pengembangan alat peraga matematika materi ... - … · pengembangan alat peraga matematika materi...
TRANSCRIPT
PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MATEMATIKA MATERI
PERKALIAN UNTUK SISWA DENGAN LAMBAT BELAJAR
SD MUHAMADIYAH SAGAN YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Witanti Wiyantari
NIM: 131134089
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MATEMATIKA MATERI
PERKALIAN UNTUK SISWA DENGAN LAMBAT BELAJAR
DI SD MUHAMADIYAH SAGAN YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Witanti Wiyantari
NIM: 131134089
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
s
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan untuk:
Allah SWT yang telah memberikan kemudaan, rahmat serta hidayahnya dalam
penyusunan skripsi ini.
Kedua orang tuaku, Papa Dwi Heryanto dan Mama Surnia Adha yang telah
mendidik dan membesarkanku dengan penuh kasih sayang serta yang selalu
memberikan dukungan, doa dan semangatnya.
Mbak dan Adik-adikku (Mbak Nita Damayanti, Adiku Astri Kurnia Bintari, Adiku
Tia Sinta Marta Sari) terima kasih atas suport, waktunya untuk menghibur dan
semangatnya selama ini.
Dosen pembimbing I Ibu Christiyanti Aprinastuti S.Si., M.Pd dan Dosen
pembimbing II Ibu Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi yang telah
bersedia memberikan bimbingan dalam penyusunan laporan skripsi dengan
penuh perhatian, semangat dan kesabaran.
Teman-teman satu payung dan seperjuangan, Rahmawati Suharno, Mariyah yang
telah memberikan dukungan dan motivasi dalam pengerjaan skripsi.
Teman-teman terdekatku, Priska, Intan, Atika, Dhea, Aisyah, Reni, Assa, Okta,
Yolla, Cundi, dan Voo yang telah memberikan dukungan serta semangat dalam
mengerjakan skripsi.
Kk Edi Irawan, mas Biliy dan dek Bila yang telah memberikan semangat,
dukungan, yang selalu ada buat menghiburku selama pengerjaan skripsi.
Teman-teman PGSD angkatan 2013, terima kasih atas kebersamaan selama
belajar di PGSD USD.
Kupersembakan karya ini untuk Almamateterku Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“... Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum
mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri”
(Terjemahan Q.S. Ar-Ra’d:11)
“ Selalu berusaha dalam menghadapi suatu rintangan dan yakinalah pada diri kita
sendiri dan Allah SWT bahwa kita bisa melalui semuanya”
(Witanti Wiyantari)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah
disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya
ilmiah.
Yogyakarta, 13 Juni 2017
Peneliti
Witanti Wiyantari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Witanti Wiyantari
Nomor Mahasiswa : 131134089
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MATEMATIKA MATERI
PERKALIAN UNTUK SISWA DENGAN LAMBAT BELAJAR
DI SD MUHAMADIYAH SAGAN YOGYAKARTA
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya mengizinkan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikian penrnyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 13 Juni 2017
Yang menyatakan
Witanti Wiyantari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MATEMATIKA MATERI
PERKALIAN UNTUK SISWA DENGAN LAMBAT BELAJAR
DI SD MUHAMADIYAH SAGAN YOGYAKARTA
Witanti Wiyantari
Universitas Sanata Dharma
2017
Alat peraga adalah suatu benda konkret yang dapat membantu siswa pada
umumnya dalam memahami setiap pembelajaran, terutama siswa berkebutuhan
khusus yang mengalami lambat belajar. Berdasarkan analisis kebutuhan yang
dilakukan bersama kepala sekolah dan guru kelas III di SD Muhammadiyah
Sagan Yogayakarta menyatakan, bahwa mengalami keterbatasaan dalam
menyediakan alat peraga untuk membantu siswa yang mengalami lambat belajar
pada kelas III dalam memahami konsep dasar perkalian. Tujuan penelitian ini
adalah mengembangkan alat peraga papan perkalian untuk siswa dengan lambat
belajar dengan kualitas baik.
Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan Research and
Develompment (R&D). Prosedur pengembangan penelitian ini menggunakan
prosedur yang diungkapkan oleh Sugiyono dengan memodifikasi dari sepuluh
langkah menjadi tujuh langkah yaitu: (1) Potensi dan Masalah, (2) Pengumpulaan
Data, (3) Desain Produk, (4) Validasi Desain, (5) Revisi Desain, (6) Uji Coba
Produk, (7) Revisi Produk. Subyek dalam penelitian ini yaitu dua siswa yang
mengalami lambat belajar kelas III di SD Muhammadiyah Sagan Yogyakarta.
Alat peraga Matematika Papan Perkalian untuk siswa dengan Lambat
Belajar terbukti memiliki kualitas baik. Hal ini ditandai dengan adanya
pemahaman konsep serta penyelesaian soal perkalian yang lebih cepat. Alat
peraga papan perkalian dan album penggunaan alat peraga divalidasikan produk
dengan tiga validator yaitu ahli matematika, ahli psikolog anak dan guru kelas III.
Alat peraga memperoleh nilai rata-rata 3,6 dengan skala 4 katagori “sangat baik”
dan album penggunaan papan perkalian diperoleh nilai rata-rata 3,75 dengan skala
4 katagori “sangat baik”. Hasil akhir penelitian ini berupa prototipe alat peraga
Matematika papan perkalian untuk siswa dengan lambat belajar di SD
Muhammadiyah Sagan Yogyakarta beserta album penggunaan alat peraga papan
perkalian.
Kata kunci: Penelitian dan pengembangan, alat peraga, lambat belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
DEVELOPMENT OF MATHEMATICS VISUAL AID OF
MULTIPLICATION MATERIALS FOR STUDENTS WITH SLOW
LEARNING IN SD MUHAMMADIYAH SAGAN YOGYAKARTA
Witanti Wiyantari
Universitas Sanata Dharma
2017
The visual aid is a concrete object which can help student in general in
understanding lessons, especially students with special needs, who have learning
difficulty. Based on needs analysis with the headmaster and third grade teacher of
SD Muhammadiyah Sagan Yogayakarta, there was limitation in providing visual
aid to help students with learning difficulty in the third grade in understanding
basic multiplication concept. The purpose of this study was to develop high
quality multiplication board visual aid for students with learning difficulty.
The research type is Research and Develompment (R&D). The research
development procedure was the procedure visual aidosed by Sugiyono by
modifying ten steps into seven steps such as: (1) Potential and Problem, (2) Data
Collection, (3) Product Design, (4) Design Validation, (5) Design Revision, (6)
Product Trial, (7) Product Revision. The research subjects were two students with
learning difficulty in third grade in SD Muhammadiyah Sagan Yogyakarta.
The Multiplication Board Mathematics Visual aid for students with
learning difficulty proved to have good quality. This was indicated by
understanding of concept and faster completion of multiplication questions.
Multiplication board visual aid and visual aid manual album were validated by
three validators, i.e. mathematician, child psychologist, and third grade teacher.
The average score of the visual aid was 3,6 with 4 categorized as “very good”
and the average score of multiplication board manual album was 3,75 with 4
categorized as “very good”. The outcome of this research is a multiplication
board mathematics visual aid prototype for students with learning difficulty in SD
Muhammadiyah Sagan Yogyakarta, as well as multiplication board visual aid
manual album.
Keywords: Research and development, Visual aid, Slow learning
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul Pengembangan alat peraga
matematika materi perkalian untuk siswa dengan lambat belajar di SD
Muhamadiyah Sagan Yogyakarta dapat peneliti selesaikan dengan tepat
waktunya. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidika Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bawah tanpa bimbingan, bantuan dan
dukungan dari berbagi pihak maka skripsi ini tidak akan terwujud seperti adanya
sekarang ini. Penulis menyampaikan rasa terima kasih untuk segala bantuan yang
diberikan, kepada yang terhormat:
1. Rohandi, Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Christiyanti Aprinastuti S.Si., M.Pd., Ketua program studi Pendidikan
Guru sekolah Dasar dan dosen pembimbing skripsi I yang telah
memberikan bimbingan, motivasi, arahan dan dukungan dalam
penyusunan laporan skripsi.
3. Apri Damai Sagita Krissandi S.S., M.Pd., Wakil ketua program studi
pendidikan guru sekolah Dasar.
4. Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi., Dosen pembimbing skripsi II
yang berkenan memberikan bimbingan, arahan, dukungan, dan motivasi
dalam penyusunan laporan skripsi.
5. Sekretariat PGSD Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan
bantuan dan pelayanan peneliti dengan baik.
6. Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd, Laurensia Aptik Evanjeli, M.A., dan
Fatimah Zahro, S.Pd., Sebagai Validator yang menilai alat peraga papan
perkalian dan album penggunaan papan perkalian terima kasih atas kritik
dan saran agar alat peraga papan perkalian sesuai dengan kriteria.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
7. Keluarga besar SD Muhammadiyah Sagan yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian sehingga dapat
menambah ilmu dan pengalaman banyak bagi penulis.
8. Seluruh Dosen yang mengajar di Pendidikan Guru Sekolah dasar
Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan pengalaman yang
sangat berharga bagi penulis.
9. Kedua orang tuaku, Papa Dwi Heryanto dan Mama Surnia Adha yang
selalu memberikan semangat, doa dan dukungan yang sangat luar biasa.
10. Mbak Nita Damayanti, Adek Astri Kurnia Bintari, dan Adek Tia Sinta
Marta Sari, Atas suport, waktunya untuk menghibur dan semangatnya
selama ini.
11. Teman-teman terdekatku yang telah memberikan semangat dan waktunya.
12. Teman-teman satu payung yang selalu memberikan bantuan, nasehat serta
stand bye 24 jam buatku.
13. Semua pihak yang telah mendukung dan tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat untuk penelitian selanjutnya dan mohon
maaf jika ada kesalahan dalam penyusunan skripsi.
Yogyakarta, 13 Juni 2017
Peneliti
Witanti Wiyantari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ............................................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN .................................................. vii
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .. viii
ABSTRAK .............................................................................................................. x
ABSTRACK ........................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xiv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ............................................................................. 1
1.2 Batasan Masalah ............................................................................................ 5
1.3 Rumusan Masalah ......................................................................................... 5
1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 6
1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 6
1.6 Definisi Operasional ..................................................................................... 7
1.7 Spesifikasi Produk ........................................................................................ 8
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 13
2.1 Kajian Pustaka .................................................................................................. 13
2.1.1 Alat Peraga .................................................................................................. 13
2.1.2 Anak Berkebutuhan Khusus ....................................................................... 18
2.1.3 Anak Lambat Belajar .................................................................................. 21
2.1.4 Matematika ................................................................................................. 27
2.1.5 Pembelajaran dan Belajar ........................................................................... 30
2.1.6 Perkembangan Anak ................................................................................... 32
2.2 Penelitian yang Relevan ................................................................................... 34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
2.3 Kerangka Berpikir ............................................................................................ 37
2.4 Pertanyaan Penelitian ....................................................................................... 40
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 41
3.1 Jenis Penelitian ................................................................................................ 41
3.2 Setting Penelitian ............................................................................................ 45
3.3 Prosedur Pengembangan ................................................................................. 47
3.4 Teknik Pengumpulan Data .............................................................................. 52
3.5 Instrument Penelitian ...................................................................................... 55
3.6 Teknik Analisis Data ....................................................................................... 57
BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 61
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................................... 61
4.1.1 Potensi dan Masalah .................................................................................. 61
4.1.2 Pengumpulan Data ..................................................................................... 63
4.1.3 Desain Produk ............................................................................................ 68
4.1.4 Validasi Desain .......................................................................................... 70
4.1.5 Revisi Desain ............................................................................................. 73
4.1.6 Uji Coba Produk ........................................................................................ 86
4.1.7 Revisi Produk .............................................................................................. 94
4.2 Pembahasan ..................................................................................................... 94
4.2.1 Kelebihan alat peraga papan perkalian .................................................... 102
4.2.2 Kekurangan alat peraga papan perkalian ................................................. 102
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 103
5.1 Kesimpulan .................................................................................................... 103
5.2 Keterbatasan Penelitian ................................................................................. 105
5.3 Saran .............................................................................................................. 105
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 106
LAMPIRAN ....................................................................................................... 109
LAMPIRAN ....................................................................................................... 109
CURRICULUM VITAE ............................................................................... 181
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Literature map hasil penelitian yang relevan ........................................ 37
Bagan 3.1 Langkah Research and Development (R&D) ...................................... 42
Bagan 3.2 Prosedur Pengembangan Prorotipe Papan perkalian ........................... 48
Rumus 3.1 Menghitung Rata-rata ......................................................................... 59
Rumus 4.1 Mencari Rata-rata ............................................................................... 75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Garis besar wawancara kepada Kepala Sekolah .................................... 55
Tabel 3.2 Garis besar wawancara pertama kepada Guru kelas III. ........................ 55
Tabel 3.3 Garis besar wawancara kedua kepada Guru kelas III. ........................... 55
Tabel 3.4 Garis Besar wawancara kepada dua siswa lambat belajar kelas III. . .... 56
Tabel 3.5 Rambu-rambu pengamatan terhadap anak lambat belajar di kelas III. .. 56
Tabel 3.6 Skala bertingkat...................................................................................... 56
Tabel 3.7 Kisi-kisi Kuesioner Validasi Alat peraga. .............................................. 57
Tabel 3.8 Kisi-kisi Kuesioner Validasi Album Penggunaan Alat peraga. ............. 57
Tabel 3.9 Tabel Klasifikasi Hasil Penelitian .......................................................... 59
Tabel 3.10 Tabel Kategorisasi Data Kuantitatif ke Kualitatif............................... 59
Tabel 4.1 Hasil wawancara bersama kepala sekolah. . .......................................... 61
Tabel 4.2 Hasil wawancara bersama Guru kelas III. ............................................. 62
Tabel 4.3 Hasil Observasi Dua Siswa lambat Belajar pada saat pembelajaran
Matematika di kelas III. . ....................................................................................... 64
Tabel 4.4 Hasil Observasi Dua Siswa lambat Belajar pada saat pembelajaran IPA
di kelas III. . ........................................................................................................... 65
Tabel 4.5 Hasil wawancara bersama siswa pertama Lambat belajar. . .................. 67
Tabel 4.6 Hasil wawancara bersama siswa kedua Lambat belajar.. ...................... 67
Tabel 4.7 Hasil wawancara kedua bersama Guru kelas III. . ................................. 67
Tabel 4.8 Perubahan sebelum dan sesudah perubahan pada album penggunaan alat
peraga papan perkalian untuk siswa dengan lambat belajar di kelas III SD
Muhammadiyah Sagan ........................................................................................... 83
Tabel 4.9 Hasil Analisis Pengembangan Alat Peraga Matematika Papan Perkalian
beserta indikator penilaian ..................................................................................... 98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
Tabel 4.10 Hasil Analisis Pengembangan Album penggunaan Alat Peraga Papan
Perkalian beserta indikator penilaian. .................................................................... 99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kelompok objek sama. ....................................................................... 28
Gambar 2.2 Penjumlahan berulang. ....................................................................... 29
Gambar 2.3 Garis Bilangan. ................................................................................... 29
Gambar 2.4 Barisan objek dalam kolom. ............................................................... 29
Gambar 4.1 Gambar desain papan perkalian. ........................................................ 69
Gambar 4.2 Desain Kotak Isi. ................................................................................ 69
Gambar 4.3 Papan perkalian, Kotak Isi dan Kotak soal. ....................................... 71
Gambar 4.4 Desain kotak Butiran Perkalian Sebelum diberi masukan. ................ 71
Gambar 4.5 Desain kotak Butiran Perkalian Sesudah diberi masukan. ................. 71
Gambar 4.6 Replika Papan perkalian jika terisi dengan Kotak butiran perkalian. 72
Gambar 4.7 Desain kotak butiran Perkalian setelah revisi. ................................... 73
Gambar 4.8 Replika papan perkalian yang sudah direvisi. .................................... 74
Gambar 4.9 Papan perkalian yang sudah direvisi. ................................................. 75
Gambar 4.10 Kotak butiran perkalian sebelum revisi. ........................................... 80
Gambar 4.11 Kotak butiran perkalian sesudah revisi. ........................................... 80
Gambar 4.12 Hasil kerja pertama Bunga (disamarkan) . ....................................... 87
Gambar 4.13 Hasil kerja pertama Roso(disamarkan) . .......................................... 88
Gambar 4.14 Hasil Kerja Roso saat menggunakan Papan perkalian. .................... 92
Gambar 4.15 Hasil Kerja Bunga saat menggunakan Papan perkalian. .................. 92
Gambar 4.16 Hasil Kerja Roso setelah menggunakan Papan perkalian. ............... 93
Gambar 4.17 Hasil Kerja Bunga setelah menggunakan Papan perkalian ............. 93
Gambar 4.16 Tongkat Pecongkel. .......................................................................... 94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Melakukan ....................................................................... 110
Lampiran 2 Surat keterangan telah melakukan Penelitian .................................. 111
Lampiran 3 Garis besar pertanyaan wawancara Potensi dan Masalah ................ 112
Lampiran 4 Garis besar pertanyaan wawancara Pengumpulan Data ................... 113
Lampiran 5 Pedoman Observasi .......................................................................... 114
Lampiran 6 Kisi-Kisi Penilaian Validasi Prototipe Alat Peraga Dan Album
Pengguanaan Alat Peraga .................................................................................... 115
Lampiran 7 Hasil Validasi Alat Peraga oleh Ahli Psikolog Anak ...................... 117
Lampiran 8 Hasil Validasi Alat Peraga oleh Ahli Matematika ........................... 120
Lampiran 9 Hasil Validasi Alat Peraga oleh Guru kelas III ................................ 126
Lampiran 10 Hasil Validasi Album Penggunaan Alat Peraga oleh Ahli Psikolog
Anak .................................................................................................................... 129
Lampiran 11 Hasil Validasi Album Penggunaan Alat Peraga oleh Ahli
Matematika .......................................................................................................... 135
Lampiran 12 Hasil Validasi Album Penggunaan Alat Peraga oleh Guru kelas III
.............................................................................................................................. 141
Lampiran 13 Album Penggunaan Alat Peraga ..................................................... 144
Lampiran 14 Foto Uji Coba penelitian ................................................................ 177
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini akan menguraikan tentang latar belakang penelitian, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk yang
dikembangkan, dan definisi operasional.
1.1 Latar Belakang Penelitain
Belajar merupakan salah satu kegiatan untuk menambah pengetahuan atau
ilmu. Dalam ranah pendidikan, belajar merupakan suatu kegiatan yang penting
bagi setiap orang. Abdillah (dalam Aunurrahman, 2011:35) mendefinisikan
belajar sebagai suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan
tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor untuk memperoleh tujuan tertentu. Di bidang
pendidikan, Aunurrahman (2011:34) menambahkan bahwa pembelajaran
berupaya mengubah masukan berupa siswa yang belum terdidik, menjadi siswa
yang terdidik, siswa yang belum memiliki pengetahuan sesuatu, menjadi siswa
yang memiliki pengetahuan. Pembelajaran dalam ranah pendidikan kemudian
dikelompokkan berdasarkan bidang-bidang tertentu yang kerap disebut sebagai
mata pelajaran, dan salah satunya adalah Matematika.
Matematika merupakan mata pelajaran yang penting bagi setiap orang.
Ismail, dkk. (dalam Hamzah & Muhlisraini, 2014:48) mendefiniskan Matematika
sebagai ilmu yang membahas angka-angka dan perhitunganya, membahas
masalah-masalah numerik, mengenai kuantitas dan besaran, mempelajari
hubungan pola, bentuk dan struktur, sarana berpikir, kumpulan sistem, struktur,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
dan alat. Matematika adalah suatu ilmu yang pasti atau konkret. Ada baiknya
siswa sudah dikenalkan matematika sejak dini, banyak cara untuk membantu
siswa dalam mengenal pelajaran matematika, seperti penggunaan alat peraga yang
sederhana. Ali (dalam Sundayana, 2015:7) mengungkapkan bahwa alat peraga
adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang
merangsang pikiran, perasaan serta perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat
belajar. Alat peraga dapat digunakan untuk membantu kesulitan siswa dalam
memahami suatu materi tertentu, terutama pada pembelajaran Matematika, bukan
hanya itu saja alat peraga juga dapat membantu guru dalam penyampaian materi
kepada siswa yang memiliki kebutuhan khusus, seperti siswa lambat belajar.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Ningrum, 2013:29) kata
lambat artinya tidak tangkas atau tidak cekatan dalam bekerja, jadi anak lambat
belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar sehingga membutuhkan
waktu yang lebih lama dalam menyelesaikan tugas. Marliyn & Bursuck (2015:53)
menjelaskan bahwa teknologi dapat digunakan untuk membantu disabilitas baik
yang ringan ataupun yang berat dalam banyak hal, misalnya untuk berkomunikasi,
mengakses pembelajaran, menyelesaikan tugas, dan berpartisipasi secara penuh di
sekolah dan juga di masyarakat. Siswa penyandang disabilitas dibolehkan untuk
menggunakan teknologi bantu yang sesuai dengan kebutuhan. Teknologi bantu
merujuk pada perangkat apa pun, baik itu suatu alat, produk, atau barang lainnya
yang dapat digunakan untuk menaikkan, mempertahankan, atau meningkatkan
kemampuan fungsional individu penyandang disabilitas. Desiningrum (2016:14)
menyatakan siswa lambat belajar dalam memahami suatu materi harus dengan
banyak menggunakan benda-benda konkret dibandingkan verbalisasi atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
penejelasan materi yang banyak secara lisan karena hanya dapat membingungkan
siswa lambat belajar itu sendiri.
Peneliti melaksanakan wawancara dengan kepala sekolah dan guru kelas III
SD Muhammadiyah Sagan pada 8 November 2017. Berdasarkan hasil wawancara
dengan Kepala SD Muhammadiyah Sagan, peneliti mendapatkan informasi bahwa
di sekolah ini ada dua siswa yang mengalami lambat belajar dalam pembelajaran
Matematika kelas III, serta kurangnya penggunaan benda-benda konkret seperti
alat peraga untuk membantu siswa dalam memahami materi yang disampaikan
gurunya. Pada hari yang sama peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas
III tahun ajaran 2016/2017, dimana kelas ini memiliki dua siswa yang mengalami
lambat belajar. Dalam wawancara dengan guru kelas III tersebut, peneliti
mendapatkan informasi bahwa kedua siswa lambat belajar memiliki keterbatasan
kemampuan akademik jika dibandingkan dengan siswa-siswi lainnya di kelas
yang sama. Dua siswa lambat belajar tersebut kerap kali tertinggal dalam
mengerjakan tugas dan menerima penjelasan yang diberikan guru selama
pembelajaran berlangsung. Dua siswa lambat belajar mengalami lambat pada
mata pelajaran lainnya seperti Bahasa Indonesia, IPA, dan IPS. Akan tetapi, Pada
pembelajaran Matematika dua siswa lambat belajar mengalami permasalahan
yang menojol.
Hasil wawancara dan obsevasi. Wawancara kedua dilakukan bersama guru
kelas III dan kedua siswa lambat belajar. Observasi dilakukan pada kedua siswa
lambat belajar. Wawancara dan observasi dilakukan pada tanggal 17 November
2016. Hasil wawancara kedua bersama guru kelas III dan dua siswa lambat belajar
mengalami kesulitan pada pembelajaran Matematika materi Perkalian, mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
masih belum memahami konsep dasar perkalian dikarenakan mereka memerlukan
waktu yang lama dalam memahami konsep dasar perkalian dan kurangnya
penggunaan benda-benda konkret seperti alat peraga menjadi hambatan dalam
membantu dua siswa lambat belajar dalam memahami konsep dasar perkalian.
