metabolisme air.docx
DESCRIPTION
biokimiaTRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cairan tubuh adalah cairan suspensi sel di dalam tubuh makhluk
multiselular seperti manusia atau hewan yang memiliki fungsi fisiologis tertentu.
Cairan tubuh merupakan komponen penting bagi fluida ekstraselular, termasuk
plasma darah dan fluida transelular. Cairan tubuh dapat ditemukan pada spasi
jaringan (bahasa Inggris: tissue space, interstitial space). Rata-rata seseorang
memerlukan sekitar 11 liter cairan tubuh untuk nutrisi sel dan pembuangan residu
jaringan tubuh. Kelebihan cairan tubuh dikeluarkan melalui air seni. Kekurangan
cairan tubuh menyebabkan seseorang kehausan dan akhirnya dehidrasi.
Konsumsi cairan yang ideal untuk memenuhi kebutuhan harian bagi tubuh
manusia adalah 1 ml air untuk setiap 1 kkal konsumsi energi tubuh atau dapat
juga diketahui berdasarkan estimasi total jumlah air yang keluar dari dalam tubuh.
Secara rata-rata tubuh orang dewasa akan kehilangan 2.5 L cairan per harinya.
Sekitar 1.5 L cairan tubuh keluar melalui urin, 500 ml melalui keluarnya keringat,
400 ml keluar dalam bentuk uap air melalui proses respirasi (pernafasan) dan 100
ml keluar bersama dengan feces (tinja). Sehingga berdasarkan estimasi ini,
konsumsi antara 8-10 gelas (1gelas = 240 ml) biasanya dijadikan sebagai
pedoman dalam pemenuhan kebutuhan cairan 1 gelas per harinya.
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Dapat Mengetahui Peran Cairan yang ada didalam Tubuh.
2. Dapat Mengetahui Fisiologi Keseimbangan Air dengan Elektrolit.
3. Dapat Mengetahui Distribusi Cairan di Tubuh.
1
1.3 Manfaat
Memberikan informasi kepada pembaca tentang :
1. Peran Cairan yang ada didalam Tubuh.
2. Dapat Mengetahui Fisiologi Keseimbangan Air dengan Elektrolit.
3. Dapat Mengetahui Distribusi Cairan di Tubuh.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Cairan Tubuh
Dalam proses metabolisme yang terjadi di dalam tubuh, air mempunyai 2
fungsi utama yaitu sebagai pembawa zat-zat nutrisi seperti karbohidrat, vitamin
dan mineral serta juga akan berfungsi sebagai pembawa oksigen (O2) ke dalam
sel-sel tubuh. Selain itu, air di dalam tubuh juga akan berfungsi untuk
mengeluarkan produk samping hasil metabolisme seperti karbon dioksida (CO2)
dan juga senyawa nitrat. Selain berperan dalam proses metabolisme, air yang
terdapat di dalam tubuh juga akan memiliki berbagai fungsi penting antara lain
sebagai pelembab jaringan-jaringan tubuh seperti mata, mulut, dan hidung,
pelumas dalam cairan sendi tubuh, katalisator reaksi biologik sel, pelindung organ
dan jaringan tubuh serta juga akan membantu dalam menjaga tekanan darah dan
konsentrasi zat terlarut. Selain itu agar fungsi-fungsi tubuh dapat berjalan dengan
normal, air di dalam tubuh juga akan berfungsi sebagai pengatur panas untuk
menjaga agar suhu tubuh tetap berada pada kondisi ideal yaitu ± 37°C (Irawan,
2007). Semua cairan tubuh adalah air (larutan pelarut), substansi terlarut (zat
terlarut).
2.1.1 Air
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O: satu molekul air
tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom
oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi
standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273.15 K (0°C). Zat
kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan
untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam,
beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik (Anonim, 2010). Air
(H20) merupakan komponen utama yang paling banyak terdapat di dalam tubuh
manusia. Sekitar 60% dari total berat badan orang dewasa terdiri dari air.
3
Air merupakan bagian terbesar pada tubuh manusia, persentasenya dapat
berubah tergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas seseorang. Pada
bayi usia < 1 tahun cairan tubuh adalah sekitar 80-85% berat badan dan pada bayi
usia > 1 tahun mengandung air sebanyak 70-75 %. Seiring dengan pertumbuhan
seseorang persentase jumlah cairan terhadap berat badan berangsur-angsur turun
yaitu pada laki-laki dewasa 50-60% berat badasedangkan pada wanita dewasa
50% berat badan.
