metode dan keterampilan bk 2
TRANSCRIPT
METODE DAN KETERAMPILAN BK
A. Pendahuluan
Setiap manusia pada dasarnya memerlukan bimbingan sejak kecil untuk
mempersiapkan masa dewasanya kelak supaya dapat diterima oleh
lingkungan tempat tinggalnya. Masyarakat dengan bimbingan yang benar
akan berjalan baik dan terarah. Begitu juga kepada para pelajar. Seperti kita
telah ketahui bahwa bimbingan merupakan proses tuntunan, arahan secara
terencana dan terus menerus terhadap peserta didik untuk menuju kedewasan
atau kematangan mampu memecahkan masalah-masalah/problem yang
dihadapi guna mencapai kesejahteraan hidupnya. Dengan melihat pengertian
disamping bahwa tidak dapat kita kesampingkan bahwa kode etik juga
penting bagi seorang pembimbing, sehingga konselor tidak akan berjalan
seenaknya saja.
Oleh sebab itu maka penulis akan membahas mengenai metode dan
keterampilan bimbingan dan konseling agar bisa menambah pengetahuan
mendalam mengenai bimbingan dan konseling pada klien sehingga akan
menjadi pencerahan tersendiri.
B. Pembahasan
Yang dimaksud dengan metode bimbingan dan konseling adalah cara-cara
tertentu yang digunakan dalam proses bimbingan dan konseling.
Implementasi dari cara-cara tertentu biasanya terkait dengan pendekatan-
pendekatan yang digunakan oleh pengguna metode. Dalam kaitan ini, secara
ini ada dua metode dalam pelayanan bimbingan dan konseling yaitu: pertama,
metode bimbingan kelompok dan kedua, metode bimbingan individual.
Metode bimbingan kelompok dikenal juga dengan bimbingan kelompok atau
group guidance sedangkan metode bimbingan individual dikenal dengan
individual konseling.
1. Metode Bimbingan Konseling
1.1 Metode Bimbingan Kelompok (Group Guidance)
Cara ini dilakukan untuk membantu siswa (klien) memecahkan
masalah melalui kegiatan kelompok. Masalah yang dipcahkan bisa bersifat
kelompok, yaitu yang dirasakan bersama oleh kelompok (beberapa orang
siswa) atau bersifat individual atau perorangan, yaitu masalah yang
dirasakan oleh individu (seorang siswa) sebagai anggota kelompok.
Penyelenggaraan bimbingan kelompok antara lain dimaksudkan untuk
membantu mengatasi masalah bersama atau membantu seorang individu
yang menghadapi masalah dengan menempatkannya dalam suatu
kehidupan kelompok. Beberapa jenis metode bimbingan kelompok yang
bisa diterapkan dalam pelayanan bimbingan kelompok adalah:
a. Program Home Room
Program ini dilakukan di sekolah dan madrasah (di dalam kelas) di
luar jam pelajaran untuk membicarakan beberapa hal yang dianggap perlu.
Program ini dilakukan dengan menciptakan suatu kondisi sekolah atau
kelas seperti di rumah sehingga tercipta kondisi yang bebas dan
menyenangkan. Dengan kondisi tersebut para siswa dapat mengutarakan
perasaannya seperti dirumah. Komunikasi yang dibangun adalah
komunikasi seperti di rumah sehingga timbul suasana keakraban.
Tujuan utama program ini adalah agar guru dapat mengenal para
siswanya lebih dekat sehingga dapat membantunya secara efisien.
b. Karyawisata
Cara ini bisa dilakukan dengan mengunjungi tempat atau objek-
objek tertentu misalnya PLTA Koto Panjang, Istana Siak Riau, dan lain
sebagainya. Melalui karyawisata para siswa memperoleh kesempatan
meninjau objek-objek yang menarik dan mereka memperoleh informasi
yang lebih baik dari objek itu. Dalam karyawisata, para siswa dibagi
menjadi beberapa kelompok. Masing-masing kelompok beranggotakan
lima sampai delapan orang dan dipimpin oleh seorang pimpinan
kelompok. Masing-masing kelompok bekerja pada kelompoknya sesuai
instruksi dari pembimbing. Setelah selesai melaksanakan tugas diadakan
diskusi antara sesama anggota kelompok dan antara kelompok lain.
