microsoft word - materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

111
Form : F.04.07 halaman 1 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007 SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 DENPASAR KELOMPOK TEKNOLOGI DAN INDUSTRI Jl.Hos.Cokroaminoto 84 Kodepos: 80116 Telp. (0361) 422401 Fax. (0361) 425603 Website : www.smkn1dps.sch.id/, Mailto : [email protected], : 1 dan 2 PENYUSUN DRS. IMADE SURATMA PENDAHULUAN A. DESKRIPSI Dalam modul ini anda akan mempelajari teori beton dan beton bertulang, kontruksi pelat lantai beton bertulang, gambar kontruksi pelat lantai beton bertulang, termasuk didalamnya detail penggambaran kontruksi pelat lantaitangga B. PERSYARATAN Dalam mempelajari modul ini anda harus memahami, teori beton, dimensi tulangan, notasi tulangan, peralatan gambar, skala, ukuran kertas, macam-macam garis dan format gambar C. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL 1. Pelajari daftar isi modul akan nampak materi-materi yang ada dan tugas-tugas yang akan dilakukan 2. Pahami setiap materi teori dasar yang akan menunjang dalam penguasaan suatu pekerjaan dengan cara membaca secara teliti 3. Kerjakan soal-soal evaluasi sebagai sarana latihan dan jawablah pertanyaan dengan singkat dan jelas MENGGAMBAR RENCANA PELAT LANTAI BETON BERTULANG RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Upload: adi

Post on 12-Apr-2016

161 views

Category:

Documents


25 download

TRANSCRIPT

Page 1: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 1 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 DENPASAR

KELOMPOK TEKNOLOGI DAN INDUSTRI

Jl.Hos.Cokroaminoto 84 Kodepos: 80116 Telp. (0361) 422401 Fax. (0361) 425603 Website : www.smkn1dps.sch.id/, Mailto : [email protected],

: 1 dan 2

PENYUSUN

DRS. IMADE SURATMA

PENDAHULUAN A. DESKRIPSI

Dalam modul ini anda akan mempelajari teori beton dan beton bertulang, kontruksi pelat lantai beton bertulang, gambar kontruksi pelat lantai beton bertulang, termasuk didalamnya detail penggambaran kontruksi pelat lantaitangga

B. PERSYARATAN

Dalam mempelajari modul ini anda harus memahami, teori beton, dimensi

tulangan, notasi tulangan, peralatan gambar, skala, ukuran kertas, macam-macam

garis dan format gambar

C. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

1. Pelajari daftar isi modul akan nampak materi-materi yang ada dan tugas-tugas

yang akan dilakukan

2. Pahami setiap materi teori dasar yang akan menunjang dalam penguasaan

suatu pekerjaan dengan cara membaca secara teliti

3. Kerjakan soal-soal evaluasi sebagai sarana latihan dan jawablah pertanyaan

dengan singkat dan jelas

MENGGAMBAR RENCANA PELAT LANTAI

BETON BERTULANG

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Page 2: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 2 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

4. Bila terdapat penugasan, kerjakan tugas tersebut dengan baik dan bila mana

terdapat kesulitan konsultasikan hasil pekerjaan pada guru

: 1 dan 2

Satuan pendidikan : SMK N 1 Denpasar Program keahlian : Teknik Gambar Bangunan Mata pelajaran : Kompetensi Kejuruan Kelas/semester : XII / 2 Pertemuan ke : 1 dan 2

Standar kompetensi : Mengambar RENCANA PLAT LANTAI

Kompetensi dasar : Mendiskripsikan Rencana Pelat Lantai

Pertemuan : 1 & 2

PERTEMUAN I

Materi Pembelajaran : 1. Pengertian Beton dan Beton-bertulang

2. Bahan pembentuk Susunan Betton dan Beton-

bertulang

.

1. Pengertian Beton dan Baton Bertulang.

Beton dibentuk oleh pengerasan campuran antara semen, air, agregat halus (pasir),dan

agregat kasar (krikil/ batu pecah). Kadang- kadang ditambah pula campuran bahan lain

(admixture) untuk memperbaiki kualitas beton. Campuran dari bahan susun (semen, pasir,

krikil,dan air) yang masih plastis ini dicor kedalam acuan dan dirawat untuk mempercepat

reaksi hidraci campurah air semen, yang menyebabkan pengerasan beton. Bahan yang

terbentuk ini mempunyai kekuatan tekan yang tinggi, tetapi kekuatan tarhadap tarik rendah.

Beton bertulang adalah beton biasa (polos) yang memiliki kekuatan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MENGGAMBAR RENCANA PELAT LANTAI

Page 3: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 3 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

tekan yang tinggi akantetapi kekuatan tariknya rendah dan dengan batangan- batangan

baja yang ditanamkan di dalam beton agar dapat memberikan kekuatan tarik yang

diperlukan.

Sesungguhnya baja tulangan mempunyai kekuatan tarik dan kekuatan tekan yang sama

tingginya, sehingga sering dipakai baja tulangan selain untuk menahan kekuatan tarik juga

menahan kekuatan tekan bersama- sama dengan beton.

Pada saat sekarang ini, bahan beton bertulang sangatlah penting dalam berbagai

pembangunan, baik untuk gedung bertingkat tinggi, jembatan, jembatan bertingkat (jembatan

laying), bendungan, jalan raya maupun dermaga pelabuhan.

2. Bahan Pembentuk Susunan Struktur Beton dan Beton Bertulang

A. Bahan susun beton.

o campuran antara semen dan air akan membentuk pasta semen, yang berfungsi

sebagai bahan ikatan

o Sedangkan pasir dan krikil merupakan bahan agregat yang berfungsi sebagai

bahan pengisi dan bahan yang diikat oleh pasta semen.

o Ikatan antara pasta semen dengan agregat menjadi satu kesatuan yang kompak,

dan akhirnya dengan berjalannya waktu akan menjadi keras dan padat yang

disebut Beton

Skema bahan susun beton dapat dilukiskan seperti pada gambar 1.1.

B. Persyaratan Bahan Susun Beton

Page 4: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 4 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Kualitas beton sangat ditentukan oleh kualitas bahan susunnya. Oleh karena itu agar

diperoleh beton yang baik, maka harus dipilih bahan susun yang berkualitas baik pula.

Bahan susun yang baik ini mempunyai persyaratan-persyaratan sebagai berikut :

1. Persyaratan Air

o Air untuk bambuatan beton sebaiknya digunakan air bersih yang dapat diminum.

Air yang diambil dari dalam tanah (air sumur) atau air yang berasal dari

Perusahaan Air Minum, cukup baik bila dipakai untuk pembuatan Beton.

o Air yang digunakan untk pembutan dan perawatan Beton tersebut tidak boleh

mengandung minyak, asam, alkali, garam-garam, bahan-bahan organis yang

dapat merukak beton atau baja tulangan.

2. Persyaratan semen

Menurut SII 0031-81 (Tjokrodimuljo, 1996), semen disebut dengan: semen

Portland (sp) yang dipakai di Indonesia dibagi menjadi 5 jenis, yaitu

o Jenis I : Smen Portland(sp) untuk penggunaan umum, tidak memerlukan

persyaratan khusus.

o Jenis II : Semen portland untuk beton tahan sulfat dan mempunyai panas hidrasi

sedang.

o Jenis III: Semen Portland untuk beton dengan kekuatan awal tinggi ( cepat

mengeras ).

o Jenis IV: Semen Portland untuk beton yang memerlukan panas hidrasi rendah.

o Jenis V: Semen Portland untuk beton yang sangat tahan terhadap sulfat.

Semen Portland yang digunakan untuk pembuatan beton, yaitu semen yang berbutir

halus. Kehalusan butir semen ini dapat diraba/ dirasakan dengan tangan. Semen

yang sudah mulai mengeras terjadi/ mengandung gumpalan-gumpalan (meskipun

kecil), tidak baik untuk pembuatan beton.

3. Persyaratan Pasir

Pasir merupakan agregat halus yang digunakan sebagai bahan beton, harus

mempunyai syarat-syarat :

o Mempunyai ukuran diameter 1mm – 5mm

o Berbutir tajam dan keras.(di ajak – ayak dengan jari terasa tajam )

o Bersifat kekal, yaitu tidak mudah lapuk/ hancur oleh perubahan cuaca, seperti

terik matahari dan hujan.

o Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat keringnya. Jika

Page 5: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 5 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

kandungan lumpur lebih dari 5%, maka pasir tersebut harus dicuci.

o Tidak boleh digunakan pasir laut (kecuali dengan petunjuk staf ahli), karena

pasir laut ini banyak mengandung garam yang dapat merusak beton/ baja

tulangan.

4. Persyaratan Kerikil

Kerikil merupakan agregat kasar yang mempunyai ukuran diameter 5 mm ~ 40

mm. Sebagai pengganti kerikil dapat pula dipakai batu pecah (split). Kerikil atau

batu pecah yang mempunyai ukuran diameter lebih dari 40 mm tidak baik untuk

pembuatan beton.

Kerikil atau Batu pecah yang digunakan sebagai bahan beton harus memenuhi

syarat berikut :

o Mempunyai ukuran diameter 5mm – 40mm

o Bersifat padat dan keras, tidak berpori dan tidak pipih

o Harus bersih, tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%. Jika kandungan

lumpur lebih dari 1%, maka kerikil/ batu pecah tersebut harus dicuci.

o Dalam keadaan terpaksa dapat dipakai kerikil bulat.

5. Bahan tambahan (Admixture)

Yang dimaksud bahan tambahan ( concrete admixture ), adalah bahan atau zat

kimia yang ditambahkan didalam adukan beton pada tahap awal sewaktu beton

masih segar. Tujuan penggunaan bhn tambahan secara umum adalah untuk

memperoleh sifat2 beton yang diinginkan sesuai dengan tujuan atau keperluannya.

Sifat2 beton yang dapat diperbaiki antara lain :

o Memperbaiki kelecakan beton segar

o Mengatur factor air semen pada beton segar.

o Mencegah terjadinya segregasi dan bleeding.

o Mengatur waktu pengikatan awal adukan beton.

o Meningkatkan kuat tekan beton keras.

o Meningkatkan sifat kedap air pada beton keras.

o Meningkatkan sifat tahan lama pada beton keras.

(lebih awet ) trutama pada lingkungan agresif dan kebakaran

Page 6: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 6 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

C. Adukan Beton

1. Cara Pembuata Beton

Beton dibuat dengan cara mencampur semen Portland dengan air, ditambah pasir

dan kerikil kemudian diaduk dengan merata. Adukan yang baru dibuat ini disebut

adukan Beton. Jika adukan beton ini dibiarkan, lama-kelamaan akan menjadi keras

dan padat. Dibawah ini disebutkan beberapa istilah, diantaranya :

o Adukan Mortar adalah jika semen Portland dicampur dengan air, kemudian

dicampur pasir saja,dan diaduk hingga merata. Apabila adukan ini dibiarka,

lama-kelamaan akan menjadi keras.

o Pasta Semen adalah jika semen Portland tersebut dicampur dengan air saja

kumudian diaduk dengan merata. Apabila adukan ini dibiarkan juga lama-

kelamaan akan menjadi keras.

2. Faktor Air Semen (fas) atau Rasio Air Semen (Ras).

Jumlah air untuk campuran beton pada umumnya dihitung berdasarkan nilai

perbandingan antara berat air dan berat semen Portland. Pada peraturan Beton

Indonesia (PBI- 1971) dikenal dengan istilah factor air semen yang disingkat fas,

sedangkan peraturan pengganti ( SNI 03-2847-2002) disebut rasio air semen yang

disingkat Ras atau water cement ratio (wer). Jadi fas atau ras dapat dirumuskan

sebagai berikut:

Berat air pada campuran beton

Fas atau ras = --------------------------------------

Berat semen pada campuran beton

Pada umumnya makin besar nilai fas, makin besar pula jumlah air yang digunakan

pada campuran beton, berarti adukan beton makin encer dan mutu beton akan

makin turun/ rendah.

Jumlah persediaan air dan semen dalam pembuatan adukan beton perlu

dipertimbangkan dengan baik, agar adukan tidak terlalu encer ataupun terlalu

kental. Biasanya untuk membuat 1 m3 adukan beton, paling sedikit diperlukan 300

kg semen Portland (300 – 325kg sp). Sebagai contoh, jika membuat adukan beton

dengan nilai fas= 0,52 dan dalam 1 m3 beton digunakan 325 kg semen Portland,

maka jumlah air yang dipakai untuk campuran beton tersebut = fas x berat semen

portlnd

Page 7: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 7 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

= 0,52 x 325 kg = 169 kg..

Karena berat jenis air = 1 kg/ dm3, maka jumlah air harus disediakan sebanyak 169

dm3 atau 169 liter.

3. Kekentalan adunan Beton

Untuk mengetahui konsistensi (tingkat kekentalan) adukan beton dilaksanakan

dengan cara pengujian penurunan adukan atau lajim disebut pengujian slump. Alat

utama untuk pengujian slump, yaitu:

a. Kerucut Abrams, dengan diameter lubang atas 10 cm, diameter lubang

bawah 20 cm dan tingginya 30 cm. Kerucut ini terbuat dari baja, sehingga

peresapan air kedinding tidak dimungkinkan.

b. Tongkat baja yang ujungnya bulat, dengan diameter 16 mm dan panjang 60 cm

c. Talam (tempat adukan beton yang tidak menyerap air).

Pengujian slump dilaksanakan dengan langkah sebagai berikut:

1) Adukan beton dimasukkan kedalam kerucut dengan 3 lapis yang kira-kira

volumenya sama, dan setiap lapis ditusuk-tusuk dengan tongkat baja sebanyak

25 kali.

2) Permukaan atas diratakan, dan ditunggu 60 detik sambil menyingkirkan

adukan beton yang tumpah disekitar kerucut.

3) Kerucut ditarik vertical ke atas dengan hati-hati, sehingga adukan beton akan

turun.

4) Nilai slump diperoleh dengan mengukur besar penurunan adukan beton dari

tinggi semula, seperti tampak pada gambar dibawa

Page 8: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 8 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Nilai slump untuk berbagai pekerjaan beton menurut Peraturan Beton Bertulang

Indonesia 1971 disajikan pada table dibawah.

Tabel Nilai Slump untuk berbagai pekerjaan beton.

U r a i a n

S l u m p (cm)

maksimum minimum

1. Dinding, Pelat pondasi,dan Pondasi

Telapak bertulang.

2. Pondasi telapak tidak bertulang, dan

konstruksi dibawah tanah

3. Pelat, Balok, Kolom, dan Dinding

4. Pengerasan Jalan

5. Pembetonan masal

12,5

9,0

15,0

7,5

7,5

5,0

2,5

7,5

5,0

2,5

Besar kecilnya nilai slump pada adukan beton, tergantung pada banyak sedikitnya

jumlah air yang dicampurkan pada adukan. Makin banyak air yang dicampurkan

pada adukan, maka adukan makin encer sehingga penurunan adukan makin besar.

