metode pendidikan islam dalam prespektif...
TRANSCRIPT
METODE PENDIDIKAN ISLAM
DALAM PRESPEKTIF AL-QUR’AN
(Kajian Tafsir Surat Al-Maidah ayat 67, Surat An-Nahl Ayat 125
dan Surat Al-Ahzab Ayat 21)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
Muhammad Muhyidin
NIM. 1113011000085
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UINIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
METODE PENDIDIKAN ISLAM
DALAM PRESPEKTIF AL-QUR’AN
(Kajian Tafsir Surat Al-Maidah ayat 67, Surat An-Nahl Ayat 125
dan Surat Al-Ahzab Ayat 21)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Muhammad Muhyidin
NIM. 1113011000085
Di bawah Bimbingan
Dosen Pembimbing Skripsi:
Dr. Muhammad Sholeh Hasan, Lc., M.A.
NIP. 19710214 200604 1 018
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UINIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
202
i
ABSTRAK
Muhammad Muhyidin (1113011000085) “Metode Pendidikan Islam dalam
Prespektif Al-Qur’an (Kajian Tafsir Surat Al-Maidah ayat 67, Surat Al-
Nahl Ayat 125 dan Surat Al-Ahzab Ayat 21)”
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penafsiran Q.S. al-Maidah ayat 67, Q.S.
an-Nahl ayat 125 dan Q.S. al-Ahzab ayat 21 tentang metode pendidikan islam dan
bagaimana penerapannya dalam kegiatan pendidikan. Metode penelitian yang
digunakan oleh penulis adalah jenis metode penelitian kualitatif melalui studi
kepustakaan (library research), dengan cara mengumpulkan data atau bahan-
bahan yang berkaitan dengan tema pembahasan dan permasalahannya yang
diambil dari sumber-sumber kepustakaan, kemudian dianalisis dengan metode
tahlili, yaitu metode penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an yang dilakukan dengan cara
mendeskripsikan uraian-uraian makna yang terkandung dalam ayat-ayat Al-
Qur’an. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat berbagai metode pendidikan
dalam masing-masing ayat Al-Qur’an tersebut; metode tabligh (ceramah) dalam
Q.S. al-Maidah ayat 67, metode hikmah (menyampaikan dengan bijaksana, adil
dan lemah lembut), metode Mau’idzah Hasanah (memberi nasihat), dan Jadalah
(diskusi) dalam Q.S. an-Nahl ayat 125, serta metode uswah (keteladanan) dalam
Q.S. al-Ahzab ayat 21.
Kata kunci : Metode, Pendidikan Islam, al-Qur’an, Al-Maidah, An-Nahl, Al-
Ahzab.
ii
ABSTRACT
Muhammad Muhyidin (1113011000085) "Islamic Education Methods in the
Al-Qur'an Perspective (Study of the Interpretation of Surat Al-Maidah verse
67, Surat Al-Nahl Ayat 125 and Surat Al-Ahzab Paragraph 21)"
This study aims to determine the interpretation of Q.S. al-Maidah verse 67, Q.S.
an-Nahl verses 125 and Q.S. al-Ahzab verse 21 about the methods of Islamic
education and how it is applied in educational activities. The research method
used by the author is a type of qualitative research method through library
research, by collecting data or materials related to the theme of the discussion and
the problem taken from library sources, then analyzed using the tahlili method,
namely the method interpretation of the verses of the Qur'an carried out by
describing descriptions of the meaning contained in the verses of the Qur'an. The
results of this study indicate there are various methods of education in each of the
verses of the Qur'an; the tabligh (lecture) method in Q.S. al-Maidah verse 67, the
method of wisdom (convey wisely, justly and gently), the method of Mau'idzah
Hasanah (giving advice), and Jadalah (discussion) in QS. an-Nahl verse 125, as
well as the uswah (exemplary) method in Q.S. al-Ahzab verse 21.
Keywords: Method, Islamic Education, al-Qur'an, Al-Maidah, An-Nahl, Al-
Ahzab.
iii
KATA PENGANTAR
ب سم الله الرح يم الرحمن
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil’alamiin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala yang tiada henti memberikan segala nikmat, karunia, dan
pertolongan-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad
yang telah membawa ajaran agama yang benar, dan penuh kemulian dengan صلى الله عليه وسلم
budi pekertinya, sehingga kita terhindar dari kejahilan-kejahilan yang dapat
menyesatkan kita.
Dalam penulisan skripsi ini tentunya tidak lepas dari hambatan dan
kesulitan, namun berkat adanya bimbingan, bantuan, nasihat dan saran serta
kerjasama dari berbagai pihak khususnya dari dosen pembimbing, penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Menyadari bahwa keberhasilan penulis menyelesaikan
skripsi ini bukan semata-mata karena usaha penulis sendiri, melainkan tidak lepas
dari bantuan beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis memberikan ucapan terima
kasih dan penghargaan kepada berbagai pihak yang telah membantu
menyelesaikan skripsi ini, antara lain:
1. Kedua orang tua penulis, Ayahanda H. Asep Ahmad, M.Pd. dan Ibu Siti
Alfiah, S.Ag. yang telah merawat, mendidik, memotivasi, dan selalu
mendoakan yang terbaik untuk penulis dalam setiap langkahnya.
2. Dr. Suruin, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Muhammad Zuhdi, M.Ed., Ph.D., selaku dosen Penasehat Akademik, yang
dengan penuh perhatian telah memberikan bimbingan, arahan, motiasi dan
ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan.
4. Dr. Muhammad Sholeh Hasan, LC., M.A., selaku dosen pembimbing skripsi,
yang telah memberikan bimbingan, masukan, dan arahan serta meluangkan
waktunya dalam penyusunan skripsi ini.
iv
5. Drs. Abdul Haris, M.Ag., dan Drs. Rusdi Jamil, M.Ag., selaku Ketua dan
Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam, FITK, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
6. Bapak dan Ibu Dosen yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu namun
tidak sedikit pun mengurangi rasa hormat dan takzim penulis, yang telah
membimbing penulis selama kuliah di Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Teman-teman Keluarga Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2013
yang telah menemani perjalanan penulis dalam mencari ilmu selama
perkuliahan, memberikan motivasi dan bantuannya sampai terselesaikannya
penulisan ini.
8. Teman-teman Organisasi di HMJ PAI, SEMA UIN Jakarta, HMI yang telah
menjadi keluarga bagi penulis di kampus ini. Terutama Ahmad Jamalulael,
Dena Putri, Khudiatul Chaeruni, Hikmatul Hidayat, Khaerudin, Icank.
Semoga kebaikan dari semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian penulisan ini mendapat pahala dan rahmat dari Allah SWT. Namun,
seperti pepatah tiada gading yang tak retak, begitupun dengan pembuatan skripsi
ini. Penulis menyadari dan mengakui bahwa masih terdapat kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan
dalam kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi nusa,
bangsa dan agama, terutama bagi penulis sendiri serta menjadi sumbangan bagi
pengembangan dunia pendidikan, khususnya pendidikan agama Islam.
Jakarta, 10 Mei 2020
Muhammad Muhyidin
v
A. Konsonan
Huruf Arab Huruf Latin
― ا
b ب
t ت
ts ث
j ج
h ح
kh خ
d د
dz ذ
r ر
z ز
s س
sy ش
sh ص
dh ض
Huruf Arab Huruf Latin
th ط
zh ظ
a‘ ع
gh غ
f ف
q ق
k ك
l ل
m م
n ن
w و
h ه
‘ ء
y ي
PEDOMAN TRANSLITERASI
vi
B. Vokal
1. Vokal Tunggal
Tanda Baca Huruf Latin
a
i
u
Contoh :
ب ت ك - : Kataba
ف ر ع - : ‘Urifa
C. Madd (Panjang)
Harakat dan
Huruf
Huruf dan
Tanda
Ā ى ا
ī ىي
ū ىو
2. Vokal Rangkap
Tanda & Huruf Huruf Latin
ai ئي
au تو
- ف ي ك : Kaifa - ل و ح : Haula
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK..............................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................iii
PEDOMAN TRANSLITERASI..........................................................................v
DAFTAR ISI.......................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................1
A. Latar Belakang Masalah............................................................1
B. Identifikasi Masalah...................................................................6
C. Pembatasan Masalah..................................................................6
D. Rumusan Masalah......................................................................6
E. Tujuan Penelitian........................................................................7
F. Manfaat Penelitian......................................................................7
BAB II KAJIAN TEORI..........................................................................9
A. Kajian teori................................................................................9
1. Pengertian Metode Pendidikan Islam.....................................9
2. Dasar-Dasar Metode Pendidikan Islam................................11
3. Prinsip Metode Pendidikan Islam.........................................13
4. Karakteristik Metode Pendidikan Islam...............................15
5. Jenis-Jenis Metode Pendidikan Islam...................................17
viii
6. Pendekatan Metode Pendidikan Islam...................................29
7. Fungsi Metode Pendidikan Islam..........................................30
B. Hasil Penelitian yang Relevan.................................................32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................35
A. Objek dan Waktu Penelitian....................................................35
B. Metode Penelitian....................................................................35
C. Fokus Penelitian.......................................................................37
D. Prosedur Penelitian..................................................................37
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…...............39
A. Kajian Tafsir Q.S. al-Maidah ayat 67 .....................................39
1. Teks Ayat dan Terjemah Q.S. al-Maidah ayat 67…............39
2. Kosakata Q.S. al-Maidah ayat 67.........................................39
3. Asbabun Nuzul Q.S. al-Maidah ayat 67...............................40
4. Tafsir Q.S. al-Maidah ayat 67..............................................41
B. Kajian Tafsir Q.S. an-Nahl ayat 125........................................43
1. Teks Ayat dan Terjemah Q.S. an-Nahl ayat 125..................43
2. Kosakata Q.S. an-Nahl ayat 125..........................................43
3. Asbabun Nuzul Q.S. an-Nahl ayat 125................................45
4. Tafsir Q.S. an-Nahl ayat 125................................................45
C. Kajian Tafsir Q.S. al-Ahzab ayat 21........................................48
1. Teks Ayat dan Terjemah Q.S. al-Ahzab ayat 21..................48
2. Kosakata Q.S. al-Ahzab ayat 21...........................................48
3. Asbabun Nuzul Q.S. al-Ahzab ayat 21.................................49
ix
4. Tafsir Q.S. al-Ahzab ayat 21................................................49
D. Metode Pendidikan Islam dalam Q.S. al-Maidah 67 dan
Penerapannya………………………………………................52
E. Metode Pendidikan Islam dalam Q.S. an-Nahl ayat 125 dan
Penerapannya…………………………………………............55
F. Metode Pendidikan Islam dalam Q.S. al-Ahzab ayat 21 dan
penerapannya…………………………………………............61
BAB V PENUTUP...................................................................................67
A. Kesimpulan..............................................................................67
B. Implikasi..................................................................................68
C. Saran........................................................................................68
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................69
LAMPIRAN........................................................................................................75
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia. Pendidikan mempengaruhi secara penuh
produktivitas masyarakat, bahkan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
suatu negara. Pendidikan menjadikan sumber daya manusia lebih siap akan
menghadapi perubahan yang terus menjadi tantangan di sepanjang zaman.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945, pendidikan secara tersirat telah
dinyatakan dalam pembukaan, bahwa salah satu tujuan negara adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.1
Mencerdaskan kehidupan bangsa dapat dicapai melalui Pendidikan.
Pendidikan yang efektif dan menghasilkan bangsa yang cerdas serta berkualitas
sehingga mampu bersaing dengan negara-negara yang berkembang. Semua itu
diperlukan suatu proses pembelajaran, suatu proses pembelajaran tentu adanya di
dalam pendidikan dengan memperhatikan dasar-dasar dan prinsip-prinsip dalam
pendidikan.
Kemudian diperkuat dalam pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang menyatakan
bahwa setiap warga negara berhak memperoleh pengajaran.2 Selain itu, UU
Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan menyatakan:
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar mengajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
1 Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alinea ke IV.
2 Undang-Undang Dasar 1945, Bab XIII, pasal 31 ayat 1
2
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.3
Selain itu, menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Pendidikan
adalah suatu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang dengan usaha
mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan, sebagaimana proses
yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, yang tadinya tidak mengerti menjadi
mengerti.4 Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan, yakni untuk membimbing
manusia secara sadar oleh seorang pendidik terhadap perkembangan jasmani dan
rohani terdidik menuju terbentuk nya kepribadian yang utama.5
Dengan demikian pendidikan merupakan pusat atau pokok dari peradaban
dalam kehidupan ini karena pendidikanlah yang menjadi tolak ukur dari
keberhasilan atau tidaknya peran manusia dalam berbagai aspek kehidupan di
dunia ini. Anugerah Allah SWT berupa akal pikiran inilah yang menjadikan
pendidikan sebagai satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dari diri manusia.
Karena dengan adanya pendidikan, maka kemampuan manusia dalam
menjalankan kehidupan akan lebih baik, baik untuk dirinya, bangsanya, agama
nya dan juga untuk masyarakat pada umumnya.
Pelaksanaan pendidikan baik di lingkungan formal ataupun informal erat
kaitannya dengan proses belajar dan mengajar, terkhusus Pendidikan agama islam.
Pendidikan Islam adalah suatu proses edukatif yang mengarah kepada
pembentukan akhlak atau kepribadian secara utuh dan menyeluruh, menyangkut
aspek jasmani dan rohani.6 Dalam proses ini, guru berperan sangat signifikan
untuk mencapai tujuan ideal Pendidikan.7 Dalam pendidikan agama Islam, guru
adalah orang-orang yang bertanggungjawab terhadap perkembangan anak didik
3 Sistem Pendidikan Nasional, Undang- Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional Tahun 2003, (Bandung: Fokusmedia, 2013), h. 2. 4 Kbbi.web.id, diakses Hari Selasa, 10 January 2020, Pukul 19.39 WIB.
5 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), h. 211.
6 Heri Gunawan, Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2014), 9. 7 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013),
Cet. I, h. 9.
3
dengan mengupayakan seluruh potensinya, baik potensi afektif, potensi kognitif
maupun potensi psikomotor.8
Dengan demikian, peranan guru dalam pembelajaran menjadi sangat penting
dalam pembentukan karakter, kepribadian, sikap mental, pola pikir dan ilmu
pengetahuan yang disampaikan melalui interaksi antara guru dengan siswa serta
siswa dengan siswa dalam proses pembelajaran.
Didalam pembelajaran, terdapat komponen-komponen yang saling berkaitan
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Komponen-komponen yang tidak
dapat dipisahkan tersebut terdiri dari tujuan, materi, metode, media, dan evaluasi,
guru dan siswa.9 Komponen-komponen tersebut menciptakan serangkaian proses
interaksi antara guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.5 Diantara
komponen-komponen tersebut, metode dalam pembelajaran merupakan salah satu
syarat paling utama dalam kegiatan belajar mengajar setelah komponen siswa dan
materi bahan ajar.10
Metode merupakan pondasi awal untuk mencapai suatu tujuan
pendidikan dan asas keberhasilan sebuah pembelajaran.
Menurut Sangidu, metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memulai
pelaksanaan suatu kegiatan penilaian guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Salamun menyatakan bahwa metode pembelajaran ialah sebuah cara yang berbeda
untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda dibawah kondisi yang
berbeda11
. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “metode” adalah cara teratur
yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai
yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan
suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.12
Hal itu berarti pemilihan
metode pembelajaran harus disesuaikan dengan kondisi pembelajaran dan hasil
8 7 Munardji, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bina Ilmu, 2004), hal. 62
9 Diana Indriana, Ragam Alat Bantu Media Pembelajaran, (Jogjakarta: DIVA Press, 2011),
Cet. I, h. 20. 10
Samiudin, Peran Metode Untuk Mencapai Tujuan Pembelajaran, (Bangil: STAI
PAncawahana, 2016). h.5. 11
Sudrajat dan M, Subana, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Cv Pustaka Setia,
2009), hal. 7. 12
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat
(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2016), h. 910.
4
pembelajaran yang ingin dicapai. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan
metodologi pendidikan Islam adalah cara yang dapat ditempuh dalam
memudahkan pencapaian tujuan pendidikan Islam.13
Dalam proses pendidikan Islam, metode mempunyai kedudukan yang sangat
signifikan untuk mencapai tujuan. Bahkan metode sebagai seni dalam mentransfer
ilmu pengetahuan atau materi pelajaran kepada peserta didik dianggap lebih
signifikan dibanding dengan materi sendiri. Sebuah pepatah mengatakan bahwa
“Al-Thariqat Ahammu min al-Maddah” (metode jauh lebih penting dibanding
materi), adalah sebuah realita bahwa cara penyampaian yang komunikatif lebih
disenangi oleh peserta didik walaupun sebenarnya materi yang disampaikan
sesungguhnya tidak terlalu menarik. Sebaliknya, materi yang cukup baik, karena
disampaikan disampaikan dengan cara yang kurang menarik maka materi itu
sendiri kurang dapat dicerna oleh peserta didik.14
Realita yang terjadi pada saat sekarang ini, bahwa Sebagian besar pendidik
masih menggunakan metode yang monoton dalam pengajaran agama Islam.
Dalam penggunaan metode masih sering ditemui ketidakcocokan antara bahan
ajar dengan cara menyampaikannya maupun penggunaan metode yang kurang
variatif. Padahal pendidik dituntut untuk dapat memilih dan menggunakan metode
yang mempertimbangkan aspek efektivitasnya dan relevansinya dengan materi
yang disampaikan. Tanpa pemilihan metode yang efektif, suatu materi pelajaran
tidak akan dapat berproses secara efisien dan efektif dalam kegiatan belajar
mengajar menuju tujuan pendidikan. Metode dalam pembelajaran yang tidak
efektif akan menjadi penghambat kelancaran proses belajar mengajar sehingga
banyak tenaga dan waktu terbuang sia-sia.
Dalam hal metode pendidikan Islam, Al-Qur’an menaruh perhatian yang
begitu besar. Al-Qur’an sebagai kitab suci yang diturunkan Allah kepada Nabi
Muhammad SAW melalui malaikat Jibril15
telah memberikan pengaruh yang
13 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta Selatan:
Ciputat Pers, 2002), h. 40-41.
14
Armai Arief, 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. (Jakarta: Ciputat
Press, 2002), hlm. 32 15
Abudin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta : UIN Jakarta Press, 2005),
hlm. 1.
5
sangat luar biasa dan menjadi solusi bagi kebutuhan yang diperlukan manusia
dalam berbagai bidang kehidupan. Hal ini sebagaimana Firman Allah SWT dalam
Al-Qur’an:
لك الكت اب ذ ية ل ر فيه تقين ه دى للم
Artinya: “Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada keraguan di dalamnya, petunjuk bagi
mereka yang bertakwa.” (Q.S. Al Baqarah : 2)
Dalam ayat ini al-Qur’an memiliki fungsi sebagai petunjuk. Tentu kata
petunjuk ini memiliki makna dan cakupan pembahasan yang sangat luas.
Termasuk di dalamnya petunjuk dalam masalah pendidikan. Dari penjelasan di
atas, menunjukkan bahwa al-Qur’an sebagai sumber ilmu pengetahuan yang
menjelaskan mengenai berbagai aspek kehidupan termasuk mengenai pendidikan,
baik berupa objek pendidikan, tujuan pendidikan, metode pendidikan yang
digunakan maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan mentadabburi ayat-ayat al-Qur’an sebagai petunjuk bagi berbagai
aspek kehidupan, penulis melihat bahwa terdapat beberapa ayat al-Qur’an yang
memiliki makna pentingnya metode pembelajaran dalam pendidikan yang sangat
menarik dan perlu dipelajari secara mendalam. Ayat-ayat tersebut adalah Surat al-
Maidah ayat 67, surat an-Nahl ayat 125, dan surat al-Ahzab ayat 21. Penulis ingin
paparkan bagaimana urgensi suatu metode dalam mencapai suatu tujuan
pendidikan melalui kandungan ketiga ayat tersebut dengan fokus pada metode
pendidikan Islam yang akan dijadikan acuan dan cara bagi para pendidik dalam
menyampaikan dan mentrasfer ilmu pendidikan Islam.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan membahas lebih lengkap
dan terperinci mengenai metode pembelajaran dalam pendidikan. Untuk itu
penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “Metode
Pendidikan Islam Dalam Prespektif Al-Qur’an (Kajian Tafsir Surat Al-
Maidah ayat 67, Surat Al-Nahl Ayat 125 dan Surat Al-Ahzab Ayat 21)”
6
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, menunjukkan bahwa betapa pentingnya
untuk meneliti dan mengkaji mengenai metode pendidikan dalam Al-Qur’an. Hal
ini dimaksudkan agar dapat menambah wawasan baru dalam penggunaan metode
pembelajaran di kelas. Maka, berdasarkan realita yang ada, masalah yang dapat
diidentifikasi adalah :
1. Kurangnya variasi penggunaan metode pendidikan.
2. Penggunaan metode yang monoton dalam pembelajaran.
3. Kurangnya pembahasan mengenai metode pendidikan Islam.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka peneliti membatasi masalah
dengan membahas mengenai Metode Pendidikan Islam berdasarkan Surat yang
ada di Al-Qur’an QS. Al-Maidah Ayat 67, QS. An-Nahl Ayat 125 dan QS. Al-
Ahzab Ayat 21 dan penerapannya dalam Pendidikan Islam dengan menggunakan
metode tafsir tahlili.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah
dikemukakan di atas, maka rumusan masalah yang diajukan penulis adalah :
1. Bagaimana tafsir dan kandungan QS. Al-Maidah Ayat 67, QS. An-
Nahl Ayat 125 dan QS. Al-Ahzab Ayat 21?
2. Apa saja metode Pendidikan Islam yang terdapat dalam QS. Al-
Maidah Ayat 67, QS. An-Nahl Ayat 125 dan QS. Al-Ahzab Ayat 21?
3. Bagaimana penerapan Tafsir QS. Al-Maidah Ayat 67, QS. An-Nahl
Ayat 125 dan QS. Al-Ahzab Ayat 21 dalam Pendidikan Islam?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak di capai
dari penelitian ini adalah :
7
1. Mengetahui dan memahami tafsir dan kandungan Q.S. al-Maidah ayat
67, Q.S. an-Nahl ayat 125 dan Q.S. al-Ahzab ayat 21.
2. Memahami Metode Pendidikan Islam yang terdapat dalam QS. Al-
Maidah Ayat 67, QS. An-Nahl Ayat 125 dan QS. Al-Ahzab Ayat 21.
3. Memahami penerapan Tafsir QS. Al-Maidah Ayat 67, QS. An-Nahl
Ayat 125 dan QS. Al-Ahzab Ayat 21 dalam Pendidikan Islam.
F. Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini diselesaikan, maka dengan adanya penelitian ini
diharapkan mampu bermanfaat bagi :
1. Manfaat Akademis
a. Dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan mengenai metode
apa saja yang terkandung dalam QS. Al-Maidah Ayat 67, QS. An-
Nahl Ayat 125 dan QS. Al-Ahzab Ayat 21.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memicu dan memotivasi peneliti
lain untuk melakukan penelitian lebih dalam tentang metode
pendidikan Islam dalam al-Qur’an.
c. Menambah sumber keilmuan dalam dunia pendidikan pada kajian
tafsir, terkhusus pada Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Menambah wawasan menganai kajian tafsir yang ada di Al-Qur’an
mengenati metode pendidikan Islam yang terkandung dalam QS.
Al-Maidah Ayat 67, QS. An-Nahl Ayat 125 dan QS. Al-Ahzab
Ayat 21 Sebagai sarana belajar dan mendapatkan sumber mengenai
metode dalam mendidikan dalam proses pembelajaran.
b. Bagi Pendidik
Memberikan alternatif baru bagi guru dalam memilih metode
pembelajaran serta dalam melakukan pengelolaan pembelajaran,
sebagai bahan masukan bagi guru untuk meningkatkan kualitas
8
pendidikan di kelas, khususnya pada materi Pendidikan Agama
Islam, dan meningkatkan kualitas metode pendidikan Islam bagi
calon pendidik.
c. Bagi Masyarakat
Sebagai sumbangan pikiran dalam bentuk tulisan yang sifatnya
ilmiah dan menambah pengetahuan baru kepada masyarakat
mengenai penggunaan berbagai metode dalam pembelajaran.
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Pengertian Metode Pendidikan Islam
Istilah metode pendidikan terdiri dari dua kata, yaitu “metode” dan
“pendidikan”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata metode berarti cara
teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan agar tercapai suatu
tujuan pembelajaran sesuai dengan yang dikehendaki.1 Secara etimologis
(bahasa), metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu methodos. Kata ini berasal dari
dua suku kata, yaitu metha yang berarti “melewati” atau “melalui”, dan hodos
yang berarti “jalan” atau “cara”.2 Berdasarkan bahasa Arab disebut thariqah yang
berarti langkah strategis yang dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan.3
Menurut terminologi (istilah) para ahli memberikan definisi tentang metode,
diantaranya menurut Ridwan Abdullah Sani, bahwa “metode adalah cara
menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran.4
Hasan Langgulung juga mengatakan pengertian tentang metode, sebagaimana
yang dikutip oleh Ramayulis adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk
mencapai tujuan pendidikan.5 Mahmud Yunus juga menjelaskan mengenai
metode yang dikutip oleh Armai Arief, menurutnya adalah jalan yang hendak
ditempuh oleh seseorang supaya sampai kepada tujuan tertentu, baik dalam
lingkungan perusahaan atau perniagaan, maupun dalam kupasan ilmu
1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa:
Edisi Keempat, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), Cet. IV, h. 910.
2 Mastur Faizi, Ragam Metode Mengajarkan Eksakta Pada Murid, (Jogjakarta: DIVA Press,
2013), Cet I, h. 12.
3 Ramayulis, Dasar-dasar Kependidikan Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta:
Kalam Mulia, 2015), Cet. I, h. 264.
4 Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), Cet. II, h.
90.
5 Ramayulis, loc. cit.
10
pengetahuan dan lainnya.6 Menurut buku Ahmad Tafsir memaknai metode
dengan arti cara yang paling tepat dan cepat melakukan sesuatu.7
Istilah pendidikan dalam bahasa Indonesia berasal dari kata “didik” dengan
memberinya awalan “pe” dan akhiran “kan”, mengandung arti “perbuatan”. Istilah
pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu “paedagogie”, yang
berarti bimbingan yang diberikan kepada anak, istilah ini kemudian diterjemahkan
ke dalam bahasa Inggris dengan “education” yang berarti pengembangan atau
bimbingan.8 Menurut W.J.S. Poerwadarminta, pendidikan berarti proses
perubahan sikap dan tingkah laku seseorang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan latihan.9 Menurut Al-Abrasyi yang dikutip oleh
Abd. Rachman Assegaf, pendidikan adalah mempersiapkan individu atau pribadi
agar mudah menghadapi kehidupan ini secara sempurna.10
Zakiyah Darajat mengemukakan pendidikan Islam adalah usaha untuk
membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran
Islam secara menyeluruh. Setelah itu, mengahayati tujuan yang pada akhirnya
dapat mengamalkan dan menjadikan sebagai pandangan hidup.11
M. Arifin dalam
bukunya Ilmu Pendidikan Islam menyatakan, pendidikan Islam merupakan
konsep berpikir yang bersifat mendalam dan terperinci tentang masalah
kependidikan yang bersumberkan ajaran Islam.12
Menurut Abdurrahman al-Nahlawi, metode pendidikan Islam adalah suatu
cara untuk membina kepribadian anak didik dan memotivasi mereka agar dapat
membuka hati untuk menerima pelajaran dan petunjuk Ilahi serta konsep-konsep
6 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat
Pers, 2002), Cet. I, h. 87. 7 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung:PT. Remaja
Rosdakarya,Cet.VIII, 2004), h. 9.
8 Ramayulis, op. cit., h. 15.
9 Tatang S, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), Cet. I, h. 13.
10
Abd. Rachman Assegaf, Aliran Pemikiran Pendidikan Islam: Hadharah Keilmuan Tokoh
Klasik Sampai Modern, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), Cet. I, h. 198.
11
Abdul Majid , Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep dan Implementasi
Kurikulum 2004, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 130.
12
M, Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner, Ed. 1, cet. 3, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h. 14.
11
peradaban.13
Metode Pendidikan Islam adalah cara yang efektif dan efisien
yang harus dimiliki oleh pendidik dalam Pendidikan Islam. Dapat dipahami
bahwa metode pendidikan Islam adalah, prosedur umum serta jalan dalam
menyampaikan materi untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu, membentuk
individu menjadi makhluk yang bercorak diri, berderajat tinggi menurut ukuran
Allah. dan Isi pendidikanya adalah ajaran Allah.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat dipahami bahwa metode
pendidikan Islam adalah, prosedur umum serta jalan dalam menyampaikan materi
untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu, membentuk individu menjadi makhluk
yang bercorak diri, berderajat tinggi menurut ukuran Allah. dan Isi pendidikanya
adalah ajaran Allah. Dan dengan bahasa yang sederhana, metode pendidikan
Islam adalah cara yang dapat dilakukan dalam memudahkan tercapainya tujuan
pendidikan Islam yakni menjadikan manusia yang berkepribadian sempurna
(insan kamil) berdasarkan al-Quran dan Sunnah dengan adanya urutan kerja yang
terencana, sistematis, dan merupakan hasil eksperimen ilmiah.
2. Dasar-dasar Metode Pendidikan Islam
a. Dasar Agama: Dalam kedudukannya sebagai dasar ajaran Islam, maka
dengan sendirinya metode pendidikan harus merujuk pada kedua sumber
tersebut. Sehingga segala penggunaan dan pelaksanaan metode
pendidikan tidak menyimpang dari kedua sumber pendidikan.14
Dapat
dikatakan bahwa metode pendidikan berdasarkan pada agama Islam yang
menjadi sumber ajarannya adalah Al-Qur‟an dan Hadits. Al-Qur‟an ialah
firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh Jibril kepada Nabi
Muhammad SAW. Di dalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat
dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui
ijtihad.15
13 Abdurrahman al-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat, tej,
Shihabuddin, Gema Insani, Jakarta, 1995, h. 204.
14
Ramayulis, op. cit., h. 266.
15
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 19.
12
b. Dasar Biologis: Metode pendidikan seorang pendidik harus
memperhatikan kondisi biologis peserta didik, seorang peserta didik yang
cacat akan berpengaruh terhadap prestasi peserta didik, baik pengaruh
posistif dan negatif. Hal ini memberikan hikmah dari penciptaan Tuhan,
maka dengan harapan besar pendidik dapat memberikan pengertian
secukupnya pada peserta didiknya untuk menerima penciptaan Allah
yang sedemikian rupa.
c. Dasar Psikologis: Metode pendidikan diterapkan secara efektif, bila
didasarkan pada perkembangan dan kondisi psikologis peserta didik.
Sebab perkembangan dan kondisi psikologis peserta didik memberikan
pengaruh yang sangat besar terhadap internalisasi nilai dan internalisasi
ilmu.16
Metode pendidikan seorang pendidik memperhatikan kondisi
jasmani peserta didik juga perlu memperhatikan kondisi jiwa atau
rohaninya, sebab manusia pada hakikatnya terdiri dari dua unsur, yaitu
jasmani dan rohani, yang kedua-duanya merupakan satu kesatuan yang
tak dapat dipisah-pisahkan. Kondisi psikologis yang menjadi dasar dalam
metode pendidikan berupa sejumlah kekuatan psikologis peserta didik
termasuk motivasi, emosi, minat, sikap, keinginan, kesediaan, bakat-
bakat, dan kecakapan akal (intelektualnya). Sehingga seorang pendidik
dituntut untuk mengembangkan potensi psikologis, yang ada pada peserta
didik.17
d. Dasar Sosiologis: Interaksi yang terjadi antara sesama peserta didik dan
interaksi antara pendidik dan peserta didik, merupakan interaksi timbal
balik yang kedua belah pihak akan saling memberikan dampak positif
pada keduanya. Interaksi pendidikan yang terjadi dalam masyarakat juga
justru memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan
peserta didik. Pendidik mampu mengembangkan dan mengaktualisasikan
nilai-nilai tersebut kepada peserta didik dengan memperhatikan
perkembangan kebudayaan dan peradaban. Sehingga, proses
16 Ramayulis, op. cit., h. 267-268.
17
Ibid., h. 268.
13
pembelajaran yang terjadi dapat menginternalisasikan nilai dan nilai
tersebut aplikatif dalam kehidupan peserta didik selanjutnya.
3. Prinsip-Prinsip Metode Pendidikan Islam
Prinsip merupakan pendirian utama yang dimiliki oleh masing-masing
individu, kelompok-kelompok dan lainya. 18
Prinsip pada dasarnya memiliki arti
seperti “assas” yaitu kebenaran yang menjadi dasar pemikiran, berperilaku dan
sebagainya. Dalam kaitannya dalam metode pendidikan Islam prinsip atau asas
yang dimaksud adalah dasar pemikiran yang digunakan dalam melaksanakan
metode pendidikan Islam, sehingga perlu dipahami terlebih dahulu prinsip-prinsip
metodologi pendidikan Islam sebagai dasar pijakan dalam nuansa keilmuan.
Berdasarkan pandangan tersebut, dapat diketahui bahwa yang dimaksud
dengan asas-asas pendidikan adalah adalah sejumlah ilmu secara fungsional
sangat dibutuhkan untuk membangun sebuah konsep pendidikan dan termasuk
pula dalam melaksanakanya.19
Prinsip-prinsip pelaksanaan metode pendidikan Islam menurut Omar
Muhammad Al-Toumy Al-Saibaby adalah 20
Mengetahui motivasi, kebutuhan dan
minat anak didiknya, mengetahui tujuan pendidikan yang sudah ditetapkan
sebelum pelaksanaan pendidikan, mengetahui tahap kematangan, perkembangan,
serta perubahan anak didik, serta mengetahui perbedaan setiap peserta didik. Ini
merupakan hal dasar yang mesti dikuasai dalam melaksanakan metode pendidikan
Islam.
Pendapat lain mengungkapkan bahwa prinsip pendidikan Islam adalah :
a. Menonjolkan tujuan agama dan akhlak pada berbagai tujuannya.
18 M. Dahlan dkk, Kamus Induk Istilah Ilmiah, (Surabaya: Penerbit Target Press, 2003), h.
632.
19
Abuddin Nata, Op. Cit., h. 64.
20
Armai Arief, 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. (Jakarta: Ciputat
Press, 2002), h. 42.
14
b. Meluas cakupannya dan menyeluruh kandungannya, yaitu kurikulum
yang benar-benar mencerminkan semangat, pemikiran, dan ajaran yang
menyeluruh.
c. Bersikap seimbang diantara berbagai ilmu yang dikandung dalam
kurikulum yang akan digunakan.
d. Bersifat menyeluruh dalam menata seluruh mata pelajaran yang
diperlakukan oleh anak didik.
e. Disesuaikan dengan bakat dan minat anak didik.21
Selain memiliki beberapa prinsip, metode pendidikan Islam juga memiliki
pendekatan. Karena pendidikan tidak akan efektif jika tidak melakukan
pendekatan dalam menyampaikan materi ajar. Beberapa pendeketan dalam
metode pendidikan Islam adalah :22
a. Pendekatan filosofis, pendekatan ini berdasarkan prinsip bahwa
manusia itu sebagai makhluk yang berfikir. Sehingga materi ajar yang
dibawakan berdasarkan menyesuaikan dengan sejauh mana
perkembangan berfikir siswa. Dengan adanya pendekatan ini siswa
diharapkan dapat memaksimalkan potensi berfikirnya secara maksimal.
b. Pendekatan deduksi-induksi, pendekatan ini bertujuan untuk melatih
siswa agar dapat berfikir secara ilmiah, membandingkan, serta
menimbang antar bagian, dan mengambil kesimpulan dari pinsip-
prinsip yang bersifat umum atau khusus.
c. Pendekatan sosio-kultural, pendekatan ini berdasarkan pada prinsip
bahwa manusia adalah makhluk yang bermasyarakat atau makhluk
sosial. Sehingga pendekatan ini bertujuan untuk melatih sikap
kebersamaan siswa, baik dalam lingkungan sekolah, maupun
masyarakat.
21 Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif, (Jakarta : Kencana, 2011), h. 211.
22
Nurjannah Riannie, “Pendekatan dan Metode Pendidikan Islam, (Sebuah Perbandingan
dalam Konsep Teori Pendidikan Islam dan Barat)”, Management of Education, Vol 1 No. 2, h.
108-109.
15
d. Pendekatan fungsional, pendekatan ini bersumber pada aspek
kebermanfaatan kepada peserta didik. Maka dari itu segala sesuatu yang
disampaikan kepada peserta didik bukan hanya melatih dalam aspek
kognitif saja, tetapi juga menyesuaikan dengan kebutuhannya di masa
depan.
e. Pendekatan emosional, pendekatan emosional biasanya berkaitan
dengan perasaan. Dengan demikian, metode pendidikan islam yang
menggunakan pendekatan emosional diharapkan mampu menyentuh
aspek rohani peserta didik sehingga menumbuhkan semangat dalam
beribadah dan menuntut ilmu.
Seluruh karakteristik tesebut di atas harus dipahami oleh pendidik muslim.
Dalam kaitan ini, yang paling penting adalah pendidik mampu menggunakan
metode dalam proses kependidikan Islam sehingga mampu membimbing,
mengarahkan dan membina peserta didik menjadi manusia yang dewasa dalam
sikap dan kepribadiannya, sehingga tergambar dalam dirinya tingkah laku yang
sesuai dengan nilai-nilai Islam atau al-akhlak al-karimah.
Selain prinsip-prinsip metode pendidikan di atas dalam penerapan berbagai
metode pendidikan harus memperhatikan beberapa asas, salah satunya menurut
Al-Syaibani antara lain adalah:
a. Asas agama, yakni penerapan metode harus mengacu pada sumber asasi
ajaran Islam Al-Qur‟an dan Hadits.
b. Asas biologis, yakni penerapan metode harus memperhatikan kondisi
kebutuhan jasmani dan tingkat perkembangan peserta didik.
c. Asas psikologis, yakni penerapan metode harus disesuaikan dengan
kondisi minat dan bakat atau motivasi peserta didik.
d. Asas sosial, yakni penerapan metode harus disesuaikan dengan tuntutan
kebutuhan sosial peserta didik yang selalu berubah dan berkembang
setiap saat.23
23A. Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN Malang Press, 2008),
Cet.I, h. 13
16
4. Karakteristik Metode Pendidikan Islam
Islam sebagai ketetapan yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadis sebagai
kode etik merupakan dasar pelaksanaan pendidikan Islam, dengan kata lain
ideologi pendidikan Islam adalah Alquran dan Hadits. Dengan demikian, maka
karakteristik pendidikan Islam adalah karakteristik Alquran dan Hadits.
Konsekuensi dari karakteristik pendidikan Islam berdasarkan alquran dan hadits
adalah: 24
a. Penekanan pada pencarian ilmu pengetahuan, penguasaan dan
pengembangan atas dasar ibadah kepada Allah swt.
b. Penekanan pada nilai-nilai akhlak.
c. Pengakuan akan potensi dan kemampuan seseorang untuk berkembang
dalam suatu kepribadian.
d. Pengamalan ilmu pengetahuan atas dasar tanggung jawab kepada tuhan
dan masyarakat manusia.
Dalam sumber lain ada pun karakteristik Metode Pendidikan Islam sebagai
berikut:
a. Keseluruhan proses penerapan metode pendidikan Islam mulai dari
pembentukannya, penggunaannya sampai pada pengembangannya tetap
didasarkan pada nilai-nilai asasi Islam sebagai ajaran yang universal.
b. Proses pembentukan, penerapan dan pengembangannya tetap tidak
dapat dipisahkan dengan konsep al-akhlak al-karimah sebagai tujuan
tertinggi dari pendidikan Islam.
c. Metode pendidikan Islam bersifat luwes dan fleksibel dalam
artian senantiasa membuka diri dan dapat menerima perubahan
sesuai dengan situasi dan kondisi yang melingkupi proses
kependidikan Islam tersebut, baik dari segi peserta didik, pendidik,
materi pelajaran dan lain-lain.
24Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan
Bintang, 1979), h. 559-560.
17
d. Metode pendidikan Islam berusaha sungguh-sungguh untuk
menyeimbangkan antara teori dan praktek.
e. Metode pendidikan Islam dalam penerapannya menekankan kebebasan
peserta didik untuk berkreasi dan mengambil prakarsa dalam batas-
batas kesopanan dan al-akhlak al-karimah.
f. Dari segi pendidik, metode pendidikan Islam lebih menekankan nilai-
nilai keteladanan dan kebebasan pendidik dalam menggunakan serta
mengkombinasikan berbagai metode pendidikan yang ada dalam
mencapai tujuan pengajarannya.
g. Metode pendidikan Islam dalam penerapannya berupaya
menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan bagi terciptanya
interaksi edukatif yang kondusif.
h. Metode pendidikan Islam merupakan usaha untuk memudahkan
proses pengajaran dalam mencapai tujuannya secara efektif dan
efisien.25
5. Jenis-jenis Metode Pendidikan Islam
Dalam pendidikan Islam, terdapat beberapa metode pendidikan menurut
para ahli. An-Nawawi, seorang pakar pendidikan Islam, mengemukakan metode
pendidikan yang berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist yang dapat menyentuh
perasaan. Sebagaimana yang dikutip oleh Sri Minarti,26
yaitu sebagai berikut:
a. Metode Hiwar (percakapan)
Percakapan ini adalah percakapan silih berganti anatara dua pihak atau
lebih mengenai suatu topik dan sengaja diarahkan pada suatu tujuan yang
dikehendaki oleh pendidik dalam percakapan itu, bahan pembicaraan tidak
dibatasi yang dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang, seperti sains,
filsafat, seni, dan agama. Kadang-kadang pembicaraan itu sampai pada satu
kesimpulan, kadang-kadang pula tidak ada kesimpulan karena salah satu
25 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis
(Jakarta Selatan: Ciputat Pers, 2002), h. 70-71.
26
Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam, Fakta Teoritis-Filosofis dan Aplikatif-Normatif, cet. 1,
(jakarta: Amzah, 2013), h. 139.
18
pihak tidak puas terhadap pendapat pihak lain, jenis-jenis hiwar ini ada lima
macam yaitu sebagai berikut.27
1. Hiwar khitabi, merupakan dialog yang diambil dari dialog antara Tuhan
dan hamba-Nya.
2. Hiwar washfi, yaitu dialog antara Tuhan dan Makhluk-Nya. Misalnya,
Surat Al-Baqarah (2) ayat 30-31.
إر لئنة سبل قبه ض في جبعو إي ىي س خييفة ال عو قبىا فيب أتج فيب يف سذ
فل يس بء اىذ ح ذك سبح قذس بح ىل إي قبه ي ب أع ل ي تع
Artinya: “ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:
"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."
mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi
itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan
darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui.” (Q.S. al-Baqarah : 30).
عي بء آد ب الس مي ث لئنة عي عشض بء أبئي فقبه اى إ ـؤلء بأس مت صبدقي
".. dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu
berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu
mamang benar orang-orang yang benar!" (Q.S. Al-Baqarah: 31)
3. Hiwar qishasi, adalah percakapan yang baik bentuk maupun rangkaian
ceritanya sangat jelas. Hiwar ini merupakan bagian dari ushlub kisah
dalam Al-Qur’an. Misalnya, kisah Nabi Syuaib dan kaumnya yang
terdapat dalam surah Huud (11) ayat 84-85:
27 Ibid., h. 140.
19
إى ي ذ يب قبه شعي ب ب أخب بذا ق اع ب الل ىن ل غي ش إى قصا ت
يبه ن اى يزا اى إي إي بخي ش أسام أخبف عزاة عيي ن حيط ي
Artinya: “dan kepada (penduduk) Mad-yan (kami utus) saudara mereka,
Syu'aib. ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan
bagimu selain Dia. dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan,
Sesungguhnya aku melihatmu dalam Keadaan yang baik (mampu) dan
sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang
membinasakan (kiamat).” (Q.S. Huud: 84)
يب فا ق يبه أ ن اى يزا اى ط قس ببى ل بس تب خسا اى يبء ل أش ا ث ض في تع س ال سذي ف
"dan Syu'aib berkata: "Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan
dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak
mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan
membuat kerusakan. (Q.S. Huud: 85).
4. Hiwar jadali adalah hiwar yang bertujuan untuk memantapkan hujjah,
baik dalam rangka menegakkan kebenaran maupun menolak
kebatilan.28
Contohnya terdapat dalam surah An-Najm (53) ayat 1-5
yang mendeskripkan bintang:
(1) اىج إرا
ب (2) ضو ب صبحبن غ
ب (3) طق ي ع اى
(4) إ ي إل ح يح
(5) ى شذيذ عي اى ق
Artinya: “Demi bintang ketika terbenam. Kawanmu (Muhammad) tidak
sesat dan tidak pula keliru. Dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-
Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain
28
Ibid., hal, 141.
20
hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). Yang diajarkan kepadanya
oleh (Jibril) yang sangat kuat. (Q.S. an-Najm : 1-5).
5. Hiwar nabawi adalah hiwar yang digunakan oleh Nabi dalam mendidik
sahabat-sahabatnya, diantaranya:
a. Metode kisah Qur’ani dan Nabawi
Metode ini adalah penyajian bahan pelajaran yang menampilkan
cerita-cerita yang terdapat dalam al-Qur’an dan Hadist Nabi SAW.
Kisah Qur’ani bukan semata-mata karya seni yang indah, tetapi juga
cara mendidik umat agar beriman kepada-Nya. Dalam pendidikan
islam, kisah merupakan metode yang sangat penting karena dapat
menyentuh hati manusia. Kisah menampilkan tokoh dalam kontek
yang mnyeluruh sehingga pembaca atau pendengar dapat ikut
menghayati, seolah-olah ia sendiri yang menjadi tokohnya.29
b. Metode amsal (perumpamaan).
Metode ini merupakan penyajian bahan pembelajaran dengan
mengangkat perumpamaan yang ada dalam al-Qur’an. Metode ini
memudahkan peserta didik dalam memahami konsep yang abstrak.
Hal ini terjadi karna perumpamaan itu mengambil benda yang
kongkret, seperti kelemahan tuhan orang kafir yang diumpamakan
dengan sarang laba-laba, sarang itu lemah sekali. Bahkan disentuh
oleh lidih pun dapat rusak. Metode ini sama seperti yang
disampaikan oleh Abdurahman Saleh Abdullah. Metode ini
memiliki kelemahan karena dapat memberikan pemahaman konsep
abstrak bagi peserta didik serta dapat memberikan kesan yang
mendalam. Selain itu, dapat juga membawa pemahaman rasional
yang mudah dipahami, sekaligus dapat menumbuhkan daya
motivasi untuk meningkatkan imajinasi yang baik dan
menanggalkan imajinasi yang tercela.30
29
Ibid., hal, 141-142. 30
Ibid., h. 142.
21
c. Metode keteladanan (uswah hasanah),
Metode ini memberikan keteladanan atau memberikan contoh yang
baik baik pesarta didik dalam kehidupan sehari-hari. Metode ini
merupakan pedoman untuk bertindak dalam merealisasikan tujuan
pendidikan baik secara institusional maupun nasiomal. Pelajar
meneladani pendidikanya. Ini dilakukan oleh semua ahli
pendidikan, baik di barat maupun di timur. Secara psikologis,
pelajar memang senang meniru, tidak saja yang baik, tetapi juga
yang tidak baik. Metode ini secara sederhana merupakan cara
memberikan contoh teladan yang baik, tidak hanya memberi di
dalam kelas, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu
peserta didik tidak segan-segan meniru dan mencontohnya, seperti
sholat jamaah, kerja sosial, dan berpartisipasi dalam kegiatan kemas
yarakatan.31
d. Metode pembiasaan
Metode pembiasaan adalah membiasakan anak didik melakukan
sesuatu sejak ia lahir. Inti dari pembiasaan ini adalah pengulangan.
Jadi, sesuatu yang dilakukan peserta didik hari ini kan diulang
keesokan harinya dan begitu seterusnya. Metode ini akan semakin
nyata manfaatnya jika didasarkan pada pengalaman. Artinya,
peserta didik dibiasakan untuk melakukan hal-hal yang bersifat
terpuji. Misalnya, peserta didik dibiasakan untuk mengucapkan
salam ketika masuk kelas, pembiasaan ini juga dapat diartikan
dengan pengulangan. Oleh sebab itu, metode ini juga berguna untuk
menguatkan hafalan peserta didik.
e. Metode Ibrah dan Mau’idzah
Metode ibrah merupakan penyajian bahan pembelajaran yang
bertujuan melatih daya nalar pembelajar dalam menangkap makna
terselubung dari suatu pernyataan atau kondisi psikis yang
menyampaikan manusia kepada intisari suatu yang disaksikan.
31
Ibid., h. 142.
22
Sementara itu, metode mau’idzah adalah pemberian motivasi
dengan menggunakan keuntungan dan kerugian dalam melakukan
perbuatan.32
f. Metode Targhib dan Tarhib.
Metode targib dan tarhib adalah penyajian pelajaran dalam konteks
kebahagiaan hidup akhirat. Targhib berarti janji Allah terhadap
kesenangan dan kenikmatan akhirat yang disertai bujukan.
Sementara itu, tarhib adalah penyajian bahan pembelajaran dalam
konteks hukuman (ancaman Allah) akibat perbuatan dosa yang
dilakukan.33
Dan kemudian penulis akan menambahkan beberapa metode pendidikan
Islam yang belum disebutkan di atas, adapun metode-metodenya sebagai berikut:
a. Metode nasihat
Al-Qur’an menggunakan kalimat-kalimat yang menyentuh hati untuk
mengarahkan manusia kepada ide yang dikehendakinya. Inilah kemudian
yang dikenal dengan nasihat. Teapi nasihat yang disampaikanya ini selalu
disertai dengan panutan atau teladan dari si pemberi atau penyampai
nasihat itu. Ini menunjukan bahwa antara satu metode yakni nasihat
dengan metode lain yang dalam hal ini keteladanan bersifat saling
melengkapi.34
Selanjutnya dapat dilihat pula nasihat yang terkandung dalam al-
Qur’an surat Al-Isra, (17): 22-38 yang isinya antara lain agar jangan
menyekutukan Tuhan (syirik), agar berbuat baik kepada ibu dan bapak
dengan mendoa’akan dan lainya, membantu sanak saudara, orang-orang
miskin, ibnu sabil. Tidak boros, tidak kikir, tidak membunuh tanpa sebab
yang dibolehkan agama, tidak memakan harta anak yatim, menaati janji,
32
Ibid., h. 143. 33
Ibid., h. 143. 34
Abuddin Nata, Op. Cit., h. 150.
23
penyempurnakan timbangan dan takaran, tidak menjadi saksi palsu, dan
tidak sombong.35
Melihat isi nasihat tersebut, nampak bahwa di dalam al-Qura’an
terdapat pengulangan materi nasihat. Pada ayat di atas pengulangan
nasihat terjadi pada larangan menyekutukan Tuhan, perintah berbuat baik
kepada ibu, dan tidak sombong. Pengulangan ini terjadi bisa dipahami
bahwa masalah yang dinasihatkan itu begitu penting sesuai dengan
konteks soalnya.
Dari uraian tersebut di atas, terlihat bahwa al-Qur’an secara eksplisit
menggunakan nasihat sebagai salah satu cara untuk menyampaikan suatu ajaran.
al-Qur’an berbicara tentang penasihat, yang dinasihati, obyek nasihat, situasi
nasihat dan latar belakang nasihat. Karena sebagai suatu metode pengajaran
nasihat dapat diakui kebenaranya.
b. Metode Ceramah
Metode yang dianggap paling tua dalam proses pendidikan dan
memiliki peran yang sangat besar dalam berkontribusi mencerdaskan
peserta didik adalah metode ceramah (khutbah). Walaupun dianggap
kurang modern akhir-akhir ini namun metode ini masih saja diminati dan
selalu digunakan pendidik dalam mentransformasikan pengetahuan kepada
anak didik. Dalam istilah lama, metode ini disebut juga metode
memberitahukan. Di samping itu ada juga yang menyebutnya metode
penyampaian informasi atau metode cerita (bercerita). Ceramah ini
dipergunakan sejak dari masa-masa Nabi dan Rasul untuk menyampaikan
perintah-perintah Tuhan,36
seperti difirmankan di dalam surat Al-A’raf
ayat 35 berikut ini:
بي يب ب آد ي إ أ تين سسو ن يقص آيبتي عيي ن ف يح اتق أص ف فل خ ل عيي
ز يح
35
Ibid., h. 152. 36
Hadari Nawawi, Pendidikan Dalam Islam, (Surabaya : Al-Ikhlas, 1993), h. 23.
24
Artinya: “Hai anak-anak Adam, jika datang kepadamu Rasul-rasul
daripada kamu yang menceritakan kepadamu ayat-ayat-Ku, Maka
Barangsiapa yang bertakwa dan Mengadakan perbaikan, tidaklah ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
(Q.S. al-A’raf : 35).”
Ayat tersebut di atas menunjukan dengan jelas, bahwa tabligh atau
menyampaikan suatu ajaran, khususunya dengan lisan diakui keberadaanya,
bahkan telah dipraktikkan oleh Rasullah SAW dalam mengajak umat manusia ke
jalan Tuhan. Pada masa sekarang ini, istilah tabligh termasuk ceramah amat
populer dan banyak digunakan termasuk dalam pengajaran, karena metode ini
termasuk yang paling mudah, murah dan tidak banyak memerlukan peralatan.37
Daya tarik ceramah, atau tabligh bisa berbeda-beda, tergantung kepada
siapa pembicaraanya, bagaimana pribadi si pembicara itu, dan bagaimana bobot
pembicaraanya itu, dan apa prestasi yang telah dihasilkan. Semua ini akan
menjadi catatan yang mendasari daya tarik tabligh yang disampaikan. Ini
mengingatkan atau memberi petunjuk, bahwa jika seorang guru akan
mempergunakan metode ceramah, dan ceramahnya itu ingin diperhatikan orang
bahkan ceramahnya itu dijadikan pegangan hidup, maka si penceramah atau guru
itu harus mempunyai kualitas-kualitas sebagaimana disebutkan di atas.
c. Metode Diskusi
Metode diskusi (mujadalah) ialah suatu cara mempelajari materi
pelajaran dengan memperdebatkan masalah yang timbul dan saling
mengadu argumentasi secara rasional dan objektif. Menurut M. Arifin
bahwa metode diskusi juga diperhatikan oleh al-Qur’an dalam mendidik
dan mengajar manusia dengan tujuan lebih memantapkan pengertian, dan
sikap pengatahuan mereka terhadap sesuatu masalah. Perintah Allah dalam
hal ini adalah agar kita mengajak kejalan yang benar dengan hikmah dan
mau’idzah yang baik dan membantah mereka dengan berdiskusi dengan
37
Abuddin Nata, Op. Cit., h. 158.
25
cara paling baik.38
Sebagaimana disebutkan dalam surah An-Nahl ayat
125:
ع اد ة سبل سبيو إى عظة ببى حن اى اى حسة جبدى ي ببىتي س أح سبل إ ي أع ضو ب
ع سبيي ي أع تذي ببى
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang
yang mendapat petunjuk. (Q.S. an-Nahl : 125).”
Dari segi pendidikan diskusi merupakan ajang untuk melatih diri dalam
berfikir kritis, bersikap dengan bijak, dan berbicara untuk berani mengemukakan
pendapatnya secara rasional dan objektif dalam pemecahan suatu masalah. Untuk
lebih memotivasi anak didik untuk ikut serta dalam kegiatan ini dibutuhkan
permasalahan yang memiliki jawaban beragam sehingga membuka ruang berfikir
yang seluas-luasnya bagi peserta akan tetapi hendaknya permasalahan diambil
dari permasalahan yang up to date dengan demikian minat peserta untuk
mengikuti sangat antusias.
Selain itu, terdapat dua puluh metode dan teknik pengajaran ala Rasul yang
dikutip oleh Kamrani Buseri dalam bukunya39
, diantaranya:
1. Learning conditioning
a. Meminta untuk diam: “wahai manusia, tenanglah kalian” Kemudian
melanjutkan lagi “.... Diamlah, janganlah kalian kembali kafir setelah
(kematian)-ku, yaitu sebagian kamu memukul tengkuk sebagian yang
lain...”.
b. Menyeru secara langsung: “Wahai sekalian manusia, berkumpullah!”
c. Perintah untuk menyimak dan diam dengan cara tidak langsung:
“Ambillah dariku! Ambillah dariku!”
38
M. Arifin, Op. Cit., h. 75. 39
Kamrani Buseri, Dasar, Asas dan Prinsip Pendidikan Islam, (Kalimantan Selatan: IAIN
Antasari, 2014), h. 119-123
26
2. Active interaction
a. Interaksi pendengaran dapat dilakukan dengan teknik berbicara: tidak
bertele-tele dan tidak terlalu bernada puitis, mengeraskan, mengubah
warna suara serta diam sebentar di tengah-tengah penjelasan.
b. Interaksi dilakukan dengan pandangan antara pemateri dan
audiensinya, memanfaatkan ekspresi wajah, dan tersenyum.
3. Applied-Learning Method
a. Metode praktikum yang ditetapkan oleh guru.
b. Metode praktikum yang dilakukan oleh murid.40
4. Scanning and Levelling.
Terdapat perbedaan tingkat kecerdasan dan pemahaman antara seorang
peserta dari peserta yang lain, oleh karena itu instruktur/guru harus
memastikan tingkat penyampaiannya dapat dipahami oleh semua tingkat
intelektual peserta.
5. Discussion and Feedback
Diskusi dan komunikasi dapat memperjelas materi yang disampaikan
karena dengan cara tersebut instruktur dapat memastikan tingkat
pemahaman audiens.
6. Storytelling
a. Cerita pada umumnya disukai oleh jiwa manusia. Ia juga memiliki
pengaruh yang menakjubkan untuk dapat menarik perhatian pendengar
dan membuat seseorang bisa mengingat kejadian-kejadian dalam
sebuah kisah dengan cepat.
b. Cerita juga bisa menjadikan proses belajar menjadi lebih fun dan
menarik.
7. Analogy and Case Study
Memberikan perumpamaan merupakan sarana yang efektif untuk
memudahkan pemahaman materi yang disampaikan.
8. Teaching and Motivation
40
Kamrani Buseri, Ibid. h. 120.
27
Menggunakan metode tasywiq dan pemberian motivasi adalah salah satu
metode yang paling baik untuk memancing semangat belajar, meneliti, dan
menelaah seorang murid.41
9. Body Language
Manfaat menggunakan gerakan/isyarat adalah agar ucapan bertambah
terang, lebih pasti dan jelas, untuk menarik perhatian pendengar dan
membuat makna yang dimaksud melekat pada pikiran pendengar, serta
untuk mempersingkat waktu.
10. Picture and Graph Technology
a. Materi yang diperkuat dengan gambar atau tulisan akan membuat
penjelasan semakin jelas.
b. Multimedia berperan penting dalam penyampaian materi/presentasi.
11. Reasoning and Argumentation
Metode ini bermanfaat untuk memperjelas sesuatu yang sulit dan berat
dipahami oleh murid, memberikan perasaan tenang bagi murid karena
makna yang terkandung akan melekat pada otak, dan membuat ilmu
pengetahuan semakin tertanam pada otak murid.
12. Self Reflection
Memberikan kesempatan kepada murid untuk menjawab sendiri suatu
pertanyaan merupakan metode yang sangat bermanfaat dalam
mengoptimalkan kerja otak dan mengasah pikiran.
13. Affirmation and Repetition
Menggunakan pengulngan kalimat dan ucapan nama.
14. Focus and Point Basis
a. Memperkuat pemahaman dan memperluas pengetahuan.
b. Melekatkan pemahaman tertentu pada pikiran murid.
c. Memberikan petunjuk berupa perbandingan akan dapat membantu
murid menemukan jawaban yang benar.
15. Question and Answer Method
41
Kamrani Buseri, Ibid. h. 120.
28
Teknik bertanya adalah metode yang baik untuk menarik perhatian
pendengar dan membuat pendengar siap terhadap apa yang akan
disampaikan kepadanya.42
16. Guessing with Question
a. Memperkuat pemahaman dan memperluas pengetahuan.
b. Melekatkan pemahaman tertentu pada pikiran murid.
c. Memberikan petunjuk berupa perbandingan akan dapat membantu
murid menemukan jawaban yang benar.
17. Encouraging Students to Ask
a. Bertanya dapat menghapuskan kebodohan serta memperbaiki
pemahaman dan pemikiran.
b. Guru yang memberikan kesempatan dan motivasi kepada murid-
muridnya untuk berani mengajukan pertanyaan memiliki beberapa
manfaat, yaitu: mengukur tingkat pemahaman murid-muridnya,
memberikan motivasi kapada murid yang pemalu (agar berani
mengajukan pertanyaan), agar murid-murid yang lain dapat mengambil
manfaat ketika mendengar jawaban dari pertanyaan yang diajukan,
serta sebagai introspeksi seorang guru untuk kembali mengevaluasi
cara menyampaikan pelajarannya, yaitu ketika ia mengetahui dari
pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan murid-murinya bahwa
muridnya belum memahami pelajaran dengan baik.
18. Wisdom in Answering Question
a. Menyikapi orang yang mengajukan pertanyaan sesuai dengan tingkat
pengetahuannya.
b. b. Menyikapi si penanya dengan sikap yang bermanfaat baginya.
19. Commenting on Students Question
Ungkapan yang dikemukakan harus dengan Bahasa yang santun dan
memotivasi.43
20. Honesty
42
Kamrani Buseri, Ibid. h. 121. 43
Kamrani Buseri, Ibid. h. 122.
29
a. Mengatakan sesuatu yang tidak berdasarkan ilmu selalu mendapat
kecaman dari kitabullah dan sabda Rasululah SAW.
b. Mengatakan sesuatu tanpa didasari ilmu hanya akan merusak dan
berdampak negative.
c. Tidak mengetahui sesuatu bukanlah suatu aib dan kekurangan bagi
seorang guru.
d. Seorang guru harus menanamkan sikap mulia berani mengakui
ketidaktahuan ke dalam jiwa murid-muridnya.44
Dengan penjelasan beberapa metode pendidikan diatas menandakan
pentingnya pengetahuan seorang guru tentang penggunaan metode-metode
penndidikan agar dapat menyesuaikan dengan kebutuhan peserta didik.
6. Pendekatan Metode Pendidikan Islam
Dalam proses belajar dalam dunia penddikan tentu memerlukan metode
pelajaran, terhusus metode Pendidikan Islam, dalam menggerakan metode tentu
ada macam-macam pendekatan yang dilakukan, berikut menurut buku
Mohammad Salik ada 5 pendekatan di antaranya sebagai berikut:45
a. Pendekatan Filosofis, Ilmu Pendidikan Islam sebagai proses
kependidikan yang didasari oleh nilai-nilai ajaran Islam yang bersumber
dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.
b. Pendekatan Sistem, pendidikan Islam dipandang sebagai proses melalui
sistem yang terdiri dari sub-sub yang saling berkesinambungan untuk
mencapai tujuan pendidikan.
c. Pendekatan Pedagogis dan Psikologis, menuntut bahwa manusia didik
adalah mahluk Tuhan yang berada dalam proses perkembangan dan
partumbuhan ruhaniah dan jasmaniah yang memerlukapan bimbingan
melalui pendidikan.
d. Pendekatan Keagamaan, memandang bahwa ajaran Islam yang
bersumber dari Kitab Suci Al-Qur’an dan Sunnah Nabi sebagai
petunjuk dan sumber motivasi serta inspirasi hidup.
44
Kamrani Buseri, Ibid. h. 123.
45 Mohammad Salik, Ilmu Pendidikan Islam, (Surabaya: UIN SA Press, 2014), h. 88.
30
e. Pendekatan Historis, menempatkan fakta-fakta sejarah Umat Islam yang
berawal dari Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul.
Adapun pendekatan-pendekatan lainnya menurut buku Nurjannah, sebagai
berikut:46
a. Pendekatan filosofis, pendekatan ini berdasarkan prinsip bahwa
manusia itu sebagai makhluk yang berfikir. Sehingga materi ajar yang
dibawakan berdasarkan menyesuaikan dengan sejauh mana
perkembangan berfikir siswa. Dengan adanya pendekatan ini siswa
diharapkan dapat memaksimalkan potensi berfikirnya secara maksimal.
b. Pendekatan deduksi-induksi, pendekatan ini bertujuan untuk melatih
siswa agar dapat berfikir secara ilmiah, membandingkan, serta
menimbang antar bagian, dan mengambil kesimpulan dari pinsip-
prinsip yang bersifat umum atau khusus.
c. Pendekatan sosio-kultural, pendekatan ini berdasarkan pada prinsip
bahwa manusia adalah makhluk yang bermasyarakat atau makhluk
sosial. Sehingga pendekatan ini bertujuan untuk melatih sikap
kebersamaan siswa, baik dalam lingkungan sekolah, maupun
masyarakat.
d. Pendekatan fungsional, pendekatan ini bersumber pada aspek
kebermanfaatan kepada peserta didik. Maka dari itu segala sesuatu yang
disampaikan kepada peserta didik bukan hanya melatih dalam aspek
kognitif saja, tetapi juga menyesuaikan dengan kebutuhannya di masa
depan.
e. Pendekatan emosional, pendekatan emosional biasanya berkaitan
dengan perasaan. Dengan demikian, metode pendidikan islam yang
menggunakan pendekatan emosional diharapkan mampu menyentuh
aspek rohani peserta didik sehingga menumbuhkan semangat dalam
beribadah dan menuntut ilmu.
46 Nurjannah Riannie, “Pendekatan dan Metode Pendidikan Islam, (Sebuah Perbandingan
dalam Konsep Teori Pendidikan Islam dan Barat)”, Management of Education, Vol 1 No. 2, h.
108-109.
31
7. Fungsi Metode Pendidikan Islam
Berbicara mengenai fungsi metode, secara umum dapat dikemukakan
sebagai pemberi jalan atau cara yang sebaik mungkin bagi pelaksanaan
operasional dari ilmu pendidikan tersebut.47
Sedangkan dalam konteks lain
metode merupakan, sarana untuk menentukan, menguji, dan menyusun data yang
diperlukan bagi pengembangan disiplin suatu ilmu.48
Dari dua pendekatan ini
segera dapat dilihat bahwa pada intinya metode berfungsi mengantarkan pada
suatu tujuan kepada obyek sasaran tersebut.
Secara essensial metode sebagai alat yang dipergunakan untuk mencapai
tujuan pendidikan itu mempunyai fungsi ganda yakni:49
a. Polipragmatis. Dari asal katanya poli berarti banyak, ini menunjukkan
fungsi polipragmatis berarti metode memiliki berbagai macam fungsi atau
memiliki fungsi yang berbeda. Misalnya, suatu metode pada situasi yang
berbeda dapat dipergunakan untuk hal yang berbeda juga. Misalnya,
metode itu dapat merusak, namun pada situasi dan kondisi yang lain juga
dapat digunakan untuk membangun atau untuk memperbaiki. Kegunaanya
dapat bergantung kepada si pemakai atau pada corak dan bentuk serta
kemampuan dari metode sebagai alat. Contoh konkrit dalam hal ini seperti
media video yang mempergunakan video sebagai salah satu media
pembelajaran yang dapat menayangkan semua jenis film.
b. Monopragmatis. Mono berarti satu atau tunggal. Monopragmatis berarti
yang hanya dapat dipergunakan untuk mencapai satu macam tujuan saja.
Misalnya metode eksperimen ilmu alam yang menggunakan laboratorium
ilmu alam, hanya dapat dipergunakan untuk eksperimen-eksperimen
bidang ilmu alam, dan tidak dipergunakan untuk eksperimen ilmu-ilmu
lain seperti ilmu sosial dan lain-lain.
47 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner, Ed. 1, cet. 1, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 61.
48
Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan, Sistem dan Metode, cet. 1, (Yogyakarta: Yayasan
Penerbit IKIP Yogyakarta, 1990), h. 85.
49
Samsul Nizarmsul Nizar Al Rasyidin, Fillsafat Pendidikan Islam: Pendidikan Historis,
Teoritis dan Praktis, (Jakarta : Ciputat Press, 2005), h. 149.
32
Pada pembahasan di atas, intisari dari fungsi metode pendidikan Islam
adalah tercapainya keberhasilan belajar. Dengan demikian, kemampuan peserta
didik dapat dipetakan sesuai dengan kapasitasnya sehingga akan menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan. Selain itu, penggunaan berbagai macam
metode juga dapat melatih kemampuan sosial peserta didik sehingga dapat
melakukan sosialisasi dengan peserta didik lain dalam pembelajaran. Dengan kata
lain inti dari pembahasan fungsi metode pendidikan adalah memberi inspirasi
peserta didik melalui hubungan yang serasi antara pendidik dan peserta didik yang
seiring dengan tujuan pendidikan Islam.
Di samping itu, Abuddin Nata dalam buku nya mengatakan bahwa metode
itu amat penting dalam menyampaikan pendidikan. Namun, hal itu menurut
prespektif Al-Qur’an harus bertolak dari pandangan yang tepat terhadap manusia
sebagai makhluk yang dapat dididik melalui pendekatan jasmani, rohani, dan akal
pikiran. Karena itu ada materi yang berkenaan dengan dimensi afektif yang
kesemuanya itu menghendaki pendekatan metode yang berbeda-beda.50
Menurut buku Mohammad Salik, fungsi dari metode Pendidikan Islam
adalah mengantarkan pada suatu tujuan atau objek sasaran. Sasaran di sini adalah
penguasaan metode seorang pendidik untuk mentrasformasi materi pelajaran
dengan baik.51
Menurut buku Abuddin Nata, di dalam Islam metode Pendidikan
Islam berfungsi sebagai sarana yang membawa seseorang sampai kepada tujuan
sang pencipta atau sang khaliq, yang digunakan sebagai sarana untuk
menyampaikan pelajaran di muka bumi.52
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Dalam bagian ini berisi hasil-hasil penelitian yang terdahulu, yang telah
direview sesuai dengan jenis masalah, penelitian atau tema pokok yang diajukan
50 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Edisi Baru), (Jakarta: Gaya Media Pratama,
2005), h. 146-147.
51
Salik., op.cit, h. 90.
52
Nata., op.cit, h. 146.
33
oleh peneliti, dengan adanya hasil penelitian yang relevan ini, maka penelitian
yang diajukan dapat dipertanggung jawabkan keaslianya.
Dengan demikian, setelah penulis melakukan tinjauan dari berbagai sumber,
maka penulis dapati ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang
penulis lakukan. Berikut penulis sajikan data-data penelitian yang relevan tersebut
agar bisa dijadikan perbandingan atau pertimbangan peneliti agar tidak terjadi
duplikasi dalam penelitian yang dilakukan.
Penelitian yang pertama adalah Metode Pendidikan Islam yang Terkandung
dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl Ayat 125-126. Skripsi ini disusun oleh Miftahul
Jannah, mahasiswa pendidikan agama islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2014.Pada penelitian ini,
metode yang digunakan adalah metode content analysis atau analisis isi yang
digunakan untuk menelaah isi dari suatu dokumen. Dalam hal ini dokumen yang
dimaksud adalah Kitab suci Al-Qur’an dan tafsir-tafsir yang bermacam-macam.
Adapun hasil dari penelitian Metode Pendidikan islam yang terkandung dalam
surat An-Nahl ayat 125-126 adalah Metode pendidikan islam seperti metode
nasihat, teladan, diskusi dan hukuman.53
Adapun persamaan pada penelitian ini
adalah, terletak pada aspek kajian, yang sama-sama berjudul Metode Pendidikan
Islam, dan metode yang digunakan adalah sama-sama menggunakan analysis
content atau analisis isi, sedangkan letak perbedaanya adalah pada objek kajianya
dan analisis metode tafsir. Penelitian Miftahul Jannah menggunakan satu objek
kajian, yaitu Surat Al-Maidah ayat 125-126 menggunakan metode tafsir maudhui,
sedangkan penulis menggunakan tiga objek kajian yaitu Surat Al-Maidah ayat 67,
Surat An-Nahl ayat 125, dan Surat Al-Ahzab ayat 21 menggunakan metode tafsir
Tahlili.
Penelitian yang kedua adalah Metode Pendidikan Dalam Prespektif Al-
Qur’an Kajian Q. S An-Nahl Ayat 125-127, merupakan skripsi yang disusun oleh
Cindi Pertiwi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Pada Tahun 2012. Pada penelitian ini,
53 Miftahul Jannah, Metode Pendidikan Islam yang Terkandung dalam Al-Qur’an Surat An-
Nahl Ayat 125-126, Skripsi pada program sarjana strata 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
34
metode yang digunakan adalah metode content analysis atau analisis isi yang
digunakan untuk menelaah isi dari suatu dokumen. Dalam hal ini dokumen yang
dimaksud adalah Al-Qur’an dan dibantu dengan berbagai macam kitab tafsir.
Adapun hasil dari Metode Pendidikan Dalam Prespektif Al-Qur’an Kajian Q. S
An-Nahl Ayat 125-127 adalah: metode hikmah, mauidzah, jidal, Al-Muhtadin dan
As-Shabru.54
Adapun persamaan pada penelitian ini adalah, terletak pada aspek
kajian, yang sama-sama berjudul Metode Pendidikan, dan metode yang digunakan
adalah sama-sama menggunakan analysis content atau analisis isi, dan sedengkan
letak perbedaanya adalah pada objek kajian. Cindi Pertiwi menggunakan satu
objek kajian, yaitu surat An-Nahl ayat 125-127. Sedangkan penelitian ini
menggunakan tiga objek kajian surat yang berbeda, yaitu Surat Al-Maidah ayat
67, Surat An-Nahl 125, dan Surat Al-Ahzab ayat 21.
Dengan demikian berdasarkan hasil penelitian yang relevan di atas dapat
diketahui bahwa memang sudah ada beberapa penelitian terkait yang mengkaji
tentang Metode Pendidikan, baik secara umum atau pun Islam, namun judul dan
objek kajian pembahasannya serta fokus kajian pada ayat nya yang berbeda
dengan penelitian yang penulis lakukan yakni peneliti melakukan kajian tafsir
dengan fokus pada metode Pendidikan Islam dalam kajian tafsir 3 surat yakni Q.S.
al-Maidah ayat 67, Q.S. an-Nahl ayat 125 dan Q.S. al-Ahzab ayat 21 dengan
menggunakan metode tahlili.
54 Cindi Pratiwi, Metode Pendidikan dalam Prespektif dalam Al-Qur’an Kajian Surat An-
Nahl Ayat 125-127, skripsi pada program sarjana strata 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012.
10
buku Ahmad Tafsir memaknai metode dengan arti cara yang paling tepat dan
cepat melakukan sesuatu.7
Istilah pendidikan dalam bahasa Indonesia berasal dari kata “didik” dengan
memberinya awalan “pe” dan akhiran “kan”, mengandung arti “perbuatan”. Istilah
pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu “paedagogie”, yang
berarti bimbingan yang diberikan kepada anak, istilah ini kemudian diterjemahkan
ke dalam bahasa Inggris dengan “education” yang berarti pengembangan atau
bimbingan.8 Menurut W.J.S. Poerwadarminta, pendidikan berarti proses
perubahan sikap dan tingkah laku seseorang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan latihan.9 Menurut Al-Abrasyi yang dikutip oleh
Abd. Rachman Assegaf, pendidikan adalah mempersiapkan individu atau pribadi
agar mudah menghadapi kehidupan ini secara sempurna.10
Zakiyah Darajat mengemukakan pendidikan Islam adalah usaha untuk
membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran
Islam secara menyeluruh. Setelah itu, mengahayati tujuan yang pada akhirnya
dapat mengamalkan dan menjadikan sebagai pandangan hidup.11
M. Arifin dalam
bukunya Ilmu Pendidikan Islam menyatakan, pendidikan Islam merupakan
konsep berpikir yang bersifat mendalam dan terperinci tentang masalah
kependidikan yang bersumberkan ajaran Islam.12
Menurut Abdurrahman al-Nahlawi, metode pendidikan Islam adalah suatu
cara untuk membina kepribadian anak didik dan memotivasi mereka agar dapat
membuka hati untuk menerima pelajaran dan petunjuk Ilahi serta konsep-konsep
peradaban.13
Metode Pendidikan Islam adalah cara yang efektif dan efisien
yang harus dimiliki oleh pendidik dalam Pendidikan Islam. Dapat dipahami
7 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung:PT. Remaja
Rosdakarya,Cet.VIII, 2004), h. 9.
8 Ramayulis, op. cit., h. 15.
9 Tatang S, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), Cet. I, h. 13.
10
Abd. Rachman Assegaf, Aliran Pemikiran Pendidikan Islam: Hadharah Keilmuan Tokoh
Klasik Sampai Modern, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), Cet. I, h. 198.
11
Abdul Majid , Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep dan Implementasi
Kurikulum 2004, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 130.
12
M, Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner, Ed. 1, cet. 3, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h. 14.
13
Abdurrahman al-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat, tej,
Shihabuddin, Gema Insani, Jakarta, 1995, h. 204.
11
bahwa metode pendidikan Islam adalah, prosedur umum serta jalan dalam
menyampaikan materi untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu, membentuk
individu menjadi makhluk yang bercorak diri, berderajat tinggi menurut ukuran
Allah. dan Isi pendidikanya adalah ajaran Allah.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat dipahami bahwa metode
pendidikan Islam adalah, prosedur umum serta jalan dalam menyampaikan materi
untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu, membentuk individu menjadi makhluk
yang bercorak diri, berderajat tinggi menurut ukuran Allah. dan Isi pendidikanya
adalah ajaran Allah. Dan dengan bahasa yang sederhana, metode pendidikan
Islam adalah cara yang dapat dilakukan dalam memudahkan tercapainya tujuan
pendidikan Islam yakni menjadikan manusia yang berkepribadian sempurna
(insan kamil) berdasarkan al-Quran dan Sunnah dengan adanya urutan kerja yang
terencana, sistematis, dan merupakan hasil eksperimen ilmiah.
2. Dasar-dasar Metode Pendidikan Islam
a. Dasar Agama: Dalam kedudukannya sebagai dasar ajaran Islam, maka
dengan sendirinya metode pendidikan harus merujuk pada kedua sumber
tersebut. Sehingga segala penggunaan dan pelaksanaan metode
pendidikan tidak menyimpang dari kedua sumber pendidikan.14
Dapat
dikatakan bahwa metode pendidikan berdasarkan pada agama Islam yang
menjadi sumber ajarannya adalah Al-Qur‟an dan Hadits. Al-Qur‟an ialah
firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh Jibril kepada Nabi
Muhammad SAW. Di dalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat
dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui
ijtihad.15
b. Dasar Biologis: Metode pendidikan seorang pendidik harus
memperhatikan kondisi biologis peserta didik, seorang peserta didik yang
cacat akan berpengaruh terhadap prestasi peserta didik, baik pengaruh
posistif dan negatif. Hal ini memberikan hikmah dari penciptaan Tuhan,
14 Ramayulis, op. cit., h. 266.
15
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 19.
12
maka dengan harapan besar pendidik dapat memberikan pengertian
secukupnya pada peserta didiknya untuk menerima penciptaan Allah
yang sedemikian rupa.
c. Dasar Psikologis: Metode pendidikan diterapkan secara efektif, bila
didasarkan pada perkembangan dan kondisi psikologis peserta didik.
Sebab perkembangan dan kondisi psikologis peserta didik memberikan
pengaruh yang sangat besar terhadap internalisasi nilai dan internalisasi
ilmu.16
Metode pendidikan seorang pendidik memperhatikan kondisi
jasmani peserta didik juga perlu memperhatikan kondisi jiwa atau
rohaninya, sebab manusia pada hakikatnya terdiri dari dua unsur, yaitu
jasmani dan rohani, yang kedua-duanya merupakan satu kesatuan yang
tak dapat dipisah-pisahkan. Kondisi psikologis yang menjadi dasar dalam
metode pendidikan berupa sejumlah kekuatan psikologis peserta didik
termasuk motivasi, emosi, minat, sikap, keinginan, kesediaan, bakat-
bakat, dan kecakapan akal (intelektualnya). Sehingga seorang pendidik
dituntut untuk mengembangkan potensi psikologis, yang ada pada peserta
didik.17
d. Dasar Sosiologis: Interaksi yang terjadi antara sesama peserta didik dan
interaksi antara pendidik dan peserta didik, merupakan interaksi timbal
balik yang kedua belah pihak akan saling memberikan dampak positif
pada keduanya. Interaksi pendidikan yang terjadi dalam masyarakat juga
justru memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan
peserta didik. Pendidik mampu mengembangkan dan mengaktualisasikan
nilai-nilai tersebut kepada peserta didik dengan memperhatikan
perkembangan kebudayaan dan peradaban. Sehingga, proses
pembelajaran yang terjadi dapat menginternalisasikan nilai dan nilai
tersebut aplikatif dalam kehidupan peserta didik selanjutnya.
16 Ramayulis, op. cit., h. 267-268.
17
Ibid., h. 268.
13
3. Prinsip-Prinsip Metode Pendidikan Islam
Prinsip merupakan pendirian utama yang dimiliki oleh masing-masing
individu, kelompok-kelompok dan lainya. 18
Prinsip pada dasarnya memiliki arti
seperti “assas” yaitu kebenaran yang menjadi dasar pemikiran, berperilaku dan
sebagainya. Dalam kaitannya dalam metode pendidikan Islam prinsip atau asas
yang dimaksud adalah dasar pemikiran yang digunakan dalam melaksanakan
metode pendidikan Islam, sehingga perlu dipahami terlebih dahulu prinsip-prinsip
metodologi pendidikan Islam sebagai dasar pijakan dalam nuansa keilmuan.
Berdasarkan pandangan tersebut, dapat diketahui bahwa yang dimaksud
dengan asas-asas pendidikan adalah adalah sejumlah ilmu secara fungsional
sangat dibutuhkan untuk membangun sebuah konsep pendidikan dan termasuk
pula dalam melaksanakanya.19
Prinsip-prinsip pelaksanaan metode pendidikan Islam menurut Omar
Muhammad Al-Toumy Al-Saibaby adalah 20
Mengetahui motivasi, kebutuhan dan
minat anak didiknya, mengetahui tujuan pendidikan yang sudah ditetapkan
sebelum pelaksanaan pendidikan, mengetahui tahap kematangan, perkembangan,
serta perubahan anak didik, serta mengetahui perbedaan setiap peserta didik. Ini
merupakan hal dasar yang mesti dikuasai dalam melaksanakan metode pendidikan
Islam.
Pendapat lain mengungkapkan bahwa prinsip pendidikan Islam adalah :
a. Menonjolkan tujuan agama dan akhlak pada berbagai tujuannya.
b. Meluas cakupannya dan menyeluruh kandungannya, yaitu kurikulum
yang benar-benar mencerminkan semangat, pemikiran, dan ajaran yang
menyeluruh.
c. Bersikap seimbang diantara berbagai ilmu yang dikandung dalam
kurikulum yang akan digunakan.
18 M. Dahlan dkk, Kamus Induk Istilah Ilmiah, (Surabaya: Penerbit Target Press, 2003), h.
632.
19
Abuddin Nata, Op. Cit., h. 64.
20
Armai Arief, 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. (Jakarta: Ciputat
Press, 2002), h. 42.
14
d. Bersifat menyeluruh dalam menata seluruh mata pelajaran yang
diperlakukan oleh anak didik.
e. Disesuaikan dengan bakat dan minat anak didik.21
Selain memiliki beberapa prinsip, metode pendidikan Islam juga memiliki
pendekatan. Karena pendidikan tidak akan efektif jika tidak melakukan
pendekatan dalam menyampaikan materi ajar. Beberapa pendeketan dalam
metode pendidikan Islam adalah :22
a. Pendekatan filosofis, pendekatan ini berdasarkan prinsip bahwa
manusia itu sebagai makhluk yang berfikir. Sehingga materi ajar yang
dibawakan berdasarkan menyesuaikan dengan sejauh mana
perkembangan berfikir siswa. Dengan adanya pendekatan ini siswa
diharapkan dapat memaksimalkan potensi berfikirnya secara maksimal.
b. Pendekatan deduksi-induksi, pendekatan ini bertujuan untuk melatih
siswa agar dapat berfikir secara ilmiah, membandingkan, serta
menimbang antar bagian, dan mengambil kesimpulan dari pinsip-
prinsip yang bersifat umum atau khusus.
c. Pendekatan sosio-kultural, pendekatan ini berdasarkan pada prinsip
bahwa manusia adalah makhluk yang bermasyarakat atau makhluk
sosial. Sehingga pendekatan ini bertujuan untuk melatih sikap
kebersamaan siswa, baik dalam lingkungan sekolah, maupun
masyarakat.
d. Pendekatan fungsional, pendekatan ini bersumber pada aspek
kebermanfaatan kepada peserta didik. Maka dari itu segala sesuatu yang
disampaikan kepada peserta didik bukan hanya melatih dalam aspek
kognitif saja, tetapi juga menyesuaikan dengan kebutuhannya di masa
depan.
21 Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif, (Jakarta : Kencana, 2011), h. 211.
22
Nurjannah Riannie, “Pendekatan dan Metode Pendidikan Islam, (Sebuah Perbandingan
dalam Konsep Teori Pendidikan Islam dan Barat)”, Management of Education, Vol 1 No. 2, h.
108-109.
15
e. Pendekatan emosional, pendekatan emosional biasanya berkaitan
dengan perasaan. Dengan demikian, metode pendidikan islam yang
menggunakan pendekatan emosional diharapkan mampu menyentuh
aspek rohani peserta didik sehingga menumbuhkan semangat dalam
beribadah dan menuntut ilmu.
Seluruh karakteristik tesebut di atas harus dipahami oleh pendidik muslim.
Dalam kaitan ini, yang paling penting adalah pendidik mampu menggunakan
metode dalam proses kependidikan Islam sehingga mampu membimbing,
mengarahkan dan membina peserta didik menjadi manusia yang dewasa dalam
sikap dan kepribadiannya, sehingga tergambar dalam dirinya tingkah laku yang
sesuai dengan nilai-nilai Islam atau al-akhlak al-karimah.
Selain prinsip-prinsip metode pendidikan di atas dalam penerapan berbagai
metode pendidikan harus memperhatikan beberapa asas, salah satunya menurut
Al-Syaibani antara lain adalah:
a. Asas agama, yakni penerapan metode harus mengacu pada sumber asasi
ajaran Islam Al-Qur‟an dan Hadits.
b. Asas biologis, yakni penerapan metode harus memperhatikan kondisi
kebutuhan jasmani dan tingkat perkembangan peserta didik.
c. Asas psikologis, yakni penerapan metode harus disesuaikan dengan
kondisi minat dan bakat atau motivasi peserta didik.
d. Asas sosial, yakni penerapan metode harus disesuaikan dengan tuntutan
kebutuhan sosial peserta didik yang selalu berubah dan berkembang
setiap saat.23
4. Karakteristik Metode Pendidikan Islam
Islam sebagai ketetapan yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadis sebagai
kode etik merupakan dasar pelaksanaan pendidikan Islam, dengan kata lain
ideologi pendidikan Islam adalah Alquran dan Hadits. Dengan demikian, maka
23A. Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN Malang Press, 2008),
Cet.I, h. 13
16
karakteristik pendidikan Islam adalah karakteristik Alquran dan Hadits.
Konsekuensi dari karakteristik pendidikan Islam berdasarkan alquran dan hadits
adalah: 24
a. Penekanan pada pencarian ilmu pengetahuan, penguasaan dan
pengembangan atas dasar ibadah kepada Allah swt.
b. Penekanan pada nilai-nilai akhlak.
c. Pengakuan akan potensi dan kemampuan seseorang untuk berkembang
dalam suatu kepribadian.
d. Pengamalan ilmu pengetahuan atas dasar tanggung jawab kepada tuhan
dan masyarakat manusia.
Dalam sumber lain ada pun karakteristik Metode Pendidikan Islam sebagai
berikut:
a. Keseluruhan proses penerapan metode pendidikan Islam mulai dari
pembentukannya, penggunaannya sampai pada pengembangannya tetap
didasarkan pada nilai-nilai asasi Islam sebagai ajaran yang universal.
b. Proses pembentukan, penerapan dan pengembangannya tetap tidak
dapat dipisahkan dengan konsep al-akhlak al-karimah sebagai tujuan
tertinggi dari pendidikan Islam.
c. Metode pendidikan Islam bersifat luwes dan fleksibel dalam
artian senantiasa membuka diri dan dapat menerima perubahan
sesuai dengan situasi dan kondisi yang melingkupi proses
kependidikan Islam tersebut, baik dari segi peserta didik, pendidik,
materi pelajaran dan lain-lain.
d. Metode pendidikan Islam berusaha sungguh-sungguh untuk
menyeimbangkan antara teori dan praktek.
e. Metode pendidikan Islam dalam penerapannya menekankan kebebasan
peserta didik untuk berkreasi dan mengambil prakarsa dalam batas-
batas kesopanan dan al-akhlak al-karimah.
24Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan
Bintang, 1979), h. 559-560.
17
f. Dari segi pendidik, metode pendidikan Islam lebih menekankan nilai-
nilai keteladanan dan kebebasan pendidik dalam menggunakan serta
mengkombinasikan berbagai metode pendidikan yang ada dalam
mencapai tujuan pengajarannya.
g. Metode pendidikan Islam dalam penerapannya berupaya
menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan bagi terciptanya
interaksi edukatif yang kondusif.
h. Metode pendidikan Islam merupakan usaha untuk memudahkan
proses pengajaran dalam mencapai tujuannya secara efektif dan
efisien.25
5. Jenis-jenis Metode Pendidikan Islam
Dalam pendidikan Islam, terdapat beberapa metode pendidikan menurut
para ahli. An-Nawawi, seorang pakar pendidikan Islam, mengemukakan metode
pendidikan yang berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist yang dapat menyentuh
perasaan. Sebagaimana yang dikutip oleh Sri Minarti,26
yaitu sebagai berikut:
a. Metode Hiwar (percakapan)
Percakapan ini adalah percakapan silih berganti anatara dua pihak atau
lebih mengenai suatu topik dan sengaja diarahkan pada suatu tujuan yang
dikehendaki oleh pendidik dalam percakapan itu, bahan pembicaraan tidak
dibatasi yang dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang, seperti sains,
filsafat, seni, dan agama. Kadang-kadang pembicaraan itu sampai pada satu
kesimpulan, kadang-kadang pula tidak ada kesimpulan karena salah satu
pihak tidak puas terhadap pendapat pihak lain, jenis-jenis hiwar ini ada lima
macam yaitu sebagai berikut.27
1. Hiwar khitabi, merupakan dialog yang diambil dari dialog antara Tuhan
dan hamba-Nya.
25 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis
(Jakarta Selatan: Ciputat Pers, 2002), h. 70-71.
26
Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam, Fakta Teoritis-Filosofis dan Aplikatif-Normatif, cet. 1,
(jakarta: Amzah, 2013), h. 139.
27
Ibid., h. 140.
18
2. Hiwar washfi, yaitu dialog antara Tuhan dan Makhluk-Nya. Misalnya,
Surat Al-Baqarah (2) ayat 30-31.
إر لئنة سبل قبه ض في جبعو إي ىي س خييفة ال عو قبىا فيب أتج فيب يف سذ
فل يس بء اىذ ح ذك سبح قذس بح ىل أع إي قبه ي ب ل ي تع
Artinya: “ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:
"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."
mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi
itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan
darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui.” (Q.S. al-Baqarah : 30).
عي بء آد ب الس مي ث لئنة عي عشض بء أبئي فقبه اى إ ـؤلء بأس مت صبدقي
".. dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu
berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu
mamang benar orang-orang yang benar!" (Q.S. Al-Baqarah: 31)
3. Hiwar qishasi, adalah percakapan yang baik bentuk maupun rangkaian
ceritanya sangat jelas. Hiwar ini merupakan bagian dari ushlub kisah
dalam Al-Qur’an. Misalnya, kisah Nabi Syuaib dan kaumnya yang
terdapat dalam surah Huud (11) ayat 84-85:
إى ي ذ يب قبه شعي ب ب أخب بذا ق اع ب الل ىن ل غي ش إى قصا ت
يبه ن اى يزا اى إي إي بخي ش أسام أخبف عزاة عيي ن حيط ي
Artinya: “dan kepada (penduduk) Mad-yan (kami utus) saudara mereka,
Syu'aib. ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan
bagimu selain Dia. dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan,
19
Sesungguhnya aku melihatmu dalam Keadaan yang baik (mampu) dan
sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang
membinasakan (kiamat).” (Q.S. Huud: 84)
يب فا ق يبه أ ن اى يزا اى ط قس ببى ل بس تب خسا اى يبء ل أش ا ث ض في تع س ال سذي ف
"dan Syu'aib berkata: "Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan
dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak
mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan
membuat kerusakan. (Q.S. Huud: 85).
4. Hiwar jadali adalah hiwar yang bertujuan untuk memantapkan hujjah,
baik dalam rangka menegakkan kebenaran maupun menolak
kebatilan.28
Contohnya terdapat dalam surah An-Najm (53) ayat 1-5
yang mendeskripkan bintang:
(1) اىج إرا
ب (2) ضو ب صبحبن غ
ب (3) طق ي ع اى
(4) إ ي إل ح يح
(5) ى شذيذ عي اى ق
Artinya: “Demi bintang ketika terbenam. Kawanmu (Muhammad) tidak
sesat dan tidak pula keliru. Dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-
Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain
hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). Yang diajarkan kepadanya
oleh (Jibril) yang sangat kuat. (Q.S. an-Najm : 1-5).
5. Hiwar nabawi adalah hiwar yang digunakan oleh Nabi dalam mendidik
sahabat-sahabatnya, diantaranya:
a. Metode kisah Qur’ani dan Nabawi
28
Ibid., hal, 141.
20
Metode ini adalah penyajian bahan pelajaran yang menampilkan
cerita-cerita yang terdapat dalam al-Qur’an dan Hadist Nabi SAW.
Kisah Qur’ani bukan semata-mata karya seni yang indah, tetapi juga
cara mendidik umat agar beriman kepada-Nya. Dalam pendidikan
islam, kisah merupakan metode yang sangat penting karena dapat
menyentuh hati manusia. Kisah menampilkan tokoh dalam kontek
yang mnyeluruh sehingga pembaca atau pendengar dapat ikut
menghayati, seolah-olah ia sendiri yang menjadi tokohnya.29
b. Metode amsal (perumpamaan).
Metode ini merupakan penyajian bahan pembelajaran dengan
mengangkat perumpamaan yang ada dalam al-Qur’an. Metode ini
memudahkan peserta didik dalam memahami konsep yang abstrak.
Hal ini terjadi karna perumpamaan itu mengambil benda yang
kongkret, seperti kelemahan tuhan orang kafir yang diumpamakan
dengan sarang laba-laba, sarang itu lemah sekali. Bahkan disentuh
oleh lidih pun dapat rusak. Metode ini sama seperti yang
disampaikan oleh Abdurahman Saleh Abdullah. Metode ini
memiliki kelemahan karena dapat memberikan pemahaman konsep
abstrak bagi peserta didik serta dapat memberikan kesan yang
mendalam. Selain itu, dapat juga membawa pemahaman rasional
yang mudah dipahami, sekaligus dapat menumbuhkan daya
motivasi untuk meningkatkan imajinasi yang baik dan
menanggalkan imajinasi yang tercela.30
c. Metode keteladanan (uswah hasanah),
Metode ini memberikan keteladanan atau memberikan contoh yang
baik baik pesarta didik dalam kehidupan sehari-hari. Metode ini
merupakan pedoman untuk bertindak dalam merealisasikan tujuan
pendidikan baik secara institusional maupun nasiomal. Pelajar
meneladani pendidikanya. Ini dilakukan oleh semua ahli
29
Ibid., hal, 141-142. 30
Ibid., h. 142.
21
pendidikan, baik di barat maupun di timur. Secara psikologis,
pelajar memang senang meniru, tidak saja yang baik, tetapi juga
yang tidak baik. Metode ini secara sederhana merupakan cara
memberikan contoh teladan yang baik, tidak hanya memberi di
dalam kelas, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu
peserta didik tidak segan-segan meniru dan mencontohnya, seperti
sholat jamaah, kerja sosial, dan berpartisipasi dalam kegiatan kemas
yarakatan.31
d. Metode pembiasaan
Metode pembiasaan adalah membiasakan anak didik melakukan
sesuatu sejak ia lahir. Inti dari pembiasaan ini adalah pengulangan.
Jadi, sesuatu yang dilakukan peserta didik hari ini kan diulang
keesokan harinya dan begitu seterusnya. Metode ini akan semakin
nyata manfaatnya jika didasarkan pada pengalaman. Artinya,
peserta didik dibiasakan untuk melakukan hal-hal yang bersifat
terpuji. Misalnya, peserta didik dibiasakan untuk mengucapkan
salam ketika masuk kelas, pembiasaan ini juga dapat diartikan
dengan pengulangan. Oleh sebab itu, metode ini juga berguna untuk
menguatkan hafalan peserta didik.
e. Metode Ibrah dan Mau’idzah
Metode ibrah merupakan penyajian bahan pembelajaran yang
bertujuan melatih daya nalar pembelajar dalam menangkap makna
terselubung dari suatu pernyataan atau kondisi psikis yang
menyampaikan manusia kepada intisari suatu yang disaksikan.
Sementara itu, metode mau’idzah adalah pemberian motivasi
dengan menggunakan keuntungan dan kerugian dalam melakukan
perbuatan.32
f. Metode Targhib dan Tarhib.
31
Ibid., h. 142. 32
Ibid., h. 143.
22
Metode targib dan tarhib adalah penyajian pelajaran dalam konteks
kebahagiaan hidup akhirat. Targhib berarti janji Allah terhadap
kesenangan dan kenikmatan akhirat yang disertai bujukan.
Sementara itu, tarhib adalah penyajian bahan pembelajaran dalam
konteks hukuman (ancaman Allah) akibat perbuatan dosa yang
dilakukan.33
Dan kemudian penulis akan menambahkan beberapa metode pendidikan
Islam yang belum disebutkan di atas, adapun metode-metodenya sebagai berikut:
a. Metode nasihat
Al-Qur’an menggunakan kalimat-kalimat yang menyentuh hati untuk
mengarahkan manusia kepada ide yang dikehendakinya. Inilah kemudian
yang dikenal dengan nasihat. Teapi nasihat yang disampaikanya ini selalu
disertai dengan panutan atau teladan dari si pemberi atau penyampai
nasihat itu. Ini menunjukan bahwa antara satu metode yakni nasihat
dengan metode lain yang dalam hal ini keteladanan bersifat saling
melengkapi.34
Selanjutnya dapat dilihat pula nasihat yang terkandung dalam al-
Qur’an surat Al-Isra, (17): 22-38 yang isinya antara lain agar jangan
menyekutukan Tuhan (syirik), agar berbuat baik kepada ibu dan bapak
dengan mendoa’akan dan lainya, membantu sanak saudara, orang-orang
miskin, ibnu sabil. Tidak boros, tidak kikir, tidak membunuh tanpa sebab
yang dibolehkan agama, tidak memakan harta anak yatim, menaati janji,
penyempurnakan timbangan dan takaran, tidak menjadi saksi palsu, dan
tidak sombong.35
Melihat isi nasihat tersebut, nampak bahwa di dalam al-Qura’an
terdapat pengulangan materi nasihat. Pada ayat di atas pengulangan
nasihat terjadi pada larangan menyekutukan Tuhan, perintah berbuat baik
kepada ibu, dan tidak sombong. Pengulangan ini terjadi bisa dipahami
33
Ibid., h. 143. 34
Abuddin Nata, Op. Cit., h. 150. 35
Ibid., h. 152.
23
bahwa masalah yang dinasihatkan itu begitu penting sesuai dengan
konteks soalnya.
Dari uraian tersebut di atas, terlihat bahwa al-Qur’an secara eksplisit
menggunakan nasihat sebagai salah satu cara untuk menyampaikan suatu ajaran.
al-Qur’an berbicara tentang penasihat, yang dinasihati, obyek nasihat, situasi
nasihat dan latar belakang nasihat. Karena sebagai suatu metode pengajaran
nasihat dapat diakui kebenaranya.
b. Metode Ceramah
Metode yang dianggap paling tua dalam proses pendidikan dan
memiliki peran yang sangat besar dalam berkontribusi mencerdaskan
peserta didik adalah metode ceramah (khutbah). Walaupun dianggap
kurang modern akhir-akhir ini namun metode ini masih saja diminati dan
selalu digunakan pendidik dalam mentransformasikan pengetahuan kepada
anak didik. Dalam istilah lama, metode ini disebut juga metode
memberitahukan. Di samping itu ada juga yang menyebutnya metode
penyampaian informasi atau metode cerita (bercerita). Ceramah ini
dipergunakan sejak dari masa-masa Nabi dan Rasul untuk menyampaikan
perintah-perintah Tuhan,36
seperti difirmankan di dalam surat Al-A’raf
ayat 35 berikut ini:
بي يب ب آد إ تين سسو يأ ن يقص آيبتي عيي ن ف يح اتق أص ف فل خ ل عيي
ز يح
Artinya: “Hai anak-anak Adam, jika datang kepadamu Rasul-rasul
daripada kamu yang menceritakan kepadamu ayat-ayat-Ku, Maka
Barangsiapa yang bertakwa dan Mengadakan perbaikan, tidaklah ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
(Q.S. al-A’raf : 35).”
36
Hadari Nawawi, Pendidikan Dalam Islam, (Surabaya : Al-Ikhlas, 1993), h. 23.
24
Ayat tersebut di atas menunjukan dengan jelas, bahwa tabligh atau
menyampaikan suatu ajaran, khususunya dengan lisan diakui keberadaanya,
bahkan telah dipraktikkan oleh Rasullah SAW dalam mengajak umat manusia ke
jalan Tuhan. Pada masa sekarang ini, istilah tabligh termasuk ceramah amat
populer dan banyak digunakan termasuk dalam pengajaran, karena metode ini
termasuk yang paling mudah, murah dan tidak banyak memerlukan peralatan.37
Daya tarik ceramah, atau tabligh bisa berbeda-beda, tergantung kepada
siapa pembicaraanya, bagaimana pribadi si pembicara itu, dan bagaimana bobot
pembicaraanya itu, dan apa prestasi yang telah dihasilkan. Semua ini akan
menjadi catatan yang mendasari daya tarik tabligh yang disampaikan. Ini
mengingatkan atau memberi petunjuk, bahwa jika seorang guru akan
mempergunakan metode ceramah, dan ceramahnya itu ingin diperhatikan orang
bahkan ceramahnya itu dijadikan pegangan hidup, maka si penceramah atau guru
itu harus mempunyai kualitas-kualitas sebagaimana disebutkan di atas.
c. Metode Diskusi
Metode diskusi (mujadalah) ialah suatu cara mempelajari materi
pelajaran dengan memperdebatkan masalah yang timbul dan saling
mengadu argumentasi secara rasional dan objektif. Menurut M. Arifin
bahwa metode diskusi juga diperhatikan oleh al-Qur’an dalam mendidik
dan mengajar manusia dengan tujuan lebih memantapkan pengertian, dan
sikap pengatahuan mereka terhadap sesuatu masalah. Perintah Allah dalam
hal ini adalah agar kita mengajak kejalan yang benar dengan hikmah dan
mau’idzah yang baik dan membantah mereka dengan berdiskusi dengan
cara paling baik.38
Sebagaimana disebutkan dalam surah An-Nahl ayat
125:
ع اد ة سبل سبيو إى عظة ببى حن اى اى حسة جبدى ي ببىتي س أح سبل إ ي أع ضو ب
ع سبيي ي أع تذي ببى
37
Abuddin Nata, Op. Cit., h. 158. 38
M. Arifin, Op. Cit., h. 75.
25
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang
yang mendapat petunjuk. (Q.S. an-Nahl : 125).”
Dari segi pendidikan diskusi merupakan ajang untuk melatih diri dalam
berfikir kritis, bersikap dengan bijak, dan berbicara untuk berani mengemukakan
pendapatnya secara rasional dan objektif dalam pemecahan suatu masalah. Untuk
lebih memotivasi anak didik untuk ikut serta dalam kegiatan ini dibutuhkan
permasalahan yang memiliki jawaban beragam sehingga membuka ruang berfikir
yang seluas-luasnya bagi peserta akan tetapi hendaknya permasalahan diambil
dari permasalahan yang up to date dengan demikian minat peserta untuk
mengikuti sangat antusias.
Selain itu, terdapat dua puluh metode dan teknik pengajaran ala Rasul yang
dikutip oleh Kamrani Buseri dalam bukunya39
, diantaranya:
1. Learning conditioning
a. Meminta untuk diam: “wahai manusia, tenanglah kalian” Kemudian
melanjutkan lagi “.... Diamlah, janganlah kalian kembali kafir setelah
(kematian)-ku, yaitu sebagian kamu memukul tengkuk sebagian yang
lain...”.
b. Menyeru secara langsung: “Wahai sekalian manusia, berkumpullah!”
c. Perintah untuk menyimak dan diam dengan cara tidak langsung:
“Ambillah dariku! Ambillah dariku!”
2. Active interaction
a. Interaksi pendengaran dapat dilakukan dengan teknik berbicara: tidak
bertele-tele dan tidak terlalu bernada puitis, mengeraskan, mengubah
warna suara serta diam sebentar di tengah-tengah penjelasan.
39
Kamrani Buseri, Dasar, Asas dan Prinsip Pendidikan Islam, (Kalimantan Selatan: IAIN
Antasari, 2014), h. 119-123
26
b. Interaksi dilakukan dengan pandangan antara pemateri dan
audiensinya, memanfaatkan ekspresi wajah, dan tersenyum.
3. Applied-Learning Method
a. Metode praktikum yang ditetapkan oleh guru.
b. Metode praktikum yang dilakukan oleh murid.40
4. Scanning and Levelling.
Terdapat perbedaan tingkat kecerdasan dan pemahaman antara seorang
peserta dari peserta yang lain, oleh karena itu instruktur/guru harus
memastikan tingkat penyampaiannya dapat dipahami oleh semua tingkat
intelektual peserta.
5. Discussion and Feedback
Diskusi dan komunikasi dapat memperjelas materi yang disampaikan
karena dengan cara tersebut instruktur dapat memastikan tingkat
pemahaman audiens.
6. Storytelling
a. Cerita pada umumnya disukai oleh jiwa manusia. Ia juga memiliki
pengaruh yang menakjubkan untuk dapat menarik perhatian pendengar
dan membuat seseorang bisa mengingat kejadian-kejadian dalam
sebuah kisah dengan cepat.
b. Cerita juga bisa menjadikan proses belajar menjadi lebih fun dan
menarik.
7. Analogy and Case Study
Memberikan perumpamaan merupakan sarana yang efektif untuk
memudahkan pemahaman materi yang disampaikan.
8. Teaching and Motivation
Menggunakan metode tasywiq dan pemberian motivasi adalah salah satu
metode yang paling baik untuk memancing semangat belajar, meneliti, dan
menelaah seorang murid.41
9. Body Language
40
Kamrani Buseri, Ibid. h. 120. 41
Kamrani Buseri, Ibid. h. 120.
27
Manfaat menggunakan gerakan/isyarat adalah agar ucapan bertambah
terang, lebih pasti dan jelas, untuk menarik perhatian pendengar dan
membuat makna yang dimaksud melekat pada pikiran pendengar, serta
untuk mempersingkat waktu.
10. Picture and Graph Technology
a. Materi yang diperkuat dengan gambar atau tulisan akan membuat
penjelasan semakin jelas.
b. Multimedia berperan penting dalam penyampaian materi/presentasi.
11. Reasoning and Argumentation
Metode ini bermanfaat untuk memperjelas sesuatu yang sulit dan berat
dipahami oleh murid, memberikan perasaan tenang bagi murid karena
makna yang terkandung akan melekat pada otak, dan membuat ilmu
pengetahuan semakin tertanam pada otak murid.
12. Self Reflection
Memberikan kesempatan kepada murid untuk menjawab sendiri suatu
pertanyaan merupakan metode yang sangat bermanfaat dalam
mengoptimalkan kerja otak dan mengasah pikiran.
13. Affirmation and Repetition
Menggunakan pengulngan kalimat dan ucapan nama.
14. Focus and Point Basis
a. Memperkuat pemahaman dan memperluas pengetahuan.
b. Melekatkan pemahaman tertentu pada pikiran murid.
c. Memberikan petunjuk berupa perbandingan akan dapat membantu
murid menemukan jawaban yang benar.
15. Question and Answer Method
Teknik bertanya adalah metode yang baik untuk menarik perhatian
pendengar dan membuat pendengar siap terhadap apa yang akan
disampaikan kepadanya.42
16. Guessing with Question
a. Memperkuat pemahaman dan memperluas pengetahuan.
42
Kamrani Buseri, Ibid. h. 121.
28
b. Melekatkan pemahaman tertentu pada pikiran murid.
c. Memberikan petunjuk berupa perbandingan akan dapat membantu
murid menemukan jawaban yang benar.
17. Encouraging Students to Ask
a. Bertanya dapat menghapuskan kebodohan serta memperbaiki
pemahaman dan pemikiran.
b. Guru yang memberikan kesempatan dan motivasi kepada murid-
muridnya untuk berani mengajukan pertanyaan memiliki beberapa
manfaat, yaitu: mengukur tingkat pemahaman murid-muridnya,
memberikan motivasi kapada murid yang pemalu (agar berani
mengajukan pertanyaan), agar murid-murid yang lain dapat mengambil
manfaat ketika mendengar jawaban dari pertanyaan yang diajukan,
serta sebagai introspeksi seorang guru untuk kembali mengevaluasi
cara menyampaikan pelajarannya, yaitu ketika ia mengetahui dari
pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan murid-murinya bahwa
muridnya belum memahami pelajaran dengan baik.
18. Wisdom in Answering Question
a. Menyikapi orang yang mengajukan pertanyaan sesuai dengan tingkat
pengetahuannya.
b. b. Menyikapi si penanya dengan sikap yang bermanfaat baginya.
19. Commenting on Students Question
Ungkapan yang dikemukakan harus dengan Bahasa yang santun dan
memotivasi.43
20. Honesty
a. Mengatakan sesuatu yang tidak berdasarkan ilmu selalu mendapat
kecaman dari kitabullah dan sabda Rasululah SAW.
b. Mengatakan sesuatu tanpa didasari ilmu hanya akan merusak dan
berdampak negative.
c. Tidak mengetahui sesuatu bukanlah suatu aib dan kekurangan bagi
seorang guru.
43
Kamrani Buseri, Ibid. h. 122.
29
d. Seorang guru harus menanamkan sikap mulia berani mengakui
ketidaktahuan ke dalam jiwa murid-muridnya.44
Dengan penjelasan beberapa metode pendidikan diatas menandakan
pentingnya pengetahuan seorang guru tentang penggunaan metode-metode
penndidikan agar dapat menyesuaikan dengan kebutuhan peserta didik.
6. Pendekatan Metode Pendidikan Islam
Dalam proses belajar dalam dunia penddikan tentu memerlukan metode
pelajaran, terhusus metode Pendidikan Islam, dalam menggerakan metode tentu
ada macam-macam pendekatan yang dilakukan, berikut menurut buku
Mohammad Salik ada 5 pendekatan di antaranya sebagai berikut:45
a. Pendekatan Filosofis, Ilmu Pendidikan Islam sebagai proses
kependidikan yang didasari oleh nilai-nilai ajaran Islam yang bersumber
dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.
b. Pendekatan Sistem, pendidikan Islam dipandang sebagai proses melalui
sistem yang terdiri dari sub-sub yang saling berkesinambungan untuk
mencapai tujuan pendidikan.
c. Pendekatan Pedagogis dan Psikologis, menuntut bahwa manusia didik
adalah mahluk Tuhan yang berada dalam proses perkembangan dan
partumbuhan ruhaniah dan jasmaniah yang memerlukapan bimbingan
melalui pendidikan.
d. Pendekatan Keagamaan, memandang bahwa ajaran Islam yang
bersumber dari Kitab Suci Al-Qur’an dan Sunnah Nabi sebagai
petunjuk dan sumber motivasi serta inspirasi hidup.
e. Pendekatan Historis, menempatkan fakta-fakta sejarah Umat Islam yang
berawal dari Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul.
44
Kamrani Buseri, Ibid. h. 123.
45 Mohammad Salik, Ilmu Pendidikan Islam, (Surabaya: UIN SA Press, 2014), h. 88.
30
Adapun pendekatan-pendekatan lainnya menurut buku Nurjannah, sebagai
berikut:46
a. Pendekatan filosofis, pendekatan ini berdasarkan prinsip bahwa
manusia itu sebagai makhluk yang berfikir. Sehingga materi ajar yang
dibawakan berdasarkan menyesuaikan dengan sejauh mana
perkembangan berfikir siswa. Dengan adanya pendekatan ini siswa
diharapkan dapat memaksimalkan potensi berfikirnya secara maksimal.
b. Pendekatan deduksi-induksi, pendekatan ini bertujuan untuk melatih
siswa agar dapat berfikir secara ilmiah, membandingkan, serta
menimbang antar bagian, dan mengambil kesimpulan dari pinsip-
prinsip yang bersifat umum atau khusus.
c. Pendekatan sosio-kultural, pendekatan ini berdasarkan pada prinsip
bahwa manusia adalah makhluk yang bermasyarakat atau makhluk
sosial. Sehingga pendekatan ini bertujuan untuk melatih sikap
kebersamaan siswa, baik dalam lingkungan sekolah, maupun
masyarakat.
d. Pendekatan fungsional, pendekatan ini bersumber pada aspek
kebermanfaatan kepada peserta didik. Maka dari itu segala sesuatu yang
disampaikan kepada peserta didik bukan hanya melatih dalam aspek
kognitif saja, tetapi juga menyesuaikan dengan kebutuhannya di masa
depan.
e. Pendekatan emosional, pendekatan emosional biasanya berkaitan
dengan perasaan. Dengan demikian, metode pendidikan islam yang
menggunakan pendekatan emosional diharapkan mampu menyentuh
aspek rohani peserta didik sehingga menumbuhkan semangat dalam
beribadah dan menuntut ilmu.
7. Fungsi Metode Pendidikan Islam
46 Nurjannah Riannie, “Pendekatan dan Metode Pendidikan Islam, (Sebuah Perbandingan
dalam Konsep Teori Pendidikan Islam dan Barat)”, Management of Education, Vol 1 No. 2, h.
108-109.
31
Berbicara mengenai fungsi metode, secara umum dapat dikemukakan
sebagai pemberi jalan atau cara yang sebaik mungkin bagi pelaksanaan
operasional dari ilmu pendidikan tersebut.47
Sedangkan dalam konteks lain
metode merupakan, sarana untuk menentukan, menguji, dan menyusun data yang
diperlukan bagi pengembangan disiplin suatu ilmu.48
Dari dua pendekatan ini
segera dapat dilihat bahwa pada intinya metode berfungsi mengantarkan pada
suatu tujuan kepada obyek sasaran tersebut.
Secara essensial metode sebagai alat yang dipergunakan untuk mencapai
tujuan pendidikan itu mempunyai fungsi ganda yakni:49
a. Polipragmatis. Dari asal katanya poli berarti banyak, ini menunjukkan
fungsi polipragmatis berarti metode memiliki berbagai macam fungsi atau
memiliki fungsi yang berbeda. Misalnya, suatu metode pada situasi yang
berbeda dapat dipergunakan untuk hal yang berbeda juga. Misalnya,
metode itu dapat merusak, namun pada situasi dan kondisi yang lain juga
dapat digunakan untuk membangun atau untuk memperbaiki. Kegunaanya
dapat bergantung kepada si pemakai atau pada corak dan bentuk serta
kemampuan dari metode sebagai alat. Contoh konkrit dalam hal ini seperti
media video yang mempergunakan video sebagai salah satu media
pembelajaran yang dapat menayangkan semua jenis film.
b. Monopragmatis. Mono berarti satu atau tunggal. Monopragmatis berarti
yang hanya dapat dipergunakan untuk mencapai satu macam tujuan saja.
Misalnya metode eksperimen ilmu alam yang menggunakan laboratorium
ilmu alam, hanya dapat dipergunakan untuk eksperimen-eksperimen
bidang ilmu alam, dan tidak dipergunakan untuk eksperimen ilmu-ilmu
lain seperti ilmu sosial dan lain-lain.
47 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner, Ed. 1, cet. 1, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 61.
48
Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan, Sistem dan Metode, cet. 1, (Yogyakarta: Yayasan
Penerbit IKIP Yogyakarta, 1990), h. 85.
49
Samsul Nizarmsul Nizar Al Rasyidin, Fillsafat Pendidikan Islam: Pendidikan Historis,
Teoritis dan Praktis, (Jakarta : Ciputat Press, 2005), h. 149.
32
Pada pembahasan di atas, intisari dari fungsi metode pendidikan Islam
adalah tercapainya keberhasilan belajar. Dengan demikian, kemampuan peserta
didik dapat dipetakan sesuai dengan kapasitasnya sehingga akan menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan. Selain itu, penggunaan berbagai macam
metode juga dapat melatih kemampuan sosial peserta didik sehingga dapat
melakukan sosialisasi dengan peserta didik lain dalam pembelajaran. Dengan kata
lain inti dari pembahasan fungsi metode pendidikan adalah memberi inspirasi
peserta didik melalui hubungan yang serasi antara pendidik dan peserta didik yang
seiring dengan tujuan pendidikan Islam.
Di samping itu, Abuddin Nata dalam buku nya mengatakan bahwa metode
itu amat penting dalam menyampaikan pendidikan. Namun, hal itu menurut
prespektif Al-Qur’an harus bertolak dari pandangan yang tepat terhadap manusia
sebagai makhluk yang dapat dididik melalui pendekatan jasmani, rohani, dan akal
pikiran. Karena itu ada materi yang berkenaan dengan dimensi afektif yang
kesemuanya itu menghendaki pendekatan metode yang berbeda-beda.50
Menurut buku Mohammad Salik, fungsi dari metode Pendidikan Islam
adalah mengantarkan pada suatu tujuan atau objek sasaran. Sasaran di sini adalah
penguasaan metode seorang pendidik untuk mentrasformasi materi pelajaran
dengan baik.51
Menurut buku Abuddin Nata, di dalam Islam metode Pendidikan
Islam berfungsi sebagai sarana yang membawa seseorang sampai kepada tujuan
sang pencipta atau sang khaliq, yang digunakan sebagai sarana untuk
menyampaikan pelajaran di muka bumi.52
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Dalam bagian ini berisi hasil-hasil penelitian yang terdahulu, yang telah
direview sesuai dengan jenis masalah, penelitian atau tema pokok yang diajukan
oleh peneliti, dengan adanya hasil penelitian yang relevan ini, maka penelitian
yang diajukan dapat dipertanggung jawabkan keaslianya.
50 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Edisi Baru), (Jakarta: Gaya Media Pratama,
2005), h. 146-147.
51
Salik., op.cit, h. 90.
52
Nata., op.cit, h. 146.
33
Dengan demikian, setelah penulis melakukan tinjauan dari berbagai sumber,
maka penulis dapati ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang
penulis lakukan. Berikut penulis sajikan data-data penelitian yang relevan tersebut
agar bisa dijadikan perbandingan atau pertimbangan peneliti agar tidak terjadi
duplikasi dalam penelitian yang dilakukan.
Penelitian yang pertama adalah Metode Pendidikan Islam yang Terkandung
dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl Ayat 125-126. Skripsi ini disusun oleh Miftahul
Jannah, mahasiswa pendidikan agama islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2014.Pada penelitian ini,
metode yang digunakan adalah metode content analysis atau analisis isi yang
digunakan untuk menelaah isi dari suatu dokumen. Dalam hal ini dokumen yang
dimaksud adalah Kitab suci Al-Qur’an dan tafsir-tafsir yang bermacam-macam.
Adapun hasil dari penelitian Metode Pendidikan islam yang terkandung dalam
surat An-Nahl ayat 125-126 adalah Metode pendidikan islam seperti metode
nasihat, teladan, diskusi dan hukuman.53
Adapun persamaan pada penelitian ini
adalah, terletak pada aspek kajian, yang sama-sama berjudul Metode Pendidikan
Islam, dan metode yang digunakan adalah sama-sama menggunakan analysis
content atau analisis isi, sedangkan letak perbedaanya adalah pada objek kajianya
dan analisis metode tafsir. Penelitian Miftahul Jannah menggunakan satu objek
kajian, yaitu Surat Al-Maidah ayat 125-126 menggunakan metode tafsir maudhui,
sedangkan penulis menggunakan tiga objek kajian yaitu Surat Al-Maidah ayat 67,
Surat An-Nahl ayat 125, dan Surat Al-Ahzab ayat 21 menggunakan metode tafsir
Tahlili.
Penelitian yang kedua adalah Metode Pendidikan Dalam Prespektif Al-
Qur’an Kajian Q. S An-Nahl Ayat 125-127, merupakan skripsi yang disusun oleh
Cindi Pertiwi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Pada Tahun 2012. Pada penelitian ini,
metode yang digunakan adalah metode content analysis atau analisis isi yang
digunakan untuk menelaah isi dari suatu dokumen. Dalam hal ini dokumen yang
53 Miftahul Jannah, Metode Pendidikan Islam yang Terkandung dalam Al-Qur’an Surat An-
Nahl Ayat 125-126, Skripsi pada program sarjana strata 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
34
dimaksud adalah Al-Qur’an dan dibantu dengan berbagai macam kitab tafsir.
Adapun hasil dari Metode Pendidikan Dalam Prespektif Al-Qur’an Kajian Q. S
An-Nahl Ayat 125-127 adalah: metode hikmah, mauidzah, jidal, Al-Muhtadin dan
As-Shabru.54
Adapun persamaan pada penelitian ini adalah, terletak pada aspek
kajian, yang sama-sama berjudul Metode Pendidikan, dan metode yang digunakan
adalah sama-sama menggunakan analysis content atau analisis isi, dan sedengkan
letak perbedaanya adalah pada objek kajian. Cindi Pertiwi menggunakan satu
objek kajian, yaitu surat An-Nahl ayat 125-127. Sedangkan penelitian ini
menggunakan tiga objek kajian surat yang berbeda, yaitu Surat Al-Maidah ayat
67, Surat An-Nahl 125, dan Surat Al-Ahzab ayat 21.
Dengan demikian berdasarkan hasil penelitian yang relevan di atas dapat
diketahui bahwa memang sudah ada beberapa penelitian terkait yang mengkaji
tentang Metode Pendidikan, baik secara umum atau pun Islam, namun judul dan
objek kajian pembahasannya serta fokus kajian pada ayat nya yang berbeda
dengan penelitian yang penulis lakukan yakni peneliti melakukan kajian tafsir
dengan fokus pada metode Pendidikan Islam dalam kajian tafsir 3 surat yakni Q.S.
al-Maidah ayat 67, Q.S. an-Nahl ayat 125 dan Q.S. al-Ahzab ayat 21 dengan
menggunakan metode tahlili.
54 Cindi Pratiwi, Metode Pendidikan dalam Prespektif dalam Al-Qur’an Kajian Surat An-
Nahl Ayat 125-127, skripsi pada program sarjana strata 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012.
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Objek dan Waktu Penelitian
Objek yang dibahas dalam penelitian ini adalah metode Pendidikan Islam
dalam prespektif Al-Qur’an surat al-Maidah ayat 67, surat an-Nahl ayat 125 dan
surat al-Ahzab ayat 21. Lebih dalam lagi, pada penelitian ini dibahas mengenai
asbabun nuzul dan tafsir surat al-Maidah ayat 67, surat an-Nahl ayat 125 dan surat
al-Ahzab ayat 21, sampai pada pembahasan mengenai metode apa saja yang
terkandung dalam ketiga surat tersebut dan bagaimana penerapan metode-metode
pendididikan tersebut. Waktu penelitian dilakukan adalah pada bulan Agustus
2019 sampai selesai.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kepustakaan (Library Research).
Penelitian kepustakaan bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi dengan
berbagai jenis materi yang terdapat dalam kepustakaan. Sebagai contoh, kitab
tafsir, kitab hadis, koran, majalah, naskah sejarah, dan lain lain. Dan pada
dasarnya, data-data yang telah didapatkan pada penelitian kepustakaan dijadikan
sebagai alat utama untuk analisis praktek penelitian.
Metode pembahasan dalam penelitian ini bersifat deskriptif analisis dengan
menggunakan teknik analisis kajian isi melalui studi kepustakaan (library
research)1. Artinya setelah data diperoleh kemudian dibahas dengan memberikan
gambaran deskriptif tentang masalah yang diteliti, sedangkan dalam menafsirkan
ayat-ayatnya, penulis menggunakan metode tahlili. Dengan demikian akan
diperoleh gambaran yang jelas mengenai metode pendidikan Islam dalam al-
Qur’an.
1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), h. 202.
36
Selain itu, penulis juga menggunakan teknik analisis kajian isi2 melalui
pendekatan interpretasi metode pendidikan dalam al-Qur’an, yaitu lebih mengarah
pada proses penguraian yang beranjak dari isi dan makna yang lebih mengarah
pada makna terpendam dan tersembunyi, memahami konsep metode pendidikan
dalam al-Qur’an secara utuh. Sedangkan teknik penulisan skripsi ini berpedoman
pada buku Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2019.3
Adapun sumber data yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini
dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu sumber primer dan sumber sekunder.
Yang dimaksud sumber data pada penelitian ini adalah dari mana data diperoleh.4
Dalam penelitian ini, karena penulis menggunakan metode library research,
sumber data yang penulis gunakan adalah sebagai berikut :
1. Sumber data primer, yaitu data yang diperoleh dari sumber asli yang
berisi informasi pokok dari data tersebut. Karena pada penelitian ini
penulis mengkaji mengenai metode pendidikan Islam dalam al-Qur’an,
maka penulis menggunakan buku-buku tentang metode pendidikan
Islam dan buku-buku tafsir sebagai sumber data primer yang menjadi
acuan dasar penulis. Adapun buku tafsir yang penulis gunakan yaitu
tafsir Ibnu Katsir, tafsir al Maraghi, tafsir al Azhar serta tafsir al
Misbah.
2. Sumber data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber bukan asli
yang berisi informasi penunjang dari data yang dibutuhkan.5 Buku-buku
yang relevan dengan pendidikan dalam pembahasan penelitian ini.
2 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung : Alfabeta,
2008), h. 12. 3 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pedoman
Penulisan Skripsi. (Jakarta : FITK, 2015).
4 Suharsimi Arikunto, Op.Cit. h. 129.
5 M. Arifin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995), h. 133.
37
Dari beberapa sumber penelitian yang ada, penulis lebih banyak
menggunakan sumber primer sebagai rujukan utama yang kemudian diperkuat
dengan sumber sekunder.
C. Fokus Penelitian
Menurut Sugiyono, dalam penelitian kualitatif yang disebut dengan fokus
penelitian adalah batasan masalah.6Berdasarkan judul yang ditulis, dalam
penelitian ini penulis memfokuskan kajian tafsir mengenai metode pendidikan
Islam yang terkandung dalam Q.S. al-Maidah : 67, Q.S. an-Nahl : 125 dan Q.S.
al-Ahzab : 21 sesuai dengan data-data dan sumber-sumber yang relevan dan
bagaimana penerapan metode-metode tersebut.
D. Prosedur Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan jenis penelitian
kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang menggunakan data dan
informasi dengan bantuan bermacam-macam materi yang terdapat dalam
kepustakaan7. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data atau
informasi dari berbagai sumber pustaka yang kemudian disajikan dengan cara
baru atau untuk keperluan baru.
Dalam penelitian ini, bahan-bahan pustaka ini diperlukan sebagai sumber
ide untuk menggali pemikiran atau gagasan baru, sebagai bahan dasar untuk
melakukan deduksi, dari pengetahuan yang telah ada, sehingga kerangka teori
baru dapat dikembangkan, atau sebagai bahan untuk memecahkan suatu masalah.
Penelitian kepustakaan juga dapat dipahami sebagai penelitian teoritik dan
terkait pada values, tetapi tetap diperlukan keterkaitannya dengan empiris.8
6 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods),
(Bandung: Alfabeta, 2011), h. 287. 7 Sugiyono, Op.Cit. h. 12.
8 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta : Rake Sarasin, 1996), h.
55.
38
Dengan demikian, data yang diperoleh dari penelitian ini di deskripsikan apa
adanya kemudian dianalisis.
Selain itu, dalam menafsirkan ayat yang menjadi objek kajian dalam
penelitian ini, penulis juga menggunakan metode tafsir Tahlili. Metode tahlili atau
biasa disebut Baqir al-Shadr merupakan salah satu metode dalam menafsirkan al-
Qur’an dengan menjelaskan al-Qur’an dari berbagai seginya.9 Mulai dari kosa
kata, konotasi kalimat, latar belakang turunnya ayat, kaitannya dengan ayat lain,
baik sebelum maupun setelahnya, serta pendapat-pendapat yang telah diberikan
yang berkaitan dengan tafsiran ayat-ayat tersebut.10
Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan prosedur penelitian
sebagai berikut :
1. Tahap Menterjemahkan: Pada tahap ini penulis menterjemahkan ayat
yang ada. Tahap menterjemahkan dilakukan agar mempermudah dalam
tahap berikutnya, yaitu mengartikan kosakata.
2. Tahap Mengartikan Kosakata: Dalam melakukan mengartikan kosakata
penulis merujuk kepada berbagai kamus, seperti kamus al Munawwir
yang ditulis oleh Ahmad Warson Munawwir dan Kamus Mahmud
Yunus.Mengartikan kosakata ini perlu dilakukan karena untuk
mengetahui kata kunci yang akan mempermudah dalam mengamati
ayat.
3. Tahap Menafsirkan: Pada bagian ini penulis menafsirkan ayat-ayat yang
menjadi kajian pada penelitian ini. Dalam menafsirkan ayat, penulis
merujuk kepada berbagai buku tafsir, yaitu tafsir Ibnu Katsir, tafsir al
Maraghi, tafsir al Azhar serta tafsir al Misbah.
4. Tahap Mengamati: Pada bagian ini penulis mengamati dan
menganalisis ayat yang telah ditafsirkan. Setelah tahap ini selesai
kemudian ditulis dalam bentuk laporan.
9 Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif, (Jakarta : Kencana, 2011), h. 169
10
Quraisy Shihab, Membumikan al-Qur’an, (Bandung : Mizan, 1994), h. 68.
36
Selain itu, penulis juga menggunakan teknik analisis kajian isi2 melalui
pendekatan interpretasi metode pendidikan dalam al-Qur’an, yaitu lebih mengarah
pada proses penguraian yang beranjak dari isi dan makna yang lebih mengarah
pada makna terpendam dan tersembunyi, memahami konsep metode pendidikan
dalam al-Qur’an secara utuh. Sedangkan teknik penulisan skripsi ini berpedoman
pada buku Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2019.3
Adapun sumber data yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini
dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu sumber primer dan sumber sekunder.
Yang dimaksud sumber data pada penelitian ini adalah dari mana data diperoleh.4
Dalam penelitian ini, karena penulis menggunakan metode library research,
sumber data yang penulis gunakan adalah sebagai berikut :
1. Sumber data primer, yaitu data yang diperoleh dari sumber asli yang
berisi informasi pokok dari data tersebut. Karena pada penelitian ini
penulis mengkaji mengenai metode pendidikan Islam dalam al-Qur’an,
maka penulis menggunakan buku-buku tentang metode pendidikan
Islam dan buku-buku tafsir sebagai sumber data primer yang menjadi
acuan dasar penulis. Adapun buku tafsir yang penulis gunakan yaitu
tafsir Ibnu Katsir, tafsir al Maraghi, tafsir al Azhar serta tafsir al
Misbah.
2. Sumber data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber bukan asli
yang berisi informasi penunjang dari data yang dibutuhkan.5 Buku-buku
yang relevan dengan pendidikan dalam pembahasan penelitian ini.
2 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung : Alfabeta,
2008), h. 12. 3 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pedoman
Penulisan Skripsi. (Jakarta : FITK, 2015).
4 Suharsimi Arikunto, Op.Cit. h. 129.
5 M. Arifin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995), h. 133.
37
Dari beberapa sumber penelitian yang ada, penulis lebih banyak
menggunakan sumber primer sebagai rujukan utama yang kemudian diperkuat
dengan sumber sekunder.
C. Fokus Penelitian
Menurut Sugiyono, dalam penelitian kualitatif yang disebut dengan fokus
penelitian adalah batasan masalah.6Berdasarkan judul yang ditulis, dalam
penelitian ini penulis memfokuskan kajian tafsir mengenai metode pendidikan
Islam yang terkandung dalam Q.S. al-Maidah : 67, Q.S. an-Nahl : 125 dan Q.S.
al-Ahzab : 21 sesuai dengan data-data dan sumber-sumber yang relevan dan
bagaimana penerapan metode-metode tersebut.
D. Prosedur Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan jenis penelitian
kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang menggunakan data dan
informasi dengan bantuan bermacam-macam materi yang terdapat dalam
kepustakaan7. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data atau
informasi dari berbagai sumber pustaka yang kemudian disajikan dengan cara
baru atau untuk keperluan baru.
Dalam penelitian ini, bahan-bahan pustaka ini diperlukan sebagai sumber
ide untuk menggali pemikiran atau gagasan baru, sebagai bahan dasar untuk
melakukan deduksi, dari pengetahuan yang telah ada, sehingga kerangka teori
baru dapat dikembangkan, atau sebagai bahan untuk memecahkan suatu masalah.
Penelitian kepustakaan juga dapat dipahami sebagai penelitian teoritik dan
terkait pada values, tetapi tetap diperlukan keterkaitannya dengan empiris.8
6 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods),
(Bandung: Alfabeta, 2011), h. 287. 7 Sugiyono, Op.Cit. h. 12.
8 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta : Rake Sarasin, 1996), h.
55.
38
Dengan demikian, data yang diperoleh dari penelitian ini di deskripsikan apa
adanya kemudian dianalisis.
Selain itu, dalam menafsirkan ayat yang menjadi objek kajian dalam
penelitian ini, penulis juga menggunakan metode tafsir Tahlili. Metode tahlili atau
biasa disebut Baqir al-Shadr merupakan salah satu metode dalam menafsirkan al-
Qur’an dengan menjelaskan al-Qur’an dari berbagai seginya.9 Mulai dari kosa
kata, konotasi kalimat, latar belakang turunnya ayat, kaitannya dengan ayat lain,
baik sebelum maupun setelahnya, serta pendapat-pendapat yang telah diberikan
yang berkaitan dengan tafsiran ayat-ayat tersebut.10
Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan prosedur penelitian
sebagai berikut :
1. Tahap Menterjemahkan: Pada tahap ini penulis menterjemahkan ayat
yang ada. Tahap menterjemahkan dilakukan agar mempermudah dalam
tahap berikutnya, yaitu mengartikan kosakata.
2. Tahap Mengartikan Kosakata: Dalam melakukan mengartikan kosakata
penulis merujuk kepada berbagai kamus, seperti kamus al Munawwir
yang ditulis oleh Ahmad Warson Munawwir dan Kamus Mahmud
Yunus.Mengartikan kosakata ini perlu dilakukan karena untuk
mengetahui kata kunci yang akan mempermudah dalam mengamati
ayat.
3. Tahap Menafsirkan: Pada bagian ini penulis menafsirkan ayat-ayat yang
menjadi kajian pada penelitian ini. Dalam menafsirkan ayat, penulis
merujuk kepada berbagai buku tafsir, yaitu tafsir Ibnu Katsir, tafsir al
Maraghi, tafsir al Azhar serta tafsir al Misbah.
4. Tahap Mengamati: Pada bagian ini penulis mengamati dan
menganalisis ayat yang telah ditafsirkan. Setelah tahap ini selesai
kemudian ditulis dalam bentuk laporan.
9 Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif, (Jakarta : Kencana, 2011), h. 169
10
Quraisy Shihab, Membumikan al-Qur’an, (Bandung : Mizan, 1994), h. 68.
39
39
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN & PEMBAHASAN
A. Kajian Tafsir QS. Al-Maidah Ayat 67
1. Teks Ayat dan Terjemah Q.S. al-Maidah ayat 67
ا ا سل أ زل يا بهػ انش ك أ إن سبك ي إ ا حفعم نى سسانخ بهؽج ف الل
ك عص اناس ي إ ذي ل الل و انق انكافش
Artinya: Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu.
dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak
menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
(Q.S. al-Maidah : 67).1
2. Kosakata Q.S. al-Maidah ayat 67
a. بهغ : Sampaikanlah
Kata بهغ dalam kamus al Munawwir berasal dari kata ؼا–بهػ به yang berarti
matang atau masak. Selain itu bisa juga bermakna ابهػانخبشان yang بهػ
memiliki arti menyampaikan. Atau bisa juga bermakna بلغ yang berarti
ultimatum.2
b. ؼصك : Memeliharamu
Kata ؼصك berasal dari kata ا–عصى عص yang berarti mencegah atau
melarang. Kata ini juga bisa bermakna انعصى yang berarti pencegahan,
penjagaan, atau perlindungan.3
c. انكفس : Orang-orang kafir
1 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta : Al Hadi Media Kreasi,
2015), h. 281 2 Ahmad Warson Munawwir, Al Munawwir, (Surabaya : Pustaka Progressif, 1997), h.
106. 3 Ibid, h. 938.
40
Kata انكفس berasal dari kata كفشاا–كفش سا كف كفشا yang berarti menutupi
atau menyelubungi. Kata ini كفش bisa juga bermakna سخش yang juga memiliki
arti sama, yaitu menutupi.4
3. Asbabun Nuzul Q.S. al-Maidah ayat 67
Dalam tafsir Ibnu Katsir menyebutkan bahwa adapun asbabun nuzul ayat ini
adalah pada saat itu Allah berfirman sambil mengkhitabi hamba dan Rasul-Nya
Muhammad saw. dengan ungkapan “Rasul” dan menyuruhnya supaya
menyampaikan seluruh perkara yang dibawanya dari Allah. Kemudian Nabi
Muhammad saw. melaksanakan perintah itu dan menjalankan risalah dengan
sempurna.5
Dalam riwayat lain menyebutkan bahwa Ibnu Abu Hatim mengatakan
bahwa ketika ayat berikut diturunkan :6
ا ا سل أ زل يا بهػ انش ك أ إن سبك ي
Artinya: “Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari
Tuhanmu. (Q.S. al-Maidah : 67).
Kemudian Rasulullah bersabda
والله يا وزثنا زسىل الله صهى الله ػهه وسهى سىداء ف بضاء
Artinya: “Ya Tuhanku apa yang harus aku perbuat, sedangkan aku sendirian,
tentu mereka akan mengeroyokku”.
Kemudian setelah itu turunlah firman Allah SWT.
إ ا حفعم نى سسانخ بهؽج ف
Artinya: “...dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti)
kamu tidak menyampaikan amanat-Nya... (Q.S. al-Maidah: 67)
4 Ibid, h. 1217.
5 Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur‟an al-„Azhim, (Lebanon : Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2008), h. 71.
6 Ibid, h. 72.
41
Ibnu meriwayatkan dengan sanad yang sama mengatakan bahwa setelah itu
Allah berfirman:
الل ك عص اناس ي
Artinya: “Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia.. (Q.S. al-Maidah:
67).
Berkaitan dengan sebab turunnya surat al-Maidah ayat 67 ini, Quraish
Shihab dalam tafsir al-Mishbah mengutip pendapat Fakhrudin ar-Razi
mengatakan bahwa banyak riwayat yang menjelaskan mengenai sebab turunnya
surat al-Maidah ayat 67 ini. Namun yang perlu dipahami bahwa dalam ayat ini
Allah SWT. telah menjamin keselamatan Rasulullah saw. dari tipu daya dan
konspirasi jahat kaum Yahudi dan Nasrani, serta memerintahkan beliau supaya
berdakwah secara terang-terangan tanpa memperdulikan kaum mereka7.
4. Tafsir Q.S. al-Maidah ayat 67
Dalam tafsir al-Munir yang ditulis oleh Wahbah az-Zuhaili mengatakan
bahwa ayat ini berisi mengenai jawaban atas penilaian orang-orang yang
mengatakan bahwa Nabi Muhammad saw. menyembunyikan sesuatu dari perkara
agama dengan tujuan taqiyyah (melindungi diri). Selain itu, ayat ini juga menjadi
dalil yang menunjukkan kekeliruan pandangan seperti yang dikemukakan oleh
golongan ar-Rafidhah.8
Quraish Shihab dalam tafsirnya berpendapat bahwa ayat ini merupakan janji
dari Allah kepada Nabi Muhammad SAW bahwa ia akan dipelihara Allah dari
gangguan dan tipudaya orang-orang Yahudi dan Nasrani. Thahir bin Asyur juga
mengatakan bahwa ayat ini berupa peringatan kepada Rasulullah agar
menyampaikan ajaran agama tanpa menghiraukan kritik dan ancaman yang ada.9
Dalam tafsir al Azhar dijelaskan bahwa surat al Maidah ayat 67 ini sebagai
salah satu ayat bahwa Allah tidak pernah manyeru Nabi langsung dengan nama,
7 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2009), hlm. 152.
8 Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir Jilid 3 (Juz 5-6), terj. Abdul Hayyie al-Kattani, (Jakarta
: Gema Insani, 2016), h. 598-599.
9 M. Qurasih Shihab, Tafsir al-Misbah : Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an, (Jakarta :
Lentera Hati, 2002), h. 138-139.
42
melainkan dengan sebutan tugas dan jabatannya saja, yaitu ااهاانسسم . Secara
tegas ayat ini berisi perintah dari Allah bahwasanya segala wahyu yang telah
diturunkan Allah hendaklah beliau sampaikan kepada umat.10
Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa arti dari kata بهغ
adalah menyampaikan amanah kepada masyarakat secara terang-terangan. Hal ini
dikarenakan pada awal-awal penyebaran agama Islam, Nabi khawatir kepada
orang-orang musyrik di Mekkah. Kemudian Allah SWT memerintahkan untuk
menampakkan risalahnya dengan menurutkan surat al-Maidah ayat 67 ini. Dan
Allah memberitahu kepada Nabi bahwa Allah akan menjaga keselamatannya.11
Sedangkan dalam bahasa Arab, kata بهغ berarti sampai, mengenai sasaran,
atau mencapai tujuan. Sehingga bila kata ini dikaitkan dengan قىل (ucapan), maka
kata بهغ memiliki arti fasih, jelas maknanya, terang, serta tepat dalam
mengungkapkan apa yang dikehendaki.12
Kata بهػ memiliki bentuk masdhar yaitu kata حبهػ yang juga berarti
menyampaikan. Perbedaannya adalah kata بهػ berarti menyampaikan secara jelas
dan gamblang, sedangkan kata حبهػ bermakna menyampaikan secara sembunyi-
sembunyi.13
Ayat ا أهاانسسم بهغ mengandung pengertian mengenai bantahan atas
penilaian orang-orang yang mengatakan bahwa nabi Muhammad saw.
menyembunyikan sesuatu dari perkara agama dengan tujuan taqiyyah (melindungi
diri). Dengan adanya keternagan ini, maka ini membuktikan bahwa Nabi
Muhammad saw. tidak pernah merahasiakan sesuatu dari perkara agama
sedikitpun kepada seseorang.14
dalam tafsir Ibnu Katsir juga ditafsirkan sebagai والله ؼصك ي انناس
informasi bahwa Nabi Muhammad saw. adalah seorang yang dijamin sebagai
10
Hamka, Tafsir al-Azhar Juz 6, (Jakarta : Pustaka Panjimas, 1983), h. 142. 11
Al-Qurthubi, al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an (Tafsir al-Qurthubi), dalam Maktabah
Shameela. 12
Al-Qurthubi, al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an (Tafsir al-Qurthubi), dalam Maktabah
Shameela. 13
Al-Qurthubi, al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an (Tafsir al-Qurthubi), dalam Maktabah
Shameela. 14
Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi Juz XIV, terj. Bahrun Abu Bakar, dkk.
(Semarang, CV. Toha Putra Semarang, 1987). hlm. 84.
43
orang yang makshum. Keterangan lain menyebutkan bahwa ayat ini turun setelah
terjadinya perang Uhud. Hal ini ditandai dengan adanya ayat ا الله لاهد انقىو انكافس
yang ditafsirkan bahwa Allah tidak akan membiarkan orang-orang kafir
merealisasikan rencana dan keinginan jahat mereka untuk membinasakan
Rasulullah saw.15
B. Kajian Tafsir QS. An-Nahl Ayat 125
1. Teks Ayat dan Terjemah Q.S. an-Nahl ayat 125
ت سبك سبم إنى ادع عظت بانحك ان انحست جادنى بانخ أحس إ
سبك أعهى ضم ب ع سبه أعهى خذ بان
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-
Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
(Q.S. an-Nahl : 125)”16
2. Kosakata Q.S. an-Nahl ayat 125
a. ادع : Mengajak / Menyeru
) kata ini berasal dari kata ادع ة–دعا دع دعاء ) yang berarti memanggil, atau
mengundang.17
berarti orang yang داع .memiliki arti mengajak kepada دعاانى
menyeru atau yang memanggil.18
Maksud dari kata ini adalah ajakan atau
seruan yang diperintahkan kepada Nabi Muhammad SAW. dari Allah SWT.
untuk mengajak umat manusia ke jalan yang ditunjukkan oleh Allah SWT.
b. بانحكت : Bijaksana
15
Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur‟an al-„Azhim, Op.Cit. hlm. 80. 16
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta : Al Hadi Media
Kreasi, 2015), h. 119.
17 Ahmad Warson Munawwir, Al Munawwir, (Surabaya : Pustaka Progressif, 1997), h.
406.
18
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta : PT. Hidakarya Agung, 1990), h.
127.
44
) kata ini berasal dari بانحكت حك–حكى ا يتحك ) yang berarti memimpin, atau
memerintah.19
Selain itu, kata ت berarti mengetahui kebenaran atau yang حك
benar.20
Adapun yang dimaksud hikmah disini adalah segala sesuatu yang
apabila digunakan akan mendatangkan kemudahan, serta menghalangi
terjadinya mudharat.
c. انىسبمسبك : Menuju Jalan Tuhanmu
) berasal dari kata انىسبمسبك مجسبم سب ) yang berarti jalan raya. سب berasal
dari kata ( –سب سبا–شب ) yang berarti mengasuh, atau memimpin.21
Sedangkan سب berarti Tuhan, atau yang mempunyai. Jadi, yang dimaksud
dengan انىسبمسبك dalam ayat ini adalah kembali ke jalan Allah SWT. yakni
kembali ke agama Allah SWT. sebagaimana yang telah diserukan oleh Nabi
Muhammad SAW.
d. جذل : Bantahan
فجادلجذلجذلجذلجذلجذل berasal dari kata جذل yang berarti membantah
atau bisa juga bermakna threw down atau melempar dengan cepat atau
menghempaskan.22
e. يعظت : Pelajaran
yang berarti preached yang memiliki makna عظ berasal dari kata يعظت
mengajarkan. Kata عظ juga bisa bermakna took warning form atau obeyed
yang berarti mematuhi. Atau dalam literatur lain menunjukkan bahwa عظ
bermakna menasihati dengan cara-cara yang baik dan lemah lembut.23
19 Ahmad Warson Munawwir, Al Munawwir, Op.Cit. h. 286.
20
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, Op.Cit. h. 106-107.
21
Ibid., h. 162. 22
Lihat Habib Anthony Salmone (An Advanced Learner’s Arabic-English Dictionary,
1880). Dalam The Arabic Lexicon جذل http://arabiclexicon.hawramani.com diakses pada tanggal
19 Juni 2020. 23
Lihat Habib Anthony Salmone (An Advanced Learner’s Arabic-English Dictionary,
1880). Dalam The Arabic Lexicon يعظت http://arabiclexicon.hawramani.com diakses pada
tanggal 19 Juni 2020.
45
3. Asbabun Nuzul Q.S. an-Nahl ayat 125
Imam al Jalalain dalam tafsir Jalalain mengatakan bahwa adapun sebab
turunnya ayat ini yaitu, ayat ini diturunkan sebelum diperintahkan untuk
memerangi orang-orang kafir. Dan diturunkan ketika Hamzah gugur dalam
keadaan tercincang. Ketika Nabi Muhammad saw. melihat, beliau bersumpah
seraya bersabda : “sungguh aku bersumpah akan membalas tujuh puluh orang dari
mereka sebagai penggantimu”.24
As-Suyuthi dalam tafsir al-Munir karya Wahbah az-Zuhaili menyatakan
bahwa terdapat dua riwayat mengenai penurunan surat ini. Riwayat pertama
mengatakan bahwa surat ini turun pada kejadian Fathu Mekah, sementara riwayat
lain mengatakan bahwa surat ini turun pada kejaidan Uhud.
Sementara itu jumhur ulama tafsir sepakat bahwa ayat ini termasuk ayat
Madaniyyah yang diturunkan berkenaan dengan tindakan mutilasi yang dilakukan
terhadap jasad Hamzah pada peristiwa perang Uhud. Kejadian ini juga dijelaskan
dalam Shahih Bukhari dan dalam kitab sirah.25
Jadi, sebab turunnya surat an-Nahl ayat 125 adalah ketika Hamzah gugur
dalam perang dan jasadnya dicabik-cabik oleh orang kafir dan Rasulullah
bersumpah akan membalas tujuh puluh orang dari golongan mereka sebagai
penggantinya.
4. Tafsir Q.S. an-Nahl ayat 125
Pada Q.S. An-Nahl ayat 125, ayat ini diawali dengan fi‟il amr yaitu
tergambar dalam kata ادع yang berasal dari kata دع دع دػىة yang memiliki arti
mengajak, menyeru, dan memanggil.26
Dalam tafsir al maraghi menjelaskan
bahwa Rasulullah saw. diperintahkan untuk menyeru orang-orang kepada syariat
yang telah ditentukan oleh Allah SWT.27
24 Imam Jalaluddin al-Mahalli dan Imam Jalaluddin as-Suyuthi, Tafsir Jalalain Berikut
Asbabun Nuzul Jilid 2, terj. Tafsir Jalalain oleh Bahrun Abu Bakar, (Bandung : Sinar Baru
Algensindo, 2000), Cet. VI, h. 1117.
25
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir Jilid 7 Juz 13-14), (Jakarta : Gema Insani, 2014), h.
509-511.
26
Ahmad Warson Munawwir, alMunawwir, (Surabaya : Pustaka Progressif, 1997), h. 406.
27
Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi Juz XIV, h. 289.
46
“Kepada jalan Tuhanmu” adalah kepada syariat Tuhanmu
yang ditetapkan-Nya bagi makhluk-Nya, yaitu Islam.28
Bahwa Allah Swt.
memberikan pedoman kepada Rasul-Nya tentang cara bagaimana mengajak
manusia ke jalan Allah. Jalan Allah disini maksudnya ialah agama Allah yakni
syariat Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Ibnu Jarir sebagaimana yang terdapat dalam tafsir al-Qur‟an al-„adzhim
yang ditulis oleh Ibnu Katsir mengatakan bahwa seruan atau ajakan itu berupa
wahyu yang diturunkan kepada manusia yaitu al-Qur’an dan Sunnah, pelajaran
yang baik, serta semua kejadian yang terkandung di dalamnya berupa kejadian-
kejadian yang menimpa manusia di masa lalu.29
Sedangkan dalam tafsir al-Misbah yang ditulis oleh Quraish Shihab
menjelaskan bahwa ayat ini berisi tentang perintah kepada Nabi Muhammad saw.
agar mengikuti Nabi Ibrahim as dan kemudian memerintahkan untuk menyeru
semua orang kepada jalan yang ditunjukkan oleh Allah SWT.30
Dalam kitab tafsirnya, Quraish Shihab juga menjelaskan bahwa terdapat 3
macam metode dakwah yang harus disesuaikan dengan pesertanya. Ketiga macam
metode itu diantaranya :
Pertama, jika pesertanya adalah orang yang memiliki pengetahuan yang
tinggi, maka proses penyampaian materi dilakukan dengan metode hikmah. yaitu
metode penyampaian yang terbebas dari kesalahan dan kekeliruan. Atau bisa juga
diartikan sebagai dialog dengan kata-kata bijak sesuai dengan tingkat kepandaian
peserta.31
Sementara itu, Hamka dalam tafsir al-Azhar menjelaskan bahwa hikmah
berarti bijaksana, artinya bijaksana dalam berpikir, bertingkah laku, serta dalam
mengeluarkan perkataan.32
Kedua, jika pesertanya adalah kaum awam, maka proses penyampaian
materi dilakukan dengan metode mau‟izhah. Yaitu memberikan nasihat dan
28
Ibid, h. 289
29 Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur‟an al-„Azhim, h. 102.
30
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta : Lentera Hati, 2002), h. 774.
31
Ibid, h. 775.
32
Hamka, Tafsir al-Azhar, Op.Cit . h. 321.
47
perumpamaan yang menyentuh jiwa sesuai dengan taraf pengetahuan peserta yang
sederhana.
Dalam tafsir al-Misbah al-mau‟izhah diambil dari kata عظ yang berarti
nasihat. Sedangkan secara istilah, Quraish Shihab menjelaskan bahwa mau‟izhah
berarti uraian yang menyentuh hati yang mengantarkan kepada kebaikan.33
Ketiga, jika pesertanya adalah Ahl al-Kitab atau penganut agama lain maka
diperintahkan dengan menggunakan metode Jidal atau perdebatan dengan cara
yang terbaik, yaitu dengan logika dan retorika yang halus, lepas dari kekerasan
dan umpatan.
Dari ketiga metode penyampaian tersebut, jika diperhatikan terdapat
perbedaan secara penulisan. Yaitu kata mau‟izhah disifati dengan kata حسنت atau
baik. sedangkan kata Jidal disifati dengan kata أحس yang berarti yang terbaik.
Sementara kata Hikmah tidak disifati. Ini menunjukkan bahwa kata Hikmah yang
tidak disifati memiliki makna mengenai sesuatu mengenai kebenaran berdasarkan
ilmu dan akal.
Selain itu, Hamka dalam kitab tafsirnya menjelasakan bahawa penyebutan
kata mau‟izatul hasanah juga bermakna memberikan pesan yang baik atau
memberikan pengajaran yang baik34
. Dalam hal ini penyampaian mau‟izatul
hasanah akan masuk ke dalam hati seseorang karena dalam pelaksanaannya
penyampaiannya selain menggunakan hati juga berdasarkan pengalaman.
Penyebutan urutan ketiga metode ini sangat tepat, yaitu dimulai dengan
hikmah yang dapat disampaikan tanpa syarat, disusul dengan mau‟izhah dengan
syarat hasanah yang terdiri dari dua macam, yaitu baik dan tidak baik. Serta jidal
yang terdiri dari tiga macam, yaitu buruk, baik, dan terbaik.35
33 M. Quraish Shihab, Op.Cit, h. 775.
34 Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juzu‟ 13 dan Juzu‟ 14, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2004), h.
321.
35
Ibid., hlm. 776-777 .
48
C. Kajian Tafsir QS. Al-Ahzab Ayat 21
1. Teks Ayat dan Terjemah Q.S. al-Ahzab ayat 21
نقذ سسل ف نكى كا ة الل حست أس ن شج كا و الل ان خش ركش ا كثشا الل
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (Q.S. al-Ahzab : 21).36
2. Kosakata Q.S. al-Ahzab ayat 21
a. حسنت : Yang baik
Kata ini berasal dari kata ( –حس حسا–حس ) yang berarti baik, cantik atau
bagus.37
memiliki حستجحساث .berarti membaguskan, membuat bagus حس
arti perbuatan yang baik atau kebaikan.38
b. وذكسالله كثسا : dan Dia banyak menyebut Allah
حزكاسا–ركش ) kata ini berasal dari kata ذكس ركشا ) yang berarti menyebut atau
mengucapkan.39
Sedangkan kata كثسا berasal dari kata ش انكث ج yang انكثاس
berarti yang banyak, atau sering.40
c. اسىة : Contoh
Kata اسىة berasal dari kata سي yang berarti equal atau similiarity yang
bermakna sama. Dalam literatur lainnya kata اسىة bisa juga bermakna made
equal.41
36
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta : Al Hadi Media
Kreasi, 2015), h. 420.
37 Ahmad Warson Munawwir, al Munawwir, h. 264.
38
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, h. 203.
39
al Munawwir, Op.Cit. h. 448.
40
Ibid. h. 1192. 41
Lihat Habib Anthony Salmone (An Advanced Learner’s Arabic-English Dictionary,
1880). Dalam The Arabic Lexicon يعظت http://arabiclexicon.hawramani.com diakses pada
tanggal 19 Juni 2020.
49
3. Asbabun Nuzul Q.S. al-Ahzab ayat 21
Dalam kitab-kitab tafsir tidak dijelaskan secara khusus mengenai sebab
turunnya surat al-Ahzab ayat 21 ini. Dalam tafsir al-Munir karya Wahbah az-
Zuhaili hanya menjelaskan mengenai sebab turunnya surat al-Ahzab ayat 9, ayat
12 dan ayat 23. Namun, secara umum surat al-Ahzab ayat 21 ini turun berkaitan
dengan adanya perintah Allah SWT. supaya mencontoh, meniru, dan meneladani
Nabi Muhammad saw. pada kejadian perang Ahzab.
Quraish Shihab dalam tafsirnya menyatakan bahwa ayat ini diturunkan
kepada orang-orang yang beriman untuk memuji sikap mereka karena telah
meneladani Nabi Muhammad saw. Ayat ini menyatakan bahwa : Seseungguhnya
telah ada bagi kamu pada diri Rasulullah saw., suri tauladan yang baik bagi
kamu, yakni bagi orang-orang yang senantiasa mengharap rahmat dan kasih
sayang Allah dan kebahagiaan hari kiamat serta teladan bagi mereka yang
berdzikir mengingat kepada Allah dan menyebut nama-Nya yang banyak baik
dalam keadaan sussah maupun senang.42
4. Tafsir Q.S. al-Ahzab ayat 21
نقذ سسل ف نكى كا ة الل حست أس ن شج كا و الل ان خش ركش ا كثشا الل
Dalam tafsir al-Misbah karya Quraish Shihab mendefinisikan kata نقذ laqad
merupakan kecaman dari Allah SWT. kepada orang-orang munafik yang mengaku
memeluk Islam, tetapi tidak mencerminkan ajaran Islam. Seakan-akan ayat ini
mengatakan “Kamu telah melakukan aneka kedurhakaan, padahal sesungguhnya
di tengah kamu semua ada Nabi Muhammad saw yang mestinya kamu
teladani”43
.
Sedangkan dalam tafsi Ibnu Katsir, ayat ini berisi mengenai firman Allah
SWT. kepada orang-orang yang merasa khawatir, gelisah, dan guncang dalam
menghadapi urusan mereka menghadapi perang Ahzab.
42 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Volume 10, h. 438.
43
Ibid, h. 439.
50
نقذ سسل ف نكى كا ة الل حست أس ن
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik... (Q.S.
al-Ahzab : 21)
Dalam ayat ini Allah seakan bertanya kenapa kalian tidak meniru dan
mengikuti jejak sifatnya?. Dalam tafsir al-Misbah dijelaskan bahwa kata أسة
berarti teladan. Pakar tafsir Zamakhsyari dalam menafsirkan ayat di atas
mengatakan bahwa terdapat dua keteladanan yang terdapat pada diri Rasul.
Pertama, dalam arti kepribadian beliau secara totalitasnya adalah teladan. Kedua
dalam arti terdapat dalam kepribadian beliau hal-hal yang patut diteladani.44
Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menjelaskan bahwa surat al-Ahzab
ayat 21 ini berisi perintah agar meniru perilaku Nabi Muhammad SAW. seperti
yang tergambar dalam perang Ahzab. Sikap Rasul yang tergambar dalam perang
Ahzab yaitu kesabaran, keteguhan hati, kesiagaan, perjuangan, serta sikap
sabarnya dalam menanti jalan keluar dari Allah SWT.45
Imam al-Qurthubi sebagai ulama dalam bidang tafsir dan hukum
menjelaskan mengenai makna keteladanan dalam diri Rasulullah saw. Ia
mengungkapkan bahwa dalam soal agama, keteladanan itu merupakan hal yang
wajib, tetapi dalam soal keduniaan keteladanan ini menjadi sebuah anjuran.
Artinya, dalam soal agama, Rasulullah saw. wajib diteladani selama tidak ada
bukti yang menunjukkan bahwa ia adalah anjuran.
Sementara pendapat lain bahwa dalam persoalan-persoalan keduniaan,
Rasulullah saw. telah menyerahkan sepenuhnya kepada para pakar dalam bidang
masing-masing. Sehingga kata uswah atau keteladanan terhadap Rasullah saw.
sebagaimana yang dimaksudkan dalam ayat ini bukan dalam hal-hal yang
berkaitan dengan masalah keduniaan.46
Namun, ulama lain seperti al-Biqa’i tidak
sependapat dengan pendapat tersebut.
44 Ibid, h. 439.
45
Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur‟an al-„Azhim, h. 539.
46
M. Quraish Shihab, Op.Cit., h. 440.
51
Imam Sulaiman bin Umar mengemukakan bahwa perbedaan dalam meniru
perilaku Nabi tersebut menimbulkan dua pandangan. Pandangan pertama
mengatakan bahwa pandangan pertama adalah wajib, hingga ada indikasi yang
mengarah pada hukum sunnah. Pandangan kedua adalah sunnah, hingga ada
indikasi ke wajib. Sehingga dari kedua pandangan ini, Imam Sulaiman bin Umar
menyimpulkan bahwa meniru Rasulullah adalah wajib dalam urusan agama dan
sunnah dalam urusan keduniawian.47
Sedangkan Imam Musthafa al Maraghi mengatakan bahwa mencontoh dan
mengikuti Nabi adalah wajib dalam amal perbuatannya, dan hendaknya berjalan
sesuai dengan petunjuknya, jika ingin mendapatkan pertolongan dari Allah SWT.
pada hari kiamat.48
Benar ataupun tidaknya pendapat para sahabat tersebut, pada hakikatnya
menunjukkan bahwa para sahabat sendiri memilah-milah ucapan dan perbuatan
Nabi Muhammad Saw. ada yang dirasa wajib untuk diikuti dan ada pula yang
hanya bersifat anjuran. Atau ada yang dianggap sesuai dan ada pula yang mereka
usulkan untuk ditinjau kembali.
Namun demikian, tidak mudah untuk memisahkan atau memilah mana
perkataan atau pekerjaan yang bersumber dari kedudukan beliau sebagai Rasul
dan mana pula perkataan atau perbuatan yang bersumber dari kedudukan lainnya.
Dalam potongan ayat selanjutnya disebutkan :
شج كا و الل ان خش ركش ا …كثش الل
...(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (Q.S. al-Ahzab : 21)
Ayat ini berisi mengenai penjelasan tentang orang-orang yang ingin
meneladani Rasulullah saw. bahwa terdapat dua hal untuk meneladani Rasulullah
saw. yaitu dzikir kepada Allah dan selalu mengingat-Nya.
47 Imam Sulaiman bin Umar al Ajyay asy Syafi’i asy Syahir bil Jamal, al Futuuhaat al
Ilahiyyah Bi Taudhihi Tafsiri al Jalalain Lidaqaaiq al Khafiyah, Juz 7, (Beirut : Dar al Kitab al
Ilmiyah, 1204 H), h. 162.
48
Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, Op.Cit. h. 277.
52
Kemudian dalam ayat berikutnya (Surat al-Ahzab ayat 22), Allah
menyebutkan mengenai hamba-hamba-Nya yang beriman serta membenarkan
janji Allah kepada mereka, yang pada akhirnya Allah akan memberikan sesuatu
yang baik di dunia maupun di akhirat bagi mereka.
D. Metode Pendidikan Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an Surat Al-
Maidah Ayat 67 dan Penerapannya
Metode pendidikan Islam yang terdapat dalam surat al-Maidah ayat 67
adalah tabligh (menyampaikan tanpa menutup-nutupi) merupakan metode
pendidikan yang terdapat dalam al-Qur’an.49
Ini menunjukkan bahwa al-Qur’an
memberikan wawasan tentang metode pendidikan Islam yang dapat diterapkan
dalam pembelajaran. Bagi seorang pendidik, tabligh diartikan dengan
menyampaikan materi dengan seksama tanpa adanya kekurangan. Ini bertujuan
agar ilmu atau materi yang disampaikan bersifat akurat.
Kata tabligh dalam surat al-Maidah ayat 67 ini diartikan sebagai metode
pendidikan dengan metode ceramah. Metode ceramah diartikan sebagai sebuah
metode mengajar dengan menyampaikan informasi atau pengetahuan secara lisan
kepada para siswa yang mengikuti pembelajaran.50
Dalam sumber yang lain disebutkan bahwa metode tabligh atau ceramah
merupakan suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan
atau menyampaikan materi ajar atau menyampaikan tentang suatu persoalan atau
masalah secara lisan.51
Metode ceramah bisa juga disebut sebagai metode kuliah atau pidato, yang
berarti sebagai sebuah cara melaksanakan pengajaran yang dilakukan guru secara
monolog atau satu arah. Dalam metode ini siswa hanya bertugas untuk menyimak
sambil mencatat materi yang disampaikan guru.
49 Zulfikar Ali Buto, “Wawasan al-Qur‟an Tentang Metode Pendidikan” Jurnal Tarbiyah
Vol. 25 No. 1, IAIN Lhokseumawe, h. 183.
50
Pupuh Fathurrohman & M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung : Refika
Aditama, 2007), h. 61.
51
Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka Cipta,
2010), h. 97.
53
Dalam konteks komunikasi pembelajaran, makna tabligh yang terdapat
dalam surat al-Maidah ayat 67 diartikan sebagai komunikasi pembelajaran yang
efektif. Agar terciptanya suatu komunikasi yang efektif, maka terdapat dua hal
yang perlu diperhatikan. Pertama, menyesuaikan gaya bicara antara guru dengan
murid. Yang kedua, komunikasi yang efektif terjadi ketika seorang guru tidak
hanya menyentuh akal pikiran dari siswa, tapi juga dapat menyentuh hati siswa
sekaligus.
Dari beberapa paparan mengenai definisi metode ceramah di atas, metode
ceramah juga memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Berikut merupakan
paparan mengenai kelebihan dan kekurangan metode ceramah :52
1. Kelebihan metode ceramah
Metode ceramah memiliki beberapa kelebihan, diantaranya :
a. Guru dapat dengan mudah menguasai kelas.
b. Guru dapat dengan mudah mengorganisasikan tempat duduk atau
mengorganisasikan kelas.
c. Guru dapat diikuti oleh siswa dalam jumlah yang besar.
d. Guru dapat dengan mudah mempersiapkan dan melaksanakan
pembelajaran.
e. Guru dapat menerangkan pembelajaran dengan baik dan lengkap.
Dari beberapa kelebihan metode ceramah di atas, menunjukkan bahwa
metode ceramah atau tabligh termasuk metode pendidikan Islam. Bahkan jauh
sebelum adanya teori-teori pendidikan muncul, metode ceramah ini telah
digunakan oleh Nabi dan para sahabat sebagai salah satu metode dalam
menyebarkan Islam.
