledenganmodifikasitali. Perbedaannyaterletakpadaalatyangdigunakanyaitudengankotakataupeti. Kotakyangharusdilompatitersebutpadaprinsipnyauntukmengembangkan kemampuan lompat vertikal. Ditinjau dari prinsip-prinsip pengaturan belajar gerak bahwapembelajaranlompattinggidenganmodifikasikotakmerupakanbentuk pembelajaranyangdilakukandaricarayangmudahuntukselanjutnya ditingkatkan secara bertahap. Dalam hal ini Sugiyanto (1996: 64) berpendapat:Berdasarkanpertimbangantingkatkesulitandantingkatkompleksitas, penyusunan materi pelajaran hendaknya mengikuti prinsip-prinsip: 1)Dimulaidarimateribelajaryangmudahdanditingkatkansecara berangsur-angsur ke materi yang lebih sukar. 2)Dimulaidarimateribelajaryangsederhanadanditingkatkansecara berangsur-angsur ke materi yang semakin kompleks. xlvii Melalui pembelajaran lompat tinggi dengan modifikasi kotak, siswa akan memiliki konsep gerakan melompat dan berkembang penguasaan teknik lompat tinggi. Dengan memiliki konsep gerakan melompat dan dikembangkannya teknik lompat tinggi, maka akan mendukung kemampuan lompat tinggi gaya straddle. Pelaksanaan pembelajaran lompat tinggi dengan modifikasi kotak yaitu, diletakkan kotak sedemikianrupadenganketinggianantara50-100cm.Gurumenerangkanteknikawalan, menumpu untuk menolak, melewati kotak dan pendaratan, selanjutnya guru mendemosntrasikan. Sebelum pembelajaran selesai (10 menit), pembelajaran ditingkatkan dengan lompat tinggi gaya straddle. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat menstrafer bentuk pembelajaran yang diterimanya ke pola gerakan lompat tinggi gaya straddle. Adapun yang dimaksud dengan transfer belajar gerak menurut Sugiyanto (1996: 82) bahwa, Transfer bukan merupakan materi pelajaran yang harus diajarkan, melainkan merupakan suatu kondisi yang harus diciptakan agar materi pelajaran yang telah dikuasaimurid bisamemberikankemudahan bagimurid untukmempelajari hal-halyang baru dalam situasi yang baru atau situasi yang lain. Untuklebihjelasnyaberikutinidisajikanilustrasipembelajaranlompatjauh menggunakan tali sebagai berikut: Gambar 7. Pembelajaran Lompat Tinggi dengan Modifikasi Kotak (Gunter Bernhard, 1993: 182) b. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Lompat Tinggi dengan Modifikasi Kotak Pembelajaranlompattinggidenganmodifikasikotakmerupakanbentukpembelajaran untuk merangsang kemampuan melompat setinggi mungkin. Dengan dikembangkannya lompatan yang setinggi mungkin, maka akan mendukung lompat tinggi gaya straddle. Ditinjau pelaksanaan pembelajaranlompattinggidenganmodifikasikotakdiatasdapatdiidentifikasikelebihandan kelemahannya. Kelebihan pembelajaran lompat tinggi dengan modifikasi kotak antara lain: 1)Dapat meningkatkan movitasi belajar siswa karena bentuk pembelajarannya berbeda dengan pembelajaran lompat tinggi. 2)Dikembangkan unsur teknik awalan, menumpu untuk menolak. 3)Siswa akan saling berlomba untuk melakukan lompatan setinggi mungkin melewati kotak. Kelemahan pembelajaran lompat tinggi dengan modifikasi kotak antara lain: 1)Lompatanyangkurangtinggidapatmengenaibahkanmenubrukkotaksehinggadapat menimbulkkan cidera. xlviii2)Unsurteknikmelewatimistardanpendaratanlompattinggigayastraddletidak dikembangkan. 3)Dibutuhkanwaktuyang agak lama untuk beradaptasi dengan teknikgerakan lompat tinggi gaya starddle. 7.Power Otot Tungkai a. Pengertian PowerPower merupakan unsur kondisi fisik yang dibutuhkan pada hampir semua cabangolahraga.SepertidiungkapkanKONI(1993:26)bahwa,Powerlebih diperlukandanbolehdikatakansemuacabangolahraga,olehkarenadidalam power , kecuali ada kekuatan terdapat pula kecepatan. Kekuatan dan kecepatan merupakan unsur utama dari power. Terciptanya powerjikakekuatandankecepatandikerahkansecaramaksimaldalamwaktu yangsingkat.Berkaitandenganpower,SuharnoHP.