Selain itu, guru juga meminta peneliti medesain alat peraga untuk mengajarkan
konsep dasar perkalian untuk siswa dengan lambat belajar. Observasi dilakukan
sebanyak dua pertemuan pada pembelajaran yang berbeda, yaitu pada
pembelajaran Matematika dan IPA. Hasil observasi dua siswa lambat belajar pada
pembelajaran Matematika dan IPA, dari hasil observasi yaitu bahwa dua siswa
lambat belajar mengalami keterlambatan dalam memahami materi yang
disampaikan oleh guru serta dalam mengerjakan soal yang diberikan. Pada saat
observasi terlihat pada pembelajaran Matematika dua siswa lambat belajar ini
mengalami kesulitan yang menojol dalam menerima pembelajaran yang
diberikan.
Berdasarkan masalah dan kendala yang dialami oleh siswa dan pihak
sekolah, peneliti memutuskan untuk melakukan pembuatan alat peraga
Matematika yang dapat digunakan untuk membantu pemahaman siswa lambat
belajar dalam materi perkalian. Peneliti memutuskan untuk membuat suatu papan
perkalian dengan perkalian dasar 1-10. Alat peraga dalam penelitian ini
menggunakan lima ciri-ciri Montessori. Alat peraga Montessori merupakan alat
peraga yang dirancangan untuk membantu siswa dalam belajar dan memahami
materi pembelajaran. Lima ciri-ciri alat peraga Montessori yaitu menarik dengan
memberikan warna, bentuk, tekstur yang menarik serta berat yang ideal.
Bergadasi, memiliki tekstur pada alat peraga yang dapat dirasakan oleh indra
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
manusia seperti indra pengelihatan, dan indra peraba. Memiliki pengendali
kesalahan yang dapat mengetahui kesalahanya sendiri ketika belajar dengan
menggunakan alat peraga. Kemandirian, siswa dapat belajar secara mandiri
dengan menggunakan alat peraga ini tanpa didampingi oleh guru. Kontekstual,
alat peraga dibuat dengan menggunakan bahan-bahan yang dapat dijumpai
dilingkungan sekitar, awet dan tahan lama. Peneliti berharap alat peraga ini akan
membantu siswa-siswi lambat belajar dapat memahami konsep dasar perkalian
dengan mudah. Selain itu pembuatan papan perkalian ini bertujuan untuk
membantu guru dalam menjelaskan materi perkalian pada siswa lainnya secara
konkret.
1.2 Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi pada masalah kompleks di atas maka peneliti
membatasi masalah pengembangan Alat Peraga Matematika Papan Perkalian
untuk Siswa dengan Lambat Belajar. Penelitian ini dibatasi hanya untuk dua siswa
berkebutuhan khusus jenis lambat belajar kelas III di SD Muhammdiyah Sagan
Yogyakarta. Peneliti mengambil dua siswa yang mengalami lambat belajar di
kelas tersebut, dengan pertimbangan antara lain: kedua siswa tersebut berada di
kelas yang sama dan mengalami lambat belajar dengan kesulitan materi yang
sama.
1.3 Rumusan Masalah
1.3.1 Bagaimana pengembangan alat peraga matematika papan perkalian
untuk siswa dengan lambat belajar di SD Muhammadiyah Sagan
Yogyakarta?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
1.3.2 Bagaimana kualitas alat peraga matematika papan perkalian untuk
siswa dengan lambat belajar di SD Muhammadiyah Sagan
Yogyakarta?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Mengetahui bagaimana pengembangan alat peraga matematika papan
perkalian untuk siswa dengan lambat belajar di SD Muhammadiyah
Sagan Yogyakarta.
1.4.2 Mengetahui bagaimana kualitas alat peraga matematika papan
perkalian untuk siswa dengan lambat belajar di SD Muhammadiyah
Sagan Yogyakarta.
1.5 Manfaat penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.5.1 Bagi Siswa
Dapat membantu anak lambat belajar dalam memahami mata
pelajaran Matematika dengan mudah pada materi perkalian, dengan
penggunaan alat peraga papan perkalian yang disediakan.
1.5.2 Bagi Guru
Guru lebih memahami tahapan penggunaan alat peraga,
mendapatkan pengalaman, dan pengembangan Alat Peraga Papan
Perkalian untuk siswa dengan lambat belajar yang dapat membantu
guru dalam menjelaskan materi perkalian dengan mudah.
1.5.3 Bagi Sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Sekolah mendapatkan wawasan baru tentang penggunaan Alat
Peraga Papan Perkalian bagi siswa dengan lambat belajar yang dapat
mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar.
1.5.4 Bagi Peneliti
Peneliti memperoleh pengetahuan dan pengelaman baru dalam
mengembangkan Alat Peraga Papan Perkalian untuk siswa dengan
lambat belajar. Produk yang dikembangkan dapat memberikan
motivasi bagi peneliti dalam mengembangkan alat peraga
pembelajaran Matematika.
1.6 Definisi Operasional
1.6.1 Alat peraga adalah sebuah suatu alat bantu konkret yang digunakan
sebagai sarana untuk menyampaikan pesan dan menarik kemauan siswa
sehingga dapat belajar serta membantu siswa agar lebih mudah dalam
memahami suatu materi pembelajaran.
1.6.2 Anak berkebutuhan khusus ialah anak yang mengalami gangguan
terhadap pertumbuhan dan perkembangan serta memiliki kelainan atau
penyimpangan fisik, mental-intelektual, sosial, dan emosional maka
dari itu anak berekebutuhan khusus memerlukan penangan yang lebih
baik dari guru maupun orang tua.
1.6.3 Anak lambat belajar adalah anak yang lambat dalam menangkap suatu
proses pembelajaran karena ia memiliki kemampunan daya tangkap
yang terbatas. Anak lambat belajar memiliki prestasi belajar rendah
karena IQ yang dimiliki di bawah rata-rata dengan anak pada umumnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama dalam memahami suatu
materi.
1.6.4 Matematika adalah pengetahuan yang terstruktur dimana di dalam
matematika itu dapat membahasa angka-angka dan perhitungan,
membahas masalah-masalah numerik, mengenai kuantitas dan besaran,
mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur, sarana berpikir,
kumpulan sistem, struktur dan alat.
1.6.5 Perkalian adalah penambahan berulang dengan sekelompok bilangan
dengan cara yang berbeda-beda yaitu kelompok objek yang sama,
penjumlahan berulang, garis bilangan dan barisan objek (baris dan
kolom)
1.6.6 Belajar merupakan suatu aktivitas dari diri seseorang baik disengaja
maupun tidak disengaja, dengan dipengaruhi oleh lingkungan
sekitarnya yang memungkinkan seseorang mendapatkan pengetahuan
serta pengalaman yang berharga.
1.7 Spesifikasi Produk
Alat peraga yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa Alat Peraga
Papan Perkalian 1-10 dengan mata pelajaran Matematika beserta Album
Penggunaan Alat Peraga Papan Perkalian. Pengembangan alat peraga ini
menggunakan ciri-ciri alat peraga Montessori. Lima ciri-ciri yang dikembangkan
oleh Maria Montessori yaitu menarik, bergradasi, auto-correcation, auto-
education dan kontekstual. Melihat kesulitan yang dihadapi siswa lambat belajar
maka peneliti membuat alat peraga yang dapat membantu anak berkebutuhan
khusus lambat belajar dalam memahami konsep dasar perkalian dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
pembelajaran Matematika. Alat peraga yang dibuat ini diberi nama Papan
Perkalian atau bila disingkat “PAPE”. Pape ini dapat membantu siswa lambat
belajar dalam memahami konsep dasar perkalian dari 1-10. Alat peraga papan
perkalian dibuat dengan menggunakan bahan kayu jenis teak wood. Pape
memiliki ukuran 60 cm x 44,5 cm. Ukuran ini terbilang cukup besar sehingga
Pape ini didesain seperti papan catur yang dapat dilipat menjadi dua. Pape terdiri
dari dua bagian, yaitu papan perkalian “PAPE” serta kotak isi. Bagian pertama
“PAPE” terdiri dari enam komponen diantaranya:
Gambar 1.1 Desain PAPE
1. Judul alat peraga: Papan Perkalian (bila disingkat menjadi “PAPE”), warna
huruf pada judul adalah hijau.
2. Kotak geser berukuran 3 cm x 3 cm. Kotak ini dapat bergeser. Kotak
berwarna merah dapat bergeser ke kiri dan kanan, sedangkan kotak berwarna
biru dapat bergeser ke atas dan bawah. Kotak geser ini memiliki lubang di
1
2
3
4
5
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
tengahnya dengan ukuran 2 cm x 2 cm. Lubang ini berfungsi untuk
memberitahukan sampai mana angka yang akan dituju.
3. Kotak deret penjumlah berukuran 40 cm x 4 cm. Kotak mendatar dan
memiliki warna merah, kemudian terdapat angka satu sampai sepuluh yang
berfungsi sebagai penjumlah dari angka perkalian pada soal.
4. Kotak deret pengali 4 cm x 40 cm kotak menurun ini memiliki warna biru
dan terdapat angka satu sampai sepuluh yang berfungsi sebagai pengali dari
angka perkalian pada soal.
5. Kotak-kotak yang terdapat di tengah papan perkalian, berjumlah sebanyak
100 kotak kosong dengan ukuran 3 cm x 3 cm memiliki batasan 1 cm yang
berfungsi untuk meletakan butiran perkalian sebagai langkah untuk
mendapatkan jawaban.
6. Gantungan yang terletak di bawah kotak-kotak perkalian ada sebanyak 10
gantungan yang berfungsi untuk meletakan angka hasil perkalian dengan
ukuran 6,5 cm x 40 cm.
Bagian kedua dari Pape adalah kotak isi. Kotak isi berukuran 15 cm x 22 cm
dengan dilengkapi tutup kotak. Kotak isi terdiri dari delapan komponen
diantarannya:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Gambar 1.2 Kotak Isi
1. Kotak butiran perkalian: kotak-kotak berbentuk persegi dan di tengahnya
terdapat gambar lingkaran berwarna hijau. Kotak perkalian ini berfungsi
untuk mengetahui hasil perkalian pada soal yang akan dikerjakan. Kotak
perkalian ini berjumlah 100 buah dengan ukuran 3 cm x 3 cm.
2. Kotak hasil: kotak berbentuk persegi panjang dengan ukuran 3 cm x 4 cm,
dan memiliki lubang di bagian atasnya. Lubang ini berfungsi untuk
menggantungkan hasil perkalian pada Pape. Di tengah kotak hasil terdapat
deretan angka berwarna biru. Pada kolom pertama terdapat angka dari 1
sampai 20.
3. Kotak hasil kolom kedua: terdapat angka dari 21 sampai 40.
4. Kotak hasil kolom kedua: terdapat angka dari 41 sampai 60.
5. Kotak hasil kolom kedua: terdapat angka dari 61 sampai 80.
6. Kotak hasil kolom kedua: terdapat angka dari 81 sampai 100.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
7. Soal perkalian berukuran 3 cm x 7 cm. Soal ini digunakan untuk memainkan
Pape. Siswa harus menyelesaikan soal yang di ambil dari kotak isi ini. Di
balik kartu soal ini terdapat jawaban sebagai pengendali kesalahan (auto
correction) berwarna biru.
8. Tongkat Pencongkel berfungsi untuk melepaskan kotak butiran perkalian
pada papan perkalian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan diuraikan kajian pustaka, penelitian yang relevan, dan
kerangka berpikir.
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Alat Peraga
Pada subbab ini dipaparkan pengertian alat peraga, fungsi alat peraga,
kriteria alat peraga dan ciri-ciri alat peraga.
2.1.1.1 Pengertian Alat Peraga
Alat peraga adalah alat bantu dalam pengajaran untuk
memeragakan sesuatu supaya apa yang diajarkan mudah dimengerti anak
didik (Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, 2008:37).
Ali (dalam Sundayana, 2015:7) mengungkapkan bahwa alat peraga adalah
segala sesuatu yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang
merangsang pikiran, perasaan serta perhatian dan kemauan siswa sehingga
dapat belajar. Anitah (2010: 4) mengatakan bahwa alat peraga merupakan
sarana yang dapat membawakan pesan dari pemberi kepada penerima.
Prastowo (2015: 297) mengungkapkan bahwa alat peraga sebagai media
yang menggambarkan atau mengilustrasikan konsep atau materi yang
diajarkan sehingga siswa lebih muda dalam mempelajari materi yang
diajarkan.
Berdasarkan pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
alat peraga adalah suatu alat bantu konkret yang digunakan sebagai sarana
untuk menyampaikan pesan dan menarik kemauan siswa sehingga dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
belajar serta membantu siswa agar lebih mudah dalam memahami suatu
materi pembelajaran.
Adapun pengertian alat peraga Matematika sebagai berikut,
Pramudjono (dalam Sundayana, 2014:7) mengemukakan bahwa alat peraga
adalah benda konkret yang dibuat, dihimpun atau disusun secara sengaja
digunakan untuk membantu menamkan atau mengembangkan konsep
matematika. Berdasarkan pengertian alat peraga matematika di atas
menyatakan bahwa alat peraga matematika adalah sebuah alat yang diracang
secara sengaja untuk menerapkan konsep dasar Matematika
2.1.1.2 Fungsi Alat Peraga
Sastradiradja (1971: 1-3) mengemukakan fungsi alat peraga dalam
pembelajaran, antara lain:
1) Membantu murid belajar lebih banyak;
2) Membantu murid mengingat lebih lama;
3) Memperlengkap rangsangan yang efektif untuk belajar;
4) Menjadikan belajar yang lebih konkret (nyata);
5) Membawa dunia ke dalam kelas;
6) Memberikan pendekatan-pendekatan bayangan yang tajam-
tajam dari satu subyek yang sama.
2.1.1.3 Kriteria Alat Peraga
Syarat dan kriteria alat peraga menurut Rusefendi (dalam
Sundayana, 2015: 8) antara lain:
1. Tahan lama;
2. Bentuk dan warnanya menarik;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
3. Sederhana dan mudah dikelola;
4. Ukuran sesuai;
5. Dapat menyajikan konsep matematika baik bentuk real,
gambar, atau diagram;
6. Sesuai dengan konsep matematika;
7. Dapat memperjelas konsep matematika dan bukan sebaliknya;
8. Peragaan itu supaya menjadi dasar bagi tumbuhnya konsep
abstrak bagi siswa;
9. Menjadikan belajar aktif dan mendiri dengan manipulasi alat
peraga;
10. Bila mungkin alat peraga tersebut bisa berfaedah lipat
(banyak).
2.1.1.4 Ciri-ciri pengembangan Alat peraga
Dalam penelitian ini, pengembangan alat peraga Matematika ini
mengacu pada Ciri-ciri alat peraga metode Montessori. Metode Montessori
(2002:171-175) dikembangkan oleh Maria Montessori yang lahir pada
tanggal 31 Agustus 1870 di Chiaravalle, kota bukit dengan pemandangan
Laut Adriatik, Provinsi Ancona di Italia. Dalam Alat peraga yang
dikembakan Montessori memiliki lima ciri-ciri. Berikut adalah lima ciri-ciri
menurut (Montessori, 2002:171-175) sebagai berikut:
1) Ciri yang pertama adalah menarik. Menarik dalam pembelajaran
menurut Montessori (2002: 74-75) ialah ketika menarik perhatian
anak secara spontan terhadap suatu pembelajaran yang ia alami. Alat
peraga Montessori didesain semenarik mungkin agar anak-anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
tertarik menggunakan alat peraga tersebut. Seperti dalam hal
pemilihan warna, Montessori melakukan penelitian terhadap warna-
warna yang digunakan pada alat peraganya, warna-warna tersebut
digunakan berdasarkan hasil penelitian terhadap anak-anak. Warna-
warna yang digunakan dalam alat peraga Montessori disesuaikan
dengan krakteristik anak pada warna tersebut. Alat peraga Motessori
dibuat dan didesain dengan memperhatikan warna, kontur
permukaan yang lembut dan beratnya.
2) Ciri yang kedua adalah bergadasi, bergadasi dalam alat peraga
adalah konsistensi. Penggunaan alat peraga Montessori sebagian
besar menggunakan indera yang ada pada tubuh manusia. Setiap alat
peraga terdapat suatu tingkatan yang terus-menerus dan konsisten
yang dapat merangsang indera untuk menjadi semakin peka.
Montessori menyebutkan bahwa ada dua jenis gradasi yaitu gradasi
umur dan gradasi rangsangan rasional. Gradasi umur dapat dilihat
dari penggunaan alat untuk jenjang kelas sebelumnya maupun
jenjang kelas selajutnya. Gradasi rangsangan rasional dapat terlihat
pada penggunaan alat yang melibatkan beberapa indera. Penggunaan
alat peraga Montessori sebagian besar menggunakan indera yang ada
pada tubuh manusia.
3) Ciri yang ketiga adalah memiliki pengendali kesalahan (auto
correction). Alat peraga Montessori dibuat dengan memperhatikan
pengendali kesalahan sehingga anak tahu dengan sendirinya ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
melakukan kesalahan dalam menggunakan alat peraga, meskipun
tanpa arahan dari guru maupun orang lain.
4) Ciri yang keempat adalah kemandirian (auto education). Alat peraga
Montessori dibuat dengan memperhatikan kemandirian yang
memungkinkan anak belajar secara mandiri dalam penggunaan alat
tersebut. Alat peraga disesuaikan dengan tingkatan perkembangan
anak, membantunya untuk tidak mengalami kesulitan dalam
membawa dan menggunakannya secara mandiri.
5) Ciri yang kelima yaitu kontekstual. Montessori mengisi kelas dengan
bahan-bahan pembelajaran yang dekat dengan lingkungan anak.
Menurut Lillard (2005:32) proses belajar seharusnya disesuaikan
dengan konteks yang ada. Konteks menurut ( Johnson, 2010:34)
berarti pola hubungan dalam lingkungan langsung seseorang. Hal
tersebut memiliki tujuan menurut (Hainstock, 1997:83) untuk
memberikan pengalaman langsung kepada siswa tentang lingkungan
sekitar. Berdasarkan paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa alat
peraga Montessori dengan ciri kontekstual merupakan alat peraga
yang dirancangan untuk membantu anak belajar dan memahami
materi pembelajaran.
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa alat peraga
Montessori merupakan alat peraga yang dirancangan untuk membantu siswa
dalam belajar dan memahami materi pembelajaran. Dalam penelitian
pengembangan alat peraga mengacu pada ciri-ciri alat peraga Montessori
yaitu menarik dengan memberikan warna, bentuk, tekstur yang menarik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
serta berat yang ideal. Bergadasi, memiliki tekstur pada alat peraga yang
dapat dirasakan oleh indra manusia seperti indra pengelihatan, dan indra
peraba. Memiliki pengendali kesalahan yang dapat mengetahui kesalahanya
sendiri ketika belajar dengan menggunakan alat peraga. Kemandirian, siswa
dapat belajar secara mandiri dengan menggunakan alat peraga ini tanpa
didampingi oleh guru. Kontekstual, Alat peraga dibuat dengan
menggunakan bahan-bahan yang dapat dijumpai dilingkungan sekitar, awet
dan tahan lama.
2.1.2 Anak Berkebutuhan Khusus
2.1.2.1 Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memerlukan
penanganan khusus karena adanya gangguan perkembangan dan kelainan
yang dialami anak menurut (Desinigrum, 2016:1). Menurut Directgov
(dalam Thompson, 2010:2), mengemukakan bawah anak berkebutuhan
khusus ialah merujuk pada anak yang memilik kesulitan atau
ketidakmampuan belajar yang membuatnya lebih sulit untuk belajar atau
mengakses pendidikan dibandingkan kebanyakan anak seusianya.
Sedangkan menurut Jannah, dkk (2014:15) anak berkebutuhan khusus
adalah anak yang dalam proses pertumbuhan atau perkembangan
mengalami kelainan atau penyimpangan fisik, mental-intelektual, sosial
dan atau emosional dibanding dengan anak-anak lain seusianya, sehingga
mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Berdasarkan pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
anak berkebutuhan khusus ialah anak yang mengalami gangguan terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
pertumbuhan dan perkembangan serta memiliki kelainan atau
penyimpangan fisik, mental-intelektual, sosial, dan emosional maka dari
itu anak berekebutuhan khusus memerlukan penangan yang lebih baik dari
guru maupun orang tua.
2.1.2.2 Klasifikasi anak berkebutuhan khusus
Menurut IDEA (individuals with Disabilities Education Act
Amandements) dalam (Desinigrum, 2016:7) mengemukakan secara umum
klasifikasi dari anak berkebutuhan khusus anatara lain:
A) Anak dengan gangguan Fisik
1. Tunanetra, yaitu anak yang indera pengelihatannya tidak berfungsi
(blind/low vision) sebagai saluran peneriman informasi dalam
kegiatan sehari-hari seperti orang awas.
2. Tunarungu, yaitu anak kehilangan seluruh atau sebagian daya
pendengarnya sehingga tidak atau kurang mampu berkomunikasi
secara verbal.
3. Tunadaksa, yaitu anak yang mengalami kelainan atau cacat yang
menetap pada alat gerak (tulang, sendi dan otot).
B) Anak dengan gangguan emosi dan perilaku
1. Tuanlaras, yaitu anak yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian
diri dan bertingkah laku tidak sesuai dengan norma-norma yang
berlaku.
2. Anak dengan gangguan komunikasi bisa disebut tunawicara, yaitu
anak yang mengalami kelainan suara artikulasi (pengucapan), atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
kelancaran bicara, yang mengakibatkan terjadinya penyimpangan
bentuk bahasa, isi bahasa, atau fungsi bahasa.
3. Hiperaktif, secara piskologis hiperaktif adalah gangguan tingkah
laku yang tidak normal, disebabkan disfungsi neurologis dengan
gejala utama tidak mampu mengendalikan gerakan dan memusatkan
perhatian.
C) Anak dengan gangguan intelektual
1. Tunagrahita, yaitu anak yang secara nyata mengalami hambatan dan
keterbelakangan perkembangan mental intelektual jahu di bawah
rata-rata sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik,
komunikasi maupun sosial.
2. Anak Lambat Belajar yaitu anak yang memiliki potensi intelektual
sedikit di bawah normal tetapi belum termasuk tunagrahita (biasanya
memiliki IQ sekitar 70-90).
3. Anak berkesulitan belajar khusus yaitu anak yang secara nyata
mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik khusus, terutama
dalam hal kemampuan membaca, menulis dan berhitung atau
matematika.
4. Anak berbakat adalah anak yang memiliki bakat atau kemampuan
dan kecerdasan luar biasa yaitu anak yang memiliki potensi
kecerdasan (intelegensi), kreativitas, dan tanggung jawab terhadap
tugas (task commitment) di atas anak-anak seusianya (anak pada
umumnya), sehingga untuk mewujudkan potensinya menjadi
prestasi nyata, memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
5. Autisme yaitu gangguan perkembangan anak yang disebabkan oleh
adanya gangguan pada sistem syaraf pusat yang mengakibatkan
gangguan dalam interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.
6. Indigo adalah manusia yang sejak lahir mempunyai kelebihan
khusus yang tidak dimiliki manusia pada umunya.
Dari pengertian klasifikasi anak berkebutuhan khusus di atas dapat
dibedakan menjadi tiga bagian yaitu anak dengan gangguan fisik, anak
dengan gangguan emosi dan perilaku, serta anak dengan gangguan
intelektual. Anak dengan gangguan fisik yaitu Tunanetra, Tunarungu dan
Tunadaksa. Kedua anak dengan gangguan emosi dan perilaku yaitu
Tuanlaras, Anak dengan gangguan komunikasi bisa disebut tunawicara dan
Hiperaktif. Ketiga anak dengan gangguan intelektual yaitu Tunagrahita,
Anak Lambat Belajar, Anak berkesulitan belajar khusus, Anak berbakat,
Autisme, dan Indigo.
