metode bimbingan agama dalam membina akhlak anak yatim di...
TRANSCRIPT
METODE BIMBINGAN AGAMA
DALAM MEMBINA AKHLAK ANAK YATIM
DI PONDOK PESANTREN DARUUT TAUHIID
SERUA INDAH CIPUTAT TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh:
Winda Sari
NIM: 1111052000010
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436H/2015M
i
ABSTRAK
Winda Sari, NIM 1111052000010, Metode Bimbingan Agama Dalam Membina
Akhlak Anak Yatim di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Serua Indah Ciputat
Tanggerang Selatan, di bawah bimbingan Drs. Sugiharto, MA
Akhlak menempati posisi yang penting dalam ajaran Islam. Oleh karena
itu, seorang muslim mempunyai kewajiban untuk membina akhlak sesuai dengan
ajaran Islam yang di contohkan oleh Rasulullah. Orang tua bertanggung jawab
untuk mewujudkan hal itu dengan memberikan pendidikan yang sesuai dengan
masa perkembangannya sehingga mereka siap dan mampu memunaikan tugasnya
sebagai hamba Allah dan Khalifah di muka bumi ini. Akan tetapi kematian salah
seorang atau kedua orang tua, akan memberikan dampak tertentu terhadap hidup
kejiwaan anak. Islam mengajarkan pemeluknya agar peduli terhadap fenomena
seperti ini. Dalam melakukan usaha ini, agama Islam tidak menganjurkan kepada
perorang saja, tetapi juga kepada organisasi social kemasyarakatan, pondok
pesantren seperti yang dilakukan oleh pondok pesantren Daarut Tauhiid. Oleh
maka itu, saya memilih judul metode bimbingan Agama dalam membina akhlak
anak yatim di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
pelaksanaan bimbingan Agama dalam membina akhlak anak yatim di Pondok
Pesantren Daarut Tauhiid Serua Indah,Ciputat Tangerang Selatan, untuk
mengetahui metode apa saja yang digunakan dalam Bimbingan Agama di Pondok
Pesantren Daarut Tauhiid Serua Indah,Ciputat Tangerang Selatan dan Untuk
mengetahui apa yang menjadi hambatan dan bagaimana solusinya dalam membina
akhlak di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Data diperoleh dengan cara observasi, wawancara dan
kepustakaan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka penulis akan menjelaskan
secara singkat hasil penelitian tersebut. Pelaksanaan membina akhlak terhadap
anak yatim di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid merupakan upaya membentuk
anak yatim agar memiliki akhlakul karimah yang dilakukan dengan beberapa
bidang program diantaranya bidang pendidikan formal, keterampilan dan
kerohanian (bimbingan Agama). Metode bimbingan Agama yang digunakan di
pondok pesantren dilakukan dengan dua metode yaitu metode individual dan
metode kelompok. Bimbingan Agama melalui metode individual dilakukan
dengan menggunakan teknik wawancara dan bil haal. Sedangkan bimbingan
Agama melalui metode kelompok dilakukan dengan menggunakan teknik
ceramah, dialog atau Tanya jawab.
Kata Kunci : Bimbingan Agama, Akhlak, Anak Yatim, Pondok Pesantren
Daarut Tauhiid
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
صحبه اخمعين.الحمد هللا رب العالمين.واللصالة والسالم علي سيدنا محمد سيد المرسلين وعلي اله و
Alhamdulillahhi robbil a’lamin,Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah
SWT. yang telah melimpahkan Nikmat kepada kita semua baik Nikmat Iman
maupun Nikmat Islam sehingga kita senantiasa diberikan perlindungan oleh Allah
untuk selalu beraktifitas.
Shalawat dan salam semoga selalu tetap tercurah limpahkan kepada
junjungan alam Baginda Rasulullah SAW karena berkatnyalah kita semua dapat
menjalani kehidupan yang lebih baik dalam dunia yang sangat penuh dengan ilmu
pengetahuan. Kepada keluarganya, para sahabatnya. Tabi’ tabiin, dan kepada kita
semua selaku umatnya yang semoga mendapatkan syafaatnya di yaumul qiyyamah
nanti.
Alhamdulillah, penulis telah dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Metode Bimbingan Agama Dalam Membina Akhlak Anak Yatim di Pondok
Pesantren Daarut Tauhiid Serua Indah Ciputat Tangerang Selatan”. Penulis
sadar, bahwa tanpa bantu dan motivasi serta bimbingan dari pihak, sulit kiranya
penulis menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi tugas persyaratan akademik
guna mencapai gelar Sarjana Komunikasi Islam Program Strata Satu (S1) Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan
terimakasih sedalam-dalamnya kepada Ibuhanda dan Ayahanda yang telah
membesarkan penulis dan senantiasa mencurahkan kasih sayang dan do’a yang
tiada henti kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan skripsi
ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan rasa terimakasih dan apresiasi yang
tinggi atas semua bantuan dan jasa yang diberikan dalam penyelesaian skripsi ini
terutama beberapa pihak, di antaranya:
1. Dr. Arif Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Wakil Dekan Bidang
Akademik, Suparto, M.Ed. Ph.D., Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum,
Drs. Jumroni, M.Si., Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Dr. H. Sunandar
Ibdu Nur, MA.
2. Drs. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam.
3. Drs. Sugiharto MA, Selaku Sekertaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan
Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan Dosen Pembimbing Skripsi yang telah membimbing dengan
penuh bijaksana mengarahkan dan memberikan masukan serta saran disela-
sela kesibukan beliau besedia membimbing dengan penuh keikhlasan dan
memberikan pengertian yang sangat besar kepada penulis.
4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah berjasa mendidik dan memeberikan ilmu
pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan.
iv
5. Segenap Pengurus Pondok Pesanteren Darut Tauhid yang telah meluangkan
waktu dan mengizinkan penulis untuk melakukan studi kasus yang merupakan
objek penelitian pada skripsi ini.
6. kakanda tercinta Herwandi, Nilawati, Darwis, Marlaini, Makmur, Syahrial dan
Syahril yang senantiasa memberikan semangat dan motivasi kepada penulis
untuk segera menyelesaikan skripsi.
7. Temen-teman Bimbingan dan Penyuluhan Islam angkatan 2011 yang selama
masa perkuliahan bersama-sama penulis berjuang dalam menuntut ilmu.
8. Untuk Siti Lidya Rahmi, Irma Fatwa Oktafianti, Lina Safitri, Nur Hasanah,
Muzayyanah, Adi Ikhwadi dan Sadam Husen yang selama ini berjuang
bersama penulis dan turut memberikan motivasi serta inspirasi bagi penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Harapan penulis, semoga amal kebaikannya mendapatkan pahala dari Allah
SWT, dan semoga kesuksesan dan ridho Allah selalu mengiringi langkah kita
semua, Aamiin.
Jakarta, Jumadil Akhir 1436H
Maret 2015M
Winda Sari
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................... 5
1. Pembatasan Masalah .................................................................. 5
2. Perumusan Masalah .................................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 6
1. Tujuan Penelitian ....................................................................... 6
2. Manfaat Penelitian ...................................................................... 7
D. Metodelogi Penelitian ...................................................................... 7
E. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 10
F. Sistematika Penulisan .................................................................... 12
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Metode ...................................................................... 14
B. Bimbingan Agama ....................................................................... 15
1. Pengertian Bimbingan Agama ............................................... 15
2. Fungsi dan tujuan Bimbingan Agama ................................... 19
a. Fungsi Bimbingan Agama ................................................ 19
b. Tujuan Bimbingan Agama ................................................ 20
3. Metode Bimbingan Agama .................................................... 21
4. Materi Bimbingan Agama ...................................................... 24
C. Akhlak ......................................................................................... 27
1. Pengertian Akhlak .................................................................. 27
2. Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak ............... 30
3. Macam-Macam Akhlak .......................................................... 33
D. Anak Yatim ................................................................................. 35
1. Pengertian Anak Yatim .......................................................... 35
2. Kondisi Psikis Anak Yatim .................................................... 36
3. Hak-hak anak yatim .............................................................. 37
vi
BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN DAARUT
TAUHIID A. Sejarah berdirinya ......................................................................... 42
B. Visi dan Misi ................................................................................. 43
C. Tujuan .......................................................................................... 44
D. Kompetensi lulusan ....................................................................... 45
E. Fasilitas dan Sarana ....................................................................... 45
F. Ekstrakulikuler .............................................................................. 46
G. Prestasi santri tingkat SMA ........................................................... 46
BAB IV HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN
A. Deskripsi Informan........................................................................ 48
1. Infoman Pengurus Pondok Pesantren Daarut Tauhiiid .......... 48
2. Informan Anak Yatim di Pondok Pesantren Daarut Tauhiiid 49
B. Program Pelaksanaan Bimbingan Agama dalam Membina Akhlak
Anak Yatim Di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid ...................... 51
C. Metode Bimbingan Agama dalam Membina Akhlak Anak Yatim di
Pondok Pesantren Daarut Tauhiid ................................................ 60
D. Hambatan dan Solusi dalam Membina Akhlak Anak Yatim Melalui
Bimbingan Agama ........................................................................ 64
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 66
B. Saran .............................................................................................. 67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk sosial, ia senantiasa memerlukan bantuan orang
lain, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam membantu memberikan
pengetahuan guna menambah wawasan dan pemahaman dalam suatu ilmu.
pada dasarnya manusia memiliki potensi-potensi dan keinginan-keinginan,
manusia maju tahap demi tahap dalam pertumbuhan dan perkembangannya
atas bantuan orang lain atau masyarakat.1
Setiap manusia yang diciptakan oleh Allah SWT diharapkan dapat
menjalankan dan mengamalkan ajaran Agama Islam dalam kehidupannya
sehari-hari sebagai manifestasi kepada Allah, hal ini sebagai mana dijelaskan
di dalam Al-Qur’an Surat Adz-Dzariyat ayat 56:
“Dan aku tidak menciptakan Jin dan Manusia melainkan supaya
mereka menyembahku”. (Adz-Dzariyat: 56)2
Untuk membentuk manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT,
Disamping memiliki kemampuan dan keterampilan juga memiliki kemampuan
1Sartono. Bimbingan dan Penyuluhan Islam. (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 1988),
h.9 2 Departemen Agama RI, Al-Qur’an danTerjemanya, Toha Putra, Semarang, 1989, h. 862
2
mengembangkan diri bermasyarakat serta kemampuan untuk bertingkah laku
berdasarkan norma-norma menurut ajaran Agama Islam.3
Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara
terus menerus (continue), supaya individu tersebut dapat memahami dirinya,
sehingga dia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar sesuai
dengan tuntunan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.4
Sedangkan keagamaan berasal dari kata “Agama” mendapat awalan “ke”
dan akhiran “an” yang berarti sifat-sifat yang terdapat didalam agama, segala
sesuatu mengenai agama.5
Bimbingan agama yang bersasaran pada upaya meningkatkan daya
kemampuan daya tangkal yang bersumber dari kemantapan iman dan takwa
kepada Tuhan saat ini dan yang akan datang, benar-benar sangat diperlukan
karena semakin modern masyarakat, semakin besar tuntunan hidupnya, dan
semakin kompleks pula kehidupan jiwanya, terutama nafsu keinginan mereka
semakin besar dan semakin sulit untuk dikendalikan dengan kemampuan
mental psikologis biasa tanpa dilandasi nilai agama.6 Dalam bimbingan agama
terdapat pembimbing agama yang sangat berperan didalamnya.
Pembimbing agama adalah seseorang yang memberikan bimbingan kepada
terbimbing baik secara lisan ataupun perbuatan kepada jalan Allah sehingga
tercapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.7
3Arifi, HubunganTimbalBalikPendidikan Agama Islam Di sekolahdankeluarga,
BulanBintang Jakarta, 1976. h.15 4Andi Mapiare, Pengantar Bimbingan dan konseling di sekolah, (Surabaya : Usaha
Nasional, 1984), h.127-128 5Ensiklopedi Pendidikan Indonesia ,h. 20
6Prof.H.M.Arifin,M.Es., bimbingan dan counseling, UT, 1992,hlm.152
7M. Lutfi, .Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan Islam. (Jakarta: Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatullah, 2008) h.158
3
Orang tua mempunyai peranan yang besar dalam tanggung jawab
membina dan membimbing anak-ankanya, akan tetapi apabila salah satu dari
orang tua mereka atau bahkan keduanya meninggal dunia yang menjadikannya
yatim piatu, hal itu dapat berpengaruh terhadap perkembangan anak tersebut
yang dampaknya kasih sayang, motivasi, bimbingan, arahan dan perhatian
serta materi atau nafkah dari orang yang layaknya mereka atau seseoarang
dapatkan.
Menjadi yatim adalah suatu ketentuan atau suatu fakta yang tak mungkin
dapat dihindari, namun bersikap positif terhadap anak-anak yatim dengan
menyantuni serta memperhatikan nasib anak yatim merupakan suatu hal
bijaksana yang dapat dilakukan orang-orang disekelilingnya. Anak yatim
mendapat porsi perhatian yang sangat besar dari Islam. Islam menganjurkan
untuk berbuat baik kepada anak-anak yatim dan melarang keras untuk berbuat
zhalim kepada mereka.8
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah: 220
“Tentang dunia dan akhirat. dan mereka bertanya kepadamu tentang anak
yatim, katakalah: "Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan
jika kamu bergaul dengan mereka, Maka mereka adalah saudaramu; dan
Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang Mengadakan
perbaikan. dan Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia dapat mendatangkan
kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana”(Al-Baqarah: 220).9
8Jalaluddin Mahfuzh, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, (Jakarta:Pustaka Al-
Kaustar,2001), h.148 9 Departemen Agama RI, Al-Qur’an danTerjemanya, Toha Putra, Semarang, 1989, h. 53.
4
Agama Islam tidak hanya menganjurkan kepada perorangan saja, tetapi
juga kepada lembaga atau organisasi. Pada saat ini organisasi sosial
kemasyarakatan yang dilatar belakangi keagamaan tumbuh menjamur dalam
berbagai bentuk, seperti Pondok Pesantren Daruut Tauhiid. Yayasan ini
sangat berperan sebagai rumah persinggahan bagi anak-anak yatim dan juga
terdapat proses pembinaan melalui bimbingan keagamaan, karena anak-anak
yatim membutuhkan pembinaan dan arahan kepada pemahaman dan
pengetahuan kepada hal yang positif.
Nilai-nilai spritual yang dimaksudkan dalam Islam adalah ajaran agama
yang berwujud perintah, larangan dan anjuran; yang kesemuanya berfungsi
untuk membina kepribadian manusia dalam kaitanya sebagai hamba Allah
serta anggota masyarakat.10
Para orang tua, kaum terdidik dan masyarakat keamanan seringkali di
pusingkan oleh masalah yatim yang nakal. Dari keluarga kaya raya dan anak-
anak berpangkat, banyak ditemukan kasus-kasus kenakalan, misalnya
penyalahgunaan obat bius, pemerkosaan, perampokan, perkelahian dan
sebagainya. Masalahnya kembali kepada akhlak yatim itu sendiri. Yatim yang
demikian nakalnya, adalah yatim yang tiada mengenal akhlak.
Sebaiknya tidak sedikit pula yatim yang menyejukkan pandangan mata,
karena kesopanan dan tingkah lakunya yang baik dan selalu berbuat kebaikan.
Yatim demikian itu adalah yatim yang shaleh dan shaleha yang berakhlak
indah dan mulia. Dari segi ini jelas pulalah betapa hikmahnya ilmu akhlak
10
H. A. Mustafa, Akhlak-Tasawuf, (Bandung: CV. PustakaSetia, 1997), h. 17
5
yang dapat menuntun para anak yatim menemukan dunianya, menyalurkan
bakatnya kepada tindakan sublimatif dan konstruktif.11
Penulis melihat di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid, para pembimbing
menerapkan metode dalam membina akhlak yang mana sebagian orang
beranggapan bahwa membina akhlak itu hal yang mudah, tanpa dibina ketika
dewasa akan berubah. orang yang beranggapan demikian biasanya akan segera
bangga ketika melihat orang yang dibina berubah sebelum dewasa.