Jadi nilai slump-nya juga makin besar.

4. Perbandingan Campuran Beton

Perbandingan campuran bahan susun disebutkan secara urut, yaitu: semen, Pasir,

Kerikil. Apabila adukan beton menggunakan campuran 1 : 2 : 3, berati adukan

betonnya menggunakan campuran; 1semen : 2 pasir :3 kerikil. Dilapangan ada 2

macam perbandingan campuran, yaitu:

a) Adukan Beton dengan perbandingan volume

b) Adukan beton dengan perbandingan berat

a). Adukan beton dengan perbandingan volume

Membuat beton dengan perbadingan volume, maka masing-masing bahan

susun harus ditakar sesuai volume rencana. Menurut konsep pedoman beton

1989, perbandingan volume hanya boleh dilakukan untuk mutu beton kurang

dari 10 Mpa (1 Mpa = 1 Mega paskal = 1 Newton/m2).

Page 9: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 9 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Pada peraktik dilapangan sering dijumpai campuran dengan perbandingan

volume berikut:

o Campuran beton yang padat, yaitu 1sp: 2ps: 4kr atau 1sp : 3ps : 5kr

o Campuran beton Konstruksi, yaitu 1 sp; 2 ps: 3 kr.

o Campuran beton rapat/kedap air, yaitu 1 sp: 1,5 ps: 2.5 kr

Campuran dengan perbandingan volume mempunyai:

o Kelebihannya, seperti: Pelaksanaan pekerjaan mudah dan cepat, tidak

memerlukan tenaga ahli, dan alat yang dipakai juga sederhana (misalnya:

ember/ tong sebagai alat takar campuran volume, dan sebagainya).

o Kekurangannya, yaitu setiap takaran campuran beratnya tidak sama, jadi

hasil kekuatan beton kurang merata atau tidak tetap.

b) Adukan beton dengan perbandingan berat

Membuat beton dengan perbandingan berat, maka masing-masing bahan susun

ditimbang sesuai berat rencana. Dan mempunyai:

o Kelebihan/keuntungan, yaitu takaran setiap camcuran dengan

perbandingan berat selalu sama, sehingga kekuatan beton yang dihasilkan

bisa tetap/ seragam.

o Kekurangan, seperti: Perlu perhitungan perencanaan campuran (untuk

menentukan berat masing-masing bahan susun) oleh orang yang

berpengalaman, dan pelaksanaan pekerjaan memerlukan waktu cukup

lama karena berat masing-masing bahan susun harus ditimbang.

Pada proyek pembangunan, agar proses penimbangan dapat berlangsung lebih

cepat, maka perlu alat yang serba otomatis, misalnya dengan alat Batching

Plant.

Untuk Gedung yang direncanakan tahan gempa, maka harus digunakan

mutu beton dengan kuat tekan minimal 20 Mpa, dan harus digunakan

campuran beton dengan perbandingan berat.

5. Keunggulan dan Kelemahan Pemakaian bahan beton

a) Bangunan yang menggunakan konstruksi beton mempunyai beberapa

keunggulan, yaitu:

o Beton termasuk tahan haus dan tahan terhadap kebakaran.

o Beton sangat kokoh dan kuat terhadap beban gempa bumi, getaran,

maupun beban angin.

Page 10: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 10 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

o Berbagai bentuk konstruksi dapat dibuat dari bahan beton menurut selera

perancang/ pemakai.

o Biaya pemeliharan/ perawatan sangat sedikit (tidak ada).

b) Bangunan yang menggunakan konstruksi beton juga mempunyai beberapa

kelemahan, yaitu:

o Beron mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga mudah retak. Oleh

karena itu perlu diberi baja tulangan, atau tulangan kasa.

o Konstruksi beton itu berat, sehingga jika dipakai pada bangunan harus

disediakan pondasi yang cukup besar / kuat.

o Untuk memperoleh hasil beton dengan mutu baik, perlu biaya pengawasan

tersendiri.

o Konstruksi beton tidak dapat dipindah, disamping itu bekas (rosokan)

beton tidak

ada harganya.

D. Kekuatan beton dan Tulangan.

1. Kekuatan Beton

a) Kuat tekan beton. Karena sifat utama dari beton adalah sangat kuat jika

menerima beban tekan, maka Mutu Beton pada umumnya hanya ditinjau terhadap

kuat tekan saja.

Menurut Peraturan Beton Indonesia 1971 (PBI- 1971), Kuat tekan beton diberi notasi

σ’bk dengan satuan dalam kg/cm2. Berdasarkan benda uji kubus/ silinder yang

disyaratkan pada waktu berumur 28 hr, maka disebutkan:

o Mutu beton dengan kuat tekan 100 kg/ cm2, disebutkan:σ’bk = 100 kg/cm2.

= 10 MPa

o Mutu beton dengan kuat tekan 125 kg/ cm2, disebutkan, σ’bk = 125 kg/cm2

= 12,5 MPa

o Mutu beton dengan kuat tekan 175 kg/ cm2, disebutkan, σ’bk = 175 kg/cm2

= 17,5 MPa

o Mutu beton dengan kuat tekan 225 kg/ cm2, disebutkan, σ’bk = 225 kg/cm2

Page 11: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 11 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

= 22,5 MPa

Menurut peraturan SNI, yaitu perubahan dari PBI-1971, diperbaiki dengan SK SNI T-

15- 1991 dan SNI 03-2847-2002, kuat tekan beton diberi notasi dengan fc’, yaitu kuat

tekan silinder beton yang disyaratkan pada waktu berumur 28 hr.

Mutu beton dibedakan atas 3 macam menurut kuat tekannya, yaitu:

1). Mutu beton dengan kuat tekan (f’c) kurang dari 10 Mpa, Digunakan untuk beton

non struktur, misalnya: Kolom praktis, balok/ sloof praktis.

2). Mutu beton dengan kuat tekan (f’c) antara 10 Mpa sampai 20 Mpa, digunakan

untuk beton struktur, misalnya: Balok, Kolom, Pelat ataupun Pondasi.

3). Mutu beton dengan kuat tekan (f’c) sebesar 20 Mpa ke atas, digunakan untuk

struktur beton yang direncanakan tahan gempa.

Untuk pengujian kuat tekan beton, benda uji berupa silinder beton berdiameter 15

cm dan tingginya 30 cm ditekan dengan beban P sampai runtuh. Karena ada beban

tekan P, maka terjadi Tegangan tekan pada beton (σc’) sebesar beban (P) dibagi

dengan luas pnampang beton (A), sehingga dirumuskan:

σc' = fc’=P / A Mpa (N/mm2)

Dengan:

σc' = fc’ = tegangan tekan beton, Mpa = N/ mm

P = besar beban tekan , N

A = luas penampang beton, mm2

Beben P tersebut juga mengakibatkan bentuk fisik silinder beton berubah menjadi lebih

pendek, sehingga timbul regangan tekan dapa beton ( Є’c ) sebesar perpendekan beton

(∆L) dibagi dengan tinggi awal silinder beton (Lo), di tulis dengan rumus:

ε = ∆L / Lo

dengan:

Є’c = regangan tekan beton

∆L = perpendekan beton, mm

Lo = tinggi awal silinder beton, mm.

Hubungan antara tegangan dan regangan tekan beton dilukiskan seperti terlihat pada

gambar 1.3.

Page 12: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 12 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Gambar 1.3 Hubungan antara Tegangan dan Regangan Tekan beton

Pada gambar 1.3 berlaku tegangan regangan beton sebagai berikut:

1. Pada saat beban tekan mencapai 0,3.fc’ ~ 0,4.fc’, perilaku tegangan regangan

beton pada dasarnya masih linear. Retak-retak lekatan (bond crack) yang sebelum

pembebanan sudah terbentuk, akan tetap stabil dan tidak berubah selama tegangan

tekan yang bekerja masih dibawah 0,3.fc’. (fc’ merupakan kekuatan batas tekan

beton).

2. Pada saat beban tekan melebihi 0,3 fc’ ~ 0,4 fc’, retak-retak lekatan mulai

terbentuk Pada saat ini mulai terjadi deviasi pada hubungan tegangan regangan

dari kondisi linear.

3. Pada saat beban tekan mencapai 0,75.fc’ ~ 0,9.fc’, retak-retak lekatan tersebut

merambat ke mortar sehingga terbentuk pola retak yang kontinu. Pada kondisi ini

hubungan tegangan regangan beton semakin menyimpang dari kondisi linear.

Pada gambar diatas menunjukkan, bahwa pada saat beton akan runtuk (kuat tekan

beton telah mencapai puncak fc’), maka tegangan beton turun (menjadi 0,85 fc’)

sedangkan regangan tekan tetap naik sampai retak (εcu sebesar 0,003). Kedua

angka ini (tegangan 0,85 fc’ dan regangan batas εcu’= 0,003). Sangat penting bagi

perencanaan struktur beton bertulang

b). Kuat tarik beton. Prilaku beton pada saat diberikan beban aksial tarik agak sedikit

berbeda dengan prilakunya pada saat diberikan beban tekan. Hubungan antara tegangan

dan regangan tarik beton umumnya bersifat linear sampai terjadinya retak yang

biasanya langsung diikuti oleh keruntuhan beton, seperti dilukiskan pada gambar 1.4.

Page 13: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 13 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Gambar 1.4. Hubungan antara tegangan dan regangan tarik beton.

Kuat tarik beton ( fct) jauh lebih kecil dari kuat tekannya, yaitu : fct ≈ 10 %.f’c.

Menurut pasal 13.4.2.2 SNI 03-2847-2002, hubungan antara kuat tarik langsung (fct)

terhadap kuat tekan beton (f’c), dinyatakan dengan rumus berikut:

fct = 0,33. 'fc

c. Modulus Elastisitas Beton. Dari hubungan tegangan-regangan tekan beton pada

gambar 1.3,terlihat sudut α yaitu sudut antara garis lurus kurve yang ditarik dari

kondisi tegangan nol sampai tegangan tekan sebesar 0,45.f’c dan garis regangan (ε’c).

Modulus elastisitas beton ( Ёc ) Merupakan tangen dari sudut α tersebut. Menurut

pasal 10.5 SNI 03-2874-2002, modulus elastisitas beton ( Ёc ), dapat ditentukan

berdasarkan berat beton normal ( Wc) dan kuat tekan beton ( f’c ), dengan rumus:

Ec = (Wc)1,5. 0,043. 'cf . dengan Wc = 1500 ~2500 kg/m3.

Untuk beton normal, nilai Ec, boleh diambil berikut:

Ec = 470. 'cf

2. Kekuatan Baja Tulang.

2a). Jenis Baja Tulangan.

Perubahan dari Peraturan Beton Indonesia 1971, diperbaiki dengan SNI 03-2847-2004,

tulangan yang dapat digunakan pada elemen beton bertulang daibatasi hanya pada baja

Page 14: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 14 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

tulangan dan kawat baja saja. Belum ada peraturan yang mengatur penggunaan

tulangan lain, selain dari baja tulangan dan kawat baja tersebut

Baja tulangan yang tersedia dilapangan ada 2 jenis, yaitu:

1. Baja Tulangan Polos (BJTP). Tulangan polos bisanya digunakan untuk

tulangan sengkang/ begel/ geser., dan mempunyai Tegangan Leleh (fy) minimal

sebesar 240Mpa (disebut BJTP-24), dengan ukuran Ø 6, Ø 8, Ø 10, Ø 12 Ø 14,

dan Ø 16 (dengan Ø simbul yang menyatakan diameter tulangan polos ).

Tabel tulangan polos dan ukurannya

Jenis

tulangan

Diameter

Nominal (mm)

Berat per m

( kg )

Sebutan Tegangan leleh

minimal (fy)

(Mpa)

Ø 6 6 0,222 BJTP-24 240 Mpa

Ø 8 8 0,395 BJTP-24 240 Mpa

Ø 10 10 0,617 BJTP-24 240 Mpa

Ø 12 12 0,888 BJTP-24 240 Mpa

Ø 14 14 1,208 BJTP-24 240 Mpa

Ø 16 16 1,578 BJTP-24 240 Mpa

2. Baja Tulangan Ulir/Deform .Tulangan ulir/deform (disebut BJTD), digunakan

untuk tulangan longitudinal atau tulangan memanjang, dan mempunyai

tegangan leleh (fy) minimal 300 Mpa (disebut BJTP- 30). Ukuran dimeter

nominal tulangan ulir (D10, D13, D16, D19, D22,D25, D29).Dengan D adalah

simbul yang menyatakan diameter tulangan ulir.

Tabel. Tulangan ulir dan ukurannya

Jenis

tulangan

Diameter

Nominal (mm)

Berat per m

( kg )

Sebutan Tegangan

leleh

minimal (fy)

(Mpa)

Page 15: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 15 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

2.b). Kuat Tarik Baja Tulangan.

Meskipun baja tulangan juga mempunyai sifat tahan terhadap beban tekan, tetapi

karena harganya cukup mahal, maka baja tulangan ini hanya diutamakan untuk

menahan beban tarik pada struktur beton bertulang, sedangkan beban tekan yang

bekerja cukup ditahan oleh betonnya.

Hubungan antara tegangan dan regangan tarik baja tulangan dilukiskan pada gambar

1.5

D10 10 0,617 BJTD-30 300 Mpa

D13 13 1,042 BJTD-30 300 Mpa

D16 16 1,578 BJTD-30 300 Mpa

D19 19 2,226 BJTD-30 300 Mpa

D22 22 2,984 BJTP-30 300 Mpa

D25 25 3,853 BJTP-30 300 Mpa

D29 29 5,185 BJTP-30 300 Mpa

D32 32 6,313 BJTP-30 300 Mpa

D36 36 7,990 BJTP-30 300 Mpa

Page 16: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 16 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Gambar 1.5. Hubungan antara tegangan dan regangan tarik baja tulangan.

2c). Modulus Elastisitas Baja tulangan.

Dari hubungan teganga-regangan tarik baja tulangan pada gambar 1.5, terlihat

sudut α yaitu sudut antara garis lurus kurve yang ditarik dari kondisi tegangan nol

sampai tegangan leleh (fy) dan garis regangan (εs). Modulus Elastisitas Baja.

PERTEMUAN II

Materi Pembelajaran : 3. Pengertian Pelat Lantai Beton Bertulang

4. Ketentuan Umum Pelat Lantai Beton

Bertulang

3. Pengertian Pelat Lantai Beton Bertulang

- Yang dimaksud dengan pelat beton bertulang yaitu setruktur tipis yang dibuat dari

beton bertulang dengan bidang yang arahnya horizontal, dan

- Beban yang bekerja tegak lurus pada bidang struktur tersebut.

- Ketebalan bidang pelat ini relatip sangat kecil apabila dibandingkan dengan bentang

panjang/lebar bidangnya.

- Pelat beton bertulang ini sangat kaku dan arahnya horizontal, sehingga pada

bangunan gedung, pelat ini berfungsi sebagai diafragma/ unsur pengaku horizontal

yang sangat bermanfaat untuk mendukung ketegaran balok portal.