2.1.3 Anak Lambat Belajar
2.1.3.1 Pengertian anak lambat belajar
Menurut Desinigrum (2016:12) anak lambat belajar adalah
mereka yang memiliki prestasi belajar rendah (di bawah rata-rata anak
pada umumnya). Skors tes IQ menujukkan skor anatara 70-90 (Cooter
dalam Desinigrum, 2016:12). Menurut kamus besar bahasa Indonesia
kata lambat artinya tidak tangkas, tidak cekatan dalam bekerja, jadi anak
lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga
membutuhkan waktu yang lebih lama dalam menyelesaikan tugas
(Setiawan, 2013:29). Triani dkk (2013: 3) mengungkapkan bahwa anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
lambat belajar adalah anak yang memiliki prestasi belajar rendah atau
sedikit di bawah rata-rata dari anak pada umumnya, pada salah satu atau
seluruh area akademik.
Berdasarkan pengertian dan definisi para ahli di atas dapat
disimpulkan bawah anak lambat belajar adalah anak yang lambat dalam
menangkap suatu proses pembelajaran karena ia memiliki kemampunan
daya tangkap yang terbatas. Anak lambat belajar memiliki prestasi
belajar rendah karena memiliki daya tangkap yang terbatas, IQ yang
rendah membuat mereka membutuhkan waktu yang lebih lama dalam
memahami suatu materi
Menurut Desiningrum (2016:12) gejala-gejala yang dapat
terlihat dari anak lambat belajar tidak hanya kemampuan akademiknya
yang terbatas, tapi juga pada kemampuan-kemampuan lain. Kamampuan-
kemampuan itu diantaranya, kemampuan koordinasi (kesulitan
menggunakan alat tulis, olaraga, atau mengenakan pakaian). Dari sisi
perilaku, anak lambat belajar ini cenderung pendiam, pemalu, dan sulit
untuk berteman. Anak-anak lambat belajar ini juga cenderung kurang
percaya diri
Menurut Setiawan (2013:30) ciri-ciri yang dapat diamati pada
anak lambat belajar adalah sebagai berikut:
a) Rata-rata prestasi belajarnya rendah.
b) Menyelesaikan tugas-tugas akademik sering terlambat dibandingkan
teman-teman sebayanya.
c) Cara penerimaan terhadap pelajaran sangat lambat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
d) Pernah tidak naik kelas.
Menurut pengertian ciri-ciri anak lambat belajar di atas yaitu
anak lambat belajar bukan hanya kemampuan akademiknya yang terbatas
tetapi juga pada kemampuan-kemampuan lain, diantaranya kemampuan
koordinasi (kesulitan menggunakan alat tulis, olahraga, atau mengenakan
pakaian) cara menerima pembelajaran yang sangat lambat dan
menyelesaikan tugas-tugas akademiknya sering terlambat dibandingkan
dengan teman lainnya serta dari sisi perilaku, anak lambat belajar ini
cenderung pendiam, pemalu, sulit untuk berteman serta cenderung
kurang percaya diri.
2.1.3.2 Faktor-faktor penyebab anak lambat belajar
Setiawan (2013:30) menyatakan bahwa Anak lambat belajar
pada anak bisa terjadi karena beberapa faktor diantaranya adalah faktor
internal dan faktor eksternal sebagai berikut:
1. Faktor internal atau dari dalam yaitu faktor genetik, biokimia yang
dapat merusak otak misalnya: zat perwarna pada makanan,
pencemaran lingkungan, gizi yang tidak memadai dan pengaruh-
pengaruh psikologis dan sosial yang merugikan perkembengan anak.
Beberapa alasan penyebab anak lambat belajar dari faktor internal
sebagai berikut:
a) Faktor keturunan
Di sewedia, Hallgren 1950 dalam buku (Setiawan, 2013:30)
melakukan penelitian dengan objek keluarga dan menemukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
rata-rata anggota keluarga tersebut mengalami kesulitan dalam
membaca, menulis, dan mengeja.
b) Disfungsi minimal otak (DMO)
Anak yang lambat belajar mengalami permasalahan pada saraf
otaknya. Pendapat ini masih menjadi perdebatan dari beberapa
ahli. Para penelitian menganggap bahwa ada kesamasan
karakteristik pada perilaku anak lambat belajar dengan anak
abnormal. Anak yang lambat belajar memiliki adanya tanda-
tanda cedera otak. Maka para ahli tidak terlalu menganggap
cedera otak sebagai penybabnya, kecuali ahli saraf
membuktikan masalah ini. Mereka menyebutnya sebagai
“disfungsi minimal otak” bukan “cedera otak” karena untuk
memastikan penyebabnya cedera otak sangatlah sulit.
c) Pengorganisasi cara berpikir
Anak lambat belajar mengalami kesulitan dalam menerima
penjelasan tentang sesuatu yang sifatnya abstrak. Mereka kurang
mampu berpikir secara baik. Misalnya anak yang sulit membaca
akan mengalami kesulitan untuk menyimpulkan dari yang
dilihatnya. Anak lambat belajar perlu mendapat pengulangan
dalam latihan, dengan tujuan untuk mengikatkan kemampuan
belajarnya.
d) Kekurangan gizi
Gizi merepukan faktor penting dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan anak. Apalagi pada anak usia balita yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
membutuhkan gizi yang cukup untuk mendorong perkembangan
otaknya. Para penelitian terhadap tumbuh kembang anak
menyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara anak
lambat belajar dengan kekurangan gizi. Walau pendapat tersebut
tidak seluruhnya benar, tetapi banyak bukti menyatakan pada
awal pertumbuhan sesorang anak kekurangan gizi dapat
memengaruhi perkembangan saraf utamanya sehingga akan
membawa dampak yang kurang baik dalam proses pertumbuhan
dan perkembangan belajar anak.
e) Faktor lingkungan
Keluarga merupakan faktor utama awal pendidikan bagi anak.
Maka baik buruknya perkembangan anak sangat dipengaruhi
oleh pendidikan dalam keluarga. Pengaruh faktor lingkungan,
gangguan nalar, dan emosi. Ketiganya mempunyai dampak yang
dapat mengakibatkan kesulitan belajar. Yang dimaksud dengan
faktor lingkungan ialah perlaku yang dapat menggangu
perkembangan mental anak. Misalnya lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
2. Faktor Ekstrnal adalah penyebab utama problem anak lambat belajar
yang berupa strategi pembelajaran yang salah satunya tidak tepat,
pengelolaan kegiatan pembelajaran yang tidak membangkitkan
motivasi belajar anak dan pemberian ulangan penguatan yang tidak
tepat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Kesimpulan anak lambat belajar bisa terjadi dengan beberapa
faktor yang dijelaskan di atas semuanya dapat mempengaruhi anak.
Meskipun faktor genetik memiliki pengaruh yang kuat, namun
lingkungan juga merupakan faktor yang penting mempengaruhi anak
lambat belajar. Lingkungan dapat mempengaruhi inteligensi, kondisi
lingkungan ini meliputi nutrsi, kesehatan, kualitas stimulasi, iklim
emosional keluarga dan tipe umpan balik yang diperoleh melalui
perilaku. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Beyley bahwa status
sosial-ekonomi keluarga mempengaruhi IQ anak (Atikson, dkk dalam
Sntrock dalam Desinigrum, 2016:13).
2.1.3.3 Krakteristik anak lambat belajar
Anak yang mengalami lambat belajar mempunyai
karakteristik, seperti tidak matang dalam hubungan interpersonal, Selain
itu anak-anak ini juga menujukan kesulitan dalam mengikuti petunjuk-
petunjuk yang memiliki banyak langkah, hanya memiliki sedikit strategi
internal, seperti kemampuan organisasional, kesulitan dalam belajar dan
menggeneralisasikan informasi (Desinigrum, 2016:13). Anak-anak
lambat belajar memiliki nilai-nilai yang biasanya buruk dalam tes
prestasi belajar. Namun begitu sebagian dari mereka dapat memahami
materi yang sudah dipersingkat dan diberikan pada anak, seperti kegiatan
di laboratorium dan kegiatan manipulatif.
Dampak dari kertebatasan seperti dijelaskan di atas dapat
membentuk anak lambat belajar memiliki image yang buruk, meski
mampu mengasui ketermapilan tertentu namun cenderung lambat,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
beberapa kemampuan bahkan sama sekali tidak dapat dikuasai, dan daya
ingat yang tergolong lambat. Ciri lain yang dimiliki anak lambat belajar
adalah rata-rata prestasi belajarnya yang selalu rendah, sering terlambat
dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dibandingkan dengan
teman-teman seusianya, dan memiliki daya tangkap yang cenderung
lambat dalam menerima pelajaran (Desinigrum, 2016:13).
2.1.4 Matematika
2.1.4.1 Pengertian Matematika
Ismail, dkk. mendefinisikan Matematika (dalam Hamzah,dkk.,
2014:48) sebagai ilmu yang membahas angka-angka dan perhitunganya,
membahas masalah-masalah numerik, mengenai kuantitas dan besaran,
mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur, sarana berpikir, kumpulan
sistem, serta struktur dan alat. Beth & Piaget 1956 (dalam Runtuhkhu,dkk.,
2014:28) mengemukakan bahwa matematika adalah pengetahuan yang
berkaitan dengan berbagai struktur abstrak dan hubungan antar-struktur
tersebut sehingga terorganisasi dengan baik. Johnson & Rising 1972 (dalam
Runtuhkhu, 2014:28) mengatakan Matematika ialah bahasa simbol tentang
berbagai gagasan dengan menggunakan istilah-istilah yang didefinisikan
secara cermat, jelas, dan akurat.
Berdasarkan pengertian menurut para ahli di atas, matematika adalah
pengetahuan yang terstruktur dimana dalam matematika membahas tentang
angka-angka dan perhitungan, masalah-masalah numerik, mengenai
kuantitas dan besaran, mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
2.1.4.2 Perkalian
Materi perkalian sudah diajarkan di kelas II SD dan lebih di
perdalam di kelas III SD. Soesilowati (2011:35) mendefinisikan perkalian
adalah bentuk lain dari penjumlahan berulang. Penjumlahan merupakan
penambahan sekelompok bilangan atau lebih menjadi suatu bilangan yang
merupakan jumlah (Supariadi, 2013:30). Menurut Runtuhkhu, dkk.
(2014:117) operasi perkalian seperti operasi bilangan lainnya, perkalian
berguna untuk memecahkan masalah dalam dunia nyata. Oleh karena itu,
pengenalan operasi perkalian sebaiknya dimulai dari situasi dalam
kehidupan sehari-hari. Contoh soal, “ ada tiga orang memancing ikan,
masing-masing mendapatkan 4 ekor, berapa ekor ikan semuanya?”. Untuk
menyelesaikan soal tersebut dapat menggunakan model-model seperti:
kelompok objek yang sama, penjumlahan berulang, garis bilangan, dan
barisan objek (baris dan kolom). Berikut akan dijelaskan setiap modelnya:
1. Kelompok objek yang sama
# # # #
# # # #
# # # #
Gambar 2.1 Kelompok objek sama
Pada gambar 2.1 terdapat simbol yang berbentuk pagar (#),
simbol tersebut menujukan kelompok objek yang memiliki bentuk
sama atau perolehan ikan dari hasil pancingan. Baris pertama adalah
hasil pancingan orang pertama yang memperoleh 4 ekor ikan. Baris
kedua adalah hasil pancingan orang kedua yang memperoleh 4 ekor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
ikan. Baris ketiga adalah hasil pancingan orang ketiga memperoleh 4
ekor ikan. Seluruh ikan yang di peroleh ada 12 ekor.
2. Penjumlahan Berulang
4 + 4 + 4 “3 x 4”= 12
Gambar 2.2 Penjumlahan berulang
Pada gambar 2.2 dapat diketahui bahwa perkalian diartikan sebagai
penjumlahan berulang, 4 ikan ditambah 4 ikan ditambah 4 ikan. Ikan
seluruhnya 12 ekor.
3. Garis Bilangan
0 4 8 12
3 x 4 =12
Gambar 2.3 Garis Bilangan
Pada gambar 2.3 merupakan garis bilangan kelipatan dari empat.
Garis bilangan tersebut dimulai dari angka 0, kemudian angka 4, angka 8
dan angka 12.
4. Barisan objek dalam Kolom
Gambar 2.4 Barisan objek dalam kolom
Pada gambar 2.4 terdapat sebuah tabel yang terdiri dari barisan dan
kolom. Pada setiap baris tabel tersebut terdapat 4 kolom. Tabel tersebut
terdiri dari 3 baris dan 4 kolom jadi jika ikan dimasukan kedalam tabel
tersebut membutuhkan 12 kotak yang sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Menurut pengertian dari para ahli di atas dapat di simpulkan bahwa
perkalian adalah penambahan berulang dengan sekelompok bilangan
dengan cara yang berbeda-beda yaitu kelompok objek yang sama,
penjumlahan berulang, garis bilangan dan barisan objek (baris dan kolom)
Menurut Simanjuntak, dkk. (1993:121) Perkalian terdiri dari
multiplicand dan mulitiplier. Multiplicad adalah bilangan yang dijumlakan
sebanyak bilangan pengali. Sedangkan multiplir adalah bilangan pengali
itu sendiri. Hasil kali antara multiplicand dan mulitiplier disebut product.
Perkalian bahwa penyesuaiannya sama dengan operasi hitung penjumlahan
berulang. Contoh, 2 x 4= 4 + 4 = 8. Angka dua adalah pengalih sedangkan
angka empat sebagai penjumalah dan angka delapan sebagai hasil atau
produknya.
2.1.5 Pembelajaran dan belajar
Belajar merupakan salah satu kegiatan untuk menambah
pengetahuan atau ilmu. Dalam pendidikan, belajar merupakan suatu
kegiatan yang penting bagi setiap orang. Belajar adalah suatu usaha sadar
yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui
latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan
psikomotor untuk memperoleh tujuan tertentu menurut Abdillah 2002
(dalam Aunurrahman, 2011:35). Di bidang pendidikan, pembelajaran
berupaya mengubah masukan berupa siswa yang belum terdidik, menjadi
siswa yang terdidik, siswa yang belum memiliki pengetahuan sesuatu,
menjadi siswa yang memiliki pengetahuan (Aunurrahman, 2011:34).
Peneliti menyimpulkan pandangan Wragg (dalam Aunurrahman, 2011:35),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
tentang ciri umum kegiatan belajar. Adapun kesimpulannya adalah sebagai
berikut:
1) Belajar menujukan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari
atau sengaja. Oleh sebab itu, kegiatan belajar merupakan kegiatan
yang disengaja atau direncanakan oleh pembelajar sendiri dalam
bentuk suatu aktivitas tertentu. Aktivitas ini menujukan pada
keefektivan seseorang dalam melakukan sesuatu kegiatan tertentu,
baik pada aspek-aspek jasmaniah maupun aspek mental yang
memungkinkan terjadinya perubahan pada dirinya.
2) Belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya.
Lingkungan dalam hal ini dapat berupa manusia atau objek-objek
lain yang memungkinkan individu memperoleh pengalaman-
pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman atau pengetahuan
baru maupun sesuatu yang pernah diperoleh atau ditemukan
sebelumnya. Akan tetapi, hal itu menimbulkan perhatian kembali
bagi individu tersebut sehingga memungkinkan terjadinya interaksi.
3) Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. Meskipun
tidak semua perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar akan
tetapi, aktivitas belajar umumnya disertai perubahan tingkah laku.
Perubahan tingkah laku pada kebanyakan hal merupakan suatu
perubahan yang diamati (observable). Akan tetapi juga, tidak selalu
perubahan tingkah laku yang dimaksudkan sebagai hasil belajar
tersebut dapat diamati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan suatu aktivitas dari diri seseorang baik disengaja maupun tidak
disengaja, dengan dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya yang
memungkinkan seseorang mendapatkan pengetahuan serta pengalaman
yang berharga.
2.1.6 Perkembangan Anak
Teori perkembangan kognitif piaget adalah salah satu teori yang
menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan menginterprestasikan objek
dan kejadian-kejadian di sekitarnya. Dimana anak dapat mempelajari ciri-ciri
dan fungsi dari objek-objek seperti mainan, perabot, dan makanan, serta
objek-objek sosial seperti diri, orang tua dan teman. Piaget memandang
bahwa anak-anak memainkan peran aktif di dalam menyusun pengetahuannya
mengenai realitas di dalam mendapatkan informasi anak tidak pasif
menerimanya. Menurut Hetherington & Parke (dalam Desmati, 2009:46),
dalam mendapatkan informasi anak tidak pasif menerimanya, walaupun
proses berpikir dan konsepsi anak mengenai realitas yang dimodifikasi oleh
pengalamanya dengan dunia sekitar dia, namun anak juga beperan aktif dalam
menginterprestasikan informasi yang ia peroleh dari pengalaman serta dalam
mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi mengenai dunia yang
telah ia punyai.
Piaget percaya bahwa pemikiran anak-anak berkembangn menurut
tahap-tahap atau periode-periode yang terus bertambah dan kompleks.
Berikut adalah tahap-tahap perkembangan kognitif menurut piaget (dalam
Desmati, 2009:46) sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
2.1.6.1 Sensorimotor
Tahapan ini berlangsung pada usia anak 0-2 tahun. Pada tahap ini
bayi bergerak dari tindakan refleks pada saat lahir sampai permulaan
pemikiran simbolis. Bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia
melalui pengkoordinasian pengalaman-pengalaman sensor dengan tindakan
fisik.
2.1.6.2 Preoperational
Tahapan ini berlangsung pada usia anak 2-7 tahun. Tahap ini anak
mulai merepresentasikan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Kata-
kata dan gambar-gambar ini menujukan adanya peningkatan pemikiran
simbolis dan melampaui hubungan informasi sensor dan tindak fisik.
2.1.6.3 Concrete operational
Tahap ini berlangsung pada usia anak 7-11 tahun. Pada tahap ini
anak-anak dapat berpikir logis mengenai pristiwa-pristiwa yang konkret dan
mengklasifikasikan benda-benda kedalam bentuk-bentuk yang berbeda.
Anak menggunakan operasi mental untuk memecahkan masalah-masalah
aktual, anak mampu menggunakan kemampuan mentalnya untuk
memecahkan masalah yang bersifat konkret (Izzati dkk, 2008:105-106).
2.1.6.4 Formal operational
Tahap ini berlansung pada usia anak 11- 15 tahun. Tahap ini biasa
ditandai dengan anak remaja berpikir dengan cara yang lebih abstrak dan
logis. Pemikiran lebih idealistik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Penelitian menggunakan Teori Piaget sebagai acuan bahwa anak
memiliki kebutuhan untuk mempelajari suatu materi pembelajaran dengan
menggunakan benda yang konkret, khususnya pada usia anak 7-11 tahun.
Teori ini menguatkan penelitian dengan menggunakan Alat peraga, yaitu
benda yang konkret dalam mempelajari konsep perkalian 1-10.
2.2 Penelitian yang relevan
2.2.1 Penelitian Alat peraga Matematika tentang Perkalian
Berikut ini akan dipaparkan beberapa penelitian yang relevan dari Prastiwi
dan Dewi mengenai alat peraga papan perkalian.
Prastiwi, Vincentia Orisa Rartih. 2016. Pengembangan Alat Peraga
Pembelajaran Matematika untuk Siswa kelas III SD materi perkalian berbasis
metode montessori. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma program
studi PGSD. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan
pengembangan R&D. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa
kelas III tahun ajaran 2015/2016 di SD Kanisius Kenalan. Kualitas produk berupa
alat peraga ditunjukan dari hasil validasi oleh ahli alat peraga memperoleh skor
3,74 dalam kategori “sangat baik”. Hasil dari uji coba terbatas skor pre-test
memperoleh rata-rata 49, sedangkan post-test memperoleh rata-rata 91,3. Hal ini
menujukan adanyan peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan alat
peraga sehingga dapat dikatakan bahwa alat peraga papan perkalian matematika
montessori layak digunakan untuk proses pembelajaran di kelas dan dapat
dikembangkan dalam uji coba yang lebih luas.
Dewi, Charla Emitara. 2015. Pengembangan alat peraga pembelajaran
matematika SD materi perkalian dan pembagian berbasis metode Montessori.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma program studi PGSD. Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan R&D. Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas II di SDK Pugeran I
Yogyakarta. Penelitian ini mengembangkan alat peraga berbasis metode
montessori. Kualitas produk dengan rata-rata skor 3,7 dan masuk dalam katagori
“sangat baik”. Hasil tes siswa juga menujukan perbedaan sebesar 90,4 %. Ini
adalah hasil dari pretest ke posttes setelah adanya pendampingan menggunakan
alat peraga kotak peraga perkalian dan pembagian. Perbedaan ini sebagai bukti
yang mendukung bahwa alat peraga kotak perkalian dan pembagian layak
digunakan.
Kedua penelitian tersebut sama-sama menggunakan alat peraga
Matematika dengan materi perkalian untuk mempermudah siswa dalam
memahami konsep perkalian. Kedua penelitian tersebut membuktikan bahwa
dengan menggunakan alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kedua
penelitian ini sama-sama menggunakan jenis penelitian Research and
Development (R&D).
2.2.2 Penelitian Anak berkebutuhan khusus Lambat Belajar
Berikut ini akan dipaparkan penelitian yang relevan dari Kholifah anak
berkebutuhan khusus jenis lambat belajar.
Kholifah, Ria. 2015. Motivasi belajar seorang slow learner di kelas IV SD
Kanisius Pugeran I. Skripsi. Yogyakarta: universitas Negeri Yogyakarta program
studi PGSD. Jenis penelitian yang digunakan adalah pedekatan kualitatif dengan
metode studi kasus. Subjek penelitian adalah seorang slow learner di kelas IV SD
Kanisius Pugeran 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar slow
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
learner dipengaruhi oleh adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu yang
ditunjukkan dari perilaku belajarnya sehari-hari, cita-cita menjadi anak pintar,
rendahnya kemampuan membaca, lingkungan sekolah yang mendukung proses
pembelajaran, pergaulan teman sebaya yang kurang baik, serta berbagai upaya
guru dalam membelajarkan siswa. Lingkungan keluarga tidak mempengaruhi
motivasi belajar slow learner karena orang tua tidak memberikan fasilitas belajar
yang lengkap, tidak menciptakan situasi kondusif, tidak membimbing anak
belajar, tidak memberikan pujian, hadiah, atau hukuman, dan anggota keluarga
tidak memiliki kebiasaan belajar.
Penelitian Kholifah melakukan penelitian memotivasi belajar siswa lambat
belajar. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Kualitatif.
Berdasarkan studi literatur tentang penelitian sebelumnya, belum ada
penelitian mengembangkan alat peraga Matematika materi perkalian untuk siswa
dengan lambat belajar di kelas III pada SD Muhammadiyah Sagan dengan
menggunakan ciri-ciri Montessori. Peneliti akan melakukan pengembangan alat
peraga Matematika materi perkalian untuk siswa dengan lambat belajar kelas III.
