menjawab tantangan eksploitasi keperawatan dalam wajah perfilman indonesia
DESCRIPTION
Hidup perawat Indonesia. Semangat!!TRANSCRIPT
![Page 1: Menjawab Tantangan Eksploitasi Keperawatan Dalam Wajah Perfilman Indonesia](https://reader036.vdocuments.site/reader036/viewer/2022082703/5571f76549795991698b540d/html5/thumbnails/1.jpg)
Menjawab Tantangan Eksploitasi Keperawatan dalam Wajah
Perfilman Indonesia
oleh: Rio Febrian, Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula)
kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah
diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang
benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab kepada
mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam
keadaan tunduk.”
-Q.S At-Taubah: 29-
“Nursing is a noble profession that requires dedication, compassion, love, and
care to patients.”
-Adelani Ogunrinade-
Senada dengan Adelani Ogunrinade, penulis meyakini bahwa keperawatan
merupakan profesi mulia yang memerlukan dedikasi, kasih sayang, cinta, serta
perawatan kepada pasien. Perawat selalu setia menemani orang yang sedang sakit,
walaupun itu bukan keluarganya bahkan orang yang tidak dikenalnya, tidak peduli
siang ataupun malam, serta lebih mengutamakan kepentingan orang lain daripada
dirinya sendiri. Hal tersebut hanyalah sebagian kecil pengorbanan seorang
perawat.
Profesi perawat merupakan pekerjaan yang mulia dan sudah seharusnya
mendapatkan balasan yang mulia juga. Namun kondisi profesi perawat saat ini
tidaklah seindah yang diharapkan, kondisi tersebut sudah mencapai pada tahap
yang mengkhawatirkan. Penghargaan atas profesi perawat di mata sebagian
masyarakat masih sangat kurang. Profesi perawat di Indonesia selama ini selalu
1
![Page 2: Menjawab Tantangan Eksploitasi Keperawatan Dalam Wajah Perfilman Indonesia](https://reader036.vdocuments.site/reader036/viewer/2022082703/5571f76549795991698b540d/html5/thumbnails/2.jpg)
menjadi objek eksploitasi dan diskriminasi dalam berbagai aspek seperti gaji yang
rendah, pelanggaran hak asasi di tempat kerja, dan masih banyak lagi.
Realita yang terjadi selama ini menunjukkan bahwa citra profesi perawat
cenderung rendah. Dunia perfilman di Indonesia pun ikut andil dalam
membangun citra perawat dengan stigma negatif. Saat ini perawat hanya dijadikan
sebagai objek eksploitasi dan komersialisasi. Para pekerja seni dalam perfilman di
Indonesia akhir-akhir ini lebih senang mengekspos ikon perawat/suster dalam
mendongkrak penjualan film tersebut seperti film berjudul Suster Ngesot, Suster
N, Suster Keramas, dan beberapa judul lainnya yang menjadikan suster sebagai
makhluk pembunuh dan pendendam. Ikon suster yang ditampilkan sebagai
seorang perawat tersebut telah disalahgunakan oleh perfilman Indonesia telah
mampu mempengaruhi persepsi masyarakat bahkan film tersebut sempat
menduduki papan sebagai film laris.
Perawat sering kali dieksploitasi dalam sinetron-sinetron di televisi.
Fenomena yang ditampilkan dalam sinetron tersebut jelas tidak sepenuhnya sesuai
dengan realita yang terjadi di lapangan. Para pekerja seni perfilman juga
mendandani aktris dengan pakaian rok mini dan memerankan diri sebagai seorang
perawat. Perawat dalam film-film ditampilkan sebagai sosok yang seksi dan
wanita cantik. Selain itu, pada sinetron tersebut juga sering ditampilkan bahwa
orang asing dapat dengan mudah menyamar sebagai sebagai perawat di Rumah
Sakit untuk tujuan yang negatif. Hal tersebut tentu saja akan mempengaruhi
persepsi masyarakat terhadap perawat.
Wajah perfilman di Indonesia saat ini juga sudah sangat mendiskreditkan
profesi perawat. Citra seorang perawat kian menjadi sorotan. Simak saja adegan di
sinetron. Peran perawat digambarkan masih sebatas “membantu’’ tugas dokter.
Perawat berdiri di samping dokter yang memeriksa pasien, sambil memegang
kartu data pasien kemudian dokter memerintahkan sesuatu kepada perawat, lalu
pergi keluar kamar periksa. Perawat pun sering dijadikan tokoh protagonis yang
mudah disogok uang agar dapat menyakiti pasien. Sungguh kondisi yang sangat
2
![Page 3: Menjawab Tantangan Eksploitasi Keperawatan Dalam Wajah Perfilman Indonesia](https://reader036.vdocuments.site/reader036/viewer/2022082703/5571f76549795991698b540d/html5/thumbnails/3.jpg)
miris, kondisi yang semakin menciptakan citra negatif bagi profesi perawat yang
sebenarnya sangat mulia.
