mata merah visus normal

Upload: rizkyaisyahsoraya

Post on 09-Jan-2016

34 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

mata merah

TRANSCRIPT

MATA MERAH VISUS NORMAL

Mata akan terlihat merah bila bagian putih mata atau sklera yang ditutup konjungtiva menjadi merah. Pada mata normal, sklera berwarna putih karena dapat terlihat melalui bagian konjungtiva dan kapsul Tenon yang tipis dan tembus sinar. Hiperemia konjungtiva terajadi akibat bertambahnya asupan pembuluh darah ataupun berkurangnya pengeluaran darah seperti pada pembendungan pembuluh darah.Mata merah akibat melebarnya pembuluh darah konjungtiva yang terjadi pada peradangan mata akut, misalnya konjungtivitis, keratitis, atau iridosiklitis. Pada keratitis, pleksus arteri perikornea yang lebih dalam akan melebar pada iritis dan glaukoma akut kongestif. Pada konjungtivitis dimana pembuluh darah superfisial yang melebar, maka bila diberi efinefrin topikal terjadi vasokonstriksi sehingga mata akan menjadi putih.

Mata Merah Visus Normal dan Tidak KotorI. PTERIGIUMDefinisiPterigium merupakan penebalan lipatan konjungtiva bulbi yang berbentuk segitiga dengan banyak pembuluh darah. Punvaknya terletak dikornea dan dasarnya dibagian perifer. Biasanya terletak di celah kelopak dan sering meluas ke daerah pupil.

PenyebabPenyebab pasti dari pterygium tidak diketahui. Tetapi, faktor penyebab yang paling umum adalah :1. Terkena paparan sinar matahari yang berlebihan2. Bekerja di luar rumah3. Paparan berlebihan pada lingkungan yang keras seperti debu, kotoran, panas, angin, kekeringan dan asap.4. Paparan berlebihan pada alergen seperti bahan kimia dan solvent

EpidemiologiUmum terjadi pada usia 20-30 tahun dan di daerah yang beriklim tropis

Klasifikasi Pterygium Tipe 1Meluas kurang dari 2 mm di atas kornea. Timbunan besi (ditunjukkan dengan Stocker line) dapat terlihat di epitel kornea bagian anterior/depan pterygium. Lesi/jejas ini asimtomatis, meskipun sebentar-sebentar dapat meradang (intermittently inflamed). Jika memakai soft contact lense, gejala dapat timbul lebih awal karena diameter lensa yang luas bersandar pada ujung kepala pterygium yang sedikit naik/terangkat dan ini dapat menyebabkan iritasi. Tipe 2Melebar hingga 4 mm dari kornea, dapat kambuh (recurrent) sehingga perlu tindakan pembedahan. Dapat mengganggu precorneal tear film dan menyebabkan astigmatisme. Tipe 3Meluas hingga lebih dari 4 mm dan melibatkan daerah penglihatan (visual axis). Lesi/jejas yang luas (extensive), jika kambuh, dapat berhubungan dengan fibrosis subkonjungtiva dan meluas hingga ke fornix yang terkadang dapat menyebabkan keterbatasan pergerakan mata.

Gambar 1. Tampak jaringan fibrovaskuler konjungtiva.

Gambar 2. Pterigium

Pterygium juga dapat dibagi ke dalam 4 derajat yaitu : Derajat 1 : jika pterygium hanya terbatas pada limbus kornea. Derajat 2 : jika sudah melewati limbus kornea tetapi tidak lebih dari 2 mm melewati kornea. Derajat 3 : sudah melebihi derajat 2 tetapi tidak melebihi pinggiran pupil mata dalam keadaan cahaya normal (pupil dalam keadaan normal sekitar 3 4 mm) Derajat 4 : pertumbuhan pterygium melewati pupil sehingga mengganggu penglihatanGejalaGejala pterygium bervariasi dari orang ke orang. Pada beberapa orang, pterigyum akan tetap kecil dan tidak mempengaruhi penglihatan. Pterygium ini diperhatikan karena alasan kosmetik. Pada orang yang lain, pterygium akan tumbuh cepat dan dapat meyebabkan kaburnya penglihatan. Pterygium tidak menimbulkan rasa sakit. Gejalanya termasuk :1. Mata merah2. Mata kering3. Iritasi4. Keluar air mata (berair)5. Sensasi seperti ada sesuatu dimata6. Penglihatan yang kaburDiagnosisDiagnosis pterigium dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan berikut:1. Pemeriksaan Visus2. Slit lamp