Berdasarkan fenomena dan berpijak pada latar belakang masalah diatas, maka
dilakukan penelitian terhadap masalah tersebut dan mendapatkan deskripsi
yang dituangkan dalam Skripsi ini dengan judul “Metode Bimbingan Agama
Dalam Membina Akhlak Anak Yatim Di Pondok Pesantren Daarut
Tauhiid Serua indah, CiputatTangerang Selatan.”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Penulis dalam hal ini akan membatasi masalah pada metode
bimbingan agama yang bukan hanya sekedar menyampaikan ajaran
agamaIslam tetapi juga mengidentifikasi masalah pada yatim dan yang
lebih penting memfasilitasi anak yatim dengan memberikan tempat tinggal
khusus seperti pesantren dan yayasan untuk lebih efektif dalam proses
pembinaan dalam penyadaran dan memberi informasi dengan terus
berusaha mengajak untuk menyempurnakan agama islam serta melakukan
upaya dalam membina akhlak.
11
H. HamzahYa’qub,Etika Islam, (Bandung : Diponegoro,1997), h. 29
6
2. Perumusan masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
a. Bagaimana pelaksanaan bimbinigan Agama dalam membina akhlak
anak yatim di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Serua Indah Ciputat
Tangerang Selatan
b. Metode apa saja yang digunakan dalam Bimbingan Agama di Pondok
Pesantren Daarut Tauhiid Serua Indah Ciputat Tangerang Selatan?
c. Apa yang menjadi hambatan dan bagaimana solusinya dalam membina
akhlak di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Serua Indah Ciputat
Tangerang Selatan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Bimbingan Agama dalam
membina akhlak di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Serua Indah
Ciputat Tangerang Selatan.
b. Untuk mengetahui metode apa saja yang digunakan dalam Bimbingan
Agama di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Serua Indah Ciputat
Tangerang Selatan.
c. Untuk mengetahui apa yang menjadi hambatan dan bagaimana
solusinya dalam membina akhlak di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid
Serua Indah Ciputat Tangerang Selatan.
7
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini dapat di lihat dari beberapa segi, yaitu:
a. Ilmu pengetahuan, diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan
baru pada mata kuliah Ilmu Dakwah, Akhlak Tasauf, Patologi Sosial, dan
Bimbingan penyuluhan Islam.
b. Akademis, di harapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan
pemikiran yang dapat di jadikan bahan acuan dalam kegiatan pembinaan
akhlak pada anak yatim bagi Universitas dan Jurusan khususnya pada
jurusan BPI.
c. Pondok Pesantren Daarut Tauhiid, di harapkan penelitian ini dapat
memberikan masukan dan rancangan program-program atau kegiatan
dengan tepat, efisien dan efektif hingga perbaikan kehidupan mereka
dirasakan semakin membaik pada kegiatan pembinaan akhlak bagi yatim
melalui metode bimbingan agama. Pembimbing agama dapat memberikan
kesadaran kepada masyarakat untuk lebih meningkatkan metode serta
dalam mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan pembinaan
akhlak.
E. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur
pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukis
8
keadaan subjek dan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan
fakta-fakta yang tampak.12
Sedangkan penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Tailor seperti
yang dikutip Lexy J Maleong yaitu sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati.13
Dalam hal ini penulis melakukan observasi, wawancara, studi
keperpustakaan dan dokumentasi. Data yang diperoleh akan analisa serta
disajikan dalam suatu pandangan yang utuh, yang bertujuan untuk
memahami fenomena tentang apa yang di alami subjek penelitian.
2. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah satu orang Pimpinan Pondok
Pesantren Daarut Tauhiid Serua Indah Ciputat dan dua orang
pembimbing dan tiga Anak Yatim.
b. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah Metode Bimbingan Agama Dalam
Membina Akhlak Anak Yatim Di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini berlokasi di Pondok Pesantren Daarut
Tauhiid Serua Indah, Ciputat. Adapun waktu pelaksanaan dalam penelitian
yaitu pada bulan Januari 2015 sampai dengan Maret 2015.
12
SuharsimiArikunto, Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, (Jakarta: PT.
BinaAksara, 1989), Cet. Ke-6, h. 195 13
Lexy J Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2002), Cet. Ke. 1, hal 3
9
4. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam
penelitian ini meliputi :
a. Dokumentasi, yaitu penulis mencari keterangan dan bacaan yang di
butuhkan mengenai masalah terkait melalui sumber-sumber yang ada,
juga menelaah dokumen dan arsip yang dimiliki yayasan.
b. Observasi atau pengamatan langsung di Pondok Pesantren Daarut
Tauhiid Serua Indah Ciputat guna menyelami dan memperoleh
gambaran yang jelas tentang metode bimbingan agama dalam
membina akhlak anak yatim diutamakan yatim yang bermukim),
penulis ikut terjun langsung dalam proses tersebut bersama staf dewan
guru.
c. Wawancara langsung secara mendalam terhadap pihak yayasan
tersebut yang terkait didalamnya jajaran staf dewan guru untuk
mendapatkan data yang dibutuhkan.
5. Teknik Analisis Data
Analisis adalah satu proses mengorganisasikan dan mengurutkan
data dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar. Dalam teknis analisa
data yang penulis gunakan adalah analisis deskriptif, dimana semua data
yang penulis peroleh dari hasil pengamatan dan wawancara, lebih dulu
penulis kelompokkan sesuai dengan persoalan yang telah ditetapkan, lalu
menganalisanya secara sistematis. Penulis juga menggunakan teori untuk
dapat membahas masalah penelitian.
10
6. Teknik Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini penulis mengacu pada Pedoman
Penulisan Skripsi, Tesis dan Desertasi Univesitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta cetakan kedua tahun 2007. Sedangkan penerjemahan
ayat-ayat Al-Quran menggunakan sumber Al-Quran dan Terjemahnya
yang di terbitkan oleh Departemen Agama RI.
7. Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah
subyek penelitian dimaksud. Seumber data ialah unsur utama yang
dijadikan sasaran dalam penelitian untuk memperoleh data-data kongkret
dan yang dapat memberikan informasi untuk memperoleh yang
diperlukan dalam penelitian.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua sumber data, yaitu:
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari nara
sumber dalam bentuk wawancara dengan 1 orang pembimbing dan 3
orang terbimbing.
b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui sumber-sumber
tertulis yang terdapat dalam buku atau dokumen yang berkaitan
dengan penelitian.
F. Tinjauan Pustaka
Setelah melakukan penelusuran skripsi pada Perpustakaan Utama dan
Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, penulis mengadakan tinjauan kepustakaan
11
terhadap beberapa skripsi yang memiliki kemiripan judul untuk menghindari
bentuk plagiat, antara lain:
1. Fitriyani, program studi bimbingan dan penyuluhan Islam fakultas ilmu
dakwah dan ilmu komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan
2008 dengan judul “Metode Bimbingan Islam dalam Pembinaan Akhlak
Anak Yatim di Panti Asuhan Yakiin Larangan Tangerang”. Skripsi ini
berisi stentang permasalahan bagaimana membina akhlak anak yatim
dengan metode yang diterapkan di panti asuhanYakiin.
2. Husni Mubarok, program studi bimbingan dan penyuluhan islam fakultas
ilmu dakwah dan ilmu komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
angkatan 2009 dengan judul “ Metode Bimbingan Dan Penyuluhan Dalam
Menangani Siswa/I Bermasalah Di Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu
Al- Madinah, Bogor”. Skripsi ini berisi tentang permasalahan siswa,
masalah yang dibuat oleh seorang siswa/i biasanya direfleksikan lewat
tingkah laku dan sikap yang kurang sopan, kasar, menentang, tidak suka
melihat orang senang, serta membantah perintah tertentu, dan cenderung
berbuat sesuatu sesuai kehendak hatinya.
3. Jaya Suteja, program studi bimbingan dan penyuluhan islam fakultas ilmu
dakwah dan ilmu komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan
2009 dengan judul “Metode Bimbingan Kepribadian Islami Anak dalam
Keluarga Studi Kasus Pada Keluarga Dosen Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta”. Skripsi ini berisi
tentang permasalahan bimbingan kepribadian Islami anak dalam keluarga
12
Dosen Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam penyusunan skripsi ini, maka penulis akan
memberikan penjelasan dan gambaran kedalam beberapa bab, yaitu :
BAB 1: Pendahuluan. Dalam bab ini penulis menggambarkan beberapa hal
yang meliputi latar belakang masalah, pembatasan masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II: Tinjauan teoritis.Dalam bab ini penulis mamaparkan teori-teori
mengenai metode bimbingan agama yang meliputi: pengertian,
tujuan, fungsi, materi dan metode bimbingan Agama. Akhlak
meliputi: pengertian, faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan dan macam-macam akhlak. Anak yatim yang
meliputi: pengertian, kondisi psikis dan hak-hak anak yatim.
BAB III : Gambaran Umum Pondok Daarut Tauhiid. Dalam bab ini penulis
akan memaparkan gambaran umum Pondok Pesantren Daarut
Tauhiid kedalam beberapa aspek yang terdiri dari sejarah
berdirinya, visi dan misinya, tujuan, kompetisi lulusan, ekstra
kulikuler, fasilitas dan prasarana dan prestasi siswa tingkat SMA.
BAB IV: Temuan dan analisis data. Dalam bab ini terdiri dari deskripsi dan
analisis data Metode Bimbingan Agama dalam Membina Akhlak
Anak Yatim yang terdiri dari deskripsi informan, Program dalam
Pembinaan Akhlak Anak Yatim Di Pondok Pesantren Daarut
13
Tauhiid dan Metode Bimbingan Agama Dalam Membina Akhlak
Anak Yatim di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid
BAB V: Penutup. Pada bab ini yaitu bab terakhir yang meliputi kesimpulan
dan saran.
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Metode
Secara etimologi metode berasal dari bahasa yunani, yang
terdiri-dari penggalan kata “meta” yang berarti “melalui “ dan
“hodos”berarti”jalan”. Bila digabungkan maka metode bisa diartikan
“jalan yang harus dilalui”. Dalam pengertian yang lebih luas, metode bisa
pula diartikan sebagai “segala sesuatu atau cara yang digunakan untuk
mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan”.1
Dan menurut “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, metode ialah
cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar
tercapai sesuai dengan apa yang dikehendaki. Dan juga merupakan cara
kerja yang konsisten untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegian guna
mencapai tujuan yang direncanakan.2 Sedangkan menurut “Kamus
Manajemen” metode ialah suatu cara pelaksanaan pekerjaan.3
Selain kata metode ada pula kata “teknis” dan “ pendekatan”,
keduanya difahami sebagai cara-cara ilmiah yang dipakai sebagai
peralatan (instrument) dalam melakukan pekerjaan yang sifatnya lebih
difokuskan kepada subyek atau obyek yang dijadikan sasaran pelayanan.
1 M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h.120 2 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Blai Pustaka, 1988), Cet. Ke-1, Edisi ke tiga, h. 740 3 B.N Marbun, Kamus Manajemen, (Jakarta: Pusat Sinar Harapan, 2005), h.173
15
Sesungguhnya antara metode dan teknis secara substansial
memiliki pengertian yang sama. Perbedaan adalah pada sisi
fungsionalisasinya, yaitu unsur- unsur dan penggunaan metode bersifat
toritis dan lebih luas sebagai bagian dari upaya ilmiah.
Sedangkan teknik atau pendekatan lebih bersifat teknis dan
sesuatu yang bersifat empiris serta spesifik yang terjadi pada penerapan
pekerjaan-pekerjaan tertentu. Teknik bisa pula peralatan fisik, seperti alat
peraga, peralatan administrasi, sarana dan prasarana, serta non fisik seperti
taktik dan strategi tertentu yang hanya memiliki seseorang berdasarkan
pengalamannya atau improvisasinya pada saat menghadapi atau
melakukukan pekerjaannya. Dengan kata lain, bisa jadi teknik atau
pendekatan yang digunakan karena dipengaruhi oleh situasi dan kondisi
yang ditemukan pada saat melakukan pekerjaan.4
B. Bimbingan Agama
1. Pengertian Bimbingan Agama
Secara etimologi kata bimbingan merupakan terjemahan dari
bahasa Inggris “Guidance” yang berasal dari kata kerja “to guide” yang
berarti “menunjukkan”. Sedangkan pengertian harfiahnya bimbingan
adalah menunjukkan, memberi jalan atau menuntun orang lain, karena
tujuan yang bermanfaat bagi hidupnya dimasa kini dan masa mendatang.5
Dalam kamus Bimbingan dan Konseling, Bimbingan adalah proses
bantuan dan pertolongan. Bimbingan adalah bantuan yang ditujukan untuk
4 M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, h.121
5 Hallen A, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta : Ciputat Pres, 2002), Cet. Ke-1, h. 3
16
membantu individu dalam memahami diri (bakat, minat, kemauan) dan
lingkungan agar mampu membuat keputusan sehingga tercapai
perkembangannya secara maksimal untuk kepentingan dirinya dan
masyarakat. Kata bimbingan mengandung pengertian : menolong,
membantu, menunjukkan jalan, memimpin, memberikan nasehat, dan
memberikan pengarahan.6
Para ahli memberikan pengertian yang berbeda-beda sesuai dengan
pandangan masing-masing. Untuk mendapatkan pengertian yang jelas,
dibawah ini penulis mengutip beberapa definisi dari para tokoh antara lain
sebagai berikut :
a. Auntur Rahim Fahmi, Bimbingan Agama adalah proses pemberian
bantuan terhadap individu atau kelompok agar mampu hidup selaras
dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.7
b. Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan adalah suatu pemberian bantuan
yang terus - menerus, sistematis kepada individu dalam memecahkan
masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk
memahami diri sendiri (self understanding), kemampuan untuk
menerina diri sendiri (self acceptance), kemampuan untuk
merealisasikan diri sendiri (self realization), sesuai dengan potensi
6 Tantawy R, Kamus Bimbingan dan Konseling (Jakarta : PT. Pamator, 1997) h. 13
7 M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan Islam, h. 7.
17
atau kemampuan dalam mencapai penyesuaiaan diri dengan
lingkungannya, baik lingkungan keluarga maupun masyarakat.8
c. Arthur J. Jones yang dikutip oleh Dewa ketut Sukardi bahwa :
“Bimbingan adalah bantuan yang diberikan seseorang kepada orang
lain dalam menetapkan pilihan dan penyesuaian diri serta dalam
memecahkan masalah-masalah, bimbingan diarahkan untuk membantu
penerimaan secara bebas dan mampu bertanggung jawab terhadap
dirinya sendiri”.9
d. Sedangkan dalam konsep Islam bimbingan adalah “Proses Pemberian
bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan
dan petunjuk Allah SWT, sehingga mencapai kebahagiaan hidup
didunia dan diakhirat”.10
Kata “agama” dalam Bahasa Indonesia berarti sama dengan kata
Din dalam Bahasa Arab semit, atau dalam bahasa-bahasa Eropa sama
dengan bahasa Religion (Inggris), Ia Religion (Prancis), De Religie
(Belanda), De Religian (Jerman), secara bahasa, perkataan “agama”
berasal dari Bahasa Sansekerta tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi turun-
menurun. Adapun kata Din mengandung arti menguasai, menundukkan,
patuh, utang balasan, atau kebiasaan.11
8 M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan Islam, (Jakarta: Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatullah, 2008), Cet. Ke -1, h. 7. 9 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di
Sekolah, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), Cet. Ke-1, h. 8. 10
Thohari Musnawar, Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta :
UII Press, 1992), h. 76. 11
Ensiklopedi Islam Penyusun Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam (Jakarta : Ichtiar Baru
Van horve, 1997), Cet. Ke-4, h. 102.
18
Pada dasarnya agama mengandung pengertian tentang tingkah laku
manusia, yang dijiwai oleh nilai-nilai keagamaan, berupa getaran batin
yang dapat mengatur dan mengarahkan tingkah laku tersebut kepada pola
hubungan dengan masyarakat serta alam sekitarnya. Dari aspek inilah
manusia dengan tingkah lakunya itu merupakan perwujudan dari pola
hidup yang membudaya dalam batinnya. Dimana nilai-nilai keagamaan
telah membentuknya menjadi rujukan (referensi) dari sikap orientasi hidup
sehari-hari.