- Pelat beton bertulang banyak digunakan pada bangunan sipil, diantaranya: sebagai

lantai bangunan, lantai atap dari suatu gedung, lantai jembatan, maupun lantai pada

dermaga.

4. Ketentuan Umum Pelat Lantai Beton Bertulang

A. Jenis Perletakan Pelat Pada Balok.

Page 17: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 17 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Untuk merencanakan pelat beton bertulang yang perlu dipertimbangkan, yaitu

jenis perletakan dan konstruksi pendukungnya (balok) yang menjadi salah satu

bagian dari perencanaan pelat. Ada 3 jenis perletakan pelat pada bolok, yaitu

sebagai berikut:

1) Terletak bebas.

Apabila tepi pelat itu ditumpu di atas suatu tumpuan yang dapat berputar

(tidak dapat menerima momen), misalnya pelat tersebut terletak di atas

dinding tembok.

2) Terjepit Elastis.

Apabila tepi pelat terletak di atas tumpuan yang merupakan kesatuan monolit

dengan balok pemikulnya yang relatif tidak terlalu kaku dan memungkinkan

pelat

dapat berputar pada tumpuannya.

3) Terjepit Penuh.

Apabila tepi pelat terletak di atas tumpuan yang tidak dapat berputar akibat

beban yang bekerja pada pelat tersebut, misalnya pelat tersebut menjadi satu

kesatuan monolit dengan balok penahannya.

Page 18: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 18 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

(a) Pelat terletak bebas (b) Pelat terjepit elastic (c)Pelat terjepit penuh.

Gambar II.1. Jenis perletakan pelat pada balok.

B. Sistim Penulangan Pelat Lantai (lengkap dengan simbul dan

notasi)

Sistim perencanaan tulangan pelat pada dasarnya dibagi menjadi 2 macam,

yaitu:

1. Sistim tulangan pelat dengan tulangan pokok satu arah (disebut: Pelat Satu

Arah/ One Way Slab).

2. Sistim tulangan pelat dengan tulangan pokok dua arah (disebut pelat dua arah/

Two Way Slab).

1. Penulangan Pelat Satu Arah/ One Way Slab.

a).Konstruksi pelat satu arah. Pelat dengan tulangan pokok satu arah ini akan

dijumpai jika pelat beton lebih dominan menahan beban yang berupa momen

lentur pada batang satu arah saja. Contoh pelat satu arah adalah pelat

kontilever (pelat luifel) dan pelat yang ditumpu oleh 2 tumpuan sejajar.

Karena momen lentur hanya bekerja pada 1 arah saja, yaitu searah bentang L,

maka tulangan pokok juga dipasang 1 arah yang searah bentang L tersebut.

Untuk menjaga agar kedudukan tulangan pokok (pada saat pengecoran beton)

tidak berubah dari tempat semula, maka dipasang tulang tambahan (disebut

tulang bagi) yang arahnya tegak lurus tulangan pokok.

Kedudukan tulangan pokok dan tulangan bagi selalu bersilangan tegak lurus,

tulangan pokok dipasang dekat dengan tepi luar beton, sedangkan tulangan

bagi dipasang di bagian dalamnya dan menempel pada tulanga pokok. Tepat

pada lokasi persilangan tersebut, kedua tulangan diikat kuat denga kawat

binddraad. Tulangan bagi juga berfungsi sebagai tulangan untuk menahan

retak beton akibat susut dan perbedaan suhu pada beton.

Page 19: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 19 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Gambar II.2 Contoh Pelat dengan Tulangan Pokok Satu Arah.

b). Simbul gambar penulangan.

o Pelat Kontilever. Pada pelat kontilever, karena momennya negatip,

maka tulangan pokok dan tulang bagi dipasang diatas. Jika dilihat gambar

II.2(a) TAMPAK DEPAN, maka tampak jelas tulangan pokok dipasang

paling atas (diberi kode 1),sedangkan tulang bagi menempel dibawahnya

(diberi kode 2). Pada gambar II.2(a) TAMPAK ATAS diberi simbul

tulangan, sebagai berikut:

Dimana simbul ▼, tanda berupa segitiga dengan bagian lancip dibawah,

disebut simbul mendukung (menggantung).

Dimana simbul ▲, tanda berupa segitiga denga bagian lancip di atas, disebut

simbul menginjak.

Shingga Tulangan Pokok dengan simbul ▼( tulangan paling atas) sedangkan

Tulangan Bagi dengan simbul ▼▼(menempel dibawahnya tulangan pokok).

Page 20: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 20 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

o Pelat dengan Dua Tumpuan sejajar. Didaerah lapangan maka

Momennya disebut Momen Lapangan ( M+), Didaerah Tumpuan Momennya

disebut Momen Tumpuan

(M‾). Lihat Gambar II.2(b) dengan TAMPAK DEPAN, Tulangan Pakok

dipasang pada bagian bawah (kode 1) dan diberi simbul ▲(tulang bawah),

sedangkan Tulang Bagi dipasang diatasnya tulang pokok (menempel

diatasnya tulang pokok), diberi simbul ▲▲

2. Penulangan pelat Dua Arah.

a) Konstruksi Pelat Dua Arah.

o Pelat dengan tulangan pokok dua arah ini akan dijumpai jika pelat beton

menahan beban yang berupa momen lentur pada bentang dua arah. Contoh

pelat dua arah adalah pelat yang ditumpu oleh 4 (empat) sisi yang saling

sejajar.

o Karena momen lentur bekerja pad dua arah, yaitu searah dengan bentang

lx dan bentang ly, maka tulangan pokok juga di pasang pada 2 arah yang

saling tegak lurus (bersilangan), sehingga tidak perlu tulangan bagi.

o Tetapi pada pelat didaerah tumpuan hanya bekerja momen lentur satu arah

saja, sehingga untuk daerah tumpuan ini tetap dipasang tulangan pokok

dan tulangan bagi, seperti terlihat pada Gambar II.3. dan Gambar II.4

o Bentang ly selalu dipilih ≥ lx, tetapi Momennya Mly selalu ≤ Mlx,

sehingga tulangan arah lx (Momen yang besar) dipasang urutan ke-

1(pertama), dan tulangan arah ly (momen yang kecil) dipasang urutan ke-2

(ke dua) dipasang bersilangan dan nempel pada tulangan arah lx.

Catatan: Pasal 15.2.1 SNI 03-2847-2002

Daerah Tumpuan diambil ¼ kali

Bentang terpendek = ¼ lx

Page 21: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 21 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Gambar II.3.( Contoh Pelat dengan tulangan Pokok Dua Arah)

b.) Membaca Gambar Tulangan. Aturan dalam menggambar pelat dua arah (dan

semua pelat lainnya) adalah sama seperti aturan penggambaran pada pelat

satu arah, jadi simbul-simbul yang digunakan juga sama. Perlu ditegaskan

sekali lagi untuk pelat dua (2) arah, bahwa di daerah lapangan hanya ada

tulangan pokok saja (baik arah lx maupun arah ly) yang saling bersilangan,

tetepi didaerah tumpuan hanya ada tulangan pokok dan tulangan bagi.

Page 22: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 22 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Page 23: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 23 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Page 24: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 24 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MENGGAMBAR RENCANA PELAT LANTAI

Page 25: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 25 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Satuan pendidikan : SMKN ........Denpasar Program keahlian : Teknik Gambar Bangunan Mata pelajaran : Kompetensi Kejuruan Kelas/semester : XII / 2 Pertemuan ke : 3, 4 dan 5

Standar kompetensi : Mengambar Rencana Pelat Lantai

Kompetensi dasar : Merancang Denah Penulangan Pelat Lantai

Materi pembelajaran :

A. Dasar-dasar perencanaan konstruksi pelat lantai.

B. Perhitungan Dimensi Penampang Tulangan Pelat

Satu arah

C. Perhitungan Dimensi Penampang Tulangan pada

pelat dua arah.

PERTEMUAN III

A. DASAR-DASAR PERENCANAAN TULANGAN PELAT LANTAI

1. Pertimbangan dalam perhitungan tulangan.

Pada perencanaan pelat beton bertulang,perlu diperhatikan beberapa

persysratan/ ketentuan sebagai berikut:

1). Lebarya pelat (b) diambil 1 meter atau (b = 1 m = 100 cm = 1000 mm)

2). Panjang bentang (L) (pasal 10.7 SNI 03-2847-2002):

a. Pelat yang tidak menyatu dengan struktur pendukung atau perletakan

(lihat Gambar III.1a):

L = Ln + h dan L ≤ L as-as

b. Pelat yang menyatu dengan struktur pendukung (lihat Gambar III.1b):

Jika Ln ≤ 3,0 m, maka L = Ln

Jika Ln > 3,0 m, maka L = Ln + 2×50 mm (PBI-71).

Page 26: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 26 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

(a) Pelat tidak menyatu (b) Pelat menyatu

dengan pendukung dengen pendukung

Gambar III.1 Penentu Panjang Bentang Pelat

3). Tebal minimum pelat ( h ) ( Pasal 11.5.SNI 03-2847-2002 ):

a). Untuk pelat satu arah ( Pasal 11.5.2.3 SNI 03-2847-2002), tebal minimal pelat

(h) dapat dilihat pada table:

Tabel III.1 Tinggi (h) Minimal Balok Non Pratekan atau Pelat Satu Arah Bila Lendutan tidak dihitung.

Komponen struktur

Tinggi minimal, h

Dua

tumpuan

Satu ujung

menerus

Kedua ujung

menerus

Kantilever

Komponen yang tidak menahan atau tidak disatukan dengan partisi

Atau konstruksi lain yang akan rusak karena lendutan yang besar

Pelat solid Satu arah

L/ 20 L/24 L/28 L/10

Balok atau pelat jalur satu arah

L/16 L/18,5 L/21 L/8

b). Untuk Pelat Dua Arah (Pasal 11.5.3 SNI 03-2847-2002), tebal minimal pelat

bergantung pada α m = α rata-rata, α (disebut rasio kekakuan lentur penampang

balok) terhadap kekakuan lentur pelat dengan rumus berikut: pcp

bcb

IE

IE

/

/=α

o Jika α m < 0,2 maka

h ≥ 120 mm

Page 27: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 27 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

o Jika 0,2 ≤ α m ≤ 2 maka

h = )2,0(.536

)1500/8,0(

−+

+

m

yn f

αβ

λ dan ≥ 120 mm

o Jika mα > 2 , maka

h = β

λ

.936

)1500/8,0(

+ yn f dan ≥ 90 mm

Dengan β = rasio bentang bersih pelat dalam arah memanjang dan arah

memendek.

o Tebal pelat tidak boleh kurang dari ketentuan Tabel VII,1 yang

tergantung pada tegangan tulangan (fy). Nilai fy pada tabel dapat

diinterpolasi linear.

Tabel VII,1 Tebal minimal pelat tanpa balok interior

Tegangan Leleh fy (Mpa)

Tanpa penebalan Dengan penebalan

Panel luar Panel dalam

Panel luar Panel dalam

Tanpa Balok

pinggir

Dengan balok

pinggir

Tanpa Balok pinggir

Dengan balok

pinggir

300 λn/33 λn/36 λn/36 λn/36 λn/40 λn/40 400 λn/30 λn/33 λn/33 λn/33 λn/36 λn/36

500 λn/28 λn/31 λn/31 λn/31 λn/34 λn/34

4). Tebal selimut beton minimal (Pasal 9.7.1 SNI 03-2847-2002):

a). Untuk batang tulangan D ≤ 36 (mm), Tebal selimut beton ≥ 20 mm.

b). Untuk batang tulangan D44 ~ D56. Tebal selimut beton ≥ 40 mm.

5). Jarak bersih atau minimal antara tulangan (s):

a). Pasal 9.6.1SNI 03-2847-2002: s ≥ D dan s ≥ 25 mm.(D = diameter tulang)

b). Pasal 5.3.2.3: s ≥ 4/3 × diameter maksimal agregat, atau s ≥ 40

mm.(catatan: Diameter nominal maksimal kerikil ≈ 30 mm )

Page 28: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 28 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

6). Jarak maksimal tulangan ( as ke as ):

a. Tulangan pokok :

* Pelat Satu Arah : s ≤ 3h dan s ≤ 450 mm (Pasal 12.5.4)

* Pelat Dua Drah : s ≤ 2h dan s ≤ 450 mm (Pasal 15.3.2)

b. Tulangan Bagi : s ≤ 5h dan s ≤ 450 mm (Pasal 9.12.2.2)

7). Luas Tulangan Minimal Pelat

a. Tulangan Pokok ( Pasal 12.5.1 SNI 03-2847-2002 )

* fc’ ≤ 31,36 Mpa, As ≥ dbf y

..4/1

dan

* fc’ ≥ 31,36 Mpa, As ≥ dbf

f

y

c..

.4

'

b. Tulangan Bagi/ tulangan Susut dan Suhu, Pasal 9.21.2.1 SNI 03-2847- 2002.

* Untuk fy ≤ 300 Mpa, maka Asb ≥ 0,0020 .b.h.b.h

* Untuk fy = 400 Mpa, maka Asb ≥ 0,0018.b.h

* Untuk fy ≥ 400 Mpa, maka Asb ≥ 0,0018.b.h.(400// fy)

* Tetapi Asb ≥ 0,0014.b.h

2. Sistim Penulangan/ Hitungan Pelat

Sistim penulangan pelat dibagi menjadi 2 macam, yaitu:

1). Penulangan pelat satu (1) arah, yaitu

Page 29: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 29 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

a). Pelat Kontilever/ konsol (pelat satu tumpuan).

b). Pelat Tangga( pelat 2 tumpuan atau ditumpu 2 tepinya).

Untuk penulangan pelat satu arah, harus direncanakan/ dihitung

Tulangan Pokoknya dan Tulangan Bagi (atau tulangan susut dan

suhu).

2). Penulangan pelat dua(2) Arah, yaitu Pelat dengan Empat(4) Tumpuan

Saling Sejajar. Penuangan pelat dua(2) arah, masih dibedakan lagi

antara penulangan didaerah tumpuan dan penulanga didaerah lapangan,

yaitu:

a). Daerah Tumpuan direncanakan/ dihitung tulangan pokok serta

tulangan bagi untuk kedua arah bentang (lx dan ly).

b). Daerah Lapangan hanya direncanakan/ dihitung Tulangan Pokok

saja untuk kedua arah bentang, karena kedua Tulangan Pokok ini

saling bersilangan.

Untuk mempermudah dalam prhitungan penulangan pelat, berikut

ini dijelaskan tentang langkah hitungannya dalam bentuk skema

yang dilengkapi dengan rumus-rumus sebagai dasar perencanaan.

