bab iii metode penelitian - [email protected]/20125/6/t_bk_1302508_chapter3.pdf ·...

33
54 Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III METODE PENELITIAN Bab tiga menguraikan pokok bahasan yang berkaitan dengan perencanaan penelitian dalam rangka penyusunan tesis. Pokok bahasan dalam bab ini adalah pendekatan penelitian, metode penelitian, lokasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, instrument pengumpulan data, prosedur penelitian, prosedur program intervensi dan teknik analisis data. A. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu suatu jenis penelitian ilmiah di mana peneliti memutuskan apa yang akan diteliti dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang spesifik atau sempit, mengumpulkan data-data yang dapat dikuantifikasikan, menganalisis angka-angka tersebut dengan menggunakan statistik dan melakukan penelitian dalam suatu cara yang objektif (Creswell, 2012, hlm. 16). Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen kuasi. Penelitian eksperimen kuasi yaitu rancangan penelitian eksperimen tapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol atau mengendalikan variabel- variabel luar yang dapat mempengaruhi eksperimen. Pada eksperimen kuasi tidak dilakukan dengan teknik random (random assignment) melainkan pengelompokan berdasarkan kelompok yang terbentuk sebelumnya (Creswell, 2012, hlm. 309). Desain eksperimen kuasi yang digunakan adalah nonequlvalent pretest- postest group design, yaitu jenis desain yang biasanya dipakai pada eksperimen yang menggunakan kelas-kelas yang sudah ada sebagai kelompoknya, dengan memilih kelas-kelas yang diperkirakan sama keadaan atau kondisinya. Dua kelompok (kontrol dan eksperimen) diberi pretest, kemudian diberikan perlakuan (treatment) berupa strategi self-management untuk mengembangkan kemandirian

Upload: buikien

Post on 20-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

54

Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab tiga menguraikan pokok bahasan yang berkaitan dengan perencanaan

penelitian dalam rangka penyusunan tesis. Pokok bahasan dalam bab ini adalah

pendekatan penelitian, metode penelitian, lokasi dan sampel penelitian, teknik

pengumpulan data, instrument pengumpulan data, prosedur penelitian, prosedur

program intervensi dan teknik analisis data.

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu suatu jenis penelitian

ilmiah di mana peneliti memutuskan apa yang akan diteliti dengan cara

mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang spesifik atau sempit, mengumpulkan

data-data yang dapat dikuantifikasikan, menganalisis angka-angka tersebut

dengan menggunakan statistik dan melakukan penelitian dalam suatu cara yang

objektif (Creswell, 2012, hlm. 16).

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen kuasi.

Penelitian eksperimen kuasi yaitu rancangan penelitian eksperimen tapi tidak

dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol atau mengendalikan variabel-

variabel luar yang dapat mempengaruhi eksperimen. Pada eksperimen kuasi tidak

dilakukan dengan teknik random (random assignment) melainkan pengelompokan

berdasarkan kelompok yang terbentuk sebelumnya (Creswell, 2012, hlm. 309).

Desain eksperimen kuasi yang digunakan adalah nonequlvalent pretest-

postest group design, yaitu jenis desain yang biasanya dipakai pada eksperimen

yang menggunakan kelas-kelas yang sudah ada sebagai kelompoknya, dengan

memilih kelas-kelas yang diperkirakan sama keadaan atau kondisinya. Dua

kelompok (kontrol dan eksperimen) diberi pretest, kemudian diberikan perlakuan

(treatment) berupa strategi self-management untuk mengembangkan kemandirian

55

Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

belajar siswa pada kelompok eksperimen sedangkan kelompok kontrol tidak

diberi perlakuan, dan selanjutnya diberikan post test. (Creswell, 2012, hlm. 310).

Adapun skema desain penelitian sebagai berikut.

Tabel 3. 1

Quasi-Eksperiment Pretest and Posttest Design

Pre- and Posttest Design Time

Control Group Pretest No Treatment Posttest

Eksperimental Group Pretest Eksperimental Treatment Posttest

Keterangan:

Control Group = Kelompok kontrol

Eksperimental Group = Kelompok eksperimen

No Treatment = Tanpa perlakuan

Eksperimental Treatment = Pemberian perlakuan (Creswell, 2012, hlm. 310)

B. Lokasi dan Sampel Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah MTs Negeri Ciparay Kabupaten Bandung. Subjek

penelitian ini adalah siswa kelas VIII F MTs Negeri Ciparay Kabupaten Bandung.

Perlakuan diberikan melalui strategi self-management.

2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah siswa yang berada ditingkat kelas VIII (delapan)

di MTs Negeri Ciparay Tahun Ajaran 2014/2015. Pengambilan sampel penelitian

dilakukan dengan menggunakan teknik nonprobability sampling, yaitu dengan

menggunakan pengambilan secara purposive sampling yakni sampel diambil

berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang memiliki keterkaitan dengan

56

Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

populasi yang yang sudah ditentukan sebelumnya. Penetapan sampel penelitian

menggunakan teknik nonprobability sampling penelitian yang dilakukan tidak

memberikan kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi

dengan jenis purposive sampling karena sampel ditentukan yaitu siswa yang

teridentifikasi kemandirian rendah.

Pertimbangan dalam menentukan sampel dan populasi penelitian di Kelas

VIII MTs Negeri Ciparay Kabupaten Bandung sebagai berikut:

a. Sebagai populasi, pemilihan siswa kelas VIII (delapan) berdasarkan asumsi

bahwa siswa kelas VIII (delapan) merupakan bagian dari masa remaja dengan

berbagai macam peningkatan beban akademis sehingga penting untuk

mengembangkan kemandirian belajar.

b. Sampel dipilih secara acak dengan menggunkaan ukuran sampel Tabel

Kretjie dari seluruh kelas VIII (delapan ) MTs Negeri Ciparay Tahun ajaran

2014/2015 sebanyak 169 siswa, sehingga didapatkan kelas VIII F sebagai

kelompok eksperimen dan kelas VIII B sebagai kelompok control.

c. Penelitian mengenai pengembangakn kemandirian belajar melalui strategi

self-management belum pernah dilakukan di MTs Negeri Ciparay Kabupaten

Bandung.