Penelitian ini dapat dilihat pada literature map yang dijabarkan pada bagan 2.1
berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Bagan 2.1 Literature Map Hasil Penelitian yang Relevan
2.3 Kerangka Berpikir
Matematika merupakan ilmu umum yang dipelajari di setiap sekolah
terutama pada jenjang sekolah dasar. Matematika adalah ilmu yang membahas
angka-angka dan perhitunganya, membahas masalah-masalah numerik, mengenai
kuantitas dan besaran, mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur, sarana
berpikir, kumpulan sistem, struktur dan alat (Ismail dkk dalam Hamzah &
Muhlisraini, 2014:48). Berdasarkan hasil wawancara di sekolah SD
Muhammadiyah Sagan Yogyakarta bersama kepala sekolah dan Guru kelas III
bahwa ada dua siswa berkebutuhan khusus lambat belajar pada kelas III yang
mengalami kesulitan dalam memahami konsep dasar perkalian pada pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Matematika. Kurangnya penggunaan alat peraga pada siswa lambat belajar
menjadi hambatan dalam menyampaikan konsep dasar perkalian.
Ali (dalam Sundayana, 2014:7) mengungkapkan bahwa alat peraga adalah
segalah sesuatu yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang merangsang
pikiran, perasaan serta perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat belajar.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia kata lambat artinya tidak tangkas, tidak
cekatan dalam bekerja. Anak lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam
proses belajar, sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama dalam
menyelesaikan tugas (Setiawan, 2013:29). Marliyn & Bursuck (2015:53)
menjelaskan bahwa teknologi dapat digunakan untuk membantu disabilitas baik
yang ringan ataupun yang berat dalam banyak hal, misalnya untuk berkomunikasi,
mengakses pembelajaran, menyelesaikan tugas, dan berpartisipasi secara penuh di
sekolah dan juga di masyarakat. Siswa penyandang disabilitas dibolehkan untuk
menggunakan teknologi bantu yang sesuai dengan kebutuhan. Teknologi bantu
merujuk pada perangkat apa pun, baik itu suatu alat, produk, atau barang lainnya
yang dapat digunakan untuk menaikkan, mempertahankan, atau meningkatkan
kemampuan fungsional individu penyandang disabilitas. Desiningrum (2016:14)
menyatakan siswa lambat belajar dalam memahami suatu materi harus dengan
banyak menggunakan benda-benda konkret dibandingkan verbalisasi atau
penejelasan materi yang banyak secara lisan karena hanya dapat membingungkan
siswa lambat belajar itu sendiri.
Menurut Piaget (dalam Izzati dkk, 2008:105-106) menyatakan bahwa anak
dengan usia 7-11 tahun pada tahapan operasional konkret Anak menggunakan
operasi mental untuk memecahkan masalah-masalah aktual, anak mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
menggunakan kemampuan mentalnya untuk memecahkan masalah yang bersifat
konkret. Berdasarkan penjelasan dari para ahli di atas dan dikaitkan dengan
keadaan yang ada dilapangan bahwa anak lambat belajar memerlukan benda-
benda konkret seperti alat peraga untuk membantu dalam memahami materi yang
disampaikan. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengembangkan alat peraga
matematika yaitu papan perkalian. Alat peraga yang akan dikembangkan ini agar
dapat membantu siswa lambat belajar dalam memahami konsep dasar perkalian.
Dari hasil observasi pada pembelajaran matematika materi perkalian di kelas
bahwa dua siswa lambat belajar mengalami keterlambatan dalam memahami
materi yang disampaikan oleh guru serta dalam mengerjakan soal yang diberikan.
Pada saat pembelajaran berlangsung, dua siswa kebanyakan melamun serta tidak
konsentrasi pada pembelajaran saat itu. Dari hasil wawancara kedua bersama guru
kelas III menyatakan bahwa dua siswa lambat belajar tersebut kesulitan dalam
memahami konsep dasar perkalian. Selain itu, guru juga meminta peneliti
medesain alat peraga untuk membantu siswa lambat belajar dalam memahami
konsep dasar perkalian.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dilakukan untuk menjawab
kebutuhan alat peraga dalam pembelajaran di sekolah. Penelitian ini difokuskan
untuk mengembangkan alat peraga matematika materi perkalian untuk siswa
dengan lambat belajar. Papan perkalian ini hanya menjelaskan konsep dasar
perkalian 1-10. Alat peraga papan perkalian didesain dengan menggunakan lima
ciri-ciri yang dikembangkan oleh Montessori. Alat peraga Montessori merupakan
alat peraga yang dirancangan untuk membantu siswa dalam belajar dan
memahami materi pembelajaran. Lima ciri-ciri alat peraga Montessori yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
menarik dengan memberikan warna, bentuk, tekstur yang menarik serta berat
yang ideal. Bergadasi, memiliki tekstur pada alat peraga yang dapat dirasakan
oleh indra manusia seperti indra pengelihatan, dan indra peraba. Memiliki
pengendali kesalahan yang dapat mengetahui kesalahanya sendiri ketika belajar
dengan menggunakan alat peraga. Kemandirian, siswa dapat belajar secara
mandiri dengan menggunakan alat peraga ini tanpa didampingi oleh guru.
Kontekstual, Alat peraga dibuat dengan menggunakan bahan-bahan yang dapat
dijumpai dilingkungan sekitar, awet dan tahan lama. Penggunaan alat peraga
matematika materi perkalian untuk siswa dengan lambat belajar dan didesan
dengan menggunakan lima ciri-ciri Montessori diharapkan dapat membantu siswa
untuk lebih mudah dalam memahami konsep dasar perkalian. Selain itu, alat
peraga ini juga diharapkan dapat membantu guru dalam menangani siswa yang
mengalami lambat belajar.
2.4 Pertanyaan Penelitian
2.4.1 Bagaimana prosedur pengembangan alat peraga matematika untuk
siswa dengan lambat belajar berupa Papan Perkalian?
2.4.2 Bagaimana kualitas alat peraga matematika untuk siswa dengan lambat
belajar berupa Papan Perkalian?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini peneliti akan menjabarkan mengenai (1) jenis penelitian; (2)
setting penelitian; (3) prosedur pengembangan; (4) uji validitas produk; (5)
instrumen penelitian; (6) teknik pengumpulan data; (7) teknik analisis data; dan
(8) waktu penelitian.
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
dan pengembangan yang lebih sering disebut dengan Research and Development
(R&D). Menurut Sugiyono (2015: 407) Research and Development (R&D)
adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu
dan menguji kefektifan produk tertentu. Sukmadinata (2012: 164)
mengungkapkan bahwa penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau
langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau
menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggung jawabkan.
Berdasarkan penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa Research and
Development (R&D) adalah metode penelitian yang digunakan untuk
mengembangkan produk baru atau untuk menyempurnakan produk lama yang
kemudian akan diujikan keefektifan dari produk tersebut. Research and
Development (R&D) dalam penelitian ini adalah untuk mengembangkan alat
peraga matematika untuk siswa dengan lambat belajar.
Penelitian ini mengadaptasi 10 langkah-langkah Research and
Development (R&D), menurut Sugiyono (2015:409) Menyebutkan 10 langkah
yang dilaksanakan di antaranya (1) potensi dan masalah (2) pengumpulan data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
(3) desain produk (4) validasi desain (5) revisi desain (6) ujicoba produk (7)
revisi produk (8) ujicoba pemakaian (9) revisi produk dan (10) produksi masal.
Bagan 3.1 Langkah Research and Development (R&D) (Sugiyono, 2015:409).
Tahap-tahap dalam bagan 3.1 akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Potensi dan Masalah
Tahap pertama dalam penelitian ini adalah potensi dan masalah.
Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayungkan akan memiliki
nilai tambah. Sedangkan masalah adalah penyimpangan antara yang
diharapkan dengan yang terjadi. Pontesi dan masalah di kemukakan
dalam penelitian harus ditujukan dengan data empirik. Pontesi dan
masalah sangat penting dilakukan guna memperoleh informasi awal
untuk melakukan penelitian.
2. Pengumpulan Data
Tahap kedua, setelah mendapatkan potensi dan masalah dapat
ditunjukan secara faktual dan uptode, maka selanjutnya perlu
Potensi
dan
Masalah
Desain
Produk
Pengump
-ulan
data
Validasi
Desain
Revisi
Desain
Revisi
Produk
Ujicoba
Produk
Ujicoba
Pemakaia
n
Revisi
Produk Produksi Masal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
dikumpulkan informasi yang digunakan sebagai bahan perencanaan
produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan
tersebut.
3. Desain Produk
Tahap ketiga adalah desain produk yaitu dengan membuat rancangan
produk yang lengkap dengan spesifikasinya. Menurut Sugiyono
(2015:413) desain produk harus diwujudkan dalam gambar atau bagan,
sehingga dapat digunakan sebagai pegangan untuk menilai dan
membuatnya. Desain produk harus dilengkapi dengan penjelasan
mengenai bahan-bahan yang digunakan untuk membuat setiap
komponen pada produk tersebut, ukuran dan toleransinya, alat yang
digunakan untuk mengerjakan, serta prosedur kerja. Dalam desain
produk harus menilai kefektifan produk agar dapat kekurangan dan
kelebihanya.
4. Validasi Desain
Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai racangan
produk secara rasioanal akan lebih efektif dari yang lama atau tidak.
Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa
pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai
produk baru yang telah dirancang. juga bertujuan untuk mengetahui
kelemahan dan kelebihan produk tersebut.
5. Revisi Desain
Setelah desain produk divalidasi melalui diskusi dengan para ahli,
maka akan dapat diketahui kelemahannya. Kelamahan tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
selanjutnya dicoba untuk kurangi dengan cara memperbaiki desain.
Kelamahan yang telah ditemukan ketika validasi produk oleh validator
kemudian peneliti dapat memperbaiki kelemahan tersebut.
6. Uji coba Produk
Desain produk yang sudah diperbaiki kemudian diwujudkan dalam
media yang nyata. Uji coba tahap awal dilakukan dengan simulasi
pada subjek terbatas. Sugiyono (2015:415) mengatakan bahwa
pengujian dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi
apakah produk baru tersebut lebih efektif dan efisien dibandingkan
produk yang lama atau yang lain. Jika dalam ujicoba produk
mendapatkan kelamahan pada produk, langkah selanjutnya adalah
merevisi produk tersebut.
7. Revisi Produk
Produk kemudian dilakukan uji coba pemakaian yang dilakukan dalam
lingkup yang lebih luas. Dalam uji coba ini tetap dilakukan penilaian
kekurangan atau hambatan yang muncul guna untuk memperbaiki
produk.
8. Uji coba pemakaian
Setelah pengujian terhadap produk berhasil, dan mungkin ada revisi
yang tidak terlalu penting, maka selanjutnya produk diterapkan dalam
lingkup lembaga pendidikan yang lebih luas. Dalam operasinya produk
harus tetap dinilai kekurangan atau hambatan yang muncul guna untuk
perbaiki lebih lanjut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
9. Revisi Produk
Revisi produk dilakukan, apabila dalam pemakaian dalam lembaga
pendidikan yang lebih luas terdapat kekurangan dan kelemahan.
Dalam uji pemakaian, sebaiknya pembuatan produk dalam hal ini
dapat mengetahui kelemahan-kelemahan yang ada, sehingga dapat
digunakan untuk peneyempurnaan dan pembuatan produk baru lagi.
10. Pembuatan Produk Masal
Bila produk telah dinyatakan efektif tidak ada kekuranganya lagi
dalam beberapa kali pengujian maka dapat diterapkan pada setiap
lembaga pendidikan. Pembuatan produk massal ini dilakukan apabila
produk yang telah diujicoba dinyatakan efektif dan layak untuk
diproduksi masal. Untuk dapat memproduksi masal, maka peneliti
perlu berkerja sama dengan perusahaan.
Pada penelitian ini, peneliti mengembangkan alat peraga Matematika
materi perkalian 1-10 untuk siswa dengan lambat belajar di kelas III. Alat peraga
yang dikembangkan menggunakan lima ciri-ciri alat peraga Montessori yaitu
menarik, bergradasi, memiliki pengendali kesalahan (auto-correction), memiliki
nilai kemandirian (auto education) dan kontekstual (bahan-bahan yang mudah
untuk didapatkan di lingkungan sekitar).
3.2 Setting Penelitian
3.2.1 Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini dua siswa berkebutuhan khusus jenis
lambat belajar kelas III SD Muhammadiyah Sagan Yogyakarta, tahun
ajaran 2016/2017. Pertimbangan dalam pemilihan siswa lambat belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
sebagai subjek penelitinan berdasarkan wawancara bersama kepala sekolah
dan guru serta melakukan observasi. Observasi pada saat pembelajaran
Matematika menujukkan bahwa dua siswa lambat belajar memiliki
permasalahan yang menojol dibandingkan dengan siswa pada umumya,
terkait kemampuan memahami konsep dasar perkalian karena siswa dengan
lambat belajar ini membutuhkan waktu untuk mengelolah setiap
pembelajaran yang diberikan.
3.2.2 Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah alat peraga papan perkalian. Papan
ini didesain untuk siswa berkebutuhan khusus lambat belajar agar dapat
memahami konsep perkalian, karena siswa lambat belajar dalam penelitian
ini belum menguasai seutuhnya perkalian 1-5 maka papan perkalian ini
didesain terlipat menjadi dua bagian. Bagian depan alat peraga ini terdiri
dari perkalian 1-5 sedangkan untuk bagian belakang papan terdiri dari
perkalian 6-10. Alat peraga ini dikembangkan dari perkalian enam sampai
sepuluh saja.
3.2.3 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Muhammadiyah Sagan Yogyakarta.
Salah satu sekolah inkulisi yang berada di Yogyakarta.
3.2.4 Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan penelitian dalam melaksanakan penelitian R
& D pada 8 November 2016 – 11 Aprli 2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
3.3 Prosedur Pengembangan
Tahap-tahap dalam penelitian ini mengunakan 10 langkah-langkah dari
Sugiyono dengan memodifikasi menjadi tujuh langkah yaitu (1) potensi dan
masalah (2) pengumpulan data (3) desain produk (4) validasi desain dan (5) revisi
desain (6) uji coba produk (7) Revisi Produk. Peneliti hanya menggunakan tujuh
tahapan saja karena untuk mencapai tahapan selanjutnya memerlukan lingkup
lembaga pendidikan yang luas dan harus memenuhi syarat ISBN. Ketujuh tahapan
tersebut akan disajikan dalam bagan 3.2 berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Bagan 3.2 Prosedur Pengembangan Prorotipe Papan perkalian
Pengembangan Prototipe Alat peraga Papan Perkalian untuk siswa
dengan Lambat Belajar
Tahap Pertama
Potensi dan Masalah
Potensi dan Masalah Wawancara
Kepala Sekolah
Guru Kelas III
Tahap Kedua
Pengumpulan Data
Observasi
Wawancara
Analisis Karakteristik Alat Peraga
Matematika
Analisis karakteristik siswa Lambat
Belajar
Tahap Ketiga
Desain Produk
Analisis Kebutuhan
Desain Alat Peraga
Desain Album Alat Peraga Data Analisis Kebutuhan
Tahap Keempat
Validasi Desain
Ahli Matematika
Ahli Psikolog Anak Validasi Desain
Tahap Kelima
Revisi Desain
Ahli Matematika
Ahli Psikolog Anak Revisi Desain Pembuantan Alat Peraga
dan Album Alat Peraga
Validasi
Produk
Tahap Ketujuh Revisi Produk
Revisi prototipe terakhir
Guru Kelas III
Prototipe Alat Peraga Papan Perkalian untuk siswa dengan Lambat Belajar pada kelas III Sekolah
Dasar.
Tahap Keenam Uji Coba Produk
Uji Coba terbatas dilakukan pada siswadengan lambat belajar kelas III di SD Muhammadiya Sagan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
3.3.1 Potensi dan Masalah
Tahapan pertama dalam penelitian ini adalah potensi dan masalah
dengan mengidentifikasi masalah melalui wawancara dalam bentuk
wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur merupakan
wawancara yang bebas, dimana peneliti tidak menggunakan pedoman
wawancara yang telah disusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya (Sugiyono, 2015:197). Wawancara dilakukan
bersama kepala sekolah dan guru kelas III di SD Muhammadiyah Sagan.
Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui permasalahn serta pontesi yang
ada.
3.3.2 Pengumpulan Data
Tahap kedua dalam penelitian ini adalah pengumpulan data.
Pengumpulan data sebagai analisis kebutuhan untuk mencari informasi lebih
dalam tentang siswa lambat belajar terkait dengan potensi dan masalah yang
ada. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi.
Wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur.
Wawancara dilakukan dengan guru kelas III dan dua siswa lambat belajar
untuk memperoleh informasi lebih mendalam mengenai ketersedian alat
peraga, permasalahan siswa, serta minat siswa yang akan digunakan peneliti
sebagai dasar pengembangan produk. Selain wawancara, pada tahapan
pengumpulan data menggunakan Observasi. Observasi yang digunakan
dalam penelitian bersifat observasi tidak berstruktur. Sugiyono (2015:205)
mengungkapkan bahwa observasi tidak berstruktur adalah observasi yang
tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Dalam observasi ini peneliti hanya menggunakan rambu-rambu
pengamatan. Kegiatan observasi dilakukan dua pertemuan yaitu pada saat
pembelajaran Matematika dan IPA. Tujuan observasi dilakukan agar
mengamati lebih dalam proses serta tingkah laku siswa lambat belajar pada
saat di dalam kelas.
3.3.3 Desain Produk
Desain produk berupa desain alat peraga papan perkalian 1-10 serta
desain album cara penggunaan alat peraga papan perkalian. Desain produk
diawali dengan medesain alat peraga papan perkalian desain produk alat
peraga dibuat dengan menggunakan Microsoft Publisher, sedangkan album
cara penggunaan alat peraga didesain menggunakan Microsoft Word dan
Publisher. Album cara penggunanan alat peraga berisi pengenalan alat
peraga dan langkah-langkah cara penggunaan alat peraga papan perkalian.
3.3.4 Validasi Desain
Validasi desain dilakukan melalui konsultasi dengan ahli
Matematika dan ahli Psikologi anak. Alat peraga Matematika yang
dikembangkan, harus dinilai oleh ahli agar dapat mengetahui kelayakan alat
peraga tersebut. Konsultasi desain alat peraga dilakukan sebanyak dua kali.
Konsultasi pertama dengan menggunakan print out desain alat peraga.
Konsultasi desain yang kedua dengan menggunakan replika alat peraga
yang dibuat dengan menggunakan kertas karton. Para ahli memberikan
penilaian berupa komentar dan saran secara lisan terhadap desain produk
yang telah di kembangkan. Validasi ini bertujuan untuk mengetahui
kekurangan dan kelebihan dari prototipe yang dikembangkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
3.3.5 Revisi Desain
Revisi desain dilakukan setelah mendapatkan kritik dan saran dari
ahli Matematika dan ahli Psikologi anak. Masukan dari ahli Matematika dan
ahli Psikologi anak menjadi dasar untuk melakukan perbaikan prototipe.
Hasil konsultasi desain kedua, dilanjutkan dengan revisi desain dan
konsultasi akhir dengan ahli Matematika dan ahli Psikologi anak. Setelah
desain disetujui oleh ahli Matematika dan ahli Psikologi, desain produk
dapat diwujudkan menjadi alat peraga nyata berserta album cara
penggunaan alat peraga papan perkalian. Pada tahap selanjutnya, alat peraga
papan perkalian beserta album penggunaan alat peraga papan perkalian
divalidasi produk oleh validator. Validasi prototipe pada alat peraga dan
album penggunaan alat peraga papan perkalian ini dinilai oleh tiga validator
yaitu ahli Matematika, ahli Psikologi Anak, dan guru kelas III. Berbeda
dengan validasi desain, validasi produk menggunakan instrumen penilaian
untuk menilai kelayakan alat peraga yang telah dikembangkan serta
memberikan masukan atau komentar secara tertulis pada penilaian.
3.3.6 Uji Coba Produk
Tahap keenam adalah uji coba produk yaitu dengan mengunakan alat
peraga papan perkalian 1-10 pada mata pelajaran Matematika. Uji coba
dilakukan secara terbatas dengan dua siswa lambat belajar di kelas III SD
Muhammadiyah Sagan Yogyakarta. Uji coba terbatas dilakukan untuk
keefektifan dan keefisienan alat peraga papan perkalian dalam mengatasi
permasalahan. Pada tahap ini peneliti dapat melihat secara langsung proses
pemakaian alat peraga papan perkalian yang telah dikembangkan pada siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
lambat belajar. Peneliti dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan
prototipe secara langsung ketika digunakan oleh siswa yang mengalami
lambat belajar.
3.3.7 Revisi Produk
Setelah melakukan uji coba prototipe, peneliti dapat melihat
kekurangan yang terdapat pada prototipe. Kekurangan yang ada dalam
prototipe harus direvisi sesuai dengan kekurang yang ada agar menjadi
prototipe lebih baik. Setelah peneliti memperbaiki kekurangan prototipe
maka akhir pada prototipe ini yaitu menghasilkan suatu prototipe alat peraga
Matematika.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara,
observasi dan kuisioner. Wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak
terstruktur untuk mencari potensi dan masalah serta pengumpulan data agar
mendapatkan data tentang siswa berkebutuhan khusus serta karakteristik dua
siswa lambat belajar. Observasi yang digunakan adalan observasi tidak
terstruktur. Observasi digunakan untuk mencari informasi mengenai siswa lambat
belajar terkait dengan pelajaran Matematika serta pada pelajaran Ipa untuk
mengetahui karakteristik siswa lambat belajar. Kuesioner sebagai instrument
validasi produk digunakan untuk menilai prototipe yang telah dikembangkan.
3.4.1 Wawancara
Menurut Kartono (dalam Gunawan, 2013: 171) menyatakan bahwa
wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah
tertentu, ini merupakan proses tanya jawab lisan, di mana dua orang atau lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
berhadap-hadapan secara fisik. Jenis wawancara yang digunakan dalam
penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur
adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman
wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya (Sugiyono, 2015:197). Dalam wawancara tidak
terstruktur menggunakan garis besar wawancara. Narasumber wawancara pada
penelitian ini adalah kepala sekolah, guru kelas III dan dua siswa lambat
belajar kelas III di SD Muhammadiyah Sagan. Tujuan wawancara dalam
penelitian ini untuk mendapatkan data yang lebih mendalam dari narasumber.
3.4.2 Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan
melakukan pengamatan dalam kegiatan yang sedang berlangsung
(Sukmadinata, 2010:220). Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini
menggunakan observasi tidak berstuktur. Menurut Sugiyono (2015:204-205)
mengatakan bahwa observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak
dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi dimana
peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen. Observasi tidak
terstruktur dilakukan dengan menggunakan rambu-rambu observasi. Obsevasi
bertujuan untuk menggali dari potensi dan masalah untuk mendapatkan analisis
data yang mendalam tentang karakteristik siswa lambat belajar dan untuk
mengetahui kegiatan proses belajar pada siswa lambat belajar di kelas III SD
Muhammadiyah Sagan. Observasi juga dilakukan pada dua pembelajaran yaitu
pembelajaran Matematika dan pembelajaran Ipa untuk mengetahui
karaketristik siswa lambat belajar secara mendalam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
3.4.3 Kuesioner
Angket atau kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pernyataan atau pertanyaan
tertulis kepada responden untuk diberikan respon sesuai dengan permintaan
pengguna (Widoyoko, 2016: 33). Sugiyono (2015:2016) menjelaskan
kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya. Kuesioner adalah sejumlah pernyataan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang.
Dalam penelitian ini kuesioner digunakan untuk validasi prototipe.