PenatalaksanaanTujuan utama penatalaksanaan pterygium adalah untuk :1. Mengevaluasi ukuran2. Mencegah inflamasi3. Mencegah infeksi4. Aid dalam proses penyembuhan, apabila operasi dilakukanObservasi: Pemeriksaan mata secara berkala, biasanya ketika pterygium tidak menimbulkan atau menimbulkan gejala yang minimal. Apabila gejala bertambah berat, dapat ditambahkan :1. MedikamentosaDapat diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi, kortikosteroid untuk mengurangi inflamasi, lubrikasi okular seperti airmata buatan.2. Therapy radiasiApabila penglihatan menjadi kabur, maka pterygium harus dioperasi. Akan tetapi pterigium dapat muncul kembali. Pemberian mytomycin C to aid in healing dan mencegah rekurensi, seusai pengangkatan pterygium dengan operasi, selain itu menunda operasi sampai usia dekade 4 dapat mencegah rekurensi.3. Eksisi Indikasi eksisi pterygium sangat bervariasi. Eksisi dilakukan pada kondisi adanya ketidaknyamanan yang menetap, gangguan penglihatan bila ukuran 3-4 mm dan pertumbuhan yang progresif ke tengah kornea atau aksis visual, adanya gangguan pergerakan bola mata. Eksisi pterygium bertujuan untuk mencapai gambaran permukaan mata yang licin. Suatu teknik yang sering digunakan untuk mengangkat pterygium dengan menggunakan pisau yang datar untuk mendiseksi pterygium kearah limbus. Memisahkan pterygium kearah bawah pada limbus lebih disukai, kadang-kadang dapat timbul perdarahan oleh karena trauma jaringan sekitar otot. Setelah eksisi, kauter sering digunakan untuk mengontrol perdarahan.PencegahanSecara umum, lindungi mata dari paparan langsung sinar matahari, debu, dan angin, misalnya dengan memakai kacamata hitam.

II. PSEUDOPTERIGIUMPseudopterigium merupakan perlekatan konjungtiva dengan kornea yang cacat. Sering pseudopterigium ini terjadai pada proses penyembuhan tukak kornea, sehingga konjungtiva menutupi kornea. Letak pseudopterygium ini pada daerah konjungtiva yang terdekat dengan proses kornea sebelumnya.PTERIGIUMPSEUDOPTERIGIUM

1. LokasiSelalu di fisura palpebraSembarang lokasi

2.Progresifitas Bisa progresif atau stasionerSelalu stasioner

3.Riwayat peny.Ulkus kornea (-) Ulkus kornea (+)

4.Tes sondase NegatifPositif

Pseudopterygium tidak memerlukan pengobatan, serta pembedahan, kecuali sangat mengganggu visus, atau alasan kosmetik.

III. PINGUEKULADefinisiPinguekula merupakan benjolan pada konjungtiva bulbi yang merupakan degenerasi hialin jaringan submukosa konjungtiva. Pinguekula sangat umum terjadi, tidak berbahaya, biasanya bilateral (mengenai kedua mata). Pinguecula biasanya tampak pada konjungtiva bulbar berdekatan dengan limbus nasal (di tepi/pinggir hidung) atau limbus temporal. Terdapat lapisan berwarna kuning-putih (yellow-white deposits), tak berbentuk (amorphous).

PatogenesisPatogenesis belum jelas, tetapi umumnya diterima, bahwa rangsangan luar mempunyai peranan pada timbulnya pinguekula. Sebagai rangsangan luar antara lain adalah panas, debu, sinar matahari, udara kering.

PengobatanBiasanya tidak diperlukan,jika terjadi inflamasi/ radang akut yang disebut pinguekulitis, maka diberikan steroid lemah.

PencegahanMencegah rangsangan luar sangat dianjurkan.

Gambar 3. PinguekulaIV. HEMATOMA SUBKONJUNGTIVAHematoma subkonjungtiva dapat terjadi pada keadaan dimana pembuluh darah rapuh (umur, hipertensi, arteiosklerosis, konjungtivitis hemorraghik, pemakaian antikoagulan, batuk rejan). Perdarahan subkonjungtiva dapat juga terjadi akibat trauma langsung atau tidak langsung, yang kadang menutupi perforasi jaringan bola mata yang terjadi. Biasanya tidak perlu pengobatan karena akan diserap dengan spontan dalam waktu 1-3 minggu.

V. EPISKLERITIS SKLERITISDefinisiSkleritis didefinisikan sebagai gangguan granulomatosa kronik yang ditandai oleh destruksi kolagen, sebukan sel dan kelainan vaskular yang mengisyaratkan adanya vaskulitis.

Epidemiologi Skleritis adalah penyakit yang jarang dijumpai. Di Amerika Serikat insidensi kejadian diperkirakan 6 kasus per 10.000 populasi. Dari pasien-pasien yang ditemukan, didapatkan 94% adalah skleritis anterior, sedangkan 6%nya adalah skleritis posterior. Di Indonesia belum ada penelitian mengenai penyakit ini. Penyakit ini dapat terjadi unilateral atau bilateral, dengan onset perlahan atau mendadak, dan dapat berlangsung sekali atau kambuh-kambuhan. Peningkatan insiden skleritis tidak bergantung pada geografi maupun ras. Wanita lebih banyak terkena daripada pria dengan perbandingan 1,6 : 1. Insiden skleritis terutama terjadi antara 11-87 tahun, dengan usia rata-rata 52 tahun.

EtiologiPada banyak kasus, kelainan-kelainan skelritis murni diperantarai oleh proses imunologi yakni terjadi reaksi tipe IV (hipersensitifitas tipe lambat) dan tipe III (kompleks imun) dan disertai penyakit sistemik. Pada beberapa kasus, mungkin terjadi invasi mikroba langsung, dan pada sejumlah kasus proses imunologisnya tampaknya dicetuskan oleh proses-proses lokal, misalnya bedah katarak. Berikut ini adalah beberapa penyebab skleritis, yaitu: Penyakit Autoimun Spondilitis ankylosing, Artritis rheumatoid, Poliartritis nodosa, Polikondritis berulang, Granulomatosis Wegener, Lupus eritematosus sistemik, Pioderma gangrenosum, Kolitis ulserativa,Nefropati IgA, Artritis psoriatik Penyakit Granulomatosa Tuberkulosis, Sifilis, Sarkoidosis, Lepra, Sindrom Vogt-Koyanagi-Harada (jarang) Gangguan metabolik Gout, Tirotoksikosis, Penyakit jantung rematik aktif Infeksi Onkoserkiasis, Toksoplasmosis, Herpes Zoster, Herpes Simpleks, Infeksi oleh Pseudomonas,Aspergillus, Streptococcus, Staphylococcus Lain-lain Fisik (radiasi, luka bakar termal), Kimia (luka bakar asam atau basa), Mekanis (cedera tembus), Limfoma, Rosasea, Pasca ekstraksi katarak Tidak diketahui

Patofisiologi Degradasi enzim dari serat kolagen dan invasi dari sel-sel radang meliputi sel T dan makrofag pada sklera memegang peranan penting terjadinya skleritis. Inflamasi dari sklera bisa berkembang menjadi iskemia dan nekrosis yang akan menyebabkan penipisan pada sklera dan perforasi dari bola mata.Inflamasi yang mempengaruhi sklera berhubungan erat dengan penyakit imun sistemik dan penyakit kolagen pada vaskular. Disregulasi pada penyakit auto imun secara umum merupakan faktor predisposisi dari skleritis. Proses inflamasi bisa disebabkan oleh kompleks imun yang berhubungan dengan kerusakan vaskular (reaksi hipersensitivitas tipe III dan respon kronik granulomatous (reaksi hipersensitivitas tipe IV). Interaksi tersebut adalah bagian dari sistem imun aktif dimana dapat menyebabkankerusakan sklera akibat deposisi kompleks imun pada pembuluh di episklera dan sklera yang menyebabkan perforasi kapiler dan venula post kapiler dan respon imun sel perantara.

KlasifikasiSkleritis diklasifikasikan menjadi:1. Episkleritis a. Simple Biasanya jinak, sering bilateral, reaksi inflamasi terjadi pada usia muda yang berpotensi mengalami rekurensi. Gejala klinis yang muncul berupa rasa tidak nyaman pada mata, disertai berbagai derajat inflamasi dan fotofobia. Terdapat pelebaran pembuluh darah baik difus maupun segmental. Wanita lebih banyak terkena daripada pria dan sering mengenai usia dekade 40-an. b. Nodular Baik bentuk maupun insidensinya hampir sama dengan bentuk simple scleritis. Sekitar 30% penyebab skleritis nodular dihubungkan dengan dengan penyakit sistemik, 5% dihubungkan dengan penyakit kolagen vaskular seperti artritis rematoid, 7% dihubungkan dengan herpes zoster oftalmikus dan 3% dihubungkan dengan gout. 2. Skleritis Anterior 95% penyebab skleritis adalah skleritis anterior. Insidensi skleritis anterior sebesar 40% dan skleritis anterior nodular terjadi sekitar 45% setiap tahunnya. Skleritis nekrotik terjadi sekitar 14% yang biasanya berbahaya. Bentuk spesifik dari skleritis biasanya tidak dihubungkan dengan penyebab penyakit khusus, walaupun penyebab klinis dan prognosis diperkirakan berasal dari suatu inflamasi. Berbagai varian skleritis anterior kebanyakan jinak dimana tipe nodular lebih nyeri. Tipe nekrotik lebih bahaya dan sulit diobati.

Gambar 4. Skleritis Anteriora. Difus Bentuk ini dihubungkan dengan artritis rematoid, herpes zoster oftalmikus dan gout. b. Nodular Bentuk ini dihubungkan dengan herpes zoster oftalmikus. c. Necrotizing Bentuk ini lebih berat dan dihubungkan sebagai komplikasi sistemik atau komplikasi okular pada sebagian pasien. 40% menunjukkan penurunan visus. 29% pasien dengan skleritis nekrotik meninggal dalam 5 tahun. Bentuk skleritis nekrotik terbagi 2 yaitu: Dengan inflamasi Tanpa inflamasi (scleromalacia perforans) 3. Skleritis Posterior Sebanyak 43% kasus skleritis posterior didiagnosis bersama dengan skleritis anterior. Biasanya skleritis posterior ditandai dengan rasa nyeri dan penurunan kemampuan melihat. Dari pemeriksaan objektif didapatkan adanya perubahan fundus, adanya perlengketan massa eksudat di sebagian retina, perlengketan cincin koroid, massa di retina, udem nervus optikus dan udem makular. Inflamasi skleritis posterior yang lanjut dapat menyebabkan ruang okuli anterior dangkal, proptosis, pergerakan ekstra ocular yang terbatas dan retraksi kelopak mata bawah.

Gambar 5. Skleritis PosteriorDiagnosisSkleritis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan didukung oleh berbagai pemeriksaan penunjang.