Penentuan sampel siswa yang berada pada kategori rendah, sedang, dan

tinggi di sekolah diperoleh melalui penghitungan secara menyeluruh terhadap

hasil penyebaran angket terhadap siswa dan menentukan kategori mengenai

kemandirian dengan rumus tersaji pada tabel 3.2

Tabel 3.2 : Kategorisasi Kemandirian Belajar

Kriteria Kemandirian Belajar Rentang

Tinggi X > 119

Sedang 79 < X ≤ 119

Rendah X ≤ 79

57

Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa hasil pengukuran kemandirian belajar

untuk kelas VIII dari enam kelas dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut ini :

Tabel 3.3 : Penetapan Sampel Penelitian Kelas VIII

Kelas Skor kemandirian

belajar

Kategori

skor Penetapam sampel

B 96,87 Sedang Kelompok kontrol

C 122,20 Tinggi -

D 120,37 Tinggi -

E 126,38 Tinggi -

F 107,93 Sedang Kelompok eksperimen

G 131,37 Tinggi -

Jika digambarkan dalam grafik kondisi kemandirian belajar siswa kelas

VIII di Mts Negeri Ciparay Kabupaten Bandung tersaji dalam grafik sebagai

berikut:

B C D E F G

K.Emosional 43.68 49.83 48.19 49.96 47.26 54.33

K.Perilaku 32.06 33.70 34.04 36.42 23.19 37.59

K.Nilai 21.13 38.67 38.15 40.00 37.48 39.44

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

SKO

R R

ATA

-RA

TA

KELAS

KONDISI KEMANDIRIAN BELAJARSISWA KELAS VIII

K.Emosional K.Perilaku K.Nilai

Keterangan Kategorisasi peraspek kemandirian belajar :

58

Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemadirian emosi kemandirian perilaku kemandirian nilai

T: 48-64 T: 36-48 T: 36-48

S: 32-47 S: 24-35 S: 24-35

R: 16-31 R: 12-23 R: 12-23

Grafik. 3.1 Kondisi Kemandirian Belajar Siswa Kelas VIII

Berdasarkan data di atas, tampak bahwa pada kelas VIII B dan VIII F

menunjukkan grafik lebih rendah dibandingkan kelas lain. Pada kelas F aspek

kemandirian emosional ada pada kategori rendah, aspek kemandirian perilaku ada

pada kategori sedang. Sedangkan aspek kemandirian nilai ada pada kategori

tinggi. Aspek kemandirian emosional ditunjukkan dengan keyakinan siswa

terhadap motivasi diri sebagai idealism, pandangan siswa terhadap orang tua

sebagai support motivasi belajar, memiliki kepercayaan diri dalam menyelesaikan

tugas, memandang perbedaan pendapat dengan orang tua sebagai tanggung jawab.

Aspek kemandirian perilaku ditunjukkan dengan pengambilan

konsekuensi dari setiap keputusan, menunjukkan sikap bersungguh-sungguh atau

bekerja keras dengan idealismenya, menunjukkan keberanian dalam

mengemukakan ide atau gagasan. Aspek kemandirian nilai ditunjukkan dengan

mempertimbangkan berbagai kemungkinan dalam mengambil keputusan,

bertindak sesuai dengan aturan yang dapat dipertanggungjawabkan, mengevaluasi

kembali keyakinan dan nilai-nilai yang diterima dari orang lain. Kelas VIII F

ditetapkan sebagai kelompok eksperimen atas pertimbangan :

1) Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa guru bidang studi menyatakan

bahwa kelas VIII F secara ketepatan dalam mengumpulkan tugas termasuk

dalam kategori kurang disiplin dibandingkan dengan kelas VIII B.

2) Dari studi dokumentasi terkait ketaatan siswa terhadap aturan sekolah

tergolong rendah sehingga berdampak pada kesadaran dan kemandirian siswa

untuk belajar.

3) Dari nilai rata-rata beberapa mata pelajaran menunjukkan bahwa kelas VIII F

rendah jika dibandingkan kelas VIII lainnya.

59

Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian dengan cara

menggunakan angket kemandirian belajar, untuk melihat gambaran mengenai

kemandirian belajar dan melakukan studi pustaka dengan membaca, menelaah,

mempelajari dan mengutip berbagai pendapat sebagai sumber analisis dan

interpretasi.

D. Instrument Pengumpulan Data

1. Definisi Operasional Variabel Penelitian

a. Kemandirian Belajar

Esensi kemandirian belajar adalah perubahan perilaku atas dasar

inisiatif individu tanpa bergantung dengan orang lain yang meliputi aspek

emosional, perilaku dan nilai. Dimensi kemandirian emosional ditunjukkan

dengan keyakinan terhadap motivasi diri sebagai idealisme, memandang

orang tua sebagai support motivasi belajar, memiliki kepercayaan diri dalam

menyelesaikan tugas (kemampuan sendiri), memandang perbedaan pendapat

dengan orang tua sebagai tanggung jawab. Dimensi kemandirian perilaku

ditunjukkan dengan kemampuan mengambil konsekuensi dari setiap

keputusan, kemampuan menunjukkan sikap bersungguh-sungguh atau bekerja

keras dengan idealismenya, keberanian dalam mengemukakan ide dan

gagasan. Kemandirian nilai ditunjukkan dengan kemampuan

mempertimbangkan berbagai kemungkinan dalam mengambil keputusan,

60

Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemampuan bertindak sesuai aturan yang dapat dipertanggung jawabkan,

kemampuan mengevaluassi kembali keyakinan dan nilai-nilai yang diterima

dari orang lain.

Secara operasional yang dimaksud kemandirian belajar siswa dalam

penelitian ini adalah respon siswa kelas VIII MTs Negeri Ciparay Kabupaten

Bandung tahun ajaran 2014/2015 terhadap pernyataan tertulis tenatang

perubahan perilaku atas dasar inisiatif individu tanpa bergantung pada orang

lain yang meliputi dimensi emosional, perilaku dan nilai sebagai berikut :

1) Kemandirian emosional

a) Keyakinan terhadap motivasi diri sebagai idealisme.

b) Kemampuan memandang orang tua sebagai support motivasi belajar.

c) Memiliki kepercayaan diri dalam menyelesaikan tugas (kemampuan

sendiri).

d) Kemampuan memandang perbedaan pendapat dengan orang tua sebagai

tanggung jawab.

2) Kemandirian perilaku

a) Kemampuan mengambil konsekuensi dari setiap keputusan

b) Kemampuan menunjukkan sikap bersungguh-sungguh atau

bekerjakeras dengan idealismenya.

c) Keberanian dalam mengemukakan ide dan gagasan.

3) Kemandirian nilai

a) Kemampuan mempertimbangkan berbagai kemungkinan dalam

mengambil keputusan.

b) Kemampuan bertindak sesuai aturan yang dapat

dipertanggungjawabkan.

61

Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c) Kemampuan mengevaluassi kembali keyakina dan nilai-nilai yang

diterima dari orang lain.

b. Strategi Self-management

Self-management merupakan suatu strategi yang digunakan oleh

peneliti untuk mengembangkan kemandirian belajar siswa kelas VIII

(delapan) MTs Negeri Ciparay Kabupaten Bandung Tahun 2014/2015 yang

diharapkan melalui teknik pemantauan diri (self-monitoring), reinforcement

yang positif (self-reward), perjanjian dengan diri sendiri (self-contracting),

penguasaan terhadap rangsangan (stimulus control) dan merupakan

keterkaitan cognitive, behavior, serta affective dengan susunan sistematis

berdasarkan kaidah pendekatan cognitive-behavior sebagai berikut.

1) Pemantauan diri (Self-monitoring), merupakan suatu proses konseli

mengamati dan mencatat segala sesuatu tentang dirinya sendiri dalam

interaksinya dengan lingkungan.