Namun bergantung kepada kandungan lemak dan otot yang terdapat di
dalam tubuh, nilai persentase ini dapat bervariasi antara 50-70% dari total berat
badan orang dewasa. Oleh karena itu maka tubuh yang terlatih dan terbiasa
berolahraga seperti tubuh seorang atlet biasanya akan mengandung lebih banyak
air jika dibandingkan tubuh non atlet. 1
Faktor-faktor yang mempengaruhi air dalam tubuh :
a. Sel-sel lemak: Mengandung sedikit air, sehingga air tubuh menurun dengan
peningkatan lemak tubuh.
b. Usia: Sesuai aturan, cairan tubuh menurun dengan peningkatan usia.
c. Jenis kelamin: Wanita mempunyai air tubuh yang kurang secara proposional,
karena lebih banyak mengandung lemak tubuh.
Tabel 2.1 Perubahan pada air dalam tubuh sesuai usia
4
Untuk mempertahankan status hidrasi, setiap orang dalam sehari rata-rata
memerlukan 2.5 L air. Jumlah tersebut setara dengan cairan yang dikeluarkan
tubuh baik berupa keringat, uap air, maupun cairan yang keluar bersama tinja
(Irianto, 2007). Pemasukan air dalam tubuh terdiri dari air minum dan air yang
terkandung dalam makanan. Air metabolisme diproduksi oleh proses oksidasi
dari karbohidrat, protein, dan lemak. (Eastwood, 2003 ; Unit Pendidikan
Kedokteran-Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007). Menurut
Eastwood (2003) 1 gram karbohidrat, protein, dan lemak masing-masing
memproduksi 0.60 gram, 0.41 gram, dan 1.07 gram air. Air yang diminum atau
air dalam makanan diserap di usus, masuk ke pembuluh darah, beredar ke seluruh
tubuh. Di kapiler air difiltrasi ke ruang interstisium, selanjutnya masuk ke dalam
sel secara difusi, dan sebaliknya, dari dalam sel keluar kembali. Dari darah
difiltrasi di ginjal dan sebagian kecil dibuang sebagai urin, ke saluran cerna
dikeluarkan sebagai liur pencernaan (umumnya diserap kembali), ke kulit dan
saluran nafas keluar sebagai keringat dan uap air (Unit Pendidikan Kedokteran-
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007). Keringat dihasilkan
kelenjar keringat yang tersebar di sebagian besar kulit. Bila suhu tubuh
meningkat, secara refleks terjadi sekresi keringat. Komposisi air keringat mirip
dengan cairan ekstraseluler tetapi kadar garamnya lebih rendah (hipotonis).
Keringat lebih berperan sebagai pengatur suhu tubuh, bukan sebagai pengatur
cairan tubuh.
5
Tabel 2.2 Jumlah pengeluaran cairan tubuh (mL)
6
Kebutuhan air sangat dipengaruhi aktivitas fisik, suhu lingkungan serta
suhu tubuh (Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan FKUI, 2007; Eastwood, 2003). Bila udara panas, keringat lebih
banyak dihasilkan. Saat berolahraga atau kerja berat, dimana suhu tubuh
meningkat, dihasilkan pula keringat yang lebih banyak. Air berasal dari minuman,
makanan dan hasil metabolisme (karbohidrat, protein dan lemak) (Unit
Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007).
Namun menurut Eastwood (2003) selain dipengaruhi oleh suhu udara, kebutuhan
air dapat pula dipengaruhi oleh aktivitas, diet, dan kesehatan.
2.1.2 Elektrolit
Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut (zat
terlarut) yaitu elekt rolit dan non elektrolit. Elektrolit adalah substansi yang
menghantarkan arus listrik. Elektrolit berdisosiasi menjadi ion positif dan negatif
dan diukur dengan kapasitasannya untuk saling berikatan satu sama lain.
Elektrolit terdiri dari kation dan anion (Horne, 2001).
Elektrolit adalah molekul anorganik terlarut yang berperan sebagai ion
dalam konduksi aliran listrik.1 Merupakan zat yang terdisosiasi dalam cairan dan
menghantarkan arus listrik. Elektrolit dibedakan menjadi ion positif (kation) dan
ion negatif (anion). Jumlah kation dan anion dalam larutan adalah selalu sama
(diukur dalam miliekuivalen).2
1. Kation
Kation utama dalam cairan ekstraselular adalah sodium (Na)+, sedangkan
kation utama dalam cairan intraselular adalah potassium (K)+. Suatu system
pompa terdapat di dinding sel tubuh yang memompa keluar sodium dan potassium
ini.