Rating-scale yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh kolom-kolom yang
menunjukkan tingkat-tingkatan misalnya mulai dari sangat setuju sampai
sangat tidak setuju (Arikunto, 2013:129). Meskipun menggunakan rating scale,
dalam kuesioner responden dapat memberikan komentar maupun masukan
tentang kualitas produk pada kolom yang sudah disediakan. Untuk pemilihan
skala, peneliti menggunakan empat skala untuk mendapat jawaban secara pasti
sehingga tidak ada jawaban ragu-ragu maupun netral. Kuesioner dalam peneliti
meyediakan 4 skala yaitu sangat baik, baik, kurang baik dan sangat tidak baik.
Bentuk skala rating scala dibuat dalam bentuk checklist memberi tanda (√).
Kuesioner ini digunakan untuk validasi produk yang ditujukan kepada para ahli
Matematika, ahli psikolog anak dan Guru kelas III.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
3.5 Instrument Penelitian
Instrument penelitian merupakan alat bantu untuk mengukur fenomena alam
dan sosial yang diamati (Sugiyono, 2015: 148). Instrument penelitian yang dipilih
oleh peneliti ada tiga komponen yaitu wawancara, observasi dan kuesioner.
Berikut dijabarkan mengenai instrument yang digunakan dalam penelitian.
3.5.1 Wawancara
Wawancara yang digunakan hanya berupa garis besar permasalahan yang
akan ditanyakan. Garis besar wawancara digunakan sebagai acuan ketika
melakukan wawancara. Pada tahap pertama peneliti melakuan wawancara
bersama kepada kepala sekolah dan guru kelas III di SD Muhammadiyah Sagan
Yogyakarta.
Tabel 3.1 Garis besar wawancara kepada Kepala Sekolah
Tabel 3.2 Garis besar wawancara pertama kepada Guru kelas III
No Garis besar pertanyaan
1 Apakah ada siswa lambat belajar di dalam kelas III?
2 Bagaimana karakteristik siswa lambat belajar saat di dalam kelas III?
3 Apa saja masalah yang dihadapi siswa lambat belajar di kelas III?
Pada tahap kedua peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas III
untuk pertanyaan yang lebih mendalam serta wawancara bersama dua siswa
lambat belajar di SD Muhammadiyah Sagan Yogyakarta.
Tabel 3.3 Garis besar wawancara kedua kepada Guru kelas III
No Garis besar pertanyaan
1 Apa saja jenis-jenis anak berkebutuhan khusus yang ada di SD Muhammadiyah Sagan?
2 Apakah ada Siswa berkebutuhan khusus yang mengalami hambatan dalam
pembelajaran?
3 Adakah Penggunaan alat peraga saat pembelajaran untuk siswa berkebutuhan khusus?
No Garis besar pertanyaan
1 Apa saja karakteristik siswa lambat belajar yang menojol ketika saat didalam kelas?
2 Materi apa yang paling sulit dipahami siswa lambat belajar pada saat pembelajaran
Matematika?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Tabel 3.4 Garis Besar wawancara kepada dua siswa lambat belajar kelas III
3.5.2 Observasi
Obsevasi merupakan kegiatan pengamatan yang dilakukan untuk
mendapatkan informasi berkaitkan dengan dua siswa lambat belajar pada saat
pembelajaran Matematika berlangsung di kelas III. Rambu-rambu pengamatan
dapat di lihat pada tabel 3.5.
Tabel 3.5 Rambu-rambu pengamatan terhadap Dua siswa lambat belajar di
kelas III.
3.5.3 Kuesioner
Peneliti memilih menggunakan skala rating scala dengan empat skala
dalam menyusun kuesioner untuk mendapat jawaban secara pasti sehingga tidak
ada jawaban ragu-ragu maupun netral. Oleh karena itu dalam instrument
kuesioner ini peneliti meyediakan skala, sangat baik, baik, kurang baik dan
sangat tidak baik. Berikut adalah tabel 3.6 skala bertingkat.
Tabel 3.6 Skala Bertingkat
Keterangan Skor
Sangat Baik 4
Baik 3
Kurang Baik 2
Sangat tidak Baik 1
3 Bagaimana cara mengatasi masalah siswa lambat belajar pada materi tersebut?
4 Apakah ada ketersediaan alat peraga Matematika di kelas III?
5 Bagaimana latar Belakang Siswa lambat belajar?
No Garis besar pertanyaan
1 Siapa nama siswa lambat belajar kelas III?
2 Apa saja pembelajaran yang kamu suka maupun yang tidak kamu sukai?
3 Materi apa yang paling sulit diajarkan pada pelajara Matematika?
No Rambu-rambu pengamatan
1 Mengamati tingkah laku siswa lambat pada saat pembelajaran berlangsung di kelas III
2 Kesesuian teori tentang karakteristik siswa lambat belajar dengan kenyataan yang ada di
lapangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Dalam penyusunan kuesioner ini terdapat kisi-kisi penilaian validasi
prototipe alat peraga dan album pengguanaan alat peraga. Berikut kisi-kisi alat
peraga dan album penggunaan alat peraga yang tersaji pada tabel 3.6 dan tabel
3.7:
Tabel 3.7 Kisi-kisi Kuesioner Validasi Alat peraga
Indikator Deskripsi Nomor Item
Auto-education 1. Membantu siswa dalam memahami
konsep matematika
2. Siswa belajar secara mandiri
1,2 dan 8
Auto-corecation 1. Membantu siswa dalam menemukan
kesalahan sendiri
2. Membantu siswa dalam menemukan
jawaban yang benar
3,6 dan 7
Menarik 1. Memiliki warna yang menarik siswa
2. Untuk menarik minat siswa untuk
belajar
4,5,11,12,14
dan 15
Bergaradasi 1. Memiliki berat yang sesuai dengan siswa
2. Memiliki gradasi rangsangan rasional
dengan melibatkan beberapa indera
3. Memiliki gradasi umur
13, 16, dan 17
Kontekstual 1. Memanfaatkan benda dari lingkungan
sekitar
2. Dapat diproduksi oleh masyarakat
sekitar
9 dan 10
Tabel 3.8 Kisi-kisi Kuesioner Validasi Album Penggunaan Alat peraga
Indikator Deskripsi Nomor Item
Auto-education 1. Membantu siswa dalam memahami cara
penggunaan alat peraga
2. Bahasa yang digunakan dapat membantu
siswa dalam menggunakan alat peraga
1,8,9,10,11 dan
12
Menarik 1. Memiliki warna yang menarik siswa
2. Menarik minat siswa untuk mempelajari
cara penggunaan alat peraga
4,5,6 dan 7
kontekstual 1. Memanfaatkan benda dari lingkungan
sekitar
2. Dapat diproduksi oleh masyarakat
sekitar
2 dan 3
3.6 Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono (2015:333) Teknik analisis data merupakan cara untuk
menganalisis data penelitian, Teknik analisis data diarahkan untuk menjawab
rumusaan masalah yang telah dirumuskan. Teknik analisis data dilakukan secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
kualitatif dan dengan kuantitatif. Berikut penjelasan teknik analisis data kualitatif
dan kuantitatif:
3.6.1 Data Kualitatif
Data kualitatif merupakan data yang meunjukkan kualitas atau mutu
sesuatu yang ada, baik keadaan proses, peristiwa/kejadian dan lainnya yang
dinyatakan dalam bentuk pernyataan atau berupa kata-kata (Widoyoko,
2012: 18). Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara,
observasi dan hasil validasi alat peraga beserta album penggunaan alat
peraga. Data wawancara diambil dari tahapan Potensi dan masalah serta pada
tahapan Pengumpulan data kemudian peneliti menganalisis setiap informasi
dari narasumbur yang diperoleh. Data observasi digunakan peneliti untuk
menemukana tingkah laku dan karakteristik siswa lambat belajar.
Hasil yang didapat dari data wawancara dan data observasi kemudian
peneliti menyimpulkan data agar dapat mengetahui jenis alat peraga yang
akan dikembangkan. Setelah melalui tahapan validasi desain dan revisi
desain, alat peraga diwujudkan dalam bentuk benda nyata. Alat peraga harus
melalui tahap penilaian validasi produk. Validasi dilakukan oleh ahli
Matematika, ahli Psikolog Anak dan Guru kelas III. Hasil validasi produk
berupa komentar dan saran yang di berikan oleh para ahli agar dapat
memperbaiki kualitas dan mengatahui kelayakan prototipe sebelum diujicoba
secara terbatas.
3.6.2 Data Kuantitatif
Data kuantitatif merupakan data yang berwujud angka-angka sebagai
hasil observasi atau pengukuran (Widoyoko, 2012: 21). Data kuantitatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
diperoleh dari hasil validasi desain produk Alat peraga serta Album
penggunaan alat peraga yang dinilai oleh ahli Matematika, ahli Psikolog anak
dan guru kelas III. Data instrument validasi yang dianalisis sebagai dasar dari
hasil penilaian kuesioner diubah menjadi data interval. Langkah awal yang
dilakukan yaitu menghitung rata-rata. Rata-rata penilaian dihitung dengan
rumus pada tabel 3.1
Rumus 3.1 Rumus menghitung Rata-rata
Skala penilaian terhadap alat peraga papan perkalian dan album
penggunaan alat peraga papan perkalian menggunakan skala Rating scala 1-4
(1) Sangat baik (2) baik (3) kurang baik (4) sangat tidak baik. Skala rating
scala digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2015:134).
Berikut tabel klasifikasi hasil penilaian:
Tabel 3.9 Tabel Kalsifikasi hasil penilaian
Interval Skor Kategori
3,26 - X- 4,00 Sangat Baik
2,51 - X- 3,25 Baik
1,76 - X- 2,50 Kurang baik
1,00 - X- 1,75 Sangat tidak baik
Interval skor tersebut juga dapat menunjukkan valid/tidaknya suatu
instrumen. Berikut adalah kategorisasi hasil skor validasi instrumen oleh ahli
yang dituangkan dalam tabel 3.9.
Tabel 3.10 Tabel Kategorisasi Data Kuantitatif ke Kualitatif
Interval Skor Kategori Bobot
3,26 - X- 4,00 Sangat Baik Keseluruhan instrumen sudah layak
digunakan
2,51 - X- 3,25 Baik Keseluruhan instrumen sudah layak
digunakan namun perlu perbaikan
1,76 - X- 2,50 Kurang Keseluruhan instrumen kurang layak
digunakan
Skor akhir = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝑖𝑡𝑒𝑚
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
1,00 - X- 1,75 Sangat Kurang Keseluruhan instrumen tidak layak
digunakan
Instrumen dikatakan valid jika memperoleh rata-rata skor lebih besar
dari 2,50. Nilai terdapat pada rentang skor 3 (kategori baik) yang berarti
keseluruhan instrumen sudah layak digunakan namun perlu perbaikan.
Sebaliknya, apabila rata-rata skor yang diperoleh lebih kecil dari 2,50, maka
instrumen tersebut dapat dikatakan tidak valid. Berdasarkan perhitungan
dengan rumus di atas, diperoleh rata-rata nilai. Rata-rata nilai tersebut
kemudian dikonversikan menjadi data kualitatif dengan acuan dari Widoyoko
(2014:144).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti memaparkan mengenai hasil penelitian dan
pembahasan yang diuraikan sebagai berikut.
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Potensi dan Masalah
Pontesi dan masalah sangat penting dilakukan guna memperoleh
informasi awal untuk melakukan penelitian. Potensi dan masalah didapat
dengan wawancara bersama Kepala sekolah dan Guru kelas III pada tanggal 8
November 2016. Berikut hasil wawancara yang didapat dari kepala sekolah
dan guru kelas III.
4.1.1.1 Wawancara Kepala Sekolah
Wawancara dengan kepala sekolah mempunyai tiga garis
pertanyaan yang diajukan. Berikut ini merupakan hasil wawancara dengan
kepala sekolah SD Muhammadiya Sagan, Yogyakarta.
Tabel 4.1 Hasil Wawancara dengan Kepala
No Garis Besar
Pertanyaan Hasil Wawancara
1 Apa saja jenis-jenis
siswa berkebutuhan
khusus yang ada di SD
Muhammadiyah
Sagan?
Anak berkebutuhan khusus di SD Muhammadiyah
Sagan ini yang saya ketahui hanya lambat belajar,
namun untuk data jenis anak berkebutuhan khusus
yang lainnya saya belum mengetahui. SD
Muhammadiyah ini merupakan sekolah inklusi, jadi
anak berkebutuhan khusus bisa berbaur dengan anak
pada umumnya, tidak ada perbedaan antara anak
berkebutuhan khusus dan anak pada umumnya, semua
diperlakukan sama. Anak berkebutuhan khusus
memerlukan perhatian yang lebih pada saat
pembelajaran, akan tetapi tidak medominan bahwa dia
memiliki kebutuhan khusus, jadi anak tersebut tidak
akan merasa bahwa dia berbeda dengan yang lainnya.
2 Apakah ada Siswa
berkebutuhan khusus
yang mengalami
Keberadaan anak berkebutuhan khusus lambat belajar
pasti ada, tetapi tidak ada data pasti untuk menujukan
bahwa dia terdaftar sebagai anak berkebutuhan khusus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
hambatan dalam
pembelajaran?
lambat belajar. Akan tetapi, keberadaan anak lambat
belajar yang mengalami kesulitan belajar pada kelas III
sekolah dasar, diketahui berdasarkan data yang diambil
oleh guru ketika kepala sekolah melakukan rapat
bersama di sekolah. Keluhan yang disampaikan oleh
guru bahwa terdapat anak yang mengalami
keterlambatan belajar pada kelas III di setiap mata
pelajaran. Tes IQ pada anak lambat belajar belum
terlaksana, jadi keberadaan anak lambat belajar hanya
diketahui oleh guru sehingga untuk mengetahui lebih
jelasnya silakan bertanya kepada wali kelas yang
bersangkutaan.
3 Adakah Penggunaan
alat peraga saat
pembelajaran untuk
siswa berkebutuhan
khusus?
Penggunaan alat peraga pada saat pembelajaran
Matematika pada kelas bawah jarang digunakan,
karena guru banyak menggunakan media seperti
gambar atau benda-benda yang berukuruan kecil
seperti sedotan, kelereng maupun bola-bola dan lain-
lainnya untuk membantu anak-anak dalam memahami
suatu materi pada saat pembelajaran Matematika.
Berdasarkan hasil wawancara di atas peneliti dapat menyimpulkan
bahwa SD Muhammadiyah Sagan Yogyakarta memiliki siswa dengan
keterlambatan belajar. Siswa yang mengalami lambat belajar berada di
kelas III. Selain itu, peneliti juga mendapatkan informasi bahwa
penggunaan alat peraga di kelas III yang terbilang kurang selama
pembelajaran Matematika, IPA, dan pembelajaran lainnya di kelas
tersebut.
4.1.1.2 Wawancara Guru kelas
Pada Tabel 4.2 peneliti akan menjelaskan hasil garis besar
wawancara dengan Guru kelas III SD Muhammadiyah Sagan Yogyakarta.
Tabel 4.2 Hasil Wawancara dengan Guru Kelas III
No Garis Besar
Pertanyaan Hasil Wawancara
1 Apakah ada siswa lambat
belajar di dalam kelas
III?.
Iya, keberadaan anak lambat belajar di kelas III ada.
Berjumlah dua siswa. Satu lelaki dan satunya
perempuan, namanya Roso (disamarkan) dan Bunga
(disamarkan).
2 Bagaimana karakteristik
siswa lambat belajar saat
di dalam kelas III?
Di dalam kelas Bunga dan Roso mengikuti
pembelajaran yang berlangsung setiap harinya. Tidak
ada perbedaan yang mendasar antara Bunga dan
Roso dengan siswa yang lain pada umunnya, akan
tetapi selama pembelajaran berlangsung mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
memiliki penanganan khusus karena Bunga dan
Roso memerlukan waktu yang lama dibandingkan
dengan anak pada umumnya dalam menyelesaikan
semua pembelajaran seperti Matematika, IPA, IPS,
dan Bahasa Indonesia. Bunga dan Roso cenderung
lambat dalam menyelesaikan soal maupun
penjelasaan yang di berikan oleh guru. Di dalam
kelas Bunga dan Roso cenderung diam dan suka
melamun.
3 Apa saja masalah yang
dihadapi siswa lambat
belajar di kelas III?
Pada saat di dalam kelas Bunga dan Roso sulit
memahami setiap pembelajaran, seperti
pembelajaran IPS, IPA, dan Matematika. Akan
tetapi, kesulitan yang Bunga dan Roso hadapi terlihat
paling mencolok pada saat pembelajaran
Matematika. Roso dan Bunga menanggap bahwa
pembelajaran Matematika itu sulit.
Kesimpulan dari hasil wawancara bersama guru kelas III SD
Muhammadiyah Sagan Yogyakarta, yaitu terdapat dua siswa lambat
belajar yang duduk di kelas III. Kedua siswa ini mengalami kesulitan yang
sama dalam memahami pembelajaran Matematika.
Kesimpulan hasil wawancara dari kedua narasumber bersama
Kepala Sekolah dan guru kelas III, peneliti dapat nememukan potensi dan
masalah. Masalah yang ditemukan ada dua siswa lambat belajar yang
mengalami kesulitan dalam pembelajaran Matematika kelas III di SD
Muhammadiyah Sagan Yogyakarta. Potensi yang ditemukan dalam
penelitian ini adalah kurangnya penggunaan benda-benda konkret atau alat
peraga yang jarang digunakan saat pembelajaran berlangsung terutama
pada saat pelajaran Matematika.
4.1.2 Pengumpulan Data
Tahap kedua, setelah mendapatkan potensi dan masalah maka peneliti
perlu mengkumpulkan informasi yang digunakan sebagai bahan perencanaan
prototipe, diharapkan dapat mengatasi permasalahan untuk dua siswa lambat
belajar dalam pembelajaran Matematika. Pengumpulan data didapat dari hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Observasi dan wawancara. Observasi dilakukan dua kali pada saat
pembelajaran Matematika dan pembelajaran Ipa agar mendapatkan data yang
pasti antara teori anak lambat belajar dengan keadaan yang sesungguhnya.
Setelah melakukan observasi kemudian peneliti melakukan wawancara.
Wawancara dilakukan bersama dua siswa lambat belajar serta Guru kelas III
di SD Muhammadiyah Sagan. Tujuan wawancara agar untuk memperoleh
informasi lebih mendalam mengenai ketersedian alat peraga, permasalahan
siswa, serta minat siswa yang akan digunakan peneliti sebagai dasar
pengembangan produk.
4.1.2.1 Observasi
Obsevasi dilakukan dua kali pembelajaran yaitu observasi pertama
dilakukan pada 17 November 2016 di kelas III SD Muhammadiyah Sagan
Yogyakarta pada pembelajaran Matematika dan observasi kedua pada saat
pembelajaran IPA dilakukan pada hari yang sama dengan observasi pertama
setelah pembelajaran Matematika. observasi dilakukan untuk mengamati dua
siswa lambat belajar saat di dalam kelas.
Tabel 4.3 Hasil Observasi dua Siswa Lambat Belajar pada saat Pembelajaran
Matematika.
No Rambu-rambu
Observasi
Hasil Observasi
1 Mengamati tingkah
laku siswa lambat
belajar pada saat
pembelajaran
berlangsung di kelas
III.
Pembelajaran Matematika yang sedang berlangsung
merupakan pembelajaran yang membahas materi
perkalian. Di dalam kelas Bunga dan Roso lebih pediam,
banyak melamun dan tidak aktif dibandingkan siswa lain
pada umumnya. Pada saat pembelajaran Matematika
berlangsung Bunga tidak pernah terfokus dengan guru
yang menjelaskan materi di depan kelas karena pada saat
guru bertanya apakah sudah mengerti mereka hanya diam
dan mengaguk-agukan kepalanya. Roso pada saat di
dalam kelas asik dengan dunianya sendiri yaitu
menggambar karena dibukunya banyak gambaran ketika
guru menjelaskan materi roso asik dengan apa yang iya
kerjakan. Mereka hanya memaksakan bahwa mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
mengerti pada penjelasan yang diberikan. Pada saat
mengerjakan soal Bunga dan Roso cenderung tertinggal
dari siswa yang lainnya, hal tersebut terlihat ketika pada
saat mengerjakan soal yang diberikan. Bunga terlebih
dahulu mengelola setiap point-point soalnya, untuk
mengelola satu soal Roso memerlukan waktu yang cukup
lama. Ketika sudah berulang-ulang membaca soal Bunga
juga belum menguasai apa maksud dari soal yang
dikerjakan. Hal yang sama juga terjadi pada Roso untuk
mengerjakan satu soal butuh waktu yang lama terkadang
kalau Roso sudah lelah dia tidak mengerjakan soal yang
diberikan ia malah mengganggu teman disampingnya.
Bunga dan Roso bisa menyelesaikan soal yang dikerjakan
akan tetapi mereka memerlukan waktu tambahan
dibandingkan anak pada umumnya.
2 Kesesuaian teori
tentang karakteristik
siswa lambat belajar
dengan kenyataan yang
ada di lapangan.
Teori tentang karakteristik anak lambat belajar yaitu
mampu menguasai keterampilan tertentu tetapi cenderung
lambat, daya ingat yang tergolong lambat, rata-rata
prestasi selalu rendah, sering terlambat dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan dibandingakan
teman-teman seusianya, dan memiliki daya tangkap yang
cenderung lambat dalam menerima pelajaran. Kesesuian
teori yang dijelaskan dengan kenyatan di lapangan
memiliki kesamaan. Hal ini dapat dilihat saat Bunga dan
Roso mengalami keterlambatan dalam menerima
pembelajaran Matematika. Bunga dan Roso memerlukan
waktu yang lama untuk memahami materi yang
disampaikan jika dibandingkan dengan teman-teman lain
di kelasnya. Hal ini terbukti pada saat guru menjelaskan
materi dan pada saat Bunga dan Roso mengerjakan soal.
Serta ketika guru menjelaskan Bunga dan Roso lebih
senang melamun dibandingkan mendengarkan penjelasaan
yang diberikan oleh gurunya. Rata-rata nilai yang didapat
Bunga dan Roso cenderung rendah hal ini terlihat pada
pekerjaan yang dikerjakan sebelum materi ini.
Tabel 4.4 Hasil Observasi Siswa Lambat Belajar pada saat Pembelajaran IPA
No Rambu-rambu
Observasi Hasil Obsevasi
1 Mengamati tingkah
laku siswa lambat
belajar pada saat
pembelajaran
berlangsung di kelas III
Observasi kedua pada pembelajaran IPA dilaksanakan saat
guru menjelaskan materi sifat benda. Pada saat
pembelajaran, Roso dan Bunga memperlihatkan tingkah
laku yang sama, seperti pada saat pembelajaran
Matematika berlangsung di observasi yang pertama. Roso
banyak melamun saat guru memberikan penjelalsan
materi. Bunga juga banyak melamun dan tidak fokus pada
penejelasan yang diberikan. Pada saat mengerjakan soal,
Bunga dan Roso tertinggal jika dibandingkan dengan
teman yang lainnya. Hal ini terjadi karena Roso dan
Bunga mengalami kesulitan dalam mengelola kata-kata
yang ada pada soal, mereka memerlukan waktu yang lebih
lama untuk menyelesaikan soal tetapi pada saat
pembelajaran Ipa mereka menyelesaikan soalnya
walaupun tertinggal dari siswa yang lainnya.