Para ulama sebagai pewaris para Nabi (Waratsat Al-anbiya)
bertugas menjadi mu‟allim (guru) dan muhazzdib (pendidik) atau sebagai
mubassyir dan nadhir (penghibur dan petunjuk jalan) sebagaimana halnya
fungsi dan tujuan Nabi Muhammad SAW yang diutus menjadi Mu‟allim
(guru) dan pendidik akhlak al-karimah sebagaimana sabda beliau :12
هكارم االخالق نوإوا بعثت الت
Artinya : “Saya diutus untuk memyempurnakan akhlak yang mulia”.
Jadi dapat kita ketahui bahwa bimbingan agama adalah proses
bimbingan yang diarahkan kepada agama, baik tujuan materi ataupun
metode yang diterapkan. Bimbingan tersebut berupa pertolongan dibidang
mental spiritual, yang bertujuan agar dapat mengembangkan potensi fitrah
yang dibawa sejak lahir secara optimal dengan rasa menginternalisasikan
nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur‟an dan hadits Rasulullah dalam
12
H. M Umar, Tartono, Bimbingan dan Penyuluhan (Bandung : PT. Pustaka Setia, 1998)
Cet. Ke-1, h. 77.
19
dirinya, sehingga ia hidup sesuai dengan apa yang dianjurkan Allah dan
Rasulullah.
Dengan berkembangnya fitrah beragama tiap individu secara
optimal, maka akan dapat menciptakan hubungan dengan Allah SWT,
dengan manusia, dengan alam sekitar dan lainnya sebagai manifestasi dari
perannya sebagai khalifah Allah dibumi yang sekaligus juga berfungsi
sebagai penyembah pengabdi kepada Allah SWT. 13
Dengan demikian, maka Nabi Muhammad SAW menduduki fungsi
sebagai counselor agung di tengah umatnya, yang di teladani oleh para
sahabatnya dan para ulama sepanjang zaman.
Fenomena yang seperti inilah peran serta para ulama‟ sangat
dibutuhkan sebagai orang yang memahami agama Islam secara mendalam,
dan yang akan membimbing manusia ke jalan yang diridhai Allah SWT.
2. Fungsi dan Tujuan Bimbingan Agama
a. Fungsi Bimbingan Agama 14
Menurut Dewa Ketut Sukardi, bila ditinjau dari sifatnya,
layanan bimbingan dapat berfungsi sebagai :
1) Fungsi preventif yaitu layanan bimbingan ini dapat berfungsi
sebagai pencegahan, artinya merupakan usaha pencegahan
terhadap timbulnya masalah.
13
Ibid., h. 79 14
Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, h. 26-27.
20
2) Fungsi Pemahaman yaitu fungsi bimbingan yang akan
menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak
tertentu.
3) Fungsi perbaikan yaitu fungsi bimbingan yang akan menghasilkan
terpecahnya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami
individu (terbimbing).
4) Fungsi pemeliharaan dan pengembangan yaitu fungsi ini berarti
bahwa layanan bimbingan ini dapat membantu para individu dalam
memelihara dan mengembangkan pribadinya secara menyeluruh,
mantap, terarah dan berkelanjutan.
b. Tujuan Bimbingan Agama15
Tujuan Bimbingan menurut Ainu Rahim Faqih dalam bukunya
Bimbingan dan konseling Islam dibagi menjadi dua, yaitu tujuan
umum dan khusus, sebagai berikut :
1) Tujuan Umum
Membantu individu guna mewujudkan dirinya menjadi manusia
seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup didunia dan di akhirat
kelak.
2) Tujuan Khusus
a) Membantu individu agar tidak menghadapi masalah,
maksudnya pembimbing berusaha membantu mencegah jangan
sampai individu menghadapi atau menemui masalah. Dengan
15
Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta : UII Press,
2001), h. 36.
21
kata lain membantu individu mencegahnya timbul masalah
bagi dirinya sendiri.
b) Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi
dan kondisi.
c) Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi
dan kondisi yang baik atau telah lebih agar tetap baik atau
menjadi lebih baik.
3. Metode Bimbingan Agama
Pengertian harfiah, metode adalah jalan yang harus dilalui
untuk mencapai suatu tujuan. 16
Metode berasal dari kata “meta” yang
berarti melalui dan “hodos” berarti jalan. Namun pengertian hakikat dari
“metode” tersebut adalah segala sarana yang dapat digunakan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan, baik sarana tersebut bersifat fisik
seperti alat peraga, alat administrasi yang menunjang pelaksanaan
kegiatan, bahkan pembimbing juga termasuk metode media.
Dalam penerapannya bimbingan memiliki beberapa metode,
metode lazim diartikan dengan cara mendekati masalah sehingga
memeperoeh hasil yang memuaskan. Pada penulis ini metode bimbingan
agama dilihat sebagai proses komunikasi, karena didalamnya suatu
interaksi antara pembimbing dengan klien dalam hal ini yaitu anak yatim.
Dalam hal ini, metode bimbingan dapat diklasifikasian
berdasarkan segi komunikasi. Metode tersebut terdiri dari metode
16
Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta : PT.
Golden Terayon Press, 1998), Cet. Ke-6, h. 43
22
komunikasi langsung yang disampaikan (metode langsung) dan metode
komunikasi tidak langsung. 17
a. Metode langsung (metode komunikasi langsung) adalah metode
dimana pembimbing melakukan komunikasi langsung dengan
seorang yang dibimbingnya. Metode ini dapat dirinci lagi menjadi:
1) Metode individual
Yaitu pembimbing dalam hal ini melakukan komunikasi langsung
secara individual dengan pihak yang dibimbingnya. Hal ini dapat
dilakukan dengan mempergunakan teknik:
a) Percakapan pribadi
Yakni pembimbing melakukan dialog langsung tatap muka
dengan pihak yang dibimbing
b) Kunjungan rumah
Yakni pembimbing mengadakan dialog dnegan kliennya tapi
dilaksanakan di rumah klien sekaligus untuk mengamati
rumah klien dan lingkungannya.
c) Kunjungan dan observasi kerja
Yakni pembimbing atau konseling jabatan melakukan
percakapan individual sekaligus mengamati kerja klien dan
lingkungannya.
2) Metode kelompok
17
Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta : PT.
Golden Terayon Press, 1998), Cet. Ke-6, h. 02.
23
Yaitu pebimbing melakukan komunikasi langsung dengan klien
dalam kelompok. Hal ini dapat dijadikan dengan beberapa teknik:
a) Diskusi kelompok
Yani pembimbing melaksanakan pembimbing dengan cara
mengadakan diskusi dengan cara mengadakan diskusi dengan
kelompok klien yang mempunyai masalah yang sama
b) Karya wisata
Yakni bimbingan kelompok yang dilakukan langsung dengan
memperggunakan ajang karya wisata sebagai forumnya.
c) Sosiodrama
Yakni bimbingan kelompok yang dilakukan dengan cara
bermain peran untu memecahkan atau mencegah timbul
masalah secara sosiologis.
d) Psikodrama
Yakni bimbingan kelompok yang dilakukan dengan cara
bermain peran untuk memecahkan atau mencegah timbulnya
masalah psikologi.
e) Group teaching
Pemberian bimbingan kelompok dengan memberikan materi
bimbingan kelompok tertentu (ceramah) kepada kelompok
yang telah disiapkan.
b. Metode tidak langsung (metode komunikasi tidak langsung) adalah
metode bimbingan yang dilakukan melalui media komunikasi masa.
24
Hal ini dapat dilakukan secara individual maupun kelompok, bahkan
masal.
1) Metode individual
a) Melalui surat menyurat
b) Melalui telepon dan sebagainya
2) Metode kelompok
a) Melalui papan bimbingan
b) Melalui surat kabar atau majalah
c) Melalui brosur
d) Melalui radio
e) Melalui televisi
4. Materi Bimbingan Agama
Bimbingan agama merupakan salah satu bidang terpenting
seseorang di dalam menjalani kehidupannya baik itu yang sifatnya
ke imanan dan juga kehidupan sehari-hari. Yang mana memiliki materi
sebagai berikut :
a. Aqidah : ialah iman atau keyakinan, kepercayaan, sumbernya adalah
al-Quran. Hakekatnya iman sebagaimana yang di tuangkan oleh
seorang laki-laki dan ternyata malaikat Jibril yang menanyakan :
apakah iman itu? Nabi menjawab :
واليىم االخر وتؤهي فأ خبرى عي االيواى. قال اى تؤهي باهلل و … ورسىل و كتب هال ئكت
...)روا هسلن( وشر بالقدر خير
25
Artinya : … terangkanlah kepadaku tentang Iman? Rasulullah
SAW menjawab : yaitu engkau beriman kepada Allah,
kepada para malaikatnya, kitab-kitabnya, para
Rasulnya, dan hari akhirnya, serta engkau beriman
kepada baik dan jeleknya takdir … (HR. Muslim).18
Dengan demikian antara iman dan Islam adalah suatu kesatuan
yang saling terkait satu sama lain. Abdul A‟ala al Mauhudi
mengatakan : hubungan antara iman dan islam laksana hubungan pohon
dan akarnya, sebatang pohon tak akan tumbuh tanpa akar. Mustahil
seorang yang tidak memiliki iman untuk memulai dirinya menjadi
seorang muslim.19
Masalah aqidah merupakan hal yang fundamental.
Aqidah sebagai motor penggerak bagi seorang muslim. Dengan kata
lain bahwa kepercayaan harus menjadi keyakinan yang mutlak dan
bulat, keyakinan yang mutlak kepada Allah dengan membenarkan dan
mengakui wujud (eksistensi) Allah, sifat, hukum-hukum Allah,
kekuasaannya, hidayah dan taufik Allah.
Kepercayaan kepada Allah, termasuk kepercayaan kepada
malaikat, rasul-rasulnya, kitabnya, hari kemudian dan takdir unsur
tersebut dalam Islamologi disebut “Arkanul Islam”.20
Dan juga “Rukun
Islam” yang mana di dalamnya mengungkapkan anatara lain :
mengucapkan dua kalimat syahadat, mengerjakan shalat, membayar
zakat, puasa dan juga haji. Bagi seorang muslim kedua rukun ini sudah
menjadi kewajiban yang harus dijalankan dan diamalkan. Seorang
18
Salim Bahreisj, Riyadhus Shalihin, (Bandung : PT. Al-Ma‟arif, 1987), Cet. Ke-10, h.
34. 19
Moh. Rifai, Aqidah Akhlak, (Semarang : CV. Wicaksana, 1994), Cet. Ke-2, h. 32 20
Ibid., h. 33
26
muslim baru dapat dikatakan sempurna iman setelah melaksanakan
kewajibannya dan hendaknya disertai dengan keikhlasan serta
kejujuran, akhlak yang baik tanpa itu semua segala amal perbuatan
seorang akan menjadi sia-sia dan tidak akan memperoleh pahala.
b. Ibadah
Menurut bahasa ibadah berarti patuh, tunduk. Ubudiya artinya
tunduk dan merendahkan diri. Menurut al-Azhari kata ibadah tidak
dapat disebutkan kecuali untuk kepatuhan kepada Allah.21
Sebagaimana
Hadits Rasullullah:
وسالم … د أخبرى عي االسالم, فقال رسىل هللا صلى هللا علي وقال يا هحو
الة, وتؤت د رسىل هللا, وتقين الص كاة, اى تشهد اى الال اال هللا واى هحو ى الز
سبيال. قال : صدقت فغجبا ل وتصىم رهضاى وتحج البيت اى استطعت الي
قهز …يسال ويصد
Artinya: …Seraya berkata : Wahai Muhammad, terangkan
kepadaku tentang Islam? Rasulullah SAW menjawab :
Islam adalah hendaknya engkau bersaksi bahwa tiada
Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah,
mendirikan shalat, memberikan zakat, berpuasa di bulan
Ramadhan, dan melakukan ibadah haji ke Baitullah jika
memenuhi syaratnya, dia berkata : engkau benar? Kami
keheranan karenanya, dia bertanya tetapi
membenarkannya ….. (HR. Muslim).22
Dari beberapa keterangan yang dikutip Yusuf Al-Qadrawi
menyimpulkan bahwa : ibadah yang di syariatkan oleh Islam itu
harus memenuhi dua unsur :
21
Ibn Manzur, Al-Ifrig Lisan Al-Arab, (Birut : Dar Sadir, 1994), Cet. Ke-2, h. 273 22
Salim Bahreisj, Riyadhus Shalihin, (Bandung : PT. Al-Ma‟arif, 1987), Cet. Ke-10, h.
34.
27
1) Mengingat diri (Iltizam) dengan syariat Allah yang diserukan
oleh para rasulnya meliputi perintah, larangan, penghalalan dan
pengharaman sebagai perwujudan ketaatan kepada Allah.
2) Ketaatan itu harus tumbuh dari kesucian dari kecintaan hati
kepada Allah, karena sesungguhnya dialah yang paling berhak.23
c. Akhlak
Akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia,
yang lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui proses
pemikiran, pertimbangan atau penelitian.
C. Akhlak
1. Pengertian Akhlak
Secara etimologi akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu isim
masdar (bentuk intinitif) dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai
dengan timbangan (wazan) tsulasi majid af‟ala, yuf‟ilu, if‟alan yang berarti
al-sajiyah (perangai), at-thabi‟ah (kelakuan, tabiaat, watak dasar), al-adat
(kebiasaan, kelaziman) al-ma‟ruah (peradaban yang baik) dan ad-din
(agama).24
Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam Islam,
sehingga setiap aspek dari ajatran agama ini selalu berorientasi pada
pembentukan dan pembinaan akhlak yang mulia yaitu disebut al-akhlaq al-
karimah. Hal ini tercantum antara lain dalam sabda Rasulullah SAW:
23
Yusuf Al-Qardawi, Al-Ibadah Fi al-Islam, (Beirut : Muasasah Al-risalah, 1997), Cet.
Ke-6, h. 32-33 24
H. Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011) cet. ke-1, h. 01.
28
“Sesungguhnya saya diutus untuk menyempurnakan akhlak” (HR.
Ahmad baihaqi dan malik). “Mukmin yang paling sempurna imannya
adalah orang yang paling baik akhlaknya” (HR. Tarmizi). 25
Secara istilaha (terminology) ada bebrapa definisi tentang akhlak di
antaranya:
a. Menurut Imam Ghazali dalam kitab “Ihya Ulumuddin” Akhlak adalah
sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam
perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran
dan pertimbangan. Amar Ma‟ruf dan Nahi Munkar (melakukan yang
baik dan menjauhi larangan) yang diperintahkan Allah kepada manusia
juga sebagai bentuk akhlak wajib seorang muslim.26
b. Dalam al-mu‟jam al-wasith disebutkan definisi akhlak ialah sifat yang
tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam
perbutan baik dan buruk tanpa membutuhkan pemikiran dan
pertimbangan.27
c. Menurut Dr. M. Abdullah Dirooz yang dikutip oleh Drs. H. A.
Mustofa bahwa: “Akhlak adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang
mantap, kekuatan dan kehendak mana berkombinasi membawa
kecendrungan pada pemilihan pihak yang benar (dalam hal akhlak
yang baik) atau pihak yang jahat (dalam hal akhlak yang jahat).28
Jika keadaan (hal) tersebut melahirkan perbuatan yang baik dan
terpuji menurut pandangan akal dan syara‟ (hukum Islam) disebut
25
Ibid., h. 102 26
Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin “JIwa Agama”, (Melayu: Pustaka Bajray, 1978)
cet. Ke-2, h. 454. 27
Anas Ibrahim, (Mesir: Daarul Ma;arif 1972) cet, Ke-2, h. 202. 28
Musthofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV, Pustaka, 1999) cet, Ke-2, h. 14.
29
akhlak yang baik, sedangkan jika perbuatan-perbuatan yang timbul
itu tidak baik dinamakan akhlak yang buruk. Akhlak merupakan
suatu keadaan yang melekat di dalam jiwa, maka suatu perbuatan
baru disebut akhlak kalau terpenuhi beberapa syarat.
Sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Maidah ayat 8:
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-
orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi
saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap
sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku
adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah
kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (Al-Maidah : 8)29
Akhlak menempati tempat yang sangat penting dalam Islam,
sehingga setiap aspek dari ajaran agama ini selalu berorientasi pada
pembentukan dan pembinaan akhlak yang mulia yang disebut dengan
Al-Akhlak Al-Karimah.
Di antara akhlak madzmumah itu adalah sebagai berikut :
1) Berbohong, adalah memberikan atau menyampaikan informasi
yang tidak sesuai, tidak cocok dengan sebenarnya. Bohong itu
ada 3 macam, yaitu:
a) Bohong dengan perbuatan,
29
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an danTerjemanya, Toha Putra, Semarang, 1989, h.
159.
30
b) Bohong dengan lisan
c) Bohong dengan hati.
2) Takabur (sombong), adalah merasa atau mengaku diri besar,
tinggi mulia, dan melebihi orang lain.
3) Hasad (dengki), adalah rasa atau sikap tidak senang atas
kenikmatan yang diperoleh orang lain dan berusaha untuk
menghilangkan kenikamatan itu dari orang tersebut.
4) Bakhil (kikir), adalah orang yang sangat hemat dengan apa yang
menjadi miliknya, tetapi hematnya dari apa yang dimilikinya itu
untuk diberikan kepada orang lain. Dan masih banyak lagi sifat-
sifat madzmumah yang harus kita ketahui dan hindari.
Dari beberapa definisi diatas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa akhlak merupakan kondisi atau sifat yang tertanam dalam jiwa
seseorang dan menjadi kepribadian, sehingga menimbulkan berbagai
perbutan-perbuatan yang spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa
memerlukan pemikiran. Apalagi dari kondisi tersebut menimbulkan
kelakuan terpuji, maka menurut syariat dan akal pikiran hal itu dinamakan
akhlak terpuji, sekalinya yang keluar kelakuan buruk maka hal itu
dinamakan akhlak tercela.
2. Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak
Untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan akhlak pada khususnya dan pendidikan pada umumnya, ada
31
tiga aliran yang sudah sangat popular. Pertama, aliran Nativisme. Kedua,
aliran Epirisme dan ketiga aliran konvergensi.30
Menurut aliran Netivisme bahwa faktor yang paling berpengaruh
terhadap pembentukan diri seseorang ialah faktor pembawaan dari dalam
yang bentuknya dapat berupa kecendrungan, bakat, akal dan lain-lain. Jika
seorang sudah memiliki pembawaan atau kecendrungan kepada yang baik,
maka dengan sendirinya orang tersebut menjadi baik. selanjutnya menurut
aliran empirisme bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap
pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkungan
social, termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika
pendidikan dan pembinaan yang diberikan kepada anak itu baik, maka
baiklah anak itu. Demikian jika sebaliknya,. Aliran ini tampak begitu
percaya kepada peranan yang dilakukan oleh dunia pendidikan dan
pengajaran.31
Sedangkan menurut aliran konvergensi berpendapat pembentukan
akhlak dipengaruhi oleh faktor internal yaitu pembawaan si anak dan
faktor dari luar yaitu pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus
atau melalui interaksi dalam lingkungan sosial. Fitrah dan kecendrungan
kearah yang baik yang ada di dalam diri manusia dibina secara intensif
melalui berbagai metode. 32
Aliran yang ketiga, yakni aliran konvergensi itu tampak sesuai
dengan ajaran agama islam. Hal ini dapat dipahami dari ayat dibawah ini:
30
H. Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011) cet. ke-1, h. 166. 31
Ibid. h. 167. 32
H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: BUmi Aksara, 1991), cet I, hlm. 113.
32
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur” (Qs. Al-Nahl, 16: 78)33
Rahmat Djatnika dalam bukunya sistematika Islam mengemukakan
ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang dalam berperilaku
yaitu faktor yang berasal dari dalam dirinya: (1) instink dan akalnya, (2)
adat, (3) kepercayaan, (4) keinginan-keinginan, (5) hawa nafsu, (6) hati
nurani. Sedangkan faktor-faktor yang berasal dari luar dirinya meliputi:
(1) keturunan, (2) lingkungan, (3) keluarga/rumah tangga, (4) sekolah, (5)
pergaulan, (6) penguasa atau pemimpin.34
Faktor-faktor diatas mengandung menjadi satu turut membentuk
dan mempengaruhi nilai-nilai akhlak yang dimiliki seseorang, mana yang
lebih kuat, lebih banyak member corak pada mentalnya.
Hal ini seperti yang dikatakan oleh JJ. Rosseu yang dikutip oleh
Mujahiddin dalam bukunya bahwa “faktor dari dalam diri manusia
termasuk pembinaan yang selalu membentuk akhlak bagi manusia,
sedangkan faktor dari luar termasuk lingkungan alam dan lingkungan
sosialnya adakalanya berpengaruh baik dan buruk. Ketika manusia lahir di
lingkungan yang baik maka pengaruhnya terhadap pemebentukan
33
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an danTerjemanya, Toha Putra, Semarang, 1989, h.
413. 34
Rahmat Djatmika, Sistem Etika Islam, (Jakarta: Punjimas, 1992) ce. ke-2, h. 27.
33
akhlaknya juga baik dan ketika ia lahir di lingkungan yang kurang baik
maka pengaruhnya akan menjadi tidak baik.35
3. Macam-Macam Akhlak
Pada pokoknya akhlak terbagi menjadi dua macam yaitu: akhlak
mahmudah dan akhlak madzmumah.
a. Akhlak Mahmudah
Yang dimaksund dengan akhlak mahmudah adalah akhlak yang
baik atau budi pekerti yang baik. menurut Hamza Ya‟qub akhlak
mahmudah adalah segala tingkah laku yang terpuji (yang baik) yang
bisa juga dinamakan “fadhillah” (kelebihan) atau keutamaan
(Munjiyat), yang artinya kemenangan atau kejayaan.36
Al-Gahzali berpendapat bahwa, akhlak mahmudah yaitu suatu
badan atau organism yang melekat pada diri seseorang manusia yang
dapat menimbulkan perubahan baik.37
Akhlak mahmudah (akhlak mulia) dalam macam sikap dan
tingkah laku yang baik (terpuji). Akhlak mahmudah amat banyak
jumlahnya, namun dilihat Dari segi hubungan manusia dengan Tuhan
dan manusia dengan manusia, akhlak mahmudah dibagi pada 4
bagian:38
35
Mujahidin, Konsep Dasar Pendidikan Akhlak, (Jakarta: Kalam Mulia, 2000), cet. Ke-1,
h. 22. 36
Hamzah Ya‟qub, Etika Islam, Pembinaan Akhlakul Karimah, (Bandung: CV
Diponegoro, 1985), cet, ke-2, h. 95. 37
M Said dan Imam Gahzali, Tentang Filsafat Akhlak, (Bandung: Al-Ma‟arif, 1987) h.
25. 38
Ibid., h. 149-152.
34
1) Akhlak terhadap Allah SWT, yaitu akhlak yang diartikan sebagai
sikap perubahan yang seluruhnya dilakukan oleh manusia sebagai
makhluk kepada Tuhan sebagai khalik.
2) Akhlak terhadap diri sendiri, yakni akhlak yang diartikan sebagi
wujud menghormati, menghargai, menyayangi dan menjaga diri
sendiri dengan sebaik-baiknya.
3) Akhlak terhadap sesama manusia, yaitu manusia adalah sebagai
makhluk social yang kelanjutan eksistensinya secara fungsional
dan optimal banyak tergantung pada orang lain. Maka perlunya
kerja sama, saling menolong dan saling menghargai satu sama
lainnya.
4) Akhlak terhadap lingkungan, yaitu akhlak terhadap lingkungan
berdasarkan pada al-Qur‟an, sesuai dengan tugas manusia di muka
bumi sebagi khalifah. Kekhalifahan menurut adanya interaksi
antara manusia dengan sesamanya dan manusia dengan
lingkungannya.
Akhlak atau sifat-sifat mahmudah diantaranya: al-amanah (setia
jujur, dapat dipercaya), as-sidqu (benar, jujur), al-adl (adil), al-afw
(pemaaf), al-alifah (disenangi), al-wafa (menepati janji) dan
sebagainya.
b. Akhlak Madzmumah
Sedangkan akhlak madzmumah (akhlak yang tercela) adalah segala
macam sikap dan tingkah laku yang tercela. Akhlak madzmumah ini
35
harus kita ketahui dan kita jauhi, jika ingin memperoleh kebahagiaan
dunia dan akhirat.
Di antara akhlak madzmumah itu adalah sebagai berikut:
1) Bebohong, adalah memberikan atau menyampaikan informasi yang
tidak sesuai, tidak cocok dengan sebenarnya. Bohong itu ada 3
macam yaitu: bohong dengan perbuatan, bohong dengan lisan dan
bohong dengan hati.
2) Takabbur (sombong), yatitu merasa atau mengaku diri besar, tinggi
mulia dan melebihi orang lain.
3) Hasad (dengki), yaitu rasa atau sikap tidak senang atas kenikmatan
yang diproleh orang lain dan berusaha untuk menghilangkan
kenikmatan itu dari orang tersebut.
4) Nakhil (kikir), adalah orang yang sangat hemat dengan apa yang
menjadi milikinya, tetapi hematnya demikian sangat dan sukar
baginya mengurangi sebagian dari apa yang dimilikinya itu untuk
diberikan kepada orang lain. Dan masih banyak lagi sifat-sifat
madzmumah yang harus kita ketahui dan hindari.
D. Anak Yatim
1. Pengertian Anak Yatim
Kata „yatim‟ berasal dari kata bahasa Arab. Yatim dalam bentuk
jamak „yatama‟ atau „aitam‟, berarti anak yang ditinggalkan mati
bapaknya sebelum ia balig (dewasa), baik dalam keadaan kaya atau
36
miskin, berjenis kelamin laki-laki atau perempuan, beragama Islam
maupun non-Muslim.39
Bagaimana dengan anak yang ditinggal mati ayah sekaligus ibunya?
Istilah yang sekarang kita kenal adalah dengan menyebutnya dengan anak
yatim piatu. Istilah ini hanya dikenal di Indonesia. Dibeberapa Negara lain
hanya dikenal dengan istilah anak yatim. Penambahan kata „piatu‟ ini
mungkin untuk menambah kesan penderitaan yang lebih dibandingkan
dengan jika anak tersebut dalam kondisi yatim saja.
Baik yatim, piatu atau yatim-piatu mengambarkan suatu kondisi yang
sangat menyedihkan. Seorang anak yang belum beranjak remaja, telah
ditinggal mati ayah sebagai tulang punggung keluarga; ibu yang
memberikan curahan perhatian dan perlindungan; atau malah keduanya.
Anak yatim adalah anak kecil yang telah ditinggal mati ayahnya, baik
sejak dalam kandungan maupun ketika ia telah lahir dan berada pada tahap
anak-anak. Jadi dalam diri anak yatim selalu melekat rasa ketergantungan
penuh dengan ayahnya dan ibunya. Jika anak tersebut telah beranjak
remaja (telah mengalami mimpi basah atau menstrubasi), maka predikat
yatim akan berakhir dengan sendirinya.40
2. Kondisi Psikis Anak Yatim
Mereka yang tidak beruntung secara ekonomi, akan dilimpahkan ke
keluarga yang mau memungutnya atau malah ke panti asuhan. Hal ini juga
tidak mudah dilalui oleh anak yatim. Dalam kondisi terguncang, hidupnya
39
Nurul Chomaria, Cara Kita Mencintai Anak Yatim, (Solo: Aqwam, 2014), cet. Ke-1, h.
13. 40
Ibid, 47.
37
harus berpindah dengan orang lain serta lingkungan yang tidak dikenal
sebelumnya. Perasaan lekat terhadap orang tua dan keluarga yang
seharusnya masih membutuhkan pemenuhan, harus terampas dan
terpenggal. Akhirnya, mereka merasa harus menghadapi segalanya sendiri
(tidak ada yang menolong) dan akhirnya memunculkan prasaan tidak
berbahaya. Perasaan ini akan tergeneralisir ke semua aspek stimulus yang
masuk terhadapnya. Alhasil mereka bertindak pasif dan memiliki daya
juang yang rendah.
Perilaku yang menimbulkan perasaan inferior anak yatim, yaitu:
a. Predikat „anak yatim‟
b. Tanpa memelas
c. Identik sebagai penerima bantuan
d. Terkadang/sering menerima barang „layak pakai‟
e. Penguatan yang selalu „diulang-ulang‟ (prosesi baris ketika menerima
bantuan dan pengucapan terima kasih bersama).
3. Hak-hak Anak Yatim
Kita bisa membayangkan anak kecil yang teramat sedih karena
kehilangan sang ayah yang memeberinya keceriaan. Kehilangan ayah
bukan berarti sang ayah telah meninggal, tapi juga termasuk ayah yang
tidak menghiraukan anak-anaknya. Begitu banyak anak-anak yang
„kehilanga‟ ayahnya. Bagaimana kesepiannya perasaan sang anak.
Bagaimana perasaan irinya terhadap teman-temannya begitu hangat
ayahnya mendampingi ayahnya tidak, seperti dirinya. Anak-anak yatim
38
yang dipelihara oleh salah satu keluarga, atau yang tinggal dipanti
mempunyai hak yang harus dipenuhi oleh kaum muslimin di sekitarnya.
Hak-hak anak yatim,yatiu:
a. Mendapatkan perlakuan yang baik
Memperlakukan anak yatim dengan baik diprintahkan langsung oleh
Allah dalam Surat Al-Baqarah: 83:
…”
“…
“Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah
kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang
miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia.” (Al-
Baqarah: 83)41
Memperlakukan anak yatim merupakan investasi akhirat bagi yang
memuliakannya. Anak menjadi yatim bukanlah suatu pilihannya.
Allah-lah yang menetapkan sebagian anak menjadi yatim sehingga
antar manusia bisa saling berkaca yang memunculkan sikap sabar bagi
yang mengalami dan sikap syukur bagi yang tidak mengalami. Kondisi
ini tidak bisa disalahkan apalagi „memaksa‟ anak-anak yatim
menanggung sendiri deritanya.
b. Pemenuhan Kebutuhan Pokok (Makan, Minum, Pakaian)
Sebagai orang muslim Allah memberikan petunjuk bagaimana
melakukan kebajikan. Beberapa ayat dibawah ini menyerukan kita
semua untuk memberikan harta kepada pihak-pihak yang berhak
menerimanya.
41
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an danTerjemanya, Toha Putra, Semarang, 1989, h. 23.
39
Diantaranya Allah berfirman dalam Surat Al-Baqarah 177:
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu
suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah
beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab,
nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan
pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan
zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji,
dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan
dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya);
dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.” (Al-Baqarah: 177).42
c. Memperbaiki atau menyediakan tempat tinggal
Tempat tinggal merupakan tempat untuk berteduh dari panasnya
matahari, dinginnya hujan, serta perlindungan terhadap harga diri, dan
harta keluarga si yatim. Anak-anak yatim setelah ditinggalkan salah
satu atau kedua orang tuanya, bisa saja mengalami kekurangan yang
teramat sangat sehingga mereka kurang mamapu memenuhi kebutuhan
pokok dan mempunyai tempat tinggal.
d. Memberikan pendidikan yang layak
42
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an danTerjemanya, Toha Putra, Semarang, 1989, h. 43.
40
Anak yatim wajib menerima pendidikan yang layak, dari kelas taman
kanak-kanak hingga sekolah menegah pertama. Seperti yang
digembor-gemborkan pemerintah maka, pendidikan dasar yang
berlangsung selama 9 - 10 tahun dalam (TK-SD-SMP), wajib
diupayakan. Jika mereke telah memasuki usia remaja/dewasa, sehingga
dalam satu petik hilang predikat yatimnya, maka orang muslim
disekitarnya bisa memberikan beasiswa pendidikan bagi kaum dhuafa
(kurang mampu). Hal ini dilakukan karena predikat yatim telah hilang,
namun mereka belum bisa bersikap mandiri secara ekonomi.
e. Terjaga harta peninggalannya
Bagaimana cara menjaga harta anak yatim ini? Ada beberapa tahap
penjagaan yang harus dilakukan wali sambil menunggu kepantasan
dan kemampuan anak tersebut mengelola harta peninggalan secara
mandiri. Ayat-ayat yang menyerukan penjagaan harta anak yatim ini,
yaitu Surat Al-Isra: 34
“Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan
cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah
janji; Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan
jawabnya.”(Al-Israa: 34)43
f. Mendapatkan warisan dari orang tua, warisan orang lain, ghanimah,
fa‟I Fa‟I dna ghanimah sama-sama harta peninggalan musuh, namun
fa‟I diproleh ketika msuh meninggalkan hartanya jadi tidak melalui
43
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an danTerjemanya, Toha Putra, Semarang, 1989, h.