ANAMNESISPada saat anamnesis perlu ditanyakan keluhan utama pasien, perjalanan penyakit, riwayat penyakit dahulu termasuk riwayat infeksi, trauma ataupun riwayat pembedahan juga perlu pemeriksaan dari semua sistem pada tubuh. Gejala-gejala dapat meliputi rasa nyeri, mata berair, fotofobia, spasme, dan penurunan ketajaman penglihatan. Tanda primernya adalah mata merah. Nyeri adalah gejala yang paling sering dan merupakan indikator terjadinya inflamasi yang aktif. Nyeri timbul dari stimulasi langsung dan peregangan ujung saraf akibat adanya inflamasi. Karakteristik nyeri pada skleritis yaitu nyeri terasa berat, nyeri tajam menyebar ke dahi, alis, rahang dan sinus, pasien terbangun sepanjang malam, kambuh akibat sentuhan.Nyeri dapat hilang sementara dengan penggunaan obat analgetik. Mata berair atau fotofobia pada skleritis tanpa disertai sekret mukopurulen. Penurunan ketajaman penglihatan biasa disebabkan oleh perluasan dari skleritis ke struktur yang berdekatan yaitu dapat berkembang menjadi keratitis, uveitis, glaucoma, katarak dan fundus yang abnormal.Riwayat penyakit dahulu dan riwayat pada mata menjelaskan adanya penyakit sistemik, trauma, obat-obatan atau prosedur pembedahan dapat menyebabkan skleritis seperti: Penyakit vaskular atau penyakit jaringan ikat Penyakit infeksi Penyakit miscellanous ( atopi,gout, trauma kimia, rosasea) Trauma tumpul atau trauma tajam pada mata Obat-obatan seperti pamidronate, alendronate, risedronate, zoledronic acid dan ibandronate. Post pembedahan pada mata Riwayat penyakit dahulu seperti ulserasi gaster, diabetes, penyaki hati, penyakit ginjal, hipertensi dimana mempengaruhi pengobatan selanjutnya. Pengobatan yang sudah didapat dan pengobatan yang sedang berlangsung dan responnya terhadap pengobatan.

PEMERIKSAAN FISIK SKLERA1. DaylightSklera bisa terlihat merah kebiruan atau keunguan yang difus. Setelah serangan yang berat dari inflamasi sklera, daerah penipisan sklera dan translusen juga dapat muncul dan juga terlihat uvea yang gelap. Area hitam, abu-abu dan coklat yang dikelilingi oleh inflamasi yang aktif yang mengindikasikan adanya proses nekrotik. Jika jaringan nekrosis berlanjut, area pada sklera bisa menjadi avaskular yang menghasilkan sekuester putih di tengah yang dikelilingi lingkaran coklat kehitaman. Proses pengelupasan bisa diganti secara bertahap dengan 11 jaringan granulasi meninggalkan uvea yang kosong atau lapisan tipis dari konjungtiva.2. Pemeriksaan Slit LampPada skleritis, terjadi bendungan yang masif di jaringan dalam episklera dengan beberapa bendungan pada jaringan superfisial episklera. Pada tepi anterior dan posterior cahaya slit lamp bergeser ke depan karena episklera dan sklera edema. Pada skleritis dengan pemakaian fenilefrin hanya terlihat jaringan superfisial episklera yang pucat tanpa efek yang signifikan pada jaringan dalam episklera.3. Pemeriksaan Red-free Light Pemeriksaan ini dapat membantu menegakkan area yang mempunyai kongesti vaskular yang maksimum, area dengan tampilan vaskular yang baru dan juga area yang avaskular total. Selain itu perlu pemeriksaan secara umum pada mata meliputi otot ekstra okular, kornea, uvea, lensa, tekanan intraokular dan fundus.PEMERIKSAAN LABORATORIUMBerdasarkan riwayat penyakit dahulu, pemeriksaan sistemik dan pemeriksaan fisik dapat ditentukan tes yang cocok untuk memastikan atau menyingkirkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan skleritis. Adapun pemeriksaan laboratorium tersebut meliputi : Hitung darah lengkap dan laju endap darah Kadar komplemen serum (C3) Kompleks imun serum Faktor rematoid serum Antibodi antinukleus serum Antibodi antineutrofil sitoplasmik Imunoglobulin E Kadar asam urat serum Urinalisis 12 Rata-rata Sedimen Eritrosit Tes serologis HBs Ag

PEMERIKSAAN RADIOLOGIBerbagai macam pemeriksaan radiologis yang diperlukan dalam menentukan penyebab dari skleritis adalah sebagai berikut : Foto thorax Rontgen sinus paranasal Foto lumbosacral Foto sendi tulang panjang Ultrasonography ( Scan A dan B) CT-Scan MRI Pemeriksaan lain yang diperlukan antara lain : Skin Test Tes usapan dan kultur PCR Histopatologi 7. DIAGNOSIS BANDING Berikut ini adalah beberapa diagnosis banding dari skleritis: Konjunctivitis alergika Episkleritis Gout Herpes zoster Rosasea okular Karsinoma sel skuamosa pada konjunctiva Karsinoma sel skuamosa pada palpebra Uveitis anterior nongranulomatosa

PengobatanPada episkleritis penglihatan normal, dapat sembuh sempurna atau bersifat residif. Pengobatan yang diberikan adalah vasokonstriktor, pada keadaan yang berat diberi kortikosteroid tetes mata atau sistemik atau salisilat. Pada skleritis dapat diberikan suatu steroid atau salisilat. Apabila ada penyakit yang mendasari, maka penyakit tersebut perlu diobati.

Mata merah pengelihatan normal dan kotor atau sekretSekret merupakan produk kelenjar, yang pada konjungtiva bulbi dikeluarkan oleh sel goblet. Sekret konjungtiva bulbi pada konjungtivitis dapat bersifat : Air, disebabkan onfeksi virus atau alergi Purulen, oleh bakteri atau klamidia Hiperpurulen, disebabkan gonokok atau meningokok Mukoid, oleh alergi atau vernal Seros, oleh adenovirusBila pada sekret konjungtiva bulbi dilakukan pemeriksaan sitologik dengan pulasan gram, pulasan giemsa maka didapatkan kemungkinan penyebab sekret seperti terdapatnya : Limfosit-monosit-sel berisi nukleus sedikit plasma, maka infeksi disebabkan virus Leukosit, PMN oleh bakteri Eosinofil, basofil oleh alergi Sel epitel dengan badan inkulsi basofil sitoplasma oleh klamidia Sel raksasa multinuklear oleh herpes Sel leber- makrofag raksasa oleh trakoma Keratinisasi dengan filamen oleh pemfigus atau dry eye Badan guarneri eosinofilik oleh vaksinia

1. KONJUNGTIVITISKonjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva, biasanya terdiri dari hiperemia konjungtiva disertai dengan pengeluaran secret. Konjungtivitis dapat disebabkan bakteri, virus, klamidia, alergi toksik, dan molluscum contagiosum.VIRUSBAKTERIALERGI

GATALMinimalMinimalBerat

HIPEREMIMenyeluruhMenyeluruhMenyeluruh

LAKRIMASI+ +++

EKSUDAT (SEKRET)Minimal (serous, mukous)Banyak (mukopurulen/purulen)Minimal (benang)

ADENOPATI+Jarang-

SEL-SELMonositPMNEosinofil

Gambaran klinis yang terlihat pada konjungtivitis dapat berupa hiperemi konjungtiva bulbi (injeksi konjungtiva), lakrimasi, eksudat dengan sekret yang lebih nyata di pagi hari, pseodoptosis akibat kelopak membengkak, kemosis, hipertrofi papil, folikel, membrane, pseudomembran, granulasi, flikten, mata merasa seperti ada benda asing, dan adenopati preaurikular.Biasanya sebagai reaksi konjungtivitis akibat virus berupa terbentuknya folikel pada konjungtiva.a. Konjungtivitis BakteriKonjungtivitis yang disebabkan bakteri dapat saja akibat infeksi gonokok, menigokok, staphylococcus aureus, streptococcus pneumoniae, hemophilus influenza, dan E.coli. memberiksan gejala sekret mukopurulen dan purulen, kemosis konjungtiva, edema kelopak, kadang-kadang disertai keratitis dan blefaritis. Konjungtivitis bakteri ini mudah menular, pada satu mata ke mata sebelahnya dan menyebar ke orang lain melalu benda yang dapat menyebarkan kuman. Terdapat 2 bentuk konjungtivitis akut (dapat sembuh 14 hari) dan biasanya sekunder terhadap penyakit palpebra/ obstruksi duktus nasolakrimalis.b. Konjungtivitis Bakteri AkutKonjungtivitis bakteri akut disebabkan streptokokus, corynebakterium diphterica, pseudomonas, neisseria, dan hemophilus. Gambaran klinis berupa konjungtivitis mukopurulen dan konjungtivitis purulen. Perjalanan penyakit akut yg dapat berjalan kronis. Dengan tanda hiperemi konjungtiva, edema kelopak, papil dengan dan dengan kornea yang jernih. Pengobatan kadang-kadang diberikan sebelum pemeriksaan mikrobiologik dengan antibiotik tunggal seperti neosporin, basitrasin, gentamisin, kloramfenikol, tobramisin, eritromisin, dan sulfa. Bila pengobatan tidak memberikan hasil dengan antibiotik selama 3-5 hari maka pengobatan dihentikan dan ditunggu hasil pemeriksaan mikrobiologik.Bila terjadi penyulit pada kornea maka diberikan sikloplegik. Pada konjungtivitis bakteri sebaiknya dimintakan pemeriksaan sediaan langsung dan bila ditemukan kumannya, maka pengobatan disesuaikan. Apabila tidak ditemukan kuman dalam sediaan langsung, maka diberiksan antibiotik spektrum luas dalam bentuk tetes mata tiap jam atau salep mata 4-5 kali sehari. Apabila dipakai tetes mata, sebaiknya sebelum tidur diberi salep mata (sulfasetamid 10-15% atau khloramfenikol). Apabila tidak sembuh dalam satu minggu bila mungkin dilakukan pemeriksaan resistensi, kemungkinan defisiensi air mata atau kemungkinan obstruksi duktus nasolakrimalis.

c. Konjungtivitis GonoreKonjungtivitis gonore merupakan radang konjungtiva akut dan hebat yang disertai dengan sekret purulen. Gonokok merupakan kuman yang sangat patogen, virulen, dan bersifat invasif sehingga reaksi radang terhadap kuman ini sangat berat. Pada neonatus infeksi konjungtiva terjadi pada saat berada pada jalan kelahiran, sedang pada bayi penyakit ini ditularkan oleh ibu yang sedang menderita penyakit tersebut. Pada orang dewasa penyakit ini didapatkan dari penularan penyakit kelamin sendiri.Kita akan melihat penyakit ini dalam bentuk Oftalmia neonatorum (bayi berusia 1-3 hari), konjungtivitis honore infantum (usia lebih dari 10 hari), dan konjungtivitis gonore adultorum. Terutama mengenai golongan muda dan bayi yang ditularkan ibunya. Merupakan penyebab utama oftalmia neonatum. Pada orang dewasa terdapat 3 stadium penyakit ilfiltrat, supuratif, dan penyembuhan. Pada stadium infiltrat ditemukan kelopak dan konjungtiva yang kaku disertai rasa sakit pada perabaan. Kelopak mata membengkak dan kaku sehingga sukar dibuka. Terdapat pseudomembran pada konjungtiva tarsal superior sedag konjungtiva bulbi merah, kemotik dan menebal. Pada orang dewasa selaput konjungtiva lebih bengkak dan lebih menonjol dengan gambaran spesifik gonore dewasa.Pada stadium supuratif terdapat sekret yang kental. Pada bayi biasanya mengenai kedua mata dengan sekret kuning kental. Kadang-kadang bila sangat dini sekret dapat seros yang kemudian menjadi kental dan purulen. Berbeda dengan oftalmia neonatorum, pada orang dewasa sekret tidak kental sekali. pada orang dewasa penyakit ini berlangsung selam 6 minggu dan tidak jarang ditemukan pembesaran disertai rasa sakit kelenjar preaurikul. Diagnosis pasti penyakit ini adalah pemeriksaan sekret dengan pewarnaan metilen biru dimana akan terlihat diplokok didalam sel leukosit. Dengan pewarnaan gram akan terdapat sel intraseluler atau ekstraseluler dengan sifat gram negatif.Pasien dirawat dan diberi pengobatan dengan penisilin salep dan suntikan, pada bayi diberikan 500.000 U/KgBB selama 7 hari. Sekret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air bersih (direbus) atau dengan garam fisiologik setiap 15 menit. Kemudian diberi salep penisilin setian 15 menit. Penisilin tetes mata dapat diberikan dalam bentuk larutan penisilin G 10.000-20.000 unit/ml setiap 1 menit sampai 30 menit. Kemudian salep diberikan setiap 5 menit sampai 30 menit. Disusul pemberian salep penisilin setiap 1 jam selama 3 hari.Antibiotik sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan gonokok. Pada stadium penyembuhan semua gejala sangat berkurang. Pengobatan diberhentikan bila pada pemeriksaan mikroskopik yang dibuat setiap hari menghasilkan 3 kali berturut-turut nrgatif. Penyulit yang dapat terjadi adalah tukak kornea marginal terutama di bagian atas. Tukak ini mudah perforasi akibat adanya lisis kuman gonokok ini. Pada anak-anak sering terjadi keratitis ataupun tukak kornea sehingga sering terjadi perforasi kornea. Pada orang dewasa tukak yang terjadi sering terletak marginal dan sering berbentuk cincin.Pencegahan dengan cara yg lebih aman ialah membersihkan mata bayi segera setelah lahir dengan larutan borisi dan memberikan salep kloramfenikol.d. Oftalmia NeonatorumOftalmia neonatorum merupakan konjungtivitis purulen hiperakut yang terjadi pada bayi dibawah usia 1 bulan, disebabkan penularan dijalan lahir dari sekret vagina dapat disebabkan oleh berbagai sebab : Non infeksi Iritasi akibat nitras argenti dapat mengakibatkan konjungtivitis kimia terjadi 24 jam. Saat ini nitras argenti tidak dipergunakan lagi dan diganti dengan neomycin dan kloramfenikol tetes mata. Infeksi Bakteri stafilokok, masa inkubasi lebih dari 5 hariKlamidia, masa inkubasi 5-10 hariNeseria gonore , 2-5 hariHerpes simpleksGejala : Bola mata sakit dan pegal Mata mengelurakan belek atau kotor dalam bentuk purulen, mukoid dan mukopurulen tergantung penyebab nya. Konjungtiva hiperemia dan kemotik, kelopak biasanya bengkak Kornea dapat terkena pada herpes simplekPencegahan pada ibu hamil yang mengetahui ia menderita klamidia, gonore, atau herpes gential perlu berkonsultasi pada dokernya mengenai perlunya pengobatan tambahan sebelum melahirkan. Umumnya oftalmia neonatorum dapat dicegah dengan mengobati atau mengahmbat penyakit penularan melalui seksual ibu. Akhirnya dokter kebidanan perlu mepertimbangkan kelahiran melalui bedah.e. Konjungtivitis Purulen, MukopurulenPada orang dewasa disebabkan oleh infeksi gonokok, pada bayi (terutama yang berumur di bawah 2 minggu) bila dijumpai konjungtivitis purulen, perlu dipikirkan dua kemungkinan penyebab, yaitu infeksi golongan Neisseria (gonokok atau meningokok) dan golongan klamidia (klamidia okulogenital)Gambaran konjungtiva tarsal hiperemi seperti pada konjungtivitis kataral. Konjungtivitis Purulen ditandai sekret purulen seperti nanah, kadang disertai adanya pseudomembran sebagai massa putih di konjungtiva tarsal. Pengobatan konjungtivitis purulen harus intensif. Penderita harus dirawat diruang isolasi. Mata harus selalu dibersihkan dari sekret sebelum pengobatan. Antibiotik lokal dan sistemik Antibiotik sistemik pada dewasa Cefriaxone IM 1 g/hr selama 5 hari + irigasi saline atau Penisilin G 10 juta IU/IV/hr selama 5 hari + irigasi Antibiotik sistemik pada neonatus Cefotaxime 25 mg/kgBB tiap 8-12 jam selama 7 hari atau Penisilin G 100.000 IU/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis selama 7 hari + irigasi saline f. Konjungtivitis KataralBiasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, antara lain stafilokok aureus, Pneumokok, Diplobasil Morax Axenfeld dan basil Koch Weeks. Bisa juga disebabkan oleh virus, misalnya Morbili, atau bahan kimia seperti bahan kimia basa (keratokonjungtivitis) atau bahan kimia yang lain dapat pula menyebabkan tanda-tanda konjungtivitis kataral. Herpes Zoster Oftalmik dapat pula disertai konjungtivitis.Gejala klinis berupa injeksi konjungtiva, hiperemi konjungtiva tarsal, tanpa folikel, tanpa cobble-stone, tanpa flikten, terdapat sekret baik serous, mukus, mukopurulen (tergantung penyebabnya). Dapat disertai blefaritis atau obstruksi duktus lakrimal.Pengobatan Konjungtivitis Kataral tergantung kepada penyebabnya. Apabila penyebabnya karena inf. bakteri maka dapat diberikan antibiotik, seperti : tetrasiklin, kloromisetin, dan lain-lain. Pada infeksi virus dianjurkan pemakaia sulfasetamid atau obat anti-virus seperti IDU untuk infeksi Herpes Simplek.