2. Anion
Anion utama dalam cairan ekstraselular adalah klorida (Cl)- dan
bikarbonat (HCO3)-, sedangkan anion utama dalam cairan intraselular adalah
ion fosfat (PO4)3-. Karena kandungan elektrolit dalam plasma dan cairan
7
interstitial pada intinya sama maka nilai elektrolit plasma mencerminkan
komposisi dari cairan ekstraseluler tetapi tidak mencerminkan komposisi
cairan intraseluler.2
a. Natrium
Natrium sebagai kation utama didalam cairan ekstraseluler dan paling
berperan di dalam mengatur keseimbangan cairan. Kadar natrium plasma:
135-145mEq/liter. Kadar natrium dalam plasma diatur lewat beberapa
mekanisme:
- Left atrial stretch reseptor
- Central baroreseptor
- Renal afferent baroreseptor
- Aldosterone (reabsorpsi di ginjal)
- Atrial natriuretic factor
- Sistem renin angiotensin
- Sekresi ADH
- Perubahan yang terjadi pada air tubuh total (TBW=Total Body Water)
Kadar natrium dalam tubuh 58,5mEq/kgBB dimana + 70% atau
40,5mEq/kgBB dapat berubah-ubah. Ekresi natrium dalam urine
100-180mEq/liter, faeces 35mEq/liter dan keringat 58mEq/liter. Kebutuhan setiap
hari = 100mEq (6-15 gram NaCl).3
Natrium dapat bergerak cepat antara ruang intravaskuler dan interstitial
maupun ke dalam dan keluar sel. Apabila tubuh banyak mengeluarkan natrium
(muntah,diare) sedangkan pemasukkan terbatas maka akan terjadi keadaan
dehidrasi disertai kekurangan natrium. Kekurangan air dan natrium dalam plasma
akan diganti dengan air dan natrium dari cairan interstitial. Apabila kehilangan
cairan terus berlangsung, air akan ditarik dari dalam sel dan apabila volume
plasma tetap tidak dapat dipertahankan terjadilah kegagalan sirkulasi.
b. Kalium
Kalium merupakan kation utama (99%) di dalam cairan ekstraseluler
berperan penting di dalam terapi gangguan keseimbangan air dan elektrolit.
8
Jumlah kalium dalam tubuh sekitar 53 mEq/kgBB dimana 99% dapat berubah-
ubah sedangkan yang tidak dapat berpindah adalah kalium yang terikat dengan
protein didalam sel.5
Kadar kalium plasma 3,5-5,0 mEq/liter, kebutuhan setiap hari 1-3
mEq/kgBB. Keseimbangan kalium sangat berhubungan dengan konsentrasi H+
ekstraseluler. Ekskresi kalium lewat urine 60-90 mEq/liter, faeces 72 mEq/liter
dan keringat 10 mEq/liter.
c. Kalsium
Kalsium dapat dalam makanan dan minuman, terutama susu, 80-90%
dikeluarkan lewat faeces dan sekitar 20% lewat urine. Jumlah pengeluaran ini
tergantung pada intake, besarnya tulang, keadaan endokrin. Metabolisme kalsium
sangat dipengaruhi oleh kelenjar-kelenjar paratiroid, tiroid, testis, ovarium, da
hipofisis. Sebagian besar (99%) ditemukan didalam gigi dan + 1% dalam cairan
ekstraseluler dan tidak terdapat dalam sel. 3
d. Magnesium
Magnesium ditemukan di semua jenis makanan. Kebutuhan untuk
pertumbuhan +10 mg/hari. Dikeluarkan lewat urine dan faeces.
e. Karbonat
Asam karbonat dan karbohidrat terdapat dalam tubuh sebagai salah satu
hasil akhir daripada metabolisme. Kadar bikarbonat dikontrol oleh ginjal. Sedikit
sekalibikarbonat yang akan dikeluarkan urine. Asam bikarbonat dikontrol oleh
paru-paru dan sangat penting peranannya dalam keseimbangan asam basa.3
Non elektrolit merupakan zat seperti glukosa dan urea yang tidak
terdisosiasi dalam cairan. Zat lainya termasuk penting adalah kreatinin dan
bilirubin.2
9
Gambar 2.1 Susunan Cairan Ekstraseluler dan Intraseluler
2.2 Fisiologi Keseimbangan Air dan Elektrolit
Air adalah senyawa esensial untuk semua makhluk hidup dan mempunyai
beberapa karakteristik fisiologik:
- Media utama pada reaksi intrasel
- Diperlukan oleh sel untuk mempertahankan kehidupan. Hampir semua reaksi
biokimia tubuh terjadi dalam media air, sehingga dapat dikatakan bahwa air
merupakan pelarut untuk kehidupan.
- Pelarut terbaik untuk solut polar dan ionik.
- Media transpor pada sistem sirkulasi, ruang di sekitar sel (ruang intravaskuler,
interstisium), dan intra sel.
- Mempunyai panas jenis, panas penguapan, dan daya hantar panas yang tinggi
sehingga berperan penting dalam pengaturan suhu tubuh.1
Total body water (air tubuh total) dapat ditentukan melalui beberapa
perhitungan yang menerapkan teknik dilusi dengan menggunakan berbagai zat
seperti duterium, tritium, dan antipirin. Penentuan jumlah cairan ekstrasel
biasanya diukur secara langsung akan tetapi lebih sulit dibandingkan pengukuran
air tubuh total. Hal ini disebabkan bahan yang digunakan dalam proses dilusi
harus hanya terdapat pada cairan ekstrasel dan tersebar pada seluruh
10
kompartemen ekstrasel.Beberapa cara mengukur kompatemen cairan tubuh,
yaitu:1
a. Pengukuran cairan kompartemen tubuh berdasarkan konsentrasi suatu zat di
dalam kompartemen:
b. Dalam melakukan pengukuran jumlah air di kompartemen, perlu dilakukan
perhitungan (koreksi) zat zat yang dieskresikan dalam kurun waktu yang
dibutuhkan oleh zat tersebut sejak disuntikkan dan terdistribusi ke dalam
kompatemen.
c. Untuk mengukur volume cairan kompartemen, diperhitungkan zat tertentu yang
terdistribusi dengan sendirinya di dalam kompartemen. Sementara pengukuran
volume kompartemen yang tidak mengandung zat tertentu, dilakukan dengan
melakukan pengurangan.1
- Untuk mengukur jumlah total air tubuh (total body water, TBW) dibubuhkan zat
deuterium atau disebut deuterated water (D2O), tritium atau disebut tritiated water
(THO), dan antipirin.
- Volume ekstraseluler (extracellular fluid volume, ECFV) diukur dengan
melakukan pemberian label dengan inulin, sukrosa, mannitol dan sulfat.
- Volume plasma (plasma volume, PV) diukur dengan melakukan pemberian label
radioaktif, yaitu radiolabeled albumin atau zat warna biru Evans (Evans blue dye
yang berikatan dengan albumin).
- Volume intraselular (intracellular fluid volume, ICFV) diukur dengan
melakukan substraksi :
11
- Volume cairan interstisium (interstitial fluid volume, ISFV) diukur dengan melakukan
substraksi :
Jumlah cairan tubuh total kurang lebih 55-60% dari berat badan dan persentase ini
berhubungan dengan jumlah lemak dalam tubuh, jenis kelamin dan umur. Pengaruh
terbesar berhubungan dengan jumlah lemak tubuh. Kandiungna air di dalam sel lemak
lebih rendah dibandingkan kandungan air dalam sel otot, sehingga cairan tubuh total pada
orang yang gemuk lebih rendah dari mereka yang tidak gemuk. Pada bayi dan anak,
persentase cairan tubuh total lbih besar dibanding dengan orang dewasa dan akan
menurun sesuai dengan pertambahan usia. Pada bayi prematur jumlah cairan tubuh total
sebesar 70-75% dari berat badan, sedangkan pada bayi normal dan pada orang dewasa
sebesar 55-60% dari berat badan. Kadar lemak pada wanita umumnyalebih bayak
dibadning dengan pria, sedangkan kadar air pada pria lebih besar dari pada wanita. Makin
tua seseorang, biasanya jumlah lemaknya meningkat sedngkan jumlah airnya makin
berkurang. 1
Bila diperkirakan sekitar 55% berat tubuh merupakan air, maka perhitungan
cairan tubuh total menggunakan rumus :
Perhitungan ini hanya berlaku untuk individu dalam keadaan keseimbagnan air
tubuh normal. Untuk orang dewasa obesitas hasil penghitungan rumus ini dikurangi 10%,
sedangkan untuk orang kurus ditambahkan 10%. Pada keadan dehidrasi berat, air tubuh
total berkurang sekitar 10% maka pada keadaan dehidrasi berat air tubuh total dihitung
dengan menggunakan rumus:
Perhitungan di atas tidak dapat digunakan pada keadaan edema karena kemungkinan
kesalahan sangat besar.
12
2.3. Distribusi Cairan Tubuh
Seluruh cairan tubuh didistribusikan ke dalam kompartemen intraselular dan
kompartemen ekstraselular. Lebih jauh kompartemen ekstraselular dibagi menjadi cairan
intravaskular dan intersisial.
a. Cairan intraselular
Cairan yang terkandung di antara sel disebut cairan intraselular. Pada
orang dewasa, sekitar duapertiga dari cairan dalam tubuhnya terdapat di
intraselular (sekitar 27 liter rata-rata untuk dewasa laki-laki dengan berat badan
sekitar 70 kilogram), sebaliknya pada bayi hanya setengah dari berat badannya
merupakan cairan intraselular.4
Cairan intraseluler dipisahkan dari cairan ekstraseluler melalui membran
sel. Air, elektrolit, komponen nutrisi dan produk sisa harus melewati membran
untuk mempertahankan fungsi sel. 10
Tiap kompartemen mempunyai elektrolit utama yaitu kation natrium dan
anion klorida dan bikarbonat pada cairan ekstraseluler sedangkan pada cairan
intraseluler terdiri dari kation utama kalium dan anion fosfat.
13
b. Cairan ekstraselular
Gambar 2.2Distribusi Cairan Intraseluler
Cairan yang berada di luar sel disebut cairan ekstraselular. Jumlah relatif
cairan ekstraselular berkurang seiring dengan usia. Pada bayi baru lahir, sekitar
setengah dari cairan tubuh terdapat di cairan ekstraselular. Setelah usia 1 tahun,
jumlah cairan ekstraselular menurun sampai sekitar sepertiga dari volume total.
Ini sebanding dengan sekitar 15 liter pada dewasa muda dengan berat rata-rata 70
kg. Cairan ekstraselular dibagi menjadi 3 :
Cairan Interstitial
Cairan yang mengelilingi sel termasuk dalam cairan interstitial, sekitar
11- 12 liter pada orang dewasa. Cairan limfe termasuk dalam volume
interstitial. Relatif terhadap ukuran tubuh, volume ISF adalah sekitar 2
kali lipat pada bayi baru lahir dibandingkan orang dewasa.4
14
Cairan Intravaskular
Merupakan cairan yang terkandung dalam pembuluh darah (contohnya
volume plasma). Rata-rata volume darah orang dewasa sekitar 5-6L
dimana 3 liternya merupakan plasma, sisanya terdiri dari sel darah
merah, sel darah putih dan platelet.4
Cairan transeluler
Merupakan cairan yang terkandung diantara rongga tubuh tertentu
seperti serebrospinal, perikardial, pleura, sendi sinovial, intraokular
dan sekresi saluran pencernaan. Pada keadaan sewaktu, volume cairan
transeluler adalah sekitar 1 liter, tetapi cairan dalam jumlah banyak
dapat masuk dan keluar dari ruang transeluler.4
Perubahan jumlah dan komposisi cairan tubuh, yang dapat terjadi pada
perdarahan, luka bakar, dehidrasi, muntah, diare, dan puasa preoperatif maupun
perioperatif, dapat menyebabkan gangguan fisiologis yang berat. Jika gangguan
tersebut tidak dikoreksi secara adekuat sebelum tindakan anestesi dan bedah,
maka resiko penderita menjadi lebih besar.2
Cairan ekstrasel berperan sebagai :
- Pengantar semua keperluan sel (nutrien, oksigen, berbagai ion, trace mierals,
dan regulator hormon/molekul).
- Pengangkut CO2 sisa metabolisme, bahan toksik atau bahan yang telah
mengalami detoksifikasi dari sekitar lingkungan sel.1
Pergerakan cairan tubuh (hidrodinamik) mencakup penyerapan air di usus,
masuk ke pembuluh darah dan beredar ke seluruh tubuh. Pada pembuluh kapiler,
air mengalami filtrasi ke ruang interstisium dan selanjutnya masuk ke dalam sel
melalui proses difusi, sebaliknya air dari dalam sel keluar kembali ke ruang
interstisium dan masuk ke pembuluh darah.Pergerakan air juga meliputi filtrasi air
di ginjal (sebagian kecil dibuang sebagai urin), ekskresi air ke saluran cerna
sebagai liur pencernaan (umumnya diserap kembali) serta pergerakan air ke kulit
dan saluran nafas yang keluar sebagai kerinat dan uap air. Pergerakan cairan
tersebut bergantung kepada tekanan hidorostatik dan osmotik. 1
15
Diagram 2.1 Distribusi Cairan dalam Tubuh
Pergerakan cairan tubuh (hidrodinamik) mencakup penyerapan air di usus,
masuk ke pembuluh darah dan beredar ke seluruh tubuh. Pada pembuluh kapiler,
air mengalami filtrasi ke ruang interstisium dan selanjutnya masuk ke dalam sel
melalui proses difusi, sebaliknya air dari dalam sel keluar kembali ke ruang
interstisium dan masuk ke pembuluh darah.Pergerakan air juga meliputi filtrasi air
di ginjal (sebagian kecil dibuang sebagai urin), ekskresi air ke saluran cerna
sebagai liur pencernaan (umumnya diserap kembali) serta pergerakan air ke kulit
dan saluran nafas yang keluar sebagai kerinat dan uap air. Pergerakan cairan
tersebut bergantung kepada tekanan hidorostatik dan osmotik. 1
2.4 Perubahan Cairan Tubuh
Perubahan cairan tubuh dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu :
1. Perubahan volume
16
Gambar 2.3 Perubahan Volume
a. Defisit volume
Defisit volume cairan ekstraselular merupakan perubahan cairan tubuh
yang paling umum terjadi pada pasien bedah. Penyebab paling umum adalah
kehilangan cairan di gastrointestinal akibat muntah, penyedot nasogastrik, diare
dan drainase fistula. Penyebab lainnya dapat berupa kehilangan cairan pada
cedera jaringan lunak, infeksi, inflamasi jaringan, peritonitis, obstruksi usus, dan
luka bakar. Keadaan akut, kehilangan cairan yang cepat akan menimbulkan tanda
gangguan pada susunan saraf pusat dan jantung. Pada kehilangan cairan yang
lambat lebih dapat ditoleransi sampai defisi volume cairan ekstraselular yang
berat terjadi.5
Dehidrasi
Dehidrasi sering dikategorikan sesuai dengan kadar konsentrasi serum dari
natrium menjadi isonatremik (130-150 mEq/L), hiponatremik (<139 mEq/L) atau
hipernatremik (>150 mEq/L). Dehidrasi isonatremik merupakan yang paling
siring terjadi (80%), sedangkan dehidrasi hipernatremik atau hiponatremik sekitar
5-10% dari kasus.7
Dehidrasi Isotonis (isonatremik) terjadi ketika kehilangan cairan hampir
sama dengan konsentrasi natrium terhadap darah. Kehilangan cairan dan natrium
besarnya relatif sama dalam kompartemen intravaskular maupun kompartemen
17
ekstravaskular. Dehidrasi hipotonis (hiponatremik) terjadi ketika kehilangan
cairan dengan kandungan natrium lebih banyak dari darah (kehilangan cairan
hipertonis). Secara garis besar terjadi kehilangan natrium yang lebih banyak
dibandingkan air yang hilang. Karena kadar natrium serum rendah, air di
kompartemen intravaskular berpindah ke kompartemen ekstravaskular, sehingga
menyebabkan penurunan volume intravascular. 7
Dehidrasi hipertonis (hipernatremik) terjadi ketika kehilangan cairan
dengan kandungan natrium lebih sedikit dari darah (kehilangan cairan hipotonis).
Secara garis besar terjadi kehilangan air yang lebih banyak dibandingkan natrium
yang hilang. Karena kadar natrium tinggi, air di kompartemen ekstraskular
berpindah ke kompartemen intravaskular, sehingga meminimalkan penurunan
volume intravaskular. 7
18
Tabel 2.3 Tanda-tanda Klinis Dehidrasi
Table 2.4 Derajat Dehidrasi
Terapi untuk dehidrasi (rehidrasi) dilakukan dengan mempertimbangkan
kebutuhan cairan untuk rumatan, defisit cairan dan kehilangan cairan yang sedang
berlangsung.9
19
Tabel 2.5 Pendekatan pada masalah cairan dan elektrolit.9
Tabel 2.6 Rumatan cairan menurut rumus Holliday-Segar 7
Strategi untuk rehidrasi adalah dengan memperhitungkan defisit cairan, cairan
rumatan yang diperlukan dan kehilangan cairan yang sedang berlangsung disesuaikan. 8
Cara rehidrasi :
1. Nilai status rehidrasi (sesuai tabel 4 di atas), banyak cairan yang
diberikan (D) = derajat dehidrasi (%) x BB x 1000 cc
2. Hitung cairan rumatan (M) yang diperlukan (untuk dewasa 40
cc/kgBB/24 jam atau rumus holliday-segar seperti untuk anak-anak)
3. Pemberian cairan :
a. 6 jam I = ½ D + ¼ M atau 8 jam I = ½ D + ½ M (menurut Guillot)
b. 18 jam II = ½ D + ¾ M atau 16 jam II = ½ D + ½ M (menurut Guillot)
b. Kelebihan volume
Kelebihan volume cairan ekstraselular merupakan suatu kondisi akibat iatrogenik
20
(pemberian cairan intravena seperti NaCl yang menyebabkan kelebihan air dan NaCl
ataupun pemberian cairan intravena glukosayang menyebabkan kelebihan air) ataupun
dapat sekunder akibat insufisiensi renal (gangguan pada GFR), sirosis, ataupun gagal
jantung kongestif.5.9
Kelebihan cairan intaseluler dapat terjadi jika terjadi kelebihan cairan tetapi
jumlah NaCl tetap atau berkurang.
2. Perubahan konsentrasi
Hiponatremia
Jika < 120 mg/L maka akan timbul gejala disorientasi, gangguan mental,
letargi, iritabilitas, lemah dan henti pernafasan, sedangkan jika kadar < 110 mg/L
maka akan timbul gejala kejang, koma. Hiponatremia ini dapat disebabkan oleh
euvolemia (SIADH, polidipsi psikogenik), hipovolemia (disfungsi tubuli ginjal,
diare, muntah, third space losses, diuretika), hipervolemia (sirosis, nefrosis).
Keadaan ini dapat diterapi dengan restriksi cairan (Na+ = 125 mg/L) atau NaCl
3% sebanyak (140-X)xBBx0,6 mg dan untuk pediatrik 1,5-2,5 mg/kg.12 Koreksi
hiponatremia yang sudah berlangsung lama dilakukan scara perlahanlahan,
sedangkan untuk hiponatremia akut lebih agresif. 19
Untuk menghitung Na serum yang dibutuhkan dapat menggunakan rumus:
Na = Jumlah Na yang diperlukan untuk koreksi (mEq)
Na1 = 125 mEq/L atau Na serum yang diinginkan
Na0 = Na serum yang aktual
TBW = total body water = 0,6 x BB (kg)
21
Hipokalemia
Jika kadar kalium < 3 mEq/L. Dapat terjadi akibat dari redistribusi akut kalium
dari cairan ekstraselular ke intraselular atau dari pengurangan kronis kadar total kalium
tubuh. Tanda dan gejala hipokalemia dapat berupa disritmik jantung, perubahan EKG
(QRS segmen melebar, ST segmen depresi, hipotensi postural, kelemahan otot skeletal,
poliuria, intoleransi glukosa. Terapi hipokalemia dapat berupa koreksi faktor presipitasi
(alkalosis, hipomagnesemia, obat-obatan), infus potasium klorida sampai 10 mEq/jam
(untuk mild hipokalemia ;>2 mEq/L) atau infus potasium klorida sampai 40 mEq/jam
dengan monitoring oleh EKG (untuk hipokalemia berat;<2mEq/L disertai perubahan
EKG, kelemahan otot yang hebat). 6
Rumus untuk menghitung defisit kalium :
K = kalium yang dibutuhkan
K1 = serum kalium yang diinginkan
K0 = serum kalium yang terukur
BB = berat badan (kg)
Hiperkalemia
Terjadi jika kadar kalium > 5 mEq/L, sering terjadi karena insufisiensi renal atau
obat yang membatasi ekskresi kalium (NSAIDs, ACE-inhibitor, siklosporin, diuretik).
Tanda dan gejalanya terutama melibatkan susunan saraf pusat (parestesia, kelemahan
otot) dan system kardiovaskular (disritmik, perubahan EKG). Terapi untuk hiperkalemia
dapat berupa intravena kalsium klorida 10% dalam 10 menit, sodium bikarbonat 50-100
mEq dalam 5-10 menit, atau diuretik, hemodialisis. 6
22
3. Perubahan komposisi
Asidosis respiratorik (pH< 3,75 dan PaCO2> 45 mmHg) Kondisi ini
berhubungan dengan retensi CO2 secara sekunder untuk menurunkan ventilasi alveolar
pada pasien bedah. Kejadian akut merupakan akibat dari ventilasi yang tidak adekuat
termasuk obstruksi jalan nafas, atelektasis, pneumonia, efusi pleura, nyeri dari insisi
abdomen atas, distensi abdomen dan penggunaan narkose yang berlebihan.
Manajemennya melibatkan koreksi yang adekuat dari defek pulmonal, intubasi
endotrakeal, dan ventilasi mekanis bila perlu. Perhatian yang ketat terhadap higiene
trakeobronkial saat post operatif adalah sangat penting. 5,6
Alkalosis respiratorik (pH> 7,45 dan PaCO2 < 35 mmHg) Kondisi ini disebabkan
ketakutan, nyeri, hipoksia, cedera SSP, dan ventilasi yang dibantu. Pada fase akut,
konsentrasi bikarbonat serum normal, dan alkalosis terjadi sebagai hasil dari penurunan
PaCO2 yang cepat. Terapi ditujukan untuk mengkoreksi masalah yang mendasari
termasuk sedasi yang sesuai, analgesia, penggunaan yang tepat dari ventilator mekanik,
dan koreksi defisit potasium yang terjadi. 5,6
Asidosis metabolik (pH<7,35 dan bikarbonat <21 mEq/L)
Kondisi ini disebabkan oleh retensi atau penambahan asam atau kehilangan bikarbonat.
