mengembangkan aktivitas belajar, kemandirian dan …

10
171 Seminar Nasional Kolaborasi PGSD, Magister Manajemen Pendidikan, PG PAUD, dan Magister PG PAUD Universitas Lambung Mangkurat ISBN: 978-623-96195-0-3 MENGEMBANGKAN AKTIVITAS BELAJAR, KEMANDIRIAN DAN ASPEK MOTORIK HALUS ANAK DALAM MENGKOORDINASIKAN MATA DAN TANGAN UNTUK MELAKUKAN GERAKAN YANG RUMIT MENGGUNAKAN MODEL PINTAR PADA KELOMPOK A TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL MARABAHAN Indah Sari 1 , Aslamiah 2 Program Studi PG PAUD, FKIP, Universitas Lambung Mangkurat 12 [email protected] 1 , [email protected] 2 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan aktivitas guru, aktivitas anak, kemandirian anak dan capaian hasil perkembangan kemampuan anak. Menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas pada penelitian ini. Analisis data berupa deskriptif kualitatif dengan meng- gunakan tabulasi atau tabel dan disajikan dalam bentuk grafik dengan indikator capaian perkembangan anak yang telah ditetapkan. Meningkatnya aktivitas guru, aktivitas anak, kemandirian dan capaian ha- sil perkembangan anak terlihat pada setiap pertemuan yang dilakukan pada penelitian ini. Berdasarkan temuan ini dapat disimpulkan bahwa jika model PINTAR diterapkan pada aspek motorik halus dalam mengkoordinasikan mata dan tangan untuk melakukan gerakan yang rumit pada kelompok A TK Ai- syiyah Bustanul Athfal Marabahan maka aktivitas, kemandirian dan hasil capaian perkembangan anak akan berkembang dan hipotesis dapat diterima. Kata Kunci: Aktivitas Belajar, Kemandirian, Motorik halus, Model PINTAR. ABSTRACT This research to describe the activities of teachers, children activities, child independence and the outcome of child development. The study used a qualitative approach with the type of class action re- search. Data analysis is a qualitative descriptive by using tabulation or table and presented in graphical form with the indicator of achievement of child development that has been set. The results showed an increase in teacher activity, child activity, independence and the outcome of child development at each meeting. Based on this finding it can be concluded that if the PINTAR model is applied to the fine motor aspect in coordination the eye and hand to do complicated motion the group A TK Aisyiyah Bustanul Athfal Marabahan then activities, independence and the outcome of the development of children will develop and the hypothesis is acceptable. Keywords: Learning Activity, Independency, Soft Motoric, Model PINTAR. PENDAHULUAN Pendidikan pra sekolah sering dikenal dengan pendidikan anak usia dini ialah tingka- tan pendidikan yang diadakan pemerintah guna menyokong munculnya generasi terdepan dan unggul dari bangsa Indonesia, yang menana- mkan pondasi dasar dari diri anak agar dapat beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan guna mempersiapkan pertumbuhan dan perkembangan kemampuan pada jengjang pendidikan selanjutnya. Aqib menerangkan bahwa proses pembi- naan tumbuh kembang yang mencakup aspek fisik dan nonfisik sejak usia dalam rahim ibu hingga usia anak enam tahun disebut dengan pendidikan anak usia dini. Proses ini dilakukan dengan menyuguhkan rangsangan yang tepat melalui pendidikan yang bersifat resmi dan ti- dak resmi pada perkembangan jasmani, rohani

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MENGEMBANGKAN AKTIVITAS BELAJAR, KEMANDIRIAN DAN …

171

Seminar Nasional KolaborasiPGSD, Magister Manajemen Pendidikan, PG PAUD, dan Magister PG PAUD Universitas Lambung Mangkurat

ISBN: 978-623-96195-0-3

MENGEMBANGKAN AKTIVITAS BELAJAR, KEMANDIRIAN DAN ASPEK MOTORIK HALUS ANAK DALAM MENGKOORDINASIKAN

MATA DAN TANGAN UNTUK MELAKUKAN GERAKAN YANG RUMIT MENGGUNAKAN MODEL PINTAR PADA KELOMPOK A TK AISYIYAH

BUSTANUL ATHFAL MARABAHAN

Indah Sari1, Aslamiah2

Program Studi PG PAUD, FKIP, Universitas Lambung Mangkurat12

[email protected], [email protected]

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan aktivitas guru, aktivitas anak, kemandirian anak

dan capaian hasil perkembangan kemampuan anak. Menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas pada penelitian ini. Analisis data berupa deskriptif kualitatif dengan meng-gunakan tabulasi atau tabel dan disajikan dalam bentuk grafik dengan indikator capaian perkembangan anak yang telah ditetapkan. Meningkatnya aktivitas guru, aktivitas anak, kemandirian dan capaian ha-sil perkembangan anak terlihat pada setiap pertemuan yang dilakukan pada penelitian ini. Berdasarkan temuan ini dapat disimpulkan bahwa jika model PINTAR diterapkan pada aspek motorik halus dalam mengkoordinasikan mata dan tangan untuk melakukan gerakan yang rumit pada kelompok A TK Ai-syiyah Bustanul Athfal Marabahan maka aktivitas, kemandirian dan hasil capaian perkembangan anak akan berkembang dan hipotesis dapat diterima.

Kata Kunci: Aktivitas Belajar, Kemandirian, Motorik halus, Model PINTAR.

ABSTRACTThis research to describe the activities of teachers, children activities, child independence and the

outcome of child development. The study used a qualitative approach with the type of class action re-search. Data analysis is a qualitative descriptive by using tabulation or table and presented in graphical form with the indicator of achievement of child development that has been set. The results showed an increase in teacher activity, child activity, independence and the outcome of child development at each meeting. Based on this finding it can be concluded that if the PINTAR model is applied to the fine motor aspect in coordination the eye and hand to do complicated motion the group A TK Aisyiyah Bustanul Athfal Marabahan then activities, independence and the outcome of the development of children will develop and the hypothesis is acceptable.

Keywords: Learning Activity, Independency, Soft Motoric, Model PINTAR.

PENDAHULUAN Pendidikan pra sekolah sering dikenal

dengan pendidikan anak usia dini ialah tingka-tan pendidikan yang diadakan pemerintah guna menyokong munculnya generasi terdepan dan unggul dari bangsa Indonesia, yang menana-mkan pondasi dasar dari diri anak agar dapat beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan guna mempersiapkan pertumbuhan

dan perkembangan kemampuan pada jengjang pendidikan selanjutnya.

Aqib menerangkan bahwa proses pembi-naan tumbuh kembang yang mencakup aspek fisik dan nonfisik sejak usia dalam rahim ibu hingga usia anak enam tahun disebut dengan pendidikan anak usia dini. Proses ini dilakukan dengan menyuguhkan rangsangan yang tepat melalui pendidikan yang bersifat resmi dan ti-dak resmi pada perkembangan jasmani, rohani

Page 2: MENGEMBANGKAN AKTIVITAS BELAJAR, KEMANDIRIAN DAN …

172

Tema : Redesain Pendekatan Manajemen Sekolah dan Pembelajaran di Era Masyarakat 5.0Banjarmasin, 04 Agustus 2020ISBN : 978-623-96195-0-3

berupa moral dan spiritual, motorik berupa mo-torik kasar dan halus, akal pikiran serta sosial emosional (Aqib: 2013:13).

Berkenanan dengan kemampuan aspek motorik, dari temuan sebelumnya menyatakan kemampuan motorik terkoneksi dengan ke-mampuan lainnya yang berada pada tubuh manusia seperti kognitif, sosial dan emosional. Seiring bertambahnya usia kemampuan motor-ik anak juga akan secara berangsur meningkat dan bertumbuh begitulah proses perkembangan motorik terjadi. Yang mana tahap gerakan ses-eorang atau anak mulai dari keadaan gerakan minimal atau sederhana, tidak teratur, kurang terampil meningkat kearah penguasaan keter-ampilan motorik yang semakin rumit, teratur dan terencana.

Dalam hal motorik halus anak umur 4–5 tahun pada tingkatan disekolah yaitu kelompok A di TK/ RA sebisa mungkin mampu malaku-kan gerakan yang rumit berupa kegiatan meniru melipat kertas sederhana, menjahit jelujur sep-uluh lubang, menganyam, merobek, menggu-nting dan meronce dalam indkator mengkoor-dinasikan mata dan tangan pada kemampuan motorik halus. Pernyataan tersebut di paparkan dalam PERMENDIKBUD nomor 146 tahun 2014 tentang kurikulun 2013 pendidikan anak usia dini (Kemendiknas, 2014).

Kegiatan mengkoordinasikan mata dan tangan untuk melakukan gerakan yang rumit sangat memerlukan aktivitas belajar anak (Mai-munah, Aslamiah, & Suriansyah, 2018 , Wahyu, & Maimunah, 2018). Aktivitas belajar pada seti-ap individu terimplementasikan dalam berma-cam-macam bentuk, bisa berupa aktivitas yang berhubungan dengan mata sering disebut visual antara lain dengan melihat/ merenung, aktivi-as menggunakan telinga berupa mendengar/ menyimak, aktivitas tangan dengan menulis/ mengambar, aktivitas mental seperti merenung, dan aktivitas emosional dapat berupa ungkapan rasa senang/ sedih. Aktivitas ini lah yang juga menentukan baik buruknya hasil belajar anak, dan secara langsung menentukan juga mempen-garuhi hasil perkembangan motorik anak (Dar-sono 2000).

Hasil perkembangan motorik anak tidak hanya dipengaruhi oleh aktivitas belajar sema-ta, namun juga diperlukan sikap kemandirian pada diri anak karena setiap orang melakukan suatu kegiatan dan tidak dapat selalu tergan-tung pada orang lain begitu pula dalam hal

melakukan kegiatan pengambangan motorik halus, pengembangan ini memang memerlukan terjun langsungnya anak pada setiap kegiatan dan merasakan serta melakukannya secara mas-ing-masing guna melatih anak agar dapat ber-tanggung jawab atas kehidupannya sendiri. Ini sejalan dengan pendapat Steinberg dalam Santo-so dan Marheni (2013) mampu mempertanggu-ng jawabkan perilaku, menentukan pilihan, dan mengatur tingkah laku tanpa terlalu mengharap pada orang lain khsususnya orang tua dikatakan dengan sikap kemandirian.

Seakan berbanding tebalik dengan kondisi ideal yang telah dipaparkan diatas pada kelompk A TK Aisyiyah Bustanul Athfal Marabahan ditemukan informasi dari hasil wawancara dan pengamatan/ observasi kegiatan perkembangan motorik halus anak saat ini belum terlaksana sep-erti yang diharapkan. Rendahnya aktivitas bala-jar anak, kemandirian dan kemampuan motorik halus anak masih banyak ditemukan khususnya padasaat malakukan gerakan yang rumit.

Banyak anak yang kesulitan saat melaku-kan kegiatan yang rumit pada pembelajaran mengkoordinasikan mata dan tangan, hal ini terlihat pada saat anak memegang suatu ben-da dan menggunakan berbagai alat tulis seperti warnaan pensil, spidol warna, dan krayon. Jari anak belum mampu untuk memegang alat- alat tulis itu dengan benar dalam kurung waktu yang cukup lama. Akibatnya pada hasil kegia-tan menggunting, mewarnai, melipat dan menu-lis belum bisa rapi. Kemampuan motorik halus anak masih kurang jari tangan anak kaku, ku-rang lentur/ terampil. Dalam kegiatan pembela-jaran anak terlihat bosan, beberapa anak sering meminta bantuan pada orang lain saat menger-jakan tugas. Sehingga terlihat pada hasil latihan anak dari kegiatan pengembangan gerakan ru-mit hasilnya tidak maksimal. Dibuktikan dari wawancara dan observasi yang menunjukan ha-sil data di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Maraba-han pada anak kelompok A, dapat terlihat dari 12 anak hanya ada 4 anak yang mendapatkan BSH () sekitar 33,3 %, dan ada 8 anak yang mendapatkan MB () sekitar 66,7 %.

Kemandirian anak juga terlihat rendah dari 12 anak hanya 4 anak yang bisa menyelesaikan tugas secara sendiri tanpa meminta bantuan orang lain dan banyak anak yang masih memo-hon bantuan saat diluar kegiatan pembelajaran. Kesulitan ini juga didukung dengan aktivitas anak yang redah terbukti dari 12 anak hanya 5

Page 3: MENGEMBANGKAN AKTIVITAS BELAJAR, KEMANDIRIAN DAN …

173

Seminar Nasional KolaborasiPGSD, Magister Manajemen Pendidikan, PG PAUD, dan Magister PG PAUD Universitas Lambung Mangkurat

ISBN: 978-623-96195-0-3

anak yang memperhatikan guru saat menjelas-kan dan keterampilan anak belum berkembang maksimal.

Penyebab dari rendahnya kemampuan mengkoordinasikan mata dan tangan pada mo-torik halus anak dalam melakukan kegiatan yang rumit karena anak kurang mendapat stimulasi dalam melakukan percobaan kegiatan gerakan yang rumit dan sedikit memiliki kesempatan latihan dalam kegiatan pengembangan motorik halus dikarenakan guru mengejar waktu, pem-belajaran yang monoton, guru terlalu mendom-inasisaat kegiatan pembelajaran sehingga anak terlihat selalu mengandalkan dan meminta ban-tuan orang lain ini juga yang menjadi penyebab aktivitas dan kemandirian anak rendah.

Rendahnya aktivitas, kemadirian dan kemampan motorik halus anak ini akan ber-dampak buruk bagi anak. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya anak akan mengalami ke-sulitan. Lebih khususnya pada kegiatan yang berkaitan dengan keterampilan tangan bahkan anak juga akan mengalami kemunduran pada kemampuannya dalamhal melakukan sesuatu untuk diri mereka sendiri contohnya pada saat mengenakan pakaian, memsang tali sepatu dan kegiatan lain.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dilaksanakanlah pembelajaran melalui model PINTAR. Model PINTAR ini merupakan sing-katan kata dari kombinasi model explicit instruc-tion, talking stick dan media kertas origami.Den-gan kombinasi model explicit instruction, model talking stick dan media kertas origami ini, anak dapat meningkatkan kemampuanjari tangannya dalam kegiatan yang mengembangkan koordi-nasi mata dan tangan . Alasan peneliti menggu-nakan model explicit instructiondikarenakan dari kegiatan yang dilakukan selangkah demi se-langkah anak mendapatkan pengetahuan yang sebenarnya, pada model ini kegiatan dilakukan oleh semua anak jadi masing-msing anak akan terlibat aktif, sehingga dapat mengembang-kan aktivitas dan kemandirian anak (Shoimin. 2014:77). Dengan adanya model talking stick yang diterapkan dapat menghilangkan rasa bosan anak pada saat belajar dan pembelajaran akan menjadi menyenangkan, kesipan anak da-lam pembelajaranakan teruji, melatih anak den-gan cepat memahami meteri, jika anak memiliki pendapat ia akan menjadi berani mengemuka-kannya (Shoimin. 2014: 144).Penggunaan media kertas origami yang berwarna-warni ditujuka-

nuntuk menarik minat anak dan dapat merang-sang pikiran, pengetahuan dan perhatian anak sehingga pembelajaran tidak terkesan monoton, dalam permainan origami juga membuat anak terbiasa mengikuti arahan.

Ditujukannya penelitian ini untuk mendeskripsikan aktivitas guru, aktivitas anak, kemandirian dan capaian hasil perkembangan anak dalam mengembangkan aspek motorik ha-lus anak untuk melakukan gerakan yang rumit pada kegiatan mengkoordinasikan mata dan tangan menggunakan Model Pintar pada kelom-pok A TK Aisyiyah Bustanul Athfal Marabahan.

METODEPendekatan kualitatif diper gunakan da-

lam penelitian ini, yang mana mempunyai pen-gertian seperti yang dikemukakan Sukmadinata yaitu Penelitian yang menjelaskan tentang suatu peristiwa,aktivitas, sikap keyakinan atau pan-dangan, secara perseorangan dan juga kelompok serta diseskripsikan disebut dengan pendekatan kualitatif (Sukmadinata, 2012: 60).

Penelitian ini juga berjenis penelitiann tindakan kelas (Classroom Action Research). Yang melakukan penelitan ini adalah guru dan dilakukan pada kelasnya sendiri melalui refleksi diri guna mencari tahu keminiman dan keku-rangan dalam proses pembelajaran yang terjadi serta bertujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, dan akan berdampak pada hasil capaian perkembangan anak menjadi meningkat. Ada 4 tahapan dalam penelitan tindakan kelas ini yai-tu: (Arikunto, dkk,. 2012:16-20).a. Perencanaan(Planning)

Penyusuanan rencana yang dilakukan pe-neliti dalam menentukan suatu hal yang menjadi titik diperlukannya pehatian khu-sus guna diamati dan diteliti. Fokus yang hendak diteliti harus dapat menjelaskan mengenai apa, mengapa, kapan, dimana, siapa dan bagaimana tindakan itu dilak-sanakan. Selama tindakan berlangsung da-lam hal merekam dan mendokumantasikan fakta peneliti perelu membuat dan memper-siap intrumen penilain yang adak dilakukan.

b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)Dari rancangan yang sudah disusun sebel-umnya diimplementasikaan atau diterap-kan pada tahap ini. Rencana yang telah dib-uat kemudian dilakukan ditahap ini, dalam pelaksanaan tindakan ni sebisa mungkin

Page 4: MENGEMBANGKAN AKTIVITAS BELAJAR, KEMANDIRIAN DAN …

174

Tema : Redesain Pendekatan Manajemen Sekolah dan Pembelajaran di Era Masyarakat 5.0Banjarmasin, 04 Agustus 2020ISBN : 978-623-96195-0-3

guru menaati dan mengingat apa saja yang sudah disusun dalam rancangan sehing-ga tidak melenceng dari arahan yang telah ditetapkan, namun tidak pula melakukan kepura-puraan atau membuat suasana yang terlihat dibuat-buat cukup seperti biasa na-mun sesuai dengan rancangan yang telah dibuat.

c. Pengamatan (Observing)Mengamati meupakan tahap ketiga dari penelitian ini, pada dasarnya pada tahap pelaksanaan tidakan tidak dapat dipisahkan dengan tahap pengamatan ini, karena dua tahap ini saling beriringan jadi ketika guru melakukan pelaksanaan pada waktu itu pula guru sambil melakukan penilaian.

d. Refleksi (Reflecting)Pemantulan adalah arti refleksi yang mana dari bahasa inggris diterjemahkan kedalam bahasa indonesia. Kegitan pemantulan ini berupa guru melakukan penimbulan lagi pada apa saja yang telah dilakukannya. Me-lihat kesalahan dan kekurangan telah dilaku-kan sebelumnya dan menysusun kembali apa saja yang dibutuhkan untuk pertemuan selanjutnya tentang perbaikan yang harus dilakukan. Ketika tahap pengaplikasian telah dilakukan kegiatan refleksi ini sangat tepat digunakan sebagai cara untuk meme-prbaiki jikala ada yang masih dirasa kurang dalam pelaksaan tindakan.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada TK Aisyiyah Bustanul Athfal Marabahan pada tahun ajaran 2019/ 2020 semeter II dan subjek penelitiannya ialah anak kelompok A dengan jumlah 12 anak. Peneliti sebagai guru, pengumpul dan penafsir data.

Data kualiatif ialah data yang diperoleh dalam penelitian. Data ini merupakan suguhan bukti-bukti penelitian yang berbentuk gambar, kalimat, foto dan kata-kata yang didapat dari aktivitas guru dan anak, kemandirian dan ca-paian hasil perkembangan motorik halus anak. Perolehan data dilakukan dengan cara observasi atau pengamatan yang mana data aktivitas guru didapatkan dari observer yang melakukan pen-gamatan kepada guru menggunakan rubrik dan lembar observasi aktivitas guru. Data aktivitas anak, kemandirian anak dan hasil perkemban-gan motorik halus anak diambil dengan teknik observasi memakai rubrik dan lembar obser-vasi, dimana saat proses kegiatan pembelaja-

ran berlangsung peneliti mengamatinya secara lasngsung.

Teknik analisis di penelitian ini mem-pergunakan analisis deskriptif kualitatif yang didapat melalui hasil lembar observasi terhadap aktivitas guru, aktivitas anak, kemandirian dan hasil capaian perkembangan anak selamakegia-tan pembelajaran berlangsung. Kemudian di-paparkan dengan tabulasi atau tabel dan juga disajikan dalam bentuk grafik dengan indikator keberhasilan hasil capaian yang telah ditetap-kan.

Indikator Keberhasilan pada penelitian ini, sebagai berikut :1. Dikatakan berhasil apabila aktivitas guru

mendapatkan skor ≥ 23 dengan kategori “sangat baik”.

2. Dikatakan berhasil jika aktivitas anak dalam kegiatan pembelajaran secara individu anak mencapai skor ≥13dengan kategori “sangat aktif” dan secara klasikal mendapat ≥82%

3. Aikatakan berhasil Kemandirian Belajar Anak dalam kegiatan pembelajaran jika anak mendapatkan kategori “mandiri” dengan persentase mencapai ≥ 63 %.

4. Dikatakan berhasil jika capaian perkem-bangan motorik halus secara individu anak memperoleh bintang 3() yaitu Berkem-bang Sesuai Harapan (BSH) dan secara klasi-kal mendapat 82%.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Aktivitas Guru

Ditemukan dari hasil analisis kecenderun-gan aktivitas guru yang dilakukan 4 kali per-temuan terdapat kemajuan, berikut disajikan dalam bentuk tabel:

Tabel 1. Kecenderungan Aktivitas Guru Pertemuan 1-4

Page 5: MENGEMBANGKAN AKTIVITAS BELAJAR, KEMANDIRIAN DAN …

175

Seminar Nasional KolaborasiPGSD, Magister Manajemen Pendidikan, PG PAUD, dan Magister PG PAUD Universitas Lambung Mangkurat

ISBN: 978-623-96195-0-3

Diperlihatakan dari data aktivitas guru di-atas pada pertemuan 1 memperoleh total 16 atau 57% dengan kriteria “Cukup Baik”, pada per-temuan 2 mendapat skor total 21 atau 75% den-gan kreteria “Baik”, pada pertemuan 3 memper-oleh total 24 atau 86% dengan kreteria “Sangat Baik”, dan pada pertemuan 4 memperoleh total skor 27 atau 96% dengan kreteria “Sangat Baik”. Terlihat pada setiap pertemuan mengalami ke-naikan dan kemajuan, lebih jelasnya dijabarkan pada grafik sebagai berikut:

Gambar 1. Analisis Kecenderungan Aktivitas Guru

Pada grafik terlihat peningkatan Dari hasil analisis kecenderungan aktivitas guru pada se-tiap pertemuannya, sebab membaiknya aktivi-tas guru dikarenakan guru selalu mengadakan perbaikan atau refleksi pada setiap akhir kegitan pembelajaran yang dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan. Dari apa yang sudah dilakukan ha-sil kegiatan refleksi sebelumnya dapat di jadikan bahan untuk mencari kekurangan yang belum maksimaldan sifatnya dapat diperbaiki dengan melakukan pengkajian jika ada keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai tujuan semen-tara.

Berdasarkan data diatas, maka dikatakan bahwa menggunakan model PINTAR, yaitu kombinasi model explicit Instruction, taling stick dan media kertas origami dapat meningkatkan aktivitas guru dalam pengembangan motor-ik halus anak untuk melakukan gerakan yang rumit dalam indikator mengkoordinasikan mata dan tangan. Ini didukung oleh penelitian sebelumnya, yatu: (1) Mahlan Asmar dan Wa-hyu (2018) dengan judul “Efforts to Develop Fine Motor Aspects in Coordinating Eyes and Hands to Make Complex Movement Using Explicit Instruc-tion Model and Assignment Method” Penelitian ini dilakukan pada sekelompok anak di Taman Kanak-kanak Budi Mulia Kandangan Kabupat-

en Hulu Sungai Selatan. Hasilnya menampakan aktivitas guru dan anak meningkat, dan aspek motorik halus anak berhasil berkembang baik secara individual maupun klasik.

(2) Metroyadi dalam Jurnal PPras tahun 2017 dengan judul “Upaya Mengembangkan Aspek Fisik Motorik Halus Anak (Meniru Me-lipat Kertas Origami 1-7 Lipatan) Melalui Me-dia Gambar Dengan Kombinasi Model Explicit Instruction dan Metode Pemberian Tugas pada kelompok B di Tk Al Munawwarah Jln. HKSN Gang Kencana RT 17 Banjarmasin pada tahun ajaran 2016/2017” menyimpulkan: a) pembela-jaran dapat memperbaiki aktivitas guru dengan criteria sangat baik; b) pembelajaran dapat mem-perbaiki aktivitas siswa dengan kriteria menjadi sangat aktif; c) pembelajaran dapat memperbai-ki hasil perkembangan aspek fisik motorik halus anak mencapai berkembang sangat baik (BSB).

2. Aktivitas anakDitemukan kecenderungan aktivitas anak

berdasarkan analisis data dalam penelitian ini yang dilakukan selama 4 kali pertemuan dalam kegiatan pembelajaran digambarkan berikut:

Gambar 2. Grafik kecenderungan Aktivitas Anak secara klasikal

Gambar grafik diatas memperlihatkan aktivitas anak, pada pertemuan 1 anak mem-peroleh persentase klasikalnya 50% dengan kategori “cukup aktif”berarti masih banyak atau setengah dari jumlah anak yang tidak bisa mengikuti pembelajaran dengan baik. Pada per-temuan 2 disini anak mengalami perkembangan mencapai persentase klasikal 67% dengan kate-gori “aktif” artinya mengalami perkembangan dibandingkan pertemuan 1, dengan persentase ini anak pada pertemuan kedua mulai merespon arahan dalam berkegiatan pada pembelajaran yang dilakukan bersama, mereka sudah bisa mengikuti instruksi dari guru. Hal ini mem-

Page 6: MENGEMBANGKAN AKTIVITAS BELAJAR, KEMANDIRIAN DAN …

176

Tema : Redesain Pendekatan Manajemen Sekolah dan Pembelajaran di Era Masyarakat 5.0Banjarmasin, 04 Agustus 2020ISBN : 978-623-96195-0-3

buktikan bahwa pada pertemuan 2 anak sudah bisa diajak saling bentu bekerja dan sama den-gan guru dalam mengikuti pembelajaran yang dilaksanakan dengan guru. Pada pertemuan 3 anak memperoleh persentase klasikal 82% den-gan kategori “sangat aktif” yang artinya hampir semua anak mengalami perkembangan dan ini juga sudah mencapai indikator yang ingin di-capai. Pada pertemuan ini anak sudah banyak yang mengerti tentang kegiatan yang dilakuan. Pada pertemuan 4 anak memperoleh persen-tase klasikal 91% dengan kategori “sangat aktif” yang artinya hasil ini menunjukkan bahwa anak semakin mengalami kemajuan yang baik dan ini juga sudah melampaui indikator keberhasilan yang ingin dicapai.

Berdasarkan hasil observasi aktivitas anak pada ini penelitian, bisa disimpulkan yaitu akti-vitas anak dalam kegiatan pembelajaran aspek motorik halus anak melalui kegiatan mengkoor-dinasikan mata dan tangan untuk melakukan gerakan yang rumit menggunakan model PIN-TAR yaitu kombinasi dari model explicit instruc-tion, talking stick dan media kertas origami pada setiap pertemuannya selalu meningkat dan su-dah melampaui indikator keberhasilan, karena setiap pertemuan guru selalu melakukan per-baikan dalam aktivitas yang dilaksanakan se-hingga dapat memberikan pengaruh terhadap aktivitas anak sehingga aktivitas anak semakin meningkat pula.

Pernyatan tersebut sejalan dengan pendapat Hidayati (2019:28) Dalam pembelaja-ran aktivitas belajar anak memiliki peran yang amat penting, karena perubahan perilaku dilalui dari proses belajar yang disengaja dan cukup tetap didukung dengan penciptaan kegiatan belajar yang mndukung dan mengapliksikan model pembelajaran yang tepat. Aktivitas be-lajar yang dilakukan anak dalam pembelajaran menentukan keberhasilannya.

Aktivitas menjadi kerangka dasar yang sangat penting dalam pembelajaran, Kegiatan belajar akan dianggap tidak ada apabila tidak muncul aktivitas. Sehingga dalam interaksi pembelajaran sangat diperlukan aktivitas (Ai-sah, Ashari, & Akhdinirwanto, 2013).

Perubahan dapat dihasilkan dari aktivi-tas belajara seperti yang dikatakan oleh Sabini dalam (Siahaan, 2012) penimbulan perbedaan atau perubahan perilaku dapat disebabkan oleh aktivitas belajarnya, baik secara nyata maupun tak kasat mata. Jadi guna mendapatkan suatu

kepandaian ataupun sebuah perilaku yang lebih baik yang dilakukan dari kegiatan mental dan juga fisik disebut aktivitas belajar.

Peningkatan aktivitas anak juga terbukti dalam penelitian Ariani Ribka tahun (2017) den-gan judul “Upaya Mengembangkan Aspek Mo-torik Halus Anak Dalam Menggunting Sesuai Dengan Pola Menggunakan Kombinasi Model Explicit Intruction dan Model Talking Stick den-gan Media Bahan Bekas (kardus dan Koran) pada kelompok B Taman Kanak-Kanak Aisyiyah 18 Banjarmasin Tengah” pada siklus 1 aktivitas anak mencapai kriteria aktif meningkatkan pada siklus ke II menjadi kriteria sangat aktif.

3. Kemandirian anakKecenderungan hasil observasi penilaian

kemandirian anak dalam kegiatan pembelaja-ran yang dilakukan pada empat kali pertemuan didapatkan bahwa terdapat peningkatan ke-mandirian, adapun grafik peningkatan ke-mandirian anak dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 3. Grafik Kecenderungan Kemandirian Anak

Hasil kemandirian anak secara klasikal pada grafik diatas menunjukan pertemuan 1 sebanyak 42% dengan kategori “cukup mandi-ri” dan berarti banyak anak yang masih belum mandiri saat tidak ikut andil pada kegiatan. Pada pertemuan 2 sebanyak 50% dengan kat-egori“cukup mandiri” yang berarti setengah dari jumlah seluruh anak masih belum madi-ri dan peningkatannya masih terbilang datar karena hanya terjadi sedikit peningkatan. Pada pertemuan 3 sebanyak 75% dengan kategori “mandiri” yang berarti ada peningkatan cukup banyak pada kemandirian anak dan sudah men-capai indikator yang diharapkan meskipun ada masih sebagian anak yang kemandiriannya ku-

Page 7: MENGEMBANGKAN AKTIVITAS BELAJAR, KEMANDIRIAN DAN …

177

Seminar Nasional KolaborasiPGSD, Magister Manajemen Pendidikan, PG PAUD, dan Magister PG PAUD Universitas Lambung Mangkurat

ISBN: 978-623-96195-0-3

rang mandiri. Pada pertemuan 4 sebanyak 92% dengan kategori “sangat mandiri”.Hal ini sudah melampaui kreteria yang dinginkan meskipun tidak berhasil dengan sempurna.

Dalam proses belajar pada diri anak sangat diperlukan perilaku kemandirian, yaitu proses perkembangan keadaan sebagai individuatau sifat khusus yang yakin dan tidak ketergantun-gan bisa berdiri sendiri guna mencari jati dirinya dan megenali siapa dirinya dengan menjauhkan diri rasa kenyamanan bersama orang tua kearah individualitas (Desmita. 2013).

Ketika melakukan kegiatan sehari-hari sikap kemandirian sangatlah penting, mandiri juga sangat perlu dilatih sejak usia anak masih dini. Ketidakbergantungnya seseorang pada orang lain dalam malakukankan kegiatan untuk pemenuhan dirinya sendiri itulah yang dika-takan mandiri. Dalam hal menentukan pilihan, memutuskann dan mengatsi maslah dapat di-tunjukan dari ada tidaknya sikap kemandrian dalam diri seseornag tersebut.

Adapun ciri-ciri kemandirian pada anak menurut Saida : 1) kepada orang lain tidak keter-gantunan; 2) dilingkungan dapat dengan muah beradaptasi; 3)menerima konsekuensi dari pi-lihannya da mampu bertanggung jawab; 4) in-ovati dan kreatif; 5) menentukan pilihan sendri dengan berani; 6) dalam diri memiliki motivasi yang tinggi; 7) memiliki kepercayaan pada diri sendiri. Sa’ida (2016: 91):

Anak yang memiliki kemandirian dalam belajar akan terlihat lebih aktif, memiliki keula-tan dan inovasi bertindak tanpa disuruh dalam mengatasi dan mengerjakan tugas dari guru, menyadari memiliki tanggung jawab, dan sudah bisa untuk mengatur kognisi dan perilakunya serta mempunyai keyakinan diri yang kuat. Hal ini dikatakan oleh Sa’diyah dalam penelitian-ya yang menjabarkan dalam tumbuh kembang anak kemandirian adalah salah satu faktor ter-penting. (Sa’diyah. 2017: 31).

Pada aspek perkembangan belajar anak usia dni terdapat hubungan antara kemandi-rian dan hasil belajar dinyatakn oleh Aisah da-lam penelitianya. Terdapat tingkatan efeknya sebesar 15% dalam hubungan antara kemandi-rian belajar anak usia dini dengan hasil capaian perkembangan anak usia dini pada aspek fisik motorik. Dari banyaknya penyebab atau pen-garh keberhasilan belajar seseorang kemandiran mengambil andil 15%, nilai itu cukup besar jika dipandang sebagai salah satu sifat yang mem-

pengaruhi hsail belajar, karena akan ada sangat banyak penyebab sesorang itu berhasil dalam belajarnya. Dari hal ini dikatakn penting dalam belajar itu ada aktivitas dan kemandirian khu-susnya pada pengembangan aspek motorik ha-lus anak (Aisah. 2019).4. Hasil capaian perkembangan

Diagambarkan dalam grafik hasil obser-vasi capaan perkemangan motorik halus anak secara klasikal pada pertemuan 1-4, adalah se-bagai berikut:

Gambar 4. Grafik Kecenderungan Hasil Perkembangan Motorik Halus Anak

Dari grafik di atas menyajikan hasil perkembangan secara klasikal, pada pertemuan 1 sebanyak 50% yang berhasil berkembang dan yang belum berkembang mencapai 50%, han-ya setengah dari jumlah seluruh anak di kelas yang berkembang motorik halusnya. Pada per-temuan 2 mengalami peningkatan sebanyak 67% anak yang berhasil berkembang dan belum berkembang 33%. Pada pertemuan 3 mengalami peningkatan sebanyak 83% anak yang berhasil berkembang dan 17% anak yang belum berkem-bang. Pada pertemuan 4 mengalami peningkatan menjadi 92% yang berhasil berkembang dan 8% yang belum berhasil berkembang. Peningkatan tersebut dikarenakan aktivitas yang dilakukan anak semakin meningkat sehingga perkemban-gan anak semakin berkembang. Hal ini sudah melampaui kriteria yang dinginkan meskipun tidakberhasil dengan sempurna.

Meningkatkan aspek motorik halus anak dalam mengkoordinasikan mata dan tangan un-tuk malukan gerakan yang rumit menggunakan model PINTAR yaitu kombinasi model explicit Instruction,talking stick dan media kertas origa-mi gambar pada anak Kelompok A2 TK Aisy-iyah Bustanul Athfal Marabahan anak mampu

Page 8: MENGEMBANGKAN AKTIVITAS BELAJAR, KEMANDIRIAN DAN …

178

Tema : Redesain Pendekatan Manajemen Sekolah dan Pembelajaran di Era Masyarakat 5.0Banjarmasin, 04 Agustus 2020ISBN : 978-623-96195-0-3

melakukan gerakan yang rumit dalam menjahit melipat, dan merobek kertas origami. Akibat dari tindakan guru yang selalu memberikan bimbingan, arahan dan dorongan pada anak se-hingga berhasil perkembangan anak dapat opti-mal selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

Aktivitas anak meningkat karena anak terlibat langsung secara aktif dalam proses pem-belajaran yaitu mengembangkan aspek motorik halus anak dalam mengkoordinasikan mata dan tangan untuk melakukan gerakan yang rumit. Keterlibatan langsung anak dalam proses pem-belajaran untuk pengembangan motorik halus akan melonjakan dan menaikan aktivitas anak. Ini sesuai pernyataan Latif yang mengatakan dalam mengorganisasikan kecakapan tubuhn-ya anak mampu dan bisa termasuk dalam hal gerakan motorik kasar dan halus, serta bisa me-meperkenankan dorongan motorik yang msuk (Latif, 2014: 23).

Terkait dengan keterampilan tangan, san-gatlah penting kemampuan motorik halus ini, andaikan anak belum mampu menumbuhkan kepiawaiannya dalam motorik halus dengan baik dan benar, dalam mengerjakan berbagai kegiatan maka anak juga berkemungkinan besar akan mengalami kesulitan. Misalkan dalam me-masang pakaian mengambil barang (Febriana. 2018:71)

Dibawah ini merupakan grafik kecend-erungan aktivitas guru, aktivitas anak, kemandi-rian anak, dan hasil perkembangan motorik ha-lus :

Gambar 5. Kecenderungan Peningkatan Seluruh Aspek

Bersandarkan dari gambar, terlihat diatas bahwa seluruh aspek yang diteliti, yaitu akti-vitas guru, aktivitas anak, kemandirian anak dan perkembangan hasil motorik halus anak condong mengalami peninggian disetiap per-temuan. Hal ini dikarenakan aktivitas yang

dilakukan guru selama proses pembelajaran mampu membuat anak menjadi lebih aktif dari sebelumnya, aktivitas anak akan mengakibatkan hasil perkembangan motorik halus anak sema-kin meningkat serta semakin menunjang pen-ingkatan dari kemandirian anak.

Terbukti meningkat dan berkembangnya kemampuan motorik halus anak ada yang mem-pengaruhi yaitu kemandirian dan tentu saja ditunjang oleh aktivitas anak yang optimal, ini akibat dari aktivitas guru yang semakin menuju ideal dan sesuai dengan yang direncakan dalam kegiatan proses pembelajaran. Ini memperlihat-kan terdapat hubungan atau keterkaitan yang erat dari empat aspek tersebut.

Dari penjelasan diatas aktivitas dan ke-mandiriansangat berpengaruh pada hasil ke-giatan pengembangan motorik halusanak.ini dikuatkan oleh hasil penelitian lain yang mem-buktikan bahwa menggunakan model explicit In-struction, talking stick dan media kertas origami dapat mengembangkan hasil capaian perkem-bangan motorik halus anak. Temuan lain yang senada dilakukan oleh Inna Wahyudi (2018) dengan judul “Mengembangkan Kemampuan Aspek Motorik Halus Anak Dalam Mengkoor-dinasikan Mata Dan Tangan Untuk Melakukan Gerakan Yang Rumit Menggunakan Kombina-si Model Explicit Instruction Dan Metode Pem-berian Tugas Pada Anak Kelompok A PAUD Terpadu Negeri Pembina Banjarmasin Tengah“ dapat disimpulkan: aktivitas guru mencapai kriteria “sangat baik”, aktivitas anak mencapai kriteria “sangat aktif”, dan hasil perkembangan anak mencapai kriteria berkembang sangat baik (BSB).

Adapun beralasakan hasil temuan dan te-ori yang ada dalam penelitian ini maka hipotesis yang menyatakan: “Jika model PINTAR diterap-kan pada aspek motorik halus dalam mengkoor-dinasikan mata dan tangan untuk melakukan gerakan yang rumit pada kelompok A TK Aisy-iyah Bustanul Athfal Marabahan maka aktivitas, kemandirian dan hasil capaian perkembangan anak akan berkembang” dapat diterima .

KESIMPULAN Model PINTAR yang telah digunakan

pada PTK ini, di kelompok A TK Aisyiyah Bustanul Athfal Marabahan dan bersandar pada pembahasan dapat diintisarikan simpulan se-bagai berikut:

Page 9: MENGEMBANGKAN AKTIVITAS BELAJAR, KEMANDIRIAN DAN …

179

Seminar Nasional KolaborasiPGSD, Magister Manajemen Pendidikan, PG PAUD, dan Magister PG PAUD Universitas Lambung Mangkurat

ISBN: 978-623-96195-0-3

1. Penggunaan Model PINTAR dalam mengem-bangkan motorik halus anak pada kegiatan mengkoordinasikan mata dan tangan untuk melakukan gerakan yang rumit,aktivitas guru telah terlaksana dengan katagori “san-gat baik”.

2. Penggunaan Model PINTAR dalam mengembangkan motorik halus anak pada kegiatan mengkoordinasikan mata dan tan-gan untuk melakukan gerakan yang rumit, aktivitas anak dalam pembelajaran telah ber-hasil sesuai dengan indikator keberhasilan-secara individual maupun klasikal dengan kategori “sangat aktif”.

3. Penggunaan Model PINTAR dalam mengembangkan motorik halus anak pada kegiatan mengkoordinasikan mata dan tan-gan untuk melakukan gerakan yang rumit, kemandirian anak dalam pembelajaran telah berhasil sesuai dengan indikator keberhasi-lan baik secara individual maupun klasikal dengan kategori “Sangat Mandiri

4. Penggunaan Model PINTAR dalam mengembangkan motorik halus anak pada kegiatan mengkoordinasikan mata dan tan-gan untuk melakukan gerakan yang rumit, hasil capaian perkembangan kemampuan motorik halus anak dalam kegiatan telah berhasil sesuai dengan indikator keberhasi-lan baik secara individual maupun klasikal yaitu “Berkembang Sangat Baik

SARAN Adapun artikel ini dapat disarakan bisa

menjadi bahan alternatif atau pilihan dalam melakukan inovasi kegiatan pembelajaran hing-ga bisa mengembangkan kemampuan motor-ik anak. Dapat menjadi masukan yang dapat mendorong guru-guru agar lebih teliti menye-suaikan model dan media pembelajaran yangs aesuai dengan pereiode perkemabangan anak.

UCAPAN TERIMA KASIHTerimaksih kepada koordinator program

studi PG PAUD Ibu Dr. Novitawati, S.Psi, M.Pd. Terimakasih kepada Ibu Prof. Dr. Hj. Aslamiah, M.Pd., P.hD yang bersedia memberikan bimbin-gan dalam penulisan skripsi dan artikel.

DAFTAR PUSTAKAAisah, Asmarani Nur. (2019) . Hubungan

Kemandirian Belajar dengan Hasil Belajar Anak Usia Dini pada Aspek Perkembangan Fisik Motorik. Jurnal Pendidikan Raudhatul Athfal. Volume 2, Nomor 1.

Aisah, S., Ashari, H., Akhdinirwanto, R. W., & No, V. (2013). Penggunaan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Think Pair Square Berbantuan Kartu Soal untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Kelas VII B SMP Negeri 5 Purworejo Persentase Rata-Rata Aktivitas. 3(1), 16– 18.

Aqib, Zainal. (2013). Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung. Yrama Widya

Arikunto, S dkk,. (2012). Penelitian tindakan kelas. Jakarta: PT.Bumi Aksara

Asmar, Mahlan. Wahyu (2018). Efforts to Develop Fine Motor Aspects in Coordinating Eyes and Hands to Make Complex Movement Using Explicit Instruction Model and Assignment Method. Journal of K6, Education and Management. Vol 1.issue 3. Pages 25-30

Darsono. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang : IKIP Press.

Desmita. (2013). Psikologi Perkembangan. PT. Bandung :Remaja Rosdakary

Febriana, Anggita dan Lydia Ersta Kusumaningtyas. (2018). Meningkatkan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam Pada Anak Kelompok B Usia 5-6 Tahun. Jurnal Audi. JA II (2).

Hidayati, Febria Tri dan U. Utsman (2019) Pengaruh Kompetensi Pedagogik dan Aktivitas Belajar Terhadap Kemandirian Anak Rentan Jalanan Semarang. Journal of Nonformal Education and Community Empowerment . Volume 3 (1): 27-35.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2014). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesi Nomor 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini

Latif, Mukhtar, dkk (2014). Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana. Dini. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Page 10: MENGEMBANGKAN AKTIVITAS BELAJAR, KEMANDIRIAN DAN …

180

Tema : Redesain Pendekatan Manajemen Sekolah dan Pembelajaran di Era Masyarakat 5.0Banjarmasin, 04 Agustus 2020ISBN : 978-623-96195-0-3

Maimunah, M., Aslamiah, A., & Suriansyah, A. (2018). The integration of sentra-based Learning and involvement of family program at early childhood in developing character building (Multi Case at PAUD Mawaddah and PAUD Alam Berbasis Karakter Sayang Ibu Banjarmasin, Indonesia). European Journal of Education Studies.

Metroyadi M (2017) Upaya Mengembangkan Aspek Fisik Motorik Halus Anak (Meniru Melipat Kertas Origami 1-7 Lipatan) Melalui Media Gambar Dengan Kombinasi Model Explicit Instruction dan Metode . Jurnal Pendidikan Prasekolah 1 (1)

Pratiwi, A. D. A. (2016). Meningkatkan Hasil Belajar PKn Materi Keputusan Bersama Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation (GI) Variasi dengan Model Snowball Throwing Dan Media Audio Visual pada Siswa Kelas V SDN Sungai Miai 2 Banjarmasin. Paradigma, 8(1).

Pratiwi, D. A. (2018). Pembelajaran Kooperatif Group Investigation Berbantuan Media Audio Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Kemandirian. DISERTASI dan TESIS Program Pascasarjana UM.

Pratiwi, D. A., & Shalihah, M. (2019). IMPLEMENTASI KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN THINK, PAIRS AND SHARE (TPS), COOPERATIVE SCRIPT DAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS V SDN KELAYAN TIMUR 12 BANJARMASIN. Prosiding SEMNAS PS2DMP ULM, 5(1), 151-166.

Pratiwi, D. A., & Sofiawati, N. (2018). Problem Solving Learning, Think Pair and Share. In 1st International Conference on Creativity, Innovation, Technology in Education (ICCITE 2018) (Vol. 274, pp. 54-59).

Ribka, Ariani. (2017). Upaya Mengembangkan Aspek Motorik Halus Anak Dalam Menggunting Sesuai Dengan Pola Menggunakan Kombinasi Model Explicit Intruction dan Model Talking Stick dengan Media Bahan Bekas (kardus dan Koran) pada kelompok B di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah 18 Banjarmasin Tengah

Sa’diyah, Rika. (2017). Pentingnya Melatih Kemandirian Anak. Kordinat Vol. XVI No. 1

Sa’ida, Naili. (2016). Kemandirian Anak Kelompok A Taman Kanak‐Kanak Mandiri Desa Sumber Asri Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar. Jurnal pedagogi. Volume 3 nomor 3,

Santoso, A.W.U dan Marheni, A. (2013). Perbedaan Kemandirian Berdasarkan Tipe Pola Asuh Orang Tua pada Siswa SMP Negeri di Denpasar. Jurnal 80 Psikologi Udayana. Vol. 1, No. 1, 54-62. Denpasar : Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Shoimin, Aris. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Siahaan, R. (2012). Peningkatan Aktivitas Belajar dengan Kooperatif Stad Pembelajaran Matematika Kelas V SDN 08 Sungai Raya. Journal Fo Education, 3(1), 1–14.

Sukma, M. R., Agusta, A. R., & Pratiwi, D. A. (2019). Meningkatkan Keterampilan Membaca Pemahaman Dalam Menemukan Informasi Menggunakan Kombinasi Model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), Numbered Head Together (NHT), dan Course Review Horay (CRH) Pada Siswa Kelas IVB SDN Gambut 2 Kabupate. -, 5(1), 95-106.

Sukmadinata, N.S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Alfabeta

Wahyu, W., & Maimunah, M. (2018). Development of Religious and Moral Values on 4-5 Years Old Children in Imitating Prayer Movement (Shalat) Using Simulation and Rewarding Methods. Journal of K6 Education and Management, 1(2), 7-10.

Wahyudi, Inna. (2018). Mengembangkan Kemampuan Aspek Motorik Halus Anak Dalam Mengkoordinasikan Mata Dan Tangan Untuk Melakukan Gerakan Yang Rumit Menggunakan Kombinasi Model Explicit Instruction Dan Metode Pemberian Tugas Pada Anak Kelompok A PAUD Terpadu Negeri Pembina Banjarmasin Tengah. Program studi S1 PG-PAUD.FKIP. Universitas Lambung Mangkurat