1. Kelemahan metode ceramah
Selain memiliki kelebihan, metode ceramah juga memiliki beberapa
kelemahan, diantaranya :
a. Siswa dapat dengan mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-
kata)
52 Ibid, h. 97-98.
54
b. Siswa dengan tipe belajar auditif akan menerima materi lebih
banyak dibanding dengan siswa dengan tipe visual dan kinestetik
c. Bila metode ini digunakan terlalu lama, maka siswa akan cepat
bosan
d. Metode ceramah juga bisa membuat siswa menjadi pasif.
Dari penjelasan mengenai kelebihan dan kelemahan metode ceramah di atas,
maka dapat dipahami bahwa metode ini juga sangat penting dalam pelaksanaan
pendidikan. Namun, penggunaan metode ceramah ini juga perlu dikombinasikan
dengan metode lain, agar dalam pelaksanaannya siswa tidak cepat merasa bosan.
Dari pemaparan mengenai tafsir dan metode pendidikan yang terkandung
dalam surat al-Maidah ayat 67 di atas, maka pada dasarnya terdapat 3 hal yang
terkandung dalam surat ini, yaitu :53
1. Allah memerintahkan umatnya agar senantiasa menyampaikan amanah,
seperti Rasulullah yang diberi tugas untuk menyampaikan wahyu.
2. Guru termasuk pewaris rasul dan juga memiliki tugas menyampaikan
ilmu pengetahuan kepada peserta didik.
Dalam menghadapi masalah dan rintangan apapun, guru dituntut agar tetap
menjalankan tugas dan perannya sesuai dengan amanah yang telah diterimanya.
Metode pendidikan berdasarkan surat al-Maidah adalah metode tabligh
atau ceramah. Metode ini dinilai efektif karena materi disampaikan secara
langsung oleh guru. Guru dan murid dapat bertatap muka secara langsung.
Dengan begitu, akan terciptanya hubungan emosional yang baik antara guru
dengan murid. Membangun kedekatan emosional menjadi penting untuk
dilakukan, hal ini guna mempermudah dalam proses pembelajaran. Dalam teori
belajar, membangun kedekatan atau connectionism menjadi posisi yang utama
sebelum classical conditioning, contiguous conditioning, serta operant
conditioning.54
53 M. Irham Khaerullah, “Implikasi Q.S. al-Maidah ayat 67 Tentang Tugas dan Peran Guru
dalam Menyampaikan Amanah”. Prosiding Pendidikan Agama Islam, ISSN 2460 6413, h 55. 54
Muh. Hizbul Muflihin, dalam Jurnalnya yang berjudul “Aplikasi dan Implikasi Teori
Behaviorisme dalam Pembelajaran (Analisis Strategis Inovasi Pembelajaran)” h. 3.
55
Dengan menggunakan metode ini juga, guru dapat menyampaikan secara
penuh materi pelajaran. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya, guru dituntut agar
mampu melakukan berbagai inovasi. Hal ini karena metode ceramah sering dinilai
lebih cocok digunakan untuk siswa yang memiliki kemampuan auditif yang
bagus. Perbedaan kemampuan belajar siswa menjadi alasan utama guru mesti
mampu melakukan inovasi dalam pembelajaran.
Dalam pelaksanaannya, metode ceramah cocok digunakan pada siswa
pada tingkat menengah atas (SMA). Hal ini karena siswa pada tingkat SMA
secara psikologis telah mampu berpikir secara kritis. Sedangkan untuk siswa RA,
SD, atau SMP masih berada dalam ranah pengembangan afeksi. Sehingga pada
tahap ini siswa seyogyanya diajarkan agar mampu melakukan kontrol terhadap
pemenuhan kebutuhan emosionalnya.55
Alasan lain yang menjadikan metode ceramah kurang tepat jika diterapkan
pada siswa tingkat RA, SD, atau SMP adalah bahwa, pada tingkatan ini siswa
belum siap untuk menerima berbagai macam aturan dalam belajar.56
Berbagai
aturan yang dibuat oleh guru seringkali menjadikan siswa sering diliputi oleh rasa
takut. Oleh karena itu, metode ceramah cocok jika digunakan pada siswa tingkat
SMA yang secara perkembangan kognitifnya telah cukup.
E. Metode Pendidikan Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an Surat
An-Nahl Ayat 125 dan Penerapannya
Dari berbagai aspek yang terkandung di dalam surat An-Nahl ayat 125,
dapat dipahami hal-hal yang berkenaan dengan metode dakwah juga berkaitan
unsur-unsur pendidikan. Penulis menyimpulkan terdapat 3 metode pendidikan
yang menarik untuk diterapkan dalam proses belajar dan mengajar berdasarkan
kandungan surat an-Nahl ayat 125, yaitu:
1. Al-Hikmah
55
C. Asri Budiningsih, Belajar & Pembelajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 2012), h. 7. 56
C. Asri Budiningsih, Ibid. h. 7.
56
Secara bahasa hikmah berarti ilmu, keadilan, falsafah, kebijaksanaan,
dan uraian yang benar.57
Menurut Mustafa al-Maraghi dalam tafsirnya
mengatakan bahwa hikmah adalah perkataan yang kuat disertai dengan
dalil yang menjelaskan kebenaran dan menghilangkan kesalahpahaman.58
Dari pengertian hikmah di atas, maka dapat dipahami bahwa hikmah
berarti mengajak kepada jalan Allah dengan jalan keadilan dan
kebijaksanaan, selalu mempertimbangkan berbagai faktor dalam proses
belajar mengajar, baik faktor subyek, objek, sarana, media, maupun
lingkungan pengejaran.
Menurut M. Quraish Shihab menjelaskan arti kata mengenai ayat 125
yaitu kata hikmah yakni berdialog dengan kata-kata bijak sesuai dengan
tingkat kepandaian mereka.59
Lebih lanjut beliau juga menjelaskan, bahwa
hikmah diartikan sebagai sesuatu yang bila digunakan atau diperhatikan
akan mendatangkan kemaslahatan dan kemudahan yang besar atau lebih
besar serta menghalangi terjadinya mudharat atau kesulitan yang besar
atau lebih besar.60
Sehingga hikmah tidak perlu disifati dengan sesuatu
karena dari maknanya telah diketahui bahwa sesuatu yang mengena
kebenaran berdasar ilmu dan akal.
Berdasarkan berbagai penjelasan di atas, bahwa metode pembelajaran
bil hikmah diartikan sebagai metode pembelajaran yang menyampaikan
materi dengan cara berdialog menggunakan kata-kata bijak. Biasanya,
metode ini digunakan setelah guru memberikan suatu permasalahan
kepada siswa. Masalah diberikan kepada siswa, baik secara individu
maupun kelompok. Pada akhir pembelajaran, guru kemudian
menyampaikan hikmah atau pesan dari masalah yang diberikan tersebut.
Penggunaan metode ini membutuhkan pengetahuan yang luas dari
guru, akhlak yang baik, perkataan yang tepat dan baik, serta sikap adil dari
seorang guru. Ketika hal ini dimiliki oleh seorang guru, maka penerapan
57
Ahmad Warson Munawwir, Op.Cit., h. 287. 58
Ahmad Mustafa al-Maraghi, Op.Cit. h. 290. 59
Shihab, Tafsir Al-Misbah, Op.Cit.,h. 774 60
Shihab, Tafsir Al-Misbah, Ibid.,h. 774
57
pembelajaran dengan menggunakan metode bil hikmah akan berjalan
dengan baik. Namun dalam pelaksanaan metode bil hikmah, guru juga
dituntut agar mampu memahami potensi atau karakter belajar peserta
didik. Hal ini karena, interaksi kominikasi guru dengan murid, atau antara
siswa satu dengan siswa laiannya dalam pelaksanaan metode ini sangat
penting. Hal ini mengingat bahwa komunikasi yang baik akan memberikan
kesan yang baik bagi peserta didik.
Dalam pelaksanaannya, metode ini cocok digunakan pada semua
tingkat pendidikan. Namun, nampaknya lebih cocok digunakan pada
tingkat RA, SD, atau SMP. Hal ini karena pada tingkat RA, SD, atau SMP
siswa masih berada pada tahap penanaman value (nilai) serta attitude
(sikap). Sementara pad tingkat SMA siswa telah masuk pada level
ubderstanding (pemahaman) serta pemberian knowledge (pengetahuan)61
.
Dengan demikian, penggunaan metode pembelajaran bil hikmah menjadi
solusi yang tepat.
2. Mau‟idzah Hasanah
Mau‟idzah Hasanah terdiri dari dua kata, yaitu Mau’idzah dan
Hasanah. Secara bahasa, al-Mau’idzah berarti nasehat, pendidikan, atau
pengajaran. Sedangakan Hasanah berarti baik. Jadi, Mau’idzah Hasanah
berarti pengajaran yang baik.
Dalam tafsir al-Maraghi Mau‟idzah Hasanah diartikan sebagai dalil-
dalil yang bersifat dzanni yang memberikan kepuasan kepada orang
awam.62
Sedangkan Ibnu Katsir menjelaskan Mau’idzah Hasanah sebagai:
}وانىػظت انحسنت{ أي: با فه ي انزواجس وانىقائغ بانناس ذكسهى بها،
نحرزوا بأس الله تؼانى.63
Mau‟idzah Hasanah diartikan sebagai pemberian peringatan kepada
manusia untuk mencegah dan menjauhi larangan sehingga manusia itu
61
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran (Berorientasi Standar Proses Pendidikan), (Jakarta :
Kencana, 2006), Cet. 1, h. 70-71.
62
Ahmad Mustafa al-Maraghi, Ibid, h. 291.
63
Ibnu katsir, Op.Cit. h. 533.
58
akan mengingat kepada Allah. Imam at-Thabari dalam tafsirnya
mendefinisikan Mau’idzah Hasanah sebagai )ىػظت انحسنت قىل: وبانؼبس )وان
yaitu perumpaan yang indah yang berasal dari kitab Allah sebagai انجهت
hujjah64
.
Berdasarkan beberapa pengertian Mau‟idzah Hasanah di atas, maka
dapat dipahami bahwa Mau‟idzah Hasanah merupakan prinsip dasar yang
seharusnya melekat dalam diri setiap guru. Dengan adanya prinsip ini
siswa tidak akan merasa digurui, walaupun sebenarnya sedang terjadi
proses mentransfer ilmu. Atau dengan kata lain, proses pembelajaran akan
lebih berkesan.
Berdasarkan beberap definisi dan penjelasan tersebut, maka metode
pembelajaran mau‟izah hasanah termasuk kedalam teori pembelajaran
humanistik. Kunci dari penerapan metode pembelajaran mau‟izah hasanah adalah
penyampaian materi dengan kata-kata yang sopan, halus, serta tidak menyakiti
hati siswa. Hal ini sesuai dengan prinsip dari pembelajaran humanistik yang lebih
mengutamakan teori kepribadian dan psikoterapi dari pada psikologi belajar itu
sendiri.65
Tujuan dari diterapkannya metode mauizah hasanah adalah untuk
menciptakan manusia yang dicita-citakan atau menjadi manusia yang ideal.
Dalam teori belajar lain, hal ini juga sama dengan teori meaning full learning atau
pembelajaran bermakna yang dikemukakan oleh Ausubel.66
Maka hal inilah yang
menjadi sebab dalam pelaksanaannya, seorang guru tidak diperkenankan berkata
kasar atau menyakiti hati seorang siswa.
Dalam pelaksanaannya, metode mau‟izah hasanah cocok diterapkan pada
semua jenjang pendidikan. namun, jika fokusnya pada penerapan karakter, maka
metode pembelajaran ini akan lebih tepat jika diterapkan pada tingkat RA dan SD.
Hal ini karena pada tingkat RA dan SD gelombang otak siswa masih sering pada
64 Muhammad Ibn Jarir al-Thabari, Jāmi‟ al-Bayan „an Ta‟wil ay al-Qur‟an (tafsir ath-
Thabari), (Dalam Maktabah Shameela). 65
C. Asri Budiningsih, Belajar & Pembelajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 2012), h. 68. 66
C. Asri Budiningsih, Ibid, h. 43.
59
tingkat Alpha bahkan Tetha. Gelombang otak Alpha maupun Tetha merupakan
gelombang otak yang baik untuk menyerap sebuah informasi67
. Gelombang ini
juga sering digunakan menanamkan karakter atau sifat yang baik.
Kaitannya dengan penerapan metode pembelajaran mau‟izah hasanah
adalah dengan konsep metode mau‟izah hasanah yang menekankan pada
pembentukan karakter, maka siswa pada tingkat RA dan SD merupakan tingkatan
yang paling baik untuk menerap kan metode pembelajaran mau‟izah hasanah.
3. Jadalah
Jadalah berasal dari kata Jadalah yang berarti perdebatan68
. Dapat
diartikan bahwa mujadâlah merupakan suatu upaya tukar pendapat
dengan berdiskusi yang dilakukan oleh dua pihak, tanpa menimbulkan
suasana yang melahirkan permusuhan diantara keduanya. Yang dimaksud
bertukar pikiran adalah mendorong agar berpikir secara benar melalui cara
yang terbaik. Jika diperhatikan lebih dalam, kalimat atau kata Jadala ini
banyak terdapat di dalam al-Qur’an, salah satunya dalam surat al-Kahfi
ayat 54
نقذ فا زا ف صش نهاس انقشآ يثم كم ي كا سا ء أكثش ال جذل ش
“…dan Sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam
Al Quran ini bermacam-macam perumpamaan. dan manusia adalah
makhluk yang paling banyak membantah.”
Bahkan di dalam al-Qur’an ada salah satu surat yang bernama al-
Mujadilah yang berarti perempuan-perempuan yang mengadakan gugatan.69
Namun, Mujadalah dalam dunia pendidikan dan pengajaran diartikan
sebagai metode diskusi. Atau bisa juga diartikan sebagai metode diskusi
ilmiah dengan cara lemah lembut dengan wajah yang penuh dengan
persahabatan dan hasilnya diserahkan kepada Allah SWT.
67
Munif Chatib, Gurunya Manusia, (Bandung : Mizan Pustaka, 2016), h. 88-89.
68 Ahmad Warson Munawwir, Op.Cit., h. 175.
69
Kementrian Agama RI, al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Jakarta : al-Hadi Media Kreasi,
2015).
60
Metode Mujadalah ini sebenarnya telah dicontohkan oleh Nabi Musa
dan Nabi Harun ketika berdiskusi dan berbantahan dengan Fir’aun,
sedangkan hasilnya dikembalikan kepada Allah. Metode diskusi dalam
proses pembelajaran bisa juga disebut sebagai metode dialog.
Metode ini sebenarnya lebih menekankan kepada pemberian dalil,
argumentasi dan alasan yang kuat. Para siswa akan berusaha mencari
potensi yang dimilikinya untuk mencari alasan yang mendasar dalam setiap
argumennya.
Berdasarkan beberapa definisi dan penjelasan di atas, metode jadalah
berarti pembelajaran dengan mengajak siswa untuk berdisukusi atau bertukar
pikiran. Metode ini termasuk dalam pembelajaran dengan pendekatan pada siswa
(Student centred approaches).70
Artinya, pembelajaran yang dilakukan mesti
berpusat pada siswa. Guru dalam hal ini hanya berperan sebagai fasilatator.
Metode pembelajaran jadalah lebih menekankan pada keaktifan siswa.
Hal ini sesuai dengan prinsip siswa sebagai subjek pendidikan, bahwa siswa
merupakan insan yang aktif, kreatif, dan dinamis dalam menghadapi
lingkungannya.71
Juga sesuai dengan prinsip guru sebagai organisator (pemimpin)
dalam pembelajaran sehingga terciptanya sebuah kondisi yang nyaman dan baik
dalam proses pembelajaran.72
Metode jadalah dalam pelaksanaannya melatih kreatifitas siswa serta
menajamkan analisis siswa. Namun, dalam hal ini seorang guru juga diminta agar
mampu memimpin diskusi agar berjalan dengan baik. Oleh karena itu
pengetahuan yang luas, keaktifan serta ketajaman analisis dari seorang guru juga
diperlukan. Hal ini dimaksudkan agar semua siswa terlibat dalam jalannya
diskusi.
Metode ini lebih tepat digunakan pada siswa tingkat atas atau SMA.
Bahkan, dengan dikeluarkannya kurikulum 2013 yang lebih memusatkan proses
70
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran (Berorientasi Standar Proses Pendidikan),
(Jakarta : Kencana, 2006), Cet. 1, h. 127. 71
Wina Sanjaya, Ibid, (Jakarta : Kencana, 2006), Cet. 1, h. 136. 72
Wina Sanjaya, Ibid, (Jakarta : Kencana, 2006), Cet. 1, h. 136.
61
pembelajaran pada siswa, metode diskusi banyak diterapkan pada semua tingkatan
pendidikan73
. Namun, hasil analisa penulis bahwa metode ini akan lebih tepat jika
digunakan pada tingkat SMA. Hal ini karena pada tingkatan ini, siswa SMA telah
mampu berpikir secara kritis dan dianggap telah matang dalam tahap
perkembangan kognitifnya.
F. Metode Pendidikan Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an Surat Al-
Ahzab Ayat 21 dan Penerapannya
Metode pendidikan Islam yang terdapat dalam surat al-Ahzab ayat 21 adalah
metode uswah atau keteladanan. Surat al- Ahzab ayat 21 ini menjadi prinsip
utama dalam meneladani Rasulullah saw. baik dalam ucapan, perbuatan, maupun
perlakuannya. Dari tafsir yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya
menjelaskan bahwa ayat ini berisi mengenai perintah Allah kepada manusia agar
meneladani Nabi Muhammad saw. dalam peristiwa al-Ahzab, yaitu meneladani
kesabaran, serta penantiannya atas jalan keluar yang diberikan Allah.74
Secara bahasa keteladanan berasal dari kata “teladan” yang memiliki arti
patut ditiru atau patut dicontoh.75
Dari pengertian ini maka dapat dipahami bahwa
uswah hasanah itu dapat diartikan sebagai suatu perbuatan yang dapat ditiru atau
dicontoh seseorang dari orang lain yang memiliki nilai positif. Sehingga makna
keteladanan (uswah hasanah) disini adalah keteladanan yang dapat dijadikan
sebagai alat dalam pendidikan Islam yaitu berupa keteladanan yang baik yang
sesuai dengan pengertian “uswah hasanah”.
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, metode keteladanan ini
dapat diterpakan dalam dua bentuk, yaitu secara langsung (direct) maupun secara
tidak langsung (indirect). Penerapan keteladanan secara langsung (direct)
memiliki arti bahwa seorang pendidik benar-benar mengaktualisasikan dirinya
sebagai contoh teladan yang baik bagi peserta didik. Sedangkan penerapan
73
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Konsep dan Implementasi Kurikulumn
2013, (Jakarta : Kemendikbud, 2014), h. 25.
74 Muhammad Nasib ar-Rifa’i, Taisiru al-Aliyyul Qadir Li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir., Terj.
Drs. Shihabudin, M.A., Kemudahan Dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 3, (Jakarta :
Gema Insani Pres, 1989), h. 841.
75
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke-2,
(Jakarta : Balai Pustaka, 1995), Cet. 4, h. 221.
62
keteladanan secara tidak langsung (indirect) memiliki arti bahwa pendidik
memberikan teladan kepada peserta didik dengan menceritakan kepada peserta
didik mengenai kisah-kisah para Nabi, riwayat orang-orang besar, maupun para
pahlawan dan syuhada. Hal ini bertujuan agar peserta didik menjadikan para
tokoh tersebut sebagai suri tauladan dalam kehidupan mereka.76
Berkaitan dengan keteladanan, Ahmad Tafsir dalam bukunya Ilmu
Pendidikan dalam Perspektif Islam menjelaskan bahwa salah satu syarat menjadi
pendidik dalam pendidikan Islam adalah harus berkesusilaan. Syarat ini penting
untuk dimiliki oleh setiap pendidik dalam melaksanakan tugasnya, khususnya
dalam pengajaran.77
Hal ini menunjukkan bahwa seorang pendidik tidak mungkin memberikan
contoh-contoh kebaikan jika ia sendiri tidak memiliki perangai yang baik. Atau
dengan kata lain, seorang pendidik baru bisa memberikan teladan yang baik bagi
peserta didik, jika ia telah menghiasi dirinya dengan perilaku dan akhlak yang
terpuji.
Dari penjelasan yang singkat ini, maka dapat dipahami bahwa metode
uswah adalah metode pendidikan yang diterapkan dengan cara memberikan
contoh-contoh atau teladan yang baik yang berupa perilaku nyata, khususnya
dalam hal ibadah dan akhlak.
Dalam pelaksanaannya, metode keteladanan (uswah hasanah) ini memiliki
kelebihan dan kelemahan. Diantara kelebihan dan kelemahan itu adalah :
1. Kelebihan metode keteladanan
Kelebihan penggunaan metode keteladanan (uswah hasanah) diantaranya :
a. Akan memudahkan peserta didik dalam menerapkan ilmu yang
dipelajarinya di sekolah. Seorang pendidik tidak hanya memberikan
materi ketika dikelas saja, tapi juga memberikan materi diluar kelas.
Materi-materi yang diberikan diluar kelas merupakan materi aplikatif
76 Taklimudin dan Febri Saputra, “Metode Keteladanan Pendidikan Islam dalam Perspektif
Qur‟an”. Jurnal Pendidikan Islam Vol.3 No.1, STAIN Curup 2018, h. 3.
77
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 1994), Cet. 2. h. 46.
63
dalam hal bergama, seperti penanaman akidah, tatacara beribadah,
penanaman akhlak atau pun materi lainnya.
b. Dapat memudahkan pendidik dalam mengevaluasi hasil belajar
peserta didik.
c. Tujuan pendidikan lebih terarah dan dapat tercapai dengan baik.
Seorang pendidik harus memberikan contoh perilaku yang sesuai
dengan materi yang diajarkan di kelas. Dengan demikian, tujuan
pendidikan akan dengan mudah untuk dicapai dan menjadikan peserta
didik menjadi pribadi yang bertaqwa serta berilmu pengetahuan.
d. Dengan diberlakukannya keteladanan dalam lingkungan di sekolah,
keluarga, dan masyarakat, maka akan menciptakan situasi yang baik.
Sekolah, keluarga, dan lingkungan masyarakat merupakan elemen yang
paling berpengaruh dalam pembentukan watak dan karakter peserta
didik. Oleh karena itu perlu adanya keteladanan yang positif dari
sekolah, keluarga, dan lingkungan masyarakat.
e. Keteladanan yang ditunjukkan oleh seorang pendidik akan menciptakan
hubungan yang harmonis antara pendidik dengan peserta didik.
Keteladanan yang ditunjukkan dengan sikap penuh kasih sayang yang
ditunjukkan pendidik akan menimbulkan rasa empati dan sikap saling
menghormati sehingga timbul keharmonisan antara pendidik dengan
peseta didik.
f. Secara tidak langsung seorang pendidik dapat menciptakan materi yang
akan diajarkan kepada peserta didik. Keteladanan bukan hanya sebagai
metode pendidikan biasa, akan tetapi dapat juga menjadi sebuah materi
yang aplikatif yang diajarkan di kelas.
g. Akan mendorong seorang pendidik agar selalu berbuat baik karena akan
selalu dicontoh oleh peserta didiknya. Dalam metode keteladanan,
segala sesuatu yang melekat dalam diri seorang pendidik menjadi
64
sebuah pengetahuan yang akan diserap oleh peserta didik. Untuk itu,
seyogyanya seorang pendidik mesti memiliki gesah yang baik.78
Dari beberapa kelebihan yang telah dipaparkan di atas, maka dapat
dikatakan bahwa metode keteladanan memiliki peranan yang sangat penting
dalam upaya mewujudkan pendidikan Islam. Karena dalam metode keteladanan,
selain mengajarkan peserta didik secara teoritis, pendidik juga dapat melihat
secara langsung bagaimana peserta didik mengamalkan materi pendidikan yang
telah dipelajari selama proses belajar mengajar berlangsung.
2. Kelemahan metode keteladanan
Selain memiliki kelebihan seperti yang telah dipaparkan di atas, metode
keteladanan juga memiliki beberapa kekurangan, diantaranya :
a. Jika dalam proses belajar mengajar tokoh yang diteladani tidak baik,
maka peserta didik akan cenderung mengikuti hal-hal yang tidak baik
pula.
b. Jika dalam proses belajar mengajar hanya memberikan teori tanpa
diikuti dengan implementasinya, maka tujuan pembelajaran akan sulit
untuk diarahkan.
c. Jika pendidik hanya memberikan materi ajar di dalam kelas dan tidak
mempraktekkan apa yang diajarkan dalam keseharian, maka akan
mengurangi rasa empati peserta didik. Bahkan, seseorang akan
kehilangan rasa hormatnya ketika seorang pendidik tidak melaksanakan
apa yang dikatakan kepada peserta didiknya.79
Dari beberapa kelebihan dan kekurangan metode keteladanan di atas, maka
dapat dikatakan bahwa metode keteladanan merupakan metode pendidikan yang
memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk dan mempersiapkan aspek
moral, spiritual dan sosial anak. Hal ini karena pendidik merupakan figur terbaik
78 Ibid., h. 13.
79
Ibid., h. 14.
65
dalam pandangan peserta didik, yang tindak tanduk dan sopan santunnya, disadari
atau tidak akan ditiru dan diteladani oleh peserta didik.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dipahami bahwa betapa
pentingnya peran guru sebagai salah satu orang yang akan memberikan
keteladanan kepada peserta didik, dan juga orang yang dija dikan sosok atau
model oleh peserta didik. Jadi, berhasil atau tidaknya penggunaan metode
keteladanan (uswah hasanah) dalam proses pembelajaran sangat tergantung pada
guru yang diteladani. Oleh karena itu, keteladanan yang baik adalah salah satu
metode yang bisa diterapkan untuk merealisasikan tujuan pendidikan.
Dalam penerapannya, metode uswah atau keteladanan adalah sebelum para
pendidik menyampaikan segala hal apapun, pendidil perlu menjadi teladan
terlebih dahulu minimal sama-sama melakukan hal-hal yang baik dan yang akan
diperintah kepada peserta didik atau khalayak masyarakat. Artinya mau tidak mau
harus terjun secara langsung dan mencontohkan secara langsung agar lebih efektif
dan mudah dipahami.
Demikian juga ketika menyampaikan materi di dalam kelas atau secara
daring tentu seorang pendidik harus menerapkan metode keteladanan atau uswah
yang tentu menjadi contoh bagi muridnya karena salah satu penilaian muridnya
yakni afektif sikap. Murid tidak akan teladan apabila seorang pendidik tidak
mencontohkan dan mengapikasikan metode keteladanan dalam proses belajar agar
siswa terbiasa. Syarat seorang pendidik juga salah satunya harus memiliki
kompetensi kepribadian yang baik. Kepribadian yang baik salah satunya dengan
memiliki keteladanan yang patut dicontoh, bukan hanya mentrasfer ilmu tapi adab
dan kepribadian harus dilatih hingga siswa yang diajar menjadi insan yang bukan
hanya cerdas saja tapi memiliki kepribadian yang baik dan teladan.
Berdasarkan pemaparan beberapa metode pendidikan Islam di atas, penulis
mengambil kesimpulan bahwa dalam QS. Al-Maidah Ayat 67, QS. An-Nahl Ayat
125, dan QS. Al-Ahzab Ayat 21 mengandung metode-metode pendidikan islam
yang dapat diimplementasikan dan disesuaikan dengan tujuan pendidikan.
Terlebih di dalam Kurikulum 2013 di mana dalam aplikasinya siswa menjadi
pusat dalam pembelajaran di sekolah. Dalam hal ini, metode yang telah dijabarkan
66
pun relevan. Semua itu terlihat dari metode perdebatan, metode diskusi, metode
secara langsung dan metode menyampaikan dengan baik. Walau demikian, selain
pendidik hendaknya mampu menguasai semua metode-metode pendidikan islam,
para pendidik perlu mempertimbangkan metode yang cocok yang bisa digunakan
dalam proses pembelajaran disesuaikan tujuan akhir dari pembelajaran tersebut.
40
Kata انكفس berasal dari kata كفساا –كفس زا كف كفسا yang berarti menutupi
atau menyelubungi. Kata ini كفس bisa juga bermakna سخس yang juga memiliki
arti sama, yaitu menutupi.1
3. Asbabun Nuzul Q.S. al-Maidah ayat 67
Dalam tafsir Ibnu Katsir menyebutkan bahwa adapun asbabun nuzul ayat ini
adalah pada saat itu Allah berfirman sambil mengkhitabi hamba dan Rasul-Nya
Muhammad saw. dengan ungkapan “Rasul” dan menyuruhnya supaya
menyampaikan seluruh perkara yang dibawanya dari Allah. Kemudian Nabi
Muhammad saw. melaksanakan perintah itu dan menjalankan risalah dengan
sempurna.2
Dalam riwayat lain menyebutkan bahwa Ibnu Abu Hatim mengatakan
bahwa ketika ayat berikut diturunkan :3
ا ا سل أ زل يا بهغ انس ك أ إن زبك ي
Artinya: “Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari
Tuhanmu. (Q.S. al-Maidah : 67).
Kemudian Rasulullah bersabda
الله صهى الله ػهه وسهى سىداء ف بضاءوالله يا وزثنا زسىل
Artinya: “Ya Tuhanku apa yang harus aku perbuat, sedangkan aku sendirian,
tentu mereka akan mengeroyokku”.
Kemudian setelah itu turunlah firman Allah SWT.
إ ا حفعم نى زسانخ بهغج ف
Artinya: “...dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti)
kamu tidak menyampaikan amanat-Nya... (Q.S. al-Maidah: 67)
1 Ibid, h. 1217.
2 Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur‟an al-„Azhim, (Lebanon : Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2008), h. 71.
3 Ibid, h. 72.
41
Ibnu meriwayatkan dengan sanad yang sama mengatakan bahwa setelah itu
Allah berfirman:
الل ك عص اناس ي
Artinya: “Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia.. (Q.S. al-Maidah:
67).
Berkaitan dengan sebab turunnya surat al-Maidah ayat 67 ini, Quraish
Shihab dalam tafsir al-Mishbah mengutip pendapat Fakhrudin ar-Razi
mengatakan bahwa banyak riwayat yang menjelaskan mengenai sebab turunnya
surat al-Maidah ayat 67 ini. Namun yang perlu dipahami bahwa dalam ayat ini
Allah SWT. telah menjamin keselamatan Rasulullah saw. dari tipu daya dan
konspirasi jahat kaum Yahudi dan Nasrani, serta memerintahkan beliau supaya
berdakwah secara terang-terangan tanpa memperdulikan kaum mereka4.
4. Tafsir Q.S. al-Maidah ayat 67
Dalam tafsir al-Munir yang ditulis oleh Wahbah az-Zuhaili mengatakan
bahwa ayat ini berisi mengenai jawaban atas penilaian orang-orang yang
mengatakan bahwa Nabi Muhammad saw. menyembunyikan sesuatu dari perkara
agama dengan tujuan taqiyyah (melindungi diri). Selain itu, ayat ini juga menjadi
dalil yang menunjukkan kekeliruan pandangan seperti yang dikemukakan oleh
golongan ar-Rafidhah.5
Quraish Shihab dalam tafsirnya berpendapat bahwa ayat ini merupakan janji
dari Allah kepada Nabi Muhammad SAW bahwa ia akan dipelihara Allah dari
gangguan dan tipudaya orang-orang Yahudi dan Nasrani. Thahir bin Asyur juga
mengatakan bahwa ayat ini berupa peringatan kepada Rasulullah agar
menyampaikan ajaran agama tanpa menghiraukan kritik dan ancaman yang ada.6
Dalam tafsir al Azhar dijelaskan bahwa surat al Maidah ayat 67 ini sebagai
salah satu ayat bahwa Allah tidak pernah manyeru Nabi langsung dengan nama,
4 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2009), hlm. 152.
5 Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir Jilid 3 (Juz 5-6), terj. Abdul Hayyie al-Kattani, (Jakarta
: Gema Insani, 2016), h. 598-599.
6 M. Qurasih Shihab, Tafsir al-Misbah : Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an, (Jakarta :
Lentera Hati, 2002), h. 138-139.
42
melainkan dengan sebutan tugas dan jabatannya saja, yaitu ااهاانسسم . Secara
tegas ayat ini berisi perintah dari Allah bahwasanya segala wahyu yang telah
diturunkan Allah hendaklah beliau sampaikan kepada umat.7
Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa arti dari kata بهغ
adalah menyampaikan amanah kepada masyarakat secara terang-terangan. Hal ini
dikarenakan pada awal-awal penyebaran agama Islam, Nabi khawatir kepada
orang-orang musyrik di Mekkah. Kemudian Allah SWT memerintahkan untuk
menampakkan risalahnya dengan menurutkan surat al-Maidah ayat 67 ini. Dan
Allah memberitahu kepada Nabi bahwa Allah akan menjaga keselamatannya.8
Sedangkan dalam bahasa Arab, kata بهغ berarti sampai, mengenai sasaran,
atau mencapai tujuan. Sehingga bila kata ini dikaitkan dengan قىل (ucapan), maka
kata بهغ memiliki arti fasih, jelas maknanya, terang, serta tepat dalam
mengungkapkan apa yang dikehendaki.9
Kata بهغ memiliki bentuk masdhar yaitu kata حبهغ yang juga berarti
menyampaikan. Perbedaannya adalah kata بهغ berarti menyampaikan secara jelas
dan gamblang, sedangkan kata حبهغ bermakna menyampaikan secara sembunyi-
sembunyi.10
Ayat ا أهاانسسم بهغ mengandung pengertian mengenai bantahan atas
penilaian orang-orang yang mengatakan bahwa nabi Muhammad saw.
menyembunyikan sesuatu dari perkara agama dengan tujuan taqiyyah (melindungi
diri). Dengan adanya keternagan ini, maka ini membuktikan bahwa Nabi
Muhammad saw. tidak pernah merahasiakan sesuatu dari perkara agama
sedikitpun kepada seseorang.11
dalam tafsir Ibnu Katsir juga ditafsirkan sebagai والله ؼصك ي انناس
informasi bahwa Nabi Muhammad saw. adalah seorang yang dijamin sebagai
7 Hamka, Tafsir al-Azhar Juz 6, (Jakarta : Pustaka Panjimas, 1983), h. 142.
8 Al-Qurthubi, al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an (Tafsir al-Qurthubi), dalam Maktabah
Shameela. 9 Al-Qurthubi, al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an (Tafsir al-Qurthubi), dalam Maktabah
Shameela. 10
Al-Qurthubi, al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an (Tafsir al-Qurthubi), dalam Maktabah
Shameela. 11
Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi Juz XIV, terj. Bahrun Abu Bakar, dkk.