Penyebab yang paling umum termasuk gagal ginjal, diare, fistula usus kecil, diabetik
ketoasidosis, dan asidosis laktat. Kompensasi awal yang terjadi adalah peningkatan
ventilasi dan depresi PaCO2. Penyebab paling umum adalah syok, diabetik ketoasidosis,
kelaparan, aspirin yang berlebihan dan keracunan metanol. Terapi sebaiknya ditujukan
terhadap koreksi kelainan yang mendasari. Terapi bikarbonat hanya diperuntukkan bagi
penanganan asidosis berat dan hanya setelah kompensasi alkalosis respirasi digunakan.
Alkalosis metabolik (pH>7,45 dan bikarbonat >27 mEq/L)
Kelainan ini merupakan akibat dari kehilangan asam atau penambahan bikarbonat dan
diperburuk oleh hipokalemia. Masalah yang umum terjadi pada pasien bedah adalah
hipokloremik, hipokalemik akibat defisit volume ekstraselular. Terapi yang digunakan
adalah sodium klorida isotonik dan penggantian kekurangan potasium. Koreksi alkalosis
harus gradual selama perode 24 jam dengan pengukuran pH, PaCO2 dan serum elektrolit
yang sering. 5,6
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konsumsi cairan yang ideal untuk memenuhi kebutuhan harian bagi tubuh
manusia adalah 1 ml air untuk setiap 1 kkal konsumsi energi tubuh atau dapat
juga diketahui berdasarkan estimasi total jumlah air yang keluar dari dalam tubuh.
Secara rata-rata tubuh orang dewasa akan kehilangan 2.5 L cairan per harinya.
Sekitar 1.5 L cairan tubuh keluar melalui urin, 500 ml melalui keluarnya keringat,
400 ml keluar dalam bentuk uap air melalui proses respirasi (pernafasan) dan 100
ml keluar bersama dengan feces (tinja). Sehingga berdasarkan estimasi ini,
konsumsi antara 8-10 gelas (1 gelas = 240 ml) biasanya dijadikan sebagai
pedoman dalam pemenuhan kebutuhan cairan 1 gelas per harinya.
Selain berperan dalam proses metabolisme, air yang terdapat di dalam
tubuh juga akan memiliki berbagai fungsi penting antara lain sebagai pelembab
jaringan-jaringan tubuh seperti mata, mulut, dan hidung, pelumas dalam cairan
sendi tubuh, katalisator reaksi biologik sel, pelindung organ dan jaringan tubuh
serta juga akan membantu dalam menjaga tekanan darah dan konsentrasi zat
terlarut. Selain itu agar fungsi-fungsi tubuh dapat berjalan dengan normal, air di
dalam tubuh juga akan berfungsi sebagai pengatur panas untuk menjaga agar suhu
tubuh tetap berada pada kondisi ideal yaitu ± 37°
3.2 Saran
Diharapkan para pembaca dapat mengambil manfaat dari makalah ini. Dan
juga dapat meneruskan penelitian lebih lanjut tentang pentingnya cairan dalam
tubuh manusia.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Gangguan Keseimbangan Air-Elektrolit dan Asam Basa, Fisiologi, Patofisiologi, Diagnosis, dan
Tatalaksana. Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesioan Berkelanjutan. FKUI. 2007
2. Heitz U, Horne MM. Fluid, electrolyte and acid base balance. 5th edition. Missouri:
Elsevier-mosby; 2005.p3-227
3. Holte K, Kehlet H. Compensatory fluid administration for preoperative dehydrationdoes it improve
outcome? Acta Anaesthesiol Scand. 2002; 46: 1089-93
4. Pandey CK, Singh RB. Fluid and electrolyte disorders. Indian J.Anaesh. 2003;47(5):380-387.
5. Mayer H, Follin SA. Fluid and electrolyte made incredibly easy. 2nd edition. Pennsylvania: Springhouse;
2002:3-189.
6. Graber MA. Terapi cairan, elektrolit dan metabolik. 2nd edition. Farmedia; 2003. Co.p 17-40.
7. Schwartz SI, ed. Principles of surgery companion handbook. 7th edition. New york:
McGraw-Hill; 1999:53-70.
8. Fakultas Kedokteran Unpad. Protokol Tindakan Bedah. Bandung. 2003
9. Ellsbury DL, George CS. Dehydration. eMed J [serial online] 2006 Mar (Diakses tanggal 21 Januari
2009).
10. Stipanuk, Martha H. 2000. Biochemical and Physiological Aspects of Human Nutrition. 9th ed. Philadelphia: W.B Saunders Company
25