2) Reinforcement yang positif (self-reward), digunakan untuk membantu

konseli mengatur dan memperkuat perilakunya melalui konsekuensi

yang dihasilkannya sendiri.

3) Penguasaan terhadap rangsangan (stimulus control), menekankan pada

penataan kembali atau modifikasi lingkungan sebagai isyarat khusus

(cues) atau anteseden atau respon tertentu.

4) Kontrak atau perjanjian dengan diri sendiri (self-contracting), salah

satunya adalah siswa membuat perencanaan untuk mengubah pikiran,

perilaku, dan perasaan yang ingin dilakukannya.

2. Pengembangan Instrument Penelitian

62

Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini maka

dikembangkan alat pengumpul data seperti: skala kemandirian belajar, digunakan

untuk memperoleh gambaran tentang kemandirian belajar peserta didik sebelum

dan sesudah mengikuti proses bimbingan melalui strategi self-management.

a. Pengembangan Kisi-kisi Instrument

Berdasarkan jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini maka

dikembangkan angket berupa skala kemandirian belajar, digunakan untuk

memperoleh gambaran kemandirian belajar sebelum dan sesudah mengikuti

proses bimbingan belajar. Instrumen kemandirian belajar peserta didik

dikembangkan dari definisi operasional variabel. Instrumen ini berisi

pernyataan-pernyataan tentang kemandirian belajar merujuk pada aspek

kemandirian emosional, kemandirian perilaku dan kemandirian nilai yang

dikembangkan oleh Steinberg (2004. hlm 288).

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa angket yaitu

dengan cara memberikan sejumlah pernyataan tertulis kepada responden yang

bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai permasalahan yang diteliti.

Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup (angket

terstruktur) artinya angket yang disajikan dalam bentuk sedemikia rupa

sehingga responden diminta untuk memilih jawaban yang sesuai dengan

karakteristik dirinya dengan cara memberikan tanda silang (X) atau tanda

checklist (√).

Angket menggunakan format rating scale (skala penilaian) untuk

mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekolompok orang

terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan. Setelah dilakukan uji coba

angket terdapat beberapa perubahan pada kisi-kisi instrumen disajikan dalam

Tabel 3.4 berikut.

Tabel 3.4: Kisi-Kisi Instrumen Kemandirian Belajar Siswa

ASPEK INDIKATOR

SEBARAN NO.

ITEM ∑

+ -

63

Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ASPEK INDIKATOR

SEBARAN NO.

ITEM ∑

+ -

Kemandirian

emosional

(emosional

autonomy)

a. Siswa memiliki keyakinan

terhadap motivasi diri

sebagai idealisme

1, 2 21, 22 4

b. Siswa memandang orang

tua sebagai support

motivasi belajar

3, 4 23, 24 4

c. Siswa memiliki

kepercayaan diri dalam

menyelesaikan tugas

(kemampuan sendiri)

5, 6 25, 25 4

d. Siswa memandang

perbedaan pendapat dengan

orang tua sebagai tanggung

jawab

7, 8 27, 28 4

Kemandirian

perilaku

(behavioral

autonomy)

a. Siswa mampu mengambil

konsekuensi dari setiap

keputusan

9, 10 29, 30 4

b. Siswa menunjukkan sikap

bersungguh-sungguh atau

bekerjakeras dengan

idealisme nya

11, 12 31, 32 4

c. Siswa menunjukkan

keberanian dalam

mengemukakan ide dan

gagasan

13, 14 33, 34 4

Kemandirian

vnilai (value

autonomy)

a. Siswa mempertimbangkan

berbagai kemungkinan

dalam mengambil

keputusan

15, 16 35, 36 4

b. Siswa bertindak sesuai

aturan yang dapat

dipertanggung jawabkan

17, 18 37, 38 4

c. Siswa mengevaluasi

kembali keyakina dan nilai-

nilai yang diterima dari

orang lain

19, 20 39, 40 4

b. Pedoman Skoring

Skor dalam setiap penyataan pada alternatif jawaban diberi skor,

sangat sesuai = 4, sesuai = 3, tidak sesuai = 2 dan sangat tidak sesuai = 1. Skor

64

Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kedisiplinan merupakan jumlah dari semua jawaban responden yang

dikonversikan kedalam data rank, secara rinci konversi jawaban responden,

tersaji pada tabel 3.5

Tabel 3.5: Konfersi Jawaban Responden

1 Mewakili jawaban sangat tidak sesuai

2 Mewakili jawaban tidak sesuai

3 Mewakili jawaban sesuai

4 Mewakili jawaban sangat sesuai

Semakin tinggi alternatif jawaban siswa maka semakin tinggi tingkat

kedisiplinan yang dimiliki oleh siswa dan semakin rendah alternatif jawaban

siswa maka semakin rendah pula tingkat kedisiplinan yang dimiliki oleh siswa.

c. Uji Keterbacaan Item

Sebelum instrument kemandirian belajar diuji validitasnya, instrument

tersebut diuji keterbacaannya kepada sampel setara yaitu kepada 10 (sepuluh)

orang siswa MTs Negeri Ciparay dan kepada 1 guru Bahasa Indonesia MTs

Negeri Ciparay, untuk mengulur keterbacaan instrument tersebut.

Berdasarkan hasil uji keterbacaan, maka pernyataan-pernyataan yang

kurang difahami kemudian direvisi sesuai kebutuhan sehingga dapat difahami

oleh siswa MTs Negeri Ciparay Kabupaten Bandung dan kemudian dilakukan

uji Validitas.

d. Uji Validitas Item

Uji validitas menggunakan rumus rank sparman dengan cara

mengkolerasikan skor butir item dengan skor total yang diperoleh oleh setiap

responden yang berjumlah 168 orang.

Butir item dikatakan valid jika harga signifikansi untuk koefisien

validitas item lebih kecil dari 0,05. Hasil pengujian menunjukkan dari 40 butir

65

Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

item yang diuji validitasnya dua butir item yang tidak valid yaitu butir item no

21 dan 25. Sedangkan 38 butir item semua menunjukkan signifikan pada p <

0,05. Koefisien validitas merentang dari 0, 151 sampai 0.618

e. Reliabilitas

Uji realibilitas instrumen menggunakan metode split half metod

reliability. Teknik yang digunakan adalah kolerasi rank yaitu mengkolerasikan

skor total item-item ganjil genap. Hasil menunjukkan koefisien korelasi sebesar

0,707, hasil ini hanya menunjukkan realibitas separo/sebagian instrumen.

Untuk mengetahui keseluruhan instrument menggunakan sparman brown

prophecy formula, dengan hasil 0,828354. Capaian coeffisien realiabitas dapat

dilihat pada tabel 3.6

Tabel 3.6 : Coeffisien Realiabitas

Evaluating Realibility Coefficient

Very high > 90

High 80-90

Acceptable 70-79

Moderate Acceptable 60-69

Low < 90

Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas instrument kemandirian belajar

siswa, berada pada kategori tinggi, artinya instrument yang digunakan sudah

cukup baik dan dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data.

