bab iii metode penelitian - [email protected]/20125/6/t_bk_1302508_chapter3.pdf ·...
TRANSCRIPT
54
Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab tiga menguraikan pokok bahasan yang berkaitan dengan perencanaan
penelitian dalam rangka penyusunan tesis. Pokok bahasan dalam bab ini adalah
pendekatan penelitian, metode penelitian, lokasi dan sampel penelitian, teknik
pengumpulan data, instrument pengumpulan data, prosedur penelitian, prosedur
program intervensi dan teknik analisis data.
A. Pendekatan dan Metode Penelitian
Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu suatu jenis penelitian
ilmiah di mana peneliti memutuskan apa yang akan diteliti dengan cara
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang spesifik atau sempit, mengumpulkan
data-data yang dapat dikuantifikasikan, menganalisis angka-angka tersebut
dengan menggunakan statistik dan melakukan penelitian dalam suatu cara yang
objektif (Creswell, 2012, hlm. 16).
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen kuasi.
Penelitian eksperimen kuasi yaitu rancangan penelitian eksperimen tapi tidak
dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol atau mengendalikan variabel-
variabel luar yang dapat mempengaruhi eksperimen. Pada eksperimen kuasi tidak
dilakukan dengan teknik random (random assignment) melainkan pengelompokan
berdasarkan kelompok yang terbentuk sebelumnya (Creswell, 2012, hlm. 309).
Desain eksperimen kuasi yang digunakan adalah nonequlvalent pretest-
postest group design, yaitu jenis desain yang biasanya dipakai pada eksperimen
yang menggunakan kelas-kelas yang sudah ada sebagai kelompoknya, dengan
memilih kelas-kelas yang diperkirakan sama keadaan atau kondisinya. Dua
kelompok (kontrol dan eksperimen) diberi pretest, kemudian diberikan perlakuan
(treatment) berupa strategi self-management untuk mengembangkan kemandirian
55
Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
belajar siswa pada kelompok eksperimen sedangkan kelompok kontrol tidak
diberi perlakuan, dan selanjutnya diberikan post test. (Creswell, 2012, hlm. 310).
Adapun skema desain penelitian sebagai berikut.
Tabel 3. 1
Quasi-Eksperiment Pretest and Posttest Design
Pre- and Posttest Design Time
Control Group Pretest No Treatment Posttest
Eksperimental Group Pretest Eksperimental Treatment Posttest
Keterangan:
Control Group = Kelompok kontrol
Eksperimental Group = Kelompok eksperimen
No Treatment = Tanpa perlakuan
Eksperimental Treatment = Pemberian perlakuan (Creswell, 2012, hlm. 310)
B. Lokasi dan Sampel Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah MTs Negeri Ciparay Kabupaten Bandung. Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas VIII F MTs Negeri Ciparay Kabupaten Bandung.
Perlakuan diberikan melalui strategi self-management.
2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah siswa yang berada ditingkat kelas VIII (delapan)
di MTs Negeri Ciparay Tahun Ajaran 2014/2015. Pengambilan sampel penelitian
dilakukan dengan menggunakan teknik nonprobability sampling, yaitu dengan
menggunakan pengambilan secara purposive sampling yakni sampel diambil
berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang memiliki keterkaitan dengan
56
Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
populasi yang yang sudah ditentukan sebelumnya. Penetapan sampel penelitian
menggunakan teknik nonprobability sampling penelitian yang dilakukan tidak
memberikan kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi
dengan jenis purposive sampling karena sampel ditentukan yaitu siswa yang
teridentifikasi kemandirian rendah.
Pertimbangan dalam menentukan sampel dan populasi penelitian di Kelas
VIII MTs Negeri Ciparay Kabupaten Bandung sebagai berikut:
a. Sebagai populasi, pemilihan siswa kelas VIII (delapan) berdasarkan asumsi
bahwa siswa kelas VIII (delapan) merupakan bagian dari masa remaja dengan
berbagai macam peningkatan beban akademis sehingga penting untuk
mengembangkan kemandirian belajar.
b. Sampel dipilih secara acak dengan menggunkaan ukuran sampel Tabel
Kretjie dari seluruh kelas VIII (delapan ) MTs Negeri Ciparay Tahun ajaran
2014/2015 sebanyak 169 siswa, sehingga didapatkan kelas VIII F sebagai
kelompok eksperimen dan kelas VIII B sebagai kelompok control.
c. Penelitian mengenai pengembangakn kemandirian belajar melalui strategi
self-management belum pernah dilakukan di MTs Negeri Ciparay Kabupaten
Bandung.
Penentuan sampel siswa yang berada pada kategori rendah, sedang, dan
tinggi di sekolah diperoleh melalui penghitungan secara menyeluruh terhadap
hasil penyebaran angket terhadap siswa dan menentukan kategori mengenai
kemandirian dengan rumus tersaji pada tabel 3.2
Tabel 3.2 : Kategorisasi Kemandirian Belajar
Kriteria Kemandirian Belajar Rentang
Tinggi X > 119
Sedang 79 < X ≤ 119
Rendah X ≤ 79
57
Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa hasil pengukuran kemandirian belajar
untuk kelas VIII dari enam kelas dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut ini :
Tabel 3.3 : Penetapan Sampel Penelitian Kelas VIII
Kelas Skor kemandirian
belajar
Kategori
skor Penetapam sampel
B 96,87 Sedang Kelompok kontrol
C 122,20 Tinggi -
D 120,37 Tinggi -
E 126,38 Tinggi -
F 107,93 Sedang Kelompok eksperimen
G 131,37 Tinggi -
Jika digambarkan dalam grafik kondisi kemandirian belajar siswa kelas
VIII di Mts Negeri Ciparay Kabupaten Bandung tersaji dalam grafik sebagai
berikut:
B C D E F G
K.Emosional 43.68 49.83 48.19 49.96 47.26 54.33
K.Perilaku 32.06 33.70 34.04 36.42 23.19 37.59
K.Nilai 21.13 38.67 38.15 40.00 37.48 39.44
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
SKO
R R
ATA
-RA
TA
KELAS
KONDISI KEMANDIRIAN BELAJARSISWA KELAS VIII
K.Emosional K.Perilaku K.Nilai
Keterangan Kategorisasi peraspek kemandirian belajar :
58
Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kemadirian emosi kemandirian perilaku kemandirian nilai
T: 48-64 T: 36-48 T: 36-48
S: 32-47 S: 24-35 S: 24-35
R: 16-31 R: 12-23 R: 12-23
Grafik. 3.1 Kondisi Kemandirian Belajar Siswa Kelas VIII
Berdasarkan data di atas, tampak bahwa pada kelas VIII B dan VIII F
menunjukkan grafik lebih rendah dibandingkan kelas lain. Pada kelas F aspek
kemandirian emosional ada pada kategori rendah, aspek kemandirian perilaku ada
pada kategori sedang. Sedangkan aspek kemandirian nilai ada pada kategori
tinggi. Aspek kemandirian emosional ditunjukkan dengan keyakinan siswa
terhadap motivasi diri sebagai idealism, pandangan siswa terhadap orang tua
sebagai support motivasi belajar, memiliki kepercayaan diri dalam menyelesaikan
tugas, memandang perbedaan pendapat dengan orang tua sebagai tanggung jawab.
Aspek kemandirian perilaku ditunjukkan dengan pengambilan
konsekuensi dari setiap keputusan, menunjukkan sikap bersungguh-sungguh atau
bekerja keras dengan idealismenya, menunjukkan keberanian dalam
mengemukakan ide atau gagasan. Aspek kemandirian nilai ditunjukkan dengan
mempertimbangkan berbagai kemungkinan dalam mengambil keputusan,
bertindak sesuai dengan aturan yang dapat dipertanggungjawabkan, mengevaluasi
kembali keyakinan dan nilai-nilai yang diterima dari orang lain. Kelas VIII F
ditetapkan sebagai kelompok eksperimen atas pertimbangan :
1) Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa guru bidang studi menyatakan
bahwa kelas VIII F secara ketepatan dalam mengumpulkan tugas termasuk
dalam kategori kurang disiplin dibandingkan dengan kelas VIII B.
2) Dari studi dokumentasi terkait ketaatan siswa terhadap aturan sekolah
tergolong rendah sehingga berdampak pada kesadaran dan kemandirian siswa
untuk belajar.
3) Dari nilai rata-rata beberapa mata pelajaran menunjukkan bahwa kelas VIII F
rendah jika dibandingkan kelas VIII lainnya.
59
Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian dengan cara
menggunakan angket kemandirian belajar, untuk melihat gambaran mengenai
kemandirian belajar dan melakukan studi pustaka dengan membaca, menelaah,
mempelajari dan mengutip berbagai pendapat sebagai sumber analisis dan
interpretasi.
D. Instrument Pengumpulan Data
1. Definisi Operasional Variabel Penelitian
a. Kemandirian Belajar
Esensi kemandirian belajar adalah perubahan perilaku atas dasar
inisiatif individu tanpa bergantung dengan orang lain yang meliputi aspek
emosional, perilaku dan nilai. Dimensi kemandirian emosional ditunjukkan
dengan keyakinan terhadap motivasi diri sebagai idealisme, memandang
orang tua sebagai support motivasi belajar, memiliki kepercayaan diri dalam
menyelesaikan tugas (kemampuan sendiri), memandang perbedaan pendapat
dengan orang tua sebagai tanggung jawab. Dimensi kemandirian perilaku
ditunjukkan dengan kemampuan mengambil konsekuensi dari setiap
keputusan, kemampuan menunjukkan sikap bersungguh-sungguh atau bekerja
keras dengan idealismenya, keberanian dalam mengemukakan ide dan
gagasan. Kemandirian nilai ditunjukkan dengan kemampuan
mempertimbangkan berbagai kemungkinan dalam mengambil keputusan,
60
Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kemampuan bertindak sesuai aturan yang dapat dipertanggung jawabkan,
kemampuan mengevaluassi kembali keyakinan dan nilai-nilai yang diterima
dari orang lain.
Secara operasional yang dimaksud kemandirian belajar siswa dalam
penelitian ini adalah respon siswa kelas VIII MTs Negeri Ciparay Kabupaten
Bandung tahun ajaran 2014/2015 terhadap pernyataan tertulis tenatang
perubahan perilaku atas dasar inisiatif individu tanpa bergantung pada orang
lain yang meliputi dimensi emosional, perilaku dan nilai sebagai berikut :
1) Kemandirian emosional
a) Keyakinan terhadap motivasi diri sebagai idealisme.
b) Kemampuan memandang orang tua sebagai support motivasi belajar.
c) Memiliki kepercayaan diri dalam menyelesaikan tugas (kemampuan
sendiri).
d) Kemampuan memandang perbedaan pendapat dengan orang tua sebagai
tanggung jawab.
2) Kemandirian perilaku
a) Kemampuan mengambil konsekuensi dari setiap keputusan
b) Kemampuan menunjukkan sikap bersungguh-sungguh atau
bekerjakeras dengan idealismenya.
c) Keberanian dalam mengemukakan ide dan gagasan.
3) Kemandirian nilai
a) Kemampuan mempertimbangkan berbagai kemungkinan dalam
mengambil keputusan.
b) Kemampuan bertindak sesuai aturan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
61
Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c) Kemampuan mengevaluassi kembali keyakina dan nilai-nilai yang
diterima dari orang lain.
b. Strategi Self-management
Self-management merupakan suatu strategi yang digunakan oleh
peneliti untuk mengembangkan kemandirian belajar siswa kelas VIII
(delapan) MTs Negeri Ciparay Kabupaten Bandung Tahun 2014/2015 yang
diharapkan melalui teknik pemantauan diri (self-monitoring), reinforcement
yang positif (self-reward), perjanjian dengan diri sendiri (self-contracting),
penguasaan terhadap rangsangan (stimulus control) dan merupakan
keterkaitan cognitive, behavior, serta affective dengan susunan sistematis
berdasarkan kaidah pendekatan cognitive-behavior sebagai berikut.
1) Pemantauan diri (Self-monitoring), merupakan suatu proses konseli
mengamati dan mencatat segala sesuatu tentang dirinya sendiri dalam
interaksinya dengan lingkungan.
2) Reinforcement yang positif (self-reward), digunakan untuk membantu
konseli mengatur dan memperkuat perilakunya melalui konsekuensi
yang dihasilkannya sendiri.
3) Penguasaan terhadap rangsangan (stimulus control), menekankan pada
penataan kembali atau modifikasi lingkungan sebagai isyarat khusus
(cues) atau anteseden atau respon tertentu.
4) Kontrak atau perjanjian dengan diri sendiri (self-contracting), salah
satunya adalah siswa membuat perencanaan untuk mengubah pikiran,
perilaku, dan perasaan yang ingin dilakukannya.
2. Pengembangan Instrument Penelitian
62
Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini maka
dikembangkan alat pengumpul data seperti: skala kemandirian belajar, digunakan
untuk memperoleh gambaran tentang kemandirian belajar peserta didik sebelum
dan sesudah mengikuti proses bimbingan melalui strategi self-management.
a. Pengembangan Kisi-kisi Instrument
Berdasarkan jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini maka
dikembangkan angket berupa skala kemandirian belajar, digunakan untuk
memperoleh gambaran kemandirian belajar sebelum dan sesudah mengikuti
proses bimbingan belajar. Instrumen kemandirian belajar peserta didik
dikembangkan dari definisi operasional variabel. Instrumen ini berisi
pernyataan-pernyataan tentang kemandirian belajar merujuk pada aspek
kemandirian emosional, kemandirian perilaku dan kemandirian nilai yang
dikembangkan oleh Steinberg (2004. hlm 288).