Melalui kegiatan seperti itu, para siswa akan memperoleh penyesuaian
dalam kehidupan kelompok misalnya dalam hal berorganisasi, kerjasama,
rasa tanggung jawab, dan percaya pada diri sendiri. Sehingga diharapkan
dapat mengatasi masalah siswa yang mengalami kesulitan dalam bekerja
sama. Selain itu juga bisa mengembangkan bakat para siswa.
c. Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok merupakan suatu cara dimana siswa memperoleh
kesempatan untuk memecahkan masalah secara bersama-sama. Setiap
siswa memperoleh kesempatan untuk mengemukakan pikirannya
masing-masing dalam memecahkan suatu masalah. Dalam melakukan
diskusi para siswa diberi peran tertentu seperti pimpinan diskusi
(moderator dan notulis). Dengan demikian akan timbul rasa tanggung
ajwab dan harga diri. Masalah yang bisa didiskusikan misalnya
menyangkut masalah belajar, penggunaan waktu luang, masalah karier,
perencanaan suatu kegiatan, pembagian kerja dalam suatu kegiatan
kelompok, persahabatan, masalah keluarga dan lain sebagainya.
d. Kegiatan Kelompok
Kegiatan kelompok dapat menjadi suatu teknik yang baik dalam
bimbingan, karena kelompok memberikan kesempatan kepada
individu (para siswa) untuk berpartisipasi secara baik. Melalui
kegiatan kelompok dapat mengembangkan bakat dan menyalurkan
dorongan-dorongan tertentu. Seorang siswa diberikan kesempatan
untuk memimpin teman-temannya dalam membuat pekerjaan bersama,
sehingga kepercayaan dirinya tumbuh dan karenanya dia memperoleh
harga diri.
e. Organisasi Siswa
Organisasi siswa khususnya di lingkungan sekolah dan madrasah dapat
menjadi salah satu teknik dalam bimbingan kelompok. Melalui
organisasi siswa banyak masalah-masalah siswa baik sifatnya
individual maupun kelompok dapat dipecahkan. Melalui organisasi
siswa, para siswa memperoleh kesempatan untuk belajar mengenal
berbagai aspek kehidupan sosial. Mengaktifkan siswa dalam organisasi
akan dapat mengembangkan bakat kepemimpinan. Selain itu juga
dapat memupuk rasa tanggung jawab dan harga diri. Misalnya siswa
yang memperoleh kepercayaan menjadi ketua kelas, ketua OSIS dan
lain sebagainya akan dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan
memupuk rasa tanggung jawab dan harga diri siswa yang
bersangkutan.
f. Sosiodrama
Sosiodrama dapat digunakan sebagai salah satu cara bimbingan
kelompok. Sosiodrama merupakan suatu cara membantu memecahkan
masalah siswa melalui drama. Sesuai namanya, masala-masalah yang
didramakan adalah masalah sosial. Metode ini dilakukan melalui
kegiatan bermain peran. Di dalam sosiodrama, individu akan
memerankan suatu peran tertentu dari situasi masalah sosial.
Pemecahan amsalah individu diperoleh melalui penghayatan peran
tentang situasi masalah yang dihadapinya. Dari pementasan peran
selanjutnya diadakan diskusi mengenai cara-cara pemecahan
masalahnya yang dihadapi oleh seorang individu sebagai anggota
kelompok atau yang dihadapi oleh sekelompok siswa.
g. Psikodrama
Hampir sama dengan sosiodrama, psikodrama adalah upaya
pemecahan masalah melalui drama. Bedanya adalah masalah yang
didramakan. Dalam sosiodrama, yang didramakan adalah masalah-
masalah sosial, sedangkan psikodrama yang didramakan adalah
masalah-masalah psikis yang dialami individu. Siswa yang mengalami
masalah psikis disuruh memerankan suatu peranan. Dengan
memerankan peranan tertentu, konflik atau ketegangan yang ada dalam
diri individu dapat dikurangi. Kepada sekelompok siswa dikemukakan
suatu cerita yang menggambarkan adanya suatu ketegangan psikis
yang dialami oleh individu. Selanjutnya siswa diminta untuk
mendramakannya di depan kelas. Bagi siswa yang mengalami
ketegangan psikis, melalui drama ini akan dapat mengurangi
ketegangan ini.