E. Prosedur Penelitian

Secara umum prosedur penelitian dibagi menjadi 3 (tiga) tahap, diantaranya :

1. Tahap pendahuluan

66

Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Melakukan permohonan izin kepada bagian akademik sekolah Pasca

Sarjana UPI untuk melakukan penelitian di MTs Negeri Ciparay

kabupaten Bandung.

b. Melakukan perijinan ke MTs Negeri Ciparay Kabupaten Bandung.

2. Tahap pelaksanaan

a. Melakukan kontrak kerja dengan sampel dalam mengikuti setiap tahapan

intervensi.

b. Membentuk kelompok eksperimen untuk mendapatkan perlakuan strategi

self-management.

c. Melaksanakan pre-tes untuk mengetahui profil kemandirian belajar siswa

kelas VIII (delapan) MTs Negeri Ciparay Kabupaten Bandung Tahun

ajaran 2014/2015.

d. Menerapkan program intervensi strategi self-management.

Pelaksanaan intervensi strategi self-management untuk

mengembangkan kemandirian belajar siswa di MTs Negeri Ciparay

Kabupaten Bandung berlangsung selama IX (Sembilan) sesi. Strategi self-

management diikuti oleh 28 siswa dengan kategori kemandirian rendah,

sedang dan tinggi. Pada setiap akhir sesi, dilakukan dengan kegiatan

refleksi yang dilanjutkan dengan pengisian lembar kerja (work sheet)

siswa. Lembar kerja berfungsi sebagai alat evaluasi untuk meninjau setiap

sesi. Berikut tabel jadwal kegiatan strategi self-management untuk

mengembangkan kemandirian belajar siswa.

Tabel 3.7: Jadwal kegiatan strategi self-management

Hari tanggal

pelaksanaan Strategi

Jumlah sampel

yang mengikuti Sesi

4 Mei 2015 Self-management 28 siswa 1

8 Mei 2015 Self-management 28 siswa 2

11 Mei 2015 Self monitoring 27 siswa 3

18 Mei 2015 Self monitoring 27 Siswa 4

25 Mei 2015 Stimulus control 25 siswa 5

67

Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hari tanggal

pelaksanaan Strategi

Jumlah sampel

yang mengikuti Sesi

27 Mei 2015 Self-contracting 25 siswa 6

3 Juni 2015 Self-reward 25 siswa 7

8 Juni 2015

Self monitoring,

stimulus control, self-

reward, self-contracting

25 siswa 8

15 Juni 2015

Self monitoring,

stimulus control, self-

reward, self-contracting

25 siswa 9

e. Melaksanakan post-test

3. Tahap penutup

a. Mengukur efektivitas hasil penerapan strategi self-management dengan

membandingkan profil kemandirian belajar pada kondisi pre-test dan post

test.

b. Menganalisis hasil penelitian dan menuangkannya dalam sebuah tesis.

F. Prosedur Program Intervensi

1. Program Strategi Self-management untuk mengembangkan

Kemandirian Belajar Siswa

Berikut ini merupakan rancangan program intervensi penggunaan strategi

self-management dalam mengembangkan kemandirian belajar siswa kelas VIII

(delapan) MTs Negeri Ciparay kabupaten Bandung Tahun Pelajaran 2014/2015.

a. Rasional

Remaja sebagai individu yang sedang dalam pencarian identitas diri

cenderung untuk melepaskan diri sendiri sedikit demi sedikit dari ikatan psikis

orang tuanya. Remaja mendambakan untuk diperlakukan dan dihargai sebagai

orang dewasa. Monks, dkk (1996, hlm. 272) menyatakan bahwa usaha untuk

melepaskan diri dari orang tua ini disebut kemandirian yang ditandai dengan

kemampuan menentukan nasib sendiri, kreatif dan inisiatif, mengatur tingkah

68

Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

laku, bertanggung jawab, mampu menahan diri, membuat keputusan-keputusan

sendiri, serta mampu mengatasi masalah tanpa ada pengaruh dari orang lain.

Kemandirian belajar dalam hal ini adalah kemandirian menurut

Steinberg, (2014, hlm. 288), bahwa remaja yang memiliki kemandirian

ditandai oleh kemampuannya untuk tidak tergantung secara emosional terhadap

orang lain terutama orang tua, mampu mengambil keputusan secara mandiri

dan konsekuen terhadap keputusan tersebut, serta kemampuan menggunakan

(memiliki) seperangkat prinsip tentang benar dan salah serta penting dan tidak

penting . Kemampuan untuk tidak tergantung secara emosional terhadap orang

lain terutama orang tua disebut kemandirian emosional (emotional autonomy),

kemampuan mengambil keputusan secara mandiri dan konsekuen terhadap

keputusan tersebut disebut kemandirian behavioral (behavioral autonomy),

serta kemampuan untuk memaknai seperangkat prinsip tentang benar dan salah

serta penting dan tidakpenting disebut kemandirian nilai (values autonomy).

Wedmeyer (1973) dalam Nurhayati (2011, hlm. 61) menjelaskan

kemandirian belajar adalah cara belajar yang memberikan kebebasan, tanggung

jawab, dan kewenangan yang lebih besar kepada pembelajar dalam merenc

anakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan belajarnya. Kemandirian

dalam konteks individu tentu memiliki aspek yang lebih luas dari sekedar

aspek fisik. Selama masa remaja tuntutan terhadap kemandirian ini sangat

besar dan jika direspon secara tidak tepat bisa saja menimbulkan dampak yang

kurang menguntungkan bagi perkembangan psikologi remaja ,karena seringkali

remaja mengalami kebingungan dalam mengelola dirinya. Bagi remaja

mengembangkan kemandirian belajar merupakan hal yang penting untuk

mencapai kesuksesan di masa depan. Menjadi remaja yang mandiri adalah

remaja yang mampu menentukan dan mengelola diri sendiri yang merupakan

salah satu tugas perkembangan fundamental masa remaja.

Guru Bimbingan dan konseling berperan mengembangkan atau

menyiapkan lingkungan yang mampu memperkaya kehidupan kemandirian

individu. Menurut Kartadinata (2011, hlm. 54) esensi tujuan bimbingan dan

69

Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

konseling adalah memandirikan individu ; kemandirian adalah tujuan

bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling bertugas memfasilitasi

individu menguasai perilaku jangka panjang yang diperlukan di dalam

kehidupannya, dalam mengambil keputusan sosial-pribadi, pendidikan, dan

karir.

Kemandirian belajar merupakan bagian penting dari proses edukasi

pembentukan insan yang sadar akan nilai pentingnya menyiapkan diri bagi

kehidupan yang akan datang; sadar akan tuntutan dan tantangan yang bakal

dihadapinya di masa yang akan datang. Jadi, kemandirian belajar jauh

melampaui pengertian mengajar dalam arti mentransfer pengetahuan kepada

generasi yang masih muda dan labil, tapi lebih dari itu memiliki nilai edukasi

yang berkepentingan dengan pembentukan tanggung jawab pribadi dalam tugas

belajar dan penumbuhkembangan kemampuan dan kebertahanan diri sebagai

pribadi yang sukses di masa yang akan datang. Penciptaan kultur belajar tentu

membutuhkan proses yang panjang, sebagaimana telah dikemukakan di atas,

kemandirian bukanlah merupakan merupakan hasil dari proses internalisai atau

otoritas, melainkan suatu proses pengembangan diri sesuai dengan hakikat

eksistensi manusia. Kemandirian yang sehat adalah kemandirian yang sesuai

dengan hakikat manusia (Kartadinata, 2011, hlm. 50-51).

Dengan demikian upaya untuk mengembangkan kemandirian belajar

siswa, tentunya membutuhkan pendekatan yang sesuai dengan tugas

perkembangan remaja. Salah satu peran Bimbingan dan Konseling untuk

membantu meningkatkan kemandirian belajar adalah dengan menggunakan

strategi yang dipandang sesuai dengan karakteristik dan tugas perkembangan

remaja. Strategi yang dipandang relevan adalah strategi self-management yang

dikemukakan oleh Cormier & Cormier (1991, hlm. 519) “Self-management is

a process in which client direct their own behavior change with any one

therapeutic strategy or a combination strategies”. Dan dapat diartikan Self

nanagement adalah suatu proses dimana klien mengarahkan sendiri

pengubahan perilakunya dengan satu strategi atau gabungan strategi.

70

Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Self-management merupakan salah satu model dalam pendekatan

cognitive-behavior. Strategi Self-management meliputi pemantauan diri (self-

monitoring), reinforcement yang positif (self-reward), kontrak atau perjanjian

dengan diri sendiri (self-contracting), dan penguasaan terhadap ransangan

(stimulus control ) (Gunarsa, 2000, hlm. 225-226). Pengaruh teori kognitif

pada masalah-masalah self-management disebabkan oleh kesalahan konstruksi-

konstruksi atau kognisi-kognisi yang lain tentang dunia atau orang-orang di

sekitar kita atau diri kita sendiri. Self-instructional atau menginstruksi diri

sendiri pada hakikatnya adalah bentuk restrukturisasi aspek kognitif.

Menurut Cormier dkk (2009, hlm. 517) bahwa dalam self-management

yang membantu konseli secara profesional untuk lebih memahami proses yang

terjadi secara alami (terutama perilaku dan psikologis) yang diyakini memiliki

pengaruh besar terhadap perilaku atau respon yang telah menjadi masalah bagi

konseli. Oleh karena itu dalam meningkatkan kemandirian belajar melalui

strategi self-management perubahan tingkah laku lebih banyak dilakukan,

dirancang, diproses oleh subyek yang bersangkutan, bukan diarahkan apalagi

dipaksanakn oleh pengubah.

b. Kompetensi yang Dikembangkan

Steinberg (2004, hlm. 288) mengungkapkan dengan kalimat :

Independence generally refers to individual’s capacity to be have on their own.

Artinya kemandirian mengacu kepada kapasitas individu untuk

memperlakukan dirinya sendiri. Hubungan kemandirian dengan belajar

menekankan kapasitas individu untuk memperlakukan dirinya sendiri dalam

aktivitas belajar tanpa tergantung kepada orang lain. Steinberg (2004, hlm.

288) membagi kemandirian ke dalam tiga aspek yaitu :

1) Kemandirian emosional (emosional autonomy)

71

Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Emosional autonomy relates to emotions, personal feelings and how

we relate to people around us (Otonomi emosional berkaitan dengan emosi,

perasaan pribadi dan bagaimana kita berhubungan dengan orang di sekitar

kita). Menurut Silverberg dan Steinberg (Steinberg, 2014, hlm 290-293) ada

empat aspek kemandirian emosional, yaitu.

a) Sejauh mana remaja mampu melakukan de-idealized terhadap orang

tua, de-idealized, yakni kemampuan remaja untuk tidak mengidealkan

orang tuanya. Maksudnya tidak memandang orang yang idealis dan

sempurna.

b) Sejauh mana remaja mampu memandang orang tua sebagai orang

dewasa umumnya (parents as people), parents as people, yakni

kemampuan remaja dalam memandang orang tua sebagaimana orang

lain pada umumnya

c) Sejauh mana remaja tergantung kepada kemampuannya sendiri tanpa

mengharapkan bantuan emosional orang lain (non dependency), dan

nondependency, yakni suatu derajat di mana remaja tergantung kepada

dirinya sendiri dari pada kepada orang tuanya untuk suatu bantuan.

d) Sejauh mana remaja mampu melakukan individualisasi di dalam

hubungannya dengan orang tua. Individuasi berarti berperilaku lebih

bertanggung jawab. Perilaku individuasi yang dapat dilihat ialah

mampu melihat perbedaan antara pandangan orang tua dengan

pandangannya sendiri tentang dirinya, menunjukkan perilaku yang lebih

bertanggung jawab.

2) Behavioral autonomy (Kemandirian perilaku)

Behavioral autonomy is related to behaviors. It refers to the ability

to make decisions independently an to follow through on these decisions

which action. (Otonomi perilaku berhubungan dengan perilaku. Hal ini

mengacu pada kemampuan untuk membuat keputusan secara independen

72

Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

untuk menindaklanjuti melalui sebuah tindakan). Menurut Steinberg (2014,

hlm. 294-301) ada tiga domain kemandirian perilaku (behavioral autonomy)

yang berkembang pada masa remaja.

a) Changes in decision-making abilities. Memiliki kemampuan mengambil

keputusan yang ditandai oleh :

1) Menyadari adanya resiko dari tingkah lakunya.

2) Memilih alternative pemecahan masalah didasarkan atas

pertimbangan sendiri dan orang lain.

3) Bertanggung jawab atas konsekuensi dari keputusan yang

diambilnya.

b) Changes in compormity and susceptibility to the influence of other.

Memiliki kekuatan terhadap pengaruh pihak lain yang ditandai oleh :

1) Tidak mudah terpengaruh dalam situasi yang menuntut konformitas.

2) Tidak mudah terpengaruh tekanan teman sebaya dan orang tua dalam

mengambil keputusan.

3) Memasuki kelompok sosial tanpa tekanan.

c) Changes in feelings of self-reliance. Memiliki rasa percaya diri (self

reliance) yang ditandai oleh :

1) Merasa mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari di rumah dan di

sekolah.

2) Merasa mampu memenuhi tanggung jawab di rumah dan di sekolah.

3) Merasa mampu mengatasi sendiri masalahnya.

4) Berani mengemukakan ide atau gagasan.

3) Kemandirian Nilai (value autonomy)

73

Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Value autonomy means having independent attitudes and belief’s

regarding, spirituality, politic, and moral (Otonomi Nilai berarti memiliki

sikap independen dan keyakinan mengenai, spiritualitas, politik, dan moral).

Tiga perubahan yang teramati pada masa remaja.

a) Keyakinan akan nilai-nilai semakin abstrak (abstract belief). Perilaku

yang dapat dilihat ialah remaja mampu menimbang berbagai

kemungkinan dalam bidang nilai.

b) Keyakinan akan nilai-nilai semakin mengarah kepada yang bersifat prisip

(principled belief).

Perilaku yang dapat dilihat ialah :

1) Berpikir.

2) Bertindak sesuai dengan prinsip yang dapat dipertanggungjawabkan

dalam bidang nilai.

c) Keyakinan akan nilai-nilai semakin terbentuk dalam diri remaja sendiri

dan bukan hanya dalam sistem nilai yang diberikan oleh orang tuanya

atau orang dewasa lainnya (independent belief).

Perilaku yang dapat dilihat ialah :

1) Remaja mulai mengevaluasi kembali keyakinan dan nilai-nilai yang

diterimanya dari orang lain.

2) Berpikir sesuai dengan keyakinan dan nilainya sendiri.

3) Bertingkah laku sesuai dengan keyakinan dan nilainya sendiri.

Self-management adalah suatu strategi pengubahan perilaku yang dalam

prosesnya individu mengarahkan perubahan perilakunya sendiri dengan suatu

Strategi (Cormier & Cormier' 1985:519). Sedangkan kemandirian belajar adalah

suatu gambaran di mana individu memiliki keterampilan belajar dan motivasi diri

untuk melakukan aktivitas belajar. Sehingga intervensi self-management adalah

74

Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

membantu konseli dalam menentukan inisiatifnya sendiri untuk mencapai

kemandirian fungsi yang diinginkan untuk melakukan aktivitas belajar.

c. Tujuan

Tujuan layanan bimbingan dan konseling dengan strategi self-management

untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa yang dimaksud menggunakan

rumusan kemadirian belajar berdasarkan konsep Steinberg yang meliputi aspek

kemandirian emosional, aspek kemandirian perilaku dan aspek kemandirian nilai

dengan tujuan untuk menguji secara empirik efektivitas Strategi self-management

dalam meningkatkan kemandirian belajar siswa.

d. Asumsi

1) Kemandirian adalah usaha untuk melepaskan diri dari orang tua dengan

maksud untuk menemukan dirinya melalui proses mencari identitas ego,

yaitu merupakan perkembangan ke arah individualitas yang mantap dan

berdiri sendiri. Kemandirian biasanya ditandai dengan kemampuan

menentukan nasib sendiri, kreatif dan inisiatif, mengatur tingkah laku,

bertanggung jawab, mampu menahan diri, membuat keputusan-kepitusan

sendiri, serta mampu mengatasi masalah tanpa ada pengaruh dari orang

lain. Monks, dkk (1996, hlm. 272).

2) Pendidikan bertujuan membantu manausia mencapai realisasi diri,

menemukan dirinya sendiri sebagai makhluk individual, sosial dan

makhluk Tuhan.

3) Bimbingan dan konseling bertolak dari suatu pandangan yang melihat

manusia itu sedang berada dalam proses menjadi (becoming) untuk

menemukan keberadaan dan kebermaknaan hidup (being). Implikasi

pemikiran ini ialah bahwa tujuan bimbingan dan konseling tidak semata-

75

Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mata bersifat terapeutok-klinis tapi lebih bersifat preventif dan

pengembangan. (Blocher dalam Beck dalam Kartadinata, 2011, hlm. 49).

4) Dalam menghampiri masalah kemandirian, tujuan bimbingan yang bersifat

“pengembangan lebih penting dari pada tujuan teurapeutik atau klinis. Ini

bertolak dari asumsi bahwa kemandirian tumbuh dalam proses individuasi

yang terwujud dalam interaksi yang sehat. (Kartadinata, 2011. Hlm. 49).

5) Kemandirian adalah sebuah proses perkembangan, terbentuk melalui

proses interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Sebagai upaya

pedagogis, bimbingan dan konseling bertugas mengembangkan atau

menyiapkan lingkungan yang mampu memperkaya kehidupan

kemandirian individu dan hubungannya dengan kehidupan orang lain dan

dunianya. Esensi tujuan bimbingan dan konseling adalah memandirikan

individu ; kemandirian (autonomy) adalah tujuan bimbingan dan

konseling. (kartadinata, 2011. Hlm. 54).

6) Perubahan tingkah laku yang didasarkan pada kemauan, kesadaran

dan kemampuan individu sendiri akan lebih tahan lama. Karena

individu menganggap bahwa keberhasilan tersebut bukan terjadi

atas usahanya sendiri dan ada campur tangan orang lain yang

berupa stimulus lingkungan, tetapi usaha diri sendirilah yang lebih

berpengaruh. (Cormier & Cormier dalam Lutfi Fauzan),

http://lutfifauzan/wordpress.com/.../praktik strategi konseling self

management.

e. Kompetensi Pelaksana Program

Agar tujuan program tercapai maka guru bimbingan dan konseling hendaknya

memenuhi kualifikasi sebagai berikut:

1) Tingkat Pendidikan. Guru bimbingan dan konseling sebagai fasilitator

dalam mengembangkan strategi self-management hendaknya berlatar

76

Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berlakang sarjana Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (S1 BK).

Fasilitator dengan latar belakang pendidikan tersebut diharapkan telah

menguasai kompetensi dasar guru bimbingan dan konseling sekolah

meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap dasar dalam

menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling.

2) Jenis Pengetahuan dan Keterampilan. Selain memiliki latar belakang

pendidikan sarjana bimbingan dan konseling, guru bimbingan dan

konseling sebagai fasilitator dalam mengembangkan strategi self-

management untuk mengembangkan kemandirian belajar siswa hendaknya

memiliki pengetahuan tentang karakteristik perkembangan siswa

SMP/MTs berserta tugas perkembangannya, pengetahuan tentang karakter

siswa SMP/MTs, pengetahuan tentang strategi self-management dan

langkah-langkah pelaksanaannya. Disamping itu guru bimbingan dan

konseling harus terampil dalam merencanakan, melaksanakan dan

mengevaluasi strategi self-management untuk mengembangkan

kemandirian belajar siswa Kelas VIII MTs Negeri Ciparay Kabupaten

Bandung.

Menurut Cormier dkk (2009, hlm. 521) bahwa beberapa pedoman yang

harus diperhatikan dalam menggunakan strategi self-management, yakni sebagai

berikut.

1) Mempertimbangkan gaya hidup, keyakinan, pola perilaku, dan prioritas pribadi

dalam menilai kegunaan self-management.

2) Menyesuaikan dengan latar belakang dan budaya individu.

3) Menemukan pandangan individu dan mempertimbangkan relevansi self-

management berdasarkan persepsinya.

4) Mempertimbangkan relevansi self-management terhadap tujuan individu yang

dibimbing untuk membantu kehidupan individu yang dibimbing.

5) Mempertimbangkan akses individu yang dibimbing.

77

Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

f. Sasaran Program

Strategi self-management dikembangkan untuk memfasilitasi siswa Kelas

VIII MTs Negeri Ciparay Kabupaten Bandung untuk mengembangkan

kemandirian belajar. Penjaringan siswa dilakukan dengan penyebaran angket

kemandirian belajar yang dilaksanakan pada bulan april tahun 2015 di MTs N

Ciparay Kabupaten Bandung.

Berdasarkan hasil pengolahan data, tampak bahwa pada kelas VIII B dan

VIII F menunjukkan tingkat kemandirian lebih rendah dibandingkan kelas lain.

Pada kelas F aspek kemandirian emosional ada pada kategori sedang, aspek

kemandirian perilaku ada pada kategori sedang. Sedangkan aspek kemandirian

nilai ada pada kategori tinggi. Aspek kemandirian emosional ditunjukkan dengan

keyakinan siswa terhadap motivasi diri sebagai idealism, pandangan siswa

terhadap orang tua sebagai support motivasi belajar, memiliki kepercayaan diri

dalam menyelesaikan tugas, memandang perbedaan pendapat dengan orang tua

sebagai tanggung jawab.

Aspek kemandirian perilaku ditunjukkan dengan pengambilan

konsekuensi dari setiap keputusan, menunjukkan sikap bersungguh-sungguh atau

bekerja keras dengan idealismenya, menunjukkan keberanian dalam

mengemukakan ide atau gagasan. Aspek kemandirian nilai ditunjukkan dengan

mempertimbangkan berbagai kemungkinan dalam mengambil keputusan,

bertindak sesuai dengan aturan yang dapat dipertanggungjawabkan, mengevaluasi

kembali keyakinan dan nilai-nilai yang diterima dari orang lain.

Rancangan penelitian ini berdasarkan pada metode penelitian quasi

eksperiment. Terdapat 2 (dua) kelompok yang dijadikan sebagai kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Dalam penelitian ini yang menjadi kelompok

eksperimen adalah kelas VIII F, sedangkan yang menjadi kelompok kontrol

adalah kelas VIII B. Pertimbangan dasar memilih kelas VIII F sebagai kelompok

eksperimen karena dari hasil pengamatan diketahui secara umum prestasi belajar

78

Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

siswa ada di bawah rata-rata kelas lainnya. Hal ini ditunjukkan dengan perilaku,

siswa datang terlambat ke sekolah, siswa yang membolos, tidak mengerjakan

tugas dan PR yang diberikan guru, tidak memperhatikan saat guru sedang

menjelaskan.

Sedangkan pertimbangan dasar kelas VIII B dijadikan sebagai kelompok

control adalah, karena dari hasil pengamatan diketahui secara umum siswa sering

tidak mengerjakan tugas di kelas yang diberikan guru. Sehingga dapat diketahui

bahwa di kelas VIII B rata-rata kemandirian belajarnya cukup baik.

g. Evaluasi Program

Berdasarkan tujuan dari program penyusunan program intervensi

penggunaan strategi self-management untuk meningkatkan kemandirian belajar

siswa, maka penilain program lebih difokuskan pada evaluasi hasil yang

mencakup aspek-aspek sebagai berikut.

1) Pengaruh layanan bimbingan dan konseling dalam meningkatkan kemandirian

belajar siswa melalui strategi self-management yang mencakup teknik self

monitoring, self-reward, self contract dan stimulus control.

2) Respon siswa terhadap intervensi yang dilaksanakan.

3) Perubahan kemajuan siswa dilihat dari aspek perilaku yang dikembangkan

dalam program.

Program intervensi strategi self-management memiliki indikator

perubahan perilaku diantaranya.

1) Siswa mampu mencatat perilaku dirinya sehingga dapat memonitor perilaku

yang perlu dan tidak perlu.

2) Siswa mampu mengganjar perilaku yang diharapkan sehingga dapat

menguatkan perilaku yang muncul tersebut.

79

Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Siswa mampu melakukan perjanjian dengan dirinya untuk dapat

mengembangkan perilaku yang diharapkan.

4) Siswa mampu melakukan kontrol terhadap perilaku dari stimulus yang tidak

diharapkan.

2. Langkah-langkah Intervensi Self-management

Pengembangan program merupakan salah satu tahapan yang harus

dilakukan dalam sebuah penelitian. Untuk mengembangkan kemandirian belajar

siswa dengan menggunakan strategi self-management melalui tahapan program

self-management Cormier (2009, hlm. 524) sebagai berikut.

80

Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tahapan dalam mengembangkan Program Strategi self-management

Langkah 1

Siswa mengidentifikasi dan mencatat sasaran perilaku, mengendalikan

anteseden (kejadian atau peristiwa) dan konsekuensi ; perkiraan keyakinan

dalam mencapai perilaku sasaran

Langkah 2

Siswa mengidentifikasi perilaku yang diharapkan tentang

arah perubahan (tujuan); perkiraan keyakinan dalam mencapai tujuan

Langkah 3

Konselor menjelaskan kemungkinan teknik self-management

Langkah 4

Siswa memilih satu atau lebih teknik self-management dari indikator yang

menjadi prioritas dalam bimbingan

Langkah 5

Siswa secara lisan berkomitmen untuk melaksanakan langkah-langkah

Langkah 6

Konselor memberi contoh dan instruksi strategi yang dipilih

Langkah 7

Siswa mengulangi teknik yang dipilih

Langkah 8

Siswa menggunakan strategi

terpilih dalam kehidupan

Langkah 9

Siswa mencatat penggunaan strategi dan tingkat

perilaku sasaran

Langkah 10

Data siswa diamati oleh konselor dan siswa secara

berkelanjutan merevisi program

Langkah 11

Membuat catatan dan menyajikan pada diri dan

penguat lingkungan untuk kemajuan siswa

81

Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Struktur 3.1 : Tahapan Pengembangan Strategi Self-management

Penjelasan untuk setiap tahapan perlakuan adalah sebagai berikut :

a. Tahap Awal

Pada tahapan awal ini sebelum tahapan perlakukan dilaksanakan,

perlu diberikan pendekatan kepada subjek yaitu pembentukan hubungan baik,

kemudian dilanjutkan dengan penjelasan strategi self-management. Tujuan

yang diharapkan pada tahap awal adalah membangun hubungan dengan

siswa, menggali informasi secara umum dan siswa memahami tujuan strategi

self-management. Dalam kegiatan ini konselor memberi penjelasan tentang

apa yang akan dimonitor yaitu kemandirian belajar. Selanjutnya konselor

menjelaskan strategi self-management, tujuan strategi dan prosedur self-

management.

b. Tahap Pertama dan Kedua Dengan Alokasi Waktu 1x60 menit

Pada tahap ini siswa mengidentifikasi, mencatat perilaku sasaran,

mengontrol sebab akibatnya serta perilaku yang diharapkan arah

perubahannya serta pemberian rasional strategi self-management. Tujuan

yang ingin dicapai adalah

1) Siswa mampu menentukan tujuan yakni mengembangkan kemandirian

belajar, juga mampu menggunakan waktu yang tersedia untuk

mengidentifikasi perilaku sasaran, sebab akibatnya dari perilaku yang

kurang mandiri.