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa angket yaitu
dengan cara memberikan sejumlah pernyataan tertulis kepada responden yang
bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai permasalahan yang diteliti.
Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup (angket
terstruktur) artinya angket yang disajikan dalam bentuk sedemikia rupa
sehingga responden diminta untuk memilih jawaban yang sesuai dengan
karakteristik dirinya dengan cara memberikan tanda silang (X) atau tanda
checklist (√).
Angket menggunakan format rating scale (skala penilaian) untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekolompok orang
terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan. Setelah dilakukan uji coba
angket terdapat beberapa perubahan pada kisi-kisi instrumen disajikan dalam
Tabel 3.4 berikut.
Tabel 3.4: Kisi-Kisi Instrumen Kemandirian Belajar Siswa
ASPEK INDIKATOR
SEBARAN NO.
ITEM ∑
+ -
63
Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ASPEK INDIKATOR
SEBARAN NO.
ITEM ∑
+ -
Kemandirian
emosional
(emosional
autonomy)
a. Siswa memiliki keyakinan
terhadap motivasi diri
sebagai idealisme
1, 2 21, 22 4
b. Siswa memandang orang
tua sebagai support
motivasi belajar
3, 4 23, 24 4
c. Siswa memiliki
kepercayaan diri dalam
menyelesaikan tugas
(kemampuan sendiri)
5, 6 25, 25 4
d. Siswa memandang
perbedaan pendapat dengan
orang tua sebagai tanggung
jawab
7, 8 27, 28 4
Kemandirian
perilaku
(behavioral
autonomy)
a. Siswa mampu mengambil
konsekuensi dari setiap
keputusan
9, 10 29, 30 4
b. Siswa menunjukkan sikap
bersungguh-sungguh atau
bekerjakeras dengan
idealisme nya
11, 12 31, 32 4
c. Siswa menunjukkan
keberanian dalam
mengemukakan ide dan
gagasan
13, 14 33, 34 4
Kemandirian
vnilai (value
autonomy)
a. Siswa mempertimbangkan
berbagai kemungkinan
dalam mengambil
keputusan
15, 16 35, 36 4
b. Siswa bertindak sesuai
aturan yang dapat
dipertanggung jawabkan
17, 18 37, 38 4
c. Siswa mengevaluasi
kembali keyakina dan nilai-
nilai yang diterima dari
orang lain
19, 20 39, 40 4
b. Pedoman Skoring
Skor dalam setiap penyataan pada alternatif jawaban diberi skor,
sangat sesuai = 4, sesuai = 3, tidak sesuai = 2 dan sangat tidak sesuai = 1. Skor
64
Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kedisiplinan merupakan jumlah dari semua jawaban responden yang
dikonversikan kedalam data rank, secara rinci konversi jawaban responden,
tersaji pada tabel 3.5
Tabel 3.5: Konfersi Jawaban Responden
1 Mewakili jawaban sangat tidak sesuai
2 Mewakili jawaban tidak sesuai
3 Mewakili jawaban sesuai
4 Mewakili jawaban sangat sesuai
Semakin tinggi alternatif jawaban siswa maka semakin tinggi tingkat
kedisiplinan yang dimiliki oleh siswa dan semakin rendah alternatif jawaban
siswa maka semakin rendah pula tingkat kedisiplinan yang dimiliki oleh siswa.
c. Uji Keterbacaan Item
Sebelum instrument kemandirian belajar diuji validitasnya, instrument
tersebut diuji keterbacaannya kepada sampel setara yaitu kepada 10 (sepuluh)
orang siswa MTs Negeri Ciparay dan kepada 1 guru Bahasa Indonesia MTs
Negeri Ciparay, untuk mengulur keterbacaan instrument tersebut.
Berdasarkan hasil uji keterbacaan, maka pernyataan-pernyataan yang
kurang difahami kemudian direvisi sesuai kebutuhan sehingga dapat difahami
oleh siswa MTs Negeri Ciparay Kabupaten Bandung dan kemudian dilakukan
uji Validitas.
d. Uji Validitas Item
Uji validitas menggunakan rumus rank sparman dengan cara
mengkolerasikan skor butir item dengan skor total yang diperoleh oleh setiap
responden yang berjumlah 168 orang.
Butir item dikatakan valid jika harga signifikansi untuk koefisien
validitas item lebih kecil dari 0,05. Hasil pengujian menunjukkan dari 40 butir
65
Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
item yang diuji validitasnya dua butir item yang tidak valid yaitu butir item no
21 dan 25. Sedangkan 38 butir item semua menunjukkan signifikan pada p <
0,05. Koefisien validitas merentang dari 0, 151 sampai 0.618
e. Reliabilitas
Uji realibilitas instrumen menggunakan metode split half metod
reliability. Teknik yang digunakan adalah kolerasi rank yaitu mengkolerasikan
skor total item-item ganjil genap. Hasil menunjukkan koefisien korelasi sebesar
0,707, hasil ini hanya menunjukkan realibitas separo/sebagian instrumen.
Untuk mengetahui keseluruhan instrument menggunakan sparman brown
prophecy formula, dengan hasil 0,828354. Capaian coeffisien realiabitas dapat
dilihat pada tabel 3.6
Tabel 3.6 : Coeffisien Realiabitas
Evaluating Realibility Coefficient
Very high > 90
High 80-90
Acceptable 70-79
Moderate Acceptable 60-69
Low < 90
Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas instrument kemandirian belajar
siswa, berada pada kategori tinggi, artinya instrument yang digunakan sudah
cukup baik dan dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data.
E. Prosedur Penelitian
Secara umum prosedur penelitian dibagi menjadi 3 (tiga) tahap, diantaranya :
1. Tahap pendahuluan
66
Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Melakukan permohonan izin kepada bagian akademik sekolah Pasca
Sarjana UPI untuk melakukan penelitian di MTs Negeri Ciparay
kabupaten Bandung.
b. Melakukan perijinan ke MTs Negeri Ciparay Kabupaten Bandung.
2. Tahap pelaksanaan
a. Melakukan kontrak kerja dengan sampel dalam mengikuti setiap tahapan
intervensi.
b. Membentuk kelompok eksperimen untuk mendapatkan perlakuan strategi
self-management.
c. Melaksanakan pre-tes untuk mengetahui profil kemandirian belajar siswa
kelas VIII (delapan) MTs Negeri Ciparay Kabupaten Bandung Tahun
ajaran 2014/2015.
d. Menerapkan program intervensi strategi self-management.
Pelaksanaan intervensi strategi self-management untuk
mengembangkan kemandirian belajar siswa di MTs Negeri Ciparay
Kabupaten Bandung berlangsung selama IX (Sembilan) sesi. Strategi self-
management diikuti oleh 28 siswa dengan kategori kemandirian rendah,
sedang dan tinggi. Pada setiap akhir sesi, dilakukan dengan kegiatan
refleksi yang dilanjutkan dengan pengisian lembar kerja (work sheet)
siswa. Lembar kerja berfungsi sebagai alat evaluasi untuk meninjau setiap
sesi. Berikut tabel jadwal kegiatan strategi self-management untuk
mengembangkan kemandirian belajar siswa.
Tabel 3.7: Jadwal kegiatan strategi self-management
Hari tanggal
pelaksanaan Strategi
Jumlah sampel
yang mengikuti Sesi
4 Mei 2015 Self-management 28 siswa 1
8 Mei 2015 Self-management 28 siswa 2
11 Mei 2015 Self monitoring 27 siswa 3
18 Mei 2015 Self monitoring 27 Siswa 4
25 Mei 2015 Stimulus control 25 siswa 5
67
Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hari tanggal
pelaksanaan Strategi
Jumlah sampel
yang mengikuti Sesi
27 Mei 2015 Self-contracting 25 siswa 6
3 Juni 2015 Self-reward 25 siswa 7
8 Juni 2015
Self monitoring,
stimulus control, self-
reward, self-contracting
25 siswa 8
15 Juni 2015
Self monitoring,
stimulus control, self-
reward, self-contracting
25 siswa 9
e. Melaksanakan post-test
3. Tahap penutup
a. Mengukur efektivitas hasil penerapan strategi self-management dengan
membandingkan profil kemandirian belajar pada kondisi pre-test dan post
test.
b. Menganalisis hasil penelitian dan menuangkannya dalam sebuah tesis.
F. Prosedur Program Intervensi
1. Program Strategi Self-management untuk mengembangkan
Kemandirian Belajar Siswa
Berikut ini merupakan rancangan program intervensi penggunaan strategi
self-management dalam mengembangkan kemandirian belajar siswa kelas VIII
(delapan) MTs Negeri Ciparay kabupaten Bandung Tahun Pelajaran 2014/2015.
a. Rasional
Remaja sebagai individu yang sedang dalam pencarian identitas diri
cenderung untuk melepaskan diri sendiri sedikit demi sedikit dari ikatan psikis
orang tuanya. Remaja mendambakan untuk diperlakukan dan dihargai sebagai
orang dewasa. Monks, dkk (1996, hlm. 272) menyatakan bahwa usaha untuk
melepaskan diri dari orang tua ini disebut kemandirian yang ditandai dengan
kemampuan menentukan nasib sendiri, kreatif dan inisiatif, mengatur tingkah
68
Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
laku, bertanggung jawab, mampu menahan diri, membuat keputusan-keputusan
sendiri, serta mampu mengatasi masalah tanpa ada pengaruh dari orang lain.
Kemandirian belajar dalam hal ini adalah kemandirian menurut
Steinberg, (2014, hlm. 288), bahwa remaja yang memiliki kemandirian
ditandai oleh kemampuannya untuk tidak tergantung secara emosional terhadap
orang lain terutama orang tua, mampu mengambil keputusan secara mandiri
dan konsekuen terhadap keputusan tersebut, serta kemampuan menggunakan
(memiliki) seperangkat prinsip tentang benar dan salah serta penting dan tidak
penting . Kemampuan untuk tidak tergantung secara emosional terhadap orang
lain terutama orang tua disebut kemandirian emosional (emotional autonomy),
kemampuan mengambil keputusan secara mandiri dan konsekuen terhadap
keputusan tersebut disebut kemandirian behavioral (behavioral autonomy),
serta kemampuan untuk memaknai seperangkat prinsip tentang benar dan salah
serta penting dan tidakpenting disebut kemandirian nilai (values autonomy).
Wedmeyer (1973) dalam Nurhayati (2011, hlm. 61) menjelaskan
kemandirian belajar adalah cara belajar yang memberikan kebebasan, tanggung
jawab, dan kewenangan yang lebih besar kepada pembelajar dalam merenc
anakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan belajarnya. Kemandirian
dalam konteks individu tentu memiliki aspek yang lebih luas dari sekedar
aspek fisik. Selama masa remaja tuntutan terhadap kemandirian ini sangat
besar dan jika direspon secara tidak tepat bisa saja menimbulkan dampak yang
kurang menguntungkan bagi perkembangan psikologi remaja ,karena seringkali
remaja mengalami kebingungan dalam mengelola dirinya. Bagi remaja
mengembangkan kemandirian belajar merupakan hal yang penting untuk
mencapai kesuksesan di masa depan. Menjadi remaja yang mandiri adalah
remaja yang mampu menentukan dan mengelola diri sendiri yang merupakan
salah satu tugas perkembangan fundamental masa remaja.
Guru Bimbingan dan konseling berperan mengembangkan atau
menyiapkan lingkungan yang mampu memperkaya kehidupan kemandirian
individu. Menurut Kartadinata (2011, hlm. 54) esensi tujuan bimbingan dan
69
Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
konseling adalah memandirikan individu ; kemandirian adalah tujuan
bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling bertugas memfasilitasi
individu menguasai perilaku jangka panjang yang diperlukan di dalam
kehidupannya, dalam mengambil keputusan sosial-pribadi, pendidikan, dan
karir.
Kemandirian belajar merupakan bagian penting dari proses edukasi
pembentukan insan yang sadar akan nilai pentingnya menyiapkan diri bagi
kehidupan yang akan datang; sadar akan tuntutan dan tantangan yang bakal
dihadapinya di masa yang akan datang. Jadi, kemandirian belajar jauh
melampaui pengertian mengajar dalam arti mentransfer pengetahuan kepada
generasi yang masih muda dan labil, tapi lebih dari itu memiliki nilai edukasi
yang berkepentingan dengan pembentukan tanggung jawab pribadi dalam tugas
belajar dan penumbuhkembangan kemampuan dan kebertahanan diri sebagai
pribadi yang sukses di masa yang akan datang. Penciptaan kultur belajar tentu
membutuhkan proses yang panjang, sebagaimana telah dikemukakan di atas,
kemandirian bukanlah merupakan merupakan hasil dari proses internalisai atau
otoritas, melainkan suatu proses pengembangan diri sesuai dengan hakikat
eksistensi manusia. Kemandirian yang sehat adalah kemandirian yang sesuai
dengan hakikat manusia (Kartadinata, 2011, hlm. 50-51).
Dengan demikian upaya untuk mengembangkan kemandirian belajar
siswa, tentunya membutuhkan pendekatan yang sesuai dengan tugas
perkembangan remaja. Salah satu peran Bimbingan dan Konseling untuk
membantu meningkatkan kemandirian belajar adalah dengan menggunakan
strategi yang dipandang sesuai dengan karakteristik dan tugas perkembangan
remaja. Strategi yang dipandang relevan adalah strategi self-management yang
dikemukakan oleh Cormier & Cormier (1991, hlm. 519) “Self-management is
a process in which client direct their own behavior change with any one
therapeutic strategy or a combination strategies”. Dan dapat diartikan Self
nanagement adalah suatu proses dimana klien mengarahkan sendiri
pengubahan perilakunya dengan satu strategi atau gabungan strategi.
70
Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Self-management merupakan salah satu model dalam pendekatan
cognitive-behavior. Strategi Self-management meliputi pemantauan diri (self-
monitoring), reinforcement yang positif (self-reward), kontrak atau perjanjian
dengan diri sendiri (self-contracting), dan penguasaan terhadap ransangan
(stimulus control ) (Gunarsa, 2000, hlm. 225-226). Pengaruh teori kognitif
pada masalah-masalah self-management disebabkan oleh kesalahan konstruksi-
konstruksi atau kognisi-kognisi yang lain tentang dunia atau orang-orang di
sekitar kita atau diri kita sendiri. Self-instructional atau menginstruksi diri
sendiri pada hakikatnya adalah bentuk restrukturisasi aspek kognitif.
Menurut Cormier dkk (2009, hlm. 517) bahwa dalam self-management
yang membantu konseli secara profesional untuk lebih memahami proses yang
terjadi secara alami (terutama perilaku dan psikologis) yang diyakini memiliki
pengaruh besar terhadap perilaku atau respon yang telah menjadi masalah bagi
konseli. Oleh karena itu dalam meningkatkan kemandirian belajar melalui
strategi self-management perubahan tingkah laku lebih banyak dilakukan,
dirancang, diproses oleh subyek yang bersangkutan, bukan diarahkan apalagi
dipaksanakn oleh pengubah.
b. Kompetensi yang Dikembangkan
Steinberg (2004, hlm. 288) mengungkapkan dengan kalimat :
Independence generally refers to individual’s capacity to be have on their own.
Artinya kemandirian mengacu kepada kapasitas individu untuk
memperlakukan dirinya sendiri. Hubungan kemandirian dengan belajar
menekankan kapasitas individu untuk memperlakukan dirinya sendiri dalam
aktivitas belajar tanpa tergantung kepada orang lain. Steinberg (2004, hlm.
288) membagi kemandirian ke dalam tiga aspek yaitu :
1) Kemandirian emosional (emosional autonomy)
71
Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Emosional autonomy relates to emotions, personal feelings and how
we relate to people around us (Otonomi emosional berkaitan dengan emosi,
perasaan pribadi dan bagaimana kita berhubungan dengan orang di sekitar
kita). Menurut Silverberg dan Steinberg (Steinberg, 2014, hlm 290-293) ada
empat aspek kemandirian emosional, yaitu.
a) Sejauh mana remaja mampu melakukan de-idealized terhadap orang
tua, de-idealized, yakni kemampuan remaja untuk tidak mengidealkan
orang tuanya. Maksudnya tidak memandang orang yang idealis dan
sempurna.
b) Sejauh mana remaja mampu memandang orang tua sebagai orang
dewasa umumnya (parents as people), parents as people, yakni
kemampuan remaja dalam memandang orang tua sebagaimana orang
lain pada umumnya
c) Sejauh mana remaja tergantung kepada kemampuannya sendiri tanpa
mengharapkan bantuan emosional orang lain (non dependency), dan
nondependency, yakni suatu derajat di mana remaja tergantung kepada
dirinya sendiri dari pada kepada orang tuanya untuk suatu bantuan.
d) Sejauh mana remaja mampu melakukan individualisasi di dalam
hubungannya dengan orang tua. Individuasi berarti berperilaku lebih
bertanggung jawab. Perilaku individuasi yang dapat dilihat ialah
mampu melihat perbedaan antara pandangan orang tua dengan
pandangannya sendiri tentang dirinya, menunjukkan perilaku yang lebih
bertanggung jawab.
2) Behavioral autonomy (Kemandirian perilaku)
Behavioral autonomy is related to behaviors. It refers to the ability
to make decisions independently an to follow through on these decisions
which action. (Otonomi perilaku berhubungan dengan perilaku. Hal ini
mengacu pada kemampuan untuk membuat keputusan secara independen
72
Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
untuk menindaklanjuti melalui sebuah tindakan). Menurut Steinberg (2014,
hlm. 294-301) ada tiga domain kemandirian perilaku (behavioral autonomy)
yang berkembang pada masa remaja.
a) Changes in decision-making abilities. Memiliki kemampuan mengambil
keputusan yang ditandai oleh :
1) Menyadari adanya resiko dari tingkah lakunya.
2) Memilih alternative pemecahan masalah didasarkan atas
pertimbangan sendiri dan orang lain.
3) Bertanggung jawab atas konsekuensi dari keputusan yang
diambilnya.
b) Changes in compormity and susceptibility to the influence of other.
Memiliki kekuatan terhadap pengaruh pihak lain yang ditandai oleh :
1) Tidak mudah terpengaruh dalam situasi yang menuntut konformitas.
2) Tidak mudah terpengaruh tekanan teman sebaya dan orang tua dalam
mengambil keputusan.
3) Memasuki kelompok sosial tanpa tekanan.
c) Changes in feelings of self-reliance. Memiliki rasa percaya diri (self
reliance) yang ditandai oleh :
1) Merasa mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari di rumah dan di
sekolah.
2) Merasa mampu memenuhi tanggung jawab di rumah dan di sekolah.
3) Merasa mampu mengatasi sendiri masalahnya.
4) Berani mengemukakan ide atau gagasan.
3) Kemandirian Nilai (value autonomy)
73
Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Value autonomy means having independent attitudes and belief’s
regarding, spirituality, politic, and moral (Otonomi Nilai berarti memiliki
sikap independen dan keyakinan mengenai, spiritualitas, politik, dan moral).
Tiga perubahan yang teramati pada masa remaja.
a) Keyakinan akan nilai-nilai semakin abstrak (abstract belief). Perilaku
yang dapat dilihat ialah remaja mampu menimbang berbagai
kemungkinan dalam bidang nilai.
b) Keyakinan akan nilai-nilai semakin mengarah kepada yang bersifat prisip
(principled belief).
Perilaku yang dapat dilihat ialah :
1) Berpikir.
2) Bertindak sesuai dengan prinsip yang dapat dipertanggungjawabkan
dalam bidang nilai.
c) Keyakinan akan nilai-nilai semakin terbentuk dalam diri remaja sendiri
dan bukan hanya dalam sistem nilai yang diberikan oleh orang tuanya
atau orang dewasa lainnya (independent belief).
Perilaku yang dapat dilihat ialah :
1) Remaja mulai mengevaluasi kembali keyakinan dan nilai-nilai yang
diterimanya dari orang lain.
2) Berpikir sesuai dengan keyakinan dan nilainya sendiri.
3) Bertingkah laku sesuai dengan keyakinan dan nilainya sendiri.
Self-management adalah suatu strategi pengubahan perilaku yang dalam
prosesnya individu mengarahkan perubahan perilakunya sendiri dengan suatu
Strategi (Cormier & Cormier' 1985:519). Sedangkan kemandirian belajar adalah
suatu gambaran di mana individu memiliki keterampilan belajar dan motivasi diri
untuk melakukan aktivitas belajar. Sehingga intervensi self-management adalah
74
Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
membantu konseli dalam menentukan inisiatifnya sendiri untuk mencapai
kemandirian fungsi yang diinginkan untuk melakukan aktivitas belajar.
c. Tujuan
Tujuan layanan bimbingan dan konseling dengan strategi self-management
untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa yang dimaksud menggunakan
rumusan kemadirian belajar berdasarkan konsep Steinberg yang meliputi aspek
kemandirian emosional, aspek kemandirian perilaku dan aspek kemandirian nilai
dengan tujuan untuk menguji secara empirik efektivitas Strategi self-management
dalam meningkatkan kemandirian belajar siswa.
d. Asumsi
1) Kemandirian adalah usaha untuk melepaskan diri dari orang tua dengan
maksud untuk menemukan dirinya melalui proses mencari identitas ego,
yaitu merupakan perkembangan ke arah individualitas yang mantap dan
berdiri sendiri. Kemandirian biasanya ditandai dengan kemampuan
menentukan nasib sendiri, kreatif dan inisiatif, mengatur tingkah laku,
bertanggung jawab, mampu menahan diri, membuat keputusan-kepitusan
sendiri, serta mampu mengatasi masalah tanpa ada pengaruh dari orang
lain. Monks, dkk (1996, hlm. 272).
2) Pendidikan bertujuan membantu manausia mencapai realisasi diri,
menemukan dirinya sendiri sebagai makhluk individual, sosial dan
makhluk Tuhan.
3) Bimbingan dan konseling bertolak dari suatu pandangan yang melihat
manusia itu sedang berada dalam proses menjadi (becoming) untuk
menemukan keberadaan dan kebermaknaan hidup (being). Implikasi
pemikiran ini ialah bahwa tujuan bimbingan dan konseling tidak semata-
75
Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mata bersifat terapeutok-klinis tapi lebih bersifat preventif dan
pengembangan. (Blocher dalam Beck dalam Kartadinata, 2011, hlm. 49).
4) Dalam menghampiri masalah kemandirian, tujuan bimbingan yang bersifat
“pengembangan lebih penting dari pada tujuan teurapeutik atau klinis. Ini
bertolak dari asumsi bahwa kemandirian tumbuh dalam proses individuasi
yang terwujud dalam interaksi yang sehat. (Kartadinata, 2011. Hlm. 49).
5) Kemandirian adalah sebuah proses perkembangan, terbentuk melalui
proses interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Sebagai upaya
pedagogis, bimbingan dan konseling bertugas mengembangkan atau
menyiapkan lingkungan yang mampu memperkaya kehidupan
kemandirian individu dan hubungannya dengan kehidupan orang lain dan
dunianya. Esensi tujuan bimbingan dan konseling adalah memandirikan
individu ; kemandirian (autonomy) adalah tujuan bimbingan dan
konseling. (kartadinata, 2011. Hlm. 54).
6) Perubahan tingkah laku yang didasarkan pada kemauan, kesadaran
dan kemampuan individu sendiri akan lebih tahan lama. Karena
individu menganggap bahwa keberhasilan tersebut bukan terjadi
atas usahanya sendiri dan ada campur tangan orang lain yang
berupa stimulus lingkungan, tetapi usaha diri sendirilah yang lebih
berpengaruh. (Cormier & Cormier dalam Lutfi Fauzan),
http://lutfifauzan/wordpress.com/.../praktik strategi konseling self
management.
e. Kompetensi Pelaksana Program
Agar tujuan program tercapai maka guru bimbingan dan konseling hendaknya
memenuhi kualifikasi sebagai berikut:
1) Tingkat Pendidikan. Guru bimbingan dan konseling sebagai fasilitator
dalam mengembangkan strategi self-management hendaknya berlatar
76
Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berlakang sarjana Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (S1 BK).
Fasilitator dengan latar belakang pendidikan tersebut diharapkan telah
menguasai kompetensi dasar guru bimbingan dan konseling sekolah
meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap dasar dalam
menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling.
2) Jenis Pengetahuan dan Keterampilan. Selain memiliki latar belakang
pendidikan sarjana bimbingan dan konseling, guru bimbingan dan
konseling sebagai fasilitator dalam mengembangkan strategi self-
management untuk mengembangkan kemandirian belajar siswa hendaknya
memiliki pengetahuan tentang karakteristik perkembangan siswa
SMP/MTs berserta tugas perkembangannya, pengetahuan tentang karakter
siswa SMP/MTs, pengetahuan tentang strategi self-management dan
langkah-langkah pelaksanaannya. Disamping itu guru bimbingan dan
konseling harus terampil dalam merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi strategi self-management untuk mengembangkan
kemandirian belajar siswa Kelas VIII MTs Negeri Ciparay Kabupaten
Bandung.
Menurut Cormier dkk (2009, hlm. 521) bahwa beberapa pedoman yang
harus diperhatikan dalam menggunakan strategi self-management, yakni sebagai
berikut.
1) Mempertimbangkan gaya hidup, keyakinan, pola perilaku, dan prioritas pribadi
dalam menilai kegunaan self-management.
2) Menyesuaikan dengan latar belakang dan budaya individu.
3) Menemukan pandangan individu dan mempertimbangkan relevansi self-
management berdasarkan persepsinya.
4) Mempertimbangkan relevansi self-management terhadap tujuan individu yang
dibimbing untuk membantu kehidupan individu yang dibimbing.
5) Mempertimbangkan akses individu yang dibimbing.
77
Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
f. Sasaran Program
Strategi self-management dikembangkan untuk memfasilitasi siswa Kelas
VIII MTs Negeri Ciparay Kabupaten Bandung untuk mengembangkan
kemandirian belajar. Penjaringan siswa dilakukan dengan penyebaran angket
kemandirian belajar yang dilaksanakan pada bulan april tahun 2015 di MTs N
Ciparay Kabupaten Bandung.
Berdasarkan hasil pengolahan data, tampak bahwa pada kelas VIII B dan
VIII F menunjukkan tingkat kemandirian lebih rendah dibandingkan kelas lain.
