metode dan keterampilan bk 2

24
METODE DAN KETERAMPILAN BK A. Pendahuluan Setiap manusia pada dasarnya memerlukan bimbingan sejak kecil untuk mempersiapkan masa dewasanya kelak supaya dapat diterima oleh lingkungan tempat tinggalnya. Masyarakat dengan bimbingan yang benar akan berjalan baik dan terarah. Begitu juga kepada para pelajar. Seperti kita telah ketahui bahwa bimbingan merupakan proses tuntunan, arahan secara terencana dan terus menerus terhadap peserta didik untuk menuju kedewasan atau kematangan mampu memecahkan masalah-masalah/problem yang dihadapi guna mencapai kesejahteraan hidupnya. Dengan melihat pengertian disamping bahwa tidak dapat kita kesampingkan bahwa kode etik juga penting bagi seorang pembimbing, sehingga konselor tidak akan berjalan seenaknya saja. Oleh sebab itu maka penulis akan membahas mengenai metode dan keterampilan bimbingan dan konseling agar bisa menambah pengetahuan mendalam mengenai bimbingan dan konseling pada klien sehingga akan menjadi pencerahan tersendiri. B. Pembahasan Yang dimaksud dengan metode bimbingan dan konseling adalah cara-cara tertentu yang digunakan

Upload: febriramadian

Post on 20-Feb-2016

28 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Metode Dan Keterampilan Bk 2

METODE DAN KETERAMPILAN BK

A. Pendahuluan

Setiap manusia pada dasarnya memerlukan bimbingan sejak kecil untuk

mempersiapkan masa dewasanya kelak supaya dapat diterima oleh

lingkungan tempat tinggalnya. Masyarakat dengan bimbingan yang benar

akan berjalan baik dan terarah. Begitu juga kepada para pelajar. Seperti kita

telah ketahui bahwa bimbingan merupakan proses tuntunan, arahan secara

terencana dan terus menerus terhadap peserta didik untuk menuju kedewasan

atau kematangan mampu memecahkan masalah-masalah/problem yang

dihadapi guna mencapai kesejahteraan hidupnya. Dengan melihat pengertian

disamping bahwa tidak dapat kita kesampingkan bahwa kode etik juga

penting bagi seorang pembimbing, sehingga konselor tidak akan berjalan

seenaknya saja.

Oleh sebab itu maka penulis akan membahas mengenai metode dan

keterampilan bimbingan dan konseling agar bisa menambah pengetahuan

mendalam mengenai bimbingan dan konseling pada klien sehingga akan

menjadi pencerahan tersendiri.

B. Pembahasan

Yang dimaksud dengan metode bimbingan dan konseling adalah cara-cara

tertentu yang digunakan dalam proses bimbingan dan konseling.

Implementasi dari cara-cara tertentu biasanya terkait dengan pendekatan-

pendekatan yang digunakan oleh pengguna metode. Dalam kaitan ini, secara

ini ada dua metode dalam pelayanan bimbingan dan konseling yaitu: pertama,

metode bimbingan kelompok dan kedua, metode bimbingan individual.

Metode bimbingan kelompok dikenal juga dengan bimbingan kelompok atau

group guidance sedangkan metode bimbingan individual dikenal dengan

individual konseling.

1. Metode Bimbingan Konseling

1.1 Metode Bimbingan Kelompok (Group Guidance)

Page 2: Metode Dan Keterampilan Bk 2

Cara ini dilakukan untuk membantu siswa (klien) memecahkan

masalah melalui kegiatan kelompok. Masalah yang dipcahkan bisa bersifat

kelompok, yaitu yang dirasakan bersama oleh kelompok (beberapa orang

siswa) atau bersifat individual atau perorangan, yaitu masalah yang

dirasakan oleh individu (seorang siswa) sebagai anggota kelompok.

Penyelenggaraan bimbingan kelompok antara lain dimaksudkan untuk

membantu mengatasi masalah bersama atau membantu seorang individu

yang menghadapi masalah dengan menempatkannya dalam suatu

kehidupan kelompok. Beberapa jenis metode bimbingan kelompok yang

bisa diterapkan dalam pelayanan bimbingan kelompok adalah:

a. Program Home Room

Program ini dilakukan di sekolah dan madrasah (di dalam kelas) di

luar jam pelajaran untuk membicarakan beberapa hal yang dianggap perlu.

Program ini dilakukan dengan menciptakan suatu kondisi sekolah atau

kelas seperti di rumah sehingga tercipta kondisi yang bebas dan

menyenangkan. Dengan kondisi tersebut para siswa dapat mengutarakan

perasaannya seperti dirumah. Komunikasi yang dibangun adalah

komunikasi seperti di rumah sehingga timbul suasana keakraban.

Tujuan utama program ini adalah agar guru dapat mengenal para

siswanya lebih dekat sehingga dapat membantunya secara efisien.

b. Karyawisata

Cara ini bisa dilakukan dengan mengunjungi tempat atau objek-

objek tertentu misalnya PLTA Koto Panjang, Istana Siak Riau, dan lain

sebagainya. Melalui karyawisata para siswa memperoleh kesempatan

meninjau objek-objek yang menarik dan mereka memperoleh informasi

yang lebih baik dari objek itu. Dalam karyawisata, para siswa dibagi

menjadi beberapa kelompok. Masing-masing kelompok beranggotakan

lima sampai delapan orang dan dipimpin oleh seorang pimpinan

kelompok. Masing-masing kelompok bekerja pada kelompoknya sesuai

instruksi dari pembimbing. Setelah selesai melaksanakan tugas diadakan

diskusi antara sesama anggota kelompok dan antara kelompok lain.

Melalui kegiatan seperti itu, para siswa akan memperoleh penyesuaian

Page 3: Metode Dan Keterampilan Bk 2

dalam kehidupan kelompok misalnya dalam hal berorganisasi, kerjasama,

rasa tanggung jawab, dan percaya pada diri sendiri. Sehingga diharapkan

dapat mengatasi masalah siswa yang mengalami kesulitan dalam bekerja

sama. Selain itu juga bisa mengembangkan bakat para siswa.

c. Diskusi Kelompok

Diskusi kelompok merupakan suatu cara dimana siswa memperoleh

kesempatan untuk memecahkan masalah secara bersama-sama. Setiap

siswa memperoleh kesempatan untuk mengemukakan pikirannya

masing-masing dalam memecahkan suatu masalah. Dalam melakukan

diskusi para siswa diberi peran tertentu seperti pimpinan diskusi

(moderator dan notulis). Dengan demikian akan timbul rasa tanggung

ajwab dan harga diri. Masalah yang bisa didiskusikan misalnya

menyangkut masalah belajar, penggunaan waktu luang, masalah karier,

perencanaan suatu kegiatan, pembagian kerja dalam suatu kegiatan

kelompok, persahabatan, masalah keluarga dan lain sebagainya.

d. Kegiatan Kelompok

Kegiatan kelompok dapat menjadi suatu teknik yang baik dalam

bimbingan, karena kelompok memberikan kesempatan kepada

individu (para siswa) untuk berpartisipasi secara baik. Melalui

kegiatan kelompok dapat mengembangkan bakat dan menyalurkan

dorongan-dorongan tertentu. Seorang siswa diberikan kesempatan

untuk memimpin teman-temannya dalam membuat pekerjaan bersama,

sehingga kepercayaan dirinya tumbuh dan karenanya dia memperoleh

harga diri.

e. Organisasi Siswa

Organisasi siswa khususnya di lingkungan sekolah dan madrasah dapat

menjadi salah satu teknik dalam bimbingan kelompok. Melalui

organisasi siswa banyak masalah-masalah siswa baik sifatnya

individual maupun kelompok dapat dipecahkan. Melalui organisasi

siswa, para siswa memperoleh kesempatan untuk belajar mengenal

berbagai aspek kehidupan sosial. Mengaktifkan siswa dalam organisasi

akan dapat mengembangkan bakat kepemimpinan. Selain itu juga

Page 4: Metode Dan Keterampilan Bk 2

dapat memupuk rasa tanggung jawab dan harga diri. Misalnya siswa

yang memperoleh kepercayaan menjadi ketua kelas, ketua OSIS dan

lain sebagainya akan dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan

memupuk rasa tanggung jawab dan harga diri siswa yang

bersangkutan.

f. Sosiodrama

Sosiodrama dapat digunakan sebagai salah satu cara bimbingan

kelompok. Sosiodrama merupakan suatu cara membantu memecahkan

masalah siswa melalui drama. Sesuai namanya, masala-masalah yang

didramakan adalah masalah sosial. Metode ini dilakukan melalui

kegiatan bermain peran. Di dalam sosiodrama, individu akan

memerankan suatu peran tertentu dari situasi masalah sosial.

Pemecahan amsalah individu diperoleh melalui penghayatan peran

tentang situasi masalah yang dihadapinya. Dari pementasan peran

selanjutnya diadakan diskusi mengenai cara-cara pemecahan

masalahnya yang dihadapi oleh seorang individu sebagai anggota

kelompok atau yang dihadapi oleh sekelompok siswa.

g. Psikodrama

Hampir sama dengan sosiodrama, psikodrama adalah upaya

pemecahan masalah melalui drama. Bedanya adalah masalah yang

didramakan. Dalam sosiodrama, yang didramakan adalah masalah-

masalah sosial, sedangkan psikodrama yang didramakan adalah

masalah-masalah psikis yang dialami individu. Siswa yang mengalami

masalah psikis disuruh memerankan suatu peranan. Dengan

memerankan peranan tertentu, konflik atau ketegangan yang ada dalam

diri individu dapat dikurangi. Kepada sekelompok siswa dikemukakan

suatu cerita yang menggambarkan adanya suatu ketegangan psikis

yang dialami oleh individu. Selanjutnya siswa diminta untuk

mendramakannya di depan kelas. Bagi siswa yang mengalami

ketegangan psikis, melalui drama ini akan dapat mengurangi

ketegangan ini.

h. Pengajaran Remedial

Page 5: Metode Dan Keterampilan Bk 2

Pengajaran remedial (remedial teaching) merupakan suatu bentuk

pembelajaran yang diberikan kepada seorang atau beberapa orang

siswa unuk membantu kesulitan belajar yang dihadapinya. Pengajaran

remedial merupakan salah satu teknik pemberian bimbingan yang

dapat dilakukan secara individual maupun kelompok tergantung

kesulitan belajar yang dihadapinya. Apabila kesulitan itu dihadapi oleh

beberapa orang (suatu kelompok) maka sebaiknya diberikan secara

kelompok, tetapi apabila kesulitan belajar itu hanya dialami oleh

seorang siswa saja maka sebaiknya diberikan secara individual.

2. Keterampilan Bimbingan Konseling

Page 6: Metode Dan Keterampilan Bk 2

Dalam setiap tahapan proses konseling memerlukan penerapan

keterampilan-keterampilan tertentu. Agar proses konseling dapat berjalan

secara lancar dan tujuannya tercapai secara efektif dan efisien, konselor

harus mampu mengimplementasikan keterampilan-keterampilan tertentu

yang relevan. Konselor yang terampil adalah yang mengetahui dan

memahami sejumlah keterampilan tertentu dan mampu

mengimplementasikan nya dalam proses konseling.

Secara umum proses konseling terbagi atas tiga tahap yaitu:

a. Tahap Awal Konseling

Tahap awal konseling disebut juga dengan tahap identifikasi masalah.

Dalam tahap ini ada sejumlah keterampilan yang bisa diterapkan oleh

konselor, yaitu:

a) Keterampilan Attending (Attending Skills)

Keterampilan attending adalah perilaku konselor menghampiri

klien yang diwujudkan dalam bentuk kontak mata dengan klien,

bahasa tubuh, dan bahaa lisan. Keterampilan attending juga

mencerminkan bagaimana konselor menghampiri klien. Proses

konseling menuntut keterlibatan atau partisipasi dari klien. Oleh

karena itu, kemampuan attending konselor, akan memudahkannya

untuk membuat klien terlibat pembicaraan dan terbuka.

Attending yang baik akan dapat meningkatkan harga diri klien,

menciptakan suasana yang aman,dan mempermudah ekspresi

perasaan klien secara bebas. Ciri-ciri attending yang baik adalah,

menganggukkan kepala apabila menyetujui pernyataan klien,

ekspresi wajah tenang, ceria, dan senyum, posisi tubuh agak

condong kearah klien, jarak antara konselor dengan klien dekat,

duduk akrab berhadapan atau berdampingan, variasi isyarat

gerakan tangan berubah-ubah untuk menekankan suatu

pembicaraan, mendengarkan secara aktif, penuh perhatian,

menunggu ucapan klien hingga selesai, diam atau menunggu

kesempatan beraksi, dan perhatian terarah pada lawan bicara.

Page 7: Metode Dan Keterampilan Bk 2

Ciri-ciri perilaku attending (attending skills) yang tidak baik

adalah: kepala kaku, ekspresi muka melamun, tegang, mengalihkan

pandangan, tidak mengalihkan pandangan, tidak melihat klien saat

klien berbicara, dan mata melotot, posisi tubuh tegak kaku,

bersandar di kursi, miring, jarak duduk dengan klien menjauh,

duduk kurang akran dan berpaling, memutuskan pembicaraan,

berbicara terus tanpa ada teknik diam, tidak memberikan

kesempatan kepada klien untukberbicara, perhatian terpecah,

mudah buyar oleh gangguan luar.

b) Keterampilan Mendengarkan

Keterampilan mendengarkan adalah kemampuan pembimbing atau

konselor menyimak atau memperhatikan penuturan klien selama

proses konseling berlangsung. Pembimbing atau konselor haus bsa

menjadi pendengar yang baik selama sesi konseling berlangsung.

Tanpa keterampilan ini, pembimbing atau konselor tidak akan

dapat menangkap pesan pembicaraan. Selama sesi konseling

berlansung, pembimbing ayau konselor harus secara sungguh-

sungguh apa yang dituturkan oleh klien. Dari sini nantinya akan

menentukan ketepatan pengambilan kesimpulan sementara maupun

kesimpulan akhir wawancara konseling. Pengambilan kesimpulan

sementara atau akhir apabila konselor tidak mendengarkan secara

sungguh-sungguh penuturan klien. Optimalisasi keterampilan ini

sangat di dukung oleh fungsi pendengaran, oleh sebab itu seorang

konselor tidak boleh memiliki ganguan pendengaran.

c) Keterampilan Berempati (Emphaty Skills)

Empati adalah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang

dirasakan klien, merasa dan berfikir bersama klien dan bukan

untuk ayau tentang klien. Empati diawali dengan simpati, yaitu

kemampuan konselor memahami perasaan, pikira, keinginan dan

pengalaman klien.

Empati ada dua macam yaitu: pertama, empati primer (primary

emphaty), yaitu kemampuan konselor memahami perasaan, pikiran

Page 8: Metode Dan Keterampilan Bk 2

dan pengalaman klien. Kedua, empati tingkat tinggi (advanced

accurate emphaty), kemampuan konselor memahami

perasaan,pikiran, keinginan serta pengalaman klien secara

mendalam dan menyentuh klien karena konslor ikut dengan

perasaan tersebut.

Empati sangat penting dalam proses konseling. Tanpa empati,

proses konseling tidak akan berjalan secara efektif. Konselor yang

tidak mampu berempati tidak akan bisa mejadi pemecah masalah

yang efektif., dalam arti kata akan mengalami kesulitan membantu

mencarikan alternatif pemecahan masalah klien. Melalui

keterampilan ini, dalam proses konseling diharapkan klien akan

terlibat pembicaraan dan terbuka. Selain itu, dengan berempati

klien akan tersentuh dan bersedia serta terbuka untuk

mengemukakan isi yang tersimpan dalam lubuk hati yang dalam

berupa perasaan, pikiran, pengalaman, bahkan penderitaannya

d) Keterampilan Refleksi

Refleksi adalah keterampilan pembimbing atau konselor untuk

memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran, dan

pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap pelaku verbal

atau non verbalnya. Refleksi ada tiga macam, yaitu:

1. Refleksi perasaan, yaitu keterampialn konselor untuk dapat

memantulkan (merefleksikan) perasaan klien sebagai hasil

pengamatan verbal atau nonverbalnya terhadap klien.

2. Refleksi pikiran, yaitu keterampilan pembimbing atau

konselor untuk memantulkan ide, pikiran, pendapat klien

sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan

nonverbal terhadap klien.

3. Refleksi pengalaman, yaitu keterampilan pembimbing atau

konselor merefleksikan pengalaman-pengalaman klien

sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan

nonverbal.

e) Keterampilan Eksplorasi

Page 9: Metode Dan Keterampilan Bk 2

Istilah eksplorasi bisa berarti penelusuran atau penggalian.

Keterampilan eksplorasi adalah suatu keteampilan konselor untuk

menggali perasaan, pikiran, dan pengalaman klien. Keterampilan

ini penting karena dalam konseling terkadang klien menyimpan

rahasia, menutup diri, dan diam setibu bahasa atau tidak mampu

mengemukakan pendapatnya secara terus terang. Melalui

keterampilan ini, akan memungkinkan klien untuk bebas berbicara

tanp[a rasa takut, tertekan dan terancam.

Eksplorasi ada tiga macam, yaitu: pertama, eksplorasi perasaan,

yaitu keterampilan konselor untuk menggali perasaan klien yang

tersimpan. Kedua, eksplorasi pikiran, yaitu keterampilan atau

kemampuan konselor untuk menggali ide, pikiran, dan pendapat

klien. Ketiga , eksplorasi pengalaman, yaitu keterampilan konselor

untuk menggali pengalaman-pengalaman klien sebagai hasil

pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien.

f) Keterampilan Bertanya

Keterampilan bertanya adalah suatu kemampua pembimbing atau

konselor mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada sesi konseling.

Keterampilan ini penting dimiliki oleh setiap konselor. Tanpa

keterampilan ini, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan konselor

mungkin tidak dipahami klien sehingga ia tidak bisa menjawab

(diam). Tanpa keterampilan ini, konselor juga akan mengalami

kesulitan membuka sesi konseling.

Keterampilan bertanya ada dua macam yaitu: pertama,

keterampilan bertanya terbuka open qui. Pada keterampilan

bertanya terbuka, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan bersifat

terbuka dan klien bebas menjawabnya. Kedua, keterampilan

bertanya tertutup, pertanyaan yang diajukan konselor kepada klien

mengandung jawaban yang singkat dari klien seperti ya atau tidak,

setuju atau tidak setuju, dan lain sebagainya.

g) Keterampilan Menangkap Pesan Utama (Parapharasing)

Page 10: Metode Dan Keterampilan Bk 2

Dalam sesi konseling, sering klien mengemukakan

perasaan,pikiran dan pengalamannya secara berbelit-belit. Oleh

sebab itu, diperlukan kemampuan konselor menangkap pesan

utama (ide utama) dari penuturan-penuturan klien selanjutnya

dinyatakan secara sederhana dan disampaikan dengan bahasa

sendiri oleh konselor, sehinga mudah dipahami.

Keterampilan ini bertujuan untuk mengatakan kembali esensi atau

inti ungkapan klien. Selain itu juga bertujuan untuk mengatakan

kembali kepada klien bahwa konselor bersama dia dan berusaha

memahami apa yang dikatakan klien., mengendapkan apa yang

diungkapkan klien dalam bentuk ringkasan, memberi arah

wawancara konseling, dan mengecek kembali persepsi konselor

tentang apa yang di kemukakan oleh klien. Parapharasing yang

baik adalah menyatakan kembali pesan utama klien secara seksama

dengan kalimat yang mudah dan sederhana.

h) Keterampilan Memberikan Dorongan Minimal

Keterampilan memberikan dorongan minimal adalah kemampuan

konselor memberikan dorongan langsung dan singkat terhadap apa

yang dikatakan oleh klien. Melalui keterampilan ini, klien akan

selalu terlibat dalam pembicaraan dan terbuka. Tujuan

keterampilan ini adalah menjadikan klien terbuka dan bersedia

untuk berbicara serta dapat mengarahkan agar pembicaraan

(wawancara konseling) mencapai tujuan.

Penerapan keterampilan ini dalam sesi konseling harus dilkukan

secara selektif, yaitu ketika klien menunjukkan tanda-tanda akan

mengurangi atau menghentikan pembicaraan. Atau ketika klien

kuran memusatkan pikirannya pada pembicaraan dan ketika

konselor merasa ragu terhadap pembicaraan klien. Melalui

keterampilan ini juga akan dapat meningkatkan eksplorasi diri.

b. Tahap Pertengahan

a) Keterampilan Menyimpulkan Sementara

Page 11: Metode Dan Keterampilan Bk 2

Keterampilan menyimpulkan sementara adalah suatu kemampuan

konselor bersama klien untuk menyampaikan kemajuan hasil

pembicaraan, mempertajam atau memperjelas fokus wawancara

konseling. Tujuan keterampilan ini adalah untuk melihat kemajuan

wawancara konseli8ng pada setiap tahapannya. Seloain itu juga

bertujuan untuk: memberikan kesempatan kepada klien untuk

memberikan kesempatan kepada klien untuk melakukan feed back

(kilas balik) dari hal-hal yang telah dibicarakan, menyimpulkan

kemajuan hasil pembicaraan secara bertahap, untuk meningkatkan

kualitas diskusi, mempertajam atau memperjelas fokus pada

wawancara konseling.

b) Keterampilan Memimpin

Agar pembicaraan dalam wawancara konseling tidak menyimpang,

konselor harus memimpin arah pembicaraan sehingga tujuan

ko9nseling dapat tercapai secara efektif dan efisien. Memimpin arah

pembicaraan bukan berarti konselor mengarahkan klien ke arah

pembicaraan sesuai keinginan konselor, melainkan lebih banyak

mengatur jalannya wawancara konseling. Keberhasilan konselor

memimpin arus lalu lintas bimbingan dan konseling dipengaruhi oleh

tipe-tipe kepemimpinan konselor itu sendiri apakah demokratis,

otoritas, dan permisif (masa bodoh).

c) Keterampilan Memfokuskan

Seorang konselor yang efektif harus mampu membuat fokus melalui

perhatiannya yang terseleksi terhadap pembicaraan dengan klien.

Keterampilan ini akan membantu klien memusatkan perhatiannya pada

pokok pembicaraan.

d) Keterampialn Melakukan Konfontrasi

Konfontrasi merupakan suatu kemampuan konselor menantang klien

untuk melihat adanya diskrepansi atau inkonsistensi

(ketidakkonsistenan) antara perkataan dengan bahas abadan atau

perbuata, ide awal dengan ide berikut nya, senyum dengan kepedihan

dan sebagainya. Keterampilan ini berguna untuk: mendorong klien

Page 12: Metode Dan Keterampilan Bk 2

mengadakan intropeksi diri secara jujur, meningkatkan potensi klien,

membawa klien kepada kesadaran adanya diskrepansi konglik dalam

dirinya.

Penerapan keterampilan ini harus secara hati-hati dilakukan oleh

konselor yaitu dengan cara, memberi komentar khusus terhadap klien

yang tidak konsisten secara tepat waktu, tidak menilai apalagi

menyalahkan, dan dilakukan konselor bersamaan dengan perilaku

attending dan empati.

e) Ketrampilan menjernihkan (Clarifying)

Keterampilan menjernihkan adalah kemampuan konselor

menjernihkan atau memperjelas ucapan-ucapan klien yang samar-

samar, kurang jelas, dan agak meragukan. Tujuan keterampilan ini

adalah mengajak klien untuk menyatakan pesannya secara jelas, dan

aar klien menjelaskan, mengulang, dan mmengilustrasikan

perasaannya.

f) Keterampilan Memudahkan(Fecilitating)

Facilitating adalah suatu keterampilan membuka komunikasi agar

klien dengan mudah berbicara dengan konselor dan menyatakan

perasaan, pikiran, dan pengalamannya secara bebas sehingga

komunikasi dan partisipasi meningkat serta proses konseling

berlangsung secara efektif.

g) Keterampilan Mengarahkan (Directing)

Directing adalah kemampuan konselor mengajak dan mengarajkan

klien untuk berpartisipasi secara penuh dalam proses konseling.

Melalui keterampilan ini, konselor mengajak klien agar berbuat

sesuatu atau mengarahkannya agar berbuat sesuatu.

h) Keterampilan Memberikan Dorongan Minimal ( Minimal

Encouragement)

Minimal Encauragement atau keterampilan memberikan dorongan

minimal adalah suatu upaya konselor memberikan dorongan secara

langsung dan singkat agar kliennya dapat selalu terlibat dalam

pembicaraan dan dirinya terbuka. Keterampilan ini bertujuan agar

Page 13: Metode Dan Keterampilan Bk 2

klien terus berbicara dan dapat mengarahkan agar pembicaraan

mencapai tujuan. Dorongan minimal dilakukan oleh konselor apabila

klien kelihatan akan mengurangi atau menghentikan pembivcaraan,

ketika klien kurang memutuskan pikirannya pada pembicaraan, dan

ketika konselor ragu terhadap pembicaraan klien. Melalui keterampilan

ini juga akan dapat meningkatkan eksplorasi diri.

i) Keterampilan Sailing (Saat Diam)

Dalam proses konseling, diam atau tidak bersuara bisa menjadi teknik

konseling. Oleh sebab itu, konselor harus dapat memanfaatkan situasi

ini. Keadaan diam akan membantu konselor untuk mendorong klien

untuk berbicara, membantu klien untuk lebih memahami dirinya

setelah diam, klien dapat mengikuti ekspresi yang membawanya

berpikir dan bangkit dengan tilikan yang mendalam, mengurangi

kecepatan wawancara.

j) Keterampilan Mengambil Inisiatif

Mengambil inisiatif perlu dilakukan konselor apabila klien kurang

bersemangat untuk berbicara, sering diam, dan kurang partisipatif.

Konselor dapat mengucapkan kata-kata yang mengajak klien untuk

berpartisipasi dan berinisiatif dalam menuntaskan pembicaraan.

Keterampilan ini diterapkan apabila: akan mengambil inisiatif jika

klien tampak kurang bersemangat, jika klien lamat berpikir untuk

mengambil keputusan, jika klien kehilangan arah pembicaraan.

k) Keterampilan Memberi Nasihat

Nasihat bisa diberikan kepada klien apabila ia meminta. Meskipun

demikian pemberian nasihat tetap perlu harus dipertimbangkan. Hal

yang harus dijaga untuk mmemberi nasihat adalah tujuan konseling,

yakni kemandirian klien harus tetap tercapai.

l) Keterampilan Memberi Informasi

Informasi diberikan oleh konselor kepada klien harus hal-hal yang

diketahui konselor. Apabila konselor tidak mengetahui informasi apa

yang dikehendaki klien, konselor secara jujur harus mengatakan bahwa

dirinya tidak mengetahui informasi tersebut. Sebaliknya, apabila

Page 14: Metode Dan Keterampilan Bk 2

konselor mengetahui, sebaiknya upayakan agar klien tetap

mengusahakan (klien mencari sendiri sumber informasi tersebut).

m) Keterampilan Menafsirkan atau Interprestasi

Keterampiloan menafsirkan atau interprestasi merupakan upaya

konselor mengulas pikiran, perasaan, dan pengalaman klien dengan

merujuk kepada teori-teori. Sifat subjektif tidak boleh dimasukkan ke

dalam interprestasi.

Tujuan keterampilan ini adalah untuk memberikan rujukan, pandangan

atau perilaku klien agar klien mengerti dan berubah melalui

pemahaman dari hasil rujukan baru tersebut.

c. Tahap Akhir ( Action)

a) Keterampilan menyimpulkan merupakan kemampuan konselor

mengambil inti pokok pembicaraan selama proses konseling

berlangsung. Kesimpulan pembicaraan atau wawancara konseling bisa

dilakukan konselor bersama klien . Dari kesimpulan pembicaraan akan

diketahui: bagaimana keadaan perasaan klien saat ini, apa rencana

klien selanjutnya, pokok-pokok pembicaraan apa yang akan

dibicarakan pada sesi selanjutnya.

b) Keterampilan Merencanakan

Menjelang sesi akhir wawancara konseling, konselor harus dapat

membantu klien untuk dapoat membuat rencana berupa suatu program

untuk action, yaitu rencana perbuatan nyata yang produktif bagi

kemajuan klien. Rencana yang baik harus merupakan hasil kerja sama

antara konselor dengan klien. Dengan demikian, keterampilan

merencanakan adalah kemampuan nkonselor merencanakan tindakan

nyata yang produktif bagi kemajuan kliennya.

c) Keterampilan Menilai ( Mengevaluasi)

Keterampilan menilai atau mengevaluasi berarti kemampuan konselor

menetapkan batas-batas tau ukuran-ukuran keberhasilan proses

konseling yang telah dilaksanakan. Melalui keterampilan ini, konselor

menetapkan sisi mana dari proses konseling yang telah dicapai dan sisi

mana yang belum. Selain itu juga bisa di tetapkan kendala apa yang

Page 15: Metode Dan Keterampilan Bk 2

menjadi penghambat proses konseling. Selanjtnya berdasarkan hasil

evaluasi ditentukan apa tindak lanjutnya (follow up-nya).

d) Keterampilan Mengakhiri Konseling

Keterampilan mengakhiri konseling merupakan suatu kemampuan

konselor menutup sesi konseling. Berbagai cara bisa dilakukan

konselor untuk menutup sesi konseling. Penutupan sesi konseling tidak

harus dilakukan secara seragam oleh semua konselor. Masing-masing

konselor tentu memiliki teknik tersendiri dalam menutup sesi

konseling yang disesuaikan dengan kondisi klien, masalah klien, dan

situasi konseling itu sendiri. Secara umum penutupan sesi konseling

dilakukan oleh konselor dengan melakukan hal-hal berikut:

mengatakan bahwa waktu konseling akan berakhir, merangkum isi

pembicaraan, mmenunjukkan kepada klien tentang pertemuan yang

akan datang, mengajak klien berdiri sambil menunjukkan isyarat gerak

tangan, menunjukkan catatan-catatan singkat kepada klien tentang

hasil pembicaraan, dan memberikan tugas-tugas tertentu kepada klien

apabila diperlukan.