2 Kesesuaian teori Teori tentang Karakterisitik anak lambat belajar yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
tentang karakteristik
siswa lambat belajar
dengan kenyataan yang
ada di lapangan.
mampu menguasai keterampilan tertentu tetapi cenderung
lambat, daya ingat yang tergolong lambat, sering
terlambat dalam menyelesaikan tugas yang diberikan
dibandingakan teman-teman seusianya, dan memiliki daya
tangkap yang cenderung lambat dalam menerima
pelajaran. Kesesuaian teori yang dijelaskan dengan
keadaan yang di lapangan yang ada menujukan
kesaamaan. Hal ini ditandai oleh pengelolaan kata yang
dilakukan Bunga dan Roso yang lama dalam mengerjakan
soal, serta penerimaan materi yang cenderung lambat jika
dibandingkan dengan teman sekelasnya.
Kesimpulan observasi pada pembelajaran matematika dan pelajaran
IPA dengan dua siswa lambat belajar dapat disimpulkan bahwa Bunga dan
Roso mengalami keteralambatan dalam memahami materi pembelajaran yang
disampaikan oleh guru kelasnya. Memerlukan penjelasaan yang berulang-
ulang ketika menjelaskan kepada Bunga dan Roso. Pada saat di dalam kelas
Bunga dan Roso tidak kosentrasi pada pembelajaran saat itu, mereka
cenderung banyak melamun dan asik dengan dunia mereka sendiri
dibandingkan mendengarkan penejelasan materi yang disampaikan oleh
gurunya. Hal ini terlihat bukan pada saat pembelajaran Matematika saja
melainkan pada pembelajaran IPA mereka juga cenderung banyak melamun.
Pada saat pembelajaran Matematika, peneliti melihat bahwa mereka
mengalamai kesulitan dalam memahami konsep perkalian terlihat
dibandingkan pada saat pelajaran Ipa.
4.1.2.2 Wawancara
Wawancara dilakukan pada tanggal 17 November 2016. Wawancara
pertama bersama Bunga dan Roso dilakukan pada saat jam istirahat pada
pukul 09.30 wib. Wawancara kedua dengan guru kelas III pada saat siswa-
siswa pulang sekolah pada pukul 12.00 wib. Berikut hasil wawancara tersaji
dalam tabel 4.5, 4.6, dan 4.7 .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Tabel 4.5 Hasil Wawancara bersama Siswa Pertama Lambat Belajar.
No Garis Besar
Pertanyaan
Hasil Wawancara
1 Siapa nama siswa
lambat belajar kelas
III?
Nama saya Bunga (disamarkan), saya lahir pada tanggal
18 Febuari 2008. Hobi saya berenang. Saya menyukai
semua warna seperti hijau, pink, dan merah. Aktivitas
saya dirumah kadang belajar, bermain, dan kadang
membantu ibu di rumah.
2 Apa saja pembelajaran
yang kamu suka
maupun yang tidak
kamu sukai?
Menurut saya pembelajaran yang paling sulit adalah
Matematika, karena Matematika itu sangat sulit.
Sedangkan pembelajaran yang saya sukai adalah IPA
karena pembelajaran IPA mengasikan.
3 Materi yang paling
sulit pada pelajaran
Matematika.
Pembelajaran Matematika. Saya mengalami kesulitan
pada materi perkalian karena menurut saya perkalian itu
sangat susah dan membosankan.
Tabel 4.6 Hasil Wawancara bersama Siswa Kedua Lambat Belajar.
No Garis Besar
Pertanyaan
Hasil Wawancara
1 Identitas diri siswa
lambat belajar di kelas
III.
Nama saya Roso (disamarkan), saya lahir pada tanggal 20
November 2009. Hobi saya bermain sepakbola. Saya
menyukai warna biru.
2 Apa saja pembelajaran
yang kamu suka
maupun yang tidak
kamu sukai?
Pelajaran yang saya sukai adalah Penjaskes karena saya
suka saja. Saya merasa ketulitan saat Pelajaran
Matematika, karena susah. Hitung-hitungan bikin pusing.
3 Materi yang paling
sulit pada pelajaran
Matematika.
Materi perkalian merupakan materi sulit. Terutama pada
perkalian satuan karena membingungkan untuk saya.
Tabel 4.7 Hasil Wawancara Kedua dengan Guru Kelas III
No Garis Besar
Pertanyaan Hasil Wawancara
1 Apa saja karakteristik
siswa lambat belajar
yang menojol ketika saat
didalam kelas?
Kalau Ibu lihat Bunga dan Roso, mereka mengalami
kesulitan dalam memahami suatu materi yang diberikan
terutama pada pembelajaran Matematika, Bahasa
Indonesia, dan IPS. Mereka mengalami keterlambatan
dalam menerima pembelajaran jika dengan siswa pada
umunya Biasanya Bunga dan Roso tidak pernah selesai
mengerjakan tugasnya, bahkan terkadang dia juga tidak
menyelesaikan tugas yang saya berikan. Pada saat itu,
saya memberikan soal Matematika sebanyak 20 soal.
Teman-temannya sudah mengumpulkan dan
menyelesaikan soal tersebut, sedangkan mereka belum
menyelesaikannya. Kemudian saya minta semua siswa
untuk mengumpulkan soalnya. Setelah itu mereka
mengumpulkannya, tetapi belum selesai semuanya.
Mungkin masih ada sisa enam atau tujuh soal yang
belum mereka selesaikan.
2 Materi apa yang paling
sulit dipahami siswa
Mereka mengalami kesulitan untuk memahami semua
materi yang saya ajarkan. Hal ini ditandai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
lambat belajar pada saat
pembelajaran
Matematika?
pengulangan materi sama yang saya lakukan untuk
mereka.
Materi yang paling sulit mereka pahami adalah konsep
dasar perkalian satuan. Dikelas III kan seharusnya sudah
sampai perkalian puluhan, bagaimana mereka dapat
menguasi hal tersebut apabila perkalian satuan saja
masih bingung? Mereka cenderung lupa perkalian dasar,
seperti perkalian 1-5.
3 Bagaimana cara
mengatasi masalah siswa
lambat belajar pada
materi tersebut?
Saya pernah berhasil mengatasinya dengan cara
mengulang-ulang penjelasaan materi perkalian dasar
sampai mereka mengerti. Namun, keesokan harinya
ketika ditanya tentang perkalian, Bunga dan Roso tetap
saja lupa.
4 Apakah ada ketersediaan
alat peraga Matematika
di kelas III?
Belum tersedia, biasanya saya hanya menggunakan
tutup botol atau gambar-gambar untuk memperjelas
materi Matematika. Selain itu, guru juga meminta
peneliti medesain alat peraga untuk membantu siswa
lambat belajar dalam memahami konsep dasar perkalian.
5 Bagaimana latar
Belakang Siswa lambat
belajar?
Orang tua Bunga keluarga mengengah atas, bapak dan
ibunya bekerja sebagai pegawai negeri atau PNS.
Orang tua Roso dari keluarga menengah atas, bapak dan
ibunya bekerja sebagai karyawan swasta.
Berdasarkan hasil wawancara bersama Guru kelas III serta dua siswa
lambat belajar dapat disimpulkan bahwa dua siswa lambat belajar mengalami
kesulitan dalam pembelajaran Matematika materi perkalian satuan.
Memahami konsep dasar perkalian masih dianggap susah bagi Bunga dan
Roso. Kurangnya penggunaan benda-benda konkret menjadi penghalang
untuk membantu siswa lambat belajar dalam memahami suatu materi
terutama pada pembelajaran Matematika. Selain itu, guru juga meminta
peneliti medesain alat peraga untuk membantu siswa lambat belajar dalam
memahami konsep dasar perkalian.
4.1.3 Desain Produk
Hasil dari potensi dan masalah kemudian pegumpulan data, peneliti
menganalisis kebutuhan yang didapat yaitu bahwa dua siswa lambat belajar
mengalami masalah kesulitan dalam pembelajaran Matematika materi
perkalian serta kurangnya penggunaan benda-benda konkret menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
hambatan dalam mengatasi masalah yang ada. Pada tahapan desain produk ini
peneliti mengembangkan alat peraga perkalian 1-10 agar dapat membantu dua
siswa lambat belajar dalam memahami konsep dasar perkalian pada
pembelajaran Matematika. Pada desain produk ini dimulai dengan membuat
sketsa awal dengan menggunakan gambar serta menentukan warna didesain
dengan menggunakan Publisher. Berikut gambar desain alat peraga papan
Perkalian.
Gambar 4.1 Gambar desain papan perkalian
Gambar 4.2 Desain Kotak Isi
Desain Papan Perkalian menggunakan warna dasar, seperti merah
untuk deret penjumlah, biru untuk deret pengali, dan hitam untuk warna
tulisan judul dan tulisan angka di deret pengali dan penjumlah. Pemilihan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
warna juga disesuaikan dengan warna kesukaan siswa lambat belajar. Kotak
Isi dilengkapi dengan Kotak Hasil dan kotak perkalian. Kotak Hasil memiliki
background dengan warna dasar kayu serta angka di dalamnya berwarna biru
tua sesuai dengan jawaban yang terletak pada Kartu Soal. Pada kotak
perkalian terdapat lingkaran di tengah yang berwarna hijau dengan
background warna dasar kayu. Perpaduan antara kotak dan lingkaran dipilih
dengan tujuan untuk mengajarkan siswa bangun datar secara tidak langsung.
Kotak memiliki empat sisi, sedangkan lingkaran tidak memiliki sisi maka
ketika digabungkan akan menjadi perpaduan yang serasi. Peneliti tidak
memilih warna kuning karena menurut peneliti warna kuning menjadi tidak
hidup apabila dipadukan dengan warna dasar kayu yang berwarna coklat.
Desain alat peraga papan perkalian dilengkapi dengan album alat
peraga papan perkalian. Album alat peraga papan perkalian didesain dengan
menggunakan microsoft word yang berisikan tentang pengenalan alat peraga
papan perkalian serta penggunaan alat peraga papan perkalian.
4.1.4 Validasi Desain
Validasi desain alat peraga papan perkalian dan album alat peraga
papan perkalian dilakukan bersama Ahli Matematika dan Ahli Psikolog anak.
Validasi desain dilakukan pada tanggal 14 Desember 2016. Penilaian
dilakukan secara diskusi dan lisan. Replika alat peraga papan perkalian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Gambar 4.3 Papan perkalian, Kotak Isi dan Kotak soal
Penilaian pertama diberikan oleh ahli Matematika, jika dilihat dari
segi Matematika untuk kotak bulatan perkalian boleh menggunakan bulatan
dengan sebanyak 1 sampai 10 tetapi jika bulatanya ganjil sebaiknya bulatan
jangan diletakan ditengah letakan sesuai dengan deret depan seperti gambar
berikut ini:
Gambar 4.4 Desain Kotak Perkalian Gambar 4.5 Desain Kotak Perkalian
Sebelum diberi masukan Sesudah diberi masukan
Jika ingin menggunakan bulat seperti tampak di atas siswa akan tidak
mengerti makna dari konsep perkalian, dikarenakan papan yang sebulumnya
akan kosong misalnya perkalian 5 x 6 yang terdapat pada gambar berikut:
Papan
Perkalian
Kotak
Soal
Kotak
Isi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Gambar 4.6 Replika papan perkalian jika terisi
dengan Kotak butiran perkalian
Efektifnya sebaiknya mengunakan satu bulatan pada setiap kotak butiran
perkalian, maka papan akan terisi penuh sesuai dengan deret mendatar dan
deret menurun yang dituju. Kedua, petimbangkan masalah ukuran karena
dengan ukuran papan perkalian, apakah tidak terlalu besar untuk siswa lambat
belajar kelas III. Ketiga, untuk warna pada papan perkalian buatlah semenarik
mungkin, dan keempat, untuk album penggunaan alat peraga kurang
lengkap. Sebaiknya awal album adalah pengenalan alat peraga.
Penilaian dari segi psikolog anak. Pertama, ukuran alat peraga
sebaiknya lebih dikecilkan karena benar masukan dari ahli Matematika bahwa
ukuran alat peraga tersebut terlalu besar untuk siswa lambat belajar pada
kelas III. Kedua, penjelasaan terhadap siswa lambat belajar sebaiknya lebih
dipersingkat dan detail agar siswa tersebut mengerti makna dari konsep
perkalian. Ketiga perlu ditanyakan kepada gurunya untuk siswa lambat
belajar, apakah dia bisa menghitung 1-100 karena menurut ahli psikolog
anak, siswa lambat belajar dia akan kesulitan jika diminta menghitung 1-100.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Keempat, untuk album penggunaan alat peraga pada setiap langkah-
langkahnya tolong dilengkapi dengan gambar untuk memperjelas pemahaman
siswa.
4.1.5 Revisi Desain
Desain alat peraga yang sudah diberikan masukan dari ahli
Matematika dan ahli Psikolog anak kemudian alat peraga beserta album
penggunaan alat peraga diperbaikin dan akan diprsentasikan lagi. Pada revisi
desain peneliti mengubah konsep kotak butiran perkalian dengan satu
lingkaran pada setiap kotak perkalian, seperti gambar di bawah ini, dengan
jumlah kotak butiran perkalian sebanyak 100.
Gambar 4.7 Desain kotak butiran
Perkalian Setelah revisi
Pengubahan pada papan perkalian dengan memodifikasi seperti papan
catur atau dapat dilipat agar siswa lambat belajar dapat terfokus pada
perkalian awal 1-5 kemudian baru perkalian 6-10. Perubahan warna judul
papan perkalian dari warna hitam berubah menjadi warna hijau mudah.
Perubahan ukuran pada kotak perkalian pada presentasi pertama dengan
ukuran 4 cm x 4 cm dimodifikasi dengan ukuran 3 cm x 3 cm menjadi persegi
serta lingkaran yang terdapat pada kotak butiran perkalian dengan diameter
1,5 cm. Perubahan kotak hasil yang pada presentasi pertama dengan ukuran 5
cm x 5 cm sekarang menjadi 3 cm x 4 cm dengan bentuk bangun datar
persegi panjang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Pada album alat peraga papan perkalian diperbaikin pada bagian awal
sampai langkah-langkah penggunaan alat peraga. Desain alat peraga dan
album penggunaan alat peraga yang telah di revisi kemudian dikonsultasikan
dengan dosen ahli. Dosen ahli tidak memberikan saran perbaikan pada desain
produk yang telah dikembangkan. Hasil desain prototipe yang telah direvisi
dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 4.8 Replika papan perkalian yang sudah direvisi
Peneliti kemudian melakukan pembuatan alat peraga papan perkalian
dengan bantuan tukang kayu. Hal tersebut dikarenakan lengkapnya peralatan
yang terdapat pada tukang kayu. Proses pembuatan alat peraga memakan
waktu satu bulan penuh yaitu dari bulan Februari sampai bulan Maret.
Berikut alat peraga papan perkalian dan kotak isi dalam bentuk kayu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Gambar 4.9 Papan perkalian dan kotak isi
Alat peraga papan perkalian kemudian divalidasikan bersama tiga
validator yaitu ahli Matematika, ahli Psikolog anak dan Guru kelas III yang
mengajar anak lambat belajar. Pada penilaian alat peraga papan perkalian
dilakuakan dengan ahli yang berbeda dengan penilaian pada tahapan desain
produk dan validasi produk. Validasi dilakukan agar dapat menilai kelayakan
alat peraga ketika diuji cobakan. Hasil Validasi Alat Peraga papan perkalian
dan Album penggunaan alat peraga papan perkalian untuk siswa dengan
lambat belajar kelas III penghitungan hasil validasi menggunakan Rating
Scale 1-4 kemudian dihitung untuk memperoleh rata-rata penilaian. Rata-rata
penilaian dihitung dengan rumus 4.1:
Rumus 4.1 Mencari Rata-rata penilaian
Skor akhir = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝑖𝑡𝑒𝑚
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
4.1.5.1 Ahli Psikolog Anak
Validasi penilaian alat peraga papan perkalian dan album penggunaan
alat peraga papan perkalian dilakuakan pada tanggal 13 Maret 2017. Ahli
psikolog untuk penilaian Alat peraga Papan Perkalian didapatkan hasil rata-
rata sebagai berikut:
Hasil rata-rata 3,6 tergolong dengan katagori sangat baik. Pada Validasi
tersebut Alat peraga matematika materi perkalian untuk siswa dengan lambat
belajar kelas III sekolah dasar dapat digunakan atau uji coba tanpa revisi.
Komentar umum atau saran perbaikan didapat sebagai berikut:
1. Alat peraga cukup ringan sehingga mudah digunakan oleh siswa
2. Konsep Matematika yang disajikan pada alat peraga bertahap hingga
memperoleh jawaban perkalian. Siswa akan terbantu untuk memahami
konsep.
3. Pemilihan warna pada media membantu siswa membedakan fungsi dari
setiap warna yang ditampilkan. Hanya saja, warna dasar kayu cukup gelap
segingga warna yang ditampilkan cukup gelap. Warna angka pada kartu
hasil (jawaban) kurang terlihat perbedaannya dengan bagian soal
(perbedaa warna terlihat jika dipehatikan secara cermat).
4. Apabila alat hasil pemikiran peneliti, maka peneliti dapat mengajukan
HAKI untuk mematenkan alat peraga.
Skor akhir =54
15= 3,6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Penilaian Album penggunaan alat peraga papan perkalian didapakan
hasil rata-rata sebagai berikut:
Hasil rata-rata 3 tergolong dengan katagori baik. Pada Validasi tersebut
Album penggunaan alat peraga matematika materi perkalian untuk siswa
dengan lambat belajar di kelas III SD Muhammadiyah Sagan dapat digunakan
atau uji coba dengan revisi sesuai saran. Komentar umum atau saran
perbaikan didapat sebagai berikut:
1. Perhatikan bahasa yang digunakan, terutama struktur kalimat.
2. Warna background album sebaiknya menggunakan warna cerah dan
polos.
3. Warna background album berwarna biru, maka warna tabel (halaman 5)
jangan menggunakan warna biru.
4. Foto yang ditampilkan perlu memperhatikan cahaya sekitar sehingga blitz
kamera tidak mengganggu foto. Foto sebaiknya dilakukan saat kondisi
terang (pagi atau siang hari) dan memanfaatkan cahaya alami (di luar
ruanangan). Perhatikan pula bayangan yang mungkin terjadi saat
pengambilan foto.
5. Beri judul setiap gambar.
Skor akhir =33
11= 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Sebelum mengujicobakan Album penggunaan alat peraga papan
perkalian, telah melakukan perbaikan dan revisi serta penilaian ulang pada
tanggal 5 April 2017. Pada penilaian tersebut didapatkan hasil sebagai
berikut:
Hasil rata-rata 3,81 tergolong dengan katagori sangat baik. Pada Validasi
kedua tersebut Album alat peraga matematika materi perkalian untuk siswa
dengan lambat belajar di kelas III SD Muhammadiyah Sagan dapat digunakan
atau uji coba dengan revisi sesuai saran. Komentar umum atau saran
perbaikan didapat sebagai berikut:
1. Ada background foto yang dapat mengganggu fokus perhatian pada alat
peraga.
2. Ada background tabel yang cukup gelap sehingga tulisan tidak terlalu
terlihat.
3. Tentukan fokus penggunaan Album.
4.1.5.2 Ahli Matematika
Validasi penilaian alat peraga papan perkalian dan album penggunaan
alat peraga papan perkalian dilakuakan pada tanggal 29 Maret 2017 bersama
Ahli Matematika. Penilaian Alat peraga Papan Perkalian didapatkan hasil
rata-rata sebagai berikut:
Skor akhir =42
11= 3,81
Skor akhir =53
15= 3,53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Hasil rata-rata 3,53 tergolong dengan katagori sangat baik. Pada Validasi
tersebut Alat peraga matematika materi perkalian untuk siswa dengan lambat
belajar di kelas III SD Muhammadiyah Sagan dapat digunakan atau uji coba
dengan revisi sesuai saran. Komentar umum atau saran perbaikan didapat
sebagai berikut:
1. Perlu dipertimbangkan untuk pembuatan kartu refleksi agar membantu
siswa melakukan refleksi.
2. Berat dan ukuran alat perlu dipertimbangkan untuk dikurangai.
3. Warna lingkaran pada kotak butiran perkalian perlu dibuat lebih cerah
agar menarik.
Penilaian Album penggunaan alat peraga papan perkalian didapakan
hasil rata-rata sebagai berikut:
Hasil rata-rata 3,81 tergolong dengan katagori baik. Pada Validasi tersebut
Album alat peraga matematika materi perkalian untuk siswa dengan lambat
belajar di kelas III SD Muhammadiyah Sagan dapat digunakan atau uji coba
dengan revisi sesuai saran. Komentar umum atau saran perbaikan didapat
sebagai berikut:
1. Revisi jenis huruf agar menimbulkan efek menyenangkan untuk siswa
2. Revisi warna dasar background.
Peneliti melakukan revisi berupa masukan yang diberikan ahli
matematika untuk alat peraga papan perkalian dan album penggunaan alat
peraga perkalian. Alat peraga papan perkalian yaitu merubah warna lingkaran
Skor akhir =42
11= 3,81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
pada kotak butiran perkalian merubah warna hijau mudah seperti tampak
pada gambar di bawah ini:
Gambar 4.10 Kotak butiran perkalian Gambar 4.11 Kotak butiran perkalian
Sebelum revisi Sesudah revisi
Serta untuk ukuran dan berat pada papan perkalian tidak dapat dirubah lagi.
Papan perkalian sudah didesain praktis dengan membelah papan perkalian
terlipat terbagi dua agar papan mudah di bawah oleh anak lambat belajar pada
kelas III SD.
Album penggunaan alat peraga papan perkalian memperbaiki bagian
background serta tulisan pada album tulisan sebelumnya menggunakan Times
New Roman dan sekarang merubah ke Comic Scan mc. Penilaian alat peraga
papan perkalian dan album penggunaan papan perkalian dilakukan penilaian
dua kali.
Validasi yang kedua untuk alat peraga papan perkalian dilakukan pada
4 April 2017 didapatkan nilai rata-rata sebagai berikut:
Hasil rata-rata 3,6 tergolong dengan katagori sangat baik. Pada Validasi
tersebut Alat peraga matematika materi perkalian untuk siswa dengan lambat
Skor akhir =54
15= 3,6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
belajar di kelas III SD Muhammadiyah Sagan dapat digunakan atau uji coba
tanpa revisi. Komentar umum atau saran perbaikan tidak ada.
Validasi yang kedua untuk album penggunaan alat peraga papan
perkalian didapatkan nilai rata-rata sebagai berikut:
Hasil rata-rata 4 tergolong dengan katagori sangat baik. Pada Validasi
tersebut Album penggunaan alat peraga matematika materi perkalian untuk
siswa dengan lambat belajar di kelas III SD Muhammadiyah Sagan dapat
digunakan atau uji coba tanpa revisi. Tidak ada komentar umum atau saran
perbaikan.
4.1.5.3 Guru kelas III SD
Validasi penilaian alat peraga papan perkalian dan album penggunaan
alat peraga papan perkalian dilakuakan pada tanggal 29 Maret 2017. Guru SD
kelas III selaku wali kelas yang mengampuh siswa lambat belajar. Penilaian
alat peraga Papan Perkalian didapatkan hasil rata-rata sebagai berikut:
Hasil rata-rata 3,6 tergolong dengan katagori sangat baik. Pada Validasi
tersebut Alat peraga matematika materi perkalian untuk siswa dengan lambat
belajar di kelas III SD Muhammadiyah Sagan dapat digunakan atau uji coba
tanpa revisi. Komentar umum atau saran perbaikan didapat yaitu alat peraga
papan perkalian sangat baik, oke sekali untuk anak lambat belajar.
Skor akhir =44
11= 4
Skor akhir =54
15= 3,6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Penilaian Album penggunaan alat peraga papan perkalian didapatkan
hasil rata-rata sebagai berikut:
Hasil rata-rata 3,45 tergolong dengan katagori baik. Pada Validasi tersebut
Album penggunaan alat peraga matematika materi perkalian untuk siswa
dengan lambat belajar di kelas III SD Muhammadiyah Sagan dapat digunakan
atau uji coba tanpa revisi. Tidak ada komentar umum atau saran perbaikan
yang didapat.
Dari hasil ketiga validator, ahli Matematika, ahli Psikolog anak dan
guru kelas III yaitu Alat peraga matematika materi perkalian untuk siswa
dengan lambat belajar di SD Muhammadiyah Sagan dapat digunakan atau uji
coba tanpa revisi.
Penilaian album penggunaan alat peraga papan perkalian
mendapatkan masukaan-masukan yang diberikan oleh ahli Matematika, ahli
Psikolog anak dan guru kelas III maka peneliti melakukan revisi album
penggunaan alat peraga papan perkalian untuk siswa dengan lambat belajar
dapat terlihat perbedaan pada tabel 4.8 di bawah ini perubahan album
penggunaan alat peraga sebulum revisi dan setelah revisi.
Skor akhir =38
11= 3,45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Tabel 4.8 Perubahan sebelum dan sesudah perubahan pada album
penggunaan alat peraga papan perkalian untuk siswa dengan
lambat belajar di kelas III SD Muhammadiyah Sagan.
Album penggunaan alat peraga papan perkalian untuk siswa dengan lambat
belajar di kelas III SD Muhammadiyah Sagan.
Sebelum Revisi Sesudah revisi
Nama Gambar Tindak Lanjut Gambar
Cover
- Perubahan
warna untuk
background.
- Penambahan
materi
perkalalian
pada
halaman
pertama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Lembar
pengenala
n alat
peraga
papan
perkalian
- Foto papan
perkalian
dirubah untuk
tidak
menggunakan
flas dan warna
background
dirubah
menjadi warna
polos.
- Background
pada gamabar
juga dirubah
menjadi
berwarna putih
- Jenis tulisan
diubah
menjadi comic
scan.
- Perubahan
background
pada gambar
dan alat
peraga.
Halaman 3
Halaman 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Perubahan pada album penggunaan alat peraga yaitu perubahan warna
background yang sebelumnya berwarna biru sekarang berubah menjadi warna
putih atau polos walaupun warna background polos tetap saja menarik karena
adanya gambar-gambar alat peraga papan perkalian. Perubahan background
pada setiap gambar diubah menjadi warna polos agar tidak mengganggu
Langkah-
langkah
penggunaa
n alat
peraga
papan
perkalian
- Perubahan
warna
tabel.dan
beckground
belakang
foto.
- Penambahan
contoh RPI
setelaha
halaman
langkah-
langkah
penggunaan
alat peraga
papan
perkalian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
fokus atau kosenterasi anak lambat belajar saat membaca album penggunaan
alat peraga papan perkalian. Perubahan jenis tulisan menjadi comic scan agar
siswa tidak terlalu formal melihat album penggunaan alat peraga papan
perkalian. Siswa diajak santai membaca album penggunan alat peraga papan
perkalian.
4.1.6 Uji Coba Produk
Peneliti melakukan uji coba prototipe alat peraga papan perkalian
untuk siswa dengan lambat belajar kelas III di SD Muhammadiyah Sagan
Yogyakarta gedung 2 atau unit 2 pada hari Selasa, 11 April 2017. Peneliti
melakukan uji coba prototipe alat peraga papan perkalian dengan dua siswa
lambat belajar Bunga (disamarkan) dan Roso (disamarkan) dengan dua jam
pelajaran yaitu 50 menit. Tempat pada saat uji coba prototipe adalah ruangan
kantor untuk menyambut datangnya tamu.
Sebelum masuk uji coba prototipe Alat Peraga Papan Perkalian dan
Album Penggunaan Alat Peraga Papan Perkalian, peneliti bertanya kabar
Bunga dan Roso. Setelah melakukan sesi perkenalan, peneliti melakukan sesi
tanya jawab yaitu, dengan menayakan pengertian perkalian dengan
mengajukan pertanyaan, “Adakah yang tau pengertian perkalian?”. Jawaban
yang dilontarkan Bunga yaitu, “Perkalian itu ya dikali-kali Bu”, sama seperti
jawaban Roso, “Perkalian itu ya… (lama dengan suara “ya”) ya dikali, kali
sama dikali Bu (ketawa kecil)”. “Sampai mana kalian menguasi perkalian
satuan atau puluhan?”, kata peneliti. Bunga dan Roso menjawab spontan
tidak tau. “Perkalian 3 x 4 adakah yang tau hasilnya berapa?”. Roso hanya
diam saja sambil memikirkan hasil, berbeda dengan Bunga sambil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
memejamkan matanya dan menghitung dengan jari duabelas (dengan suara
kecil). “Apakah kalian tau konsep dasar perkalian?”. Jawaban Bunga, “Saya
tidak tahu Bu (langsung menutup muka)”; sedangkan Roso dengan rasa
semangat dan tertawa menjawab, “Tahu Bu, perkalian itu persamaan, contoh
ya Bu perkalian 3 x 4 sama saja dengan perkalian 4 x 3.”.
Peneliti menjelaskan bahwa perkalian merupakan penjumlahan
berulang. Bilangan pertama pada perkalian disebut dengan pengali,
sedangkan bilangan kedua disebut penjumlah. Peneliti memberi intruksi,
“Sekarang kita akan belajar tentang perkalian. Ambilah satu lembar kertas
tulis nama dan kelas kalian. Sekarang kerjakan soal berikut dengan jalannya.
Soal pertama perkalian 3 x 4 soal kedua perkalian 4 x 3 kerjakan bersama
jalannya. Bunga dan Roso mengerjakan dua soal yang telah diberikan. Bunga
menyelesaikan soal dengan waktu sepuluh menit, sedangkan Roso
memerlukan waktu sekitar dua belas menit. Bunga dan Roso mengerjakan
soal tanpa alat bantu apapun, dan hasilnya dapat dilihat seperti gambar di
bawah ini:
Gambar 4.15 Hasil kerja pertama Bunga (disamarkan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Gambar 4.16 Hasil kerja pertama Roso (disamarkan)
Sebelum menggunakan prototipe sangat terlihat jelas bahwa terdapat
perbedaan konsep perkalian menurut Bunga dan Roso. Mereka masih keliru
tentang penerapan konsep perkalian dasar, padahal peneliti sudah
menjelaskan konsep dasar perkalian. Bunga dan Roso masih bingungg
tentang jalannya mencari perkalian 3 x 4 dengan perkalian 4 x 3, memang
hasilnya sama akan tetapi jalannya berbeda. Peneliti melakukan penjelasan
ulang tentang konsep dasar perkalian dengan memperkenalkan alat peraga
Matematika, yaitu Alat Peraga Papan Perkalian dan Album Penggunaan Alat
Peraga Papan Perkalian. Alat Peraga Papan Perkalian dan Album Penggunaan
Alat Peraga Papan Perkalian akan membantu siswa dalam memahami konsep
dasar Matematika perkalian 1-10. Peneliti memperkenalkan komponen-
komponen Papan Perkalian ini. Papan ini terdiri dari tiga komponen yaitu
Papan Perkalian, Kotak Isi. Alat peraga ini memiliki bagian yang lain, yaitu
Album Penggunaan Alat Peraga Papan Perkalian yang berguna untuk
menjelaskan cara Alat Peraga Papan Perkalian. Peneliti menjelaskan bagian
yang terdapat pada Kotak Isi dengan bantuan Album Penggunaan Alat Peraga
Papan Perkalian. Peneliti meminta bantuan dari Roso untuk meperagakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
penggunaan setiap bagian yang ada pada Papan Perkalian yang disertai
penjelasan fungsi komponen-komponen yang ada di dalam Kotak Isi
kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan langkah-langkah dalam
menggunakan papan perkalian, Setelah memperkenalkan bagian-bagian Alat
Peraga Papan Perkalian beserta fungsinya, peneliti mengajak Roso dan Bunga
untuk memilih soal pada Kotak Isi.
Alat Peraga Papan Perkalian bisa dipakai siswa secara individu dan
bekerja secara berkelompok sehingga mereka dapat memahami konsep
perkalian bersama. Hal ini dapat dilakukan selama salah satu siswa memakai
dan mempraktikkannya secara jelas kemudian siswa yang lain
memperhatikan apa yang dikerjakan temannya dan mencatatat soal yang
sama. Pertama dimulai dari Bunga, mengerjakan setiap tahap-tahapan yang
sudah di jelaskan oleh peneliti. Bunga mengambil soal perkalian 5 x 4
kemudian Bunga meletakan soal pada Papan Perkalian diatas deret
penjumlah. Bunga menggeser deret pengali ke angka lima dan megeser deret
penjumlah ke angka empat (dengan sangat cepat). Kemudian Bunga mengisi
kotak dengan Kotak Butiran Perkalian. Setelah mengisi setiap kotak kosong
pada Papan Perkalian dengan Kotak Butiran Perkalian sesuai dengan
batasannya, Bunga menghitung dengan semangat walaupun malu-malu.
Bunga mencari angka 20 pada Kotak Hasil di Kotak Isi. Setelah menemukan
Kotak Hasil, Bunga menggantungkanya ke deret penjumlah di bagian
pemberhentian terakhir. Bunga dapat mengetahui jawabannya benar atau
salah dengan membalik Kartu Soal, dan jawabanya benar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Setiap selesai menggunakan Papan Perkalian peneliti mengambil
kesimpulan dari soal yang diambil acak oleh siswa. Konsep dasar perkalian
akan tertanam dengan sendirinya. Soal perkalian pertama adalah 5 x 4. Jadi,
dari perkalian 5 x 4 ada berapa banyak kotak perkaliannya? Bunga dan Roso
menyimpulkan bahwa 5 x 4 berarti ada empat Kotak Butiran Perkalian
sebanyak lima kali.
Selanjutnya adalah giliran Roso menggunakan Alat Peraga Papan
Perkalian. Roso terlihat senang sekali. Roso mengambil soal perkalian 6 x 4.
Kemudian Roso meletakan soal pada Papan Perkalian diatas deret penjumlah.
Roso menggeser deret pengali ke angka enam dan megeser deret penjumlah
ke angka empat (dengan sangat cepat). Setelah itu Roso mengisinya dengan
Kotak Butiran Perkalian dan batasan-batasan yang sudah diletakan pula.
Sesudah mengisi setiap kotak-kotak kosong pada Papan Perkalian dengan
butiran perkalian sesuai dengan batasannya, kemudian Roso menghitung
dengan semangat hingga sampai pertengahan menghitung dia lupa sampai
mana dia menghitung. Roso menghitung dari awal lagi dengan suara yang
sangat keras, kemudian dari hasil menghitung tadi Roso mencari angka 24
pada Kotak Hasil di Kotak Isi. Setelah menemukannya, Roso
menggantungkan pada deret terakhir penjumlah. Pada soal kedua perkalian
6 4 peneliti menanyakan berapakah kotak butiran yang ada pada kotak
perkalian 6 x 4? Bunga dan Roso menyimpulkan bahwa 6 x 4 berarti ada
empat Kotak Butiran Perkalian sebanyak enam kali.
Bunga dan Roso mengerjakan sebanyak sepuluh soal perkalian dan
meminta mereka untuk menarik kesimpulan secara lisan setiap mereka selesai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
mengerjakan soal dengan bantuan Papan Perkalian. Peneliti melihat
perkembangan Bunga dan Roso yang begitu pesat, jika membandingkan
keadaan mereka antara sebelum dan sesudah menggunakan Alat Peraga
Papan Perkalian ini.
Sebelum Bunga menggunakan Alat Peraga Papan Perkalian, dia masih
bingung dengan konsep dasar perkalian, namun setelah menggunakan Alat
Peraga Papan Perkalian, Bunga memahami konsep dasar perkalian dan tata
letak pada Alat Peraga Papan Perkalian ini dengan cukup cepat. Meskipun dia
memerlukan dua sampai tiga kali penjelasan, seiring berjalannya waktu,
Bunga mampu menyelesaikan soal dengan cepat.
Bunga dan Roso mengalami perubahan yang signifikan antara
sebelum dan sesudah menggunakan Alat Peraga Papan Perkalian. Roso yang
sebelumnya meyakini bahwa perkalian itu sama seperti perkalian 3 x 4 sama
dengan perkalian 4 x 3, setelah menggunakan Alat Peraga Papan Perkalian
Roso mengalami perubahan dalam memahami konsep dasar perkalian.
Memang pada awalnya dia merasa bingung dengan tata letak yang ada pada
Papan Perkalian sehingga dia membutuhkan empat sampai lima kali
penjelasan untuk benar-benar memahami bagian-bagian dan tata letak pada
Alat Peraga Papan Perkalian ini. Roso memang memerlukan konsentrasi yang
lebih. Hal ini terlihat dari caranya mengerjakan soal yang sangat terburu-buru
membuatnya kerap kali melakukan kekeliruan dalam megingat atau
menyusun komponen dalam Alat Peraga Papan Perkalian. Peneliti
menanamkan sikap hati-hati dan pelan tetapi pasti dalam mengerjakan soal.
Setelah peneliti menamakan sikap itu, Roso menjadi paham dan mengerjakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
soal-soal berikutnya dengan hati-hati. Setelah memahami tata letak dan
konsep dasar perkalian, Roso dengan mudahnya mengerjakan soal-soal yang
diambil dari Kotak Soal.
Bunga dan Roso mengerjakan soal perkalian secara bersamaan dengan
menggunakan Alat Peraga Papan Perkalian. Mereka mengerjakan sepuluh
soal dengan menulisnya di kertas dan menjelaskan jawabannya secara lisan.
Sebelum mengerjakan soal, Bunga dan Roso tidak menggunakan kertas.
Mereka hanya mengambil soal pada Kotak Isi, kemudian mereka dibantu oleh
tahapan-tahapan yang ada dalam Album Penggunanan Alat Peraga Papan
Perkalian. Namun selanjutnya mereka menegerjakan soal sebanyak sepuluh
nomor secara mandiri dengan bantuan Album Penggunanan Alat Peraga
Papan Perkalian. Berikut ini merupakan hasil kerja soal dengan
menuliskannya di kertas.
Gambar 4.14 Hasil Kerja Roso pada Gambar 4.15 Hasil Kerja Bunga Pada
saat menggunakan Papan Perkalian saat menggunakan Papan Perkalian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
setelah menggunakan alat peraga, peneliti mengajarkan Roso dan
Bunga cara mengerjakan perkalian tanpa menggunakan papan perkalian yaitu
dengan penjumlah berulang. Berikut adalah hasil kerja Roso dan Bunga tanpa
menggunakan papan perkalian dan setelah mengenal alat peraga papan
perkalian.
Gambar 4.16 Hasil Kerja Roso Setelah Gambar 4.17 Hasil Kerja Bunga Setelah
menggunakan papan perkalian menggunakan papan perkalian
60 menit, peneliti belajar bersama dua siswa lambat belajar
menggunakan alat peraga papan perkalian. Peneliti menayakan kesan dan
pesan pada Bunga dan Roso setelah menggunakan Alat Peraga Papan
Perkalian ini. Menurut Bunga, dia merasa sangat senang mengerjakan soal
perkalian dengan menggunakan Alat Peraga Papan Perkalian. Bunga
menyatakan bahwa Alat Peraga Papan Perkalian ini dapat membantunya
mengerjakan soal perkalian dengan mudah. Begitu pula dengan Roso, yang
merasa terbantu menggunakan Alat Peraga Papan Perkalian dalam
mengerjakan soal perkalian dengan mudah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
4.1.7 Revisi Produk
Melakukan ujicoba prototipe alat peraga papan perkalian dan album
penggunanan alat peraga papan perkalian setiap prosesnya peneliti melihat
kekesulitan yang dihadapi oleh Bunga dan Roso. Selama proses uji coba
prototipe kesulitan yang mecolok pada alat peraganya yaitu cara melepaskan
kotak butiran perkalian pada papan perkalian memerlukan waktu yang cukup
lama untuk melepaskan kotak butiran perkalian setelah menggunakan papan
perkalian. Mengerjakan soalnya memakan waktu yang sedikit sedangkan
melepaskan kotak butiran perkalian memerlukan waktu yang cukup lama
untuk anak-anak. Melihat kesulitan yang ada maka peneliti tidak akan
merubah bentuk alat peraga papan perkalian tetapi peneliti menambahkan
tongkat pencokel agar mudah mencongkel kotak butiran perkalian dengan
mudah. Tongka pencokel ini terbuat dari kayu dan ujung pada tongkat seperti
benda tumpul yang dapat menembus sela-sela kecil pada papan perkalian.
Berikut adalah gambar tongkat pecongkel:
Gambar 4.18 Tongkat Pecongkel
4.2 Pembahasaan
Jannah dan Darmawanti (2004:15) mengungkapkan bahwa anak
berkebutuhan khusus adalah anak yang dalam proses pertumbuhan atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
perkembangan mengalami kelainan seperti penyimpangan fisik, mental-
intelektual, sosial dan emosional dibanding dengan anak-anak lain seusianya,
sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Berdasarkan
wawancara kepala sekolah dan guru kelas III di SD Muhammadiyah Sagan
peneliti menemukan masalah bawah ada dua siswa kelas III yang mengalami
keterlambatan belajar dalam memahami semua mata pelajaran, dua siswa ini
sangat lambat dibandingkan dengan siswa yang lain pada umumnya. Kurangnya
penggunaan alat peraga dalam membantu siswa lambat belajar menjadi hambatan
dalam mengatasi masalah yang ada.
Anak berkebutuhan khusus lambat belajar yaitu menurut kamus besar
bahasa Indonesia kata lambat artinya tidak tangkas, tidak cekatan dalam bekerja,
jadi anak lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga
membutuhkan waktu yang lebih lama dalam menyelesaikan tugas (Ningrum,
2013:29). Siswa lambat belajar dalam memahami suatu materi harus dengan
banyak menggunakan benda-benda konkret dibandingkan verbalisasi atau
penejelasan secara lisan karena hanya dapat membingungkan siswa lambat belajar
itu sendiri (Desiningrum, 2016:14).
Dari hasil observasi pada pembelajaran matematika materi perkalian di kelas
bahwa dua siswa lambat belajar mengalami keterlambatan dalam memahami
materi yang disampaikan oleh guru serta dalam mengerjakan soal yang diberikan.
Pada saat pembelajaran berlangsung, dua siswa kebanyakan melamun serta tidak
konsentrasi pada pembelajaran saat itu. Dari hasil wawancara kedua bersama guru
kelas III menyatakan bahwa dua siswa lambat belajar tersebut kesulitan dalam
memahami konsep dasar perkalian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Ali (dalam Sundayana, 2014:7) mengungkapkan bahwa alat peraga adalah
segalah sesuatu yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang merangsang
pikiran, perasaan serta perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat belajar.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia kata lambat artinya tidak tangkas, tidak
cekatan dalam bekerja. Marliyn & Bursuck (2015:53) menjelaskan bahwa
teknologi dapat digunakan untuk membantu disabilitas baik yang ringan ataupun
yang berat dalam banyak hal, misalnya untuk berkomunikasi, mengakses
pembelajaran, menyelesaikan tugas, dan berpartisipasi secara penuh di sekolah
dan juga di masyarakat. Siswa penyandang disabilitas dibolehkan untuk
menggunakan teknologi bantu yang sesuai dengan kebutuhan. Teknologi bantu
merujuk pada perangkat apa pun, baik itu suatu alat, produk, atau barang lainnya
yang dapat digunakan untuk menaikkan, mempertahankan, atau meningkatkan
kemampuan fungsional individu penyandang disabilitas.
Menurut para ahli di atas bahwa siswa lambat belajar dengan keadaan yang
sesungguhnya sangat memerlukan benda-benda konkret seperti alat peraga untuk
membantu dalam memahami materi yang disampaikan. Penanganan anak lambat
belajar memerlukan pengajaran materi secara mengulang-ulang (3-5 kali)
penjelasan dalam memahami suatu materi daripada anak pada umumnya.
Pramudjono dalam Sundayana juga memaparkan bahwa alat peraga ialah benda
yang konkret yang dibuat, dihimpun dan disusun secara sengaja dan digunakan
untuk membantu menanamkan dan mengembangkan konsep matematika (2014:7).
Ketersedian benda-benda konkret seperti penggunaan alat peraga
matematika sangat terbatas sedangkan pembelajaran untuk anak lambat belajar
harus memerlukan benda-benda konkret yang menarik dan tidak membosankan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
yang dapat membantu anak lambat belajar dalam menyelesaikan permasalah-
masalahan dan kesulitan yang dihadapi oleh anak lambat belajar. Melihat
permasalahan yang ada maka peneliti mengembangkan alat peraga papan
perkalian untuk anak lambat belajar kelas III beserta album penggunaan alat
peraga papan perkalian diharapkan dapat membantu permasalahan yang ada.
Pengembangan alat peraga papan perkalian dalam penelitian ini,
menggunakan ciri-ciri alat peraga montessori. Menurut Montessori (2002:171-
175), ciri-ciri alat peraga montessori adalah menarik, bergradasi, memiliki kendali
kesalahan (auto-correcation), kemandirian (auto-education), dan kontekstual.
Berikut ciri-ciri alat peraga montessori yaitu menarik dengan memberikan warna
serta bentuk-bentuk yang menarik. Bergadasi, memiliki tekstur pada alat peraga
yang dapat dirasakan oleh indra peraba. Memiliki pengendali kesalahan yang
dapat mengetahui kesalahanya sendiri. Kemandirian, siswa dapat belajar secara
mandiri dengan menggunakan alat peraga ini. Alat peraga dibuat dengan
menggunakan bahan-bahan yang dapat dijumpai dilingkungan sekitar, awet dan
tahan lama. Ciri-ciri dalam pengembangan alat peraga Montessori selain
digunakan sebagai acuan dalam pengembangan alat peraga juga menjadi indikator
dalam perumusan kuesioner validasi prototipe.
Alat peraga papan perkalian ini sebelum dibuat menggunakan kayu melalui
proses validasi desain terlebih dahulu dengan menggunakan karton kemudian
mendapat masukan-masukan yang diberikan oleh ahli Matematika dan ahli
Psikolog anak. Apakah alat peraga papan perkalian ini dapat membantu anak
lambat belajar untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran Matematika
materi Perkalian. Melihat dari segi Matematika dan melihat dari segi psikolog
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
anak yaitu siswa Lambat belajar. validasi desain dilakukan melalui diskusi, dari
diskusi tersebut dapat terlihat kekurangan dan kelemahan prototipe. Setelah
melakukan validasi desain, tahapan selanjutnya revisi desain. Replika alat peraga
papan perkalian diperbaikin sesuai masukan yang diberikan oleh ahli. Pada
tahapan tahap ini alat peraga memenuhi syarat untuk dibuat dengan menggunakan
kayu.
Pembuatan alat peraga papan perkalian memakan waktu satu bulan lebih
lamanya. Menunggu waktu kemudian alat peraga papan perkalian selesai dengan
sudah menggunakan bahan dasar kayu yang sudah terpilih. Alat peraga papan
perkalian beserta album penggunaan alat peraga papan perkalian melakukan
validasi prototipe dengan tiga validator. Tiga validator yaitu ahli psikolog anak,
ahli Matematika dan guru kelas III. Berikut hasil anlisis validasi dari tiga validator
alat peraga papan perkalian dan album penggunaan alat peraga papan perkalian
tersaji pada tabel 4.9 dan 4.10.
Tabel 4.9 Hasil Analisis Pengembangan Alat Peraga Matematika Papan Perkalian
beserta indikator penilaian.