Wajah Perfilman Indonesia dan Citra Perawat di Mata Masyarakat
Perfilman memiliki peran penting untuk membangun peradaban bangsa
Indonesia. Film sebagai karya seni budaya memiliki peran strategis dalam
peningkatan ketahanan budaya bangsa dan kesejahteraan masyarakat lahir batin.
Bahkan, film juga bisa berfungsi sebagai sarana pencerdasan kehidupan bangsa,
pengembangan potensi diri, pembinaan akhlak mulia, dan media komunikasi
massa dalam era globalisasi (Prayitno, 2009).
Arus globalisasi yang merasuk dengan cepat dalam tatanan kehidupan
masyarakat tersebut menuntut dunia perfilman Indonesia untuk mampu
mengembangkan diri secara mandiri, cepat, tepat, dan benar. Dunia perfilman
Indonesia harus memiliki wawasan keunggulan agar berhasil memasuki ketatnya
persaingan antarbangsa. Selain itu, dunia perfilman juga dituntut untuk
meningkatkan kesadaran semakin pentingnya peranan perfilman dalam proses
perkembangan sosial, ekonomi, politik, dan budaya di lingkungan masyarakat,
bangsa, dan negara.
Dunia perfilman hingga saat ini selalu mendapat sorotan serius dari publik
Indonesia sejak sekitar dua dasawarsa silam (Nugroho, 2009). Hal tersebut
dikarenakan film merupakan media massa yang keberadaannya bersinggung
langsung dengan masyarakat luas. Sorotan tajam terhadap perfilman Indonesia
lebih ditujukan bukan pada kuantitas tayangan yang diproduksi industri perfilman
melainkan terkait dengan kualitas film yang disajikan.
Kualitas film-film Indonesia saat ini banyak sekali yang tidak bermutu.
Sebagian penikmat film nasional sejati yang menyaksikan wajah baru film
Indonesia tersebut merasa seakan-akan film Indonesia telah kehilangan jati diri
yang sesungguhnya. Film nasional saat ini tidak mendidik generasi muda. Selain
itu, film-film Indonesia yang kini beredar justru bertema horor dan dibumbuhi
adegan seks. Film horor yang menyerempet pornografi tersebut menjadi topik
3
![Page 4: Menjawab Tantangan Eksploitasi Keperawatan Dalam Wajah Perfilman Indonesia](https://reader036.vdocuments.site/reader036/viewer/2022082703/5571f76549795991698b540d/html5/thumbnails/4.jpg)
serius dalam dunia perfilman Indonesia. Film komedi dan horor hanya sekadar
genre, karena yang dijual justru vulgarisme dan sensualisme para pekerja seni.
Wajah perfilman Indonesia saat ini hanya dilihat dari sisi seni peran dan
unsur komersial semata. Seluruh proses kegiatan perfilman yang tidak bisa
dilepaskan dari kebebasan berekspresi, berkreasi, berinovasi, dan berkarya telah
disalahgunakan tanpa memegang prinsip menjunjung tinggi nilai-nilai agama,
moral, kesusilaan, dan budaya bangsa sehingga kualitas perfilman Indonesia
menjadi semakin mengkhawatirkan. Dunia perfilman pun sering dinodai ulah
sutradara dalam menyusun suatu adegan dan pemberian judul yang kontroversial.
Penggunaan nama sebuah profesi perawat atau suster sebagai judul film
menjadikan profesi tersebut menjadi dikenal oleh masyarakat. Namun berbeda
halnya dengan profesi keperawatan atau suster yang digunakan dalam film
bioskop bertemakan horor seperti film berjudul Suster Ngesot dan Suster N. Film
tersebut telah menciptakan stigma negatif di tengah masyarakat. Paradigma
masyarakat terhadap perawat menjadi berubah 180 derajat. Masyarakat kini
mempersepsikan perawat seperti hantu yang menakutkan dan mengerikan
terutama perawat yang bekerja di Rumah Sakit.
Citra perawat pun semakin tercemar akibat film horor yang mengandung
unsur pornografi seperti film berjudul Suster Keramas. Film tersebut menyajikan
banyak adegan porno yang diperankan sebagai seorang perawat. Film tersebut
juga kini telah membuat citra perawat menjadi tercemar dan membuat rusaknya
budi pekerti dan akhlak bangsa indonesia. Paradigma mayarakat mengenai profesi
perawat pun akan menjadi lebih buruk lagi disamping perawat itu menakutkan
dan mengerikan, tetapi juga pornografi.
Saat ini profesi perawat pun menjadi buruk di mata masyarakat. Oleh
karena itu, seluruh insan keperawatan masih harus memperjuangkan langkah-
langkah profesional dalam meng-counter stigma negatif yang ditimbulkan akibat
dunia perfilman Indonesia sebagai salah satu agenda terpenting dan mendesak
yang perlu didiskusikan lebih lanjut. Dalam konteks tersebut, profesionalisme
4
![Page 5: Menjawab Tantangan Eksploitasi Keperawatan Dalam Wajah Perfilman Indonesia](https://reader036.vdocuments.site/reader036/viewer/2022082703/5571f76549795991698b540d/html5/thumbnails/5.jpg)
pelayanan keperawatan kepada masyarakat menjadi salah satu kunci penting
dalam memperbaiki citra perawat di tengah kehidupan manusia.
Profesionalisme Pelayanan Keperawatan: Pekerjaan Terpenting Perawat
Keperawatan bukan profesi yang statis dan tidak berubah melainkan
profesi yang terus bergerak menuju masa depan. Profesi tersebut akan
berkembang secara terus menerus sejalan dengan perkembangan dinamika
masyarakat, globalisasi, dan tantangan ekonomi. Dinamika keperawatan juga
sejalan dengan masyarakat yang berubah, sehingga pemenuhan dan metode
perawatan berubah, karena gaya hidup berubah. Sehingga perubahan dunia
keperawatan yang diharapkan harus disesuaikan dengan keadaan dan lingkungan
sosial di Indonesia. Namun, perubahan bukanlah perkara mudah. Jalan menanjak
penuh tantangan akan dihadapi bahkan ketika akan baru memulai menjalani
perubahan tersebut.
Perawat sebagai profesi yang masih berusaha menunjukkan jati diri
memang dihadapkan pada banyak tantangan baik tantangan internal maupun
eksternal. Tantangan profesi perawat tersebut semakin meningkat seiring tuntutan
menjadikan profesi perawat yang dihargai profesi lain dan khalayak umum. Salah
satu tantangan yang patut mendapat perhatian khusus bagi seluruh insan
keperawatan yaitu memperbaiki citra profesi perawat dalam industri kesehatan
terkini yang penuh persaingan di tengah masyarakat. Tantangan tersebut sudah
seharusnya disikapi secara serius oleh semua pihak agar perawat Indonesia ke
depan lebih siap umtuk berkompetisi di era globalisasi.
Profesionalisme pelayanan keperawatan merupakan pekerjaan terpenting
yang harus dilakukan profesi perawat dalam memperbaiki citra perawat.
Profesionalisme pelayanan keperawatan merupakan proses pengakuan terhadap
perawat yang dinilai dan diterima secara spontan oleh masyarakat sehingga
diharapkan dapat merubah pandangan masyarakat sedikit demi sedikit.. Proses
tersebut tidaklah semudah membalikkan tangan. Profesionalisme perlu
5
![Page 6: Menjawab Tantangan Eksploitasi Keperawatan Dalam Wajah Perfilman Indonesia](https://reader036.vdocuments.site/reader036/viewer/2022082703/5571f76549795991698b540d/html5/thumbnails/6.jpg)
dipersiapkan dengan baik, berencana, berkelanjutan, serta memerlukan waktu
yang lama agar perawat dapat belajar untuk bekerja lebih baik.
Perawat harus mampu menyuguhkan profesionalisme pelayanan kepada
masyarakat. Perawat dapat merubah pandangan masyarakat dengan cara
berperilaku baik, pemberian intervensi yang bertanggung jawab, serta tunjukkan
sikap profesional. Perawat dituntut mengembangkan potensi diri untuk
berpartisipasi aktif dalam sistem pelayanan kesehatan di Indonesia sesuai dengan
tuntutan profesi dan kebutuhan masyarakat agar keberadaan profesi perawat
mendapat pengakuan dari masyarakat. Perawat juga harus menjadikan tantangan
tersebut sebagai pemicu adrenalin untuk membuktikan jati diri sebagai seorang
perawat yang profesional dengan segala atribut yang menyertai proses
profesionalisme perawat.
Perawat harus mampu memberikan contoh yang nyata dalam kehidupan
sehari-hari. Perawat profesional tidak hanya terampil dalam melakukan praktek
keperawatan melainkan perawat tersebut dituntut berpenampilan bersih dan rapi,
ramah terhadap semua orang, serta tepat tanggap terhadap situasi apapun. Hal
tersebut merupakan tantangan bagi profesi keperawatan dalam mengembangkan
profesionalisme selama memberikan pelayanan yang berkualitas agar citra
perawat senantiasa baik di mata masyarakat.Tantangan dunia keperawatan
tersebut bukanlah untuk dihindari melainkan untuk dihadapi dan dijalani sehingga
pada akhirnya akan memberikan manfaat pada kematangan profesi keperawatan.
Menjawab tantangan profesi merupakan langkah terbaik dalam
meningkatkan kualitas diri sehingga pada akhirnya profesi perawat akan lebih
dihargai dan diakui keberadaannya oleh profesi lain dan masyarakat. Maka sudah
sepatutnya hal tersebut diprioritaskan dan menjadi pekerjaan rumah terpenting
yang harus segera diselesaikan jika ingin menyelamatkan profesi perawat yang
mulia. Oleh karena itu, komitmen seluruh stakeholder keperawatan baik perawat,
mahasiswa keperawatan, organisasi profesi, lembaga pendidikan pendidikan,
maupun pemerintah yang juga tidak kalah pentingnya merupakan kunci untuk
6
![Page 7: Menjawab Tantangan Eksploitasi Keperawatan Dalam Wajah Perfilman Indonesia](https://reader036.vdocuments.site/reader036/viewer/2022082703/5571f76549795991698b540d/html5/thumbnails/7.jpg)
menjawab tantangan yang sudah di depan mata dalam mengembangkan
profesionalisme keperawatan Indonesia.
Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa dunia
perfilman Indonesia saat ini dapat membawa dampak semakin buruknya citra
perawat, bukan saja dipandang oleh profesi lain tetapi juga masyarakat umum
yang turut menyaksikan film-film Indonesia. Film-film yang dihasilkan oleh
pekerja seni tersebut sudah sangat mendiskreditkan profesi perawat dengan
munculnya ikon perawat/suster sebagai objek eksploitasi dan komersialisasi
semata demi mendongrak penjualan film tersebut. Hal yang juga membuat
semakin tercemarnya citra perawat yaitu penggunaan ikon perawat sebagai judul
film horror yang mengandung unsur pornografi.
Dalam rangka menanggulangi dampak dunia perfilman tersebut, seluruh
stakeholder keperawatan sudah seharusnya wajib berjuang bahu membahu satu
sama lain, dengan mengerahkan segala daya dan upaya untuk mengubah citra
perawat dengan stigma negatif tersebut.Profesionalisme pelayanan keperawatan
kepada masyarakat merupakan salah kunci penting dalam pembuktian jati diri
perawat dan pekerjaan terpenting dalam memperbaiki citra perawat di tengah
masyarakat. Selain itu, semua pihak yang terkait harus segera bersinergi dalam
rangka menciptakan perbaikan dan perubahan yang lebih baik tersebut, pihak –
pihak tersebut antara lain adalah pemerintah, swasta, organisasi profesi (PPNI),
lembaga pendidikan keperawatan, perawat dan calon perawat.
Profesi perawat harus segera tampil di panggung kehidupan manusia
karena sesungguhnya perawatlah yang akan menyembuhkan luka bangsa
Indonesia. Kejayaan profesi perawat merupakan suatu keniscayaan. Namun
demikian, hal yang patut menjadi pertanyaan besar bagi seluruh stakeholder
keperawatan bukanlah kapan kejayaan tersebut akan tiba melainkan kontribusi apa
yang dapat diberikan demi kejayaan dunia keperawatan. Profesi perawat pun akan
mampu menjawab semua tantangan di setiap zaman dan menyosong kejayaan di
masa depan dengan tekad membara. Sehingga pada akhirnya semua orang akan
7
![Page 8: Menjawab Tantangan Eksploitasi Keperawatan Dalam Wajah Perfilman Indonesia](https://reader036.vdocuments.site/reader036/viewer/2022082703/5571f76549795991698b540d/html5/thumbnails/8.jpg)
berkata “Oh Perawatku” sebagai bentuk penghargaan terhadap profesi perawat
yang mulia.
Oh Perawatku
Senyumanmu adalah penyembuhanku
Sentuhanmu adalah pengobatanku,
Tutur katamu membesarkan hatiku,
Gerak langkahku adalah detak jantungmu.
Oh Perawatku.
Referensi:
Nugroho, Dewanto. (2008). Koes Bersaudara dan Perfilman Indonesia.
http://hiburan.kompasiana.com/2009/11/18/koes-bersaudara-dan-
perfilman-indonesia/ diakses pada Selasa, 20 April 2010 pukul 18:00
Ogunrinade, Adelani. (2007). Nursing is a Noble Profession.
http://www.lesotho.gov.ls/articles/2007/NURSING_NOBLE_PROFES
SION.php diakses pada Selasa, 20 April 2010 pukul 16:00
Prayitno, Irwan. (2009). Rekonstruksi Budaya Perfilman. http://www.pk-
sejahtera.org/v2/main.php?op=isi&id=7878 diakses pada Rabu, 21
April 2010 pukul 17:30
8