429.
41
peperangan. Keduanya sama-sama diproleh dari musuh, meka
hasilnyapun akan dibagi-bagikan kepada yang berhak. Hal ini
dijelaskan dalam surat Al-Hasyr ayat 7, yang berbunyi:
“Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada
RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota
Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak
yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan,
supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di
antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah.
dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras
hukumannya.” (Al-Hasyr: 07)44
44
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an danTerjemanya, Toha Putra, Semarang, 1989, h.
916.
42
BAB III
GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN DAARUT TAUHIID
A. Sejarah Berdirinya1
Secara legal-formal Daarut Tauhiid berdiri sejak tahun 2004 dengan
tanah wakaf dari Bapak H. Yunus dengan luas Tanah 1 hektar kurang 2000
Meter. Pondok Pesantren selesai dibangun pada Tahun 2007 yang dimana
baru disediakan akomodasi bagi santri laki-laki yang kurang mampu (Asrama
santri dhuafa). Dalam hal ini dapat dipahami bahwa Yayasan Daarut Tauhiid
merupakan badan hukum pengelola Pesantren Daarut Tauhiid.
Sebagaimana Pesantren pada umumnya inti aktivitas pada Pesantren
Daarut Tauhiid meliputi bidang pendidikan, dakwah dan sosial. Namun
sebagai sebuah Pesantren, maka pada Pesantren Daarut Tauhiid terdapat
beberapa keunikan atau ke-khas-an dibandingkan Pesantren lain di anataranya
adalah tingginya intensitas dalam peduli lingkungan dan tingginya intensitas
ini dapat dirasakan baik sejak awal masa pendirian maupun sampai saat ini.
Setidaknya ada 2 faktor atau kondisi yang dapat digunakan untuk
menjelaskan keunikan di atas, yaitu semangat wirausaha dan prinsip
kemandirian. Semangat wirausaha merupakan sebuah keniscayaan yang
melekat pada diri KH. Abdullah Gymnastiar [Aa Gym] selaku pendiri dan
pemimpin sentral di Pesantren Daarut Tauhiid. Di sejumlah literasi kita dapat
menemukan cerita perjalanan hidup beliau yang diantaranya diliputi dengan
terjadinya proses tumbuh kembang jiwa wirausaha pada diri beliau. Jiwa
1 Wawancara pribadi dengan Ustadz Akmal Jumara, Wakil Kepala Sekolah Urusan
Mukim Pondok Pesantren Daarut Tauhid,Tangerang, 24 Maret 2015 Pukul 20.00 WIB.
43
itulah yang kemudian menjelma menjadi sebuah semangat wirausaha yang
mewarnai corak Pesantren Daarut Tauhiid Ciputat di bawah pimpinan beliau.
Di sisi lain, dapat kita pahami pula bahwa semangat kemandirian adalah
sebuah cita-cita dan idealisme para pendiri Pesantren Daarut Tauhiid agar
tumbuh kembang Pesantren Daarut Tauhiid dan keseluruhan aktivitasnya
didasarkan kepada kemampuan diri, bukan atas ketergantungan kepada
bantuan atau sokongan dari pihak lain. Sehingga diharapkan akan muncul
independensi dan keleluasan dalam berkreasi. Tentu pada idealisme tersebut
tidak dinafikan adanya peluang kemitraan dan kerjasama dengan sebanyak-
banyaknya pihak. Dalam hal ini maka semangat wirausaha dan semangat
kemandirian adalah sebuah paket yang saling menunjang satu sama lain.
Kemandirian dapat terwujud karena adanya aktivitas wirausaha.
Konsepsi dasar MQ meliputi 4 komponen, yaitu: Ma’ Rifatullah,
Manajemen Diri, Entrepreneurship, dan Leadership. Tata nilai MQ inilah
yang kemudian menjadi dasar dan filosofi bagi organisasi Pesantren Daarut
Tauhiid yang dikenal dengan rumusan statement "Menuju Generasi Ahli
Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar".
B. Visi dan Misi2
1. Visi
“Sekolah berbasis pendidikan berkarakter dan peduli lingkungan”
2. Misi
a. Membentuk lembaga pendidikan yang profesional, amanah, dan
bermutu.
2 Wawancara dengan Teh Hani, Bagian Tata Usaha di Pondok Pesantren Daarut
Taudhiid 09 Maret 2015 Pukul 09.00 WIB.
44
b. Menjadikan sekolah sebagai pusat belajar yang menyenangkan, pusat
aktifitas keislaman, dan pusat pengembangan karakter.
c. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak untuk meningkatkan mutu
pendidikan.
d. Membentuk warga sekolah yang bertauhiid dan beramal shaleh.
e. Membentuk warga sekolah berwawasan islam, nasional, dan
internasional.
f. Mengembangkan potensi kecerdasan warga sekolah untuk mencapai
prestasi terbaik.
g. Mengembangkan potensi warga sekolah berbekal keterampilan hidup
(life skill) dan keterampilan untuk hidup (vocational skill).
C. Tujuan3
1. Meningkatkan pengamalan nilai-nilai Manajemen Qolbu (MQ) pada
seluruh warga sekolah.
2. Meningkatkan nilai rata-rata UN secara berkelanjutan.
3. Meningkatkan kepedulian warga sekolah terhadap kesehatan, kebersihan,
dan keindahan lingkungan sekolah.
4. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana serta
pemanfaatannya yang mendukung peningkatan prestasi akademik dan non
akademik.
5. Meningkatkan jumlah peserta didik yang menguasai bahasa Inggris dan
Arab secara aktif.
3 Wawancara dengan Teh Hani, Bagian Tata Usaha di Pondok Pesantren Daarut
Taudhiid 09 Maret 2015 Pukul 09.00 WIB
45
6. Meningkatnya kualitas SDM guru dan karyawan, baik secara akademik
maupun sosial.
7. Terciptanya kemitraan dengan pemangku kebijakan dan lingkungan
sekitar.
8. Membentuk sinergitas unit usaha guru dengan siswa (entrepreneurship)
9. Terlaksananya TQM (Total Quality Management) di sekolah.
D. Kompetensi Lulusan4
1. Berkelakuan baik: agamis, berakhlak mulia
2. Berbuat sesuai dengan hak dan kewajiban warga negara, serta tidak
merugikan orang lain
3. Mampu berkomunikasi dalam lingkungan plural dan percaya diri
4. Bertindak atas perkembangan akal sehat, sistematis, kritis dan kreatif
5. Bisa bertanggung jawab dan disiplin diri
E. Fasilitas dan Sarana5
Berikut adalah sarana dan fasilitas yang dimiliki pondok pesantren
Daarut Tauhiid:
1. Kantor
2. Asrama
3. Perpustakaan
4. Masjid
5. Lapangan basket
6. Ruang guru dan tata usaha
4 Wawancara dengan Teh Hani, Bagian Tata Usaha di Pondok Pesantren Daarut
Taudhiid 09 Maret 2015 Pukul 09.00 WIB 5 Wawancara dengan Teh Hani, Bagian Tata Usaha di Pondok Pesantren Daarut
Taudhiid 09 Maret 2015 Pukul 09.00 WIB
46
7. Akses internet wifi
8. Asrama putra dan putri
9. Gedung sekolah putra dan putri
10. Kantin
F. Ekstarkulikuler6
1. Pramuka
2. Kewirausahaan
3. Public speaking
4. Multi media
5. Kajian kitab
6. Handicraft
7. Tataboga
8. Jurnalistik
9. Hadroh
10. Marawis
11. Music
12. Muhadoroh
13. Futsal
14. PMR
15. Silat
G. Prestasi santri tingkat SMA7
1. Juara 2 lomba cipta puisi pada kegiatan festifal lomba seni siswa (FLS2)
tingkat gugus O3 SMA Tangerang Selatan
6 Brosur Pesantren Daarut Tauhiid Adzia Islamic School Junior & Senior tahun ajaran
2015-2016 hal.4. 7 Ibid
47
2. Juara 3 lomba derama pada festifal lomba seni siswa di SMAN 03
Tangerang Selatan
3. Juara 3 lomba disen grafis festifal di SMAN 03 TAngerang Selatan
4. Juara 2 lomba musabaqah tilawatil qur’an tingkat SMAN 03 Tangerang
Selatan
5. Juara 2 lomba musabaqah tilawatil qur’an putrid SMAN 03 Tangerang
Selatan
6. Juara 3 lomba karya putra kegiatan festifal di SMAN Tangerang Selatan
7. Juara 1 lomba atletik putra di SMAN 03 TAngerang Selatan
8. Juara 3 lomba msuabaqah tilawatil qur’an kegiatan prestasi dalam iman
tingkat di poli teknik LP3I Ciputat Tangerang Selatan
9. Juara 1 olimpiade biologi tingkat SMA di Bintaro Tangerang Selatan
10. Juara 2 olimpiade kimia tingkat SMA di Bintaro Tangerang Selatan
11. Juara 3 lomba da’I kegitan festifal hadroh tingkat SMP seJakarta
Tangerang Selatan
12. Juara 2 lomba pidato tingkat SMA pada kegiatan festifal Jakarta tahun
2013
13. Juara 3 lomba foto grafi pada kegiatan ar-rahman expo di AQL Tebet
Jakarta Selatan
14. Juara 3 lomba musabaqah tilawatil qur’an pada kegiatan monzher islamci
festifal di SMA Negeri 2 Tangerang Selata
48
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN
A. Deskripsi Informan
Dalam bab ini sebelum penulis memaparkan tentang metode bimbingan
agama dalam membina akhlak anak yatim di Pondok Pesantren Daarut
Tauhiid Serua Indah, Ciputat Tangerang Selatan, terlebih dahulu penulis akan
mendeskripsikan informan dalam penelitian ini. Penulis membagi dua sumber
yang diteliti oleh penulis. Pertama, informan sebagai pengurus Pondok
Pesantren yang terdiri salah seorang coordinator pimpinan Pesantren, dua
orang sebagai pengurus dan sebagai kepala bimbingian.kedua, informan anak
yang terdiri dari tiga orang anak yatim yang menjadi anak asuh di Pondok
Pesantren Daarut Tauhiid Serua Indah, Ciputat Tangerang Selatan.
1. Informan Pengurus Pondok Pesantren Daarut Tauhiid
a. Pengurus 1 (Ustadz Akmal Jumara)1
Informan pertama adalah salah seorang wakil kepala Sekolah
Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Urusan Mukim. Beliau bernama
Akmal Jumara, lahir di Bandung 5 Mei 1976. Beliau adalah anak ke 5
dari pasangan Bapak Sudrajat dan Ibu Atikah. Pendidikan terakhirnya
SMU mahadad imarat 1997. Dan tinngal di Jl.Sukamulya V No 1 Kp.
Dukuh 3/8 kel. Serua Indah.
1Wawancara pribadi dengan Ustadz Akmal Jumara, Wakil Kepala Sekolah Urusan
Mukim Pondok Pesantren Daarut Tauhid,Tangerang, 24 Maret 2015 Pukul 20.00 WIB.
49
b. Pengurus 2 (Siti Rusmini)2
Informan kedua adalah salah seorang pengurus anak santri akhwat
di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid bidang pengasuhan. Beliau
bernama Siti Rusmini, lahir di Martapura 24 Oktober 1992. Beliau
adalah putri ke 4 dari 4 bersaudara.Lahir dari pasangan suami istri
yaitu Hamdie dan Marsudah. Pendidikan terakhirnya di Madrasah
Aliyah Daarul Ulum. Beliau menghabiskan masa kecilnya di Desa
Rantau Kemiting Basabay Kalimantan Selatan.
c. Pengurus 3 (Sai’in Kodir)3
Informan ketiga adalah salah seorang Pengurus Santri ikhwan di
Pondok Pesantren Daarut Tauhiid bidang pengasuhan. Beliau bernama
Sai’in Kodir, lahir di Palembang 12 Agustus 1992. Beliau adalah putra
ke 2 dari pasangan Bapak Zaenal Abidin dan Ibu Siti Aida. Pendidikan
terakhirnya di Sekolah Menengah Atas. Alamat tempat tinggalnya di
Serua Indah Ciputat Tangerang Banten.
2. Informan Anak Yatim di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid
a. Anak Yatim 1 (Fieki Julli)4
Nama lengkapnya adalah Fieki Julli Hanan bisa dipanggil Fieki.Ia
lahir di Jakarta 02 Januari 1998. Anak ke 4 dari 5 ini merupakan
pasangan dari (Alm) Maryadi dan Ibu Ambal Yuniwati. Sejak usia 15
tahun, ia sudah ditinggal mati oleh ayahnya. Sepeninggalan ayahnya ia
2 Wawancara pribadi dengan Siti Rusmini, Pengurus Pondok Pesantren Daarut Tauhid
urusan akhwat,Tangerang, 19 Maret 2015 Pukul 19.00 WIB. 3 Wawancara pribadi dengan Sai’in Kodir, Pengurus Pondok Pesantren Daarut Tauhid
urusan ikhwan,Tangerang, 24 Maret 2015, 19.02 WIB. 4 Wawancara pribadi dengan, Fieki Julli Hanan Santri Anak Yatim Pondok Pesantren
Daarut Tauhid,Tangerang, 19 Maret 2015 Pukul 19.30 WIB.
50
hanya hidup bersama ibu dan saudaranya di Jln. HM Sabar no. 83 Rt.
004 Rw. 01 Rambutan, Ciracas Jakarta Timur. Sebelum meninggal
ayahnya mengamanatkan sesuatu kepada kakaknya untuk melanjutkan
pendidikan fieki di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid.akhirnya setelah
lulus SD fieki melanjutkan pendidikan di pondok Pesantren Daarut
Tauhiid Ciputat. Setelah itu ia melanjutkan sekolah di jenjang SMA di
Pondok Pesantren Daarut Tauhiid dan bermukim di Pondok Pesantren
Daarut Tauhiid.
b. Anak yaitm 2 (Ali Nurdin)5
Nama lengkap adalah Ali Nurdin bisa di panggil Ali.Ia lahir
Jakarta 05 Agustus 1994. Anak ke 4 dari ke 7 saudara, sejak balita
sudah di tinggal mati oleh ayahnya. Speninggalan ayahnya ia hidup
bersama ibu dan saudaranya di Jln.Perumahan Cinangka Asri Depok.
Setelah ia lulus dari SD ia di masukkan ke salah satu tempat
pendidikan Pondok Pesantren Daarut Tauhiid agar kelak ia menjadi
anak yang sholeh yang bisa mendoakan orang tuannya,karena itu yang
bisa ia lakukan, karena itu adalah salah satu keinginan Ali sendiri dan
keinginan keluarganya, dan keluarganya pun sangat mendukung penuh
kepada Ali.
c. Anak Yatim 3 (Adang Muttaqin)6
Nama lengkapnya adalah Adang Muttaqin bisa di panggil Adang.Ia
lahir Tasikmalaya 11 oktober 1996. Anak ke 5 dari 7 sejak ia duduk di
5 Wawancara pribadi dengan, Ali Nurdin Santri Anak Yatim Pondok Pesantren Daarut
Tauhid,Tangerang, 19 Maret 2015 Pukul 20.00 WIB. 6 Wawancara pribadi dengan, Adang Muttaqin Santri Anak Yatim Pondok Pesantren
Daarut Tauhid,Tangerang, 19 Maret 2015 Pukul 20.30 WIB.
