menjaga sustainability -...
TRANSCRIPT
Energizing Asia
Edisi April - Juni 2018PERTAMINA HULU ENERGI
phe.pertamina.com
MENJAGASUSTAINABILITY
COVER STORYBackbone Utama di Sektor Huluh. 6
INOVASIDurian Nambo tingkatkan cadangan gas 1 tcf h. 34
LEISURESepenggal Senja di Pantai Panjiwa h. 50
VP Relations
Menjadi perusahaan minyak dan gas bumi kelas dunia.
Melaksanakan pengelolaan operasi dan portofolio usaha sektor hulu minyak dan gas bumi secara profesional dan berdaya laba tinggi serta memberikan nilai tambah bagi stakeholders.
VISI
MISI
VISI & MISI PHE
BANGKITKANENERGI NEGERI
Ifki Sukarya, Pemimpin Redaksi
Ifki Sukarya, Pemimpin Redaksi
PENGARAH VP Relations PEMIMPIN REDAKSI Ifki Sukarya WAKIL PEMIMPIN REDAKSI Iwan Ridwan Faizal, Ekhsan Nulhakim REDAKTUR PELAKSANA Ardianti, Widya Gustiani KOORDINATOR LIPUTAN Aditya Julianto TIM REDAKSI Widya Gustiani, Ardianti, Aditya Julianto LAYOUTER & ILLUSTRATOR Syaiful A.FOTOGRAFER Novian Kusmana, Indra Yudistira SIRKULASI Novian Kusmana, Indra Yudistira KONTRIBUTOR Hanna Prabandari, Mira Tyas Annisa, Indriyani Rasyid, Miswar, Teuku Fachrizal, Afriyandi, Kurniawan Adi Cahyono, Ludmila Savarina.
ALAMAT REDAKSI PT Pertamina Hulu Energi, PHE Tower Lantai 11Jl. TB Simatupang Kav.99, Jakarta Selatan 12520Telp. (+62) 21 2954 7056 / 7337Email: [email protected]
Perjalanan PT Pertamina Hulu Energi (PHE) pada tahun ini
memasuki usia ke-11. Pasang surut telah kami alami dalam
mengelola sumber daya minyak dan gas (migas) di Tanah
Air lewat puluhan anak perusahaan (AP) yang bernaung di
bawah bendera PHE. Pada tahun ini, PHE efektif menge-
lola penuh dan penguasaan hak partisipasi (Participating
Interest/PI) 100% Blok Tuban dan Ogan Komering melalui
PHE Tuban East Java dan PHE Ogan Komering mulai 20
Mei 2018. Satu blok lainnya, Southeast Sumatra (SES) juga
akan dikelola penuh PHE dengan penguasaan PI 100%
melalui PHE OSES pada September mendatang.
Pengelolaan penuh dengan peningkatan penguasaan PI 100%,
tentu menghadirkan optimisme baru di PHE. Apalagi di Blok
SES, PHE sebelum terminasi hanya menguasai PI 20,55%.
Masuknya Blok SES, misalnya, akan mendongkrak produksi
migas PHE hingga menembus lebih dari 203 ribu barrel oil
Dari RedaksiIfki Sukarya,
Pemimpin Redaksi
equivalent per day (boepd). De ngan level produksi tersebut di-
tambah efisiensi yang terus dijalankan, kami menargetkan bisa
menjadi kontributor laba terbesar sebagai anak usaha hulu PT
Pertamina (Persero) pada dua hingga tiga tahun ke depan.
Posisi PHE dalam struktur bisnis Pertamina memang
sangat unik. PHE menjadi kepanjangan tangan Pertamina
yang mendapat penugasan mengelola sejumlah blok habis
kontrak (terminasi). Dalam kurun 2018-2025, ada sekitar
30 blok migas yang akan berakhir masa kontraknya dan
15 diantaranya kemungkinan besar bakal dikelola PHE. Ke
depan PHE harus tetap berkembang dan makin kuat, baik
secara fundamental operasional maupun keuangan dan
tetap menjadi salah satu backbone Pertamina di hulu un-
tuk meningkatkan produksi maupun cadangan.
Majalah Energia PHE tak melupakan aktivitas pekerja nya.
Pada rubrik Hobi, dikisahkan tentang sosok Agung Adijana
Gustiansyah, West Area Commercial & Marketing Assis-
tant Manager PHE, yang memiliki kebiasaan bersepeda ke
kantor untuk menjaga kesehatan.
Sementara itu, kisah Watni sebagai mitra binaan PHE se-
jak 2013 dari Eretan Kulon, Kandanghaur, Indramayu, mun-
cul dalam rubrik Local Hero. Rumah perempuan kelahiran
September 1975 itu menjadi tempat bagi kaum ibu menjual
hasil laut, khususnya siput, rajungan ataupun ikan buntal.
Kepedulian Watni kepada para tetangga istri nelayan,
menjadi salah satu alasan dia terpilih menjadi local hero
terbaik, meski hanya berpendidikan sekolah dasar.
Kami berharap kehadiran majalah Energia PHE ini akan
menjadi jembatan bagi manajemen dan seluruh pekerja
PHE dan anak perusahaan untuk berbagai optimisme dan
kesegaran dalam bekerja.
Selamat membaca.
COVER STORY
CSR LOCAL HERO
WAWANCARA
HR & GAINOVASI
Backbone Utama di Sektor Hulu
Tomori Menggapai PROPER Emas
WATNIMenularkan Kesuksesan pada Orang Lain
Durian Nambo Tingkatkan Cadangan Gas 1 TCF
Kita Harus Menjaga Keberlanjutan PHE
ICT Mengawal Proses Bisnis PHE
6 34
30
38SDM Blok Terminasi: Direkrut Demi Menjaga Produksi
PHE is On The Right Track
DAFTAR ISI
58 62
4
HUDDIE DEWANTO, PTH Dirut PHE
HOBI
LEISURE
PERISTIWA
INSPIRASI
SOSOK
PHE Percepat Monetisasi Cadangan Migas
AGUNG ADIjANA GUSTIANSyAH
Sepenggal Senja di Pantai Panjiwa
Keteladanan Seorang Pemimpin
50
54
42
46
Bersepeda ke Kantor Menjaga SehatR. GununG SaRDjOnO HaDi,
Mantan Direktur utama PHE
Halal Bihalal Keluarga Besar PHE
PHE Teken Kontrak alih Kelola Dua Blok
PWP PHE Gelar Bakti Sosial
Kunjungan Direktur Pertamina ke Lapangan Bravo F/S PHE OnWj
66
5
Menyusuri Kenangan di jalur Tur
aGuS R MaRSanDiStrategic advisor PHE
COVER STORY
BackBone UTAMA DI SEKTOR HULU
Foto
: Dok
. PH
E
7
BackBone UTAMA DI SEKTOR HULU
Pelaksana Tugas Harian (PTH) Direktur
Utama PT Pertamina Hulu Energi
(PHE) Huddie Dewanto tampak santai
saat menerima Energia PHE di ruang
kerjanya, lantai 25 PHE Tower, Jakarta Selatan,
Senin (2/7) lalu. Tak tampak kesan suntuk pada
ronanya. Sikap optimisme terpancar dari wajahnya
yang terlihat ceria. Padahal, beban cukup berat
tengah dihadapinya. Selain menjadi PTH Dirut
PHE, sehari-hari Sarjana Akuntansi dari
Universitas Gadjah Mada ini menjabat Direktur
Keuangan dan Layanan Bisnis. Maklum, PHE
baru menerima alih kelola dua blok terminasi
yang 100% saat ini sahamnya dimiliki
Pertamina, yaitu Blok Tuban dan Blok Ogan
Komering. Pengelolaan kedua blok tersebut
akan menandai perjalanan 11 tahun PHE
tahun ini.
“Keduanya efektif dikelola penuh dan
penguasaan hak partisipasi (Participating
Interest/PI) 100% oleh PHE mulai 20 Mei 2018.
Satu lainnya, Blok Southeast Sumatra (SES)
mulai dikelola pada September mendatang,” ujar
Huddie.
Masuknya Blok SES akan mendongkrak produksi
migas PHE hingga menembus lebih dari 203 ribu
barrel oil equivalent per day (boepd). Dengan
level produksi tersebut ditambah efisiensi yang
terus dijalankan, PHE menargetkan bisa menjadi
kontributor laba terbesar sebagai anak usaha
hulu PT Pertamina (Persero) pada dua hingga
tiga tahun ke depan. PHE menjadi kepanjangan
tangan Pertamina yang mendapat penugasan
mengelola sejumlah blok habis kontrak (terminasi).
Dari delapan blok minyak dan gas terminasi yang
ditugaskan ke Pertamina untuk dikelola, empat
di antaranya diserahkan ke PHE. Keempat blok
adalah, Tuban, Ogan Komering, SES dan North
Sumatra Offshore (NSO).
Tidak hanya itu, dalam kurun 2018-2025, ada 30
blok migas yang akan berakhir masa kontraknya
dan 15 di antaranya kemungkinan besar akan
dikelola PHE. Hal ini mempertimbangkan bahwa
PHE memiliki PI di 15 blok tersebut saat ini.
Huddie mengatakan tantangan PHE dalam
pengelolaan blok terminasi adalah terkait dengan
skema PSC gross split, kemitraaan dengan BUMD
serta unrecovered cost di blok terminasi tersebut.
“Dengan skema PSC gross split, risiko finansial
akan ditanggung sepenuhnya oleh PHE sebagai
kontraktor,” katanya.
Ke depan PHE harus tetap berkembang dan makin
kuat, baik secara fundamental operasional maupun
keuangan dan tetap menjadi salah satu backbone
COVER STORY
Foto
: Dok
. PH
E
8
Pertamina di hulu untuk meningkatkan produksi
maupun cadangan. “Kami berharap sustainability
PHE tetap terjaga,” kata Huddie.
Ke depan, lanjut Huddie, PHE akan
mengedepankan faktor teknologi karena secara
operasional konvensional saja tidak cukup karena
perusahaan lain juga sudah melakukan terobosan.
PHE juga tentu ingin mengadopsi teknologi baru
untuk meningkatkan produksi dari segi subsurface
maupun operasionalnya.
Huddie mengatakan banyak prestasi yang diraih
PHE selama 11 tahun, mulai dari awal berdiri
hingga saat ini .
Selama 11 tahun pengintegrasian dari aset-aset
PHE cukup berhasil, operasional produksi maupun
finansial meningkat terus, bahkan tahun lalu
termasuk prestasi atau kinerja yang sangat tinggi
bagi PHE.
“Mudah-mudahan ke depan bisa berlanjut, dengan
tambahan aset-aset yang dipercayakan kepada
PHE kami optimistis masa depan PHE akan
semakin bagus, baik. Kontribusi terhadap portofolio
Pertamina semakin besar,” kata Huddie.
Ke depan, lanjut Huddie, PHE dituntut bekerja
lebih efektif dan efisien seiring skema kontrak
yang berbeda, seperti gross split. Skema
tersebut diaplikasikan agar kontraktor beroperasi
secara lebih efisien dan efektif. Kontraktor
mempunyai kewenangan lebih besar dibanding
skema cost recovery. Untuk itu harus terjadi
perubahan mindset dan perubahan bisnis proses
karena dengan skema gross split tuntutannya
lebih tinggi.
“Kami harus membuktikan bahwa dengan skema
itu perusahaan tetap berproduksi seperti ketika
menggunakan skema PSC sebelumnya,” kata dia.
Kinerja Operasi dan prOduKsi 2008-2018 (2018 target)
Minyak (bopd)
Produksi Gas (mmscfd)
Migas (boepd)
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
33.451
33.593
47.841
53.515
58.871
58.379
66.041
70.251
66.302
62.588
69.298
70.411
152
163
332
406
460
485
497
509
678
722
723,5
771
59.686
61.727
105.144
123.591
138.267
142.090
151.823
158.104
183.325
187.205
194
203
Ekariza, Direktur Operasi dan Produksi PHE,
mengatakan tantangan yang dihadapi PHE
dalam pengelolaan blok terminasi adalah
mempertahankan, bahkan meningkatkan produksi
minyak dan gas blok-blok terminasi tersebut. Untuk
itu, sejumlah upaya dilakukan mulai dari pekerjaan
well service, workover hingga drilling.
“Untuk mengganti sumur (produksi) yang ada,
PHE juga harus melakukan eksplorasi di blok
untuk menggantikan cadangan yang habis melalui
komitmen pasti yang telah ditetapkan,” kata dia.
Saat ini PHE memiliki portofolio operasional dan
portofolio nonoperasi atau nonoperator. Keduanya
menjadi fokus perhatian PHE. Nonoperator pun
PHE harus melakukan tinjauan rencana kerja.
COVER STORY
Pasalnya, tanpa persetujuan bisa jadi uang
investasi yang harus dikeluarkan menjadi tersendat,
untuk nonoperator, saat ini kontribusi terhadap
produksi minyak PHE hanya sekitar 10 ribu-11 ribu
bopd.
Hanya berasal dari dua blok utama yang dikelola
PHE, yakni Offshore North West Java (ONWJ),
West Madura Offshore (WMO). “Itu artinya 90%
produksi minyak PHE berasal dari blok offshore.
Sisanya kecil-kecil,” kata Ekariza.
Menurut Ekariza, pasca mendapat hak pengelolaan
blok terminasi, peningkatan produksi PHE baru
akan terjadi saat SES mulai dikelola 100%
September nanti. Kontribusi SES akan naik
signifikan dibanding saat ini dengan penguasaan PI
PHE yang hanya 20%. Pasca terminasi, dengan PI
100% ada tambahan produksi 23 ribu-24 ribu bph
(termasuk 10% bagian BUMD).
“Hari ini sama saja sekitar 63 ribu-64 ribu bph,
kalau SES masuk baru akan bertambah
sekitar 30 ribu bph jadi 87 ribu bph,” ungkap dia.
Ke depan, Ekariza mencermati sejumlah faktor
yang harus menjadi perhatian PHE disisi operasi.
Mulai dari mengelola lapangan migas yang luas,
menjaga keselamatan kerja dan perlindungan
lingkungan. Juga peningkatan produksi minyak
dengan wells service pemboran workover, dan
kehandalan fasilitas.
“Minyak yang diproduksi kalau enggak sampai ke
konsumen sama saja kita enggak dapat apa-apa,
tidak dapat uang. Uang kan kita dapatkan kalau
minyak sudah dijual,” katanya.
Selain itu, masalah gangguan sosial dan keamanan
penting diselesaikan. Seringkali gangguan sosial
keamanan membuat produksi menjadi tidak
EKARIzA, Direktur Operasi dan Produksi PHE
Foto
: Tat
an A
gus
Rust
andi
10
atau lapangan yang berada di luar Sukowati.
Tanpa Sukowati, PHE menargetkan Tuban akan
berkontribusi 1.100-1.200 bopd minyak. Namun
PHE masih memiliki simpanan cadangan besar di
Tuban.
Darwin Tangkalalo, General Manager PHE Tuban
East Java, mengatakan PHE Tuban East Java
masih memiliki Lapangan Sumber. Discovery
gasnya sebesar 20 mmscfd dan bisa mulai
dikomersialkan pada tahun ini juga.
“Sekarang sedang berdiskusi degan SKK Migas
agar Sumber bisa kami masukkan tahap komersial,”
kata dia.
Tidak hanya itu, Blok Tuban masih mempunyai
Northwest Lengowangi di Gresik dengan potensi
sebesar 1.500 bph. Jika tes yang dilakukan
mulus dan SKK Migas setuju, Lengowangi
akan bisa mulai dikomersialkan pada awal
2019. Bahkan, Tuban masih menyimpan
prospek West Mudi A. Potensi lapangan
ini hampir sama dengan lapangan
Mudi yang berproduksi saat ini. Mudi
merupakan lapangan minyak dengan
produksi puncak
mencapai 10 ribu
bopd.
“Ada juga yang
namanya Kemandung,
Gresik. Ini bisa digolongkan
prospek Big Fish, tapi perlu kajian
detail lagi karena Big Fish juga high risk,”
kata Darwin.
Amrullah Muiz, GM PHE Ogan
Komering, mengatakan Blok Ogan
Komering sangat besar. Saat ini
yang baru aktif hanya 10% dari total
blok. Sisanya, 90% masih berupa
11
optimal. Terakhir adalah menerapkan efektivitas
dan efisiensi pembiayaan. Apalagi dengan skema
kontrak bagi hasil (production sharing contract/
PSC) gross split.
AlIH KElOlAProses alih kelola Blok Tuban dan Ogan Komering
relatif tidak banyak masalah. Apalagi, PHE juga
telah ikut dalam pengelolaan sebelumnya melalui
skema joint operation body (JOB). Bersama
Jadestone, PHE mengelola Blok Ogan Komering
dengan porsi kepemilikan PI masing-masing
sebesar 50%. Kini setelah menguasai 100%, posisi
produksi yang sebelumnya dibagi dua, kini 1.900
bopd minyak dari Ogan Komering sepenuhnya milik
PHE.
“Produksi tetap, tapi dengan bertambahnya
PI 50% dengan target produksi 1.900
bopd, yang tadinya hanya dapat 900-an,
sekarang semuanya,” kata Ekariza.
Di Tuban, Pertamina
menguasai penuh Blok
Tuban yang sebelumnya
sebagian dikelola
PetroChina. Namun
untuk Lapangan
Unitisasi Sukowati,
yang sebelumnya
dioperasikan
JOB Pertamina-
PetroChina East
Java, kini beralih
ke Pertamina EP Asset 4
Sukowati Field, salah satu unit
bisnis PT Pertamina EP, anak
usaha Pertamina di sektor hulu
lainnya.
Di Sukowati, PHE hanya
menguasai lapangan Mudi
Kinerja Keuangan (pendapatan dan
laba bersih Perusahaan) 2008-2018
(2018 target)
2007-0,18
2008384,49
2009230,37
2010422,30
2015204,11
2013715,46
2016191,02
2017250,88
2018211.62
2014387,67
2011301,21
2012672,16
laba Bersih (juta US$)
COVER STORY
potensi yang harus dikembangkan melalui
eksplorasi.
“Jadi teman-teman melakukan berbagai upaya
dan sudah melihat (potensi cadangan), tapi untuk
meyakinkan kami lakukan QC oleh akademisi di
ITB yang nama upper target,” kata dia.
Menurut Amrullah, tantangan bagi PHE
mengelola blok terminasi, khususnya di Ogan
Komering adalah menunjukkan bahwa Pertamina
mampu mengelola blok. Pertama dengan
mempertahankan produksi yang ada, jangan
sampai turun. Kedua, meningkatkan cadangan.
“Karena cadangan yang ada sekarang, paling
bertahan dua-tiga tahun yang akan datang.
Bagaimana caranya, kita harus eksplorasi,” kata
Amrullah.
jAlIN KERjA SAMAPenugasan untuk mengelola blok-blok
terminasi otomatis akan meningkatkan produksi
migas PHE. Disisi lain, kebutuhan akan biaya
pengembangan juga ikut meningkat. Tidak hanya
untuk mempertahankan produksi yang ada,
namun juga untuk kelangsungan operasi ke depan
dengan meningkatkan cadangan melalui aktivitas
eksplorasi.
