mekanisme probiotik dalam mencegah terjadinya … filegerminativum, stratum spinosum, stratum...

20
1 MEKANISME PROBIOTIK DALAM MENCEGAH TERJADINYA ACNE Muliani Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Abstrak Acne vulgaris merupakan kelainan kulit umum yang sering dijumpai. Umumnya acne berhubungan dengan depresi, kecemasan dan kelainan psikologis lain. Tingkat gangguan kesehatan mental pada penderita acne lebih tinggi dibandingkan penyakit kronik lain, termasuk epilepsi dan diabetes. Berdasarkan hasil penelitian dari 13000 orang dewasa, menunjukkan bahwa penderita acne lebih sering terkena gangguan gastrointestinal, seperti konstipasi, halitosis dan gastric reflux. Bakteri patogen meningkatkan permiabilitas usus sehingga meningkatkan mediator inflamasi yang berperan dalam terjadinya acne. Pemberian Probiotik dapat menurunkan bakteri patogen, tanda-tanda inflamasi sitemik dan stress oksidatif sehingga dapat menurunkan terjadinya acne. PROBIOTIC MECHANISM TO PREVENT ACNE Muliani Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Abstrak Skin disease that usually occurred is acne vulgaris. Acne is usually linked with depression, anxiety and other psychological disorders. Mental disorders level in acne is higher than other chronic disease, including epilepsy and diabetes. Tingkat gangguan kesehatan mental pada penderita acne lebih tinggi dibandingkan penyakit kronik lain, termasuk epilepsi dan diabetes. According to a study that involving 13000 adult, showed that acne patient more often has gastrointestinal disorders, such as constipation, halitosis and gastric reflux. Pathogen bacteria can increase gut permeability therefore increase inflammatory mediator that cause acne. Probiotic given orraly can reduce pathogen bacteria, systemic inflammation and oxidative stress. This will reduce acne.

Upload: lecong

Post on 30-Jun-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MEKANISME PROBIOTIK DALAM MENCEGAH TERJADINYA … filegerminativum, stratum spinosum, stratum lusidum, stratum granulosum dan stratum korneum (Gunardi dan Saputra, 2012). Stratum germinativum

1

MEKANISME PROBIOTIK DALAM MENCEGAH TERJADINYA ACNE

Muliani

Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Abstrak

Acne vulgaris merupakan kelainan kulit umum yang sering dijumpai. Umumnya acne

berhubungan dengan depresi, kecemasan dan kelainan psikologis lain. Tingkat gangguan

kesehatan mental pada penderita acne lebih tinggi dibandingkan penyakit kronik lain,

termasuk epilepsi dan diabetes. Berdasarkan hasil penelitian dari 13000 orang dewasa,

menunjukkan bahwa penderita acne lebih sering terkena gangguan gastrointestinal, seperti

konstipasi, halitosis dan gastric reflux. Bakteri patogen meningkatkan permiabilitas usus

sehingga meningkatkan mediator inflamasi yang berperan dalam terjadinya acne. Pemberian

Probiotik dapat menurunkan bakteri patogen, tanda-tanda inflamasi sitemik dan stress

oksidatif sehingga dapat menurunkan terjadinya acne.

PROBIOTIC MECHANISM TO PREVENT ACNE

Muliani

Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Abstrak

Skin disease that usually occurred is acne vulgaris. Acne is usually linked with

depression, anxiety and other psychological disorders. Mental disorders level in acne is

higher than other chronic disease, including epilepsy and diabetes. Tingkat gangguan

kesehatan mental pada penderita acne lebih tinggi dibandingkan penyakit kronik lain,

termasuk epilepsi dan diabetes. According to a study that involving 13000 adult, showed that

acne patient more often has gastrointestinal disorders, such as constipation, halitosis and

gastric reflux. Pathogen bacteria can increase gut permeability therefore increase

inflammatory mediator that cause acne. Probiotic given orraly can reduce pathogen bacteria,

systemic inflammation and oxidative stress. This will reduce acne.

Page 2: MEKANISME PROBIOTIK DALAM MENCEGAH TERJADINYA … filegerminativum, stratum spinosum, stratum lusidum, stratum granulosum dan stratum korneum (Gunardi dan Saputra, 2012). Stratum germinativum

2

Pendahuluan

Penampilan diri sangat penting dalam kehidupan seseorang, terutama remaja.

Penampilan menyebabkan remaja mudah diterima dalam lingkungannya sehingga remaja

sangat memperhatikan penampilan, baik dalam hal rambut, wajah, pakaian maupun sepatu.

Terjadi perubahan hormon pada usia remaja sehingga mulai timbul jerawat (acne).

Acne merupakan penyakit kulit yang sering mengenai remaja. Sekitar 85% remaja

laki dan 80% remaja perempuan terkena acne (Gill et al., 2013). Keadaan ini dapat berlanjut

sampai usia dewasa muda . Acne merupakan suatu proses inflamasi yang terjadi pada

kelenjar pilosebaceous. Patogenesis acne ada bermacam-macam, antara lain: follicular

keratinization, peningkatan produksi sebum akibat hiperandrogenism, proliferasi

Propionibacterium acnes dan inflamasi. Acne pada remaja sering diakibatkan karena

perubahan hormon. Lesi pada acne dapat dibagi menjadi komedo tertutup, komedo terbuka,

inflammatory papul, pustules, nodules dan kista yang dapat menimbulkan bekas dan

perubahan pigmen (Kraft and Freiman, 2011).