51
kelas 1 SMA ia di tinggal mati oleh Ayahnya. Sepeninggal Ayahnya ia
tinggal bersama ibu dan saudaranya di Jln. Jatiwangi Oslob
Tasikmalaya. Sebelum ayahnya meninggal ia sudah mengabdi di
Pondok Pesantren Daarut Tauhiid.karena Andang ini adalah salah satu
anak yang keinginan dan niatnya sangat besar dalam menggali ilmu,
walaupun kadang ia merasa sedih atas kepergian ayahnya tapi ia tetap
semangat dan berusaha sebaik mungkin agar ia kelak mejadi anak yang
sholeh dan berakhlak mulia.
B. Program Pelaksanaan Bimbingan Agama dalam Membina Akhlak Anak
Yatim Di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid
Sebagai lembaga pendidikan yang punya perhatian besar dalam usaha
pembinaan akhlak anak yatim, Maka untuk mewujudkakan visi dan misinya
Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Serua Sndah, Ciputat Tangerang Selatan.
Memerlukan pematangan konsep sebagai kunci keberhasilan.Pemantangan
konsep dilakukan dengan menetapkan kegiatan yang tepat untuk mencapai
cita-cita bersama yang tersusun dalam suatu program.
Program adalah suatu rancangan kegiatan yang dilakukan dengan sengaja
untuk mencapai suatu keberhasilan dalam perencanaan bimbingan dan
penyuluhan.Dengan demikian, program pembinaan akhlak diartikan sebagai
suatu kegiatan membangun yang dilakukan secara berdaya guna terhadap anak
yatim yang bertujuan agar mereka dapat menghayati dan mengamalkan ajaran
sebagai pola hidup kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi,
keluarga maupun kehidupan social masyarakat.
52
Dalam menjalankan perannya sebagai lembaga keagamaan yang peduli
terhadap anak yatim Pondok Pesantren Daarut Tauhiid berusaha menerapkan
program pembinaannya terhadap anak yatim melalui beberapa bidang yaitu:
pendidikan formal, pelatihan keterampilan dan bidang kerohanian.
1. Pendidikan formal
Pendidikan formal merupakan system pendidikan teratur yang
sudah ditentukan oleh suatu lembaga tertentu. Dalam hal ini, pendidikan
formal yang ada di Pondok Pesantren Daarutt Tauhid yang disebut
Azkiyah Islamic School adalah system madrasah dibawah naungan
Yayasan Daarut Tauhiid. Tujuan madrasah dalam naungan Yayasan
Daarut Tauhiid untuk memberikan pelajaran agama dan umum sacara
seimbang sehingga terwujud timbal balik yang baik dalam upaya
memanifestasikan IMTAQ dan IPTEQ. Sebagaimana yang tertera dalam
model kurikulum yaitu:
“Proses pembelajaran dirancang dengan mengintegrasikan
kompetensi dasar lulusan yang dirumuskan dalam kurikulum Nasional ke
dalam konteks kehidupan santri yang sesuai dengan perkembangan
sosiologis, antropologis serta psikologis santri”7
a. Sekolah Menengah Pertama
Pendidikan SMP yang diberlakukan kepada anak yatim di pondok
Pesantren Daarut Tauhiid dari kelas I – III SMP, dimulai pukul 06.45-
04.00.
7 Wawancara pribadi dengan Ustadz Akmal Jumara, Wakil Kepala Sekolah Urusan
Mukim Pondok Pesantren Daarut Tauhid,Tangerang, 24 Maret 2015 Pukul 20.00 WIB.
53
b. Sekolah Menengah Atas
Pendidikan SMA yang diberlakukan kepada anak yatim di Pondok
Pesantren Daarut Tauhiid dari kelas I – III SMA dimulai pukul 06.45-
04.00.
Dalam Pendidikan formal ini ditanamkan pendidikan mengenai
akhlak baik melalui pelajaran, disiplin ataupun uswatun hasanan dari
para pengajar. Sehingga para pelajar memiliki karakter yang baik dan
dapat mengimplementasikan akhlak terpuji. Contoh kecilnya yaitu
Membuang Sampah Pada Tempatnya.8
2. Bidang Pelatihan Keterampilan
Pelatihan keterampilan ditujukan sebagai bekal keahlian yang
diperlikan oleh para anak yatim agar mereka tidak berpangku tangan atau
menunggu belas kasihan para dermawan. Keterampilan ini berupa latihan-
latihan kursus-kursus kejuruan.salah satu bentuk keterampilan tersebut
diantaranya yaitu latihan berpidato (muhadharah), marawis, muhadatsah
(percakapan bahasa Arab) dan kursus computer. Seluruh kegitan itu
dilakukan setiap satu minggu sekali sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan pihak pendidik.
Pondok Pesantren Daarut Tauhiid melaksanakan muhadarah yang
dilakukan secara bersama antara anak santi putra dan santri putri setiap
hari minggu pada pukul 08.00 WIB. Hal ini dimaksudkan agar para anak
yatim tersebut mampu untuk megembangkan ilmu yang dimilikinya dan
dapat terjun menjadi ulama di masyarakat.
8 Wawancara pribadi dengan Sai’in Kodir, Pengurus Pondok Pesantren Daarut Tauhid
urusan ikhwan,Tangerang, 24 Maret 2015, 19.02 WIB.
54
Keterampilan seni marawis, pramuka, kewirausahaan, handycraf,
music, multi media, futsal, PMR, silat dan beberapa seni lainnya
memberikan kesempatan bagi anak yatim untuk mengembangkan potensi
dan bakat diri yang mereka miliki. Dengan kesenian yang mereka miliki
diharapkan anak yatim memiliki orientasi yang lebih luas di bidang
kesenian tidak hanya pendidikan formal dan bimbingan agama saja.
Pelatihan marawis ini dilakukan rutin pada hari minggu dengan waktu
yang tidak ditentukan.
Keterampilan bidang bahasa juga diberikan kepada anak yatim
dalam pendidikan mereka sebagai bekal masa depannya. Salah satu cara
yang dilakukan adalah dengan memberikan latihan muhadatsah atau
percakapan bahasa Arab dan percakapan bahasa Inggris.
Pelatihan keterampilan tersebut tentunya akan sangat bermanfaat
sebagai bekal masa depan bagi para anak yatim di Podok Pesantren Daarut
Tauhiid. Namun dalam hal ini, bakat dan kesungguhan anak yatim akan
menjadi pendukung keberhasilan mereka. Dengan semua bentuk kegiatan
di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid ini diharapkan jiwa keberagamaan
anak yatim akan terus tumbuh dan berkembang. Sehingga dengan
kemampuan yang dimilikinya mereka tidak akan miskin iman serta dapat
meneguhkan kepribadian Islam yang sudah ditanamkan sejak lama.
Peranan Pondok Pesantren Daarut Tauhiid sebagai lembaga
keagaamaan dan pendidikan dalam upayanya menghasilkan muslim yang
berkualitas terwujud dengan menggunakan bakat anak yatim melalui
pendidikan atau pelatihan. Karena dasarnya pelatihan dan pendidikan
55
merupakan upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia, terutama
dalam mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian manusia.
Dalam setiap bidang keterampilan diberikan pengajaran mengenai
lidership (kepemimpinan) yang dimana berhubungan dengan akhlak
seorang muslim. Sehingga dari program keterampilan ini dapat
menghasilkan anak-anak yang memiliki jiwa pemimpin dan berakhlakul
karimah. Contohnya: Pada keterampilan muhadorah para santri diajarkan
untuk berretorika dan baik serta mengeluarkan ucapan-ucapan yang
terpuji.
3. Bidang Kerohanian
Allah SWT menunjukan hikmah-Nya dengan cara menciptakan
manusia dnegan berbagai macam bentuk, keadaan dan tingkat keidupan.
Sehingga perlu adanya pemahaman pada diri hambanya agar tidak
terjerumus oleh keadaan yang menyesatkan. Oleh karena itu, untuk
menjaga diri sesuai degan fitrahnya perlu adanya upaya untuk menjaga,
membina dan mengembangkan diri dari mulai lahir hingga akhir
hayat.Dalam membina akhlak anak yatim, Pondok Pesantren berupaya
melakukan berbagai kegiatan dalam membina akhlak.
Untuk mewujudkan manifestasi dari upaya pembinaan akhlak
terhadap anak yatim tersebut, Pondok Pesantren Daarut Tauhiid berusaha
menerapkan berbagai bidang kerohanian (Bimbingan Agama), diantaranya
yaitu:
56
a. Pengajian kitab kuning
Pengajian kitab kuning merupakan pendidikan nonformal yang
diberikan kepada anak yatim di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid
sebagai bekal pemahaman keagamaan mereka. Pengajian kitab kuning
ini dilakukan dengan metode klasikal Pesantren yang dilakukan dalam
dua waktu yaitu setiap hari Selasa, ba’da magrib dan ba’da isya. Ba’da
magrib pukul 07.00 - 07.30 kemudian shalat Isya dan diteruskan
pengajian kitab kuning ba’da isya pukul 08.30-09.00.
Kitab yang digunakan focus mengenai akhlak yatim kitab Ta’lim
Muta’alim yang memberi kajian yaitu Ustad Edi selaku Pengurus
Pondok Pesantren Daarut Tauhiid.
Pengajian ini sangat berpengaruh untuk meningkatkan akhlakul
karimah santri di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid dikarenakan
pengajian ini membicarakan tata cara hidup dalam keseharian dengan
menggunakan akhlak yang baik.
b. Tahsin
Program ini diperuntukkan bagi anak yatim yang telah bisa
membaca Al Qur’an namun masih belum lancar atau belum menguasai
hukum-hukum tajwid. Mengingat bahwa membaca Al Quraan dengan
tajwid hukumnya adalah wajib, maka perlu adanya pembimbingan
dalam membaca Al Quraan.
Program tahsin ini sangat berpengaruh terhadap pembentukan
akhlak terpuji bagi anak yatim, dikarenakan setiap seseorang membaca
ayat Al-Qur’an yang dimana isinya mengenai kalimatullah, maka sama
57
saja dia memasukan sesuatu yang baik untuk membentengi dirinya
dalam melakukan dosa, sehingga ketika seorang anak yatim ingin
melakukan dosa atau kesalahan maka, anak itu akan teringat perintah
Allah yang pernah dia baca.
Program ini sekaligus menjadi program lanjutan dari pra tahsin.
Program ini memiliki tiga level :
1) level pertama : bertujuan untuk melancarkan bacaan. Dengan
materi utama latihan membaca Al Qur’an.
2) level kedua : bertujuan mengenalkan beberapa hokum tajwid
sambil berlatih melancarkan bacaan Al Qur’an. Hokum tajwid
yang dipelajari adalah hokum nun sukun dan tanwin serta hokum
mim sukun.
3) level ketiga : bertujuan mengenalkan hokum mad (bacaan panjang)
dan bacaan pembuka surat ( fawatihus suwar ).
4) Level keempat : bertujuan mengenalkan bacaan asing dalam Al
Qur’an ( ghoroibul qiroah )
5) Level kelima : bertujuan mengenalkan bentuk bacaan-bacaan tipis
dan tebal.
Tahsin ini dilakukan setiap hari, setiap ba’da Shalat 5 waktu yang
dilakukan setelah ceramah 7 menit setiap selesai shalat 5 waktu.
c. Tahfidz
Program ini diperuntukkan bagi yang sudah lancar dan menguasai
hukum-hukum bacaan Al-Quraan serta memiliki keinginan kuat untuk
menghafal Al Quraan.
58
Program tahfidz ini sangant berpengaruh terhadap pembentukan
akhlak terpuji bagi anak yatim, dikarenakan setiap seseorang membaca
ayat Al-Qur’an yang dimana isinya mengenai kalimatullah, maka sama
saja dia memasukan sesuatu yang baik untuk membentengi dirinya
dalam melakukan dosa, sehingga ketika seorang anak yatim ingin
melakukan dosa atau kesalahan maka, anak itu akan teringat perintah
Allah yang pernah dia baca dan dihafalkan.
Tahfidz ini dilakukan setiap hari, setiap ba’da Shalat 5 waktu yang
dilakukan setelah ceramah 7 menit setiap selesai shalat 5 waktu.
d. Shalat berjama’ah
Berdasarkan keutamaan serta manfaat yang terkandung dalam
shalat berjama’ah, maka para pengurus telah mewajibkan anak-anak
yatim yang ada di Pondok Pesantren untuk shalat wajib berjama’ah.
Bahkan pengurus telah membuat peraturan dan hukuman bagi yang
tidak melakukan shalat wajib kecuali yang sedang menstruasi.
Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kedisiplinan anak santri
dalam melakukan kewajibannya sebagai hamba Allah serta
menumbuhkan keimanan dan rasa persaudaraan.
Sahalat berjama’ah sangat berpengaruh terhadap pernanaman
akhlak anak yatim dikarenakan di dalam shalat bejama’ah seseorang
berinteraksi dengan sang khalik yang dimana dia mengingat dosa yang
telah diperbuat sehingga berusaha tidak melakukan dosa yang pernah
diperbuatnya setelah bertaubat ketika shalat.
59
e. Dzikir
Kegiatan dzikir dilakukan setiap malam Jum’at ba’da shalat magrib
di Masjid Daarut Tauhiid.
Program Dzikir ini sangant berpengaruh terhadap pembentukan
akhlak terpuji bagi anak yatim, dikarenakan setiap seseorang
mengingat Allah maka hati akan tenang, maka sama saja dia
memasukan sesuatu yang baik untuk membentengi dirinya dalam
melakukan dosa, sehingga ketika seorang anak yatim ingin melakukan
dosa atau kesalahan maka, anak itu akan teringat perintah Allah yang
setiap Dzikir dia sebut.
Sebagaimana firman Allah yang berbunyi:
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati
Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Al-Ra’du: 28)9
Dengan berbagai bentuk kegiatan tersebut, peneliti menyimpulkan
bahwa pondok pesantren telah telah menerapkan program pembinaan
akhlak terhadap anak yatim dengan mempertimbangkan tiga aspek yang
menjadi kebutuhan mereka, yaitu: aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik. Aspek kognitif yaitu Pondok Pesantren berupaya
memberikan dan mengembangkan kecerdasan anak yatim dengan IPTEQ.
Aspek afektif yaitu Pondok Pesantren berupaya menanamkan nilai-nilai
keagamaan kepada anak santri dalam pembinaan, keimanan dan akhlak
9 Departemen Agama RI, Al-Qur’an danTerjemanya, Toha Putra, Semarang, 1989, h. 373.
60
yang baik. Aspek Psikomotorik yaitu Pondok Pesnatren berupaya
mengembangkan bakat dan ketrampilan anak santri sehingga mereka
menjadi manusia yang berproduktif. Berdasarkan tiga asepk tersebut
diharapkan anak santi mendapatkan kualitas yang mempunyai akhlakul
karimah atau memiliki EQ dan IQ yang tinggi.
C. Metode Bimbingan Agama Dalam Membina Akhlak Anak Yatim di
Pondok Pesantren Daarut Tauhiid
Metode bimbingan Agama adalah usaha pemberian bantuan secara
berkesinampungan oleh pembimbing berdasarkan konsep al-Qur’an dan
Sunnah kepada anak yatim dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya
secara optimal agar kita mampu membina Akhlak sehingga dapat memperoleh
kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
Metode bimbingan Agama yang diterapkan di Pondok Pesantren yatim
menggunakan metode langsung (metode komunikasi langsung) dimana
pembimbing melakukan komunikasi langsung atau tatap muka dengan orang
yang dibimbingnya hal ini yaitu anak yatim, berikut beberapa metode
bimbingan Agama yang diterapkan pada Pondok Pesantren Daarut Tauhiid
dalam membina akhlak di antaranya yaitu:
1. Metode individual
Metode individual merupakan teknik pemberian bantuan yang
bersifat face to face relationsip hubungan empat mata yang dilakukan
pembimbing dengan anak yatim, masalah yang dihadapi bias bersifat
pribadi. Sehingga dalam proses bimbingan individual ini konselor dituntut
untuk bersifat bersimpati (menunjukan sikap turut merasakan apa yang
61
sedang dirasakan oleh anak yatim) dan empati (berusaha menmpatkan diri
dalam situasi anak yatim).