Saat ini PHE menguasai 100% PI dari blok-blok
terminasi yang dikelola. Nantinya, selain 10%
diperuntukkan bagi daerah melalui Badan Usaha
Milik Daerah (BUMN), PHE juga berpotensi
melepas sebagian PI yang dikuasainya ke mitra
strategis.
Huddie Dewanto mengatakan ada beberapa mitra
yang sudah melakukan pendekatan, tapi prosesnya
masih di internal, pedoman-pedomannya harus
dilengkapi dulu karena ini hal yang baru.
Ekariza menambahkan tanpa mitra pun, sejatinya
PHE bisa mengelola sendiri blok-blok terminasi
tersebut. Ini ditunjukkan dari dua blok yang telah
12
jumlah Cadangan 2008-2018
Minyak (mmbo)
Tambahan Cadangan P1
Gas (bscf)
Migas (mmboe)
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
5.12
20.46
17.20
29.79
14.56
18.32
118.29
35.23
85.39
121.39
128.77
90.49
126.93
142.2
335.32
209.68
19.86
41.41
39.43
45.41
36.47
42.86
176.17
71.42
diambil alih, Tuban dan Ogan Komering. Ini
ditunjukkan dengan operasi di Tuban dan Ogan
Komering tetap jalan tanpa keterlibatan mitra.
“Sekarang kami kuasai 100%. Kalau ada yang mau
business to business, ya kami terbuka,” tandas
Ekariza.
Komaidi Notonegoro, Direktur Eksekutif ReforMiner
Institute, menjelaskan salah satu tantangan utama
yang akan dihadapi oleh PHE ke depan adalah
pemilihan mitra strategis. Pasalnya, model bisnis
PHE adalah menangani kerja sama dengan
pihak lain. Tantangan utama PHE adalah dalam
memilih mitra yang diajak bekerja sama. “Hal ini
berpengaruh langsung dalam masalah teknis,
produksi, dan keuangan,” ujarnya.
Ada untung rugi mempercayakan penuh PHE
menjadi pengelola blok-blok terminasi. Jika
diberikan PHE tentu peluang manfaat ekonomi
yang masuk ke negara semakin besar. Pasalnya,
rantai bisnis sebagian besar akan berada di
perusahaan yang merupakan anak dari BUMN
yang secara kontrol dan arah kebijakannya lebih
dapat diintervensi pemerintah.
Pri Agung Rakhmanto, Ketua I Ikatan Ahli
Perminyakan Indonesia (IATMI), mengatakan
memasuki usia 11 tahun, PHE kian menunjukkan
kapasitasnya sebagai salah satu tulang punggung
utama Pertamina di sektor hulu migas. Kontribusi
PHE makin signifikan seiring bertambahnya
produksi PHE dengan masuknya beberapa blok
terminasi dengan produksi besar.
Umur makin bertambah tentu tantangan otomatis
menjadi lebih besar. Tantangan ke depan yang
akan dihadapi PHE adalah melipatgandakan
produksi maupun cadangan migas ke depan.
Apalagi PHE akan jadi backbone utama di sektor
hulu. Semoga. Foto
: Dok
. PH
E
13
JUMLAH ANAK USAHA 2008-2018
jumlah AP
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
20
22
27
37
37
40
48
52
56
57
59
59
COVER STORY
Proses alih kelola blok migas dari
operator existing – yang sebagian besar
perusahaan asing – ke PT Pertamina
(Persero) sejauh ini berjalan mulus.
Kekhawatiran adanya aksi protes pekerja operator
existing tidak terjadi. Bahkan, pekerja migas
yang sebagian besar adalah anak-anak negeri
sendiri mengaku senang karena mereka akan
bekerja di bawah bendera korporasi nasional.
Sederhananya, mereka hanya berganti logo
perusahaan saja karena blok dan mitra kerjanya
tak banyak berubah.
SDM BLOK TERMinaSi: DIREKRUT DEMI MENJAGA PRODUKSI
14
“Untuk mengerjakan blok-blok terminasi, kami
mengutamakan untuk tidak merekrut SDM dari luar.
Pekerja lama yang sudah mengenal karakteristik
lapangan dimanfaatkan,” tegas Ekariza, Direktur
Operasi dan Produksi PT Pertamina Hulu Energi
(PHE), anak usaha PT Pertamina (Persero) yang
sering kebagian mengelola blok-blok terminasi.
PHE mengelola 5 blok terminasi masing-masing
Ogan Komering, North Sumatera Offshore (NSO),
North Sumatera B (NSB), Blok Tuban, dan Blok
Southeast Sumatra (SES).
Pengelolaan Blok NSO dan NSB diambil dari
ExxonMobil pada 1 Oktober 2015. Blok tersebut
akan berakhir masa kontraknya pada Oktober
2018. Nantinya, kontrak migas kedua blok ini akan
menggunakan skema kontrak gross split, sesuai
dengan Peraturan Menteri ESDM Nomor 52 Tahun
2017 tentang Perubahan atas Permen ESDM
Nomor 8 Tahun 2017 tentang Kontrak Bagi Hasil
Gross Split.
Blok NSB mulai berproduksi pada 1977 dengan
puncak produksi mencapai sekitar 3.400 juta kaki Foto
: Dok
. PH
E
15
COVER STORY
kubik per hari (mmscfd). Sementara NSO mulai
berproduksi sejak 1996 dengan puncaknya 400
mmscfd. Dari data Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral (ESDM), cadangan minyak Blok NSO
sebesar 272 mtsb dan gas 92 miliar kaki kubik
(bscf).
Sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana
Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK
Migas) meminta operator baru di blok migas yang
akan berakhir kontraknya tetap mempekerjakan
pekerja yang sudah ada di sana. Kebijakan ini
untuk menghindari adanya gejolak sosial. “Pekerja
lama ini masih layak dan kompeten untuk bekerja
di blok tersebut. Kami mengimbau sedapat mungkin
di-hire semua, supaya menghindari gejolak
pekerja,” tutur Kepala Sumber Daya Manusia (SDM)
SKK Migas Muhammad
Arfan.
Tetapi, menurut Arfan,
kebijakan kepegawaian
tergantung pada Pertamina
yang akan menjadi operator
baru. SKK Migas tidak bisa
memaksa operator baru
untuk merekrut kembali
pekerja yang sudah ada.
Apalagi, kontrak baru
blok yang akan habis itu
menggunakan skema
gross split. Dalam skema
ini, operator harus pandai
berupaya keras agar
blok migas yang dikelolanya memenuhi aspek
keekonomian.
PHE sudah berupaya keras memenuhi himbauan
SKK Migas. Menurut Ekariza, di Tuban, Joint
Operating Body Pertamina PetroChina East Java
(JOB PPEJ) setelah bubar pekerja PetroChina
dan Pertamina kembali ke entitas masing-masing.
Pekerja yang direkrut JOB
PPEJ diputus kontraknya.
Namun, PHE membutuhkan
maka mereka diserap
setelah melalui proses
seleksi. Masalah SDM
Blok Tuban sudah selesai
karena sebagian besar
diambil oleh Pertamina EP
untuk mengelola Lapangan
Sukowati.
“Beberapa pekerja diambil
PetroChina maupun
Pertamina. Tapi tenaga
kontrak atau pekarya itu kami
serap semua. Jadi sebenarnya kalau untuk job
pekerja kontrak tidak ada perubahan yang sangat
mendasar. Hanya statusnya saja berubah,” tuturnya.
Darwin Tangkalalo, GM PHE Tuban East Java,
menambahkan pekerja PHE di lapangan sebanyak
17 orang. Jika ditambahkan dengan SSO – tidak
tinggal di Lapangan tetapi di Jakarta – mencapai
16 Kebijakan
kepegawaian
tergantung pada
Pertamina yang
akan menjadi
operator baru
55 orang. Para pekerja eks Lapangan Sukowati
sebagian besar atau 55 orang bergabung
dengan Pertamina EP, 14 orang ditarik PHE, dan
sisanya sekitar 40 orang diambil PetroChina.
“Sebagian besar pekerja di lapangan dominan dari
PetroChina, ada 131 orang. Tapi, hampir semua
terserap. Ada juga yang resign akibat faktor umur
pensiun,” tuturnya. Jadi, pengalihan SDM sudah
selesai, sementara pengalihan lain-lain masih terus
dilaksanakan.
Blok SES merupakan salah satu blok dengan
cadangan dan produksi migas yang cukup
besar, risiko subsurface yang relatif kecil dan
menjadi salah satu penyuplai gas utama untuk
pembangkitan listrik di Pulau Jawa. Cadangan yang
masih tersisa di blok ini sebesar 60 juta
barel (mmbl) minyak dan 178 miliar kaki kubik
(bcf) gas. Jika menghitung cadangan potensial
(probable reserves), blok ini masih mengandung
1.490 mmbl minyak dan 406 bcf gas. Blok SES
menduduki peringkat 6 produksi migas terbesar
nasional, yaitu 30 ribu bopd dan produksi gas 140
mmscfd.
“Kalau dlihat dari sisi produksi kan SES paling
besar jadi paling berat tantangannya untuk
mempertahankan produksi. Kami menjaga itu.
Makanya sudah dimulai tim alih kelola untuk
bagaimana mereka menyiapkan rencana kerja
untuk pertahankan produksi,” terang Ekariza.
Tak sekadar mempertahankan produksi, Ekariza
menuturkan PHE bertekad untuk meningkatkan
produksi Blok SES. Caranya dengan melakukan
perbaikan fasilitas yang ada di sana dan menerapkan
berbagai inovasi. Tim alih kelola sedang bekerja
sama dengan CNOOC, operator lapangan SES
sebelumnya, guna mengkomunikasikan berbagai
rencana program. “Saat ini, kami belum bisa masuk
ke sana untuk mengoperasikan lapangan. Kami
intensif untuk berkomunikasi, menggelar rapat-rapat
dengan mereka,” tambah Ekariza.
Salah satu masalah krusial yang dibahas dan
memerlukan eksekusi segera adalah penetapan
status kontrak, baik untuk kontrak yang terkait
dengan produksi seperti penggunaan rig, maupun
kontrak tenaga kerja. Jika pun ada kontrak
terminasi, operasional harus tetap jalan. Istilahnya,
jangan sampai begitu habis kontrak, SES
kehilangan sopir. “Kontrak-kontrak itu tidak bisa
diputus begitu saja. Harus disiapkan dari sekarang.
Makanya, kami komunikasikan hal ini dengan
CNOOC dan SKK Migas,” katanya.
Amrullah Muiz, GM PHE Ogan Komering, mengaku
tidak muncul persoalan serius terkait SDM saat
terjadi alih kelola lapangan migas. Sekitar 60%
pekerja operator lama atau 53 pekerja diserap
PHE. “Tidak ada masalah. Organisasi ikut terbantu.
Kita juga ada unitisasi,” katanya.
Kondisi pekerja di Ogan Komering, kata Amrullah,
berkontradiksi dengan Blok Tuban. Sebagian kecil
pekerja, sekitar 20%, untuk aktivitas eksplorasi dan
produksi. Foto
: Dok
. PH
E
17
COVER STORY
Berbagai inisiatif telah dilakukan
Pertamina Hulu Energi (PHE) untuk
menjadi entitas bisnis yang bisa
membiayai kegiatan operasinya sendiri.
Mulai dari mengoptimalkan penggunaan anggaran,
efisiensi biaya operasi, hingga peningkatan volume
produksi dan lifting. Terlebih dengan penerapan
model skema kontrak bagi hasil gross split di
beberapa blok terminasi, PHE tidak dapat lagi
PHE is on The RighT TRack
18
beroperasi at any cost. Kegiatan PoD untuk
beberapa blok diupayakan dapat diakselerasi agar
bisa on stream sesuai jadwal, sehingga bisa cepat
memberikan hasil.
Keputusan untuk melepas dan mengembalikan
beberapa blok eksplorasi juga diharapkan akan
mengurangi beban cashflow PHE. “Saya ingin
mengatakan bahwa saat ini PHE is on the right Foto
: Dok
. PH
E
19
track untuk bisa membiayai kegiatan operasinya
sendiri di masa yang akan datang,” ujar Huddie
Dewanto, Pelaksana Tugas Direktur Utama PHE.
Keyakinan Huddie yang juga direktur keuangan
PHE bukan tanpa alasan. Hal itu tercermin dari
penurunan utang perseroan ke induknya,PT
Pertamina (Persero) dari tahun ke tahun. Jika pada
2016, utang ke Pertamina masih sebesar US$1
COVER STORY
miliar, maka pada tahun ini jumlah utang menurun
US$300 juta menjadi US$700 juta. Bahkan hingga
kuartal I 2018, PHE membukukan free cash flow
sebesar US$240 juta.
Dari sisi balance sheet, menurut Huddie, PHE
selalu melakukan pelunasan secara lebih cepat.
Ini bisa dilakukan karena laba PHE jauh lebih
tinggi dari perencanaan awal, sehingga bisa
mengakselerasi pelunasan utang.
Pembiayaan mandiri diwacanakan Pertamina
kepada anak-anak usahanya, khususnya di sektor
hulu. Wacana tersebut tidak lepas dari kondisi
keuangan Pertamina secara keseluruhan. Saat
ini sumber pembiayaan belanja operasional
(opex) dan belanja modal (capex) PHE dan juga
anak-anak usaha Pertamina lainnya berasal dan
dikonsolidasikan melalui direktorat hulu.
Jika ditetapkan harus membiayai sendiri, PHE
harus mencari sumber pembiayaan secara mandiri,
seperti dari pendapatan penjualan minyak dan
gas. Misalnya, pada 2018 kebutuhan pembiayaan
capex dan opex sebesar US$1,6 miliar. Dengan
pendapatan 2017 yang mencapai US$1,99 miliar,
tentu saja PHE bisa membiayai kebutuhan opex
dan capex. Kalau tidak cukup, mencari pembiayaan
eksternal, seperti melalui pembiayaan bank maupun
penerbitan obligasi bisa dilakukan.
Dengan membiayai kegiatan operasinya sendiri,
PHE tentu bisa lebih fleksibel dalam penentuan
alokasi anggaran. Tidak hanya itu, dengan
pembiayaan mandiri, PHE juga berpotensi
meningkatkan kontribusinya ke Pertamina.
“Jadi tidak sekadar mampu membiayai sendiri,
yang itu sudah given, tapi bagaimana PHE ke
Pertamina bisa semakin meningkat dari sisi
sumbangan produksi, besaran cadangan, besaran
laba maupun cash flow,” kata Huddie.
Kajian internal pun sudah dilakukan untuk
memuluskan rencana pembiayaan mandiri. Langkah-
langkah maupun tahapan juga sudah dikaji. Nah soal
waktu, keputusan tentu ada di tangan Pertamina
sebagai induk usaha. Kalaupun saat ini diputuskan
untuk diterapkan, Huddie menyebutkan secara
fundamental PHE sudah cukup, secara fundamental
angka-angka. Tapi tahapan secara proses mungkin
yang perlu dilihat kembali.
Lalu, bagaimana jika pembiayaan mandiri sudah
diterapkan? Nantinya kontribusi PHE ke Pertamina
hanya melalui dividen yang diberikan setiap tahun.
Apakah Pertamina siap dengan kondisi seperti itu?
Dari sisi PHE, sebenarnya dari hasil produksi
minyak dan gas sudah cukup,kecuali kalau ada
hal-hal anorganik, seperti harus membeli aset
yang bernilai miliar dolar AS, “Ini kan tidak secara
20
proporsional bisa kami rencanakan sendiri. Strategi-
strategi ini yang harus diputuskan oleh persero,”
kata Huddie.
Pendanaan mandiri, kata dia, tidak bisa hanya
satu sisi saja. Pasalnya, keputusan financing
dan investasi dua mata uang dengan satu sisi.
Apakah investasi juga akan diserahkan ke PHE?
Ini juga yang harus diputuskan Pertamina. Karena
kalau bussiness as usual tidak ada masalah, tapi
kebutuhan investasi selanjutnya apakah harus
diserahkan ke PHE juga. Ini yang perlu diputuskan
oleh persero.
Huddie mencontohkan kasus PT Saka Energi
Indonesia, anak usaha PT Perusahaan Gas
Negara Tbk (PGAS), yang saat ini berada di bawah
naungan Pertamina dalam wadah holding BUMN
migas. Status Saka tentu tidak bisa tetap di bawah
PGN, namun bisa jadi diserahkan ke anak usaha
Pertamina di sektor hulu.
“Contohnya Saka dari PGN akan dibagaimanakan,
ini dinamis sekali. Kajian kami berdasarkan kondisi
sekarang,” kata Huddie.
Menurut Huddie, skema pembiayaan mandiri tentu
akan memberikan independensi bagi anak usaha
Pertamina. Namun tentu juga tidak serta merta bebas,
karena pasti ada batasan. Apalagi status sebagai
anak usaha perusahaan negara (BUMN), pemerintah
tentu punya kepentingan terhadap Pertamina.
“Full cycle jangan dibayangkan sebebas-bebasnya
bisa melakukan aktivitas pendanaan maupun
investasi. Pasti ada batasan, karena sebagai
anak BUMN secara tidak langsung kepentingan
pemerintah juga ada,” katanya. Foto
: Dok
. PH
E
21
COVER STORY
22
Pasca alih kelola Blok Tuban,
dengan pola Kontrak
Bagi Hasil “Gross Split” saat
ini yang menjadi perhatian
utama adalah kesinambungan
kegiatan operasional tetap
berjalan dengan baik. Beberapa
fasilitas produksi seperti
Tuban Marine Terminal yang
di dalamnya ada FSO Cinta
Natomas yang merupakan milik
negara, CPA Mudi, kantor satelit
Mudi serta lapangan Sukowati
pengelolaannya diserahkan
kepada PT Pertamina EP (PEP)
Aset 4 Cepu dalam rangka
optimalisasi aset PHE Tuban
East Java.
Selanjutnya untuk pemanfaatan
fasilitas yang dimaksud di
atas dalam proses alih kelola
Blok Tuban adalah melalui
Facility Sharing Agreement
(FSA) dan Operating Sharing
Agreement (OSA) dengan PEP
Aset 4 Cepu. Misalnya untuk
kantor satelit Mudi digunakan
bersama dengan PEP Aset
4 Cepu secara proporsional
dan sesuai kebutuhan. Hal-hal
yang lebih rinci dalam FSA
dan OSA sambil jalan akan
diatur kemudian misalnya untuk
maintenance, penggunaan
material dan operasional lainnya.
Poin utamanya adalah sesuai
dengan harapan dari pemerintah
maupun SKK Migas bahwa
meskipun terjadi alih kelola,
kesinambungan operasional
migas Blok Tuban harus tetap
terjaga dan berjalan lancar,
jangan sampai terkendala oleh
hal hal yang tidak perlu.
Sebelumnya kita mengelola
dua lapangan migas yang
menjadi tulang punggung yakni
Sukowati dan Mudi dengan
kapasitas produksi Sukowati
sebesar 7.000-8.000 bopd dan
Mudi sebesar 1.100-1.200 bopd.
Sambil menunggu redeterminasi
porsi unitisasi migas di lapangan
Sukowati, saat ini fokus kita
di lapangan existing Mudi dan
produksi gas dari lapangan
Lengowangi yang sekitar 2
mmscfd.