Pada kelas F aspek kemandirian emosional ada pada kategori sedang, aspek
kemandirian perilaku ada pada kategori sedang. Sedangkan aspek kemandirian
nilai ada pada kategori tinggi. Aspek kemandirian emosional ditunjukkan dengan
keyakinan siswa terhadap motivasi diri sebagai idealism, pandangan siswa
terhadap orang tua sebagai support motivasi belajar, memiliki kepercayaan diri
dalam menyelesaikan tugas, memandang perbedaan pendapat dengan orang tua
sebagai tanggung jawab.
Aspek kemandirian perilaku ditunjukkan dengan pengambilan
konsekuensi dari setiap keputusan, menunjukkan sikap bersungguh-sungguh atau
bekerja keras dengan idealismenya, menunjukkan keberanian dalam
mengemukakan ide atau gagasan. Aspek kemandirian nilai ditunjukkan dengan
mempertimbangkan berbagai kemungkinan dalam mengambil keputusan,
bertindak sesuai dengan aturan yang dapat dipertanggungjawabkan, mengevaluasi
kembali keyakinan dan nilai-nilai yang diterima dari orang lain.
Rancangan penelitian ini berdasarkan pada metode penelitian quasi
eksperiment. Terdapat 2 (dua) kelompok yang dijadikan sebagai kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Dalam penelitian ini yang menjadi kelompok
eksperimen adalah kelas VIII F, sedangkan yang menjadi kelompok kontrol
adalah kelas VIII B. Pertimbangan dasar memilih kelas VIII F sebagai kelompok
eksperimen karena dari hasil pengamatan diketahui secara umum prestasi belajar
78
Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
siswa ada di bawah rata-rata kelas lainnya. Hal ini ditunjukkan dengan perilaku,
siswa datang terlambat ke sekolah, siswa yang membolos, tidak mengerjakan
tugas dan PR yang diberikan guru, tidak memperhatikan saat guru sedang
menjelaskan.
Sedangkan pertimbangan dasar kelas VIII B dijadikan sebagai kelompok
control adalah, karena dari hasil pengamatan diketahui secara umum siswa sering
tidak mengerjakan tugas di kelas yang diberikan guru. Sehingga dapat diketahui
bahwa di kelas VIII B rata-rata kemandirian belajarnya cukup baik.
g. Evaluasi Program
Berdasarkan tujuan dari program penyusunan program intervensi
penggunaan strategi self-management untuk meningkatkan kemandirian belajar
siswa, maka penilain program lebih difokuskan pada evaluasi hasil yang
mencakup aspek-aspek sebagai berikut.
1) Pengaruh layanan bimbingan dan konseling dalam meningkatkan kemandirian
belajar siswa melalui strategi self-management yang mencakup teknik self
monitoring, self-reward, self contract dan stimulus control.
2) Respon siswa terhadap intervensi yang dilaksanakan.
3) Perubahan kemajuan siswa dilihat dari aspek perilaku yang dikembangkan
dalam program.
Program intervensi strategi self-management memiliki indikator
perubahan perilaku diantaranya.
1) Siswa mampu mencatat perilaku dirinya sehingga dapat memonitor perilaku
yang perlu dan tidak perlu.
2) Siswa mampu mengganjar perilaku yang diharapkan sehingga dapat
menguatkan perilaku yang muncul tersebut.
79
Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3) Siswa mampu melakukan perjanjian dengan dirinya untuk dapat
mengembangkan perilaku yang diharapkan.
4) Siswa mampu melakukan kontrol terhadap perilaku dari stimulus yang tidak
diharapkan.
2. Langkah-langkah Intervensi Self-management
Pengembangan program merupakan salah satu tahapan yang harus
dilakukan dalam sebuah penelitian. Untuk mengembangkan kemandirian belajar
siswa dengan menggunakan strategi self-management melalui tahapan program
self-management Cormier (2009, hlm. 524) sebagai berikut.
80
Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tahapan dalam mengembangkan Program Strategi self-management
Langkah 1
Siswa mengidentifikasi dan mencatat sasaran perilaku, mengendalikan
anteseden (kejadian atau peristiwa) dan konsekuensi ; perkiraan keyakinan
dalam mencapai perilaku sasaran
Langkah 2
Siswa mengidentifikasi perilaku yang diharapkan tentang
arah perubahan (tujuan); perkiraan keyakinan dalam mencapai tujuan
Langkah 3
Konselor menjelaskan kemungkinan teknik self-management
Langkah 4
Siswa memilih satu atau lebih teknik self-management dari indikator yang
menjadi prioritas dalam bimbingan
Langkah 5
Siswa secara lisan berkomitmen untuk melaksanakan langkah-langkah
Langkah 6
Konselor memberi contoh dan instruksi strategi yang dipilih
Langkah 7
Siswa mengulangi teknik yang dipilih
Langkah 8
Siswa menggunakan strategi
terpilih dalam kehidupan
Langkah 9
Siswa mencatat penggunaan strategi dan tingkat
perilaku sasaran
Langkah 10
Data siswa diamati oleh konselor dan siswa secara
berkelanjutan merevisi program
Langkah 11
Membuat catatan dan menyajikan pada diri dan
penguat lingkungan untuk kemajuan siswa
81
Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Struktur 3.1 : Tahapan Pengembangan Strategi Self-management
Penjelasan untuk setiap tahapan perlakuan adalah sebagai berikut :
a. Tahap Awal
Pada tahapan awal ini sebelum tahapan perlakukan dilaksanakan,
perlu diberikan pendekatan kepada subjek yaitu pembentukan hubungan baik,
kemudian dilanjutkan dengan penjelasan strategi self-management. Tujuan
yang diharapkan pada tahap awal adalah membangun hubungan dengan
siswa, menggali informasi secara umum dan siswa memahami tujuan strategi
self-management. Dalam kegiatan ini konselor memberi penjelasan tentang
apa yang akan dimonitor yaitu kemandirian belajar. Selanjutnya konselor
menjelaskan strategi self-management, tujuan strategi dan prosedur self-
management.
b. Tahap Pertama dan Kedua Dengan Alokasi Waktu 1x60 menit
Pada tahap ini siswa mengidentifikasi, mencatat perilaku sasaran,
mengontrol sebab akibatnya serta perilaku yang diharapkan arah
perubahannya serta pemberian rasional strategi self-management. Tujuan
yang ingin dicapai adalah
1) Siswa mampu menentukan tujuan yakni mengembangkan kemandirian
belajar, juga mampu menggunakan waktu yang tersedia untuk
mengidentifikasi perilaku sasaran, sebab akibatnya dari perilaku yang
kurang mandiri.