No Indikator Aspek yang dinilai Validator
1 2 3
1 Menarik Alat peraga dapat menumbuhkan minat
siswa untuk belajar 4 3 4
2 Menarik Alat peraga dapat menumbukan antusias
siswa 4 4 4
3 Menarik Bentuk alat peraga menarik bagi siswa 3 4 3
4 Menarik Warna alat peraga membuat siswa tertarik
untuk belajar matematika 3 4 4
5 Bergradasi Alat peraga memiliki ukuran dan berat
sesuai dengan karakteristik siswa 3 3 3
6 Bergradasi Alat peraga dalam penggunaannya
memberikan rangsangan dengan melibatkan
lebih dari dua indera
4 4 4
7 Bergradasi Alat peraga dalam penggunaannya
memberikan rangsangan dengan melibatkan
lebih dari dua indera
4 4 4
8 Memiliki
pengendali
Alat peraga dapat membantu siswa
menemukan kesalahannya sendiri pada saat 4 4 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
kesalahan mengerjakan soal-soal latihan
9 Memiliki
pengendali
kesalahan
Alat peraga dapat membantu siswa
menemukan jawaban yang benar 4 4 4
10 Memiliki
pengendali
kesalahan
Pengendali masalah pada alat peraga
membantu siswa untuk melakukan refleksi
jika ada kesalahan saat menghitung
3 3 2
11 Mandiri Alat peraga berisi materi pelajaran yang
mampu memperdalam pengetahuan siswa 4 3 4
12 Mandiri Alat peraga berisi materi yang sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai 3 3 4
13 Mandiri Alat peraga dapat membantu siswa
memahami konsep matematika secara
mandiri
3 4 4
14 Kontekstual Bahan yang digunakan untuk membuat alat
peraga mudah didapatkan dari lingkungan
sekitar
4 3 4
15 Kontekstual Alat peraga dapat diproduksi oleh
masyarakat sekitar 4 4 4
Jumlah 54 54 54
Rata-rata
Katagori = Sangat Baik
Dari tebel 4.9 Jumlah rata-rata alat peraga yang diperoleh dari ketiga
validator yaitu 3,6 dengan katagori “sangat baik”. Dari penilaian hasil validasi
tersebut dapat disimpulkan bahwa alat peraga papan perkalian Matematika untuk
siswa dengan lambat belajar kelas III di SD muhammadiyah Sagan tergolong
kategori sangat baik dan layak untuk uji coba produk.
Tabel 4.10 Hasil Analisis Pengembangan Album penggunaan Alat Peraga Papan
Perkalian beserta indikator penilaian.
No Indikator Aspek yang dinilai
Validator
1 2 3
1 Auto-education Album alat peraga dapat membuat siswa
memahami cara penggunaan alat peraga.
4 4 3
2 Kontekstual Bahan yang digunakan untuk membuat
album alat peraga mudah didapatkan dari
lingkungan sekitar.
4 4 4
3 Kontekstual Album alat peraga dapat diproduksi oleh 4 4 4
Skor akhir =54 + 54 + 54
45= 3,6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
masyarakat sekitar.
4 Menarik Album alat peraga dapat menarik siswa
untuk mempelajari cara penggunaan alat
peraga.
4 4 4
5 Menarik Kesesuaian warna background pada album
dengan warna tulisan.
3 4 4
6 Menarik Ketepatan pemilihan jenis dan ukuran huruf
pada album alat peraga.
4 4 4
7 Menarik Ketepatan penggunaan bahasa berdasarkan
EYD.
3 4 3
8 Auto-education Penggunaan bahasa yang mudah dimengerti
oleh siswa.
4 4 3
9 Auto-education Penggunaan kata pada kalimat mudah
dimengerti oleh siswa.
4 4 3
10 Auto-education Penggunaan kata pada kalimat mengandung
makna tunggal.
4 4 3
11 Auto-education Penggunaan kalimat efektif. 4 4 3
Jumlah 42 44 38
Rata-rata
Katagori = Sangat Baik
Dari tebel 4.10 penilaian Album penggunaan alat peraga papan perkalian
dari tiga validator mendapatkan hasil rata-rata yaitu 3,75 dengan katagori “sangat
baik”. Dapat disimpulkan bahwa Album penggunaan alat peraga Matematika
papan perkalian untuk siswa dengan lambat belajar kelas III di SD
muhammadiyah Sagan tergolong kategori sangat baik dan layak uji coba
prototipe.
Uji coba prototipe Alat peraga Matematika papan perkalian untuk anak
lambat belajar kelas III di SD muhammadiyah Sagan dan Album penggunaan alat
peraga Matematika papan perkalian untuk anak lambat belajar kelas III di SD
muhammadiyah Sagan sudah di uji cobokan pada tanggal 11 April 2017 di SD
Muhammadiyah Sagan Yogyakarta. Kelebihan alat peraga papan perkalian ini
dapat menarik minat siswa dalam pembelajaran Matematika materi perkalian. Dua
siswa lambat belajar sangat semangat sekali dalam mengerjakan soal yang
Skor akhir =42 + 44 + 38
33= 𝟑,𝟕𝟓
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
diberikan oleh peneliti, dengan penuh rasa semangat sampai dia tidak mengetahui
bahwa mereka sudah mengerjakan soal yang sangat banyak. Semua soal yang
dikerjakan menggunakan alat peraga papan perkalian ini semuannya benar tidak
ada yang salah. Percampuran warna dari papan perkalian ini tidak membuat anak
jenuh karena warna papan perkalian ini didesain tidak dengan mencolok. Dari
hasil uji coba mendapatkan bahwa alat peraga papan perkalian dapat membantu
siswa lambat belajar dalam memahami konsep dasar perkalian.
Uji coba Prototipe sudah dilakukan, kemudian peneliti melihat kekurangan
saat melakukan uji coba prototipe. Alat peraga Matematika papan perkalian untuk
siswa dengan lambat belajar kelas III di SD muhammadiyah Sagan mengalami
kelemahan saat melepas kotak butiran perkalian karena memamakan waktu yang
lama maka dari itu peneliti membuat tongkat pencongkel agar siswa lambat
belajar dapat dengan mudah melepaskan alat peraga papan perkalian. Album
penggunaan alat peraga Matematika papan perkalian untuk siswa dengan lambat
belajar kelas III di SD muhammadiyah Sagan tidak mengalami revisian setelah
menggunakannya, album penggunaan alat peraga papan perkalian dapat
membantu siswa lambat belajar dalam membantu memperkenalkan papan
perkalian dan kotak isi pada awal penggunaan papan perkalian. Setelah
memperbaiki kelemahan-kelemahan prototipe maka prototipe Alat peraga
Matematika papan perkalian untuk dua siswa lambat belajar kelas III di SD
Muhammadiyah Sagan dapat membantu dua siswa lambat belajar dalam
mengatasi kesulitan memahami konsep dasar perkalian. Berikut adalah kelebihan
dan kekurangan prototipe alat peraga papan perkalian:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
4.2.1 Kelebihan alat peraga papan perkalian
1. Papan perkalian ini menggunakan warna tidak terlalu terang dan
tidak terlalu gelap, seperti warna hijau, biru, merah dan hitam.
Pemilihan warna disesuaikan dengan warna dasar kayu yang
berwarna cokolat, agar ketika menggunaakanya dapat menarik minat
siswa-siswi lambat belajar.
2. Papan perkalian ini didesain terlipat dua, agar siswa mudah
membawanya kemana-kemana.
3. Papan perkalian dapat membantu siswa pada umumnya belajar
tentang konsep perkalian dasar 1-10 maupun siswa berkebutuhan
khusus seperti siswa lambat belajar.
4. Papan perkalian dilengkapi dengan tongkat pencongkelyang
membantu siswa dalam melepaskan kotak butiran perkalian.
5. Papan perkalian ini terdapat pengendalian kesalahan yang ada pada
kartu soal. Serta dilengkapi dengan album penggunaan alat peraga
papan perkalian. Dengan demikian, siswa dapat menggunaakan
papan perkalian sendiri.
4.2.2 Kekurangan alat peraga papan perkalian
Kekurangan yaang terdapat pada alat peraga papan perkalian ini
yaitu pada desain alat peraga papan perkalian dikarenakan ketika papan
terlipat maka antara dua sisi depan dan belakangnya tidak sesuai dengan dua
sisinya. Papan yang dibelakang tidak sejajar dengan sisi depan pada papan
perkalian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini memaparkan mengenai kesimpulan, keterbatasaan penelitian
dan saran.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan prototipe Alat peraga
Matematika papan perkalian untuk anak lambat belajar kelas III di SD
muhammadiyah Sagan dapat ditari kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengembangan alat peraga matematika materi perkalian untuk siswa dengan
lambat belajar kelas III di SD Muhammadiyah sagan dikembangkan
berdasarkan 10 langkah-langkah dari Sugiyono (2015:409). Peneliti
memodifikasi dari 10 langkah yang dikembangkan Sugiyono menjadi tujuh
langkah yaitu (1) potensi dan masalah (2) pengumpulan data (3) desain
produk (4) validasi desain dan (5) revisi desain (6) uji coba produk (7) Revisi
Produk. Alat Peraga Papan Perkalian ini dikembangkan berdasarkan ciri-ciri
yang dikembangkan oleh Montessori. Ciri-ciri tersebut, Pertama, yaitu
menarik. Hal ini dapat dilihat dari variasi warna pada Papan Perkalian, yaitu
judul berwarna hijau; deret penjumlah berwarna merah; deret pengali
berwarna biru; warna lingkaran pada Kotak Butiran Perkalian berwarna hijau
muda; dan Kotak Hasil berwarna biru. Kedua, yaitu bergradasi. Alat ini
memiliki berat yang sesuai dengan siswa lambat belajar dan dapat dilihat
pemberian angka dan tanda pada Papan Perkalian. Ketiga, yaitu dapat
digunakan untuk belajar (auto-education). Hal ini dapat dilihat dari
peningkatan pemahaman siswa setelah menggunakaan Alat Peraga Papan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Perkalian. Keempat, yaitu berguna sebagai pengendali kesalahan (auto-
correcation). Hal ini dapat dilihat dari belakang Kartu Soal yang
mencantumkan jawaban benar dari soal perkalian yang ada pada permukaan
lainnya. Kelima, yaitu kontekstual. Hali ini dapat ditunjukan dari bahan Alat
Peraga Papan Perkalian yang mudah didapat di lingkungan sekitar dan siswa
mengenal bahan-bahan tersebut.
2. Alat peraga Matematika Papan Perkalian untuk siswa dengan Lambat Belajar
Kelas III di SD Muhammadiyah Sagan Yogyakarta yang menggunakan ciri-
ciri Montessori terbukti memiliki kualitas baik. Hal ini ditandai dengan
adanya peningkatan pemahaman konsep dan penyelesaian soal perkalian yang
signifikan oleh siswa lambat belajar kelas III. Kualitas alat peraga papan
perkalian dan album penggunaan papan perkalian didapat berdasarkan
validasi dari tiga validator. Tiga validator tersebut yaitu ahli Psikolog anak,
ahli Matematika dan Guru kelas III dengan klasifikasi penilaian
mengguanakan empat skala. Perolehan hasil validasi alat peraga papan
perkalian dari validator memperoleh skor rata-rata 3,6 katagori “sangat baik”
atau dengan kata lain Papan Perkalian ini layak untuk digunakan siswa
lambat belajar. Penggunaan Album Alat Peraga Papan Perkalian juga terbukti
dapat membantu siswa lambat belajar dalam memahami bagian-bagain yang
terdapat pada Papan Perkalian dan komponen alat peraga lainnya. Kualitas
terdapat pada album penggunaan alat peraga papan perkalian dapat terlihat
dari penlilaian tiga validator yang memperoleh rata-rata 3,75 atau dalam
kategori sangat baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
5.2 Keterbatasaan Penelitian
Prototipe alat peraga papan perkalian yang dikembangkan mempunyai
keterbatasan yaitu pada saat pengumpulan data, tidak terdapat hasil tes psikolog
anak yang membuktikan bahwa siswa tersebut termasuk ke dalam siswa lambat
belajar.
5.3 Saran
Saran dari peneliti untuk penelitian yang akan mengembangkan alat peraga
pembelajaran sebaiknya adalah pada pengumpulan data, sebaiknya dilengkapi
dengan hasil tes Psikolog anak yang membuktikan bahwa anak tersebut termasuk
ke dalam anak lambat belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
DAFTAR PUSTAKA
Ananti, Patricia Risma (2014). Pengembangan Alat Peraga Matematika untuk
Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Berbasis Metode Montessori.
Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidika Guru Sekolah Dasar,
Universitas Sanata Dharma. Diakses pada tanggal 22 April 2017 dari
https://repository.usd.ac.id/6053/2/121134071_full.pdf
Arikunto, S. 2013. Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Aunurrahman. (2011). Belajar dan pembelajaran. Bandung:Alfabet.
Desiningrum, Dinie Ratri. 2016. Piskologis anak berkebutuhan
khusus.Yogyakarta:Psikosain.
Desminta. 2009. Psikologi Perkembangan anak. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Dewi, Charla, E. 2015. Pengembangan alat peraga pembelajaran matematika SD
materi perkalian dan pembagian berbasis metode Montessori. Skripsi.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma program studi PGSD.
Friend, Marilyn dan William D. Bursuck. 2015. INCLUDING STUDENTS WITH
SPECIAL NEEDS. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gunawan, I. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Prakti. Malang: bumi
Aksara.
Hainstock, E. G. 1997. The essential Montessori. USA: Penguin Books.
Hamzah, Ali & Muhlisrani. 2014. Perencanaan dan strategi pembelajaran
matematika. Jakarta: Rajawali.
Izzaty, Rita Eka dkk..2008. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY
Press.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Jannah & Darmawanti. 2014. Tumbuh Kembang Anak Usia Dini & Deteksi Dini
pada Anak Berkebutuhan Khusus. Surabaya: Insight Indonesia.
Johnson, E. B. 2010. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.
Kholifah, Ria. 2015. Motivasi belajar seorang slow learner di kelas IV SD
Kanisius Pugeran I. Skripsi. Yogyakarta: universitas Negeri Yogyakarta
program studi PGSD.
Kustandi, Cecep & Bambang Sutjipto. 2011. Media pembelajaran manual digital.
Bogor: Ghalia Indonesia.
Lillard, A. S. 2005. Montessori: The Science Behind The Genius. New York:
Oxford University Press.
Margono. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Montessori, M. 2002. The Montessori Method. New York: Frederick A. Stokes
Company.
Muhestyo, Gatot dkk. 2012. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Triani, Nani & Amir. 2013. Pendidikan anak berkebutuhan khusus lamban
belajar (slow learner). Jakarta Timur: PT. Luxima Metro Media.
Prastiwi, Vincentia .O .R. 2016. Pengembangan Alat Peraga Pembelajaran
Matematika untuk Siswa kelas III SD materi perkalian berbasis metode
montessori. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma program
studi PGSD.
Prastowo, A. (2015). Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
tematik terpadu implementasi Kurikulum 2013 untuk Sd/MI. Jakarta:
Prenada Media Group.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Runtukahu, Tombokan & selpius kondou. 2014. Pembelajaran matematika bagi
anak berkesulitan belajar. Yogyakarta:Ar-Ruzz Media.
Sastradiradja, J. T. 2014. Media dan Alat peraga pembelajaran. Jakarta: Indeks
Setiawan, Ningrum. 2013. Menggagas pendidikan bermakna bagi anak yang
lambat belajar (slow learner). Yogyakarta:Grup Relasi Inti Media,
anggota IKAPI.
Simanjuntak, L, dkk. 1993. Metode mengajar matematika (Jilid 1). Jakarta:PT
Rineka Cipta.
Soesilowati. 2011. Perkalian itu asik dan menyenakan. Jakarta: PT Grmedia
Pustaka Utama.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuntitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sundayana, H. Rostina. 2015. Media dan Alat peraga dalam pembelajaran
Matematika. Bandung: Alfabeta.
Supriadi, D. 2013. Matrik: menjadikan matemtaika lebih mudah dan menyenakan.
Bandung:Nuansa.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat. (2008). Kamus Besar
Bahasa Indonesia Pusat Bahasa edisi keempat. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Thompson, Jenny. 2010. Memahami anak berkebutuhan khusus. Jakarta:Erlangga.
Widoyok, S.E. 2009. Evaluasi Program Pembelajaran:Panduan Praktis bagi
Pendidik dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Surat Izin Penelitian
LAMPIRAN 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
LAMPIRAN 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Garis besar pertanyaan wawancara Potensi dan Masalah
3.1 Garis besar wawancara kepada Kepala Sekolah
3.2 Garis besar wawancara pertama kepada Guru kelas III
No Garis besar pertanyaan
1 Apakah ada siswa lambat belajar di dalam kelas III?
2 Bagaimana karakteristik siswa lambat belajar saat di dalam kelas
III?
3 Apa saja masalah yang dihadapi siswa lambat belajar di kelas III?
No Garis besar pertanyaan
1 Apa saja jenis-jenis anak berkebutuhan khusus yang ada di SD
Muhammadiyah Sagan?
2 Apakah ada Siswa berkebutuhan khusus yang mengalami hambatan
dalam pembelajaran?
3 Adakah Penggunaan alat peraga saat pembelajaran untuk siswa
berkebutuhan khusus?
LAMPIRAN 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Garis besar pertanyaan wawancara Pengumpulan Data
4.1 Garis besar wawancara kedua kepada Guru kelas III
4.2 Garis Besar wawancara kepada dua siswa lambat belajar kelas III
No Garis besar pertanyaan
1 Apa saja karakteristik siswa lambat belajar yang menojol ketika
saat didalam kelas?
2 Materi apa yang paling sulit dipahami siswa lambat belajar pada
saat pembelajaran Matematika?
3 Bagaimana cara mengatasi masalah siswa lambat belajar pada
materi tersebut?
4 Apakah ada ketersediaan alat peraga Matematika di kelas III?
5 Bagaimana latar Belakang Siswa lambat belajar?
No Garis besar pertanyaan
1 Siapa nama siswa lambat belajar kelas III?
2 Apa saja pembelajaran yang kamu suka maupun yang tidak kamu
sukai?
3 Materi apa yang paling sulit diajarkan pada pelajara Matematika?
LAMPIRAN 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Pedoman Observasi
5.1 Rambu-rambu pengamatan terhadap anak lambat belajar di kelas III.
No Rambu-rambu pengamatan
1 Mengamati tingkah laku siswa lambat pada saat pembelajaran
berlangsung di kelas III
2 Kesesuian teori tentang karakteristik siswa lambat belajar dengan
kenyataan yang ada di lapangan.
LAMPIRAN 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Kisi-Kisi Penilaian Validasi Prototipe Alat Peraga Dan Album Pengguanaan
Alat Peraga
6.1 Kisi-kisi Kuesioner Validasi Alat peraga
Indikator Deskripsi Nomor
Item
Auto-education 3. Membantu siswa dalam memahami
konsep matematika
4. Siswa belajar secara mandiri
1,2 dan 8
Auto-
corecation
3. Membantu siswa dalam menemukan
kesalahan sendiri
4. Membantu siswa dalam menemukan
jawaban yang benar
3,6 dan 7
Menarik 3. Memiliki warna yang menarik siswa
4. Untuk menarik minat siswa untuk
belajar
4,5,11,12,1
4 dan 15
Bergaradasi 4. Memiliki berat yang sesuai dengan
siswa
5. Memiliki gradasi rangsangan rasional
dengan melibatkan beberapa indera
6. Memiliki gradasi umur
13, 16, dan
17
Kontekstual 3. Memanfaatkan benda dari lingkungan
sekitar
4. Dapat diproduksi oleh masyarakat
sekitar
9 dan 10
6.2 Kisi-kisi Kuesioner Validasi Album Penggunaan Alat peraga
Indikator Deskripsi Nomor
Item
Auto-education 3. Membantu siswa dalam
memahami cara penggunaan alat
peraga
4. Bahasa yang digunakan dapat
membantu siswa dalam
menggunakan alat peraga
1,8,9,10,11
dan 12
Menarik 3. Memiliki warna yang menarik
siswa
4. Menarik minat siswa untuk
4,5,6 dan 7
LAMPIRAN 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
mempelajari cara penggunaan alat
peraga
kontekstual 3. Memanfaatkan benda dari
lingkungan sekitar
4. Dapat diproduksi oleh masyarakat
sekitar
2 dan 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
7.1 Hasli validasi kelayakan alat peraga papan perkalian oleh Ahli Psikolog
Anak
LAMPIRAN 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
8.1 Hasli validasi kelayakan alat peraga papan perkalian oleh Ahli
Matematika.
LAMPIRAN 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
8.2 Hasli validasi kelayakan alat peraga papan perkalian oleh Ahli
Matematika setelah Revisi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
9.1 Hasli validasi kelayakan alat peraga papan perkalian oleh Guru kelas III
LAMPIRAN 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
10.1 Hasli validasi kelayakan Album penggunaan alat peraga papan
perkalian oleh Ahli Psikolog Anak
LAMPIRAN 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
10.2 Hasli validasi kelayakan Album penggunaan alat peraga papan
perkalian oleh Ahli Psikolog Anak setelah revisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
11.1 Hasli validasi kelayakan Album penggunaan alat peraga papan
perkalian oleh Ahli Matematika.
LAMPIRAN 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
11.2 Hasli validasi kelayakan Album penggunaan alat peraga papan
perkalian oleh Ahli Matematika setelah Revisi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
Hasli validasi kelayakan Album penggunaan alat peraga papan perkalian
oleh Guru Kelas III
LAMPIRAN 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
Album penggunaan alat peraga papan perkalian
LAMPIRAN 13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
Gambar 14.1 Latihan sebelum menggunakan alat peraga papan perkalian
Gambar 14.2 Saat menjelaskan alat peraga pada siswa
Gambar 14.3 Saat siswa mengerjakan soal Gambar 14.4 Saat siswa menghitung
dengan menggunakan papan perkalian kotak butiran perkalian
LAMPIRAN 14 Foto Uji Coba
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
Gambar 14.5 Saat mengerjakan soal Gambar 14.6 Menghitung kotak
perkalian
Gambar 14.7 Saat mencatat jawaban Gambar 14.8 Saat mengerjakan soal
Gambar 14.9 Antusias mengerjakan soal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
Gambar 14.10 Hasil kerja Bunga Gambar 14.11 Hasil kerja Roso
sebelum menggunakan alat peraga sebelum menggunakan alat peraga
Gambar 14.12 Hasil kerja Bunga Gambar 14.13 Hasil kerja Roso
dengan menggunakan alat peraga dengan menggunakan alat peraga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
Gambar 14.14 Hasil kerja Bunga Gambar 14.15 Hasil kerja Roso
setelah menggunakan alat peraga setelah menggunakan alat peraga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
CURRICULUM VITAE
Witanti wiyantari, lahir di Tanjung enim, 18
November 1995 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara,
putri pasangan Bapak Dwi heryanto dan Ibu Surnia Adha.
Peneliti, menempuh pendidikan formal di SD Negeri 12
Lawang kidul pada tahun 2007, SMP Negeri 2 Lawang
Kidul pada tahun 2010, dan SMA Negeri 1 Lawang kidul
pada tahun 2013, peneliti melanjutkan studi S1 di program
studi pendidikan guru sekolah dasar (PGSD) Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Sampai dengan penulisan skripsi ini peneliti masih terdaftar sebagai
mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Daaar di Universitas Sanata
Dharma.
Masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan
menuliskan skripsi sebagai tugas akhir dengan judul “Pengembangan alat peraga
matematika materi perkalian untuk siswa dengan lambat belajar di SD
Muhammadiyah Sagan Yogyakarta”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI