menjawab tantangan eksploitasi keperawatan dalam wajah perfilman indonesia

13
Menjawab Tantangan Eksploitasi Keperawatan dalam Wajah Perfilman Indonesia oleh: Rio Febrian, Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia “Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk. -Q.S At-Taubah: 29- Nursing is a noble profession that requires dedication, compassion, love, and care to patients.-Adelani Ogunrinade- Senada dengan Adelani Ogunrinade, penulis meyakini bahwa keperawatan merupakan profesi mulia yang memerlukan dedikasi, kasih sayang, cinta, serta perawatan kepada pasien. Perawat selalu setia menemani orang yang sedang sakit, walaupun itu bukan keluarganya bahkan orang yang tidak dikenalnya, tidak peduli siang ataupun malam, serta lebih mengutamakan kepentingan 1

Upload: rio-febrian

Post on 19-Jun-2015

570 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Hidup perawat Indonesia. Semangat!!

TRANSCRIPT

Page 1: Menjawab Tantangan Eksploitasi Keperawatan Dalam Wajah Perfilman Indonesia

Menjawab Tantangan Eksploitasi Keperawatan dalam Wajah

Perfilman Indonesia

oleh: Rio Febrian, Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula)

kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah

diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang

benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab kepada

mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam

keadaan tunduk.”

-Q.S At-Taubah: 29-

“Nursing is a noble profession that requires dedication, compassion, love, and

care to patients.”

-Adelani Ogunrinade-

Senada dengan Adelani Ogunrinade, penulis meyakini bahwa keperawatan

merupakan profesi mulia yang memerlukan dedikasi, kasih sayang, cinta, serta

perawatan kepada pasien. Perawat selalu setia menemani orang yang sedang sakit,

walaupun itu bukan keluarganya bahkan orang yang tidak dikenalnya, tidak peduli

siang ataupun malam, serta lebih mengutamakan kepentingan orang lain daripada

dirinya sendiri. Hal tersebut hanyalah sebagian kecil pengorbanan seorang

perawat.

Profesi perawat merupakan pekerjaan yang mulia dan sudah seharusnya

mendapatkan balasan yang mulia juga. Namun kondisi profesi perawat saat ini

tidaklah seindah yang diharapkan, kondisi tersebut sudah mencapai pada tahap

yang mengkhawatirkan. Penghargaan atas profesi perawat di mata sebagian

masyarakat masih sangat kurang. Profesi perawat di Indonesia selama ini selalu

1

Page 2: Menjawab Tantangan Eksploitasi Keperawatan Dalam Wajah Perfilman Indonesia

menjadi objek eksploitasi dan diskriminasi dalam berbagai aspek seperti gaji yang

rendah, pelanggaran hak asasi di tempat kerja, dan masih banyak lagi.

Realita yang terjadi selama ini menunjukkan bahwa citra profesi perawat

cenderung rendah. Dunia perfilman di Indonesia pun ikut andil dalam

membangun citra perawat dengan stigma negatif. Saat ini perawat hanya dijadikan

sebagai objek eksploitasi dan komersialisasi. Para pekerja seni dalam perfilman di

Indonesia akhir-akhir ini lebih senang mengekspos ikon perawat/suster dalam

mendongkrak penjualan film tersebut seperti film berjudul Suster Ngesot, Suster

N, Suster Keramas, dan beberapa judul lainnya yang menjadikan suster sebagai

makhluk pembunuh dan pendendam. Ikon suster yang ditampilkan sebagai

seorang perawat tersebut telah disalahgunakan oleh perfilman Indonesia telah

mampu mempengaruhi persepsi masyarakat bahkan film tersebut sempat

menduduki papan sebagai film laris.

Perawat sering kali dieksploitasi dalam sinetron-sinetron di televisi.

Fenomena yang ditampilkan dalam sinetron tersebut jelas tidak sepenuhnya sesuai

dengan realita yang terjadi di lapangan. Para pekerja seni perfilman juga

mendandani aktris dengan pakaian rok mini dan memerankan diri sebagai seorang

perawat. Perawat dalam film-film ditampilkan sebagai sosok yang seksi dan

wanita cantik. Selain itu, pada sinetron tersebut juga sering ditampilkan bahwa

orang asing dapat dengan mudah menyamar sebagai sebagai perawat di Rumah

Sakit untuk tujuan yang negatif. Hal tersebut tentu saja akan mempengaruhi

persepsi masyarakat terhadap perawat.

Wajah perfilman di Indonesia saat ini juga sudah sangat mendiskreditkan

profesi perawat. Citra seorang perawat kian menjadi sorotan. Simak saja adegan di

sinetron. Peran perawat digambarkan masih sebatas “membantu’’ tugas dokter.

Perawat berdiri di samping dokter yang memeriksa pasien, sambil memegang

kartu data pasien kemudian dokter memerintahkan sesuatu kepada perawat, lalu

pergi keluar kamar periksa. Perawat pun sering dijadikan tokoh protagonis yang

mudah disogok uang agar dapat menyakiti pasien. Sungguh kondisi yang sangat

2

Page 3: Menjawab Tantangan Eksploitasi Keperawatan Dalam Wajah Perfilman Indonesia

miris, kondisi yang semakin menciptakan citra negatif bagi profesi perawat yang

sebenarnya sangat mulia.

Wajah Perfilman Indonesia dan Citra Perawat di Mata Masyarakat

Perfilman memiliki peran penting untuk membangun peradaban bangsa

Indonesia. Film sebagai karya seni budaya memiliki peran strategis dalam

peningkatan ketahanan budaya bangsa dan kesejahteraan masyarakat lahir batin.

Bahkan, film juga bisa berfungsi sebagai sarana pencerdasan kehidupan bangsa,

pengembangan potensi diri, pembinaan akhlak mulia, dan media komunikasi

massa dalam era globalisasi (Prayitno, 2009).

Arus globalisasi yang merasuk dengan cepat dalam tatanan kehidupan

masyarakat tersebut menuntut dunia perfilman Indonesia untuk mampu

mengembangkan diri secara mandiri, cepat, tepat, dan benar. Dunia perfilman

Indonesia harus memiliki wawasan keunggulan agar berhasil memasuki ketatnya

persaingan antarbangsa. Selain itu, dunia perfilman juga dituntut untuk

meningkatkan kesadaran semakin pentingnya peranan perfilman dalam proses

perkembangan sosial, ekonomi, politik, dan budaya di lingkungan masyarakat,

bangsa, dan negara.

Dunia perfilman hingga saat ini selalu mendapat sorotan serius dari publik

Indonesia sejak sekitar dua dasawarsa silam (Nugroho, 2009). Hal tersebut

dikarenakan film merupakan media massa yang keberadaannya bersinggung

langsung dengan masyarakat luas. Sorotan tajam terhadap perfilman Indonesia

lebih ditujukan bukan pada kuantitas tayangan yang diproduksi industri perfilman

melainkan terkait dengan kualitas film yang disajikan.

Kualitas film-film Indonesia saat ini banyak sekali yang tidak bermutu.

Sebagian penikmat film nasional sejati yang menyaksikan wajah baru film

Indonesia tersebut merasa seakan-akan film Indonesia telah kehilangan jati diri

yang sesungguhnya. Film nasional saat ini tidak mendidik generasi muda. Selain

itu, film-film Indonesia yang kini beredar justru bertema horor dan dibumbuhi

adegan seks. Film horor yang menyerempet pornografi tersebut menjadi topik

3

Page 4: Menjawab Tantangan Eksploitasi Keperawatan Dalam Wajah Perfilman Indonesia

serius dalam dunia perfilman Indonesia. Film komedi dan horor hanya sekadar

genre, karena yang dijual justru vulgarisme dan sensualisme para pekerja seni.

Wajah perfilman Indonesia saat ini hanya dilihat dari sisi seni peran dan

unsur komersial semata. Seluruh proses kegiatan perfilman yang tidak bisa

dilepaskan dari kebebasan berekspresi, berkreasi, berinovasi, dan berkarya telah

disalahgunakan tanpa memegang prinsip menjunjung tinggi nilai-nilai agama,

moral, kesusilaan, dan budaya bangsa sehingga kualitas perfilman Indonesia

menjadi semakin mengkhawatirkan. Dunia perfilman pun sering dinodai ulah

sutradara dalam menyusun suatu adegan dan pemberian judul yang kontroversial.

Penggunaan nama sebuah profesi perawat atau suster sebagai judul film

menjadikan profesi tersebut menjadi dikenal oleh masyarakat. Namun berbeda

halnya dengan profesi keperawatan atau suster yang digunakan dalam film

bioskop bertemakan horor seperti film berjudul Suster Ngesot dan Suster N. Film

tersebut telah menciptakan stigma negatif di tengah masyarakat. Paradigma

masyarakat terhadap perawat menjadi berubah 180 derajat. Masyarakat kini

mempersepsikan perawat seperti hantu yang menakutkan dan mengerikan

terutama perawat yang bekerja di Rumah Sakit.