Skema hitungan tersebut dibuat 3 macam, yaitu:

1. Gambar III.2 : Skema Hitungan Tulangan Pelat

2. Gambar III.3 : Skema Hitungan Pembesaran Dimensi Pelat

Page 30: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 30 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

3. Gambar III.4 : Skema Hitungan Momen Rencana Pelat

1) Gambar III.2 : Skema Hitungan Tulangan Pelat

Data: dimensi pelat ( h,d,ds), mutu bahan: (fc’, fy),

Dan beban (Mu) → ≤ Ø.Mn

K =2.. db

Mu

φ atau =

2.db

Mndengan b = 1000 mm

Kmaks =2

11

)600(

).225600'.(..5,382

y

yc

f

ff

+

−+ ββatau dari Tabel III.4.

↓ K ≤ Kmaks (?) →

tidak Ukuran pelat dipertebal

↓ ya

−−=

'.85,0

.211

cf

Ka

↓ ↓ Dipilih luas tulangan pokok dengan memilih nilai yang besar dari Asu berikut: 1). As,u = 0,85.fc’.a.b fy

2).Jika fc’ ≤ 31,36 Mpa, As,u = dbf

yy

..4,1

Jika fc’ > 31,36 Mpa, As,u = dbf

f

y

c..

.4

Page 31: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 31 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

↓ ↓

Dihitung jarak tulangan s:

S ≤ ¼ .Л.D².b ; s ≤ 450 mm

As,u S ≤ 2h ( untuk pelat 2 arah S ≤ 3h ( untuk pelat 1 arah

S E L E S A I

2) Gambar III.3 : Skema Hitungan Pembesaran adimensi Pelat

Data : dimensi pelat (h,d,ds), mutu bahan ( fc’ dan fy )

Dan beban ( Mu ) → ≤ Ø Mn

dihitung 2.db

MK n= dan

2

11

)600(

).225600'.(..5,382

y

yc

maksf

ffK

+

−+=

ββ

↓ ↓

dimensi diperbesar, tentukan d :

d harus ≥ maks

n

Kb

M

.

→ dihitung tulangan pelat (lihat skema

3). Gambar III.4: Skema hitungan Momen rencana Pelat.

Dihitung luas tulangan bagi Asb,u (kalau ada)

Dengan memilih yang besar:

1). Asb,u = 20% As,u

2). fy ≤ 300 MPa, Asb,u = 0,0020.b.h

fy= 400 MPa, Asb,u= 0,0018.b.h

fy> 400 MPa, Asb,u= 0,0018.b.h.(400.fy)

3). Asb,u ≥ 0,0014.b.h

Di hitung jarak tulangan s :

S ≤ ¼. Л. D². b

A sb,u

S ≤ 5.h ; dan S ≤ 450 mm

K ≤ Kmaks (?)

Page 32: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 32 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Data : dimensi pelat (h, d, ds), mutu bahan ( fc’, fy )

Dan tulangan pokok terpasang As

Dikontrol nilai ρ = A / (b.d), syarat: maksρρρ ≤≤min

Dengan yf

4,1min =ρ → jika fc’ ≤ 31,36 MPa

Atau y

c

f

f

.4

'

min =ρ → jika fc’> 31,36 MPa

yy

c

bmaksff

f

).600(

..5,382.75,0

'

1

+==

βρρ

Dihitung : bf

fAa

c

ys

..85,0

..

=

TABEL-TABEL :

Tabel III.2 Rasio Tulangan Maksimal (ρ maks) dalam Prosen (%)

Mutu Beton fc’ ( M pa )

Mutu Baja Tulangan fy ( M pa )

240 300 350 400 450 500

15 2,419 1,805 1,467 1,219 1,032 0,887

Nilai ρmaks dan ρmin

boleh dari tabel

III.2 dan III.3

Catatan :

Jika ρ < ρmin → pelat diperkecil

Jika ρ > ρmaks→ pelat diperbesar

Dihitung: Mn = As.fy.(d – a/2 )

Dan Mr = Ø.Mn

Page 33: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 33 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

20 3,225 2,408 1,956 1,626 1,37666 1,182

25 4,032 3,010 2,445 2,032 1,720 1,478

30 4,838 3,616 2,933 2,438 2,064 1,773

35 5,405 4,036 3,277 2,724 2,306 1,981

40 5,912 4,414 3,585 2,980 2,522 2,167

45 6,344 4,737 3,848 3,197 2,707 2,325

50 6,707 5,008 4,067 3,380 2,862 2,458

55 7,002 5,228 4,245 3,529 2,988 2,567

60 7,400 5,525 4,486 3,729 3,157 2,712

Catatan untuk Tabel III.2:

1). Jika mutu beton (fc’) dan atau mutu baja tulangan (fy) tidak sesuai dengan yang

tercantum pada tabel III.2 diatas, maka rasio tulangan maksimal ditentukan

berdasarkan Persamaan (III.15), yaitu:

ρ maks = 0,75. ρb = yy

c

ff

f

).600(

..5,382'

1

+

β

2). Dari tabel III.2 diatas dapat diketahui 2keadaan berikut:

a). Pada mutu baja (fy) sama, makin tinggi mutu beton (makin besar nilai (fc’),nilai

ρmaks makin besar.

b). pada mutu beton (fc’) sama, makin tinggi mutu baja ( makin besar nila (fy),

nilai ρ maks makin turun.

Page 34: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 34 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Tabel III.3 Rasio Tulangan Minimal ( ρmin ) dalam prosen (%)

Mutu beton fc’ (Mpa)

Mutu baja tulangan fy (Mpa)

240 300 350 400 450 500

≤ 31,36 0,583 0,467 0,400 0.350 0,311 0,280

35 0,616 0,493 0,423 0,370 0,329 0,296

40 0,659 0,527 0,452 0,395 0,351 0,316

45 0,699 0,559 0,479 0,419 0,373 0,335

50 0,737 0,589 0,505 0,442 0,393 0,354

55 0,773 0,618 0,530 0,464 0,412 0,371

60 0,807 0,645 0,553 0,484 0,430 0,387

Catatan untuk Tabel III.3 :

1). Jika mutu beton dan atau mutu baja tulangan tidak sesuai dengan yang tercantum

pada Tabel III.3 di atas, maka rasio tulangan minimal ditentukan berdasakan

persamaan (III-16a) dan persamaan (III-16b), yaitu:

a). Jika mutu beton fc’ ≤ 31,36 Mpa, maka nilai ρ min = 1,4/ fy

b). jika mutu beton fc’ > 31,36 Mpa, maka nilai ρ mni = √fc’/ 4.fy

2). Tabel III.3 menunjukkan 2 keadaan yang sama dengan Tabel III.2, yaitu:

a). Pada mutu baja (fy) sama, makin tinggi mutu beton (makin besar nilai fc’),

nilai ρ min makin besar.

b). Pada mutu Beton (fc’) sama, makin tinggi mutu baja (makin besar nila

fy),nilai ρ min makin turun.

Tabel III.4 Faktor Momen Pikul Maksimum ( Kmaks ) dalam MPa

Mutu beton

fc’ (Mpa)

Mutu Baja Tulangan fy (MPa)

240 300 350 400 450 500

15 4,4839 4,2673 4,1001 3,9442 3,7987 3,6627

20 5,9786 5,6897 5,4668 5,2569 5,0649 4,8836

25 7,4732 7,1121 6,8335 6,5736 6,3311 6,1045

Page 35: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 35 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

30 8,9679 8,5345 8,2002 7,8883 7,5973 7,3254

35 10,1445 9,2595 9,2595 8,9016 8,5682 8,2573

40 11,2283 10,6639 10,2313 9,8296 9,4563 9,1087

45 12,1048 11,5704 11,0930 10,6509 10,2407 9,8593

50 13,0485 12,3683 11,8497 11,3705 10,9266 10,5145

55 13,7846 13,0535 12,4977 11,9850 11,5109 11,0716

60 14,6670 13,8816 13,2853 12,7358 12,2283 11,7583

Catatan untuk Tabel III.4:

1). Jika mutu Beton (fc’) dan atau mutu baja tulangan (fy) tidak sesuai dengan yang

tercantum pada tabel III.4 di atas,maka factor momen pikul maksimum

ditentukan berdasankan persamaan (III-19), yaitu :

Kmaks = 382,5 . βı. fc’. ( 600 + fy -225.βı )

( 600 + fy )²

2). Tabel III.4 menunjukkan 2 keadaan yang sama seperti pada tabel III.2 dan Tabel

III.3, yaitu :

a). Pada mutu baja (fy) sama, makin tinggi mutu beton (makin besar nilai fc’),

nilai Kmaks makin besar.

b). pada mutu beton (fc’) sama, makin tinggi mutu baja (makin besar nilai fy),

nilai Kmaks makin turun.

PERHITUNGAN IV

B). Pemahaman perhitungan Pelat Satu Arah

Pengertian Pelat Satu Arah dibedakan 2 macam, yaitu:

1. Pelat Satu Tumpuan, misalnya: Pelat Kontilever atau Pelat Luifel.

2. Pelat Dua Tumpuan, misalnya: Konstruksi Pelat Tangga.

1). Yang dimaksud Pelat Satu Tumpuan, ialah pelat yang ditumpu satu sisi (tumpuan

jepit). Pada umumnya pelat satu tumpuan sering disebut: pelat luifel/ kontilever.

Page 36: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 36 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Karena beban lentur hanya bekerja pada satu arah saja yang menghasilkan momen

negatif (momen lenturnya negatif).

Karena momen lenturnya negatif, maka tulangan pokok dan tulangan bagi

(tulangansusut dan suhu), dipasang pada bagian atas. Selanjutnya diberikan

penyelesaian soal-soal.

Penyelesaian soal-soal:

SOAL 1

Page 37: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 37 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Pelat luifel dari suatu atap beton bertulang setebal 90 mm, dengan

bentang L= 2m, berat beton = 24 kN/m³, selimut beton(Sb)=25 mm,

mendukung beban bergerak = 1kN/m². Mutu beton(fc’)= 20 MPa, Mutu

baja (fy) =240 MPa, serta tersedia ɸ8 dan ɸ6.

Diminta:

Rencanakan Tulangan pelat luifel tsb.

Penyelesaian :

a). Gambar kerja simbul Mek Tek, terlihat Beban-bebannya

Page 38: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 38 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

- Disederhanakan menjadi beban titik (Q) = qu.L

- Dicari beban merata pelat (qu)

- Jadi Momen Pelat Luifel (Mu(-) ) = Q• ½ L

= qu L• ½ L

= ½ qu L²

b). Beban Merata Pelat (qu):

Berat sendiri pelat (qD) = (h • γc)= ( 0,09 • 24)

= 2,16 kN/m²

Beban berguna (qL) = 1 kN/m²

qu (beban perlu) = 1,2 • qD + 1,6 • qL

Page 39: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 39 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

= 1,2 • 2,16 + 1,6 • 1

=3,592 kN/m²

c). Menentukan Momen :

Mu(-) = ½ qu L²

= ½ •3,592• 2²

= 7,184 kNm = 7,184• 10 6 MPa

d). Ketentuan persyaratan pelat:

Tebal petal atap (h) = 90 mm.

Selimut beton (sb) = 25 mm.

ds (Lindungan efektif)= 25 + 8/2 = 29 mm→dibulatkan 30 mm

d ( tinggi efektif) = h – ds = 90 –30 = 60 mm.

Mutu baja = 240 MPa ; Mutu beton = 20 MPa.

Mu = 7,184 kNm = 7,184• 10 6 MPa

Tersedia tulangan ɸ8 dan ɸ 6.

Page 40: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 40 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

e). Menentukan tulangan

Skema Rumusan :

• 2.. db

MuK

φ= → K < Kmak→ karena lebar balok (b) = 1000 mm = 100 cm = 1.00 m

• dfc

Ka .

'.85,0

.211

−−=

• fy

bafcAs

.'..85,0=

Penyelesaian Hitungan:

� 2.. db

MuK

φ= =

48000

71840

60.1000.8,0

10.184,72

6

= = 1,496 MPa < Kmaks →

lihat Tabel III.4 → fc’= 20 MPa → dibaca mendatar

fy = 240 MPa→dibaca vertical

Kmak = 5,9786 MPa

K < Kmaks → okey

� a dfc

K.

'.85,0

.211

−−= =

−−= 60.

20.85,0

496,1.211 5,54 mm

� Luas Tulangan Pokok (As) :

As = =fy

bafc .'..85,0

240

1000.54,5.20.85,0

= 392,4267 mm²

Luas pembanding: SNI →fc’ < 31,36 MPa, As.u = dbfy

..4,1

(diambil)

fc’ > 31,36 Mpa, As,u = dbf

f

y

c..

.4

As.u = =dbfy

..4,1

(1,4.1000.60)/ 240 = 350 mm².

Dipilih yang besar, jadi As,u = 392,4267 mm²

� Jarak tulang (s) :

Page 41: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 41 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

s ==uAs

bD

,

..4/1 .2π=

4267,392

1000.8.4/1 2π

= 128,088 mm

Jarak pembanding:

Persyaratan SNI: s = 3.h = 3. 120 = 360 mm

Dipilih (S) yang kecil,

jadi dipakai: S = 128,088 dibulatkan 100 mm.→ (ɸ8―100)

As(baru) = =s

bD ..4/1 .2π=

100

1000.8.4/1 2π502,64mm² > 392,43

mm².

Dipasang Tulang Pokok : As= ɸ8 ― 100 = 502,64² >

392,43 mm² → okey.

.

� Luas Tulangan Bagi (Asb)

Asb = 20%.As,u = 0,2.502,64 = 100,528 mm²

Luas pembanding:

Syarat SNI → Asb = 0,002.b.h = 0,002.1000.90 = 180 mm²

Dipilih yang besar, Asb,u = 180 mm²

Jarak tulangan(Sb):

Sb ==Asb

bD ..4/1 .2π=

180

1000.6.4/1 .2π157 mm.

Jarak pembanding →Syarat SNI : sb ≤ (3.h = 5.120 = 600

mm.

sb ≤ 450 mm.

Dipilih yang kecil,

jadi sb,u = 157 mm dibulatkan 125 mm→( ɸ6―125)

Asb(yang baru) =usb

bD

,

..4/1 .2π

==125

1000.6.4/1 .2π226,195 mm² > 180 mm²→okey.

Page 42: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 42 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Kumpulan :

Dipasang tulangan pokok : As = ɸ8 ― 100 = 502,64² mm²

Dipasang tulangan Bagi : Asb = ɸ6 ―125 = 226,195

mm².

GAMBAR PENULANGAN LUIFEL

Page 43: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 43 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Penyelesaian soal-soal:

SOAL 1 :

Pelat luifel dari suatu atap beton bertulang setebal 90 mm,dengan bentang L=2,5 m,

mendukung beban (qu)= 4,9kN/m². Mutu beton (fc’)= 20 MPa, Mutu baja (fy)

=300 MPa, serta tersedia D10 dan D6.

Diminta:

Rencanakan Tulangan pelat luifel tsb.

Page 44: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 44 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Penyelesaian :

Mu ¯ = ½. qu. L² = 1/2. 4,9. 2,5² = 15,3125 kNm

ds (Lindungan efektif)= 20 + 10/2 = 25 mm.

d ( tinggi efektif) = h – ds = 90 – 25 = 65 mm.