Bekas jerawat dapat menetap selamanya dan mempengaruhi kualitas hidup penderita,

perasaan rendah diri dan masalah dalam perkembangan psikososial (Kraft and Freiman, 2011;

Gill et al., 2013), karena itu acne perlu diobati.

Acne tidak selalu mudah diobati karena beragamnya faktor penyebab acne (Gill et al.,

2013). Pengobatan acne, umumnya berdasarkan tingkat keparahan, faktor predisposisi dan

kontraindikasi terhadap obat-obatan tertentu (Yazdanyar, et al., 2013).

Page 3: MEKANISME PROBIOTIK DALAM MENCEGAH TERJADINYA … filegerminativum, stratum spinosum, stratum lusidum, stratum granulosum dan stratum korneum (Gunardi dan Saputra, 2012). Stratum germinativum

3

Anatomi Kulit

Sistem integument terdiri dari kulit, kuku dan kelenjar-kelenjar, seperti kelenjar

keringat, minyak dan mammae. Kulit dapat menunjukkan kesehatan tubuh secara menyeluruh

sehingga dapat digunakan untuk mengetahui beberapa masalah-masalah dalam tubuh

(Martini et al, 2005).

Sistem integument berfungsi dalam perlindungan tubuh, pengaturan suhu tubuh,

ekskresi, sekresi, nutrisi, sintesis, sensasi, dan mekanisme pertahanan tubuh (Kolarsick et al.,

2011).

Kulit dapat dibagi menjadi 2 lapisan, yaitu: epidermis dan dermis. Lapisan subcutan

terletak di bawah dermis. Terdapat pula struktur tambahan, antara lain rambut, kuku dan

kelenjar-kelenjar eksokrin. Epidermis tersusun dari epitel berlapis pipih sementara dermis

merupakan suatu jaringan ikat longgar (Kolarsick et al., 2011).

Sebagian besar tubuh ditutupi oleh kulit tipis. Umumnya tidak terdapat stratum

lusidum pada kulit tipis sementara kulit tebal memiliki seluruh stratum, termasuk stratum

lusidum. Kulit tebal umumnya 6 kali lebih tebal daripada kulit tipis (Kolarsick et al., 2011).

Perbandingan antara kulit tebal dengan kulit tipis dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini.

Gambar 1. Kulit Tebal dan Kulit Tipis (Martini et al., 2005)

Page 4: MEKANISME PROBIOTIK DALAM MENCEGAH TERJADINYA … filegerminativum, stratum spinosum, stratum lusidum, stratum granulosum dan stratum korneum (Gunardi dan Saputra, 2012). Stratum germinativum

4

Epidermis merupakan lapisan epitel berlapis pipih. Tebal lapisan ini berkisar antara

20-1400 µm, tergantung dari lokasi (Gunardi dan Saputra, 2012). Sel-sel yang terdapat dalam

epidermis antara lain: keratinosit, melanosit, sel-sel merkel dan sel Langerhans (Kolarsick et

al., 2011; Gunardi dan Saputra, 2012). Melanosit merupakan sel pigmen yang dapat

ditemukan di dalam epidermis. Sel Merkel merupakan sel-sel perasa. Sel Langerhans

merupakan makrofag yang terdapat dalam epidermis (Kolarsick et al., 2011). Epidermis

terutama terdiri dari sel-sel: keratinosit dan dendritik. Berdasarkan morfologi dan posisi

keratinosit, maka epidermis dapat dibagi menjadi 5 lapisan yang berbeda, yaitu stratum

germinativum, stratum spinosum, stratum lusidum, stratum granulosum dan stratum korneum

(Gunardi dan Saputra, 2012). Stratum germinativum berisi sel-sel basal, stratum spinosum

terdiri dari epitel selapis pipih, pada stratum granulosum terdapat sel-sel granular, stratum

corneum terdiri dari epitel berlapis pipih bertanduk (Kolarsick et al., 2011). Lapisan-lapisan

epidermis terlihat pada gambar 2 berikut:

Gambar 2. Lapisan-lapisan pada epidermis (Martini et al., 2005).

Page 5: MEKANISME PROBIOTIK DALAM MENCEGAH TERJADINYA … filegerminativum, stratum spinosum, stratum lusidum, stratum granulosum dan stratum korneum (Gunardi dan Saputra, 2012). Stratum germinativum

5

Berikut ini merupakan table ciri-ciri masing-masing stratum yang terdapat pada epidermis.

Tabel 1. Ciri-ciri masing-masing stratum yang terdapat pada epidermis (Martini et al.,

2005)

Epidermis akan terus menerus memperbaharui lapisannya dan membentuk struktur-

struktur tambahan, seperti pilosebaseus, kuku dan kelenjar keringat. Sel-sel basal epidermis

akan mengalami siklus proliferasi dan kelak menggantikan lapisan epidermis yang terluar.

Epidermis adalah jaringan yang dinamis, artinya sel-sel selalu berada dalam pergerakan yang

konstan, pergerakan ke permukaan kulit tidak hanya dilakukan oleh sel-sel epidermis itu

sendiri namun juga oleh sel-sel melanosit dan langerhans (Kolarsick et al., 2011).