Citra perawat pun semakin tercemar akibat film horor yang mengandung

unsur pornografi seperti film berjudul Suster Keramas. Film tersebut menyajikan

banyak adegan porno yang diperankan sebagai seorang perawat. Film tersebut

juga kini telah membuat citra perawat menjadi tercemar dan membuat rusaknya

budi pekerti dan akhlak bangsa indonesia. Paradigma mayarakat mengenai profesi

perawat pun akan menjadi lebih buruk lagi disamping perawat itu menakutkan

dan mengerikan, tetapi juga pornografi.

Saat ini profesi perawat pun menjadi buruk di mata masyarakat. Oleh

karena itu, seluruh insan keperawatan masih harus memperjuangkan langkah-

langkah profesional dalam meng-counter stigma negatif yang ditimbulkan akibat

dunia perfilman Indonesia sebagai salah satu agenda terpenting dan mendesak

yang perlu didiskusikan lebih lanjut. Dalam konteks tersebut, profesionalisme

4

Page 5: Menjawab Tantangan Eksploitasi Keperawatan Dalam Wajah Perfilman Indonesia

pelayanan keperawatan kepada masyarakat menjadi salah satu kunci penting

dalam memperbaiki citra perawat di tengah kehidupan manusia.

Profesionalisme Pelayanan Keperawatan: Pekerjaan Terpenting Perawat

Keperawatan bukan profesi yang statis dan tidak berubah melainkan

profesi yang terus bergerak menuju masa depan. Profesi tersebut akan

berkembang secara terus menerus sejalan dengan perkembangan dinamika

masyarakat, globalisasi, dan tantangan ekonomi. Dinamika keperawatan juga

sejalan dengan masyarakat yang berubah, sehingga pemenuhan dan metode

perawatan berubah, karena gaya hidup berubah. Sehingga perubahan dunia

keperawatan yang diharapkan harus disesuaikan dengan keadaan dan lingkungan

sosial di Indonesia. Namun, perubahan bukanlah perkara mudah. Jalan menanjak

penuh tantangan akan dihadapi bahkan ketika akan baru memulai menjalani

perubahan tersebut.

Perawat sebagai profesi yang masih berusaha menunjukkan jati diri

memang dihadapkan pada banyak tantangan baik tantangan internal maupun

eksternal. Tantangan profesi perawat tersebut semakin meningkat seiring tuntutan

menjadikan profesi perawat yang dihargai profesi lain dan khalayak umum. Salah

satu tantangan yang patut mendapat perhatian khusus bagi seluruh insan

keperawatan yaitu memperbaiki citra profesi perawat dalam industri kesehatan

terkini yang penuh persaingan di tengah masyarakat. Tantangan tersebut sudah

seharusnya disikapi secara serius oleh semua pihak agar perawat Indonesia ke

depan lebih siap umtuk berkompetisi di era globalisasi.

Profesionalisme pelayanan keperawatan merupakan pekerjaan terpenting

yang harus dilakukan profesi perawat dalam memperbaiki citra perawat.

Profesionalisme pelayanan keperawatan merupakan proses pengakuan terhadap

perawat yang dinilai dan diterima secara spontan oleh masyarakat sehingga

diharapkan dapat merubah pandangan masyarakat sedikit demi sedikit.. Proses

tersebut tidaklah semudah membalikkan tangan. Profesionalisme perlu

5

Page 6: Menjawab Tantangan Eksploitasi Keperawatan Dalam Wajah Perfilman Indonesia

dipersiapkan dengan baik, berencana, berkelanjutan, serta memerlukan waktu

yang lama agar perawat dapat belajar untuk bekerja lebih baik.

Perawat harus mampu menyuguhkan profesionalisme pelayanan kepada

masyarakat. Perawat dapat merubah pandangan masyarakat dengan cara

berperilaku baik, pemberian intervensi yang bertanggung jawab, serta tunjukkan

sikap profesional. Perawat dituntut mengembangkan potensi diri untuk

berpartisipasi aktif dalam sistem pelayanan kesehatan di Indonesia sesuai dengan

tuntutan profesi dan kebutuhan masyarakat agar keberadaan profesi perawat

mendapat pengakuan dari masyarakat. Perawat juga harus menjadikan tantangan

tersebut sebagai pemicu adrenalin untuk membuktikan jati diri sebagai seorang

perawat yang profesional dengan segala atribut yang menyertai proses

profesionalisme perawat.

Perawat harus mampu memberikan contoh yang nyata dalam kehidupan

sehari-hari. Perawat profesional tidak hanya terampil dalam melakukan praktek

keperawatan melainkan perawat tersebut dituntut berpenampilan bersih dan rapi,

ramah terhadap semua orang, serta tepat tanggap terhadap situasi apapun. Hal

tersebut merupakan tantangan bagi profesi keperawatan dalam mengembangkan

profesionalisme selama memberikan pelayanan yang berkualitas agar citra

perawat senantiasa baik di mata masyarakat.Tantangan dunia keperawatan

tersebut bukanlah untuk dihindari melainkan untuk dihadapi dan dijalani sehingga

pada akhirnya akan memberikan manfaat pada kematangan profesi keperawatan.