K = Mu / Ø .b.d² = 15,3125. 106/ 0,8. 1000. 65² = 153,125/ 52 =2,9447 MPa < (Kmaks

= 5,6897 MPa → Tabel III.4 )

a = ( 1 - √1 2K. ).d= ( 1 - √1 - 2. 2,9447). 65 = 12,454 mm

0,85.fc’. 0,85.20

Tulangan Pokok:

Tulangan Pokok: As = 0,85. fc’.a.b = 0,85. 20. 12,454.1000 = 705,7267 mm² fy 300 fc’ < 31,36 MPa, jadi A s,u = 1,4 . b. d = ( 1,4. 1000. 65 )/ 300 = 303,333 mm² fy Dipilih Luas yang besar, jadi: As,u = 705,7267 mm²

Jarak tulangan: s = ¼. Л.D².b = ¼.Л.10². 1000 = 111,233 mm As,u 705,7267

Syarat, s ≤ ( 3.h = 3. 90 ) = 270 mm )

Dipilih yang kecil, jadi dipakai: s = 111,233 ≈ 100 mm → ( D10 ¬ 100 )

Luas tulangan pokok = ¼. Л.D².b = ¼.Л.10².1000 = 785 mm² >(As,u= 705,7267 mm²)

s 100

Tulang Pokok : As = D10 ¬ 100 = 785 mm² > ( 705,7267 mm²) → ( okey )

Page 45: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 45 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Tulangan bagi

Tulangan Bagi : Asb = 20%. As,u = 0,2 . 705,7267 = 141,145 mm²

Syarat, Asb = 0,002.b.h = 0,002.1000.90 = 180 mm²

Dipilih yang besar, jadi Asb,u = 180 mm²

Jarak tulang bagi: s = ¼.Л.D².b = ¼.Л.6².1000 = 157 mm Asb,u 180

Syarat, s ≤ ( 5h = 5.90 = 450 mm )

Dipilih yang kecil, jadi: s = 157 mm ≈150 mm → ( D6 ― 150 )

Luas tulangan bagi = ¼. Л.D². b = ¼. 3,14. 6².1000 = 188,4 mm² > 180 mm²

s 150

Tulangan Bagi : Asb = D6 ― 150 = 188,4 mm² > 180 mm² → ( okey )

Jadi Kesimpulannya:

Dipasang Tulangan Pokok : D10 ―100 → atau As = D10 ―100 = 785 mm²

Dipasang Tulangan Bagi : D6 ― 150 → atau Asb= D6 ― 150 = 188,4 mm²

Gambar Tulangan Luifel dari soal no.1

Page 46: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 46 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

GAMBAR PENULANGAN LUIFEL

Page 47: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 47 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

SOAL 2 :

Pelat kontilever atau pelat luifel atau plat konsol pada lantai dengan ukuran seperti

pada gambar disamping, diketahui: Menahan beban hidup (qL) = 3 kN/m². Mutu

beton (fc’) = 20 MPa, Mutu baja =300 MPa, Berat beton (γc} = 24 kN/m3 Dan

tersedia tulangan D10 dan D6

Diminta :

1. Hitung dan gambarkan Tulangan Pelat.

2. Hitung pula Momen yang dapat didukung oleh Pelat tersebut.

Penyelesaian :

Gambar kerja simbul Mek Tek, terlihat Beban-bebannya

- Dicari beban qu

- Dicari baban Pu

- Disederhanakan qu.L = Q

- Jadi Momen Pelat Luifel (Mu(-) ) = Q . 1/2L + Pu.L

= qu.L . 1/2L + Pu.L

= 1/2qu L + Pu.L

Page 48: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 48 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

1. Hitungan Penulangan pelat.

a. Pembebanan Pelat Lantai:

Tebal petal luifel (h) = 120 mm.

Selimut beton (d’) = 20 mm.

Berat beton (γc) = 24 kN/m² ; Beban hidup (bergerak) ql = 3kN/m².

Mutu baja = 300 MPa ; Mutu beton = 20 MPa.

Tersedia tulangan D10 dan D 6.

qu (beban perlu) = 1,2. qD + 1,6. qL

Page 49: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 49 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

* Berat sendiri pelat (qD) = 1,2.(h • γc)=1,2.( 0.12 • 24) = 3,456 kN/m²

* Beban berguna (qL) = 1,6.(qL) = 1,6. 3 = 4,800 kN/m²

qu = 1,2. qD + 1,6. qL = 8, 256 k N/m²

Berat lisplank beton ( PD ) = penampang • γc = 0.1• 1,4• 24 = 3,36 kN/m1

Pu = 1,4 • PD ( koefisien factor bebannya = 1,4 ).

= 1,4 • 3,36 = 4,704 kN/m1

b. Menentukan Momen :

Mu(-) = 1/2•qu•L² + Pu• L

= 1/2• 8,256• 2² + 4,704• 2 = 25,92 kNm

c. Menentukan tulangan

Ditentukan ds = 20 + 10/2 = 25 mm, d = h – ds = 120 – 25 = 95 mm.

2.. db

MuK

φ= =

2

6

95.1000.8,0

10.92,25= 3,4105 MPa < (Kmaks = 5,6897 MPa →lihat Tabel

III.4

dfc

Ka .

'.85,0

.211

−−= =

−−= 95.

20.85,0

4105,3.211 21,4891 mm

Tulangan Pokok: ==fy

bafcAs

.'..85,0=

300

1000.4891,21.20.85,01217,72 mm²

fc’< 31,36 MPa,→ As.u = =dbfy

..4,1

(1,4.1000.95)/ 300 = 443,333 mm².

Dipilih yang besar, jadi As,u = 1217,72 mm²

Jarak tulang, ==uAs

bDs

,

..4/1 .2π=

72,1217

1000.10.14,3.4/1 2

64,465 mm

Persyaratan SNI: s = (3.h = 3. 120 = 360 mm).

Dipilih yang kecil, jadi dipakai: s = 64,465 ≈ 60 mm.→(D10―60)

Luas tulang Pokok = =s

bD ..4/1 .2π=

60

1000.10.4/1 2π1308.997mm² > 1217,72

mm².

Page 50: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 50 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Dipasang Tulangan Pokok : A s= D10 ― 60 = 1308,997mm² > 1217,72 mm²) →

okey.

.

Tulangan Bagi : Asb = 20%.As,u = 0,2.1217,72 = 243,544 mm²

Syarat SNI ....: Asb = 0,002.b.h = 0,002.1000.120 = 240 mm²

Dipilih yang besar, Asb,u = 243,544 mm²

Jarak tulangan: ==Asb

bDsb

..4/1 .2π=

544,243

1000.6.4/1 .2π116 mm.

Syara SNI : sb ≤ (3.h = 5.120 = 600 mm.

sb ≤ 450 mm.

Dipilih yang kecil, jadi sb,u = 116 mm ≈ 110 mm→( D6―110)

Luas Tulang Bagi =usb

bD

,

..4/1 .2π

==110

1000.6.4/1 .2π257 mm² > 243,544 mm²→okey.

Kumpulan :

Dipasang tulangan pokok : As = D10 ― 60 = 1308,997 mm²

Dipasang tulangan Bagi : Asb = D6 ―110 = 257 mm².

1) Momen Dukung Pelat.(Mt = Ø. Mn)

a). Menentukan harga Rasio tulangan (ρ)

r u m u s a n :

ρ = As / (b.d) →(ρ: adalah rasio tulangan yang dihitung).

Persyaratan: ρ > ρmin →Tabel I.1.1, dibaca fc’ dan fy dan ρmin = ?

ρ < ρmaks→Tabel I.2.1, dibaca fc’ dan fy dan ρmak= ?

H i t u n g a n :

Tulangan pokok terpasang, As = D10― 60 = 1308,997 mm².

ρ = As/(b.d) = 1308,997/(1000 . 95) = 1,378%.

fc’= 20 MPa, fy = 300 MPa, maka diperoleh: ρ min = 2,408% (lihat Tabel I.1.1),

dan ρ maks = 0,467% (Lihat Tabel I.2.1).

Jadi diperoleh nilai: ρ > ρ min dan ρ < ρ maks atau (ρ min < ρ < ρ maks).→

Okey

Page 51: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 51 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

b). menentukan momen maksimal yang dapat di hitung

R u m u s a n :

Mt = Ø. Mn → Mt : Momen mak yang dapat didukung

Mn: Momen nominal, dan Ø: fsktor koefisien momen

Mn = As.fy.(d – a/2) → a = bf

fyAs

c ..85,0

.'

Hitungan :

a= =bfc

fyAs

'..85,0

.=

1000.20.85,0

300.997,130823,10 mm.= 2,31 cm

Mn = As.fy. ( d – a/2)

= 1308,997.300.(95 – 23,1/2) = 32770739,9 Nmm

= 32,771 kNm.

Mt = Ø.Mn = 0,8 . 32,771 = 26,217 kNm > Mu )(− = 25,92 kNm.

(okey).

Jadi Momen maksimal yang dapat didukung pelat adalah Mt =

26,217 kNm.

Gambar Penulangan Pelat

Page 52: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 52 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Page 53: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 53 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Gambar Penulangan Pelat

2. Kegiatan Akhir

1). Diskusi/ Tanya jawab

2). Struktur menyimpulkan materi pelajaran yang diajarkan.

3). Soal, sesuai perencanaan pada tugas masing-masing siswa.

PERTEMUAN V

C. Pemahaman Perhitungaan Pada Pelat Dua (2) Arah.

1) Pengertian

Pada pelat dengan empat tumpuan yang saling sejajar ini termasuk pelat dua arah,

karena menahan momen lentur dalam dua arah (yaitu arah lx dan arah ly). Beban

merata (q) yang bekerja diatas pelat dapat mengakibatkan lendutan pada pelat,

sehingga pelat melengkung kebawah. Lendutan maksimal pada pelat akan terjadi

Page 54: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 54 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

ditengah bentang, kemudian menyebar kesemua arah diantara bentang lx maupun

ly dan secara berangsur-angsur lendutannya semakin kicil menuju ketumpuan

(balok) seperti terlihat pada Gambar III.5.

Gambar III.5 Lendutan pada Pelat dengan Bentang Dua Arah.

Lendutan dan momen lentur yang terjadi merupakan fungsi dari beban yang bekerja

pada pelat. Semakin besar beban yang bekerja diatas pelat, semakin besar pula

lendutan maupun momen lentur yang akan ditimbulkannya. Cara yang baik untuk

menghitung/ menentukan besar momen lentur ialah dengan analisis tiga dimensi.

Tetapi cara analisis tiga dimensi ini tidak praktis, maka para prancing bangunan

gedung dalam menghitung momen lentur lebih menyukai menggunakan Tabel-

tabel dari hasil hutungan para ahli struktur yang telah dipublikasikan.

2) Tabel Hitungan untuk Pelat.

Uummnya tabel hubungan momen lentur pelat hanya berlaku bagi satu wilayah

Negara saja, dan mungkin (tidak) berlaku bagi Negara lain. Di Amerika para

perancang bangunan biasanya memakai tabel-tabel dari American Concrete

Institute (ACI). Di Inggris memakai tabel dari British Standards Institute (BSI).

Sedangkan di Indonesia tabel semacam ini didalam buku Peraturan Beton

Page 55: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 55 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Bertulang Indonesia Tahun 1971, seperti terihat pada lampiran ( Tabel untuk

penentuan momen pelat, PBI-1971).

Berdasarkan tabel pelat dari PBI-1971, Momen lentur dibedakan menurut 3jenis

tumpuan, yaitu: Terletak bebas, Terjepit elastis (menerus), dan Terjepit penuh.

Besar momen lentur dihitung dengan rumus berikut:

M l = 0,001 . q . l 2

x .C i

Dimana:

Subscript i = menunjukkan arah bentang yang ditinjau (lx dan ly).

M l = Momen (lapangan atau tumpuan) pada arah bentang i, kNm.

C i = Koefisien momen sesuai arah bentang i, yang tercantum pada tabel

PBI- 1971.

q = beban terbagi rata yang bekerja pada pelat, kNm.

lx = bentang arah x (bentang pada sisi pelat yang pendek), m.

ly = bentang arah y (bentang pada sisi pelat yang panjang, m.

3) Cara menggunakan tabel.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perhitungan momen lentur dengan

menggunakan tabel PBI-1971, yaitu sebagai berikut:

a). Pemilihan bentang:

Karena bentangnya ada 2 arah (lx dan ly), maka dipilih bentang lx adalah

bentang yang pendek, dan bentang ly adalah bentang yang panjang, atau ly/ lx

selalu ≥ 1,0.

b). Jenis momen lentur yang dihitung meliputi 4 macam, terdiri dari:

* 2 buah momen lapangan (Mlx = + 0,001.q.lx².Clx dan Mly = 0,001.q.lx².Cly ).

* 2 buah momen tumpuan (Mtx = - 0,001.q. lx².Ctx dan Mty = 0,001.q. lx².Cty

Posisi dari keempat jenis momen tersebut dilukisksn pada Gambar III.6

Page 56: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 56 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Gambar III.6 Posisi Momen Lentur Pelat

c). Rasio bentang panjang dan bentang pendek (ly/lx)

Meskipun ly/lx > 2.5 tetapi rasio momen lentur akan terjadi sebaliknya, Mly/

Mlx selalu ≤ 1,0. Jadi Momen lentur Mly selalu ≤ Mlx. Bahkan jika ly/lx > 2,5

maka tulangan Mly seolah-olah hanya sebagai tulangan bagi terhadap Mlx,

yaitu Mly = 20%.Mlx.

4). Perhitungan Tulangan.

Pada hitungan tulangan untuk menahan momen lentur di daerah tumpuan dan

daerah lapangan ada perbedaan, yaitu :

a). Untuk daerah tumpuan: dihitung tulangan pokok (disebut juga tulangan utama)

dan tulangan bagi (sebagai tulangan penahan susut dan perbedaan suhu), baik

pada bentang arah lx maupun bentang arah ly.

b). Untuk daerah lapangan: dihitung tulangan pokok saja (tanpa tulangan bagi),

karena didaerah ini terjadi persilangan antara tulangan pokok arah lx dan ly.

Agar diperoleh tulangan hemat, diusahakan sebagian tulangan lapangan (yang

berada dibawah) dibengkokkan ke atas (pada pembatasan antara daerah lapangan

dan tumpuan) untuk dimanfaatkan sebagai bagian dari tulangan tumpuan. Keadaan

ini dapat dicapai, jika jarak tulangan lapangan merupakan kelipatan dari jarak

tulangan tumpuan (umumnya kelipatan setengan, satu atau dua kali).

Page 57: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 57 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

5). Penentuan Koefisien Momen Pelat ( C i ).