h. Pengajaran Remedial
Pengajaran remedial (remedial teaching) merupakan suatu bentuk
pembelajaran yang diberikan kepada seorang atau beberapa orang
siswa unuk membantu kesulitan belajar yang dihadapinya. Pengajaran
remedial merupakan salah satu teknik pemberian bimbingan yang
dapat dilakukan secara individual maupun kelompok tergantung
kesulitan belajar yang dihadapinya. Apabila kesulitan itu dihadapi oleh
beberapa orang (suatu kelompok) maka sebaiknya diberikan secara
kelompok, tetapi apabila kesulitan belajar itu hanya dialami oleh
seorang siswa saja maka sebaiknya diberikan secara individual.
2. Keterampilan Bimbingan Konseling
Dalam setiap tahapan proses konseling memerlukan penerapan
keterampilan-keterampilan tertentu. Agar proses konseling dapat berjalan
secara lancar dan tujuannya tercapai secara efektif dan efisien, konselor
harus mampu mengimplementasikan keterampilan-keterampilan tertentu
yang relevan. Konselor yang terampil adalah yang mengetahui dan
memahami sejumlah keterampilan tertentu dan mampu
mengimplementasikan nya dalam proses konseling.
Secara umum proses konseling terbagi atas tiga tahap yaitu:
a. Tahap Awal Konseling
Tahap awal konseling disebut juga dengan tahap identifikasi masalah.
Dalam tahap ini ada sejumlah keterampilan yang bisa diterapkan oleh
konselor, yaitu:
a) Keterampilan Attending (Attending Skills)
Keterampilan attending adalah perilaku konselor menghampiri
klien yang diwujudkan dalam bentuk kontak mata dengan klien,
bahasa tubuh, dan bahaa lisan. Keterampilan attending juga
mencerminkan bagaimana konselor menghampiri klien. Proses
konseling menuntut keterlibatan atau partisipasi dari klien. Oleh
karena itu, kemampuan attending konselor, akan memudahkannya
untuk membuat klien terlibat pembicaraan dan terbuka.
Attending yang baik akan dapat meningkatkan harga diri klien,
menciptakan suasana yang aman,dan mempermudah ekspresi
perasaan klien secara bebas. Ciri-ciri attending yang baik adalah,
menganggukkan kepala apabila menyetujui pernyataan klien,
ekspresi wajah tenang, ceria, dan senyum, posisi tubuh agak
condong kearah klien, jarak antara konselor dengan klien dekat,
duduk akrab berhadapan atau berdampingan, variasi isyarat
gerakan tangan berubah-ubah untuk menekankan suatu
pembicaraan, mendengarkan secara aktif, penuh perhatian,
menunggu ucapan klien hingga selesai, diam atau menunggu
kesempatan beraksi, dan perhatian terarah pada lawan bicara.
Ciri-ciri perilaku attending (attending skills) yang tidak baik
adalah: kepala kaku, ekspresi muka melamun, tegang, mengalihkan
pandangan, tidak mengalihkan pandangan, tidak melihat klien saat
klien berbicara, dan mata melotot, posisi tubuh tegak kaku,
bersandar di kursi, miring, jarak duduk dengan klien menjauh,
duduk kurang akran dan berpaling, memutuskan pembicaraan,
berbicara terus tanpa ada teknik diam, tidak memberikan
kesempatan kepada klien untukberbicara, perhatian terpecah,
mudah buyar oleh gangguan luar.
b) Keterampilan Mendengarkan
Keterampilan mendengarkan adalah kemampuan pembimbing atau
konselor menyimak atau memperhatikan penuturan klien selama
proses konseling berlangsung. Pembimbing atau konselor haus bsa
menjadi pendengar yang baik selama sesi konseling berlangsung.