Dalam meneyelesaikan permasalahan yang dihadapi anak yatim,
para pembimbing menggunakan metode langsung (directive), dalam hal ini
melakukan apabila anak tersebut tidak mau mengungkapkan
permasalahannya sehingga seorang pembimbing berperan aktif dalam
bimbingan untuk menyelesaikan pearmasalahan yang ada.Selain itu
pembimbing juga menggunakan metode tidak langsung (non directive)
dalam hal ini yaitu anak yatim berperan aktif dalam pelaksanaan
bimbingan.Pendekatan yang dilakukan ketika anak terus merasa
membutuhkan bimbingan dalam masalah yang dihadapinya.
Berikut beberapa teknik yang dilakukan dalam metode individual
yang ada di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid di antaranya yaitu:
a. Wawancara
Wawancara yang dilakukan adalah wawancara antara pembimbing
bidang kesantrian Siti Rusmini dan anak yatim untuk menggali
informasi berkenaan dengan masalah anak santri tersebut. Wawancara
dilakukan dalam waktu yang tidak ditentukan artinya teknik ini
berlaku ketika seorang menemukan masalah pada anak yatim atau anak
yatim tersebut mengalami permasalahan dalam hidupnya. Dalam
wawancara ini akan dicari akar permasalahan yang terjadi pada anak
yatim. Bahkan wawancarapun dilakukan sejak awal keberadaan anak
yatim tersebut di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid. Hal ini dilakukan
agar pembimbing mengetahui sejak awal kemungkinan terjadi
62
gangguan kejiwaan pada anak yatim berdasarkan latar belakang
mereka. Jika anak asuh tersebut menimbulkan perilaku yang kurang
baik sehingga mengganggu kegiatan mereka di Pondok Pesantren
Daarut Tauhiid maka pembimbing akan memberikan penanganan
secara khusus, baik melalui nasihat atau melalui motivasi.
b. Observasi kegiatan
Obesrvasi kegiatan dilakukan sebagai salah satu usaha yang
menunjang kegiatan. Pembimbing melakukan percakapan individual
sekaligus mengamati pekerjaaan anak yatim di lingkungannya baik
diasrama maupun di sekolah.
Observasi kegiatan dilakukan oleh pembimbing secara terus
menerus. Pembimbing akan selalu memantau perkembangan setiap
kegiatan yang dilakukan anak yatim tersebut apabila dalam hasil
evaluasi terlihat penurunan dalam setiap hasil kegiatan yang diikuti
oleh anak yatim tersebut, maka pembimbing akan melakukan
penanganan secara khusus baik melalui teguran atau melalui hukuman.
2. Metode Kelompok
Metode kelompok merupakan komunikasi langsung antara
pembimbing dengan anak yatim dalam bentuk kelompok. Metode
kelompok ini dikoordinatori oleh ustadz. Akmal dan beberapa pendidik
lainnya yaitu seluruh stake holder di Pondok Peantren Daarut Tauhiid.
Metode kelompok ini dilakukan setiap hari Rabu, Pukul 05.00-06.00
dengan pembicara Ustadz Aagym. Pendekatan kelompok ini dilakukan
dengan beberapa teknik berikut ini, yaitu:
63
a. Metode ceramah
Metode ceramah merupakan suatu teknik pembinanan atau
bimbingan yang memberikan uraian atau penjelasan secara lisan yang
banyak diwarnai oleh karakteristik dan gaya bicara seorang da’i atau
pembimbing. Metode ceramah sama halnya dengan mauidzatul
hasanah atau nasehat yang baik. Dalam ceramah-ceramah yang selalu
diikuti kemudian dipahami menjadikan kita tau hal-hal apa yang
diperbolehkan dan yang dilarang agama dan ini merupakan satu cara
untuk bias menginropeksi diri. Pada metode ini tidak banyak anak
yatim yang aktif, mereka hanya mendengarkan penjelasan-penjelsan
materi yang sedang dijelaskan pembimbing. Adapun materi ceramah
ayau bimbingan yang sering disampaikan dalam bimbingan ini adalah
tentang keimanan, akhlak dan muamalah termasuk didalamnya
bimbingan orientasi sekolah, program study, bimbingan belajar,
bergaul dan bermasyarakat.
b. Tanya jawab
Untuk menghindari atau menghilangkan sikap pasif pada anak yatim
dalam metode kelompok dilakukan teknik dialog atau Tanya jawab.
Dialog atau Tanya jawab ini merupakan tindak lanjut dari teknik
ceramah. Teknik ini dilakukan setelah pembimbing memberikan
penjelasan terhadap materi yang disampaikan. Kemudian anak yatim
tersebut diberi kesempatan untuk bertanya menegenai materi yang
dibahas, yang mereka anggap kurang jelas dan sulit untuk dipahami.
Adapun sebaliknya pembimbing memberikan pertanyaan kepada anak
64
yatim tersebut seputar materi yang telah dijelaskan sebelumnya, lalu
diharapkan mereka dapat melakukan dengan tanpa rasa malu dengan
jawaban yang dilontarkan. Cara ini dapat menjadi rangsangan bagi
mental anak yatim untuk berani berbicara dan mengungkapkan
pendapat di depan umum.
D. Hambatan dan Solusi Dalam Pembinaan Anak Yatim Melalui Bimbingan
Agama di Pondok Pesnatren Daarut Tauhiid
1. Hambatan Dalam Pembinaan Anak Yatim Melalui Bimbingan Agama
di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid
Setiap kegiatan dalam mencapai tujuan pasti mengalami banyak
hambatan, begitu juga yang dialami oleh pondok pesantren Daarut
Tauhiid. Adapun hambatan yang dialami oleh Pondok Pesantren Daarut
Tauhiid, yakni:
a) Keadaan anak yatim yang datang dari berbagai latar belakang yang
berbeda terkadang membuat para pengurus mendapat kesulitan dalam
memahami prilaku anak yatim yang sulit diberi arahan pada awal
mereka tinggal di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid.
b) Kurangnya motivasi anak dalam mengikuti bimbingan Agama,
dikarenakan anak tidak berniat untuk bermukim di Pondok Pesantren
Daarut Tauhiid.
2. Solusi Dalam Pembinaan Anak Yatim Melalui Bimbingan Agama di
Pondok Pesantren Daarut Tauhiid
Dalam menghadapi hambatan yang terjadi, maka ada beberapa
solusi yang dapat dijadikan sebagai tindakan perbaikan, yaitu:
65
a) Memberikan bimbingan Agama dengan metode individual dengan
teknik wawancara untuk menggali informasi berkenaan dengan
permasalahan anak yatim tersebut. Hal ini dimaksudkan agar anak
yatim yang mengalami tekanan dalam kejiwaan dapat ditangani
sesegera mungkin oleh pembimbing sehingga masalah tersebut tidak
akan mempengaruhi kepribadian mereka.
b) Para pengajar harus konsisten dalam memberikan motivasi baik secara
verbal maupun non verbal dan persuasive kepada santri yang tidak
memiliki motivasi besar.
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan penelitian penulis tentang metode bimbingan
Agama dalam membina akhlak anak yatim di Pondok Pesantren Daarut
Tauhiid, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Program pelaksanaan bimbingan agama dalam membina akhlak anak di
Pondok Pesantren Daarut Tauhiid terhadap anak santrinya melalui
beberapa bidang diantaranya, yaitu: pendidikan formal, pelatihan
keterampilan dan bidang kerohanian. Bidang pendidikan formal yaitu
SMP dan SMA. Bidang pelatihan keterampilan diantaranya yaitu:
berpidato, marawis, muhadasah (percakapan bahasa inggris dan arab).
Sedangkan bidang kerohanian dilakukan dengan berbagai kegiatan berikut,
di antaranya pengajian kitab kuning, shalat berjama’ah, tahfidz, tahsin dan
dzikir.
2. Metode bimbingan Agama dalam membina akhlak anak yatim di Pondok
Pesantren Daarut Tauhiid dilakukan dengan metode individual melalui
beberapa teknik, di antaranya: wawancara dan observasi kegiatan.
Sedangkan metode kelompok yang dilakukan dengan beberapa teknik
yaitu ceramah dan dialog (Tanya jawab).
3. Hambatan dan Solusi Dalam Pembinaan Anak Yatim Melalui Bimbingan
Agama di Pondok Pesnatren Daarut Tauhiid
a. Keadaan anak yatim yang datang dari berbagai latar belakang ,
solusinya memberikan bimbingan Agama dengan metode individual
67
dengan teknik wawancara untuk menggali informasi berkenaan dengan
permasalahan anak yatim tersebut.
b. Kurangnya motivasi anak dalam mengikuti bimbingan Agama,
dikarenakan anak tidak berniat untuk bermukim di Pondok Pesantren
Daarut Tauhiid, solusinya Para pengajar harus konsisten dalam
memberikan motivasi baik secara verbal maupun non verbal dengan
cara persuasive kepada santri yang tidak memiliki motivasi besar.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan yang telah
dilakukan, maka peneliti memberikan saran agar Pondok Pesantren Daarut
Tauhid Serua Indah Ciputat Tangerang Selatan terus meningkatkan kegiatan
Bimbingan Agama secara rutin agar santri menjadi individu yang beradab,
berakhlak mulia, beriman, bertakwa dan mengaplikasikan semua syari’at
Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Agama RI. Departemen, Al-Qur’an dan Terjemanya, Toha Putra, Semarang,1989.
Al-Ghazali, Imam. Ihya Ulumiddin “JIwa Agama”, (Melayu: Pustaka Bajray,
1978) cet. Ke-2.
Al-Qardawi, Yusuf. Al-Ibadah Fi al-Islam, (Beirut : Muasasah Al-risalah, 1997),
Cet. Ke-6.
Arifin, M, bimbingandan counseling, UT, 1992.
Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta :
PT. Golden Terayon Press, 1998.
Hubungan Timbal Balik Agama Islam di Sekolah dan keluarga, Bulan
BIntang. Jakarta 1976.
Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: BUmi Aksara, 1991), cet I, hlm. 113.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, (Jakarta: PT.
BinaAksara, 1989), Cet. Ke-6.
Bahreisj, Salim. Riyadhus Shalihin, (Bandung : PT. Al-Ma’arif, 1987), Cet. Ke-
10.
Chomaria, Nurul. Cara Kita Mencintai Anak Yatim, (Solo: Aqwam, 2014), cet.
Ke-1.
Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam. Ensiklopedi Islam (Jakarta : Ichtiar Baru
Van horve, 1997), Cet. Ke-4.
Djatmika, Rahmat. Sistem Etika Islam, (Jakarta: Punjimas, 1992) ce. ke-2.
Faqih, Ainur Rahim. Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta : UII
Press, 2001)
Ibrahim, Anas. (Mesir: Daarul Ma;arif 1972) cet, Ke-2.
M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan Penyuluhan Islam. (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif HIdayatullah Jakarta, 2008)
Maleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 1984)
Mapiare, Andi. Pengantar Bimbingan dan konseling di sekolah, (Surabaya :
Usaha Nasional, 1984)
Mahfuzh, Jalaluddin. Psikologi Anak dan Remaja Muslim, (Jakarta:Pustaka Al-
Kaustar,2001)
Manzur, Ibn. Al-Ifrig Lisan Al-Arab, (Birut : Dar Sadir, 1994), Cet. Ke-2.
Mujahidin, Konsep Dasar Pendidikan Akhlak, (Jakarta: Kalam Mulia, 2000), cet.
Ke-1.
Marbun, Kamus Manajemen. (Jakarta: Pusat Sinar Harapan, 2005)
Musnawar, Thohari. Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam,
(Yogyakarta : UII Press, 1992)
Mustafa, A. Akhlak-Tasawuf, (Bandung: CV. PustakaSetia, 1997)
Nata, Abudin. Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011) cet. ke-1.
R, Tantawy. Kamus Bimbingan dan Konseling (Jakarta : PT. Pamator, 1997)
Rifai, Moh. Aqidah Akhlak, (Semarang : CV. Wicaksana, 1994), Cet. Ke-2.
Sartono. Bimbingan dan Penyuluhan Islam. (Bandung: CV Pustaka Setia, 1988)
Said, M dan Ghazali, Imam. Tentang Filsafat Akhlak, (Bandung: Al-Ma’arif,
1987)
Sukardi. Dewa Ketut, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan
Konseling di Sekolah, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000)
Tartono, Umar. Bimbingan dan Penyuluhan (Bandung : PT. Pustaka Setia, 1998)
Cet. Ke-1.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Blai Pustaka, 1988), Cet. Ke-1.
Ya’qub, Hamzah. Etika Islam, (Bandung : Diponegoro,1997)
DAFTAR WAWANCARA
Wawancara pribadi dengan Akmal Jumara,Wakil Kepala Sekolah Urusan Mukim
di Pondok Pesantren Daarut Tauhid,Tangerang, 24 Maret 2015
Wawancara pribadi denganSai’in Kodir, Pengurus Santri Ikhwan di Pondok
Pesantren Daarut Tauhid,Tangerang, 24 Maret 2015
Wawancara pribadi dengan Siti Rusmini, Pengurus Santri Akhwat di Pondok
Pesantren Daarut Tauhid,Tangerang, 19 Maret 2015
Wawancara pribadi dengan, Fieki Julli Hanan Santri Anak Yatim di Pondok
Pesantren Daarut Tauhid,Tangerang, 19 Maret 2015
Wawancara pribadi dengan, Ali Nurdin Santri Anak Yatim di Pondok Pesantren
Daarut Tauhid,Tangerang, 19 Maret 2015
Wawancara pribadi dengan, Adang Muttaqin Santri Anak Yatim di Pondok
Pesantren Daarut Tauhid,Tangerang, 19 Maret 2015
LAMPIRAN
HASIL
WAWANCARA
Nama : Fieki Julli Hanan
Tempat : Mesjid Pondok Pesantren Daarut Tauhiid
Waktu : 19.30 WIB
1. Sejak kapan saudara menjadi yatim?
Jawab: Saya menajdi yatim sejak umur saya 15 tahun
2. Apakah kamu merasakan diperlakukan berbeda dengan status kamu sebagai
yatim?
Jawab: Tidak, karena di sini tidak dibeda-bedakan anak yatim dengan anak
yang lainnya.
3. Manfaat apa yang saudara dapat selama saudara di pondok?
Jawab: Manfaatnya sangat banyak yang saya dapatkan di pondok pesantren,
disini tidak hanya mendapatkan ilmu dunia saja akan tetapi ilmu akhirat sangat
banyak saya pelajari.
4. Apa kesan kamu terhadap pondok pesantren daarut tauhiid?
Jawab: saya sangat sangat senang tinggal di pondok pesantren.
5. Apa saja yang saudara lakukan di pondok pesantren daarut tauhiid ini?
Jawab: semua kegiatan saya lakukan disini.
6. Apakah saudara merasa cemas jika berhadapan pada permasalahan yang
rumit?
Jawab: tidak, karena saya tahu bahwa setiap masalah itu pasti ada jalan
keluarnya.
7. Apakah saudara merasa ada perubahan setelah melakukan bimbingan agama?
Jawab: iya, saya merasakan sangat banyak perubahan dalam diri saya apalagi
ketika mendengar kajian dari Aagym itu merasa tentram dan damai hati saya.
8. Siapakah yang menaggung biaya selama mondok di tempat ini?
Jawab: karena disini tempatnya gratis jadi tidak ada biaya yang dikeluarkan.
9. Bagaimana perasaan saudara ketika hari raya?
Jawab: iya, merasa sedih karena kebersamaannya tidak lengkap.
10. Bagaimana faktor pendukung dan penghambat metode pelaksanaan bimbingan
agama di pondok pesantren?
Jawab: Alhamdulillah tidak ada penghambatan sama sekali
11. Bagaimana perasaan saudara, jika orang yang kita sayangi meninggalkan kita?
Jawab: Sedih, tapi ya harus ikhlas saya sebagai anak hanya bisa mengirimkan
doa
12. Bagaimana perasaan saudara tinggal di pondok pesantren?
Jawab: senang
13. Kapan saudara ditinggalkan ayah?
Jawab: sudah beberapa tahun yang tahun lalu
14. Berapa umur saudara ketika ayah saudara meninggal dunia?
Jawab: umur 15 tahun
15. siapa yang menjeguk saudara setelah ayah saudara meninggal?
Jawab: ibu tapi lebih sering kakak.