Untuk menentukan nilai (C i ),pada tabel pelat menurut PBI-1971, maka diberikan

contoh pada pelat yang berukuran 4m x 6m dengan tumpuan terjepitvpenuh. Tabel

pelat dari PBI-1971 tersebut secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 3

(dibawah), tetapi untuk memper-mudah pemahamannya diambil bagian dari tabel

pelat seperti pada tabel V.1

Tabel V.1 Contoh Koefisien C i dari Pelat Dua Arah Terjepit Penuh( P B I –

1971 )

Ly/lx 1,0 1,1 ... ... 1,5 ... ... 2,5 >

2,5

I

... ... ... ... ... ... ... ... ...

... ... ... ... ... ... ... ... ...

II

lx

ly

Mlx= 0,001

q.lx².Clx

21 25 ... ... 36 ... ... 42 42

Mly=

0,001.q.ly².Cly

21 21 ... ... 17 ... ... 10 8

Mtx=

0,001.q.lx².Ctx

52 59 ... ... 76 ... ... 83 83

Mtx=

0,001.q.lx².Cty

52 54 ... ... 57 ... ... 57 57

III

...

...

...

...

...

...

...

...

...

..

....

...

...

...

...

...

...

Cara menentukan koefisien C i adalah sebagai berikut:

1. Menentukan jenis tumpuan, misalnya: terjepit penuh.

2. Mencari tanda tumpuan jepit yang sesuai pada tabel, diperoleh tanda II.

3. Dihitung rasio bentang ly/lx, diperoleh: ly/lx = 6/4 = 1,5.

4. Ditarik garis vertical dan garis horizontal dari nilai ly/lx, sehingga berpotongan

pada nilai Ci, yaitu diperoleh:

Clx = 36, Cly = 17, Ctx = 76, Cty = 57.

Soal Pelat dengan Bentang dua arah. (skesa penulangan hal 16)

Page 58: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 58 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Soal No 1 :

Pelat berukuran 6m x 4m dengan tebal (h) 120 mm, terjepit penuh pada keempat

sisinya, Berat spesi tebal 1cm= 0,21 kN/m², Berat penutup kramik tebal 1 cm=

0,24 kN/m² Berat beton = 24 kN/m 3 , menahan beban hidup, untuk gedung

sekolah (q l ) = 3 kN/m². Mutu beton fc’= 20 MPa, mutu baja fy = 300 MPa,

selimut beton = 20 mm, dan tersedia tulangan D10 dan D6.

Ditanyakan: Hitung dan Gambarlah Penulangan Pelat Lantai tersebut.

Penyelesaian:

1). Pembebanan Pelat Lantai

1.1. Beban mati (qD)

- Berat sendiri pelat (h = 120 mm = 0.12 m) = 0,12 x 24 = 2,88 kN / m²

- Berat spesi (t = 2 cm = 0,02 m ) = 2 x 0,21 = 0,42 kN / m²

- Berat penutup kramik (t = 1 cm = 0,01 m) = 1 x 0,24 = 0,24 kN / m²

- Plafond dan penggantung, = dihitung = 0,20 kN / m²

Beban Mati (qD) = 3,74 kN / m²

1.2. Beban Hidup (bergerak)= ql

Page 59: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 59 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Untuk Gedng Sekolah ditentukan sebesar 3 kN / m² → ql = 3 Nk/m²

Sesuai dengan SNI 03 – 2847 – 2002.11.2 kombinasi pembebanan yaitu

qu = (1,2 x qD ) + (1,6 x ql )

= (1,2 x 3,74) + (1,6 x 3 )

= 9,288 Nk/m²

2). Menghitung Momen-Momen Pelat dari 4 Tumpuan

2.1. Pelat lantai ( 400 x 600 cm )

Bentang panjang, ly = 600 cm = 6,00 m

Bentang pendek, lx = 400 cm = 4,00 m

y / lx = 6 / 4 = 1,5 < 2 → ditinjau sebagai pelat 2 arah

Berdasarkan buku Peraturan Beon Bertulang Indonesia 1971 (PBI-1971), yaitu

: Tabel untuk menentukan besarnya Momen Pelat, untuk pelat yang terjepit

pada ke empat sisinya, di dapat :

Clx = 36 ; Ctx = 76 ; Cly = 17 ; Cty = 57

Momen perlu:

Mlx)(+ = 0,001. qu. lx². Clx = 0,001. 9,288. 4². 36 = 5,3499 kNm.

Mly)(+ = 0,001. qu. lx². Cly = 0,001. 9,288. 4². 17 =2,5664 kNm.

Mtx )(+ = 0,001. qu. lx². Ctx = 0,001. 9,288. 4². 76 =11,2942 kNm.

Mty)(+ = 0,001. qu. lx². Cty = 0,001. 9,288. 4². 57 = 8,4707 kNm.

3). Perhitungan Penulangan Pelat

3.1. Penulangan pada bentang arah lx.

* Tulangan Lapangan :

Data-data perencanaan :

o Tebal pelat lantai (h) = 120 mm

o Tulangan pokok = D10 mm

o Tulangan bagi = D6 mm

o Tebal selimut (d’) = 20 mm

Page 60: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 60 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

o Mlx )(+ = 5,3499 kNm; fc’= 20 MPa; fy = 300 MPa

(beton tidak berhubungan langsung dengan cuaca)

Lindungan efektif ds1 = d’ + ½.D10 = 20 + 5 = 25 mm

Tinggi efektip (dx) = h – ds1 = 120 – 25 = 95 mm.

Tinggi efektif (dy) = h – (ds1 +D10) = 120 – (25 + 10) = 85 mm. (atau)

= h – ds2 = 120 – 35 = 85 mm

Sebelum memasuki perhitungan penulangan pelat ditetapkan terlebih dahulu,

yaitu: foktor momen pikul ( K ). Karena harus memenuhi persyaratan: K <

maksK (SNI 03-2847-2002)

K = 7220000

5349900

95.1000.8,0

16.3499,5

.. 2

6

2==

db

M lx

φ= 0,74098 MPa < Kmaks.→

(Tabel I.2.1, Kmaks = 5,6897).

a = mmdf

k

c

2352,49520.85,0

74098,0.211.

'.85,0

.211 =

−−=

−−

Tulangan Pokok: As = ==300

1000.2352,4.20.85,0.'..85,0

y

c

f

baf 239,9947mm²

Luas pembanding, yaitu syarat :

Apabila , fc’ ≤ 31,36 MPa, maka luas pembandinb → Asu = ¼ /fy x (b.d)

fc’ ≥ 31,36 MPa, → Asu = dbf

f

y

c..

.4

fc’ < 31,36 MPa, jadi As,u = =dbf y

..4,1

(1,4.1000.95)/300= 443,333 mm²

Dipilih yang besar, jadi As,u = 443,333 mm².

Jarak tulangan: s = ===333,443

81634,78539

333,443

1000.10..4/1..4/1 2

,

2 ππ

usA

bD 177,158

mm.

Jarak Pembanding :

Syarat SNI, s ≤ ( 2.h = 2.120 = 240 mm )

Page 61: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 61 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Dipilih yang kecil, jadi dipakai: s = 177,158 ≈ 135 mm.

Luas tulangan (As,p) = 135

81634,78539

135

1000.10..4/1...4/1 22

==ππ

s

bD

= 581,776 mm² > ( As,u = 443,333 mm²)→ okey.

Jadi dipakai/ dipasang tulang pokok: D10 ― 135 = 581,776 mm²

* Tulangan Tumpuan:

M)(−

tx =11,2942 kNm.

K = 7220000

11294200

95.1000.8,0

10.2942,11

.. 2

6

2

)(

==−

db

M tx

φ= 1,564293629 MPa < (Kmaks=5,6897

MPa)

a = =

−−=

−− 95

20.85,0

5642936,1.211.

'.85,0

.211 d

f

k

c

9,1857 mm.

Tulangan Pokok: As = ==300

1000.18573,9.20.85,0.'..85,0

y

c

f

baf 520,5249 mm²

fc’ < 31,36 MPa,→As,u = =dbf y

..4,1

(1,4.1000.95)/300= 443,333 mm²

dipilih yang besar, jadi As,u = 520,5249 mm².

Jarak tulangan: s =5249,520

81634,78539

5249,520

1000.10..4/1..4/1 2

,

2

==ππ

usA

bD= 150,886 mm

Pasal 9.12.2.1 SNI 03-2847-2002 → s ≤ ( 2.h = 2.120 = 240 mm ).

Dipilih yang kecil, jadi dipakai: s = 150,886 ≈ 135 mm (di samakan dengan

tulang lapangan).

Luas tulangan (As,p) = 135

81634,78539

135

1000.10..4/1...4/1 22

==ππ

s

bD

= 581,776 mm² > ( As,u = 520,5247 mm²)→ okey.

Page 62: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 62 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Jadi dipasang tulang pokok (di tumpuan): As = D10 ― 135 =581,776 mm²

Tulangan Bagi: Asb = 20% . As,u = 0,20. 520,5247 = 112,549 mm².

Syarat SNI: Asb = 0,002,b,h = 0,002, 1000. 120 = 240 mm².

Dipilih yang besar, jadi: Asb = 240 mm².

Jarak Tulangan: s = ==240

1000.6..4/1..4/1 2

,

2 ππ

bsA

bD 117,810 mm.

Pasal 9.12.2.1 SNI 03-2847-2002→ s ≤ 5h = 5. 12 = 600 mm; dan s ≤ 450 mm

Dipilih yang kecil, jadi s = 117,810 ≈ 115 mm.

Luas tulangan (Asb,u) = 115

1000.6..4/1...4/1 22 ππ=

s

bD

= 245,864 mm² > 240 mm→ okey

Jadi dipasang tulang bagi (ditumpuan): Asb,u = D6 ― 115 = 245,864 mm².

Kumpulan :

Bentangan arah Lx : - Tulangan lapangan → Tulang pokok D10 ― 135

Tulangan tumpuan → Tulang pokok D10 ― 135

Tulang bagi D 6 ― 115

3.2. Penulangan pada Arah Bentang ly

Tulangan Lapangan:

M)(+

ly = 2,5664 kNm,

Page 63: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 63 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

ds2 = 25 + 10 = 35 mm.

dY = h – ds2 =120 – 35 = 85 mm

K= 2

6

2

)(

85.1000.8,0

10.5664,2

..=

+

db

M ly

φ = 0,4440 MPa. < (Kmaks=5,6897 MPa)

a = =

−−=

−− 85

20.85,0

4440,0.211.

'.85,0

.211 d

f

k

c

2,2498 mm.

Tulangan pokok: As = ==300

1000.2498,2.20.85,0.'..85,0

y

c

f

baf 127,4887 mm².

fc’ < 31,36 MPa,→As,u = =dbf y

..4,1

(1,4.1000.85)/300= 396,667 mm²

dipilih yang besar, jadi: As,u = 396,667 mm².

Jarak tulangan: s =667,396

81634,78539

667,396

1000.10..4/1..4/1 2

,

2

==ππ

usA

bD= 197,999 mm.

Syarat Pasal 9.12.2.1 SNI 03-2847-2002→ s ≤ 2.h = 2.120 = 240 mm

Dipilih yang kecil, jadi dipakai: s = 197,999 ≈ 165 mm.

Luas Tulangan (As) = 165

1000.6..4/1...4/1 22 ππ=

s

bD

= 475,999 mm² > (As,u = 396,667 mm²) → Okey.

Jadi dipasang Tulang Pokok: D10 ―165 =475,999 mm²

Tulang tumpuan.

Page 64: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 64 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Mty’=8,4707 kNm,

ds2’ = 25 + 10 = 35 mm.

dy= 120 – 35 = 85

K =2

6

2

)(

85.1000.8,0

10.4707,8

..=

db

M ty

φ

= 5780000

8470700= 1,465519 MPa < Kmaks=5,6897 MPa.

a = =

−−=

−− 85

20.85,0

465519,1.211.

'.85,0

.211 d

f

k

c

7,674 mm.

Tulangan Pokok,

As =300

1000.674,7.20.85,0.'..85,0=

y

c

f

baf= 434.86 mm²

fc’ < 31,36 MPa,→As,u = =dbf y

..4,1

(1,4.1000.85)/300= 396,667 mm²

dipilih yang besar, jadi: As,u = 434,860 mm²

Jarak tulangan:

S = 86,434

81634,78539

86,434

1000.10..4/1..4/1 2

,

2

==ππ

usA

bD= 180,6094 mm.

Syarat Pasal 9.12.2.1 SNI 03-2847-2002→ s ≤ ( 2.h = 2.120 = 240 mm )

Dipilih yang kecil, jadi dipakai: s = 180,6094 ≈ 165 mm.(disamakan dengan

tulang lapangan arah ly).

Luas Tulangan (As) =165

1000.6..4/1...4/1 22 ππ=

s

bD

= 475,999 mm² > (As,u = 434,86 mm²) → Okey.

Page 65: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 65 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Jadi dipasang Tulang Pokok : D10 ―165 = 475,999 mm²

Tulangan Bagi: Asb = 20% . As,u = 0,20 . 434,86 = 86,972 mm².

Asb = 0,002. B . h = 0,002.1000.120 = 240 mm².

Dipilih yang besar, jadi: Asb,u = 240 mm²

Jarak tulangan : s = 240

1000.6..4/1..4/1 2

,

2 ππ=

usA

bD = 117,810 mm.

Pasal 9.12.2.1 SNI 03-2847-2002→ s ≤ 5.h = 5. 120 = 600 mm.

Dipilih yang kecil, jadi: Asb,u = 117,810 ≈ 115 mm.

Luas Tulangan (As) =115

1000.6..4/1...4/1 22 ππ=

s

bD

= 245,864 mm² > (Asb,u= 240 mm²) → Okey.

Jadi dipasang/dipakai:

* Tulangan Pokok: D10 ―165 = 475,999 mm²

* Tulangan Bagi : D6 ― 115 = 245,864 mm²

Kumpulan data.

I). Tulangan bentang arah lx.

Tulangan lapangan:

o Tulangan Pokok: D10 ― 135 = 581,776 mm²

Tulangan tumpuan:

o Tulangan Pokok : D10 ―135 = 581,776 mm²

o Tulangan bagi : D6 ―115 = 245,864 mm².

II). Tulangan bentang arah ly.

Tulangan lapangan :

� Tulangan Pokok: D10 ―165 =475,999 mm²

Tulangan tumpuan :

� Tulangan Pokok: D10 ―165 = 475,999 mm²

� Tulangan Bagi : D6 ― 115 = 245,864 mm²

Gambar penulangan

Page 66: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 66 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Page 67: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 67 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Page 68: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 68 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

1. Kegiatan Akhir

1). Diskusi/ Tanya jawab

2). Menyimpulkan materi pelajaran yang diajarkan.

3). Soal, rencanakan penulangan pelat lantai (sesuai tugas masing-masing)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MENGGAMBAR RENCANA PELAT LANTAI

Page 69: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 69 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Satuan pendidikan : SMK N 1 Denpasar Program keahlian : Teknik Gambar Bangunan Mata pelajaran : Kompetensi Kejuruan Kelas/semester : XII / 1 Pertemuan ke : 6, 7 dan 8 ( 3x pertemuan )

Standar kompetensi : Menggambar Rencana Pelat Lantai.