Menjawab tantangan profesi merupakan langkah terbaik dalam

meningkatkan kualitas diri sehingga pada akhirnya profesi perawat akan lebih

dihargai dan diakui keberadaannya oleh profesi lain dan masyarakat. Maka sudah

sepatutnya hal tersebut diprioritaskan dan menjadi pekerjaan rumah terpenting

yang harus segera diselesaikan jika ingin menyelamatkan profesi perawat yang

mulia. Oleh karena itu, komitmen seluruh stakeholder keperawatan baik perawat,

mahasiswa keperawatan, organisasi profesi, lembaga pendidikan pendidikan,

maupun pemerintah yang juga tidak kalah pentingnya merupakan kunci untuk

6

Page 7: Menjawab Tantangan Eksploitasi Keperawatan Dalam Wajah Perfilman Indonesia

menjawab tantangan yang sudah di depan mata dalam mengembangkan

profesionalisme keperawatan Indonesia.

Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa dunia

perfilman Indonesia saat ini dapat membawa dampak semakin buruknya citra

perawat, bukan saja dipandang oleh profesi lain tetapi juga masyarakat umum

yang turut menyaksikan film-film Indonesia. Film-film yang dihasilkan oleh

pekerja seni tersebut sudah sangat mendiskreditkan profesi perawat dengan

munculnya ikon perawat/suster sebagai objek eksploitasi dan komersialisasi

semata demi mendongrak penjualan film tersebut. Hal yang juga membuat

semakin tercemarnya citra perawat yaitu penggunaan ikon perawat sebagai judul

film horror yang mengandung unsur pornografi.

Dalam rangka menanggulangi dampak dunia perfilman tersebut, seluruh

stakeholder keperawatan sudah seharusnya wajib berjuang bahu membahu satu

sama lain, dengan mengerahkan segala daya dan upaya untuk mengubah citra

perawat dengan stigma negatif tersebut.Profesionalisme pelayanan keperawatan

kepada masyarakat merupakan salah kunci penting dalam pembuktian jati diri

perawat dan pekerjaan terpenting dalam memperbaiki citra perawat di tengah

masyarakat. Selain itu, semua pihak yang terkait harus segera bersinergi dalam

rangka menciptakan perbaikan dan perubahan yang lebih baik tersebut, pihak –

pihak tersebut antara lain adalah pemerintah, swasta, organisasi profesi (PPNI),

lembaga pendidikan keperawatan, perawat dan calon perawat.

Profesi perawat harus segera tampil di panggung kehidupan manusia

karena sesungguhnya perawatlah yang akan menyembuhkan luka bangsa

Indonesia. Kejayaan profesi perawat merupakan suatu keniscayaan. Namun

demikian, hal yang patut menjadi pertanyaan besar bagi seluruh stakeholder

keperawatan bukanlah kapan kejayaan tersebut akan tiba melainkan kontribusi apa

yang dapat diberikan demi kejayaan dunia keperawatan. Profesi perawat pun akan

mampu menjawab semua tantangan di setiap zaman dan menyosong kejayaan di

masa depan dengan tekad membara. Sehingga pada akhirnya semua orang akan

7

Page 8: Menjawab Tantangan Eksploitasi Keperawatan Dalam Wajah Perfilman Indonesia

berkata “Oh Perawatku” sebagai bentuk penghargaan terhadap profesi perawat

yang mulia.

Oh Perawatku

Senyumanmu adalah penyembuhanku

Sentuhanmu adalah pengobatanku,

Tutur katamu membesarkan hatiku,

Gerak langkahku adalah detak jantungmu.

Oh Perawatku.

Referensi:

Nugroho, Dewanto. (2008). Koes Bersaudara dan Perfilman Indonesia.

http://hiburan.kompasiana.com/2009/11/18/koes-bersaudara-dan-

perfilman-indonesia/ diakses pada Selasa, 20 April 2010 pukul 18:00

Ogunrinade, Adelani. (2007). Nursing is a Noble Profession.

http://www.lesotho.gov.ls/articles/2007/NURSING_NOBLE_PROFES

SION.php diakses pada Selasa, 20 April 2010 pukul 16:00

Prayitno, Irwan. (2009). Rekonstruksi Budaya Perfilman. http://www.pk-

sejahtera.org/v2/main.php?op=isi&id=7878 diakses pada Rabu, 21

April 2010 pukul 17:30

8