Sel keratinosit mengisi 80% epidermis. Sel-sel tersebut secara embriologis berasal

dari ectoderm. Keratinisasi adalah suatu proses sel keratinosit melalui fase sintetik dan

degradasi. Pada fase sintetik, sel memberikan keratin pada cytoplasmic. Pada fase degradatif,

organel-organel sel menghilang kemudian isi sel dipadatkan ke dalam campuran filament

dengan membrane sel yang amorfi. Sel ini disebut horny cell or corneocyte. Proses maturasi

Page 6: MEKANISME PROBIOTIK DALAM MENCEGAH TERJADINYA … filegerminativum, stratum spinosum, stratum lusidum, stratum granulosum dan stratum korneum (Gunardi dan Saputra, 2012). Stratum germinativum

6

sel-sel ini menghasilkan kematian sel yang dikenal dengan nama diferensiasi terminal

(Kolarsick et al., 2011).

Dermis merupakan lapisan jaringan ikat fibrus yang longgar dan tersusun tidak

teratur. Tebalnya antara 400-2599 µm, tergantung lokasi. Struktur lain yang terdapat pada

dermis, antara lain: folikel rambut, kelenjar keringat, pembuluh darah, limfatik, dan saraf

(gunardi, S., Saputra, L. Integumen dan Glandula mama. In: quick review anatomi klinik jilid

satu, edisi kedua, Binarupa Aksara Publisher, 2012, p. 21-4). Dermis merupakan integrasi

dari sistem jaringan ikat fibrus, filamen dan amorphy. Ini mempermudah masuknya

rangsangan-rangsangan yang diinduksi oleh jaringan saraf dan pembuluh darah, fibroblast,

makrofag dan sel-sel mast. Limfosit, sel plasma dan leukosit memasuki epidermis sebagai

respons terhadap berbagai macam rangsangan (Kolarsick et al., 2011). Komponen-komponen

yang terdapat pada kulit dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3. Komponen-komponen yang terdapat pada kulit (Martini et al., 2005)

Page 7: MEKANISME PROBIOTIK DALAM MENCEGAH TERJADINYA … filegerminativum, stratum spinosum, stratum lusidum, stratum granulosum dan stratum korneum (Gunardi dan Saputra, 2012). Stratum germinativum

7

Akhir bulan ke-5 dari perkembangan embrio, sel-sel lemak mulai berkembang dalam

jaringan subcutan. Lobulus-lobulus sel lemak atau liposit akan dipisahkan oleh septum fibrus

yang dibentuk oleh pembuluh-pembuluh darah dan kolagen. Sebagai organ endokrin, jaringan

subcutan berfungsi sebagai tempat cadangan energy. Konversi hormone androstenedione

menjadi estrone oleh enzim aromatase terjadi dalam panniculus. Liposit menghasilkan leptin,

yaitu suatu hormon yang mengatur berat badan (Kolarsick et al., 2011).

Ketiga lapisan kulit merupakan pertahanan kulit terhadap lingkungan luar, transmisi

informasi sensoris dan memiliki peranan dalam menjaga homeostasis. Epidermis secara

dinamis menghasilkan lapisan luar, yaitu Korneosit yang mengalami proses keratinisasi dan

differensiasi. Filamen kolagen dan elastic dari lapisan dermis menyatakan kekenyalan kulit.

Lapisan lemak subcutan merupakan tempat penyimpanan cadangan energi bagi tubuh. Rata-

rata proliferasi sel yang tinggi pada epidermis dan jaringan epitel secara umum serta adanya

fakta bahwa jaringan lebih mudah terpapar akibat kerusakan fisika dan kimia mengakibatkan

tingginya rata-rata kejadian kanker kulit dibandingkan kanker lain (Kolarsick et al., 2011).

Arah serabut kolagen pada dermis tidak beraturan namun arah-arah tersebut

menunjukkan perbedaan pada setiap daerah tubuh, yang disebut dengan garis Langer (gunardi,

S., Saputra, L. Integumen dan Glandula mama. In: quick review anatomi klinik jilid satu,

edisi kedua, Binarupa Aksara Publisher, 2012, p. 21-4).

Kulit memiliki pola saraf segmental. Hal ini karena tubuh merupakan perkembangan

dari satu seri 42-46 somit yang identik. Adanya perbedaan dalam pertumbuhan dan

perkembangan masing-masing bagian tubuh menyebabkan masing-masing segmen

kehilangan identitas, seperti pada bagian kepala atau perkembangan yang sangat cepat seperti

pada bagian servikal dan lumbosakral pada ekstremitas (Gunardi dan Saputra)

Page 8: MEKANISME PROBIOTIK DALAM MENCEGAH TERJADINYA … filegerminativum, stratum spinosum, stratum lusidum, stratum granulosum dan stratum korneum (Gunardi dan Saputra, 2012). Stratum germinativum

8

Patofisiologi Acne

Acne merupakan peradangan pada kulit yang kronis yang pada dasarnya melibatkan

kelenjar pilosebaseus. Berdasarkan tingkat keparahan acne, maka FDA mengklasifikasikan

acne menjadi 6 stadium secara berurutan. Stadium ini dimulai dari stadium 0 untuk kulit yang

normal dan diakhiri dengan stadium 5 untuk kulit yang memiliki lesi inflamatori yang banyak

dan disertai papul, pustule dan nodulokistik yang jumlahnya bervariasi. Sementara AAD

mengklasifikasikan acne menjadi 3 stadium, yaitu ringan, sedang dan berat. Tampak

beberapa papul dan pustule pada stadium ringan, sementara pada stadium sedang terdapat

lebih banyak papul, pustule dan beberapa nodul. Semua lesi tersebut didapatkan dalam

jumlah yang lebih banyak pada acne yang berat.