g. Konjungtivitis Viral Kerato-Konjungtivitis EpidemiDisebabkan oleh infeksi Adenovirus type 8, masa inkubasi 5-10 hari. Dapat mengenai anak-anak dan dewasa. Gejala radang mata timbul akut dan selalu pada satu mata terlebih dahulu. Kelenjar pre-aurikuler dapat membesar dan nyeri tekan, kelopak mata membengkak, konjungtiva tarsal hiperemi, konjungtiva bulbi kemosis. Terdapat pendarahan subkonjungtiva. Pada akhir minggu pertama perjalanan penyakit, baru timbul gejala di kornea. Pada kornea terdapat infiltrat bulat kecil, superfisial, subepitel.Gejala-gejala subyektif berupa mata berair, silau dan seperti ada pasir. Gejala radang akut mereda dalam tiga minggu, tetapi kelainan kornea dapat menetap berminggu-minggu, berbulan-berbulan bahkan bertahun-tahun setelah sembuhnya penyakit.Tidak terdapat pengobatan yang spesifik, dianjurkan pemberian obat lokal sulfasetamid atau antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder. Demam Faringo-KonjungtivaPenyebab paling sering adalah adenovirus tipe 3. Lebih sering pada anak daripada orang dewasa. Terdapat demam, disamping tanda-tanda konjungtivitis follikular akut dan faringitis akut. Kelenjar pre-aurikuler dapat membesar. Lebih sering mengenai dua mata, kelopak mata membengkak. Dua minggu sesudah perjalanan penyakit dapat timbul kelainan kornea, yaitu terdapat infiltrat bulat kecil superfisial. Faringitis timbul beberapa hari setelah timbulnya konjungtivitis follikular akut. Tidak ada pengobatan yang spesifik Konjungtivitis Hemoragik AkutPenyebabnya adalah Entero-virus 70, masa inkubasinya 1-2 hari. Timbulnya akut, disertai gejala subjektif seperti ada pasir, berair dan diikuti rasa gatal, biasanya dimulai pada satu mata dan untuk beberapa jam atau satu dua hari kemudian diikuti peradangan akut mata yang lain. Penyakit ini berlangsung 5-10 hari, terkadang sampai dua minggu. Tidak dikenal obat yang spesifik, tetapi dianjurkan pemberian tetes mata sulfasetamid atau antibiotik. Konjungtivitis New CastleVirus New Castle, masa inkubasi 1-2 hari. Konjungtivitis ini biasanya mengenai orang-orang yang berhubungan dengan unggas, penyakit ini jarang dijumpai. Gambaran klinik berupa kelopak mata bengkak, konjungtiva tarsal hiperemi dan hiperplasi, tampak folikel-folikel kecil yang terdapat lebih banyak pada konjungtiva tarsal inferior. Pada konjungtiva tarsal dapat ditemukan perdarahan dan pada konjungtiviis ini biasanya disertai pembesaran kelenjar pre-aurikular, nyeri tekan. Sering unilateral. Gejala subjektif = seperti perasaan ada benda asing, berair, silau dan rasa sakit. Tidak ada pengobatan yang efektif, tetapi dapat diberi antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder. Inclusion KonjungtivitisDisebabkan oleh Klamidia okulo-genital, masa inkubasi 4-12 hari. Gambaran kliniknya adalah konjungtivitis follikular akut dan gambaran ini terdapat pada orang dewasa dan didapatkan sekret mukopurulen, sedang pada bayi gambaran kliniknya adalah suatu konjungtivitis purulen yang juga disebut Inclusion blenorrhoe. Diberikan tetrasiklin sistemik, dapat pula diberikan sulfonamid atau eritromisinh. Konjungtivitis alergi Konjungtivitis VernalKemungkinan suatu konjungtivitis atopik. Gejala subyektif yang menonjol adalah rasa sangat gatal pada mata, terutama bila berada dilapangan terbuka yang panas terik. Pada pemeriksaan dapat ditemukan konjungtivitis dengan tanda khas adanya cobble-stone di konjungtiva tarsalis superior, yang biasanya terdapat pada kedua mata, tetapi bisa juga pada satu mata. Sekret mata pada dasarnya mukoid dan menjadi mukopurulen apabila terdapat infeksi sekunder.Pengobatan dengan kortikosteroid tetes atau salep mata. Konjungtivitis FliktenDisebabkan oleh karena alergi terhadap bakteri atau antigen tertentu (hipersensitivitas tipe IV). Selain itu, gizi buruk dan sanitasi yang jelek merupakan faktor predisposisi. Lebih sering ditemukan pada anak-anakAdanya flikten yang umumnya dijumpai di limbus. Selain di limbus, flikten dapat juga dijumpai di konjungtiva bulbi, konjungtiva taarsal dan kornea. Penyakit ini dapat mengenai dua mata dan dapat pula mengenai satu mata. Dan sifatnya sering kambuh. Apabila flikten timbul di kornea dan sering kambuh, dapat berakibat gangguan penglihatan. Apabila peradangannya berat, maka dapat terjadi lakrimasi yang terus menerus sampai berakibat eksema kulit. Keluhan lain adalah rasa seperti berpasir dan silau.Pengobatan dengan cara : Usahakan mencari penyebab primernya Diberikan Kortikosteroid tetes mata/salepKombinasi antibiotik + kortikosteroid dianjurkan mengingat kemunginan terdapat infeksi bakteri sekunder.i. Konjungtivitis MembranKonjungtivitis Membran dapat disebabkan oleh infeksi Streptokok hemolitik dan infeksi difteria. Konjungtivitis Pseudomembran disebabkan oleh infeksi yang hiperakut, serta infeksi pneumokok.Penyakit ini ditandai dengan adanya membran/selaput berupa masa putih pada konjungtiva tarsal dan kadang juga menutupi konjungtiva bulbi. Massa ini ada dua jenis, yaitu membran dan pseudomembran.Tergantung pada penyebabnya. Apabila penyebabnya infeksi Streptokok B hemolitik, diberikan antibiotik yang sensitif. Pada infeksi difteria, diberi salep mata penisillin tiap jam dan injeksi penisillin sesuai umur, pada anak-anak diberikan penisillin dengan dosis 50.000 unit/KgBB, pada orang dewasa diberi injeksi penisillin 2 hari masing-masing 1.2 juta unit. Untuk mencegah gangguan jantung oleh toksin difteria, perlu diberikan antitoksin difteria 20.000 unit 2 hari berturut-turut.j. TrachomaDisebabkan oleh Klamidia trakoma. Gambaran klinik terdapat empat stadium : Stadium Insipiens atau permulaan Folikel imatur kecil-kecil pada konjungtiva tarsal superior, pada kornea di daerah limbus superior terdapat keratitis pungtata epitel dan subepitel. Kelainan kornea akan lebih jelas apabila diperiksa dengan menggunakan tes flurosein, dimana akan terlihat titik-titik hijau pada defek kornea. Stadium akut (trakoma nyata) Terdapat folikel-folikel di konjungtiva tarsal superior, beberapa folikel matur berwarna abu-abu. Stadium sikatriks Sikatriks konjungtiva pada folikel konjungtiva tarsal superior yang terlihat seperti garis putih halus. Pannus pada kornea lebih nyata.