Kegiatan operasional produksi
migas di lapangan Mudi menjadi
landasan untuk membiayai
kegiatan operasi kita. Yang akan
dilakukan adalah bagaimana
mempertahankan produksi
migas Mudi melalui program
Well Service (ESP replacement)
sebanyak 10 sumur. Di blok
Tuban East Java kita masih
mempunyai tabungan cadangan
migas untuk meningkatkan
produksi sekaligus revenue.
Yang pertama adalah lapangan
Sumber, terdapat satu sumur
temuan eksplorasi yang belum
dikomersialkan dengan hasil
uji sumur berupa gas sekitar
20 mmscfd. Saat ini diskusi
dengan SKK Migas telah
diinisiasi agar sumur ini bisa
DARWIN TANGKAlAlOGeneral Manager Tuban
East java-Randugunting
Menjaga Mudi,
Mengoptimalkan Tabungan
BIODATATanggal lahir:16 agustus 1964
Pendidikan:• S1 Geologi, universitas
Hasanuddin
• S2 Geofisika Reservoar,
universitas indonesia
Karir• Manager asset CBM
Kalimantan PHE (2012-
2013)
• Senior Manager
Exploration java&Overseas
PHE (2013-2015)
• General Manager PCPP
OC SDn BHD. Block SK-
305, Sarawak Offshore,
Malaysia.(2015-2018)
• General Manager jOB
Pertamina-PetroChina East
java, Blok Tuban.(1 april
2018-19 Mei 2018)
• General Manager Tuban
East java-Randugunting.
(20 Mei 2018 – sekarang)
Foto
: Tat
an A
gus
Rust
andi
23
segera dikomersialkan
melalui mekanisme Put
on Production (PoP)
mempertimbangkan
potensi market gas saat
ini, sambil mempersiapkan
beberapa program
lain terkait dengan
pengembangan lapangan
secara komprehensif.
Kedua, adalah sumur
temuan eksplorasi North-
West Lengowangi di
daerah Gresik, dengan
potensi 1,500 bph minyak
berdasarkan hasil DST.
Rencananya, akhir
tahun kita akan masuk
ke situ untuk melakukan
re-test, yang programnya
sudah disetujui oleh
SKK Migas. Satu lagi
yakni prospek West Mudi
A, yang evaluasinya
sudah memasuki tahap
akhir proses funneling
eksplorasi.
Paling tidak, dalam satu
tahun ke depan sebagai
program Quick Win yang
akan kita kerjakan sebagai
PHE Tuban East Java
adalah mempertahankan
level produksi Mudi
dan komersialisasi
gas lapangan Sumber
kemudian membuka
kembali dan memproduksi-
kan sumur North West
Lengowangi
COVER STORY
24
AMRUllAH MUIzGeneral Manager PHE Ogan Komering
Mempertahankan Produksi Existing,
Akselerasi Eksplorasi Untuk
Menambah Cadangan Migas
BIODATATanggal lahir:31 Mei 1963
Pendidikan:• S1 Teknik
Pertambangan,
universitas Sriwijaya
Karir• Chief Operation
Engineer jOB Pertamina
Talisman OK Ltd
(agustus 2005-juli 2010)
• Field Manager jOB
Pertamina Talisman OK
Ltd (juli 2010-Maret
2016)
• VP Operation
PHE OnWj (april
2016-agustus 2017)
• General Manager jOB
Pertamina jadestone
(OK) Ltd (September
2017-Mei 2018)
• General Manager
PHE OK (Mei 2018 -
sekarang)
Sejak 20 Mei 2018, PHE
OK mengambilalih
pengelolaan Blok Ogan
Komering berdasarkan KepMen
ESDM no.1793 K/12/MEM/2018
tanggal 18 April 2018 dan Surat
Kepala SKK MIgas No.SRT-0312/
SKKMA0000/2019-S1 tanggal 4
Mei 2018. Blok OK sebelumnya
dikelola oleh Pertamina bermitra
dengan Jadestone Energy dan
Talisman Energy sehingga kultur
perusahaan dipengaruh oleh
kedua Mitra tersebut.
Sejak diambil alih, semuanya
business process menjadi
One Pertamina, One PHE.
Secara operasional, semuanya
berjalan tanpa ada kendala,
setelah dilakukan sosialisasi
kepada semua lini pekerja dan
stakeholder. Sehingga terbentuk
kesamaan visi dan missi dari
Foto
: Tat
an A
gus
Rust
andi
25
semua insan Pertamina bahwa
saat ini kita stand alone, kita
membawa nama perusahaan
yang merupakan BUMN.
Sosialisasi termasuk juga dengan
skema gross split yang sudah
diberlakukan di wilayah operasi
PHE, termasuk di Ogan Komering.
Tantangan kita bersama saat
ini adalah menunjukkan bahwa
kita mampu mengelola blok
ini. Pertama, mempertahankan
produksi existing, jangan sampai
turun. Kedua, upaya untuk
meningkatkan cadangan yaitu
melakukan akselerasi program
eksplorasi secara masif. Karena
cadangan ada sekarang, hanya
akan mampu bertahan dua-tiga
tahun yang akan datang.
Blok OK saat ini hanya aktif 10%.
sementara 90% lainnya masih
merupakan potensial dan discovery.
Karena itu, blok- blok tersebut
harus dikembangkan, program
eksplorasi baru harus dilakukan,
monetisasi temuan discovery harus
segera dilakukan. Saat ini PHE
OK melakukan berbagai upaya
untuk mempertahankan Produksi
misalnya well service, perbaikan
fasilitas produksi dan reperforasi.
Tim GGR telah bekerja sama
dengan Institut Teknologi Bandung
untuk melakukan studi bersama
untuk melakukan reinterprestasi
dan Quality Control (QC) terhadap
hasil study yang telah dilakukan.
Berdasarkan hasil kajian dan
study tersebut maka akan
ditindaklanjuti dengan program
pemboran eksplorasi, pemboran
pengembangan dan work over.
Dari sisi produksi, sejak
diambilalih 100% pada 20 Mei
2018 untuk minyak 2.200 bopd di
atas target WPNB 103% YTD dan
gas 9,3 mmscfd di atas target
WP&B 102% YTD.
Organisasi kita saat ini lebih
slim dibandingkan sebelumnya,
dengan PSC skema gross split
dimana semua biaya dikeluarkan
sumbernya dari perusahaan
maka pola kerja dan proses
bisnis PHE OK diharapkan akan
lebih efisien dengan memberikan
benefit sebesar-besarnya untuk
perusahaan dan shareholder.
COVER STORY
26
Memasuki umurnya yang
menginjak 11 tahun, tentu
PT Pertamina (Persero) melihat
ada pertumbuhan yang terjadi di
PT Pertamina Hulu Energi (PHE).
Perkembangan PHE dalam 11
tahun eksis di dunia migas Tanah
Air patut diapresiasi apalagi jika
dilihat dari sisi kontribusinya
terhadap Pertamina maupun
nasional yang berkembang
cukup bagus. Ini ditunjukkan
dengan banyak blok terminasi
yang kemudian dikelola PHE
memiliki kinerja yang tidak jelek.
Salah satu tantangan utama
yang akan dihadapi oleh PHE
ke depan adalah pemilihan mitra
strategis. Pasalnya, model bisnis
PHE adalah menangani kerja
sama dengan pihak lain tantangan
utama PHE adalah dalam memilih
mitra yang diajak bekerja sama.
Hal ini berpengaruh langsung
dalam masalah teknis, produksi,
dan keuangan.
Ada untung rugi mempercayakan
penuh PHE menjadi pengelola
blok-blok terminasi. Jika
diberikan PHE tentu peluang
manfaat ekonomi yang masuk ke
negara semakin besar. Pasalnya,
rantai bisnis sebagian besar
akan berada di perusahaan
yang merupakan anak dari
BUMN yang secara kontrol dan
arah kebijakannya lebih dapat
diintervensi pemerintah.
Tapi bukan berarti tidak ada
tantangan. Jika tidak cermat
PHE bisa merugi dalam
pengelolaan blok terminasi. Bila
PHE rugi negara tentu juga akan
terdampak.
Saat ini tugas berat dihadapi
PHE setelah mendapatkan
mandat untuk bertanggung
KOMAIDI NOTONEGORO, Direktur Eksekutif ReforMiner institute
Pemilihan Mitra
Strategis Jadi
Tantangan PHE ke Depan
BIODATA
Tempat/Tanggal lahir:Bojonegoro, 12 September 1982
Pendidikan:• S1 Ekonomi dan Bisnis,
universitas airlangga
• S2 ilmu Ekonomi,
universitas Trisakti
• S3 Kebijakan Publik,
universitas Trisakti
Karir• Tenaga ahli Komisi Vii
DPR
• Peneliti pada Divisi Riset
Bursa Efek jakarta/
indonesia
• Direktur Eksekutif
ReforMiner institute
• Pengajar Magister ilmu
Ekonomi, universitas
Trisakti
Foto
: Tat
an A
gus
Rust
andi
27
jawab mengelola beberapa
blok terminasi atau yang habis
masa kontraknya pada 2018.
Dari delapan blok terminasi,
PHE kebagian mengelola
setengahnya, atau sebanyak
empat blok migas sekaligus.
Blok Tuban, Ogan Komering,
Southeast Sumatra (SES) serta
NSO adalah empat blok tersebut.
Meskipun hampir semuanya
PHE sempat menjadi salah
satu bagian dari operator yang
memiliki hak partisipasi, jumlah
atau porsinya dulu tidaklah
seperti sekarang yang 100% kini
dimiliki PHE.
Porsi kepemilikan penuh blok
terminasi memang memberikan
dampak positif bagi PHE
terutama dari sisi produksi yang
otomatis bertambah. Namun
bertambahnya jumlah blok migas
yang dikelola tentu menambah
pos biaya perusahaan. Apalagi
blok migas yang bertambah
merupakan blok migas sudah tua
sehingga dipastikan butuh effort
ekstra dalam mengelolanya.
COVER STORY
28
Memasuki usia 11 tahun,
PHE makin menunjukkan
kapasitasnya sebagai salah
satu tulang punggung utama
PT Pertamina (Persero) di
sektor hulu migas. Kontribusi
PHE makin signifikan seiring
bertambahnya produksi PHE
dengan masuknya beberapa blok
terminasi dengan produksi besar.
Umur makin bertambah tentu
tantangan otomatis menjadi
lebih besar. Utamanya adalah
bagaimana PHE harus bisa
melipatgandakan produksi
maupun cadangan migas
kedepan. Itu saya kira tugas
pokok PHE yang saat ini
mengelola dan mengoperasikan
beberapa lapangan migas kunci
di Indonesia.
PHE memiliki ciri khas tersendiri
ketimbang perusahaan sektor
hulu lainnya di Pertamina. Untuk
itu wajar jika PHE menjadi pilihan
manajemen korporat untuk bisa
mengelola blok-blok terminasi
yang dipercayakan oleh pemeritah.
Apalagi, pengelolaan blok migas
yang memerlukan mitra, mungkin
lebih pas diberikan ke PHE karena
sudah terbiasa pola seperti itu.
Yang own operation, mayoritas
diberikan kepada PT Pertamina EP.
Salah satu tantangan utama
PHE dalam mengelola blok
terminasi adalah dalam hal
persiapan yang relatif tidak ada
waktu transisi cukup panjang
dan sesuai dengan kaidah
perminyakan pada umumnya.
Hal ini terjadi lantaran kepastian
bahwa blok tersebut diberikan ke
Pertamina relatif sangat sempit.
Untuk diketahui kepastian
pengelola blok terminasi 2018
baru didapatkan pada awal 2018,
tentu berbagai persiapan yang
PRI AGUNG RAKHMANTO,Pengajar Ekonomi dan Kebijakan
Energi/Migas, jurusan Teknik Perminyakan universitas Trisakti
PHE Jadi Tulang
Punggung Pertamina
BIODATAPendidikan;• S1 Teknik Perminyakan,
institut Teknologi Bandung
• S2 Manajemen Energi dan
Lingkungan, universitas
Twente, Belanda
• S2 Ekonomi Energi dan
Mineral, Colorado School
of Mines, amerika Serikat
• S3 Ekonomi Politik,
universitas Tweente
Karir:• asisten Pengajar di
Colorado School of Mines,
amerika Serikat (2005)
• analis Kebijakan dan
Ekonomi Energi LP3ES
(2006-2008)
• Direktur Eksekutif
ReforMiner institute (2008-
2014)
• Sekretaris Program
Studi Magister Teknik
Perminyakan universitas
Trisakti (2015-2016)
• Pengajar Ekonomi dan
Kebijakan Energi/Migas,
universitas Trisakti
(sekarang)
Foto
: Tat
an A
gus
Rust
andi
29
seharusnya sudah dijalankan
tidak bisa diimplementasikan
secara optimal.
Selain dari sisi persiapan tentu
tantangan berikutnya adalah dari
sisi teknis. Logikanya, semua
fasilitas apapun ketika sudah
berumur tua pasti dibutuhkan
perlakuan khusus dalam
merawatnya. Ini juga yang
pastinya terjadi dalam pengelolaan
lapangan migas yang sudah tua.
Tantangannya adalah bagaimana
mengoperasikan lapangan-
lapangan tersebut yang
tergolong mature (tua) secara
efisien, dengan tetap bisa
mempertahankan atau bahkan
meningkatkan produksi dan
cadangan.
Meskipun mengelola
lapangan dari kontraktor
yang berbeda-beda, PHE
tak akan terkendala. Pasalnya,
PHE memiliki pengalaman
cukup banyak dengan
mengelola banyak lapangan
migas. Karena itu dari sisi
SDM dan sisi teknologi
seharusnya sudah tidak ada
masalah.
WAWANCARA
PHE juga mengelola dan
mengawasi operasional blok
hulu migas masing -masing anak
perusahaan dengan skema kerja
sama (partnership).
Untuk mengetahui lebih
jauh bagaimana perjalanan
PHE selama 11 tahun dan
proyeksinya ke depan, Energia
PHE mewawancarai PTH
Direktur Utama PHE Bapak
Huddie Dewanto. Berikut
petikannya.
PSC Migas Nonkonvensional
serta dua aset downstream,
yaitu Arun NGL dan Donggi
Senoro LNG serta Blok SK-305
Malaysia.
Dibandingkan dengan anak
usaha Pertamina lainnya,
PHE memiliki sifat unik dan
khusus. Selain bertugas
mengelola portofolio masing-
masing anak perusahaannya,
perusahaan patungan dan
berbagai perusahaan afiliasi,
KITA HARUS MENJAGA KEBERLANJUTAN PHE
PT Pertamina Hulu Energi
(PHE), anak usaha PT
Pertamina (Persero) di
sektor energi terintegrasi, tahun
ini genap berusia 11 tahun.
Hingga saat ini, PHE mengelola
53 blok meliputi tujuh JOB-PSC,
28 Pertamina Participating
Interest (PPI), dan 14 PSC
Coal Bed Methane (PSC-CM).
Perusahaan juga mengelola dua
30
Foto
: Tat
an A
gus
Rust
andi
31
HUDDIE DEWANTO, Pelaksana Tugas Direktur utama PT Pertamina Hulu Energi
Bagaimana Anda melihat
perjalanan 11 tahun PHE?
Saya rasa banyak prestasi
yang diraih PHE selama 11
tahun mulai dari awal sampai
sekarang kita sudah dipercaya
mengelola bermacam-macam,
dari segi proses bisnisnya,
size-nya, dan kompleksitas
operasinya yang sangat
heterogen, variatif, dan kultur
yang berbeda-beda. Apalagi
sebagian aset PHE adalah
hasil akuisisi dari perusahaan
sebelumnya sehingga secara
SDM dikelola dengan sistem
yang berbeda. Selama 11 tahun
ini saya rasa pengintegrasian
aset ini cukup berhasil,
operasional produksi maupun
finansial meningkat terus,
bahkan tahun lalu termasuk
prestasi atau kinerja yang
sangat tinggi bagi PHE. Mudah-
mudahan ke depan bisa
berlanjut. Adanya tambahan
aset yang dipercayakan kepada
PHE bisa meningkatkan
optimisme masa depan PHE
akan semakin bagus, semakin
baik. Di sisi lain, kontribusi
terhadap portofolio Pertamina
juga semakin besar.
Bagaimana dengan tantangan
finansial?
Cukup banyak. Kita tahu ke
depan volatilitas lebih tinggi.
Dari segi harga (minyak), naik
turunnya cepat. Kita tidak tahu
dua tahun ke depan bagaimana
kondisi makro dan kondisi
geopolitik dunia. Saya rasa
semua perusahaan migas
menghadapi tantangan yang
sama. Kemudian di Indonesia
dinamika politiknya sangat
tinggi. Tantangan-tantangan
itu memengaruhi kinerja. Kita
dituntut bekerja lebih efektif dan
efisien, dengan pola-pola skema
kontrak yang berbeda. Kita selalu
jadi pionir untuk melakukan
ini. Tapi kita yakin stakeholder
punya kepentingan lebih besar,
jadi dukungan dari stakeholder
akan membantu PHE untuk
berkembang.
Apakah masuknya sejumlah
blok dan penerapan skema
gross split berpengaruh
secara finansial ke PHE?
Gross split diaplikasikan supaya
kontraktor beroperasi secara
lebih efisien dan efektif. Kita
punya kewenangan lebih besar
dibanding skema cost recovery.
Memang harus terjadi perubahan
mindset dan perubahan proses
bisnis karena dengan skema
ini tuntutannya lebih tinggi. Kita
harus membuktikan bahwa
dengan skema ini kita tetap
memperoleh hasil seperti
yang ditargetkan sebelumnya.
Kita mengakui ini tantangan
lah, tapi juga ada opportunity
karena kewenangan ada pada
kita. Opportunity kita untuk
bisa melakukan hal-hal yang
berdampak positif, misalnya
sinergi dengan Pertamina ke
depan bisa lebih ditingkatkan.
Bagimana kesiapan PHE dalam
menerapkan pembiayaan
mandiri?
Rencana itu belum ada
keputusan definitif, tapi memang
di setiap challenge kita
selalu diarahkan berdasarkan
kemampuan, bukan hanya untuk
mendanai sendiri bahkan untuk
meningkatkan kontribusi kepada
Pertamina. Tidak sekadar kita
mampu biaya sendiri, itu sudah
given, tapi bagaimana PHE
ke Pertamina bisa semakin
meningkat dari segi sumbangan
produksi, besaran cadangan,
besaran laba maupun cash flow-
nya.
Kapan rencana ini diterapkan?
Kami sudah lakukan kajian
internal, langkah-langkah
maupun tahapan ke sana itu
sudah kami kaji. Berapa lama
waktu yang dibutuhkan, itu
sebetulnya bergantung pada
keputusan Pertamina. Secara
fundamental kami sebetulnya
sudah cukup, tapi perlu dilihat
bagaimana prosesnya dan
berapa lama waktu yang
dibutuhkan. Itu bergantung pada
kebijakan korporat. Secara
fundamental kita bisa. Bahkan
kita dari segi balance sheet
selalu melakukan pelunasan
secara lebih cepat karena
profit kita jauh lebih tinggi dari
perencanaan awal. Karena itu,
kita bisa akselerasi pelunasan
utang.
Apakah manajemen PHE
sudah mempertimbangkan
dampak pelaksanaan
pembiayaan mandiri terhadap
persero?
Hubungan kita ke persero
kontribusinya hanya melalui
dividen. Pertanyaannya
kemudian, apakah persero
siap dengan kondisi seperti
itu? Kalau kami mendanai hasil
produksi sudah cukup, kecuali
kalau ada hal-hal anorganik, ini
beda. Misalnya, kita harus beli
aset triliunan, ini tidak secara
proporsional kita bisa rencanakan
sendiri. Strategi-strategi ini yang
harus diputuskan oleh persero.
Apakah penerapan kebijakan
ini nantinya juga terkait
rencana reorganisasi di
internal PHE?
AP-AP (Anak Perusahaan) ini
kan akibat logis dari UU Migas.
Tiap blok harus di-reinvest.
Itu sebenarnya struktur legal
saja. Namun, secara strategi
korporasi, kita harus ada
konsolidasi ke holding. Ini Foto
: Dok
. PH
E
WAWANCARA
32“Gross split diaplikasikan supaya kontraktor beroperasi secara lebih efisien dan efektif.”
konsekuensi dari UU bila setiap
WK dikelola oleh satu badan
hukum.
Selain soal pembiayaan dan
juga rencana reorganisasi, ke
depan persoalan PHE akan
cukup kompleks. Bisa Anda
jelaskan bagaimana gambaran
PHE ke depan?
Intinya, kita harapkan normatif
saja bahwa PHE akan tetap
berkembang secara semakin
kuat secara fundamental
operasional maupun
keuangannya, tetap menjadi
salah satu backbone Pertamina
di hulu untuk meningkatkan
produksi maupun cadangan.
Kita harap sustainability PHE
tetap terjaga. Ke depannya
mungkin faktor teknologi akan
kita kedepankan karena secara
operasional konvensional
saja tidak cukup karena orang
lain juga sudah melakukan
terobosan-terobosan, kita
juga tentunya ingin adopt
teknologi-teknologi baru untuk
meningkatkan produksi dari
segi subsurface maupun
operasionalnya.
Termasuk soal pembagian
participating interest 10
persen kepada BUMD?
Itukan sudah menjadi ketentuan.
Detail pelaksanaanya
kita akan lakukan dengan
pemerintah daerah masing-
masing bagaimana detail
pelaksanaannya. Tentunya
kita akan laksanakan sesuai
aturan. Kadang-kadang
BUMD-nya belum ada. Bila
mereka siap, secara GCG
pelepasan harus jalan juga.
Yang jelas tahun depan sudah
90 persen. Tahun ini masih 100
persen. Pembicaraan detail
eksekusi di PHE karena tinggal
melaksanakan, detail mengenai
hak dan kewajiban. Tuban sudah
dialihkan tapi pembicaraan belum
mulai. Tinggal menunggu dari
SKK Migas karena mereka yang
menentukan.
Terakhir, bagaimana tindak
lanjut kemitraan PHE dengan
existing partner?
Ada beberapa partner yang
approach. Tapi proses
internalnya, pedoman-
pedomannya, harus kita lengkapi
dulu karena ini hal baru. Secara
prosedural kita harus fix dulu.
Secara dukungan dengan
persero harus jelas prosesnya
bagaimana, tapi kontak-kontak
sudah ada. Kita juga terbuka
untuk mendengar usulan-usulan
mereka, proposal mereka,
pendapat mereka, setelah
kajian akan kita usulkan karena
ada proses di Pertamina. Kita
terbuka dengan partner existing
yang masih tertarik kerja sama.
Tentunya nanti ada diskusi,
negosiasi. Pembicaraan masih
terus.
33
INOVASI
Tampil santai, Danny
Hutagalung, Victor
Purba,dan Putu Yoga,
menyambangi dan berbincang
dengan Energia PHE di lantai
11 PHE Tower di Jalan TB
Simatupang, Jakarta Selatan,
pada Senin (2/7) pagi nan
cerah. Dari tampilan, mungkin
tak ada yang mengira ketiganya
merupakan bagian dari Tim
FT-Prove Durian Nambo yang
berasal dari Joint Operation Body
(JOB) Pertamina-Medco EP
34
DURIAN NAMBO TINGKATKAN CADANGAN GAS 1 TCF
Foto
: Dok
: PH
E
Jika opsi pengembangan
Lapangan Senoro Selatan
dipilih, dana investasi yang
dibutuhkan mencapai Rp3
triliun dengan potensi tambahan
cadangan sebesar 500-600
billion cubic feet (bcf). Kalau
seismik tambahan yang dipilih,
dana investasi Rp418 miliar
yang diperlukan untuk mencari
tambahan cadangan migas.
Lalu jika Nambo Integrated
GGRP yang dipilih, berapa
alokasi investasi yang
diperlukan? “Saat itu alokasi
dana yang dibutuhkan Rp13
miliar untuk menjalankan studi.
Dan hingga tuntas, dana yang
dikeluarkan hanya sekitar 60%
atau Rp8 miliar,” kata Danny.
Awalnya, pembentukan Durian
Nambo terkesan dipaksakan.
Betapa tidak? Saat mulai ikut
serta Continous Improvement
Program (CIP), tim juga masih
harus mengejar dua sertifikasi
lainnya, yakni sertifikasi dengan
sertifikator internasional
(Netherland, Sewell & Associates
Inc) di Dallas, Amerika Serikat
dan sertifikator nasional
(Lemigas) untuk persiapan Plan
of Development Senoro fase 2.
“Untuk sertifikasi saja kami harus
kerja lembur. Tiba-tiba ada CIP.
Benar-benar lumayan juga, extra
time,” kata Victor, pria bertubuh
gempal, yang menjadi sekretaris
tim Durian Nambo.
Department, JOB Tomori
Sulawesi.
Kisah Durian Nambo berawal
dari temuan yang menunjukkan
bahwa produksi gas yang
mencapai 310 juta kaki
kubik per hari (mmscfd) dari
pengembangan Lapangan
Senoro tahap pertama (Senoro
Utara) akan mulai mengalami
penurunan pada 2023. Bahkan
berdasarkan hasil sertifikasi
cadangan oleh international
certificator (Gaffney, Cline
& Associates) tahun 2014,
cadangan Senoro Utara
tidak dapat mencukupi
komitmen penjualan gas
sesuai kontrak atau akan
mengalami shortfall sebesar
455 bcf sampai akhir kontrak
di tahun 2027. JOB Tomori pun
memproyeksikan kerugian
hingga Rp27,3 triliun.
Berdasarkan kontrak, JOB
Tomori harus memasok gas ke
PT Donggi-Senoro LNG sebesar
250 mmscfd, PT Panca Amara
Utama 55 mmscfd, dan PT PLN
(Persero) sebesar 5 mmscfd.
Berdasarkan kondisi tersebut,
diperoleh tiga opsi solusi, yakni
pengembangan Lapangan
Senoro Selatan, melakukan
seismik dan pengeboran sumur
tambahan di daerah transisi
serta alternatif lainnya adalah
menggunakan Nambo Integrated
GGRP Study.
Tomori Sulawesi yang berhasil
meningkatkan cadangan gas
terbukti hingga sebesar 1 tcf
(triliun cubic feet) dari Lapangan
Senoro di Kabupaten Banggai,
Sulawesi Tengah.
Selain Danny, Victor dan Putu,
Durian Nambo memiliki dua
anggota lainnya, Shun Dotoku
dan Diniko Nurhajj. Namun saat
itu, keduanya berhalangan
hadir. Kelimanya sehari-hari
bekerja di Technical Planning
35
Berdasarkan temuan awal,
menurut Danny, produksi gas
Tomori bisa dikembangkan
hingga 2027, namun setelah
adanya penemuan cadangan
baru, Tomori bisa tetap
memproduksi gas hingga jauh
setelah kontrak berakhir.
“Kalau kita lihat laporan
cadangan dari SKK Migas tahun
lalu, kenaikan cadangan gas
Lapangan Senoro paling tinggi
dibandingkan dari seluruh KKKS,
”kata Danny.
Seiring dengan perolehan
sertifikasi cadangan, JOB
Tomori pun bisa memasukkan
rencana pengembangan (plan
of development/PoD) Lapangan
Senoro tahap II ke Satuan Kerja
Khusus Pelaksana Kegiatan
Usaha Hulu Minyak dan Gas
(SKK Migas).
Dari tujuh tim perwakilan JOB
Tomori yang mengikuti kompetisi
CIP PHE 2017, hanya tim Durian
Nambo yang berhasil lolos untuk
ikut dalam kompetisi CIP di
tingkat selanjutnya. Perjalanan
inovasi Durian Nambo seakan
tak terbendung, mulai meraih
Gold Award di tingkat PHE,
dilanjutkan keberhasilan meraih
Platinum Award dan The Most
Valuable Reserve pada forum
Upstream Improvement and
Innovation Award (UIIA) 2017,
hingga berhasil meraih tiga
kategori dalam ajang Annual
Pertamina Quality Award (APQA)
2018, The Best Function Team
(FT Prove), Platinum Award,
dan Top Three Most Valuable
Innovation.
Pada APQA 2018 yang digelar
Maret 2018, PHE menyabet
INOVASI
36
Foto
: Dok
. PH
E
Menurut Danny, Ketua Durian
Nambo, pada 2017 merupakan
kali pertama JOB Tomori ikut
serta dalam forum CIP secara
kolektif. Saat itu, ada beberapa
mentor dari PHE yang datang
JOB Tomori untuk sosialisasi
CIP. Di sisi lain, Durian Nambo
baru saja selesai melakukan
sertifikasi terhadap temuan
tambahan cadangan terbukti.
Durian Nambo mulai ikut
proses CIP pada Mei 2017 yang
diadakan oleh PHE. Proposal
ditulis berdasarkan kaidah
penulisan CIP yang terdiri dari 8
langkah, dan dilanjutkan dengan
persiapan presentasi.
“Kemudian persiapan tampil.
Itu juga kami meraba-raba,
formatnya seperti apa, yang
wajib ditampilkan dan dinilai,”
ungkap Victor.
gelar best of the best setelah
memborong lima gelar kategori
sekaligus. Selain Durian Nambo
yang menyabet Best FT Prove,
PHE juga meraih Best PC Prove
melalui PC Prove Joker; Best I
Prove CIP melalui I Prove Barez
serta gelar Best Innovation Expo
CIP melalui PC Prove KISS.
Pada APQA 2018 terdapat 3.051
risalah inovasi yang berhasil
diselesaikan sepanjang 2017.
Sebanyak 140 CIP lolos tingkat
korporat yang diikuti unit bisnis,
unit operasi atau region dan anak
usaha Pertamina.
Temuan Durian Nambo telah
disertifikasi baik di tingkat
nasional, mulai dari Pusat
Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Minyak dan Gas
Bumi (Lemigas), Gaffney Cline
& Associates dan Netherland
Sewell & Associates Inc (NSAI).
Sertifikasi dilakukan untuk
memvalidasi perhitungan
cadangan yang dihasilkan dari
Nambo Integrated GGRP Study.
Inovasi studi terintegrasi juga
telah memiliki hak cipta.
Menurut Putu, kendala utama
dalam mengikuti CIP adalah
bagaimana cara membahasakan
istilah-istilah teknis menjadi
mudah dipahami, terutama
kepada juri dan peserta dengan
latar belakang yang bukan
teknis. “Membahasakan teknis
supaya gampang dicerna itu Foto
: Tat
an A
gus
Rust
andi
37
susah. Contohnya 1 triliun kubik
feet itu apa sih, orang awam
mungkin tidak tahu. Jadi kami
menggambarkan ukuran sebesar
itu seperti luas Jakarta dengan
tinggi setara Monas,” ungkapnya.
Presentasi yang mudah
dimengerti diperlukan mengingat
juri berasal dari multidisiplin, baik
dari downstream, refinery hingga
marketing.
Danny mengatakan ke depan
Durian Nambo masih fokus
untuk mengikuti satu event
internasional, namun belum
diketahui negara yang dituju.
Setelah itu, Durian Nambo
berencana menggali inovasi lain.
Pemilihan nama Durian Nambo
bukan tanpa alasan. Durian
Nambo merupakan durian khas
di daerah Luwuk, Tomori yang
sangat lezat. Bahkan, bagi Danny
dan Victor yang berasal dari
Tapanuli Utara, Durian Nambo
lebih enak dibanding Durian
Medan.
Tidak berhenti hanya soal
pemilihan nama, ternyata Durian
Nambo pun harus memiliki
kepanjangan. Dengan agak
maksa, kemudian lahirlah “Duh
kerennya nambah banyak
hidrokarbon”.
Lalu apa yang diperoleh dari
Durian Nambo sebagai tim CIP
yang menghasilkan nilai tambah
hingga Rp58 triliun tersebut? Tidak
hanya pengalaman, tim Durian
Nambo juga mengaku mendapat
kepuasan sekaligus pengakuan
terhadap inovasi yang dilakukan.
“Kami melihat teman-teman lain
semangat juga. Di Tomori banyak
success story, baik dari teman-
teman lapangan juga. Banyak
teknologi yang mereka terapkan
sangat valuable. Bahkan ada
beberapa yang sudah memiliki
hak cipta,” kata Danny.
HR & GA
38
ICT MENGAWAL PROSES BISNIS PHE
Manajemen PT
Pertamina Hulu Energi
(PHE) menorehkan
tonggak penting pada Senin
(30/4). Bertempat di kantor
pusat perusahaan migas itu, di
bilangan Jakarta Selatan, PHE
menggelar kegiatan Closing
Project PHE One System.
Tampak hadir Direktur Keuangan
& Layanan Bisnis PHE, Huddie
Dewanto di tengah acara yang
dihadiri para pekerja. Dia
sekaligus menutup Project PHE
One System.
Huddie tak sanggup menutupi
rasa gembiranya. Tanpa sungkan
dia menyampaikan ucapan
terima kasih dari seluruh direksi
dan jajaran manajemen PHE
kepada para pekerja dan semua
pihak yang terlibat dalam Project
PHE One System. Namun, dia
menekankan bahwa proses
pekerjaan tidak berhenti sampai
proyek ini selesai. “Pengawalan
pekerjaan baru dimulai untuk
menyelaraskan program Shared
Service Organisation (SSO),”
tegas dia.
PHE memang telah
menggunakan program SSO
yang menggabungkan seluruh
bisnis proses di seluruh anak
perusahaan PHE. Melalui
pengembangan SSO diperlukan
aplikasi standardisasi dari bisnis
proses tersebut. “Penerapan
SSO menjadi suatu milestone
penting dalam perjalanan 11
tahun PHE untuk lebih bisa
mengkoordinasikan terkait tugas
dan tanggung jawab. Sebelumnya
anak perusahaan punya ICT
sendiri. Holding agak kerepotan
pada saat melakukan konsolidasi,”
tutur Vice President ICT & Data
Management PHE, Bambang
Rudi, di Jakarta, baru-baru ini.
Penerapan SSO di PHE dan anak
perusahaannya dengan sasaran
utamanya yaitu Standarisasi,
Kecepatan, dan Efisiensi. Menurut
Bambang, SSO bukan sesuatu
yang baru dalam industri migas.
Perusahaan-perusahaan lain
sudah menerapkan SSO untuk
Foto
: Tat
an A
gus
Rust
andi
39
Bambang menjelaskan
penerapan PHE One System
mencakup 12 entitas yakni
satu PHE holding dan 11 anak
perusahaan (AP). Scooping
dari implementasi PHE One
System yang menghabiskan
anggaran sekitar Rp10.5 miliar
itu mencakup 12 modul. Dari sisi
teknologi, PHE menggunakan
Enterprise Resource Planing
(ERP) sehingga institusi yang
belum menggunakan ERP
harus menggunakan aplikasi
itu. Saat ini, ada sekitar 200
aplikasi non-ERP yang berbeda-
beda di holding maupun di AP
yang harus distandardisasikan.
“Dalam menentukan sistem
yang digunakan pihak ICT tidak
sendirian tetapi bekerja sama
dengan fungsi bisnis,” katanya.
Menurut Bambang, implementasi
PHE One System tidak
sekadar perubahan aplikasi,
tapi perubahan proses bisnis
yang beri dampak kepada
reengineering. Ini menjadi suatu
tantangan buat perusahaan untuk
mengimplementasikan sebanyak
dan sebesar itu. Apalagi, salah
satu anak perusahaan, PT
PHE Offshore North West
Jawa (ONWJ) yang baru Go
Live pada Februari 2017 harus
melakukan relive seiring dengan
pemberlakuan sistem baru itu.
Tantangan kedua dari aspek
user pengguna. Jumlah lisensi
atau user ID yang digunakan
hampir 900-an, dari sebelumnya
sekitar 600-an. Salah satu
aspek yang harus dikelola
adalah change management.
“Itu menjadi suatu tantangan
tersendiri, karena kalau terjadi
perubahan dalam bekerja pasti
terjadi keengganan, penolakan,
retensi dari pekerja. Tetapi itu
hal biasa. Kita lakukan change
management secara terus
menerus baik melalui sosialisasi,
banner, user training, dan lain-
lain. Pada saat live kami berikan
support dalam artian kalau
terjadi kendala langsung ada
interaksi ke kami,” tuturnya.
Tantangan ketiga adalah aspek
data cleansing. Bambang
menjelaskan suatu proses
berjalan tidak end to end. Hal
ini bisa dilihat datanya pasti
bolong-bolong apalagi kalau
proses akuntabilitasnya tidak
dijaga. Data cleansing menjadi
prasyarat data awal untuk
digunakan aplikasi. Untuk entitas
baru biasanya tidak hanya
data cleansing tapi ada data
building, membuat data baru
dari data-data yang ada di excel,
hardcopy, maupun manual.
“Tantangannya di situ,” kata dia.
Setelah itu, proses
pengelolaannya berada pada
Tugas Pokok Fungsi masing-
masing. Ada dua fungsi yang
terlibat. Pertama, bussiness
owner yaitu keuangan,
SCM, operasi, HSSE. Proses
enabler-nya. Salah satunya
Shell yang memiliki pusat data
di Eropa dan Asia (Filipina dan
China). “Memang bisa jadi ada
ketidaknyamanan di beberapa
fungsi dengan perubahan ini. Tapi
model-model bisnis ini
yang saat ini sudah berjalan,
harus dijalankan, apalagi
sekarang eranya digital,”
tegasnya.
Bambang menjelaskan PHE
One System diinisiasi sejak
2017. Proyek inii kick off pada
Juni tahun lalu meskipun
sudah dimulai pada Mei. PHE
One System sukses mencapai
tahapan Go Live Harmonisasi
dan Standardisasi PHE One
System dengan menggandeng
pihak IT PT Pertamina (Persero)
pada Januari 2018. “Selanjutnya
dilakukan support pasca Go Live
selama tiga bulan sampai Maret.
Setelah selesai pembukuan dan
stabil, baru closing project pada
30 April,” katanya.
PHE One System menerapkan
tujuh poin penting sebagai bentuk
standardisasi perusahaan yaitu
Standarisasi Proses Bisnis
PHE Group, Standardisasi
Release Strategy Authorization,
Standardisasi Implementasi
Modul & Sub Modul,
Standardisasi Penggunaan Cost
Object, Standardisasi Naming
Convention, Standardisasi Alokasi
User ID, dan Standardisasi
Laporan System SAP.
bisnis ini dijalankan melalui
sistem informasi aplikasi.
Pihak ICT membantu untuk
mengkonfigurasikan agar proses
bisnis bisa berjalan melalui sistem
informasi. “Jadi, punya tanggung
jawab yang sama,” tuturnya.
Bambang meyakini berjalannya
proses bisnis perusahaan akan
dipengaruhi isu, perubahan,
kebijakan perusahaan, kebijakan
government. Berbagai faktor
tersebut paling tidak ada
membawa dampak terhadap
aplikasi atau informasi yang
pendiskripsiannya ditentukan
bussiness owner. “Kita sebut
blue print. Itu di-stay dulu baru
sign off sebelum nanti kami
sesuaikan sistem aplikasinya,”
kata dia.
Implementasi ERP sepenuhnya
menggunakan jasa Pertamina
(Persero). Sebelumnya,
beberapa entitas bisnis
dibiarkan menggunakan sistem
existing dan ada yang langsung
diintegrasikan menggunakan
ERP. PHE holding, ONWJ,
WMO dan Nunukan sudah
menggunakan ERP. Sekitar
enam AP sama sekali belum
memakai ERP atau sudah
memakai ERP tapi bukan dari
SAP. “Jadi, macam-macam
produk ERP-nya. Dengan
PHE One System ini kami
standardisasikan menjadi satu.
Jangan sampai fungsinya sudah
di-SSO-kan, tapi proses ERP-nya
masih macam-macam karena
akan menyulitkan teman-teman
SSO kalau proses bisnisnya
berbeda-beda,” katanya.
Pemilihan SAP mengikuti policy
dari Pertamina sebagai holding.
Semua anak perusahaan yang
bergerak di core business
sudah memakai sistem serupa.
Pemilihan penggunaan SAP
memiliki banyak pertimbangan.
Salah satunya adalah best
practice dalam proses
bisnis migas. Kedua, hampir
mayoritas perusahaan migas
menggunakan SAP untuk sistem
informasinya. Sampai saat ini
kelengkapan modulnya untuk
sektor migas cukup banyak,
termasuk industry solution untuk
downstream dan upstream.
Untuk anak perusahaan yang
memerlukan industry sollution
untuk upstream contohnya
menggunakan Joint Venture
Accounting (JVA) yang sangat
spesifik.
“Di perusahaan lain tidak ada
JVA. ONWJ atau WMO punya
partner. Nah, menghitung nett
dan gross-nya menggunakan
JVA. Yang lain adalah PSA
production sharing accounting
tapi belum kita jalankan masih
coba optimalkan JVA, baru di-
enhance. JVA memang modul
khusus untuk upstream,” beber
Bambang.
Untuk blok migas yang baru
dikelola PHE seperti Blok Tuban
dan Ogan Komering, 3-6 bulan
sebelum diserahterimakan Foto
: Dok
: PH
E
HR & GA
40
sudah mulai penjajakan untuk
mengintegrasikan sistemnya.
Tuban dan Ogan Komering
sejak Januari setelah live.
Apabila operator blok yang lama
merupakan perusahaan luar
negeri, tantangan terberatnya
adalah data. Ini juga terjadi
dalam proses integrasi Blok
SES dari CNOOC. Sistem
informasi membutuhkan data.
Data-data ini biasanya sulit
didapatkan kecuali sejak dalam
proses transisi sudah ada
korespondensi yang cukup baik.
“Blok SES hampir semuanya
menggunakan modul ERP yang
sama. PHE menambahkan
tiga modul fund management,
travel management, sales and
distribution yang sebelumnya
tidak ada sama sekali,” tutur
Bambang.
EFISIENSI Efisiensi PHE One System
sebenarnya terletak pada proses.
Proses yang standard tentunya
lebih efisien dari proses bisnis
yang macam-macam. Kemudian
efisiensi dari eksekusinya.
Pekerja tidak lagi bekerja untuk
spesifik perusahaan A, B, tapi
untuk seluruh perusahaan sesuai
prosesnya.
Pengelolaan lewat satu sistem
akan memudahkan monitoring
terhadap biaya. Dengan adanya
standardisasi kemudian ada
sentralisasi. Monitoring terhadap
biaya kemudian negosiasi
terhadap pengeluaran biaya akan
cukup signifikan meningkatkan
efisiensi terhadap biaya itu
sendiri.
Di level AP, utilisasi ERP baru
ONWJ dan WMO dikisaran 60-
70%. AP yang lain bisa jadi lebih,
namun belum bisa diukur. Tahun
ini untuk PHE holding utilisasi
ERP mencapai 100%. Target
utulisasi ERP akan dinaikkan
tahun depan karena transaksi
lebih banyak di AP. “Saya dan
tim punya tanggung jawab tidak
hanya mengimplementasikan
tapi juga bagaimana ERP bisa
optimal dimanfaatkan dalam
proses. Tujuannya data. Ini lebih
kepada journey implemetasi
ERP, tidak seperti membalikkan
telapak tangan,” ujar Bambang.
Infrastruktur ICT disentralisasikan
di Arcadia. Semua AP maupun
blok baru akan dipindahkan ke
sana, atau memanfaatkan data
center yang sudah ada. Data
center akan digunakan bertahap
sehingga tidak mengganggu
operasional perusahaan. Saat ini,
data center ini sudah digunakan
untuk SSO dan 11 AP. “Jambi
Merang nanti kami bereskan
karena belum masuk SSO,”
jelasnya.
Kapasitas ruangan data center
masih cukup karena raknya
sudah model virtual. Mengelola
data center itu membutuhkan
anggaran besar karena tidak
hanya terkait dengan lokasi
tapi juga sistem pengawasan
yang dilakukan 1x24 jam. Salah
satu instalasi yang sedangkan
dikembangkan adalah Disaster
Recovery Center (DRC) sehingga
andai muncul masalah atau
kendala operasional perusahaan.
Tahun ini diharapkan PHE
memiliki DRC untuk email.
Traffic server email cukup tinggi
sehingga harus dijaga avalaibility-
nya. “Tahun depan baru akan ke
server lain,” harapnya.
41
INSPIRASI
42
Mengenakan kemeja
hitam lengan pendek
dipadu celana warna
senada, R Gunung Sardjono
Hadi, mantan Direktur Utama PT
Pertamina Hulu Energi (PHE)
tampak ceria saat berbicara
dihadapan pekerja PHE yang
memenuhi Multifunctional
Room di lantai dua PHE Tower,
Kamis (5/7). Saat itu, fungsi
relation PHE menggelar acara
perpisahan bagi Gunung.
Maklum, per awal Juni 2018,
Gunung, yang mantan Direktur
Utama PT Pertamina Gas
(Pertagas), itu ditarik ke PT
Pertamina (Persero) untuk
mengisi jabatan lain di Direktorat
Hulu Pertamina.
Gunung sebenarnya tak
mengetahui akan adanya kejutan
tersebut. Pasalnya, tetiba saja dia
diundang ke ruang pertemuan
yang telah disiapkan untuk gelaran
farewell. Jebolan Teknik Kimia
R GUNUNG SARDjONO HADI, Mantan Direktur utama PHE
KETELADANAN SEORANG PEMIMPIN
Foto
: Dok
. PH
E
43
Universitas Diponegoro, Semarang
itu didaulat memberikan jawaban
atas beberapa pertanyaan dari
para pekerja PHE terkait sepak
terjangnya selama menjadi
orang nomor satu di anak usaha
Pertamina tersebut dan hubungan
baiknya dengan para pekerja PHE
lain.
Energia PHE beberapa kali
mewawancarai mantan Senior
Vice President Corporate Share
Service (CSS) Pertamina itu,
sangat terkesan dengan sosok
mantan Dirut PHE tersebut.
Gunung adalah figur yang
sederhana, pandai bergaul,
dan komunikatif serta teladan
bagi pekerja. Apalagi, beragam
penugasan pernah dilewati
selama hampir 30 tahun masa
kerjanya di Pertamina.
“Bagi saya exposure sangat
penting. Dapat dikatakan saya
ini satu dari sekian orang yang
komplet. Artinya, merasakan
berbagai bidang yang bukan
main core business atau latar
bidang saya. Memang seyogyanya
atau idealnya, sebelum pada
posisi tinggi kalau bisa si pekerja
melakukan eksposur keliling untuk
mendapatkan wawasan luas,
kompetensi yang lebih luas,
dan pengayaan ilmu,” ujar Gunung.
Beragam pengalaman tersebut
membuat Gunung ingin
mengabdi. “Saya merasa
punya ‘utang’, mulai dari saya
disekolahkan lagi (beasiswa)
sampai ke jenjang S2 oleh
Pertamina. Dan, saya melihat
bisa sampai posisi saat ini, bisa
menyekolahkan anak-anak saya,
(tanpa disadari) itu semua dari
Pertamina,” ujarnya.
Karena itulah, Gunung melihat
dan berpikir bagaimana bisa
memberikan legacy terbaik untuk
perusahaan, terutama kepada
pekerja yang masih muda. Dia
selalu mengingatkan kepada
para pekerja, terutama pekerja
muda, dalam bekerja tidak hanya
dengan kerja keras, namun
juga perlu cerdas, ikhlas dan
kreatif. Tujuannya sederhana.
“Agar perusahaan sustain dan
Tempat/Tanggal lahir:Semarang, 23 Januari 1963
Pendidikan:
• S1 Teknik Kimia universitas
Diponegoro
• S2 Teknik universitas indonesia-
Queensland universitas, australia
Karir:
• Presiden Direktur Pertamina Gas
(agustus 2010-agustus 2013)
• SVP Corporate Share Service
Pertamina (September
2013-november 2013)
• SVP Development&Technology
Pertamina (Desember 2013-Mei 2015)
• Presiden Direktur Pertamina Hulu
Energi (juni 2015-juni 2018)
• Direktorat Hulu Pertamina (juni
2018-sekarang)
growing (tumbuh) sehingga yang
menikmati tidak hanya saya,
tetapi anak cucu bangsa dan
negara turut menikmati,” ujar dia.
FIlSAFAT jAyABAyA
Ojo Kagetan, Ojo Gumunan, dan
Ojo Dumeh. Ini yang selalu diingat
dan diterapkan oleh Gunung
dalam kehidupan sehari-hari. Ini
adalah tiga di antara begitu banyak
petuah klasik yang disampaikan
Sri Maharaja Sang Mapanji
Jayabhaya Sri Warmeswara
Madhusudana Awataranindita
Suhtrisingha Parakrama
Uttunggadewa. Pemberi petuah
ini akrab dikenal dengan nama
Jayabaya, Raja Kadiri yang
memerintah sekitar 1135-1157.
Bagi Gunung, petuah Jayabaya
memiliki makna yang sangat
dalam, tak sekadar ucapan
tanpa makna. Jika petuah
tersebut dipahami esensinya
dan dilaksanakan, menjadi
modal dasar bagi seseorang
dalam memimpin organisasi,
perusahaan ataupun
menjalankan bisnis (leadership).
Ojo Kagetan, secara harfiah
jangan suka kagetan atau
terkejut. Ketika menghadapi
sesuatu (masalah) dalam
hidup jangan sampai terkaget-
kaget. Jika kaget, berarti kita
tidak bisa mengendalikan diri.
Misalkan suatu ketika diangkat
menjadi manajer, berbagai
fasilitas didapatkan, mobil
dan sebagainya. Pola hidup
kemudian berubah, pergaulan
dibatasi hanya sesama manajer
atau yang di atasnya. “Tidak
lagi bergaul dengan level yang
dibawahnya apalagi level yang
paling rendah. Ini artinya kita
tidak bisa mengendalikan diri,”
ujar Gunung.
Selanjutnya Ojo Gumonan,
Jangan heran. Esensi kalimat
ini adalah tetap menjaga
kepercayaan diri, self
confidence. Ketika seseorang
tidak memiliki kepercayaan diri
dan terheran-heran melihat
orang lain karena kedudukan,
jabatan atau kepintaran, akan
berujung pada pengultusan.
Akibatnya, segala cara dilakukan
agar sang pimpinan atau orang
yang dikultuskan senang. Kata
Gunung, “Ini menyebakan
kita kehilangan kepercayaan
diri.”
Harusnya, menurut Gunung,
yang tertanam dibenak
seseorang adalah untuk
mencapai posisi tertentu adalah
meningkatkan kualitas diri dan
terus belajar sehingga yang
tercetus adalah “saya juga bisa
kalau diberikan kesempatan”.
Berikutnya, adalah Ojo Dumeh,
jangan sombong. Menurut
Gunung, bila sudah menjadi
seorang pemimpin, jangan
arogan, jangan diktator.Seorang
pemimpin yang utuh tak hanya
skill yang dibutuhkan, tapi juga
soft skill. Percuma seseorang
secara akademik bagus, memiliki
indeks pretasi terbaik tetapi
attitude-nya jelek.
Petuah Jayabaya tersebut
menjadi dasar bagi Gunung
dalam memimpin organisasi atau
perusahaan. Maka pada 2015,
Gunung mengeluarkan kebijakan
10 langkah Strategis dan Etos Kerja
di PHE yang meliputi Professional,
Doing The Best, Team Work,
dan Integrity. Dengan langkah
strategis, etos kerja menjadi satu
kesatuan yang saling menguatkan.
Dengan demikian PHE selalu siap
menghadapi masalah apapun, Foto
: Dok
: PH
E
44
INSPIRASI
terutama saat ini terkait harga
minyak yang belum pulih. Pun
dengan berbagai persoalan yang
dihadapi anak perusahaan.
Dengan menerapkan falsafah
Jayabaya dan implementasi melalui
etos dan prinsip kerja, hakikat
45
Di internal pun tantangan juga tidak lebih ringan, masalah divestasi. Pertamina, termasuk PHE belum pernah punya pengalaman melakukan divestasi yang bersifat business to business dari aspek komersial. Divestasi yang regulated seperti PI 10% buat BUMD saja sudah cukup rumit dan panjang proses, apalagi nantinya yang bersifat portofolio dan komersial. Karena harus melakukan valuasi dan pemilihan partner yang tepat. Itu semua juga bukan pekerjaan yang mudah dan ringan.
Tetap terus konsisten kepada etos kerja PHE saat ini. Insya Allah apa yang kita cita-citakan akan dapat terwujud. Khusus untuk para leaders dan calon leader di PHE, jadilah pemimpin yang humble, selalu mengutamakan kewajiban daripada hak, mengayomi anak buah dan tentu menjadi role model yang benar dan baik.
Visi PHE, salah satunya memberikan nilai lebih buat “stakeholder”, bukan hanya “shareholder” saja. Karena stakeholder itu selain shareholder juga ada para pekerja, local government, local communities, institusi dan sebagainya. Artinya, kalau Pertamina jaya, tentu pekerja PHE harus sejahtera.
Kalau mau menjadi pemimpin yang baik, berbuatlah baik sebanyak mungkin kepada seluruh anggota tim, khususnya anak buahnya. Insya Allah mereka akan mendoakan kita yang terbaik dan akan men-support dengan rasa ikhlas dan barokah.
kerja dan hidup, Gunung mampu
memimpin PHE dengan lebih dari
50 perusahaan, terus maju dan
bertumbuh, memberi keuntungan
bagi pemangku kepentingan,
mampu memberi manfaat bagi
pekerja dan masyarakat serta
lingkungan sekitar operasi.
Insya Allah ekspektasi dari para pendahulu saya yang ingin PHE menjadi Pertamina Hari Esok bisa terwujud, sehingga PHE nantinya menjadi anak perusahaan Pertamina Hulu yang memberikan kontributor paling besar dari aspek produksi migas maupun finansial dari seluruh anak perusahaan Pertamina Persero.
Tantangan tentu semakin banyak, tidak hanya masalah teknikal, operasional maupun komersial, namun juga nonteknikal. Dari aspek teknikal, yaitu cadangan migas semakin turun dan penemuan cadangan migas juga semakin sulit. Dan banyak yang di offshore dan spread out (tersebar).
Secara operasional semakin sulit dan butuh inovasi teknologi yang baru dan canggih, baik untuk subsurface maupun surface facility-nya. Seperti teknologi EOR sudah harus cepat mulai dikebut dan di implementasikan pada lahan-lahan yang masih berpotensi, tapi mempunyai kendala minyak berat dan sebagainya.
Blok-blok terminasi yang diserahkan ke PHE usianya sudah sangat tua. Perlu peremajaan agar supaya integrity maupun realibility fasilitas produksi harus tetap terjaga dengan baik, sehingga tidak terjadi unplanned shut down.
PHE MENUJU PERTAMINA HARI ESOK
PHE mempunyai tim manajemen, baik BOD, VP dan GM yang solid dan kompak,
sehingga semua permasalahan bisa diatasi, termasuk pada saat harga minyak di bawah US$30 per barel. Bahkan pada 2017, mencapai kinerja perusahaan yang sehat dengan rating AA nilai 90, nilai tertinggi yang pernah dicapai PHE.
Selain prestasi operasi dan finansial yang cemerlang, berbagai prestasi lain seperti keselamatan kerja, PROPER (tiga PROPER Emas yang paling banyak di seluruh Pertamina), kualitas yaitu konvensi CIP dengan merebut juara umum serta prestasi di APSA.
Kini fundamental mind set seluruh pekerja telah berubah. To be professional, doing the best, team work dan integrity. Etos kerja PHE ini yang selalu saya sampaikan di setiap kesempatan, baik kepada manajemen maupun seluruh pekerja frontliner saat saya melakukan MWT maupun tatap muka di acara gathering masing-masing fungsi.
Dulunya terkotak-kotak di masing-masing anak perusahaan secara perlahan dan pasti berubah menjadi The Dream Team yang menomorsatukan PHE dan Pertamina Korporat.
SOSOK
MENYUSURI KENANGAN DI JALUR TUR
46
Setiap kali musim mudik
tiba, Agus Rachman
Marsandi terkenang
pengalamannya berpuluh tahun
silam di era 1990-an. Saat itu jarak
5.000 Km dari Dumai sampai
kampung halamannya di Malang
dilahapnya dengan menggunakan
mobil pribadi, tanpa macet di jalan.
“Jangan bayangkan model mobil
saat ini, yang saya pakai adalah
mobil ex ambulan RS perusahaan
yang dilelang ke pekerja,” ujar pria
kelahiran Malang 1962 tersebut.
Saat itu mobil masih jadi barang
mewah. Jarang berseliweran
di jalan raya, apalagi sampai
memadatkan lalu lintas seperti
sekarang.
Rutinitas mudik dengan “ex
ambulan” dilakukannya beberapa
kali sejak anak ketiga berumur
6 bulan. Saat itu kota ini
Dumai cukup terisolasi. Untuk
membunuh rasa bosan, Agus
menyibukkan diri dalam kegiatan
olahraga, seperti bela diri, tenis,
voli, senam, dan sepeda. Ia juga
aktif dalam kegiatan keagamaan
menjadi pengurus Badan
Dakwah Islam. “Setiap Idul Adha
dilakukan penyembelihan lebih
dari 70 ekor sapi kurban dari
para pekerja.” ujar Agus
Meski sudah berbilang windu
meninggalkan Dumai, dia tak
bisa melupakan kota tersebut.
“Banyak kenangannya,”
ujar Agus. Anak ketiga dan
keempatnya lahir di sana. Di
sela-sela kesibukannya sebagai
pekerja pengolahan, ia juga
menyelesaikan pendidikan
S1 Manajemen UT dan S1
Akuntansi Unri. Saat bergabung
dengan Pertamina, Agus “hanya”
berbekal ijazah Diploma Sekolah
Tinggi Akuntansi Negara.
Refinery Unit II adalah
penugasan pertamanya. Dari
1992 sampai 1999 di Dumai,
kemudian selama dua tahun
di Sungai Pakning, sekitar 80
Km dari Dumai. Mulai 2011,
dia dipindahkan ke direktorat
lain. Tak lagi di Direktorat
Pengolahan, tapi anak usaha di
bawah Direktorat Hulu. Selama
dua tahun, dari 2011 sampai
2013 ditempatkan di Pertamina
BIO DATA AGUS R MARSANDI
Tempat/tanggal lahir:Malang, 15 Agustus 1962
Pekerjaan:Strategic Advisor PHE
Orang tua:Marsandi FananiMuslimah
Isteri dan anak:Ernida YudiantiDarajah Raditya Yusandi (Bazma Pertamina)Raoul Salsabil (CSS Pertamina)Ratih Amalia (Internship Pertamina)Muhammad Naufal (Nusa Flying School)
Pendidikan:D3 STAN Akuntansi 1985S1 Management UT 1995S1 Akuntansi Univ. Riau 2000
Hobi:Otomotif, bersepeda, renang dan diving
Foto
: Dok
. Prib
adi
ke Banda Aceh sekitar Rp3juta,
tiket pesawat Jakarta-Banda
Aceh Rp1juta, servis motor/ganti
oli Rp500ribu. Sisanya satu juta
untuk biaya lain-lain
Untuk turingnya kali ini,
bapak empat anak ini sudah
menyiapkan outwear standard
turing. Helm motor flip up merk
LS2, balaclava pelapis kepala
dan leher, jaket khusus turing
motor berbahan mesk, merk
Alpinestar, celana turing motor
merk Held, jersey (rash guard)
dry fit, serta sepatu turing
kulit. Aksesoris lainnya kaos
kakiAdidas, sarung tangan merk
Konime, dan tas pinggang. “
Helm, jaket, celana turing cukup
1 stel. Lainnya 3 stel,” ujar Agus.
Motor yang akan jadi tunggangan
selama turing adalah CB 500
cc, yang acap dipakai harian,
termasuk ke kantor. “Cukup
nyamanlah,” ujarnya. Kapasitas
mesin motor 500 cc, menurutnya
sesuai dengan medan yang
akan dijelajahi. “Medannya tak
memungkinkan untuk ngebut.”
ujarnya.
Beda dengan jalan-jalan di Jawa
yang banyak dia hapal, jalur Tur
Sumatera relatif baru. Untuk itu
ia rajin membuka aplikasi untuk
mengais informasi jalur-jalur yang
akan dilewati.
47
EP, kemudian ditugaskan di
Pertamina Hulu Energi sampai
sekarang.
Jabatan terakhirnya, strategic
advisor yang diembannya sejak
empat bulan lalu sekembalinya
dari penugasan di Malaysia “Itu di
bawah direksi tidak operasional
lagi, mungkin pertimbangannya
karena saya menjelang
pensiun,” ujar Agus.
Menjelang berakhirnya masa
tugas, Agus mematri niat
untuk menyusuri kenangan
di awal-awal penugasannya
di Pertamina . “Agustus nanti
selama sembilan hari saya akan
turing trans Sumatera. Sungai
Pakning dan Dumai termasuk
prioritas yang akan saya
singgahi,” ujar Agus.
Tak seperti tongkrongan para
penyuka turing motor di film
yang dicitrakan tinggi besar,
Agus jauh dari kesan seperti
itu. Perawakannya tinggi
kurus. Rambut dan janggutnya
sudah memutih, menandakan
usia yang tak lagi muda. Tapi
penampilannya yang sportif
mengirimkan sinyal yang
kuat bahwa dia penyuka
olahraga. Meski berseragam,
saat diwawancara awal Juli
lalu, dia mengenakan sepatu
sneaker warna hitam merk
Mizuno dengan kaos kaki warna
hitam merk Adidas, ternama
pakaian olahraga. Kesan sportif
dipekatkan tas selempang kecil
motif loreng tentara warna abu-
abu.
Dia akan memulai turing pada
9 Agustus dari Km 0 di Sabang
sampai finish di PHE Tower
pada 17 Agustus. Lebih dari
3.334 Km, akan dia lahap. Agus
menamakannya sebagai Turing
Perjalanan Merangkai Karya
Anak Bangsa “Saya belum ada
temen, sejauh ini masih sendiri,”
ujarnya. Dia berharap ada teman
yang menyertainya dalam turing
Sumatera kali ini. Dia sudah
woro-woro ke kayawan Pertamina
melalui Pertamina Motor Club.
Ini adalah, komunitas pegawai
Pertamina, penyuka motor dalam
mobil.
“Saya akan menginap di Mess
Pertamina, kecuali di tempat
yang tak ada unit usaha
Pertamina, saya menginap di
hotel,” ujarnya, Dengan strategi
seperti itu, dia bisa menghemat
biaya jutaan rupiah. “Total biaya
yang dibutuhkan sekitar Rp 10
juta. Untuk penginapan di luar
Mess Pertamina sekitar Rp 2
juta” Agus menambahkan
Pos lainnya untuk BBM 1,5 juta,
pengiriman motor dari Jakarta
Untuk menghadapi tur Sumatera,
Agus terus menjaga kebugaran
tubuh. “Dari sisi fisik insya allah,”
ujar Agus, Ia rutin berenang dan
diving.
Setelah turing Sumatera, Agus
berniat melanjutkan turing trans
Sulawesi dengan tujuan utama
Ujung Pandang. “ Itu kampung
kedua saya. Di Makassar
saya berkeluarga. Tiga anak
lahir di sana,” ujar Agus. Tak
berhenti sampai di sana. “Jika
Sulawesi sudah, dilanjutkan
trans Kalimantan, menyusuri
jalur tengah, dari Pontianak ke
Balikpapan, Agus menambahkan
Agus mulai keranjingan turing
saat bertugas di Pertamina EP
pada 2003 silam. Kala itu motor
yang dipakainya juga masih cc
kecil, hanya 150 cc. Saat itu Agus
bergabung dengan Pertamina
Motor Club. Biasanya turing
dipadu dengan acara baksos
Berbagai daerah sudah dia
kunjungi, antara lain Surabaya,
Purwokerto, Semarang, Guci,
Ambarawa. “Saya juga sering
perjalanan sendiri. Kalau ada
kursus training ke Bandung
pasti naik motor,” ujarnya. Jika
waktunya memungkinkan, ke
kota lain yang lebih jauh juga dia
jabani dengan motor. Pernah ada
tugas ke Solo, berangkat Sabtu
pagi, dia memilih pakai motor
daripada pesawat atau kereta.
“Yang penting tidak memaksakan
diri,” tandas Agus.
Hobi raun-raun dengan motor
itu dia lanjutkan saat bertugas
di Kuala lumpur. Saat itu dia
bertugas di JOB yang dibentuk
perusahan migas Malaysia
Petronas Carigali, PHE serta
perusahaan asal Vietnam,
Petrovietnam. Mereka mengelola
blok SK 305. “Selama setahun
penugasan, saya keliling Malaysia
dengan motor,” ujarnya. Di sana
dia menunggang motor besar
berkapasitas 650 cc. “Motor di
sana boleh masuk tol,” ujar Agus,
Untuk motor berkapasitas kecil
disediakan trek khusus di pinggir.
Sementara untuk motor besar
boleh menyalip mobil
Dia sudah menjelajahi berbagai
kota di Malaysia dari berbagai
penjuru. Dari arah Selatan
Dia bermotor dari Semenanjung
Malaysia ke Singapura. Di
Selatan Malaysia ini yang
terkenal kota Melaka yang
dipenuhi bangunan tua
peninggalan penjajah. Juga
pernah menyusuri jalur Timur. Di
sini terkenal kesultanan Kuala
Trengganu dan Kota Bharu yang
memiliki beberapa spot diving.
Kemudian jalur utara ke Pulau
Penang. “Saya eksplor Malaysia
biasanya kalau weekend dan pas
dapat liburan tapi gak pulang ke
Indonesia,” Agus menambahkan.
Di Malaysia. Dia memacu
Suzuki Vstorm 650 CC. Motor
itu tak dibawa ke Indonesia saat
penugasannya selesai, “Aturannya
enggak boleh.” ujarnya. Meski
sudah berpisah dengan tuannya,
motor itu tak lantas menepi di
garasi. Beberapa kali disewa
orang. Sehari sewanya sekitar
Rp 600 ribu. “Tapi saya mau jual
saja,” kata Agus
Ia penyuka turing sejati. Jika
sudah direncanakan, ada
teman atau tidak, dia pasti
jalan sebelum menyusuri Trans
Sumatera, pada April lalu, dia
seorang diri menjajal jalan-jalan
di Pulau Jawa. Berangkatnya
menyusuri jalur Pantura sampai
Sumenep Madura, sekalian
mengunjungi anaknya. Dia
mengatur ritme perjalanan
dengan melahap perjalanan
hanya di siang hari, 8 sampai 10
jam. “Malamnya saya gunakan Foto
: Dok
: Prib
adi
SOSOK
48
Hari ke-1 Banda Aceh - KM 0 Sabang pp.
Hari ke-2 Banda Aceh - Lhokseumawe (274 km), Visite: Depot MOR Banda Aceh, BPKP Perw. AcehVisit: Field PHE NSO-NSBAkomodasi : Mess PHE NSO-NSB
RENCANA TOURING MERANGKAI KARYA BANGSA8 - 17 Agustus 2018Route : KM-0 Aceh - jakarta PHE Tower (3019 km)
Hari ke-3 Lhokseumawe - Pangkalan Susu (257 km), Visite: Field PEP Rantau, Field PEP Pkl. SusuAkomodasi : Mess PEP Pkl Susu
Hari ke-4 Pangkalacn Susu -Perapat (291 km)Visit: MOR I Medan, Perw. BPKP Sumut
untuk istirahat,”dari Sumenep
dia melanjutkan ke Malang, kota
kelahirannya.
Saat kembali ke Jakarta,
dari Malang dia memacu
tunggangan ke Solo melalui
Tawangmangu. “Dengan turing,
saya bisa menikmati keindahan
Indonesia,” ujarnya. Di ketinggian
Tawangmangu, misalnya dia bisa
menikmati Danau Sarangan. Dari
situ, dia turun ke Karanganyar
menuju Solo yang dilanjutkan
ke Yogyakarta. “Saya sempat
nginep di Yogya karena motor
harus diservis.” Dari Yogya dia
terus memacu motornya, lewat
Jalur Selatan, melewati Kutoarjo,
Cilacap, Ciamis, Tasikmlaaya,
akhirnya lewat jalur Puncak
sampai di Bogor jam 3 pagi.
“Malam juga jalan soalnya
menghindari kemacetan.” Agus
menambahkan
Selain motor, Agus juga rajin
turing mobil. “Kalau mobil
biasanya dengan keluarga,”
ujarnya. Biasanya dia mengajak
serta semua anaknya yang belum
berkeluarga. “Yang sudah jarang
ikut, anak yang tertua karena
sudah berkeluarga,” ujarnya. Toh
sesekali ia pun mengajaknya
serta plus cucunya sekalian.
Turing mobil terakhir ke Timor
Leste dari Kupang pada 2017. Dia
menggunakan Pajero miliknya,
yang khusus dikirim dari Jakarta.
Banyak cerita dan pengalaman
yang dia bawa. “Biaya hidup di
Timor Leste itu mahal, sekali
makan itu 25 dolar Amerika
Serikat,” ujarnya. Di sana transaksi
menggunakan US$. Di Timor
Leste, Agus sempat berkunjung ke
perusahaan patungan, Patra Niaga
yang memasarkan BBM.
Sepulang dari Timor Leste,
Agus melanjutkan perjalanan
ke Larantuka, Saat itu, ombak
pas tinggi sehingga mobil
gak bisa nyebrang. “Orang-
orang menyebrang duluan
dengan menggunakan Kapal.
Sementara mobil menyusul”
ujarnya. Dia menunggu sampai
12 jam, sebelum bisa melanjutkan
perjalanan ke Danau Tiga Warna
Kelimutu, kampung adat Ruteng
dan Wae Rebo serta wisata laut
di Taman Nasional Pulai Komodo
dari Labuan Bajo. “Kita dua malam
di sana kita life on boat,” ujar Agus.
Dari Labuan Bajo, menyebrang ke
Sumbawa, kemudian ke Lombok,
sebelum akhirnya kembali ke Jawa
Tak sekedar turing di jalan
beraspal, Agus juga terbiasa
melahap jalur offroad. “Jaraknya
lebih pendek, tapi ekstem,”
ujarnya. Tak lama setelah lebaran
dia sudah mencoba adrenalinnya
di kawasan Lido, tepatnya di
daerah Bodogol. “Jalurnya berat.
Berlumpur.” ujar Agus
Untuk off road, secara khusus
Agus menyiapkan Jimny yang
secara khusus disiapkan untuk
melahap medan berat. “Saya
gabung di alumni kuliah itu rutin
bikin jembatan yang diperlukan
masyarakat,” ujarnya. Setahun
targetnya 1-2 jembatan. Dananya
urunan (swadaya). Budget satu
jembatan sekitar 100-150 juta.
Anggota alumni ini sekitar 300
an, sebagai penyuka Off road.
“Kalau pekerjaannya ya beda-
beda. Hanya disiplinnya sama
dari akuntansi,”
Dalam tiga tahun terakhir ini,
mereka sudah membangun
empat jembatan. Kebanyakan di
daerah Serang Banten. Mereka
bekerja sama dengan Jurusan
Sipil ITB yang membantu dari sisi
teknis. Biasanya lokasinya susah
dijangkau. “Perlu kendaraan
khusus dengan spek off road,”
ujar Agus.
Sambil menyelam minum air.
Melaksanakan hobi, sekalian
berbagi.
49
Akomodasi : Hotel Patra Jasa
Hari ke-5 Perapat - Ujung Tanjung (414 km)Visit: Field Batang PHE SiakAkomodasi : Mess Field Batang
Hari ke-6 Ujung Tanjung - Lirik (395 km)Visit: RU II Dumai, RU II Sei Pakning, Istana Siak, Field PHE
Kampar, Field PEP LirikAkomodasi : Mess Field PHE Kampar
Hari ke-7 Lirik - Musi Banyuasin (477 km)Visit: Field PHE Jambi MerangAkomodasi : Mess Field PHE Jambi Merang
Hari ke-8 Musi Banyuasin - Prabumulih (240 km)Visit: Field PEP Prabumulih, Perw. BPKP SumselAkomodasi: Mess Field Prabumulih.
Hari ke-9 Prabumulih - Lampung (337 km)
Visit: Field PHE ..., Perw. BPKP LampungAkomodasi: Mess Pertamina Lampung
Hari ke-10 Lampung - PHE Tower Jakarta (334 km)
HOBI
AGUNG ADIJANA GUSTIANSYAH
BERsEPEDa kE kantoR MENJAGA SEHAT
50
Butiran keringat
membasahi wajah dan
leher pria berpostur
tinggi ini. Tangannya tampak
lincah bergerak, memegang,
dan kemudian menyetel
beberapa komponen sepeda
yang sedang dipegangnya.
Begitulah kebiasaan Agung
Adijana Gustiansyah (40),
West Area Commercial &
Marketing Assisten Manager PT
Pertamina Hulu Energi (PHE), di
kediamannya di bilangan Pejaten
Barat, Jakarta Selatan, saat akhir
pekan.
“Kalau tak ada kegiatan lain,
Hari Minggu saya ngoprek-
ngoprek sepeda. Hari Sabtunya
bersepeda. Dulu bisa seharian,
selang tiga tahun terakhir
paling tiga sampai empat jam.
Pergi jam 6 pagi pulang 10-11
sudah balik lagi,” kata Agung
kepada Energia PHE yang
menyambangi rumahnya pada 9
Juni lalu.
Foto
: Tat
an A
gus
Rust
andi
Rp500 ribu-an hingga puluhan
juta rupiah. Namun bagi dia
terutama adalah sepeda
nyaman digunakan. “Sadel
misalnya, itu berpengaruh pada
posisi duduk.
Untuk perawatan sepeda, Agung
mengaku memiliki langganan
bengkel khusus. Namun untuk
sehari-hari dan bila masalahnya
ringan, Agung mengerjakannya
sendiri. “Ada bengkel khusus, tapi
kalau ringan-ringan saya sendiri.
untuk menaruh barang. Ciri khas
commuting bike adalah flat bar,
ban 700C, stang lurus, dan bisa
ngebut, tapi tidak membuat
tubuh pegel.
“Itu teknis sih, commuting bike
begitu memang. Posisi badan
juga lebih tegap. Kalau ada rak
membantu sekali kalau bawa
beban,” kata dia.
Soal harga sepeda, menurut
Agung bervariasi. Mulai dari
51
Beberapa sepeda dengan
beragam jenis dan merek seperti
Giant, Anthem, Trek tampak
terjejer rapi di salah satu sudut
rumahnya yang cukup luas. Tapi,
Agung lebih suka mengendarai
sepeda merek Mongoose.
Kendati begitu, lanjut dia, semua
sepeda bisa dipakai ke kantor.
Namun memang ada sepeda
yang khusus digunakan untuk
commuting. Apa bedanya?
Pertama, simpel. Kedua, ada
fender, rak ada di belakang
BiODaTaAGUNG ADIJANA GUSTIANSYAH
Tempat/tanggal lahir: Bandung/1 agustus 1978
Pendidikan: S1 Bachelor applied Science Manufacturing Operations, RMiT university, Melbourne, australia S2 Post Diploma Management, Curtin university, australia
Pengalaman Kerja: PT Pupuk Kaltim (Persero) (2004-2008)PT Pertamina Hulu Energi (2008-Sekarang)
Hobi: Bersepeda, Lari, naik Gunung
Biasa naik sepeda harus bisa
bongkar pasang,” katanya.
Agung mulai hobi bersepeda sejak
1994. Namun, dia menjadikan
sepeda sebagai moda transportasi
ke kantor atau bike to work sejak
2003. Saat itu, dia baru mulai
bekerja di salah satu perusahaan
pupuk milik badan usaha milik
negara. Agung mengayuh sepeda
saban hari kerja dari rumahnya–
saat itu di sekitar Pondok Pinang,
Jakarta Selatan –menuju kantornya
di bilangan Kebon Sirih, Jakarta
Pusat.
Kegiatan bike to work itu
dilanjutkan saat Agung pindah
kerja di PHE pada Oktober 2008.
Saat itu, kantor PHE masih di
Gedung Kwarnas di bilangan
Gambir, Jakarta Pusat. Berangkat
pukul 06.30 dan sampai pukul
07.30. Saat itu jarak yang harus
ditempuh dari rumah di bilangan
Pejaten, Pasar Minggu ke kantor
mencapai 16 kilometer (km).
Artinya dalam satu hari, pergi
pulang, Agung harus mengayuh
sepeda hingga 32 km.
Saat PHE pindah kantor ke
bilangan TB Simatupang, Jakarta
Selatan, kelahiran Bandung 1
Agustus 1978 itu tak menepikan
hobinya. “Karena kantor sudah
pindah ke kawasan Kebagusan,
sepedanya sekarang jadi lebih
enak. Tak sampai 15 menit
sudah sampai kantor,” ujar Agung
tertawa.
Selama bike to work, kendala
yang dihadapi relatif sedikit.
Paling sering ban bocor. Itupun
selama satu tahun, hanya empat
kali. Rantai putus satu kali,
keserempet motor.
“Alhamdulillah tak banyak trouble.
Apalagi sekarang juga ada ban
anti bocor, ada belt protection-
nya sudah pakai delapan bulan
belum bocor sekalipun. Kalau
kita tak bawa ban cadangan,
paling sepeda diangkut pakai
taksi,” katanya.
Bagi Anda yang baru mulai bike
to work, Agung menyarankan
untuk langsung memulai. Kalau
tidak, tak akan jalan. Jika mau
mulai melakukan bersepeda ke
kantor, ada dua hal yang harus
diperhatikan.
Pertama, orang punya keinginan
olahraga untuk sehat dan
menjaga kebugaran. Kedua,
sepedanya. Kalau lari hanya
badan saja, sedangkan
bersepeda harus menyiapkan
dua hal tersebut. “Orang
harus bugar dan sepeda yang
digunakan harus fit,” tukasnya.
Foto
: Tat
an A
gus
Rust
andi
“karena kantor sudah pindah ke kawasan kebagusan, sepedanya sekarang jadi lebih enak. Tak sampai 15 menit sudah sampai kantor.”
HOBI
52
Untuk keamanan, perlengkapan
standar yang harus digunakan
antara lain helm, kaca mata,
masker, sarung tangan, dan
rak buat bawa barang sehingga
badan tidak pegel.
Lima belas tahun sudah bike to
work menjadi rutinitas Agung.
Bahkan, jika menggunakan baju
formal saat akan berangkat ke
kantor, ayah dua anak ini justru
mendapat pertanyaan, “Bapak
tidak ke kantor?” Agung sehari-
hari baru menggunakan baju
kerja saat sampai di kantor. Pagi
hari saat berangkat dari rumah,
Agung hanya memakai kaos dan
celana pendek.
Lantaran jarak rumah ke kantor
hanya sekitar empat kilometer,
Agung menganggap rute tersebut
terlalu pendek untuk bersepeda.
Inilah yang membuat pria
yang juga hobi naik gunung itu
memutuskan untuk melakukan
aktivitas fisik lain seperti lari. Agung
saat ini juga tercatat sebagai salah
satu anggota PHE Running Club.
Setiap Selasa dan Jumat, anggota
PHE Running berlatih lari di
Gelanggang Olahraga Ragunan,
Jakarta Selatan.
Dia mengakui, sejak 2008 mulai
lari, setahun sampai satu hari
sakit. Bila sebelum lari bisa 2x
lebih sakit. Waktu rutin bersepeda
setahun bisa 3x sakit, tapi dengan
ditambah lari, hanya sekali sekali.
“Bahkan dalam setahun tahun
terakhir, alhamdulillah tidak
pernah sakit malah,” kata putra
Ridwan Armansyah atau lebih
dikenal Iwan Abdurachman,
pendiri Palawa Unpad dan
dedengkot Wanadri.
53
beragam. Ada kelompok geng
motor yang sebelumnya senang
kebutan di jalan raya di jalur
Pantai Utara (Pantura) Indramayu.
Ada juga siswa sekolah,
mahasiswa dan kelompok laskar
lingkungan di Kecamatan Eretan
dan Kandanghaur.
Ketertarikan mereka
mengembangkan pantai Panjiwa
berangkat dari kenyataan bahwa
Libur sekolah setelah
Lebaran 2018 cukup
panjang. Masa libur ini
dimanfaatkan oleh Reni dan Indri,
menikmati suasana pantai. Dua
gadis SMU di Indramayu, Jawa
Barat ini memilih Pantai Panjiwa
di Kecamatan Kandanghaur
sebagai tempat mereka
menghabiskan senja diakhir
pekan. Menggunakan sepeda
motor, kedua gadis berhijab ini
SEPENGGAL SENJA DI PANTAI PANJIWA
LEISURE
menuju pantai yang baru dibuka
untuk umum setahun silam.
Pantai Panjiwa mulai dibuka
untuk umum pada April
2017. Penggagasnya adalah
sekelompok remaja yang
tergabung kelompok penggiat
pariwisata (Kompempar) di
wilayah Kandanghaur. Latar
belakang pemuda pegiat
pariwisata pantai Panjiwa ini pun
Foto
: Tat
an A
gus
Rust
andi
Sebelumnya, wilayah ini hanya
diisi para petani tambak yang
memang berada satu lokasi
dengan pantai Panjiwa. Hutan
hutan mangrove banyak tumbuh
di tambak tambak milik kelompok
tani tersebut. Akhirnya, melalui
sinergi dari kelompok remaja
serta kelompok tani Sumber
Mas disokong oleh Dinas
Pariwisata dan juga kehutanan
serta pemerintah desa setempat,
tempat ini resmi dibuka untuk
umum tahun lalu.
Penataan lokasi pantai Panjiwa
dilakukan. Diawali dengan
penyiapan berbagai fasilitas,
mulai dari tempat duduk untuk
para pengunjung, mushola
dan kamar mandi. Pengerjaan
dilakukan atas swadaya
masyarakat melalui kelompok
remaja pegiat pariwisata. Mereka
juga menanam 5.000 pohon
mangrove, untuk melindungi
pantai dari abrasi, terutama jika
air pasang.
Penanaman bibit mangrove
merupakan kerja sama dan
bantuan dari PT Pertamina
Hulu Energi (PHE) bekerja
sama dengan dinas terkait
maupun pemerintah desa
setempat. Keterlibatan PHE
pada penanaman mangrove
di pantai Panjiwa karena
Koordinator Kompepar, Sandy
juga merupakan anggota laskar
lingkungan sebuah komunitas
pegiat dan peduli lingkungan
yang diinisiasi oleh PHE.
Selain keindahan alam yang
menjadi daya tarik wilayah
Kangdanghaur, ada keprihatinan
lain, jika wilayah ini tidak
dikelola dengan baik. Banyak
warga sekitar yang menebang
pohon mangrove dijadikan
kayu bakar atau kebutuhan
lainnya. Padahal, untuk bisa
tumbuh besar dan tinggi,
membutuhkan waktu lebih dari
lima tahun.
sebenarnya pantai Panjiwa yang
sebelumnya dikenal dengan
nama Pantai Sumber Mas,
memiliki potensi wisata yang
cukup besar, jika dikelola dengan
baik. Garis pantai yang panjang
sejauh sekitar 3 kilometer, pantai
yang cukup tenang dengan pasir
pantai yang halus ditambah
hutan mangrove yang tumbuh
alami yang menjulang tinggi,
menjadi daya tarik khusus.
55
“Keterlibatan PHE sejauh
ini masih berupa bantuan
berdasarkan permintaan,
termasuk bibit mangrove yang
sudah ditanam,” ujarnya.
Sandy mengatakan untuk
mengenalkan Pantai Panjiwa,
pengelola mengenalkan melalui
media sosial. Dampaknya
cukup efektif. Pengunjung tidak
hanya datang dari kawasan
Kandanghaur, tetapi juga dari
Indramayu, Cirebon. Ada pula
yang datang dari Bali dan
Sulawesi. Bahkan, pernah
ada turis dari Spanyol yang
menyambangi pantai Panjiwa.
Turis tersebut mendapatkan
informasi dari internet.
Sandy dan para pegiat pariwisata
pantai Panjiwa mengaku akan
terus memperbaiki fasilitas
di kawasan Pantai Panjiwa
sehingga pengunjung cukup
nyaman saat berada di lokasi.
Termasuk juga penyediaan
kuliner khas Kandanghaur
atau Indramayu, juga kesenian
tradisional khas Indramayu
serta aneka sajian fasilitas lain
sehingga ketika pengunjung
datang ke lokasi, banyak yang
bisa didapatkan.
MENCAPAI lOKASIUntuk mencapai lokasi, hanya
bisa menggunakan kendaraan
roda dua atau perahu. Bagi
pengguna kendaraan roda
empat, hanya bisa mencapai
pelabuhan di sungai Sumber
Mas. Selanjutnya menggunakan
perahu atau sepeda motor.
Jika menggunakan perahu,
perjalanan akan menyusuri
sungai, dengan pemandangan
tambak tambak yang berada di
sisi kiri dan kanan sungai sampai
menjelang pantai. Selain tambak,
di sepanjang sungai juga berjejer
pohon mangrove yang tumbuh
lebat. Sesekali burung burung
yang bertengger di pohon
mangrove melintas di atas
perahu motor. Sungai yang cukup
bersih, hijau dan rimbunnya
pohon mangrove.
Bagi yang biasa melintasi jalur
Pantura Indramayu, untuk
menuju lokasi dari arah Jakarta
setelah SPBU Sumber Mas
atau MTS Negeri 4 Indramayu,
belok kiri. Sekitar 300 meter
dari jalan utama. Bagi pengguna
kendaraan roda empat, di
Pantai Panjiwa memiliki potensi wisata yang cukup besar, jika dikelola dengan baik.
LEISURE
56
sinilah tempat parkir kendaraan
dan selanjutnya berganti
menggunakan perahu motor.
Sementara bagi pengguna
roda dua, melewati bendungan
menuju jalan setapak menuju
lokasi. Untuk masuk ke lokasi,
tiket masuk terbilang sangat
murah, hanya Rp 2.000.
Bagi yang ingin menikmati
matahari terbit, pantai Panjiwa
cukup ideal. Pantainya
cukup tenang, terbuka dan
leluasa menatap mentari
pagi. Pemandangan lain yang
didapatkan adalah ribuan ekor
burung bangau laut yang terbang
dari rimbunan pohon mangrove,
terbang ke aneka tempat mencari
makan.
Pun demikian saat ingin menikmati
sunset. Pastikan anda berada
di lokasi paling telat pukul 17.00,
sebelum matahari tenggelam di
ufuk barat. Dan saat saat senja,
gelombang ribuan burung terlihat
datang ke sekitar Pantai Panjiwa.
Suara burung yang bersahutan
menjadi nyanyian yang indah
untuk dinikmati. Lokasi ini juga
sangat baik untuk dijadikan wisata
edukasi.
Panjiwa termasuk kategori pantai
dangkal. Di sana ada batas aman
yang ditandai dengan bendera
menjadi tempat yang aman
untuk berenang. Tekstur pasirnya
sangat halus, cocok untuk
anak anak bermain. Pantainya
cukup lebar, bisa dipakai untuk
berolahraga atau penyuka
sepakbola, bisa dimanfaatkan
untuk menendang si kulit bundar.
Sejak dibuka tahun lalu, sudah
ada beberapa pengunjung yang
menikmati suasana malam
di pantai Panjiwa, sambil
memasang tenda dan pagi
hari menikmati matahari yang
muncul di ujung timur. Pantai
Panjiwa kini menjadi salah satu
destinasi wisata pantai di wilayah
Indramayu, selain pantai pantai
lainnya di wilayah Indramayu.
Tunggu apa lagi, ayo ke pantai
Panjiwa. Foto
: (ki
ri) c
inta
cofe
e.co
m; T
atan
Agu
s Ru
stan
di
57
Merang dan PHE Offshore
North West Java (ONWJ), PHE
menargetkan satu tambahan
PROPER Emas dari JOB Tomori
Sulawesi.
Untuk menuju kesana, segala
persiapan pun dilakukan,
termasuk melihat kembali
apa yang berpotensi untuk
dikembangkan.
“Kalau mau mendapat PROPER
Emas kan harus punya program
yang berdampak terhadap
perekonomian. Rencananya,
Agustus akan dilakukan
kunjungan oleh tim untuk menilai
apakah kami layak,” kata Zaidy.
CSR
TOMORI MENGGAPAI PROPER EMAS
Target PROPER Emas untuk
Tomori bukan tanpa alasan,
dua tahun terakhir, perusahaan
yang kini menjadi tulang
punggung utama produksi gas
PT Pertamina Hulu Energi (PHE)
menyabet PROPER Hijau.
Setelah menggondol tiga
PROPER Emas pada 2017,
tahun ini PHE menargetkan
empat PROPER Emas. Selain
PHE West Madura Offshore
(WMO), Joint Operation Body
(JOB) Pertamina-Talisman Jambi
58W
ajah Achmad Zaidy,
General Manager
Joint Operation
Body (JOB) Pertamina-Medco
Tomori Sulawesi tampak berbinar
saat Energia PHE menanyakan
tentang target PROPER Emas
yang diemban JOB Tomori pada
tahun ini. Zaidy yang ditemui
di ruang kerjanya, lantai 18
Menara Bidaraka di kawasan
Gatot Subroto, Jakarta Selatan,
belum lama ini, terlihat optimistis
Tomori bisa merealisasikan target
tersebut.
ACHMAD zAIDy, General Manager joint Operation Body (jOB) Pertamina-Medco Tomori Sulawesi
Foto
: (Ba
wa)
Tat
an A
gus
Rust
andi
; (at
as)D
ok. P
HE
emisi dan udara ambien, limbah
cair dan padat.
“Serta limbah bahan berbahaya
beracun (B3) dan non B3,
termasuk juga pengelolaan
limbah domestik termasuk
juga program keanekaragaman
hayati,” ungkap dia.
Dari aspek CSR, program-
program yang menjadi prioritas
merupakan program yang sudah
dilaksanakan dan dikembangkan
pada tahun-tahun sebelumnya,
seperti Program Rumah
Pemberdayaan Ibu dan Anak
(RPIA), Program Pengembangan
UMKM Herbal atau Tanaman
Dari aspek lingkungan, Zaidy
menyebut JOB Tomori sangat
aware dalam pengelolaan
lingkungan baik di dalam dan di
sekitar area operasi. Kegiatan
operasional perusahaan
mengacu kepada dokumen
studi lingkungan yang telah
mendapatkan persetujuan dari
instansi yang berwenang, dimana
kajian mengenai pengelolaan
lingkungan dan pemantauan
lingkungan telah dikaji
dampaknya secara detil.
Pelaksanaan pengelolaan
dan pemantauan lingkungan
dilakukan secara rutin, terdiri dari
pengelolaan dan pemantauan
Manajemen JOB Tomori, menurut
dia, telah menetapkan Team
Sistem Manajemen Lingkungan
(SML) untuk mempersiapkan
pencapaian PROPER Emas
tahun ini yaitu dengan menjual
beberapa program baru. Serta
inovasi dari masing-masing
parameter penilaian yang akan
ditampilkan. Untuk bisa menjadi
kandidat PROPER Emas
maka nilai seluruh parameter
pada PROPER hijau yaitu
Dokumen Ringkasan Kinerja
Pengelolaan Lingkungan
(DRKPL) dan Dokumen Hijau
harus mendapatkan nilai tertinggi
dibandingkan peserta PROPER
dari perusahaan-perusahaan lain
59
Obat, Program Pemberdayaan
Petani Ramah Lingkungan serta
pemberdayaan masyarakat
pesisir.
“Ini menunjukan bahwa program-
program CSR yang dilaksanakan
memiliki aspek kebermanfaatan
dan keberlanjutan,” kata Zaidy.
PHE menjadikan PROPER
sebagai salah satu key
performance indicator (KPI) bagi
manajemen anak perusahaan
(AP). Direksi meminta tiap
AP meneken komitmen target
pencapaian PROPER.
Program CSR PHE pada tahun ini
diarahkan untuk pemberdayaan
masyarakat, bukan lagi charity,
membuat infrastruktur sederhana
dan sejenisnya. Hal ini didasari
bahwa industri ekstratif akan
habis pada suatu masa, namun
masyarakat sekitar wilayah
operasi akan tetap berada di
sana. Maka, masyarakat yang
selama ini menikmati bantuan
perusahaan harus berdaya,
terutama dari sisi ekonomi.
Menurut Zaidy, JOB Tomori ingin
menambah perbendaharaan
program, selain program
unggulan pemberdayaan ibu dan
anak yang dampaknya sudah
terlihat, baik oleh masyarakat
maupun pemerintah.
“Program lain juga, bukan tidak
menjadi andalan, tapi bukan
untuk ikon utama. Program
pemberdayaan ibu dan anak akan
menjadi ikon utama,” kata dia.
Program RPIA merupakan
program di sektor pendidikan
yang dirintis JOB Tomori sejak
2013 pada masa konstruksi
pembangunan central processing
plant (CPP). Program tersebut
pada awalnya sebagai sarana
pelibatan masyarakat untuk
kegiatan-kegiatan dan eventually
bagi anak-anak dan ibu-ibu.
Kegiatan yang digelar meliputi
peningkatan literasi anak,
perilaku hidup bersih dan sehat,
nutrisi tambahan anak, kegiatan
keagamaan, kegiatan kerajinan
tangan serta kesenian dan
gerakan ayo menabung.
Sejak 2014, JOB Tomori memiliki
rumah pemberdayaan di tiga
lokasi, yakni satu di Desa
Paisabololi dan dua di Desa
Sinorang, Kecamatan Batui
Selatan, Banggai, Sulawesi
Tengah.
Program RPIA, kata Zaidy, akan
terus dilanjutkan karena sudah
menjadi model dan diterima
masyarakat. Apalagi manfaatnya
sudah sangat jelas. Ibu-ibu
merasa terbantu, dan anak-anak
yang semula memiliki kegiatan
tidak jelas sekarang mulai
terarah.
Hasil yang diraih juga harus
dikembangkan ke desa-desa lain.
Saat ini sudah dua desa dan akan
terus dikembangkan. “Membuat
rencana lagi, pemetaan, mencari
tokoh-tokoh lain. Alhamdulillah,
ini mendapat pengakuan bukan
hanya dari Pertamina, tapi juga
masyarakat,” kata Zaidy.
Tidak hanya program Rumah
Pemberdayaan Ibu dan Anak
Foto
: Dok
. PH
E
CSR
60
(RPIA), JOB Tomori juga
menjalankan program pertanian
lingkungan berkelanjutan,
pemberdayaan UMKM
berbasis tanaman obat, hingga
pengembangan desa energi
berbasis biogas. Program
yang telah dimulai 2014, akan
dimasifkan pada tahun ini.
Lalu apa implikasi dari
keberhasilan program CSR yang
dijalankan? Dampak langsung,
aksi-aksi demo pada 2018 sudah
hampir tidak ada. Setiap kali
ada keluhan, langsung diambil
tindakan. Biasanya langsung
selesai di sana.
Menurut Zaidy, semua
berjalan beriringan.
Pendekatan komunikasi jalan,
pemberdayaan masyarakat
juga jalan. Sudah cukup efektif
program CSR yang dilakukan
untuk mendukung operasional
perusahaan dan akan terus
dikembangkan. Pendekatan
harus dilakukan berdasarkan
kebutuhan dan budaya
setempat.
Pada 2018, fokus kegiatan
pemberdayaan masyarakat
JOB Tomori adalah pembuatan
display seluruh program. Karena
pada tahun-tahun sebelumnya
JOB Tomori sudah melaksanakan
kegiatan yang bersifat capacity
building.
“Jadi bisa dikatakan tahun ini
adalah tahun show off-nya
comdev Tomori,” tegas Zaidy.
Tidak hanya itu, JOB Tomori
juga berencana mengumpulkan
pelaku industri di sekitar Senoro
untuk bersama-sama membuat
program CSR, sehingga lebih
terkonsolidasi dan tidak ada
duplikasi. Pasalnya jika dilakukan
dengan cara berbeda, pasti
masyarakat akan protes.
Blok JOB Tomori terletak di
Kabupaten Banggai, Sulawesi
Tengah yang dikenal dengan
Blok Senoro-Toili. Produksi gas
yang dihasilkan Senoro-Toili
dipasok ke PT Donggi Senoro
LNG, PT Panca Amara Utama
dan PT PLN (Persero).
Bukan hanya CSR, tapi juga
menyangkut emergency
response plan, sharing facilities,
hingga rumah sakit. Meski
berbagai fasilitas di sana sudah
lengkap, jika tidak dilakukan
secara bersama, maka akan
kurang optimal. Apalagi
kehidupan industri migas di sana
akan berlangsung dalam jangka
waktu panjang.
Zaidy mengatakan JOB
Tomori tentu tidak ingin hanya
sekadar membuat program,
tapi harus nyata dilakukan
kepada masyarakat sehingga
bisa dirasakan langsung, baik
di sektor pendidikan maupun
kesehatan.
“Kami mendorong teman-teman
untuk melakukan strategi-
strategi lainnya, dan yang sudah
dijalankan tidak dihentikan. Ini
akan menjadi efek domino. Orang-
orang cerdas kan tidak hanya dari
kota, banyak orang-orang cerdas
muncul dari desa. Makanya akan
kami tata,” ungkap dia.
61
LOCAL HERO
MENULARKAN kEsuksEsan PaDa ORANG LAIN
WATNI20-an kerang siput. Tangan kiri
si bocah menggandeng adiknya
yang masih berusia sekitar dua
tahun. Sebentar kemudian bocah
tersebut menyerahkan bungkusan
plastik kepada perempuan paruh
baya yang tengah bermain
bersama cucunya di teras rumah.
Sang perempuan paruh baya
itu menengok isi plastik itu.
Tangannya kemudian merogoh
kantong dan menyerahkan dua
lembar 10 ribu kepada bocah
tersebut. Tak lupa memberikan
selembar uang dua ribu rupiah
untuk sang adik sebagai
hadiah. Sang bocah tersenyum
sumringah, mengucapkan terima
kasih dan berlalu pergi.
Selang beberapa menit,
datang lagi seorang ibu sambil
menggendong anak. Tangan
kanannya menenteng plastik.
Separuh dari plastik tersebut
terisi kepiting atau rajungan. Si
ibu yang bersantai bersama cucu
itu kemudian memegang plastik,
menentengnya seolah tengah
memperkirakan berat isi kantong
plastik itu. Dia masuk ke rumah
dan keluar sambil menyerahkan
beberapa lembar uang kepada si
ibu yang tengah menggendong
anaknya itu.
Pemandangan anak kecil
atau para ibu yang datang
membawa plastik berisi hasil
tangkapan laut, baik ikan,
rajungan atau siput merupakan
Eretan Kulon, kandanghaur,
Indramayu, awal Juli
2018. Di sebuah rumah di
Blok Pangpang II, Eretan Kulon,
seorang bocah seusia anak
kelas II sekolah dasar tampak
menenteng keresek berisi sekitar
62
Foto
: Tat
an A
gus
Rust
andi
bergantung kepada pendapatan
suami sebagai nelayan.
Istri dari Kasna (45 tahun) ini
bercerita, dia memulai usaha
dengan membuat kerupuk ikan
pada 10 tahun silam. Awalnya,
ada tetangganya yang menjual
ikan asin dan sebagian ikan
asin tersebut gagal atau tidak
sesuai dengan permintaan
konsumen. Ikan asin yang gagal
jual itu diberikan kepadanya. Dia
menerima dengan senang hati.
Watni menyambangi warung
dekat rumahnya, mengutang
dua kilogram tepung terigu. Ikan
asin itu diolah menjadi kerupuk.
Sebagai imbal jasa, sang pemilik
ikan diberikan kerupuk hasil
olahannya. Rupanya, sang
pemilik warung tertarik dan suka
dengan kerupuk buatan Watni.
Rasanya beda dari kebanyakan
kerupuk yang dibuat oleh para
pembuat kerupuk di Eretan.
Nenek satu orang cucu ini tak
henti mengucapkan syukur atas
pencapaian usahanya saat
ini. Watni mengakui memulai
usaha dari nol. Tanpa modal!
Hanya kemauan dan keinginan
agar tidak lagi sepenuhnya
pemandangan yang lazim saban
hari. Ibu yang sedang bersama
cucu dan menerima dan
mengumpulkan hasil tangkapan
laut adalah Watni (42 tahun). Dia
merupakaan mitra binaan PHE
ONWJ sejak 2013.
Nama Watni cukup populer
di sana sehingga dipastikan
tidak susah menemuinya.
Saat tim redaksi Energia PHE
menyambangi rumahnya,
aktivitas di sekitar rumahnya
terus ada. Rumah perempuan
kelahiran September 1975 itu
menjadi tempat bagi kaum ibu
menjual hasil laut, khususnya
siput, rajungan ataupun ikan
buntal.
63
Si pemilik ikan asin tadi juga
mempromosikan kerupuk buatan
Watni kepada beberapa penjual
bakso dan mie ayam. Mereka
tertarik. Dia diminta untuk
mengirimkan kerupuknya ke
tempat mereka jualan.
Melihat Watni yang tanpa lelah
berusaha, waktu istirahat nyaris
tetap dipergunakan untuk
memproduki atau menjual
kerupuk, Kasna, sang suami
tidak tega. Dia bahkan meminta
belahan jiwanya itu berhenti. Biar
Kasna saja yang bekerja melaut
asalkan istrinya tidak kelelahan.
Tapi, Watni meyakinkan sang
suami bahwa usaha tersebut
tidak akan mengganggu tugas
utamanya sebagai istri, ibu dari
anak-anaknya. Melihat keteguhan
sikap Watni, Kasna tidak mampu
melarang. Dia hanya berharap
usaha kerupuk sang istri cepat
laku, usahanya bisa berkembang
dan sang istri tidak melupakan
tugas utamanya sebagai istri dan
ibu rumah tangga.
BERTEMU PHEUsaha yang digeluti Watni mulai
berkembang saat dia pada 2013
ikut dalam program peningkatan
produk pangan olahan berbasis
Good Manufacturing Product
(GMP). Saat itu, dia terpilih
sebagai mitra PHE ONWJ dalam
program peningkatan mutu
produk tersebut. GMP bertujuan
mengembangkan mutu dan
kualitas produk sesuai standar
tertentu.
Saat terpilih dalam program
tersebut, Watni mendapatkan
bantuan berupa alat-alat
produksi, pemotorng siput, alat
pembungkus kemasan, spinner
dan sebagainya. Namun yang
menarik dari program tersebut,
bukan sekadar bantuan yang
diberikan, tetapi bagaimana
mengubah mind set masyarakat
atau pelaku usaha kecil dan
menengah, bahwa produk
yang dikemas dengan baik,
memperhatikan aspek higienis,
menjaga mutu akan berdampak
pada kemajuan usaha.
Hasil pelatihan yang
diselenggarakan PHE ONWJ
sangat positif. Produk keripik
buatan Watni yang sebelumnya
hanya dibungkus plastik
transparan yang sangat
konvensional, kini terlihat lebih
bernilai setelah berada dalam
kemasan seperti produk olahan
industri besar. “Kita juga makin
pede (percaya diri) dengan
produk kita,” ujarnya. Foto
: Tat
an A
gus
Rust
andi
LOCAL HERO
“Peran Phe onWJ dalam pengembangan usaha saya dan UkM lain sangat besar.”
64
Setelah bermitra dengan
PHE ONWJ, menurut Watni,
ada perubahan ekonomi
keluarga. Perlahan tapi pasti
dia sudah bisa merenovasi
rumah dan menyekolahkan
anak. Sang Suami pun kini
sepenuhnya membantu usaha
yang dijalani Watni. Bahkan,
Kasna mendukung Watni untuk
mengajak ibu-ibu nelayan
tetangga dalam pengolahan
produk tangkapan laut kendati
prosesnya sangat tidak mudah.
“Peran PHE ONWJ dalam
pengembangan usaha saya dan
UKM lain sangat besar,” katanya.
Berbagai penghargaan
sudah Watni terima, baik
dari Pemerintah Kabupaten
Indramayu, dan Pemerintah
Provinsi Jawa Barat. Termasuk
tahun lalu, saat Watni
mendapatkan Penghargaan
Local Hero Pertamina Awards
2017, mewakili UKM Binaan
PHE ONWJ. Dari kemitraannnya
dengan PHE, Watni sudah
menyambangi berbagai
daerah di Indonesia, mengikuti
pameran, memasarkan produk
olahan tangkapan laut yang
dibuatnya.
“Alhamdulillah, uang penghargaan
tahun lalu saya pakai buat umrah.
Ini semua tidak pernah saya
bayangkan sebelumnya. Kini
semuanya sudah saya dapatkan,
alhamdulillah,” katanya berkaca-
kaca.
Watni akan terus mengajak istri
nelayan yang belum terlibat
dalam kegiatan UKM olahan
produk hasil tangkap laut.
Semakin banyak istri nelayan
yang terlibat, akan banyak
membantu perekonomian
mereka. Kepedulian Watni
kepada para tetangga istri
nelayan, menjadi salah satu
alasan dia terpilih menjadi
local hero terbaik, menyisihkan
pahlawan lokal lainnya, meski
hanya berpendidikan sekolah
dasar.
65
PT Pertamina Hulu Energi
(PHE), anak usaha PT
Pertamina (Persero) di sektor
hulu, akan mempercepat
monetisasi cadangan migas
dengan menerapkan strategi
klasterisasi sumber cadangan.
Strategi ini bisa digunakan di
blok yang memiliki cadangan
PERISTIWA
gas tidak terlalu besar namun
dapat segera dimonetisasi. R
Gunung Sardjono Hadi, Direktur
Utama PHE, mengatakan
dengan klasterisasi PHE tidak
lagi berpikir hanya menunggu
pembeli gas tapi berinovasi
bagaimana menciptakan pasar.
Pasalnya, meski memiliki
cadangan besar akan percuma
jika tidak ada penyerap gas.
“Jadi kami tidak lagi bergantung
pada pasar, tapi menciptakan
pasar. Itu yang sekarang kami
kejar. Konsep monetisasi gas
dibikin klaster. Kami juga harus
berpikir bagaimana bisa masuk
ke midstream,” kata Gunung saat
buka puasa bersama para editor
media massa nasional di Jakarta,
Rabu (23/5).
Hingga kuartal I 2018, PHE
mencatatkan produksi gas
777 juta kaki kubik per hari
(mmscfd), naik 2% dibandingkan
periode yang sama 2017
sebesar 765 mmscfd.
Sedangkan produksi minyak
tercatat 63.037 barrel oil per
day (bopd), tidak jauh berbeda
dibanding periode yang sama
2017 sebesar 62.623 bopd.
66
PHE Percepat Monetisasi Cadangan Migas
R Gunung Sardjono Hadi, saat jadi Dirut PHE, berjumpa editor di sektor ESDM saat buka puasa bersama.
Foto
: (ki
ri) T
atan
Agu
s Ru
stan
di; (
kana
n 3)
Dok
: PH
ESS
67
Halal Bihalal Keluarga Besar PHE
Demi menjaga
silaturahim dan
menjaga persaudaraan
di kalangan pekerja,
manajemen dan direksi
PT Pertamina Hulu Energi
(PHE) menyelenggarakan
halal bihalal keluarga besar
PHE dalam suasana Idul
Fitri 1439 Hijriah di Kantor
Pusat PHE Jakarta, Selasa
(26/6). Kegiatan halal
bihalal ini selain dihadiri
oleh para pekerja, anggota
dan pengurus Persatuan
Wanita Patra PHE, Dewan
Komisaris PHE, serta
Direktur Hulu PT Pertamina
(Persero) Syamsu Alam
beserta Ibu Atu Syamsu
Alam.
Dalam sambutannya,
Syamsu Alam berpesan
agar para pekerja mampu
melihat perkembangan
bisnis PHE dalam kacamata
korporasi Pertamina secara
holistik dan tetap fokus
pada pekerjaan. Setelah
bersalaman, kegiatan ini
ditutup dengan menikmati
hidangan khas Lebaran
yang disediakan oleh
penyelenggara.
PERISTIWA
68
Kunjungan Direktur Pertamina ke lapangan Bravo F/S PHE ONWj
Direktur Megaproyek
Pengolahan dan Petrokimia
PT Pertamina (Persero)
Heru Setiawan melakukan
kunjungan ke lapangan di sela
Safari Ramadhan (Safram)
ke offshore Bravo F/S PHE
ONWJ di perairan utara Subang,
lepas pantai utara Laut Jawa,
Kamis (7/6). Dalam kunjungan
tersebut, Heru Setiawan
didampingi oleh Direktur
Pengembangan PT Pertamina
Hulu Energi Afif Saifudin dan
General Manager PHE ONWJ
Siswantoro M Prasodjo serta
jajaran manajemen PHE dan
PHE ONWJ. Mereka memantau
langsung jalannya aktivitas
operasi dan berbincang dengan
pekerja di anjungan tersebut.
Di hadapan pekerja PHE
ONWJ, Heru mengatakan
Safram ini merupakan salah
satu bentuk perhatian top
manajemen kepada pekerja
yang sudah mendedikasikan diri
untuk perusahaan dan negara.
“Dengan adanya Safram, kami
menunjukkan bahwa dukungan
penuh dari top manajemen di
manapun ia berada,” ujarnya.
Semetara itu, Direktur
Pengembangan PHE Afif
Saifudin, mengingatkan para
pekerja untuk bekerja dengan
mengedepankan aspek safety.
“Mari kita tingkatkan awareness
agar tidak terjadi kecelakaan
kerja. Kami mendukung semua
apa yang dibutukan di sini untuk
meningkatkan produksi,”
katanya.
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Heru Setiawan mengunjungi lapangan Offshore Bravo F/S PHE ONWj di lepas pantai utara laut jawa.
Foto
: Dok
: PH
E
Kegiatan bakti sosial Persatuan Wanita Patra berupa pembagian 1.037 bingkisan sembako bagi pekerja alih daya PHE.
69
PWP PHE Gelar Bakti Sosial
Organisasi istri pekerja
Pertamina yang tergabung
dalam Persatuan Wanita Patra
(PWP) menyelenggarakan bakti
sosial dengan membagikan
bingkisan berisi paket sembako
bagi para pekerja alih daya
yang bertugas di area kerja PT
Pertamina Hulu Energi (PHE)
anak perusahaan, serta unit
Operasi PHE. Dengan total
bingkisan sebanyak 1.037 buah,
pemberian secara simbolis
dilakukan langsung oleh Direktur
Utama PHE R. Gunung Sardjono
Hadi, didampingi Ketua PWP
PHE Dewi Gunung Sardjono
Hadi, ke beberapa perwakilan
pekerja alih daya di Kantor Pusat
PHE, Selasa (15/5).
R Gunung Sardjono Hadi
mengucapkan terima kasih atas
keterlibatan para istri pekerja
yang turut ambil bagian dalam
beragam program sosial yang
diselenggarakan oleh PWP
selama ini, dan berpesan agar
terus mendukung para suami
mereka agar tetap fokus bekerja.
Dalam kegiatan tersebut, para
anggota PWP terlibat aktif dalam
proses pembagian bingkisan
bagi pekerja yang sebelumnya
telah membawa vocher yang
selanjutnya ditukarkan dengan
bingkisan paket sembako. Para
pekerja alih daya di lingkungan
kerja PHE sangat antusias
dengan kegiatan ini,karena
melalui pemberian bingkisan dari
PWP PHE dapat meringankan
beban biaya menjelang
Ramadhan.
PERISTIWA
70
PT Pertamina Hulu Energi
(PHE) menandatangani
kontrak kerja sama alih
kelola yang telah disetujui
oleh Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral (ESDM),
untuk dua kontrak bagi hasil
menggunakan bentuk kontrak
gross split, yaitu Blok Jambi
PHE Teken Kontrak Alih Kelola Dua Blok
Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi dan Direktur Operasi dan Produksi PHE Ekariza usai penandatanganan kontrak alih kelola dua blok
Merang dan Blok Raja/Pendopo.
Penandatanganan alih kontrak
kerja sama itu dilakukan
Direktur Operasi dan Produksi
PHE Ekariza dengan Kepala
SKK Migas Amien Sunaryadi
disaksikan Wakil Menteri ESDM
Arcandra Tahar di Jakarta,
Kamis (31/5).
Di Blok Jambi Merang, PHE
akan menjadi operator dan
kepemilikan hak partisipasi
sebesar 100%, termasuk
10% yang akan ditawarkan
kepada BUMD, di masa akhir
pengelolaannya pada 9 Februari
2019. Saat ini Blok Jambi
Merang masih dikelola oleh
Joint Operating Body (JOB)
Pertamina – Talisman Jambi
Merang. Sedangkan di Blok
Raja/Pendopo, kepemilikan
hak partisipasi PHE sebesar
100%, termasuk 10% yang akan
ditawarkan kepada BUMD, di
masa akhir pengelolaannya
pada 5 juli 2019, dengan
kontraktor sekaligus operator
adalah PHE Raja Tempirai.
Saat ini Blok Raja/ Pendopo
masih dikelola oleh JOB
Pertamina – Golden Spike
Indonesia Ltd (JOB PGSIL).
VP Relations
BERDIRI untuk NEGERI
Community Involvement & Development
Tata nilai PHE
Bangkitkanenergi negeri
PT Pertamina Hulu Energijl. Letjen TB. Simatupang Kav. 99 jakarta 12520T: +62 21 2954 7000 phe.pertamina.com
6C CLEAN (BERSIH)Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas. Berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik.
COMPETITIVE (KOMPETITIF)Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional, mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya dan menghargai kinerja.
CONFIDENT (PERCAYA DIRI)Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam reformasi BUMN, dan membangun kebanggaan bangsa.
CUSTOMER FOCUS (FOKUS PADA PELANGGAN)Berorientasi pada kepentingan pelanggan, dan berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.
COMMERCIAL (KOMERSIL)Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.
CAPABLE (BERKEMAMPUAN)Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang professional dan memiliki talenta dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun riset dan pengembangan.