Proses terjadinya acne, diakibatkan adanya gangguan ekskresi sel keratinosit (Nguyen,

2013). Gangguan ini akan mengakibatkan penumpukan sel-sel keratinosit. Sel-sel tersebut

kemudian bercampur dengan monofilament dan tetesan lipid. Lipid, debris sel, sebum dan

pertumbuhan Propionibacterium acnes yang berlebihan akan menyumbat folikel.

Pertumbuhan bakteri berlebihan menstimulasi terjadinya inflamasi. Acne sering terdapat pada

wajah, leher, dada, lengan atas dan punggung karena memiliki banyak kelenjar sebaseus

(Nguyen, 2013)

Sekarang ini, telah diketahui adanya reseptor androgen pada sebum (nuclear

transcription factor Fox O1). Reseptor tersebut dimodulasi oleh insulinlike-growth factor 1

(IGF-1) dan insulin. Inflamasi yang terjadi di sekitar folikel dan diferensiasi folikular

merupakan pertumbuhan berlebihan bakteri. Pertumbuhan tersebut akan membentuk

biofilm.yang dapat menyumbat folikel sehingga memperburuk sumbatan dan inflamasi.

Inflamasi merupakan salah satu komplikasi acne yang dapat menimbulkan jaringan parut dan

hiperpigmentasi (Nguyen, 2013).

Page 9: MEKANISME PROBIOTIK DALAM MENCEGAH TERJADINYA … filegerminativum, stratum spinosum, stratum lusidum, stratum granulosum dan stratum korneum (Gunardi dan Saputra, 2012). Stratum germinativum

9

Faktor risiko terjadinya acne, antara lain: genetic (berhubungan dengan hormon

androgen), stress (emosional maupun fisik) dan kosmetik (Nguyen, 2013).

Faktor-faktor yang berperan dalam proses terjadinya acne, antara lain:

hiperkeratinisasi folikular, pertumbuhan bakteri yang berlebihan, produksi sebum dan

inflamasi. Acne pada wanita yang menetap sampai dewasa, umumnya diakibatkan karena

faktor hormonal dan disregulasi sistem imun.

Hormon yang berperan penting dalam terjadinya acne adalah hormon androgen.

Penelitian yang dilakukan pada wanita berusia antara 18-44 tahun, menunjukkan bahwa

wanita-wanita tersebut terlihat memiliki wajah kemerah-merahan menjelang menstruasi. Ini

umumnya terjadi karena peningkatan kadar androgen serum. Wanita-wanita dengan kadar

testosterone yang lebih tinggi, cenderung menderita acne ketika kadar estrogen rendah, yaitu

menjelang akhir siklus menstruasi.

Selain hormon, respon imun didapat yang hiperaktif juga berperanan dalam terjadinya

acne yang menetap dan resisten terhadap pengobatan. Disregulasi sistem imun berperanan

dalam terjadinya acne. Inflamasi yang terjadi tidak dipengaruhi oleh kolonisasi bakteri.

Beberapa faktor yang diduga terlibat dalam proses inflamasi ini adalah sitokin, peptidase dan

neuropeptida. Pembentukan sebum yang ridak normal juga berpengaruh terhadap terjadinya

acne yang menetap, produksi squalene peroxidation.

Faktor lain yang juga dapat memicu terjadinya acne adalah keadaan psikologis

penderita. Keadaan psikologis dapat mengubah mikroflora normal dalam usus, meningkatkan

permiabilitas usus dan mengakibatkan inflamasi sistemik. Mikrobiota usus dan probiotik oral

mempengaruhi inflamasi sistemik, stress oksidatif, kontrol glikemik, isi jaringan lemak dan

emosi. Keadaan ini mempengaruhi timbulnya acne.

Acne vulgaris merupakan kelainan kulit umum yang sering dijumpai. Umumnya acne

berhubungan dengan depresi, kecemasan dan kelainan psikologis lain. Tingkat gangguan

Page 10: MEKANISME PROBIOTIK DALAM MENCEGAH TERJADINYA … filegerminativum, stratum spinosum, stratum lusidum, stratum granulosum dan stratum korneum (Gunardi dan Saputra, 2012). Stratum germinativum

10

kesehatan mental pada penderita acne lebih tinggi dibandingkan penyakit kronik lain,

termasuk epilepsi dan diabetes. Berdasarkan hasil penelitian dari 13000 orang dewasa,

menunjukkan bahwa penderita acne lebih sering terkena gangguan gastrointestinal, seperti

konstipasi, halitosis dan gastric reflux. Sebanyak 37 % kembung dihubungkan dengan acne.

Hubungan Antara Otak, Saluran Cerna dan Kulit.