Tanpa keterampilan ini, pembimbing atau konselor tidak akan
dapat menangkap pesan pembicaraan. Selama sesi konseling
berlansung, pembimbing ayau konselor harus secara sungguh-
sungguh apa yang dituturkan oleh klien. Dari sini nantinya akan
menentukan ketepatan pengambilan kesimpulan sementara maupun
kesimpulan akhir wawancara konseling. Pengambilan kesimpulan
sementara atau akhir apabila konselor tidak mendengarkan secara
sungguh-sungguh penuturan klien. Optimalisasi keterampilan ini
sangat di dukung oleh fungsi pendengaran, oleh sebab itu seorang
konselor tidak boleh memiliki ganguan pendengaran.
c) Keterampilan Berempati (Emphaty Skills)
Empati adalah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang
dirasakan klien, merasa dan berfikir bersama klien dan bukan
untuk ayau tentang klien. Empati diawali dengan simpati, yaitu
kemampuan konselor memahami perasaan, pikira, keinginan dan
pengalaman klien.
Empati ada dua macam yaitu: pertama, empati primer (primary
emphaty), yaitu kemampuan konselor memahami perasaan, pikiran
dan pengalaman klien. Kedua, empati tingkat tinggi (advanced
accurate emphaty), kemampuan konselor memahami
perasaan,pikiran, keinginan serta pengalaman klien secara
mendalam dan menyentuh klien karena konslor ikut dengan
perasaan tersebut.
Empati sangat penting dalam proses konseling. Tanpa empati,
proses konseling tidak akan berjalan secara efektif. Konselor yang
tidak mampu berempati tidak akan bisa mejadi pemecah masalah
yang efektif., dalam arti kata akan mengalami kesulitan membantu
mencarikan alternatif pemecahan masalah klien. Melalui
keterampilan ini, dalam proses konseling diharapkan klien akan
terlibat pembicaraan dan terbuka. Selain itu, dengan berempati
klien akan tersentuh dan bersedia serta terbuka untuk
mengemukakan isi yang tersimpan dalam lubuk hati yang dalam
berupa perasaan, pikiran, pengalaman, bahkan penderitaannya
d) Keterampilan Refleksi
Refleksi adalah keterampilan pembimbing atau konselor untuk
memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran, dan
pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap pelaku verbal
atau non verbalnya. Refleksi ada tiga macam, yaitu:
1. Refleksi perasaan, yaitu keterampialn konselor untuk dapat
memantulkan (merefleksikan) perasaan klien sebagai hasil
pengamatan verbal atau nonverbalnya terhadap klien.
2. Refleksi pikiran, yaitu keterampilan pembimbing atau
konselor untuk memantulkan ide, pikiran, pendapat klien
sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan
nonverbal terhadap klien.
3. Refleksi pengalaman, yaitu keterampilan pembimbing atau
konselor merefleksikan pengalaman-pengalaman klien
sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan
nonverbal.
e) Keterampilan Eksplorasi
Istilah eksplorasi bisa berarti penelusuran atau penggalian.
Keterampilan eksplorasi adalah suatu keteampilan konselor untuk
menggali perasaan, pikiran, dan pengalaman klien. Keterampilan
ini penting karena dalam konseling terkadang klien menyimpan
rahasia, menutup diri, dan diam setibu bahasa atau tidak mampu
mengemukakan pendapatnya secara terus terang. Melalui
keterampilan ini, akan memungkinkan klien untuk bebas berbicara
tanp[a rasa takut, tertekan dan terancam.
Eksplorasi ada tiga macam, yaitu: pertama, eksplorasi perasaan,
yaitu keterampilan konselor untuk menggali perasaan klien yang
tersimpan. Kedua, eksplorasi pikiran, yaitu keterampilan atau
kemampuan konselor untuk menggali ide, pikiran, dan pendapat
klien. Ketiga , eksplorasi pengalaman, yaitu keterampilan konselor
untuk menggali pengalaman-pengalaman klien sebagai hasil
pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien.
f) Keterampilan Bertanya
Keterampilan bertanya adalah suatu kemampua pembimbing atau
konselor mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada sesi konseling.
Keterampilan ini penting dimiliki oleh setiap konselor. Tanpa
keterampilan ini, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan konselor
mungkin tidak dipahami klien sehingga ia tidak bisa menjawab
(diam). Tanpa keterampilan ini, konselor juga akan mengalami
kesulitan membuka sesi konseling.
Keterampilan bertanya ada dua macam yaitu: pertama,
keterampilan bertanya terbuka open qui. Pada keterampilan
bertanya terbuka, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan bersifat
terbuka dan klien bebas menjawabnya. Kedua, keterampilan
bertanya tertutup, pertanyaan yang diajukan konselor kepada klien
mengandung jawaban yang singkat dari klien seperti ya atau tidak,
setuju atau tidak setuju, dan lain sebagainya.
g) Keterampilan Menangkap Pesan Utama (Parapharasing)
Dalam sesi konseling, sering klien mengemukakan
perasaan,pikiran dan pengalamannya secara berbelit-belit. Oleh
sebab itu, diperlukan kemampuan konselor menangkap pesan
utama (ide utama) dari penuturan-penuturan klien selanjutnya
dinyatakan secara sederhana dan disampaikan dengan bahasa
sendiri oleh konselor, sehinga mudah dipahami.
Keterampilan ini bertujuan untuk mengatakan kembali esensi atau
inti ungkapan klien. Selain itu juga bertujuan untuk mengatakan
kembali kepada klien bahwa konselor bersama dia dan berusaha
memahami apa yang dikatakan klien., mengendapkan apa yang
diungkapkan klien dalam bentuk ringkasan, memberi arah
wawancara konseling, dan mengecek kembali persepsi konselor
tentang apa yang di kemukakan oleh klien. Parapharasing yang
baik adalah menyatakan kembali pesan utama klien secara seksama
dengan kalimat yang mudah dan sederhana.
h) Keterampilan Memberikan Dorongan Minimal
Keterampilan memberikan dorongan minimal adalah kemampuan
konselor memberikan dorongan langsung dan singkat terhadap apa
yang dikatakan oleh klien. Melalui keterampilan ini, klien akan
selalu terlibat dalam pembicaraan dan terbuka. Tujuan
keterampilan ini adalah menjadikan klien terbuka dan bersedia
untuk berbicara serta dapat mengarahkan agar pembicaraan
(wawancara konseling) mencapai tujuan.
Penerapan keterampilan ini dalam sesi konseling harus dilkukan
secara selektif, yaitu ketika klien menunjukkan tanda-tanda akan
mengurangi atau menghentikan pembicaraan. Atau ketika klien
kuran memusatkan pikirannya pada pembicaraan dan ketika
konselor merasa ragu terhadap pembicaraan klien. Melalui
keterampilan ini juga akan dapat meningkatkan eksplorasi diri.
b. Tahap Pertengahan
a) Keterampilan Menyimpulkan Sementara
Keterampilan menyimpulkan sementara adalah suatu kemampuan
konselor bersama klien untuk menyampaikan kemajuan hasil
pembicaraan, mempertajam atau memperjelas fokus wawancara
konseling. Tujuan keterampilan ini adalah untuk melihat kemajuan
wawancara konseli8ng pada setiap tahapannya. Seloain itu juga
bertujuan untuk: memberikan kesempatan kepada klien untuk
memberikan kesempatan kepada klien untuk melakukan feed back
(kilas balik) dari hal-hal yang telah dibicarakan, menyimpulkan
kemajuan hasil pembicaraan secara bertahap, untuk meningkatkan
kualitas diskusi, mempertajam atau memperjelas fokus pada
wawancara konseling.
b) Keterampilan Memimpin
Agar pembicaraan dalam wawancara konseling tidak menyimpang,
konselor harus memimpin arah pembicaraan sehingga tujuan
ko9nseling dapat tercapai secara efektif dan efisien. Memimpin arah
pembicaraan bukan berarti konselor mengarahkan klien ke arah
pembicaraan sesuai keinginan konselor, melainkan lebih banyak
mengatur jalannya wawancara konseling. Keberhasilan konselor
memimpin arus lalu lintas bimbingan dan konseling dipengaruhi oleh
tipe-tipe kepemimpinan konselor itu sendiri apakah demokratis,
otoritas, dan permisif (masa bodoh).
c) Keterampilan Memfokuskan
Seorang konselor yang efektif harus mampu membuat fokus melalui
perhatiannya yang terseleksi terhadap pembicaraan dengan klien.
Keterampilan ini akan membantu klien memusatkan perhatiannya pada
pokok pembicaraan.
d) Keterampialn Melakukan Konfontrasi
Konfontrasi merupakan suatu kemampuan konselor menantang klien
untuk melihat adanya diskrepansi atau inkonsistensi
(ketidakkonsistenan) antara perkataan dengan bahas abadan atau
perbuata, ide awal dengan ide berikut nya, senyum dengan kepedihan
dan sebagainya. Keterampilan ini berguna untuk: mendorong klien
mengadakan intropeksi diri secara jujur, meningkatkan potensi klien,
membawa klien kepada kesadaran adanya diskrepansi konglik dalam
dirinya.
Penerapan keterampilan ini harus secara hati-hati dilakukan oleh
konselor yaitu dengan cara, memberi komentar khusus terhadap klien
yang tidak konsisten secara tepat waktu, tidak menilai apalagi
menyalahkan, dan dilakukan konselor bersamaan dengan perilaku
attending dan empati.
e) Ketrampilan menjernihkan (Clarifying)
Keterampilan menjernihkan adalah kemampuan konselor
menjernihkan atau memperjelas ucapan-ucapan klien yang samar-
samar, kurang jelas, dan agak meragukan. Tujuan keterampilan ini
adalah mengajak klien untuk menyatakan pesannya secara jelas, dan
aar klien menjelaskan, mengulang, dan mmengilustrasikan
perasaannya.
f) Keterampilan Memudahkan(Fecilitating)
Facilitating adalah suatu keterampilan membuka komunikasi agar
klien dengan mudah berbicara dengan konselor dan menyatakan
perasaan, pikiran, dan pengalamannya secara bebas sehingga
komunikasi dan partisipasi meningkat serta proses konseling
berlangsung secara efektif.
g) Keterampilan Mengarahkan (Directing)
Directing adalah kemampuan konselor mengajak dan mengarajkan
klien untuk berpartisipasi secara penuh dalam proses konseling.
Melalui keterampilan ini, konselor mengajak klien agar berbuat
sesuatu atau mengarahkannya agar berbuat sesuatu.
h) Keterampilan Memberikan Dorongan Minimal ( Minimal
Encouragement)
Minimal Encauragement atau keterampilan memberikan dorongan
minimal adalah suatu upaya konselor memberikan dorongan secara
langsung dan singkat agar kliennya dapat selalu terlibat dalam
pembicaraan dan dirinya terbuka. Keterampilan ini bertujuan agar
klien terus berbicara dan dapat mengarahkan agar pembicaraan
mencapai tujuan. Dorongan minimal dilakukan oleh konselor apabila
klien kelihatan akan mengurangi atau menghentikan pembivcaraan,
ketika klien kurang memutuskan pikirannya pada pembicaraan, dan
ketika konselor ragu terhadap pembicaraan klien. Melalui keterampilan
ini juga akan dapat meningkatkan eksplorasi diri.
i) Keterampilan Sailing (Saat Diam)
Dalam proses konseling, diam atau tidak bersuara bisa menjadi teknik
konseling. Oleh sebab itu, konselor harus dapat memanfaatkan situasi
ini. Keadaan diam akan membantu konselor untuk mendorong klien
untuk berbicara, membantu klien untuk lebih memahami dirinya
setelah diam, klien dapat mengikuti ekspresi yang membawanya
berpikir dan bangkit dengan tilikan yang mendalam, mengurangi
kecepatan wawancara.
j) Keterampilan Mengambil Inisiatif
Mengambil inisiatif perlu dilakukan konselor apabila klien kurang
bersemangat untuk berbicara, sering diam, dan kurang partisipatif.
Konselor dapat mengucapkan kata-kata yang mengajak klien untuk
berpartisipasi dan berinisiatif dalam menuntaskan pembicaraan.
Keterampilan ini diterapkan apabila: akan mengambil inisiatif jika
klien tampak kurang bersemangat, jika klien lamat berpikir untuk
mengambil keputusan, jika klien kehilangan arah pembicaraan.
k) Keterampilan Memberi Nasihat
Nasihat bisa diberikan kepada klien apabila ia meminta. Meskipun
demikian pemberian nasihat tetap perlu harus dipertimbangkan. Hal
yang harus dijaga untuk mmemberi nasihat adalah tujuan konseling,
yakni kemandirian klien harus tetap tercapai.
l) Keterampilan Memberi Informasi
Informasi diberikan oleh konselor kepada klien harus hal-hal yang
diketahui konselor. Apabila konselor tidak mengetahui informasi apa
yang dikehendaki klien, konselor secara jujur harus mengatakan bahwa
dirinya tidak mengetahui informasi tersebut. Sebaliknya, apabila
konselor mengetahui, sebaiknya upayakan agar klien tetap
mengusahakan (klien mencari sendiri sumber informasi tersebut).
m) Keterampilan Menafsirkan atau Interprestasi
Keterampiloan menafsirkan atau interprestasi merupakan upaya
konselor mengulas pikiran, perasaan, dan pengalaman klien dengan
merujuk kepada teori-teori. Sifat subjektif tidak boleh dimasukkan ke
dalam interprestasi.
Tujuan keterampilan ini adalah untuk memberikan rujukan, pandangan
atau perilaku klien agar klien mengerti dan berubah melalui
pemahaman dari hasil rujukan baru tersebut.
c. Tahap Akhir ( Action)
a) Keterampilan menyimpulkan merupakan kemampuan konselor
mengambil inti pokok pembicaraan selama proses konseling
berlangsung. Kesimpulan pembicaraan atau wawancara konseling bisa
dilakukan konselor bersama klien . Dari kesimpulan pembicaraan akan
diketahui: bagaimana keadaan perasaan klien saat ini, apa rencana
klien selanjutnya, pokok-pokok pembicaraan apa yang akan
dibicarakan pada sesi selanjutnya.
b) Keterampilan Merencanakan
Menjelang sesi akhir wawancara konseling, konselor harus dapat
membantu klien untuk dapoat membuat rencana berupa suatu program
untuk action, yaitu rencana perbuatan nyata yang produktif bagi
kemajuan klien. Rencana yang baik harus merupakan hasil kerja sama
antara konselor dengan klien. Dengan demikian, keterampilan
merencanakan adalah kemampuan nkonselor merencanakan tindakan
nyata yang produktif bagi kemajuan kliennya.
c) Keterampilan Menilai ( Mengevaluasi)
Keterampilan menilai atau mengevaluasi berarti kemampuan konselor
menetapkan batas-batas tau ukuran-ukuran keberhasilan proses
konseling yang telah dilaksanakan. Melalui keterampilan ini, konselor
menetapkan sisi mana dari proses konseling yang telah dicapai dan sisi
mana yang belum. Selain itu juga bisa di tetapkan kendala apa yang
menjadi penghambat proses konseling. Selanjtnya berdasarkan hasil
evaluasi ditentukan apa tindak lanjutnya (follow up-nya).
d) Keterampilan Mengakhiri Konseling
Keterampilan mengakhiri konseling merupakan suatu kemampuan
konselor menutup sesi konseling. Berbagai cara bisa dilakukan
konselor untuk menutup sesi konseling. Penutupan sesi konseling tidak
harus dilakukan secara seragam oleh semua konselor. Masing-masing
konselor tentu memiliki teknik tersendiri dalam menutup sesi
konseling yang disesuaikan dengan kondisi klien, masalah klien, dan
situasi konseling itu sendiri. Secara umum penutupan sesi konseling
dilakukan oleh konselor dengan melakukan hal-hal berikut:
mengatakan bahwa waktu konseling akan berakhir, merangkum isi
pembicaraan, mmenunjukkan kepada klien tentang pertemuan yang
akan datang, mengajak klien berdiri sambil menunjukkan isyarat gerak
tangan, menunjukkan catatan-catatan singkat kepada klien tentang
hasil pembicaraan, dan memberikan tugas-tugas tertentu kepada klien
apabila diperlukan.