Serua, 19 Maret 2015
Yang mewawancarai Yang diwawancarai
Winda sari Fieki Julli Hanan
HASIL
WAWNCARA
Nama : Ali Nurdin
Tempat : Mesjid Daarut Tauhiid
Waktu : 20.00 WIB
1. Sejak kapan saudara menjadi yatim?
Jawab: sejak masih balita
2. Apakah kamu merasakan diperlakukan berbeda dengan status kamu sebagai
yatim?
Jawab: tidak, disini kita merasa sama semua tidak ada perbedaan
3. Manfaat apa yang saudara dapat selama saudara dipondok?
Jawab: manfaatnya sangat banyak yang saya dapatkan di pondok pesantren, di
sini adalah tempat pengabdian saya karena banyak ilmu dunia dan akhirat saya
yang saya terapkan disini.
4. Apa kesan kamu terhadap pondok pesantren daarut tauhiid?
Jawab: saya bangga bisa tinggal dipondok pesantren
5. Apa saja yang saudara lakukan di pondok pesantren daarut tauhiid ini?
Jawab: Alhamdulillah disetiap kegiatan selalu saya lakukan dan belum
melanggarnya.
6. Apakah saudara merasa cemas jika berhadapan pada permasalahan yang
rumit?
Jawab: tidak, ketika ada masalah saya tidak berlarut dengan masalah karena
saya yakin disetiap masalah pasti ada solusinya.
7. Apakah saudara merasa ada perubahan setelah melakukan bimbingan agama?
Jawab: iya saya merasakan sangat banyakperubahan dalam diri saya dan
merasa hidup saya itu lebih terarah lagi.
8. Siapakah yang menaggung biyaya selama sekolah di tempat ini?
Jawab: tidak ada, karena disini gratis tidak dipungutin biaya.
9. Bagaimana perasaan saudara ketika hari raya?
Jawab: iya saya merasa sedih tapi mau gimana lagi semua sudah kehendak
Allah.
10. Bagaimana faktor pendukung dan penghambat metode pelaksanaan bimbingan
agama di pondok pesantren?
Jawab: Alhamdulillah lancar tidak ada kendala ketika metode bimbingan
agama dilaksanakan, di sini juga di utamakan metode ketauhidan jadi benar-
benar itu hati merasa damai dan tentram.
11. Bagaimana perasaan saudara, jika orang yang kita sayangi meninggalkan kita?
Jawab: ya pastinya sedih apalagi saya sangat butuh kasih sayang seorang ayah
tapi ya mau gimana lagi tapi Alhamdulillah selama saya tinggal di pondok
pesantren ini saya merasa senang dan tentram karena disini benar-benar di
bina dengan lembut dan penuh kasih sayang.
12. Bagaimana perasaan saudara tinggal di pondok pesantren?
Jawab: Alhamdulillah sangat senang
13. Kapan saudara ditinggalkan ayah?
Jawab: semenjak saya masih kecil
14. Berapa umur saudara ketika ayah saudara meninggal dunia?
Jawab: lupa, tapi masih balita waktu itu
15. siapa yang menjeguk saudara setelah ayah saudara meninggal?
Jawab: kakak.
Serua, 19 Maret 2015
Yang mewawancarai Yang diwawancarai
Winda sari Ali Nurdin
HASIL
WAWANCARA
Nama : Adang Mutaqian
Tempat : Mesjid Daarut Tauhiid
Waktu : 20.30 WIB
1. Sejak kapan saudara menjadi yatim?
Jawab: sejak masih duduk di bangku kelas 1 SMA
2. Apakah kamu merasakan diperlakukan berbeda dengan status kamu sebagai
yatim?
Jawab: tidak, semua sama diperlakukan dengan teman yang lain tidak dibeda-
bedakan, kalau status memang iya berbeda-beda tapi kalau perlakuan sama.
3. Manfaat apa yang saudara dapat selama saudara dipondok?
Jawab: manfaatnya sangat banyak yang saya dapatkan di pondok pesantren, di
sini adalah tempat pengabdian saya yang sesungguhnya karena banyak ilmu
dunia dan akhirat yang saya pelajari disini.
4. Apa kesan saudara terhadap pondok pesantren daarut tauhiid?
Jawab: saya bangga dan senang bisa tinggal dipondok pesantren daarut tauhiid
ini
5. Apa saja yang saudara lakukan di pondok pesantren daarut tauhiid ini?
Jawab: Alhamdulillah disetiap kegiatan selalu saya lakukan dan belum
melanggarnya.
6. Apakah saudara merasa cemas jika berhadapan pada permasalahan yang
rumit?
Jawab: tidak, saya tidak merasa beban dan rumit ketika berhadapan dengan
masalah, saya hanya mencari jalan keluarnya, karena masalah itu pastinya ada
tapi bagaimana kita menghadapi masalah tersebut.
7. Apakah saudara merasa ada perubahan setelah melakukan bimbingan agama?
Jawab: iya saya merasakan sangat banyak perubahan dalam diri saya dan
merasa hidup saya itu lebih termotivasi dan yang pastinya lebih semangat lagi.
8. Siapakah yang menaggung biyaya selama sekolah di tempat ini?
Jawab: tidak ada, karena disini gratis tidak dipungutin biaya sedikit pun.
9. Bagaimana perasaan saudara ketika hari raya?
Jawab: iya saya merasa sedih tanpa sosok ayah, yang biasanya disetiap hari
raya semuanya ngumpul tapi setelah ayah sudah tiada saya merasa kehilangan
tapi mau gimana lagi semua sudah kehendak Allah.
10. Bagaimana faktor pendukung dan penghambat metode pelaksanaan bimbingan
agama di pondok pesantren?
Jawab: saya merasa tidak ada penghambatan dalam melaksanakan bimbingan
dan pembinaan yang ada dukungan penuh.
11. Bagaimana perasaan saudara, jika orang yang kita sayangi meninggalkan kita?
Jawab: ya pastinya sangat sedih apalagi saya sangat butuh kasih sayang
seorang ayah, karena ayah adalah penyemanagt saya sampai saya kepondok
pesantren beliau sangat mendukung, tapi ya kita yang ditinggalkan harus
ikhlas menerimanya karena Allah sudah mengambilnya terlebih dahulu saya
sebagai anak yang ditinggalkan hanya bisa mengirim doa kepada ayah saya,
semoga ayah saya diterima disis Allah.
12. Bagaimana perasaan saudara tinggal di pondok pesantren?
Jawab: Alhamdulillah sangat senang punya kebanggaan sendiri.
13. Kapan saudara ditinggalkan ayah?
Jawab: baru 2 tahun yang lalu
14. Berapa umur saudara ketika ayah saudara meninggal dunia?
Jawab: baru duduk kelas 1 SMA
15. siapa yang menjeguk saudara setelah ayah saudara meninggal?
Jawab: kakak
Serua, 19 Maret 2015
Yang mewawancarai Yang diwawancarai
Winda sari Adang Mutaqin
HASIL
WAWANCARA
Nama : Siti Rusmini (pengurus santri akhwat)
Tempat : Saung Pondok Pesantren Daarut Tauhid
Waktu : 19.00 WIB
1. Bagaimana latar belakang dan sejarah berdirinya pondok pesantren?
Jawab: ya kalau dipondok pesantrenkan di utamakan akhlak karena santri
sangat di butuhkan exstra-exstra fiqih kalau di pesantren itu sangat berbeda
dengan diluarsana, seperti contoh Nabi Muhammad beliau mencontohkan dari
hal yang kecil sampai dengan hal yang besar.
2. Apa visi dan misi pondok pesantren Daarut Tauhiid?
Visinya adalah “Sekolah berbasis pendidikan berkarakter dan peduli
lingkungan”
Misinya yaitu:
a. Membentuk lembaga pendidikan yang profesional, amanah, dan bermutu.
b. Menjadikan sekolah sebagai pusat belajar yang menyenangkan, pusat
aktifitas keislaman, dan pusat pengembangan karakter.
c. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak untuk meningkatkan mutu
pendidikan.
d. Membentuk warga sekolah yang bertauhiid dan beramal shaleh.
e. Membentuk warga sekolah berwawasan islam, nasional, dan internasional.
f. Mengembangkan potensi kecerdasan warga sekolah untuk mencapai
prestasi terbaik.
g. Mengembangkan potensi warga sekolah berbekal keterampilan hidup (life
skill) dan keterampilan untuk hidup (vocational skill).
3. Apa saja sarana dan prasarana di pondok pesantren Daruut Tauhiid?
Jawab: sarana dan fasilitas yang dimiliki pondok pesantren Daarut Tauhiid,
yatiu:
a. Kantor
b. Asrama
c. Perpustakaan
d. Masjid
e. Lapangan basket
f. Ruang guru dan tat usaha
g. Akses internet wifi
h. Asramaputradanputri
i. Gedungsekolahputradanputri
j. Kantin
4. Apa saja ekstra kulikuler yang ada di pondok pesantren Daarut Tauhiid?
Ektar kulikuler yang ada di pondok pesantren Daarut Tauhiid, yatiu:
a. Pramuka
b. Kewirausahaan
c. Public speaking
d. Multi media
e. Kajiankitab
f. Handicraft
g. Tataboga
h. Jurnalistik
i. Hadroh
j. Marawis
k. Music
l. Muhadoroh
m. Futsal
n. PMR
o. Silat
5. Berapa anak yatim yang menjadi santri di pondok pesantren Daarut Tauhiid?
Jawab: 40 orang
6. Bagaimana pelaksanaan program di pondok pesantren Daarut Tauhiid dalam
membina akhlak anak yatim?
Jawab:salah satunya kebersihan karena dengan kebersihan hati juga akan
bersih itu semua harus dengan pembinaan dan butuh bimbingan, aagym
pernah mengatakan berkhitmat kepada pondok pesantren dan berhambung
kepada Allah. Begitu juga dengan akhlak, Rasulullah saja memberikan
contoh akhlak yang baik dari hal yang kecil sampai dengan yang besar.begitu
juga dengan anak yatim dia harus dibina dan dibimbing agar ia mengenal
dengan akhlak yang baik dan akhlak yang buruk.
Serua, 19 Maret 2015
Yang mewawancarai Yang diwawancarai
Winda sari Siti Rusmini
HASIL
WAWANCARA
Nama : Sai’in Kodir (pengurus santri ikhwan)
Tempat : Saung Pondok Pesantren Daarut Tauhid
Waktu : 19.02 WIB
1. Apa tujuan bimbingan agama di pondok pesantren?
Jawab: berdakwah karena salah satu tujuannya ya itu agar Santri terarah
2. Apa saja program pembinaan akhlak anak yatim di pondok pesantren?
Jawab: pendidikan formal,bidang pelatihan ketearampilan, bidang kerohanian
3. Apa metode yang diterapkan di pondok pesantren?
4. Jawab: metode kelompok dan metode individual
5. Apa metode yang diterapkan dalam bimbingan agama?
Jawab: metode ceramah dan metode uswatun hasanah
6. Mengapa diadakan bimbingan agama di ponpes?
Jawab: karena sebagai umat Islam memiliki kewajiban untuk berdakwah
menyeru kebaikan
7. Berapa jumlah santri mukim di ponpes?
Jawab: 101
8. Berapa jumlah anak yatim dan berapa yang menjadi mukim?
Jawab: 40 0rang yang menjadi mukim 17 orang
9. Siapa yang memberikan bimbingan agama di ponpes?
Jawab: ustadz Edi
10. Kapan diadakannya bimbingan agama diponpes?
Jawab: setiap hari selasa ba’da magrib dan ba’da insya
11. Bagaimana pelaksanaan bimbingan agama di pondok pesantren?
Jawab: awal sholat magrib kemudian pembacaan asmaul husna dilanjutkan
dengan pengajian
12. Bagaimana perkembangan anak yatim setelah dilakukan bimbingan agama di
pondok pesantren?
Jawab: Alhamdulillah mayoritas adanya perubahan
Serua, 24 Maret 2015
Yang mewawancarai Yang diwawancarai
Winda sari Sai’in Kodir
HASIL
WAWANCARA
Nama : Akmal Jumara (wakil ketua kepala sekolah)
Tempat : Saung Pondok Pesantren Daarut Tauhid
Waktu : 20.00 WIB
1. Bagaimana latar belakang dan sejarah berdirinya pondok pesantren?
Jawab: sebuah ide dari alumni jamaah alumni. pondok pesantren didirikan
sejak tahun 2004 dengan tanah wakaf dari Bapak H.Yunus dengan luas tanah
1 hektar 2000 Meter
2. Apa yang menjadi filosofi pondok pesentren daarut tauhiid?
Jawab: satu sarjana satu keluarga
3. Apa saja sarana dan prasarana di pondok pesantren daarut tauhiid?
Jawab: kantor, asrama, perpustakaan,masjid, lapangan basket, ruang guru dan
tatausaha,asket internet wifi, asrama putra dan putri
4. Dari mana sumber dana yang diperoleh oleh pondok pesentren daarut tauhiid?
Jawab: dari ZISWAF zakat infak sedekah wakaf
5. Berapa anak yatim mukim dan PP yang menjadi santri di pondok pesentren
daarut tauhiid ?
jawab:301 orang
6. Bagaimana pelaksanaan program di pondok pesentren daarut tauhiid dalam
membina akhlak anak yatim?
Jawab?
7. Apa saja kendala yang dihadapi dalam melaksanaan bimbingan agama di
pondok pesentren daarut tauhiid?
Jawab: motivas santri
8. Apa saja materi yang disampaikan dalam bimbingan Agama?
Jawab: akidah, ibadah dan akhlak
9. Apakah ada kajian (Bimbingan Agama) mengenai akhlak, kalau ada kitab apa
dan bab berapa?
Jawab: Ada, kitab Ta’alim muta’alim
10. Bagaimana pembimbing memberikan contoh mengenai akhlak kepada para
santri? Apakah menggunakan kisah-kisah orang-orang terdahulu atau kisah
actual saat ini?
Jawab: ya salah satunya seperti sopan santun, disiplin dan menjaga
kebersihan, ada tapi tidak sering evan-evan tertentu aja
11. Apakah ada kaitannya tahsin dan tahfids terhadap akhlak?
Jawab: ada karena sangat penting sekali dan berpengaruh untuk meningkatkan
akhlakul karimah sanri di pondok pesantren daarut tauhiid
12. Apakah ada kaitannya program dzikir dan membaca surat al-Kahfi pada
malam Jum’at dengan Akhlak Santri?
Jawab: ada, karena sangat berpengaruh terhadap pembentukan akhlak, setiap
mereka mengingat allah maka hati akan menjadi tenang
13. Kapan dibina (melakukan Bimbingan Agama)?
Jawab: setiap ba’da sholat lima waktu
14. Tempatnya dimana?
Jawab: di mesjid
15. Metode seperti apa dalam membina akhlak?
a. Apakah ada metode pemutaran kisah nabi-nabi
b. Metode amal ma’ruf nahi mungkar
Jawab: kalau pemutar kisah ada tapi jarang dan kalau metode amal ma’f
nahi mungkar ya pastinya ada
16. yang memberikannya siapa?
Jawab: seluruh staf pondok pesantren daarut tauhiid
17. Teknik pembinaan akhlak seperti apa?
Jawab: dimulai dari sendiri
Serua, 24 Maret 2015
Yang mewawancarai Yang diwawancarai
Winda sari
Nomor : Istimewa Tangerang, 24 Maret 2015
Lampirann : -
Hal : Keterangan Izin Penelitian (Skripsi)
Kepada Yth:
Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DI
Tempat
Asssalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakatuh
Pihak Yayasan Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Serua Indah Ciputat,
Tangerang Selatan menerangkan Bahwa:
Nama : Winda Sari
Nomor Pokok : 1111052000010
Semester : VIII
Jurusan : Bimbingan dan Penyuluhan Islam
Telah mengizinkan mahasiswa tersebut untuk melakukan penelitian di
yayasan Pondok Pesantren Daarut Tauhiid dalam rangka penulisan skripsi
berjudul “Metode Bimbingan Agama Dalam Membina Akhlak Anak Yatim di
Pondok Pesantren Daarut Tauhid Serua Indah Ciputat Tangerang Banten”.
Demikianlah surat izin penelitian ini kami buat, agar dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya atas segala perhatian Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Pihak Yayasan Pondok Pesantren Daarut Tauhiid