Stokes and Pillsbury mengatakan bahwa kulit dipengaruhi oleh keadaan emosi dan

saraf melalui mekanisme gastrointestinal. Terdapat hubungan antara keadaan emosi seperti

depresi, cemas dan takut dengan perubahan fungsi tractus gastrointestinal. Perubahan tersebut

mengakibatkan perubahan flora mikrobial normal sehingga memicu terjadinya reaksi

inflamasi baik lokal maupun sistemik. Kelainan kulit yang dapat terjadi, antara lain: acne,

erythema, urtikaria dan dermatitis. Sebanyak kurang lebih 40 % penderita acne, didapatkan

mengalami hypochlorhydria. Turunnya keasaman lambung memudahkan migrasi bakteri dari

kolon menuju bagian distal usus halus, seiring dengan pergantian mikroflora normal usus.

Migrasi ini menginduksi terjadinya stress dan peningkatan permiabilitas usus kemudian

inflamasi lokal maupun sistemik. Prinsip terapi adalah mengakhiri siklus yang dipicu oleh

stress dan memperkenalkan bakteri yang dikultur, yaitu Bacillus acidophilus'. Dilaporkan

rendahnya kadar L. acidophilus pada 53 feses penderita gangguan mental (Bowe dan Logan,

2011).

Hypochlorhydria merupakan salah satu faktor risiko berkembangnya bakteri usus

secara berlebihan. Gejala yang timbul seringkali ringan, seperti perut kembung, diare, nyeri

perut dan konstipasi. Terkadang dapat pula terjadi fibromyalgia, chronic fatigue syndrome

dan malabsorpsi protein, lemak, karbohidrat, vitamin B dan mikronutrien lain. Bakteri yang

berlebihan juga memerlukan nutrisi, memproduksi metabolit-metabolit yang toksik dan

menyebabkan cidera enterocytes pada usus halus serta meningkatkan permiabilitas usus.

Page 11: MEKANISME PROBIOTIK DALAM MENCEGAH TERJADINYA … filegerminativum, stratum spinosum, stratum lusidum, stratum granulosum dan stratum korneum (Gunardi dan Saputra, 2012). Stratum germinativum

11

Pengobatan yang diberikan akan mengembalikan pertahanan usus yang normal. Penelitian

yang lain menunjukkan bahwa stress secara psikologis akan mempersingkat waktu bakteri

normal berada di usus halus, memicu pertumbuhan berlebihan bakteri patogen dan mengubah

permiabilitas usus. Eradikasi bakteri pathogen akan mengurangi gejala-gejala emosi, seperti

depresi dan kecemasan. Penelitian baru-baru ini, melaporkan prevalensi bakteri patogen pada

penderita acne rosacea adalah 10 kali lebih besar dibandingkan kontrol. Pemberian probiotik

secara oral, telah terbukti menurunkan bakteri patogen. Berdasarkan penelitian terdahulu,

penderita acne cenderung memiliki peningkatan reaktivitas terhadap bakteri yang terdapat

dalam feses. Sekitar 66 % dari 57 penderita acne menunjukkan reaktivitas positif terhadap

bakteri coliforms dalam feses. Terdapat reaktivitas yang tinggi terhadap endotoksin

lipopolysaccharide dalam darah pada 40 penderita acne. Sebanyak 65 % penderita acne

diketahui memiliki reaksi positif terhadap endotoksin lipopolysaccharide yang berasal dari

bakteri E. coli (E. coli LPS). Ini berarti bahwa permiabilitas usus berperanan penting dalam

terjadinya acne. Konstipasi lebih sering terjadi pada penderita acne. Dilaporkan pula terjadi

hambatan dalam usus pada 47 % penderita acne bahkan 40 % penderita acne mengalami

konstipasi (Bowe dan Logan, 2011).

Penelitian eksperimental lain yang dilakukan pada manusia menunjukkan stress

psikologis dan fisiologis, suhu yang terlalu dingin atau panas, kerumunan, pendengaran dan

ujian apat mengganggu mikroflora normal usus. Bakteri yang penurunannya sangat terlihat,

adalah spesies Lactobacillus dan Bifidobacteria (Bowe dan Logan, 2011).

Perubahan mikroflora usus akibat stress pada penderita acne hanya diberi sedikit

perhatian. Penelitian pertama yang menentukan adanya hubungan antara perubahan bakteri

normal usus dengan terjadinya acne, dilakukan pada tahun 1995. Hasil penelitian yang

dilakukan pada 10 orang penderita acne tersebut tidak menunjukkan adanya perbedaan antara

penderita acne dengan kontrol. Ini dapat terjadi karena subjek penelitian hanya 10 orang.

Page 12: MEKANISME PROBIOTIK DALAM MENCEGAH TERJADINYA … filegerminativum, stratum spinosum, stratum lusidum, stratum granulosum dan stratum korneum (Gunardi dan Saputra, 2012). Stratum germinativum

12

Jenis bakteri spesies Bacteroides, umumnya ditemukan pada penderita acne. Bakteri ini juga

terdapat pada manusia yang mengalami stress psikologis. Rusia melaporkan bahwa 54 %

penderita acne mengalami perubahan mikroflora usus. Penelitian di Cina pada penderita

seborrheic dermatitis menemukan adanya gangguan mikroflora usus yang normal (Bowe dan

Logan, 2011).

Beberapa tahun terakhir, probiotik telah diketahui turut berperan dalam

mempertahankan kesehatan usus karena mengandung bakteri hidup. Probiotik oral maupun

topikal dapat digunakan pula untuk mencegah acne. Probiotik bekerja sebagai pelindung kulit,

memiliki sifat antimicrobial dan mencegah terjadinya reaksi inflamasi (Bowe dan Logan,

2011).