Kompetensi Dasar : Menggambar denah Rencana Penulangan Pelat Lantai

Materi Pelajaran :

1. Menggambar rencana denah dan rencana

penulangan pelat lantai.

2. Menggambar potongan penampang pelat lantai

3. Pekerjaan memberikan notasi pada elemen-elemen

penggambaran pelat lantai.

Tujuan Pembelajaran

Setelah pembelajaran berlangsung maka tujuannya sebagai berikut :

1. Siswa dapat menggambar rancangan denah dan rancangan penulangan

Pelat Lantai dan menempatkan tulangan dengan benar.

2 .Siswa dapat menggambar potongan penampang pelat dan menempatkan

tulangan dengan posisi yang benar

3 Siswa dapat menerapkan notasi bahan elemen penggambaran pelat lantai

dengan bener.

PERTEMUAN VI

1. Menggambar rencana denah dan rencana penulangan Pelat Lantai

1.1. Menggambar rencana pelat lantai bangunan

Dalam penggambaran konstruksi beton untuk keperluan pelaksanaan pembangunan gedung sangat berperan. Untuk itu perlu dikuasai oleh seseorang yang berkecimpung dalam pelaksanaan pembangunan. Gambar konstruksi beton bertulang merupakan komponen dalam bangunan

Page 70: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 70 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

yang tidak dapat dipisahkan dengan komponen lainnya karena merupakan salah satu subsistem dalam bangunan. Dalam penggambaran kadang-kadang tidak sesuai dengan keadaan lapangan. Untuk itu dalam penggambaran harus sesuai dengan perencanaan, tetapi dalam pelaksanaan jangan sampai menyimpang terlalu jauh karena dapat mengakibatkan fatal atau kegagalan dalam konstruksi.Pada materi gambar konstruksi beton ini akan menjelaskan tentang simbol yangdipakai, aturan, atau persyaratan dasar dalam konstruksi beton bertulang.Dengan adanyamateri ini diharapkan dapat menjelaskan kepada orang lain bagaimana menggambar konstruksi beton yang benar tidak menyalahi aturan yang berlaku. Dalam materi ini diawali dengan simbol-simbol, pembengkokan tulangan, persyaratan konstruksi beton bertulang untuk pelat dan balok, penggambaran konstruksi beton bertulang sesuai perhitungan konstruksi.

1.2. Simbul Konstruksi Tulangan Pelal lantai (Simbul Konstruksi Beton Bertulang) Agar dalam penggambaran konstruksi beton bertulang dapat jelas dalam pembacaannya, maka perlu ada tanda atau simbol penunjang dalam penggambaran sehingga siapapun penggunanya dapat menterjemahkan gambar tersebut untuk diri sendiri maupun kepada orang lain. Ataupun pengertian gambar antara satu dengan lainnya sama.

Simbul/ tanda- tanda dan keterangan dalam kondisi beton bertulang Tabel 1

Page 71: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 71 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Tabel 2

Page 72: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 72 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

.

Tablel 3

Page 73: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 73 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Page 74: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 74 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Tabel 4

Page 75: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 75 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

1.3. Menggambar Rencana Denah Penulangan Pelat Lantai.

• Penulangan pelat Luifel

Page 76: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 76 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Gambar

Denah Penulangan Pelat Luifel

Ditentukan : – Pelat luifel (lihat gambar di atas) – Luas tulangan yang diperlukanA= 5,35 cm2 Diminta: – Gambarkan penulangannya dengan skala 1 : 25! – Hitung tonase tulangan yang diperlukan!

– Hitung kubikasi/volume beton yang diperlukan!

Contoh Gambar Penulangan Pelat Lantai

Page 77: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 77 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Page 78: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 78 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

• Denah Penulangan Pelat Atap Satu Petak

Gambar

Penulangan Pelat Atap Satu Petak

Ditentukan: – Pelat atap satu petak (lihat gambar di atas) – Luas tulangan lapangan b sejajar lebat pelat =Alb = 5,82 cm2

Page 79: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 79 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

– Luas tulangan lapangan l sejajar panjang pelat =All = 3,30 cm2 – Luas tulangan tumpuan b sejajar lebat pelat =Atb = 7,05 cm2 – Luas tulangan tumpuan l sejajar panjang pelat =Atl = 6,20 cm2 Diminta: – Gambarkan penulangannya dengan skala 1 : 25! – Hitung tonase tulangan yang diperlukan!

– Hitung kubikasi/volume beton yang diperlukan!

• Denah Penulangan Pelat Lantai Satu Petak

Page 80: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 80 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Gambar Denah Penulangan Pelat Lantai Satu Petak

Ditentukan: – Pelat lantai satu petak (lihat gambar di atas) – Luas tulangan lapangan b sejajar lebat pelat =Alb =Alx = +6,82 cm2 – Luas tulangan lapangan l sejajar panjang pelat =All =Aly = +4,74 cm2 – Luas tulangan tumpuan b sejajar lebat pelat =Atb =Atx = –8,16 cm2 – Luas tulangan tumpuan l sejajar panjang pelat =Atl =Aty = –5,89 cm2 Diminta: – Gambarkan penulangannya dengan skala 1 : 25! – Hitung tonase tulangan yang diperlukan! – Hitung kubikasi/volume beton yang diperlukan! Catatan: Tulangan pokok yang dipasang hanya boleh menggunakan besi tulangan diameter 8 mm dan 10 mm.

Contoh Tulangan Pelat Atap Satu Petak

Page 81: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 81 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Page 82: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 82 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Page 83: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 83 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Page 84: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 84 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Page 85: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 85 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Page 86: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 86 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

• Denah Penulangan Pelat Lantai Lebih Dari Satu Petak

Gambar Penulangan Pelat Lantai Lebih Dari Satu Petak

Ditentukan: Pelat lantai lebih dari satu petak (lihat gambar di atas) – Pelat (a) : A lx = +5,42 cm2 A ly = +2,42 cm2

Page 87: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 87 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

A tx = –6,28 cm2 A ty = –3,59 cm2 – Pelat (b) : A lx = +2,82 cm2 A ly = +2,62 cm2 A tx = –3,52 cm2 A ty = –3,14 cm2 – Pelat (c) : A t = 5,82 cm2 Diminta: – Gambarkanlah penulangan pelat lantai tersebut di atas dengan skala 1 : 50! – Hitunglah kebutuhan baja/besi beton bertulang dan kubikasi beton!

Dasar- dasar penetapan teori gambar pelat lantai diatas, maka dapat

diterapkan untuk perencanaan gambar pelat lantai dan tahapan

perencanaan gambar :

1.

1. Menjelaskan dan memberi arahan cara menyelasaikan tugas gambar

rancangan pelat lantai, sesuai tugas masing-masing siswa

2. Menyiapkan materi gambar (sesuai petunjuk atasan),seperti:

a). Data yg dtentukan: (tebal pelat h, mutu beton fc’, mutu baja fy, D

tulang pokok dan D tulang bagi).

b). Data hasil hitungan penulangan:

Tulangan bentang arah lx:

- Daerah lapangan : Tulang pokok D10 ― ?

- Daerah tumpuan : Tulang pokok D10 ― ?

Tulang bagi D 6 ― ?

Tulangan bentang arah ly;

- Daerah lapangan : Tulang pokok D10 ― ?

- Daerah tumpuan : Tulang pokok D 10 ― ?

Tulang bagi D 6 ― ?

Page 88: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 88 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

3. Menggamgar denah penulangan pelat lantai dan menempatkan posisi

tulangan pokok dan tulangan bagi dengan benar.

4. Pekerjaan pemeriksaan hasil gambar, dikonsultasikan dengan setruktur

yang membimbing tugas gambar.

5. Kegiatan Akhir

- Diskusi/ Tanya jawab

- Instruktur menyimpulkan/pengarahan materi tugas gambar

lanjutkan dirumah

PERTEMUAN VII

2. Menggambar Detail Potongan Perencanaan pelat lantai.

Agar dalam penggambaran konstruksi beton bertulang untuk pelat luifel, pelat atap dan Pelat lantai sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan perlu memahami Ketentuan ketentuan yang terkandung dalam konstruksi beton bertulang.

Jenis tulangan Tulangan-tulangan yang terdapat pada konstruksi pelat beton bertulang adalah: 1). Tulangan pokok a. Tulangan pokok primer, ialah tulangan yang dipasang sejajar (//)

dengan sisi pelat arah lebar (sisi pendek) dan dipasang mendekati sisi

luar beton. b. Tulangan pokok sekunder, ialah tulangan yang dipasang sejajar (//) dengan sisi pelat arah panjang dan letaknya di bagian dalam setelah

tulangan pokok primer.

2). Tulangan susut ialah tulangan yang dipasang untuk melawan penyusutan/

pemuaian dan pemasangannya berhadapan dan tegak lurus dengan tulangan pokok dengan jarak dari pusat ke pusat tulangan susut maksimal

40 cm.

Page 89: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 89 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

3). Tulangan pembagi ialah tulangan yang dipasang pada pelat yang

mempunyai satu macam tulangan pokok, dan pemasangannya tegak lurus dengan tulangan pokok. Besar tulangan pembagi 20% dari tulangan pokok dan jarak pemasangan dari pusat ke pusat tulangan pembagi maksimum 25 cm atau tiap bentang 1 meter 4 batang.

Pemasangan tulangan pembagi biasanya terdapat pada konstruksi pelat luifel/atap/lantai dan dinding. Tulangan pembagi berguna:

– Menahan tulangan pokok supaya tetap pada tempatnya – Meratakan pembagian beban – Mencegah penyusutan konstruksi

Pemasangan tulangan

Keterangan : Pemasangan T = Tebal pelat t = 2,5 cm ( miniman ) T = jarak bersih t = 25 cm ( maksimal t = 2T

a = Selimut beton a = 1,5cm, bilamana berhubungan dengan air laut atau asam ditambah1cm

.

Page 90: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 90 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Apabila momen yang bekerja kecil, maka jarak tulangan pokok dari pusat ke Pusat maksimal 40 cm. Tebal Pelat Pelat atap = 7 cm ¬minimal 7 cm Pelat lantai = 12 cm ¬minimal 12 cm Diameter Tulangan Pelat Baja lunak¬tulangan pokok = O 8mm dan tulangan pembagi O 6mm Pada pelat yang tebalnya lebih dari 25 cm, penulangan pada setiap tempat harus dipasang rangkap (dobel) dan ini tidak berlaku pada pondasi telapak.

Dinding Untuk konstruksi dinding, yang perlumendapatkan perhatian adalah tebal dari dinding vertikal (T) adalah: ± T = 1/ 30 bentang bersih ± Apabilamenerima lenturan (Mlentur) T = 12 cm¬minimal 12 cm ± Apabila tidak menerima lentur T = 10 cm ¬minimal 10 cm ± Untuk dinding luar di bawah tanah tebalnya = 20 cm ¬tebal minimal 20 cm Penulangan dinding untuk reservoir air dan dinding bawah tanah: ± Tebal dinding (T) 30 cm < T = 12 cm ± Penulangan senantiasa dibuat rangkap ± Penulangan dinding yang horizontal dan untuk memikul susut serat perubahan suhuminimal 20%F beton yang ada

Page 91: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 91 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Contoh: Tebal dinding 12 cm. Penulangan yang dibutuhkan setiap 1m2 = 25% x 12 cm2 = 3 cm2 ± Diameter tulangan pokokminimalO8mmdan tulangan pembagiminimal O 6 mm ± Apabila terdapat lubang pada dinding,maka harus dipasangminimal 2O16mm dan diteruskan paling sedikit 60 cmmelalui sudut-sudut lubang

gambar

Penulangan Dinding ReservoirAir dan Dinding Bawah Tanah

Sistem konstruksi pada tepi pelat: ± Terletak bebas ± Terjepit penuh ± Terjepit elastic

Konstruksi Terletak Bebas Apabila tepi pelat itu ditumpu di atas suatu tumpuan yang dapat berputar (tidak dapat menerima momen), misalnya pelat tersebut terletak di atas dinding tembok.

Page 92: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 92 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Gambar kondisi terletak bebas

Konstruksi Terjepit Penuh Apabila tepi pelat terletak di atas tumpuan yang tidak dapat berputar akibat beban yang bekerja pada pelat tersebut, misalnya pelat tersebut menjadi satu kesatuan monolit dengan balok penahannya.

Gambar kondisi terjepit penuh

Konstruksi Terjepit Elastis Apabila tepi pelat terletak di atas tumpuan yang merupakan kesatuan monolit dengan balok pemikulnya yang relatif tidak terlalu kaku dan memungkinkan pelat dapat berputar pada tumpuannya.

Memilih Besi Beton Untuk menentukan atau memilih diameter tulangan pada konstruksi beton

bertulang setelah besaran atau luas tulangan hasil perhitungan didapatkan untuk

keperluan penggambaran harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

Page 93: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 93 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

• Daftar konstruksi beton bertulang

i. Luas penampang tulangan besi beton dalam cm2 untuk setiap lebar

pelat 100 cm

ii. Garis tengah tulangan besi beton dalam mm, berat dalam kg/m dan luas

penampang baja bulat dalam cm2

iii. Garis tengah tulangan besi beton dalam mm, berat dalam kg/m, luas

penampang baja bulat dalam cm2 serta minimal lebar balok atau kolom

dalam cm dengan ketebalan penutup balok tertentu dan diameter sengkang

• Ketentuan jarakminimal dan maksimal tulangan yang boleh dipasang

• Ketentuan jumlah minimal yang harus dipasang

• Ketentuan besarnya diameterminimal untuk suatu konstruksi

• Pilih diameter besi beton yang beredar dalampasaran atau perdagangan

Memilih Besi Beton untuk Pelat

• Tulangan terdiri dari tulangan tumpuan dan lapangan.

• Teknik pemasangan ada yang lurus saja untuk kepraktisan dan

kecepatan dalam pemasangan. Tetapi ada pula yang pemasangannya

dibengkokkan pada .bentang untuk daerah tumpuan dan lapangan,

agar lebih hemat karena sesuai dengan fungsinya. Dan dalam

perhitungan atau memilih tulangan lapangan dibagi 2 karena jalur

pemasangan dibuat bergantian.

Page 94: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 94 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

• Tulangan lapangan dipilih terlebih dahulu dengan melihat daftar apakah

luasnya sudah memenuhi sesuai dengan perhitungan, setelah itu baru

menetapkan jarak tulangan. Ingat, jangan lupa minimal dan maksimal

jarak

tulangan sertaminimal diameter tulangan yang boleh digunakan.

• Kekurangan luas pada tumpuan dicari lagi besarannya dalam daftar

sehingga luas tumpuan terpenuhi. Panjang tulangan tumpuan biasanya

.

bentang pelat. Pada tulangan tumpuan perlu besi beton pengait atau

tulangan pembagi dengan diameter O 8–20

• Penulangan pelat atap pemasangannya sama dengan pelat lantai

hanya sajaperlu tulangan susut dengan tulangan diameter 6 mm jarak

40 cm (O 6–40).Pemasangan tulangan susut diharapkan tidak terjadi

retak-retak karena perubahan cuaca.