Stadium penyembuhan Trakoma inaktif, folikel, sikatriks meluas tanpa peradanganPengobatan dengan Pemberian salep derivat tetrasiklin 3-4 kali sehari selama dua bulan. Apabila perlu dapat diberikan juga sulfonamid oral.

k. Konjungtivitis Sika (Konjungtiva Dry Eyes)Konjungtivitis sika atau konjungtivitis dry eyes adalah suatu keadaan keringnya permukaan konjungtiva akibat berkurangnya sekresi kelenjar lakrimal. Terjadi pada penyakit-penyakit yang menyebabkan defisiensi komponen lemak air mata, kelenjar air mata, musin, akibat penguapan berlebihan atau karena parut kornea atau hilangnya mikrovili kornea. Bila terjadi bersama atritis rheumatoid dan penyakit autoimun lain, disebut sebagai sindrom sjogren.Gatal, mata seperti berpasir, silau, dan kadang-kadang penglihatan kabur. Terdapat gejala sekresi mucus yang berlebihan, sukar menggerakkan kelopak mata, mata tampak kering, dan terdapat erosi kornea. Pada pemeriksaan tedapat edema konjungtiva bulbi, hiperemis, menebal dan kusam. Kadang tedapat benang mucus kekuning-kuningan pada forniks konjungtiva bawah. Keluhan berkurang bila mata dipejamkan.Komplikasi berupa ulkus kornea, infeksi sekunder oleh bakteri, parut kornea, dan noevaskularisasi kornea.Penatalaksanaan dengan diberikan air mata buatan seumur hidup dan diobati penyakit yang mendasarinya. Sebaiknya diberikan air mata buatan tanpa zat pengawet kerena bersifat toksik bagi kornea dan dapat menyebabkan reaksi idiosinkrasi. Dapat dilakukan terapi bedah untuk mengurangi drainase air mata melalui oklusi pungtum dengan plug silicon atau plug kolagen.