2) Siswa memahami tujuan dari strategi self-management.
c. Tahap Ketiga dan Keempat dengan Alokasi Waktu 1x60 menit
Tahap ini bertujuan agar siswa memahami strategi pemantauan diri
(self monitoring), kontrak diri (self-contracting dan penghargaan diri (self-
82
Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
reward). Selanjutnya siswa mampu memilih satu atau lebih strategi dan
mampu menyatakannya secara verbal serta siswa juga mengetahui secara
lengkap gambaran pelaksanaan strategi yang dipilihnya. Kegiatan ini
mengagendakan tahapan penjelasan arah self-management, menyeleksi satu
atau lebih strategi serta memberi contoh strategi yang dipilih. Rincian
pelaksanaannya adalah sebagai berikut : self monitoring akan dilaksanakan
dengan pencatatan menggunakan media papan evaluasi dalam kertas HVS.
Papan evaluasi digunakan sebagai alat untuk membantu siswa dalam
menentukan usaha yang ditargetkan secara eksplisit, untuk mencatat respon
juga sebagai peta respon jumlah frekuensi keberhasilan. Dalam papan kertas
ini berisi nama masing-masing siswa, frekuensi perilaku sasaran, peristiwa,
dialog internal, faktor perilaku, tingkat dorongan dan kemampuan mengatasi
situasi. Papan evaluasi ini berfungsi sebagai bentuk pengendali dan penguat
perilaku, dan sebagai self-reward bagi konseli untuk memperkuat atau
menambah respon yang diinginkan sehingga dapat mempercepat target
tingkah laku.
83
Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.8: Contoh Tabel Lembar Kerja siswa
FORMAT SELF MONITORING KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA
Pertemuan Ke 3 dan 4
Nama :
Kelas :
Jenis Kelamin :
Tanggal Pelaksanaan bimbingan :
Petunjuk mengisi : Lengkapi kolom dibawah ini berdasarkan peristiwa atau kejadian yang pernah kamu alami. Dan
berikan peringkat 1-10 (semakin rendah menunjukkna perilaku negatif, semakin tinggi perilaku
positif) pada kolom tingkat dorongan dan kemampuan mengatasi masalah
Jenis Kelamin :
No Frekuensi perilaku sasaran Peristiwa Dialog
internal
Faktor
perilaku
Tingkat
dorongan
Kemampuan
mengatasi situasi
1 Saya memiliki keyakinan terhadap motivasi diri
sendiri sebagai idealism
2 Siswa memandang orang tua sebagai support
motivasi belajar
3 Siswa memiliki kepercayaan diri dalam
menyelesaikan tugas (kemampuan sendiri)
84
Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No Frekuensi perilaku sasaran Peristiwa Dialog
internal
Faktor
perilaku
Tingkat
dorongan
Kemampuan
mengatasi situasi
4 Siswa memandang perbedaan pendapat dengan
orang tua sebagai tanggung jawab
5 Siswa mampu mengambil konsekuensi dari setiap
keputusan
6 Siswa menunjukkan sikap bersungguh-sungguh
atau bekerjakeras dengan idealism nya
7 Siswa menunjukkan keberanian dalam
mengemukakan ide dan gagasan
8 Siswa mempertimbangkan berbagai kemungkinan
dalam mengambil keputusan
9 Siswa bertindak sesuai aturan yang dapat
dipertanggung jawabkan
10 Siswa mengevaluassi kembali keyakinan dwan
nilai-nilai yang diterima dari orang lain
85
Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
d. Tahap Kelima dan Keenam
Tahap kelima bertujuan untuk melakukan komitmen dalam
melaksanakan langkah-langkah pada setiap teknik melalui lembar kontrak
diri. Tahap keenam memberikan contoh strategi yang dipilih.
Tabel 3.9: Contoh Tabel Lembar Kontrak diri Siswa
Nama :
Kelas :
Pertemuan Ke 5-6 : Format Kontrak Diri
Tanggal Mulai :
Tanggal selesai :
Tujuan : Melakukan kontrak diri untuk meningkatkan kemandirian belajar
Motivasi (keuntungan) :
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
Indentifikasi langkah yang dilakukan untuk berubah
……………………………………………………………………………….…
……………………………………………………………..….……………..…
Pilih salah satu tindakan perubahan dan antisipasi langkah lainnya dalam
mencapai satu tujuan dengan proses perubahan yang sesuai :
…………………………………………………………….……………………
…………………………………………………….……………………………
…………………………………………………….……………………………
…………………………………………………….……………………………
…………………………………………………….……………………………
Saya, …………………, Setuju ke depannya untuk bekerja dalam keseharian
saya dalam pelaksanaannya saya akan menjalankan dan mematuhi setiap poin
dalam perjanjian ini.
Tanda tangan : …………… Tanggal : …………………….
Saksi : …………… Tanggal : ………….…………
e. Tahap Ketujuh, Kedelapan dan Sembilan.
Pada ketiga tahapan ini waktu yang dibutuhkan adalah empat pekan
selama hari aktif. Agenda kegiatan yang dilakukan adalah :
1) Pengulangan strategi yang dipilih siswa.
2) Pelaksanaan strategi yang telah dipilih dan pencatatan strategi yang telah
dipilih.
86
Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tujuan yang diharapkan adalah siswa mampu lebih memahami dan dapat
melaksanakan strategi pengelolaan diri sehingga dapat membuat
perencanaan pengelolaan perilaku dengan mengatur tindakan yang
membuat situasi menjadi pengahambat pengaturan perilaku. Selain itu
konselor memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan
strategi yang dipilihnya dengan cara melaksanakan apa yang sudah
direncanakan dalam mengatur respon yang nantinya mampu
mengembangkan kemandirian belajar.
f. Tahap Kesepuluh dan Sebelas
Pada tahap ini penelitian memfokuskan pada pemeriksaan data dan
catatan tentang pelaksanaan strategi, evaluasi pelaksanaan strategi dan
pengakhiran strategi self-management dengan tujuan mengontrol jalannya
pelaksanaan strategi yang dilakukan oleh siswa, kemudian siswa
memperbaiki dan melanjutkan program pengaturan perilaku yang sesuai
dengan kemampuan siswa untuk perubahan yang lebih baik lagi. Serta
meniali sejauh mana keberhasilan pelaksanaan strategi self-management
kemudian mengakhiri kegiatan.
G. Teknik Analisis Data
Data mengenai kemandirian belajar siswa akan diintervensi melalui
pendekatan strategi self-management akan dianalisis secara kuantitatif. Teknik
analisis data dalam hal ini dimulai dengan mengukur validitas instrumen yang
melibatkan pakar dalam bimbingan dan konseling dan reliabilitas instrument
dengan melibatkan siswa.
Teknik analisis dengan menggunakan two independent sampling, yaitu dua
kelompok kontrol dan eksperimen menggunakan orang yang berbeda, dan diolah
dengan teknik Mann Whitney.