• Untuk pelat luifel terdiri dari tulangan pokok dan pembagi serta

bilamana perlu diberikan juga tulangan susut yang menyilang terletak di

bawah dengan diameter 6 mm jarak 40 cm (O 6–40).

Page 95: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 95 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Contoh Penggambaran Penulangan Pelat Luifel.

Page 96: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 96 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Untuk pelat luifel sebuah bangunan kantor lihat gambar dibutuhkan tulangan

A = 5,31 cm2. Gambarlah rangkaian penulangan luifel tersebut dengan mutu

beton K 125 dan baja U22! Penyelesaian:

A = 5,31 cm2 ¬dipilih O 10–14 = 5,61 cm2 > 5,31 cm2 ¬(OK)

Page 97: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 97 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Tulangan pembagi = 20% x 5,61 = 1,12 cm2 ¬ dipilih O6–25 =

1,13 > 1,12 cm2 (OK)

Contoh Penggambaran Penulangan Pelat Lantai:

Gambar

Penulangan Pelat Lantai

Suatu pelat lantai satu petak dibutuhkan tulangan seluas : Alx = 3,37 cm2; Aly =

2,37 cm;Atx = 7,05 cm2 ; Aty = 5,00 cm2

Gambarkan penulangan pelat tersebut jika mutu bahan, beton : K175 dan baja :

U22

Alx = 3,37 cm2 ¬dipilih O 8–14,5 = 3,47 cm2 > 3,37 cm2 ¬(OK)

Masuk tumpuanAtx = 3,47/2 = 1,73 cm2 ¬O 8– 29

Tulang tumpuan tambahanAtx = 7,05 – 1,73 = 5,32 cm2 ¬dipilih O 10–14,5

Page 98: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 98 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

= 5,42 cm2 > 5,32 cm2 ¬(OK)

Jadi, jumlah tumpuanAtx yang dipasang = 1,73 + 5,42 = 7,15 > 7,05 cm2

Tulangan pembagi yang dibutuhkan = 20%x 7,15 = 1,43 cm2 ¬dipilihO6–15

= 1,89 cm2 > 1,43 cm2 ¬(OK)

Aly = 2,37 cm2 ¬dipilih O 8–20 = 2,51 cm2 > 2,37 cm2 ¬(OK)

Masuk tumpuanAty = 2,51/2 = 1,25 cm2 ¬O 8–40

Tulang tumpuan tambahan Atx = 5,00–1,25 = 3,75 cm2 ¬ dipilih O 10–20

= 3,93 cm2 > 3,75 cm2 ¬(OK)

Jadi jumlah tumpuanAty yang dipasang = 1,25 + 3,93 = 5,18 > 5,00 cm2

Tulangan pembagi yang dibutuhkan = 20%x 5,18 = 1,04 cm2 ¬dipilih O6–14,5

= 1,95 cm2 > 1,04 cm2 ¬(OK)

Tulangan susut tidak perlu dipasang karena selalu terlindung.

Contoh Penggambaran Penulangan Pelat Atap

gambar

Penulangan Pelat Atap

Page 99: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 99 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Pelat atap satu petak dibutuhkan tulangan seluas :Alx = 3,36 cm2 ;Aly = 1,89 cm;

Atx = 6,83 cm2 ; Aty = 4,63 cm2

Gambarkan penulangan pelat tersebut jika mutu bahan, beton : K125 dan baja :

U24

Alx = 3,36 cm2 ¬dipilih O 8–14,5 = 3,47 cm2 > 3,36 cm2 ¬(OK)

Masuk tumpuan Atx = 3,47/2 = 1,73 cm2 ¬O 8–29

Tulang tumpuan tambahan Atx = 6,83 – 1,73 = 5,10 cm2 ¬dipilih O 10–14,5

= 5,42 cm2 > 5,10 cm2 ¬(OK)

Jumlah tumpuan Atx yang dipasang = 1,73 + 5,42 = 7,15 > 6,83 cm2

Aly = 1,89 cm2 ¬dipilih O 8–20 = 2,51 cm2 > 1,89 cm2 ¬(OK)

Masuk tumpuan Aty = 2,51/2 = 1,25 cm2 ¬O 8–40

Tulang tumpuan tambahan Atx = 4,63 – 1,25 = 3,38 cm2 ¬ dipilih O 10–20

= 3,93 cm2 > 3,38 cm2 ¬(OK)

Jadi jumlah tumpuan Aty yang dipasang = 1,25 + 3,93 = 5,18 > 4,63 cm2 ¬OK

Tulangan pembagi yang dibutuhkan untuk tumpuan Atx = 20% x 7,15

= 1,43 cm2 ¬dipilih O 6–15 = 1,89 cm2 > 1,43 cm2

Untuk tumpuan Aty = 20%x 5,18 = 1,04 cm2 ¬O6–14,5 = 1,95 cm2 > 1,04 cm2

Tulangan susut perlu dipasang karena pelat atap tidak terlindung dari

perubahan-perubahan.

Page 100: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 100 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Contoh Penggambaran Penulangan PelatAtap dan Luifel

Page 101: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 101 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

gambar

Penulangan Pelat Atap dan Luifel

Page 102: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 102 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Sebuah rumah jaga dengan atap pelat datar dari beton bertulang. Luas

tulangan Alx = 3,66 cm2

Aly = 4,45 cm2

Atx = 9,00 cm2

Aty = 6,79 cm2

Luifel A = 5, 30 cm2

Untuk menjaga puntiran maka setiap sudut pelat dipasang tulangan dengan luas =

5,30 cm2

Alx = 3,66 cm2 ¬dipilih O 10–20 = 3,93 cm2 > 3,66 cm2 ¬(OK)

Masuk tumpuan Atx = 3,93/2 = 1,96 cm2 ¬ O 10–40

Tulang tumpuan tambahan Atx = 9,00 – 1,96 = 7,04 cm2 ¬ dipilih O 10–10

= 7,85 cm2 > 7,04 cm2 ¬(OK)

Jumlah tumpuan Atx yang dipasang = 1,96 + 7,85 = 9,81 > 9,00 cm2

VW = 1/5 x 9,81 = 1,96 cm2 ¬O 6–14 = 2,02 cm2 > 1,96 cm2 ¬OK Aly

= 3,45 cm2 ¬dipilih O 8–14 = 3,59 cm2 > 3,45 cm2 ¬(OK) Masuk

Tumpuan Aty = 3,59/2 = 1,79 cm2 ¬O 8–28

Tulang tumpuan tambahan Atx = 6,79 – 1,79 = 5,00 cm2 ¬ dipilih O 10–14

= 5,61 cm2 > 5,00 cm2 ¬(OK)

Jadi jumlah tumpuan Aty yang dipasang = 1,79 + 5,61

= 7,40 > 6,79 cm2 ¬OK

VW = 1/5 x 7,40 = 1,48 cm2 ¬O 6–15 = 1,89 cm2 > 1,48 cm2 ¬OK

Luifel A= 5,30 cm2 ¬ O 10–10 // lx

Page 103: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 103 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

O 10–14 // ly

Contoh Penggambaran Penulangan Pelat Atap Lebih dari Satu Petak

Page 104: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 104 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

gambar

Penulangan Pelat Atap Lebih dari Satu Petak

Pelat (a) Atx = 2.77 cm2 ¬ O 8–13 = 2,87 cm2 > 2,77 cm2

Aty = 2.90 cm2 ¬ O 8–17 = 2,96 cm2 > 2,90 cm2

Alx = 1.90 cm2 ¬ O 8–20 = 2,57 cm2 > 1,90 cm2

Aly = 1,66 cm2 ¬ O 8–20 = 2,57 cm2 > 1,66 cm2

Pelat (b) Atx = 4.16 cm2 ¬ O 8–12 = 4,19 cm2 > 4,16 cm2

Aty = 2.90 cm2 ¬ O 8–17 = 2,96 cm2 > 2,90 cm2

Alx = 1,90 cm2 ¬ O 8–20 = 2,51 cm2 > 1,90 cm2

Ay = 1.66 cm2 ¬ O 8–20 = 2,51 cm2 > 1,66 cm2

Pelat Luifel (c) : 3,25 cm2 ¬ O 8–12 = 3,87 cm2 > 3,28 cm2 //Atx

O 8–7 dan O 8–68 = 2,70 > 3,28 cm2 // Aty

Arahan tambahan tugas Menggambar Detail Potongan Perencanaan pelat

lantai.

2.1. Menjelaskan dan memberi arahan cara memandang menyelesaiakn

gambar Detail potongan pelat.

2.2. Membuat garis potongan pada dua(2) arah bentang pada gambar

denah penulangan pelat lantai (arah bentang memanjang dan

melintang).kemudian diambil bagiannya gambar diperbesar

2.3. Membuat gambar detail potongan dari arah potongan Arah

memanjang, dan menempatkan posisi tulangan pokok dan tulangan

bagi dengan benar.

2.4. Membuat gambar detail potongan dari arah potangan melintang, dan

menempatkan posisi tulangan pokok dan tulangan bagi dengan benar.

2.5. Pekerjaan pemeriksaan hasil gambar, dikonsultasikan/ sering dengan

setruktur yang membimbing tugas gambar.

2.6. Kegiatan Akhir

- Diskusi/ Tanya jawab

Page 105: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 105 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

- Instruktur menyimpulkan/pengarahan materi tugas gambar

lanjutkan dirumah

PERTEMUAN VIII

3. Pekerjaan memberikan notasi pada elemen-elemen penggambaran pelat lantai.

3.1. Memberi notasi dimensi gambar denah penulangan pelat lantai, untuk : a. Jarak bentang denah pelat (dua arah bentang pelat)

b. Jarak tulang pokok as ke as dan jarak tulang bagi as ke as dan juga

notasi simbul pengkodean tulang (lakukan dengan benar)

3.2. Memberi notasi dimensi pada potongan penampang pelat, untuk:

a. Jarak tebal (h) pelat, jarak bentang pelat, jarak tulang yang sejajar

as―as. (untuk potongan pada 2 arah bentang).

3.3. Lakukan pemberian notasi/keterangan/simbul dengan benar,dan

asitensikan pada struktur.

3.4. Kegiatan Akhir

1. Diskusi/ Tanya jawab

2. Instruktur menyimpulkan/pengarahan, materi tugas gambar

lanjutkan dirumah (pekerjaan rumah)

Satuan pendidikan : SMK N 1 Denpasar Program keahlian : Teknik Gambar Bangunan Mata pelajaran : Kompetensi Kejuruan Kelas/semester : XII / 1 Pertemuan ke : 9, dan 10

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MENGGAMBAR RENCANA PELAT LANTAI

Page 106: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 106 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Standar kompetensi : Menggambar Rencana Pelat Lantai Beton Betulang

Kompetensi Dasar : Membuat Daftar dan menghitung volume tulang dan volume Bahan Beton Pelat lantai

Materi Pelajaran :

1. Pekerjaan membuat daftar tulangan pada perencanaan

pelat lantai.

2. Pekerjaan menghitung volume beton peerencanaan

pelat lantai

Tujuan Pembelajaran :

Setelah pembelajaran berlangsung maka tujuannya sebagai berikut :

1. Siswa dapat membuat daftar kebutuhan tulangan untuk menghitung

volume tulangan dan volume bahan beton.

PERTEMUAN IX

1. Pekerjaan membuat daftar tulangan pada perencanaan pelat

lantai

1.1. Menjelaskan kegunaan membuat daftar tulangan pada perencanaan

pelat, yaitu:

a). Tentang fungsi atau manfaat daftar tulangan

b). Tentang cara membaca jumlah tulangan, yaitu: tulangan

berdasarkan diameter, dan tulanganberdasarkan bengkoan dan

Cara menghitung jumlah kebutuhan tulangan

. 1.2. Menghitung jumlah dan panjang tulangan arah memanjang, jenis

bengkokan yang sama (dijadikan dalam satuan kg atau batang-lonjor)

yaitu:

• Daerah lapangan: Tulangan Pokok = ?

• Daerah tumpuan: Tulangan Pokok = ?

• Tulangan Bagi = ?

1.3. Menghitung jumlah dan panjang tulangan arah melintang, jenis

bengkokan yang sama (dijadikan dalam satuan kg atau batang-lonjor),

yaitu :

• Daerah lapangan: Tulangan Pokok = ?

Page 107: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 107 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

• Daerah tumpuan: Tulangan Pokok = ?

• Tulangan Bagi = ?

Membuat daftar tulangan dan Menghitung Volume Tulang

Dan volume bahan beton Pelat Lantai

Contoh : perhitungan volume tulang dan vol beton untuk pelat

Satu petak.

Bukaan tulangan :

Page 108: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 108 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Daftar Bukaan Tulangan

NO.

PE-

LAT

NO.

TU

L

AN

G

AN

JML

BA-

TAN

G

GRS

TE

NG

AH

TL

(mm

)

PAN

JAN

G

BAT

AN

G

(mtr)

BRT

DLM

(KG)

BENTUK TULANGAN

CATAT-

AN

1 2 3 4 5 6 7 8

a Lxa 8

Lxb 8

Txa 8

Page 109: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 109 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

Txb 8

Tb. tx

8

Tb ty

8

Tb lf.a

8

Tb lf.b

8

Σ JUMLAH BESI BETON ?

Kubikasi beton = ...................................m³

Volume besi dalam lonjor= .................. m

PERTEMUAN X

2. Pekerjaan menghitung volume beton perencanaan pelat lantai

2.1. Menjelaskan cara menghitung volume beton pada perencanaan pelat, yaitu:

• Tentang fungsi dan manfaat volume beton pelat lantai

• Tentang cara membaca susunan volume (tinggi = h, leber = b, panjang = l ).

3.2. Menghitung volume beton pelat, berdasarkan macam tipe pelat dalam satuan

meter kubik (m³)

Page 110: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 Halaman 110 dari 5 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

3.3. Kegiatan Akhir

1. Diskusi/ Tanya jawab

2. Assitensi materi tugas gambar detail potongan pelat, hitungan volume tulangan

dan hitungan volume beton pada pola perencanaan pelat lantai.

.

4. Sumber pembelajaran

1. Modul menggambar konstruksi pelat lantai.

2. Media Pembelajaran tampilan LCD dan tampilan Power Point

5. Alat dan Bahan (Kebutuhan setiap kelompok)

1. Komkuter / Laptop

2. Alat tulis menulis

3. LCD

4. Alat menggambar

6. Penilaian

Penilain selama kegiatan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan LP 1 - LP 5.

Daftar Pustaka

BALOK DAN PELAT BETON BERTULANG/H. Ali Asroni – Edisi Pertama – Yogyakarta Diperiksa/mengetahui Denpasar, Guru Mata Pelajaran

Drs. I Made Suratma Nip.19550318 198303 1 009

Page 111: Microsoft Word - Materi (modul) gambar pelat lantai.pdf

Form : F.04.07 halaman 111 dari 111 Revisi : 01/ 01 Agustus 2007

: