materi pelatihan inti. v

48
KEMENTERIAN KESEHATAN RI DIREKTORAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT DIREKTORAT SURVEILANS DAN KARANTINA KESEHATAN 2020 MATERI PELATIHAN INTI. V PENGELOLAAN SPECIMEN PENYAKIT MENULAR POTENSIAL KLB DAN WABAH PELATIHAN PENANGGULANGAN KLB DAN WABAH UNTUK TIM GERAK CEPAT (TGC) DI PUSKESMAS

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

23 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: MATERI PELATIHAN INTI. V

KEMENTERIAN KESEHATAN RI DIREKTORAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT

DIREKTORAT SURVEILANS DAN KARANTINA KESEHATAN 2020

MATERI PELATIHAN INTI. V PENGELOLAAN SPECIMEN PENYAKIT MENULAR

POTENSIAL KLB DAN WABAH

PELATIHAN PENANGGULANGAN KLB DAN WABAH UNTUK TIM GERAK CEPAT (TGC) DI PUSKESMAS

Page 2: MATERI PELATIHAN INTI. V

i

DAFTAR ISI

I. DESKRIPSI SINGKAT........................................................................... 1

II. TUJUAN PEMBELAJARAN .................................................................. 1

III. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK...................................... 2

IV. METODA ............................................................................................... 2

V. MEDIA DAN ALAT BANTU ................................................................... 2

VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN ........................ 3

VII. URAIAN MATERI .................................................................................. 4

MATERI POKOK 1. PERSIAPAN PENGAMBILAN SPECIMEN ........ 4

MATERI POKOK 2. PENATALAKSANAAN SPESIMEN .................... 20

MATERI POKOK 3. PENYIMPANAN, PENGEPAKAN DAN

PENGIRIMAN SPESIMEN .................................. 34

VIII. REFERENSI .......................................................................................... 39

IX. LAMPIRAN ............................................................................................ 40

Page 3: MATERI PELATIHAN INTI. V

1

MATERI PELATIHAN INTI. V

PENGELOLAAN SPECIMEN PENYAKIT MENULAR POTENSIAL KLB DAN

WABAH

I. DESKRIPSI SINGKAT

Terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit menular potensial KLB dan

wabah menimbulkan efek yang signifikan terhadap kesehatan masyarakat. KLB

menyebabkan kenaikan angka kesakitan dan kematian, mempengaruhi

produktifitas ekonomi, dan mempunyai potensi menyebar secara lintas provinsi

dalam skala nasional dan dapat menyebar ke negara lain dalam skala

internasional. Untuk meminimalkan efek buruk yang ditimbulkan, maka KLB

harus dapat dideteksi dan dikendalikan dengan cepat.

Dalam identifikasi cepat terhadap gejala penyakit, dugaan agentt penyebab

penyakit, sumber dan cara transmisinya serta kecepatan dalam pengamanan

spesimen keracunan pangan menjadi dua hal yang penting. Dari perspektif ini,

penyelidikan awal terhadap KLB melibatkan dua proses penting: pengumpulan

informasi tentang kasus suspek dan pengambilan spesimen klinis untuk

diagnosis laboratorium.

Keberhasilan identifikasi agentt penyebab penyakit di laboratorium

tergantung pada :

Perencanaan persiapan material dan prosedur yang diperlukan untuk

pengambilan specimen

identifikasi specimen

Kualitas spesimen

- Pengambilan spesimen yang tepat dan memadai

- Managemen penanganan, penyimpanan, Pengepakan dan pengiriman

spesimen yang benar

Kemampuan laboratorium untuk secara akurat melakukan tes diagnostic

Dokumentasi yang meliputi Pencatatan dan Pelaporan

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Hasil Belajar

Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu melakukan

pengelolaan Managamen dan tatalaksanan penanganan specimen yang

meliputi prinsip biosafety dan biosekuriti, persiapan, pengambilan,

Page 4: MATERI PELATIHAN INTI. V

2

penyimpanan, pengepakan dan pengiriman specimen penyakit menular

potensi KLB dan Wabah, termasuk keracunan makanan sesuai SOP.

B. Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta dapat

1. Melakukan persiapan bahan pengambilan spesimen:

2. Melakukan penatalaksanaan dan pengambilan spesimen

3. Melakukan Penyimpanan, pengepakan dan pengiriman spesimen

III. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK

Dalam modul ini akan dibahas materi pokok dan sub materi pokok sebagai

berikut:

Materi Pokok 1. Persiapan Pengambilan spesimen

Sub materi pokok :

a. Prinsip – prinsip Biosafety dan biosekuriti Penanganan Spesimen

b. Penentuan Bahan Pengambilan dan Jenis Spesimen

c. Penggunaan APD

Materi Pokok 2. Penatalaksanaan Spesimen

Sub materi pokok :

a. Pengambilan spesimen

b. Pengisian formulir

c. Pemberian label

Materi Pokok 3. Penyimpanan, Pengepakan dan Pengiriman Spesimen

Sub materi pokok:

a. Managemen Penanganan dan Pengepakan Spesimen

b. Pengiriman specimen

IV. METODE

1. Ceramah Tanya jawab

2. Brain storming

3. Diskusi kelompok

4. Praktek penanganan spesimen

5. Simulasi

Page 5: MATERI PELATIHAN INTI. V

3

V. MEDIA DAN ALAT BANTU

1. Komputer,

2. LCD

3. Bahan tayang

4. Modul

5. SOP

6. APD

7. Pointer

8. Sound system

9. Formulir rujukan spesimen kasus

10. Bahan pengambilan specimen

11. Bahan pengepakan specimen

12. video managemen spesimen

VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN

Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran

mata pelatihan ini.

Langkah 1.

Pengkondisian

Agar proses pembelajaran dapat berhasil secara efektif, maka perlu disusun

langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

Kegiatan Fasilitator

a. Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana di kelas.

b. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat.

c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan

memperkenalkan diri. Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama

lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.

d. Menggali pendapat pembelajar (apersepsi) tentang pengelolaan

spesimen penyakit potensial KLB dan wabah termasuk keracunan pangan

didalamnya.

e. Menggali pendapat peserta latih tentang kecepatan dalam spesimen

penyakit potensial KLB dan wabah termasuk keracunan pangan didalamnya

Page 6: MATERI PELATIHAN INTI. V

4

Langkah 2.

Kegiatan Fasilitator

1. Menyampaikan ceramah tanya jawab, dan Brain storming tentang

persiapan pengambilan specimen yang meliputi:

a. Prinsip – prinsip Biosafety dan Biosekuriti penanganan specimen

b. Penentuan Bahan Pengambilan dan jenis specimen

c. Penggunaan APD

2. Menyampaikan ceramah tanya jawab dan brain storming tentang

Penatalaksanaan specimen meliputi

a. Pengambilan spesimen

b. Pengisian formulir

c. Pemberian Label

3. Menyampaikan paparan dan brain storming berkenaan dengan

Penyimpanan, pengepakan dan pengiriman specimen meliputi

a. Managemen penanganan dan pengepakan specimen

b. Pengiriman specimen

4. Mengajukan penugasan praktek simulasi dan diskusi kelompok

penanganan spesimen

Langkah 3

Kegiatan fasilitator:

1. Fasilitator merangkum dan menjelaskan kembali hal-hal penting yang

harus diperhatikan dalam pengelolaan spesimen penyakit menular dan

keracunan pangan.

2. Fasilitator menutup materi dengan mengucapkan salam dan terima kasih

VII. URAIAN MATERI

Materi Pokok 1. Persiapan Pengambilan spesimen

Persiapan yang harus dilakukan sebelum melakukan pengambilan spesimen

diantaranya :

A. Memahami Prinsip biosafety dan Biosekuriti penanganan specimen

Dalam penanganan specimen infeksius, hal yang menjadi perhatian

adalah prinsip biosafety yang merupakan upaya seseorang supaya tidak

terkontaminasi dan terlindungi oleh agent penyebab penyakit menular selama

Page 7: MATERI PELATIHAN INTI. V

5

proses penanganan specimen. Sementara prinsip biosecurity dimana specimen

yang diambil dalam kondisi aman, sampai ke tempat yang semestinya seperti

laboratorium dan tidak disalahgunakan oleh orang – orang yang tidak

bertanggung jawab. Penggunaan APD yang baik dan benar merupakan salah

satu dalam upaya menerapkan prinsip biosafety dan biosecurity

Infeksi terkait penanganan specimen infeksius mungkin tanpa disadari

tidak diketahui kejadianya atau tidak diketahui bagaimana transmisi terjadi,

apakah karena tertusuk jarum, atau akibat lainnya. Beberapa yang

memungkinkan seseorang terinfeksi ketika sedang menangani specimen

penyakit menular adalah terkena cipratan (droplet infection), tetesan cairan

specimen atau semprotan aerosol, tertusuk jarum, dan kontak langsung dengan

specimen infeksius.

Pada dasarnya pencegahan infeksi dalam penanganan specimen

infeksius adalah dengan menempatkan pembatas diantara subyek yang

mengambil specimen dan objek seseorang yang diambil specimen, atau

specimen berupa makanan, minuman atau air lingkungan. Pembatas yang

dimaksud disini adalah berupa alat perlengkapan diri (APD) yang digunakan

dalam penanganan specimen. Prinsip kewaspadaan dalam penanganan

specimen meliputi kebersihan tangan, peralatan perlindungan diri dan Imunisasi.

Kelalaian dalam menjaga kebersihan tangan yang tepat dianggap sebagai

penyebab utama penularan infeksi dan penyebaran mikroorganisme selama

penanganan specimen

Biosafety yang dimaksud dalam penanganan specimen infeksius disini

adalah Upaya bekerja ketika sedangan menangani specimen di lapangan atau di

laboratorium agar menerapka prosedur kerja menggunakan teknologi alat untuk

mencegah terpaparnya atau terlepasnya agen patogen atau toksin secara tidak

disengaja. Biosafety ditujukan lebih kepada perlindungan bagi personel.

Sedangkan Biosekuriti menggambarkan perlindungan, pengendalian dan

akuntabilitas terhadap bahan-bahan biologik seperti specimen dari akses orang

yang tidak berwenang, kehilangan, kecurian, penggunaan yang disalah gunakan,

pelepasan yang tidak disengaja atau yang dialihkan. Biosafety juga

dimaksudkan sebagai penerapan pengetahuan, teknik dan peralatan yang akan

mencegah paparan agen biologik atau bahaya pada personel, laboratorium dan

lingkungan

Page 8: MATERI PELATIHAN INTI. V

6

B. Penentuan Bahan Pengambilan dan jenis spesimen

Alat dan bahan yang digunakan dalam proses pengambilan spesimen

harus sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan. Peralatan yang

digunakan untuk pengambilan spesimen antara lain seperti : swab dacron,

syringe dan jarum suntik, penekan lidah (spatel), tabung koleksi spesimen.

Medium untuk pemeriksaan virus dapat menggunakan viral transport media

(VTM) seperti HBSS dengan antibiotik, sedangkan medium untuk pemeriksaan

bakteri dapat menggunakan medium amies atau medium carry blair.

Penggunaan tangkai swab juga harus diperhatikan. Misalkan untuk pengambilan

spesimen usap hidung atau tenggorokan, bila spesimen yang diambil akan

digunakan untuk pemeriksaan PCR maka jenis swab yang digunakan tidak boleh

berbahan kapas (harus berbahan Dacron atau rayon). Hal ini dikarenakan bahan

pada kapas dapat mengganggu proses pemeriksaan PCR. Selain itu, harus

diperhatikan juga media yang digunakan untuk spesimen. Sebagai contoh, media

bakteri Amies tidak bisa digunakan untuk pemeriksaan virus, begitu juga

sebaliknya. Kesalahan penentuan bahan pengambilan spesimen berakibat pada

penolakan pemeriksaan specimen di laboratorium

Penentuan sasaran pengambilan spesimen adalah berasal dari kasus,

kontak kasus, sumber yang diduga sebagai penyebab, dan faktor penyebab

lingkungan yang dicurigai, Lokasi pengambilan spesimen ditentukan berdasarkan

tempat terjadinya KLB. Jenis spesimen yang akan diambil ditentukan

berdasarkan dugaan penyakit menular potensial wabah sesuai dengan gejala.

Apabila sudah terdapat prosedur operasional baku dalam pengambilan spesimen

suatu penyakit tertentu, maka jenis spesimen yang diambil mengikuti prosedur

operasional baku penyakit tersebut. Pada keracunan pangan, jenis spesimen

yang diambil tergantung dari dugaan agent penyebab, berdasarkan gejala yang

ditimbulkan dan media pangan yang memungkinkan agentt tersebut berada.

Adapun jenis sampel/spesimen yang diambil yaitu sampel makanan terdiri dari

(makanan olahan, makanan Kaleng dan makanan kemasan). Sampel Minuman

terdiri dari (minuman siap saji, minuman kaleng dan air dari perpipaan. Spesimen

swab rectal dan Spesimen muntahan. Lokasi pengambilan spesimen bisa di

perusahaan, usaha jasa boga (katering), rumah, dapur umum atau tempat

penyeleggaraan pesta (misalnya pernikahan). Waktu pengambilan spesimen

Page 9: MATERI PELATIHAN INTI. V

7

mempertimbangkan masa inkubasi dan kemungkinan waktu kontaminasi

pangan.

Setiap penyakit berpotensi penyakit menular potensial KLB dan wabah

mempunyai karakteristik yang berbeda dalam hal penentuan bahan pengambilan

dan jenis specisimen. Berikut jenis specimen yang digunakan dalam

pemeriksaan laboratorium

Page 10: MATERI PELATIHAN INTI. V

8

Tabel 1: Jenis Penyakit dan spesimen yang digunakan untuk pemeriksaan laboratorium

Jenis Penyakit Menular

Spesimen yang digunakan untuk pemeriksaan laboratorium

Darah

Air

Liur

Usap

luka

Usap

lesi

Biopsi

Leher CSF Tinja

Usap

Rectal

Urin

Saluran Pernafasan

Preparat

Darah

Whole

Blood Serum

Munta

han

Usap

Tenggo-

rok

Usap

hidung Sputum

Bilasan

broncho

alveolar

Pleura Bronchial

Tersangka Kolera x x X

Diare Akut dan diare Berdarah

X X

X

Tersangka Demam Berdarah Dengue X x

Tersangka Campak x X x

Tersangka AFP

x

Difteri x x x

Tersangka Demam Tifoid x x

Tersangka Pertusis x x

Rabies x x x x

Malaria Konfirmasi X x

Tersangka flu burung x x x x x

Tersangka

Antraks

Kulit X x

Digestiv x x x

Inhalasi x x

Jaundice Akut ( Hepatits, ) x x

Page 11: MATERI PELATIHAN INTI. V

9

Tersangka HFMD x x

Tersangka ILI x x x x x

Meningitis X x x

Yellow Fever X x

Chikungunya X x

Covid 19 X X X X X X

Keracunan Makanan

x x x

Spesimen untuk dugaan penyakit yang tidak tertera pada tabel, diambil sesuai pedoman atau SO*catatn <<< benda & alat kontak, utk penyakit baru yg

belum diketahui dan berpotensi masuk ke indonesia

Page 12: MATERI PELATIHAN INTI. V

10

Tabel 2. Klasifikasi Beberapa Penyakit Akibat Pangan berdasarkan agent racun penyebab, organ dominan, Gejala, masa inkubasi, faktor risiko pangan yang

terlibat, sampel/spesimen yang diambil

Penyakit Agen Racun Masa Inkubasi Organ Dominan

Gejala dan tanda Faktor Risiko Pangan yang terlibat

Sampel/spesimen

Keracunan Toksin Fungi

Keracunan Jamur

Jamur 30 menit – 2 jam

Pencernaan atas

Mual, muntah Diare, kejang perut

Mengkonsumsi jenis jamur liar

Muntahan, contoh pangan

Keracunan Senyawa Kimia

keracunan kadmium

Cadmium (Cd) ≤ 2 jam Pencernaan atas

Mual, Muntah (muntahan warna hijau), rasa logam dimulut, sakit perut, diare

Makanan/minuman berasam tinggi disimpan dalam peralatan tembaga

Muntahan, contoh pangan, bilasan lambung, urin, darah

keracunan florida Sodium florida dalam insektisida/pestisida

≤ 2 jam Pencernaan atas

Mual, muntah, rasa bersabun dimulut, hilang sensasi rasa pada mulut, sakit perut, sampai sianosis, kejang, pupil membesar, syok

Makanan/minuman yang terkontaminasi insektisida / pestisida

Muntahan, contoh pangan, bilasan lambung, urin, darah

Keracunan sianida

Sianida Beberapa detik sampai menit

Pencernaan atas

sakit kepala, berdebar-debar, nadi cepat, napas tidak normal, susah bernapas, panik. Dengan cepat diikuti dengan muntah, koma, kejang otot, apnoea, bradycardia, hypotension and asidosis metabolik

bir, tembakau, singkong, tepung tapioka, kol, bayam, mustard dan makanan apa saja yang terkontaminasi sianida

Darah, urin, contoh pangan

Keracunan Arsen Arsenik ± 1 jam Pencernaan atas

Mual, Muntah, aroma napas seperti bawang putih, sakit lambung, diare

makanan atau air yang terkontaminasi, terutama air dari sumber air (sumur)

Darah, urin, contoh pangan

Page 13: MATERI PELATIHAN INTI. V

11

yang terkontaminasi, meminum obat yang mengandung arsenic

Keracunan Nitrit Nitrit atau Nitrat 1 – 2 jam Pencernaan atas

Mual, muntah, sianosis, sakit kepala, pusing, lemas, kehilangan kesadaran, darah berwarna coklat

Daging yang diawetkan dengan nitrit atau nitrat berlebihan, makanan yang terkontaminasi, bayam yang terpapar nitrit, menambahkan nitrit dikira garam biasa

Darah, contoh pangan

Toksin Bakteri

Keracunan Bacillus cereus

Enterotoksin B. cereus

½ - 5 jam Pencernaan atas

Mual, Muntah, kadang diare Nasi masak atau goreng yang disiapkan dalam wadah besar pada suhu ruang

Muntahan, feses, contoh pangan

Keracunan Staphylococcus

B,C,D,E, atau F Staphylococcus aureus. Staphylococcus dari hidung, kulit, dan luka orang dan hewan (kambing, sapi)

1 – 8 jam Rata-rata 2 – 4 jam

Pencernaan atas

Mual, Muntah, sakit perut, kadang diare, prostration

Ham, produk daging dan unggas, pastry berisi krim, mentega kocok, keju, susu bubuk, campuran makanan, makanan sisa berprotein tinggi, dan pangan yang terkontaminasi penjamah denga luka bernanah

Muntahan, feses, usap rectal, contoh pangan. Penjamah makanan yang carier: usap hidung, usap luka, usap rektal

Penyakit anthraks

Bacillus anthracis 2 hari hingga beberapa minggu

Pencernaan atas

Mual, muntah, malaise, diare berdarah, sakit perut akut

Daging yang terkontaminasi dan dimasak dengan tidak sempurna

Darah, contoh pangan

Keracunan Asam bongkrek dan 4 – 6 jam Pencernaan Mual, muntah, malaise, sakit Tempe bongkrek, Darah, contoh

Page 14: MATERI PELATIHAN INTI. V

12

bongkrek toxoflavin yang dihasilkan oleh Burkholderia cocovenenans (d/h Pseudomonas cocovenenans)

atas perut, pusing, terus berkeringat, letih, mengantuk hingga koma akibat hiperglisemia dan disusul hipoglisemia hebat

tepung yang basah yang terkontaminasi Burkholderia cocovenenans

pangan

Keracunan kerang-kerangan

Asam okadaik dan racun lain yang dihasilkan dinoflagellata Dinophysis acuminata dan spp. Lainnya

½ - 12 jam Rata-rata 4 jam

Pencernaan atas

Mual, Muntah, kejang perut, menggigil

Kerang-kerangan (skalop, kerang, mussel)

Bilas lambung, contoh pangan

Keracunan (enteritis) Bacillus cereus

Enterotoksin B. cereus. Mikroba di tanah

8 - 16 jam, rata-rata 12 jam

Pencernaan bawah

Diare, Mual, kejang perut Produk serealia, sup, custard, saus, bakso, meatloaf, sosis, sayur

matang, produk-produk rekonstitusi dan dehidrasi

Contoh pangan, Feses

Keracunan (enteritis) Clostridium prefringens

Enterotoksin yang terbentuk selama sporulasi C. perfringens, Mikroba dalam feses manusia, hewan dan tanah

8 - 22 jam, rata-rata 10 jam

Pencernaan bawah

Diare, kejang perut Daging atau unggas matang, gravy, saus, sup, refried beans

Contoh pangan, Feses

Kolera Enterotoksin Vibrio cholerae 01 klasik dan biotipe El Tor, dari feses orang yang terinfeksi

Beberapa jam sampai 5 hari, rata-rata 1 - 3 hari

Pencernaan bawah

Diare sangat cair (ricewater stools), muntah, dehidrasi, haus, jatuh pingsan, kekencangan kulit menurun, jari berkeriput, mata cekung

Ikan, kerang-kerangan, udang, sayuran mentah; makanan yang dicuci dengan air yang terkontaminas

Contoh pangan, feses, usapan rektal, darah

Page 15: MATERI PELATIHAN INTI. V

13

Keracunan Vibrio parahaemolyticus

Vibrio parahaemolyticus dari seafood dan air laut

2 - 48 jam, rata-rata 12 jam

Pencernaan bawah

Diare, Sakit perut mual, muntah, demam, menggigil, sakit kepal

Ikan laut, kerang, udang-udangan (mentah atau terkontaminasi kembali akibat pemasakan tidak mencukupi, pendinginan tidak tepat, kontaminasi silang, pembersihan tidak tepat)

Diare Escherichia coli

E.coli enteropatogenik (EPEC), enterotoksigenik (ETEC), enteroinvasif (EIEC), O157H7 / hemoragik (EHEC) dari feses manusia atau hewan yang terinfeksi

5 - 48 jam, rata-rata 10 - 24 jam

Pencernaan bawah

Diare, Kejang perut yang amat sangat (kadang-kadang berdarah), mual, muntah, demam, menggigil, sakit kepala, sakit otot, diare berdarah-kencing berdarah (EHEC/O157H7)

Keju lunak, hamburger setengah matang, air Orang terinfeksi menangani makanan, pendinginan yang tidak tepat, pemasakan yang tidak mencukupi, pembersihan dan sanitasi peralatan yang tidak tepat, makan daging mentah atau tidak matang (gejala hemoragik)

Salmonellosis Berbagai serotipe Salmonella dari feses

6 - 72 jam, rata-rata18 - 36 jam

Pencernaan bawah

Kejang perut, diare, menggigil demam, mual, muntah, lemah

Daging dan unggas dan hasil olahannya, produk-produk telur, susu dan produk susu mentah, dan makanan lain yang terkontaminasi Salmonella

Page 16: MATERI PELATIHAN INTI. V

14

Shigellosis Shigella flexneri, S. dysenteriae, S. sonnei, dan S. boydii dari feses manusia yang terinfeksi

½ - 7 hari, rata-rata 1 - 3 hari

Pencernaan bawah

Kejang perut, diare, feses berdarah dan berlendir, demam

Makanan apa saja yang terkontaminasi, yang sering adalah salad, air. Penjamah makanan yang terinfeksi, pendinginan yang tak tepat, pemasakan atau pemanasan kembali yang tidak mencukupi

Contoh pangan, feses, usapan rektal

Keracunan Tetraodon (ikan buntal, fugu, Puffer)

Tetrodotoksin dari saluran pencernaan dan gonad ikan puffer

10 menit sampai 3 jam

Syaraf Rasa gatal pada jari tangan dan kaki, pusing, pucat, mati rasa pada mulut dan ujung badan, gejala sakit perut, pendarahan, perubahan kulit, mata melotot, kejang, lumpuh, sianosis, kematian

Ikan pufffer (buntal, fugu)

Contoh pangan, darah

Keracunan Organofosfat

Insektisida kelompok organofosfor (parathion, TEPP, diazinon, malathion)

Beberapa menit sampai beberapa jam

Syaraf Mual, muntah, kejang perut, diare, sakit kepala, gugup, penglihatan kabur, sakit dada, sianosis, bingung, twitching, kejang

Panga apa saja yang terkontaminasi insektisida secara tak sengaja

contoh pangan, Darah, urin, biopsi lemak

Keracunan botulism

Neurotoksin A,B,E,F dari Clostridium botulinum. Spora

2 jam - 8 hari, rata-rata 18 - 36 jam

Syaraf Gejala saluran pencernaan mungkin mendahului gejala syaraf, vertigo, penglihatan ganda, mulut kering, sukar

Makanan berasam rendah yang dikalengkan (biasanya produksi rumah

contoh pangan, Darah, feses, bilas lambung

Page 17: MATERI PELATIHAN INTI. V

15

ditemukan di tanah, lumpur air tawar, dan binatang

menelan, berbicara dan bernafas, lemah otot yang terus menurun, konstipasi, pupil membesar atau melotot diam, kelumpuhan pernafasan, kematian terjadi

tangga), ikan asap, dan kentang matang, akibat proses pemanasan yang tidak mencukupi, kontaminasi pasca pengolahan; pie beku, meat loaf, stew yang ditinggal semalaman di oven yang tidak dipanaskan, telur ikan fermentasi, ikan, hewan laut, ekor muskrat

Hepatitis A Virus hepatitis A dari feses, urin, darah orang atau primata lain yang terinfeksi

10 sampai 50 hari rata-rata 25 hari

Sistemik Demam, malaise, kelelahan, anoreksia, mual, sakit perut, jaundice/ikterik

Kerang mentah, salad, potongan makanan dingin, makanan dan minuman/air apa saja yang terkontaminasi virus Orang yang terinfeksi menjamah makanan, hygiene yang buruk, pemasakan yang tidak mencukupi, memanen kerang dari air/perairan yang terpolusi limbah, sistem pembuangan yang tidak tepat

Urin, darah

Keracunan histamin (keracunan

Senyawa mirip-histamin yang diproduksi oleh

Beberapa menit sampai 1 jam

Alergi Sakit kepala, pusing, mual, muntah, rasa seperti lada di mulut, tenggorokan rasa

Tuna, mackerel, dolfin Pasifi (mahi- mahi), bluefish, keju

Contoh pangan, muntahan

Page 18: MATERI PELATIHAN INTI. V

16

Contoh pangan, feses, usapan rektal

Contoh pangan, darah

contoh pangan, Darah, urin, biopsi lemak

contoh pangan, Darah, feses, bilas lambung

Urin, darah

Keracunan histamin (keracunan Scrombroid)

Senyawa mirip-histamin yang diproduksi oleh Proteus spp. Atau bakteri lainnya

Beberapa menit sampai 1 jam

Alergi Sakit kepala, pusing, mual, muntah, rasa seperti lada di mulut, tenggorokan rasa terbakar, muka bengkak dan merah, sakit perut, diare, kulit gatal

Tuna, mackerel, dolfin Pasifi (mahi- mahi), bluefish, keju

Contoh pangan, muntahan

Keracunan Monosodium Beberapa Alergi Rasa terbakar di bagian Makanan yang Contoh pangan,

Scrombroid) Proteus spp. Atau bakteri lainnya

terbakar, muka bengkak dan merah, sakit perut, diare, kulit gatal

Keracunan Monosodium glutamat (Chinese restaurant syndrome

Monosodium glutamat (MSG)

Beberapa menit sampai 1 jam

Alergi Rasa terbakar di bagian belakang leher, lengan bawah, dada, merasa tegang, gatal, merah, pusing, sakit kepala, mual

Makanan yang mengandung MSG; menggunakan MSG berlebihan

Contoh pangan, darah

Page 19: MATERI PELATIHAN INTI. V

17

Monosodium glutamat (Chinese restaurant syndrome

glutamat (MSG) menit sampai 1 jam

belakang leher, lengan bawah, dada, merasa tegang, gatal, merah, pusing, sakit kepala, mual

mengandung MSG; menggunakan MSG berlebihan

darah

Page 20: MATERI PELATIHAN INTI. V

18

C. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Alat pelindung diri (APD) adalah perangkat alat yang dirancang sebagai

penghalang terhadap penetrasi zat, partikel padat, cair, atau udara untuk

melindungi pemakainya dari cedera atau penyebaran infeksi atau penyakit.

Apabila digunakan dengan benar, APD bertindak sebagai penghalang antara

bahan infeksius (misalnya virus dan bakteri) dan kulit, mulut, hidung, atau mata

(selaput lendir) tenaga kesehatan dan pasien. Penghalang memiliki potensi untuk

memblokir penularan kontaminan dari darah, cairan tubuh, atau sekresi

pernapasan.

Selain itu praktik pengendalian infeksi lainnya seperti mencuci tangan,

menggunakan pembersih tangan berbasis alkohol, dan menutupi hidung dan

mulut saat batuk dan bersin dengan lengan atas bagian dalam atau tisu, dapat

meminimalkan penyebaran infeksi dari satu orang ke orang lain. Penggunaan

APD yang efektif mencakup pemindahan dan atau pembuangan APD yang

terkontaminasi dengan benar untuk mencegah terpaparnya pemakai dan orang

lain terhadap bahan infeksius

Alat Pelindung diri yang digunakan dalam setiap tindakan pengambilan,

penanganan, pemeriksaan dan pengemasan spesimen harus memperhatikan

prinsip Kewaspadaan Standar untuk mencegah terjadinya penularan, antara lain:

- Jas laboratorium/gaun

- Sarung tangan disposable

- Masker disposable /N95

- Goggle

- Tutup kepala

- Sepatu tertutup

- Apron (Jika perlu)

- Jas Overall (jika perlu)

- Face Shield (jika perlu)

Khusus dalam penanganan spesimen COVID-19, tenaga kesehatan sangat

rentan tertular, maka APD yang digunakan adalah APD standar yang berbasis

asesmen risiko. Petugas yang melakukan pengambilan swab untuk

specimen Covid 19 adalah Jas laboratorium/gaun, Sarung tangan disposable,

Masker disposable /N95, Goggle, Tutup kepala, Sepatu tertutup, Face Shield

(jika perlu), Apron.

Page 21: MATERI PELATIHAN INTI. V

19

COVID-19 adalah penyakit pernapasan yang berbeda dari Penyakit virus

Ebola (EVD), yang ditularkan melalui cairan tubuh terinfeksi. Oleh karena

terdapat perbedaan dalam hal transmisi. Persyaratan APD untuk COVID-19

berbeda dari yang diperlukan untuk EVD. Secara spesifik, coverall (kadang

disebut APD Ebola) tidak dipersyaratkan saat mengelola pasien COVID-19.

Namun dalam situasi wabah COVID -19 di Indonesia dengan laju peningkatan

kasus konfirmasi (+) yang cepat, maka penggunaan coverall dapat memperluas

area perlindungan bagi tenaga kesehatan. Sebelum memakai APD terlebih

dahulu mencuci tangan dengan menggunakan desinfektan, begitupula setelah

melakukan tindakan. Juga menjaga kebersihan ruangan dengan menggunakan

desinfektan sebelum dan sesudah tindakan.

Materi Pokok 2. Penatalaksanaan Spesimen

Diagnosis laboratorium terhadap Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit

menular potensial KLB dan wabah dimulai dari strategi pengumpulan spesimen

klinik yang baik meliputi spesimen yang benar, diwaktu yang tepat, penggunaan

medium transport yang sesuai, penyimpanan dan pengiriman spesimen yang

baik serta pemilihan metode pemeriksaan laboratorium yang tepat sebelum

dilakukan pengujian di laboratorium. Hal tersebut merupakan pra analitik yang

harus diperhatikan, karena hampir 50 -70 % kesalahan pemeriksaan

laboratorium terjadi pada pra analitik dan berdampak pada kesalahan interpretasi

pemeriksaan. Keberadaan dan kontribusi laboratorium menjadi tidak ada

manfaatnya bagi perawatan pasien atau tindakan untuk mencari bakteri

pathogen, ketika proses pengumpulan spesimen terabaikan.

Tujuan dari pemahaman cara penatalaksanaan spesimen tersebut adalah

agar spesimen yang diperiksa dapat memberikan hasil yang akurat dalam

pemeriksaan secara makroskopis/mikroskopis, secara kultur, PCR, serologi atau

metode lainnya. Spesimen klinis diharapkan tidak rusak dalam rentang waktu

pengirimannya ke laboratorium. Salah satu hal paling penting yang mendasari

cara pengelolaan spesimen yaitu harus diperhatikan tujuan pengambilan

specimen.

Pada kasus keracunan pangan, yang sering terjadi adalah Etiologi / agen

penyebab KLB Keracunan Pangan sering tidak diketahui secara pasti. Petugas

epidemiolog / TGC sering mengatakan “sulit mendapatkan sampel” atau “alat

tidak ada” atau “sampel/contoh pangan sudah tidak ada”. Hal ini dikarenakan

Page 22: MATERI PELATIHAN INTI. V

20

pada KLB Keracunan Pangan, proses kejadian berlangsung cepat-singkat, dan

selesai dengan cepat pula. Petugas TGC sering lebih fokus pada

penanggulangan kasus/korban keracunan pangan. Sementara sampel / contoh

pangan yang diduga menyebabkan peristiwa KLB tersebut sering terlupakan,

atau terkadang sudah tidak tersedia lagi di TKP. Sehingga sampel/contoh

pangan yang diambil “dipaksakan” yang ditemukan di lapangan (TKP) yang bisa

jadi bukan yang diduga sebagai sumber keracunan.

Kecepatan pengamanan sampel KLB Keracunan Pangan memegang

peranan penting untuk menentukan etiologi/penyebab keracunan. Bila terjadi

kejadian KLB keracunan pangan di suatu tempat diharapkan pihak-pihak yang

berwenang terkait kejadian tersebut terutama tenaga kesehatan Puskesmas

setempat mampu untuk segera melakukan langkah-langkah pengamanan

spesimen/sampel agar spesimen/sampel yang diduga sebagai penyebab

terjadinya keracunan terlindungi, tidak hilang, terkontaminasi, atau rusak karena

pengaruh lingkungan sekitar sebelum dikirim ke laboratorium rujukan untuk

dianalisa lebih lanjut. Pengamanan dan pengambilan sampel dapat dilakukan

oleh petugas puskesmas atau petugas kesehatan. Sedangkan spesimen hanya

boleh dilakukan oleh petugas kesehatan.

Kecepatan dalam menentukan dugaan etiologi/penyebab keracunan

berdasarkan analisis penyelidikan awal, kecepatan mengamankan contoh

pangan yang diduga sebagai sumber keracunan untuk dilakukan pengujian,

kecepatan mengamankan dan mengambil spesimen seperti muntahan, feses

ataupun rektal swab bagi kasus/korban ataupun penjamah makanan/carier, serta

kecepatan merujuk spesimen / contoh pangan ke laboratorium dengan parameter

agen racun yang akan diuji, merupakan hal yang penting bagi penanggulangan

KLB Keracunan Pangan.

Menentukan etiologi KLB keracunan pangan itu mudah, jika tepat cara

langkahnya. Caranya persis seperti dokter menentukan diagnosis etiologi

seorang penderita, tetapi ini adalah oleh seorang epidemiolog. Secara umumnya

langkahnya adalah: Pertama, perkirakan etiologi KLB KP, sebagai dugaan

etiologi KLB KP. Tentu peranan dokter disini sangat penting, karena dokter akan

mengetahui gejala-gejala dan tanda yang dominan terjadi pada sekelompok

kasus/korban Kemudian uji dugaan etiologi KLB tersebut dengan analisis

distribusi gejala, analisis periode KLB, analisis masa inkubasi, dan pengujian

spesimen/contoh pangan secara laboratorium.

Page 23: MATERI PELATIHAN INTI. V

21

Langkah-langkah penanganan pengamanan sampel/spesimen sebagai

berikut:

- Identifikasi jenis sampel pangan yang terkait dengan keracunan pangan

yaitu berupa bahan mentah, bahan setengah jadi, atau pangan siap santap.

- Kelompokkan sampel berdasarkan wujudnya berupa sampel padat atau

sampel cair.

- Pisahkan dan kemas sampel pangan menurut jenisnya, agar diketahui asal

racun. Misal menu pecel/gado-gado pisahkan sayuran dengan bumbu

kacang nya.

- Amankan sampel dari tempat kejadian KLB.

- Amankan sampel dalam refrigerator jika belum segera dirujuk ke

laboratorium

- Tentukan lokasi pengambilan sampel makanan bisa ditentukan berdasarkan

lokasi tempat terjadinya keracunan makanan. Bisa terjadi di perusahaan,

usaha jasa boga (katering), rumah, atau dapur umum.

- Penentuan jenis sampel yang akan diambil berdasarkan jenis makanan yang

dicurigai sebagai penyebab keracunan makanan dan makanan yang

dikonsumsi korban sebelum terjadinya gejala keracunan.

- Lakukan pengambilan sampel sesuai prosedur

- Pemberian identitas pada wadah sampel, seperti jenis sampel, titik

pengambilan sampel, dan waktu pengamanan sampel, pastikan dalam

kondisi tidak mudah terhapus serta mudah terbaca.

- Pengemasan, penyimpanan dan pengiriman sampel ke laboratorium

- Pencatatan dan Pelaporan sampel

A. Pengambilan spesimen

Pengambilan spesimen dilakukan sesuai masing-masing jenis spesimen

yang diambil dan jenis pemeriksaan yang akan dilakukan.

a. Spesimen darah

Whole blood

Darah untuk kultur bakteriologi diambil sebelum pemberian antibiotik. Dua

kultur darah yang dikumpulkan pada hari yang berlainan atau interval

waktu tertentu diharapkan dapat mengesampingkan kemungkinan

kontaminasi dan dapat menegakkan diagnosa bakteriemia. Sedikitnya 7-

10 ml darah dikumpulkan dari orang dewasa, dan anak-anak sebanyak 3-

Page 24: MATERI PELATIHAN INTI. V

22

5 ml. Untuk pasien-pasien yang lebih muda jumlah spesimen yang diambil

setengah dari dewasa.

Petunjuk umum untuk pengambilan spesimen biakan darah:

1) Desinfeksi kulit dengan kapas alkohol dan lakukan pengambilan darah

secara aseptik.

2) Desinfeksi tutup dari botol biakan darah dengan alkohol dan suntikkan

spesimen darah ke dalam botol bifasik atau Trypticase soy broth (atau

Brainheart infusion) dengan perbandingan 1 : 10 (darah : medium).

Tergantung usia anak volume darah dapat diambil sebanyak 3-5 ml

dan dimasukkan ke dalam 30 ml media pengaya atau 7-10 ml darah ke

dalam 70 ml media pengaya untuk orang dewasa. <<mencegah lisis

Preparat darah

Preparat darah digunakan untuk pemeriksaan penyakit yang

disebabkan oleh parasit. Ada 2 macam preparat darah :

- Preparat Tebal

Ujung jari dibersihkan dengan kapas alohol 70% dan dibiarkan

kering. Ujung jari ditusuk dengan lanset kemudian darah pertama

dihapus tissue. Darah diteteskan dengan cara memutar objek

gelas pada jari. Preparat dibiarkan ±15 menit sampai kering.

Larutan pewarnaan dari campuran Giemsa stack diteteskan 3

tetes dengan 1 ml larutan pH 7,2 dan dibiarkan kering. Larutan

Giemsa diteteskan lagi hingga menutupi semua darah dan

dibiarkan 15 menit. Preparat dibilas dengan air dan diletakkan

dalam posisi vertikal dan dibiarkan mengering. Preparat dibaca

dengan mikroskop binokuler.

- Preparat Tipis

Ujung jari dibersihkan dengan kapas alohol 70% dan dibiarkan

kering. Ujung jari ditusuk dengan lanset kemudian darah pertama

dihapus tissue. Darah diteteskan, kemudian dengan menggunakan

objek gelas lain, darah dihapus ke arah kiri dan dibiarkan kering.

Preparat difiksasi dengan methanol dan dibiarkan kering lalu

ditetesi Giemsa dan dibiarkan selama 15 menit. Preparat dicuci

dengan air mengalir dan diamati dengan mikroskop binokuler

(100x) dengan minyak emersi.

Page 25: MATERI PELATIHAN INTI. V

23

Serum

Sedikitnya 7-10 ml darah dikumpulkan dari orang dewasa, dan anak-

anak sebanyak 3-5 ml. Untuk pasien-pasien yang lebih muda jumlah

spesimen yang diambil setengah dari dewasa. Darah disentrifugasi

untuk mendapatkan serum (minimum 1,5 cc). Kecuali untuk penyakit

dengan tingkat resiko tinggi seperti Virus Ebola, darah tidak boleh

disentrifugasi kecuali di laboratorium level 3 atau level 4.

Untuk pemeriksaan bakteri, darah dimasukkan ke dalam botol-botol

kultur yang berisi media pengaya dengan segera (sebelum membeku)

dan dikirim ke laboratorium tanpa didinginkan atau dibekukan.

Sedangkan untuk isolasi virus dan pemeriksaan serologi, dikirim dalam

suhu dingin (2-8oC), untuk beberapa jam (dalam cool box dengan dry

ice).

b. Spesimen Air Liur

Air liur diambil dengan menggunakan pipet steril, air liur dikumpulkan dan

dimasukkan dalam wadah steril bertutup ulir yang dapat ditutup dengan

aman tanpa pengawet atau bahan tambahan.

c. Spesimen Biopsi Leher

Bagian kulit selebar 5-6 mm harus diambil dari wilayah posterior leher di

garis rambut. Spesimen biopsi harus mengandung minimal 10 folikel

rambut dan cukup dalam untuk mendapatkan saraf kulit di dasar folikel.

Spesimen ditempatkan pada sepotong kasa steril dibasahi dengan air

steril dan tempat dalam wadah tertutup tanpa penambahan pengawet

atau cairan tambahan

d. Spesimen tinja

- Untuk Pemeriksaan Bakteri :

Spesimen tinja segar (2-3 gr) dimasukkan ke dalam pot steril bertutup

ulir, dibalut parafilm, diamati untuk menentukan konsistensi (padat,

encer/berair, berdarah atau mucoid). Bila tinja tidak bisa didapatkan,

diambil dengan tehnik swab rektal (rectal swab) menggunakan kapas

lidi steril.

- Untuk Pemeriksaan Parasit:

Spesimen tinja segar (2-3 gr) dimasukkan ke dalam pot steril bertutup

ulir, dibalut parafilm, diamati untuk menentukan konsistensi (padat,

encer/berair, berdarah atau mucoid). Spesimen tinja dapat diawetkan

Page 26: MATERI PELATIHAN INTI. V

24

dalam merthiolate Iodine formalin (MIF) atau larutan 10% formalin

untuk pemeriksaan parasit. Untuk pemeriksaan amuba harus dengan

tinja segar.

- Untuk Pemeriksaan Virus:

Spesimen tinja segar (5 gram) dimasukkan ke dalam wadah pot yang

bersih, transparan dan kering, dengan sendok tertempel pada tutup

dengan tutup ulir diluar, dibalut parafilm.

e. Spesimen swab rektal

Pasien diposisikan dalam posisi jongkok atau tertelungkup, lalu tangan kiri

petugas menarik pantat bagian kiri agar lubang anus terbuka. Untuk

pemeriksaan virus dan pemeriksaan dengan metode PCR digunakan

Swab Dacro-Rayon dan dimasukkan medium VTM, sedangkan untuk

pemeriksaan isolasi bakteri bisa menggunakan swab lidi dimasukkan ke

dalam medium bakteri. Swab dimasukkan perlahan‐lahan melalui

sphincter anal kemudian dorong perlahan-lahan sampai dengan 1/3 swab

masuk (ujung swab masuk ke anus). Swab diputar dengan putaran 360°C

dan dimasukkan ke medium yang sesuai untuk pemeriksaan. Untuk

pemeriksaan virus, swab Dacro-Rayon dimasukan ke dalam Vial yang

berisi VTM (Virus Transport Medium) dan patahkan ujung tangkai swab

dan ditutup. Untuk pemeriksaan bakteri, swab dimasukkan dalam media

Cary Blair/ Amies. Spesimen untuk pemeriksaan bakteri harus segera

diproses karena beberapa bakteri, seperti Shigella sp. dan Campylobacter

sp. tidak dapat bertahan hidup dengan adanya perubahan pH dan

penurunan temperatur (Campylobacter sp hanya bertahan hidup 2 jam

dan bakteri yang lain 12 jam atau lebih).

Gambar 1. Pengambilan swab rektal

Page 27: MATERI PELATIHAN INTI. V

25

f. Spesimen swab hidung

Masukkan swab ke dalam lubang hidung sejajar dengan rahang atas

hingga mencapai konka (tulang hidung). Biarkan beberapa detik agar

cairan hidung terhisap. Putarlah swab sekali atau dua kali. Lakukan

usapan pada salah satu lubang hidung (kanan/kiri), berikan sedikit

penekanan pada lokasi dimana swab diambil. Swab dimasukkan ke

dalam tabung berisi media. Jika yang diperiksa bakteri maka gunakan

medium Amies, namun bila yang diperiksa virus maka gunakan medium

VTM

Gambar 2. Pengambilan spesimen melalui nasal (Sumber: Spaltelhoz)

g. Pengambilan Swab Nasopharing

Masukkan secara perlahan swab ke dalam hidung, pastikan tidak ada

obstruksi atau hambatan dalam hidung. Pastikan juga posisi swab pada

septum bawah hidung. Masukkan swab secara perlahan ke bagian

nasopharing. Putar swab secara perlahan, kemudian tarik swab dan

segera masukkan ke dalam medium transport yang sesuai

keperuntukanya. Jika yang diperiksa bakteri maka gunakan medium

Amies, namun bila yang diperiksa virus maka gunakan medium VTM

Page 28: MATERI PELATIHAN INTI. V

26

sumber:

https://www.cdc.gov/cor

onavirus/2019-ncov/

lab/guidelines-clinical-

specimens.html

Sumber

https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/

NEJMvcm2010260

Gambar 3. Pengambilan spesimen nasopharing

h. Spesimen swab tenggorok

Usapan tenggorok dilakukan pada bagian belakang pharynx dan daerah

tonsil, hindarkan menyentuh bagian lidah. Kemudian swab dimasukkan

sesegera mungkin ke dalam cryotube/tabung media transport virus

(Hanks BSS (HBSS) + antibiotika). Putuskan tangkai plastik di daerah

mulut tabung agar tabung dapat ditutup dengan rapat.

sumber: www.adam.com

Gambar 4 . Pengambilan spesimen melalui tenggorokan

Page 29: MATERI PELATIHAN INTI. V

27

i. Spesimen dahak (sputum)

Spesimen sputum (pada umumnya mudah diambil dari kasus dewasa),

pengambilan spesimen dapat dilakukan dengan alat nebulizer (dengan

NaCl 3%)/expectorant atau dibatukkan secara spontan, dimasukkan ke

dalam container steril.Harus dipastikan bahwa spesimen yang diambil

adalah dahak bukan ludah atau liur.

j. Spesimen urin

Untuk pemeriksaan virologis (campak) spesimen urin sewaktu dengan

aliran tengah diambil sebanyak 50 cc pada saat pasien panas atau timbul

ruam. Urin ditampung dalam wadah yang steril, kering dan bersih, tutup

berulir keluar.

k. Spesimen Cerebro Spinal Fluid (CSF)

Organisme-organisme penyebab radang selaput otak harus dikenali

dengan cepat untuk menyelamatkan pasien (hasil pengecatan Gram atau

tahan asam dapat sangat bermanfaat). Spesimen CSF diambil dengan

melakukan punksi lumbal oleh tenaga dokter yang berpengalaman. Untuk

biakan dan analisa biokimia, spesimen harus dikumpulkan di dalam

beberapa tabung steril dan ditangani secara aseptik. Untuk pemeriksaan

mikrobiologi volume CSF harus cukup, terutama jika dicurigai fungal

sebagai penyebab radang selaput otak. Jika spesimen dikumpulkan

dalam dua tabung atau lebih secara berurutan, tabung pertama jangan

digunakan untuk analisa mikrobiologi, tetapi jika spesimen hanya satu

tabung maka pemeriksaan mikrobiologi dilakukan yang pertama. Tabung

dibuka di laboratorium secara aseptik dan selanjutnya spesimen diambil

untuk pemeriksaan kimia, serologi, dan sitologi. Sebagai media transport

dan media pertumbuhan cairan otak, direkomendasikan Trans-Isolate

medium (TIM). CSF mungkin hanya berisi sedikit mikroorganisme,

direkomendasikan untuk dikonsentrasikan dengan cara disentrifus.

Sedimen disuspensikan kembali dengan beberapa tetes supernatan dan

digunakan untuk biakan serta pemeriksaan mikroskopis.

Page 30: MATERI PELATIHAN INTI. V

28

Pengambilan Sampel/Spesimen Klb Keracunan Pangan

- Jika jenis sampel adalah pangan restoran, jasa boga, pangan rumah tangga,

atau jajanan yang dikemas (dalam kertas nasi, plastik, kardus, styrofoam, dll):

Ambil sampel dengan kemasannya.

Sampel jangan dibuka.

- Jika sampel adalah pangan restoran, jasa boga, pangan rumah tangga, atau

jajanan yang tidak dikemas :

Gunakan peralatan steril.

Ambil sampel sebanyak ± 200 gram, masukkan sampel ke dalam wadah

sampel/kantung plastik.

Tutup rapat/ikat kemasan berisi sampel.

- Jika sampel yang diambil merupakan sampel beku :

Pengambilan sampel dilakukan tanpa proses pelelehan (thawing)

Sampel dimasukkan ke dalam kantong plastik, lalu ikat.

- Jika sampel berupa minuman/cairan dalam kemasan terbuka :

Ambil sampel lalu tuang ke dalam wadah sampel.

Tutup rapat wadah sampel.

- Jika sampel berupa muntahan :

Dapat diambil lalu ditampung di kantung plastik bersih.

Kantung plastik diikat.

a. Sampel Pangan Olahan Siap Saji Secara Kimia

Makanan

Sampel diambil dengan sendok/garpu, atau jika perlu sampel dipotong

dengan pisau sebanyak ± 200 gram. Jika sampel kurang dari 200 gram,

semua sampel yang ada diambil. Sampel dimasukkan ke dalam wadah

sampel yang terbuat dari bahan gelas atau plastik, tidak menyerap zat-

zat kimia dari sampel, tidak melarutkan zat-zat kimia ke dalam sampel

dan tidak menimbulkan reaksi antara bahan wadah dengan sampel.

Wadah sampel ditutup rapat.

Minuman

Ambil sampel sesuai kebutuhan + 1 liter. Jika sampel kurang dari 1 liter,

ambil semua sampel yang ada. Apabila volume sampel banyak, ambil

sampel di 4 wadah berbeda untuk keperluan pengawetan sampel sesuai

parameter uji tertentu yaitu botol I untuk sampel tanpa pengawet, botol II

Page 31: MATERI PELATIHAN INTI. V

29

untuk sampel berpengawet HNO3, botol III untuk sampel berpengawet

H2SO4, dan botol IV untuk sampel berpengawet NaOH. Tambahkan

bahan pengawet asam nitrat sampai pH <2 untuk pemeriksaan logam

dan asam sulfat sampai pH < 2 untuk pemeriksaan nitrat, sedangkan

untuk beberapa parameter lain tidak perlu ditambahkan bahan

pengawet. Masukkan sampel ke dalam wadah. Tutup rapat wadah

sampel.

b. Sampel Pangan Kaleng Secara Kimia

Makanan

Untuk makanan kaleng yang masih tertutup, sampel diambil tanpa

membuka kemasannya. Sampel dimasukkan kemasannya dalam

kantung plastic dan diikat rapat. Untuk makanan kaleng yang sudah

terbuka sampel diambil dengan alat pengambil sampel seperti sendok

atau garpu dan dimasukkan ke dalam wadah sampel. Wadah sampel

ditutup rapat.

Minuman

Minuman kaleng yang masih tertutup, diambil tanpa membuka

kemasannya. Minuman kaleng yang sudah terbuka, ambil sampel

sesuai. Kebutuhan, masukkan sampel ke dalam wadah sampel dan

tutup rapat wadah.

c. Sampel Pangan Yang Dikemas Secara Kimia

Makanan

Sampel makanan diambil berikut kemasannya, dan bila kemasan sudah

terbuka maka sampel dimasukkan ke dalam wadah sampel/plastik

sampel dan tutup rapat (seal/ikat dengan tali).

d. Sampel Air yang berasal dari jaringan perpipaan secara kimia

Buka tutup kran hingga penuh. Biarkan air mengalir selama 2-3 menit, atau

dalam waktu yang dianggap cukup untuk membersihkan pipa persil.

Tampung air di 4 wadah berbeda untuk keperluan pengawetan sampel

sesuai parameter uji tertentu yaitu botol I untuk sampel tanpa pengawet

sebanyak 1 L, botol II untuk sampel berpengawet HNO3, botol III untuk

Page 32: MATERI PELATIHAN INTI. V

30

sampel berpengawet H2SO4, dan botol IV untuk sampel berpengawet

NaOH. Tutup rapat wadah sampel. Kran ditutup kembali.

Gambar 5 . Contoh wadah sampel

Wadah yang digunakan untuk menyimpan sampel harus terbuat dari bahan

gelas/plastik dari bahan poliethylen.

e. Sampel Pangan Olahan Siap Saji Secara Mikrobiologi

Makanan

Ambil sampel dengan sendok/garpu, atau jika perlu potong sampel

dengan pisau sebanyak ± 200 gram. Jika sampel kurang dari 200 gram,

ambil semua sampel yang ada. Masukkan sampel ke dalam wadah

sampel, berupa botol steril atau wadah gelas steril. Tutup rapat wadah

sampel.

Wadah sampel transparan Wadah sampel berwarna coklat

Gambar 4. Contoh wadah sampel makanan

Minuman

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara. Kocok atau aduk sampel

agar homogen. Buka tutup wadah sampel, usahakan tangan tidak

menyentuh mulut wadah sampel. Masukkan sampel secara aseptis ke

dalam wadah sebanyak ± 200 ml. Jika sampel kurang dari 200 ml, ambil

semua sampel yang ada. Tutup rapat wadah sampel.

f. Sampel Pangan Kaleng Secara Mikrobiologi

Makanan

Page 33: MATERI PELATIHAN INTI. V

31

Makanan kaleng yang masih tertutup, di ambil tanpa membuka

kemasannya. Makanan kaleng yang sudah terbuka, maka tahapan

pengambilannya adalah. Usap bagian pinggir kaleng dengan kapas

alkohol 70%. Ambil sampel secara aseptis. Masukkan sampel ke dalam

wadah sampel. Tutup rapat wadah steril.

Minuman

Tahapan pengambilan sampel minuman kaleng, sebagai berikut: Usap

bagian pinggir kaleng dengan kapas alkohol 70%. Buka penjepit kaleng.

Ambil sampel secara aseptis. Masukkan sampel ke dalam wadah

sampel. Tutup rapat wadah sampel.

g. Sampel Pangan yang Dikemas Secara Mikrobiologi

Untuk pengambilan sampel makanan yang dikemas, ambil sampel dengan

kemasannya.

h. Sampel Air yang berasal dari jaringan perpipaan Secara Mikrobiologi

Buka tutup kran hingga penuh. Biarkan air mengalir selama 2-3 menit, atau

dalam waktu yang dianggap cukup untuk membersihkan pipa persil. Kran

ditutup kembali. Lakukan sterilisasi pada mulut kran. Kran dibuka kembali

selama 1 menit. Tampung air yang mengalir menggunakan wadah steril

hingga diperoleh volume air sebanyak ± 200 ml. Tutup kembali tutup botol.

Kran ditutup kembali. Semua kegiatan ini dilakukan secara aseptik.

i. Sampel Air yang berasal dari sumber mata air Secara Mikrobiologi

Biarkan air mengalir. Lakukan sterilisasi pada mulut pipa (jika ada).

Tampung air yang mengalir menggunakan wadah steril hingga diperoleh

volume air sebanyak ± 200 ml. Tutup kembali tutup botol. Semua

kegiatan ini dilakukan secara aseptik.

j. Spesimen Muntahan

- Spesimen muntahan yang diambil langsung

Berikan wadah spesimen ke korban yang akan mengeluarkan muntahan.

Minta dengan cara sopan kepada korban untuk memasukkan muntahan

ke dalam wadah spesimen. Tutup rapat wadah spesimen.

- Spesimen muntahan yang sudah dimasukkan ke dalam plastik

Page 34: MATERI PELATIHAN INTI. V

32

Untuk pengambilan spesimen yang sudah dimasukkan ke dalam plastik,

ambil spesimen dengan plastiknya.

B. Pengisian formulir

Formulir pemeriksaan untuk Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit menular

potensial KLB dan wabah secara umum dituangkan dalam bentuk formulir W1

sebagai laporan kejadian luar biasa. yang diisi sesuai daftar isian yang

diminta. Tiap–tiap penyakit menular potensial KLB dan wabah mempunyai

form masing–masing. Jika ada formulir isian yang memerlukan tambahan

informasi atau bersifat khusus biasanya ditambahkan dan petugas tinggal

mengisi formulir yang diminta. Prinsipnya data isian di formulir seperti Nama,

ID specimen, Usia, Jenis kelamin, jenis specimen dan tanggal pengambilam

harus sama

C. Pemberian Label

a. Spesimen Pasien Penyakit Menular

Pemberian label pada tabung spesimen menggunakan stiker anti air dan

anti panas, atau ditulis menggunakan spidol anti air dan tulisan harus dapat

jelas terbaca. Informasi yang harus ada di setiap label :

- Nama pasien

- ID spesimen / nomer epid sesuai formulir * catatan : connect formulir PE

dan spesimen

- Usia pasien

- Jenis kelamin pasien

- Jenis spesimen

- Tanggal pengambilan spesimen

Spesimen kemudian direkatkan dengan menggunakan parafilm agar tutup

tabung tidak terlepas dan tabung tidak bocor. Spesimen harus dikirimkan

bersamaan dengan formulir rujukan spesimen yang telah diisi lengkap.

Formulir rujukan spesimen yang digunakan adalah formulir tersangka

kasus standard yang sudah ditentukan dalam Permenkes Nomor 2 Tahun

2013 tentang KLB Keracunan Pangan.

Page 35: MATERI PELATIHAN INTI. V

33

b. Sampel/spesimen Keracunan Makanan

Pemberian identitas pada wadah sampel, seperti jenis sampel atau kode

dan periksa dalam kondisi tidak mudah terhapus. Kemudian lanjutkan

dengan pengisian dokumen sampel secara lengkap pada formulir terlampir.

Informasi yang dicantumkan pada label sampel makanan/minuman adalah

sebagai berikut:

- Instansi pengirim sampel

- Asal sampel

- Jenis sampel

- Titik pengambilan sampel

- Tanggal pengambilan

- Waktu pengambilan sampel

Gambar 7. Contoh pemberian identitas pada sampel

Materi Pokok 3. Penyimpanan, Pengepakan dan Pengiriman Spesimen

Spesimen pasien penyakit menular Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit

menular potensial KLB dan wabah yang baik adalah setelah dilakukan

pengambilan harus segera dikirim ke laboratorium rujukan sesegara mungkin. Ini

dimaksudkan agar kondisi specimen benar – benar dalam keadaan sesuai

dengan kondisi aslinya. Namun jika spesimen tertunda, karena suatu hal seperti

jarak pengiriman spesimen dari Puskesmas ke laboratorium rumah sakit yang

cukup jauh, maka spesimen dapat dikirim dengan menggunakan medium

transport yang sesuai.

A. Managemen Penanganan dan Pengepakan Spesimen

Penyimpanan Sementara

Spesimen harus dikirim ke laboratorium rujukan pemeriksa penyakit menular

secepatnya, paling lambat 1x24 jam. Apabila spesimen harus disimpan

sementara sebelum dikirim, maka spesimen harus disimpan dalam media

Page 36: MATERI PELATIHAN INTI. V

34

yang sesuai dan disesuaikan dengan jenis pemeriksaan yang akan

dilakukan

- Pemeriksaan virus, spesimen disimpan dalam media transport virus atau

virus transport media (VTM) disimpan pada suhu dingin 4-8°C.

- Pemeriksaan bakteri, spesimen harus disimpan pada suhu yang sesuai

dengan media transportnya. Medium transport yang biasa digunakan

adalah medium Amies atau Medium Carry-blair. Selain spesimen urin dan

sputum, sebagian besar spesimen untuk pemeriksaan bakteri dapat

disimpan pada suhu ruang apabila proses pemeriksaan akan dilakukan

dalam waktu 24 jam.

- Pemeriksaan antigen dan antibody, spesimen harus disimpan pada suhu

dingin 4-8°C selama maksimal 2x24 jam. Untuk penyimpanan dengan

jangka waktu lebih lama, spesimen dapat disimpan pada suhu -20°C.

Pengepakan dan pengiriman

Bahan-bahan yang diperlukan untuk pengepakan terdiri dari bahan yang

tidak habis pakai dan bahan habis pakai.

Bahan Tidak Habis Pakai

1. Kotak Pendingin ( Cold Box ), mempertahankan suhu dan tidak pecah

2. Ice Pack atau gel pack

3. Wadah primer atau bio bottle

4. Insulator

Bahan Habis Pakai

1. Lakban Plastik

2. Ziplock atau Plastik Klip

3. Tissue

Pengemasan Tabung spesimen

Spesimen harus dikemas dengan baik, agar kondisinya terjaga sehingga

spesimen tidak rusak atau pecah. Spesimen yang sudah diberi label dan

direkatkan dengan parafilm, dikemas dalam plastik ziplock yang dialasi

tissue penyerap untuk menjaga apabila tabung spesimen pecah atau bocor.

Page 37: MATERI PELATIHAN INTI. V

35

Gambar 7. Tabung spesimen dimasukkan di dalam plastik ziplock yang

dilapisi tissue penyerap

Pengepakan dalam Wadah Primer

Spesimen yang sudah dikemas di dalam plastik ziplock dimasukan kedalam

Wadah Primer atau Bio bottle dan dilapisi tissue atau penahan agar tabung

tidak tergoncang.

Gambar 8. Contoh wadah primer atau Bio bottle

Pengepakan dalam Wadah Sekunder dan Penulisan alamat pengiriman

Masukan wadah primer ke dalam cold box yang sudah berisi ice pack yang

sebelumnya sudah dibekukan. Ice pack harus ditempatkan di seluruh sisi

cold box dan juga bagian atas dan bawah, menutupi sekeliling wadah primer.

Kemudian masukan insulator di bagian atas di dalam cold box. Formulir yang

sudah diisi lengkap, dimasukan ke dalam plastic ziplock dan diletakkan di

atas insulator. Coldbox ditutup dan dirapatkan dengan lakban. Beri label

pengirim dan penerima pada sisi kanan dan kiri cold box. Label ini sangat

penting agar pengiriman tiba di alamat yang dituju dengan benar dan

penerima dapat mengidentifikasi rumah sakit pengirim. Label “jangan dibalik”

dan label “handle with care” ditempelkan pada coldbox, agar spesimen tidak

terbalik pada saat pengiriman.

Page 38: MATERI PELATIHAN INTI. V

36

b b

Gambar 9. Contoh pengepakan di dalam cold box

Keterangan gambar.

a. Penempatan wadah primer di dalam cold box

b. Insulator diletakkan di bagian atas cold box

c. Formulir dimasukkan ke dalam plastic dan diletakkan di atas insulator

d. Coldbox ditutup rapat dengan lakban

e. Label tujuan dan pengirim ditempel pada sisi luar cold box

f. Label jangan dibalik dan label handle with care

B. SAMPEL KERACUNAN PANGAN

Pengemasan dan Pengiriman sampel ke tempat penyimpanan

1. Pengemasan

Masukkan sampel ke dalam boks pendingin (cool box) dengan

ketentuan :

Sampel dalam kantung plastik : diatur dalam boks lalu tambahkan

ice pack gel secara merata.

c

a

b

d

e

f

Page 39: MATERI PELATIHAN INTI. V

37

Sampel pangan siap saji yang dikemas (kertas nasi, kardus,

styrofoam, dll): sampel dikemas lagi dengan kantung plastik,

dimasukkan ke dalam boks lalu tambahkan ice pack gel .

Sampel beku: simpan dalam boks lalu diberi es kering yang telah

dibungkus kertas sehingga sampel tetap beku.

2. Pengiriman

Bawa sampel dengan sepeda motor/alat transportasi cepat lainnya ke

laboratorium pemeriksa. atau jika tidak memungkinkan diperiksa

langsung, bisa dikirim ke tempat penyimpanan sampel terdekat

(puskesmas / rumah sakit yang mempunyai fasilitas pendingin).

3. Penyimpanan Sampel

Masukkan semua sampel non beku ke dalam lemari pendingin pada

suhu 0-4ºC, sedangkan sampel beku masukkan ke dalam freezer -18

ºC.

Pencatatan dan Pelaporan

Sampel makanan yang telah diamankan dilakukan pencatatan, seperti:

lokasi pengambilan sampel, jenis sampel, jumlah/volume sampel, jenis

pemeriksaan, tanggal pengambilan, dan jam pengambilan.

Page 40: MATERI PELATIHAN INTI. V

38

VIII. REFERENSI

1. Modul Pelatihan Tim Gerak Cepat Dalam menghadapi Flu Burung

2. Pedoman pengambilan spesimen dan pemeriksaan laboratorium Middle East

Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-CoV)

3. Prosedur Pemeriksaan Laboratorium Mikrobiologi, Ditjen Pelayanan Medik,

Depkes RI, 2003.

4. Pedoman Pemeriksaan Mikrobiologi untuk Pencegahan Infeksi di Sarana

Kesehatan, Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI, 2005.

5. Permenkes 658 Tahun 2009 tentang Jejaring laboratorium diagnosis

penyakit infeksi New emerging dan Re-Emerging

6. Pedoman penatalaksanaan spesimen (pengambilan, pengepakan dan

pengiriman spesimen) Kejadian Luar Biasa (KLB) Tahun 2012

7. Kementerian Kesehatan. Pedoman Pencegahan Pengendalian Coronavirus

disease (Covid 19). revisi ke 5 , Juli 2020

8. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Penyakit

Berpotensi Wabah dalam Mendukung SKDR. 2014

Page 41: MATERI PELATIHAN INTI. V

39

IX. LAMPIRAN

Panduan Diskusi Kelompok

Pengambilan, Penanganan, Pengepakan dan Pengiriman Specimen

Tujuan:

Setelah melakukan diskusi, peserta mampu melakukan pengambilan,

penanganan spesimen, pengepakan dan pengiriman specimen.

Alat dan Bahan

1. Panduan Diskusi

2. Lembar kasus

3. Alat tulis

4. Laptop

Tahapan Kegiatan

1. Peserta dibagi ke dalam kelompok (sesuai tim dari masing-masing Instansi)

2. Setiap kelompok mendiskusikan kasus yang berbeda:

a. 2 kelompok mendisuksikan Kasus 1 – Penanganan Spesimen Demam

Berdarah

b. 2 kelompok mendiskusikan Kasus 2 – Penanganan Spesimen Covid 19

c. 2 kelompok mendiskusikan Kasus 3 – Keracunan Makanan

3. Setiap kelompok mendiskusikan:

a. Mentukan jenis spesimen yang akan diambil

b. Mentukan APD, Alat dan dan bahan yang akan digunakan

c. Mensimulasikan cara pemakaian APD *( konfirmasi apakah sudah di

praktekkan di PPI)

d. Mensimulasikan cara pengambilan spesimen

e. Mensimulasikan proses penanganan spesimen

f. Mensimulasikan pengepakan dan pengiriman spesimen, beserta

pengisian formulir2 sesuai kasus.

4. Setiap kelompok diberikan waktu diskusi selama 10 menit

5. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya masing-masing (@ 10

menit).

6. Fasilitator dan kelompok lain diminta untuk memberikan masukan atau

tanggapan (5) menit)

Total Waktu: 1 JPL (45 menit)

Page 42: MATERI PELATIHAN INTI. V

40

Panduan Simulasi

Praktik Pengambilan, Penanganan, Pengepakan dan Pengiriman Spesimen

Tujuan:

Setelah melakukan paktek, peserta mampu melakukan pengambilan,

penanganan spesimen, pengepakan dan pengiriman specimen.

Alat dan Bahan

1. Panduan Simulasi

2. Lembar kasus

3. Alat tulis

4. Laptop

5. Alat dan bahan untuk simulasi (sesuai lampiran tabel)

6. 1 set makanan lengkap terdiri dari jenis makanan: 3 hewani, 1 nabati,

makanan pokok, 2 sayur

Tahapan Kegiatan

1. Fasilitator membagi peserta menjadi 6 kelompok (sesuai tim dari masing-

masing instansi)

2. Setiap kelompok mensimulasikan kasus yang berbeda:

a. 2 kelompok mendisuksikan Kasus 1 – Penanganan Spesimen Demam

Berdarah

b. 2 kelompok mendiskusikan Kasus 2 – Penanganan Spesimen Covid 19

c. 2 kelompok mendiskusikan Kasus 3 – Keracunan Makanan

3. Tugas kelompok adalah sebagai berikut :

a. Mentukan jenis spesimen yang akan diambil

b. Mentukan APD, Alat dan dan bahan yang akan digunakan

c. Mensimulasikan cara pemakaian APD

d. Mensimulasikan cara pengambilan spesimen

e. Mensimulasikan proses penanganan spesimen

f. Mensimulasikan pengepakan dan pengiriman spesimen, beserta

pengisian formulir-formulir sesuai kasus.

Pembagian kelompok dan penjelasan diskusi oleh Fasilitator (5 menit)

4. Setiap kelompok diberikan waktu persiapan untuk simulasi selama 15 menit

5. Dari 2 kelompok yang membahas kasus yang sama, dipilih 1 kelompok

untuk tampil dengan cara kesepakatan atau diundi. Saat kelompok terpilih

Page 43: MATERI PELATIHAN INTI. V

41

melakukan simulasi, kelompok lain dari kasus yang sama berperan sebagai

pengamat (observer).

6. Untuk sesi simulasi per kelompok, diberikan waktu 15 menit.

7. Tanggapan atau masukan dari tiap observer (@ 5 menit x 3 = 15 menit)

8. Fasilitator memberikan masukan terkait sesi simulasi pada tiap kelompok (10

menit)

Total Waktu: 2 JPL (90 menit)

Page 44: MATERI PELATIHAN INTI. V

42

Lembar Kasus

Pengelolaan Spesimen pada Kasus Demam Berdarah, COVID 19 dan

Keracunan Makanan

Kasus 1

Pada suatu hari Kepala Puskesmas Melati mendapat informasi dari salah satu

tokoh masyarakat dan kader di Desa Karang Bolong ada 3 keluarga yang baru

pulang dari luar kota “Kembang” (yang saat ini merupakan daerah dengan status

penularan local Covid-19 dengan jumlah kasus aktif diatas 1000 kasus) sekitar 5

hari yang lalu dan saat ini mengalami demam, meriang, sesak nafas, batuk

berdarah, penciuman hilang. Ada diantara ketiga keluarga tersebut dalam kondisi

kritis.

Kasus 2

Petugas surveilans Puskesmas Melati setiap minggu rajin melakukan PWS KLB

dan selalu sharing informasi dan data terkait beberapa penyakit potensial KLB

salah satunya adalah suspek demam dengue yang dilaporkan secara rutin ke

SKDR melalui SMS. Wilayah kerja Puskesmas Melati terdiri dari 10 desa. Secara

trend kasus suspek demam dengue 2 minggu berturut turut mengalami

peningkatan kasus di Puskesmas Melati. Bila dilihat perdesa peningkatan kasus

demam dengue meningkat di Desa Tiga, sedangkan desa lainnya tidak

mengalami peningkatan kasus. Hari ini Petugas Surveilans Puskesmas Melati

menerima informasi dari masyarakat di Desa Tiga ada 3 kasus DBD yang dirawat

di salah satu RS Sayang Ibu

Kasus 3

Pada suatu hari, rentang pkl 13.00 sd 15.00, puskesmas X menerima pasien

dalam jumlah banyak, sekitar 40 orang dengan keluhan diare, mual dan muntah.

Setelah ditanyakan riwayat, mereka memiliki kesamaan, yaitu usai menghadiri

Acara pernikahan sdri C di desa Y. Adapun keluhan yang disampaikan pasien

secara rinci sbb:

Page 45: MATERI PELATIHAN INTI. V

43

Keluhan Jumlah(orang)

Diare terus menerus dengan karakteristik seperti air

cucian beras

30

Sakit perut, kram perut 40

Diare, Mual, Muntah 10

KASUS 1 dan 2 ikut Kasus Simulasi Besar

Page 46: MATERI PELATIHAN INTI. V

44

Tabel Kelengkapan Alat dan Bahan untuk Praktik MPI. 5.

Persiapan APD

1. Jas laboratorium

2. Sarung tangan disposable

3. Masker disposable, Masker 95

4. Goggle

5. Tutup kepala

6. Sepatu tertutup

7. Hazmat* (APD tipe 3, penanganan ebola, covid19, flu

burung)

Bahan penanganan

1. Plastik biohazard

2. Formulir : PE

3. swab dacron,

4. tourniqiuet

5. kapas alcohol swab

6. syringe dan jarum suntik,

7. penekan lidah (spatel),

8. tabung koleksi spesimen (EDTA DAN NON EDTA).

9. Medium untuk pemeriksaan virus dapat menggunakan

viral transport media (VTM) seperti HBSS dengan

antibiotic, sedangkan medium untuk pemeriksaan

bakteri dapat menggunakan medium amies dan

medium carry blair. Plastik seal steril (untuk wadah

spesimen) dan wadah steril lainnya

10. Sendok, Garpu, Pisau

11. ATK: Pulpen marker

Pengambilan Spesimen Sesuai alat yang telah disiapkan pada tahap Persiapan

Pengepakan dan

Pengiriman

Bahan Tidak Habis Pakai

1. Kotak Pendingin (Cold Box), mempertahankan suhu

Page 47: MATERI PELATIHAN INTI. V

45

dan tidak pecah

2. Ice Pack atau gel pack

3. Wadah primer atau bio bottle

4. Insulator

Bahan Habis Pakai

1. Lakban Plastik

2. Parafilm

3. Ziplock atau Plastik Klip (steril)

4. Tissue

5. Kardus pengepakan

6. Kertas Label

7. Sterofoam

Page 48: MATERI PELATIHAN INTI. V

46

TIM PENYUSUN

Penasehat:

drg. R. Vensya Sitohang M.Epid (Direktur Surveilans dan Karantina

Kesehatan)

Penangggungjawab:

drh. Endang Burni. P, M. Kes (Kasubdit Surveilans Kemenkes)

Ketua:

dr. Triya Novita Dinihari, (Kepala Seksi Kewaspadaan Dini)

Sekretaris:

Abdurahman, SKM, M.Kes

Tim Penyusun:

Abdurahman, SKM, M. Kes Subdit Surveilans

Abdur Rachim, SKM, M. Kes PAEI

dr. Aisyah, MKM BBPK Ciloto

Bayu Aji, SE, MScPH Subdit Advokasi Kesehatan Dit. Promkes

Berkat Putra S. SKM Subdit Surveilans

Edy Purwanto, SKM, M.Kes Subdit Surveilans

Eka Muhiriyah, SKM, MKM Subdit Surveilans

Emita Ajis, SKM, MPH Subdit Surveilans

Helvy Yunida, S.Tr. Keb, SAP, MM BBPK Ciloto

Husni, SKM, MPH FETP Indonesia

Kambang Sariadji, M. Biomed Puslitbang Biomedis

dr. Listiana Azizah, Sp.KP Subdit Penyakit Infeksi Emerging

dr. Masri Sembiring Maha, DTMH, MCTM Puslitbang Biomedis

Menikha Maulida, SKM, MPH FETP Indonesia

dr. A. Muchtar Nasir, M. Epid Subdit Penyakit Infeksi Emerging

Nina Hernawati, S. Kep, Ners, MKKK BBPK Ciloto

Puhilan, SKM, M. Epid Subdit Surveilans

Tanti Lukitaningsih, SKM, M. Kes PAEI

dr. Titi Sundari, Sp.P RSPI Sulianti Saroso

Ns. Tri Diani Agustuti, S, Kep, M. Kep RSPI Sulianti Saroso

dr. Yan Bani Luza Prima W., MKM BBPK Ciloto