(1993:59)menyatakan, Poweradalahkemampuanototatletuntukmengatasitahananbebandengan kekuatandankecepatanmaksimaldalamsatugerakyangutuh.MenurutM. Sajoto (1995: 8) bahwa, Daya ledak otot (muscularpower) adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kekuatan maksimum, dengan usaha yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya. Sedangkan Imam Hidayat (1997: 280) menyatakan, Daya ledak/power ialah besarnya kekuatan yang dikerahkan dengan kecepatan. Pengertianpoweryangdikemukakantigaahlipadaprinsipnyahampir sama sehingga dapat disimpulkan, power merupakan kemampuan seseorang untuk mengerahkankekuatansecaramaksimaluntukmelakukangerakanyangutuh dalamwaktuyangsesingkat-singkatnya.Berdasarkankesimpulanpengertian powertersebutdapatdirumuskanpengertianpowerotottungkaiyaitu, kemampuan otot atau sekelompok otot tungkai dalam mengatasi tahanan beban atau dengan kecepatan tinggi dalam satu gerakan yang utuh dalam waktu yang singkat. Power otot tungkai merupakan kemampuan otot tungkai untuk melakukan kerjaataugerakansecaraeksplosifyangmelibatkanotot-otottungkaisebagai penggerak utama. Power otot tungkai digunakan terutama pada gerakan meloncat, xlixmelompat, menendang atau gerakan-gerakan lain yang melibatkan kerja otot-otot tungkai secara eksplosif. b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Power Terbentuknyapoweryangbaiktidakterlepasdaridukunganbeberapa faktor. Penentu power adalah intensitas kontraksi otot. Intensitas kontraksi yang tinggimerupakankecepatanpengerutanototsetelahmendapatrangsangandari syaraf.Intensitaskontraksiinitergantungpadarekruitmensebanyakmungkin jumlahotot.Kecualiituproduksikerjaototsecaraeksplosifmenambahsuatu unsur baru yakni terciptanya hubungan antara otot dengan sistem syaraf. Sarwono danIsmaryati(1999:6)menyatakan,Unsur-unsurpenentupoweradalah kekuatanotot,kecepatanrangsangansyaraf,kecepatankontraksiotot,produksi energisecarabiokimiadanpertimbanganmekanikgerak.SedangkanSuharno HP.(1993:59-60)menyatakanfaktoryangmenentukanbaiktidaknyapoweradalah: 1)Banyak sedikitnya macam fibril otot putih dari atlet. 2)Kekuatan dan kecepatan otot atlet Ingat rumus P =F x V P = power, F = force, V = velocity. 3)Wakturangsanganmaksimal34detik,misalnyawakturangsangan hanya15detik,powerakanlebihbaikdibandingkandenganwaktu rangsangan selama 34 detik. 4)Koordinasi gerakan yang harmonis antara kekuatan dan kecepatan. 5)Tergantung banyak sedikitnya zat kimia dalam otot (ATP). Unsurpenentubaikdantidaknyapoweryangdimilikiseseorangpada dasarnya sangat bergantung pada intensitas kontraksi otot. Kemampuan otot untuk berkontraksisecaramaksimaldalamwaktuyangsingkatsetelahmenerima rangsangan serta produksi energi biokimia dalam otot sangat menentukan power yang dihasilkan. J ika unsur-unsur seperti di atas dimiliki seseorang, maka ia akan memilikipoweryangbaik.Namunsebaliknyajikaunsur-unsurtersebuttidak dimiliki maka power yang dihasilkan juga tidak baik. Untuk memperoleh power otot tungkai harus dilakukan latihan secara sistematis dan kontinyu dengan bentuk l latihanyangtepat.MenurutSuharnoHP.(1993:59)ciri-cirilatihanexplosive power antara lain: 1)Melawanbebanrelatifringan,beratbadansendiri,dapatpula tambahan beban luar yang ringan. 2)Gerakan latihan aktif, dinamis dan cepat. 3)Gerakan-gerakan merupakan satu gerak yang singkat, serasi dan utuh. 4)Bentuk gerak bisa cyclic maupun acyclic. 5)Intensitas kerja submaksimal atau maksimal. Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, ciri-ciri latihan untuk mengembangkanpoweryaitu,bebanlatihanringan,gerakannyaaktifdinamis, cepat,singkatdanserasisertautuh,gerakannyadapatberbentukcyclicdan acyclic, intensitasnya submaksimal dan maksimal. Latihan yang dilakukan secara sistematisdankontinyumakaakandiperolehpowerotottungkaiyangbaik. Dengan power otot tungkai yang baik maka akan mendukung kegiatan olehraga yang melibatkan otot-otot tungkai seperti lompat tinggi gaya straddle. c. Peranan Power Otot Tungkai terhadap Kemampuan Lompat Tinggi Gaya Straddle Powerotottungkaimerupakansalahsatukomponenkondisifisikyang mempunyaiperanpentingterhadappencapaianprestasilompattinggi. Kemampuanseorangpelompatuntukmelewatimistarsangatbergantungpada kemampuanmenumpuuntukmenolakdengankuatdancepat.Kemampuan menolakdihasilkandarikekuatandankecepatankerjaotot-otottungkaiyang dikerahkan secara maksimal dan eksplosif.Ditinjaudariteknikgerakanlompattinggi,menolakmerupakanfase perubahangerakhorisontalmenjadigerakvertikal.Padafaseinikemampuan melakukanawalandengancepatdanmenumpudengankuatsangatditentukan oleh kemampuan dari otot-otot tungkai. Aip Syarifuddin (1992: 91) menyatakan,Tolakan adalah perubahan atau perpindahan gerakan dari gerakan horisontal ke gerakanvertikalyangdilakukandengancepat.Dimanasebelumnyapelompat sudahmempersiapkandiriuntukmelakukantolakkansekuat-kuatnyapada langkahyangterakhir,sehinggaseluruhtubuhterangkatkeatasmelayangdi li udara. Pendapat lain dikemukakan J ess J arver (2005: 36) bahwa, Perubahan dari kecepatan horisontal menjadi gerakan bersudut didapat dengan cara memberikan tenaga maksimum pada kaki yang akan take off. Berdasarkanpendapattersebutmenunjukkan,padagerakanmenumpu untuk menolak dibutuhkan kecepatan dan kekuatanyang dipadukan dalam satu gerakan yang eksplosif. Dalam hal ini power otot tungkai berperan penting untuk menghasilkan lompatan yang setinggi-tingginya. Kemampuan seorang pelompat memadukankecepatandanmengerahkankekuatanotot-otottungkaisecara maksimal pada teknik yang benar saat menolak, maka akan diperoleh lompatan yang baik dan maksimal. J ika seseorang memiliki power otot tungkai yang baik akanberpengaruhterhadapkemampuanlompattinggigayastraddlesecara optimal. B. Kerangka Pemikiran Berdasarkantinjauanpustakayangtelahdikemukakandiatasdapat diajukan kerangka pemikiran sebagai berikut: 1. Perbedaan Pengaruh Pembelajaran Lompat Tinggi Gaya Straddle dengan ModifikasiTalidanKotakterhadapKemampuanLompatTinggiGaya Straddle Pembelajaranlompattinggidenganmodifikasitalidankotakmerupakanbentuk pembelajaranyangdidasarkanpadakondisisiswa.Darikeduamodifikasialatyangdigunakan bertujuan untuk merangsang siswa agar lompatannya menjadi lebih tinggi. Dengan lompatan yang tinggi maka akan dapat mendukung kemampuan lompat tinggi gaya straddle.Namun demikian perbedaan alat yang digunakan dari kedua pembelajaran tersebut tentu akan menimbulkan respon yang berbeda. Ditinjaudarialatyangdigunakan,pembelajaranlompattinggidenganmodifikasitali memiliki kecenderungan menyerupai karakteristik lompat tinggi yang sebenarnya. Dengan adanya tali yang dibentangkan dan ketinggiannya ditingkatkan secara bertahap merangsang siswa untuk melompatisemaksimalmungkin.Disampingitujuga,pembelajaranlompattinggidengan modifikasi tali dikembangkan juga unsur teknik awalan dan tumpuan untuk menolak. Demikian halnyapembelajaranlompattinggidenganmodifikasikotakjugamengembangkanunsur kemampuan lompat vertikal. Namunketinggian kotak tidak ditingkatkan, sehingga kemampuan lompat vertikal kurang berkembang secara maksimal.lii Perbedaankarakteristikdarikeduapembelajarantersebuttentuakanmemberidampak yang berbeda terhadap peningkatan kemampuan lompat tinggi gaya straddle. Dengan demikian diduga, pembelajaran lompat tinggi dengan modifikasi tali dan kotak diduga memiliki perbedaan pengaruh terhadap kemampuan lompat tinggi gaya straddle. 2. Perbedaan Pengaruh Power Otot Tungkai Tinggi dan Power Otot Tungkai Rendah terhadap Kemampuan Lompat Tinggi Gaya StraddleLompat tinggi merupakan salah satu nomor lompat dalam cabang olahraga atletik.Melompatsetinggi-tingginyamerupakansalahataufaktoryangdapat mendukungpencapaianprestasilompattinggigayastraddle.Melompatdalam gerakanlompattinggidilakukanpadagerakanuntukmelewatimistar. Kemampuanmenolakdihasilkandarikekuatandankecepatankerjaotot-otot tungkai yang dikerahkan secara maksimal dan eksplosif.Melompatimistarsetinggi-tingginyadandinyatakansahberdasarkan peraturanberlakumerupakanprestasidalamlompattinggi.Untukmelakukan lompatanyangsetinggi-tingginya,otot-otottungkaiharusdikerahkansecara maksimal dan eksplosif. Dalam hal ini power otot tungkai sangat berperan untuk mendukunggerakanmenolakdalamlompattinggi.Baiktidaknyapowerotot tungkaiakanberpengaruhterhadapkemampuanlompattinggigayastraddle. Untukmencapaihasilbelajarlompattinggiyangoptimal,makasiswaharus memiliki power otot tungkai yang baik. Dengan demikian diduga, antara power otot tungkai tinggi dan power otot tungkai rendah memiliki pengaruh perbedaan terhadap kemampuan lompat tinggi gaya straddle. 3.InteraksiModifikasiAlatPembelajaranLompatTinggidanPowerOtot Tungkai terhadap HasilBelajar Lompat Tinggi Gaya Straddle Pembelajaran lompat tinggi dengan modifikasi tali dan kotak merupakan bentuk pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan lompat vertikal.Denganmeningkatnyakemampuanlompatvertikal,makaakan mendukung kemampuan lompat tinggi gaya straddle. Kemampuan lompat tinggi gaya straddle tidak terlepas dari kemampuan kondisi fisikyang dimiliki siswa. Baik tidaknya power otot tungkai yang dimiliki siswa akan berpengaruh terhadap kemampuan lompat tinggi gaya straddle. liiiBerdasarkanpelaksanaanpembelajaranlompattinggidenganmodifikasi tali dan kotak, maka siswayang memiliki power otot tungkai tinggi lebih baik diberipembelajaranlompattinggidenganmodifikasitali.Halinikarena, ketinggiantaliditingkatkansecarabertahap.Denganmemilikipowerotot tunmgkai tinggi, maka akan mampu melompati tali dengan baik, sehingga tidak akan menubruk tali. Bagi siswa yang memiliki power otot tungkai rendah lebih cocok diberi pembelajaran lompat tinggi dengan modifikasi kotak. Hal ini karena, ketinggian kotak tidak ditingkatkan. Ketinggian kotak yang stabil tidak menuntut power otot tungkai yang maksimal. Dengan demikian diduga, antara modifikasi alatpembelajaranlompattinggidanpowerotottungkaimemilikiinteraksidi antara keduanya. C. Perumusan Hipotesis Berdasarkantinjauanpustakadankerangkapemikiranyangtelah dikemukakan di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1.Adaperbedaanpengaruhmodifikasialatpembelajaranlompattinggiantara menggunakan tali dan kotak terhadap kemampuan lompat tinggi gaya straddle padasiswaputrakelasXSMANegeri3Sukoharjotahunpelajaran 2008/2009. 2.Adapengaruhperbedaanantarapowerotottungkaitinggidanpowerotot tungkairendahterhadapterhadapkemampuanlompattinggigayastraddle padasiswaputrakelasXSMANegeri3Sukoharjotahunpelajaran 2008/2009. 3.Adainteraksiantaramodifikasialatpembelajaranlompattinggidanpower otottungkaiterhadapkemampuanlompattinggigayastraddlepadasiswa putra kelas X SMA Negeri 3 Sukoharjo tahun pelajaran 2008/2009. liv BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lapangan lompat tinggi SMA Negeri 3 Sukoharjo. 2. Waktu Penelitian Penelitiandilaksanakanselamasatusetengahbulan.Penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan bulan J uni 2009 denganfrekuensi latihan tiga kali dalam satu minggu. B. Metode Penelitian 1. Metode Eksperimen Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Dasarpenggunaanmetodeiniadalahkegiatanpercobaanyangdiawalidengan memberikan perlakuan kepada subjek yang diakhiri dengan suatu bentuk tes guna mengetahuipengaruhperlakuanyangtelahdiberikan.Sugiyanto(1995:21) mengemukakanTujuanpenelitianeksperimentaladalahuntukmenelitiada tidaknya hubungan sebab akibat serta besarnya hubungan sebab akibat tersebut dengan cara memberikan perlakukan (treatment) terhadap kelompok eksperimen yanghasilnyadibandingkandenganhasilkelompokkontrolyangtidakdiberi perlakuan atau diberi perlakuan yang berbeda. 2. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah faktorial 2 X 2. Rancangan faktorial adalah rancangan dimana bisa dimasukkan dua variabel atau lebih untuk memanipulasi secara simultan. Dengan rancangan ini bisa diteliti pengaruh setiap variabelindependenterhadapvariabeldependen,danjugapengaruhinteraksi antara variabel-variabel independen (Sugiyanto 1995: 30). Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan gambar rancangan penelitian ini sebagai berikut : lv Modifikasi Pembelajaran Lompat Tinggi Power otot tungkaiMenggunakan Tali (A1) Menggunakan Kotak (A2) Tinggi (B1)A1B1A2B1 Rendah (B2)A1B2A2B2 Keterangan: A1B1:Kelompok modifikasi pembelajaran lompat tinggi menggunakan tali kriteria sampel power otot tungkai tinggi A1B2:Kelompokmodifikasipembelajaranlompattinggimenggunakantalikriteria sampel power otot tungkai rendah A2B1:Kelompokmodifikasipembelajaranlompattinggimenggunakankotak kriteria sampel power otot tungkai tinggi. A2B2:Kelompokmodifikasipembelajaranlompattinggimenggunakankotak kriteria sampel power otot tungkai rendah. C. Variabel Penelitian Variabeldalampenelitianiniterdiridariduavariabelbebasdansatu variabel terikat yaitu: 1)Variabel bebas(independen) yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas (independen) dalam penelitian ini yaitu: pembelajaran lompat tinggi dengan modifikasi tali dan kotak. 2)Variabelatributifadalahvariabelyangmelekatpadadirisampelyang dibedakan atas: power otot tungkai tinggi dan power otot tungkai rendah.3)Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan lompat tinggi gaya straddle. D. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel lvi 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Sukoharjo tahun pelajaran 2008/2009 berjumlah 100 terbagi dalam enam kelas. Adapun jumlahpopulasisecarakeseluruhandisajikandalambentuktabelsebagai berikut: Tabel 1. Populasi Siswa Putra Kelas X SMA Negeri 3 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2008/2009 NoKelasPopulasi 1X-a20 orang 2X-b20 orang 3X-c20 orang 4X-d20 orang 5X-e20 orang J umlah 100 orang 2. Teknik Pengambilan Sampel Tekniksamplingyangdigunakandalampenelitianiniadalahpurposive sampling.Sampel yang digunakan yaitu berdasarkan klasifikasi hasil tes power otottungkai.Darihasiltespowerotottungkaitersebutdirengkingdarinilai tertinggisampaiterendah,kemudiandiklasifikasikanmenjaditigayaitupower otot tungkai tinggi, power otot sedang dan power otot rendah.Setelah diketahui powerotottungkaitinggi,powerototsedangdanpowerotottungkairendah, kemudiandiambil20siswadengankategoripowerotottungkaitinggidan20 siswa dengan kategori power otot tungkairendah. Sedangkan kelompok power otottungkaisedangdihilangkan.Selanjutnyadari40siswayangterpilih dikelompokkanmenjadi4kelompoksesuairancanganfaktorial2X2secara random. E. Teknik Pengumpulan Data lvii Data dalam penelitian ini diperoleh melalui tes dan pengukuran. Tes dan pengukuran meliputi: 1)Tes dan pengukuran power otot tungkai dengan vertical power jump test dari Barry L. J ohnson & J ack K. Nelson (1986: 210).2)TesdanpengukurankemampuanlompattinggigayastraddledariAndi Suhendro (1999: 2.56). Petunjuk pelaksanan tes terlampir. F. Teknik Analisis Data Analisisdatadalampenelitianinimeliputiujiprasyaratanalisisdan pengujian hipotesis. Adapun langkah-langkah dari analisis data sebagai berikut: 1.Mencari