2) Siswa memahami tujuan dari strategi self-management.

c. Tahap Ketiga dan Keempat dengan Alokasi Waktu 1x60 menit

Tahap ini bertujuan agar siswa memahami strategi pemantauan diri

(self monitoring), kontrak diri (self-contracting dan penghargaan diri (self-

82

Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

reward). Selanjutnya siswa mampu memilih satu atau lebih strategi dan

mampu menyatakannya secara verbal serta siswa juga mengetahui secara

lengkap gambaran pelaksanaan strategi yang dipilihnya. Kegiatan ini

mengagendakan tahapan penjelasan arah self-management, menyeleksi satu

atau lebih strategi serta memberi contoh strategi yang dipilih. Rincian

pelaksanaannya adalah sebagai berikut : self monitoring akan dilaksanakan

dengan pencatatan menggunakan media papan evaluasi dalam kertas HVS.

Papan evaluasi digunakan sebagai alat untuk membantu siswa dalam

menentukan usaha yang ditargetkan secara eksplisit, untuk mencatat respon

juga sebagai peta respon jumlah frekuensi keberhasilan. Dalam papan kertas

ini berisi nama masing-masing siswa, frekuensi perilaku sasaran, peristiwa,

dialog internal, faktor perilaku, tingkat dorongan dan kemampuan mengatasi

situasi. Papan evaluasi ini berfungsi sebagai bentuk pengendali dan penguat

perilaku, dan sebagai self-reward bagi konseli untuk memperkuat atau

menambah respon yang diinginkan sehingga dapat mempercepat target

tingkah laku.

83

Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.8: Contoh Tabel Lembar Kerja siswa

FORMAT SELF MONITORING KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

Pertemuan Ke 3 dan 4

Nama :

Kelas :

Jenis Kelamin :

Tanggal Pelaksanaan bimbingan :

Petunjuk mengisi : Lengkapi kolom dibawah ini berdasarkan peristiwa atau kejadian yang pernah kamu alami. Dan

berikan peringkat 1-10 (semakin rendah menunjukkna perilaku negatif, semakin tinggi perilaku

positif) pada kolom tingkat dorongan dan kemampuan mengatasi masalah

Jenis Kelamin :

No Frekuensi perilaku sasaran Peristiwa Dialog

internal

Faktor

perilaku

Tingkat

dorongan

Kemampuan

mengatasi situasi

1 Saya memiliki keyakinan terhadap motivasi diri

sendiri sebagai idealism

2 Siswa memandang orang tua sebagai support

motivasi belajar

3 Siswa memiliki kepercayaan diri dalam

menyelesaikan tugas (kemampuan sendiri)

84

Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No Frekuensi perilaku sasaran Peristiwa Dialog

internal

Faktor

perilaku

Tingkat

dorongan

Kemampuan

mengatasi situasi

4 Siswa memandang perbedaan pendapat dengan

orang tua sebagai tanggung jawab

5 Siswa mampu mengambil konsekuensi dari setiap

keputusan

6 Siswa menunjukkan sikap bersungguh-sungguh

atau bekerjakeras dengan idealism nya

7 Siswa menunjukkan keberanian dalam

mengemukakan ide dan gagasan

8 Siswa mempertimbangkan berbagai kemungkinan

dalam mengambil keputusan

9 Siswa bertindak sesuai aturan yang dapat

dipertanggung jawabkan

10 Siswa mengevaluassi kembali keyakinan dwan

nilai-nilai yang diterima dari orang lain

85

Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Tahap Kelima dan Keenam

Tahap kelima bertujuan untuk melakukan komitmen dalam

melaksanakan langkah-langkah pada setiap teknik melalui lembar kontrak

diri. Tahap keenam memberikan contoh strategi yang dipilih.

Tabel 3.9: Contoh Tabel Lembar Kontrak diri Siswa

Nama :

Kelas :

Pertemuan Ke 5-6 : Format Kontrak Diri

Tanggal Mulai :

Tanggal selesai :

Tujuan : Melakukan kontrak diri untuk meningkatkan kemandirian belajar

Motivasi (keuntungan) :

………………………………………………………………………………….

………………………………………………………………………………….

Indentifikasi langkah yang dilakukan untuk berubah

……………………………………………………………………………….…

……………………………………………………………..….……………..…

Pilih salah satu tindakan perubahan dan antisipasi langkah lainnya dalam

mencapai satu tujuan dengan proses perubahan yang sesuai :

…………………………………………………………….……………………

…………………………………………………….……………………………

…………………………………………………….……………………………

…………………………………………………….……………………………

…………………………………………………….……………………………

Saya, …………………, Setuju ke depannya untuk bekerja dalam keseharian

saya dalam pelaksanaannya saya akan menjalankan dan mematuhi setiap poin

dalam perjanjian ini.

Tanda tangan : …………… Tanggal : …………………….

Saksi : …………… Tanggal : ………….…………

e. Tahap Ketujuh, Kedelapan dan Sembilan.

Pada ketiga tahapan ini waktu yang dibutuhkan adalah empat pekan

selama hari aktif. Agenda kegiatan yang dilakukan adalah :

1) Pengulangan strategi yang dipilih siswa.

2) Pelaksanaan strategi yang telah dipilih dan pencatatan strategi yang telah

dipilih.

86

Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tujuan yang diharapkan adalah siswa mampu lebih memahami dan dapat

melaksanakan strategi pengelolaan diri sehingga dapat membuat

perencanaan pengelolaan perilaku dengan mengatur tindakan yang

membuat situasi menjadi pengahambat pengaturan perilaku. Selain itu

konselor memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan

strategi yang dipilihnya dengan cara melaksanakan apa yang sudah

direncanakan dalam mengatur respon yang nantinya mampu

mengembangkan kemandirian belajar.

f. Tahap Kesepuluh dan Sebelas

Pada tahap ini penelitian memfokuskan pada pemeriksaan data dan

catatan tentang pelaksanaan strategi, evaluasi pelaksanaan strategi dan

pengakhiran strategi self-management dengan tujuan mengontrol jalannya

pelaksanaan strategi yang dilakukan oleh siswa, kemudian siswa

memperbaiki dan melanjutkan program pengaturan perilaku yang sesuai

dengan kemampuan siswa untuk perubahan yang lebih baik lagi. Serta

meniali sejauh mana keberhasilan pelaksanaan strategi self-management

kemudian mengakhiri kegiatan.

G. Teknik Analisis Data

Data mengenai kemandirian belajar siswa akan diintervensi melalui

pendekatan strategi self-management akan dianalisis secara kuantitatif. Teknik

analisis data dalam hal ini dimulai dengan mengukur validitas instrumen yang

melibatkan pakar dalam bimbingan dan konseling dan reliabilitas instrument

dengan melibatkan siswa.

Teknik analisis dengan menggunakan two independent sampling, yaitu dua

kelompok kontrol dan eksperimen menggunakan orang yang berbeda, dan diolah

dengan teknik Mann Whitney.