(Semarang, CV. Toha Putra Semarang, 1987). hlm. 84.
43
orang yang makshum. Keterangan lain menyebutkan bahwa ayat ini turun setelah
terjadinya perang Uhud. Hal ini ditandai dengan adanya ayat ا الله لاهد انقىو انكافس
yang ditafsirkan bahwa Allah tidak akan membiarkan orang-orang kafir
merealisasikan rencana dan keinginan jahat mereka untuk membinasakan
Rasulullah saw.12
B. Kajian Tafsir QS. An-Nahl Ayat 125
1. Teks Ayat dan Terjemah Q.S. an-Nahl ayat 125
ت زبك سبم إنى ادع عظت بانحك ان انحست جادنى بانخ أحس إ
زبك أعهى ضم ب ع سبه أعهى خد بان
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-
Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
(Q.S. an-Nahl : 125)”13
2. Kosakata Q.S. an-Nahl ayat 125
a. ادع : Mengajak / Menyeru
) kata ini berasal dari kata ادع ة –دعا دع دعاء ) yang berarti memanggil, atau
mengundang.14
berarti orang yang داع .memiliki arti mengajak kepada دعاانى
menyeru atau yang memanggil.15
Maksud dari kata ini adalah ajakan atau
seruan yang diperintahkan kepada Nabi Muhammad SAW. dari Allah SWT.
untuk mengajak umat manusia ke jalan yang ditunjukkan oleh Allah SWT.
b. بانحكت : Bijaksana
12
Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur‟an al-„Azhim, Op.Cit. hlm. 80. 13
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta : Al Hadi Media
Kreasi, 2015), h. 119.
14 Ahmad Warson Munawwir, Al Munawwir, (Surabaya : Pustaka Progressif, 1997), h.
406.
15
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta : PT. Hidakarya Agung, 1990), h.
127.
44
) kata ini berasal dari بانحكت يت –حكى حك ا حك ) yang berarti memimpin, atau
memerintah.16
Selain itu, kata ت berarti mengetahui kebenaran atau yang حك
benar.17
Adapun yang dimaksud hikmah disini adalah segala sesuatu yang
apabila digunakan akan mendatangkan kemudahan, serta menghalangi
terjadinya mudharat.
c. انى سبم زبك : Menuju Jalan Tuhanmu
سبم زبكانى berasal dari kata ( م ج سبم سب ) yang berarti jalan raya. زب berasal
dari kata ( زبا –سب –زب ) yang berarti mengasuh, atau memimpin.18
Sedangkan زب berarti Tuhan, atau yang mempunyai. Jadi, yang dimaksud
dengan انى سبم زبك dalam ayat ini adalah kembali ke jalan Allah SWT. yakni
kembali ke agama Allah SWT. sebagaimana yang telah diserukan oleh Nabi
Muhammad SAW.
d. جدل : Bantahan
yang berarti membantah جدل جدل جدل جدلا فجادل جدل berasal dari kata جدل
atau bisa juga bermakna threw down atau melempar dengan cepat atau
menghempaskan.19
e. يعظت : Pelajaran
yang berarti preached yang memiliki makna عظ berasal dari kata يعظت
mengajarkan. Kata عظ juga bisa bermakna took warning form atau obeyed
yang berarti mematuhi. Atau dalam literatur lain menunjukkan bahwa عظ
bermakna menasihati dengan cara-cara yang baik dan lemah lembut.20
16 Ahmad Warson Munawwir, Al Munawwir, Op.Cit. h. 286.
17
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, Op.Cit. h. 106-107.
18
Ibid., h. 162. 19
Lihat Habib Anthony Salmone (An Advanced Learner’s Arabic-English Dictionary,
1880). Dalam The Arabic Lexicon جدل http://arabiclexicon.hawramani.com diakses pada tanggal
19 Juni 2020. 20
Lihat Habib Anthony Salmone (An Advanced Learner’s Arabic-English Dictionary,
1880). Dalam The Arabic Lexicon يعظت http://arabiclexicon.hawramani.com diakses pada
tanggal 19 Juni 2020.
45
3. Asbabun Nuzul Q.S. an-Nahl ayat 125
Imam al Jalalain dalam tafsir Jalalain mengatakan bahwa adapun sebab
turunnya ayat ini yaitu, ayat ini diturunkan sebelum diperintahkan untuk
memerangi orang-orang kafir. Dan diturunkan ketika Hamzah gugur dalam
keadaan tercincang. Ketika Nabi Muhammad saw. melihat, beliau bersumpah
seraya bersabda : “sungguh aku bersumpah akan membalas tujuh puluh orang dari
mereka sebagai penggantimu”.21
As-Suyuthi dalam tafsir al-Munir karya Wahbah az-Zuhaili menyatakan
bahwa terdapat dua riwayat mengenai penurunan surat ini. Riwayat pertama
mengatakan bahwa surat ini turun pada kejadian Fathu Mekah, sementara riwayat
lain mengatakan bahwa surat ini turun pada kejaidan Uhud.
Sementara itu jumhur ulama tafsir sepakat bahwa ayat ini termasuk ayat
Madaniyyah yang diturunkan berkenaan dengan tindakan mutilasi yang dilakukan
terhadap jasad Hamzah pada peristiwa perang Uhud. Kejadian ini juga dijelaskan
dalam Shahih Bukhari dan dalam kitab sirah.22
Jadi, sebab turunnya surat an-Nahl ayat 125 adalah ketika Hamzah gugur
dalam perang dan jasadnya dicabik-cabik oleh orang kafir dan Rasulullah
bersumpah akan membalas tujuh puluh orang dari golongan mereka sebagai
penggantinya.
4. Tafsir Q.S. an-Nahl ayat 125
Pada Q.S. An-Nahl ayat 125, ayat ini diawali dengan fi‟il amr yaitu
tergambar dalam kata ادع yang berasal dari kata دع دع دػىة yang memiliki arti
mengajak, menyeru, dan memanggil.23
Dalam tafsir al maraghi menjelaskan
bahwa Rasulullah saw. diperintahkan untuk menyeru orang-orang kepada syariat
yang telah ditentukan oleh Allah SWT.24
21 Imam Jalaluddin al-Mahalli dan Imam Jalaluddin as-Suyuthi, Tafsir Jalalain Berikut
Asbabun Nuzul Jilid 2, terj. Tafsir Jalalain oleh Bahrun Abu Bakar, (Bandung : Sinar Baru
Algensindo, 2000), Cet. VI, h. 1117.
22
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir Jilid 7 Juz 13-14), (Jakarta : Gema Insani, 2014), h.
509-511.
23
Ahmad Warson Munawwir, alMunawwir, (Surabaya : Pustaka Progressif, 1997), h. 406.
24
Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi Juz XIV, h. 289.
46
“Kepada jalan Tuhanmu” adalah kepada syariat Tuhanmu
yang ditetapkan-Nya bagi makhluk-Nya, yaitu Islam.25
Bahwa Allah Swt.
memberikan pedoman kepada Rasul-Nya tentang cara bagaimana mengajak
manusia ke jalan Allah. Jalan Allah disini maksudnya ialah agama Allah yakni
syariat Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Ibnu Jarir sebagaimana yang terdapat dalam tafsir al-Qur‟an al-„adzhim
yang ditulis oleh Ibnu Katsir mengatakan bahwa seruan atau ajakan itu berupa
wahyu yang diturunkan kepada manusia yaitu al-Qur’an dan Sunnah, pelajaran
yang baik, serta semua kejadian yang terkandung di dalamnya berupa kejadian-
kejadian yang menimpa manusia di masa lalu.26
Sedangkan dalam tafsir al-Misbah yang ditulis oleh Quraish Shihab
menjelaskan bahwa ayat ini berisi tentang perintah kepada Nabi Muhammad saw.
agar mengikuti Nabi Ibrahim as dan kemudian memerintahkan untuk menyeru
semua orang kepada jalan yang ditunjukkan oleh Allah SWT.27
Dalam kitab tafsirnya, Quraish Shihab juga menjelaskan bahwa terdapat 3
macam metode dakwah yang harus disesuaikan dengan pesertanya. Ketiga macam
metode itu diantaranya :
Pertama, jika pesertanya adalah orang yang memiliki pengetahuan yang
tinggi, maka proses penyampaian materi dilakukan dengan metode hikmah. yaitu
metode penyampaian yang terbebas dari kesalahan dan kekeliruan. Atau bisa juga
diartikan sebagai dialog dengan kata-kata bijak sesuai dengan tingkat kepandaian
peserta.28
Sementara itu, Hamka dalam tafsir al-Azhar menjelaskan bahwa hikmah
berarti bijaksana, artinya bijaksana dalam berpikir, bertingkah laku, serta dalam
mengeluarkan perkataan.29
Kedua, jika pesertanya adalah kaum awam, maka proses penyampaian
materi dilakukan dengan metode mau‟izhah. Yaitu memberikan nasihat dan
25
Ibid, h. 289
26 Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur‟an al-„Azhim, h. 102.
27
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta : Lentera Hati, 2002), h. 774.
28
Ibid, h. 775.
29
Hamka, Tafsir al-Azhar, Op.Cit . h. 321.
47
perumpamaan yang menyentuh jiwa sesuai dengan taraf pengetahuan peserta yang
sederhana.
Dalam tafsir al-Misbah al-mau‟izhah diambil dari kata عظ yang berarti
nasihat. Sedangkan secara istilah, Quraish Shihab menjelaskan bahwa mau‟izhah
berarti uraian yang menyentuh hati yang mengantarkan kepada kebaikan.30
Ketiga, jika pesertanya adalah Ahl al-Kitab atau penganut agama lain maka
diperintahkan dengan menggunakan metode Jidal atau perdebatan dengan cara
yang terbaik, yaitu dengan logika dan retorika yang halus, lepas dari kekerasan
dan umpatan.
Dari ketiga metode penyampaian tersebut, jika diperhatikan terdapat
perbedaan secara penulisan. Yaitu kata mau‟izhah disifati dengan kata حسنت atau
baik. sedangkan kata Jidal disifati dengan kata أحس yang berarti yang terbaik.
Sementara kata Hikmah tidak disifati. Ini menunjukkan bahwa kata Hikmah yang
tidak disifati memiliki makna mengenai sesuatu mengenai kebenaran berdasarkan
ilmu dan akal.
Selain itu, Hamka dalam kitab tafsirnya menjelasakan bahawa penyebutan
kata mau‟izatul hasanah juga bermakna memberikan pesan yang baik atau
memberikan pengajaran yang baik31
. Dalam hal ini penyampaian mau‟izatul
hasanah akan masuk ke dalam hati seseorang karena dalam pelaksanaannya
penyampaiannya selain menggunakan hati juga berdasarkan pengalaman.
Penyebutan urutan ketiga metode ini sangat tepat, yaitu dimulai dengan
hikmah yang dapat disampaikan tanpa syarat, disusul dengan mau‟izhah dengan
syarat hasanah yang terdiri dari dua macam, yaitu baik dan tidak baik. Serta jidal
yang terdiri dari tiga macam, yaitu buruk, baik, dan terbaik.32
30 M. Quraish Shihab, Op.Cit, h. 775.
31 Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juzu‟ 13 dan Juzu‟ 14, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2004), h.
321.
32
Ibid., hlm. 776-777 .
48
C. Kajian Tafsir QS. Al-Ahzab Ayat 21
1. Teks Ayat dan Terjemah Q.S. al-Ahzab ayat 21
نقد زسل ف نكى كا ة الل حست أس ن سج كا و الل ان خس ذكس ا كثسا الل
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (Q.S. al-Ahzab : 21).33
2. Kosakata Q.S. al-Ahzab ayat 21
a. حسنت : Yang baik
Kata ini berasal dari kata ( –حس حسا –حس ) yang berarti baik, cantik atau
bagus.34
memiliki حست ج حساث .berarti membaguskan, membuat bagus حس
arti perbuatan yang baik atau kebaikan.35
b. وذكسالله كثسا : dan Dia banyak menyebut Allah
حركازا –ذكس ) kata ini berasal dari kata ذكس ذكسا ) yang berarti menyebut atau
mengucapkan.36
Sedangkan kata كثسا berasal dari kata س yang انكثاز ج انكث
berarti yang banyak, atau sering.37
c. اسىة : Contoh
Kata اسىة berasal dari kata سي yang berarti equal atau similiarity yang
bermakna sama. Dalam literatur lainnya kata اسىة bisa juga bermakna made
equal.38
33
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta : Al Hadi Media
Kreasi, 2015), h. 420.
34 Ahmad Warson Munawwir, al Munawwir, h. 264.
35
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, h. 203.
36
al Munawwir, Op.Cit. h. 448.
37
Ibid. h. 1192. 38
Lihat Habib Anthony Salmone (An Advanced Learner’s Arabic-English Dictionary,
1880). Dalam The Arabic Lexicon يعظت http://arabiclexicon.hawramani.com diakses pada
tanggal 19 Juni 2020.
49
3. Asbabun Nuzul Q.S. al-Ahzab ayat 21
Dalam kitab-kitab tafsir tidak dijelaskan secara khusus mengenai sebab
turunnya surat al-Ahzab ayat 21 ini. Dalam tafsir al-Munir karya Wahbah az-
Zuhaili hanya menjelaskan mengenai sebab turunnya surat al-Ahzab ayat 9, ayat
12 dan ayat 23. Namun, secara umum surat al-Ahzab ayat 21 ini turun berkaitan
dengan adanya perintah Allah SWT. supaya mencontoh, meniru, dan meneladani
Nabi Muhammad saw. pada kejadian perang Ahzab.
Quraish Shihab dalam tafsirnya menyatakan bahwa ayat ini diturunkan
kepada orang-orang yang beriman untuk memuji sikap mereka karena telah
meneladani Nabi Muhammad saw. Ayat ini menyatakan bahwa : Seseungguhnya
telah ada bagi kamu pada diri Rasulullah saw., suri tauladan yang baik bagi
kamu, yakni bagi orang-orang yang senantiasa mengharap rahmat dan kasih
sayang Allah dan kebahagiaan hari kiamat serta teladan bagi mereka yang
berdzikir mengingat kepada Allah dan menyebut nama-Nya yang banyak baik
dalam keadaan sussah maupun senang.39
4. Tafsir Q.S. al-Ahzab ayat 21
نقد زسل ف نكى كا ة الل حست أس ن سج كا و الل ان خس ذكس ا كثسا الل
Dalam tafsir al-Misbah karya Quraish Shihab mendefinisikan kata نقد laqad
merupakan kecaman dari Allah SWT. kepada orang-orang munafik yang mengaku
memeluk Islam, tetapi tidak mencerminkan ajaran Islam. Seakan-akan ayat ini
mengatakan “Kamu telah melakukan aneka kedurhakaan, padahal sesungguhnya
di tengah kamu semua ada Nabi Muhammad saw yang mestinya kamu
teladani”40
.
Sedangkan dalam tafsi Ibnu Katsir, ayat ini berisi mengenai firman Allah
SWT. kepada orang-orang yang merasa khawatir, gelisah, dan guncang dalam
menghadapi urusan mereka menghadapi perang Ahzab.
39 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Volume 10, h. 438.
40
Ibid, h. 439.
50
نقد زسل ف نكى كا ة الل حست أس ن
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik... (Q.S.
al-Ahzab : 21)
Dalam ayat ini Allah seakan bertanya kenapa kalian tidak meniru dan
mengikuti jejak sifatnya?. Dalam tafsir al-Misbah dijelaskan bahwa kata أسة
berarti teladan. Pakar tafsir Zamakhsyari dalam menafsirkan ayat di atas
mengatakan bahwa terdapat dua keteladanan yang terdapat pada diri Rasul.
Pertama, dalam arti kepribadian beliau secara totalitasnya adalah teladan. Kedua
dalam arti terdapat dalam kepribadian beliau hal-hal yang patut diteladani.41
Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menjelaskan bahwa surat al-Ahzab
ayat 21 ini berisi perintah agar meniru perilaku Nabi Muhammad SAW. seperti
yang tergambar dalam perang Ahzab. Sikap Rasul yang tergambar dalam perang
Ahzab yaitu kesabaran, keteguhan hati, kesiagaan, perjuangan, serta sikap
sabarnya dalam menanti jalan keluar dari Allah SWT.42
Imam al-Qurthubi sebagai ulama dalam bidang tafsir dan hukum
menjelaskan mengenai makna keteladanan dalam diri Rasulullah saw. Ia
mengungkapkan bahwa dalam soal agama, keteladanan itu merupakan hal yang
wajib, tetapi dalam soal keduniaan keteladanan ini menjadi sebuah anjuran.
Artinya, dalam soal agama, Rasulullah saw. wajib diteladani selama tidak ada
bukti yang menunjukkan bahwa ia adalah anjuran.
Sementara pendapat lain bahwa dalam persoalan-persoalan keduniaan,
Rasulullah saw. telah menyerahkan sepenuhnya kepada para pakar dalam bidang
masing-masing. Sehingga kata uswah atau keteladanan terhadap Rasullah saw.
sebagaimana yang dimaksudkan dalam ayat ini bukan dalam hal-hal yang
berkaitan dengan masalah keduniaan.43
Namun, ulama lain seperti al-Biqa’i tidak
sependapat dengan pendapat tersebut.
41 Ibid, h. 439.
42
Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur‟an al-„Azhim, h. 539.
43
M. Quraish Shihab, Op.Cit., h. 440.
51
Imam Sulaiman bin Umar mengemukakan bahwa perbedaan dalam meniru
perilaku Nabi tersebut menimbulkan dua pandangan. Pandangan pertama
mengatakan bahwa pandangan pertama adalah wajib, hingga ada indikasi yang
mengarah pada hukum sunnah. Pandangan kedua adalah sunnah, hingga ada
indikasi ke wajib. Sehingga dari kedua pandangan ini, Imam Sulaiman bin Umar
menyimpulkan bahwa meniru Rasulullah adalah wajib dalam urusan agama dan
sunnah dalam urusan keduniawian.44
Sedangkan Imam Musthafa al Maraghi mengatakan bahwa mencontoh dan
mengikuti Nabi adalah wajib dalam amal perbuatannya, dan hendaknya berjalan
sesuai dengan petunjuknya, jika ingin mendapatkan pertolongan dari Allah SWT.
pada hari kiamat.45
Benar ataupun tidaknya pendapat para sahabat tersebut, pada hakikatnya
menunjukkan bahwa para sahabat sendiri memilah-milah ucapan dan perbuatan
Nabi Muhammad Saw. ada yang dirasa wajib untuk diikuti dan ada pula yang
hanya bersifat anjuran. Atau ada yang dianggap sesuai dan ada pula yang mereka
usulkan untuk ditinjau kembali.
Namun demikian, tidak mudah untuk memisahkan atau memilah mana
perkataan atau pekerjaan yang bersumber dari kedudukan beliau sebagai Rasul
dan mana pula perkataan atau perbuatan yang bersumber dari kedudukan lainnya.
Dalam potongan ayat selanjutnya disebutkan :
سج كا و الل ان خس ذكس ا …كثس الل
...(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (Q.S. al-Ahzab : 21)
Ayat ini berisi mengenai penjelasan tentang orang-orang yang ingin
meneladani Rasulullah saw. bahwa terdapat dua hal untuk meneladani Rasulullah
saw. yaitu dzikir kepada Allah dan selalu mengingat-Nya.
44 Imam Sulaiman bin Umar al Ajyay asy Syafi’i asy Syahir bil Jamal, al Futuuhaat al
Ilahiyyah Bi Taudhihi Tafsiri al Jalalain Lidaqaaiq al Khafiyah, Juz 7, (Beirut : Dar al Kitab al
Ilmiyah, 1204 H), h. 162.
45
Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, Op.Cit. h. 277.
52
Kemudian dalam ayat berikutnya (Surat al-Ahzab ayat 22), Allah
menyebutkan mengenai hamba-hamba-Nya yang beriman serta membenarkan
janji Allah kepada mereka, yang pada akhirnya Allah akan memberikan sesuatu
yang baik di dunia maupun di akhirat bagi mereka.
D. Metode Pendidikan Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an Surat Al-
Maidah Ayat 67 dan Penerapannya
Metode pendidikan Islam yang terdapat dalam surat al-Maidah ayat 67
adalah tabligh (menyampaikan tanpa menutup-nutupi) merupakan metode
pendidikan yang terdapat dalam al-Qur’an.46
Ini menunjukkan bahwa al-Qur’an
memberikan wawasan tentang metode pendidikan Islam yang dapat diterapkan
dalam pembelajaran. Bagi seorang pendidik, tabligh diartikan dengan
menyampaikan materi dengan seksama tanpa adanya kekurangan. Ini bertujuan
agar ilmu atau materi yang disampaikan bersifat akurat.
Kata tabligh dalam surat al-Maidah ayat 67 ini diartikan sebagai metode
pendidikan dengan metode ceramah. Metode ceramah diartikan sebagai sebuah
metode mengajar dengan menyampaikan informasi atau pengetahuan secara lisan
kepada para siswa yang mengikuti pembelajaran.47
Dalam sumber yang lain disebutkan bahwa metode tabligh atau ceramah
merupakan suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan
atau menyampaikan materi ajar atau menyampaikan tentang suatu persoalan atau
masalah secara lisan.48
Metode ceramah bisa juga disebut sebagai metode kuliah atau pidato, yang
berarti sebagai sebuah cara melaksanakan pengajaran yang dilakukan guru secara
monolog atau satu arah. Dalam metode ini siswa hanya bertugas untuk menyimak
sambil mencatat materi yang disampaikan guru.
46 Zulfikar Ali Buto, “Wawasan al-Qur‟an Tentang Metode Pendidikan” Jurnal Tarbiyah
Vol. 25 No. 1, IAIN Lhokseumawe, h. 183.
47
Pupuh Fathurrohman & M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung : Refika
Aditama, 2007), h. 61.
48
Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka Cipta,
2010), h. 97.
53
Dalam konteks komunikasi pembelajaran, makna tabligh yang terdapat
dalam surat al-Maidah ayat 67 diartikan sebagai komunikasi pembelajaran yang
efektif. Agar terciptanya suatu komunikasi yang efektif, maka terdapat dua hal
yang perlu diperhatikan. Pertama, menyesuaikan gaya bicara antara guru dengan
murid. Yang kedua, komunikasi yang efektif terjadi ketika seorang guru tidak
hanya menyentuh akal pikiran dari siswa, tapi juga dapat menyentuh hati siswa
sekaligus.
Dari beberapa paparan mengenai definisi metode ceramah di atas, metode
ceramah juga memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Berikut merupakan
paparan mengenai kelebihan dan kekurangan metode ceramah :49
1. Kelebihan metode ceramah
Metode ceramah memiliki beberapa kelebihan, diantaranya :
a. Guru dapat dengan mudah menguasai kelas.
b. Guru dapat dengan mudah mengorganisasikan tempat duduk atau
mengorganisasikan kelas.
c. Guru dapat diikuti oleh siswa dalam jumlah yang besar.
d. Guru dapat dengan mudah mempersiapkan dan melaksanakan
pembelajaran.
e. Guru dapat menerangkan pembelajaran dengan baik dan lengkap.
Dari beberapa kelebihan metode ceramah di atas, menunjukkan bahwa
metode ceramah atau tabligh termasuk metode pendidikan Islam. Bahkan jauh
sebelum adanya teori-teori pendidikan muncul, metode ceramah ini telah
digunakan oleh Nabi dan para sahabat sebagai salah satu metode dalam
menyebarkan Islam.
1. Kelemahan metode ceramah
Selain memiliki kelebihan, metode ceramah juga memiliki beberapa
kelemahan, diantaranya :
a. Siswa dapat dengan mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-
kata)
49 Ibid, h. 97-98.
54
b. Siswa dengan tipe belajar auditif akan menerima materi lebih
banyak dibanding dengan siswa dengan tipe visual dan kinestetik
c. Bila metode ini digunakan terlalu lama, maka siswa akan cepat
bosan
d. Metode ceramah juga bisa membuat siswa menjadi pasif.
Dari penjelasan mengenai kelebihan dan kelemahan metode ceramah di atas,
maka dapat dipahami bahwa metode ini juga sangat penting dalam pelaksanaan
pendidikan. Namun, penggunaan metode ceramah ini juga perlu dikombinasikan
dengan metode lain, agar dalam pelaksanaannya siswa tidak cepat merasa bosan.
Dari pemaparan mengenai tafsir dan metode pendidikan yang terkandung
dalam surat al-Maidah ayat 67 di atas, maka pada dasarnya terdapat 3 hal yang
terkandung dalam surat ini, yaitu :50
1. Allah memerintahkan umatnya agar senantiasa menyampaikan amanah,
seperti Rasulullah yang diberi tugas untuk menyampaikan wahyu.
2. Guru termasuk pewaris rasul dan juga memiliki tugas menyampaikan
ilmu pengetahuan kepada peserta didik.
Dalam menghadapi masalah dan rintangan apapun, guru dituntut agar tetap
menjalankan tugas dan perannya sesuai dengan amanah yang telah diterimanya.
Metode pendidikan berdasarkan surat al-Maidah adalah metode tabligh
atau ceramah. Metode ini dinilai efektif karena materi disampaikan secara
langsung oleh guru. Guru dan murid dapat bertatap muka secara langsung.
Dengan begitu, akan terciptanya hubungan emosional yang baik antara guru
dengan murid. Membangun kedekatan emosional menjadi penting untuk
dilakukan, hal ini guna mempermudah dalam proses pembelajaran. Dalam teori
belajar, membangun kedekatan atau connectionism menjadi posisi yang utama
sebelum classical conditioning, contiguous conditioning, serta operant
conditioning.51
50 M. Irham Khaerullah, “Implikasi Q.S. al-Maidah ayat 67 Tentang Tugas dan Peran Guru
dalam Menyampaikan Amanah”. Prosiding Pendidikan Agama Islam, ISSN 2460 6413, h 55. 51
Muh. Hizbul Muflihin, dalam Jurnalnya yang berjudul “Aplikasi dan Implikasi Teori
Behaviorisme dalam Pembelajaran (Analisis Strategis Inovasi Pembelajaran)” h. 3.
55
Dengan menggunakan metode ini juga, guru dapat menyampaikan secara
penuh materi pelajaran. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya, guru dituntut agar
mampu melakukan berbagai inovasi. Hal ini karena metode ceramah sering dinilai
lebih cocok digunakan untuk siswa yang memiliki kemampuan auditif yang
bagus. Perbedaan kemampuan belajar siswa menjadi alasan utama guru mesti
mampu melakukan inovasi dalam pembelajaran.
Dalam pelaksanaannya, metode ceramah cocok digunakan pada siswa
pada tingkat menengah atas (SMA). Hal ini karena siswa pada tingkat SMA
secara psikologis telah mampu berpikir secara kritis. Sedangkan untuk siswa RA,
SD, atau SMP masih berada dalam ranah pengembangan afeksi. Sehingga pada
tahap ini siswa seyogyanya diajarkan agar mampu melakukan kontrol terhadap
pemenuhan kebutuhan emosionalnya.52
Alasan lain yang menjadikan metode ceramah kurang tepat jika diterapkan
pada siswa tingkat RA, SD, atau SMP adalah bahwa, pada tingkatan ini siswa
belum siap untuk menerima berbagai macam aturan dalam belajar.53
Berbagai
aturan yang dibuat oleh guru seringkali menjadikan siswa sering diliputi oleh rasa
takut. Oleh karena itu, metode ceramah cocok jika digunakan pada siswa tingkat
SMA yang secara perkembangan kognitifnya telah cukup.
E. Metode Pendidikan Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an Surat
An-Nahl Ayat 125 dan Penerapannya
Dari berbagai aspek yang terkandung di dalam surat An-Nahl ayat 125,
dapat dipahami hal-hal yang berkenaan dengan metode dakwah juga berkaitan
unsur-unsur pendidikan. Penulis menyimpulkan terdapat 3 metode pendidikan
yang menarik untuk diterapkan dalam proses belajar dan mengajar berdasarkan
kandungan surat an-Nahl ayat 125, yaitu:
1. Al-Hikmah
52
C. Asri Budiningsih, Belajar & Pembelajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 2012), h. 7. 53
C. Asri Budiningsih, Ibid. h. 7.
56
Secara bahasa hikmah berarti ilmu, keadilan, falsafah, kebijaksanaan,
dan uraian yang benar.54
Menurut Mustafa al-Maraghi dalam tafsirnya
mengatakan bahwa hikmah adalah perkataan yang kuat disertai dengan
dalil yang menjelaskan kebenaran dan menghilangkan kesalahpahaman.55
Dari pengertian hikmah di atas, maka dapat dipahami bahwa hikmah
berarti mengajak kepada jalan Allah dengan jalan keadilan dan
kebijaksanaan, selalu mempertimbangkan berbagai faktor dalam proses
belajar mengajar, baik faktor subyek, objek, sarana, media, maupun
lingkungan pengejaran.
Menurut M. Quraish Shihab menjelaskan arti kata mengenai ayat 125
yaitu kata hikmah yakni berdialog dengan kata-kata bijak sesuai dengan
tingkat kepandaian mereka.56
Lebih lanjut beliau juga menjelaskan, bahwa
hikmah diartikan sebagai sesuatu yang bila digunakan atau diperhatikan
akan mendatangkan kemaslahatan dan kemudahan yang besar atau lebih
besar serta menghalangi terjadinya mudharat atau kesulitan yang besar
atau lebih besar.57
Sehingga hikmah tidak perlu disifati dengan sesuatu
karena dari maknanya telah diketahui bahwa sesuatu yang mengena
kebenaran berdasar ilmu dan akal.
Berdasarkan berbagai penjelasan di atas, bahwa metode pembelajaran
bil hikmah diartikan sebagai metode pembelajaran yang menyampaikan
materi dengan cara berdialog menggunakan kata-kata bijak. Biasanya,
metode ini digunakan setelah guru memberikan suatu permasalahan
kepada siswa. Masalah diberikan kepada siswa, baik secara individu
maupun kelompok. Pada akhir pembelajaran, guru kemudian
menyampaikan hikmah atau pesan dari masalah yang diberikan tersebut.
Penggunaan metode ini membutuhkan pengetahuan yang luas dari
guru, akhlak yang baik, perkataan yang tepat dan baik, serta sikap adil dari
seorang guru. Ketika hal ini dimiliki oleh seorang guru, maka penerapan
54
Ahmad Warson Munawwir, Op.Cit., h. 287. 55
Ahmad Mustafa al-Maraghi, Op.Cit. h. 290. 56
Shihab, Tafsir Al-Misbah, Op.Cit.,h. 774 57
Shihab, Tafsir Al-Misbah, Ibid.,h. 774
57
pembelajaran dengan menggunakan metode bil hikmah akan berjalan
dengan baik. Namun dalam pelaksanaan metode bil hikmah, guru juga
dituntut agar mampu memahami potensi atau karakter belajar peserta
didik. Hal ini karena, interaksi kominikasi guru dengan murid, atau antara
siswa satu dengan siswa laiannya dalam pelaksanaan metode ini sangat
penting. Hal ini mengingat bahwa komunikasi yang baik akan memberikan
kesan yang baik bagi peserta didik.
Dalam pelaksanaannya, metode ini cocok digunakan pada semua
tingkat pendidikan. Namun, nampaknya lebih cocok digunakan pada
tingkat RA, SD, atau SMP. Hal ini karena pada tingkat RA, SD, atau SMP
siswa masih berada pada tahap penanaman value (nilai) serta attitude
(sikap). Sementara pada tingkat SMA siswa telah masuk pada level
ubderstanding (pemahaman) serta pemberian knowledge (pengetahuan)58
.
Dengan demikian, penggunaan metode pembelajaran bil hikmah menjadi
solusi yang tepat.
2. Mau‟idzah Hasanah
Mau‟idzah Hasanah terdiri dari dua kata, yaitu Mau’idzah dan
Hasanah. Secara bahasa, al-Mau’idzah berarti nasehat, pendidikan, atau
pengajaran. Sedangakan Hasanah berarti baik. Jadi, Mau’idzah Hasanah
berarti pengajaran yang baik.
Dalam tafsir al-Maraghi Mau‟idzah Hasanah diartikan sebagai dalil-
dalil yang bersifat dzanni yang memberikan kepuasan kepada orang
awam.59
Sedangkan Ibnu Katsir menjelaskan Mau’idzah Hasanah sebagai:
}وانىػظت انحسنت{ أي: با فه ي انزواجس وانىقائغ بانناس ذكسهى بها،
نحرزوا بأس الله تؼانى.60
Mau‟idzah Hasanah diartikan sebagai pemberian peringatan kepada
manusia untuk mencegah dan menjauhi larangan sehingga manusia itu
58
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran (Berorientasi Standar Proses Pendidikan), (Jakarta :
Kencana, 2006), Cet. 1, h. 70-71.