Pemberian Probiotik Oral

Sejak tahun 1930, dokter-dokter sudah merekomendasikan L. acidophilus untuk

mengobati acne namun hanya sedikit penelitian mengenai efikasinya. Dr. Silver, melakukan

penelitian pada 300 penderita acne pada tahun 1961. Penderita diberikan probiotik oral

selama 8 hari kemudian pembersihan selama 2 minggu dan pemberian probiotik kembali

selama 8 hari setelah pembersihan. Probiotik yang diberikan berisi campuran L. acidophilus

and L. bulgaricus. Didapatkan 80 % penderita menunjukan perbaikan. Diduga terdapat

hubungan antara acne vulgaris dengan proses metabolik pada traktus intestinal (Bowe dan

Logan, 2011).

Baru-baru ini, suatu penelitian di Italia, memberikan 250 mg L. acidophilus and B.

bifidum kering beku sebagai terapi tambahan pada 20 orang penderita acne. Terjadi perbaikan

acne, peningkatan toleransi dan tingkat kepatuhan terhadap antibiotik. Probiotik juga

mempersingkat waktu penyembuhan. Penelitian pada 56 penderita acne menunjukan bahwa

pemberian Lactobacillus (yang telah difermentasikan) selama lebih dari 12 minggu, dapat

Page 13: MEKANISME PROBIOTIK DALAM MENCEGAH TERJADINYA … filegerminativum, stratum spinosum, stratum lusidum, stratum granulosum dan stratum korneum (Gunardi dan Saputra, 2012). Stratum germinativum

13

mengurangi acne. Konsumsi minuman probiotik juga menurunkan jumlah acne. Ini

dihubungkan dengan penurunan produksi sebum. Pemberian lactoferrin pada minuman

probiotik lebih efektif dalam menurunkan jumlah lesi inflamasi namun probiotik sendiri

berperan penting dalam terapi acne. Probiotik juga dapat menurunkan tanda-tanda inflamasi

sitemik dan stress oksidatif. Tingginya kadar lipid peroksidatif pada acne sehingga keperluan

antioksidan dalam darah cukup besar. Peran probiotik yang penting untuk menangani

keadaan tersebut, adalah dengan membatasi stress oksidatif sistemik. Probiotik oral dapat

mengatur pelepasan sitokin-sitokin inflamasi dalam kulit dan menurunkan interleukin-1

alpha (IL-1-α). Pengaturan ini merupakan suatu hal yang menguntungkan dalam penanganan

acne (Bowe dan Logan, 2011).

Pemberian Probiotik Topikal

Bakteri Streptococcus thermophilus, merupakan bakteri yang banyak ditemukan di

yogurt, dapat meningkatkan produksi ceramide bila dioleskan pada kulit selama 7 hari. Salah

satu ceramide sphingolipids, yaitu phytosphingosine, memiliki aktivitas antiinflamasi dan

antimikroba melawan Propionibacterium acnes (P. acnes). Rendahnya kadar sphingolipids

pada penderita acne dan hilangnya ceramide saat musim dingin akan meningkatkan risiko

terjadinya acne. Pemberian phytosphingosine topical sebanyak 0.2% PS dapat mengurangi

papules dan pustules sebanyak 89% dalam 2 bulan penelitan. Probiotik dari bakteri

Bifidobacterium longum dan Lactobacillus paracasei dapat meredakan peradangan kulit yang

dimediasi oleh zat P. Zat P merupakan mediator utama stress yang diinduksi oleh amplifikasi

pada peradangan dan produksi sebum pada penderita acne. Probiotik dari bermacam-macam

bakteri lactic acid memiliki aktivitas anti mikroba terhadap P. acnes. Penelitian terbaru

melaporkan penggunaan lotion probiotik dari bakteri Enterococcus faecalis selama 8 minggu

dapat menurunkan lebih dari 50 % peradangan akibat acne dibandingkan plasebo. Beberapa

Page 14: MEKANISME PROBIOTIK DALAM MENCEGAH TERJADINYA … filegerminativum, stratum spinosum, stratum lusidum, stratum granulosum dan stratum korneum (Gunardi dan Saputra, 2012). Stratum germinativum

14

bakteri juga mensekresi peptide antimikroba. Peptida ini dapat menghambat pertumbuhan P.

acnes. Streptococcus salivarius, juga dapat menghambat P. acnes dengan mensekresikan

bacteriocin-like inhibitory substance (BLIS-like substance). Bakteri ini menghambat

beberapa jalur inflamasi dan mengaktifkan immune modulators sehingga melindungi kulit,

seperti barier. Mekanisme kerja bakteri ini adalah melalui kompetitif inhibitor terhadap

binding sites, mencegah kolonisasi bakteri jenis lain yang patogen (Bowe dan Logan, 2011).

Mekanisme Kerja Probiotik

Dilaporkan pula, bahwa ragi Saccharomyces cerevisiae dapat mengurangi acne

vulgaris dan konstipasi ketika ragi dikonsumsi. Konsumsi probiotik meningkatkan kadar

triptofan di perifer, pertukaran serotonin dan dopamine di cortex frontalis dan system limbik.

Probiotik oral akan meningkatkan ketahanan sel saraf dan menurunkan apoptosis ketika

terjadi stress fisiologis. Probiotik juga meningkatkan kadar asam lemak omega 3 dalam

jaringan, yang diperlukan dalam keadaan normal. Terjadi pula peningkatan kadar asam lemak

dalam plasma manusia, yang berfungsi sebagai anti inflamasi. Adanya bakteri non patogenik

pada traktus gastrointestinal akan mengurangi response stress dan mempertahankan kadar

neurotrophic factor (BDNF) pada otak, yaitu suatu neuropeptida yang rendah kadarnya pada

depresi. Inflamasi kronik yang ringan pada traktus gastrointestinal akan memicu cemas dan

menghilangkan produksi BDNF pada binatang. Akhir-akhir ini, dilaporkan bahwa pemberian

bakteri Bifidobacterium per oral akan menurunkan aktivitas monoamine oksidase sehingga

meningkatkan kadar neurotransmitter di antara sinaps-sinaps, sitokin sistemik dan

menormalkan kadar hormon-hormon stress pada otak. Probiotik juga menurunkan pelepasan

substansi P, baik pada tractus gastrointestinal maupun kulit. Penggantian microbiota normal

usus akan meningkatkan substasi P pada system saraf dan memicu cemas. Setiap peningkatan

pelepasan substansi P dapat menyebabkan cemas, depresi dan agresi. Pemberian obat-obat

Page 15: MEKANISME PROBIOTIK DALAM MENCEGAH TERJADINYA … filegerminativum, stratum spinosum, stratum lusidum, stratum granulosum dan stratum korneum (Gunardi dan Saputra, 2012). Stratum germinativum

15

anti depresi akan menurunkan pelepasan substansi P dan perbaikan mood. Substansi P dapat

meningkatkan produksi sebum (Bowe dan Logan, 2011).

Probiotik mempengaruhi mood dan acne melalui regulasi kontrol glicemik. Beberapa

tahun terakhir, dibuktikan bahwa terdapat hubungan antara diet tinggi karbohidrat dengan

peningkatan risiko terjadinya acne, resistensi insulin dan gejala-gejala depresi. Hal ini masuk

akal, karena microbiota usus ikut berperan terhadap toleransi glukosa dan pemberian

Bifidobacterium lactis per oral dapat meningkatkan kadar insulin puasa dan pertukaran

glukosa bahkan pada diet tinggi lemak. Bakteri ini juga mampu mencegah endotoksin

lipopolysaccharide (LPS) masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Secara spesifik, hilangnya

bakteri bifidobacteria akibat diet tinggi lemak dan karbohidrat akan meningkatkan

permiabilitas usus, dilepaskannya endotoksin LPS melalui barier usus yang kemudian

menyebabkan inflamasi ringan, stress oksidatif, resistensi insulin dan perilaku sakit.

Pemberian antibiotik pada manusia dapat menghilangkan akses sistemik endotoksin LPS

yang berasal dari usus dan menurunkan reaktivitas terhadap endotoksin (Bowe dan Logan,

2011).

Interaksi Antara Otak, Usus dan Kulit

Acne berhubungan dengan peningkatan konsumsi tinggi karbohidrat dengan densitas

nutrisi yang rendah dan terjadi resistensi insulin saat pubertas. Berikut ini merupakan gambar

jalur interaksi aksis antara otak, usus dan kulit dalam proses terjadinya acne (Bowe dan

Logan, 2011).

Page 16: MEKANISME PROBIOTIK DALAM MENCEGAH TERJADINYA … filegerminativum, stratum spinosum, stratum lusidum, stratum granulosum dan stratum korneum (Gunardi dan Saputra, 2012). Stratum germinativum

16

Gambar 4. Jalur Interaksi Antara Otak, Usus dan Kulit dalam Terjadinya Acne

Vulgaris: 1 stress psikologi atau kombinasi stress psikologi dengan 2 diet tinggi lemak,

makanan kaleng rendah serat 3 motilitas usus dan mikrobiota 4. Hilangnya biofilm

microbial yang normal (Bifidobacterium), menyebabkan permiabilitas usus meningkat

sehingga endotoksin dapat keluar ke sistemik. 5 Peningkatan inflamasi dan stress

oksidatif, substansi P, penurunan sensitivitas insulin akibat endotoksemia. 6. Bagi

orang yang secara genetic rentan terhadap acne, jalur ini cenderung meningkatkan

produksi sebum, eksaserbasi acne dan stress psikologi (Bowe and Logan, 2011).

Ditemukan pula hubungan antara konsumsi susu dengan acne namun tidak ditemukan

hubungan antara susu yang difermentasikan (yogurt) dengan acne. Susu dapat menyebabkan

terjadinya acne karena mengandung growth hormone. Insulin-like growth factor I (IGF-I)

dapat diabsorbsi melewati jaringan kolon dan menyebabkan acne. Bakteri probiotik

(Lactobacilli) mempergunakan IGF-I selama proses fermentasi ketika ditambahkan dalam

susu, sehingga kadar IGF-I menjadi 4 kali lipat lebih rendah pada susu fermentasi

dibandingkan susu skim (Bowe dan Logan, 2011).

Bila terdapat peningkatan permiabilitas usus pada penderita acne, maka absorpsi IGF-

I di usus akan meningkat secara umum dan secara spesifik ketika susu dikonsumsi per oral.