Reliabilitas Untukmengetahuitingkatkeajeganhasiltesyangdilakukandalam penelitian, dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan korelasi interklas dari Ismaryati (2006: 27), dengan rumussebagai berikut : MSs MSr R =MSs Keterangan : R=Koefisien reliabilitas MSs=J umlah rata-rata dalam kelompok MSr=J umlah rata-rata antar kelompok 2. Uji Prasyarat Analisis Uji prasyarat analisis dalam penelitian ini meliputi uji normalitas dan uji homogenitas.Adapunlangkahmasing-masingujiprasyarattersebutsebagai berikut: a. Uji Normalitas (Metode Lilliefors)lviiiUjinormalitasinidigunakanuntukmengetahuiapakahsampel penelitian ini berasal dari populasi yang normal atau tidak. Langkah-langkah :1)PengamatanX1,X2,X3,.Xn dijadikanbilanganbaku Z1,Z2,Z3,..Zn, dengan menggunakan rumus : Zi ={ Xi X }/ SD, dengan X dan SD berturut-turut merupakan rata-rata dan simpangan baku. 2)Data dari sampel tersebut kemudian diurutkan dari skor terendah sampai skor tertinggi. 3)Untuktiapbilanganbakuinidandenganmenggunakandaftardistribusi normal baku kemudian dihitung peluang F(Zi) =P(Z Ft ) pada taraf signifikansi 5%. Ini artinya hipotesis nol (H0) ditolak. Yangartinya,antarapowerotottungkaitinggidanpowerotottungkairendah terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan lompat tinggi gaya straddle. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa, power otot tungkai tinggi lebihbaikpengaruhnyaterhadapkemampuanlompattinggigayastraddledari pada power otot tungkai rendah dengan perbedaan rata-rata 4.25. 3.Pengujian Hipotesis Ketiga Interaksifaktorutamapenelitiandalambentukinteraksiduafaktor menunjukkan ada interaksi antara modifikasi alat pembelajaran lompat tinggi dan power otot tungkai. Dari hasil penghitungan diperoleh nilai F0 =5.191 ternyata lebih besar dari Ft =4.1 ( F0 >Ft ) pada taraf signifikansi 5% sehingga H0 ditolak. Ini berarti bahwa, antara modifikasi alat pembelajaran lompat tinggidan power otot tungkai terdapat interaksi terhadap hasil belajar lompat tinggi gaya straddle. lxxE. Pembahasan Hasil Penelitian Pembahasanhasilpenelitianinimemberikanpenafsiranlebihlanjut mengenaihasil-hasilanalisisdatayangtelahdikemukakansebelumnya. Berdasarkan pengujian hipotesis telah menghasilkan tiga simpulan yaitu: (1) ada perbedaanpengaruhyangsignifikanantarapembelajaranlompattinggidengan modifikasi tali dan kotak terhadap kemampuan lompat tinggi gaya straddlepada siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Sukoharjo tahun pelajaran 2008/2009. (2) ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara power otot tungkai tinggi dan power otot tungkai rendah terhadap kemampuan lompat tinggi gaya straddle pada siswa putrakelasXSMANegeri3Sukoharjotahunpelajaran2008/2009.(3)ada interaksiantaramodifikasialatpembelajaranlompattinggidanpowerotot tungkai terhadap kemampuan lompat tinggi gaya straddlepada siswa putra kelas XSMANegeri3Sukoharjotahunpelajaran2008/2009.Simpulananalisis tersebut dapat dipaparkan secara rinci sebagai berikut: 1.PerbedaanPengaruhModifikasiAlatPembelajaranLompatTinggi MenggunakanTalidanKotakterhadapKemampuanLompatTinggi Gaya Straddle Berdasarkan pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa, ada perbedaan pengaruh yangsignifikan antaramodifikasi laat pembelajaran lompat tinggimenggunakan tali dankotak terhadap kemampuan lompat tinggi gaya straddlepada siswa putra kelas kelas X SMA Negeri 3 Sukoharjo tahun pelajaran 2008/2009. Pada kelompok siswa yang diberi perlakuan pembelajaran lompattinggidenganmodifikasitalimempunyaipeningkatanyanglebihbaikdibandingkan dengankelompoksiswayangdiberiperlakuanpembelajaranlompattinggidenganmodifikasi kotak. Hal ini karena, pembelajaran lompat tinggi dengan modifikasi tali memiliki kecenderungan