59
Ahmad Mustafa al-Maraghi, Ibid, h. 291.
60
Ibnu katsir, Op.Cit. h. 533.
58
akan mengingat kepada Allah. Imam at-Thabari dalam tafsirnya
mendefinisikan Mau’idzah Hasanah sebagai ىػظت انحس نت( قىل: وبانؼبس )وان
yaitu perumpaan yang indah yang berasal dari kitab Allah sebagai انجهت
hujjah61
.
Berdasarkan beberapa pengertian Mau‟idzah Hasanah di atas, maka
dapat dipahami bahwa Mau‟idzah Hasanah merupakan prinsip dasar yang
seharusnya melekat dalam diri setiap guru. Dengan adanya prinsip ini
siswa tidak akan merasa digurui, walaupun sebenarnya sedang terjadi
proses mentransfer ilmu. Atau dengan kata lain, proses pembelajaran akan
lebih berkesan.
Berdasarkan beberap definisi dan penjelasan tersebut, maka metode
pembelajaran mau‟izah hasanah termasuk kedalam teori pembelajaran
humanistik. Kunci dari penerapan metode pembelajaran mau‟izah hasanah adalah
penyampaian materi dengan kata-kata yang sopan, halus, serta tidak menyakiti
hati siswa. Hal ini sesuai dengan prinsip dari pembelajaran humanistik yang lebih
mengutamakan teori kepribadian dan psikoterapi dari pada psikologi belajar itu
sendiri.62
Tujuan dari diterapkannya metode mauizah hasanah adalah untuk
menciptakan manusia yang dicita-citakan atau menjadi manusia yang ideal.
Dalam teori belajar lain, hal ini juga sama dengan teori meaning full learning atau
pembelajaran bermakna yang dikemukakan oleh Ausubel.63
Maka hal inilah yang
menjadi sebab dalam pelaksanaannya, seorang guru tidak diperkenankan berkata
kasar atau menyakiti hati seorang siswa.
Dalam pelaksanaannya, metode mau‟izah hasanah cocok diterapkan pada
semua jenjang pendidikan. namun, jika fokusnya pada penerapan karakter, maka
metode pembelajaran ini akan lebih tepat jika diterapkan pada tingkat RA dan SD.
Hal ini karena pada tingkat RA dan SD gelombang otak siswa masih sering pada
61 Muhammad Ibn Jarir al-Thabari, Jāmi‟ al-Bayan „an Ta‟wil ay al-Qur‟an (tafsir ath-
Thabari), (Dalam Maktabah Shameela). 62
C. Asri Budiningsih, Belajar & Pembelajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 2012), h. 68. 63
C. Asri Budiningsih, Ibid, h. 43.
59
tingkat Alpha bahkan Tetha. Gelombang otak Alpha maupun Tetha merupakan
gelombang otak yang baik untuk menyerap sebuah informasi64
. Gelombang ini
juga sering digunakan menanamkan karakter atau sifat yang baik.
Kaitannya dengan penerapan metode pembelajaran mau‟izah hasanah
adalah dengan konsep metode mau‟izah hasanah yang menekankan pada
pembentukan karakter, maka siswa pada tingkat RA dan SD merupakan tingkatan
yang paling baik untuk menerap kan metode pembelajaran mau‟izah hasanah.
3. Jadalah
Jadalah berasal dari kata Jadalah yang berarti perdebatan65
. Dapat
diartikan bahwa mujadâlah merupakan suatu upaya tukar pendapat
dengan berdiskusi yang dilakukan oleh dua pihak, tanpa menimbulkan
suasana yang melahirkan permusuhan diantara keduanya. Yang dimaksud
bertukar pikiran adalah mendorong agar berpikir secara benar melalui cara
yang terbaik. Jika diperhatikan lebih dalam, kalimat atau kata Jadala ini
banyak terdapat di dalam al-Qur’an, salah satunya dalam surat al-Kahfi
ayat 54
نقد فا را ف صس نهاس انقسآ يثم كم ي كا سا ء أكثس ال جدلا ش
“…dan Sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam
Al Quran ini bermacam-macam perumpamaan. dan manusia adalah
makhluk yang paling banyak membantah.”
Bahkan di dalam al-Qur’an ada salah satu surat yang bernama al-
Mujadilah yang berarti perempuan-perempuan yang mengadakan gugatan.66
Namun, Mujadalah dalam dunia pendidikan dan pengajaran diartikan
sebagai metode diskusi. Atau bisa juga diartikan sebagai metode diskusi
ilmiah dengan cara lemah lembut dengan wajah yang penuh dengan
persahabatan dan hasilnya diserahkan kepada Allah SWT.
64
Munif Chatib, Gurunya Manusia, (Bandung : Mizan Pustaka, 2016), h. 88-89.
65 Ahmad Warson Munawwir, Op.Cit., h. 175.
66
Kementrian Agama RI, al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Jakarta : al-Hadi Media Kreasi,
2015).
60
Metode Mujadalah ini sebenarnya telah dicontohkan oleh Nabi Musa
dan Nabi Harun ketika berdiskusi dan berbantahan dengan Fir’aun,
sedangkan hasilnya dikembalikan kepada Allah. Metode diskusi dalam
proses pembelajaran bisa juga disebut sebagai metode dialog.
Metode ini sebenarnya lebih menekankan kepada pemberian dalil,
argumentasi dan alasan yang kuat. Para siswa akan berusaha mencari
potensi yang dimilikinya untuk mencari alasan yang mendasar dalam setiap
argumennya.
Berdasarkan beberapa definisi dan penjelasan di atas, metode jadalah
berarti pembelajaran dengan mengajak siswa untuk berdisukusi atau bertukar
pikiran. Metode ini termasuk dalam pembelajaran dengan pendekatan pada siswa
(Student centred approaches).67
Artinya, pembelajaran yang dilakukan mesti
berpusat pada siswa. Guru dalam hal ini hanya berperan sebagai fasilatator.
Metode pembelajaran jadalah lebih menekankan pada keaktifan siswa.
Hal ini sesuai dengan prinsip siswa sebagai subjek pendidikan, bahwa siswa
merupakan insan yang aktif, kreatif, dan dinamis dalam menghadapi
lingkungannya.68
Juga sesuai dengan prinsip guru sebagai organisator (pemimpin)
dalam pembelajaran sehingga terciptanya sebuah kondisi yang nyaman dan baik
dalam proses pembelajaran.69
Metode jadalah dalam pelaksanaannya melatih kreatifitas siswa serta
menajamkan analisis siswa. Namun, dalam hal ini seorang guru juga diminta agar
mampu memimpin diskusi agar berjalan dengan baik. Oleh karena itu
pengetahuan yang luas, keaktifan serta ketajaman analisis dari seorang guru juga
diperlukan. Hal ini dimaksudkan agar semua siswa terlibat dalam jalannya
diskusi.
Metode ini lebih tepat digunakan pada siswa tingkat atas atau SMA.
Bahkan, dengan dikeluarkannya kurikulum 2013 yang lebih memusatkan proses
67
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran (Berorientasi Standar Proses Pendidikan),
(Jakarta : Kencana, 2006), Cet. 1, h. 127. 68
Wina Sanjaya, Ibid, (Jakarta : Kencana, 2006), Cet. 1, h. 136. 69
Wina Sanjaya, Ibid, (Jakarta : Kencana, 2006), Cet. 1, h. 136.
61
pembelajaran pada siswa, metode diskusi banyak diterapkan pada semua tingkatan
pendidikan70
. Namun, hasil analisa penulis bahwa metode ini akan lebih tepat jika
digunakan pada tingkat SMA. Hal ini karena pada tingkatan ini, siswa SMA telah
mampu berpikir secara kritis dan dianggap telah matang dalam tahap
perkembangan kognitifnya.
F. Metode Pendidikan Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an Surat Al-
Ahzab Ayat 21 dan Penerapannya
Metode pendidikan Islam yang terdapat dalam surat al-Ahzab ayat 21 adalah
metode uswah atau keteladanan. Surat al- Ahzab ayat 21 ini menjadi prinsip
utama dalam meneladani Rasulullah saw. baik dalam ucapan, perbuatan, maupun
perlakuannya. Dari tafsir yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya
menjelaskan bahwa ayat ini berisi mengenai perintah Allah kepada manusia agar
meneladani Nabi Muhammad saw. dalam peristiwa al-Ahzab, yaitu meneladani
kesabaran, serta penantiannya atas jalan keluar yang diberikan Allah.71
Secara bahasa keteladanan berasal dari kata “teladan” yang memiliki arti
patut ditiru atau patut dicontoh.72
Dari pengertian ini maka dapat dipahami bahwa
uswah hasanah itu dapat diartikan sebagai suatu perbuatan yang dapat ditiru atau
dicontoh seseorang dari orang lain yang memiliki nilai positif. Sehingga makna
keteladanan (uswah hasanah) disini adalah keteladanan yang dapat dijadikan
sebagai alat dalam pendidikan Islam yaitu berupa keteladanan yang baik yang
sesuai dengan pengertian “uswah hasanah”.
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, metode keteladanan ini
dapat diterpakan dalam dua bentuk, yaitu secara langsung (direct) maupun secara
tidak langsung (indirect). Penerapan keteladanan secara langsung (direct)
memiliki arti bahwa seorang pendidik benar-benar mengaktualisasikan dirinya
sebagai contoh teladan yang baik bagi peserta didik. Sedangkan penerapan
70
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Konsep dan Implementasi Kurikulumn
2013, (Jakarta : Kemendikbud, 2014), h. 25.
71 Muhammad Nasib ar-Rifa’i, Taisiru al-Aliyyul Qadir Li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir., Terj.
Drs. Shihabudin, M.A., Kemudahan Dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 3, (Jakarta :
Gema Insani Pres, 1989), h. 841.
72
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke-2,
(Jakarta : Balai Pustaka, 1995), Cet. 4, h. 221.
62
keteladanan secara tidak langsung (indirect) memiliki arti bahwa pendidik
memberikan teladan kepada peserta didik dengan menceritakan kepada peserta
didik mengenai kisah-kisah para Nabi, riwayat orang-orang besar, maupun para
pahlawan dan syuhada. Hal ini bertujuan agar peserta didik menjadikan para
tokoh tersebut sebagai suri tauladan dalam kehidupan mereka.73
Berkaitan dengan keteladanan, Ahmad Tafsir dalam bukunya Ilmu
Pendidikan dalam Perspektif Islam menjelaskan bahwa salah satu syarat menjadi
pendidik dalam pendidikan Islam adalah harus berkesusilaan. Syarat ini penting
untuk dimiliki oleh setiap pendidik dalam melaksanakan tugasnya, khususnya
dalam pengajaran.74
Hal ini menunjukkan bahwa seorang pendidik tidak mungkin memberikan
contoh-contoh kebaikan jika ia sendiri tidak memiliki perangai yang baik. Atau
dengan kata lain, seorang pendidik baru bisa memberikan teladan yang baik bagi
peserta didik, jika ia telah menghiasi dirinya dengan perilaku dan akhlak yang
terpuji.
Dari penjelasan yang singkat ini, maka dapat dipahami bahwa metode
uswah adalah metode pendidikan yang diterapkan dengan cara memberikan
contoh-contoh atau teladan yang baik yang berupa perilaku nyata, khususnya
dalam hal ibadah dan akhlak.
Dalam pelaksanaannya, metode keteladanan (uswah hasanah) ini cocok
diterapkan pada siswa pada semua jenjang pendidikan. hal ini karena pada
dasarnya, seorang guru mesti memberikan teladan atau contoh yang baik pada
siswanya. Oleh karena itu, metode pembelajaran uswatun hasanah cocok bila
diterapkan pada semua jenjang pendidikan.
Namun, metode ini nampaknya lebih tepat jika digunakan pada tingkat TK
dan SD. Hal ini karena pada jenjang ini siswa berada pada tahap meniru. Selain
itu, pada tingkat ini juga gelombang otak masih berada pada tingkap tetha. Orang
yang berada pada tingkat tetha akan lebih mudah menyerap informasi. Selain itu,
73 Taklimudin dan Febri Saputra, “Metode Keteladanan Pendidikan Islam dalam Perspektif
Qur‟an”. Jurnal Pendidikan Islam Vol.3 No.1, STAIN Curup 2018, h. 3.
74
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 1994), Cet. 2. h. 46.
63
informasi yang masuk saat gelombang tetha aktif akan diingat dalam jangka
waktu yang sangat panjang dan akan berpengaruh pada kepribadian anak.
Metode uswatun hasanah juga dalam penerapannya memiliki kelebihan dan
kelemahan. Diantara kelebihan dan kelemahan itu adalah :
1. Kelebihan metode keteladanan
Kelebihan penggunaan metode keteladanan (uswah hasanah) diantaranya :
a. Akan memudahkan peserta didik dalam menerapkan ilmu yang
dipelajarinya di sekolah. Seorang pendidik tidak hanya memberikan
materi ketika dikelas saja, tapi juga memberikan materi diluar kelas.
Materi-materi yang diberikan diluar kelas merupakan materi aplikatif
dalam hal bergama, seperti penanaman akidah, tatacara beribadah,
penanaman akhlak atau pun materi lainnya.
b. Dapat memudahkan pendidik dalam mengevaluasi hasil belajar
peserta didik.
c. Tujuan pendidikan lebih terarah dan dapat tercapai dengan baik.
Seorang pendidik harus memberikan contoh perilaku yang sesuai
dengan materi yang diajarkan di kelas. Dengan demikian, tujuan
pendidikan akan dengan mudah untuk dicapai dan menjadikan peserta
didik menjadi pribadi yang bertaqwa serta berilmu pengetahuan.
d. Dengan diberlakukannya keteladanan dalam lingkungan di sekolah,
keluarga, dan masyarakat, maka akan menciptakan situasi yang baik.
Sekolah, keluarga, dan lingkungan masyarakat merupakan elemen yang
paling berpengaruh dalam pembentukan watak dan karakter peserta
didik. Oleh karena itu perlu adanya keteladanan yang positif dari
sekolah, keluarga, dan lingkungan masyarakat.
e. Keteladanan yang ditunjukkan oleh seorang pendidik akan menciptakan
hubungan yang harmonis antara pendidik dengan peserta didik.
Keteladanan yang ditunjukkan dengan sikap penuh kasih sayang yang
ditunjukkan pendidik akan menimbulkan rasa empati dan sikap saling
menghormati sehingga timbul keharmonisan antara pendidik dengan
peseta didik.
64
f. Secara tidak langsung seorang pendidik dapat menciptakan materi yang
akan diajarkan kepada peserta didik. Keteladanan bukan hanya sebagai
metode pendidikan biasa, akan tetapi dapat juga menjadi sebuah materi
yang aplikatif yang diajarkan di kelas.
g. Akan mendorong seorang pendidik agar selalu berbuat baik karena akan
selalu dicontoh oleh peserta didiknya. Dalam metode keteladanan,
segala sesuatu yang melekat dalam diri seorang pendidik menjadi
sebuah pengetahuan yang akan diserap oleh peserta didik. Untuk itu,
seyogyanya seorang pendidik mesti memiliki gesah yang baik.75
Dari beberapa kelebihan yang telah dipaparkan di atas, maka dapat
dikatakan bahwa metode keteladanan memiliki peranan yang sangat penting
dalam upaya mewujudkan pendidikan Islam. Karena dalam metode keteladanan,
selain mengajarkan peserta didik secara teoritis, pendidik juga dapat melihat
secara langsung bagaimana peserta didik mengamalkan materi pendidikan yang
telah dipelajari selama proses belajar mengajar berlangsung.
2. Kelemahan metode keteladanan
Selain memiliki kelebihan seperti yang telah dipaparkan di atas, metode
keteladanan juga memiliki beberapa kekurangan, diantaranya :
a. Jika dalam proses belajar mengajar tokoh yang diteladani tidak baik,
maka peserta didik akan cenderung mengikuti hal-hal yang tidak baik
pula.
b. Jika dalam proses belajar mengajar hanya memberikan teori tanpa
diikuti dengan implementasinya, maka tujuan pembelajaran akan sulit
untuk diarahkan.
c. Jika pendidik hanya memberikan materi ajar di dalam kelas dan tidak
mempraktekkan apa yang diajarkan dalam keseharian, maka akan
mengurangi rasa empati peserta didik. Bahkan, seseorang akan
75 Ibid., h. 13.
65
kehilangan rasa hormatnya ketika seorang pendidik tidak melaksanakan
apa yang dikatakan kepada peserta didiknya.76
Dari beberapa kelebihan dan kekurangan metode keteladanan di atas, maka
dapat dikatakan bahwa metode keteladanan merupakan metode pendidikan yang
memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk dan mempersiapkan aspek
moral, spiritual dan sosial anak. Hal ini karena pendidik merupakan figur terbaik
dalam pandangan peserta didik, yang tindak tanduk dan sopan santunnya, disadari
atau tidak akan ditiru dan diteladani oleh peserta didik.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dipahami bahwa betapa
pentingnya peran guru sebagai salah satu orang yang akan memberikan
keteladanan kepada peserta didik, dan juga orang yang dija dikan sosok atau
model oleh peserta didik. Jadi, berhasil atau tidaknya penggunaan metode
keteladanan (uswah hasanah) dalam proses pembelajaran sangat tergantung pada
guru yang diteladani. Oleh karena itu, keteladanan yang baik adalah salah satu
metode yang bisa diterapkan untuk merealisasikan tujuan pendidikan.
Dalam penerapannya, metode uswah atau keteladanan adalah sebelum para
pendidik menyampaikan segala hal apapun, pendidil perlu menjadi teladan
terlebih dahulu minimal sama-sama melakukan hal-hal yang baik dan yang akan
diperintah kepada peserta didik atau khalayak masyarakat. Artinya mau tidak mau
harus terjun secara langsung dan mencontohkan secara langsung agar lebih efektif
dan mudah dipahami.
Demikian juga ketika menyampaikan materi di dalam kelas atau secara
daring tentu seorang pendidik harus menerapkan metode keteladanan atau uswah
yang tentu menjadi contoh bagi muridnya karena salah satu penilaian muridnya
yakni afektif sikap. Murid tidak akan teladan apabila seorang pendidik tidak
mencontohkan dan mengapikasikan metode keteladanan dalam proses belajar agar
siswa terbiasa. Syarat seorang pendidik juga salah satunya harus memiliki
kompetensi kepribadian yang baik. Kepribadian yang baik salah satunya dengan
memiliki keteladanan yang patut dicontoh, bukan hanya mentrasfer ilmu tapi adab
76 Ibid., h. 14.
66
dan kepribadian harus dilatih hingga siswa yang diajar menjadi insan yang bukan
hanya cerdas saja tapi memiliki kepribadian yang baik dan teladan.
Berdasarkan pemaparan beberapa metode pendidikan Islam di atas, penulis
mengambil kesimpulan bahwa dalam QS. Al-Maidah Ayat 67, QS. An-Nahl Ayat
125, dan QS. Al-Ahzab Ayat 21 mengandung metode-metode pendidikan islam
yang dapat diimplementasikan dan disesuaikan dengan tujuan pendidikan.
Terlebih di dalam Kurikulum 2013 di mana dalam aplikasinya siswa menjadi
pusat dalam pembelajaran di sekolah. Dalam hal ini, metode yang telah dijabarkan
pun relevan. Semua itu terlihat dari metode perdebatan, metode diskusi, metode
secara langsung dan metode menyampaikan dengan baik. Walau demikian, selain
pendidik hendaknya mampu menguasai semua metode-metode pendidikan islam,
para pendidik perlu mempertimbangkan metode yang cocok yang bisa digunakan
dalam proses pembelajaran disesuaikan tujuan akhir dari pembelajaran tersebut.
67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-Qur’an merupakan sebuah pedoman dan landasan bagi umat manusia
karena terdapat berbagai hal penting didalamnya, salah satunya adalah
pendidikan. Di dalam Al-Qur’an, Berdasarkan hasil penelitian dan analisis dengan
mengkaji tafsir dalam QS. Al-Maidah Ayat 67, QS. An-Nahl Ayat 125 dan QS.
Al-Ahzab Ayat 21, ayat-ayat tersebut mengandung metode pendidikan yang dapat
diterapkan dalam proses pembelajaran dan terdapat relevansi ketiga ayat tersebut
dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya:
Pertama, dalam QS. Al-Maidah Ayat 67 terdapat metode pendidikan Islam
tabligh (menyampaikan tanpa menutup-nutupi), yaitu penyampaian materi dengan
seksama tanpa adanya kekurangan yang bertujuan agar ilmu atau materi yang
disampaikan bersifat akurat. Dalam penerapan metode tabligh, pendidik
menyampaikan amanah keilmuan secara menyeluruh tanpa menutup-nutupi.
Kedua, dalam QS. An-Nahl Ayat 125 terdapat 3 metode Pendidikan Islam;
(1) Hikmah artinya penyampaian materi pendidikan yang disampaikan dengan
bijaksana, adil dan lemah lembut sehingga dapat diterima oleh peserta didik.
; (2), metode pendidikan Islam Mau’idzah Hasanah yang berarti nasehat baik atau
pengajaran baik; (3), Metode Jadalah yang artinya perdebatan atau metode
diskusi. Dalam penerapannya, pendidik menyampaikan materi keilmuan dengan
sikap lemah lembut dan bijaksana, memberikan nasihat yang baik, dan berdebat
atau berdiskusi untuk menyelesaikan permasalahan atau kesulitan dalam aktifitas
pembelajaran
Ketiga, dalam QS. Al-Ahzab Ayat 21 terdapat metode pendidikan Islam
uswah atau keteladanan dan terdapat metode yang secara langsung (direct)
maupun secara tidak langsung (indirect). Pada penerapannya, pendidik menjadi
contoh tauladan pada diri sendiri sebelum menjadi tauladan bagi orang lain.
B. Implikasi
68
Seorang pendidik memiliki tanggung jawab, kemampuan, keterampilan,
pengetahuan dalam memilih metode pendidikan yang digunakan di dalam kelas
untuk mencapai tujuan pembelajaran dan menciptakan proses pembelajaran yang
efektif. Dalam penerapannya, pendidik dapat menggunakan metode-metode
pendidikan yang terdapat dalam al-Qur’an seperti metode tabligh, hikmah,
mau’izhah hasanah, jadalah, dan uswah dalam menyampaikan materi
pembelajaran, khususnya pendidikan islam.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang didapatkan oleh penulis
pada penelitian ini, maka penulis mengemukakan beberapa hal mengenai masukan
dan saran. Diantaranya sebagai berikut:
a. Agar para praktisi pendidikan dapat menerapkan metode pendidikan
yang terdapat dalam ayat Al-Qur’an, khususnya metode yang
mengandung ke-Islaman sehingga dapat memperhatikan terhadap
penguasaan berbagai macam-macam metode pendidikan yang relevan,
diantaranya seperti metode tabligh, metode hikmah, metode mau’izhah
hasanah, metode jadalah, dan metode uswah.
b. Agar para pendidik dan peserta didik dapat mengimplementasikan
sikap dan sifat yang terkandung dalam metode-metode pendidikan di
dalam QS. Al-Maidah Ayat 67, QS. An-Nahl Ayat 125 dan QS. Al-
Ahzab Ayat 21, yaitu sikap bijaksana, adil, lemah lembut, memberi
nasehat, berdiskusi dan menjadi tauladan yang baik dalam kehidupan
sehari-hari di lingkungan keluarga dan masyarakat
c. Adanya metode pendidikan yang sesuai dengan anjuran Al-Qur’an
merupakan syarat pendidik yang menjiwai nilai-nilai pendidikan dan
keislaman.
68
B. Implikasi
Seorang pendidik memiliki tanggung jawab, kemampuan, keterampilan,
pengetahuan dalam memilih metode pendidikan yang digunakan di dalam kelas
untuk mencapai tujuan pembelajaran dan menciptakan proses pembelajaran yang
efektif. Dalam penerapannya, pendidik dapat menggunakan metode-metode
pendidikan yang terdapat dalam al-Qur’an seperti metode tabligh, hikmah,
mau’izhah hasanah, jadalah, dan uswah dalam menyampaikan materi
pembelajaran, khususnya pendidikan islam.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang didapatkan oleh penulis
pada penelitian ini, maka penulis mengemukakan beberapa hal mengenai masukan
dan saran. Diantaranya sebagai berikut:
a. Agar para praktisi pendidikan dapat menerapkan metode pendidikan
yang terdapat dalam ayat Al-Qur’an, khususnya metode yang
mengandung ke-Islaman sehingga dapat memperhatikan terhadap
penguasaan berbagai macam-macam metode pendidikan yang relevan,
diantaranya seperti metode tabligh, metode hikmah, metode mau’izhah
hasanah, metode jadalah, dan metode uswah.
b. Agar para pendidik dan peserta didik dapat mengimplementasikan
sikap dan sifat yang terkandung dalam metode-metode pendidikan di
dalam QS. Al-Maidah Ayat 67, QS. An-Nahl Ayat 125 dan QS. Al-
Ahzab Ayat 21, yaitu sikap bijaksana, adil, lemah lembut, memberi
nasehat, berdiskusi dan menjadi tauladan yang baik dalam kehidupan
sehari-hari di lingkungan keluarga dan masyarakat
c. Adanya metode pendidikan yang sesuai dengan anjuran Al-Qur’an
merupakan syarat pendidik yang menjiwai nilai-nilai pendidikan dan
keislaman.
69
DAFTAR PUSTAKA
Al-Mahalli, Imam Jalaluddin dan Imam Jalaluddin as-Suyuthi, Tafsir Jalalain
Berikut Asbabun Nuzul Jilid 2, terj. Tafsir Jalalain oleh Bahrun Abu
Bakar, (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2000). Cet. VI.
Al-Maraghi, Ahmad Mustafa. Tafsir al-Maraghi Juz XIV. terj. Bahrun Abu Bakar,
dkk. (Semarang, CV. Toha Putra Semarang, 1987).
Al-Nahlawi, Abdurrahman. Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan
Masyarakat, tej, Shihabuddin, Gema Insani, Jakarta, 1995.
Al Rasyidin, Samsul Nizarmsul Nizar. Fillsafat Pendidikan Islam: Pendidikan
Historis, Teoritis dan Praktis. (Jakarta : Ciputat Press, 2005).
Al-Syaibani, Omar Mohammad al-Toumy. Falsafah Pendidikan Islam (Jakarta:
Bulan Bintang, 1979).
Al-Thabari, Muhammad Ibn Jarir. Jāmi‟ al-Bayan „an Ta‟wil ay al-Qur‟an (tafsir
ath-Thabari), (Dalam Maktabah Shameela).
Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. (Jakarta: Ciputat
Press, 2002).
Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam, Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis
Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Ed. 1, cet. 3, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1994).
Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam, Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis
Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Ed. 1, cet. 1, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1991).
Arifin, Tatang. M. Menyusun Rencana Penelitian. (Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 1995).
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. (Jakarta : Rineka Cipta, 2002).
Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib. Taisiru al-Aliyyul Qadir Li Ikhtishari Tafsir Ibnu
Katsir. Terj. Drs. Shihabudin, M.A., Kemudahan Dari Allah Ringkasan
Tafsir Ibnu Katsir Jilid 3. (Jakarta : Gema Insani Pres, 1989).
70
Assegaf, Abd. Rachman. Aliran Pemikiran Pendidikan Islam: Hadharah
Keilmuan Tokoh Klasik Sampai Modern. (Jakarta: Rajawali Pers, 2013).
Cet. I.
Az-Zuhaili, Wahbah. Tafsir al-Munir Jilid 7 (Juz 13-14). (Jakarta : Gema Insani,
2014).
Az-Zuhaili, Wahbah. Tafsir al-Munir Jilid 3 (Juz 5-6), terj. Abdul Hayyie al-
Kattani. (Jakarta : Gema Insani, 2016).
Barnadib, Imam. Filsafat Pendidikan, Sistem dan Metode. (Yogyakarta: Yayasan
Penerbit IKIP Yogyakarta, 1990). Cet.1.
Buto, Zulfikar Ali. “Wawasan al-Qur‟an Tentang Metode Pendidikan” Jurnal
Tarbiyah Vol. 25 No. 1, IAIN Lhokseumawe.
Buseri, Kamrani. Dasar, Asas dan Prinsip Pendidikan Islam, (Kalimantan
Selatan: IAIN Antasari, 2014).
Dahlan, M. dkk. Kamus Induk Istilah Ilmiah. (Surabaya: Penerbit Target Press,
2003).
Daradjat, Zakiah. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Bumi Aksara, 2009).
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Ke-2. (Jakarta : Balai Pustaka, 1995). Cet. 4.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Keempat (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2016).
Depertemen Pendidikan Nasional. Kamus besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai
Pustaka, 2012).
Djamarah, Syaiful Bahri & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta :
Rineka Cipta, 2010).
Faizi, Mastur. Ragam Metode Mengajarkan Eksakta Pada Murid. (Jogjakarta:
DIVA Press, 2013). Cet I.
Fathurrohman, Pupuh & M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung :
Refika Aditama, 2007).
Gunawan, Heri. Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Toko.
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014).
71
Hawi, Akmal. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2013), Cet. I.
Hamka. Tafsir al-Azhar. (Jakarta : Pustaka Panjimas, 1983).
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juzu‟ 13 dan Juzu‟ 14, (Jakarta: Pustaka Panjimas,
2004).
Imam Sulaiman bin Umar al Ajyay asy Syafi’i asy Syahir bil Jamal, al Futuuhaat
al Ilahiyyah Bi Taudhihi Tafsiri al Jalalain Lidaqaaiq al Khafiyah, Juz 7,
(Beirut : Dar al Kitab al Ilmiyah, 1204 H).
Indriana, Diana. Ragam Alat Bantu Media Pembelajaran, (Jogjakarta: DIVA
Press, 2011), Cet. I.
Jannah, Miftahul. Metode Pendidikan Islam yang Terkandung dalam Al-Qur‟an
Surat An-Nahl Ayat 125-126, Skripsi pada program sarjana strata 1 UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Katsir, Ibnu. Tafsir al-Qur‟an al-„Azhim. (Lebanon : Dar al-Kutub al-Ilmiyah,
2008).
Kbbi.web.id, diakses Hari Jum’at, 10 Januari 2020, Pukul 19.39 WIB.
Kementrian Agama RI, al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Jakarta : al-Hadi Media
Kreasi, 2015).
Khaerullah, M. Irham. “Implikasi Q.S. al-Maidah ayat 67 Tentang Tugas dan
Peran Guru dalam Menyampaikan Amanah”. Prosiding Pendidikan
Agama Islam, ISSN 2460 6413.
Majid, Abdul. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep dan
Implementasi Kurikulum 2004. (Jakarta : Bumi Aksara, 2006).
Minarti, Sri. Ilmu Pendidikan Islam, Fakta Teoritis-Filosofis dan Aplikatif-
Normatif. (jakarta: Amzah, 2013). Cet. 1.
Muhadjir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Yogyakarta : Rake Sarasin,
1996).
Munardji. Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bina Ilmu, 2004)
Munawwir, Ahmad Warson. Al Munawwir, (Surabaya : Pustaka Progressif, 1997).
Nata, Abuddin. Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005).
72
Nata, Abudin. Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur‟an, (Jakarta : UIN Jakarta
Press, 2005).
Nata, Abuddin. Studi Islam Komprehensif. (Jakarta : Kencana, 2011).
Nawawi, Hadari. Pendidikan Dalam Islam. (Surabaya : Al-Ikhlas, 1993).
Nizar, Samsul. Fillsafat Pendidikan Islam: Pendidikan Historis, Teoritis dan
Praktis. (Jakarta : Ciputat Press, 2005).
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alinea ke IV.
Pratiwi, Cindi. Metode Pendidikan dalam Prespektif yang Al-Qur‟an Kajian
Surat An-Nahl Ayat 125-127, skripsi pada program sarjana strata 1 UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012.
Ramayulis. Dasar-dasar Kependidikan Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan.
(Jakarta: Kalam Mulia, 2015). Cet. I.
Riannie, Nurjannah. “Pendekatan dan Metode Pendidikan Islam, (Sebuah
Perbandingan dalam Konsep Teori Pendidikan Islam dan Barat)”,
Management of Education, Vol 1 No. 2.
Salik, Mohammad. Ilmu Pendidikan Islam, (Surabaya: UIN SA Press, 2014)
Samiudin, Peran Metode Untuk Mencapai Tujuan Pembelajaran, (Bangil: STAI
Pancawahana, 2016).
Sani, Ridwan Abdullah. Inovasi Pembelajaran. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014).
Cet. II.
Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Misbah Volume 10. (Jakarta : Lentera Hati, 2002).
Shihab, Quraish. Membumikan al-Qur‟an, (Bandung : Mizan, 1994)
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. (Bandung :
Alfabeta, 2008).
Subana, M dan Sudrajat. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Cv Pustaka
Setia, 2009).
Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 1994). Cet. 2.
Tafsir, Ahmad. Metodologi Pengajaran Agama Islam. (Bandung:PTRemaja
Rosdakarya,Cet.VIII, 2004)
73
Taklimudin dan Febri Saputra, “Metode Keteladanan Pendidikan Islam dalam
Perspektif Qur‟an”. Jurnal Pendidikan Islam Vol.3 No.1, STAIN Curup
2018.
Tatang, S. Ilmu Pendidikan. (Bandung: Pustaka Setia, 2012). Cet. I.
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang SIKDISNAS dan
Peraturan Pemerintah RI Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan
Pendidikan Serta Wajib Belajar, (Bandung: Citra Umbara, 2010).
Yasin, A. Fatah. Dimensi-dimensi Pendidikan Islam. (Malang: UIN Malang Press,
2008). Cet.I.
Yunus, Mahmud. Kamus Arab Indonesia, (Jakarta : PT. Hidakarya Agung, 1990).