Peneliti harus mengadakan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mengapa pada susu yang

Page 17: MEKANISME PROBIOTIK DALAM MENCEGAH TERJADINYA … filegerminativum, stratum spinosum, stratum lusidum, stratum granulosum dan stratum korneum (Gunardi dan Saputra, 2012). Stratum germinativum

17

difermentasi, tidak terdapat hubungan dengan acne sementara pada susu bentuk lain ada

hubungan dengan acne (Bowe dan Logan, 2011).

Penelitian formal pertama tentang keuntungan pemberian probiotik, dilakukan pada

32 manusia sehat yang sebelumnya menderita depresi namun telah menunjukkan perbaikan

setelah mengkonsumsi probiotik Lactobacillus casei dalam minuman yang terfermentasi

dibandingkan dengan placebo. Penelitian dilakukan pada 39 orang dengan gejala kelemahan

kronis yang diberikan probiotik oral Lactobacillus casei selama 8 minggu. Didapatkan bahwa

tingkat depresi antar grup tetap namun terjadi perbaikan gejala-gejala cemas secara bermakna

pada pengukuran dengan Beck Anxiety Inventory pada grup perlakuan dibandingkan placebo

(Bowe dan Logan, 2011).

Penelitian di Perancis menggunakan kombinasi bakteri probiotik Lactobacillus

helveticus and Bifidobacterium longum per oral selama 1 bulan. Berdasarkan skala cemas,

stress dan depresi yang valid, dilaporkan terdapat perbaikan gejala-gejala tersebut secara

bermakna setiap hari. Kadar hormon kortisol juga ditemukan menurun (Bowe dan Logan,

2011).

Suatu penelitian yang dilakukan kurang lebih 2 tahun yang lalu, menemukan

hubungan yang bermakna antara mikroflora usus, inflamasi sistemik ringan, metabolism,

lipid darah dan penyimpanan lemak. Diet tinggi gula dan lemak, rendah serat merupakan

faktor risiko terjadinya acne karena berhubungan dengan rendahnya kadar Lactobacillus and

Bifidobacterium. Mikrobiota usus mempengaruhi kadar lipid dalam sirkulasi sistemik dan

asam lemak jaringan sehingga mungkin mempengaruhi produksi sebum dan spesifik asam

lemak dalam sebum. Acne vulgaris merupakan penyakit yang kompleks dengan pathogenesis

yang bermacam-macam sehingga ilmuan dan klinisi harus mencari jalur pengobatan yang

tidak terduga (Bowe dan Logan, 2011).

Page 18: MEKANISME PROBIOTIK DALAM MENCEGAH TERJADINYA … filegerminativum, stratum spinosum, stratum lusidum, stratum granulosum dan stratum korneum (Gunardi dan Saputra, 2012). Stratum germinativum

18

Ringkasan

Derajat keparahan acne dipengaruhi oleh efek inflamasi sistemik, stress oksidatif,

kontrol glikemik, kadar lipid jaringan, bakteri patogen, kadar neuropeptida dan

neurotransmitter yang meregulasi emosi. Keadaan ini dimediasi oleh mikroba usus, baik

secara langsung maupun tidak langsung. Probiotik baik secara oral maupun topikal dapat

mengubah permiabilitas usus sehingga dapat menurunkan bakteri patogen penyebab acne.

Probiotik juga menurunkan acne dengan melindungi kulit karena memiliki sifat antimicrobial

dan mencegah terjadinya reaksi inflamasi karena itu probiotik dapat digunakan untuk

mencegah terjadinya acne.

Page 19: MEKANISME PROBIOTIK DALAM MENCEGAH TERJADINYA … filegerminativum, stratum spinosum, stratum lusidum, stratum granulosum dan stratum korneum (Gunardi dan Saputra, 2012). Stratum germinativum

19

Page 20: MEKANISME PROBIOTIK DALAM MENCEGAH TERJADINYA … filegerminativum, stratum spinosum, stratum lusidum, stratum granulosum dan stratum korneum (Gunardi dan Saputra, 2012). Stratum germinativum

20

DAFTAR PUSTAKA

Bowe, WP., Logan, AC. 2011. Acne vulgaris, probiotics and the gut-brain-skin axis - back to

the future? Gut Pathogens, 3:1

Gill, AK., De, A. Giri, PD. 2013. Nature For The Treatment Of Acne Vulgaris: The Disease

Of Adolescence. World Journal Of Pharmacy And Pharmaceutical Sciences, 2(4): p.

1739-66.

Gunardi, S., Saputra, L. 2012. Integumen dan Glandula mama. In: quick review anatomi

klinik jilid satu, edisi kedua, Binarupa Aksara Publisher, p. 21-4.

Kraft, J. and Freiman, A. 2011. Management of Acne. CMAJ 183(7); p. 30-5.

Martini, F., Timmons, M., Tallitsch, R. 2005. The Integumentary System. In: Human

Anatomy. 5th

Ed. Pearson Education, Inc.

Nguyen, TT. 2013. Acne Treatment: Easy Ways To Improve Your Care. The Journal of

Family Practice 62(2); p. 82-9.

Yazdanyar, S., Bryld, LE., Heidenheim, M., Jemec, GBE. 2013. Short report Do generalists

and specialists agree on descriptive acne morphology? JEADV, 27, 116-20.

Kolarsick, PAJ., Kolarsick, MA. Goodwin, C. 2011. Anatomy and Physiology of The Skin.

Journal of The Dermatology Nurses Association, 3(4): p. 2013-13.