menyerupai karakteristik lompat tinggi yang sebenarnya. Dengan adanya tali yang dibentangkan dan ketinggiannya ditingkatkan secara bertahap merangsang siswa untuk melompati semaksimal mungkin. Sedangkan pembelajaran lompat tinggi dengan modifikasi kotak ketinggian kotak tidak ditingkatkan, sehingga kemampuan lompat vertikal kurang berkembang secara maksimal.Berdasarkan hasil penghitunganyang telah dilakukan diperoleh nilai Fo sebesar8.877>Ft4.11,denganselisihperbedaanpeningkatan5.25.Dengan demikianhipotesisyangmenyatakan,adaperbedaanpengaruhmodifikasialat lxxipembelajaranlompattinggiantaramenggunakantalidankotakterhadap kemampuan lompat tinggi gaya straddle pada siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Sukoharjo tahun pelajaran 2008/2009 dapat diterima kebenarannya. 2.PerbedaanPengaruhPowerOtotTungkaiTinggidanPowerOtot Tungkai Rendah terhadap Kemampuan Lompat Tinggi Gaya Straddle Berdasarkanpengujianhipotesiskeduamenunjukkanbahwa,ada perbedaanyangsignifikanantarapowerotottungkaitinggidanpowerotot tungkai rendah terhadap kemampuan lompat tinggi gaya straddle pada siswa putra kelasXSMANegeri3Sukoharjotahunpelajaran2008/2009.Siswayang memiliki power otot tungkai tinggi mempunyai kemampuan lompat tinggi gaya straddle yang lebih baik daripada siswa yang memiliki power otot tungkai rendah.Berdasarkan hasil penghitunganyang telah dilakukan diperoleh nilai Fo 13.546 >Ft 4.11, dengan selisih perbedaan 4.25. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan, ada pengaruh perbedaan antara power otot tungkai tinggi dan power otot tungkai rendah terhadap kemampuan lompat tinggi gaya straddle pada siswa putra kelas kelas X SMA Negeri 3 Sukoharjo tahun pelajaran 2008/2009 dapat diterima kebenarannya. 3. Interaksi antara Modifikasi Alat Pembelajaran Lompat Tinggi dan Power Otot Tungkai terhadap Kemampuan Lompat Tinggi Gaya Straddle Dari tabel 10 tampak ada interaksi secara nyata antara kedua faktor utama penelitian. Untuk kepentingan pengujian interaksi faktor utama terbentuklah tabel sebagai berikut: Tabel11.PengaruhSederhana,PengaruhUtamadanInteraksiFaktorUtama terhadap Peningkatan Kemampuan Lompat Tinggi Gaya Straddle A1A2RerataA1 - A2B115.507.0015.508.50 B28.006.007.002.00 Retara7.006.5011.250.50 lxxii B1 - B27.501.008.50 15.578 805101520A1 A2B1B2 Gambar 10. Bentuk Interaksi Modifikasi Alat Pembelajaran Lompat Tinggi danPower Otot Tungkai Berdasarkangambar10menunjukkanbahwa,bentukgarisperubahan besarnyanilaipeningkatankemampuanlompattinggigayastraddleyaitu berpotongan.Halinimenunjukkanadainteraksiantaramodifikasialat pembelajaran lompat tinggi dan power otot tungkai. Adanya interaksi di antara keduanya karena dalam belajar lompat tinggi harus didukung power otot tungkai yangbaik.Denganmemilikipowerotottungkaiyangbaik,akanmemudahkan siswamenguasaitekniklompattinggi,khususnyateknikmenumpuuntuk menolak. Dengan power otot tungkai yang baik, maka akan diperoleh lompatan yangmaksimal,sehinggaakanmendukungkemampuanlompattinggigaya straddle. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai Fhit =5.191 ternyata lebih besar dari Ftabel =4,11 ( F0 Ft 4.11.2.Adapengaruhperbedaanantarapowerotottungkaitinggidanpowerotot tungkai rendah terhadap kemampuan lompat tinggi gaya straddlepada siswa putra kelas kelas X SMA Negeri 3 Sukoharjo tahun pelajaran 2008/2009. Dari hasil analisis data menunjukkan Fo =13.546 >Ft 4.11.3.Adainteraksiantaramodifikasialatpembelajaranlompattinggidanpower otottungkaiterhadapkemampuanlompattinggigayastraddlepadasiswa putra kelas X SMA Negeri 3 Sukoharjo tahun pelajaran 2008/2009. Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa Fhitung =5.191 lebih besar dari Ftabel =4,11 ( Fhit >Ftabel). B.Implikasi Simpulandarihasilpenelitianinidapatmengandungpengembanganideyang lebihluasjikadikajipulatentangimplikasiyangditimbulkan.Atasdasar simpulan yang telah diambil, dapat dikemukakan implikasinya sebagai berikut: 1.Secaraumumdapatdikatakanbahwamodifikasialatpembelajaranlompat tinggiantaramenggunakantalidankotakdapatdigunakanuntuk meningkatkan kemampuan lompat tinggi gaya straddle. 2.Modifikasialatpembelajaranlompattinggimenggunakantaliternyata memberikan pengaruh yang lebih baik daripada modifikasi alat pembelajaran lxxvlompat tinggi menggunakan kotak terhadap kemampuan lompat tinggigaya straddle.Halinikarena,modifikasialatpembelajaranlompattinggi menggunakantalimemilikikarakteristikyangmenyerupaibentuk keterampilanyangsebenarnya.Kemampuanmelompatsetinggi-tingginya dikembangkanmelaluiketinggiantaliyangditingkatkansecarabertahap.Sedangkanmodifikasipembelajaranlompattinggimenggunakankotak, kemampuanmelompatsetinggi-tingginyakurangdikembangkan,karena ketinggian kotak tidak ditingkatkan. 3.Dalammemberikanpembelajaranlompattinggiharusdisesuaikandengan tingkatpowerotottungkaisiswa,karenatingkatpowerotottungkaiyang dimiliki siswa memberikan pengaruh terhadap kemampuan lompat tinggi gaya straddle. C. Saran Berdasarkanhasilpenelitianini,saran-saranyangdapatdikemukakankepada guru Penjaskes di SMA Negeri 3 Sukoharjosebagai berikut: 1.Untuk meningkatkan kemampuan lompat tinggi gaya straddle dapat diberikan modifikasialatmenggunakantalidankotak.Darihasilpenelitianini menunjukkan bahwa, modifikasi menggunakan talilebih baik pengaruhnya terhadappeningkatankemampuanlompatlompattinggigayastraddle, sehingga modifikasi menggunakan tali dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan lompat tinggi gaya straddle. 2.Dalamusahameningkatkankemampuanlompattinggigayastraddleharus memperhatikan tingkat power otot tungkai siswa. Tingkat power otot tungkai siswa yang dimiliki siswa harus menjadi pertimbangan dalam pembelajaran, karenatingkatpowerotottungkaiakanberpengaruhterhadapkemampuan lompat jauh tinggi gaya straddle. lxxviDAFTAR PUSTAKA AipSyarifuddin.1992.Atletik.J akarta:Depdikbud.Dirjendikti.Proyek PembinaanTenaga Kependidikan. Aip Syarifuddin dan Muhadi. 1992. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. J akarta: Depdikbud. Dirjendikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Andi Suhendro. 1999. Dasar-Dasar Kepelatihan. J akarta: Universitas Terbuka. BarryL.J ohnsondanJ ackK.Nelson1986.PracticalMeasurementFor Evaluation Pysical Education. Minesota USA: Publishing Company. GunterBernhard.1993.Atletik,PrinsipDasarLatihanLoncatTinggi,Jauh, Jangkit dan Loncat Galah. Semarang: Dahara Prize. H.J .Gino,Suwarni,Suripto,MaryantodanSutijan.1998.Belajardan Pembelajaran II. Surakarta: UNS Press. ImamHidayat.2003.BiomeknaikaPendekatanSistemPembelajaranGerak. Bandung: Program Pasca Sarjana UPI. J essJ arver.2005.BelajardanBerlatihAtletik.AlihBahasa.BE.Handoko. Bandung: Pioner J aya. J onath U., Haag E., & Krempel R. 1987. Atletik I. Alih Bahasa Suparno.J akarta: PT. Rosda J aya Putra. KONI. 1993. Latihan Kondisi Fisik. J akarta: KONI Pusat. MochamadDjumidarA.Widya.2005.BelajarBerlatihGerak-GerakDasar Atletik dalam Bermain. J akarta. PT. Raja Grafindo Persada. M.Sajoto.1995.PembinaanKondisiFisikDalamOlahraga.Semarang:IKIP Semarang Press. RusliLutan.2000.StrategiBelajarMengajarPenjaskes.J akarta:Depdiknas. DirektoratJ enderalPendidikanDasardanMenengahBagianProyek Penataran Guru SLTP Setara D-III. RusliLutandanAdangSuherman.2000.Prinsip-PrinsipPengembangandan ModifikasiCabangOlahraga.J akarta:Depdikbud.DirektoratJ enderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III. lxxvii SarwonodanIsmaryati.1999.LaporanPenelitianAplikasiPenelitianEnergi ElastikOtotPadaPengukuran